003. BAB 1 S.D 5(FIS).pdf

66
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran Supervisi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha-usaha perbaikan dan  peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya. Kualitas pembelajaran mencakup kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran. Jika  pembelajaran berkualitas maka dapat dipastikan hasil pembelajaran akan berkualitas juga. Pelaksanaan supervisi pembelajaran, yang ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas dosen melalui pengembangan kompetensi dan profesionalisme, seharusnya dilaksanakan oleh supervisor yang juga memiliki kompetensi dan professional di bidang supervisi maupun bidang ilmu yang disupervisinya. Kurangnya supervisor yang berlatar belakang pendidikan matematika ataupun tidak adanya supervisi khusus untuk matakuliah matematika dasar, merupakan kendala system  pendidikan dalam meningkatkan mutu pembelajaran matematika, padahal salah satu syarat utama untuk menjadi supervisor adalah memiliki kompetensi dan kemampuan professional dalam bidang yang disupervisi. Kendala lain yang dihadapi sekarang adalah upaya-upaya untuk memperkenalkan inovasi kepada dosen-dosen tidak sejalan dengan peningkatan kemampuan supervisor yang  berhubungan dengan inovasi tersebut. Masalah ini ditunjukkan oleh pelaksanaan pelatihan kepada dosen-dosen yang tidak melibatkan supervisor pembelajaran. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, upaya untuk mengimplementasikan inovasi melalui instruksi secara hirarkhis dari Departemen Pendidikan Nasional di tingkat pusat hingga sampai jajaran di tingkat daerah. Biasanya upaya implementasi inovasi tersebut dalam bentuk “proyek” khusus, artinya bahwa tanpa proyek, hampir tidak ada upaya untuk mengimplementasikan inovasi. Sanusi (1998:45) mengemukakan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan  pendidikan tidak lepas dari, antara lain, model hierarki struktur birokrasi, metode berpikir dan perilaku administrative pengelola, teknologi informasi dan telekomunikasi, proses mengajar oleh dosen, dan kegiatan belajar mahasiswa. Dan proses aliran administrative-  birokrasi dalam system pemerintahan di Negara kita sekarang ini umumnya mas ih bersifat top down dan berliku-liku sehingga sampai ke titik tujuan sangat lamban bahkan sering tersumbat.

Transcript of 003. BAB 1 S.D 5(FIS).pdf

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Pemikiran

    Supervisi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha-usaha perbaikan dan

    peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya.

    Kualitas pembelajaran mencakup kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran. Jika

    pembelajaran berkualitas maka dapat dipastikan hasil pembelajaran akan berkualitas juga.

    Pelaksanaan supervisi pembelajaran, yang ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan

    kualitas dosen melalui pengembangan kompetensi dan profesionalisme, seharusnya

    dilaksanakan oleh supervisor yang juga memiliki kompetensi dan professional di bidang

    supervisi maupun bidang ilmu yang disupervisinya.

    Kurangnya supervisor yang berlatar belakang pendidikan matematika ataupun tidak

    adanya supervisi khusus untuk matakuliah matematika dasar, merupakan kendala system

    pendidikan dalam meningkatkan mutu pembelajaran matematika, padahal salah satu syarat

    utama untuk menjadi supervisor adalah memiliki kompetensi dan kemampuan professional

    dalam bidang yang disupervisi.

    Kendala lain yang dihadapi sekarang adalah upaya-upaya untuk memperkenalkan

    inovasi kepada dosen-dosen tidak sejalan dengan peningkatan kemampuan supervisor yang

    berhubungan dengan inovasi tersebut. Masalah ini ditunjukkan oleh pelaksanaan pelatihan

    kepada dosen-dosen yang tidak melibatkan supervisor pembelajaran.

    Dalam sistem pendidikan di Indonesia, upaya untuk mengimplementasikan inovasi

    melalui instruksi secara hirarkhis dari Departemen Pendidikan Nasional di tingkat pusat

    hingga sampai jajaran di tingkat daerah. Biasanya upaya implementasi inovasi tersebut

    dalam bentuk proyek khusus, artinya bahwa tanpa proyek, hampir tidak ada upaya untuk

    mengimplementasikan inovasi.

    Sanusi (1998:45) mengemukakan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan

    pendidikan tidak lepas dari, antara lain, model hierarki struktur birokrasi, metode berpikir

    dan perilaku administrative pengelola, teknologi informasi dan telekomunikasi, proses

    mengajar oleh dosen, dan kegiatan belajar mahasiswa. Dan proses aliran administrative-

    birokrasi dalam system pemerintahan di Negara kita sekarang ini umumnya masih bersifat

    top down dan berliku-liku sehingga sampai ke titik tujuan sangat lamban bahkan sering

    tersumbat.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 2

    Lagi pula, meskipun dosen telah mengikuti pelatihan inovasi, mereka belum

    sepenuhnya pengimplementasikan apa yang diperolehnya dari pelatihan tersebut dalam

    proses pembelajaran di ruang kuliah. Ini berarti mereka belum memahami hakekat dan misi

    inovasi itu, meskipun para innovator (instruktur) telah menceramahkan dan

    mendemonstrasikannya dengan sangat bersemangat. Hal ini sebagai akibat dari tidak adanya

    motivasi dari dalam diri dosen itu sendiri dan yang ada hanyalah rasa kepatuhan terhadap

    instruksi dan rasa takut terhadap atasan.

    Kenyataan menunjukkan bahwa, secara kualitatif, lulusan perguruan tinggi belum siap

    untuk memasuki lapangan kerja maupun untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih

    tinggi (S-2 atau S-3). Dan secara kuantitatif, kualitas pendidikan yang ditunjukkan dengan

    nilai Ujian Akhir Semester (UAS), yang meskipun terkadang telah dimanipulasi pihak-pihak

    tertentu, masih rendah. Khususnya untuk pendidikan matematika, UAS untuk matakuliah

    matematika dasar secara umum masih jauh dari yang diharapkan dan lebih memprihatinkan

    lagi adalah tidak terdapat kenaikan skor yang berarti selama beberapa tahun terakhir

    meskipun sudah begitu banyak biaya yang dikeluarkan (Depdiknas, 2004:1).

    Gagasan perubahan yang bersumber dari bawah sangat penting dalam upaya supervise

    pembelajaran yang bertujuan membantu guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hal

    ini menempatkan dosen sebagai sumber pelaku yang sangat penting dalam implementasikan

    inovasi (Satori, 1989:133). Tugas kita yang sangat penting adalah bagaimana menata proses

    penyebaran inovasi itu hingga sampai pada sasaran yang diharapkan. Di sinilah peranan

    supervisor dibutuhkan. Ini berarti tugas kita semua termasuk supervisor sebagai bagian

    perilaku system dalam organisasi pendidikan untuk mensosialisasikan inovasi-inovasi

    pembelajaran. Sosialisasi inovasi maupun supervisi pembelajaran merupakan dua tugas

    yang mempunyai misi yang sama yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

    Roger (1983) mengemukakan bahwa untuk sampai pada implementasinya, suatu inovasi

    memerlukan proses sosialisasi yang berawal dari pemilikan pengetahuan dan pemahaman

    tentang fungsi inovasi, pembentukan sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi,

    pengambilan keputusan menerima atau menolak inovasi, dan terakhir adalah mengadopsi

    inovasi tersebut.

    Sosialisasi inovasi maupun supervisi pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi

    manusia, yaitu interaksi antara sumber informasi dengan penerima inovasi maupun interaksi

    antara supervisor dan dosen. Kedua interaksi tersebut bertujuan untuk mempengaruhi

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 3

    pengetahuan dosen yang berakibat pada perubahan sikap, atau tindakan. Komunikasi yang

    terjadi dalam interaksi seperti ini biasa disebut komunikasi persuasif.

    Supervisor dan dosen yang bekerja sama dalam kegiatan ini diharapkan memiliki tujuan

    yang sama, memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, dan memiliki posisi yang

    sama dalam menjalankan berbagai kegiatan yang ada. Kegiatan kerja sama seperti ini

    disebut kolaborasi.

    Sosialisasi inovasi maupun supervise pembelajaran ditujukan untuk meningkatkan

    kompetensi dan profesionalisme seorang dosen agar dapat meningkatkan kualitas

    pembelajaran yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Di

    samping itu, agar tujuan sosialisasi inovasi maupun supervisi pembelajaran tersebut dapat

    tercapai maka harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki kompetensi dan professional

    dalam bidang inovasi dan dalam bidang supervisi pembelajaran.

    Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mencoba mengangkat isu sosialisasi inovasi

    dalam pendidikan matematika yang bersifat bottom up, dilaksanakan secara persuasif dan

    kolabotatif yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen

    matematika. Sosialisasi ini dilakukan melalui Musyawarah Dosen Bidang Studi (MDBS)

    Matematika mengingat sasaran utama dan kegiatan MDBS sejalan dengan tujuan dan

    kegiatan supervisi pembelajaran, yaitu peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen.

    Supervisi implementasi inovasi dalam proses pembelajaran matematika dasar dilakukan

    oleh supervisor bidang studi matematika yang memiliki kompetensi dan professional dalam

    pendidikan matematika.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan tema sentral penelitian di atas maka permasalahan pokok dalam penelitian

    ini adalah apakah penerapan model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran

    matematika melalui MDBS bagi mahasiswa prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka

    Jakarta akan menghasilkan prestasi belajar mahasiswa pada matakuliah matematika dasar

    yang lebih baik ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengenalkan suatu model sosialisasi inovasi

    dan supervisi pembelajaran matematika melalui Musyawarah Dosen Bidang Studi (MDBS)

    yang bertujuan diantaranya untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas penerapan

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 4

    model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran matematika dasar melalui MDBS di

    prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka Jakarta.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu model sosialisasi inovasi dan

    supervisi dalam pembelajaran matematika sehubungan dengan upaya untuk meningkatkan

    kualitas pembelajaran matematika di prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kerangka Pemikiran

    Prestasi belajar mahasiswa sangat ditentukan kualitas proses pembelajaran yang

    dilaksanakan dosen. Kualitas proses pembelajaran tersebut ditentukan oleh kompetensi dan

    profesionalisme dosen dalam memberdayakan seluruh potensi yang ada di perguruan tinggi dan

    lingkungannya termasuk memberdayakan konsepsi mahasiswa (lebih banyak yang salah) yang

    diperoleh dari fenomena alam. Semua konsep yang dipelajari dalam matematika dapat

    mahasiswa ditemukan melalui pengalaman hidupnya di luar ruang kuliah.

    Peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen dalam system pendidikan kita

    diwujudkan melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran. Tetapi di sisi lain ada inovasi-inovasi

    dalam pembelajaran matematika yang perlu disosialisasikan kepada dosen-dosen matematika dan

    ada pula MDBS matematika yang merupakan wadah berkumpulnya dosen-dosen matematika.

    Inovasi-inovasi dan MDBS ini, juga ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan

    profesionalisme dosen. Untuk itu, perlu diupayakan memberdayakan MDBS matematika dengan

    memasukkan pelaksanaan supervisi matematika di dalam kegiatannya termasuk upaya

    mensosialisasikan dan mengimplementasikan inovasi pembelajaran matematika.

    Pelaksanaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran matematika melalui MDBS

    matematika merupakan upaya perubahan ke arah peningkatan kompetensi dan profesionalisme

    dosen yang didorong oleh keinginan dan kebutuhan dosen dari bawah (bottom up). Pelaksanaan

    kegiatan MDBS matematika itu perlu dilaksanakan secara kolaboratif agar pencapaian tujuan,

    yaitu peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen dapat dengan mudah terwujud melalui

    saling memberi, saling menerima, saling membantu, dan saling bekerjasama dalam menghadapi

    setiap permasalahan anggota kelompok MDBS matematika.

