03. Bab 2...penanganan komplain yang efektif. Sistem penanganan komplain yang efektif membutuhkan...
Transcript of 03. Bab 2...penanganan komplain yang efektif. Sistem penanganan komplain yang efektif membutuhkan...
8
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kualitas Pelayanan
2.1.1. Pengertian Kualitas
Kualitas telah menjadi harapan dan impian bagi semua orang baik pelanggan
maupun produsen, yang dimaksud dengan kualitas atau mutu suatu produk atau jasa yaitu:
a. Konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu
produk (barang dan jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi yang telah dispesifikasikan,
meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal (Gaspersz, 1998, p1).
b. Derajat atau tingkatkan dimana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan
keinginan dari customer (Wignjosoebroto, 2003, p251).
c. Menurut (Yamit, 2004, p8) membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya, yaitu
”kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.
d. Menurut (Utami, 2006, p245) Keunggulan atau keistimewaan yang dapat
didenifikasikan sebagai penyampaian pelayanan yang relatif istimewa terhadap harapan
pelanggan. Karena pelanggan biasanya terlibat langsung dalam proses tersebut.
Sedangkan perusahaan yang menghasilkan produk menekankan pada hasil, karena
pelanggan umumnya tidak terlibat langsung dalam prosesnya. Untuk itu diperlukan
sistem manajemen kualitas yang dapat memberikan jaminan kepada pihak pelanggan
bahwa produk tersebut dihasilkan oleh proses yang berkualitas (Yamit, 2004, p9).
8
Lima pendekatan kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, menurut
David Garvin yang dikutip oleh (Yamit, 2004, pp9-10) yaitu :
a. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit
didefinisikan dan dioprasionalkan maupun diukur. Perspektif ini umumnya diterapkan
dalam seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. Untuk produk dan jasa
pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan menggunakan pernyataan-
pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), kecantikan wajah
(kosmetik), pelayanan prima (bank), tempat belanja yang nyaman (mall atau gerai).
Definisi seperti ini sulit untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manejemen
kualitas.
b. Product-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur.
Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk
secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak menjelaskan perbedaan dalam preferensi
individual.
c. User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung
pada orang yang memadangnya dan produk yang paling memuaskan prefensi
seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang
berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan pelanggan yang
berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehinnga kualitas bagi
seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakan.
d. Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang
produsen yang mendefinikasikan kualitas sebagai yang sesuai dengan persyaratannya
9
(conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian
spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang
menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan
pelanggan yang menggunakannya.
e. Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Kualitas didefinikasikan sebagai ”affrodable excellence”. Oleh karena itu kualitas dalam
pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi
belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk
yang paling tepat beli.
Meskipun sulit mendefiniskan kualitas dengan tepat dan tidak ada definisi kualitas
yang dapat diterima secara universal, dari persepktif David Garvin tersebut dapat
bermanfaat dalam mnegatasi konflik-konflik yang sering timbul di antara para manajer
dalam departemen fungsional yang berbeda. Misalnya, departemen pemasaran lebih
menekankan pada aspek keistimewaan, pelayanan, dan fokus pada pelanggan. Menghadapi
konflik seperti ini sebaiknya pihak perusahaan menggunakan perpaduan antara beberapa
perspektif kualitas dan secara aktif selalu melakukan perbaikan yang berkelanjutan atau
melakukan secara terus-menerus.
2.1.2. Pengertian Pelayanan
Bagian yang paling rumit dari pelayanan adalah kualitasnya yang sangat dipengaruhi
oleh harapan pelanggan. Harapan pelanggan yang dapat bervariasi dari pelanggan yang
satu dengan pelanggan yang lain walaupun pelayanan yang diberikan konsisten.
Menurut Olsen dan Wycktoff (1978) yang dikutip oleh (Yamit, 2004, p22) melakukan
pengamatan atas jasa pelayanan dan mendefinikasikan jasa pelayanan adalah sekelompok
manfaat yang berdaya guna secara eksplisit mauput inplisit atas kemudahan untuk
10
mendapatkan barang maupun jasa pelayanan. Dan definisi secara umum dari kualitas jasa
pelayanan ini adalah dapat dilihat dari perbandingan antara harapan konsumen dengan
kinerja kualitas jasa pelayanan. Coller (1987) memilih pandangan lain dari kualitas jasa
pelayanan ini yaitu, lebih menggunakan pada kata pelanggan, pelayanan, kualitas dan level
atau tingkat.
2.1.3. Karakteristik Pelayanan
Beberapa perbedaan terhadap pengertian pelayanan secara terus menerus
perbedaan akan mengganggu, beberapa karakteristik pelayanan berikut ini akan
memberikan jawaban yang lebih mantap terhadap pengertian pelayanan. Karakteristik
pelayanan tersebut menurut (Yamit, 2004, p21) adalah :
a. Tidak dapat diraba (intangibility). Jasa adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat
disentuh atau tidak dapat diraba. Jasa mungkin berhubungan dengan sesuatu secara
fisik, seperti pesawat udara, kursi dan meja. Bagaimanapun juga pada kenyataannya
konsumen membeli dan memerlukan sesuatu yang tidak dapat diraba. Oleh karena itu
jasa atau pelayanan yang terbaik menjadi penyebab khusus yang secara alami
disediakan.
b. Tidak dapat disimpan (innability to inventory). Salah satu ciri khusus dari jasa adalah
tidak dapat disimpan. Misalnya, ketika meniginkan jasa tukang potong rambut, maka
apabila pemotong rambut telah dilakukan tidak dapat sebagaiannya disimpan untuk
besok. Ketika kita menginap di hotel tidk dapat dilakukan setengah malam dan
setengahnya dilanjutkan lagi besok, jika hal ini dilakukan konsumen tetap dihitung
menginap dua hari.
c. Produksi dan konsumsi secara bersama. Jasa adalah sesuatu yang dilakukan secara
bersama dengan produksi. Misalnya, tempat praktek dokter, salon, restoran,
pengurusan asuransi dan lain sebagainya.
