012 NAUTIKA

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepatuhan anak buah kapal ( ABK ) terhadap peraturan yang berlaku sesuai muster list di kapal , merupakan syarat mutlak untuk terciptanya pengoperasian kapal yang lancar secara menyeluruh baik di dek maupun di kamar mesin . Banyak manfaat yang di peroleh jika ABK disiplin dalam bekerja , dimana semua pekerjaan dapat di selesaikan dengan efektif dan efisien.Disiplinnya ABK memakai alat – alat keselamatan dalam bekerja dapat menghindari / memperkecil resiko terjadinya kecelakaan terkait dengan pekerjaan diatas kapal . Akan tetapi pengalaman penulis selama bekerja di atas kapal MV. Jennifer menunjukkan bahwa dalam pengoperasian kapal sering mengalami hambatan / kendala yang disebabkan oleh beberapa faktor , seperti peralatan kapal yang tidak siap pakai , kedisiplinan ABK yang rendah , serta Sumber Daya Manusia yang kurang berpengalaman dalam mengoperasikan kapal tersebut sehingga berpengaruh terhadap keselamatan kerja di atas kapal.Hal ini tidak dapat diabaikan , untuk itu keahlian , kecakapan , profesionalisme dan kedisiplinan dari awak kapal sangat dituntut dalam mengoperasikan kapal dengan baik . Semua kecelakaan kerja dapat dihindari dan keselamatan kerja dapat di tingkatkan apabila para pekerja atau team kerja mau mengikuti prosedur keselamatan kerja atau check list keselamatan kerja dengan benar sesuai kebijakan Safety Management Manual dari perusahaan sebagai wujud dari pelaksanaan International safety Management ( ISM) Code, apalagi di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berpengalaman serta adanya kepedulian dari perusahaan pemilik kapal dan pencarter kapal itu sendiri.

description

Meningkatkan Disiplin Kerja Untuk Memperkecil Resiko Kecelakaan Kerja Di MV. JENNIFER

Transcript of 012 NAUTIKA

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kepatuhan anak buah kapal ( ABK ) terhadap peraturan yang

    berlaku sesuai muster list di kapal , merupakan syarat mutlak untuk

    terciptanya pengoperasian kapal yang lancar secara menyeluruh baik di

    dek maupun di kamar mesin . Banyak manfaat yang di peroleh jika ABK

    disiplin dalam bekerja , dimana semua pekerjaan dapat di selesaikan

    dengan efektif dan efisien.Disiplinnya ABK memakai alat alat

    keselamatan dalam bekerja dapat menghindari / memperkecil resiko

    terjadinya kecelakaan terkait dengan pekerjaan diatas kapal .

    Akan tetapi pengalaman penulis selama bekerja di atas kapal MV.

    Jennifer menunjukkan bahwa dalam pengoperasian kapal sering

    mengalami hambatan / kendala yang disebabkan oleh beberapa faktor ,

    seperti peralatan kapal yang tidak siap pakai , kedisiplinan ABK yang

    rendah , serta Sumber Daya Manusia yang kurang berpengalaman

    dalam mengoperasikan kapal tersebut sehingga berpengaruh terhadap

    keselamatan kerja di atas kapal.Hal ini tidak dapat diabaikan , untuk itu

    keahlian , kecakapan , profesionalisme dan kedisiplinan dari awak kapal

    sangat dituntut dalam mengoperasikan kapal dengan baik .

    Semua kecelakaan kerja dapat dihindari dan keselamatan kerja

    dapat di tingkatkan apabila para pekerja atau team kerja mau mengikuti

    prosedur keselamatan kerja atau check list keselamatan kerja dengan

    benar sesuai kebijakan Safety Management Manual dari perusahaan

    sebagai wujud dari pelaksanaan International safety Management ( ISM)

    Code, apalagi di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang

    berpengalaman serta adanya kepedulian dari perusahaan pemilik kapal

    dan pencarter kapal itu sendiri.

  • 2

    Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh manusia itu

    sendiri yang diantaranya karena kurangnya pengalaman kerja

    dibidangnya, ketidak hati hatian dalam bekerja , tidak mengikuti

    prosedur kerja dengan benar, tidak dilakukan meeting atau diskusi

    sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, termasuk banyak pekerjaan

    yang dilakukan dengan jalan pintas, tidak mau mengikuti prosedur

    dengan benar.

    Pada saat melaksanakan tugas diatas kapal , awak kapal dituntut

    untuk meningkatkan disiplin dan manajemen yang berkualitas. Dengan

    disiplin yang cukup tinggi sangat menentukan apakah tugas dan

    tanggung jawab ABK dapat dilaksanakan dengan baik ,sehingga

    kecelakaan kerja dapat di cegah sedini mungkin agar keselamatan

    kapal, awak kapal, dan muatan dapat terjamin aman.Kurangnya

    pemahaman dan pengawasan dalam pelaksanaan prosedur

    keselamatan kerja merupakan permasalahan yang menjadi penyebab

    ABK tidak disiplin dalam melaksanakan pekerjaan diatas kapal yang

    mengakibatkan resiko kecelakaan kerja diatas kapal menjadi tinggi.

    Dengan latar belakang keterangan tersebut diatas , yang menarik

    perhatian penulis dan berusaha menuangkannya dalam bentuk makalah

    dan penulis beri judul Meningkatkan Disiplin Kerja Untuk Memperkecil Resiko Kecelakaan Kerja Di MV. JENNIFER dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab selama bekerja diatas kapal .

    B. Tujuan dan manfaat penulisan

    1. Tujuan penulisan a. Untuk mencari penyebab dari permasalahan kurangnya disiplin

    ABK di kapal MV. JENNIFER.

    b. Untuk mencari solusi bagaimana meningkatkan disiplin ABK di

    kapal MV. JENNIFER.

