BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode...

29
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode Amenorea Laktasi (MAL) a. Pengertian MAL MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 68). MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%. Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan memilih bergantung pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL (Everett, 2007, hal. 51). b. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : 1) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 x sehari. 2) Belum haid. 3) Umur bayi kurang dari 6 bulan (Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-1). c. Cara kerja MAL Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena hisapan bayi pada puting susu dan areola akan merangasang ujung-

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan teori

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

a. Pengertian MAL

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau

minuman apapun lainnya (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 68).

MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi

sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita

memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta

menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%.

Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko

kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan memilih bergantung

pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL

(Everett, 2007, hal. 51).

b. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :

1) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 x sehari.

2) Belum haid.

3) Umur bayi kurang dari 6 bulan (Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-1).

c. Cara kerja MAL

Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena

hisapan bayi pada puting susu dan areola akan merangasang ujung-

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

8

ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus,

hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang

menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya akan merangsang

faktor-faktor tersebut merangsang hipofise anterior untuk

mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang

sel–sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu.

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal

dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang

kemudian dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini

diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada

uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai pada

alveoli akan merangsang kontraksi dari sel akan memeras ASI yang

telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang

selanjutnya mengalirkan melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi

(Anggraini, 2010, hal. 11-12). Hipotesa lain yang menjelaskan efek

kontrasepsi pada ibu menyusui menyatakan bahwa rangsangan syaraf

dari puting susu diteruskan ke hypothalamus, mempunyai efek

merangsang pelepasan beta endropin yang akan menekan sekresi

hormon gonadotropin oleh hypothalamus. Akibatnya adalah

penurunan sekresi dari hormon Luteinizing Hormon (LH) yang

menyebabkan kegagalan ovulasi (BKKBN, 1991, hal. 8).

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

9

Gambar 2.1 skema cara kerja MAL

Sumber : Handayani, 2010, hal. 67

d. Keuntungan kontrasepsi MAL (Handayani, 2010, hal. 68)

1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan

pascapersalinan).

2) Tidak mengganggu senggama.

3) Tidak ada efek samping secara sistemik.

4) Tidak perlu pengawasan medis.

5) Tidak perlu obat atau alat.

6) Tanpa biaya.

e. Keuntungan non kontrasepsi MAL

1) Untuk bayi (Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-2)

a) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody

perlindungan lewat ASI).

b) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh

kembang bayi yang optimal.

c) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan

susu formula.

2) Untuk ibu (Handayani, 2010, hal. 68)

a) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

10

b) Mengurangi resiko anemia.

c) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

f. Keterbatasan MAL (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 70)

1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui

dalam 30 menit pasca persalinan.

2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai

dengan 6 bulan.

4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV

dan HIV/AIDS.

g. Yang boleh menggunakan MAL (Handayani, 2010, hal. 69)

1) Ibu yang menyusui secara eksklusif.

2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan.

3) Belum mendapat haid setelah melahirkan.

h. Yang seharusnya tidak memakai MAL

1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.

2) Tidak menyusui secara eksklusif.

3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.

4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam (Setya &

Sujiyatini, 2009, hal. 71; Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK- 3).

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

11

i. Keadaan yang memerlukan perhatian

Tabel 2.1 keadaan yang memerlukan perhatian

No Keadaan Anjuran

1 Ketika mulai memberikan

makana pendamping secara

teratur (menggantikan satu kali

menyusui)

Membantu klien memilih metode lain.

Walaupun metode kontrasepsi lain

dibutuhkan, klien harus didorong untuk

tetap melanjutkan pemberian ASI.

2 Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih metode lain.

Walaupun metode kontrasepsi lain

dibutuhkan, klien harus didorong untuk

tetap melanjutkan pemberian ASI.

3 Bayi menghisap susu tidak

sering (On Demand) atau jika <

8 x sehari

Membantu klien memilih metode lain.

