Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_576.pdfmosaik pada...

20

Transcript of Wartabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_576.pdfmosaik pada...

Warta

Pengantar Redaksi Daftar Isi

ISSN 0216-4427

Penelitian dan Pengembangan PertanianVolume 41 No. 2, 2019

Nano Virusida: Pengendalian Virus Tanaman dan Vektornya serta Prospek Pasarnya 1

Implementasi Program #Bekerja Berbasis Ayam Lokal Unggul Balitbangtan oleh Balitnak 3

Permudah Pengairan dan Pertanaman Tebu dengan Mesin Tanam dan Dripline Terintegrasi 6

Keberagaman Iklim: Berkah Bagi Tata Niaga Buah-Buahan Tropika Indonesia 8

Sakelar Genetik untuk Ekspresi Gen Spesifik Akar 10

Keragaan Kualitas Umbi Bawang Putih di Jawa Timur 12

Penyebaran Teknologi Jagung dari Petani ke Petani di Wilayah Perbatasan 14

Teknik Perendaman Hilangkan Rasa Pahit pada Jelly Drink Lidah Buaya 17

Tantangan petani dalam proses budi daya pertanian sangat beragam. Pemerintah tentunya tidak tinggal diam dengan melakukan upaya melalui kebijakan dan juga terobosan teknologi. Nano Virusida adalah salah satu terobosan Balitbangtan dalam mengendalikan virus tanaman dan vektornya untuk tanaman nilam. Kehadiran mesin tanam dan dripline terintegrasi juga menjadi solusi bagi petani menghadapi minimnya tenaga kerja tanam dan pengairan pada komoditas tebu. Ada lagi perkembangan teknologi yang mampu memetakan keberagaman iklim Nusantara sehingga distribusi produksi pertanian dapat merata meskipun bukan musimnya. Selanjutnya, sakelar genetik sebagai ekpresi gen spesifik akar sebagai basis infomasi bagi proses perakitan pemuliaan tanaman unggul. Teknologi informasi genetik melalui pengenalan keragaan kualitas umbi bawang putih juga dapat digunakan untuk pengembangan komoditas bawang putih yang saat ini didominasi oleh produk impor. Balitbangtan juga mulai peduli terhadap petani di perbatasan. Upaya dukungan tersebut diwujudkan melalui teknologi yang sesuai wilayah perbatasan, salah satunya pengembangan komoditas jagung. Dukungan langsung terhadap masyarakat juga terwujud dengan implementasi program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (#Bekerja) yang salah satunya Berbasis Ayam Lokal Unggul Balitbangtan untuk menambah pendapatan serta memenuhi kebutuhan protein keluarga. Dari sisi pascapanen, teknologi olahan lidah buaya menjadi jelly drink mampu menghilankan rasa pahit sehingga dapat dinikmati konsumen.

Redaksi

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian diterbitkan enam kali dalam setahun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pengarah: Fadjry Jufry; Tim Penyunting: Retno Sri Hartati Mulyandari, Intan Yudia Nirmala, Sri Hartati, Sofjan Iskandar, Dwi Priyanto, Syahyuti, Ronald T.P. Hutapea, I. Djatnika, Rima Setiani, Sri Utami, Tri Puji Priyatno, Miskiyah, Wiwik Hartatik, Ume Humaedah, Vyta W. Hanifah; Penyunting Pelaksana: Morina Pasaribu, Siti Leicha Firgiani; Tanda Terbit: No. 635/SK/DITJEN PPG/STT/1979; Alamat Penyunting: Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, Jalan Salak No. 22, Bogor 16151, Telepon: (0251) 8382567, 8382563, Faksimile: (0251) 8382567, 8382563, E-mail: [email protected]. Selain dalam bentuk tercetak, Warta tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada http://www.bpatp.litbang.pertanian.go.id

Redaksi menerima artikel tentang hasil penelitian serta tinjauan, opini, ataupun gagasan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi, dan jasa serta berita-berita aktual tentang kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Artikel disajikan dalam bentuk ilmiah populer. Jumlah halaman naskah maksimum 6 halaman ketik dua spasi.

Foto sampulNano Biopestisida Minyak Seraiwangi

Volume 41 Nomor 2, 2019 1

Teknologi berbasis nano saat ini berkembang pesat dan partikel

nano banyak digunakan termasuk untuk kegiatan pertanian. Partikel nano dapat digunakan sebagai bahan penyusun formulasi baru pestisida berbahan produk alami atau biopestisida. Emulsi nano diakui dapat lebih efektif melawan berbagai penyakit dan hama serangga di pertanian. Biopestisida atau pestisida organik dapat terbuat dari bahan alami seperti ekstrak tanaman, minyak atsiri, atau hasil metabolit sekunder tanaman dan mikroba. Saat ini sudah ditemukan biopestisida yang menggunakan metode nano teknologi yaitu teknik nano emulsifikasi spontan dengan difusi yaitu produk nano biopestisida serai wangi.

Teknik Formulasi dan Pengendalian Virus Nano Biopestisida Serai Wangi

Teknik atau sistem formulasi nano biopestisida serai wangi dilakukan dengan emulsi spontan. Teknis tersebut dapat menghasilkan ukuran tetesan dikisaran 100-200 nm. Ukuran yang sangat kecil ini akan

Nano Virusida: Pengendalian Virus Tanaman dan Vektornya Serta Prospek PasarnyaNano virusida adalah nano biopestisida berbahan utama minyak serai wangi

(5-10%) yang dapat menekan perkembangan virus penyebab penyakit mosaik pada tanaman nilam. Virus bernama Potyvirus tersebut juga dapat

menyebabkan kerugian yang signifikan pada tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman hias. Lebih dari 200 spesies kutu daun menyebarkan

Potyvirus dan sebagian besar berasal dari subfamili Aphidinae. Hasil penemuan ini memberikan pencerahan kepada peneliti, akademisi, petani,

dan pelaku usaha dalam pengendalian penyakit yang disebabkan virus.

memudahkan bahan aktif yang terdapat di dalam tetesan tersebut masuk ke dalam jaringan tanaman menuju patogen sasaran.

N a n o b i o p e s t i s i d a s e r a i wangi, merupakan inovasi yang dihasilkan oleh Balitbangtan untuk mengendalikan tidak hanya virus tanaman namun juga serangga vektornya. Formulasi biopestisida dalam skala nano menguntungkan secara ekonomi karena dengan dosis rendah lebih banyak efektivitas yang dapat dicapai. Namun, aspek terpenting dengan keberadaan teknologi nano biopestisida ini adalah pengurangan efek residu p a d a t a n a m a n d a n t a n a h , lebih ramah l ingkungan dan secara tepat dapat digunakan dalam sistem pertanian organik.

