perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya...

82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK LIBYA SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DAN KEAMANAN INTERNASIONAL Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: LISA KARISMAWATIE NIM: E0008057 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK

LIBYA SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PEMELIHARAAN

PERDAMAIAN DAN KEAMANAN INTERNASIONAL

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

LISA KARISMAWATIE

NIM: E0008057

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Lisa Karismawatie

NIM : E0008057

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PERAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK

LIBYA SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

DAN KEAMANAN INTERNASIONAL adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal

yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya

tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi)

ini.

Surakarta, Agustus 2012

yang membuat pernyataan,

Lisa Karismawatie

NIM. E0008057

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Lisa Karismawatie, E0008057. Peran Dewan Keamanan PBB dalam

Penyelesaian Konflik Libya sebagai Pelaksanaan Fungsi Pemeliharaan

Perdamaian dan Keamanan Internasional. Penulisan Hukum (Skripsi). Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret. 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kewenangan Dewan

Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik Libya dan menjelaskan tindakan-

tindakan yang telah dilakukan Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik

Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

Penulisan hukum ini termasuk dalam penulisan hukum normatif yang bersifat

preskriptif. Jenis bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan adalah Piagam PBB,

Konvensi Den Haag IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat, Konvensi

Jenewa IV tentang Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil, dan Protokol Tambahan I

Konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan terhadap Korban Konflik Bersenjata

Internasional tahun 1977. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku-buku,

junal-jurnal dan perdapat para sarjana yang berkaitan dengan kewenangan Dewan

Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik. Teknik pengumpulan bahan hukum

yang digunakan adalah dengan mengkaji bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Teknik analisis yang digunakan dengan metode deduksi.

Hasil penelitian menyatakan bahwa keterlibatan Dewan Keamanan PBB

dalam penyelesaian konflik Libya merupakan hal yang legal. Hal ini dikarenakan

konflik Libya dikategorikan sebagai situasi yang mengganggu perdamaian dan

keamanan internasional. Tindakan pertama dalam penyelesaian konflik Libya, Dewan

Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1970, yang berisikan tentang pengajuan

penyelesaian konflik kepada Mahkamah Pidana Internasional sekaligus pemberian

sanksi ekonomi kepada Libya. Tindakan kedua dalam penyelesaian konflik Libya,

Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1973, sebagai sanksi ekonomi dan

juga keputusan untuk memberikan perlindungan terhadap penduduk sipil.

Kata Kunci: Konflik Libya, Dewan Keamanan PBB, Penyelesaian Sengketa

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Lisa Karismawatie, E0008057. The Role of UN Security Council on The Settlement

of Libya Conflict as Implementation of The Function as The Maintanance of

International Peace and Security. Legal Writing. Law Faculty of Sebelas Maret

University. 2012.

The aim of this research are to describe the authority of UN Security Council

on the settlement of Libya conflict and to explain enforcement measures of UN

Security Council on the settlement of Libya conflict as effort to maintain international

peace and security.

This research is a normative legal research which is prescriptive in nature.

The law materials are primary and secondary. The primary materials are United

Nation Charter, Convention (IV) Respecting the Laws and Customs of War on Land

and its annex : Regulation Concerning the Laws and Customs of War on Land,

Geneva Convention (IV) Relative to the Protection of Civilians Persons in Time of

War, and Protocol Additional to the Geneva Convention of 12 August 1949 and

Relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts. The secondary

materials are books, journals, and doctrine related with authority of UN Security

Council on the settlement of conflict. The technique of collecting data is reviewing

primary and secondary of law materials. The technique of analyzing data is deductive

method.

The result of research shows involvement of UN Security Council on the

settlement of Libya Conflict is legal, because Libya conflict is categorized as a threat

situation to the international peace and security. As the first enforcement measure,

UN Security Council adopted Resolution 1970 as economic sanction and referral

Libya conflict to International Criminal Court. As the second enforcement measure,

UN Security Council adopted Resolution 1973 as economic sanction and protection

to civilians.

Keywords: Libya Conflict, UN Security Council, Dispute Settlement

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Allah tidak akan memaksakan sesuatu kepada seseorang, kecuali kekuatan yang ada

padanya.

(Q.S Al Baqarah :286)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa

dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah

(Thomas Alva Edison)

People are successful have learned to make themselves do things to be done when it

had be done, whether they like it or not

(Aldus Huxley)

Just keep dreaming, doing, fighting, and praying.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, saya persembahkan skripsi

ini kepada:

Ayahku Hasil Abdul Rais dan Mamahku Kartini sebagai orang tua terhebat

Kakak-kakak dan keponakan-keponakanku tersayang yang tidak bisa disebutkan

satu-persatu

Para pembimbing skripsiku yang telah membimbing

Sahabat-sahabat serta Almamaterku

Pihak yang telah membantu penulisan penelitian ini

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke-hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “PERAN DEWAN KEAMANAN PBB

DALAM PENYELESAIAN KONFLIK LIBYA SEBAGAI PELAKSANAAN

FUNGSI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DAN KEAMANAN

INTERNASIONAL” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam setiap proses penyelesaian penulisan hukum

(skripsi) ini tidak akan terlaksana dengan lancar tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih dengan

segala kerendahan hati, dan semoga kebaikan pihak-pihak yang telah membantu akan

dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Terima kasih saya haturkan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwingsih, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret yang telah mengorbankan segenap tenaga dan pikiran

demi kemajuan Fakultas Hukum UNS;

2. Bapak Sutapa Mulya Widada, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik

yang telah membimbing dan memotivasi penulis agar selalu bersemangat

memperbaiki prestasi akademik;

3. Ibu Sri Lestari Rahayu, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum

Internasional Fakultas Hukum UNS dan Pembimbing I Penulisan Hukum

(skripsi) yang telah memberikan ilmu, tenaga, dan waktu untuk diskusi,

membimbing, dan memotivasi penulis dalam proses penyelesaian penulisan

hukum ini;

4. Ibu Sasmini, S.H., LL.M. Selaku Pembimbing II Penulisan Hukum (skripsi)

yang telah memberikan motivasi, waktu diskusi, dan bimbingan sehingga penulis

memperoleh banyak pengetahuan baru terkait penulisan ini;

5. Dosen-dosen Fakultas Hukum UNS atas segala ilmu, wawasan, dan pelajaran

yang telah diberikan kepada penulis;

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

6. Ayah dan Mamah sebagai orang tua terhebat atas semua doa, motivasi, dan

limpahan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

7. Kakak–kakakku dan keponakan-keponakanku tersayang yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, atas doa, motivasi, dan limpahan kasih sayang selama

ini. Especially for Disa Masnasiltie, Thank you so much for your help !

8. Sahabat-sahabat terbaikku Deyandri, Ilma, Fanny, Fatia, Fafa, Muti, Siska,

Puspa, Rizka, Uci, Meis atas semua doa, motivasi dan persahabatan yang terjalin

selama ini.

9. Teman-teman magang Kementrian Luar Negeri dan teman seperjuangan skripsi

Mba dina, Ali, Aci, Ira, Putri, Rani, Shelma, Tumar, just keep moving and

fighting guys !

10. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum UNS 2008 especially for Agnane,

Very, Radit, Dedi, Dimas, Upi, Guntur thank you for everything.

11. Keluarga besar Kos Puspa Asri dan DP 2 Isna, Sharin, Haris, Lia, Lintang, Mba

Iyah, Ayu, Wulan, Lindut, Mayang atas semua motivasi dan kesediaannya untuk

mendengar semua keluh kesah skripsiku.

12. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis selama penulis menyelesaikan

pendidikan di Solo.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini terdapat banyak kekurangan,

untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun,

sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Semoga karya tulis ini mampu

memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Surakarta, Agustus 2012

Penulis

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan Kegiatan .............................................................................. 5

D. Manfaat Kegiatan ............................................................................ 5

E. Metode Penelitian............................................................................ 6

F. Sistematika Penulisan Hukum ........................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori................................................................................ 11

1. Tinjauan Umum Tentang PBB ...................................................... 11

a. Sejarah PBB .............................................................................. 11

b. Tujuan dan Prinsip PBB ........................................................... 12

c. Organ Utama PBB .................................................................... 13

2. Tinjauan Umum Dewan Keamanan PBB ..................................... 17

3. Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional ... 23

a. Pengertian Sengketa Internasional ............................................ 23

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

b. Cara-cara Penyelesaian Sengketa Internasional ....................... 24

4. Konflik Bersenjata di Libya .......................................................... 29

a. Pengertian Konflik Bersenjata .................................................. 29

b. Pengaturan Konflik Bersenjata ................................................. 32

c. Konflik Libya 2011 .................................................................. 34

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 37

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik

Libya .............................................................................................. 39

1. Status Konflik Bersenjata di Libya ................................................. 39

2. Kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian

Konflik Libya .……………………………………..…………. 48

B. Tindakan Nyata Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian

Konflik Libya .................................................................................. 54

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ......................................................................................... 64

B. Saran ................................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 ………………………………………………………………………… 37

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konflik Libya merupakan konflik yang muncul karena adanya

pertentangan antara keinginan rakyat dengan pemerintah untuk menurunkan

Moamar Qaddafi sebagai Presiden Libya. Keinginan rakyat untuk menurunkan

Moamar Qaddafi disebabkan oleh tindakan semena-mena Moamar Qaddafi

selama 42 tahun menjadi Presiden Libya, yaitu sejak tahun 1969-2011. Tindakan

semena-mena tersebut menimbulkan kebencian mendalam rakyat Libya terhadap

Moamar Qaddafi.

Konflik Libya telah menambah catatan panjang krisis yang melanda dua

negara di timur tengah sebelumnya yaitu Tunisia dan Mesir. Gerakan

pemberontakan di Tunisia dimulai pada Desember 2010. Pemberontakan ini

dimaksudkan untuk menurunkan Ben Ali yang telah menjabat sebagai Presiden

selama 24 tahun. Selama kepemimpinannya yang berlangsung sejak tahun 1987

berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terjadi. Selain banyaknya

pelanggaran HAM, Tunisia menjadi negara yang dilanda krisis pangan dan

lapangan pekerjaan yang sulit (Abdul Syukur, 2011: 93). Tunisia menjadi negara

yang tidak memiliki kebebasan berserikat. Organisasi masyarakat Tunisia, media

cetak maupun elektronik tidak mempunyai kewenangan untuk menyampaikan

pendapat atau kritik kepada pemerintah (Maria Cristina Paciello, 2011: 1).

Berbagai permasalahan yang melanda Tunisia menjadi faktor utama terjadinya

pemberontakan di Tunisia, yang berujung mundurnya Ben Ali dari kursi

pemerintahan.

Sedangkan pemberontakan rakyat Mesir dimulai pada akhir Januari 2011.

Selama kepemimpinannya, Hosni Mubarak menumpuk kekayaan di tengah krisis

yang melanda Mesir. Berdasarkan catatan situs Daily Telegraph, kekayaan Hosni

Mubarak ditaksir mencapai 20 miliar poundsterling atau sekitar 287 miliar rupiah,

yang disimpan disejumlah bank di Swiss, Amerika Serikat dan Inggris (Abdul

Syukur, 2011: 98). Kemiskinan, pengangguran, korupsi yang merajalela,

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pemerintahan yang otokrasi dan masa kepemimpinan Hosni Mubarak yang terlalu

lama membuat rakyat Mesir melakukan pemberontakan untuk mendapatkan

perubahan. Selain faktor-faktor tersebut, pemberontakan rakyat Mesir juga dipicu

oleh gerakan pro demokrasi pada tahun 2005 yang dipimpin oleh Kefaya

(Sundhus Balata, 2011: 61). Setelah hampir 18 hari Mesir mengalami

pergejolakan, akhirnya Hosni Mubarak memilih untuk mundur dari jabatannya

sebagai Presiden.

Keberhasilan Tunisia dan Mesir untuk munurunkan Ben Ali dan Hosni

Mobarak dari jabatannya sebagai Presiden memotivasi rakyat Libya untuk bangkit

melawan rezim pemerintahan Moamar Qaddafi. Selain hal itu, keberadaan Tunisia

dan Mesir yang berbatasan langsung dengan Libya langsung mendorong Libya

untuk melakukan pemberontakan (Apriadi Tamburaka, 2011: 271). Hal ini dikenal

dengan teori domino, yaitu fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-

politik dan geo-strategis (Apriadi Tamburaka, 2011: 271).

Moamar Qaddafi telah memimpin Libya selama 42 tahun, yaitu sejak

tahun 1969-2011. Selama kepemimpinannya, ia dan keluarga menguasai berbagai

sektor ekonomi strategis. Selain itu kebijakan totaliter yang ia keluarkan dinilai

melecehkan demokrasi dan kebebasan (Abdul Syukur, 2011: 106-107).

Kemiskinan dan tidak adanya kebebasan untuk mengeluarkan pendapat

menimbulkan rasa benci yang mendalam terhadap Moamar Qaddafi. Hal inilah

yang menjadi faktor utama timbulnya pemberontakan di Libya.

Konflik Libya dimulai pada pertengahan Februari 2011, tepatnya pada 15

Februari 2011 di Bhegazi, Libya. Konflik ini dimulai dengan demonstrasi oleh

sekitar 200 orang di depan markas polisi Bhegazhi yang bertambah hingga

mencapai 500 sampai 600 orang (Apriadi Tamburaka, 2011: 227). Pihak oposisi

berhadapan langsung dengan pihak pro Moamar Qaddafi yang memiliki kekuatan

persenjataan. Pada awal konflik kekuatan antara pihak oposisi dengan pihak pro

Moamar Qaddafi tidak seimbang. Pihak pro Moamar Qaddafi memiliki

persenjataan canggih untuk melawan pihak oposisi. Seperti yang dilaporkan oleh

beberapa media dan LSM bahwa pemerintah sebagai pihak pro Moamar Qaddafi

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menggunakan tank, senapan mesin, dan seorang penembak jitu untuk melawan

pihak oposisi (Mehrdad Payandeh, 2011: 18).

Pihak oposisi terus menuntut agar Moamar Qaddafi turun dari jabatannya

sebagai Pressiden Libya, tetapi Moamar Qaddafi terus melakukan berbagai upaya

untuk mempertahankan jabatannya. Moamar Qaddafi mulai mempekerjakan

tentara bayaran Afrika yang sebagian besar dari Chad untuk mendukung

pasukannya. Selain itu, pihak pro Moamar Qaddafi menembaki para demonstran

anti pemerintah (Apriadi Tamburaka, 2011: 229). Tindakan tersebut menimbulkan

korban baik dari pihak oposisi, pro Moamar Qaddafi, dan penduduk sipil.

Berdasarkan data Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia, korban konflik

Libya pada Maret 2011 mencapai 3000 jiwa (Apriadi Tamburaka, 2011: 237).

Serangan radikal terhadap pihak oposisi membuat para pejabat

pemerintahan Libya memilih untuk mengundurkan diri dari kekerasan rezim

Moamar Qaddafi. Tindakan tersebut juga diikuti oleh para pasukan militer yang

menolak untuk menyerang penduduk sipil (Mehrdad Payandeh, 2011: 18). Para

pendukung Moamar Qaddafi memilih mundur dari peperangan melawan pihak

oposisi, dan lebih memilih mendukung pihak oposisi untuk melawan Moamar

Qaddafi.

Dunia internasional mendesak Dewan Keamanan PBB untuk melakukan

tindakan sebagai upaya perlindungan penduduk sipil. Perlunya tindakan dari

Dewan Keamanan PBB dalam konflik Libya, dikarenakan konflik Libya telah

mengganggu stabilitas perdamaian dan keamanan dunia. Tindakan nyata Dewan

Keamanan PBB sebagai upaya untuk menjaga perdamaian dan keamanan

internasional serta penyelesaian konflik adalah dengan mengeluarkan resolusi.

Terkait dengan konflik Libya, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi

1973 pada 17 Maret 2011. Resolusi 1973 merupakan keputusan yang ditetapkan

oleh Dewan Keamanan PBB mengenai larangan terbang di atas wilayah Libya

sebagai upaya perlindungan penduduk sipil. Larangan terbang di atas wilayah

Libya dikecualikan untuk penerbangan kemanusiaan atau evakuasi warga negara

asing. Selain penetapan larangan terbang di atas wilayah Libya, paragraph 4

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Resolusi 1973 menetapkan kepada negara-negara anggota untuk mengambil

langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi penduduk sipil.

Resolusi 1973 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB

mengakibatkan adanya keterlibatan pihak asing masuk konflik Libya. Adanya

keterlibatan pihak asing dalam konflik Libya disebabkan oleh ketentuan dari

Resolusi 1973 yang menetapkan kepada negara-negara anggota PBB untuk

melakukan tindakan perlindungan penduduk sipil. Bentuk perlindungan penduduk

sipil yang dilakukan oleh negara-negara barat adalah dengan pemberian bantuan

persenjataan kepada pihak oposisi. Pada 19 Maret 2011 negara-negara barat mulai

memberikan bantuan persenjataan kepada pihak oposisi. Selain itu, negara-negara

barat mulai melucurkan rudal pada sistem pertahanan udara Libya dan unit-unit

militer Libya di luar Beghazi (Mehrdad Payandeh, 2011: 25).

