· Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha...

158
LAMPIRAN PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1986 PELAKSANAAN TAHUN KEDUA REPELITA IV ( 1 APRIL 1985 S/D 31 MARET 1986 ) REPUBLIK INDONESIA

Transcript of  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha...

Page 1:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

LAMPIRAN

PIDATO KENEGARAANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

15 AGUSTUS 1986

PELAKSANAAN TAHUN KEDUA

R E P E L I T A I V

( 1 APRIL 1985 S/D 31 MARET 1986 )

REPUBLIK INDONESIA

Page 2:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam
Page 3:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

PENJELASAN TENTANG

CARA PENULISAN ANGKA DESIMAL

Dalam lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. 15 Agustus 1986 ini

terdapat perbedaan antara cara penulisan angka dalam grafik dengan cara

penulisan angka dalam teks (uraian) khususnya mengenai penulisan angka

desimal. Di dalam teks, untuk menunjukkan angka desimal, dipergunakan

tanda "," (koma) sedangkan dalam grafik digunakan tanda "." (titik). Oleh

karena itu tends (titik) dalam angka pada grafik agar dibaca sebagai

tends "," (koma).

Sebagai contoh :

Angka 1278.3 dalam grafik agar dibaca 1278,3 yakni seribu dua ratus

tujuh puluh delapan tiga per sepuluh.

------------

Page 4:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

D A F T A R ISI :

Ba I. UmumBa

bII. Pengelolaan Sumber Alam dan

Lingkungan HidupBab

III. Pengembangan Dunia UsahaBa

bIV. Keuangan Negara, Perkembangan

Moneter, danLembaga-Lembaga KeuanganBa

bV. Neraca Pembayaran dan Perdagangan

Luar NegeriBab

VI. Pertanian dan PengairanBa

bVII. Pangan dan Perbaikan Gizi

Bab

VIII. I n d u s t r iBa

bIX. Pertambangan dan Energi

Bab

X. Perhubungan dan PariwisataBa

bXI. Koperasi dan Perdagangan Dalam

NegeriBab

XII. Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja dan TransmigrasiBa

bXIII. Perumahan Rakyat dan Pemukiman

Bab

XIV. Pembangunan Daerah, Desa dan KotaBa

bXV. A g a m a

Bab

XVI. Pendidikan, Generasi Muda, Kebudayaan Nasionaldan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha EsaBa

bXVII. Ilmu Pengetahuan, Teknologi,

Penelitian danStatistikBa

bXVIII. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial dan

PerananWanitaBa

bXIX. Kependudukan dan Keluarga

BerencanaBab

XX. H u k u mBa

bXXI. Penerangan, Pers dan Komunikasi

SosialBab

XXII. Aparatur Pemerintah

Page 5:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam
Page 6:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

UMUM

Page 7:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam
Page 8:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

BAB I

U M U M

Laporan ini mencakup pelaksanaan tahun kedua Repelita IV, dan sebagaimana biasanya disampaikan sebagai lampiran dari pi-dato kenegaraan Bapak Presiden Republik Indonesia di depan Si-dang Umum Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1986.

Tahun 1985/86, atau tahun kedua pelaksanaan Repelita IV, merupakan tahun yang cukup berat bagi Indonesia dan kebanyakan negara-negara berkembang. Setelah terlihat gejala kebangkitan kembali di beberapa negara maju dalam semester kedua tahun 1983 dan tahun 1984, khususnya di Amerika Utara dan Jepang, situasi perekonomian dunia kembali mengalami perlambatan pertumbuhan. Apabila dalam tahun 1984 laju petumbuhan ekonomi negara-negara industri sebagai kelompok mencapai 4,7%, maka dalam tahun 1985 laju tersebut menurun menjadi hanya 2,8%. Kelompok negara ber-kembang sendiri mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi dari 4,1% dalam tahun 1984 menjadi sekitar 3,2% dalam tahun 1985.

Permasalahan pokoknya masih tetap bersumber pada kenyataan bahwa negara-negara industri merupakan pasaran utama bagi komo-diti-komoditi ekspor dari negara-negara berkembang. Perlambat-an pertumbuhan ekonomi negara-negara industri secara langsung dan tidak langsung mengakibatkan kelesuan pasar komoditi-komo-diti ekspor dari negara-negara berkembang, seperti tercermin pada merosotnya harga berbagai komoditi tersebut secara tajam, dan selanjutnya mengakibatkan penurunan penerimaan devisa nega-ra-negara tersebut, dengan konsekuensi akhir berupa membu-ruknya posisi neraca pembayaran mereka serta menurunnya kemam-puan untuk membiayai usaha pembangunan mereka. Dalam tahun 1985, negara berkembang sebagai kelompok mencatat defisit transaksi berjalan yang meningkat dalam neraca pembayaran mere-ka, yaitu sebesar US$ 47,7 milyar dibanding dengan US$ 45,7 milyar untuk tahun 1984.

Kemerosotan harga komoditi-komoditi bahan mentah yang ter-jadi dalam tahun 1985, dan yang menurut pertanda-pertanda yang ada sekarang akan terus berlanjut dalam tahun 1986 ini, terma-

I/3

Page 9:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

suk yang terburuk yang pernah dialami negara-negara berkembang selama beberapa dasawarsa ini. Kejatuhan harga terjadi secara merata dan dialami oleh hampir semua komoditi, dan dalam waktu yang bersamaan, sehingga penurunan penerimaan ekspor dari suatu barang sulit dikompensasi dengan kenaikan penerimaan dari ba-rang ekspor lain. Daftar komoditi yang mengalami kemerosotan tajam ini cukup panjang, mencakup mulai dari hasil-hasil per-tambangan seperti minyak, timah, tembaga, nikel, besi, alumu-nium sampai kepada bahan makanan dan hasil-hasil pertanian ser-ta kehutanan lainnya seperti beras, gula, kelapa sawit, karet, dan kayu. Komoditi-komoditi ini pada umumnya adalah komoditi andalan ekspor negara-negara berkembang. Kecuali untuk bebe-rapa komoditi tertentu, seperti kopi dan lada, berbagai indi-kator menunjukkan bahwa saat ini dunia sedang mengalami kele-bihan suplai yang kronis terhadap komoditi-komoditi primer. Hal ini berarti bahwa perbaikan harga hanya bisa diharapkan terjadi secara bertahap. Bagi negara-negara berkembang, terma-suk Indonesia harapan sebenarnya terletak pada ekspor komoditi manufaktur. Namun inipun bukan tanpa hambatan. Di sate fihak, pengekspor komoditi ini menghadapi gejala proteksionisme di negara-negara maju yang akhir-akhir ini nampaknya justru tidak semakin melemah. Di lain fihak, bagi banyak negara (termasuk Indonesia) peningkatan ekspor komoditi manufaktur ini menuntut pembenahan-pembenahan mendasar di dalam negeri masing-masing, untuk meningkatkan efisiensi dan days saingnya agar bisa menem-bus pasaran internasional. Bagi banyak negara, menghadapi dan mengatasi tantangan-tantangan ini menjadi suatu keharusan, kare-na hal itu mempengaruhi kelangsungan pembangunannya.

Perkembangan situasi moneter dunia juga belum seluruhnya menggembirakan. Beberapa tahun terakhir ini memang telah terja-di perkembangan positif di bidang pengendalian inflasi di ba-nyak. negara. Masalah inflasi sekarang tidak lagi terlalu meng-hantui pemerintah negara-negara maju, sehingga telah memper-longgar ruang gerak bagi negara-negara tersebut dalam usaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi mereka. Namun di lain fihak, sistem moneter dunia yang ada masih tetap menunjuk-kan kelemahan-kelemahan strukturalnya. Terutama sejak dunia memutuskan untuk memakai sistem devisa mengambang pada tahun 1973, perkembangan moneter dunia selalu diwarnai oleh satu ciri utama, yaitu adanya fluktuasi yang tajam dalam kurs-kurs matauang. Dalam beberapa tahun terakhir ini saja bisa dicatat terjadinya gejolak yang sangat tajam dari nilai matauang ter-panting di dunia, yaitu dollar Amerika Serikat. Setelah meng-alami kenaikan nilai yang terus menerus terhadap matauang-matauang utama lain selama beberapa tahun, dollar A.S. berbalik

I/4

Page 10:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

mengalami kemerosotan nilai secara kumulatif sejak kuartal pertama 1985. Apabila tidak ada kesepakatan bersama diantara negara-negara maju untuk mengendalikannya, dikhawatirkan per-kembangan tersebut akan menimbulkan sumber ketidakpastian baru dalam perekonomian dunia, yang selanjutnya bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia. Dalam keadaan seper-ti itu pertumbuhan ekspor dari negara-negara berkembang, dan dengan demikian juga prospek. pembangunan ekonominya, tidak be-gitu cerah. Kemauan politik diantara negara-negara maju guna menyerasikan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi nasional mere-ka untuk tujuan bersama yang lebih tinggi, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia serta memelihara kestabilan moneter internasional, merupakan kunci utama bagi pemecahan masalah ini.

Bagi negara-negara berkembang pengekspor minyak, termasuk Indonesia, peristiwa yang dampaknya paling dramatis adalah merosotnya harga minyak bumi. Gejala kelemahan harga minyak sudah terlihat selama 5 tahun terakhir, namun yang paling menyolok adalah perkembangan yang mulai terjadi sejak akhir tahun 1985, terutama selama bulan-bulan pertama tahun 1986. Hanya dalam beberapa bulan saja, harga minyak dunia. merosot menjadi kurang dari separuhnya. Dua faktor panting yang melan-dasi perkembangan ini adalah adanya kelebihan suplai minyak yang menyeluruh serta belum tercapainya kesepakatan diantara negara-negara penghasil minyak, di dalam dan di luar OPEC, mengenai langkah bersama untuk mengusahakan kestabilan harga pada tingkat yang wajar. Hal ini telah menimbulkan ketidakpas-tian di pasar komoditi ini, yang sangat menyulitkan perencanaan pembangunan di negara-negara tersebut. Hal yang sedikit membe-sarkan had adalah bahwa khusus untuk Indonesia dalam tahun anggaran 1985/86, dampak negatif dari perkembangan keadaan ter-sebut terhadap penerimaan negara maupun posisi neraca pembayar-an dapat dibatasi berkat meningkatnya ketahanan ekonomi Indone-

sia sebagai hasil dari rangkaian tindakan-tindakan kebijaksana-an yang mendasar yang diambil dalam beberapa tahun terakhir ini, serta sebagai akibat dari perkembangan-perkembangan ter-tentu lainnya yang terjadi di dalam negeri. Jelas bahwa Indonesia tidak bisa seluruhnya menghindarkan diri dari pengaruh keadaan tersebut dan beberapa subsektor tertentu memang mengalami kelesuan dalam tahun 1985. Perkembangan ini akan diuraikan pada bagian selanjutnya mengenai pertumbuhan ekonomi, keuangan nega-ra dan neraca pembayaran. Namun tantangan yang kita hadapi tidaklah berakhir dengan keberhasilan kita melewati tahun 1985/86 yang -sulit tersebut. Seperti dikemukakan di atas, ketidakpastian harga minyak serta prospek kelemahan harga-harga

I/5

Page 11:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

komoditi nampaknya akan berlanjut, setidak-tidaknya dalam waktu dekat ini. Hal ini menuntut lebih ditingkatkannya penajaman prioritas pembangunan, dilaksanakannya benar-benar pengelolaan dana pembangunan yang tersedia secara lebih cermat, serta di-lanjutkannya langkah-langkah yang mendasar untuk meningkatkan efisiensi ekonomi secara menyeluruh serta ketahanan dari per-ekonomian kita, seperti yang telah dilaksanakan Pemerintah da- lam beberapa tahun terakhir ini.

Laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri dalam tahun 1985 me-ngalami perlambatan dibanding dengan tahun sebelumnya. Apabila tahun 1984 PDB (angka revisi dan dalam harga konstan tahun 1983) meningkat dengan 6,1%, maka dalam tahun 1985 laju pertum-buhannya hanya mencapai 1,9%. Dari segi laju pertumbuhan ekono-mi dalam negeri, tahun 1985 bukanlah tahun yang cerah, meskipun dibanding dengan negara-negara berkembang lain, khususnya nega-ra-negara berkembang pengekspor minyak, laju pertumbuhan ter-sebut bukan pula yang terendah. Dalam tahun 1985, laju pertum-buhan negara-negara berkembang pengekspor minyak sebagai kelom-pok adalah -1,1%, sedang negara-negara yang tergabung dalam OPEC mencatat laju pertumbuhan sebesar -0,3%. Di antara negara-negara ASEAN sendiri dalam tahun 1985, hanya Malaysia dan Thai-land yang berhasil mempertahankan laju pertumbuhan yang memadai (masing-masing 5,2% dan 4,4%), sedangkan Singapura dan Filipina mencatat pertumbuhan yang negatif (masing-masing -1,7% dan -2,7%).

Faktor penyebab terpenting dari penurunan laju pertumbuhan ini bisa ditelusuri kembali kepada lemahnya pasaran komoditi, khususnya minyak bumi, seperti yang telah diuraikan di atas. Keadaan ini telah menyebabkan terjadinya penurunan produksi minyak bumi di Indonesia pada tahun 1985. Pada tahun tersebut sektor pertambangan secara keseluruhan mengalami penurunan pro-duksi sebesar 5,6%. Mengingat bahwa subsektor minyak dan gas bumi mempunyai bobot yang besar (sekitar 18% pada tahun 1983) dalam PDB, maka penurunan produksi tersebut tentu mempunyai dampak langsung yang cukup berarti terhadap pertumbuhan ekono-mi nasional secara keseluruhan. Di samping itu, penurunan pro-duksi minyak bumi juga mempunyai dampak tidak langsung berupa menurunnya tingkat produksi dari beberapa cabang produksi ter-tentu di sektor-sektor lain yang erat kaitannya dengan kegiatan perminyakan, seperti beberapa cabang produksi dalam sektor industri, jasa dan konstruksi. Bagi cabang-cabang kegiatan ini tahun 1985/86 merupakan tahun yang berat, yang diwarnai dengan timbulnya berbagai kesulitan keuangan dan pemasaran dan untuk beberapa kasus, diikuti dengan adanya pemutusan hubungan ker-

I/6

Page 12:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

ja. Dampak negatif yang potensial lainnya, yaitu pengaruhnya lewat pengeluaran pemerintah, seperti yang disebutkan di atas, ternyata bisa dibatasi pada tingkat minimum, karena realisasi penerimaan pemerintah dari migas dalam tahun 1985/86 mendekati tingkat yang dianggarkan dalam APBN, yaitu sebesar Rp 11.144,4 milyar. Jumlah penerimaan ini masih 6,9% di atas realisasi penerimaan dalam tahun 1984/85. Realisasi pengeluaran pemerin-tah secara keseluruhan (rutin dan pembangunan) dalam tahun 1.9$5/86 mencapai Rp 22.824,6 milyar atau 17,8% di atas reali-sasi tahun 1984/85. Hal ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan ke-uangan negara dalam tahun 1985/86 cenderung memperlunak pe-ngaruh negatif dari turunnya harga minyak dan komoditi-komoditi lainnya terhadap tingkat kegiatan ekonomi dalam negeri.

Dampak negatif dari penurunan produksi subsektor minyak dan gas bumi tersebut juga diperlunak dan diimbangi oleh per-kembangan yang menguntungkan di bidang ekspor non-migas dan di sektor-sektor produksi non-migas lainnya. Di tengah-tengah suasana kelesuan pasaran komoditi yang menyeluruh, penerimaan ekspor non-migas Indonesia meningkat dengan 4,5% selama tahun takwim 1985, terutama karena adanya kenaikan yang berarti dari ekspor barang-barang manufaktur, seperti kayu lapis, tekstil dan pakaian jadi. Di samping itu, dalam tahun 1985 sektor-sektor produksi lain di luar minyak dan gas bumi umumnya masih bisa menunjukkan peningkatan, dan bahkan beberapa sektor dan sub-sektor tertentu mengalami peningkatan produksi yang cukup tinggi. Dalam tahun tersebut, sektor pertanian meningkat de-ngan 3,4%, dengan subsektor perkebunan menunjukkan kenaikan yang terbesar (di atas 8%) diikuti oleh subsektor perikanan dan peternakan (masing-masing 4,6%) kemudian subsektor tanaman bahan makanan (2,4%), sedangkan subsektor kehutanan mengalami penurunan sebesar 3,6% terutama karena dalam tahun 1985 keten-tuan pelarangan ekspor kayu gelondong telah berlaku secara penuh. Sektor industri pengolahan mencatat kenaikan yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya tetapi masih cukup memadai, yaitu 5,9%. Di sektor ini dalam tahun 1985 beberapa ca- bang-cabang industri yang bersifat substitusi impor atau yang terkait dengan sektor pertambangan, minyak dan bangunan mengalami kesulitan keuangan dan pemasaran, tetapi cabang-cabang industri lainnya, terutama yang terkait dengan ekspor dari sektor pertanian, justru mengalami kenaikan produksi yang cukup berarti. Sedang sektor listrik, gas dan air minum menca-tat kenaikan 8,1%, sektor pengangkutan dan komunikasi 6,1%, sektor pemerintahan dan pertahanan 7,4%, dan sektor jasa-jasa 5,6%: Sektor perdagangan mencatat laju pertumbuhan sebesar -0,1%, sedangkan sektor bangunan mencatat laju pertumbuhan

I/7

Page 13:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

sebesar 1,7%.

Mari segi stabilitas ekonomi, kemantapan harga-harga tetap bisa dipelihara selama tahun kedua Repelita IV. Apabila dalam tahun takwim 1983 Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaik-an sebesar 11,5%, dan dalam tahun takwim 1984 sebesar 8,8%, ma-ka dalam tahun takwim 1985 hanya mencatat kenaikan sebesar 4,3%. Menurut tahun anggaran, laju kenaikan IHK adalah 12,6% dalam tahun 1983/84, 3,6% dalam tahun 1984/85 dan 5,7% dalam tahun 1985/86. Kemantapan harga secara menyeluruh ini tentu tidak sama sekali terlepas dari beberapa gangguan, meskipun gangguan tersebut hanya bersifat sementara. Khususnya selama bulan-bulan dalam triwulan terakhir tahun 1985/86, terlihat adanya gejala spekulasi di pasar devisa. Namun gejala tersebut segera hilang setelah pasar bisa diyakinkan bahwa Pemerintah memiliki kemauan serta kemampuan untuk mempertahankan nilai rupiah. Sebenarnya gejala tersebut tak perlu terjadi, karena dengan sistem devisa mengambang terkendali dan laju inflasi dalam negeri yang sangat rendah, nilai paritas rupiah terhadap matauang-matauang lain akan selalu mengambang pada tingkat keseimbangan yang realistis. Suasana kestabilan moneter yang mantap ini tercapai terutama berkat dipertahankannya kebijaksa-naan anggaran belanja berimbang, pengelolaan moneter yang mantap, serta pemupukan cadangan devisa yang cukup.

Posisi keuangan internasional kita tidak pula luput dari perkembangan keadaan perekonomian dunia tersebut. Dampak dari penurunan harga minyak dan harga komoditi-komoditi lain terha-dap penerimaan devisa terlihat dari penurunan ekspor secara keseluruhan dari US$ 19.901 juta dalam tahun 1984/85 menjadi US$ 18.612 juta dalam tahun 1985/86. Seperti disebutkan di atas, penurunan tersebut bisa dikendalikan untuk tidak menjadi lebih besar lagi, karena ekspor non-migas (terutama ekspor barang-barang manufaktur) berhasil ditingkatkan dalam suasana kelesuan pasaran ekspor. Dalam kaitan ini perlu dicatat sum-bangan Inpres No. 4 Tahun 1985 dalam meningkatkan kelancaran arus barang.

Menghadapi penurunan penerimaan devisa tersebut, usaha-usa-ha telah dilakukan untuk mengendalikan impor sejauh hal ini ti-dak mengganggu kelancaran produksi dalam negeri. Usaha-usaha ini membuahkan hasil sehingga impor barang dan jasa menurun da-ri US$ 14.427 juta dalam tahun 1984/85 menjadi US$ 12.552 juta dalam tahun 1985/86. Dengan demikian defisit Transaksi Berjalan dalam Neraca Pembayaran dalam tahun 1985/86 bisa dipertahankan pada tingkat yang masih terkendali, yaitu sebesar US$ 1.832 ju-

I/8

Page 14:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

ta, dibanding dengan US$ 1.968 juta dalam tahun 1984/85.

Usaha-usaha di bidang perdagangan dan pembayaran luar nege-ri tersebut telah berhasil mempertahankan dan memantapkan posi-si cadangan devisa kita yang pada akhir tahun anggaran 1985/86 mencapai US$ 10.766,1 juta (termasuk US$ 5.841,2 juta yang ada di Bank Indonesia yang cukup untuk membiayai lebih dari 6 bulan impor). Keadaan ini, serta kemampuan kita untuk tetap bisa me-menuhi kewajiban-kewajiban kita terhadap dunia luar, ikut me-mantapkan kepercayaan dunia terhadap perekonomian Indonesia serta usaha pembangunan kita.

Dengan demikian secara keseluruhan, meskipun tidak ter- luput dari dampak negatif kelesuan ekonomi dunia, perekonomian Indonesia telah menunjukkan ketahanannya dalam melewati tahun 1985/86 yang serba sulit tersebut. Namun seperti yang telah disebutkan di atas, ketahanan tersebut justru perlu lebih di-tingkatkan lagi, mengingat prospek pasaran komoditi dunia tidak begitu cerah di tahun-tahun mendatang.

Demikianlah gambaran umum perkembangan perekonomian Indone-sia dalam tahun 1985/86. Perkembangan secara lebih terperinci dan hasil-hasil pembangunan di masing-masing sektor selama ta-hun tersebut diuraikan di bawah ini, dan secara lebih mendalam lagi dalam masing-masing bab dalam lampiran ini.

Di bidang keuangan negara, salah satu sasaran penting dalam Repelita IV adalah meningkatkan peranan penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam, dalam rangka upaya untuk memperbesar peranan tabungan pemerintah dibanding dengan dana bantuan luar negeri sebagai sumber dana pembangunan. Satu langkah penting ke arah ini adalah disahkannya serta diberlakukannya beberapa landasan hukum baru di bidang perpajakan sebagai bagian daripa-da pembaharuan sistem perpajakan, sebagaimana yang diamanatkan di dalam GBHN. Makna strategis dari sasaran di bidang peneri-maan dalam negeri ini, menjadi sangat nyata di dalam periode pelaksanaan tahun anggaran 1985/86, dengan adanya kemerosotan tajam dari harga minyak mentah di pasaran dunia sampai di ba-wah US$ 15,- per barrel sejak awal triwulan keempat dari tahun kedua Repelita IV.

Sampai dengan akhir tahun 1985/86, berbagai langkah kebi-jaksanaan yang telah dilaksanakan di bidang penerimaan dalam negeri telah menunjukkan hasil nyata. Dalam tahun anggaran 1985/86, penerimaan dalam negeri di luar migas ternyata telah berhasil mengimbangi dampak penurunan yang besar dari perkem-

I/9

Page 15:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

bangan harga minyak mentah dunia, seperti terlihat dari terca-painya jumlah penerimaan dalam negeri sebesar Rp 19.252,8 mil-yar yang merupakan suatu peningkatan sebesar 21,0% terhadap jumlahnya dalam tahun 1984/85. Jumlah penerimaan tersebut ter-nyata juga masih lebih besar (sekitar 3% di atas) jumlah yang diperkirakan di dalam APBN 1985/86.

Dari seluruh realisasi penerimaan dalam negeri dalam tahun 1985/86 ini, maka sejumlah Rp 8.108,4 milyar merupakan peneri-maan di luar migas. Di banding dengan realisasinya dalam tahun 1984/85, penerimaan ini telah meningkat dengan 48,1%. Dalam tahun 1985/86, penerimaan dari migas juga masih menunjukkan pe-ningkatan sebesar 6,9% dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh adanya penerimaan tambahan yang berasal dari "overlifting" oleh perusahaan-perusahaan minyak.

Dalam pelaksanaan APBN 1985/86 secara keseluruhan, hasil realisasi jumlah penerimaan dalam negeri sebesar Rp 19.252,8 ini telah dapat mengamankan kesinambungan proses kegiatan pem-bangunan. Dalam tahun tersebut jumlah realisasi keseluruhan anggaran pendapatan negara adalah sebesar Rp 22.825,4 milyar, yang hanya 1 persen di bawah jumlah yang dianggarkan semula. Apa yang dapat dicapai ini, merupakan hasil dari berbagai langkah kebijaksanaan yang telah dimulai dan diupayakan menje-lang dan sejak awal pelaksanaan Repelita IV, yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan di luar migas. Dalam pelaksanaan tahun anggaran 1985/86 ini, realisasi dana bantuan luar negeri mencapai jumlah 18,2% di bawah jumlah yang dicantumkan di dalam APBN. Sebagai akibat dari perkembangan ini, maka peranan pene-rimaan dalam negeri sebagai sumber dana pembangunan telah me-ningkat dibanding dengan peranan bantuan luar negeri.

Pengeluaran rutin secara keseluruhan yang dalam tahun 1983/ 84 mencapai Rp 8.411,8 milyar, meningkat menjadi Rp 9.429,0 milyar dalam tahun 1984/85 dan kemudian mencapai Rp 11.951,5 milyar pada realisasi tahun 1985/86. Peningkatan pengeluaran rutin pada tahun 1985/86 tersebut adalah sebesar 26,8%.

Dengan tekad untuk melaksanakan pembangunan berdasarkan ke-mampuan sendiri, maka jumlah tabungan pemerintah telah berhasil ditingkatkan secara terus-menerus di dalam periode tahun 1983/84 - 1985/86. Dalam tahun 1983/84, tabungan Pemerintah mencapai Rp 6.020,9 milyar, dan dalam tahun 1984/85 menjadi Rp 6.476,5 milyar, kemudian mencapai Rp 7.301,3 milyar dalam tahun 1985/86. Tabungan pemerintah bersama-sama dengan dana

I/10

Page 16:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

bantuan luar negeri membentuk dana pembangunan. Dalam tahun 1985/86 jumlah dana pembangunan yang bisa dihimpun mencapai Rp 10.873,9 milyar, dibanding dengan jumlah sebesar Rp 9.903,3 milyar dan Rp 9.954,5 milyar yang dicapai masing-masing dalam tahun 1983/84 dan 1984/85. Realisasi jumlah dana pembangunan dalam tahun 1985/86 tersebut menunjukkan peningkatan dari pe-ranan tabungan pemerintah dari 60,8% dalam tahun 1983/84 dan 65,1% dalam tahun 1984/85 menjadi 67,2% dalam tahun 1985/86. Peranan dana bantuan luar negeri dengan demikian, telah dapat diturunkan dari 39,2% dalam tahun 1983/84 menjadi 32,8% dalam tahun 1985/86, suatu pencerminan daripada kebijaksanaan untuk menjadikan dana bantuan luar negeri sebagai sumber pelengkap di dalam pembiayaan pengeluaran pembangunan.

Dana pembangunan tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan sektoral dan regional. Jumlah pengeluaran pembangunan secara keseluruhan dalam tahun 1985/86 mencapai Rp 10.873,1 milyar atau meningkat sebesar 9,3% dari tahun sebelumnya.

Di bidang penyempurnaan sistem pembiayaan pembangunan, mu-lai tahun 1985/86 telah ditempuh kebijaksanaan baru dalam pe-ngelolaan Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP). Sampai dengan pe-laksanaan tahun anggaran 1984/85 apabila dalam suatu anggaran terjadi SIAP maka sisa anggaran tersebut ditambahkan kepada APBN tahun anggaran berikutnya. Dalam sistem yang baru, SIAP tahun anggaran 1985/86 tidak lagi ditambahkan melainkan lang-sung diintegrasikan ke dalam APBN tahun 1986/87. Kebijaksanaan ini ditempuh dalam rangka upaya yang menyeluruh untuk lebih mempertajam prioritas pembangunan.

Kebijaksanaan moneter dan lembaga-lembaga keuangan dalam periode tahun 1984/85-1985/86 dimaksudkan untuk melanjutkan dan meningkatkan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam periode sebelumnya. Seperti diketahui, setelah dilaksanakannya kebijak-sanaan 1 Juni 1983, pengelolaan moneter menjadi lebih bersifat tidak langsung. Dampak positif dari kebijaksanaan tersebut ada-lah bahwa bank-bank lebih berhasil dalam kegiatannya menge-rahkan dana masyarakat serta menyalurkannya secara efisien da-lam bentuk kredit perbankan. Seiring dengan itu kegiatan pasar uang dan pasar modal memperlihatkan kemajuan yang lebih berarti dibandingkan dengan periode sebelumnya. Berbagai penyempurnaan telah dilakukan terhadap ketentuan-ketentuan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan operasi pasar terbuka dan hasilnya dapat dilihat dari perkembangan perdagangan SBI dan SBPU yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

I/11

Page 17:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Dalam rangka memelihara momentum pembangunan, Pemerintah tetap berusaha menjaga kestabilan moneter lewat berbagai cara yang tercermin pada besarnya perkembangan likuiditas dan ter-kendalinya laju inflasi. Seperti yang telah disebutkan di atas, laju inflasi yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) cukup berhasil dikendalikan. Dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 masing-masing hanya sebesar 3,6% dan 5,7%, sedangkan jumlah uang beredar mengalami peningkatan sebesar 11,6% dan 16,5%, sehingga mencapai Rp 10.475,4 milyar pada akhir Maret 1986. Perkembangan ini mencerminkan kepercayaan masyarakat ter-hadap mata uang rupiah yang tetap mantap.