Nano biopestisida berbahan utama minyak serai wangi.

Secara garis besar, keunggulan penggunaan nano biopestisida adalah membantu mengurangi biaya pertanian, meningkatkan nilai produksi, meningkatkan pendapatan pertanian, serta mampu menciptakan konservasi dan meningkatkan kualitas sumber daya alam dalam sistem produksi pertanian.

Pengendalian virus mosaic dan vektornya dengan nano biopestisida telah dicoba pada tanaman nilam. Hasilnya menunjukkan peningkatan produktivitas tanaman nilam dengan penggunaan nano biopestisida pada dosis 1% dalam pengendalian hama dan penyakit (PHT) usaha tani. Menurut penelitian validasi lapangan Noveriza et al (2017b), penggunaan nano biopestisida mampu mendongkrak produksi nilam 41,29 % per hektar dibanding tanpa aplikasi.

Prospek Pengembangan Nano Biopestisida

Pe luang memproduks i nano biopestisida serai wangi secara massal sangat besar, baik untuk

2 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

skala industri mikro (home industry) dengan produksi sekitar 300 Liter per hari, maupun usaha skala kecil dengan pabrik berkapasitas produksi 1.000 – 1.500 liter per hari. Target pasar untuk tanaman nilam saja, peluangnya terbilang besar.

Status pengusahaan perkebunan nilam di Indonesia saat ini hanya dimiliki oleh usaha tani rakyat dengan status pengusahaan dikategorikan sebagai perkebunan rakyat (smallholder). Di sisi lain kenyataannya sebagian besar usaha tani nilam ini masih mempunyai tingkat produksi di bawah rata-rata produktivitas nasional. Total luas areal pertanaman nilam di Indonesia tahun 2015 adalah 18.626 Ha dan menurun tahun 2016 menjadi 18.562 Ha. Berdasarkan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menunjukkan tahun 2015 produktivitas di bawah 162 kg/ha seluas 62,85% atau sekitar 11.706,44 Ha. Tahun 2016 (angka sementara) produktivitas nasional turun menjadi 160 kg/ha seluas 62,83% atau sekitar 11.662,50 Ha dari total areal pertanaman nilam di Indonesia. Jika diasumsikan 20% dari total areal pertanaman nilam di Indonesia yang berada di bawah produktivitas nasional menjadi target awal penerapan teknologi maka sekitar 2.332 Ha akan memakai produk tersebut. Perhitungan kebutuhan aplikasi teknologi nano biopestisida serai wangi per hektar per tahun sebesar 35 liter dikalikan luasan potensi pengguna sehingga kebutuhan produksi dapat mencapai 81.637 liter per tahun.

Nano Virusida dari Bahan Alami

Nano biopestisida juga berpotensi d imanfaatkan pada tanaman hortikultura. Potensinya sebagai virusida atau bahan pengendali virus tanaman memberikan pencerahan

bagi banyaknya permasalahan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus khususnya kelompok Potyvirus. Saat ini semakin banyak tanaman pangan dan hortikultura yang terinfeksi oleh kelompok virus ini dengan kerugian yang tidak sedikit sehingga meresahkan petani atau pelaku usaha pertanian.

Penyakit mosaik pada tanaman kentang yang disebabkan oleh Potato virus Y (Potyvirus) menjadi perhatian karena serangannya menimbulkan kerugian berupa penurunan hasil panen umbi secara kualitas maupun kuantitas. Selain tanaman kentang, kelompok virus ini juga menyerang tanaman lainnya seperti jenis virus kerupuk daun tembakau, Chilli veinal mottle potyvirus (ChiVMV) pada cabai, Tomato chlorosis virus (ToCV) dan Tomato infectious chlorosis virus (TiCV) pada tomat. Penyakit mosaik tanaman jagung yang disebabkan oleh Sugarcane mosaic virus (SCMV), Papaya ringspot virus (PRSV) pada tanaman papaya, Onion yellow dwaft virus (OYDV) dan Shallot yellow stripe virus (SYSV) pada tanaman bawang merah, penyakit virus belang pada kacang tanah yang disebabkan oleh Peanut stripe virus (PStV).

Potyvirus yang menginfeksi tanaman kedelai Soybean mosaic virus (SMV), kejadiannya di Jawa mencapai 14 -24%. Selama ini upaya pengendalian penyakit virus lebih diusahakan pada upaya mengurangi/menghilangkan sumber infeksi di dalam dan di luar pertanaman, membatasi laju penyebaran vektor dan mengurangi pengaruh infeksi terhadap hasil panen atau meningkatkan ketahanan tanaman. Dengan ditemukannya nano virusida ini, diharapkan memberikan pencerahan baru dalam mengurangi kerugian yang disebabkan oleh infeksi Potyvirus.

Rita Noveriza

Balai Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat

Jalan Tentara Pelajar No. 3

Cimanggu Bogor

Telepon : (0251) 8321879

Faksimile : (0251) 8327010

E-mail : [email protected].

go.id

John Nefri

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Jalan Raya Negara Km. 7, Tanjung Pati,

Koto Tuo, Kabupaten Lima Puluh Kota,

Sumatera Barat

Telepon : (0752) 7754192

Teknologi pengendalian penyakit mosaik serta serangga vektor tanaman nilam menggunakan nano biopestisida serai wangi dan cengkeh.

Volume 41 Nomor 2, 2019 3

Program #Bekerja merupakan program Kementerian Pertanian

Republik Indonesia (Kementan), d a l a m u p a y a p e n g e n t a s a n kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat miskin di beberapa provinsi. Angka kemiskinan pada tahun 2019 menunjukkan angka lebih kecil dari 10 %. Pada tahun 2018 program #Bekerja dapat dilaksanakan di 10 provinsi, 776 desa dan 200.000 Rumah Tangga Miskin (RTM). Pelaksanaan program #Bekerja didasari oleh Peraturan Men te r i Pe r tan ian Repub l i k Indonesia Nomor 20/PERMENTAN/ RC.120/ 5/2018 tentang Pedoman Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Per tanian Tahun Anggaran 2018, dan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 316/Kpts/OT.050/5/2018, tentang Pembentukan Tim Pelaksana Bekerja Kementrian Pertanian.

