008 NAUTIKA

download 008 NAUTIKA

of 28

description

Upaya Mempersiapkan Ruang Muat Untuk Muatan Biji Gandum Di Atas Kapal MV. Ruby Indah

Transcript of 008 NAUTIKA

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Bulk Carriers atau Bulkers adalah kapal yang dirancang dan

    dibuat sebagai alat transportasi yang mengangkut muatan curah.

    Dikatakan curah karena cara meletakkan muatan dengan cara

    mencurahkan atau menuangkan butiran / biji-bijian.

    Pada umumnya muatan yang dimuat merupakan muatan yang

    sejenis, kalaupun tidak sejenis maka akan ditempatkan di ruang muat

    (palka) yang berbeda atau dalam 1 (satu) ruang muat (palka) tetapi

    dipisahkan dengan terpal. Berkaitan dengan pengoperasian kapal

    curah, perusahaan pelayaran dalam usahanya mencari keuntungan

    mengoperasikan sendiri kapal yang dimiliki atau menyewakan kapal

    yang dimilikinya, dengan kata lain kelaikan kapal yang disiapkan oleh

    perusahaan pelayaran dapat membawa muatan yang dimiliki oleh

    pencarter. Isi dari perjanjian sewa kapal (charter party) di kapal MV.

    Ruby Indah untuk persiapan ruang muat menjadi beban pihak

    penyewa tetapi dalam pelaksanaan dikerjakan oleh Anak Buah Kapal

    yang dibayar oleh pihak penyewa kapal.

    Dalam pelaksanaan mengoptimalkan ruang muat diperlukan

    waktu yang tidak sebentar karena MV. Ruby Indah memiliki 7 (tujuh)

    ruang muat. Persiapan ruang muat dimulai dari mengumpulkan sisa

    muatan yang tidak bisa dibongkar atau diambil dengan menggunakan

    peralatan bongkar dari pelabuhan, sisa muatan ini berada pada posisi

    yang sulit dijangkau oleh peralatan berat seperti buldozer, bobcat dan

    sebagainya. Awak kapal harus memanjat dengan menggunakan

    tangga untuk menurunkan sisa muatan ini. Setelah muatan ini turun

    baru dikumpulkan, sisa muatan yang telah terkumpul kemudian

  • 2

    diangkat ke geladak kapal, selanjutnya ruang muat disiram dengan air

    laut dilanjutkan pembilasan memakai air tawar, setelah itu

    pembersihan got ruang muat. Bila waktunya memungkinkan

    dilanjutkan dengan mengecat ruang muat. Tetapi kapal yang penulis

    awak ini tidak dirancang untuk memuat Grain carrier. Muatan yang akan dimuat memerlukan kondisi ruang muatan

    curah yang bersih, kering dan tidak berbau. Untuk itu cara

    mempersiapkan ruangan muatan curah tersebut dalam pelayaran

    harus dimengerti betul, sehingga pekerjaan ini berhasil dengan baik

    dan terhindar dari penundaan pemuatan akibat tidak sempurnanya

    dalam mempersiapkan ruang muatan curah tersebut. Sehubungan

    dengan hal tersebut diatas maka pada makalah ini penulis terdorong

    untuk memilih judul:

    Upaya Mempersiapkan Ruang Muat Untuk Muatan Biji Gandum Di Atas Kapal Mv. Ruby Indah

    Penulis terdorong untuk memilih judul ini karena sering timbul

    masalah tentang kurang siapnya ruang muat, sehingga terjadi

    keterlambatan memuat muatan curah dan apabila kapal dalam posisi

    disewa, maka pihak penyewa akan memutus waktu penyewaan / off

    hire sampai ruang muat benar benar siap untuk memuat. Hal ini

    tentu saja merugikan perusahaan pelayaran selaku pemilik kapal.

    B. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

    a. Untuk mengidentifikasi masalah - masalah yang timbul dalam

    upaya mengoptimalkan ruang muat.

    b. Untuk mengetahui penyebab dari masalah masalah yang

    timbul dalam upaya mengoptimalkan ruang muat.

    c. Untuk mencari penyelesaian dari masalah masalah yang

  • 3

    timbul dalam upaya mengoptimalkan ruang muat.

    2. Manfaat Penulisan

    a. Manfaat bagi dunia akademik

    Menambah pengetahuan dan menyumbangkan pemikiran

    dalam bentuk tulisan agar dapat dipakai sebagai masukan bagi

    PASIS yang lain dan dapat memberi nilai tambah sebagai

    perbendaharaan bahan bacaan yang bermutu di perpustakaan

    Balai Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran

    (BP3IP) Jakarta.

    b. Manfaat bagi dunia praktisi

    Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan

    bagi para pembaca, terutama bagi yang akan bekerja di kapal

    curah.

    C. Ruang Lingkup

    Sesuai dengan judul diatas maka didapat permasalahan yang

    muncul dan memerlukan pembahasan yang khususnya

    mempersiapkan ruang muat di atas kapal, sehingga tidak mungkin

    untuk membahas secara terperinci. Untuk itu, penulis akan membatasi

    permasalahan dan pembahasannya hanya dalam lingkup Upaya Mempersiapkan Ruang Muat di atas kapal MV. Ruby Indah. dimana penulis bertugas sebagai Mualim 1 di MV. Ruby Indah.pada periode

    September 2013 sampai dengan September 2014.

