· Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi,...

53
PENGEMBANGAN DUNIA USAHA 12

Transcript of  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi,...

Page 1:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

129

Page 2:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional
Page 3:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

B A B III

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

A. PENDAHULUAN

Pengembangan dunia usaha merupakan tugas nasional yang sangat penting, karena merupakan salah satu syarat yang turut menentukan bagi berhasilnya usaha-usaha pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara memberikan pengarahan, bahwa dalam mengembangkan dunia usaha, Pemerintah berkewajiban untuk memberikan pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim yang dapat mendorong pertumbuhan dunia usaha.

Di Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional tersebut terdapat satuansatuan usaha kecil yang tersebar hampir di seluruh pelosok tanah air, yang lemah dalam permodalan maupun pengusahaannya. Kegiatan usaha ini yang disebut sebagai golongan ekonomi lemah.

Dalam rangka lebih mewujudkan azas pemerataan ke arah tercapainya suasana yang menunjang keadilan sosial serta dalam rangka meningkatkan dunia usaha yang lebih menyeluruh, khususnya golongan ekonomi lemah, maka kebijaksanaan dalam tahun 1980/81 untuk mengutamakan pengusaha golongan ekonomi lemah sebagai rekanan bagi pengadaan barang-barang yang diperlukan oleh Pemerintah Pusat, Daerah dan Badan Usaha Milik

131

Page 4:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Negara, dilanjutkan dan ditingkatkan.Keputusan Presiden No. 14 A Tahun 1980 tersebut

beserta pedoman pelaksanaannya mewajibkan kepada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan instansi Pemerintah lainnya di Pusat dan di Daerah, Pimpinan Perusahaan Negara seperti Perjan, Perum, Persero, Bank Milik Negara, Pertamina, Perusahaan Daerah termasuk Bank Pembangunan Daerah, bahwa dalam pelaksanaan anggaran instansinya masing-masing agar mengutamakan :

Page 5:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

a. penggunaan golongan ekonomi lemah sebagai rekanan barang/jasa;b. penggunaan hasil produksi dalam negeri;c. penggunaan perusahaan setempat, yaitu

perusahaan-perusahaan yang mendapat ijin usaha di daerah. yang bersangkutan dan pimpinannya sebagian besar adalah penduduk daerah yang bersang- kutan.Di samping itu kepada perusahaan-perusahaan

Negara juga diwajibkan untuk mengutamakan penggunaan golongan ekonomi lemah sebagai penyalur bagi barang yang dihasilkan/diperdagangkan oleh perusahaan milik negara.

Khusus pengutamaan golongan ekonomi lemah sebagai rekanan barang/jasa bagi pembelian/pengadaan Instansi Pemerintah tersebut dalam tahun 1980/81 ditetapkan sebagai berikut :a. Untuk pemborongan/pembelian yang bernilai

sampai dengan Rp. 20.000.000,— dilaksanakan oleh pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat.

b. Untuk pemborongan / pembelian yang bernilai di atas Rp. 20.000.000,— (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,— (lima puluh juta rupiah) diadakan pelelangan antara pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat.

c. Untuk pemborongan / pembelian yang bernilai di atas Rp. 50.000.000,— (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,— (seratus juta rupiah) diadakan pelelangan antara pemborong/rekanan setempat dengan memberikan kelonggaran kepada pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah sebesar 10% (sepuluh persen) di

132

Page 6:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

atas harga penawaran yang memenuhi syarat dari peserta yang tidak termasuk dalam golongan ekonomi lemah.Ketentuan-ketentuan tersebut juga menunjukkan

secara jelas apa yang dimaksud dengan golongan ekonomi lemah, perusahaan setempat dan produksi dalam negeri. Perusahaan golongan ekonomi lemah adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan bahwa sekurangkurangnya 50% dari modal perusahaan dimiliki oleh pribumi, bahwa sebagian besar dari pengurus adalah pribumi dan bahwa besarnya

Page 7:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

modal perusahaan adalah di bawah Rp. 25 juta untuk perusahaan di bidang perdagangan dan jasa lainnya, atau di bawah Rp. 100 juta untuk bidang usaha industri dan konstruksi. Perusahaan setempat adalah perusahaan yang didirikan dan mendapat izin usaha di daerah yang bersangkutan, serta memenuhi persyaratan bahwa pimpinan perusahaan dan karyawan perusahaan sebagian besar adalah penduduk daerah yang bersangkutan (wilayah kabupaten, kotamadya). Mengenai pengutamaan hasil produksi dalam negeri ditentukan bahwa barang meliputi barang jadi, setengah jadi, suku cadang, bahan-bahan dan sebagainya yang dihasilkan perusahaan di Indonesia, sedangkan jasa meliputi jasa konstruksi, jasa angkutan, jasa konsultan dan lain-lain yang dihasilkan oleh perusahaan di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan partisipasi perusahaan-perusahaan setempat di daerah maka dalam Keppres 14A tersebut juga diatur tempat dilakukannya pelelangan, yang pada pokoknya harus berada di daerah dengan ketentuan sebagai berikut:a. Semua pelelangan pekerjaan untuk

pemborongan/pembelian dengan nilai pelelangan sampai dengan Rp. 200.000.000,— dilakukan di tempat lokasi kantor/satuan kerja/proyek atau di ibukota kabupaten/kotamadya yang bersangkutan.

b. Semua pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembelian dengan nilai pelelangan di atas Rp. 200.000.000,— sampai dengan Rp. 500.000.000,— dilakukan di tempat lokasi kantor/satuan kerja/ proyek di ibukota kabupaten/kotamadya atau di ibukota propinsi yang bersangkutan.Dengan langkah-langkah tersebut di atas maka

133

Page 8:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Pemerintah yang merupakan pembeli terbesar untuk berbagai macam barang dapat menggunakan kedudukannya untuk lebih mendorong kegiatan dunia usaha serta peningkatan partisipasi yang makin besar perusahaanperusahaan di daerah terutama bagi golongan ekonomi lemah, yang berarti makin memperlancar pencapaian sasaran untuk meningkatkan kesempatan berusaha khususnya bagi golongan ekonomi lemah, serta memperlancar pencapaian sasaran pemerataan pembangunan di daerah, pemerataan kesempatan kerja dan perluasan kesempatan kerja pada umumnya yang sekaligus memperlancar pula pemerataan pendapatan.

Page 9:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

B. ARAH DAN PENGEMBANGAN PENANAMAN

MODAL 1. Kebijaksanaan Umum Penanaman

ModalSebagaimana di maklumi bahwa dalam Repelita

III laju pertumbuhan ekonomi direncanakan sebesar 6,5% per tahun. Dalam rangka ini diperlukan jumlah investasi yang tidak kecil, baik investasi oleh pemerintah dan maupun oleh swasta.

Dalam tahun anggaran 1980/81 telah dilakukan inventarisasi potensi di dalam negeri, baik potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya, maupun kemampuan nasional dalam mengelola sumber-sumber tersebut. Dalam hal-hal di mana diperkirakan kemampuan pihak nasional masih kurang, baik dari segi dana maupun teknologi yang diperlukan, akan dimanfaatkan sumber daya asing dalam rangka penanaman modal asing. Dengan diintensifkannya pengerahan dan penggunaan sumber daya dari dalam negeri tersebut, maka peranan penanaman modal asing jelas hanya merupakan pelengkap bagi pembangunan nasional.