Komoditas mendukung program #Bekerja diarahkan berdasarkan keunggulan komparatif masing-masing daerah yang berni la i ekonomis tinggi. Lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) yakni Puslitbangnak, Balai Penelitian Ternak (Balitnak), dan Balai Besar Penelit ian Veteriner (BBlitvet), mendapat tugas menyebarkan

Implementasi Program #Bekerja Berbasis Ayam Lokal Unggul Balitbangtan oleh BalitnakProgram Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (#Bekerja) berbasis inovasi

ayam lokal unggul Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) di Kabupaten Tasikmalaya, berjalan dengan baik. Banyak pihak terkait, dapat menimba pengalaman dalam pelaksanaan program

#Bekerja hingga teknik budi daya intensif ayam lokal unggul. Khusus untuk keberlangsungan #Bekerja sebagai permanent solution pengentasan

kemiskinan berbasis inovasi Balitbangtan.

ayam lokal unggul yakni galur ayam KUB-1 dan ayam SenSi-1 Agrinak, dan itik lokal unggul yakni itik Master, itik Alabimaster-1, itik Mojomaster-1, itik PMp, ke hampir 60.000 RTM di Provinsi Lampung, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan satuan kerja (Satker) l ingkup Balitbangtan yang terlibat selain lingkup Puslitbangnak adalah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung, BPTP Jawa Barat, dan BPTP NTB. Tulisan ini hanya akan menyampaikan kegiatan yang dilaksanakan oleh Balitnak.

Proses pelaksanaan program #Bekerja

Proses pelaksanaan program #Bekerja dimulai dengan persiapan dan paket bantuan ayam lokal unggul. Pertemuan koordinasi lingkup Balitbangtan dilakukan tidak hanya sekali serta melibatkan aparat Inspektorat Jenderal Pertanian. Tujuannya untuk memantapkan tata cara pengadaan barang khususnya ternak unggas unggul hasil penelitian Balitbangtan. Dari pertemuan tersebut diputuskan bahwa pelaksanaan terbagi atas: (1) sosialisasi program #Bekerja, (2) tata cara pembagian ternak sarana

dan prasarana budi daya ternak, (3) sistem distribusi dan serah terima barang dengan RTM penerima, (4) bimbingan teknis (bimtek) budi daya unggas dan pendampingan.

Puslitbangnak juga memberikan berbagai informasi teknis khusus ternak ayam unggul kepada p e l a k s a n a s a t k e r l i n g k u p Bal i tbangtan. Informasi para RTM juga sudah disediakan oleh Kementerian Sosial melalui satkernya di setiap kabupaten. Nama, alamat, umur, gender, usaha utama, bahkan kepemilikan rumah, dan pekarangan untuk setiap RTM terdaftar, tersedia dalam bentuk elektronic file dan print out. Data tersebut secara purposive menjadi dasar untuk diverifikasi bersama staf dinas, para tenaga kerja sosial (TKS) tingkat kecamatan dan desa di bawah koordinasi dinas sosial setempat.

Has i l ver i f i kas i kemudian ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan, diantaranya Kepala Desa, Kepala Balitnak, dan Kepala Dinas Balitnak sebagai satker pelaksana di Kab. Tasikmalaya dengan penanggung jawab Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP). Hasil verifikasi digunakan sebagai data rumah tangga yang diberi bantuan paket 50 Day Old Chicks (DOC) atau anak ayam berumur sehari, 9 karung pakan pabrikan berkualitas 17,5% protein, energi 2800 kkal ME/kg, kandang brooder sederhana, vaksin ND, IB, dan gumboro, bahan-bahan kandang ayam dewasa seharga Rp 500.000 dari Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan. Selain itu, RTM mendapat sosialisasi

4 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

budi daya ayam lokal unggul dan pendampingan. Tahapan selanjutnya yakni implementasi paket bantuan. Kelengkapan administrasi seperti penyediaan form isian untuk dijadikan bukti pertanggung jawaban bersamaan dengan persiapan pengadaan. DOC diperoleh dari hasil perbanyakan mitra lisensi Balitbangtan yaitu PT Sumber Unggas Indonesia (SUI). Keterbatasan pengadaan DOC menyebabkan distribusi dilakukan dua kal i seminggu ke set iap kecamatan secara bergilir. Pergiliran dapat diilustrasikan yakni dimulai dari Kecamatan: (1) Sukahening di 7 desa dengan 1.125 RTM, (2) Jatiwaras di 11 desa dengan 2.447 RTM, (3) Salopa di 6 desa dengan

Tabel 1. Peta penyebaran lokasi RTM garapan Kementan dengan komoditas utama ayam lokal (dan turunannya), hortikultura, dan perkebunan dalam program #Bekerja berbasis pertanian tahun 2018.

No Provinsi KabupatenJumlah Desa

Jumlah RTM

Komoditas Unggulan

Tupoksi PJ Supervisi Dasar Pemilihan Kabupaten

1 JABAR INDRAMAYU 42 12494 Mangga Puslitbangnak Balitbangtan • 10 Provinsi, prioritas di Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulsel.

• Kabupaten diprioritaskan yang masuk pada Daftar Prioritas Pengentasan Kemiskinan, Stunting, dan Padat Karya Nasional.

• Lokasi Kabupaten berdekatan.

• Cluster berbasis kecamatan.

• Kecamatan diprioritaskan yang ada kegiatan KRPL.

• Jumlah total 200.000 RTM.• RTM dengan lapangan

usaha utama pertanian.• Memiliki keunggulan

komparatif bidang pertanian

• Bupati/Pemda responsif• Dalam pelaksanaannya,

data RTM yang diperoleh dari Kementerian Sosial, melalui dinas Soial Kabupaten terkait, dilakukan verifikasi sebelum pembagian bantuan ayam dan hortikultura

CIREBON 45 5851 Mangga Puslitbangnak

TASIKMALAYA 48 11802 Manggis Balitnak

GARUT 56 12378 Manggis BPTP JaBar

2 JATENG BANYUMAS 52 9366 Pisang Ditjen PKH Ditjen Horti

PURBALINGGA 63 9622 Pisang

BREBES 75 29927 Pisang

3 JATIM BONDOWOSO 25 12915 Mangga Ditjen PKH Ditjen PKH

JEMBER 30 21941 Mangga

LUMAJANG 36 14029 Mangga

4 SULSEL BONE 47 9000 Pisang Ditjen PKH Ditjen BUN

TANA TORAJA 45 5507 Kopi

TORAJA UTARA 19 2022 Kopi

5 SUMUT LANGKAT 22 3595 Pisang BPSDMP BPSDMP

6 SUMSEL OKI 30 5932 Duku Ditjen PKH Ditjen PKH

7 LAMPUNG LAMPUNG SELATAN 43 9866 Kopi Ditjen PKH Ditjen PKH

8 BANTEN PANDEGLANG 36 3162 Mlinjo Ditjen PKH BKP

9 KALSEL HSU 54 1693 Mangga Ditjen PKH Ditjen PSP

10 NTB LOMBOK TENGAH 20 13173 Kelapa Dalam BBalitvet Balitbangtan

TOTAL 788 191426

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak, 2018.