    Pelaksanaan supervisi juga perlu dilaksanakan secara profesional, yaitu oleh supervisor yang

    memiliki kompetensi dan profesional dalam bidang supervisi.

    Kerangka pemikiran tersebut didasarkan pada premis-premis sebagai berikut:

    1. Inovasi pembelajaran matematika merupakan suatu ide, gagasan, atau obyek yang dianggap

    baru menurut persepsi penerimanya yang diarahkan untuk memperbaiki sistem pembelajaran

    (Centre for Educational Research and Innovation, 1969; Lauer, 1993; Wahab, 1987);

    2. Sosialisasi inovasi diarahkan pada tahap-tahap penerimaan dan implementasi inovasi yang

    meliputi menyadari, tertarik, menilai, mencoba, menerima, dan mengimplementasikannya

    (Roger, 1983; Lauer, 1993; Wahab, 1987);

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 6

    3. Sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran merupakan upaya merubah kognisi, sikap dan

    perilaku kearah penciptaan kondisi yang menunjang peningkatan kompetensi dan

    profesionalisme dosen (Wahab, 1987; McQuail & Windahl, 1981);

    4. Komunikasi inovasi dibedakan atas komunikasi informatif dan komunikasi persuasif

    (Effendy, 1998; Appbaum & Anatol, dalam Malik, 1993; Malik, 1993; Brembeck & Howell,

    dalam Malik, 1993; Hovland, et al., dalam Tan, 1981);

    5. Upaya kolaboratif merupakan kegiatan yang saling bekerja sama dan saling membantu

    untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama (Lemma, 1993; Tsui, 1995);

    6. Kompetensi dosen merupakan kewenangan dosen yang didasarkan pada kecakapan,

    pengetahuan, dan penguasaannya terhadap tugas-tugas sebagai dosen. Kompetensi

    merupakan deskripsi kualitatif perilaku dosen yang berhubungan dengan pemilikan dan

    penggunaan kemampuan untuk mengintegrasikan pemikiran. Kadar kompetensi seseorang

    tidak hanya merujuk pada kualitas kerja, tetapi sekaligus merujuk pada kualitas profesional

    kerja seseorang (Topping 1998; Broke & Stone, 1975; Johnson, 1974; Sudjana, 1989);

    7. Profesionalisme dosen merupakan pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan atau latihan

    khusus yang ekstensif dalam teori sistematis dalam bidang pendidikan (American Heritage

    Dictionary of the English Language, 1996; Sutisna, 1987; Good, 1973; Raka Joni, 1980);

    8. Pembelajaran matematika merupakan upaya membelajarkan hakekat matematika yang

    berupa proses matematika atau metode ilmiah, produk matematika, dan aplikasi matematika

    dalam pemenuhan kebutuhan manusia yang diwujudkan melalui pengembangan teknologi

    (Fisher, 1975, Hungeford, et al., 1990; Hare, 1985; Simpson, 1969; Rutherford & Ahlgren,

    1990; Amin, 1989; Trowgridge & Bybee, 1990; Poedjiadi, 1987; Harlen, 1987; 1992; Sagan,

    1996; Horsley, et al., 1990; Carin and Sund, 1985; NSTA, 1997; Lederman, 1992; Sanusi,

    1998; NRC, 1996; Tasker & Osborne, 1990; Hoffman, et al., 1993; Woods, 1994; Lopez &

    Tuomi, 1995);

    9. Mahasiswa pada dasarnya telah membawa pengetahuannya (childrens conceptions) ke

    dalam ruang perkuliahan matematika yang diperolehnya dari pengalaman hidup sehari-hari

    sebelumnya, karena konsep-konsep matematika itu ada dalam lingkungan hidup mereka

    (Osborne & Freyberg, 1990; Ricardo, 1996; Renner, et al., 1978; Stepans, et al., 1986;

    Harlen, 1992; Woods, 1994; Ausubel, 1968; Novak, 1985; Dahar, 1991, Novak & Gowing,

    1985; Stahl, 1991).

    Inovasi merupakan gagasan atau ide yang dianggap baru oleh individu atau penerima. Dalam

    pendidikan, inovasi merupakan suatu perubahan dalam salah satu komponen sistem pendidikan

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 7

    yang bertujuan untuk memperbaiki aspek-aspek tertentu sistem. Ciri-ciri inovasi adalah sesuatu

    yang baru menurut persepsi penerima, diciptakan secara sengaja, bertujuan memperbaiki yang

    ada, dan kebaikan inovasi itu dapat ditunjukkan (Wahab, 1987; Roger, 1983; 1995; Regan, 1996;

    Center for Strategic Management, 2002; Altshuler & Beehn, dalam Cerami, 2001; Rogers dalam

    Smith, 2001; Glor, 1992; Hauschildt, 1992; Mega, 2001; Roberts & king, 1996).

    Inovasi pembelajaran merupakan ujung tombak inovasi-inovasi dalam pendidikan karena

    kegiatan pembelajaran merupakan unsur kegiatan yang paling bawah dan menentukan dalam

    keseluruhan kegiatan sistem pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran yang ditunjukkan

    oleh prestasi belajar mahasiswa juga merupakan tolok ukur keberhasilan pendidikan.

    Sumber-sumber inovasi pembelajaran di samping hasil penelitian juga dapat berupa

    pengalaman dosen yang dilaporkan secara sistematis sehingga dapat dicontoh oleh dosesn-dosen

    lainnya. Di samping itu, penelitian tindakan kelas yang sedang digalakkan sekarang ini

    diharapkan menjadi sumber inovasi lainnya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran.

    Proses sosialisasi inovasi pada hakekatnya merupakan interaksi manusia melalui proses

    komunikasi. Roger (1983, 1995) mengemukakan bahwa sosialisasi inovasi atau difusi inovasi

    merupakan proses suatu inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama periode

    wakru tertentu pula. Mega (2001) mengemukakan bahwa tanpa komunikasi, inovasi tidak akan

    tersebar apalagi terimplementasikan. Komunikasi inovasi terjadi dalam sistem sosial yang berupa

    kumpulan individu yang terlibat dalam kegiatan yang bertujuan menyelesaikan permasalahan

    yang mereka hadapi.

    Telah banyak inovasi yang dihasilkan yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan

    telah banyak pula usaha yang dilakukan untukj mengimplementasikan inovasi tersebut, tetapi

    kenyataan di lapangan tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Sehubungan dengan itu

    Wahab (1987:9) mengemukakan bahwa berdasarkan pengalaman dan sejarah perkembangan

    pendidikan di Indonesia, inovasi pendidikan cenderung bersifat formal, artinya inovasi tersebut

    hampir seluruhnya ditetapkan oleh Depdiknas tingkat pusat yang kemudian disebarluaskan

    dengan harapan akan diterima dan dilaksanakan oleh unsur paling bawah dalam sistem

    organisasi pendidikan melalui suatu proses yang telah digariskan berdasarkan berbagai

    kebijaksanaan pendidikan.

    Menurut Adikusumo (1986:123) kegagalan implementasi inovasi disebabkan oleh antara

    lain: masih kurangnya sikap dan kemampuan berpikir kritis, reflektif, dan antisipatif dosen-dosen

    terhadap inovasi yang diperkenalkan; penerimaan inovasi belum dibarengi dengan tekad baru

    dan kerja keras, nilai dan esensi dari suatu inovasi belum menjadi milik intrinsik manusia

  • 8

    sebagai akibat dari penerimaan inovasi demi target formalistik belaka. Sedangkan menurut

    Engkoswara (1987:13) kegagalan implementasi inovasi disebabkan oleh antara lain inovasi

    sering diterima tidak sebagai sesuatu yang utuh yang mengakibatkan pemahaman yang bersifat

    parsial hingga tidak dipahami dengan makna dan inovasi tersebut.

    Menurut Roger (1983, 1995), ada empat faktor utama yang saling berinteraksi

    mempengaruhi difusi suatu inovasi, yaitu: (1) inovasi itu sendiri, (2) bagaimana informasi

    inovasi tersebut dikomunikasikan, (3) waktu, dan (4) hakekat sistem sosial di mana inovasi

    tersebut diperkenalkan.

    Keberhasilan suatu inovasi dalam pembelajaran hingga sampai pada implementasinya, tidak

    cukup jika hanya bermodalkan keputusan Menteri Depdiknas, keputusan Dirjen Dikti, dan atau

    keputusan Koordinator Kopertis, karena suatu inovasi sampai pada implementasinya

    memerlukan suatu proses yang berhubungan dengan perilaku manusia, yang dalam hal ini adalah

    perilaku dosen-dosen terhadap inovasi tersebut. Untuk itu upaya mengimplementasikan suatu

    inovasi dalam proses pembelajaran hendaknya diawali dengan upaya sosialisasi inovasi

    pembelajaran. Di samping itu, keberhasilan suatu implementasi inovasi sangat ditentukan oleh

    faktor pengawasan. Dalam sistem pendidikan, pengawasan yang berhubungan dengan proses

    pembelajaran dilaksanakan melalui supervisi pembelajaran.

    Dengan demikian, berdasar uraian di atas dan dengan mereposisi sosialisasi inovasi dan

    supervisi pembelajaran, maka semoga permasalahan tentang rendahnya kualitas pendidikan yang

    ditunjukkan dengan rendahnya kualitas hasil belajar mahasiswa dapat diatasi.

    B. Pembelajaran Matematika, Inovasi, dan Supervisinya

    Matematika merupakan kumpulan pengetahuan tentang obyek yang telah diuji kebenarannya

    (Fisher, dalam Amin, 1989; Hungeford, et al., 1990; Hare, 1985; Kemeny, tt) yang mencakup

    dua aspek, yaitu matematika sebagai proses yang dikenal dengan metode ilmiah dan matematika

    sebagai produk atau biasa disebut sebagai body of knowledge (Simpson, 1969 dalam Yager, et

    al., 1993; Sumaji, dkk, 1998; Rutherford & Ahlgren, 1990; Amin 1989; Darmodjo & Kaligis,

    1993; Trowbridge & Bybee, 1990). Di samping itu, matematika juga memiliki nilai-nilai ilmiah

    atau value of science yang melekat pada pengetahuan ilmiah (Trowbridge & Bybee, 1990;

    NSTA, 1997).

    Perkembangan matematika didorong oleh kegagalan produk matematika menjelaskan

    fenomena alam dan penerapan matematika dalam teknologi. Kegagalan tersebut memunculkan

    berbagai peryanyaan baru yang mendorong para ilmuwan secara terus menerus mengadakan

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 9

    penyelidikan matematika dan aplikasinya dalam teknologi dengan menggunakan metode ilmiah.

    Hasil penyelidikan ini dapat sebagai pembenaran atau validasi terhadap produk matematika yang

    berlaku atau sebagai penciptaan produk matematika yang baru. Oleh karena itu produk

    matematika bersifat tentatif.