  • 4

    D. Metode Penyajian 1. Metode Pengumpulan Data

    a. Studi Lapangan (Empiris)

    Metode ini dilakukan berdasarkan pengalaman penulis

    selama bekerja di atas kapal curah MV. Ruby Indah dari bulan

    September 2013 sampai September 2014. Juga berdiskusi

    dengan perwira-perwira dan crew deck di atas kapal MV.

    Ruby Indah.

    b. Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku yang ada

    hubungannya dengan teknik mengoptimalkan ruang muat

    untuk muatan curah pada kapal Bulk Carriers. Hal ini yang

    sangat membantu sebagai landasan teori dari pedoman di

    dalam mengumpulkan data-data.

    2. Metode Analisis Data

    Penulis menganalisis data berdasarkan pengalaman penulis

    selama bekerja di kapal MV. Ruby Indah dan melakukan studi

    banding terhadap landasan teori berdasarkan buku buku

    referensi yang ada.

  • 5

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. Fakta 1. Objek Penelitian

    MV.Ruby Indah adalah kapal yang dirancang untuk pemuatan curah atau yang sering disebut bulk carrier. Kapal ini terdiri dari 7

    palka (Capesize). Dan hanya khusus memuat Gandum, Batu

    Bara, dan Bauxite.

    2. Fakta Kondisi

    a. Kegiatan pembersihan ruang muat dalam perjalanan dari

    Longkou (China) ke Prince Rupert (Canada, BC) dari tanggal

    10 26 juni 2014.

    Perjalanan dari Longkou (China) ke Prince Rupert

    (Canada, BC) ditempuh selama 16 ( enam belas ) hari,

    muatan sebelumnya adalah Bauxite. Untuk pembersihan

    ruang muatnya sangatlah sulit karena Bauxite akan menempel

    pada dinding ruang muat apalagi kalau Bauxite yang dimuat

    ini sudah lama didalam ruang muat karena Bauxite ini

    mengandung air, air yang bercampur Bauxite ini akan

    menempel pada dinding kapal yang menyebabkan terjadinya

    Bauxite stain yaitu noda merah dari Bauxite yang menempel

    pada dinding ruang muat, pada saat dipelabuhan bongkar,

    Bauxite ini tidak bisa dibongkar sampai habis dan bersih.

  • 6

    Hal ini dikarenakan fasilitas pelabuhan dan buruh yang

    bekerja di pelabuhan yang terbatas yang menyebabkan

    muatan masih ada di ruang muat pada saat selesai bongkar.

    Meskipun tidak begitu banyak tapi sisa muatan masih ada

    yang menempel di gading-gading kapal, di tempat-tempat

    yang sulit dicapai, sehingga membuat pekerjaan ekstra bagi

    Anak Buah Kapal.

    Setelah kapal keluar pelabuhan Longkou (China) pada

    tanggal 10 juni 2014 Anak Buah Kapal mulai membersihkan

    ruang muat, diawali dengan menjatuhkan muatan-muatan

    yang masih menempel di gading-gading kapal, di pipa-pipa

    yang ada didalam ruang muat dan di tempat-tempat sulit

    lainnya yang tidak bisa dikerjakan oleh buruh pelabuhan. Sisa

    muatan ini kemudian disapu dan dikumpulkan, selanjutnya

    diangkat ke geladak kapal untuk dibuang kelaut minimal 12

    mil dari garis pantai, setelah itu ruang muat disiram satu demi

    satu dengan air laut, kemudian disiram dengan air tawar

    dengan menggunakan mesin pompa yang bertekanan tinggi.

    Pada saat bersamaan sebagian awak kapal juga mengelap

    dinding ruang muat untuk menghilangkan Bauxite stain juga

    dilakukan pemompaan air got, setelah itu baru ruang muat

    dibilas dengan air tawar untuk menghilangkan garam-garam

    yang menempel pada dinding ruang muat sampai kelihatan

    bersih, Selanjutnya dilakukan pengeringan ruang muat dan

    bilge box dengan menggunakan sponge, dan yang terakhir

    adalah pemasangan burlap pada tutup bilge box. Kalau

    kondisi ruang muat kurang baik seperti banyaknya karat dan

    cat-cat yang mengelupas maka perlu dilakukan maintenance

    terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecetan. Untuk

    melakukan ini semua memerlukan waktu yang tidak sebentar

    dan tambahan waktu sampai tengah malam dan

  • 7

    mengakibatkan fatigue menyebabkan semangat kerja yang

    menurun.

    Pada tanggal 12 Juni 2014 lebih kurang jam 09:45

    sebelum waktu istirahat (coffee time) pada saat kapal berada

    di perairan Korea dalam pelaksanaan persiapan ruang muat,

    terjadi kendala dimana proses pembuangan air dari ruang

    muat tidak lancar, ini terjadi pada palka 6 (enam), ini

    disebabkan karena adanya sisa muatan yang memenuhi bilge

    box sehingga air yang dipompa ke laut terhambat sisa muatan

    tersebut.

    Untuk pemompaan air ini, semuanya dikontrol dari

    ruangan ballast tetapi mesin pompanya terdapat di kamar

    mesin, ruangan ballast hanya berfungsi sebagai pengontrol

    kran-kran yang ada, baik yang di dalam tangki dasar

    berganda maupun yang berada di dalam kamar mesin dalam

    proses membuka atau menutup, di dalam ruangan ballast juga

    terdapat tombol menghidupkan dan mematikan mesin pompa

    begitu pula untuk membuka dan menutup kran di setiap pipa

    saluran pembuangan air dari ruang muat.

