019 NAUTIKA

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman perdagangan bebas seperti saat ini, salah satu sarananya adalah transportasi laut. Untuk dapat menunjang pengangkutan barang atau penumpang dan lain-lain mengunakan transportasi laut yaitu kapal niaga. Kapal niaga sendiri mempunyai beberapa jenis disesuaikan dengan jenis muatannya. Salah satu jenis kapal angkut niaga adalah kapal peti kemas. Kapal peti kemas adalah dibuat secara khusus oleh galangan kapal untuk dapat memuat muatan jenis peti kemas. Sedangkan isi dalam peti kemas adalah muatan yang jenisnya bermacam-macam. Peti kemas yang dimuat ke atas kapal juga harus sangat diperhatikan cara pengikatannya dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ada. Sehingga peti kemas tersebut dapat dijamin keamanannya dari kerusakan, kehilangan, jatuh ke laut, ataupun akibat lain yang dapat menimbulkan kerusakan pada peti kemas yang sangat berpengaruh terhadap muatan yang ada di dalam peti kemas. Banyak kejadian yang dilaporkan oleh pemilik muatan tentang rusaknya muatan didalam peti kemas, hingga banyaknya pemilik muatan yang mengajukan klaim terhadap perusahaan pelayaran pengangkut muatan dan perusahaan asuransi. Hal-hal seperti ini dapat merugikan suatu perusahaan pelayaran dan dapat menurunkan reputasi dari perusahaan pelayaran sebagai penyedia jasa pengangkut muatan yang menjamin keselamatan muatan serta jaminan muatan tiba tepat pada waktunya. Ada beberapa factor yang menyebabkan mengapa pengikatan peti kemas di atas kapal sering menemui kesalahan, misalnya

description

Usaha Peningkatan Pengaman Muatan Dalam Rangka Mengurangi Kerusakan Muatan Di Kapal MV. SINAR JEPARA

Transcript of 019 NAUTIKA

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pada jaman perdagangan bebas seperti saat ini, salah satu

    sarananya adalah transportasi laut. Untuk dapat menunjang

    pengangkutan barang atau penumpang dan lain-lain mengunakan

    transportasi laut yaitu kapal niaga.

    Kapal niaga sendiri mempunyai beberapa jenis disesuaikan

    dengan jenis muatannya. Salah satu jenis kapal angkut niaga adalah

    kapal peti kemas. Kapal peti kemas adalah dibuat secara khusus oleh

    galangan kapal untuk dapat memuat muatan jenis peti kemas.

    Sedangkan isi dalam peti kemas adalah muatan yang jenisnya

    bermacam-macam. Peti kemas yang dimuat ke atas kapal juga harus

    sangat diperhatikan cara pengikatannya dengan baik dan benar sesuai

    dengan prosedur yang ada. Sehingga peti kemas tersebut dapat

    dijamin keamanannya dari kerusakan, kehilangan, jatuh ke laut,

    ataupun akibat lain yang dapat menimbulkan kerusakan pada peti

    kemas yang sangat berpengaruh terhadap muatan yang ada di dalam

    peti kemas. Banyak kejadian yang dilaporkan oleh pemilik muatan

    tentang rusaknya muatan didalam peti kemas, hingga banyaknya

    pemilik muatan yang mengajukan klaim terhadap perusahaan

    pelayaran pengangkut muatan dan perusahaan asuransi. Hal-hal

    seperti ini dapat merugikan suatu perusahaan pelayaran dan dapat

    menurunkan reputasi dari perusahaan pelayaran sebagai penyedia

    jasa pengangkut muatan yang menjamin keselamatan muatan serta

    jaminan muatan tiba tepat pada waktunya.

    Ada beberapa factor yang menyebabkan mengapa pengikatan

    peti kemas di atas kapal sering menemui kesalahan, misalnya

  • 2

    Pengawasan yang kurang baik dalam proses pemuatan ,komunikasi

    yang kurang baik antara pihak darat dan pihak kapal, hingga jumlah

    ikatan material yang terbatas, Sehingga semua pihak yang

    menanggani pengikatan peti kemas memahami prosedur bagaimana

    caranya mengikatan peti kemas yang baik dan benar, agar setidaknya

    mengurangi tingkat resiko kerusakan muatan di dalam peti kemas.

    Dengan begitu akan berdampak positif bagi reputasi perusahaan

    pelayaran sebagai pelayan jasa yang menjamin keamanan muatan

    yang dikirimkan melalui kapal yang dioperasikan oleh perusahaan

    pelayaran tersebut.

    Pengalaman yang dialami penulis sebagai mualim dikapal MV.

    SINAR JEPARA sering terjadi pada waktu pemuatan didalam palka

    basecone tidak ada ditempatnya,kurangnya komunikasi antara pihak

    darat dan pihak kapal. Bila basecone tidak ada pada tempatnya maka

    akan menimbulkan pergeseran peti kemas,perlunya komunikasi antara

    pihak darat dan pihak kapal untuk memperlancar proses pengikatan

    peti kemas. Berdasarkan pengalaman yang penulis alami

    sebagaimana diuraikan diatas maka pada makalah ini penulis

    mengambil judul Usaha Peningkatan Pengaman Muatan Dalam Rangka Mengurangi Kerusakan Muatan Di Kapal MV. SINAR JEPARA.

    B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

    a. Untuk dapat memenuhi persyaratan dalam mengikuti

    pendidikan dan pelatihan kepelautan tingkat 1 ( DP 1 ).

    b. Untuk memberikan pedoman bagi teman teman seprofesi

    khususnya bagi mereka yang bekerja pada kapal kontainer.

  • 3

    2. Manfaat Penulisan a. Manfaat bagi lembaga pendidikan dapat menambah bagaimana

    menangani ikatan peti kemas di atas kapal yang baik dan benar,

    agar dapat menjamin keamanan muatan didalamnya, sehingga

    dapat menunjang pengoperasian kapal supaya dapat berjalan

    dengan aman dan lancar.

    b. Manfaat bagi dunia praktis diharapkan dapat memberikan suatu

    masukan yang berarti kepada pelaut-pelaut yang berkeinginan

    untuk bekerja di atas kapal peti kemas, ataupun kepada pelaut-

    pelaut yang sedang bekerja di atas kapal peti kemas. Manfaat lain

    juga dapat menjadi suatu tambahan informasi kepada perusahaan

    pelayaran terkait yang mengoperasikan kapal jenis peti kemas,

    maupun perusahaan sejenis lainnya dalam meningkatkan

    pelayanan yang baik dan bertanggung jawab sebagai pelayan jasa

    pengiriman muatan kepada para pemilik muatan.

