· Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47...

120
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994 / 95 - 1998 / 99 BUKU V REPUBLIK INDONESIA

Transcript of  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47...

Page 1:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

RENCANAPEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM

1994 / 95 - 1998 / 99

BUKUV

REPUBLIK INDONESIA

Page 2:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 17 TAHUN 1994

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM(REPELITA VI)

1994/95 - 1998/99

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (Repelita V) telah berhasil menciptakan kerangka yang cukup mantap dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama sehingga dapat dijadikan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan selanjutnya;

b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai serta kemampuan-kemampuan yang telah dapat dikembangkan dalam Repelita V, maka ditetapkan Repe-lita VI sebagai awal Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua yang merupakan kelanjutan, peningkatan, perluasan dan pembaharuan dari Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama;

3

Page 3:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertim-bangan tersebut di atas, serta dengan mendengar dan memperhatikan secara sungguh-sungguh saran-saran dari Dewan Perwakilan Rakyat, maka sesuai dengan tugas yang diberikan Majelis Permusyawa-ratan Rakyat seperti yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, dipandang perlu untuk mengeluarkan Keputusan Presiden yang menetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (1994/95 - 1998/99);

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rak-yat Nomor IV/MPR/1993 tentang Pengang-katan Presiden Republik Indonesia;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDO-NESIA TENTANG RENCANA PEMBA-NGUNAN LIMA TAHUN KEENAM (REPE-LITA VI) 1994/95 - 1998/99.

Pasal 1

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam 1994/95 - 1998/99 sebagaimana termuat dalam

4

Page 4:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

lampiran Keputusan Presiden ini merupakan pelaksanaan dari pada Pembangunan Nasional, Pembangunan Jangka Panjang Kedua, dan Pembangunan Lima Tahun Keenam sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara yang telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pasal 2

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, menjadi landasan dan pedoman bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pembangunan Lima Tahun Keenam.

Pasal 3

Pelaksanaan lebih lanjut Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam, dituangkan dalam Ren-cana Tahunan yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksa-naan-kebijaksanaan Pemerintah lainnya.

Pasal 4

Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan dengan memperhatikan kemungkinan-kemung-kinan perubahan dan perkembangan keadaan yang memerlukan langkah-langkah penyesuaian terhadap Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam.

5

Page 5:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

Pasal 5

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 22 Maret 1994

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

S O E H A R T O

Salinan Sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan u.b. Kepala Bagian Penelitian Perundang-undangan I

cap/ttd.

Lambock V. Nahattands, S.H.

6

Page 6:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

RENCANA

PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM

1994 / 95 - 1998 / 99

LAMPIRANKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 17 TAHUN 1994tentang

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

KEENAM

(REPELITA VI)

BUKU

V

REPUBLIK INDONESIA

Page 7:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 8:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM1994/95 - 1998/99

DAFTAR ISI

BUKU I

Bab 1 PendahuluanBab 2 Hasil Pembangunan Dalam Pembangunan

Jangka Panjang PertamaBab 3 Sasaran dan Kebijaksanaan Pokok Dalam

Pembangunan Jangka Panjang Kedua danPembangunan Lima Tahun Keenam

Bab 4 Kerangka Rencana dan Pembiayaan PembangunanBab 5 Keuangan NegaraBab 6 Kebijaksanaan Moneter dan Lembaga-lembaga

KeuanganBab 7 Neraca Pembayaran Internasional

Daftar Singkatan dan Akronim

BUKU II

Bab 8 Peningkatan Kualitas Sumber Daya ManusiaBab 9 Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan

KemiskinanBab 10 Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan KerjaBab 11 Pangan dan Perbaikan GiziBab 12 Pengembangan Usaha NasionalBab 13 K o p e r a s iBab 14 Ilmu Pengetahuan dan TeknologiBab 15 Kelautan dan KedirgantaraanBab 16 Pembangunan DaerahBab 17 Pembangunan Perkotaan dan PerdesaanBab 18 Lingkungan HidupBab 19 Penataan Ruang dan Pertanahan

Daftar Singkatan dan Akronim9

Page 9:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

BUKU III

Bab 20 IndustriBab 21 Pertanian Bab 22 Pengairan Bab 23 Perdagangan Bab 24 TransportasiBab 25 Pertambangan Bab 26 Kehutanan Bab 27 PariwisataBab 28 Pos dan TelekomunikasiBab 29 Transmigrasi Bab 30 EnergiDaftar Singkatan dan Akronim

BUKU IV

Bab 31 A g a m aBab 32 Pendidikan dan OlahragaBab 33 Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha EsaBab 34 Kesejahteraan Sosial dan Penanggulangan Bencana Bab 35 KesehatanBab 36 Kependudukan dan Keluarga SejahteraBab 37 Peranan Wanita, Anak dan Remaja, dan Pemuda Bab 38 Perumahan dan PermukimanBab 39 H u k u mBab 40 Politik Dalam NegeriBab 41 Hubungan Luar NegeriBab 42 Aparatur NegaraBab 43 Penerangan, Komunikasi dan Media Massa Bab 44 Pertahanan KeamananBab 45 Sistem Informasi dan StatistikBab 46 Sistem Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Daftar Singkatan dan Akronim

10

Page 10:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

BUKU V

Bab 47 Pembangunan Daerah Tingkat I

1. Daerah Istimewa Aceh2. Sumatera Utara3. Sumatera Barat4. R i a u5. J a m b i6. Sumatera Selatan7. Bengkulu8. Lampung9. DKI Jakarta

10. Jawa Barat11. Jawa Tengah12. Daerah Istimewa Yogyakarta13. Jawa Timur14. Bali

Daftar Singkatan dan Akronim

BUKU VI

Bab 47 Pembangunan Daerah Tingkat I

15. Kalimantan Barat16. Kalimantan Tengah17. Kalimantan Selatan18. Kalimantan Timur19. Sulawesi Utara20. Sulawesi Tengah21. Sulawesi Tenggara22. Sulawesi Selatan23. Nusa Tenggara Barat24. Nusa Tenggara Timur25. Maluku26. Irian Jaya27. Timor Timur

Daftar Singkatan dan Akronim11

Page 11:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 12:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

KEENAM

1994/95 - 1998/99

DAFTAR ISI

BUKU V

BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT

I

1. Daerah Istimewa Aceh ............................................17

2. Sumatera Utara .........................................................69

3. Sumatera Barat .......................................................121

4. R i a u ......................................................................171

5. J a m b i ..................................................................223

6. Sumatera Selatan ...................................................273

7. Bengkulu .................................................................325

8. Lampung .................................................................373

9. DKI Jakarta ............................................................423

10. Jawa Barat ..............................................................471

11. Jawa Tengah ...........................................................523

12. Daerah Istimewa Yogyakarta ...............................575

13

Page 13:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

13. Jawa Timur .............................................................623

14. Bali ..........................................................................675

Daftar Singkatan dan Akronim ....................................721

Page 14:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 15:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

BAB 47PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT

I1. DAERAH ISTIMEWA ACEH

Page 16:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 17:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT

I 1. DAERAH ISTIMEWA ACEH

I. PENDAHULUAN

Propinsi Daerah Istimewa Aceh, terletak antara 2°-6° lintang utara, dan 95°-98° bujur timur, merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara dengan Selat Malaka, di sebelah timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan di sebelah barat dengan Samudera Indonesia.

Wilayah Daerah Istimewa Aceh mencakup areal seluas 55.390 kilometer persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Daerah Istimewa Aceh meliputi areal hutan seluas 38.823 kilo-meter persegi atau 70,1 persen, areal belukar seluas 5.475 kilo-meter persegi atau 9,9 persen, areal padang rumput seluas 2.932 kilometer persegi atau 5,3 persen, areal ladang seluas 695 kilome -ter persegi atau 1,3 persen, areal dataran tinggi seluas 455 kilome -ter persegi atau 0,8 persen, areal persawahan seluas 2.410 kilome -ter persegi atau 4,4 persen, areal perkebunan seluas 2.581 kilome-ter persegi atau 4,7 persen, areal perairan darat seluas 240 kilome -ter persegi atau 0,4 persen, areal tandus seluas 20 ki lometer

17

Page 18:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

persegi atau 0,04 persen, areal permukiman seluas 957 kilometer persegi atau 1,7 persen, dan areal lainnya seluas 802 kilometer persegi atau 1,4 persen dari seluruh luas wilayah.

Daerah Istimewa Aceh merupakan wilayah daratan dengan topografi berbukit, bergunung, dan berlembah, yang berada pada ketinggian antara 0-1.205 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki perairan umum yang berupa danau dan sungai. Iklim Daerah Istimewa Aceh termasuk tropis basah yang dipengaruhi oleh angin muson, dengan curah hujan tidak merata beragam antara 1.000-3.000 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam antara 23°Celsius-33°Celsius. Daerah Istimewa Aceh mempunyai beberapa kawasan yang rawan terhadap bencana alam, yaitu gempa bumi dan letusan gunung api.

Lahan di Daerah Istimewa Aceh sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman, pertanian, dan industri. Selain itu, wilayah ini memiliki sumber daya pertambangan, kelautan, dan kehutanan yang potensial untuk dikembangkan, yang dewasa ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Pada tahun 1990 penduduk Daerah Istimewa Aceh berjumlah 3.430.800 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 62 jiwa per kilometer persegi. Daerah tingkat II yang terpadat penduduknya adalah Kotamadya Banda Aceh dengan kepadatan 2.641 jiwa per kilometer. persegi, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Aceh Tenggara dengan kepadatan 19 jiwa per kilometer persegi. Penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan berjumlah 540.161 orang atau 15,8 persen dari jumlah penduduk Daerah Istimewa Aceh. Jumlah penduduk perkotaan di propinsi ini mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan rata-rata laju pertum- buhan antara tahun 1971 dan 1990 sebesar 6,29 persen per tahun.

