-SR MAHKAMAH KONSTITUSI PUSAT KAHAN...

download -SR MAHKAMAH KONSTITUSI PUSAT KAHAN …fis.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/jurnal-konstitusi-vol-III... · dalam rangka mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi untuk kehidupan

If you can't read please download the document

Transcript of -SR MAHKAMAH KONSTITUSI PUSAT KAHAN...

  • -SR

    MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

    PUSAT KAHAN KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

    JURNAL KONSTITUSI PKK FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

    Volume Ill Nomor 2, November 2010

    Judicial Review dan Pengaturannya Dalam Sistem Hukum Nasional

    H. Suko Wiyono

    Sistem Kenegaraan Pancasila UUD Proklamasi 45

    Menegakkan HAM Berdasarkan Filsafat Pancasila (Asas dan Wawasan Filosofis - Ideologis dan Konstitusional)

    Mohammad Noor Syam

    Paradigma Pengaturan Pemilihan Kepala Daerah

    H. Kusnu Goesniadhie S.

    Metransformasi Kepala Daerah Dalam Pemilukada

    Cecep Darmawan

    Peran Komisi Yudisial dalam Rangka Menciptakan Kekuasaan Kehakiman

    yang Jujur dan Adil di Era Reformasi

    Dr. H. Moh. Yuhdi

    5 Tahun Pilkada Langsung: Perkembangan, Permasalahan, dan Tantangannya

    H.A. Komari

    Penanggulangan Konflik Politik Pemilihan Umum Kepala Daerah

    Secara Integral

    a Suroso co

  • SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN MAHICAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

    PUSAT KAJIAN KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

    JURNAL KONSTITUSI PKK-FH UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

    Membangun konstitusionalitas Indonesia Membangun budaya sadar berkonstitusi

    Volume III Nomor 2 November 2010

    Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara pengawal konstitusi dan penafsir konstitusi demi tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi untuk kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat. Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu wujud gagasan modern dalam upaya memperkuat usaha membangun hubungan-hubungan yang sating mengendalikan dan menyeimbangkan antar cabang-cabang kekuasaan negara.

    TIDAK DIPERJUALBELIKAN

    DITERBITKAN OLEH :

    MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

    Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat

    Telp. (021) 2352 9000 Fax. (021) 3520 177

    PO BOX 999 Jakarta 10000

  • P1KK FAKULTAS HUKIIIVI UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

    KONSTITUSI

    SUSUNAN DEWAN REDAKSI

    PENASIHAT Prof. Dr. H. Suko Wiyono, S.H., M.H.

    PENANGGUNG]AWAB Dr. Bambang Winamo, S.H., M.S.

    PEMIMPIN REDAKSI Dr. H. M. Yuhdi, S.H., M.H.

    MITRA BESTARI Prof. Dr. Eko Sugitario, S.H., C.N., M.Hum. (Univ. Surabaya)

    Prof. Dr. Sudarsono, S.H., M.S. (Unibraw Malang)

    REDAKTUR Sigit Budi Santoso, S.H., M.H.

    PENYUNTING/ EDITOR Prof. Dr. Widodo, S.H., M.H.

    Imam Ropii, S.H., M.H.

    REDAKTUR PELAKSANA Suroso, S.H., M.H.

    SEKRETARIAT M. Daly Putra, S.H.

    Diterbitkan oleh: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

    Website: http://www.mahkamahkonstitusi.go.id

    Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak mewakili pendapat resmi MK & Pengelola Jurnal

    2

    J111111 NOlitillg, Vol. 111, No. Z November 2010

  • JURNAL KONSTITUSI r

    Ilan n2ig

    m2

    PBX FAKULTAS HIIKIIM IINIVERSITAS WISNIIWARDHANA 'maa

    Vol. III, No. 2, November 2010

    Pengantar Redaksi

    0 Judicial Review Dan Pengaturannya Dalam Sistem Hukum Nasional 9

    H. Suko Wiyono

    O

    Sistem Kenegaraan Pancasila UUD Proklamasi 45 Menegakkan HAM Berdasarkan Filsafat Pancasila (Asas dan Wawasan Filosofis - Ideologis dan Konstitusional)

    41 Mohammad Noor Syam

    83

    O Metransformasi Kepala Daerah Dalam Pemilukada Cecep Darmawan

    O Peran Komisi Yudisial dalam rangka Menciptakan Kekuasaan Kehakiman yang Jujur dan Adil di Era Reformasi Dr. H. Moh. Yuhdi

    0 5 Tahun Pilkada Langsung: Perkembangan, Permasalahan, Dan Tantangannya 131

    H.A. Koma ri

    O

    Penanggulangan Konflik Politik Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara

    Integral Suroso

    Biodata Penulis

    Ketentuan Penulisan Jurnal Konstitusi

    161

    165

    Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak mewakili pendapat resmi MK & Pengelola Jurnal

    Vol. No. 2, November 2010 3

    5

    O Paradigma Pengaturan Pemilihan Kepala Daerah H. Kusnu Goesniadhie S.

