digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERAN SATUAN POLISI LALU LINTAS DALAM BIDANG PENDIDIKAN BERLALU LINTAS UNTUK MEWUJUDKAN KETERTIBAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KESADARAN HUKUM WARGA DALAM BERLALU LINTAS DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : TENTA ADI YUNATA K6408078 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERAN SATUAN POLISI LALU LINTAS DALAM BIDANG

PENDIDIKAN BERLALU LINTAS UNTUK MEWUJUDKAN

KETERTIBAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KESADARAN

HUKUM WARGA DALAM BERLALU LINTAS DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

TENTA ADI YUNATA

K6408078

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PERAN SATUAN POLISI LALU LINTAS DALAM BIDANG

PENDIDIKAN BERLALU LINTAS UNTUK MEWUJUDKAN

KETERTIBAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KESADARAN

HUKUM WARGA DALAM BERLALU LINTAS DI KOTA SURAKARTA

Oleh :

TENTA ADI YUNATA

K6408078

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 4: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

Page 6: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRAK

Tenta Adi Yunata. PERAN SATUAN POLISI LALU LINTAS DALAM

BIDANG PENDIDIKAN BERLALU LINTAS UNTUK MEWUJUDKAN

KETERTIBAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KESADARAN

HUKUM WARGA DALAM BERLALU LINTAS DI KOTA SURAKARTA.

Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Oktober 2012.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui peran satuan polisi lalu

lintas dalam bidang pendidikan lalu lintas mewujudkan ketertiban lalu lintas di

Kota Surakarta, (2) untuk mengetahui hambatan yang dialami satuan polisi lalu

lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat untuk

mewujudkan ketertiban lalu lintas bagi warga Surakarta, (3) untuk mengetahui

implikasi peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan lalu lintas

terhadap kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas di Kota Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Strategi

penelitiannya menggunakan strategi tunggal terpancang. Sumber data diperoleh

dari informan, dokumen serta tempat dan peristiwa. Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh dan menyusun data penelitian adalah dengan teknik

wawancara, analisis dokumen serta observasi. Untuk memperoleh validitas data

dalam penelitian ini digunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode.

Sedangkan teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan

tahap-tahap sebagai berikut : (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian

data, dan (4) pengambilan kesimpulan. Adapun prosedur penelitian dengan

langkah-langkah sebagai berikut : (1) tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan

data, (3) tahap analisis data, (4) tahap penyusunan laporan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa : (1)

peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan berlalu lintas yang

diberikan kepada masyarakat dilaksanakan melalui beberapa program, program

tersebut yaitu : a. program polsana, b. program traffic police goes to campus, c.

program penling atau penerangan keliling, dan d. program program pendidikan

lalu lintas masuk ke kurikulum sekolah SD, SMP, dan SMA. (2) hambatan satuan

polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat

yaitu adanya a. faktor dari masyarakat, b. faktor penegak hukum, dan c. faktor

subtansi hukum. (3) peran Satlantas dalam bidang pendidikan lalu lintas kurang

berimplikasi terhadap kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas, terbukti

dengan meningkatnya jumlah pelanggaran yang terjadi di Kota Surakarta. Hal ini

terjadi dikarenakan masih kurangnya pendidikan lalu lintas yang diberikan kepada

masyarakat sehingga menyebabkan pemahaman yang kurang merata terhadap

hukum yang berlaku. Kurangnya pemberian pendidikan lalu lintas disebabkan

karena satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta melakukan pemberian pendidikan

hanya jika ada permintaan dari masyarakat.

Page 7: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

ABSTRACT

Tenta Adi Yunata. THE ROLE OF TRAFFIC POLICE UNIT IN TRAFFIC

EDUCATION FIELD TO REALIZE ORDERLINESS AND ITS

IMPLICATION TOWARD THE TRAFFIC ORDINANCE AWARENESS OF

THE CITIZENS IN SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher

Training and Education. Sebeleas Maret University Surakarta, October 2012.

The objectives of this research are: (1) to find out the role of traffic police

unit in traffic education field to realize the law and order of traffic in Surakrta, (2)

to discover the obstacle experienced by traffic police unit in giving traffic

education to the society to realize the law and order of traffic of Surakarta citizen,

(3) to know the implication of the role of traffic police unit in traffic education

field to the society’s awareness of traffic law and order in Surakarta.

This research applied descriptive qualitative method. The research

strategies used in this research is single-embedded strategy. The source of data is

gained from the informant, document, and place and event. The data collection

technique used for this research is interview document analysis and observation.

In order to get data validation, the data triangulation and triangulation method is

used for this research. Besides, the data analysis technique used for this research

is interactive analysis model with the following steps: (1) data collection, (2) data

reduction, (3) data presentation, (4) conclusion. The research procedures applied

in this research are as follows: (1) preparation stage, (2) data collection stage,

(3) data analysis stage, (4) report arrangement stage.

Based on the result of this research, it can be concluded that: (1) the role

of traffic police unit in traffic education field is given through certain programs;

a. Polsana Program, b. traffic police goes to campus Program, c. Penling

Program (information providing program on the road), and d. traffic education

program in school curriculum (elementary, junior high school, and senior high

school curriculum). (2) The obstacles faced by traffic police unit in giving traffic

education to the society are divided into three factors; a. factor from society, b.

law enforcer factor, and c. law substantial factor. (3) the role of Satlantas in

traffic education field is less implicative to the traffic law and order of the society,

it is proven by the increasing numbers of traffic violation in Surakarta. It

happened because of the lack of traffic education given to the society which

causes the misdistribution of traffic law and order understanding. The lack of

traffic education is caused by traffic police of Surakarta who gives the traffic

education only when it is requested.

Page 8: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

MOTTO

“ Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan, maka kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah SWT hendaknya kamu

menggantungkan pengharapan ”

(Qs. Asy.Syar-h:6-8)

“Pemenang tidak pernah menyerah, penyerah tidak pernah menang”

(Anonim)

Page 9: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk :

Ayah dan Ibu tersayang yang telah

memberikan doa dan motivasi

Kakak Tora Adi Lukmana tercinta yang

telah memberi dukungan

Teman-teman mahasiswa PPKn

angkatan 2008

Almamater.

Page 10: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Peran Satuan Polisi Lalu Lintas dalam Bidang

Pendidikan Berlalu Lintas untuk Mewujudkan Ketertiban dan Implikasinya

terhadap Kesadaran Hukum Warga dalam Berlalu Lintas di Kota surakarta”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada Program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan dan kesulitan, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya berbagai hambatan dan kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuanya, pada

kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan izin penelitian guna menyusun skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial FKIP UNS, yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan izin untuk menyusun

skripsi.

4. Dr. Winarno, S.Pd, M.Si., Pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Dewi Gunawati, S.H, M.Hum., Pembimbing II yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan, pengarahan, bimbingan dan dorongan selama

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

6. Rini Tri Astuti, S.H, M.Hum., Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan serta pengarahan.

7. Martinus S.Ik, M.H., Ketua Satuan Polisi Lalu Lintas Polresta Surakarta yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Muh. Rikha Z. S.H., Ketua Bagian Menejemen Operasional Satuan Polisi

Lalu Lintas Polresta Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian.

9. Syamsi Dukha, S.H, M.H., Ketua Unit Pendidikan Lalu Lintas dan Rekayasa

Lalu Lintas Satuan Polisi Lalu Lintas Polresta Surakarta yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

10. Anggota-anggota Satuan Polisi Lalu Lintas Polresta Surakarta dengan senang

hati telah membantu penulis dalam pengumpulan data yang penulis perlukan

dalam penyusunan skripsi ini.

11. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Semua pihak yang membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga budi Bapak, Ibu, Saudara yang telah membantu

selalu diberikan anugrah yang terbaik oleh Allah SWT.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin,

namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan karena

keterbatasan penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

Page 12: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. ii

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi

HALAMAN ABSTRACK ............................................................................... vii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 10

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10

1. Tinjauan Tentang Peran Satuan Polisi Lalu Lintas……………….. 10

a. Pengertian Peran……………………………………………… 10

b. Pengertian Satuan Polisi Lalu Lintas……………………….… 10

Page 13: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

c. Peran Satuan Polisi Lalu Lintas……………………………..... 11

2. Tinjauan Tentang Pendidikan Lalu Lintas………………………… 16

a. Pengertian Pendidikan………………………………………... 16

b. Pengertian Lalu Lintas……………………………………….. 17

c. Pengertian Pendidikan Lalu lintas……………………………. 18

d. Tujuan Pendidikan Lalu Lintas……………………………….. 20

e. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Lalu

Lintas...……...…….. 21

3. Tinjauan Tentang Ketertiban Lalu Lintas…………………………. 22

a. Pengertian Ketertiban Lalu Lintas……………………………. 22

b. Dampak Ketidak Tertiban Berlalu Lintas ……………………. 22

1) Kecelakaan Lalu Lintas…………………………………... 23

2) Kemacetan Lalu Lintas…………………………………… 27

3) Pelanggaran Lalu Lintas………………………………….. 28

4. Tinjauan tentang kesadaran Hukum Warga Dalam Berlalu Lintas... 30

a. Pengertian Kesadaran Hukum………………………………… 30

b. Indikator Kesadaran Hukum………………………………….. 32

c. Faktor-faktor Rendahnya Kesadaraan Hukum………………... 34

d. Kepatuhan Terhadap Hukum…………………………..……... 36

5. Konstribusi Pendidikan Lalu Lintas Terhadap Pendidikan

Kewarganegaraan

(PKn)………………………………………….. 38

B. Kerangka Berfikir…………………………………………………… . 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 44

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 46

C. Sumber Data ........................................................................................ 47

D. Teknik Sampling ................................................................................. 49

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 51

F. Validitas Data ...................................................................................... 54

Page 14: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

G. Analisis Data ....................................................................................... 55

H. Prosedur Penelitian .............................................................................. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 59

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 59

1. Letak Geografis Satuan Polisi Lalu Lintas Kota Surakarta ............ 59

2. Sejarah Singkat Berdirinya Polisi lalu Lintas (Polantas) ............... 60

3. Visi dan Misi Satuan Polisi Lalu Lintas ......................................... 61

4. Struktur Organisasi Satuan Polisi Lalu Lintas Surakarta ............... 61

5. Tata Cara Kerja Satuan Polisi Lalu Lintas Surakarta .................... 62

6. Anggota Satuan Polisi Lalu Lintas Surakarta ................................. 65

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian………………………………….. 74

1. Peran Satuan Polisi Lalu

Lintas....................................................... 74

2. Hambatan Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan

Pendidikan Berlalu Lintas Kepada Masyarakat Untuk

Mewujudkan Ketertiban Lalu Lintas Bagi Warga

Surakarta........... 90

3. Dampak Peran Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Bidang

Pendidikan Lalu Lintas Terhadap Kesadaran Hukum Warga

Dalam Berlalu

Lintas....................................................................... 99

C. Temuan Studi .................................................................................. … 112

1. Peran Satuan Polisi Lalu Lintas di Bidang Pendidikan Berlalu

Lintas Dalam Mewujudkan Ketertiban Lalu Lintas di Kota

Surakarta......................................................................................

.... 113

2. Hambatan Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan

Pendidikan Berlalu Lintas Kepada Masyarakat Untuk

Mewujudkan Ketertiban Lalu Lintas Bagi Warga

Surakarta........... 117

Page 15: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

3. Dampak Peran Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Bidang

Pendidikan Lalu Lintas Terhadap Kesadaran Hukum Warga

Dalam Berlalu

Lintas....................................................................... 121

4. Konstribusi Pendidikan Lalu Lintas Terhadap Pendidikan

Kewarganegaraan

(PKn).................................................................. 127

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN …………………….. 131

A. Kesimpulan .......................................................................................... 131

B. Implikasi ............................................................................................. 134

C. Saran ................................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 136

LAMPIRAN ................................................................................................... 140

Page 16: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 46

Tabel 2. Anggota Satlantas Kota Surakarta Kaur Bin Ops (KBO) ............... 66

Tabel 3. Anggota Satlantas Kota Surakarta Kaur Mintu ............................... 66

Tabel 4. Anggota Satlantas Kota Surakarta Bagian Sim ................................ 67

Tabel 5. Anggota Satlantas Kota Surakarta Bagian STNK............................. 68

Tabel 6. Anggota Satlantas Kota Surakarta Bagian BPKB............................. 69

Tabel 7. Anggota Satlantas Kota Surakarta Unit Dikyasa ............................ 70

Tabel 8. Anggota Satlantas Kota Surakarta Unit Laka ................................. 70

Tabel 9. Anggota Satlantas Kota Surakarta Unit Turjawali .......................... 71

Tabel 10. Data pelanggaran lalu lintas di Kota Surakarta yang dilakukan

oleh pelajar pada tahun 2010 ......................................................... 88

Tabel 11. Data pelanggaran lalu lintas di Kota Surakarta yang dilakukan

oleh pelajar pada tahun 2011 ......................................................... 89

Tabel 12. Jumlah pelanggaran ditinjau dari jenis pelanggaran yang terjadi di

Kota Surakarta pada tahun 2010 .................................................... 108

Tabel 13. Jumlah pelanggaran ditinjau dari jenis pelanggaran yang terjadi di

Kota Surakarta pada tahun 2011 .................................................... 109

Tabel 14. Jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada tahun 2010 di Kota

Surakarta ........................................................................................ 110

Tabel 15. Jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada tahun 2010 di Kota

Surakarta ........................................................................................ 111

Page 17: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema konstribusi pendidikan lalu lintas terhadap pendidikan

kewarganegaraan (PKn) .............................................................. 41

Gambar 2. Kerangka Berfikir ......................................................................... 43

Gambar 3. Model Analisis Interaktif ............................................................ 56

Gambar 4. Struktur Organisasi Satuan Polisi Lalu Lintas Polresta Surakarta 62

Page 18: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Informan ...................................................................... 140

Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ............................................... 142

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ............................................................... 143

Lampiran 4. Petikan Wawancara dengan Pihak Satlantas Surakarta ............ 145

Lampiran 5. Petikan Wawancara dengan Warga Surakarta .......................... 163

Lampiran 6. Lembar Observasi ..................................................................... 191

Lampiran 7. Hasil Observasi ......................................................................... 192

Lampiran 8 .Trianggulasi Data ..................................................................... 196

Lampiran 9. Trianggulasi Metode ................................................................. 220

Lampiran 10. Gambar Kegiatan Penelitian ..................................................... 203

Lampiran 11. Surat Laporan Kegiatan Polisi Sahabat Anak (PSA)................ 207

Lampiran 12. Daftar Anggota Satlantas Kota Surakarta ................................. 209

Lampiran 13. Data Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Surakarta Tahun 2010 204

Lampiran 14. Data Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Surakarta Tahun 2011 218

Lampiran 15. Data Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Surakarta Tahun 2010

dan 2011 ........................................................................... ....... 222

Lampiran 16. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan

FKIP UNS ............................................................................... 224

Lampiran 17. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan

Skripsi ....................................................................................... 225

Lampiran 18. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada rektor UNS ...... 226

Lampiran 19. Surat Permohonan Ijin Research Kepada Kepala Satuan

Polisi Lalu Lintas Kota Surakarta ............................................. 227

Lampiran 20. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian Kepada Wali

Kota Surakarta .......................................................................... 228

Page 19: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

Lampiran 21. Tanda Stample Tidak Keberatan Pelaksanaan Kegiatan

Penelitian Di Kota Surakara dari KESBANGPOLINMAS

dan BAPPEDA Kota Surakarta .................... ........................... 229

Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Satuan

Polisi Lalu Lintas Kota Surakarta ............................................. 230

Page 20: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya

memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai bagian dari sistem

transportasi nasional, lalu lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan potensi

dan perannya untuk mewujudkan ketertiban, keamanan, kesejahteraan berlalu

lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta

akuntabilitas penyelenggaraan negara.

Berbicara tentang lalu lintas sangat erat kaitanya dengan jalan. Berkaitan

dengan hal tersebut Soerjono Soekanto (1990:1) memberikan definisi mengenai

jalan, yaitu sebagai berikut :

Jalan (raya) merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk

apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Selanjutnya jalan

mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial,

budaya, pertahanan keamanan dan hukum serta dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian, maka jalan

merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan

menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada

dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hierarki.

Berdasarkan dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jalan

merupakan suatu sarana prasarana untuk menghubungkan wilayah yang berbeda

demi terwujudnya tujuan lalu lintas. Sehubungan dengan hal tersebut dalam Pasal

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

menyebutkan bahwa lalu lintas dan angkutan jalan itu sendiri diselenggarakan

dengan tujuan :

Page 21: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk

mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu

menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka aspek ketertiban dalam berlalu

lintas sangat penting untuk ditekankan dalam peraturan lalu lintas dan angkutan

jalan. Ketertiban masyarakat dalam berlalu lintas erat kaitannya dengan

keselamatan dalam berlalu lintas. Sedangkan masalah keselamatan di jalan

berkaitan dengan berbagai kecelakaan yang menimbulkan kerugian materiil dan

bahkan kematian yang sering terjadi akibat ketidaktertiban dalam berlalu lintas.

Adanya ketidakkertiban lalu lintas akan memicu terjadinya pelanggaran yang

kemudian bisa berujung pada kecelakaan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Farouk

Muhammad yang menyatakan bahwa “Pelanggaran lalu lintas dipandang memberi

kontribusi yang cukup besar pada kecelakaan lalu lintas. Hasil studi terungkap

bahwa 42% dari 1260 kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada umumnya

diawali dengan pelanggaran lalu lintas oleh pengemudi, sisanya sebanyak 58%

disebabkan oleh kondisi kendaraan, jalan dan alam”. (Supandi dan Achmad

Husen, 2010:1) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketidaktertiban dalam

berlalu lintas berkaitan erat dengan timbulnya pelanggaran lalu lintas, sedangkan

pelanggaran lalu lintas memberi konstribusi yang cukup besar pada penyebab

kecelakaan lalu lintas, untuk itu aspek ketertiban dalam berlalu lintas sangat

penting dalam menekan adanya pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.

Terwujudnya ketertiban sendiri sangat berkaitan dengan bagaimana kinerja

polisi khususnya polisi lalu lintas dalam melaksanakan peran dan fungsinya

dibidang lalu lintas. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan mengamanatkan bahwa peran dan fungsi polisi dibidang

lalu lintas adalah pendidikan masyarakat lantas (education), rekayasa lantas

(enginering), penegakan hukum (law enforcement), registrasi dan identifikasi

pengemudi dan kendaraan bermotor (registration and identification), dan sebagai

pusat K3I (Komando, kendali, koordinasi dan informasi) lalu lintas.

Page 22: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Fungsi dan peran polisi lalu lintas tersebut bertujuan untuk mewujudkan

ketertiban, keamanan, keselamatan, dan kelancaran lalu lintas, meminimalisir

korban fatalitas sebagai akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas, kepatuhan

masyarakat terhadap hukum dan peraturan lalu lintas, serta meningkatkan

pelayanan masyarakat di bidang lalu lintas. Sejalan dengan perkembangan

masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan

transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

menggunakan sarana jalan raya semakin mengalami peningkatan. Hal tersebut

memberi dampak positif dan negatif.

Dampak positif menyangkut dengan efisiensi waktu, namun disisi lain

juga membawa dampak negatif yaitu timbulnya permasalahan-permasalahan lalu

lintas yang terus tumbuh dan berkembang. Permasalahan lalu lintas tersebut

antara lain adanya kemacetan, pelanggaran, dan kecelakaan lalu lintas. Timbulnya

permasalahan-permasalahan lalu lintas tersebut salah satu penyebabnya

dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang aturan-aturan

dalam berlalu lintas serta rendahnya kesadaran hukum dalam berlalu lintas di

jalan raya.

Padahal setiap warga negara seharusnya diharapkan untuk dapat menjadi

warga negara yang baik bagi bangsa dan negaranya. Dalam hubungan antara

warga negara dengan negara, warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban

terhadap negara dan sebaliknya warga negara juga mempunyai hak-hak yang

harus diberikan dan dilindungi oleh negara. Salah satu kewajiban warga negara

adalah mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemerintah serta kewajiban-

kewajiban lain yang diatur dalam Undang-Undang. (Winarno, 2009:87)

Hal tersebut juga ditegaskan di dalam Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “segala warga

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Untuk

itulah kemudian Winarno (2009:98) mengemukakan bahwa “Kewajiban

warganegara ini pada dasarnya adalah hak negara. negara sebagai organisasi

kekuasaan memiliki sifat memaksa, memonopoli dan mencakup semua. Oleh

Page 23: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

karena itu merupakan hak negara untuk ditaati dan dilaksanakan hukum-hukum

yang berlaku di negara tersebut”.

Berdasarkan hal tersebut, maka setiap warga negara yang baik wajib

menjunjung tinggi hukum dan memiliki kesadaran hukum untuk melaksanakan

kewajibannya, yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan hukum atau sesuai

dengan aturan yang berlaku. Dalam hal ini setiap warga negara berkewajiban

untuk berlaku tertib dalam berlalu lintas sebagaimana yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sehingga

peraturan yang telah ada tersebut bukan hanya sekedar sebagai formalitas atau

prosedur belaka tetapi juga harus benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari oleh masyarakat sebagai kewajiban mereka.

Kesadaran hukum sendiri merupakan dasar untuk mencapai tujuan dari

hukum, setiap masyarakat diharapkan memiliki kesadaran hukum dalam

mematuhi hukum yang berlaku. Hal ini disebabkan karena di dalam dirinya sudah

ada suatu rasa bahwa mematuhi hukum merupakan suatu kewajiban bagi dirinya.

Namun, pada kenyataanya warga masyarakat yang berlalu lintas di Kota

Surakarta ternyata masih mempunyai kesadaran hukum yang rendah dalam hal

tertib berkendara di jalan raya. Hal tersebut terbukti bahwa di kota Surakarta

jumlah kecelakaan lalu lintas tercatat paling tinggi dibandingkan dengan kota-kota

lain di provinsi Jawa Tengah. Data kecelakaan tersebut tercatat dalam buku

indikator utama sosial, politik dan keamanan provinsi Jawa Tengah pada tahun

2007 yang menunjukkan bahwa polwil Surakarta merupakan kota dengan jumlah

kejadian kecelakaan paling tinggi se-provinsi Jawa Tengah yaitu 2.799 kejadian.

Angka tersebut paling tinggi dibandingkan kota-kota lain seperti polwil

Banyumas 921 kejadian, polwil Pekalongan 1.784 kejadian, polwil Pati 945

kejadian, polwil Kedu 1.917 kejadian dan polwiltabes Semarang 2.368 kejadian

(Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2009).

Menurut Suwardjoko (2005 : 135) “Penyebab dari kecelakaan lalu lintas

itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Bukan hanya sekedar karena perilaku

pengemudi kendaraan yang buruk, tetapi bisa juga karena pejalan kaki yang

kurang hati-hati, adanya kerusakan kendaraan, rancangan kendaraan cacat

Page 24: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pengemudi, rancangan jalan, dan masih banyaknya masyarakat yang tidak

mematuhinya rambu-rambu lalu lintas”.

Bukan hanya jumlah kecelakaan lalu lintas yang menjadi tercatat dengan

angka tinggi, tetapi juga ada masalah lain seperti masih banyaknya warga yang

melakukan pelanggaran lalu lintas di kota Surakarta. Hal tersebut terbukti dari

data rekapitulasi hasil penindakan pelanggaran lalu lintas di Kota Surakarta pada

tahun 2010 yang mencapai 22.920 orang pelanggar sedangkan pada tahun 2011

mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu mencapai 46.170 orang pelanggar

(Satlantas Poltabes Kota Surakarta, 2010 dan 2011). Pelanggaran yang dilakukan

yaitu seperti masih adanya warga yang tidak memiliki kelengkapan surat-surat

kendaraan bermotor, tidak memakai helm saat berkendara di jalan raya maupun

menerobos rambu-rambu lalu lintas.

Berdasarkan dari data kecelakaan dan pelanggaran tersebut menunjukkan

bahwa kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas di kota Surakarta masih

rendah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dan Heri Tjandra

Sari (1983 : 121) yang menyatakan bahwa “kesadaran hukum yang tinggi

mengakibatkan masyarakat mematuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.

Sebaliknya, apabila kesadaran akan hukum sangat rendah maka derajat kepatuhan

terhadap hukum juga tidak tinggi”.

Dengan adanya perkembangan kota yang cukup pesat, terutama

pembangunan fisik seperti jalan, gedung, pusat perbelanjaan, dan industri yang

diperkirakan memberi berpengaruh yang cukup besar terhadap meningkatnya arus

lalu lintas di kota Surakarta. Menginggat kota Surakarta sendiri merupakan kota

pusat eks-Karesidenan Surakarta yang terdiri dari kabupaten Sukoharjo,

Wonogiri, Sragen, Klaten, Boyolali, dan Karanganyar. Hal ini berarti kota

Surakarta merupakan kota induk bagi keenam kabupaten tersebut, sehingga

sebagian besar orang dari kabupaten eks-karesidenan Surakarta banyak yang

melakukan aktivitas atau berlalu lintas di kota Surakarta.

Banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas atau berlalu lintas di

kota Surakarta tentu berpengaruh terhadap meningkatnya pengguna jalan di

Surakarta, dan sangat berdampak pada ketertiban dan keamanan masyarakat

Page 25: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dalam berkendara di jalan raya. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya

pelanggaran maupun kecelakaan lalu lintas dan akan mengganggu ketertiban lalu

lintas apabila tidak diawasi dengan baik oleh polisi lalu lintas. Jumlah personil

kepolisian yang diperkirakan masih kurang dikarenakan jumlah personil

kepolisian yang tidak sebanding dengan luasnya wilayah yang harus diawasi serta

lebar jalan yang tidak bisa diperlebar sementara kendaraan yang melintas semakin

hari mengalami peningkatan menimbulkan adanya permasalahan ketidaktertiban

lalu lintas di Surakarta seperti kemacetan, kecelakaan, dan pelanggaran lalu lintas.

Melihat dari permasalahan tersebut sebaiknya polisi berkewajiban lebih

ekstra dalam menjalankan tugasnya untuk meminimalisir kecelakaan dan

pelanggaran lalu lintas di Surakarta. Untuk itu diperlukan kegiatan pengendalian

lalu lintas secara menyeluruh dan terpadu, tidak cukup hanya dengan penegakan

hukum semata, namun perlu melakukan upaya yang ditunjang oleh seluruh

komponen bangsa, yaitu adanya peran aktif masyarakat dalam mewujudkan rasa

kesadaran dan disiplin dalam melakukan aktivitas di jalan raya. Hal ini sesuai

dengan amanat Pasal 258 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan bahwa “masyarakat wajib berperan serta dalam

pemeliharaan sarana dan prasarana, pengembangan disiplin dan etika berlalu

lintas dan berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan, keselamatan, dan

kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan”.

Peran serta masyarakat sangat diperlukan demi terwujudnya disiplin

berlalu lintas. Disiplin berlalu lintas merupakan salah satu pencerminan dari

disiplin nasional yang menunjukkan harga diri atau martabat sebuah bangsa.

Maka dari itu selayaknya Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) lebih

mengedepankan aspek pendidikan kepada masyarakat untuk mewujudkan disiplin

berlalu lintas. Pemberian pendidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian,

khususnya kepolisian lalu lintas guna menekan angka pelanggaran dan kecelakaan

lalu lintas yang dirasakan sangat tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ian

R. Johnston mengatakan bahwa “education is one of the strategies available to

reduce traffic crashes and the resultant personal injury. It is seen by many as the

Page 26: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

major strategy for achieving lasting change”. (http://www.springerlink.com/

content/m78565513x8k3472/)

Pernyataan Ian R. Johnston tersebut mengandung arti bahwa pendidikan

merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengurangi kecelakaan lalu

lintas dan cedera yang dihasilkan. Pendidikan ini dianggap oleh banyak pihak

sebagai strategi utama untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

Satuan polisi lalu lintas (satlantas) sendiri merupakan lembaga yang

berwenang dalam memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat dan

berwenang mengatur segala hal yang berkaitan dengan lalu lintas serta

menegakkan ketertiban dalam berlalu lintas. Sebagaimana yang tertera dalam

Pasal 200 huruf c Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa “untuk mewujudkan dan memelihara

keamanan lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan kegiatan pelaksanaan

pendidikan, pelatihan, pembimbingan, penyuluhan, dan penerangan berlalu lintas

dalam rangka mengingkatkan kesadaran hukum dan etika masyarakat dalam

berlalu lintas”. dengan demikian maka polisi lalu lintas berperan dalam

memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat untuk meningkatkan

kesadaran hukum dan mewujudkan etika masyarakat dalam berlalu lintas.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti

tentang “Peran Satuan Polisi Lalu Lintas dalam Bidang Pendidikan Berlalu

Lintas untuk Mewujudkan Ketertiban dan Implikasinya terhadap

Kesadaran Hukum Warga dalam Berlalu Lintas di Kota Surakarta”. Dengan

demikian, apabila peranan satuan polisi lalu lintas untuk mewujudkan ketertiban

berjalan dengan optimal, maka diharapkan pelanggaran serta kecelakaan lalu

lintas tidak setinggi seperti yang terjadi sekarang dan kesadaran warga dalam

berlalu lintas juga semakin tinggi sehingga ketertiban, keamanan dan kelancaran

lalu lintas dapat terwujud.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 27: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Bagaimanakah peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan berlalu

lintas untuk mewujudkan ketertiban lalu lintas di Kota Surakarta ?

2. Hambatan apa yang dialami satuan polisi lalu lintas dalam memberikan

pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat untuk mewujudkan ketertiban lalu

lintas bagi warga Surakarta ?

3. Bagaimanakah implikasi peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang

pendidikan lalu lintas terhadap kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas di

Kota Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah jawaban terhadap permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan

berlalu lintas untuk mewujudkan ketertiban lalu lintas di Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dialami satuan polisi lalu lintas dalam

memberikan pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat untuk mewujudkan

ketertiban lalu lintas bagi warga Surakarta.

3. Untuk mengetahui implikasi peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang

pendidikan lalu lintas terhadap kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas di

Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menjawab

permasalahan. Manfaat penelitian dapat dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat

teoritis dan praktis. Bersifat teoritis yaitu untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan. Sedangkan bersifat praktis yaitu untuk pemecahan masalah aktual.

Adapun manfaat dari penelitian yang peneliti lakukan adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan

wawasan tentang ilmu kewarganegaraan, khususnya obyek studi mengenai

peran satuan polisi lalu lintas dalam dalam bidang pendidikan lalu lintas

Page 28: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mewujudkan ketertiban berkendara bagi warga masyarakat sehingga

masyarakat akan sadar dan patuh untuk mentaati ketertiban berlalu lintas.

b. Bagi program studi pendidikan kewarganegaraan, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan masukan atau bahan materi mengenai ketertiban

hukum yang berkaitan dengan masalah kesadaran dan kepatuhan hukum dalam

mata kuliah sosiologi hukum.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan atau pedoman bagi

pembaca dalam menulis tugas yang membahas tentang masalah yang sama,

yaitu tentang peran satuan polisi lalu lintas dalam mewujudkan ketertiban lalu

lintas bagi masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini akan digunakan untuk menambah ilmu dan

pengetahuan untuk memahami tentang peran satuan polisi lalu lintas dalam

mewujudkan ketertiban dan keamanan berkendara bagi warga masyarakat.

Hasil penelitian akan digunakan oleh peneliti sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar kesarjanaan pada program studi pendidikan

kewarganegaraan jurusan ilmu pengetahuan sosial di fakultas keguruan dan

ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta.

b. Bagi pihak kepolisian satuan lalu lintas, memberikan sumbang saran di dalam

penegakan hukum guna meningkatkan keselamatan lalu lintas dan mewujudkan

masyarakat yang sadar hukum guna mewujudkan maupun terpeliharanya

ketertiban, keamanan dan kelancaran dalam berlalu lintas.

Page 29: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Tentang Peran Satuan Polisi Lalu Lintas

a. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:1051) “Peran adalah

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat”.

Sedangkan Biddle dan Thomas menjelaskan bahwa, “Peran adalah

serangkaian rumusan yang membatasi perilaku yang diharapkan dari pemegang

kedudukan tertentu, misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga

diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan

lain-lain”. (Arisandi, 2010 : http://arisandi.com/ pengertian-peran/)

Kemudian Mulyasa (2011: 180) menjelaskan “Peran adalah sebagai

suatu rangkaian perasaan, ucapan, dan tindakan, sebagai pola hubungan unik

yang ditujukan oleh individu terhadap individu lain”.

Berdasarkan dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku yang diharapkan

dari pemegang kedudukan di masyarakat.

b. Pengertian Satuan Polisi Lalu Lintas

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

tentang lalu lintas dan angkutan jalan, satuan polisi lalu lintas adalah lembaga

yang berwenang dalam penyelengaraan di bidang pendidikan berlalu lintas

(education), rekayasa lalu lintas (enginering), penegakan hukum (law

enforcement), regristrasi pengemudi dan kendaraan bermotor (regristrasion

dan identification), dan sebagai pusat K3I (komando, kendali, koordinasi dan

informasi) lalu lintas.