Pada tahun 1990 penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) di propinsi ini berjumlah 2.430.338 orang (71,20 persen). Dari

18

Page 19:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

jumlah tersebut, yang masuk ke dalam angkatan kerja sebanyak 1.416.887 orang dan angkatan kerja yang bekerja berjumlah 1.385.668 orang. Dari seluruh angkatan kerja yang bekerja terse -but, sebagian besar terserap di sektor pertanian (66,38 persen). Sisanya terserap di berbagai sektor lain, yaitu sektor industri (9.01 persen) dan jasa (24,61 persen).

Daerah Istimewa Aceh memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian, dan bahasa. Masyarakat Aceh terdiri atas berbagai suku, antara lain Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, Kluet, Pulo, dan Singkil, yang masing-masing memiliki kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Penduduk Daerah Istimewa Aceh sebagian besar beragama Islam (97,6 persen), dan selebihnya beragama Kristen (1,7 persen), serta lainnya (0,7 persen).

Secara administratif Daerah Istimewa Aceh terdiri atas 8 kabupaten daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Selatan, dan dua kotamadya daerah tingkat II yaitu Kotamadya Sabang dan Banda Aceh sebagai ibukota propinsi. Dalam wilayah Daerah Istimewa Aceh terdapat dua kota adminis -tratif, yaitu Kota Administratif Lhokseumawe dan Langsa, 142 wilayah kecamatan, serta 5.463 desa dan kelurahan.

II. PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA ACEH DALAM PJP I

Perkembangan kependudukan di Daerah Istimewa Aceh selama pembangunan jangka panjang (PJP) I menunjukkan telah menurunnya laju pertumbuhan penduduk dari 2,93 persen per tahun dalam periode 1971-1980 menjadi 2,72 persen per tahun dalam periode 1980-1990. Namun, bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk di wilayah Sumatera dan nasional yang masing-masing sebesar 2,68 persen per tahun dan 1,97 persen per

19

Page 20:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

tahun dalam periode 1980-1990, laju pertumbuhan penduduk propinsi ini termasuk cukup tinggi.

Dalam PJP I pembangunan Daerah Istimewa Aceh telah meningkat dengan cukup berarti. Pada tahun 1990 produk domestik regional bruto (PDRB) nonmigas Daerah Istimewa Aceh atas dasar harga konstan tahun 1983 adalah sebesar Rp l.762.373 juta. Jika dilihat dari pangsa sumbangan sektoral terhadap pembentukan PDRB nonmigas, sektor pertanian memberikan sumbangan terting-gi (44,65 persen), diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan res-toran (16,2 persen), dan sektor industri pengolahan (11,2 persen). Selanjutnya, apabila dilihat dari PDRB total atas harga konstan tahun 1983 pada tahun 1990 adalah sebesar Rp7.467.038 juta, terlihat bahwa sumbangan dan peranan sektor migas terutama gas alam cair terhadap ekonomi nasional dan wilayah sangat berarti.

Dalam periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB nonmigas tercatat sebesar 5,9 persen per tahun. Sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor bank, dan lembaga ke-uangan lainnya (15 persen), sektor listrik, gas, dan air minum (14,7 persen), dan sektor pemerintahan dan pertahanan (10,0 persen).

PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga konstan tahun 1983 mencapai Rp516 ribu. Dibandingkan dengan angka tahun 1983 yang besarnya Rp416 ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 3,11 persen per tahun.

Laju pertumbuhan perekonomian Daerah Istimewa Aceh yang cukup pesat tersebut didukung oleh laju pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata sebesar 34,62 persen per tahun antara tahun 1987 dan 1992 dengan komoditas andalan pupuk urea, kertas, dan karet. Di samping itu Daerah Istimewa Aceh mengekspor hasil olahan dari gas alam yang terdiri dari kondensat, liquified natural gas (LNG), dan liquified petroleum gas (LPG) yang memberikan

20

Page 21:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

sumbangan terbesar dalam nilai total ekspor. Propinsi ini menem-pati peringkat ke tiga penyumbang devisa terbesar ekspor energi nasional setelah Propinsi Riau dan Propinsi Kalimantan Timur.

Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial telah menghasil -kan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang ditunjukkan oleh berbagai indikator. Jumlah penduduk yang telah melek huruf meningkat dari 68,02 persen pada tahun 1971 menjadi 87,32 persen pada tahun 1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup turun dari 126 pada tahun 1971 menjadi 52 pada tahun 1990. Demikian pula, usia harapan hidup penduduk meningkat dari 49,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 64,0 tahun pada tahun 1990.

Peningkatan kesejahteraan itu didukung oleh peningkatan pe-layanan kesehatan yang makin merata dan makin luas jangkauan-nya. Pada tahun 1990 telah ada 19 unit rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 1.600 buah, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan puskesmas pembantu sebanyak 693 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 79,9 kilometer persegi dengan penduduk yang dilayani sebanyak 4.928 orang per puskesmas termasuk puskesmas pembantu. Keadaan ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1972 dengan jumlah puskesmas baru mencapai 77 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 719,4 kilometer persegi dan penduduk yang dilayani sebanyak 26.849 orang per puskesmas.

Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Daerah Istimewa Aceh telah menunjukkan kemajuan yang berarti, seperti diperlihatkan oleh angka partisipasi kasar sekolah dasar (SD) yang pada tahun 1992 telah mencapai 111,1 persen, dibandingkan tahun 1972 yang baru mencapai 57,8 persen. Angka partisipasi tahun 1992 tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat nasional, yaitu sebesar rata-rata 107,5 persen. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah yang makin meningkat. Pada tahun 1992 telah ada 3.092 unit SD yang berarti telah meningkat dibandingkan dengan tahun 1972 yang baru berjumlah 859 unit. Peningkatan

21

Page 22:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

jumlah SD dan murid didukung oleh peningkatan jumlah guru. Pada tahun 1992 tercatat 27.122 orang guru SD dan setiap guru SD melayani 22 murid.

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990, penduduk miskin di Daerah Istimewa Aceh berjumlah 544.950 orang atau sekitar 15,9 persen dari seluruh penduduk. Pada tahun 1984, penduduk miskin masih berjumlah 573.951 orang atau sekitar 19,7 persen dari jumlah penduduk.

Pembangunan Daerah Istimewa Aceh didukung oleh pem-bangunan prasarana yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah tingkat I dan tingkat II. Di bidang prasarana transportasi sampai dengan tahun 1992 telah dibangun dan ditingkatkan jaringan jalan yang mencapai 9.438 kilometer. Ketersediaan jaringan jalan telah makin baik, seperti terlihat pada tingkat kepadatan yang mencapai rata-rata 195,6 kilometer per 1.000 kilometer persegi. Ketersediaan prasarana transportasi lain-nya yang mendukung pembangunan daerah, seperti prasarana transportasi laut dan prasarana transportasi udara, juga telah meningkat. Daerah Istimewa Aceh memiliki 12 pelabuhan laut, yaitu Pelabuhan Lhokseumawe dan Malahayati Krueng Raya di Banda Aceh sebagai pelabuhan samudra; Pelabuhan Kuala Langsa, Ule Lheue, Sabang, dan Meulaboh sebagai pelabuhan nusantara; Pelabuhan Tapak Than, Simeulue, dan Singkil sebagai pelabuhan perintis. Dalam hal ini Pelabuhan Banda Aceh, Sabang, dan Meulaboh juga berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan. Di samping itu, terdapat tiga pelabuhan khusus untuk kegiatan ekspor, yaitu Pelabuhan Blang Lancang khusus untuk ekspor gas alam cair dan kondensat, Pelabuhan Laut Pupuk Asean dan Pupuk Iskandar Muda di Lhokseumawe, serta Pelabuhan Laut Lhok Nga Aceh Besar untuk ekspor semen. Transportasi udara di Daerah Istimewa Aceh dilayani oleh 7 bandar udara dengan Bandar Udara Blang Bintang di Banda Aceh sebagai bandara utama yang Sudah dapat didarati pesawat DC-9. Bandar udara lainnya

22

Page 23:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

merupakan bandar udara perintis yang baru dapat didarati pesawat kecil seperti Cassa-212 atau Twin Otter, yaitu Bandar Udara Cut Nyak Dien di Meulaboh, Cut All di Tapaktuan, dan Lasikin di Sinabang, Cut Bak U di Sabang, Tanjung Seumantok di Langsa, serta Bandar Udara Malikul Saleh di Lhokseumawe. Selain itu, prasarana transportasi antar wilayah yang telah dibangun selama PJP I, antara lain jalan lintas timur dan barat Sumatera, telah meningkatkan keterkaitan antara Daerah Istimewa Aceh dengan propinsi di wilayah Sumatera.

Di bidang pengairan telah dilaksanakan peningkatan prasarana pengairan seperti bendung dan jaringan irigasi. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi sawah seluas sekitar 193.000 hektare sehingga membantu peningkatan dan menunjang produksi pertanian sampai mencapai swasembada beras.

Penyediaan prasarana ketenaga listrikan di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah I dan sampai dengan tahun 1991 telah menghasilkan daya terpasang sebesar 161,3 megawatt.

Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah di Daerah Istimewa Aceh melalui anggaran pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Alokasi anggaran pembangunan yang berupa dana bantuan pembangunan daerah (Inpres) dan dana Sektoral melalui daftar isian proyek (DIP) dalam Repelita IV dan V masing-masing berjumlah Rp707,52 miliar dan Rp2.310,35 miliar.

Pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama Repelita V sekitar 21,34 persen per tahun. Dalam masa itu PAD telah meningkat dari Rp12,3 miliar pada tahun 1989/90 menjadi Rp20,2 miliar pada tahun 1993/94. Peningkatan yang cukup berarti dari PAD dan bantuan pembangunan daerah dari tahun ke tahun

23

Page 24:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

mempengaruhi pula peningkatan belanja pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tingkat I Daerah Istimewa Aceh. Pada tahun pertama Repelita V belanja pembangunan daerah berjumlah Rp24,59 miliar dan pada tahun terakhir Repelita V meningkat menjadi Rp43,15 miliar. Bagian terbesar dari belanja pembangunan digunakan untuk sektor perhubungan dan pariwisata.

