Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya...

20

Transcript of Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya...

Page 1: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas
Page 2: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Warta

Pengantar Redaksi Daftar Isi

ISSN 0216-4427

Penelitian dan Pengembangan PertanianVolume 39 No. 4, 2017

Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera) sebagai Pakan Suplemen pada Ternak Kelinci 1

Kulit Buah Kakao Pakan AlternatifTernak Ruminansia 2

Mengenal Perbedaan Tiga Spesies Agave 5

Eye in the sky Memantau Standing Cropdari Satelit 7

Bio industri Padi dan Sapi untuk Meningkatkan Pendapatan Petani 8

Mutiara Hitam dari Kandang Sapi 11

Buni, Tanaman Buah yang Mulai Langka 13

Konservasi Karbon dengan Biochar Sederhana 15

Pengembangan Mesin Panen TebuTipe Riding (Prototipe II) 17

Terbitan kali ini menyajikan dua artikel terkait pakan yakni pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen ternak kelinci dan Kulit Buah Kakao (KBK) sebagai pakan ternak ruminansia. Strategi pemilihan pakan merupakan salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan usaha ternak dengan dampak signifikan dan menjadi solusi kelangkaan pakan rumput saat musim kemarau. Hubungan pakan dan ternak dapat saling terintegrasi seperti tanaman padi dan sapi dalam konsep bio industri yang terbukti meningkatkan pendapatan petani. Sederhananya bahwa limbah tanaman dapat menjadi sumber pakan ternak, kemudian kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman itu sendiri. Pupuk dari kotoran ternak memiliki manfaat yang bernilai tinggi hingga menyematkan kiasan Mutiara Hitam dari kandang sapi. Penekanannya adalah terletak pada konsep zero waste dimana semua dapat termanfaatkan. Termasuk limbah tanaman yang ternyata tidak bisa terdekomposisi atau termanfaatkan penuh bahkan sebagai pakan karena mengandung karbon, tetapi dapat diubah menjadi arang atau biochar yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Artikel lainnya berisi informasi yang mengenalkan lebih dekat keberadaan tanaman Agave dan Buni yang kurang familiar namun tumbuh dengan baik dan terus dibudidayakan dengan manfaatnya masing-masing. Tak kalah menarik, artikel penggunaan teknologi canggih juga hadir seperti satelit yang berperan memantau standing crop, ibaratnya eye in the sky. Lalu ada mesin panen tebu tipe riding (prototype II) yang menawarkan kemudahan bagi petani.

Redaksi

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian diterbitkan enam kali dalam setahun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pengarah: Muhammad Syakir; Tim Penyunting: Retno Sri Hartati Mulyandari, Istriningsih, Nuning Nugrahani, Sri Hartati, Sofjan Iskandar, Syahyuti, Sri Utami, Tri Puji Priyatno, Miskiyah, Wiwik Hartatik, Achmad Subaidi; Ika Djatnika; Ronald Hutapea; Penyunting Pelaksana: Morina Pasaribu, Siti Leicha Firgiani, Ujang Sahali Tanda Terbit: No. 635/SK/DITJEN PPG/STT/1979; Alamat Penyunting: Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, Jalan Salak No. 22, Bogor 16151, Telepon: (0251) 8382567, 8382563, Faksimile: (0251) 8382567, 8382563, E-mail: [email protected]. Selain dalam bentuk tercetak, Warta tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada http://www.bpatp.litbang.pertanian.go.id

Redaksi menerima artikel tentang hasil penelitian serta tinjauan, opini, ataupun gagasan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi, dan jasa serta berita-berita aktual tentang kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Artikel disajikan dalam bentuk ilmiah populer. Jumlah halaman naskah maksimum 6 halaman ketik dua spasi.

Foto sampulBuni

Page 3: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 1

Eksplorasi terhadap sumber daya lokal untuk mencari sumber

pakan alternatif perlu dilakukan. Hal tersebut disebabkan adanya peningkatan kebutuhan pakan dan nutrisi seiring dengan bertambahnya populasi ternak. Hijauan merupakan salah satu solusi pemenuhan kebutuhan pakan dengan sumber energi dan protein termurah untuk memproduksi daging.

Kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan tanaman pohon yang banyak ditanam di pekarangan rumah, baik sebagai pagar hidup maupun pembatas lahan. Daun dan buah polongnya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran

Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) sebagai Pakan Suplemen pada Ternak Kelinci

Pakan suplemen daun kelor pada ternak kelinci berperan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dengan dampak yang signifikan pada penambahan bobot badan. Fakta yang menarik bahwa kelinci

lebih menyukai daun kelor kering daripada daun kelor segar. Pemilihan pakan daun kelor kering dengan formulasi yang tepat dapat memberikan keuntungan bagi usaha peternakan kelinci termasuk kemudahan untuk

mencukupi kebutuhan nutrisi ternak pada musim paceklik pakan.

dengan kandungan nutrisi yang tinggi.

Tanaman kelor memiliki daun majemuk, menyirip ganda dan berpinak membundar kecil-kecil. Tanaman kelor tumbuh dengan baik pada temperatur 25–35°C dengan ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut (mdpl) dan curah hujan antara 250–1.500 mm per tahun. Selain itu, tanaman kelor mampu beradaptasi pada berbagai jenis tanah namun kurang tahan terhadap genangan.

Penanaman kelor dengan setek batang sebagai pagar hidup lebih cepat menghasilkan biomassa. Batang yang digunakan sudah

berumur satu tahun dan berkayu dengan diameter 8–16 cm, tingginya disesuaikan dengan kebutuhan tetapi untuk mempertahankan daya hidup minimum 50 cm. Kedalaman lubang tanam 20–25 cm dan ditutup dengan campuran kompos setelah penanaman.

Daun dapat dipanen setelah tunas tumbuh mencapai tinggi 1 m. Pemangkasan dilakukan setiap 6–8 minggu untuk meningkatkan produksi biomassa. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun kelor sebagai pakan suplemen pada ternak, seperti pada sapi potong, akan meningkatkan pertambahan berat badan harian dibandingkan dengan hanya mengonsumsi rumput atau hijauan lainnya.

Produksi susu indukan sapi juga akan lebih tinggi pada ternak yang diberi suplemen daun kelor. Daun kelor sebagai pakan suplemen dapat meningkatkan total konsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan

Daun kelor segar sesaat setelah panen. Daun kelor kering (daun segar dikeringkan). Kelinci lebih menyukai daun kelor kering.

Page 4: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

2 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

nutrisi ternak sepanjang tahun (Tabel 1) . Proporsi pemberian kelor bergantung pada ketersediaan dan kebutuhan ternak. Daun kelor dapat juga diolah dalam bentuk tepung yang digunakan sebagai

Gambar 1. Persentase kesukaan kelinci terhadap konsumsi kelor. (Sumber: Syamsu Bahar 2016).

Da t a B P S t a h u n 2 0 1 5 menunjukkan produksi bij i

kakao nasional mencapai 661 ribu ton yang dihasilkan dari lahan perkebunan kakao seluas 1.682

Kulit Buah Kakao Untuk Pakan Alternatif Ternak RuminansiaBiomassa kulit buah kakao (KBK) mempunyai komposisi gizi setara dengan

komposisi gizi rumput sehingga biomasa KBK sangat potensial sebagai pakan alternatif untuk menggantikan rumput. Pemanfaatan KBK sebagai

pakan diharapkan dapat dijadikan sebagai stok bahan pakan dan mengatasi kekurangan pakan hijauan terutama di musim kemarau.

bahan utama pembuatan suplemen komplit. Tepung kelor menjadi salah satu inovasi teknologi yang memiliki daya simpan lama untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ternak pada musim paceklik pakan.

Pakan Suplemen Berbasis Daun Kelor pada Ternak Kelinci

Pemberian daun kelor sebagai pakan pada kelinci sebaiknya diberikan dalam bentuk kering karena lebih disukai dibandingkan dengan daun kelor segar (Gambar 1). Hal ini dikarenakan daun kelor segar memiliki aroma yang menyengat sehingga mengurangi nafsu makan kelinci. Proses pengeringan dapat mengurangi aroma daun kelor yang menyengat tersebut.

Pemberian daun kelor kering sebanyak 10–30 g /ekor /har i menunjukkan performa yang baik dengan parameter pertambahan bobot badan kelinci. Tangkai daun kelor kering yang dikonsumsi hanya tangkai daun yang kecil. Tepung daun kelor lebih cocok sebagai pakan substitusi yang dicampur dengan pakan lain seperti dedak padi, bungkil kedelai, dan mineral yang dibuat dalam bentuk pelet.

Syamsu Bahar

Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Jakarta

Jalan Ragunan No. 30 Pasar minggu,

Jakarta 12540

Telepon : (021) 78839949

Faksimile : (021) 7815020

E-mail : bptp-jakarta@litbang.

pertanian.go.id; syamsubahar@yahoo.

com

Tabel 1. Kandungan nutrisi daun kelor.

