Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · pengendalian yang lebih...

20

Transcript of Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/... · pengendalian yang lebih...

Warta

Pengantar Redaksi Daftar Isi

ISSN 0126-4427

Penelitian dan Pengembangan PertanianVolume 40 No. 1, 2018

Pengendalian Penyakit Akar Bengkak pada Kubis-kubisan 1

Perakitan Varietas Kedelai untukMengatasi Serangan Kutu Kebul 3

Pemberdayaan Masyarakat Untuk Konservasi Lahan dan Bantaran Sungai Perkotaan, Mungkinkah? 6

Kapak Kulai Tingkatkan GairahPetani Kembangkan Kopi Bengkulu 9

Pegagan Tingkatkan Daya Imunitas Tubuh 11

Asap Cair dari Limbah Pertanian danManfaatnya 12

Rasi dari Kampung Adat Cireundeu: Bentuk Kearifan Lokal BerbasisDiversifikasi Pangan 15

Sensasi Hangat Minuman Kopi Lada 17

Memasuki awal tahun 2018, Warta Litbang Pertanian hadir dengan ragam informasi yang berasal dari berbagai kegiatan Balitbangtan. Upaya peningkatan produksi masih menjadi bahasan utama guna mendukung kuantitas dan kualitas komoditas pertanian. Mulai dari teknis bertanam seperti teknik kapak kulai yang ternyata dapat dimanfaatkan untuk rehabilitasi tanaman kopi yang sudah tua sembari menunggu penggantian tanaman baru untuk dapat berproduksi. Lalu, antisipasi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) juga menjadi penting untuk diperhatikan. Seperti sajian artikel pengendalian penyakit akar bengkak pada kubis-kubisan serta upaya perakitan varietas yang tahan terhadap OPT, salah satunya kutu kebul pada kedelai. Ada lagi optimalisasi pemanfaatan lahan di bantaran sungai yang sekaligus dapat menjadi konservasi atas sungai perkotaan yang sudah tercemar. Salah satu pilihan konsep zero waste juga disajikan melalui pengolahan limbah menjadi asap cair dengan manfaat yang luar biasa, baik bagi pangan maupun non pangan. Sedangkan dari aspek hilirisasi berisi informasi pemanfaatan hasil pertanian, baik berupa bahan mentah maupun hasil pascapanen, dengan memperhatikan kearifan lokal serta manfaat positif bagi manusia. Ada informasi mengenai pegagan yang dapat meningkatkan daya imunitas tubuh. Lalu, racikan minuman kopi lada dari Bangka Belitung yang memberikan sensasi hangat dan kenikmatan tersendiri. Dan terakhir adalah mengenal kearifan lokal kampung adat Cirendeu dengan pangan beras singkong yang bisa menjadi salah satu pilihan pangan lokal sehat saat ini. Redaksi

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian diterbitkan enam kali dalam setahun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pengarah: Muhammad Syakir; Tim Penyunting: Retno Sri Hartati Mulyandari, Istriningsih, Nuning Nugrahani, Sri Hartati, Sofjan Iskandar, Syahyuti, Sri Utami, Tri Puji Priyatno, Miskiyah, Wiwik Hartatik, Achmad Subaidi; Ika Djatnika; Ronald Hutapea; Penyunting Pelaksana: Morina Pasaribu, Siti Leicha Firgiani, Ujang Sahali Tanda Terbit: No. 635/SK/DITJEN PPG/STT/1979; Alamat Penyunting: Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, Jalan Salak No. 22, Bogor 16151, Telepon: (0251) 8382567, 8382563, Faksimile: (0251) 8382567, 8382563, E-mail: [email protected]. Selain dalam bentuk tercetak, Warta tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada http://www.bpatp.litbang.pertanian.go.id

Foto sampulTanaman Kopi

Redaksi menerima naskah tentang inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian dari hasil Penelitian, Pengkajian, dan Diseminasi lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sasaran pembaca adalah komunitas pertanian, terutama penyuluh dan praktisi di lapangan. Naskah disajikan dalam bentuk ilmiah popular disertai gambar/foto yang sesuai dengan bahasan naskah. Jumlah halaman naskah 4-6 halaman ketik dua spasi dengan judul maksimal 10 kata.

Volume 40 Nomor 1, 2018 1

Penyakit akar bengkak pada kubis-kubisan (Brassicaceae atau

Cruciferae) yang disebabkan oleh mikroba Plasmodiophora brassicae Wor. seringkali menghantui petani sayuran di Indonesia. Bagaimana tidak, pada serangan penyakit yang parah dapat menyebabkan kegagalan panen hingga 100%. Hal tersebut tentunya menyebabkan kerugian besar bagi petani.

Tanaman kubis-kubisan yang terserang penyakit akar bengkak akan menunjukkan gejala layu, kerdil, menguning hingga akhirnya mengering lalu mati. Sedangkan kondisi gejala di bawah permukaan tanah berupa pembengkakan pada akar menyerupai umbi atau gada. Oleh karena itu, petani di Jawa Barat

Pengendalian Penyakit Akar Bengkak pada Kubis-kubisan

Sudah lama petani dihantui kecemasan atas penyakit akar bengkak yang menyerang tanaman sayuran terutama jenis kubis-kubisan. Petani perlu mengenali karakter penyebab akar bengkak yakni P. brassicae sehingga dapat menentukan langkah pengendalian secara tepat. Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Balitbangtan, telah menghasilkan pupuk hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan P. brassicae dengan kandungan berbahan aktif cendawan Gliocladium sp. dan beberapa bakteri lainnya.

Biopestisida tersebut dapat menjadi pilihan petani sebagai solusi pengendalian yang lebih bijaksana, ramah lingkungan, dan aman bagi

kesehatan.

menyebutnya dengan “akar beutian” atau akar gada karena bentuknya mirip gada. Penyebutan penyakit akar bengkak seringkali juga disebut “akar beutian”, "patek", akar pekuk, atau “clubroot”, bergantung pada kebiasaan di daerah masing-masing. Penyakit ini mudah menular dan sulit dikendalikan karena P. brassicae yang tertinggal di dalam tanah dapat membentuk spora istirahat dan akan aktif lagi pada saat penanaman tanaman inang. Bentuk pengendalian yang umumnya dilakukan berupa per lakuan fung is ida s in te t is meskipun sebagian besar fungisida tersebut tidak teregistrasi di Komisi Pestisida secara khusus sebagai pengendalian akar bengkak. Dengan fungisida, intensitas serangan

penyakit dapat berkurang. Namun demikian, di musim berikutnya adakalanya serangan penyakit menjadi lebih parah. Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan untuk mengurangi penggunaan bahan sintetis pada kegiatan pertanian sebagai upaya menyelamatkan alam dan manusia itu sendiri.

Morfologi dan Daur Penyakit Bengkak Akar

Beberapa ahli penyakit tanaman pada tahun 2005 mengungkapkan bahwa P. brassicae tergolong ke dalam cendawan tingkat rendah dari kelas Plasmodiophoramycetes. Bentuk spora bulat atau agak lonjong berukuran 1,6 x 4,3 mikron, tidak berwarna atau “hialin” (bening). Jika dil ihat melalui mikroskop pada besaran maksimal 1.000 x, tampak spora memiliki duri atau rambut pendek. Wadah spora atau disebut sporangium berdiameter 6,0–6,5 mikron. Zoospora (spora renang) berdiameter 1,9–3,1 mikron dan memiliki flagella (ekor). Perkembangan P. brass icae d ipengaruhi beberapa faktor lingkungan antara lain kelembapan tanah, suhu, intensitas cahaya, dan kemasaman tanah. Suhu tanah optimum untuk infeksi antara 20–25°C, sedangkan intensitas cahaya rendah tidak begitu disukai P. brassicae. Tanah yang bersifat masam atau ber-pH rendah akan mendukung per tumbuhannya sementara tanah yang kering akan membuat spora membentuk spora istirahat. Demikian pula curah hujan tinggi turut memengaruhi perkembangannya. Bentuk spora

Tanaman pakcoy yang diberi perlakuan gliocompost.

Tanaman pakcoy yang tanpa perlakuan gliocompost.

2 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

istirahat akan bertahan di dalam tanah hingga 40 tahun tanpa tanaman inang. Spora tersebut akan bereaksi untuk menginfeksi tanaman inang pada saat kondisi lingkungan optimum atau juga saat ada eksudat atau sel-sel akar kubis-kubisan di dalam tanah.

Gejala Penyakit

Gejala serangan pada tanaman kubis-kubisan ditunjukkan dengan adanya klorosis pada daun. Tanaman akan tampak layu pada siang hari atau saat cuaca panas, lalu membaik pada malam dan pagi hari. Awal gejala dimulai dengan terjadinya pembengkakan keci l berupa bintil-bintil dan pada infeksi lebih lanjut pembengkakan merambat pada akar primer maupun lateral. Pembengkakan itu disebabkan oleh terjadinya hipertrofi dan hyperplasia yaitu pembesaran dan peningkatan jumlah sel yang abnormal pada jaringan akar. Pembengkakan akar akan mengganggu pengangkutan unsur hara dan air di dalam jaringan tanaman sehingga tanaman layu dan kerdil. Tidak semua jenis kubis-kubisan menunjukkan gejala yang sama ketika terinfeksi P. brassicae. Contohnya gejala serangan pada lobak yang menunjukkan luka berwarna cokelat kehitaman pada permukaan akar.

Penyebaran Penyakit

Penyebaran P. brassicae dapat terjadi melalui benih, alat-alat pertanian, air, pupuk kandang, atau aktivitas pekerja. Benih yang berasal dari tanaman terinfeksi akan menjadi sumber penyakit utama. Alat pertanian seperti cangkul yang sebelumnya digunakan pada lahan terinfeksi akan menularkan penyakit ketika digunakan di lahan baru. Demikian juga dengan air yang

mengalir dari lahan terinfeksi dan penggunaan pupuk kandang dari ternak yang mengonsumsi pakan ternak terinfeksi. Penularan melalui pekerja dapat terjadi melalui sepatu atau tangan yang mengandung penyakit. Di Indonesia penyakit ini menyebar di seluruh nusantara, khususnya di sentra penghasil kubis-kubisan seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, dan Irian Jaya.

