01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

download 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

of 42

Transcript of 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    1/42

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    2/42

    i

    STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S DENGAN

    INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA RUMAH

    SAKIT PANTI WALUYO

    SURAKARTA

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    DISUSUN OLEH :

    NILA WAHYUNINGSIH

    NIM. P.09089

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2012

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    3/42

    ii

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini :

    Nama : Nila Wahyuningsih

    NIM : P.09089

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    TN. S DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI

    RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI

    WALUYO SURAKARTA

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

    benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

    atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

    hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

    dengan ketentuan akademik yang berlaku.

    Surakarta, 27 April 2012

    Yang Membuat Pernyataan

    NILA WAHYUNINGSIH

    NIM. P. 09089

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    4/42

    iii

    ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S

    DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA

    RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Nila Wahyuningsih

    NIM : P.09089

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul :

    Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi

    DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : Surakarta

    Hari/ Tanggal : Jumat, 27 April 2012

    Pembimbing : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns ( )

    NIK : 201187065

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    5/42

    iv

    ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S

    DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA

    RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

    HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Nila Wahyuningsih

    NIM : P.09089

    Progran Studi : DIII Keperawatan

    Judul :

    Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

    Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    Ditetapkan di : .

    Hari/ Tanggal : .

    DEWAN PENGUJI

    Penguji I : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns ( )

    NIK : 201187065

    Penguji II : Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns ( )

    NIK : 201186080

    Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( )

    NIK : 201186076

    Mengetahui,Ketua Program Studi DIII Keperawatan

    STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Setiyawan, S.Kep., Ns

    NIK. 201084050

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    6/42

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

    berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

    Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    TN.S DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG CEMPAKA

    RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA.

    Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

    bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

    kepada yang terhormat :

    1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

    telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma

    Husada Surakarta.

    2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

    Keperawatan, sekaligus sebagai dosen pembimbing dan penguji I yang telah

    membimbing dengan cermat serta memberikan berbagai masukan, inspirasi

    perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

    studi kasus ini.

    3.

    Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah

    memberikan saran, kritik, serta masukan-masukan yang bermanfaat bagi

    penulis dan demi sempurnanya studi kasus ini.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    7/42

    vi

    4. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah

    memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian

    berlangsung dan demi sempurnanya penulisan karya tulis ini.

    5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta, yang telah memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan

    serta ilmu yang bermanfaat dengan begitu sabar.

    6. Pihak Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta beserta staf keperawatan,

    khususnya di Ruang Cempaka yang telah memberikan ijin dan kesempatan

    bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.

    7. Ayah dan Ibu, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan

    dukungan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

    8. Saudara serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan

    semangat dalam setiap proses yang dilalui oleh penulis.

    9. Joseph Segun dan Feronika Ayu Triastuti yang telah memberikan informasi

    mengenai materi, jurnal serta peminjaman buku-buku yang terkait dengan

    materi, serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan

    dukungan dalam berbagai hal.

    10.Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

    Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat deisebutkan satu-

    persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

    Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

    keperawatan dan kesehatan. Amin.

    Surakarta, 27 April 2012

    Penulis

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    8/42

    vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .

    LEMBAR PERSETUJUAN

    LEMBAR PENGESAHAN

    KATA PENGANTAR .

    DAFTAR ISI

    DAFTAR GAMBAR ...

    DAFTAR LAMPIRAN

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...

    B. Tujuan Penulisan ...

    C. Manfaat Penulisan .

    BAB II LAPORAN KASUS

    A. Identitas Klien ...

    B. Pengkajian .

    C. Perumusan Masalah Keperawatan

    D.

    Perencanaan Keperawatan

    E. Implementasi Keperawatan ..

    F. Evaluasi Keperawatan ..

    Halaman

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vii

    ix

    x

    1

    3

    4

    6

    6

    11

    11

    12

    14

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    9/42

    viii

    BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan ..

    B. Simpulan dan Saran ....

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    Daftar Riwayat Hidup

    16

    29

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    10/42

    ix

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Genogram Tn. S 8

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    11/42

    x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

    Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

    Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian

    Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien

    Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

    Lampiran 6 Hasil EKG

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    12/42

    1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang Masalah

    Menurut WHO, pada tahun 2004 diperkirakan 17,1 juta orang meninggal

    karena penyakit kardiovaskuler dan 7,2 juta diantaranya adalah karena infark

    miokard akut (National Registry of Disease Office, 2011). Angka kematian karena

    penyakit kardiovaskuler meningkat pada tahun 2008 menjadi lebih dari 17,3 juta

    orang, dari angka tersebut, 7,3 juta diantaranya disebabkan oleh serangan jantung

    (AMI) dan 6,3 juta karena stroke (Mendis et al, 2011).

    Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia meneliti pada tahun 2007, jumlah

    pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di RS di

    Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah penyakit jantung iskemik,

    yaitu 110,183 kasus. Care fatelity rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard

    akut (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit

    jantung lainnya (13,37%) (Depkes, 2009).

    Infark Miokard Akut (AMI) atau sering disebut juga dengan serangan

    jantung terjadi ketika salah satu atau lebih bagian dari otot jantung mengalami

    penurunan suplai oksigen akibat sumbatan aliran darah yang menuju ke jantung.

    Hal ini menyebabkan kerusakan atau kematian (nekrosis) otot jantung (New York

    Presbyterian, 2008). Berkurangnya suplai oksigen ke jaringan miokardium dalam

    beberapa waktu dapat menyebabkan area nekrosis akan berkembang/meluas serta

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    13/42

    2

    dikelilingi area iskemik dan area injuri. Nyeri dada timbul karena iritasi ujung

    saraf di area yang terjadi iskemik dan injuri (Sommers et al, 2007). Karakteristik

    nyeri yang ditimbulkan biasanya berupa nyeri akut yang menjalar sampai ke

    lengan kiri dan rahang disertai nafas pendek, fatigue, diaforesis, sukar menelan

    dan nausea (Schell & Puntillo, 2006). Nyeri pada pasien dengan infark miokard

    akut merupakan hal yang penting untuk ditangani, karena dengan mengurangi

    nyeri dapat mengurangi stress yang menguras energi sehingga kebutuhan akan

    oksigen dapat dikurangi.

    Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

    menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual maupun

    potensial yang dirasakan dalam jangka waktu dimana kerusakan terjadi. Nyeri

    selalu subjektif dan dirasakan dalam cara yang berbeda antara satu orang dengan

    yang lainnya (Fitzpatrick & Wallace, 2006). Secara umum, bentuk nyeri dibagi

    menjadi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut dirasakan dalam waktu

    singkat, biasanya kurang dari 6 bulan, awitan dan gejalanya mendadak, dan

    biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri kronik adalah nyeri

    yang berlangsung sudah lebih dari 6 bulan, sumber nyeri bisa diketahui atau tidak

    diketahui serta penginderaan terhadap nyeri menjadi lebih dalam sehingga

    penderita sukar untuk menunjukkan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain

    dapat menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia (Mubarak,

    2007).