Kebijaksanaan deregulasi perbankan juga diarahkan untuk me-ningkatkan pengerahan dana masyarakat sebagai sumber dana per-kreditan. Selama kurun waktu 1983/84-1985/86, jumlah dana per-bankan mengalami kenaikan rata-rata 26,7%, sehingga pada akhir Maret 1986 dana tersebut mencapai Rp 20.842,9 milyar. Dari jum-lah tersebut Rp 12.590,4 milyar (60,4%) merupakan deposito ber-jangka rupiah dan valuta asing, tabungan sebesar Rp 1.211,8 milyar (5,8%), sedangkan simpanan dalam bentuk giro sebesar Rp 7.040,7 milyar (33,8%). Selama dua tahun pertama Repelita IV jumlah deposito mengalami kenaikan rata-rata 40,8% setahun, terutama terjadi pada deposito pada bank-bank pemerintah dan swasta nasional.

Kebijaksanaan perkreditan dalam periode tahun 1984/85 - 1985/86 masih tetap diarahkan kepada usaha-usaha dalam rangka mendorong peningkatan produksi dalam negeri, mendorong ekspor non-migas, meningkatkan pengembangan dunia usaha, terutama pengusaha golongan ekonomi lemah, serta meningkatkan perluasan kesempatan kerja. Dalam usaha menunjang perkembangan ekspor komoditi non-migas, kepada perusahaan modal asing/joint venture diberi kesempatan untuk memanfaatkan kredit ekspor dengan bunga rendah. Guna memperluas penyediaan fasilitas kredit ekspor, bank-bank asing diperkenankan pula untuk memberikan kredit ekspor di luar kota Jakarta. Realisasi pelaksanaan kebijaksana-an kredit selama ini terlihat dari perkembangan jumlah kredit perbankan (termasuk kredit investasi serta KIK dan KMKP) yang meningkat dari Rp 16.135 milyar dalam tahun 1983/84 menjadi Rp 22.430 milyar dalam tahun 1985/86. Di samping KIK dan KMKP, penyediaan kredit untuk tujuan pemerataan pembangunan melalui pemberian Kredit Candak Kulak (KCK), Kredit Perumahan, Kredit Mini/Midi dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) tetap dilanjut-kan.

I/12

Page 18:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Peningkatan pembangunan membutuhkan dana pembangunan dalam jumlah yang besar dan semakin meningkat. Sehubungan dengan itu kegiatan pasar modal dan perasuransian mempunyai peranan yang sangat penting, terutama dilihat dari segi fungsinya dalam pe-nyediaan dana pembangunan jangka panjang. Di bidang pasar modal telah dilakukan penyempurnaan dengan menyederhanakan ketentuan-ketentuan tentang emisi dan perdagangan efek, serta mengenai permodalan lembaga penunjang pasar modal. Hingga akhir Maret 1986 perusahaan yang menerbitkan saham dan obligasi berjumlah 27 perusahaan, sedangkan jumlah dana yang berhasil dihimpun me-lalui pasar modal mencapai Rp 486,6 milyar yang berasal dari penerbitan saham sebesar Rp 132,0 milyar dan penerbitan obliga-si sebesar Rp 354,6 milyar. Dalam usaha mewujudkan pemerataan pendapatan melalui pemerataan pemilikan saham, PT Danareksa telah memecah saham menjadi Sertifikat atas unjuk. Pada akhir Maret 1986 jumlah penerbitan sertifikat oleh PT Danareksa meli-puti 15,4 juta sertifikat dengan nilai Rp 153,3 juta.

Kebijaksanaan lainnya di bidang moneter adalah usaha untuk terus membina lembaga keuangan, baik lembaga perbankan maupun Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Kebijaksanaan yang selama ini dilaksanakan antara lain ditujukan untuk meningkatkan efi-siensi perbankan, khususnya bank swasta nasional dan Bank Pem-bangunan Daerah (BPD), melalui penyediaan bantuan likuiditas dan solvabilitas, bantuan teknis, serta dorongan untuk melaku-kan penggabungan (merger). Selain itu, untuk meningkatkan pe-ranan LKBB dalam perdagangan surat-surat berharga telah didiri-kan lembaga securities.

Di bidang perdagangan dan keuangan luar negeri kebijaksana-an pembangunan berpangkal tolak pada sasaran utama pembangunan jangka panjang, yaitu terciptanya landasan yang kuat untuk tum-buh dan berkembang atas kekuatan sendiri. Kebijaksanaan perda-gangan dan keuangan luar negeri ditujukan untuk mengembangkan struktur produksi barang-barang perdagangan internasional yang mampu bersaing baik di pasaran dalam negeri, untuk barang-barang yang bersifat substitusi impor, maupun di pasaran inter-nasional, untuk barang-barang ekspor. Sementara itu, dengan tujuan akhir untuk mengembangkan kekuatan sendiri, juga diman-faatkan modal dan teknologi luar negeri. Lebih lanjut, untuk memperkuat ketahanan ekonomi, sebagai ekonomi yang terbuka dan dengan sistem devisa yang bebas, kebijaksanaan juga diarahkan untuk mempertahankan cadangan devisa yang memadai serta menjaga tingkat serta kestabilan nilai tukar rupiah.

Menyadari pentingnya peningkatan efisiensi dalam lalu lin-

I/13

Page 19:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

tas barang dalam menunjang kemampuan bersaing industri dalam negeri, maka Pemerintah dalam tahun 1985/86 telah mengambil langkah penting dengan mengeluarkan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985 tentang kebijaksanaan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Kebijaksanaan tersebut mencakup langkah-langkah yang menyangkut berbagai aspek, yaitu masalah tatalaksana ekspor dan impor barang, pelayaran antar pulau, bi-aya angkutan laut, pengurusan barang dan dokumen, keagenan umum perusahaan pelayaran, dan tatalaksana operasional pelabuhan.

Mengenai tatalaksana ekspor antara lain diatur bahwa arus barang ekspor tidak perlu lagi melalui pemeriksaan pabean. Me-ngenai tatalaksana impor, ditetapkan bahwa terhadap barang im-por yang telah dilengkapi dengan Pemberitahuan Pemasukan Barang Untuk Dipakai (PPUD), Bill of Lading (B/L), Laporan Kebenaran Pemeriksaan (LKP), dan Bukti Pembayaran Bea Masuk tidak lagi dilakukan pemeriksaan pabean. Untuk mengurangi biaya angkutan laut maka biaya pelabuhan, biaya bongkar muat barang, dan biaya OPP/OPT dikurangi. Di samping itu, guna memperlancar arus ba-rang ekspor dan impor, terhadap perusahaan pelayaran asing yang telah menunjuk agen, maka kapal-kapal yang dioperasikannya da-pat memasuki perairan di pelabuhan yang telah ditentukan dalam perjanjian. Pelabuhan yang boleh disinggahi oleh kapal-kapal tersebut adalah semua pelabuhan laut yang terbuka untuk perda-gangan luar negeri.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut di atas, arus ba-rang antar pulau, ekspor dan impor menjadi jauh lebih lancar, dan biaya angkutan lautpun dapat ditekan.

Sementara itu, sebagaimana halnya dalam tahun-tahun sebe-lumnya, dalam tahun 1985/86 Pemerintah tetap mempertahankan sistem devisa bebas serta melanjutkan kebijaksanaan nilai tukar yang mengambang terkendali.

Di samping kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut, telah di-ambil pula langkah-langkah sebagai tindak lanjut dari kebijak-sanaan ekspor tahun-tahun sebelumnya. Dalam kaitan ini, Peme-rintah telah melakukan beberapa penyesuaian dan penyempurnaan di bidang tataniaga, perpajakan, perkreditan, pengawasan mutu, dan lembaga penunjang ekspor lainnya.

Di bidang tataniaga, Pemerintah mengadakan penyempurnaan tataniaga ekspor pala dan bunga pala, serta tataniaga kopi. Di bidang perpajakan, Pemerintah terus menyempurnakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diambil pada tahun-tahun sebelum-

I/14

Page 20:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

nya antara lain mengenai rasionalisasi struktur bea masuk. Di bidang perkreditan, dalam tahun 1985/86 Pemerintah telah mene-tapkan bahwa perusahaan PMA dan Joint Venture yang mempunyai Angka Pengenal Eksportir Terbatas (APET) dapat memperoleh fasi-litas kredit ekspor. Pemberian kredit ekspor tersebut dapat pula dilakukan oleh bank asing. Dalam rangka peningkatan mutu barang ekspor, Pemerintah telah menetapkan ketentuan bahwa untuk setiap mata dagangan yang ditetapkan pengawasan mutunya harus memenuhi Standar Perdagangan (SP) yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Sampai dengan tahun 1985/86 pengawasan mutu sudah diterapkan terhadap 45 komoditi.

Guna mendukung usaha peningkatan ekspor non-migas, Pemerin-tah memandang perlu memberikan bantuan teknis khususnya di bi-dang pemasaran luar negeri dan manajemen produksi bagi para eksportir dan lembaga penunjang ekspor. Untuk maksud tersebut, Pemerintah pada tanggal 7 Maret 1986 telah membentuk Dewan Pe-nunjang Ekspor (DPE) yang anggotanya terdiri dari dunia usaha dan Pemerintah. Di samping itu, Pemerintah juga telah mendiri-kan PT Asuransi Ekspor Indonesia (PT ASEI).

Usaha memperluas pasaran ekspor hasil industri terus dilak-sanakan dalam tahun 1985/86, antara lain melalui pengiriman misi dagang dan pameran dagang ke luar negeri serta konsultasi antara para atase perdagangan dan perwakilan pusat promosi perdagangan Indonesia di luar negeri di satu pihak dengan pengusaha eksportir di lain pihak. Usaha diversifikasi ekspor tersebut tidak saja terbatas pada perluasan mata dagangan eks-por, tetapi juga pada perluasan pasar. Sehubungan dengan itu misi dagang bukan saja dikirim ke pasaran tradisional seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang, tetapi juga Eropa Timur dan RRC.

Untuk mengamankan ekspor, pada tanggal 4 Maret 1985 Indone-sia menandatangani Code on Subsidies and Countervailing Duties agar tidak dikenakan bea masuk tambahan bagi barang ekspor In-donesia yang oleh negara pengimpor dianggap telah diberi subsi-di ekspor oleh Pemerintah Indonesia. Sehubungan dengan itu telah disampaikan penjelasan bahwa Indonesia secara bertahap akan menghapuskan subsidi yang berbentuk SE (Sertifikat Ekspor) maupun subsidi bunga kredit ekspor.

Kebijaksanaan sistem imbal beli yang mengaitkan pembelian barang-barang Pemerintah dari luar negeri yang memakai dana APBN dengan ekspor di luar minyak dan gas bumi terus dilanjut-kan dalam tahun 1985/86. Sampai dengan tahun 1985/86, kontrak

I/15

Page 21:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

imbal beli yang telah ditandatangani mencapai jumlah US$ 1.517,0 juta, sedangkan realisasinya mencapai US$ 1.159,2 juta.

Kebijaksanaan di bidang impor ditujukan untuk menunjang pengembangan industri dalam negeri, menjaga kestabilan harga beberapa bahan pokok yang diperlukan masyarakat, mengarahkan penggunaan devisa, dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran.

Dalam rangka mendorong pengembangan industri dalam negeri dalam tahun 1985/86 dilakukan pula penyesuaian-penyesuaian kem-bali pengenaan bea masuk. Sebagai tindak lanjut dari Inpres No. 4 Tahun 1985, maka mulai tahun 1985/86 diberlakukan ketentuan mengenai tarif bea masuk yang seragam untuk seluruh wilayah pa-bean Indonesia. Di samping itu, untuk impor barang ke seluruh Indonesia dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan (PPn) atas barang-barang mewah.

Dalam rangka menghemat penggunaan devisa maka usaha untuk meningkatkan produksi dalam negeri untuk barang-barang penggan-ti impor terus ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, telah dipersiapkan peningkatan produksi jagung dan kedelai, penyele-saian pembangunan proyek aromatik yang akan menghasilkan bahan baku polyester, serta dilanjutkannya pembangunan proyek indus-tri rayon yang akan menghasilkan dissolving pulp dan serat rayon. Di samping itu, dalam rangka menjaga keseimbangan neraca pembayaran, sejak tahun 1983 Pemerintah secara konsisten meng-hindari pengeluaran-pengeluaran yang mempunyai komponen impor yang tinggi.

Kebijaksanaan di bidang jasa-jasa dalam tahun 1985/86, se-bagaimana telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, tetap diarahkan untuk meningkatkan penerimaan devisa serta penghemat-an penggunaan devisa.

Salah satu sumber penerimaan penting di bidang jasa adalah sektor pariwisata. Untuk meningkatkan penerimaan devisa dari sektor pariwisata berbagai kebijaksanaan telah ditempuh antara lain berupa pembukaan jalur penerbangan langsung, peningkatan pelayanan wisata, pengembangan obyek wisata, dan pembangunan hotel-hotel. Promosi pariwisata dan kerjasama antara biro pari-wisata dalam dan luar negeri juga terus ditingkatkan.

Dalam upaya menghemat pengeluaran devisa, Pemerintah melan-jutkan usaha-usaha yang telah dirintis pada tahun-tahun sebe-lumnya, seperti penggunaan pesawat Garuda untuk mengangkut je-

1/16

Page 22:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

maah haji Indonesia. Dalam tahun 1985/86 usaha tersebut diper-luas sehingga meliputi pula penggunaan pesawat Garuda dalam rangka pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Kebijaksanaan lalu lintas modal, yang meliputi lalu lintas modal pemerintah dan swasta, dalam tahun 1985/86 merupakan ke-lanjutan dari kebijaksanaan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah tetap berpedoman bahwa dana dari luar negeri berfungsi sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan dan harus memenuhi persyaratan bahwa penggunaannya sesuai dengan rencana pembangunan, terlepas dari ikatan politik, dan tidak mengakibatkan ketergantungan yang terus menerus pada luar negeri, sedang pelunasannya tidak terlalu membebani neraca pembayaran di masa mendatang.

Dalam hubungan tersebut di atas maka di bidang pinjaman lu-ar negeri Pemerintah mengambil kebijaksanaan yang berhati-hati dengan membatasi jumlah pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan.

Dalam hal lalu lintas modal swasta yang meliputi penanaman modal asing (PMA) dan pinjaman luar negeri swasta, Pemerintah terus berusaha mendorong pemasukan modal dari luar negeri yang diharapkan dapat lebih menggalakkan kegiatan usaha sektor swas-ta. Selain itu, dalam rangka usaha menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, Pemerintah terus me-ningkatkan kegiatan-kegiatan promosi baik melalui pengiriman perutusan resmi pemerintah ke luar negeri, maupun peningkatan kerjasama antara pihak swasta nasional dengan swasta asing.

Sebagai konsekuensi dari suatu ekonomi yang terbuka, maka neraca pembayaran Indonesia tidak saja dipengaruhi oleh keadaan dan kebijaksanaan ekonomi dalam negeri, akan tetapi juga di-pengaruhi oleh faktor-faktor ekstern lainnya. Seperti disebutkan dalam bagian terdahulu dalam bab ini, perkembangan faktor- faktor ekstern tersebut sangat tidak menguntungkan dalam tahun 1985/86. Keadaan perekonomian di negara-negara industri yang menjadi pasaran utama barang-barang ekspor Indonesia, masih lesu, seperti tercermin dalam tingkat pertumbuhan ekonomi yang masih rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Faktor ekstern lainnya yang sangat tidak menguntungkan neraca pemba-yaran Indonesia dalam tahun 1985/86 adalah menurunnya per-mintaan dan harga minyak bumi yang sudah mulai dirasakan dalam tahun 1982, dan terutama penurunan drastis yang dialami sejak bulan Desember 1985.

Seperti telah diuraikan di atas, walaupun perkembangan fak-tor ekstern sangat tidak menguntungkan, defisit transaksi ber-

1/17

Page 23:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

jalan masih dapat dipertahankan dalam jumlah yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Di samping itu, neraca pembayaran Indo-nesia dalam tahun 1985/86 justru mengalami surplus, yakni sebe-sar US$ 30 juta. Penurunan defisit transaksi berjalan dalam ta-hun 1985/86 tersebut di atas dimungkinkan oleh penghematan pengeluaran devisa untuk impor yang melebihi penurunan peneri-maan devisa dari ekspor.

Dibandingkan dengan tahun 1984/85, nilai ekspor total dalam tahun 1985/86 telah turun dengan 6,5% yaitu dari US$ 19.901 ju-ta menjadi US$ 18.612 juta. Penurunan terjadi pada ekspor mi-nyak bumi yakni dari US$ 10.625 juta dalam tahun 1984/85 menja-di US$ 8.816 juta dalam tahun 1985/86, sedangkan ekspor bukan minyak bumi dan gas alam cair meningkat dari $ 5.907 juta men-jadi US$ 6.175 juta dan ekspor gas alam cair meningkat dari US$ 3.369 juta menjadi US$ 3.621 juta.

Nilai impor total dalam tahun 1985/86 telah mengalami penu-runan sebesar 13,0%, yaitu dari US$ 14.427 juta menjadi US$ 12.552 juta. Penurunan terbesar terjadi pada impor bukan minyak dan gas alam cair, yaitu dari US$ 11.630 juta dalam tahun 1984/85 menjadi US$ 10.078 juta dalam tahun 1985/86. Impor sek-tor minyak bumi juga mengalami penurunan, yaitu dari US$ 2.605 juta menjadi US$ 2.282 juta. Penurunan tersebut mencerminkan turunnya harga minyak mentah impor, maupun substitusi impor peralatan untuk keperluan eksplorasi minyak dengan peralatan hasil produksi dalam negeri. Sementara itu, nilai impor sektor gas alam cair tidak berubah, yaitu sebesar US$ 212 juta.

Pengeluaran devisa untuk jasa-jasa telah meningkat dengan 6,0% yaitu dari US$ 7.442 juta dalam tahun 1984/85 menjadi US$ 7.892 juta dalam tahun 1985/86. Adapun perinciannya adalah se-bagai berikut : jasa-jasa di sektor bukan minyak dan gas bumi turun dari US$ 4.061 juta menjadi US$ 4.052 juta, sektor minyak bumi meningkat dari US$ 2.175 juta menjadi US$ 2.530 juta, dan sektor gas alam cair meningkat dari US$ 1.206 juta menjadi US$ 1.310 juta.

Berdasarkan perkembangan ekspor, impor, dan jasa-jasa se-perti diuraikan di atas, maka transaksi berjalan dalam tahun 1985/86 mengalami defisit sebesar US$ 1.832 juta. Defisit ter- sebut adalah 6,9% lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebe-lumnya.

Defisit dalam transaksi berjalan tersebut dibelanjai darisurplus yang diperoleh dalam transaksi modal, yang meliputi la-

I/18

Page 24:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

lu lintas modal pemerintah maupun swasta. Arus masuk netto mo-dal sektor Pemerintah dalam tahun 1985/86 adalah sebesar US$ 1.788 juta, sedangkan pemasukan modal netto sektor swasta ada-lah sebesar US$ 572 juta.

Berdasarkan perkembangan yang terjadi pada transaksi berja-lan, pinjaman Pemerintah, pelunasan pinjaman Pemerintah, pema-sukan modal lain, dan selisih yang belum dapat diperhitungkan sebesar US$ 498 juta, maka neraca pembayaran Indonesia dalam tahun 1985/86 mengalami kenaikan dalam cadangan sebesar US$ 30 juta. Walaupun kenaikan tersebut tidak besar akan tetapi hasil tersebut merupakan prestasi yang tidak kecil mengingat dalam tahun pembukuan tersebut ekspor minyak bumi mengalami penurunan sebesar US$ 1,8 milyar.

Sektor pertanian masih tetap merupakan sektor yang sangat menentukan di dalam perekonomian kita. Seperti disebutkan di atas, sektor ini dalam tahun 1985 masih mencatat laju pertum-buhan yang cukup memadai, yaitu 3,4%. Pembangunan di sektor ini tetap didasarkan pada usaha-usaha pokok yang digariskan dalam Repelita IV, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifika-si dan rehabilitasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara ter-padu, serasi dan merata dengan tetap memelihara kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Kegiatan juga diarahkan untuk melanjutkan usaha-usaha memenuhi swasembada pangan dan mening-katkan ekspor, pendapatan petani dan masyarakat pedesaan, peme-rataan kesempatan berusaha, pembangunan daerah dan transmigra-si.

Selama tahun kedua Repelita IV, dengan tercapainya swasem-bada beras, usaha-usaha peningkatan produksi pangan lebih dite-kankan pada usaha diversifikasi tanaman dengan tujuan agar pen-dapatan petani, kesempatan kerja serta efisiensi penggunaan sumber-sumber alam menjadi lebih meningkat. Intensifikasi padi di daerah-daerah yang terbelakang sistem pengairannya terus di-laksanakan melalui operasi khusus (Opsus), dengan sistem gogo-rancah serta dengan intensifikasi palawija di lahan kering.

Hasil-hasil pembangunan di sektor pertanian pangan selama tahun kedua Repelita IV secara singkat dapat dilaporkan sebagai berikut.

Produksi beras dalam tahun 1985 mencapai 26,537 juta ton (39,025 juta ton gabah), atau 2,3% di atas tahun 1984. Pening-katan produksi beras ini terutama disebabkan oleh meningkatnya produktivitas lahan, yang bersumber baik dari peningkatan hasil

I/19

Page 25:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

rata-rata per ha maupun dari peningkatan intensitas tanam. Ha-sil rata-rata beras per ha pada tahun 1985 adalah 2,70 ton (3,97 ton gabah), atau meningkat 1,57 di atas tahun 1984, se-dangkan luas paten padi pada tahun 1985 meliputi 9.831 ribu ha, atau meningkat dengan 0,7% di atas tahun 1984. Pelaksanaan In-tensifikasi Khusus (Insus) dan Operasi Khusus (Opsus) untuk da-erah-daerah yang masih terbelakang, yang keduanya dimulai pada tahun-tahun pertama Repelita III, memberikan sumbangan penting kepada keberhasilan dalam meningkatkan produktivitas ini.

Diantara hasil palawija, kedelai mencapai kenaikan produk-si tertinggi (865 ribu ton) pada tahun 1985 atau naik sebesar 12,5% dibanding dengan tahun 1984. Peningkatan produksi ini me-rupakan hasil dari usaha pengapuran pada lahan-lahan yang kema-saman tanahnya cukup tinggi serta peningkatan penyediaan bibit. Tanaman palawija lain yang mengalami peningkatan adalah kacang tanah dan ubi jalar, sedang jagung mengalami penurunan.

Di bidang peternakan, peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha ekstensifikasi, di samping melanjutkan usaha inten-sifikasi. Usaha ekstensifikasi tersebut dilaksanakan melalui pemindahan ternak dari daerah padat ternak ke daerah jarang ternak di luar Pulau Jawa, yang dikaitkan dengan program trans-migrasi dan peningkatan produksi pangan. Sedangkan kebijaksana-an intensifikasi tetap menitikberatkan pada usaha peningkatan kegiatan-kegiatan pengamanan ternak, pengembangan usaha produk-si dan distribusi rangsuman serta obat-obatan dan peningkatan kegiatan penyuluhan bagi para peternak.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, populasi ternak dalam tahun kedua Repelita IV pada umumnya mengalami kenaikan, dengan kenaikan terbesar pada populasi ayam pedaging/broiler, yang me-ningkat dari 110.580 ekor pada tahun 1984 menjadi 143.657 ekor pada tahun 1985, atau naik sebesar 29,9%. Produksi daging, te-lur dan susu pada tahun 1985 masing-masing mencapai 808 ribu ton, 373 ribu ton dan 192 ribu ton, atau mengalami kenaikan 8,9%, 5,1% dan 7,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Di bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih mene-kankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki tekno-logi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam Tambak In-ti Rakyat (TIR). Dalam tahun kedua Repelita IV tetap dilan-jutkan pembangunan kapal-kapal ikan serta dilaksanakan rehabi-litasi dan pembangunan tempat-tempat pendaratan ikan bagi ka-pal/perahu nelayan. Dalam tahun 1985 produksi perikanan laut dan darat masing-masing mencapai 1.810 ton dan 564 ribu ton

I/20

Page 26:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

atau mengalami kenaikan sebesar 5,7% dan 2,9% dibandingkan ta-hun sebelumnya.

Di bidang perkebunan, peningkatan produksi perkebunan tetap mengandalkan pada pembangunan perkebunan rakyat, terutama mela-lui usaha ekstensifikasi dan rehabilitasi. Pelaksanaan usaha-usaha tersebut dilakukan melalui pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang melibatkan Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP) dan pola Unit Pelaksana Proyek dan mulai juga dilakukan dengan me-libatkan swasta sebagai inti dalam pengembangan perkebunan rak-yat.

Dalam tahun 1985 produksi berbagai hasil perkebunan terpen-ting, mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar dicatat untuk kapas, yang naik 267% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, se-dangkan cengkeh, inti sawit dan minyak sawit juga menunjukkan kenaikan produksi yang cukup baik, yaitu masing-masing sebesar 18,5%, 5,7% dan 5,3% di atas tahun sebelumnya.

Di bidang kehutanan, produksi kehutanan diarahkan untuk me-menuhi kebutuhan di dalam negeri dan ekspor hasil hutan berupa bahan jadi. Aneka jenis produksi telah dikembangkan dan pemba-ngunan hutan industri mulai dikembangkan.

Pembinaan terhadap para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) terus diperketat dan disempurnakan agar para pemegang HPH benar-benar memenuhi kewajiban-kewajibannya, seperti ketentuan-ketentuan untuk melaksanakan penebangan hutan secara tertib, menanami kembali hutan-hutan bekas tebangan dan mendirikan in-dustri hasil hutan. Perhatian pada pembinaan sumber-sumber alam telah ditingkatkan pula.

Adanya kebijaksanaan mengenai pembatasan jumlah ekspor kayu bulat, telah mengubah pola industri perkayuan dalam negeri. Pa-da tahun 1982 produksi kayu bulat yang diolah di dalam negeri naik menjadi 76% dari jumlah produksi kayu bulat, pada tahun 1983 menjadi 87% dan pada tahun 1984 naik menjadi 94%. Pada ta-hun 1985/86 produksi kayu bulat sebesar 24.244 ribu m3 yang 100% diolah di dalam negeri dan ekspornya sudah tidak ada lagi.

Dalam Repelita III produksi kayu bulat rimba mengalami ke-naikan rata-rata 5,4% per tahun. Realisasi produksi kayu bulat rimba dalam tahun 1983/84 mencapai 23,46 juta m3. Dalam tahun 1984/85 produksi kayu bulat rimba meningkat menjadi 26,96 juta m3, sedangkan dalam tahun 1985/86 mencapai 23,5 juta m3. Pro-duksi hutan jati di Jawa berkembang cukup mantap. Produksi pada

I/21

Page 27:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

awal Repelita III mencapai sekitar 0,5 juta m3 setiap tahunnya, dan memasuki pertengahan Repelita III tingkat produksi menjadi sekitar 700,0 ribu m3 setiap tahun. Pada tahun 1984/85 dan 1985/86 jumlah tersebut meningkat lagi menjadi 758 ribu m3 dan 777 ribu m3. Sebagian besar produksi kayu bulat jati diperguna-kan oleh industri di dalam negeri untuk menghasilkan mebel, bahan bangunan dan pengindah bagian muka kayu lapis.

Memasuki masa Repelita III jumlah ekspor kayu bulat rimba mengalami penurunan yang menyolok, dengan penurunan rata-rata per tahun 27%. Ekspor kayu dalam bentuk kayu bulat dikurangi secara berangsur-angsur, sehingga tahun 1983/84 ekspor kayu bu-lat rimba tinggal sebanyak 2.992,0 ribu m3. Dalam tahun 1985/86 ekspor kayu bulat rimba sudah tidak ada sama sekali.

Produksi kayu gergajian pada tahun 1984/85 tercatat 6,6 juta m3, terdiri dari 4,3 juta m3 produksi non HPH dan 2,3 juta m3 produksi HPH. Dengan demikian dibandingkan dengan produksi pada tahun 1983/84 telah terjadi penurunan sebesar 16,9%. Pro-duksi pada tahun 1985/86 mencapai jumlah 7,1 juta m3, yang ber-arti naik sebesar 7% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85.

Ekspor kayu gergajian dalam tahun 1984/85 mencapai 2.198 ribu m3 yang menghasilkan devisa sebesar US$ 305,2 juta, atau terjadi kenaikan volume ekspor sebesar 22,6% dan kenaikan per-olehan devisa sebesar 7,2% dari tahun sebelumnya. Dalam tahun 1985/86 volume ekspor menjadi sebesar 2.166 ribu m3 dengan nilai devisa sebesar US$ 334,6 juta, yang menunjukkan adanya penurunan volume ekspor sebesar 1,5%, tetapi dengan nilai per-olehan devisa naik sebesar 9,6% dibanding tahun 1984/85.

