kesumaislamkedokteran.comkesumaislamkedokteran.com/wp-content/uploads/2017/01/... · Web viewAdapun...
Transcript of kesumaislamkedokteran.comkesumaislamkedokteran.com/wp-content/uploads/2017/01/... · Web viewAdapun...
Borang Portofolio
Nama Peserta: dr. Muhammad Ibrahim Pribadi
Nama Wahana: RSU Aisyiah Ponorogo
Topik: Asma Bronkiale
Tanggal (kasus): 08 November 2014Nama Pasien: Tn.S No. RM 350xxx
Tanggal Presentasi: Nama Pendamping: dr. Wegig Widjanarko
Tempat Presentasi: Komite Medis RSU Aisyiyah Ponorogo
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang laki-laki 58 tahun dengan Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terontrol
Tujuan: kecermatan dalam mendiagnosis secara cepat-tepat dan penanganan yang sesuai pada kasus asma bronkiale
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data pasien: Nama: Tn KY Nomor Registrasi: 3505xx
Nama klinik: RSU ‘Aisyiyah dr. Sutomo Telp: Terdaftar sejak: 2014
Data utama untuk bahan diskusi: Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terontrol
Diagnosis/Gambaran Klinis: Seorang Laki-laki 58 Tahun dengan Asma Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terontrol
Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan sesak nafas
Riwayat Penyakit:Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak dua hari kemarin. Sebelumnya
pasien sering mengalami sesak nafas jika menghirup debu berlebihan, kelelahan dan strees banyak pikiran. Pasien
menyangkal sering sesak nafas sejak kecil. Pasien merasa sering sesak nafas mulai usia 40 tahun. Saai itu, pasien baru
mengalami stres berat mengenai pekerjaannya. Awalnya sesak nafas hanya timbul satu bulan sekali, tapi lama kelamaan
frekuensi sesak nafas semakin sering terutama dua bulan terakhir ini. Sejak tiga bulan terakhir, sesak nafas dirasakan
setiap hari. Sesak nafas dirasakan memberat jika malam hari, atau saat pasien kelelahan mengurus pekerjaannya. Sesak
disertai dengan suara mengi. Hampir setiap malam pasien merasakan sesak memberat.
Saat masuk rumah sakit pasien datang ke poli umum dengan jalan sambil tesengal-sengal (menggeh-menggeh),
berbicara agak terputus-putus. Pasien merasa nyaman jika duduk karena merasa sesak jika tidur terlentang. Saat itu
psien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama ini pasien diresepkan dexamethason tablet
dan teosal tablet masing-masing diminum dua kali sehari sejak frekuensi nafasnya meningkat. Obat diminum setiap hari
selama satu bulan. Pasien sebelumnya jarang kontrol dan hanya kontrol jika serangan sudah memberat.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat tekanan darah tinggi : (-)
b. Riwayat kencing manis : (-)
c. Riwayat sakit jantung : (-)
d. Riwayat Alergi : (+) batuk jika menghirup debu berlebihan
e. Riwayat Asma : (+) sejak umur 40 tahun
Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat olahraga teratur : disangkal
b. Riwayat konsumsi jamu : (-)
c. Riwayat konsumsi obat-obatan : (+) teosal 2x1 setiap mengeluh sesak nafasyang memberat
Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
b. Riwayat penyakit gula : disangkal
c. Riwayat alergi : (+) kedua orang tua alergi makanan (makanan laut seperti udang)
d. Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat Asupan Gizi
Pasien makan 2-3 kali sehari, porsinya empat sendok makan dengan nasi, lauk pauk (daging ayam dan telur) dan sayur.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang perempuan laki-laki usia 58 tahun yang bekerja sebagai wiraswasta. Saat pemeriksaan, pasien baru stress banyak
masalah mengenai pekerjaannya.
Daftar Pustaka:
1. Kinsella K and Gist YJ. Gender and aging: mortality and health. Internasional Brief. U.S.
2. Stangl V et al. Coronary atherogenic risk factors in women. Eur Heart J. 2002;23:1738-1752.
3. Braunwald E. Unstable Angina. In: Heart Disease. 2001;36:1232-1237.
Hasil Pembelajaran:
1. Anatomi Paru
2. Klasifikasi Penyakit Asma Bronkiale
3. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan Asma Bronkiale
Subyektif :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak dua hari kemarin. Sebelumnya pasien sering mengalami sesak nafas jika menghirup debu berlebihan, kelelahan dan strees banyak pikiran. Pasien menyangkal sering sesak nafas sejak kecil. Pasien merasa sering sesak nafas mulai usia 40 tahun. Saai itu, pasien baru mengalami stres berat mengenai pekerjaannya.