Meskipun masih relatif kecil, investasi swasta nonmigas telah menunjukkan peningkatan. Kecenderungan tersebut terlihat dari jumlah proyek baru penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui oleh Pemerintah dalam masa empat tahun Repelita V, yaitu 43 proyek dengan nilai investasi sebesar Rpl.955 miliar. Dalam kurun waktu itu telah disetujui 3 proyek baru penanaman modal asing (PMA) dengan nilai US$393,9 juta.

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) propinsi daerah tingkat I yang berupa rencana struktur tata ruang propinsi (RSTRP) dan RTRW kabupaten/kotamadya daerah tingkat II yang berupa rencana umum tata ruang kabupaten (RUTRK) telah selesai disusun, meskipun pada akhir PJP I sedang dalam proses ditetapkan sebagai peraturan daerah.

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Pembangunan Daerah Istimewa Aceh selama PJP I telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian yang didukung oleh makin meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan, dan makin tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat, termasuk pendidikan dasar dan kesehatan. Namun, disadari pula masih banyak masalah yang dihadapi.

24

Page 25:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

Pembangunan yang telah banyak dilakukan di Daerah Istime-wa Aceh selama PJP I, dalam PJP II akan dilanjutkan dan diting-katkan sesuai dengan GBHN 1993. Untuk itu, perlu ditemukenali berbagai tantangan dan kendala yang akan dihadapi, serta peluang yang dapat dimanfaatkan.

1. Tantangan

Dalam PJP 1 telah banyak kemajuan yang dicapai Daerah Istimewa Aceh yang ditunjukkan oleh taraf kesejahteraan sosial masyarakat yang cukup tinggi antara lain angka melek huruf, angka kematian bayi dan usia harapan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nasional. Meskipun demikian, baik PDRB nonmigas per kapita maupun laju pertumbuhannya propinsi ini masih relatif lebih rendah dari rata-rata nasional. Dengan demikian, tantangan utama pembangunan Daerah Istimewa Aceh adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mening -katkan serta memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas, dan perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi ketenagakerjaan di Daerah Istimewa Aceh ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang produk -tivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju pertumbuhan ekonomi daerah memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Di Daerah Istimewa Aceh, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertum-buhannya. Dengan demikian, untuk meningkatkan laju pertum-buhan ekonomi Daerah Istimewa Aceh, tantangannya adalah

25

Page 26:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

membentuk serta mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan, dan memperluas lapangan kerja, serta kesempatan usaha.

Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Daerah Istimewa Aceh harus mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk mengembang-kan potensi berbagai sumber daya pembangunan di Daerah Istime-wa Aceh. Dengan demikian, Daerah Istimewa Aceh dihadapkan pads masalah untuk menciptakan iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu, tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.

Kegiatan ekonomi dan sosial di Daerah Istimewa Aceh terkon-sentrasi di wilayah pantai timur dan timur laut. Bagian tengah, pantai barat, dan kepulauan di sekitar propinsi ini, tingkat perkem-bangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan ber-tambahnya kesenjangan antar wilayah. Dengan demikian, tan-tangannya adalah meningkatkan pengembangan wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertumbuhan agar kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antar wilayah makin berkurang.

Pertumbuhan ekonomi yang perlu dipercepat membutuhkan dukungan prasarana dasar yang memadai, antara lain transportasi, ketenaga listrikan, pengairan, air bersih, dan telekomunikasi. Meskipun telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar Daerah Istimewa Aceh belum memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan

26

Page 27:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

kualitas pelayanan yang terus meningkat. Untuk daerah yang kondisi geografisnya seperti Daerah Istimewa Aceh, diperlukan suatu sistem transportasi laut dan udara perintis serta sistem transportasi darat yang dapat meningkatkan keterkaitan antara wilayah produksi dengan pasar. Untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang dan jasa, diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi yang memadai. Di pihak lain, ada keterbatasan kemampuan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk membangun prasarana dan sarana transportasi guna mempercepat pembangunan daerah ini. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan ketersediaan serta kualitas dan memperluas jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya air bersih dan tenaga listrik, serta sistem transportasi antarmoda secara terpadu dan optimal, dengan mengikutsertakan dunia usaha.

Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Daerah Istimewa Aceh telah menunjukkan kemajuan, dan lebih baik di -bandingkan dengan tingkat kemajuan rata-rata nasional. Meskipun demikian, di propinsi ini masih terdapat kesenjangan kesejahteraan antar golongan masyarakat dan antar daerah, antara lain karena masih terbatasnya jangkauan prasarana dan sarana sosial. Kondisi di atas menghadapkan Daerah Istimewa Aceh pada tantangan untuk meningkatkan, memeratakan, dan memperluas jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lain-nya, serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah.

Dalam kaitan itu, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1990 masih seba-nyak 545.950 orang atau sekitar 15,9 persen dari jumlah penduduk Daerah Istimewa Aceh. Selain itu, pada tahun 1993 jumlah desa tertinggal masih banyak, yaitu 2.275 desa atau sekitar 40,32 persen dari seluruh desa yang ada di Daerah :Istimewa Aceh. Masalah kemiskinan, yang memerlukan penanggulangan secara khusus dan menyeluruh ini, merupakan tantangan pula bagi pembangunan Daerah Istimewa Aceh dalam PJP II, khususnya Repelita VI.

27

Page 28:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

Meningkatnya intensitas pembangunan selain mengakibatkan meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan menghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin mening-kat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam sehingga menjamin pembangunan yang berkelanjutan.

Belum mantap dan meratanya kemampuan aparatur di daerah serta belum serasinya koordinasi antar lembaga dalam mengelola pembangunan merupakan tantangan yang dihadapi dalam rangka memperkuat kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah.

2. Kendala

Upaya pembangunan daerah di Daerah Istimewa Aceh dihadapkan kepada berbagai kendala yang erat kaitannya dengan kondisi geografis, dengan karakteristik fisik wilayah khususnya bagi pengembangan prasarana dan sarana antara lain pengembang-an sistem transportasi.

Propinsi ini mempunyai jumlah penduduk yang relatif sedikit dibandingkan dengan luas wilayah secara keseluruhan. Jumlah penduduk yang relatif sedikit dengan penyebaran yang tidak merata dan terpencar dalam kelompok penduduk yang kecil di beberapa kawasan terpencil dan terisolasi, terutama antara wilayah bagian tengah, wilayah pantai barat dan wilayah kepulauan, merupakan kendala pula dalam menyebarkan kegiatan ekonomi produktif ataupun dalam melayani kebutuhan dasar masyarakat secara efisien.

28

Page 29:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

3. Peluang

Hasil pembangunan yang telah dicapai Daerah Istimewa Aceh selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka peluang untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Demikian pula ada potensi sumber daya alam yang belum diolah, hasil pembangunan yang berupa prasarana dan sarana sosial dan ekonomi yang telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi, dan peran serta masyarakat yang meningkat dalam kegiatan pem-bangunan adalah modal dan peluang yang dapat dikembangkan.

Daerah Istimewa Aceh memiliki potensi sumber daya alam yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada pula potensi yang telah dimanfaatkan, tetapi belum optimal dikembangkan.

Sumber daya pertanian di Daerah Istimewa Aceh memiliki potensi yang tersebar di kawasan Subulussalam, Singkil, Kota Lokop, dan Pulau Banyak dengan komoditas antara lain kelapa sawit, karet, dan coklat. Potensi perkebunan rakyat meliputi komo-ditas seperti pala, cengkeh, nilam, tebu, kopi, melinjo, dan kemiri. Potensi kehutanan yang tersebar di Krueng Jreu, Krueng Baro Seulimum dan Takengon meliputi komoditas utama antara lain ber-bagai jenis kayu, kulit kayu dan rotan. Potensi perikanan yang berupa usaha perikanan darat dan perikanan taut termasuk yang di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) belum sepenuhnya diman-faatkan dan cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut.

Di bidang pertambangan D.I. Aceh memiliki potensi berbagai bahan tambang dan galian antara lain tembaga, timah hitam dan bahan galian golongan C tersebar hampir merata di seluruh daerah tingkat II. Selain itu juga terdapat emas di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh Tengah, dan Aceh Barat; bijih besi di Kabupa- ten Aceh Besar, Aceh Barat, dan Aceh Selatan; mangan di Kabupa- ten Aceh Tenggara dan Aceh Barat; bijih timah di Kabupaten Aceh Barat; minyak bumi di wilayah Aceh Timur yaitu di Rantau Kuala

29

Page 30:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

dan Simpang Peureulak; gas alam terdapat di wilayah Lhok Sukon, Kabupaten Aceh Utara; dan batu bara di Kabupaten Aceh Barat.

Di bidang industri, baik industri yang memanfaatkan hasil hutan dan hasil pertanian, seperti minyak sawit, atsiri, karet, dan kertas, maupun industri yang mengolah hasil tambang sangat potensial untuk dikembangkan.

Pariwisata juga merupakan sektor yang amat berpeluang untuk dikembangkan. D.I. Aceh memiliki potensi wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya maupun sejarah. Berbagai obyek wisata alam meliputi wisata pantai, wisata danau, wisata pemandian air panas, wisata sungai, wisata air terjun, dan gua alam serta cagar alam antara lain Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Wisata Lawe Gurah. Obyek wisata budaya meliputi rumah adat, balai adat, dan seni tari tradisional Aceh. Obyek wisata sejarah antara lain Benteng Iskandar Muda dan Benteng Kreueng; makam Laksamana Malahayati dan makam Teuku Cik Di Tiro; museum Negeri Aceh (Rumoh Aceh); dan Masjid Raya Baiturrah -man; serta peninggalan sejarah bangunan Geunongan dan monu-men Pesawat Garuda Indonesia Pertama (RI001).

Lokasi D.I. Aceh cukup strategis karena letaknya berdekatan dengan Malaysia dan Thailand, yang berperan serta dalam kerja sama pengembangan regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Kerjasama ini diharapkan dapat mendorong kerja sama industri, pariwisata, pertanian, dan perdagangan inter -nasional diantara propinsi-propinsi ketiga negara peserta tersebut.