Berdasarkan angka sementara, produksi dan ekspor kayu lapis adalah sebagai berikut. Produksi kayu lapis tahun 1984/85 ter-catat 3,6 juta m3, meningkat sebesar 9,1% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Dalam tahun 1985/86 produksi terse-but meningkat lagi dengan 28,2% dari tahun 1984/85, sehingga menjadi sebesar 4,6 juta m3.

Ekspor kayu lapis pada tahun 1984/85 berjumlah 3.046 ribu m3 dan devisa yang dihasilkan sebesar US$ 657,8 juta. Hal itu berarti ada kenaikan volume ekspor sebesar 44,5% dan kenaikan nilai devisa sebesar 29,0% dibanding tahun sebelumnya. Ekspor kayu lapis pada tahun 1985/86 tetap tinggi, yaitu sebesar 3.604 ribu m3 dengan nilai devisa sebesar US$ 777,4 juta. Jadi dalam tahun tersebut terjadi kenaikan volume ekspor kayu lapis sebe-

1/22

Page 28:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

sar 18,3%, sedangkan nilainya meningkat dengan 18,2% dibanding-kan tahun 1984/85.

Pada tahun 1983/84 ekspor hasil hutan bukan kayu berjumlah 183 ribu ton dengan nilai devisa sebesar US$ 144 juta. Ekspor hasil hutan bukan kayu pada tahun 1984/85 mencapai 178 ribu ton dengan nilai devisa sebesar US$ 156 juta. Komoditi ekspor hasil hutan bukan kayu tersebut meliputi damar, rotan, arang, gondo-rukem dan lain-lainnya. Volume ekspor hasil hutan bukan kayu dalam tahun 1985/86 menurun 7,9% menjadi 164 ribu ton, sedang-kan nilainya turun 2,6%, dengan perolehan devisa sebesar US$ 151 juta.

Salah satu faktor penunjang panting dalam pembangunan per-tanian adalah penyuluhan. Kegiatan penyuluhan di bidang perta-nian pada tahun kedua Repelita IV terus ditingkatkan dengan me-nyediakan prasarana dan penambahan tenaga penyuluhan. Kegiatan penyuluhan pertanian ini disertai dengan penyediaan paket sara-na produksi petani dan kredit untuk menumbuhkan gerakan massal dalam program peningkatan kesejahteraan petani/nelayan beser-ta keluarganya. Penelitian dan pengembangan di bidang pertanian juga dilakukan dengan menciptakan dan merakit penemuan-penemuan baru untuk kemudian disalurkan dan disebarkan untuk lebih me-ningkatkan produktivitas kegiatan pertanian.

Pembangunan pertanian yang meningkat membutuhkan dukungan berupa pembangunan pengairan. Dalam tahun 1985/86 kebijaksanaan pembangunan pengairan untuk menunjang peningkatan produksi pertanian meliputi kegiatan-kegiatan perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada, pembangunan jaringan irigasi baru, reklamasi daerah rawa, serta usaha pengaturan dan perba-ikan sungai untuk mengamankan areal produksi pertanian dan pemukiman dari kerusakan akibat banjir.

Pada tahun kedua Repelita IV telah dilaksanakan perbaikan dan pemeliharaan jaringan irigasi yang meliputi areal seluas 31.167 ha, pembangunan jaringan irigasi yang meliputi areal se-luas 63.823 ha, pengembangan daerah rawa seluas 76.876 ha, dan pengaturan pengamanan sungai dan penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi yang meliputi areal 150.677 ha.

Pembangunan nasional dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi-generasi yang akan datang. Untuk ini setiap usaha pembangunan harus tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Kegiatan-ke-

I/23

Page 29:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

giatan dan hasil-hasil pembangunan di bidang pelestarian sumber alam dan lingkungan hidup selama 2 tahun pertama pelaksanaan Repelita IV adalah sebagai berikut.

Pada tahun 1985/86 telah berhasil diselesaikan penafsiran potret udara seluas 29 juta ha dengan skala 1 : 100.000 dan 13 juta ha untuk skala 1 : 20.000 di samping penafsiran melalui citra satelit seluas 45 juta ha.

Sampai dengan tahun 1984/85 telah diselesaikan pemetaan penggunaan tanah untuk desa, pertanian dan transmigrasi seluas 142,63 juta ha dalam berbagai skala yang tersebar di seluruh propinsi, pemetaan penggunaan tanah desa untuk areal seluas 48,82 juta ha, dan pemetaan kemampuan tanah seluas 90,93 juta ha. Di samping itu sampai dengan tahun 1984/85 telah dilaksa-nakan pemetaan penggunaan tanah kota di 402 kota kabupaten/ko-tamadya, pemetaan penggunaan tanah kota kecamatan untuk 782 kota kecamatan, pemetaan tataguna tanah daerah transmigrasi seluas 3,57 juta ha yang tersebar di 18 propinsi. Pada tahun 1985/86 telah diselesaikan pemetaan penggunaan tanah desa, pertanian dan transmigrasi seluas 11,7 juta ha dalam berbagai skala.

Usaha penghijauan dan konservasi tanah dan reboisasi yang merupakan salah satu kegiatan dari program penyelamatan hutan, tanah dan air telah dilanjutkan serta dikembangkan dalam Repe-lita IV dengan menggunakan pendekatan pembangunan daerah terpa-du dalam satuan daerah aliran sungai (DAS).

Sampai dengan tahun pertama Repelita IV, usaha rehabilita-si lahan dan konservasi tanah telah mencakup rehabilitasi lahan kritis di daerah pertanian lahan kering seluas 2,65 juta ha dan rehabilitasi lahan kritis dalam kawasan hutan seluas 1,07 juta ha. Dalam tahun 1985/86 telah dapat diselesaikan rehabilitasi lahan kritis di luar kawasan hutan seluas 97.928 ha dan reboi-sasi dalam kawasan hutan seluas 40.121 ha.

Peran serta masyarakat merupakan unsur penting dalam upaya rehabilitasi lahan kritis tersebut di atas. Oleh karena itu pe-ngembangan swadaya masyarakat di daerah pedesaan merupakan bagian penting dari program penyelamatan hutan, tanah dan air baik dalam pelaksanaan maupun dalam pengamanan hasil-hasilnya. Melalui kegiatan-kegiatan perbaikan, pengaturan dan pengem-bangan wilayah sungai serta penanggulangan bencana alam yang dilaksanakan di 35 DAS terpenting yang tersebar di 27 propinsi telah dapat diamankan areal sekitar 24,87 ribu ha dalam tahun

I/24

Page 30:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

1984/85, serta 27,16 ribu ha dalam tahun 1985/86.

Usaha pelestarian alam untuk melindungi plasma nuftah dan cadangan bahan biologis untuk pembangunan di masa yang akan datang telah pula ditingkatkan. Sampai dengan tahun 1984/85 te-lah dikembangkan kawasan konservasi sumber daya alam sebanyak 333 unit dengan luas 12,24 juta ha yang terdiri dari 177 unit cagar alam dengan luas 6,83 juta ha, 66 unit suaka margasatwa dengan luas 4,91 juta ha, 55 unit taman wisata dengan luas 175,6 ribu ha, 11 unit taman buru dengan luas 326,92 ribu ha, 5 unit taman laut dengan luas 7,48 ribu ha, 19 unit taman nasio-nal dengan luas 4,67 juta ha. Dalam tahun 1985/86 telah berha-sil dikembangkan lagi satu unit kawasan cagar alam seluas 700 ha di Jawa Barat (Cagar Alam Pulau Sangiang).

Pemeliharaan dan pembinaan lingkungan hidup merupakan ba-gian integral dari pembangunan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, program pembinaan sum-ber alam dan lingkungan hidup mengambil langkah-langkah kebi-jaksanaan yang erat kaitannya dengan program-program pembangun-an lain seperti : pembinaan kependudukan dan pemukiman, pembi-naan mutu lingkungan hidup, pengkajian dan penanganan masalah lingkungan, penanggulangan pencemaran serta pengembangan sistem tatalaksana dan pembangunan berwawasan lingkungan. Pencegahan pencemaran lingkungan air dan udara yang diakibatkan oleh bu-angan limbah rumah tangga, buangan pasar dan industri dilaksa-nakan melalui pengaturan yang sesuai dengan sifat-sifat ling-kungan, di samping mengaktifkan peranserta masyarakat luas da-lam mencegah pencemaran lingkungan.

Pengelolaan sumber alam yang dapat pulih dilaksanakan de-ngan cara-cara yang tidak merubah struktur dasar dari ekosis-temnya, sehingga sumber alam yang dimaksudkan tetap mempunyai kemampuan pemulihannya. Bagi sumber alam yang tidak dapat pu-lih, penggunaannya dilakukan sehemat mungkin dan diarahkan ke-pada pengembangan sumber alam lain yang dapat memenuhi kebutuh-an di masa yang akan datang.

Dalam upaya pengembangan sistem tatalaksana dan pembangun- an berwawasan lingkungan antara lain telah disusun perangkat peraturan tentang pengelolaan berbagai segi lingkungan hidup beserta pengembangan dan penyempurnaan kemampuan kelembagaan-nya, yang mencakup pengembangan kriteria dan konsep peraturan tentang baku mutu lingkungan hidup, baku mutu air dan baku mutu udara, jaringan kelembagaan penanganan masalah lingkungan hi-dup, baik dalam hal sarana maupun kemampuannya.

I/25

Page 31:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Erat kaitannya dengan pembinaan sumber alam dan lingkungan hidup adalah kegiatan pembangunan di bidang meteorologi dan geofisika. Kegiatan ini diarahkan kepada pengembangan kemampuan nasional untuk memberikan pelayanan jasa dalam bentuk pengadaan data dan informasi meteorologi dan geofisika, yang diperlukan untuk menunjang pembangunan di berbagai bidang pembangunan khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Usaha-usaha yang dilaksanakan di bidang ini meliputi usaha : (i) memper-banyak jaringan stasiun agar semakin sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional yang semakin meningkat, (ii) meningkatkan kemampuan peralatan sesuai dengan perkembangan teknologi, (iii) melakukan pengembangan lebih lanjut guna mendapatkan metode ra-malan yang lebih tepat, (iv) meningkatkan sistem penyampaian informasi meteorologi dan geofisika kepada masyarakat pemakai jasa dengan cara yang lebih cepat dan luas, (v) meningkatkan keterampilan pegawai melalui latihan dan pendidikan, (vi) me-ningkatkan kerjasama regional dan internasional di bidang me-teorologi dan geofisika. Dengan ditempuhnya langkah-langkah tersebut di atas kemampuan nasional untuk menyediakan informasi dan data di bidang meteorologi dan geofisika sampai dengan ta-hun pertama dan kedua Repelita IV telah semakin meningkat.

Di bidang meteorologi dan geofisika ini, selama tahun per-tama dan kedua Repelita IV dilanjutkan pembangunan stasiun-sta-siun baru, penggantian dan penambahan peralatan baru. Hasil-ha-sil yang dicapai dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 berupa mening-katnya jumlah stasiun meteorologi menjadi masing-masing seba-nyak 107 buah dan 108 buah, jumlah stasiun klimatologi dan ik-lim menjadi 415 buah dan 426 buah, stasiun penguapan dan hujan menjadi sebanyak 4.469 buah dan 4.735 buah. Di samping itu da-lam tahun 1985/86 telah diselesaikan pula pembangunan sebuah stasiun geofisika.

Sementara itu pembangunan di bidang industri antara lain ditujukan kepada peningkatan peranan sektor tersebut agar pada saatnya nanti sektor industri akan menjadi tulang punggung yang kuat bagi perekonomian kita yang ditopang oleh sektor pertanian yang tangguh. Sesuai dengan itu maka dalam tahun pertama dan kedua Repelita IV, telah diambil langkah-langkah strategis dalam rangka pembinaan dan pengembangan industri nasional, dengan memperhatikan sasaran strategis yang perlu dicapai pada periode Repelita IV. Di samping itu diperhitungkan pula keadaan perekonomian nasional dan internasional dewasa ini dan per-kiraan keadaan untuk waktu-waktu yang akan datang, serta hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai baik dalam kemampuan

I/26

Page 32:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

perangkat keras maupun perangkat lunak.

Langkah-langkah strategis yang telah ditetapkan meliputi peletakan landasan hukum bagi pengaturan, pembinaan dan pengem-bangan industri nasional, kebijaksanaan pengelompokan industri nasional, pola pengembangan industri nasional yang diarahkan kepada pendalaman struktur, pengembangan industri permesinan dan elektronika, pengembangan industri kecil, pengembangan eks-por hasil industri, pengembangan kemampuan perangkat lunak, serta pengembangan kemampuan tenaga kerja industrial dalam ma-najemen, tenaga ahli, tenaga terampil dan kewiraswastaan.

Langkah-langkah pendalaman dan pemantapan struktur industri telah dirintis sejak Repelita III dan telah menampakkan hasil-hasilnya berupa berkurangnya ketergantungan akan impor bahan baku/bahan penolong dan mesin-mesin. Langkah-langkah ini telah dapat menimbulkan dampak positif, yaitu terciptanya kelengkapan rantai pengolahan yang semaksimal mungkin berada di dalam nege-ri. Dengan demikian perkembangan industri sejauh mungkin bera-kar dari pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya serta pemenuhan pasar di dalam negeri, peningkatan nilai tambah baik dari sektor industri maupun sektor ekonomi lain yang berkaitan, tercapainya kemampuan swasembada dan kemandirian industri nasional, serta tercapainya pemerataan hasil pemba-ngunan melalui tumbuhnya zona-zona industri yang tersebar di berbagai wilayah.

Komoditi hasil industri yang telah mampu dihasilkan di da-lam negeri adalah sebanyak 359 komoditi, meliputi 134 komoditi kelompok Aneka Industri, 94 komoditi kelompok Industri Kimia Dasar dan 131 komoditi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar, dalam hal ini belum termasuk komoditi yang tergolong dalam kelompok Industri Kecil.

Langkah-langkah pengembangan industri permesinan terus di-lakukan dan telah dirintis pula pengembangan industri berat dan industri strategis, antara lain mesin-mesin perkakas, mesin-mesin pertanian, alat-alat berat, mesin-mesin listrik, elek-tronika, kendaraan bermotor, kereta api, pesawat terbang, kapal dan bangunan lepas pantai, serta mesin-mesin peralatan pabrik.

Beberapa hasil industri permesinan telah mampu menembus pasaran ekspor, antara lain bangunan lepas pantai, produk-produk elektronika, serta mesin peralatan pabrik seperti ketel uap dan ashpalt-mixing plant.

I/27

Page 33:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Pembinaan industri kecil dalam Repelita IV di titikberatkan kepada pembinaan sentra-sentra industri kecil yang tersebar di seluruh wilayah serta program konsolidasi terhadap Lingkungan Industri Kecil yang telah dibangun sejak Repelita III. Sentra yang dibina dalam tahun 1984/85 sebanyak 1.322 sentra, diting-katkan menjadi 1.562 sentra pada tahun 1985/86.

Pengembangan ekspor hasil industri secara bertahap semakin meningkat. Dalam usaha meningkatkan hasil industri, dikembang-kan industri yang memiliki keunggulan komparatif dengan orien-tasi ekspor, dan industri yang semula bergerak dalam substitusi impor menjadi industri ekspor antara lain tekstil dan semen.

Jumlah komoditi yang diekspor pada tahun 1985 semakin me-ningkat yaitu sebanyak 240 komoditi industri dengan andalan utama pada kelompok Aneka Industri sebanyak 77 komoditi, disu-sul dengan Industri Mesin dan Logam Dasar sebanyak 30 komoditi, Industri Kimia Dasar 12 komoditi dan Industri Kecil sebanyak 121 komoditi.

Kemampuan dalam rancang bangun dan perekayasaan baik dalam pembangunan pabrik dan peralatan mesin pabrik semakin diting-katkan. Dalam bidang permesinan telah dikembangkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan antara lain dalam pembuatan pe-sawat terbang, kapal, bangunan lepas pantai, mesin perkakas, sedangkan dalam bidang pembuatan pabrik-pabrik antara lain telah dikembangkan pembuatan pabrik gula, pabrik kelapa sawit, pabrik karet, pabrik teh, pabrik pupuk ZA dan TSP, serta secara bertahap pabrik pupuk urea.

Pelaksanaan pembangunan sektor pertambangan dan energi dalam tahun 1985/86 masih tetap melanjutkan dan meningkatkan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi sumber mineral dan energi, pemanfaatan teknologi tepat guna pada sek-tor ini untuk mendukung perluasan tenaga kerja serta penyediaan bahan baku industri yaitu terutama hasil-hasil tambang non-mi-gas seperti bahan galian golongan C maupun mineral lainnya. Hingga saat ini perusahaan pertambangan golongan C di Indonesia berjumlah 69.103 perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis bahan galian dan melibatkan sekitar 386.714 tenaga kerja dari berbagai tingkatan.

Kegiatan inventarisasi dan eksplorasi pertambangan telah mengkaji berbagai temuan endapan seperti batubara, gambut, timah putih, seng, zeolith, bentonit serta mineral strategis seperti kobalt dan mineral langka lainnya. Inventarisasi ter-

I/28

Page 34:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

sebut dimaksudkan untuk memperoleh data matang atas segala kekayaan yang ada di tanah air dan apabila keadaan ekonomi, terutama keadaan pasar dunia sudah memungkinkan maka akan segera dapat dimanfaatkan dan diusahakan. Di samping itu eksplorasi migas terus dilanjutkan dengan membuat sumur uji dan penelitian seismik di berbagai cekungan pada lokasi yang terse-bar.

Untuk menunjang kegiatan tersebut dilakukan penyelidikan pemetaan geologi serta penyelidikan lainnya dalam rangka mem-peroleh data dasar tentang adanya mineralisasi melalui survai geofisika, geokimia, geoteknik maupun geologi tata lingkungan. Brat kaitannya dengan itu adalah usaha untuk menghindari bahaya gunung berapi dengan membuat peta bahaya gunung api serta mem-bangun pos pengamatan gunung api agar dapat mengetahui datangnya bahaya sedini mungkin.

Hasil produksi minyak, timah, bauksit, perak pada tahun ke-dua Repelita IV mengalami penurunan terhadap tahun sebelumnya. Khusus untuk minyak bumi dan timah, keadaan tersebut terutama disebabkan adanya kuota minyak bumi dan tidak berfungsinya De-wan Timah Internasional karena keadaan pasaran dunia yang kurang baik. Sedangkan hasil-hasil tambang lain seperti nikel, pasir best, konsentrat tembaga mengalami sedikit kenaikan karena adanya permintaan ekspor yang meningkat. Produksi gas bumi juga sedikit meningkat sesuai dengan usaha yang dilaksanakan dalam eksplorasi dan eksploitasi sumur-sumur gas. Batubara merupakan komoditi tambang yang mengalami kenaikan cukup besar, yaitu sekitar 23,8%, terutama karena peningkatan produksi pada unit penambangan di Bukit Asam dan Ombilin dalam rangka kebijaksanaan diversifikasi penggunaan bahan bakar di dalam negeri.

Dalam tahun 1985/86 perusahaan-perusahaan tambang swasta yang mengelola bahan-bahan galian golongan C juga menghadapi keadaan yang kurang menguntungkan karena keadaan pasaran umumnya kurang dapat mendukung pengembangan produksi ini.

Hasil-hasil penyelidikan pertambangan dan geologi serta survai seismik yang dilaksanakan telah dapat menarik penanaman modal di berbagai usaha pertambangan melalui berbagai kontrak, yang mencakup persetujuan usulan kontrak karya baru bidang per-tambangan umum sebanyak 35 buah yang tersebar di berbagai loka- si dan 3 buah kontrak di bidang migas di lepas pantai Bunyu, Gebang dan Aru.

Kebutuhan energi di dalam negeri dipenuhi melalui pemanfat

I/29

Page 35:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

atan berbagai macam sumber energi dengan melalui program peng-anekaragaman sumber energi dan konservasi energi serta usaha-usaha lainnya yang berdasarkan kebijaksanaan umum di bidang energi. Hasil dari penganekaragaman energi diantaranya adalah telah bekerjanya PLTA Saguling serta PLTU Suralaya unit 1 dan 2.

Di bidang tenaga listrik, telah dilakukan usaha untuk pe-nambahan sarana penyediaan tenaga listrik melalui pengelolaan pengusahaan yang optimal maupun perencanaan serta pembangunan kelistrikan yang terpadu. Selanjutnya atas dasar kebijaksanaan umum bidang energi, maka langkah yang ditempuh dalam rangka penganekaragaman sumber energi meliputi penggunaan tenaga air, panas bumi dan pendayagunaan sumber energi lain yang bukan mi-nyak, seperti batubara dan gas bumi untuk membangkitkan lis-trik. Perluasan jaringan transmisi dan distribusi dimaksudkan bukan hanya untuk menyebarluaskan pemanfaatan tenaga listrik sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, baik di daerah kota maupun di daerah pedesaan, tetapi juga dalam rangka pe-ningkatan efisiensi perusahaan. Di samping itu, guna meningkat-kan dayaguna dan keandalan seluruh sistem tenaga listrik dila-kukan interkoneksi antara sistem-sistem jaringan.

Khusus untuk meningkatkan pemanfaatan listrik di pedesaan telah dilaksanakan program listrik pedesaan. Sasaran utama pro-gram listrik masuk desa adalah untuk memberikan aliran listrik kepada semua desa swasembada termasuk seluruh ibukota kecamatan dan desa-desa yang lain yang berpotensi, termasuk desa transmi-grasi yang sudah berkembang.

Pembangunan kelistrikan dalam tahun 1985/86 menekankan pada perluasan jaringan guna menyalurkan tenaga listrik yang ada serta untuk mempertinggi faktor penggunaan fasilitas pembang-kitan tenaga listrik. Hasil-hasil pembangunan kelistrikan seca-ra keseluruhan meliputi pembangunan pembangkit tenaga listrik yaitu sebesar 832,18 MW, jaringan transmisi 779,22 kms, jaring-an tegangan menengah 3.274,04 kms, jaringan tegangan rendah 3.455 kms, dan listrik desa untuk 1,472 desa.

Dalam tahun yang sama produksi tenaga listrik meningkat menjadi 16.852.745 MWh dan penjualan menjadi 12.643.776 MWh dengan peningkatan daya tersambung sebesar 8.149.993 kVA dan jumlah konsumen sebanyak 5.953.293 konsumen.

Salah satu penunjang yang sangat panting bagi pembangunan adalah kelancaran perhubungan. Pembangunan perhubungan yang di-

I/30

Page 36:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

laksanakan sampai tahun kedua Repelita IV telah dapat mening-katkan dan memperluas jangkauan pelayanan ke seluruh wilayah Nusantara serta meningkatkan pelayanan angkutan dan hubungan ke luar negeri. Beberapa hasil utama dari kegiatan pembangunan di bidang perhubungan adalah sebagai berikut.

Di bidang prasarana jalan selama tahun pertama dan kedua Repelita IV telah dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sepanjang 12.603 km dan 13.733 km, peningkatan jalan sepanjang 2.739 km dan 3.409 km, penggantian jembatan sepanjang 4.549 m dan 6.470 in, serta pembangunan jalan baru menuju pusat produksi dan daerah-daerah yang masih terisolir sepanjang 135 km dan 123 km.

Di bidang perhubungan darat dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 dilakukan peningkatan fasilitas keselamatan lalu lintas antara lain rambu-rambu lalu lintas sebanyak 6.500 buah dan 8.677 bu-ah, lampu lintas persimpangan sebanyak 11 unit dan 11 unit, tanda permukaan jalan sepanjang 12.500 m dan 34.110 m dan pagar pengaman jalan sepanjang 1.864 m dan 2.820 m. Selain itu untuk peningkatan pelayanan angkutan kota dalam tahun 1985/86 telah dilakukan penambahan jumlah bis menjadi 3.693 buah.

Untuk meningkatkan pelayanan angkutan kereta api selama ta-hun pertama dan kedua Repelita IV telah dilakukan rehabilitasi serta peningkatan jalan kereta api masing-masing sepanjang 4.020 km dan 4.210,1 km, pemasangan pintu perlintasan sebanyak 71 unit, penambahan dan perluasan fasilitas pertelekomunikasian sebanyak 29 unit, rehabilitasi dan penambahan lok uap, lok die-sel dan lok listrik sebanyak 119 buah dan 93 buah serta rehabi-litasi dan penambahan kereta penumpang dan gerbong barang ma-sing-masing sebanyak 3.879 buah dan 2.194 buah. Sebagian kebu-tuhan sarana kereta api tersebut telah dapat diproduksi di da-lam negeri oleh P.T. Industri Kereta Api (P.T. INKA).

Di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan dalam dua tahun pertama Repelita IV telah dilakukan pembangunan 6 dermaga dan 7 dermaga penyeberangan, masing-masing 1 buah der-maga sungai, 1 buah dan 3 buah terminal penyeberangan, penga-daan 660 buah dan 1.160 buah rambu sungai, masing-masing 1 buah rambu laut dan pengerukan alur pelayaran sebanyak 75.600 m3.

Pengembangan Perhubungan Laut dalam tahun pertama dan tahun kedua Repelita IV diutamakan pada peningkatan efisiensi dan efektivitas penyediaan jasa angkutan laut melalui penyempurnaan pola angkutan pelayaran Samudera, pelayaran Nusantara dan pela-

I/31

Page 37:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

yaran Lokal, sehingga tersedia pelayaran terpadu dengan biaya yang rendah. Di samping itu juga dilakukan peremajaan kapal-ka-pal niaga, serta penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan di bidang angkutan laut. Kebijaksanaan Pemerintah melalui In-pres No. 4 Tahun 1985 telah memberikan hasil berupa makin lan-carnya kegiatan bongkar muat barang-barang di pelabuhan sehing-ga dapat menurunkan biaya bongkar muat dan angkutan yang selama ini membebani masyarakat. Kebijaksanaan ini telah ikut memper-lancar arus perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri, khususnya untuk ekspor komoditi non-migas.

Selain itu dilakukan pula pembangunan pelabuhan dan fasi-litas keselamatan pelayaran dengan mengadakan perluasan dan pe-nambahan fasilitas-fasilitas baru agar dapat menunjang kelan-caran pelaksanaan operasional angkutan laut.

Peningkatan jasa perhubungan udara untuk melayani angkutan komersial, angkutan haji, angkutan transmigrasi dan angkutan perintis dilanjutkan dengan melakukan rehabilitasi prasarana dan sarana penerbangan, peningkatan frekuensi penerbangan, pe-ningkatan kemampuan landasan udara dan peralatan keselamatan penerbangan serta peremajaan armada penerbangan antara lain de-ngan memakai pesawat produksi dalam negeri. Hasil-hasil di bi-dang ini dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 masing-masing adalah : 79 landasan dan 79 landasan dapat didarati sejenis pesawat DHC- 6/C-212, 9 landasan dan 9 landasan dapat didarati sejenis pesawat CN-235/C-160, 19 landasan dan 19 landasan untuk sejenisL-100-30, 21 landasan dan 21 landasan untuk pesawat sejenis F-28, 7 landasan dan 5 landasan untuk pesawat sejenis DC-9, 3 landasan dan 4 landasan untuk pesawat sejenis DC-10/A-300, serta 4 landasan dan 5 landasan untuk pesawat sejenis B-747, dan di samping itu sebanyak 85 lokasi dan 101 lokasi telah di-pasang peralatan keselamatan penerbangan.

Pembangunan Jasa Pos dan Giro selama tahun pertama dan kedua Repelita IV diperluas ke daerah terpencil terutama di Ibukota-ibukota Kecamatan untuk melayani daerah-daerah transmigrasi dan daerah-daerah terpencil. Dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 masing-masing telah dibangun 106 buah dan 65 buah Kantor Pos Pembantu/Kantor Pos Tambahan, 8 buah dan 6 buah Kantor Pos Besar, 61 buah dan 40 buah mobil pos, 301 buah dan 204 buah sepeda motor dan pengadaan sebanyak 303 buah dan 318 buah bis surat.

Pembangunan telekomunikasi dalam tahun pertama dan kedua

I/32

Page 38:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Repelita IV telah dapat meningkatkan pelayanan jasa telekomuni-kasi dan menambah jumlah sambungan telepon menjadi masing-ma-sing 750.816 dan 832.378 satuan sambungan, yang terdiri dari 601.390 satuan sambungan dan 674.488 satuan sambungan sentral otomat, 30.410 satuan sambungan dan 32.366 satuan sambungan sentral tangan dengan Baterai Sentral (BS) serta 66.016 satuan sambungan dan 72.524 satuan sambungan sentral tangan dengan Ba-terai Lokal (BL). Dalam tahun 1984/85 telah pula dilakukan pe-nambahan 53.000 satuan sambungan telepon digital, peningkatan dan perluasan jaringan transmisi darat, Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Pala-pa serta perluasan jangkauan pelayanan ke daerah-daerah terpen-cil.

