012 BAB IV
description
Transcript of 012 BAB IV
BAB IV
ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT
4.1. Tujuan
Pengukuran dan pengujian alat bertujuan agar dapat diketahui sifat dan
karakteristik tiap blok rangkaian dan fungsi serta cara kerja alat secara
keseluruhan, sehingga dapat dibandingkan antara perancangan yang dibahas pada
bab 3 dengan hasil pengukuran yang dilakukan. Pengukuran dilakukan pada tiap-
tiap blok rangkaian yang dianggap penting.
Adapun pengukuran dan pengujian yang dilakukan terhadap sistem
sebagai berikut:
1. Pengukuran dan pengujian tegangan catu daya.
2. Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Transmitter Infra Merah
3. Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Detektor Infra Merah
4. Pengukuran Rangkaian Komparator
5. Pengukuran Rangkaian Logika
6. Pengukuran Rangkaian Driver Relai
7. Pengujian Alat secara keseluruhan
42
4.2. Pengukuran Tegangan Catu Daya
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran setiap tegangan keluaran
rangkaian catu daya yang menggunakan IC regulator LM7805 dan IC LM7812
4.2.1. Pengukuran Tegangan Catu Daya pada IC LM7812
Nyalakan catu daya.
Beri rangkaian regulator tegangan catu daya 12 volt.
Atur range multimeter pada 20 Volt.
Ukur tegangan keluaran dengan probe positif dari positif rangkaian dan
probe negatif dari negatif rangkaian.
Gambar 4.1 Pengukuran Tegangan Catu Daya menggunakan IC LM7812
Perhitungan persentase kesalahan berdasarkan data adalah sebagai berikut:
Dimana: Vx = Persentase kesalahan tegangan.
Vy = Tegangan yang diinginkan/tegangan sebenarnya.
Vz = Tegangan hasil pengukuran.
V = Persentase kesalahan rata-rata.
43
RangkaianCatu DayaLM7812
Digital Multimeter
Pada pengukuran ini dilakukan beberapa kali, sehingga di dapat nilai rata –
ratanya seperti tabel 4.1
Tabel 4.1 Pengukuran Catu Daya 12 Volt
PengukuranTegangan terukur
(Volt)
Tegangan yang
Diinginkan (Volt)
Persentase
Kesalahan
1 12,03 12 0,25 %
2 12,03 12 0,25 %
3 12,02 12 0,16 %
Rata - rata 12,02667 0,22 %
Dari tabel di atas di peroleh tegangan rata-rata dengan menggunakan persamaan:
Menghitung persentase kesalahan masing – masing dengan menggunakan persamaan :
4.2.2. Pengukuran Tegangan Catu Daya pada IC LM7805
44
Nyalakan catu daya.
Beri rangkaian regulator tegangan catu daya 5 volt
Atur range multimeter pada 20 Volt.
Ukur tegangan keluaran dengan probe positif ke positif dan probe negatif
ke negatif
Gambar 4.2 Pengukuran Tegangan Catu Daya menggunakan IC LM7805
Perhitungan persentase kesalahan berdasarkan data adalah sebagai berikut:
Dimana: Vx = Persentase kesalahan tegangan.
Vy = Tegangan yang diinginkan/tegangan sebenarnya.
Vz = Tegangan hasil pengukuran.
V = Persentase kesalahan rata-rata.
Pada pengukuran ini dilakukan beberapa kali, sehingga didapat nilai rata –
ratanya seperti tabel 4.2
Tabel 4.2 Pengukuran Catu Daya 5 Volt
45
RangkaianCatu DayaLM7805
Digital Multimeter
PengukuranTegangan terukur
(Volt)
Tegangan yang
Diinginkan (Volt)
Persentase
Kesalahan
1 4,94 5 1,2 %
2 4,93 5 1,4 %
3 4,93 5 1,4 %
Rata - rata 4,93 1,33 %
Dari tabel di atas di peroleh tegangan rata-rata dengan menggunakan persamaan:
Menghitung persentase kesalahan masing – masing dengan menggunakan
persamaan :
4.3 Pengukuran Rangkaian Pemancar Infra Merah
46
Pengukuran rangkaian transmitter (Tx) infra merah (gambar 4.3) bertujuan
untuk mengetahui berapakah besar tegangan output, frekuensi yang dihasilkan
oleh generator frekuensi (IC 555) sebagai penggerak led infra merah dan bentuk
gelombang pada osiloskop dan perhitungan duty cycle.
