library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewDikatakan...
Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewDikatakan...
BAB 2
Landasan Teori
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Secara Etimologis, Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Perancis
kuno, yaitu menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini
memang belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal sehingga
pengertiaanya untuk masing-masing para ahli masih memiliki banyak perbedaan.
Manajemen mempunyai arti yang sangat luas, dapat berarti proses, seni, ataupun
ilmu. Dikatakan proses karena manajemen terdapat beberapa tahapan untuk
mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Dikatakan seni karena manajemen merupakan suatu cara atau alat untuk seorang
manajer dalam mencapai tujuan. Dimana penerapan dan penggunaannya tergantung
pada masing-masing manajer yang sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi dan
pembawaan manajer. Dikatakan ilmu karena manajemen dapat dipelajari dan dikaji
kebenarannya (Athoillah,2010).
Definisi manajemen menurut beberapa ahli diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Appley dan Oey Liang Lee(2010:16) manajemen adalah seni dan ilmu,
dalam manajemen terdapat strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran orang lain
untuk melaksanakan suatu aktifitas yang diarahkan pada pencapaiantujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya dengan
nilai-nilai estetika kepemimpinan dalam mengarahkan, memengaruhi,
mengawasi,mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang untuk
tercapainya tujuan yang dimaksudkan.
Menurut G.R. Terry (2010:16) menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu
proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Menurut Ricky W. Griffin(2014) menjelaskan bahwamanajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
13
14
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah Forecasting (meramalkan), Planning
Orga-nizing (perencanaan Pengorganisiran), Commanding (memerintahklan),
Coordinating (pengkoordinasian) dan Controlling (pengontrolan).
Secara umum manajemen juga dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu yang
mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya
bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi. Dalam hal ini
manajemen dibedakan menjadi 3 bentuk karakteristik, diantaranya adalah:
Sebuah proses atau seri dari aktivitas yang berkelanjutan dan berhubungan.
Melibatkan dan berkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan organisasi.
Mendapatkan hasil-hasil ini dengan berkerja sama dengan sejumlah orang
dan memanfaatkan sumber-sumber dimiliki si organisasi
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan melalui pemanfaatan
sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu (Athoillah,2010)
2.1.2. Proses Manajemen
Menurut Dyck & Neubert (2009:7) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia dan sumber
daya organisasi lainnya agar dapat secara efektif mencapai tujuan organisasi.
Terdapat 4 fungsi manajemen, yaitu:
Gambar 2.1 Manajemen Process
Sumber : Boundless.com (2015)
15
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan berarti mengidentifikasikan tujuan organisasi dan strategi dan
mengalokasikan sumber daya organisasi yang tepat yang diperlukan untuk
mencapainya.
2. Organizing ( Mengorganisasi)
Pengorganisasian berarti memastikan bahwa tugas-tugas telah ditetapkan dan
struktur hubungan organisasi diciptakan untuk memfasilitasi pertemuan dari
tujuan-tujuan organisasi.
3. Leading (Memimpin)
Memimpin berarti berhubungan dengan orang lain sehingga pekerjaan
mereka menghasilkan.
4. Controlling (Mengendalikan)
Mengendalikan adalah melibatkan kegiatan manajemen untuk memastikan
bahwa tindakan-tindakan anggota organisasi konsisten dengan nilai-nilai
organisasi dan standar.
2.1.3. Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen produksi merupakan satu dari fungsi manajemen (functional
Manajemen) dalam perusahaan. Selain pemasaran, keuangan, sumber daya manusia,
maka operasi adalah satu fungsi yang sangat penting dalam menjalankan suatu
perusahaan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen produksi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output.
Menurut Prasetya & Lukiastuti (2009:2) manajemen produksi adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah
input menjadi output.Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di
semua organisasi, baik perusahaan manufaktur maupun jasa.
Menurut Herjanto (2008:4) mengatakan bahwa manajemen produksi merupakan
bagian dari kegiatan organisasi yang melakukan proses transformasi dari masukan
(input) menjadi keluaran (output). Masukan berupa semua sumber data yang
diperlukan (misalnya material, modal, peralatan), sedangkan keluaran berupa barang
jadi, barang setengah jadi atau jasa.
16
Tidak berbeda jauh dengan Herjanto, Heizer & Render (2009:4) juga
mengungkapkan bahwa manajemen produksi adalah serangkaian aktivitas yang
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi
output. Kegiatan menciptakan barang dan jasa terjadi di semua organisasi.Di
perusahaan manufaktur, kegiatan produksi yang menciptakan barang biasanya cukup
jelas sedangkan dalam organisasi yang tidak menghasilkan produk secara fisik,
fungsi produksi nya mungkin tidak terlihat jelas.Aktivitas-aktivitas tersebut sering
kita sebut sebagai jasa.
Sedangkan menurut Stevenson (2009:4), manajemen produksi adalah pengelolaan
sistem atau proses yang menciptakan barang dan/atau memberikan jasa.
2.1.4. Manajemen operasional
Menurut Evans dan Coller (2007:5), manajemen operasional adalah ilmu dan seni
untuk memastikan bahwa barang dan jasa diciptakan dan berhasil dikirim ke
pelanggan.