    99

    115

    143

  • PICK FAKTJLTAS HUKIIIVI IINTVERSITAS WISNUWARDHANA

    4 Ifni11 KOIUIIIIISI, Vol. 111, No. 2, November 2010

  • Indonesia adalah negara yang sedang berproses menuju sistem politik modern, yakni demokrasi. Sistem politik demokrasi, sebagai sistem politik yang dijalankan hampir diseluruh negara di dunia, memiliki ciri yang khas, yakni adanya pergantian para elit-elit politik dalam waktu-waktu tertentu secara reguler. Pergantian elit secara reguler ini, dengan melibatkan rakyat baik secara langsung atau pun melalui perwakilan sesuai dengan tahap pemahaman dan keyakirtan di masing-masing negara penerap asas politik demokrasi.

    Selain pemilihan umum, ciri khas demokrasi lain adalah adanya partai politik sebagai media penghubung kepentingan, aspirasi rakyat kepada pemerintah. Melalui partai politik inilah, berbagai kepentingan rakyat diafirmasi dan di artikulasikan untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kebijakan publik.

    Selanjutnya, negara demokrasi dengan ciri khas pemilu dan partai politik, kemudian dalam perjalanannya, demokrasi kian dimapankan dengan sejumlah instrumen pelengkap berupa penghargaan dan promosi terhadap HAM warga negara dalam konstitusi. Keberadaan konstitusi ini, sangat fundamental, sebab didalamnya terkandung asas-asas umum penyelenggara negara. Konstitusi sebagai asas-asas umum penyelenggaraan negara, dalam praktek sistem politik demokrasi modern yang konstitusional, disediakan lembaga yang dilekati fungsi menjamin dan menegakkan konstitusi dari praktek-praktek politik bernegara yang inkonstitusional.

    And MOW, Vol. III, No. 2, November 2010 5

    PICK FARITLTAS HIIKIMI IINIVERSITAS WISNIIWARDHANA

    SALAM REDAKSI

  • F1U FAKULTAS EMMY' IINIVERSITAS WISNUWARDRANA

    Praktek bemegara yang tergolong inkonstitusional ini, bisa dalam bentuk pelanggaran nyata oleh pejabat pelaksana kedaulatan rakyat ataupun inkonstitusional dari aspek produk-produk hukumnya.

    Masih dalam konteks pemajuan dan penguatan prinsip bemegara yang konstitusional bersama dengan lembaga penjamin dan penegak konstitusi yakni Mahkamah Konstitusi, maka dalam edisi ini, Jurnal Konstitusi hasil kerjasama antara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dengan Pusat Kajian Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang mencoba memaparkan ide-ide yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemajuan dan penguatan bemegara yang konstitusional.

    Dalam edisi ini, Jurnal Konstitusi hasil kerjasama antara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dengan Pusat Kajian Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang tergolong cukup istimewa, karena menyajikan tulisan konseptual teoretik dan implementatif yang cukup kritis dari 2 (dua) orang guru besar ilmu hukum, 3 (tiga) orang doktor ilmu hukum, 2 (dua) orang magister ilmu hukum.

    Yang pertama Prof. Dr. H. Suko Wiyono, S.H., M.H. yang mencoba mengulas persoalan Judicial Review Dan Pengaturannya Dalam Sistem Hukum Nasional. Selanjutnya Prof. Dr. Mohammad Noor Syam menyajikan artikel yang berjudul Sistem Kenegaraan Pancasila - UUD Proklamasi 45 Menegakkan Ham Berdasarkan Filsafat Pancasila (Asas dan Wawasan Filosofis - Ideologis dan Konstitusional). Dr. H. Kusnu Goesniadhie S., S.H., M.Hum. mengangkat permasalahan. " Paradigma Pengaturan Pemilihan Kepala Daerah". Dr. Cecep Darmawan, SPd., S.IP., M.Si. mengulas persoalan Metransformasi Kepala Daerah Dalam Pemilukada. Dr. H. Moh. Yuhdi, S.H., M.H. memberikan pemikirannya

    6

    Jutal KentHU, Vol. ill, No. 2, November 2010

  • PICK FAICULTAS HIIK137.1 IJNIVERSITAS WISNIIWARDHANA

    8 JHIHHI KOMMIg, Vol. Ill, No. 2, November 2010

  • PICK FAKITLTAS HIIIKUM ITNIVERSITAS WISATIIWARDHANA

    PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG JUJUR DAN ADIL DI ERA REFORMASI

    H. Moh. Yuhdi

    Abstract

    Reform of the revolving year 1998 was not without cause. Reform scrolling also not without purpose. The background of the reform rolling bloom and masifnya mall management practices of state power one dicabang judicial or judicial power. Therefore, one of the goals of the reform is to restore the image and improve the quality of operation sehingga judicial institutions can be optimally and constitutional role in upholding the rule of law that has been bangunan in aspire and built this nation since the self-proclaimed independent state sovereign and equal with other countries, cultured and civilized, and oriented to provide and seek the welfare of the entire people of Indonesia without exception both born maupuu interior. Overall the state ideals, it becomes impossible if without any judicial institution a clean and dignified, and therefore the attempt to create a clean pattern of judicial power and authority is a necessity both through normative approaches, psychological and educational institutional approach through the establishment of a new constitutional lambaga as well as the Judicial Commission (KY).

