disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web...

44
Perkembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah di Indonesia Peluang Pengembangan Sejarah Lokal Nurul Umamah 1 [email protected] A. Pendahuluan Pendidikan Sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik (Kemendikbud, 2013). Hasan (2010) mengemukakan pendidikan sejarah: (1) merupakan media pendidikan yang paling ampuh untuk memperkenalkan kepada peserta didik tentang bangsanya di masa lampau; (2) mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk mengenal nilai-nilai bangsa yang terus bertahan, berubah, dan menjadi milik bangsa pada masa kini; (3) berfungsi memperkuat pendidikan karakter. Secara defacto pendidikan sejarah sudah ada sejak manusia ada dan mempunyai ingatan tentang apa yang telah terjadi (Haryono, 2012). Sejak manusia mempunyai 1 Dr. Nurul Umamah, M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNEJ Makalah disajikan dalam Sarasehan Sejarah Lokal Jawa Timur Tahun 2018 Dinas kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur 1

Transcript of disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web...

Page 1: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Perkembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah di IndonesiaPeluang Pengembangan Sejarah Lokal

Nurul Umamah1

[email protected]

A. Pendahuluan

Pendidikan Sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai,

pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang

dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar peserta didik (Kemendikbud, 2013). Hasan (2010)

mengemukakan pendidikan sejarah: (1) merupakan media pendidikan yang paling

ampuh untuk memperkenalkan kepada peserta didik tentang bangsanya di masa

lampau; (2) mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk mengenal nilai-nilai

bangsa yang terus bertahan, berubah, dan menjadi milik bangsa pada masa kini; (3)

berfungsi memperkuat pendidikan karakter.

Secara defacto pendidikan sejarah sudah ada sejak manusia ada dan

mempunyai ingatan tentang apa yang telah terjadi (Haryono, 2012). Sejak manusia

mempunyai kesadaran akan asal-usul tentang dirinya (genealogis) dan dunianya

(kosmogoni) sejarah telah menjadi acuan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

sejarah dalam masyarakat tradisional dilakukan secara monologis melalui sosialisasi

nilai-nilai kultural, terutama aspek kosmogoni. Masyarakat menerima nilai yang

sudah ada tanpa berupaya untuk mempertanyakan dan menggugat suatu wacana yang

diwarisi dari generasi sebelumnya secara fundamental. Pendidikan sejarah  bersifat

regimentatif yang berbasis magis-religius yang mengarah pada kosmosentris.

Masyarakat cenderung menganggap sejarah sudah ditentukan oleh kekuatan

supranatural di luar kuasa manusia, manusia tinggal menjalaninya. Mereka tidak

1 Dr. Nurul Umamah, M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNEJMakalah disajikan dalam Sarasehan Sejarah Lokal Jawa Timur Tahun 2018 Dinas kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur

1

Page 2: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

berani mempertanyakan asumsi maupun kisah sejarah yang dianggap sakral dan

dominan.

Kehidupan masyarakat modern  menjadikan sejarah berbeda dengan masa

sebelumnya, karena menempatkan rasio sebagai referensi yang sangat signifikan.

Sejarah telah dianggap sebagai bagian dari pergulatan manusia dalam menghadapi

tantangan yang ada. Manusia memiliki otonomi diri. Kebebasan manusia memberi

ruang untuk berperan dalam menentukan proses sejarah. Sejarah tidak lagi dianggap

sebagai produk absolut kekuatan di luar diri manusia.  Kenyataan tersebut membawa

konsekuensi akan peran manusia dalam proses sejarah. Posisi manusia dalam sejarah

tidak dianggap sebagai pelaku sejarah yang pasif. Manusia sebagai agen sejarah

mempunyai fungsi yang aktif dan dinamis dalam mempengaruhi dan menggerakkan

sejarah (Haryono, 2012).

Corak sejarah masyarakat Indonesia terkategori menjadi tiga (Abdulah, 2001),

yaitu: (1) sejarah yang diingat (remembered history) merupakan bagian dari warisan

bangsa yang dipelihara, namun lama kelamaan menjadi the past yang dibungkus

hasrat dan asumsi kultural. Sejarah jenis ini selalu diperingati menjadi hari-hari besar

nasional; (2) sejarah yang dibuat (invented history) yang merupakan perwujutan

hasrat politik dan kultural dalam bentuk narasi. Banyak peristiwa sejarah telah

menjadi memori yang bersifat embodied disubordinasikan oleh sejarah yang

embedded. Kedua corak ini berperan penting dalam dinamika sosial . Dalam proses

pembentukan bangsa (nation formation) tidak bisa dideskripsikan dengan baik tanpa

memperhitungkan dua corak penulisan sejarah ini; (3) sejarah yang ditemukan

kembali (recovered history) yaitu bertolak dari keinginan menemukan peristiwa masa

lalu yang hilang. Meskipun sejarawan juga perlu memahami dan mengingatkan

kelemahan nilai historis sejarah “yang diingat” dan “yang dibuat”, tugas utamanya

adalah menemukan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu seringkali terjadi perdebatan

sejarah berkaitan dengan “ketepatan faktual” (historical truth/certainty) dan corak

subjektivitas remembered history dan invented history.