Komponen

Kadar Air (g/100 g)

Protein (g/100 gr)

Lemak (g/100 gr)

Energi (kcal/kg)

Serat Kasar (g/100 gr)

Abu (g/100 gr)

Ca (g/100 gr)

P (g/100 gr)

Kandungan nutrisi

6,57%

26,89%

5,76%

4304%

13,24%

9,69%

1,55%

0,39%Sumber: Syamsu Bahar (2016).

Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis.

Page 5: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 3

juta ha. Berdasarkan rasio antara bagian biji, KBK, dan plasenta dalam keadaan segar masing-masing sebesar 24:74:2 maka produksi KBK diperkirakan mencapai 614,2 ribu ton bahan kering. Bila dimanfaatkan sebagai sumber serat pengganti rumput (50% bahan kering dalam ransum) dapat memenuhi kebutuhan untuk 384 ribu satuan ternak (ST) dimana 1 ST sama dengan 250 kg bobot hidup setiap tahunnya.

Biomassa KBK mempunyai komposisi gizi yang setara dengan r u m p u t s e h i n g g a p o t e n s i a l sebagai pakan alternatif untuk menanggulangi ketersediaan rumput yang menurun pada musim kemarau. Biomassa KBK mengandung protein kasar 9,40% (6,80–13,78%); serat deterjen netral (SDN) 64,29% (55,30–73,90%); serat deterjen asam (SDA) 51,85% (38,31–58,98%); dan energi bruto (GE) 2.600–4.400 kkal/kg. Komposisi tersebut justru lebih baik dibandingkan rumput gajah yakni 6,9% protein kasar; 67,09% SDN; dan 47,16% SDA. Namun demikian, KBK juga memiliki faktor pembatas yang memengaruhi penyediaan dan ketersediaan gizinya. Biomassa KBK segar mengandung 80% air sehingga tidak tahan lama bila disimpan dalam keadaan segar. Jika lebih dari 24 jam KBK akan lebih mudah berjamur sehingga tidak palatable sebagai pakan ternak. Senyawa antinutrisi seperti lignin 20,15%; tannin 2,1–5,1%;

dan theobromine 0,15–0,55% juga terdapat dalam biomassa KBK basah yang dapat memengaruhi kecernaan ternak terhadap KBK.

Adanya faktor pembatas pada KBK memerlukan pengolahan untuk meningkatkan mutu KBK baik dari segi kandungan protein, kecernaan, menurunkan senyawa anti nutrisi, serta memperpanjang umur simpan pakan.

Pengolahan KBK Sebagai Bahan Pakan

Pengolahan biomassa KBK dapat dilakukan secara fisik, kimiawi, biologis maupun kombinasinya. Pengolahan secara fisik dapat di lakukan dengan mencacah secara manual atau dengan mesin kemudian dilanjutkan pengeringan dan penggilingan dengan hasil akhir berupa tepung. Tepung KBK dengan kadar air <12% akan memiliki daya simpan yang lebih lama tanpa mengubah nilai nutrisinya.

Pengolahan secara kimiawi dilakukan dengan penambahan senyawa alkali atau asam yang ber tujuan untuk menguraikan ikatan lignin dengan selulosa atau hemiselulosa dan juga tanin dengan protein atau karbohidrat. Pengolahan tersebut mempermudah penetrasi enzim dalam saluran pencernaan. P e n g o l a h a n K B K k i m i a w i sederhana dapat dilakukan dengan

menggunakan urea melalui proses amoniasi. Urea sebanyak 1,5% dari biomassa KBK ditambahkan pada cacahan KBK dan dicampur secara merata. Kemudian campuran dimasukkan ke dalam kantong/tong lalu dipadatkan dan disimpan dalam keadaan tertutup rapat atau anaerob selama 21 hari. Sebelum diberikan pada ternak, KBK dianginkan untuk menghilangkan bau amonia yang tersisa. Penyimpanan KBK amoniasi dalam kondisi anaerob sudah dapat meningkatkan daya simpan KBK namun dapat lebih ditingkatkan lagi jika dibuat dalam bentuk tepung.

Pengolahan secara mikrobiologi dilakukan melalui proses fermentasi dengan penambahan s tar ter mikroba seperti mikroba indigenous dan menambahkan imbuhan yang memacu pertumbuhannya. Starter mikrobanya dapat berasal dari kapang, bakteri, dan jamur. Penggunaan kapang sebagai fermentor seperti Aspergillus niger, Rhizopus oligosporus, Trichoderma reseei, Rhizopus stolonifer, dan Phanerochaete chrysosporium mampu meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan serat KBK. Hal ini terjadi karena kapang dapat memproduksi enzim selulosa dan hemiselulosa yang memiliki aktivitas untuk menguraikan fraksi serat dengan memutuskan ikatan l ignin dan dapat menurunkan theobromine dari KBK. KBK yang sudah difermentasi selama 4 hari

(a) (b) (c)

Pengolahan kulit buah kakao (KBK): (a) KBK dicacah secara manual, (b) fermentasi KBK dengan kapang A. niger, dan (c) silase KBK dengan dedak padi.

Page 6: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

4 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tabel 1. Respon pemberian pakan kulit buah kakao (KBK) pada ternak ruminansia.

Metode Pengolahan Ternak Ruminansia RansumRespon PBHH1) ternak (g/ekor)

KBK tanpa fermentasi Domba 40% KBK + 60% konsentrat 114,48

Ransum komplit KBK fermentasi biofit Domba 40% KBK fermentasi + 60% konsentrat 128,67

KBK amoniasi Domba muda jantan 25% rumput lapang + 25% KBK amoniasi + 50% konsentrat

98,07

KBK amoniasi Domba muda jantan 50% rumput lapang + 50% konsentrat 104,34

Tepung KBK Domba 40% KBK + 60% konsentrat 83,13

Tepung KBK Domba 40% KBK + 60% konsentrat + 60 ppm Zn organik

93,44

KBK tanpa fermentasi Kambing 30% rumput Gajah + 30% KBK + 40% konsentrat

83,93

KBK fermentasi Phanerochaete chrysosporium

Kambing 30% rumput Gajah + 30% KBK fermentasi + 40% konsentrat

101,79

KBK fermentasi P. chrysosporium Kambing 30% rumput Gajah + 50% KBK fermentasi + 20% konsentrat

83,93

Silase KBK dengan dedak padi Kambing 40% silase KBK + 60% konsentrat 67,50

Silase KBK dengan dedak padi Kambing 40% silase KBK + 60% konsentrat + urea 77,40

KBK, tepung Kambing lokal KBK 25% + konsentrat 75% 89,80

KBK fermentasi P. chrysosporium, tepung

Kambing lokal KBK fermentasi 25% + konsentrat 75% 101,70

KBK tanpa diolah Sapi FH jantan 35% KBK + 65% konsentrat 760

Amoniasi KBK + 1,5% urea Sapi FH jantan 35% KBK amoniasi + 65% konsentrat 1.560

Silase KBK + 3% isi rumen Sapi FH jantan 35% KBK silase + 65% konsentrat 750

Silase KBK + 3% molasses Sapi FH jantan 35% KBK silase + 65% konsentrat 940

KBK fermentasi P. chrysosporium Sapi FH jantan 35% KBK fermentasi + 65% konsentrat 1.460

1). PBHH: Pertambahan bobot hidup harian.

Sumber: Puastuti dan Susana (2014).

dikeringkan dan dibuat tepung. KBK fermentasi dengan kadar air <15% memiliki daya simpan lama dan kadar gizinya dapat menjadi bahan penyusun pakan konsentrat.

Pengolahan KBK fermentasi tanpa starter mikroba dapat dilakukan dengan penambahan sumber energi seperti molases, dedak padi, dan onggok sebanyak 5–10% dari KBK. Berfungsi sebagai stimulator mikroba indigenous dari bahan yang telah difermentasi atau dikenal dengan proses silase. Campuran selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik, dipadatkan, dan ditutup hingga anaerob selama 21 hari. Mikroba yang berperan adalah bakteri asam laktat yang mampu mempertahankan kualitas dan daya

simpan karena kondisi asam yang dihasilkan oleh mikroba indigenous. Silase KBK dapat diberikan pada ternak dalam bentuk segar. Jika kondisi anaerob dan tidak ada kebocoran, maka silase KBK dapat bertahan hingga satu tahun.

Penggunaan Pakan KBK padaTernak Ruminansia

Pemanfaatan KBK sebagai pakan dapat menggantikan atau diberikan bersama-sama dengan rumput. Respon pemberian pakan KBK pada berbagai ternak bervariasi yang dipengaruhi oleh besarnya proporsi dalam ransum, bentuk pemberian, metode pengolahan, dan jenis ternak

(Tabel 1). Ternak yang diberi KBK segar cacah dengan protein kasar sekitar 7% dan tepung/silase KBK masih perlu untuk dilengkapi dengan pakan hijauan atau konsentrat. Penggunaan biomassa KBK berkisar antara 25–40% dari total bahan kering ransum mampu mendukung produksi dan produktivitas tanpa menimbulkan efek negatif pada ternak.

