019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf
-
Upload
pangestu-wibisono -
Category
Documents
-
view
89 -
download
0
description
Transcript of 019 - 303-321 Bombana_Prosedingedit_2009 (1).pdf
Buku 2 : Bidang Mineral
303 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
PROSPEKSI ENDAPAN EMAS DI KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Kisman, Ernowo dan Endang Suwargi
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Pendulangan emas alluvial oleh masyarakat di daerah Kecamatan Rarowatu dan Kecamatan
Rarowatu Utara Kabupaten Bombana selain memberikan pendapatan bagi masyarakat, juga
menimbulkan berbagai masalah sosial, administrasi, teknis dan lingkungan setempat, sehingga
perlu dilakukan pengawasan dan penertiban dalam kegiatan pengelolaan penambangannya.
Kegiatan prospeksi ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran dan sumberdaya endapan
emas di daerah tersebut dengan tujuan untuk memberikan masukan teknis kepada pemerintah
kabupaten setempat.
Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi, pemetaan endapan alluvial,
pemercontoan geokimia dan konsentrat mineral berat dan analisis laboratorium terhadap 20
conto sedimen sungai aktif, 73 conto konsentrat dulang dan 20 conto batuan.
Analisis kimia batuan menunjukkan kisaran nilai Cu = 5 – 72 ppm, Pb = 18 – 4160 ppm, Zn =
56 – 177 ppm, Ag = 0,5 – 5 ppm dan Au = 18 – 172 ppb dan dari conto endapan sungai aktif
memiliki nilai kisaran Cu = 2 – 30 ppm, Pb = 9 – 54 ppm, Zn = 5– 95 ppm, Ag = 0,5 – 1 ppm
dan Au = 3 – 30 ppb. Analisis mineralogi butir dari konsentrat dulang menunjukkan nilai yang
sangat variatif sekali antara 0,0026 g/m3 sampai 22,12 g/m3, butiran emas dari konsentrat
dulang semua ditemukan di bagian utara dari perbukitan Tangkeno, Wumbubangka.
Dua tipe cebakan emas ditemukan yaitu cebakan emas primer pada satuan batuan sekis yang
kemudian mengalami oksidasi yang mengakibatkan pengayaan dan endapan letakan pada
satuan alluvium. Endapan emas sekunder pada satuan alluvium ini memiliki sumberdaya
hipotetik sebesar 15,4 ton.
Buku 2 : Bidang Mineral
304 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
PENDAHULUAN
Pada pertengahan tahun 2008 di daerah
Bombana terjadi “booming” pendulangan
emas oleh rakyat yang diawali dengan
penemuan butiran emas oleh masyarakat di
daerah Sungai Tahi Ite dan sekitarnya.
Pada perkembangannya kegiatan
pendulangan tidak hanya melibatkan
masyarakat setempat namun melibatkan
pendulang-pendulang dari luar Kabupaten
Bombana bahkan dari luar Pulau Sulawesi.
Merebaknya jumlah pendulang yang
berlangsung sangat pesat akhirnya
menimbulkan permasalahan sosial yang
berkaitan dengan hak kepemilikan lahan
dan penggunaan jalan, permasalahan
lingkungan berupa kerusakan lahan dan
jalan serta permasalahan administrasi di
dalam penerbitan perijinan dan pengelolaan
pendapatan asli daerah.
Kegiatan prospeksi endapan emas di
Bombana dimaksudkan untuk mengetahui
penyebaran dan sumberdaya cebakan
emas di daerah tersebut dengan tujuan
untuk memberikan masukan teknis kepada
pemerintah daerah di dalam penerbitan dan
penertiban perijinan serta pengelolaan
penambangannya.
Lokasi penyelidikan meliputi Kecamatan
Poleang Utara, Kecamatan Rarowatu dan
Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara
(Gambar 1).
METODOLOGI
Rangkaian kegiatan prospeksi ini
dilaksanakan dengan metode pemetaan
geologi untuk mengamati jenis batuan,
perubahan satuan batuan dan sebarannya,
struktur geologi dan indikasi mineralisasi;
pemetaan endapan alluvial untuk
memperkirakan batas-batas vertikal dan
lateral, dengan membuat penampang
terukur dari sumur uji; Pemercontoan
geokimia dan konsentrat mineral berat,
dilakukan dengan mengambil conto
endapan sungai aktif dengan saringan
fraksi –80 mesh di sungai orde 1, orde 2
dan atau orde 3 dan batuan termineralisasi.