Menurut Heizer dan Render (2009:4), manajemen operasi adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah
input menjadi output.Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di
semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, aktivitas produksi yang
menghasilkan barang yang dapat terlihat secara jelas.Dalam organisasi yang tidak
menghasilkan produk secara fisik, fungsi produksinya mungkin tidak terlihat secara
jelas.Kita sering menyebut aktivitasaktivitas ini sebagai jasa.Fungsi jasa ini mungkin
“tersembunyi” dari masyarakat, bahkan dari pelanggan. Produknya dapat berbentuk
layanan pengiriman dana dari rekening tabungan ke rekening giro, proses
transplantasi hati, pengisan kursi kosong di pesawat, atau proses pendidikan seorang
mahasiswa. Terlepas dari produk akhirnya berupa barang atau jasa, aktivitas
produksi yang berlangsung dalam organisasi biasanya disebut operasi atau
manajemen operasi.
untuk menghasilkan barang dan jasa, semua jenis organisasi menjalankan tiga fungsi.
Fungsi-fungsi ini merupakan hal penting, bukan hanya untuk proses produksi, tetapi
juga demi kelangsungan hidup sebuah organisasi.
17
Fungsi-fungsi ini adalah sebagai berikut.
Pemasaran yang menghasilkan permintaan, paling tidak, menerima
pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak
ada penjualan).
Produksi/operasi yang menghasilkan produk.
Keuangan/akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah
organisasi,membayar tagihan, dan mengumpulkan uang.
Ada tiga tujuan manajemen operasional yaitu
1. Acceptable Goods
Acceptable goods adalah bahwa barang yang di produksi itu harus sesuai
dengankebutuhan atau keinginan konsumen. Baik
jumlahnya ,warnanya ,bentuknya,kualitasnya, seleranya, mode;nya maupun
harganya.
2. On Time
On time adalah tepat waktu.Dalam memproduksi suatu barang itu harus tepat
waktu.Mulai dari kapan dikerjakan, kapan diselesaikan dan samapai kapan di
distribusikankepada konsumen.
3. Economically
Economically adalah barang yang diproduksi itu harus ekonomis. Ekonomis
disini dalamartian terkait mengenai harga (price) harus terjangkau oleh
konsumen
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional
adalah segala aktivitas yang menghasilkan nilai baik dalam bentuk barang maupun
jasa dengan melalui proses produksi secara efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
Heizer & Render (2009:5) menyebutkan bahwa manajemen operasi (MO) dipelajari
karena empat alasan:
1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan berhubungan
secara utuh dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi
memasarkan (menjual), membiayai (mencatat rugi laba), dan memproduksi
(mengoperasikan), maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana
aktivitas MO berjalan. Karena itu pula, kita mempelajari bagaimana orang-
orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan yang produktif.
18
2. Kita mempelajari MO karena kita ingin mengetahui bagaimana barang dan
jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang
menciptakan produk yang kita gunakan.
3. Kita mempelajari MO untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer
operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oleh manajer ini, kita
dapat membangun keahlian yang dibutuhkan untuk dapat menjadi seorang
manajer seperti itu. Hal ini akan membantu Anda untuk menjelajahi
kesempatan kerja yang banyak dan menggiurkan di bidang MO.
4. Kita mempelajari MO karena bagian ini merupakan bagian yang paling
banyak menghabiskan biaya dalam sebuah organisasi. Sebagian besar
pengeluaran perusahaan digunakan untuk fungsi MO. Walaupun demikian,
MO memberikan peluang untuk meningkatkan keuntungan dan pelayanan
terhadap masyarakat.
Dari definisi definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Manajemen Operasi dan Produksi merupakan serangkaian proses dalam menciptakan
barang dan jasa atau kegiatan mengubah bentuk dengan menciptakan atau menambah
manfaat suatu barang dan jasa yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
2.1.5. Keputusan Kritis dalam Manajemen Operasi
Menurut Heizer dan Render (2009:56-57), diferensi, biaya rendah dan respons yang
cepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam sepuluh wilayah
manajemen operasional.Keputusan ini dikenal sebagai keputusan operasi
(operational decision).Berikut sepuluh keputusan manajemen operasional yang
mendukung misi dan menetapkan strategi.
1. Perancangan barang dan jasa. Perancangan barang dan jasa menetapkan
sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya,
kualitas dan sumber daya manusia bergantung pada keputusan perancangan.
2. Kualitas. Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan
dan prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar
kualitas tersebut.
3. Perancangan proses dan kapasitas. Keputusan proses yang diambil membuat
manajemen mengambil komitmen dalam hal teknologi,kualitas, penggunaan
19
sumber daya manusia dan pemeliharaan yang spesifik. Komitmen
pengeluaran dan modal ini akan menentukanstruktur biaya dasar suatu
perusahaan.
4. Pemilihan lokasi. Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa
menentukan kesuksesan perusahaan.
5. Perancangan tata letak. Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan,
tingkat karyawan, keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan
mempengaruhi tata letak.
6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan. Manusia merupakan bagian
yang intergral dan mahal dari keseluruhan rancangan sistem,.Karenanya,
kualitas lingkungan kerja diberikan, bakat dan keahlian yang dibutuhkan, dan
upah yang harus ditentukan dengan jelas.
7. Manajemen rantai pasokan. Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat
dan apa yang harus dibeli.
8. Persediaan. Keputusan persediaan dapat dioptimalkan hanya jika kepuasan
pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumber daya manusia
dipertimbangkan.