  • 3

    2. Manfaat penulisan

    a. Manfaat bagi dunia akademik

    1) Memperkaya pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya

    maupun bagi para pelaut pada umumnya untuk mengetahui

    bagaimana meningkatkan manajemen keselamatan di atas

    kapal untuk Menghindari Kecelakaan Kerja .

    2) Sumbangsih kepada perpustakaan BP3IP untuk menambah

    perbendaharaan buku bacaan .

    b. Manfaat bagi dunia praktis

    1) Memberikan sumbang saran pengetahuan dan pengalaman

    kepada kawan-kawan satu profesi dalam meningkatkan

    manajemen keselamatan kerja yang pernah penulis

    dapatkan selama bekerja diatas kapal MV. JENNIFER.

    2) Sumbangsih kepada perusahaan pelayaran agar lebih

    memperhatikan manajemen keselamatan kerja di semua

    kapalnya .

    C. Ruang lingkup

    Mengingat luasnya permasalahan dalam memaksimalkan

    pelaksanaan manajemen keselamatan untuk mengurangi resiko

    kecelakaan kerja maka dalam penulisan makalah ini penulis membatasi

    pembahasan hanya pada Meningkatkan Manajemen Keselamatan Kerja Untuk Menghindari Kecelakaan Di KM . JENNIFER .

  • 4

    D. Metode penyajian

    1. Metode pengumpulan data

    a. Studi lapangan Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama

    bekerja di kapal MV. JENNIFER dalam kurun waktu Agustus

    2013 sampai Agustus 2014 dengan jabatan sebagai Chief Officer

    ketika penulis melakukan penelitian di kapal semen curah.

    b. Studi kepustakaan Dalam metode kepustakaan ini ,penulis mengambil data

    data dari berbagai sumber bacaan yaitu buku yang berkaitan

    dengan penulisan makalah ini serta buku yang ada di

    perpustakaan BP3IP dan website terutama yang berkaitan

    dengan disiplin ABK dalam menunjang keselamatan kerjadi atas

    kapal yang sangat membantu sebagai landasan teori dan

    pedoman di dalam mengumpulkan data.

    2. Metode analisis data

    Metode yang digunakan penulis melalui pengalaman dan

    melakukan pengamatan langsung selama berada di atas kapal ,

    kemudian di analisa dengan metode penelitian deskriptif yaitu

    penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan fakta saja dan

    dilakukan dengan menjelaskan serta menggambarkan variabel masa

    lalu dan sekarang .

  • 5

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. Fakta

    1. Objek pengamatan

    MV. JENNIFER adalah kapal jenis muatan semen curah yang

    dimiliki oleh PT. ANDALAS BAHTERA BARUNA dimana penulis

    mengadakan penelitian terhadap ABK dalam melaksanakan

    pekerjaan sehari-hari ataupun berdinas jaga di atas kapal.

    Perusahaan pelayaran ini telah mengikuti Safety Management

    System ( SMS ) sejalan dengan ISM Code.

    Kapal semen curah adalah kapal yang dirancang khusus untuk

    memuat material semen dalam bentuk curah. Pemuatan dan

    pembongkaran semen di operasikan oleh crew kapal dengan

    menggunakan peralatan dari kapal dan membutuhkan waktu kurang

    dari 24 jam untuk muat maupun bongkar di setiap pelabuhan. Dalam

    hal ini ABK perlu menanamkan sikap kedisiplinan kerja serta

    keseriusan / konsentrasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung

    jawab agar tercapai hasil yang memuaskan demi tercapai maksud

    dan tujuan perusahaan.

    Pada saat kapal sandar di pelabuhan untuk bongkar di

    pelabuhan MALAHAYATI ( ACEH ) tanggal 03 maret 2014

    persiapan alat untuk bongkar mengalami keterlambatan karena

    kurangnya personil dari kapal. Setelah beberapa lama bongkar

    terjadi blocking ( semen tidak mengalir ) yang menyebabkan

    kegiatan pembongkaran dihentikan.Ini di sebabkan personil jaga

    yang kurang terampil, maka diadakan pengecekan sistem dan

    ditemukan terjadi pemadatan semen di ruangan bucket. Hal inilah

    yang menghambat proses bongkaran semen curah.

  • 6

    2. Fakta kondisi

    Adapun fakta kondisi yang terjadi diatas kapal MV.JENNIFER

    adalah sebagai berikut :

    a. ABK yang tidak mengikuti manajemen keselamatan kerja

    Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh,

    namun demikian setiap perencanaan keputusan dari organisasi

    harus mengutamakan aspek keselamatan

    ( SAFETY FIRST ) .

    ISM Code merupakan kumpulan manajemen kerja yang

    menjamin keselamatan kerja apabila diikuti secar benar.Namun

    dalam kenyataan sehari hari penulis sering melihat dalam

    mengerjakan suatu arahan dari perwira, ABK sering

    mengabaikan manajemen manajemen kerja ini. Sebagai

    contoh, pada saat mengerjakan suatu pekerjaan di

    dek.seharusnya ABK memakai safety shoes dan juga helm

    keselamatan, begitu pula pada saat melakukan olah gerak

    sandar ke dermaga di lanjutkan dengan kegiatan bongkar muat

    barang di pelabuhan .

    Salah satu kejadian pada tangggal 05 Mei 2014 pada saat

    kapal berlayar di samudera Hindia ,penulis melihat ABK saat itu

    bekerja di dek tidak memperhatikan kondisi di area pekerjaan

    dimana dia sedang bekerja , tetapi justru dia sedang berbincang

    bincang dengan rekan kerja. Sehingga mereka tidak melihat

    bahaya yang mungkin terjadi bisa timbul saat bekerja di dek.