Berdasarkan uraian di atas diperlukan sebuah kajian mendalam mengenai

peran Dewan Keamanan PBB dalam konflik Libya adalah sebagai organ utama

PBB yang mempunyai kekuatan lebih dibandingkan dengan organ utama lainnya,

Dewan Keamanan PBB mempunyai tugas dan fungsi untuk membuat

rekomendasi penyelesaian sengketa secara damai dan mengambil tindakan

terhadap kegiatan yang mengancam perdamaian dan keamanan dunia. Sehingga

keterlibatan Dewan Keamanan PBB dibutuhkan dalam penyelesaian konflik Libya

sebagai konsekuensi dari tanggung jawab utamanya untuk menjaga perdamaian

dan keamanan internasional.

Bertolak dari pemaparan, penulis telah menyusun dan mengkaji lebih

mendalam mengenai peran Dewan Keamanan PBB dalam konflik Libya melalui

penulisan hukum yang berjudul: “PERAN DEWAN KEAMANAN PBB

DALAM PENYELESAIAN KONFLIK LIBYA SEBAGAI PELAKSANAAN

FUNGSI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DAN KEAMANAN

INTERNASIONAL”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, masalah yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

1. Apakah kewenangan yang dimiliki Dewan Keamanan PBB dalam

penyelesaian konflik Libya?

2. Tindakan-tindakan apakah yang dilakukan Dewan Keamanan PBB dalam

penyelesaian konflik Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan

keamanan internasional?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu. Hal ini dimaksudkan

untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu :

1. Tujuan Objektif

a. Mendeskripsikan kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian

sebuah konflik negara khususnya Libya.

b. Menjelaskan tindakan-tindakan yang telah dilakukan Dewan Keamanan

PBB dalam penyelesaian konflik Libya sebagai upaya pemeliharaan

perdamaian dan keamanan internasional.

2. Tujuan Subjektif

a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis di bidang Hukum

Internasional khususnya tentang peran Dewan Keamanan PBB dalam

penyelesaian konflik suatu negara.

b. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar S1 dalam bidang

ilmu hukum di Fakultas Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu

pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan itu sendiri ataupun ilmu pengetahuan

lainnya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu

pengetahuan di bidang hukum secara umum dan hukum humaniter

internasional secara khusus.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Hasil penelitian dan penulisan ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan

literatur dalam dunia kepustakaan mengenai peran Dewan Keamanan PBB

dalam penyelesaian konflik Libya serta dapat digunakan sebagai acuan

terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:35). Sisi

normatif dari penelitian ini adalah menemukan norma/aturan dasar yang

mengatur mengenai kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam menjalankan

fungsi pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, serta peraturan

yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai tindakan dalam

penyelesaian konflik Libya.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat preskriptif. Penelitian hukum preskriptif

dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 35).

Sifat preskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan argumen

tentang peran Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik suatu

negara khususnya konflik yang melanda Libya.

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan perundang-undangan

dan pendekatan konseptual. Pendekatan konseptual adalah pendekatan yang

beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-dotrin yang berkembang di

dalam ilmu hukum. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti untuk membangun suatu

argumentasi dalam memecahkan isu yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki,

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2006: 95). Pendekatan konseptual digunakan untuk mengkaji kategorisasi

konflik Libya menurut Hukum Humaniter Internasional.

Pendekatan perundang-undangan merupakan pendekatan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang ditangani (Peter Mahmud Marzuki,2006:93). Pendekatan

perundang-undangan melalui Piagam PBB digunakan untuk mengkaji

kewenangan dan tindakan nyata Dewan Keamanan PBB sebagai upaya

penyelesaian konflik Libya.

4. Sumber Penelitian Hukum

Penelitian hukum ini menggunakan dua bahan hukum yaitu bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan

hukum yang mempunyai otoritas, yang terdiri dari perundang-undangan,

catatan-catatan resmi, atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan

putusan-putusan hakim. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum

yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:141).

a. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) United Nation Charter (Piagam PBB)

2) Convention (IV) Respecting the Laws and Customs of War on Land

and its annex: Regulations Concerning the Laws and Customs of War

on Land (Konvensi Den Haag IV tentang Hukum dan Kebiasaan

Perang di Darat)

3) Geneva Convention (IV) Relative to the Protection of Civilian Persons

in Time of War (Konvensi Jenewa IV tentang Perlindungan terhadap

Penduduk Sipil)

4) Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and

relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts

(Protocol I/1977) (Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1949,

tentang Perlindungan terhadap Korban Konflik Bersenjata

Internasional tahun 1977)

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-

buku, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana yang berkaitan dengan

kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik suatu

negara.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum penelitian ini adalah studi

kepustakaan. Pada penelitian ini penulis mengkaji dan mempelajari Piagam

PBB, Konvensi Den Haag IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat,

Konvensi Jenewa IV tentang Perlindungan terhadap Penduduk Sipil, dan

Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1949, tentang Perlindungan terhadap

Korban Konflik Bersenjata Internasional tahun 1977 sebagai bahan hukum

primer. Penulis juga mengkaji dan mempelajari bahan hukum sekunder yang

berupa buku-buku, jurnal-jurnal, serta pendapat para sarjana yang berkaitan

dengan kewenangan dan tindakan nyata Dewan Keamanan PBB dalam

penyelesaian konflik suatu negara.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode deduksi. Penggunaan metode deduksi

berpangkal dari pengajuan premis mayor yakni aturan-aturan hukum yang

kemudian diajukan premis minor yakni fakta-fakta hukum, yang kemudian

ditarik suatu kesimpulan (Peter Mahmud Marzuki, 2006:47).

Premis mayor dalam penelitian ini adalah Piagam PBB sebagai norma

atau aturan dasar yang mengatur mengenai kewenangan Dewan Keamanan

PBB dalam menjalankan fungsi untuk memelihara perdamaian dan keamanan

internasional. Premis minor dalam penelitian ini adalah kewenangan dan

tindakan nyata Dewan Keamanan PBB sebagai upaya penyelesaian konflik

Libya. Kemudian kedua premis tersebut ditarik kesimpulan mengenai peran

Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik Libya.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

F. Sistematika Penulisan Hukum

Penulisan hukum ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, tinjauan

pustaka, pembahasan, dan penutup serta dilengkapi daftar pustaka. Ada pun

sistematika penulisan hukum sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penulisan hukum

terkait dengan munculnya konflik Libya yang telah mengganggu

perdamaian dan keamanan internasional dan perlunya dilakukan

sebuah penelitian terkait peran Dewan Keamanan PBB dalam

penyelesaian konflik tersebut. Bab ini juga menguraikan

mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan bahan kepustakaan yang digunakan berupa

teori-teori pendukung penelitian dan pembahasan masalah

penelitian. Bab ini dibagi ke dalam dua sub bab, yaitu kerangka

teori dan kerangka pemikiran. Kajian teoritis dalam tinjauan

pustaka meliputi : (1) Tinjauan Umum tentang PBB, yang terdiri

dari sejarah PBB, tujuan dan prinsip PBB, dan organ-organ utama

PBB ; (2) Tinjauan Umum tentang Dewan Keamanan PBB; (3)

Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa Internasional

yang terdiri dari pengertian sengketa internasional dan cara-cara

penyelesaian sengketa internasional ; dan (4) Konflik Bersenjata

di Libya, yang terdiri dari pengertian konflik bersenjata,

pengaturan konflik bersenjata, dan konflik Libya 2011.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan jawaban dari rumusan masalah berupa hasil

penelitian sekaligus pembahasan terkait kewenangan Dewan

Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik Libya, dan tindakan

nyata Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik Libya.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB IV : PENUTUP

Bab ini menjelaskan simpulan dari hasil penelitian dan

pembahasan yang diperoleh dari analisis yang bersumber pada

hukum internasional maupun konsep dalam hukum humaniter

internasional. Bab ini juga berisikan saran yang dapat diambil dari

simpulan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang PBB

a. Sejarah PBB

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi

internasional yang dibentuk akibat ketidakmampuan organisasi

pendahulunya yakni Liga Bangsa-Bangsa (LBB) untuk menjaga dan

memelihara perdamaian dan keamanan dunia. Pecahnya Perang Dunia I

pada tahun 1914-1919 merupakan saat-saat yang penting bagi tumbuhnya

organisasi internasional. Pasca Perang Dunia I muncul gagasan untuk

mendirikan organisasi internasional yang dapat menyelesaikan persoalan-

persoalan masyarakat internasional yang timbul pada waktu Perang Dunia

I. Gagasan ini diajukan oleh pemikir-pemikir dari Inggris dan Amerika

Serikat. Akhirnya pada tanggal 10 Januari 1920 lahirlah konvenen LBB

sekaligus perjanjian perdamaian untuk mengakhiri Perang Dunia I (Sri

Setianingsih Suwardi, 2004: 237).

Berdirinya LBB sebagai organisasi internasional untuk memelihara

perdamaian dan keamanan dunia, tidak menjadikan keadaan dunia benar-

benar aman. Sebaliknya, di mata negara-negara anggota LBB tidak

memiliki wibawa. Pekerjaan LBB tidak berjalan lancar, yang pada

akhirnya pecahlah Perang Dunia II pada tahun 1939-1945 (Safril Djamain,

1993: 5-7). Beberapa peristiwa menunjukan ketidakefektifan LBB untuk

mencegah terjadinya Perang Dunia II, seperti invansi yang dilakukan

Jepang ke Manchuria pada 18 September 1931 yang kemudian berlanjut

kepada China pada 7 Juli 1937. Selain itu serangan Italia ke Ethiopia pada

2 Oktober 1935, juga memicu pecahnya Perang Dunia II

(http://www.ushmm.org/, diakses 14 Agustus 2012).

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945 tidak menjadikan

keadaan dunia menjadi lebih aman dan damai. Dunia mulai dihadapkan

dengan kehidupan manusia yang mengenaskan akibat pecahnya Perang

Dunia II. Keadaan ini membuat para pemikir untuk mendirikan organisasi

internasional yang lebih sempurna yang bersifat universal. Sebagai

perwujudannya lahirlah Piagam Atlantik yang berisi pokok-pokok

rumusan perdamaian, yang sekaligus mendasari Deklarasi Bangsa-Bangsa

sedunia. Deklarasi Bangsa-Bangsa sedunia memerlukan penyempurnaan,

yang akhirnya melahirkan Piagam PBB (Safril Djamain, 1993: 9-10).

Piagam PBB disusun menjelang berakhirnya Perang Dunia II.

Piagam PBB disusun oleh 50 wakil negara yang mengadakan pertemuan

dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai organisasi

internasional di San Fransisco pada 25 April – 26 Juni 1945. Pada 26 Juni

1945, Piagam PBB dicetuskan dan ditandatangani oleh 50 negara yang

ikut dalam konferensi (PBB, 1995: 4). Pengesahan Piagam PBB secara

resmi terjadi pada tanggal 24 Oktober 2945, yang dinyatakan juga sebagai

hari lahirnya PBB (Safril Djamain, 1993: 9-10).

b. Tujuan dan Prinsip-prinsip PBB

Sebagai organisasi internasional sudah pasti PBB mempunyai

tujuan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan dan prinsip-prinsip tersebut dimuat dalam Pasal 1 dan 2 Piagam

PBB (Sri Setianingsih Suwardi, 2004: 269-270):

Pasal 1 Piagam PBB memuat tujuan PBB, yaitu:

1) Memelihara perdamaian dan keamanan internasional;

2) Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan

prinsip-prinsip persamaan derajat;

3) Mencapai kerja sama internasional dalam memecahkan persoalan

internasional di bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan serta masalah

kemanusiaan, hak-hak asasi manusia; dan

4) Menjadi pusat bagi penyelenggaraan segala tindakan-tindakan bangsa-

bangsa dalam mencapai tujuan bersama.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Pasal 2 Piagam PBB memuat prinsip-prinsip PBB, yaitu:

1) PBB berdasarkan asas persamaan kedaulatan semua anggotanya;

2) Kewajiban untuk memenuhi kewajiban-kewajiban sesuai dengan apa

yang tercantum dalam Piagam;

3) Setiap perselisihan harus diselesaikan secara damai agar perdamaian

dan keamanan tidak terancam;

4) Mempergunakan kekerasan terhadap intergritas wilayah atau

kemerdekaan politik suatu negara harus dihindarkan;

5) Kewajiban untuk membantu PBB terhadap tiap kegiatan yang diambil

sesuai dengan Piagam dan larangan membantu negara dimana negara

tersebut oleh PBB dikenakan tindakan-tindakan pencegahan dan

pemaksaan;

6) Kewajiban bagi negara bukan anggota PBB untuk bertindak sesuai

dengan Piagam apabila dianggap perlu untuk perdamaian dan kemanan

internasional; dan

7) PBB tidak akan ikut campur tangan dalam masalah persoalan dalam

negeri dari negara anggotanya.

c. Organ Utama PBB

1) Majelis Umum (General Assembly)

Majelis Umum merupakan organ utama PBB dimana semua

negara anggotanya menjadi wakilnya, dimana setiap negara anggota

dapat mengirimkan wakilnya di Majelis Umum tidak boleh melebihi

lima orang. Ketentuan ini dimuat dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2)

Piagam PBB (Sri Setianingsih Suwardi, 2004:280). Tugas dan

kewenangan Majelis Umum diatur dalam Bab IV Pasal 10-17 Piagam

PBB.

Majelis Umum mempunyai tujuh komite utama yang bertugas

untuk membahas agenda-agenda internasional. Setiap negara anggota

PBB mempunyai hak untuk mengirimkan wakilnya untuk menempati

salah satu komite tersebut (David Cushman Coyle, 1969:175).

Ketujuh komite tersebut antara lain Komite Perlucutan Senjata dan

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Masalah Keamanan Internasional Terkait, Komite Politik Khusus,

Komite Masalah Ekonomi dan Keuangan, Komite Masalah Sosial,

Kemanusiaan, dan Kebudayaan, Komite Masalah Dekolonisasi,

Komite Masalah Adminitratif dan Anggaran, serta Komite Masalah

Hukum (PBB, 1995: 12).

2) Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan PBB merupakan organ utama PBB yang

beranggotakan 15 negara anggota, yang terdiri dari 5 negara tetap dan

10 negara tidak tetap. Lima negara tetap ini adalah Amerika Serikat,

Rusia, China, Inggris, dan Prancis. Kelima negara tersebut memilki

hak untuk membatalkan atau menolak suatu keputusan yang disebut

dengan hak veto (Safril Djamain, 1993: 20). Dewan Keamanan PBB

memiliki tugas dan kewenangan yang diatur dalam Bab VII Pasal 39-

51 Piagam PBB, yang secara rinci akan dibahas pada tinjauan umum

tentang Dewan Keamanan PBB.

3) Sekretariat

Sekretariat merupakan organ utama PBB yang dikepalai oleh

seorang Sekretariat Jenderal (Sekjen). Tugas dan wewenang

Sekretaris Jendral menurut Piagam PBB antara lain (Sri Setianingsih

Suwardi, 2004: 300-303) :

a) Sebagai kepala sekretariat PBB, Sekjen mempunyai tugas untuk

mempersiapkan tugas-tugas kesekretariatan yang penting dan

diperlukan untuk sidang-sidang Majelis Umum, Dewan

Keamanan PBB, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian,

dan Badan-Badan Khusus yang dibentuk oleh PBB. Selain itu,

sekretariat mempunyai tugas untuk membuat laporan tahunan

hasil kerja PBB ke Majelis Umum.

b) Sebagai kepala eksekutif, Sekjen PBB mewakili PBB dalam

hubungan dengan negara anggota. Selain itu, Sekjen juga

menerima tugas-tugas khusus dari Majelis Umum atau Dewan

Keamanan PBB PBB yang tertuang dalam resolusi-resolusi.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

c) Sebagai koordinator dalam tugas-tugas PBB, Sekjen

melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan kegiatan dan

kebijakan yang telah ditetapkan PBB.

d) Sekjen dapat meminta perhatian Dewan Keamanan PBB

mengenai suatu hal yang menurut pendapatnya dapat

membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.

Sekjen dapat juga berperan sebagai mediator atau dengan

secara harfiah dapat diartikan peran jasa baik atas kapasitas Sekjen

PBB dalam penyelesaian konflik internasional. Keberhasilan tugas dan

fungsi Sekjen sangat banyak tergantung pada kepemimpinan,

intelekrualitas, dan berani mengambil keputusan yang sulit sekalipun

serta tidak dekat dengan realitas kekuasaan politik (Ade Maman

Suherman, 2003:117).

4) Dewan Ekonomi dan Sosial

Dewan Ekonomi dan Sosial merupakan organ utama PBB yang

dibentuk atas dasar masalah kehidupan ekonomi dan sosial dapat

mempengaruhi perdamaian dan keamanan dunia (Sri Setaningsih

Suwardi, 2004: 306). Dewan Ekonomi dan Sosial merupakan organ

utama yang bekerja untuk memajukan standar kehidupan, kesehatan,

penghormatan hak asasi manusia, dan kerja sama dalam hal pendidikan

dan kebudayaan (David Cushman Coyle, 1969:177).