9. Penjadwalan. Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus
dikembangkan.
10. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas
yang diinginkan.
2.1.6. Riset Operasi (Operating Research)
Morse dan Kimball Mendefinisikan riset operasi sebagai metode ilmiah (scientific
method) yang memungkinkan para manajer mengambil keputusan mengenai
kegiatan yang mereka tangani dengan dasar kuantitatif. Definisi ini kurang tegas
karena tidak tercermin perbedaan antara riset operasi dengan disiplin ilmu yang lain.
Churchman, Arkoff dan Arnoff mengemukakan pengertian riset operasi sebagai
aplikasi metode-metode, teknik-teknik dan peralatan-peralatan ilmiah dalam
menghadapi masalah-masalah yang timbul di dalam operasi perusahaan dengan
tujuan ditemukannya pemecahan yang optimum masalah-masalah tersebut.
Miller dan M.K. Starr Mengartikan riset operasi sebagai peralatan manajemen yang
menyatukan ilmu pengetahuan, matematika, dan logika dalam kerangka pemecahan
20
masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari, sehingga akhirnya permasalahan
tersebut dapat dipecahkan secara optimal.
Mc Closky dan Trefthen Mengartikan Riset Operasional sebagai suatu metode
pengambilan keputusan yang dikembangkan dari studi operasi-operasi militer selama
Perang Dunia II.
S.L Cook Operations research dijelaskan sebagai suatu metode, suatu pendekatan,
seperangkat teknik, sekelompok kegiatan, suatu kombinasi beberapa disiplin, suatu
perluasan dari disipilin-disiplin utama (matematika, teknik, ekonomi), suatu
disiplinbaru, suatu lapangan kerja, bahkan suatu agama.
Dari data diatas diambil kesimpulan bahwa riset operasional adalah Riset Operasi
adalah metode untuk memformulasikan dan merumuskan permasalahan sehari-hari
baik mengenai bisnis, ekonomi, sosial maupun bidang lainnya ke dalam pemodelan
matematis untuk mendapatkan solusi yang optimal.
Bagian terpenting dari Riset Operasi adalah bagaimana menerjemahkanpermasalahan
sehari-hari ke dalam model matematis.Faktor-faktor yang mempengaruhi pemodelan
harus disederhanakan dan apabila ada data yang kurang, kekurangan tersebut dapat
diasumsikan atau diisi dengan pendekatan yang bersifat rasional.Dalam Riset
Operasi diperlukan ketajaman berpikir dan logika.Untuk mendapatkan solusi yang
optimal dan memudahkan kita mendapatkan hasil, kita dapat menggunakan
komputer.
2.2 Forecasting
2.2.1 Pengertian Forcasting
Peramalan adalah penggunaan data atau informasi untuk menentukan kejadian pada
masa depan, dalam bentuk perhitungan atau prakiraan dari data yang laludan
informasi lainnya untuk penelitian terlebih dahulu prakiraannya.
Menurut Hery prasetya dan Fitri Lukiastuti ( 2009 : 43 )Peramalan merupakan suatu
usaha untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian
keadaan dimasa lalu.
Menurut Hyndmand & Anthanasopoulos (2014:12) Peramalan adalah tentang
memproduksi masa depan selengkap mungkin, memberikan semua informasi yang
tersedia, termasuk data historis dan pengetahuan tentang setiap peristiwa masa depan
21
yang mungkin berdampak ke perkiraan. Peramalan merupakan tugas statistik umum
dalam bisnis, dimana itu membantu untuk menginformasikan keputusan tentang
penjadwalan produksi, trasnportasi, dan personil, dan menyediakan panduan untuk
perencanaan strategis jangka panjang.
Herjanto (2007:4) mengungkapkan bahwa peramalan digunakan untuk mengukur
atau menaksir keadaan di masa datang. Suatu peramalan yang baik atau buruk akan
mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan. Dengan peramalan yang baik
diharapkan pemborosan akan bisa dikurangi, dapat lebih terkonsentrasi pada sasaran
tertentu dan perencanaan dapat lebih baik.
Menurut Heizer & Render (2009:162) yang mengatakan bahwa peramalan
(forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan
memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis.
Menurut Rusdiana (2014:96) peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran,
misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan
datang dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Dalam kegiatan produksi,
peramalan dilakukan untuk menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk
yang dilakukan pada awal proses perencanaan dan pengendalian produksi.
Menurut Tim pengembangan Laboratorium Manajemen Menengah ( 2008 :
12 )Forecasting diartikan sebagai kegiatan analisis untuk memperkirakan magnitude
dan direction perubahan suatu variabel ekonomi bisnis ( permintaan barang dan
jasa ) dimasa datang berdasarkan past data present data.
Menurut Santoso (2009:8), peramalan adalah kegiatan yang bersifat teratur, berupaya
memprediski masa depan dengan tidak hanya menggunakan metode ilmiah, namun
juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif.
Menurut Heizer dan Render (2009:162), adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan
kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan
data di masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan bentuk
model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intusi yang bersifat subjektif atau
bisa juga dengan menggunakan model matematis yang disesuaikan dengan
pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
Dalam segi peramalan banyak sekali tipe nya namun menurut pandangan dari Hery
Prasetya dan Fitri Lukiastuti ( 2009 : 44 ) dapat kita ambil beberapa yaitu :
22
1. Peramalan ekonomi
Peramalan yang menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat
inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun
perumahan dan indikator perencanaan lain nya.
