-Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

download -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

of 33

Transcript of -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    1/33

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit ginjal kronik, pada umumnya didefinisikan sebagai penyakit seumur hidup,

    terjadi kerusakan fungsi ginjal yang ireversibel. Diperkirakan 20 juta orang dewasa di

    Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik. Data tahun !!"#!!! menunjukkan

    insidens P$% men&apai 00 kasus per juta penduduk per tahun di Amerika Serikat.

    Prevalensi P$% atau yang disebut juga 'hroni& %idney Disease ('%D) meningkat setiap

    tahunnya. 'D' ('enters for Disease 'ontrol) melaporkan bahwa dalam kurun waktu tahun

    !!! hingga 200*, terdapat +.- dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami

    P$%. Persentase ini meningkat bila dibandingkan data pada tahun sebelumnya, yakni *."-.

    Di negara#negara berkembang, insiden ini diperkirakan sekitar *0 +0 kasus per juta

    penduduk per tahun. Di /ndonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan

    insidens P$% berkisar 00#"0 per juta penduduk dan prevalensi men&apai 200#2"0 kasus

    per juta penduduk.

    P$% termasuk masalah yang sangat penting dalam bidang ilmu penyakit dalam

    khususnya bagian ginjal hipertensi (nefrologi).P$% yang tidak ditatalaksana dengan baik

    dapat memburuk ke arah penyakit ginjal stadium akhir atau dikenal sebagai S1D (nd

    Stage 1enal Disease).Stadium akhir ini yang juga disebut sebagai gagal ginjal, membutuhkan

    terapi pengganti ginjal permanen berupa dialisis atau transplantasi ginjal.Di seluruh dunia,

    terdapat sekitar satu juta orang penderita P$% yang menjalani terapi pengganti ginjal (dialisis

    atau transplantasi) pada tahun !!+. umlah ini akan meningkat menjadi dua juta orang pada

    tahun 200. 3aporan 4S1DS (5he 4nited States 1enal Data System) pada tahun 2006

    menunjukkan adanya peningkatan populasi penderita dengan S1D di Amerika Serikat

    dibandingkan tahun#tahun sebelumnya. Prevalensi penderita S1D pada tahun 200"

    1

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    2/33

    men&apai ."+! orang per sejuta penduduk. 7ilai ini men&apai ." kali prevalensi penderita

    S1D pada tahun !!".Penderita S1D membutuhkan biaya pengobatan yang besar di

    samping berkurangnya atau bahkan hilangnya produktivitas penderita.8leh sebab itu, deteksi

    dini P$% dan penatalaksanaan yang tepat terhadap P$% memegang posisi kun&i agar tidak

    terjadi perburukan.

    2

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    3/33

    BAB II

    STATUS PENDERITA

    A. IDENTITAS PENDERITA

    7ama Penderita 9 5n. 3:

    4mur 9 ++ tahun

    enis %elamin 9 3aki#laki

    Agama 9 /slam

    Status 9 :enikah

    Alamat 9 Perum. $raha 'andi :as, Prambanan ;< 006, Sidoarjo

    Pendidikan 9 S35A

    Pekerjaan 9 Swasta (sales)

    5anggal :1S 9 + April 20+5anggal Pemeriksaan 9 + April 20+

    5anggal %1S 9 ! April 20+

    7o. 1ekam :edis 9 "2*!22

    B. ANAMNESIS

    . %eluhan 4tama 9 sesak nafas

    2. 1iwayat Penyakit Sekarang 9

    Pasien datang ke 1S4D Sidoarjo pada tanggal + April 20+ pada pukul .00

    dengan keluhan sesak nafas dan terasa semakin memberat sekitar 2 harian ini.

    Sesak semakin lama semakin menghebat. Pasien merasa sesak saat baring,

    berkurang saat duduk. Sesak tidak disertai mengi. Pasien juga merasakan lemas

    pada seluruh badan. 3emes yang dirasakan dengan atau tanpa aktivitas pun pasien

    merasa lemes. Pasien mengeluh mual sejak minggu yang lalu, serta merasa

    kepala pusing. Pasien juga muntah#muntah = kali sejak 2 hari yang lalu. Pasien

    mengaku muntah terjadi setiap kali pasien makan dan minum. %ulit pasien terasa

    gatal dan merasa kulitnya kering. Pasien juga mengeluh kedua kaki bengkak.