Walaupun metode kontrasepsi lain

dibutuhkan, klien harus didorong untuk

tetap melanjutkan pemberian ASI.

4 Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih metode lain.

Walaupun metode kontrasepsi lain

dibutuhkan, klien harus didorong untuk

tetap melanjutkan pemberian ASI.

Sumber: Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 70

j. Hal yang harus disampaikan kepada klien (Setya & Sujiyatini,

2009, hal. 71; Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK- 3)

1) Seberapa sering harus menyusui.

Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on demand). Biarkan bayi

menyelesaikan hisapan dari satu payudara sebelum memberikan

payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir.

Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau

sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

12

memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya

sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.

2) Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.

3) Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas

hisapannya.

4) Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu

malam membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.

5) Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.

6) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin

7) Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan

pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan

baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan

makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan. (Berat Badan

naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal 0,5kg, ngompol

sedikitnya 6 kali sehari)

8) Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan

lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui

tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.

9) Haid

Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur

kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

13

10) Untuk kontrasepsi dan kesehatan

Bila menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui maka

perlu ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan

metode kontrasepsi lain yang sesuai.

k. Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai

keefektifan 98% (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 71; Saifuddin, dkk,

2006, hal. MK- 4)

1) Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya

sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama).

2) Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan

(belum dianggap haid).

3) Bayi menghisap secara langsung.

4) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.

5) Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi

membutuhkan) dan dari kedua payudara.

6) Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.

7) Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.

Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan

mungkin didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek

ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh Cara

menyusui, seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak

antara menyusui dan kesungguhan menyusui

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

14

Setelah berhasil dan aman untuk memakai MAL maka ibu

harus menerapkan menyusui secara eksklusif sampai dengan enam

bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui eksklusif dan MAL

maka beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu cara menyusui

yang benar meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif

Apabila jawaban untuk semua pertanyaan tersebut menjadi ya

Gambar 2.2 Langkah-langkah penentuan saat pemakaian KB

Sumber : Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-6

2. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil tahu. Hal ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan melalui indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek tertentu. Sebagian

Apakah ibu sudah haid lagi?

Apakah ibu sudah memberikan

makanan/minuman tambahan

atau biarkan jangka waktu lama

tidak menyusui

Apakah bayi sudah berumur

lebih dari 6 bulan?

Hanya ada kemungkinan

Hamil 1-2% pada saat ini

Kemungkinan kehamilan

untuk ibu ini meningkat.

Untuk tetap terhindar dari

kehamilan nasehatnya ibu

tersebut untuk memulai

memakai cara KB tambahan

dan teruskan memberian ASI

demi kesehatan bayinya

belum

belum

belum

ya

ya

sudah

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

15

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pada

waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek

(Notoatmodjo, 2003, hal. 121; Notoatmodjo, 2007, hal. 139; Wawan &

Dewi, 2010, hal.11).

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu (Notoatmodjo,

2005, hal. 50). Atau merupakan suatu kemampuan mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

“tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003, hal. 122). Contoh: dapat

menjelaskan definisi MAL.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau harus dapat menjelaskan

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

16

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007,

hal. 141). Misalnya dapat menjelaskan cara kerja MAL.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya) atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 51).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain (Wawan & Dewi, 2010, hal. 13).

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan

hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan (Notoatmodjo,

2003, hal. 123).

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitan satu dan lainnya

(Notoatmodjo, 2003, hal. 123). Atau kemampuan untuk

menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan

antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

17

atau objek yang diketahui (Notoatmodjo, 2005, hal. 51).

Kemampuan analisis ini dapat dilihat bila seseorang dapat

membedakan atau memisahkan, mengelompokan,

menggambarkan (membuat bagan), dan sebagainya terhadap

pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2005, hal. 51;

2007, hal. 141).

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangakum atau meletakkan dalam satu hubungan yanga logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki

(Notoatmodjo, 2005, hal. 51).

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada

(Wawan & Dewi, 2010, hal. 13). Misalnya, dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada (Notoatmodjo, 2007, hal. 142).