Sedangkan dalam situs web polresta Surakarta “Satuan lalu lintas

adalah unsur pelaksana polres yang dalam tugasnya bertanggung jawab

Page 30: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

langsung kepada Kapolres”. Tugasnya antara lain membina dan

menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi kegiatan pendidikan

masyrakat, penegak hukum, pengkajian masalah lalu lintas, administrasi

registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta

melaksanakan patroli jalan raya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

tersebut satuan lalu lintas menyelenggarakan fungsi :

1) Pembinaan fungsi lalu lintas di lingkungan Polres.

2) penyelenggaraan dan pembinaan partisipasi masyarakat melalui

kerjasama lintas sektoral,pendidikan masyarakat dan pengkajian

masalah di bidang lalu lintas.

3) Penyelenggaraan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan ketertiban lalu lintas.

4) Penyelenggaran administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor dan pengemudi yang di laksanakan di polres.

5) Penyelenggaraan patroli jalan raya serta penanganan kecelakaan lalu

lintas serta menjamin kelancaran lalu lintas di jalan raya. (Polresta

Surakarta, 2011, www.polresta-surakarta.com)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan polisi lalu

lintas adalah lembaga yang berwenang dalam penyelenggaraan di bidang

pendidikan berlalu lintas, rekayasa lalu lintas, penegakan hukum, regristrasi

pengemudi dan kendaraan bermotor, dan sebagai penyelenggaraan patroli jalan

raya serta penanganan kecelakaan lalu lintas serta menjamin kelancaran lalu

lintas di jalan raya.

c. Peran Satuan Polisi lalu Lintas

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang

lalu lintas dan angkutan jalan mengamanatkan bahwa peran dan fungsi polisi di

bidang lalu lintas adalah penyelengaraan di bidang pendidikan berlalu lintas

(education), rekayasa lalu lintas (enginering), penegakan hukum (law

enforcement), regristrasi pengemudi dan kendaraan bermotor (regristrasion

dan identification), dan sebagai pusat K3I (komando, kendali, koordinasi dan

informasi) lalu lintas.

Peran dan fungsi kepolisian tersebut dilaksanakan melalui kegiatan-

kegiatan yang meliputi :

Page 31: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1) Pendidikan berlalu lintas (education)

H.S. Djajoesman menyatakan bahwa pendidikan lalu lintas adalah

suatu aktifitas yang meliputi :

a) Memberikan penjelasan kepada pemakai jalan bagai mana

mereka harus bergerak dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

peraturan-peraturan untuk menghindarkan kecelakaan dan

kemacetan lalu lintas

b) Memberi nasehat atau teguran sebagai perintah atau petunjuk,

tetapi tidak sebagai celaan.

c) Jika tindakan diatas gagal dalam pelaksanaannya, maka di

adakan penangkapan (tidakan-tindakan dan pekaranya di ajukan

kemuka sidang pengadilan agar pelanggar mendapat hukuman

yang setimpal dengan kesalahannya. (Yudi, 2012,

http://lantas.bengkulu.polri.go.id)

2) Rekayasa lalu lintas (engineering)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 pasal 1 ayat (29) tentang lalu lintas dan angkutan jalan “Manajemen

dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangaan, pengaturan, dan

pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan,

mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas”.

Menurut Arif Budiarto dan Mahmudah (2007:6) “Tujuan rekayasa

lalu lintas adalah untuk mendapatkan atau memberikan kondisi lalu lintas

yang lancar dan seaman mungkin tanpa biaya yang besar bagi pergerakan

manusia, barang, dan jasa dengan kondisi geometrik/jaringan dan lalu

lintas yang ada melalui sistem pengaturan, penataan, dan regulasi”.

Kemudian dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2009 pasal 93 ayat (2) tentang lalu lintas dan angkutan jalan bahwa

manajemen rekayasa lali lintas dilakukan dengan :

a) Penetapan prioritas angkutan misal melalui penyediaan lajur

atau jalur atau jalur khusus;

b) Pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki;

c) Pemberian pemudahan bagi penyandang cacat;

d) Pemisahan atau pemilihan pergerakan arus lalu lintas

berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;

e) Pemaduan berbagai moda angkutan;

Page 32: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

f) Pengendalian lalu lintas pada persimpangan;

g) Pengendalian lalu lintas pada ruas jalan; dan/atau

h) Perlindungan terhadap lingkungan.

3) Penegakan hukum lalu lintas (law enforcement)

Penegakan hukum lalu lintas merupakan salah satu fungsi lalu

lintas yang mempunyai peranan perundag-undangan lalu lintas ditaati oleh

setiap pemakai jalan. Pada dasarnya kegiatan penegakan hukum lalu lintas

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu penegakan hukum lalu

lintas di bidang represif atau penanggulangan yaitu dengan penindakan

pelanggaran dan penegakan hukum lalu lintas, di bidang preventif atau

pencegahan yaitu dengan kegiatan-kegiatan meliputi peraturan penjagaan,

pengawalan, dan patrol lalu lintas, dimana di dalam pelaksanaan kegiatan-

kegiatan tersebut merupakan suatu sistem keamanan lalu lintas yang antara

subsistem lainya tidak dapat dipisahkan.

4) Regristrasi dan identifikasi pengemudi serta kendaraan bermotor

Dalam UU RI No. 22 Tahun 2009 Pasal 64 ayat (2) Regristrasi

kendaraan bermotor meliputi :

a) Regristrasi kendaraan bermotor baru;

b) Regristrasi perubahan identitas kendaraan bermotor dan pemilik;

c) Regristrasi perpanjangan kendaraan bermotor; dan/atau

d) Regristrasi pengesahan kendaraan bermotor.

Dalam UU RI No. 22 Tahun 2009 Pasal 64 ayat (3) Tujuan

regristrasi kendaraan bermotor yaitu untuk :

a) Tertib administrasi;

b) Pengendalian dan pengawasan kendaraan bermotor yang di

operasikan di Indonesia;

c) Mempermudah penyidikan pelanggaran dan kejahatan;

d) Perencanaan, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas

dan angkutan jalan; dan

e) Perencanaan pembangunan nasional.

5) Pusat K3I (komando, kendali, koordinasi dan informasi) lalu lintas

Page 33: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Dalam UU RI No. 22 Tahun 2009 Pasal 249 ayat (1) Pusat kendali

sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan berfungsi

sebagai pusat :

a) Kendali;

b) Koordinasi;

c) Komunikasi;

d) Data dan informasi terpadu;

e) Pelayanan masyarakat ; dan

f) Rekam jejak elektronis untuk penegakan hukum.

Pengelolaan pusat kendali sistem informasi dan komunikasi lalu

lintas dan angkutan jalan bertujuan untuk mewujudkan pelayanan lalu

lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu.

Selanjutnya kegiatan pusat kendali sistem informasi dan

komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan sekurang-kurangnya meliputi :

a) Pelayanan kebutuhan data, informasi, dan komunikasi tentang

lalu lintas dan angkutan jalan;

b) Dukungan tindakan cepat terhadap pelayanan, kemacetan, dan

kecelakaan serta kejadian lain yang berdampak terhadap lalu

lintas dan angkutan jalan;

c) Analisis, evaluasi terhadap pelanggaran, kemacetan, dan

kecelakaan lalu lintas;

d) Dukungan penegakan hukum dengan alat elektronik dan secara

langsung;

e) Dukungan pelayanan surat izin mengemudi, surat tanda nomor

kendaraan bermotor, dan buku pemilik kendaraan bermotor;

f) Pemberian informasi hilang temu kendaraan bermotor;

g) Pemberian informasi kualitas buku mutu udara;

h) Dukungan pembelian lalu lintas dengan pengaturan, penjagaan,

pengawalan, dan patrol;

i) Dukungan pengendalian pergerakan lalu lintas dan angkutan

jalan; dan

j) Pemberian informasi tentang kondisi jalan dan pelayanan

publik. (UU RI No. 22 Tahun 2009 Pasal 249 ayat (3))

Kelima peran dan fungsi satuan polisi lalu lintas tersebut bertujuan

untuk mewujudkan ketertiban, keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu

lintas, meminimalisir korban akibat terjadinya kecelakaan, kepatuhan

masyarakat terhadap hukum dan peraturan lalu lintas, serta meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas.

Page 34: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran satuan

polisi lalu lintas merupakan lembaga yang berwenang dalam penyelengaraan di

bidang pendidikan berlalu lintas (education), rekayasa lalu lintas (enginering),

penegakan hukum (law enforcement), regristrasi pengemudi dan kendaraan

bermotor (regristrasion dan identification), dan sebagai pusat K3I (komando,

kendali, koordinasi dan informasi) lalu lintas dengan tujuan untuk mewujudkan

ketertiban, keamanan, dan kelancaran dalam berlalu lintas bagi setiap warga

pengguna jalan.

Dari kelima peran dan fungsi polisi tersebut penelitian ini memilih salah

satu dari kelima peran dan fungsi dari satuan polisi lalu lintas. Dalam hal ini yaitu

peneliti tertarik untuk meneliti tentang peran satuan polisi lalu lintas dalam

pendidikan bertentang lalu lintas (education). Pemilihan tersebut dilakukan karena

peneliti menganggap bahwa pemberian pendidikan lalu lintas berperan penting

dalam menurunkan tingginya angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,

seperti yang diungkapkan oleh Ian R. Johnston mengatakan bahwa “education is

one of the strategies available to reduce traffic crashes and the resultant personal

injury. It is seen by many as the major strategy for achieving lasting change”.

(http://www.springerlink.com/ content/m78565513x8k3472/) Pernyataan Ian R.

Johnston tersebut mengandung arti bahwa pendidikan merupakan salah satu

strategi yang digunakan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas dan cedera yang

dihasilkan. Pendidikan ini dianggap oleh banyak pihak sebagai strategi utama

untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Selain itu juga dikarenakan adanya

pembatasan masalah dalam penelitian dengan tujuan supaya lebih fokus terhadap

satu permasalahan. Adanya alasan tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut

tentang bagaimana peran satuan polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan

lalu lintas kepada masyarakat (education) dalam mewujudkan ketertiban serta

kepatuhan masyarakat terhadap hukum lalu lintas, serta meningkatkan pelayanan

masyarakat di bidang lalu lintas.

Page 35: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2. Tinjauan Tentang Pendidikan Lalu Lintas

a. Pengertian Pendidikan

Menurut Soedomo Hadi (2003:18) “Pendidikan adalah pengaruh,

bantuan, atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab

kepada anak didik”.

Sedangkan menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:4)

memberikan definisi sebagai berikut :

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam

mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu

usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi

mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa

yang lebih baik dimasa depan.

Selanjutnya Redja Mudyaharjo (2002:11) turut memberikan definisi

mengenai pendidikan, yaitu sebagai berikut:

Pendidikan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,

dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau

latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang

hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan

peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang

akan datang.

Sementara itu Zaim Elmubarok (2008:3) mengemukakan “Pendidikan

merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber

daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranannya dalam kehidupan

secara fungsional dan optimal”.

Kemudian Ki Hajar Dewantara juga memberikan definisi mengenai

pendidikan, yaitu sebagai berikut :

“Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai

moral (kekuatan batin, karakter), fikiran (intellect) dan tumbuh anak

yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat

memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan

anak-anak yang kita didik selaras”. (Zaim Elmubarok, 2008:2)

Serupa dengan itu M.J. Langeveld mengatakan “Pendidikan adalah

memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang

belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan”. Dalam

Page 36: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

arti dapat berdiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan-

tindakannya menurut pilihannya sendiri. (Zaim Elmubarok, 2008:2)

Sementara itu Zamroni memberikan definisi pendidikan, yaitu sebagai

berikut :

Pendidikan adalah suatu proses penanaman dan mengembangkan pada

diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar

kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang

baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah

masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal. (Zaim

Elmubarok, 2008:3)

Menurut Azyumardi Azra “Pendidikan adalah suatu proses dimana

suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan

dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien”. (Masnur

Muslich, 2011: 48)

Selanjutnya John Dewey mendefinisikan “Pendidikan adalah proses

pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah

alam dan sesema manusia”. (Masnur Muslich, 2011:67)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha yang dilakukan dengan penuh rasa sadar guna meningkatkan

potensi peserta didik dalam segala aspek untuk membentuk kepribadian yang

lebih baik serta pembina watak agar dapat memainkan perananya dalam

berbagai lingkungan.

b. Pengertian Lalu Lintas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2010:777) memberikan definisi

tentang lalu lintas yaitu :

1) (Berjalan) bolak-balik, hilir mudik

2) Perihal perjalanan di jalan dan sebagainya

3) Perhubungan antara sebuah tempat dengan tempat yang lain.

Selanjutnya dalam UU RI No.22 Tahun 2009 Pasal 1 angka 2 ”Lalu

lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan”.

Page 37: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Sedangkan yang dimaksud dengan “Ruang lalu lintas jalan adalah

prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau

barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung”. (UU RI No.22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 1 ayat 11)

Adapun menurut Yudi (2012 : http://lantas.bengkulu.polri.go.id)

memberikan definisi tentang lalu lintas jalan adalah gerak pindah dengan atau

tampa alat penggerak dari satu tempat ketempat lain dengaan menggunakan

jalan sebagai ruang penggeraknya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

disebut dengan lalu lintas adalah pergerakan kendaraan, orang, dan barang di

ruang lalu lintas yaitu di jalan.

c. Pengertian Pendidikan Lalu Lintas

Definisi pendidikan lalu lintas dalam konteks pendidikan yaitu sebagai

berikut :

Dalam konteks pendidikan, pendidikan lalu lintas berarti melakukan

serangkaian usaha secara terprogram dan tersistem untuk melahirkan

generasi yang memiliki etika dan budaya tertib berlalu lintas.

Pendidikan Lalu Lintas menfokuskan pada penanaman pengetahuan

tentang tata cara berlalu lintas (transfer of knowledge) dan

menanamkan nilai-nilai (tranform of values) etika dan budaya tertib

berlalu lintas dan membangun perilaku pada generasi muda pada

zaman sekarang. (Achmad Nur Sofyan, 2011,

http://gurukuganteng.blogspot.com/2010/10/integrasi-pendidikan-lalu-

lintas-pada.html)

Sedangkan menurut H.S. Djajoesman menyatakan bahwa pendidikan

lalu lintas adalah suatu aktifitas yang meluputi :

a) Memberikan penjelasan kepada pemakai jalan bagai mana mereka

harus bergerak dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan-

peraturan untuk menghindarkan kecelakaan dan kemacetan lalu

lintas

b) Memberi nasehat atau teguran sebagai perintah atau petunjuk,

tetapi tidak sebagai celaan.

c) Jika tindakan diatas gagal dalam pelaksanaannya, maka di adakan

penangkapan (tindakan-tindakan dan pekaranya di ajukan kemuka

sidang pengadilan agar pelanggar mendapat hukuman yang

setimpal dengan kesalahannya. (Yudi, 2012,

Page 38: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

http://lantas.bengkulu.polri.go.id)

Selanjutnya menurut yudi (2012 : http://lantas.bengkulu.polri.go.id)

memberikan definisi pendidikan masyarakat tentang lalu lintas, disingkat

DIKMAS Lantas adalah “Segala kegiatan dan usaha untuk menumbuhkan

pengertian, dukungan dan pengikutsertaan masyarakat secara aktif dalam usaha

menciptakan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas melalui proses

pengajaran dan pelatihan”.

Giedd Et Al menyatakan bahwa :

For traffic education this means that young children mainly need to

master practical skills. When a skill has frequently been practiced in

familiar and unfamiliar situations, children can progress towards

situations that require an overview and understanding, such as

interactions between different categories of road user. In addition to

teaching children the correct behaviour, education should also deal

with awareness and impulse control. (Swov, 2009,

http://www.swov.nl/rappor...fic_education_children.pdf)

Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa untuk pendidikan

berlalu lintas ini berarti bahwa anak-anak sangat perlu untuk mengetahui

beberapa skill yang bersifat praktis/mudah dipraktekan. Ketika sebuah skill

telah sering dipraktekkan dalam situasi yang familiar maupun tidak familiar,

anak-anak bisa berkembang untuk memahami sebuah situasi yang memerlukan

pemahaman yang lebih dalam, seperti interaksi antara kategori pengguna jalan

yang berbeda. Sebagai tambahan untuk mengajari anak-anak tingkah laku yang

benar, pendidikan juga harus mempertimbangkan kesadaran dan control

perasaan..

Pendidikan lalu lintas sendiri penting untuk diberikan hal ini

dikarenakan bahwa pendidikan dapat mengurangi tingginya angka pelanggaran

maupun kecelakaan, seperti yang diuangkapkan Ian R. Johnston bahwa

“Education is one of the strategies available to reduce traffic crashes and the

resultant personal injury. It is seen by many as the major strategy for

achieving lasting change”. (http://www.springerlink.com/content/

m78565513x8k3472/)

Page 39: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Pernyataan Ian R. Johnston tersebut mengandung arti bahwa

Pendidikan adalah salah satu strategi yang bisa digunakan untuk mengurangi

kecelakaan lalu lintas dan dampak cedera yang diakibatkannya. Banyak orang

yang menilai strategi ini sebagai strategi yang akan memiliki dampak yang

akan bertahan lama.

Berdasarkan dari pengertian pendidikan lalu lintas diatas dapat

disimpulkan bahwa pendidikan lalu lintas adalah suatu aktifitas yang dilakukan

dengan penuh sadar untuk memberikan pengertian kepada para pemakai jalan

bagaimana tata cara berlalu lintas yang baik dan benar serta bermanfaat bagi

dirinya sendiri maupun bagi orang lain, dan pada akhirnya dapat mewujudkan

ketertiban, keamanan, dan kelancaran dalam berlalu lintas.

d. Tujuan Pendidikan Lalu Lintas

Pemberian pendidikan lalu lintas kepada masyarakat diselenggarakan

dengan tujuan :

1) Agar generasi muda secara sadar mampu mengimplementasikan

sistem nilai yaitu etika dan budaya berlalu lintas yang aman,

santun, selamat, tertib dan lancar yang diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Mengubah peri laku pemakai jalan (road user behavior).

3) Menurunkan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.

4) Memberikan informasi lalu lintas secara baik dan benar.

(Achmad Nur Sofyan, 2010, http://gurukuganteng.blogspot.

com/2010/10/integrasi-pendidikan-lalu- lintas-pada.html)

Sementara itu (Anonim, 2009, http://www.swov.nl/rappor...fic

education_children.pdf) tujuan dari pendidikan lalu lintas yaitu :

1) children know the traffic rules and the meaning of road signs; they can

apply this knowledge in the traffic situation in their immediate environment

2) children are capable of safely participating in traffic as pedestrians,

cyclists, and as independent users of public transport.

Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa tujuan dari

pendidikan lalu lintas yaitu :

Page 40: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

1) Anak-anak mengetahui peraturan lalu lintas dan arti dari rambu-rambu lalu

lintas, mereka bisa mengaplikasikan pengetahuan ini di lingkungan sekitar

mereka dimana terdapat aktifitas lalu lintas.

2) Anak-anak mampu berpartisipasi secara aman sebagai pejalan kaki,

mengendarai sepeda, dan sebagai pengguna transportasi umum yang

mandiri.

Berdasarkan dari tujuan pendidikan lalu lintas tersebut diatas maka

dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan lalu lintas yaitu sebagai

berikut :

1) Mengetahui aturan-aturan lalu lintas dan rambu-rambu lalu lintas yang

ada.

2) Agar mengimplementasikan etika dan budaya berlalu lintas yang aman,

santun, selamat, tertib dan lancar yang diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Mengubah perilaku pemakai jalan yang sesuai aman dan aturan.

4) Menurunkan tingginya angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.

5) Memberikan informasi lalu lintas.

e. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Lalu Lintas

Satuan polisi lalu lintas (Satlantas) dalam proses pemberian pendidikan

lalu lintas kepada masyarakat, ruang lingkup materi yang diberikan antara lain

sebagai berikut :

1) Pengertian Lalu Lintas

2) Peraturan Perundangan Berlalu Lintas

3) Pentingnya Rambu-rambu Lalu Lintas

4) Marka Jalan

5) Alat pemberi isyarat pengatur lalu lintas

6) Pengamanan diri sebagai pemakai jalan

7) Tata cara berlalu lintas yang benar

8) Tips aman perjalanan

9) Hak dan kewajiban warga negara dalam berlalu lintas

10) Peran masyarakat dalam penyelenggaraan Lalu Lintas

11) Peran masyarakat dalam penyelenggaraan Lalu Lintas

Page 41: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

12) Praktik isyarat pengaturan lalu lintas. (Achmad Nur Sofyan, 2010,

http://gurukuganteng.blogspot.com/2010/10/integrasi-pendidikan-

lalu- lintas-pada.html)

3. Tinjauan Tentang Ketertiban Lalu Lintas

a. Pengertian Ketertiban Lalu Lintas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1455) “Tertib adalah

teratur, menurut aturan dan rapih”. Sedangkan “Ketertiban adalah keadaan

serba teratur baik”. Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa ketertiban adalah keadaan serba teratur yang patuh terhadap aturan yang

ada untuk menciptakan suatu kerapihan.

Sementara itu dalam UU RI No.22 Tahun 2009 Pasal 1 angka 32

“Ketertiban Lalu Lintas adalah suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung

secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap pengguna jalan”.

Selanjutnya menurut Soerjono Soekanto (1990 : 74) menyatakan bahwa

:

Ketertiban dan keamanan adalah suatu keperluan hakiki masyarakat

yang menghayati cita-cita tujuan dan seluruh kegiatan masyarakat

untuk mewujudkan masyarakat tertib dan aman, adil dan makmur, baik

material maupun spiritual yang pencapaiannya dilakukan bersama oleh

pemerintah dan rakyat melalui penyelenggaraan fungsi, kegiatan dan

operasi yang ditujukan untuk menciptakan, memelihara dan

meningkatkan secara berlanjut suatu situasi dan kondisi masyarakat

yang mutlak diperlukan untuk menjamin dan memelihara kelangsungan

kewibawaan pemerintah dan ketertiban masyarakat dalam rangka

ketahanan nasional yang berdasarkan ideologi pancasila.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketertiban lalu

lintas adalah suatu keadaan berlalu lintas secara teratur tanpa ada gangguan

saat berkendara di jalan raya serta sesuai dengan hak dan kewajiban pengguna

jalan.

b. Dampak Ketidak Tertiban Beralu Lintas

Dampak ketidak tertiban lalu lintas terlihat dari adanya berbagai

permasalahan tentang lalu lintas. Permasalahan lalu lintas secara umum

meliputi adanya kecelakaan lalu lintas, kemacetan lalu lintas, dan pelanggaran

Page 42: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

lalu lintas. Permasalahan tersebut tentu berdampak pada ketertiban lalu lintas

yang sangat kurang dan menimbulkan berbagai kerugian baik kerugian materiil

maupun non materiil. Permasalahan tersebut meliputi :

1) Kecelakaan Lalu Lintas

UU RI Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 1 angka 24 “Kecelakaan lalu

lintas adalah suatu peristiwa di atau tanpa pengguna jalan lain yang

mengakibatkan korban manusia/atau kerugian harta benda”.

Selanjutnya Warpani, S.P. (2002 : 108) berpendapat bahwa

penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan dalam empat unsur, yaitu :

manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Keempat unsur tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a) Manusia

Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki dan

pengendara kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak

bermotor. Interaksi antara faktor manusia, kendaraan, jalan dan

lingkungan sangat bergantung dari perilaku manusia sebagai pengguna

jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap ketertiban, keamanan,

keselamatan, dan kelancaran lalu lintas. Hal ini sangat ditentukan oleh

beberapa indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di Jalan raya

berupa :

(1) Mental

Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan

merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh

terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan-santun, toleransi antar

pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta

kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah

interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil yang

positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran

lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan

kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,

sehingga mentalitas pengguna Jalan merupakan suatu hal yang

Page 43: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

fundamental dalam mewujudkan situasi lalu lintas yang baik. Mental

dan perilaku pengguna jalan merupakan suatu cerminan budaya

berlalu lintas, hal ini tidak dapat dibentuk secara instant oleh suatu

lembaga tertentu, baik itu lembaga pendidikan maupun lembaga

lainnya, tetapi terbentuk secara berkesinambungan mulai kehidupan

sehari-hari dalam keluarga, lingkungan dan situasi lalu lintas yang

kasat mata secara keseharian selalu terlihat oleh pengguna jalan

sehingga membentuk kultur mentalitas berlalu lintas seseorang.

(2) Pengetahuan

Setiap pengguna jalan wajib memahami setiap aturan yang

telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang,

Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga

diharapkan pada waktu berlalu lintas di jalan raya diwajibkan untuk

mentaati peraturan yang telah ditetapkan. Ketidaktahuan pengguna

jalan terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan atau berpotensi

memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar

pengguna jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan dengan

aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di

jalan raya. Selain pemahaman terhadap pengetahuan tentang

peraturan perundang-undangan yang berlaku, pengetahuan tentang

karakteristik kendaraan merupakan suatu hal yang tidak dapat

diabaikan, setiap kendaraan memiliki karakteristik yang berbeda

dalam penanganannya, pengetahuan terhadap karakteristik

kendaraan sangat berpengaruh terhadap operasional kendaraan di

jalan raya yang secara otomatis akan berpengaruh pula terhadap

situasi lalu lintas jalan raya, oleh karena itu pengguna kendaraan

juga berkewajiban untuk memahami karakter dari kendaraan yang

mereka pergunakan.

Salah satu contoh, dalam pasal 106 UU RI No. 22 Tahun

2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan mengamanatkan bahwa

Page 44: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dalam berlalu lintas setiap orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan :

(a) rambu perintah atau rambu larangan;

(b) marka jalan;

(c) alat pemberi isyarat lalu lintas;

(d) gerakan lalu lintas;

(e) berhenti dan parkir;

(f) peringatan dengan bunyi dan sinar;

(g) kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

(h) tata cara penggandengan dan penempelan dengan

kendaraan lain.

Dengan adanya peraturan yang sudah dibakukan untuk

pengendara kendaraan bermotor tersebut maka bagi penggendara

kendaraan bermotor berkewajiban mengetahui tentang peraturan

tersebut dan wajib menjalankan peraturan yang telah ditetapkan.

(3) Keterampilan

Kemampuan dalam mengendalikan (mengendarai/

mengemudi) kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan

tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar terhadap situasi

lalu lintas, keterampilan mengendalikan kendaraan merupakan suatu

keharusan yang mutlak demi keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaraan lalu lintas baik bagi pengemudi/pengendara kendaraan

tersebut maupun pengguna jalan lainnya. Lisensi terhadap

kemampuan dalam mengendalikan kendaraan di wujudkan secara

formal melalui surat izin mengemudi yang di keluarkan oleh

SATPAS Polri sesuai dengan peruntukan kendaraan bermotor yang

dikemudikan/dikendarai oleh pengguna jalan sesuai dengan Undang-

Undang No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Keterampilan mengendalikan (mengendarai/mengemudi) kendaraan

baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor

diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum mengajukan lisensi

keterampilannya (SIM), secara formal khusus untuk kendaraan

bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah memiliki

Page 45: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor sebelum

dilanjutkan proses pengujian keterampilannya untuk mendapatkan

SIM.

b) Kendaraan

Dalam UU RI Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 1 angka 7 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan “Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan

yang terdiri dari atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor”.

Kendaraan adalah satu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri

dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor, kendaraan

bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang

berada pada kendaraan itu. Kendaraan merupakan salah satu faktor utama

yang secara langsung terlibat dalam dinamika lalu lintas jalan raya

dengan dikendalikan oleh manusia, interaksi antara manusia dan

kendaraan dalam satu kesatuan gerak di jalan raya memerlukan

penanganan khusus baik terhadap mental, pengetahuan dan keterampilan

pengemudi maupun kesiapan (layak jalan) kendaraan tersebut untuk

dioperasionalkan di jalan raya.

Dalam berlalu lintas kondisi kendaraan berpotensi terhadap

penyebab kecelakaan. Kendaraan yang tidak layak jalan atau mengalami

kerusakan di jalan sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.

Misalnya dalam kondisi kendaraan yang mengalami kerusakan rem

membuat pengendara kehilangan kendali dan akhirnya mengakibatkan

kecelakaan. Oleh sebab itu diwajibkankan untuk mengecek kondisi

kendaraan anda sebelum berkendara.

c) Jalan

Transportasi di jalan sebagai salah satu moda transportasi tidak

dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam

sistem transportasi nasional yang dinamis dan mampu mengadaptasi

kemajuan di masa depan, mempunyai karakteristik yang mampu

menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan memadukan moda

transportasi lainnya, perlu lebih dikembangkan potensinya dan

Page 46: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah baik nasional

maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak

pembangunan nasional.

Jaringan transportasi jalan merupakan serangkaian simpul

dan/atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas

sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, Jalan adalah jalan yang

diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

Kondisi jalan mempengaruhi terjadinya kecelakaan, kondisi jalan

yang rusak atau berlubang, jalan yang sempit, tanjakan yang terlalu

curam, serta belokan-belokan berpotensi memicu terjadinya kecelakaan.

d) Lingkungan

Lingkungan alam atau lingkungan binaan sangat mempengaruhi

keselamatan lalu lintas. Bukit atau pohon yang menghalangi pandangan,

tanjakan terjal, serta tikungan tajam merupakan faktor alam yang perlu

mendapat perhatian dalam pengelolaan lalu lintas. Cuaca buruk juga

mempengaruhi keselamatan arus lalu lintas. Hujan yang deras atau

berkabut menjadikan pandangan pengemudi sangat terbatas sehingga

mudah sekali terjadi kesalahan antisipasi.

2) Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan lalu lintas adalah kondisi dimana arus lalu lintas

meningkat pada ruas jalan tertentu, sehingga waktu tempuh bertambah

(karena kecepatan menurun) yang berakibat pada tidak lancarnya

pergerakan pada ruas jalan (T. Tjahjono, 2008 : 11).

Menurut Arif Budiarto dan Mahmudah (2007 : 6) “kemacetan dapat

disebabkan antara lain oleh sarana dan prasarana lalu lintas yang masih

terbatas, manajemen lalu lintas yang belum berfungsi secara optimal,

pelayanan angkutan umum penumpang yang belum memadai, dan disiplin

pemakai jalan yang masih rendah”. Sarana dan prasarana lalu lintas yang

masih terbatas disini yang paling utama adalah faktor jalan. Meskipun

manajemen lalu lintas, pelayanan angkutan serta disiplin berkendara

Page 47: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

tersebut sudah baik, sedangkan faktor prasarana jalan belum memadai maka

masih sangat mungkin untuk terjadi kemacetan.

Masalah kemacetan lalu lintas merupakan problema yang sangat

kompleks dan merupakan fenomena yang tidak mudah untuk diatasi

terutama fenomena kemacetan yang terjadi di kota-kota besar, kawasan

wisata, kawasan industri, perkantoran, pasar tumpah dan tempat-tempat lain

dimana sebagai faktor penyebab antara lain :

a) Sikap mental sebagian masyarakat pengguna jalan yang kurang

disiplin, mau menang sendiri dan tidak memenuhi peraturan lalu

lintas.

b) Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2002 yang

berjumlah 24.671.330 mengalami kenaikan menjadi 32.774.929

atau kenaikan sebanyak 8.103.599 (33%) yang tidak diimbangi

dengan penambahan panjang jalan yang memadai.

c) Menjamurnya pedagang kaki lima, pedagang asongan di badan-

badan jalan dan di persimpangan jalan.

d) Tidak tersedianya tempat parkir yang memadai akibat kurang

adanya koordinasi antar instansi terkait dalam perencanaan tata

ruang perkotaan dan penerbitan ijin mendirikan bangunan

terutama di tempat-tempat konsentrasi publik.

e) Tidak terencananya rencana umum tata ruang wilayah (RUTRW)

dalam penataan kota khususnya di kota-kota besar menimbulkan

permasalahan baru dibidang kemacetan lalu lintas (Arif Budiarto

dan Mahmudah, 2007 : 10)

3) Pelanggaran Lalu Lintas

Pelanggaran merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan

aturan yang ada, baik dalam norma masyarakat atau hukum yang berlaku.