Rangkaian generator frekuensi (IC 555) diberikan tegangan catu daya 5 V
Atur range multimeter pada 20 Volt
Gunakan Osiloskop untuk melihat bentuk sinyal yang dihasilkan.
Ukur tegangan keluaran dengan probe positif ke VCC dan probe negatif ke
pin 3 (IC 555) seperti ditunjukkan pada gambar di bawah.
Gambar 4.3 Pengukuran Tegangan Output Rangkaian Tx Infra Merah
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui tegangan output pada tiap
generator frekuensi (IC 555) sebagai penggerak led infra merah. Rangkaian
generator frekuensi 1 digunakan untuk transmitter sensor I dan III, sedangkan
rangkaian generator frekuensi 2 untuk transmitter sensor II. Adapun hasilnya
dapat dilihat pada tabel 4.3.
47
Tabel 4.3 Pengukuran Tegangan Output Rangkaian Tx Infra Merah
No. Transmitter Infra merah Tegangan Output (Volt)
Tanpa Led IR Dengan Led IR
1 Sensor I dan III 1,74 0,61
2 Sensor II 1,68 0,63
Gambar 4.4 Pengukuran Frekuensi Rangkaian Tx Infra Merah
Pengukuran frekuensi rangkaian transmitter infra merah (gambar 4.4)
bertujuan untuk mengetahui besar frekuensi dan bentuk gelombang yang
dihasilkan IC 555 menggunakan osiloskop. Perhitungan frekuensi didapat
menggunakan persamaan :
dimana : F = frekuensi (Hz)
T = perioda (sekon)
Berikut gambar sinyal yang dihasilkan transmitter inframerah 1 (ir tx1) pada
osiloskop :
48
Gambar 4.5 Sinyal Frekuensi Rangkaian Tx Infra Merah 1
dengan frekuensi 42 Khz
Perhitungan frekuensi untuk rangkaian Tx Infra Merah 1 :
Skala pengukuran :
time / div = 10 us ;
volt / div = 5 V ;
Hasil yang didapat :
t = 2,4 div; sehingga T = 2,4 x 10 = 24 us
A = 5 div; sehingga V = 5 x 1= 5 V
Frekuensi =
Duty Cycle :
D =
Berikut gambar sinyal yang dihasilkan transmitter inframerah 2 (ir tx2) pada
osiloskop :
49
Gambar 4.6 Sinyal Frekuensi Rangkaian Tx Infra Merah 2
dengan frekuensi 32 Khz
Perhitungan frekuensi untuk rangkaian Tx Infra Merah 2 :
Skala pengukuran :
time / div = 10 us ;
volt / div = 5 V ;
Hasil yang didapat :
t = 3,1 div; sehingga T = 3,1 x 10 = 31 us
A = 5 div; sehingga V = 5 x 1= 5 V
Frekuensi =
Duty Cycle :
D =
50
4.4 Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Detektor Infra Merah
4.4.1 Pengujian Rangkaian Detektor Infra Merah
Pengujian rangkaian detektor infra merah seperti gambar 4.7. Pengujian
ini adalah untuk mengetahui apakah detektor tersebut bisa bekerja sebagaimana
fungsinya, yaitu dapat mendeteksi adanya sinyal infra merah atau tidak dari jarak
tertentu.
Gambar 4.7 Rangkaian Pengujian Detektor Infra Merah
Hasil pengujian detektor infra merah ini bisa dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Detektor Infra Merah
Jarak Sudut () Keluaran Logic Probe 0,5 m 0 Aktif
1 m 0 Aktif 2 m 0 Aktif
4 m 0 Aktif5 m 0 Tidak Aktif4 m 20 Tidak Aktif
3,8 m 20 Aktif2,7 m 40 Aktif2,7 m 45 Tidak Aktif1,6 m 45 Aktif1,6 m 60 Tidak Aktif0,5 m 45 Aktif0,5 m 60 Aktif
51
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa detektor tersebut
mampu menerima sinyal remote kontrol dari kejauhan hingga 4 meter untuk sudut
0°, dan jarak terdekat 0,5 meter untuk sudut 60°. Berarti detektor ini dapat
digunakan sebagai detektor pada sistem yang dibuat yang membutuhkan jarak
antara pemancar dengan penerima sejauh 80 cm.