Wisri Puastuti

Balai Penelitian Ternak

Jalan Veteran III, Kotak Pos 221 Ciawi,

Bogor 16002

Telepon : (0251) 8240752

Faksimile : (0251) 8240754

E-mail : [email protected].

go.id; [email protected]

Page 7: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 5

Agave merupakan salah satu sumber tanaman penghasil

serat . Serat yang dihasi lkan be rkua l i t as unggu l . Namun keberadaan agave belum banyak diketahui masyarakat luas saat ini. Serat agave diperoleh dari hasil dekortikasi atau proses pengolahan untuk memisahkan serat daun agave. Karena seratnya berasal dari daun, maka agave termasuk dalam kategori serat daun. Serat agave berwarna putih kekuningan, kuat, dan memiliki serat yang panjang. Ukuran serat tunggalnya saja lebih

Mengenal PerbedaanTiga Spesies AgaveTidak banyak yang mengetahui jenis tanaman agave dan apa yang menjadi manfaat dari tanaman tersebut. Seringkali dianggap sebagai jenis tanaman lidah buaya padahal sama sekali bukan berasal dari golongan Aloe. Cukup banyak manfaat dari tanaman agave namun adanya kandungan serat yang

lebih berkualitas, tanaman agave dibudidayakan dengan tujuan sebagai penghasil bahan baku tali.

Tabel 1. Perbedaan karakter Agave sisalana, A. cantala, dan A. angustifolia

Parameter A. sisalana(a) A. cantala(b) A. angustifolia(c)

Panjang daun (cm)* 91,97 132,96 37,95

Lebar daun (cm)* 10,48 10,23 6,95

Tebal pangkal daun (mm)* 11,96 16,41 9,78

Tebal tepi daun (mm) * 2,57 2,27 2,75

Berat 1 daun (g)* 320 400 80

Kadar cairan (jus) (%)* 28,48 22,00 28,00

Rendemen serat (%)* 2,91 3,40 2,16

Jumlah daun** 62,17 57,00 85,50

Warna daun Hijau tua Hijau keabuan –

abu kebiruan

Hijau muda – hijau tua

Duri di tepi daun Tidak berduri hingga

berduri besar

Berduri besar

Berduri besar

Habitus tanaman Besar Besar Kecil

Ket. : (a)aksesi Balittas 10, (b)aksesi Balittas 8, (c)aksesi Balittas 9, *data tahun 2017,

**data tahun 2015

dari 2,1 mm. Sifat serat agave tentunya sangat ramah lingkungan atau biodegradable.

Ada banyak spesies agave di seluruh dunia dengan berbagai tu juan p roduks i . Mu la i da r i penghasil serat, farmasi, bahan b a k u p e m b u a t a n m i n u m a n tradisional (tequila), gula, hingga sebagai tanaman hias. Beberapa spesies agave yang telah dikenal masyarakat Indonesia sebagai penghasil serat adalah Agave sisalana dan A. cantala, sedangkan sebagai tanaman hias adalah A.

angustifolia. Agar memudahkan dalam pengelompokannya, ketiga spesies agave tersebut dapat dibedakan karakteristik warna yang mudah diamati (Tabel 1). Parameter pembedanya adalah keragaan habitus tanaman dan warna daun.

Agave sisalana

Di Indonesia, A. sisalana sering d isebut sebagai s isa l . S isa l diperkirakan berasal dari daerah Meksiko bagian selatan dan mulai diperkenalkan di Indonesia mulai tahun 1913 (Dahal et al. 2003). Kelebihan sisal dibanding cantala (A. cantala) adalah bentuk duri di tepi daunnya yang lebih kecil. Bahkan beberapa aksesi sisal tidak memiliki duri sama sekali sehingga memudahkan dalam pemanenan dan dekortikasi.

Daun sisal berwarna hijau tua dan berlapis lilin daun berwarna putih dengan bentuk yang lebih pendek dibanding A. cantala. Namun daunnya sedikit lebih lebar dan tebal khususnya di bagian atas dan lebih tipis di bagian pangkal. Kadar cairan atau jusnya paling tinggi diantara spesies agave yang lain.

Agave cantala

Agave cantala atau biasa dikenal dengan nama nanas sabrang, nanas kosta, atau sisal jawa. Jenis agave ini juga berasal dari Meksiko. Namun proses pengenalan di Indonesia dibawa oleh orang Spanyol dan kemudian mulai dibudidayakan pada abad ke-17. Selain diambil seratnya, cantala ditanam petani

Page 8: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

6 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

(a) (b)Habitus tanaman Agave sisalana (a) dan daun yang berwarna hijau tua dengan paku diujung setiap daun tanpa duri (b).

Habitus tanaman Agave cantala (a) dan daunnya yang berwarna hijau keabuan dengan duri besar (b).

(a)

Habitus tanaman Agave angustifolia (a), daunnya yang berwarna hijau muda dengan duri besar (b), dan tanaman yang telah berumur 5 tahun dan terlihat banyak bekas pangkal daun yang dipotong (c).

(a) (b) (c)

(b) (b)

dengan tujuan sebagai pelindung rumah dan ladang dari hewan-hewan perusak (Utomo et al. 2003). Hal tersebut karena adanya durinya yang besar dan tajam pada kedua tepi daun dan sebuah ‘paku’ di ujung daun.

Daun cantala berwarna hijau keabu-abuan atau abu kebiru-biruan dengan ukuran yang lebih panjang dan pangkal daun lebih tebal dari sisal. Kandungan jus dalam satu daun cantala lebih rendah, tetapi rendemen seratnya lebih tinggi dibandingkan jenis agave lainnya. Namun jika dihitung dalam satu tanaman, maka hasil serat cantala lebih rendah dibanding sisal. Hal ini dikarenakan jumlah daunnya pada satu tanaman memang lebih sedikit. Salah satu keunggulan cantala dibanding sisal adalah daya tumbuh dan tingkat ketahanan yang lebih baik pada lingkungan yang kering atau marginal.

Agave angustifolia

A g a v e a n g u s t i f o l i a b a n y a k dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena berbagai warna daunnya yang indah dan mudah dalam perawatan. Variasi warna daunnya cukup banyak mulai dari yang hijau muda, hijau tua, kebiruan, hingga hijau tua dengan warna kuning terang di bagian tepinya.

Habitus spesies ini tergolong kecil dibanding sisal dan cantala. Daunnya jauh lebih pendek namun jumlahnya lebih banyak. Jumlah daun lebih banyak dimanfaatkan sebagai sumber gen dalam perakitan varietas baru agave.

Pengembangan tanaman agave saat ini lebih banyak dibudidayakan pada daerah kering suboptimal dan berkapur. Pada daerah tersebut, hanya beberapa spesies tanaman yang mampu hidup dan berkembang dengan baik sehingga dapat

dimanfaatkan untuk mendatangkan pendapatan. Tanaman agave merupakan tanaman sukulen dan memiliki siklus metabolisme crassulacean acid metabolism (CAM) yang dapat menyerap karbondioksida pada malam hari dan berfotosintesis pada siang hari dengan stomata tertutup (Dahal et al. 2003). Oleh karena itu, tanaman agave lebih suka hidup di daerah kering dan tidak tahan genangan. Daerah pengembangan agave saat ini di Pulau Sumbawa dan Madura.

Arini Hidayati Jamil, Parnidi, dan

Yoga Angangga Yogi

Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat

Jalan Raya Karangploso, Kotak Pos 199

Malang, 65152

Telepon : (0341) 491447

Faksimile : (0341) 485121

E-mail : [email protected].

go.id

Page 9: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 7

Ba d a n P e n e l i t i a n d a n Pengembangan Pertanian telah

menggunakan citra satelit untuk memantau standing crop (SC) tanaman padi sejak tahun 2014 untuk mendukung program Upaya Khusus (Upsus) swasembada pangan. Sistem inderaja tersebut telah diinisiasi sejak tahun 2012. Beberapa metode alternat i f mendukung informasi tabular yang selama ini digunakan hanya menyajikan luas tanam tanpa dibedakan periode pertumbuhan tanaman.

Kelebihan informasi citra satelit adalah menyajikan data secara spasial (lebih detail), berkala, dan lebih cepat (near real time), dan biaya relatif lebih murah. Hal tersebut karena proses perekam data setiap jam, setiap hari, atau bahkan setiap setengah bulan, sesuai dengan kebutuhan data. Selain rekaman diperoleh secara berkala, data bisa dibreakdown berdasarkan periode pertumbuhan tanaman.