Dalam konteks ini pelanggaran lalu lintas adalah suatu tindakan baik

sengaja ataupun tidak sengaja melakukan perbuatan untuk tidak mematuhi

aturan-aturan lalu lintas yang berlaku. Pada umumnya pelanggaran lalu

lintas merupakan awal terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Sanksi/hukuman bagi para pengguna jalan yang melanggar peraturan

lalu lintas sangat beragam, yaitu tergantung dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan. Sanksi yang paling ringan yaitu peringatan atau teguran agar

pemakai jalan lebih disiplin, kemudian sanksi tilang dan denda dikenakan

bagi pemakai jalan yang melakukan pelanggaran tidak mempunyai

Page 48: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kelengkapan surat-surat mengemudi, diantaranya surat ijin mengemudi

(SIM) dan surat tanda nomor kendaraan (STNK). Di beberapa kota di

Indonesia, satuan polisi lalu lintas (satlantas) membagi pelanggaran lalu

lintas di wilayah Kota menjadi tiga kelas potensial pelanggaran, yaitu:

a) Kelas potensial pelanggaran umum, dengan nilai bobot paling rendah

yaitu 1 (satu) poin. Pada kelas pelanggaran ini jenis pelanggarannya,

misal: melanggar persyaratan lampu, rem, melanggar penggunaan sabuk

pengaman, pemakaian helm, persyaratan surat kendaraan/STNK dan

SIM, dan sebagainya.

b) Kelas potensial kejadian kemacetan dengan nilai bobot pelanggaran 3

(tiga) poin. Jenis pelanggaran yang dimaksud yaitu pelanggaran lalu

lintas yang dapat menyebabkan terjadi kemacetan pada suatu ruas jalan

tertentu. Jenis pelanggaran tersebut misalnya : melanggar marka

melintang garis utuh sebagai batas berhenti, melanggar larangan

berhenti/parkir ditempat umum, melanggar ketentuan kelas jalan yang

dinyatakan dengan rambu-rambu, dan sebagainya.

c) Kelas potensial kejadian kecelakaan dengan nilai bobot pelanggaran 5

(lima) poin. Jenis pelanggaran yang dimaksud yaitu pelanggaran lalu

lintas yang beresiko menyebabkan terjadi kecelakaan lalu lintas disuatu

ruas jalan. Jenis pelanggaran tersebut misalnya melanggar rambu-rambu

perintah dan larangan, melanggar ketentuan cahaya alat pengatur isyarat,

melanggar batas maksimum, tidak menyalakan petunjuk arah waktu akan

membelok atau berbalik arah, dan sebagainya (Ditlantas Babinkum Polri,

2006).

Page 49: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

4. Tinjauan Tentang Kesadaran Hukum Warga dalam Berlalu Lintas

a. Pengertian Kesadaran Hukum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1198) “Kesadaran adalah

insaf, merasa, tahu dan mengerti”.

Sedangkan pengertian dari hukum sendiri sangat banyak dimana orang

satu dengan yang lain memberikan penngertian hukum yang berbeda-beda

tergantung dari sudut pandang mereka.

S.M. Amin memberi pengertian bahwa “Hukum adalah kumpulan

peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi-sanksi”. (Ishaq, 2008:3)

Menurut J.T.C Simorangkir dan Woerjono Sastroputro bahwa “Hukum

adalah peraturan yang bersif memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia

dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib,

pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu

dengan hukuman”. (Ishaq, 2008:3)

Sedangkan bahwa “Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah

dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan

seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh

karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan

oleh pemerintah atau penguasa itu”. (Ishaq, 2008:3)

Selanjutnya M.H. Tirtamidjata mendefinisikan bahwa “Hukum adalah

semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku dan tindakan

dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika

melanggar aturan itu yang akan membahayakan diri sendiri atau harta,

umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaanya, didenda, dan sebagainya”.

(Ishaq, 2008:3).

Sementara itu menurut Beni Ahmad Saebani (2007:14) memberikan

suatu pengertian bahwa “Hukum adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi

peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat mengendalikan, mencegah,

mengikat, dan memaksa; atau ketentuan suatu perbuatan yang terlarang berikut

berbagai akibat (sanksi) hukum didalamnya”.

Page 50: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hukum

adalah serangkaian peraturan tentang tingkah laku manusia dalam suatu

kehidupan bersama berupa paksaan dan apabila dilanggar akan mendapatkan

suatu sanksi. Sedangkan pengertian dari kesadaran hukum adalah sebagai

berikut :

Soerjono Soekanto (1982 : 152) menyatakan bahwa “Kesadaran hukum

sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri

manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada”.

Menurut Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah (1987 : 211)

menyebutkan bahwa “Kesadaran hukum merupakan suatu proses psikis yang

terdapat dalam diri manusia, yang mungkin timbul dan mungkin pula tidak

timbul. Akan tetapi asas tentang kesadaran hukum itu terdapat pada setiap

manusia , oleh karena setiap manusia mempunyai rasa keadilan”.

Sedangkan menurut OK. Chairrudin (1991 : 101) menyatakan bahwa :

Kesadaran hukum adalah nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat

tentang hukum yang meliputi pengetahuan pemahaman, penghayatan,

kepatuhan/ketaatan kepada hukum. Dengan demikian kesadaran hukum

itu sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di

dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang

diharapkan ada.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kesadaran hukum adalah suatu proses psikis atau kejiwaan atau nilai-nilai yang

terdapat dalam diri manusia yang mengetahui, memahami, menghayati, dan

mematuhi atau mentaati hukum serta dapat membedakan nama yang harus

dilakukan dan mana yang tidak harus dilakukan dengan didasari oleh rasa

keadilan.

b. Indikator Kesadaran Hukum

Setiap warga masyarakat senantiasa mempunyai suatu kesadaran

hukum yang berbeda-beda, yaitu ada yang mempunyai kesadaran hukum tinggi

dan ada yang mempunyai kesadaran hukum yang rendah. Soerjono Soekanto

(1982 : 159) mengatakan bahwa masalah kesadaran hukum merupakan

masalah nilai-nilai. Dengan demikian, kesadaran hukum adalah konsepsi-

Page 51: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

konsepsi abstrak di dalam diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban

dengan ketentraman yang dikehendaki atau yang sepantasnya.

Oleh karena masalah kesadaran hukum bersifat abstrak maka Soerjono

Soekanto (1982 : 17) terlebih dahulu mengidentifisir indikator-indikator

kesadaran hukum yang mencakupnya, antara lain:

1) Pengetahuan tentang peraturan (law awareness)

2) Pengetahuan tentang isi peraturan (law acquaintance)

3) Sikap hukum (legal attitude)

4) Perikelakuan hukum (legal behavior)

Soerjono Soekanto juga menyatakan bahwa setiap indikator tersebut di atas

menunjuk pada tingkat kesadaran hukum tertentu mulai dari yang terendah

sampai dengan yang tertinggi.

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah (1987 : 226-227) mengatakan

bahwa apabila seseorang berbicara mengenai kesadaran hukum, maka tidak

jarang bahwa dia sendiri kurang mengetahui dengan tepat, apa yang

dimaksudkannya dengan kesadaran hukum tersebut. Ada kalanya hal itu

dikaitkan dengan perasaan seseorang terhadap hukum, misalnya rasa keadilan.

Kadang-kadang kesadaran hukum dikaitkan dengan masalah puas atau tidak

puas terhadap hukum yang ada. Tidak jarang pula kesadaran hukum itu

dihubungkan dengan perilaku orang. Artinya, apabila perilakunya menyimpang

dari hukum, maka tingkat kesadaran hukumnya rendah, dan demikian pula

sebaliknya. Ada juga yang mengkaitkan kesadaran hukum dengan masalah

dedikasi. Artinya, apabila seumpama seorang petugas hukum melaksanakan

tugas penegakan hukum dengan baik, maka hal itu berarti bahwa kesadaran

hukumnya tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas, Soerjono Soekanto dan Mustafa

Abdullah (1987 : 228-229) menyebutkan bahwa indikator-indikator kesadaran

hukum antara lain sebagai berikut:

1) Pengetahuan hukum

Artinya, seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu diatur oleh

hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pengetahuan tersebut

Page 52: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum atau perilaku yang

diperbolehkan oleh hukum.

2) Pemahaman hukum

Artinya, seorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan

pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, terutama dari segi isinya.

3) Sikap hukum

Artinya, seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian

tertentu terhadap hukum.

4) Perilaku hukum

Artinya, dimana seseorang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku.

Indikator kesadaran hukum, menurut OK. Chairuddin (1991 : 102)

terdiri dari:

1) Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum

2) Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum

3) Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum

4) Pola-pola perilaku hukum

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan

indikator dari kesadaran hukum adalah :

1) Pengetahuan tentang hukum

Artinya, bahwa seseorang mengetahui tentang perilaku-perilaku yang

diatur oleh hukum baik peraturan tertulis maupun peraturan tidak tertulis.

Pengetahuan yang harus diketahui yaitu tentang perilaku yang dilarang

maupun yang diperbolehkan oleh hukum.

2) Pemahaman tentang hukum

Artinya, bahwa seseorang itu mempunyai pengetahuan dan kemudian

pemahaman tentang isi dari hukum itu sendiri.

3) Sikap tentang hukum

Artinya, bahwa seseorang mempunyai tentang penilaian terhadap hukum

itu sendiri.

4) Perilaku hukum

Page 53: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Artinya bahwa seseorang bertindak atau berperilaku sesuai dengan aturan

hukum yang ada.

c. Faktor-faktor Rendahnya Kesadaran Hukum

Rendahnya atau menurunnya kesadaran hukum dapat disebabkan oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Goncangan dan berbaurnya nilai sebagai akibat dari kondisi

masyarakat yang berkembang;

2) Jangkauan hukum yang tidak merata;

3) Tidak dikomunikasikannya hukum kepada masyarakat secara luas

dan efektif;

4) Penegakan hukum yang tidak konsisten;

5) Fungsi hukum yang sering gagal sebagai pengayom atau sebagai

penegak keadilan sehingga hukum itu kehilangan kekuatan serta

kewibawaannya;

6) Masyarakat yang masih bersifat paternalistik, tidak diberikannya

teladan oleh para pemimpin formal maupun tidak formal (Ali Said,

1983 : 9-10).

Berdasarkan melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

kesadaran hukum di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rendahnya kesadaran

hukum masyarakat dalam berlalu lintas dipengaruhi oleh :

1) Goncangan dan berbaurnya nilai sebagai akibat dari kondisi masyarakat

yang berkembang.

Artinya, bahwa kondisi negara Indonesia merupakan negara yang sedang

berkembang membuat masyarakatnya masih banyak mengalami

goncangan, terutama masyarakat yang berkeadaan ekonomi lemah mereka

lebih menomorduakan peraturan hukum dan bahkan tidak menghiraukan

peraturan hukum yang ada demi kelangsungan hidup mereka.

2) Jangkauan hukum yang tidak merata.

Artinya, bahwa hukum yang dibuat tidak terjangkau bagi masyarakat yang

tinggal di daerah-daerah kecil.

3) Tidak dikomunikasikannya hukum kepada masyarakat secara luas dan

efektif.

Page 54: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Artinya, bahwa peraturan yang sudah ditetapkan kurang disosialisasikan

kepada masyarakat khususnya masyarakat yang mempunyai fasilitas minim.

Sehingga peraturan yang ada tersebut kurang diketahui oleh masyarakat

sehingga banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut karena

kurangnya pengetahuan mereka.

4) Penegakan hukum yang tidak konsisten.

Artinya, bahwa hukum harus berjalan secara konsisten tanpa pandang bulu.

Misalnya anak seorang polisi sebagai aparat penegak hukum tertangkap

melanggar rambu lalu lintas lalu kemudian polisi yang menangkap

mengetahui bahwa anak tersebut merupakan anak seorang polisi yang

kemudian di biarkan dan tidak diberi sanksi hukum yang ditetapkan. Hal itu

menunjukkan bahwa hukum berjalan tidak konsisten.

5) Fungsi hukum yang sering gagal sebagai pengayom atau sebagai penegak

keadilan sehingga hukum itu kehilangan kekuatan serta kewibawaannya.

Artinya, bahwa berjalanya hukum tidak lebas dari aparat penegak hukum

sebagai pembuat dan pelaksana hukum itu sendiri. Aparat penegak hukum

berkewajiban sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, oleh

sebab itu ia harus dapat menempatkan diri dalam suasana emosi yang tepat.

Artinya, luapan emosi tersebut harus sepenuhnya berada dalam kendali

dirinya. Jika lepas kontrol, maka berarti anggota penegak hukum itu

dianggap gagal pula melaksanakan doktrin sebagai pelindung, pengayom,

dan pelayan masyarakat. Dan pada akhirnya dengan kegagalan tersebut

hukum kehilangan kekuatan dan kewibawaanya.

6) Masyarakat yang masih bersifat paternalistik, tidak diberikannya teladan

oleh para pemimpin formal maupun tidak formal.

Artinya, masyarakat merasa hukum di Indonesia masih belum bisa

memberikan jaminan terhadap mereka dan kebanyakan dari mereka masih

belum mengerti dan memahami bahasa dari hukum, sehingga kesadaran

masyarakat terhadap hukum itu kurang. Ditambah lagi dengan Aparat

penegak hukum sebagai pembuat dan pelaksana hukum itu sendiri masih

belum bisa untuk benar-benar menerapkan peraturan yang sudah ditetapkan.

Page 55: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Malah sering aparat penegak hukum yang seharusnya sebagai pelaksana

malah melanggar hukum. Hal itu membuat masyarakat menjadi memandang

remeh aparat penegak hukum yang tidak bisa memberikan teladan bagi

rakatnya.

Dari beberapa faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesadaran

hukum tidak hanya timbul dari diri pribadi masing-masing warga masyarakat

tetapi juga ada faktor di luar dari diri orang tersebut, misalnya karena

jangkauan hukum yang tidak merata, penegakan hukum yang tidak konsisten,

hukum gagal sebagai pengayom kurangnya, serta pengetahuan tentang

peraturan-peraturan di bidang lalu lintas, hal tersebut dikarenakan tidak setiap

orang dapat mengerti dan memahami maksud diberlakukannya peraturan di

bidang lalu lintas oleh sebab itu perlu diberikan pendidikan tentang lalu lintas

dengan tujuan agar masyarakat lebih jelas dan lebih bisa memahami bagaimana

seharusnya bersikap terutama dalam berlalu lintas

d. Kepatuhan Terhadap Hukum

Di dalam sosiologi, masalah kepatuhan terhadap kaedah-kaedah telah

menjadi pokok permasalahan yang cukup banyak dibicarakan. Pada umumnya

yang menjadi pusat perhatian adalah basis-basis atau dasar-dasar daripada

kepatuhan tersebut. Menurut Bierstedt dasar-dasar kepatuhan adalah:

1) Indoctrination

Sebab pertama mengapa warga masyarakat mematuhi kaedah-

kaedah adalah karena dia diindoktrinir untuk berbuat demikian. Sejak kecil

manusia telah dididik agar mematuhi kaedah-kaedah yang berlaku dalam

masyarakat. Sebagaimana halnya dengan unsur-unsur kebudayaan lainnya,

maka kaedah-kaedah telah ada waktu seseorang dilahirkan, dan semula

manusia menerimanya secara tidak sadar. Melalui proses sosialisasi manusia

dididik untuk mengenal, mengetahui serta mematuhi kaedah-kaedah

tersebut.

Page 56: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2) Habituation

Oleh karena sejak kecil mengalami proses sosialisasi, maka lama

kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaedah-kaedah yang

berlaku. Memang pada mulanya adalah sukar sekali untuk mematuhi

kaedah-kaedah tadi yang seolah-olah mengekang kebebasan. Akan tetapi,

apabila hal itu setiap hari ditemui, maka lama kelamaan menjadi suatu

kebiasaan untuk mematuhinya, terutama apabila manusia sudah mulai

mengulangi perbuatan-perbuatannya dengan bentuk dan cara yang sama.

3) Utility

Pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup

pantas dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk seseorang,

belum tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu, diperlukan

suatu patokan tentang kepantasan dan keteraturan tersebut. Patokan-patokan

tadi merupakan pedoman-pedoman atau takaran-takaran tentang tingkah

laku dan dinamakan kaedah. Dengan demikian, salah satu faktor yang

menyebabkan orang taat pada kaedah adalah karena kegunaan dari pada

kaedah tersebut. Manusia menyadari, bahwa jika manusia hendak hidup

pantas dan teratur maka diperlukan kaedah-kaedah.

4) Group Identification

Salah satu sebab mengapa seseorang patuh pada kaedah adalah

karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu sarana untuk mengadakan

identifikasi dengan kelompok. Seseorang mematuhi kaedah-kaedah yang

berlaku dalam kelompoknya bukan karena seseorang menganggap

kelompoknya lebih dominan dari kelompok-kelompok lainnya. Namun,

justru karena ingin mengadakan identifikasi dengan kelompoknya tadi.

Bahkan kadang-kadang seseorang mematuhi kaedah-kaedah kelompok lain,

karena ingin mengadakan identifikasi dengan kelompok lain tersebut.

(Soerjono Soekanto, 1982 : 225-226)

Page 57: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

5. Kontribusi Pendidikan Lalu Lintas Terhadap Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan kewarganegaraan merupakan terjemahan dari dari istilah Civic

Education (CE). Menurut Isin dan Turner “Civic secara etimologis berasal dari

bahasa latin yaitu kata civis, civicus atau civitas meaning a member of an ancient

city-state, preeminently the roman republic, but civitas was a latin rendering of

the greek term polites, a member of a greek polis” (Winarno dan Wijianto, 2010:

2). Civic diartikan sebagai anggota atau warga dari suatu republik di zaman

romawi, sedangkan zaman yunani athena diistilahkan polities yaitu anggota dari

polis (negara kota).

Cholisin menyatakan bahwa:

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang fokus

materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang

kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut

sesuai dengan ketentuan pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga

negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. (Winarno dan

Wijianto, 2010: 4)

Selanjutnya Sumantri (1976:29) mengemukakan bahwa “Pelaksanaan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia yaitu dengan menanamkan

konsep-konsep dan sistim nilai yang sudah dianggap baik sebagai titik tolak untuk

menumbuhkan warga negara yang baik”

Berdasarkan dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kawarganegaraan merupakan pendidikan yang ditujukan kepada warga negara

agar memiliki sikap positif, agar mentaati peraturan yang berlaku, serta agar

menjadi warga negara yang baik dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Branson menyatakan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan

mengembangkan 3 komponen pokok sebagai komponen peserta didik agar

memiliki civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic values/

dispositions (nilai/atau karakter kewarganegaraan) dan civic skill (ketrampilan

kewarganegraan)”. (Winarno dan Wijianto, 2010:50)

Dari ketiga komponen utama pendidikan kewarganegaraan tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Page 58: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

1. Civic knowledge berkenaan dengan apa-apa yang perlu diketahui dan

dipahami secara layak oleh warga negara.

2. Civic values/Civic disposition berkenaan dengan sifat dan karakter yang baik

dari seorang warga negara baik secara pribadi maupun publik.

3. Civic skill berkenaan dengan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh

warga negara bagi kelangsungan bangsa dan negara. civic skill meliputi :

ketrampilan intelektual dan ketrampilan partisipasi (Winarno & Wijianto,

2010:50).

Berdasarkan dari penjelasan diatas pendidikan kewarganegaraan memiliki

tiga komponen utama/pokok yaitu civic knowledge, civic values/civic disposition,

dan civic skill. Peserta didik setelah mendapatkan pendidikan kewarganegaraan

diharapkan memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan kewarganegaraan.

Keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dengan pendidikan lalu lintas

yaitu dapat dilihat pada tujuan. Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan yaitu

mengarah kepada terbentuknya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, menaati

peraturan yang berlaku, berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, berpikir

kritis, logis, inovatif dan mampu memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-

hari, sebagai warga negara yang memahami hak dan kewajibannya, dan pada

akhirnya menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (Junaidi,

2011, http://pendidikanque.blogspot.com/2011_07_01_archive.html)

Sedangkan dalam pendidikan lalu lintas memiliki tujuan yaitu

menciptakan generasi muda yang sadar mampu mengimplementasikan sistem

nilai yaitu etika dan budaya berlalu lintas yang aman, santun, selamat, tertib dan

lancar yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, merubah peri laku

pemakai jalan (road user behavior), menurunkan pelanggaran dan kecelakaan

lalu lintas, serta memberikan informasi yang berhubungan dengan lalu lintas.

(Junaidi, 2011, http://pendidikanque.blogspot.com/2011_07_01_archive.html)

Untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan lalu lintas tersebut, maka

masyarakat sebagai warga negara yang baik diharapkan memiliki pengetahuan

tentang tata cara berlalu lintas yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang

berlaku (civic knowledge atau pengetahuan kewarganegaraan), bersikap sadar

Page 59: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

hukum atau berperilaku tidak melanggar peraturan yang berlaku (civic disposition

atau karakter kewarganegaraan), serta dalam berkendara pengendara diwajibkan

memiliki katerampilan (skill) yang baik untuk meminimalkan kejadian yang tidak

diinginkan (civic skill atau keterampilan kewarganegaraan). Berdasarkan hal

tersebut maka dapat terlihat jelas konstribusi pendidikan lalu lintas terhadap

pendidikan kewarganegaraan (PKn).

Berdasarkan dari tujuannya dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan

lalu lintas dengan pendidikan kewarganegaraan memiliki keterkaitan yaitu

berdasarkan pada aspek sasarannya, keduanya mempunyai sasaran yang sama

yaitu keduanya bersasaran untuk menjadikan warga negara yang memiliki

pengetahuan tentang aturan yang ada pada negaranya, keduanya bersasaran untuk

menerapkan sikap sadar terhadap hukum misalnya orang yang menujukkan sikap,

etika dan budaya tertib berlalu lintas, maka dilandasi oleh kesadaran menaati

peraturan perundangan yang berlaku dan keduanya sama-sama menjadikan warga

negara yang mempunyai ketrampilan (skill) kaitanya dengan lalu lintas warga

negara yang berlalu lintas diharapkan dapat memiliki ketrampilan (skill) dalam

menguasai lingkungan maupun kendaraanya supaya tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan.

Dari uraian tersebut, dapat disederhanakan dalam gambar skematis

konstribusi pendidikan lalu lintas terhadap pendidikan kewarganegaraan (PKn)

sebagai berikut :

Page 60: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

B. Kerangka Berfikir

Perkembangan teknologi otomotif dan pertumbuhan kepemilikan

kendaraan bermotor yang tumbuh dengan pesat bila tidak disertai penambahan

panjang jalan yang memadai serta tidak diimbangi disiplin berlalu lintas bagi para

pemakai kendaraan bermotor dan pemakai jalan lainnya, dikhawatirkan tingkat

keselamatan lalu lintas yang diwarnai dengan tingginya pelanggaran lalu lintas,

kecelakaan lalu lintas dan tingkat kemacetan lalu lintas akan semakin

menunjukkan kondisi yang lebih parah dari yang ada sekarang.

Mobilitas manusia dan barang dengan kendaraan bermotor berkembang

begitu pesatnya, hal ini antara lain akibat peningkatan kesejahteraan dan kemajuan

Pendidikan

lalu Lintas

Pendidikan

Kewarganegraan

Tujuan

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan;

2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung

jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk

membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter

masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama

dengan bangsa-bangsa lainnya; dan

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam

percaturan dunia secara langsung atau tidak

langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi

Tujuan

1. Menciptakan generasi muda yang sadar mampu

mengimplementasikan sistem nilai yaitu etika dan

budaya berlalu lintas yang aman, santun, selamat,

tertib dan lancar yang diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari

2. Merubah peri laku pemakai jalan (road user

behavior)

3. Menurunkan pelanggaran dan kecelakaan lalu

lintas

4. Memberikan informasi yang berhubungan dengan

lalu lintas.

Keduanya mempunyai aspek sasaran yang sama yaitu

mengimplementasikan :

1. Civic knowledge berkenaan dengan apa-apa yang perlu diketahui dan

dipahami secara layak oleh warga negara.

2. Civic values/Civic disposition berkenaan dengan sifat dan karakter

yang baik dari seorang warga negara baik secara pribadi maupun

publik.

3. Civic skill berkenaan dengan apa yang seharusnya dapat dilakukan

oleh warga negara bagi kelangsungan bangsa dan negara. civic skill

meliputi : ketrampilan intelektual dan ketrampilan partisipasi

Gambar 1. Skema konstribusi pendidikan lalu lintas terhadap pendidikan

kewarganegaraan (PKn)

Keterkaitan

Page 61: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

teknologi dibidang transportasi. Namun hal ini berdampak positif juga berdampak

negatif. Dampak positifya yaitu efisiensi waktu sedangkan dampak negatifnya

yaitu munculnya berbagai permasalahan lalu lintas seperti: pelanggaran,

kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat dan kompleks dari

waktu ke waktu apabila tidak segera ditangani dan diantisipasi.

Adanya permasalahan lalu lintas sangat erat kaitanya dengan bagaimana

peran satuan polisi lalu lintas dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Masalah

lalu lintas yang semakin kompleks seiring dengan pertambahan penduduk dan

perkembangan dinamika masyarakat, hal tersebut menuntut polisi lalu lintas untuk

bekerja lebih keras dalam menangani permasalahan-permasalahan yang ada

sehingga ketertiban lalu lintas dapat terwujud dan dapat menjadi polisi dengan

kinerja yang diharapkan oleh masyarakat.

Adapun peran satuan polisi lalu lintas antara lain penyelengaraan di bidang

pendidikan masyarakat lalu lintas (education), rekayasa lalu lintas (enginering),

penegakan hukum (law enforcement), regristrasi pengemudi dan kendaraan

bermotor (regristrasion dan identification), dan sebagai pusat K3I (komando,

kendali, koordinasi dan informasi) lalu lintas.

Fungsi dan peran tersebut bertujuan untuk mewujudkan ketertiban,

keamanan, keselamatan, kelancaran lalu lintas, meminimalisir korban fasilitas

sebagai akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas, kepatuhan masyarakat terhadap

hukum dan peraturan lalu lintas, serta meningkatkan pelayanan masyarakat dalam

bidang lalu lintas.

Dari kelima peran tersebut, penulis mamilih salah satu peran untuk

dijadikan penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih peran satuan polisi lalu lintas

dalam bidang pendidikan berlalu lintas. Peran satuan polisi lalu lintas dalam

bidang pendidikan dirasa sangat dalam hal menumbuhkan ketertiban berkendara

bagi warga. Dengan diberikan pendidikan maka masyarakat akan lebih

mengetahui tentang bagaimana berlalu lintas dengan baik dan setelah mengetahui

maka akan menerapkan pengetahuan-pengetahuna yang didapat dari pendidikan

lalu lintas tersebut kedalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam berlalu lintas.

Page 62: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Strategi dan program untuk mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan,

ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

Tujuan dari pendidikan lalu lintas (education) yaitu memberikan

penjelasan kepada pemakai jalan bagaimana mereka harus bergerak dengan

sebaik-baiknya dengan menjalankan peraturan-peraturan yang sudah ada sehingga

diharapkan masyarakat dapat lebih memahami tentang bagaimana cara berkendara

yang baik dan benar sehingga permasalahan-permasalahan lalu lintas seperti:

pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas akan semakin menurun.

Dengan diterapkan peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan

melalui program pendidikan bagi masyarakat akan berpengaruh terhadap adanya

kesadaran hukum warga, sehingga ketertiban lalu lintas akan dapat terwujud dan

akan dapat meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas.

Dari penjelasan kerangka berfikir tersebut, dapat disederhanakan dalam

bagan kerangka berfikir sebagai berikut :

Permasalahan Lalu Lintas

Kota Surakarta

Peran Satuan Polisi Lalu

Lintas

Kesadaran Hukum

Masyarakat dalam

Berlalu Lintas

Pendidikan

masyarakat lantas

Program Pendidikan

Masyarakat Lalu Lintas

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir

Page 63: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah guna menemukan, mengembangkan

atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis

dan sistematis. Masalah pemilihan metode adalah masalah yang sangat penting

dalam penelitian ilmiah, karena mutu, nilai validitas dari penelitian ilmiah sangat

ditentukan oleh pemilihan metodenya.

Menurut Sugiono (2009 : 2) ”Metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu

diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan”. Jadi, suatu metode

dipilih dengan pertimbangan keserasian obyek, tujuan, sasaran, dan variabel

masalah yang hendak diteliti.

Dengan demikian, metode penelitian merupakan suatu pengetahuan untuk

menggali kebenaran suatu metodologis dengan sistematis dan sesuai dengan

pedoman penelitian yang berlaku untuk sebuah karya tulis. Metodologi penelitian

perlu ditentukan dahulu sebelum kegiatan penelitian dilakukan. Hal ini karena ketepatan

dalam menentukan metodologi akan mengantarkan penelitian ke arah tujuan yang

diinginkan, yaitu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang digunakan

dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih tempat penelitian di Satuan

Polisi Lalu Lintas Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi Nomor 376

Surakarta. Peneliti memilih tempat penelitian di Satlantas Surakarta tersebut

dengan pertimbangan bahwa :

a. Surakarta merupakan kota pusat dari eks-karasidenan Surakarta yang terdiri

dari kabupaten Boyolali, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, dan

Klaten sehingga banyak yang melakukan aktivitas di Surakarta dan hal itu

Page 64: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tentunya akan menambah populasi pengguna jalannya dan akan berdampak

pada ketertiban dalam berkendaraan di jalan raya, karena mengingat

kepadatan lalu lintas yang semakin bertambah.

b. Dari hasil pra penelitian, peneliti menemukan data dari Badan Pusat Statistik

(BPS) Surakarta bahwa di Surakarta jumlah kecelakaan tercatat paling tinggi

pada tahun 2007 yaitu tercatat ada 2.799 kejadian. Angka tersebut paling

tinggi dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah misalnya seperti polwil

banyumas 921 kejadian, polwil pekalongan 1.784 kejadian, polwil pati 945

kejadian, polwil kedu 1.917 kejadian dan polwiltabes semarang 2.368

kejadian (Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2009).

c. Tersedianya data-data yang menunjang penelitian.

d. Adanya keterbukaan dari pihak Satlantas Surakarta sehingga memudahkan di

dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang

dihadapi.

e. Urgenitas masalah yang di kaji, peneliti menganggap pendidikan lalu lintas

berperan penting dalam menurunkan tingginya angka pelanggaran dan

kecelakaan lalu lintas. Oleh sebab itu dengan adanya pendidikan lalu lintas

diharapkan dapat menurunkan tingginya angka pelanggaran dan kecelakaan

lalu lintas sehingga ketertiban lalu lintas dapat terwujud.

Dengan adanya pertimbangan tersebut maka peneliti merasa bahwa

Satlantas Surakarta menarik untuk diteliti.

2. Waktu Penelitian

Setelah peneliti menentukan lokasi penelitian, maka langkah selanjutnya

adalah menentukan waktu penelitian. Waktu penelitian direncanakan tujuh bulan

yang akan dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Agustus 2012.

Kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Page 65: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2012

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus

1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan Proposal

3. Ijin Penelitian

4. Penelitian

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian merupakan salah satu faktor penting dalam suatu

penelitian, karena bentuk dari penelitian tersebut turut menunjang penelitian yang

sedang dilaksanakan. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang

diperlukan, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif.

Menurut Bodgan dan Taylor menjelaskan “Metodologi kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. (Lexy J. Moleong,

2010 : 4)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini penulis berusaha

menyajikan data deskriftif dikarenakan penelitian ini mendeskripsikan

permasalahan di lapangan, yaitu mendeskripsikan peran satuan lalu lintas dalam

bidang pendidikan berlalu lintas, mendeskripsikan hambatan satuan polisi lalu

lintas dalam memberikan pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat dan

mendeskripsikan dampak pendidikan lalu lintas terhadap kesadaran hukum warga

dalam berlalu lintas, oleh karena itu bentuk penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif.

Page 66: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2. Strategi Penelitian

Setiap penelitian memerlukan sebuah strategi agar tujuan yang telah

direncanakan dapat dicapai. Strategi yang dipakai dalam penelitian menggunakan

model tunggal tepancang .

H.B. Sutopo (2002 : 42) menjelaskan, “Bentuk penelitian terpancang

(embedded research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus

penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan

minat penelitinya sebelum peneliti ke lapangan studinya”.

Dalam penelitian ini peneliti telah menentukan kasus yang diteliti

sehingga strategi dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan strategi

tunggal terpancang karena objek penelitian adalah tunggal yaitu hanya pada peran

satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan berlalu lintas. Sedangkan

terpancang artinya untuk mengetahui dampak kesadaran hukum masyarakat dalam

berlalu lintas.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan

penelitian karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data peneliti

akan mendapatkan informasi yang diinginkan.

HB. Sutopo (2002 : 50) mengatakan bahwa, “Sumber data itu mencakup

informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, gambar, rekaman,

dokumen dan arsip”. Dalam penelitian ini tidak seluruh sumber data digunakan,

tetapi ditetapkan beberapa sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin

dicapai, antara lain :

1. Informan

Menurut H.B. Sutopo (2002 : 57) mengatakan “Informan adalah sumber

data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut sebagai

informan”. Informan sebagai sumber informasi yang bisa memberikan informasi

mengenai sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Page 67: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Informan adalah orang yang dipandang mengetahui permasalahan secara

mendalam dan dapat dipercaya, sehingga dapat dijadikan sumber yang mantap.

Informan disini adalah:

1. Bapak Syamsi Dukha, S.H, M.H yaitu kepala unit pendidikan dan rekayasa lalu

lintas (DIKYASA) kepolisian Kota Surakarta.

