019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

19
Buku 2 : Bidang Mineral 303 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009 PROSPEKSI ENDAPAN EMAS DI KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Kisman, Ernowo dan Endang Suwargi Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Pendulangan emas alluvial oleh masyarakat di daerah Kecamatan Rarowatu dan Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana selain memberikan pendapatan bagi masyarakat, juga menimbulkan berbagai masalah sosial, administrasi, teknis dan lingkungan setempat, sehingga perlu dilakukan pengawasan dan penertiban dalam kegiatan pengelolaan penambangannya. Kegiatan prospeksi ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran dan sumberdaya endapan emas di daerah tersebut dengan tujuan untuk memberikan masukan teknis kepada pemerintah kabupaten setempat. Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi, pemetaan endapan alluvial, pemercontoan geokimia dan konsentrat mineral berat dan analisis laboratorium terhadap 20 conto sedimen sungai aktif, 73 conto konsentrat dulang dan 20 conto batuan. Analisis kimia batuan menunjukkan kisaran nilai Cu = 5 – 72 ppm, Pb = 18 – 4160 ppm, Zn = 56 – 177 ppm, Ag = 0,5 – 5 ppm dan Au = 18 – 172 ppb dan dari conto endapan sungai aktif memiliki nilai kisaran Cu = 2 – 30 ppm, Pb = 9 – 54 ppm, Zn = 5– 95 ppm, Ag = 0,5 – 1 ppm dan Au = 3 – 30 ppb. Analisis mineralogi butir dari konsentrat dulang menunjukkan nilai yang sangat variatif sekali antara 0,0026 g/m 3 sampai 22,12 g/m 3 , butiran emas dari konsentrat dulang semua ditemukan di bagian utara dari perbukitan Tangkeno, Wumbubangka. Dua tipe cebakan emas ditemukan yaitu cebakan emas primer pada satuan batuan sekis yang kemudian mengalami oksidasi yang mengakibatkan pengayaan dan endapan letakan pada satuan alluvium. Endapan emas sekunder pada satuan alluvium ini memiliki sumberdaya hipotetik sebesar 15,4 ton.

description

hhhhhhhh

Transcript of 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Page 1: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

303 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

PROSPEKSI ENDAPAN EMAS DI KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Kisman, Ernowo dan Endang Suwargi

Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI

Pendulangan emas alluvial oleh masyarakat di daerah Kecamatan Rarowatu dan Kecamatan

Rarowatu Utara Kabupaten Bombana selain memberikan pendapatan bagi masyarakat, juga

menimbulkan berbagai masalah sosial, administrasi, teknis dan lingkungan setempat, sehingga

perlu dilakukan pengawasan dan penertiban dalam kegiatan pengelolaan penambangannya.

Kegiatan prospeksi ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran dan sumberdaya endapan

emas di daerah tersebut dengan tujuan untuk memberikan masukan teknis kepada pemerintah

kabupaten setempat.

Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi, pemetaan endapan alluvial,

pemercontoan geokimia dan konsentrat mineral berat dan analisis laboratorium terhadap 20

conto sedimen sungai aktif, 73 conto konsentrat dulang dan 20 conto batuan.

Analisis kimia batuan menunjukkan kisaran nilai Cu = 5 – 72 ppm, Pb = 18 – 4160 ppm, Zn =

56 – 177 ppm, Ag = 0,5 – 5 ppm dan Au = 18 – 172 ppb dan dari conto endapan sungai aktif

memiliki nilai kisaran Cu = 2 – 30 ppm, Pb = 9 – 54 ppm, Zn = 5– 95 ppm, Ag = 0,5 – 1 ppm

dan Au = 3 – 30 ppb. Analisis mineralogi butir dari konsentrat dulang menunjukkan nilai yang

sangat variatif sekali antara 0,0026 g/m3 sampai 22,12 g/m3, butiran emas dari konsentrat

dulang semua ditemukan di bagian utara dari perbukitan Tangkeno, Wumbubangka.