    C. Ruang Lingkup

    Pembahasan mengenai usaha peningkatan pengamanan muatan

    dalam hal ini pengikatan peti kemas yang baik dan benar harus

    memperhatikan prinsip pemuatan yaitu prinsip dasar pembuatan

    rencana pemuatan/ stowage plan.

    Untuk menghindari muatan yang berada diatas palka bergerak

    ataupun jatuh pada saat pelayaran,maka muatan yang berada diatas

    palka diikat kekapal sehingga walaupun kapal mengalami badai dan

    gelombang tinggi selama pelayaran muatan tetap pada tempatnya dan

    tidak jatuh kelaut.

    Masalah lain yang timbul perencana muatan selalu salah paham

    dalam memberi perintah mengikatan peti kemas diatas kapal,kepada

  • 4

    buruh yang melaksanakan pengikatan peti kemas.Hal ini sangat

    berpengaruh terhadap keadaan muatan yang ada didalam peti kemas.

    Hal yang sangat penting dalam pengikatan peti kemas yaitu alat

    yang digunakan,dengan tidak memadainya ataupun kurangnya

    material diatas kapal juga menyebabkan pekerjaan pengikatan peti

    kemas menjadi kurang optimal.

    D. Metode Penelitian 1. Studi Lapangan

    a. Pengalaman secara langsung yang dialami penulis selama

    bekerja di perusahaan PT. SAMUDERA INDONESIA sebagai

    mualim satu di atas kapal jenis peti kemas selama dua periode

    terhitung sejak Mei 2013 hingga Juli 2014, MV.SINAR JEPARA

    melayani rute pelayaran domestik/lokal.

    b. Berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan oleh penulis

    dengan sesama perwira kapal, rekan sejawat yang pernah dan

    sedang bekerja di atas kapal-kapal peti kemas.

    c. Penulis juga melakukan beberapa kali wawancara secara

    langsung terhadap pihak buruh darat dan perencana muatan di

    semua pelabuhan selama penulis bekerja di atas kapal MV

    SINAR JEPARA.

    2. Studi Kepustakaan

    Dengan mengumpulkan bahan dari buku-buku, jurnal, berita,

    atau sumber tertulis lainnya yang ada di atas kapal, serta buku-

    buku yang ada di perpustakaan BP3IP.

    Pada metode ini penulis telah membaca serta menelaah semua

    bahan-bahan tertulis tersebut dan mencari data atau informasi yang

  • 5

    berupa teoritis yang ada hubungan erat pada penulisan makalah ini

    selama penulis masih berada diatas kapal maupun pada saat

    penulis mengikuti program ANT-1 seperti ;

    a. Cargo Securing Manual MV SINAR JEPARA

    b. Peti kemas ikatan and stowage

    c. Bahan-bahan pelajaran selama mengambil ANT-I di BP3IP

    Jakarta

    d. Buku referensi perpustakaan

  • 6

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. Objek Penelitian.

    1. Pengawasan yang kurang baik dalam pelaksanaan pemuatan .

    a. Base cone tidak ada ditempatnya

    Pada tanggal 18 maret 2014 dipelabuhan Makassar

    MV.SINAR JEPARA sandar dan melakukan kegiatan bongkar

    muat.Pada saat kegiatan pemuatan dipalka dua didapatkan

    tempat dudukan sepatu/base cone sebagian tidak ada

    ditempatnya karena pergantian muatan dari peti kemas ukuran

    40 kaki ke ukuran 20 kaki,akan tetapi pemuatan peti kemas

    terus dilaksanakan tanpa memperhatikan keadaan tempat

    kedudukan sepatu peti kemas yang benar.Hal ini sangat

    berbahaya karena pemasangan alat tersebut adalah agar peti

    kemas susunan paling bawah tidak bergeser selama dalam

    pelayaran.Maka sangatlah perlu diperhatikan dalam proses

    pemuatan terutama yang berkaitan dengan pemasangan alat

    pengikatan peti kemas. Kapal peti kemas dilengkapi dengan

    cell guide didalam palka fungsinya mengikat peti kemas ke

    bagian kapal, membantu stabilitas kapal akibat pergeseran peti

    kemas, membantu operator crane menurunkan peti kemas.

    Pengikatan peti kemas diatas deck,peti kemas susunan yang

    paling bawah yang dimuat diatas deck harus terikat dengan

    aman ke bagian kapal untuk memastikan stabilitas kapal

    selama pelayaran.Perangkat yang digunakan pada umumnya

    adalah sepatu peti kemas(twist lock),lashing rods,turnbuckles.

  • 7

    Dalam hal pengikatan muatan harus juga memperhatikan

    keselamatan kapal, melindungi muatan agar tidak rusak saat

    dimuat,selama berada diatas kapal dan selama pembongkaran

    dipelabuhan tujuan,melindungi awak kapal dan buruh dari

    bahaya muatan.

    Kesalahan dalam pengikatan muatan akan menimbulkan

    kerusakan fisik dari kontaineryaitu penyok,robek,pergeseran

    peti kemas,sudut peti kemas terangkat.

    b. Cara Pengikatan peti kemas

    Hal hal yang perlu dihindari pada pengikatan peti kemas

    yaitu kecelakaan yang terjadi pada awak kapal dan

    buruh.Contohnya Cedera punggung akibat cara angkat lashing

    bar yang salah,cedera akibat tertabrak dan disenggol peti

    kemas,tertimpa maretial Lashing/benda lain,jatuh dari

    ketinggian ketika bekerja atau melewati daerah yang tidak ada

    pelindung(pagar),Bahaya kesetrum akibat kabel listrikpeti

    kemas refer yang rusak,petugas yang berada didermaga

    tertimpa maretial lashing yang jatuh dari atas kapal,luka atau

    lecet pada saat penangganan twist lock.

    Sebelum pelaksanaan pengikatan peti kemas harus

    memperhatikan prinsipnya yaitu:

    - Kebutuha tenaga kerja atau sumber daya manusia,tugas

    pengikatan peti kemas dikerjakan oleh dua orang dimana

    satu orang memegang lashing bar dan satu orang

    memegang turnbuckles

    - Memakai alat pelindung diri

    - Penyimpanan material lashing yang tidak digunakan.

    - Perlindungan terhadap pekerja dan awak kapal.

    - Penerangan yang cukup untuk keselamatan saat

    pelaksanaan pengikatan peti kemas

  • 8

    - Tindakan bila ada material lashing yang mengalami

    kerusakan.

    Oleh karena itu semua awak kapal bagian dek harus

    mempunyai pemahaman yang baik bagaimana cara

    mengikatan peti kemas yang baik dan benar sesuai prosedur,

    untuk dapat mengurangi atau menghilangkan resiko muatan

    yang ada didalam peti kemas rusak, supaya kapal dan

    muatannya dapat beroperasi dengan aman dan lancar.