2. Bapak Sri Widodo yaitu staff polisi dalam bidang pendidikan dan rekayasa lalu

lintas (DIKYASA) bagian pelaksana/penggerak pendidikan lalu lintas Kota

Surakarta.

3. Bapak Ribuwono yaitu staff polisi dalam bidang pendidikan dan rekayasa lalu

lintas (DIKYASA) wakil dari Bapak Syamsi Dukha, S.H, M.H.

4. Masyarakat, masyarakat yang dipilih menjadi informan yaitu masyarakat sudah

mendapatkan pendidikan lalu lintas dari Satlantas Surakarta. Peneliti memilih

informan tersebut dengan alasan ingin mengetahui masyarakat yang sudah

diberi pendidikan apakah akan berdampak terhadap kesadaran hukum mereka

dalam berlalu lintas.

5. Masyarakat yang belum pernah mendapatkan pendidikan lalu lintas. Peneliti

memilih informan tersebut dengan alasan jika mereka diberikan pendidikan

lalu lintas apakah nantinya akan berdampak terhadap kesadaran hukum mereka

dalam berlalu lintas.

Untuk lebih jelasnya, daftar nama-nama informan dapat dilihat pada

lampiran 1.

2. Dokumen

Dokumen disini dapat berupa surat dan agenda yang berkaitan dengan

suatu peristiwa tersebut. H.B. Sutopo (2002: 54) menjelaskan bahwa, “Dokumen

dan arsip merupakan bahan tertulis yang berhubungan sengan suatu peristiwa atau

aktivitas tertentu”.

Dalam mengkaji dokumen tidak hanya mencatat apa yang tertulis, tetapi

juga berusaha menggali dan mengungkap makna yang tersirat dari dokumen

tersebut.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data dari dokumen dan arsip

yang digunakan peneliti sebagai sumber data adalah:

Page 68: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

b. Data jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Surakarta tahun 2010, dan

2011.

c. Data pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Surakarta tahun 2010 dan 2011.

d. Laporan kegiatan pemberian pendidikan lalu lintas oleh Satlantas Surakarta.

e. Materi Pendidikan lalu lintas.

3. Tempat dan Peristiwa

Sumber dan tempat peristiwa dimaksudkan untuk lebih memperkuat

keterangan. Data berupa peristiwa atau aktivitas digunakan sebagai data

pendukung dari informan dan dokumen. Menurut H.B. Sutopo (2002: 51), “Dari

pengamatan atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui bagaimana sesuatu terjadi

secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung”.

Adapun peristiwa atau aktivitas yang diamati oleh peneliti adalah proses

pemberian pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat. Observasi dilakukan

pada :

a. Pelaksanaan pendidikan lalu lintas program penerangan keliling

(Penling) pada karangtaruna Semanggi RW 04 kecamatan Pasar Kliwon

Surakarta tanggal 20 Mei 2012 Pukul 19.00 WIB.

b. Pelaksanaan pendidikan lalu lintas program polisi sahabat anak

(POLSANA) pada anak-anak SD Kristen Pratama Sukoharjo yang bertempat di

halaman polresta Surakarta tanggal 19 Juni 2012 Pukul 08.00 WIB.

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian kualitatif sampel ditujukan oleh peneliti sendiri dengan

mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat

dipercaya, dan datanya bersifat obyektif. Sampling pada penelitian kualitatif

digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam

sumber. Menurut Goetz dan Le Compte, menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan

yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan

konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti,

Page 69: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

karakteristik empirisnya, dan lain-lainnya. Oleh karena itu teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini lebih bersifat Purposive

Sampling (H.B. Sutopo, 2002: 185).

Mengenai Purposive Sampling, Lexy J. Moleong (2010: 224)

berpendapat bahwa “Dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi

sampel bertujuan (Purposive Sample)”.

Patton mengartikan “Purposive Sampling merupakan teknik

mendapatkan sampel dengan memilih informan yang dipandang paling tahu,

sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data” (H.B. Sutopo, 2002:

185).

Menurut Sugiyono (2009: 218) “Dalam penelitian kualitatif, teknik

sampling yang sering digunakan adalah Purposive Sampling dan Snowball

Sampling”. Proposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan Snowball Sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-

lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang

sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, sehingga mencari

orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling. Peneliti memiliki kecenderungan untuk memilih

informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara

mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.

Dalam teknik purposive sampling, peneliti tidak menjadikan semua orang

sebagai informan, tetapi peneliti memilih informan dengan pertimbangan tertentu,

pertimbangan tersebut adalah memilih orang yang dianggap tahu tentang apa yang

kita harapkan. Dalam penelitian ini peneliti memilih orang yang dianggap tahu

tentang apa yang kita harapkan yaitu ketua unit pendidikan dan rekayasa lalu

lintas (DIKYASA), polisi bagian staff unit DIKYASA Kota Surakarta,

masyarakat yang telah mendapatkan pendidikan lalu lintas dan masyarakat yang

Page 70: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

belum pernah mendapatkan pendidikan lalu lintas. Teknik ini digunakan karena

dianggap mampu mengungkap kedalaman data yang akan digali dari informan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009 : 224) “teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data”. Teknik pengumpulan data ini sebagai cara

operasional yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

Berhasil tidaknya suatu penelitian dapat bergantung pada data yang diperoleh.

Oleh karena itu, sangat perlu diperhatikan teknik pengumpulan data yang

dipergunakan sebagai alat pengambil data. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Interview Atau Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Menurut Lexy J.

Moleong (2010: 186) “Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan”.

Dalam suatu wawancara terdapat dua pihak yang mempunyai kedudukan

berbeda, yaitu pengejar informasi yang biasa disebut pewawancara atau

interviewer dan pemberi informasi yang disebut informan, atau responden

(Burhan Bungin, 2012 : 67).

Esterberg mendefinisikan Interview sebagai berikut, “a meeting of two

person to exchange information and idea through guestion and responses,

resulting in communication and joint countraction of meaning abaut a particular

topic”. Artinya, “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu”. (Sugiyono, 2009: 231)

Susan Stainback mengemukakan bahwa “interviewing provide the

researcher a means to gain a deeper understanding of hao the participant

interpret a situation or phenimenom than can be gainded through observation

alon”. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang akan

Page 71: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena

yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. (Sugiono,

2009: 232)

Esterberg, mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu :

a) Wawancara terstruktur (Structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,

bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti

tentang informasi apa yang akan diperoleh

b) Wawancara semi terstruktur (Semistructure interview)

Wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat,

dan ide-idenya.

c) Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)

Wawancara yag bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. (Sugiyono, 2009: 233)

Adapun dalam wawancara ini yang digunakan adalah wawancara semi

terstruktur. Wawancara semi terstruktur dalam penelitian ini menggunakan

pedoman wawancara tetapi ada umpan balik dari responden yang dirasa perlu

ditanyakan peneliti maka peneliti dapat menanyakan kepada responden walaupun

didalam pedoman wawancara tidak ada pertanyaannya. Wawancara dalam

penelitian ini menggunakan cara antara lain :

a. Menggunakan metode diskusi yaitu sebelum wawancara dimulai antara

informan dengan peneliti mendiskusikan mengenai permasalahan yang akan

diteliti.

b. Peneliti memberikan pertanyaan kepada informan mengenai pokok

permasalahan.

c. Informan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

d. Peneliti memberikan feedback atas jawaban dari informan mengenai

permasalahan yang sekiranya belum jelas.

e. Informan kembali menjelaskan feedback dari peneliti.

f. Sebelum mengakhiri wawancara, peneliti meneliti kembali jawaban yang

diberikan oleh informan serta menanyakan kembali sekira ada jababan yang

belum dipahami oleh peneliti.

Page 72: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

g. Wawancara diakhiri setelah peneliti benar-benar mendapatkan data yang

dianggap sudah dapat mendukung penelitianya.

Adapun kisi-kisi pedoman wawancara terdapat pada lampiran 2, pedoman

wawancara yang digunakan peneliti terdapat pada lampiran 3 dan hasil

wawancara dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5.

2. Analisis Dokumen

Analisis dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. H.B. Sutopo (2002: 54)

yang mendefinisikan “Dokumen atau data sekunder merupakan bahan tertulis

yang berhubungan dengan sesuatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan

rekaman tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan

dengan suatu aktivitas tertentu”. Analisis dokumen yang digunakan dengan cara

mempelajari buku-buku, laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen

lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, yang

menjadi sumber data dari dokumen antara lain data jumlah kecelakaan lalu lintas

yang terjadi di Surakarta tahun 2010, dan 2011, data pelanggaran lalu lintas yang

terjadi di Surakarta tahun 2010 dan 2011, jadwal rencana kegiatan Satlantas bulan

juni, materi Pendidikan lalu lintas, daftar nama pegawai Satlantas Surakarta, dan

contoh laporan kegiatan dari Satlantas yang ditujukan ke Kapolda Jawa Tengah.

3. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. H.B. Sutopo (2002: 64)

menjelaskan bahwa “Teknik observasi digunakan untuk menggali data yang

berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekanan gambar”.

Nasution menjelaskan bahwa, “Observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan”. (Sugiyono, 2009: 226)

Spradley, menjelaskan bahwa “Pelaksanaan teknik observasi terdiri dari

tak berperan serta sama sekali dan observasi berperan, yang terdiri dari berperan

pasif, berperan aktif, dan berperan penuh, dalam arti peneliti menjadi anggota

kelompok yang sedang diamati”. (H.B. Sutopo, 2002: 64)

Page 73: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi berperan pasif

terlibat langsung yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang

dilakukan secara langsung pada tempat terjadinya peristiwa. Observasi yang

dilakukan peneliti adalah dengan mencatat kegiatan pada waktu dilaksanakanya

pemberian pendidikan lalu lintas kepada masyarakat yang dilakukan oleh

Satlantas Surakarta.

Untuk pedoman observasi terdapat pada lampiran 6, sedangkan hasil

observasi dapat dilihat pada lampiran 7.

F. Validitas Data

H.B. Sutopo (2002 : 78) berpendapat “Validitas data adalah pengujian

data yang didapat dalam penelitian untuk mengetahui apakah data tersebut

kebenarannya dipertanggungjawabkan atau tidak”.

Pengujian data dilakukan dengan triangulasi data untuk menjamin

kemantapan dari data penelitian ini. Menurut Lexy J. Moleong (2010: 330)

“Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu”.

Menurut Patton,triangulasi data ada 4 (empat) macam yakni “trianggulasi

data, trianggulasi metode, trianggulasi peneliti dan trianggulasi teori”. Hal

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Triangulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih

mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda.

2. Triangulasi Metode, jenis triangulasi ini bisa dilakukan oleh seorang

peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan

menggunakan teknik dan metode yang berbeda.

3. Triangulasi Peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya

dari beberapa peneliti.

4. Triangulasi Teori, triangulasi ini dilakukan peneliti dengan

menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas

permasalahan yang dikaji. (H.B. Sutopo, 2002 : 78)

Page 74: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data dan

trianggulasi metode. Yang dimaksud trianggulasi data adalah peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan

data yang sama. Sebab cara ini mengarahkan peneliti agar dalam melakukan

pengumpulan data harus menggunakan beragam data yang tersedia, artinya data

yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa

sumber yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari data dari

informan, dokumen dan peristiwa/aktivitas.

Sedangkan trianggulasi metode disini dilakukan peneliti dalam

mengumpulkan data dengan metode yang berbeda-beda antara dengan

wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen yang berhubungan dnegan

permasalahan dalam penelitian ini. Untuk hasil trianggulasi data dapat dilihat

pada lampiran no. 8 dan hasil trianggulasi metode dapat dilihat pada lampiran no.

9.

G. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan suatu uraian dasar. Proses analisis

data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal

rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian (Matthew B. Miles dan A.

Michael Huberman, 2007 : 15).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif. Penelitian ini memperoleh data berwujud kata-kata bukan

rangkaian angka. Analisis kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya

disusun dalam teks yang diperluas (H.B. Sutopo, 2002 : 96). Dengan model

analisis ini, analisis telah dilakukan sejak pengumpulan data. Dalam hal ini

terdapat tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan

kesimpulan atau verivikasinya.

Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses

pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam model ini peneliti tetap bergerak

dalam komponen analisis seperti tersebut di atas. (H.B. Sutopo, 2002 : 96)

Page 75: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Ditengah-tengah waktu pengumpulan data dan analisis data juga akan

dilakukan audit data demi validitas data. Sedangkan sesudah pengumpulan data

selesai, bila masih terdapat kekurangan data, dengan menggunakan waktu yang

tersedia, maka peneliti dapat kembali ke lokasi penelitian untuk pengumpulan

data demi kemantapan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses analisis data

dengan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Model Analisis Interaktif

Sumber : H.B. Sutopo, 2002 : 96

Untuk lebih jelasnya tahap-tahap analisis kualitatif menurut H.B. Sutopo

(2002:91) meliputi :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan usaha untuk mendapatkan data yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan. Dalam penelitian kualitatif

pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai strategi sesuai dengan

sumber data yang digunakan.

2. Reduksi data

Reduksi data adalah bagian dari analisis yang merupakan proses seleksi,

pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari catatan lapangan. Proses

reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai.

1

Pengumpulan Data

4

Verifikasi/pengambilan

kesimpulan

3

Sajian Data

2

Reduksi Data

Page 76: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Sajian data

Sajian data merupakan bentuk narasi yang memungkinkan simpulan

penelitian dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan

masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian.

4. Verifikasi/pengambilan kesimpulan

Verifikasi merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan,

penelusuran data kembali dengan cepat agar simpulan penelitian menjadi

lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.

Reduksi dan sajian data disusun pada waktu penulis sudah mendapatkan

data-data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian yaitu hal-hal yang

terkait dengan peran satuan polisi lalu lintas dalam pengelolaan lalu lintas untuk

mewujudkan ketertiban dan keamanan berkendara bagi warga Surakarta.

Dalam mereduksi data penulis menyisihkan data-data yang tidak

diperlukan dan mengambil data yang diperlukan. Untuk penyajian data penulis

membuat dalam bentuk narasi yang disusun secara logis.

Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, penulis mulai melakukan

untuk menarik kesimpulan yang didasarkan pada semua yang terdapat dalam

reduksi data dan sajian data. Metode analisis yang digunakan bersifat deskriptif

kualitatif.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Persiapan

Tahap ini terbagi menjadi dua kegiatan meliputi :

a. Mengurus perijinan penelitian.

Ijin penelitian dimulai dari persetujuan pembimbing 1 dan 2, Ketua Program

studi PPKn, Pembantu Dekan III FKIP UNS, Rektor UNS, dan kemudian

memasukkan ijin tersebut ke Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas) Kota

Surakarta.

Page 77: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data

dan menyusun jadwal kegiatan penelitian.

Kegiatan ini diawali dengan menyusun pedoman wawancara, kemudian

menyusun jadwal yang disesuaikan dengan waktu dari Satlantas Surakarta

untuk melakukan wawancara dan observasi.

2. Pengumpulan Data

Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi :

a. Mengumpulkan data dengan melakukan observasi dan mencatat serta

menyimpan dokumen. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan

wawancara dengan kepala dan anggota unit pendidikan lalu lintas Satlantas

Surakarta, observasi di lakukan pada saat polisi memberikan pendidikan

berlalu lintas kepada masyarakat, serta dengan mengumpulkan materi yang

diberikan pada saat pemberian pendidikan lalu lintas dilakukan.

b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul.

c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan

3. Analisis Data

Tahap ini terbagi menjadi empat kegiatan meliputi :

a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian.

b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross check

kan dengan temuan dilapangan.

c. Setelah diperoleh data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan

proses verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang

yang dianggap lebih ahli.

d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi :

a. Penyusunan laporan awal.

b. Review laporan dengan melakukan pengecekan ulang laporan yang telah

tersusun bilamana terdapat kekeliruan atau kesalahan untuk kemudian

dilakukan perbaikan laporan.

c. Penyusunan laporan akhir.

Page 78: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian adalah tahapan dimana data yang diperoleh

peneliti di lapangan yaitu di Satuan Polisi Lalu Lintas Kota Surakarta, kemudian

data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat disajikan secara sistematis.

Aspek-aspek yang diteliti dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.Letak geografis

Satlantas Surakarta, 2.Sejarah singkat berdirinya Polisi Lalu Lintas (Polantas),

3.Visi dan Misi Satlantas, 4.Stuktur Organisasi Satlantas Surakarta, 5.Tata Cara

Kerja Satlantas Surakarta, 6. Anggota Satlantas Surakarta. Aspek-aspek tersebut

akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Letak Geografis Satlantas Kota Surakarta

Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas) Surakarta berlokasi di Kecamatan

Banjarsari tepatnya di Kelurahan Porwosari. Secara geografis Satlantas Kota

Surakarta terletak di pusat kota yang strategis dan mudah terjangkau oleh sarana

transportasi yaitu tepatnya di Jalan Brigjen Slamet Riyadi no. 376 Surakarta,

Jawa Tengah.

Lokasi Satlantas Kota Surakarta berbatasan dengan :

a. Sebelah Timur : Gereja Katolik St. Petrus Surakarta

b. Sebelah Barat : Pizza Hut Slamet Riyadi

c. Sebelah Utara : Rumah penduduk dan Wisma Bayangkari

d. Sebelah Selatan : Rumah Sakit Bayangkara Surakarta

Berdasarkan letak geografisnya tersebut, Satuan Polisi Lalu Lintas

(Satlantas) Surakarta dapat dikatakan bahwa letak geografisnya sangat strategis

karena terlatak di jalan pusat kota Surakarta yaitu di Jalan Brigjen Slamet Riyadi

no. 376 Surakarta. Letaknya yang strategis membuat masyarakat yang

mempunyai kepentingan dengan Satlantas Surakarta tidak mengalami kesulitan

untuk mencari lokasi.

Page 79: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Satuan Polisi Lalu Lintas merupakan lembaga pemerintah yang berperan

dalam membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi kegiatan

penyelengaraan di bidang pendidikan berlalu lintas (education), rekayasa lalu

lintas (enginering), penegakan hukum (law enforcement), regristrasi pengemudi

dan kendaraan bermotor (regristrasion dan identification), serta sebagai pusat K3I

(komando, kendali, koordinasi dan informasi) lalu lintas.

2. Sejarah Singkat Berdirinya Polisi Lalu Lintas (Polantas)

Sejarah lalu lintas di Indonesia tidak lepas dari perkembangan teknologi

automotif dunia, yang berawal dari penemuan mesin dengan bahan bakar minyak

bumi. Pada Jaman revolusi di Eropa terutama akhir abad 19 mobil dan sepeda

motor mulai berkembang serta banyak diproduksi. Industri Mobil dipelopori oleh

Benz yang perusahaannya berkembang sejak tahun 1886. Pemerintah Hindia

Belanda yang saat itu menjajah Indonesia mulai membawa mobil dan sepeda

motor masuk ke Indonesia sehingga mulai muncul aktivitas lalu lintas kendaraan

bermotor di Indonesia. Ketika mobil dan sepeda motor bertambah banyak

Pemerintah Hindia Belanda mulai merasa perlu mengatur penggunaannya.

Peraturan pertama dikeluarkan pertama kali pada tanggal 11 Nopember 1899 dan

dinyatakan berlaku tepat tanggal 1 Januari 1900. Bentuk peraturan ini adalah

Reglement (Peraturan Pemerintah) yang disebut Reglement op gebruik van

automobilen ( stadblaad 1899 no 301 ). Sepuluh tahun kemudian pada tahun 1910

dikeluarkan lagi Motor Reglement (stb. 1910 No.73). Dengan demikian

pemerintah Hindia Belanda telah memperhatikan masalah lalu lintas di jalan dan

telah menetapkan tugas Polisi di bidang lalu lintas secara represif.

Organ kepolisian sendiri telah ada lebih awal sejak jaman VOC, namun

baru dipertegas susunannya pada masa pemerintah Gubernur Jenderal Sanford

Raffles, masa pendudukan Inggris. Kantor-kantor Polisi baru ada di beberapa

kota-kota besar seperti Jayakarta, Semarang, Surabaya, yang umurnya dipegang

oleh Polisi Belanda pada intinya.

Page 80: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Untuk mengimbangi perkembangan lalu lintas yang terus meningkat, maka

pemerintah Hindia Belanda memandang perlu membentuk wadah Polisi tersendiri

yang khusus menangani lalu lintas, sehingga pada tanggal 15 Mei 1915, dengan

Surat Keputusan Direktur Pemerintah Dalam Negeri Nomor 64/a lahirlah satu

organ Polisi Lalu Lintas dalam tubuh Polisi Hindia Belanda. Dalam organ Polisi

pada waktu itu ada empat bagian, yaitu bagian sekretaris, bagian serse, bagian

pengawas umum dan bagian lalu lintas. Pada mulanya bagian lalu lintas di sebut

Voer Wesen, sebagai jiplakan dari bahasa Jerman "Fuhr Wessen" yang berarti

pengawasan lalu lintas. Organ ini terus disempurnakan, diberi nama asli dalam

bahasa Belanda Verkeespolitie, yang artinya Polisi Lalu Lintas.

3. Visi dan Misi Satlantas

Adapun visi dan misi Satuan Polisi Lalu Lintas Surakarta yaitu :

a. Visi

Menyelenggarakan penegakan dan kepastian hukum yang bercirikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat di bidang lalu lintas.

b. Misi

Mewujudkan masyarakat pemakai jalan supaya memahami, yakin dan

mempercayai kepada polantas sebagai pelindung, pengayom dan pelayan

masyarakat dalam kegiatan pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas,

penegakan hukum lalu lintas, pengkajian masalah lalu lintas, regristrasi dan

identifikasi kendaraan bermotor.

4. Stuktur Organisasi Satuan Polisi Lalu Lintas Surakarta

Dalam rangka memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat di bidang lalu lintas, maka penyusunan organisasi polisi lalu

lintas disusun berdasarkan keputusan Kapolri No.Pol : Kep/53/X/2002 tanggal 17

Oktober 2002 tentang organisasi. Maka disusunlan Struktur Organisasi Satlantas

Polresta Surakarta yaitu sebagai berikut :

Gambar 4. Struktur Organisasi Satlantas Polresta Surakarta.

Page 81: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

5. Tata Cara Kerja Satuan Polisi Lalu Lintas Surakarta

Tata cara kerja pada satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a. Tugas

Tugas satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta adalah menyelenggarakan dan

Membina fungsi lalu lintas Kepolisian, yang meliputi Penjagaan, Pengaturan,

Pengawalan dan Patroli, Pendidikan Masyarakat dan rekayasa lalu lintas,

Registrasi dan Identifikasi pengemudi / Kendaraan Bermotor, Penyidikan

Page 82: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Kecelakaan Lalu lintas dan Penegakan Hukum dibidang Lalu Lintas guna

memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran Lalu lintas.

b. Fungsi

1. Penyelenggaraan dan Pembinaan fungsi Lalu lintas Kepolisian;

2. Penyelenggaraan Turjawali Lantas;

3. Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa lalu lintas;

4. Penyelenggaraan Registrasi dan identipikasi Pengemudi / kendaraan

bermotor;

5. Penyidikan Laka Lantas dan penegakan Hukum dibidang lalu lintas;

6. Pemeliharaan Kamseltibcarlantas.

c. Kegiatan

1. Kaur Bin Ops

a) Melaksanakan Pembinaan manajemen Opsnal dan Pelatihan;

b) Melaksanakan Anev;

c) Pengelolaan Teknologi Informasi dan dokumentasi lalu lintas.

2. Kaur Mintu

a) Membuat Rencana Kegiatan;

b) Melaksanakan Manajemen Personil, Sarpras dan Kinerja;

c) Melaksanakan Pelayanan Ketatausahaan dan urusan dalam dalam

lingkungan Lantas;

d) Mengolah dan Menyajikan Data dibidang Lalu Lintas;

e) Mengolah dan Menyajikan Data dibidang Lalu Lintas.

3. Unit Turjawali

a) Melaksanakan Penegakan hukum dan tata tertib lalu lintas;

b) Melaksanakan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli Lalu

lintas;

c) Membina dan menyelenggarakan tata tertib Lalu lintas dan Angkutan

Jalan;

d) Membina dan Menyelenggarakan Penanganan Pelanggaran Lalu lintas.

Page 83: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

4. Unit Dikyasa

a) Membina dan melaksanakan Kerjasama lintas Sektoral;

b) Melaksanakan Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Lantas;

c) Pembinaan Rekayasa dibidang Lalu lintas;

d) Melaksanakan Koordinasi Lintas Sektoral dalam Pembinaan dan

Rekayasa Sarana Angkutan.

5. Unit Reg Ident

a) Menyelenggarakan dan Membina Pelaksanaan Reg Ident Kendaraan

Bermotor;

b) Pembinaan Pelaksanaan Reg Ident SIM, STNK dan BPKB.

6. Unit Laka

a) Menyelenggarakan Pembinaan dan Penanganan Laka Lantas;

b) Melaksanakan TP TKP Laka Lantas;

c) Melaksanakan Penyidikan Laka Lantas;

d) Mengajukan Berkas Perkara Laka Lantas ke Pengadilan;

e) Koordinasi dengan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

d. Hubungan ke dalam

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, satuan polisi lalu lintas bekerjasama

dengan satuan lain seperti :

1. Bagian Operasional

2. Bagian Min

3. Bagian Binamitra

4. Sat Intereskrim

5. Sat Samapta

6. Sat Narkoba

7. Sat Cent

8. P3d

9. Taud

10. Telematika

e. Hubungan ke luar

Page 84: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Satuan polisi lalu lintas dalam memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsinya

bekerjasama dengan instansi atau lain seperti :

1. Pengadilan

2. Kejaksaan

3. DLLAJ

4. Jasa Raharja

5. DPU

6. DKP

7. Despenda

8. Dikdispora

9. Satpol PP

10. Pom TNI

11. Dinas Kesehatan

12. Bank BRI

6. Anggota Satlantas Surakarta

Dalam melaksanakan fungsi dan peranya satuan polisi lalu lintas memiliki

anggota, anggota satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta dibagi berdasarkan dari

unit kerja. yaitu sebagai berikut :

a. Ketua (Kasat Lantas)

Satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta diketuai oleh Kompol Martinus, SIk,

M,H

b. Wakil Ketua (Wakasat Lantas)

Wakil ketua satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta yaitu AKP Drs. Suwito,

S.H

c. Kaur Bin Ops (KBO)

KBO satuan polisi lalu lintas kota surakarta diketuai oleh IPTU Muh. Rikha

Z. S.H., KBO sendiri memiliki anggota yaitu :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1 HENRY PERMANA AIPTU 59080146 PAUR MINTU

Page 85: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

2

CAHYO

YUDHIANTO

BRIPKA 75080709 UR MIN OPS

3 SUCIPTO BRIPKA 74040493 UR MIN OPS

4 SUGIARTO BRIGADIR 81040482 UR MIN OPS

5 BINTORO ANOM AIPTU 67070274 BAUR TILANG

6 SETYONO AIPDA 60090440 UR TILANG

7 EPEN SUPENDI BRIPKA 74060167 UR TILANG

8 SURATMI BRIPKA 76010126 UR TILANG

9 NOVANA INDAH BRIPTU 82111238 UR TILANG

10 ANANG EKWANTO BRIGADIR 82090029 UR TILANG

Tabel 2. Anggota Satlantas Kota Surakarta Kaur Bin Ops (KBO)

d. Kaur Mintu

Kaur mintu Satlantas Kota Surakarta diketuai oleh Panata I Alex Cahyani.

Kaur Mintu memiliki anggota yaitu :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1 ALEX CAHYANI PENATA I 196112191987101001 PAUR MINTU

2 ISTIYANTO PENDA I 195904101984031003 UR SIM

3 SARMAN PENDA I 196702121990101001 SAMSAT

4

TUWUH

LAKSONO

PENDA 196412071998031002

UR SIM

5 SULASTRI PENDA 197405041998032004 UR SIM

6 SUBANDI PENGTU 196108161998031003 UR TILANG

7 AGUS SURYONO PENGATUR 197408232002121003 LAKA

8 SUNARYO PENDA I 196508101991032002 SIM

9 SUPIATUN PENGATUR 196504171994032002 SIM

10 SLAMETO PENGDA 195705051992031002 UR SIM

11 NANIK PENGTU 196112161983032004 SAMSAT

Page 86: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

SUGIYATNI

12 SAYID SABARDI PENDA I 195709161981031002 SAMSAT

13 SUPRIYATI PENGDA I 196609192007012001 UR SIM

14

NUNUNG

MARTANTI

PENGDA I 196702012007012002

MIN OPS

15 HERI SARWOKO PENGDA I 19741222200701004 PATROLI

16 NAFSIAH PENGTU 196603041990032002 SIM

17 CS.SAPARTINAH PENDA 195709201989032001 KLIPENG

18 EKO WAHYUNI PENGDA 196711102008102001 MIN OPS

19 SRIYONO PENGTU 196509191994031004 SIM

20

RAHMAD

WIDODO

PENGDA 196911132007101001

SAMSAT

Tabel 3. Anggota Satlantas Kota Surakarta Kaur Mintu

e. Unit Regident (Regristrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor)

Ketua dari unit regident Satlantas Kota Surakarta adalah IPTU Sutiman, SE.

