ayidahku.files.wordpress.com · Web viewAdapun cara-cara yang penulis tempuh dalam penelitian ini...
Transcript of ayidahku.files.wordpress.com · Web viewAdapun cara-cara yang penulis tempuh dalam penelitian ini...
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SEKS ANAK AUTIS
(Studi Kasus Di Sekolah Dasar Umum Spectrum Desa Sawah Baru
Kecamatan Ciputat, Tangerang)
A. Latar Belakang Masalah
Perilaku pada anak yang dengan kebutuhan khusus seperti autis
merupakan hal penting, namun persoalan-persoalan mendasar yang ditemui di
Indonesia menjadi sangat krusial untuk ditangani terlebih dahulu. Beberapa
fakta yang dianggap relevan dengan masalah autis di Indonesia diantaranya
adalah:
1. Belum adanya petunjuk penanganan yang sesuai di Indonesia sebab tidak
cukup hanya mengimplementasikan petunjuk penanganan dari luar yang
penerapannya tidak selalu sesuai dengan kultur kehidupan anak-anak
Indonesia,
2. Masih banyak kasus-kasus autis yang tidak di deteksi secara dini sehingga
ketika anak menjadi semakin besar, maka semakin kompleks pula
persoalan yang dihadapi orang tua.
3. Para ahli yang mampu mendiagnosa autis, informasi mengenai gangguan
dan karakteristik autis serta lembaga-lembaga formal yang memberikan
layanan pendidikan bagi anak dengan autis belum tersebar secara merata
di seluruh wilayah di Indonesia.
4. Permasalahan akhir yang juga penting adalah sedikit pengetahuan baik
secara klinis maupun praktis yang didukung dengan adanya validitas data
1
secara empirik (Empirically Validated Treatments/EVT) dari penanganan-
penanganan masalah autis di Indonesia.
Autis dapat terjadi pada masyarakat dari berbagai kalangan, baik dari
kalangan sosio-ekonomi mapan maupun masyarakat yang kurang mampu, dari
semua etnis. Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri
"Isme" yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada
dunianya sendiri. Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang
kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik
infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi
mental, sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup
tinggi untuk bidang-bidang tertentu.1 Anak penyandang autistik mempunyai
masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki
ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil 1 http://puterakembara.org/archives/00000097.shtml
2
atau bayi, misalnya dengan tidak memberikan respon ( tersenyum, dan
sebagainya ), bila di ‘liling’, diberi makanan dan sebagainya, serta seperti
tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitar, tidak mau atau sangat
sedikit berbicara, hanya mau mengatakan ya atau tidak, atau ucapan-ucapan
lain yang tidak jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran ( mendengarkan
suara orang tua pun menangis ), senang melakukan stimulasi diri, memukul-
mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil
memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap.2
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang
peranan penting pada terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan
mengalami gangguan autistik yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga
ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar
mengalami gangguan yang sama.
Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi
yang buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat
menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi
yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan
interaksi. Autis bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan
gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan
berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autis seperti hidup
dalam dunianya sendiri.
Gangguan perkembangan, terutama dalam berkomunikasi, berinteraksi
sosial dan berperilaku, yang dialami oleh anak-anak autis membuat 2 http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/12/13/pengertian-autisma-autisme/
3
kebanyakan orangtua lebih fokus untuk meningkatkan kemampuan anak
dalam berkomunikasi dan bidang akademik lainnya.
Padahal, anak-anak berkebutuhan khusus juga akan berkembang
menjadi seorang remaja, mengalami masa puber, dan tertarik pada hal-hal
yang berbau seksualitas. Itu sebabnya anak-anak autis tetap perlu
mendapatkan pendidikan seks sejak dini.
Perkembangan tentang seksualitas pada anak banyak dibahas dan
menjadi sorotan masyarakat sekarang ini, namun masih terbatasnya
pembahasan tentang seksualitas pada anak berkebutuhan khusus atau pada
anak autis. Menurut Schwier dan Hingsburger (2000), seksualitas merupakan
integrasi dari perasaan, kebutuhan dan hasrat yang membentuk kepribadian
unik seseorang, mengungkap kecenderungan seseorang untuk menjadi pria
atau wanita, dan seksualitas dibatasi sebagai pikiran. perasaan, sikap dan
perilaku seseorang terhadap dirinya Berdasarkan DSM IV (2000, h. 75),
gangguan autistik didefinisikan sebagai gangguan perkembangan dengan tiga
ciri utama, yaitu gangguan pada interaksi sosial, gangguan pada komunikasi,
dan keterbatasan minat serta kemampuan imajinasi, yang gejalanya mulai
tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Seperti halnya fase perkembangan
anak normal lainnya, individu autis juga mengalami fase pubertas. Menurut
Santrock (2002, hal. 7-8), pubertas ialah suatu periode dimana kematangan
kerangka seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja.