Dalam rangka pengembangan penanaman modal, maka dalam tahun 1980/81 telah diadakan berbagai usaha untuk menggalakkan penanaman modal, antara lain dengan :(a). menyempurnakan pelayanan kepada investor

dengan lebih mengintensifkan kegiatan pemberian informasi melalui penerbitan bahan-bahan publikasi tentang segala persoalan yang berhubungan dengan penanaman modal;

(b).menyusun daftar usulan proyek serta profil perusahaan guna mendorong kerjasama yang diperlukan antara pengusaha asing dan

134

Page 10:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

pengusaha nasional;(c). mengadakan berbagai pertemuan dengan

pengusaha di berbagai negara di Eropa dan Amerika guna menarik penanaman modal negara-negara tersebut. Untuk bidang-bidang yang diprioritaskan yang memerlukan modal besar dan/atau yang memerlukan teknologi maju yang belum terdapat di Indonesia.

Dalam rangka lebih mengarahkan kegiatan penanaman modal usaha maka Badan Koordinasi Penanaman Modal telah menge-

Page 11:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

luarkan Daftar Skala Prioritas (DSP) Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing untuk tahun 1981. Daftar Skala Prioritas tersebut sekurang-kurangnya 2 kali setahun dapat ditinjau kembali agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan di dalam perkembangan penanaman modal dan pembangunan pada umumnya. Dalam tahun ini dirasakan perlunya memberikan penekanan pada tingkat prioritas yang diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Prioritas utama bagi proyek-proyek besar di mana diperlukan prakarsa Pemerintah. Dukungan Pemerintah dalam hal ini berupa prasarana, baik fisik maupun non fisik, dan pengembangan studi kelayakannya. Untuk proyek prioritas utama ini dapat diberikan fasilitas dan insentif tambahan di samping yang diberikan oleh UU No. 11 dan 12 tahun 1970, antara lain melalui PP No. 2/ 1981. PP No. 2/1981 tersebut memberikan tambahan kelonggaran perpajakan di samping fasilitas perpajakan yang telah diberikan berdasarkan Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) UU PMDN No. 6 tahun 1968 jo UU No. 12/1970 dan Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) UU PMA No. 1/1967 jo UU No. 11/1970, kepada perusahaan-perusahaan yang : a). dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, atau b). dapat menghasilkan devisa yang besar, atau c). berlokasi di daerah yang perlu dikembangkan, dengan membuka prasarana baru dan dengan menghadapi risiko yang besar. Tambahan kelonggaran tersebut dalam bentuk keringanan atas pajak perseroan, potongan pajak atas dividen, royalty dan pajak atas bunga.

(2) Prioritas tinggi untuk proyek-proyek sejauh mungkin telah disiapkan oleh pemerintah, sedang

135

Page 12:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

realisasinya tidak perlu dengan partisipasi Pemerintah.

(3) Prioritas biasa bagi proyek-proyek yang ditangani menurut prosedur penanaman modal biasa.Dalam bidang pengawasan, Pemerintah cq. BKPM

juga berusaha untuk meningkatkan jumlah proyek yang wajib melaporkan kegiatannya, dengan cara mengirimkan surat-surat peringatan baik langsung maupun melalui media masa. Cara ini ternyata telah menimbulkan

Page 13:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

tanggapan yang positif dari pihak perusahaan, baik di pusat maupun di daerah.

Dengan demikian diharapkan laporan realisasi yang akan disajikan kelak akan memberikan gambaran yang mendekati kebenaran.

2. Kebijaksanaan di Berbagai Bidang

a. Bidang KehutananKebijaksanaan di bidang kehutanan diarahkan

untuk lebih banyak memproses sendiri kayu bulat di dalam negeri dan membatasi ekspor kayu bulat (log). Kebijaksanaan tersebut diatur dalam surat keputusan bersama antara Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian No. 317/Kpts/Um/5/1980, No. 196/Kpb/ V/1980, No. 182/M/SK/5/1980 tentang Kewajiban Penyediaan Kayu untuk kebutuhan dalam negeri dikaitkan dengan ekspor kayu bulat, tanggal 8 Mei 1980.

Dalam keputusan tersebut pemegang HPH diharuskan untuk menyediakan kayu guna kebutuhan dalam negeri, setelah kewajiban tersebut dipenuhi barulah izin ekspor kayu bulat dapat diberikan kepada yang bersangkutan. Di samping itu para pemegang Hak Pengusahaan Hutan diwajibkan membangun industri perkayuan. Apabila pemegang HPH tidak mampu mendirikan industri perkayuan, maka dia diwajibkan secara bersama-sama dengan pemegang HPH lain membangun industri pengolahan kayu, agar dapat dicapai skala ekonomis dalam usaha industri tersebut.

b. Bidang PerkebunanKegiatan penanaman modal di bidang perkebunan

diarahkan untuk mengusahakan sistem usaha inti (Nucleus Estate System). Di dalam pola usaha inti ini 136

Page 14:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

proyek-proyek penanaman modal diwajibkan mengadakan kerja sama dengan, serta membina mengembangkan usaha-usaha perkebunan kecil dan peternak kecil (small holders) untuk meningkatkan pendapatan mereka. Bentuk kerjasama tersebut dapat berupa penampungan atau pemasaran hasil produksi para pekebun kecil.

Page 15:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Untuk penanaman modal asing di bidang perkebunan telah dikeluarkan kebijaksanaan pertanahan yaitu keputusan Presiden No. 23 tahun 1980 tentang pemanfaatan tanah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan. Hak Guna Usaha hanya diberikan kepada peserta Indonesia, tetapi pemegang hak tersebut dapat menyerahkan Hak Guna Usahanya kepada perusahaan patungan yang bersangkutan dalam bentuk serah pakai. Dalam ketentuan tersebut dijamin kepada peserta asing bahwa serah pakai tanah hak guns usaha tersebut tidak akan/boleh dibatalkan secara sepihak yaitu oleh peserta Indonesianya selama usaha patungan yang bersangkutan memenuhi kewajibannya kepada Pemerintah.

Jika dalam usaha patungan tersebut diperlukan tanah untuk bangunan pabrik. gudang, perumahan karyawan dan lain sebagainya, maka kepada usaha patungan tersebut dapat diberikan Hak Guna Bangunan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam pada itu dapat pula ditegaskan bahwa apabila perusahaan patungan di bidang perkebunan ini masih memerlukan pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maka saham-saham perusahaan patungan tersebut dapat juga dipergunakan sebagai jaminan untuk keperluan tersebut.

c. Bidang Industri

Pembangunan industri diarahkan kepada pertumbuhan industri hulu (upstream) yang diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri-industri bilk (down stream) yang sampai saat ini telah nampak perkembangannya. Dengan cara demikian kita berusaha mengurangi sifat ketergantungan kita dalam kebutuhan bahan

137

Page 16:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

baku dari luar negeri dan meningkatkan nilai tambah (value added) di bidang industri. Kebijaksanaan penanaman modal swasta di bidang industri yang bersifat strategis pada dasarnya diusahakan bersama dengan Pemerintah, karena yang strategis itu dapat memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan industri sebagai keseluruhan pada masa-masa yang akan datang. Proyek-proyek tersebut antara lain perluasan Industri Semen di Tonassa dan Indarung, pembangunan

Page 17:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Pabrik Semen Madura, industri Pupuk di Kalimantan Timur dan Aceh, industri Penyulingan Minyak Kroker di Dumai, perluasan Penyulingan minyak di Balikpapan dan Cilacap, Industri LNG di Aceh dan Badak Kalimantan Timur serta Olefin di Aceh.