Salah satu bidang yang langsung memperoleh manfaat dari se-makin lancarnya perhubungan adalah kegiatan pariwisata. Pemba-ngunan pariwisata sampai dengan tahun kedua Repelita IV terus ditingkatkan untuk dapat meningkatkan penerimaan devisa, mem-perluas lapangan kerja serta lebih memperluas pengenalan kebu-dayaan bangsa. Berbagai usaha baik yang bersifat peningkatan kelembagaan, perluasan jenis dan pasar pariwisata telah pula dilakukan, termasuk perluasan dan peningkatan kegiatan promosi pariwisata, pembinaan industri pariwisata dan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan penerbangan melalui paket-paket wisata agar dapat meningkatkan arus wisatawan dari dalam dan luar ne-geri.

Seperti disebutkan di atas, kelancaran perhubungan menun-jang kelancaran kegiatan perdagangan. Dalam tahun 1985/86 kebi-jaksanaan pembangunan bidang perdagangan dalam negeri tetap di-arahkan kepada usaha-usaha untuk memantapkan harga barang dan bahan, menyempurnakan prasarana pemasaran baik fisik maupun kelembagaan, meningkatkan peranan pengusaha/pedagang nasional khususnya pengusaha/pedagang golongan ekonomi lemah, memperluas pasaran barang-barang produksi dalam negeri serta meningkatkan dayaguna dan hasil guna pemasaran barang dan bahan.

Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1985/ 86 untuk menjaga agar harga tetap stabil serta agar kebutuhan barang dan bahan terpenuhi telah dilakukan usaha-usaha mening-katkan lancarnya arus lalu lintas barang dan bahan baik antar daerah maupun antar pulau, menurunkan biaya pemasaran, monito-ring harga serta memantapkan pengadaan dan penyaluran. Di sam-ping itu, dalam usaha menstabilkan harga dan memantapkan peng-adaan barang dan bahan khusus untuk daerah-daerah Indonesia Ba-gian Timur, dalam tahun 1985/86 kebijaksanaan perdagangan pe-

I/33

Page 39:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

rintis tetap dilanjutkan. Sebagai hasilnya, selama tahun 1985/ 86 di daerah-daerah tersebut umumnya tidak terjadi gejolak har-ga, demikian pula penyediaan barang dan bahan terutama untuk sembilan bahan pokok cukup lancar.

Dalam rangka penyempurnaan prasarana fisik pemasaran dalam tahun 1985/86 pembangunan/pemugaran pasar Inpres masih dilan-jutkan. Pembangunan/pemugaran pasar Inpres sampai dengan tahun 1985/86 telah mencapai 2.066 pasar dan ditempati oleh lebih ku-rang 500 ribu pedagang. Sedangkan sampai dengan tahun 1983/84 dan 1984/85 angka tersebut masing-masing berjumlah 1.638 pasar dan 1.916 pasar.

Selanjutnya sebagai usaha penyempurnaan prasarana kelemba-gaan, antara lain telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai be-rikut.

Untuk mengimbangi pelayanan kemetrologian yang semakin me-ningkat dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Metrologi Legal, telah dilakukan pendidikan tenaga ahli metrologi. Dalam tahun 1983/84 dan 1984/85 telah dididik tenaga ahli metrologi masing-masing 75 orang dan 97 orang, sedang dalam tahun 1985/86 didi-dik lagi 100 orang tenaga ahli metrologi. Pelaksanaan Undang-undang No. 3 Tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan, baru efektif dilaksanakan secara tetap/penuh pada pertengahan tahun 1985 karena pedoman pelaksanaannya baru dikeluarkan pada bulan Pebruari 1985. Dengan demikian pendaftaran perusahaan yang dilakukan sebelumnya masih bersifat sementara, sehingga setelah itu perusahaan tersebut masih diharuskan melengkapi dokumen pendaftarannya. Sebagai hasil dari pendaftaran tetap tersebut, yang dilakukan sejak pertengahan tahun 1985 sampai Maret 1986, telah terdaftar sebanyak 67.785 perusahaan. Namun demikian sampai dengan tahun 1985/86 telah dilakukan pendaftaran semen-tara sebanyak 308.301 perusahaan atau naik sebesar 60,87 diban-ding tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 1983/84 dan1984/85 hanya terdaftar masing-masing sebanyak 126.006 perusa-haan dan 191.719 perusahaan.

Sejak December 1984 diberlakukan sistem perizinan yang lebih disederhanakan. Pelaksanaan sistem perizinan tersebut te-lah dapat memperluas kesempatan berusaha bagi pengembangan pe-rusahaan nasional terutama perusahaan kecil dan menengah, se-hingga jumlah perusahaan/pedagang nasional yang memperoleh Su-rat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam tahun 1985 meningkat menjadi 873.603 buah, atau terjadi kenaikan sebesar 2,87 diban-ding tahun 1984. Jumlah tersebut sampai dengan tahun 1983 dan

I/34

Page 40:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

1984 masing-masing adalah 778.556 buah dan 849.985 buah.

Dalam rangka meningkatkan dayaguna pemasaran, penyelengga-raan informasi pasar dalam tahun 1985/86 masih dilanjutkan dan sudah tersebar di 26 propinsi. Sedangkan kegiatan yang dilaku-kan sudah meliputi informasi berbagai aspek pemasaran untuk ko-moditi-komoditi hasil pertanian, hasil perkebunan rakyat, hasil industri rakyat dan hasil kerajinan rakyat.

Untuk meningkatkan partisipasi pedagang nasional khususnya pedagang golongan ekonomi lemah di bidang perdagangan beberapa langkah kebijaksanaan telah dilakukan. Satu langkah penting adalah tetap diberikannya berbagai kemudahan melalui pengaturan di dalam Keppres No. 18 Tahun 1981 dan kemudian disempurnakan dengan Keppres 29 Tahun 1984. Dalam tahun 1985/86 pelaksanaan Keppres tersebut khususnya yang menyangkut pembinaan pengusa-ha/pedagang golongan ekonomi lemah terus ditingkatkan. Di sam-ping itu, seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1985/86 penataran dan bimbingan melalui konsultasi bagi pedagang go-longan ekonomi lemah diselenggarakan baik di ibukota kabu-paten/kotamadya maupun di kota-kota kecamatan yang meliputi masing-masing sebesar 1.925 orang. Penataran dan bimbingan melalui konsultasi dalam tahun 1985/86 turun sebesar 36% di-banding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan penyelenggaraannya lebih diefektifkan dengan maksud agar hasilnya lebih baik. Dalam tahun 1983/84 jumlah tersebut mencakup sejumlah 3.010 orang, sedang dalam tahun 1984/85 sebesar 3.395 orang.

Sebagai salah satu usaha untuk memperluas pasaran barang-barang produksi dalam negeri kebijaksanaan penyelenggaraan pa-meran dagang terus dilakukan. Dalam tahun 1985/86 penyelengga-raan pameran dagang sudah meliputi kota-kota Medan, Padang, Ja-karta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Penyelenggaraan pameran dagang dalam tahun 1985/86 telah diikuti oleh 1.225 perusahaan/pedagang, sedangkan dalam tahun 1983/84 dan 1984/85 masing-masing diikuti oleh 1.200 perusahaan/pedagang dan 1.560 perusahaan/pedagang.

Selanjutnya dalam rangka usaha meningkatkan dayaguna pema-saran bahan-bahan tertentu bisa dilaporkan sebagai berikut. Sebagai hasil dari pengaturan tataniaga pupuk, maka pengadaan/ penyaluran pupuk dalam tahun 1985/86 dapat ditingkatkan. Dalam Musim Tanam (MT) 1985/86 jumlah pupuk Urea dan TSP yang disa-lurkan masing-masing sebesar 1.656,7 ribu ton dan 696,2 ribu ton, dibanding dengan MT 1984/85 masing-masing naik sebesar 56,7% dan 10,6%. Dalam MT 1983/84 jumlah pupuk Urea dan TSP

I/35

Page 41:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

yang disalurkan masing-masing sebesar 2.449,3 ribu ton dan 938,4 ribu ton, sedang dalam MT 1984/85 jumlah tersebut masing-masing sebesar 1.057,5 ribu ton dan 629,6 ribu ton. Sebagai ha-sil pengaturan tataniaga besi baja pengadaan/penyaluran barang ini berjalan dengan mantap, sehingga harga komoditi tersebut dapat dikendalikan. Demikian pula halnya dengan semen, kopra dan minyak kelapa. Dalam tahun 1985/86 kebutuhan semen seluruh-nya telah dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri dan dengan semakin mantapnya penyaluran semen tersebut, maka pada umumnya harganya tetap stabil. Dalam tahun 1985/86 pengadaan/penyaluran kopra/minyak kelapa semakin ditingkatkan. Hal ini tampak dari perkembangan antar pulau komoditi tersebut. Dalam tahun 1983 dan 1984 antar pulau kopra/minyak kelapa masing-masing sebesar 371,8 ribu ton dan 287,6 ribu ton, sedang dalam tahun 1985/86 jumlah tersebut meningkat menjadi 402,8 ribu ton.

Di dalam Repelita IV pembangunan di bidang koperasi diti-tik beratkan pada : usaha peningkatan kegiatan koperasi untuk berswadaya, swakerta dan swasembada; peningkatan kemampuan koperasi sebagai wadah untuk golongan ekonomi lemah; peningkat-an kemampuan koperasi dalam memberikan pelayanan kepada para anggotanya; peningkatan dan perluasan peranan dan usaha kope-rasi ke berbagai sektor seperti pertanian, perindustrian, per-dagangan, angkutan, kelistrikan dan lain-lain; dan dorongan pengembangan kerjasama antar koperasi serta antar koperasi dengan badan usaha swasta dan badan usaha milik negara. Hal ini dilaksanakan melalui dua program pokok yakni : Program Pembi-naan Kelembagaan Koperasi dan Program Pembinaan Usaha Koperasi dan beberapa program penunjang, seperti Program Pendidikan Tenaga Pembina Koperasi dan Program Penelitian Perkoperasian.

Beberapa hasil utama dari pembangunan di bidang koperasi adalah sebagai berikut. Apabila pada akhir tahun 1983 terdapat 25.161 buah koperasi, maka pada akhir tahun 1984 dan 1985 jum-lah ini meningkat masing-masing menjadi 26.432 dan 28.103 buah. Termasuk di dalamnya KUD sebanyak 6.373 buah pada tahun 1983, meningkat menjadi 6.629 pada tahun 1984 dan 6.979 buah pada tahun 1985. Anggota koperasi primer meningkat dari 13,6 juta orang pada tahun 1983, menjadi 16,4 juta orang pada tahun 1984 dan 20,3 juta orang pada tahun 1985. Angka-angka ini men-cakup anggota KUD yang juga berkembang dari 9,5 juta orang pada tahun 1983, menjadi 12,0 juta orang pada tahun 1984 dan kemudi-an menjadi 14,9 juta orang pada tahun 1985.

Di dalam bidang organisasi terdapat pula kemajuan. Kope-rasi yang mampu menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT)

I/36

Page 42:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

pada tahun 1983 menjadi 13.761 buah atau 59% dari jumlah kope-rasi yang ada pada waktu itu. Jumlah ini meningkat menjadi 18.809 buah pada tahun 1984, yakni 76% dari jumlah koperasi yang ada pada waktu itu, yang kemudian meningkat lagi menjadi 15.606 buah atau 60% dari koperasi yang ada pada tahun 1985.

Di dalam bidang manajemen dapat dikemukakan bahwa Koperasi non-KUD yang mampu mengangkat manajer yang terampil pada tiga tahun terakhir yakni tahun 1983, 1984 dan 1985 masing-masing adalah 964, 975 dan 890 buah. Dalam periode yang sama jumlah manajer pada KUD adalah 8.364, 7.257 dan 6.517 orang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan kope-rasi telah dilaksanakan kegiatan pendidikan, latihan keteram-pilan dan penataran bagi para anggota pengurus, anggota badan pemeriksa, para kader, manajer dan karyawan koperasi. Tenaga koperasi yang memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan ber-jumlah 24.642 orang pada tahun 1983/84, dan 17.480 orang pada tahun 1984/85 serta 23.354 orang pada tahun 1985/86.

Hasil-hasil pembinaan usaha koperasi terlihat pula dari perkembangan jumlah simpanan, modal dan nilai usaha koperasi. Simpanan anggota secara keseluruhan yang pada tahun 1983 ber-jumlah Rp 125,0 milyar meningkat menjadi Rp 132,0 milyar pada tahun 1984 dan meningkat lagi menjadi Rp 178,1 milyar pada ta-hun 1985. Modal usaha juga menunjukkan kenaikan yang cukup berarti. Modal koperasi pada tahun 1983 berjumlah Rp 537,6 milyar menurun menjadi Rp 467,5 milyar pada tahun 1984, akan tetapi meningkat lagi menjadi Rp 618,8 milyar pada tahun 1985. Modal koperasi ini bersumber dari simpanan anggota dan pinjaman dari bank Pemerintah. Untuk membantu KUD-KUD dalam pengadaan beras untuk sarana penyangga Pemerintah, disediakan kredit, setiap tahunnya antara Rp 47,0 milyar sampai dengan Rp 60,0 milyar. Pinjaman bank yang diperlukan untuk membiayai usaha-usaha lainnya dapat diperoleh dengan jaminan Perum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK). Jaminan Kredit yang diperoleh dalam tahun 1983/84, 1984/85 dan 1985/86 masing-masing berjum-lah Rp 129,7 milyar, Rp 126,2 milyar dan Rp 145,2 milyar. Dengan modal usaha seperti ini nilai usaha koperasi secara keseluruhan mencapai Rp 2.114,4 milyar pada tahun 1983 yang kemudian menjadi Rp 1.490,1 milyar dan Rp 2.213,7 milyar pada tahun 1984 dan tahun 1985.

Dalam Repelita IV peranan dunia usaha dalam pembangunan di-usahakan semakin meningkat. Sejak beberapa tahun terakhir ber-bagai kebijaksanaan telah diambil untuk merangsang iklim usaha

1/37

Page 43:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

di dalam negeri, antara lain kebijaksanaan deregulasi perbank-an, undang-undang perpajakan, Inpres No. 5 Tahun 1984, Inpres No. 4 Tahun 1985. Sebagai hasil dari langkah-langkah kebijaksa-naan tersebut, dalam sektor penanaman modal, khususnya Penanam-an Modal Dalam Negeri (PMDN), nampak dampaknya yang positif. Dalam tahun 1985/86 BKPM telah menyetujui 251 proyek PMDN yang baru dengan nilai Rp 2.238,5 milyar, sedang dalam tahun 1984/85 yang disetujui adalah 190 proyek dengan nilai Rp 1.816,7 mil-yar. Di samping proyek baru, dalam tahun 1985/86 telah disetu-jui 94 proyek perluasan dengan nilai Rp 1.479,9 milyar, sehingga seluruh investasi PMDN yang disetujui pada tahun 1985/86 bernilai Rp 3.718,4 milyar. Dalam tahun 1984/85 nilai seluruh investasi PMDN yang disetujui mencapai Rp 2.629,6 milyar.

Dalam tahun kedua pelaksanaan Repelita IV, perkembangan PMA menunjukkan gambaran lain. Dalam tahun 1985/86 telah disetujui 43 proyek baru PMA dengan nilai US$ 625,3 juta, di samping persetujuan atas proyek perluasan yang berjumlah 31 proyek dengan nilai US$ 229,8 juta. Dengan demikian seluruh investasi yang disetujui pada tahun 1985/86 bernilai US$ 855,1 juta. Dibandingkan dengan nilai investasi PMA tahun sebelumnya yang bernilai US$ 1.286,8 juta terlihat adanya penurunan.

Perkembangan PMA dalam masa 3 tahun terakhir tidak menun-jukkan peningkatan terutama sebagai akibat dari perkembangan faktor-faktor ekstern. Untuk menanggulangi keadaan ini kegiatan promosi penanaman modal di luar negeri makin digiatkan antara lain dengan menggunakan seluruh jajaran aparatur Departemen Luar Negeri serta berbagai upaya lainnya.

Dalam rangka pengembangan golongan ekonomi lemah, berbagai langkah telah dilaksanakan termasuk usaha untuk memperkuat permodalan, meningkatkan keahlian dan kemampuan, membantu mem-perluas pemasaran dan sebagainya. Dalam usaha untuk memperkuat permodalan golongan ekonomi lemah diciptakan berbagai sistem perkreditan seperti KIK, KMKP, Kredit Mini dan Midi, KCK dan Kupedes. Jumlah kredit yang disalurkan melalui sistem tersebut mencapai -Rp 1.597,9 milyar pada tahun 1984 dan mencapai Rp 1.661,3 milyar pada tahun 1985.

Dalam usaha meningkatkan keahlian dan kemampuan golongan ekonomi lemah, Departemen Perindustrian, Departemen Tenaga Ker-ja, Departemen Perdagangan, Departemen Pekerjaan Umum dan De-partemen Dalam Negeri melaksanakan program pembinaan golongan ekonomi lemah di sektornya masing-masing. Begitu pula berbagai usaha telah dilakukan oleh KADIN untuk meningkatkan keterampil-

I/38

Page 44:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

an usaha bagi anggota-anggotanya dari golongan ekonomi lemah.

Salah satu kesulitan besar bagi golongan ekonomi lemah adalah masalah pemasaran. Bantuan untuk memecahkan masalah pe-masaran ini telah diberikan, dengan menyediakan tempat-tempat pemasaran, pemberian informasi pasar dan mendorong golongan ekonomi lemah untuk kerjasama dengan golongan yang lebih kuat. Yang terakhir ini dilaksanakan dengan program keterkaitan yang berkembang dengan baik di lingkungan industri kecil.

Kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi dan bidang-bi-dang lain perlu diimbangi dengan kebijaksanaan untuk menang-gulangi masalah kependudukan. Permasalahan pokok kependudukan bersumber dari 3 hal, yaitu jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan yang relatif masih tinggi dan penyebaran antar dae-rah yang kurang seimbang. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut telah dilaksanakan kebijaksanaan kependudukan dan ke-luarga berencana yang dirumuskan secara nasional dan menyeluruh serta dituangkan dalam program-program terpadu dengan program-program pembangunan lainnya.

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1980 diperkirakan se-banyak 147,5 juta dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 2,3%. Pada tahun 1985, jumlah penduduk diperkirakan naik menjadi 163,9 juta, tetapi pertumbuhan penduduk per tahunnya selama 1980-1985 telah turun menjadi 2,17. Turunnya laju pertumbuhan penduduk tersebut antara lain disebabkan oleh turunnya tingkat kelahiran, seperti tercermin pada perkembangan rasio anak wani-ta. Pada tahun 1980 terdapat 57 anak umur 0-4 tahun per 100 wa-nita berumur 15-49. Pada tahun 1985 angka tersebut telah menu-run menjadi 52 anak per 100 wanita. Turunnya tingkat kelahiran merupakan dampak dari berbagai usaha pembangunan dan program keluarga berencana (KB).

Untuk menanggulangi masalah kependudukan, telah ditingkat-kan peranserta lembaga swadaya masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut telah disusun silabus penataran yang meliputi ma-ters kependudukan dan pengelolaan lembaga swadaya masyarakat. Di samping itu, telah pula dibakukan pelaksanaan pendidikan kependudukan baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.

Berbagai macam penelitian kependudukan telah dilaksanakan untuk menunjang pengamatan perkembangan masalah kependudukan. Sejalan dengan hal tersebut, telah pula ditingkatkan kemampuan pusat-pusat studi kependudukan dengan jalan meningkatkan kemam-puan peneliti dan sarana pengolahannya. Sementara itu, telah

I/39

Page 45:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

pula dilakukan uji coba untuk mengembangkan indikator kualitas penduduk serta indikator dampak sosial dari pembangunan.

Dalam tahun 1985/86, program keluarga berencana diarahkan-kan kepada usaha peningkatan kualitas program, penyerasian ker-jasama dan koordinasi dengan sektor dan program pembangunan la-innya serta peningkatan partisipasi masyarakat. Penyelenggara-an program dilaksanakan dengan pendekatan wilayah paripurna, yaitu penggarapan program dengan memperhitungkan kondisi, si-tuasi dan potensi masyarakat setempat. Dalam tahun 1985/86, telah dapat diajak sebanyak 5,1 juta pasangan usia subur untuk berkeluarga berencana sementara jumlahnya untuk tahun 1984/85 hanyalah 4,1 jute. Dari segi kualitas juga terlihat adanya pe-ningkatan dengan meningkatnya kemampuan program KB dalam meng-ajak penduduk yang berusia muda sebagai peserta KB baru. Jika pada tahun 1983/84 ada 40,8% pasangan usia subur (PUS) berusia 15-24 tahun yang menjadi peserta KB baru, maka persentase tersebut telah naik menjadi 42,9% pada tahun 1985/86. Di antara peserta KB baru tersebut, 31,8% memakai alat suntikan, sedang-kan persentase tersebut pada tahun 1983/84 hanya 23,4%.

Di samping keberhasilan dalam mengajak penduduk ber-KB, program KB juga dapat memberikan pengayoman kepada pesertanya. Dalam tahun 1985/86, 15,3 juta PUS menjadi peserta KB aktif, sementara jumlahnya dalam tahun 1983/84 adalah 14,4 juta. Namun demikian, jika dibandingkan dengan jumlah dalam tahun 1984/85, sebanyak 15,7 juta, maka peserta KB aktif tahun 1985/86 sedikit lebih rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya pene-kanan pada usaha perluasan jangkauan yang diarahkan kepada alat kontrasepsi yang lebih mantap.

Bersamaan dengan makin meningkatnya jumlah peserta KB telah pula ditingkatkan pelayanannya. Jumlah klinik KB telah naik dari 7.064 buah pada akhir Repelita III menjadi 8.073 buah pada tahun 1985/86. Kenaikan persentase tertinggi terdapat pada kli-nik swasta yang menunjukkan kenaikan partisipasi masyarakat da-lam program KB. Sementara itu telah pula ditingkatkan jumlah dan kualitas tenaga pelayanan KB. Apabila pada akhir Repelita III terdapat 20.953 orang, jumlah ini telah meningkat menjadi 26.336 orang pada tahun 1985/86 ditambah lagi 12.000 tenaga kesehatan agar dapat melayani program keluarga berencana dengan lebih efektif. Kualitas tenaga program KB juga ditingkatkan melalui pendidikan baik yang bersifat latihan, pendidikan jang-ka pendek maupun pendidikan jangka panjang.

Untuk menjangkau daerah yang jauh telah ditingkatkan pela-

I/40

Page 46:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

yanan bergerak melalui Tim KB Keliling. Pada tahun 1983/84, pelayanan ini dilakukan 391.714 kali dan pada tahun 1985/86 di-tingkatkan menjadi 490.879 kali. Di samping pelayanan kontra-sepsi, Tim KB Keliling juga berfungsi melakukan penerangan dan motivasi masalah kependudukan serta keluarga berencana.

Keterpaduan program KB dengan program pembangunan lainnya terus ditingkatkan, misalnya dengan usaha peningkatan pendapat-an peserta KB, usaha peningkatan gizi keluarga serta program terpadu KB Kesehatan. Dalam tahun 1985/86 telah pula dirintis kegiatan bina keluarga balita yang bertujuan meningkatkan ke-cerdasan anak. Sedangkan program KB Kesehatan telah dilaksana-kan di lima propinsi penerima transmigrasi yang meliputi 595 unit pemukiman transmigrasi.

Peningkatan kesadaran masyarakat terlihat antara lain dari makin banyaknya tenaga sukarela pembina keluarga berencana. Jika pada akhir Repelita III jumlah kelompok tenaga sukarela adalah 184.191, pada tahun 1985/86 jumlah tersebut menjadi 260.205. Sementara itu, untuk meningkatkan kesadaran akan masa-lah kependudukan dan keluarga berencana terutama bagi golongan muda telah dilaksanakan pendidikan kependudukan dan pendidikan keluarga berencana baik melalui jalur sekolah maupun luar seko-lah. Untuk itu dalam tahun 1985/86 telah dididik 9.301 guru menjadi guru pendidikan kependudukan di samping pendidikan ter-tulis keluarga berencana yang diberikan kepada 2.500 orang.

Peningkatan jumlah tenaga sukarela sangat menguntungkan bagi pelaksanaan program. Sekitar 80% dari pil dan 70% dari kondom yang dibagikan kepada masyarakat, penyalurannya dilaku-kan oleh tenaga sukarela tersebut. Di samping itu, mereka juga berperan aktif dalam pengelolaan program di tingkat desa se-hingga merupakan langkah panting dalam rangka alihperan prog-ram oleh masyarakat.

Upaya untuk menanggulangi sisi lain dari masalah kependu-dukan, yaitu adanya penyebaran penduduk antar daerah yang ku-rang seimbang, dilaksanakan melalui kebijaksanaan transmigrasi.

Kebijaksanaan transmigrasi di dalam Repelita IV ditujukan kepada peningkatan penyebaran penduduk dan tenaga kerja serta untuk membuka dan mengembangkan daerah produksi dan pertanian baru sejalan dengan pembangunan daerah, khususnya daerah di luar Jawa dan Bali, sehingga kegiatan transmigrasi diharapkan akan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat transmigran dan masyarakat disekitarnya. Di samping itu, pelaksanaan trans-

1/41

Page 47:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

migrasi dimaksudkan pula untuk penataan kembali penggunaan, penguasaan serta pemilikan tanah baik di daerah asal maupun di daerah penerima. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pelaksa-naan kegiatan transmigrasi memerlukan berbagai keterpaduan seperti keterpaduan antara pembangunan daerah dengan pembangun-an sektoral. Keterpaduan ini menyangkut pula kegiatan pembinaan dan penyuluhan yang lebih ditingkatkan dalam Repelita IV meliputi berbagai bidang seperti usaha tani, perdagangan, kope-rasi, kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dan lain-lain.

Dalam Repelita IV, direncanakan akan dipindahkan sekitar 750.000 kepala keluarga (KK) yang merupakan peningkatan sekitar 1,5 kali bila dibandingkan dengan realisasi Repelita III, yaitu sejumlah 535.474 KK. Dalam transmigrasi umum yakni transmigrasi dengan bantuan pemerintah, pada tahun 1983/84, tahun 1984/85 dan tahun 1985/86 dicapai hasil masing-masing sejumlah 61.431 KK, 51.558 KK dan 79.682 KK. Sementara itu terdapat pula transmigrasi swakarsa yang perpindahannya dari Jawa - Bali ke daerah-daerah lain merupakan perpindahan spontan dan dibiayai oleh masyarakat ataupun dengan sedikit bantuan dari pemerintah.

Untuk menunjang tercapainya sasaran di atas diperlukan pembangunan di berbagai bidang lainnya khususnya peningkatan prasarana dan sarana di daerah transmigrasi. Pembangunan prasa-rana berupa jalan baru mencapai 8.997 km, 7.937 km dan 3.200 km masing-masing pada tahun 1983/84, 1984/85 dan 1985/86. Di sam-ping itu ditangani pula kegiatan rehabilitasi jalan-jalan dan jembatan yang dalam tahun 1983/84 mencapai sepanjang 480 km jalan dan 2.170 m jembatan. Kegiatan rehabilitasi ini meningkat dan meliputi 1.015 km jalan dan 5.000 m jembatan pada tahun 1984/85 dan kemudian meningkat lagi sehingga mencapai 1.230 km jalan dan 5.190 m jembatan pada tahun 1985/86. Selain untuk menunjang upaya transmigrasi, semakin mantapnya prasarana jalan di daerah transmigrasi akan membantu pula pencapaian sasaran peningkatan pembangunan daerah.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dilakukan pula berbagai kegiatan lainnya seperti perbaikan drainage, pengapuran dan konversi lahan yang ditujukan untuk peningkatan produktivitas lahan sehingga akan meningkatkan pendapatan usaha tani. Sejalan dengan itu dilakukan pula usaha pembinaan yang lebih diarahkan kepada pengembangan perdagangan dan koperasi.

Dalam tahun 1983/84, tahun 1984/85 dan tahun 1985/86 jum-lah transmigran yang dibina masing-masing 372.883 KK, 443,401 KK dan 536.989 KK, yang berarti setiap tahunnya meningkat de-

I/42

Page 48:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

ngan sekitar 20%.

Sementara itu produktivitas beberapa jenis tanaman pertanian di daerah transmigrasi khususnya padi dan palawija terus meningkat pula seperti terlihat dari hasil-hasil berikut. Pro-duksi rata-rata padi ladang pada tahun 1983/84, tahun 1984/85 dan tahun 1985/86 masing-masing sebesar 1,10 ton/ha, 1,54 ton/ ha dan 1,74 ton/ha. Dalam periode yang sama produksi rata-rata singkong mencapai masing-masing sebesar 7,09 ton/ha, 6,36 ton/ ha dan 10,3 ton/ha, sedangkan produktivitas tanaman kacang-ka-cangan sebesar 0,86 ton/ha, 0,69 ton/ha dan 0,95 ton/ha.