Awalnya sesak nafas hanya timbul satu bulan sekali, tapi lama kelamaan frekuensi sesak nafas semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Sejak tiga bulan terakhir, sesak nafas dirasakan setiap hari. Sesak nafas dirasakan memberat jika malam hari, atau saat pasien kelelahan mengurus pekerjaannya. Sesak disertai dengan suara mengi. Hampir setiap malam pasien merasakan sesak memberat.
Saat masuk rumah sakit pasien datang ke poli umum dengan jalan sambil tesengal-sengal (menggeh-menggeh), berbicara agak terputus-putus. Pasien merasa nyaman jika duduk dengan posisi sedikit membungkuk. Saat itu psien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama ini pasien diresepkan dexamethason tablet dan teosal tablet masing-masing diminum dua kali sehari sejak frekuensi nafasnya meningkat. Obat diminum setiap hari selama satu bulan. Pasien sebelumnya jarang kontrol dan hanya kontrol jika serangan sudah memberat.
Tidak didapatkan nyeri perut ulu hati, tenggorokan panas, batuk, pilek, nyeri telan dan demam. Pasien biasa tidur dengan satu bantal dan tidak bangun pada malam hari dikarenakan sesak. BAK dan BAB normal.
Obyektif :
A. Keadaan Umum : tampak sakit ringan (sesak, berkeringat), compos mentis, E4V5M6,
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 110 x/ menit, irama reguler, isi &tegangan cukup
Pernafasan : 30 x/menit
Suhu : 36,80C per axiller
Status Gizi
Berat Badan : 57kg
Tinggi Badan : 155 cm
C. Kulit : warna coklat, turgor menurun (-), lembab (+), ikterik(-)
D. Kepala : bentuk mesocephal, rambut warna hitam
E. Mata : konjungtiva pucat(-/-),sklera ikterik (-/-), pupil isokor dengan diameter (3mm/3mm), reflek cahaya(+/+)
F. Telinga : nyeri tekan mastoid(-), nyeri tekan tragus(-)
G. Hidung : nafas cuping hidung(-), sekret(-)
H. Mulut : sianosis(-), papil lidah atrofi(-), stomatitis(-)
I. Leher : JVP R+3 cm, trakhea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical(-),
J. Limfonodi : kelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler, servikalis, supraklavikularis, aksilaris dan inguinalis tidak membesar
K. Thorax : Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi intercostal(-), spider nervi(-), sela iga
melebar(-/-), pulsasi parasternal (+).
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat, teraba di spatium intercostale IV, linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi : batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, 2 cm lateral linea sternalis sinistra
batas jantung kanan atas : spatium intercostale III, melebar ke caudolateral
batas jantung kiri bawah :spatium intercostale VIlinea axillaris anterior sinistra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale V linea sternalis dextra
Kesan : batas jantung kanan normal
Auskultasi : Heart Rate 110 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II intensitas normal,reguler, bising (-), gallop (-).
Pulmo
Inspeksi
Statis : normochest,simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal(-), retraksi supraklavikula(-).
Palpasi
Statis :tidak simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor, batas relatif paru-hepar SIC IV
Kiri : sonor, mulai redup sesuai pada batas paru-jantung
Batas paru-lambung SIC VI linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi
Kanan : suara dasar bronkial, ronchi basah halus(+), ronchi basah kasar (-), wheezing(+).
Kiri : suara dasar bronkial, ronchi basah halus(+), ronchi basah kasar(-), ,wheezing(+).