Dua tipe cebakan emas ditemukan yaitu cebakan emas primer pada satuan batuan sekis yang

kemudian mengalami oksidasi yang mengakibatkan pengayaan dan endapan letakan pada

satuan alluvium. Endapan emas sekunder pada satuan alluvium ini memiliki sumberdaya

hipotetik sebesar 15,4 ton.

Page 2: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

304 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

PENDAHULUAN

Pada pertengahan tahun 2008 di daerah

Bombana terjadi “booming” pendulangan

emas oleh rakyat yang diawali dengan

penemuan butiran emas oleh masyarakat di

daerah Sungai Tahi Ite dan sekitarnya.

Pada perkembangannya kegiatan

pendulangan tidak hanya melibatkan

masyarakat setempat namun melibatkan

pendulang-pendulang dari luar Kabupaten

Bombana bahkan dari luar Pulau Sulawesi.

Merebaknya jumlah pendulang yang

berlangsung sangat pesat akhirnya

menimbulkan permasalahan sosial yang

berkaitan dengan hak kepemilikan lahan

dan penggunaan jalan, permasalahan

lingkungan berupa kerusakan lahan dan

jalan serta permasalahan administrasi di

dalam penerbitan perijinan dan pengelolaan

pendapatan asli daerah.

Kegiatan prospeksi endapan emas di

Bombana dimaksudkan untuk mengetahui

penyebaran dan sumberdaya cebakan

emas di daerah tersebut dengan tujuan

untuk memberikan masukan teknis kepada

pemerintah daerah di dalam penerbitan dan

penertiban perijinan serta pengelolaan

penambangannya.

Lokasi penyelidikan meliputi Kecamatan

Poleang Utara, Kecamatan Rarowatu dan

Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten

Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara

(Gambar 1).

METODOLOGI

Rangkaian kegiatan prospeksi ini

dilaksanakan dengan metode pemetaan

geologi untuk mengamati jenis batuan,

perubahan satuan batuan dan sebarannya,

struktur geologi dan indikasi mineralisasi;

pemetaan endapan alluvial untuk

memperkirakan batas-batas vertikal dan

lateral, dengan membuat penampang

terukur dari sumur uji; Pemercontoan

geokimia dan konsentrat mineral berat,

dilakukan dengan mengambil conto

endapan sungai aktif dengan saringan

fraksi –80 mesh di sungai orde 1, orde 2

dan atau orde 3 dan batuan termineralisasi.

Pengambilan conto konsentrat mineral

berat pada endapan alluvial yang terbuka

dengan cara channel sampling juga pada

sumur-sumur uji dengan volume sekitar 10

liter; Analisis laboratorium berupa analisis

petrografi, analisis mineragrafi, analisis

mineralogi butir, analisis geokimia terhadap

unsur Au, Ag, Cu, Pb, dan Zn.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Morfologi daerah penyelidikan dapat dibagi

dalam tiga kategori yaitu perbukitan terjal,

perbukitan bergelombang rendah dan

daerah relatif datar. Perbukitan terjal,

menempati bagian selatan daerah

penyelidikan, perbukitan bergelombang

rendah menempati daerah bagian sisi

barat, baratlaut hingga agak ke tengah

pada daerah penyelidikan. Daerah yang

relatif datar menempati bagian utara

timurlaut daerah penyelidikan. Ketiga

kategori morfologi tersebut di atas hampir

seluruhnya ditumbuhi oleh padang rumput

Page 3: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

305 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

dan alang-alang, hanya daerah di bagian

selatan ditumbuhi jenis pohon kayu yang

ditempati satuan batuan metamorf (Foto 1).