    =. 1iwayat Penyakit Dahulu 9

    - 1iwayat hipertensi (>)

    3

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    4/33

    - 1iwayat D: (>)

    - 1iwayat batu ginjal (#)

    - 1iwayat sakit gula (#)

    - 1iwayat '%D (>)

    - 1iwayat alergi obat)

    *. 1iwayat Penyakit %eluarga 9

    # ?ipertensi (>)

    # Asma (#)

    # Penyakit jantung (#)

    # Penyakit paru (#)

    # D: (#)

    # Alergi obat

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    5/33

    #

    C. PEMERIKSAAN FISIK

    . Keadaan Umum

    5ampak pu&at dan lemah, kesadaran &ompos mentis ($'S *"+), status gi@i kesan

    &ukup.

    2. Tanda Via!

    5ensi 9 "0

    7adi 9 2 < menit, reguler, isi &ukup

    Pernafasan 9 2 ), sekret (#), epistaksis (#).

    . Mu!u

    Bibir pu&at(-), bibir &ianosis (#), gusi berdarah (#).

    /. Te!ina

    7yeri tekan mastoid (#), sekret (#), pendengaran berkurang (#).

    5

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    6/33

    0. Ten$1$an

    5onsil membesar (#), pharing hiperemis (#).

    34. Le5e1

    ;P tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (#), pembesaran

    kelenjar limfe (#), lesi pada kulit (#)

    33. T5$1a

    7ormo&hest, simetris, pernapasan thora&oabdominal, retraksi (#), spider nevi (#),

    sela iga melebar (#).

    'or 9

    /nspeksi 9 i&tus &ordis tidak tampak

    Palpasi 9 i&tus &ordis tak kuat angkat

    Perkusi 9 batas kiri atas 9 S/' // 3inea Para Sternalis Sinistra

    batas kanan atas 9 S/' // 3inea Para Sternalis Detra

    batas kiri bawah 9 S/' ; &m medial 3inea :edio

    'lavi&ularis Sinistra

    batas kanan bawah 9 S/' /; 3inea Para Sternalis Detra

    pinggang jantung 9 S/' /// 3inea Para Sternalis Sinistra

    (batas jantung kesan normal)

    Auskultasi9 Bunyi jantung /// intensitas normal, regular, bising (#)

    Pulmo 9

    Statis (depan dan belakang)

    /nspeksi 9 Pengembangan dada kanan sama dengan kiri

    Palpasi 9 Cremitus raba kiri sama dengan kanan

    Perkusi 9 Sonor

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    7/33

    hee@ing (#)

    Perkusi 9 timpani

    Auskultasi 9 Bising usus (>) normal

    37. E1emia

    Palmar eritema (# >

    *. Siem enea!ia8dalam batas normal.

    D. PEMERIKSAAN PENUN9AN:

    //. ?asil 3aboratorium tgl + April 20+

    PEMERIKSAAN MET;DE HASIL

    HEMAT;L;:I

    Darahlengkap

    B' (3eukosit)

    1B' (ritrosit)

    ?$B (?emoglobin)

    ?'5 (?ematokrit)

    P35 (5rombosit)

    :';

    :'?:'?'

    'ell &ounter

    Clow&ymetri

    'ell &ounter

    'ell &ounter

    'ell &ounter

    'ell &ounter

    5erlampir

    *,

    2,!

    ,"

    2*,!

    =6

    =,+

    2,"=*,

    7

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    8/33

    :P;

    745-

    3E:P?-

    Kimia K!ini

    $ula Darah SewaktuBun

    Serum %reatinin

    ?eokinase%inetik 4;

    affe

    ,!

