001 Aam Hamdani UPI,1-71
-
Upload
sansansansania -
Category
Documents
-
view
224 -
download
7
description
Transcript of 001 Aam Hamdani UPI,1-71
-
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014
1 ISBN: 978-602-72004-0-1
Kajian Pengembangan Pembelajaran Praksis Berbasis Self Designed Project Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja Bidang Pemesinan Bubut
HR. Aam Hamdani
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak Program pembelajaran di sekolah kejuruan adalah program pembelajaran khusus yang diarahkan sehingga tujuannya yaitu agar lulusannya menjadi tenaga kerja atau mampu berwirausaha dalam bidangnya. Program dan proses pembelajaran di sekolah kejuruan merupakan program aplikatif, sehingga setiap hal yang diajarkan disekolah kejuruan adalah hal-hal yang memungkinkan anak didik mampu bertahan hidup melalui keterampilan yang didapat dari proses pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah kejuruan adalah pembelajaran yang mampu membekali lulusannya dengan keterampilan secara komprehensif dan diarahkan sebagai aplikasi keahlian luluannya atau anak didik. Selain itu pembelajaran pada pendidikan kejuruan harus mampu menciptakan belajar bagaimana belajar (learning how to learn), multi skilling, mudah dilatih ulang serta memiliki dasar dasar kemampuan lain yang sesuai dan dibutuhkan oleh steakholder pemakai lulusan.Model pembelajaran yang dikembangkan berbasis pada materi integrasi yang dikembangkan berdasarkan tuntutan kompetensi kerja industri.Disebut integrasi karena pengembangan materi melibatkan tiga institusi yaitu industri, lembaga sertifikasi profesi dan sekolah. Berawal dari pengembangan materi tersebut, dan melalui kajian terhadap referensi akan dihasilkan modelpembelajaran berbasisSelf Designed Project. Melalui kajian model ini dan implementasinya, diharapkan terdapat peningkatan yang signifikantentang keterampilan kerja lulusan SMK untuk memenuhi tuntutan industri. Kata kunci : Kompetensi, pembelajaran berbasis Self Designed Project
PENDAHULUAN Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran yang strategis untuk mempersiapkan
peserta didik agar siap bekerja baik secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan di dunia industri.Artinya untuk menjadi tenaga kerja, harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan kualifikasi dunia kerja pengguna lulusan. Untuk dapat bekerja dan bersaing di industri maupun berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki kompetensi, yakni kemampuan yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi terhadap kemampuan tersebut. Kemampuan yang sesuai dengan pekerjaan di dunia industri dikelompokkan dalam Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sedangkan pengakuan terhadap kompetensi tersebut bisa dilakukan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui kepanjangannya dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sasaran dinamika pengembangan penyelenggaraan pendidikan SMK diarahkan agar SMK mampu berperan aktif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan ini dilandasi oleh pemikiran-pemikiran, seperti yang tercantum dalam pasal 4 UU No 2 tahun 1989 (UUSPN) ditegaskan bahwa pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan
-
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014
2 ISBN: 978-602-72004-0-1
pendidikan menengah pasal 3 ayat (2) PP No 29 tahun 1990 bahwa pendidikan SMK adalah untuk menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesionalisme dan menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif. Dari tujuan ini tersirat jelas bahwa melalui pendidikan SMK diharapkan mampu membentuk manusia yang professional produktif, adaptif/kreatif dan dilandasi oleh sistim nilai, bahkan memenuhi karakteristik manusia Indonesia yang cerdas, disertai sifat kepribadian yang mengacu pada aspek sistem nilai.
Masih besarnya jumlah pengangguran yang dipasok oleh lulusan SMK menunjukkan adanya kelemahan dalam program pendidikan di sekolah kejuruan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Indra Djati (2008) mengemukakan terdapat kelemahan dalam pendidikan kejuruan model lama, yaitu (1) Penerapan pendekatan supply-driven, dimana totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak; (2) Penerapan school-based model telah membuat anak didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha/industri; (3) Pendidikan berbasis sekolah tidak luwes. Selain itu yang seharusnya Pendidikan kejuruan itu menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven) dan kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan kecocokan (match) diantara employee dengan employer, tidak lagi dapat dilaksanakan.Sementara itu tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya sukar untuk dicapai.