    2. Koordinasi antara ABK, Perencana dan pekerja lashing Pelaksanaan pengikatan peti kemas yang salah

    Pada tanggal 24 Maret 2014 dipelabuhan Tanjung

    Perak Surabaya terjadi penambahan muatan sekitar sepuluh

    box ukuran dua puluh kaki,sedangkan peti kemas yang

    sudah diatas kapal sudah diikat.Dari pihak buruh keberatan

    untuk mengadakan pengikatan peti kemas dengan alasan

    sudah selesai. Masing-masing pihak tersebut saling

    berkomunikasi agar tujuan dari setiap pihak dapat tercapai

    atau terpenuhi. Untuk menghindari hal tersebut diatas dari

    pihak kapal yang mengadakan pengikatan peti kemas

    dengan dibuatkan berita acara mengenai hal tersebut.

    Pihak yang sangat erat kaitannya dalam pengikatan

    peti kemas ialah pihak darat, yang diwakili oleh perencana

    muat dan para buruh yang akan mengerjakan pengikatan

    peti kemas diatas kapal. Apa yang mereka kerjakan

    mempunyai peranan yang sangat penting, karena sebelum

    kapal tiba dipelabuhan, perencana muat akan diberi

    informasi secara mendetail tentang bangunan kapal yang

    akan dilayaninya beserta peti kemas yang akan dibongkar

    dari kapal termasuk juga peti kemas yang akan dimuat diatas

  • 9

    kapal. Maka dari itu perencana muat harus memahami

    dengan jelas bagaimana cara memuatnya, dan bagaimana

    cara mengikatannya.

    Setelah beberapa kali penulis dapatkan seringkali

    perencana muatan selalu salah paham dalam memberi

    perintah mengikatan peti kemas diatas kapal, kepada para

    buruh. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keadaan muatan

    yang ada didalam peti kemas. Hingga haruslah diikatan

    kembali menurut prosedur yang ada. Dengan begitu muatan

    akan terjamin keamanannya dan kapalpun pada kondisi siap

    beroperasi dengan aman dan lancar.

    3. Material lashing peti kemas yang tersedia

    Kurangnya material lashing diatas kapal menyebabkan pengikatan peti kemas kurang optimal.

    Salah satu objek yang tidak luput oleh penulis yang

    dianggap juga berperan penting ialah material ikatan yang

    tersedia diatas kapal. Dengan tidak memadainya ataupun

    kurangnya ikatan material diatas kapal juga dapat

    menyebabkan pekerjaan ikatan peti kemas menjadi kurang

    optimal, sehingga perlu dilakukan pengecekan secara

    berkala dan terpadu yang dilakukan oleh awak kapal. Untuk

    menghindari atau menjaga material ikatan dapat secara

    terus-menerus siap untuk segala kondisi muat.

    Adapun material ikatan yang dimaksud serta fungsinya

    tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Twist Lock sebagai pengunci pada ujung atas dan

    bawah peti kemas yang dimuat diatas palka.

    b. Twist Stacker sebagai pengunci pada ujung atas dan

    bawah peti kemas yang dimuat didalam palka.

  • 10

    c. Lashing bar sebagai tongkat yang dipasang pada peti

    kemas untuk membantu mengencangkan kedudukan

    peti kemas yang dimuat diatas palka.

    d. Turnbuckle sebagai alat pengencang yang dipasangkan

    kepada ikatan rod.

    e. Adjust Hook sebagai pengait bantu untuk dipasangkan

    pada lashing bar jika mengikatan peti kemas lebih dari 2

    tingkat.

    B. Permasalahan

    1. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan apa yang telah penulis kemukakan pada bab II,

    telah memberikan gambaran mengenai ikatan muatan yang sering

    hasilnya tidak maksimal atau tidak sesuai dengan prosedur ikatan

    muatan yang baik dan benar. Kemudian mengapa bisa terjadi hal

    demikian dikarenakan adanya beberapa poin permasalahan yang

    harus penulis cermati dengan seksama. Permasalahan-

    permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut ;

    a. Pengawasan yang kurang baik dalam pelaksanaan pemuatan..

    b. ABK dek belum mengetahui prosedur ikatan peti kemas.

    c. Kurang familiarnya perencana muat dalam menangani

    pengikatan peti kemas.

    d. Lemahnya tanggung jawab dalam bekerja.

    e. Komunikasi yang kurang antara pihak kapal dan pihak darat.

    f. Material ikatan yang tidak memadai.

  • 11

    a. Pengawasan yang kurang baik dalam pelaksanaan pemuatan.

    Pada saat kapal melakukan pemuatan sering menjumpai

    material lashing yang tidak pada tempatnya,hal ini

    menyebabkan terjadinya susunan peti kemas didalam palka

    tidak sesuai dengan yang sebenarnya karena bisa

    menyebabkan peti kemas bergeser yang mana akan

    mempengaruhi keselamatan berlayar. Pergeseran peti kemas

    akan menyebabkan kerusakan fisik pada peti kemas seperti

    penyok,robek,sudut peti kemas terangkat. Setiap awak kapal

    bagian dek harus tetap pelakasanakan pengawasan dalam

    kegiatan pemuatanuntuk mencegah kerusakan muatan dan

    menjaga keselamatan kapal, karena itu adalah salah satu tugas

    dan tanggung jawab awak kapal yang harus dijalankan sesuai

    peraturan.

    b. ABK dek belum mengetahui prosedur pengikatan peti kemas

    Di setiap kapal peti kemas mempunyai beberapa buku

    manual yang fungsinya untuk dapat mengoperasikan kapal

    tersebut dengan baik dan benar. Untuk pengikatan peti kemas

    juga dilengkapi oleh suatu buku panduan agar dapat dijadikan

    pada saat proses ikatan peti kemas. Buku tersebut yang

    dimaksud adalah Cargo Securing Manual yang dikeluarkan

    oleh galangan kapal dan disahkan oleh klas kapal. Para abk

    kapal sering sekali tidak tahu bahwasanya buku ini dapat

    dijadikan sebuah panduan prosedur untuk mengikatan peti

    kemas dengan baik dan benar. Yang mengakibatkan pada saat

    ikatan peti kemas dilakukan, para abk bagian dek selalu tidak

    memberikan suatu arahan kepada pekerja ikatan untuk

  • 12

    mengikuti prosedur ikatan peti kemas yang sesuai di kapal MV

    SINAR JEPARA. Hasilnya ikatan peti kemas tidak

    sebagaimana mestinya, kadang-kadang banyak bagian yang

    tidak terikat karena dianggap sudah mencukupi ikatan dan

    aman jika hanya diikatan pada titik-titik tertentu saja. Tentu saja

    dengan sangat jelas penulis mengkategorikan hal tersebut

    sebagai salah satu masalah yang ditimbulkan oleh karena abk

    bagian dek belum mengetahui prosedur ikatan peti kemas yang

    ada dikapal.

    c. Kurang familiarnya perencana muat dalam menangani pengikatan peti kemas.