    Kontrol nyeri yang buruk dapat menekan sistem saraf simpatik, sehingga

    menyebabkan risiko komplikasi pada pasien. Nyeri dapat meningkatkan respon

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    14/42

    3

    stress metabolik, yang berdampak pada hiperglikemi, lipolisis, kerusakan otot dan

    lamanya penyembuhan luka. Nyeri juga dapat menimbulkan ansietas, gangguan

    tidur, confusion, delirium danparanoia (Schell & Puntillo, 2006).

    Prevalensi penyakit kardiovaskuler di RS Panti Waluyo sendiri belum

    diketahui secara pasti tetapi berdasarkan hasil pengamatan selama periode

    pengambilan data di Bangsal Cempaka, ada beberapa kasus pasien dengan

    penyakit tersebut dan semua adalah pasien dengan Infark Miokard Akut (AMI)

    dengan keluhan yang paling banyak dirasakan adalah nyeri.

    Melihat semua latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

    melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya

    Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Tn. S dengan

    Infark Miokard Akut di Bangsal Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

    millionB. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Melaporkan kasus nyeri pada Tn.S dengan Infark Miokad Akut di Ruang

    Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

    2. Tujuan Khusus

    a. Penulis mampu melakukan pengkajian dan analisa data pada Tn. S dengan

    masalah nyeri akibat Infark Miokard Akut.

    b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan

    masalah nyeri akibat Infark Miokard Akut.

    c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

    masalah nyeri akibat Infark Miokard Akut.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    15/42

    4

    d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan masalah nyeri

    akibat Infark Miokard Akut.

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan masalah nyeri

    akibat Infark Miokard Akut.

    f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri pada Tn. S dengan Infark

    Miokard Akut.

    C. Manfaat Penulisan

    1. Bagi Rumah Sakit.

    Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

    asuhan keperawatan khususnya bagi pasien dengan nyeri pada Infark Miokard

    Akut.

    2. Bagi Perawat.

    a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

    klien penderita dengan nyeri akibat Infark Miokard Akut.

    b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya

    pada pasien dengan nyeri akibat Infark Miokard Akut.

    3. Bagi Instansi Akademik.

    Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan

    dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

    4. Bagi Pasien dan Keluarga.

    Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara

    mengontrol nyeri akibat Infark Miokard Akut.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    16/42

    5

    5. Bagi Pembaca.

    Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara perawatan

    pasien dengan nyeri akibat Infark Miokard Akut.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    17/42

    6

    6

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    A. Identitas Klien

    Klien ialah seorang laki-laki berumur 59 tahun dengan inisial Tn. S yang

    bertempat tinggal di daerah Purwosari RT 2 RW 13 Laweyan, Purwosari, Sura-

    karta. Klien merupakan seorang pensiunan dengan tingkat pendidikan setara den-

    gan Diploma III (IPDN). Selama di rumah sakit, yang bertanggungjawab atas

    Tn.S ialah istrinya, Ny. H dengan usia 49 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta

    dengan tingkat pendidikan Diploma III dan alamat Purwosari RT 2 RW 13 La-

    weyan, Purwosari, Surakarta.

    B. Pengkajian

    Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 April 2012 jam 13.30 WIB dengan

    metode allo-anamnesadan auto-anamnesa. Keluhan utama yang dirasakan Tn. S

    adalah nyeri dada dengan riwayat kesehatan sekarang sebagai berikut. Dua jam

    sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Nyeri dira-

    sakan setelah berkebun. Nyeri yang dirasakan semakin lama semakin berat, ra-

    sanya seperti tertekan dari mulai atas diafragma kemudian menjalar sampai ke

    bahu kiri, rahang dan leher. Selain itu, dada terasa seseg/ampeg, kepala pusing,

    badan lemes, dan keringat dingin. Lalu keluarga membawa ke IGD RS Panti Wa-

    luyo. Di IGD mendapat terapi berupa infus D 5% 20 tetes per menit, oksigen 3

    liter per menit, obat-obat jantung seperti isosorbidedinitrat (ISDN) dan nitroglise-

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    18/42

    7

    rin spray. Kemudian dokter menyarankan agar klien dirawat di ICU selama 1

    minggu karena didiagnosa menderita Infark Miokard Akut sampai pada tanggal 2

    April klien dipindah ke bangsal Cempaka sekitar pukul 11.45 WIB dalam kondisi

    kesadaran compos mentis. Saat dikaji, klien terlihat mengelus-elus dada sebelah

    kiri, tidak ada keluhan seseg tapi ada nafas pendek. Tekanan darah 140/90 mmHg

    ; nadi 84 kali per menit; frekuensi pernafasan 28 kali per menit; suhu 36,4 C.

    Klien mengatakan bahwa dada sebelah kiri terasa sedikit nyeri, rasanya se-

    mengkrang tapi tidak sampai menjalar ke bahu. Nyeri hilang timbul tapi sering,

    tiap nyeri lamanya kira-kira 2-3 menit.

    Riwayat penyakit dahulu, klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan

    punya riwayat hipertensi. Nyeri dada sudah sering dirasakan sejak memasuki usia

    50-an tapi tidak pernah dihiraukan karena nyerinya tidak seberapa dan dapat ber-

    kurang hanya dengan beristirahat. Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak

    usia 20 tahun dan berhenti sejak masuk rumah sakit. Riwayat alergi tidak ada.

    Klien merupakan anak ke-2 dari sepuluh bersaudara dimana hampir semu-

    anya punya riwayat hipertensi dan ada satu yang punya penyakit yang sama den-

    gan pasien, yaitu adiknya yang ke-5. Ayah klien juga pernah menderita penyakit

    yang sama.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    19/42

    8

    Tn.S (59 th)AMI + HT

    AMI + HT

    AMI + HT

    Gambar 2.1

    Genogram Tn. S

    Pola aktivitas dan latihan klien sebelum sakit tidak mengalami masalah.

    Klien dapat beraktivitas secara mandiri. Selama sakit, semua aktivitas (makan dan

    minum, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi)

    klien dibantu oleh orang lain, baik oleh keluarga maupun perawat. Klien menga-

    takan bahwa badan masih lemas dan belum diperbolehkan turun dari tempat tidur.