Dalam hubungan dengan koordinasi penyelenggaraan transmi-grasi, maka adanya Keppres No. 59 Tahun 1984 yang sudah memper-tegas tugas dan tanggung jawab instansi-instansi dan lembaga-lembaga yang terlibat, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, diharapkan akan sangat membantu sehingga segala masalah yang timbul akan lebih cepat terselesaikan dan dengan demikian pelaksanaan transmigrasi akan dapat berjalan dengan lebih me-ningkat menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.

Terkait erat dengan masalah kependudukan adalah masalah ke-sempatan kerja. Masalah kesempatan kerja merupakan masalah na-sional yang pelik dan yang akan semakin mendesak di waktu-waktu mendatang. Penciptaan lapangan kerja yang cukup mensyaratkan tetap dipertahankannya laju pertumbuhan ekonomi rata-rata yang memadai, serta pola pertumbuhan yang benar-benar menunjang pe-manfaatan angkatan kerja yang ada. Hal ini menuntut dilaksana-kannya koordinasi kebijaksanaan-kebijaksanaan sektoral maupun regional sedemikian rupa sehingga bisa menciptakan lapangan kerja baru secara maksimal dilihat dari lingkup dan wawasan na-sional. Dari sisi penawaran tenaga kerja, hal ini juga menyang-kut usaha pengembangan ketenagakerjaan di Indonesia.

Seperti dalam tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun kedua Re-pelita IV situasi ketenagakerjaan di tanah air tetap ditandai oleh masalah-masalah struktural antara lain : pertumbuhan pen-duduk yang relatif masih tinggi, adanya tingkat penyebaran pen-duduk yang tidak merata, sebagian besar angkatan kerja berpen-didikan rendah, adanya tingkat pendayagunaan tenaga kerja yang masih rendah atau tingkat ketergantungan relatif tinggi, dan adanya ketidakseimbangan di dalam pasar kerja.

Sehubungan dengan masalah-masalah di atas maka dirumuskan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor yang berhubungan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan

I/43

Page 49:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

kerja serta peningkatan mutu dan perlindungan tenaga kerja. Sasaran kebijaksanaan pokok tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: pertama, memperluas lapangan kerja dalam jumlah yang memadai; kedua, pembinaan dan pengembangan angkatan kerja dalam jumlah yang sepadan dengan pertambahan angkatan kerja baru; ketiga, pembinaan, perlindungan dan pengembangan angkatan kerja yang sudah bekerja; keempat, meningkatkan fungsi pasar kerja; dan kelima, merumuskan dan menerapkan perencanaan tenaga kerja yang terpadu.

Dalam rangka mengusahakan terciptanya lapangan kerja yang seluas-luasnya melalui pelaksanaan program-program pembangunan, maka ditempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan dan langkah-langkah yang bersifat umum, sektoral, regional dan khusus.

Langkah-langkah khusus yang dilaksanakan dalam rangka meng-atasi masalah ketenagakerjaan dan peningkatan penggunaan sumber daya manusia dapat diuraikan di bawah ini.

Kegiatan Proyek Padat Karya Gaya Baru (PPKGB) terus diting-katkan, baik dari segi jumlah kecamatan maupun imbalan yang di-sediakan. Dalam tahun pertama Repelita IV, PPKGB dilaksanakan di 1.125 kecamatan dengan menyediakan kesempatan kerja produk-tif bagi 258.242 orang per hari. Dalam tahun kedua, jumlah ke-camatan meningkat menjadi 1,468 termasuk 7 kecamatan di 7 kota dan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mencakup beberapa kecamat-an, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 422.978 orang per hari termasuk 12.493 lulusan SMTA. Besarnya imbalan yang dibe-rikan rata-rata per hari pada tahun pertama Repelita IV berjum-lah Rp 837,50 dan pada tahun kedua meningkat menjadi Rp 1.000,00. Hasil fisik yang dicapai antara lain berupa jalan desa pada tahun pertama dan tahun kedua Repelita IV masing-masing sepanjang 3.966,2 km dan 2.819,7 km.

Kebijaksanaan khusus yang mencakup pemberian bantuan pemba-ngunan kepada Daerah Tingkat II dikenal sebagai program Inpres Kabupaten. Program ini ditujukan untuk membangun fasilitas umum yang diserasikan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah, misalnya pasar, terminal angkutan umum, jalan, saluran pengairan, jembatan dan sebagainya. Pada tahun kedua Repelita IV perkiraan kesempatan kerja yang tercipta adalah sebanyak 490.864 orang dalam seratus hari kerja.

Program Reboisasi dan Penghijauan yang diarahkan untuk kon-servasi lahan agar dapat mengendalikan banjir dan erosi merupa-kan salah satu usaha untuk memperluas kesempatan kerja melalui

I/44

Page 50:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

pelestarian hutan, tanah dan air. Pada tahun kedua Repelita IV telah dilaksanakan penghutanan kembali seluas 40.121 ha dan penghijauan tanah kritis seluas 97.928 ha. Kesempatan kerja yang tercipta berjumlah 11.943,8 dalam seratus hari kerja.

Kebijaksanaan menyebarkan dan memanfaatkan sumber daya ma-nusia, khususnya tenaga kerja muda terdidik ke daerah pedesaan melalui Proyek Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela Pelopor Pemba-haruan dan Pembangunan (TKS-BUTSI) disempurnakan. TKS-BUTSI yang dikerahkan pada tahun kedua Repelita IV berjumlah 14.385 orang, setelah ditangguhkan pada tahun pertama.

Dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka Kuliah Kerja Nyata (KKN) ditingkatkan menjadi kegiatan intra kurikuler. Para peserta KKN terdiri dari mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya. Mereka berperanserta dalam pemba-ngunan dan selain itu memupuk rasa pengabdian dan tanggung ja-wab terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia. Pada tahun pertama Repelita IV, mahasiswa yang mengikuti KKN berjumlah 19.150 orang dan pada tahun kedua meningkat menjadi 19.725 orang.

Sistem informasi pasar kerja yang mencakup informasi lowongan dan pencari kerja terus ditingkatkan guna meningkatkan mobilitas tenaga kerja. Lowongan/permintaan kerja pada tahun kedua Repelita IV meningkat menjadi 111.959 orang dari 106.640 orang pada tahun sebelumnya. Jumlah pencari kerja yang terdaf-tar untuk disalurkan adalah sebanyak 1.228.385 orang, 87.714 orang di antaranya berhasil ditempatkan. Dari jumlah yang men-daftar tersebut, sebanyak 330.276 orang tergolong "penghapusan"

karena kemungkinan telah mendapatkan pekerjaan atas usaha sen-diri . Jumlah pencari kerja yang terdaftar untuk disalurkan pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) tercatat sebanyak 1.102.365 orang.

Dalam bidang penyebaran tenaga kerja, untuk mengatasi keku-rangan tenaga kerja di suatu daerah dilaksanakan penyaluran me-lalui mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Lokal (AKL). Untuk memenuhi permintaan tenaga kerja luar negeri penyalurannya dilakukan melalui mekanisme Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Pada tahun pertama Repelita IV telah disalurkan sebanyak 46.236 orang melalui AKAN dan meningkat menjadi 50.706 orang pada tahun 1985/86. Tenaga kerja yang disalurkan melalui mekanisme AKAD, AKL dan AKAN pada tahun kedua Repelita IV me-ningkat menjadi 147.759 orang dibandingkan dengan 135.209 orang yang disalurkan pada tahun sebelumnya.

I/45

Page 51:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Dalam rangka pembinaan sumber daya manusia, dilanjutkan la-tihan untuk mempersiapkan tenaga kerja baru usia muda yang akan masuk dalam dunia kerja. Di samping itu, juga ditingkatkan ke-terampilan dan prestasi tenaga kerja yang sudah bekerja dalam rangka penyesuaian dengan kemajuan teknologi. Jumlah tenaga kerja yang telah dilatih di berbagai Balai Latihan Kerja (BLK) pada tahun pertama Repelita IV berjumlah 111.582 orang, dan pada tahun kedua tercatat 112.911 orang. Sebagian besar dari latihan dilaksanakan melalui Mobile Training Unit (MTU) di daerah pedesaan.

Dalam rangka memperbaiki kesejahteraan tenaga kerja telah ditingkatkan pengawasan dan penyuluhan norma-norma perlindung-an, khususnya yang menyangkut hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha. Sasaran pengawasan secara khusus ditujukan kepada sarana hubungan perburuhan Pancasila seperti Perjanjian/Kese-pakatan Kerja Bersama (PKB/KKB), Peraturan Perusahaan (PP), pengupahan, asuransi sosial tenaga kerja, dan lain-lain. Dalam rangka penyebarluasan higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hyperkes) di perusahaan-perusahaan, sampai dengan tahun kedua Repelita IV telah dihasilkan 30 orang dokter hiperkes. Pena-taran-penataran dilaksanakan bagi 1.070 dokter perusahaan, 492 manajer perusahaan, 577 insinyur teknisi perusahaan dan 963 pa-ramedis. Sementara itu, dilaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap 12.666 perusahaan, 2.139 pesawat uap dan 165 buah pesawat lift.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya maka kebijaksanaan upah minimum terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Sasaran utama kebijaksanaan upah adalah sek-tor-sektor yang memberi imbalan upah masih di bawah tingkat ke-layakan upah minimum. Pelaksanaan penetapan upah minimum secara kumulatif sampai dengan tahun kedua Repelita IV memberikan hasil berupa telah ditetapkannya 19 upah minimum regional, 63 upah minimum sektor regional dan 364 upah minimum sub sektor regional.

Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang cakupannya selama ini terbatas pada perusahaan yang buruhnya berjumlah 100 orang atau lebih, atau dengan pengeluaran upah Rp. 5 juta sebulan atau lebih, dalam Repelita IV diperluas jangkauannya sehingga memberikan perlindungan bagi buruh di perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Semenjak ASTEK diselenggarakan dalam tahun 1978 sampai dengan bulan April 1986, secara kumulatif jumlah peserta telah mencapai 15.136 perusahaan dengan jumlah pekerja

I/46

Page 52:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

2.365.856 orang. Penerimaan iuran ASTEK sampai dengan bulan April 1986 berjumlah Rp 4.460,21 juta, sedangkan jaminan yang telah diberikan sebesar Rp 494,72 juta untuk sebanyak 2.213 kasus yang telah diselesaikan. Penataran P4 dan hubungan kete-nagakerjaan, pada tahun kedua Repelita IV telah dilaksanakan sebanyak 270 kali dengan jumlah peserta 14.852 orang.

Kongres Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) kedua yang diselenggarakan pada bulan Nopember 1985 telah mengganti nama FBSI menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Selain itu struktur dari bentuk federasi diubah menjadi unitaris. Dengan perubahan tersebut diharapkan agar peranan organisasi dapat menyesuaikan dirt dengan kebutuhan dan perkembangan pem-bangunan nasional. Sejak berdirinya tahun 1973 sampai dengan tahun kedua Repelita IV, pertumbuhan dan perkembangan Serikat Buruh Lapangan Pekerja (SBLP) telah mencapai 11.003 basis. Kerjasama antara Pemerintah dengan SPSI dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) terus ditingkatkan. APINDO dewasa ini mempu-nyai 26 buah perangkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan 27 buah Dewan Pimpinan Cabang (DPC).

Unsur lain yang sangat penting dalam pembangunan nasional yang menyangkut kesejahteraan penduduk dan sekaligus sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia adalah pembangunan di bidang kesehatan. Dalam rangka ini pembangunan kesehatan terma-suk perbaikan gizi terus ditingkatkan dengan mengembangkan suatu Sistem Kesehatan Nasional. Peningkatan taraf kesehatan tersebut dilaksanakan dengan peranserta aktif masyarakat, dan diarahkan terutama pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, daerah terpencil, serta daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi dan daerah perbatasan.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut, pembangunan ke-sehatan dalam Repelita IV diselenggarakan melalui lima karya kesehatan yang disebut Panca Karya Husada, yang mencakup (1) peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan, (2) pengembangan tenaga kesehatan, (3) pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan, (4) perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan, dan (5) peningkatan dan pemantapan manajemen hukum.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, maka program-program pembangunan kesehatan dalam Repelita IV lebih dipadukan dengan program-program pembangunan lainnya seperti Keluarga Berencana, Pertanian, Transmigrasi, Industri, Pendidikan, dan lain-lain. Keterpaduan itu juga makin ditingkatkan antar pro-

I/47

Page 53:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

gram kesehatan sendiri, misalnya kegiatan program-program Gizi, KB, Imunisasi, dan Kesejahteraan Ibu dan Anak, pela-yanannya di tingkat desa disalurkan melalui suatu Pos Pela-yanan Terpadu atau Posyandu yang dikelola oleh masyarakat.

Beberapa program penting dalam rangka Panca Karya Husada tersebut adalah sebagai berikut.

Dalam Repelita IV, jumlah Puskesmas terus ditambah, dan fungsinya terus ditingkatkan agar dapat melayani masyarakat dengan lebih baik. Peningkatan fungsi Puskesmas tersebut dila-kukan dengan cara memperbaiki dan memperluas sebagian Puskesmas yang pengunjungnya kian padat. Sebagian Puskesmas ditingkatkan pula menjadi Puskesmas Perawatan dengan menambah 10 tempat ti-dur di tiap Puskesmas tersebut. Selain itu, sejumlah Puskesmas yang terpencil mulai dilengkapi dengan sarana komunikasi jarak jauh. dan dilayani oleh tenaga dokter "terbang"/"terapung".

Pembangunan Puskesmas sebagian besar dilaksanakan melalui Inpres Bantuan Sarana Kesehatan. Sampai akhir Repelita III, Puskesmas yang dibangun telah mencapai 5.353 Puskesmas, dan pa-da tahun 1984/85 dan 1985/86, setiap tahunnya masing-masing ditambah 100 Puskesmas baru. Pembangunan Puskesmas baru, meli-puti juga pembangunan Puskesmas Pembantu dan pengadaan Puskes-mas Keliling, yang setiap tahunnya ditambah. Sementara itu, sejumlah Puskesmas yang telah berumur lebih dari lima tahun, diperbaiki dan diperluas. Pada tahun 1984/85 dan 1985/86, perbaikan dan perluasan itu masing-masing meliputi 500 dan 400 Puskesmas, serta 1.000 dan 500 Puskesmas Pembantu.

Bantuan obat-obatan untuk Puskesmas melalui Inpres Sarana Kesehatan jumlahnya ditingkatkan dari Rp 250,- per jiwa per tahun pada tahun 1984/85, menjadi Rp 275,- per jiwa per tahun pada tahun 1985/86.

Dalam rangka peningkatan fungsi Puskesmas, maka dari sejum-lah 5.553 Puskesmas yang tersedia sampai dengan akhir tahun 1985/86, sekitar 90% telah mempunyai tenaga dokter dan parame-dis, dan sekitar 10% sisanya hanya mempunyai tenaga paramedis.

Pelayanan kesehatan masyarakat di samping melalui Puskes-mas, dilakukan juga melalui Rumah Sakit (RS). Pada tahun 1984/ 85, telah dibangun 3 RS Khusus yang terdiri atas 2 RS Jiwa di Lampung dan Mataram (NTB), dan satu RS Kusta di Ujung Pan- dang. Selain itu telah dimulai pembangunan RSU Pendidikan di Medan dan Ujung Pandang. Kemudian pada tahun 1985/86, ditambah

I/48

Page 54:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

lagi dengan RS Khusus Jantung (RS Jantung Harapan Kita) di Ja-karta. Sementara itu untuk mengganti RS Kabupaten/Kotamadya yang sudah tua/rusak, dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 telah mu-lai dibangun 3 RS di kabupaten-kabupaten Majene, Pare-Pare, dan Bulukumba (Sulawesi Selatan), 2 RS di kabupaten-kabupaten Luwuk dan Toli-Toli (Sulawesi Tengah) dan satu RS di Kabupaten Unaaha (Sulawesi Tenggara).

Peranan swasta dalam pengembangan pelayanan kesehatan mela-lui RS cukup berarti. Dari 1.366 RS yang telah disahkan oleh Pemerintah, sekitar 733 atau hampir 54% diantaranya adalah RS Swasta. Sementara itu, dari peningkatan sejumlah 1.756 tem-pat tidur RS pada tahun-tahun pertama dan kedua Repelita IV, sekitar 60% berasal dari RS Swasta.

Dalam rangka pemberantasan penyakit menular, sampai dengan tahun kedua Repelita IV secara bertahap jangkauan pembe-rantasannya makin ditambah dan diperluas. Sementara itu metode intervensi terhadap berbagai penyakit menular dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Hasil-hasil yang menonjol dalam pemberantasan penyakit menular sampai dengan awal Repelita IV adalah sebagai berikut : (1) penyakit cacar telah dapat dibasmi dari Indonesia pada tahun 1972, (2) penyakit pes pada manusia sejak tahun 1970 tidak pernah ditemu-kan lagi, (3) angka penyakit frambusia yang masih sangat tinggi pada tahun 60-an dapat diturunkan pada tahun 1980 menjadi 19 per sejuta penduduk di Jawa/Bali, dan 150 per sejuta penduduk di luar Jawa/Bali, (4) angka penyakit malaria di Jawa/Bali da-pat diturunkan dari 4,21 per seribu pada tahun 1973 menjadi 1,34 per seribu pada tahun 1983, (5) angka kematian akibat de-mam berdarah dapat diturunkan dari 41,3 per seribu pada tahun 1968 menjadi 4,1 per seribu pada tahun 1982, dan (6) Angka kematian karena diare/kholera dapat diturunkan dari 35,8 per seribu pada tahun 1969 menjadi 1,9 per seribu pada tahun 1984.

Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan upaya penyediaan sarana air bersih yang cukup dan memadai bagi semua golongan masyarakat. Pada tahun 1985/86, melalui program Inpres Bantuan Sarana Kesehatan telah dibangun tambahan sarana air bersih yang terdiri atas 80 buah penampungan mata air dengan perpipaan (PP), 2.000 bak penampungan air hujan (PAH), 250 buah perlindungan mata air (PMA), 40 sumur artetis (SA), hampir 59 ribu sumur pompa tangan dangkal (SPTDK), 12 ribu sumur pompa tangan dalam (SPTDL), dan 17 ribu sumur gall (SGL). Mulai tahun 1985/86 telah dilakukan pengalihan sebagian bantuan untuk sarana PAH dan PMA ke sarana PP, yang ternyata oleh

I/49

Page 55:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Daerah lebih banyak dibutuhkan.

Sementara itu, mulai tahun 1985/86 peranan penyuluhan kese-hatan sebagai bagian dari pembangunan sarana air bersih, men-dapatkan perhatian yang lebih besar. Dengan demikian diharapkan peranserta aktif masyarakat dalam memanfaatkan dan memelihara sarana-sarana tersebut dapat makin ditingkatkan.

Untuk penyehatan lingkungan pemukiman, pada tahun 1985/86 melalui Inpres Bantuan Sarana Kesehatan telah diberikan bantuan bagi pembangunan jamban keluarga sebanyak 19.609 buah, dan bantuan bagi pembangunan sarana pembuangan air limbah (SPAL) sebanyak 20 ribu lebih. Dengan demikian bila dibandingkan de-ngan keadaan pada tahun 1984/85 terjadi peningkatan pembangunan jamban dan SPAL masing-masing sekitar 17% dan 6%.

Dalam rangka intensifikasi penyuluhan kesehatan masyarakat, pada tahun 1985/86 telah dilaksanakan 8.483 siaran radio dan 120 kali siaran televisi. Kedua Jenis siaran ini menunjukkan kenaikan sekitar 6-18% dari kegiatan tahun 1984/85. Sementara itu, media cetak yang mempunyai harapan baik adalah Koran Masuk Desa (KMD). Dari pengalaman program KMD yang dilaksanakan de-ngan kerjasama Departemen Penerangan di dua propinsi pada tahun 1984/85, terlihat bahwa program KMD merupakan upaya yang sangat membantu pemerataan informasi kesehatan ke desa-desa. Adapun pesan-pesan penyuluhan kesehatan yang ditonjolkan mulai tahun itu terutama tentang gizi (termasuk ASI), imunisasi, penanggu-langan diare, dan KB, tanpa mengabaikan pesan-pesan kesehatan lain yang diperlukan. Keempat pesan pokok tersebut lebih sering ditampilkan dalam rangka menunjang upaya penurunan angka kema-tian bayi dan balita.

Untuk terus berusaha memenuhi kebutuhan obat secara nasio-nal, antara lain ditempuh kebijaksanaan dengan menambah jumlah industri farmasi. Sampai tahun 1985/86, terdapat 295 buah in-dustri farmasi yang berasal dari tambahan masing-masing satu dan 8 buah industri pada tahun pertama dan kedua Repelita IV, dari sejumlah 286 industri farmasi tahun 1983/84. Selain itu, beberapa bahan baku obat yang cukup panting seperti parareta-mol, etambutol, salisilamida, dan berbagai bahan baku obat yang berasal dari alam, telah berhasil di produksi di dalam negeri. Untuk memperlancar distribusi obat, sampai tahun kedua Repelita IV telah selesai dibangun 180 Gudang Farmasi Kabupaten/Kotama-dya, yang berarti suatu peningkatan sebanyak 41 buah sarana dibanding keadaan pada tahun 1983/84.

I/50

Page 56:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Sasaran peningkatan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan diarahkan pada tenaga dokter, tenaga perawat kesehatan termasuk bidan serta tenaga kesehatan lainnya dan tenaga pembantu tugas-tugas paramedik yang diperlukan guna menunjang peningkatan upaya kesehatan Puskesmas yang didukung oleh upaya kesehatan rujukan. Sampai dengan tahun kedua Repelita IV, jumlah dokter di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan 20.176 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun itu, maka rasio dokter dan penduduk adalah sekitar 1 : 8.000. Sementara itu, jumlah perawat kesehatan adalah 52.131 orang, yang berarti seorang perawat melayani sekitar 3.000 orang penduduk.

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan, pada tahun 1985/86 telah ditempatkan 600 orang dokter Inpres Bantuan Sara-na Kesehatan dan 300 dokter "non-Inpres" di seluruh Indonesia. Dokter gigi Inpres yang telah ditempatkan berjumlah 100 orang, dan dokter gigi "non-Inpres" 60 orang. Selain itu, pada tahun ini telah ditempatkan pula 30 orang dokter spesialis di berba-gai RS. Dalam rangka peningkatan pengadaan dokter ahli keahlian dasar (bedah, kebidanan dan penyakit kandungan, anak, dan pe-nyakit dalam), pada tahun 1985/86 telah diberikan tunjangan pendidikan bagi 178 orang tenaga dokter yang sedang mengikuti pendidikan keahlian dasar tersebut.

Erat kaitannya dengan pembangunan di bidang kesehatan ada-lah pembangunan di bidang pangan dan gizi masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi bagi seluruh rakyat merupakan salah satu sasaran utama pembangunan nasional. Pelaksanaan kebi-jaksanaan di bidang pangan dalam usaha menjamin penyediaan ba-han pangan bagi masyarakat dan penganekaragaman pola konsumsi pangan menunjukkan hasil yang makin mantap.

Salah satu kebijaksanaan panting agar para petani senantia-sa bergairah untuk meningkatkan produksi adalah dengan cara selalu mengadakan penyesuaian harga dasar. Dalam tahun 1985/86 berdasarkan Inpres No.12 Tahun 1984 harga dasar dinaikkan seki-tar 6,17, yaitu dari Rp 165,- per kilogram gabah kering giling menjadi Rp 175,-. Dalam tahun kedua Repelita IV gabah/beras yang mampu disediakan menurun 24,1% yaitu dari 2.566,8 ribu ton pada tahun 1984/85 menjadi 1.947,5 ribu ton pada tahun 1985/86. Walaupun demikian, cadangan gabah/beras yang diperlukan secara keseluruhan telah dapat disediakan dari hasil pembelian dari dalam negeri, sehingga impor beras dalam tahun 1985/86 tidak diperlukan lagi.

Masalah penyediaan pangan tidak terlepas dari masalah pe-

I/51

Page 57:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

nyimpanannya. Dalam hubungannya dengan usaha penyimpanan bahan pangan, maka jumlah dan mutu gudang pangan serta cara penyim-panannya selalu ditingkatkan. Dalam tahun 1985/86 telah berha-sil dibangun tambahan gudang baru sebanyak 8 unit di DKI Jakar-ta dan 23 unit gudang baru di luar DKI Jakarta, sehingga untuk seluruh Indonesia telah dibangun 582 unit gudang. Dengan tam-bahan tersebut kapasitas gudang yang pada tahun 1984/85 sebe-sar 1.677,5 ribu ton, pada tahun 1985/86 meningkat menjadi 1.769 ribu ton, yang berarti peningkatan kapasitas gudang pa-ngan sebesar 5,45%. Di samping itu cara-cara penyimpanan juga makin ditingkatkan, terlihat dari adanya usaha untuk menerapkan teknik penyimpanan dengan karbon dioksida dan "vacuum capatai-ner", sehingga beras mampu disimpan dalam jangka 2-3 tahun tanpa menimbulkan susut mutu. Selain itu untuk mengurangi beban pemerintah dalam melakukan penyimpanan bahan pangan, dianjurkan agar supaya masyarakat menghidupkan kembali lumbung desa. Sis-tem lumbung desa ini akan memperingan beban penyimpanan yang ditanggung oleh pemerintah dan sekaligus juga akan mengurangi arus penjualan gabah oleh petani ke pasaran umum yang seringka-li mempercepat merosotnya harga di tingkat produsen.

Dalam rangka meningkatkan mutu bahan pangan dan agar harga yang diterima petani menjadi lebih baik maka usaha perbaikan kualitas masih terus dilakukan dengan mengadakan pengetatan persyaratan kualitas dalam pembelian yang dimulai sejak tahun 1985, misalnya pengetatan persyaratan butir kapur/hijau dan kadar air. Selain itu juga terus. dilakukan perbaikan varitas padi yang ditanam, dengan harapan agar gabah yang dihasilkan dapat lebih baik dan mampu disimpan oleh petani, sehingga petani juga akan terdorong untuk menyimpan padi hasil produksi-nya sendiri.

Kenaikan harga dasar sebesar sekitar 6,1% dalam tahun 1985/ 86 juga telah meningkatkan harga rata-rata gabah di pedesaan. Harga rata-rata tahunan gabah di pedesaan pada tahun 1984/85 sebesar Rp 181,64 per kilogram dan pada tahun 1985/86 mencapai Rp 192,75, yang berarti terjadi kenaikan harga rata-rata tahun-an sebesar 6,12%. Selanjutnya, harga rata-rata musim panen dan harga rata-rata musim paceklik pada tahun 1985/86 masing-masing adalah sebesar Rp 185,31 dan Rp 205,14. Ini menunjukkan bahwa baik harga rata-rata gabah maupun harga rata-rata musimannya masih berada di atas harga dasar yang ditetapkan.

Harga beras di kota-kota juga tetap terkendali. Harga rata-rata beras pada musim panen di kota-kota pada tahun 1985/86 sebesar Rp 312,37 dan harga rata-rata musim pacekliknya sebesar

I/52

Page 58:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Rp 340,07. Dengan demikian perbedaan harga rata-rata pada musim panen dan paceklik sebesar hampir 8,9%. Perbedaan harga ini tampak lebih besar dibanding perbedaan harga pada tahun 1984/85 yang besarnya hanya sekitar 1,9%. Hal ini disebabkan karena jumlah beras yang disalurkan turun sebesar 7,9%, yaitu dari 1.921 ribu ton pada tahun 1984/85 menjadi 1.770 ribu ton pada tahun 1985/86.

Dalam rangka mendukung usaha penganekaragaman pola konsumsi dan mengurangi ketergantungan pada beras, di samping dite-tapkannya harga dasar untuk palawija, juga ditingkatkan penye-diaan tepung terigu. Untuk pengadaan tahun 1985/86, harga da- sar palawija masih tetap sama dengan tahun sebelumnya yaitu Rp 110,- per kilogram untuk jagung, Rp 300,- per kilogram untuk kedelai dan Rp 325,- per kilogram untuk kacang hijau. Harga dasar untuk palawija ini tidak dinaikkan karena harga palawija di pasaran umum masih selalu lebih tinggi dari pada harga dasarnya. Dalam tahun 1985/86 penyediaan tepung terigu mening-kat dengan 11,1% dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 1.485 ribu ton pada tahun 1984/85 menjadi 1.650 ribu ton pada tahun 1985/86, dan jumlah tepung terigu yang mampu disalurkan juga meningkat sebesar 5,6%.