    Pembelajaran matematika pada dasarnya mengupayakan setiap mahasiswa melek

    matematika. Hal ini berarti memahami dan menguasai metode ilmiah, memiliki pengetahuan

    ilmiah, memiliki sikap ilmiah, mengetahui penggunaan dan pemeliharaan teknologi, dan

    memahami nilai-nilai pengetahuan dan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat. Di samping itu

    pembelajaran matematika membantu siswa meningkatkan kemampuan membuat keputusan-

    keputusan dalam hidup yang lebih baik yang berhubungan dengan mereka dan dunia mereka

    (Horsley, et al., 1990; Hoffman, et al., 1993). Oleh karena itu, pembelajaran matematika sebagai

    suatu ilmu seyogyanya mencerminkan hakekat ilmu tersebut dan tidaklah tepat apabila dosen

    dalam pembelajaran matematika hanya dengan menyampaikan konsep yang ada dalam buku atau

    transfer of knowledge kepada mahasiswa. Hal ini tidak akan memperoleh hasil yang

    komprehensif sebagaimana yang diharapkan.

    Sehubungan dengan itu, dosen matematika hendaknya mencari dan diberikan kesempatan

    untuk meneliti dan menganalisis literature-literatur yang berhubungan dengan hakekat ilmu,

    menyediakan kesempatan untuk menganalisis, mendiskusikan, dan membahas topic-topik atau

    laporan-laporan dalam media yang berhubungan dengan hakekat ilmu dan pengetahuan ilmiah,

    serta mengukuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar yang tidak hanya terbatas pada

    konteks pendidikan (NSTA, 1997). Di samping itu, wawasan profesionalisme dosen diperlukan

    untuk melengkapi peran mereka dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang

    dilaksanakannya menjadi lebih efektif (Hoffman, 1993).

    Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, telah banyak upaya yang

    dilaksanakan baik melalui penelitian maupun melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, dan telah

    menghasilkan berbagai rekomendasi yang merupakan cikal bakal inovasi.

    Selama beberapa decade terakhir, di Indonesia telah banyak inovasi dalam pembelajaran

    yang direkomendasikan dan bahkan telah diupayakan implementasinya melalui proyek tertentu

    yang terpusat. Rekomendasi-rekomendasi tersebut seperti cara belajar mahasiswa aktif (CBMA),

    pendekatan lingkungan, pendekatan matematika terpadu, pembelajaran berorientasi tujuan,

    pendekatan keterampilan proses, dan sebagainya. Bahkan metode eksperimen dan demonstrasi

    yang jauh sebelumnya telah direkomendasikan untuk digunakan dalam proses pembelajaran

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 10

    matematika. Setiap inovasi tersebut memiliki keunggulan masing-masing yang telah diuji

    validitas dan reliabilitasnya melalui penelitian maupun kajian ilmiah.

    Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan dosen tidak menggunakan inovasi-inovasi

    tersebut dalam proses pembelajarannya, mereka cenderung menggunakan metode ceramah dan

    bahkan ada yang hanya menyuruh mahasiswa menyalin atau mengerjakan tugas. Berbagai alas

    an yang mereka kemukakan antara lain waktu yang terbatas, muatan kurikulum yang terlalu

    banyak, tidak ada sarana da prasarana penunjang, gaji atau honor yang tidak sesuai denga

    pekerjaan yang diberikan, dan sebagainya. Memang beberapa dari alasan itu ada benarnya, tetapi

    bukan berarti mengabaikan sama sekali inovasi-inovasi yang telah diupayakan.

    Di samping itu, inovasi ataupun rekomendasi penelitian yang berhubungan dengan proses

    pembelajaran telah banyak yang dihasilkan akhir-akhir ini, tetapi sayangnya hanya menjadi arsip

    dan pajangan perpustakaan di berbagai perguruan tinggi.

    Kegagalan implementasi inovasi selama ini bukan semata-mata kesalahan dosen untuk tidak

    mengimplementasikannya, tetapi kemungkinan besar terletak pada proses sosialisasinya yang

    tidak mencapai sasaran. Kelemahan upaya tersebut, antara lain: jauhnya pusat informasi inovasi

    dengan dosen-dosen yang berakibat pada tidak lengkapnya informasi tentang visi dan misi

    inovasi yang diterima dosen-dosen, tidak efektifnya pengawasan atau tidak efektifnya supervise

    dalam proyek tersebut, dan tidak dilibatkannya supervisor yang berlatar belakang pendidikan

    matematika.

    Tujuan supervisi pembelajaran matematika adalah untuk memperbaiki situasi belajar

    mahasiswa yang diarahkan pada tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui proses matematika,

    produk matematika, dan aplikasi matematika dalam teknologi, serta bertanggungjawab terhadap

    diri sendiri maupun kepada masyarakat (Harbeck, 1976). Usaha perbaikan pembelajaran

    matematika tersebut hendaknya dilakukan secara menyeluruh, terus menerus, serta penuh dengan

    keterampilan (Eiss, 1976; NSTA, 1997).

    Berdasarkan tujuan supervisi tersebut, tanggungjawab supervisor matematika adalah

    meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan meningkatkan penguasaan dosen pada

    content of knowledge atau subject-matter knowledge, pedagogical content knowledge, dan

    curricular knowledge (Hendrix, 1976; Downs, 1976; Shulman dalam NSTA, 1997; Fessler &

    Burke, 1987; NSTA, 1997).

    Tanggungjawab supervisor tersebut tercermin pada efektivitasnya mengkoordinasikan usaha

    bersama dalam mengupayakan program pembelajaran (NSTA, 1997), mengupayakan program-

    program inservis atau reguler bagi dosen-dosen (NSTA, 1997; Ross & Regan, 1995), dan

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 11

    membangkitkan semangat dosen-dosen dalam mengimplementasikan perubahan-perubahan yang

    dinilai berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Eiss, 1976; NSTA, 1997), serta

    mendorong dosen-dosen menjadi anggota dan berpartisipasi dalam organisasi profesi pendidikan

    matematika (NSTA, 1997; Downs, 1976). Usaha-usaha tersebut secara terus menerus perlu diuji,

    dianalisis, da direvisi (NSTA, 1997).

    Beberapa usaha yang berarti yang berhubungan dengan supervisi pemebelajaran antara lain

    penggunaan peer teaching yang memberikan hasil yang positif pada peningkatan komitmen

    mengajar dosen, dan kepercayaan dosen; dan pelaksanaan supervisi yang menggunakan dialog

    kolegial antara dosen dan supervisor memberikan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu

    pelaksanaan supervisi hendahnya tidak dilaksanakan dengan tujuan menilai unjuk kerja dosen

    oleh atasan, melainkan upaya kerjasama dan saling membantu di antara pemerhati pembelajaran

    matematika dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran (Ebmeier

    &Nicklaus, 1999; Ross & Regan, 1995; Sullivan & Glanz, 2000; Brundage, 1996).

    Sehubungan dengan upaya sosialisasi inovasi dalam pembelajaran matematika, supervisi

    pembelajaran hendaknya memperhatikan inovasi yang diperlukan oleh dosen untuk mengatasi

    permasalahan dan kebuituhan mereka dan ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan

    profesionalisme dosen-dosen matematika. Oleh karena itu supervisor pembelajaran hendaknya

    berperan sebagai sumber inovasi sekaligus pemrakarsa inovasi dalam pembel;ajaran matematika

    (Bybee, 1976).

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 12

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan, penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif

    yang oleh Bogdan & Biglen (1982:3) disebut sebagai qualitative research atau penelitian

    kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada MDBS di prodi pendidikan matematika FKIP Uhamka

    Jakarta pada semester ganjil tahun akademik 2008/2009. Oleh karena itu, sumber data dalam

    penelitian adalah dosen-dosen yang mengampu matakuliah matematika dasar 1 dan supervisor

    matematika dasar 1.

    Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi

    dengan instrument utama adalah peneliti yang dilengkapi dengan garis-garis besar pedoman

    wawancara, observasi, dan dokumentasi, catatan lapangan (fields notes) yang dibuat.

    Untuk menjamin tingkat kepercayaan atau kredibilitas dalam penelitian ini digunakan

    teknik-teknik seperti triangulasi, members check, dan pengamatan yang terus-menerus. Untuk

    menjamin transferbilitas penelitian ini diberikan model sosialisasi inovasi dan supervisi

    pembelajaran melalui MDBS Matematika yang telah dilaksanakan untuk dapat diujicobakan

    pada kondisi lain. Untuk menjamin dependabilitas dan konfirmabilitas penelitian ini

    dilaksanakan audit trail dengan menyusun data mentah yang diperoleh dari lapangan yang

    dibedakan atas sebelum dan setelah model sosialisasi inovasi diterapkan dan menurut

    permasalahan penelitian, dan disusun menurut topik, subtopik, dan kategori.

    B. Sumber Data

    Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP

    Uhamka Jakarta yang telah dan baru mengambil matakuliah Matematika Dasar 1. Dalam

    penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan termasuk waktu, dana, maupun latar belakang

    penelitian yang lebih banyak berhubungan dengan pembelajaran Matematika maka penelitian ini

    dibatasi pada pembelajaran Matematika Dasar 1. Oleh karenanya, sumber data dalam penelitian

    ini adalah dosen-dosen Matematika Dasar 1 dan supervisor Matematika Dasar 1. Jadi

    karakteristik sumber data adalah dosen Matematika Dasar 1 pada Program Studi Pendidikan

    Matematika FKIP Uhamka Jakarta.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 13

    Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian, maka yang menjadi titik perhatian pada sumber

    data, di samping individunya itu sendiri, uga menyangkut interaksinya dalam kegiatan pertemuan

    MDBS.

    Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara purposif yang didasarkan pada

    karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian.

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

    Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka sehingga tidak menggunakan suatu instrumen

    tertentu yang harus diui validitasnya melainkan hanya menyiapkan garis-garis besar program

    wawancara sebagai pengarah dalam proses wawancara agar tidak terlalu jauh menyimpang dari

    fokus penelitian. Wawancara berlangsung secara wajar berdasarkan ucapan dan buah pikiran

    sumber data yang diwawancarai.

    Observasi dilakukan menurut apa adanya menurut kenyataan yang ada di lapangan, dan

    dalam penelitian dilakukan secara partisipasi aktif peneliti di mana peneliti turut serta dalam

    kegiatan-kegiatan kelompok yang diteliti. Pengamat partisipan pada satu pihak merupakan

    orang dalam yang merasakan dan mengalami situasi secara pribadi, di pihak lain, pengamat

    partisipan uga sebagai orang luar yang dapat mengamati situasi dengan sikap yang lebih

    obyektif. Jadi pengamat dapat berada dalam situasi dan dapat juga menempatkan diri di luar

    situasi, sesuai dengan data apa yang ingin diperoleh dari hasil observasi tersebut (Nasution,

    1992:60-61).

    Hasil wawancara maupun onservasi terhadap satu sumber data, tidak segera dianggap

    sebagai suatu hasil yang dapat dipegang melainkan perlu diadakan cross check atau

    wawancara dengan dan observasi terhadap sumber data lainnya atau yang biasa disebut dengan

    triangulasi.

    Dokumentasi dilakukan sebagai pelengkap hasil wawancara maupun hubungannya dengan

    fokus penelitian.

    D. Instrumen Penelitian

    Penelitian naturalistik menempatkan peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini

    yang dilengkapi dengan garis-garis besar pedoman wawancara, observasi, dandokumentasi. Di

    samping itu, penelitian naturalistik sangat bergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan

  • 14

    lapangan (fields notes) yang dibuat. Catatan lapangan ini berisi hasil observasi, wawancara,

    dokumentasi.

    Untuk memperoleh data tentang sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran Matematika

    Dasar 1 dilakukan melalui wawancara dengan dosen-dosen yang mengikuti kegiatan pertemuan

    MDBS, dan observasi terhadap kegiatan pertemuan MDBS dan implementasi yang dilakukan

    dosen-dosen dalam proses pembelajaran di kelas, serta dokumentasi terhadap perangkat-

    perangkat yang telah dihasilkan dalam kegiatan pertemuan MDBS. Dalam kegiatan ini termasuk

    pelaksanaan supervisi pembelajaran.