2

Page 3: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Urgensi sejarah dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dijelaskan

oleh negarawan dan filsuf zaman klasik, Cicero (106-43 SM), dengan menyebut

"historia magistra vitae" (sejarah adalah guru kehidupan). Sejarah dapat memberikan

kearifan bagi yang mempelajarinya, yang secara singkat dirumuskan oleh Bacon

“histories make man wise”. bahwa “all history is contemporary history”, yang

kemudian dikembangkan oleh Carr (dalam Widja, 1989) bahwa sejarah adalah

“unending dialogue between the present and the past”. Sejarah memiliki kaitan yang

sangat erat dengan pendidikan pada umumnya dan pendidikan karakter bangsa pada

khususnya (Sartono, 1994).

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas No.

20 tahun 2003, Pasal 1 butir 19). Kurikulum merupakan rekayasa pedagogis makro

yang didesain sedemikian rupa untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat menjadi

problem solver. Di lain pihak fakta rendahnya kualitas pendidikan Indonesia

seringkali dianggap sebagai akibat kegagalan kurikulum. Presiden Jokowi dalam

beberapa acara di tahun 2018 menyampaikan (1) kondisi pendidikan di Indonesia

masih memprihatinkan; (2) sudah bertahun-tahun dunia pendidikan tidak ada inovasi

besar (Kompas, 2018). Selanjutnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga menilai

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Mempertimbangkan kompleksitas

permasalahan dalam bidang pendidikan, Mendikbud mencanangkan tahun 2018

sebagai tahun dimulainya pembenahan pendidikan (Kompas, 2018). Pembenahan

pendidikan paling ideal dimulai melalui pembenahan kurikulum.

Namun demikian rekonstruksi kurikulum merupakan upaya vital yang

dilematis (Umamah, 2012). Vital karena kurikulum harus selalu diupdate untuk

menjawab tantangan jaman. Dilematis karena: (1) Secara filosofi, perubahan

kurikulum memberi peluang terjadinya perdebatan paradigma filsafat yang akan

diadaptasi dalam pengembangannya; (2) Secara epistemologi, keilmuan pendidikan di

Indonesia, sebagai penciri kurikulum, belum memiliki bangunan kokoh yang

3

Page 4: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

bercirikan Indonesia dengan dasar filsafat pancasila; (3) Secara kelembagaan, 5

lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, lembaga agama, pramuka dan media) sebagai

pendesain dan pelaksana kurikulum belum memiliki sinergisitas dalam mendidik

anak bangsa, bahkan keberadaan seringkali kontroversial; (4) Secara Sosio-

Antropologis, keanekaragaman suku dan budaya, masih diwarnai prasangka; (5)

Secara empiris dijumpai kesenjangan kualitas kompetensi sumber daya manusia

pelaku pendidikan.

Kurikulum harus berubah sesuai dengan tuntutan jaman. Saat ini Negara dan

Bangsa Indonesia sedang menghadapi Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0). Realita ini bisa

menjadi peluang sekaligus ancaman. Revolusi industri 4.0 menjadikan teknologi

informasi sebagai kebutuhan paling urgen dalam kehidupan manusia. Dunia menjadi

tanpa batas (borderless), penggunaan daya komputasi dan data sangat tidak terbatas

(unlimited). Dunia berada dalam genggaman anak. Internet dan teknologi digital

menjadi penggerak dan penghubung manusia dan mesin. Era RI 4.0 secara masif juga

mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) serta pendidikan tinggi (Kemenristekdikti,

2018).

Di lain pihak munculnya generasi Z sebagai kelanjutan dari Gen Y (generasi

milenial) menjadi tantangan yang tidak bisa dihindari (Umamah, 2017). Generasi Z

adalah generasi masa depan, generasi yang harus dipenuhi, dioptimalkan kebutuhan

dan hasrat belajarnya. Sesuai dengan karakteristik gen Z yang spesifik, antara lain:

digital natives, screensters, gamers, Zeds, cerdas teknologi (tech-savvy), terhubung

(connected) dalam kehidupan global di planet bumi, pengubah dunia, dan “mengikuti

kata hati”(Barnes & Noble College, 2014). maka perlu dirancang kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan mereka.

B. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah Pada Perguruan Tinggi

Kurikulum pendidikan sejarah pada perguruan tinggi, berkembang seiring

dengan perubahan kebijakan kurikulum pendidikan tinggi. Pada tahun 1994 melalui

4

Page 5: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

056/U/1994, muncul kebijakan tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Perguruan

Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Isi pedoman tersebut, mengarahkan

kurikulum pada pencapaian penguasaan IPTEKS. Kurikulum perguruan tinggi tahun

1994 lazim disebut dengan Kurikulum Berbasis Isi atau Kurikulum Nasional.

Struktur kurikulumnya terdiri dari Mata Kuliah Umum (MKU). Mata Kuliah Dasar

Khusus (MKDK), Mata Kuliah Keahlian (MKK). Mata kuliah wajib sejumlah 100-

110 sks.

Gambar 1. Perubahan Konsep Kurikulum Pendidikan Tinggi (Kemendikbud, 2013)

Pada tahun 2000, diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK

terdiri atas kurikulum inti dan kurikulum institusional. Struktur kurikulumnya terdiri

atas Kompetensi Utama, Kompetensi Pendukung dan Kompetensi Lainnya.

Selanjutnya pada tahun 2002 keluar SK Mendiknas RI No. 045/U/2002 tentang

Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.

5

Page 6: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Gambar 2. Elemen Kompetensi KBK (Kemendikbud, 2013)

Kurikulum berbasis kompetensi tahun 2000 dan 2002 mengutamakan

pencapaian kompetensi, disusun guna mendekatkan pendidikan pada kebutuhan dunia

kerja dan industri. Implementasi KBK memerlukan penetapan kompetensi utama

melalui kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi (program studi

sejenis), masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Sedangkan kompetensi

pendukung dan kompetensi lain, ditetapkan oleh perguruan tinggi sendiri, beban SKS

minimal 144 sks.