    Keywords: role of the judicial commission, judicial power, clean and dignified, the era of reform

    115 Konslitusl, vol. 111, No. 2, November 2010

  • PER FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WISNMVARDEANA

    A. PENDAHULUAN Ide Awal Pembentukan Komisi Yudisial di Indonesia

    Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 perubahan adalah negara hukum yang demokratis. Salah .satu kharakter dari negara hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman yang bersih, dan tidak meinihak dalam menjalankan tugas dan fungsinya. The International Commiiion Of Yurise, juga menambahkan satu prinsip asasi dari bangunan negara hukum yaitu independency and impartiallity of yudiciary. Prinsip tersebut, secara teoretik, melengkapi 3 (tiga) ciri utama bangunan negara hukum (Rule Of Law) yang telah dikembangkan oleh AV. Dicey, yaitu Supremacy Of Law, Equalliitty Before The Law, dan Due Proces Of Law. Keberadaaan lembaga peradilan yang independen dan imparsial, dalam negara modern seperti Indonesia merupakan suatu keniscayaan, sebab mustahil kekuasaan politik dapat berjalan secara konstitusional yang berlandasakan pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan, jika tidak ada institusi yang berfungsi menegakkan hukum dan mengadili aneka ragam sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam ukuran politik, pengadilan yang bersih dan berwibawa adalah salah satu pilar penyangga tegaknya kedaulatan negara, sedangkan dalam ukuran kultural, beradab tidaknya suatu bangsa dapat dilihat dari citra peradilannya.

    Indonesia yang merdeka 65 tahun yang lalu, ternyata belum mampu menampilkan citra kekuasaan perdilan yang bersih dan berwibawa, yaitu kekuasaan perdilan yang mampu menegakan hukum dan keadilan secara objektif. Kondisi yang demikian itu, Menurut Sunarmi2 tidak terlepas dari proses pembuatan hukum sampai dengan penegakannya. Dalam

    1 Zainal Arifin, Fungsi Komisii Yudisial dalam Refonnasi Peradiilan Sebelum dan Se-sudah Putusan Mahkamah Konstiitusi, (Jakarta, 06 November 2006), hlrn. 1. 2 Sunarmi, Membangun Sistem Peradilan di Indonesia, (Medan: Universitas Suma-tera Utara Medan, 2004), hlrn. 4.

    116

    Jitlal IMAM, Vol. 1/1, No. 2, November 2010

  • brigICIPAKMITA*111131EIIMJUNIVEMETABACIONMERIELDIESSUL

    _konteks pertegakan hukum ini, tentu shja tidak terra daei kinerja sistem peradilan yang saat inimasih: 1) Dinikma# oleh ..golongan yang mampu; 2) Mencari keadilan adalahoupaya yang mahal; 3) Aparat.penegak hokum (dalamhatini pejabat peradilan ,tidak senantiasa bersih); :5) Ada beberapar.putusan hakim yang tidak selatu .ksmsisterLiSeltuijutnyaJddlawpuku Reformasi Hukum di Indonesia3, menyarkankasitrpglitiap -erttarkg . penegakan, hukum di,. In4p,negasebAgtkitlesikut 1) Kurangnya rasa hormat .pasyagatigi,,,R.R54/ity*Rm; 2) Tidak adanya konsistensiRelleraparit miiiifal**parat pengadilam3). ManagemenkpengaRaLkrw101#4#5efektif (maksudnya : mekanisme, pengawsan); 4) Peranart-tyang

    \r.a.c.i'c 5 dorainan dari ekektitif inembawa. pgngarukyang lidak sehat

    T.9 If terhada.p perigadilan (Pe.radilan .t(dak, independent

    'karecr ia dualisme kekuasaan 'Se'r-s"tii''%115'enez'akan _a1111-..e.Y-

    hukurn yang berbau praktek korupsi, dan keberpihakan.yang Me ilgu' n tuii0( an p 'till lin 0 )1 SV -1.6'1)/

    , iiii)ibAS' illifItigLri!A vv ai an buruk penec An tku,Kunk (Pe

    8t1CMLP..1r,i14tilart st,1,04.:q4 la11471Y.a, jr!!5,tittlijc.9 Act ,,,Rimpptroi. kekuasaan kehakiman. Men*ut Rsp,.ifi2s4f alasan utama pembentukan Komisi Yudisial daJa suatu negara 11:141(11.4V:adalcah sebagai 13.edkilt ,zi7.01?,111 rftrs-;f9.:

    .Yudisial dibentak :agar," dtp4)fitidakiikliii monitoring yang intensif terhadAp iktkiffigNiinVeittakiittraii

    -dengan melibatkan unsur-disuiti(hug*aktfi spectrum yang sehias-luasnjm ?idiirei.rbi*att 'monitoring. secara iritetnat frJr If i:T 9C:f 1158(19b

    2.synt.11.,...1n319-ds4

    . . :

    3 suitarmi, Membangun Sistem Peradilan ... ibid., iIiii.Vrul-Wm-r5.9.w it 1151) 4 Soekotjo Soeparto, Peran Komisi Yudisial DalattrAtkrojtittdligjoiNmet)( Yang Bersih Dan Benvibawa, Makalah disampaikan dalan;1eAktnar$e*Virgia.1440: Hukttin di Indonesia, Badan

    Ett2.