    Pola kognitif dan perseptual, klien mengatakan sebelumnya sudah pernah

    marasakan nyeri dada tapi hanya sedikit sehingga tidak dihiraukan. Klien meng-

    gunakan alat bantu penglihatan/kacamata karena mengalami rabun dekat dan tidak

    Keterangan :

    : laki-laki

    : perempuan

    : meninggal

    : pasien

    : garis perkawinan

    : garis keturunan

    : tinggal serumah

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    20/42

    9

    gangguan dalam hal fungsi pendengaran. Selama sakit, klien masih menggunakan

    alat bantu penglihatan untuk membaca dan tidak ada gangguan fungsi pendenga-

    ran. Namun, nyeri dada yang dirasakan lebih berat dari yang terdahulu karena ti-

    dak berkurang dengan beristirahat. Karakteristik nyeri yang dirasakan adalah se-

    bagai berikut,provocate (P)/faktor pencetusnya ialah karena adanya kematian ja-

    ringan otot jantung, quality/kualitas nyeri rasanya semengkrang, region/daerah

    yang terasa nyeri di dada sebelah kiri, severe/skala nyeri 3, time/waktu hilang

    timbul tapi sering, tiap nyeri 2 - 3 menit.

    Klien berada dalam keadaan sadar penuh/compos mentis saat dilakukan

    pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital adalah sebagai berikut,

    tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, frekuensi pernafasan 28 kali

    per menit, dan suhu 36,4 C. Ketika pemeriksaan dada dilakukan, dada sebelah

    kiri terlihat sedikit membesar, terlihat ada nafas pendek, ekspansi paru kanan sa-

    ma dengan kiri, retraksi dada tidak ada. Ketika dipalpasi, vokal fremitus kanan

    sama dengan kiri. Bunyi perkusi paru sonor di seluruh lapang paru dan pada saat

    diauskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan. Hasil pemeriksaan jantung an-

    tara lain ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis tidak teraba, hasil perkusi

    pekak dan tidak terdapat pelebaran batas jantung, sedangkan pada auskultasi ter-

    dengar bunyi jantung normal, hanya terdengar S1dan S2(lub-dub-lub-dub).

    Pemeriksaan laboratorium dilakukan dua kali, yaitu pada tanggal 27 Maret

    2012 dan tanggal 28 Maret 2012. Hasil pemeriksaan pada tanggal 27 Maret 2012

    meliputi hemoglobin 14 g/dL (nilai normal 12,1-17,6 g/dL); hematokrit 45 % (ni-

    lai normal 35-45 %); eritrosit 4,84 juta/mm (nilai normal 4,5-5,9 juta/mm); leu-

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    21/42

    10

    kosit 12,3 ribu/mm (nilai normal 4,4.-11,3 ribu/mm); trombosit 24,4 ribu/mm

    (nilai normal 150-450 ribu/mm), basofil 0,5 % (nilai normal 0-2 %); eosinofil 2

    % (nilai normal 0-4 %); neutrofil 69,2% (nilai normal 55-80 %); limfosit 22 %

    (nilai normal 22-44 %); monosit 6,3 % (nilai normal 0-7 %), MCV 93 fL (nilai

    normal 80-96 fL); MCH 30 pg (nilai normal 28-33 pg); MCHC 32 % (nilai nor-

    mal 32-36 %), golongan darah B dengan Rh (+), gula darah sewaktu 150 mg/dL

    (nilai normal 60-140 mg/dL). Hasil pemeriksaan tanggal 28 Maret 2012 meliputi

    kolesterol total 203 mg/dL (nilai normal 50-200 mg/dL); HDL 55 mg/dL (nilai

    normal 30-63 mg/dL); LDL 141,8 mg/dL (nilai normal 66-147 mg/dL); trigliserid

    31 mg/dL (nilai normal kurang dari 150 mg/dL), ureum 27,8 mg/dL (nilai normal

    10-50 mg/dL); kreatinin 1,12 mg/dL (nilai normal 0,9-1,13 mg/dL), gula darah

    puasa 120 mg/dL (nilai normal 70 120 mg/dL); gula darah 2 jam PP 127 mg/dL

    (nilai normal 80-140 mg/dL), SGOT 101 U/L (nilai normal 0-35 U/L); SGPT 28

    U/L (nilai normal 0-45 U/L); CK-MB 170,3 ng/mL (nilai normal kurang dari 5,1

    ng/mL); alpha HBHD 262 U/L (nilai normal 72-182 U/L).

    Foto toraks dilakukan pada tanggal 27 Maret 2012 dan didapatkan hasil

    normal atau tidak ada kelainan, sedangkan pada pemeriksaan EKG diperoleh

    gambaran AMI, yaitu adanya ST elevasi dan Q patologis pada lead VI, V2, V3

    dan V4.

    Terapi yang diperoleh pasien selama di bangsal antara lain oksigen 3 liter

    per menit, infus NaCl 20 tetes per menit, Dulcolax 10 mg/12 jam, Zypraz 0,5

    mg/24 jam, Sintrom 1 mg/24 jam, Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5

    mg/24 jam; Captopril1 tablet 12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet1 tablet/24 jam.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    22/42

    11

    C. Perumusan Masalah Keperawatan

    Setelah dilakukan analisa terhadap data hasil pengkajian, diperoleh data

    subjektif, antara lain klien mengatakan bahwa dada sebelah kiri terasa sedikit nye-

    ri, skala nyeri 3, rasanya semengkrang tapi tidak sampai menjalar ke bahu, nyeri

    hilang timbul tapi sering, tiap nyeri lamanya kira-kira 2-3 menit. Data objektif

    yang diperoleh, yaitu klien terlihat mengelu-elus dada sebelah kiri, terlihat nafas

    pendek, tanda-tanda vital (tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 kali per menit;

    frekuensi penafasan 28 kali per menit; suhu 36,4 C), adanya ST elevasi dan Q

    patologis di lead V1, V2, V3, V4 pada hasil EKG dan hasil pemeriksan laborato-

    rium, yaitu CK-MB 170,3 mg/dL; SGOT 101 mg/dL; alpha HBDH 262 mg/dL.

    Oleh karena itu, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhu-

    bungan dengan agen injuri biologis (kematian otot jantung).

    D.

    Perencanaan Keperawatan

    Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan pada tujuan

    intervensi pada masalah keperawatan dengan kasus nyeri, yaitu setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri

    yang dirasakan, dengan kriteria hasil klien melaporkan bahwa nyeri berkurang,

    skala nyeri 1, ekspresi wajah rileks, klien tidak mengeluh nyeri, dan tanda-tanda

    vital dalam batas normal.

    Berdasarkan tujuan tersebut, penulis membuat rencana tindakan, yaitu kaji

    ulang karakteristik nyeri klien untuk mengetahui respon klien terhadap terapi yang

    diberikan. Pantau tanda-tanda vital karena merupakan indikator penting terhadap

    adanya peningkatan intensitas nyeri. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    23/42

    12

    agar klien dapat beristirahat, sehingga beban kerja jantung tidak meningkat seiring

    dengan banyaknya aktifitas. Atur posisi klien (head up 30) untuk membantu

    mempertahankan kerja jantung. Pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter per me-

    nit untuk mempertahankan suplai oksigen dalam darah sehingga kebutuhan oksi-

    gen jantung terpenuhi (mencegah perluasan infark). Ajarkan dan bantu klien me-

    lakukan teknik relaksasi/distraksi untuk mengurangi nyeri. Laksanakan program

    terapi sesuai advis dokter (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam;Maintate2,5 mg/24 jam;

    Captopril1 tablet 12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet1 tablet/24 jam).

