sintesis CMS-AAM ITS.pdf
-
Author
yandrianigusman -
Category
Documents
-
view
227 -
download
1
Embed Size (px)
Transcript of sintesis CMS-AAM ITS.pdf
-
7/24/2019 sintesis CMS-AAM ITS.pdf
1/7
PEMBUATAN CARBOXYMETHYL STARCH GRAFT POLYACRYLAMIDEDAN KARAKTERISASINYA
Astya W., Ni Made1, Nurafrida, Risa
2
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITS
email : [email protected]; [email protected]
2
ABSTRAKAgar starch dapat digunakan untuk tujuan
tertentu, salah satunya dalam aplikasi biomedical (drug
release obat) maka diperlukan proses modifikasi starchdiantaranya dengan proses karboksilasi dan grafting.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh daya
kelarutan produk kopolimer CMS-g-PAM terhadap air.Dimana sebelumnya dilakukan sintesa karboksimetil
amylose starchyang diharapkan memiliki sifat yang lebih
hidrofilik. Penggabungan carboxymethyl starch amylose
danpolyacrylamideini dilakukan dengan metode graftingtodan teknik polimerisasi larutan.. Hasil sintesa CMS-g-PAM ini kemudian dikarakterisasi berupa Spektroskopi
Fourier Transform Infra Red (FTIR), derajat swelling,
serta persentase grafting efisiensi (%GE) dan persentasegrafting yield (%GY). Produk CMS-g-PAM yang
dihasilkan diharapkan memiliki kemampuan menyerap airyang tinggi dan bersifat biodegradable. Dari penelitian
yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa CMS-g-PAM dengan konsentrasi NaOH 2 M memiliki % GE
dan %GY terbesar yaitu 100,7% dan 120, 1%. Sedangkan
derajat swelling terbesar terdapat pada CMS-g-PAMdengan konsentrasi NaOH 2,5% .
Kata kunci : Carboxymethyl Starch Amylose,
Polycrylamide, Carboxymethyl Starch Amylose graftPolyacryamide, kelarutan
1 PENDAHULUANPolisakarida merupakan bahan yang sangat
melimpah di alam dimana starch adalah salah satunya.
Starch disimpan sebagai cadangan makanan padatumbuhan di dalam biji buah (padi, jagung), didalam umbi
(ubi kayu, ubi jalar, garut) dan pada batang (sagu, aren).
Secara umum starch terbentuk dari dua polimer molekulglukosa yaitu amylose dan amylopectin. Amylose
merupakan polimer rantai panjang yang tidak bercabangsedangkan amylopectin merupakan polimer dengan
susunan yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan
amylose dan amylopectin ini akan bervariasi dalamproduk pangan dimana produk pangan yang memiliki
kandungan amylose tinggi akan semakin mudah untukdicerna.
Beberapa polimer alami dalam hal ini starch
memiliki sifat resistensi yang baik terhadap sheardegradation karena starch merupakan polisakarida yang
mempunyai rantai yang kuat dan kaku (shear stable).
Selain itu starch juga memiliki sifat non toxic, hidrofilikdan biodegradable. Sifat biodegradable dari polimer
alami ini menjadi kelebihan juga sekaligus kelemahannyakarena dapat mengurangi umur penyimpanannya sehingga
mengurangi efisiensi karena menurunnya berat molekul.Sedangkan polimer sintetis, salah satunya yaitu
Polyacrylamide, memiliki berat molekul yang tinggi,
unbiodegradable namun memiliki kelemahan
ketidakstabilan terhadap gesekan mekanis (unshear stable)dan tidak hidrofilik (tidak dapat menyerap air) (Rath,
2000). Kelompok Polyacrylamide dan kopolimernya
merupakan polimer yang sering digunakan dalamberbagai aplikasi. Umumnya digunakan sebagai flokulan
untuk menjernihkan air minum dan pengolahan air limbah.