2. Peramalan teknologi
Peramalan yang memeperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat
meluncurkan produk baru yang menarik, membutuhkan pabrik dan peralatan
baru.Peramalan ini biasanya memerlukan jangka waktu yang panjang dengan
memperhatikan tingkat kemajuan teknologi.
3. Peramalan permintaan
Proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan peramalan
ini disebut juga peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas
seta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan
pemasaran dan sumber daya manusia.
Tujuan daripada diadakannya peramalan adalah untuk memperoleh informasi
mengenai perubahan dimasa yang akan datang yang akan mempengaruhi terhadap
implementasi kebijakan serta konsekuensinya, berikut adalah langkah-langkah
dengan adanya peramalan yaitu :
1. Untuk menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam persoalan menyusun
suatu anggaran-anggaran.
2. Untuk melakukan pengawasan terhadap persediaan suatu produk yang akan
dijual.
3. Untuk membantu kegiatan perencanaan dan pengawasan terhadap reproduksi
barang dan jasa.
4. Untuk melakukan pengawasan untuk pembelanjaan perusahaan.
5. Untuk menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan yang efektif dan efisien.
Sedangkan menurut pandangan Jay Heizer dan Barry Render ( 2006 )
1. Untuk mengkaji kebijakan perusahaan yang berlaku saat ini dan dimasa lalu
serta melihat sejauh mana pengaruh dimasa datang.
2. Peramalan diperlukan karena adanya time Lag atau Delay antara saat suatu
kebijakan perusahaan ditetapkan dengan saat impementasi.
3. Peramalan merupakan dasar penyusunan bisnis pada suatu perusahaan
sehinggadapat meningkatkan efektifitas suatu rencana bisnis.
23
Adapun fungsi lain yang bisa mengarah pada peramalan yaitu :
1. Untuk atau mengkaji kebijakan perusahaan yang berlaku saat ini dan dimasa
lalu, serta melihat sejauh mana pengaruhnya dimasa datang.
2. Peramalan diperlukan karena adanya time_lag antara saat suatu kebijakan
peruasahaan di tetapkan dengan saat implementasi.
3. Dengan adanya peramalan, maka dapat dipersiapkan program dan tindakan
perusahaan untuk mengantisipasi keadaan dimasa datang sehingga resiko
kegagalan bisa diminimalkan
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peramalan adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan data
dengan melibatkan data-data historis.
2.2.2 Klasifikasi Peramalan Berdasarkan Waktu
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 163) peramalan biasanya
diklasifikasikan menurut horizon waktu masa depan yang dicakupnya.
Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori:
1. Peramalan jangka pendek.
Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga satu tahun tetapi umumnya
kurang dari 3 bulan.Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian,
penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat
produksi.
2. Peramalan jangka menengah.
Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup
hitungan bulanan hingga 3 tahun.Peramalan ini berguna untuk merencanakan
penjualan, perencanaan, dan anggaran produksi, anggaran kas, dan
menganalisa berbagai macam kegiatan operasi.
3. Peramalan jangka panjang.
Umumnya untuk perencanaan 3 tahun atau lebih.Perencanaan jangka panjang
digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi
atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).
24
2.2.3 Jenis Peramalan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 164), organisasi pada umumnya
menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan organisasi di masa
depan :
1. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan
memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk
membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya.
2. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik,
yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan suatu
produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan
penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan
dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya
manusia.
2.2.4 Peramalan Permintaan
Menurut Heizer dan Render (2009:164).Peramalan yang baik sangatlah penting
dalam semua aspek bisnis.Peramalan merupakan satu-satunya prediksi mengenai
permintaan hingga permintaan yang sebelumnya diketahui.Peramalan ekonomi dan
teknologi adalah teknik khusus yang mungkin bukan termasuk bagian dari tugas
manajer operasi, Peramalan permintaan mengendalikan keputusan di banyak bidang.
Berikut ini akan dibahas dampak peramalan produk pada tiga aktivitas: sumber daya
manusia, kapasitas dan manajemen rantai pasokan.
1. Sumber Daya Manusia
Memperkerjakan, melatih dan memberhentikan pekerja bergantung pada
permintaan. Jika departemen sumber daya manusia harus memperkerjakan
pekerja tambahan tanpa adanya persiapan,akibatnya kualitas pelatihan
menurun dan kualitas pekerja menurun.
25
2. Kapasitas
Saat kapasitas tidak mencukupi, kekurangan yang diakibatkannya bisa berarti
tidak terjaminnya pe giriman, kehilangan konsumen dan kehilangan pangsa
pasar.
3. Manajemen Rantai Pasokan
Hubungan yang baik dengan pemasok,serta harga barang dan komponen yang
bersaing bergantung pada peramalan yang akurat.
2.2.5 Langkah-Langkah Sistem Peramalan
Peramalan terdiri atas tujuh langkah dasar menurut Heizer dan Render (2009:165)
mengatakan bahwa terdapat tujuh langkah peramalan tersebut,yaitu :
1. Menetapkan tujuan peramalan
2. Memilih unsur yang akan diramalkan
3. Memilih jenis model peramalan
4. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan
5. Membuat peramalan
6. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan
2.2.6 Pendekatan Dalam Peramalan
Heizer dan Render (2009:167), terdapat dua pendekatan umum peramalan, yaitu:
1. Peramalan kuantitatif (quantitative forecast), adalah peramalan yang
menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan
variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan.
2. Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast), adalah peramalan
yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan
system nilai pengambil keputusan untuk meramal.
26
2.2.7 Metode Peramalan Kuantitatif
Metode Peramalan Kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Model seri waktu / metode deret berkala (time series) metode yang
dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi
dari waktu,
2. Model / metodekausal (causal/explanatory model), mengasumsikan variabel
yang diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan satu
atau beberapa variabel bebas (independent variable).
Heizer dan Render (2010:169), menganalisis deret waktu berarti membagi data
masa lalu menjadi komponen-komponen, kemudian memproyeksikannya ke masa
depan. Deret waktu mempunyai empat komponen, antara lain :
1. Tren, merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau
menurun. Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau pandangan
budaya dapat mempengaruhi pergerakan tren.
2. Musim, adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu, seperti
hari, minggu, bulan, atau kuartal.
3. Siklus, adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus ini
biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting dalam
analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek.Memprediksi siklus bisnis
sulit dilakukan karena adanya pengaruh kejadian politik ataupun kerusuhan
internasional.
4. Variasi acak, merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh
peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai pola
khusus sehingga tidak dapat diprediksi.
Heizer dan Render dalam buku Manajemen Operasi (2009:170), metode metode
peramalan kuantitatif, terdiri dari:
1. Pendekatan Naif (Naive Method)
Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di periode
mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk beberapa
jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan model peramalan objektif
27
yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Paling tidak, pendekatan naif
memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih.
2. Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk
menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan
bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa kita ramalkan. Secara
matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode
mendatang) dinyatakan sebagai berikut :
Ket: dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
3. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini.Pemilihan bobot merupakan
hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka.Oleh karena
itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman.Sebagai contoh,
jika bulan atau periode terakhir diberi bobot yang terlalu berat, peramalan dapat
menggambarkan perubahan yang terlalu cepat yang tidak biasa pada permintaan atau
pola penjualan.
Rata-rata bergerak dengan pembobotan akan digambarkan secara sistematis sebagai
berikut.
4. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing)
Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan
pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan.Metode ini menggunakan
pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial
dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut :
28
Peramalan
baru=
Peramalan
periode
terakhir
+
α (Permintaan sebenarnya
periode terakhir – peramalan
periode terakhir)
dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih oleh
peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas juga dapat
ditulis secara sistematis sebagai berikut.
Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)
dimana :
Ft = Peramalan baru
Ft-1 = Peramalan sebelumnya
α = Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1)
At-1 = Permintaan aktual periode lalu
5. Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend (Exponential
Smoothing with Trend)
Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan
diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung tren rata-rata data
penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan
positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan
penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan.Prosedur ini
membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk
tren.Kemudian, kita menghitung rata-rata dan tren untuk setiap
periode.Rumus Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend adalah
sebagai berikut.
Ft = α (At-1) + (1-α) (Ft-1 + Tt-1) , Tt = β (Ft-Ft-1) + (1-β) Tt-1
dimana :
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri
pada periode t
29
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
At = permintaan aktual periode t
α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1)
β = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ β ≤ 1)
6. Proyeksi Trend (Trend Projection)
Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis tren pada
serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa mendatang
untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang.
Rumus untuk menentukan perhitungan Trend Projection adalah sebagai berikut.
y = a + bx
dimana :
y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi
a = persilangan sumbu y
b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan
yang terjadi di x
x = variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).
Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini.
dimana :
b = kemiringan garis regresi
∑ = tanda penjumlahan total
X = nilai variabel bebas yang diketahui
y = nilai variabel terkait yang diketahui
30
a = ȳ - bx̄
dimana :
ȳ = rata-rata nilai y
x̄ = rata-rata nilai x.
2.2.8. Metode Kualitatif
Yaitu metode yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman
pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Terdapat empat teknik
peramalan kualitatif, yaitu:
1. Juri dari opini eksekutif
Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat
tinggi umumnya digabungkan dengan model statistik, dikumpulkan untuk
mendapatkan prediksi permintaan kelompok.
2. Metode Delphi
Ada tiga jenis partisipan dalam metode Delphi: pengambil keputusan,
karyawan, dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri atas 5 hingga
10 orang pakar yang akan melakukan peramalan. Karyawan membantu
pengambilan keputusan dengan menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan,
serta meringkas sejumlah kuisioner dan hasil survei.Responden adalah
sekelompok orang yang biasanya ditempatkan di tempat yang berbeda
dimana penilaian dilakukan. Kelompok ini memberikan input pada pengambil
keputusan sebelum peramalan dibuat.
3. Komposit tenaga penjualan
Dalam pendekatan ini, setiap tenaga penjualan memperkirakan berapa
penjualan yang dapat ia capai dalam wilayahnya. Kemudian, peramalan ini
dikaji untuk memastikan apakah peramalan cukup realistis.Kemudian,
peramalan tersebut digabungkan pada tingkat wilayah dan nasional untuk
mendapatkan peramalan secara keseluruhan.