    Untuk dapat mendapatkan hasil pengikatan peti kemas

    yang baik dalam rangka pengamanan muatan yang ada di

    dalam peti kemas tersebut agar tidak rusak, selain peranan

    pihak kapal juga tidak kalah pentingnya peranan pihak dari

    darat yang mensupervisi kegiatan pengikatan peti kemas (peti

    kemas ikatan and stowage, Thomas Miller Capt, Penerbit UK

    P&I Club London) yaitu perencana muat. Penulis selama

    penelitiannya yang dilakukan mendapati semua hasil

    pengikatan peti kemas yang dikerjakan oleh pekerja ikatan

    tidak sebagaimana mestinya, pekerja ikatan mendapatkan

    perintah bekerja oleh perencana muat, dan mereka

    menjalankannya dilapangan sesuai dengan perintah. Oleh

    karena itu penulis dapat mengidentifikasi masalah pada poin

    ketiga ini ialah karena didasari oleh kurang familiarnya

    perencana muat dalam menangani ikatan peti kemas, tetapi

    bukan berarti tidak tahu atau tidak mengerti, karena penulis

    juga melakukan tanya jawab dengan perencana muat. Jika

    memang mereka tidak tahu atau tidak mengerti maka

  • 13

    perencana muat tidak akan bisa memberi perintah kepada

    pekerja ikatan untuk mengikatan peti kemas di atas kapal.

    Hanya saja kurang familiar sehingga hasilnya ikatan peti kemas

    tidak sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur ikatan di

    kapal peti kemas.

    d. Lemahnya tanggung jawab dalam bekerja

    Dalam pekerjaan dikapal peti kemas dibutuhkan tingkat

    tanggung jawab yang tinggi karena kalau tidak akan

    menimbulkan bahaya bagi kru kapal itu sendiri, seperti yang

    dialami penulis di kapal MV SINAR JEPARA, masih seringnya

    di jumpai kru ataupun perwira yang tidak dengan sepenuh hati

    dan bertanggung jawab sewaktu pengawasan dan pelaksanaan

    ikatan peti kemas. Apabila hal tersebut terus terjadi bukan tidak

    mungkin, setiap peti kemas yang telah dimuat diatas kapal

    dalam keadaan tidak aman karena tidak terikatan dengan baik

    dan benar, yang akibat umumnya juga kapal akan dalam

    kondisi yang tidak aman. Sehingga resiko kerusakan muatan

    yang ada didalam peti kemas tersebut sangatlah besar karena

    sangat mungkin peti kemas-peti kemas tersebut akan jatuh

    kelaut jika kapal berlayar dan menemui cuaca buruk, akibatnya

    lagi pemilik kapal akan mendapatkan klaim dari pemilik muatan.

    e. Komunikasi yang kurang antara pihak kapal dan pihak

    darat

    Salah satu kendala yang sudah tidak asing lagi ialah

    komunikasi. Dengan tidak adanya komunikasi yang lancar

    pengoperasian kapal akan sangat terganggu sekali, termasuk

    komunikasi antara pihak kapal dan pihak darat. Sehingga

    koordinasi arahan ataupun petunjuk dari pihak kapal untuk

  • 14

    pihak darat tidak dapat diketahui atau dimengerti, begitu pula

    sebaliknya. Senantiasa terjadi kesalahpahaman antara

    pengertian pihak darat dan pihak kapal dalam pengikatan peti

    kemas, misalnya jika penulis memberi arahan kepada ABK

    yang bertugas jaga untuk memperbaiki ikatan peti kemas yang

    tidak benar pada suatu posisi peti kemas, maka abk-pun

    sewajarnya akan melanjutkan arahan tersebut supaya diikuti

    oleh pekerja ikatan, pada kenyataannya pekerja ikatan juga

    akan minta konfirmasi dari perencana muat yang pada saat itu

    jarang berada di lapangan. Sudah tentu hal demikian

    membutuhkan suatu system komunikasi yang baik dan

    terencana, guna menunjang proses pekerjaan ikatan peti

    kemas diatas kapal.

    f. Material lashing yang tidak memadai

    Terkait dengan semua uraian masalah-masalah pada poin-

    poin sebelumnya, penulis juga menemui situasi dari ikatan

    material diatas kapal. Material ikatan peti kemas suatu unsur

    yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan yang

    sempurna ikatan peti kemas itu sendiri. Bayangkan jika akan

    mengikatan peti kemas tetapi tidak ada material ikatan yang

    tersedia, sudah barang tentu pekerjaan itu tidak dapat

    dilakukan karena salah satu unsur penting tidak ada atau

    tersedia. Penulis sudah melakukan penelitian dengan seksama

    akan hal ini, dan mendapati bahwa ikatan material yang ada

    diatas kapal sangat kurang persediaannya, hingga seringkali

    beberapa peti kemas tidak dapat diikatan dikarenakan hal itu.

    Maka dari itu penulis mengidentifikasi salah satu permasalahan

    juga dikarenakan material ikatan di atas kapal tidak memadai

  • 15

    2. Masalah utama Dari semua permasalahan seperti dikemukakan oleh penulis

    diatas, maka penulis menentukan 2 yang menjadi masalah utama

    yaitu :

    a. Kurangnya pelatihan yang diberikan perusahaan pelayaran

    pada saat ABK naik kapal b. Sikap ABK yang acuh menyebabkan lemahnya tanggung

    jawab dalam bekerja

  • 16

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    Agar kapal dapat melaksanakan salah satu funsinya yaitu

    pengiriman barang dengan selamat tanpa ada kerusakan dan

    kehilangan muatan, maka perlu diperhatikan prinsip prinsip dasar

    dalam pemuatan yaitu :

    1. Melindungi kapal

    2. Melindungi muatan

    3. Melindungi awak kapal dan buruh

    4. Pemuatan secara sistematis untuk mencapai proses bongkar

    muat yang efisient dan efektif

    5. Faktor pemadatan muatan

    Setiap pemilik muatan umumnya menginginkan muatan miliknya

    dapat dikirim ke tempat tujuan dengan aman tanpa ada kerusakan,

    hilang, berkurang serta tepat pada waktunya. Demikian halnya

    dengan setiap perusahaan pengangkut yang diwakilkan oleh kapal

    pengangkut. Oleh sebab itu perusahaan pelayaran sering

    mengingatkan ataupun memberi perintah secara jelas dan tegas

    kepada kapal, bahwa muatan yang telah berada diatas kapal menjadi

    suatu tanggung jawab bersama antara kapal dan perusahaan.