    Lain: piing padalaridai 221Mite0.0136: : v.-)b rhsnq f.C.F.,rJ (It.0:07111-10"3

    cT-0.44fllain irPOtrong

    miaminieu, Y.0144.41944 Mmiirobeir2416

  • PRK FAKULTAS HOKUM UNWERSITAS WISNUWARDRANA

    2. Komisi Yudisial menjadi perantara (mediator) atau penghubung antara kekausaan pemerintah (executive power) dan kekuasaan kehakiman (judicial power) yang tujuan utamanya adalah untuk menjamin kemandirian kekuasaan kehakiman dari pengaruh kekuasaan apapun juga khususnya kekuasaan pemerintah,

    3. Dengan adanya Komisi Yudisial, tingkat efisiensi dan efektifitas kekuasaa kehakiman (judicial power) akan semakin tinggi dalam banyak hal, baik yang menyangkut rekruitmen dan monitoring hakim agung maupun pengelolaan keuangan kekuasaann kehakiman,

    4. Terjaganya konsistensi putusan lembaga peradilan, karena setiap putusan memperoleh penilaian dan pengawasan yang ketat dari sebauh lembaga khusus (komisi Yudisial), dan

    5. Dengan adanya Komisi Yudisial, kemandirian kekausaan kehakiman (judicial power) dapat terus terjaga, karena politisasi terhadap perekrutan hakim agung dapat diminimilasasi dengan adanya Komisi Yudisial yang bukan merupakan lembaga politik, sehingga diasumsikan tidak mempunyai kepentingan

    Secara historis, Komisi Yudisial dibentuk pada era reformasi pada saat proses amandemen ke III Undang-Undang Dasar 1945 berlansgung, bersamaan dengan pembentukan Dewan Perwakilan Daerah dan Mahkamah Konstitusi. Dengan demikian, Komisi Yudisial adalah lembaga baru, bersamaan dengan pembentukan DPD dan MK, kendatipun demikian keberadaannya memperoleh landasan konstitusional yang sangat kuat karena diatur secara tegas di dalam konstiitusi dan kewenangannya diberikan oleh konstitusi. Pembentukan Komisi Yudisial ini, tentunya sangat tepat, sebab pengadilan telah menjadi lembaga yang diyakini sangat korup (judicial corruption) dan penuh dengan praktik-praktik yang sangat

    118 KODSIMISI, Vol. 111, No. 2, November 2010 1

  • PICK FAHULTAS HIIRTINI ITNIVERSITAS WISNIIWARDRANA

    melalui putusan hakim yang terjaga kehormatan dan keluhuran martabat serta perilakunya.

    Pasal 24 B UUD 1945 yang menyatakan bahwa : " Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim".

    Pasal 24 B UUD 1945 yang dijabarkan dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2004 Pasa113 yang pada pokok adalah

    1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR;

    2. Mempunyai wewennag lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

    Pasa113 huruf a dijabarkan dalam Pasa114 (1)

    1. melakukan pendaftaran calon hakim agung

    2. melakukan seleksi terhadap calon hakim agung

    3. menetapkan calon hakim agung

    4. mengajukan calon hakim agung ke DPR.

    Pasa113 huruf b dijabarkan dalam Pasal 20 dan Pasal 22 (1)

    1. menexima laporan masyarakat tentang perilaku hakim;

    2. meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan perilak hakim;

    3. melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim;

    4. memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku hakim; dan membuat LHP yang berupa rekomendasi dan disampaikan kepada MA dan atau MK.

    120 jinni KOMMITIL Vol. m, No. 2, November 2010

    t.

  • PICK FAHULTAS HUKITAI UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

    Peran Komisi Yudisial Dalam Mewujudkan Lembaga Peradilan Yang Bersih dan Berwibawa

    Pembentukan Komisi Yudisial di sebuah negara dengan segenap kewenangan yang diberikan kepadanya tentu sangat ditentukan oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu, tidak ada kesamaan Komisi Yudisial di suatu negara dengan Komisi Yudisial di negara lain. Di Indonesia, peradilan sebagai suatu sistem, kinerjanya saat ini oleh sebagian orang dianggap tidak bersih dan kurang berwibawa, bahkan menjadi lembaga yang diyakini sangat korup (judicial corruption) dan penuh dengan praktik-praktik yang sangat mencederai nilai-nilai keadilan. Tentu saja keadaan yang dmeikian itu, akan menghambat reformasi lembaga peradilan yang hendak mewujudkan sistem peradilan yang ideal dan sesuai dengan harapan masyarakat, yang pada akhirnya menimbulkan kesulitan bagi pencari keadilan untuk memperoleh keadilan Timbulnya stigmasi yang demkian itu, disebabkan oleh banyak penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan.