Selain itu juga digunakan dalam penyulingan minyak,pengolahan tanah, pertanian dan digunakan juga dalam
bidangbiomedical.Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk
mendapatkan properties yang lebih baik dari bahanberbasis starch (starch) ini. Dengan menggabungkankelebihan yang dimiliki oleh polimer alami dan polimer
sintetik, sehingga dihasilkan polimer yang shear stable,
lebih efektif dan tidak mudah terurai. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan metode kopolimerisasi graft daripolimer sintetik padabackbonepolimer alami.
2. CARBOXYMETHYL STARCH(CMS)Carboxymethyl Starch dihasilkan dengan
mereaksikan starch dan asam kloroasetat dengan
menambahkan sodium hidroksida. Metode ini
berdasarkan sintesa ether Williamson (Lexington, 1989).
Prinsip reaksi ini adalah dengan memindahkan duamolekul nukleofilik.
Reaksi ini merupakan reaksi two-step.Tahap
pertama dari reaksi ini adalah alkalisasi starch (Finch,1983), yaitu:
O
H2C
OH
OH
H2C
OH
OH
O
OH OH
OHNa
O
H2C
OH
OH
H2C
OH
OH
O
O-Na
+OH
+
Gambar I. Tahap Alkalisasi Starch
Pada reaksi ini, starchberfungsi sebagai
backbone . Tahap kedua dari reaksi ini adalah reaksi
eterifikasi, yaitu:
O
H2C
OH
OH
H2C
OH
OH
O
O-Na
+OH
+OH
O
Cl
O
CH2
OH
OH
H2C
OH
OH
O
OOHCO2H
Gambar II. Tahap Eterifikasi
-
7/24/2019 sintesis CMS-AAM ITS.pdf
2/7
Jumlah karboksimetil yang terbentuk
diindikasikan dengan derajat subtitusi (DS). DS
didefinisikan sebagai jumlah rata-rata substituen per unitAnhydro Glucose.
DSt didefinisikan sebagai pencapaian substitusi
maksimal yang bergantung pada jumlah molar limiting
reactan (baik asam kloro asetat maupun NaOH).Readalah effisiensi reaksi yang ditentukan dengan rumus
berikut:
(2-1)
(2-2)nAGU,0 adalah jumlah mol anhydroglucose
(AGU) didalam starchdan nA,0 adalah jumlah mol awal
dari limiting reaktan.CMS secara luas digunakan pada
berbagai industi di antaranya digunakan pada industri
makanan sebagai emulsification stabilizing agent padaindustri pembuatan ice cream, dan suspension stabilizing
agent pada industri pembuatan soft drink.Selaindigunakan di industri makanan, CMS juga digunakan
pada industri tekstil sebagai fluidity and penetrability,
intensifier pada industri pembuatan kertas, dan swelling
pada industri farmasi.
3. KOPOLIMERISASI CARBOXYMETHYL STARCH
GRAFT POLYACRYLAMIDEPada sintesa CMS-g-PAM dengan inisiator
K2S2O8, Amylose starch selain sebagai backbone dari
kopolimer graft juga berperan sebagai agen pereduksioleh adanya gugus hidroksil. Jika radikal bebas
diproduksi pada molekul polimer backbone maka akan
menghasilkan kopolimer graft.
Pada penelitian kali ini, sintesa dilakukan denganmetode grafting to. Pada metode ini Polyacrylamide
disintesa terlebih dahulu tanpa adanya proses terminasi.
Sintesa Polyacrylamide dilakukan dengan metodepolimerisasi larutan.