    ",*

    !,2

    660,"

    2*,

    ///. ?asil 3aboratorium tgl April 20+

    PEMERIKSAAN MET;DE HASIL

    Kimia K!ini

    $ula darah 2PP

    E!e1$!i

    7atrium

    %alium

    'hlorida

    ?eksokinase

    /S

    /S

    /S

    !*

    =+

    =,6

    0"

    /;. ?asil 3aboratorium ! April 20+

    PEMERIKSAAN MET;DE HASILHEMAT;L;:I

    Darahlengkap

    B' (3eukosit)

    1B' (ritrosit)

    ?$B (?emoglobin)

    ?'5 (?ematokrit)

    P35 (5rombosit)

    :'?'

    P'5

    8-

    BAS8-745-

    3E:P?-

    745F

    Kimia K!ini

    Bun

    Serum %reatinin

    E!e1$!i

    7atrium

    %alium'hlorida

    'ell &ounter

    Clow&ymetri

    'ell &ounter

    'ell &ounter

    'ell &ounter

    %inetik 4;

    affe

    /S

    /S/S

    5erlampir

    *,6"

    2,!6

    ,"

    2=,"

    *0!

    =*,

    0,*=

    !,

    0,=6,

    =,

    0,"0

    6=,

    ,2

    *0

    =,20

    8

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    9/33

    A. DIA:N;SA

    'hroni& %idney Disease Stage " > 4remi& Syndrom

    B. PENATALAKSANAAN

    3. N$n Media men$a

    a. dukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    6. 5irah baring

    &. Diet rendah protein, rendah garam.

    2. Mediamen$a

    /nf. PG 6 tpm

    Diit 5%1B

    /nj. Curosemide 2 /// amp

    /nj. Antrain =

    /nj. 1anitidin 2

    /nj. 8ndan&etron 2mg

    Po. Amlodipin 0mg #0#0

    :. F;LL;< UP

    7ama 9 5n. 3:

    Diagnosis 9 $$% ('%D) Stage " > 4remi& syndrom

    9

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    10/33

    Tabel flowsheet penderita

    N$ Tana! S ; A P

    +),

    tidak bisa

    BAB

    (>),Bengkak

    dikaki (>).

    59*0

    792

    4remi&

    Syndro

    m

    # 82 * 3pm (bila

    sesak)

    # /;CD PG 6 tpm

    # 3asi injeksi 2

    amp

    # 8@id injeksi 2

    drip dalam PG 00

    &&

    # 'efopera@one 2

    mg

    # Amlodipin 0mg

    # Su&ralfat sirup = '/

    # 'he&k S, B47), susah

    tidur (>)

    hidung

    buntu (>)

    59"0

    790

    4remi&

    Syndro

    m

    # /nf. PG 6 tpm

    # Diit 5%1B

    # /nj. Curosemide 2

    /// amp

    # /nj. Antrain =

    # /nj. 1anitidin 2

    # /nj. 8ndan&etron

    2mg

    # Po. Amlodipin 0mg

    #0#0

    10

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    11/33

    = !), mual

    (>), susah

    tidur (>)

    hidung

    buntu (>)

    5920

    79!*

    4remi&

    Syndro

    m

    # /nf. PG 6 tpm

    # Diit 5%1B

    # /nj. Curosemide 2

    /// amp

    # /nj. Antrain =

    # /nj. 1anitidin 2

    # /nj. 8ndan&etron

    2mg

    # Po. Amlodipin 0mg

    #0#0

    A&& %1S

    # Amlodipin #0#0

    # As. Colat #0#0

    # 'odein =

    # 7 A&etyl Sistein

    =

    11

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    12/33

    BAB III

    TIN9AUAN PUSTAKA

    7.3 De=inii

    Penyakit ginjal kronis ('%D) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi

    yang beragam, mengakibatkan penurunan ginjal yang progresif, dan pada umumnya

    berakhir dengan gagal ginjal. $agal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang

    terjadi selama lebih dari = bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan

    ginjal seperti proteinuria (4su, 200).