Christopher & Schaumann (1981, h.370) dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa pada beberapa anak autis akan terjadi perbaikan simtom setelah masa
4
remaja, namun pada saat remaja anak autis menunjukkan perilaku yang
semakin memburuk seperti gangguan perilaku, destructiveness, dan
kegelisahan.
Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun,
mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah
melangkah dalam hidupnya.
Pendidikan seks tidak hanya terbatas pada pemahaman organ seksual
beserta fungsinya. Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai
anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual dan
peran yang harus dijalankan.
Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi
organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual. Dengan
mengajarkan pendidikan seks pada anak, menghindarkan anak dari resiko
negatif perilaku seksual. Karena dengan sendirinya anak akan tahu mengenai
seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum,
agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang.3
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai
anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara
berkembangbiak makhluk hidup, yakni pada manusia dan binatang. Tidak ada
orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi percobaan dari suatu
metodologi tertentu. Kepastian dan jaminan bagi proses pendidikan anak
merupakan pertimbangan utama bagi orang tua dalam memilih salah satu
3 http://puterakembara.org/archives10/00000060.shtml
5
strategi dan metode pendekatan yang sesuai bagi anak mereka sehingga bila
keraguan ini dapat dijawab melalui data ilmiah maka semakin terbuka
informasi bagi masyarakat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan baik yang
bersifat klinis maupun praktis dalam proses penanganan masalah autis di
Indonesia. 4
Oleh sebab itu diperlukan strategi dan metode pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan kognitif yang didasarkan pada emosi dan
hubungan sosial sehingga memberikan stimulasi cara berpikir dalam
melakukan tindakan atau mengungkapkan hasil pemikirannya sehingga timbul
keinginan mempelajari sesuatu.
Sebagai seorang pendidik, guru senantiaasa di tuntut untuk mampu
menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotifasi
siswa dalam belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian
hasil belajar yang optimal. Guru harus dapat menggunakan strategi tertentu
dalam pemakaian metodenya sehingga dia dapat mengajar dengan tepat,
efektif dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta
memotivasi siswa untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta
memotivasi untuk belajar dengan baik.5 Agar kegiatan belajar mengajar di
kelas itu berhasil sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa melalui indikator pembelajaran, maka guru harus
memiliki strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
4http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/model-pembelajaran-yang-efektif-bagi- penderita-autis.html
5 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Media Group, 2008, hlm 25.
6
secara umum dan tujuan pendidikan pada setiap mata pelajaran yang
diajarkan. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai tujuan khusus.6 Guru harus memiliki perencanaan yang matang
sesuai dengan tugas dan peranan guru. Perencanaan pembelajaran merupakan
catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses
KBM. Perencanaan pembelajaran adalah persiapan mengajar yang berisi hal-
hal yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang meliputi : pemilihan materi, metode, media, dan alat
evaluasi.7 Unsur-unsur tersebut tentunya harus mengacu pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang digariskan oleh kurikulum,
diwujudkan dalam indikator-indikator pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam merancang strategi pembelajaran ada satu hal lagi yang tidak
kalah pentingnya yaitu media pembelajaran. Media pembelajaran berasal dari
bahasa latin bentuk jamak dari medium yang berarti perantara (betwen) yaitu
perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam
proses belajar mengajar media sangat berguna untuk menyampaikan pesan
dalam proses kegiatan belajar mengajar, bentuk fisik untuk menyampaikan isi
pelajaran. Guru dalam menyampaikan manyampaikan materi pelajaran
harunyampaikan materi pelajaran harus disertai media pendukung sehingga
proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dengan demikian strategi pembelajaran yang relevan dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang ada disekolah pada umumnya dan bagi
6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hlm. 10927 Depdiknas, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PGB 2003, hlm. 4
7
siswa yang berkebutuhan khusus seperti autis dalam mempelajari pendidikan
seks di Sekolah Dasar Umum SPECTRUM.