Pola aliran sungai yang berkembang

adalah pola denditrik di bagian utara yang

mencirikan bahwa secara umum batuan

yang menempati daerah tersebut relatif

homogen. Di bagian selatan berkembang

pola aliran sungai paralel dan sub trelis

yang menunjukkan kontrol struktur berupa

sesar dan kekar cukup kuat dengan batuan

yang relatif keras. Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun

oleh satuan batuan dari yang berumur tua

ke muda berupa sekis, batupasir

konglomeratan, batugamping, dan alluvium

(Gambar 2). Sekis terdiri dari sekis mika,

sekis klorit dan sekis amfibolit dengan

struktur foliasi. Di dalam satuan batuan

metamorf ini terdapat bongkahan-

bongkahan batuan tersilisifikasi dengan

kuarsa berstruktur cockade, vuggy mengisi

foliasi dan rekahan-rekahan batuan sekis

(Foto 2).

Satuan Batupasir - Konglomeratan tersusun

oleh perselingan dan perulangan endapan-

endapan batuan konglomerat, batupasir

konglomeratan, batupasir dan batulempung

(Gambar 3). Satuan batugamping

tersingkap di bagian selatan dari lokasi

mata air panas, berupa bongkahan-

bongkahan yang tertanam dalam tanah

dengan membentuk morfologi permukaan

datar pada bukit rendah. Endapan Alluvial

berupa material lepas terdiri dari lumpur,

lempung, pasir dengan material rombakan

berukuran kerikil dan kerakal fragmen

kuarsa, sekis, rijang, batupasir berumur

Kuarter sebagai hasil dari endapan oleh

aliran alur-alur sungai.

Struktur geologi utama yang berkembang di

daerah penyelidikan berupa sesar normal

yang memiliki arah umum barat-timur

dengan bagian utara merupakan hanging

wall yang memisahkan satuan morfologi

perbukitan di bukit Tangkeno

Wumbubangka dengan perbukitan rendah

dan pedataran disebelah utara.

ANALISIS DAN HASIL

Sebanyak 20 conto sedimen sungai aktif,

73 conto konsentrat dulang dan 20 conto

batuan diambil untuk dilakukan analisis

laboratorium baik geokimia unsur,

mineralogi butir, petrografi dan mineragrafi

(Gambar 4).

Dari pengambilan konsentrat dulang

teramati adanya butiran emas yang

berukuran sangat halus sampai kasar

dengan bentuk pipih sampai membulat

tanggung. Butiran-butiran emas ini

ditemukan pada conto yang diambil dari

batuan sekis yang teroksidasi dan pada

satuan alluvium baik pada material lepas

konglomerat, lempung dan tanah penutup.

Hasil analisis kimia batuan dan conto

endapan sungai aktif, terlihat bahwa dari

singkapan mapun apungan batuan

kandungan unsur adalah: Cu = 5 – 72 ppm,

Pb = 18 – 4160 ppm, Zn = 56 – 177 ppm,

Ag = 0,5 – 5 ppm dan Au = 18 – 172 ppb.

Sedangkan kandungan unsur dalam conto

endapan sungai aktif adalah: Cu = 2 – 30

Page 4: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

306 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

ppm, Pb = 9 – 54 ppm, Zn = 5– 95 ppm,

Ag = 0,5 – 1 ppm dan Au = 3 – 30 ppb

(Tabel 1).

Conto batuan yang memiliki kandungan

unsur Au paling tinggi adalah B3/R dan

B9/R masing-masing 159 ppb dan 172 ppb

yang merupakan batuan ubahan kuarsa-

serisit batuan insitu bagian lereng sebelah

utara Bukit Tangkeno Wumbubangka. Nilai

tersebut lebih tinggi dibandingkan

kandungan rata-rata pada batuan ultrabasa

0,006 ppm (Foldvari-Vogl, 1978).

Sedangkan hasil analisis conto endapan

sungai aktif relatif sangat kecil dengan

kisaran terkecil 3 ppb Au dan terbesar 37

ppb Au.