    Contoh lain kerja di dek membersihkan karat ( chipping ), ABK

    tersebut tidak memakai kacamata. Semua ini akan sangat

    berbahaya terhadap keselamatan dari ABK itu sendiri, maka

    perlu adanya pencegahan karena kecelakaan tidak bisa di

    prediksi atau di perhitungkan.

  • 7

    b. Belum terbangunnya kesadaran ABK untuk bekerja sesuai dengan manajemen kerja

    Terdapat pula ABK yang tidak bersungguh sungguh

    melaksanakanpekerjaan dengan berbagai alasan mulai dari sifat

    malas, bosan dengan rutinitas pertemuan sehingga Manajemen

    dilaksanakan sacara formalitas. Bila terjadi audit biasanya akan

    bermasalah karena tidak melaksanakan dan bila ada petugas

    dari perusahaaan biasanya dengan berat hati melakukannya

    dengan bersungguh sungguh.

    Bagi yang bersungguh sungguh melaksanakannya sudah

    tentu melakukan mulai dari program kerja , kemudian kepala

    kerja meminta ijin kerja kepada safety officer atau perwira jaga di

    anjungan . Dimana safety officer akan membuat permit to work

    atau check list dengan segera mengadakan meeting untuk

    semua team kerja yang akan bekerja. Prosedur prosedur kerja

    dan keselamatan kerja sudah berjalan sebagaimana mestinya ,

    namun yang namanya sifat manusia ada yang mau

    melaksanakan dengan sungguh sungguh dan ada pula

    hanya sebatas formalitas.

    B. Permasalahan

    1. Identifikasi masalah

    Seperti yang telah penulis paparkan pada fakta yang terjadi di

    atas dimana telah teridentifikasi permasalahan yang ada selama

    penulis bekerja pada MV. JENNIFER, dan berdasarkan fakta

    tersebut penulis akan memaparkan permasalahan yang dialami

    sebagai berikut :

  • 8

    a. Perbedaan latar belakang pendidikan

    Dari pengalaman penulis selama bekerja di atas kapal MV.

    JENNIFER, seluruh ABK memiliki latar belakang pendidikan yang

    berbeda. Misalkan, ada yang hanya lulus dari sekolah menengah

    atau sekolah atas bahkan ada yang lulusan sarjana hukum,

    tetapi ada yang sekolah menengah pelayaran yang memang

    telah disiapkan untuk bekerja di atas kapal.

    Perbedaan pendidikan dan pengalaman tersebut di atas

    sangat mempengaruhi cara berpikir ABK untuk menerima arahan

    dan memahami tugas dan tanggung jawabnya sesuai

    jabatannya.

    Mereka hanya berfikir bekerja sampai batas kontrak bekerja

    habis dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan

    adanya rutinitas kerja yang tetap para ABK hanya berpikir

    menjaga kapal bongkar muat berdasarkan kebiasaan, bahkan

    terkadang tidak memantau informasi setiap terjadi perubahan

    dalam aktifitas operasi bongkar muat dan tanpa memikirkan

    efek samping atas kelalaian kerja dapat mengakibatkan hal yang

    sangat fatal. Mereka tidak berfikir sebagai pelaut yang cakap

    atau professional.

    b. Rendahnya produktivitas kerja sebagian Anak Buah Kapal

    Anak Buah Kapal seharusnya memiliki motivasi kerja yang

    baik dalam mempertahankan atau meningkatkan produktivitas

    kerja. Namun sebagian Anak Buah Kapal di MV. JENNIFER

    kurang memiliki motivasi kerja yang baik, mereka tidak peduli

    dengan aturan dan petunjuk dan Perwira Kapal dan Nakhoda,

    sehingga kondisi kapal kurang terawat dengan baik. Seharusnya

    pada saat kapal berlabuh jangkar untuk menunggu order, Anak

    Buah Kapal dapat melakukan pemeliharaan rutin misalnya

  • 9

    pembersihan karat pada deck utama dan bagian deck Iainnya

    serta penggantian suku cadang mesin yang sudah

    tualrusak agar kondisi kapal tetap terjaga dengan baik dan dapat

    beroperasi setiap saat.

    c. Kurangnya pengawasan pelaksanaan manajemen keselamatan kerja dari perwira

    Para Perwira di atas kapal MV. JENNIFER kurang

    melakukan pengawasan terhadap masing-masing Anak Buah

    Kapal. Apabila kapal kembali ke pangkalan/berlabuh jangkar,

    telah diterapkan tugas jaga pelabuhan dalam mana daftar nama

    Anak Buah Kapal jaga telah disusun dan disesuaikan

    dengan jadwal masing-masing. Pada pelaksanaan tugas jaga

    tersebut kenyataan Anak Buah Kapal jaga tidak melaksanakan

    tugasnya dengan baik karena Iemahnya pengawasan Perwira

    terhadap Anak Buah Kapal, hal ini dapat mengakibatkan resiko

    bahaya terhadap kapal apabila petugas jaga di atas kapal tidak

    melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

    d. Rendahnya tingkat disiplin kerja Anak Buah Kapal

    Pengetahuan Anak Buah Kapal yang kurang tentang tugas

    dan tanggung jawabnya di kapal MV. JENNIFER sesuai dengan

    Peraturan dan Petunjuk Pelaksanaan Kerja yang dibuat

    Nakhoda dan Perwira kapal mengakibatkan rendahnya tingkat

    disiplin kerja Anak Buah Kapal. Kekurangan Pengetahuan dapat

    ditingkatkan apabila Anak Buah Kapal mau menjalankan

    Peraturan dan Petunjuk Kerja tersebut, tetapi yang terjadi saat ini

    justru sebaliknya. Saat kapal direncanakan akan berangkat

    sering terjadi Anak Buah Kapal datang terlambat dan ditambah

    dengan kondisi mesin yang sering mengalami kerusakan,

  • 10

    sehingga mengakibatkan jadwal operasional kapal tertunda.