    Keadaan itu kadang tidak berjalan sesuai dengan apa

    yang diharapkan, karena adanya sisa muatan yang

    menumpuk pada got (bilges) atau salah satu pipa saluran

    pembuangan, maka pada saat di hisap, air yang terkumpul

    tersebut tidak dapat dihisap karena adanya saluran yang

    tersumbat tadi. Setelah saringan di got (bilges) dibersihkan,

    maka proses pembuangan air dari ruang muat akan berjalan

    lancar dan pekerjaan bisa dilanjutkan kembali.

  • 8

    b. Kurangnya semangat kerja awak kapal dalam mempersiapkan

    ruang muat

    Semangat kerja awak kapal menurun disebabkan karena

    kapal tidak singgah di pelabuhan Indonesia, biasanya minimal

    3 (tiga) bulan sekali kapal ini singgah di Jakarta atau

    Surabaya, menyebabkan awak kapal tidak dapat bertemu

    keluarganya yang yang mana sebagian awak kapal bertempat

    tinggal di Jakarta atau Surabaya selain dari itu, kecilnya upah

    dari penyewa kapal atas apa yang telah awak kapal lakukan

    juga merupakan faktor yang menyebabkan menurunnya

    semangat kerja awak kapal dalam persiapan ruang muat

    tersebut. Persiapan ruang muat harus didukung oleh

    beberapa faktor, dimana salah satunya adalah semangat

    bekerja dari awak kapal.

    Perencanaan yang baik dan rasa peduli seorang

    pimpinan terhadap awak kapal, akan sangat membantu

    meningkatkan semangat kerja awak kapal karena mereka

    merasa diperlukan dan merasa dihargai, sehingga persiapan

    ruang muat tersebut bisa selesai tepat pada waktunya.

    Banyak cara yang bisa ditempuh agar semangat awak kapal

    rneningkat, antara lain dengan cara mengurangi jam kerja

    atau memberikan pekerjaan yang tidak terlalu berat setelah

    bekerja menyiapkan ruang muat.

    Dengan adanya pengurangan jam kerja tersebut, awak

    kapal merasa bahwa pimpinan mereka memperhitungkan

    keberadaan awak kapal, sehingga untuk bekerja yang lebih

    beratpun mereka akan lakukan dengan senang hati dan

    dengan semangat kerja yang tinggi.

  • 9

    B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

    Di bawah ini penulis mencoba mengidentifikasi beberapa

    masalah sebagai berikut :

    a. Semangat kerja serta motivasi awak kapal yang menurun

    sebagai tanggung jawab seorang nakhoda di atas kapal

    Sesuai dengan definisi, motivasi berarti pemberian motiv,

    penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau

    keadaan yang menimbulkan dorongan. Semangat dan motivasi kerja tersebut akan sangat besar pengaruhnya

    terhadap baik dan buruknya hasil suatu pekerjaan, cepat atau

    lambatnya proses pekerjaan pembersihan ruang muat dan

    kekompakan tim dalam bekerja. Pekerjaan pembersihan ruang muat adalah pekerjaan

    tambahan yang tentunya akan dihargai oleh sebuah

    perusahaan dalam bentuk upah diluar dari gaji yang biasa

    diterima di kapal. Namun upah tersebut tidak mempunyai

    patokan baku yang ditentukan jumlahnya oleh perusahaan

    dimana penulis bekerja, tergantung siapa penyewa kapalnya

    dan jenis muatan yang dimuat sehingga antara kapal satu

    dengan kapal yang lain berbeda-beda. Hal ini sering

    menimbulkan masalah karena awak kapal yang pernah

    merasakan di kapal lain dengan upah yang lebih besar akan

    menjadi kurang bersemangat ketika naik kapal dengan upah

    pembersihan ruang muat yang lebih kecil.

  • 10

    b. Peralatan Kerja yang Kurang Mendukung

    Setelah selesai bongkar muatan, ruang muat di kapal

    harus segera dibersihkan karena ruang muat harus siap

    menerima muatan selanjutnya. Waktu proses pembersihan

    ruang muat ini tergantung dari jenis muatan sebelumnya yang

    selesai dibongkar. Pada waktu kapal menuju pelabuhan muat

    waktu perjalanan pendek sering kali dijumpai, dalam hal

    tersebut akan mempengaruhi proses kerja bagi awak kapal

    dalam melaksanakan pembersihan ruang muat, dengan

    perhitungannya bahwa dua hari awak kapal dapat

    menyelesaikan pembersihan 1 (satu) ruang muat, dimana MV.

    Ruby Indah mempunyai 7 (tujuh) ruang muat yang berati untuk

    melakukan semua pembersihan ruang muat dibutuhkan waktu

    14 (empat belas) hari kerja, tetapi dalam kenyataannya

    dilapangan, waktu efektif hanya dalam waktu 13 (tiga belas)

    hari saja.

    Dalam proses pembersihan ruang muat, alat-alat kerja

    adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan demi

    menunjang kelancaran pekerjaan oleh awak kapal. Dalam

    kenyataannya alat-alat kerja yang tersedia di kapal terkadang

    kurang mendukung pekerjaan sehingga pekerjaan menjadi

    terlambat. Sebagai contoh di kapal MV. Ruby Indah hanya

    tersedia 1 (satu) mesin pencuci menggunakan air tawar yang

    bertekanan tinggi. Mesin ini sangat diperlukan untuk

    menjatuhkan sisa muatan sebelumnya yang kuat menempel

    pada dinding kapal. Akibatnya awak kapal harus menunggu

    dan menggunakan cara lain yaitu dengan menggosok bagian

    yang kotor dengan penggosok yang terbuat dari karet

    (sponge). Awak kapal akan mengalami kesulitan manakala

    kotoran yang menempel ada ditempat dinding kapal yang

  • 11

    tinggi, karena harus menggunakan galah yang panjang dan

    memanjat untuk menjatuhkan kotoran ditempat yang tinggi,

    maka menyebabkan pekerjaan menjadi lama.