3. Kebijaksanaan Fasilitas Penanaman ModalUntuk meningkatkan kegiatan penanaman modal

yang dapat menimbulkan manfaat sosial yang lebih besar dan yang mempunyai efek pembangunan berganda, telah dikeluarkan ketentuan tentang fasilitas-fasilitas tambahan bagi proyek-proyek penanaman modal (PP No. 2 tahun 1981) yang memenuhi tiga syarat yaitu : pertama, dapat menyerap tenaga kerja yang dianggap cukup besar; kedua, lokasi di daerah yang terpencil, sehingga proyek itu sendiri harus mengembangkan prasarana dan sarana yang dibutuhkan; ketiga, menghasilkan barang-barang untuk diekspor. Fasilitas tambahan yang dimaksud berupa keringanan pajak perseroan dan potongan pajak atas bunga, deviden dan royalty.

C. PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING1. Penanaman Modal Dalam NegeriDalam tahun kedua Repelita III (April 1980 —

Maret 1981) telah disetujui proyek-proyek penanaman modal dalam negeri sebanyak 197 proyek dengan investasi sebesar Rp. 1.154,2 milyar. Ditinjau dari jumlah proyek yang disetujui, dalam tahun laporan ini terjadi penurunan dari 258 proyek pada tahun 1979/80 menjadi 197 proyek pada tahun 1980/81. Tetapi jika dilihat nilai investasinya terjadi kenaikan yang menyolok dari Rp. 811,9 milyar menjadi Rp. 1.154,2 milyar. Dengan demikian rata-rata nilai investasi tiap ,proyek makin besar.

138

Page 18:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Perkembangan penanaman modal dalam negeri dengan perincian menurut sektor kegiatan, dapat diikuti pada Tabel III-1.

Dari jumlah investasi dalam tahun 1980/81, sekitar 58% adalah investasi di bidang industri. Dapat dikemukakan bahwa dalam perkembangan industri yang menonjol adalah industri kayu, industri kimia dan industri mineral bukan logam, Di samping sektor industri,

Page 19:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III – 1PERKEMBANGAN PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL DALAM NEGERIYANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA

1968 S/D MARET 1979*) DAN 1979/80 - 1980/81(Investasi dalam juta rupiah)

1968 s/d Maret 1979*) 1979/80 1980/81No. Bidang Usaha

Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi

1. Pertanian 124 258.022 14 76.318 13 18.988

2. Kehutanan 377 319.706 28 78.232 43 390.077

3. Perikanan 26 26.311 3 6.234 3 6.082

4. Pertambangan Logam – – – – 1 819

5. Pertambangan Lainnya 17 81.748 3 39.760 2 3.601

6. Industri Makanan 495 336.534 25 42.718 17 73.350

7. Industri Tekstil 523 695.935 44 81.949 19 42.780

8. Industri Kayu 145 132.638 25 75.775 23 105.748

9. Industri Kertas 160 107.215 20 57.026 3 3.808

10. Industri Kimia 434 392.290 25 146.319 16 265.397

11. Industri Mineral

bukan Logam 144 299.521 20 115.791 11 107.073

12. Industri Logam Dasar 64 113.326 4 13.925 6 31.441

13. Industri Barang Logam 235 197.525 18 34.364 20 40.192

14. Industri Lainnya 39 18.178 3 2.128 – –

15. Tenaga Listrik 1 1.169 – – – –

16. Konstruksi 7 17.656 – – 1 2.952

17. Perdagangan 3 928 – – – –

18. H o t e l 104 88.895 6 9.081 9 18.357

19. Pengangkutan 131 162.841 13 20.746 6 33.205

20. Jasa Perdagangan 37 184.964 6 10.000 3 9.600

21. Jasa Sanitary 1 185 – – – –

22. Jasa Rekreasi 17 16.869 1 1.583 – –

23. Jasa Lainnya 3 624 – – 1 735

J u m I a h 3.137 3.453.080 258 811.949 197 1.154.205

* ) Telah diperbaiki dengan memperhitungkan Proyek yang mengundurkan diridan merubah status dari PMA ke PMDN

139

Page 20:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

sektor kehutanan ternyata menarik hampir 34% dari seluruh investasi yang disetujui. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, investasi di bidang kehutanan yang disetujui hanya proyek-proyek kehutanan yang terpadu (integrated forestry industry).

Di samping pemberian persetujuan proyek-proyek baru, dalam tahun laporan ini juga terjadi perkembangan sebagai berikut:a) persetujuan perluasan kapasitas dan

penanaman modal atas proyekproyek lama dengan penambahan investasi sebesar Rp. 359,7 milyar;

b) pengalihan status dari PMA ke PMDN sebanyak 3 proyek, dengan investasi sebesar Rp. 2,1 milyar (US $ 5,5 juta);

c) pembatalan/pencabutan sebanyak 16 proyek, dengan rencana investasi sebesar Rp. 7,3 milyar. Keputusan pembatalan/pencabutan izin tersebut didasarkan atas kenyataan, bahwa proyek-proyek yang dimaksud tidak mampu menyelesaikan investasinya.

Dengan memperhitungkan investasi untuk perluasan kapasitas proyek-proyek lama, maka nilai investasi yang disetujui dalam tahun 1980 menjadi Rp. 1.513,9 milyar.

Apabila dilihat segi penyebaran proyek di daerah-daerah, maka dalam periode 1980/81 ini terlihat investasi di Pulau Jawa sebesar Rp. 243,7 milyar atau 21 % dari seluruh investasi. Jumlah investasi di luar Jawa sebesar Rp. 910,5 milyar atau 79% dari seluruh investasi. Investasi di luar Jawa sebagian besar di Kalimantan yang mencapai Rp. 596,5 milyar, atau 52% dari jumlah investasi, sedangkan, di Kalimantan Timur saja mencapai Rp. 446,3 milyar atau hampir 39% dari seluruh investasi. Hal ini disebabkan oleh kebijaksanaan pemerintah

140

Page 21:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

yang mewajibkan para pemegang HPH untuk membangun industri pengolahan kayunya (Tabel III-2).