    E. Implementasi Keperawatan

    Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada hari Senin, 2 April

    2012 jam 13.30 WIB, yaitu melakukan pengkajian terhadap karakteristik nyeri

    klien dan klien merespon dengan mengatakan nyeri di bagian dada sebelah kiri,

    rasanya semengkrang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul tapi sering. Klien terlihat

    mengelus-elus dada sebelah kiri dan terdapat nafas pendek. Setelah itu, mengukur

    tanda-tanda vital klien dan didapatkan hasil tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84

    kali per menit, frekuensi pernafasan 28 kali per menit, dan suhu 36,4 C. Lalu,

    mengatur posisi klien (head up 30) dan memantau aliran oksigen. Setelah dilaku-

    kan tindakan tersebut, klien mengatakan bahwa posisi sudah nyaman dan aliran

    oksigen sudah cukup, klien terlihat berbaring dengan posisi head up 30 dan ter-

    pasang oksigen aliran rendah 3 liter per menit.

    Hari Selasa, 3 April 2012 jam 08.00 WIB, penulis melakukan tindakan

    menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mematikan AC. Setelah dilakukan

    tindakan, klien mengatakan lingkungan sudah nyaman tapi agak dingin. Kemu-

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    24/42

    13

    dian pada jam 08.30 WIB, mengukur tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi) dan

    mengkaji ulang nyeri klien dan didapatkan hasil, suhu 36 C, nadi 60 kali per me-

    nit, respirasi 24 kali per menit. Klien mengatakan tadi pagi nyeri memberat karena

    udara dingin, sekarang sudah berkurang, rasanya seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri

    3 dan dirasakan terus-menerus. Jam 12.00 WIB, tindakan yang dilakukan adalah

    memberikan obat oral (Disolf 1 tablet 490 mg) dan mengukur tanda-tanda vital

    (tekanan darah, nadi, respirasi). Respon setelah dilakukan tindakan antara lain ob-

    at sudah diminum sehabis makan dan dari pengukuran tanda-tanda vital diperoleh

    hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 62 kali per menit, respirasi 24 kali per

    menit. Jam 13.00 WIB, penulis mengisi air dalam tabung humidifier. Setelah dila-

    kukan tindakan, air dalam tabung humidifier

    sudah terisi kembali, terpasang oksigen 3 liter per menit dengan kanul nasal dan

    klien mengatakan aliran oksigen sudah cukup.

    Hari Rabu, 4 April 2012 pukul 08.30 WIB, penulis mengukur suhu dan di-

    dapatkan hasil badan klien tidak panas, suhu 36,8 C. Pada jam yang sama, penu-

    lis mengkaji ulang nyeri klien dan klien merespon dengan mengatakan dada masih

    terasa nyeri, rasanya seperti ditusuk-tusuk tapi lebih ringan dari ynag kemarin.

    Ekpresi wajah rileks, nafas pendek tidak terlihat. Kemudian memantau aliran ok-

    sigen pada jam 10.00 WIB dan aliran oksigen diturunkan menjadi 2 liter per me-

    nit. Setelah itu, memberikan obat oral (disolf 1 tablet 490 mg) pada jam 11.30

    WIB. Lalu mengukur tanda-tanda vital dan mengkaji tingkat aktivitas klien dan

    diperoleh hasil pengukuran tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit,

    respirasi 24 kali per menit. Klien mengatakan kepala pusing jika bangun dan sete-

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    25/42

    14

    lah berjalan dari kamar mandi, badan gemetar, dada nyeri dan berdebar. Setelah

    itu, membantu klien untuk melakukan teknik relaksasi dan menganjurkan klien

    untuk beristirahat. Klien mengatakan nyeri berkurang setelah menarik nafas seca-

    ra perlahan tapi tidak terlalu dalam serta melakukan sedikit masase pada leher se-

    belah kiri.

    F. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi hari pertama, tanggal 2 April 2012 dilakukan pada pukul 14.30

    WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, klien mengatakan dada masih terasa nyeri,

    rasanya semengkrang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul tapi sering. Hasil evaluasi

    secara objektif, klien terlihat mengelus-elus dada sebelah kiri, nafas pendek masih

    terlihat, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, respirasi 28 kali per

    menit, dan suhu 36,4 C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum teratasi. Renca-

    na selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda vital, bantu dalam

    melakukan teknik relaksasi, pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter/menit dan

    laksanakan advis dokter.

    Evaluasi hari kedua, tanggal 3 April 2012 dilakukan pada pukul 14.00

    WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, klien mengatakan nyeri sempat memberat

    karena udara dingin tapi setelah AC dimatikan nyeri berkurang, rasanya seperti

    ditusuk-tusuk, skala nyeri 3, nyeri dirasakan terus-menerus tapi tidak menyebar

    sampai ke leher dan bahu, sedangkan secara objektif, klien terlihat menahan nyeri,

    nafas pendek masih ada, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60 kali per menit,

    respirasi 24 kali per menit, suhu 36 C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum

    teratasi. Rencana selanjutnya adalah kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    26/42

    15

    vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, pertahankan oksigen aliran rendah

    3 liter per menit dan laksanakan advis dokter.

    Evaluasi hari ketiga, tanggal 4 April 2012 dilakukan pada pukul 14.00

    WIB. Hasil evaluasi subjektif, klien mengatakan dada masih terasa nyeri tapi le-

    bih ringan dari yang kemarin, skala nyeri 3, nyeri bertambah saat beraktivitas, mi-

    salnya berjalan ke kamar mandi. Hasil evaluasi objektif, ekspresi wajah rileks,

    nafas pendek sudah tidak terlihat, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per

    menit, respirasi 24 kali per menit, dan suhu 36,8 C. Hasil analisa, masalah nyeri

    akut belum teratasi. Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tan-

    da-tanda vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, pantau aliran oksigen 2

    liter per menit dan anjurkan klien untuk beraktivitas secara bertahap.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    27/42

    16

    BAB III

    PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan

    Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

    manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

    yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehata

    (Hidayat, 2006). Menurut Teori Hierarki Maslow yang kemudian dikembangkan

    oleh Richard A. Khalish terdapat lima kebutuhan dasar manusia yang harus

    terpenuhi, yakni kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan keselamatan;

    kebutuhan mencintai, dicintai dan dimiliki; kebutuhan akan harga diri, serta

    kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling

    dasar, salah satu yang termasuk di dalamnya adalah kebutuhan untuk mengindari

    dari rasa nyeri (Anonim, 2011). Terkait dengan hal tersebut, dalam bab ini penulis

    akan melakukan pembahasan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh Tn. S

    dengan infark miokard akut yang meliputi pengkajian, perumusan masalah

    keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

    1. Pengkajian

    Keluhan utama yang didapatkan saat pengkajian terhadap Tn. S pada

    tanggal 2 April 2012 ialah nyeri dada sebelah kiri dengan skala nyeri 3,

    rasanya semengkrang, tidak menjalar sampai ke bahu dan leher, nyeri hilang

    16

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    28/42

    17

    timbul tapi sering. Nyeri ini disebabkan oleh adanya kematian pada otot

    jantung (infark miokard).