Tugas dan kewenangan Dewan Ekonomi dan Sosial terdapat

dalam Bab X Pasal 62-66 Piagam PBB, yaitu (Safril Djamain,

1993:24) :

a) Menyelidiki dan melaporkan keadaan ekonomi, sosial budaya,

pendidikan, kesehatan, dan lainnya yang berhubungan dengan

masalah ekonomi sosial dan menyampaikannya dalam sidang

Majelis Umum, maupun dalam badan-badan PBB lainnya dan

anggota-anggota PBB;

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b) Menyelenggarakan dan melaksanakan keputusan-keputusan sidang

Majelis Umum, serta melaksanakan pekerjaan atas permintaan

anggota atau organisasi khusus dengan persetujuan Majelis Umum;

c) Meminta laporan organisasi khusus negara anggota;

d) Memberikan komentar dan pendapat tentang laporan organisasi-

organisasi khusus PBB dan membicarakannya di dalam Sidang

Majelis Umum;

e) Mengusulkan segala sesuatu yang perlu untuk memperkuat hak

asasi manusia serta kebebasan dasar bagi setiap orang;

f) Mengadakan konferensi-konferensi internasional tentang hal-hal

yang ditanganinya, dengan persetujuan organisasi khusus yang

harus disahkan dalam sidang Majelis Umum; dan

g) Memenuhi permintaan Dewan Keamanan PBB.

Dewan Ekonomi dan Sosial juga berperan aktif dalam

menjembatani masalah kesenjangan di bidang teknologi informasi

(Ade Maman Suherman, 2003:121).

5) Dewan Perwalian

Dewan ini mempunyai tugas untuk membawahi negara-negara

yang diberi nama non-self governing territory. Wilayah-wilayah

tersebut ada dalam naungan PBB dalam proses dekolonisasi (Ade

Maman Suherman, 2003: 118). Dewan Perwalian bertindak

berdasarkan wewenang dari Majelis Umum, atau dalam hal “wilayah

strategis” di bawah wewenang Dewan Keamanan PBB (PBB, 1995:

20). Fungsi dan kewenangan Dewan Perwalian diatur dalam Bab XIII

Pasal 87 dan 88 Piagam PBB.

6) Mahkamah Internasional

Mahkamah internasional merupakan institusi internasional

yang mempunyai tugas menyelesaikan sengketa melalui judicial

settlement. Semua anggota PBB adalah anggota Mahkamah

Internasional. Negara yang bukan anggota PBB dapat ikut serta atas

rekomendasi Dewan Keamanan PBB. Mahkamah Internasional terdiri

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dari 15 orang hakim yang dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan

Keamanan PBB untuk masa jabatan 9 tahun dan dapat dipilih kembali,

yang memberikan suara secara independen (PBB, 1995: 22).

Setiap anggota PBB harus tunduk pada keputusan Mahkamah

Internasional. Bila para pihak yang bersengketa tidak mau

melaksanakan keputusan, dengan bantuan Dewan Keamanan PBB

dapat diupayakan pemaksaan dalam pelaksanaannya (Safril Djamain,

1993: 30).

2. Tinjauan Umum Tentang Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan PBB merupakan salah satu organ utama PBB yang

memiliki kekuatan lebih dibandingkan dengan organ utama lainnya. Dewan

Keamanan PBB terdiri dari lima anggota tetap dan 10 anggota tidak tetap.

Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dipilih oleh Majelis Umum untuk

masa jabatan dua tahun (Safril Djamain, 1993: 18). Lima anggota tetap ini

adalah Amerika Serikat, Prancis, China, Rusia, dan Inggris. Kelima anggota

tetap ini memiliki hak istimewa untuk membatalkan atau menolak suatu

keputusan (Safril Djamain, 1993: 20).

Dewan Keamanan PBB mempunyai beberapa tugas dan kewenangan

yang terdapat dalam Bab VI dan Bab VII Piagam PBB. Tugas dan

kewenangannya antara lain membuat rekomendasi untuk penyelesaian

sengketa secara damai yang tercantum dalam Bab VI Pasal 36 Piagam PBB,

mengambil tindakan terhadap kegiatan yang mengancam perdamaian,

mengganggu perdamaian, dan tindakan agresi yang tercantum dalam Bab VII

Pasal 41 dan Pasal 42 Piagam PBB, memerankan peranan yang sangat penting

dalam pengembangan operasi penjaga perdamaian (Ade Maman Suherman,

2003:107).

Suatu permasalahan yang menimpa negara-negara tertentu dapat

dibawa pada Dewan Keamanan PBB untuk menemukan cara penyelesaiannya.

Pilihan pertama dan sederhana yang akan disarankan Dewan Keamanan PBB

pada pihak-pihak yang bersengketa adalah agar mereka menyelesaikan

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

permasalahan tersebut dengan salah satu cara penyelesaian secara damai

(Sumaryo Suryokusumo, 1987: 9). Jika terdapat gerakan kekuatan bersenjata

yang bersifat mengancam atau serangan militer yang cenderung memperburuk

situasi, Dewan Keamanan PBB dapat datang kepada pihak-pihak yang

bersengketa untuk memberikan langkah-langkah sementara dengan suatu

pertimbangan (James Barros, 1990: 12).

Dewan Keamanan PBB sebagai salah satu organ utama PBB

mempunyai kebebasan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil

untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Dewan Keamanan

PBB dapat menyerukan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengambil

langkah-langkah sementara dan dapat memerintahkan ke seluruh arah dalam

mengambil tindakan bersama (Sumaryo Suryokusumo, 1987: 16). Langkah-

langkah yang mungkin digunakan Dewan Keamanan PBB ini bergeser mulai

dari interupsi hubungan-hubungan ekonomi berdasarkan Pasal 41 Piagam

PBB hingga pada penggunaan kekuatan-kekuatan darat, laut, dan udara

berdasarkan Pasal 42 Piagam PBB (James Barros, 1990:13).

Dewan Keamanan PBB mempunyai peran yang dominan dalam upaya

menciptakan perdamaian dan keamanan dunia, terutama dalam hal

penyelesaian sengketa internasional yang melanda negara-negara dunia. Salah

satu upaya yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB adalah dengan

mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Piagam PBB tidak secara jelas

memberikan kewenangan kepada Dewan Keamanan PBB untuk membentuk

pasukan penjaga perdamaian, tetapi Mahkamah Internasional menyatakan

bahwa pembentukan dan pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Kongo

(ONUC) tidak melanggar kewenangan yang telah diberikan kepada Dewan

Keamanan PBB. Piagam PBB tidak memberikan larangan kepada Dewan

Keamanan PBB untuk membentuk pasukan penjaga perdamaian yang

didasarkan pada Pasal 29 Piagam PBB yang menyatakan bahwa Dewan

Keamanan PBB dapat membentuk suatu organ pendukung jika memang

dianggap perlu (International Court of Justice, 1962: 177). Sejak tahun 1948,

PBB telah menugaskan 56 kali penugasan pasukan penjagaan perdamaian, dan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

41 diantaranya ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB dalam waktu 12 tahun

terakhir (Ade Maman Suherman, 2003: 108). Dewan Keamanan PBB

mempunyai hak untuk mendesak pasukan penjagaan perdamaian untuk

mengambil tindakan pencegahan perang sipil di dalam suatu negara. Hal ini

terjadi dalam kasus Kongo pada tahun 1960. Dewan Keamanan PBB

memberikan perintah kepada para pasukan penjagaan perdamaian untuk

mengambil segala tindakan untuk pencegahan perang saudara di Kongo.

Seperti yang ditulis oleh Christian Pippan (2011: 162) :

A notable exception was the case of Congo (now DRC). In 1960,

after the killing of Patrice Lumumba and other Congolese leaders in

the course of a coup against the country’s first elected government,

the Council declared the situation a threat to international peace and

urged a UN peacekeeping force to take “all appropriate measures to

prevent the occurrence of civil war in the Congo … including the use

of force, if necessary.

Selain tugas dan kewenangan tersebut, Dewan Keamanan PBB

mempunyai beberapa fungsi sebagai kunci dalam menciptakan perdamaian

dan keamanan dunia, yang antara lain (PBB, 1995: 14-15):

a. Menjaga perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan prinsip

dan tujuan PBB;

b. Menyelidiki pertikaian apa saja, atau keadaan yang dianggap bisa

menyebabkan pertentangan internasional;

c. Memberikan rekomendasi mengenai metode-metode penyelesaian

pertikaian atau ketentuan-ketentuan penyelesaian;

d. Memformulasikan rencana pembentukan satu sistem untuk mengatur

persenjataan;

e. Menentukan adanya ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi

dan merekomendasikan tindakan apa yang harus diambil;

f. Menyerukan kepada negara-negara anggota untuk melaksanakan sanksi-

sanksi ekonomi dan tindakan lain tanpa menggunakan kekerasan untuk

mencegah atau menghentikan agresi;

g. Mengambil tindakan militer terhadap agressor;

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

h. Merekomendasikan diterimanya anggota baru dan jangka waktu dimana

negara bisa menjadi pihak dari Statuta Mahkamah Internasional;

i. Melaksanakan fungsi perwalian dari wilayah-wilayah strategis PBB; dan

j. Merekomendasikan kepada Majelis Umum pengangkatan Sekretaris

Jendral, dan bersama-sama dengan Majelis Umum, memilih para hakim

Mahkamah Internasional.

Pasal 34 menetapkan bahwa Dewan Keamanan PBB dapat menjalan

suatu penyelidikan untuk tujuan memutuskan apakah sebuah perselisihan atau

situasi tersebut cukup serius atau tidak (James Barros, 1990: 47). Dewan

Keamanan PBB akan menganjurkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam

suatu perselisihan untuk mencari permufakatan melalui cara damai. Di dalam

beberapa hal, Dewan Keamanan PBB sendiri akan melakukan penyelidikan

dan perundingan (PBB, 1995: 16).

Dalam menjalankan tugasnya untuk memelihara perdamaian dan

keamanan dunia, Dewan Keamanan PBB dibantu oleh beberapa panitia, yaitu

Panitia Staf Militer, Panitia Perlucutan Senjata, dan Pasukan PBB (Safril

Djamain, 1993: 20). Panitia Staf Militer (Military Staff Comitte) mempunyai

kewajiban untuk membantu Dewan Keamanan PBB dalam merumuskan

rencana-rencana pembentukan pengaturan persenjataan yang kemudian

diajukan kepada anggota-anggota organisasi (James Baros, 1990: 13).

Dewan Keamanan PBB mempunyai kewenangan untuk memberikan

rekomendasi kepada Majelis Umum dalam hal penerimaan negara menjadi

anggota PBB (James Baros, 1990: 42). Negara yang akan menjadi anggota

PBB haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk kemauan dan

kesanggupan menjalankan kewajiban-kewajiban keanggotaan. Oleh karena

itu, keanggotaan PBB tidaklah bersifat otomatis. Hal ini juga berlaku untuk

pengeluaran negara dari keanggotaan PBB. Suatu negara yang terus-menerus

melanggar prinsip-prinsip yang tercantum di dalam Piagam bisa dikeluarkan

dari PBB oleh Majelis Umum berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan

PBB (PBB, 1995: 16).

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu

untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Dewan Keamanan PBB

dapat mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak bila sengketa

telah menjurus kepada peperangan dan mencegah kemungkinan meluas pada

daerah lain, melakukan tindakan pemaksaan, pengenaan sanksi ekonomi,

embargo atau lainnya, serta mengirim pasukan pemeliharaan perdamaian ke

daerah sengketa (Safril Djamain, 1993: 19).

Dewan Keamanan PBB mempunyai hak untuk menjatuhkan sanksi

terhadap negara-negara anggota PBB. Penjatuhan sanksi oleh Dewan

Keamanan PBB didasarkan pada tiga hal yang tercantum dalam Pasal 39 Bab

VII Piagam PBB. Pertama, jika negara itu mengadakan tindakan-tindakan

yang mengancam perdamaian dunia. Kedua, jika melanggar perdamaian.

Ketiga, jika negara itu melancarkan suatu agresi terhadap negara lain

(Sumaryo Suryokusumo, 1997: 21). Sanksi yang dijatuhkan Dewan Keamanan

PBB dapat berupa dua hal, yaitu sanksi ekonomi dan sanksi militer. Sanksi

ekonomi ini dimaksudkan agar negara yang bersangkutan tidak dapat

memperoleh kebutuhan-kebutuhannya, sehingga mau tidak mau harus

menuruti keputusan Dewan Keamanan PBB. Sanksi militer merupakan upaya

akhir jika sanksi ekonomi tidak membuat negara yang bersangkutan menuruti

keputusan Dewan Keamanan PBB (Sumaryo Suryokusumo, 1997: 21-22).

Secara langsung, Dewan Keamanan PBB belum pernah memerintahkan

penggunaan langkah-langkah militer untuk dijatuhkan terhadap suatu negara.

Perintah pengunaan tindakan militer hampir terjadi pada saat krisis Kongo

(James Baros, 1990: 53).

Dewan Keamanan PBB mempunyai peranan dalam penunjukan

Sekretaris Jendral PBB. Piagam PBB memberikan Sekretaris Jendral tanggung

jawab politik. Peranan Dewan Keamanan PBB dalam penunjukkan Sekretaris

Jendral ini dikaitkan dengan alasan adanya keterkaitan dengan pertimbangan-

pertimbangan perdamaian dan keamanan yang merupakan bagian dari tugas

Sekjen (James Barros, 1990: 43). Selain peranan dalam penunjukan Sekretaris

Jendral PBB, Dewan Keamanan PBB juga mempunyai peranan dalam

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pemilihan para hakim Mahkamah Internasional. Kewenangan dalam

pemilihan para hakim Mahkamah Internasional ini diamanatkan oleh Statuta

kepada Dewan Keamanan PBB yang dilakukan bersama-sama dengan Majelis

Umum (James Baros, 1990: 44).

Keputusan Dewan Keamanan PBB dibedakan menjadi dua hal, yaitu

keputusan untuk permasalahan prosedural dan permasalahan non-prosedural.

Pengambilan keputusan untuk masalah prosedural ditetapkan dengan suara

sembilan anggota. Untuk masalah non-prosedural pengambilan keputusan

ditetapkan dengan suara sembilan anggota termasuk suara anggota tetap

Dewan Keamanan PBB. Masalah non-prosedural adalah masalah yang

menyangkut penyelesaian sengketa dan tindakan untuk kekerasan (Sri

Setianingsih Suwardi, 2004: 293).

Keputusan Dewan Keamanan PBB yang menyangkut penyelesaian

sengketa secara damai, dapat menimbulkan dua kemungkinan.

Kemungkinannya adalah keputusan Dewan Keamanan PBB tersebut akan

dipatuhi oleh para pihak terkait atau sebaliknya. Seperti yang dituliskan oleh

Derek Bowet dalam The Impact of Security Council Decisions on Dispute

Settlement Procedures, “There are two possible situations: a Security Council

decisions is either irrebutable, or rebutable. The merits, or demerits, of these

alternatives need to be examines separately” (Derek Bowet, 1994: 90).

Berdasarkan tinjauan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Dewan Keamanan PBB sebagai organ utama PBB mempunyai kewenangan

untuk mengambil segala tindakan dalam konteks menjaga perdamaian dan

keamanan dunia dan memberikan rekomendasi kepada Majelis Umum untuk

pengangkatan Sekretaris Jendral serta penganggakatan hakim Mahkamah

Internasional. Tindakan Dewan Keamanan PBB dalam menjaga perdamaian

dan keamanan dunia dapat berupa penyelidikan terhadap suatu pertikaian,

pemberian rekomendasi penyelesaian kepada pihak-pihak yang bertikai,

membentuk pasukan perdamaian untuk pertikaian tertentu yang dialami oleh

suatu negara, serta memberikan sanksi baik secara ekonomi atau militer

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

kepada pihak-pihak yang tidak tunduk kepada keputusan yang telah

dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB.

3. Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional

a. Pengertian Sengketa Internasional

Sengketa merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap

orang. J.G Starke memberikan pengertian sengketa internasional sebagai

sengketa yang bukan hanya mencakup sengketa antar negara, melainkan

juga kasus-kasus lain yang berada dalam lingkup internasional (J.G Starke,

2001: 645). Sengketa internasional juga dapat diartikan sebagai

perselisihan yang terjadi antara negara dengan negara, negara dengan

individu-individu, atau negara dengan badan atau lembaga internasional

(http://isfanl.blogspot.com/ diakses 4 Juli 2012).

Dalam studi hukum internasional publik dikenal dua macam

sengketa internasional, yaitu sengketa hukum dan sengketa politik.

Sengketa politik merupakan sengketa dimana suatu negara mendasarkan

tuntutannya atas pertimbangan non yuridik. Sedangkan sengketa hukum

merupakan sengketa dimana suatu negara mendasarkan sengketa atau

tuntutannya atas ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian

atau yang telah diakui oleh hukum internasional (Boer Mauna, 2011: 195).

Terdapat tiga doktrin yang berkembang mengenai gambaran mengenai

sengketa hukum dan politik, yaitu (Huala Adolf, 2004: 4-5) :

1) Friedmann memberikan konsepsi mengenai sengketa hukum, yang

antara lain:

a) Sengketa hukum adalah perselisihan antarnegara yang mampu

diselesaikan oleh pengadilan dengan menerapkan aturan-aturan

hukum yang ada atau sudah pasti.

b) Sengketa hukum bersifat mempengaruhi kepentingan negara seperti

integritas wilayah dan kehormatan atau kepentingan lainnya dari

suatu wilayah.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c) Sengketa hukum adalah sengketa dimana penerapan hukum

internasional yang ada, cukup menghasilkan suatu putusan yang

sesuai dengan keadilan antarnegara dengan perkembangan progresif

hubungan internasional.

d) Sengketa hukum adalah sengketa yang berkaitan dengan

persengketaan hak-hak hukum yang dilakukan melalui tuntutan yang

menghendaki suatu perubahan atas suatu hukum yang telah ada.