    Selain itu kualitas alat-alat penunjang pekerjaan yang

    kurang baik akan menyebabkan alat-alat itu cepat rusak,

    walaupun alat-alat kapal tersebut baru, tetapi dalam

    kenyataannya di lapangan beberapa alat penunjang kerja

    tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi karena

    mengalami kerusakan.

    Sistim perawatan dari alat alat tersebut juga harus

    dilaksanakan dengan rutin begitu pula cara penyimpananya,

    sehingga pada waktu pelaksanaan semuanya berjalan sesuai

    yang diinginkan tanpa ada waktu yang terbuang. Dalam

    pengamatan penulis selama di MV. Ruby Indah sebenarnya

    peralatan cukup memadai tetapi memang tidak ada peralatan

    cadangan dan perawatan yang kurang dan tidak terencana.

    c. Cuaca buruk selama pelayaran

    Selama pelayaran dari China ke Canada sering

    mengalami cuaca yang tidak menentu, terutama di Bearing

    Sea dan Aleutian Island. Sering terjadi taipon di laut Japan

    sehingga mempengaruhi kegiatan pembersihan ruang muat.

    d. Kerja yang terlalu letih dan kurang istirahat

    Tekanan dari kantor untuk menyelesaikan kegiatan

    pencucian ruang muat yang secepat mungkin untuk

    menghindari keterlambatan dari pihak kapal sehingga waktu

    istirahat awak kapal berkurang.

  • 12

    e. Perjalanan menuju pelabuhan muat atau bongkar yang terlalu

    lama dilaut, sehingga sangat membosankan bagi awak kapal

    Perjalanan yang lama ke pelabuhan muat menimbulkan

    perasaan jenuh disebabkan minimnya sarana hiburan yang

    tersedia di atas kapal

    f. Kerinduan terhadap keluarga yang ditinggalkan dirumah

    Selama ini kapal dicharter oleh Rio Tinto (Australia)

    selama satu tahun memuat Bauxite dari Australi ke China.

    Sebelum dicharter minimal 3 (tiga) bulan sekali kapal ini

    singgah di Jakarta atau Surabaya, menyebabkan awak kapal

    tidak dapat bertemu keluarganya yang yang mana sebagian

    awak kapal bertempat tinggal di Jakarta atau Surabaya

    2. Masalah Utama

    Dari 6 (enam) masalah dasar yang telah penulis uraikan

    diatas, maka penulis mengambil 2 (dua) masalah utama yaitu:

    a. Semangat Kerja serta Motivasi Awak Kapal yang Menurun Sebagai Tanggung Jawab Seorang Nakhoda di Atas Kapal

    b. Peralatan Kerja yang Kurang Mendukung

    Kedua masalah utama tersebut akan penulis uraikan lebih lanjut

    pada Bab III.

  • 13

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    Berdasarkan dari masalah utama di atas sebagaimana telah

    disajikan pada bab sebelumnya, dari 2 (dua) masalah utama yaitu

    semangat kerja serta motivasi awak kapal yang menurun dan alat

    kerja yang kurang mendukung, untuk itu perlu segera diberikan solusi

    pemecahannya.

    Produk muatan yang berbentuk curah terdiri dari berbagai

    macam.

    1. Berdasarkan jenis muatannya bulk carrier terbagi atas beberapa

    kelompok :

    a. Grain carrier (membawa biji tumbuh-tumbuhan), contohnya ;

    1) Gandum

    2) Jagung

    3) Kedelai

    b. Ore carrier (membawa bijih tambang), contohnya ;

    1) Besi

    2) Chrom

    3) Mangan

    4) Bauksit

    c. Coal carrier (disingkat : collier) atau muatan batu bara

    d. Oil-ore carrier, muatan yang diangkut minyak dan bijih

    tambang secara bergantian

    e. Coal-ore carrier, memuat batu bara dan bijih tambang secara

    bergantian.

  • 14

    2. Berdasarkan ukuran bobot mati, tipe bulk carrier dibedakan

    menjadi :

    a. Handy size BC berukuran 10000-35000 DWT

    b. Handy max BC berukuran 35000-50000 DWT

    c. Panamax BC berukuran 50000-80000 DWT

    d. Capesize berukuran lebih dari 80000 DWT

    Selama berada di kapal MV. Ruby Indah penulis mengamati

    awak kapal bekerja menyiapkan ruang muat dari persiapan peralatan

    sampai selesai siap untuk muat. Dalam pelaksanaan banyak waktu

    yang terbuang sia-sia dikarenakan peralatan rusak, sehingga mereka

    harus memperbaiki yang seharusnya dilakukan sebelum pekerjaan

    utama dimulai. Begitu pula kurangnya peralatan mengakibatkan

    banyak waktu yang terbuang.

    Sebelum lebih lanjut membahas tentang masalah utama yang

    lain, dengan maksud untuk mendukung dalam pemecahan masalah,

    pada bagian ini terlebih dahulu disajikan beberapa pengertian tentang

    motivasi dari beberapa ahli psikologi yaitu:

    Menurut Uno, (2006 : 1) motivasi adalah dorongan dasar yang

    menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada

    diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang

    sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan

    seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema

    sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi dapat juga

    diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau

    orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang

    diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih

    dahulu.