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Wawan & Dewi,

2010, hal. 14). Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

18

mendapatkan ASI eksklusif dengan yang tidak, dapat menafsirkan

penyebab ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

c. Proses adopsi perilaku

Penelitian Rogers (1974), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003, hal.

121-122; 2007, hal. 140) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni:

1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang), seseorang akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno (tradisional) untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara kekuasaan atau otoritas

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

19

Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas

seperti pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,

ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya, tanpa

terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya,

baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran

sendiri (Wawan & Dewi, 2010, hal. 14).

b) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu

(Wawan & Dewi, 2010, hal. 15).

c) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat terpecahkan (Wawan & Dewi, 2010, hal. 14).

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi

penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallen

yang mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

20

dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-

pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang

diamatinya. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian

yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (Wawan &

Dewi, 2010, hal. 15).

e. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu :

1) Faktor internal

a) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2010, hal. 17).

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan (Wawan & Dewi, 2010, hal. 17).

c) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

21

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi (Wawan & Dewi, 2010, hal. 16).

2) Faktor Eksternal

a) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi (Wawan &

Dewi, 2010, hal. 18)

b) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan

dan perilaku orang atau kelompok (Wawan & Dewi, 2010,

hal.18).

f. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatanya

(Notoatmodjo, 2007, hal. 142).

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

22

g. Kriteria tingkat pengetahuan

Merurut arikunto (2006, hal. 18) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu :

1) Baik : hasil presentase 76-100% dari jawaban benar.

2) Cukup : hasil presentase 56-75% dari jawaban benar.

3) Kurang : hasil presentase kurang dari 56% dari jawaban benar.

3. Sikap

a. Definisi

Sikap menurut Louis Thurstone (1928; salah seorang tokoh

terkenal di bidang pengukuran sikap), Rensis Likert (1932; seorang

pionir di bidang pengukura sikap), dan Charles Osgood) yang dikutip

oleh Azwar (2011, hal. 4) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007, hal. 142).

Menurut LaPieree (1934 dalam Allen, Guy dan

Edgley,1980) sikap sebagai „suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam

situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap

stimulasi sosial yang telah terkondisikan‟.

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah „perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung (unfavorable) pada objek tersebut‟ (Berkowist, 1972).

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

23

Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan „sikap

sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek

psikologis‟ (Edwards, 1957).

Menurut Chave (1928), Bogardus (1931), LaPieree (1934),

Mead (1934), dan Gardon Allport (1935; tokoh terkenal di bidang

Psikologi Sosial dan Psikologi Kepribadian) yang dikutip oleh Azwar

(2011, hal. 5) sikap merupakan „semacam kesiapan untuk bereaksi

terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud

adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi denga cara tertentu

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya respon‟.

Menurut Secord dan Backman (1964) yang dikutip oleh

Azwar (2011, hal. 4-5) sikap sebagai „ketraturan tertentu dalam hal

perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan

(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya‟.

Kesimpulannya, sikap adalah suatu respon tertutup terhadap stimulasi

obyek tertentu yang berupa perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada

objek tersebut.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

24

b. Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) yang dikutip oleh

Wawan & Dewi (2010, hal. 34) adalah :

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan

obyeknya.

b) Sikap dapat berubah-ubah tergantung keadaan dan syarat

tertentu.

c) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu obyek.

d) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

c. Karakteristik (dimensi) sikap

Karakteristik (dimensi) sikap menurut Sax (1980) yang dikutip oleh

Azwar (2011, hal 87-89) adalah :

a) Sikap memiliki arah

Artinya sikap terpilah pada dua kesetujuan yaitu setuju atau

tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, memihak atau

tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek.

Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu

obyek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif,

sebaliknya mereka yang tida setuju dikatakan sebagai memiliki

sikap yang arahnya negatif (Azwar, 2011, hal. 88).