Untuk tetap mempertahankan tingkat produksi dan penyediaan bahan pangan, usaha-usaha untuk merangsang peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan. Harga dasar tahun 1985/86 dirasa-kan sudah cukup tinggi dan masih merangsang gairah petani untuk selalu meningkatkan produksi. Sehubungan dengan hal tersebut maka untuk tahun pengadaan 1986/87 berdasarkan Inpres No. 11 Tahun 1985 harga dasar gabah maupun palawija tidak dinaikkan. Akan tetapi untuk lebih mengefektifkan penerapan kebijaksanaan harga dasar, maka disusun tabel harga yang lebih terperinci. Gabah hasil produksi petani yang semula dalam pelaksanaan pem-belian harganya disesuaikan dengan harga dasar gabah kering giling, maka berdasarkan Surat Keputusan Bersama Direktur Jen-deral Bina Usaha Koperasi dan Direktur Jenderal Pertanian Ta-naman Pangan tanggal 9 Januari 1986, diperinci menjadi 4 macam kualitas gabah yaitu Gabah Kering Panen, Kering Desa, Kering Lumbung dan Kering Giling, di samping 3 macam kualitas palawija yaitu Kering Kupas, Kering Pasar dan Kering Simpan.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan Inpres No.11 Tahun 1985, monitoring harga yang semula dilaksanakan oleh Tim Monitoring Harga di daerah Tingkat II yang terdiri dari wakil-wakil Dolog, Departemen Koperasi, Departemen Pertanian dan Biro Pusat Sta-tistik dihapuskan, dan agar lebih intensif maka pencatatannya

I/53

Page 59:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

diserahkan kepada Biro Pusat Statistik sebagai instansi yang berwenang dalam pencatatan data. Tim Monitoring Tingkat I dan Pusat sekarang bertugas meneliti, mengkaji sistem pencatatan dan pelaporan, menganalisa data dan membuat laporan, merumuskan saran kebijaksanaan dan langkah-langkah yang diperlukan. Untuk lebih mengefektifkan penerapan harga dasar, pengadaan yang se-mula dimulai tanggal 1 Pebruari dimajukan menjadi 1 Januari se-hingga pada saat mulai panen, KUD selaku aparat pengadaan pangan sudah siap melaksanakan pembelian. Selain itu untuk le-bih mengefektifkan peranan KUD dalam pengadaan, menjelang dimu-lainya pembelian dilakukan pemilihan KUD yang diperbolehkan ikut dalam pelaksanaan pengadaan. Dengan demikian diharapkan pengamanan harga dasar akan berjalan dengan lebih baik mela-lui KUD yang lebih terpilih.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah pelaksanaan pembangunan di bidang pangan merupakan prasyarat tercapainya upaya perbaik-an gizi penduduk. Usaha perbaikan gizi berkaitan erat dengan upaya peningkatan produksi dan persediaan pangan, peningkatan pendapatan, peningkatan pengetahuan akan pola makanan yang ber-anekaragam dan sehat/bergizi serta sesuai dengan kemampuan/ke-adaan setempat.

Pada tahun 1984/85, bahan pangan yang tersedia untuk kon-sumsi penduduk Indonesia dalam bentuk kalori dan protein per kapita per hari, masing-masing telah mencapai sekitar 17% dan 8% di atas batas minimum yang dibutuhkan. Dengan terus mening-katnya produksi beras dan pengadaan pangan umumnya pada tahun 1985/86, maka penyediaan kalori dan. protein untuk rata-rata penduduk akan tetap terpenuhi bahkan melebihi kebutuhan.

Persediaan kalori dan protein, sesuai dengan tingkat penda-patan rata-rata penduduk, sebagian terbesar (lebih dari 95%) masih terdiri dari sumber nabati. Sedang peningkatan persediaan protein tidak saja yang bersumber nabati (terutama beras dan kacang-kacangan), tetapi juga yang bersumber hewani (terutama telur dan ikan).

Disadari bahwa penyediaan pangan yang rata-rata telah-men-cukupi kebutuhan penduduk belumlah menjamin bahwa seluruh la-pisan masyarakat sudah bebas dari masalah kekurangan gizi. Oleh karena itu dalam Repelita IV kebijaksanaan di bidang pangan, sebagaimana dalam Repelita III, tetap dikaitkan dengan upaya perbaikan gizi.

Program perbaikan gizi yang bersifat lintas sektor secara

I/54

Page 60:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

khusus ditujukan untuk menanggulangi masalah-masalah gizi, ter-utama masalah kurang kalori protein (KKP), kurang vitamin A, gondok endemik, dan anemia gizi besi. Kegiatannya terutama da-lam bentuk penyuluhan gizi, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), fortifikasi bahan pangan, Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), serta kegiatan khusus penanggulangan gondok endemik dan kurang vitamin A.

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) ditujukan terutama un-tuk menanggulangi masalah gizi utama dan mendukung upaya peng-anekaragaman dan perbaikan konsumsi pangan. Penanggulangan ma-salah gizi utama, yaitu kurang kalori protein (KKP), kurang vi-tamin A, dan anemia gizi besi, erat kaitannya dengan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita. Kegiatan UPGK terutama terdiri dari penimbangan anak balita secara teratur (dalam rangka pencegahan KKP), pemberian vitamin A pada anak balita dan pil besi kepada ibu hamil serta menyusui, pemberian oralit untuk diare, dan pemberian makanan tambahan. Kegiatan lain dari UPGK adalah penyuluhan gizi kepada masyarakat umum dan menggalakkan pemanfaatan pekarangan. Pada tahun 1984/85, UPGK telah menjangkau lebih dari 34.500 desa yang terdiri dari sekitar 30.085 desa binaan (lama) dan 4.450 desa baru. Mulai tahun 1985/86, peran swadaya masyarakat makin meningkat, sehingga jumlah desa yang terjangkau juga makin bertambah, yaitu sekitar 38.500 desa (lama dan baru). Dengan demikian jumlah anak balita yang dicakup juga terus bertambah dari kurang lebih 9,6 juta anak balita pada tahun 1984/85 menjadi sekitar 10 juta anak balita pada tahun 1985/86.

Kegiatan penanggulangan kebutaan akibat kekurangan vitamin A mencapai sekitar 11 juta anak balita, dan UPGK mencakup seki-tar 10 juta anak ditambah sekitar satu juta anak yang diliput oleh upaya-upaya khusus di daerah rawan vitamin A. Sementara itu, untuk mencegah anemia gizi, pada tahun 1984/85 dan 1985/86 berturut-turut telah dibagikan pil zat besi kepada 150.000 dan 600.000 ibu hamil.

Pencegahan dan penanggulangan penyakit gondok endemik dila-kukan dengan penyuntikan larutan preparat yodium dalam minyak dan yodisasi garam. Pada tahun 1984/85, kira-kira 1,3 juta pen-duduk di daerah gondok endemik telah memperoleh suntikan prepa-rat yodium, dan pada tahun 1985/86 ditingkatkan sehingga menca-pai sekitar 1,4 juta penduduk.

Untuk mencegah timbulnya penyakit kurang gizi akibat krisis pangan di suatu daerah, telah mulai dikembangkan suatu sistem

I/55

Page 61:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

informasi dini keadaan pangan dan perkembangan pola konsumsi pangan penduduk tingkat desa, yang disebut Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Berdasarkan pengalaman dari daerah rintisan SKPG di Lombok Tengah (NTB), maka sistem ini dicoba pengembangannya di beberapa kabupaten di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, dan NTT.

Di samping pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi, maka peme-nuhan kebutuhan masyarakat akan papan menjadi salah satu prio-ritas dalam pembangunan nasional. Selama 2 tahun pertama Repe-lita IV, pengadaan perumahan rakyat, baik melalui kegiatan Perum Perumnas/BTN maupun melalui badan-badan usaha swasta, koperasi-koperasi, atau perorangan, terus meningkat dan berkem-bang di berbagai kota, terutama di ibukota-ibukota propinsi dan kabupaten. Jika pada tahun 1984/85 Perum Perumnas telah berha-sil membangun 10.516 rumah siap huni dan 14.586 unit rumah yang belum siap huni, pada tahun 1985/86 jumlah rumah siap huni yang berhasil diselesaikan adalah sebanyak 15.072 unit yang terdiri dari rumah-rumah sederhana, rumah inti dan rumah susun (flat). Sejalan dengan ini pada tahun 1985/86, BTN telah menyalurkan KPR kepada tidak kurang dari 92.808 debitur, baik untuk rumah-rumah yang dibangun oleh Perum Perumnas maupun yang dibangun oleh pihak swasta. Dibandingkan jumlah KPR yang disalurkan pada tahun 1984/85 yang berjumlah 45.994 debitur, ini berarti telah terjadi kenaikan lebih dari 100%.

Peningkatan juga dialami dalam kegiatan pemugaran perumahan desa. Jika pada tahun pertama Repelita IV jumlah desa yang ter-cakup dalam kegiatan ini sebanyak 1.200 desa, pada tahun kedua meningkat menjadi 1.345 desa.

Kegiatan lain dalam pembangunan sektor perumahan rakyat dan pemukiman adalah perbaikan kampung. Dalam tahun 1985/86 areal kampung yang mengalami perbaikan meliputi luas sekitar 3.777 ha yang menjangkau 1.197.609 penduduk. Iris berarti selama 2 tahun masa Repelita IV, telah berhasil dilaksanakan perbaikan kampung yang meliputi luas sekitar 7.817 ha yang mencakup 2.484.021 penduduk.

Sejalan dengan makin meningkatnya kebutuhan akan air ber-sih, usaha-usaha untuk meningkatkan penyediaan dan perluasan pelayanannya terus dilanjutkan, baik bagi masyarakat yang ting-gal di daerah-daerah perkotaan maupun pedesaan.

Bagi daerah perkotaan, jika pada tahun terakhir Repelita III (1983/84) jumlah kapasitas produksi terpasang tercatat se-

I/56

Page 62:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

banyak 38.176,5 liter/detik, maka dalam tahun pertama dan kedua Repelita IV jumlah kapasitasnya meningkat menjadi masing-masing sebanyak 39.581,5 liter/detik dan 39.816,5 liter/detik, atau naik masing-masing dengan 3,7% dan 0,6%. Penurunan pada tahun kedua Repelita IV terutama disebabkan karena dalam Repelita IV ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah lebih menekankan pada perluasan dan perbaikan jaringan distribusi dengan memanfaat-kan kapasitas produksi yang sudah terpasang pada tahun-tahun sebelumnya secara lebih intensif. Dari jumlah kapasitas produk-si yang sudah terpasang dan usaha-usaha perbaikan terhadap jaringan-jaringan distribusi yang sudah ada yang telah dilaksa-nakan selama ini, jumlah penduduk kota yang sudah terlayani air bersih mengalami peningkatan, yaitu dari semula kurang lebih 14 juta orang pada tahun terakhir Repelita III menjadi sekitar 16,3 juta orang pada tahun 1985/86. Ini berarti bahwa pada tahun 1985 kurang lebih 40% dari seluruh jumlah penduduk kota sudah dapat terlayani. Di dalam jumlah ini, termasuk penduduk yang tinggal di ibukota-ibukota kecamatan (IKK). Adapun IKK yang sudah berhasil ditangani kebutuhan air bersihnya dalam dua tahun Repelita IV berjumlah sekitar 320 kota, yaitu 194 kota pada tahun 1984/85 dan 126 kota pada tahun 1985/86. Penanganan air bersih di daerah-daerah kritis dan/atau rawan serta daerah-daerah yang banyak dijangkiti penyakit menular, terus dilaksa-nakan, baik melalui program biasa, maupun melalui program In-pres Bantuan Kesehatan.

Selain kegiatan-kegiatan di atas, usaha-usaha untuk mening-katkan penyehatan lingkungan pemukiman kota juga terus dilaksa-nakan, antara lain meliputi usaha-usaha perbaikan saluran pem-buangan air hujan dan air kotor/limbah dan penanganan persam-pahan. Dalam Repelita IV semua kegiatan ini diusahakan secara bertahap mencakup seluruh bagian kota, dan untuk daerah-daerah perkampungan tertentu yang dikaitkan dengan program perbaikan kampung. Di sini partisipasi masyarakat sangat diharapkan.

Guna menjaga ketertiban dalam kegiatan-kegiatan pembangunan perkotaan, Pemerintah terus-menerus mengadakan penyempurnaan terhadap peraturan-peraturan yang ada. Akhir-akhir ini telah diselesaikan antara lain Peraturan Bangunan Kawasan Khusus un-tuk kawasan industri dan pariwisata, Pedoman Operasional Pelak-sanaan Bangunan Gedung Negara, Standar Ruang Bangunan Kantor, Standar Harga Pembangunan Gedung Negara, dan yang terakhir adalah telah diundangkannya Undang-undang Rumah Susun, yaitu Undang-undang No.16 Tahun 1985 yang isi pokoknya mengatur pem-bangunan dan pemilikan bangunan rumah susun secara bersama.

I/57

Page 63:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Sebagai salah satu upaya menuju tercapainya keadilan sosi-al, maka usaha peningkatan kesejahteraan sosial merupakan bagi-an integral daripada pembangunan nasional. Dalam dua tahun pertama Repelita IV pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di samping melanjutkan program-program dan kegiatan-kegiatan pembangunan dalam Repelita III, juga dilakukan peningkatan, perbaikan, penyempurnaan dan perluasan segala kegiatan yang bersifat santunan dan pelayanan. Titik berat usaha kesejahtera-an sosial diletakkan pada kegiatan yang berfungsi pencegahan dan pengembangan. Dalam kaitan ini kesadaran sosial, disiplin sosial dan tanggungjawab sosial memperoleh perhatian yang lebih besar. Dengan demikian diharapkan agar masyarakat dapat lebih mampu berperanserta dalam proses pembangunan. Selanjutnya telah diusahakan pula peningkatan kemampuan masyarakat dalam menang-gulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial antara lain dengan menyelenggarakan penyuluhan sosial yang intensif, latihan pena-nganan dan pembinaan terhadap organisasi-organisasi sosial yang bergerak didalam mengatasi masalah-masalah sosial. Selain itu kegairahan masyarakat untuk menjadi pekerja-pekerja sosial terus didorong dan ditumbuhkan.

Penanganan permasalahan kesejahteraan sosial selalu dilak-sanakan bersama masyarakat melalui lembaga-lembaga sosial yang ada, karena pada hakekatnya usaha pembangunan di bidang kese-jahteraan sosial, harus berwujud partisipasi dari seluruh ang-gota masyarakat. Sejalan dengan itu, telah ditempuh pula upaya untuk mengembangkan kesadaran dan tanggungjawab sosial serta kemampuan setiap warga negara, agar mereka dapat secara nyata berperanserta dalam usaha-usaha pembangunan terutama pembangun-an di bidang kesejahteraan sosial.

Usaha-usaha penyantunan dan rehabilitasi yang telah dilak-sanakan ditujukan kepada golongan masyarakat yang kurang berun-tung, yaitu para penyandang cacat, termasuk cacat veteran, masyarakat terasing, fakir miskin, gelandangan dan pengemis, lanjut usia, anak terlantar, yatim piatu, keluarga pejuang/pe-rintis kemerdekaan, pars tuna sosial, korban bencana alam dan korban penyalahgunaan narkotik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha-usaha yang telah di-laksanakan selama ini terus dilanjutkan pada tahun pertama dan kedua Repelita IV, yaitu sistem pelayanan dalam panti dengan membangun dan merehabilitasi panti-panti sosial agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkannya. Di sam-ping itu pelayanan di luar pants semakin ditingkatkan dengan memanfaatkan dan menggerakkan sebanyak mungkin Pekerja Sosial

I/58

Page 64:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Masyarakat (PSM) dan Satuan Tugas Sosial (SATGASOS) terutama di daerah-daerah rawan sosial ekonomi. Dalam pada itu, sejak tahun pertama Repelita IV telah pula dilakukan sistem pelayanan dan penyantunan melalui sistem Lingkungan Pondok Sosial (Liposos).

Hasi1-hasil yang telah dicapai dalam tahun kedua Repelita IV (1985/86) antara lain adalah pembinaan swadaya masyarakat bidang perumahan dan lingkungan kepada 20.175 KK (untuk 1.345 desa), pengadaan dan pembinaan PSM sebanyak 20.000 orang, pem-binaan kesejahteraan masyarakat terasing sebanyak 2.550 KK, pe-nyantunan kepada para lanjut usia sebanyak 53.800 orang, pe-ngentasan anak terlantar di luar panti sebanyak 59.050 anak, penyantunan dan pengentasan para cacat sebanyak 25.900 orang dan pelaksanaan pembinaan Karang Taruna sebanyak 59.909 Karang Taruna.

Pembangunan nasional yang berkesinambungan dan semakin meningkat akan semakin menuntut pengembangan sumber daya manu-siawinya. Dalam kaitan ini pembangunan bidang pendidikan meme-gang peranan sentral. Sektor ini sejak awal usaha pembangunan nasional selalu memperoleh prioritas yang sangat tinggi.

Salah satu indikator hasil pembangunan di bidang ini adalah adanya perkembangan yang pesat dari jumlah penduduk yang mem-peroleh pendidikan.

Jumlah murid pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah) dalam tahun 1984/85 adalah 29.270 ribu. Dari jumlah tersebut murid usia 7-12 tahun adalah sebanyak 24.001,1 ribu yang berarti bahwa 98,9% dari kelompok usia 7-12 tahun yang se-luruhnya berjumlah 24.270,4 ribu anak (angka partisipasi murni) telah dapat tertampung di pendidikan dasar (SD dan MI). Pada tahun 1985/86 jumlah murid pendidikan dasar meningkat menjadi 29.317 ribu, termasuk di dalamnya murid kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 24.597 ribu, atau 99,6% dari jumlah kelompok usia 7-12 tahun yang berjumlah 24.694,7 ribu orang.

Pada tingkat SMTP jumlah murid SMTP secara keseluruhan (SMP dan SMTP kejuruan) dalam tahun 1984/85 adalah 5.342 ribu. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan penduduk usia 13-15 tahun yang berjumlah 10.994,8 ribu maka daya tampung SMTP terhadap kelompok usia sekolah yang bersangkutan mencapai 48,8%. Dalam pada itu lulusan SD tahun sebelumnya yang dapat ditampung pada SMTP tahun 1984/85 menjadi 72,7%.

Dalam tahun 1985/86 jumlah murid SMTP telah meningkat men-

I/59

Page 65:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

jadi 6.165 ribu. Dibandingkan dengan penduduk usia 13-15 tahun sebanyak 11.185,5 ribu maka daya tampung SMTP terhadap kelompok usia sekolah yang bersangkutan adalah 55,1%. Dalam pada itu lu-lusan SD tahun sebelumnya telah meningkat menjadi 3.298 ribu sedangkan yang tertampung pada SMTP tahun 1985/86 menjadi 74,0%.

Pada tingkat SMTA, dalam tahun 1984/85, jumlah murid SMTA secara keseluruhan (SMA, SMTA Kejuruan dan SPG/SGO) 2.733 ribu, yaitu 1.894 ribu murid SMA, 601 ribu murid SMTA Kejuruan dan 258 ribu murid SPG/SGO. Lulusan SMTP tahun sebelumnya yang da-pat ditampung pada SMTA tahun 1984/85 adalah 84,4%, yaitu 58,2% di SMA, 18,8% di SMTA Kejuruan dan 7,4% di SPG/SGO. Dalam tahun 1985/86, jumlah murid SMTA tersebut telah menjadi 3.022 ribu, terdiri atas 2.083 ribu murid SMA, 675 ribu murid SMTA Kejuruan dan 264 ribu murid SPG/SGO. Sedangkan jumlah lulusan tahun sebelumnya yang dapat ditampung pada SMTA 1985/86 adalah 84,4%, yaitu 58,3% tertampung di SMA, 19,4% di SMTA Kejuruan dan 6,7% di SPG/SGO, sementara jumlah lulusan SMTP telah meningkat dari 1.255,1 ribu dalam tahun 1983/84 menjadi 1.389 ribu dalam tahun 1984/85,

Jumlah mahasiswa dalam tahun 1984/85 adalah 1.023,6 ribu. Dibandingkan dengan penduduk usia 19-24 tahun sebanyak 18.166,8 ribu, maka daya tampung perguruan tinggi terhadap kelompok usia sekolah yang bersangkutan mencapai 5,6% (angka partisipasi kasar). Jumlah mahasiswa meningkat dalam tahun 1985/86 menjadi 1.106,1 ribu, yang terdiri dari 917,6 ribu mahasiswa program gelar dan 188,5 ribu mahasiswa program diploma. Dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 19-24 tahun yang berjumlah 18.514,4 ribu, maka daya tampung perguruan tinggi terhadap kelompok usia sekolah yang bersangkutan naik menjadi 6,0%. Dalam pada itu, angka melanjutkan dari SMTA ke Perguruan Tinggi telah meningkat dari 43,3% dalam tahun 1984/85 menjadi 44,4% dalam tahun 1985/86, walaupun jumlah lulusan SMTA telah meningkat dari 666,1 ribu dalam tahun 1983/84 menjadi 721,0 ribu dalam tahun 1984/85.

Dalam rangka mencapai hasil-hasil tersebut serta sasaran-sasaran lain dalam bidang pendidikan telah dilaksanakan kegiat-an-kegiatan sebagai berikut.

Pada tahun 1985/86 untuk pembinaan sekolah dasar telah di-laksanakan antara lain perluasan dan pemerataan kesempatan be-lajar dalam bentuk pembangunan gedung SD baru 2.950 buah, ruang kelas baru 12.500 buah, rehabilitasi gedung sekolah sebanyak

I/60

Page 66:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

11,300 gedung yang terdiri dari rehabilitasi gedung sebanyak 7.850 SD Negeri, 1.230 SD swasta dan 2.220 Madrasah Ibtidaiyah swasta, pembangunan rumah Kepala Sekolah/Guru sebanyak 60.180 buah dan rumah Penjaga Sekolah sebanyak 1.950 buah. Sedangkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dilaksanakan pula penataran guru, pengadaan buku pelajaran pokok, pengadaan alat peraga IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, keterampilan, kesenian dan olahraga.

Untuk pembinaan SMTP telah dilakukan pembangunan 178 unit gedung baru SMP dan 2.605 ruang kelas baru serta rehabilitasi 347 gedung SMP. Dalam rangka usaha perluasan kesempatan belajar pada tingkat SMP, telah dilaksanakan pula pengangkatan dan pe-nempatan sebanyak 32.250 orang guru calon pegawai. Selain itu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, telah dilaksanakan pembangunan 127 ruang laboratorium IPA, 102 ruang perpustakaan, pengadaan 1.900 perangkat alat kesenian dan olahraga, 703 pe-rangkat alat peraga matematika, 2.312 perangkat alat laborato-rium IPA.

Dalam melaksanakan pembinaan SMA, dalam tahun 1985/86 telah dilakukan pembangunan 76 unit gedung SMA dan 1.592 ruang kelas baru, serta rehabilitasi 175 gedung SMA. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru maka sejalan dengan pembangunan gedung dan ruang kelas baru, telah dilaksanakan penempatan 798 orang calon guru. Di samping itu, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di SMA dalam tahun 1985/86 telah dibangun 60 ruang laboratorium IPA, 60 ruang perpustakaan dan 51 ruang keterampilan, serta penyediaan 279 perangkat alat peraga matematika dan 855 perangkat alat praktek IPA.

Berkenaan dengan pembinaan SMTA Kejuruan, telah dikembang-kan 8 STM (4 tahun), 35 STM (3 tahun), 15 STM Pertanian, 59 SMEA dan 10 SMTA Kejuruan dan Teknologi lainnya. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan SMTA Kejuruan, dalam tahun 1985/86 diadakan penataran 40.976 orang guru kejuruan/teknologi melalui 9 Pusat Pengembangan/Penataran Guru Teknik yang telah dikem-bangkan dalam Repelita III serta penyediaan 501.100 buku bacaan perpustakaan.

Untuk pembinaan SMTA Keguruan, dalam tahun 1985/86 telah dikembangkan 55 buah SPG/SGO/SGPLB, terutama melalui penyediaan peralatan pendidikan sebanyak 164 perangkat dan pembangunan berbagai fasilitas pendidikan. Di samping itu untuk meningkatkan mutu pendidikan SMTA Keguruan telah dilaksanakan penataran 11.548 orang tenaga pendidikan, diadakan 409.000 buku pelajaran

I/61

Page 67:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

pokok dan 139.000 buku bacaan/perpustakaan dan penempatan/peng-angkatan 250 guru SPG dan SGPLB.

Di bidang pembinaan pendidikan tinggi, dalam tahun 1985/86 telah dibangun 102.207 m2 ruang kuliah/kantor, 31.660 m2 ruang laboratorium, 11.551 m2 ruang perpustakaan dan 1.800 m2 rehabi-litasi gedung. Di samping itu, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan tinggi, telah dilaksanakan penataran bagi 5.115 te-naga dosen, penyediaan 115.265 buku perpustakaan dan penerbitan 12.000 buku pelajaran, penelitian 1.766 judul, penyediaan per-alatan laboratorium 892 perangkat, pemberian beasiswa kepada 7.054 mahasiswa, pendidikan diploma non-kependidikan/politeknik 13.676 mahasiswa, pendidikan pasca sarjana/doktor 2.335 peser-ta, kuliah kerja nyata (KKN) 19.725 mahasiswa, dan pengembang-

an/perluasan kampus bagi 11 universitas/institut.

Pembinaan bakat dan prestasi dalam tahun 1985/86 dilakukan antara lain melalui pemberian beasiswa kepada murid SD sebanyak 10.228 orang, siswa SMTP sebanyak 6.894 dan siswa SMTA sebanyak 5.076 orang.

Di samping pendidikan formal, pendidikan masyarakat tetap memperoleh perhatian. Dalam tahun 1985/86 pembinaan pendidikan masyarakat dilaksanakan melalui antara lain kegiatan pembinaan belajar yang melibatkan lebih dari 2,3 juta peserta, penyediaan lebih dari 15,5 juta buku paket A serta perlengkapannya, di samping pembangunan dan rehabilitasi serta perluasan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebanyak 39 gedung serta penataran/la-tihan bagi petugas dan pembina pendidikan masyarakat sebanyak 39.341 orang.

Dalam kaitannya dengan program peningkatan peranan wanita, dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain latihan dan pengembangan warga belajar wanita, kegiatan belajar wanita menuju wiraswasta, pendidikan matapencaharian di desa dan penyediaan buku menuju keluarga sehat dan sejahtera serta pembinaan swadaya wanita pedesaan.

Dalam pada itu, pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan dan pe-ngembangan generasi muda dalam tahun 1985/86 mencatat hasil-ha-sil kegiatan sebagai berikut : pendidikan dan latihan generasi muda telah melibatkan 181.560 orang, kegiatan pertukaran pemuda Indonesia-Kanada dengan mengirim 50 orang wakil dari 27 propin-si, kegiatan pertukaran pemuda Indonesia-Australia dengan me-ngirim 14 pemuda, program Kapal Pemuda Asia Tenggara dengan mengikutsertakan 35 orang pemuda, kegiatan pertukaran pemuda/

I/62

Page 68:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

remaja Indonesia-Jepang dengan mengirimkan 40 remaja dengan 2 orang pendamping, latihan kepemimpinan dan keterampilan pemuda tingkat pemuka dengan peserta 820 orang, pendidikan politik pe-muda tingkat kader daerah 1.080 orang, bimbingan kelompok kerja produktif bagi 550 orang, penataran penilik Binmud 907 orang, bimbingan kelompok minat pemuda sebanyak 1.230 orang, latihan Kejar Usaha Pemuda bagi 3.285 orang serta bimbingan teknis Pur-na Paskibraka dan Caraka Muda bagi 940 orang.

Di bidang pembinaan olahraga, dalam tahun 1985/86 telah di-laksanakan antara lain pembinaan olahraga bagi seluruh anggota masyarakat serta pembinaan olahraga pelajar dan mahasiswa yang telah melibatkan 408 ribu orang, pembinaan olahragawan pelajar dan mahasiswa 238 ribu orang, penyelenggaraan pertemuan Asean School Sport Council di Jakarta yang diikuti oleh 6 negara pe-serta. Di samping itu, telah diselenggarakan pula berbagai ke-giatan olahraga serta pertemuan Asian School Football Federa-tion (ASFF) yang diikuti oleh 25 peserta dari 11 negara.

Pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya pria maupun wanita secara maksimal di segala bidang. Kebijaksanaan peningkatan peranan wanita menitikberatkan pada pendidikan wa-nita, sebagai pelaku dalam proses pembangunan di segala bidang, tanpa mengurangi tanggungjawabnya dalam pembinaan keluarga di samping suami. Untuk itu wanita memerlukan sejumlah keterampil-an atau keahlian serta pengetahuan umum, serta pengembangan potensi kepemimpinan wanita sebagai motivator dan penggerak partisipasi wanita dalam pembangunan.

Sesuai dengan sifatnya, pembangunan di bidang peranan wanita menyangkut berbagai sektor. Sehubungan dengan itu telah dilaksanakan koordinasi berbagai kegiatan peranan wanita, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan pengawasan. Pelaksanaan kegiatan pembangunan di bidang ini da-lam tahun kedua Repelita IV bisa dilaporkan sebagai berikut.

Peranan wanita dalam pembangunan yang menonjol adalah di bidang peningkatan kesejahteraan keluarga. Hasil-hasil program PKK yang dicapai antara lain adalah dilaksanakannya Gerakan Operasi Sutera (Subur Sejahtera). Untuk daerah pantai dilaksa-nakan program 5 K (keberhasilan, keamanan, keindahan, ketertib-an, dan kegotong-royongan), sedangkan untuk daerah pedalaman penekanannya pada pendidikan, kesehatan, dan pemanfaatan peka-rangan. Khusus untuk Timor Timur dan Irian Jaya diadakan kursus Kader Penyuluh Lapangan Pembangunan Desa urusan PKK.