2642 RTM, (4) Cikatomas di 9 desa dengan 2739 RTM, (5) Sodong Hilir dengan 2.739 RTM. Umumnya semua kecamatan mempunyai topografi yang hampir sama yaitu berbukit dengan vegetasi kebun.

Pada urutan pertama untuk Kec. Sukahening, distribusi DOC adalah ke sejumlah RTM di desa urutan pertama, disesuaikan dengan jumlah DOC terkirim. Selanjutkan penyebaran ke kecamatan urutan kedua Jatiwaras dengan sejumlah RTM di desa urutan pertama. Demikian selanjutnya penyebaran kembali ke kecamatan urutan per tama Sukahening, setelah penyebaran ke kecamatan urutan ke lima. Penyebaran berputar sesuai urutan kecamatan sehingga semua

RTM di semua desa mendapat paket bantuan. Pola penyebaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan impresi kepada tim dan seluruh kecamatan terpilih untuk menimba pengalaman bertahap, mengingat pelaksanaannya tidak mudah dan jauhnya jarak tempuh ke desa tujuan.

H a m p i r 6 0 0 . 0 0 0 D O C didistribusikan ke 11.802 RTM di 48 desa, 5 kecamatan, Kab. Tasikmalaya. Pakan, vaksin, desinfektan dan obat yang diadakan oleh rekanan hasil tender yang disebarkan dua kali seminggu selama 6 bulan. Begitu juga dengan bimtek RTM dan para pendamping dilaksanakan sehari sebelum pengiriman DOC. Setiap kali distribusi, satu tim terdiri dari peneliti, teknisi dan administrasi

Volume 41 Nomor 2, 2019 5

melakukan bimtek dan mengawal pembagian paket, mulai dengan pemeriksaan dan penghitungan DOC, sampai pembagian pakan dan peralatan kandang. Tim juga akan dibantu oleh aparat desa, TKS kecamatan dan desa, serta para pendamping satu orang untuk setiap 50 RTM.

Perkembangan Pelaksanaan #Bekerja di Kab. Tasikmalaya

Perkembangan keluarga RTM yang menerima bantuan tergolong baik, terlihat dari berbagai kreativitas dalam sistem pemeliharaan setelah melaksanakan arahan dalam bimtek. Dalam perjalanannya, pengetahuan dan pemahaman terhadap ayam loka l unggu l ba ik RTM dan pendamping, meningkat, termasuk pemahaman bahwa pemeliharaan harus dilakukan intensif, berbeda dengan ayam kampung umumnya. RTM juga melibatkan keluarga, bahkan rela mengeluarkan modal selama pemeliharaan. Kondisi ayam secara umum tumbuh baik sesuai dengan pertumbuhan baku yang

dicontohkan. Tingkat kematian untuk kondisi pedesaan, terlaporkan cukup rendah yakni <7%. Kematian ayam disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, dan konsumsi keluarga. Keterl ibatan paramedis dinas peternakan kabupaten yang tersebar di kecamatan berjalan sinergis dengan TKS dan pendamping.

Tindak Lanjut #Bekerja Pasca Bantuan Ayam Lokal Unggul

Bantuan pakan, desinfektan, vaksin dan obat berakhir takala ayam berumur 6 bulan, sehingga keber lan ju tan peme l iha raan memerlukan modal selama ayam betina bertelur. Jika RTM menjual ayam jantannya yang diperkirakan 40% dari populasi yakni 20 ekor, maka diperkirakan hasil jual dapat dimanfaatkan sebagai modal pembelian pakan ayam bertelur untuk 4 minggu pertama. Lima ekor jantan yang dipertahankan dapat dijadikan sebagai pemacak induk ayam untuk menghasilkan telur tetas. Selanjutnya ayam yang sedang bertelur dapat dibiayai dari hasil

jual telur tetas tersebut. Tantangan ke depan yakni pemasaran telur tetas, yang seyogyanya dibeli oleh peternak atau kelompok peternak penetas ayam lokal.

Diperlukan solusi permanen sebagai upaya keberlanjutan program pengentasan kemiskinan melalui usaha pemeliharaan ayam lokal unggul tersebut. Upaya tersebut diantaranya mendorong kelompok mandiri (bukan RTM) membangun penetasan di tingkat desa. Pemerintah dapat membantu modal mesin tetas sederhana kapas i t as op t imum bese r ta generator kecil pembangkit tenaga listrik untuk mengatasi adanya pemadaman langganan tenaga listrik PLN. Contoh solusi permanen lainnya yaitu membantu penyediaan pakan minimum sesuai waktu yang cukup untuk menyiapkan ayam-ayam pengganti (replacement stock, minimum satu siklus produksi.

Penguatan kelembagaan yang menghimpun usaha ternak bersama para RTM perlu dibangun. Salah satunya melalui keterlibatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk ikut membangun unit produksi DOC ayam lokal unggul, penyediaan sarana produksi ternak, hingga penampungan hasil ternak seperti telur tetas dan ayam siap potong dari para RTM. Inisiasi pembangunan unit usaha ayam lokal unggul di BUMDes, sudah dimulai oleh Balai Penelitian Ternak dengan memberikan perangsang berupa mesin tetas tenaga listrik kapasitas 100 butir per mesin berikut bimtek penetasan dan produksi DOC.