Globalisasi membawa perubahan terhadap capaian pembelajaran. Globalisasi

menuntut pengakuan capaian pembelajaran secara internasional. Untuk

merealisasikannya dikembangkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Milestone pengembangan KKNI sebagaimana yang tersaji dalam gambar di bawah

ini, pada prinsipnya berupaya untuk mewujudkan mutu dan jati diri bangsa

Indonesia dalam sektor sumber daya manusia yang dikaitkan dengan program

pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan secara nasional. Setiap tingkat

kualifikasi yang dicakup dalam KKNI memiliki makna dan kesetaraan dengan

capaian pembelajaran yang dimiliki setiap insan pekerja Indonesia dalam

6

Page 7: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

menciptakan hasil karya dan kontribusi yang bermutu di bidang pekerjaannya

masing-masing (Laman KKNI, Ristekdiki).

Gambar 3. Timeline Pengembangan KKNI (Kemendikbud, 2013)

Selanjutnya sejak tahun 2012 berlaku Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT).

Kurikulum ini mendasarkan pada pencapaian kemampuan yang telah disetarakan

untuk menjaga mutu lulusannya. KPT 2012 merupakan seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan

Tinggi (Pasal 35 UU DIKTI No.12 /2012). Dikembangkan oleh setiap Perguruan

Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap

Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia,

dan keterampilan. Berikut disajikan struktur kurikulum prodi berdasarkan KPT 2012

7

Page 8: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Gambar 4. Struktur Kurikulum Prodi Berdasarkan KPT 2012 (Kemendikbud, 2013)

Gambar 5.Tahapan Penyusunan Kurikulum (Kemendikbud, 2013)

8

Page 9: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Menristekdikti (2018) menjelaskan ada lima elemen penting yang harus

menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:

1. Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti

penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa

dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT),

Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik,

digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif

dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and

human literacy.

2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan

responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu

dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program

Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga

mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini

nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk

menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.

3. Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa

yang responsif, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain

itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan,

riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset,

dan inovasi.

4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0

dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK,

Industri, dan Masyarakat

5. Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan

produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

9

Page 10: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

C. Kurikulum Pendidikan Sejarah di Sekolah

Kurikulum pendidikan sejarah di sekolah berkembang seiring dengan

dinamika kebijakan dan pemberlakuan kurikulum di Indonesia. Berikut disajikan

perkembangan kurikulum di Indonesia mulai tahun 1947, 1964, 1968, 1973, 1975,

1985, 1994, 1997, 2004, 2006, 2013.

10

Page 11: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Gambar 6. Perkembangan Kurikulum di Indonesia (Kemendikbud, 2013)

Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ke dalam

kurikulum 2013 dilatarbelakangi oleh beberapa kelemahan yang terdapat dalam

kurikulum KTSP 2006 (Kemendikbud 2013), yakni: (1) konten kurikulum terlalu

padat; (2) Kurikulum belum berbasis kompetensi; (3) kompetensi belum

menggambarkan secara holistik domain sikap, pengetahuan dan ketramplan; (4)

belum mengakomodir kompetensi pendidikan karakter, metodologi pembelajaran

aktif, (5) balancing soft skill, hard skill dan kewirausahaan; (6) belum peka terhadap

tuntutan kebutuhan lokal, nasional dan global; (7) standar pross belum rinci, sehingga

memungkinkan multi tafsir; (8) standar penilaian belum KBK; (9) perlu dokumen

yang rinci supaya tidak multi tafsir. Selain itu juga didasari atas pemikiran perlunya

kesiapan dalam menghadapi tantangan abad ke 21, dengan penciri abad ilmu

pengetahuan, knowledge based society dan kompetensi masa depan.

Perbedaan paradigma penyusunan Kurikulum 2004, KTSP 2006 dan

Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013) disajikan dalam tabel dibawah ini.

11

Page 12: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Tabel 1. Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013)

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan

dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari kebutuhan

2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan

Tujuan Mata Pelajaran (Standar

Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang

dirinci menjadi Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar

Kompetensi Lulusan melalui

Kompetensi Inti yang bebas mata

pelajaran

3 Pemisahan antara mata pelajaran

pembentuk sikap, pembentuk

keterampilan, dan pembentuk

pengetahuan

Semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan,

4 Kompetensi diturunkan dari mata

pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari

kompetensi yang ingin dicapai

5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang

lain, seperti sekumpulan mata pelajaran

terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh

kompetensi inti (tiap kelas)

12

Page 13: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Komponen utama kurikulum 2013 tersaji dalam gambar berikut ini:

Gambar 7. Kompetensi Utama Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013)

Elemen perubahan kurikulum 2013 tersaji dalam gambar di bawah ini.