Unit Regident sendiri membawahi SIM, STNK, dan BPKB yang masing-

masing memiliki anggota yaitu :

1) Bagian SIM, diketuai oleh AIPTU Sitrisno yang beranggotakan :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1 SUTRISNO AIPTU 63100630 BAUR SIM

2 G U S M O AIPTU 60080352 BENMA

3 SUTARMONO BRIGADIR 58060769 UJI PRAKTEK

4 TASMIJAN BRIPKA 61010161 BAMAT / INFORMASI

5 YULIANTO BRIGADIR 81070569 UJI TEORI

6 SUWIGYO BRIGADIR 80060830 PENDAFTARAN SIM

7 MARINI BRIPTU 86030562 PENDAFTARAN SIM

8 KUKUH BUDIANTORO BRIPTU 87050059 UJI TEORI

9 M. SAIFUL RIZAL BRIGADIR 81011213 FOTO SIM / SIMKEL

Page 87: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

10 FITRIA DEWI. T BRIPTU 87050371 FOTO SIM

11 SUYATO BRIPKA 61070089 KLIPENG

12 SUMIDI AIPTU 62050775 KLIPENG

13 MARIMIN BRIPKA 75080831 KLIPENG

14 ARIF WAHYU BRIPTU 86090619 UJI PRAKTEK / DRIVER Z1

15 I NYOMAN SUARA AIPTU 61120668 UJI PRAKTEK

16 SAKTI RANGGA BRIPTU 87081035 PENDAFTARAN SIM

17

B ANDIKA PRAWIRA

YUDA

BRIPTU

88080617

AJUDAN SOLO 1

Tabel 4. Anggota Satlantas Kota Surakarta Bagian Sim

2) Bagian STNK, diketuai oleh AIPTU Darman yang beranggotakan :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1 DARMAN AIPTU 59070258 BAUR STNK

2 Y.I SETYANTO,SH. AIPTU 62070246 BAUR CEK FISIK

3

DWI AGUNG

TRENGGONO

AIPTU 63010650 PAJAK ULANG RD 4

4 MULYANI AIPTU 68110092 PENDAF RD 4 BR/MTS

5 SYAMGIYANA AIPTU 61100326 LOKET FORMULIR R 4

6 JOKO PERMONO AIPTU 58030705 BA ARSIP R4

7 I MADE WARSA AIPTU 63040252 PENDF BARU R-2/MUTASI

8 WAGIMIN AIPDA 57080918 CROS CEK MUTASI MASUK

9 SRI WURI HANDAYANI AIPDA 70060261 SERAH STNK RD 2

10 SWARDANI PRAPANCA AIPDA 73080068 Banit subnit I Regident

11 BAMBANG SUCIPTO BRIPKA 72100541 LOKET FORM RD 2

12 SUTANA BRIPKA 58020240 SERAH STNK RD 2

13 YAHMANTO BRIPKA 59020463 LOKET PAJAK ULANG RD 2

14 NURIL HUDA BRIPKA 74050185 LOKET MUTASI KELUAR

15 SUKIMAN BRIPKA 74060338 SERAH STNK RD 4

16 DIDIK TRIYATNO BRIPKA 73090447 CEK FISIK

17 YUSUF SETIOBUDI BRIPKA 79040037 SERAH STNK RD 4

Page 88: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

18 INDRIYONO BRIPKA 75090927 INPUT DATA STNK RD 4

19 KARDONO BRIPKA 630640335 CEK FISIK

20 TRI WALUYO J.S BRIPKA 60060338 ARSIP RD 2

21 JOKO SARYANTO BRIPKA 78110022 DRIVE THRU PS KLIWON

22 BAMBANG WIDOYO BRIPKA 76080671 ARSIP RD 4

23 SRI WIDODO BRIPKA 75120374 ARSIP RD 2

24 BAYU IRAWAN BRIPKA 78050710 INPUT DATA RD 4

25

IKA RESTA BERTYANA

BRIGADIR 81060268 LOKET GANTI

WRNA/BNTUK

26 DEDY SISWANTO BRIPTU 85061601 CEK FISIK

27

DEDY PRIO BRIPTU 85040312 DRIVE THRU SAMSAT

INDUK

28 WAHYUDI BRIPTU 86030314 INPUT DATA RD 2

29 ANDRIYADI BRIPTU 84070759 DRIVER KA

30 GATOT ARFIANTO BRIPTU 83030795 DRIVER KA

31 AGNESTINA PUTRI A BRIPTU 86081623 INPUT DATA RD 2

32 KRISTIANINGSIH BRIPTU 85051710 CROS CEK MUTASI MASUK

33 DWI HANDOKO BRIPTU 85061019 INPUT DATA RD 4

34 AGUNG RIYADI BRIPTU 80020299 LOKET MUTASI KELUAR

Tabel 5. Anggota Satlantas Kota Surakarta Bagian STNK

3) Bagian BPKB, diketuai oleh AIPTU Mugi Raharjo yang beranggotakan :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1 MUGI RAHARJO AIPTU 69030078 BAUR BPKB

2 SUNARNO AIPTU 61030755 ARSIP BPKB

3 HADI WARTONO AIPDA 71010223 LOKET BBN I

4 TIMBUL MU BRIPKA 73010593 CETAK BPKB

5 WAGINI BRIPKA 62100105 LOKET BBN II

6 RAHMADI NUGROHO BRIPTU 87090059 INPUT DATA BPKB

7 M THOHA BRIGADIR 84040886 LOKET BBN II

8 HARI PRASETYO BRIPTU 86030677 LOKET BBN 1

Page 89: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

9 DWI PURNOMO BRIPTU 85060945 ARSIP BPKB

10 DIMAS ARIF SETYAWAN BRIPTU 87050404 LOKET BBN II

Tabel 6. Anggota Satlantas Kota Surakarta bagian BPKB

f. Unit Dikyasa (Pendidikan dan Rekayasa lalu lintas)

Unit Dikyasa diketuai oleh AKP Syamsi Dukha, SH, MH. Anggota dari unit

dikyasa yaitu :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1 SYAMSI DUKHA, SH. MH AKP 59060812 KANIT DIKYASA

2 RIBUWONO AIPTU 61100326 UNIT DIKYASA

3 KUSWANDI AIPTU 61080243 UNIT DIKYASA

4 BEKTI SUTRIYANI AIPDA 68120483 UNIT DIKYASA

5 BAMBANG HARYANTO BRIGADIR 81020276 UNIT DIKYASA

6 RUDIANSYAH AIPTU 72100037 UNIT DIKYASA

7 SRI WIDODO AIPDA 69070302 UNIT DIKYASA

8 JOKO AGUS BRIPTU 85031025 UNIT DIKYASA

Tabel 7. Anggota Satlantas Kota Surakarta Unit Dikyasa

g. Unit Laka (Kecelakaan Lalu Lintas)

Unit laka diketuai oleh AKP Warsono. Unit laka beranggotakan :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1 WARSONO AKP 60100817 KANIT LAKA

2 MARLIN PAYU IPTU 69070497 PANIT LAKA

3 SUMARMO AIPTU 59070498 PENYIDIK LAKA

4 MOCH. SARMIN AIPDA 69090496 PENYIDIK LAKA

5 SUGIYARTO, SH AIPDA 71050323 PENYIDIK LAKA

6 ASEP MAMA AIPDA 69030485 PENYIDIK LAKA

7 M.SAIFUDIN BRIPKA 75070405 UNIT TKP LAKA

8 YULI PURWONO BRIGADIR 81070467 UNIT TKP LAKA

9 SUJITO BRIGADIR 80050887 UNIT TKP LAKA

10 KRISTANTO S SOS BRIPKA 72100603 UNIT TKP LAKA

Page 90: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

11 SUGENG BRIPKA 61010204 UNIT TKP LAKA

12 AGUS WAHYUDI BRIPKA 78070100 UNIT TKP LAKA

13 YULI PRASETYO BRIGADIR 79071003 UNIT TKP LAKA

14 BUDI RS BRIGADIR 55080525 UNIT TKP LAKA

15 MANTENG TRI S BRIGADIR 82090618 UNIT TKP LAKA

16 MARYANTO BRIGADIR 75010820 UNIT TKP LAKA

Tabel 8. Anggota Satlantas Kota Surakarta Unit Laka

h. Unit Turjawali atau Unit Patroli

Unit Patroli ini diketuai oleh AKP Muryati, SH. Pada unit patroli ini beranggotakan :

No Anggota Pangkat NRP Keterangan

1

MURYATI, SH AKP 64040095 KANIT

PATROLI

2

WIDYA RAHMAD

JAYADI

IPTU 86111707

PANIT A

3 MUGIYANTO AIPTU 65050596 PANIT B

4

SUTRISNO BRIPKA 77010323 BAMIN

PATROLI

5 SUMARMO AIPTU 67030241 DANRU 3 A

6 SURAWAN N AIPDA 71030181 ANGGOTA

7

YOYOK TRI

WAHYONO

BRIPKA 75030059 ANGGOTA

8 SEDIONO AIPDA 70110286 ANGGOTA

9 TRIYANTO BRIPKA 73050533 ANGGOTA

10 MUH. SURYANI BRIPKA 75030521 ANGGOTA

11 NGATNO BRIPKA 75110785 ANGGOTA

12 MASRI BRIPKA 76080409 ANGGOTA

13 CUCUK PAMBUKO BRIGADIR 82030365 ANGGOTA

14 EDI SANTOSO BRIGADIR 80020579 ANGGOTA

15 KANTHI NUGROHO BRIGADIR 80100467 ANGGOTA

Page 91: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

16 NANANG TIMOR BRIPTU 84121260 ANGGOTA

17 REZAL KOMARJIWO BRIPTU 87110762 ANGGOTA

18 SUYANTO AIPTU 63110577 DANRU 3 B

19 AMAR HANIWANTORO AIPDA 71030025 ANGGOTA

20 EDI BRUWONO AIPDA 68020455 ANGGOTA

21 SUGIANTA AIPDA 70110227 ANGGOTA

22 SUWARNO T BRIPKA 65050256 ANGGOTA

23 YOHANES PANGESTU AIPDA 73060314 ANGGOTA

24 NGADENAN BRIPKA 77070477 ANGGOTA

25 SUPRIYANTO BRIGADIR 78090305 ANGGOTA

26 SUGENG RIYADI BRIPKA 79041127 ANGGOTA

27 SRI WIDODO BRIGADIR 81090334 ANGGOTA

28 SUEB BRIGADIR 72020253 ANGGOTA

29 MARINDRA P BRIPTU 85030549 ANGGOTA

30 TRI HARTONO AIPDA 68070195 KA JAGA 7A

31 JOKO SURANTO AIPDA 70030359 ANGGOTA

32 SUWARNO BRIPKA 67050272 ANGGOTA

33 M. AZIZ, SOS AIPDA 69070417 ANGGOTA

34 DEDIK INDARTO BRIPKA 76050706 ANGGOTA

35 SARIFUDIN BRIPKA 75120477 ANGGOTA

36 PUJI PURWANTO BRIPKA 77030345 ANGGOTA

37 MURYANTO TRI W BRIPKA 78020325 ANGGOTA

38 LILIK ANDI BRIGADIR 77090515 ANGGOTA

39 ME AGUNG BRIPKA 79030318 ANGGOTA

40 DANANG ARSITA BRIGADIR 81110071 ANGGOTA

41 DARMADI BRIGADIR 79100912 ANGGOTA

42 SULISTYAWAN BRIGADIR 78031152 ANGGOTA

Page 92: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

43 SUDIKNO BRIPKA 79060378 ANGGOTA

44 WIDARTO BRIPKA 81010015 ANGGOTA

45 SULARTO BRIGADIR 80120769 ANGGOTA

46 LILIK MURTI S BRIPKA 78090918 ANGGOTA

47 TARJOYO BRIPTU 79050773 ANGGOTA

48 JOKO SODO BRIPTU 83120216 ANGGOTA

49 FREDY HANDOKO BRIPTU 83061210 ANGGOTA

50 INDRIA ISWAHYUDI BRIPTU 85051032 ANGGOTA

51 IWAN SUPRIATMOJO BRIPDA 87051312 ANGGOTA

52 WILLY RAMADHIAN S BRIPTU 85051024 ANGGOTA

53 WANDRI BRIPTU 86091358 ANGGOTA

54 NURYADIN BRIPDA 79040135 ANGGOTA

55 ARIE JATMIKO BRIPTU 86011010 ANGGOTA

56 BAYU GIRINDRA BRIPTU 86111047 ANGGOTA

57 APRI MULTI BRIPTU 88060415 ANGGOTA

58 YOGI RIKWANDANA BRIPTU 89060147 ANGGOTA

59 EDY CAHYONO AIPTU 62030435 KA JAGA 7B

60 KASWAN AIPDA 60060028 ANGGOTA

61 HENDRO KUS. H AIPDA 69120476 ANGGOTA

62 ALI RUBIYANTO, SH BRIPKA 74030144 ANGGOTA

63 SUGENG RIYANTO BRIPKA 74040085 ANGGOTA

64 JOKO WALUYO BRIPKA 74120346 ANGGOTA

65 DWI RAHANTO BRIPKA 73010604 ANGGOTA

66 SUNARTO BRIPKA 75050355 ANGGOTA

67 M AGUNG N BRIPKA 74120346 ANGGOTA

68 ANDIK. S BRIPKA 72120416 ANGGOTA

69 MUHROJI BRIPKA 57120471 ANGGOTA

Page 93: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

70 RUSDIYANTO BRIPKA 75100688 ANGGOTA

71 PRIYONO BRIPKA 77040680 ANGGOTA

72 ERSAN FITRIANTO BRIPKA 79080118 ANGGOTA

73 BEBYN KUSPRIONO BRIGADIR 79041468 ANGGOTA

74 AGUNG BUDIANTORO BRIGADIR 80020591 ANGGOTA

75 ABDULLAH TOYIBI BRIGADIR 80044862 ANGGOTA

76 ADI SUKAMTO AJI BRIGADIR 81090287 ANGGOTA

77 SISWANTO BRIGADIR 81110232 ANGGOTA

78 HARTAWI BRIGADIR 58060896 ANGGOTA

79 TRI WAHYU BRIGADIR 85060180 ANGGOTA

80 AGUS BUDI SANTOSO BRIGADIR 79081420 ANGGOTA

81 SUHARDI BRIPTU 72040114 ANGGOTA

82 AGUS GIYONO BRIPTU 85071597 ANGGOTA

83 GALIH CAHYO BRIGADIR 84110150 ANGGOTA

84 HENDRIAWAN RN BRIPTU 86110390 ANGGOTA

85 NURYANTO BRIPTU 85121313 ANGGOTA

86 TATANG N BRIPTU 86031526 ANGGOTA

87 AGUS WACHID S. BRIPTU 85081531 ANGGOTA

Tabel 9. Anggota Satlantas Kota Surakarta Unit Turjawali

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Peran Satuan Polisi Lalu Lintas

Satuan polisi lalu lintas merupakan lembaga yang bertanggung jawab dan

mengatur segala hal yang berhubungan dengan lalu lintas. Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan

angkutan jalan, satuan polisi lalu lintas adalah lembaga yang berwenang dalam

penyelengaraan di bidang :

Page 94: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

a. Pendidikan berlalu lintas (education)

b. Rekayasa lalu lintas (enginering)

c. Penegakan hukum (law enforcement)

d. Regristrasi pengemudi dan kendaraan bermotor (regristrasion dan

identification), dan

e. Sebagai pusat K3I (komando, kendali, koordinasi dan informasi) lalu lintas.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan tersebut mengamanatkan bahwa peran dan fungsi polisi di bidang

lalu lintas salah satunya adalah pemberian pendidikan lantas kepada masyarakat

(education). Pengertian dari pendidikan lalu lintas sendiri adalah suatu aktifitas

yang dilakukan dengan penuh sadar untuk memberikan pengertian kepada para

pemakai jalan bagaimana tata cara berlalu lintas yang baik dan benar serta

bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, dan pada akhirnya dapat

mewujudkan ketertiban, keamanan, dan kelancaran dalam berlalu lintas.

Dari kelima peran satuan polisi lalu lintas tersebut diatas penelitian ini

memilih salah satu peran dan fungsi dari satuan polisi lalu lintas. Dalam hal ini

yaitu peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai peran dari satuan

polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan bertentang lalu lintas (education).

Pemilihan tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa pendidikan lalu lintas

merupakan peran utama dalam menurunkan tingginya angka pelanggaran dan

kecelakaan lalu lintas, seperti yang diungkapkan oleh Ian R. Johnston mengatakan

bahwa “education is one of the strategies available to reduce traffic crashes and

the resultant personal injury. It is seen by many as the major strategy for

achieving lasting change”. (http://www.springerlink.com/content/m78565513

x8k3472/) Pernyataan Ian R. Johnston tersebut mengandung arti bahwa

pendidikan merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengurangi

kecelakaan lalu lintas dan cedera yang dihasilkan. Pendidikan ini dianggap oleh

banyak pihak sebagai strategi utama untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

Selain itu dikarenakan adanya batasan masalah dalam penelitian, maka supaya

lebih fokus penaliti hanya memilih satu permasalahan. Adanya alasan tersebut

Page 95: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana peran satuan polisi lalu

lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat (education)

untuk mewujudkan ketertiban, dan kepatuhan masyarakat terhadap hukum dan

peraturan lalu lintas, serta meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang lalu

lintas.

Dengan demikian maka dalam deskripsi hasil penelitian ini peneliti hanya

membahas satu peran dari satuan polisi lalu lintas saja yaitu peran satuan polisi

lalu lintas dalam bidang pendidikan berlalu lintas (education). Fungsi dan peran

tersebut pendidikan bertujuan untuk mengetahui aturan-aturan lalu lintas dan

rambu-rambu lalu lintas yang ada, agar mengimplementasikan etika dan budaya

berlalu lintas yang aman, santun, selamat, tertib dan lancar yang diwujudkan

dalam kehidupan sehari-hari, mengubah perilaku pemakai jalan yang sesuai aman

dan aturan, menurunkan tingginya angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,

serta memberikan informasi lalu lintas.

Berikut adalah diskripsi hasil penelitian tentang peran satuan polisi lalu

lintas Kota Surakarta dalam bidang pendidikan berlalu lintas :

a. Latar belakang pemberian pendidikan lalu lintas.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ketua Unit Pendidikan Lalu

Lintas dan Rekayasa Lalu Lintas, pada tanggal 6 Juni 2012 dengan Bapak

Syamsi Dukha, SH, MH tentang latar belakang perlunya memberikan

pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat adalah sebagai berikut:

“Kita memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat karena

kita peduli kepada mereka. Kalau situasi lalu lintas itu tertib, aman,

lancar maka yang enak kan juga warga pengguna jalan itu sendiri.

Oleh sebab itu, di sini kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk

kebaikan semua” (Petikan wawancara no.1)

Selanjutnya pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh

Bapak Sri Widodo pada tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara sebagai

berikut: “Faktor yang melatarbelakangi kita memberikan pendidikan lalu

lintas karena tingkat kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas masih

Page 96: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

rendah terbukti bisa dilihat bahwa data yang tercatat pelanggaran dan

kecelakaan di Surakarta ini cukup tinggi” (Petikan wawancara no.2).

Sedangkan pernyataan yang diungkapkan Bapak Ribuwono pada

tanggal 12 Juni 2013 dalam wawancara hal yang melatarbelakangi

diberikanya pendidikan lalu lintas yaitu : “Iya karena masyarakat banyak

yang belum sepenuhnya sadar terhadap keamanan diri pribadi” (Petikan

wawancara no.3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa latar

belakang Satlantas Kota Surakarta memberikan pendidikan berlalu lintas

adalah karena tingkat kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas yang

masih di bilang rendah.

b. Tugas satuan polisi lalu lintas dalam pendidikan berlalu lintas.

Berkaitan dengan salah satu peran satlantas yaitu pemberian

pendidikan lalu lintas kepada masyarakat, maka dapat diketahui tugas

satlantas di bidang pendidikan dari hasil wawancara dengan pihak satlantas.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Syamsi Dukha, SH, MH pada tanggal 6

Juni 2012 menyampaikan bahwa “tugasnya yaitu mendidik kepada

masyarakat supaya berlalu lintas dengan baik dan benar sesuai peraturan yang

sudah ditetapkan” (Petikan wawancara no.1).

Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh Bapak Sri

Widodo pada tanggal 12 Juli 2012 dalam wawancara menyampaikan bahwa

“tugasya kita memberi pengertian kepada masyarakat tentang peraturan

keseluruhan lalu lintas. Semua yang berhubungan dengan lalu lintas maupun

cara berlalu lintas” (Petikan wawancara no.2).

Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Ribuwono pada

tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara menyampaikan bahwa “Tugasnya

kita mendidik masyarakat tentang kelalulintasan, keseluruhan tentang lalu

lintas misalnya tentang jalan, kondisi jalan, rambu-rambu, dan peraturan-

peraturan lain” (Petikan wawancara no.3).

Page 97: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa peran

Satlantas Kota Surakarta dalam bidang pendidikan berlalu lintas adalah

bertugas mendidik masyarakat supaya berlalu lintas dengan baik dan benar

sehingga masyarakat dapat mengerti tentang peraturan secara keseluruhan

dalam berlalu lintas dan selanjutnya menjalankan aturan tersebut dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan pemberian pendidikan lalu lintas.

Tujuan diberikannya pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat

adalah supaya masyarakat mengerti bagaimana bersikap dalam berlalu lintas.

Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Bapak Syamsi Dukha,

SH, MH pada tanggal 6 Juni 2012 sebagai berikut:

“Menyampaikan hal-hal yang penting kepada masyarakat tentang lalu

lintas. Hal-hal yang penting itu meliputi peraturan-peraturan tentang

bagaimana cara berkendara yang baik, bagaimana seharusnya

ketentuan dalam mencari sim, memberitahu perlengkapan yang harus

di bawa saat berkendara dan semua itu demi tercapainya ketiblancar

yaitu ketertiban keamanan dan kelancaran lalu lintas” (Petikan

wawancara no.1).

Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Bapak Sri

Widodo, anggota unit DIKYASA/bagian lapangan pendidikan lalu lintas,

pada tanggal 12 Juni 2012 mengenai tujuan diberikannya pendidikan lalu

lintas kepada masyarakat. Tujuan diberikannya pendidikan lalu lintas adalah

supaya masyarakat mengerti bagaimana mereka bersikap dalam berlalu lintas.

Berikut petikan wawancaranya “tujuannya itu supaya masyarakat itu mengerti

bagaimana dia harus bersikap pada waktu berlalu lintas” (Petikan wawancara

no.2).

Sedangkan pendapat dari Bapak Ribuwono anggota unit dikyasa

selaku wakil dari Bapak Syamsi Dukha, SH, MH hasil wawancara pada

tanggal 12 juni 2012 mengenai tujuan diberikan pendidikan lalu lintas yaitu

menyadarkan masyarakat untuk selalu tertib berlalu lintas dan bertujuan

Page 98: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

meminimalkan terjadinya pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Berikut

petikan wawancaranya “Tujuanya menyadarkan masyarakat untuk selalu

tertib lalu lintas juga bertujuan meminimalkan terjadinya pelanggaran dan

kecelakaan lalu lintas” (Petikan wawancara no.3).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan diberikannya pendidikan lalu lintas kepada masyarakat adalah supaya

masyarakat mengerti dan memahami bagaimana mereka harus bersikap dalam

berlalu lintas serta bertujuan meminimalkan terjadinya pelanggaran dan

kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian, akan dapat tercapai ketertiban,

keamanan, dan kelancaran dalam berlalu lintas.

d. Materi pendidikan lalu lintas.

Mengenai materi yang disampaikan dalam pendidikan berlalu lintas

sesuai dengan yang sudah ada di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hal ini sebagaimana yang

disampaikan oleh Bapak Syamsi Dukha, SH, MH pada tanggal 6 Juni 2012

dalam wawancara sebagai berikut:

“Materi yang diajarkan itu mulai dari bagaimana menggunakan helm,

menggunakan lajur kiri jalan, arti rambu-rambu lalu lintas. Intinya

materinya itu dari peraturan tentang lalu lintas yang sudah ada yaitu

dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan dan dari buku panduan praktis berlalu lintas” (Petikan

wawancara no.1).

Pernyataan yang hampir sama juga disampaikan oleh Bapak Sri

Widodo pada tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut:

“Kalau materi kita untuk TK dan SD : pertama kita melakukan

pendekatan dulu kepada mereka agar yang dulunya mereka takut

kepada polisi jadi tidak takut lagi kemudian kita kenalkan peran dan

fungsi pak polisi lalu lintas, supaya anak-anak itu mengetahui dulu

tugas kami. Peran polisi sebagai pelayan, pengayom, pelindung

masyarakat supaya kalo anak-anak mengalami kesulitan agar meminta

bantuan kepada pak polisi. Lalu masuk ke materi kita mengajarkan

tata cara berjalan yang aman misalnya berjalan di jalur sebelah kiri,

Page 99: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

menyebrang jalan harus tengok kanan dan tengok kiri dan harus lewat

zebra crros, memberitahu rambu-rambu lalu lintas secara keseluruhan,

memberitahu arti dari bunyi-bunyi peluit, mengetahui 12 gerakan aba-

aba lalu lintas. Untuk SMP, SMA, dan lainnya : kita sudah

memasukkan materinya keseluruhan dari isi undang-undang,

materinya pertama kita kasih pengertian tentang lalu lintas dan tata

cara dalam berlalu lintas, tata cara pembuatan SIM, minimum berusia

17 tahun dan harus punya KTP” (Petikan wawancara no.2).

Selanjutnya pernyataan yang disampaikan Bapak Ribuwono pada

tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara yaitu sebagai berikut “Pemberian

materi dari peraturan yang sudah di tetapkan. Peraturan undang-undang no 22

tahun 2009” (Petikan wawancara no.3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa materi

yang diberikan dalam pendidikan berlalu lintas sesuai dengan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan. Namun materi tersebut juga disesuaikan dengan jenjang pendidikan

pihak mana yang akan diberikan pendidikan dalam berlalu lintas.

e. Program pendidikan lalu lintas.

Satlantas Kota Surakarta memiliki program pendidikan berlalu lintas

yang diperuntukkan kepada masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari hasil

wawancara dengan Bapak Syamsi Dukha, SH, MH pada tanggal 6 Juni 2012

sebagai berikut:

“Program pendidikan kepada masyarakat itu ada program Polisi

Sahabat Anak (POLSANA). Program ini diperuntukkan untuk anak-

anak sekolah TK maupun SD, pelaksanaannya mengajarkan kepada

anak-anak tentang arti dari rambu-rambu lalu lintas dengan tujuan

anak-anak mengetahui tentang rambu-rambu lalu lintas, melatih adik-

adik supaya tidak takut dengan polisi supaya tahu kelak kalau sudah

dewasa dan mulai berkendara sudah memahami aturan-aturan tentang

lalu lintas. Ada program traffic police goes to campus, ada program

penling atau penerangan keliling, dan selanjutnya ada program

pendidikan lalu lintas masuk ke kurikulum sekolah SD, SMP, dan

SMA” (Petikan wawancara no.1).

Page 100: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Bapak Sri Widodo

dalam wawancara pada tanggal 12 Juni 2012 menyampaikan bahwa “kita ada

program polsana atau polisi sahabat anak, program penerangan keliling atau

penling, program traffic police goes to campus yang merupakan program

terbaru untuk tahun ini” (Petikan wawancara no.2).

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Bapak Ribuwono dalam

wawancara pada tanggal 12 Juni 2012 yaitu sebagai berikut “Programnya

seperti yang dibilang sama pak sri tadi, kita ada polsana, police goes to

campus, penling yang kita sudah jalankan saat ini program itu” (Petikan

wawancara no.3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

program pendidikan berlalu lintas yang sudah diberikan oleh Satlantas Kota

Surakarta adalah program polsana atau polisi sahabat anak, program

penerangan keliling atau penling, program traffic police goes to campus.

Selain itu, juga ada program pendidikan lalu lintas masuk ke kurikulum

sekolah SD, SMP, dan SMA tetapi untuk program ini belum terlaksana di

Surakarta.

f. Cara pemberian pendidikan lalu lintas.

Satlantas Kota Surakarta dalam memberikan pendidikan berlalu lintas

kepada masyarakat melalui beberapa cara, diantaranya ada yang langsung

datang ke Polresta Surakarta kemudian mendatangi ke sekolah-sekolah,

workshop, maupun melalui seminar-seminar. Hal ini dikuatkan sebagaimana

yang diungkapkan oleh Bapak Syamsi Dukha, SH, MH pada tanggal 6 Juni

2012 dalam wawancara menyatakan bahwa “Untuk saat ini kita melalui

seminar-seminar, sosialisasi, penyuluhan. Kalau untuk ke kelas-kelas kita

belum ada dan kemungkinan tahun depan ada apabila pendidikan lalu lintas

sudah di masukkan ke kurikulum sekolah” (Petikan wawancara no.1).

Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh Bapak Sri

Widodo dalam wawancara pada tanggal 12 Juni 2012 sebagai berikut:

Page 101: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

“Jadwalnya kita menyesuaikan dari permintaan. Untuk anak-anak TK

dan SD biasanya mereka yang datang langsung ke polresta langsung

di sebelah barat manahan itu langsung meminta diberikan pendidikan

lalu lintas kepada anak-anak dan untuk jadwal itu sebelumnya

gurunya koordinasi dulu ke sini, tetapi untuk SMP dan SMA sama

sesuai permintaan bedanya pemberian pendidikan lalu lintas itu kita

yang disuruh mendatangi sekolah-sekolah pada waktu mos atau pensi-

pensi sekolah. Dan kalau pemberian pendidikan lalu lintas kepada

masyarakat kita mendatangi menyampaikan langsung kepada

masyarakat melalui workshop, seminar-seminar, mengisi di

karangtaruna, mengisi di perkumpulan ibu-ibu pkk, mengisi pada

waktu acara tujuh belasan warga, meletakkan papan himbauan di

tempat-tempat yang ramai, pemasangan megaphone di lampu-lampu

merah menghimbau kapada msyarakat agar tertib berlalu lintas”

(Petikan wawancara no.2).

Selanjutnya Bapak Ribuwono juga menyampaikan hal yang tidak jauh

berbeda dalam wawancara pada tanggal 12 Juni 2012 yaitu sebagai berikut :

“Penerapanya kita keliling memberikan penjelasan kepada masyarakat

tentang paturan-paturan baru misalnya peraturan baru tentang ligh on baik

melalui penyuluhan ke sekolah-sekolah, penyuluhan ke ibu-ibu PKK,

penyuluhan ke karang taruna seperti itu” (Petikan wawancara no.3).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa Satlantas Kota Surakarta dalam memberikan pendidikan berlalu lintas

kepada masyarakat dilakukan melalui workshop, seminar-seminar, sosialisasi,

penyuluhan. Selain itu untuk anak-anak TK dan SD datang langsung ke

Polresta yang letaknya di sebelah barat Manahan, tetapi untuk SMP dan SMA

pihak Satlantas yang mendatangi sekolah-sekolah pada waktu mos ataupun

acara pensi-pensi sekolah.

g. Keberhasilan program pendidikan lalu lintas.

Dengan telah diberikannya pendidikan berlalu lintas kepada

masyarakat oleh Satlantas Kota Surakarta, maka dapat diketahui target

keberhasilan dalam pelaksanaannya. Target keberhasilan pendidikan berlalu

Page 102: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

lintas dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Bapak Syamsi Dukha,

SH, MH pada tanggal 6 Juni 2012 menyatakan sebagai berikut:

“Untuk saat ini belum mencapai target keberhasilannya. Kalau

penyampaian pendidikanya saya rasa sudah maksimal tetapi target

keberhasilanya belum bisa maksimal. Kalau sudah berhasil ya

tentunya tidak tinggi lagi angka pelanggaran dan kecelakaan lalu

lintas di kota Surakarta” (Petikan wawancara no.1).

Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Bapak Sri Widodo

pada tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut:

“Kalau berhasil tidaknya itu tergantung dari orangnya yang diberi

pendidikan. Kita sudah berusaha maksimal dalam memberikan

pendidikan tetapi kalau orang tersebut masih belum mempunyai

kesadaran dalam mentaati peraturan ya belum bisa dikatakan berhasil.

Bagi kita belum bisa dikatakan berhasil karena masih banyak para

warga yang melakukan pelanggaran-pelanggaran dan masih belum

bisa tertib” (Petikan wawancara no.2).

Pendapat yang tidak jauh berbeda disampaikan Bapak Ribuwono

dalam wawancara pada tanggal 12 Juni 2012 menyatakan bahwa “Iya belum

sepenuhnya berhasil. Tapi ada perubahanya” (Petikan wawancara no.3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa target

keberhasilan pendidikan berlalu lintas yang telah diberikan oleh Satlantas

Kota Surakarta belum tercapai. Hal ini dikarenakan pihak Satlantas menilai

masih tingginya kasus pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang dilakukan

dan belum tertibnya masyarakat dalam berlalu lintas.

h. Upaya untuk mencapai target keberhasilan pemberian pendidikan lalu lintas.

Setelah mengetahui bahwa kegiatan pendidikan berlalu lintas belum

berhasil, maka dilakukan suatu upaya guna mencapai keberhasilan dalam

kegiatan tersebut. Upaya yang dilakukan ini dapat diketahui dari hasil

wawancara dengan Bapak Syamsi Dukha, SH, MH pada tanggal 6 Juni 2012

sebagai berikut: “Untuk mencapai hasil yang maksimal kita selalu dan selalu

Page 103: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

memberitahu kepada masyarakat dan tidak bosen-bosennya memberikan

himbauan agar selalu tertib lalu lintas” (Petikan wawancara no.1).

Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak Sri Widodo pada tanggal 12

Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut:

“Upaya pencapaian hasil yang maksimal, kita butuh kerjasama dengan

para pengguna lalu lintas juga. Dari pihak kepolisian kita memberikan

memberikan pendidikan lalu lintas dengan berbagai cara dan kita

berusaha selalu mendekatkan diri kepada masyarakat agar masyarakat

mau diajak untuk kerja sama dengan kita untuk berperilaku tertib serta

taat pada peraturan” (Petikan wawancara no.2).

Pendapat yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Bapak Ribuwono

dalam wawancara pada tanggal 12 Juni 2012 mengatakan bahwa “Untuk

mencapai hasil yang maksimal upayanya kita selalu membuat cara-cara baru

atau strategi baru untuk membuat sistem transportasi yang semakin terarah”

(Petikan wawancara no.3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya

yang dilakukan oleh Satlantas Kota Surakarta guna mencapai target

keberhasilan secara maksimal dalam bidang pendidikan berlalu lintas adalah

selalu memberikan pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat untuk tertib

berlalu lintas dengan berbagai cara-cara baru. Selain itu juga dengan

mendekatkan diri kepada masyarakat untuk diajak bekerjasama supaya

berperilaku tertib dalam berlalu lintas.

Kemudian berdasarkan dari hasil observasi atau pengamatan yang peneliti

lakukan selama dilapangan, Satlantas Surakarta telah menjalankan perannya

dengan menerapkan program pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat.

Peneliti melakukan observasi yang dilakukan pada :

a. Pelaksanaan Program Polsana (polisi sahabat anak).

Pada saat peneliti melakukan obvservasi Satlantas Surakarta memberi

pendidikan lalu lintas kepada masyarakat yaitu pelaksanaan program polsana

Page 104: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

yang dilaksanakan di halaman Polresta Kota Surakarta pada tanggal 19 Juni

2012 pukul 08.00 kepada anak-anak SD Kristen Pratama Sukoharjo.

b. Pelaksanaan Program Penling (penerangan keliling).

Pelaksanaan program penling yang dilaksanakan tanggal 20 Mei 2012 pukul

19.00 kepada muda-mudi karang taruna Semanggi Rw 04 Kecamatan Pasar

Kliwon Surakarta yang bertempat di sepanjang jalan comol raya I gang 6

perbatasan RT06/RW04 Semanggi kecamatan Pasar Kliwon Surakarta

tepatnya di belakang pondok pesantren MTA asrama putra Semanggi

kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.