Pengambilan conto konsentrat mineral
berat pada endapan alluvial yang terbuka
dengan cara channel sampling juga pada
sumur-sumur uji dengan volume sekitar 10
liter; Analisis laboratorium berupa analisis
petrografi, analisis mineragrafi, analisis
mineralogi butir, analisis geokimia terhadap
unsur Au, Ag, Cu, Pb, dan Zn.
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Morfologi daerah penyelidikan dapat dibagi
dalam tiga kategori yaitu perbukitan terjal,
perbukitan bergelombang rendah dan
daerah relatif datar. Perbukitan terjal,
menempati bagian selatan daerah
penyelidikan, perbukitan bergelombang
rendah menempati daerah bagian sisi
barat, baratlaut hingga agak ke tengah
pada daerah penyelidikan. Daerah yang
relatif datar menempati bagian utara
timurlaut daerah penyelidikan. Ketiga
kategori morfologi tersebut di atas hampir
seluruhnya ditumbuhi oleh padang rumput
Buku 2 : Bidang Mineral
305 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
dan alang-alang, hanya daerah di bagian
selatan ditumbuhi jenis pohon kayu yang
ditempati satuan batuan metamorf (Foto 1).
Pola aliran sungai yang berkembang
adalah pola denditrik di bagian utara yang
mencirikan bahwa secara umum batuan
yang menempati daerah tersebut relatif
homogen. Di bagian selatan berkembang
pola aliran sungai paralel dan sub trelis
yang menunjukkan kontrol struktur berupa
sesar dan kekar cukup kuat dengan batuan
yang relatif keras. Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun
oleh satuan batuan dari yang berumur tua
ke muda berupa sekis, batupasir
konglomeratan, batugamping, dan alluvium
(Gambar 2). Sekis terdiri dari sekis mika,
sekis klorit dan sekis amfibolit dengan
struktur foliasi. Di dalam satuan batuan
metamorf ini terdapat bongkahan-
bongkahan batuan tersilisifikasi dengan
kuarsa berstruktur cockade, vuggy mengisi
foliasi dan rekahan-rekahan batuan sekis
(Foto 2).
Satuan Batupasir - Konglomeratan tersusun
oleh perselingan dan perulangan endapan-
endapan batuan konglomerat, batupasir
konglomeratan, batupasir dan batulempung
(Gambar 3). Satuan batugamping
tersingkap di bagian selatan dari lokasi
mata air panas, berupa bongkahan-
bongkahan yang tertanam dalam tanah
dengan membentuk morfologi permukaan
datar pada bukit rendah. Endapan Alluvial
berupa material lepas terdiri dari lumpur,
lempung, pasir dengan material rombakan
berukuran kerikil dan kerakal fragmen
kuarsa, sekis, rijang, batupasir berumur
Kuarter sebagai hasil dari endapan oleh
aliran alur-alur sungai.
Struktur geologi utama yang berkembang di
daerah penyelidikan berupa sesar normal
yang memiliki arah umum barat-timur
dengan bagian utara merupakan hanging
wall yang memisahkan satuan morfologi
perbukitan di bukit Tangkeno
Wumbubangka dengan perbukitan rendah
dan pedataran disebelah utara.
ANALISIS DAN HASIL
Sebanyak 20 conto sedimen sungai aktif,
73 conto konsentrat dulang dan 20 conto
batuan diambil untuk dilakukan analisis
laboratorium baik geokimia unsur,
mineralogi butir, petrografi dan mineragrafi
(Gambar 4).
Dari pengambilan konsentrat dulang
teramati adanya butiran emas yang
berukuran sangat halus sampai kasar
dengan bentuk pipih sampai membulat
tanggung. Butiran-butiran emas ini
ditemukan pada conto yang diambil dari
batuan sekis yang teroksidasi dan pada
satuan alluvium baik pada material lepas
konglomerat, lempung dan tanah penutup.