2) Waldock tidak memberikan konsepsi secara khusus mengenai sengketa

hukum dan sengketa politik. Ia hanya menyatakan bahwa penentuan

suatu sengketa sebagai sengketa hukum atau politik bergantung

sepenuhnya kepada para pihak yang terlibat dalam sengketa.

3) Oppenheim dan Kelsen tidak memberikan pembenaran ilmiah dan dasar

kriteria objektif yang mendasari pembedaan antara sengketa politik dan

hukum. Menurut mereka setiap sengketa memiliki aspek politis dan

hukumnya.

Berdasarkan pengertian mengenai sengketa internasional di atas,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sengketa internasional merupakan

perselisihan yang terjadi antara subjek-subjek hukum dalam lingkup

internasional.

b. Cara- Cara Penyelesaian Sengketa Internasional

Secara umum terdapat dua metode penyelesaian sengketa

internasional, yaitu:

1) Penyelesaian sengketa secara damai, yaitu apabila para pihak telah

menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat (J.G

Starke, 2001: 646). Penyelesaian sengketa secara damai dapat

ditempuh dengan berbagai cara, seperti melalui jalur diplomatik,

arbitrase internasional, pengadilan internasional, dan organisasi

internasional. Berikut penjelasan mengenai cara-cara penyelesaian

sengketa secara damai :

a) Penyelesaian sengketa melalui jalur diplomatik, yang dapat

ditempuh dengan beberapa cara, yaitu (Huala Adolf, 2004: 26-38) :

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(1) Negoisasi adalah perundingan yang diadakan secara langsung

antara para pihak dengan tujuan untuk mencari penyelesaian

melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.

(2) Pencari fakta adalah cara penyelesaian sengketa secara damai

dengan cara para pihak yang bersengketa menunjuk suatu

badan independen untuk menyelidiki fakta-fakta yang

menjadi sebab sengketa.

(3) Jasa baik adalah cara penyelesaian sengketa melalui atau

dengan bantuan pihak ketiga. Dalam jasa baik, pihak ketiga

tidak ikut secara langsung dalam perundingan-perundingan,

tetapi hanya menyiapkan dan mengambil langkah-langkah

yang diperlukan agar negara-negara yang bersengketa

bertemu satu sama lain dan merundingkan sengketanya (Boer

Mauna, 2011: 198).

(4) Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui pihak

ketiga, yang disebut sebagai mediator. Mediator dapat berupa

negara, organisasi internasional atau pun individu. Dalam hal

mediasi, pihak ketiga mempunyai suatu peran yang lebih

aktif dan ikut serta dalam perundingan, namun usulan-usulan

yang diberikan oleh pihak ketiga tidak mengikat para pihak

yang bersengketa (J.G Starke, 2001: 672).

(5) Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa oleh pihak ketiga

atau oleh suatu komisi yang dibentuk oleh para pihak. Komisi

tersebut disebut dengan komisi konsiliasi. Komisi konsiliasi

tidak hanya bertugas untuk mempelajari fakta-fakta akan

tetapi juga harus mempelajari sengketa dari semua segi agar

dapat merumuskan suatu penyelesaian (Boer Mauna, 2011:

212).

b) Penyelesaian melalui Arbitrase Internasional Publik

Mahkamah arbitrase tetap didirikan pada tahun 1990 yang

berkesesuaian dengan Konvensi Den Haag 1907. Pengertian

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

arbitrase itu sendiri adalah penyerahan sengketa kepada orang-

orang tertentu yang disebut sebagai arbitrator, yang dipilih secara

bebas oleh para pihak, yang memutuskan sengketa tanpa terikat

pada pertimbangan-pertimbangan hukum (J.G Starke, 2011: 647).

Pengadilan arbitrase dapat berbentuk pengadilan dengan hakim

tunggal atau tribunal kolegial (D.J Harris, 1998: 987).

c) Penyelesaian melalaui Pengadilan Internasional

Pengadilan internasional dapat dibagi menjadi dua kategori,

yaitu pengadilan internasional permanen dan ad hoc. Contoh dari

pengadilan internasional permanen adalah Mahkamah

Internasional. Mahkamah internasional terdiri dari 15 orang hakim

yang dipilih berdasarkan suara mayoritas mutlak dalam suatu

pertemuan secara bersamaan tetapi terpisah di Dewan Keamanan

PBB dan Majelis Umum (Huala Adolf, 2004: 64). Berdasarkan

Pasal 36 ayat 1 Statuta, yurisdiksi pengadilan internasional

mencakup seluruh sengketa yang diserahkan oleh para pihak dan

semua persoalan yang ditetapkan dalam Piagam PBB yang

dituangkan dalam perjanjian-perjanjian atau konvensi-konvensi

internasional yang berlaku.

d) Penyelesaian melalui organiasi internasional

Penyelesaian sengketa melalui organisasi dapat dilakukan

dalam lingkup regional maupun internasional. Salah satu contoh

penyelesaian sengketa melalui organisasi regional adalah

penyelesaian melalui Association Southeast Asian Nation

(ASEAN).

Penyelesaian melalui organisasi global juga dapat

dilakukan melalui PBB atau organisasi internasional lainnya. PBB

mendorong agar sengketa dapat diselesaikan melalui cara-cara

damai. Bab VI Piagam PBB menguraikan lebih lanjut mengenai

penyelesaian sengketa secara damai. Dalam upaya untuk

menciptakan perdamaian dan keamanan internasional PBB

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

memiliki empat kelompok tindakan, yang antara lain (Huala Adolf,

2004: 95-97) :

(1) Preventive Diplomacy, yaitu suatu tindakan untuk mencegah

timbulnya suatu sengketa diantara para pihak, mencegah

meluasnya suatu sengketa, atau membatasi perluasan

sengketa.

(2) Peace Making, yaitu tindakan untuk membawa para pihak

yang bersengketa untuk saling sepakat, khususnya melalui

cara-cara damai seperti dalam Bab VI Piagam PBB.

(3) Peace Keeping, yaitu tindakan untuk mengerahkan kehadiran

PBB dalam pemeliharaan perdamaian dengan kesepakatan

para pihak yang berkepentingan.

(4) Peace Building, yaitu tindakan untuk mengidentifikasi dan

mendukung struktur-struktur yang ada guna memperkuat

perdamaian untuk mencegah suatu konflik yang telah

didamaikan berubah kembali menjadi konflik.

Selain empat kelompok tindakan PBB diatas, terdapat satu

istilah tindakan PBB yang diperkenalkan oleh seorang sarjana

Amerika Latin, Eduardo Jimenez De Arechaga. Istilah tersebut

dikenal dengan peace enforcement, yaitu wewenang Dewan

Keamanan PBB berdasarkan Piagam PBB untuk menentukan

adanya suatu tindakan yang merupakan ancaman terhadap

perdamaian atau adanya suatu tindakan agresi.

2) Penyelesaian sengketa secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu

apabila solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan

(J.G Starke, 2001: 646). Penyelesaian sengketa secara paksa atau

dengan cara kekerasan dapat ditempuh dengan berbagai cara yang

antara lain (J.G Starke, 2001: 679-685) :

a) Perang dan tindakan bukan perang

Istilah perang disamakan dengan konflik bersenjata. Perang

merupakan pertikaian yang terjadi antara dua pihak atau lebih,

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dimana masing-masing pihak mengangkat senjata. Sedangkan

Tindakan Bersenjata Bukan Perang merupakan adanya

penggunaan kekerasan senjata akan tetapi belum sampai kepada

ketegori perang.

b) Retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu

negara terhadap tindakan-tindakan tidak pantas atau tidak patut

dari negara lain, balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk

tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di dalam konferensi

negara yang kehormatannya dihina. Restorsi dapat berwujud

pemutusan hubungan diplomatik, pencabutan hak-hak istimewa

diplomatik. penarikan konsesi pajak/tarif, penghentian bantuan

ekonomi.

c) Reprisal (tindakan pembalasan) adalah metode-metode yang

dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya

ganti rugi dari negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan

yang bersifat pembalasan atau tindakan pembalasan yang

dilakukan oleh suatu negara yang melanggar hukum dalam suatu

sengketa. Repisal dilakukan dengan syarat bahwa sasaran reprisal

adalah negara yang telah melakukan pelanggaran hukum

internasional. Kemudian negara yang melakukan pelanggaran

diminta terlebih dulu untuk memenuhi ganti rugi atas

tindakannya dan telah diperingatkan.

d) Blokade damai adalah suatu tindakan yng dilakukan pada waktu

damai dan kadang digolongkan sebagai suatu pembalasan ada

beberapa manfaat nyata dalam penggunaan blokade secara

damai. Tindakan ini merupakan cara tindakan yang jauh dari

kekerasan dibanding dengan perang. Pada umumnya blokade

dilakukan di pelabuhan, blokade kota, bandar penerbangan, yang

bertujuan untuk memaksa negara yang pelabuhan, kota, atau

bandar udaranya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi

atas kerugian yang diderita negara yang memblokade.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

e) Intervensi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu

negara untuk mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

Intervensi merupakan hal yang dilarang, hal tersebut secara jelas

dinyatakan dalam Pasal 2 ayat 7 Piagam PBB. Namun Pasal 2

ayat 7 Piagam PBB memberikan pengecualian terhadap

penerapan tindakan Dewan Keamanan PBB yang dicantumkan

dalam Bab VII Piagam PBB. Menurut Hyde yang dijelaskan oleh

Mahkamah Pidana Internasional, intervensi tidak dilarang jika

campur tangan yang dilakukan oleh negara lain tidak

bertentangan dengan kepentingan negara terkait (J.G. Starke,

2001: 136).

4. Konflik Bersenjata di Libya

a. Pengertian Konflik Bersenjata

Istilah konflik bersenjata merupakan istilah baru sebagai pengganti

istilah perang. Oppenheim Lauterpacht memberikan pengertian, War is

contention between two or more states thought their armed forces, for the

purpose of overpowering each other and imposing such conditions of

peace as the victor pleases (Fadilah Agus, 1997: 2). Pernyataan tersebut

memberikan memberikan pengertian bahwa perang adalah pertentangan

yang terjadi antara dua negara atau lebih, dimana masing-masing pihak

menggunakan kekuatan bersenjata dengan tujuan untuk menentukan

pemenang dari pertentangan tersebut.

Secara tradisional perang adalah penggunaan kekerasan yang

terorganisasi oleh unit-unit politik dalam sistem internasional. Perang akan

terjadi apabila negara-negara dalam situasi konflik dan saling bertentangan

merasa bahwa tujuan eksklusif mereka tidak bisa dicapai (Ambarwati,

Denny Ramdhani, dan Rina Rusman, 2010: 2). Geoffrey Best memberikan

pengertian, perang adalah penggunaan kekerasan yang tinggi yang dapat

menyebabkan pembataian dan penghancuran masyarakat, dan setiap orang

maupun negara selalu ingin menghindarinya (Geoffrey Best,1994: 253).

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa perang adalah tindakan

dalam bentuk kekerasan yang mengakibatkan penghacuran terhadap

masyarakat secara keseluruhan, yang sebaiknya harus dihindari.

Berdasarkan pengertian konflik bersenjata di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan konflik bersenjata adalah konflik dengan menggunakan

kekuatan bersenjata di dalam suatu wilayah dimana penggunaan kekuatan

bersenjata sangat tinggi. Konflik bersenjata dapat diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu:

1) Konflik Bersenjata Internasional (International Armed Conflict)

Konflik bersenjata internasional dinyatakan dalam ketentuan

yang bersamaan dari Pasal 2 Konvensi-konvensi Jenewa 1949 sebagai

sengketa bersenjata yang melibatkan dua negara atau lebih, baik

sebagai perang yang diumumkan maupun apabila pernyataan perang

tersebut tidak diakui oleh salah satu dari mereka (Ambarwati, Denny

Ramdhani, dan Rina Rusman, 2010: 56-57).

Pasal 1 ayat 4 Protokol Tambahan I 1977 menetapkan situasi

yang disamakan dengan sengketa bersenjata internasional sebagai

berikut:

The situations reffered to in the preceding paragraph include

armed conflict in which peoplea are fighting against colonial

domination and alien occupation and against racist regime in

the exercise of their right of self determination, as enshrined

in the Charter of the United Nations and the Declaration on

Principles of International Law concerning Friendly

Realtions and Co-operation among States in accordance with

the Charter of the United Nations (Fadillah Agus, 1997: 4-5).

Ketentuan dari pasal tersebut menetapkan bahwa perlawanan

terhadap pendudukan asing dan dominasi kolonial merupakan situasi

yang disamakan dengan konflik bersenjata internasional. Selain dua

situasi diatas, internasionalisasi konflik internal (internationalized

armed conflict) juga disamakan dengan konflik bersenjata

internasional. Internasionalisasi konflik internal merupakan konflik

internal yang diberikan unsur internasional. Keadaan tersebut termasuk

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dalam konflik internal antara dua pihak dimana masing-masing pihak

didukung oleh negara-negara yang berbeda dan konflik bersenjata

yang melibatkan intervensi asing untuk mendukung pemberontak

melawan pemerintah (James G. Stewart, 2003: 315). Situasi yang

demikian disebut juga dengan konflik bersenjata internasional semu.

2) Konflik Bersenjata Non-Internasional (Non-international Armed

Conflict).

Tidak ada definisi yang disepakati oleh negara-negara mengenai

konflik bersenjata non internasional dalam kententuan Konvensi

Jenewa 1949 maupun Protokol II/1977. Pada Protokol II/1977 hanya

memberikan kriteria konflik bersenjata non-internasional.

Sengketa bersenjata non-internasional yang dimaksud dalam

Protokol II/1977 adalah sengketa bersenjata yang terjadi di dalam

wilayah suatu negara antara pasukan bersenjata negara dengan pasukan

bersenjata pemberontak atau dengan kelompok bersenjata terorganisasi

yang berada di bawah komando yang bertanggungjawab,

melaksanakan kendali sedemikian rupa atas sebagian dari wilayahnya

sehingga memungkinkan kelompok tersebut melakukan operasi militer

serta menerapkan aturan Hukum Humaniter Internasional (Ambarwati,

Denny Ramdhani, dan Rina Rusman, 2010: 60).

Selain dua klasifikasi konflik bersenjata di atas, dikenal juga istilah

gangguan dan ketegangan dalam negeri (internal disturbances and

tension). Pengertian gangguan dan ketegangan dalam negeri tidak dimuat

dalam konvensi-konvensi hukum humaniter internasional, karena menurut

hukum humaniter internasional gangguan dan ketegangan dalam negeri

tidak termasuk dalam konflik bersenjata. Robert Kogod Goldman (1993:

54) dalam “International Humanitarian Law: American Watch’s

Experience In Monitoring Internal Armed Conflicts” memberikan contoh

gangguan dan ketegangan dalam negeri sebagai berikut :

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

example of tension and disturbances are riots, such as

demonstrations without a concerted plan from the outset;

isolated sporadic acts of violence, as opposed to military

operations carried out by armed force or armed groups; and

other acts of a similar nature, including, in particular, large

scale arrests of persons for their activities or opinions.

Gambaran secara umum mengenai gangguan dan ketegangan

dalam negeri dimuat dalam Commentary Protocol II/1977 sebagai berikut

(Fadillah Agus, 1997:10-11) :

As regards internal tensions, these could be said to include in

particular situations of serious tension (political, religious,

racial, social, economic, etc), but also the sequels of armed

conflict or of internal disturbances. Such situation have one or

more of the following characteristics, if not all at the same time:

a) Large scala arrests;

b) A large number of political prisoners;

c) The probable existence of ill treatment or inhume condition

of detention;

d) The suspension of fundamental judicial guaranties, either as

part of the promulgation of a state of emergency or simply as

a matter of fact;

e) Allegation of disappeareances.

b. Pengaturan Konflik Bersenjata

1) Hukum Den Haag

Hukum Den Haag merupakan aturan tentang alat dan cara

berperang. Hukum Den Haag dihasilkan pada tahun 1907 sebagai

penyempurnaan konferensi perdamaian pertama pada tahun 1899

(Haryomataram, 2007: 45-46).

Pada garis besarnya Hukum Den Haag menetapkan bahwa para

pihak yang terlibat dalam peperangan tidak mempunyai kebebasan

mutlak dalam memenangkan peperangan. Karenanya dalam

menggunakan alat senjata yang menghancurkan pihak lawan ada

pembatasan-pembatasan tertentu (Masyhur Effendi, 1994: 30-31).

Dalam konferensi Den Haag 1907 dihasilkanlah 13 konvensi

dan satu deklarasi, yang antara lain (Haryomataram, 2007: 47-48) :

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

a) Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan

Internasional;

b) Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam

Menuntut Pembayaran Hutang yang Berasal dari Perjanjian

Perdata;

c) Konvensi III tentang Cara Memulai Peperangan;

d) Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat,

dilengkapi dengan Peraturan Den Haag;

e) Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warga

Negara Netral dalam Perang di Darat;

f) Konvensi VI tentang Status Kapal Dagang Musuh pada Saat

Permulaan Peperangan;

g) Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang;

h) Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau Otomatis di dalam

Laut;

i) Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di Waktu

Perang;

j) Konvensi X tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa tentang

Perang di Laut;

k) Konvensi XI tentang Pembatasan Tertentu terhadap Penggunaan

Hak Penangkapan dalam Perang Angkatan Laut;

l) Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang Sitaan; dan

m) Konvensi XIII tentang Hak dan Kewajiban Negara Netral dalam

Perang di Laut.