    7.2 Ei$!$i

    P$% memiliki etiologi yang bervariasidan tiap negara memiliki data etiologiP$%

    yangberbeda#beda. Di AmerikaSerikat, diabetes melitus tipe 2 merupakanpenyebab

    terbesar S1D.?ipertensi menempati urutan kedua.Di /ndonesia, menurut

    dataPerhimpunan 7efrologi /ndonesia(2000), glomerulonefritis merupakan*+.=!-

    penyebab gagal ginjal yangmenjalani hemodialisis. Sedangkan diabetesmelitus

    insidennya ,+"- disusulobstruksi < infeksi ginjal (2."-)dan hipertensi (.*+-)

    (Cirmansyah, 200).Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan olehIndonesian

    Renal Registry (IRR)pada tahun 2006#200 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai

    berikut glomerulonefritis (2"-), diabetes melitus (2=-), hipertensi (20-) dan ginjal

    polikistik (0-) (4su, 200).

    a. :!$me1u!$ne=1ii

    /stilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang

    etiologinya tidak jelas, akan tetapi se&ara umum memberikan gambaran histopatologi

    tertentu pada glomerulus. Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis

    dibedakan primer dan sekunder. $lomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya

    berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan

    12

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    13/33

    ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus

    sistemik (3S), mieloma multipel, atau amiloidosis(4su, 200).

    $ambaran klinik glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan

    se&ara kebetulan dari pemeriksaan urin rutin atau keluhan ringan atau keadaan darurat

    medik yang harus memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis(4su, 200).

    6. Dia6ee me!iu

    7efropati diabetik merupakanmanifetasi mikroangiopati pada ginjal

    yangditandai dengan adanya proteinuri (mula#mulaintermiten kemudian

    persisten),penurunan $C1 ( glomerular filtration rate)peningkatan tekanan darah

    yangperjalanannya progresif menuju stadiumakhir berupa gagal ginjal

    terminal.Berbagai teori tentang patogenesisnefropati diabetik adalah

    peningkatanproduk glikosilasi dengan proses nonen@imatik yang disebut A$s

    (Advan&ed$li&osylation nd Produ&ts), Peningkatanreaksi jalur poliol (polyol

    pathway),glukotoksisitas (oto#oksidasi), dan proteinkinase ' memberikan kontribusi

    padakerusakan ginjal.%elainan glomerulus disebabkanoleh denaturasi protein karena

    tingginyakadar glukosa, hiperglikemia dan hipertensiintraglomerulus.

    %elainan

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    14/33

    esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan

    hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal (4su, 200).

    d. :in%a! "$!iii

    %ista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi &airan atau material

    yang semisolid.Polikistik berarti banyak kista.Pada keadaan ini dapat ditemukan kista#

    kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula.Selain oleh

    karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau

    penyakit.adi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering

    didapatkan. 7ama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit ginjal polikistik

    dewasa (adult poly&ysti& kidney disease), oleh karena sebagian besar baru

    bermanifestasi pada usia di atas =0 tahun. 5ernyata kelainan ini dapat ditemukan pada

    fetus, bayi dan anak ke&il, sehingga istilah dominan autosomal lebih tepat dipakai

    daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa (usu, 200)

    7.7E"idemi$!$i

    Di Amerika Serikat data tahun !!"#!!! menyatakan insiden penyakit ginjal

    kronik diperkirakan 00 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat

    sekitar - setiap tahunnya. Di :alaysia, dengan populasi juta, diperkirakan terdapat

    00 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara#negara berkembang lainnya, insiden

    ini diperkirakan sekitar *0#+0 kasus perjuta penduduk per tahun(Suwitra, 200+)

    7.> Baaan dan K!ai=iai

    Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebihdari =

    bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda kerusakan ginjalseperti proteinuria.

    ika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakitginjal kronik ditegakkan jika

    nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari+0ml

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    15/33

    %riteria Penyakit $injal %ronik

    . %erusakan ginjal J = bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan

    atautanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan9

    kelainan patalogik

    terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah

    atau urin, atau kelainan dalam tes pen&itraan (imaging tests)