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasilnya

30

Page 31:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, seras i , dan bertanggung jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya melaksanakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah air, pembangunan daerah dan kawasan yang kurang berkembang seperti di daerah terpencil, perlu ditingkatkan sebagai perwujudan Wawasan Nusantara.

Dengan mengacu kepada arahan GBHN 1993, pembangunan Daerah Istimewa Aceh diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah melalui pelibatan masyarakat setempat secara penuh; peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha; peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga kerja setempat dan perbaikan kualitas angkatan kerja melalui pendidikan dan pelatihan; peningkatan produktivitas perekonomian daerah; peng-anekaragaman kegiatan perekonomian daerah; peningkatan per-tumbuhan ekspor nonmigas; peningkatan jumlah dan kualitas investasi swasta; peningkatan kesejahteraan sosial dan percepatan penanggulangan kemiskinan; pengembangan sistem transportasi terpadu yang akan meningkatkan aksesibilitas daerah terpencil dan terbelakang; penguatan kelembagaan dan aparatur pemerintah di daerah dalam rangka peningkatan efis iensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan di daerah; pengembangan sumber daya alam yang memiliki potensi dan keunggulan komparatif dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk pem -bangunan yang berkelanjutan; dan pengembangan kawasan andalan dengan menciptakan keterkaitan dengan wilayah sekitarnya.

2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan Daerah Istimewa Aceh dalam PJP II sesuai dengan GBHN 1993 adalah mantapnya otonomi daerah yang

31

Page 32:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, serta makin meratanya pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju per-tumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 3,9 persen per tahun. Sehubungan dengan itu, diupayakan meningkat-nya ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar ekonomi, terutama terciptanya sistem transportasi perkotaan dan perdesaan yang mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi secara ekonomis, meningkatnya peran serta dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan sehingga dapat mendukung pen-ciptaan lapangan kerja, serta meningkatnya sumbangan daerah kepada ekonomi nasional.

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang diukur antara lain dari dua indikator kesejahteraan sosial, yaitu bertambahnya usia harapan hidup menjadi 71,5 tahun dan menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertum-buhan penduduk; dan telah mantapnya pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; serta terselesaikannya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Dalam PJP II masalah kemiskinan di Daerah Istimewa Aceh, berdasarkan kriteria yang sekarang digunakan diupayakan dapat terselesaikan.

b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan Daerah Istimewa Aceh dalam Repelita VI adalah berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan titik berat pada daerah tingkat II; meningkatnya kemandirian dan kemampuan dalam merencanakan dan mengelola pembangunan di daerah, termasuk dalam mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana yang

32

Page 33:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

dibangun di daerah, seiring dengan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah untuk menggali dan mengerahkan sumber keuangan daerah serta meningkatnya efisiensi belanja daerah.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan sebesar rata-rata sekitar 6,3 persen per tahun, dengan laju pertumbuhan sektoral, yaitu pertanian rata-rata sekitar 3,8 persen; industri nonmigas sekitar 10,9 persen; bangunan sekitar 8,4 persen, perdagangan dan pengangkutan sekitar 7,5 persen; jasa jasa sekitar 5,3 persen serta lainnya (mencakup pemerintahan, energi dan pertambangan) sekitar kurang dari 1,5 persen; sedangkan laju pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata untuk Daerah Istimewa Aceh diperkirakan sekitar 14,1 persen per tahun. Sasaran laju pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata untuk Daerah Istimewa Aceh adalah 14,1 persen per tahun. Sasaran laju pertumbuhan kesempatan kerja diperkirakan sebesar 3,4 persen per tahun sehingga tercipta tambahan kesempatan kerja baru bagi 254,6 ribu orang.

Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi, terutama berkembangnya sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkat-kan aksesibilitas wilayah propinsi ini secara merata dan efisien; meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif di daerah; meningkatnya produktivitas tenaga kerja setempat, terutama di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan meningkatnya PAD termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan peningkatan usia harapan hidup menjadi 66,5 tahun dan serta penurunan angka kematian bayi menjadi 42 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional; makin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar sekolah lanjutan

33

Page 34:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

tingkat pertama (SLTP), termasuk madrasah tsanawiyah (MTs), dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), termasuk madrasah aliyah (MA), masing-masing menjadi sekitar 65,1 persen dan sekitar 37,4 persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Menjadi sasaran penting pula meningkatnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah, berkurangnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan berkurangnya jumlah desa tertinggal selaras dengan sasaran.penurunan jumlah penduduk miskin di tingkat nasional serta meningkatnya daya dukung sumber daya alam dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup, termasuk menurunnya luas lahan kritis.

3. Kebijaksanaan

Untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan dan mewujudkan berbagai sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan pembangunan Daerah Istimewa Aceh dalam Repelita VI diarahkan pada peningkatan pelaksanaan otonomi di daerah yang seiring dengan peningkatan peran serta masyarakat; pengembangan sektor unggulan; pengembangan usaha nasional; pengembangan sumber daya manusia; kependudukan; peningkatan pemerataan pembangun-an; penanggulangan kemiskinan; pengembangan prasarana dan sarana ekonomi; pendayagunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; serta pe-ngembangari kawasan andalan.

Kebijaksanaan tersebut di atas dilaksanakan dengan memper-hatikan kebijaksanaan pembangunan propinsi yang berbatasan dalam rangka mewujudkan keserasian pembangunan antar daerah melalui peningkatan kerja sama antar daerah.

a. Pelaksanaan Otonomi di Daerah

Dalam rangka memperkukuh negara kesatuan serta memper-lancar penyelenggaraan pembangunan nasional, kemampuan

34

Page 35:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

pelaksanaan pemerintahan di daerah tingkat I dan daerah tingkat II di Daerah Istimewa Aceh, terutama dalam penyelenggaraan tugas desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan, ditingkatkan agar makin mewujudkan otonomi yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

Pelaksanaan otonomi di Daerah Istimewa Aceh ditingkatkan dengan peningkatan kemampuan aparatur, melalui penguatan manajemen dan kelembagaan; peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); peningkatan kemampuan memobilisasi berbagai sumber keuangan daerah; serta peningkatan kemampuan lembaga dan organisasi masyarakat dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.

Penataan kembali batas wilayah dan daerah dalam rangka pemekaran dan penyesuaian status daerah tertentu, dimungkinkan untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan dan administrasi pemerintahan di daerah.

b. Pengembangan Sektor Unggulan

Dalam upaya mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor unggulan yang diprioritaskan di Daerah Istimewa Aceh. Pembangunan industri dan pertanian serta sektor produktif lainnya akan ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Pembangunan industri di Daerah Istimewa Aceh diarahkan, terutama untuk mengembangkan industri yang berorientasi ekspor dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta memanfaatkan keuntungan lokasi Daerah Istimewa Aceh yang berada di dalam wilayah IMT-GT, dan sebagai pintu gerbang ujung barat Indonesia. Sehubungan dengan itu,

35

Page 36:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

pembangunan industri di Daerah Istimewa Aceh dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara industri dan pertanian sehingga meningkatkan nilai tambah dan memperkukuh struktur ekonomi daerah. Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan industri pengolahan termasuk agroindustri, dan industri yang mengolah hasil pertambangan, khususnya petrokimia, ditingkatkan dan didorong melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi penanaman modal. Penyebaran pembangunan industri di berbagai daerah tingkat II diupayakan sesuai dengan potensi masing-masing dan sesuai dengan rencana tata ruang daerah agar tertata dengan baik, dan agar mendorong pemerataan. Untuk mendukung pengembangan industri diupayakan peningkatan prasarana, peningkatan usaha pemasaran, serta pelatihan tenaga kerja. Untuk meningkatkan ketersediaan prasarana penunjang, sehingga tercipta kondisi yang menarik bagi pengembangan kegiatan industri, diperlukan investasi yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah sepenuhnya. Oleh karena itu, usaha swasta didorong untuk ikut serta membangun prasarana dan sarana yang dibutuhkan.

Pembangunan pertanian di Daerah Istimewa Aceh diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, memantapkan swasembada pangan, dan meningkatkan usaha pertanian terpadu yang berorientasi ekspor, yang meliputi kegiatan pertanian tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dengan pengembangan agrobisnis dan agroindustri yang mampu mencip-takan dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan.

Pembangunan kehutanan di Daerah Istimewa Aceh ditingkat-kan dan diarahkan untuk menjamin kelangsungan, penyediaan, dan perluasan keaneka ragaman hasil hutan yang mendukung pem-bangunan industri, perluasan kesempatan kerja dan kesempatan usaha, perluasan sumber pendapatan negara dan pemacu pem-bangunan daerah, serta menjaga fungsinya sebagai pelestari hutan dan ekosistem untuk memelihara tata air, udara, dan plasma

36

Page 37:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

nutfah, terutama tanah dan iklim. Untuk menjaga kelestarian hutan, upaya perlindungan, penertiban, pengamanan, pengawasan, pengendalian serta rehabilitasi dan konservasi hutan terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Pengusahaan hutan dan hasil hutan diatur melalui pola pengusahaan hutan yang menjamin keikutsertaan masyarakat di kawasan hutan dan sekitarnya, serta peningkatan peranserta koperasi dan usaha menengah dan kecil, terutama di dalam pengolahan dan pemasaran hasil hutan.

Pembangunan kepariwisataan di Daerah Istimewa Aceh mem-punyai potensi yang luas dan prospek yang cerah, antara lain dengan berkembangnya IMT-GT. Untuk itu, pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya daerah, dan dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam, termasuk kekayaan alam bahari, keanekaragaman seni budaya, serta peninggalan sejarah di Daerah Istimewa Aceh, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, citra kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa.