Triana Susanti dan Soeharsono

Balai Penelitian Ternak

Jalan Veteran III, PO BOX 221, Ciawi

Telepon : (0251) 8240752

Faksimile : (0251) 8240754

E-mail : [email protected].

go.id

(a) (b)

(c) (d)Rangkaian Pelaksanaan Program BEKERJA di Kabupaten Tasikmalaya : (a) Bimbingan Teknis RTM; (b) Pembagian DOC dan pakan; (c) Brooder Buatan Sederhana; (d) Kandang Pembesaran

6 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Proses penanaman tebu adalah tahapan yang sangat krusial

dalam budi daya tebu karena menyangkut persiapan awal untuk hasil panen tebu yang baik di ujung produksi. Penanaman tebu, terutama di saat musim kemarau atau di lahan kering, harus diikuti dengan pengairan untuk menjamin bibit tebu tetap hidup. Selama ini penanaman tebu rata-rata masih dilakukan secara manual secara berurutan yakni: pembuatan kairan untuk tempat meletakkan tebu, baik secara mekanis atau manual, kemudian meletakkan potongan tebu di kairan dan menutup tebu secara manual, setelah itu dilakukan pemupukan pertama secara manual.

P r o s e s p e n a n a m a n d a n pengairan harus dilakukan secara bersamaan karena pengairan juga menjadi komponen penting dalam pertanaman komoditas pertanian agar hasil tanaman dapat hidup dengan produktivitas yang optimal. Pengairan atau irigasi yang tidak tepat justru membuat pertanaman menjadi tidak efisien dan efektif. Oleh karena itu, sebagian proses penanaman juga melakukan pemasangan

Permudah Pengairan dan Pertanaman Tebudengan Mesin Tanam dan Dripline TerintegrasiPermasalahan umum yang hampir serupa dengan komoditi pangan lainnya,

juga dialami dalam budi daya pertanaman tebu yakni minimnya atau berkurangnya tenaga kerja dan sumber air. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) berinovasi menciptakan alat tanam

tebu dan pemasang irigasi tetes (dripline) yang terintegrasi. Mesin tersebut diharapkan dapat memberikan solusi bagi petani tebu maupun tanaman

yang serupa.

dripline setelah menanam tebu di kairan, lalu menutup tebu dan dripline yang telah diletakkan di kairan juga dengan secara manual. Apa itu dripline? dripline adalah selang penetes untuk pengairan dengan sistem irigasi tetes yakni tipe subsurface.

M o d e l p e n g a i r a n p a d a per tanaman tebu yang umum digunakan adalah irigasi permukaan, salah satunya dengan memompa air embung kemudian dialirkan melalui pipanisasi dan lahan, kemudian

digenangi. Model pengairan lainnya yakni dengan menggunakan big gun sprinkle. Cara tersebut tidak efisien karena air banyak yang terbuang.

Agar mendapatkan irigasi yang efisien, efektif dan terkendali, salah satu model irigasi yang bisa digunakan adalah irigasi tetes (drip irrigation). Dengan menggunakan irigasi tetes ini, pengairan dilakukan di sekitar perakaran. Irigasi tetes disebut juga sebagai irigasi pintar (smart irrigation) karena debit air bisa dikendalikan sesuai kebutuhan tanam, komponen pupuk juga bisa atur bahkan dikembangkan dengan full mekanisasi. Irigasi tetes ini tergolong tipe subsurface yaitu irigasi yang ditanam dibawah tanah dan dilakukan dengan menggunakan dripline. Berbeda dengan model irigasi pertanaman tebu sebelumnya yang membutuhkan pembuatan

Tampilan Mesin Tanam Tebu sekaligus pemasangan dripline terintegrasi.

Volume 41 Nomor 2, 2019 7

pipanisasi, irigasi tetes ini hanya menggunakan pipa paralon yang sudah di integrasikan dengan dripline.

U n t u k d i k e t a h u i , i r i g a s i tetes merupakan irigasi bawah permukaan sehingga dripline perlu dibenamkan sedalam 15-17 cm di bawah tanah dan dibutuhkan alat untuk bisa membenamkannya saat bertanam tebu. Di samping itu, tahapan pemotongan tebu, pembuatan kairan, penanaman tebu, pemupukan pertama, pemasangan dripline, serta penutupan tebu dan dripline, secara total membutuhkan kira-kira 60 hari orang kerja (HOK) tiap hektar. Sementara apabila kegiatan tersebut disatukan dalam satu proses hanya membutuhkan 3 HOK. Oleh karena diperlukan solusi untuk memangkas jumlah kebutuhan tenaga kerja dan waktu pelakasanaan kegiatan penanaman dan pengairan. Apalagi ditengah kondisi aging farmer dimana jumlah tenaga kerja didominasi oleh orang berusial lanjut serta makin kurangnya jumlah tenaga kerja pertanian.

BBP Mektan melalui tim peneliti dan perekayasa telah melakukan rancangan sekaligus membuat alat dan mesin pertanian (alsintan) dengan fungsi untuk tanam tebu sekaligus pemasang dripl ine .Mekanisme kerjanya alat ini ditarik dengan traktor roda 4 sambil

memasang driplinenya sekaligus bertanam tebu. Bibit tebu sendiri ditanam 5 cm diatas dripline dan alsin dilengkapi dengan pembuka dan penutup alur sehingga dalam satu kali operasional bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus.

Tenaga operasional alsintan ini, hanya 2-3 operator saja yakni 1 orang sebagai operator traktor dan 2 orang operator bibit. Alat ini mampu mengerjakan lahan seluas 2 ha dalam satu hari saja. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam penggunaan alsintan ini, kondisi tanah yang bisa digunakan adalah tanah berpasir karena baik hujan atau tidak, tidak akan bermasalah. Sebaliknya untuk tanah berlempung tinggi, sebaiknya pengoperasian alat dilakukan saat kering.

Tercukupinya Irigasi dan Pupuk di Perakaran Tebu

Tahapan pengoperasian alsintan dripline dipasang dengan alsintan disesuaikan panjang lahan hingga 100 meter agar bisa menghasilkan tetesan yang optimal dan seragam. Ketika dripline dipasang di bawah tanah (subsurface) dan bagian ujung disambungkan dengan pipa utama, air kemudian dibuka dengan tekanan 2 bar sehingga dripline yang tadinya pipih akan menyerupai

Operasional Mesin Tanam Tebu sekaligus pemasangan dripline terintegrasi.

pipa yang mengeluarkan air dalam bentuk tetes.Berbeda dengan tanam ketela, bibit tebu tersebut ditanam dalam keadaan rebah karena akarnya akan muncul dari mata tunas yang ada di setiap ruas. Bibit yang dipilih adalah dengan usia 6-8 bulan. Bibit tebu sendiri dalam bentuk lonjoran kemudian dipotong dengan ukuran 30-40 oleh pisau yang disetting dalam alsintan tanam. Perlahan namun pasti, tetesan air dari dripline akan menetes dan menjadi sumber air dari perakaran tebu. Bahkan petani tidak perlu lagi melakukan pemupukan di permukaan karena pengairan dari dripline bisa dicampurkan dengan pupuk cair sehingga bisa diserap akar seiring penyerapan air.