Agar mutu lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan dunia industri yang sesuai, tentunya diperlukan suatu perencanaan program pendidikan dan pembelajaran dimana siswa dilatih dalam suatu kondisi lingkungan yang mirip pada saat nanti mereka bekerja. Pengenalan dunia kerja sangatlah penting untuk calon lulusan SMK.Selain itu agar luaran pembelajaran sejalan dengan kondisi pekerjaan di dunia industri, maka diperlukan pembekalan ilmu pengetahuan melalui model pengembangan kompetensi kerja industri siswa SMK bidang keahlian pemesinan.
Prinsip-prinsip umum dalam pembelajaran kejuruanadalah meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, dan perbedaan individu. Terlaksananya prinsip-prinsip yang dimaksud diharapkan siswa mengalami proses pembelajaran yang mengacu kepada keterampilan yang harus dikuasai.
Menilik terhadap tujuan khusus kurikulum SMK (Depdiknas 2006) yaitu (1) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di bidangnya dan dunia usaha lainnya sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (2) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (4) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Untuk mencaai tujuan kurikulum tersebut, maka dalam proses pembelajarannya harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai karakteristik yang diinginkan.
Penyelenggaraan pembelajaran di pendidikan kejuruan mendasarkan kepada teori pembelajaran behaviorim.Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku pada anak didik adalah sebagai hasil belajar.Sebagaimana halnya pendidikan di SMK, bahwa terbetuknya perilaku keterampilan pada anak didik terbentuk karena adanya pembentukan pelatihan yang memberi bekal kemampuan unjuk kerja sesuai standar yang ditentukan.
Penyelenggaraan pembelajaran program produktif di SMK pada dasarnya tidak hanya terbatas dalam bentuk interaksi siswa dengan guru di dalam kelas, tetapi juga mencakup pendidikan dan pelatihan di luar kelas. Sehingga sangat memungkinkan melibatkan pasangan institusi lain di luar sekolah seperti dunia industri dan atau institusi pemangku
-
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014
3 ISBN: 978-602-72004-0-1
kepentingan lainnya (stakeholder). Hal ini karena program produktif memiliki karakteristik spesifik sehingga memerlukan penyelenggaraan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar untuk mencapai kecakapan yang sesuai dan benar-benar nyata dimana lulusan akan bekerja kelak di industri.
Dikaitkan dengan pembentukan kecakapan tersebut, maka penyelenggaraan pembelajaran di SMK, akan berkaitan sengan strategi spesifik yaitu (1) pembelajaran berbasis kompetensi (competency based) dan (2) pembelajaran berbasis produksi (production based). Pada pelaksanaannya, kedua pendekatan tersebut pada dasarnya terintegrasi menjadi satu bentuk pembelajaran program produktif, yang dilaksanakan di sekolah dan atau di dunia industri.Program pembelajaran produktif ini adalah pendidikan dan pelatihan yang mengarah kepada pencapaian kompetensi lulusan dengan standar tertentu, dimana diberikan pengalaman produksi untuk anak didik.
Kompetensi produktif tersebut merupakan hasil pendidikan dan pelatihan yang merujuk kepada unjuk kerja yang dipersyaratkan di dunia kerja dan merupakan tuntutan terhadap lulusan SMK dimana mereka akan bekerja. Untuk mencapai unjuk kerja tersebut, maka dibutuhkan pelatihan yang diselenggarakan langsung di industri melalui keterlibatan siswa dalam proses produksi.
Karakteristik pembelajaran program produktif di SMK pada dasarnya kepada karakteristikutama implementasi kurikulum SMK yang bersifat dual based program. Karakteristik tersebut harus dapat dilaksanakan dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif yang meliputi perancangan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.Dalam konteks ini, pembelajaran tidak hanya menjadi kewajiban sekolah, tetapi peran dan potensi pihak eksternal harus diberdayakan sebagai komponen penduung yang menentukan keberhasilan pembelajaran.
Akibat banyaknya kekuarangan dalam berbagai hal, pada kenyataannya, pembelajaran yang dilaksanakan di banyak SMK, kurang mendukung terhadap pengembangan siswa didiknya.Sebagai contoh pada pembelajaran produktif, guru cukup memberikan lembar kerja (job sheet) dan langkah kerja untuk membuat benda kerja.Tentunya hal ini kurang mengembangkan kemampuan siswa didik dalam hal menganalisis suatu permasalahan.Padahal menurut Direktorat PSMK, siswa SMK diorientasikan selain bekerja juga mampu berwirausaha. Apabila tidak dilakukan proses pengembangan kemampuan analisis, dikhawatirkan siswa SMK bersifat sebagai robot tanpa mempunyai kemampuan softskiil seperti kemampuan menganalisis perlu dan pentingnya dari objek benda yang dibuat, fungsi utama objek benda, bagaimana objek benda itu dibuat melalui analisis langkah kerja proses, bahan dan kekuatan objek benda, perkiraan waktu dan ongkos produksi untuk membuat benda itu.