Mengenai penyerapan tenaga kerja secara langsung di sektor penanaman modal dalam negeri, dalam tahun kedua Repelita III ini terjadi penurunan terhadap tahun sebelumnya. Angka-angka tenaga kerja dalam Tabel III-3 dan Grafik III-1 didasarkan pada rencana yang diajukan oleh para investor. Jumlah tenaga kerja yang akan dipekerjakan sebanyak 88.402 orang. Penurunan jumlah tenaga kerja

Page 22:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III – 2PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI YANG TELAH DISETUJUI

OLEH PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I,1968 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 - 1980/81

( dalam juta rupiah )

Daerah Tingkat I/ 1968 s/d Maret 1979 ') 1979/80 1980/81No Propinsi Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi

1. DKI. Jakarta 750 677.415 41 66.480 23 65.742

2. Jawa Barat 688 876.118 64 317.917 38 111.868

3. Jawa Tengah 273 204.147 20 64.033 9 22.500

4. Daerah IstimewaYogyakarta 49 28.707 1 515 2 2.395

5. Jawa Timur 370 463.618 33 58.614 24 41161

6. Daerah Istimewa Aceh 29 26.484 4 7.031 – –

7. Sumatera Utara 187 213.577 16 54.597 8 20.629

8. Sumatera Barat 49 23.999 1 78 2 2.834

9. R i a u 62 59.903 5 26.211 11 47.875

10. J a m b i 38 24.570 5 13.154 4 17.190

11. Bengkulu 13 10.763 – – 2 4.791

12. Lampung 61 40.150 4 4.862 3 94.471

13. Sumatera Selatan 53 243.298 6 31.501 5 6.681

14. Kalimantan Barat 77 34.943 10 37.619 9 45.255

15. Kalimantan Timur 154 150.840 11 51.615 15 446.329

16. Kalimantan Tengah 83 70.026 7 14.066 8 52.071

17. Kalimantan Selatan 36 17.023 6 21.899 11 52.800

18. Sulawesi Utara 25 36.978 1 938 – –

19. Sulawesi Tengah 10 9.200 7 18.877 6 19.253

20. Sulawesi Tenggara 5 37.559 – – 1 1.157

21. Sulawesi Selatan 59 82.859 8 8.668 5 43.296

22. Maluku 27 24.209 3 4.945 5 19.193

23. B a l i 21 28.923 2 804 1 1.485

24. Nusa Tenggara Barat 6 44.798 – – – –

25. Nusa Tenggara Timur 5 8.031 2 2.837 1 3.345

26. Irian Jaya 7 14.942 1 4.688 4 31.884

J u m l a h 3.137 3.453.030 258 811.949 197 1.154.205

*) Telah diperbaiki dengan memperhitungkan proyek yang mengundurkan diri dan Proyek PMA yang beralih status menjadi PMDN

141

Page 23:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III – 3JUMLAH TENAGA KERJA PADA PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI,

1968 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 – 1980/81 (orang)

No. Bidang Usaha 1968 s/d Maret 1979 1979/80 1980/81

1. Pertanian 433.600 70.209 6.1462. Kehutanan 118.870 8.450 25.9853. Periknnan 8.024 4.000 6994. Pertambangan 33.452 609 6895. Industri Makanan 164.115 5.955 5.7786. Industri Tekstil 192.130 22.938 14.1347. Industri Kayu 34.014 10.931 11.6188. Industri Kertas 19.952 3.570 6779. Industri Kimia 74.783 5.088 3.194

10. Industri Mineral bukan Logam 29.736 4.530 4.08611. Industri Logam Dasar 12.940 568 2.94712. Industri Barang Logam 55.073 592 3.77313. Industri lainnya 11.183 – –14. Tenaga Listrik 2.000 – –15. Konstruksi 459 – 5416. Perdagangan 457 633 –17. H o t e l 22.278 1.199 1.58918. Pengangkutan 34.245 1.977 6.26819. Jasa Perdagangan 11.895 – 71420. Jasa Sanitary 27 37 –21. Jasa Rekreasi 3.477 – –22. Jasa Lainnya 145 – 51

J u m l a h : 1.262.855 141.286 88.402

142

Page 24:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

GRAFIK III – 1JUMLAH TENAGA PADA PROYEK-PROYEK

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI,1968 s/d MARET 1981

143

Page 25:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

yang terserap disebabkan oleh arah investasi yang lebih banyak ke sektor industri kehutanan, sedangkan di tahun sebelumnya investasi banyak diarahkan ke sektor pertanian dan industri yang lebih padat tenaga kerja. Perlu di ingat bahwa di samping penyerapan tenaga kerja secara langsung masih akan terbuka kesempatan kerja sebagai akibat efek berganda daripada penanaman modal. Kalau angka-angka tenaga kerja ini dihubungkan dengan nilai investasi yang disetujui, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara rata-rata pada tahun 1980/81 untuk menciptakan satu kesempatan kerja diperlukan investasi sebesar Rp. 13,1 juta, dibanding dengan tahun sebelumnya hanya sebesar Rp. 5,7 juta. Hal ini ditentukan oleh arah investasi yang lebih banyak ke sektor kehutanan, industri kayu dan industri kimia.

Proyek-proyek PMDN yang telah habis masa bebas pajaknya dalam tahun kedua Repelita III sebanyak 55 proyek, dengan jumlah rencana penanaman modal Rp. 62.403 juta, sedangkan proyek-proyek PMDN yang telah habis masa keringanan pajaknya (investment allowance) sebanyak 217 proyek dengan jumlah rencana penanaman modal Rp. 272.031 juta (Tabel III-4). Jumlah proyek yang habis masa keringanan pajaknya lebih besar daripada proyek yang habis masa bebas pajaknya, karena dalam kebijaksanaannya, BKPM lebih menekankan pada fasilitas keringanan pajak. Tabel III-5 dan

TABEL I I I — 4

JUMLAH PROYEK DAN RENCANA PENANAMAN MODAL DALAM

NEGERI YANG HABIS MASA FASILITASNYA,*)1978/79 — 1980/81

MASA BEBAS PAJAK KERINGANAN PAJAK

144

Page 26:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Tahun ProyekRencana

penanaman modal(dalam juta Rp.)

ProyekRencana

penanaman modal

(dalam juta. Rp.)

1978/79 664 297.836 486 289.7231979/80 31 35.679 95 87.9631980/81 55 62.403 217 272.031

*) Yang habis masa fasilitasnya pada tahun bersangkutan

Page 27:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

T A B E L I I I - 5REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI ¹),

1968 S/D MARET 1981(Investasi dalam juta rupiah )

1968 s/d Maret 1979

1968 s/d Maret 1980

1968 s/d Maret 1981 2)

²)No.