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

25

b) Sikap memiliki intensitas

Artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum

tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua

orang yang sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif,

tetapi intensitasnya berbeda. Contoh orang pertama mungkin

tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju

(Azwar, 2011, hal. 88).

c) Sikap memiliki keluasan

Maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu

objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat

spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek

yang ada pada obyek sikap (Azwar, 2011, hal. 88).

d) Sikap memiliki konsistensi

Maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang

dikemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap

tersebut(Azwar, 2011, hal. 88).

e) Sikap memiliki spontanitas

Yaitu menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk

menyatakan sikap secara spontan. Sikap memiliki spontanitas

yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus

melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar

individu mengemukakannya (Azwar, 2011, hal. 89).

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

26

d. Komponen pokok sikap

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003, hal.

125; 2005, hal. 53) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen

pokok, yakni:

1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu obyek

Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap obyek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap obyek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk berperilaku terbuka.

e. Sifat sikap

Sifat sikap menurut (Heri Purwanto, 1998, hal. 63) yang dikutip oleh

Wawan & Dewi (2010, hal. 34) sikap dapat bersifat :

a) Sikap positif

Tindakan yang menunjukkan sikap positif, yaitu mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

b) Sikap negatif

Tindakan yang menunjukkan sikap negatif, yaitu sikap yang

cenderung untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak

menyukai obyek.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

27

f. Struktur sikap

Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

1) Komponen kognitif (cognitive)

Menurut Mann (1969) yang dikutip oleh Azwar (2011, hal. 24)

menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi,

kepercayaan dan streotipe (sesuatu yang telah terolakan dalam

fikirannya) yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali

komponen ini dapat disamakn dengan pandangan (opini), terutama

apabila menyangkut masalah yang kontroversial.

2) Komponen afektif (affective)

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini

disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu dan

reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa

yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek tersebut,

yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh (Azwar,

2011, hal. 26; Wawan & Dewi, 2010, hal. 32).

3) Komponen perilaku atau komponen konatif (conative)

Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bereaksi

terhadap suatu objek sikap yang dihadapi dengan cara tertentu

(Wawan & Dewi, 2010, hal. 32). Kaitan ini didasari oleh asumsi

bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

28

Maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan

terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana

kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan

kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual dan

menjadi landasan dalam usaha menyimpulkan sikap yang

dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap (Azwar, 2011, hal.

27).

g. Tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai

tingkatan, yaitu:

1) Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan obyek (Notoatmodjo, 2003, hal. 126). Misalnya

sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari kesediaan memakai

alkon KB atau perhatian terhadap penyuluhan tentang KB.

2) Merespon (responding)

Merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah

(Notoatmodjo, 2007, hal. 144).

3) Menghargai (valuing)

Seseorang memberikan nilai yana positif terhadap objek atau

stimulus, dalam arti membahasnya dengan oranga lain dan bahkan

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

29

mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap menghargai (Notoatmodjo, 2005, hal 54; 2007, hal.

142).

4) Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih atau

yanga telah dinyakini dengan segala risiko. Bertanggung jawab

merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007, hal. 142;

Wawan & Dewi, 2010, hal. 32).

h. Pembentuk sikap

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain :

1) Faktor internal

a) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial

(Azwar, 2011, hal. 30).

b) Pengetahuan

Pengetahuan memegang peranan penting dalam membentuk

sikap. Pengetahuan membuat orang mempunyai sikap tertentu

terhadap objek (Notoatmodjo, 2007, hal. 143).

c) Pikiran dan kenyakinan atau kepercayaan

Apabila pikiran dan kenyakinan atau kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

30

sikap sudah berakar sejak lama, maka orang tersebut akan

mempunyai sikap yang lebih didasarkan pada predikat yang

dilekatkan oleh pola pikirannya dan bukan didasarkan pada

objek sikap tertentu. Sikap didasari pola pikiran dan kenyakinan

semacam ini biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan

(Azwar, 2011, hal. 25-26).

d) Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh

emosi yanga berfungsi sebagai semacam penyalurn frustasi atau

penyuluhan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2011,

hal. 36).