Hasil analisis kimia batuan dan conto
endapan sungai aktif, terlihat bahwa dari
singkapan mapun apungan batuan
kandungan unsur adalah: Cu = 5 – 72 ppm,
Pb = 18 – 4160 ppm, Zn = 56 – 177 ppm,
Ag = 0,5 – 5 ppm dan Au = 18 – 172 ppb.
Sedangkan kandungan unsur dalam conto
endapan sungai aktif adalah: Cu = 2 – 30
Buku 2 : Bidang Mineral
306 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
ppm, Pb = 9 – 54 ppm, Zn = 5– 95 ppm,
Ag = 0,5 – 1 ppm dan Au = 3 – 30 ppb
(Tabel 1).
Conto batuan yang memiliki kandungan
unsur Au paling tinggi adalah B3/R dan
B9/R masing-masing 159 ppb dan 172 ppb
yang merupakan batuan ubahan kuarsa-
serisit batuan insitu bagian lereng sebelah
utara Bukit Tangkeno Wumbubangka. Nilai
tersebut lebih tinggi dibandingkan
kandungan rata-rata pada batuan ultrabasa
0,006 ppm (Foldvari-Vogl, 1978).
Sedangkan hasil analisis conto endapan
sungai aktif relatif sangat kecil dengan
kisaran terkecil 3 ppb Au dan terbesar 37
ppb Au.
Analisis mineralogi butir seperti halnya
pada conto endapan sungai aktif, conto
nomor B5/P sampai B19/P dimaksudkan
untuk menangkap kemungkinan adanya
emas pada satuan batuan metamorf,
meskipun di daerah tersebut tidak ada
masyarakat yang melakukan pendulangan.
Conto konsentrat dulang yang mengandung
butiran emas seluruhnya berasal dari
daerah lereng utara Bukit Tangkeno
Wumbubangka hingga lembahnya (Foto 2
dan Tabel 2).
Untuk menghitung berat emas pada
masing-masing conto digunakan konversi
satuan color emas, 1VFC = 0,026 mg, 1FC
= 0,060 mg, 1MC = 0,3125 mg, 1CC = 1,20
mg dan 1VCC = 3,52 mg. (VFC: very fine
color, FC: fine color, MC: medium color,
CC: coarse color, VCC: very coarse color.
Hasil analisis menunjukkan nilai yang
sangat variatif sekali antara 0,0026 g/m3
sampai 22,12 g/m3. Angka yang terkecil
dari suatu conto bahkan tidak terdapat
emas padahal pengambilannya dilakukan
pada daerah yang sama dengan
masyarakat yang melakukan pendulangan.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena
dilakukan pendulangan hanya 1 x 10 liter
pada satu tempat. Oleh karena itu kisaran
angka yang diambil 0,16405 g/m3 sampai
22,12 g/m3. Sedangkan nilai 22,12 g/m3
secara kebetulan masyarakat banyak
menemukan lokasi yang kaya.
DISKUSI
Dari hasil pengamatan, pengukuran dan
pencatatan data-data yang didapatkan di
lapangan, dapat diinterpretasikan suatu
model keterdapatan emas di lokasi
penyelidikan berupa cebakan emas primer
dan endapan emas sekunder.
Kemungkinan terbentuknya cebakan emas
primer :
1. Mineralisasi terjadi pada batuan sekis
yang dikontrol oleh struktur sesar
normal sebagai jalur keluarnya larutan
hidrothermal. Sekis dipotong urat-urat
kuarsa dan mengalami silisifikasi.
Mineral sinabar ditemukan pada
konsentrat dulang sebagai ciri khas
mineralisasi suhu rendah dan
ditemukan manifestasi mata air panas.
Mineral-mineral kuarsa yang mengisi
rekahan atau rongga-rongga
membentuk struktur, vuggy dan
dogteeth (Foto 4). Bentuk struktur
Buku 2 : Bidang Mineral
307 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
tersebut merupakan khas terjadi pada
mineralisasi endapan epitermal.