Berdasarkan observasi atau pengamatan saat penerapan program polsana

oleh Satlantas Surakarta pada tanggal 19 Juni 2012 Pukul 08.00 kepada anak-anak

SD Kristen Pratama Sukoharjo yang bertempat di halaman depan Polresta Kota

Surakarta peneliti menemukan hasil :

“Pada saat pengamatan Satlantas Surakarta melaksanakan perananya

dengan memberikan pendidikan berlalu lintas kepada anak-anak melalui

pelaksanaan program polsana. Pelaksanaan program tersebut dilaksanakan pada

tanggal 19 Juni 2012 dimulai pada Pukul 08.00 yang diarahkan oleh anggota

Satlantas dari unit dikyasa yaitu Ibu Bekti, Bapak Ribuwono, Bapak Sri Widodo

dan dibantu oleh beberapa polisi dari Polresta Surakarta. Pertama yang dilakukan

adalah mengajak anak-anak untuk baris-berbaris yang disiapkan langsung oleh

polisi, kemudian anak-anak diajak jalan-jalan keliling halaman polresta Surakarta,

selanjutnya anak-anak berhenti di lapangan depan kantor polresta Surakarta untuk

melihat aksi anjing pelacak dari polresta Surakarta dan baru masuk dalam inti

yaitu anak-anak dalam konsisi duduk di tanah sambil melihat dan mendengarkan

bu bekti dalam memberikan materi dasar tentang lalu lintas kepada anak-anak.

Penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah menggunakan mega

phone dan menggunakan media yang berupa alat peraga. Materi dasar tentang lalu

lintas yang diberikan yaitu menjelaskan mengenai arti dari alat pemberi isyarat,

rambu lalu lintas, perlengkapan berkendara, serta marka jalan. Namun materi

tersebut tidak diberikan secara keseluruhan, hanya sebagian kecil saja. Untuk alat

Page 105: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

pemberi isyarat memberikan penjelasan tentang arti lampu tiga warna yaitu

merah, kuning, dan hijau serta arti dari warna tersebut. Sedangkan untuk rambu

lalu lintas materi dasar yang dijelaskan kepada anak-anak seperti rambu dilarang

parkir, rambu dilarang berhenti, rambu dilarang belok kanan, rambu dilarang

belok kiri, rambu dilarang putar balik, rambu dilarang masuk, rambu stop atau

berhenti. Selanjutnya untuk perlengkapan berkendara dijelaskan kepada anak-

anak yaitu cara menggunakan helm pengaman dan untuk marka jalan yang

dijelaskan kepada anak-anak yaitu zebra cross. dalam pelaksanaanya rambu-

rambu lalu lintas ditunjukkan kepada anak-anak dengan menggunakan alat peraga

berupa papan kari kayu bergambar alat-alat peraga”(Lembar observasi no. 1).

Sedangkan berdasarkan observasi atau pengamatan saat penerapan

program penling oleh Satlantas Surakarta pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 19.00

kepada muda-mudi karang taruna Semanggi RW 04 Kecamatan Pasar Kliwon

Surakarta peneliti menemukan hasil :

“Pada saat pengamatan, proses polisi dalam memberikan pendidikan yang

dilakukan Bp.Ribuwono adalah dengan menggunakan metode ceramah. Peneliti

melihat dalam proses ini polisi tidak menggunakan media apapun selain

menggunakan metode ceramah. Awal pelaksanaan polisi memberikan penjelasan

tentang tugasnya sebagai polisi lalu lintas yang berkewajiban memberikan

pengertian kepada masyarakat apabila masyarakat belum paham/mengetahui

segala sesuatu yang berhubungan dengan lalu lintas, dan kemudian polisi

memberikan penjelasan tentang perlengkapan pada saat berkendara, yang

ditekankan oleh polisi di sini yaitu SIM, polisi menjelaskan tentang cara dan

syarat untuk mencari sim melalui prosedur yang benar. Pada akhir pelaksanaanya

di sini polisi memberi kesempatan kepada warga untuk bertanya segala hal yang

berkaitan dengan tugas polisi” (Lembar observasi no. 2).

Dari hasil observasi atau pengamatan yang peneliti lakukan tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa peran Satlantas Kota Surakarta dalam menjalankan

pemberikan pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat dilakukan melalui

Page 106: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

beberapa program yang sebelumnya telah dibuat terlebih dahulu oleh Satlantas.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, Satlantas Surakarta sedang

melaksanakan program polsana dan program penling. Program yang sering

dilaksanakan Satlantas Surakarta adalah program polsana, alasan program polsana

lebih banyak diberikan yaitu karena banyaknya permintaan pengisian pendidikan

lalu lintas dari sekolah TK maupun SD dan dikarenakan untuk anak usia dini

diusahakan sesering mungkin diberikan pendidikan lalu lintas dengan harapan

kelak anak-anak kalau sudah cukup usia dan akan berkendara sudah paham betul

tentang keseluruhan aturan-aturan yang ada. Materi yang diberikan pada kedua

program tersebut hampir sama yaitu seputar pengertian lalu lintas, peraturan

perundangan berlalu lintas, pentingnya rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, alat

pemberi isyarat pengatur lalu lintas, pengamanan diri sebagai pemakai jalan, tata

cara berlalu lintas yang benar, tips aman perjalanan, hak dan kewajiban warga

negara dalam berlalu lintas, peran masyarakat dalam penyelenggaraan lalu lintas,

peran masyarakat dalam penyelenggaraan lalu lintas, maupun praktik isyarat

pengaturan lalu lintas.

Sedangkan dari hasil analisis data yang diperoleh peneliti pada saat

melakukan penelitian, menemukan bahwa pendidikan lalu lintas banyak di

berikan pada anak-anak sekolah/pelajar. Satuan polisi lalu lintas dalam pemberian

pendidikan berlalu lintas lebih menekankan pada usia pelajar dikarenakan bahwa

berdasarkan dari analisis data yang diperoleh dari Satlantas Kota Surakarta

pelanggaran lalu lintas justru cenderung dominan pada pengemudi dan

penumpang usia sekolah. Dari data menunjukkan bahwa :

Page 107: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 10

Data Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Surakarta yang dilakukan oleh pelajar pada

tahun 2010

BULAN PELAJAR MAHASIWA

JAN 25 40

PEB 145 286

MAR 146 210

APRIL 385 482

MEI 503 695

JUNI 975 625

JULI 342 295

AGUST 245 374

SEPT 65 42

OKT 185 110

NOP 240 295

DES 740 850

JUMLAH 3.996 4.304

Sumber: Satlantas Kota Surakarta Tahun 2010

Sedangkan data Pelanggaran Lalu Lintas yang dilakukan oleh pelajar pada

tahun 2011 yaitu sebagai berikut :

Page 108: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tabel 11

Data Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Surakarta yang dilakukan oleh pelajar pada

tahun 2011

BULAN PELAJAR MAHASIWA

JAN 732 865

PEB 812 675

MAR 896 725

APRIL 825 653

MEI 1.022 895

JUNI 775 692

JULI 862 598

AGUST 206 312

SEPT 96 160

OKT 86 162

NOP 78 171

DES 177 118

JUMLAH 6.567 6.026

Sumber: Satlantas Kota Surakarta Tahun 2011

Dari data tersebut, tidak ada salahnya Satlantas Surakarta memprioritaskan

pemberian pendidikan lalu lintas diberikan pada pelajar dikarenakan memang

jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa cukup tinggi

dan mengalami peningkatanya yang cukup besar dari tahun 2010 ke tahun 2011.

Selanjutnya data lain yang peneliti peroleh dari lapangan, peneliti

memperoleh data berupa surat laporan sudah melakukan kegiatan pemberian

kegiatan pendidikan lalu lintas dari Satlantas Surakarta yang ditujukan kepada

kepala Kepolisian Jawa Tengan di Semarang yang menunjukkan bahwa benar

Satlantas Surakarta telah menjalankan perannya dalam memberikan pendidikan

lalu lintas kepada masyarakat yaitu melaksanakan program polisi sahabat anak

Page 109: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

(Polsana) yang diikuti kurang lebih oleh 135 siswa serta didampingi oleh 8 guru

pendamping. Untuk lebih jelasnya surat laporan kegiatan polsana dapat dilihat

pada lampiran 11.

Berdasarkan analisis dari beberapa data tersebut dapat disimpulkan bahwa

Satlantas Surakarta memprioritaskan pendidikan lalu lintas yang diberikan pada

usia pelajar, hal ini dikarenakan pelanggaran lalu lintas justru cenderung dominan

pada pengemudi dan penumpang usia sekolah. Selain data jumlah pelanggaran

tersebut, peneliti memperoleh data berupa surat laporan sudah melakukan

kegiatan pemberian kegiatan pendidikan lalu lintas yaitu pelaksanaan program

polsana yang ditujukan kepada kepala kepolisian Jawa Tengah di Semarang. Dari

data tersebut membuktikan bahwa Satlantas Surakarta telah menjalankan

perannya dalam memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat melalui

program polsana khususnya pada anak-anak SD Kristen Pratama Sukoharjo yang

dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2012 Pukul 08.00 di halaman Polresta Kota

Surakarta dengan diikuti oleh 135 siswa.

2. Hambatan Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan Pendidikan

Berlalu Lintas Kepada Masyarakat Untuk Mewujudkan Ketertiban

Lalu Lintas Bagi Warga Surakarta

Salah satu peran Satlantas Kota Surakarta adalah memberikan pendidikan

berlalu lintas kepada masyarakat. Pelaksanaan pendidikan berlalu lintas yang

dilakukan oleh Satlantas Kota Surakarta adalah untuk mendidik masyarakat

supaya dapat berperilaku baik dan tertib dalam berlalu lintas. Yang melatar

belakangi pendidikan lalu lintas ini masih perlu diberikan kepada masyarakat

karena masih banyak masyarakat yang melanggar lalu lintas. Banyak faktor yang

mempengaruhi masyarakat ketika melakukan pelanggaran di jalan raya. Hal ini

sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Syamsi Dukha, SH, MH selaku Ketua

Unit Pendidikan Lalu Lintas dan Rekayasa Lalu Lintas pada tanggal 6 Juni 2012

dalam wawancara sebagai berikut:

Page 110: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

“Faktor yang mempengaruhi yaitu masih kurangnya kesadaran hukum

warga khususnya dalam berlalu lintas. Ada yang belum mengetahui

peraturan dan ada pula yang sudah mengetahui peraturan tetapi masih saja

dilanggar. Dan kebanyakan pelanggar itu ngeyel” (Petikan wawancara no.

1).

Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Bapak Sri Widodo

pada tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara mengatakan bahwa :“Karena

ketidaktahuan tentang peraturan lalu lintas, kurangnya kesadaran dalam berlalu

lintas, dan masyarakat itu inginnya instan atau yang cepet-cepet sehingga mereka

kurang menghiraukan peraturan” (Petikan wawancara no. 2).

Pendapat lainnya disampaikan oleh bapak Ribuwono pada tanggal 12 Juni

2012 dalam wawancara mengungkapkan : “Iya karena masyarakat banyak yang

belum sepenuhnya sadar terhadap keamanan diri pribadi” (Petikan wawancara no.

3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi masyarakat melakukan pelanggaran lalu lintas adalah

kurangnya kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas. Masyarakat masih

banyak yang kurang menghiraukan peraturan lalu lintas dan masih belum

sepenuhnya sadar dalam menjaga keamanan diri pribadi.

Jenis pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat bermacam-

macam. Pelanggaran yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah tidak

mematuhi peraturan dalam berlalu lintas, seperti tidak membawa kelengkapan

surat kendaraan, tidak memakai helm, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan

masih banyak lagi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Syamsi Dukha,

SH, MH pada tanggal 6 Juni 2012 tentang jenis pelanggaran yang sering

dilakukan oleh masyarakat. Berikut petikan wawancaranya “Pelanggaran yang

paling banyak dilakukan oleh masyarakat yaitu menerobos lampu merah, tidak

menyalakan lampu di siang hari (ligh on), tidak menggunakan helm” (Petikan

wawancara no. 1).

Page 111: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Pernyataan yang hampir sama juga disampaikan oleh Bapak Sri Widodo

pada tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut:

“Ya yang paling banyak itu melanggar tanda berhenti atau lampu merah,

tidak bawa helm, dan kalau anak-anak muda itu ya biasanya ugal-ugalan di

jalan, motor tidak sesuai standart seperti knalpot keras, warna body motor

yang tidak sesuai warna di STNK, spionnya cuma satu, ban motor kecil”

(Petikan wawancara no. 2).

Pernyataan lainya disampaikan oleh Bapak Ribuwono pada tanggal 12

Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut :

“Pelanggaran paling banyak karena surat-surat tidak lengkap, terobos

lampu merah dan kalau di depan pasar-pasar itu karena pedagang yang

jualan di tepi-tepi jalan yang membuat jalan semakin sempit, dan biasanya

kalau di pasar kan banyak becak-becak, angkutan, bus itu yang sering

nggeyel, berhenti sembarangan” (Petikan wawancara no. 3).

Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis

pelanggaran yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat adalah menerobos

lampu merah, tidak menggunakan helm, tidak menyalakan lampu di siang hari,

motor tidak sesuai standart dan lain-lain.

Dengan adanya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat,

maka polisi juga melakukan tindakan terhadap setiap pengendara yang melakukan

pelanggaran. Tindakan yang dilakukan oleh polisi adalah melakukan teguran

sampai dengan menilang kepada masyarakat yang melanggar peraturan lalu lintas.

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Syamsi Dukha, SH, MH pada

tanggal 6 Juni 2012 tentang tindakan yang dilakukan oleh polisi jika ada

masyarakat yang melanggar lalu lintas. Berikut petikan wawancaranya:

“Tindakan yang dilakukan kita wajib memberitahu kepada masyarakat

tentang kesalahan yang dilakukan dan memberitahu bagaimana berkendara

yang benar. Kalau sudah tiga kali kita beritahu masih saja melanggar baru

kita tindak dan kita denda sesuai pelanggaran yang dilakukan” (Petikan

wawancara no. 1).

Page 112: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Bapak Sri Widodo

pada tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut “tentunya kalo

tertangkap ada yang melakukan pelanggaran ya akan kita tilang. Dengan

penilangan itu tadi kita beritahu kesalahan apa yang dia lakukan” (Petikan

wawancara no. 2).

Pendapat lain tidak jauh berbeda disampaikan oleh bapak Ribuwono pada

tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara yaitu sebagai berikut “Kita tilang, nanti

dalam penilangan kita arahkan bagaimana caranya yang benar supaya besok tidak

terjadi lagi hal yang sama” (Petikan wawancara no. 3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan

yang dilakukan oleh polisi adalah menegur pengendara yang melakukan

pelanggaran kemudian menjelaskan kesalahannya setelah itu ditindak sesuai

dengan pelanggaran yang dilakukan pengendara.

Masih banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat,

maka kemudian Satlantas Kota Surakarta menjalankan perannya untuk

memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan

fungsi satlantas Kota Surakarta dalam memberikan pendidikan lalu lintas. Adapun

fungsi pendidikan lalu lintas kepada masyarakat adalah untuk memberikan

pengetahuan dan pengertian kepada masyarakat dalam berlalu lintas. Hal ini

sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Syamsi Dukha, SH, MH pada tanggal

6 Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut “Fungsi pendidikan berlalu lintas

yaitu memberikan pengertian kepada masyarakat bagaimana berkendara dengan

baik di jalan” (Petikan wawancara no. 1).

Selanjutnya, pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Bapak Sri

Widodo pada tanggal 12 Juni 2012 sebagaimana dalam wawancara sebagai

berikut:

“Untuk anak TK, SD, SMP dan SMA fungsinya biar anak-anak tadi tahu

secara dini tentang peraturan lalu lintas, dan kelak nanti kalo sudah besar

dan cukup umur berlalu lintas mereka memahami tata cara berlalu lintas

Page 113: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

dan tidak akan bertindak ugal-ugalan pada saat berlalu lintas” (Petikan

wawancara no. 2).

Kemudian berdasarkan wawancara dengan Bapak Ribuwono pada tanggal

12 Juni 2012 mengatakan bahwa “Fungsinya untuk membekali masyarakat jika

akan berlalu lintas. Bekalnya yaitu memberikan pemahaman tentang cara

mengemudi yang benar kemudian paham tentang keseluruhan peraturan” (Petikan

wawancara no. 3).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

fungsi pendidikan berlalu lintas adalah untuk memberikan pengetahuan dan

pengertian kepada masyarakat sehingga masyarakat lebih memahami tata cara

berlalu lintas. Terutama jika pendidikan berlalu lintas tersebut diberikan sejak

dini, maka diharapkan kelak nanti kalau sudah saatnya boleh berkendara dapat

tertib dan patuh pada aturan lalu lintas.

Namun demikian, dalam memberikan pendidikan berlalu lintas kepada

masyarakat tidak mudah. Hal ini dikarenakan masih ditemuinya hambatan-

hambatan dalam mewujudkan program pendidikan lalu lintas bagi masyarakat

meskipun hambatan tersebut tidak begitu berarti. Hambatan-hambatan tersebut

dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Bapak Sri Widodo pada tanggal 12

Juni 2012 sebagai berikut:

Hambatan tentunya ada tetapi dengan adanya hambatan tersebut tidak

begitu berarti karena kita sudah difasilitasi oleh kantor, hanya saja kalo

kita mengajarkan kepada anak-anak itu kita memerlukan kesabaran yang

ekstra karena anak-anak itu kalo dijelaskan biasanya ngomong-ngomong

sendiri dengan temannya. Terus hambatan lain itu kita personilnya sangat

terbatas dikarenakan di unit dikyasa ini kita cuma mempunyai 6 personil 7

beserta pak kanit yang menangani keseluruhan wilayah Surakarta jadi kita

pekerjaannya rapel-rapel tidak hanya bagian pendidikan saja tetapi juga

merangkap di bagian-bagian lain. Dan idealnya untuk di unit dikyasa ini

15 orang tapi karena personil kepolisian itu memang terbatas ya kurang

gak kurang tetap dilaksanakan dan kita paksakan harus berjalan” (Petikan

wawancara no. 2).

Page 114: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Bapak Syamsi Dukha, SH, MH

pada tanggal 6 Juni 2012 tentang hambatan dalam mewujudkan program

pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari hasil

wawancara sebagai berikut:

“Sampai saat ini belum menemukan hambatan karena kita sudah diberi

fasilitas-fasilitas dari pusat untuk pelaksanaan pemberian pendidikan,

fasilitas itu misalnya kita diberi kendaraan untuk menuju lokasi pemberian

pendidikan, diberi alat-alat peraga. Hanya saja hasil yang sudah diberikan

belum bisa maksimal karena semua itu dibutuhkan kesadaran masyarakat

sendiri dalam mentaati peraturan-peraturan lalu lintas. Tetapi paling nggak

kita sudah menghimbau tentang bagaimana seharusnya yang benar dalam

berlalu lintas, dan untuk seterusnya itu tergantung dari pribadi masing-

masing orang” (Petikan wawancara no. 1).

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ribuwono pada

tanggal 12 Juni 2012 mengatakan bahwa “Sebenarnya tidak terlalu ada

hambatan. Seperti yang dikatakan pak sri widodo tadi karena kita keterbatasan

personil memang iya.di sini kita kerjanya memang disonggo bareng-bareng, ya

saling membantu anggota satu dengan yang lain” (Petikan wawancara no. 3).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa masih ada hambatan dalam mewujudkan program pendidikan berlalu lintas

kepada masyarakat meskipun hambatan tersebut bukan merupakan hambatan yang

berarti, dikarenakan Satlantas Surakarta mempunyai ragam fasilitas untuk

mendukung kegiatan keseluruhan pendidikan lalu lintas yang sudah disediakan

dari kantor. Adapun hambatan yang ada adalah karena keterbatasan jumlah

personil diari unit dikyasa yang hanya berjumlah 7 orang, jauh dari jumlah ideal

yang paling tidak berjumlah 15 orang. Hambatan lainnya adalah faktor

masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini, kesadaran hukum masyarakat ketika

berkendara di jalan raya yang masih rendah. Masyarakat belum sepenuhnya sadar

untuk mematuhi peraturan hukum yang berlaku, hal ini dikarenakan karena

adanya suatu sebab yaitu karena kurang pemahamannya masyarakat tentang

peraturan lalu lintas dan juga oleh karena kurang sadarnya masyarakat dalam

memikirkan keamanan untuk dirinya sendiri. Kesadaran masyarakat memang

Page 115: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

dirasa penting untuk mempelancar kerja polisi dan aparat, dengan adanya

dukungan dan terutama kesadaran masyarakat maka tugas polisi dan aparat dalam

melindungi masyarakat akan lebih mudah, karena polri dan aparat bekerja untuk

masyarakat. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dari masyarakat dengan aparat

kepolisian dalam mewujudkan ketertiban, keamanan dan kelancaran lalu lintas.

Kemudian berdasarkan dari hasil observasi atau pengamatan yang peneliti

lakukan selama dilapangan, Satlantas Surakarta dalam menjalankan perannya saat

melaksanakan program :

a. Program Polsana

Program tersebut dilaksanakan di halaman Polresta Kota Surakarta pada

tanggal 19 Juni 2012 pukul 08.00 kepada anak-anak SD Kristen Pratama

Sukoharjo.

b. Program Penling

Program tersebut dilaksanakan tanggal 20 Mei 2012 pukul 19.00 kepada

muda-mudi karang taruna Semanggi RW 04 Kecamatan Pasar Kliwon

Surakarta yang bertempat di sepanjang jalan comol raya I gang 6 perbatasan

RT06/RW04 Semanggi kecamatan Pasar Kliwon Surakarta tepatnya di

belakang pondok pesantren MTA asrama putra Semanggi kecamatan Pasar

Kliwon Surakarta.

Pada saat peneliti melakukan observasi kedua program tersebut peneliti

melihat adanya hambatan yang dialami oleh polisi pada dalam pemberikan

pendidikan berlalu lintas. Berdasarkan observasi atau pengamatan penerapan

program polsana oleh Satlantas Surakarta pada tanggal 19 Juni 2012 Pukul 08.00

kepada anak-anak SD Kristen Pratama Sukoharjo yang bertempat di halaman

depan Polresta Kota Surakarta peneliti menemukan hasil :

“Dalam pelaksanaan program ini peneliti melihat adanya hambatan yang

dialami oleh polisi dikarenakan jumlah murid yang diampu pada saat itu terlalu

banyak yaitu sekitar 135 orang membuat suasana jadi kurang kondusif sehingga

mengakibatkan pelaksanaan program ini anak-anak yang ada tidak semuanya

berantusias dalam mendengarkan penjelasan dari polisi. Mereka malah ada yang

Page 116: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

nggobrol dengan teman, ada yang menangis, serta ada juga yang tidak mau

bergabung dengan teman-temanya malah main-main sendiri di sekitaran wilayah

polresta. Peneliti juga melihat keterbatasan lain yaitu keterbatasan personil yang

melaksanakan pemberian pendidikan lalu lintas dan juga keterbatasan alat peraga

yang di digunakan tidak komplit, hanya sekitar 10 papan rambu lalu lintas saja hal

ini membuat pengertian anak-anak tentang rambu lalu lintas sangat kurang”

(Lembar observasi no. 1).

Sedangkan berdasarkan observasi atau pengamatan penerapan program

penling oleh Satlantas Surakarta pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 19.00 kepada

muda-mudi karang taruna Semanggi RW 04 Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta

yang bertempat di sepanjang jalan comol raya I gang 6 perbatasan RT06/RW04

Semanggi kecamatan Pasar Kliwon Surakarta tepatnya di belakang pondok

pesantren MTA asrama putra Semanggi kecamatan Pasar Kliwon Surakarta

peneliti menemukan hasil :

“Dalam proses program penling berlangsung para warga khususnya anak-

anak muda yang hadir terlihat kurang berantusias mengikuti program teresebut

khususnya pemuda laki-laki yang duduk di deretan belakang, mereka terlihat

hanya nggobrol dengan temanya sampai acara selesai” Lembar observais no. 2).

Dari beberapa hasil observasi yang peneliti lakukan tersebut diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa hambatan yang ada datang dari pihak masyarakat

sendiri yang dirasa kurang berantusias, banyak yang ngobrol sendiri sehingga

kurang fokus apa yang disampaikan polisi. Sedangkan hambatan dari Satlantas

Surakarta dikarenakan kurangnya personil dari kepolisian serta media yang berupa

papan gambar rambu-rambu lalu lintas tidak komplit.

Selanjutnya dari hasil analisi dokumen yang diperoleh dari Satlantas

Surakarta, peneliti memperoleh data berupa daftar anggota Satlantas Polresta

Surakarta periode Mei 2012 menunjukkan bahwa anggota unit Dikyasa Satlantas

Surakarta hanya berjumlah 7 orang. Untuk lebih jelasnya data daftar anggota

Satlantas Surakarta periode Mei 2012 dapat dilihat pada lampiran 12.

Page 117: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Adapun data lain yaitu berupa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan. Dalam undang-undang

tersebut tercantum ketentuan-ketentuan mulai dari ketentuan umum lalu lintas,

tujuan lalu lintas, ruang lingkup lalu lintas, pembinaan lalu lintas,

penyelenggaraan lalu lintas, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan,

pengemudi, angkutan, keamanan dan keselamatan lalu lintas, dampak lingkungan,

pengembangan industri dan teknologi sarana dan prasarana lalu lintas, kecelakaan

lalu lintas, perlakuan khusus saat berlalu lintas bagi penyandang cacat, usia lanjut,

anak-anak, wanita hamil serta orang sakit,s istem informasi dan komunikasi lalu

lintas, peran serta masyarakat dalam berlalu lintas, penyidikan dan penindakan

pelanggaran lalu lintas, ketentuan pidana, serta ketentuan peralihan. Semua

ketentuan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Namun adanya

ketentuan dalam undang-undang tersebut belum terealisasikan secara

kesekuruhan. Padahal masyarakat atau pengguna lalu lintas diharapkan untuk

wajib mengetahui serta mentaati apa yang ada dalam subtansi hukum dari undang-

undang tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisi data tersebut

menunjukkan bahwa jumlah personil dari unit dikyasa hanya berjumlah 7 orang.

Dibandingkan dengan unit lain anggota unit dikyasa memang dibilang sedikit.

Oleh karena itu tidak salah bahwa hambatan yang dialami Satlantas dalam

pemberian pendidikan berlalu lintas karena kurangnya jumlah personil pada unit

dikyasa, serta masyarakat maupun penegak hukum sendiri belum sepenuhnya

mentaati ketentuan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Padahal

masyarakat atau pengguna jalan dan juga penegak hukum diharapkan untuk wajib

mengetahui serta mentaati apa yang ada dalam subtansi hukum dari undang-

undang tersebut. untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

subtansi hukum dari UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Page 118: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Angkutan jalan tersebut maka diperlukan pemberian pendidikan lalu lintas kepada

masyarakat.

3. Implikasi Peran Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Bidang Pendidikan Lalu

Lintas Terhadap Kesadaran Hukum Warga Dalam Berlalu Lintas di Kota

Surakarta

Kesadaran hukum berarti suatu proses penilaian tanggapan hukum yang

berlaku atau hukum yang dikehendaki. Setiap manusia yang normal mempunyai

kesadaran hukum. Hanya saja, masalahnya adalah taraf kesadaran hukum tersebut,

yaitu ada yang tinggi, sedang, dan rendah. Tolok ukur taraf kesadaran hukum

adalah:

a. Pengetahuan mengenai hukum

b. Pemahaman terhadap hukum

c. Sikap terhadap hukum

d. Perilaku hukum (Soerjono Soekanto, 1990 : 34).

Seseorang dianggap mempunyai taraf kesadaran hukum yang tinggi apabila

perilaku nyatanya sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian, maka

taraf kesadaran hukum yang tinggi didasarkan pada kepatuhan hukum, yang

menunjukkan sampai sejauh manakah perilaku nyata seseorang serasi dengan

hukum yang berlaku.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka peneliti mencoba untuk

mengetahui tingkat kesadaran hukum warga Surakarta dalam berlalu lintas setelah

mendapatkan pendidikan lalu lintas. Tingkat kesadaran hukum warga Surakarta

ini diukur berdasarkan pendapat dari Soerjono Soekanto (1990 : 34), yaitu tingkat

pengetahuan, pemahaman, sikap, dan perilaku hukum dalam berlalu lintas.

1. Pengetahuan tentang berlalu lintas

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, maka dapat

diketahui tingkat pengetahuan warga Surakarta dalam berlalu lintas.

Pengetahuan warga dalam berlalu lintas ini berkaitan dengan pendidikan lalu

lintas yang pernah diikuti. Dari wawancara dengan Bapak Sarwono, pada

Page 119: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

tanggal 4 Juni 2012, menjelaskan “sudah pernah waktu saya uji SIM di

Semarang itu diberi pendidikan dulu di dalam satu ruangan trus di terangkan

tentang rambu-rambu, cara-cara mengendalikan kemudi bus, truk, mengenai

batas kecepatan, kapasitas penumpang” (Petikan wawancara no. 4).

Berdasarkan wawancara dengan Kiki Permana Sari, pada tanggal 9 Juli

2012 diperoleh keterangan bahwa “sebelum adanya acara dari karang taruna

tentang tertib lalu lintas ini sebelumnya saya pribadi sudah mengetahui dulu

peraturan-peraturan lalu lintas itu, tetapi setelah diadakan acara tersebut

menjadi lebih tahulah” (Petikan wawancara no. 5).

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan Tiara Bunga Pertiwi,

pada tanggal 9 Juli 2012 mengatakan “yang jelas kita lebih tau lagi garis

besarnya tentang lalu lintas dan bagaimana harus berlalu lintas” (Petikan

wawancara no. 6).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Merry Paulina Happy, pada

tanggal 9 Juli 2012 mengenai manfaat setelah mengikuti pendidikan berlalu

lintas adalah “menambah pengetahuan tentang lalu lintas” (Petikan wawancara

no. 7).

Hasil wawancara dengan Bapak Sugiman, pada tanggal 9 Juli 2012

adalah sebagai berikut:

“Kalau untuk saya itu yang jelas bermanfaat sekali untuk menembah

pengetahuan tentang tata tertib lalu lintas itu pasti, mengetahui secara

langsung dari polisi sendiri yang menyampaikan. Karena acara-acara

seperti ini juga jarang saya dapatkan” (Petikan wawancara no. 8)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Irianto, pada tanggal 9 Juli

2012 tentang manfaat setelah mengikuti pendidikan berlalu lintas diperoleh

keterangan bahwa “sekarang menjadi lebih baik dalam berlalu lintas” (Petikan

wawancara no. 9).

Page 120: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Berdasarkan hasil wawacara sebagaimana tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan warga Surakarta tentang berlalu lintas sudah

cukup baik. Hal tersebut dapat diketahui dari seluruh narasumber yang

mengatakan bahwa pengetahuan mereka mengetahui tentang peraturan lalu

lintas dan seluruh narasumber mengaku pengetahuan mereka dalam berlalu

lintas akan lebih meningkat terutama setelah mereka mendapatkan pendidikan

berlalu lintas dari satuan polisi lalu lintas di Surakarta.

2. Pemahaman dalam berlalu lintas

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dapat

diketahui dampak peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan lalu

lintas terhadap kesadaran hukum warga Surakarta dalam berlalu lintas. Hasil

wawancara dengan Bapak Sarwono, pada tanggal 4 Juni 2012 adalah sebagai

berikut:

“Iya berpengaruh, tetapi kalau kita berlalu lintas itu yang paling penting

sebenarnya kesadaran kita sendiri bisa mengendalikan diri atau tidak, di

Solo ini kelihatannya masih banyak yang belum sadar. Kalau yang saya

lihat lalu lintas tertib itu di Jogja, di bangjo itu zebra cross lurus gak

ada yang melebihi garis dan seharusnya Solo bisa mencontoh Jogja

seperti itu” (Petikan wawancara no. 4).

Selanjutnya hasil wawancara dengan Kiki Permana Sari, pada tanggal 9

Juli 2012 menyebutkan bahwa “ada peningkatan tetapi sedikit” (Petikan

wawancara no. 5).

Sedangkan hasil wawancara dengan Tiara Bunga Pertiwi, pada tanggal

9 Juli 2012 menyebutkan bahwa “Iya lebih kelihatanya sama aja” (Petikan

wawancara no. 6).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Merry Paulina Happy, pada

tanggal 9 Juli 2012, mengatakan “Menurut saya kurang ngefek, paling 5-10%

aja efeknya ke kesadaran saya” (Petikan wawancara no. 7).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sugiman, pada tanggal 9

Juli 2012 tentang dampak dari pendidikan berlalu lintas yang diberikan oleh

Page 121: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

satuan lalu lintas adalah “Iya itu tentu berdampak pada kesadaran berlalu

lintas” (Petikan wawancara no. 8).

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Irianto, pada tanggal 9 Juli

2012, mengatakan setelah diberikan pendidikan lalu lintas oleh satuan lalu

lintas berdampak pada kesadaran hukum dalam berlalu lintas yang menjadi

lebih meningkat. Petikan wawancara adalah sebagai berikut “Lebih meningkat”

(Petikan wawancara no. 9).