Untuk mencapai hal tersebut akan dikaji pengembangan pembelajaran yang berbasis self designed project untuk meningkatkan keterampilan siswa didik dalam bidang pemesinan bubut. Model pengembangan yang akan dilakukan adalah dengan mengikuti langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan (R&D).
PEMBAHASAN Pelaksanaan penilaian peningkatan kompetensi diarahkan untuk mengukur dan menilai
performansi peserta didik (aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap), baik secara langsung pada saat melakukan aktivitas belajar maupun secara tidak langsung yaitu melalui bukti hasil belajar (evidence of learning) sesuai dengan kriteria kinerja (performance criteria) yang diorganisasikan dalam bentuk portfolio.Konsep pembelajaran yang dirancang harus memenuhi unsur penggalian kompetensi siswa yang mampu memenuhi kompetensi kerja industri.
Desain model pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran adalah Self Design Project Learning
a. Desain
-
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014
4 ISBN: 978-602-72004-0-1
Nama Model : Model program pembelajaran self design project learning
Tujuan Pembelajaran : meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran produktif teknik pemesinan melalui keterampilan merancang projek secara sendiri
Materi Pembelajaran : Perubahan manajemen belajar meliputi 1) rasional perlunya kondisi belajar seperti kondisi industri, 2) gambaran umum tentang kerja di industri, 3) gambaran tentang tugas tenaga kerja lulusan SMK di industri, 4) gambaran tentang seorang teknisi junior, 5) sistem penilaian terhadap produk kerja di industri dan 6) Disiplin, etos kerja dan produktivitas. Kemampuan merancang produk yang meliputi penyusunan :1) Latar belakang, 2) Keunggulan dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (sistematika kerja), 7) Rencana anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan. Mengerjakan hasil perencanaan meliputi : 1) bekerja dengan mesin, 2) melakukan keselamatan dan kesehatan kerja, 3) menggunakan alat dan bahan yang sesuai dan 4) melakukan langkah-langkah quality control.
Kegiatan pembelajaran Kegiatan model pembelajaran ini dimulai dengan persiapan-persiapan yang meliputi persiapan administrasi, materi pelajaran, persiapan bahan, persiapan alat keselamatan kerja, dan persiapan mesin. Implementasi model ini dimulai dengan persiapan dan dilanjutkan dengan dua tahap
selanjutnya yaitu : a) Menciptakan kondisi sekolah menjadi kondisi kerja di industri, guru mengajak siswa
untuk belajar seperti bekerja di industri. b) Menjelaskan tentang langkah-langkah merancang suatu project yang meliputi
penyusunan :1) Latar belakang, 2) Keunggulan dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (sistematika kerja), 7) Rencana anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
c) Memandu siswa mengerjakan projek yang telah dirancang.
b. Skema Implementasi
Pemilihan jenis
produk
Perencanaan
Produk
Evaluasi
Pembelajaran
produksi
Evaluasi
Hasil
Pembelajaran
Ya
Tidak
-
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014
5 ISBN: 978-602-72004-0-1
c. Kegiatan Pokok Tahap pendahuluan
Langkah 1, siswa berperan sebagai pekerja menerima/memilih jenis produk yang akan dikerjakan. Pekerja memeriksa contoh produk yang harus dibuat.
Tahap Inti Langkah 2, pekerja merancang produk meliputi penyusunan :1) Latar belakang, 2) Keunggulan dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (sistematika kerja), 7) Rencana anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan. Langkah 3, pekerja mengerjakan produk sesuai dengan hasil perencanaan dengan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, langkah kerja sesuai SOP dan melakukan quality control, mencocokkan ukuran-ukran, tingkat presisi, fungsi benda kerja yang sesuai dengan gambar kerja yang dibuat.