Pembangunan pertambangan di Daerah Istimewa Aceh ditingkatkan melalui pengembangan sumber daya mineral dan bahan galian, sekaligus mendorong proses pengolahan lanjutannya untuk meningkatkan nilai tambah, terutama gas bumi, emas, batu bara, batu gamping, feldspar, dan bentonit.

c. Pengembangan Usaha Nasional

Pengembangan usaha nasional yang meliputi usaha menengah dan kecil, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN), dan badan usaha milik daerah (BUMD), serta usaha swasta diarahkan agar mampu tumbuh menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi daerah, serta memperluas kesempatan usaha dan kesempatan kerja menuju terwujudnya perekonomian daerah yang

37

Page 38:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

tangguh dan mandiri yang dapat menopang pembangunan pereko-nomian nasional.

Kemampuan dan peranan usaha menengah dan kecil, termasuk usaha tradisional dan informal, di Daerah Istimewa Aceh ditingkat-kan melalui pembangunan prasarana dan sarana usaha disertai dengan pengembangan iklim usaha yang mendukung. Struktur dunia usaha ditata pula sehingga tercipta lapisan usaha kecil yang kukuh dan saling menyangga dengan lapisan menengah yang tangguh dan saling mendukung dengan usaha besar.

Kebijaksanaan yang mendukung perkembangan ekonomi rakyat dilakukan pula melalui peningkatan pemberian kemudahan di bidang perkreditan, investasi, perpajakan, asuransi, akses terhadap pasar dan informasi, serta dalam memperoleh pendidikan, pelatihan keterampilan, bimbingan manajemen, dan alih teknologi. Dengan demikian, ekonomi rakyat dapat berkembang secara mantap dan berperan makin besar dalam perekonomian nasional. Dalam rangka itu dikembangkan bidang kegiatan ekonomi yang diprioritaskan bagi usaha ekonomi rakyat, yaitu koperasi dan usaha kecil termasuk usaha informal dan tradisional, dan jika perlu ditetapkan wilayah usaha yang menyangkut perekonomian rakyat, terutama yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi dan usaha kecil untuk tidak dimasuki oleh usaha lainnya. Kebijaksanaan pemberian prioritas, dapat pula diberikan kepada usaha ekonomi rakyat untuk turut berperan secara efektif dalam pengadaan barang dan jasa yang dibiayai Pemerintah, disertai upaya penyediaan tempat usaha yang terjamin khususnya bagi koperasi dan usaha kecil, dan peningkatan peran serta masyarakat antara lain melalui koperasi dalam pemilikan saham perusahaan besar melalui koperasi.

Khusus untuk pembangunan koperasi di Daerah Istimewa Aceh, pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan akses dan pangsa pasar; perluasan akses terhadap sumber permodalan, pengukuhan struktur permodalan, dan peningkatan kemampuan

38

Page 39:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

memanfaatkan modal; peningkatan kemampuan organisasi dan manajemen koperasi; peningkatan akses terhadap teknologi dan peningkatan kemampuan memanfaatkannya; serta pengembangan kemitraan usaha. Upaya tersebut juga dilaksanakan di daerah ter-tinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok tertinggal, seperti nelayan pada umumnya, petani kecil, dan mereka yang berada di kantung-kantung kemiskinan.

Pembangunan perdagangan di Daerah Istimewa Aceh diarah-kan untuk menunjang peningkatan produksi dan memperlancar distribusi barang dan jasa sehingga mampu mendukung upaya pemerataan dan pengembangan usaha, dan peningkatan ekspor nonmigas dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi nasional, regional, dan global. Dalam kaitan ini, pengembangan kawasan pertumbuhan IMT-GT dimanfaatkan untuk meningkatkan pereko-nomian daerah dengan mendorong kerja sama antara pengusaha di daerah dan pengusaha di negara tetangga.

d. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia di Daerah Istimewa Aceh diarahkan untuk mewujudkan manusia berakhlak, beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menanam-kan sejak dini nilai-nilai agama dan moral, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun pen -didikan luar sekolah, serta pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Demikian pula, pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan, melalui peningkatan kualitas pendidikan umum, pendidikan keju-ruan, maupun pendidikan agama, serta pelayanan kesehatan dan sosial kepada masyarakat melalui peningkatan ketersediaan dan sebaran prasarana dan sarana dasar secara makin berkualitas dan merata.

Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk mening-katkan kreat ivi tas , produktivi tas , ni la i tambah, daya saing,

39

Page 40:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

kewiraswastaan, dan kualitas tenaga kerja, antara lain melalui kegiatan pembimbingan, pendidikan, dan pelatihan yang tepat dan efektif, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek serta pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan produktivitas tenaga kerja di propinsi ini diarahkan pada bidang industri yang memanfaatkan sumber daya alam, yakni pertambangan, kehu-tanan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata.

e. Kependudukan

Kebijaksanaan di bidang kependudukan di Daerah Istimewa Aceh diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di daerah yang mempunyai kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta mengarahkan persebaran penduduk yang lebih merata terutama ke daerah jarang penduduk, dengan memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan hidup.

Pertumbuhan penduduk dikendalikan, antara lain dengan upaya peningkatan keluarga berencana mandiri. Bersamaan dengan itu, upaya peningkatan kualitas penduduk dilakukan dengan me-ningkatkan keluarga sejahtera, termasuk ibu dan anak, remaja, serta penduduk lanjut usia. Peranan wanita yang telah meningkat dalam pembangunan di Daerah Istimewa Aceh diupayakan untuk dilanjutkan dan ditingkatkan pembinaannya.

Pengarahan persebaran penduduk dalam rangka mengenda-likan perambah hutan dilaksanakan, antara lain melalui transmi-grasi lokal. Sebagai daerah penerima transmigran, upaya memerata-kan persebaran penduduk dan tenaga kerja ke berbagai kawasan andalan di Daerah Istimewa Aceh diupayakan, antara lain melalui transmigrasi umum, transmigrasi swakarsa berbantuan dan transmi-grasi swakarsa mandiri.

40

Page 41:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

f. Peningkatan Pemerataan Pembangunan

Pemerataan pertumbuhan antarsektor ekonomi di Daerah Istimewa Aceh diupayakan dengan menyerasikan secara bertahap peranan dan sumbangan setiap sektor ekonomi, dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan produktivitas ekonomi daerah yang optimal, dengan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, memperlancar proses perpindahan tenaga kerja ke sektor yang lebih produktif, serta memadukan perencanaan dan pelaksa-naan program antar sektor dan program regional, sehingga kegiatan pembangunan dapat terwujud secara terpadu dan berdaya guna. Untuk itu, produktivitas khususnya di sektor yang relatif tertinggal ditingkatkan, antara lain dengan penerapan teknologi yang tepat serta pendekatan baru dalam produksi dan pemasaran hasil. Untuk meningkatkan nilai tukar komoditas pertanian dan hasil sektor lainnya di perdesaan, ditingkatkan keterkaitan antar sektor, ter-utama antara sektor pertanian dengan industri dan jasa.

Pemerataan pembangunan antar daerah di Daerah Istimewa Aceh diupayakan dengan lebih menyerasikan pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan, baik dalam tingkat kemajuan antar-daerah, maupun antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan desa dan masyarakat perdesaan ditingkatkan melalui koordinasi dan keterpaduan yang makin serasi dalam pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat. Di perkotaan, penataan penggunaan tanah ditingkatkan dengan lebih memperhatikan hak-hak rakyat atas tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas maksimum pemilikan tanah, serta pencegahan penelantaran tanah, termasuk upaya mencegah pemusatan penguasaan tanah yang merugikan kepentingan rakyat.

Dalam rangka pemerataan pembangunan antar daerah di Daerah Istimewa Aceh ditempuh pula berbagai upaya, antara lain,

41

Page 42:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah yang dikembangkan berdasarkan pendekatan wilayah atau kelompok wilayah dalam satu propinsi dengan menciptakan keterkaitan fung-sional antar daerah, antar wilayah, antar desa, antar kota, dan antara desa dan kota. Selanjutnya, penyerasian pertumbuhan antar daerah diupayakan pula dengan meningkatkan pelayanan kepada masyara-kat untuk mendorong kegiatan ekonomi daerah dengan memberi- kan berbagai bentuk kemudahan dalam rangka menciptakan iklim usaha yang makin baik.

Untuk mengatasi kesenjangan antar golongan ekonomi dilakukan penataan kembali peraturan daerah yang mengatur kehidupan ekonomi rakyat banyak seperti kepemilikan hak atas tanah, perizinan usaha dan bangunan, perlindungan hukum dan mekanisme pasar di daerah, serta pemberian fasilitas dan kemudahan berusaha bagi pengusaha kecil, termasuk untuk ikut dalam melaksanakan proyek-proyek Pemerintah di daerah, sehingga masyarakat golongan ekonomi yang lemah mendapat kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan peranannya dalam pembangunan dan dengan demikian meningkatkan kesejahteraannya.

g. Penanggulangan Kemiskinan

Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di Daerah Istimewa Aceh, Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan salah satu kebijaksanaan untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan masyarakat miskin untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. IDT diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat miskin di desa atau kelurahan tertinggal, dengan menerapkan prinsip-prinsip gotong royong, keswadayaan, dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi dan pemasaran, terutama yang sumber dayanya tersedia di lingkungan masyarakat setempat. Guna mempercepat upaya itu, ditingkatkan

42

Page 43:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

pembangunan prasarana dan sarana perdesaan, serta disediakan dana sebagai modal kerja bagi penduduk miskin untuk membangun dan mengembangkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam kerangka itu, program IDT diupayakan pula untuk memantapkan segi-segi kelembagaan sosial ekonomi masyarakat perdesaan termasuk koperasi sehingga upaya meningkatkan taraf hidup dapat ber -langsung secara berkelanjutan. Kebijaksanaan ini dilaksanakan khususnya di 2.275 desa tertinggal menurut pedoman yang telah ditetapkan secara nasional.

h. Pengembangan Prasarana dan Sarana Ekonomi

Pengembangan prasarana dan sarana ekonomi di Daerah Istimewa Aceh diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan, efisiensi pemanfaatan, kualitas pelayanan, keterjangkauan pela -yanan, dan efektivitas operasi dan pemeliharaan berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut. Dalam Repelita VI sistem transporta -si dikembangkan secara lebih luas dan terpadu terutama dengan mengembangkan sistem transportasi antarmoda yang efisien, yang dapat menjangkau pula daerah terisolasi dan terbelakang.