Mengenai sumber air, pengguna bisa menggunakan air embung maupun air tanah yang dipompa kemudian disalurkan terlebih dahulu pada filter kemudian masuk ke dalam pipa utama dan dripline. Untuk perawatannya, cukup lakukan pengecekan berkala pada filter agar tidak ada yang menyumbat dan air masih bisa mengalir. Dripline lebih optimal digunakan dalam kondisi lahan datar tetapi bisa juga untuk lahan dengan kemiringan kurang dari 45 derajat. Hanya saja penggunaan pada lahan miring kurang efisien karena membutuhkan lebih banyak tenaga pendorong air. Penggunaan dripline bisa digunakan dalam 5 kali pertanaman tebu sebelum akhirnya bongkar ratun sehingga bisa efisien dalam penggunaan air namun bisa tetap berproduksi tinggi dengan kualitas terbaik.

Joko Wiyono, Lilik Tri Mulyantara dan

Sigit Triwahyudi

Balai Besar Pengembangan

Mekanisasi Pertanian

Jalan Sinarmas Boulevard, Pagedangan,

Tangerang, Banten

Telepon : 08119936787

E-mail : [email protected].

go.id

8 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Buah-buahan tropika seperti durian, manggis, mangga, dan

rambutan adalah buah unggulan Indonesia. Di samping rasanya yang enak, kandungan gizinya cukup tinggi, bahkan beberapa tanaman dapat digunakan untuk pengobatan secara alami. Permintaan buah-buahan t rop ika in i semak in meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai ekspor. Namun tata niaga buah-buahan tropika ini terkendala oleh rantai pasok yang tidak terus-menerus tersedia. Sebagian besar buah tropika adalah tanaman tahunan yang hanya berproduksi sekali dalam setahun (annual bearing). Pada saat musim raya (on season) buah-buahan ini berlimpah di pasaran, sehingga harganya menjadi murah. Hal tersebut tentunya merugikan petani. Sebaliknya di luar musim raya (off season), buah-buahan tersebut sulit dijumpai dan harganya relatif tinggi, sehingga terkadang negara masih bergantung pada buah-buahan impor untuk kebutuhan dalam negeri.

Be rbaga i t ekno log i t e lah dikembangkan agar tanaman berproduksi di luar musimnya atau dikenal dengan pembuahan di luar musim. Teknologi ini diharapkan menjadi solusi atas rantai pasok

buah yang terputus sehinga buah-buahan tersedia sepanjang tahun. Secara sederhana, teknologi ini dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan mikro tanaman agar dapat memicu terciptanya pembungaan.

Tahapan berproduksi tanaman adalah pembungaan yang prosesnya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh kondisi hormon sedangkan faktor eksternal yang utama adalah periode musim kering yang harus terjadi secara kontinu. Misalkan pada tanaman durian, Salakpetch (2005) menyebutkan tanaman butuh periode kering kontinu 7-14 hari yang akan menghasilkan tekanan daun sebesar -0.08 MPa. Untuk pengembangan bunga dibutuhkan suhu udara rendah 20-22oC dan kelembaban udara 50-60%. Tahun 2010, Direktorat Pel indungan Hortikultura melaporkan bahwa produksi buah-buahan nasional anjlok 35-70% yang disebabkan oleh fenomena La-Nina dimana intensitas curah hujan tinggi dan berlangsung s e p a n j a n g t a h u n s e h i n g g a mengganggu pembentukan bunga.

Beberapa teknologi sebagai antisipasi kondisi alam yang sudah dikembangkan adalah dengan menggunakan za t penga tu r tumbuh (ZPT) seperti NAA, KNO3,

Paklobutrazol, dan Auxin. Teknologi ZPT dan pengelolaan tanaman secara tepat terbukt i mampu meningkatkan produktivitas dan memperpanjang masa panen.Disamping itu, sebenarnya Indonesia berpotensi memiliki produksi buah tropika sepanjang tahun karena adanya keberagaman i k l im . Variabilitas dan keberagaman iklim itulah sehingga Indonesia memiliki periode musim yang berbeda, yakni perbedaan periode bulan basah dan kering. Tentunya juga berpengaruh terhadap perbedaan puncak panen buah tropika antar wilayah. Perbedaan puncak panen itulah yang berpotensi untuk mendapatkan buah sepanjang tahun.

Indones ia ada lah negara kepulauan yang memiliki iklim sangat unik. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membagi wilayah Indonesia dalam zona musim (ZOM) sebanyak 342, dimana sebelumnya hanya 220 ZOM (BMKG, 2011). Keberadaan ZOM menjadi bukti lain yang menunjukkan bahwa karakter keberagaman iklim dan cuaca wilayah Indonesia.

Keberagaman iklim Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya: (1) Posisi Indonesia yang berada di ekuator sehingga memiliki suhu hangat sepanjang tahun dengan suhu permukaan di ketinggian nol (garis pantai) umumnya >250 derajat celsius (C). Kondisi ini sangat potensial untuk terjadi penguapan yang tinggi, (2) Komposisi wilayah Indonesia yang terdiri dari 75% lautan dan 25% daratan sehingga indonesia memiliki

Keberagaman Iklim: Berkah Bagi Tata Niaga Buah-Buahan Tropika Indonesia Keberagaman iklim di Nusantara jika dapat dikelola dan dipetakan dengan

baik justru sumber kekuatan khususnya sektor pertanian termasuk komoditas buah-buahan. Pemetaan musim dan puncak panen buah-buahan

mempermudah kita untuk mengetahui daerah mana yang menghasilkan buah pada periode tertentu sehingga daerah tersebut dapat menjadi

penyuplai produksi buah untuk daerah lain pada saat di luar musim raya.