    Pengertian dari nyeri sendiri ialah pengalaman sensoris dan emosional

    yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual maupun

    potensial, yang dirasakan dalam jangka waktu saat kerusakan terjadi (IASP

    citPotter & Perry, 2005). Nyeri yang dialami oleh Tn. S merupakan nyeri akut

    yang ringan karena awitan nyeri baru dirasakan selama kurang lebih satu

    minggu dan skala nyeri 3. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

    nyeri akut ialah nyeri yang timbul secara tiba-tiba atau perlahan dengan

    intensitas ringan sampai berat, durasi kurang dari 6 bulan (Newfield et al,

    2007), sedangkan penentuan skala nyeri pada Tn. S didasarkan pada skala

    nyeri Hayward yang menggunakan skala longitudinal yang terdiri dari angka 0

    sampai 10. Angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1-3 menggambarkan

    nyeri ringan, 4 - 6 menggambarkan nyeri sedang, 7 - 9 menggambarkan nyeri

    berat yang masih bisa terkontrol dan 10 menggambarkan nyeri yang sangat

    berat serta tidak bisa dikontrol (Mubarak, 2007).

    Karateristik nyeri yang dirasakan oleh Tn. S memiliki ciri khas

    tersendiri terkait dengan penyakit yang dialami, yaitu infark miokard akut

    (AMI). AMI merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh iskemia yang

    berkepanjangan pada otot jantung sehingga menyebabkan nekrosis atau

    kematian jaringan otot jantung atau miokard. Berkurangnya suplai oksigen ke

    jaringan miokardium dalam beberapa waktu dapat menyebabkan area nekrosis

    akan berkembang atau meluas serta dikelilingi area iskemik dan area injuri.

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    29/42

    18

    Nyeri dada timbul karena iritasi ujung saraf di area yang terjadi iskemik dan

    injuri (Sommers et al, 2007). AMI sering dimanifestasikan dengan nyeri dada

    yang menjalar sampai ke bahu, lengan, rahang, punggung dan juga leher

    disertai dengan nafas pendek, nausea, diaforesis, pusing dan keletihan. Nyeri

    biasanya tidak berkurang dengan istirahat, bersifat tajam dan berlangsung

    lebih dari 15 20 menit (Smeltzer & Bare, 2002). Karakteristik tersebut tidak

    semuanya muncul pada Tn. S. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan,

    pertama karena masing-masing orang memiliki respon yang berbeda terhadap

    nyeri sebab merupakan nyeri suatu hal yang bersifat subjektif (Potter & Perry,

    2005). Kedua, karena memang sudah dilakukan perawatan intensif terhadap

    Tn. S selama 1 minggu di ICU, sehingga nyeri sudah berkurang seiring

    dengan pengobatan yang diterima.

    Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu pada Tn. S ditemukan

    adanya kebiasaan merokok sejak umur 20 tahun, terdapat riwayat hipertensi

    dan penyakit keturunan dari ayahnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil

    penelitian yang menyebutkan beberapa faktor yang turut berperan dalam

    serangan AMI, antara lain, usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga

    dengan penyakit jantung koroner yang dikenal dengan non-modificated factors

    serta merokok, dibetes melitus, hipertensi, obesitas dan juga stress yang

    dikenal dengan modificated factors. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa

    rokok merupakan faktor risiko terbesar yang turut berkontribusi terhadap

    kejadian AMI (Lanas et al, 2007). Hal ini disebabkan karena di dalam rokok

    mengandung zat nikotin yang merupakan vasokonstriktor yang kuat sehingga

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    30/42

    19

    menyebabkan konstriksi atau penyempitan pembuluh darah yang berdampak

    pada peningkatan tahanan vaskuler sehingga darah sulit mengalir dan

    terjadilah peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Hipertensi yang terjadi

    secara terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada

    organ-organ vital, misalnya jantung.Hyperplasia medial(penebalan) arteriol-

    arteriol akan terjadi akibat pembuluh harus menahan tekanan yang tinggi

    secara terus-menerus. Penebalan membuat perfusi jaringan jadi terganggu

    sehingga suplai oksigen berkurang, menimbulkan keadaan iskemik dan

    merubah metabolisme sel menjadi anaerob. Hal ini menimbulkan penumpukan

    asam laktat yang merangsang ujung-ujung saraf pada area iskemik sehingga

    timbul nyeri (Udjianti, 2010).

    Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tn. S, yaitu tekanan darah 140/90

    mmHg; nadi 84 kali per menit; respirasi 28 kali per menit; suhu 36,4 C.

    Dalam hal ini, terdapat peningkatan tekanan darah dan respirasi dari rentang

    normal yang diharapkan (kurang dari 140/90 mmHg untuk tekanan darah dan

    14 20 kali per menit untuk respirasi), sedangkan untuk nadi dan suhu sudah

    dalam rentang normal, yaitu 60 100 kali per menit untuk nadi dan 36 37,5

    C untuk suhu dewasa) (Bickley, 2008). Peningkatan tekanan darah dapat

    terjadi sebagai respon terhadap nyeri yang dirasakan atau terkait dengan

    penyakit klien. Nyeri dapat menjadi suatu stressor bagi pasien (Schell &

    Puntillo, 2006). Stres dapat merangsang sistem saraf simpatis (respon

    adrenegik) yang berupa peningkatan konstriksi vaskuler sehingga tekanan

    darah meningkat, di lain sisi, kondisi infark miokard sendiri dapat

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    31/42

    20

    menstimulasi pelepasan katekolamin yang dapat merangsang pelepasan

    tromboksan A (Udjianti, 2010), yaitu salah satu jenis prostaglandin yang

    merangsang respon simpatis berupa vasokonstriksi yang berdampak pada

    peningkatan tekanan darah (Wolff, 2005). Peningkatan frekuensi respirasi

    dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap nyeri dan dalam upaya

    meningkatkan suplai oksigen dalam darah. Hal ini dikarenakan nyeri

    menimbulkan peningkatan penggunaan oksigen miokard, sehingga tubuh

    berkompensasi dengan meningkatkan frekuensi pernafasan untuk memenuhi

    kebutuhan tersebut (Smeltzer & Bare, 2002; Schell & Puntillo, 2006).