Pengendalian

B e b e r a p a h a s i l p e n e l i t i a n menyebutkan bahwa penggunaan kombinasi perlakuan menunjukkan h a s i l y a n g m e m u a s k a n . Pengendalian dilakukan secara integrasi meliputi kultur teknik, kimia, dan hayati. Pengendalian kultur teknik dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan penyakit. Upaya yang dilakukan yakni dengan menjaga kebersihan kebun, air, alat, dan kesehatan benih. Pembersihan kebun dari sisa tanaman yang mengandung penyakit dilakukan dengan cara pembakaran. Langkah lainnya adalah rotasi tanaman selain kubis-kubisan, pengapuran tanah di awal tanam pada tanah asam, penggunaan pupuk nitrogen yang proporsional untuk mengurangi jumlah spora penyaki t , ser ta penggunaan benih yang sehat.

Pengendalian secara kimia agak sulit dilakukan karena belum adanya fungisida yang khusus untuk menangani akar bengkak. Namun, aplikasi dengan beberapa fungisida berbahan aktif flusulfamida, dazomet, azoxistrobin, atau difenoconazol kadangkala dapat menurunkan keparahan penyakit. Penggunaan fungisida kimia harus dilakukan secara bijaksana karena dampaknya yang kurang baik untuk kesehatan dan l ingkungan. Biopest isida

merupakan pil ihan yang lebih bijaksana. Berbagai jenisnya sudah dibuat serta diimplementasikan di lapangan dimana data penelitian menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Sebagian petani juga sudah mencoba menggunakan jenis mikroorganisme yang bersifat biopestisida seperti Gliocladium, Trichoderma, dan Pseudomonas fluorescent guna mengatasi penyakit akar bengkak.

Balithi telah menghasilkan salah satu produk pupuk hayati yang juga berfungsi sebagai biopestisida. Produk tersebut kemudian diberi nama dagang G l iocompos t . Kandungan bahan aktif gliocompost adalah cendawan Gliocladium sp. dan beberapa bakteri lainnya yang dapat mengendalikan beberapa penyakit tular tanah di antaranya P. brassicae. Hasil uji keberhasilan y a n g d i l a k u k a n d i B a l i t h i menunjukkan bahwa penggunaan gliocompost pada tanaman caisim memiliki akar yang sehat. Hal ini juga telah dibuktikan oleh petani sayuran di daerah Gunung Putri Cipanas, Kabupaten Cianjur. Petani-petani tersebut telah menggunakan Gliocladium sp. untuk mengendalikan P. brassicae pada tanaman pakcoy (Brassica rapa L.), caisim (Brassica chinensis var parachinensiss), kubis (Brassica oleracea var. capitata), dan brokoli (Brassica oleracea var. italica). Setelah menggunakan Gliocladium sp. selama empat tahun, tanamannya terbebas dari akar bengkak bahkan mengalami peningkatan bobot tanaman dan rasa sayur yang lebih enak.

Gliocompost

Gliocompost merupakan pupuk hayati dan biofungisida yang mengandung Gliocladium sp., Azotobacter sp., Azospirilium, dan Bacillus sp. serta Cendawan Gliocladium sp. Memiliki

Volume 40 Nomor 1, 2018 3

sifat antagonis dengan menjadikan cendawan patogen sebagai sasaran basmi. Sifat lainnya adalah dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan cara mengurai unsur hara

menjadi hara yang siap digunakan oleh tanaman. Azotobacter sp. dan Azospirilium sp. merupakan bakteri yang berfungsi sebagai pengikat N bebas seh ingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sedangkan, Bacillus sp. menghasilkan metabolit sekunder yang dapat menekan pertumbuhan patogen dan juga meningkatkan pertumbuhan tanaman. Gliocompost dapat digunakan sebagai pupuk dan pengendali penyakit tular tanah seperti penyakit layu fusarium pada berbagai tanaman, busuk leher akar yang disebabkan Sclerothium, serta patek yang disebabkan Rhizoctonia d a n P y t h i u m . G l i o c o m p o s t digunakan pada tanah persemaian

dengan perbandingan antara gliocompost dan tanah steril 1 : 9 bagian. Gliocompost digunakan pada saat menjelang tanam yakni 1-2 minggu sebelum tanam. Teknologi biopestisida ini sudah memiliki hak paten serta izin edar dengan mitra pemasaran yang dipegang oleh PT. Agro Indo Mandiri. Gliocompost sudah tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Sumatra Selatan.

Evi Silvia Yusuf

Balai Penelitian Tanaman Hias

Jalan Raya Ciherang,

Pacet Cianjur 43253

Telepon : (0263) 517056; 514138

Faksimile : (0263) 514138

E-mail : [email protected]

Gliocompost dalam kemasan

Perakitan Varietas Kedelai untuk Mengatasi Serangan Kutu Kebul

Kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) merupakan hama pengisap daun yang dapat menurunkan hasil biji, bahkan menyebabkan gagal panen pada

kedelai. Menanam varietas tahan adalah salah satu teknik pencegahan yang sesuai dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Perakitan varietas yang terencana diharapkan juga dapat menghasilkan varietas kedelai tahan

sebagai solusi mengatasi kutu kebul di musim kemarau.

Siapa yang tidak kenal dengan tempe dan tahu? Dua produk

olahan dari kedelai ini merupakan pangan sumber protein nabati yang dikonsumsi oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Tak ayal lagi, permintaan akan kedelai terus bertambah setiap tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan peningkatan kebutuhan kedelai di Indonesia tahun 2016 sebesar 6,3%. Konsumsi kedelai nasional pada tahun 2015 mencapai 2,54 juta ton dan meningkat menjadi 2,7 juta ton pada tahun 2016. Padahal, produksi kedelai pada tahun tersebut hanya

900 ribu ton. Akibatnya, pemerintah harus mengimpor 1,8 juta ton kedelai atau setara dengan 68% kebutuhan kedelai nasional.

Sebenarnya, banyak varietas unggul kedelai yang telah dilepas pemerintah memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai impor. Bahkan kandungan protein yang dimiliki varietas kedelai dalam negeri jauh lebih tinggi. Erliana Ginting, peneliti pascapanen dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), melaporkan bahwa tempe yang dibuat dari varietas Burangrang

dan Bromo memperlihatkan kualitas dan kandungan protein yang lebih baik dibandingkan dengan tempe menggunakan kedelai impor. Kandungan protein pada tempe dari biji varietas Burangrang dan Bromo masing-masing mencapai 26,7% dan 24,3%, lebih tinggi dibandingkan kedelai impor yang hanya sebesar 22,1%. Demikian pula dengan produk tahu, varietas Tambora, Lokon, Lumpobatang dan Rinjani yang memiliki kandungan protein biji mencapai 40% memberikan bobot dan tekstur tahu yang lebih baik dibandingkan dengan tahu dari kedelai impor yang hanya memiliki kandungan protein biji 35-37%.

Ketertarikan pengusaha tempe dan tahu yang lebih tinggi terhadap kedelai impor dilatarbelakangi oleh terjaminnya kontinuitas ketersediaan biji kedelai. Hal ini dipengaruhi pula oleh produksi kedelai dalam

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

4 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Serangan kutu kebul menyebabkan tanaman kedelai menjadi keriting.

Galur kedelai yang tahan terhadap serangan kutu kebul.

negeri yang rendah dan tidak menentu. Rendahnya produksi kedelai nasional bukan disebabkan oleh rendahnya mutu varietas oleh yang ada, tetapi lebih disebabkan faktor lingkungan tempat budidaya kedelai dilakukan. Berdasarkan buku deskripsi varietas kedelai, potensi hasil dari varietas kedelai yang dilepas pemerintah 5 tahun terakhir berkisar 2,5–3,5 t/ha, namun data BPS tahun 2015 menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kedelai Indonesia hanya 1,56 t/ha.

Serangan hama merupakan salah satu faktor lingkungan yang menurunkan produksi kedelai. Kedelai yang ditanam pada musim kemarau setelah panen padi, akan menghadapi berbagai macam hama yang biasanya muncul pada musim kemarau. Selain lingkungan tropis yang sesuai untuk perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT), tanaman kedelai yang kaya dengan protein menjadi sumber pakan yang baik untuk OPT, sehingga tanaman kedelai lebih disukai OPT sebagai tempat tumbuh dan berkembang dibanding tanaman lainnya.

Sedikitnya tiga spesies hama lalat, tiga spesies hama pengisap daun, lima spesies hama pemakan daun, dan empat spesies hama perusak polong dikategorikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) sebagai hama utama pada kedelai. Kutu kebul, salah satu hama

pengisap daun, dapat menyebabkan penurunan hasi l h ingga 80% bahkan menyebabkan gagal panen. Laporan Marwoto, peneliti hama dari Balitkabi, menyebutkan ledakan hama kutu kebul pada tahun 2009 di Kebun Percobaan (KP) Muneng, Probolinggo menyebabkan seluruh polong dari pertanaman kedelai yang ada menjadi hampa. Hal ini terjadi karena ekskresi embun madu pada saat kutu kebul mengisap cai ran daun, menjadi media tumbuh bagi cendawan jelaga yang menutupi permukaan daun, sehingga menghambat proses fotosintesis dan pengisian biji terganggu. Kutu kebul juga diketahui sebagai vektor berbagai macam penyakit virus yang menyebabkan tanaman kedelai menjadi kerdil dan polongnya hampa.