    Penanganan Muatan Capt. Arso Martopo (2001) dimana tanggung

    jawab tersebut adalah menjaga muatan dari hal-hal yang dapat

    membuat muatan tersebut, hilang, rusak, berkurang ataupun hal yang

    akan berdampak negative terhadap muatan tersebut. Pengikatan

    muatan adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak kapal,

    karena pihak kapal yang secara langsung berhubungan dengan

  • 17

    muatan, maka dari itu pihak kapal harus mempunyai pengetahuan,

    kemampuan, dan ketrampilan yang baik dalam mengikatan peti

    kemas.

    Didalam ISM code No. 6 SUMBER DAYA DAN PERSONEL

    Code No.6.2 Perusahaan harus menjamin bahwa setiap kapal diawaki

    oleh pelaut yang berkemampuan,bersertifikat,sehat sesui dengan

    persyaratan nasional dan internasional.

    Code No.6.3 Perusahaan harus menetapkan prosedur yang

    menjamin bahwa personel baru dan personel yang dipindahkan ke

    jabatan baru yang berhubungan dengan keselamatan dan

    pencegahan pencemaran mendapat familiarisasi dengan baik..

    Penulis telah melakukan pendekatan metode deskriptif dan dapat

    mengidentifikasikan masalah prioritas sebagai berikut : Terbatasnya

    kemampuan ABK bagian dek dalam hal pengikatan muatan.

    B. Analisa Penyebab Masalah

    Adapun yang menjadi penyebab dari pokok permasalahan

    tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Kurangnya pelatihan yang diberikan oleh perusahaan

    pelayaran pada saat ABK akan naik kapal.

    Tidak adanya pelatihan atau bimbingan khusus tentang

    pengikatan peti kemas sehingga bagian penerimaan kru

    mendapat kesulitan dalam menyeleksi penerimaan tenaga baru

    yang berkualitas. Bila dianalisa lebih lanjut kelancaran pada

    pekerjaan ikatan muatan pada garis besarnya terdiri dari dua

    faktor utama yaitu : pertama, faktor dari dalam kapal adalah

    manusia diatas kapal, dan kedua faktor dari luar kapal adalah

    perusahaan pelayaran dan pihak darat.

  • 18

    a. Faktor manusia di atas kapal

    Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat

    penting dan berpengaruh terhadap efekfifnya kerja di atas

    kapal. Begitupun sumber daya manusia yang bekerja dikapal

    peti kemas khususnya dalam hal kemampuan ikatan peti

    kemas, tanpa adanya dukungan sumber daya manusia yang

    terampil dan berkualitas, maka segala usaha akan sia-sia.

    Orang-orang yang bekerja di atas kapal peti kemas adalah

    pekerja yang profesional serta mempunyai kemampuan kerja

    dalam kerja perorangan maupun dalam kelompok.

    Dalam hal ini, perwira-perwira dan kru lainnya tidak

    terkecuali Nahkoda sangatlah mempengaruhi keberhasilan

    pekerjaan yang dilaksanakan diatas kapal. Disamping

    kemampuan profesionalisme yang tinggi, orang yang bekerja

    di atas kapal peti kemas juga harus memiliki sikap loyalitas

    dan kesadaran, serta rasa tanggung jawab yang tinggi

    sehingga selalu siap untuk menerima perintah dari

    perusahaan dan melaksanakan perintah itu dengan cepat,

    aman, dan tepat waktu.

    Seorang perwira harus dapat memahami benar perintah

    dari Nahkoda karena perwira-perwira tersebutlah yang

    mengatur langsung pekerjaan di atas dek, dimana diperlukan

    juga pengetahuan mengenai kelemahan kapalnya, dan juga

    kekurangan serta kelebihan dari anak buahnya. Dengan

    demikian akan dapat membantu Nahkoda dalam memberi

    masukan untuk memutuskan sesuatu dalam memecahkan

    masalah dengan baik.

  • 19

    b. Faktor perusahaan pelayaran

    Perusahaan pelayaran sebagai pemilik kapal yang sangat

    berkompeten dengan kelancaran operasi kapal-kapalnya,

    pihak perusahaan sudah selayaknya berusaha dengan keras

    untuk mempertahankan kelangsungan operasi kapal-

    kapalnya, termasuk didalamnya dalam hal tanggung jawab

    atas pengamanan muatan yang dilayaninya.

    Tanggung jawab perusahaan yang dimaksud oleh penulis

    adalah dengan berbagai cara perusahaan pelayaran harus

    semaksimal mungkin mengupayakan pengamanan muatan

    yang dibawa oleh salah satu kapal dari miliknya. Banyak hal

    yang tidak dilakukan oleh perusahaan pelayaran untuk dapat

    mengupayakan pengamanan muatan, khususnya

    pengamanan muatan jenis peti kemas atau biasa disebut

    ikatan peti kemas. Misalnya penulis mengalami kekurang

    perhatian perusahaan dalam hal ikatan peti kemas yaitu

    sangat jarang hingga hampir tidak pernah diberikan sebuah

    objek yang dapat memfasilitasi agar awak kapal dapat belajar

    mengenai ikatan peti kemas diatas kapal, biasa dalam bentuk

    sebuah sirkular atau mungkin juga dalam bentuk audio video

    yang biasa dipakai belajar oleh para awak kapal.

    Selanjutnya, mengenai penggantian dan penempatan kru

    yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman dari kru

    tersebut kadang-kadang kurang mencerminkan kontinuitas

    atau kesinambungan dengan sistem penerimaan yang baik,

    dimana selama ini dilakukan dengan asal-asalan tanpa

    mempertimbangkan akibat buruk yang mungkin timbul karena

    contohnya kru yang sudah berpengalaman dikapal jenis curah

    dan tidak mempunyai pengalaman dan kemampuan di kapal

    jenis lain ditempatkan dikapal jenis peti kemas, yang sudah

  • 20

    barang tentu akan butuh waktu yang lama dan sulit bagi kru

    tersebut menyesuaikan diri dalam pekerjaan sehari-hari,

    apalagi dalam hal ikatan peti kemas pastinya kru tersebut

    sangat tidak mengerti. Sudah selayaknya bagi perusahaan

    atau owner untuk menjalankan management kepegawaian

    dengan baik untuk menunjang kelancaran operasi kapal

    supaya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan dapat

    dicapai, yaitu meningkatkan pelayanan kapal kepada pihak

    pengguna jasa.

    Para perwira dan kru dari kapal peti kemas harus benar-

    benar terampil dalam pengikatan peti kemas untuk

    mengantisipasi resiko kerusakan muatan, hilang, atapun efek

    negative lainnya terhadap muatan didalam peti kemas. Hingga

    pengoperasian kapalpun akan dapat berjalan dengan lancar

    dan baik tanpa ada keluhan dari pemilik muatan, dan tidak

    ada kekhawatiran akan terjadinya kerusakan muatan yang

    ada didalam peti kemas.