11
d. Memasukinya lebih mudah, mendirikannya usaha dibanding jasa membutuhkan
investasi yang lebih sedikit, mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia, tidak
membutuhkan teknologi tinggi. Kebanyakan usaha jasa hambatannya untuk
memasukinya lebih rendah.
e. Sangat dipengaruhi faktor dari luar. Jasa sangat dipengaruhi faktor dari luar seperti:
teknologi, peraturan pemerintah dan kenaikan harga energi. Sektor jasa keuangan
contoh yang paling banyak dipengaruhi oleh peraturan dan perundang-undangan
pemerintah, dan teknologi komputer dengan kasus melinium bug pada abad dua satu.
2.1.4. Indikator Kualitas Pelayanan
Zeithaml, Berry, dan Parasuraman dalam (Tjiptono 2008, p95) meneliti sejumlah
industri jasa dan berhasil mengindentifikasikan lima indikator pokok kualitas jasa, yaitu:
ralibilitas, responsive atau daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan, komunikasi,
kredibilitas, keamanan, kemampuan memahami pelanggan, dan bukti fisik (tangibels).
Menemukan adanya overlapping diantara beberapa dimensi diatas. Sehingga
menyederhanakan sepuluh indikator tersebut menjadi lima indikator pokok kualitas jasa,
yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, peralatan/pelengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
b. Realibitasi (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan
segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.
c. Responsivenes (daya tangkap), yaitu kesediaan dan kemampuan penyedia layanan
untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan dengan segera, meliputi:
1. Ketanggapan karyawan dalam menangani masalah.
2. Ketersediaan karyawan menjawab pertanyaan konsumen.
12
3. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan pelanggan, meliputi:
1. Keramahan dan sopan santun karyawan dalam melayani pelanggan.
2. Pengetahuan karyawan tentang produk/jasa yang ditawarkan.
3. Keterampilan karyawan dalam melayani pelanggan.
4. Empaty (empati), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
2.2. Kepuasan Pelanggan
2.2.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Konsep kepuasan masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan
proses yang sederhana maupun kompleks dan rumit. Peranan setiap individu dalam
pemberian service sangat penting dan berpengaruh terhdap kepuasan yang dibentuk (Arief,
2007, p.166). Konsep kepuasan pelanggan menurut beberapa ahli :
a. Menurut (Kotler, 2000) kepuasan pelanggan adalah tingkat persaan seseorang setelah
membandingkan antara kinerja yang dia rasakan atau alami terhdap harapannya.
b. Menurut Richard F. Gerson (Arief, 2005, p167) kepuasan pelanggan adalah jika
harapannya telah terpenuhi atau terlampaui.
c. Menurut Hoffman dan Beteson (Arief, 2005, p167) kepuasan atau ketidakpuasan adalah
perbandingan dari ekspektasi konsumen kepada persepsi mengenai intera ksi jasa
(service encounter) yang sebenarnya.
d. Wikkie (Tjiptono, 2007, p349) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai tanggapan
emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.
13
e. Munurut Wahyuddin dan Muryati (2001, p191) Ada dua pihak yang terlibat dalam
proses jasa atau pelayanan, yaitu penyedia layanan (pelayan) dan pelanggan (yang
dilayani). Dalam pelayanan yang disebut pelanggan (customer) adalah masyarakat
yang mendapat manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh organisasi atau petugas dari
organisasi pemberi layanan tersebut.
Kepuasan pelanggan terjadi setelah mengkonsumsi produk atau jasa yang dibelinya.
Pelanggan umumnya mengevaluasi pengalaman penggunaan suatu produk untuk
memutuskan apakah mereka akan menggunakan kembali produk atau jasa tersebut.
Satisfaction (kepuasan) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik,
memadai) dan “factio” (artinya melakukan atau membuat). Secara sederhana, kepuasan
dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’
(Tjiptono, 2005,p349).
Menurut Kotler (2005,p70) kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau
kecewa seseorang terhadap suatu produk setelah ia membandingkan hasil/prestasi produk
yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil produk yang di harapkan. Jika kinerja memenuhi
harapan, maka itu artinya pelanggan puas. Tetapi jika kinerja melebihi harapan pelanggan,
maka hal ini berarti pelanggan puas atau amat puas. Menurut Simamora (2003,p18)
kepuasan pelanggan adalah hasil pengalaman terhadap produk. Ini adalah sebuah perasaan
pelanggan setelah membandingkan antara harapan (prepurchase expectation) dengan
kinerja aktual (actual performance).
Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan
fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka
pelanggan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan harapan, maka pelanggan puas. Definisi ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
14
Kepuasan Pelanggan = f (harapan,kinerja)
Dalam rangka mengembangkan suatu mekanisme pemberian layanan yang
memuaskan bagi pelanggan, maka perusahaan perlu mengetahui hal-hal berikut :
1. Mengetahui apa yang pelanggan pikirkan tentang perusahaan, pelayanan
yang diberikan perusahaan dan pesaing.