    e. Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerja kepada ABK diatas kapal

    Setiap Anak Buah Kapal di atas kapal MV. JENNIFER telah

    diberikan tugas dan tanggung jawab masing- masing

    disesuaikan dengan jabatannya. Nakhoda dan Perwira telah

    berusaha memberikan arahan-arahan agar Anak Buah Kapal

    mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, tetapi sebagan besar

    Anak Buah Kapal kurang peduli sehingga kurang mengetahui

    tugas dan tanggung jawabnya.

    f. Kurang harmonisnya lingkungan kerja di atas kapal

    Suasana kerja di atas kapal yang kurang nyaman, akibat

    pengelompokan orang, menyebabkan disiplin kerja kurang baik.

    Misalnya Anak Buah Kapal bagian Deck tidak sependapat

    dengan Anak Buah Kapal bagian Mesin, maka Anak Buah Kapal

    tersebut tidak mau bekerja sama dalam melaksanakan tugas

    yang berat, yang apabila dilakukan sendiri tanpa mengingat

    resiko pekerjaan, kecelakaan dapat terjadi.

    2. Masalah utama

    Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis mencari

    dua permasalahan utama yaitu :

    a. Kurangnya pengawasan pelaksanaan manajemen

    keselamatan kerja

    Kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan manajemen

    keselamatan kerja dapat menimbulkan adanya resiko bahaya

  • 11

    kerja , karena tidak semua ABK melaksanakan tugasnya dengan

    disiplin . Jadi harus selalu diawasi untuk meminimalisir terjadinya

    resiko kecelakaan kerja .

    b. Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerja kepada ABK diatas kapal

    Kurangnya sosialisasi terhadap manajemen keselamatan

    kerja dapat mengakibatkan terjadinya resiko kecelakaan kerja,

    karena awak kapal tersebut belum memahami tugas dan

    tanggung jawabnya dalam hal manajemen keselamatan kerja

    yang sesuai dengan prosedur.

  • 12

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan teori 1. Pengertian pengawasan

    Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis

    oleh manajemen untuk membandingkan kinerja standar, rencana,

    atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan

    apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk

    mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat

    bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan

    seefisien mungkin didalam mencapai tujuan. George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai

    mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya

    mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan

    tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan

    rencana yang telah ditetapkan.

    Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu

    merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga

    membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan

    pekerjaan organisasi. Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan

    pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha

    memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai

    dengan perencanaannya.

    Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah

    untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi

    atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan

    untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana. Dale (dalam

    Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya

  • 13

    melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan

    mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan

    meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa

    yang direncanakan.

    Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada

    pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang

    membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah

    dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-

    rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

    pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan

    seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua

    pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana

    yang telah ditentukan sebelumnya.

    Donnelly (dalam Zuhad, 1996:302) mengelompokkan pengawasan

    menjadi 3 Tipe pengawasan yaitu :

    a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).

    Pengawasan yang terjadi sebelum kerja dilakukan.

    Pengawasan Pendahuluan menghilangkan penyimpangan penting

    pada kerja yang diinginkan yang dihasilkan sebelum

    penyimpangan tersebut terjadi. Pengawasan Pendahuluan

    mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar

    kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya

    dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.

    Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya

    deviasi-deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya

    yang digunakan pada organisasi-organisasi. Sumber-sumber daya

    ini harus memenuhi syarat-syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh

    struktur organisasi yang bersangkutan.

  • 14

    Dengan ini, manajemen menciptakan kebijaksanaan-

    kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang

    ditujukan pada hilangnya perilaku yang menyebabkan hasil kerja

    yang tidak diinginkan di masa depan. Dipandang dari sudut

    prespektif demikian, maka kebijaksanaan--kebijaksanaan

    merupakan pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan masa

    mendatang.

    Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan

    pendahuluan sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan

    bahan-bahan, Pengawasan pendahuluan modal dan Pengawasan

    pendahuluan sumber-sumber daya financial.

    b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)

    Pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan.

    Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa

    sasaran-sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama terdiri

    dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan

    pekerjaan para bawahan mereka.

    c. Pengawasan Feed Back (feed back control)

    Pengawasan Feed Back yaitu mengukur hasil suatu kegiatan

    yang telah dilaksakan, guna mengukur penyimpangan yang

    mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

    Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional

    dimasa lalu. Tindakan korektif ditujukan ke arah proses pembelian

    sumber daya atau operasi-operasi aktual. Sifat kas dari metode-

    metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa

    dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan

    untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.

    Dari beberapa teori diatas yang dapat saya simpulkan yaitu,

    pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk

  • 15

    menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan

    perencanaan, merancang system informasi umpan balik,

    membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

    ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

    penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi

    yang diperlukan.

    2. Pemahaman

    Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti

    mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses

    perbuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008

    : 607-608) Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya : a. pengertian; pengetahuan yang banyak.

    b. pendapat, pikiran.

    c. aliran; pandangan.

    d. mengerti benar (akan); tahu benar (akan).

    e. pandai dan mengerti benar.

    Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti:

    a. mengerti benar (akan); mengetahui benar.

    b. memaklumi.

    Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya:

    a. proses,

    b. perbuatan,

    c. cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik

    supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74).

    Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu

    proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham

    dan pengetahuan banyak.