Gambar 8. Perubahan dalam Kurikulum 2012

13

Page 14: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

D. Analisis Tujuan dan Kedudukan Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum

d.1 Analisis Rumusan Tujuan

Rumusan tujuan pendidikan sejarah dalam kurikulum 2004, 2006 dan

kurikulum 2013, mengalami perubahan dari berpikir historis, kronologis dan

memiliki pemahaman sejarah (Depdiknas, 2003), berkembang menjadi membangun

kesadaran akan pentingnya waktu dan melatih daya kritis, menumbuhkan pemahaman

sejarah serta apresiasi terhadap peninggalan sejarah serta membangun kesadaran

berbangsa (Permendiknas, 2006). Selanjutnya dalam kurikulum 2013 tujuan lebih

spesifik lagi, yakni membangun kesadaran akan pentingnya konsep waktu, tempat

dan ruang, keberlanjutan dan perubahan; mengembangkan historical thinking skill

sebagai dasar kemampuan berfikir logis, kreatif, inspiratif dan inovatif; Apresiasi dan

penghargaan terhadap peninggalan sejarah; menumbuhkan pemahaman terhadap diri

sendiri, masyarakat dan bangsa; menumbuhkan kesadaran berbangsa;

Mengembangkan perilaku berkarakter, menanamkan sikap yang berorientasi pada

masa kini dan masa depan (Kemendikbud, 2013).

Pada kurikulum 2013 kemampuan berpikir historis (historical thinking)

menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif, dan inovatif.

Analisis peristiwa sejarah, mengaitkan antara satu peristiwa sejarah dengan peristiwa

sejarah lainnya, menganalisis untuk menentukan pokok pikiran (konsep atau teori)

(Kemendikbud, 2013).

Berpikir historis (Historical Analysis) terdapat pada tujuan pembelajaran

sejarah. Sesuai dengan Permendikbud No.64 tahun 2013 mengenai standar isi untuk

satuan pendidikan dasar dan menengah, tujuannya adalah sebagai berikut

(Kemendikbud, 2015:11):

1. Membangun peserta didik agar dapat memahami nilai-nilai yang terkandung

dalam peristiwa sejarah;

2. Menumbuhkan sikap meneladani kepemimpinan tokoh sejarah dalam kehidupan

masa kini;

3. Menumbuhkan semangat kebangsaan, persatuan dan kesatuan;

14

Page 15: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

4. Menumbuhkan kemampuan analisis peserta didik terhadap peristiwa sejarah

berdasarkan hubungan sebab akibat;

5. Mengamalkan keteladanan dari tokoh sejarah dalam kehidupan masa kini;

6. Menunjukkan sikap peduli terhadap benda-benda peninggalan sejarah;

7. Menumbuhkembangkan kemampuan mengevaluasi oleh peserta didik terhadap

suatu peristiwa sejarah berdasarkan kesahihan sumber dan penafsiran

penulisannya;

8. Mendorong peserta didik melakukan penelitian sederhana tentang suatu peristiwa

sejarah;

9. Melatih peserta didik menulis sejarah.

Hasil revisi kurikulum 2013 tahun 2016 menyatakan tujuan pendidikan

sejarah adalah membekali peserta didik tentang keterampilan dan cara berfikir

sejarah, membentuk kesadaran menumbuh kembangkan nilai-nilai kebangsaan,

mengembangkan inspirasi, dan mengaitkan peristiwa lokal dengan peristiwa nasional

dalam satu rangkaian Sejarah Indonesia, dan mata pelajaran sejarah Indonesia adalah

kajian tentang berbagai peristiwa sejarah di Indonesia ditujukan untuk membangun

memori kolektif sebagai bangsa agar mengenal jati diri bangsanya dan

menjadikannya sebagai landasan dalam membangun kehidupan berbangsa dan

bernegara pada masa kini dan masa yang akan datang (Kemendikbud, 2016).

Sungguh tujuan yang sangat mulia, menjadi tanggung jawab pendidik sejarah untuk

mewujutkannya. Pertanyaannya sudahkan tujuan mulia tersebut terwujut? Seandainya

sudah sampai pada level berapa? Apa kendala yang dihadapi untuk mewujutkan

tujuan tersebut?

Menilik kata kerja operasional yang ada pada KD kurikulum 2013, tampak

bahwa untuk mata pelajaran sejarah sudah mengarah pada High Order Thinking Skill

(HOTS). Bila diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan sejarah, sudah

memfasilitasi peserta didik untuk memiliki Historical Thinking Skill.

15

Page 16: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Tabel 2. Kata Kerja Operasional Mata Pelajaran Sejarah dalam Kompetensi Dasar Pada Kurikulum 2013 (Permendikbud, 2016)

Kata OperasionalKurikulum 2013 Revisi 2016

Sejarah Wajib Sejarah PeminatanX XI XII X XI XII

AfektifMenghayati 2 1 1Menghargai 1Meneladani 1

Kognitif

Memahami 3Menunjukkan 1 1 2Menerapkan 1 1Mengolah 2 3Menalar 4Menganalisis 5 9 5 11 11Menyimpulkan 1Mengevaluasi 4 10

Psikomotor

Melakukan 3 1Menyajikan 5 1 1 7 9 1Menulis 2 1Membuat 1 1 2 2Mengembangkan 1Mengkonstruksi 2 7

Dari tabel 2 nampak bahwa kemampuan menganalisis untuk domain kognitif

memiliki porsi yang lebih banyak. Historical analysis merupakan salah satu elemen

yang harus selalu ada dalam keterampilan berpikir sejarah (historical thinking skill).

Historical analysis merupakan kemampuan untuk menganalisis fakta-fakta serta

menginterpretasikan peristiwa masa lampau berdasarkan berbagai bukti sejarah

(National Center of History in the School). Pendapat lain mengatakan bahwa

historical analysis ialah kemampuan untuk menyadari perbedaan antara peristiwa

sejarah berdasarkan fakta, dan mengevaluasi kontroversi pandangan para sejarawan

(Ozmen & Kizilay, 2017:135).