Bagian hanging wall dari sesar normal
membentuk perbukitan rendah ini kemudian
mengalami oksidasi (Foto 5) yang
mengakibatkan terjadinya proses
pengayaan. Kemungkinan proses
hidrotermal masih aktif sampai saat ini
dengan ditemukannya sumber mata air
panas (Foto 6)
2. Tipe Emas aluvial hasil rombakan
material dari satuan batuan sekis yang
mengalami ubahan dan satuan
konglomerat. Endapan sekunder
terdapat pada cekungan-cekungan
berupa lembah sepanjang alur-alur
sungai yang hulunya di lereng utara
Bukit Tangkeno Wumbubangka. (Foto 7). Berdasarkan data sumur uji
disepanjang alur-alur sungai,
menunjukkan paling sedikit ada dua
lapisan aluvium yang mengandung
emas. Lapisan atas secara umum
kandungan emasnya lebih sedikit
daripada lapisan di bawahnya dengan
ketebalan masing-masing lapisan
sangat bervariasi.
Sesuai dengan tahap penyelidikan yang
dilakukan wilayah cakupannya seluas
31.790 Ha, dalam membahas potensi
endapan bahan galian akan digunakan
beberapa asumsi parameter untuk
mengetahui sumberdaya endapan emas di
daerah penyelidikan. Dalam tulisan ini
menggunakan data dari hasil analisis
mineral butir yang akan dijadikan sebagai
salah satu parameter dalam perkiraan
potensi yang terdapat di daerah
penyelidikan. Angka kandungan emas
minimum dan maksimum yang diambil dari
data itu adalah 0,0026 g/m3 dan 22,12
g/m3.
Digunakannya angka satu digit di belakang
koma sebagai nilai terendah meskipun
conto yang diambil di lokasi yang benar-
benar terdapat kandungan emas dengan
bukti masyarakat rame-rame bersama
melakukan pendulangan. Pendulangan 1 x
10 liter material alluvium pada satu tempat,
sehingga sangat mungkin pada
pengambilan conto yang hanya 10 liter ini
kosong atau tidak terdapat butiran
emasnya. Dengan keyakinan di lapangan
bahwa semua alur-alur sungai yang terpilih
sebagaimana dalam Gambar 5 terdapat
endapan emas.
Guna menghitung sumberdaya emas
digunakan data volume material alluvium
yang mengandung butiran emas, dimana
material alluvium yang ada dalam alur
aliran sungai (Gambar 5) meliputi jumlah
panjang aliran sungai 119.900 m dengan
rata-rata lebar sungai setelah di-buper
(ambil jarak kanan-kiri sungai) lima puluh
meter, maka luasnya menjadi 5.995.000
m2. Jika asumsi ketebalan diambil satu
meter, maka volume material alluvial
sebesar 5.995.000 m3. Selanjutnya data
kandungan dalam tiap meter kubik hasil
analisis laboratorium untuk menentukan
sumber daya endapan emas sekunder
digunakan nilai emas rata-rata hitung dari
jumlah conto yang mengandung butiran
emas sebesar 2,636 gr/m3. Jadi
sumberdaya hipotetik emas sekunder
Buku 2 : Bidang Mineral
308 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
daerah penyelidikan adalah 2,636 gr/m3 x
5.995.000 m3 = 15.802.820 gram atau 15,8
ton.
Estimasi sumberdaya emas sekunder
tersebut merupakan sumber daya awal
yang belum memperhitungkan produksi
emas yang dilakukan secara tradisional.
Berdasarkan informasi secara lisan dari
seseorang di Dinas Pertambangan
Bombana keadaan puncak terbanyak
pendulang pada bulan Nopember 2008
sampai Pebruari 2009 kurang lebih 60.000
orang per hari. Jika diasumsikan perolehan
3 gram per orang per hari, maka jumlah
emas yang telah diambil selama 4 bulan
sebanyak 3 gr x 60.000 x 120 = 21.600.000
gram atau 21,6 kg. Setelah bulan Pebruari
2009 jumlah pendulang tidak dapat
diperkirakan lagi seiring diberlakukannya
penertiban oleh aparat pemda setempat
dan sebagian pendulang menggunakan alat
mekanis pompa hisap dan semprot.
Penggunaan alat mekanis pompa hisap
dan semprot dilakukan pada wilayah blok
KP PT TIRAN INDONESIA sejak Maret
2009 yang beroperasi sebanyak 40 unit.
