ABSTRAKsatek.unila.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/Contoh... · Web view(Design and Manufacturing...
-
Upload
nguyenkiet -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of ABSTRAKsatek.unila.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/Contoh... · Web view(Design and Manufacturing...
RANCANG BANGUN MESIN PENEPUNG UBI KAYU TIPE HAMMER MILL(Design and Manufacturing Hammer Mill of Cassava)
Warji1), Sapto Kuncoro1), Sandi Asmara1), dan Heny Rahmawati2)
1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1, Gedungmeneng, Bandar Lampung 35145, HP 0813 6910 4919, Email: [email protected], [email protected]
2) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
ABSTRACT
Cassava is a very important food crop that is capable of providing food security. An increase in production of cassava to sustain the national food security needs improved processing machinery. The objective of this research is to develop cassava milling machine, which able produce cassava flour as material source of cassava rice. The method consist of material properties identify and determine design parameter, design, manufacturing and testing. The hammer mill has been designed and constructed for producing basic and composite flours used in making cassava rice. The hammer mill produces particles in the coarse, medium and fine categories with proportion 71,44%, 19,57%, and 8,28% respectively. The milling process based on moving and hammer stroke in the milling chamber. The result showed that the hammer mill machine has good work produce cassava flour used in making cassava rice. The hammer mill work capacity was 286 kg/hour , the affectivity was 98.98%, and the efficiency was 91,20 %.
Key words: design, manufacturing, hammer mill, cassava and cassava flour.
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Upaya mewujudkan penyediaan pangan
dilakukan dengan bertumpu pada sumberdaya lokal, kelembagaan, dan budaya lokal
(Menteri Pertanian RI, 2008). Permasalahan umum dalam pembangunan ketahanan
pangan meliputi kegiatan produksi pangan, distribusi dari lahan produksi sampai ke
konsumen, serta pada tahap pra-konsumsi dan proses konsumsinya oleh masyarakat.
Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini terkait
dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari
pertumbuhan penyediaannya.
1
Ubi kayu sudah memasyarakat di Indonesia dan telah banyak dimanfaatkan
menjadi berbagai macam makanan olahan tradisional, salah satunya nasi tiwul (Warji,
2009). Menurut Biro Pusat Statistik (2009), produksi ubi kayu mencapai 21.990.381
ton dengan daerah penghasil utamanya yaitu Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Jawa Barat. Berdasarkan data Departemen Pertanian RI (2008) menunjukkan bahwa
pemanfaatan terbesar ubi kayu di Indonesia adalah untuk bahan pangan (58%), diikuti
bahan baku industri (28%), ekspor dalam bentuk gaplek (8%), pakan (2%) dan sisanya
(4%) menjadi limbah pertanian.
Tepung ubi kayu merupakan produk strategis yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi dibanding produk awalnya, serta memberikan kontribusi cukup tinggi dalam
mempertahankan ketahanan pangan baik regional maupun nasional. Tepung ubi kayu
dibuat dengan menghancurkan chip ubi kayu tingkat kehalusan tertentu.
Alat penepung yang umum digunakan adalah tipe hammer mill dan disk mill.
Ebunilo (2010) menggunakan hammer mill untuk menepungkan biji-bijian dan mineral
padat, Murphy (2009) menggunakan untuk menepungkan biji-bijian, dan Yeung (1979)
menggunakan untuk penghomogen tepung. Sementara disk mill tipe double jacket
digunakan untuk menepungkan komoditas biofarmaka (Paramawati, 2008).
Hammer mill dipilih sebagai penepung ubi kayu karena hammer mill mampu
menghancurkan bahan bertekstur keras dan menghasilkan tepung dengan kapasitas
tinggi serta getaran yang rendah (Kosse, 2001). Hammer mill memiliki konstruksi yang
sederhana dan jika terjadi keausan pada palu tidak mengurangi efisiensi alat
(Henderson, 1989). Tujuan penelitian ini adalah merancang bangun mesin penepung
ubi kayu tipe hammer mill dengan bilah hammer yang bergerak mengayun bebas untuk
menghasilkan tepung ubi kayu yang tepat untuk membuat tiwul instan.
2
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2009 sampai
dengan bulan April 2010.