Penyajian data dalam bentuk foto yang menggambarkan kondisi tanaman di permukaan bumi, biaya operasionalnya bisa lebih murah bahkan pada beberapa citra satelit seperti MODIS Terra/Aqua dan Landsat 8 dapat diperoleh secara gratis. Awal penggunaan data satelit untuk SC dimulai dengan data Moderate-resolution Imaging

Eye in the sky Memantau Standing Crop dari SatelitSatelit Eksperimental LAPAN A3/IPB telah sukses diluncurkan pada tanggal

22 Juni 2016 lalu. Peluncuran satelit karya anak bangsa ini memberikan peluang untuk menghasilkan data satelit yang bermanfaat di bidang

pertanian. Kondisi wilayah Indonesia yang luas dan terdiri atas pulau-pulau, sangat membutuhkan teknologi satelit tersebut. Sampai saat ini, data satelit penginderaan jauh yang tersedia masih dari satelit milik negara lain, seperti USA, Jepang, Kanada, Eropa, dan lain-lain. Spesifikasi data satelit tersebut

bermacam-macam, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Spectroradiometer (MODIS) Terra komposit 8 harian. Informasi MODIS tersebut disajikan berdasar enam kelas periode pertumbuhan tanaman yakni pengolahan/persiapan tanam, vegetatif-1, vegetatif-2, generatif-1, generatif-2/siap panen, dan tanaman sudah panen/bera. Informasi SC MODIS meliputi seluruh Indonesia.

M a n f a a t i n f o r m a s i S C berdasarkan periode pertumbuhan adalah memperkirakan luas dan waktu panen. Dari data tersebut, luas panen dan produksi padi 1–4 atau 5 bulan dapat diestimasi, sehingga stok beras nasional bisa dihitung bahkan termasuk estimasi ketersediaan beras di pasar. Kebutuhan sarana produksi yang

perlu disiapkan pun bisa diestimasi. Misalnya kebutuhan pupuk pestisida (jika diperlukan), air, bahkan jenis alat dan mesin (alsin) pertanian (Tabel1).

Manfaat la in informasi SC jika ditambah dengan informasi perkiraan iklim, bisa digunakan untuk antisipasi kondisi kekeringan atau banjir. Antisipasi dapat berupa penyediaan kebutuhan air pada lokasi yang diperkirakan akan terkena kekeringan. Ada lagi rekomendasi berupa jenis varietas padi atau tanaman lain yang sebaiknya ditanam petani atau kebutuhan pestisida untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit. Hasil SC dari citra satelit tersebut masih bisa ditingkatkan akurasinya dengan menyempurnakan model atau mengembangkannya dengan citra satelit lain yang mempunyai spesifikasi yang bisa menutupi kelemahan model yang ada.

Saat ini Kementerian Pertanian telah memanfaatkan citra satelit Landsat 8 untuk melengkapi MODIS. MODIS sangat baik untuk

Periode pertumbuhan

tanaman (luas dalam ha)

Perkiraan waktu panen

(bulan ke depan)

Sarana produksi yang perlu disiapkan

(ton untuk pupuk dan pestisida, liter untuk air, unit untuk alsin)

Penggenangan Siap tanam Benih, pupuk, dan alsin pengolahan tanah

Vegetatif-1 4 bulan Pupuk dan air

Vegetatif-2 3 bulan Pupuk, pestisida, air, dan alsin pengendali OPT dan gulma

Generatif-1 2 bulan Pestisida, air, serta alsin panen dan pasca panen

Generatif-2 1 bulan Air, serta alsin panen dan pasca panen

Bera Sudah panen Alsin pengolah tanah dan air

Tabel 1. Informasi beberapa estimasi berbasis Standing Crop.

Page 10: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

8 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Bio industri Padi dan Sapi untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Pengelolaan sumber daya melalui integrasi padi dan sapi terbukti mampu memberikan keuntungan yang berlipat ganda. Dengan penerapan teknologi

akan dapat meningkatkan nilai tambah serta pendapatan petani dari pangan, pakan, bioenergi, serta pupuk yang dihasilkannya.

Pada prinsipnya penerapan pertanian bioindustri adalah

upaya peningkatan kualitas, nilai tambah dan daya saing. Prosesnya

pemantauan, karena frekuensi perekamannya lebih sering (setiap hari), sedangkan Landsat 8 setiap 16 hari. Kedua citra merupakan citra optik yang mempunyai kelemahan pada saat ada tutupan awan di musim hujan, sehingga tidak bisa memberikan informasi kondisi tanaman saat itu. Karena direkam setiap hari, MODIS bisa dikomposit 8 harian untuk mengurangi kendala tutupan awan tersebut. Landsat 8 tidak bisa memberikan informasi secara baik jika terjadi tutupan awan yang terus menerus pada saat perekamannya yang setiap 16 hari.

Akan tetapi Landsat 8 mempunyai keunggulan informasi yang lebih detail dengan resolusi gambarnya yang lebih tinggi (30 m) dibanding MODIS (250 m).

Kelebihan dan kekurangan citra tersebut dapat saling melengkapi, apabila keduanya dimanfaatkan secara terintegrasi. Ke depan, akan memanfaatkan citra satelit yang mempunyai prospek bagus menggunakan citra satelit synthetic aperture radar (SAR). Kelebihan citra tersebut bisa merekam permukaan lahan tanpa terkendala awan. Data satelit melalui perangkat Eye

in the Sky sangat penting untuk memantau tanaman pangan dari luar angkasa bahkan manfaatnya dapat diperluas untuk mendukung program Kementerian Pertanian lainnya.

Rizatus Shofiyati

Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya

Lahan Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 12

Cimanggu, Bogor, 16114

Telepon : (0251) 8323012

Faksimile : (0251) 8311256

E-mail : [email protected].

go.id

Produk olahan dari limbah ternak berupa feces dan urine.

dilakukan dengan memanfaatkan seluruh faktor yang terkandung dari hasil-hasil pertanian dengan penerapan prinsip zero waste.

Dengan kata lain sistem tersebut mengelola secara optimal seluruh sumber daya hayati termasuk biomassa limbah organik pertanian.

Tanaman dan te r nak j i ka terintegrasi dapat berperan dalam menciptakan sistem pertanian bioindustri. Sebagai "pabrik kompos", seekor sapi dapat menghasilkan kotoran sebanyak 8–10 kg/hari

Page 11: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 9

Gambar 1. Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Terintegrasi Tanaman Padi, dan Ternak Sapi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

yang apabila diproses lebih lanjut akan menjadi 4–5 kg pupuk organik. Sebaliknya limbah berupa daun atau jerami dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan.

Pengelolaan secara terintegrasi antara tanaman padi dan ternak sapi dapat meningkatkan hasil panen, pendapatan petani, efisiensi usaha tani, serta mengurangi efek penggunaan dari pupuk kimia (Gambar 1).

Produk dari Limbah Hasil Integrasi Padi dan Ternak

Kotoran sapi merupakan salah satu bahan potensial untuk membuat pupuk organik. Limbah peternakan tidak lagi menjadi beban biaya usaha akan tetapi menjadi hasil ikutan dengan nilai ekonomi tinggi bahkan mungkin setara dengan nilai produk utamanya (daging). Aplikasi pupuk organik akan menambah unsur kimia dalam tanah, baik makro maupun mikro disamping daya serap tanaman terhadap unsur hara juga meningkat. Hal ini disebabkan kemampuan pupuk organik dalam menjaga kelembapan tanah sehingga pelarutan unsur hara berjalan dengan baik.

Pupuk organik cair (POC)merupakan pupuk yang diaplikasikan melalui daun atau disebut pupuk cair foliar. Mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). POC mempunyai beberapa manfaat diantaranya: (1) meningkatkan pembentukan klorofil daun dan bintil akar pada tanaman leguminosae yang berperan dalam fotos intes is dan penyerapan nitrogen, (2) meningkatkan vigor tanaman sehingga menjadi kokoh dan kuat , (3 ) men ingkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca, dan serangan patogen, (4) merangsang pertumbuhan cabang produksi,

(5) meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta (6) mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah.

Kotoran sapi berupa feces dan urine juga dapat diolah menjadi produk bermanfaat. Feces dapat diubah menjadi pupuk padat, pupuk cair, atau sumber energi. Sedangkan urine dapat berperan ganda yaitu sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) dan zat pengatur tumbuh.

P a k a n y a n g s e m p u r n a m e n g a n d u n g k e l e n g k a p a n protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Pakan ternak disajikan dalam bentuk hijauan dan konsent ra t . Pengolahan pakan konsentrat dari jerami dan dedak padi merupakan salah satu teknologi yang diperuntukkan bagi peternak khususnya bidang usaha penggemukkan. Tingkat konsumsi pakan akan berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan bobot badan ternak.

Perseps i petan i te rhadap teknologi integrasi padi dan sapi menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi terutama dalam kinerja petani berupa pengetahuan maupun kualitas usaha taninya. Teknologi

pengolahan pupuk organik tersebut dianggap mudah diterapkan serta bermanfaat. Penilaian dan persepsi petani juga menunjukkan penerapan t e k n o l o g i s e c a r a e k o n o m i s m e n d a t a n g k a n k e u n t u n g a n sehingga layak didiseminasikan secara luas (Tabel 1).