2. Mengukur dan meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Mempergunakan kelebihan perusahaan dalam pemilihan pasar.
4. Memanfaatkan kelemahan perusahaan dalam peluang pengembangan,
sebelum pesaing memulainya.
5. Membangun wahana komunikasi internal sehingga setiap personil
mengetahui apa yang mereka kerjakan.
6. Menunjukan komitmen perusahaan terhadap kualitas dan pelanggan.
2.2.2. Elemen Program Kepuasan Pelanggan
Menurut (Tjiptono, 2007, p.354) ada beberapa elemen program kepuasan
pelanggan, yaitu:
a. Kualitas produk dan jasa, perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan
pelanggan harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Biasanya
perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggannya tinggi menyediakan tingkat layanan
pelanggan yang tinggi pula.
b. Program promosi loyalitas, program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin
relasi antara perusahaan dari pelanggan. Biasanya, program ini memberikan semacam
”penghargaan” (rewards) khusus (seperti bonus, diskon, voucher dan hadiah yang
dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk atau jasa perusahaan)
kepada pelanggan rutin agar tetap loyal pada produk dari perusahaan.
15
c. Sistem penanganan keluhan, menurut Schnaars, 1991 (Tjiptono, p355) penanganan
komplain terkait erat dengan kualitas produk jasa yang dihasilkan benar-benar
berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Setelah itu, jika ada masalah perusahaan
segera berusaha memperbaikinya lewat sistem penanganan komplain. Fakta
menunjukkan bahwa kebanyakan pelanggan mengalami berbagai macam masalah,
setidaknya berkaitan dengan konsumsi beberapa produk, waktu penyampaian, atau
layanan pelanggan. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memiliki sistem
penanganan komplain yang efektif. Sistem penanganan komplain yang efektif
membutuhkan beberapa aspek menurut (Tjiptono, 2000, p35) seperti :
1. Permohonan maaf kepada pelanggan atas ketidak nyamanan.
2. Empati terhadap pelanggan yang ramah.
3. Kecepatan dalam penanganan keluhan.
4. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan masalah atau keluhan.
5. Kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi perusahaan (via saluran
telepon bebas pulsa, surat, email, fax , maupun tatap muka langsung)
dalam rangka menyampaikan komentar, kritik, saran pertanyaan dan
komplain.
d. Garansi, strategi unconditional guarantes menurut Hart, 1988 (Tjiptono, 2007, p356)
mengungkapkan bahwa garansi dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program
kepuasan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada para
pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan mereka terima. Garansi
yang baik harus memiliki beberapa karakteristik pokok, seperti:
1. Tidak bersyarat, berarti tidak dibebebani dengan berbagai macam
peraturan, ketentuan, atau pengecualian yang membatasi atau menghambat
kebujakan pengembalian atau kompensesi.
16
2. Spesifik, yaitu perusahaan menjanjikan pengiriman sesuai dengan
kesepakatan perusahaan dan pelanggan.
3. Realistis, seperti pemberian garansi yang realistis dan nyata.
4. Meaningful, mencakup aspek-aspek penyampaian jasa yang penting bagi
pelanggan.
5. Dinyatakan dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, maksudnya
tidak dalam bahasa hukum yang berbelit-belit.
e. Harga, untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga yang murah adalah sumber
kepuasan, yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang
tinggi. Namun bagi pelanggan yang tidak sensitif terhdap harga, akan melihat hasil jasa
yang disampaikan perusahaan tersebut sesuai harga yang mereka bayar.
Menurut Hannah and karp, 1991 (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 2004,
p126-127) menyatakan bahwa untuk menciptakan kepuasan pelanggan, suatu perusahaan
harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara umum dibagi menjadi
tiga kategori sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang berhungan dengan produk
− Kualitas produk, yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang
membentuk produk, sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.
− Hubungan antara nilai sampai pada harga, merupakan hubungan antara harga
dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan antara nilai yang diterima oleh
pelanggan dengan harga yang dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk
yang dihasilkan oleh badan usaha.
− Bentuk produk atau jasa, merupakan komponen-komponen fisik dari suatu
produk atau jasa yang menghasilkan suatu manfaat.
17
− Keandalan, merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan
produk yang sesuia sengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan
− Jaminan, merupakan suatu jaminan yang ditawarkan perusahaan untuk haraga
pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk atau jasa yang rusak
setlah pembelian.
− Respon dari cara pemecahan masalah, merupakan sikap dari karyawan dalam
menggapi keluhan serta masalah yang dihadapi pelanggan.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian
− Pengalaman karyawan, merupakan semua hubungan antara pelanggan dengan
karyawan khususnya dalam komunikasi yang berhubungan dengan pembelian.
− Kemudahan dan kenyamanaan, yaaitu segala kemudahan dan kenyamanan
yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya.
2.2.3. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut (Tjiptono, 2000, p366) ada beberapa konsep inti mengenai objek
pengukuran sebagai berikut :
a. Kepuasan pelanggan keseluruhan
Cara yang paling sederhana dalam mengukur kepuasan pelanggan adalah langsung
menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan produk atau jasa
tertentu. Ada dua proses dalam pengukurannya, yaitu mengukur tingkat kepuasan
pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan bersangkutan dan menilai serta
membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap produk
atau jasa pesaing.
b. Harapan
18
Dalam konsep ini kepauasan pelanggan diukur berdasarkan kesesuaian atau
Mketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja perusahaan.
c. Minat pembelian ulang
Kepuasan pelanggan diukur dengan menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja
atau menggunakan jasa perusahaan tersebut.
d. Kemudahan
Faktor kemudahan yang dimaksudkan adalah kemudahan pelanggan dalam
mendapatkan peroduk atau jasa tersebut. Pelanggan akan semnkin puas apabila
relative mudah dijangkau, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk maupun
pelayanan.