I/63

Page 69:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Di bidang kesehatan program yang dilaksanakan adalah penye-barluasan informasi kesehatan, pembinaan peranserta di bidang kesehatan dalam bentuk kegiatan Gerakan Keluarga Sehat, penyu-sunan pedoman kesehatan keluarga, Tenaga Kerja Wanita (Naker-wan), serta pemberian informasi tentang akibat-akibat buruk da-ri penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (Narkoba).

Di bidang kesejahteraan sosial dilaksanakan latihan kepe-mimpinan bagi kader pimpinan organisasi wanita, latihan dan pe-ningkatan taraf hidup wanita bina swadaya keluarga miskin.

Di bidang pendidikan dilaksanakan kegiatan belajar berwi-raswasta, pendidikan mata pencaharian, pengadaan buku tentang keluarga sehat dan sejahtera, dan pembinaan kemampuan swadaya wanita pedesaan.

Di bidang agama, program yang antara lain dilaksanakan ada-lah penataran keluarga bahagia sejahtera, penyediaan buku Pedo-man Penyuluhan Undang-undang Perkawinan dan Pedoman Motivasi Agama bagi wanita.

Dalam pada itu disadari bahwa pembangunan di bidang agama mempunyai kedudukan dan peranan panting dalam usaha untuk men-ciptakan landasan mental dan spiritual yang kokoh bagi pemba-ngunan nasional.

Swadaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tempat-tempat peribadatan berbagai agama (mesjid, gereja Protestan, gereja Katolik, pura Hindu dan wihara Budha) terus meningkat. Dalam tahun 1985/86 tempat peribadatan berbagai agama telah mencapai jumlah 591.884 buah, dibandingkan dengan 585.923 buah dalam tahun 1984/85 dan 577.660 buah dalam tahun 1983/84.

Perkembangan jumlah tempat peribadatan berbagai agama ter-sebut di atas memperoleh dorongan dan rangsangan melalui bantu-an pembangunan/rehabilitasi serta penyediaan perlengkapan peri-badatan (peralatan dan buku-buku keagamaan). Kalau dalam tahun 1984/85 jumlah tempat peribadatan berbagai agama yang telah memperoleh bantuan adalah 3.791 buah, maka dalam tahun 1985/86 jumlah tersebut meningkat menjadi 5.043 buah yang terdiri dari 3.970 mesjid, 350 gereja Protestan, 367 gereja Katolik, 285 pu-ra Hindu dan 71 wihara Budha.

Sementara itu mesjid Istiqlal yang telah diresmikan dalam bulan Pebruari 1978 sebagian besar telah selesai dan telah dapat dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan kegiatan keagamaan

I/64

Page 70:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

lainnya. Pengembangan mesjid tersebut akan terus ditingkatkan serta dimantapkan pengelolaannya.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) dalam tahun 1985/86 telah dibangun 455 buah Balai Nikah dan 7 buah Balai Sidang Pengadilan Agama (5 Tingkat Pertama dan 2 Tingkat Banding) dan diperluas 22 buah Balai Sidang Pengadil- an Agama (17 Tingkat Pertama dan 5 buah Tingkat Banding).

Sementara itu telah pula disediakan dari tahun ke tahun se-jumlah sarana lainnya termasuk buku-buku pedoman bagi para pe-tugas NTCR (Nikah, Talak/Cerai dan Rujuk). Demikian pula telah diusahakan penambahan jumlah-jumlah Hakim Agama dan Panitera Pengadilan Agama.

Dengan adanya kelanjutan berbagai usaha peningkatan pela-yanan tersebut di atas, terutama dalam rangka menunjang pelak-sanaan Undang-undang Perkawinan (UU No.1 Tahun 1974) yang telah diundangkan dalam tahun 1975, maka dalam tahun 1985/86 angka cerai memperlihatkan penurunan. Kalau dalam tahun 1983/84 angka cerai, yaitu persentase jumlah talak/cerai terhadap jumlah nikah, adalah 14,7% dan dalam tahun 1984/85 adalah 15,4%, maka dalam tahun 1985/86 angka cerai mengalami penurunan menjadi 9,3%. Sementara itu, angka rujuk, yaitu persentase jumlah rujuk terhadap jumlah talak/cerai, adalah berturut-turut 1,6% pada tahun 1983/84, 1,7% pada tahun 1984/85 dan 2,8% pada tahun 1985/86.

Untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan ki-tab suci dan merangsang serta memberikan bimbingan kepada ma-syarakat khususnya para ahli dan penerbit untuk mengembangkan metode dan penafsiran kitab suci, maka dalam tahun 1985/86 telah ditingkatkan penyediaan kitab suci berbagai agama menjadi sebanyak 1.812.834 buah, dibandingkan dengan penyediaan 1,2 juta buah dalam tahun 1984/85.

Sebagai penunjang kegiatan penerangan berbagai agama telah dilaksanakan penyediaan berbagai sarana dan kegiatan penyuluhan bagi umat beragama. Dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan ke-giatan penyuluhan bagi umat Islam sebanyak 561 kelompok, penye-diaan paket dakwah sebanyak 14.400 set di samping penyediaan brosur sebanyak 859.000 eksemplar. Sementara itu bagi umat Kristen Protestan telah dilakukan pula penyuluhan bagi 310 kelompok, penyediaan paket dakwah sebanyak 5.200 set dan brosur sebanyak 55.000 eksemplar. Bagi umat Katolik dilakukan penyu-

I/65

Page 71:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

luhan bagi 220 kelompok, penyediaan paket dakwah sebanyak 5.410 set dan penyediaan brosur sebanyak 25.000 eksemplar. Bagi umat Hindu/Budha telah dilaksanakan pula penyuluhan bagi 80 kelom-pok dan penyediaan brosur sebanyak 32.000 eksemplar. Kegiatan penerangan dan penyuluhan tersebut pada umumnya merupakan pe-ningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di sam-ping itu dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidup-an beragama bagi umat Islam telah pula diselenggarakan setiap dua tahun sekali Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ).

Kegiatan lain yang telah pula dilaksanakan dalam program ini adalah pembinaan suasana kerukunan hidup beragama, baik me-lalui musyawarah-musyawarah intern masing-masing golongan umat beragama maupun musyawarah-musyawarah antar umat beragama. Un-tuk itu dalam rangka memantapkan keseluruhan upaya kerukunan tersebut telah disediakan buku-buku pedoman kerukunan antar umat beragama dalam tahun 1985/86 sebanyak 10 ribu buah.

Sementara itu dalam rangka pelaksanaan P4 bagi umat ber-agama pada tahun 1985/86 telah dilakukan penataran bagi 90 orang tenaga pembina tingkat pusat dan 1.930 orang tenaga pem-bina tingkat daerah serta penyediaan buku pedoman sebanyak 114.200 buah.

Pelayanan pelaksanaan ibadah haji makin ditingkatkan agar ibadah tersebut dapat dilaksanakan dengan lancar, tertib dan aman serta memenuhi syarat-syarat agama dan peraturan perun-dangan yang berlaku. Untuk itu dalam tahun 1985/86 telah dila-kukan rehabilitasi/perluasan/pembangunan asrama-asrama haji di Ujung Pandang, Banda Aceh, Padang, Palangkaraya dan Jayapura. Dalam tahun 1985/86 jumlah jemaah haji meningkat menjadi 40.130 jemaah, dibandingkan dengan 38.153 jemaah haji dalam tahun 1984/85. _

Dalam tahun 1985/86, untuk meningkatkan mutu perguruan agama telah dilakukan rehabilitasi dan perluasan pada 34 gedung Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), penyediaan buku pelajaran dan pedoman guru sebanyak 4.018.718 eksemplar di samping penataran guru-guru MIN sebanyak 1.338 orang. Selanjutnya melalui program bantuan pembangunan Sekolah Dasar (Inpres SD) dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan pemberian bantuan rehabilitasi pada 10.400 Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Sejalan dengan itu Untuk meningkatkan mutu pendidikan agama pada Sekolah Dasar, dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan penataran bagi 920 orang guru dan penyediaan buku pelajaran agama sebanyak 2.231.260eksemplar serta 44 ribu perangkat alat peraga. Dalam tahun

I/66

Page 72:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

1985/86 telah pula dilaksanakan rehabilitasi dan perluasan Ma-drasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) sebanyak 94 buah, di samping penataran bagi 1.080 orang guru serta penyediaan buku pelajaran dan pedoman guru sejumlah 1.825.440 eksemplar. Dalam pada itu, sejak Repelita III juga telah dimulai kegiatan peningkatan mutu pendidikan agama pada perguruan umum tingkat lanjutan pertama dan atas, terutama pada SMP dan SMA. Kegiatan ins terus dilan-jutkan pada tahun 1985/86 dalam bentuk penataran guru-guru serta penyediaan buku pelajaran agama dan pedoman guru.

Dalam rangka meningkatkan pembinaan dan pengembangan pondok pesantren agar menjadi pusat pengembangan masyarakat sekitarnya dan pusat pembinaan kader pembangunan serta sebagai lembaga pendidikan agama, dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan pena-taran bagi 240 orang tenaga pembina, penyediaan buku-buku ke-agamaan bagi 366 perpustakaan pondok pesantren dan penyediaan alat keterampilan bagi 67 pondok pesantren serta pembangunan bengkel dan rehabilitasi gedung bagi 54 pondok pesantren.

Sementara itu untuk meningkatkan mutu Madrasah Aliyah Nege-ri (MAN) dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan perluasan/reha-bilitasi pada 34 buah gedung MAN, penyediaan buku pelajaran dan pedoman guru sebanyak 323.382 eksemplar dan penataran bagi 750 orang guru.

Sehubungan dengan kegiatan di atas, dalam rangka membina dan meningkatkan mutu Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), da-lam tahun 1985/86 telah dilakukan perluasan/rehabilitasi bagi 5 buah gedung PGAN, penyediaan buku pelajaran dan pedoman guru sebanyak 263.548 eksemplar dan penataran bagi 132 orang guru.

Selanjutnya untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi agama telah dilaksanakan kegiatan penyempurnaan prasarana/sarana pada IAIN yang meliputi pembangunan dan perluasan gedung seluas 10.690 m2, yang terdiri dari ruang kuliah, perpustakaan, kan-tor, aula, mushola, laboratorium bahasa beserta perlengkapannya dan penyediaan buku-buku ilmiah sebanyak 41.100 buah untuk perpustakaan. Di samping itu, dalam rangka melaksanakan pengab-dian kepada masyarakat, dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi 2.950 mahasiswa IAIN. Sedangkan sebagai usaha meningkatkan mutu akademis telah diusa-hakan pemberian kesempatan bagi 127 tenaga pengajar IAIN di seluruh Indonesia untuk mengikuti studs lanjutan program Pasca Sarjana/program doktor, serta telah dilakukan pula penelitian sebanyak 127 judul.

I/67

Page 73:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Dalam pada itu untuk mendukung perumusan kebijaksanaan di bidang agama telah dilaksanakan 11 buah penelitian dan pengembangan mengenai berbagai pokok masalah pembangunan di bidang agama disamping kegiatan latihan tenaga-tenaga peneliti agama dan pengembangan metode penelitian agama serta serang-kaian pertemuan ilmiah, seminar dan diskusi-diskusi ilmiah.

Kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Ma-ha Esa merupakan unsur panting dalam pembangunan rokhaniah bangsa. Selama tahun kedua Repelita IV berbagai kegiatan yang dilaksanakan di bidang ini adalah sebagai berikut.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan program kepurbakalaan, ke-sejarahan dan permuseuman dalam tahun kedua Repelita IV (1985/86) antara lain ditandai dengan telah diresmikannya 1 buah museum negeri di Palembang sehingga museum negeri yang telah diresmikan kini menjadi 14 buah. Sedangkan kegiatan pemu-garan peninggalan sejarah dan purbakala yang telah dilaksanakan meliputi studi kelayakan/teknis serta pemugaran situsnya. Usaha pemugaran dilanjutkan dan lebih ditingkatkan dan pelaksanaannya antara lain meliputi : konservasi Candi Borobudur, pemugaran Monumen Nasional, serta lanjutan pemugaran berbagai pening-galan sejarah lainnya, seperti bekas Ibu Kota Kerajaan Maja-pahit, bekas Keraton Lama Banten, Candi Muara Takus, Candi Muara Jambi, Candi Prambanan, Candi Sewu, Ratu Boko, dan Mesjid Demak, Mesjid Syuhada di Kalimantan Selatan, Mesjid Kebon Jeruk di DKI Jakarta serta Mesjid Kyai Gede Kota Waringin Lama di Kalimantan Tengah, seta pemugaran Gereja Immanuel di DKI Ja-karta dan pemugaran Pura Besakih di Bali.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan program pengembangan seni budaya dalam tahun kedua Repelita IV (1985/86) antara lain men-cakup pemeliharaan dan pemanfaatan seni serta penyebarluasan dan pemanfaatan kesenian daerah dengan jalan pekan/lomba/sayem-bara terutama bagi seni yang hampir punah. Di samping itu dilakukan pula usaha peningkatan mutu seni dan daya kreativitas di empat bidang seni dengan melalui pagelaran/pameran/sayemba-ra/di Pusat dan Daerah. Dalam hal ini penyebaran kesenian usaha yang telah dilakukan antara lain berupa pagelaran kesenian di Taman Mini Indonesia, pameran seni lukis, duta seni antar dae-rah serta persiapan dalam rangka kerjasama kesenian antar nega-ra Asean.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan program pengembangan baha-sa dan sastra dalam tahun kedua Repelita IV mencakup antara la-in pembakuan kebahasaan dan kesusastraan serta pengembangan

I/68

Page 74:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

karya kebahasaan. Selain itu dilakukan pula penyusunan kamus bahasa, kamus istilah, kamus antologi, penerjemahan buku serta sayembara mengarang bahasa dan sastra Indonesia untuk guru SMP. Dalam rangka komunikasi kebahasaan telah dilaksanakan pembinaan bahasa Indonesia melalui RRI dan TVRI serta mengadakan diskusi sastra Indonesia. Di bidang pengembangan perpustakaan telah di-lakukan pengadaan buku perpustakaan, sedangkan dalam rangka pe-ngenalan perpustakaan, diadakan penyebaran informasi perpus-takaan melalui siaran/pameran/lomba. Di samping itu telah di-laksanakan pula penyebaran informasi perpustakaan melalui siar-an RRI dan TVRI, pameran perpustakaan, lomba perpustakaan serta pemberian bantuan kepada organisasi profesi antara lain Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. Sementara itu dalam rangka pe-ngembangan perpustakaan nasional telah dibuat microfilm, fumi-gasi, dan penjilidan bahan pustaka yang rusak serta penyusunan bibliografi daerah 18.500 eksemplar. Selanjutnya diadakan pula buku bacaan untuk perpustakaan wilayah, perpustakaan umum Dati II, perpustakaan keliling, perpustakaan kecamatan, dan perpus-takaan perintis sekolah sebanyak 36.490 eksemplar.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan program inventarisasi ke-budayaan dalam tahun 1985/86 antara lain meliputi penelitian sejarah dan nilai tradisional, penelitian bahasa, dan peneliti-an arkeologi. Di bidang penelitian sejarah dan nilai tradisio-nal telah dilakukan kegiatan penelitian aspek kebudayaan daerah serta penerbitan dan penyebarluasan 76 naskah-naskah hasil penelitian. Selain itu dilaksanakan pula penelitian dan penu-lisan- aspek kesejarahan serta penyebarluasan penerbitan hasil penelitian. Di bidang penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah telah dilaksanakan penelitian bahasa dan sastra In-donesia dan daerah sebanyak 274 judul penelitian serta pener-bitan hasil kajian untuk disebarluaskan. Di bidang penelitian arkeologi dilaksanakan penelitian arkeologi di berbagai situs.

Dalam pelaksanaan program pendidikan kedinasan tenaga kebu-dayaan dalam tahun kedua Repelita IV telah dilaksanakan antara lain penataran tenaga teknis kebudayaan 799 orang yang meliputi tenaga teknis kepurbakalaan, sejarah dan nilai tradisional, ke-senian, museum, bahasa dan sastra, perpustakaan, kepala seksi kebudayaan serta penilik kebudayaan.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam bidang kegrafikaan dalam tahun 1985/86 meliputi penataran tenaga teknis kegrafika-an bagi 435 orang, termasuk di dalamnya penataran asisten ins-truktur sebanyak 20 orang untuk meningkatkan kemampuan mengajar kegrafikaan.

I/69

Page 75:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Pelaksanaan pembangunan program pembinaan penghayat keper-cayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam tahun kedua Repelita IV antara lain meliputi kegiatan untuk lebih meningkatkan in-ventarisasi dan dokumentasi terhadap masyarakat penghayat ke-percayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di 26 propinsi dengan hasil 9 naskah, serta penyebaran informasi melalui TVRI/RRI dan media cetak. Selain itu juga telah dilakukan komunikasi terha-dap masyarakat penghayat melalui sarasehan dan kerjasama antar instansi.

Salah satu pendukung yang sangat panting bagi kelangsungan pembangunan adalah pengembangan riset dan teknologi. Dalam bi-dang riset dan teknologi berbagai upaya telah dilaksanakan sesuai dengan kebijaksanaan dalam Repelita IV. Sejak Repelita III kegiatan Riset dan Teknologi telah dikelompokkan ke dalam lima bidang Program Utama Nasional Riset dan Teknologi (Punas-Ristek), yaitu bidang : Kebutuhan Dasar Manusia (Punas Ristek I), Sumber Days Alam dan Energi (Punas Ristek II), Industriali-sasi (Punas Ristek III), Pertahanan dan Keamanan (Punas Ristek IV) dan Sosial-Ekonomi-Budaya dan Hukum (Punas Ristek V).

Beberapa perkembangan di bidang ini dapat dilaporkan sebagai berikut.

Dalam tahun 1985/86 jumlah penelitian terapan telah mening-kat dan di samping itu penelitian-penelitian yang merupakan kelanjutan dari program-program tahun sebelumnya diteruskan. Di bidang teknologi canggih telah dimulai penerapan prinsip-prin-sip bioteknologi terhadap berbagai komoditi seperti misalnya anggrek, kentang, jeruk, pisang dan kelapa sawit. Penerapan tersebut dilakukan pula untuk pengembangan pengolahan Bahan Makanan Campuran untuk Ternak (BMCT) khususnya di Bali dan Ujung Berung-Jawa Barat.

Dalam penelitian ketenagakerjaan yang dilakukan pada tahun 1985/86 antara lain telah disusun suatu Model Tenaga Kerja Na-sional. Model ini menganalisa kaitan antara kemampuan ekonomi dengan penyediaan dan kebutuhan tenaga kerja di berbagai sektor dalam berbagai jenjang sampai dengan tahun 2000 nanti.

Dalam rangka peningkatan produksi pangan dan komoditi per-tanian lainnya usaha-usaha penemuan berbagai bibit unggul padi-padian, palawija dan hortikultura serta penelitian dalam bidang pengolahan hasil perikanan dan peternakan dilanjutkan terus.

I/70

Page 76:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Penelitian sumber daya alam dan energi yang mencakup pene-litian mineral, metalurgi, survai dan pemetaan sumber kekayaan alam, dalam tahun 1985/86 telah menghasilkan antara lain Studi Pengembangan Model Energi yang bertujuan menemukan sistem ener-gi serta pengembangannya yang tepat di Indonesia.

Dalam rangka diversifikasi pangan dan pengembangan teknolo-gi, telah dilakukan penelitian pembuatan tepung sagu sebagai pengganti tepung terigu. Melalui pendekatan terpadu lintas sek-toral telah dilakukan penelitian penggalian dan pengolahan besi cor di Lampung dengan menggunakan lamtoro gung yang ditanam di lahan seluas 1.000 ha sebagai bahan bakarnya. Usaha ini telah menghasilkan besi cor sebanyak 8000 ton pada tahun 1985/86 serta menyerap 1.600 tenaga kerja kasar yang berasal dari lokasi setempat dimana sebagian diantaranya adalah transmigran. Dalam kerjasama antar instansi melalui pemetaan yang teliti, telah dimulai kegiatan Evaluasi dan Perencanaan Sumber Daya La-han untuk dimanfaatkan bagi perencanaan pembangunan pertanian dan kehutanan.

Penelitian dalam bidang industri yang meliputi industri pe-nerbangan, maritim dan perkapalan, transportasi darat, elek-tronika dan telekomunikasi, rekayasa serta mesin dan alat per-tanian, telah mencatat banyak kemajuan.

Melalui Laboratorium Uji Konstruksi (LUK) sudah dapat dila-kukan pengujian kelelahan skala penuh CN 235 yang merupakan produksi Industri Pesawat Terbang Nusantara Bandung. Di samping itu juga telah berhasil dibuat berbagai jenis gerbong dan kereta penumpang di dalam negeri oleh PT. INKA Madiun.

Dalam bidang pertahanan dan keamanan telah dilakukan pene-litian dan pengkajian kemampuan laboratorium balistik terpusat, pembuatan prototip dan uji coba rantai tank, survei lapangan di bidang industri non militer, sistem persenjataan, pengawasan wilayah jalur logistik serta kemampuan wilayah.

Untuk mengetahui dampak pembangunan terhadap kehidupan so-sial masyarakat juga telah diteliti berbagai aspek sosial, bu-daya, ekonomi dan hukum.

Bersamaan dengan peningkatan jumlah dan mutu penelitian di-lakukan pula peningkatan kemampuan peneliti, sarana dan prasa-rana riset dan teknologi, sistem pelayanan informasi ilmiah yang ads, popularisasi pengetahuan ilmiah serta penyebaran in-formasi riset dan teknologi kepada masyarakat luas, khususnya

1/71

Page 77:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

kaum remaja.

Dalam usaha meningkatkan kemampuan penelitian di masa de-pan, dalam tahun 1985/86 telah diadakan suatu Analisa Kemampuan Sumber Days Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia. Hasil-nya menunjukkan meningkatnya jumlah dan sumber daya manusia da-lam bidang ilmu pengetahuan eksakta dan teknologi. Namun demi-kian jumlah tersebut perlu lebih ditingkatkan agar dapat meme-nuhi kebutuhan terutama menjelang tahap industrialisasi nanti. Kesenjangan ini terutama disebabkan oleh terbatasnya kapasitas perguruan tinggi serta minat yang masih kurang terhadap karir peneliti. Sehubungan dengan itu telah diadakan program-program khusus untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan para tenaga riset dan teknologi di berbagai perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri.

Berbeda dengan ilmu pengetahuan eksakta dan teknologi, ke-senjangan tenaga dalam ilmu pengetahuan sosial dan budaya rela-tif adalah lebih kecil sesuai dengan perkembangan kemampuan pe-nyediaan tenaga di bidang tersebut.

Di samping riset dan teknologi, pembangunan juga memerlu-kan dukungan sistem informasi yang semakin mantap dan canggih. Data statistik diperlukan bagi penyusunan rencana dan kebijak-sanaan pembangunan serta sebagai alat untuk memantau keberha-silan pembangunan. Di samping itu, tersedianya data statistik yang baik dan terpercaya juga panting bagi kegiatan peneli-tian ilmiah serta merupakan unsur panting dalam upaya mening-katkan kecerdasan bangsa.

Dalam tahun 1985/86 berbagai kegiatan di bidang perstatis-tikan telah dilaksanakan. Peningkatan data statistik dan per-baikan statistik pertanian dilanjutkan, demikian pula usaha penyempurnaan dan pengembangan statistik pendapatan nasional, regional dan tabel input-output. Dalam tahun tersebut untuk pertama kalinya diterbitkan sari Produk Domestik Bruto triwu-lanan. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dilanjutkan dan menghasilkan statistik konsumsi, statistik lingkungan hidup dan indikator kesejahteraan rakyat serta data pekerja sektor infor-mal. Dalam tahun 1985/86 Survei Penduduk Antar Sensus telah me-nyelesaikan kegiatan utamanya, yaitu pengumpulan data, sedang-kan kegiatan Sensus Pertanian 1983 secara umum telah selesai.

Kegiatan perstatistikan yang panting dalam tahun 1985/86 adalah pendaftaran dan pencacahan perusahaan dan usaha rumah tangga secara nasional dalam rangka Sensus Ekonomi 1986, yang

I/72

Page 78:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

diharapkan bisa memberikan gambaran yang lengkap dan mutakhir mengenai jumlah dan jenis perusahaan/usaha rumah tangga di In-donesia. Dalam tahun tersebut juga mulai diadakan persiapan un-tuk pelaksanaan Survei Biaya Hidup 1988, dan hasilnya terutama akan dijadikan landasan untuk memperbaharui cakupan dan tim-bangan pola konsumsi dalam penyusunan indeks harga. Di samping itu, dalam tahun 1985/86 kegiatan-kegiatan penataran untuk me-ningkatkan keterampilan pegawai dilanjutkan dan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan operasional perstatisti-kan baik di pusat maupun di daerah juga ditingkatkan.

Keberhasilan pembangunan nasional sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan di daerah-daerah. Semua kegiatan pembangunan yang berlangsung di daerah perlu di-koordinasikan dan diserasikan agar seluruh sumber daya yang ada di daerah dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rak-yat daerah yang bersangkutan dalam rangka pembangunan nasional.

Untuk merangsang partisipasi daerah dalam pembangunan, di-berikan berbagai bantuan pembangunan kepada semua tingkat peme-rintah daerah. Dengan bantuan tersebut laju pertumbuhan dan perkembangan daerah dapat dipercepat, karena masing-masing daerah dapat membangun proyek-proyek ekonomi dan sosial budaya yang penting bagi daerahnya. Pada gilirannya pertumbuhan daerah yang pesat akan lebih mendorong pertumbuhan pembangunan nasio-nal.

Bantuan pembangunan desa diberikan untuk merangsang usaha desa yang produktif dengan memanfaatkan potensi kegotongroyong-an masyarakat pedesaan. Kepada Daerah Tingkat II diberikan Bantuan Pembangunan untuk meningkatkan partisipasi daerah dalam melaksanakan pembangunan, memperbaiki prasarana ekonomi pedesa-an, meningkatkan perekonomian daerah, dan memperluas lapangan kerja di daerah. Jumlah bantuan untuk setiap Daerah Tingkat II ditetapkan berdasarkan jumlah penduduknya, dan bagi Daerah Tingkat II yang penduduknya sangat sedikit, ditetapkan suatu jumlah minimum yang cukup besar jumlahnya. Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat I terdiri atas dua bagian. Bagian yang pertama penggunaannya ditetapkan oleh Pemerintah, dan bagian yang kedua penggunaannya ditentukan oleh daerah sendiri untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kepentingan pem-bangunan daerah.

Program Pengembangan Wilayah terutama ditujukan untuk me-ningkatkan pendapatan bagian masyarakat yang relatif miskin, sekaligus meningkatkan kemampuan aparat pemerintah daerah.

I/73

Page 79:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Pembangunan daerah Timor Timur dilaksanakan secara khusus de-ngan maksud agar daerah tersebut dapat segera mengejar keting-galannya dari daerah-daerah lain.

Dalam rangka mewujudkan tata ruang nasional yang serasi dan lestari, diadakan berbagai program penataan ruang yang mencakup antara lain kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah/dae-rah, tata ruang kota, tata ruang kawasan, serta kegiatan-kegi-atan penunjangnya.

Untuk pelaksanaan pembangunan daerah diadakan perencanaan penggunaan tanah yang serasi dan berimbang bagi semua kegiatan pembangunan. Kegiatan program pengembangan tata guna tanah yang utama adalah pemetaan penggunaan tanah pedesaan dan tanah per-kotaan, analisa penggunaan dan kemampuan tanah, penyusunan ren-cana tats guns tanah kabupaten, pemetaan kota kecamatan, dan pengukuran serta pemetaan tata guna tanah daerah transmigrasi.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) di tingkat kecamatan, dan LKMD di tingkat desa bertugas merencana-kan, mengkoordinasikan perencanaan pembangunan di daerah, me-ngendalikan, serta memantau pelaksanaan pembangunan proyek-proyek nasional dan daerah di daerahnya masing-masing. Di sam-ping itu setiap tahun diadakan Konsultasi Nasional pada tingkat nasional.

Peningkatan kemampuan perencanaan aparatur pemerintahan daerah diusahakan melalui-penyelenggaraan kursus-kursus peren-canaan oleh Pemerintah bekerjasama dengan lembaga-lembaga :per-guruan tinggi dan oleh Pemerintah Daerah sendiri. Di samping itu kepada staf Bappeda dan pejabat-pejabat daerah lain diberi-kan kesempatan untuk mengikuti seminar, kursus, dan latihan di luar negeri sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pembangunan prasarana fisik gedung kantor kecamatan bupati/kotamadya, serta rumah-rumah jabatan camat, bupati/walikotamadya dilakukan seca-ra bertahap dan selektif sesuai dengan kemampuan keuangan nega-ra dan kebutuhan di setiap daerah.