4.4.2 Pengukuran Rangkaian Detektor Infra Merah
Pengukuran rangkaian detektor infra merah untuk mengetahui apakah
tegangannya berlogika “1” atau “0”. Karena Infra merah sebagai transmitter dan
detektor infra merah sebagai receiver letaknya bersebelahan (tetapi diberi sekat
dari bahan yang tidak dapat meloloskan cahaya infra merah), maka cara
melakukan pengukurannya yaitu dengan memberi objek sebagai bidang pantul di
depan infra merah dengan jarak tertentu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh cahaya infra merah dapat dipantulkan oleh objek di depannya,
kemudian diukur tegangan dari output detektor infra merah.
.
4.4.2.1. Pengukuran Tanpa Objek Penghalang
Rangkaian infra merah dan detektor infra merah diberi
tegangan 5 volt.
Mengatur multimeter dengan range 20 volt
Multimeter dihubungkan ke rangkaian separti pada
gambar 4.7
Pada pengukuran ini dilakukan beberapa kali hingga
didapat nilai rata – ratanya
52
Gambar 4.8 Pengukuran Pada Saat Infra Merah Tidak Terhalang Objek
Pada gambar 4.8 dapat dilihat, bahwa infra merah diletakkan bersebelahan
dengan detektor tetapi menggunakan sekat yang kedap cahaya. Hal ini bertujuan
untuk menghindari adanya pembiasan cahaya sebelum adanya penghalang ke arah
detektor infra merah. Saat diadakan pengukuran tegangan output detektor infra
merah (sensor I, II dan III) pada pin 1 sebagai output dan pin 2 sebagai ground,
tanpa pemancar atau dengan pemancar didapatkan tegangan sebesar 0,7 volt. Ini
menunjukkan bahwa tegangan output detektor infra merah akan tetap selama
belum ada objek penghalang di depannya.
Tegangan tersebut kemudian digunakan untuk menggerakkan transistor
BC 108 sebagai penguat sinyal kecil. Untuk cara pengukurannya dapat dilihat
seperti gambar 4.8. Pin kolektor dari BC 108 dihubungkan ke kutub positif,
sedangkan emitternya dihubungkan dengan kutub negatif multimeter. Dari
pengukuran didapatkan hasil seperti pada tabel 4.5.
Catu daya 5V
53
Tabel 4.5 Pengukuran Pada Saat Infra Merah Tidak Terhalang Objek
Detektor
Infra merah
Tegangan
Input (Volt)
Tegangan
Output (Volt)
Rx1 5 0,21
Rx2 5 0,20
Rx3 5 0,15
4.4.2.2. Pengukuran Dengan Objek Pantul
Rangkaian infra merah dan detektor infra merah diberi
tegangan 5 volt.
Mengatur multimeter dengan range 20 volt
Multimeter dihubungkan ke rangkaian separti pada
gambar 4.9
Pada pengukuran ini dilakukan beberapa kali hingga
didapat nilai rata – ratanya
54
Gambar 4.9 Pengukuran Rangkaian Detektor Infra Merah
dengan Objek Pantul
Pada pengukuran ini, yang menjadi bidang pantul adalah objek yang
berada di depan sensor (badan, tangan dan kaki). Detektor Infra merah (Rx1)
berfungsi untuk mendeteksi badan (posisi di atas keran), Rx2 berfungsi untuk
mendeteksi tangan yang menjulur di bawah keran, dan Rx3 berfungsi untuk
mendeteksi kaki. Untuk Rx1 dan Rx2 karena letaknya bersebelahan dengan
pemancar Infra merah (Tx) hanya terpisah sekat kedap cahaya, maka sudut
pantulnya dianggap kurang dari 10 0. Sedangkan untuk Rx3 yang terpisah dengan
pemancar infra merah (Tx), maka Rx3 tersebut akan menerima sudut pantulnya
yang dianggap kurang lebih 45 0 terhadap Tx3 dan 90 0 terhadap Tx2 . Kemudian
55
Penghalang
untuk jarak, objek dapat diubah – ubah untuk mengetahui seberapa jauh sinyal
infra merah dapat dipantulkan oleh objek. Hasil pengukurannya dapat dilihat
seperti tabel di bawah.