Dan satu deklarasi yang dihasilkan yaitu Declaration XIV Prohibiting

the Discharge of Projectiles and Explosives from Baloons.

2) Hukum Jenewa 1949

Hukum Jenewa 1949 merupakan aturan tentang perlindungan

korban perang, yang disebut juga dengan konvensi-konvensi Palang

Merah. Konvensi ini terdiri dari empat buku, yaitu (Haryomataram,

2007: 48):

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

a) Konvensi Jenewa 1949 mengenai Perbaikan Keadaan Anggota

Angkatan Perang yang Luka dan Sakit di Medan Pertempuran

Darat;

b) Konvensi Jenewa 1949 mengenai Perbaikan Keadaan Anggota

Angkatan Perang di Laut yang Luka, Sakit, dan Korban Karam;

c) Konvensi Jenewa 1949 mengenai Perlakuan Tawanan Perang; dan

d) Konvensi Jenewa 1949 mengenai Perlindungan Orang-orang Sipil

di Waktu Perang.

Pada prinsipnya Hukum Jenewa merupakan lanjutan serta menambah

atau melengkapi ketentuan-ketentuan Hukum Den Haag (Masyhur

Effendi, 1994: 34).

3) Protokol Tambahan 1977

Protokol Tambahan 1977 merupakan penambahan dan

penyempurnaan dari ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Protokol

Tambahan 1977 terdiri dari dua buku, yaitu (Haryomataram, 2007: 49-

50) :

a) Protokol Tambahan I, yang mengatur konflik bersenjata yang

bersifat internasional; dan

b) Protokol Tambahan II, yang mengatur konflik bersenjata yang

bersifat non-internasional.

Penambahan tersebut dimaksudkan sebagai penyesuaian terhadap

perkembangan pengertian sengketa bersenjata, pentingnya

perlindungan yang lebih lengkap bagi mereka yang luka, sakit, dan

korban dalam suatu peperangan, serta antisipasi terhadap

perkembangan mengenai alat dan cara berperang (Arlina Permanasari,

1999: 33).

c. Koflik Libya 2011

Libya adalah sebuah negara yang terletak di bagian utara Afrika.

Secara geografis, Libya berbatasan dengan Laut Tengah di bagian utara,

Mesir di bagian timur, Sudan di bagian tenggara, Chad dan Niger di

bagian selatan, serta Aljazair dan Tunisia di bagian barat. Pada awal

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

terbentuk tahun 1951 Libya adalah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh

Raja Idris I.

Pada tahun 1969, Moamar Qaddafi melakukan kudeta terhadap

pemimpin Libya, Raja Idris I. Semula kudeta berdarah yang dilakukan

Moamar Qaddafi adalah rencana para perwira senior yang berniat untuk

menggulingkan Raja Idris I. Namun, Moamar Qaddafi dan teman-

temannya berhasil untuk menangkap para perwira senior tersebut dan

mengambil alih rencana tersebut (Abdul Syukur, 2011: 109). Tindakan

kudeta ini membuat Moamar Qaddafi berhasil menjadi pemimpin Libya

yang menguasai istana Raja Idris I, kantor-kantor pemerintahan, stasiun

radio dan TV, serta surat kabar.

Moamar Qaddafi menerapkan sistem sosialisme-islam dalam

menjalankan pemerintahannya. Ia menjadikan Libya sebagai negara

antibarat radikal. Terbukti ia mendukung penuh perjuangan Palestina

melawan Israel (Apriadi Tamburaka, 2011: 219). Selain itu, ia mendukung

kelompok teroris, termasuk kelompok IRA di Irlandia Utara, The Black

Panther and The Nation of Islam, dan Carlos the Jackal di Amerika

Serikat (Abdul Sykur, 2011: 110). Hal ini menjadikan hubungan Libya

dengan negara barat seperti Amerika Serikat memburuk.

Libya yang terkenal dengan kekayaan minyak, tidak membuat

rakyat Libya hidup dengan kemakmuran dan kesejahteraan. Sebaliknya

rakyat Libya dilanda kemiskinan berkepanjangan. Sekitar 50% dari total

penduduk usia produktif sulit untuk mencari pekerjaan yang seperlima

lapangan pekerjaan dipegang ekspariat dari sejumlah negara, dan sekitar

88% dari total penduduk yang hidup di perkotaan hidup di bawah garis

kemiskinan (Apriadi Tamburaka, 2011: 221). Selain itu, selama 42 tahun

memimpin Libya, Moamar Qaddafi sibuk untuk memperkaya diri dengan

cara menguasai berbagai sektor ekonomi strategis. Kajian diplomatik yang

dimuat di Financial Times menjelaskan Moamar Qaddafi beserta

keluarganya menguasai sektor industri, mulai dari telekomunikasi,

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

infrastruktur, hotel, media, dan ditribusi kebutuhan produk-produk rumah

tangga (Abdul Syukur, 2011: 106-107).

Tindakan Moamar Qaddafi untuk memperkaya diri sendiri adalah

satu diantara tiga alasan terjadinya konflik Libya. Moamar Qaddafi

melaksanakan kebijakan totaliter yang bertentangan dengan kebebasan dan

demokrasi. Ia memblokir media, memperketat layanan SMS dan internet,

dan melarang wartawan menyiarkan berita yang berkenaan dengan

pemerintahan (Abdul Syukur, 2011: 107). Pemerintah memegang kontrol

langsung terhadap kehidupan media baik milik pemerintah atau swasta.

Kemiskinan dan kekangan pemerintah yang terus-menerus menimbulkan

kebencian rakyat Libya terhadap Moamar Qaddafi.

Berbagai upaya pernah dilakukan untuk menggulingkan Moamar

Qaddafi dari jabatannya. Pada tahun 1993 beberapa tentara Libya

melakukan upaya pembunuhan terhadap Moamar Qaddafi. Selain itu,

terbentuk beberapa kelompok politik yang menentang Moamar Qaddafi

seperti Konferensi Nasional Oposisi Libya, Fron Nasional untuk

Keselamatan Libya, dan Komite Aksi Nasional Libya di Eropa (Apriadi

Tamburaka, 2011: 225). Upaya-upaya tersebut terus-menerus gagal.

Keberhasilan Tunisia dan Mesir untuk menggulingkan rezim pemerintahan

dalam negeri dengan melakukan pemberontakan memotivasi Libya untuk

melakukan hal yang sama dengan dua negara tersebut.

Pemberontakan pertama terjadi pada 15 Februari 2011 di Bheghazi,

Libya. Awal pemberontakan ditandai dengan demontrasi oleh pihak

oposisi. Pemberontakan ini dihadang oleh kekuatan militer pihak pro

Moamar Qaddafi. Tindakan tersebut terus berlangsung, yang

mengakibatkan banyak korban berjatuhan baik dari pihak oposisi, pro

Moamar Qaddafi, dan penduduk sipil.

Tindakan Moamar Qaddafi untuk melawan pemberontak secara

radikal, membuat ia ditinggal oleh beberapa pendukungnya. Selain

ditinggalkan oleh beberapa pendukungnya, tindakan Moamar Qaddafi

dikecam oleh dunia internasional. Ban Ki Moon, Sekretaris Jendral PBB,

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

mengungkapkan kemarahannya terhadap tindakan Libya yang memerangi

pemberontak secara radikal. Organisasi internasional seperti United

Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), Liga Arab, Uni

Eropa juga mengecam tindakan Moamar Qaddafi (Mehrdad Payandeh,

2011: 19-22). Dunia internasional mengecam tindakan Moamar Qaddafi,

karena tindakan tersebut bisa dikategorikan sebagai kejahatan terhadap

kemanusiaan. Selain itu, tindakan Moamar Qaddafi telah menyalahi aturan

konflik bersenjata khususnya Konvensi Jenewa IV tentang perlindungan

dan larangan penyerangan terhadap penduduk sipil.

Kecaman dunia internasional terhadap tindakan Moamar Qaddafi

disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB. Dunia internasional

mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan sebagai

penyelesaian konflik dan perlindungan penduduk sipil. Desakan dunia

internasional berhasil, yang akhirnya dikeluarkan Resolusi 1970 dan

Resolusi 1973 sebagai bentuk penyelesaian konflik Libya dan upaya

perlindungan bagi penduduk sipil.

B. Kerangka Pemikiran

2.

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Pelanggaran Ketentuan Konflik Bersenjata

Mengganggu Perdamaian dan Keamanan Dunia

Konflik Libya 2011

Peran Dewan Keamanan PBB

PBB

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan :

Konflik Libya 2011 merupakan konflik yang berlangsung lebih lama dan

lebih rumit dibandingkan dengan negara-negara sebelumnya yang telah

melakukan pemberontakan seperti Tunisia dan Mesir. Konflik yang dimulai pada

pertengahan Februari 2011 terjadi akibat keinginan rakyat agar Moamar Qaddafi

turun dari jabatannya sebagai Presiden Libya 2011. Namun keinginan tersebut

ditolak oleh Moamar Qaddafi dan ia lebih memilih untuk memerangi rakyatnya

sendiri demi mempertahankan posisinya. Selama berlangsung konflik, banyak

korban yang berjatuhan. Korban yang berjatuhan tidak hanya dari pihak oposisi

atau pro Moamar Qaddafi, tetapi juga dari penduduk sipil.

Sebagai organ utama PBB, Dewan Keamanan PBB mempunyai tugas dan

fungsi untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Berdasarkan

tugas dan fungsi yang dimiliki Dewan Keamanan PBB, keterlibatan Dewan

Keamanan PBB dibutuhkan dalam penyelesaian konflik Libya sebagai

konsekuensi dari tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan

internasional.

Dewan Keamanan PBB mempunyai kewenangan untuk mengambil segala

tindakan sebagai upaya untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

Tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB adalah dengan

mengeluarkan sebuah resolusi yang sifatnya mengikat bagi pihak-pihak terkait.

Jika pihak yang terkait dengan resolusi tidak bersedia untuk menjalankan

ketentuan yang ditetapkan di dalam resolusi, maka Dewan Keamanan PBB

mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan sanksi, baik sanksi ekonomi atau

sanksi militer.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik Libya

Konflik yang melanda Libya pada 2011 lalu melibatkan Dewan

Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik. Sebelum membahas lebih lanjut

mengenai keterlibatan dan kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam

penyelesaian konflik Libya, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai

kategori konflik Libya, apakah masuk dalam kategori konflik bersenjata

internasional, konflik bersenjata non internasional atau hanya situasi

ketegangan yang terjadi di dalam negeri. Kategori ini ditujukan untuk

mengetahui legal atau tidaknya keterlibatan Dewan Keamanan PBB dalam

konflik Libya.

1. Status Konflik Bersenjata di Libya

Secara umum konfik bersenjata internasional merupakan konflik

bersenjata yang melibatkan dua negara atau lebih. Pasal 2 Konvensi

Jenewa 1949 tidak memberikan pengertian secara rinci mengenai konflik

bersenjata internasional namun dapat diketahui bahwa pihak yang terlibat

dalam konflik adalah negara. Dalam hal ini, konflik Libya tidak dapat

dikategorikan sebagai konflik bersenjata internasional, karena tidak semua

pihak yang terlibat dalam konflik berstatus sebagai negara. Konflik yang

melanda Libya hanya terjadi antara penduduk sipil dengan pemerintah

dalam upaya untuk menurunkan Moamar Qaddafi dari jabatannya sebagai

Presiden Libya.

Konflik bersenjata non internasional secara umum merupakan

konflik bersenjata yang melibatkan negara dengan satuan pihak bukan

negara. Tidak ada pengertian secara tegas dan rinci mengenai konflik

bersenjata non internasional. Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949 hanya

memberikan pernyataan bahwa konflik bersenjata non internasional

merupakan sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional. Dalam

Pasal 3 Commentary Geneva Convention IV diusulkan beberapa kriteria

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

oleh para pihak dalam konferensi diplomatik mengenai pertikaian

bersenjata yang tidak bersifat internasional, yang antara lain (ICRC, 1958:

35-36) :

a. Bahwa pihak yang memberontak terhadap pemerintah de jure memiliki

suatu kekuatan militer yang terorganisir, pimpinan yang bertanggung

jawab atas perbuatannya, yang bertindak dalam suatu wilayah tertentu

dan mempunyai sarana untuk menghormat melaksanakan konvensi;

b. Bahwa pemerintah wajib meminta bantuan kepada para angkatan

militer yang sah (tentara) dengan tujuan untuk melawan para

pemberontak (belligerent);

c. Bahwa pemerintah de jure telah mengakui pemberontak sebagai

belligerent;

d. Bahwa pertikaian tersebut telah dimasukkan dalam agenda Dewan

Keamanan PBB atau Majelis Umum karena dianggap sebagai suatu

ancaman terhadap perdamaian internasional, melanggar perdamaian

dan tindakan agresi;

e. Bahwa penguasa sipil dari pemberontak menjalankan kekuasaan de

facto atas suatu wilayah tertentu; dan

f. Bahwa terikat pada ketentuan konvensi dan bersedia untuk mematuhi

kebiasaan hukum perang.

Protokol Tambahan II 1977 juga tidak memberikan pengertian

secara eksplisit. Pasal 1 Protokol Tambahan II 1977 hanya memberikan

penjelasan bahwa ketentuan dalam Protokol berlaku bagi semua konflik

bersenjata yang tidak termasuk di dalam ketentuan Pasal 1 Protokol

Tambahan I 1977 dan tidak diterapkan di dalam situasi ketegangan dalam

negeri. Pasal 1 Protokol Tambahan II 1977 memberikan kriteria-kriteria

tertentu yang menunjukan bahwa suatu konflik termasuk dalam konflik

bersenjata non internanasional. Kriteria-kriteria tersebut antara lain:

a. Pertikaian terjadi di dalam wilayah Peserta Agung;

b. Pertikaian terjadi antara pihak Peserta Agung dengan pihak

pemberontak;

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

c. Pihak pemberontak dipimpin dibawah satu komando yang bertanggung

jawab;

d. Pihak pemberontak mengusai sebagian wilayah negara dan mampu

untuk melaksanakan operasi militer berkelanjutan; dan

e. Pihak pemberontak dapat melaksanakan ketentuan dalam Protokol

Tambahan II 1977.

Kriteria yang dicantumkan dalam Commentary Geneva Convention

dan Protokol Tambahan II 1977 menunjukan bahwa konflik bersenjata

non internasional merupakan konflik yang terjadi antara negara dengan

kelompok pemberontak, dimana kelompok pemberontak berstatus sebagai

belligerent. Untuk dapat dikatakan sebagai belligerent maka harus

memenuhi kriteria-kriteria yang tercantum dalam lampiran Konvensi IV

Den Haag. Pasal 1 Konvensi IV Den Haag menyatakan bahwa hukum, hak

dan kewajiban perang tidak hanya berlaku bagi tentara, tetapi juga berlaku

bagi milisi dan korps sukarela yang memenuhi syarat-syarat berikut :

a. Dipimpin oleh satu komando yang bertanggung jawab atas

bawahannya;

b. Mempunyai tanda pengenal yang melekat, yang dapat dilihat dari jauh;

c. Membawa senjata secara terbuka; dan

d. Melakukan operasinya sesuai dengan hukum kebiasaan perang.

Selain kriteria yang dicantumkan dalam Pasal 1 Konvensi IV Den

Haag, para pakar hukum juga merumuskan kriteria yang objektif yang

harus dipenuhi oleh belligerent. Pada umumnya ada empat unsur yang

harus dipenuhi, yaitu (I Wayan Parthiana, 1990: 87) :

a. Kaum pemberontak harus terorganisasikan secara teratur dan rapi di

bawah pimpinan yang jelas;

b. Kaum pemberontak harus menggunakan tanda pengenal yang jelas

yang menunjukkan identitasnya;

c. Kaum pemberontak harus sudah menguasai sebagian wilayah secara

efektif berada di bawah kekuasaannya; dan

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

d. Kaum pemberontak harus mendapat dukungan dari rakyat di wilayah

yang didudukinya.

Kriteria-kriteria mengenai belligerent yang dicantumkan di dalam

Pasal 1 Konvensi IV Den Haag maupun yang dirumuskan oleh para pakar

hukum perlu dipahami lebih lanjut, untuk menentukan status kelompok

perlawanan dalam konflik Libya :

a. Dipimpin oleh satu komando yang bertanggung jawab atas

bawahannya.

Seorang komandan mempunyai peran penting dalam sebuah

gerakan perlawanan terorganisir. Komandan dalam gerakan

perlawanan terorganisir mempunyai kompetensi yang sama dengan

komandan militer dalam angkatan bersenjata. Kompetensi ini

mencakup tiga hal, yaitu pencegahan pelarangan secara umum,

penyebarluasan hukum humaniter, serta pengambilan tindakan

terhadap bawahan/anak buah yang melakukan pelanggaran. Hal yang

menjadi dasar untuk pertanggungjawaban seorang komandan adalah

bahwa seorang komandan mampu untuk menegakkan hukum konflik

bersenjata atas dasar dua hal, yaitu :

1) Bahwa konflik bersenjata merupakan pilihan terakhir dan untuk

tujuan yang benar; dan

2) Penggunaan kekuatan bersenjata dalam peperangan atas dasar

prinsip proporisonalitas dan diskriminasi.