  • 16

    Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan

    kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam

    berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi

    yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan

    tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran),

    pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan

    berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

    Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya

    mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut

    Bloom Here we are using the tern comprehension to include those

    objectives, behaviors, or responses which represent an

    understanding of the literal message contained in a communication.

    Artinya : Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup

    tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu

    pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi.

    Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang

    diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat

    memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-

    hal yang lain. (Bloom Benyamin, 1975: 89).

    Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna

    dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S

    Winkel mengambil dari taksonmi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang

    dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom

    membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari

    aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek

    pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

    evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki

    kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi.

    Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih

    tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992:

  • 17

    24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3

    kategori, yaitu :

    1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari

    menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan

    menerapkan prinsip-prinsip.

    2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu

    menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui

    berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan

    kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok .

    3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.

    Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang

    mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi,

    prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang

    diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemempuan

    membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan

    konsekuensinya.

    Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44)

    menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga,

    yaitu:

    1) menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini

    bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu

    kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak

    menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah

    orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan

    dengan kata kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan

    dalam kategori menerjemahkan.

    2) menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas

    daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan

    memahami ide utama suatu komunikasi.

  • 18

    3) mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan

    dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut

    kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

    Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman

    (comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia

    memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau

    konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman dapat

    dibedakan dalam tiga kategori antara lain :

    1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari

    menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan

    prinsip-prinsip.

    2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu

    menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui

    berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian,

    membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.

    3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman

    ektrapolasi.

    B. Analisis penyebab masalah 1. Kurangnya pengawasan pelaksanaan manajemen keselamatan

    kerja

    Dari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab

    penyebabnya yaitu:

    a. Kurangnya pengetahuan pengawas terhadap prosedur

    keselamatan kerja

    Dengan masih kurang memadainya bimbingan yang biasa

    perusahaan lakukan terhadap calon pimpinan dan ABK yang

  • 19

    akan bekerja di kapal kapalnya, yang pada umumnya hanya

    terbatas pada cara membuat laporan harian, laporan bulanan

    dan sistem perencanaan perawatan kapal ( planned

    maintenance system ). Tetapi tidak disertai dengan yang

    menyangkut manajemen keselamatan kerja dan penegasan

    mengenai pentingnya perhatian dan pengawasan yang cukup

    dalam pelaksanaan Manajemen Keselamatan Kerja (Safety

    Awareness & Safety Concern) yang harus dilakukan oleh

    pimpinan maupun perwira perwiranya terutama oleh safety

    officer sebagai ship safety officer diatas kapal. Apalagi perwira

    perwira kapal tersebut tidak serius untuk membaca atau

    mempelajari buku buku petunjuk yang ada di kapal dari

    perusahaan maupun dari pencharter sesuai dengan yang telah di

    anjurkan oleh perusahaan dan pencharter sebagai bahan

    pengetahuan saat pengawas melakukan tugasnya . Dengan

    tidak memadainya pembinaan tersebut diatas membuat Safety

    Officer dan perwiraperwira lainnya kurang pemahaman tentang

    cara pengawasan terhadap pelaksanaan keselamatan kerja.

    b. Kurang tegasnya pengawasan Manajemen Keselamatan Kerja oleh pengawas ( perwira jaga )

    Masih ada perwira perwira diatas kapal, khususnya

    Safety Officer yang tidak mau serius membaca atau mempelajari

    buku buku petunjuk mengenai manajemen keselamatan kerja

    yang harus dilaksanakan dikapal dari perusahaan maupun dari

    pencharter. Mereka tidak pernah tahu bahkan tidak pernah

    melaksanakan manajemen keselamatan kerja yang benar sesuai

    kebijakan perusahaan.

    Ada diantara para perwira yang telah membaca buku

    buku petunjuk dari perusahaan tersebut, bahkan telah

  • 20

    berpengalaman dibidangnya, akan tetapi mereka

    melaksanakannya hanya sebatas laporan lembar kerja. Tetapi

    tidak melaksanakannya secara nyata, karena kebanyakan

    mereka beranggapan hanya membuang buang waktu dan

    menambah kegiatan saja. Sebab pekerjaan yang akan

    dikerjakan sudah berulang ulang dikerjakan selalu lancar dan

    aman yang membuat mereka lalai dari tanggung jawab sebagai

    pengawas terhadap keselamatan kerja .Kebiasaan melakukan

    suatu pekerjaan dengan jalan pintas dan tidak mengikuti

    manajemen keselamatan kerja yang ada agar pekerjaan dapat

    cepat selesai ,tidak membuang buang waktu tanpa memikirkan

    segi keselamatannya sehingga dapat mengakibatkan

    kecelakaan.

    2. Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerja kepada ABK diatas kapal

    Dari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab

    penyebabnya yaitu:

    a. Kurangnya pemahaman manajemen keselamatan kerja oleh Mualim I ( perwira manajemen )

    ABK belum mengerti dan memahami prosedur keselamatan

    kerja dikarenakan kurangnya sosialisasi pada saat akan bekerja

    diatas kapal . ABK baru tidak mendapatkan informasi dari

    tugas tugas pekerjaan ABK yang lama . Dimana pekerjaan

    yang akan dilakukan diatas kapal memiliki resiko kecelakaan

    yang sangat tinggi.

    Menurut SMS manual yang ditetapkan oleh perusahaan,

    sosialisasi harus dilakukan selama dua hari sebelum serah

    terima jabatan antara ABK lama dan baru .Namun yang sering

  • 21

    terjadi diatas kapal sosialisasi dilakukan tidak sampai 1 hari ,

    dikarenakan mobilitas yang tinggi atau jadwal pelayaran yang

    sangat padat. Sehingga ABK baru tersebut tidak memiliki cukup

    waktu untuk melakukan sosialisasi mengenai semua sistim dari

    prosedur yang ada , manajemen tersebut mengenai keselamatan

    kerja, tugas tugas serta tanggung jawab ABK selama bekerja

    diatas kapal dan peraturanperaturan sesuai dengan kebijakan

    perusahaan.