Volume 41 Nomor 2, 2019 9

Iklim maritim dengan kondisi suhu permukaan laut di perairan yang cepat berubah dan fluktuatif, (3) Indonesia merupakan kawasan pertemuan udara antar tropika (Inter-Tropical Convergence Zone) atau kawasan pertemuan massa udara dari belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Pada titik pertemuan selalu terjadi pengangkatan udara yang berakibat banyak terbentuk awan, (4) Anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik ekuator. yang digambarkan dengan SST. Fenomena yang diakibatkan oleh anomali suhu di wilayah ini adalah El-Nino dan La- Nina atau disebut juga ENSO (El-Nino Southern Oscilation). Fenomena ini saat ini banyak menarik perhatian ilmuan karena dampaknya yang semakin terasa pada berbagai b idang keh idupan te rmasuk terhadap kejadian berbagai bencana hidrometeorologi di Indonesia; (5) Kondisi anomali suhu permukaan laut di kawasan Lautan Hindia sebelah barat (perairan sebelah timur Madagaskar Afrika) dan

kawasan Lautan Hindia sebelah timur (perairan sebelah barat Sumatera); (6) Sistem peredaran angin yaitu yaitu: angin pasat, angin meridional, dan angin lokal. (7) Keragaman topografi.

Pemetaan puncak panen diseluruh wilayah indonesia ini perlu dilakukan untuk mengetahui dinamika produksi secara spatial dan tempora l . Pemanfaa tan keberagaman iklim ini untuk rantai pasok buah tropika sepanjang tahun merupakan teknologi murah karena tidak ada tambahan biaya dalam proses budidaya dan sangat mungkin diterapkan. Namun ini belum banyak dilakukan. Pemetaan musim dan puncak panen buah-buahan tropika ini sangat penting untuk dapat dengan mudah mengetahui dimana daerah yang menghasilkan buah pada periode waktu tertentu. Daerah-daerah yang musim dan puncak panennya di luar musim raya dapat menjadi perhatian khusus untuk dikembangkan sehingga daerah tersebut dapat menjadi penyuplai

utama produksi buah pada saat di luar musim raya. Seperti Santoso (2012) telah melakukan pemetaan musim panen dan puncak panen durian di wilayah sentra produksi Indonesia. Hasil penelitian tersebut terlihat jelas bahwa produksi durian terjadi sepanjang tahun di Indonesia.

Pemetaan serupa juga perlu dilakukan untuk buah-buahan tropis lainnya seperti manggis, rambutan, dan mangga. Pengembangan pada wilayah-wilayah yang musim panennya berbeda dengan panen raya umumnya perlu dilakukan. Hal ini dapat menjamin keberlanjutan rantai pasok buah-buahan Indonesia. Ini sangat penting untuk tata niaga buah-buahan tropis Indonesia.

Yeli Sarvina

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Jalan Tentara Pelajar No. 1A

Cimanggu Bogor

Telepon : (0251) 8312760

Faksimile : (0251) 8323909

E-mail : [email protected].

go.id

Keberagaman Pola Curah Hujan Indonesia (sumber: Muharsah, 2016).

10 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Respon tanaman terhadap berbagai cekaman biotik dan

abiotik merupakan proses fisiologis yang komplek dan melibatkan ekspresi sejumlah gen. Sejumlah gen yang responsi f tersebut telah diidentifikasi dan diketahui fungsinya, namun bagaimana gen tersebut bekerja dan bersinergi dengan gen dan faktor ekspresi lainnya masih banyak yang belum diketahui. Bagaimana setiap jaringan tanaman yang tersusun atas sel-sel dengan set lengkap yang sama tetapi terekspresi di waktu dan tempat yang berbeda, hal menarik untuk dipelajari.

S e n t r a l d o g m a e k s p re s i mencakup proses transkripsi dan translasi. Tetapi di luar dogma, ada suatu regulator yang mengendalikan proses ekspresi agar tidak terjadi kesalahan dari sisi kecepatan, ketepatan, dan kebutuhan ekspresi sesuatu gen. Umumnya, regulasi ekspresi gen terjadi selama proses transkripsi, splicing RNA, transportasi RNA, translasi, dan degradasi mRNA. Banyaknya regulasi yang terjadi dalam ekspresi suatu gen menunjukkan adanya fleksibilitas ekspresi gen dalam ruang dan waktu sesuai induksi lingkungan. Yang menjadi pertanyaan, dimana switch on/off regulasi ekspresi gen dimulai?

Sakelar Genetik untuk Ekspresi Gen Spesifik Akar

Sakelar adalah suatu perangkat untuk menyambungputuskan aliran listrik dari suatu peralatan elektronik yang dikendalikan oleh pengguna. Analogi ini sama dengan suatu ekspresi gen yang proses berfungsi dan tidaknya

bergantung pada sakelar genetik yang mengendalikan gen tersebut, yaitu promotor gen. Di promotor terdapat situs yang menjadi tempat RNA polymerase berinteraksi dengan gen dalam proses penyalin DNA untuk

memulai ekspresinya. Jenis promotor yang menjadi sakelar genetik ekspresi gen sesuai ruang, waktu, dan kepentingan organisme dari hasil interaksi

dengan faktor eksogen dan endogen.

Apa itu sakelar genetik?

Secara umum struktur gen organisme terdiri atas tiga komponen yaitu promoter di hulu, pengkodean atau rangka bacaan di tengah, dan terminator di hilir. Ketiganya penting dalam proses transkripsi gen. DNA bagian pengkodean tidak dapat ditranskripsi kalau tidak ada promoter sebagai tempat RNA polymerase dan protein regulator. Jika ada sinyal perintah, RNA polymerase dan protein regulator serta merta melekat pada faktor transkripsi di promoter. Kemudian DNA utas ganda RNA polymerase akan terbuka dan proses transkripsi dimulai, selanjutnya utas tunggal RNA akan translasi menjadi protein. Jadi promoter dapat disebut sakelar ekspresi. Elemen promoter yang dekat dengan situs sakelar genetik adalah DNA TATA atau TATA box, CAAT box dan GC box.

Promoter yang mengendalikan ekspresi gen, yaitu konstitutif, sintektif, induktif, dan spesifik. Promoter konstitutif mengendalikan ekspresi gen pada semua jaringan tanpa dipengaruhi faktor lingkungan dan fase perkembangan. Promoter sintetik berasal organisme tertentu yang diklon dan dikonstruksi berperan mengekspresikan suatu

gen pada organisme lain, misalnya promoter CaMV 35S yang berasal dari Cauli f lower mosaic virus (CaMV) untuk mengekspresikan gen pada tanaman. Promoter induktif bekerjanya sesuai stimulasi faktor lingkungan. Lalu promoter spesifik mengendalikan ekspresi gen pada jaringan atau fase perkembangan tertentu sesuai stimulasi faktor eksogen dan endogen.