Bahan
Konstuksi hammer mill terbuat dari besi siku ukuran 50x50 mm, ruang
penepungan terbuat dari besi plat 5 mm sementara bilah hammer terbuat dari besi strip
dengan ketebalan 4 mm. Sumber daya penggeraknya menggunakan motor listrik,
putaran diteruskan ke poros penepungan dengan menggunakan puli dan sabuk V. Chip
ubi kayu yang digunakan untuk menguji kinerja mesin adalah chip ubi kayu kering
dengan kadar air 12-14%.
Metode
Metode rancang bangun dimulai dari identifikasi properties bahan baku dan
penentuan parameter desain, dilanjutkan pembuatan sketsa perancangan (gambar
sketsa), dilakukan perhitungan-perhitungan desain teknik dan dibuat gambar teknik.
Tahap selanjutnya berupa pengadaan bahan dan komponen, proses fabrikasi dan
modifikasi penyempurnaan. Tahap terakhir berupa uji fungsional dan verifikasi.
Pengujiaan berupa pengamatan terhadap kinerja mesin dan derajad kehalusan tepung.
Kapasitas kerja mesin penepung secara aktual dihitung dengan menggunakan
rumus:
......................................................................................................... (1)
Sementara efektifitas kerja mesin penepung dihitung dengan menggunakan rumus:
3
....................................................................................... (2)
Efisiensi kinerja mesin penepung dihitung dengan menggunakan rumus:
..............................................................................................(3)
Dimana KK, TP, t, E, TL dan Eff secara berturut-turut adalah kapasitas kerja
mesin penepung (kg/jam), jumlah tepung yang dihasilkan (kg), waktu penepungan
(jam), efektifitas kerja mesin penepung (%), tepung yang hilang/losses (kg) dan
effisiensi kinerja mesin penepung (%).
Perhitungan derajat kehalusan dan indeks keseragaman bahan hasil penggilingan
mengacu pada Tabel 1 dan persamaan (4), (5) dan (6).
Tabel 1. Perhitungan derajat kehalusan dan indeks keseragaman hasil penggilingan (Pratomo, 1982)
........................................ (4)
Indeks keseragaman, dimana kasar : sedang : halus = 6 : 3 : 1 ....................... (5)
Persentase pada tiap saringan, .......................................... (6)
Dimana, H, Mb dan Ma secara berturut-turut adalah persentase tingkat kelulusan
(%), berat bahan yang tidak lolos ayakan (g), dan berat bahan yang diayak (g).
Rancangan Fungsional dan Struktural
Rancangan mesin penepung ubi kayu tipe hammer mill meliputi beberapa
bagian: kerangka, hopper, ruang penepungan, saluran pengeluaran, saringan, puli, dan
motor penggerak. Prinsip kerja mesin penepung ubi kayu adalah prinsip pemukulan
bahan yang ditempatkan dalam ruang penepungan dengan menggunakan bilah hammer
yang berayun bebas. Bahan diumpankan melalui hopper yang terbuat dari plat besi
dengan ketebalan 1 mm, ukuran penampang atas 200 mm x 200 mm, penampang bawah
4
150 mm x 150 mm, dan tinggi hoper 240 mm. Bahan masuk ke dalam ruang
penepungan dan dipukul dengan menggunakan bilah hammer dengan kecepatan poros
penepung mengikuti persamaan (7) berikut ini:
......................................................................................................(7)
Sementara panjang sabuk V dihitung dengan menggunakan rumus:
................................................................(8)
Dimana n2, D2, D1, n1, L dan C secara berturut-turut adalah rpm poros mesin
penepung, diameter puli pada poros motor listrik (mm), diameter puli pada poros mesin
penepung ubi kayu (mm), rpm motor listrik, panjang sabuk V (mm) dan jarak antara
poros kedua puli (mm).
Berdasarkan Persamaan (7) dapat dihitung kecepatan putar poros mesin
penepung, dimana kecepatan putar motor yang digunakan besarnya 2900 rpm,
sementara diameter puli pada poros motor listrik 100 mm, dan diameter puli pada poros
mesin penepung ubi kayu 170 mm, sehingga kecepatan putar poros mesin penepung
dapat dihitung sebagaimana persamaan berikut:
Panjang sabuk V dihitung berdasarkan persamaan (8). Jarak antara kedua poros
(C) sebesar 550 mm, maka panjang sabuk V standar yang dibutuhkan adalah:
5
L = 1100 + 436,983 = 1536,983 mm
Sementara panjang sabuk V yang ada di pasaran adalah 1549 mm, sehingga
perlu dilakukan penyetelan letak motor listrik agar sabuk V jenis A dengan panjang
1549 mm dapat digunakan dengan baik.