Dalam hal konflik Libya, pihak oposisi bersama-sama dengan

mantan anggota rezim Moamar Qaddafi membentuk Dewan Transisi

Nasional sebagai wakil organ yang sah Libya dan sebagai upaya

mencari pengakuan internasional bahwa pihak oposisi adalah

pemberontak. Di dalam struktur organisasi Dewan Transisi Nasional

dipimpin oleh ketua yang bertindak sebagai Presiden sementara Libya,

yaitu Mustafa Abdul Jalel. Dalam menjalankan kepemimpinannya

Mustafa Abdul Jalel dibantu oleh beberapa staf, seperti wakil ketua

sekaligus juru bicara Dewan Transisi Nasional yaitu Abdul Hafiz

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Ghoga, Perdana Menteri yaitu Mahmoud Jibril, kepala staff militer

yaittu Abdul Fatah Younis, kepala komite politik yaitu Fatih Baja,

kepala komite eksekutif yaitu Ali Tarhouni, dan kepala komite hukum

yaitu Salwa Fawzi El-Dhagi.

Dilihat dari pertanggungjawaban seorang komandan,

pemberontakan Libya memenuhi salah satu unsur, yaitu bahwa

pemberontakan merupakan cara terakhir yang dapat digunakan oleh

penduduk sipil beserta pihak-pihak yang membenci Moamar Qaddafi

untuk menurunkan Moamar Qaddafi dari bangku kepresidenan. Karena

sebelum pemberontakan ini berlangsung telah ditempuh berbagai cara

untuk menurunkan Moamar Qaddafi dari kursi kepresidenan. Namun

untuk unsur kedua yaitu penggunaan prinsip proporsionalitas dan

diskriminasi dalam konflik bersenjata belum dapat terpenuhi oleh

pihak oposisi.

Meskipun pihak oposisi Libya memiliki pemimpin yang jelas

dan terstruktur, pihak oposisi belum dapat dikatakan sebagai

belligerent. Para pemimpin pihak oposisi belum mampu untuk

memenuhi unsur dasar pertanggungjawaban seorang komandan.

b. Mempunyai tanda pengenal yang melekat, yang dapat dilihat dari jauh.

Belligerent harus menggunakan lambang pembeda yang dapat

dikenali dari kejauhan. Hal ini dicantumkan di dalam Pasal 1 ayat 2

Konvensi Den Haag 1907. Tidak terdapat ketentuan yang pasti

mengenai bentuk lambang pembeda yang harus digunakan oleh

belligerent. Commentary Geneva Convention 1949 menyatakan

belligerent dapat menggunakan bentuk-bentuk lambang pembeda

seperti armedband, topi, jaket, dan bentuk lainnya yang menunjukan

pembedaan dan dapat terlihat dari kejauhan.

Dalam konflik Libya, pihak oposisi menggunakan bendera tiga

warna yaitu merah, hitam, hijau dengan lambang bulan sabit dan

bintang di bagian tengahnya. Bendera tiga warna tersebut merupakan

bendera yang digunakan pada rezim pemerintahan Raja Idris I.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Bendera tersebut dikibarkan di wilayah-wilayah yang telah dikuasai

oleh pihak oposisi. Selain dikibarkan di wilayah yang dikuasai pihak

oposisi, bendera tersebut dipasang di kendaraan milik pihak oposisi.

Namun berdasarkan foto-foto yang ada di media cetak dan elektronik,

pihak oposisi tidak secara terus-menerus menggunakan bendera

tersebut. Selain itu, pihak oposisi juga tidak mengenakan pakaian

khusus yang dapat dikenali oleh pihak pro Moamar Qaddafi. Hal ini

yang membuat sulit untuk membedakan antara pihak oposisi dengan

penduduk sipil biasa.

c. Membawa senjata secara terbuka.

Sebuah situasi dapat dikatakan sebagai konflik bersenjata

adalah ketika para pihak yang terlibat dalam konflik sudah

menggunakan senjata secara terang-terangan. Penggunaan senjata

secara terang-terangan sangat penting, yaitu untuk mengenali pihak

yang terlibat dalam pertempuran sebagai kombatan.

Dalam konflik Libya, pihak oposisi secara terang-terangan

menggunakan senjata untuk melawan pihak pro Moamar Qaddafi.

Meskipun pada awal pertempuran kekuatan persenjataan antara pihak

oposisi dan pro Moamar Qaddafi tidak seimbang.

d. Melakukan operasinya sesuai dengan hukum kebiasaan perang.

Hukum Den Haag, Hukum Jenewa, beserta Protokol Tambahan

Konvensi Jenewa merupakan aturan yang harus ditaati oleh para pihak

yang terlibat dalam konflik bersenjata. Dalam konflik Libya, pihak

oposisi masih melakukan beberapa pelanggaran terhadap aturan

tersebut. Pihak oposisi sering mempersulit kinerja International

Committee Red Cross (ICRC) untuk memberikan pertolongan kepada

korban akibat konflik bersenjata. Direktur Jendral ICRC harus sampai

memohon kepada pihak oposisi untuk membiarkan tenaga kerja ICRC

untuk dapat menjalankan pekerjaannya dengan aman.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

e. Penguasaan sebagian wilayah oleh kaum belligerent.

Dalam konflik Libya, pihak oposisi berhasil untuk menguasai

sebagian wilayah Libya. Pada awal perlawanan, pihak oposisi berhasil

untuk menguasai Bheghazi, yang kemudian dilanjutkan dengan

menguasai Al Jazeera, Tobruk, Zawiyah, Berga, dan Sirte. Selain

berhasil menguasai kota-kota penting di Libya, pihak oposisi juga

berhasil untuk menguasai pelabuhan Ra’Lanuf, bandara, dan

pangkalan militer Libya (Apriadi Tamburaka, 2011: 233-237).

f. Terdapat dukungan dari penduduk di wilayah yang diduduki oleh

kelompok belligerent.

Gerakan perlawanan di Libya merupakan gerakan perlawanan

yang berasal dari warga negara Libya yang sudah tidak menginginkan

Moamar Qaddafi menduduki kursi kepresidenan. Namun tidak semua

warga negara Libya mendukung gerakan perlawanan ini, masih ada

beberapa warga negara yang mendukung Moamar Qaddafi untuk tetap

menjadi Presiden Libya.

Berdasarkan pemaparan di atas, pihak oposisi Libya belum dapat

dikatakan sebagai kelompok belligerent. Hal ini dikarenakan pihak oposisi

belum dapat memenuhi kriteria kelompok belligerent secara utuh baik

yang dicantumkan di dalam Pasal 1 Konvensi Den Haag 1907 atau

pendapat pakar hukum, yaitu mengenai pertanggungjawaban seorang

komando, penggunaan tanda pengenal yang dapat terlihat dari kejauhan,

ketaatan terhadap kebiasaan hukum perang, dan dukungan dari rakyat di

wilayah yang diduduki oleh seorang belligerent. Meskipun tidak terdapat

ketentuan yang menyebutkan bahwa seluruh kriteria harus terpenuhi

namun kriteria tersebut bersifat kumulatif, dimana antara kriteria yang satu

dengan yang lain saling berkaitan. Dengan demikian, status yang tepat

untuk diberikan kepada pihak oposisi Libya adalah insurgent.

Sejumlah negara seperti Prancis dan Amerika Serikat memberikan

pengakuan terhadap keberadaan Dewan Transisi Nasional sebagai organ

pemberontak dan wakil Libya yang sah, namun ini tidak memberikan

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

status hukum pihak oposisi Libya sebagai belligerent. Pengakuan negara

barat terhadap pemberontak bertujuan agar pemerintah pusat dapat

memperlakukan pemberontak sesuai dengan tuntutan perikemanusiaan

(Sefriani, 2010: 178). Dengan tidak terpenuhinya kriteria belligerent oleh

pihak oposisi, maka konflik Libya tidak dapat dikategorikan sebagai

konflik bersenjata non interansional. Karena konflik bersenjata non

internasional hanya terjadi antara negara dengan satuan pihak bukan

negara yang berstatus sebagai belligerent.

Dalam hukum humaniter internasional, terdapat sebuah situasi

yang tidak dapat diketegorikan sebagai konflik bersenjata, situasi ini

dikenal dengan situasi ketegangan dalam negeri (internal disturbances and

tension). Situasi ketegangan dalam negeri dicontohkan dalam bentuk

kerusuhan, tindakan-tindakan sporadik yang bertentangan dengan operasi

militer yang dilakukan oleh angkatan bersenjata. Commentary Additional

Protocol II 1977 memberikan gambaran bahwa situasi ketegangan dalam

negeri dapat dikatakan sebagai ketegangan serius dalam hal politik,

agama, ras, sosial, atau ekonomi.

Dalam hal ini koflik Libya, memenuhi gambaran situasi

ketegangan dalam negeri. Bahwa konflik Libya yang terjadi antara pihak

oposisi dengan pihak pro Moamar Qaddafi hanyalah ketegangan dan

kekerasan dalam negeri seperti huru-hara, dan gerakan yang bersifat

terisolir dan sporadis. Walaupun pada akhirnya pihak oposisi Libya secara

terang-terangan mengangkat senjata, keadaan ini tidak dapat dikatakan

sebagai konflik bersenjata. Tindakan pihak oposisi untuk mengangkat

senjata secara terang-terangan hanyalah tindakan untuk melindungi diri

dari serangan sepihak yang dilakukan oleh pihak pro Moamar Qaddafi.

Dalam pemberontakan antara pihak oposisi dengan pihak pro

Moamar Khadafi, pihak oposisi mendapat bantuan persenjataan dari

Prancis, Inggris dan Amerika Serikat. Bantuan persenjataan yang

diberikan oleh Prancis, Inggris dan Amerika Serikat merupakan bentuk

pelaksanaan ketentuan Resolusi 1973 yang dikeluarkan Dewan Keamanan

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

PBB. Selain Prancis, Inggris dan Amerika Serikat, organisasi North

Atlantic Treaty Organization (NATO) secara langsung membantu pihak

oposisi dengan melakukan serangan kepada pihak pro Moamar Qaddafi.

Adanya keterlibatan Prancis, Inggris, Amerika Serikat, dan NATO setelah

dikeluarkannya Resolusi 1973 memberikan unsur internasional ke dalam

konflik Libya. Pemberian unsur internasional ke dalam konflik disebut

juga dengan internasionalisasi konflik internal (Internasionalized Armed

Conflict). Terhadap hal tersebut, menurut Pasal 1 ayat 4 Protokol

Tambahan I 1977, keadaan yang demikian disamakan dengan konflik

bersenjata internasional. Dengan demikian, konflik Libya juga bisa disebut

sebagai konflik bersenjata internasional, yang dilihat dari keterlibatan

pihak luar yaitu Prancis, Amerika Setikat, dan NATO di dalam

pertempuran melawan pihak pro Moamar Khadafi.

Berdasarkan hal di atas, maka konflik Libya memiliki dua status

konflik yang berbeda. Perbedaan yang mendasar dari kedua status konflik

dapat dilihat dari para pihak yang terlibat dalam konflik serta hukum yang

berlaku. Konflik Libya bisa disebut sebagai situasi ketegangan dalam

negeri dilihat dari pihak yang terlibat yaitu pihak oposisi dan pemerintah,

serta hukum yang berlaku adalah hukum nasional Libya. Konflik Libya

bisa disebut sebagai konflik bersenjata internasional dilihat dari pihak

yang terlibat yaitu Prancis, Inggris, Amerika Serikat, dan NATO melawan

pemerintah Libya, serta hukum yang berlaku adalah hukun Den Haag dan

hukum Jenewa.

Terlepas dari status konflik Libya sebagai situasi ketegangan dalam

negeri atau konflik bersenjata internasional, dari hari ke hari keadaan

konflik Libya semakin memburuk. Korban konflik khususnya korban yang

berasal dari penduduk sipil semakin banyak. Konflik Libya mengarah

menjadi suatu kejahatan terhadap kemanusiaan, karena penyerangan yang

dilakukan oleh pihak pro Moamar Qaddafi kepada pihak oposisi yang juga

mengenai penduduk sipil dilakukan secara sistematik dan meluas.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

2. Kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik Libya

Dewan Keamanan PBB merupakan salah satu dari enam organ

utama PBB yang mempunyai fungsi sebagai pemegang kunci

pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dewan Keamanan

PBB terdiri dari 15 negara anggota yang terbagi dalam 5 negara anggota

tetap dan 10 negara anggota tidak tetap. Secara khusus Dewan Keamanan

PBB diberikan kewenangan untuk terlibat dan menggunakan tindakan

pemaksaan ke dalam sebuah kasus sebagai upaya pemeliharaan

perdamaian dan keamanan internasional.

Keterlibatan dan tindakan pemaksaan Dewan Keamanan PBB

hanya diperbolehkan terhadap keadaan yang mengancam atau

membahayakan perdamaian, melanggar perdamaian serta tindakan agresi.

Kewenangan ini tercantum dalam Bab VII Piagam PBB. Istilah keadaan

yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional memiliki

pengertian yang sangat fleksibel dan luas yang digambarkan melebihi

ancaman antara satu negara dengan negara lain serta situasi yang terjadi

dalam negeri seperti perang sipil yang berakibat internasional. Sedangkan

istilah pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi hanya digambarkan

sebatas situasi penggunaan kekuatan bersenjata antar negara (J.G. Merrills,

2005: 264).

Pasal 39 Piagam PBB menyatakan Dewan Keamanan PBB dapat

menyatakan bahwa suatu keadaan telah mengancam perdamaian dan

keamanan internasional, dan Dewan Keamanan PBB harus membuat

rekomendasi atau keputusan mengenai tindakan apa yang harus diambil.

Pasal ini tidak memberikan ketentuan yang jelas mengenai batas suatu

keadaan yang dikatakan sebagai keadaan yang mengancam perdamaian

dan keamanan internasional. Penilaian terhadap suatu keadaan yang

mengancam perdamaian dan keamanan internasional merupakan

kewenangan Dewan Keamanan PBB. Oleh karena itu, Dewan Keamanan

PBB diberikan kewenangan untuk menyelidiki suatu kasus untuk

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

menentukan apakah kasus tersebut dapat mengancam perdamaian dan

keamanan internasional yang tercantum dalam Pasal 34 Piagam PBB.

Pada Resolusi 1973 yang dikeluarkan pada 17 Maret 2011, pada

bagian pertimbangan resolusi Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa

konflik Libya merupakan konflik yang telah mengganggu perdamaian dan

keamanan interanasional. Pada bagian pertimbangan tersebut Dewan

Keamanan PBB juga menyatakan bahwa konflik Libya mungkin menjadi

kejahatan terhadap kemanusiaan dikarenakan penyerangan terhadap

penduduk sipil dilakukan secara sistematik dan meluas. Selain

penyerangan dilakukan secara sistermatik dan meluas, pihak pro Moamar

Qaddafi juga menyerang pihak oposisi secara membabi buta. Pasal 51

Protokol Tambahan I menyatakan yang dimaksud dengan serangan

membabi buta adalah :

a. Serangan yang tidak ditujukan kepada objek militer;

b. Serangan dengan menggunakan cara atau alat bertempur yang tidak

dapat ditujukan kepada objek militer tertentu; dan

c. Serangan dengan menggunakan cara atau alat bertempur yang efeknya

tidak dapat dibatasi seperti yang ditentukan dalam protokol.

Haryomataram memberikan contoh dari apa yang dimaksud

dengan serangan membabi buta. Menurut Haryomataran, serangan

membabi buta merupakan serangan yang dilakukan dengan pemboman,

dengan cara atau alat apapun, yang memperlakukan sebagai satu objek

militer, yang terletak di dalam suatu kota, dusun, atau wilayah, dimana

terdapat pula konsentrasi penduduk sipil dan objek sipil, dan serangan

yang dapat diharapkan akan menimbulkan korban jiwa penduduk sipil,

kerusakan objek sipil yang berlebihan (Haryomataram, 1984: 148).

Dengan demikian pengertian serangan membabi buta adalah serangan

yang dilakukan oleh pihak dalam konflik bersenjata tanpa menerapkan

prinsip pembedaan.

Prinsip pembedaan adalah salah satu prinsip dalam hukum

humaniter internasional yang membedakan antara pihak yang boleh

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

diserang (kombatan) dengan penduduk sipil. (Ambarwati, Denny

Ramdhani, Rina Rusman, 2010: 43). Selain membedakan pihak yang

boleh diserang dan tidak, prinsip pembedaan juga membedakan antara

objek yang boleh diserang dan tidak boleh diserang di dalam konflik.

Untuk objek yang boleh diserang disebut dengan objek militer, sedangkan

untuk objek yang tidak boleh diserang disebut dengan objek sipil.

Pasal 52 ayat 1 Protokol Tambahan I 1977 memberikan pengertian

bahwa objek sipil adalah semua objek yang bukan didefinisikan sebagai

objek militer. Pada ayat 2 dijelaskan bahwa yang dikatakan sebagai objek

militer adalah semua objek yang karena sifatnya, lokasi, tujuan, dan

penggunaannya dapat memberikan kontribusi pada operasi militer, dan

apabila objek tersebut dihancurkan, dikuasai, atau dinetralisir baik

sebagian atau seluruhnya, maka dapat diperkirakan akan memberikan

keuntungan militer secara nyata. Bentuk objek sipil yang harus dilindungi

dicantumkan di dalam Pasal 25 dan 27 Konvensi Den Haag 1907. Pasal 25

menjelaskan bahwa serangan yang dilakukan terhadap pedesaan,

perkotaan, tempat tinggal atau bangunan untuk pertahanan merupakan hal

yang dilarang. Pasal 27 menjelaskan bahwa bangunan yang didedikasikan

untuk keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan, monumen bersejarah,

rumah sakit merupakan bangunan yang tidak boleh dijadikan sebagai

tujuan militer.