Seiring dengan pembangunan di berbagai bidang dilanjutkan pembangunan di bidang hukum. Kebijaksanaan pembangunan di bi-dang hukum dijabarkan terutama ke dalam program-program yang meliputi : (i) pembinaan hukum nasional dengan kegiatan utama-nya perancangan perundang-undangan, pembinaan sistem dokumenta-si dan informasi hukum, dan penelitian serta pengembangan hu-kum, (ii) pembinaan peradilan dan penegakan hukum dengan kegi-

I/74

Page 80:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

atan utamanya pembinaan peradilan, penegakan hukum, pembinaan pemasyarakatan, pembinaan pelayanan jasa hukum pembinaan keimi-grasian, penyuluhan hukum, konsultasi dan bantuan hukum, dan (iii) pendidikan/latihan tenaga hukum.

Upaya penyusunan perangkat perundang-undangan dalam tahun 1985/86 telah menghasilkan sebanyak 14 Undang-undang, 41 Pera-turan Pemerintah, 55 Keputusan Presiden dan 9 Instruksi Presi-den. Sementara itu, telah pula dilaksanakan pertemuan ilmiah yang membahas tentang berbagai masalah hukum, dan pada tahun 1985/86 telah diselenggarakan sebanyak 8 kali yaitu 7 kali dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman dan satu kali oleh Kejaksaan Agung RI. Di samping itu telah dilaksanakan pula 12 penelitian dalam berbagai bidang hukum (11 buah dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman dan sebuah oleh Kejaksaan Agung RI).

Dalam tahun 1985/86 telah diangkat 217 hakim baru, sehingga pada tahun 1985/86 hakim di seluruh Indonesia berjumlah 2.477 hakim, 3.596 orang panitera (panitera kepala dan panitera peng-ganti) serta 116 orang jurusita.

Untuk menunjang usaha pembinaan peradilan, dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan rehabilitasi/perluasan gedung pengadilan negeri sejumlah 74 gedung serta 9 tempat sidang yang tersebar di berbagai lokasi. Sementara itu, pembangunan gedung baru Mahkamah Agung RI telah dilanjutkan.

Dalam tahun 1985/86 Mahkamah Agung telah melaksanakan pem-binaan keterampilan teknis yustisial untuk para hakim peradilan agama dan peradilan militer bagi 216 orang. Di samping itu te-lah dilaksanakan pula pengolahan yurisprudensi sebanyak 1.000 perkara dalam rangka persiapan komputerisasi perkara.

Upaya pengendalian dan pemantapan profesionalisme aparat penuntut umum dilaksanakan dengan mengadakan eksaminasi yaitu tindakan pengujian berupa penelitian/penelaahan dan pemeriksaan di semua tingkat pengamanan perkara-perkara yang diselesaikan oleh pars jaksa. Dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan eksami-nasi di 22 Kejaksaan Tinggi yang meliputi 1.770 jaksa dan 3.288 perkara tindak pidana umum dan 133 perkara tindak pidana khu-sus.

Dalam pada itu, hubungan antar aparat penegak hukum juga menjadi perhatian dan bagian dari usaha-usaha untuk keberhasil-an penegakan hukum. Dengan semangat kebersamaan, keterpaduan, keterbukaan dan keakraban antar sesama aparat penegak hukum

I/75

Page 81:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

(Hakim, Polisi dan Jaksa) telah ditingkatkan dan dibina kerja-sama, sehingga keserasian dan saling menghormati kewenangan masing-masing dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan pera-turan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menunjang usaha pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas penegakan hukum, maka dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan pembangunan 2 buah gedung Kejaksaan Negeri, perluasan 56 gedung kantor Kejaksaan Tinggi/Negeri dan rehabilitasi 40 gedung kantor Kejaksaan Tinggi/Negeri. Sementara itu untuk menunjang pembinaan keimigrasian telah dilaksanakan rehabilitasi sebuah gedung kantor imigrasi dan pembangunan sebuah pos imigrasi.

Dalam rangka pembinaan narapidana makin dikembangkan bim-bingan kerja melalui "unit produktif" untuk usaha-usaha kera-jinan, perbengkelan dan pertanian. Di samping itu pada lembaga-lembaga pemasyarakatan tertentu telah pula dikembangkan berba-gai Janis bengkel kerja khusus, antara lain percetakan, perte-nunan, pencelupan, pembuatan sepatu kulit, pengelasan dan per-tukangan kayu.

Sebagai hasil penataan kembali kedudukan, tugas dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan Rumah Tahanan Negara (RUTAN), dewasa ini terdapat sejumlah 148 LP dan 218 RUTAN.

Untuk menunjang sistem pemasyarakatan maka dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan rehabilitasi/perluasan sebuah Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA), rehabi-litasi 20 gedung LP serta rehabilitasi 37 gedung rutan.

Dalam rangka meningkatkan administrasi pelayanan jasa hukum maka dalam tahun 1985/86 telah diusahakan penyelesaian pelayan-an jasa hukum antara lain terhadap pendaftaran merek 10.195 buah, pengesahan Badan Hukum 8.647 buah, kewarganegaraan 84.283 buah, permohonan grasi 1.280 buah serta pengesahan perubahan nama keluarga 3.516 buah.

Fasilitas pelayanan di bidang keimigrasian telah pula di-tingkatkan antara lain dengan penyempurnaan sistem keimigrasian serta pendayagunaan kurang lebih 20 pos-pos imigrasi di daerah perbatasan.

Sementara itu dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan pen-didikan/latihan bagi 5.053 orang untuk tenaga kehakiman dan 569 orang untuk tenaga kejaksaan.

I/76

Page 82:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya kegiatan penyuluhan hu-kum dilaksanakan di tingkat kabupaten/kodya di seluruh Indone-sia. Penyuluhan hukum tersebut diberikan melalui ceramah dan temu wicara dengan organisasi masyarakat, wanita, mahasiswa dan seniman, pameran dan fragmen/sandiwara di televisi, siaran radio dan publikasi dalam media cetak lainnya. Di samping itu telah dilaksanakan pula kegiatan Hakim Masuk Desa yaitu penyu-luhan oleh hakim yang sekaligus bertugas mengadakan persidangandi tempat-tempat sidang yang terpencil. Kegiatan ini merupakan upaya dan kesempatan bagi hakim untuk menggali, mengikuti dan lebih memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Dilingkungan Kejaksaan, penyuluhan hukum dan penerangan hukum dilaksanakan melalui kegiatan Jaksa Masuk Desa dengan sasaran masyarakat pedesaan, yang kemudian diperluas wawasannya dengan pelaksanaan kegiatan Jaksa Masuk Laut yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan penampilan para aparat penegak hukum di laut yang melaksanakan tugas pengamanan dan penegakan hukum di perairan Indonesia.

Dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan, ke- pada masyarakat terutama untuk golongan pencari keadilan yang kurang mampu disediakan bantuan hukum. Dalam tahun 1985/86 pelaksanaan pemberian bantuan hukum ini dilaksanakan melaluiPengadilan Negeri di 26 propinsi yang meliputi 401 perkara baik pidana maupun perdata. Bantuan hukum juga dilanjutkan melalui pemberian konsultasi hukum melalui 25 fakultas Hukum negeri/ swasta di seluruh Indonesia. Dalam tahun 1985/86 pemberian konsultasi hukum ini telah dilaksanakan sebanyak 11.910 kasus pidana dan/atau perdata. Untuk meningkatkan partisipasi masya-rakat dalam pembangunan, kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya perlu ditunjang oleh pemba-ngunan di bidang penerangan, pers dan komunikasi sosial.

Dalam hubungan ini usaha penerangan dan komunikasi sosial ditujukan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat menge-nai arts dan tujuan pembangunan yang sedang dilakukan serta menampung aspirasi positif yang terdapat di dalam masyarakat. Dengan demikian dapat dipersiapkan kondisi mental masyarakat yang dengan penuh pengertian dan kesadaran berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

Untuk itu usaha penerangan dan komunikasi sosial diarahkan pula kepada peningkatan pemerataan informasi sampai ke desa-desa melalui media penerangan seperti radio, televisi, film, pers, penerbitan, pameran, media tradisional dan penerangan ta-tap muka.

I/77

Page 83:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Pembangunan Pusat Penerangan Masyarakat (Puspenmas) diting-kat kabupaten/kotamadya dimaksudkan sebagai wadah/forum komuni-kasi sosial antara Pemerintah dan masyarakat dan antar kalangan masyarakat sendiri. Hingga tahun 1985/86 telah dibangun 275 buah Puspenmas di seluruh propinsi.

Selain pembangunan Puspenmas di tingkat kabupaten/kotamadya dan balai-balai penerangan di beberapa daerah perbatasan dan transmigrasi, maka guna meningkatkan arus informasi ke pedesaan telah dikembangkan pula program Koran Masuk Desa (KMD) serta Surat Kabar Untuk Desa (SKUD). Dalam tahun 1985/86 KMD mencapai jumlah 8.590 ribu eksemplar dan SKUD 33.779 eksemplar.

Dalam pada itu telah ditempatkan pula televisi umum di desa-desa yang telah terjangkau oleh siaran TVRI, yang hingga tahun 1985/86 berjumlah 54 ribu buah.

Sementara itu jangkauan siaran radio dan televisi, demikian pula peredaran film penerangan/pembangunan terus diperluas dan ditingkatkan. Hingga tahun 1985/86 jumlah stasiun pemancar ra-dio berjumlah 324 buah dengan days pancar 2.998,89 KW, sedang-kan jumlah stasiun pemancar/penghubung televisi berjumlah 204 buah dengan luas jangkauan siaran 548.438 Km2. Dalam tahun 1985/86 telah diadakan pula 162 copy film penerangan/pembangun-an untuk menunjang kegiatan penerangan operasional di daerah.

Usaha-usaha pembangunan akan berhasil dengan baik apabila didukung oleh adanya aparatur Pemerintah yang cakap, efisien, efektif, bersih, dan berwibawa. Untuk mewujudkan aparatur yang demikian, upaya pendayagunaan aparatur Pemerintah secara beren-cana telah ditingkatkan pelaksanaannya. Dalam tahun kedua Repe-lita IV upaya tersebut meliputi penyempurnaan administrasi ke-bijaksanaan dalam berbagai bidang ekonomi keuangan dan pemba-ngunan, di samping penyempurnaan dalam bidang kelembagaan, ke-tatalaksanaan, kepegawaian, dan sarana serta prasarana kerja, baik pada aparatur Pemerintah tingkat Pusat dan Daerah, maupun pada Badan-badan Usaha Milik Negara dan milik Daerah. Perbaikan juga diusahakan dalam bidang administrasi perencanaan operasio-nal tahunan, sistem pembiayaan (penganggaran dan prosedur pe-laksanaan anggaran), sistem pemantauan pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan, serta sistem pengawasan dan pener-tiban operasional.

Langkah-langkah penyempurnaan aparatur perekonomian negara merupakan bagian strategis dalam pendayagunaan aparatur Peme-

I/78

Page 84:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

rintah. Hal ini meliputi penyempurnaan administrasi kebijaksa-naan dalam bidang ekonomi keuangan dan pembangunan yang pada pokoknya ditujukan kepada penciptaan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha dan perkembangan ekonomi nasional pada umumnya. Secara khusus diharapkan pula untuk dapat mendorong ekspor komoditi non-migas, perkembangan industrialisasi, dan peningkatan penanaman modal. Berbagai kebijaksanaan tersebut berisikan sasaran untuk meningkatkan efisiensi, pemberian in-sentif yang lebih memadai, dan penyediaan berbagai kemudahan. Dalam tahun kedua Repelita IV usaha-usaha tersebut meliputi pelaksanaan debirokratisasi pengelolaan arus barang di pelabuhan yang dituangkan dalam Inpres No. 4/1985, pelaksanaan perombakan sistem perpajakan akibat diundangkannya Undang-undang Perpajakan No. 6, 7 dan 8 Tahun 1983 serta Undang-undang Pajak Build dan Bangunan Tahun 1985. Semua ini melengkapi langkahlangkah yang telah dilakukan sebelumnya seperti langkah pembaharuan perbankan pada tahun 1983, serta devaluasi rupiah juga pada tahun 1983, serta penyederhanaan prosedur penanaman modal yang telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu dan ditingkatkan pelaksanaannya pada tahun kedua Repelita IV ini.

Di samping itu, dalam rangka pendayagunaan aparatur ekonomi negara tersebut telah dilakukan pula berbagai upaya penyempur-naan administrasi BUMN. Hal ini meliputi penyempurnaan organi-sasi dan pengalihan status hukum yang diarahkan pada bentuk Persero, Perum, dan Perjan serta pembagian kerja menurut jenis barang dan jasa bagi masyarakat, juga pengembangan kemampuan manajemen dan batas keterkaitan dan tanggungjawab pembiayaan BUMN tersebut dalam hubungannya dengan anggaran negara.

Upaya pendayagunaan dalam bidang kelembagaan dalam tahun kedua Repelita IV meliputi perubahan susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD yang dituangkan dalam Undang-undang No. 2/1985 serta perbaikan organisasi dan tatakerja Kantor Menteri Koor-dinator, Menteri Negara, dan Menteri Muda; demikian pula dengan lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen dan organisasi Depar-temen. Di antara perbaikan organisasi kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara antara lain telah dilakukan penyempurnaan Sekre-tariat Jenderal Daman Pertimbangan Agung dengan Keppres No. 49/1985, dan penyempurnaan organisasi Kepaniteraan/Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung dengan Keppres No. 75/1985. Dapat di-tambahkan pula bahwa dengan Undang-undang No. 14/1985 telah diatur kembali kedudukan, susunan, dan kekuasaan Mahkamah Agung serta hukum acara yang berlaku bagi Mahkamah Agung. Demikian pula dengan Kantor Menteri Koordinator, Menteri Negara, dan Menteri Muda langkah-langkah penyesuaian dengan susunan Kabinet

I/79

Page 85:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Pembangunan IV telah dilanjutkan dengan berbagai usaha penyem-purnaan dalam sistem koordinasi, tatalaksana dan hubungan ker-ja, yang dimaksudkan untuk mencapai keterpaduan dalam perumusan dan pelaksanaan rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain-nya.

Penyempurnaan Lembaga Pemerintah Non Departemen terutama ditujukan untuk menampung perkembangan tugas dari lembaga-lembaga bersangkutan. Dalam tahun kedua Repelita IV telah di-lakukan reorganisasi ataupun refungsionalisasi organisasi. Hal ini meliputi antara lain penyesuaian tugas pokok, fungsi, dan susunan organisasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yaitu dengan Keppres No. 1/1986; dan peningkatan tugas pengelolaan dan penelaahan secara keahlian atas masalah dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal pada organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yaitu dengan Keppres No. 35/1985.

Organisasi Departemen juga terus disempurnakan sesuai de-ngan kebutuhan dan beban kerja yang dihadapi. Pokok-pokok kebi-jaksanaan penyempurnaan yang telah ditetapkan dalam Keppres No. 44/1974 terus dipergunakan sebagai pedoman penyusunan organisa-si dan bidang tugas Departemen. Sedangkan pelaksanaannya yang sejak Repelita II menggunakan Keppres No. 45/1974 sebagai pedo-man pendayagunaan organisasi Departemen-departemen, sejak 1984 telah lebih disempurnakan dan diatur kembali dengan Keppres No. 15/1984 untuk lebih disesuaikan dengan perkembangan dan kebu-tuhan dalam Repelita IV. Bahkan beberapa Departemen telah me-ngadakan perubahan organisasi lebih jauh, seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan Departemen Perdagangan. Ketiga Departemen tersebut dengan Keppres No. 47/1985 telah mengadakan perubahan terhadap Keppres No. 15/1984 yang dimak-sudkan untuk lebih menampung beban pelaksanaan tugas karena me-ningkatnya usaha-usaha pembangunan yang harus dilaksanakan. Departemen Keuangan dengan Keppres No. 76/1985 telah menyempur-nakan kembali susunan organisasi dan bidang tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Langkah-langkah lainnya di bidang pe-nyempurnaan kelembagaan tampak juga dengan dikeluarkannya Kep-pres No. 70/1985 yaitu dengan dibentuknya Lembaga. Pemilihan Umum dan Panitia Pemilihan Indonesia yang bersifat permanen. Sebagai tindak lanjut dari berbagai Keppres tentang pengorgani-sasian kembali Departemen-departemen tersebut maka masing-masing Departemen dengan Keputusan Menteri yang bersangkutan dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Menteri Pendayagu-naan Aparatur Negara, telah mengatur organisasi Departemen-departemennya lebih jauh. Di samping itu dalam rangka pendaya-

I/80

Page 86:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

gunaan bidang ketatalaksanaan dan hubungan kerja antar instan-si telah dilakukan berbagai langkah penyempurnaan baik yang sifatnya institusional maupun prosedural. Dalam tahun kedua Repelita IV telah dikeluarkan Keppres No. 6/1985 tentang sensus ekonomi, di mana kepada sejumlah menteri dan Kepala Instansi ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara terpadu agar sensus ekonomi dapat terselenggara pada waktunya dengan aman dan tertib sehingga ketelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.

Berbagai langkah pendayagunaan aparatur Pemerintah dituju-kan pula pada penyempurnaan berbagai aspek administrasi peme-rintahan di Daerah. Peranan Gubernur/KDT-I sebagai penguasa tunggal dan administrator pembangunan serta administrator kema-syarakatan dalam penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan dan pembangunan juga telah dimantapkan dengan diterbitkannya berbagai peraturan perundangan. Dengan adanya berbagai keputusan tersebut diharapkan koordinasi terhadap keseluruhan jajaran dan kegiatan aparatur Pemerintah di Daerah dan sinkronisasinya dengan berbagai kegiatan masyarakat lainnya dapat berjalan lebih baik. Di samping itu pendayagunaan aparatur Pemerintah Daerah juga ditujukan kepada penyempurnaan administrasi dan peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan desa. Sejalan dengan langkah-langkah tersebut telah dilakukan pula usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, hal ini dilakukan melalui penyediaan pelayanan berbagai kebutuhan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pertanian, peningkatan keterampilan dan lain sebagainya.

Mengingat pentingnya pembangunan daerah dan desa dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan ketahanan nasional agar daerah dan desa dapat terus berkembang serta sekaligus dapat menyediakan kesempatan kerja, maka dalam tahun kedua Repelita IV bantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah berupa Pro-gram/Proyek Inpres telah mendapat kenaikan yang cukup berarti, sedangkan penyempurnaan prosedur pelaksanaannya telah mendapat-kan perhatian sungguh-sungguh.

Dalam pada itu kemantapan dan keserasian hubungan Pemerin-tah Pusat dan Daerah dalam tahun kedua Repelita IV terus dila-kukan atas dasar pelaksanaan asas dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas perbantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang No. 5/1974, dan diselaraskan dengan tuntutan serta persyaratan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan nasional. Konsultasi-konsultasi nasional Bappeda terus dilaksanakan untuk menjamin ketepatan perencanaan. Sedangkan efektivitas pelaksa-

I/81

Page 87:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

naan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara terus diusahakan, antara lain dengan mewajibkan instansi vertikal untuk mengindahkan petunjuk-petunjuk dari Gubernur/KDT-I serta menekankan adanya tanggungjawab Gubernur/KDT-I atas pelaksana- an segenap proyek sektoral di daerahnya. Untuk menjamin terse-lenggaranya tugas-tugas Gubernur/KDT-I dan Bupati/Walikotamadya KDT-II di bidang pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan kehi-dupan masyarakat sebagai pelaksanaan Pasal 80 dan 81 Undang-undang No. 5/1974 maka dibentuk forum Muspida berdasar Keppres No. 10/1986 sebagai pengganti Keppres No. 5/1967. Selanjutnya dalam pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah juga telah banyak dilibatkan. Hal ini antara lain tampak dalam inventarisasi tanah yang ditangani oleh instansi-instansi vertikal, pencetakan areal pertanian, pelaksanaan catur tertib di bidang pertanahan, pengembangan ekspor non-migas, peningkat-an peranan Koperasi Unit Desa, dan sebagainya. Pemerintah Dae-rah juga telah dilibatkan dalam pelaksanaan sistem perpajakan baru yang menghapus 7 jenis pajak, antara lain Ipeda, menjadi 1 jenis, yaitu PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Dengan meningkatnya penerimaan PBB ini akan meningkat pula penerimaan Pemerintah Daerah, sebab Pemerintah Pusat hanya akan memperoleh 10% dari hasil PBB, sedangkan sisanya, 16,2% untuk Pemerintah Daerah Tingkat I, 64,8% untuk Pemerintah Daerah Tingkat II, dan 9% lagi untuk upah pungut PBB yang akan dilaksanakan oleh aparat Pemerintah Daerah sendiri.

Pendayagunaan aparatur Pemerintah juga diarahkan kepada pe-nyempurnaan sistem dan peningkatan pelaksanaan pengawasan dan penertiban operasional. Untuk itu dalam Repelita IV, berbagai langkah kebijaksanaan telah dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan usaha-usaha pengawasan dan penertiban.

Pelaksanaan penertiban operasional juga telah ditingkatkan dalam tahun kedua Repelita IV. Langkah-langkah yang dilakukan adalah berupa pemeriksaan dan penindakan untuk membantu Depar-temen/Lembaga serta Pemerintah Daerah dalam melakukan penertib-an di lingkungan masing-masing. Sejak dilancarkannya operasi tertib sejak April 1979 sampai dengan Maret 1986 telah ditindak 15.102 orang yang tersangkut dalam 11.637 kasus. Di antara yang ditindak tersebut 14.466 orang dikenakan tindakan administra-tif, 621 orang dikenakan tindakan hukum, dan 15 orang dikenakan tindakan lain. Di samping operasi tertib tersebut, dalam tahun pertama dan kedua Repelita IV dilancarkan operasi penertiban gabungan.

Operasi-operasi untuk menangani bermacam kasus terus dilan-

1/82

Page 88:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

jutkan baik oleh staf Inspektorat Jenderal Departemen maupun oleh Inspektorat Wilayah Propinsi. Selanjutnya sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran MENPAN No. 07/SE/MENPAN/1980 dan Surat Edaran Kepala BAKN No. 10/SE/1981 tentang penertiban terhadap pemilikan dan penggunaan ijazah palsu serta ijazah asli tetapi palsu untuk kepentingan karier kepegawaian, sampai akhir Maret 1986 telah ditindak sejumlah 583 pegawai di lingkungan Departe-men/Lembaga, yaitu 98 orang sarjana, 59 orang tingkat sarjana muda, dan 426 tingkat SLTA ke bawah; sedangkan sebanyak 2.029 masih dalam proses penyidikan. Dalam pada itu telah dilakukan pula penertiban dalam rangka pelaksanaan Inpres No. 14/1981 tentang Penyelenggaraan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih tiap tanggal 17. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin, iklim kerja yang sehat, serta produktivitas kerja yang lebih baik.

Pendayagunaan aparatur Pemerintah di bidang Kepegawaian pertama-tama diarahkan pada pembinaan pegawai atas dasar sistem karier dan prestasi kerja, dan bertujuan agar segenap pegawai negeri setia dan taat penuh kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bersatu padu, bermental baik, berkecakapan tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat dalam menja-lankan tugas pemerintahan dan pembangunan. Secara keseluruhan usaha-usaha pendayagunaan kepegawaian dalam tahun kedua Repe-lita IV adalah merupakan kelanjutan dan peningkatan dari usaha-usaha yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya.

Pendayagunaan aparatur Pemerintah terarah pula pada pembi-naan dan pengembangan sistem arsip nasional untuk mendukung sistem informasi di tiap lembaga pemerintahan di tingkat Pusat maupun Daerah. Pada akhir tahun 1985/86 telah tercatat 10 BUMN dan Perbankan yang telah menerapkan sistem kearsipan nasional menurut pola yang dikembangkan oleh Arsip Nasional. Hal yang soma telah dilakukan pula oleh beberapa instansi Pemerintah Pusat maupun Daerah. Untuk mendukung berbagai usaha tersebut telah dibangun beberapa depot arsip di Pusat maupun di Daerah yang dalam tahun kedua Repelita IV ini baru selesai depot arsip untuk Perwakilan Arsip Nasional Sulawesi Selatan. Pada waktu ini Arsip di Pusat sudah memiliki 3 depot arsip, masing-masing terdiri dari bangunan bertingkat 4, 8, dan 10 yang akan mampu menampung arsip lebih kurang sebanyak 19.000 meter-lari. Kolek-si arsip film telah berkembang dan kini mencapai jumlah 27.919 rol film berukuran 16 dan 35 mm, diantaranya sejumlah 11.282 merupakan tambahan yang didapat dalam tahun 1985/86.

1/83

Page 89:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

Dalam pada itu berbagai langkah penyempurnaan dalam bidang administrasi perencanaan, pembiayaan (penganggaran dan prosedur pelaksanaan anggaran), pengendalian pelaksanaan, dan pengawasan keuangan negara terus ditingkatkan. Dalam tahun 1985/86 admi-nistrasi perencanaan tahunan telah mengalami berbagai perbaik-an, terutama dalam hal perencanaan proyek yang diarahkan pada penajaman prioritas, pelaksanaan prinsip penghematan, serta asas efisiensi pengeluaran dan efektivitas pelaksanaan. Bebera-pa proyek, atau kegiatan dan pengeluaran-pengeluaran yang ber-sifat pemborosan dan tidak dipandang penting ditiadakan atau dikurangi.

Perbaikan dalam penyusunan anggaran terarah pada pengkaitan yang lebih erat dan serasi hubungan institusional serta perba-ikan berbagai peralatan prosedural, seperti : antara anggaran pembangunan dan anggaran rutin yaitu dengan meningkatkan hu-bungan institusional antara instansi-instansi yang terlibat dalam proses penganggaran; antara perencanaan sektoral dan regional yaitu dengan lebih mengarahkan keseluruhan tingkat fo-rum konsultasi nasional-regional-lokal. Di samping itu dilaku-kan pula penyederhanaan tatacara pembiayaan pembangunan pada tingkat Daerah yaitu dengan memadukan tatacara seluruh prose-dur pelaksanaan Program/Proyek Inpres ke dalam satu aturan yaitu Inpres No. 6/1984. Dalam pada itu proses penyelesaian DIP tahun 1985/86 dilakukan lebih awal dibanding tahun sebelumnya, demikian juga penyampaian DIP beserta PO-nya ke Daerah.

Pelaksanaan anggaran secara keseluruhan tetap menggunakan prosedur Keppres No.29/1984 yang tegas-tegas berlandaskan prin-sip efisiensi, efektivitas, kecermatan dan ketepatan dalam melaksanakan APBN/APBD yang disusun untuk mewujudkan Trilogi Pembangunan dengan 8 Jalur Pemerataannya. Orientasi menumbuhkan ekonomi dalam negeri dan pemerataan dalam memanfaatkan kesem-patan pembangunan jelas tercermin didalamnya.

Untuk menjaga adanya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, pendayagunaan sistem pemantauan terus ditingkatkan. Dalam upaya penyempurnaan dan meningkatkan pemantauan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan itu Bappeda Tingkat Propinsi telah diikutsertakan. Ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan pengujian silang terhadap kebenaran laporan yang disampaikan oleh Pemimpin Proyek tiap triwulan. Pelaksana-an pemantauan dalam tahun kedua Repelita IV meliputi 5.433 pro-yek. Dari jumlah tersebut terdapat 2.196 masalah telah berhasil ditemukenali di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,7% dari seluruh masalah yang ada, dan dapat diperinci seba-

I/84

Page 90:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam

gai berikut : sebanyak 7,6% masalah kelembagaan dan pengaturan, 9,1% masalah pelelangan/penawaran, 7,3% masalah koordinasi da-lam/antar instansi, 12,5% masalah DIP, dan 20,2% masalah-masa-lah lain.

Pendayagunaan aparatur Pemerintah dalam pengawasan keuangan negara dilakukan baik dengan pendekatan pre-audit maupun post-audit, dan diselenggarakan secara lebih terencana dan sistema-tis serta terpadu dengan menyempurnakan berbagai aparat penga-wasan dan perangkat lunaknya. Dalam tahun kedua Repelita IV pengawasan melekat lebih ditingkatkan dan sistemnya disempurna-kan. Selain itu untuk pemeriksaan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan BUMN, BPKP juga telah mengembangkan sistem manajemen audit. Sedangkan dalam rangka peningkatan pelaksanaan pengawasan, kecuali Kepala BPKP juga para pejabat lainnya yang berwenang telah menyampaikan kasus-kasus kepada Kejaksaan Agung untuk mengadakan tindak lanjut lebih jauh, yaitu 53 kasus dengan nilai Rp 11,34 milyar pada tahun 1984/85 dan 59 kasus dengan nilai Rp 40,61 milyar pada tahun 1985/86. Kasus-kasus tersebut meliputi manipulasi rekening, penggelapan uang kas, pembayaran fiktif, penggunaan uang kas untuk kepentingan priba-di, dan lain sebagainya.

Demikianlah segala upaya telah dilakukan untuk lebih menda-yagunakan sistem administrasi Pemerintah. Upaya tersebut akan terus ditingkatkan di tahun-tahun mendatang sehingga aparatur Pemerintah dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna dalam me-nyelenggarakan pembangunan mewujudkan cita-cita dan perjuangan Bangsa dan Negara.

I/85

I

Page 91:  · Web viewDi bidang perikanan usaha peningkatan produksi lebih menekankan pada usaha intensifikasi dengan jalan memperbaiki teknologi penangkapan dan mendorong swasta berusaha dalam