    Hasil inspeksi dada, dada sebelah kiri terlihat sedikit membesar,

    terlihat ada nafas pendek, ekspansi paru kanan sama dengan kiri, retraksi dada

    tidak ada. Ketika dipalpasi, vokal fremitus kanan sama dengan kiri. Bunyi

    perkusi paru sonor di seluruh lapang paru dan pada saat diauskultasi tidak

    terdengar suara nafas tambahan. Hasil pemeriksaan jantung antara lain ictus

    cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis tidak teraba, hasil perkusi pekak dan

    tidak terdapat pelebaran batas jantung, sedangkan pada auskultasi terdengar

    bunyi jantung normal, hanya terdengar S1 dan S2 (lub-dub-lub-dub). Dalam

    hal ini, terdapat kesenjangan antara temuan pada kasus dengan teori. Menurut

    teori, bunyi jantung tiga (S3) akan terjadi setelah infark miokard yang

    menandakan adanya gagal jantung kiri, namun pada kasus Tn. S bunyi

    tersebut tidak ditemukan, sehingga dapat dikatakan bahwa gagal jantung

    belum terjadi (Smeltzer & Bare, 2002). Nafas pendek dapat terjadi seiring

    dengan peningkatan frekuensi respirasi sebagai upaya mencukupi suplai

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    32/42

    21

    oksigen dalam tubuh karena adanya peningkatan penggunaan oksigen miokard

    (Schell & Puntillo, 2006; Udjianti, 2010). Masalah pembesaran dada sebelah

    kiri pada Tn. S penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti karena penulis

    tidak melakukan pengkajian lebih mendalam mengenai hal tersebut, termasuk

    sejak kapan dada mulai membesar, disamping itu juga belum ada data

    pemeriksaan penunjang lain yang dapat mendukung atau menjelaskan hal

    tersebut.

    Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 28 Maret 2012 dan data

    penunjang pada tanggal 27 April 2012 mengarah ke gambaran AMI.

    Pemeriksaan tersebut antara lain, enzimCK-MB 170,3 mg/mL (batas normal

    kurang dari 5,1 mg/mL), pada hasil pemeriksaan EKG ditemukan adanya

    elevasi segmen ST dan adanya gelombang Q patologis pada lead V1, V2, V3

    dan V4. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pasien

    infark miokard akan terjadi peningkatan enzim CK-MB yang merupakan

    indikator utama penegakkan diagnosa AMI. CK-MB adalah enzim yang

    khusus dilepaskan oleh miokard ketika mengalami injuri (Udjianti, 2010).

    Kadar CK-MB meningkat 2-3 jam pasca-serangan dan mencapai puncak pada

    12-20 jam pasca-serangan. ST elevasi terjadi karena adanya area injuri dan

    gelombang Q patologis menunjukkan adanya nekrosis (Smeltzer & Bare,

    2002). Gelombang Q patologis terbentuk karena arus depolarisasi tidak dapat

    dihantarkan oleh jaringan nekrotik (Sommers et al, 2007).

    Pemeriksaan lain yang juga turut mendukung diagnosa AMI pada Tn.S

    yaitu SGOT 101 mg/dL (nilai normal 0-35 mg/dL) dan alphaHBHD 262 U/L

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    33/42

    22

    (nilai normal 72-182 U/L). SGOT merupakan enzim yang dijumpai dalam otot

    jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot

    rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah,

    kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan

    ke dalam sirkulasi (Sacher & McPherson, 2004). Kadar SGOT pada infark

    miokard akan terdeteksi setelah 8 jam serangan, meningkat hingga 24 - 48

    jam dan menurun pada hari ke 3 - 4 (Udjianti, 2010).AlphaHBDH merupakan

    alternatif pemeriksaan dari fraksi enzim laktat dehidrogenase (LDH), yaitu

    LDH1 yang banyak ditemukan di otot jantung. Alpha HBDH digunakan

    sebagai alternatif karena sifatnya yang mirip dengan LDH1 dan lebih mudah

    dideteksi (Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 2002). Kadar LDH

    meningkat dalam waktu 12-24 jam setelah terjadinya AMI, mencapai

    puncaknya dalam 2-5 hari dan tetap tinggi hingga 6-12 hari, lalu akan menjadi

    normal kembali dalam waktu 8-14 hari (Sacher & McPherson, 2004).

    2. Perumusan diagnosa

    Perumusan diagnosa keperawatan dalam kasus ini didasarkan pada

    keluhan utama dan beberapa karakteristik yang muncul pada klien, yaitu data

    subjektif, antara lain klien mengatakan bahwa dada sebelah kiri terasa sedikit

    nyeri, skala nyeri 3, rasanya semengkrang tapi tidak sampai menjalar ke bahu,

    nyeri hilang timbul tapi sering, tiap nyeri lamanya kira-kira 2-3 menit. Data

    objektif yang diperoleh, yaitu klien terlihat mengelu-elus dada sebelah kiri,

    terlihat nafas pendek, tanda-tanda vital (tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84

    kali per menit; frekuensi pernafasan 28 kali per menit; suhu 36,4 C). Dalam

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    34/42

    23

    hal ini, karakteristik tersebut sesuai dengan batasan karakteristik untuk

    masalah nyeri akut, yaitu adanya perilaku ekspresif, perilaku distraksi, respon-

    respon autonomik (misalnya, peningkatan tekanan darah, diaforesis,

    pernafasan atau perubahan nadi), adanya ungkapan secara verbal atau isyarat,

    dan bukti-bukti objektif lainnya (Wilkinson, 2007). Penentuan etiologi

    didasarkan pada adanya gambaran AMI pada hasil EKG, yaitu segmen ST

    elevasi dan gelombang Q patologis di lead V1, V2, V3, V4 serta hasil

    pemeriksaan laboratorium, yaitu CK-MB 170,3 mg/dL, SGOT 101 mg/dL,

    alpha HBDH 262 mg/dL. Hal tersebut menunjukkan adanya injuri berupa

    kematian dalam otot jantung, sehingga dapat ditegakkan diagnosa nyeri akut

    berhubungan dengan agen injuri biologis (kematian otot jantung).

    3. Rencana Keperawatan

    Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan pada

    tujuan intervensi pada masalah keperawatan dengan kasus nyeri, yaitu setelah

    dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat

    mengontrol nyeri yang dirasakan, dengan kriteria hasil klien melaporkan

    bahwa nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, skala nyeri berkurang menjadi

    1, klien tidak mengeluh nyeri, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

    Penentuan tujuan rencana tindakan seharusnya didasarkan pada prinsip

    SMART (Specific, Measureable, Achievable atau dapat dicapai, Rational atau

    sesuai akal sehat, Time atau ada kriteria waktu pencapaian) tetapi dalam hal

    ini, terdapat kesenjangan dengan prinsip tersebut, terutama dalam penentuan

    kriteria hasil dan waktu pencapaian. Kriteria hasil tanda-tanda vital belum

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    35/42

    24

    dapat diukur karena tidak dicantumkan nilai normal yang diharapkan,

    sedangkan penentuan waktu pencapaian selama tiga hari mungkin terlalu

    singkat sehingga tidak dapat dicapai, mengingat awitan nyeri pada infark

    miokard mungkin tidak akan hilang sepenuhnya dalam kurun waktu tersebut.

