011 BAB III
description
Transcript of 011 BAB III
BAB III
PERANCANGAN ALAT
Pada bab ini dibuat suatu rancangan sebagai acuan dasar. Untuk
merancang sistem dari alat tersebut, dibuat sebuah diagram blok dan setiap
diagram blok tersebut mempunyai fungsi masing-masing dan secara keseluruhan
membentuk sistem dari alat. Diagram blok sistem di perlihatkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Keran Wudhu Otomatis
Keterangan diagram blok di atas :
Sensor I merupakan pendeteksi objek di hadapan keran hingga 50 cm dari
sensor. Sensor tersebut menggunakan sebuah pemancar infra merah
27
sebagai pengirim sinyal (transmitter) dan detektor infra merah sebagai
penerima sinyal (receiver).
Sensor II merupakan pendeteksi objek di bawah keran yang akan
mendeteksi hingga 40 cm dibawah keran. Sensor tersebut menggunakan
sebuah pemancar infra merah sebagai pengirim sinyal (transmitter) dan
detektor infra merah sebagai penerima sinyal (receiver).
Sensor III merupakan pendeteksi objek di bawah keran yang akan
mendeteksi kaki, sensor tersebut menggunakan sebuah pemancar infra
merah sebagai pengirim sinyal (transmitter) dan detektor infra merah
sebagai penerima sinyal (receiver) yang dipasang terpisah.
Komparator berfungsi untuk membandingkan dua macam tegangan, yaitu
tegangan input dengan tegangan referensi.
Rangkaian Logika digunakan untuk menghasilkan logika tertentu untuk
mengatur pengaktifan relai.
Driver Relai digunakan sebagai sakelar untuk membuka atau menutup
katup valve (On/Off).
Valve atau keran solenoid digunakan untuk mengontrol aliran air. Keran
tersebut akan terbuka apabila kumparan solenoid mendapatkan arus.
Sebaliknya akan menutup jika tidak ada arus yang mengalir pada
kumparan tersebut.
28
3.1 Perancangan Konstruksi Alat
29
Gambar 3.2.a Prototipe Alat Keran Wudhu Otomatis tampak muka
Gambar 3.2.b Prototipe Alat Keran Wudhu Otomatis tampak samping
Keterangan gambar 3.2 :
Tx : Transmitter (Infra Merah)
Rx : Receiver (Detektor Infra Merah)
30
Perancangan dan pembuatan alat ini membutuhkan tiga buah sensor
pendeteksi objek yang berada di atas dan di bawah keran. Karena tegangan
keluaran dari hasil pendeteksian sensor yang relatif kecil, maka dilewatkan
terlebih dulu ke rangkaian komparator (pembanding) yang telah diatur tegangan
referensinya sesuai tegangan keluaran sensor. Apabila tegangan keluaran dari
sensor lebih besar dari tegangan referensi maka tegangan keluaran rangkaian
komparator akan mendekati nilai tegangan Vcc (berlogika “1” atau high).
Sensor I diletakkan di atas keran berfungsi sebagai pendeteksi objek yang
berada di depan keran. Sensor II dan sensor III yang diletakkan di bawah keran
berfungsi mendeteksi objek di bawah keran (tangan dan kaki). Output kedua
sensor setelah itu dimasukkan ke rangkaian komparator untuk mendapatkan
logika “1” (high) atau “0” (Low) dan menjadi input bagi gerbang OR (74LS32).
Apabila salah satu dari sensor tersebut mendeteksi adanya objek, maka output dari
gerbang OR akan “1” (High). Kemudian output dari gerbang OR dimasukkan ke
gerbang AND (74LS08) bersama dengan output sensor I. Output dari gerbang
AND akan berlogika “1” (High) apabila output dari gerbang OR dan sensor I
tersebut berlogika “1” (High). Jika kondisi telah terpenuhi (output gerbang AND
berlogika”1”), maka akan mengaktifkan driver valve (rangkaian relai), sehingga
valve mendapat tegangan 220V (AC) dan menjadi terbuka sehingga air mengalir.