    Untuk memperoleh data tentang prestasi belaar mahasiswa, digunakan perangkat tes yang

    dibuat dalam pertemuan MDBS, mengingat perihal penyusunan tes prestasi belaar uga

    merupakan bagian yang turut dibicarakan dalam kegiatan MDBS tersebut. Di samping itu,

    analisis penelitian akan membandingkannya denganrata-rata prestasi belajar yang dicapai

    mahasiswa menurut aktivitas dosen dalam kegiatan pertemuan MDBS.

    E. Pengumpulan Data dan Analisis Data

    Sebagaimana telah dikemukakan di atas,maka pengumpulan data dilaksanakan dengan

    menggunakan teknik wawancara, observasi, maupun dokumentasi.

    Untuk menamin tingkat kepercayaan atau kredibilitas penelitian ini, digunakan teknik-teknik

    seperti triangulasi, members check, dan pengamatan terus menerus.

    Untuk menamin transferbilitas penelitian ini diberikan model sosialisasi inovasi dan

    supervisi pembelajaran melalui MDBS Matematika Dasar 1 yang telah dillaksanakan untuk

    dapat diujicobakan pada kondisi lain.

    Untuk menjamin dependabilitas dan konfirmabilitas, penelitian ini dilaksanakan audit trail

    dengan menyusun data mentah yang diperoleh dari lapangan yang dibedakan atas sebelum dan

    setelah model sosialisasi inovasi diterapkan dan menurut permasalahan penelitian, dan disusun

    menurut topik, subtopik, dan kategor.

    Analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif kualitatif

    pada bab IV yang meskipun didalamnya ada data-data kuantitatif.

    F. Model Sosialisasi Inovasi dan Supervisi Pembelajaran Matematika

    Model SISP yang dikembangkan dalam penelitian ini dilaksanakan melalui kegiatan MDBS

    Matematika Dasar 1 yang didasarkan padaperubahan yang bersumber dari bawah (bottom-up).

    Pelaksanaan kegiatan MDBS yang dimaksud tidak memiliki garis komando secara vertikal

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 15

    dengan Depdiknas, Dikti, maupun Kopertis. Disamping itu interaksi peserta dalam kegiatan

    MDBS ini dilakukan secara persuasif dan kolaboratif. Upaya ini ditujukan untuk meningkatkan

    kompetensi dan profesionalisme dosesn-dosen Matematika.

    ProfHighlight

  • 16

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan permasalahan penelitian dan karakteristik hasil penelitian yang diperoleh, hasil

    penelitian ini disaikan menurut tiga topik besar, yaitu: (1) sosialisasi inovasi dan supervisi

    pembelajaran matematika, (2) hasil supervisi kunjungan kelas, dan (3) prestasi belajar

    mahasiswa setelah penerapan model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran matematika

    melalui MDBS.

    Topik pertama disajikan menurut subtopik,yaitu; model SISP bottom-up, persuasif,

    kolaboratif, subtopik kompetensi dan propesionalisme. Topik kedua disajikan berdasarkan hasil

    supervisi kunungankelas. Topik ketiga dibagi atas unit-unit; prestasi belajar mahasiswa tahun

    pertama, prestasi belajar mahasiswa tahun kedua, dan prestasi belajara mahasiswa tahun ketiga.

    Masing-masing subtopik tersebut dibagi lagi atas beberapa kategori, yang dapat dilihat pada

    uraian masing-masing subtopik tersebut.

    A. Sosialisasi Inovasi dan Supervisi Pembelajaran

    Kegiatan MDBS selama ini belum dilaksanakan secara maksimal untuk meningkatkan

    kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika Dasar 1yang pada akhirnya akan tercermin

    pada prestasi belajar mahasiswa. Hal ini ditunukkan oleh hasil belajar mahasiswa yang biasanya

    diukur dengan KHS (Kartu Hasil Studi), terutama Matematika Dasar 1yang masih jauh dari yang

    diharapkan.

    Pelaksanaan kegiatan MDBS yang selalu menunggu instruksi dari atas berakibat dosen-

    dosen hanya mau terlibat karena enggan terhadap pimpinan dan bukan atas dasar kemauan atau

    kesadaran sendiri untuk mengembangkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya.

    Pelaksanaan kegiatan MDBS yang selalu menunggu dana dari atas berakibat pada

    pelaksanaan kegiatan MDBS tidak tepat pada waktunya, dan kegiatan MDBS tiap tahun

    dilaksanakan selama satu minggu secara berturut-turut yang berakibat pelaksanaan MDBS tidak

    efektif dalam membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kegiatan MDBS seperti ini tidak

    memungkinkan supervisor memberikan penguatan (reinforcement) yang segera kepada dosen-

    dosen yang dinilai berhasil, terlambatnya pemberian perbaikan kepada dosen-dosen yang

    mengalami hambatan, dan implementasi program pada waktu yang relatif singkat dari

    penyusunannya berbeda hasilnya dengan implementasinya yang tertunda sampai jangka waktu

    yang relatif panjang.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 17

    Model SISP merupakan upaya untuk memberdayakan MDBS, dimana kegiatannya tidak

    menunggu instruksi dan dana dari Kopertis melainkan didorong oleh anggota MDBS itu sendiri

    dan mulai selambat-lambatnya seminggu atau dua minggu sebelum proses pembelajaran dimulai,

    serta melibatkan dosen Matematika dan nara sumber yang mempunyai minat terhadap

    peningkatan kualitas pembelaaran Matematika.

    Inovasi-inovasi san supervisi yang berhubungan dengan pembelajaran Matematika yang

    selama ini belum mendapatkan tempat dalam kegiatan MDBS, dibahas dan diupayakan

    implementasinya oleh dosesn-dosen Matematika melalui kegiatan MDBS.

    1. Bottom-up

    Telah diupayakan pelaksanaan kegiatan pertemuan MDBS Matematika Dasar 1 yang

    dirancang untuk mensosialisasikan inovasi dalam pembelajaran Matematika Dasar 1 dengan

    mengakomodasikan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip supervisi pembelajaran. MDBS merupakan

    wadah berkumpulnya dosen-dosen bidang sejenis yang jumlah anggotannta relatif kecil, sangat

    tepat dijadikan basis bagi SISP Matematika, karena dalam kelompok kecil memungkinkan

    adanya pertukaran pengalaman dan mengangkat inovasi dan supervisi pembelajaran melalui

    kelompok kecil lebih mudah diinformasikan, dengan mudah pula diterima dan memperoleh

    tanggaapan dari anggota kelompok. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gavriel Tarde

    yang dikutip oleh Lauer (1993:227).

    Pertanyaan penelitian yang dijawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MGDS

    Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan dengan menggunakan prinsip bottom-up?

    Model SISP Matematika Dasar 1 yang didasarkan pada prinsip bottom-up tidak didasarkan

    pada instruksi dari atas, melainkan didasarkan pada inisiatif dosen-dosen Matematika Dasar 1

    aendiri, memungkinkan diikuti oleh seluruh anggota MDBS sehingga mereka tidak harus

    menunggu giliran untuk mengikuti kegiatan MDBS. Penerimaan inovasi oleh individu-individu

    yang tergabung dalam kelompok akan lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan dengan individu

    yang terpisah, memungkinkan dilaksanakan tepat pada waktunya dan secara periodik dirancang

    untuk tidak membosankan dosen-dosen dalam pelaksanaannya. Dirancang tidak memerlukan

    biaya yang banyak karena dilaksanakan pada jam kantor dan lokasinya mudah dijangkau oleh

    setiap anggota MDBS, dirancang pembahasan materi yang berhubungan dengan peningkatan

    kualitas pembelajaran.

    MDBS dapat diadikan wadah bagiupayasosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran

    Matematika Dasar 1 yang dalam pelaksanaannya melibatkan dosen-dosen secara aktif sehingga

    yang dibahas didalamnya merupakan kebutuhan dosen-dosen itu sendiri dan mereka sendiri yang

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 18

    merencanakannya. Berarti, inovasi yang disosialisasikan adalah yang sesuai dengan harapan

    dosen-dosen Matematika Dasar 1 untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, dan

    supervisor srta aspek-aspek yang disupervisi dibahas dan ditentukan sendiri oleh dosen-dosen

    dalam pertemuan tersebut. Pelaksanaan kegiatan MDBS sepert ini didasarkan pada bottom-up,

    dimana kegiatan MDBS tersebut atas inisiatifndosen-dosen. Ika usaha itu dilakukan dengan

    sengaja oleh dosen-dosen, maka mereka akan berusaha untuk mencapai tuuan yang diharapkan

    bersama. Jadi upaya untuk ingin berubah ke arah yang lebih baik itu datangnya daridosen-dosen

    sendiri bukan dari universitas atau dari Kopertis sehingga upaya-upaya ini mudah sampai pada

    implementasinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wahab (1978:18) dan Miles

    (1964).

    Kesimpulannya adalah bahwa pelaksamaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran

    Matematika Dasar 1 melalui MDBS telah dilaksanakan secara bottom-up.

    2. Persuasif

    Pertanyaan penelitian yang dijawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MDBS

    Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan berdasarkan prinsip persuasif?

    Model SISP melalui MDBS Matematika Dasar 1 yang didasarkan pada prinsip persuasif

    melibatkan dosen-dosen Matematika Dasar 1 atas kemauan sendiri dalam mengikuti kegiatan

    tersebut, anggota MDBS lebih dapat dipersuasi oleh pemberi informasi inovasi dan supervisi

    yang oleh anggota MDBS rasakan sama dengan mereka, melibatkan pemberi informasi yang

    memiliki kredibilitas yang tinggi, menuntut partisipasi aktif anggotanya, sebagai akibat

    pendekatan persuasif ini dosen-dosen merasa senang dan tertarik mengikuti kegiatan MDBS, dan

    mereka selalu bersifat kritis terhadap setiap informasi yang disampaikan.

    Kesimpulan adalah bahwa pelaksanaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran

    melalui MDBS Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan secara persuasif.

    3. Kolaboratif

    Pertanyaan penelitian yang diawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MDBS

    Matematika Dasar 1 telah dilaksanakan dengan menggunakan prinsip kolaboratif?

    Model SISP melalui MDBS Matematika Dasar 1 yang didasarkan pada prinsip kolaboratif,

    pesertanya saling bekerja sama, saling membantu, setiap anggota MDBS memiliki kesempatan

    dan posisi yang sama dalam mengemukakan pendapatnya, setiap anggota MDBS bersikap

    terbuka dan memiliki tujuan yang sama.

    Kesimpulan adalah bahwa pelaksanaan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran

    Matematika melalui MDS telah dilaksanakan berdasarkan prinsip kolaboratif.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 19

    4. Kompetensi dan Profesionalisme Dosen Matematika

    Pertanyaan penelitian yang diawab pada bagian ini adalah apakah SISP melalui MDBS

    Matematika Dasar 1 dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika?