Bahan yang ditepungkan adalah chip singkong kering dengan berat jenis 0,278
kg/l, ruang penepung berbentuk silinder berdiameter 155 mm, dan tinggi 300 mm
sehingga volume silinder besarnya 5,663 liter. Ruang penepung juga berisikan bilah
hammmer dan poros. Bilah hammer berjumlah 36 buah berbentuk persegi panjang
dengan panjang 97 mm, lebar 29,5 mm dan ketebalan 4 mm, sehingga volume bilah
hammer adalah 0,412 liter, sementara volume poros secara keseluruhan sebesar 0,545
liter sehingga ruang penepung hanya dapat diisi chip singkong sebesar 4,91 liter.
Berdasarkan ujicoba, untuk menghancurkan chip singkong dalam ruang penepung yang
terisi penuh memerlukan waktu 15 detik. Berdasarkan parameter di atas dapat dilakukan
perhitungan kapasistas secara teoritis dengan Persamaan (9) berikut:
...................................................................................................... (9)
Dimana KT, BJ, V dan tp secara berturut-turut adalah kapasitas teoritis (kg/jam),
berat jenis chip singkong (kg/l), volume ruang penepung (liter) dan waktu penepungan
sekali proses (detik), sehingga besarnya kapasitas teoritis mesin penepung sebagai
berikut:
6
Diameter poros mesin penepung dihitung dengan Persamaan (12), persamaan ini
merupakan penggabungan antara persamaan daya yang diperlukan proses penepungan
dan besarnya torsi poros penepung , Persamaan (10) dan Persamaan (11).
......................................................................................................(10)
...................................................................................................(11)
.............................................................................................(12)
Dimana P, T, d dan fs secara berturut-turut adalah daya motor yang digunakan
(Watt), Torsi (Nm), diameter poros (mm), dan shear stress (N/mm2).
Besarnya daya motor yang digunakan sebesar 2 HP (1,5 kW), sementara shear
stress ubi kayu segar kadar air 50%, 60% dan 70% sebesar 0,112 N/mm2, 0,112 N/mm2,
dan 0,112 N/mm2 (kolawole, 2010), sementara shear stress chip kering sebesar 0,082
N/mm2 (hasil ekstrapolasi), sehingga besarnya diameter poros penepung adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan faktor keamanan digunakan angka keamanan 2 sehingga besarnya
poros penepung yang digunakan adalah 3,4 cm, sementara poros bilah hammer besarnya
1,7 cm tanpa ada faktor keamanan karena dalam ruang penepung terdapat 4 buah poros
bilah hammer sehingga besarnya daya penepung tersebar pada keempat poros tersebut.
Rancangan mesin penepung ubi kayu tipe hammer mill disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Rancangan mesin penepung ubi kayu
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mesin Penepung Ubi kayu Tipe Hammer Mill
Prototipe mesin penepung ubi kayu tipe hammer mill yang terdiri atas: rangka,
hopper, ruang penepungan, saluran pengeluaran, saringan, puli, dan motor penggerak.
Hammer mill tersebut berfungsi sebagai alat penggiling bahan yang bekerja berdasarkan
prinsip putaran dan pemukulan di dalam ruang penepung. Prototipe mesin penepung
ubi kayu tipe hammer mill dapat disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Prototipe mesin penepung ubi kayu tipe hammer mill
Spesifikasi mesin penepung ubi kayu tipe hammer mill adalah sebagai berikut:
Nama : Mesin Penepung Ubi Kayu Tipe Hammer Mill
Panjang mesin : 600 mm
Lebar mesin : 400 mm
Tinggi mesin : 1300 mm
Sumber tenaga : Motor Listrik 2 HP, 2900 rpm
Putaran puli mesin tanpa beban : 1661 rpm
Putaran puli mesin dengan bahan : 1657 rpm
Kapasitas kerja aktual : 286 kg/jam
Mekanisme Kerja Mesin Penepung Ubi kayu
Mekanisme kerja hammer mill untuk menggiling/menghancurkan material/chip
ubi kayu dalam ruang penepung terdiri dari tiga langkah kerja, yaitu: material masuk
dalam ruang penggiling melalui feeder/hopper karena pengaruh gravitasi, material yang
masuk bertumbukan dengan sekumpulan hammer yang melekat pada palang mesin yang
berputar dengan kecepatan tinggi di dalam ruang penepung dan material itu dihancurkan
oleh tumbukan hammer yang berulang-ulang dan gesekan dengan dinding ruang
8
penepung, serta material yang sudah dihancurkan/dihaluskan turun ke bawah karena
gravitasi melewati saringan atau ayakan yang selanjutnya menuju saluran pengeluaran.