Tidak hanya menyerang kedelai, pada tahun dan lokasi yang sama hama tersebut juga menyerang ubi jalar dan kacang tanah. Di lahan petani sekitar KP Muneng, kutu kebul teridentif ikasi juga menyerang pertanaman cabai. Kutu kebul telah lama diketahui bersifat polifag, artinya memiliki tanaman inang yang beragam. Tahun 2008, Alvin M. Simmons, seorang peneliti dari United States Department of Agriculturel (USDA), melaporkan 49 spesies tanaman menjadi inang baru bagi kutu kebul, tiga di antaranya adalah tanaman pangan yang dibudidayakan secara rutin. Melihat pentingnya status

tingginya pengaruh keberadaan kutu kebul pada kedelai, maka diperlukan strategi untuk menanggulanginya.

Pengendalian dengan insektisida yang umumnya dilakukan oleh petani masih belum memberikan hasil yang memuaskan, bahkan kutu kebul cenderung semakin sulit dikendalikan. Hal ini terjadi karena penggunaan insektisida telah memicu munculnya strain baru kutu kebul yang resisten terhadap insektisida. Salah satu teknik pengendalian hama yang sejalan dengan prinsip PHT adalah dengan menanam varietas tahan. Namun, dari 85 varietas kedelai yang telah dilepas, hanya varietas Tengger yang dideskripsikan sebagai varietas kedelai yang cukup tahan terhadap kutu kebul.

Selama ini, program perakitan varietas kedelai hanya difokuskan pada peningkatan produktivitas. Proses penelitian dianggap telah mengabaikan target keunggulan yang dapat mengatasi kendala serangan hama termasuk gangguan kutu kebul. Oleh karena itu, untuk selanjutnya, sifat ketahanan varietas Tengger terhadap kutu kebul dapat menjadi sumber gen untuk perakitan varietas kedelai tahan hama tersebut.

Peluang keberhasilan merakit varietas kedelai tahan terhadap kutu kebul masih terbuka luas. Salah satu kisah sukses program pemuliaan kedelai tahan kutu kebul telah dilaporkan oleh Leyla Gulluoglu, seorang peneliti dari Cukurova University di Turki. Dalam laporannya, varietas kedelai berdaya hasil tinggi (varietas Williams) disilangkan dengan genotipe kedelai tahan (aksesi S.4240). Setelah melalui seleksi dan pengujian ketahanan, maka diperolehlah varietas Atakisi dan Arisoy yang berdaya hasil tinggi sekaligus tahan terhadap kutu kebul. Kedua varietas memiliki mekanisme ketahanan fisik berupa kerapatan trikoma daun ditandai dengan sedikitnya jumlah populasi kutu kebul

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

Volume 40 Nomor 1, 2018 5

Skema tahapan perakitan varietas kedelai tahan kutu kebul di Balitkabi

yang teramati pada permukaan daun. Bercermin dari keberhasilan program pemuliaan kedelai di Turki, maka tahapan pemuliaan yang harus diperhatikan adalah menentukan sumber gen ketahanan dan metode seleksi yang digunakan. Kedua hal tersebut harus menjadi pegangan oleh pemulia kedelai di Indonesia dalam merakit varietas kedelai tahan terhadap kutu kebul.

Has i l pene l i t ian Ba l i t kab i telah mengidentifikasi genotipe-genotipe kedelai yang potensial dijadikan sebagai sumber gen ketahanan antara lain aksesi IAC 100. Genotipe tersebut merupakan plasma nutfah kedelai introduksi dari Brasil yang diketahui memiliki ketahanan terhadap serangan hama-hama utama pada kedelai. Namun sayangnya, penampilan dari tanaman IAC 100 dan tingkat produksinya yang rendah tidak begitu disukai oleh petani, sehingga

perlu disilangkan dengan varietas unggul untuk menutupi kelemahan dari hasil tanaman IAC.

Program perakitan varietas kedelai tahan terhadap kutu kebul di Balitkabi, diinisiasi pada tahun 2013 dengan melakukan persilangan antara keturunan dari IAC 100 dengan varietas Grobogan dan Argomulyo. Sedikit berbeda dengan metode seleksi yang digunakan di Turki, kegiatan seleksi ketahanan pada perakitan varietas kedelai tahan kutu kebul di Balitkabi dilakukan sejak generasi F2. Perakitan dimulai dengan memilih individu-individu yang terindikasi tahan.

Barometernya d i tun jukkan dengan tingkat serangan yang rendah atau tidak ada sama sekali ketika tanaman tersebut sengaja diberi atau terserang kutu kebul. Untuk memberikan tekanan seleksi yang tinggi, maka kegiatan seleksi ketahanan mulai dari generasi F2

hingga F5 dilakukan di KP Muneng sebagai salah satu kawasan endemik kutu kebul. Selain seleksi terhadap ketahanan, kegiatan seleksi juga d i lakukan terhadap karakter agronomi dan komponen hasil dari tanaman. Untuk memastikan sifat ketahanan dari galur-galur kedelai yang terpilih, selain melakukan pengujian ketahanan di lapangan, dilakukan pula uji ketahanan di rumah kaca. Metodenya adalah metode uji inang pilihan. Tanaman pada generasi F6 ketahanan galur-galur terpilih dilakukan dengan menginfestasikan sejumlah kutu kebul d i dalam rumah kaca. Yang harus dicatat bahwa dalam membedakan antara galur yang tahan dan tidak tahan adalah dengan melihat intensitas kerusakan daun yang terjadi. Kutu kebul merupakan hama pengisap daun sehingga kerusakan pada daunlah yang paling mudah diamati.

Hingga tahun 2017, program perakitan varietas kedelai tahan kutu kebul di Balitkabi telah memasuki tahap uji daya hasil. Tahapan berikutnya adalah uji adaptasi di 8 lokasi sebagai prasyarat yang telah ditetapkan oleh Tim Penilai dan Pelepasan Varietas Tanaman Pangan agar suatu galur dapat dilepas sebagai varietas unggul kedelai. Harapannya, pada tahun 2020 dapat dilepas varietas unggul kedelai tahan kutu kebul pertama di Indonesia, sehingga pilihan varietas kedelai semakin beragam, sesuai dengan kebutuhan petani.

Apri Sulistyo

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang

dan Umbi

Jalan Raya Kendalpayak Km 8, PO BOX

66 Malang 65101

Telepon : (0341) 801468

Faksimile : (0341) 801496

E-mail : [email protected].

go.id; [email protected]

6 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sungai dapat menjadi aset strategis termasuk nilai historis

yang dimilikinya. Sungai diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk keberlangsungan hidup manusia dan generasi mendatang. Oleh karena itu sungai-sungai yang telah tercemar seperti di wilayah perkotaan perlu dibenahi. Kondisi sungai di Provinsi DKI Jakarta, besar kemungkinan menjadi gambaran kondisi sungai di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Lebar sungai yang semakin berkurang, terlihat kumuh, dan kualitas air sungai memburuk akibat pembuangan limbah serta banyaknya bangunan liar.

Alih fungsi lahan yang semakin merajalela di perkotaan membuat kesan "haram" untuk lahan pertanian atau penghijauan. Di lain pihak, pemerintah berupaya untuk tetap menghadirkan ruang hijau. Daerah aliran sungai (DAS) adalah wilayah yang dimiliki pemerintah dengan payung hukum yang jelas. Hal ini seharusnya dilihat sebagai sebuah peluang untuk mengembalikan fungsi sungai dengan konsep pertanian

Pemberdayaan Masyarakat Untuk Konservasi Lahan dan Bantaran Sungai Perkotaan, Mungkinkah?

Sungai Nil bagi bangsa Mesir adalah surga yang diturunkan Tuhan untuk dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan Mesir menjadi bangsa maju.

Bagaimana dengan sungai di Indonesia? Sungai di perkotaan seperti DKI Jakarta memiliki permasalahan beragam diantaranya tercemar

limbah serta keberadaan pemukiman yang padat dan kumuh. Salah satu upaya mengatasinya adalah melalui konsep pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan bantaran sungai. Manfaat kegiatan tersebut selain

mendukung aspek konservasi juga mendatangkan nilai ekonomi.

secara terintegrasi. Harsoyo (2013) dalam jurnalnya memaparkan bahwa Prov. DKI Jakarta dilalui 13 DAS menuju utara yang bermuara di laut Jawa. Secara geomorfologi Prov. DKI Jakarta merupakan dataran banjir (flood plain) atau daerah yang terbentuk akibat proses sedimentasi saat terjadi banjir. Dataran banjir umumnya terjadi di sekitar aliran sungai yang berkelok-kelok (meandering) atau pada titik pertemuan anak sungai dengan sungai utama. Disebutkan pula di Buku Geologi Indonesia karya Van Benmellem tahun 1977 bahwa Prov. DKI Jakarta terbentuk dari endapan volkanik dan pantai. Saat di bangku perkuliahan kelas perencanaan pengembangan wilayah juga sering menyebutkan jika suatu wilayah terdiri atas sungai dan gunung, maka penghuninya seharusnya tidak akan kelaparan. Namun kondisi yang terjadi berbeda jauh di wilayah perkotaan Indonesia khususnya di sekitar bantaran sungai. Oleh karena itu, penting untuk melakukan terobosan dengan menjadikan bantaran sungai sebagai lahan

produksi tanaman per tanian. Misalkan, rata-rata anak sungai di DKI Jakarta memiliki panjang di atas 5 km atau 5.000 m, jika bisa memanfaatkan dua bahu anak sungai maka lahan produksi mencapai 10 km atau 10.000 m. Sistem budi daya dapat dilakukan secara tumpangsari (multikultur). Dapat dibayangkan jika semua lahan di bantaran sungai dan anak sungai di Prov. DKI Jakarta dilakukan hal yang sama. Gaduh harga cabai yang melonjak hampir tiap tahunnya mungkin tidak perlu terjadi bahkan besar kemungkinan dapat memenuhi kebutuhan dalam wilayah tersebut secara mandiri.