    Untuk menawab pertanyaan ini, berikut ini dikemukakan hasil penelitian yang berhubungan

    dengan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika Dasar 1 yang mengikuti kegiatan

    MDBS dan yang tidak mengikuti kegiatan MDBS. Kompetensi dan profesionalisme dosen

    Matematika tercermin pada kemampuan dosen mengelola kelas, menila kemajuan proses

    pembelajaran pemahaman dan penguasaan dosen terhadap landasan kependidikan, dan materi

    pembelajaran yang nampak dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Disamping itu, seorang

    dosen yang profesional memiliki komitmen yang kuat untuk belajar secara terus menerus,oleh

    karena itu seorang dosen yang profesional seharusnya memiliki sejumlah buku yang

    berhubungan dengan bidangnya, frekuensi membacanya tinggi, dan mengetahui kesiapan dan

    memiliki keyakinan terhadap kemampuan mengajarnya.

    Kesimpulan adalah bahwa pelaksanaan SISP melalui MDBS Matematika Dasar 1 ada

    indikasi dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen, hal ini juga ditunjukkan

    oleh skor yang diperoleh dosen dalam pelaksanaan supervisi kunungan kelas dan prestasi belajar

    mahasiswa yang akan diuraikan berikut ini.

    B. Hasil Supervisi Kunjungan Kelas

    Sebagai dukungan awaban terhadp pertanyaan keempat, apakah SISP melalui MDBS dapat

    meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika?

    Teknik supervisi akademik yang digunakan untuk mengevaluasi implementasi hasil kegiatan

    MDBS dalam proses pembelaaran di kelas adalah supervisi kunjungan kelas. Setelah model ini

    diterapkan, supervisor ditentukan dan dipilih di antara dan oleh anggota kelompok MDBS

    Matematika Dasar 1 sehingga supervisor benar-benar berlatar belakang pendidikan Matematika

    dan mengajar Matematika Dasar 1. Hal ini dimaksudkan agar antara supervisor dan yang

    disupervisi memiliki pemahaman yang sama terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan

    yang pada akhirnya akan memudahkan kedua belah pihak dalam usaha memperbaiki dan

    meningkatkan kualitas pembelaaran. Disamping itu aspek-aspek yang disupervisi disusun

    bersama dalam kegiatan pertemuan MDBS tersebut sehingga dosen-dosen benar-benar

    menyadari aspek-aspek apa saja yang harus dipersiapkannya agar proses pembelajarannya

    mencapai hasil yang diharapkan.

    Hasil supervisi kunjungan kelas tersebut dikategorikan atas aktivitas dosen dalam mengikuti

    model sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran Matematika Dasar 1 melalui MDBS, yaitu:

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 20

    dosen yang aktif, sedang, dan tidak aktif. Aktivitas dosen-dosen ini didasarkan pada kehadiran

    dosen-dosen dalam pertemuan MDBS. Dosen-dosen Matematika Dasar 1 yang termasuk aktif

    atau yang kehadirannya lebih dari 75% sebesar 65%, sedangkan sisanya tergolong sedang dan

    tidak aktif. Dosen-dosen Matematika Dasar 1 yang tergolong aktif mengikuti pertemuan MDBS

    lebih lancar dalam proses pembelajarannya dibandingkan dengan dosen-dosen yang tidak aktif.

    Selanjutnya, supervisi kunjungan kelas dilaksanakan dengan menggunakan pedoman

    supervisi kunjungan kelas yang telah dibuat dalam pertemuan MDBS ini. Pedoman ini terdiri

    dari (1) persiapan yang mencakup beberapa aspek, yaitu (a) analisis materi perkuliahan; (b)

    program tahunan, (c) program semester, (d) program satuan perkuliahan, (e) rencana

    perkuliahan; dan (2) kegiatan proses pembelajaran yang meliputi (a) pendahuluan (penampilan

    dosen, apersepsi dan motivasi, penyampaian pokok-pokok bahasan/subpokok bahasan/konsep

    materi kuliah, penggunaan bahasa), (b) pengembangan (penguasaan materi, penyajian,

    model/pendekatan/metode, penggunaan alat bantu, partisipasi mahasiswa, bimbingan terhadap

    mahasiswa, teknik bertanya), dan (c) penerapan dan penutup (tes evaluasi, daya serap,

    rangkuman, pemberian tugas, penggunaan alokasi waktu, mengakhiri perkuliahan). Masing-

    masing aspek yang disebutkan sudah ditentukan bobotnya yang secara keseluruhan atau skor

    idealnya berjumlah 1000.

    Hasil supervisi kunjungan kelas menunjukkan bahwa dosen-dosen Matematika Dasar 1 yang

    aktif dalam kegiatan MDBS memperoleh skor rerata 938 dari skor ideal 1000, sedangkan dosen-

    dosen yang sedang aktivitasnya dalam kegiatan MDBS memperoleh skor rerata 873, dan dosen

    yang tidak aktif memperoleh skor rerata 832.

    Hasil supervisi kunjungan kelas ini mengindikasikan adanya peningkatan kompetensi dan

    profesionalisme dosen-dosen Matematika Dasar 1. Meskipun demikian kualitas pembelajaran

    tidak cukup jika hanya dinilai dari pelaksanaan proses pembelajarannya, tetapi harus dilihat juga

    penguasaan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diajarkan karena kualitas proses

    pembelajaran itu akan tercermin pada penguasaan dan pemahaman mahasiswa.

    C. Prestasi Belajar Mahasiswa

    Penguasaan dan pemahaman mahasiswa dilihat dari hasil tes Ujian Akhir Semester

    Matematika Dasar 1 pada perkuliahan: semester IA, semester IB, dan semester IC tahun

    akademik 2007/2008 juga dibedakan atas keterlibatan dosen-dosen mereka dalam SISP melalui

    MDBS Matematika Dasar 1.

    Hasil belajar mahasiswa diperoleh dari hasil UTS, UAS, kehadiran dalam perkuliahan, dan

    tugas yang digunakan disusun bersama pada kegiatan MDBS. Analisis terhadap hasil belaar

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 21

    mahasiswa didasarkan pada aktivitas dosen-dosen mereka dalam kegiatan SISP, yaitu aktif,

    sedang,dan tidak aktif sebagaimana dikemukakan di atas.

    Tolok ukur yang digunakan untuk melihat keberhasilan pembelajaran berdasarkan hasil UAS

    adalah ketuntasan belajar mahasiswa yang mencakup baik ketuntasan konsep maupun ketuntasan

    individu. Tolok ukur untuk ketuntasan konsep adalah jumlah mahasiswa yang menjawab benar

    setiap item soal atau konsep lebih besar atau sama dengan 60%, dan ketuntasan individu adalah

    nilai yang diperoleh mahasiswa dari hasil UAS tersebut lebih besar atau sama dengan C.

    Untuk semester IA, jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan individu untuk dosen yang

    aktif dalam kegiatan MDBS adalah 73%,artinya 73% mahasiswa yangmemperoleh nilai diatas C,

    sedangkan bagi dosen yang sedang aktivitasnya adalah 57%, dan dosen yang tidak aktif adalah

    21%. Semester IB, jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan individu untuk dosen yang aktif

    dlam kegiatan MDBS rerata 68%, sedangkan bagi dosen yang sedang aktivitasnya adalah 50%,

    dan dosen tidak aktif 30%. Dan untuk semester IC, jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan

    individu untuk dosen yang aaktif dalam kegiatan MDBS rerata 54%, sedangkan bagi dosen yang

    sedang aktivitasnya adalah 12%, dan dosen tidak aktif 5%.

    Hasil UAS untuk mahasiswa semester IA, IB, dan IC ini menunjukkan bahwa ketuntasan

    belajar mahasiswa berbeda menurut tingkat aktivitas dosen-dosennya dalan SISP Matematika

    Dasar 1 melalui MDBS. Untuk dosen yang aktif ketuntasan belajar mahasiswa lebih besar dari

    dosen yang aktivitasnya sedang dan lebih besar lagi dari dosen yang tidak aktif.

    Dengan demikian dosen-dosen yang aktif dalam kegiatan MDBS akan dapat memperbaiki

    kualitas proses pembelajarannya, dan proses pembelajaran yang berkualitas akan merefleksikan

    hasil belajar mahasiswa yang berkualitas pula. Dengan kata lain, aktivitas dosen-dosen dalam

    kegiatan sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran Matematika Dasar 1 melalui MDBS ada

    indikasi dapat meningkatkan proses pembelajaran yang berkualitas baik dari segi proses maupun

    dari segi hasilnya.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 22

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Sosialisasi inovasi dan supervisi pembelajaran melalui MDBS Matematika Dasar 1 ada

    idikasi dapat membantu meningkatkan kompetensi dan profesional dosen Matematika Dasar 1

    yang tercermin pada peningkatan kualitas proses pembelaaran Matematika Dasar 1 dan nampak

    pada hasil supervisi kunjungan kelas serta prestasi belajar mahasiswa.

    Keberhasilan sosialisasiinovasi dan supervisi pembelajaran Matematika Dasar 1 melalui

    MDBS ini ditunjang oleh variabel-variabel perubahan yang dirancang dari bawah (bottom-up),

    komunikasi yang persuasif, interaksi kolaboratif, yang didasarkan pada dan dituukan untuk

    peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen Matematika Dasar 1.

    Jika model SISP dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Q) melalui peningkatan

    kempetensi dan profesionalisme dosen yang dilaksanakan secara bottom-up, persuasif, dan

    kolaboratif, maka dapat ditulis sebagai berikut:

    Q = Kompetensi=Profesionalisme = f(SISP) = f(bottom-up, persuasi, kolaborasi).

    B. Saran

    Model SISP Matematika Dasar 1 melalui MDBS akan sampai pada tujuan yang diharapkan

    maka sebagaimana hasil penelitian, disarankan hal-hal sebagai berikut:

    1. Untuk maksud tersebut di atas, setiap perguruan tinggi negeri yang membina membawahi

    fakultas atau jurusan keguruan dan kependidikan hendaknya menjalin upaya kerjasama

    dengan fakultas yang ada di wilayahnya, dengan tujuan saling membantu dan bekerasama

    dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen guna pencapaian pembelajaran

    yang berkualitas khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.

    2. Perguruan tinggi keguruan dan kependidikan hendaknya bertindak sebagai agen

    pembaharuan yang implikasinya adalah setiap dosen perguruan tinggi hendaknya selalu

    meneliti maupun mengkaji hasil penelitian untuk menghasilkan inovasi-inoasi yang dapat

    diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.

    3. Depdiknas di tingkat pusat sampai di tingkat daerah-daerah hendaknya menciptakan iklim

    yang kondusif melalui regulasi guna pemberdayaan MDBS sebagaimana model yang

    dikemukakan di atas dengan tidak membebani dengan instruksi sentralistik.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 23

    4. Setiap perguruan tinggi keguruan dan kependidikan Matematika hendaknya memasukkan

    supervisi pendidikan Matematika sebagai suatu mata kuliah bidang studi.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Adikusumo, S. (1986). Pemikiran Awal Mencari Dasar Pembangunan Pendidikan. Laporan

    Rapat I Konsorsium Ilmu Pendidikan. Depdikbud

    Amir, M. (1989). Bahan Seminar Pendidikan Matematika. FPMIPA IKIP Yogyakarta

    Bogdan, J.S. & Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to

    Theory and Methods. Massachusetts: Allyn & Bacon. Inc

    Brundage, S.E, (1996). What Kind of Supervision Do Veteran Teachers Need? An Invitation To

    Expand Collegial Dialogue and Research. Journal fo Curriculum and Supervision. 12 (1).