    Praktik peradilan sesat di Indonesia bukanlah "barang" baru di Indonesia. Hal ini kerap kali terjadi di dalam dunia peradilan di negara yang mengaku sebagai negara hukum (rechtstaat). Berbagai penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan, makin merusak seluruh sendi peradilan dan mengakibatkan menurunnya kewibawaan serta kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap lembaga peradilan. Suatu fakta, bahwa banyak orang yang tidak bersalah selanjutnya atas nama ketidakprofesionalan aparat penegak hukum, maka orang-orang tersebut ditangkap, ditahan, divonis selanjutnya mendekam di penjara. Keadaan tersebut, menyebabkan merosotnya kewibawaan dan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap lembaga peradilan Indonesia. Merosotnya kewibawaan

    JIIM11191.111M11, Vol. lll, No. Z November 2010 121

  • PICK FAKULTAS liIIICUM IINIVERSITAS WISNIIWARDHANA

    peradilan di Indonesia kian tajam ditambah dengan maraknya "Praktek Mafia Peradilan" yang telah merambah ke segala liingkungan badan peradilan dengan melibatkan hampir semua piihak yang terkait dengan dunia peradilan.

    Sebagai lembaga tinggi negara yang lahir dari tuntunan reformasi hukum dan bertugas untuk melakukan reformasi lembaga peradilan, tentu saja Komisi Yudisal tidak mungkin membiarkan terus berlangsungnya praktek penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan sebagaimana dikemukakan di atas. Oleh karena itu, Komisi Yudisial perlu melakukan langkah-langkah pembaharuan yang berorientasi kepada tercipatnya lembaga peradilan yang sungguh-sunggith bersih dan berwibawa guna menjamin masyarkat dan para pencari keadilan memperoleh keadilan dan diperlakukan secara adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maksud tersebut, sebenarnya merupakan impelementasi dari landasarn pembentukan Komisi Yudisial itu sendiri, mulai dari landasan filosofis, sosiologis, dan juga landasan yuridis.

    Dari segi filosofisnyas, Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, dan tidak berdasarkan pada kekuasaan belaka. Sejalan dengan landasan tersebut, maka salah satu substansi penting adalah adanya reformasi pada lembaga kehakiman pasca perubahan UUD 1945 yang akhirnya membentuk sebuah lembaga negara di bidang yudikatif yaitu salah satunya adalah termasuk Komisi Yudisial.

    Dari segi sosiologis6, keberadaan Komisi Yudisial adalah guna memberikan landasan hukum yang kuat bagi reformasi bidang hukum, yakni dengan memberikan kewenangan kepada Komisi Yudisial untuk mewujudkan prinsip check 5 Hukum Dan Politik, Kajian Hukum Komisi Yudisial (Judicial Conzmisiorz), Makalah: dikutip dan http//:www.google.com, diakses Senin 20 September 2010, hint 2. 6 Hukum Dan Politik, Kajian Hukurn Komisi ... ibid., hlm. 3.

    122 Tarsal K01111111111, Vol. HI, No. 2, November 2010

  • PBX FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIEINTYWARDHANA

    and balances. Walaupun Komisi Yudisial bukan pelaku kekuasaan kehakiman, namun fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.

    Dari segi yuridie, Komisi Yudisial negara kita secara jelas disebut di tiga peraturan perundang - undangan yaitu UUD 1945, UU No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan UU No 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Sejalan dengan itu Komisi Yudisial memang mempunyai peranan penting dalam upaya mewujdukan kekuasaan kehakiman yang merdea melalui pencalonan hakim agung serta pengawasan terhadap hakim yang hakim transparan dan partisipatif guna menegakkan kehormatan dan kel-uhran martabat, serta perilaku hakim. Perlu dikemukakan juga bahwa dalam upaya mendukung fungsi pengawasan dan untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan, serta memulihkan kewibawaan dan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional itu, maka Komisi Yudisial berpendapat perlu dilakukan perubahan Undartg-Undng No.22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial melalui penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Hal ini dilakukan utuk memperkuat kewenangan Komisi Yudisial dalam menjaga dan mengeakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim sebagai salah satu cara untuk mereformasi lembaga peradilan agar lembaga peradilan menjadi bersih dan berwibawa. Pendapat ini didasarkan pada argumentasi bahwa upaya membersihkan dan memulihkan lembaga peradilan hanya mungkin dilakukan apabila didukung oleh hakim-hakim yang bersih dan berwibawa. Budaya bersih diri dan bersih lingkungan itu harus terus ditumbuhkembangkan dan diwujdukan oleh para hakim dan lembaga peradilan. Tentu saja pendapat yang demikian itu sejalan dengan semngat dan tuntunan reformasi hokum yang menghendaki terciptanya lembaga peradilan yang ideal dan 7 Hukum Dan Politik, Kajian Hukum Komisi ... ibid., him. 4.

    111111111111.1111111, Vol. No. Z November 2010 123

  • PICK FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WISNITWARDHANA

    sesuai dengan harapan masyarakat, teruatam para pencari keadilan.