Tantangannya adalah lahan dan sungai telah tercemar logam berat akibat limbah bahan plastik, kosmetik, atau limbah produksi pabrik lainnya. Perlu secara selektif memilih lahan dan baku mutu air sungai yang memenuhi standar aman untuk budi daya pertanian khususnya sayuran. Namun, pada lahan yang tercemar tetap dapat dilakukan proses pemulihan dengan menjadikannya sebagai lahan penghi jauan. Langkah pencegahan tercemarnya sungai dimulai dengan menerapkan budaya tidak membuang sampah/limbah. Oleh karena itu, perlu menyediakan sarana pembuangan sampah yang memadai dan terintegrasi, dari tempat tinggal penduduk hingga ke tempat pengelolaan akhir (TPA) sampah. Selanjutnya penerapan manajemen dan metode

Volume 40 Nomor 1, 2018 7

Masyarakat menggunakan lahan bantaran sungai perkotaan Prov. DKI Jakarta untuk budidaya pepaya dan cabai rawit.

pengelolaan sampah untuk dapat diolah dan dijadikan sumber energi gas (biogas) dan bahan pupuk organik. Pupuk tersebut dapat diuji kandungan haranya dan kemudian dapat disebarkan untuk digunakan sebagai pembenah tanah sekaligus sumber nutrisi tanaman di bahu sungai. Bagi bahu sungai yang berada di daerah perbatasan selatan dan timur Prov. DKI Jakarta yang cenderung lebih tinggi akan lebih tepat jika dijadikan hutan kota yang produktif. Tanaman yang diusahakan adalah tanaman tahunan yang menghasilkan, seperti mangga, rambutan, sawo, jambu, dan sebagainya.

Teknologi Budi daya Sederhana

Teknologi yang diperlukan cukup dengan teknologi sederhana antara lain pengolahan tanah, produksi kompos dan bibit mandiri, serta pembuatan jadwal tanam sehingga diperoleh proses panen yang berkesinambungan. Pengolahan tanah mengikuti kaidah dasar bercocok tanam ya i tu per lu dicangkul agar perakaran tanaman dapat leluasa mengambil hara, air, dan proses respirasi. Hal lainnya adalah membuat bedengan atau jalur bertanam, untuk menghindari t a n a m a n t e r g e n a n g s e r t a memudahkan proses penanaman dan penyiangan gulma.

Memproduksi kompos mandiri menjadi langkah tepat untuk menekan biaya produksi ( low input). Petani dapat memanfaatkan serasah tanaman atau sisa sampah organik yang berserak di sungai untuk dijadikan kompos. Untuk mempercepat prosesnya dapat ditambahkan larutan dekomposer. Kemampuan untuk menyediakan benih mandiri juga dapat mendukung usaha budi daya berskala kecil. Petani memproduksi benih sayuran dengan cara menuakan tanaman

induk, misalnya benih sayuran seperti bayam, kangkung, terong, kemangi dan caisim. Permintaan pasar tidak hanya mengenai kualitas dan kuantitas produksi, namun kontinuitas. Sementara luasan lahan dan kemampuan produksi petani di bantaran sungai tergolong skala kecil. Antisipasinya adalah melalui penjadwalan penanaman untuk memperoleh pamanenan berkala. Perhitungan penjadwalan dapat disesuaikan dengan luas petakan, jumlah populasi tanaman, serta target jumlah panen.

Langkah awal untuk mewujudkan pemanfaatan bantaran sungai m e n j a d i p r o d u k t i f a d a l a h mempersiapkan lahan menjadi steril kepemilikan liar dengan pembebasan lahan yang diperkuat payung hukum. Warga yang menghuni di sekitar bantaran sungai harus direlokasi ke rusun atau tempat yang lebih layak untuk ditinggali dengan lokasi yang tidak jauh. Diupayakan proses tersebut berjalan sedamai mungkin untuk mencegah konflik kepemilikan. Selain sebagai tempat produksi hasil pertanian, tetap diperlukan jalan tani atau jalur para pejalan kaki. Warga sekitar yang berolahraga dapat menikmati pemandangan yang menyejukkan. Konsep tersebut dapat menjadi model mini agribisnis

jika dilengkapi dengan kegiatan pasca panen dan pemasarannya. Pasar-pasar tradisional dan modern terdekat dapat menjadi muara dari produk-produk sayuran, tentunya setelah memenuhi standar jual berupa penyortiran dan penanganan pasca panen yang baik. Warga sekitar juga dapat datang langsung untuk membeli dengan kondisi segar, murah, dan bahkan jika bisa memenuhi standar produk organik. Manfaat lain dengan dilakukannya aktivitas pertanian, lahan bantaran sungai juga dapat berfungsi sebagai daya resap air.

Dibutuhkan waktu dan biaya yang besar dalam mewujudkan hal tersebut. Mengingat ini merupakan “investasi” jangka panjang bagi Prov. DKI Jakarta dan penduduknya ke depan. Pada akhirnya, secara tidak langsung masyarakat akan tersadar dan terdidik dengan sendirinya akan lingkungan yang ramah dan sehat.

Siapakah pelakunya?

Kegiatan konservasi lahan dan pemberdayaan masyarakat untuk bantaran sungai dapat diwujudkan dengan kerjasama setiap instansi seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

8 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), perguruan tinggi, pihak swasta, serta stakeholder lainnya.

Kementerian Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Prov. DKI Jakarta menjadi ujung tombak pelaksana maupun sumber infomasi teknologi. Sementara Pemerintah daerah DKI Jakarta di bawah pengelolaan Dinas (Pemerintah Prov.) dan Suku Dinas (Sudin) Pertanian dan Kehutanan (Pemerintah Kota Administrasi). Program ini bersifat partisipatif yang membutuhkan peran aktif warga masyarakat khususnya bagi mereka yang awalnya tinggal di bantaran sungai.

Sebagai contoh di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara pada tahun 2010 tercatat kurang lebih ada 14 Kelompok Tani (KT) termasuk Kelompok Wanita Tani (KWT), beberapa Gabungan KT (Gapoktan), ormas, atau organisasi pemuda yang terlibat dalam sosialisasi tersebut. Sosialisasi dapat melalui pendampingan dan pelatihan secara intensif baik secara teknis maupun manajemen. Secara tidak langsung terjadi peningkatan kapasitas sehingga peluang terciptanya lapangan pekerjaan juga dapat terwujud. BPTP Balitbangtan Prov.

DKI Jakarta memaparkan usaha gigih para petani di bantaran sungai Banjir Kanal Barat, sekitar Kelurahan Petamburan, Tanah Abang. Para petani tersebut kemudian tergabung dalam KT Banjir Kanal Barat (BKB). Asda (53 tahun) adalah petani sekaligus ketua KT BKB, bersama petani lainnya mulai memanfaatkan lahan bantaran sungai BKB untuk aktivitas pertanian sejak tahun 2015. Dukungan pun mengalir baik dari kelurahan hingga Sudin Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Kota Administratif Jakarta Pusat. KT BKB telah menanam berbagai jenis sayuran seperti cabai, terung, tomat, kangkung, bayam, sawi, dan okra. Khusus tanaman okra, kelompok tersebut telah mendapatkan pasar di sebuah restoran di sekitarnya. Setiap dua hari sekali sebanyak 20 kg dengan harga Rp20.000,-/kg KT BKB secara rutin menyuplai hasil panen okra. Omzet penjualan mencapai Rp6.000.000,-/bulan, tidak termasuk dari hasil penjualan sayuran lainnya.

Salah satu teknologi pertanian ramah lingkungan yang sesuai untuk kawasan bantaran sungai juga dapat melalui sistem vertikultur. Menurut Pujo Rasapto dari BPTP Prov. Jawa Tengah, pola ini sangat cocok untuk lahan di bantaran sungai perkotaan. Vertikultur memiliki keuntungan

seperti kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi yang baik. Manfaat lainnya adalah sebagai sumber tanaman obat bagi keluarga (toga), memperbaiki gizi keluarga, dan tentunya memberikan nilai tambah ekonomi. Bentuk vertikultur pun dapat mempercantik bantaran sungai. Namun sistem ini juga memi l i k i kekurangan karena membutuhkan investasi awal untuk membuat rangkanya.

Memberikan angin segar kepada anak cucu memanglah tidak mudah. Perlu komitmen untuk menjaga, memelihara, mengolah, menanam, merawat, bahkan membeli hasilnya dengan kesabaran yang lebih. Hasilnya tidak akan berbohong karena upaya tersebut akan jauh lebih bermartabat dari pada menganggap banjir atau bertumpuknya sampah pada sungai sebagai musibah semata di setiap tahunnya

Rachmat Abdul Gani dan

Setiyo Purwanto

Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya

Lahan Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 21

Cimanggu, Bogor

Telepon : (0263) 517056; 514138

Faksimile : (0263) 514138

E-mail : [email protected].

go.id

Model pemanfaat lahan bantaran sungai Banjir Kanal Barat dengan konsep pertanian perkotaan.

Model pemanfaatan lahan bantaran sungai Banjir Kanal Timur dengan konsep pertanian perkotaan.