    2. Sikap ABK yang acuh menyebabkan lemahnya tanggung

    jawab dalam bekerja. a. Kurangnya kerja sama awak kapal

    Dikapal MV.SINAR JEPARA terdiri dari bermacam-macam

    suku bangsa, dan mayoritas kru berasal dari Indonesia dan

    walaupun kru tersebut sama-sama berasal dari Indonesia

    ternyata masih saja terjadi perpecahan di dalam kapal selama

    melaksanakan pekerjaan. Contoh yang diamati oleh penulis

    sendiri selama bekerja di kapal bahwa kru dari pulau Jawa

    tidak semuanya satu hati atau seia sekata dalam pekerjaan

    dengan kru dari pulau selain pulau Jawa. Karena perbedaan

  • 21

    daerah asal tersebut menyebabkan kurang komunikasi dan

    kerja sama didalam bekerja.

    b. Kecemburuan sosial antara awak kapal

    Kemudian hal lain yang menyebabkan ABK kapal MV.

    Sinar Jepara memiliki sikap yang acuh yaitu dari segi gaji

    atau insentif, karena perusahaan tidak memberi insentif

    tambahan yang sama dengan kapal-kapal lain yang awak

    kapalnya berasal dari Negara lain, sedangkan pada

    kenyataannya memiliki tugas pekerjaan dan tanggung jawab

    yang sama di atas kapal.

    Masalah yang lain lagi adalah masalah masa kerja kru,

    dimana kru yang memiliki pengalaman lebih lama dalam arti

    juga memiliki masa kerja yang lebih lama selalu merasa

    dirinya sebagai ABK senior di atas kapal, hal ini sering kali

    menyebabkan kecemburuan social bagi mereka kru yang baru

    naik di kapal tersebut, ada sebagian kru dengan masa kerja

    yang banyak atau kru yang sudah lama bekerja di satu

    perusahaan dan tidak pernah berpindah-pindah kadang malah

    malas di dalam bekerja, dan perwira yang baru bergabung di

    perusahaan tersebut yang notabene sebagai orang baru

    merasa kurang dihormati karena kru atau ABK yang memiliki

    masa kerja lebih tersebut merasa sudah kenal banyak orang

    kantor sehingga ada yang membela. Dengan demikian kru

    tersebut merasa seolah-olah apa yang diperbuatnya tidak

    akan ada teguran dari perwira dan merasa bahwa dialah yang

    dibutuhkan perusahaan, jika tidak ada dirinya maka seakan

    kapal tidak dapat beroperasi

    .

  • 22

    C. Analisa Pemecahan Masalah 1. Peningkatan Pelatihan Dari Perusahaan Tentang Cara

    pengikatan Peti kemas.

    a. Pendidikan dan Latihan di Atas Kapal

    Para anak buah kapal baru ( nol pengalaman ) yang

    diterima tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk

    melaksanakan tugas tugas pekerjaan mereka. Bahkan para

    anak buah kapal yang sudah berpengalaman pun perlu belajar

    dan menyesuaikan dengan kondisi kapal, orang orangnya,

    kebijaksanaannya,dan prosedurnya.Mereka juga memerlukan

    latihan dan pengembangan lebih lanjut untuk mengerjakan

    tugas tugas secara baik.

    Ada dua tujuan utama program pendidikan dan pelatihan

    anak buah kapal. Pertama, pendidikan dan pelatihan dilakukan

    untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam

    meikatan peti kemas. Kedua program program tersebut

    diharapkan dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja

    anak buah kapal dalam mencapai sasaran sasaran kerja

    yang telah ditetapkan sesuai prosedur ikatan peti kemas.

    Sekali lagi meskipun usaha usaha tersebut memakan waktu,

    tetapi akan mengurangi perputaran tenaga kerja dan membuat

    anak buah kapal menjadi lebih produktif. Lebih lanjut,

    pendidikan dan latihan membantu mereka dalam

    menghindarkan diri dari ketertinggalan dan dapat

    melaksanakan pekerjaan ikatan peti kemas dengan lebih baik.

    Meskipun ABK baru telah menjalani orientasi yang baik,

    mereka jarang melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan.

    Mereka harus dilatih dan dikembangkan dalam bidang tugas

    tugas mereka. Begitu pula ABK lama yang telah

  • 23

    berpengalaman memerlukan juga latihan latihan untuk

    mengurangi atau menghilangkan kebiasaan kebiasaan yang

    jelek.

    Pendidikan dan latihan mempunyai berbagai manfaat

    jangka panjang yang membantu ABK untuk bertanggung jawab

    lebih besar diwaktu yang akan datang. Program latihan tidak

    hanya penting untuk individu tetapi juga organisasi dan

    hubungan manusiawi dalam kelompok kerja, dan bahkan bagi

    negara.

    Program berupaya untuk mengajarkan berbagai

    keterampilan tertentu, menyampaikan pengetahuan yang

    dibutuhkan untuk meikatan peti kemas. Agar program efektif,

    prinsip prinsip belajar harus diperhatikan. Prinsip prinsip ini

    adalah bahwa program bersifat partisipasif, relevan,

    pengulangan dan memberikan umpan balik mengenai

    kemajuan peserta pelatihan. Semakin terpenuhi prinsip prinsip

    tersebut latihan akan semakin efektif. Disamping itu

    perancangan program juga perlu menyadari perbedaan

    individual, karena pada hakekatnya para ABK mempunyai

    kemampuan, sifat dan sebagainya yang berbeda satu dengan

    yang lainnya.

    Metode latihan yang digunakan dalam proses pelatihan

    terhadap awak kapal adalah mencoba metode praktis, awak

    kapal dilatih langsung oleh seorang yang berpengalaman

    seperti seorang Mualim atau Bosun.

    Berbagai bentuk teknik yang digunakan dalam praktek

    adalah sebagai berikut :

    1) Latihan Instruksi Pekerjaan :

    Petunjuk petunjuk pengerjaan diberikan secara

    langsung pada pekerjaan dan digunakan terutama untuk

  • 24

    para ABK tentang cara pelaksanaan ikatan peti kemas

    dengan baik dan benar.

    2) Coaching :

    Atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

    ABK dalam pelaksanaan ikatan peti kemas. Hubungan

    atasan dan ABK sebagai bawahan serupa dengan

    hubungan tutor siswa.

    3) Penugasan Sementara :

    Penempatan ABK pada posisi tertentu untuk jangka

    waktu yang ditetapkan. ABK terlibat dalam pemecahan

    masalah masalah organisasional nyata.