Tabel 4.6 Pengukuran Rangkaian Detektor Infra Merah dengan
Objek PantulDetektor Infra
MerahSudut pantul ( 0 ) Jarak Objek (cm) Output (V)
Rx1
< 10 20 4,98< 10 40 4,98< 10 60 0,22< 10 80 0,22
Rx2
< 10 20 4,01< 10 40 3,28< 10 60 0,21< 10 80 0,21
Rx3Terhadap Tx3
45 20 1,6045 40 0.1845 60 0.1845 80 0.18
Rx3Terhadap Tx2
< 90 10 4,20< 90 5 0.98< 90 > 15 0
4.5 Pengukuran Rangkaian Komparator
Rangkaian komparator berfungsi untuk membandingkan dua macam
tegangan. Pada rangkaian ini digunakan IC LM324 sebagai pembanding tegangan.
Dalam IC LM324 ini terdapat 4 buah komparator, sedangkan yang dipakai 3 buah.
Apabila terjadi perubahan tegangan pada tegangan input (Vin) yang berasal dari
sensor yang melebihi Vref, maka akan menghasilkan logika 1 (High).
4.5.1. Pengukuran Tegangan Referensi
Rangkaian Kompator diberi tegangan 5 volt.
Mengatur multimeter dengan range 20 volt
56
Multimeter dihubungkan ke rangkaian seperti pada gambar 4.10
Gambar 4.10 Pengukuran Tegangan Referensi (Vref)
Pada pengukuran ini, pengaturan Vref mengacu pada Vin. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Pengukuran Tegangan Referensi (Vref)
PINLM324
Tegangan Input (Vin)
Tegangan Referensi (Vref)
Vref 1 (13) 0,22 0,23
Vref 2 (9) 0,21 0,22
Vref 3 (6) 0,18 0,18
4.5.2. Pengukuran Komparator Tanpa Objek dan Dengan Objek.
57
Pengukuran pada rangkaian komparator dilakukan tanpa objek dan dengan objek.
Rangkaian Kompator diberi tegangan 5 volt.
Mengatur multimeter dengan range 20 volt
Multimeter dihubungkan ke rangkaian separti pada gambar 4.11
Mengamati tegangan Vout pada saat pengukuran komparator tanpa objek
dan dengan objek
Gambar 4.11 Pengukuran Rangkaian Komparator
Tegangan input ke komparator Vin berasal dari tegangan output detektor
infra merah yang kemudian akan dibandingkan dengan tegangan referensi (V ref)
yang telah diatur sebelumnya.
58
Sedangkan untuk tegangan output dari ketiga input tegangan (Vin) yang
sebelumnya dimasukkan ke komparator diukur pada pin 14 (sensor 1), pin 8
(sensor 2), dan pin 7 (sensor 3). Adapun hasil pengukuran output komparator
dengan objek dan tanpa objek pemantul infra merah dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Pengukuran Tegangan Output dari Komparator
PIN LM324
Tanpa Objek Dengan Objek Pantul
Volt Logika Volt Logika
Vout1 (14) 0,17 0 3,30 1
Vout2 (8) 0,64 0 3,30 1
Vout3 (7) 0,65 0 3,30 1
4.6 Pengukuran Rangkaian Logika
Rangkaian logika berfungsi digunakan untuk menghasilkan logika tertentu
untuk mengatur pengaktifan relai valve. Pada rangkaian ini digunakan IC 74LS32
yang terdiri dari 4 buah gerbang OR yang setiap gerbangnya terdiri dari 2 input
dan 1 output, dan IC 74LS08 yang terdiri dari 4 buah gerbang AND yang setiap
gerbangnya terdiri dari 2 input dan 1 output. Berikut gambaran pengukuran
rangkaian logika tanpa objek dan dengan objek dapat dilihat pada gambar 4.12
59
Gambar 4.12 Pengukuran Rangkaian Logika
Rangkaian Logika diberi tegangan 5 volt.