    Sedangkan menurut Drs. T. Hani Handoko (1996:65) dalam

    bukunya yang berjudul manajemen personalia dan sumber daya

    manusia mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi

  • 15

    seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

    kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Dari pengertian-pengertian

    motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan

    suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau

    menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

    yang dilakukannya untuk mendapatkan suatu tujuan.

    Untuk memotivasi awak kapal dalam melakukan pekerjaan

    persiapan ruang muat, penulis meyakinkan awak kapal bahwa

    pekerjaan persiapan ruang muat akan mendapatkan bonus (tambahan

    uang) dari penyewa kapal apabila kapal dapat lolos pada saat

    pemeriksaan ruang muat. Untuk mendapatkan bonus ini penulis

    membuat permintaan yang telah disetujui oleh Nakhoda. Penulis

    menjelaskan kerja kerja tambahan yang telah dilakukan oleh awak

    kapal, dari mulai proses penyiraman palka dengan air laut, kemudian

    pencucian dengan air tawar, proses pengeringan ruang muat,

    pengeringan lubang got, dan proses perawatan ruang muat. Penulis

    membuat permintaan bonus dan besarnya bonus berdasarkan apa

    yang telah disepakati dalam perjanjian sewa menyewa kapal yang

    ada dalam charter party.

    Menurut pengalaman penulis, awak kapal di MV. Ruby Indah

    mempunyai motivasi yang berbeda satu dengan yang lain dalam

    bekerja. Sebagian besar dari awak kapal bermotivasi dan berharap

    untuk mendapatkan uang setelah selesai bekerja, apalagi dalam

    pembersihan ruang muat awak kapal dituntut harus bekerja lembur

    dan memerlukan tenaga ekstra. Mereka akan merasa puas jika

    dibayar dengan uang dan awak kapal akan senang karena

    perusahaan membayar pekerjaan tersebut dalam bentuk mata uang

    asing (dolar Amerika). Pendekatan yang tepat untuk jenis seperti ini

    adalah memberikan bayaran setelah selesai bekerja. Ada sebagian

    awak kapal yang tidak meletakan uang dalam motivasi mereka untuk

    bekerja. Mereka akan merasa senang dan bangga jika mendapatkan

  • 16

    sanjungan dari atasan. Tipe ini biasanya orang yang suka

    menonjolkan diri dan merasa lebih dari orang lain. Atasan bisa

    melakukan sanjungan seperti: Pekerjaan ini tidak bisa cepat selesai

    kalau tidak ada awak kapal yang bernama A atau sanjungan Untung

    ada awak kapal yang benama A, pekerjaan yang sulit bisa cepat

    diselesaikan.

    Sebagian awak kapal ada juga yang tidak bermotivasi uang atau

    sanjungan. Tipe ini akan merasa senang jika diberi fasilitas untuk

    bersenang senang. Setelah melakukan pekerjaan yang berat atau

    pekerjaan yang begitu penting, atasan bisa menghargai seperti

    memberikan apa yang mereka butuhkan, misalnya dengan memberi

    rokok karena kadang rokok akan menjadi barang yang langka di

    kapal, bisa juga minuman ringan bahkan sampai minuman yang

    beralkohol rendah. Perlu dipahami oleh setiap pimpinan agar imbalan

    itu tidak menjadi masalah tersendiri karena efek sampingnya.

    Dengan memahami karakter tiap-tiap awak kapal, pimpinan akan

    dapat melakukan pendekatan dengan tepat. Penghargaan yang

    diberikan diharapkan akan memacu semangat kerja, bahkan

    diharapkan akan terjadi persaingan yang sehat antar sesama awak

    kapal dalam menunjukan prestasi kerja mereka.

    B. Analisis Penyebab Masalah Dari permasalahan pokok yang penulis sajikan yaitu Semangat

    kerja serta motivasi awak kapal yang menurun, berikutnya yaitu alat

    kerja dan sistim peralatan kerja yang kurang mendukung. Adapun

    penyebabnya adalah sebagai berikut:

  • 17

    1. Semangat Kerja serta Motivasi Awak Kapal yang Menurun Sebagai Tanggung Jawab Seorang Nakhoda di Atas Kapal

    Semangat kerja serta motivasi yang menurun itu disebabkan

    oleh beberapa hal, antara lain yaitu:

    a. Kontrak kerja yang terlalu panjang

    Kontrak yang ditentukan oleh perusahaan yang masih 9

    (sembilan) bulan dan awak kapal telah menandatangani dan

    menyetujui kontrak kerja yang ada. Dengan kondisi kerja

    seperti ini dan perjalanan panjang, maka hal ini akan mudah

    sekali mempengaruhi pola kerja awak kapal. Ditambah lagi

    dengan kebijaksanaan perusahaan yang hanya melakukan

    pergantian awak kapal jika kapal berada di negara Asia.

    Dengan ketentuan perusahaan yang demikian maka kontrak

    tidak menjadi 9 (sembilan) bulan tetapi bahkan mencapai

    satu tahun, misalnya jika kapal berada di daerah Amerika

    awak kapal yang sudah habis kontraknya harus menunggu

    lagi sampai kapal berada di pelabuhan Asia. Keadaan psikologi awak kapal juga sangat berpengaruh

    besar dalam hal ini. Menurut Handoko (1996) menuliskan

    bahwa diperlukan seleksi psikologi untuk mendapatkan

    pekerja yang terampil dan handal. Untuk seleksi tersebut

    dapat dilakukan seleksi psikologi dengan cara sebagai

    berikut:

    1) Test kecerdasan ( Intelligence Test )

    Intelligence test, yang menguji kemampuan mental

    pelamar dalam hal daya pikir secara menyeluruh dan

    logis.