a. Metode sintesa non-terminated Polyacrylamidedengan polimerisasi larutan
Polyacrylamide disintesa terlebih dahulu tanpa
adanya proses terminasi membentuk non terminated-polyacrylamidesesuai dengan mekanisme berikut:
(i) Inisiasi
--O S
O
O
O :K+ O S
O
O
O-- K+ N
H2C
H3C
H3C
H2C N
CH3
CH3
--O S
O
O
OK+ NHC
H3C
H3C
H2C N
CH3
CH3
K+HSO4--
--O S
O
O
OK+ NHC
H3C
H3C
H2C N
CH3
CH3
H2CCH
CONH2
H2CC
CONH2
--O S
O
O
OK+ NH2C
H3C
H3C
H2C N
CH3
CH3
+
K - persulfat TEMED
+ +
+ +
+ +
radikal persulfat radikal TEMED kalium hidrogen sulfa
radikal persulfat radikal TEMED akrilamida
radikal akrilamida
Gambar III. Tahap Inisiasi Polyacrylamide
(ii)Propagasi
--O S
O
O
OK+ H2C
C
CONH2
H2C CH
CONH2
H2C C
CONH2
H2C CH
CONH2
H2C C
CONH2
H2C CH
CONH2
H2C CH
CONH2
H2C C
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C CH
CONH2
H2C C
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C CH
CONH2
+ +
+
H2C CH
CONH2
+ H2C
C
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C CH
CONH2
-
7/24/2019 sintesis CMS-AAM ITS.pdf
3/7
H2C C
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C CH
CONH2
H2C CH
CONH2
+
H2C C
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C CH
CONH2
nt-PAM
Gambar II.15 Tahap Propagasi Polyacrylamide
b. Penggabungan amylose starch dan non-terminated
PolyacrylamidePencangkokan (grafting) dilakukan antara
amylose starch dengan non-terminated Polyacrylamide
yang telah terbentuk dengan backbone starch sesuaidengan mekanisme sebagai berikut:
O
CH2
OH
OH
H2C
OH
OH
O
OOHCO2H
O
CH2
OH
OH
H2C
OH
OH
O
OOCO2H
H2C
CONH2
HC
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C SO4
+
O
CH2
OH
OH
H2C
OH
OH
O
OOCO2H
CH
H2C
CONH2
HC
CONH2
H2C
HC
CONH2
H2C SO4CH3
O
CH2
OH
OH
H2C
OH
OH
O
OOCO2H
adanya reaksi grafting
Gambar IV. Proses GraftingCarboxymethyl Starch
dengan Polyacrylamide
4. PERHITUNGAN % GE DAN % GY
%GE adalah persentase grafting terhadap jumlahstarch awal , sedangkan %GY adalah persentase grafting
terhadap jumlah starch real yang terlibat di dalamreaksi.Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus
berikut, dengan terlebih dahulu mengukur W1, W2, W3,
dan W4 (Fares, 2003).Dimana W1, W2, W3, W4 berturut-turut adalah
berat Carboxymethyl starch, Carboxymethyl starch-g-
polyacrylamide, acrylamide, dan Carboxymethyl starch
sebenarnya yang terlibat dalam reaksi.
5. ANALISIS GUGUS FUNGSIAnalisis gugus fungsi dalam suatu sampel dapat
dilakukan dengan spektroskopi infra merah dengan
menggunakan alat Fourier Transform Infra Red (FTIR).Spektroskopi infra merah adalah suatu teknik untuk
menentukan adanya suatu gugus fungsi dalam sampeldengan menganalisis ikatan kovalen yang terdapat dalam
molekul. Intiinti atom yang terikat oleh ikatan kovalen
akan mengalami getaran (vibrasi) atau osilasi. Bilamolekul tersebut menyerap radiasi inframerah maka
energi yang diserap tersebut akan menyebabkan kenaikandalam amplitude getaran atomatom yang terikat. Padakeadaan ini molekul berada dalam keadaan vibrasi
tereksitasi. Panjang gelombang dari absorpsi oleh suatu
tipe ikatan tertentu bergantung pada macam getaran danikatan tersebut. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan
akan menyerap radiasi infra merah pada panjanggelombang yang berlainan (Fessenden, 1996).
Sampel untuk analisis dengan FTIR dapat berupagas, cairan murni, larutan, dan padatan. Sampel yang
berupa cairan murni dapat dilakukan dengan cara
menginjeksikan sampel pada sel NaCl. Jika sampeltersebut berupa padatan, maka dapat dilakukan dengan
cara nujol mull dan pellet KBr. Dengan membandingkan
nilai absorpsi spectrum yang didapat dari hasileksperimen dengan nilai absorpsi gugus fungsi yang
terdapat pada literatur, maka dapat ditentukan gugus
fungsi yang terdapat dalam sampel.