    Dampak dari kurangnya sosialisasi mengenai manajemen

    keselamatan kerja terhadap ABK membuat ABK baru tersebut

    tidak mengetahui tugas dan tangung jawabnya serta tidak

    menyadari pentingnya keselamatan kerja sehingga ABK

    mengabaikan manajemen keselamatan kerja .

    b. Kurangnya pengetahuan mualim I dalam pelaksanaan prosedur manajemen keselamatan.

    Kurangnya pengetahuan anak buah kapal dalam

    pelaksanaan prosedur manajemen keselamatan ( safety

    procedure ), seringkali menimbulkan masalah yang dapat

    mengganggu produktivitas awak kapal dan kegiatan pelayaran,

    salah satunya adalah kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan

    kerugian terhadap perusahaan pelayaran dan terhadap awak

    kapal itu sendiri.

    Proses pembinaan sumber daya manusia tidak sama ,

    sekalipun umum memandangnya sebagai proses yang identik.

    Jika pendidikan lebih mengutamakan pengembangan proses

    intelektual , pembinaan ini sangat menitik beratkan pada

    pembinaan kemampuan yang sifatnya fungsional.

    Pelatihan kerja diatas kapal harus dilaksanakan minimal

    sebulan sekali mengingat pekerjaan mereka membutuhkan

  • 22

    keterampilan khusus. Perwira senior dalam hal ini mualim I (

    chief officer ) sekaligus sebagai kepala kerja di bagian dek

    diwajibkan memberikan petunjuk dan latihan agar semua Anak

    Buah Kapal dalam melaksanakan tugasnya dapat mengerti

    menggunakan peralatan sesuai dengan funsinya.

    C. Analisis pemecahan masalah

    Untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja, maka penulis mencari

    pemecahan masalah atau solusi dalam rangka meningkatkan disiplin

    ABK untuk keselamatan kerja di MV. JENNIFER diantaranya yaitu

    sebagai berikut:

    1. Kurangnya pengawasan pelaksanaan manajemen keselamatan kerja

    Dari permasalahan tersebut diatas , penulis menganalisis dan

    mencari solusi pemecahannya sebagai berikut:

    a. Pelaksanaan sosialisasi kepada pengawas mengenal

    pelaksanaan manajemen keselamatan Pada waktu perekrutan Safety Officer maupun anak buah

    kapal sebelum naik ke kapal , pihak perusahaan bagian

    keselamatan khususnya dalam hal ini adalah DPA dengan

    dibantu oleh Company Safety Officer harus lebih meningkatkan

    lagi dengan waktu yang cukup pensosialisasian dan pembinaan

    awal ( briefing ) terhadap Safety Officer yang akan di tempatkan

    dikapal.

    Didalam pensosialisasian dan pembinaan awal

    pelaksanaan ISM Code tersebut diutamakan kepada Safety

    Officer mengenai kebijakan kebijakan dalam pelaksanaan ISM

  • 23

    Code dikapal yang salah satunya adalah pelaksanaan SMS

    manual. Perusahaan harus menjelaskan apakah itu SMS

    Manual, apakah itu prosedur prosedur keselamatan kerja,

    tujuan dan manfaatnya, menjelaskan bagaiman cara

    melaksanakannya dan pengawasannya, serta cara membuat

    laporan kerjanya, juga menjelaskan akibatnya kalau tidak

    melaksanakannya.Tentu dengan langkah pensosialisasian dan

    pembinaan awal seperti ini di harapkan agar bagi perwira kapal

    terutama kepada Chief Officer dan Ship Safety Officer diatas

    kapal yang baru atau belum pernah berpengalaman akan

    mengerti, bagi ABK yang telah berpengalaman untuk mengingat

    kembali pelaksanaan ISM Code tersebut sehingga dapat

    meningkatkan pengetahuan mereka sebagai pengawas terhadap

    pengawasan pelaksanaan prosedur keselamatan kerja tersebut.

    b. Pemberian sanksi kepada pengawas yang tidak tegas pada saat melakukan tugas

    Sanksi adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak

    mengenakkan atau menimbulkan penderitaan, yang diberikan

    kepada pihak pelaku karena melakukan perilaku atau tindakan

    yang menyimpang. Hukuman semestinya di berikan sebanding

    dengan kualitas penyimpangan yang dilakukan. Pemberian

    hukuman tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.

    Safety Officer yang tidak menjalankan tugas dengan baik

    hendaknya diberi sanksi agar kelalaian dan kesalahannya tidak

    terjadi lagi diwaktu yang akan datang .sanksi tersebut berupa

    teguran dari Nakhoda apabila pada saat mengawasi kegiatan

    kerja Safety Officer, Nakhoda melihat ada beberapa pelanggaran

    yang dilakukan misalnya Safety Officer merokok bukan di area

    khusus merokok, atau dalam melakukan pekerjaan justru Safety

  • 24

    Officer tidak memberikan panutan yang baik dengan tidak

    menggunakan alat alat keselamatan kerja saat menjalankan

    tugas.