    Intervensi yang seharusnya dilakukan sesuai teori dalam Doengoes

    (2000) ialah pantau karakteristik nyeri klien, catat laporan verbal, petunjuk

    non-verbal dan respon hemodinamik karena variasi penampilan dan perilaku

    pasien karena nyeri dapat terjadi, kebanyakan pasien dengan AMI akan

    tampak sakit, distraksi dan berfokus pada nyeri. Ambil gambaran lengkap

    terhadap nyeri pasien termasuk lokasi, intensitas, lamanya, kualitas dan

    penyebaran karena nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus

    digambarkan oleh pasien. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk

    menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta

    keterbatasan kemampuan koping dan keterbatasan terhadap keputusan saat ini.

    Bantu melakukan teknik relaksasi misal nafas dalam secara perlahan , distraksi

    untuk membantu menurunkan persepsi terhadap nyeri. Pantau tanda vital

    untuk mengetahui respon terhadap terapi obat narkotik. Kolaborasi pemberian

    oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen miokard dan juga

    ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan. Kolaborasi pemberian

    antiangina, penyekat beta blockerdan analgetik untuk mengontrol nyeri.

    Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai dengan

    teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien. Rencana

    tindakan yang disusun antara lain, kaji ulang karakteristik nyeri klien untuk

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    36/42

    25

    mengetahui respon klien terhadap terapi yang diberikan. Pantau tanda-tanda

    vital, terutama tekanan darah, nadi dan respirasi. Berikan lingkungan yang

    tenang dan nyaman agar klien dapat beristirahat. Bantu klien melakukan

    teknik relaksasi. Atur posisi klien (head up30) untuk menjaga stabilitas kerja

    jantung. Dalam hal ini kolaborasi tidak dilakukan karena sudah ada advis dari

    dokter sehingga perawat hanya perlu melaksanakan program tersebut, yaitu

    pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter per menit untuk mempertahankan

    suplai oksigen dalam darah sehingga kebutuhan oksigen jantung terpenuhi

    guna mencegah perluasan infark. Laksanakan program terapi sesuai advis

    dokter (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam;Maintate2,5 mg/24 jam; Captopril12,5

    mg/24 jam; Trombo Aspilet 1 tab/24 jam).

    4. Implementasi Keperawatan

    Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis secara umum

    merupakan implementasi dari rencana keperawatan yang telah disusun, namun

    ada beberapa perbedaan tindakan yang dilakukan disetiap harinya, misalnya

    tindakan keperawatan pada hari pertama tidak sepenuhnya sesuai dengan

    rencana tindakan yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan tindakan

    keperawatan dilakukan sebagai tahap awal dalam menangani kasus. Tindakan

    yang dilakukan antara lain, melakukan pengkajian terhadap karakteristik nyeri

    klien. Data karakteristik nyeri dada pada awal serangan perlu diketahui untuk

    menentukan penyebab dan efek dari nyeri dada, serta menjadi dasar

    perbandingan dengan tanda dan gejala pasca terapi (Udjianti, 2010). Mengatur

    posisi klien (head up 30). Klien akan merasa lebih nyaman dengan posisi

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    37/42

    26

    tersebut dibandingkan dengan posisi terlentang, kerena menyesuaikan dengan

    prinsip gravitasi, dada akan terasa lebih longgar sebab tidak tertekan oleh isi

    rongga perut (James et al, 2008). Memantau aliran oksigen. Pemantauan

    terhadap aliran oksigen merupakan hal yang penting mengingat AMI

    merupakan penyakit akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah, sehingga

    pemberian oksigen yang adekuat perlu dipertahankan untuk memenuhi

    kebutuhan tersebut.

    Tindakan pada hari kedua merupakan implementasi penuh dari

    intervensi yang sudah disusun dan merupakan rencana tindak lanjut dari hasil

    evaluasi pada hari pertama. Tindakan yang dilakukan antara lain, menciptakan

    lingkungan yang nyaman dengan mematikan AC, karena hawa dingin dapat

    memperberat nyeri klien. Hal ini dikarenakan ketika tubuh terpapar hawa

    dingin maka tubuh akan mengkompensasi dengan membakar lemak untuk

    menghasilkan energi untuk memperoleh kalor sehingga tubuh akan terasa

    hangat. Pembentukan energi akan meningkatkan penggunaan oksigen jantung

    sehingga dapat memperparah kondisi infark (Ratnadita, 2012). Mengkaji

    ulang nyeri klien dan mengukur tanda-tanda vital, hal ini diperlukan untuk

    mengetahui respon klien terhadap terapi dan intervensi yang diberikan. Tanda-

    tanda vital merupakan indikator penting terhadap adanya peningkatan

    intensitas nyeri. Mediator nyeri, seperti prostaglandin, dapat memicu rangsang

    saraf simpatis yang menimbulkan peningkatan tanda vital tersebut (Wolff,

    2005). Memberikan obat oral (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5

    mg/24 jam; Captopril12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet1 tab/24 jam). Disolf

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    38/42

    27

    merupakan obat yang terdiri dari bioactive protein fraction yang berguna

    untuk memperbaiki sirkulasi darah yang bekerja sebagai antiplatelet,

    fibrinogenolisis, fibrinolisis dan clot lysis(DBLS, 2012), sedangkan Trombo

    Aspilet merupakan jenis antikoagulan yang terdiri dari asam salisilat yang

    berguna untuk mencegah pembekuan darah. Obat-obat tersebut diperlukan

    untuk menjaga sirkulasi darah tetap lancar dengan melarutkan bekuan fibrin,

    membebaskan oklusi dan menghambat terbentuknya trombus di arteri koroner

    sehingga kerusakan otot jantung tidak semakin parah (Udjianti, 2010).

    Maintate berisi bisoprolol hemifumarat yang merupakan antihipertensi

    golongan -blocker. Obat ini digunakan untuk terapi pemeliharaan fungsi

    jantung dan diberikan bersama ACE inhibitor, misal Captopril untuk terapi

    terhadap hipertensi dan nyeri angina (IAI, 2010). Mengisi air dalam tabung

    humidifier untuk mempertahankan suplai oksigen.