31
3.2 Perancangan Perangkat Keras
Rancangan sistem secara keseluruhan merupakan penggabungan dari
bagian-bagian yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam bab ini akan
dibahas per bagian dari sistem yang dirancang.
3.2.1 Rangkaian Sensor
Pada dasarnya rangkaian sensor I, II dan III memiliki bentuk rangkaian
yang sama. Pada prinsipnya rangkaian ini digunakan untuk mendeteksi objek di
hadapan keran dan di bawah keran. Rangkaian tersebut terdiri dari rangkaian Infra
merah sebagai pengirim sinyal (transmitter) dan rangkaian detektor infra merah
sebagai penerima sinyal (receiver).
3.2.1.1 Rangkaian Transmitter (Pemancar Infra Merah)
Untuk rangkaian transmitter (Pemancar Infra Merah) untuk pengirim
sinyal frekuensi, digunakan IC 555 sebagai generator frekuensi dengan keluaran
sekitar 30 - 50 KHz. Berikut gambar skema rangkaian pembangkit sinyal.
Gambar 3.3 Skema Rangkaian Pembangkit Sinyal[7]
Untuk menentukan harga R1,R2, dan C digunakan persamaan berikut:
32
..........................................................................................(3.1)
F = frekuensi (Hz)
R1 = Tahanan (Ohm)
R2 = Tahanan (Ohm)
C = Kapasitansi (Farad)
Untuk membuat rangkaian digunakan frekuensi acuan sebesar 38 KHz untuk
menentukan harga komponen yang akan dipakai dalam rangkaian pemancar infra
merah.
, misal harga C = 10 nF =10-8 F , maka
, misal R2 = 1 K , maka
sehingga diketahui harga komponen yang akan digunakan sebagai berikut:
R1=1800 ; R2=1000 ; C=10 nF
Panjang gelombang dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
....................................................................................................(3.2)
T = Perioda (sekon)
33
F = Frekuensi (Hz)
Dan untuk duty cycle adalah
yang besarnya > 50 %[6]
D = Duty Cyle (%)
t = Panjang gelombang saat level high (sekon)
T = Perioda (sekon)
Berikut gambar sinyal yang dihasilkan :
Gambar 3.4.a Sinyal Infra Merah dengan Perioda 26 us
Namun hasil frekuensi yang dipancarkan pada kenyataannya memiliki karakter
sinyal yang terbatas. Selain jarak pancar infra merah harus lurus atau sejajar
dengan penerima, sinyal yang dipancarkan dengan sudut > 50 memiliki jarak
pantul yang pendek. Dengan demikian perlu dilakukan modifikasi rangkaian,
dengan perubahan posisi pemasangan led infra merah, Anoda ke Vcc dan Katoda
34
ke resistor yang terhubung ke pin 3 IC 555. Resistor ini berfungsi melindungi led
agar tidak mudah rusak. Bentuk sinyal yang dihasilkan berubah seperti berikut:
Gambar 3.4.b Sinyal Infra Merah dengan Perioda 26 us terbalik
Bentuk sinyal berubah dari semula – sinyal dengan logika’1’ selama 16 us dan
logika ‘0’ selama 10 us, menjadi sinyal dengan logika ‘1’ selama 10 us dan logika
‘0’ selama 16 us. Artinya duty cycle berubah menjadi lebih kecil dari 50%.
Untuk pemancar Infra merah I dan II masing-masing memiliki generator
frekuensi, yaitu IC 555. Sedangkan pemancar Infra merah III diparalel dengan
Inframerah I. Jadi dapat dikatakan Infra merah I dan III memiliki generator
frekuensi yang sama. Agar jarak pantul infra merah dapat diatur, maka R2 diganti
dengan variabel resistor 10K, dan ditambahkan variable resistor 1K sebelum
kapasitor. Secara umum skema rangkaiannya dapat dilihat seperti gambar 3.5.