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada, distended (-), venektasi (+) epigastrium, sikatriks (-), striae (-), vena
kolateral (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : bising usus(+) normal,20x/menit
Perkusi : tympani, pekak alih (-), Area trobe pekak LS 13 cm
Palpasi : dinding perut supel, hepar tidak teraba, 1 cm BACD, tumpul, permukaan rata, konsistensi lunak, nyeri tekan (-),
brust(-) ,lien tidak teraba, balotement (-/-), tes undulasi (-)
M. Ekstremitas :
I. DAFTAR
ABNORMALITAS
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien mempunyai beberapa problem yang mengarah ke arah diagnosis asma bronkiale
Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten Sedang, tidak terkontrol obat . Daftar abnormalitas tersebut adalah
1. Anamnesis:
1. Sesak Nafas yang dirasakan setiap hari dan memberat saat malam hari
2. Suara mengi
Extremitas superior Extremitas inferior
Dextra Sinistra DextraSinistr
aEdema - - - -
Akral dingin - - - -
Luka - - - -
Fungsi motorik 5 5 5 5
Fungsi sensorik N N N N
CRT < 2 detik < 2 detik <2 detik <2 detik
Gatal - - - -
Bekas Luka - - - -
Sianosis - - - -
3. Berkata terputus-putus
4. Nyaman dengan posisi duduk
5. Batuk berdahak
6. Riwayat alergi (+) debu
7. Riwayat asma sebelumnya (+)
2. Pemeriksaan fisik:
8. Peningkatan frekuensi nafas 30 x/menit
9. Peningkatan RR 110 x/menit
10. Suara Bronkial di kedua lapang paru
11. Suara Nafas Tambahan wheezing dan rokhi basah halus
II. ANALISIS DAN SINTESIS
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau
pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005). Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di
sekitar saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami peradangan
dan bengkak (Espeland, 2008). Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap
bahan alergen (Riyadi, 2009).
Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit,
dan bakteri sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).
Etiologi
Faktor infeksi
Virus (respiratory syntitial virus) dan virus parainfluenza
Bakteri (pertusis dan streptoccus)
Faktor non infeksi
Alergi Iritan Cuaca Kegiatan jasmani
Reaksi hiperaktivitas bronkus
Antibody muncul (IgE)
Peningkatan produksi mukus
Edema
mukosa
Kontraksi otot polos bronkus
Mempermudahproliferasi
Terjadi sumbatan dan daya konsolidasi
Patofisiologi terjadinya asma adalah sebagai berikut :
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan
merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan
imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast
tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti
histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa,
peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan
dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi.
Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus
atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler
(hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi
fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus
Batuk, pilek Mengi / wheezing Sesak
Asma Bronkiale
menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak
memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk,
pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan
gelisah.
Faktor Risiko Pada AsmaFaktor PejamuPrediposisi genetikAtopiHiperesponsif jalan napasJenis KelaminRas / etnikFaktor Lingkungan Alergen di dalam ruangan
Mite domestik Alergen binatang Alergen kecoa Jamur (fungi, molds, yeasts)
Alergen di luar ruangan Tepung sari bunga Jamur (fungi, molds, yeasts)
Asap rokok
Polusi udaraInfeksi pernapasanInfeksi parasit Status sosioekonomiBesar keluargaDiet dan obatExercise dan hiperventilasiPerubahan cuacaSulfur dioksidaMakanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatanEkspresi emosi yang berlebihanIritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray)Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis asma adalah jika ditemukan sebagai berikut :
1. Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
2. Bersifat episodik, sering kali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
3. Gejala timbul / memburuk terutama malam / dini hari
4. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
5. Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam anamnesis riwayat penyakit adalah
1. Riwayat keluarga (atopi)
2. Riwayat alergi / atopi
3. Penyakit lain yang memberatkan
4. Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis asma adalah jika ditemukan sebagai berikut :
1. Wheezing mengi pada auskultasi.
2. sesak napas
3. hiperinflasi.
4. pada sarangan yang sangat berat disertai gejala lain: sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan
penggunaan otot bantu napas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa
melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi
operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2 - 3 nilai yang
reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1 / KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
2. Uji Provokasi Bronkus
Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi
bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma
persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain
seperti rinitis alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.