    90-94. Association for Supervision and Curriculum Development. [Online]. Tersedia:

    http://chatserver.ascd.org/cgi-shl/as_web.exe?jcs+D+12923. [18 Februari 2008]

    Bybee, R.W. (1976). Providing the Learning Environment. Dalam Harbeck. (ed). 2nd

    Sourcebook

    For Mathematic Supervisors. 72-81. Washington D.C.: National Mathematic Supervisors

    Association. National Mathematic Teacher Association

    Carin, A.A. & Sund, R.B. (1985). Teaching Modern Mathematic. London: Merrill Publ. A Bell

    & Howell Company

    Cerami, J.R. (1992). Innovation in Policy Analysis, In Go Innovate. Center for Strategic

    Management,[Online].Tersedia:http://www.innovation.cc/discussion_papers/Innovation_

    Policy_Analysis.html. [14 September 2008]

    Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga

    Darmodjo, H. & Kaligis, J.R.E. (1993). Pendidikan MIPA II. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud

    DEPDIKNAS. (2004). Manajemen Pembelajaran Menyeluruh sebagai Metode Peningkatan

    Kualitas Sekolah. Jakarta: Depdiknas

    Downs, G.E. (1976). The Role of State Mathematic Supervisor. Dalam Harbeck. (ed). 2nd

    Sourcebook For Mathematic Supervisors. Washington D.C.: National Mathematic

    Supervisors Association. National Mathematic Teachers Association

    Ebmeier, H. & Nicklaus, J. (1999). The Impact of Peer and Principal Collaboration Supervision

    on Teachers Trust. Commitment. Desire for Collaboration. And Efficacy. Journal of Curriculum and Supervision. 14(4).351-378. Association for Supervision and Curriculum

    Development.[Online].Tersedia:http://www.ascd.org/readingroom/jcs/99summer/ebmeier

    .html [27 Februari 2008]

    Effendy, O.U. (1998). Hubungan Masyarakat. Bandung: remaja Rosdakarya

    Eiss, A.F. (1976). Preparing for and Implementing Change. Dalam Harmeck. (ed). 2nd

    Sourcebook For Mathematic Supervisors. 82-97. Washington D.C.: National Mathematic

    Supervisors Association. National Mathematic Teachers Association

    ProfHighlight

  • 25

    Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan

    LPTK

    Fessler, R. & Burke, P.J. (1987). Systematic Appraisal of Teacher Performance: A Conceptual

    Supervision-Staff Development Model. Are You Doing Inquiry along this lines?. Journal

    of Curriculum and Supervision. 2 (4). 381-389. Association for Supervision and

    Curriculum Development. [Online]. Tersedia: http://chatserver.ascd.org/cgi-

    shl/as_web.exe?jcs+D+151903 [27 Februari 2008]

    Glickman, C.D. (ed.) (1992). Supervision in Transition. Association for Supervision and

    CurriculumDevelopment.[Online].Tersedia:http://www.ascd.org/readingroom/books/glic

    kman92book.html [14 September 2008]

    Good, C.V. ed. (1973). Dictionary of Education. New York: McGraw-Hill Book Company

    Harbeck, M.B. (ed.) (1976). 2nd

    Sourcebook For Mathematic Supervisors. Washington D.C.:

    National Mathematic Supervisors Association. National Mathemaric Teachers

    Association

    Hare, R. (1975). The Philosophies fo Mathematic. Oxford: Univercity Press

    Harlen, W. (1987). Teaching and Learning Primary Mathematic. London: Harper & Row Publ.

    ------------- (1992). The Teaching fo Mathematic; Studies in Primary Education. London: David

    Fulton. Publ.

    Hauschildt, J. (1992). An Exchange on Definitions of Innovation, From the Innovative

    Management Network. Golnnovate. Center for Strategic Management. [Online].

    Tersedia: http://www.innovation.cc/discussion_papers/definition_inn.html [14 September

    2008]

    Hendrix, J.R. (1976). APerformance Model Dalam Harbeck. (ed.). 2nd

    Sourcebook For

    Mathematic Supervisors. 57-67. Washington D.C.: National Mathematic Supervisors

    Association. National Mathematic Teachers Association

    Hoffman, K.M. and Stage, E.K. (1993). The Challenge of Higher Standards. Mathematic for All:

    Getting It Right For the 21st Century. Journal of Curriculum and Supervision. 50 (5).

    Association for Supervision and Curriculum Development. [Online]. Tersedia:

    http://www.ascd.org/readingroom/edlead/9302/toc.html [20 Februari 2008]

    Horsley, S.L. et al. (1990). Elementary School Mathematic for the 90s. National Center for Improving Mathematic Education. Massachusetts: A Partnership of Network. Inc. and the

    BSCS. The Network Inc.

    Hungerford, et al. (1990). Mathematic Science Technology Society: Investigating and Evaluating STS Issues and Solution. Illinois: STIPES Publ.

    Kemeny, J.G. (tt). A Philosopher Looks at Mathematic. New Jersey: Van Nostrand Company

  • 26

    Lauer, R.H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Diterjemahkan oleh Alimandan.

    Jakarta:Rineka Cipta

    Lemma, P. (1993). The Cooperating Teacher as Supervisor: A Case Study. Journal of

    Curriculum and Supervision. 8 (4). 329-342

    Lopez, R.E. & Tuomi, J. (1995). Student-Centered Inquiry. Journal of Curriculum and

    Supervision. 52 (6). Association for Supervision and Curriculum Development.

    http://www.enc.org/resources/full/0.1240.015149.00.shtm [20 Februari 2008]

    Malik, D.Dj. (1993). Komunikasi Persuasif. Bandung: Remaja Rosdakarya

    McNamara, C. (2001). Staffing and Supervision of Employees and Volunteers, On-Line

    Organization Development Program Module. [Online]. Tersedia:

    http://www.serviceleader.org/manage/policy.html [14 September 2008]

    McQuail, D. & Windahl. (1981). Communication Models: For the Study of Mass

    Communications. 5th

    Impression. New York: Longman Inc.

    Mega, V. (2001). Urban Renaissance: Enhancing the Past Inventing the Future Drivers and

    Obstacles To Innovation and Change. Go Innovate. Center for Strategic Management.

    [Online], Tersedia: http://www.innovation.cc/discussion_papers/Urban_Renaissance.html

    [14 September 2008]

    National Science Teachers Association. (1997). Standars for Science Teacher Preparation.

    Association for Supervision and Curriculum Development. [Online]. Tersedia:

    http://www.snta.org/recommends [18 Februari 2008]

    National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington D.C.:

    National Academy Press

    Novak, J.D. & Gowin, D.B. (1985). Learning How to Learn. Cambridge: Cambridge University

    Press

    Osborne, R. & Freyberg, P. (1990). Learning in Mathematic: The Implications of Children

    Mathematic (Preface). Hong Kong: Heinemann

    Poedjiadi, A. (1987). Sejarah dan Filsafat Sains. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud

    Raka Joni, T. (1980). Pengembangan Kurikulum IKIP/FIP/FKg: Suatu Kasus Pendidikan Guru

    Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Depdikbud. P3G

    Regan, B.W. (1996). Diffusion Research at Iowa State Univercity: The Model. [Online].

    Tersedia: http://www.webreference.com/content/java/diffuse.html [20 September 2008]

    Ricardo, T. (1996). Teaching about Energy Through a Spiral Curriculum: Guiding Principles.

    Journal of Curriculum and Supervision. 12 (1). 66-75. Association for Supervision and

    Curriculum Development. [Online]. Tersedia: http://chatserve.ascd.org/cgi-

    shl/as_web.exe?jcs+D+14136 [27 Februari 2008]

  • 27

    Roberts, N.C. and King, P.J. (1996). Transforming Public Policy: Dynamics of Pulicy

    Entrepreneurship and Innovation. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers

    Roger, E.M. (1983). Diffusion of innovations. 3rd

    ed. New York: The Free Press

    ---------------(1995). Diffusion of Innovations. [Online]. Tersedia: http://www.soc.iastate.edu/

    sapp/soc415.rogers.html [20 September 2008]

    Ross, J. A. & Regan, E.M. (1995). When I was Successful They Made It Seem Like Luck: District Consultants Responses to Feeback from Principals and Other. Journal of Curriculum and Supervision. 10 (2). 114-135. Association for Supervision and

    Curriculum Development. [Online]. Tersedia: http://chatserver.ascd.org/cgi-

    shl/as_web.exe?jcs+D+40906 [27 Februari 2008]

    Rutherford, F,J. & Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. New York: Oxford University

    Press

    Sagan, C. (1996). The Demon-haunted World. Mathematic as a Candle in the Dark. New York:

    Ballantine Books

    Sanusi, A. (1998). Pendidikan Alternatif: Menyentuh Aras Dasar Persoalan Pendidikan dan

    Kemasyarakatan. Bandung: PPS IKIP Bandung dan Grafindo Media Pratama

    Satori, Dj. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar (Penelitian terhadap

    Efektivitas Sistem Pelayanan/Bantuan professional bagi Guru-guru Sekolah Dasar di

    Cianjur Jawa Barat). Disertasi Doktor Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung

    Smith, J. (2001). Some Thoughts on Definitions of Innovation. The Innovation Journal. [Online].

    Tersedia: http://www.innovation.cc/discussion_papers/thoughts_innovation.html [14 Sep-

    tember 2008]

    Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar

    Baru

    Sullivan, S. & Glanz, J. (2000) Alternative Approach to Supervision: cases form the Field.

    Journal of Curriculum and Supervision. 15 (3). 212-235. Association for Supervision and

    Curriculum Development. http://www.ascd.org/readingroom/jcs/00spring/sullivanab.html

    [27 Februari 2008]

    Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius

    --------------- (1987). Administrasi pendidikan: Dasar Teoritik untuk Praktek Profesional.

    Bandung: Aksara

    Tan, A. S. 1981. Mass Comunications Theory and Research. Ohio: Grid Publishing Inc

  • 28

    Tasker, R. & Osborne, R. (1990). Science Teaching and Science learning. Dalam Osborne. R. &

    Freyberg. P. Learning in Science: The Implications of Children Science. Hong Kong:

    Heineman

    Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher.

    Columbus: Merrill Publ. Abel & Howell Information Co.

    Tsui, A. B. M. (1995). Exploring Collaborative Supervision in Inservice Teacher Education.

    Journal of Curriculum and Supervision. 10 (4). 346-371

    Wahab, A. A. 1987. Implementasi konsep Pendekatan Tujuan dan Cara Belajar siswa aktif oleh

    Guru Sekolah Menengah atas Negeri Kabupaten Bandung (Suatu Studi Administrasi

    Pendidikan). Disertasi Doktor Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan

    Woods, R. K. (1994). Teaching for Understanding. A Close-Up Look at How Children Learn

    Science. Journal of Curriculum and Supervision. 51 (5). Association for Supervision and

    Curriculum Development. http://www.ascd.org/readingroom/edlead/9402/toc.html [27

    Februari 2008]

    Yager, R. et al. (1993). The Changing Curriculum Trends Science; Applying Science Across the Curriculum. Journal of Curriculim and Supervision. 50 (8). Association for

    Supervision and Curriculum Development. http://watt.enc.org/online/ENC2287/2287.

    html [27 Februari 2008]

  • 29

    Lampiran 1

    INSTRUMEN PENELITIAN

    Mata Kuliah : Matematika Dasar 1

    Program Studi : Pendidikan Matematika

    PELAKSANAAN

    Hari/Tanggal : Rabu, 17 April 2009

    Jam : 08.00 10.00

    PETUNJUK UMUM

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 30

  • 31

  • 32

  • 33

  • 34

  • 35

  • 36

  • 37

  • 38

  • 39

    Lampiran 2

    CURRICULUM VITAE PENELITI

    1. Nama Lengkap dan Gelar : Yohanes Soenarto, Drs., M.Si. 2. NIP / NIK : 130.922.303. / D.85.0195 3. Tempat dan Tanggal Lahir : Salatiga / 28 Desember 1955 4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Pangkat, Golongan : Pembina Tk.1 / IV.b 6. Jabatan : Lektor Kepala Ak.550 ( Dosen ) 7. Alamat Kantor : Jl. Limau II Kebayoran Baru, Jakarta

    Selatan

    Nomor telepon / Fax : (021) 72795551 / (021) 72795551

    Alamat email : [email protected] Alamat rumah : Komplek LIPI Blok.C-1 No.14

    RT/RW : 03/11 Rawa Panjang,

    Bojong Gede, Bogor 16320

    Nomor telepon / HP : (021) 87986180 / 081316373780

    8. Riwayat Pendidikan : S1 Pend. Mat. IKIP Jakarta (1980); S2 Ilmu Fisika FMIPAUI,Jakarta (2000); S3 Pend. IPA SPsUPI, Bandung (------).