6. DERAJAT SWELLING
Derajat swelling diartikan sebagai derajatpenggembungan. Swellingmenunjukkan banyaknya rantai
polimer yang dapat mengembang pada saat berinteraksidengan pelarut pada rentang waktu tertentu. Swelling
berkaitan dengan proses pelarutan. Ciriciri terjadinya
swelling adalah terjadinya peningkatan massa dan volume
polimer. Swelling terbagi menjadi 2 jenis, yaitu unlimited
swelling(tak hingga) dan limited swelling(terbatas). Pada
unlimited swelling, akan terjadi swellingyang berlanjut ketahap pelarutan. Hal ini dapat terjadi pada polimer yang
larut dalam pelarut dan akan digunakan dalam analisa
swelling. Untuk swelling terbatas, swelling yang terjaditidak berlanjut ke tahap pelarutan.
Pengukuran nilai swelling polimer
cukup penting karena berkaitan dengan aplikasi polimer.Penentuan swellingbiasanya dilakukan dengan merendam
polimer di dalam suatu pelarut dan dalam jangka waktutertentu, lalu menimbang massa polimer sebelum dan
sesudah direndam. Pelarut yang umum digunakan adalah
akuades. Sedangkan waktu perendaman biasanyadilakukan selama 24 jam. Perhitungan swelling dapat
%GE = 100 ( W2 W1) / W3
%GY = 100 ( W2 W4) / W3
-
7/24/2019 sintesis CMS-AAM ITS.pdf
4/7
-
7/24/2019 sintesis CMS-AAM ITS.pdf
5/7
bilangan gelombang 1084 dan 1016 cm1
menunjukkanCH2OCH2. Sedangkan pada spektrum CMS yang
ditunjukkan oleh Gambar VII bagian kiri, terlihat bahwa
pada 3421 cm1
puncak OH tajam dan pada puncak 2924menunjukkan CH stretching vibration. Pada bilangan
gelombang 1080 dan 1016 cm1 menunjukkan CH2O
CH2 serta pada puncak 1666 dan 1416 menunjukkan
gugus yang merupakan CMS. Hasil FTIR inimenunjukkan bahwa sintesa CMS pada penelitian ini
berhasil dilakukan karena telah mengandung guguskarboksimetil dan gugus yang terdapat pada starch.
Kar akter isasi Berat Molekul Polyacrylamide
Gambar VIII. Grafik konsentrasi nt-PAM vsviskositasinherent
Metode pengukuran berat molekul rata-rata (Mw)dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
viskometri. Peralatan yang digunakan adalah viskometer
Ubbelohde. Pengukuran berat molekul kopolimerdilakukan dengan mengkorelasikan hasil pengukuran
viskositas (viskositas intrinsik) kopolimer yang dibuatdalam bentuk larutan dengan berat molekul rata-rata
kopolimer melalui persamaan Mark-Houwink. Semakintinggi nilai viskositas yang terukur pada konsentrasi yangsama berarti berat molekul kopolimer semakin tinggi.
Dengan metode ini akan didapatkan viskositas
intrinsikyang dihubungkan ke berat molekul rata-rata (M)dengan menggunakan persamaan Mark-Houwink-
Sakurada :
a
vMK=][ Dimana nilai K = 9,33 x 10
3dl/g dan nilai a = 0,75
(Ullman Ensiklopedia, 1990).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa BMPolyacrylamideyang dihasilkan adalah 1,47 x 10
6. Hasil
ini sesuai dengan literatur dimana berat molekul
polyacrylamide tidak ada yang berada di bawah 1 x 10
5
.Polyacrylamide dengan berat molekul (1 - 2) x 105
digunakan sebagai retention aid dalam proses pembuatankertas, Sedangkan polyacrylamide dengan berat molekul
(2 - 20) x 106 biasanya digunakan dalam proses yang
melibatkan flokulasi (Ullman Ensiklopedia, 2003).