Informasi yang diperoleh adalah bahwa
pendapatan emas antara 25 - 30 gram per
unit per hari. Jika diasumsikan rata-rata
pendapatan emas 25 gram/hari, maka
setiap bulan emas terambil sebanyak 40
unit x 25 gr/hr x 30hr = 30 kg. Informasi dari
wilayah KP PT PANCA LOGAM MAKMUR
(PLM) yang melakukan penggalian untuk
pembuatan bendungan dan pendulangan
pada material endapan teroksidasi pada
periode April-Juni 2009 diperoleh emas
27,472 kg, dengan catatan pada bulan Mei
bekerja penuh tanpa gangguan diperoleh
emas sebanyak 17,041 kg.
Berdasarkan data yang disebutkan di atas
dengan asumsi kondisi berjalan normal
hingga bulan Nopember 2009, maka jumlah
emas yang telah terambil adalah :
pendulang kondisi puncak =
21,6 kg
Pengguna alat mekanis pompa
30 kg x 9 = 270 kg
PT PLM 27,472 kg + (17 kg x 5)
=112,472kg,sehingga jumlah
keseluruhan emas yang terambil hingga
Nopember 2009 sebanyak 404,072 kg atau
0,4 ton. Jadi sumberdaya hipotetik emas
sekunder di daerah penyelidikan menjadi
15,8 ton - 0,4 ton = 15,4 ton.
Prospek endapan emas tipe alluvial di
daerah ini dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat melalui proses penambangan
rakyat yang tersebar mengikuti alur sungai-
sungai yang berhulu di daerah bukit
Tangkeno Wumbubangka.
Sedangkan untuk endapan emas alluvium
pada satuan batuan sekis yang teroksidasi
dapat dimanfaatkan melalui proses
penambangan skala menengah
menggunakan alat-alat mekanis, dengan
senantiasa mempertimbangkan kelestarian
lingkungan.
Sesuai dengan tahap penyelidikan yang
dilakukan wilayah cakupannya seluas
31.790 Ha, dalam membahas potensi
endapan bahan galian akan digunakan
beberapa asumsi parameter untuk
mengetahui sumberdaya endapan emas di
Buku 2 : Bidang Mineral
309 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
daerah penyelidikan. Dalam tulisan ini
menggunakan data dari hasil analisis
mineral butir yang akan dijadikan sebagai
salah satu parameter dalam perkiraan
potensi yang terdapat di daerah
penyelidikan. Angka kandungan emas
minimum dan maksimum yang diambil dari
data itu adalah 0,0026 g/m3 dan 22,12
g/m3.
Digunakannya angka satu digit di belakang
koma sebagai nilai terendah meskipun
conto yang diambil di lokasi yang benar-
benar terdapat kandungan emas dengan
bukti masyarakat rame-rame bersama
melakukan pendulangan. Pendulangan 1 x
10 liter material alluvium pada satu tempat,
sehingga sangat mungkin pada
pengambilan conto yang hanya 10 liter ini
kosong atau tidak terdapat butiran
emasnya. Dengan keyakinan di lapangan
bahwa semua alur-alur sungai yang terpilih
sebagaimana dalam Gambar 5 terdapat
endapan emas.
Guna menghitung sumberdaya emas
digunakan data volume material alluvium
yang mengandung butiran emas, dimana
material alluvium yang ada dalam alur
aliran sungai (Gambar 5) meliputi jumlah
panjang aliran sungai 119.900 m dengan
rata-rata lebar sungai setelah di-buper
(ambil jarak kanan-kiri sungai) lima puluh
meter, maka luasnya menjadi 5.995.000
m2. Jika asumsi ketebalan diambil satu
meter, maka volume material alluvial
sebesar 5.995.000 m3. Selanjutnya data
kandungan dalam tiap meter kubik hasil
analisis laboratorium untuk menentukan
sumber daya endapan emas sekunder
digunakan nilai emas rata-rata hitung dari
jumlah conto yang mengandung butiran
emas sebesar 2,636 gr/m3. Jadi
sumberdaya hipotetik emas sekunder
daerah penyelidikan adalah 2,636 gr/m3 x
5.995.000 m3 = 15.802.820 gram atau 15,8
ton.
Estimasi sumberdaya emas sekunder
tersebut merupakan sumber daya awal
yang belum memperhitungkan produksi
emas yang dilakukan secara tradisional.