  • 18

    2) Test kepribadian ( Personality Test )

    Personality test dimana hasilnya akan mencerminkan

    kesediaan bekerjasama, sifat kepemimpinan dan unsur

    kepribadian lainnya.

    3) Test bakat ( Aptitude Test )

    Aptitude test mengukur kemampuan potensial pelamar

    yang dapat dikembangkan.

    4) Test minat ( interest Test )

    Interest test yang mengukur antusiasme pelamar

    terhadap suatu jenis pekerjaan.

    5) Test prestasi ( Achievement Test )

    Achievement test yang mengukur kemampuan pelamar

    sekarang.

    b. Penghargaan yang tidak sesuai terhadap awak kapal

    Dengan awak kapal yang berbeda negara dimana MV.

    Ruby Indah terdiri dari dua negara yaitu Bangladesh dan

    Indonesia, maka akan menyebabkan bertemunya dua

    budaya yang berlainan. Budaya yang berbeda sering kali

    menimbulkan masalah serius diatas kapal, termasuk di

    dalamnya dalam hal cara menghargai hasil kerja awak kapal.

    Penghargaan yang tidak adil diberikan kepada awak kapal

    misalnya penghargaan dalam bentuk uang yang berbeda

    pembagiannya antara awak kapal yang satu dengan yang

    lain, karena seorang atasan membedakan atas dasar

    jabatan. Untuk gaji awak kapal MV. Ruby Indah tidak ada

    perbedaan untuk jabatan yang sama, contohnya Juru Mudi,

    ada 3 (tiga) Juru Mudi di MV. Ruby Indah dan semuanya

    bergaji sama hanya ada tambahan seniority 30 dollar setiap

    tahun untuk Awak Kapal dengan jabatan juru Mudi. Ada juga

  • 19

    penghargaan yang diberikan dalam bentuk benda dimana

    seorang atasan memberikan secara sembunyi atas dasar

    awak kapal yang dilihatnya lebih rajin bekerja dan lebih

    berpengalaman. Dalam hal ini akan sangat berpengaruh dan

    memperlambat dalam proses pembersihan ruang muat

    apabila ada awak kapal yang melihat hal tersebut, karena

    awak kapal menganggap bahwa seorang atasan dalam hal

    ini Nakhoda tidak bijaksana dalam memberi penghargaan

    yang sebagaimana mestinya awak kapal terima.

    2. Alat Kerja dan Sistem Peralatan Kerja yang Kurang

    Mendukung

    Peralatan kerja akan sangat mempengaruhi hasil pekerjaan.

    Kelengkapan dan kondisi alat-alat kerja di kapal berpengaruh

    besar terhadap kelancaran dan kecepatan dalam menyelesaikan

    suatu pekerjaan, dalam hal ini menyiapkan ruang muat.

    Alat alat kerja yang diperlukan dalam upaya

    mengoptimalkan ruang muat muatan curah, antara lain selang air

    lengkap dengan nozzle, selang angin, mucking winch,

    penyemprot cat (paint sprayer) lengkap dengan mesin

    pompanya, tangga, galah aluminium atau dari bambu, sapu,

    sekop, ember, pompa jinjing, atau wilden pump, freshh water

    high presure, portable winch dan alat alat lainnya.

    Alat kerja dan sistem peralatan kerja yang kurang

    mendukung dikarenakan :

    a. Kurangnya perawatan alat kerja

    Dengan maksud untuk penghematan, maka

    perusahaan melengkapi kapalnya dengan alat-alat kerja

    yang menurut perusahaan baik tetapi tidak asli.

  • 20

    Kenyataannya di lapangan tidak sesuai dengan yang

    diinginkan, setelah dipakai beberapa kali alat-alat tersebut

    sudah rusak, apalagi perawatan yang kurang yang berakibat

    cepat rusak. Perawatan alat-alat kerja sebenarnya sudah

    masuk dalam PMS (Plan Maintenance System), tetapi

    karena banyaknya perawatan pada hal-hal lainnya, maka

    PMS untuk perawatan alat-alat ini terabaikan. Perawatan ini

    harusnya dilakukan secara berkala, perawatan dilakukan

    satu minggu sekali atau satu bulan sekali, contohnya untuk

    mucking winch, setiap kali pemakaian maka harus di periksa

    sisa oli yang ada pada motornya, kalau dibawah level normal

    harus ditambah, saringannya harus dibersihkan dan apabila

    saringannya sudah kotor sekali maka harus diganti baru,

    pompa portable harus diperiksa saringannya, bersihkan dari

    kotoran sisa muatan, setiap 3 (tiga) bulan sekali pompa

    portable harus dibongkar apabila sering digunakan,

    penyemprot cat (paint sprayer) setelah selesai digunakan

    harus dibersihkan selangnya dari sisa cat yang masih ada

    dengan cara mengganti cat dengan minyak saja, sehingga

    minyak akan mendorong keluar sisa cat yang ada pada

    selang, segera bongkar motornya apabila terdengar suara

    suara bising atau keras karena kalau dibiarkan motor bisa

    terbakar.