Analisis Pendapatan Usaha Tani

Analisis teknologi terintegrasi padi dan sapi terdiri atas struktur biaya dan penerimaan dari usaha tani padi sawah dan ternak sapi. Hasil analisis dapat menjadi gambaran usaha tani dan kemudian dapat dievaluasi dalam menyusun rencana kegiatan usaha tani pada masa mendatang. Berdasarkan analisis pendapatan usaha tani padi sawah dengan penerapan teknologi tersebut di Desa Karya Mukti menunjukkan adanya tambahan pendapatan sebesar Rp10.702.700 per hektar (Tabel 2). Sedangkan hasil analisis usaha tani ternak sapi menunjukkan adanya efisiensi dari biaya yang dikeluarkan melalui besarnya penerimaan total. Total biaya yang dikeluarkan untuk memelihara 20 ekor sapi adalah sebesar Rp125.961.200 dengan

Page 12: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

10 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tabel 1. Persepsi petani terhadap penerapan pertanian bioindustri Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (N = 30).

Pernyataan Persentase (%)

Teknologi pengolahan pupuk organik mudah diterapkan 76,70

Teknologi pengolahan limbah ternak dapat meningkatkan nilai tambah 63,30

Teknologi fermentasi jerami untuk pakan ternak bahannya mudah didapatkan 43,30

Teknologi biogas dapat menekan penggunaan bahan bakar minyak 41,00

Sumber informasi teknologi mudah didapatkan 83,30

Ketersediaan sarana pendukung mudah dan tersedia 50,00

Produk olahan dari limbah ternak mudah dipasarkan 50,00

Bahan baku untuk pembuatan pupuk organik mudah didapatkan 76,70

Dapat meningkatkan intensitas pertemuan kelompok 76,70

Teknologi dapat melestarikan lingkungan 83,30

Rata-rata 64,30

Keterangan: 0–20% = tidak setuju, 21–40% = kurang setuju, 41–60% = ragu-ragu, 61–80% = setuju, 81–100% = sangat setuju.

Tabel 3. Analisis pendapatan usaha tani penggemukan sapi pada kegiatan bioindustri Kabupaten Donggala.

Uraian Rincian (Rp)

Biaya tetap 2.859.612

• Penyusutan peralatan kandang, peralatan pupuk organik cair (POC), peralatan pupuk organik dan biaya listrik

Biaya variabel 123.101.588

• Beli sapi, hijauan konsentrat, obat-obatan, vitamin, bahan POC, probiotik dan tenaga kerja

Total biaya (1+2) 125.961.200

Penerimaan

• Penjualan sapi, pupuk padat dan POC 135.124.000

Pendapatan 9.162.800

Tabel 2. Analisis pendapatan usaha tani padi sawah pada kegiatan bioindustri Kabupaten Donggala.

Uraian

Nilai (Rp)

Sebelum pendampingan Sesudah pendampingan

Biaya (Rp/ha) 6.981.620 6.848.100

Penerimaan (Rp/ha) 11.700.000 17.550.800

Pendapatan (Rp/ha) 5.693.380 10.702.700

R/C 1,68 2,56

MBCR 0,89

Harga jual beras (Rp/kg)

6.500 6.500

Produksi padi (t/ha) 3,00 (60%) 4,50 (60%)

unsur biaya berkaitan dengan faktor-faktor produksi seperti pakan, peralatan, tenaga kerja, dan biaya kesehatan ternak.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya pakan yang harus dikeluarkan dalam usaha ternak sapi yaitu sebesar 48% dari total biaya produksi. Usaha ternak sapi dengan jumlah pemeliharaan 20 ekor ternak sapi selama 5 (lima) bulan dalam pemeliharaan dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp9.162.800 termasuk dari hasil penjualan pupuk padat maupun POC (Tabel 3). Dengan demikian pemeliharan ternak sapi layak dijadikan sebagai cabang usaha dalam skala agribisnis untuk meningkatkan kesejahteraan petani ternak.

Muhammad Amin, Mardiana Dewi dan

Andi Baso Lompengeng Ishak

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Sulawesi Tengah

Jalan Lasoso No. 62, Biromaru,

Palu 94111

Telepon : (0451) 482546

Faksimile : (0451) 482549

E-mail : bptpsulteng@litbang.

pertanian.go.id; [email protected]

Page 13: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 11

Analog dengan Mutiara Putih yang harganya mahal, petani juga

ingin mengangkat Mutiara Hitam yang dihasilkan dari kandang sapi di Desa Air Meles Bawah Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu. Hal ini tidak terlepas dari hadirnya sistem pertanian bioindustri yang dibangun Balitbangtan di desa tersebut. Prinsip dari konsep bio industri adalah proses produksi yang mampu menghilangkan dampak negatif

Mutiara Hitam dari Kandang Sapi

Hadirnya sistem pertanian bioindustri dengan konsep zero waste di Desa Air Meles Bawah Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu adalah bagian dari tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Teknologi tersebut

mampu memoles onggokan hitam yang dianggap sebagai limbah yang tidak berguna menjadi berbagai produk yang ramah lingkungan. Onggokan

hitam hasil produksi dari kandang sapi dan limbah kopi diubah menjadi produk yang memberikan manfaat bagi peternak dan petani sayuran. Tak salah bahwa onggokan hitam tersebut kini menjadi Mutiara Hitam yang

membanggakan.

dan juga menawarkan berbagai produk yang ramah lingkungan. Hasil keluaran dari suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.

Teknologi yang diintroduksikan p a d a k e g i a t a n B i o i n d u s t r i K a b u p a t e n R e j a n g L e b o n g adalah: (1) peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kopi

melalui perbaikan klon unggul kopi, peremajaan tanaman kopi, pemupukan spesifik lokasi (pupuk kompos), cara panen kopi petik merah, serta pengolahan kopi bubuk sistem olah basah, dan (2) peningkatan produktivi tas ternak dan nilai tambah melalui pemberian pakan ternak berbahan dasar kulit kopi (limbah tanaman kopi), pengolahan limbah ternak berupa urine menjadi biourine, dan limbah kopi berupa kotoran kulit kopi menjadi kompos. Petani menyebutnya sebagai Mutiara Hitam karena kompos dan biourine yang dihasilkan saat ini menjadi barang berharga.

Pembuatan Mutiara Hitam berasal dari bahan-bahan lokal milik petani seperti kotoran ternak, kulit kopi, abu dari sampah tanaman yang dibakar, kapur dan mikroorganisme (Tabel 1). Cara pembuatan sama dengan pembuatan kompos pada umumnya yaitu: (1) mencampur kotoran ternak, abu, kulit kopi, dan kapur sampai merata, (2) menaburkan starter stardec atau molases yang telah dilarutkan dengan air dan gula merah sampai merata, (3) mempertahankan kadar air 50–60% (cukup lembap) dan menumpuk kompos setinggi 1 meter, (4) menyimpan kompos di rumah kompos pada kotak I, setiap minggu tumpukan kompos dibalik-balik lalu dipindahkan dari kotak I ke kotak II sambil dipercik dengan air. Kotak I dapat diisi kembali bahan kompos yang baru, demikian seterusnya untuk kotak III dan IV, dan (5) kompos siap digiling dan dikemas dalam karung 20 kg atau 50 kg serta siap digunakan bahkan dipasarkan. Kandungan bahan organik yang berasal dari

Tabel 1. Bahan dan cara pembuatan Mutiara Hitam.Bahan Berat (kg) %

- Kotoran ternak- Kulit kopi- Stardec/microrganisme lokal- Kalsit/kapur- Abu

1.000 1002,5 20100

-10

0,25210

Keterangan : % dari jumlah kotoran ternak

Tabel 2. Deskripsi tingkat pengetahuan peserta bimbingan teknis melalui kegiatandemontrasi cara di desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur tahun 2016.