Bilah hammer digerakkan oleh motor listrik yang berkekuatan 2 HP dengan kecepatan
putaran 2900 rpm, putaran ini ditransmisikan ke poros yang terhubung dengan hammer
mill.
Uji Kinerja Mesin Penepung Ubi kayu Tipe Hammer Mill
Hasil pengujian fungsional menunjukkan bahwa mesin penepung ubi kayu tipe
hammer mill mampu menepungkan chip ubi kayu. Tepung ubi kayu yang dihasilkan
terdiri atas tiga jenis agregat tepung yaitu agregat halus, agregat sedang dan agregat
kasar. Persentase keseragaman agregat tepung disajikan pada Tabel 2 sedangkan untuk
grafik keseragaman agregat tepung ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 2. Persentase keseragaman agregat tepung ubi kayu
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa pada tiap ulangan
tepung yang dihasilkan sebagian besar termasuk dalam agregrat kasar. Perbedaan hasil
gilingan yang diperoleh dari mesin penepung ini terutama disebabkan oleh ukuran
saringan yang digunakan di dalam mesin, selain faktor-faktor lain seperti kecepatan
putaran mesin (rpm) dan jarak hammer mill dengan saringan serta ruang penepung
(clearance).
Gambar 3. Grafik keseragaman agregrat tepung ubi kayu
Ukuran saringan yang terdapat pada mesin adalah 40 mesh. Penggunaan
saringan dengan ukuran tersebut dilakukan karena tepung yang dihasilkan akan
dipergunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan agregat tiwul instan. Komposisi
untuk pembuatan agregat tiwul instan yang baik adalah dengan penggunaan agregat
tepung kategori kasar dalam jumlah yang lebih besar dibanding agregat yang lain,
9
dengan perbandingan agregat kasar : sedang : halus yaitu 50% : 30% : 20%
(Darmawansah, 2006).
Rata-rata perbandingan ukuran tepung yang dihasilkan untuk masing-masing
agregat kasar : sedang : halus adalah 7 : 2 : 1 dengan persentase tingkat kehalusan untuk
fraksi kasar sebesar 71,44%, fraksi sedang sebesar 19,57% dan fraksi halus sebesar
8,28% dengan derajat kehalusan 4,12. Derajat kehalusan dan indeks keseragaman
menunjukkan keseragaman hasil giling atau penyebaran fraksi halus dan kasar dalam
hasil giling seperti disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata derajat kehalusan dan indeks keseragaman tepung ubi kayu
Berdasarkan pengujian didapatkan kapasitas kerja mesin penepung ubi kayu tipe
hammer mill sebesar 286 kg/jam, efektivitas kerja sebesar 98,98% untuk penggunaan
ukuran saringan setara dengan 40 mesh, dan effisiensi kinerja mesin sebesar 91,20%.
Tabel 4. Hasil pengujian kapasitas kerja mesin
KESIMPULAN DAN SARAN
Prototipe mesin penepung ubi kayu tipe hammer mill telah dapat digunakan
untuk menepungkan chip ubi kayu menjadi tepung ubi kayu dengan tingkat
keseragaman tepung yang dihasilkan adalah fraksi kasar 71,44%, sedang 19,57%, dan
halus 8,28%. Kapasitas kerja mesin sebesar 268 kg/jam, efektivitas penepungan sebesar
98,98% dan effisiensi kinerja mesin sebesar 91,20%. Tepung ubi kayu yang dihasilkan
dominan kasar sehingga cocok untuk pembuatan tiwul instan.
Disarankan menggunakan saringan yang lebih kecil diameter luangnya untuk
menghasilkan tepung ubi kayu yang lebih halus ukurannya.
10
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan Nasional
yang telah memberikan dana penelitian Hibah Strategis 2009 dan 2010 melalui DIPA
Universitas Lampung sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik. 2009. Produksi Ubi Kayu. http://www.bps.go.id. [diakses: 2 Januari 2010].
Darmawangsah E. 2006. Mesin Pempuat Butiran Tiwul. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Departemen Pertanian RI. 2008. Budidaya kacang-kacangan dan umbi-umbian. http:/www.deptan.go.id [diakses: 6 Maret 2010].