    4) Vestibule Training :

    Program latihan tidak mengganggu operasi operasi

    normal, dapat dilakukan dengan cara seorang mualim satu

    atau bosun memberikan training/praktek kepada anak buah

    dek yang dikatakan baru dengan pekerjaan diatas kapal,

    khususnya ikatan peti kemas.

    5) Latihan Sensitivitas / Responsif:

    Suatu metode dimana ABK belajar menjadi lebih sensitif

    (peka) terhadap perasaan orang lain dan lingkungan. Latihan

    ini juga berguna untuk mengembangkan berbagai prilaku

    bagi tanggung jawab pekerjaan.

    Bagaimanpun juga, orang seharusnya tidak berhenti

    belajar, karena belajar adalah proses seumur hidup. Oleh

    karena itu program pendidikan dan latihan harus bersifat

    terus-menerus dan dinamis.

    Pengembangan sumber daya manusia jangka panjang

    adalah aspek yang semakin penting dalam organisasi.

  • 25

    Melalui pengembangan ABK yang ada sekarang, akan

    mengurangi ketergantungan perusahaan pada penarikan

    tenaga kerja baru. Bila para anak buah kapal dikembangkan

    secara tepat, promosi dan transfer lebih mungkin dipenuhi

    terlebih dahulu secara internal dan juga menunjukkan

    kepada ABK bahwa mereka mempunyai kesempatan karir.

    Manfaat pengembangan juga akan dirasakan perusahaan

    melalui peningkatan kontinyunitas operasi operasi dan

    semakin besar rasa keterikatan ABK terhadap perusahaan.

    b. Mengikuti Familiarisasi yang Baik di Atas Kapal

    Sesuai dengan ISM Code yang diberlakukan oleh IMO

    bahwa salah satu dari peraturan yang diharuskan adalah

    familiarisasi bagi personil yang baru ditempatkan untuk

    memahami benar tugas dan tanggung jawab yang

    berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan

    Iingkungan. Kodefikasi Manajemen Keselamatan Internasional

    (ISM CODE ) Capt. Rozaimi Yatim (2003). Jelas disini bahwa

    tugas seorang perwira harus mempelajari dan dapat

    didokumentasikan. Dengan ini perusahaan menjamin bahwa

    seluruh personil yang terlibat di dalam Safety Management

    System (SMS) memiliki pengetahuan yang baik mengenai

    peraturan dan pelaksanaannya. Berdasarkan hal tersebut

    personil diatas kapal baik perwira maupun ABK akan dapat

    juga mengikuti dan menjalankan ikatan peti kemas dengan baik

    dan benar sesuai prosedur, karena hal ini juga tertuang didalam

    SMS dikapal.

    Dalam familiarisasi, seorang perwira dek sesuai dengan

    bidangnya secara umum dan khusus, proses pengenalan akan

    memakan waktu yang agak lama karena berkaitan dengan sifat

    kerja dari kapal ini. Khusus bagi perwira dek yang baru pertama

  • 26

    kali ditempatkan di kapal peti kemas, Nahkoda mempunyai

    tugas tambahan untuk mendidik perwira tersebut oleh karena

    pembiasaan anak buah kapal dengan tugas baru sangat

    diperlukan demi untuk mempertahankan Safety Management

    System secara terus-menerus dengan tingkat kinerja yang

    efektif dalam operasi normal maupun dalam keadaan darurat.

    Haruslah dipilih metode yang paling sesuai yang dapat

    didasarkan atas latihan-latihan jadwal pembiasaan yang ada,

    berdasarkan prosedur operasi dari perusahaan.

    2. Sikap ABK yang acuh menyebabkan lemahnya tanggung

    jawab dalam bekerja a. Meningkatkan Kerja Sama Awak Kapal

    Kerja sama dalam suatu kelompok kerja merupakan hal

    yang sangat penting, sebab dengan kerja sama tersebut

    diharapkan tujuan dari pembiasaan atau familiarisasi seperti

    yang disyaratkan akan tercapai secara efektif dan efisien.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan

    kerjasama awak kapal dalam rangka pembiasaan atau

    familiarisasi program prosedur ikatan peti kemas, untuk

    meminimalisasi kendala dalam pelaksanaan pembiasaan

    atau familarisasi adalah sebagai berikut:

    1) Saling Memperhatikan

    Saling memeperhatikan antara atasan dan bawahan

    adalah aspek penting dalam pembiasaan. Hubungan

    akan sangat harmonis jika sikap saling memperhatikan

    tersebut berjalan baik.

  • 27

    2) Saling Menghormati

    Saling menghormati adalah aspek terakhir indikator

    penyampaian materi dalam pembiasaan, tanpa saling

    menghormati antara sesama awak kapal penyampaian

    materi pembiasaan tetap tersendat dan tujuan

    pembiasaan itu tidak akan berhasil.

    Sebagai seorang perwira yang berkualitas, harus dapat

    mengkoordinasi anak buahnya di dalam melaksanakan suatu

    pekerjaan yang dihadapi sebab ada kalanya kita mendapat

    suatu tugas pekerjaan yang mungkin memakan waktu lama,

    misalnya penggantian tali kawat baja krani, ataupun dalam

    mengikatan peti kemas. Disinilah perlunya membuat kelompok

    kerja yang berkesinambungan hingga tercapai hasil kerja yang

    diharapkan. Bekerja di kapal peti kemas selain harus merawat

    kapalnya sendiri (daily maintenance) juga harus melayani tugas

    dan pekerjaan dari pencharter yang berupa pengikatan peti

    kemas dan pengawasannya selama dalam pelayaran. Setelah

    membentuk kelompok-kelompok kerja, disusunlah prosedur

    pelaksanaan pekerjaan tersebut yang langsung dipimpin

    Mualim I. Perwira senior yang juga sebagai kepala kerja di dek

    haruslah memiliki jiwa kepemimpinan yang baik seperti :

    1) Loyal terhadap Nahkoda.

    2) Berperilaku sebagai pemimpin yang baik.

    3) Berpengetahuan luas tentang pekerjaannya.

    4) Mengatur serta mengarahkan anak buahnya.

    5) Memuji anak buah yang berprestasi dan menegur yang

    membuat kesalahan.

    6) Memberi kesempatan kepada anak buah untuk berpartisipasi

    dengan menerima masukan-masukan yang kemudian akan

    dipertimbangkan.

  • 28

    7) Mendengar keluhan dan mengatasi masalah yang terjadi di

    antara anak buah.

    8) Pembinaan dengan duplikasi, yaitu latihan serta

    pengawasan melalui tindakan ikut melakukan pekerjaan.