Mengingat pentingnya tentang pendidikan seks bagi anak
berkebutuhan khusus seperti autis yang dalam usianya berusaha memasuki
usia remaja, Anak juga perlu memahami privasi dan bagian-bagian tubuhnya
sendiri. Apa yang tidak boleh dipandang ketika berbicara dengan orang lain,
serta sentuhan yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain, Untuk anak
perempuan, ajarkan mengenai kebersihan saat menstruasi. Maka penulis
merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah
karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul : ”Strategi Pembelajaran
Pendidikan Seks Bagi Anak Autis”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka ditemukan
berbagai masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peranan orang tua sebagai pelindung terkait dengan
datangnya masa pubertas?
b. Adakah tindakan guru dan terpis terhadap anak autis setelah memasuki
masa puber?
c. Strategi apakah yang akan digunakan guru dan terapis dalam
menyampaikan pendidikan seks bagi anak autis?
d. Bagaimanakah ekspresi seksual dan perilaku seksual yang
ditampakkan oleh anak autis?
8
e. Adakah perubahan perilaku anak autis setelah memasuki masa puber?
f. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan orang tua, guru dan terapis
dalam penanganan seks bagi anak autis?
g. Setelah memasuki masa puber adakah perubahan fisik dalam dirinya?
h. Hambatan-hambatan apa sajakah yang dihadapi guru dalam strategi
pendidikan seks anak autis?
2. Pembatasan Masalah
Dengan melihat kondisi yang sangat kompleks terhadap
permasalahan pendidikan pada sekolah umum ketika anak autis memasuki
masa puber dan mengingat keterbatasan penulis, maka penulis bermaksud
membatasi permasalahan pada: ”Strategi Pembelajaran Pendidikan Seks
Bagi Anak Autis”.
3. Perumusan Masalah
Dengan adanya masalah tersebut, maka penulis dapat membuat
rumusan masalahnya, yaitu bagaimana Strategi pembelajaran seks bagi
anak autis dan apakah Metode yang akan digunakan dalam pendidikan
seks anak autis?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujan Umum
9
a. Memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis,
yang akhirnya segala ilmu yang telah didapat dari penelitian ini dapat
penulis implementasikan dalam menjalankan tugas sebagai pendidik
nantinya.
b. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pembelajaran yang di
dapat anak autis dalam pendidikan seks.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk merancang pembelajaran anak autis dalam meningkatkan
keterampilan kognitif yang didasarkan pada emosi dan hubungan
sosial.
b. Penulis ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan dalam meraih gelar
kesarjanaan pada Fakultas Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Penelitian ini merupakan proses pengujian kemampuan untuk berfikir
analistis dalam melihat fenomena dan masalah-masalah yang dihadapi
anak autis pada awal usia remajanya.
b. Mencoba menerapkan daya fikir secara dewasa sesuai dengan ilmu
yang dikuasai.
2. Bagi Perguruan Tinggi
10
a. Dengan menyelesaikan laporan penelitian ini diharapkan dapat
menambah perbendaharaan skripsi yang terdapat pada perpustakaan
sebagai salah satu referensi.
b. Diperoleh masukan-masukan yang berharga kepada para pendidik
khususnya dibidang ilmu psikologi pendidikan.
3. Bagi Masyarakat
a. Untuk membantu orang tua murid dalam menerapkan pendidikan seks
anak mempersiapkan dirinya untuk memasuki masa puber.
b. Agar masyarakat mengetahui arti pentingnya pengetahuan
perkembangan anak dalam menghadapi fenomena kehidupan
mendatang.
E. Metode Penelitian
Jenis metode ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini
digunakan karena penulis bermaksud memperoleh gambaran mengenai
strategi dan metode pembelajaran pendidikan seks yang di sampaikan oleh
guru kepada anak autis yang memasuki masa puber.
Untuk memperoleh data-data yang relevan terhadap masalah yang
dibahas, penulis menggunakan teknik-teknik dari masalah yang dibahas
dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Reaserch), yaitu mengumpulkan data dari
buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas
dalam penulisan skripsi.
11
2. Penelitian Lapangan (Field Reaserch), yaitu mengadakan penelitian
lapangan dimana penulis terjun langsung ke sekolah dasar yang akan
dituju. Untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang jelas.