UraianSkor Pengetahuan Responden*

Sebelum Kriteria Sesudah Kriteria

Potensi limbah ternak 0,73 Tinggi 0,89 Tinggi

Teknologi Pembuatan Kompos 0,88 Tinggi 0,93 Tinggi

Teknologi Pembuatan Bio urine 0,86 Tinggi 0,92 TinggiSumber: data primer terolah 2016

Keterangan*: 0,00 ≤ X ≤ 0,33 = Rendah, 0,33 ≤ X ≤ 0,66 = Sedang, 0,66 ≤ X ≤ 1,00 = Tinggi

Page 14: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

12 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tabel 3. Nilai ekonomis kopi petik merah di Kecamatan Curup Timur tahun 2016

Keterangan Sebelum Setelah Inovasi (pemupukan dan

petik merah)

Perbedaan

Biaya ProduksiTC (Rp/ha)

960.000 3.136.000 ∆TC = 226,67%

Produksi/Q (Kg/ha)

900 2.437 ∆Q = {(2.437/900) – 1} x 100% = 170,78 %

Penerimaan/TR (Rp/ha)

900 X 3.800 =

3.420.000

2.437 X 4.200 =10.235.400

∆TR = {(10.235.4/6.786,8) – 1} 100%∆TR = 50,81%

Keuntungan/NR (Rp/ha)

2.460.000 7.099.400 ∆NR = 188,59%

Sumber: analisis usahatani data primer

Tabel 4. Pengaruh pemberian kompos terhadap komponen hasil tanaman kubis di desa Air Meles Bawah tahun 2016

Perlakuan TT (cm) BBK (g) DBK (cm) JD (helai)

P1 (0) 29,0 a 294,0 c 13,8 c 29,3 b

P2 (5 ton/ha) 29,2 a 319,2 c 14,7 bc 27,2 ab

P3 (10 ton/ha) 29,5 a 706,0 b 15,0 b 28,2 a

P4 (15 ton/ha) 29,7 a 1161,2 a 18,4 a 31,0 aKeterangan: Tinggi Tanaman (TT), Berat Basah Krop (BBK), Diameter Bersih Krop (DBK) dan

Jumlah Daun (JD).

kotoran sapi bali yang dihasilkan adalah: 6,06% N, 4,09% P2O5, 0,40% K2O, 3,47% C organik, dan 8,9% pH H2O. Sementara itu kajian Isroi (2005) terkait kotoran sapi Bali (nonkulit kopi) menyebutkan kandungan hara kompos kurang lebih 1,69% N, 0,34% P2O5, dan 2,81% K. Kondisi ini menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N dan K dengan penambahan limbah kulit kopi pada kegiatan bioindustri relatif lebih tinggi.

Imp lemen tas i pembua tan kompos dan biour ine mas ih belum dilakukan oleh petani. Hasil evaluasi tingkat pengetahuan petani pada saat pembuatan kompos dan biourine tahun 2016, sebelum kegiatan dimulai menunjukkan skor tingkat pengetahuan 0,86; sedangkan sesudah bimbingan teknis menjadi 0,92 atau terjadi peningkatan sebesar 6% (Tabel 2). Saat ini petani sudah mulai tertarik

untuk menggunakan kompos dan biourine mengingat ketersediaan pupuk kimiawi semakin sulit dicari. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran petani untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki petani akan mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Hal tersebut dapat mendorong petani untuk lebih memberdayakan diri sendiri.

Manfaat Teknis Mutiara Hitam bagi Tanaman

Implementasi Mutiara Hitam pada tanaman kopi dan sayuran di Kecamatan Curup Timur terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan biaya pembelian pupuk kimia. Dari hasil pengamatan produksi kopi petik merah pada 20 pohon sampel

memperlihatkan adanya variasi produksi berkisar 120–1.117 g/pohon atau rata rata 641,05 g/pohon. Penambahan kompos pada pertanaman kopi meningkatkan akt iv i tas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman. Kualitas tanaman juga semakin membaik dimana hasil panen lebih tahan d is impan, leb ih berat , leb ih segar, lebih enak, dan tentunya meningkatkan nilai ekonomi (Tabel 3). Implementasi Mutiara Hitam pada tanaman sayuran kubis melalui proses pengujian dosis dengan 4 perlakuan: (1) tanpa kompos, (2) pemberian kompos 5 t/ha, (3) pemberian kompos 10 t/ha, dan (4) pemberian kompos 15 t/ha. Varietas kubis yang digunakan adalah Grand 11.

Kegiatan mulai dilakukan pada awal bulan Maret–Juni 2016 di lahan petani kooperator. Data yang dikumpulkan pada saat panen berupa t inggi tanaman, berat basah krop, diameter bersih krop, dan jumlah daun. Hasil analisis berupa sidik ragam menunjukkan bahwa tanaman masih memerlukan penambahan pada unsur P dan K. Dari hasil sidik ragam kemudian dilakukan uji lanjut yang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pemberian kompos terhadap berat basah krop, diameter bersih krop dan jumlah daun. Pada variabel t inggi tanaman t idak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Berat basah krop pada perlakuan pemupukan 15 t/ha lebih tinggi dari ke 3 perlakuan lainnya, artinya penggunaan kompos pada dosis tersebut memberikan pengaruh yang sangat jelas pada tanaman yang dipanen (Tabel 4).

Nilai Ekonomi Mutiara Hitam

Rata-rata jumlah kotoran ternak yang dihasilkan pada lokasi kegiatan yaitu 15,38 kg/ekor/hari dengan

Page 15: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 13

Tabel 5. Perhitungan tambahan keuntungan petani/bulan

Keterangan Satuan Biaya satuan (Rp) Total biaya (Rp)

Produksi kompos 6000 600 3.600.000

Komponen Input:

Tenaga kerja 24 HOK 60.000 1.440.000

Penyusutan alat, 2 periode 300.000 300.000

Karung bekas 150 2.500 375.000

Total Input produksi 2.115.000

Tambahan Keuntungan/bulan 1.485.000Sumber: data primer

jumlah ternak sebanyak 13 ekor. Jumlah kotoran tersebut mampu menghasilkan kompos lebih kurang 6 t/bulan. Produksi kotoran ternak sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan, jenis dan kualitas pakan, serta perubahan musim. Produksi kotoran tergolong masih rendah karena jenis pakan yang diberikan pada ternak yaitu jerami padi dan fermentasi kulit kopi sebesar 15,29 g/ekor/hari dan fermentasi kulit kopi yaitu sebesar 63,71 g/ekor/hari. Ternak yang dikelola oleh ketua

kelompok tani di Desa Air Meles mampu menghasilkan kompos 6 t/bulan dengan harga jual di lokasi Rp600.000 ton sehingga dalam sebulan petani mendapatkan tambahan pendapatan Rp3.600.000/bulan (Tabel 5). Keuntungan petani masih bisa ditingkatkan apabila petani mengikuti petunjuk teknis pemberian pakan sebanyak 10% bobot ternak. Urine sapi yang dihasilkan sebanyak 16,67 liter/ekor/hari dapat diolah menjadi bio urine selama 21 hari dengan hasil

21,67 liter/ekor/21 hari. Apabila satu petani kooperator memiliki 13 ekor sapi berarti mampu menghasilkan biourine sebanyak 281,71 liter/21 hari.

Implementasi kompos dan biourine pada tanaman kubis di musim kemarau yakni bulan Maret–Juni 2016 mampu menghemat biaya Rp2.769.000/ha/musim tanam.

Program bio industri kotoran sapi telah merubah pola penghasilan peternak dari penghasilan yang bersifat tahunan menjadi bersifat bulanan. Hal tersebut ini tentu sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani peternak.

Umi Pudji Astuti

Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Bengkulu

Jalan Irian km. 6,5 Kelurahan Semarang,

Bengkulu 38119

Telepon : (0763) 23030

Faksimile : (0763) 23030

E-mail : bptp-bengkulu@litbang.

pertanian.go.id

Buni, Tanaman Buah yangMulai Langka

Sebagai salah satu tanaman tropika, buni dapat tumbuh dengan baik di nusantara. Namun, tidak banyak yang mengenal tanaman yang secara tradisional seringkali dimanfaatkan sebagai bahan makanan maupun

dikonsumsi secara langsung. Sangat penting untuk mengetahui karakteristik dan manfaat tanaman buni agar jejak buni terus ada sebagai tanaman khas

yang juga ada di Indonesia.

Buni (Antidesma bunius (L.) Spreng.) yang merupakan

tanaman asli Asia Tenggara dan Australia bagian selatan sudah jarang dijumpai. Penyebaran buah buni meliputi Asia Tenggara dan Australia. Buni dikenal sebagai bignai (Filipina), buni atau berunai (Malaysia), ma mao luang (Thailand),

kho lien tu (Laos), choi moi (Vietnam), moikin dan chunka (Queensland), boni, wuni (Sunda), wuni (Jawa), dan boni (Bali). Di daerah tropis, buni dijumpai tumbuh sampai ketinggian 1.200 m dpl dan biasanya tumbuh di semak-semak, lahan terbuka dan di hutan sekunder. Tanaman buni tumbuh baik pada daerah yang

tidak ternaungi dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Tanaman buni tingginya dapat mencapai 15–30 m, batang pokoknya tegak dan biasanya bercabang rendah. Daun-daunnya berselang-seling, berbentuk lanset-lonjong, berukuran (19–25) cm x (4–10) cm. Pangkal daun tumpul atau membundar, ujung daun lancip atau tumpul, pinggir daun rata, teksturnya menjangat dan mengkilap. Tulang daun utama menonjol di lembaran bawah daun. Panjang tangkai daun mencapai 1 cm. Buni merupakan tanaman dioecious yang berarti bunga betina dan jantan terdapat pada tanaman

Page 16: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

14 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sumber foto: Sri Sukarmi.

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Malpighiales

Famili: Phyllanthaceae

Bangsa: Antidesmeae

Upabangsa: Antidesminae

Genus: Antidesma

Spesies: A. bunius L. Spreng.