Berdasarkan wawancara dengan Sdr. Rendi Akriyanto, pada tanggal 2

Juni 2012, menjelaskan bahwa dirinya belum pernah mengikuti pendidikan lalu

lintas. Namun, Sdr. Rendi Akriyanto juga menjelaskan bahwa jika

mendapatkan pendidikan lalu lintas, maka akan berdampak pada kesadaran

hukum dalam berlalu lintas sebagaimana jawabannya sebagai berikut “Iya itu

pasti. Jika mendapatkan pendidikan dalam berlalu lintas tentu saja kesadaran

hukum dalam berlalu lintas akan lebih meningkat” (Petikan wawancara no. 10).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Astrini Kusumastuti, pada

tanggal 3 Juni 2012, menjelaskan bahwa dirinya juga belum pernah

mendapatkan pendidikan lalu lintas. Namun demikian, ketika peneliti bertanya

apa jika Saudara mendapatkan pendidikan lalu lintas apakah itu akan

mempengaruhi kesadaran hukum anda dalam berlalu lintas, menjelaskan “Iya

mungkin berpengaruh. Karena saya jadi tau yang bener yang enggak dalam

berlalu lintas” (Petikan wawancara no. 11).

Kemudian berdasarkan wawancara dengan Sdr. Bram Riyadi, pada

tanggal 2 Juni 2012, menjelaskan bahwa dirinya juga belum pernah

mendapatkan pendidikan lalu lintas, namun pengungkapan dari Sdr. Bram

Riyadi apabila mendapatkan pendidikan kemingkinan akan berdampak pada

kesadaran hukum dalam berlalu lintas. Sebagaimana yang diungkapkan yaitu

“Iya, kemungkinan nanti akan berpengaruh cara berkendara saya” (Petikan

wawancara no. 12).

Dari beberapa hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa sebagian besar atau hampir semua warga menyebutkan

setelah mengikuti pendidikan lalu lintas yang diadakan oleh satuan lalu lintas

Page 122: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Kota Surakarta berdampak pada kesadaran hukum dalam berlalu lintas. Hanya

terdapat dua orang yang menyebutkan kegiatan pendidikan lalu lintas yang

diselenggarakan tidak berdampak pada kesadaran dalam berlalu lintas yaitu

Tiara Bunga Pertiwi dan Merry paulina Happy. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tingkat pengetahuan warga Surakarta tergolong meningkat

atau ada perubahan setelah mendapatkan pendidikan berlalu lintas dari satuan

polisi lalu lintas. Apabila setelah diberikan pendidikan tingkat kesadaran

hukum meningkat berarti mereka sudah memahami tentang aturan hukum yang

ada.

3. Sikap warga dalam berlalu lintas

Setelah mendapatkan pendidikan lalu lintas dari satuan polisi lalu lintas,

sikap warga Surakarta dalam berlalu lintas mulai berubah. Hal ini dapat

diketahui dari hasil wawancara dengan Bapak Sarwono, pada tanggal 4 Juni

2012 yang pernah melakukan pelanggaran lalu lintas sehingga menjadi lebih

tertib dalam berlalu lintas. Berikut petikan wawancaranya “Iya, takut

melanggar lagi” (Petikan wawancara no. 4).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kiki Permana Sari, pada tanggal

9 Juli 2012, menyebutkan bahwa meskipun telah mengikuti pendidikan berlalu

lintas tetapi hal tersebut tidak merubah sikapnya ketika berlalu lintas. Berikut

petikan wawancaranya “sama saja, tetapi ya ada sekitar 10% peningkatan lebih

berhati-hati saja” (Petikan wawancara no. 5).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tiara Bunga Pertiwi, pada

tanggal 9 Juli 2012 mengatakan bahwa setelah mendapatkan pendidikan

berlalu lintas dirinya menjadi lebih tertib dalam berlalu lintas. Berikut hasil

wawancaranya “Ada sedikit sih” (Petikan wawancara no. 6).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Merry Paulina Happy pada

tanggal 9 Juli 2012, diperoleh keterangan bahwa mengikuti atau tidak

mengikuti kegiatan pendidikan berlalu lintas dirinya tetap tertib dalam berlalu

Page 123: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

lintas. Berikut petikan wawancaranya “sama saja, soalnya saya itu kalau dijalan

kan juga sudah tertib” (Petikan wawancara no. 7).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sugiman pada tanggal 9

Juli 2012, diperoleh keterangan bahwa setelah mendapatkan pendidikan berlalu

lintas, beliau menjadi lebih tertib dalam berlalu lintas (Petikan wawancara no.

8).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Irianto pada tanggal 9 Juli

2012 mengenai sikapnya dalam berlalu lintas setelah mendapatkan pendidikan

berlalu lintas dirinya menjadi lebih tertib. Berikut petikan wawancaranya “iya

sekarang kalau berkendaran di jalan raya, saya menjadi lebih tertib” (Petikan

wawancara no. 9).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Rendi Akriyanto pada

tanggal 2 Juni 2012 diperoleh keterangan jika dirinya mendapatkan pendidikan

berlalu lintas, maka akan menjadi lebih tertib. Berikut petikan wawancaranya

“sepertinya akan menjadi lebih tertib” (Petikan wawancara no. 10).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Astrini Kusumastuti pada

tanggal 3 Juni 2012 diperoleh keterangan bahwa jika dirinya mendapatkan

pendidikan berlalu lintas maka dirinya akan menjadi lebih tertib dalam berlalu

lintas. Berikut petikan wawancaranya “iya, karena mungkin kita kan akan lebih

tau tentang bagaimana kita harus bersikap di jalan” (Petikan wawancara no.

11).

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Bram Riyadi pada

tanggal 2 Juni 2012 diperoleh keterangan apabila dirinya diberikan pendidikan

pendidikan lalu lintas mengaku akan lebih tertib. Berikut petikan wawancara

dengan Sdr. Bram Riyadi “ kemugkinan akan lebih tertib” (Petikan wawancara

no. 12).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar informan mengaku sudah bersikap tertib apabila sedang berlalu

Page 124: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

lintas dan sebagian besar informan mengaku sikap tertib mereka tersebut akan

menjadi lebih meningkat setelah meraka mendapatkan pendidikan berlalu

lintas.

4. Perilaku warga dalam berlalu lintas

Perilaku dalam berlalu lintas dapat diketahui dari kepatuhan hukum

masyarakat terhadap undang-undang yang terlihat dari tingkat kedisiplinan

para pemakai jalan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sarwono,

pada tanggal 4 Juni 2012 tentang pelanggaran lalu lintas yang pernah beliau

lakukan menyebutkan:

“Iya tentunya sudah pernah. Kalau bilang gak pernah itu bohong. Saya

itu sopir bus. Kalau melanggar ya macem-macem penyebabnya. Kalau

pelanggaran yang setiap hari saya lakukan itu ya melebihi kapasitas

penumpang. Bus saya itu maksimal penumpangnya ya 25-26 idealnya,

tapi berhubung bus kita kejar setoran juga penumpang itu satu bus di isi

50-an orang dan bahkan lebih. Saya juga pernah ditilang. Dulu di

Sumber Barat. Yang saya boncengin itu gak bawa helm” (Petikan

wawancara no. 4).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kiki Permana Sari, pada tanggal

9 Juli 2012 mengatakan bahwa dirinya pernah melakukan pelanggaran lalu

lintas. Berikut hasil wawancaranya: “Terkadang juga melanggar, tetapi ya gak

sering-sering amat. Paling sering melanggar itu saya kalau malam hari. Soalnya

di mana ada kesempatan langsung jalan aja, pengennya di jalan itu ya gak

lama-lama. Kalau ditilang saya belum pernah” (Petikan wawancara no. 5).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tiara Bunga Pertiwi, pada

tanggal 9 Juli 2012 juga menyebutkan jika dirinya pernah melakukan

pelanggaran lalu lintas. Berikut petikan wawancaranya:

“Ya, saya pernah melanggar rambu lalu lintas. Seringnya langgar lampu

merah, terus pernah juga naik motor bertiga. Naik motor bertiga. Kalau

itu dulu teman saya gak ada yang boncengin ya udah saya bertiga

karena kasihan. Saya juga pernah ditilang. Waktu di bunderan gladak

saya dari arah selatan mau ke arah barat. Salahnya itu saya melewati

jalan satu arah, padahal cuma deket itu langsung kena tilang polisi”

(Petikan wawancara no. 6).

Page 125: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Berdasarkan hasil wawancara dengan Merry Paulina Happy, pada

tanggal 9 Juli 2012 juga menyebutkan jika dirinya pernah melakukan

pelanggaran lalu lintas. Berikut petikan wawancaranya “Pernah. Gak ada

alasan sih cuma reflek aja. Pas jalan juga lagi kosong. Saya juga pernah

ditilang, karena dulu belum punya SIM” (Petikan wawancara no. 7).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sugiman, pada tanggal 9

Juli 2012, diperoleh keterangan bahwa beliau juga pernah melakukan

pelanggaran lalu lintas meskipun jarang. Berikut petikan wawancaranya

“jarang, tapi pernah. Saya melanggar itu karena terburu-buru. Kalau ditilang

oleh polisi saya belum pernah” (Petikan wawancara no. 8).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Irianto, pada tanggal 9 Juli

2012 diperoleh keterangan bahwa dirinya jarang melakukan pelanggaran tetapi

juga pernah melakukan pelanggaran lalu lintas. Berikut adalah hasil

wawancaranya “kalau melanggar saya jarang sekali, tapi ya pernahlah. Karena

kepepet. Kalau nggak itu saja ya tertib. Saya juga pernah ditilang. Waktu itu

saya jemput istri saya nha itu istri saya di belakang gak pakai helm” (Petikan

wawancara no. 9).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Rendi Akriyanto, pada

tanggal 2 Juni 2012 menyebutkan bahwa dirinya pernah melakukan

pelanggaran lalu lintas. Berikut petikan wawancaranya “saya sudah pernah

melakukan pelanggaran rambu lalu lintas. Saya melakukan pelanggaran itu ya

gak kenapa-napa, tergantung kondisi di jalan. Saya juga pernah kena tilang,

gara-garanya karena melanggar lampu merah” (Petikan wawancara no. 10).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Astrini Kusumastuti, pada

tanggal 3 Juni 2012 diperoleh keterangan bahwa dirinya pernah melakukan

pelanggaran lalu lintas. Berikut hasil wawancaranya “sudah pernah, dulu waktu

saya masih sekolah sering tapi kalo sekarang sudah jarang. Dulu seringnya

karena jam masuk sekolah itu bel setengah tujuh, jadi ya nggoyak waktu juga.

Saya juga pernah ditilang, karena melanggar lampu merah” (Petikan

wawancara no. 11).

Page 126: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Bram Riyadi pada

tanggal 2 Juni 2012 menyebutkan bahwa dirinya pernah melakukan

pelanggaran lalu lintas. Berikut petikan hasil wawancara dengan Sdr. Bram

Riyadi “ Iya pernah melakukan pelanggaran karena salah jalur” (Petikan

wawancara no. 12).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa semua informan pernah melakukan pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran

yang sering dilakukan adalah melanggar rambu-rambu lalu lintas, sehingga

terkena tilang karena pelanggaran yang dilakukanya tersebut.

Mengenai dampak pendidikan lalu lintas terhadap kesadaran hukum warga

dalam berlalu lintas juga diperoleh keterangan dari Bapak Syamsi Dukha, SH,

MH pada tanggal 6 Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut:

“Sangat berdampak, setelah kita beri pendidikan harapanya tidak ada lagi

pelanggaran dan kecelakaan. Dengan sesering mungkin kita memberikan

pendidikan lalu lintas dan mengajak masyarakat untuk mentaati peraturan

lama-kelamaan masyarakat diharapkan akan mempunyai kesadaran hukum

dalam berlalu lintas dan menerapkan peraturan lalu lintas” (Petikan

wawancara no. 1).

Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Bapak Sri Widodo

pada tanggal 12 Juni 2012 dalam wawancara sebagai berikut:

“Pemberian pendidikan lalu lintas ini salah satu tujuannya kan juga untuk

menyadarkan warga agar tertib berlalu lintas, menyadarkan warga agar

mentaati peraturan lalu lintas. Jadi tentunya pendidikan lalu lintas itu

berdampak pada kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas. Dengan

pemberian pendidikan mereka akan mengerti/mengetahui setelah itu

harapannya mereka akan menyadari dan pada akhirnya mereka akan

menerapkan pada waktu berlalu lintas” (Petikan wawancara no. 2).

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ribuwono pada

tanggal 12 Juni 2012 mengatakan bahwa :

“Setelah diberi pendidikan memang tujuanya untuk lebih menyadarkan

masyarakat supaya lebih taat aturan lalu lintas. Saya kira setelah kita beri

pendidikan akan lebih sadar hukum karena sampai saat ini kalau kita

sedang memberikan penjelasan itu antusias dan responya sangat baik”

(Petikan wawancara no. 3).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Satlantas Kota Surakarta di

atas dapat disimpulkan bahwa, Satlantas Kota Surakarta dalam memberikan

Page 127: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

pendidikan kepada masyarakat akan berdampak terhadap kesadaran hukum warga

dalam berlalu lintas. Satlantas memberikan pendidikan lalu lintas kepada

masyarakat bertujuan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat tentang

aturan-aturan lalu lintas dan kemudian masyarakat dapat menyadari sehingga pada

akhirnya dapat menerapkan peraturan dalam berlalu lintas.

Berdasarkan hasil analisis dokumen yang peneliti peroleh dari Satlantas

Kota Surakarta, dampak pendidikan lalu lintas terhadap kesadaran hukum warga

dalam berlalu lintas masih dikataklan belum sepenuhnya sadar terhadap peraturan

lalu lintas. Hal ini dikarenakan masih banyaknya warga yang melakukan

pelanggaran-pelanggaran dan belum tertib dalam berlalu lintas. Pelanggaran-

pelanggaran yang sering terjadi di jalan raya biasanya diakibatkan oleh kesadaran

para pengguna jalan yang rendah. Sikap tersebut terlihat pada pelanggaran

terhadap lampu traffic light, pemakaian helm pengaman, melanggar batas

kecepatan maksimun, kelengkapan surat-surat berkendara, dan lain sebagainya.

Selain itu, juga masih tingginya angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di

Kota Surakarta. Data tentang jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh warga

masyarakat pada tahun 2010 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 12

Jumlah Pelanggaran Ditinjau dari Jenis pelanggaran yang terjadi di Kota

Surakarta Tahun 2010

BLN SIM SURAT2 KAP RAMBU2 MUATAN

PLAT

NO CEPATAN KNALPOT

LIGHT

ON JMH

JAN 52 3 56 170 - - 4 - - 285

PEB 583 60 285 522 12 120 15 48 - 1645

MAR 255 69 207 290 6 61 5 32 - 925

APRIL 651 68 645 545 15 214 12 75 - 2225

MEI 985 180 851 870 25 312 42 85 - 3350

JUNI 937 177 746 592 15 80 55 62 791 3455

JULI 587 91 360 379 19 125 18 405 40 2024

AGST 538 77 383 415 10 84 15 318 25 1865

Page 128: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

SEPT 105 12 76 90 10 15 10 8 35 361

OKT 369 74 178 219 4 98 12 11 - 965

NOP 595 98 347 345 10 195 15 90 - 1695

DES 1674 190 978 708 23 345 22 185 - 4125

JMH 7331 1099 5112 5145 149 1649 225 1319 891 22920

Sumber : Satlantas Kota Surakarta Tahun 2010

Sedangkan data tentang jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh warga

masyarakat pada tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 13

Jumlah Pelanggaran Ditinjau dari Jenis pelanggaran yang terjadi di Kota

Surakarta Tahun 2011

BLN SIM SURAT2 KAP RAMBU2 MUATAN

PLAT

NO CEPATAN KNALPOT

LIGHT

ON JMH

JAN 1192 133 770 622 14 225 42 105 562 3665

PEB 1148 212 683 468 16 421 12 142 368 3470

MAR 1247 292 602 580 5 524 10 164 361 3785

APRIL 830 318 573 486 6 452 13 85 562 3325

MEI 1019 272 509 517 7 315 21 66 2939 5665

JUNI 954 184 372 404 6 287 15 58 1550 3830

JULI 1197 208 546 457 8 230 12 45 882 3585

AGST 1090 253 472 539 13 186 16 62 1469 4100

SEPT 612 237 322 357 8 101 2 19 1282 2940

OKT 651 281 129 369 6 288 1 20 1610 3355

NOP 824 214 179 285 4 369 - 28 2992 4895

DES 428 176 98 165 11 92 - 20 2565 3555

JMH 11192 2780 5255 5249 104 3490 144 814 17142 46170

Sumber: Satlantas Kota Surakarta Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa selama tahun 2010

jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Surakarta secara

keseluruhan berjumlah 22.920. Sedangkan data pelanggaran lalu lintas yang

Page 129: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

dilakukan masyarakat di Surakarta selama tahun 2011 jumlah pelanggaran yang

dilakukan oleh masyarakat di Kota Surakarta secara keseluruhan berjumlah

46.170.

Permasalahan lalu lintas tentunya berdampak kerugian terhadap pemakai

jalan yaitu terjadinya kecelakaan lalu lintas, kerugian yang dialami berupa

kerugian material maupun non material. Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi salah

satunya karena pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh pengemudi,

baik karena melanggar batas kecepatan kecepatan, karena belok sembarangan

tanpa menghidupkan lampu sinyal, ataupun karena hal lainnya. Jumlah

kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Surakarta pada tahun 2010 dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 14

Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Yang Terjadi di Kota Surakarta Pada Tahun 2010

BULAN JUMLAH

KEJADIAN

KORBAN

Meninggal

Dunia Luka Berat Luka Ringan MATERIAL

JANUARI 72 1 - 80 14.900.000

PEBRUARI 53 1 - 55 12.450.000

MARET 50 3 - 54 12.450.000

APRIL 57 - 1 66 15.900.000

MEI 51 - 1 61 10.950.000

JUNI 49 2 7 62 115.000.000

JULI 63 - - 71 14.700.000

AGUSTUS 56 2 1 65 14.950.000

SEPTEMBER 54 1 2 59 12.850.000

OKTOBER 77 2 1 80 17.950.000

NOPEMBER 64 1 - 68 27.400.000

DESEMBER 50 - 1 61 17.250.000

JUMLAH 696 13 14 782 286.750.000

Sumber : Satlantas Kota Surakarta tahun 2010

Page 130: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Sedangkan jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Surakarta

pada tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 15

Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Yang Terjadi di Kota Surakarta Pada Tahun 2011

BULAN

JUMLAH

KEJADIAN

KORBAN

Meninggal

Dunia

Luka Berat Luka

Ringan

KERUGIAN

MATERIAL

JANUARI 43 1 - 44 51.850.000

PEBRUARI 50 1 1 51 16.350.000

MARET 52 - - 61 31.900.000

APRIL 48 1 - 57 17.100.000

MEI 44 1 - 49 13.800.000

JUNI 36 7 1 42 16.400.000

JULI 56 3 - 63 15.200.000

AGUSTUS 54 4 - 53 31.800.000

SEPTEMBER 54 1 3 60 56.400.000

OKTOBER 55 4 - 60 33.000.000

NOPEMBER 59 2 - 58 29.700.000

DESEMBER 59 5 - 60 23.375.000

JUMLAH 610 30 5 658 336.875.000

Sumber: Satlantas Kota Surakarta Tahun 2011

Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa selama tahun 2011

jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi yaitu sebanyak 610 kasus. Akibat yang

ditimbulkan dari kecelakaan tersebut adalah terdapat korban yang meninggal

dunia sebanyak 30 orang, luka berat sebanyak 5 orang, dan luka ringan sebanyak

658 orang. Sedangkan kerugian material sebesar Rp 336.875.000,00. Jika dilihat

dari segi kuantitasnya, maka akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut,

terutama yang berakibat meninggal dunia dan luka berat jumlahnya sedikit.

Page 131: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Demikian halnya jika dilihat dari segi kualitasnya, maka kecelakaan lalu lintas

yang terjadi selama tahun 2011 juga mengalami penurunan dibandingkan dengan

jumlah kecelakaan yang terjadi pada tahun 2010 yaitu sekitar 696 kasus yang

mengakibatkan 15 orang meninggal dunia, luka berat sebanyak 14, dan luka

ringan sebanyak 782 dengan total kerugian yaitu sebanyak Rp.286.750.000,00.

Berdasarkan dari hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa

masyakakat yang berlalu lintas di Kota Surakarta belum sepenuhnya sadar untuk

mematuhi peraturan hukum yang berlaku hal tersebut terbukti tingkat pelanggaran

naik 50% dari tahun 2010 ke tahun 2011 dan juga kenaikan jumlah kerugian

material yang diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas, oleh karena itu

diperlukan kerjasama dengan semua pihak sehingga jumlah pelanggaran dan

kecelakaan lalu lintas dapat ditekan seminimal mungkin. Sebagaimana pendapat

Arif Budiarto dan Mahmudah (2007:5) yang mengatakan bahwa agar sistem

pergerakan dapat berjalan dengan baik, diperlukan sistem kelembagaan yang

menanganinya. Sistem kelembagaan tersebut meliputi Departemen Perhubungan

untuk membuat perangkat peraturan atau regulasi, Dinas Perhubungan yang

merupakan bagian dari Departemen Perhubungan untuk membuat kebijakan di

daerah, Polantas untuk menegakkan peraturan dan masyarakat luas sebagai pelaku

pergerakan. Polisi lalu lintas dalam menjalankan tugasnya memerlukan dukungan

dan kerjasama masyarakat dengan landasan kepercayaan (trust) kemudian

membangun kerjasama yang erat dengan berbagai pihak yang terkait dengan

pekerjaan Polri. Dalam hal ini, salah satunya adalah bekerjasama dengan Dinas

Perhubungan, yaitu dalam hal memberikan informasi mengenai peraturan lalu

lintas serta melengkapi rambu-rambu lalu lintas untuk kelancaran jalan.

C. Temuan Studi

Dalam sub bab ini, peneliti menganalisis informasi yang berhasil

dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya

dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dihubungkan

Page 132: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

dengan kajian teori maka, peneliti menemukan beberapa hal yang penting yaitu

sebagai berikut :

1. Peran Satuan Polisi Lalu Lintas dalam Bidang Pendidikan Berlalu Lintas

Peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan berlalu lintas

untuk mewujudkan ketertiban lalu lintas di Kota Surakarta yaitu dengan

memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat yang dilaksanakan

melalui beberapa program. Program tersebut antara lain :

a. Program Polsana (Polisi Sahabat Anak)

Program ini diperuntukkan untuk anak-anak sekolah TK maupun

SD. Pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mengajarkan kepada anak-anak

tentang arti dari rambu-rambu lalu lintas dengan tujuan anak-anak

mengetahui tentang rambu-rambu lalu lintas, polisi mendekatkan diri pada

anak-anak supaya ketika sudah dewasa tidak takut dengan polisi, selain itu

juga ketika anak-anak mulai untuk berkendara mereka sudah memahami

betul tentang aturan-aturan lalu lintas secara keseluruhan.

b. Traffic police goes to campus

Program ini merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi

mahasiswa di tingkat perguruan tinggi. Traffic police goes to campus ini

merupakan program terbaru yang diselenggarakan Satlantas Kota

Surakarta guna memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat

khususnya untuk kalangan mahasiswa.

c. Penling atau Penerangan Keliling

Program Penling ini dilakukan dengan cara polisi lalu lintas dengan

berkeliling mendatangi dan menyampaikan langsung kepada masyarakat

baik melalui workshop, seminar-seminar, mengisi acara di karang taruna,

mengisi di perkumpulan ibu-ibu PKK, maupun mengisi pada waktu acara

tujuh belasan warga dengan tujuan agar masyarakat mematuhi hukum dan

tertib dalam berlalu lintas.

Page 133: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

d. Program pendidikan lalu lintas masuk ke kurikulum sekolah SD, SMP, dan

SMA.

Program ini dimaksudkan sebagai upaya mensosialisasikan disiplin

berlalu lintas kepada peserta didik dari jenjang pendidikan dasar sampai

dengan menengah. Dengan adanya upaya ini dimaksudkan untuk

meningkatkan disiplin berlalu lintas di antara para peserta didik. Program

ini rencananya diintegrasikan melalui mata pelajaran tertentu. Dalam hal

ini rencananya pendidikan lalu lintas dapat dimasukkan pada mata

pelajaran etika dan budaya berlalu lintas dalam intrakurikuler pendidikan

nasional yang terintegrasi dalam mata pelajaran kewarganegaraan pada

sekolah SD sampai dengan SMA. Namun untuk program ini di Surakarta

belum terealisasikan dan diperkirakan pada tahun 2013 program

pengintergrasian pendidikan lalu lintas masuk ke kurikulum sekolah mulai

dari SD sampai SMA akan terealisasikan.

Adanya program-program tersebut, menunjukkan bahwa Satlantas Kota

Surakarta sudah menjalankan perannya dalam memberikan pendidikan berlalu

lintas kepada masyarakat. Sesuai dengan aturan undang-undang Nomor 22

tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pada pasal 7 ayat (2) e

bahwa “penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan oleh pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok

dan fungsi instansi masing-msing meliputi : urusan pemerintahan di bidang

registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan

hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan

berlalu lintas oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia”.

Berdasarkan hasil tersebut, pemberian pendidikan berlalu lintas kepada

masyarakat oleh Satlantas Surakarta telah diterapkan melalui program polisi

sahabat anak (Polsana), program Traffic police goes to campus, program

penerangan keliling (Penling), serta program pendidikan lalu lintas masuk ke

kurikulum sekolah SD, SMP, dan SMA. Namun untuk program pendidikan

lalu lintas masuk ke kurikulum sekolah SD, SMP, dan SMA di Surakarta

Page 134: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

belum terealisasikan dan direncanakan pada tahun 2013 program

pengintergrasian pendidikan lalu lintas masuk ke kurikulum sekolah mulai dari

SD sampai SMA akan terealisasikan.

Program-program pendidikan lalu lintas yang dilakukan oleh satuan

polisi lalu lintas Surakarta salah satunya tujuanya adalah untuk memberian

penyuluhan hukum. Penyuluhan hukum adalah suatu kegiatan penyampaian

materi hukum atau materi perundang-undangan yang terencana dan terorganisir

yang pada umumnya dilaksanakan kepada masyarakat, supaya mereka

mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang

terkandung dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1982 : 225) menyatakan bahwa

“Habitati manusia apabila sejak dari kecil mengalami proses sosialisasi, maka

lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan untuk mematuhi kaidah-

kaidah sejak kecil yang berlaku”. Guna meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat dalam berlalu lintas, peneliti sependapat dengan pernyataan

tersebut, apabila Undang-Undang Lalu Lintas disosialiasikan sejak usia dini

dan secara terus menerus sehingga hal tersebut akan menjadi suatu kebiasaan

yang harus dijalankan dalam berlalu lintas di jalan raya.

Dari hasil penelitian yang ditemukan peneliti selama dilapangan

mengenai peran satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta dalam memberikan

pendidikan lalu lintas kepada masyarakat belum mencapai target keberhasilan

yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya warga yang

melakukan pelanggaran-pelanggaran dan belum tertib pada aturan lalu lintas.

Dari data yang peneliti dapat membuktikan bahwa pelanggaran lalu lintas yang

terjadi di kota Surakarta tinggi. Pada tahun 2010-2011 jumlah pelanggaran lalu

lintas di kota Surakarta mengalami peningkatan. Selama tahun 2010 diketahui

bahwa jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Surakarta

secara keseluruhan berjumlah 22.920. Sedangkan data pelanggaran lalu lintas

yang dilakukan masyarakat di Surakarta selama tahun 2011 jumlah

Page 135: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Surakarta secara

keseluruhan berjumlah 46.170.

Permasalahan lalu lintas tentunya berdampak kerugian terhadap

pemakai jalan yaitu terjadinya kecelakaan lalu lintas, kerugian yang dialami

berupa kerugian material maupun non material. Kecelakaan lalu lintas dapat

terjadi salah satunya karena pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan

oleh pengemudi, baik karena melanggar batas kecepatan kecepatan, karena

belok sembarangan tanpa menghidupkan lampu sinyal, ataupun karena hal

lainnya. Jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Surakarta selama

tahun 2011 jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi yaitu sebanyak 610

kasus. Akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut adalah terdapat

korban yang meninggal dunia sebanyak 30 orang, luka berat sebanyak 5 orang,

dan luka ringan sebanyak 658 orang. Sedangkan kerugian material sebesar Rp

336.875.000,00. Jika dilihat dari segi kuantitasnya, maka akibat yang

ditimbulkan dari kecelakaan tersebut, terutama yang berakibat meninggal dunia

dan luka berat jumlahnya sedikit. Demikian halnya jika dilihat dari segi

kualitasnya, maka kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama tahun 2011 juga

mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah kecelakaan yang terjadi

pada tahun 2010 yaitu sekitar 696 kasus yang mengakibatkan 15 orang

meninggal dunia, luka berat sebanyak 14, dan luka ringan sebanyak 782

dengan total kerugian yaitu sebanyak Rp.286.750.000,00.

Berdasarkan dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyakakat

yang berlalu lintas di Kota Surakarta belum sepenuhnya sadar untuk mematuhi

peraturan hukum yang berlaku, hal ini dikarenakan karena adanya suatu sebab

yaitu karena kurang pemahamannya masyarakat tentang peraturan lalu lintas

dan juga oleh karena kurang sadarnya masyarakat dalam memikirkan

keamanan bagi dirinya sendiri. Masyarakat kebanyakan cenderung memiliki

tingkat kesadaran yang cenderung berubah-ubah yang disebabkan oleh

pemahaman tentang peraturaran lalu lintas yang masih rendah. Salah satu

contohnya masyarakat lebih sering mentaati peraturan apabila mereka

Page 136: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

mengetahui ada polisi yang berjaga-jaga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah (1987:23) yang mengemukakan

bahwa “Ada suatu kecenderungan yang kuat dalam masyarakat untuk

mematuhi hukum oleh karena rasa takut terkena sanksi negatif apabila hukum

tersebut dilanggar. Salah satu efek negatif adalah bahwa hukum tersebut tidak

akan dipatuhi apabila tidak ada yang mengawasi pelaksanaannya secara ketat”.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa baik buruknya hukum senantiasa

dikaitkan dengan pola perilaku penegak hukum tersebut, yang merupakan

pencerminan dari hukum.

2. Hambatan Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan Pendidikan

Berlalu Lintas Kepada Masyarakat Untuk Mewujudkan Ketertiban Lalu

Lintas Bagi Warga Surakarta

Guna meningkatkan kesadaran warga supaya tertib dalam berlalu lintas

melalui pendidikan lalu lintas, pihak kepolisian terus berupaya untuk menjalankan

perannya secara maksimal. Namun pada kenyataannya, hal tersebut tidak terlepas

dari hambatan yang ditemukan di lapangan. Hambatan-hambatan tersebut di

antaranya adalah datang dari masyarakat sendiri yang meliputi rendahnya

kesadaran masyarakat dalam disiplin berlalu lintas meskipun hal itu untuk

keuntungan diri masyarakat sendiri dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan

hal lalu lintas.

Pada umumnya masyarakat kurang kooperatif pada program yang telah

direncanakan oleh polisi untuk mewujudkan ketertiban, keamanan, serta

kelancaran lalu lintas. Tidak kooperatifnya masyarakat menimbulkan terjadinya

pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat, kesadaran

masyarakat disini sangat penting untuk memperlancar program kerja polisi dan

aparat, dengan adanya kesadaran masyarakat maka tugas polisi dan aparat dalam

melindungi masyarakat akan berjalan lebih mudah, sebenarnya polri dan aparat

bekerja juga untuk masyarakat. Menurut pendapat J. Salusu (dalam Komalasari,

1995:147) yang menyebutkan bahwa “Seseorang melanggar peraturan lalu lintas

dan angkutan jalan karena berbagai alasan internal”. Apa yang dibuat saat itu

Page 137: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

sebenarnya dianggap itulah yang terbaik bagi dirinya. Pelanggaran lalu lintas

dapat juga terjadi karena banyak hal, misalnya karena terburu-buru, sedang ada

perubahan jalan, kurang lengkapnya rambu-rambu lalu lintasyang ada, atau karena

terlalu banyak kendaraan (macet). Oleh karena itu, pengetahuan masyarakat

tentang hal ini juga sangat penting karena tanpa pengetahuan masyarakat tentang

tata tertib lalu lintas tidak akan punya kesadaran untuk mendukung dan

memperlancar tugas polisi. Dalam hal ini adalah bagaimana masyarakat

memahami fungsi hukum dan mampu berpartisipasi dalam upaya penegakan

hukum guna terwujudnya kesadaran hukum. Selain itu hambatan lain yang

dialami polisi dari masyarakat adalah sewaktu diberikan pendidikan mereka

banyak yang tidak fokus pada apa yang disampaikan oleh polisi sehingga banyak

yang masih melakukan pelanggaran lalu lintas du jalan.

Hambatan lainnya adalah dari faktor penegak hukum, dalam hal ini adalah

polisi lalu lintas itu sendiri, dari hasil penelitian hambatan yang dirasakan

dikarena masih kekurangan personil dalam menjalankan tugas dan fungsinya

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, kekurangan persinil terutama di

bidang pendidikan lalu lintas. Jumlah personil di unit dikyasa Satlantas Kota

Surakarta yang hanya berjumlah 7 orang, jauh dari jumlah ideal yang paling tidak

berjumlah 15 orang. Kemudian pada saat memberikan pendidikan media

pembelajaran yang digunakan kurang lengkap serta metode pembelajaran yang

digunakan hanya menggunakan metode ceramah, hal itulah yang membuat

masyarakat yang diberikan pendidikan masih banyak yang tidak focus karena

media serta metode yang digunakan kurang menarik bagi peserta didik.