    2. laju filtrasi gromelurus (3C$) kurang dari +0 ml

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    16/33

    yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan gro#t" fa$tors. ?al ini

    mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan

    aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh

    proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti

    dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak

    aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas renin#angiotensin#aldosteron intrarenal, ikut

    memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas

    tersebut. Penyebab utama perburukan fungsi ginjal adalah adanya hiperfiltrasi

    glomerulus. Penurunan jumlah nefron(sebagai filter) dalam ginjal terjadi

    seiringperjalanan penyakit ginjal kronik.7efron yang tersisa akan mengalami adaptasi

    struktural dan fungsional.Adaptasi ini menyebabkan perubahanhemodinamik dan non#

    hemodinamik yang akan menyebabkan glomerulo sklerosis. %ondisi akan merusak

    nefron yang tersisa (Cirmansyah, 200). Aktifitas jangka panjang aksis renin#

    angiotensin#aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth fa&tor seperti transforming

    growth fa&tor (5$C# ). Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya

    progresifitas penyakit ginjal kronik ('%D) adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemi,

    dislipidemia. 5erdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis

    glomerulus maupun tubulointerstitial (Suwitra, 200+)

    Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik ('%D), terjadi kehilangan daya

    &adang ginjal (renal reverse), pada keadaan mana basal 3C$ masih normal atau malah

    meningkat. %emudian se&ara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron

    yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan serum kreatinin.

    Sampai pada 3C$ sebesar +0-, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik),

    tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan serum kreatinin. Sampai pada 3C$ =0-,

    mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemas, mual, nafsu makan

    16

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    17/33

    berkurang dan penurunan berat badan. Sampai pada 3C$ dibawah =0-, pasien

    memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan

    darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain

    sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi

    saluran napas, maupun infeksi saluran &erna. uga akan terjadi gangguan keseimbangan

    air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium

    dan kalium. Pada 3C$ "- akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan

    pasien sudah memerlukan terapi penganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi

    ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai stadium gagal ginjal (Suwitra, 200+)

    7.# Dian$i

    a. :am6a1an K!ini

    $ambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik ('%D) meliputi9 a). Sesuai dengan

    penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus

    urinarius, hipertensi, hiperurikemi, 3upus ritomatosus Sistemik (3S), dan lain

    sebagainya. b). Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,

    nokturia, kelebihan volume &airan (volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremi&

    frost, perikarditis, kejang#kejang sampai koma. &). $ejala komplikasinya antara lain,

    hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan

    keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida)

    6. :am6a1an La6$1a$1ium

    $ambaran laboratorium penyakit ginjal kronik ('%D) meliputi9 a). Sesuai

    dengan penyakit yang mendasarinya. b). Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan

    kadar ureum dan krestinin serum, dan penurunan 3C$ yang dihitung mempergunakan

    rumus %o&k&roft#$ault. %adar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk

    17

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    18/33

    memperkirakan fungsi ginjal. &). %elainan biokimiawi darah meliputi penurunan

    kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremi,

    hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metaboli& (Suwitra,

    200+). 5erdapat penurunan bikarbonat plasma ("#2" mmol

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    19/33

    Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik ('%D) meliputi9 a). Coto polos

    abdomen, bisa tampak batu radio#opak. b). Pielografi intravena jarang dikerjakan,

    karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus, di samping kekhawatiran

    terjadinya pengaruh toksis oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami

    kerusakan. &). Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai dengan indikasi. d).

    4ltrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang menge&il, korteks yang

    menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifiasi (Suwitra,

    200+). 4S$ ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan penyebab gagal

    ginjal, misalnya adanya kista atau obstruksi pelvis ginjal. Dapat pula dipakai foto

    polos abdomen. ika ginjal lebih ke&il dibandingkan usia dan besar tubuh pasien maka

    lebih &enderung ke arah gagal ginjal kronik (Pernefri, 200).e). Pemerikasaan

    pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.

    d. Bi$"i dan "eme1iaan Hi$"a$!$i in%a!

    Biposi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan

    ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis se&ara noninvasif tidak

    bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi,

    menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan.