Klasifikasi Tanaman Buniyang terpisah. Sebagian besar pada tanaman betina bunganya sempurna. Perbungaan berada di ujung atau ketiak daun, berbentuk bulir sempit atau tandan dan berbunga banyak. Panjang perbungaan 6–20 cm. Bunga memiliki aroma kuat dengan warna kemerah-merahan. Bunga jantan tersusun dalam tandan kecil dan bunga betina tumbuh pada tandan panjang. Bunga jantan tidak bertangkai, daun kelopak mirip cawan, memiliki 3–4 cuping yang pendek, membundar, dan berwarna kemerah-merahan. Bunga betina bertangkai, daun kelopak mirip cawan-genta, bercuping 3–4 dan berukuran kira-kira 1 mm x 2 mm.

Bakal buah berbentuk bulat telur sungsang, kepala putik 3–4 butir, cakramnya kecil. Buah berupa buah batu berbentuk bulat atau bulat telur, berdiameter 8–10 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan pucat lalu putih dan selanjutnya menjadi merah kekuning-kuningan sampai ungu kebiru-biruan/hitam pada saat matang.

Buah mempunyai kulit yang tipis dan keras serta mengandung banyak sari buah. Daging buah tebalnya hanya 3 mm dan berwarna putih. Biji berbentuk bulat telur-lonjong, berukuran (6–8) mm x (4,5–5,5) mm, berwarna terang dan keras. Buah buni mengandung air 91,11–94,80 gr, protein 0,75 gr, abu

0,57–0,78 gr, Ca 0,12 mg, P 0,04 mg, Fe 0,001 mg, Thiamine 0,031 mg, Riboflavin 0,072 mg, dan Niacin 0,53 mg. Buah buni mengandung tiga jenis flavonoid yang berbeda yaitu catechin, procyanidin B1 and procyanidin B2.

Flavonoid merupakan salah satu senyawa antioksidan yang dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi pada oksigen dalam tubuh manusia. Senyawa ini terdiri atas lebih 15 atom karbon yang sebagian besar dapat ditemukan dalam tanaman. Selain itu, flavonoid juga berfungsi melindungi struktur sel dalam tubuh, meningkatkan penyerapan dan penggunaan vitamin C dalam tubuh, sebagai obat antiinflamasi, mencegah pengeroposan tulang, sebagai antibiotik, sebagai antivirus, menghambat pertumbuhan kolesterol jahat dalam darah, mencegah terjadinya atherosklerosis, dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Buah buni dapat dimakan dalam keadaan segar, biasanya dipakai sebagai bahan rujak. Buah yang mentah rasanya agak asam dan agak manis ketika matang. Buah-buah dalam satu tandan matangnya tidak bersamaan sehingga seringkali digunakan untuk membuat selai dan jeli.

Sar i buah dar i buah yang benar-benar matang berguna sebaga i m inuman penyegar

dan menghasilkan anggur yang istimewa. Daun muda mempunyai manfaat untuk memberi aroma pada ikan atau daging rebus. Buah muda maupun daun muda dapat digunakan sebagai pengganti cuka. Daun muda juga dimakan sebagai lalap dan dimasak dengan nasi.

Budi daya tanaman buni juga sangat baik untuk reklamasi lahan kritis dan sebagai tanaman hias dengan daun yang cukup indah dimana daun berselang-seling berwarna hijau gelap.

Ni Luh Putu Indriyani

Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

Jalan Raya Solok Aripan km. 8

Solok 27351

Telepon : (0755) 20137

Faksimile : (0755) 20592

E-mail : [email protected].

go.id; [email protected]

Page 17: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 15

Tanaman mengambil karbon (C) dari udara dalam bentuk CO2 dan

pada proses respirasi mengeluarkan oksigen (O2) sehingga unsur utama pembentuk jaringan adalah CHO. Selama pertumbuhannya tanaman mengambil karbon untuk membentuk bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, dan buah. Sisa tanaman di dalam tanah ada yang mudah terdekomposisi atau terurai menjadi bahan organik tetapi ada pula yang sulit.

B a g i a n t a n a m a n y a n g sulit terdekomposisi biasanya mengandung karbon. Bagian tersebut akan lebih baik j ika dijadikan karbon atau arang yang bila dibenamkan ke dalam tanah akan mengkonservasi karbon. Mengkonservasi karbon di dalam tanah berarti menyimpan unsur C sebanyak-banyaknya dan selama-lamanya agar tetap berada di dalam tanah sehingga kelengasan atau kelembapan tanah dapat dipertahankan. Upaya konversi karbon menjadi arang dikenal sebagai biochar.

Bahan Baku Biochar

Hasi l panen per tan ian t idak semuanya dapat dimakan oleh manusia, hewan ataupun ternak. Sebagian besar menjadi limbah yang sulit terurai dan tidak mudah

Konservasi Karbon dengan Biochar Sederhana

Salah satu cara untuk meningkatkan pemanfaatan limbah tanaman yang tidak mudah terdekomposisi adalah mengubahnya menjadi arang yang kini dikenal sebagai biochar. Setidaknya ada dua fungsi ganda dalam proses

pemanfaatan biochar yakni mampu mengkonservasi karbon di dalam lahan pertanian sekaligus mempertahankan kandungan bahan organik di dalam

tanah serta mempertahankan kemampuan tanah menyimpan air.

dimanfaatkan bahkan sulit untuk dijadikan kompos. Pada akhirnya lebih sering dibakar menjadi abu untuk menurunkan volume limbah tanpa manfaat. Sisa-sisa pertanian seperti sekam padi, tempurung kelapa, batang, dahan, ranting, kulit buah kakao, tongkol pada tanaman jagung, dan lainnya dapat dijadikan sebagai bahan biochar.

Teknik Pembuatan Biochar

Prinsip pembuatan arang pada dasarnya sama yaitu membakar dengan api yang maksimal tetapi sedikit menggunakan oksigen atau dikenal dengan pirolisis, secara sempurna maupun tidak sempurna. Api yang besar diharapkan mampu membakar material tetapi sisa hasil pembakarannya tidak berupa abu tetapi arang. Material bahan baku arang yang terbakar baik dicirikan dengan adanya perubahan warna menjadi hitam kelam mulai permukaan luar hingga dalam material tersebut. Misalnya pada arang sekam, disebut berkualitas apabila tidak ada sekam yang masih berwarna kekuningan. Salah satu alat yang mudah dibuat, digunakan, serta murah untuk membuat arang disebut kon tiki. Alat tersebut berupa lubang setengah bola di permukaan tanah. Berbagai ukuran bisa dibuat tetapi yang umum digunakan

berdiameter 150/320 cm dengan kedalaman 90 cm/50 cm (Gambar 1). Lebih bagus lagi jika kedalaman 90 cm dan berdiameter 150 cm agar memudahkan dalam operasional pembakaran. Pada pusat kon tiki di bagian bawah dibuat lubang yang agak dalam, sekitar 15–20 cm berdiameter 10–15 cm. Bahan baku biochar hendaknya sudah kering dengan kadar air bahan <10% untuk memudahkan pembakaran.

Proses pembuatan biochar dimulai dengan memasukkan kayu kering yang mudah terbakar di dasar kon tiki. Jumlah bahan kering tersebut ditumpuk sekitar 30–40 cm tingginya, tidak terlalu padat tetapi diperkirakan api mudah membakar bahan tersebut. Nyalakan api dan biarkan sampai stabil atau tidak mudah mati. Ketika tumpukan bahan sudah terbakar masukkan bahan biochar sedikit demi sedikit dan pertahankan nyala api.

Prinsip yang harus dipegang ketika membuat arang menggunakan kon tiki adalah menekan jumlah asap sekecil mungkin. Lakukan penambahan bahan biochar sampai kon tiki penuh oleh bara. Kon tiki berukuran 150 cm x 90 cm mampu membakar bahan baku 4–6 karung besar. Ketika kon tiki sudah penuh atau mencapai permukaan tanah,

Bentuk kon tiki.

Page 18: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

16 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Cara pembuatan kon tiki. Kon tiki yang sudah jadi.

Proses pembakaran awal. Zeabiochar (arang tongkol jagung).Penambahan tongkol yang terus terbakar.

biarkan api tetap menyala sampai kobarannya berhenti setelah itu segera matikan baranya. Mematikan bara dapat menggunakan air yang banyak sehingga bara betul-betul mati.

Selain disiram dengan air, permukaan kon tiki dapat juga ditutup merata dengan lapisan batang p isang yang basah. Kemudian pada permukaan batang pisang ditutup rapat dengan tanah. Jangan biarkan ada asap yang keluar dari permukaan kon tiki karena akan menyebabkan adanya proses pembakaran hingga menjadi abu.