2.3. Customer Delight
2.3.1. Pengertian Customer Delight (Kesangat Senangan Pelanggan)
Customer delight, dikonstruksikan sebagai relasi tidak linear antara kepuasan
dengan loyalitas pelanggan. hal ini dapat menjelaskan mengapa pelanggan yang puas dapat
saja meninggalkan perusahaan defect, karena kepuasan ternyata tidak mampu membuat
“patron pembelian ulang” (Kwong dan Yau,2002).
Customer delight (kesenangan pelanggan) adalah reaksi pelanggan ketika mereka
menerima suatu pelayanan atau produk yang memberikan nilai melebihi harapan mereka
(Mascarenhas, et.al, 2004). Untuk menciptakan delight (kesenangan), perusahaan harus
mengerti keinginan pelanggan, mengantisipasi kebutuhan pelanggan, memberikan lebih apa
yang diharapkan pelanggan, dan membuat setiap momen dari aspek dalam hubungan ini
menjadi sesuatu yang menyenangkan, atau menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Menurut Plutchik dalam Kwong dan Yau (2002) menyatakan bahwa delight (kesenangan)
19
merupakan sebuah emosi yang kompleks, merupakan kombinasi antara “joy” dan “surprise”.
Pelanggan seperti ini mempunyai keterikatan emosi yang tinggi dan kognisi yang positif.
Sebaliknya, outrage merupakan kombinasi antara “surprise” dengan “angry”.
Konsumen memiliki kognisi negatif, dan situasi emosional yang tinggi (Kwong & Yau,
2002). Konsumen akan marah ketika tidak mendapatkan produk seperti yang diharapkan.
Dua kemungkinan lain dari kombinasi kognisi dan emosi adalah: pelanggan golongan “calm-
dissatisfaction” dan “boring-satisfaction”.
Walapun puas, tetapi karena pelanggan memiliki keterikatan emosional yang rendah
maka pelanggan pada golongan ini akan menjadi cepat bosan. Jenis pelangan “boring-
satisfaction” merupakan tantangan bagi para pemasar. Tantangan untuk mentransfer
mereka agar menjadi pelanggan yang delight. Pelanggan “calm-dissatisfaction” adalah
mereka yang memiliki kognisi negatif dan keterikatan emosi yang rendah. Walaupun
pelanggan menerima produk yang mengecewakan, tidak marah. Sebab, keterikatan
emosionalnya rendah. Penjelasan diatas dapat diuraikan seperti yang terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.1. Respon Pelanggan dan Kognisi-Emosi
Kognisi
Emosi
Negatif Positif
Tinggi Outrage-dissatisfaction Delight-satisfaction
Rendah Calm-dissatisfaction Boring-satisfaction
Sumber: Kwong, Kenneth K., and Yau, Oliver H.M., 2002, “The conceptualization of customer delight: a
research framework”, Asia Pacific Management Review 7(2), 255-266.
2.3.2. Dimensi Customer Delight
Kwong, Yau dan Oliver (2002), menjelaskan dimensi dalam customer delight, yaitu:
20
a. Ustice (Keadilan)
Keadilan secara umum berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya. Konsep ini sangat
luas dan dapat digunakan dalam banyak hal. Dalam perdagangan, keadilan berarti
memberikan kepada seseorang apa yang menjadi haknya. Jadi perusahaan harus
senantiasa berupaya untuk harapan pelanggan. dengan terjadinya transaksi yang adil,
maka akan menumbuhkan kepercayaan yang mengarah pada loyalitas pelanggan.
b. Esteem (Penghargaan)
Setiap pelanggan adalah sebuah pribadi yang memiliki identitas. Identitas tersebut juga
dibawa dalam melakukan transaksi. Pelanggan akan senantiasa mengingat saat dimana
mereka mendapatkan perlakuan yang khusus. Perlakuan khusus ini umumnya berupa
pelayanan istimewa yang diberikan perusahaan pada pelanggan. oleh karena itu,
perusahaan dapat meningkatkan delight apabila pelanggan diperdulikan dan dihargai.
c. Security (keamanan)
Konsumen ingin merasa aman dalam membeli produk atau jasa dan keinginan untuk
dilindungi. Perusahaan diharapkan dapat menyenangkan pelanggan dengan
menyediakan kantor. Hal ini diperlukan untuk menjaga suasana benar-benar bersih dan
rapi sehingga memberikan serta mempertahankan pelanggan untuk berpikiran positif.
Melindungi kepentingan pelanggan mengacu pada masalah kebijakan pengembalian
secara bebas dan jaminan produk life time. Perusahaan dapat memaksimalkan
kepercayaan pelanggan dengan membiarkan pelanggan mencoba layanan secara tak
terbatas.
d. Trust (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah membangun dipelajari baik lain dalam pemasaran. Percayalah
dengan kesenangan merujuk pada krisis manajemen terbaik di mana perusahaan
mengambil tanggung jawab penuh atas kesalahannya dan mengakui dengan terus
terang. Ini kemudian meresponnya dengan cepat dan menyelesaikan krisis dalam cara
21
yang paling manusiawi. Perusahaan selalu menjaga kata-katanya dan kinerja yang
selalu di atas standar industri atau perusahaan. Pada intinya, kesenangan perusahaan
adalah para pelanggannya dengan kestabilan dan melampaui standar kinerja, yang
memenangkan hati pelanggan.
e. Variety (Varietas keragaman)
Varietas diusulkan menjadi faktor yang relevan, yang mana sejalan dengan varietas
konsumen mencari berbagai perilaku. Dikatakan bahwa keragaman adalah setara
dengan kejutan bahwa mereka berdua menangkap perhatian konsumen. Perusahaan
mampu menyenangkan pelanggannya dengan datang produk atau layanan baru dan
layanan secara teratur dan siap untuk melanggar norma industri. Satu peserta merasa
senang disetiap perubahan mode musiman, yang ia terkesan dengan desain baru.