Bidang Usaha Proyek

Investasi

Proyek

Investasi

Proyek

Investasi

1. Pertanian 68 107.572 69 182.683 76 199.5682. Kehutanan 129 91.486 132 102.870 147 142.3423. Perikanan 14 11.926 14 11.926 15 15.0434. Pertambangan 9 211.751 9 211.751 10 228.192

5. Industri Makanan 244 165.247 244 165.247 258 189.7586. Industri Tekstil 209 185.988 209 185.958 227 218.3547. Industri Kayu 88 74.851 88 74.831 101 113.0618. Industri Kertas 83 58.881 84 62.484 94 84.1989. Industri Kimia 195 167.501 197 168.608 211 239.715

10. Industri Mineral bukanLogo m

83 202.450 83 202.450 94 260.800

11. Industri LogamDasar

47 66.210 47 66.210 49 73.07212. Industri Barang

Logam161 131.424 162 131.814 171 140.737

13. Industri Lainnya 16 4.856 16 4.856 17 5.51014. Konstruksi 4 54.047 4 54.047 5 56.10715. H o t e l 56 67.009 56 67.009 60 72.72916. Perdagangan 1 1.163 1 1.163 1 1.16317. Pengangkutan 48 30.201 48 30.201 54 38.85718. Jasa Perdagangan 26 69.197 26 69.197 29 74.71119. Jasa-jasa Lainnya 12 3.644 12 3.644 13 5.227

J u m l a h 1.493

1.705.404

1.501 1.796.979

1.632 2.159.144

1) Berdasarkan laporan yang masuk setiap tahunAngka sementara

145

Page 28:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

GRAFIK I I I - 2

PERSETUJUAN DAN REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI,1968 S/D MARET 1 9 8 1

146

Page 29:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Grafik III — 2 menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri berdasarkan laporan setiap enam bulan yang disampaikan ke BKPM. Sampai dengan Maret 1981 jumlah proyek yang direalisasikan ber-dasarkan laporan yang masuk adalah 1.632 buah dengan investasi sebesar Rp. 2.159 milyar.

2. Penanaman Modal Asing

Dalam tahun kedua Repelita III (April 1980 — 1981) telah disetujui proyek-proyek PMA sebanyak 28 buah dengan jumlah rencana investasi sebesar US $ 348,9 juta.

Ditinjau dari jumlah proyek yang disetujui, dalam tahun laporan ini terjadi kenaikan, dari 27 proyek pada tahun 1979/80, menjadi 28 proyek pada tahun 1980/81. Tetapi jika dilihat dare sudut jumlah investasinya terjadi penurunan dari US $ 409 juta pada tahun 1979/80 menjadi US $ 348,9 juta pada tahun 1980/81, Dengan demikian rata-rata nilai investasi tiap proyek makin kecil.

Perkembangan penanaman modal asing dengan perincian menurut sektor kegiatan dapat diikuti pada Tabel III — 6. Dari jumlah investasi dalam tahun 1980/81 sekitar 55,7% di bidang industri. Da-pat dikemukakan bahwa dalam perkembangan industri yang menonjol adalah industri kimia, perkayuan, barang logam dan mineral bukan logam. Di sampling sektor perindustrian, sektor kehutanan sempat menarik 13,5% dari seluruh rencana investasi yang disetujui.

Dalam tahun ini juga terjadi :

a. Perluasan kapasitas dan penambahan modal atas proyek-proyek lama dengan jumlah penambahan investasi sebesar US $ 332,9 juta.

147

Page 30:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

b. Pengalihan status dari PMA ke PMDN sebanyak 3 proyek dengan jumlah investasi sebesar US $ 5,5 juta (Rp. 2,1 milyar),

c. Pembatalan/pencabutan sebanyak 15 proyek dengan rencana investasi sebesar US $ 57,2 juta. Keputusan pembatalan/pencabutan tersebut berdasarkan atas kenyataan bahwa proyek-proyek tersebut

Page 31:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III – 6PERKEMBANGAN PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL ASING YANG TELAH

DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA, 1967 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 - 1980/81

(Investasi dalam juta US $)

1967 s/d Maret 1979 *) 1979/80 *) 1980/81 *)No. Bidang Usaha Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi

1. Pertanian 51 163,1 3 11,7 3 21,72. Kehutanan 82 530,4 – – 3 47,13. Perikanan 20 91,4 3 35,5 3 19,54. Pertambangan 15 1.501,6 – – – –6. Industri

Makanan61 267,6 1 4,7 1 1,4

6. IndustriTekstil

67 1.099,2 1 3,0 – –7. Industri 17 80,0 2 10,8 3 42,88. Industri Kertas 18 121,6 – – – –9. Industri

Kimia122 813,0 2 5,3 6 99,0

10. Industri Mineral Logam 23 489,5 3 222,

41 24,9

11. Industri Logam Dasar

20 1.196,8 1 2,0 – –12. Industri Barang

Logam135 468,1 4 29,4 4 26,3

13. Industri Lainnya 20 18,7 – – – –14. Konstruksi 64 90,7 1 0,2 – –15. Perdagangan 3 7,6 – – – –16. H o t e l 9 165,6 1 31,6 1 31,617. Pengangkutan 20 44,2 1 6,6 1 25,018. Komunikasi 1 78,8 – – 1 6,219. Jasa

Perdagangan31 193,6 4 45,8 – –

20. Jasa Sanitary 1 0,02 – – – –21. Jasa Sosial

Masyarakat10 19,5 – – – –

22. Jasa Rekreasi dan Lainnya

7 3,3 – – 1 4,4

J u m l a h 797 7.444,3 27 409,0

28 348,9

*) Telah diperbaiki dengan memperhitungkan proyek yang mengundurkan dir i dan yang merubah status dari PMA ke PMDN

148

Page 32:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

tidak mampu menyelesaikan investasinya. Dengan memperhitungkan investasi untuk perluasan kapasitas proyek-proyek lama, maka nilai investasi yang disetujui dalam tahun 1980/81 menjadi US $ 681,8 juta.

Apabila dilihat segi penyebaran proyek di daerah-daerah (Tabel III — 7), maka dalam periode 1980/81 ini terlihat investasi di Jawa sebesar US $ 157,4 juta atau 45,1% dari seluruh investasi. Investasi di luar Jawa sebesar US $ 191,5 juta atau 54,9%. Investasi di luar Jawa sebagian besar di Kalimantan yang mencapai US $ 95,3 juta, atau 27,3% dari seluruh investasi, sedangkan di Kalimantan Timur saja mencapai US $ 59,1 juta atau 16,9% dari seluruh rencana investasi. Hal ini disebabkan oleh kebijaksanaan Pemerintah yang mewajibkan pemegang HPH untuk membangun industri pengolahan kayunya. Tabel III — 8 dan Grafik III — 3 menunjukkan besarnya penyerapan tenaga kerja secara langsung di sektor penanaman modal asing. Dalam tahun kedua Repelita III ini terjadi kenaikan dari 6.679 orang dalam tahun 1979/80 menjadi 10.847 orang dalam tahun 1980/81. Hal ini disebabkan karena adanya 2 proyek semen yang besar di Jawa Tengah yang banyak menyerap tenaga kerja.

Jumlah proyek-proyek PMA yang telah habis masa bebas pajaknya dalam tahun kedua Repelita III sebanyak 38 buah dengan jumlah penanaman modal yang direncanakan sebesar Rp. 235,6 milyar, se-dangkan proyek-proyek PMA yang telah habis masa keringanan pajaknya (investment allowance) sebanyak 25 buah dengan jumlah rencana penanaman modal sebesar Rp. 156 milyar (Tabel III—9). Tabel III — 10 dan Grafik III — 4 menunjukkan realisasi penanaman modal asing berdasarkan laporan

149

Page 33:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

setiap tahun yang diwajibkan kepada para investor.Sampai dengan Maret 1981 jumlah proyek yang

telah direalisasikan menurut laporan yang masuk adalah 694 buah dengan investasi sebesar US $ 4.310,3 juta.