    Tindakan pada hari ketiga merupakan bagian dari rencana tindak lanjut

    dari hasil evaluasi pada hari kedua. Tindakan yang dilakukan hampir sama

    dengan hari kedua yaitu, mengukur tanda-tanda vital, mengkaji ulang nyeri

    klien, memantau aliran oksigen, memberikan obat oral (Disolf 1 tablet 490

    mg), membantu klien untuk melakukan teknik relaksasi dan menganjurkan

    klien untuk beristirahat. Membantu klien untuk melakukan teknik relaksasi

    diperlukan untuk mengurangi nyeri klien. Teknik relaksasi diperlukan untuk

    mengurangi nyeri klien, karena dapat membangkitkan inhibitor nyeri alami

    dalam tubuh (Schell & Puntillo, 2006), selain itu melakukan teknik relaksasi

    dengan menarik nafas panjang secara perlahan dapat membantu pasien

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    39/42

    28

    mengurangi kerusakan otot jantung. Hal ini sesuai dengan suatu penelitian

    yang mengatakan bahwa bagi pasien jantung setiap menarik nafas pendek 12-

    14 kali hembusan per menit kandungan oksigen cenderung sedikit sehingga

    akan mengganggu fungsi metabolisme yang dapat menyebabkan kerusakan

    atau penurunan massa otot (Candra, 2011).

    5. Evaluasi Keperawatan

    Hasil evaluasi secara keseluruhan, yaitu secara subjektif, klien

    mengatakan dada masih terasa nyeri tapi lebih ringan dari yang kemarin, skala

    nyeri 3, nyeri bertambah saat beraktivitas, misal berjalan ke kamar mandi.

    Hasil evaluasi objektif, ekspresi wajah rileks, nafas pendek sudah tidak

    terlihat, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, respirasi 24 kali

    per menit, dan suhu 36,8 C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum karena

    masih ada kriteria hasil yang belum tercapai, yaitu klien masih mengeluh nyeri

    dengan skala 3, sedangkan kriteria yang diharapkan klien tidak mengeluh

    nyeri. Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda

    vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, serta ada sedikit perubahan

    rencana, yaitu pantau aliran oksigen 2 liter per menit dan anjurkan klien untuk

    beraktivitas secara bertahap. Hal ini dikarenakan nyeri yang dialami klien

    sudah semakin berkurang dan status pernafasan sudah mulai membaik ditandai

    dengan hilangnya nafas pendek, sedangkan anjuran untuk melakukan aktivitas

    secara bertahap ditujukan agar beban kerja jantung tidak meningkat secara

    drastis sehingga berisiko terjadinya gagal jantung (Udjianti, 2010).

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    40/42

    29

    B. Simpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini, antara lain :

    a. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Tn. S telah dilakukan secara

    komprehensif dan diperoleh hasil, yaitu terdapat keluhan utama nyeri dada

    ringan di sebelah kiri dengan skala 3, rasanya rasanya semengkrang, nyeri

    hilang-timbul dengan durasi tiap nyeri 2-3 menit. Tanda-tanda vital, antara

    lain tekanan darah 140/90 mmHg; nadi 84 kali per menit; pernafasan 28

    kali per menit; suhu 36,4 C. Pengkajian fisik terdapat nafas pendek.

    Pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan CK-MB (170,3 mg/dL),

    SGOT (101 mg/dL), alpha HBDH (262 mg/dL) dan pemeriksaan EKG

    diperoleh gambaran AMI, yaitu segmen ST elevasi dan gelombang Q

    patologis di lead V1, V2, V3, V4.

    b. Diagnosa yang muncul pada kasus Tn. S adalah nyeri akut berhubungan

    dengan agen injuri biologis (kematian otot jantung).

    c. Rencana keperawatan yang disusun, yaitu kaji ulang karakteristik nyeri

    klien, pantau tanda-tanda vital, berikan lingkungan yang tenang dan

    nyaman agar klien dapat beristirahat, atur posisi klien (head up 30),

    pertahankan oksigen aliran rendah 3 liter per menit untuk mempertahankan

    suplai oksigen, ajarkan dan bantu klien melakukan teknik

    relaksasi/distraksi untuk mengurangi nyeri. Laksanakan program terapi

    sesuai advis dokter (Disolf 1 tablet 490 mg/8 jam; Maintate 2,5 mg/24

    jam; Captopril1 tablet 12,5 mg/24 jam; Trombo Aspilet1 tablet/24 jam).

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    41/42

    30

    d. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari

    rencana keperawatan yang telah disusun, yaitu mengkaji ulang

    karakteristik nyeri klien, memantau tanda-tanda vital, memberikan

    lingkungan yang tenang dan nyaman, mengatur posisi klien (head up30),

    mempertahankan oksigen aliran rendah, mengajarkan dan membantu klien

    melakukan teknik relaksasi/distraksi, melaksanakan program terapi sesuai

    advis dokter.

    e. Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan telah dilakukan per hari dengan

    hasil evaluasi akhir, yaitu secara subjektif, klien mengatakan dada masih

    terasa nyeri tapi lebih ringan dari yang kemarin, skala nyeri 3, nyeri

    bertambah saat beraktivitas, misalnya berjalan ke kamar mandi. Hasil

    evaluasi objektif, ekspresi wajah rileks, nafas pendek sudah tidak terlihat,

    tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, respirasi 24 kali per

    menit, dan suhu 36,8 C. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum teratasi.

    Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri klien, pantau tanda-tanda vital,

    bantu dalam melakukan teknik relaksasi, pantau aliran oksigen 2 liter per

    menit dan anjurkan klien untuk beraktivitas secara bertahap.

    f. Analisa terhadap kondisi nyeri Tn. S, yaitu nyeri yang dialami Tn. S

    merupakan nyeri dada ringan dengan skala nyeri 3 dan tidak menyebar

    sampai ke bahu dan leher dengan terapi yang adekuat selama di rumah

    sakit. Nyeri disebabkan karena agen injuri fisik berupa kematian otot

    jantung yang dibuktikan dengan adanya segmen ST elevasi dan gelombang

    Q patologis pada hasil EKG dan peningkatan kardiak isoenzim, yaitu CK-

  • 7/24/2019 01-gdl-nilaw-137-1-nilawp-i

    42/42

    31

    MB mencapai 170,3 mg/dL, SGOT 101 mg/dL, dan alpha HBDH 262

    mg/dL.

    2. Saran

    a. Bagi instansi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

    Hendaknya rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik

    serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang

    memadai yang dapat membantu kesembuhan klien sehingga dapat

    meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya dan pada

    pasien dengan infark miokard akut (AMI) khususnya.

    b. Bagi profesi perawat

    Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang

    baik dalam memberikan asuhan keperawatan serta mampu menjalin kerja

    sama dengan tim kesehatan lain maupun keluarga klien, sebab peran

    perawat, tim kesehatan lain, dan keluarga sangatlah besar dalam

    membantu kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan dasarnya.

    c. Bagi institusi pendidikan

    Hendaknya institusi mampu meningkatkan mutu pelayanan pendidikan

    yang lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang

    profesional, terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan asuhan

    keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik

    keperawatan.