4. Survei pasar konsumen
Metode ini meminta input dari konsumen mengenai rencana pembelian
mereka di masa depan. Hal ini tidak hanya membantu dalam menyiapkan
31
peramalan, tetapi juga memperbaiki desain produk dan perencanaan produk
baru.
2.2.9. Mengukur Kesalahan Peramalan
Heizer dan Render (2009, p.177) ,mengemukakan bahwa, tiga dari perhitungan yang
paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) dan
kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error – MSE).
1. Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation = MAD)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk
sebuah model.Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari
tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).
2. Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Square Error = MSE)
MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan
keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang
diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia
cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.
Vincent Gasperz (2004, p.80) mengatakan dalam buku Production Planning and
Inventory Control bahwa akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai
MAD dan MSE semakin kecil. Ketepatan dari sebuah ramalan merupakan hal yang
sangat penting.Namun, hal yang perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap
ramalan, yang selalu ada unsur kesalahannya.Sehingga yang penting diperhatikan
adalah usaha untuk memperkecil kemungkinan kesalahannya tersebut.Akhirnya, baik
tidaknya suatu ramalan yang disusun sangat tergantung pada orang yang
melakukannya, langkah-langkah peramalan yang dilakukannya dan metode yang
dipergunakannya.
32
2.3 Persediaan
2.3.1 Definisi Persediaan
Menurut Saxena (2009:2) persediaan didefinisikan sebagai sumber daya siaga
apapun yang memiliki nilai ekonomi yang dianggap potensial sebagai modal
terkunci. Definisi yang praktis dari sudut bahan manajemen adalah “item dari toko
atau bahan-bahan yang disimpan di persediaan untuk memenuhi kebutuhan masa
depan produksi, perbaikan, pemeliharaan, konstruksi, dll”.
Rusdiana (2014:375) mengatakan bahwa persediaan adalah sejumlah komoditas yang
disimpan untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang. Sedangkan
menurut Herjanto, (2007: 237) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertenju, misalnya untuk digunakan
dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang
dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan
pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang dari peralatan atau
mesin.
Menurut Ishak (2010:159), Persediaan (inventory) sebagai sumber daya menganggur
(idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu
proses lebih lanjut.
Dari pendapat pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahawa persediaan merupakan
suatu sumber daya yang disimpan yang digunakan untuk menghilangkan kebutuhan
saat ini atau kebutuhan yang akan datang. Persediaan diatas termasuk bahan mentah,
barang dalam proses, dan barang jadi. Ketika menentukan permintaan dari suatu
barang, ini merupakan informasi yang memungkinkan untuk dapat menentukan
permintaan dari suatu barang, dan menentukan jumlah barang mentah yang akan
dibutuhkan untuk membuat barang jadi tersebut.
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlah nya
cukup besar dalam suatu perusahaan.Hal ini mudah dipahami karena persediaan
merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi
perusahaan.Persediaan adalah bentuk investasi, dimana keuntungan (laba) ini bisa
diharapkan melalui penjualan dikemudian hari.Oleh sebab itu pada kebanyakan
perusahaan sejumlah minimal persediaan harus dipertahankan untuk menjamin
kontinuitas dan stabilitas penjualannya.
33
Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar yang dapat mengakibatkan timbulnya dana yang tertanam
dalam persediaan, meningkatnya biaya penyimpanan dan risiko kerusakan barang
yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan risiko
terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali barang tidak dapat
didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya
pelanggan.
Sebagaimana keputusan manajemen operasi lainnya, kebijaksanaan yang paling
efektif dengan mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan dalam
perusahaan.Pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat
melayani kebutuhan bahan/barang yang tepat dan dengan biaya yang rendah.
Pengendalian persediaan berfungsi menentukan tingkat persediaan yang sesuai,
dimana pemesanan harus dilakukan kembali, persediaan pengaman, pendataan
singkat dan kondisi persediaan.
2.3.2. Fungsi Persediaan
Efisiensi operasional suatu perusahaan dapat di tingkatkan karena berbagai fungsi
penting persediaan. Harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk
phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam
proses dan kemudian barang jadi. Fungsi persediaan ini memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier
Sedangkan menurut Render (2005:60) fungsi persediaan adalah :
1. Untuk memisahkan beragam bagian produksi, sebagai contoh jika pasokan
sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan-
persediaan tambahan men-decouple proses produksi dari pemasok.
2. Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permitaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran.
3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam
jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.
4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
34
2.3.3. Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Render (2005:61), untuk mengakomendasi fungsi persediaan, perusahaan
memiliki empat jenis persediaan, yaitu:
1. Persediaan Bahan Baku Material yang ada umumnya dibeli tetapi belum
memasuki proses pabrikasi.
2. Persediaan Barang Setengah Jadi Bahan baku/komponen yang sudah
mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai/belum menjadi produk
jadi.
3. MRO (Maintenance Repair Operating)
Persediaan yang diperuntukkan bagi pasokan pemeliharaan/
perbaikan/operasi yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan
proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu
pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
4. Persediaan Barang Jadi Sebuah produk akhir yang siap untuk dijual, tetapi
tetap merupakan sebuah asset dalam buku perusahaan.
2.3.4. Tujuan Persediaan
Menurut Ishak (2010:164), untuk devisi yang berbeda dalam industri manufaktur
akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda yaitu :
1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga
menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.