    Dalam rangka mewujudkan lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa itu Komisi Yudisial sebagai lembaga Negara yang berwenang melaksanakan fungsi pengawasan terhadap hakim agung dan hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada bersifat peventif sampai dengan pengawasan yang bersifat represif sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Pasal 24 A ayat (3) dan Pasal 24 B ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diimplementasikan dalam Pasal 1'3 hurup b, Pasal 20, Pas' 21, Pasal 22, dan Pasal 23 Undang-Undang No.22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Fungsi pengawasan oleh Komisi Yudsial Republik Indonesia tersebut, diperkuat juga oleh ketentuan Pasal 34 ayat (3) Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekausaan Kehakiman. Ketentuan Pasal 34 ayat (3) menentukan bahwa: "Dalam rangka menjaga kehormatan, kelurahan martabat serta perilaku hakim agung dan hakm, pengawasan dilakukan oleh Komisi Yudisial yang diatur dalam undang-undang". Pengawasan oleh Komisi Yudisial ini pada prinsipnya bertujuan agar hakim agung dan hakim dalam menjalankan wewenang dan tugasnya sungguh-sungguh didasarkan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebenaran dan rasa keadilan masyarakat serta menjnjung tinggi kode etik profesi hakim. Apabila hakim agung dan hakim menjalankan wewenang dna tugasnya dengan baik dan benar., berartihakim yang bersangkutan telah menjnjung tinggi kehpormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

    Fungsi pengawasan Komisi Yudisial sebagaimana terformulasi dalam UU No. 4 tahun 2004, diharapkan dapat berjalan efektif sehingga dapat mendorong terbangunnya komitmen dan integritas para hakim dalam menjalankan wewenang dan tugasnya sebagai pelaksana utama kekuasaan

    124 JUIN WNW Vol. lll, No. 2, November 2010

  • PKK P&KULTAS UUKBM UNIVERSITAS VilEINITWARDHANd

    kehakiman sesuai dengn kode etik, code of conduct hakim dan

    peraturan penuidang-un.dangart yang berlaku. Kewenangan Komisi Yudisial untuk melaksanakan fungsi pengawasan sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan upaya untuk mengatasi berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan yang dimulai dengan mengawasi perilaku hakim, agar Para hakim menjunjung tinggi kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

    Keadaan yang demikian itu tentu tidak hanya mend-ukung

    terdptanya kepastian hukum dan keadilan tetapi juga menduktmg terwujusdnya lembaga peradilan yang bersih do berwibawa, sehingga supremasi hokum atau penegakan hokum-pun dapat berjalan sebagaimana yang diharapkart.

    Sejalan dengan itu, sifat hakim yang dilambangkan

    dalam kartika, cakra, candra, sari dan tirta merupakan sifat-sifat

    yang harus ditumbuhkembangkan dan diwujudkan dalam tindakan dan perilaku hakim. Ketaqwaan berarti percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan percayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ini mampu mendorong hakin utnuk berperilaku baik dan penuh tanggung jawab sesuai ajaran dan tuntunan agama dan kepercayaan yang dianutnya.8

    Eksistensi Komisi Yudisial sebagai lemabaga pengawas hakim agung dan hakim serta dimasukkan dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia adalah agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan

    a

    kemungkinan pemberhentian hakim sangatlah penting. Hal ini maksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan,

    a keluhuran martabat, serta perilaku hakim dalam rangka

    8 Soetandyo Wignyosoebroto, Hukum: Pardigma, Metode dan Masalahnya, (Jakarta:

    Elsam dan HuMa, 2002), hlm, 12.

    JOrIU IMMO, Vol. III, No. 2, November 2010 125

  • PICK FAKULTAS utrffinw UNIVEBSITAS WISNUIVARDHANA

    mewujdukan kebenaran dan keadilan berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa. Menurut Jimly Asshiddiqie9, urgensi dibentuknya suatu Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman di Indonesia adalah agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim. Semua ini dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan kehormatan dan keluhuran martabatnya itu, kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bersifat imparsial (independent and impartial judiciary) diharapkan dapat diwujudkan dengan sekaligus diimbangi oleh prinsip akuntabilitas kekuasaan kehakiman, baik dari segi hukum maupun dari segi etika. Untuk itu, diperlukan institusi pengawasan yang independen terhadap para hakim itu sendiri.

    Sebagaii lembaga negara yang lahir dari tuntutan "Reformasi" dan bertugas mendorong reformasi peradilan, tentu saja Komisi Yudisial tiidak mungkin membiarkan terus menerus praktek-praktek "negate penyalahgunaan wewenang di badan peradilan yang disebut "Yudicial Coruption" itu. Komisi Yudisial dalam menjaga dan menegakkan kehormatan hakim, akan memperhatikan apakah keputusan yang dibuat sesuai dengan kehormatan hakim dan rasa keadilan yang timbul dari masyarakat. Sedangkan dalam menjaga dan mengeakkan keluhuran martabat hakim Komisi Yudisial harus mengawasi apakah profesi hakim itu telah dijalankan sesuai etika profesi dan memperoleh pengakuan masyarakat, serta mengawasi dan menjaga agar para hakim tetap dalam hakekat kemanusiaannya, berhati nurani, sekaligus memeilhara harga dirinya dengan tidak melakukan perbuatan tercela.