Page 34:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL II I — 7PERKEMBANGAN PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL ASING

YANG TELAH DISETUJUI PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I,1967 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 — 1980/81

Investasi dalam juta US $

1967 s/d Maret 1979 1979/80 1980/81

No. Lokasi Usaha Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi

1. DKI. Jakarta 308 1.362,3 12 86,9 4 50,8

2. Jawa Barat 158 1.692,4 4 8,7 6 79,7

3. Jawa Tengah 19 212,3 — — 1 2,0

4. Daerah Istimewa Yogyakarta 3 2,6 — — — —

5. Jawa Timur 80 360,9 1 25,1 1 24,9

6. Daerah Istimewa Aceh 6 328,5 1 193,4 — —

7. Sumatera Utara 45 1.077,1 — — — —

8. Sumatera Barat 5 66,5 1 4,3 — —

9. R i a u 17 52,9 2 38,2 4 58,7

10. J a m b i 3 9,9 1 6,5 1 6,5

11. Lampung 7 85,0 1 1,9 2 3,5

12. Sumatera Selatan 12 68,5 1 2,5 1 8,1

13. Kalimantan Barat 11 15,7 — — — —

14. Kalimantan Timur 23 321,3 — — 3 59,1

15. Kalimantan Tengah 19 80,9 — — 1 16,2

16. Kalimantan Selatan 8 75,5 — — 1 20,0

17. Sulawesi Utara 3 81,9 — — 1 1,4

18. Sulawesi Tengah 6 11,4 — — — —

19. Sulawesi Tenggara 3 28,2 — — — —

20. Sulawesi Selatan 9 112,1 — — — —

21. M a l u k u 10 109,2 2 33,6 — —

22. B a I i 4 24,2 0 0, — —

23. Nusa Tenggara Barat 1 2,0 0 0 — —

24. Nusa Tenggara Timur 2 33,8 0 0 — —

25.. Irian Jaya 10 265,8 1 7,9 2 18,0

26. Beberapa Dati I 25 963,4 — — — —

J u m I a h 797 7.444,3 27 409,0 28 348,9

150

Page 35:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III – 8JUMLAH TENAGA KERJA INDONESIA DAN ASING PADA PROYEK

PENANAMAN MODAL ASING MENURUT BIDANG USAHA,1967 S/D MARET 1979 DAN 1979/80 - 1980/81

(orang)

1967 s/d Maret 1979 1979/80 1980/81

No. Bidang UsahaIndonesia Asing Total Indonesia AsingIndonesia Asing Total Total

1. Pertanian 91982 136 81.118 359 24 383 320 9 3292. Kehutanan 19.100 2.953 22.053 – – – 3.318 63 3.3813. Perikanan 3.697 452 4.149 798 136 934 409 13 4224. Pertambangan 646 38 684 – – – – – –5. Industri Makanan 29.854 517 30.371 69 16 85 205 4 2096. Industri Tekstil 78.830 1.056 79.886 910 19 929 – – –7. Industri Kayu 6.074 119 6.193 1.033 24 1.057 2.967 28 2.995& Industri Kertas 4.134 114 4.248 – – – – – –

9. Industri Kimia 26.997 889 27.886 365 14 379 1.241 75 1.31610. Industri Mineral bukan Logam 11.163 290 11.453 1.179 69 1.248 249 8 25711. Industri Barang Logam 69.576 1.769 71.345 1.024 66 1.090 830 26 85612. Industri Logam Dasar 7.782 175 7.957 167 8 175 – – –13. Industri Lainnya 24.937 1.312 26.249 – – – – – –14. Konstruksi 25.368 1.628 26.996 79 4 83 – – –15. Perhotelan 6.671 224 6.895 229 11 240 274 10 28416. Pengangkutan 2.442 257 2.699 115 7 122 315 10 32517. Real Estate/Perkantoran 719 24 743 – – – 72 7 7918. Jasa Lainnya 694 66 760 2.918 36 2.954 387 7 394

J u m l a h 399.666 12.019 411.685 9.245 434 9.679 10.587 260 10.847151

Page 36:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

GRAFIK III – 3JUMLAH TENAGA KERJA INDONESIA DAN ASING

PADA PROYEK PENANAMAN MODAL ASING1967 S/D MARET 1981

152

Page 37:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III — 9

JUMLAH PROYEK DAN RENCANA PENANAMAN MODAL ASINGYANG HABIS MASA FASILITASNYA, *)

1978/79 — 1980/81MASA BEBAS PAJAK KERINGANAN PAJAK

Tahun ProyekRencana

Penanaman modal(dalam milyar Rp.)

ProyekRencana

Penanaman modal(dalam milyar Rp.)

1978/79 40 70,8 23 17,5

1979/80 75 785,8 13 228,3

1980/81 38 235,6 25 156,2

*) Yang habis masa fasilitasnya pada tahun bersangkutan

153

Page 38:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III - 10

REALISASI PENANAMAN MODAL ASING I)

1967 S/D MARET 1981(Investasi dalam juta US $)

1967 s/d Maret 19792) 1967 s/d Maret 1980 1967 s/d Maret 1981No. Bidang Usaha Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi

1 Pertanian 56 91,4 56 91,4 56 91,4

2. Kehutanan 67 239,3 68 242,4 75 270,3

3. Perikanan 16 62,9 17 68,8 20 83,8

4. Pertambangan Logam 7 915,6 7 915,6 7 915,6

5. Pertambangan lainnya 4 54,3 4 54,3 4 54,3

6. Industri Makanan 45 91,4 47 94,9 49 102,9

7. Industri Tekstil 58 807,6 59 808,4 63 824,2

8. Industri Kayu 11 44,7 11 44,7 11 44,7

9. Industri Kertas 10 22,9 11 30,9 12 33,6

10. Industri Kimia 113 300,7 114 317,9 116 325,8

11. Industri Mineral bukanLogam 18 405,4 19 405,5 23 422,4

12. Industri Logam Dasar 19 251,9 19 251,4 19 251,4

13. Industri Barang Logam 114 428,9 116 429,2 125 453,0

14. Industri Lainnya 5 18,1 5 18,1 6 19,5

15. Konstruksi 43 105,2 43 105,2 46 109,2

16. Perdagangan 2 79,2 2 79,2 2 79,2

17 H o t e l 6 57,3 6 57,3 6 57,3

18. Pengangkutan 16 38,3 16 38,3 17 39,5

19. Komunikasi 1 2,8 1 2,8 1 2,8

20. Jasa Perdagangan 27 111,9 27 111,9 28 114,3

21. Jasa Sosial Masyarakat 2 0,6 2 0,6 2 0,6

22. Jasa Rekreasi 5 12,5 5 12,5 6 14,5

J u m l a h 645 4.142,9 655 4.181,3 694 4.310,3

1) Berdasarkan laporan yang masuk setiap tahun2) Angka diperbaiki

154

Page 39:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

GRAFIK III – 4

PERSETUJUAN DAN REALISASI PENANAMAN MODAL ASING,1967 S/D MARET 1981

155

Page 40:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

D. PENGEMBANGAN GOLONGAN EKONOMI LEMAH

Dalam pengembangan golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil GBHN telah memberikan pengarahan, yaitu perlunya dilanjutkan dan ditingkatkan program-program yang memberi kesempatan lebih banyak kepada golongan ekonomi lemah dan pengusaha-pengusaha kecil untuk memperluas dan meningkatkan usahanya, antara lain dengan jalan memperkuat permodalan, meningkatkan keahlian dan kemampuan, serta memperluas pemasaran.