Kar akter isasi CMS-g-PAM
Karakterisasi CMS-g-PAM yang terbentukberupa persentase grafting dan derajat swelling. Analisa
derajat swelling digunakan untuk menunjukkanbanyaknya rantai polimer yang dapat mengembang pada
saat berinteraksi dengan pelarut pada rentang waktu
tertentu. Persentase grafting yang diuji berupa persentasegrafting efficiency (%GE) dan persentase grafting yield
(%GY). Pada perhitungan %GE diasumsi semua CMS
yang ditambahkan habis bereaksi. Acrylamide yang
mengalami grafting dihitung sebagai berat produk CMS-g-PAM dikurangi berat CMS awal. Selanjutnya
didapatkan harga %GE yaitu berat acrylamide yangmengalami grafting dibanding berat acrylamide yang
ditambahkan diawal. Dalam kenyataannya, tidak semuaCMS terlibat dalam reaksi, sehingga diperlukan
perhitungan yang didasarkan pada berat CMS yang
terlibat dalam reaksi. %GY adalah persentase grafting
terhadap CMS yang sebenarnya terlibat pada reaksi.
Acrylamide yang mengalami grafting dihitung sebagaiberat produk CMS-g-PAM dikurangi berat CMS yangterlibat dalam reaksi. Didapatkan harga %GY yaitu berat
acrylamide yang mengalami grafting dibanding beratacrylamide yang ditambahkan di awal. Jadi, dengan
penentuan %GE dan %GY kita bisa mengetahui efisiensidan yield dari proses grafting pada saat sintesa CMS-g-
PAM. Harga %GY akan selalu lebih besar dari
harga %GE.
Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Persentase
Grafting Efficiency (% GE) dan Persentase GraftingYield(% GY)
Gambar IX. Pengaruh konsentrasi NaOH
Terhadap Persentase grafting efficiency
Gambar X. Pengaruh konsentrasi NaOH
Terhadap Persentase grafting Yield
280
300
320
340
360
380
400
0 0.0005 0.001 0.0015
lnr
/c
(dl/g)
C (g/dL)
70
75
80
85
90
95
100
105
0.0 1.0 2.0 3.0
Persen
taseGE(%)
Konsentra si NaOH (M)
102
106
110
114
118
122
0 1 2 3
PersentaseGY(%)
Konsentra si NaOH (M)
-
7/24/2019 sintesis CMS-AAM ITS.pdf
6/7
Gambar IX. menunjukkan semakin besarkonsentrasi NaOH yang digunakan maka nilai persentase
graftingefficiency juga semakin besar. Begitu pula grafik
pada gambar X menunjukkan semakin besar konsentrasiNaOH maka nilai persentasi grafting yield juga semakin
besar. Pada reaksi graftingini terjadi kompetisi gugus nt-
PAM yang hendak tercangkok ke dalam backbone CMS
dengan gugus karboksimetil yang telah tersubstitusi padasintesis CMS. Semakin banyak gugus karboksimetil yang
telah tersubstitusi maka gugus nt-PAM yangtercangkokan akan berkurang. Namun, pada DS 5, yaitu
CMS dengan konsentrasi NaOH 2,5 M nilai %GEdan %GY menurun. Hal ini disebabkan kemungkinan
proses pencangkokan nt-PAM ke rantai backbone CMS
telah selesai dan rantai backbone CMS telah tersubstitusi
oleh gugus karboksimetil sebelumnya pada sintesis CMS.
Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap besarnyaderajat swelling
Gambar XI. Gr afik Pengaruh Konsentr asi NaOH vsderajat swelling
Pada Gambar IV.11 terlihat hubungan linear
antara konsentrasi NaOH pada derajat substitusi CMSdengan nilai derajat swelling CMS-g-PAM. Semakin
besar nilai derajat substitusi CMS maka nilai derajat
swelling CMS-g-PAM semakin besar. Derajat swellingyang semakin besar ini menunjukkan kelarutan yang
semakin besar pada CMS-g-PAM.
Terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa
semakin besar nilai persentase grafting maka kelarutansemakin besar (Fanta et al., 1972; Li et al., 2005).Sedangkan Sen dan Pal (2009), mensintesis CMS-g-PAM
dimana dilakukan variasi komposisi monomer akrilamida
saat polimerisasi, dan hasil yang diperoleh menunjukkanbahwa semakin besar nilai persentase grafting maka
kelarutan akan semakin kecil. Hal ini dapat dijelaskan
oleh penambahan poliakrilamida yang tercangkokanmenyebabkan kristalinitas bertambah sehingga
kelarutannya kecil. Sedangkan pada penelitian inikomposisi PAM yang digunakan dibuat tetap sedangkan
nilai derajat substitusi CMS berbeda. Sehingga dapatdiperkirakan bahwa semakin besar nilai derajat substitusimaka kelarutan semakin besar dan nilai persentase
graftingjuga semakin besar.