    9 Hukum Dan Politik, Kajian Hukum Komisi Yudisial...op cit, hlm. 5.

    126 rtoal NOMMII11, Vol. III, No. 2, November 2010

  • PECK FAKULTAS NUMMI 1JNIVERSITAS WISNIIWARDHANA

    Perilaku hakim dapat menimbulkan kepercayaan, tetapi juga menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat kepada putusan pengadilan. Ketidakpuasan masyarakat terhadap putusan pengadilan sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa putusan hakim sering dianggap tidak adil, controversial, bahkan tidak dapat dieksekusi secara hokum. Keadaan ini menuntut hakim harus sungguh-sungguh memiliki integhritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil dan professional dalam rangk membangun dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat dari masyarakat

    Jadi jelaslah bahwa sejalan dengan pengawasan oleh Komisi Yudisial itu hakim dituntut untuk menjunjug tinggi kehormatan, keluhuran masyarakat serta perilaku dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai penyelenggaran kekuasaan kehakiman. Kehormatan adalah kemuliaan atau nama baik yang senantiasa harus dijaga dan dipertahankan dengan sebaik-baiknya oleh para Hakim dalam menjalankan fungsi pengadilan. Kehormatan hakim itu terutama terlihat pada putusn yang dibuatnya dan pertimbangan yag melandasi atau keselurhan proses pengambilan keputusan yang bukan saja berlandaskan peraturan perundang-undangan, tetapi juga rasa keadilan yang timbul dari masyarakat.

    C. KESIMPULAN Sebagaimana halnya kehormatan, keluhuran martabat

    yang merupakan tingkat harkat kemanusiaan atau harga diri yang mulia yang speatutnya tidak hanya dimiliki, tetapi harus dijaga dan dipertahankan oleh Hakim melalui sikap tindak atau perilaku yang berbudi pekerti luhur. Hanya dengan sikap tindak atau perilaku yang berbudi pekerti luhur itulah kehormatan dan keluhuran martabat Hakim dapat dijaga dan

    P1111111YOEMBIL Vol. III, No. 2, November 2010 127

  • PICK FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

    ditegakkan.1 Sedangkan keluhuran atau profesi hakim adalah suatu

    mobile . Bila suatu profesi terdiri dari aspek-aspek: (1) organisasi profesi yang solid, (2) stnadar profesi, (3) etika profesi, (4) pengakuan masyarakat dan (5) latar belakang pendidikan formal, maka suatu profesi officum mobile terutama berlandaskan etika profesi dan pengakuan masyarakat.

    Sedangkan martabat menunjukkan tingkat khakekat kemanusiaan sekaligus haraga diri. Selain tidak menodai kehormatan dan keluhran martabatnya maka seorang hakim harus menunjukkan perilaku berbudi pekerti luhur. Perilaku dapat diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Alat hokum yang terdapat dalam hokum acar guna memperoleh keadilan dan kebenaran dalam prakteknya telah disalahgunakan untuk menakut-nakuti pihak lawan, khususnya mereka yang tidak memiliki waktu dan uang untuk mengikuti proses litigasi yang panjang. Sungguh beralsan apabila kurangnya kepatuhan pada etika profesinyapun diarahkan kepada hakim. Jadi sangatlah beralasan apabila hakim harus mempunyai budi pekerti yang luhur dalam keseharaian maupun dalam menjalankan tugas yudisialnya. Budi pekerti luhur ini adalah sikap dan perilaku yang didasarkan kepada kematangan jiwa yang diselarsakn dengan norma-norema yang berlaku di dalam masyarakat. Oleh karena itu, orang berbudi pekerti luhur dalam bertindak dan berperilaku menggunakan perasaan , pemikiran dan dasar pertimbangan yang jelas dalam anti dasar yang mengatur dan berdasarkan akal sehat. Ini berarti bahwa bukan hanya kehormatan dan keluhuran martabat itu yang harus dijaga dan ditegakkan

    10 Hari Purwadi, Rekruitmen dan Penciptaan Pengadilan Sebagai Scientific Enterprise, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional " Mengagas Pola Rekruitmen Hakim Dalam Rangka Menghasilkan Pengadilan Yang Progresif', Diselenggarakan Fakultas Hukum,UNSSurakarta Dalam Rangka Dies Natalis XXX, tanggal 7 Maret 2006.

    128 JIBE 101111111111, vol. iii, No. 2, November 2010

  • tetapi juga perilaku dari hakim.

    Setiap profesi termasuk hakim menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu menciptakan displin tata kerja dan untuk menyediakan garis batas tata nilai yang dapat dijadikan pedoman para professional untuk menyelesaikan dilemma etika yang dihadapi saat menjalankan fungsi pengembanan profesinya seharti-hari. Etika merupakan norma-nroma yang dianut oleh kelompok, golongan atau masyarakat tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Lebih dan itu, etika adalah refleksi kritis dan rasional mengenai norma-norma yang terwujud dalam perilaku hidup mania, baik secara pribadi atau kelompok. Sitem etika bagi professional dirumuskan secara kongkret dalam suatu kprofesi yang secara harafiah berarti etika yang ditulis.

    D. SARAN

    Komisi yudisial adalah lembaga Negara yang mandiri lahir dari tuntutan reformasi dan untuk melakukan reformasi lembaga peradilan. Pengawsan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial mencakup pengawasan yang bersifat represif dalam rangka menjaga dart- menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dengan eksistensi dan fungsi yang demikian itu, Komisi yudisial memegang peranan penting dan strategis dalam upaya mewujudkan lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa, sekaligus merformasi lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa, sekaligus mereformasi lembaga peradilan dan mewjudkan lembaga peradilan yang mandiri, tidak berpihak (netral), kompeten, transparan, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran, serta berwibawa, yang mampu menegakkan wibawa hukum, pengayoman hukum, kepastian hukum dan keadilan.