Pasal 3 ayat 1 Konvensi Jenewa IV menyatakan bahwa yang

dikatakan sebagai penduduk sipil adalah orang-orang yang tidak

mengambil bagian dalam konflik, termasuk anggota pasukan bersenjata

yang meletakkan senjata mereka dan mereka ditempatkan sebagai hors de

combat. Pasal 3 ayat 2 Konvensi Jenewa menyatakan bahwa ada beberapa

tindakan yang dilarang dilakukan terhadap orang-orang yang termasuk

dalam katagori Pasal 3 ayat 1. Tindakan tersebut antara lain :

a. Kekerasan terhadap jiwa orang, terutama pembunuhan, pengurungan,

perlakuan kejam, dan penganiayaan;

b. Penyanderaan;

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

c. Perkosaan, pelakuan yang menghina dan merendahkan martabat; dan

d. Penghukuman dan pelaksanaan putusan tanpa putusan yang

diumumkan lebih dahulu oleh pengadilan yang dilakukan secara lazim

yang memberikan jaminan hukum yang diakui karena sangat

dibutuhkan oleh semua bangsa yang beradab.

Konflik bersenjata merupakan hal yang diperbolehkan, tetapi

didalam pelaksanaanya tetap harus menghormati dan menjunjung nilai-

nilai kemanusiaan. Penghormatan nilai-nilai kemanusian dapat dilakukan

dengan cara menerapkan prinsip pembedaan terhadap penduduk dan objek

sipil sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan di atas serta

memperlakukan korban konflik secara manusiawi. Prinsip pembedaan

harus tetap diterapkan meskipun konflik tersebut berstatus sebagai situasi

ketegangan dalam negeri. Kenyataan yang ada dalam konflik Libya adalah

ketentuan prinsip pembedaan terhadap penduduk dan objek sipil tidak

diterapkan. Berikut beberapa contoh tindakan nyata tidak diterapkannya

prinsip pembedaan dalam konflik Libya (Apriadi Tamburaka, 2011: 238-

264) :

a. Seorang saksi mata menggambarkan hujan peluru di atas kota Libya

yang mengakibatkan perempuan dan anak-anak terbunuh serta

beberapa keluarga terjebak di dalam rumah mereka dengan rasa

ketakutan dan tidak aman.

b. Pemerintah (Moamar Qaddafi) mengerahkan penembak jitu di

sepanjang jalan luar kota untuk menembaki orang-orang yang

berpergian.

c. Direktur Jendral ICRC harus meminta kepada pihak pro Moamar

Qaddafi dan pihak oposisi agar memperbolehkan pertugas kesehatan

untuk melakukan pekerjaan dengan aman. Selain itu, tidak

tercukupinya bahan makanan dan obat-obatan yang diperlukan bagi

para korban konflik.

d. Pihak pro Moamar Qaddafi menyerang kota Zhawiyah dengan

menggunakan roket dan hampir menghancurkan isi kota. Fasilitas-

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

fasilitas umum seperti mesjid, rumah sakit, saluran listrik dan

generator hancur akibat serangan dari pihak pro Moamar Qaddafi.

e. Pihak pro Moamar Qaddafi melakukan penculikan terhadap aktivis-

aktivis Libya.

Contoh diatas membuktikan bahwa prinsip pembedaan tidak

diterapkan di dalam konflik Libya. Padahal prinsip pembedaan merupakan

prinsip yang penting untuk diterapkan, karena prinsip pembedaan

bertujuan untuk melindungi penduduk sipil dari konflik bersenjata. Tidak

diterapkannya prinsip pembedaan dalam konflik bersenjata mengakibatkan

penduduk sipil ikut menjadi korban konflik. Untuk menghindari

meningkatnya jumlah korban konflik Libya, Dewan Keamanan PBB

memutuskan untuk terlibat dalam penyelesaian konflik Libya. Keputusan

ini sebagai upaya untuk melindungi penduduk sipil serta menjaga

perdamaian dan keamanan internasional.

Keterlibatan negara atau organisasi internasional sebagai pihak luar

dalam suatu permasalahan negara lain masih sering menimbulkan

perdebatan. Perdebatan tersebut menyangkut permasalahan kedaulatan

yang dimiliki oleh suatu negara. Kedaulatan merupakan kebebasan negara

untuk mengelola urusan dalam atau luar negeri tanpa campur tangan dari

pihak lain. Piagam PBB secara jelas mencantumkan prinsip kedaulatan

negara dalam tujuan dan prisip PBB yang terdapat dalam Pasal 1 dan 2

Piagam PBB. Pasal 1 ayat 2 Piagam PBB menyatakan bahwa PBB

bertujuan untuk mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa

berdasarkan penghormatan terhadap prinsip persamaan hak dan penentuan

nasib sendiri. Hal ini menunjukan bahwa PBB menghormati dan

menjunjung kedaulatan yang dimiliki oleh negara-negara anggota PBB.

Pasal 2 ayat 7 menetapkan bahwa tidak ada dalam ketentuan Piagam PBB

yang memberikan kewenangan PBB untuk ikut campur dalam

permasalahan dalam negeri anggota-anggota PBB, tetapi ketentuan ini

tidak mengurangi penerapan penegakan langkah-langkah berdasarkan Bab

VII Piagam PBB. Penerapan penegakan langkah-langkah berdasarkan Bab

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

VII Piagam PBB adalah penerapan penegakan oleh Dewan Keamanan

PBB terhadap situasi yang mengganggu perdamaian, melanggar

perdamaian, dan tindakan agresi.

Menurut Hyde suatu negara atau organisasi internasional dilarang

untuk ikut campur tangan dalam suatu permasalahan negara yang disertai

dengan bentuk tindakan untuk mengganggu kemerdekaan politik negara

yang bersangkutan (J.G. Starke, 2001: 136). Sedangkan menurut

keputusan Mahkamah Internasional dalam kasus Nikaragua dengan

Amerika Serikat, Mahkamah Internasional menyatakan bahwa campur

tangan dari negara luar atau organisasi internasional dilarang apabila

campur tangan tersebut berkaitan dengan masalah-masalah dimana setiap

negara diperbolehkan untuk mengambil keputusan secara bebas dalam hal

politik, ekonomi, atau politik luar negerinya sendiri, dan campur tangan

tersebut meliputi gangguan terhadap kemerdekaan negara lain dengan

cara-cara paksa (International Court of Justice, 1986: 108). Hal ini

menunjukkan bahwa sebuah campur tangan negara lain atau organisasi

internasional ke dalam suatu negara diperbolehkan apabila campur tangan

tersebut bukan tindakan campur tangan untuk keputusan negara dan

tindakan mengganggu kemerdekaan negara.

Dengan demikian, sebagai suatu negara yang berdaulat Libya

mempunyai kewenangan untuk menolak keterlibatan Dewan Keamanan

PBB dalam penyelesaian konflik Libya. Hal ini didasarkan pada prinsip

dan tujuan PBB yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 dan Pasal 2 ayat 7

Piagam PBB. Namun karena keterlibatan Dewan Keamanan PBB bukan

menyangkut permasalahan politik, ekonomi, ataupun politik luar negeri

Libya, melainkan menyangkut tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan

oleh pemerintah Libya sebagai pihak pro Moamar Qaddafi terhadap

penduduk sipil, maka Dewan Keamanan PBB dapat menggunakan

kewenangannya untuk terlibat ke dalam penyelesaian konflik.

Berdasarkan pemaparan di atas, Dewan Keamanan PBB

mempunyai kewenangan yang sah untuk ikut terlibat dalam penyelesaian

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

konflik Libya. Keterlibatan ini didasarkan pada penilaian Dewan

Keamanan PBB bahwa konflik Libya telah mengancam perdamaian dan

keamanan internasional. Keterlibatan Dewan Keamanan PBB bukan hanya

sebatas terlibat dalam penyelesaian konflik, tetapi keterlibatan Dewan

Keamanan PBB merupakan keterlibatan yang disebabkan oleh tanggung

jawab yang diemban Dewan Keamanan PBB untuk menjaga perdamaian

dan keamanan internasional.

B. Tindakan Nyata Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik

Libya

Dewan Keamanan PBB merupakan salah satu organ utama PBB.

Dewan Keamanan PBB memiliki tugas dan kewenangan yang berhubungan

dengan upaya menciptakan dan menjaga perdamaian dan keamanan

internasional seperti membuat rekomendasi untuk penyelesaian sengketa

secara damai, mengambil tindakan terhadap kegiatan yang mengancam

perdamaian, mengganggu perdamaian, dan tindakan agresi, serta

memerankan peranan yang sangat penting dalam pengembangan operasi

penjaga perdamaian. Selain tugas dan kewenangan tersebut, Dewan

Keamanan PBB memiliki beberapa fungsi sebagai kunci dalam

menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, seperti :

1. Menjaga perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan tujuan

dan prinsip PBB;

2. Menyelidiki konflik yang dianggap dapat menimbulkan pertentangan

internasional;

3. Memberikan rekomendasi penyelesaian konflik;

4. Memformulasikan rencana pembentukan satu sistem untuk

persenjataan;

5. Menentukan adanya ancaman terhadap perdamaian, tindakan agresi,

serta tindakan yang perlu diambil; dan

6. Menyerukan kepada negara-negara anggota untuk melaksanakan

keputusan Dewan Keamanan PBB.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Dewan Keamanan PBB mempunyai peran dominan dalam upaya

menjaga perdamaian dan keamanan internasional, terutama dalam

penyelesaian konflik internasional yang melanda negara-negara di dunia,

baik negara anggota PBB maupun bukan negara anggota PBB. Peran

dominan Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik suatu negara

merupakan tanggung jawab atas tugas dan kewenangan yang diberikan

kepada Dewan Keamanan PBB.

Keterlibatan Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik

suatu negara baru diperbolehkan jika negara tersebut melakukan tindakan-

tindakan yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional,

melanggar perdamaian serta tindakan agresi. Keterlibatan Dewan

Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik suatu negara dapat diminta

oleh para pihak yang bersengketa, negara anggota PBB lainnya dan bukan

negara anggota PBB. Hal tersebut dicantumkan dalam Pasal 35 Piagam

PBB yang menyatakan bahwa baik negara anggota PBB dan bukan negara

anggota PBB dapat membawa suatu sengketa atau situasi yang dapat

menyebabkan gesekan internasional atau menimbulkan perselisihan yang

kemudian cenderung membahayakan perdamaian dan keamanan

internasional ke hadapan Dewan Keamanan PBB.

Dalam konflik Libya, permintaan perhatian Dewan Keamanan

PBB terhadap konflik tidak diajukan oleh para pihak yang bersengketa,

melainkan oleh organisasi Liga Arab, Uni Afrika, serta Sekretaris Jendral

Organization of The Islamic Conference (OIC). Ketiga organisasi tersebut

merasa prihatin atas situasi yang melanda Libya serta mengencam tindakan

radikal pihak pro Moamar Khadafi yang ditujukan kepada pihak oposisi

yang juga mengancam keselamatan penduduk sipil Libya. Ketiga organisasi

tersebut meminta Dewan Keamanan PBB untuk ikut terlibat dalam

penyelesaian konflik sebagai bentuk pemeliharaan perdamaian dan

keamanan internasional, karena konflik Libya dianggap akan menjadi

kejahatan terhadap kemanusiaan yang bersifat meluas dan sistematik

(Resolusi 1970, 2011: 1).

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Mekanisme penyelesaian konflik melalui Dewan Keamanan PBB

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui penyelesaian secara damai

dan melalui tindakan yang tercantum dalam Pasal 41 dan Pasal 42 Piagam

PBB. Dua mekanisme penyelesaian konflik tersebut perlu dilihat pada

kenyataan penyelesaian konflik di Libya.

1. Mekanisme Penyelesaian Konflik Libya secara Damai

Dalam penyelesaian konflik yang dihadapkan kepada Dewan

Keamanan PBB, terlebih dahulu Dewan Keamanan PBB akan

memberikan rekomendasi penyelesaian secara damai. Penyelesaian

secara damai yang dimaksud adalah cara-cara penyelesaian yang

tercantum dalam Pasal 33 ayat 1 Piagam PBB, yaitu negoisasi,

penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan, menyerahkan

permasalahan kepada organisasi-organisasi regional, atau cara-cara

damai yang dipilih oleh para pihak. Penyelesaian konflik secara damai

melalui negoisasi, penyelidikan, mediasi dan konsiliasi disebut juga

sebagai penyelesaian konflik secara damai melalui jalur diplomatik.

Sedangkan penyelesaian secara damai melalui arbitase dan pengadilan,

disebut juga sebagai penyelesaian konflik secara hukum.

Dalam konflik Libya, Dewan Keamanan PBB memberikan

penyelesaian konflik secara damai yang tercantum dalam paragraph 4

Resolusi 1970, yaitu dengan merujuk penyelesaian konflik Libya kepada

Mahkamah Pidana Internasional. Pada penyelesaian konflik Libya

Dewan Keamanan PBB tidak memberikan penyelesaian konflik melalui

jalur diplomatik, melainkan memberikan penyelesaian konflik secara

hukum. Keputusan Dewan Keamanan PBB untuk merujuk konflik Libya

kepada Mahkamah Pidana Internasional merupakan hal yang dibenarkan

dan sesuai dengan Pasal 37 Piagam PBB. Bahwa jika Dewan Keamanan

PBB merasa konflik yang dihadapkan kepada dirinya akan mengganggu

perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan PBB dapat

merujuk konflik tersebut kepada Mahkamah Internasional. Dikarenakan

konflik Libya cenderung menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan yang

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

bersifat sistemik dan meluas, dan Mahkamah Pidana Internasional yang

mempunyai kewenangan untuk mengadili persoalan tersebut, maka

konflik Libya dirujuk kepada Mahkamah Pidana Internasional.

2. Mekanisme Penyelesaian Konflik Berdasarkan Pasal 41 dan Pasal 42

Piagam PBB

Jika penyelesaian konflik secara damai tidak dapat tercapai, dan

yang terjadi adalah sebaliknya yaitu memperparah konflik sehingga

mengancam perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan

PBB dapat menggunakan kewenangannya untuk melakukan tindakan

yang dicantumkan dalam Pasal 41 dan 42 Piagam PBB. Pasal 41 Piagam

PBB menyatakan bahwa Dewan Keamanan dapat memutuskan untuk

tidak menggunakan kekuatan bersenjata di dalam keterlibatannya.

Tindakan yang dilakukan hanyalah berupa pemutusan hubungan

ekonomi, komunikasi dan juga bisa pemutusan hubungan diplomatik.

Tindakan tersebut dimaksukan agar negara yang bersangkutan kesulitan

untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya. Tindakan ini disebut juga

dengan pemberian sanksi ekonomi. Piagam 42 Piagam PBB menyatakan

bahwa Dewan Keamanan dapat memutuskan untuk menggunakan

kekuatan bersenjata di dalam keterlibatannya. Penggunaan kekuataan

bersenjata ini dapat dilakukan dengan cara blokade dan operasi militer

yang dilakukan oleh anggota-anggota PBB. Tindakan ini disebut juga

dengan pemberian sanksi militer.

Sebagai tindak lanjut dalam upaya penyelesaian konflik Libya,

Dewan Keamanan PBB mengeluarkan dua buah resolusi. Resolusi

merupakan instrumen hukum umum untuk organ PBB untuk membuat

rekomendasi atau pernyataan, mengingat fakta, pernyataan pendapat,

atau hal lain (Justin S. Gruenberg, 2009: 481). Resolusi pertama yang

dikeluarkan Dewan Keamanan PBB adalah Resolusi 1970. Setelah

resolusi tersebut dikeluarkan dan tidak memberikan perubahan terhadap

konflik Libya, Dewan Keamanan PBB kembali mengeluarkan resolusi

yaitu Resolusi 1973. Dikeluarkannya dua resolusi tersebut menunjukkan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Dewan Keamanan PBB telah menerapkan tindakan peace enforcement,

yaitu tindakan nyata berupa penerapan sanksi ekonomi atau militer

terhadap situasi yang mengancam perdamaian dan keamanan

internasional. Berikut penjelasan mengenai dua resolusi tersebut.

a. Resolusi 1970

Resolusi 1970 dikeluarkan pada tanggal 26 Februari 2011.

Latar belakang dikeluarkannya Resolusi 1970 adalah keprihatinan

dan kecaman Dewan Keamanan PBB terhadap kekerasan yang

ditujukan kepada penduduk sipil, serta untuk menanggapi kecaman

Liga Arab, Uni Afrika, dan Sekretaris Jendral OIC terhadap konflik

Libya.