Mengatur multimeter dengan range 20 volt
Multimeter dihubungkan ke rangkaian separti pada gambar 4.12
Tegangan input 74LS32 pada pin 4 berasal dari Vsens2 IC LM324 (sensor 2)
dan tegangan input 74LS32 pada pin 5 berasal dari Vsens3 IC LM324 (sensor 3).
Sedangkan tegangan input 74LS08 pada pin 10 berasal dari Vsens1 (sensor 1) dan
tegangan input 74LS08 pada pin 9 berasal dari output IC 74LS32 pada pin 6.
Tabel 4.9 Pengukuran Tegangan Output dari Gerbang OR (IC 74LS32)
KONDISI VOL (VOLT) VOH (VOLT) LOGIKA
Tanpa Objek 0,12-
0
Dengan Objek Pantul-
3,1 1
Keterangan : VOL : Tegangan Output Low
60
VOH : Tegangan Output High
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran Vout gerbang
OR (IC 74LS32) tanpa objek, tegangan output low (VOL) sebesar 0,12 Volt.
Sedangkan dengan objek pantul, tegangan output high (VOH) sebesar 3,1 volt.
Sebagai acuan dengan melihat karakteristik elektrik pada data sheet gerbang OR
(IC 74LS32), bahwa tegangan output low (VOL) berkisar antara 0 hingga 0,5 volt.
Untuk tegangan output high (VOH) minimum adalah 2,7 volt dan tegangan output
high (VOH) maximum adalah 3,4 volt. Perubahan jarak antara objek pantul dengan
sensor akan menyebabkan perubahan pada tegangan output high (VOH). Semakin
dekat objek pantul dari sensor, maka semakin besar nilai VOH. Demikian
sebaliknya, bila objek pantul menjauh dari sensor maka nilai VOH semakin
menurun (kecil).
Tabel 4.10 Pengukuran Tegangan Output dari Gerbang AND (IC74LS08)
KONDISI VOL (VOLT) VOH (VOLT) LOGIKA
Tanpa Objek 0,12-
0
Dengan Objek Pantul-
3 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran Vout gerbang
AND (IC 74LS08) tanpa objek, tegangan output lownya (VOL) sebesar 0,12 Volt.
Sedangkan dengan objek pantul, tegangan output highnya (VOH) sebesar 3 volt.
Sebagai acuan dengan melihat karakteristik elektrik pada data sheet gerbang OR
(IC 74LS08), bahwa tegangan output low (VOL) kurang lebih 0,5 volt. Untuk
tegangan output high (VOH) minimum adalah 2,7 volt dan tegangan output high
61
(VOH) typical adalah 3,5 volt. Jadi kesimpulannya, apabila di depan sensor
terdapat objek pantul, maka akan terjadi perubahan tegangan output pada gerbang
AND (IC 74LS08). Besar kecilnya perubahan tegangan output tersebut
dipengaruhi oleh jauh dekatnya jarak antara objek pantul dengan sensor. Semakin
dekat objek pantul dari sensor, maka semakin besar nilai VOH. Demikian
sebaliknya, bila objek pantul menjauh dari sensor maka nilai VOH semakin
menurun (kecil).