2.3.3. Menciptakan Kesenangan Pelanggan (Customer Delight)
Menurut (Raharso, 2005, p46-47) langkah-langkah untuk menciptakan kesenangan
pelanggan (customer delight) yaitu :
1. Mencari tahu siapa saja pelanggan perusahaan, dan apa yang mereka
harapkan. Dengan kata lain, perusahaan harus mengantisipasi kebutuhan
pelanggan.
2. Mengetahui dan memahami apa yang dapat perusahaan tawarkan pada
pelanggan, sudah sesuaikah dengan harapan pelanggan.
3. Menyediakan barang dan atau layanan pada pelanggan dengan cara yang
menyenangkan.
4. Menjamin bahwa pelanggan memperoleh value dari pengalamannya dengan
perusahaan.
5. Sepanjang proses, buat pelanggan merasa penting dan diperdulikan. Jangan
hanya menunggu pelanggan “mendekat” dan jangan abaikan pelanggan.
22
6. Pelajari tindakan, ekspresi wajah, intonasi suara, dan gerakan tangan
pelanggan, serta menganalisa bagaimana cara terbaik dalam berinteraksi
dengan pelanggan.
7. Tanyakan kepada pelanggan, apakah pelanggan menginginkan produk atau
layanan lainnya.
8. Jika semua sudah dilakukan, bagaimana pendapat para pelanggan.
9. Menganalisa jawaban pelanggan dan berusaha untuk memberikan segala
sesuatu yang lebih baik pada masa yang akan datang.
10. Bersiap untuk pengalaman berikutnya.
2.3.4. Perbedaan Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) dan Kesenangan
Pelanggan (Customer Delight)
Selama ini, kepuasan pelanggan dipandang sebagai tujuan utama yang akan
menjadi kunci kesuksesan dan eksistensi perusahaan. Namun, konsep perilaku konsumen
menjelasakan tingkatan yang lebih tinggi dari kepuasan. Tingkatan ini akan menghasilkan
loyallitas yang lebih kepada perusahaan, yang disebut customer delight.
Hill (www.crmguru.com,2005) mengemukakan perbedaan antara kepuasan
pelanggan (Customer Satisfaction) dan kesenangan pelanggan (Customer Delight) yaitu
kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) terjadi ketika perusahaan dapat memenuhi
harapan pelanggan. Sebagian besar model kepuasan pelanggan terlihat sebagai variasi
atribut yang digunakan pelanggan untuk membuat penilaian terhadap perusahaan dan
produknya. Harapan pelanggan terhadap seberapa besar masing-masing atribut tersebut
dapat diterima dalam batasan minimum yang mereka tetapkan, akan membentuk
pengalaman pelanggan dimana mereka akan puas. Jadi kepuasan dalam hal ini bisa
digambarkan sebagai bentuk psikologis yang dipicu ketika seorang pelanggan menerima
sesuatu sesuai dengan harapannya.
23
Kesenangan pelanggan (Customer Delight) terjadi ketika perusahaan tidak saja
mampu memenuhi harapan pelanggan, tetapi juga mampu memberikan sesuatu melebihi
harapan pelanggan dan hal ini merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi pelanggan.
Variasi atribut melebihi harapan pelanggan akan menciptakan kesenangan (delight). Atribut-
atribut tersebut dimaksudkan untuk menjadi sesuatu yang “lembut” dan merupakan faktor
yang membangun hubungan (relationship marketing). Pada saat perusahaan sudah mampu
menghadirkan sesuatu yang menyenangkan berarti perusahaan telah menanamkan tonggak
yang kokoh dalam memori pelanggan yang akan dengan mudah diingat oleh pelanggan.
Sehingga apabila perusahaan melakukan suatu kesalahan, pelanggan akan tetap mengingat
memori yang menyenangkan tersebut dan dapat mentolerir kesalahan tersebut.
Tabel 2.2 Perbedaan Customer Satisfaction (kepuasan Pelanggan) dan Customer
Delight (Kesenangan Pelanggan)
Customer Satisfaction Driven Customer delight Driven
Pelanggan adalah Raja Pelanggan adalah Mitra
Orientasi utama adalah kepuasan
pelanggan
Orientasi utama adalah membina
hubungan jangka panjang
Intangible Memorable
Perusahaan < Pelanggan Perusahaan >= Pelanggan
Sumber: Hill (www.crmguru.com,2005)
Menurut Lovelock,et.a l(2001,p92), perbedaan customer satisfaction dan customer
delight dapat dilihat dari perbandingan antara harapan (expectation) dan persepsi
(perception) pelanggan. jika persepsi pelanggan sama dengan harapan pelanggan (P=E),
maka pelanggan akan memberikan suatu anggapan netral, dan membuat pelanggan merasa
puas. Jika persepsi pelanggan lebih besar dari harapan pelanggan (P>E), maka pelanggaran
24
akan memberikan suatu anggapan positif dan membuat pelanggan merasa senang (delight).