Dalam analisis sejarah peserta didik harus memanfaatkan keahliannya untuk

memahami peristiwa masa lampau. Karena aktivitas analisis dibangun berdasarkan

kemampuan pemahaman, hal ini mewajibkan peserta didik untuk menilai bukti,

hubungan sebab-akibat, dan tentang bagaimana perubahan yang terjadi di masyarakat

(National Center of History In the School). Menurut Mumpford (1991) bahwa dalam

16

Page 17: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

proses pembelajaran diperlukan pendekatan yang dapat mendorong peserta didik

melakukan analisis terhadap fakta-fakta sejarah dibanding mengarahkan peserta didik

untuk mengingat dan menjelaskan fakta-fakta.

Berdasarkan pada National Center of History in School indikator Historical

analysis adalah: (1) compare and contrast differing sets of idea; (2) consider multiple

perspectives; (3) analyze cause-and-effect relationships bearing in mind multiple

causation; (4) distinguish between unsupported expressions of opinion and informed

hypotheses grounded in historical evidence.

Berikut disajikan indikator dari historical analysis, dalam bentuk tabel untuk

mempermudah pemahaman.

Tabel 3. Indikator Analisis Sejarah (Historical analysis)

No Indikator Sub Indikator

1. Membedakan dan membandingkan gagasan,

perilaku

a. mampu membandingkan

dan membedakan

gagasan pada peristiwa

sejarah

b. mampu membandingkan

dan membedakan

perilaku pada peristiwa

sejarah

2. Mempertimbangkan sudut pandang dari berbagai

bangsa di masa lalu

a. mampu

mempertimbangkan

sudut pandang dengan

menunjukkan motif

b. mampu

mempertimbangkan

sudut pandang dengan

menunjukkan keyakinan

3. Menganalisis hubungan sebab-akibat dengan

mengingat berbagai penyebabnya

a. mampu menganalisis

hubungan sebab-akibat

17

Page 18: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

dengan mengingat

berbagai penyebab

termasuk kepentingan

manusia

b. mampu menganalisis

hubungan sebab-akibat

dengan mengingat

berbagai penyebab

termasuk pengaruh

pentingnya individu

4. Membedakan antara opini dan fakta yang didasarkan

pada bukti sejarah

a. mampu menilai

kredibilitas sumber-

sumber sejarah

b. mampu membedakan

antara fakta sejarah dan

pendapat sejarah

(Sumber: National Center of History in School)

d.2 Analisis Kedudukan Mata Pelajaran Sejarah

Kurikulum SMA 2004, memasukkan mata pelajaran sejarah ke dalam ruang

lingkup IPS Terpadu, karena sejarah tidak bisa berdiri sendiri dalam bidang satu mata

pelajaran sehingga harus tergabung dalam mata pelajaran geografi, ekonomi,

sosiologi yang akhirnya akan menjadi satu wadah yaitu IPS Terpadu.

Struktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam

mata pelajaran umum. Jadi semua siswa mendapat mata pelajaran sejarah tanpa

memandang jurusan yang diambil oleh siswa. Sedangkan Kelas XI dan XII masuk

dalam mata pelajaran wajib. Ini artinya mata pelajaran sejarah hanya diberikan pada

mereka (siswa) yang mengambil jurusan IPS (BSNP, 2006; Depdiknas 2006)

Kedudukan mata pelajaran sejarah SMA pada kurikulum 2013 terpisah

(separated). Dalam struktur kurikulum 2013 sejarah masuk dalam mata pelajaran

18

Page 19: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

kelompok A atau kelompok mata pelajaran wajib yakni Sejarah Indonesia dan

kelompok mata pelajaran peminatan yakni sejarah Sejarah. Pada mata pelajaran

Sejarah Wajib setiap kelas yaitu kelas X, XI, XII mendapatkan porsi jam pelajaran

masing masing 2 jam pelajaran per minggu. Sedangkan pada sejarah peminatan untuk

kelas X mendapatkan 3 jam pelajaran perminggu dan untuk kelas XI, dan XII 4 jam

per minggu (Permendikbud, 2013; Permendikbud, 2016).

E. Peluang Pengembangan Sejarah Lokal dalam Kurikulum SMA/MA

Dasar hukum pengembangan sejarah lokal dalam kurikulum sekolah

menengah termuat dalam UU dan Peraturan Menteri. Undang-Undang Sisdiknas No.

20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa muatan lokal adalah bahan kajian untuk

membentuk pemahaman peserta didik pada potensi daerah tempat tinggalnya.

Selanjutnya Pemendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi 2a menyatakan

bahwa muatan lokal sebagai mata pelajaran yang wajib diberikan pada semua ruang

pendidikan (Umamah, 2016).

Pengembangan sejarah lokal dalam Kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan

KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) memiliki peluang untuk diwujutkan dalam

pembelajaran sejarah. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat (1) dan

penjelasannya bahwa pendidikan sejarah bagian dari ilmu pengetahuan sosial (IPS)

(Supardi, 2006). Dalam hal ini penjelasan tersebut dinyatakan bahwa bahan kajian

IPS dimaksudkan untuk ‘mengembangakan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis peserta didik pada kondisi sosial masyarakat’ (Supardi, 2006;

Hasan, 2007). Posisi materi sejarah lokal pada kurikulum ini menempatkan sejarah

lokal tidak lagi sebagai sumber semata tetapi juga menjadi objek studi sejarah peserta

didik (Supardi, 2006).