    Untuk mengajak awak atau ABK supaya bisa bekerja

    sama seringkali dilakukan pada saat kapal berlayar lebih dari

    satu minggu, tergantung daripada posisi kapal.

    Nakhoda dan perwira dek maupun perwira mesin

    berusaha untuk menumbuhkan rasa kebersamaan melalui

    acara-acara refreshing seperti makan bersama di dek

    belakang, dan dilakukan dua minggu sekali supaya dengan

    rasa santai bisa lebih saling kenal satu sama lain.

    Dengan cara seperti ini pun kadang kala masih agak

    susah untuk membuat mereka jadi kompak ataupun satu

    hati, tapi memang hanya cara inilah yang sering kami

    lakukan berulang-ulang dan pada akhirnya berhasil, dari

    suasana santai sampai dibawa pada saat bekerja.

    b. Mengatasi kecemburuan sosial antara awak kapal

    Masalah gaji memang sangat sensitif, oleh karena gaji

    bisa menyebabkan hal-hal yang bisa merugikan perusahan

    dan kapalnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan

    uang memang selalu menjadi hal yang sangat utama.

    Pendapatan yang diterima di atas kapal seharusnya lebih

    diperhatikan, karena dilihat dari segi pekerjaan sudah jauh

    lebih beresiko dan memerlukan sikap yang hati-hati. Dalam

    hal ini Nakhoda memberikan masukan kepada perusahaan

    melalui surat elektronik atau email, yang menyatakan bahwa

    pihak perusahaan harus mengerti dengan keadaan di kapal,

    biar bagaimanapun orang yang bekerja di kantor atau

  • 29

    perusahaan dimana kapal dioperasikan merupakan orang-

    orang yang berpengalaman dan sebelumnya juga pernah

    bekerja di kapal, sehingga paling tidak mengetahui kondisi di

    kapal.

    Dengan masukan-masukan yang dikirim kekantor oleh

    beberapa Nakhoda mengenai perlunya ditambah

    pendapatan untuk awak kapal yang bekerja, akhirnya

    mendapatkan respon yang baik dari Manajer Personalia,

    mereka sadar bahwa hal ini berpengaruh besar pada

    kelancaran operasi kapal, dan hal ini juga tidak berpengaruh

    banyak kepada perusahaan yang sudah mendapatkan

    keuntungan yang cukup dari hasil operasi kapal.

    ABK dengan masa kerja yang lebih banyak seringkali

    berbuat ulah di kapal, sikap yang paling buruk adalah

    kemalasan. Mereka merasa sudah mengetahui seluk beluk

    kapal dan merasa sudah senior daripada awak kapal yang

    lain, sehingga menyebabkan kecemburuan sosial dan

    perkelahian dengan awak kapal yang lain. Dengan keadaan

    ini para perwira kapal bersama dengan Nakhoda berinisiatif

    untuk memberikan appraisal report selama masa kontrak

    kerja di atas kapal, dan hasil dari penilaian tersebut

    diserahkan ke perusahaan sebagai bahan pertimbangan

    bahwa awak kapal yang bermasalah atau malas dalam

    bekerja tidak akan dipekerjakan lagi untuk periode

    selanjutnya. Cara ini berhasil dan lambat laun sikap dari

    awak kapal yang memiliki masa kerja lebih banyak pun

    berubah menjadi baik.

  • 30

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan Setelah diadakan identifikasi masalah dan alternatif

    pemecahannya oleh penulis, ternyata yang menyebabkan kurangnya

    pemahaman ABK dikapal peti kemas dalam hal mengikatan muatan :

    1. Kurangnya pelatihan yang diberikan oleh perusahaan pelayaran

    pada awak kapal yang akan bertugas dikapal menyebabkan

    terbatasnya kemampuan dalam pengikatan peti kemas.

    2. Kurangnya pendidikan dan latihan serta familiarisasi diatas kapal

    menyebabkan terbatasnya kemampuan dalam pengikatan peti

    kemas.

    3. Kurangnya tanggung jawab dalam bekerja disebabkan oleh

    kerjasama yang kurang baik antar awak kapal.

    4. Sebagian besar sikap awak kapal yang acuh disebabkan oleh

    kecemburuan sosial akibat dari perbedaan pendapatan dan

    intensif yang diterima awak kapal.

  • 31

    B. Saran-saran 1. Hendaknya perusahaan pelayaran memberikan pelatihan

    kepada awak kapal sebelum bekerja diatas kapal.

    2. Hendaknya Nakhoda mengoptimalkan familiarisasi terhadap

    awak kapal yang baru naik dan pelatihan diatas kapal bersifat

    terus menerus.

    3. Hendaknya Nakhoda mampu menambah kembangkan

    kerjasama antar awak kapal.

    4. Hendaknya perusahaan dapat memberikan kesetaraan

    pendapatan serta memberikan insentif kepada ABK sesuai

    dengan masa kerjanya diperusahaan tersebut.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Arso Martopo Capt, Penanganan Muatan (2001), Polytehnic Ilmu

    Pelayaran Semarang.

    2. Istopo Capt, (1999), Kamus Istilah Pelayaran & Ensiklopedia

    Maritim, Jakarta

    3. R. Moedjiman, SH (2006), Prosedur Penulisan Makalah, Penerbit

    BP3IP Jakarta.

    4. Rozaimi Yatim, Capt (2003), Kodefikasi Manajemen Internasional

    (ISM CODE), Penerbit Yayasan Bina Citra Samudra Jakarta.

    5. Thomas Miller, Capt (Januari 2004), Peti kemas Ikatan and

    Stowage, Penerbit UK P&I Club London.

    a. Pendidikan dan Latihan di Atas Kapal1) Latihan Instruksi Pekerjaan :Petunjuk petunjuk pengerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan digunakan terutama untuk para ABK tentang cara pelaksanaan ikatan peti kemas dengan baik dan benar.2) Coaching :Atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada ABK dalam pelaksanaan ikatan peti kemas. Hubungan atasan dan ABK sebagai bawahan serupa dengan hubungan tutor siswa.3) Penugasan Sementara :Penempatan ABK pada posisi tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan. ABK terlibat dalam pemecahan masalah masalah organisasional nyata.4) Vestibule Training :Program latihan tidak mengganggu operasi operasi normal, dapat dilakukan dengan cara seorang mualim satu atau bosun memberikan training/praktek kepada anak buah dek yang dikatakan baru dengan pekerjaan diatas kapal, khususnya ikatan peti kemas.5) Latihan Sensitivitas / Responsif:Suatu metode dimana ABK belajar menjadi lebih sensitif (peka) terhadap perasaan orang lain dan lingkungan. Latihan ini juga berguna untuk mengembangkan berbagai prilaku bagi tanggung jawab pekerjaan.a. Meningkatkan Kerja Sama Awak KapalBAB IVPENUTUP