    Untuk perawatan yang paling penting dilakukan adalah

    pada saat selesai pekerjaan pembersihan ruang muat,

    karena setelah selesai bekerja awak kapal terlalu letih,

    sehingga alat-alat kerja dibiarkan begitu saja tanpa

    dibersihkan terlebih dahulu dari sisa kotoran yang menempel

    pada alat tersebut, yaitu sisa kotoran yang terdapat pada

    pompa hisap portable dan di dalam selang penyemprot

    ruang muat. Kualitas yang tidak baik yang digunakan akan

  • 21

    berakibat besar dalam kecepatan untuk menyelesaikan

    pekerjaan pembersihan ruang muat, karena waktu kerja

    akan terbuang percuma hanya untuk memperbaiki alat kerja

    yang rusak tersebut. Bahkan sering kali alat kerja tersebut

    tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga terpaksa harus mencari

    alternative alat lain untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

    b. Alat kerja tidak lengkap

    Untuk menunjang proses pembersihan ruang muat

    maka kelengkapan alat-alat kerja harus diperhatikan oleh

    perusahaan. Alat-alat yang wajib ada seharusnya didukung

    oleh tambahan alat yang meskipun tidak diharuskan, tetapi

    sangat diperlukan untuk menunjang kecepatan

    menyelesaikan pekerjaan. Misalnya didalam ruang muat

    diperlukan tangga yang panjang untuk memanjat dinding

    untuk menjatuhkan sisa muatan dan galah yang panjang

    untuk menjangkau sisa muatan yang jauh. Dikapal

    sebenarnya alat itu ada, tetapi pendek dan tidak bisa

    menjangkau sisa muatan yang jauh, akibatnya awak kapal

    mencari jalan lain yaitu dengan menyambung tangga dan

    galah tersebut agar menjadi panjang. Tidak lengkapnya alat-

    alat kerja ini juga bisa disebabkan karena alat yang rusak

    belum diganti dengan alat yang baru.

    C. Analisa Pemecahan Masalah

    Dari penyebab timbulnya masalah diatas, maka dapat dianalisa

    mengenai pemecahannya.

  • 22

    1. Semangat Kerja serta Motivasi Awak Kapal yang Menurun

    a. Motivasi Nakhoda sebagai pemimpin di atas kapal

    Sebagai Nakhoda di atas kapal harus peka terhadap

    physicologis yang sedang dihadapi oleh Anak Buah Kapal.

    Kejenuhan sering terjadi pada Anak Buah Kapal terutama

    dalam pelayaran yang lama, dan beban kerja yang sangat

    berat sehingga peranan Nakhoda sangatah diperlukan dalam

    hal memotivasi semangat Anak Buah Kapal. Hal ini bisa

    dilakukan dengan cara memuji hasil kerja Anak Buah Kapal.

    Banyak perusahaan yang memakai strategi dengan

    menaikan gaji pelaut dan memperpendek kontrak kerja.

    Dengan banyaknya pilihan, maka perusahaan yang masih

    memberlakukan kontrak 9 (sembilan) bulan atau lebih akan

    menemui kesulitan untuk mendapatkan tenaga pelaut.

    Efisiensi adalah hal penting untuk kelangsungan hidup

    sebuah perusahaan, tetapi tidak boleh dilupakan juga

    mengenai kondisi awak kapal. Tingkat kejenuhan yang tinggi

    akan menyebabkan awak kapal menjadi stress dan

    mengakibatkan motivasi kerja menurun.

    Gibson, cs (1989 : 203) stress berarti suatu urutan hal-

    hal yang sangat berbeda bagi orang-orang yang berbeda.

    Para usahawan memandang stress sebagai frustasi atau

    ketegangan emosional, pengawas lalulintas udara

    memandang stress sebagai kesiapsiagaan dan konsentrasi.

    Ahli biokimia memandangnya sebagai suatu kejadian murni.

    Secara sederhana lebih baik memandang stress sebagai

    sesuatu yang melibatkan interaksi antara individu dengan

    lingkungan.

    Stress adalah tanggapan fisiologis atau psikologis

  • 23

    seseorang terhadap lingkungan penekan (stressors), dimana

    penekan adalah kejadian ekstrem atau potensi yang secara

    potensial mengganggu. Untuk menekan tingkat stress awak

    kapal, salah satu jalan adalah dengan memperpendek durasi

    kontrak kerja. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan

    motivasi awak kapal selama bekerja, hingga akhirnya

    berpengaruh besar dalam kelancaran kerja dalam

    mengoptimalkan ruang muat. Selain itu juga, penulis atas ijin

    dari Nakhoda mengumpulkan seluruh awak kapal yang

    berkewarganegaraan Indonesia membuat suatu usulan

    bersama kepada perusahaan untuk memperpendek masa

    kontrak kerja, Hal ini pun penulis sampaikan setiap kali ada

    kunjungan perwakilan perusahaan.

    b. Memberikan penghargaan yang sesuai terhadap awak kapal

    Pemberian penghargaan terhadap hasil kerja awak

    kapal akan memberi arti tersendiri sehingga dapat

    mendorong awak kapal bekerja lebih giat untuk mencapai

    hasil yang diinginkan, karena mereka dianggap sebagai

    bagian yang diperhitungkan. Penghargaan bisa bermacam-

    macam, ada dalam bentuk uang, ada yang berbentuk materi

    dan ada juga dalam bentuk pujian atau sanjungan. Karena

    awak kapal akan mendapatkan kepuasan atas hasil dari

    pekerjaan, walaupun pekerjaan yang mereka lakukan sangat

    membutuhkan tenaga ekstra. Di kapal MV. Ruby Indah,

    penghargaan yang awak kapal harapkan yaitu bonus yang

    dibayarkan setelah pekerjaan selesai.