Analisa FTIR CMS-g-PAM
Gambar XII. Hasil Analisa FTIR CMS-g-PAMCMS-g-PAM merupakan gabungan dari CMS
dan polyacrylamide. Untuk itu diharapkan gugus-gugus
dari CMS-g-PAM haruslah mengandung gugus yangdimiliki oleh CMS dan polyacrylamide. Untuk
mengetahui gugus-gugus yang terdapat dalam CMS-g-
PAM hasil sintesa maka dapat dilakukan karakterisasi
produk menggunakan Spektroskopi Fourier Transform
Infra Red(FTIR).
Polyacrylamide mengandung ikatan C-H, C=O,N=H, C-N, sedangkan CMS mengandung ikatan-ikatanC-H, O-H, CH2-O-CH2, COO
-dan CN. Maka diharapkan,
CMS-g-PAM memiliki ikatan O-H, C-H, CH2-O-CH2,COO
-, CN, C=O, dan NH amida. Pada spektrum CMS-
g-PAM yang ditunjukkan oleh Gambar IV.11 bagian
kanan, terlihat bahwa pada 3422 cm1
merupakan puncakOH yang bertindihan/ overlaping dengan NH primer.
Kemudian pada puncak 2924 menunjukkan CHstretching vibration. Pada gelombang 1674 dan 1650 cm
1
masing-masing menunjukkan gugus amida (C=O dan NH)
sedangkan pada 1392 cm1
menunjukkan puncak CNserta pada 2924 cm
1menunjukkan CH. Adanya ikatan-
ikatan yang menunjukkan CMS dan polyacrylamidepada
produk menunjukkan bahwa CMS-g-PAM telah berhasil
disintesa. Dari gambar IV.4, IV.5 dan IV.12 ,makaspektrum FTIR dapat disimpulkan pada Tabel 1 di bawahini :
KESIMPULAN1. Dari hasil FTIR terbukti bahwa CMS-g-PAM berhasil
dilakukan dengan menggunakan metode grafting to.
2. Berat molekul polyacrylamide yang diperoleh dari
hasil analisa dengan menggunakan persamaan Mark-
Houwink Sakuradaadalah 1.4 x 106.
3. Semakin besar konsentrasi NaOH yang digunakan
dalam pembuatan Carboxymethyl starch maka derajatsubtitusi yang didapatkan juga akan semakin besar.
4. Derajat subtitusi akan berpengaruh terhadap derajat
swelling. Semakin besar derajat subtitusi CMS yang
digunakan dalam pembuatan CMS-g-PAM, maka akan
semakin besar pula derajat swellingdari CMS-g-PAM
yang dihasilkan.5. Persentase graftingefficiency (%GE) dan persentase
grafting yield (%GY) CMS-g-PAM untuk DS 1sampai dengan DS 4 cenderung meningkat kemudian
menurun untuk DS 5.
0
1000
2000
3000
40005000
6000
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
DerajatSwelling(%
)
Konsentrasi NaOH (M)
-
7/24/2019 sintesis CMS-AAM ITS.pdf
7/7
REFERENSI1. Assad, E., dan Mateescu, M.A. (2010), The
Influence of Protonation Ratio on Properties ofCarboxymethyl Starch Excipient at Various
Substitution Degrees: Structural Insights and Drug
Release Kinetics, International Journal ofPharmaceutics. 394, 75-84.
2. Assad, E., Wang, Y.J., Zhu, X.X., dan Mateescu,M.A. (2011), Polyelectrolyte Complex of
Carboxymethyl Starch and Chitosan as Drug Carrier
for Oral Administration, Carbohydrate Polymer. 84,1399-1407.