    9. Pengalaman Penelitian yang Relevan:

    1. Penilaian mahasiswa terhadap dosen pengajar berkaitan dengan prestasi belajar aljabar linear (LEMLIT tahun 2004/2005);

    2. Pengaruh pembelajaran pola-pola visual dalam rangka meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah matematika (Eksperimen pada

    mahasiswa program studi pendidikan matematika di FKIP Uhamka Jakarta)

    (LEMLIT tahun 2005/2006);

    3. Pengaruh Penggunaan Silabus dan Pelaksanaan Tugas Terhadap Prestasi Belajar Matakuliah Matematika Dasar (LEMLIT tahun 2006/2007);

    4. Pengembangan assesmen pembelajaran fisika di SMA Dalam Rangka Pendidikan Science for All (Studi Eksperimen pada SMA Negeri 6 Depok

    Jawa Barat) (LEMLIT tahun 2007/2008).

    10. Mata kuliah yang diampu dalam dua tahun terakhir : Struktur Aljabar, Program Linear.

    Jakarta, Oktober 2008

    Y. Soenarto, Drs., M.Si.

  • 40

    Lampiran 3: DATA HASIL PENELITIAN

    MENURUT PERMASALAHAN PENELITIAN, INDIKATOR, DAN TEKNIK PEROLEHANNYA

    MASALAH

    PENELITIAN INDIKATOR

    TEKNIK

    PEROLEHAN Kode HASIL PENELITIAN

    1. Apakah sosialisasi inovasi dan supervisi

    pembelajaran

    Matematika telah

    dilaksanakan secara

    bottom-up?

    Proses awal Pendekatan BP-1

    1. Memberikan penjelasan kepada Kopertis Wilayah III DKI Jakarta tentang rancangan penelitian yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti

    mendapat restu dari beliau untuk melaksanakan penelitian tersebut

    dalam bentuk surat izin penelitian.

    BP-2 2. Peneliti menghubungi dosen inti, membicaakan rencana ini. BP-3 3. Dosen inti mempersoalkan tentang biaya. BP-4 4. Dosen inti mempersoalkan kesediaan dosen-dosen untuk ikut. BP-5 5. Peneliti meyakinkan dosen inti cara menanggulangi biaya dan

    bagaimana menghadirkan dosen-dosen.

    BP-6 6. Peneliti menghubungi Dekan, menjelaskan rancangan kegiatan MDBS sebgaimana yang telah dibuat.

    BP-7 7. Peneliti bermohon kepada Dekan agar dosen-dosen Matematika Dasar 1 dibebaskan pada setiap hari sabtu, dan memang saat itu

    sedang disusun jadwal belajar untuk semester 1.

    BP-8 8. Dekan menyetuui hal tersebut karena membantu mereka dalam meningkatkan mutu fakultas.

    BP-9 9. Dekan mengatakan bahwa jadwal telah tersusun. BP-10 10. Dekan beralasan kekurangan dosen Matematika Dasar 1. BP-11 11. Peneliti menghubungi dosen-dosen Matematika Dasar 1 dan

    menelaskan kegiatan ini.

    BP-12 12. Peneliti menghubungi beberapa dosen-dosen Matematika FKIP-Uhamka dan menelaskan rencana kegiatan ini.

    BP-13 13. Peneliti merencanakan pertemuan dan pembukaan pada tanggal 15 Desember 2008.

    BP-14 14. Undangan hanya dibuat sekali yaitu pada saat pembukaan.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 41

    BP-15 15. Pada saat pembukaan dibagikan jadwal pertemuan selama semester 1 dengan 8 kali pertemuan.

    BP-16 16. Pertemuan pertama adalah pembukaan dan seminat bertempat di kampus Uhamka Limau.

    BP-17 17. Pertemuan selanjutnya bergilir sesuai ruang kuliah masing-masing.

    Kegiatan MDBS Wawancara Kegiatan MDBS sebelumnya

    BW-1 1. Kegiatan MDBS tidak berhubungan dengan supervisi. BW-2 2. Pelaksanaan kegiatan MDBS biasanya menunggu instruksi dari

    Kopertis.

    BW-3 3. Pembiayaannya berasal dari bantuan Kopertis. BW-4 4. Peserta MDBS ditentukan dan dibatasi oleh Kopertis. BW-5 5. Peserta MDBS disetujui oleh Depdiknas. BW-6 6. Ada dosen yang hampir tiap tahun mengikuti kegiatan ini. BW-7 7. Ada dosen belum pernah ikut pertemuan MDBS. BW-8 8. Waktu pelaksanaan MDBS selama satu minggu berturut-turut. BW-9 9. Kegiatan MDBS imulai setelah proses pembelajaran berlangsung. BW-10 10. Materi yang dibahas dalam MDBS lebih ditekankan pada

    penyusunan perangkat ajar berupa program semester, analisis materi

    kuliah, alat evaluasi, dan alat bantu kuliah.

    BW-11 11. Peserta mendapat uang transport. Kegiatan MDBS bottom-up change

    BW-12 1. Kegiatan MDBS berhubungan dengan kegiatan supervisi. BW-13 2. Dosen-dosen setuju kegiatan ini,karena jarang mengikuti kegiatan

    MDBS.

    BW-14 3. Dosen-dosen setuju kegiatan ini, krena belum pernah mengikuti kegiatan MDBS.

    BW-15 4. Dosen-dosen Matematika setuu,bersedia berpartisipasi. BW-16 5. Dosen-dosen Matematika tidak hadir karena kesibukan. BW-17 6. Dosen-dosen Matematika setuju dan bersedia berpartisipasi. BW-18 7. Pelaksanaan kegiatan MDBS tidak menunggu instruksi dari

    Kopertis.

    BW-19 8. Pertemuan pertama MDBS dilaksanakan tepat seminggu sebelum proses pembelajaran dimulai.

    BW-20 9. Biaya pelaksanaan MDBS ditanggung bersama.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 42

    BW-21 10. Peserta MDBS tidak diberi uang transport. BW-22 11. Konsumsi ditiadakan karena dilaksanakan pada jam kerja. BW-23 12. Fakultas menyediakan konsumsi ringan. BW-24 13. Peserta seluruhnya dosen Matematika Dasar 1. BW-25 14. Pesertanya termasuk dosen-dosen Matematika Sekolah Tinggi. BW-26 15. Pesertanya termasuk dosen-dosen Matematika Universitas Islam

    Negeri maupun Swasta.

    BW-27 16. Pelaksanaan kegiatan MDBS setiap dua minggu sekali. BW-28 17. Pelaksanaan kegiatan MDBS tiap hari sabtu. BW-29 18. Pelaksanaan kegiatan MDBS pada am kerja. BW-31 19. Materinya meliputi permasalahan yang dihadapi dosen dalam proses

    pembelajaran, penyaian informasi inovasi, diskusi-diskusi

    pemecahan masalah, penyusunan program pembelajaran, peer

    teaching, implementasi dalam proses pembelajaran di kelas, dan

    supervisi pembelajaran.

    Dokumentasi Kegiatan MDBS sebelumnya:

    BD-1 1. Dalam petunjuk kegiatan MDBS tidak menyinggung supervisi. BD-2 2. Kegiatan MDBS dilaksanakan berdasarkan surat keputusan Kopertis BD-3 3. Biaya pelaksanaan MDBS diatur oleh Kopertis BD-4 4. Peserta MDBS disetujui oleh Kopertis BD-5 5. Peserta MDBS DKI Jakarta untuk tahun ini orang BD-6 6. Waktu pelaksanaan MDBS selama satu minggu berturut-turut BD-7 7. Kegiatan MDBS dimulai setelah proses pembelajaran pada

    pertengahan semester 1 berlangsung

    Kegiatan MDBS bottom-up :

    BD-8 1. Pertemuan pertama MDBS dilaksanakan tepat seminggu sebelum proses pembelajaran dimulai

    BD-9 2. Biaya pelaksanaan MDBS ditanggung bersama BD-10 3. Lembaga PT menyediakan konsumsi ringan BD-11 4. Pesertanya seluruh dosen Matematika BD-12 5. Pesertanya termasuk dosen-dosen Matematika PTS dan PTN BD-13 6. Pesertanya termasuk dosen Matematika PTIS dan PTIN BD-14 7. Pelaksanaan kegiatan MDBS setiap duaminggu sekali BD-15 8. Pelaksanaan kegiatan MDBS pada hari sabtu

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 43

    BD-16 9. Pelaksanaan kegiatan MDBS pada jam kerja BD-17 10. Materi meliputi permasalahan yang dihadapi dosen dalam proses

    pembelajaran, penyajian informasi inovasi, diskusi pemecahan

    masalah, penyusunan program pembelajaran, peer teaching,

    implementasi dalam proses pembelajaran dikelas, dan supervisi

    pembelajaran.

    BD-18 11. Dosen-dosen Matematika STKIP hanya satu orang yang hadir terus dalam kegiatan ini

    2. Apakah sosialisasi inovasi dan supervisi

    pembelajaran

    Matematika melalui

    MDBS telah

    dilaksanakan secara

    persuasif?

    Keterlibatan

    dosen dalam

    kegiatan MDBS

    atas keinginannya

    sendiri

    Wawancara PW-1 1. Dosen-dosen melibatkan diri atas kemauan sendiri bukan karena instruksi atasan

    PW-2 2. Ada dosen-dosen yang ikut dengan bermohon kepada Dekan Fakultas

    PW-3 3. Ada dosen yang ikut atas perintah dekan fakultas. Dalam hal ini mereka mewakili fakultas masing-masing

    PW-4 4. Ada dosen yang tidak ikut karena tidak disuruh dekan fakultas

    PW-5 5. Satu orang dosen tidak ikut karena cuti hamil

    Dokumentasi PD-1 1. Dari 25 dosen-dosen Matematika se-DKI Jakarta, setengah kegiatan berlangsung 18 orang mengikuti kegiatan ini secara aktif.

    PD-2 2. Dua PT yang masing-masing memiliki dua orang dosen Matematika, hanya mengirim satu orang dosen sebagai wakil PT

    tersebut atas instruksi Rektor.

    PD-3 3. Satu PT yang memiliki tiga orang dosen Matematika, hanya mengirim satu orang.

    PD-4 4. Satu orang guru cuti hamil. PD-5 5. Setengah kegiatan selanjutnya, 7 orang dosen diinstruksikan

    mengikuti penataran di Cisarua-Bogor atas biaya dari Kopertis

    PD-6 6. Dua PT yang hanya mengirim wakil dalam kegiatan tersebut mengganti wakil mereka masing-masing.