Foto

: ilu

stra

si/A

ldi G

eri L

umba

n To

bing

/ber

itaja

kart

a.id

Foto

: ilu

stra

si/B

PTP

Prov

insi

DK

I Jak

arta

)

Volume 40 Nomor 1, 2018 9

Kopi merupakan komoditas perkebunan unggulan dan

mempunyai peran penting bagi perekonomian di Provinsi (Prov.) Bengkulu. Peranan ekonomi yang dimaksud adalah sebagai sumber pendapatan, bahan baku industri, dan lapangan kerja bagi penduduk Prov. Bengkulu. Luas tanaman kopi mencapai 94.232 ha dan diusahakan oleh hampir 100 ribu kepala keluarga (KK). Perkebunan kopi di Prov.Bengkulu tersebar dengan sentra utama di Kabupaten (Kab.) Rejang Lebong dan Kepahiang, kemudian disusul Kab. Bengkulu Utara, Kaur, Seluma, dan Bengkulu Selatan. Seluas 50.205 ha atau 54% dari pertanaman kopi di Prov. Bengkulu berada di Kab. Rejang Lebong dan Kepahiang (Badan Pusat Statistik Prov. Bengkulu, 2013).

Produktivi tas kopi di Prov. Bengkulu adalah 0,71 t/ha/tahun. Produksi ini tergolong relatif rendah

Kapak Kulai Tingkatkan Gairah Petani Kembangkan Kopi BengkuluKapak kulai merupakan kearifan lokal teknik peremajaan kopi spesifik lokasi Bengkulu. Inovasi teknologi kapak kulai sudah diakui mampu meningkatkan

produktivitas serta pendapatan petani. Teknologi kapak kulai lebih menguntungkan baik dari aspek teknis maupun finansial.

jika dibandingkan dengan potensi hasilnya yang seharusnya dapat mencapai lebih dari 1,5 t/ha/tahun (Erdiansyah dan Yusianto (2012). Hal tersebut teridentifikasi terjadi akibat penggunaan benih asalan, minimnya pemupukan organik maupun anorganik, dan kurangnya pemeliharaan tanaman berupa pewiwilan, pemangkasan, serta pengendalian OPT. Selain alasan teknis, rendahnya produktivitas juga dapat disebabkan oleh lemahnya kelembagaan tani, tingkat intensitas pendampingan penyuluhan yang minim, infrastruktur pertanian yang kurang memadai, serta rendahnya kemauan petani untuk berinvestasi. Dan kondisi tersebut semakin menurun akibat lambatnya tindakan peremajaan terhadap tanaman-tanaman yang telah menua.

Peremajaan adalah strategi untuk meningkatkan produktivitas pada tanaman yang tua, terkena hama

dan penyakit, serta produktivitas yang memang rendah. Terdapat teknik peremajaan kapak kulai sebagai salah satu alternatif pilihan dan bahkan menjadi solusi dari permasalahan petani kopi di Prov. Bengkulu.

Teknik Peremajaan Kapak Kulai

Kapak kulai merupakan teknik rehabi l i tas i atau peremajaan (klonisasi) tanaman kopi yang telah tua atau berumur > 8 tahun tanpa melakukan pembongkaran tanaman.

Kapak kulai dilakukan dengan melukai kulit dan kayu pada batang utama yakni 1/3 dari diameter batang pada ketinggian 1-1,25 m dari permukaan tanah. Dengan cara ini posisi batang utama tidak lagi tegak lurus, tetapi sudah agak condong dan merunduk (terkulai). Pada posisi ini batang utama masih segar serta mampu tumbuh dan berkembang secara normal. Di sisi lainnya, pada bagian bawah bagian yang dilukai akan tumbuh tunas baru untuk disambung dengan entres dari klon unggul yang memiliki potensi

Hasil penyambungan dengan klon unggul melalui peremajaan kapak kulai. Tanaman kopi kapak kulai umur 9-12 bulan, sudah produksi.

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

10 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

hasil tinggi dan sudah teradaptasi baik dengan lingkungan setempat. Dengan teknik ini, selama proses penyambungan (grafting) dan pertumbuhan tunas sambungan, petani masih dapat memetik dan menikmati hasil kopi dari batang utama (tua). Batang utama akan dipotong jika hasil sambungan telah tumbuh dan berkembang dengan cukup baik dan mulai berbunga (umur 8-9 bulan). Penampilan tanaman tidak akan terlalu tinggi, paling tinggi hanya 1,5 meter, sehingga sangat memudahkan bagi petani untuk melakukan kegiatan panen petik merah (Wibawa, 2015).

Keunggulan Teknik Peremajaan Kapak Kulai

Peremajaan kopi dengan teknik kapak kulai memiliki keunggulan dari aspek teknis dan finansial. Dari aspek teknis, peremajaan kopi dengan kapak kulai mempunyai keunggulan : (1) batang utama (tua) masih bisa berproduksi sebelum tunas baru berproduksi, sehingga petani masih dapat menikmati hasil panen kopi selama proses klonisasi/grafting, (2) dapat disambung dengan klon unggul yang dapat berproduksi sepanjang tahun sehingga produktivitas tanaman kopi meningkat 3 kali lipat dari peremajaan dengan Kapak Kulai bila dibandingkan dengan sistem seedling (tanam benih langsung), (3) waktu yang diperlukan hingga tanaman dapat berproduksi lebih pendek karena tanaman kopi hasil kapak kulai mulai berproduksi pada umur 9-12 bulan setelah penyambungan . Dar i aspek finansial, pe-remajaan kopi dengan teknik kapak kulai lebih efisien dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan tanam benih (Yesmawati,

2016). Peremajaan kopi dengan teknik kapak kulai membutuhkan biaya sebesar Rp17.303.047,-/ha/tahun sedangkan dengan teknik seedling biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp21.519.167.-/ha/tahun (Tabel 1). Efisiensi biaya peremajaan kopi rakyat dengan sistem kapak kulai adalah sebesar Rp4.216.120/ha/tahun atau 19,60% dibandingkan dengan peremajaan melalui seedling. Dengan demikian besarnya keuntungan peremajaan kopi dengan teknik kapak kulai

Tabel 1. Biaya produksi, harga, penerimaan dan keuntungan peremajaan kopi dengan teknik kapak kulai dan seedling.

Peremajaan dengan Seedling Peremajaan dengan Kapak Kulai

Uraian Nilai Uraian Nilai Biaya (Rp/ha/tahun) (TC)

1. Bibit2. Tenaga kerja

- Pembongkaran - Pembersihan - Pembuatan lubang tanam - Penanaman - Pemupukan - Pemanenan

3. Peralatan- Cangkul- Parang- Gergaji- Pisau

4. Pupuk Produksi (Kg/ha/thn) (Tp)Harga (Rp/kg) (P)Penerimaan (Rp/ha/thn) (TR)Keuntungan (Rp/ha/thn) (NR)R/C Ratio (TR/TC)

21.519.1674.972.8756.499.3684.000.000

742.134626.176631.058200.000500.000896.924298.372263.110163.653171.789

8.950.0001.454

20.00029.080.0007.560.833

1,35

EntresTenaga kerja- Pengapakan- Penyambungan- -- -- Pemupukan- PemanenanPeralatan- Parang- Pisau- Gergaji- Plastik sungkup- Tali

17.303.0474.978.3552.848.1561.120.130

728.02600

200.000800.000457.056177.056176.818103.18264.9354.545

8.950.0002.772

20.00055.440.00038.136.953

3,20

Kopi kapak kulai berbuah lebat dan kematangan lebih seragam.

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

adalah sebesar Rp38.136.953,- jauh lebih tinggi dibanding keuntungan yang diperoleh dari peremajaan dengan teknik seedling yang hanya sebesar Rp7.560.833,-.

Yesmawati dan Darkam Musaddad

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Bengkulu

Jalan Irian Km 6,5 Kel. Semarang,

Bengkulu

Telepon : (0736) 23030

E-mail : bptp-bengkulu@litbang.

pertanian.go.id; [email protected]

Volume 40 Nomor 1, 2018 11

Pegagan (Centel la asiatica) merupakan tanaman liar yang

secara turun temurun digunakan s e b a g a i o b a t t r a d i s i o n a l . Penggunaan obat tradisional terus meningkat karena lebih mudah dijangkau masyarakat baik harga maupun ketersedianya. Pegagan tidak terlalu menyebabkan efek samping karena dapat dicerna oleh tubuh dan toksisitasnya rendah.

P e g a g a n b e r m a n f a a t meningkatkan sistem imun atau daya tahan tubuh seh ingga tidak mudah terserang penyakit. Pegagan memiliki nama berbeda-beda, bergantung pada daerahnya. Di Jakarta dan Aceh namanya pegagan, daerah lain menyebut dengan nama antanan (Jawa Barat), kaki kuda (Sumatera Utara), tikusan (Madura), taiduh (Bali), kori-kori (halmahera), gagan-gagan atau panigowang (Jawa), pegago (Minangkabau), dogauke/sandanan/gogauke (Papua), kalotidi manora (Maluku) dan bebile (Lombok).

C i r i t a n a m a n p e g a g a n diantaranya daun berwarna hijau, dan bunga berwarna hijau atau hijau kuning. Tangkai berwarna ungu, ungu merah, hijau, atau hijau kuning. Tanaman pegagan mudah tumbuh dan mempunyai adaptasi yang luas. Pegagan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab, tetapi cukup

Pegagan Tingkatkan Daya Imunitas TubuhTanpa disadari di sekitar kita telah tersedia berbagai tanaman yang memiliki

manfaat besar bagi kehidupan kita. Salah satunya adalah keberadaan tanaman pegagan yang bila dikelola dengan baik mendatangkan manfaat bagi kesehatan. Kandungan bahan aktif pegagan berfungsi meningkatkan

sistem imun tubuh dan obat berbagai macam penyakit : antipikun, antistres, obat lemah syaraf, demam, bronkhitis, kencing manis, psikoneurosis

(gangguan jiwa), wasir, tekanan darah tinggi, menambah nafsu makan dan menjaga vitalitas.

Tanaman pegagan.

sinar matahari atau agak terlindung. Pegagan tumbuh optimum pada dataran medium di ketinggian 700 m dpl, namun juga mampu tumbuh hingga 2.500 m dpl.