Dipaparkan sebelumnya bahwa ketentuan Resolusi 1970

berisikan mengenai penyelesaian konflik Libya secara damai melalui

jalur pengadilan dengan merujuk konflik Libya kepada Mahkamah

Pidana Internasional. Disisi lain Resolusi 1970 juga merupakan

keputusan Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi

ekonomi kepada Libya. Dikatakan sebagai penjatuhan sanksi

ekonomi, karena pada salah satu ketentuan resolusi dinyatakan

bahwa Dewan Keamanan PBB melarang adanya pasokan

persenjataan kepada Libya yang disebut juga sebagai embargo

senjata. Dengan adanya embargo senjata ke dalam wilayah Libya,

maka pemerintah Libya akan kesulitan memenuhi kebutuhan

persenjataan untuk melawan pihak oposisi. Ketentuan embargo

senjata ke dalam wilayah Libya dikecualikan terhadap persenjataan

yang digunakan untuk perlindungan kemanusiaan, pakaian pelindung

termasuk jaket anti peluru dan helm militer yang akan digunakan

oleh personil PBB, perwakilan media, serta pekerja lembaga bantuan

medis dan kemanusiaan, serta pasokan persenjataan yang terlebih

dahulu disetujui oleh Komite Dewan Keamanan PBB.

Selain berisikan ketentuan mengenai embargo senjata dan

rujukan penyelesaian konflik Libya melalui Mahkamah Pidana

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Internasional, Resolusi 1970 juga mengatur beberapa ketentuan

pokok lainnya, yaitu :

1) Permintaan kepada pemerintah Libya untuk menghormati HAM

dengan cara memastikan keselamatan semua warga asing yang

berada di Libya dan memfasilitasi keberangkatan mereka untuk

meninggalkan Libya, serta menjamin keselamatan pekerja

lembaga bantuan kemanusiaan dan medis.

2) Larangan bagi negara-negara anggota PBB untuk menerima atau

mengizinkan pihak-pihak yang dimaksud dalam Lampiran I

Resolusi 1970 untuk masuk kedalam wilayah negara anggota

atau transit melalui wilayah negara anggota.

3) Pembekuan terhadap aset dan sumber daya ekonomi yang berada

di wilayah negara anggota PBB, yang dimiliki baik secara

langsung atau tidak langsung oleh anak-anak Moamar Qaddafi.

4) Membentuk Komite Dewan Keamanan yang terdiri dari seluruh

anggota Dewan Keamanan PBB untuk memantau pelaksanaan

upaya penyelesaian konflik Libya.

Pelaksanaan ketentuan Resolusi 1970 tidak berjalan dengan

semestinya. Keadaan Libya semakin memburuk dan korban dari

penduduk sipil semakin meningkat. Tidak terlaksananya ketentuan

Resolusi 1970 disebabkan Moamar Qaddafi tidak menghiraukan

Resolusi 1970 dan mengganggap Resolusi 1970 sebagai resolusi

yang cacat. Masyarakat internasional semakin mengecam tindakan

pihak pro Moamar Khadafi dan meminta kepada Dewan Keamanan

PBB untuk segera melakukan tindak lanjut terhadap keadaan

tersebut.

b. Resolusi 1973

Resolusi 1973 dikeluarkan pada 17 Maret 2011. Resolusi ini

merupakan tindak lanjut kedua dari Resolusi 1970 serta sebagai

upaya untuk melindungi penduduk sipil dari akibat konflik yang

semakin hari semakin memburuk. Resolusi 1973 memuat beberapa

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

ketentuan pokok yang sama seperti ketentuan pokok Resolusi 1970,

yaitu ketentuan pokok mengenai embargo senjata, larangan transit

bagi pihak-pihak yang dimaksud dalam Lampiran I Resolusi 1970,

serta pembekuan aset dan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh

pihak-pihak yang dimaksud di dalam Lampiran II Resolusi 1970.

Selain ketentuan di atas, Resolusi 1973 memuat mengenai ketentuan

tambahan yang bertujuan untuk melindungi penduduk sipil, yang

antara lain :

1) Memberikan kewenangan kepada negara-negara anggota PBB

untuk bertindak secara nasional maupun secara regional dan

bekerja sama bersama-sama dengan Sekretaris Jendral untuk

mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi

penduduk sipil meskipun menyimpang dari paragraf 9 Resolusi

1970, yaitu larangan penjualan pasokan persenjataan ke dalam

wilayah Libya.

2) Adanya zona larangan terbang di atas wilayah Libya dengan

tujuan untuk melindungi penduduk sipil. Zona larangan terbang

ini dikecualikan bagi penerbangan yang bertujuan untuk

kemanusiaan seperti pemberian bantuan obat-obatan, makanan,

serta bantuan yang terkait dengan evakuasi warga negara asing

dari Libya.

Sebagai bentuk pelaksanaan Resolusi 1973 sejumlah negara

seperti Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, serta organisasi

pertahanan NATO ikut terlibat ke dalam konflik Libya. Keterlibatan

ketiga negara tersebut bersama-sama dengan NATO merupakan

keterlibatan untuk memberikan perlindungan terhadap penduduk

sipil. Bentuk keterlibatan Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat

adalah dengan memberikan bantuan persenjataan kepada pihak

oposisi untuk melawan pemerintah sebagai pihak pro Moamar

Qaddafi. Sedangkan bentuk keterlibatan organisasi pertahanan

NATO adalah dengan berkontribusi langsung dalam pertempuran

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

melawan pihak pro Moamar Khadafi. Keterlibatan ketiga negara

tersebut bersama-sama dengan NATO bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada penduduk sipil.

Dewan Keamanan PBB tidak meminta secara khusus kepada salah

satu negara anggota PBB untuk ikut serta dalam melindungi penduduk

sipil. Pada paragraf 4 Resolusi 1973, Dewan Keamanan PBB menyatakan

memberikan kewenangan bagi semua negara anggota PBB untuk bertindak

secara nasional maupun regional dan bekerja sama dengan Sekretaris

Jendral untuk melindungi penduduk sipil. Berdasarkan ketentuan ini,

Inggris, Prancis, Amerika Serikat dan NATO memilih untuk ikut terlibat

dalam konflik Libya. Sejauh ini keikutsertaan ketiga negara tersebut

bersama-sama dengan NATO dalam konflik Libya merupakan tindakan

yang tidak bertentangan dengan ketentuan Piagam PBB. Pasal 2 ayat 7

Piagam PBB menyatakan bahwa negara anggota tidak diperbolehkan untuk

intervensi dalam permasalahan dalam negeri negara lain, namun apabila hal

tersebut dimaksudkan untuk penerapan langkah-langkah hukum oleh

Dewan Keamanan PBB berdasarkan kewenangan yang tercantum dalam

Bab VII Piagam PBB, maka intervensi tersebut diperbolehkan.

Ketiga negara tersebut bersama-sama dengan NATO hanya

melaksanakan keputusan dari Dewan Keamanan PBB. Keputusan yang

telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB mempunyai kekuatan

mengikat bagi negara-negara anggota PBB, termasuk bagi negara-negara

yang secara nyata menolak ketika pengambilan keputusan berlangsung, dan

bagi negara-negara yang tidak termasuk dalam keanggotaan Dewan

Keamanan PBB (Marko Divac Oberg, 2006: 885). Kekuatan mengikat dari

keputusan Dewan Keamanan PBB secara tegas dicantumkan dalam Pasal

48 Piagam PBB. Pasal 48 ayat 1 Piagam PBB menyatakan semua negara

anggota PBB harus mengambil tindakan untuk melaksanakan keputusan

Dewan Keamanan PBB. Pasal 48 ayat 2 Piagam PBB menyatakan bahwa

keputusan tersebut harus dilaksanakan oleh negara anggota PBB baik

dilaksanakan secara langsung maupun bekerja sama dengan badan-badan

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

internasional lainnya. Meskipun tidak bertentangan dengan ketentuan

Piagam PBB, keterlibatan negara-negara tersebut dan NATO bertolak

belakangan dengan tujuan Resolusi 1973 untuk memberikan perlindungan

terhadap penduduk sipil. Hal ini disebabkan keterlibatan ketiga negara

tersebut bersama-sama dengan NATO dalam konflik Libya menimbulkan

korban penduduk sipil yang lebih banyak (http://jaringnews.com/, diakses 4

Juli 2012).

Keterlibatan Dewan Keamanan PBB dalam konflik Libya bukan

lagi dinilai sebagai keterlibatan biasa. Keterlibatan ini dinilai sebagai

tanggung jawab untuk melindungi atau “Responsibility To Protect (R2P)”

terhadap penduduk sipil. R2P adalah sebuah konsep untuk intervensi yang

dilakukan oleh komunitas internasional terhadap suatu negara yang tidak

ingin dan tidak mampu untuk menghentikan dan mencegah terjadinya

pemusnahan masal, termasuk genosida, pembersihan etnis, dan kejahatan

terhadap kemanusiaan lainnya (Vijay Mehta, 2009: 2). R2P baru bisa

dilaksanakan ketika sebuah negara tidak mempunyai keinginan dan

kemampuan untuk menghentikan dan mencegah tindakan-tindakan

pelanggaran HAM seperti genosida, pembersihan etnis, dan kejahatan

terhadap kemanusiaan lainnya. Ketika negara tidak mempunyai keinginan

dan kemampuan untuk menghentikan dan mencegah tindakan-tindakan

pelanggaran HAM, maka masyarakat internasional melalui Dewan

Keamanan PBB mempunyai tanggung jawab langsung untuk menghentikan

dan mencegah tindakan-tindakan pelanggaran HAM. Konsep R2P telah

diterima oleh Dewan Keamanan PBB yang ditegaskan melalui Resolusi

1674 mengenai perlindungan terhadap penduduk sipil dalam konflik

bersenjata (Vijay Mehta, 2009: 8).

Dalam hal konflik Libya, secara nyata Moamar Qaddafi sebagai

pemimpin Libya tidak mempunyai keinginan dan kemampuan untuk

menghentikan pelanggaran ketentuan perang yang berakibat langsung pada

penduduk sipil. Tidak adanya kemampuan dan keinginan dari Moamar

Qaddafi untuk menghentikan pelanggaran HAM yang semakin luas,

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

membuat masyarakat internasional yang diwakili oleh Dewan Keamanan

PBB berkewajiban untuk terlibat dalam konflik Libya. Keterlibatan ini

merupakan tanggung jawab untuk melindungi penduduk sipil sebagai

bentuk penghormatan HAM dan tanggung jawab untuk menjaga

perdamaian dan keamanan internasional.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penyelesaian konflik Libya

Dewan Keamanan PBB telah memberikan keputusan penyelesaian secara

damai melalui jalur hukum dengan menyerahkan penyelesaian konflik

Libya kepada Mahkamah Pidana Internasional. Keputusan penyelesaian

secara damai tersebut berjalan seiring dengan penjatuhan sanksi ekonomi

kepada Libya melalui Resolusi 1970 dan 1973. Selain sebagai upaya

penyelesaian konflik Libya, kedua resolusi tersebut juga merupakan upaya

untuk menghentikan pelanggaran HAM terhadap penduduk sipil Libya.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab III, maka kesimpulan

yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Kewenangan Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik Libya

Keterlibatan Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik Libya

merupakan hal yang dibenarkan dan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki

Dewan Keamanan PBB. Hal ini dikarenakan konflik Libya dikategorikan sebagai

situasi yang mengganggu perdamaian dan keamanan internasional.

2. Tindakan Nyata Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik Libya

a. Tindakan pertama dalam penyelesaian konflik Libya, Dewan Keamanan

mengeluarkan Resolusi 1970, yang berisikan tentang pengajuan penyelesaian

konflik kepada Mahkamah Pidana Internasional sekaligus pemberian sanksi

ekonomi berupa embargo senjata kepada Libya.

b. Tindakan kedua dalam penyelesaian konflik Libya, Dewan Keamanan PBB

mengeluarkan Resolusi 1973, yang berisikan tentang pemberian sanksi

ekonomi dan juga seruan kepada negara-negara anggota PBB untuk ikut

terlibat dalam melindungi penduduk sipil Libya.

B. Saran

Keterlibatan Prancis, Inggris, Amerika Serikat, dan NATO dalam konflik Libya

merupakan bentuk pelaksanaan Resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB, tetapi

keterlibatan ketiga negara tersebut bersama-sama dengan NATO bertolak belakang

dengan tujuan resolusi untuk melindungi penduduk sipil. Berdasarkan hal ini,

seharusnya Dewan Keamanan PBB dapat membentuk ketentuan suatu keputusan

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

dengan jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda

dari tiap negara yang ingin melaksanakan keputusan Dewan Keamanan PBB.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syukur. 2011. Para Koruptor Kelas Wahid Dunia. Yogyakarta: Flashbooks.

Ade Maman Suherman. 2003. Oganisasi Internasional & Integrasi Ekonomi

Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Ambarwati, Denny Ramdhani, Rina Rusman. 2010. Hukum Humaniter Internasional

dalam Studi Hubungan Internasional. Jakarta: Rajawali Pers.

Apriadi Tamburaka. 2011. Revolusi Timur Tengah. Yogyakarta: Penerbit NARASI.

Arlina Permanasari, Aji Wibowo, Fadilah Agus, Achmad Rosman, Supardan

Mansyur, Michael G. Naingolan. 1999. Pengantar Hukum Humaniter.

Jakarta: ICRC.

Boer Mauna. 2011. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam

Era Dinamika Global. Bandung: Alumni.

David Coyle Cushman. 1969. The United Nations and How It Works. Columbia

University Press.

Derek Bowet. 1994. The Impact of Security Council Decisions on Dispute Settlement

Procedures. EJIL.

D.J Harris. 1998. Cases And Materials On International Law. London: Sweet and

Maxwell Limited.

Fadilah Agus. 1997. Hukum Humaniter : Suatu Prespektif. Jakarta: Pusat Studi

Hukum Humaniter FH Univ Trisakti.

Geoffrey Best. 1994. War & Law Since 1945. New York: Oxford University Press

Inc.

Haryomataram. 1984. Hukum Humaniter. Jakarta: Rajawali Pers

____________. 2007. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Huala Adolf. 2004. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta: Sinar

Grafika.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

ICRC. 1958. Commentary IV Geneva Convention Relative to the Protection of

Civilian Persons in Time of War. Geneva: ICRC.

I Wayan Parthiana, 1990. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju.

International Court of Justice. 1962. Certain Expanses of The United Nations (Article

17, Paragraph 2, of The Charter) Advisory Opinion of 20 July 1962.

International Court of Justice.

International Court of Justice. 1986. Case Concerning Military and Paramilitary

Activities in and Against Nicaragua (Nicaragua v. United States of America)

Judgment of 27 June 1986. International Court of Justice.

James Barros. 1990. PBB Dulu Kini Dan Esok. Jakarta: Bumi Aksara.

James G. Stewart. 2003. Towards a Single Definition of Armed Conflict in

International Humanitarian Law: a Critique of Internationalized Armed

Conflict. IRRC Vol. 85.

Jaring News. 2012. NATO Harus Bertanggung Jawab Untuk Ketidakstabilan Libya.

http://jaringnews.com/, diakses 4 Juli 2012 pukul 19.40.

J.G. Merrils. 2005. International Dispute Settlement. Cambridge University Press.

J.G Starke. 2001. Pengantar Hukum Internasional Jilid 1 Terjemahan Bambang

Iriana Edisi 10. Jakarta: Sinar Grafika.

________. 2001. Pengantar Hukum Internasional Jilid 2 Terjemahan Bambang Iriana

Edisi 10. Jakarta: Sinar Grafika.

Justin S. Gruenberg. 2009. An Analysis of United Nations Security Council

Resolutions are All Countries Treated Equally. Case Western Reserve Journal

of International Law

Marko Divac Oberg. 2006. Legal Effects of Resolution of The UN Security Council

and General Assembly in the Jurisprudence of the ICJ. The European Journal

of International Law Vol. 16 no.5 © EJIL

Maria Cristina Paciello. 2011. Tunisia: Changes and Challenges of Political

Transition. MEDPRO (Mediteranian Prospect).

Masyhur Effendi. 1994. Hukum Humaniter Internasional. Surabaya: Usaha Nasional.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Merhdad Payandeh. 2011. The United Nations, Military Intervention, and Regime

Chage in Libya. Virginia Journal of International Law. Vol.52 (2011).

PBB. 1995. Pengetahuan Dasar Mengenai Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jakarta:

Kantor Penerangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIC).

Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Robert Kogod Goldman. International Humanitarian Law: American Watch’s

Experience In Monitoring Internal Armed Conflicts. AM. U. J. INT'L L. &

POL'Y. VOL.9:1

Safril Djamain. 1993. Mengenal Lebih Jauh PBB dan Negara-Negara di Dunia.

Klaten: PT. Intan Pariwara.

Sefriani. 2010. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Schoolpedia. 2012. Sengketa Internasional.

http://isfanl.blogspot.com/2012/02/sengketa-internasional.html diakses 20

Juni 2012 pukul 14.16 WIB.

Sri Setianging Suwardi. 2004. Pengantar Hukum Organisasi Internasional. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Sumaryo Suryokusumo. 1987. Organisasi Internasional. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press).

___________________. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional.

Bandung: P.T. Alumni.

Sundhus Balata. 2011. The Egytian Uprising a Movement In The Making. Kanada: I

& I Vol. 4 No. 1.

United Nation Charter (Piagam PBB)

United Nation Holocaust Memorial Museum. 2012. World War II: Timeline.

http://www.ushmm.org/, diakses 14 Agustus 2012 pukul 19.20 WIB.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERAN DEWAN .../Peran-Dewan... · Libya sebagai upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Penulisan hukum ini termasuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Vijay Mehta. 2009. Diskusi The UN Doctrine on the Responsibility to Protect, Can it

be enforces to prevent wars, genocides, and crimes against humanity. Kendal:

South Lakeland & Lancaster United Nation Association.