Ebunilo P. O., Obanor A. I. And Ariavie G. O. 2010. Design And Preliminary Testing Of A Hammer Mill With Endsuction Lift Capability Suitable For Commercial Processing Of Grains And Solid Minerals In Nigeria. International Journal of Engineering Science and Technology. Vol. 2(6):1581-1593.
Henderson, S. M dan R. L. Perry. 1989. Agricultural Process Engineering. Avi Publishing Co. Inc. English.
Kolawole P. O., Leo A., and Simeon A. O. 2001. Sustaining World Food Security with Improved Cassava Processing Technology: The Nigeria Experience. Sustainability. Vol( 2): 3681-3694.
Kosse, Vladis and M. Joseph. 2001. Design of hammer mills for optimum performance. Journal of Mechanical Engineering Science (Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers. Part C), 215(1). pp. 87-94.
Menteri Pertanian RI. 2008. Makalah Seminar dan Gelar Teknologi Nasional 2008. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 18-19 November 2008.
Murphy A, C. Collins, A. Philpotts, A. Bunyan, and D. Henman. 2009. Influence Of Hammer Mill Screen Size And Grain Source (Wheat Or Sorghum) On The Growth Performance Of Male Grower Pigs. Research Report. http://www.porkcrc.com.au/1B-107_Research_Report_.pdf. [diakses tanggal 06 Desember 2010].
Paramawati, R., Sigit, T., Mardison dan Reni Yuliana, G. 2008. Rekayasa Mesin Penepung Tipe Doble Jacket Untuk Komoditas Biofarmaka. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol.VI, No.2:93-98.
11
Pratomo, M., A.K. Irwanto dan D. Pakpahan. 1982. Alat dan Mesin Pertanian 2. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.
Warji. 2009. Rekayasa Mesin Pembuat Butiran Tiwul. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol.VII, No.2:91-98.
Yeung, C. C. and Hersey, J. A. 1979. Powder Homogenization Using a Hammer Mill. Journal of Pharmaceutical Sciences, 68: 721–724. http://onlinelibrary.wiley.com/ doi/10.1002/jps.2600680618/abstract. [diakses tanggal 6 Desember 2010].
12
Lampiran
Gambar 1. Rancangan mesin penepung ubi kayu
Gambar 2. Prototipe mesin penepung ubi kayu tipe hammer mill
Gambar 3. Grafik keseragaman agregrat tepung ubi kayu
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2Ulangan
Tin
gkat
Keh
alus
an (%
)
Kasar
Sedang
Halus
13
Tabel 1. Perhitungan derajat kehalusan dan indeks keseragaman hasil penggilingan
MeshPersentase pada tiap saringan
Angka yang telah ditetapkan
Hasil perkalian
Jumlah persentase pada tiap saringan
Angka bulat yang mendekati
40 A 5 5a4b Kasar =
misal = 5,896
60 B 480 C 3 3c
2d Sedang =
misal = 3,013100 D 2
120 E 1 1e0 Halus =
misal = 0,751Panci F 0
JumlahJumlah = a+b+c+d+e+f = 100%
Jumlah = 5a+4b+3c+2d+e
Tabel 2. Persentase keseragaman agregat tepung ubi kayuBahan 10 kg Persentase kehalusan rata-rata (%) Derajat
KehalusanKasar Sedang Halus1 71,34 19,78 8,08 4,122 71,53 19,35 8,48 4,12Rata-rata 71,44 19,57 8,28 4,12
Tabel 3. Rata-rata derajat kehalusan dan indeks keseragaman tepung ubi kayu
MeshPersentase pada tiap saringan
Angka yang telah ditetapkan
Hasil perkalian
Jumlah persentase pada tiap saringan
Angka bulat yang mendekati
40 61,28 5 306,440,64 7,14 760 10,16 4
80 17,78 3 53,343,58 1,96 2100 1,79 2
120 4,20 1 4,200 0,83 1Panci 4,08 0
Jumlah Jumlah = 99,29
Jumlah = 408,16 9,87 10
DK = 4,12Indeks keseragaman = 7 : 2 : 1
Tabel 4. Hasil pengujian kapasitas kerja mesinUlangan Waktu yang digunakan (jam) Kapasitas kerja (kg/jam)1 1 275 2 1 261Rata-rata 1 268
14
15