    Biopsi ginjal kontra#indikasi dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang

    sudah menge&il, ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik,

    gangguan pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas (Suwitra, 200+)

    7., Penaa!aanaan

    Ren&ana Taa!aana Pen?ai :in%a! K1$ni (CKD) euai denan de1a%an?a

    De1a%a

    3C$ (ml

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    20/33

    evaluasi pemburukan (progression) fungsi

    ginjal, memperke&il resiko kardiovaskuler

    2 +0#! # :enghambat pemburukan fungsi ginjal

    7 =0#"! # valuasi dan terapi komplikasi

    > "#2! # Persiapan untuk terapi pengganti ginjal# O" # 5erapi pengganti ginjal

    (Sumber9 Buku Ajar /lmu Penyakit Dalam, 200+)

    Penaa!aanaan Pen?ai :in%a! K1$ni (P:K) * CKD me!i"ui8

    . 5erapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

    aktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya

    penurunan 3C$, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal

    yang masih normal se&ara ultrasonografi, biopsi dan pemeriksaan histopatologis ginjal

    dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya, bila 3C$

    sudah menurun sampai 20#=0- dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak

    banyak bermanfaat.

    2. Pen&egahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (&omorbid &ondition)

    Penting sekali untuk mengikuti dan men&atat ke&epatan penurunan 3C$ pada pasien

    Penyakit $injal %ronik. ?al ini untuk mengetahui kondisi komorbid (superimposed

    fa&tors) yang dapat memperburuk keadaan pasien. Caktor#faktor komorbid ini antara

    lain, gangguan keseimbangan &airan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus

    urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat#obat nefrotoksik, bahan radiokontras, atau

    peningkatan aktivitas penyakit dasarnya..

    =. :emperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal

    Caktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi

    glomerulus. Skematik tentang patogenesis perburukan fungsi ginjal yang dapat dilihat

    pada gambar berikut.

    20

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    21/33

    (Sumber9 Buku Ajar /lmu Penyakit Dalam, 200+)

    Dua &ara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus ini adalah9

    a. Pembatasan asupan protein.

    Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada 3C$ Q +0 ml

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    22/33

    hyperfiltration), yang akan meningkatkan progresifitas perburukan fungsi ginjal.

    Pembatasan asupan protein juga berkaitan dengan pembatasan asupan fosfat, karena

    protein dan fosfat selalu berasal dari sumber yang sama. Pembatasan fosfat perlu untuk

    men&egah terjadinya hiperfosfatemia.

    Pem6aaan Au"an P1$ein dan F$=a "ada Pen?ai :in%a! K1$ni

    LF: m!*meni Asupan protein g

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    23/33

    Beberapa obat antihipertensi, terutama Penghambat n@im %onverting Angiotensin

    (Angiotensin 'onverting n@yme

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    24/33

    mekanisme kerjanya. Pemberian transfusi pada penyakit ginjal kronik harus dilakukan

    se&ara hati#hati, berdasarkan indiksi yang tepat dan pemantauan yang &ermat. 5ransfusi

    darah yang dilakukan se&ara tidak &ermat dapat mengakibatkan kelebihan &airan tubuh,

    hiperkalemia dan pemburukan fungsi ginjal. Sasaran hemoglobin menurut berbagai

    studi klinik adalah #2 g

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    25/33

    penumpukan garam kalsium karbonat di jaringan, yang disebut kalsifikasi

    metastatik. Disamping itu juga dapat mengakibatkan penekanan yang berlebihan

    terhadap kelenjar paratiroid. 8leh karena itu, pemakaiannya dibatasi pada pasien

    dengan kadar fosfat darah normal dan kadar hormon paratiroid (P5?) J 2," kai

    normal.

    6. Pembatasan 'airan dan lektrolit

    Pembatasan ini bertujuan untuk men&egah terjadinya edema dan komplikasi

    kardiovaskuler. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang

    keluar, baik melalui urin maupun insensible #ater loss. Dengan berasumsi bahwa air

    yang keluar melalui insensible #ater lossantara "00#00 ml

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    26/33

    terpisah. Darah pasien di pompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi

    oleh selaput semipermeabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat.