Dalam tahun 1980/81 program-program yang memberi kesempatan lebih banyak kepada golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil untuk lebih meningkatkan usahanya adalah sebagai berikut :

1. Memperkuat permodalanProgram bantuan permodalan dirasakan besar

pengaruhnya terhadap pengembangan golongan ekonomi lemah. Sejak tahun 1971 telah diadakan kebijaksanaan kredit kecil mudah dan murah yang berupa Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP).

Penyempurnaan dan penyederhanaan tata cara pemberian KIK dan KMKP yang ditujukan untuk membantu pengusaha golongan ekonomi lemah selalu ditingkatkan. Hal tersebut tercermin pada pening-katan yang semakin besar darn pemberian kredit tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Tabel III – 11, yang berarti bahwa jenis KIK dan KMKP tersebut makin dikenal di kalangan pengusaha. Pada akhir tahun 1980/81 posisi KIK telah mencapai Rp. 238 milyar, yang berarti bertambah dengan 101,2%

156

Page 41:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

dibandingkan dengan tahun 1979/ 80. Nilai permohonan yang disetujui bertambah dengan 86,6% sehingga mencapai Rp. 355 milyar pada akhir Maret 1981.

Adapun KMKP nilai permohonannya telah meningkat dengan 84,9% sehingga mencapai Rp. 645 milyar pada akhir tahun 1980/81.

Guna menunjang perkembangan pengusaha-pengusaha kecil pribumi, senantiasa diusahakan peningkatan fasilitasnya. Kredit Mini yang semula diberikan setinggi-tingginya Rp. 100.000,00 per nasabah,

Page 42:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

TABEL III – 11

PERKEMBANGAN KIK DAN KMKP,

1978/79 — 1980/81

Nilai Permohonan yang Disetujui N a s a b a h Posisi Kredit *)(milyar Rp.) (ribuan) (milyar Rp.)

Jenis

Kredit 1978/79 1979/80 1980/81% Kenaikan

1980/81 1978/79 1979/80 1980/81% Kenaikan

1980/81 1978/79 1979/80 1980781% Kenaikan

1980/81

KIK 112,8 190,2 355 86,6 57,4 79,4 126,0 56,7 68,0 118,3 238 101,2

KMKP 188,3 348,9 645 84,9 438,0 664,4 934,0 40,6 93,2 181,1 369 103,8

*) Keadaan pada akhir tahun fiskal

Page 43:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

mulai bulan Juni 1980 dinaikkan batasnya menjadi Rp. 200.000,00 meskipun suku bunganya tetap 12% setahun. Dalam tahun pertama Repelita III jumlahnya meningkat dari Rp. 15,7 milyar pada akhir Maret 1979 menjadi Rp. 20,4 milyar pada akhir Maret 1980 dan meningkat lagi menjadi Rp. 42,6 milyar pada akhir Maret 1981. Secara terperinci peningkatan ini dapat dilihat pada Tabel III — 12.

Se1anjutnya, bagi nasabah yang usahanya menunjukkan perkembangan yang baik, mulai bulan Judi 1980 disediakan pula fasilitas "Kredit Midi" yaitu pinjaman di atas Rp. 200.000,00 s/d Rp. 500.000,00 per nasabah dengan suku bunga 10,5% untuk keperluan investasi dan 12% untuk keperluan modal kerja. Perlu dikemukakan bahwa sumber dana Kredit Mini seluruhnya berasal dari APBN, sedang untuk Kredit Midi dananya disediakan dari Bank Indonesia. Untuk tahun 1980/81 disediakan dana Kredit Midi sebesar Rp: 7,5 milyar dan pada akhir Maret 1981 diperkirakan mencapai Rp. 3,4 milyar.

Di samping jenis-jenis kredit perbankan tersebut di atas dalam rangka membantu para pedagang kecil di pasar-pasar sejak tahun 1976/77 Pemerintah telah memberikan bantuan yang berbentuk Kredit Candak Kulak. Kredit Candak Kulak (KCK) diadakan untuk memberikan pelayanan kepada pedagang kecil. Besarnya kredit antara Rp. 2.000,— dan Rp. 15.000,— dengan bunga 12% setahun tanpa jaminan. Pengelolaan kredit ini dilakukan oleh Koperasi Unit Desa.

TABEL III—12PERKEMBANGAN KREDIT MINI,

1978/79 — 1980/81

158

Page 44:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

AkhirTahun

Posisi kredit (juta Rp.) N a s a b a h

Investasi Eksploitasi Jumlah Investasi Eksploitasi Jumlah

1978/79 2.733 13.015 15.748 53.004 289.242 342.2461979/80 3.153 17.245 20.398 57.985 349.281 407.2661980/81 4.615 38.000 42.615 69.284 602.537 671.821

Page 45:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Pemberian KCK dari tahun ke tahun selalu meningkat sejalan dengan peningkatan dana yang disediakan oleh Pemerintah. Selama tahun 1980/81 KCK yang diberikan diperkirakan berjumlah Rp. 19 milyar sehingga seluruhnya mencapai Rp. 55 milyar pada akhir Maret 1981 dan pelunasannya sebesar Rp. 47 milyar. Pada tahun 1980/81 jumlah KUD yang menyalurkan KCK bertambah dengan 268 buah, sehingga seluruhnya pada akhir Maret 1981 berjumlah 2.464 buah KUD.

Dalam rangka membantu golongan ekonomi lemah/menengah PT Bahana memberikan bantuan berupa pemanduan, monitoring, bimbingan serta pemberian kredit. Sampai dengan akhir Maret 1981 telah terdapat 24 perusahaan yang memperoleh bantuan dengan perincian pada sektor industri 11 bush, sektor pertanian 9 buah dan sektor jasa 4 buah. Dana yang $udah diinvestasikan mencapai Rp. 1.386 juta yang dibagi dalam penyertaan saham sebesar Rp. 290 juta dan pemberian kredit sebesar Rp. 1.096 juta.

2. Meningkatkan keahlian dan kemampuanDalam rangka meningkatkan keahlian dan

kemampuan para pengusaha golongan ekonomi lemah, Departemen Perindustrian bekerja sama dengan Departemen/Lembaga lainnya untuk melaksanakan berbagai usaha, antara lain mendirikan Pusat Pelayanan Pengusaha Industri Kecil, yang memberikan bantuan berupa bimbingan tehnik, peralatan, promosi/pameran, bahan baku dan sebagainya.