35
Gambar 3.5 Skema Rangkaian Pemancar Infra Merah (Transmitter)
3.2.1.2 Rangkaian Receiver ( Detektor Infra Merah )
Pada rangkaian penerima (Detektor Infra Merah), penerimaan sinyal
frekuensi menggunakan KEC168 (penerima remote TV). KEC168 merupakan
rangkaian penerima infra merah dengan photodioda yang telah terintegrasi dalam
sebuah kemasan. KEC168 memiliki 3 buah buah pin, yaitu pin 1 sebagai keluaran
(Out), pin 2 dihubungkan ke ground dan pin 3 dihubungkan dengan tegangan Vcc
(5 Volt). Output KEC168 aktif low. Hal ini berarti tegangan Vcc akan diteruskan
melewati pin 1 (Out) apabila mendapat logika “0” (low). Kemudian output dari
pin 1 akan dijadikan acuan sebagai pengaktif sakelar (transistor BC108).
Gambar 3.6 Diagram Blok Detektor Infra Merah (KEC168)[6]
36
Gambar 3.7 Skema Rangkaian Detektor Infra Merah (Receiver)[11]
3.2.2 Rangkaian Komparator
Rangkaian komparator berfungsi sebagai pembanding dua macam
tegangan. Pada rangkaian ini digunakan IC LM324 sebagai pembanding tegangan.
Dalam pengoperasiannya, tegangan yang satu dicatu oleh suatu acuan yang
besarnya tetap (Vin), sedang yang lainnya dicatu oleh sinyal masukan yang
nilainya berubah-ubah (Vref). Karena tegangan yang dihasilkan sensor relatif
kecil mulai sekitar 0,18 volt ketika sensor mulai bekerja, agar perubahan tegangan
tersebut dapat dianggap sebagai logika “1” untuk menjalankan relai, maka
tegangan keluaran sensor dimasukkan ke komparator terlebih dahulu. Tegangan
referensi (Vref) terlebih dahulu diset sebesar 0,19 volt, sehingga bila tegangan
input (Vin) yang berasal dari sensor melebihi Vref, maka akan menghasilkan
logika 1 (High).
37
Gambar 3.8 Skema Rangkaian Komparator menggunakan IC LM324
3.2.3 Rangkaian Logika
Pada rangkaian ini digunakan rangkaian terpadu IC 74LS08 (gerbang
AND) dan IC 74LS32 (gerbang OR). IC 74LS08 terdiri dari 4 buah gerbang
AND, setiap gerbangnya mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Gerbang
AND memberikan keluaran “1” hanya bila semua masukan berlogika “1”.
Penggunaan IC74LS08 bertujuan mendapatkan keluaran yang berlogika “1” dari
pengkombinasian logika yang berasal dari dua buah sensor. Apabila keluaran dari
kedua sensor berlogika “1”, maka keluaran gerbang AND akan mengaktifkan
penggerak relai valve.
Gambar 3.9 Skema Rangkaian Logika IC 74LS08
Sedangkan IC 74LS32 terdiri dari 4 buah gerbang OR, setiap gerbangnya
mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Gerbang ini akan menghasilkan
logika “1” (High) apabila salah satu inputnya memiliki logika “1” (High).
38
Gambar 3.10 Skema Rangkaian Logika IC 74LS32
Skema rangkaian logika untuk keseluruhan dapat dilihat pada skema rangkaian
logika pada gambar 3.11 berikut ini.