    %ompartemen dialisat dialiri &airan dialisis yang bebas pirogen, berisis larutan

    dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa

    metabolisme nitrogen. 'airan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami

    perubahan konsentrasi karena @at terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi ke

    arah konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi @at terlarut sama di kedua

    kompartemen (difus). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari

    kompartemen darah ke kompartemen dialisat dengan &ara menaikkan tekanan

    hidrostatik negatif pada kompartemen &airan dialisat. Perpindahan air ini disebut

    ultrafiltrasi.

    Besar pori pada selaput akan menentukan besar molekul @at terlarut yang

    berpindah. :olekul dengan berat molekul lebih besar akan berdifusi lebih lambat

    dibanding molekul dengan berat molekul lebih rendah. %e&epatan perpindahan @at

    terlarut tersebut makin tinggi bila ) perbedaan konsentrasi di kedua kompartemen

    makin besar, 2) diberi tekanan hidrolik di kompartemen darah, dan =) bila tekanan

    osmotik di kompatemen &airan dialisis lebih tinggi. 'airan dialisis ini mengalir

    berlawanan arah dengan darah untuk meningkatkan efisiensi. Perpindahan @at

    terlarut pada awalnya berlangsung &epat tetapi kemudian melambat sampai

    konsentrasinya sama di kedua kompartemen.

    Pada umumnya indikasi dialisis pada $$% adalah bila laju filtrasi glomerulus

    (3C$ O "m3

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    27/33

    o % serum J + mR

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    28/33

    /ndikasi Pemakaian Dialisis Peritoneal9 ) $agal ginjal akut (dialisat peritoneal

    akut), 2) $angguan keseimbangan &airan, elektrolit atau asam basa, =) /ntoksikasi

    obat atau bahan lain, *) $agal ginjal kronik (dialisat peritoneal kronik), ") %eadaan

    klinis lain dimana DP telah terbukti manfaatnya (Suwitra, 200+).

    7. Te1a"i Nu1ii "ada ::K denan Dia!ii

    Bila terapi konservatif pada pasien $$% tidak berhasil, maka perlu dimulai. 5P$

    yang dapat berupa dialisis atau &angkok ginjal.:eskipun prinsip dasarnya sama, ada

    sedikit perbedaan tujuan terapi nutrisi pada pasien $$% yang menjalani dialisis dengan

    yang tidak.

    5ujuan terapi nutrisi pada dialisis adalah 9

    . :engurangi akumulasi toksin uremi, &airan, elektrolit diluar waktu dialisis.

    2. :emperbaiki status nutrisi,men&egah defisiensi asam amino, vitamin, dan lain#lain.

    ?asil terapi nutrisi untuk jangka pendek adalah membantu meregulasi dan

    menghindari akumulasi dari @at toksin maupun ekses air dan elektrolit yang seharusnya

    diekskresi oleh ginjal. Akumulasi air dalam tubuh dapat mengakibatkan edema paru

    akut, sedangkan hiperkalemi dapat menimbulkan aritmia jantung. %edua komplikasi ini

    adalah yang paling sering menimbulkan kematian pasien. 4ntuk jangka panjang

    diharapkan terapi nutrisi dapat menghindarkan terjadinya malnutrisi atau gangguan

    metabolisme lain. Adanya malnutrisi menurunkan daya tahan dan mempermudah

    komplikasi infeksi. $angguan metabolisme lemak antara lain hipertrigliseridemia

    mempermudah terjadinya aterosklerosis pada pasien. 5erjadinya defisiensi kalsium dan

    kelebihan fosfat akan menimbulkan kelainan tulang (osteodistrofi renal).

    Penaa!aanaan Te1a"i Nu1ii "ada Dia!ii

    Proses dialisis membutuhkan energi yang didapatkan dengan peningkatan

    katabolisme tubuh. Pada saat dialisis terjadi juga kehilangan asam amino melalui

    28

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    29/33

    membran semipermiabel sehingga kebutuhan nutrisi pada pasien $$% yang sudah

    menjalani dialisis menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Perlu juga

    dibedakan penatalaksanaan terapi nutrisi pada pasien dengan hemodialisis (?D) kronis

    dan peritoneal dialisis kronis ('ontinous Ambulatory Peritoneal Dialysis K 'APD).