    PD-7 7. Setelah 2/3 kegiatan ini berlangsung, satu-satunya dosen dari salah satu PT mengikuti pra jabatan sehingga dari PT ini untuk

    selanjutnya tidak ada wakil yang ikut.

    PD-8 8. Supervisor dipilih langsung oleh dosen-dosen.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 44

    PD-9 9. Hal-hal yang disupervisi ditentukan sendiri oleh dosen-dosen melalui MDBS sesuai dengan harapan mereka.

    Seseorang hanya

    dapat dipersuasi

    oleh orang lain

    yang mereka

    rasakan sama

    Wawancara PW-6 1. Dosen-dosen banyak memperoleh tambahan pengetahuan baik dalam hal pembelajaran maupun dalam hal materi Matematika

    Dasar 1 karena adanya bantuan teman-teman dosen Matematika

    Dasar 1 lainnya, dosen matematika program studi matematika,

    maupun dosen-dosen pendidikan matematika.

    dengan mereka PW-7 2. Supervisi yang dipilih sendiri dianggap memahami permasalahan yang sebenarnya dihadapi dosen-dosen dalam proses pembelajaran.

    PW-8 3. Supervisor yang berlatar belakang pendidikan matematika sangat membantu dosen-dosen dalam memperbaiki proses pembelajaran

    maupun dalam peningkatan pemahaman mereka terhadap konsep-

    konsep Matematika.

    Dokumentasi PD-10 1. Peserta kegiatan ini adalah dosen-dosen pendidikan matematika FKIP Univ., dosen matematika, dan dosen-dosen pendidikan

    Matematika STKIP.

    PD-11 2. Supervisor dipilih dari dan dosen-dosen matematika.

    Persuader

    memiliki

    Wawancara PW-9 1. Pemberi informasi dalam pertemuan memiliki kredibilitas karena memiliki pengalaman yang banyak.

    kredibilitas yang

    tinggi

    PW-10 2. Pemberi informasi dalam pertemuan memiliki kredibilitas karena memiliki latar belakang pendidikan Matematika.

    PW-11 3. Pemberi informasi dalam pertemuan memiliki kredibilita karena telah melaksanakan penelitian tentang hal tersebut.

    PW-12 4. Supervisor yang disepakati memiliki kredibilitas karena berlatar belakang pendidikan Matematika, memiliki kemampuan, banyak

    tahu, berpengalaman, dan tegas.

    PW-13 5. Pemberi informasi atau supervisor yang ditentukan memiliki banyak persamaan dengan dosen-dosen.

    PW-14 6. Pemberi informasi maupun supervisor yang ditentukan memiliki karakter yang naik.

    PW-15 7. Supervisor yang ditentukan senang bergaul.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 45

    Observasi PO-1 1. Informasi tentang permasalahan yang dihadapi dosen-dosen Matematika dalam proses pembelajaran di kelas disampaikan oleh

    dosen-dosen Matematika itu sendiri yang mengalaminya.

    PO-1 2. Informasi tentang inovasi dalam pembelajaran disampaikan oleh dosen-dosen yang telah meneliti dan mendalami inovasi-inovasi

    tersebut.

    PO-3 3. Informasi tentang supervisi pembelajaran disampaikan oleh pengawas yang telah lima tahun menjadi pengawas PT.

    PO-4 4. Informasi tentang konsep-konsep Matematika disampaikan oleh dosen-dosen Matematika yang telah lama mengajar.

    PO-5 5. Supervisor yang telah ditentukan banyak memberikan argumen yang berbobot dalam diskusi, aktif dalam diskusi, dan dapat

    mengendalikan diskusi.

    Dokumentasi PD-12 1. Pemberi informasi dalam pertemuan adalah dosen-dosen FKIP Uhamka yang telah mendalami maupun telah meneliti materi yan

    disampaikan.

    PD-13 2. Pemberi informasi tentang supervisi adalah pengawas yang telah banyak mendalami dan mengikuti pelatihan tentang supervisi.

    PD-14 3. Supervisor yang ditentukan berlatar belakang Matematika, mengajar Matematika sejak tahun 1999, dan pendidikannya D-1 Mat,D-3

    Mat, dan S-1 pendidikan Mat, serta sebagai dosen inti.

    Pengaruh

    persuasif dapat

    dipertinggi

    dengan

    mengharuskan

    partisipasi aktif

    Observasi PO-6 1. Dosen-dosen yang mengikuti pertemuan MDBS terlibat secara aktif dalam diskusi yang dilaksanakan, meskipun ada juga dosen-dosen

    yang mengunakan kesempatan tersebut, untuk ngobrol dengan teman lamanya.

    PO-7 2. Anggota yang aktif dalam kegiatan MDBS lebih lancar dalam proses pembelajarannya dibandingkan dengan yang tidak aktif.

    PO-8 3. Dosen-dosen terlibatsecara aktif dalam penentuan supervisor.

    PO-9 4. Dosen-dosen terlibat secara aktifdalam penentuan aspek yang disupervisi.

    Dokumentasi PD-15 1. Secara umum dari 8 kali pertemuan yang tergolong aktif (kehadirannya di atas 75% kehadiran) sekitar 65 %.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 46

    Peserta merasa

    senang

    Wawancara PW-16 1. Dosen-dosen merasa senang karena mereka sudah mengatahui apa yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas.

    PW-17 2. Dosen-dosen merasa senang karena setiap permasalahan yang dibahas selalu diakhiri dengan kesimpulan yang dapat

    diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.

    PW-18 3. Dosen-dosen merasa senang karena sebagian besar permasalahan mereka dalam proses pembelaaran dapat diatasi.

    Observasi PO-10 1. Pada setiap pertemuan dilaksanakan peer teaching dan pembahasannya untuk menjadi bekal bagi dosen-dosen dalam

    memasuki kelas.

    PO-11 2. Kepada dosen-dosen dibagikan lembaran kerja mahasiswa (LKM)yang digunakan dalam proses pembelaaran.

    Dokumentasi PD-16 1. Lembar Kerja Mahasiswa (LKM).

    Peserta merasa

    tertarik

    Wawancara PW-19 1. Dosen-dosen merasa tertarik karena banyak yang mereka belum ketahui dapat diperoleh melalui kegiatan pertemuan MDBS.

    PW-20 2. Dosen-dosen merasa tertarik karena belum mengetahui tentang model pembelaaran konstruktivisme.

    PW-21 3. Dosen-dosen merasa tertarik karena mereka telah mendengar penggunaan peta konsep dalam pembelajaran, tetapi belum

    mengetahui bagaimana mengimplementasikannya dalam proses

    pembelajaran di kelas.

    PW-22 4. Dosen-dosen tertarik karena banyak memperoleh tambahan pengetahuan tentang materi Matematika maupun tentang

    pembelaaran Matematika.

    Observasi PO-12 1. Dosen-dosen mengemukakan permasalahannya dalam memahami suatu konsep, selanjutnya ditanggapi dan didiskusikan dalam

    pertemuan MDBS.

    PO-13 2. Pada awal pertemuan, guru-guru menyampaikan permasalahanyang dihadapi dalam proses pembelaaran di kelas dan selanutnya

    didiskusi dan ditangapi dalam forum.

    PO-14 3. Pada awal pertemuan diperkenalkan model belaar konstruktivis. PO-15 4. Pada awal pertemuan diperkenalkan penggunaan peta konsep.

    ProfHighlight

    ProfHighlight

  • 47

    PO-16 5. Pada awal pertemuan diperkenalkan beberapa teori belaar, miskonsepsi, dan remediasinya serta prinsip dan fungsi supervisi.

    Dokumentasi PD-17 1. Makalah model pembelajaran konstruktivisme dan contohnya pada pokok bahasan Matrks.

    PD-18 2. Makalah penggunaan peta konsep dan contohnya pada pokok bahasan Matriks.

    PD-19 3. Makalah tentang teori-teori belajar. PD-20 4. Makalah miskonsepsi dan remediasinya. PD-21 5. Makalah tentang supervisi.

    Tidak ada anggota

    yang

    memaksakan

    pendapatnya

    sendiri

    Wawancara PW-23 1. Tidak ada dosen yang memaksakan pendapatnya karena setiap argumen selalu dibicarakan dala forum.

    PW-24 2. Tidak ada dosen yang memaksakan pendapatnya karena apa yang akan dilaksanakan merupakan kemauan bersama.

    PW-25 3. Tidak ada dosen yang memaksakan pendapatnya karena mereka mencari yang terbaik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

    Observasi PO-17 1. Permasalahan yang dikemukakan peserta, tanggapan peserta lainnya, dan kesimpulan selalu didiskusiakan dalam forum.

    Pemberian

    informasi

    bersikap simpati

    Wawancara PW-26 1. Pemberi informasi dalam setiap pertemuan selalu bersikap simpatik karena tidak menonjolkan diri.

    PW-27 2. Pemberi informasi selalu bersikap mengajak agar selalu memperbaiki dan meningkatkan ualitas pembelajaran.

    PW-28 3. Pemberi informasi tidak memaksakan pendapat sendiri.

    PW-29 4. Informasi yang disampaikan didasarkan pada pengalaman.

    PW-30 5. Informasi yang disampakan berdasarkan hasil penelitian.

    Tidak ada anggota

    yang bersikap

    serba bisa

    Wawancara PW-31 1. Tidak ada dosen yang bersikap serba bisa karena mereka merasa masih banyak yang belum diketahui.

    PW-32 2. Tidak ada dosen yang bersikap serba bisa karenamereka masih perlu belajar.

    PW-33 3. Tidak ada dosen yang bersikap serba bisa karena ingin memperbaiki proses pembelaaran.

    Observasi PO-18 1. Dalam diskusi, pendapat yang menjadi kesimpulan bersama adalah yang didasarkan pada sumber-sumber yang akurat.

  • 48

    PO-19 2. Dalam diskusi, kesimpulan bersama yang selalu diambil adalah yang dapat diimplementasikan.

    PO-20 3. Sebagian besar anggota bersikap kritis terhadap informasi, mereka selalu melihat mengapa suatu masalah teradi, setelah itu mencari

    alternatif pemecahannya yang ditinjau dari keuntungan dan

    kelemahannya. Kalau informasi itu berupa inovasi, mereka

    mempertanyakan bagaimana mengimplementasikannya.

    3. Apakah sosialisasi inovasi dan supervisi

    pembelajaran

    Matematika melalui

    MDBS telah

    dilaksanakan secara

    kolaboratif?

    Peserta saling

    bekerjasama

    Wawancara KW-1 1. Dalam kegiatan MDBS telah terjadi saling kerjasama antara dosen-dosen Matematika, dosen pendidikan matematika, dan dosen lain.

    KW-2 2. Dalam kegiatan MDBS telah terjadi saling kerjasama antara dosen-dosen Matematika, karena dilaksanakan secara bergilir dari sati PT

    ke PT yang lain.

    KW-3 3. Saling kerjasama telah terjadi dalam kegiatan MDBS karena setiap peserta ada permasalahan yang muncul, secara bersama-sama

    peserta mencari alternatif pemecahannya.

    KW-4 4. Apa yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran matematika selalu dirancang bersama oleh dosen matematika, dan dosen

    pendidikan matematika.

    KW-5 5. Tes tugas mandiri, UTS, dan UAS disusun bersama dan secara bersama-sama menjaga kerahasiannya.

    KW-6 6. Ada kerjasama dalam pelaksanaan supervisi karena supervisor dan aspek yang disupervisi ditentukan bersama oleh peserta melalui

    pertemuan MDBS.

    KW-7 7. Kesimpulan yang diambil dalam diskusi selamanya merupakan hasil