    Apabila sanksi berupa teguran atau peringatan yang

    diberikan oleh nakhoda masih tetap diabaikan oleh Safety Officer

    dan masih terus ada kelalaian dan pelanggaran yang dilakukan

    Safety Officer atau crew yang lain maka sanksi utama yaitu

    Nakhoda melaporkan crew tersebut ke perusahaan. Pihak

    Manajemen Perusahaan akan menegur langsung crew yang

    bermasalah tersebut atau mengirimkan surat peringatan .Apabila

    hal tersebut ternyata tidak dapat mengatasi masalah yang ada

    maka pihak manajemen perusahaan memberikan sanksi

    penurunan crew itu sebelum kontrak kerjanya habis.

    Hal tersebut dilakukan agar pelanggaran pelanggaran

    yang dilakukan oleh Safety Officer tidak diikuti oleh ABK lainnya

    yang bekerja diatas kapal. Selain itu agar menjadi pelajaran bagi

    awak kapal atau ABK lainnya bahwa akan diberikan sanksi yang

    tegas bagi siapapun yang tidak disiplin dan melakukan

    pelanggaran, apalagi dampaknya berhubungan dengan

    keselamatan jiwa awak kapal. Pemberian sanksi ini juga

    bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang sama diwaktu yang

    akan datang, sehingga manajemen keselamatan kerja dapat

    dipatuhi dan dijalankan dengan baik sehingga mencegah resiko

    kecelakaan kerja diatas kapal.

    2. Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerja kepada

    ABK diatas kapal Dari permasalahan tersebut diatas, penulis menganalisa dan

    mencari solusi pemecahan sebagai berikut :

  • 25

    a. Pelaksanaan sosialisasi manajemen keselamatan kerja kepada ABK diatas kapal

    Sosialisasi sangat diperlukan bagi ABK yang akan bekerja

    diatas kapal minimal 3 hari setelah diatas kapal. Sosialisasi yang

    dilakukan tidak sampai 1 hari ternyata tidak efektif bagi ABK

    yang akan joint diatas kapal. ABK yang baru joint diatas kapal

    kurang mendapatkan sosialisasi karena jadwal kapal yang padat.

    Untuk mengatasinya ABK yang akan turun diikutkan lagi diatas

    kapal untuk mendampingi ABK yang baru yang akan

    menggantikan pekerjaannya. ABK yang lama memberi

    pengarahan mengenai tugas tugas yang harus dikerjakan,

    tanggung jawab dan hal hal lainnya yang berkaitan dengan

    pekerjaan ABK yang lama tersebut. Pengarahan atau petunjuk

    yang diberikan ABK lama bertujuan agar ABK yang baru

    mengetahui dan mengerti manajemen kerja yang benar diatas

    kapal. Setelah itu Nakhodda memberitahu kepada perusahaan

    mengenai ABK lama yang masih mengikuti pelayaran

    mendampingi ABK baru, agar diberikan bonus sesuai dengan

    waktu tambahan selama diatas kapal.

    Selain itu, ABK baru juga mendapat bimbingan dan

    pengarahan dari Safety Officer. Dengan memberikan bimbingan

    dan pengenalan awal secara bijaksana terhadap ABK yang baru

    naik kapal. Safety Officer akan menjelaskan prosedur prosedur

    yang berlaku diatas kapal, tentang keselamatan kerja dan

    peraturan peraturan dikapal sesuai dengan kebijakan

    perusahaan, termasuk pelaksanaan manajemen keselamatan

    kerja.

    Safety officer melaksanakan pengarahan secar rutin.

    Pengarahan tersebut berupa sosialisasi manajemen

    keselamatan kerja yang dikerjakan setiap dua kali dalam

  • 26

    sebulan. Sosialisasi ini bertujuan agar ABK dapat mengambil

    pelajaran berharga, dimana dalam pengarahan tersebut safety

    Officer memberikan program yang berkaitan tentang pentingnya

    keselamatan kerja. Program tersebut diantaranya berupa

    pengarahan , pelatihan dan penayangan video video tentang

    manajemen keselamatan kerja yang apabila tidak diterapkan

    dalam melaksanakan pekerjaan diatas kapal maka akan

    menimbulkan bahaya dan resiko kecelakaan kerja.

    Dengan meningkatkan sosialisasi manajemen keselamatan

    kerja terhadap ABK diatas kapal dengan memberikan

    pengarahan dari ABK lama dan bimbingan prosedur

    keselamatan kerja dari Safety Officer.Hal tersebut dapat

    memberikan pengetahuan tentang Manajemen keselamatan

    kerja agar ABK dapat mengetahui dan mengerti tugas dan

    tanggung jawabnya serta meningkatkan kesadaran ABK akan

    pentingnya keselamatan kerja diatas kapal .

    b. Pelatihan khusus untuk mualim I oleh perusahaan Mualim I adalah seseorang yang bertanggung jawab penuh

    atas keselamatan kerja dan memegang peranan sebagai

    pengawas kerja ABK dan memberikan instruksi kepada kepala

    kerja ( Bosun ). Selain itu, chief Officer memiliki kewajiban untuk

    menjelaskan manajemen kerja dan keselamatan kerja,

    mengawasi ABK untuk disiplin serta memperingatkan ABK

    apabila terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan manajemen

    kerja maupun keselamatan kerja tersebut.

    Untuk mendapatkan chief officer yang berkualifikasi,

    perusahaan melakukan sistem merekrut chief officer yang

    profesional dan berpengalaman di bidangnya. Perusahaan harus

    lebih selektif dalam hal penerimaan chief officer yang hendak

  • 27

    bekerja diatas kapal. Seorang chief Officer juga akan menjadi

    contoh atau panutan bagi ABK serta motor penggerak utama

    dilapangan, maka seorang chief Officer tidak hanya sekedar

    mengetahui manajemen, tetapi juga dapat menerapkan dalam

    pekerjaan sehari hari diatas kapal. Misalnya pada saat berada

    di Area tempat kerja, dalam menggunakan alat alat

    keselamatan kerja agar tidak membahayakan keselamatan jiwa

    chief Officer tersebut dan ABK lain akan mengikuti manajemen

    keselamatan kerja yang dilakukan chief Officer.

    Upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang

    manajemen kerja yang telah dibuat oleh perusahaan salah

    satunya memberikan pelatihan kepada chief Officer yang akan

    bekerja diatas kapal. Pelatihan tersebut menjelaskan manajemen

    kerja yang berisi tentang cara kerja, tugas dan tanggung jawab.

    Perusahaan juga senantiasa memberikan pelatihan khusus

    diatas kapal terhadap semua awak kapal disetiap ada

    kesempatan yang dinilai tidak mengganggu operasional kapal.

    Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan pelatihan

    bersifat spesifik, praktis dan segera. Spesifik berarti pelatihan

    berhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan. Praktis

    dan segera berarti yang sudah dilatihkan atau dipraktikkan.

    Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki

    penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang

    relatif singkat (pendek). Suatu pelatihan berupaya menyiapkan

    para karyawan untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi

    (Samsudin , 2010 : 110 ).

    Perusahaan harus memberikan pelatihan tentang

    manajemen keselamatan kerja terhadap chief Officer. Tujuan

    dari pelatihan ini untuk mengevaluasi setiap hasil kerja dan

    memberikan masukan masukan kepada chief Officer mengenai

    cara kerja sesuai dengan manajemen yang telah dibuat oleh

  • 28

    perusahaan agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan efektif

    dan efisien. Manajemen harus tetap dilaksanakan walaupun

    pekerjaan yang dilakukan setiap hari dan sudah berulang ulang

    dilaksanakan agar setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan

    lancar dan aman serta resiko kecelakaan kerja dapat di hindari.

    Apabila chief Officer yang sudah bekerja diatas kapal

    kurang profesional dan memiliki pengetahuan yang minim

    mengenai manajemen keselamatan kerja, Nakhoda sebagai

    pimpinan dan pemegang kekuasaan tertinggi diatas kapal

    memberikan pengarahan dan pelatihan kepada chief Officer.

    Setelah itu nakhoda mencontohkan cara memberikan pelatihan

    dan briefing tentang manajemen keselamatan kerja terhadap

    ABK. Nakhoda juga memberikan buku pedoman tentang

    keselamatan kerja kepada chief Officer agar dapat dipelajari dan

    segera dipahami oleh chief Officer. Kemudian nakhoda

    mengawasi dan memperhatikan perkembangan chief Officer

    diatas kapal dalam menjalankan maupun mengarahkan prosedur

    keselamatan kerja yang wajib dipatuhi seluruh awak kapal

    sehingga tidak terjadi pelanggaran dan meminimalisir resiko

    kecelakaan kerja diatas kapal .

  • 29

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan dalam Bab III , maka penulis

    mengambil kesimpulan sebagai berikut :

    1. Kurangnya pengawasan pelaksanaan manajemen keselamatan kerja

    disebabkan karena kurangnya pengetahuan pengawas terhadap

    prosedur keselamatan kerja dan kurang tegasnya pengawas

    terhadap manajemen keselamatan kerja pada saat melaksanakan

    tugasnya sehingga terjadi kecelakaan kerja dan menyebabkan

    banyak ABK yang bekerja tidak sesuai prosedur kerja dan

    mengabaikan manajemen keselamatan kerja yang berakibat dapat

    menimbulkan resiko kecelakaan kerja saat melaksanakan pekerjaan

    diatas kapal. 2. Kurangnya sosialisasi manajemen keselamatan kerja kepada ABK

    di kapal menyebabkan banyak ABK yang kurang paham tentang

    tugas dan tanggung jawabnya dan kurangnya pengetahuan semua

    ABK tentang pelaksanaan prosedur keselamatan kerja . B. Saran

    1. Hendaknya perusahaan memberikan sosialisasi kepada pengawas

    terhadap pelaksanaan manajemen keselamatan kerja agar setiap

    pekerjaan di atas kapal dilaksanakan sesuai manajemen

    keselamatan kerja dengan jalan pembinaan awal setidaknya satu kali

    sebelum ditempatkan di atas kapal dan hendaknya perusahaan

    meningkatkan rasa tanggung jawab pengawas terhadap manajemen

    keselamatan kerja dengan melakukan pengarahan dan

  • 30

    meningkatkan pemahaman sebelum bekerja diatas kapal ,serta

    kesadaran terhadap pelaksanaan manajemen keselamatan kerja. 2. Hendaknya perusahaan memberikan sosialisasi dan pelatihan

    khusus tentang pelaksanaan prosedur manajemen keselamatan

    kerja Training before joint Ship kepada mualim I sebelum

    bergabung dengan suatu perusahaan pelayaran , agar pelaksanaan

    manajemen keselamatan diatas kapal dapat terlaksana dengan baik

    dan dapat menghindari terjadinya kecelakaan diatas kapal.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    Emile Durkheim, website : http //mbegedut.blogspot.com/2011/06/faktor-faktor pendorong perilaku.html Faktor Pendorong Disiplin

    Hasibuan, Malayu SP, (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, jakarta.

    Jatim, Rozaimi, (2003) Kodefikasi Manajemen Keselamatan Internasional (ISM CODE). penerbit Yayasan Bina Citra samudra Jakarta.

    R.Moedjiman, (2012) Penulisan Karya Ilmiah Terapan Dan Prosedur Penulisan Makalah Penerbit BP3IP, Jakarta.

    Rumidi, Sukandar , ( 2006 ) Metodologi Penelitian . Penerbit Gadjah Mada University Press

    Sumamur (1981). Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Gunung agung, jakarta.