2. Produksi beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi
yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set
up mesin). Di samping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku,
setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak
terganggu karena kekurangan bahan.
3. Pembelian (purchasing) dalam rangka efisiensi, juga menginginkan
persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit daripada pesanan yang
kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian ini juga ingin ada persediaan
sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.
35
4. Keuangan (finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi
persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada
perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan.
5. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya
persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK
tidak perlu dilakukan.
6. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal untuk
mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering.
2.3.5. Metode Persediaan
Metode persediaan adalah suatu sistem yang memonitor smua transaksi yang terjadi
pada inventory, terutama pada jumlah transaksi dan waktu transaksi. Jacobs, Chase,
dan Aquilano dalam buku Operations & Supply Manajemen (2009, p.548)
menyebutkan beberapa tujuan inventory yaitu:
Menjaga kelancaran operasi bisnis perusahaan
Mengetahui variasi permintaan
Fleksibilitas penjadwalan produksi
Menjaga hal-hal yang tak terduga seperti keterlambatan pengiriman bahan
Mengambil keuntungan dari ukuran pembelian bahan baku
Pada dasarnya metode persediaan mencari jawaban optimal dalam menentukan
jumlah ukuran pemesanan yang ekonomis, titik pemesanan kembali atau re-order
point (ROP), dan jumlah stok cadangan yang diperlukan (SS). Metode pengendalian
persediaan yang bersifat statistic ini biasanya digunakan untuk mengendalikan
barang yang permintaannya bersifat bebas dan pengelolannya tidak tergantung
dengan ada tidaknya produksi barang lain, yang berpengaruh hanyalah mekanisme
pasar.
2.4. Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Heizer dan Render (2009, p.92), EOQ adalah sebuah teknik kontrol
persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan serta
berdasar pada beberapa asumsi:
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
36
2. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan –
diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan
(biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu
(biaya penyimpanan dan membawa).
6. Kehabisan atau kekurangan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Dengan menggunakan metode ini dapat diasumsikan jumlah pemesanan yang
optimal untuk menghasilkan biaya yang minimum. Dimana rumus nya
sebagai berikut
Rata-rata persediaan = (Q/2)
Frekuensi pemesanan = (D/Q)
Annual set up cost = (D/Q)(S)
Annual holding cost = (Q/2)(H)
Biaya unit total = (harga produk)(D)
Biaya total = biaya unit total + biaya pemesanan + biaya
penyimpanan
d = (D/jumlah hari per tahun)
ROP = [SS + (L x d)]
Dimana
D : jumlah permintaan
S : biaya pemesanan
L : waktu tunggu
d : rata-rata permintaan
H : biaya penyimpanan
SS : safety stock
Q : jumlah unit yang dipesan
2.5. Economic Order Interval (EOI)
EOQ = Q* = 2 DS
H
37
Fixed Order Interval System juga disebut sistem persediaan secara periodik, yang
lebih berdasar kepada periode daripada sistem persediaan kontinu yang lebih kepada
posisi stok persediaan.Sistem persediaan yang berbasiskan waktu yang melakukan
pesanan berdasarkan jangka waktu tertentu. Jumlah pesanan bergantung kepada
pemakaian demand selama periode waktu tertentu.
Menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory level) selama
waktu lead time dan interval pesanan. Setelah suatu periode tetap (T) telah terlewati,
jumlah persediaan dihitung.Sebuah pesanan dilakukan untuk memulihkan
persediaan, dan jumlah pesanannya tergantung berapa jumlah yang berkurang
(maximum inventory level). Jadi, jumlah pesanan didapat dari selisih maximum
inventory level dan sisa persediaan pada waktu waktu melakukan perhitungan.
Sistemnya terdiri dari 2 parameter yang digunakan yaitu periode tetap pemeriksaan
(T) dan maximum inventory level (E).
Masalah dasar pada metode ini adalah bagaimana menentukan interval pesanan (T)
dan maximum inventory level (E) yang diinginkan.Economic order interval dapat
diperoleh untuk meminimumkan total biaya tahunan.
Model persediaan EOI memiliki interval waktu yang konstan dalam melakukan
pemesanan kembali (reorder), tetapi kuantitas produk yang dipesan dapat berubah-
ubah (dinamis) hingga mencapai optimal.Berikut adalah data-data yang diperlukan
dalam melakukan perhitungan EOI :
1. Permintaan dalam 1 periode (D, dalam satuan unit)
2. Harga produk [P, dalam satuan materi (Rupiah)]
3. Biaya pemesanan (S, dalam satuan Rupiah per-sekali pesan)
4. Biaya penyimpanan (H, dalam satuan Rupiah per-periode)
5. Lead Time (L, dalam satuan waktu)
6. Service Level and Safety Stock
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan kemudian dicari Fixed Order
Interval dengan cara sebagai berikut:
T =
38
Setelah mendapatkan Standar deviasi dan juga interval periode (T ́) waktu
pemesanan, baru dapat dilakukan perhitungan Safety Stock (SS) selama 1 periode
dengan tingkat kepuasan sebesar 95% (Z=1,65):
SS = Z s
EOI sedikit berbeda dengan metode EOQ, dimana ia memiliki target level (E) atau
biasa dikenal dengan Maximum Inventory Level yaitu tingkat persediaan yang cukup
besar dalam memenuhi permintaan selama interval pesanan T ́ dan waktu tenggang
L, perhitunganya adalah sebagai berikut:
E = SS + d (T + L)
Sehingga apabila perusahaan ingin melakukan pemesanan kembali, maka kuantitas
pemesanan dapat dihitung dengan rumus :
Q* = Maximum InventoryLevel (E) – sisa inventory akhir
Rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) (I) :
I = SS + (1/2 )
Order Quantity :
Q(T) = E – I
Turn Over Ratio (TOR) :
TOR =
Total biaya persediaan (EOI) dalam 1 periode:
Tc (EOI) = + (SS + ) H
Total biaya (EOI) selama 1 periode:
TC (EOI) = PD + + (SS + ) H
2.6. Minimum-Maximum Inventory (Min-Max)
Cara kerja sistem ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas minimum dan
mendekati batas safety stock maka reorder harus dilakukan. Jadi batas minimum
(minimum stock) merupakan batas tingkat reorder. Batas maksimum (maximum
39
stock) adalah batas kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam
bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas
minimum dan maksimum untuk dapat menentukan order quantity. Pada metode ini,
terdapat perbedaan cara dalam menghitung safety stock yakni metode ini tidak
memerlukan standar deviasi dan tingkat pelayanan melainkan hanya membutuhkan
rata-rata permintaan per-bulan.