    JIIIIIIKUSMILd, Vol. IN, No. Z November 2010 129

  • PKK FAKULTAS HIIKUM UNPZERSITAS WISNUWARDHANA

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, Zainal, 2006, Fungsi Komisii Yudisial dalam Reformasi Peradiilan Sebelum dan Sesudah Putusan Mahkamah Konstiitusi, Jakarta, 06 November 2006.

    Hukum Dan Politik, 2010, Kajian Hukum Komisi Yudisial (Judicial Commision), Makalah: dikutip dari http/ / :www. google.com, diakses Senin 20 September 2010.

    Purwadi, Hari 2006, Rekruitmen Hakim dan Penciptaan Pengadian Sebagai Scientific Enterprise, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasionar "Menggagas Pola Rekruitmen Hakim dalam Rangka Menghasilkan Pengadilan Yang Progresif", Diselenggarakan Fakultas Hukum UNS Surakarta dalam Rangka Dies Natralis XXX, tanggal 7 Maret 2006.

    Soeparto, Soekotjo 2006, Peran Komisi Yudisial Dalam Mewujudkan Lembaga Peradilan Yang Bersih Dan Berwibawa, Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Penegakan Hukum di Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tanggal 22 Maret 2006.

    Sunarmi, 2004, Membangun Sistem Peradilan di Indonesia, Medan: Universitas Sumatera Utara Medan.

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan .

    Undang-Undang Negara Republik Indonesia NO.4 Tahun 2004 tentang Kekuasan Kehakiman

    Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 22 Tahu 2004 tentang Komisi Yudisial.

    Wignyosoebroto, Soetandyo, 2002, Hukum : Paradigma, Metode dan Masalahnya, Jakarta: Elsam dan HuMa.

    130 mtnal 1011011111. Vol. III, No. 2, November 2020

  • 111111a11011M1011, Vol. III, No. 2, November 2010

    PKK HITIKIIIK IINIVERSITAS WISNIPATARDHANIL

    BIODATA PENULIS

    Prof. Dr. H. Suko Wiyono, S.H., M.H. Lahir di Kediri 1 Mei 1954. Menamatkan pendidikan

    Program Sarjana Civic Hukum FKIS IKIP Malang (UM) tahun 1977, menamatkan pendidikan Sajana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang tahun 1989, menamatkan pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di Untag Surabaya tahun 2000, serta memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum Tata Negara pada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang tahun 2004. Sekarang ia adalah Guru Besar dalam Ilmu Hukum Tata Negara pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, selain itu juga menjabat sebagai Rektor Universitas Wisnuwardhana Malang dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Jawa Timur.

    Prof. Dr. H.M. Noor Syam Lahir di Banjarmasin 9 Maret 1937. Memperoleh gelar

    Sarjana Muda pada FKIP Unair, Sarjana Pendidikan pada FLP IKIP Malang, serta memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum. pada PPS Universitas Airlangga Surabaya. Sekarang ia adalah Guru Besar Emeritus Filsafat Filsafat Ilmu dan Filsafat Hukum serta Filsafat Pancasila pada Universitas Negeri Malang. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang.

    161

  • PKK FAKULTAS MUM& IINTSICRSITAS WISNLYWARDKANA

    Dr. H. Kusnu Goesniadhie S., S.H., M.Hum Lahir di Kediri pada tanggal 19 Agustus 1951 adalah

    Lektor Kepala Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang. Ia menyelesaikan Program Doktor Ilmu Hukum di Untag Surabaya. Selain sebagai tenaga edukatif, ia saat ini menjabat sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Wisnuwardhana Malang, serta sebagai Ketua Bidang Pendidikan Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Jawa Timur.

    Dr. H. M. Yuhdi S.H., M.H. Lahir di Jambi 18 Nopember 1951. Menamatkan

    pendidikan Program Sarjana Jurusan Civic Hukum FKIS IKIP Malang (UM), menamatkan pendidikan Sajana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang tahun 1990, menamatkan pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di Untag Surabaya tahun 2000, serta memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum Tata Negara pada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang tahun 2009. Saat ini ia adalah Dosen Ilmu Hukum pada juruan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, selain itu jugs menjabat sebagai Pembatu Rektor III Universitas Wisnuwardhana Malang.

    H.A. Komari, S.H., M.Hum Lahir di Kiaten, 6 Juni 1954, adalah dosen Fakultas Hukum

    Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Pendidikan Sarjana ia selesaikan di Universitas Diponegoro Semarang dengan konsentrasi Hukum Tata Negara, dan pendidikan tingkat Magister ia selesaikan di Universitas Airlangga Surabaya.

    162 NM! vol. In, No. 2, November 2010

    Scan PDF Flatbed_1_20160630091455034Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630091528230Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630091616637Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630091733233Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630091751657Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630091946785Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092059949Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092122491Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092446476Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092510157Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092626987Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092643196Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092710106Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092740182Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092806156Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092839275Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092904906Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630092932721Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630093001690Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630093025215Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630093055416Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630093114792Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630093142887Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630093219750Page 1

    Scan PDF Flatbed_1_20160630093247596Page 1