Te k n i k l a i n y a n g d a p a t dipergunakan adalah menyiramkan air yang telah diperkaya hara. Tujuannya adalah memperkaya arang dengan unsur hara. Adapun caranya yakni: (1) siapkan sebuah drum berbahan logam atau plastik yang permukaannya terbuka lebar dan mempunyai tutup, (2) isi drum dengan air dingin secukupnya untuk merendam semua arang yang

terbentuk, (3) pilih pupuk anorganik yang bukan urea seperti SP36/KCl. Perbandingannya adalah untuk 100 kg biochar menggunakan 2 kg SP36/KCl. Setiap kali pembakaran untuk ukuran 150 cm x 90 cm diharapkan diperoleh biochar sebanyak 100 kg atau lebih, (4) campur merata air dengan pupuk di dalam dru, (5) biochar yang masih membara dimasukkan ke dalam drum yang berisi cairan pupuk SP36 dan KCl sedikit demi sedikit, (6) Arang yang sudah masuk ke dalam drum diaduk rata dan dibenamkan sampai semua biochar yang diperoleh dari satu lubang kon tiki dapat tertampung di dalam drum, (7) setelah semua tercampur, tutup drum dengan baik dan biarkan sampai semua air terserap oleh biochar, (8) biarkan 1–2 hari untuk kemudian dikeluarkan dari drum dan dimasukkan ke dalam karung kedap udara.

Biochar yang sudah dingin s e b a i k n y a d i h a l u s k a n a g a r memudahkan dalam pemakaian dan memperoleh manfaat sebesar-

besarnya. Biochar yang berukuran kecil, luas permukaannya menjadi meningkat sehingga berpeluang menyerap atau menyimpan dan melepaskan air dari dan ke dalam tanah lebih besar dengan kata lain dapat memperpanjang kelengasan tanah.

Berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menunjukkan bahwa biochar juga mempunyai sifat yang baik untuk dijadikan pembenah tanah (soil ameliorant dan soil amandement). Biochar bahkan dapat berfungsi dengan baik apabila dicampurkan dengan kotoran hewan atau pupuk kandang.

Dari beberapa literatur kajian sebelumnya menyatakan bahwa biochar mampu bertahan di dalam tanah selama ratusan tahun sehingga kondisi tanah baik. Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan kandungan karbon berupa gas di dalam udara maka karbon yang terbentuk di bagian tubuh tanaman namun tidak mudah terdekomposisi akan lebih bermanfaat jika dijadikan biochar.

S. Sutono

Balai Penelitian Tanah

Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114

Telepon : (0251) 8336757

Faksimile : (0251) 8321608;

(0251) 8322933

E-mail : [email protected].

go.id; [email protected]

Page 19: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

Volume 39 Nomor 4, 2017 17

Usaha untuk meningkatkan produksi gula diantaranya

t e l ah d i l aksanakan dengan menginvestasikan peralatan yang mempunyai efisiensi kinerja tinggi baik di lapang maupun di pabrik. Kegiatan budi daya tebu terdiri atas pengolahan tanah, penanaman, pemel iharaan tanaman, dan pemanenan.

Efektivitas penggunaan alsin pada lahan kering peluangnya sangat besar dibandingkan pada lahan sawah. Walaupun demikian, penggunaan alsin dalam budi daya tebu mendapat kendala, diantaranya tidak sesuainya ukuran alsin dengan kondisi pengoperasian di lahan, suku cadang yang tersedia sangat terbatas dan pengelolaannya belum baik. Untuk mendukung program

Pengembangan Mesin Panen Tebu Tipe Riding (Prototipe II)

Kegiatan panen tebu di Indonesia umumnya masih manual dengan menggunakan parang, sehingga kapasitas kerja rendah yaitu sekitar 40 HOK/ha dan menyisakan tunggul tebu setinggi 10–20 cm dengan susut

hasil 5%. Padahal kadar gula tertinggi berada pada bagian tersebut dibanding bagian atasnya. Mengingat luasnya areal kebun tebu sementara tenaga kerja terbatas maka kegiatan panen tebu hanya mungkin dilakukan

dengan mekanisasi. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) telah merekayasa prototipe mesin panen tebu tipe riding

dengan penguatan komponen lokal (local content).

Kementerian Per tanian dalam mencapai swasembada gula, BBP Mektan telah merekayasa prototipe mesin panen tebu tipe riding dengan penguatan komponen lokal (local content).

Kriteria desain prototipe mesin panen tebu yang dikembangkan adalah sebagai berikut: (1) prototipe pemanen dirancang tipe riding dan berporos ganda atau 4 Wheel Drive (WD) untuk satu baris tanam tebu dengan jarak pusat ke pusat (PKP) 135–150 cm, (2) prototipe pemanen tebu merupakan self propelled machine dengan mesin penggerak diesel yang sesuai untuk mesin pertanian (rpm rendah dan torsi tinggi), (3) dilengkapi dengan bagian pemotong pucuk sehingga tebu yang akan dipotong sudah

bersih dari daun, (4) ukuran atau dimensi prototipe (P x L x T) adalah 5,65 x 2,37 x 2,34 m dengan bobot 2.740 kg, (5) kapasitas kerja mampu mencapai 5,2 jam/ha, dan (6) mampu mengarahkan rumpun tebu, memotong batang tebu rata tanah (tidak pecah) serta merebahkan hasil potongan ke samping unit mesin, sehingga tidak terlindas roda penggerak.

Desain dan Pabrikasi Mesin Panen Tebu Tipe Riding

Mekanisme kerja mesin yang dirancang adalah mesin panen tebu bergerak maju searah baris tanaman tebu dengan kecepatan 1,80–2,25 km/jam. Posisi roda penggerak berada di antara baris tanaman sedangkan posisi konveyor dan pisau berada pada tengah rumpun tebu. Pisau potong atas yang berada di bagian terdepan akan memotong pucuk daun tebu pada putaran 400–500 rpm. Selanjutnya sudut konveyor pengarah akan berputar 100–120 rpm dan menarik rumpun batang tebu sekaligus menjepit batang tebu menuju posisi pisau pemotong. Pada saat batang tebu telah mencapai titik potong, putaran pisau (500–750 rpm) akan memotong bagian bawah batang tebu (0–5 cm di atas tanah). Setelah terpotong, batang tebu tersebut akan dibawa ke kanan oleh konveyor pembawa dan direbahkan ke lahan.

Proses pembuatan prototipe dilakukan secara simultan dengan proses perancangan. Mengingat kompleksnya mesin yang dirancang, pembuatan prototipe dilakukan tanpa menunggu seluruh rancangan Unjuk kerja mesin tebu di BBP Mektan.

Page 20: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/.../upload/download/file/Dokumen_379.pdf · Data ini hanya berlaku untuk cuplikan contoh yang dianalisis. Volume 39 Nomor 4, 2017 3 ... aktivitas

18 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

bagian mesin telah selesai terlebih dahulu. Pabrikasi mesin panen tebu dimulai dari rangka implement berupa dudukan konveyor dan unit pisau, dilanjutkan bagian

konveyor sebagai pengarah atau pembawa dan unit pisau potong pucuk. Berikutnya perakitan sistem hidrolik untuk potong pucuk. Rangka implement tersebut ber fungsi

Hasil pabrikasi dan perakitan mesin tebu untuk didemokan di depan Menteri pertanian pada 24 Agustus 2017 di BBP Mektan Serpong.

sebagai tumpuan semua komponen dari implement yakni meliputi unit konveyor, unit pisau pemanen dan unit sistem hidrolik. Row material untuk besi kotak menggunakan bahan hollow 100 mm x 100 mm dan juga besi kotak hollow 50 mm x 100 mm. Sebagai penguat digunakan bahan besi plat tebal berukuran 10–12 mm.

Diameter poros untuk tumpuan keseluruhan implement bergerak dengan arah naik-turun sebesar 30 mm. Hasil uji kinerja mesin panen tebu di lahan BBP Mektan menunjukkan bahwa mekanisme pemotongan pucuk, konveyor, dan potong bawah batang tebu telah menunjukkan hasil kerja yang baik. Bahkan diperlihatkan bahwa untuk unit pisau pemotong mampu memotong pucuk dan rumpun batang tebu dengan hasil tidak pecah. Diharapkan bahwa penggunaan mesin panen tebu tipe riding tersebut mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam membantu peningkatkan hasil panen petani.

Joko W, Sigit TW, dan Gambuh AK

Balai Besar Pengembangan

Mekanisasi Pertanian

Situgadung, Tromol Pos 2, Serpong

15310, Tangerang, Banten

Telepon : (021) 08119936787

E-mail : [email protected].

go.id

Spesifikasi Teknis Mesin Panen Tebu Tipe Riding (Prototipe II).

Nama prototipe : Mesin Pemanen Tebu

Tipe : Riding

Dimensi(P x L x T) : 5650 x 2370 x 2345 (mm)

Bobot : 2.740 kg

Kapasitas Kerja : 0,19 ha/jam (5,2 jam/ha)

Lebar Potongan : 600-800mm

Kecepatan maju : 1,80 – 2,25 km/jam

Tenaga Penggerak : Diesel 4 silinder, 29,4 kW/2400 rpm

Sistem transmisi : Hidrolik, belt, rantai-sprocket

Potong pucuk

Konveyor Pisau

bawah

Rancangan mesin panen tebu dilengkapi potong pucuk