Untuk mendukung kegiatan ekonomi yang meningkat, upaya pembangunan prasarana dan sarana ekonomi lainnya, seperti tenaga listrik dan pelayanan jasa telekomunikasi, serta prasarana pengairan, akan dilanjutkan dan ditingkatkan.

Untuk mempercepat pembangunan berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut, didorong dan ditingkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha.

i. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

Pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya alam diting-katkan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan dilaksanakan

43

Page 44:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka itu, ditingkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan melakukan pengendalian pencemar-an dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Upaya pelestarian fungsi hutan dan lingkungan pesisir; rehabilitasi hutan dan tanah kritis; konservasi sungai, danau, dan hutan lindung; pelestarian flora dan fauna langka; serta pengembangan fungsi daerah aliran sungai (DAS) ditingkatkan.

J. Pengembangan Kawasan Andalan

Kawasan andalan dikembangkan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan rencana tata ruang daerah, keterkaitan kota dengan daerah penyangganya, pertumbuhan penduduk, pengelolaan dan pembangunan lingkungan permukiman, lingkungan usaha, dan lingkungan kerja.

Di samping kawasan andalan tersebut, bagi daerah perkotaan yang mengalami pertumbuhan pesat, ditingkatkan penyediaan dan perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan, termasuk peningkatan pengelolaannya.

V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam upaya mencapai sasaran dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan tersebut di atas, pembangunan Daerah Istimewa Aceh dalam Repelita VI, dilaksanakan melalui beberapa program yang meliputi program peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah; peningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah; peningkatan prasarana dan sarana daerah; pengembangan usaha nasional; peningkatan produktivitas dan kualitas tenaga kerja; penataan ruang daerah; pengembangan kawasan andalan dan sektor unggulan; peningkatan kualitas lingkungan hidup;

44

Page 45:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

peningkatan kesejahteraan masyarakat; peningkatan peran serta masyarakat; percepatan penanggulangan kemiskinan; dan pengelo-laan pembangunan perkotaan; dengan didukung berbagai program penunjang.

1. Program Pokok

a. Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan kemampuan, disiplin, dan wawasan aparatur pemerintah daerah serta mendayagunakan fungsi dan struktur kelembagaan pemerintah daerah terutama aparatur pemerintah daerah tingkat II termasuk kecamatan dan desa;

2) meningkatkan kualitas manajemen pemerintah daerah yang meliputi sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian termasuk memantapkan fungsi koordinasi, baik antar instansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga pemerintah pusat dan daerah;

3) menyempurnakan dan melengkapi perangkat peraturan per-undang-undangan daerah;

4) mengembangkan sistem informasi manajemen pembangunan daerah;

5) meninjau kembali status dan batas daerah otonom dan wilayah administratif daerah tertentu.

45

Page 46:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

b. Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan PAD dengan mengintensifkan sumber pen-dapatan yang ada baik pajak, retribusi, maupun laba per -usahaan daerah, serta menggali sumber pendapatan yang baru;

2) meningkatkan efisiensi dan pengelolaan bantuan termasuk Inpres serta pinjaman, antara lain melalui pemanfaatan rekening pembangunan daerah;

3) meningkatkan keikutsertaan dunia usaha dalam pembangunan daerah;

4) memantapkan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan penggunaan keuangan daerah;

5) meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMD.

c. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan udara, yang meliputi kegiatan:

a) rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jalan yang antara lain meliputi lintas timur Sumatera antara Banda Aceh-Sigli-Lhokseumawe-Langsa-Batas Sumatera Utara, dan lintas barat Sumatera antara Banda Aceh-Meulaboh-Tapaktuan-Batas Sumatera Utara, disamping itu dilakukan pula rehabilitasi dan pemeliharaan jalan antara lain ruas Langsa-batas Sumatera Utara, Meulaboh-Tutut, Meula -boh-Kuala Tuha, Laweunan-Kotacane-batas Sumatera

46

Page 47:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

Utara, batas Aceh Barat-Blang Pidie-Tapak Tuan-Bako-ngan-batas Sumatera Utara, Bireun-Takengon, dan Banda Aceh-Krueng Raya; peningkatan jalan ruas, Blang Pidie-Trangon, Uwak- Blangkejeren, Tutut-Geumpang, Lokop-Blangkejeren; pembangunan jalan antara lain ruas Gen-ting Gerbang-Pameu, Lingkar Pulau Banyak, Krueng Raya-Laweung-Gronggong, Elak-Lhokseumawe, Pondok Baru-Samar-kilang, Trans-Cot Girek, Trans-Batu Lintang;

b) pengembangan transportasi darat meliputi kegiatan pengadaan dan pemasangan rambu jalan sebanyak 2.000 buah, pengadaan dan pemasangan pagar pengaman jalan sepanjang 1.500 meter, pembuatan marka jalan sepanjang 125 kilometer, pengadaan dan pemasangan alat pengujian kendaraan bermotor (PKB) berjalan sebanyak 3 unit, pengadaan dan pemasangan lampu lalu lintas sebanyak 5 unit, pembangunan terminal penumpang/barang di 2 lokasi; pengadaan bus kota/perintis sebanyak 25 buah; pembangunan dermaga/terminal penyeberangan di 1 lokasi, pembangunan dermaga/ terminal sungai/danau di 2 lokasi, dan rehabilitasi dermaga/terminal penyebe-rangan di 2 lokasi; serta pengkajian lanjutan pengem-bangan kereta api disesuaikan dengan hasil studi Sistem Transportasi Nasional;

c) pengembangan transportasi laut meliputi kegiatan pembangunan pelabuhan laut di Lhokseumawe dan Kuala Langsa dan pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran di perairan Daerah Istimewa Aceh; dan

d) pengembangan transportasi udara meliputi kegiatan peningkatan fasilitas bandar udara di Lhokseumawe; peningkatan bandar udara di Banda Aceh sebagai subpusat penyebaran; dan peningkatan fasilitas keselamatan pener-bangan di Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh, dan Sinabang.

47

Page 48:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

2) meningkatkan penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan:

a) peningkatan sarana distribusi PLN berupa pembangunan jaringan transmisi sepanjang 415 kilometersirkit, 9 unit gardu induk dengan kapasitas 220 megavoltampere, jaringan tegangan menengah sepanjang 2.866 kilometer-sirkit, dan jaringan tegangan rendah sepanjang 4.311 kilometersirkit, serta pembangunan 5.218 gardu distribusi dengan kapasitas 522 megavoltampere sehingga dapat melayani 139.000 pelanggan baru;

b) pembangunan pusat listrik tenaga mikrohidro (PLTM) tersebar dengan kapasitas 3,6 megawatt, pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik yang bersumber pada tenaga diesel dengan kapasitas 13,1 megawatt, serta persiapan pembangunan pusat listrik tenaga air (PLTA) Peusangan I dan II sebesar 86 megawatt dan studi kelayak-an PLTA Tampur sebesar 428 megawatt; dan

c) penyediaan tenaga listrik perdesaan dengan tambahan pelayanan listrik bagi 1.677 desa.

3) meningkatkan penyediaan energi yang meliputi kegiatan pembangunan terminal transit bahan bakar minyak (BBM) di Bakongan yang dimaksudkan untuk memasok kebutuhan BBM di Daerah Istimewa Aceh dan memperlancar pembekalan dalam negeri; mengembangkan lapangan gas Asamera, serta meningkatkan kemampuan produksi lapangan gas Arun;

4) meningkatkan jaringan telekomunikasi, yang antara lain, meliputi kegiatan penambahan telepon sebanyak 30.300 satuan sambungan termasuk sarana penunjangnya, perluasan kapa-sitas telepon umum, pembangunan warung telekomunikasi (wartel) secara tersebar, serta pengadaan perangkat radio komunikasi sebanyak 1 unit;

48

Page 49:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

5) meningkatkan pelayanan jasa pos dan giro yang antara lain meliputi pengadaan dan peningkatan fasilitas fisik pelayanan di kecamatan, perdesaan, daerah transmigrasi dan daerah terpen-cil, yang antara lain meliputi pembangunan kantor pos pem -bantu sebanyak 20 unit, kantor pos tambahan sebanyak 6 unit, pos keliling kota/angkutan sebanyak 5 unit, pos keliling desa/antaran sebanyak 50 unit, dan berbagai sarana penunjang;

6) memantapkan prasarana pengairan dan meningkatkan pendayagunaan sumber daya air, meliputi kegiatan penyu-sunan rencana induk wilayah sungai di Meureudu Ureun, Pase-Peusangan, Jambo Aye, Krueng Aceh; pembangunan saluran pembawa air baku sepanjang sekitar 35 kilometer antara lain untuk kawasan industri Lhokseumawe; perbaikan dan pengendalian sungai sepanjang sekitar 34 kilometer antara lain Krueng Aceh, Krueng Baro, Krueng Keureuto, Krueng Tamiang, Krueng Teunom, Krueng Seunagan; pemeliharaan jaringan irigasi tersebar seluas sekitar 255.000 hektare, per -baikan jaringan irigasi seluas sekitar 41.000 hektare antara lain di Krueng Jrue, Trienggading, Pandrah, Alue Ubay, Krueng Tuan, Seunagan, Samalanga, serta pembangunan jaringan irigasi seluas sekitar 38.000 hektare, antara lain di Krueng Aceh, Paya Nie, Singkil, Krueng Alue, Jantho; serta pengembangan daerah rawa seluas sekitar 7.500 hektare antara lain di Keutengga dan Simpang Ulin;

7) meningkatkan sarana komunikasi dan penerangan yang meliputi kegiatan pembangunan pemancar stasiun radio di Lhokseumawe dan Banda Aceh; dan pembangunan stasiun pemancar televisi di Geumpang, Seumeuleut, Trienggading;