    Pada 'APD prosesnya terjadi berkesinambungan sehingga energi yang dibutuhkan

    lebih besar dan terjadi lebih banyak kehilangan protein .

    Penatalaksanaan terapi nutrisi pada pasien $$A yang menjalani dialisis mempunyai

    beberapa patokan sebagai berikut 9

    . %alori

    umlah kalori yang dianggap adekuat untuk pasien ?D adalah 9 =0 ="

    kkal

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    30/33

    6" - dari protein sebaiknya diberikan dalam bentuk protein dengan nilai biologis

    tinggi. Penggunaan protein nabati kurang begitu menguntungkan karena biasanya

    mempunyai kadar kalium yang lebih tinggi. Perhitungan kebutuhan protein pada

    dialisis dapat diketahuilebih akurat dengan &ara memperhitungkan klirens dialisis

    dan ke&epatan pembentukan protein. 5etapi di klinis biasanya tidak digunakan

    karena tidak praktis.

    =. Air dan 7atrium

    Dengan dialisis atau fungsi ginjal yang tersisa, air atau &airan lain dalam tubuh

    dapat diregulasi. :etabolisme air berhubungan erat dengan natrium yang pada

    pasien dialisis dapat diproyeksikan sebagai kenaikan berat badan. Bila asupan air

    atau natrium melebihi daya regulasi akan terjadi akumulasi dalam tubuh yang dapat

    menimbulkan komplikasi edema paru akut, krisis hipertensi, atau payah jantung kiri.

    %enaikan berat badan diantara 2waktu dialisis (K interdialyti& weight gain)

    sebaiknya dibatasi tidak melebihi 2 kg.

    *. %alium

    ?iperkalemi pada pasien dialisis dapat terjadi akibat 9

    a. %elebihan asupan kalium dalam diet

    b. Peningkatan katabolisme protein endogen (infeksi, terapi steroid, operasi, dan

    lain#lain)

    &. Asidosis metabolik (terutama pada ?D#Asetat)

    d. Penggunaan obat#obat kalium sparing diureti&s atau A'#inhibitors.

    %adar kalium dalam sayur#sayuran dapat dikurangi sampai =0 - dengan &ara

    direbus dalam air mendidih.

    30

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    31/33

    BAB IV

    PENUTUP

    Penyakit ginjal kronik (&hroni& kidney disease) adalah suatu proses patofisiologis

    dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan ginjal yang progresif, dan

    pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu

    keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada

    suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau

    31

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    32/33

    transplantasi ginjal. 4remia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi

    pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik.

    Berdasarkan kasus diatas, didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik serta

    pemeriksaan penunjang, maka disimpulkan pasien tersebut menderita penyakit ginjal

    kronik stadium " dengan 4remi& Syndrom. 4ntuk penatalaksanaan pada pasien tersebut

    diberikan terapi berupa non medikamentosa serta terapi medikamentosa.

    Dari data yang didapat pada kasus ini, dimana dari hasil laboratorium pasien tersebut

    ditemukan peningkatan ueum kreatinin yang besar sehingga diren&anakan untuk

    melakukan terapi pengganti yaitu berupa dialisis.

    DAFTAR PUSTAKA

    3. S?!'ia A. P1i&e+ L$11aine

  • 7/26/2019 -Lapsus CKD + Uremic Syndrom-

    33/33

    >. Fi1man?a5+ M+ 2434. Ua5a Mem"e1!am6a Pe16u1uan Pen?ai :in%a!

    K1$ni e Pen?ai :in%a! Sadium A5i1. .Ka!6e.&$.id

    #. :aa! :in%a! K1$ni. ."e1ne=1i.$1

    ,. Rindiaui+ + 2434. Deei Dini dan Pen&ea5an Pen?ai :aa! :in%a! K1$ni

    . R$e!i+ A. Penaa!aanaan Nu1ii Pada :aa! :in%a! K1$ni.."e1ne=1i.$1/. Sui1a K. Pen?ai in%a! 1$ni. In8 Sud$?$A