Pada waktu ini sedang dirintis usaha sub kontrak dengan industriindutsri yang lebih besar .dengan cara bapak angkat. Kemajuan yang diperoleh dalam usaha tersebut tampak pada makin banyaknya pe-minta untuk turut serta dalam pameran-pameran dan makin bertambahnya varitas barang-barang yang dipamerkan.

Page 46:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Bagi pedagang golongan ekonomi lemah bimbingan dilakukan melalui proyek Pembinaan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah, yang diberikan berupa penataran dan konsultasi kerja dengan bebe-rapa universitas negeri. Jumlah daerah yang dijadikan proyek pem-

159

Page 47:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

binaan pada tahun 1978/79 sebanyak 11 propinsi dan pada tahun 1979/80 meningkat menjadi 27 propinsi dengan perkembangan sebagai berikut :

1978/79 1979/80 1980/81Penataran 1.621 orang 2.056

orang2.044 orangKonsultasi 1.333 orang 1.775 1.692

Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) memberi pelayanan kepada para pengusaha golongan ekonomi lemah berupa bimbingan tehnik dan ekspor serta pameran-pameran di dalam dan di luar negeri dalam rangka peningkatan dan pengembangan ekspor.

Pengembangan dunia usaha memerlukan tersedianya tenaga kerja yang trampil dan usaha ini dilakukan melalui Pusat-pusat Latihan Kerja (PLK) Industri, Pertanian, Kehutanan dan Manajemen. Fasilitas Latihan Kerja tersebut makin tersebar di seluruh pelosok tanah air, dengan jumlah peserta yang makin banyak.

Dalam tahun 1978/79 ada 20.545 orang peserta, tahun 1979/80 jumlah tersebut menjadi 30.752 orang dan pada tahun 1980/81 naik menjadi 44.923 orang.,

Produktivitas golongan ekonomi lemah dibina oleh Pusat Produktivitas Nasional dengan memberikan ketrampilan manajemen kepada pengusaha-pengusaha kecil dan menengah, baik di perusahaan pemerintah, perusahaan swasta maupun ABRI. Latihan diberikan baik di pusat maupun di daerah-daerah dengan peserta sebanyak 2.890 orang pada tahun 1978/79 dan 3.234 orang pada tahun 1979/80 dan menjadi 4.529 orang pada tahun 1980/81,

3. Memperluas pemasaranProgram pokok bantuan pemasaran dalam

160

Page 48:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Repelita III berupa pemberian prioritas kepada golongan ekonomi lemah untuk memperoleh tempat-tempat berdagang yang layak, pemberian fasilitas pameran hasil produksi golongan ekonomi lemah di pusat-pusat pameran dagang, serta pembentukan koperasi golongan ekonomi lemah.

Page 49:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Guna menunjang pengusaha golongan ekonomi lemah dalam penyediaan tempat berdagang, kepada pemerintah daerah diberikan kredit investasi untuk membangun atau memugar pasar atau pusat pertokoan dengan beberapa keringanan, yaitu berupa pembebasan penyediaan dana sendiri akan tetapi disyaratkan bahwa 60% dari jumlah toko kios tersebut harus disediakan untuk para pengusaha golongan ekonomi lemah. Kebijaksanaan ini tercantum dalam Instruksi Presiden No. 8 tahun 1979 tentang program bantuan kredit konstruksi pembangunan dan pemugaran pusat pertokoan/perbelanjaan/perdagangan dan/atau pertokoan.

Dalam rangka membantu pemasaran hasil industri kerajinan, kepada para produsen telah diberikan kesempatan untuk memamerkan hasil produksinya pada pusat pameran dagang yang telah diadakan, seperti di Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah dan DKI Jakarta Raya.

Pembentukan koperasi para pengusaha golongan ekonomi lemah untuk tahun 1980/81 lebih digiatkan, terutama dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan pemasaran dengan cara memasarkan hasilnya secara bersama sehingga biaya-biaya pameran dapat diturunkan.

Dalam usaha membantu perluasan pemasaran hasil produksi dalam negeri serta mendorong perkembangan golongan ekonomi lemah, maka dalam rangka pembelian/pengadaan barang/peralatan dan pemborongan telah dikeluarkan Keputusan Presiden No. 14A tahun 1980 setelah disempurnakan. Dengan adanya kebijaksanaan ini maka sektor pemerintah termasuk pemerintah daerah dan badan usaha milik negara merupakan jaminan tersedianya pasaran bagi barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri, dan khususnya untuk peningkatan golongan

161

Page 50:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

ekonomi lemah.Sejak di keluarnya Keppres 14 tahun 1979 yang

disempurnakan dengan Keppres 14A tahun 1980 yang isinya antara lain mengutamakan golongan ekonomi lemah sebagai rekanan dan mengutamakan produksi dalam negeri dalam pelaksanaan anggaran belanja negara 1979/80 sampai sekarang, maka tampak peningkatan yang cukup berarti pada kegiatan pemborongan pekerjaan serta perdagangan barang dan jasa.

Page 51:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

Umumnya jumlah pemborong bangunan di daerah-daerah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat, yang berarti situasi yang menggembirakan untuk pengembangan dunia usaha golongan ekonomi lemah dengan munculnya wiraswasta-wiraswasta baru, dengan adanya kesempatan pasaran yang telah diciptakan lebih luas oleh pemerintah bagi golongan ekonomi lemah pada khususnya dan dunia usaha pada umumnya bersamaan dengan makin meningkatnya anggaran belanja negara, di Pusat dan Daerah dan anggaran BUN untuk negara.

Kesempatan dan kemudahan yang diberikan melalui Keputusan Presiden Nomor 14 tahun 1979 dan penyempurnaan pada Keputusan Presiden No. 14A tahun 1980 tersebut telah banyak dinikmati oleh golongan ekonomi lemah, terutama pada kegiatan pemborongan bangunan, sedang di bidang kegiatan perdagangan barang dan jasa golongan ekonomi lemah masih harus dikembangkan kemampuannya agar mereka dapat benar-benar memanfaatkan kesempatan dan kemudahan yang tersedia bagi mereka.

Dalam rangka makin memantapkan penegasan sasaran untuk pelaksanaan APBN secara tertib yang sekaligus juga mendorong pengembangan dunia usaha pada umumnya serta dunia golongan ekonomi lemah pada khususnya, maka dalam Keppres 14A tahun 1980 juga ditetapkan hal-hal antara lain sebagai berikut : a) adanya hak sanggah yang diberikan kepada para pengusaha yang menjadi calon rekanan pemerintah dalam pelelangan; b) para pengusaha yang memperoleh pekerjaan dari Pemerintah dapat memperoleh uang muka sebesar 20% dari nilai kontraknya dan untuk membiayai kon-trak itu mereka dapat memperoleh kredit dari bank pemerintah; c) keharusan pemborong besar

162

Page 52:  · Web viewDi Indonesia kegiatan-kegiatan usaha meliputi usaha-usaha Swasta Nasional, Koperasi, Perusahaan-perusahaan Milik Negara, dan usaha Swasta Asing. Dalam usaha Swasta Nasional

untuk kerjasama dengan golongan ekonomi lemah, dan lain sebagainya.