3. Athawale, V.D., dan Rathi, S.C. (1997), Role andrelevance of polarity and solubility of vinyl
monomers in graft polymerization onto starch,
Reactive and Functional Polymers. 34, 11-17.4. Billmeyer, F.W. (1970). Textbook of Polymer Science,
2nd
ed., John Wiley & Sons, Inc. USA5. Benda, D. (2001), Oxygen Inhibition and the
influence of pH on the Inverse Emulsion
Polymerization of acrylic monomer , European
Polymer Journal. 37,1247-12536. Desmukh, S.R.(1991) Drag Reduction Efficiency,
Shear Stability and Biodegradability Resistance ofCarboxymethylcellulose based and Starch Based
Graft Copolymers. Journal of Applied polymerScience. 43,1091.
7. Erny, K. (2006)Pembuatan Flokulan Non Ionik dari
Starch dan Acrylamide dengan Metode Grafting to,Skripsi Teknik Kimia ITS, Surabaya
8. Fares, M. (2003) Graft Copolimerization onto Starch
and Optimization of starch graft with N-tert-Butylacrylamide Copolymer and its Hydrogels,
Journal of Polymer Research. 10,119-1259. Fessenden R. J., dan Fessenden J. S. (1987), Organic
Chemistry , 3rd
ed, Erlangga, Jakarta .10. Gautam Sen and Sagar Pal,(2008) Microwave
Initiated Synthesis of Polyacrylamide grafted
Carboxymethyl starch(CMS-g-PAM) Application as aNovel Matr ix for Sustained Drug Release,
Department of Applied Chemistry. 79,409-41211. Heinze T. (2005), Carboxymethyl Ethers of
Cellulose and Starch A Review, . 3, 13-29.
12. Henze, Herremoes, Jansen la Couer, and Arvin.
(1996) Wastewater Treatment. 2nd
ed. Springer
13. Joshi, J.M., dan Sinha, V.K., (2007), Ceric
Ammonium Nitrate Induced Grafting of
Polyacrylamide Onto Carboxymethyl Chitosan,
Carbohydrate Polymers. 6,427-435.14. Kumar, A. and Gupta, R.K. (1998) Fundamental of
Polymer. Mc Graw Hill International Edition.15. Lu, S., et al, (2003), Inverse Emulsion of Starch-
graft-Polyacrylamide. Starch/Starke. 55, 222-22.
16. Mulhbacher, J., Ispas-Szabo, P., Lenaerts, V., danMateescu, M.A. (2001), Crosslinked High Amylose
Starch Derivatives as Matrices for ControlledRelease of High Drug Loadings, Journal of
Controlled Release. 76, 51-58.
17. Odion, G. (1991), Principles Polymerization. 3rd
Ed, John Wiley & Sons, Inc, 17-48.
18. Rath, S.K, dan Singh, R.P. (1998), Graftedamylopectin : Applications in Flocculation,Elsevier
Science. 46,129-135.
19. Saboktakin, M.R.,et al, (2011), Synthesis and in vitroevaluation of Carboxymethyl Starch-Chitosan
Nanoparticles as Drug Delivery System to The Colon,International Journal of Biological Macromoleculs.
48, 381-385.
20. Sangseethong, K., Ketalip, S., dan Sriroth, K. (2005),The Role of Reaction Parameters on the
Preparation and Properties of CarboxymethylCassava Starch, Starch/Starke. 57, 84-93.
21. Singh, R.P. (2000). Novel biodegradable Flocculant
Based on Polysaccharides, Current Science. 78,798-802.
22. Stevens, M.P. 2001.Kimia Polimer, P.T. PradnyaParamita, cetakan pertama, Jakarta.
23. Stojanovic, Z., Jeremic, K., Jovanovic, S., dan
Lechner M.D. (2005), A Comparison of Some
Methods for The Determination of The Degree ofSubstitution of Carboxymethyl Starch, Starch-Starke.
57, 79-83.24. Ulmanns (1982) Encyclopedia of Industrial
Chemistry. 5thed, Completely Revised Edition , New
York.
25. Zhang, et al, (2004) Progress in The Synthesis and
Application of Green Chemicals, CarboxymethylStarch Sodium, The State Key Laboratory of Fine
Chemicals, Dalian University of Technology. 32,369-372.