8) meningkatkan prasarana pelayanan hukum yang meliputi kegiatan pembangunan lembaga pemasyarakatan di Banda Aceh, Kutacane, ser ta pembangunan pengadilan neger i

49

Page 50:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

Lhokseumawe, dan pengadilan tata usaha negara (PTUN) di Banda Aceh;

9) meningkatkan sarana olahraga yang dapat menyebar sampai ke daerah tingkat II dan kecamatan, serta mengembangkan perpustakaan daerah, terutama di daerah tingkat II, dengan memanfaatkan sumber daya daerah dan peran serta masyara-kat; dan

10) meningkatkan kemampuan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang menjadi tanggung jawab pemerin-tah daerah.

d. Program Pengembangan Usaha Nasional

Program ini meliputi upaya:

1) mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain berupa penanaman modal swasta, termasuk PMDN dan PMA, dengan memanfaatkan keunggulan komparatif daerah;

2) meningkatkan dan mengarahkan investasi, baik PMDN maupun PMA pada berbagai wilayah, sektor, dan golongan ekonomi termasuk investasi dalam agroindustri dan agrobisnis di perdesaan; serta berbagai sektor jasa pendukung;

3) menyederhanakan mekanisme dan prosedur perizinan kegiatan dunia usaha di daerah, meningkatkan penerapan etika usaha yang baik untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis yang menjamin kepastian dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing dunia usaha di daerah;

4) meningkatkan pengembangan usaha menengah dan kecil, termasuk usaha informal dan tradisional, melalui hubungan kemitraan usaha; meningkatkan akses pasar dan pangsa pasar;

50

Page 51:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

dan meningkatkan bantuan permodalan dengan memanfaatkan dana lembaga perbankan, seperti kredit usaha kecil (KUK), kredit umum perdesaan (Kupedes), serta dana lembaga keuangan nonbank, seperti modal ventura;

5) meningkatkan pembimbingan, pendidikan, pelatihan dan magang dalam rangka peningkatan kemampuan teknologi dan manajemen, serta pengembangan usaha baru yang bersifat terobosan;

6) meningkatkan efis iensi dan efektivitas pemupukan dan pendayagunaan dana masyarakat, antara lain dengan men-dorong pengembangan bank perkreditan rakyat (BPR), kope-rasi bank perkreditan rakyat (KBPR), bank perkreditan rakyat syariat (BPRS), dan lembaga modal ventura;

7) meningkatkan pengembangan koperasi melalui pemantapan kelembagaan koperasi, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan koperasi, pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan koperasi, peningkatan dan perluasan usaha koperasi, kerja sama antar koperasi dan kemitraan usaha, pembangunan koperasi di daerah tertinggal, serta pengembangan informasi perkoperasian;

8) mengembangkansistem informasi usaha terutama untuk usaha menengah dan kecil, tentang potensi pembangunan daerah, melalui penyediaan data dan informasi yang mencakup tenaga kerja, prasarana dan sarana, sumber daya alam, kelembagaan, permodalan, kemitraan, penanaman modal, dan potensi pasar; serta meningkatkan kegiatan promosi tentang potensi daerah;

9) meningkatkan kegiatan perdagangan antara lain berupa penyelenggaraan pelayanan informasi perdagangan; peningkatan pemasaran komoditas hasil pertanian termasuk pengembangan pasar desa dan pasar lelang; pembinaan pedagang, pengusaha, dan eksportir menengah dan kecil;

51

Page 52:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

peningkatan perdagangan perintis; peningkatan dan pengawasan mutu komoditas ekspor; penyusunan identifikasi potensi pasar komoditas ekspor; serta pengembangan dan peningkatan ekspor nonmigas, termasuk produk agroindustri.

e. Program Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Tenaga Kerja

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan efisiensi dan produktivitas masyarakat di daerah melalui pemasyarakatan produktivitas yang didukung dengan penyebarluasan informasi, penyuluhan, pembinaan melalui media massa, dunia pendidikan, forum masyarakat produk-tivitas Indonesia, dan organisasi masyarakat lainnya; penetap-an standar mutu produktivitas di perusahaan-perusahaan melalui analisis, penelitian, pengembangan dan pengukuran produktivitas, serta pengembangan unit-unit produktivitas;

2) meningkatkan keterampilan dan keahlian serta profesionalisme tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan melalui pelatihan institusional,noninstitusional (mobile training unit) dan pemagangan untuk membentuk tenaga kerja mandiri dan profesional melalui pendayagunaan tenaga kerja terdidik, yang pelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha;

3) meningkatkan hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha, antara lain melalui pembinaan fungsi lembaga ketenagakerjaan dan pendidikan; penyuluhan ketenaga-kerjaan bagi kader-kader serikat pekerja dan organisasi pengusaha; dan pelaksanaan uji coba sistem deteksi dini;

4) meningkatkan perlindungan tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja wanita di sektor formal maupun sektor informal dan perlindungan anak yang terpaksa bekerja.

52

Page 53:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

f. Program Penataan Ruang Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) menyempurnakan dan menjabarkan rencana tata ruang wilayah propinsi daerah tingkat I dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kotamadya daerah tingkat II, terutama tata ruang kawasan andalan, ke dalam rencana rinci dan program pembangunan daerah;

2) menyiapkan penatagunaan tanah bagi kawasan yang mempu-nyai potensi pertumbuhan cepat, seperti di daerah perkotaan, kawasan industri di Banda Aceh, Lhokseumawe dan sekitarnya, serta daerah wisata.

g. Program Pengembangan Kawasan Andalan dan Sektor Unggulan

Program ini meliputi upaya:

1) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri yang menitik beratkan pada kegiatan pengembangan industri yang berdaya saing kuat, memperluas kesempatan kerja, dan men-dorong pertumbuhan ekonomi daerah; pengembangan industri di Daerah Istimewa Aceh bertumpu baik pada pengembangan industri padat sumber daya alam dengan memanfaatkan teknologi yang maju, dan industri padat karya yang makin padat keterampilan, yang meliputi kegiatan:

a) pengembangan industri kecil dan menengah, termasuk industri kerajinan dan rumah tangga, dilaksanakan melalui (1) pola kemitraan usaha antara industri kecil, menengah dan besar; (2) penumbuhan dan pengembangan wirausaha industri kecil; (3) penumbuhan dan pengembangan Indus- tri perdesaan termasuk desa tertinggal; (4) pengem- bangan industri kecil melalui pembinaan 210 sentra indus-tri kecil; dan

53

Page 54:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

b) pendalaman dan penguatan struktur industri melalui pengembangan agroindustri, industri pengolahan hasil tambang, termasuk petrokimia, dan industri yang ber-orientasi ekspor melalui pengembangan dan pemanfaatan keunggulan komparatif daerah;

c) peningkatan promosi investasi industri dan mendorong berkembangnya keterkaitan antar industri dan aglomerasi industri di beberapa kawasan andalan, khususnya di zona industri Aceh Besar dan Lhokseumawe.

2) meningkatkan produktivitas dan produksi sektor unggulan pertanian, melalui pengembangan pertanian terpadu, yang mencakup pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, dan perkebunan, yang diarahkan di kawasan andalan, antara lain di kawasan Subulussalam-Singkil, Kota Lokap dan Pulau Banyak yang meliputi kegiatan-kegiatan:

a) peningkatan mutu dan luas areal intensifikasi usaha pertanian rakyat antara lain tanaman padi, kedelai, sayuran;

b) pengembangan usaha pertanian hortikultura;

c) perluasan areal tanaman kelapa sawit, buah-buahan, perikanan tambak;

d) pengembangan kemampuan perikanan rakyat untuk perluasan usaha penangkapan di perairan lepas pantai;

e) peningkatan investasi dunia usaha di bidang agroindustri, antara lain usaha pengolahan buah-buahan dan ikan; dan

f) peningkatan kualitas petani, termasuk nelayan melalui peningkatan penyuluhan.

54

Page 55:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

3) meningkatkan produktivitas dan produksi hasil hutan antara lain melalui pemantapan lokasi kawasan hutan, penatagunaan hutan konversi secara terpadu, pembangunan hutan tanaman baru, hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan serta pengusa-haan hutan rakyat dalam mengolah hasil hutan;

4) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pariwisata, terutama pengembangan objek dan daya tarik wisata alam, agrowisata, peninggalan sejarah dan budaya; antara lain pengembangan Taman Nasional Gunung Leuser dan Danau Laut Tawar; pengembangan obyek dan daya tarik wisata minat khusus yaitu penelusuran di Sungai Alas dan Krueng Tripa, wisata buru di Lingga Isak, wisata memancing di laut bagian barat Aceh, wisata gunung di Gunung Leuser; serta membangun kawasan wisata baru dalam kaitan dengan pengembangan kawasan segi tiga utara;

5) mengembangkan secara terpadu sektor pertambangan dengan peningkatan produksi dan penganekaragaman hasil tambang, peningkatan peran serta masyarakat dalam usaha pertambangan skala kecil (PSK) melalui wadah koperasi, bimbingan usaha pertambangan golongan C, kegiatan pemetaan geologi dan geofisika, penyelidikan bahan galian, dan eksplorasi sumber daya mineral dan sumber daya air tanah, mitigasi bencana alam geologis, dan eksplorasi air tanah.

h. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Program ini meliputi upaya:

1) menyelamatkan hutan, tanah, dan air yang meliputi kegiatan:

a) pengembangan dan pembangunan Taman Nasional Gunung Leuser;

55

Page 56:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

b) penanggulangan kebakaran hutan; dan

c) perbaikan, pemeliharaan, pengamanan, dan pengem-bangan wilayah sungai untuk DAS Krueng Aceh.

2) membina dan mengelola lingkungan hidup, meliputi kegiatan:

a) pengembangan kelembagaan lingkungan hidup, khususnya yang berada di daerah pantai; dan

b) pembinaan dan pengembangan laboratorium yang sudah ada untuk dibina menjadi laboratorium lingkungan yang andal.