2) Faktor eksternal

a) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memilik sikap yang

konformis atau searah dengan sikap oranga yang dianggap

penting. Keinginan ini antara lain dimotifasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik

dengan orang yanga dianggap penting tersebut,diantara orang

yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua,

guru, istri, suami, teman sebaya, teman dekat, orang yang status

sosialnya lebih tinggi dll (Azwar, 2011, hal. 32).

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

31

b) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah

yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya (Wawan & Dewi, 2010, hal. 34).

c) Media massa

Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang

di bawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat memberi

dasar efektif dalam menilai sesuatu (Azwar, 2011, hal. 34).

d) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,

garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh

dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan

serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran

agama sangat menentukan sisitem kepercayaan maka tidaklah

mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut

ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu

hal (Azwar, 2011, hal. 35-36).

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

32

i. Pengukuran sikap

Beberapa teknik pengukuran sikap, yaitu :

a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada

rentangan dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel

terhadap suatu obyek sikap. Favorabilitas penilai itu di

ekspresikan melalui titik skala ranting yang memiliki rentang

sangat tidak setuju, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, sangat setuju.

Median dan rerata perbedaan penilain antara penilaian terhadap

item ini kemudian dijadikan sebagai skala masing-masing item,

kemudian item disusun mulai dari item yang memiliki nilai

skala terendah hingga tertinggi, kemudian item dipilih untuk

kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian,

skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden.

Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar

kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem

sikap tersebut (Wawan & Dewi, 2010, hal. 38-39).

b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Linkert (1932) menyederhanakan skala Thurstone menjadi dua

kelompok, yaitu yang favorabel dan unfavorabel, sedangkan

yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral

tersebut, Linkert menggunakan teknik konstruksi test lainnya.

Masing-masing responden diminta melakukan setuju atau

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

33

ketidak setujuannya untuk masing-masing aitem dalam skala

yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, sangat tidak setuju). Semua aitem yang favorabel diubah

nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5,

untuk sangat tidak setuju nilainya1 dan untuk aitem unfavorabel

nilai skala sangat setuju nilainya 1, untuk tidak setuju nilainya 5

(Wawan & Dewi, 2010, hal. 39-40).

c) Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat

mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang

berhubungan sikapnya dalam pertanyaan (Wawan & Dewi,

2010, hal. 40).

d) Multidimensional Scaling

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadanga kala

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur

dimensinalkurang valid terutama apabila diterapkan pada lain

orang, lain isu, dan lain skala aitem (Wawan & Dewi, 2010, hal.

40).

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

34

e) Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung)

(Wawan dan Dewi, 2010, hal. 40) :

(1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau

dapat dilakukan oleh responden

(2) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap

dipengaruhi oleh kerelaan responden

(3) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap

reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan

oleh individu yang bersangkutan.

(4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu melalui

dari fasial reaction, body gesture, keringat, dilatasi pupil

mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Metode …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-izzatulmus... · MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

35

B. Kerangka teori

Gambar 2.3 : Kerangka Teori

Sumber : Azwar, 2011; Notoatmodjo, 2007; Wawan dan Dewi, 2010

C. Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.4 : Kerangka konsep penelitian

D. Hipotesis

Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil tentang

kontrasepsi MAL dengan sikap terhadap MAL.

Pengetahuan ibu

hamil tentang

kontrasepsi MAL

Sikap ibu hamil

terhadap

kontrasepsi MAL

Faktor internal :

1. Pengetahuan

2. Pengalaman

pribadi

3. Kenyakinan

dan pikiran

4. Faktor

emosional Sikap

Faktor eksternal :

1. Pengaruh

budaya

2. Media masa

3. Lembaga

pendidikan

dan agama

4. Pengaruh

orang lain

yang dianggap

penting