3. Pengukuran Status Alergi
Komponen alergi pada asma dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE
Diagnosis Banding
1. Dewasa
Penyakit paru Obstruksi Kronik Bronkitis kronik Gagal Jantung Kongestif Batuk kronik akibat lain-lain Disfungsi larings Obstruksi mekanis (misal tumor) Emboli Paru
2. Anak
Benda asing di saluran napas Laringotrakeomalasia Pembesaran kelenjar limfe Tumor Stenosis trakea Bronkiolitis
Klasifikasi
1. Berdasarkan Derajat Asma
Gejala dan Tanda Eksaserbasi Akut/Serangan Akut Keadaan Mengancam Jiwa
Ringan Sedang Berat
Sesak Nafas Berjalan Berbicara Istirahat Mengantuk, sangat gelisah
kesadaran menurunPosisi Dapat Tidur Duduk Duduk Membungkuk
Cara berbicara Satu Kalimat Beberapa kata Kata demi kata
Napas <20 x/mnt 20-30 x/mnt > 30 x/menit Hampir apneu
Nadi <100 100-120 >120 Bradikardi
Retraksi - + + Torakoabdominal
Mengi Akhir Ekspirasi Paksa Akhir Ekspirasi Inspirasi dan Ekspirasi Silent Chest
2. Berdasarkan Serangan Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru
Intermiten Gejala <1 x/minggu (Bulanan)
Tanpa gejala diluar serangan
Serangan singkat
< 2 x sebulan VEP > 80 %
Variabilitas APE < 20%
Persisten Ringan Gejala >1 x/minggu, tapi <1 x sehari
(Mingguan)
Serangan dapat mengganggu aktivitas dan
tidur
> 2 kali sebulan VEP > 80 %
Variabilitas APE 20%-
30%
Persisten Sedang Gejala setiap hari (Harian) > 1x seminggu VEP 60-80 %
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Membutuhkan bronkodilator setiap hari
Variabilitas APE > 30%
Persisten Berat Gejala terus menerus (Kontinyu),Sering
kambuh
Aktivitas fisik terbatas
sering VEP < 60 %
Variabilitas APE >30%
3. Berdasarkan Level terkontrol obat
Karakteristik Terkontrol Terkontrol Sebagian Tidak terkontrol
Gejala Harian Tidak ada atau <2
seminggu
>2x seminggu 3 atau lebih seminggu
Keterbatasan Aktivitas Tidak ada Sedikit
Gejala Malam Tidak ada Sedikit
Butuh Bronkodilator Tidak ada atau <2
seminggu
>2x seminggu
Faal Paru Normal < 80 %
Eksaserbasi Tidak ada 1 atau lebih pertahun Seminggu sekali
Terapi
Obat-obatan pada asma bronkial secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
Reliver medication termasuk golongan ini adalah bronkodilator baik agonis b2 waktu kerja pendek maupun teofilin dan garamnya
Controller medication termasuk golongan ini adalah obat-obat antiinflamasi antara lain: kortikosteroid, kromolin, ketotifen, sodium
nedocromil, agonis b2 masa kerja panjang dan antileukotrien.
Obat Kontroller Obat Reliever
Kortikosteroid inhaler
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Teofilin sustained release
Beta 2 agonis long acting
Ketotifen
Beta 2 agonis short acting inhaler
Kortikosteroid sistemik
Antikolinergik
Beta 2 agonis short acting oral
Teofilin short acting
Contoh Obat yang tersedia di Indonesia :
Obat Kontroler :Steroid Inhaler : Flutikason propionat IDT 50, 125 mcg , Budesonide IDT 100,200,400 mcg. Kromolin
Steroid Sistemik : Prednison 5 mg, Metil Prednisolon Tab 4,8,10 mgAngonis beta 2 kerja lama : Salmeterol IDT 25 mcg, Bambuterol Tab 10 mg, prokaterol tab 25, 50 mcg, formoterol IDT 4,5, 9 Metilxantin : aminofilin lepas lambat Tab 225 mg, teofilin lepas lamat tab 125, 250, 300mg
Obat Releiver :Steroid Sistemik : Prednison 5 mg, Metil Prednisolon Tab 4,8,10 mgAntikolinergik : Ipatropium Bromide IDT 20 mcgAngonis beta 2 kerja singkat : terbutalin IDT 0,25 mcg, salbutamol IDT 100 mcg Tab 2, 4 mg, fenoterol IDT 100,200 mcg, prokaterol IDT 10 mcg tab 25, 50 mg
III. Penatalaksanaan Sesuai Diagnosis Pasien
Dengan hasil sintesis diagnosis diatas, maka pasien dapat diterapi seperti SOP yang sudah ditetapkan yakni :
1. Tujuan Penatalaksanaan Asma
a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
d. Mengupayakan aktifitas normal termasuk exercise
e. Menghindari efek samping obat
f. Mencegahterjadi keterbatasan aliran udara (air flow limitation) irreversible
g. Mencegah kematian karena asam
2. Program penatalaksanaan asma
a. Edukasi
b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan meberikan pengobatan jangka panjang
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
f. Kontrol secara teratur
g. Pola hidup yang sehat
Pengobatan pada kasus :
Asma bronkiale Eksaserbasi Akut Sedang, Persisten sedang, tidak terkontrol
DD : PPOK, Bronkitis, Gagal Jantung Congestif
IpDx : Saturasi O2, Spirometri, Rontgen Thorax PA
IpTx :
- Lameson 3 x 4 mg
- Lasal 2 x 4 mg
Ip Mx : Kontrol Tekanan Darah rutin dan profil lipid
Ip Ex : Edukasi tentang penyakit dan pencegahan dan pengobatan kepada pasien dan keluarga.