Perbedaan Customer Delight dan Customer Satisfaction dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
Gambar 2.1. Perbedaan Customer Satisfaction dan Customer Delight
Sumber : Lovelock, Patterson dan Walker (2001,p92)
Beberapa penelitian membuktikan bahwa customer satisfaction adalah indikator
yang baik dari retensi pelanggan, yaitu bagi pelanggan yang tidak benar-benar
mengidentifikasi diri mereka secara kuat dengan perusahaan dan produknya. Penelitian yang
sama juga menyebutkan bahwa “komitmen” adalah indikator yang lebih berpengaruh
terhadap retensi pelanggan, yaitu bagi pelanggan yang mengidentifikasi dirinya secara kuat
terhadap perusahaan dan produknya, dimana pelanggan yang memiliki komitmen adalah
pelanggan yang telah berada dalam tahap delight (Hill,www.crmguru.com,2005).
2.4. Loyalitas Pelanggan
2.4.1. Pengertian Pelanggan
Definisi customer (pelanggan) berasal dari kata custom, yang didefinikasikan
sebagai ”membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa” dan ”mempraktikan kebiasaan”.
Perceived Performance
Expectation
Comparison Process
Confirmation Negative Positive
More Satisfaction Disatisfaction Delight
25
Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli. Kebiasaan terbentuk
melalui pembeliaan dan iteraksi yang sering selama periode waktu tertentu. Tanpa adanya
hubungan yang kuat dan pembeliaan berulang, porang tersebut bukanlah pelanggan, ia
adalah pemebeli. Pelanggan yang sejati tumbuh seiring dengan waktu (Griffin, 2005, p31)
Sesuai pandangan tradisional pelanggan dalah setiap orang yang membeli dan
menggunakan produk perusahaan tersebut. Sesuai pandangan modern pelanggan
mencakup pelanggan eksternal dan internal. Pelanggan eksternal adalah setiap orang yang
membeli produk dari perusahaan, sedangkan pelanggan internal adalah semua pihak dalam
organisasi yang sama, yang menggunakan jasa suatu bagian atau departemen tertentu
termasuk selamjutnya dalam produksi bertahap (Tjiptono, 2002, p5)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggan yang terdiri dari
pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, merupakan bagian terpenting bagi
perkembangan suatu perusahaan. Tanpa pelanggan suatu perusahaan tidak dapat
menjalankan kegiatan usahanya, karena pelanggan adalah seseoranh yang secara terus
menerus dan berulang kali datang kesuatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginan
atau kebutuhannya dengan memiliki suatu produk atau jasa dari perusahaan tersebut.
2.4.2. Prasyaratan Loyalitas
Menurut (Griffin, 2005, pp20-24) yaitu:
1. Kerterikatan, kerteikatan yang tinggi terhadap produk atau jasa dibandingkan terhadap
produk atau jasa pesaing potensial. Kerterikatan yang didasarkan produk atau jasa
dibentuk oleh dua dimensi: tingkat prefernsi (seberapa besar keyakinan pelanggan
terhadap produk atau jasa tertentu) dan tingkat diferensisasi produk yang dipersiapkan
(sebarapa signifikan pelnanggan membedakan produk atau jasa tertentu dari alternatif-
alternatif lain). Bila kedua faktor ini diklasifikasikan-silang, muncul empat kemungkinan
kerterikatan. Sumber (Griffin, 2005, p21)
26
a. Kerterikatan tertinggi bila pelanggan mempunyai prefernsi yang kuat akan
produk atau jasa tertendu dan dapat secara jelas membedakannya dari
produk-produk pesaing.
b. Kerterikatan tinggi adalah sikap yang lemah terhadap produk atau jasa
suatu perusahaan tetapi menggagap bahwa produk perusahaan itu berbeda
dari tawaran pesaing, dan selanjutnya dapat berkontibusi pada loyalitas.
c. Kerteikatan rendah terjadi bila preferensi yang kuat digabung dengan sedikit
diferensi yang dipersikan menyebabkan loyalitas pada multiproduk.
d. Kerterikatan terendah terjadi bila preferensi yang positif tetapi lemah serta
terkait dengan ketiadaan dieferensiasi, dengan pembelian berulang yang
lebih jarang dan berbeda dari satu kesempatan ke kesempatan berikutnya.
2. Pembelian yang berulang, setelah kerterikatan, faktor kedua menentukan loyalitas
pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu adalah pembelian ulang. Empat jenis
produk atau jasa tertentu adalah pembelian ulang. Empat jenis loyalitas yang berbeda
muncul bila ketertiban rendah dan tinggi diklasifikasikan-silang dengan pola pembelian
ulang yang rendah dan tinggi (Griffin, 2005, p22):
a. Tanpa loyalitas terjadi bila keterkaitan yang rendah terhadap produk atau
jasa tertentu dikombinasikan dengan tingkat pembelian berulang yang
rendah.
b. Loyalitas yang lemah terjadi bila kerterikatan yang rendah digabung dengan
pembeliaan berulang yang tinggi. Pelanggan ini datang lagi karena
kebiasaan.
c. Loyalitas tersembunyi karena bila tingkat preferensi yang relatif tinggi
digabung dengan tingkat pembeliaan berulang yang rendah. Bila pelanggan
memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh
sikap yang menentukan pembelian berulang.