Analisis mineralogi butir seperti halnya

pada conto endapan sungai aktif, conto

nomor B5/P sampai B19/P dimaksudkan

untuk menangkap kemungkinan adanya

emas pada satuan batuan metamorf,

meskipun di daerah tersebut tidak ada

masyarakat yang melakukan pendulangan.

Conto konsentrat dulang yang mengandung

butiran emas seluruhnya berasal dari

daerah lereng utara Bukit Tangkeno

Wumbubangka hingga lembahnya (Foto 2

dan Tabel 2).

Untuk menghitung berat emas pada

masing-masing conto digunakan konversi

satuan color emas, 1VFC = 0,026 mg, 1FC

= 0,060 mg, 1MC = 0,3125 mg, 1CC = 1,20

mg dan 1VCC = 3,52 mg. (VFC: very fine

color, FC: fine color, MC: medium color,

CC: coarse color, VCC: very coarse color.

Hasil analisis menunjukkan nilai yang

sangat variatif sekali antara 0,0026 g/m3

sampai 22,12 g/m3. Angka yang terkecil

dari suatu conto bahkan tidak terdapat

emas padahal pengambilannya dilakukan

pada daerah yang sama dengan

masyarakat yang melakukan pendulangan.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena

dilakukan pendulangan hanya 1 x 10 liter

pada satu tempat. Oleh karena itu kisaran

angka yang diambil 0,16405 g/m3 sampai

22,12 g/m3. Sedangkan nilai 22,12 g/m3

secara kebetulan masyarakat banyak

menemukan lokasi yang kaya.

DISKUSI

Dari hasil pengamatan, pengukuran dan

pencatatan data-data yang didapatkan di

lapangan, dapat diinterpretasikan suatu

model keterdapatan emas di lokasi

penyelidikan berupa cebakan emas primer

dan endapan emas sekunder.

Kemungkinan terbentuknya cebakan emas

primer :

1. Mineralisasi terjadi pada batuan sekis

yang dikontrol oleh struktur sesar

normal sebagai jalur keluarnya larutan

hidrothermal. Sekis dipotong urat-urat

kuarsa dan mengalami silisifikasi.

Mineral sinabar ditemukan pada

konsentrat dulang sebagai ciri khas

mineralisasi suhu rendah dan

ditemukan manifestasi mata air panas.

Mineral-mineral kuarsa yang mengisi

rekahan atau rongga-rongga

membentuk struktur, vuggy dan

dogteeth (Foto 4). Bentuk struktur

Page 5: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

307 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

tersebut merupakan khas terjadi pada

mineralisasi endapan epitermal.

Bagian hanging wall dari sesar normal

membentuk perbukitan rendah ini kemudian

mengalami oksidasi (Foto 5) yang

mengakibatkan terjadinya proses

pengayaan. Kemungkinan proses

hidrotermal masih aktif sampai saat ini

dengan ditemukannya sumber mata air

panas (Foto 6)

2. Tipe Emas aluvial hasil rombakan

material dari satuan batuan sekis yang

mengalami ubahan dan satuan

konglomerat. Endapan sekunder

terdapat pada cekungan-cekungan

berupa lembah sepanjang alur-alur

sungai yang hulunya di lereng utara

Bukit Tangkeno Wumbubangka. (Foto 7). Berdasarkan data sumur uji

disepanjang alur-alur sungai,

menunjukkan paling sedikit ada dua

lapisan aluvium yang mengandung

emas. Lapisan atas secara umum

kandungan emasnya lebih sedikit

daripada lapisan di bawahnya dengan

ketebalan masing-masing lapisan

sangat bervariasi.

Sesuai dengan tahap penyelidikan yang

dilakukan wilayah cakupannya seluas

31.790 Ha, dalam membahas potensi

endapan bahan galian akan digunakan

beberapa asumsi parameter untuk

mengetahui sumberdaya endapan emas di

daerah penyelidikan. Dalam tulisan ini

menggunakan data dari hasil analisis

mineral butir yang akan dijadikan sebagai

salah satu parameter dalam perkiraan

potensi yang terdapat di daerah

penyelidikan. Angka kandungan emas

minimum dan maksimum yang diambil dari

data itu adalah 0,0026 g/m3 dan 22,12

g/m3.

Digunakannya angka satu digit di belakang

koma sebagai nilai terendah meskipun

conto yang diambil di lokasi yang benar-

benar terdapat kandungan emas dengan

bukti masyarakat rame-rame bersama

melakukan pendulangan. Pendulangan 1 x

10 liter material alluvium pada satu tempat,

sehingga sangat mungkin pada

pengambilan conto yang hanya 10 liter ini

kosong atau tidak terdapat butiran

emasnya. Dengan keyakinan di lapangan

bahwa semua alur-alur sungai yang terpilih

sebagaimana dalam Gambar 5 terdapat

endapan emas.

Guna menghitung sumberdaya emas

digunakan data volume material alluvium

yang mengandung butiran emas, dimana

material alluvium yang ada dalam alur

aliran sungai (Gambar 5) meliputi jumlah

panjang aliran sungai 119.900 m dengan

rata-rata lebar sungai setelah di-buper

(ambil jarak kanan-kiri sungai) lima puluh

meter, maka luasnya menjadi 5.995.000

m2. Jika asumsi ketebalan diambil satu

meter, maka volume material alluvial

sebesar 5.995.000 m3. Selanjutnya data

kandungan dalam tiap meter kubik hasil

analisis laboratorium untuk menentukan

sumber daya endapan emas sekunder

digunakan nilai emas rata-rata hitung dari

jumlah conto yang mengandung butiran

emas sebesar 2,636 gr/m3. Jadi

sumberdaya hipotetik emas sekunder

Page 6: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

308 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

daerah penyelidikan adalah 2,636 gr/m3 x

5.995.000 m3 = 15.802.820 gram atau 15,8

ton.

Estimasi sumberdaya emas sekunder

tersebut merupakan sumber daya awal

yang belum memperhitungkan produksi

emas yang dilakukan secara tradisional.

Berdasarkan informasi secara lisan dari

seseorang di Dinas Pertambangan

Bombana keadaan puncak terbanyak

pendulang pada bulan Nopember 2008

sampai Pebruari 2009 kurang lebih 60.000

orang per hari. Jika diasumsikan perolehan

3 gram per orang per hari, maka jumlah

emas yang telah diambil selama 4 bulan

sebanyak 3 gr x 60.000 x 120 = 21.600.000

gram atau 21,6 kg. Setelah bulan Pebruari

2009 jumlah pendulang tidak dapat

diperkirakan lagi seiring diberlakukannya

penertiban oleh aparat pemda setempat

dan sebagian pendulang menggunakan alat

mekanis pompa hisap dan semprot.

Penggunaan alat mekanis pompa hisap

dan semprot dilakukan pada wilayah blok

KP PT TIRAN INDONESIA sejak Maret

2009 yang beroperasi sebanyak 40 unit.

Informasi yang diperoleh adalah bahwa

pendapatan emas antara 25 - 30 gram per

unit per hari. Jika diasumsikan rata-rata

pendapatan emas 25 gram/hari, maka

setiap bulan emas terambil sebanyak 40

unit x 25 gr/hr x 30hr = 30 kg. Informasi dari

wilayah KP PT PANCA LOGAM MAKMUR

(PLM) yang melakukan penggalian untuk

pembuatan bendungan dan pendulangan

pada material endapan teroksidasi pada

periode April-Juni 2009 diperoleh emas

27,472 kg, dengan catatan pada bulan Mei

bekerja penuh tanpa gangguan diperoleh

emas sebanyak 17,041 kg.

Berdasarkan data yang disebutkan di atas

dengan asumsi kondisi berjalan normal

hingga bulan Nopember 2009, maka jumlah

emas yang telah terambil adalah :

pendulang kondisi puncak =

21,6 kg

Pengguna alat mekanis pompa

30 kg x 9 = 270 kg

PT PLM 27,472 kg + (17 kg x 5)

=112,472kg,sehingga jumlah

keseluruhan emas yang terambil hingga

Nopember 2009 sebanyak 404,072 kg atau

0,4 ton. Jadi sumberdaya hipotetik emas

sekunder di daerah penyelidikan menjadi

15,8 ton - 0,4 ton = 15,4 ton.

Prospek endapan emas tipe alluvial di

daerah ini dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat melalui proses penambangan

rakyat yang tersebar mengikuti alur sungai-

sungai yang berhulu di daerah bukit

Tangkeno Wumbubangka.

Sedangkan untuk endapan emas alluvium

pada satuan batuan sekis yang teroksidasi

dapat dimanfaatkan melalui proses

penambangan skala menengah

menggunakan alat-alat mekanis, dengan

senantiasa mempertimbangkan kelestarian

lingkungan.

Sesuai dengan tahap penyelidikan yang

dilakukan wilayah cakupannya seluas

31.790 Ha, dalam membahas potensi

endapan bahan galian akan digunakan

beberapa asumsi parameter untuk

mengetahui sumberdaya endapan emas di

Page 7: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

309 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

daerah penyelidikan. Dalam tulisan ini

menggunakan data dari hasil analisis

mineral butir yang akan dijadikan sebagai

salah satu parameter dalam perkiraan

potensi yang terdapat di daerah

penyelidikan. Angka kandungan emas

minimum dan maksimum yang diambil dari

data itu adalah 0,0026 g/m3 dan 22,12

g/m3.

Digunakannya angka satu digit di belakang

koma sebagai nilai terendah meskipun

conto yang diambil di lokasi yang benar-

benar terdapat kandungan emas dengan

bukti masyarakat rame-rame bersama

melakukan pendulangan. Pendulangan 1 x

10 liter material alluvium pada satu tempat,

sehingga sangat mungkin pada

pengambilan conto yang hanya 10 liter ini

kosong atau tidak terdapat butiran

emasnya. Dengan keyakinan di lapangan

bahwa semua alur-alur sungai yang terpilih

sebagaimana dalam Gambar 5 terdapat

endapan emas.

Guna menghitung sumberdaya emas

digunakan data volume material alluvium

yang mengandung butiran emas, dimana

material alluvium yang ada dalam alur

aliran sungai (Gambar 5) meliputi jumlah

panjang aliran sungai 119.900 m dengan

rata-rata lebar sungai setelah di-buper

(ambil jarak kanan-kiri sungai) lima puluh

meter, maka luasnya menjadi 5.995.000

m2. Jika asumsi ketebalan diambil satu

meter, maka volume material alluvial

sebesar 5.995.000 m3. Selanjutnya data

kandungan dalam tiap meter kubik hasil

analisis laboratorium untuk menentukan

sumber daya endapan emas sekunder

digunakan nilai emas rata-rata hitung dari

jumlah conto yang mengandung butiran

emas sebesar 2,636 gr/m3. Jadi

sumberdaya hipotetik emas sekunder

daerah penyelidikan adalah 2,636 gr/m3 x

5.995.000 m3 = 15.802.820 gram atau 15,8

ton.

Estimasi sumberdaya emas sekunder

tersebut merupakan sumber daya awal

yang belum memperhitungkan produksi

emas yang dilakukan secara tradisional.

Berdasarkan informasi secara lisan dari

seseorang di Dinas Pertambangan

Bombana keadaan puncak terbanyak

pendulang pada bulan Nopember 2008

sampai Pebruari 2009 kurang lebih 60.000

orang per hari. Jika diasumsikan perolehan

3 gram per orang per hari, maka jumlah

emas yang telah diambil selama 4 bulan

sebanyak 3 gr x 60.000 x 120 = 21.600.000

gram atau 21,6 kg. Setelah bulan Pebruari

2009 jumlah pendulang tidak dapat

diperkirakan lagi seiring diberlakukannya

penertiban oleh aparat pemda setempat

dan sebagian pendulang menggunakan alat

mekanis pompa hisap dan semprot.

Penggunaan alat mekanis pompa hisap

dan semprot dilakukan pada wilayah blok

KP PT TIRAN INDONESIA sejak Maret

2009 yang beroperasi sebanyak 40 unit.

Informasi yang diperoleh adalah bahwa

pendapatan emas antara 25 - 30 gram per

unit per hari. Jika diasumsikan rata-rata

pendapatan emas 25 gram/hari, maka

setiap bulan emas terambil sebanyak 40

unit x 25 gr/hr x 30hr = 30 kg. Informasi dari

wilayah KP PT PANCA LOGAM MAKMUR

(PLM) yang melakukan penggalian untuk

Page 8: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

310 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

pembuatan bendungan dan pendulangan

pada material endapan teroksidasi pada

periode April-Juni 2009 diperoleh emas

27,472 kg, dengan catatan pada bulan Mei

bekerja penuh tanpa gangguan diperoleh

emas sebanyak 17,041 kg.

Berdasarkan data yang disebutkan di atas

dengan asumsi kondisi berjalan normal

hingga bulan Nopember 2009, maka jumlah

emas yang telah terambil adalah :

pendulang kondisi puncak =

21,6 kg

Pengguna alat mekanis pompa 30

kg x 9 = 270 kg

PT PLM 27,472 kg + (17 kg x 5)

=112,472kg,

sehingga jumlah keseluruhan emas yang

terambil hingga Nopember 2009 sebanyak

404,072 kg atau 0,4 ton. Jadi sumberdaya

hipotetik emas sekunder di daerah

penyelidikan menjadi 15,8 ton - 0,4 ton =

15,4 ton.

Prospek endapan emas tipe alluvial di

daerah ini dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat melalui proses penambangan

rakyat yang tersebar mengikuti alur sungai-

sungai yang berhulu di daerah bukit

Tangkeno Wumbubangka.

Sedangkan untuk endapan emas alluvium

pada satuan batuan sekis yang teroksidasi

dapat dimanfaatkan melalui proses

penambangan skala menengah

menggunakan alat-alat mekanis, dengan

senantiasa mempertimbangkan kelestarian

lingkungan.

KESIMPULAN

1. Terdapat dua tipe endapan emas di

daerah penyelidikan :

a) Endapan emas primer tipe epitermal

pada batuan sekis yang terubah

(silisifikasi-oksidasi) dan

b) Endapan emas sekunder pada

daerah alluvium sepanjang alur-alur

sungai yang hulunya di lereng utara

Bukit Tangkeno Wumbubangka.

2. Sumberdaya hipotetik emas sekunder

pada akhir Nopember 2009 adalah 15,4

ton.

SARAN

Daerah penyelidikan perlu ditindaklanjuti

dengan pemetaan geologi lebih rinci untuk

mengetahui penyebaran batuan sekis yang

terubah (silisifikasi-oksidasi) yang diduga

merupakan sumber dari keterdapatan

mineral logam emas primer.

DAFTAR PUSTAKA

Bagdja, M.P., 1998. Eksplorasi Geokimia

Regional, Bersistem Daerah Kabupaten

Kendari, dan Kolaka, Sulawesi Tenggara,

Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Bemmelen Van R.W., 1970, The Geology

of Indonesia Vol. IA, Second Edition,

Martinus Nijhoff-The Hague, Netherlands.

Boyle, R.W., 2006, Gold General Types of

Auriferous Deposits, El Dorado.

Page 9: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

311 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Dinas Pertambangan dan Energi

Kabupaten Bombana, 2008, Penyelidikan

Geologi Terpadu di Kecamatan Rumbia,

Kecamatan Rarowatu Utara, dan

Kecamatan Poleang Utara, Dispertamben

Bombana.

Foldvari-Vogl, M., 1978, Theory and

Practice of Regional Geochemical

Exploration; Akademiai Kiado, Budapest.

Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido,

1993, Peta Geologi Lembar Kolaka,

Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi,

Bandung.

Moe’tamar, dkk.,2005, Inventarisasi dan

Evaluasi Sumberdaya Mineral Logam di

daerah Kabupaten Bombana dan

Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi

Tenggara, Direktorat Inventarisasi Sumber

Daya Mineral, Bandung.

Page 10: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

312 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara

Foto 1. Morfologi pedataran dan perbukitan bergelombang rendah - terjal di daerah

Wumbubangka

Page 11: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

313 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Gambar 2. Peta geologi dan mineralisasi daerah penyelidikan

Page 12: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

314 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Gambar 3. Profil satuan batuan konglomerat-batupasir Desa Raurau, Kecamatan Rarowatu

Page 13: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

315 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Foto 2. Fotomikrograf Conto B44/P Butiran mineral Emas, kuning metalik khas warna emas,

berukuran 3FC, 10MC, 50CC, 17VCC

Page 14: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

316 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Gambar 4. Peta lokasi conto hasil analisis kandungan emas Daerah Tahi Ite-Wumbubangka

dan sekitarnya, Kabupaten Bombana

Page 15: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

317 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Gambar 5. Peta alur-alur endapan alluvium daerah penyelidikan di Tahi Ite - Wumbubangka

dan sekitarnya

Page 16: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

318 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Foto 4. Conto batuan tersilisifikasi dalam satuan batuan sekis di wilayah Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara

Foto 5. Satuan batuan sekis yang mengalami oksidasi

Page 17: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

319 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Foto 6. Lokasi manifestasi air panas dengan bau belerang

yang sangat menyengat di Kasutahi -Tahi Ite, Kecamatan

Rarowatu Kabupaten Bombana

Foto 7. Lembah alur sungai sebagai tempat emas

alluvium di wilayah Desa Wumbubangka,

Kecamatan Rarowatu Utara

Page 18: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

320 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Batuan dan Conto Endapan Sungai Aktif

Page 19: 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf

Buku 2 : Bidang Mineral

321 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Tabel 2. Hasil analisis mineralogi butir emas

NO KODE CONTO JENIS

MATERIAL

BERAT EMAS

(mg/10 ltr)

BERAT EMAS

(mg/m3)

1 B SU1/P Sekis 7,040 704

2 B 39-2/P Aluvium 0,060 6

3 B SU5/P Aluvium 0,060 6

4 B SU7-1/P Aluvium 13,200 1320

5 B SU7-2/P Aluvium 0,060 6

6 B SU8-1/P Aluvium 0,026 2,6

7 B SU8-2/P Aluvium 3,600 360

8 B 7/P Aluvium 0,060 6

9 B 23/P Aluvium 0,120 12

10 B 27-1/P Sekis 0,060 6

11 B 27-2/P Sekis 0,026 2,6

12 B 27-3/P Sekis 0,130 13

13 B 28-1/P Aluvium 0,823 82,3

14 B 28-2/P Aluvium 8,360 836

15 B 28-3/P Aluvium 0,336 33,6

16 B 30/P Sekis 4,170 417

17 B 31/P Aluvium 124,485 12448,5

18 B 36-1/P Aluvium 0,026 2,6

19 B 37-1/P Aluvium 13,910 1391

20 B 37-2/P Aluvium 20,260 2026

21 B 38/P Aluvium 7,815 781,5

22 B SU4/P Aluvium 221,200 22120

23 B 40/P Aluvium 144,955 14495,5

24 B 41/P Aluvium 14,721 1472,1

25 B 42/P Sekis 1,641 164,05

26 B 43/P Aluvium 50,431 5043,1

27 B 44/P Aluvium 3,676 367,6

28 B 45/P Aluvium 0,026 2,6

29 B 47/P Aluvium 123,145 12314,5