Tahap penutup Guru sebagai asesor dan penanggunag jawab seluruh program pembelajaran, mengamati dan mengevaluasi hasil belajar, proses dan program pembelajaran.
d. Implementasi Model pembelajaran
LANGKAH I
KEGIATAN GURU
KEGIATAN PERSIAPAN KEGIATAN INDUSTRI DAN LSP
menjelaskan karakteristik lulusan
SMK yang diharapkan, sesuai dengan kebutuhan
industri
1. Inventarisasi Standar Kompetensi (SKKNI) dan SK KD
(spektrum SMK)
Industri dan LSP menjelaskan adanya karakteristik operator sesuai dengan SKKNI
Menjelaskan jenis jenis job sheet sebagai bentuk
perintah pekerjaan membuat produk
2. Inventarisasi
Jenis Pekerjaan
Industri dan LSP menjelaskan jenis-jenis pekerjaan yang dapat diisi oleh lulusan SMK
Memberikan contoh contoh produk yang pernah dibuat oleh
siswa
3. Inventarisasi
Jenis Produk
Menjelaskan berbagai jenis produk yang harus
mampu dilakukan pekerja yang berasal dari lulusan
SMK Pemesinan
-
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014
6 ISBN: 978-602-72004-0-1
LANGKAH II
KEGIATAN GURU SEBAGAI SUPERVISOR
TAHAP INTI SISWA BERPERAN SEBAGAI PEKERJA
Berperan sebagai supervisor di area
pemesinan memandu pemilihan jenis produk yang akan dikerjakan
4. Pemilihan jenis produk
Siswa memilih jenis produk yang akan dikerjakan
sesuai dengan kemampuan
Guru berperan sebagai supervisor, memandu siswa dalam membuat
perancangan pembuatan jenis produk yang dipilih
oleh siswa
5. Perencanaan Produk
Siswa membuat perencanaan pembuatan
produk dimulai dari menulis latar belakang masalah,
tujuan pembuatan produk, menggambar produk,
merencanakan langkah langkah kerja
Guru mengevaluasi hasil perencanaan pembuatan produk yang dibuat oleh
siswa
6. Evaluasi
memberikan hasil perencanaan pembuatan
produk kepada guru
Guru memandu dan menilai siswa dalam
melaksanakan pekerjaan pembuatan produk
dengan memperhatikan SOP dan keselamatan kerja yang telah dibuat
siswa dalam perencanaan.
7. Pembelajaran
produksi, melaksanakan
pembuatan produk
Mengerjakan pembuatan produk dengan menerapkan
keselamatan kerja, persiapan kerja, langkah kerja, menilai hasil kerja, menghitung waktu kerja
sesuai dengan perencanan yang telah dibuat.
Guru berperan sebagai asesor dibantu asesor
dari LSP, mengamati dan mengevaluasi hasil, proses dan program
pembelajaran
8. Penutup
Diamati dan dievaluasi selama proses melaksanakan
pembelajaran untuk pembuatan produk yang
dipilih.
-
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd. 14 November 2014
7 ISBN: 978-602-72004-0-1
DAFTAR PUSTAKA Abdul Karim M, Hakekat Belajar dan Pembelajaran, dalam
malikabdulkarim.blogspot.com/.../hakekat-belajar-dan-pembelajaran.htm..tanggal 4 Juli 2013.
Arikunto S (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT Rineka
Cipta. Billett, Stephen. 2010. Learning Through Practice : Models, Traditions, Orientations
and Approaches. New York : Springer Science+Business Media B.V. Bukit Masriam (2002), Beberapa Masalah dalam Implementasi Pendidikan Sistem
Ganda di SMK, Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Depdiknas. Indra Djati, Upaya SMK Menciptakan Lulusan Siap Kerja didapat
pelitapascasarjana.blogspot.com/.../upaya-smk-mencitakan-lulusan- - Rabu, 26 November 2008
Nasution,1992 Metode Penelitin Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung. Nugraha A, Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa, didapat
ebookbrowse.com/pengaruh-metode-mengajar-guru-terhadap-prestasi-belajar,Jumat, 28 September 2012.
Raelin, J. A. (2008). Work-based learning. Bridging knowledge an action ini the
workplace. New and revised Edition. San Francisco : John Wiley and Sons. Reeves Jenny, 2010, Professional Learning as Relational Practice,Springer
Science+Business Media B.V. Stevenson John, 2003Developing Vocational Expertise, Principles and issues in
vocational education, Allen & Unwin, CMO Image Printing Enterprise, Singapore. Sugiyono,2006, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Alfabeta, Bandung. Sudrajat A, 2008, Pengembangan Bahan Ajar Materi pembelajaran, Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Surya M, (2004), Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yayasan Bhakti Winaya,
Bandung.