  • 24

    2. Alat Kerja dan Sistem Peralatan Kerja yang Kurang Mendukung

    Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas alat kerja

    di kapal serta mengoptimalkan peralatan yang sudah ada di

    kapal dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Meningkatkan Kualitas Alat Kerja

    Dalam proses pembersihaan ruang muat, kelengkapan

    alat-alat kerja yang berkualitas adalah sangat penting

    peranannya karena dengan ditunjang alat-alat tersebut akan

    mempercepat siapnya ruang muat untuk menerima muatan.

    Alat-alat kerja tersebut seperti selang air yang panjang

    kurang lebih 30 meter, nozzle, sekop, sapu, ember, drum,

    pompa hisap portable (wilden pump), tangga, galah yang

    panjang dan lain-lain. Untuk meningkatkan kualitas alat-alat

    kerja tersebut maka harus dilakukan perawatan yang baik

    dengan perawatan terencana yang dapat didasarkan pada

    aturan yang diterapkan oleh perusahaan. Perawatan yang

    dilakukan bisa tiap hari, mingguan atau bulanan, dengan

    terawatnya alat-alat tersebut maka pembersihan ruang muat

    dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang diinginkan

    oleh semua pihak.

    b. Meningkatkan Kuantitas Alat Kerja

    Kelengkapan alat-alat kerja diatas kapal sangat penting

    peranannya, karena tanpa kelengkapan alat untuk

    pembersihan ruang muat, pekerjaan akan terhambat,

    sebagai akibatnya ruang muat tidak siap untuk menerima

  • 25

    muatan dan akan merugikan perusahaan. Dalam hal ini

    perusahan harus melengkapi alat-alat kerja dengan kualitas

    yang bagus seperti mesin semprot air tawar yang bertekanan

    tinggi, dimana di kapal MV. Ruby Indah alat ini hanya ada

    1(satu), itupun tidak berfungsi dengan baik, karena bagi

    perusahaan alat ini sangat mahal harganya. Perusahaan

    menganggap untuk penyemprotan ruang muat dengan air

    tawar cukup dengan pompa hisap portable (Wilden pump).

    Apabila alat tersebut ada maka akan mempercepat siapnya

    ruang muat untuk menerima muatan. Tidak hanya alat

    tersebut yang harus ditambah tetapi alat penunjang lain juga

    harus ditambah seperti sapu, ember, dan selang. Hal ini

    perlu dilakukan karena alat-alat tersebut mudah rusak dan

    kalau tidak ada cadangan maka akan menjadi masalah

    terhadap pembersihan ruang muat. Dalam hal ini seorang

    atasan yaitu Mualim 1 (satu) harus bisa melihat keadaan

    seperti ini dan sebaiknya harus membuat permintaan alat-

    alat kerja tersebut kepada perusahaan melalui Nakhoda di

    kapal.

  • 26

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari apa yang sudah penulis paparkan di bab - bab sebelumnya

    maka penulis dapat menyimpulkan isi dari makalah ini, sebagai

    berikut:

    1. Kontrak kerja yang terlalu panjang membuat motivasi awak kapal

    menurun.

    2. Penghargaan yang belum sesuai terhadap awak kapal dapat

    menggangu semangat dan kinerja awak kapal karena mereka

    menganggap seorang atasan tidak berlaku adil dalam

    memberikan penghargaan.

    3. Kurangnya perawatan dan alat kerja yang tidak lengkap dapat

    berakibat tidak maksimalnya fungsi alat kerja sehingga

    persiapan ruang muat akan menjadi terlambat.

    4. Kurangnya peralatan yang berkualitas yang sering menghambat

    penyelesaian pekerjaan ruang muat.

    B. Saran-saran

    1. Hendaknya perusahaan mengurangi waktu kontrak kerja selama

    kurang dari satu tahun atau paling lama enam bulan sehingga

    pengurangan waktu kontrak semacam ini diharapkan akan

    menekan tingkat kejenuhan awak kapal sehingga motivasi kerja

    tetap terjaga dengan baik.

    2. Hendaknya perusahaan memberi penghargaan berupa bonus

    dan promosi kenaikan jabatan yang sesuai terhadap hasil dari

  • 27

    pekerjaan awak kapal dan sebagai atasan harus berlaku adil

    dengan penghargaan tersebut.

    3. Anak Buah Kapal di bawah arahan Mualim Satu harus

    melakukan perawatan yang terencana terhadap alat-alat kerja,

    sehingga siap untuk dipakai sehingga mampu mendukung

    persiapan ruang muat.

    4. Perusahaan harus melengkapi alat-alat kerja yang berkualitas

    agar penyelesaian pekerjaan persiapan ruang muat tidak

    terhambat karena alat-alatnya yang mudah rusak.

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Danuasmoro, Goenawan, (2002), Manajemen Perawatan, Jakarta.

    Gibson, James L. Ivacevic, Jhon M. Donnelly, James H (1989)

    Organisasi, Perilaku, struktur, Proses Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Handoko, T Hani, (1996) Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

    Moedjiman, R (2014) Prosedur Penulisan Makalah, BP3IP, Jakarta

    Uno, Hamzah, (2006) Teori motivasi dan pengukurannya, Penerbit

    Bumi aksara.