Adapun cara-cara yang penulis tempuh dalam penelitian ini adalah
dengan cara menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Observasi, untuk mengumpulkan data, penulis melakukan pengamatan
langsung dilapangan, dengan memperhatikan objek yang menjadi bahan
penelitian sambil mencatat masalah yang sesuai dengan pembahasan
skripsi.
2. Wawancara, dengan mengadakan wawancara dengan para guru terutama
kelas dari objek yang diteliti.
3. Angket (Quesioner), membagikan angket berupa sejumlah pertanyaan
tertulis kepada responden dengan menyediakan alternatif jawaban yang
dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan para responden.
Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya data tersebut
ditabulasikan dan dianalisis yang sebelumnya telah ditentukan persentasinya
dengan rumusan sebagai berikut : Rumus
F
P 100%
N
Keterangan : P = persentasi yang dicari
F = frekuensi dari hasil jawaban
N = jumlah seluruh sampel
12
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab pembahasan yang di
dalamnya terdapat sub-sub yang menjelaskan bab yang akan dibahas, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah,Identifikasi, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS
Terdiri dari tiga bahasan. Pokok bahasan I adalah kajian pustaka
yang memuat tentang strategi pembelajaran, pendidikan seks dan
anak autis. Pokok bahasan II adalah kerangka berfikir.
Sedangkan pokok bahasan III adalah hipotesis
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Memuat tentang variable penelitian, tempat dan waktu penelitian,
tujuan penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Terdiri dari deskripsi data, analisis data dan pembahasan
BAB V : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran
13
OUT LINE
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
14
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
b. Pelaksanaan strategi belajar mengajar
c. Azas-azas Mengajar
d. Strategi dan Teknik Penggunaan Metode Pembelajaran
2. Pendidikan Seks
a. Pengertian Pendidikan seks
b. Manfaat Pendidikan Seks bagi anak
15
c. Tujuan pembelajaran pendidikan seks
d. Yang perlu diperhatikan dalam pendidikan seks
3. Anak Autis
a. Pengertian Anak Autis
b. Karakteristik Anak Autis
c. Penyebab Autis
B. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variable Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Populasi dan Sampel
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
B. Analisis Data
C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
16
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia
17
Bourgondiera, M. E, dkk. 1997. Sexual Behavior in Adults with Autism. Journal of Autism and Developmental Disorders, 27, 2, 113-125.
Gillberg, C & Schaumann, H. 1981. Infantile Autism and Puberty. Journal of Autism and Developmental Disorders,11, 4, 365-371.
Hadis, A. 2005. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Bandung: Alfabeta.
Ismail, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Media Group.
Kartono, K. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV Mandar Maju.
Kelly, G.. F. 2008. Sexuality Today. New York, Avenue of the America: McGraw-Hill Higher Education.
Kira, C. S. 2006. Adolescents on the Autism Spectrum. New York, USA: Penguin Group (USA) Inc.
Makalah, pengenalan Anak Berkebutuhan Khusus
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Panuju, P, dkk. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogyakarta.
Poerwandari, K. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. LPSP3. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 22
Rice, F. P & Dolgin, K. G. 2008. The Adolescencet. Development, Relationship, and Culture. United State of America: Person Education, Inc.
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Alih Bahasa: Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.
____________. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja, Edisi 6. Alih Bahasa: Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.
Saugnessy, J. J. 2007. Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
18
Schweir, K. M & Hingsburger, D. 2000. Sexuality- Your Sons & Dougther with Intellectual Disabilities. Maryland-USA; Paul. H Brookes Publising Co.
Widodo. 2005. Buku Pedoman Penulisan dan Pembimbingan Skripsi. Semarang: Program Studi Psikologi.
http://puterakembara.org/archives/00000097.shtml
http://puterakembara.org/archives10/00000060.shtml
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/12/13/pengertian-autisma-autisme/
http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/model-pembelajaran-yang-efektif-bagi-penderita-autis.html
STRATEGI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN SEKS ANAK AUTIS
19
(Studi Kasus Di Sekolah Dasar Umum Spectrum Desa Sawah Baru
Kecamatan Ciputat, Tangerang)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Studi Strata Satu (S1)
Pendidikan Agama Islam
Oleh :
SAYIDATUL MUAWANAHNIM : 2007510112
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2010 M / 1431
20