Winarto dan Surbakti (2003) menyatakan pegagan mengandung berbagai bahan aktif, yaitu: 1) triterpenoid saponin, 2) triterpenoid genin, 3) minyak atsiri, 4) flavonoid, 5) fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Semua kandungan bioaktif tanaman pegagan merupakan antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia dalam meningkatkan sistem imun.

Triterpenoid merupakan senyawa yang berfungsi meningkatkan fungsi mental dan memberi efek menenangkan. Senyawa ini juga dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga memperlancar peredaran darah menuju otak. Asiatikosida merupakan bagian dari triterpenoid yang ber fungs i menguatkan sel-sel kulit dan meningkatkan perbaikannya, menstimulasi sel darah dan sistem imun, serta sebagai antibiotik alami. Brahmosida adalah senyawa yang berfungsi memperlancar aliran darah dan merupakan protein penting bagi sel otak. Pegagan juga mengandung kalsium, magnesium, fosfor, seng, tembaga, betakaroten, vitamin B1,B2,B3 dan C, serta beberapa mineral yang bermanfaat lainnya.

Kandungan asiatikosida dalam tanaman dapat d i t ingkatkan dengan pemupukan P2O5. Produksi asiatikosida tanaman dipengaruhi oleh umur, waktu panen, dan dosis pupuk P2O5. Ini terbukti bahwa pemupukan P2O5 berpengaruh nyata terhadap bobot biomassa basah dan kering diikuti produksi asiatikosida. Pemupukan dengan P2O5 dapat meningkatkan produksi asiatikosida hingga hampir tiga kali lipat. Perlakuan tanpa pemupukan P2O5 menghasilkan produksi 53,54 mg sedangkan dengan P 2O 5 menghasilkan asiatikosida hingga 149,74 mg.

Manfaat dan khasiat pegagan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, baik secara klinis maupun dipercayai menyembuhkan secara turun temurun, antara lain : 1. Sebagai antilepra dan antilupa2. Menurunkan tekanan darah dan

menghambat terjadinya keloid3. M e n c e g a h v a r i s e s d a n

memperlancar darah serta air seni

4. M e n g a t a s i g a n g g u a n pencernaan dan membersihkan darah

5. Mengatasi wasir dan konstipasi6. Menyembuhkan flu dan sinusitis

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

12 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

7. Mengatasi TBS kilit, gigitan ular, dan bisul

8. Meningkatkan daya ingat , kecerdasan, dan konsentrasi

9. Membangkitkan fungsi sistem saraf pada otak

10. Membantu menyembuhkan penyakit TBC

11. Menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan

12. Memberikan efek menenangkan, 13. Memperbaiki sel kulit mati,

merangsang pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat

14. Menghilangkan rasa nyeri pada persendian

15. Mengobati wasirPermintaan herbal pegagan

sebagai obat dan pangan fungsional semakin meningkat. Kebutuhan bahan baku pegagan untuk industri mencapai 100 t/tahun, sedangkan

pasokannya yang tersedia baru ada 4 t/tahun. Balitbangtan telah memiliki varietas pegagan yang dapat dimanfaatkan. Ada varietas Pegagan varietas Castina 1 dan 3 dengan potensi produksi hasil herba segar masing-masing 2,63 t/ha dan 2,31 t/ha. sedangkan hasil herba kering dapat mencapai 370 - 420 kg/ha. Dengan menggunakan kedua varietas yang telah dimohonkan perlindungan varietas tanaman te rsebu t , d iha rapkan dapa t memenuhi kebutuhan pasokan pegagan.

Upaya la innya yang per lu dilakukan untuk menjamin mutu dan pasokan pegagan adalah sebagai berikut:1. Penyediaan benih unggul untuk

menghasi lkan bahan baku bermutu dan cukup

2. Penyediaan dan penerapan SOP budi daya tanaman pegagan spesifik lokasi

3. Evaluasi kesesuaian lahan dan persyaratan tumbuh tanaman seperti iklim, air, kesuburan tanah, cahaya matahari dan lain-lain

4. Pemupukan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman

5. Panen dan pascapanen untuk menghasilkan simplisia obat tradisional yang sesuai standar

Eni Kustanti

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran

Teknologi Pertanian

Jalan Ir. H. Juanda No. 20 Bogor

Telepon : (0251) 8314706

Faksimile : (0251) 8326561

E-mail : [email protected]

Pirolisis merupakan suatu proses dekomposisi kimia bahan organik

melalui pemanasan. Pada proses tersebut oksigen ditiadakan atau dibatasi sehingga material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Asap cair merupakan suatu campuran dispersi asap dalam air yang dihasilkan melalui proses kondensasi asap hasil pembakaran bahan-bahan yang mengandung lignin dan selulosa. Proses kondensasi asap menjadi asap cair sangat menguntungkan karena dapat menghindari terjadinya

Asap Cair dari Limbah Pertanian dan ManfaatnyaLimbah pertanian berupa biomassa yang melimpah seringkali menimbulkan

masalah pencemaran lingkungan. Padahal dengan teknik pemanasan melalui metode pirolisis dapat menghasilkan asap cair, yang mempunyai

nilai manfaat tinggi seperti sebagai bahan pengawet, antioksidan, desinfektan, ataupun biopestisida alami.

pencemaran udara akibat proses pengasapan. Asap cair terbentuk karena pembakaran yang tidak sempurna yakni pembakaran dengan oksigen terbatas yang melibatkan reaksi dekomposisi bahan polimer menjadi komponen organik.

Pembuatan Asap Cair

Proses pembuatan asap cair dapat dilakukan dengan menggunakan instalasi tungku sederhana. Proses

produksi dilakukan dengan cara pembakaran di dalam tungku ter tutup untuk meminimalkan keberadaan oksigen agar bahan tidak mudah terbakar langsung, cepat, dan menjadi abu. Asap yang timbul selama proses pembakaran dialirkan melalui pipa penyalur yang dihubungkan dengan kondensor. Kondensor atau kolom pendingin dalam rangkaian peralatan pirolisis asap cair dapat berupa drum yang berisi air. Di dalam kondensor tersebut, asap didinginkan dan menjadi asap cair berupa tetesan cairan yang ditampung di ujung drum kondensor.

P i ro l is is asap cai r ter jadi dalam empat tahap yang diawali dengan penguapan air, diikuti dengan dekomposisi hemiselulosa, dekomposisi selulosa, dan terakhir

Volume 40 Nomor 1, 2018 13

Instalasi tungku sederhana untuk menghasilkan asap cair.

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

adalah dekomposisi lignin. Pirolisis hemiselulosa dan selulosa terjadi pada suhu antara 180-350°C. Pada proses tersebut akan menghasilkan asam karboksilat dan senyawa karbonil, sedangkan pirolisis lignin ter jadi pada suhu 300-500°C menghasilkan senyawa fenol.

Namun hasi l tersebut j ika diaplikasi pada industri pangan, diperlukan proses pemurnian ter lebih dulu. Hal in i karena berdasarkan beberapa has i l penelitian menunjukkan bahwa asap cair dan produk turunannya masih mengandung senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) seperti benzo(a)pyrene. Senyawa tersebut diketahui akan berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik atau racun bagi tubuh.

Keberadaan senyawa PAH dalam asap cair dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain besarnya suhu pemanasan yang digunakan, waktu pemanasan, jenis bahan baku yang digunakan, dan juga dapat muncul pada saat proses pemisahan asap cair dari kandungan tar-nya. Senyawa PAH memiliki tingkat kelarutan dalam air yang rendah sehingga dapat dipisahkan dari produk akhirnya melalui teknik separasi, filtrasi, distilasi/redistilasi, sedimentasi, absorbsi, ataupun penyulingan.

Karakteristik Asap Cair dari Limbah Pertanian

Karakteristik asap cair dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain tipe bahan, kadar air bahan, serta suhu dan waktu pembakaran. Perbedaan karakter is t ik dan kandungan senyawa dalam asap cair akan mempengaruhi sifat dan sensitivitas asap ca i r sebaga i senyawa antimikrobia. Berikut akan dijelaskan mengenai berbagai karakteristik asap cair limbah pertanian, baik yang berkaitan dengan sifat fisik, kimia maupun sifat fungsionalnya.

Warna

Warna asap cair sangat bervariasi, bergantung pada bahan baku yang digunakan dan juga proses p e r l a k u a n p e m u r n i a n y a n g diaplikasikan. Warna asap cair dapat dipengaruhi oleh kandungan tar di dalam asap cair. Kandungan tar yang tinggi menyebabkan warna coklat kehitaman pada asap cair.

Kandungan Fenol

Senyawa fenol merupakan senyawa yang pal ing berperan dalam pembentukan aroma spesifik pada

produk yang diasap. Senyawa fenol selain berperan terhadap pembentukan citarasa (flavor) dan aroma asap pada produk, juga memiliki aktivitas antimikrobia. Pada dasarnya senyawa fenol merupakan hasil dari degradasi senyawa lignin. Oleh karena itu, jumlah kandungan fenol pada asap cair juga dipengaruhi oleh kandungan senyawa lignin yang terdapat pada bahan baku yang digunakan.

Kandungan Karbonil

S e n y a w a k a r b o n i l d a p a t bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan mikrobia. Secara tidak langsung senyawa karbonil dapat memperpanjang umur produk. Prosesnya terjadi ketika senyawa karbonil berpenetrasi ke dalam dinding sel dan menginaktivasi enzim yang terdapat dalam sitoplasma dan dinding sitoplasma. Apabila karbonil tidak dapat masuk ke dalam sel mikrobia maka karbonil masih dapat menghambat pertumbuhan mikrobia dengan cara mengganggu mekanisme pengambilan nutrisi pada mik rob ia . Keberadaan senyawa karbonil juga berperan dalam memberikan aroma manis dan warna cokelat pada produk yang diasap.

Proses pengembunan (kondensasi) menjadi asap cair.

14 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Biopestisida yang mengandung asap cair.

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

Kandungan Asam

B e b e r a p a h a s i l p e n e l i t i a n m e n g a t a k a n s u h u p i ro l i s i s berpengaruh terhadap kandungan asam pada asap cair. Hal tersebut terjadi apabila semakin tinggi suhu dari proses pirolisis maka akan semakin tinggi pula kadar asam yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan juga akan sangat berpengaruh terhadap kandungan asam pada asap cair yang dihasilkan.

Pemanfaatan Asap Cair

Asap cair dapat digunakan dalam berbagai aplikasi industri secara meluas. Industri yang dimaksud dalam hal ini termasuk bidang pangan maupun non pangan. Di bidang pangan, asap cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan. Manfaat tersebut menjadi penting mengingat seringkali produsen pangan berani menggunakan formalin sebagai bahan pengawet produknya. Sedangkan di bidang non pangan, asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks, fungisida atau pestisida alami, pengawet kayu

untuk melindungi kayu dari serangan rayap, dan cukup banyak manfaat lainnya.

Sumber Energi Biofuel

Asap cair merupakan salah satu jenis produk hasil pirolisis biomassa yang sangat potensia l untuk dikembangkan sebagai sumber energi alternatif. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair yang dipirolisis dari limbah pertanian seperti serbuk kayu jati, mengandung sejumlah senyawa biofuel sehingga sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai sumber energi alternatif.

Biopestisida Alami

Asap cair memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asap cair mengandung sejumlah senyawa yang dapat berfungsi sebagai anti jamur. Senyawa karbonil dalam asap cair dapat menghambat pertumbuhan mikrobia dengan berpenetrasi ke dalam dinding sel dan menginaktivasi enzim yang terdapat dalam sitoplasma dan dinding sitoplasma.

Bahan Pengawet Kayu

Kandungan senyawa pada asap cair memiliki sifat sebagai antijamur dan antibakteri. Oleh karena itu, asap cair berpotensi untuk dapat digunakan sebagai bahan pengawet kayu khususnya meubel.

Bahan Pengawet Makanan

Penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet makanan dilatarbelakangi salah satu teknik pengawetan

makanan yang telah diterapkan oleh masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu. Metode tersebut diketahui dapat mempertahankan k u a l i t a s m a k a n a n d e n g a n adanya senyawa antioksidan dan antimikrobia. Aplikasi penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet didasari atas pertimbangan bahwa penggunaannya lebih menghemat waktu d ibandingkan metode tradisional. Disamping itu, pengguna memungkinkan untuk mengontrol jumlah konsentrasi yang tepat terhadap produk.

Umumnya penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet m a k a n a n d i k o m b i n a s i k a n dengan perlakuan lain seperti penggaraman, teknik pengemasan, dan pengaturan suhu penyimpanan produk pangan tersebut. Upaya tersebut untuk menghasilkan efek sinergis terhadap mikroorganisme perusak. Darmadji dan Triyudiana (2006) mengemukakan bahwa konsentrasi asap cair dan lama perendaman berkorelasi positif terhadap kandungan senyawa benzopyrene pada produk makanan yang diawetkan dengan asap cair. Kandungan benzo(a)pyrene yang diizinkan dalam produk makanan adalah sebesar 1 ppb atau 0,001 ppm. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan keberadaan benzopyrene yang bersifat karsinogen pada produk makanan yang diawetkan adalah melalui pengenceran asap cair sebelum diaplikasikan pada produk makanan.

Indrie Ambarsari, Agus Hermawan, dan

Sudadiyono

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Jawa Tengah

Jalan BPTP No. 40 Sidomulyo, 50519

Ungaran Jawa Tengah

Telepon : (024) 6924965; 6924967

Faksimile : (024) 6924965

E-mail : [email protected].

go.id

Volume 40 Nomor 1, 2018 15

Ke m e n t e r i a n P e r t a n i a n m e n c a n a n g k a n p ro g r a m

d i v e r s i f i k a s i p a n g a n y a n g dimaksudkan agar masyarakat tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja dan terdorong untuk juga mengonsumsi bahan pangan lainnya. Indonesia memiliki beragam hasil pertanian yang sebenarnya dapat dijadikan makanan pokok seperti singkong yang dapat menjadi faktor pendukung diversifikasi pangan.

Sejarah Rasi (Beras Singkong)

Bagi masyarakat Kampung Adat Cireundeu, singkong merupakan komoditas utama yang dibudidayakan selain padi, jagung, kacang tanah, ubi jalar dan hortikultura. Singkong (Manihot esculenta) yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Ada dua macam singkong yang ditanam yaitu singkong karikil dan ”biasa”. Singkong yang digunakan sebagai bahan untuk membuat rasi adalah singkong karikil. Budidaya singkong ini dilakukan secara intensif,

Rasi dari Kampung Adat Cireundeu: Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal

Diversifikasi pangan adalah penganekaragaman jenis pangan untuk meningkatkan mutu gizi makanan, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Diversifikasi pangan terutama pengurangan konsumsi beras sebagai makanan pokok diterapkan pada pola konsumsi masyarakat Kampung

Adat Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat yang masih memegang adat dan tetap mengonsumsi rasi (beras singkong) sebagai makanan pokok.

hasilnya diolah untuk konsumsi dan sebagian ada yang dijual. Selain diolah menjadi rasi, umumnya singkong juga diolah menjadi kerupuk aci, opak, tape mutiara, dan ranggining. Produk olahan ini tentu menjadi generating income bagi rumah tangga masyarakat Kampung Adat Cireundeu.

Beralihnya makanan pokok m a s y a r a k a t K a m p u n g A d a t Cireundeu dari beras menjadi singkong terjadi sekitar tahun 1924. Pada mulanya mereka juga mengonsumsi beras sebagai makanan pokok seperti masyarakat pada umumnya. Memang tidak semua masyarakat di Kampung itu menjadikan singkong sebagai pengganti beras. Hingga saat ini, terdapat sekitar 56 KK atau sekitar 199 orang yang makanan pokoknya rasi. Masyarakat yang mengonsumsi rasi identik dengan sebutan penghayat atau penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menurut sejarahnya, pada masa penjajahan Belanda, masyarakat mengalami kekurangan pangan khususnya beras, akibat lahan sawah menger ing dan puso. Selain itu, suplai beras dari pemerintah Belanda pada saat itu sangat sulit. Melihat kondisi tersebut, tokoh dan pengikut aliran kepercayaan di Kampung Adat

Cireundeu diwajibkan berpuasa yaitu mengganti beras dengan singkong. Kebiasaan mengganti jenis bahan pangan tersebut yang akhirnya dikenal dengan rasi. Kewajiban tersebut berlangsung sampai waktu yang tidak terbatas.

Tujuan berpuasa adalah agar segera merdeka lahir dan batin, menguji keyakinan para penganut aliran kepercayaan serta agar selalu ingat kepada Tuhan YME. Selain itu masyarakat Kampung Adat Cireundeu berpedoman pada prinsip hidup ”Teu Nyawah Asal Boga Pare, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Bisa Dahar, Teu Dahar Asal Bisa Kuat”. Maksudnya, tidak punya sawah asal punya beras, tidak punya beras asal bisa menanak nasi, tidak punya nasi asal bisa makan, tidak makan asal bisa kuat. Untuk memperoleh kekuatan ini harus memohon kepada Yang Memiliki, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, kearifan budaya lokal masih sangat kental dan selalu diterapkan di masyarakat tersebut. Kepedulian dan kecintaan terhadap alam dan lingkungan sekitar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Prinsip itulah yang menjadikan penganut kepercayaan ini terlepas dari kebergantungan mengonsumsi beras. Selain itu juga karena petuah leluhur yang mengatakan bahwa ”pada suatu saat nanti akan terjadi ket idakseimbangan pangan”, dimana orang yang memerlukan beras semakin banyak akan tetapi lahan semakin sempit, sehingga jangan tergantung pada satu bahan makanan (beras).

16 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tabel 1. Kandungan zat gizi singkong (per 100 gram bahan).

Zat Gizi Kadar Gizi

Energi 146 kal

Karbohidrat 34,7 g

Protein 1,2 g

Lemak 0,3 g

Zat besi 0,7 mg

Kalsium 33 mg

Fosfor 40 mg

Vitamin C 30 mg

Vitamin B 0,06 mg

Air 62,50 g

Perubahan bentuk singkong menjadi rasi sebagai sumber pangan sehat dan bergizi.

Foto

: Dok

umen

tasi

pen

ulis

Proses Pembuatan Rasi dan Kandungan Zat Gizi

Rasi merupakan hasil olahan dari bahan dasar singkong kariki l. Singkong karikil diolah menjadi tepung aci, sedangkan sisa hasil perasan singkong dikeringkan dan diolah menjadi rasi. Setiap kuintal singkong karikil menghasilkan 30 kg tepung aci.

Proses pembuatan rasi secara t rad is iona l sebaga i ber iku t : Singkong direndam beberapa hari, kemudian dicuci sampai bersih untuk menghilangkan bau dan kotoran. Selanjutnya dibuat tepung dan dikeringkan dengan sinar matahari. Untuk membuat butiran seperti beras, tepung dipercikkan a i r k e m u d i a n d i k u k u s d a n dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan panas matahari. Apabila pengeringan cukup sempurna atau kadar airnya cukup rendah, beras singkong dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Kandungan zat gizi yang terkandung pada singkong disajikan pada Tabel 1.

Dilihat dari kandungan gizinya, rasi dapat dijadikan alternatif pengganti beras. Apalagi j ika didukung dengan adanya teknologi pengolahan, seperti teknologi pembuatan rasi semi instan maka rasi dapat disaj ikan sebagai makanan pokok ataupun makanan

sel ingan. Rasi di masyarakat K a m p u n g A d a t C i r e u n d e u masih terjaga kelangsungannya (suistainable). Hal ini dipengaruhi oleh: (1) ketaatan terhadap leluhur/nenek moyangnya dan adanya pantangan mengonsumsi nasi; (2) adanya keyakinan masyarakat Kampung Adat Cireundeu bahwa pada suatu saat nanti akan terjadi ke t idakse imbangan pangan (kebutuhan pangan tidak tercukupi terutama beras); (3) bahan dasar makanan pokoknya (rasi), yaitu singkong dapat diproduksi sendiri (tersedia di lokasi), sehingga tidak tergantung dari daerah lain; dan (4) adanya keuntungan ekonomi, harganya lebih murah daripada beras.

Teknologi Pengolahan Rasi

Teknologi untuk pengembangan diversif ikasi pangan berbasis pangan lokal sangat diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan. Badan Penelitian dan P e n g e m b a n g a n P e r t a n i a n melalui Balai Besar Penelit ian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian telah mengembangkan teknologi pengolahan rasi berbahan baku singkong atau ubi kayu dengan menggunakan alat ekstruder. Alat tersebut juga dapat digunakan untuk

pengolahan mie dan pasta berbahan baku singkong atau ubi kayu. Adapun keunggulan pengolahan rasi menggunakan alat ekstruder ini adalah butirannya menyerupai beras, kokoh, seragam, serta lebih higienis. Untuk ke depannya, inovasi teknologi ini diharapkan berkembang untuk mendukung diversifikasi pangan berbasis pangan lokal, khususnya pengembangan rasi berbahan baku singkong atau ubi kayu.

Joko Mulyono

Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor

Telepon : (0251) 8351277

Faksimile : (0251) 8350928

E-mail : [email protected].

go.id; [email protected]

Volume 40 Nomor 1, 2018 17

Sensasi Hangat Minuman Kopi Lada

Minuman kopi lada memberikan sensasi yang dapat menghangatkan tubuh. Keberadaan kopi lada menjadi pilihan bagi penikmat kopi apalagi jika dinikmati dalam cuaca dingin. Selain rasa kopi yang menyegarkan, hangatnya lada memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. “it’s good, good", kata Deputi Perdana Menteri (PM) Uzbekistan Zoyir Toirovich

Mirzaev pada saat menyempatkan diri untuk mencicipi kopi lada racikan BPTP Babel.

Tradisi minum kopi di Bangka Bel i tung sudah ada sejak

penambangan timah dahulu. Istilah ngopi kuli, melekat sebagai sebutan minum kopi bersama dan menjadi sangat populer di sana. Banyak pekerja selalu menyempatkan diri untuk menikmati minuman kopi sebelum bekerja atau memulai aktivitas. Begitu menjamurnya warung kopi di wilayah tersebut, Kabupaten Belitung Timur bahkan dijuluki ‘1001 warung kopi’. Minuman kopi juga menjadi ikon pariwisata kota Manggar. Sayangnya tidak semua kopi yang ada di Bangka Belitung berasal dari dalam pulau. Pada

tahun 2016 produksi kopi di Bangka Belitung hanya 6 ton. Sedangkan kebutuhan kopi mencapai jutaan kilogram tiap tahunnya. Hal ini tentu saja membuka peluang bagi petani dengan dukungan dari pemerintah daerah untuk memotivasi petani melakukan budi daya dan mengembangkan tanaman kopi di Bangka Belitung.

Bukan hanya di Bangka Belitung, minuman kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari di seluruh dunia. Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan ekstraksi biji buah tanaman kopi. Meskipun rasanya

cukup pahit, namun bagi peminum kopi, rasa tersebut menjadi sensasi tersendiri. Ada kesegaran tersendiri yang dirasakan oleh peminum kopi. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kandungan zat aktif dalam kopi diantaranya adalah senyawa kafein, niasin, dan tanin.

Kafein yang ada pada kopi memberikan efek kesegaran dan memberikan semangat bekerja. Oleh karena itu, pekerja di Bangka Belitung mengonsumsi kopi pada pagi hari. Aroma kopi yang diseduh air panas akan mengaburkan rasa kantuk. Kopi juga banyak mengandung antioksidan dan nutrisi yang bermanfaat untuk mencegah radikal bebas, menjaga kesehatan, dan kesegaran tubuh. Dalam satu gelas kopi juga mengandung riboflavin (vitamin B2), Pantothenic acid (Vitamin B5), manganesse dan potassium, magnesium, dan niacin (Vitamin B3).

Selain Kopi, Kepulauan Bangka Belitung juga merupakan provinsi yang terkenal dengan hasil produksi tanaman lada. Produksi lada di Bangka Belitung mencapai 33 ribu ton lebih pada tahun 2017. Jumlah tersebut memberikan kontribusi ke Provins i Bangka Bel i tung hampir separuh dari produksi lada nasional yakni mencapai 44%. Berbagai upaya juga telah dilakukan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan produktivitas dan produksi lada di Bangka Belitung.

Berawal dari ketersediaan lada dan tingginya konsumsi kopi di Bangka Belitung memberikan ide untuk mengombinasikan kedua hasil pertanian tersebut. Ternyata buah lada bukan hanya bisa dimanfaatkan untuk bumbu masakan, namun juga Kopi lada sebagai oleh-oleh untuk PM Uzbekistan pada kunjungannya ke Bangka Belitung.

18 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

dapat digunakan sebagai campuran berbagai produk makanan dan minuman. Terbukti minuman kopi-lada racikan dari BPTP Bangka Belitung cukup berhasil dengan rasa yang enak.

Lada mengandung zat kimia yang bernama capsaicin yang dapat menyebabkan rasa pedas seperti cabai. Pedas yang dimaksud bukan seperti rasa pedas yang dirasakan lidah. Pedas tersebut menjadi suatu sensasi tersendiri sebagai akibat adanya senyawa capsaicin. Syaraf manusia tidak memiliki reseptor tersendiri untuk merasakan rasa pedas, tetapi sensasi pedas akan diterima oleh papilia lidah melalui reseptor saraf sensorik di samping untuk merasakan panas tinggi. Inilah yang kemudian menyebabkan sensasi rasa pedas dan hangat itu muncul. Reseptor ini menyampaikan isyarat ke otak berupa terbakarnya sel, sehingga otak menerimanya dan mengirimkan respon seperti kepanasan saat rasa pedas ini terasa. Padahal, panas yang muncul akibat pedas hanyalah sensasi dan bukan benar-benar terbakar.

Khasiat lain dari lada yaitu adanya kandungan piperin. Senyawa piperin dapat meningkatkan fungsi kognitif otak dan membantu menurunkan

tingkat depresi peminumnya. Jadi, setelah meminum kopi, tubuh akan menjadi lebih rileks.

Berbeda dengan sebagian pemikiran orang bahwa meminum kopi akan meningkatkan asam lambung sehingga bisa menimbulkan sakit maag. Lada hitam dalam kopi justru akan membantu menurunkan asam lambung, sehingga bisa dikonsumsi oleh penderita maag.

Kesegaran sete lah minum kopi ditambah dengan sensasi hangat yang timbul dari lada dapat melonggarkan pernafasan dan memulihkan stamina, apalagi dinikmati dalam cuaca yang dingin. Meminum kopi lada juga dapat membantu proses pemul ihan stamina tubuh ketika sedang dalam kondisi pilek.

BPTP Balitbangtan Kepulauan Bangka Belitung sudah mulai meracik kopi lada sejak tahun 2013 dan terus mencari formula campuran kopi dan lada yang tepat. Racikan kopi lada disajikan dalam bentuk sachet guna menghasilkan kemudahan dalam meraciknya. Sama seperti kopi instan lainnya yang menawarkan kopi yang lengkap dengan gula atau dengan menggunakan creamer. Tinggal diseduh air panas, minuman kopi lada siap dinikmati.

Selera konsumen merupakan acuan dalam memformulasikan kopi lada. Paduan yang tepat antara kopi, lada, dan gula akan menghasilkan rasa segar, tidak langu, aroma yang khas, dan kehangatan yang pas. Lada yang digunakan harus dengan kualitas yang baik sehingga menjamin mutu dan rasa minuman kopi lada yang dihasilkan. Bisa juga kopi lada ini dicampur dengan creamer untuk memberikan variasi rasa.

Berbagai pameran yang diikuti BPTP Bangka Belitung menghadirkan kopi lada sebagai produk uggulan menjadi daya tarik tersendiri. Testimoni beberapa penikmat kopi mengatakan kopi lada memberikan dua sensasi yaitu kesegaran dan kehangatan. “ it ’s good, good ’, kata Deputi Perdana Menteri (PM) Uzbekistan Zoyir Toirovich Mirzaev, sambil mengacungkan jempolnya, setelah meminum sajian kopi lada di sela-sela agenda kunjungannya ke Bangka Belitung Agustus tahun 2017 lalu.

M inuman kop i - l ada yang diproduksi oleh BPTP Bangka Belitung sudah sering disuguhkan d a l a m a c a r a p a m e r a n d a n seremonial termasuk kunjungan Deputi PM Uzbekistan. Suguhan kopi lada juga diberikan pada saat kunjungan komisi IV DPR RI, tokoh-tokoh nasional lainnya, dan sering juga diikutkan dalam berbagai pameran pangan dan lain-lain. Proses pembuatan Kopi Lada cukup sederhana. Kopi lada yang diproduksi oleh BPTP Bangka Belitung dapat diproduksi pada skala rumah tangga, dan saat ini telah dimohonkan hak patennya ke Kemenkumham RI.

Mamik Sarwendah

BPTP Kepulauan Bangka Belitung

Jalan Mentok Km. 4 Pangkalpinang

Telepon : (0717) 421797

Faksimile : (0717) 421797

E-mail : [email protected]

Kemasan Kopi Lada hasil produksi BPTP Kepulauan Bangka Belitung.