Gambar 3.11 Skema Rangkaian Logika keseluruhan
3.2.4. Rangkaian Driver Relai
Pada rangkaian relai terdapat transistor BC108 yang berfungsi sebagai
saklar. Transistor ini mendapat Logika “1” dari IC 74LS08 yang akan
mengaktifkan relai. Karena transistor BC108 (normaly open), maka tegangan
kolektor yang menggerakkan relai tidak akan ada jika tidak ada arus ke basis,
sehingga tegangan VCE sama dengan VCC. Ketika ada tegangan atau arus yang
melalui basis, maka transistor akan bekerja (normaly close) dan arus mengalir
melalui emiter yang akan mengaktifkan relai. Dengan demikian apabila V in diberi
39
tegangan level “1”, maka transistor akan bekerja sehingga relai akan aktif (on).
Sedangkan apabila Vin diberi tegangan level “0”, maka transistor tidak bekerja
sehingga relai pun tidak akan aktif (off).
Pemberian kapasitor 680uF/25V bertujuan untuk memberikan delay waktu
bagi valve saat on/off. Setelah (5R.C) detik barulah kapasitor terbuang habis
muatannya, sehingga valve akan off kembali. R disini ialah nilai tahanan yang
dimiliki relai. Letak pemasangan kapasitor akan menentukan kapan terjadi
penundaan on/off relai. Apabila kapasitor dipasang antara sumber tegangan 12 V
dengan ground, maka penundaan akan terjadi pada saat on (on-nya tertunda).
Sedangkan apabila kapasitor dipasang pada kolektor terhadap ground, maka
penundaan akan terjadi pada saat off (off-nya tertunda).
- konstanta waktu, RC =366 x 680 x 10-6 F = 0,248 detik
- relai akan tertutup setelah 5 x RC detik atau 5 x 0,248= 1,24 detik [3]
Dioda dipasang reverse berfungsi untuk melindungi transistor dari
tegangan induksi yang dikeluarkan oleh kumparan relai pada saat transfer dari off
ke on atau sebaliknya.
40
Gambar 3.12 Rangkaian Driver Relai [11]
Tegangan yang masuk pada Vin mempunyai dua keadaan yaitu “low” dan
“high”. Tegangan low berarti tegangannya berkisar antara 0 - 1 volt. Keadaan
“high” berarti tegangannya lebih besar dari 1 volt.
Pada saat V1 low :
Vin < 1 volt berarti transistor “off”. Akibatnya relai tidak mendapat
potensial bumi (ground), sehingga relai akan “off”, sehingga kontak-kontak relai
tidak tertarik.
Pada saat V1 high :
Vin > 1 volt berarti ada arus yang mengalir melalui basis transistor dan
mengaktifkan transistor, sehingga kaki kolektor pada transistor mendapat
potensial bumi (kolektor dihubung singkat dengan emiter). Akibatnya relai akan
aktif, demikian juga kontak-kontak relai yang terhubung ke beban akan aktif (on).
Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan sebuah relai DPDT yang
berfungsi menghubungkan tegangan AC 220 volt menuju valve.
3.2.5. Rangkaian Catu Daya
Rangkaian catu daya di rancang untuk menghasilkan output tegangan +5
volt untuk rangkaian keseluruhan dan + 12 volt untuk rangkaian driver relai.
Adapun rangkaian catu daya ditunjukkan pada gambar 3.13 di bawah.
41
Gambar 3.13 Rangkaian Catu Daya
Pada rangkaian ini catu daya yang digunakan merupakan sumber tegangan
12 volt AC (arus bolak – balik) dari trafo 2A. Untuk menghasilkan tegangan arus
searah digunakan dioda bridge. Penggunaan IC regulator LM7805 dan LM7812
dimaksudkan untuk menghasilkan dua buah tegangan keluaran DC sebesar +5 volt
dan +12 volt. Adapun untuk mengurangi ripple tegangan digunakan kapasitor (C1)
dengan nilai 3300 uF/25V dan (C3) dengan nilai 100 nF pada IC regulator
LM7805 dan LM7812. Kapasitor C3 dengan nilai 100 nF berfungsi sebagai filter
ripple atau riak yang mungkin masih terjadi, terutama dalam frekuensi yang
tinggi.
42