3) mengendalikan pencemaran lingkungan hidup, meliputi kegiatan:

a) peningkatan mutu dan fungsi sungai Krueng Aceh, sungai Sigli, dan sungai Berau;

b) pembangunan pusat pengolah limbah industri besar yang mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) di Lhok-seumawe; dan

c) pengendalian pencemaran akibat kegiatan industri dan pertambangan.

4) membina daerah pantai, meliputi kegiatan rehabilitasi pantai yang rusak melalui penanaman hutan bakau rakyat seluas 109.000 hektare;

5) merehabilitasi lahan kritis, meliputi kegiatan rehabilitasi di areal pertanian tanah kering, serta hutan lindung suaka alam dan kawasan lindung lainnya di DAS Krueng Aceh dengan mengikut sertakan masyarakat dan dunia usaha.

56

Page 57:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

i. Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan terutama dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang kegiatannya antara lain meliputi penyediaan prasarana dan sarana pendidikan serta tenaga kependidikan sesuai dengan keperluan; penyelenggaraan kelompok belajar Paket A, Paket B, magang dan kelompok belajar usaha; perluasaan atau peningkatan sekolah menengah kejuruaan dalam berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan tuntutan pembangunan daerah; dan pengembangan perguruan tinggi negeri maupun swasta sehingga lebih terkait dengan kebutuhan daerah. Selain itu akan dikembangkan pula politeknik keteknikan (engineering);

2) meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan kesehatan termasuk perbaikan gizi serta menambah dan menyebarkan tenaga medis spesialis dan paramedis termasuk bidan desa, yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi, pemberian vitamin A kepada anak balita di desa tertinggal, dan peningkatan status gizi anak sekolah melalui pemberian makanan tambahan bagi murid SD dari keluarga miskin terutama di desa tertinggal; serta pembangunan rumah sakit di Lhokseumawe dan Tapaktuan, pembangunan 10 unit puskesmas, pembangunan 144 unit puskesmas pembantu, pengadaan 150 unit puskesmas keliling, dan penyelenggaraan pendidikan bidan program A dan C;

3) meningkatkan penyediaan dan memperluas jangkauan pelayanan prasarana air bersih serta meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan permukiman yang kegiatannya meliputi pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa

57

Page 58:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

sebanyak 70 desa, penyediaan dan pengelolaan air bersih perdesaan untuk 845 desa, serta pengelolaan air limbah perdesaan untuk 683 desa;

4) meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial termasuk di kalangan masyarakat terasing, fakir miskin, lanjut usia, dan anak terlantar, disamping pembimbingan dan pembinaan keluarga sejahtera, yang antara lain meliputi kegiatan:

a) pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin sebanyak 7.000 kepala keluarga;

b) pelayanan dan rehabil i tas i sosial penyandang cacat sebanyak 9.080 orang;

c) pelayanan dan rehabilitasi sosial tunasosial sebanyak 700 orang;

d) pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing sebanyak 2.400 kepala keluarga;

e) rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan panti wredha milik pemerintah dan masyarakat sebanyak 2 panti, rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan panti asuhan milik pemerintah dan masyarakat sebanyak 8 panti;

pembangunan dan rehabilitasi lokabina karya sebanyak 5 gedung;

pengadaan unit rehabilitasi sosial keliling (URSK) dan kelengkapannya sebanyak 2 unit; dan

h) pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah bidang kesejahteraan sosial.

f)

g)

58

Page 59:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

5) mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui kegiatan keluarga berencana yang didukung oleh sektor terkait antara lain kesehatan, pendidikan, dan agama, serta mengarahkan persebaran penduduk, antara lain melalui program transmigrasi yang meliputi kegiatan:

a) penyiapan lahan permukiman transmigrasi beserta prasarana dan sarana pendukungnya;

b) penempatan transmigran dengan sasaran keseluruhan sebanyak 8.350 kepala keluarga, termasuk alokasi penempatan penduduk daerah transmigrasi (APPDT) sebanyak 3.350 kepala keluarga, yang dilaksanakan melalui (1) transmigrasi umum dengan pola pertanian lahan kering 4.600 kepala keluarga, dan (2) transmigrasi swakarsa berbantuan yang sasarannya berjumlah 3.750 kepala keluarga, yang terdiri atas: (a) pola perkebunan Non PIR 200 kepala keluarga, (b) pola perikanan tambak 300 kepala keluarga, (c) pola hutan tanaman industri -transmigrasi 1.050 kepala keluarga, (d) pola industri 200 kepala keluarga, dan (e) transmigrasi pembangunan desa potensial sebanyak 2.000 kepala keluarga; selain itu, transmigrasi swakarsa mandiri sekitar 13.000 kepala keluarga;

c) pembinaan usaha ekonomi dan sosial budaya transmigran yang sudah ada di permukiman transmigrasi.

6) meningkatkan dan mengembangkan nilai budaya dan seni budaya Daerah Istimewa Aceh untuk memperkaya dan melestarikan khazanah budaya setempat, serta memelihara peninggalan sejarah yang kegiatannya antara lain meliputi pemugaran Masjid Indrapuri, dan pemugaran rumah pahlawan Teuku Cik Ditiro;

59

Page 60:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

7) meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan serta pengamalan ajaran agama untuk memantapkan keimanan dan ketaqwaan umat beragama, yang kegiatannya antara lain meliputi bimbingan dan peningkatan kerukunan hidup umat beragama; penyediaan bantuan untuk pembangunan prasarana dan sarana kehidupan beragama dengan mendorong peran serta masyarakat; penyediaan prasarana dan sarana pendidikan dasar dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; pembinaan pendidikan agama tingkat menengah dan tingkat tinggi, baik negeri dan swasta; serta pembinaan kelembagaan seperti pondok pesantren dan tenaga penyuluh keagamaan. Secara khusus akan dilakukan rehabilitasi dan penyediaan fasilitas pendidikan untuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar Raniry Banda Aceh.

j. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Program ini meliputi upaya:

1) membantu masyarakat untuk mampu memecahkan masalah bersama melalui pembentukan kelompok swadaya di daerah perdesaan terutama di desa tertinggal;

2) meningkatkan peranan wanita dalam mendukung upaya membangun keluarga sejahtera serta mengembangkan usaha yang dapat menambah penghasilan keluarga, antara lain melalui pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK);

3) meningkatkan pembinaan generasi muda melalui karang taruna, pramuka dan organisasi kepemudaan, yang kegiatan-nya antara lain meliputi pembinaan terhadap 1.870 karang taruna;

4) membina dan meningkatkan kemampuan dan kualitas lembaga masyarakat atau organisasi non pemerintah, yang kegiatannya antara lain meliputi pembinaan terhadap 73 organisasi sosial,

60

Page 61:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

dan pembinaan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat sebanyak 3.720 orang;

5) meningkatkan pembinaan kesadaran masyarakat dalam ber -bangsa dan bernegara melalui penataran Pedoman Peng -hayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), pendidikan pendahuluan bela negara, pelatihan dan pengorganisasian perlindungan masyarakat (linmas) dalam kegiatan penanggulangan bencana serta pembinaan masyarakat terhadap ketertiban dan keamanan lingkungan.

k. Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan ketersediaan dan persebaran jumlah serta kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar sosial dan ekonomi terutama di 2.275 desa ter t inggal , antara lain meliputi pemugaran rumah dan permukiman di 2.119 desa sebanyak 32.850 unit rumah;

2) meningkatkan kemampuan dan kesempatan berusaha masya- rakat khususnya kelompok masyarakat miskin dengan me-ngembangkan kegiatan ekonomi produktif yang dikelola melalui perkoperasian dan badan kredit perdesaan, termasuk kegiatan pengelolaan hak pengusahaan hutan (HPH) Bina Desa Hutan;

3) mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas program khusus, seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) serta program sektoral dan regional lainnya yang ditujukan untuk menanggulangi masalah kemiskinan.

61

Page 62:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

1. Program Pengelolaan Pembangunan Perkotaan

Program ini meliputi upaya:

1) membangun prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu, yang kegiatannya antara lain meliputi pembangunan peru-mahan dan permukiman daerah perkotaan dengan membangun rumah sederhana sebanyak 10.000 unit, perbaikan dan pere-majaan kawasan perumahan dan permukiman kumuh seluas 50 hektare, dan perbaikan lingkungan permukiman kota/nela-yan seluas 1.321 hektare di 4 kota; pengelolaan air limbah untuk 12 kota sedang/kecil; pengelolaan persampahan untuk 1 kota besar dan 4 kota sedang/kecil; penanganan drainase untuk 1 kota besar dan 10 kota sedang/kecil; penyediaan dan penge-lolaan air bersih perkotaan dengan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 1.400 liter per detik; serta penataan kota dan penataan bangunan;

2) meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan per-kotaan, yang kegiatannya antara lain meliputi pemantapan fungsi kota; pengembangan ekonomi perkotaan termasuk pembinaan sektor informal dan pengusaha kecil; peningkatan peran serta sosial masyarakat kota; pemantapan keuangan perkotaan; pemantapan kelembagaan pemerintahan kota; penyusunan dan pengendalian pemanfaatan rencana tata ruang kota dengan penyiapan program jangka menengah (PJM) perkotaan untuk 5 kota; penyusunan rencana PJM untuk 2 kawasan andalan; dan penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan untuk 4 kawasan; serta peningkatan pengelolaan administrasi dan tertib hukum pertanahan di daerah perkotaan;

3) mendukung dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di daerah perkotaan, yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan konservasi kawasan budaya dan bernilai sejarah, serta pemantapan luasan ruang terbuka hijau.

62

Page 63:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

2. Program Penunjang

Program penunjang meliputi seluruh program sektoral dan re-gional yang dilaksanakan dan berlokasi di Daerah Istimewa Aceh.

63

Page 64:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 65:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 66:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 67:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat

65

Page 68:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat
Page 69:  · Web viewRENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM 1994/95 - 1998/99 DAFTAR ISI BUKU V BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I Daerah Istimewa Aceh 17 Sumatera Utara 69 Sumatera Barat