4.7 Pengukuran Rangkaian Driver Relai
Berikan tegangan catu daya 12 volt pada rangkaian
Atur multimeter pada range 20 volt
Hubungkan titik C ke probe positif dan titik E ke probe negatif
multimeter untuk mengukur tegangan VCE
Hubungkan titik B ke probe positif dan titik E ke probe negatif
multimeter untuk mengukur tegangan VBE
Amati relai saat terjadi perubahan tegangan input Vin
62
Gambar 4.13 Pengukuran Rangkaian Driver Relai
Tabel 4.11 Pengukuran Rangkaian Driver Relai
Vin(Volt)
VBE
(Volt)VCE
(Volt)Kondisi
Relai0,12 0,11 12 Off
3 2,8 0,11 On
Vin adalah tegangan output dari gerbang AND (IC 74LS08), VBE adalah
tegangan hasil pengukuran pada kaki basis dan emitor (transistor BC 108), dan
VCE adalah tegangan hasil pengukuran pada kaki kolektor dan emitor (transistor
BC 108). Dari tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa pada saat V in tidak diberi
tegangan, maka tegangan yang terukur pada VBE sebesar 0,1 Vdc (≈ 0) karena
transistor tidak mendapat tegangan (tidak saturasi) VCE mendekati VCC. Pada saat
Vin diberi tegangan, maka VCE mendekati nol karena antara kaki kolektor dan
emitor seolah – olah terhubung singkat karena kaki basis mendapat tegangan.
Jatuhnya tegangan VCE ini yang menyebabkan relai bekerja (On).
63
4.8. Pengujian Alat secara keseluruhan
Alat yang sudah dirangkai perlu diuji secara keseluruhan. Pastikan alat
terhubung dengan sumber tegangan PLN 220 V dan hidupkan alat dengan
menekan tombol switch. Pada saat alat aktif (mendapatkan arus dan sumber
tegangan) dan tidak ada objek yang dekat dengan sensor-sensor, maka alat tidak
bekerja.
Kondisi bila orang berada dekat dihadapan alat maka sensor 1 mendeteksi
adanya objek yang ditunjukkan oleh led indikator sensor 1 menyala (lihat
gambar 4.14). Led indikator sensor 1 menyala, led indikator sensor 2, led
indikator sensor 3 dan led indikator keran mati.
64
Gambar 4.14 Led Indikator Sensor 1 menyala
saat menghadap Sensor 1
Kondisi bila tangan menjulur dibawah keran maka sensor 2 mendeteksi
adanya objek dibawah keran yang ditunjukkan oleh led indikator sensor 2
menyala, led indikator sensor 1 menyala, karena memenuhi persyaratan logika
“AND” maka keran terbuka mengalirkan air bersamaan dengan pembacaan
sensor 2. Keran yang terbuka ditunjukkan oleh led indikator keran menyala
dan led indikator sensor 3 mati (lihat gambar 4.15).
Gambar 4.15 Led Indikator Sensor 2 dan keran menyala saat tangan terjulur
65
Kondisi bila tangan yang terjulur dibawah keran ditarik maka led indikator
sensor 2 mati dan keran menutup menghentikan aliran air setelah sekitar 1,25
sekon (lihat gambar 4.16).
Gambar 4.16 Led Indikator Sensor 2 dan keran mati saat tangan tidak terjulur
Kondisi bila kaki menjulur dibawah keran maka sensor 3 mendeteksi objek
tersebut yang ditunjukkan oleh led indikator sensor 3 menyala, led indikator
sensor 1 menyala, karena memenuhi persyaratan logika “AND” maka keran
terbuka mengalirkan air bersamaan dengan pembacaan sensor 3. Keran yang
terbuka ditunjukkan oleh led indikator keran menyala dan led indikator sensor
2 mati (lihat gambar 4.17).
66
Gambar 4.17 Led Indikator Sensor 3 dan keran menyala
saat kaki terjulur
Kondisi bila kaki yang terjulur dibawah ditarik keatas maka terjadi
perpindahan pendeteksi atau dari pendeteksian objek oleh sensor 3 berganti
pendeteksian oleh sensor 2 hal ini ditunjukkan led indikator sensor 3 mati
berganti led indikator sensor 2 menyala, kondisi keran tetap terbuka dan
mengalirkan air, led indikator keran tetap menyala (lihat gambar 4.18).
Gambar 4.18 Led Indikator Sensor 2 dan keran menyala
saat kaki ditarik keatas
67
Kondisi bila kaki yang terjulur dibawah keran ditarik maka led indikator
sensor 2 atau led indikator sensor 3 mati dan keran menutup menghentikan
aliran air setelah sekitar 1,25 sekon (lihat gambar 4.19).
Gambar 4.19 Led Indikator Sensor 2 dan keran mati
saat kaki tidak terjulur
68