KBK mengutamakan pendekatan pembelajaran yang bersifat kontekstual

(alamiah), berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk

mengembangkan kompetensi. KBK memberikan kesempatan kepada daerah dan

sekolah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan. Hal ini berbeda dengan

19

Page 20: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

beberapa kurikulum sebelumnya yang bersifat sentralistis. Kesempatan ini bisa

digunakan untuk mengembangkan realitas lokal yang lebih menyentuh anak didik

yang erat berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari (Supardi, 2006).

Pengajaran atau pengintegrasian sejarah lokal dapat dilakukan melalui

beberapa cara: (a) pertama, penyisipan pada beberapa topik sejarah nasional yang

memiliki korelasi dengan peristiwa lokal; (b) melalui studi khusus terhadap

perpustakaan, museum, maupun berbagai peninggalan sejarah; (c) melalui team

teaching guru IPS bisa melakukan kolaborasi untuk membahas masalah lokal secara

interdisplin. Konsep pengajaran sejarah lokal melalui KBK dapat dilakukan melalui

studi di luar kelas (out class history teaching) (Supardi, 2006).

Peluang pengembangan sejarah lokal dalam Kurikulum 2006 atau yang

dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diwujutkan dengan

memberikan kebebasan pada sekolah untuk menentukan kurikulumnya yang

termasuk didalamnya muatan lokal (Umamah, 2016). PP No. 19 Tahun 2005

memberi wewenang pengembangan kurikulum. Dalam hal ini dikemukakan secara

tegas bahwa melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah merupakan ruang

lingkup muatan lokal (Umamah, 2016). Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 7 ayat

(3), (4), (5), dan (6) dan penjelasannya pendidikan Sejarah adalah termasuk kelompok

mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Sardijiyo, 2006; Wijayanti 2017).

Lingkup isi atau jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa inggris,

kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan

berbagai ciri khas lingkungan di sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh

daerah yang bersangkutan (Sardijiyo, 2006).

Integrasi sejarah lokal dalam Kurikulum 2013 berdasarkan Peraturan

Pemerintahan Nomer 32 Tahun 2013 pasal 77N tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

menyebutkan, bahwa: (1) muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan

dan proses pembelajaran potensi dan keunikan lokal; (2) muatan dikembangkan dan

dilaksanakan pada tiap satuan pendidikan (Umamah, 2016; Wijayanti 2017). Termuat

20

Page 21: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

juga dalam Permendikbud 81A Lampiran II tentang Pedoman Muatan Lokal yang

menjelaskan bahwa salah satu ruang lingkup muatan lokal adalah melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan daerah. Posisi muatan lokal juga tercantum dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 79 Tahun 2014 tentang

Muatan Lokal Kurikulum 2013 yang memiliki tujuan membekali peserta didik

dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk: (1) mengenal

dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di daerahnya; (2)

melestarikan dan mengembangkan keunggulan serta kearifan daerah yang berguna

bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional (Widja

dalam Umamah, 2016).

Pengembangan materi sejarah lokal dalam Kurikulum 2013 dapat diwujutkan

dalam pengintegrasian pada mata pelajaran Sejarah. Pengintegrasian dapat dilakukan

dengan jalan (1) merencanakan rencana pembelajaran dengan baik, dengan

memperhatikan sumber belajar sejarah, memilih pendekatan, metode, media dan

evaluasi yang memiliki kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran sejarah lokal

yang akan dipelajari; (2) pendidik harus mampu mengidentifikasi materi sejarah lokal

yang memiliki kaitan dengan sejarah nasional (Umamah, 2016).

Selain itu integrasi sejarah lokal dengan pembelajaran sejarah juga dapat

dilakukan dengan cara: (1) guru mengambil contoh dari kejadian lokal untuk

memberikan ilustrasi yang lebih hidup dan menarik dari uraian sejarah nasional dan

sejarah dunia yang diajarkan; (2) bentuk pengintegrasian sejarah lokal dengan cara

penjelajahan lingkungan; dan (3) bentuk pengintegrasian sejarah lokal dengan studi

kasus yang mendalam mengenai berbagai aspek kesejarahan lingkungan peserta didik

(Widja dalam Umamah, 2016).

Hasil penelitian Umamah (2016) tentang Integrasi Sejarah Lokal dalam

Kurikulum Sejarah SMA Peluang dan Kendala, Studi Kasus Pengembangan

Kurikulum SMA di Kabupaten Jember dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

sejarah lokal memiliki 100% peluang untuk diintegrasikan dalam kurikulum

(pembelajaran sejarah). Namun terdapat beberapa kendala yang menghambat

21

Page 22: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

pelaksanaannya, yaitu (1) terdapat kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dengan

tujuan pendidikan (16.7%). Kesulitan terkait dengan penyusunan kurikulum (23.3%),

teutama terkait dengan penyusunan desain instruksional di kelas, ketersediaan bahan

ajar, kesiapan dan prakarsa belajar peserta didik. Pendidik kurang memahami

karakteristik materi sejarah lokal (26.7%). Pendidik kurang memahami metodologi

penelitian sejarah, terutama terkait dengan penggalian data-data oral history (33.0%).

Berikut disajikan peluang pengembangan sejarah lokal KD Sejarah, dalam bentuk

tabel.