27
d. Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila
ada tingkatan keterkaitan yang tinggi dan tungkat pembeliaan berulang
yang juga tinggi. Pada tingkat preferensi paling tinggi tersebut, orang
bangga karena menemukan dae menggunakan produk tertentu dan senang
membagi pengetahuan mereka dengan rekan dan keluarga.
2.4.3. Pengertian Loyalitas Pelanggan
Menurut (Hurriyati, 2005, p129) definisi loyalitas pelanggan sebagai berikut:
”Customer Loyality is deefly held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or
service consistenly in the future, despite situational inflences and marketing efforts having
the potential to cause switching behavior”. Dari definisi diatas terlihat bahwa loyalitas adlah
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan
dating, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku.
Menuirut (Griffin, 2005) yang dikutip oleh (Hurriyati, 2005, p129) “loyalty is defined
as on random purchase expressed over time by some decision making unit”. Berdasarkan
definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku
dariunit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus
terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih.
Pelanggan menjadi setia (loyal) biasanya disebbakan salah satu aspek dalam
perusahaan saja, tetapi biasanya pelanggan menjadi setia (loyal) karena “paket” yang
ditawarkan seperti produk, pelayanan dan harga. Ada tiga criteria untuk mendefinisikan
pelanggan setia (loyal), yaitu:
1. Keinginan untuk membeli produk atau jasa dari perusahaan tanpa
membandingkan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pesaing.
28
2. Merekomendasikan perusahaan, produk dan pelayanan perusahaan dari
mulut ke mulut kepada orang lain.
3. Tindakan proaktif untuk memberikan saranproduk dan jasa karena
perusahaan.
Kesetiaan (loyalitas) pelanggan merupakan sesuatu yang tertananm dalam benak
atau pikiran pelanggan yang memiliki hubungan yang memuaskan dengan peyelia produk
atau jasa. Pelanggan akan tetap setia (loyal) memakai produk atau jasa yang disediakan
sepanjang ia merasa dipuaskan sengan apa yang akan disediakan.
Loyalitas pelanggan menurut (Utami, 2006, p140) bahwa pelanggan mempunyai
komitmen akan kebutuhan dan akan mengabaikan aktivitas pesaing yang mencoba menarik
pelanggan. Dari keseluruhan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan
terbentuk melalui berbagai tahapan yang sesuai dengan proses pembelanjaran dan
pengalaman yang dilalui pelanggan dalam pertukaran yang terjadi antara pelanggan dan
penyedia produk. Loyalitas pelanggan dipengaruhi secara positif oleh kepuasan pelanggan
setelah mengkonsumsi sebuah produk (barang atau jasa) serta akan membentuk komitmen
serta kepercayaan pelanngan terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsinya.
2.4.4. Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Banyak perusahaan mengandalkan kepuasaan pelanggan sebagai jaminan
keberhasilan dikemudian hari tetapi kemudian kecewa mengecewakan bahwa para
pelanggannya yang merasa puas dapat datang kembali tanpa ragu-ragu. Sebaliknya,
loyalitas pelanggan tempaknya merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk
memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan. Berbeda dari kepuasan, yang
merupakan sikap, loyalitas dapat didefinikasikan berdasarkan perilaku membeli. Pelanggan
yang loyal menurut (Griffin, 2005, p31) adalh orang yang:
29
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur
Maksudnya pelanggan yang telah melakukan penggunaan suatu produk
sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakuakan pengguanaan
atas produk yang sama banyak dua kali, atau membeli dua macam produk
yang berbeda dalam dua kesempatan.
2. Mmebeli anatrlini produk atau jasa
Maksudnya memggunakan semua barang atau jasa yang ditawarkan mereka
butuhkan. Mereka mengguakan secara teratur, hubungan dengan jenis
pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka
tidak terpengaruh oleh produk pesaing.
3. Mereferensikan kepada orang lain
Maksudnya barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan,
serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu, mereka mendorong
teman-teman mereka agar mengguanakan barang atau jasa perusahaan
atau merekomendasikan perusahaan tersebut pada orang lain, dengan
begitu secara tidak langsung merek telah melakukan pemasaran untuk
melakukan pemasaran untuk pemasaran untuk perusahaan dan membawa
konsumen untuk perusahaan.
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing
Maksudnya tidak mudah terpengarug oleh tarikan persaingan produk atau
jasa sejenis lainnya.
2.4.5. Dampak Siklus Pembelian atas Loyalitas Pelanggan
Menurut (Griffin, 2005, p18-p20) Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui
siklus pembelian. Pembeli akan pertama kali bergerak melalui lima langkah:
30
Pembelian kembali
Keputusan pembelian
kesadaran pembelian awa l evaluasi pasca pembelian
Gambar 2.2. Siklus Pembelian (lingkaran pembelian kembali)
Sumber: Griffin, 2008, p18.
Keterangan:
1. Langkah pertama: Kesadaran
langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan akan produk
perusahaan. Pada tahap ini, iklan atau tipu daya pemasaran dapat perusahaan lain
merebut pelanggan, bahkan sebelum anda mulai bertindak.
2. Langkah kedua: Pembelian awal
Pembelian pertama kali merupakan langkah penting dalam memelihara loyalitas,
pembelian pertama merupakan percobaan. Perusahaan dapat menanamkan kesan
positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk atau jasa yang diberikan,
mudahnya transaksi aktual, hubungan dengan pegawai, dan lingkungan fisik
perusahaan. Setelah pembelian pertama ini dilakukan, perusahaan berkesempatan
untuk mulai menumbuhkan pelanggan yang loyal.