Herjanto (2008:258) mengatakan untuk memesan suatu barang sampai barang itu
datang diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi dari beberapa jam sampai
beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai barang datang dikenal
dengan istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok
berada.
Karena adanya waktu tenggang, perlu adanya persediaan yang dicadangkan untuk
kebutuhan selama menunggu barang datang, yang disebut sebagai persediaan
pengaman (safety stock). Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan
barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan
barang yang dipesan. Persediaan pengaman disebut juga dengan istilah persediaan
penyangga (buffer stock) atau persediaan besi (iron stock). Bagi perusahaan dagang,
persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kepada
pelanggan terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang. Jumlah persediaan yang
memadai saat harus dilakukan pemesanan ulang sedemikian rupa sehingga
kedatangan atau permintaan barang yang dipesan adalah tepat waktu (dimana
persediaan pengaman sama dengan nol) disebut sebagai titik pemesanan ulang
(reorder point, ROP). Titik ini menandakan bahwa pembelian harus segera dilakukan
untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Jika ROP ditetapkan terlalu
rendah, persediaan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga
produksi dapat terganggu atau permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Namun,
jika titik pemesanan ulang ditetapkan terlalu tinggi maka persediaan baru sudah
datang sementara persediaan di gudang masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan
pemborosan biaya dan investasi yang berlebihan.
Min-Max system memiliki cara kerja dengan melihat batasan-batasan yang telah
ditentukan seperti batas titik minimum dan batas titik maksimum. Dalam hal ini,
batas minimum adalah batas safety stock dimana pada saat titik mencapai safety
40
stock, maka dilakukanlah re-order point, dalam metode ini, batas minimum dan batas
maksimum adalah yang terpenting dalam melakukan perhitungan.
Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam melakukan perhitungan Min-Max
system :
Permintaan dalam 1 periode, biasanya dalam 1 tahun = 12 bulan (D, dalam
satuan Unit)
Harga produk (P, dalam satuan materi, Rupiah)
Biaya pemesanan (S. dalam satuan Rupiah per-sekali pesan)
Biaya penyimpanan (H, dalam satuan Rupiah)
Lead Time (L, dalam satuan waktu)
Safety Stock (SS)
Pada metode Min-Max, terdapat perbedaan dalam menghitung safety stock, yaitu di
dalam metode ini tidak lagi memerlukan standart deviasi dan tingkat pelayanan
dalam melakukan perhitungannya, melainkan kebutuhan rata-rata per periodenya
(bulan), sehingga didapat perhitungan sebagai berikut:
SS =
Kemudian dalam metode ini terdapat variabel-variabel baru yaitu maximum stock
dan minimum stock.Dimana maximum stock adalah titik tingkat persediaan yang
paling diizinkan, sedangkan minimum stock adalah titik dimana pemesanan
dilakukan kembali. Berikut adalah perhitungan min stock dan max stock :
Min Stock = (DL) + SS
Max Stock = (2)(DL) + SS
Setelah mendapatkan min stock dan max stock, maka jumlah pesanan dapat dihitung
sebagai berikut :
Order (Min-Max) = Max Stock- Min Stock
Rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) (I) :
I = SS + (1/2 Q* )
Turn Over Ratio (TOR):
TOR =
Total biaya persedian (Min-Max) dalam 1 periode
41
TC (Min-Max) = S+ HD
Total Cost (Min-Max) selama 1 periode:
TC (Min-Max)= PD + S+ HD
2.7 Kerangka Pemikiran
KFC merupakan salah satu restoran cepat saji di Indonesia, maka KFC melakukan
persediaan agar pelanggan tidak menunggu lama dan melancarkan operasional
menurut Ahyari (2003:150) Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses
produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses
produksi dalam perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut menyebabkan
suatu perusahaan harus menyelenggarakan persediaan bahan baku
KFC
Peramalan Penjualan
Min & Max
MAD MSE
Perencanaan Persediaan
Ayam
Pengiriman Bahan Baku ke perusahaan
Metode EOIMetode EOQ
42
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran
Implikasi Hasil Penelitian
43