Tabel 3. Peluang pengembangan sejarah lokal pada KD Sejarah SMA/MA

Peluang

Pengembangan

Sejarah Lokal

Kurikulum 2013 Revisi 2016

Wajib Peminatan

X XI XII X XI XII

3 2 1 2 2 -

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa peluang pengembangan sejarah lokal

dalam kurikulum sangat besar. Berikut dijelaskan hasil telaah KD tentang peluang

pengembangan sejarah lokal dalam kurikulum baik dari mata pelajaran sejarah wajib

dan sejarah peminatan. Berikut disajikan bunyi KD yang berpeluang untuk

pengembangan sejarah lokal sebagai bahan diskusi.

1. Peluang Pengembangan Sejarah Lokal dalam Kurikulum Mata Pelajaran

Sejarah Wajib

Pengembangan materi sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah wajib

SMA/MA memiliki peluang yang sangat besar pada kelas X, XI, dan XII. Tabel di

atas menunjukkan bahwa peluang pengembangan sejarah lokal sebagai berikut: (a)

kelas X memiliki 3 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk pengembangan materi

sejarah lokal; (b) kelas XI memiliki 2 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk

22

Page 23: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

pengembangan materi sejarah lokal; dan (c) kelas XII memiliki 2 Kompetensi Dasar

yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal.

a) Kelas X SMA/MA mata pelajaran Sejarah Wajib

Mata pelajaran Sejarah Wajib SMA/MA kelas X terdiri dari 8 Kompetensi

Dasar, sedangkan yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal terdapat

pada 3 Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar yang berpeluang sebagai

pengembangan materi sejarah lokal sebagai berikut:

3.4 Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat pra-aksara

Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat;

3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan

budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindhu dan Budha di Indonesia

serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada

kehidupan masyarakat Indonesia masa kini;

3.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan

budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta

menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini.

b) Kelas XI SMA/MA mata pelajaran Sejarah Wajib

Mata pelajaran Sejarah Wajib SMA/MA kelas XI terdiri dari 10 Kompetensi

Dasar, sedangkan yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal terdapat

pada 2 Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar yang berpeluang sebagai

pengembangan materi sejarah lokal sebagai berikut:

3.3 Menganalisis dampak politik,, budaya, sosial, ekonomi, dan pendidikan

pada masa penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda,

Inggris) dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini;

3.8 Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik

Indonesia pada awal kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan

kebangsaan Indonesia masa kini.

23

Page 24: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

c) Kelas XII SMA/MA mata pelajaran Sejarah Wajib

Mata pelajaran Sejarah Wajib SMA/MA kelas XII terdiri dari 9 Kompetensi

Dasar, sedangkan yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal terdapat

pada 2 Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar yang berpeluang sebagai

pengembangan materi sejarah lokal sebagai berikut:

3.1 Menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman

disintegrasi bangsa antara lain PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi

Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI;

3.2 Mengevaluasi peran dan nilai-nilai perjuangan tokoh nasional dan

daerah dalam mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia

pada masa 1945-1965.

2. Peluang Pengembangan Sejarah Lokal dalam Kurikulum Mata Pelajaran

Sejarah Peminatan

Pengembangan materi sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah peminatan

SMA/MA memiliki peluang yang sangat besar dari kelas X dan XI, namun pada kelas

XII tidak terdapat kompetensi dasar yang berpeluang sebagai pengembangan materi

sejarah lokal. Tabel di atas menunjukkan bahwa peluang pengembangan sejarah lokal

sebagai berikut: (a) kelas X memiliki 2 Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk

pengembangan materi sejarah lokal; (b) kelas XI memiliki 2 Kompetensi Dasar yang

berpeluang untuk pengembangan materi sejarah lokal; dan (c) kelas XII tidak terdapat

Kompetensi Dasar yang berpeluang sebagai pengembangan materi sejarah lokal.

Penjabaran tabel di atas sebagai berikut:

a) Kelas X SMA/MA mata pelajaran Sejarah Peminatan

Mata pelajaran Sejarah Peminatan SMA/MA kelas X terdiri dari 11

Kompetensi Dasar, sedangkan yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah

24

Page 25: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

lokal terdapat pada 2 Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar yang berpeluang sebagai

pengembangan materi sejarah lokal sebagai berikut:

3.3 Menganalisis keterkaitan peristiwa sejarah tentang manusia di masa lalu

untuk kehidupan masa kini;

3.10 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek

kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya

dalam kehidupan masa kini.

b) Kelas XI SMA/MA mata pelajaran Sejarah Peminatan

Mata pelajaran Sejarah Peminatan SMA/MA kelas XI terdiri dari 12

Kompetensi Dasar, sedangkan yang berpeluang untuk pengembangan materi sejarah

lokal terdapat pada 2 Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar yang berpeluang sebagai

pengembangan materi sejarah lokal sebagai berikut:

3.1 Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Hindhu-

Budha dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan

serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa

kini;

3.2 Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam

dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta

pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini.

c) Kelas XII SMA/MA mata pelajaran Sejarah Peminatan

Mata pelajaran Sejarah Peminatan SMA/MA kelas XII terdiri dari 6

Kompetensi Dasar, namun tidak terdapat Kompetensi Dasar yang berpeluang untuk

pengembangan materi sejarah lokal dikarenakan pada kelas XII ini Kompetensi Dasar

lebih mengarah pada sejarah dunia atau hubungan internasional dan organisasi-

organisasi dunia.