3. Langkah ketiga: Evaluasi pasca-pembelian
Setelah melakukan pembelian, pelanggan secara sadar atau tidak sadar akan
mengevaluasi pembelian. Bila pembeli merasa puas, atau ketidakpuasannya tidak
terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan pertimbangan beralih ke pesaing.
31
Dengan siklus pembelian yang seperti ini dapat membentuk lingkaran pembelian
kembali yang berulang beberapa kali, atau beberapa ratus kali, selama terjalin
hubungan antara pelanggan dan perusahaan dan produk serta jasanya.
4. Langkah keempat: Keputusan membeli kembali
Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap paling penting bagi loyalitas. Tanpa
adanya pembelian berulang, maka tidak bisa disebut sebagai loyalitas. Motivasi untuk
membeli kembali berasal dari lebih tingginya sikap positif yang ditujukan terhadap
produk atau jasa tertentu, dibanding sikap positif terhadap produk atau jasa alternatif
yang potensial.
5. Langkah kelima: Pembelian kembali
Langkah akhir dalam siklus pembelian adalah pembelian kembali yang aktual. Untuk
dapat benar-benar loyal, pelanggan harus teru menerus membeli kembali dari
perusahaan yang sama, dengan mengulangi langkah ketiga sampai kelima berkali-kali.
Jenis pelanggan yang seperti ini harus didekati, dilayani, dan dipertahankan.
2.4.6. Keuntungan dari Loyalitas Pelanggan
Menurut (Griffin, 2005, p11) ada beberapa keuntungan apabila perusahaan memiliki
pelanggan yang loyal yaitu:
1. Biaya pemasaran menjadi berkurang (biaya pengambil pelanggan lebih
tinggi dari pada biaya mempertahankan pelanggan).
2. Biaya transaksi menjadi lebih rendah.
3. Biaya perputaran pelanggan (customer turnover) menjadi berkurang (lebih
sedikit pelanggan hilang yang harus digantikan).
2.5. Penelitian Terdahulu
Bambang Heriawan (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kualitas
Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan pada Swalayan Luwes di
32
Pati Jawa Tengah”. Pada penelitian menggunakan sampel penelitian adalah 100 orang
responden yang diambil dengan teknik Convenience Sampling. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linier
berganda, uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang memperoleh nilai
thitung sebesar 5,683 diterima pada taraf signifikansi 5%. Kepuasan pelanggan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang
memperoleh nilai t hitung sebesar 5,045 diterima pada taraf signifikansi 5%. Kualitas
pelayanan dan kepuasan pelangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
pelanggan. Hal ini terbukti dari hasil uji F yang memperoleh nilai Fhitung sebesar 27,754
diterima pada taraf signifikansi 5%. Kualitas pelayanan merupakan variabel yang
memberikan pengaruh dominan terhadap loyalitas pelanggan dibandingkan dengan variabel
kepuasan pelanggan. Hal ini terbukti dari hasil analisis yang mendapatkan t hitung untuk
variabel kualitas pelayanan lebih besar dari thitung variabel kepuasan pelanggan (5,683 >
5,045). Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan akan lebih mudah tercipta bila
kualitas pelayanan yang diberikan lebih meningkat. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan.
(Raharso, 2005) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Customer Delight
terhadap Behavioral-Intentions Battery”. Pada penelitian variabel customer delight terdiri
dari justice,esteem dan finishing touch. Dan variabel behavioral-intentions battery terdiri dari
word of mouth loyalty, respon, switch, dan complain. Teknik analisis data yang digunakan
adalah uji validitas, uji reliabilitas, analisis faktor, analisis path, uji t, uji F, dan uji koefisien
determinasi.
33
LOYALITAS
PELANGGAN (Z)
Hasil penelitian ini memperlihatkan pola hubungan yang signifikan antara customer
delight terhadap behavioral-intentions battery. Dalam kaitannya dengan loyalitas pelanggan
(loyalty), pada penelitian ini terlihat adanya pengaruh yang signifikan antara customer
delight terhadap loyalitas pelanggan, dimana faktor utama yang mempengaruhi loyalitas
pelanggan adalah esteem.
2.6. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis, 2011
2.7. Hipotesis Penelitian
Menurut (Sugiono, 2010, p159) hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah peneitian. Hipotesis untuk penelitian ini berdasarkan indentifikasi
masalah yang ada adalah sebagai berikut :
Kualitas
Pelayanan (X1)
KEPUASAAN PELANGGAN (X2)
CUSTOMER DELIGHT(Y)
34
1. Hipotesis pengujian variabel X1 dan Y
Ho: Kualitas pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhdap variabel customer
delight.
Ha: Kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhdap variabel customer
delight.
2. Hipotesis pengujian antara X2 dan Y
Ho: Kepuasan pelanggan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
customer delight.
Ha: Kepuasan pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel customer
delight.
3. Hipotesis pengujian antara X1, X2, dan Y
Ho: Kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel customer delight.
Ha: Kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel customer delight.
4. Hipotesis pengujian antara X1 dan Z
Ho: Kualitas pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas
pelanggan.
Ha: Kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas
pelanggan.
5. Hipotesis pengujian antara X2 dan Z
Ho: Kepuasan pelanggan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas
pelanggan.
35
Ha: Kepuasan pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas
pelanggan.
6. Hipotesis pengujian antara Y dan Z
Ho: Customer delight tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas
pelanggan.
Ha: Customer delight berpengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas
pelanggan.
7. Hipotesis pengujian antara X1, X2, Y dan Z
Ho: Kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan customer delight tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan.
Ha: Kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan customer delight berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan.