Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN...

20

Transcript of Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN...

Page 1: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,
Page 2: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Warta

Pengantar Redaksi Daftar Isi

ISSN 0216-4427

Penelitian dan Pengembangan PertanianVolume 42 No. 1, 2020

Hydrangea, Si Kembang Bokor yang Cantik 1

Nasi Kuning Instan: Teknologi Pengolahan Beras “Siap Santap dalam 5 menit” 3

BIODETAS : Budidaya KedelaiMinim Air Maksimal Hasil di Sawah Tadah Hujan 5

Insektisida Nabati Serbuk Biji dan Daun Mimba 7

Lahan Bekas Tambang Batubara untuk Pengembangan Tanaman Pakan Ternak 10

Penggunaan Iradiasi Sinar Gamma untuk Peningkatan Keragaman Genetik pada Cabai Merah 12

Kaji Terap Invensi Balitbangtan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai Simpul Integrasi Diseminasi Teknologi antara BPTP dengan Daerah 14

Produksi Starter Kering Halal untuk Keju 17

Di awal tahun 2020, Warta Litbang edisi kali ini menyajikan tentang kembang bokor (Hydrangea macrophylla) dijabarkan cara perbanyakan, perawatan dan rahasia menyulap aneka warna kembang bokor. Selain itu dibahas cara peningkatan keragaman genetik dengan iradiasi sinar gamma, khususnya pada tanaman cabai merah (Diketahui bahwa dosis letal untuk benih cabai berada pada kisaran 400-500 Gy.). Di lahan sawah tadah hujan yang minim air, tanaman kedelai ternyata dapat dibudidayakan secara maksimal dimana kedelai ditanam ≤ 5 hari setelah panen padi. Untuk mengurangi hama pada tanaman, insektisida nabati biji dan daun tanaman mimba dengan bahan aktif utama azadirachtin juga mampu mengendalikan insektisida. Sementara bagi penggemar nasi kuning disajikan cara pembuatan nasi kuning, dan proses instanisasi yang hasilnya siap santap dalam waktu 5 menit. Produk olahan sapi juga dipaparkan tentang pembuatan keju (produk dalam negeri yang halal) yang dilengkapi starter disajikan beserta cara-cara pembuatannya. Kaji terap invensi juga diulas dalam edisi ini untuk memaknai simpul kaji terap terhadap pelaksanaan diseminasi teknologi Balitbangtan, yang merupakan salah satu bentuk metode diseminasi berupa kegiatan uji coba untuk meyakinkan keunggulan teknologi anjuran. Kaji terap invensi Balitbangtan juga diulas dalam edisi ini untuk memaknai simpul kaji terap terhadap pelaksanaan diseminasi teknologi Balitbangtan.

Redaksi

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian diterbitkan enam kali dalam setahun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pengarah: Fadjry Jufry; Tim Penyunting: Ketut Gede Mudiarta, Retno Sri Hartati Mulyandari, Intan Yudia Nirmala, Sri Hartati, Sofjan Iskandar, Dwi Priyanto, Syahyuti, Ronald T.P. Hutapea, Ika Djatnika, Rima Setiani, Sri Utami, Tri Puji Priyatno, Miskiyah, Wiwik Hartatik, Ume Humaedah, Vyta W. Hanifah; Penyunting Pelaksana: Morina Pasaribu, Siti Leicha Firgiani; Tanda Terbit: No. 635/SK/DITJEN PPG/STT/1979; Alamat Penyunting: Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, Jalan Salak No. 22, Bogor 16151, Telepon: (0251) 8382567, 8382563, Faksimile: (0251) 8382567, 8382563, E-mail: [email protected]. Selain dalam bentuk tercetak, Warta tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada http://www.bpatp.litbang.pertanian.go.id

Redaksi menerima artikel tentang hasil penelitian serta tinjauan, opini, ataupun gagasan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi, dan jasa serta berita-berita aktual tentang kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Artikel disajikan dalam bentuk ilmiah populer. Jumlah halaman naskah maksimum 6 halaman ketik dua spasi.

Foto sampulHydrangea

Page 3: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 1

Hydrangea macrophyl la atau hortensia atau biasa dikenal dengan kembang bokor adalah bunga yang sangat elok. Kuntum-kuntumnya yang mekar tumbuh saling merapat, bergerombol membentuk cluster, menyerupai sarang lebah. Warnanya sangat memikat, ada hijau muda, biru keungu-unguan, merah muda cerah, sampai merah lembayung. Hydrangea termasuk jenis tanaman yang sangat mudah ditanam dan tidak terlalu repot merawatnya, serta dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Namun tetap harus diperiksa kondisi tanah dan pastikan kelembapannya terjaga karena sangat penting bagi tanaman. Tidak perlu dipikirkan apakah tanaman tumbuh di tanah dengan kadar pH yang lebih rendah, karena bagaimanapun juga tanah bisa memiliki dampak langsung terhadap warna tanaman ketika mekar.

Kembang bokor yang termasuk ke luarga Hydrangeaceae in i berasal dari negeri yang berhawa sejuk. Tepatnya dari daratan Cina, Jepang, dan pegunungan Himalaya. Tanaman ini banyak digunakan sebagai penghias taman, utamanya di daerah yang berhawa sejuk seperti Bogor, Bandung, Puncak, atau Lembang. Selain itu, kembang bokor juga banyak digunakan sebagai elemen taman dalam ruangan, pada acara seminar atau pameran.Kembang bokor adalah tumbuhan semak yang batangnya berkayu.

Hydrangea, Si Kembang Bokor yang Cantik

Sebagai "elemen taman" dalam ruangan khususnya pada acara seminar/pameran menjadi ciri khas Hydrangea, Kembang Bokor yang sangat

memukau dan warna yang memikat. Bentuk yang bergerombol menyerupai sarang lebah menjadikan bunga indah dan enak dipandang. Bunga ini dapat

dirawat dengan relatif mudah dan hidup di dataran tinggi (sejuk).

Tinggi tanamannya hanya berkisar di angka 50 cm. Helaian daunnya berbentuk bulat panjang atau bulat telur, dan pada beberapa varietas, tepian daunnya bergerigi.

Perawatan Kembang Bokor

Perawatan kembang bokor relatif mudah. Salah satu perawatannya yakni pemangkasan dan pemupukan. Pemangkasan dilakukan untuk memast ikan tanaman sehat . Pemupukan dianjurkan sebanyak dua kali setahun yakni pada akhir musim kemarau dan awal musim penghujan. Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah yang tidak mudah menguap. Pemberian pupuk secukupnya dan tidak boleh berlebih,

Kembang bokor yang tengah berbunga memenuhi pekarangan rumah.

karena menyebabkan tanaman tidak bisa berbunga. Pada dasarnya tanaman ini mudah sekali tumbuh, bahkan di lahan yang miskin unsur hara pun masih tetap bisa tumbuh, walupun tanamannya tidak begitu besar dan tidak muncul bunga.Untuk kebanyakan jenis, postur tanaman kembang bokor sangat besar dan indah. Tanaman ini bisa tumbuh di mana saja dan tingginya bisa mencapai 4–12 meter. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam budidayanya di antaranya lingkungan tempat menanam, jumlah sinar matahari yang masuk ke dalam lokasi penanaman dan waktu yang paling banyak mendapatkan sinar matahari. Sebagian besar tanaman ini berkembang di daerah yang menerima cukup sinar matahari, dan yang terbaik adalah saat tanaman menerima sinar matahari penuh di pagi dan sore hari. Tanaman diletakkan di daerah di mana tanaman akan terlindung dari angin. Di daerah yang tiupan anginnya kencang, daun akan mudah mengering dan

Page 4: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

2 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

menyebabkan tanaman mengalami tekanan ekstensif. Kembang bokor dapat diperbanyak dengan cara stek batang/cangkok. Tanaman tidak dapat bertahan hidup lebih dari 5 bulan. Hal ini disebabkan tempat tumbuh kembang bokor yang kurang sesuai. Seperti sudah diceritakan di awal tadi, kembang bokor adalah tanaman yang berasal dari daerah berhawa sejuk dan memiliki tingkat kelembaban tinggi. Karena itu, tempat hidup paling pas bagi si biru jelita ini adalah daerah berhawa sejuk. Kurang dari ini, si kembang bokor masih dapat hidup bahkan bisa tumbuh subur, hanya saja bunganya jarang muncul. Tips perawatan kembang bokor di tempat panas adalah menempatkan si kembang bokor di lokasi yang terkena sinar matahari penuh, tetapi hanya sinar matahari pagi (maksimal sampai jam 10.00). Kemudian, tanam si kembang bokor pada media yang benar-benar subur, misalnya humus murni yang berasal dari sisa-sisa tanaman. Kembang bokor menyukai struktur media yang poros/remah tetapi bisa mengikat air dengan baik.

Kembang bokor berasal dari daerah yang memil ik i t ingkat kelembaban tinggi, tanaman ini menghendaki pasokan air yang teratur dalam jumlah yang cukup. Jangan menyiram terlalu berlebihan karena bisa menyebabkan tanaman busuk. Meski medianya sudah humus murni, si kembang bokor ternyata masih memerlukan pupuk agar pembungaannya bisa sempurna. Secara rutin, dalam jangka waktu dua

minggu sekali, pupuklah si kembang bokor menggunakan pupuk yang tinggi kandungan Phospor/P-nya. Atau jika tidak ada, boleh juga diganti dengan pupuk NPK.

Pupuk kandang kotoran kambing atau domba (yang juga tinggi kandungan P-nya) bagus juga digunakan sebagai alternatif pupuk organik, menggantikan pupuk kimia sintetis. Gejala kekurangan unsur hara yang sering ditunjukkan oleh si kembang bokor adalah munculnya warna kekuning-kuninganan di sela-sela tulang daun.

Menyulap Warna Kembang Bokor

Warna bunga kembang bokor dipengaruhi oleh unsur aluminium. Aluminium inilah yang mempengaruhi pigmen warna bunga si kembang bokor menjadi biru. Ketersediaan unsur aluminium bergantung pada kemasaman tanah. Pada tanah masam dengan pH kurang dari 5,5 aluminium mudah diserap oleh tanaman karena tersedia dalam bentuk unsur bebas/tidak berikatan dengan senyawa kapur (Ca) dalam tanah. Kembang bokor yang ditanam pada tanah jenis ini akan menghasilkan bunga berwarna biru. Pada tanah dengan pH 5,5 – 6,5 unsur aluminium agak sulit diserap oleh tanaman, karena sebagian sudah membentuk ikatan dengan senyawa kapur di dalam tanah. Pada tanah demikian, si kembang bokor akan menghasilkan bunga berwarna lembayung muda (keungu-unguan),

(a) (b) (c) (d) (e)Tahap perkembangan bunga dari kuncup sampai mekar (a – e).

dan pada tanah basa dengan pH 7 atau lebih, unsur aluminium akan diikat erat oleh kapur, sehingga tidak bisa diserap oleh si kembang bokor. Kembang bokor yang ditanam pada tanah semacam ini akan menghasilkan bunga berwarna merah muda.

Tanah yang k i ta mi l i k i d i Indonesia kebanyakan bersifat masam. Karena itu, kembang bokor yang kita temui seringkali berwarna biru hingga lembayung. Ada sedikit trik yang bisa dicoba jika ingin menyulap warna si kembang bokor menjadi merah muda. Seperti sudah dijelaskan, warna merah muda akan timbul bila tanah bersifat basa. Untuk memperoleh tanah yang bersifat basa, caranya adalah dengan menggunakan kapur pertanian atau dolomit. Dosis yang bisa digunakan adalah 0,5 – 1 kg dolomit/meter persegi tanah. Selain itu bisa juga dengan menyiramkan larutan kapur tembok yang dicampur/dilarutkan dalam air, dengan konsentrasi 50 gram kapur per liter air/meter persegi tanah. Biasanya dosis di atas bisa menaikkan pH tanah sebanyak 0,5 – 1. Satu hal yang perlu diingat, memberikan kapur hanya sekali. Jika pemberian kapur berlebih dan sering, alih-alih menjadi merah muda, tanaman malahan bisa mati.

Mega Wegadara

Balai Penelitian Tanaman Hias

Jalan Raya Ciherang, PO Box 8 SDL

Telepon : (0263) 517056

Faksimile : (0263) 517056

E-mail : [email protected]

Page 5: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 3

Beras hingga saat ini masih menjadi makanan pokok bagi

90% penduduk di Indonesia, yang mampu menyumbang kalori 52–55% dan protein 45–48%. Konsumsi beras per kapita di Indonesia tercatat hampir 150 kilogram (beras, per orang, per tahun) pada tahun 2017 (www.indonesia-investments.com). Budaya makan nasi di Indonesia sangat kuat, bahkan sebagian masyarakat belum merasa makan bila tidak mengonsumsi nasi. Hal itu dikarenakan lahan pertanian yang luas dan hasil panen yang melimpah merupakan bukti bahwa Indonesia adalah negara agraris. Di berbagai daerah tanaman padi terhampar. Produksi pertaniannya lebih besar dibandingkan yang lainnya. Jadi tentu makanan pokok orang Indonesia adalah nasi.

Salah satu jenis diversifikasi (penganekaragaman) olahan beras adalah nasi kuning instan. Nasi kuning adalah makanan khas Indonesia. Makanan ini terbuat dari beras yang dimasak bersama dengan kunyit serta santan dan rempah-rempah. Dengan ditambahkannya bumbu-bumbu dan santan, nasi kuning memiliki rasa yang lebih gurih daripada nasi putih. Nasi

Nasi Kuning Instan: Teknologi Pengolahan Beras “Siap Santap dalam 5 menit”

Pada era industrialisasi, masyarakat dituntut untuk bergerak cepat termasuk dalam menyiapkan makanan. Kecenderungan semakin

sibuknya masyarakat, meningkatnya jumlah wanita bekerja, meningkatnya pendapatan masyarakat, dan mobilisasi orang berpergian antar kota/pulau, maka dibutuhkan produk yang dapat disiapkan dengan cepat dan praktis. Inovasi yang dikembangkan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian yaitu instanisasi produk pangan, salah satunya nasi kuning instan, yang merupakan produk diversifikasi olahan beras.

kuning adalah salah satu variasi dari nasi putih yang sering digunakan sebagai tumpeng. Nasi kuning biasa disajikan dengan bermacam lauk-pauk khas Indonesia. Umumnya, waktu pemasakan beras menjadi nasi kuning dengan tingkat kematangan yang dapat diterima masyarakat memerlukan waktu dan persiapan yang lama. Proses persiapan dan pemasakan nasi kuning yang cukup lama dapat menghambat aktivitas golongan masyarakat tertentu khususnya perkotaan yang memiliki keterbatasan waktu. Proses pengolahan nasi kuning memerlukan waktu relatif lama, terutama pada tahap persiapan bumbu-bumbu. Adapun cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan proses instanisasi.

P roses Ins tan isas i dapa t diartikan sebagai sesuatu yang tanpa proses dan hanya bersifat langsung ( menawarkan kemudahan, simplisitas, dan kecepatan di segala hal). Oleh karena itu, diperlukan teknologi untuk memproduksi nasi kuning cepat masak atau dikenal “nasi kuning instan”.

Teknologi ini dapat mempercepat w a k t u p e m a s a k a n d e n g a n karakteristik nasi kuning yang

masih dapat diterima konsumen. Tersedianya produk nasi kuning instan diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan makanan cepat saji, sehingga dapat membantu masyarakat perkotaan dalam menyiapkan makanan. Selain itu, produk nasi kuning instan dapat berfungsi sebagai logistik pangan darurat di daerah bencana maupun perbekalan prajurit (TNI) serta perbekalan bagi jemaah yang sedang menunaikan ibadah haji atau umroh.

Nasi kuning mempunyai warna yang menarik dan aroma khas yang dapat menggugah selera untuk makan. Selain itu nasi kuning memil iki peranan yang cukup penting dalam budaya Indonesia, sebagai tumpeng yang dihidangkan di berbagai acara besar seperti syukuran, kelahiran, pernikahan, dan lain-lain yang melambangkan gunung emas yang bermakna kekayaan, kemakmuran serta moral yang luhur. Seiring berjalannya waktu, saat ini nasi kuning menjadi salah satu menu sarapan pagi yang populer di berbagai kalangan masyarakat Indonesia.

Proses Pembuatan Nasi Kuning Instan

Proses instanisasi pangan (nasi kuning instan) dapat dilakukan dengan cara proses pengeringan, kadar air yang cukup tinggi dapat dikurangi sampai dibawah 15%. Prinsip proses pengolahan nasi kuning instan terdiri dari beberapa

Page 6: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

4 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

tahap, yaitu perendaman beras gi l ing dalam larutan natr ium sitrat, pencucian, pencampuran beras dengan bumbu-bumbu dan santan, pemasakan dalam api kecil hingga menjadi nasi kuning aron, pemasakan dalam rice cooker hingga nasi kuning matang, pembekuan dan pengeringan. Bumbu yang ditambahkan adalah bawang merah, kunyit, jahe, lengkuas, batang serai, daun pandan, daun salam, garam dan gula.

Proses pembekuan bertujuan untuk menghasilkan sifat porositas yang tinggi sehingga dihasilkan waktu rehidrasi yang singkat. Proses ini akan melepaskan air yang terdapat dalam sistem gel. Proses thawing meninggalkan padatan yang berstruktur microsponge. Setelah proses pengeringan, padatan kering yang porous ini dapat dengan cepat tergelatinisasi pada waktu rehidrasi dengan air panas.

Nasi kuning instan memiliki butir beras yang berbentuk porous. Celah atau pori-pori yang terbentuk memudahkan transfer air dan panas selama rehidrasi sehingga

menghasilkan nasi kuning instan yang rasa, aroma, dan teksturnya sama dengan nasi kuning biasa.

Keunggulan Proses Instanisasi Nasi Kuning dan Prospek Pengembangannya di UKM

Produk nasi kuning instan memiliki beberapa keunggulan, yaitu proses produksi mudah, waktu rehidrasi singkat, dan sesuai untuk masyarakat modern yang ingin serba cepat.

Cara penyajian nasi kuning instan dapat dihidangkan dengan mudah dan cepat, yaitu produk nasi instan dituangkan di dalam cup, ditambah air mendidih dengan perbandingan nasi instan : air sebanyak 1 : 4, diaduk dan cup ditutup rapat selama 5 menit. Air yang tersisa dari nasi, ditiriskan dan diamkan sejenak dalam keadaan tertutup, dan nasi kuning instan siap dihidangkan. Nasi kuning instan memiliki karakteristik rendemen 98,09%, waktu rehidrasi 4,26 menit, densitas kamba 0,42 g/ml, dan volume pengembangan 173,35%. Produk ini mengandung air 8,63%, abu 1,5%, protein 10,04%, lemak 1,73%, dan karbohidrat 78,10%.

Nasi kun ing ins tan dapat diproduksi menggunakan peralatan yang sederhana, seperti rice cooker, freezer, dan oven pengering. Oleh karena itu, produk nasi kuning instan berpotensi untuk dikembangan

Produk nasi kuning instan.

Nasi kuning instan sebelum direhidrasi. Nasi kuning instan setelah direhidrasi.

pada skala UKM. Nasi kuning instan dapat dipasarkan dalam dua jenis kemasan, yaitu kemasan pouch 200 gram dan kemasan cup 50 gram. Perhitungan menggunakan asumsi kapasitas produksi sebesar 10 kg.

Berdasarkan hasil perhitungan harga jualnya, nasi instan kemasan 200 gram dapat dijual dengan harga Rp 16.517,- (asumsi profit 50%), sedangkan nasi instan kemasan 50 gram dapat dijual dengan harga Rp 5.555,- (asumsi profit 50%). Keuntungan produk pangan instan, yaitu lebih praktis karena memiliki waktu penyajian dalam waktu yang relatif singkat. Adanya produk nasi kuning instan diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan masyarakat tertentu (khususnya bagi ibu-ibu pekerja)yang mempunyai k e t e r b a t a s a n w a k t u d a l a m menyiapkan dan mengkonsumsi nasi kuning. Selain itu ketersediaan produk nasi kuning instan dapat melestarikan keberadaan kuliner nasi instan serta dapat menekan kendala dalam penyimpanan dan distribusi.

Kirana Sanggrami Sasmitaloka

Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 12 A

Cimanggu, Bogor

Telepon : (0251) 8351277

Faksimile : (0251) 8350928

E-mail : bbpascapanen@litbang.

pertanian.go.id ,

Page 7: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 5

Gairah petani untuk bertanam kedelai yang terus menurun

dalam dua puluh tahun terakhir harus segera diakhiri, dimana produksi kedelai nasional hanya mampu mencukupi sekitar 30% dari total kebutuhan nasional 2,6 juta ton per tahun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memacu pengembangan kedelai di sawah tadah hujan. Ketersediaan air setelah panen padi di sawah tadah hujan yang sangat terbatas dan tidak cukup untuk bertanam palawija lain, terutama jagung dapat dimanfaatkan untuk bertanam kedelai. Hasil

BIODETAS : Budidaya KedelaiMinim Air Maksimal Hasil di Sawah Tadah Hujan

BIODETAS (Budidaya Kedelai Minim Air Maksimal Hasil di Sawah Tadah Hujan) merupakan hasil uji coba teknologi budidaya kedelai yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, menjadi solusi permasalahan ketersediaan air setelah panen padi di sawah tadah hujan yang sangat terbatas dan tidak cukup untuk bertanam palawija lain, terutama jagung. BIODETAS dapat dimanfaatkan untuk bertanam kedelai yang mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi serta memberi

keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan teknologi eksisting petani .

uj i coba teknologi budidaya kedelai “Biodetas” (kependekan dari Budidaya Kedelai Minim Air Maksimal Hasil di Sawah Tadah Hujan) pada sawah tadah hujan oleh Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan memberikan hasil yang layak dikembangkan. Uji coba yang dilakukan dalam format Demfarm seluas 40 hektar telah mampu menghasilkan biji kedelai rata-rata 2,72 ton per hektar. Produktivitas ini lebih tinggi dibanding hasil kedelai dengan

teknologi eksisting petani yang hanya menghasilkan biji 1,59 ton per hektar. Meskipun biaya produksi teknologi Biodetas (Rp7,4 juta per hektar) lebih tinggi dibandingkan teknologi eksisting (Rp5,3 juta per hektar), namun teknologi ini mampu memberikan keuntungan yang lebih besar. Dengan harga jual kedelai saat panen Rp6.000 per kg, total penerimaan teknologi Biodetas dapat mencapai Rp16,3 juta per hektar, sementara teknologi eksisting hanya Rp9,5 juta per hektar. ltulah sebabnya para petani di Tompobulu dan sekitarnya ter tar ik untuk menerapkan teknologi Biodetas, karena mampu meraup untung Rp8,8 juta/ha dibanding teknologi eksisting yang hanya mendapatkan keuntungan Rp 4,1 juta/ha.

Penerapan teknologi Biodetas di Tompobulu Kabupaten Maros 2017 telah menghasilkan calon benih pokok kedelai 131,3 ton, terdiri atas varietas Anjasmoro 77 ton, Dena1 53 ton, Argomulyo 0,6 ton, dan Dering1 0,7 ton. Benih tersebut telah

Memotong jerami dan menyemprot gulma dengan herbisida.

Page 8: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

6 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

disalurkan ke Kabupaten Sopeng, Kabupaten Bone, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan, dan petani di sekitar Tompobulu untuk digunakan sebagai benih yang selanjutnya disertifikasi menjadi kelas benih di bawahnya.

Teknologi Biodetas ini juga telah coba di Desa Rejo Binangun, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur seluas 30 ha dengan hasil rata-rata 1,72 ton per hektar, dan meraup keuntungan Rp5,6 juta per hektar. Dari hasil Demfarm di wilayah ini, teknologi Biodetas tahun 2018 telah menghasilkan 24,3 ton benih pokok kedelai yang terdiri atas 2,8 ton varietas Anjasmoro, 0,44 ton Argomulyo, 0,61 ton Demas1, dan 0,42 ton Dega1. Benih-benih tersebut sebagian besar dibeli oleh penyalur benih kedelai di Provinsi Lampung, dan sebagian lagi digunakan oleh petani Raman Utara untuk dikembangkan lebih lanjut. Penerapan teknologi biodetas dimulai dengan memotong jerami

Sebelum tanam,benih dicampur pupuk hayati Agrisoy yang mengandung Rhizobium dengan dosis 40 g per 8-10 kg benih.

pada lahan bekas penanaman padi hingga 1–3 cm di atas permukaan tanah, kemudian lahan disemprot herbisida untuk mengendalikan gulma (Gambar 1). Membuat saluran drainase pada setiap lebar bedengan 4–5 m, menggunakan kedelai varietas unggul seperti Anjasmoro, Dena 1, atau Argomulyo. Waktu tanam sebaiknya tidak lebih dari lima (5) hari setelah panen padi, karena terkait dengan ketersediaan air dan pertumbuhan gulma. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase dapat dilakukan sebelum tanam, atau menyusul setelah tanam selesai. Sebelum tanam, benih terlebih dahulu dicampur dengan pupuk hayati Agrisoy yang mengandung rhizobium dengan dosis 40 gram per 8 kg benih (Gambar 2). Pupuk hayati itu mampu memacu pembentukan bintil akar tanaman kedelai. Apabila tanaman dapat membentuk bintil akar dengan baik, lebih dari 60% kebutuhan pupuk nitrogen (urea) tanaman sudah terpenuhi melalui

fiksasi nitrogen yang ada di udara. Jarak tanam (30–40) cm x 15 cm, setiap lubang tanam diisi 2–3 benih, lubang tanam ditutup dengan pupuk kandang/organik dengan dosis 1,0 t/ha atau sekitar satu sendok makan per lubang tanam. Pupuk NPK diberikan saat tanaman berumur sekitar 10 hari dengan cara ditabur di sebelah barisan tanaman dengan dosis 200 kg Phonska dan 50 kg SP36/ha. Gulma dikendalikan dengan herbisida saat tanaman berumur sekitar 20 hari. Pengendalian gulma selanjutnya secara manual bergantung kondisi di lapangan. Untuk pengendalian hama dan penyakit, pestisida disemprotkan secara bijak sesuai dengan dosis anjuran. Panen kedelai dilakukan dengan memotong batang dekat permukaan tanah ketika tanaman sudah menua, yang ditandai oleh daun-daun menguning dan rontok, polong berisi penuh berwarna cokelat dan mengering. Brangkasan tanaman yang telah dipotong langsung segera dijemur, kemud ian d ib i j i kan dengan menggunakan mesin perontok. Sampai saati ini, petani di Tompobulu Kabupaten Maros dan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur sangat tertarik untuk mengadopsi teknologi Biodetas, karena dengan air yang terbatas di lahan sawah tadah hujan, masih dapat ditanam dengan kedelai sehingga pada akhirnya mencapai lebih dari 2 t/ha di Maros dan 1,7 di Lampung Timur. Apabila harga kedelai dapat mencapai Rp 7.000/kg, maka tidak ada alasan bagi petani untuk enggan bertanam kedelai.

Arief Harsono

Balai Penelitian Tanaman Aneka

Kacang dan Umbi

Jalan Raya Kendalpayak KM 8, Malang

Telepon : (0341) 801468

Faksimile : (0341) 801496

E-mail : [email protected].

go.id;

Keragaan tanaman saat umur 45 hari di Tompobulu (Kabupaten Maros) dan umur 35 hari di Raman Utara (Kabupaten Lampung Timur).

Page 9: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 7

Sampai saat ini pengendalian OPT (organisme pengganggu

tanaman) di lahan pertanian masih bertumpu pada pestisida kimia, karena mudah didapat, mudah aplikasinya, dan hasilnya dapat segera dilihat. Penggunaan pestisida kimia oleh petani cenderung sangat berlebihan, sehingga berdampak nega t i f t e rhadap konsumen maupun ekosistem pertanian. Salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabat i . P r ins ip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi kebutuhan pestisida kimia, karena efektivitasnya masih di bawah pestisida kimia.

Mimba

Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Selain untuk mengendalikan hama, mimba juga dapat digunakan untuk mengendalikan jamur, virus, nematoda, bakteri dan tungau pengganggu tanaman.

Mimba merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi 8–15 m, batang lurus pendek, sebagian

Insektisida Nabati Serbuk Biji Mimba dan Daun Mimba

Senyawa aktif utama Azadirachtin pada ekstrak daun dan biji Mimba menjadi bahan dasar pembuatan insektisida nabati. Hal ini menjadi salah

satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya penggunaan pestisida kimia oleh petani cenderung sangat berlebihan, sehingga berdampak negatif terhadap konsumen maupun ekosistem pertanian. Menurut para ahli FAO dalam pengembangan insektisida

nabati, mimba merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan insektisida nabati.

besar ditumbuhi dahan, tajuk rapat berbentuk oval dan besar. Daun majemuk, 7–17 pasang per tangkai, berbentuk lonjong dan bergerigi, panjang 6–8 cm, lebar 1–3 cm, pangkal runcing tidak simetri, ujung runcing, remasan daun berasa pahit, warna hijau muda. Tanaman ini selalu hijau, pada musim panas dan kering yang ekstrim, daun tidak pernah gugur, sehingga sangat sesuai untuk tanaman penghijauan. Tanaman mulai berbunga dan berbuah setelah berumur lima tahun. Pembungaan terjadi pada musim kering, yaitu sekitar bulan Maret–Desember, buah masak mendekati musim hujan.

Tanaman mimba termasuk dalam famili Meliaceae dan merupakan tanaman asli Afrika Asia. Di Asia, mimba banyak ditemukan di India, Burma, Cina Selatan, dan Indonesia. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0–800 dpl merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba.

Mimba merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan

bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadirachtin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, akarisida maupun rodentisida.

M e n u r u t p a r a a h l i F o o d Agriculture Organization (FAO) dalam pengembangan insektisida nabati, mimba merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan insektisida nabati. Selain dimanfaatkan sebagai insektisida, tanaman mimba juga dapat dimanfaatkan sebagai sabun, pupuk, pakan ternak, obat dan cat.

Mimba sebagai Insektisida Nabati

Sejak lama mimba digunakan sebagai insektisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (broad spectrum). Di negara berkembang, mimba digunakan secara sederhana, sedangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat mimba telah dijual di pasaran dalam bentuk formula.

Di Indonesia, mimba sudah digunakan secara luas untuk mengendalikan OPT pada tanaman non pangan, namun akhir-akhir ini mulai diperkenalkan untuk pengendalian OPT pada tanaman pangan, khususnya untuk produk pertanian organik. Di Bali juga telah diproduksi insektisida nabati dengan bahan baku biji mimba dan dikemas dengan nama neemba oil. Insektisida nabati mimba adalah insektisida yang ramah lingkungan, sehingga diperbolehkan untuk digunakan dalam pertanian organik.

Page 10: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

8 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Cara Kerja Mimba

Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtin sebagai senyawa aktif utama, meliantriol, salanin, dan nimbin. Senyawa aktif tersebut merupakan hasil metabolit sekunder yang berguna untuk pertahanan diri tanaman.Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu, juga berperan sebagai pemandul. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 jenis serangga. Azadiracht in yang dikandung biji mimba berperan sebagai zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi

dewasa. Biasanya kegagalan da lam proses in i se r ingka l i mengakibatkan kematian. Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan insektisida nabati dari mimba, seringkali setelah aplikasi hamanya tidak mati seketika, namun memerlukan beberapa hari untuk mati (biasanya 4–5 hari). Serangga hama yang sudah terkena aplikasi serbuk biji mimba akan terkapar dan daya rusaknya sangat menurun karena serangga dalam keadaan sakit. Zat pada meliantriol berperan sebagai penghalau serangga hama yang mengakibatkan hama serangga enggan mendekati tanaman. Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti virus, anti bakteri, anti fungi dan sangat baik untuk mengendalikan penyakit tanaman.

Keunggulan Mimba

Pengenda l ian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai

beberapa keunggulan antara lain : (1) Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat menjelang panen; (2) Aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak) (3) Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu; (4) Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.

Sedangkan kelemahan mimba adalah: (1) Dari segi ekonomis, sifat insektisida yang berpengaruh singkat kadang kurang menguntungkan, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi mimba yang berulang-ulang untuk mencapai kemanjuran pengendalian yang maksimal; (2) Harga jual insektisida nabati belum tentu lebih murah dari insektisida kimia, karena biaya produksinya lebih mahal; (3) Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat persediaannya sendiri; (4) Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali; (5) Frekuensi pemakaian lebih tinggi, karena sifat racunnya mudah terurai; (6) Memerlukan persiapan yang agak lama, karena untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 24 jam (sehari semalam).

Jenis Hama Target

Berdasarkan hasil penelitian di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), serbuk biji mimba (SBM) efektif untuk mengendalikan: (1) Lalat kacang, Ophiomyia phaseoli pada tanaman kedelai. SBM 50 g/l yang

Lalat kacang, Ophiomyia phaseoli.

Ulat grayak, Spodoptera litura.

Kutu kebu l , Bemis ia tabaci.

Tungau merah Tetranychus urticae.

P e n g g e r e k p o l o n g Maruca testulalis.

Serangan dan thr ips dewasa.

Page 11: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 9

diaplikasikan pada umur 8 hari efektif menekan serangan hama lalat kacang, setara insektisida Karbofuran (Curater 3 G-6 kg/ha), Fipronil (Regent 50 EC-2 ml/l), dan Klorfirifos (Petroban200 EC-2 ml/l); (2) Ulat grayak, Spodoptera litura dan kutu kebul, Bemisia tabaci. Di lapangan, ekstrak air Serbuk biji mimba (SBM) dengan konsentrasi 50 g/l (b/v) efektif menekan populasi ulat grayak (47–49 %), lebih tinggi dari insektisida kimia amdasihalotren (43 %). Populasi kutu kebul, Bemisia tabaci pada tanaman kedelai varietas Burangrang, Kaba, Ijen, dan Anjasmoro yang disemprot insektisida kimia cukup tinggi, rata-rata 1.300-1.500 ekor kutu kebul/6 ayunan dibanding 100-700 ekor kutu kebul/6 ayunan pada varietas yang sama yang disemprot dengan serbuk biji mimba 50 g/l air. Pada perlakuan mimba populasi predator laba-laba juga masih dijumpai; (3) Tungau merah Tetranychus urticae, SBM 50 g/l efektif menekan serangan tungau merah pada ubikayu dengan mortalitas 70 %; (4) Penggerek polong Maruca testulalis, dan thrips. SBM 50 g/l air dapat menekan kehilangan hasil kacang

hijau 13–45% terhadap serangan penggerek polong M. testulalis, dan 21,5 % terhadap serangan thrips. Proses pembuatan insektisida nabati SBM dengan pelarut air yakni: (1) Mengeringanginkan biji mimba beserta kulit biji sampai kering agar tidak berjamur dan mudah digiling; (2) Menggiling biji berserta kulit biji mimba sampai halus, kemudian diayak dengan ayakan (850 µm); (3) Menimbang 50 g serbuk biji mimba + 1 l air aduk rata, kemudian rendam sehari semalam (24 jam); (4) Keesokan harinya rendaman bahan diaduk dan disaring dengan kain furing; (5)Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan; (6) Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, dengan volume semprot yang memadai 400-600 l air, tergantung umur tanaman yang akan disemprot. Adapun pembuatan insektisida nabati dari daun mimba dengan pelarut air: (1) 50 g daun mimba segar ditumbuk/diblender dengan 1 l air aduk rata, kemudian rendam sehari semalam (24 jam); (2)Keesokan harinya rendaman bahan

disaring dengan kain furing; (3)Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan;

Teknik Aplikasi Insektisida Nabati Mimba

SBM diaplikasikan dengan cara d isempro tkan menggunakan alat semprot sprayer gendong. Penyemprotan SBM akan sangat efektif bila dilakukan pada saat hama sasaran pada fase peka. Penyemprotan yang ditujukan pada ulat grayak sebaiknya dilakukan pada ulat instar 1, saat ulat masih berkelompak dalam satu daun, atau sebelum ulat mencapai instar 3. Bila diukur, panjang ulat kira-kira masih kurang dari 1,5 cm. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16.00, agar bahan nabati tidak terpapar sinar ultra violet dan dapat mengenai hama sasaran secara maksimal. Perlu diketahui, pada sore hari ulat akan keluar dari tempat persembunyian untuk memakan daun-daun kedelai. Saat menyemprot nozel harus diarahkan di permukaan daun bagian atas dan bawah dengan langkah yang tetap, agar semua kanopi daun mendapat larutan bahan nabati yang merata. Gunakan SBM 50 g untuk 1 l air, dengan volume air semprot 400-600 l/ha, tergantung umur tanaman. Penyemprotan bisa diulang setiap 5-7 hari. Penyemprotan hama agar efektif harus didasarkan pada 4T, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran, dan tepat volume.

Sri Wahyuni Indiati

Balai Penelitian Tanaman Aneka

Kacang dan Umbi

Jalan Raya Kendalpayak KM 8, Malang

Telepon : (0341) 801468

Faksimile : (0341) 801496

E-mail : [email protected].

go.id;

Diagram Alir Pembuatan Insektisida Nabati.

Digiling/ditumbuk

Disaring

Dilarutkan dalam air Ditambah perata dan diaduk

Biji Mimba Daun Mimba

atau

Page 12: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

10 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Pengelolaan lahan bekas tambang ba tuba ra d i l akukan o leh

Peternakan Sapi Perah Terpadu untuk budidaya sapi perah dari budidaya sampai pasca produksi dalam bentuk produk siap konsumsi seperti yoghurt, sebagai tempat pelatihan atau wisata edukasi bagi pelajar dan masyarakat sekitar. Kegiatan wisata edukasi di Peternakan Sapi Perah Terpadu tersebar di beberapa lokasi seperti Telaga Batu Arang (TBA) (pengembangan rusa dan area wisata edukasi) dan di area Pit J (pengembangan sapi potong/sapi bali) dengan sistem padang penggembalaan, yang dilengkapi kebun rumput.

Peternakan Sapi Perah Terpadu merupakan salah satu model peternakan sapi perah secara terpadu di LBT dari Kaltim Prima Coal (KPC). Di lokasi tersebut di samping kandang sapi perah juga dilengkapi dengan pabrik pakan mini untuk pengolahan konsentrat, kebun rumput, biogas, gedung pertemuan, tempat pengolahan susu, mess (penginapan) karyawan juga perkantoran. Hijauan yang diberikan pada ternak dari kebun rumput dan sebagian dari petani, untuk konsentrat dibuat sendiri di pabrik pakan mini dengan bahan baku dari hasil pertanian setempat. Peternakan Sapi Perah Terpadu menghasilkan beberapa produk

Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk Pengembangan Tanaman Pakan Ternak

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara, di Sangatta, Kalimantan Timur, mengelola lahan bekas tambang (LBT) batu

bara yang harus di reklamasi dan dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pakan ternak (TPT). Pengembangan ini dikelola oleh Peternakan

Sapi Perah Terpadu.

diantaranya: susu pasteurisasi, yoghurt, es susu dan es krim yang dipasarkan melalui toko di lokasi peternakan. Kotoran ternak dibuat biogas yang digunakan untuk pupuk organik, kesediaan listrik, serta pupuk untuk sayuran di lokasi peternakan.

Kondisi Lahan Bekas Tambang

Penambangan batubara di KPC dilakukan secara terbuka (open cut mining), dengan membuka lapisan tanah atas (top soil), selanjutnya dipindahkan ketika penambangan selesai dikembalikan di tempat semula. Kondisi lahan bekas tambang pada umumnya mempunyai pH masam, bahan organik dan kesuburan tanah rendah, tanah tidak stabil dan kondisi keseimbangan ekosistem permukaan tanah yang terganggu. Berdasarkan Tabel analisa tanah dapat dijelaskan bahwa tingkat kesuburan tanah di

LBT batubara masih rendah dan masih perlu untuk ditingkatkan (Tabel 1). Berbagai langkah bisa dilakukan seperti pemberian fungi mikoriza arbuskula (FMA), pember ian kompos, sedangkan kandungan mineral mikro dan logam berat masih dalam ambang batas. Lahan bekas tambang yang digunakan untuk pengembangan TPT adalah lahan yang telah direklamasi agar dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya.

Kandungan Nutrisi Rumput Gajah di Lahan Bekas Tambang

Rumput gajah merupakan salah satu jenis rumput yang mampu tumbuh cukup baik di LBT batubara. Pemberian pupuk organik di LBT batubara dengan pupuk organik dari kotoran ternak sapi perah terbukti mampu meningkatkan kandungan bahan kering (BK), abu, dan protein jika dibanding rumput gajah di lahan petani tanpa pemberian pupuk kandang (Tabel 2). Pupuk kandang dari kotoran sapi perah memiliki kandangan hara lengkap dan memperbaiki struktur tanah serta membantu meningkatkan perkembangan mikroorganisme tanah kebun rumput di LBT Batubara.

Kebun tanaman pakan ternak (TPT) dan kegiatan wisata edukasi di Peternakan Sapi Perah Terpadu di lahan bekas tambang (LBT) Kaltim Prima Coal (KPC).

Page 13: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 11

Tabel 1. Hasil analisa tanah di lahan bekas tambang di Kaltim Prima Coal

Sifat tanah Nilai Baku mutu TCLP **)

C org (%)N total (%)

P Bray (ppm)P HCl (ppm)

KTK (cmol(+/kg)pH H2O pH (KCl) Kadar airFe (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Mn (ppm) Pb (ppm) As (ppm) Hg (ppm)

2.35 (rendah)* 0.33 (sangat rendah)* 2.53 (Sangat rendah)*

78.95 (rendah)* 18.71(rendah) *

4.41 (sangat masam)*3.93 (sangat masam)*

3.39 430.87 (tinggi)*2.56 (tinggi)* 7.17 (tinggi)* 20.00 (tinggi)*

2.24 0.00 0.00

---------

10.050.0

-5.05.0-

Sumber : Harmini (2019)

Tabel 2. Kadar nutrisi rumput gajah di lahan bekas tambang batubara di KPC dan lahan petani

Nutrien Rumput gajah

Pasca tambang Petani

Bahan Kering (%)Abu (%)

Protein Kasar (%)Lemak (%)

Serat Kasar (%)TDN(%)Ca(%)P(%)

1008,8711,322,4729,4336,660,270,47

1005,638,762,6633,5838,510,250,14

Sumber : Harmini (2019)

Tabel 3. Kadar mineral pada tajuk rumput gajah umur 40 hari dari lahan pasca tambang dan lahan petani

Kandungan mineral

Rumput gajahAmbang batas

Pasca tambang Petani

Mg, (ppm)Mn, (ppm)Fe, (ppm)Pb, (ppm)Hg, (ppm)As, (ppm)

2766.892 226.97 168.621 6.251 0.002 0.416

2430.102 671.99 54.99 3.636 0.002 0.012

6400**) 1000**) 1000**)

30*) 2*) 50*)

Sumber : *) BSN (2009); **)NRC (2001)

Tabel 4. Kandungan mineral pada akar, batang dan daun rumput gajah pasca tambang batubara

Kandungan mineral Akar Batang Daun Ambang batas

Mg, (ppm) Mn, (ppm) Fe, (ppm) Pb, (ppm)Hg, (ppm) As, (ppm)

1658.841 206.388 2342.710

4.252 0.143

<0.002

1786.129 22.926 45.941 4.477 0.341

<0.002

1861.092 36.612 40.790 11.811 0.071 <0.002

6400**) 1000**) 1000**)

30*) 2*) 50*)

Sumber : *) BSN (2009); **)NRC (2001)

Kadar Mineral pada Tajuk Rumput Gajah

Areal pertambangan sering dikaitkan dengan kemungkinan kontaminasi logam berat. Tumbuhnya beberapa jenis rumput pada areal revegetasi tambang yang sangat cepat, member i kan pe luang un tuk dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan penggembalaan ternak. Permasalahan utama pemanfaatan LBT batubara untuk TPT adalah kemungk inan terkontaminas i logam berat. Hal ini disebabkan terangkatnya mineral-mineral sulfidik sehingga pH tanah menjadi rendah (pH rendah kemungkinan mikro mineral dan logam berat tinggi). Kondisi ini berpengaruh pada kandungan mineral dan logam berat di TPT yang ditanam di LBT batubara. Hal ini penting untuk diperhatikan karena logam berat yang jumlahnya di atas ambang akan berbahaya pada ternak bahkan pada manusia. ̀ Kandungan mineral Hg, Pb, Fe dan Mn pada rumput gajah dari LBT lebih tinggi di banding rumput gajah petani di lahan bukan bekas tambang, namun masih dalam ambang batas untuk pakan ternak (Tabel 3). TPT untuk LBT batubara dipilih jenis tanaman yang bersifat fitostabilisasi sehingga mobilitas dan bioavailabilitas logam berat hanya di akar tidak sampai pada tajuk TPT dan aman untuk dikonsumsi ternak. Berdasarkan Tabel 3 dan 4 dari lahan bekas tambang batubara layak untuk dikonsumsi oleh ternak karena mengandung kandungan Mg, Mn, Fe, Pb, Hg dan As masih dalam ambang batas yang aman untuk dikonsumsi oleh ternak.

Harmini dan Sajimin

Balai Penelitian Ternak

Jalan Veteran III, PO BOX 221, Ciawi

Telepon : (0251) 8240752

Faksimile : (0251) 8240754

E-mail : [email protected].

go.id;

Page 14: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

12 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Peningkatan keragaman genetik d a p a t d i l a k u k a n s e c a r a

inkonvensional, salah satunya melalui penggunaan mutagen fisik iradiasi sinar gamma. Telah banyak varietas mutan yang dilepas sebagai hasil iradiasi sinar gamma pada beberapa jenis tanaman, termasuk sayuran. Hal ini dimungkinkan karena sinar gamma memil iki energi yang cukup tinggi, sehingga apabila melintasi materi tanaman dapat menimbulkan perubahan pada struktur atau komposisi materi genetik (genom, kromosom, gen, DNA) dan dapat diwariskan pada suatu organisme (Maluszynski et al. 2000). Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) telah melakukan upaya dalam penggunaan iradiasi sinar gamma untuk program perakitan tanaman cabai merah dengan melakukan penyinaran benih lima varietas cabai merah pada beberapa dosis sinar gamma (diinisiasi di

Penggunaan Iradiasi Sinar Gamma untuk Peningkatan Keragaman Genetik pada Cabai Merah

Keragaman genetik dewasa ini, ditingkatkan dengan cara inkonvensional melalui penyinaran sinar gamma hasil radiasi yang melahirkan varietas

mutan. Varietas ini, telah banyak dilepas dikarenakan sinar gamma memiliki energi tinggi dalam mengubah struktur ataupun komposisi materi genetik.

tahun 2015). Diketahui bahwa dosis letal untuk benih cabai berada pada kisaran 400–500 Gy. Pada kisaran dosis letal inilah terjadi keragaman genetik akibat perlakuan mutagen yang paling maksimum (Gaswanto et al. 2019)

Genotipe-Genotipe Cabai Merah Generasi M6

Pada pemuliaan mutasi tanaman biasanya sudah mulai stabil pada generasi M2. Di samping i tu pada generasi tersebut muncul ekspresi fenotipe yang paling maksimal, sehingga pada generasi M2 merupakan yang ideal untuk dilakukan seleksi. Seleksi tanaman mutan dapat dilakukan berdasarkan pada perubahan relatif data fenotipe, data mikroskopis, atau data molekuler dibandingkan dengan tanaman kontrol. Untuk tanaman cabai yang

merupakan tanaman menyerbuk sendiri pada generasi ini dapat dilakukan seleksi secara individu berdasarkan tujuan karakter yang dikehendaki (Falconer dan Mackay 1996). Seleksi individu digunakan pada keadaan heritabilitas yang t inggi yang mana simpangan dalam famili dan antar famili besar. Pada generasi M2 belum dapat dibentuk famili-famili, heritabilitas masih tergolong tinggi, dan contoh berukuran kecil, sehingga seleksi individu ini merupakan pilihan yang tepat. Pada generasi pertengahan (M3 hingga M5) terjadi kemungkinan heritabilitas mulai menurun, ukuran contoh menjadi semakin besar, dan simpangan dalam famil i /galur berbeda-beda untuk setiap famili/galur, sehingga seleksi yang tepat digunakan adalah seleksi kombinasi antar dan dalam famili/galur. Kondisi pada seleksi generasi akhir diasumsikan telah seragam dan heritabilitas rendah, sehingga penggunaan seleksi antar famili/galur merupakan pilihan tepat (Falconer dan Mackay 1996). Pemuliaan mutasi cabai melalui iradiasi sinar gamma di Balitsa telah masuk pada

Perubahan fenotipe ukuran buah cabai hasil seleksi dari tiga varietas cabai yang tidak dan telah diiradiasi benihnya.

Page 15: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 13

tahap generasi M6. Pada generasi ini tingkat keseragaman semua karakter cenderung sudah cukup tinggi. Galur M6-Lgg 27-13-22 merupakan hasil iradiasi dari benih cabai varietas Lingga yang memiliki buah matang yang berwarna kuning, padahal tetua asalnya sendiri memiliki buah matang berwarna merah. Jumlah buah per tanaman cukup lebat dan buahnya memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi, yaitu: 115,61 mg/100 g, namun tingkat kepedasannya di bawah 300 ppm. Galur cabai ini cocok untuk bahan baku industri yang memerlukan kandungan vitamin C tinggi atau dijadikan sebagai tepung pewarna dalam masakan. Galur M6-Kcn 48-28-36 merupakan hasil iradiasi benih dari varietas Kencana. Namun penampilan bentuk dan ukuran buah dari galur cabai ini telah berbeda dari tetua asalnya yang langsing dan panjang. Buah cabai dari galur ini memiliki diameter buah lebih besar dengan jumlah buah yang sama lebatnya seperti varietas Kencana. Namun tingkat kepedasan dan kadar vitamin C dari galur cabai ini dibawah 300 ppm dan 100 mg/100 g. Galur M6-Lgg 55–18-42 merupakan hasil iradiasi benih varietas Lingga. Jumlah buahnya cukup lebat dengan bobot hasil sekitar 1,0 kg/tanaman.

Tetua asal (a) dan Galur M6-Lgg27-13-22 (b).

(a) (b)

Galur M6-Kcn 48-28-36.

Penampilan bentuk dan ukuran buah dari galur cabai ini telah sesuai dengan preferensi konsumen, khususnya untuk kalangan ibu rumah tangga. Galur M6–Lmb –04-01 merupakan hasil iradiasi benih varietas Lembang yang memiliki keunikan penampilan di mana beberapa tanamannya terindikasi mandul jantan karena tidak dapat berbuah dengan bentuk bunga yang tidak normal. Penampilan tanaman tersebut membentuk roset dan pendek tumbuhnya. Galur ini punya potensi untuk dikembangkan tetua dalam perakitan varietas F-1 hibrida berbasis mandul jantan.

Tantangan dan Harapan Penggunaan Iradiasi Sinar Gamma

Diperlukan pemahaman teknik dan metode mutasi serta kecukupan materi benih yang akan diiradiasi, sehingga dapat meningkatkan peluang keberhasi lan. Selain itu keberhasilan ditentukan juga oleh radiosensitivitas genotipe. Tingkat sensitivitas tanaman sangat bervariasi antar jenis tanaman dan antar genotipe. Banyak pakar menyarankan tidak menggunakan mutagen dengan dosis melebihi LD50 karena akan mengakibatkan kerusakan fisiologis dan genetis pada tanaman (van Harten 2002).Secara relatif ekspresi mutasi pada fenotipe tanaman cabai merah dapat menuju ke arah positif/negatif, bahkan kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali ke bentuk semula (recovery). Mutasi yang mengarah negatif menyebabkan

Galur M6–Lgg 55–18-42.

kematian, ketidaknormalan, sterilitas atau kerusakan fisiologis, sedangkan yang positif (terwariskan) ke generasi berikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki (Soeranto 2011).

Strategi pemerintah untuk men ingka tkan produks i dan produktivitas cabai nasional di Indonesia mulai diarahkan pada pemanfaatan lahan di luar Pulau Jawa. Namun tantangan yang dihadapi berupa cekaman biotik dan abiotik, dimana antraknos dan virus kuning masih merupakan penyak i t u tama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Selain itu, kekeringan, salinitas, kemasaman tanah merupakan masalah yang harus diatasi. Untuk memenuhi semua tuntutan tersebut dibutuhkan varietas cabai yang sesuai yang diwujudkan dalam suatu program perakitan varietas. Kunci keberhasilan dari program tersebut adalah ketersediaan sumber gen yang dibutuhkan. Harapannya galur-galur cabai mutan Balitsa dari hasil seleksi mutasi positif dapat menjadi materi genetik untuk beberapa program perakitan varietas unggul baru (VUB) sesuai dengan tujuan, sehingga VUB yang dilepas dapat berkontribusi pada peningkatan produksi dan produktivitas cabai nasional.

Redy Gaswanto

Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Jalan Tangkuban Perahu No. 517,

Kotak Pos 8413, Lembang

Telepon : (022) 2786245

Faksimile : (022) 2789951

E-mail : [email protected].

go.id;

Galur M6–Lmb –04-01.

Page 16: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

14 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Diseminasi teknologi pertanian m e r u p a k a n s a l a h s a t u

tugas pokok Badan Penelit ian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Diseminasi dilakukan sebagai upaya menghilirkan invensi yang telah dihasilkan untuk sampai kepada pengguna. Teknologi yang didisain dan siap untuk didiseminasikan, dikomunikasikan utamanya oleh penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) kepada berbagai kelompok pengguna melalui beragam media dan metode diseminasi.

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 19 tahun 2017 tentang tugas BPTP mengamanat-kan tambahan fungsi berupa “pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil penelitian atau pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi”. Tambahan fungsi ini tentu saja tidak terlepas dari peran BPTP dalam melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Upaya mengimplementasikan amanat Permentan No.19 tahun 2017 tersebut salah satunya dituangkan

Kaji Terap Invensi Balitbangtan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai Simpul Integrasi Diseminasi Teknologi antara BPTP dengan Daerah

Metode diseminasi kaji terap diimplementasikan di salah satu lokasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), sebagai salah satu bentuk

aktivitas diseminasi teknologi. Diseminasi melalui kegiatan kaji terap diharapkan dapat memberikan efek multiplier diseminasi melalui pelibatan

penyuluh lapang sebagai aktor uji coba teknologi di lahan demonstrasi.

dalam Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Penyuluh dan Diseminasi Teknologi (BBP2TP, 2018). Dalam Pedoman tersebut, salah satu metode diseminasi yang dapat dilakukan adalah kaji terap.

Adapun tulisan ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana metode diseminasi kaj i terap diimplementasikan di salah satu lokasi BPTP, sebagai salah satu bentuk aktivitas diseminasi teknologi. Diseminasi melalui kegiatan kaji terap diharapkan dapat memberikan efek multiplier diseminasi melalui pelibatan penyuluh lapang sebagai aktor uji coba teknologi di lahan demonstrasi.

Makna Kaji Terap

Kaj i te rap merupakan sa lah satu bentuk metode diseminasi berupa kegiatan uji coba untuk meyakinkan keunggulan teknologi anjuran, sekaligus sebagai wahana peragaan teknologi pertanian. Selain itu, melalui kaji terap diharapkan mendapatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelaku utama, sebelum diterapkan atau dianjurkan

kepada pelaku utama lainnya pada skala yang lebih luas. Mengutip Permentan Nomor 3 tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, bahwa metode penyuluhan pertanian adalah cara ataupun teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka bisa mengetahui, adanya kemauan/minat, dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, ef is iensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, ser ta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kegiatan kaji terap merupakan salah satu cara untuk menyampaikan inovasi teknologi pertanian kepada pengguna, dalam hal ini penyuluh pertanian dan petani.

Keg ia tan ka j i te rap yang dilakukan harapannya tidak hanya sekedar memberikan contoh ataupun display/sample teknologi semata di lapangan, tetapi juga seyogyanya menjadi tempat bagi penyuluh dan petani untuk belajar bersama-sama sehingga mereka mempunyai pengalaman uji coba bagaimana teknologi yang didiseminasikan tersebut dapat “dirasakan” oleh calon pengguna dari aspek keunggulan relatif teknologinya yakni kemudahan untuk dicoba, diamati, digunakan.

Page 17: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 15

Pola diseminasi yang saat ini secara umum dilakukan di Balitbangtan dan persebaran yang diharapkan.

Implementasi Kegiatan Kaji Terap: Studi Kasus di Provinsi Jawa Barat

Salah satu BPTP yang melaksanakan kegiatan kaji terap tahun 2018 adalah BPTP Jawa Barat, berupa teknologi budidaya kedelai tahan naungan di BPP Padaherang, Kabupaten Pangandaran. Sedangkan pada tahun 2019 kegiatan kaji terap fokus pada paket budidaya padi tahan salinitas dan budidaya Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) khususnya terkait pemanfaatan bahan pakan lokal. Kegiatan kaji terap terkait paket budidaya padi tahan salinitas dilaksanakan di wilayah kerja BPP Parigi, Kabupaten Pangandaran, pada lahan seluas

5 hektar. Sedangkan kaji terap budidaya ayam KUB dilaksanakan di BPP Pataruman Kota Banjar dan BPP Padaherang Kabupaten Pangandaran.

Pelibatan BPP atau wilayah kerja BPP sebagai lokasi kaji terap menuntut peran serta aktif dari penyuluh pertanian yang ada di BPP setempat. Pengertian “melibatkan” dalam hal ini mengandung makna bahwa aktivitas diseminasi on-farm yang dilakukan oleh BPTP tersebut melibatkan penyuluh di BPP sebagai mitra untuk melakukan kaji terap, sekaligus sebagai ajang diseminasi inovasi teknologi. Tahapan implementasi kegiatan kaji terap meliputi: (1) Identifikasi

permasalahan dan kebutuhan teknologi dengan pihak terkait (Dinas, Penyuluh Pertanian dan petani); (2) Identifikasi lokasi dan pemilihan BPP inti sebagai BPP lokasi percontohan teknologi bagi BPP sekitarnya; (3) Sosialisasi teknologi yang akan dikajiterapkan. Sosialisasi teknologi disampaikan oleh peneliti atau penyuluh yang memiliki kepakaran atau keahlian teknologi yang akan dikajiterapkan. Selain itu, pada tahap ini juga diberikan penjelasan tentang rancangan kaji terap yang akan di laksanakan, termasuk instrumen apa saja yang harus dikumpulkan selama kegiatan kaji terap berlangsung. Pada tahap ini terjadi proses transfer pengetahuan dan keterampilan bentuk kegiatan i lmiah dari Tim BPTP kepada para penyuluh di BPP; (4) Proses peragaan teknologi, dimana proses ini, sekaligus dilakukan kegiatan pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) tematik sesuai dengan tahapan teknik budidaya; (5) Temu lapang yang dilakukan dengan mengundang Penyuluh Pertanian di BPP lain dan juga petani diluar petani kooperator; (6) Menyampaikan hasil dan proses pembelajaran pada kaji terap pada kegiatan temu teknis teknologi pertanian.

Diseminasi hasi l kaj i terap disampaikan kepada Pemerintah D a e r a h s e t e m p a t d e n g a n mengundang PPL dari kecamatan la innya dengan tu juan untuk penyebarluasan informasi teknologi. Pemaparan materi terkait teknologi budidaya Ayam KUB disampaikan oleh BPTP sebagai sumber teknologi, sedangkan pemaparan has i l pelaksanaan kaji terap disampaikan oleh PPL dari di BPP yang terlibat.

Rekomendasi teknologi hasil ka j i te rap budidaya kede la i tahan naungan (Budena) yang dilaksanakan pada tahun 2018 di satu BPP, yaitu BPP Padaherang dijadikan rekomendasi teknologi pada kegiatan uji adaptasi teknologi Pola diseminasi dengan pendekatan penyuluh BPP sebagai kooperator diseminasi.

Page 18: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

16 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Evaluasi Kegiatan KKDL Jawa Barat.

Temu Teknis Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanian

spesifik lokasi yang dilakukan oleh seluruh BPP yang ada di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019. Pola interaksi antara BPTP dan Penyuluh Pertanian yang ada di BPP pada tahapan kegiatan kaji terap merupakan salah satu pola yang dinilai ideal dalam membangun jejaring kerjasama dalam diseminasi teknologi.

Melalui kegiatan kaji terap terjadi “koneksi” antara penyuluh di BPTP dengan penyuluh yang ada di daerah. PPL memerlukan upgrade teknologi dan informasi baru, serta metodologi-metodologi baru dalam melaksanakan penyuluhan. Pola pembinaan oleh BPTP dan pelibatan BPP dalam kegiatan kaji terap tersebut dilaksanakan melalui beberapa tahap, antara lain: (1) Pelibatan penyuluh BPP sejak awal perencanaan; (2) Tahapan pelaksanaan kegiatan ka j i terap d i lakukan dengan pendekatan proses; (3) Teknologi yang d i in t roduks ikan sesua i

dengan kebutuhan di lapangan dan menjawab permasalahan yang ada di petani; (4) Waktu pelaksanaan sesuai dengan periode kritis kondisi petani, misalnya pelaksanaan kaji terap Ayam KUB yang diapresiasi oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Banjar sangat berpotensi untuk dikembangkan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan daging ayam kampung di wilayah tersebut.

Makna “Simpul Kaji Terap” Terhadap Pelaksanaan Diseminasi Teknologi Balitbangtan

Diseminasi teknologi dengan pelibatan BPP memiliki makna ganda dalam proses diseminasi inovasi dimana terangkum tiga point penjelasan makna tersebut, antara lain: (1) Pelibatan penyuluh lapang di BPP sebagai mitra yang bersama-sama belajar dalam transfer ilmu, memiliki makna bahwa terdapat

proses belajar bagi penyuluh lapang terhadap teknologi yang sedang didiseminasikan tersebut. Proses belajar ini secara tidak langsung juga ikut meningkatkan kapasitas para penyuluh daerah. Dengan adanya proses transfer ilmu melalui belajar bersama di lapang, secara t idak langsung meningkatkan kemampuan para penyuluh lapang, sehingga meningkatkan rasa percaya diri (keyakinan) mereka; (2) Kepercayaan diri penyuluh yang lebih tinggi, meningkatkan motivasi serta semangat mereka untuk mendiseminasikan teknologi Balitbangtan tersebut secara lebih meyakinkan dan dengan penuh percaya diri. Pemilihan satu BPP sebagai mitra BPTP di lapang dalam kegiatan kaji terap, harapannya akan menjadi ‘trigger’ bagi BPP terpilih untuk kedepannya mensosialisasikan kegiatan serupa kepada penyuluh lain di BPP lainnya; (3) Peningkatan kapasitas penyuluh lapang melalui pendekatan diseminasi kaji terap, mengandung makna bahwa aktivitas diseminasi yang dilakukan tidak hanya sebatas transfer informasi teknologi namun juga diajarkan bagaimana melakukan pengamatan dan tahapan kegiatan secara scientific. Dengan kata lain, kegiatan kaji terap secara tidak langsung juga mengajarkan kepada para penyuluh lapang untuk belajar bersama-sama dalam konteks kegiatan pengkajian. Adapun disain pengkajian dirancang oleh peneliti dan penyuluh di BPTP, sedangkan proses kaj i terap dilakukan bersama-sama antara peneliti dan penyuluh di BPTP dan BPP.

Ume Humaedah dan Enti Sirnawati

Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor

Telepon : (0251) 8351277

Faksimile : (0251) 8350928

E-mail : [email protected].

go.id;

Page 19: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

Volume 42 Nomor 1, 2020 17

Peluang usaha peternakan sapi perah di dalam negeri sangat

prospektif, karena kemampuan pasok susu segar hanya mencapai 25–30% dari kebutuhan susu nasional. Konsumsi produk susu makin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran pentingnya kesehatan. Susu merupakan bahan pangan bergizi tinggi dengan komponen protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa, enzim-enzim dan beberapa mikroba. Rata-rata komposisi susu berdasarkan kondisi dan jenis sapi adalah kadar air 87,1%, abu 0,72%, lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, dan beberapa vitamin yang larut dalam lemak susu, yaitu vitamin A, D, E dan K (Handerson, 1981).

Susu sapi dapat diolah menjadi berbagai produk minuman maupun makanan yang digemari. Konsumsi masyarakat terhadap susu olahan relatif lebih banyak dibandingkan dengan susu segar. Beberapa produk olahan susu adalah yoghurt, kefir, keju, dadih, dangke dan lain-lain. Sebagai negara muslim, berbagai produk olahan tersebut harus memenuhi standar halal baik proses maupun bahan baku yang digunakan. Proses pembuatan susu fermentasi memerlukan starter yang merupakan satu atau lebih jenis mikroba (bakteri, khamir). Mikroba harus ditumbuhkan pada media yang

Produksi Starter Kering Halal untuk Keju

Starter kering halal untuk keju yang menjawab masalah peternak sapi perah dan pengolah susu, yaitu pada saat produksi susu tidak terserap

pasar. Maka diciptakan produk olahan susu yang telah difermentasi bakteri asam laktat (BAL) untuk proses pengasaman. Produk olahan susu berupa keju dapat menghasilkan beberapa varian seperti: keju krim, stilton, double

glouster, brie, neuf-chatel, camembert dan lain-lain yang dikelompokkan sebagai keju berbasis lemak tinggi.

halal. Keju merupakan olahan susu yang dibuat menggunakan rennet selain starter. Rennet merupakan enzim kimosin yang dihasilkan dari usus ruminansia dan babi, mikroba serta tanaman. Untuk membuat keju diperlukan rennet dan starter yang halal. Ketersediaan starter untuk produksi keju dalam negeri belum ada, sehingga harus impor. Hal ini yang mendorong untuk produksi starter kering halal untuk keju di dalam negeri. Dalam memproduksi starter kering diperlukan BAL yang berfungsi untuk proses pengasaman produk. Penggumpalan susu oleh mikroba starter disebabkan oleh senyawa golongan asam dan beberapa enzim yang dihasilkan dari aktivitas metabolismenya di dalam media susu. Starter kering keju yang dihasilkan digunakan untuk mengatasi masalah peternak sapi perah dan pengolah susu, yaitu dapat menggunakannya untuk produksi keju pada saat produksi susu tidak terserap pasar.

Beberapa varian keju dapat dihasilkan menggunakan starter keju diantaranya keju krim, stilton, double glouster, brie, neuf-chatel, camembert dan lain-lain yang dike lompokkan sebagai ke ju berbasis lemak tinggi. Mozarella merupakan keju lunak yang banyak digunakan terutama untuk topping pizza dan kuliner pasta lainnya. Keju

mozarella dan keju putih merupakan varian keju yang relatif mudah dibuat di industri rumah tangga.

Teknologi Produksi Starter Kering Keju

Produksi starter kering keju atau dikenal sebagai starter mesofilik karena mikroba di dalamnya hidup optimal pada suhu berkisar antara 25–45 °C.

Adapun alur proses produksi star ter ker ing keju yakni: (1) Mempersiapkan alginat kering; (2) Alginat dilarutkan dengan akuades panas (70-80 °C) konsentrasi 2,5%, lalu dihomogenkan; (3) Suhu larutan alginat diturunkan (mencapai kondisi hangat/40 °C); (4) Larutan alginat ditambah Streptococcus lactis dan Leuconostoc mesenteroides (>109 cfu/mL) rasio 1:10, dihomogenkan; (5) Larutan campuran alginat-bakteri ditambah larutan himaize rasio 4:1, dan dihomogenkan (hi-Maize telah dilarutkan akuades hangat suhu 40–50 °C konsentrasi 1%); (6) Larutan campuran alginat-bakteri-himaize diambil dengan spuit; (7) Larutan dicampur diteteskan dari pompa syringe ke dalam larutan CaCl2 ke dalam gelas Beaker di atas magnetic stirrer berkecepatan 100–150 rpm dan jarak 5–10 cm (CaCl2 dibuat dengan melarutkan dalam akuades steril konsentrasi 2%); (8) Beads (manik) yang terbentuk disaring dan ditiriskan; (9) Manik alginat ditebarkan ke dalam cawan petri dan ditutup (satu lapis); (10) Manik alginat dikeringkan dengan oven dengan suhu 40 °C (optimum mesofilik) selama 16 jam; (11) Lempeng kering alginat - bakteri - himaize dicampur

Page 20: Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Warta Pengantar Redaksi Daftar Isi ISSN 0216-4427 Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 42 No. 1, 2020 Hydrangea,

18 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Aplikasi starter kering dalam pembuatan keju.

Tabel 2. Karakteristik starter kering keju untuk pembuatan keju Gouda.

No ParameterPemeraman

0-BulanPemeraman

2-Bulan

1 pH 7,05 5,03

2 Viabilitas Keju Gouda (Log cfu/mL) 9,65x102 9,35x102

3 Kadar Air (%) 47,31 47,76

4 Kadar Abu (%) 4,13 3,70

5 Kadar Lemak (%) 19,82 19,65

6 Kadar Protein (%) 20,14 20,41

7 Kadar Karbohidrat (%) 8,60 8,48

Tabel 1. Karakteristik starter kering keju yang dihasilkan.

No Karakteristik Nilai

1 Rendemen (%) 2,467

2 Kadar Air (%) 17,674

3 Jumlah populasi (log cfu/g) 7,837

4 Ketahanan enkapsulasi (%) 81,024

5 Viabilitas pada starter cair (log cfu/mL) 9,207

6 Total asam laktat (%) 0,414

skim bubuk (populasi bakteri minimal 106 cfu/g); (12) Lempeng yang telah tercampur dikemas dan disimpan di lemari pendingin; (13) Terbentuk starter kering.

Karakteristik Starter Kering dan Aplikasinya

Pembuatan keju menggunakan BAL dalam bentuk starter diharapkan dapat mempercepat pengasaman susu oleh asam laktat sehingga mempengaruhi sejumlah aspek pent ing da lam proses yang sekaligus menghasilkan komposisi dan kualitas keju (Briggiler-Marco et al., 2007). Zaman dulu, produksi keju hanya mengandalkan fermentasi spontan oleh mikroba alamiah yang ada dalam susu murni/segar dan lingkungannya (Kongo, 2013). Sejumlah BAL dapat menghasilkan eksopolisakarida (EPS) yang dapat memadatkan, menstabilkan dan efek pengikatan air dalam pembuatan keju antara lain Leu. mesenteroides,

S. mutans dan beberapa lactobacilli (L. brevis, Lactococcus lactis subsp. lactis, L. lactis subsp. cremoris, L. casei, Lb. sake, Lb. rhamnosus) dan bakteri termofilik (L. acidophilus, L. delbrueckii subsp. bulgaricus, L.helveticus and S. thermophilus) yang diketahui menghasilkan EPS (Kongo, 2013). Bakteri asam laktat dan EPS dapat meningkatkan sifat fungsional keju rendah lemak, sifat pengikatan air yang baik dan meningkatkan sifat ‘melting’ keju mozarella. Karakteristik starter kering keju yang dihasilkan adalah : Sejumlah keunggulan starter kering keju adalah sebagai berikut: (1) bahan baku dan proses produksi yang halal; (2) menggunakan bahan baku yang murah dan mudah diperoleh; (3) metode pengeringan rendah energi dengan teknik dan peralatan sederhana; (4) dapat diproduksi secara massal; (5) aplikatif untuk berbagai varian produk keju; (6) hasil keju dengan karakteristik flavor dan tekstur yang baik; dan (7) praktis penggunaan starter keju

kering. Starter kering keju dapat diaplikasikan untuk pembuatan keju Gouda dengan karakteristik sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, dengan volume produksi larutan alginat – bakteri – himaize sebanyak 400 mL/batch maka starter kering halal untuk pembuatan keju dapat dijual dengan harga cukup bersaing yaitu Rp. 40.000-50.000/sachet (@13,5 gram), dibandingkan starter komersial (impor) yang berkisar Rp. 150.000 – 250.000/sachet.

Tim Paten

Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 12 A

Cimanggu, Bogor

Telepon : (0251) 8351277

Faksimile : (0251) 8350928

E-mail : bbpascapanen@litbang.

pertanian.go.id

Starter mesofilik.