Berdasarkan informasi secara lisan dari
seseorang di Dinas Pertambangan
Bombana keadaan puncak terbanyak
pendulang pada bulan Nopember 2008
sampai Pebruari 2009 kurang lebih 60.000
orang per hari. Jika diasumsikan perolehan
3 gram per orang per hari, maka jumlah
emas yang telah diambil selama 4 bulan
sebanyak 3 gr x 60.000 x 120 = 21.600.000
gram atau 21,6 kg. Setelah bulan Pebruari
2009 jumlah pendulang tidak dapat
diperkirakan lagi seiring diberlakukannya
penertiban oleh aparat pemda setempat
dan sebagian pendulang menggunakan alat
mekanis pompa hisap dan semprot.
Penggunaan alat mekanis pompa hisap
dan semprot dilakukan pada wilayah blok
KP PT TIRAN INDONESIA sejak Maret
2009 yang beroperasi sebanyak 40 unit.
Informasi yang diperoleh adalah bahwa
pendapatan emas antara 25 - 30 gram per
unit per hari. Jika diasumsikan rata-rata
pendapatan emas 25 gram/hari, maka
setiap bulan emas terambil sebanyak 40
unit x 25 gr/hr x 30hr = 30 kg. Informasi dari
wilayah KP PT PANCA LOGAM MAKMUR
(PLM) yang melakukan penggalian untuk
Buku 2 : Bidang Mineral
310 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
pembuatan bendungan dan pendulangan
pada material endapan teroksidasi pada
periode April-Juni 2009 diperoleh emas
27,472 kg, dengan catatan pada bulan Mei
bekerja penuh tanpa gangguan diperoleh
emas sebanyak 17,041 kg.
Berdasarkan data yang disebutkan di atas
dengan asumsi kondisi berjalan normal
hingga bulan Nopember 2009, maka jumlah
emas yang telah terambil adalah :
pendulang kondisi puncak =
21,6 kg
Pengguna alat mekanis pompa 30
kg x 9 = 270 kg
PT PLM 27,472 kg + (17 kg x 5)
=112,472kg,
sehingga jumlah keseluruhan emas yang
terambil hingga Nopember 2009 sebanyak
404,072 kg atau 0,4 ton. Jadi sumberdaya
hipotetik emas sekunder di daerah
penyelidikan menjadi 15,8 ton - 0,4 ton =
15,4 ton.
Prospek endapan emas tipe alluvial di
daerah ini dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat melalui proses penambangan
rakyat yang tersebar mengikuti alur sungai-
sungai yang berhulu di daerah bukit
Tangkeno Wumbubangka.
Sedangkan untuk endapan emas alluvium
pada satuan batuan sekis yang teroksidasi
dapat dimanfaatkan melalui proses
penambangan skala menengah
menggunakan alat-alat mekanis, dengan
senantiasa mempertimbangkan kelestarian
lingkungan.
KESIMPULAN
1. Terdapat dua tipe endapan emas di
daerah penyelidikan :
a) Endapan emas primer tipe epitermal
pada batuan sekis yang terubah
(silisifikasi-oksidasi) dan
b) Endapan emas sekunder pada
daerah alluvium sepanjang alur-alur
sungai yang hulunya di lereng utara
Bukit Tangkeno Wumbubangka.
2. Sumberdaya hipotetik emas sekunder
pada akhir Nopember 2009 adalah 15,4
ton.
SARAN
Daerah penyelidikan perlu ditindaklanjuti
dengan pemetaan geologi lebih rinci untuk
mengetahui penyebaran batuan sekis yang
terubah (silisifikasi-oksidasi) yang diduga
merupakan sumber dari keterdapatan
mineral logam emas primer.
DAFTAR PUSTAKA
Bagdja, M.P., 1998. Eksplorasi Geokimia
Regional, Bersistem Daerah Kabupaten
Kendari, dan Kolaka, Sulawesi Tenggara,
Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Bemmelen Van R.W., 1970, The Geology
of Indonesia Vol. IA, Second Edition,
Martinus Nijhoff-The Hague, Netherlands.
Boyle, R.W., 2006, Gold General Types of
Auriferous Deposits, El Dorado.
Buku 2 : Bidang Mineral
311 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Bombana, 2008, Penyelidikan
Geologi Terpadu di Kecamatan Rumbia,
Kecamatan Rarowatu Utara, dan
Kecamatan Poleang Utara, Dispertamben
Bombana.
Foldvari-Vogl, M., 1978, Theory and
Practice of Regional Geochemical
Exploration; Akademiai Kiado, Budapest.
Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido,
1993, Peta Geologi Lembar Kolaka,
Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Moe’tamar, dkk.,2005, Inventarisasi dan
Evaluasi Sumberdaya Mineral Logam di
daerah Kabupaten Bombana dan
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara, Direktorat Inventarisasi Sumber
Daya Mineral, Bandung.
Buku 2 : Bidang Mineral
312 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara
Foto 1. Morfologi pedataran dan perbukitan bergelombang rendah - terjal di daerah
Wumbubangka
Buku 2 : Bidang Mineral
313 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Gambar 2. Peta geologi dan mineralisasi daerah penyelidikan
Buku 2 : Bidang Mineral
314 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Gambar 3. Profil satuan batuan konglomerat-batupasir Desa Raurau, Kecamatan Rarowatu
Buku 2 : Bidang Mineral
315 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Foto 2. Fotomikrograf Conto B44/P Butiran mineral Emas, kuning metalik khas warna emas,
berukuran 3FC, 10MC, 50CC, 17VCC
Buku 2 : Bidang Mineral
316 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Gambar 4. Peta lokasi conto hasil analisis kandungan emas Daerah Tahi Ite-Wumbubangka
dan sekitarnya, Kabupaten Bombana
Buku 2 : Bidang Mineral
317 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Gambar 5. Peta alur-alur endapan alluvium daerah penyelidikan di Tahi Ite - Wumbubangka
dan sekitarnya
Buku 2 : Bidang Mineral
318 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Foto 4. Conto batuan tersilisifikasi dalam satuan batuan sekis di wilayah Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara
Foto 5. Satuan batuan sekis yang mengalami oksidasi
Buku 2 : Bidang Mineral
319 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Foto 6. Lokasi manifestasi air panas dengan bau belerang
yang sangat menyengat di Kasutahi -Tahi Ite, Kecamatan
Rarowatu Kabupaten Bombana
Foto 7. Lembah alur sungai sebagai tempat emas
alluvium di wilayah Desa Wumbubangka,
Kecamatan Rarowatu Utara
Buku 2 : Bidang Mineral
320 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Batuan dan Conto Endapan Sungai Aktif
Buku 2 : Bidang Mineral
321 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Tabel 2. Hasil analisis mineralogi butir emas
NO KODE CONTO JENIS
MATERIAL
BERAT EMAS
(mg/10 ltr)
BERAT EMAS
(mg/m3)
1 B SU1/P Sekis 7,040 704
2 B 39-2/P Aluvium 0,060 6
3 B SU5/P Aluvium 0,060 6
4 B SU7-1/P Aluvium 13,200 1320
5 B SU7-2/P Aluvium 0,060 6
6 B SU8-1/P Aluvium 0,026 2,6
7 B SU8-2/P Aluvium 3,600 360
8 B 7/P Aluvium 0,060 6
9 B 23/P Aluvium 0,120 12
10 B 27-1/P Sekis 0,060 6
11 B 27-2/P Sekis 0,026 2,6
12 B 27-3/P Sekis 0,130 13
13 B 28-1/P Aluvium 0,823 82,3
14 B 28-2/P Aluvium 8,360 836
15 B 28-3/P Aluvium 0,336 33,6
16 B 30/P Sekis 4,170 417
17 B 31/P Aluvium 124,485 12448,5
18 B 36-1/P Aluvium 0,026 2,6
19 B 37-1/P Aluvium 13,910 1391
20 B 37-2/P Aluvium 20,260 2026
21 B 38/P Aluvium 7,815 781,5
22 B SU4/P Aluvium 221,200 22120
23 B 40/P Aluvium 144,955 14495,5
24 B 41/P Aluvium 14,721 1472,1
25 B 42/P Sekis 1,641 164,05
26 B 43/P Aluvium 50,431 5043,1
27 B 44/P Aluvium 3,676 367,6
28 B 45/P Aluvium 0,026 2,6
29 B 47/P Aluvium 123,145 12314,5