Kemudian hambatan lain yaitu faktor subtansi hukum, dalam hal ini

subtansi dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu tercantum ketentuan-ketentuan mulai dari

ketentuan umum lalu lintas, tujuan lalu lintas, ruang lingkup lalu lintas,

pembinaan lalu lintas, penyelenggaraan lalu lintas, jaringan lalu lintas dan

angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, angkutan, keamanan dan keselamatan lalu

lintas, dampak lingkungan, pengembangan industri dan teknologi sarana dan

Page 138: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

prasarana lalu lintas, kecelakaan lalu lintas, perlakuan khusus saat berlalu lintas

bagi penyandang cacat, usia lanjut, anak-anak, wanita hamil serta orang sakit,

sistem informasi dan komunikasi lalu lintas, peran serta masyarakat dalam berlalu

lintas, penyidikan dan penindakan pelanggaran lalu lintas, ketentuan pidana, serta

ketentuan peralihan. Namun adanya ketentuan dalam undang-undang tersebut

belum terealisasikan secara kesekuruhan. Terbukti masih banyaknya masyarakat

yang masih melakukan pelanggaran-pelanggaran. Seharusnya masyarakat atau

pengguna lalu lintas diharapkan untuk wajib mengetahui serta mentaati apa yang

ada dalam subtansi hukum dari undang-undang tersebut. UU RI No. 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan tersebut maka diperlukan

pemberian pendidikan lalu lintas kepada masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat

Kota Surakarta adalah:

a. Faktor Masyarakat

1) Kesadaran hukum masyarakat ketika berkendara di jalan raya yang masih

rendah, hal tersebut terbukti dari jumlah pelanggaran yang terjadi di Kota

Surakarta dari tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan yaitu dari

22.920 menjadi 46.170 kasus pelanggaran. Masyarakat masih belum

sepenuhnya sadar dalam menjaga diri sendiri, dalam hal ini kesadaran

masyarakat sangat penting untuk mempelancar kerja polisi dan aparat,

dengan adanya dukungan dan terutama kesadaran masyarakat maka tugas

polisi dan aparat dalam melindungi masyarakat akan lebih mudah, karena

polri dan aparat bekerja untuk juga masyarakat. Untuk itu dibutuhkan

kerjasama dari masyarakat dengan arapat kepolisian dalam mewujudkan

ketertiban, keamanan dan kelancaran lalu lintas.

2) Masyarakat kurang kooperatif terhadap program yang telah diberikan oleh

satuan polisi lalu lintas. Terbukti dari hasil observasi yang dilakukan pada

penerapan program penling di karang taruna semanggi RW 04 Pasar

Kliwon Surakarta pada tanggal 20 mei 2012 dan juga program polsana

Page 139: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

yang dilakukan pada anak-anak SD Kristen Pratama Sukoharjo yang

bertempat di halaman Polresta Kota Surakarta tanggal 19 juni 2012 peserta

banyak yang kurang antusias sehingga mereka banyak yang berbicara

sendiri pada saat berlangsungnya pemberian pendidikan lalu lintas oleh

satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta.

Pengetahuan masyarakat tentang lalu lintas sangat penting karena tanpa

pengetahuan masyarakat tentang tata tertib lalu lintas maka tidak akan ada

kesadaran untuk mentaati aturan lalu lintas untuk itu masyarakat diharap bisa

kooperatif terhadap program yang telah direncanakan oleh Satlantas serta

masyarakat untik dapat lebih taat pada aturan hukum yang berlaku karena

dalam hal ini Satlantas memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat

demi kebaikan masyarakat dan aparat bekerja untuk juga masyarakat, untuk itu

dibutuhkan kerjasama dari masyarakat dengan arapat kepolisian dalam

mewujudkan ketertiban, keamanan dan kelancaran lalu lintas.

b. Faktor Penegak Hukum

1) Pada unit dikyasa, Satlantas Kota Surakarta masih kekurangan personil.

Jumlah personil di unit dikyasa Satlantas Kota Surakarta hanya berjumlah

7 orang, jumlah personol tersebut jauh dari jumlah ideal yang paling tidak

diperkukan 15 orang.

2) Kurangnya media pembelajaran yang digunakan khususnya pada

pelaksanaan program polsana kepada anak-anak SD Kristen Pratama

Sukoharjo.

3) Kurang beragamnya metode pembelajaran yang digunakan pada saat

pemberian pendidikan lalu lintas.

c. Faktor Subtansi Hukum.

Masyarakat maupun penegak hukum sendiri belum sepenuhnya mentaati

ketentuan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sehingga

banyak yang masih melaiukan pelanggaran-pelanggaran. Seharusnya

masyarakat atau pengguna jalan wajib mengetahui serta mentaati apa yang ada

dalam subtansi hukum dari undang-undang tersebut. untuk lebih meningkatkan

Page 140: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

pengetahuan masyarakat mengenai subtansi hukum dari UU RI No. 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan tersebut maka diperlukan

pemberian pendidikan lalu lintas kepada masyarakat.

3. Implikasi Peran Satuan Polisi Lalu Lintas Dalam Bidang Pendidikan Lalu

Lintas Terhadap Kesadaran Hukum Warga Dalam Berlalu Lintas di Kota

Surakarta

Kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas masih dikatakan belum

sepenuhnya sadar terhadap peraturan lalu lintas. Hal ini dikarenakan masih

banyaknya warga yang melakukan pelanggaran-pelanggaran dan belum tertib

dalam berlalu lintas. Pelanggaran-pelanggaran yang sering terjadi di jalan raya

biasanya diakibatkan oleh kesadaran para pengguna jalan yang rendah. Sikap

tersebut terlihat pada pelanggaran terhadap lampu traffic light, pemakaian helm

pengaman, melanggar batas kecepatan maksimun, kelengkapan surat-surat

berkendara, dan lain sebagainya. Selain itu, juga masih tingginya angka

pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di Kota Surakarta. Data tentang jumlah

pelanggaran yang dilakukan oleh warga masyarakat pada tahun 2010 jumlah

pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Surakarta secara

keseluruhan berjumlah 22.920. Sedangkan data pelanggaran lalu lintas yang

dilakukan masyarakat di Surakarta selama tahun 2011 jumlah pelanggaran yang

dilakukan oleh masyarakat di Kota Surakarta secara keseluruhan berjumlah

46.170.

Kesadaran hukum pada hakekatnya adalah membicarakan tentang

kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum

yang ada atau tentang hukum yang diharapkan. Scholten (dalam Sudikno

Mertodikusumo, 1984:2) menyebutkan bahwa “Kesadaran yang ada pada setiap

manusia tentang apa hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita

dengan mata kita membedakan antara hukum dengan tidak hukum, antara yang

seyogyanya dilakukan dan tidak dilakukan”.

Page 141: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Berdasarkan pendapat tersebut, maka kesadaran hukum merupakan suatu

kesadaran yang terdapat dalam diri manusia terhadap hukum yang ada, yaitu yang

akan dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan dan ketidakpatuhan terhadap

hukum. Melalui proses kejiwaan manusia dapat membedakan perilaku mana yang

harus dilakukan, yaitu yang sesuai dengan hukum dan mana yang tidak boleh

dilakukan.

Terbentuknya kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dilihat dari sudut pandang, antara lain

mencakup sudut pengetahuan dan pengertiannya terhadap hukum serta dari sudut

sikapnya terhadap hukum. Hal ini sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto

(1982:140) yang menyebutkan bahwa untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum

masyarakat terdapat empat indikator yang menjadi tolak ukurnya, yaitu:

a. Pengetahuan mengenai peraturan-peraturan hukum

Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum tersebut berkaitan

dengan perilaku yang dilarang maupun perilaku yang diperbolehkan oleh

hukum. Kecenderungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Undang-

Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya tentang ketentuan adanya

peraturan khusus dalam berlalu lintas, umumnya hampir sebagian besar

masyarakat mengetahui bahwa ada peraturan khusus yang mengatur lalu lintas

diatur dalam undang-undang. Sebagian besar masyarakat sebenarnya

mengetahui bahwa melakukan pelanggaran lalu lintas adalah hal yang salah,

seperti menerobos lampu merah, tidak memakai helm, tidak membawa syarat-

syarat perlengkapan mengemudi saat mengendara kendaraan bermotor.

Namun, masyarakat mengetahui peraturan lalu lintas yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan tetapi tidak diterapkan dalam kehidupannya,

hal ini dikarenakan masyarakat hanya sekedar mengetahui tetapi tidak

menjalankan aturan-aturan tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Terbukti masyarakat masih banyak yang melakukan pelanggaran.

Page 142: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, peraturan mengenai

peraturan-peraturan hukum lalu lintas masyarakat hampir semua sudah

mengetahui adanya peraturan-peraturan tersebut. Namun peraturan tersebut

tidak dijalankan sebagaimana mestinya, terbukti dengan masih banyaknya

warga yang melakukan pelanggaran.

b. Pemahaman terhadap isi peraturan-peraturan hukum

Pemahaman terhadap isi peraturan hukum ini adalah salah satu

indikator selanjutnya untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum masyarakat

terhadap peraturan lalu lintas. Pada dasarnya masyarakat Kota Surakarta paham

akan adanya aturan atau larangan menerobos traffic light, tidak memakai helm,

mengangkut penumpang yang melebihi kapasitas kendaraan umum, tidak

membawa surat-surat kelengkapan kendaraan, melebihi batas kecepatan,

melanggar marka jalan, dan lain-lain sehingga dapat dikatakan pemahaman

masyarakat tentang peraturan lalu lintas sudah cukup baik. Namun pada

prakteknya, masih banyak warga yang melanggar peraturan tersebut.

Masih banyaknya warga yang melanggar peraturan tersebut, memicu

timbulnya ketidaktertiban lalu lintas. Ketidaktertiban masyarakat dalam berlalu

lintas menunjukkan masyarakat belum mampu memahami tujuan dan tugas

hukum yaitu menjaga kehidupan dan ketertiban masyarakat. Tugas pokok

hukum menurut pendapat Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah (1987: 32)

yaitu “tugas terpokok dari hukum adalah untuk menciptakan ketertiban, sebab

ketertiban merupakan suatu syarat terpokok daripada adanya masyarakat yang

teratur”. Kemudian dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

secara mendetail menyebutkan mengenai tujuan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, yaitu:

1) Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat,

tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong

perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh

Page 143: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

persatuan dan kesatuan bangsa serta mampu menjunjung tinggi martabat

bangsa;

2) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3) Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya

masyarakat paham akan peraturan lalu lintas yang ada namun masyarakat

masih saja tidak mentaati aturan yang ada sehingga menimbulkan ketidak

tertiban lalu lintas, hal tersebut berarti masyarakat belum bisa menerapkan

tugas pokok dari hukum itu sendiri yaitu menciptakan ketertiban dalam berlalu

lintas, dan ini berdampak pada tujuan lalu lintas dan angkutan jalan yang

tertera pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang belum

berjalan sebagaimana mestinya.

c. Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum

Sikap merupakan realisasi dari pengetahuan dan pemahaman yang

diperoleh warga masyarakat yang selanjutnya ditunjukkan dalam bentuk

perilaku. Secara umum alasan-alasan mengapa seseorang itu patuh pada hukum

atau taat pada hukum, di mana setiap individu itu berbeda-beda di dalam

memberikan alasannya, maka dengan demikian akan timbul di dalam

lingkungan masyarakat berbagai derajat kepatuhan terhadap hukum. Pola

perilaku hukum merupakan hal terpenting dalam kesadaran hukum, karena di

sini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat.

Dengan demikian, sampai seberapa jauh tingkat kesadaran hukum masyarakat

dapat dilihat dari perilakunya.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar masyarakat mengaku sudah

bersikap tertib dalam berlalu lintas dan dari pengakuan informan sebagian

besar mereka mengaku akan lebih bersikap tertib setelah mendapatkan

pendidikan berlalu lintas.

Page 144: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

d. Perilaku hukum

Pola perilaku masyarakat dalam berlalu lintas tidak terlepas dari faktor

pemahaman dan proses kesadaran terhadap adanya peraturan lalu lintas

tersebut. Perilaku masyarakat dalam berlalu lintas didasarkan kepada adanya

proses penghayatan yang dalam terhadap Undang-Undang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap perilaku

yang baik dalam berlalu lintas. Sebagaimana pendapat Soerjono Soekanto

(1982:31) yang menyebutkan bahwa “salah satu tujuan dari peraturan-

peraturan lalu lintas dan angkutan jalan raya adalah untuk merubah pola-pola

perikelakuan warga masyarakat di sektor kepentingannya untuk

mempergunakan jalan raya”. program pendidikan lalu lintas masuk ke

kurikulum sekolah SD, SMP, dan SMA Mengetahui perilaku masyarakat yang

cenderung mentaati peraturan apabila mengetahui ada polisi yang bertugas,

maka hal ini sesuai dengan pendapat Soerjono Soekanto yang menyebutkan

beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat dalam

kaitannya dengan kepatuhan hukum. Salah satunya, yaitu compliance yang

diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu

imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang

mungkin dikenakan jika seseorang melanggar hukum. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa ketaatan masyarakat dalam berlalu lintas disebabkan karena

mereka hanya sebatas ingin menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi jika

mereka melanggar hukum.

Padahal sebagaimana ketentuan dari Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yang

berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

ada kecualinya”. Dari pasal tersebut dapat diungkapkan bahwa setiap warga

negara memiliki kewajiban yang sama untuk menjunjung atau mematuhi

hukum dan pemerintahan.

Dengan demikian, kesadaran hukum masyarakat sebenarnya

menyangkut faktor-faktor apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui,

Page 145: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

dimengerti, ditaati, dan dihargai. Apabila warga masyarakat hanya mengetahui

adanya suatu ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya masih rendah

daripada apabila mereka memahami dan kemudian menjalankanya.

Tinggi rendahnya derajat kepatuhan terhadap hukum ini berkaitan

dengan taraf kesadaran hukum yang didasarkan pada pengetahuan tentang

peraturan, pemahaman tentang isi peraturan, sikap terhadap peraturan, dan

perikelakuan yang sesuai dengan peraturan. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh Ahmad Sanusi (1984:184) yang menyatakan bahwa “sebagai indikator

tentang tinggi rendahnya tingkat kesadaran hukum masyarakat itu dapat

diperhatikan di satu pihak dari sudut ketaatannya pada peraturan hukum dan di

lain pihak dari sudut banyaknya pelanggaran hukum yang dilakukan oleh

anggota masyarakat yang bersangkutan”.

Atas dasar kriteria tersebut dapat dikemukakan bahwa kesadaran

hukum masyarakat Kota Surakarta masih rendah. Rendahnya kesadaran hukum

masyarakat, karena masyarakat masih pada tingkat mengetahui peraturan lalu

lintas yang ada dan kurang memahami dan menjalankan peraturan hukum yang

berlaku. Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan lalu lintas yang diberikan

Satlantas kepada masyarakat sehingga menyebabkan pemahaman yang kurang

merata terhadap hukum yang berlaku. Satlantas surakarta memberikan

pendidikan lalu lintas kepada masyarakat hanya jika ada permintaan dari

masyarakat saja sehingga pemberian pendidikan lalu lintas masih sangat

kurang.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa, peran Satlantas dalam

bidang pendidikan lalu lintas yang sudah diberikan saat ini kurang berdampak

terhadap kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas. Hal ini terjadi karena

masih tingginya pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dan kurangnya

pendidikan lalu lintas yang diberikan sehingga menyebabkan pemahaman yang

kurang merata terhadap hukum yang berlaku. Tingkat kesadaran hukum

masyarakat baru sebatas mengetahui saja meskipun tingkat pemahamannya sudah

Page 146: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

cukup baik, karena pada umumnya mereka sudah paham dengan tata tertib

peraturan lalu lintas. Sedangkan sikap dan perilaku masyarakat pada umumnya

akan patuh dan taat apabila ada anggota polisi lalu lintas yang berjaga.

Dari hasil penelitian, masyarakat mengaku apabila pendidikan lalu lintas

diberikan maka akan berpengaruh terhadap kesadaran hukum mereka dalam

berlalu lintas. Untuk itu Satlantas Surakarta memberikan pendidikan lalu lintas

kepada masyarakat jangan hanya jika ada permintaan saja, Satlantas harus

membuat jadwal khusus pemberian pendidikan lalu lintas sehingga pemberian

pendidikan lalu lintas dapat merata dan sesuai d engan sasaran.

4. Kontribusi Pendidikan Lalu Lintas Terhadap Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn)

Peran satuan polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas

kepada masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberikan pembinaan,

bimbingan, dan pendidikan berlalu lintas kepada masyarakat agar dapat

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas. Perkembangan

yang terjadi saat ini pelanggaran lalu lintas di jalan justru semakin bertambah. Di

Kota Surakarta selama tahun 2010 jumlah pelanggaran yang terjadi di Surakarta

berjumlah 22.920. Sedangkan data pelanggaran lalu lintas yang dilakukan

masyarakat di Surakarta selama tahun 2011 berjumlah 46.170. Hal tersebut dirasa

cukup fatal karena kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas tidak

menurun tetapi malah semakin tinggi.

Untuk mencegah semakin tingginya pelanggaran lalu lintas maka

diperlukan pemberian pendidikan lalu lintas. Pentingnya pemberian pendidikan

lalu lintas kepada masyarakat itu sendiri yaitu memberikan wawasan (kognisi)

terhadap apa dan bagaimana berlalu lintas, membangun pemahaman peserta didik

terhadap etika dan budaya tertib lalu lintas, menumbuhkan kemauan, kesadaran

(afeksi) peserta didik terhadap etika dan budaya tertib berlalu lintas, mewujudkan

perilaku (behavior) dan kebiasaan tertib (habit) dalam berlalu lintas.

Page 147: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Lalu lintas dilihat dalam konteks pendidikan adalah usaha yang dilakukan

dengan penuh rasa sadar untuk menumbuhkan kesadaran tertib lalu lintas,

sehingga peserta didik mampu mengendalikan diri sehingga mengurangi

timbulnya pelanggaran serta kecelakaan lalu lintas. Upaya yang dilakukan adalah

dengan memberikan dorongan kepada generasi-generasi mendatang untuk

mengembangkan sikap dan etika berlalu lintas, yang santun, aman, nyaman, tertib

dan selamat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Dan diharapkan dapat

melahirkan generasi yang memiliki etika dan budaya tertib dalam berlalu lintas.

Tujuan pendidikan lalu lintas adalah menciptakan generasi muda yang

sadar mampu mengimplementasikan sistem nilai yaitu etika dan budaya berlalu

lintas yang aman, santun, selamat, tertib dan lancar yang diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari, merubah peri laku pemakai jalan (road user behavior),

menurunkan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, serta memberikan informasi

yang berhubungan dengan lalu lintas.

Sedangkan dalam pendidikan kewarganegaraan (PKn) bertujuan

mengarah kepada terbentuknya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, menaati

peraturan yang berlaku, berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, berpikir

kritis, logis, inovatif dan mampu memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-

hari, sebagai warga negara yang memahami hak dan kewajibannya, dan pada

akhirnya menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan kewarganegaraan (PKn)

tersebut maka peserta didik agar memiliki tiga komponen pokok pendidikan

kewarganegaraan (PKn) yaitu :

1. Civic knowledge berkenaan dengan apa-apa yang perlu diketahui dan

dipahami secara layak oleh warga negara.

2. Civic values/Civic disposition berkenaan dengan sifat dan karakter yang baik

dari seorang warga negara baik secara pribadi maupun publik.

3. Civic skill berkenaan dengan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh

warga negara bagi kelangsungan bangsa dan negara. civic skill meliputi

Page 148: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

ketrampilan intelektual dan ketrampilan partisipasi. (Winarno & Wijianto,

2010:50)

Sama halnya dengan pendidikan lalu lintas, untuk mewujudkan tujuan dari

pendidikan lalu lintas maka harus memiliki tiga komponen yaitu civic knowledge

(pengetahuan kewarganegaraan), civic values/dispositions (nilai/karakter

kewarganegaraan), dan civic skill (keterampilan kewarganegaraan). Kaitanya

dengan lalu lintas civic knowledge yaitu berkenaan dengan apa yang perlu

diketahui dan dipahami secara layak oleh warga negara, dalam hal ini

pengetahuan yang harus diketahui dan dipahami oleh warga negara yaitu

pengetahuan tentang peraturan lalu lintas secara keseluruhan. Selanjutnya adalah

Civics values/dispositions berkenaan dengan sifat dan karakter yang baik dari

seorang warga negara baik secara pribadi maupun publik, kaitanya dengan

pendidikan lalu lintas dalam hal ini masyarakat harus mencerminkan warga

negara yang baik adalah dengan taat serta patuh terhadap hukum lalu lintas yang

berlaku. Kemudian Civics skill berkenaan dengan apa yang seharusnya dapat

dilakukan oleh warga negara bagi kelangsungan bangsa dan negara. Civics skill

meliputi: keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi, dalam hal ini

keterampilan partisipasi masyarakat diharapkan untuk berpartisipasi dalam

mensukseskan program pendidikan lalu lintas yang direncanakan oleh Satlantas

yaitu antara lain program polsana, program penling, program police goes to

campus, Serta program pendidikan lalu lintas masuk ke dalam kurikulum sekolah.

Selain berpartisipasi mensukseskan program-program pendidikan lalu lintas

tersebut, partisipasi juga bisa dilakukan dengan mempengaruhi dari lingkungan

kecil mereka untuk taat maupun patuh pada aturan lalu lintas. Sedangkan

kerterampilan intelektual dapat diwujudkan melalui menampilkan perilaku sesuai

dengan aturan pada saat berkendara. Saat berkendara pengendara diwajibkan

memiliki katerampilan (skill) yang baik untuk meminimalkan kejadian yang tidak

diinginkan.

Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

keterkaitan pendidikan lalu lintas dengan pendidikan kewarganegaraan yaitu

Page 149: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

terletak pada aspek sasarannya, keduanya mempunyai sasaran yang sama yaitu

untuk menjadikan warga negara yang memiliki pengetahuan tentang aturan yang

ada pada negaranya, keduanya bersasaran untuk menerapkan sikap sadar terhadap

hukum misalnya orang yang menujukkan sikap, etika dan budaya tertib berlalu

lintas, maka dilandasi oleh kesadaran menaati peraturan perundangan yang

berlaku dan keduanya sama-sama bersasaran menjadikan warga negara yang

mempunyai ketrampilan (skill) kaitanya dengan lalu lintas warga negara yang

berlalu lintas diharapkan dapat memiliki ketrampilan (skill) dalam menguasai

lingkungan misalnya menguasai kondisi jalan maupun kendaraanya supaya tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan kemudian keselamatan, ketertiban,

keamanan, dan kelancaran dalam berlalu lintaspun dapat terwujud.

Disisi lain pendidikan lalu lintas merupakan bagian dari pendidikan

kewarganegaraan, dalam pendidikan kewarganegaraan mengajarkan tentang

kesadaran hukum sedangkan pendidikan lalu lintas diberikan dengan tujuan untuk

menciptakan peserta didik untuk sadar terhadap aturan hukum yaitu taat pada

peeraturan lalu lintas secara keseluruhan. Dengan demikian antara pendidikan

kewarganegaraan dengan pendidikan lalu lintas saling memiliki keterkaitan

kerena pendidikan lalu lintas itu sendiri merupakan bagian dari pendidikan

kewarganegaraan.

Page 150: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi permasalahan yang telah diuraikan di depan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan berlalu lintas di Kota

Surakarta bertujuan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam

berlalu lintas. Satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta dalam menjalankan

fungsi dan peran memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat

dilaksanakan melalui beberapa program. Program tersebut dibuat dengan

melihat sasaran siapa yang akan diberikan pendidikan lalu lintas. Program

tersebut antara lain :

e. Polsana (Polisi Sahabat Anak)

Program ini diperuntukkan untuk anak-anak sekolah TK maupun SD.

f. Traffic police goes to campus

Program ini merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi mahasiswa di

tingkat perguruan tinggi.

g. Penling atau Penerangan Keliling

Program ini merupakan kegiatan yang diperuntukkan kepada masyarakat

yang dilakukan dengan cara berkeliling mendatangi dan menyampaikan

langsung melalui acara workshop, seminar, pengisian acara di karang

taruna, pengisian perkumpulan ibu-ibu PKK, maupun pengisian pada waktu

acara tujuh belasan agar masyarakat mematuhi hukum dan tertib dalam

berlalu lintas.

h. Program pendidikan lalu lintas masuk ke kurikulum sekolah SD, SMP, dan

SMA.

Program ini dimaksudkan sebagai langkah mensosialisasikan disiplin

berlalu lintas kepada peserta didik jenjang pendidikan dasar sampai dengan

menengah.

Page 151: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

2. Hambatan satuan polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan berlalu lintas

kepada masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Faktor Masyarakat.

1) Kesadaran hukum masyarakat ketika berkendara di jalan raya masih

rendah, hal tersebut terbukti dari jumlah pelanggaran yang terjadi di

Kota Surakarta dari tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan yaitu

dari 22.920 menjadi 46.170 kasus pelanggaran.

2) Masyarakat kurang kooperatif terhadap program yang telah diberikan

oleh satuan polisi lalu lintas. Terbukti dari hasil observasi yang

dilakukan pada penerapan program penling di karang taruna semanggi

RW 04 Pasar Kliwon Surakarta pada tanggal 20 mei 2012 dan juga

program polsana yang dilakukan pada anak-anak SD Kristen Pratama

Sukoharjo yang bertempat di halaman Polresta Kota Surakarta tanggal

19 juni 2012 peserta banyak yang kurang antusias sehingga mereka

banyak yang berbicara sendiri pada saat berlangsungnya pemberian

pendidikan lalu lintas oleh satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta.

b. Faktor Penegak Hukum.

1) Pada unit dikyasa Satlantas Kota Surakarta masih kekurangan personil.

Jumlah personil di unit dikyasa Satlantas Kota Surakarta hanya

berjumlah 7 orang, jauh dari jumlah ideal yang paling tidak berjumlah

15 orang.

2) Kurangnya media pembelajaran yang digunakan khususnya pada

pelaksanaan program polsana kepada anak-anak SD Kristen Pratama

Sukoharjo.

3) Kurang beragamnya metode pembelajaran yang digunakan pada saat

pemberian pendidikan lalu lintas.

c. Faktor Subtansi Hukum.

Masyarakat belum sepenuhnya menerapkan subtansi hukum dalam UU RI

No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan, terbukti

masyarakat masih banyak yang pelakukan pelanggaran-pelanggaran. untuk

itu diperlukan pemberian pendidikan lalu lintas kepada masyarakat supaya

Page 152: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

masyarakat mengerti serta memahami subtansi hukum yang ada dalam UU

RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan.

3. Peran Satlantas dalam bidang pendidikan lalu lintas saat ini kurang

berimplikasi terhadap kesadaran hukum warga dalam berlalu lintas. Terbukti

dengan masih banyaknya pelanggaran lalu lintas yang terjadi. Hal ini terjadi

dikarenakan masih kurangnya pendidikan lalu lintas yang diberikan kepada

masyarakat sehingga menyebabkan pemahaman yang kurang merata terhadap

hukum yang berlaku. Kurangnya pemberian pendidikan lalu lintas disebabkan

karena satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta melakukan pemberian

pendidikan hanya jika ada permintaan dari masyarakat.

4. Kontribusi pendidikan lalu lintas terhadap pendidikan kewarganegaraan (PKn).

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) mengembangkan 3 (tiga) komponen

pokok sebagai kompetensi peserta didik agar memiliki civic knowledge

(pengetahuan kewarganegaraan) yaitu berkenaan dengan apa-apa yang perlu

diketahui dan dipahami secara layak oleh warga negara, dalam hal ini

pengetahuan yang harus diketahui dan dipahami oleh warga negara yaitu

pengetahuan tentang peraturan lalu lintas secara keseluruhan. Selanjutnya

adalah civic values/dispositions (nilai/karakter kewarganegaraan) yaitu

berkenaan dengan sifat dan karakter yang baik dari seorang warga negara baik

secara pribadi maupun publik, kaitanya dengan pendidikan lalu lintas dalam

hal ini masyarakat harus mencerminkan warga negara yang baik adalah dengan

taat serta patuh terhadap hukum lalu lintas yang berlaku. Kemudian civic skill

(keterampilan kewarganegaraan) yaitu berkenaan dengan apa yang seharusnya

dapat dilakukan oleh warga negara bagi kelangsungan bangsa dan negara.

Civics skill meliputi: keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi,

dalam hal ini keterampilan partisipasi masyarakat diharapkan untuk

berpartisipasi dalam mensukseskan program pendidikan lalu lintas yang

direncanakan oleh Satlantas yaitu antara lain program polsana, program

penling, program police goes to campus, serta program pendidikan lalu lintas

masuk ke dalam kurkulum sekolah. Selain berpartisipasi mensukseskan

program-program pendidikan lalu lintas tersebut, partisipasi juga dapat

Page 153: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

dilakukan dengan mempengaruhi dari lingkungan kecil mereka untuk taat

maupun patuh pada aturan lalu lintas. Sedangkan kerterampilan intelektual

dapat diwujudkan melalui menampilkan perilaku sesuai dengan aturan pada

saat berkendara. Pada waktu berkendara, pengendara diwajibkan memiliki

katrampilan (skill) yang baik untuk meminimalkan kejadian yang tidak

diinginkan.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan yang

berkaitan dengan peran satuan polisi lalu lintas dalam bidang pendidikan berlalu

lintas untuk mewujudkan ketertiban dan kesadaran hukum warga dalam berlalu

lintas di Kota Surakarta, dapat menimbulkan implikasi sebagai berikut:

1. Karena peran satuan polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas

kepada masyarakat hasilnya masih belum maksimal, maka hal ini berimplikasi

pada tingkat kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah. Pada umumnya

masyarakat sudah mengetahui peraturan dalam berlalu lintas namun pada

kenyataannya masih banyak warga yang tidak tertib dalam berlalu lintas.

2. Karena telah diketahui ada hambatan-hambatan satuan polisi lalu lintas dalam

memberikan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat, maka hal ini

berimplikasi pada kinerja unit dikyasa dalam memberikan pendidikan lalu

lintas kepada warga sehingga pencapaian hasilnya kurang maksimal. Hal ini

dapat terlihat dari kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah ketika

berlalu lintas di jalan raya.

3. Karena peran satuan polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas

saat ini masih kurang berimplikasi terhadap kesadaran hukum warga dalam

berlalu lintas, maka hal ini berdampak terhadap masih tingginya jumlah

pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kota Surakarta dan mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun.

C. Saran

Berdasarkan implikasi hasil penelitian yang telah penulis kemukakan di

atas, maka peneliti ingin memberikan saran-saran sebagai berikut:

Page 154: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

1. Sebaiknya satuan polisi lalu lintas dalam memberikan pendidikan lalu lintas

harus memahami betul tentang alasan mengapa banyak masyarakat yang masih

melakukan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas, baik dari segi pengetahuan

masyarakat tentang peraturan lalu lintas, tingkat kesadaran hukum masyarakat

dalam berlalu lintas, maupun memahami latar belakang dari masyarakat. Hal

ini perlu dilakukan guna memudahkan bagi satuan polisi lalu lintas dalam

memberikan pendidikan dan menanamkan kesadaran hukum kepada

masyarakat, sehingga pemberian pendidikan lalu lintas dan menanamkan

kesadaran hukum bisa tepat sasaran.

2. Pemberian pendidikan lalu lintas diterapkan jangan hanya karena ada

permintaan dari masyarakat, seharusnya dibuatkan jadwal dari Satlantas untuk

pemberian pendidikan lalu lintas kepada masyarakat. Satlantas diharapkan

bersikap aktif dalam menjalankan peranya dalam memberikan pendidikan lalu

lintas, mengingat hal ini sangat penting guna menumbuhkan kesadaran hukum

masyarakat dalam berlalu lintas.

3. Perlunya menambah jumlah personil satuan polisi lalu lintas pada unit dikyasa.

4. Perlunya penambahan jumlah media pembelajaran yang digunakan serta

penggunaan metode pembelajaran yang harus lebih variatif supaya peserta

didik lebih berantusias dalam mengikuti pendidikan lalu lintas yang diberikan

oleh satuan polisi lalu lintas Kota Surakarta.

5. Pengintegrasian pendidikan lalu lintas melalui pendidikan kewarganegaraa SD,

SMP, dan SMA diharapkan segera terealisasikan di Surakarta, dikarenakan

untuk kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar sudah menerapkan program

tersebut, menginggat pendidikan lalu lintas dirasa penting diterapkan sejak usia

dini dengan alasan kelak nanti kalau mereka sudah saatnya diperbolehkan

berkendara sudah memahami tentang aturan lalu lintas secara keseluruhan.

Page 155: digilib.uns.ac.id/Peran...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136