F. Penutup

Kurikulum 2013 adalah kurikulum paling ideal bagi pendidikan sejarah. Dasar

filosofis pengembangan kurikulum 2013 sangat sesuai dengan tujuan mata pelajaran

25

Page 26: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

sejarah. Di samping itu rasional pemberlakuan kurikulum 2013 juga senada dengan

kegelisahan para pelaku dan pemerhati sejarah, yang merasakan semakin menipisnya

nilai-nilai karakter, berkurangnya nasionalisme dan patriotisme warga bangsa

Indonesia. Kebijakan umum pendidikan dan kebudayaan tahun 2013 juga

menempatkan revolusi karakter bangsa sebagai salah satu nawacita yang tertuang

dalam RPJMN 2015-2019. Mata pelajaran sejarah mendapatkan porsi jam yang

sangat ideal. Secara langsung maupun tidak langsung, dengan dicanangkannya

pendidikan karakter berbasis kelas, menjadi daya dukung guna pencapaian salah satu

tujuan pendidikan sejarah. Kurikulum telah diberlakukan dalam kurun 5 tahun.

Revisi berkali-kali guna memperbaiki, melengkapi kekurangan dan menyempurnakan

implementasi, telah dilakukan. Pertanyaannya, sudahkah pendidik sejarah

memanfaatkan peluang tersebut dengan baik? Mari kita melakukan self assessment,

apakah kita sebagai pendidik sejarah sudah melakukan upaya maksimal untuk

mencapai tujuan sejarah?. Perjuangan belum selesai, masih banyak hal yang bisa kita

lakukan guna mencapai cita-cita besar para pahlawan pendahulu kita. Semoga Allah

SWT. senantiasa melindungi para pendidik sejarah dan bangsa Indonesia. Aamiin…

Rujukan:

Abdullah, T. 2001. Nasionalisme & Sejarah. Bandung: Satya Historika.

BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: Badan StandarNasional Pendidikan.

Barnes &Noble College. 2015. Getting to Know Gen Z. Exploring Middle and Schoolers’ Expectations for Higher Education. https://next.bncollege.com/wp-content/uploads/.../Gen-Z-Research-Report-Final.pdf

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2006. Model Mata Pelajaran Muatan Lokal SD/MI/SDLB/SMP/MTS/-SMA/SMALB/SMK. Jakarta: Depdiknas.

26

Page 27: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Hariyono. 2012. Pendidikan Sejarah dan Karakter Bangsa.

Hasan H. S. 2007. Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi. Seminar Pendidikan Sejarah di Jurusan Sejarah UNNES.

Hasan, H. (2010). Pendidikan Sejarah: Kemana dan Bagaimana?. Disajikan pada seminar Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Jakarta, 6 Maret 2010

Menristekdikti (2018) https://www.ristekdikti.go.id/pengembangan-iptek-dan pendidikan-tinggi-di-era-revolusi-industri-4-0 2/#AWDcVe62e6B4GLJW.99 diakses 20 Agustus 2018

Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013 SMA/SMK/MA/MAK Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusis Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar dan Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud

Kemendikbud, 2013. Kurikulum 2013 SMA/SMK/MA/MAK Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015 Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah/ Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/SMK/MA/MAK) Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Kemenristekdikti. 2018. https://ristekdikti.go.id/

Laman KKNI, Ristekdikti. Tanpa Tahun. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. http://kkni-kemenristekdikti.org/paradigma diakses pada 20 Agustus 2018

Nadlir, M. 2018. Komnas HAM Catat 4 Kondisi Darurat Indonesia. https://nasional.kompas.com/read/2018/05/02/12581141/komnas-ham-catat-4-kondisi-darurat-pendidikan-indonesia diakses 20 Agustus 2018

27

Page 28: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

National Center for History in the School. 1996. Historical Analysis and interpretation. Retrieved from http://www.nchs.ucla.edu/history-standards/historical-thingkingstandards/3-historical-analysis-and-interpretation.

Ozmen dan Kizilay. 2017. A Study on the Historical analysis Skills of Social Studies and Classroom Teachers. Turkey: Universitepark Bulten, 6(1), 133-148.

UU Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Pasal 25

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Sruktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrsah Aliyah. Jakarta: Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi dan Pendidikan Dasar. Jakarta: Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan.

Permendikbud No. 81A Lampiran II tentang Pedoman Pengembangan Muatan Lokal.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintahan RI No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 79 Tahun 2014

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Umamah, N. 2012. "Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital yang Dilematis" dalam Prosiding Seminar Nasional Rekonstruksi Kurikulum Berbasis Karakter Dalam menyongsong Pemberlakuan Kurikulum 2013. Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Jember, 42-54

Umamah, N. 2016. Integrasi Sejarah Lokal dalam Kurikulum Sejarah SMA Peluang dan Kendala (Studi Kasus Pengembangan Kurikulum SMA di Kabupaten Jember). Prosiding Seminar Sejarah Lokal: Menggali Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Keberagaman Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya: Universitas Indonesia

28

Page 29: disbudpar.jatimprov.go.iddisbudpar.jatimprov.go.id/uploads/berkas/Perkembangan... · Web viewStruktur Kurikulum 2006, posisi pelajaran sejarah pada Kelas X masuk dalam mata pelajaran

Sardijiyo. 2006. Tinjauan Perkembangan Kurikulum IPS SD. Pendidikan IPS SD PDGK4 106/Modul 1.

Sartono Kartodirdjo, 1994. Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Supardi. 2006. Pendidikan Sejarah Lokal Dalam Konteks Multikulturalisme. Cakrawala Pendidikan. Februari 2006. Th XXV. No. 1

Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK.

Wijayanti, Y. 2017. “Peranan Penting Sejarah Lokal dalam Kurikulum di Sekolah Menengah Atas”. Jurnal Artefak: History and Education. Vol. 4. No.1. Hal: 56.

29