Cara Mendapatkan Sakelar Genetik

Ada lima tahapan pencarian sakelar genetik spesifik akar, yaitu: 1) mencari informasi dalam database gene bank tentang gen-gen yang spesifik terekspresi di akar dan mendapatkan data sekuen DNA-nya. Semakin banyak genom tanaman yang berhasil disekuen maka untuk mendapatkan data sekuen DNA dari struktur gen lengkap tidak sulit. Tetapi jika tidak tersedia database yang lengkap maka perlu didahului dengan analisis transkriptomik atau proteomik, 2) amplif ikasi sekuen DNA target dengan PCR menggunakan primer spesifik, kemudian diklon dan sekuensing untuk memastikan fragmen DNA gen target; 3) konstruk DNA sakelar genetik dalam vektor ekspresi untuk mengendalikan gen reporter yang memudahkan pada waktu deteksi lokasi ekspresi gen, (4) transformasi konstruk vektor ekspresi ke dalam sel tanaman, kemudian transforman diregenerasikan hingga menjadi tanaman, dan (5) uji ekspresi gen.

Sakelar genetik spesifik akar yang berhasil diidentifikasi peneliti BB Biogen berasal dari promoter

Volume 41 Nomor 2, 2019 11

gen yang mengkodekan enzim alkenal reduktase. Enzim tersebut masuk dalam famili Oksidoreduktase yang berperan dalam mengkatalis reaksi oksidasi dan reduksi (redox) melalui transfer elektron. Sakelar genetik spesifik akar tersebut diberi nama Oryza sativa oxidoreductase ( O s O R 1 ) . K e l o m p o k e n z i m ini menggunakan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate (NADP) atau Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD+) sebagai kofaktor. Akar tanaman kelompok Graminae dilaporkan mensekresikan enzim Oksidoreduktase pada proses degradasi oksidatif dari komponen tertentu dari tanah. Sedangkan pada Arabidopsis thaliana, NADP- Oksidoreduktase terlibat aktivasi sistem pertahanan tanaman melalui penghasi lan ant ioksidan dan mekanisme homeostasis tanaman. Promoter OsOR1 diamplif ikasi dari kromosom 11 dalam genom padi varietas lokal Awan Kuning asal Kalimantan Selatan dengan pendekatan PCR, dan telah diklon ke dalam vektor kloning.

Bukti Sakelar Genetik Kendalikan Ekspresi Gen Spesifik Akar

Panjang basa nukleotida promoter gen OsOR1 berukuran sekitar 3.000 bp. Untuk mengetahui aktivitasnya, sekuen nukleotida promoter gen OsOR1 disambung dengan gen Gus

adalah gen pelapor (reporter) (uidA) yang menyandikan suatu enzim ß-glucuronidase dalam plasmid biner pCAMBIA1300int-tNOS. Enzim Gus akan meninggalkan jejak pola pengontrolan yang dilakukan sakelar genetik bisa mengubah substrat tertentu menjadi senyawa berwarna b i ru . Has i l penyambungkan a k a n d i p e r o l e h k o n s t r u k plasmid pCAMBIA1300int-tNOS BIA1300int::proOsOR1::gus::tNOS. Pada konstruk ini, posisi gen Gus yang berada diantara promoter gen OsOR1 (proOsOR1), dan terminator NOS menunjukkan bahwa ekspresi gen Gus dikendalikan oleh promotor gen OsOR1. Kemudian MBIA1300int::proOsOR1::gus::tNOS ditransformasikan ke dalam tanaman padi (monokotil) via biji menggunakan bakteri Agrobacterium tumefaciens.Kecambah t ransgen ik yang membawa gen tersebut diu j i ekspresinya pada suatu media yang mengandung 5–bromo-4– chloro-3–indolyl-ß-D-glucuronic acid (X-Gluc) sebagai substrat enzim ß-glukuronidase. Gen Gus hanya diekspresikan di sel tanaman dan tidak di A. tumefaciens karena gen Gus pada konstruk untuk transformasi mengandung intron pada daerah N - te r m ina lnya . Kebe radaan intron tersebut t idak mungkin terekspresi dalam sistem ekspresi bakteri (Prokariot). Ketika tanaman transgenik menyerap senyawa X-Gluc, enzim ß-glukuronidase yang

diekspresikan oleh gen Gus akan mengurai substrat X-Gluc. Proses penguraiannya akan menghasilkan senyawa antara indoksil yang larut dalam air, yang selanjutnya akan mengalami reaksi dimerisasi oksidatif membentuk dichloro-dibromoindigo (ClBr-indigo) berwarna biru. Secara alami, di dalam tanaman tidak ada aktivitas Gus sehingga warna biru di dalam sel atau jaringan saat pengujian dengan larutan X-Gluc menggambarkan aktivitas promotor yang mengendalikan transkripsi gen Gus. Hasil pengamatan histokimia pada irisan melintang organ akar, batang, dan daun menunjukkan gen Gus terekspresi di bagian floem, pada organ akar, bulu akar, dan akar lateral sedangkan di batang dan daun, tidak terdeteksi. Stabilitas ekspresinya yang spesifik pada organ akar terjadi hingga tanaman mencapai stadia generatif. Hasil penelitian menunjukkan sakelar genetik dari gen alkenal reduktase tersebut mampu mengaktifkan gen secara spesifik di akar pada seluruh fase pertumbuhan tanaman.

Pengetahuan ini memiliki prospek aplikasi yang luas, seperti perakitan varietas tanaman yang efisien dalam penggunaan hara dan air, toleran terhadap cekaman abiotik, dan tahan terhadap hama akar karena akar merupakan organ yang berhadapan langsung dengan lingkungan abiotik tanah, air, dan unsur hara. Agar penyerapan air dan hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan baik, tanaman mengaktifkan gen-gen tertentu dengan menghasilkan protein yang diperlukan oleh akar.

Aniversari Apriana dan Atmitri

Sisharmini

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan

Sumberdaya Genetik Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 3A, Bogor

Telepon : (0251) 8337975

Faksimile : (0251) 8338820

E-mail : [email protected] genetik yang secara spesifik mengendalikan ekspresikan gen di akar.

Transgenik Kontrol

12 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sejak diberlakukannya impor bawang putih (Allium sativum L.)

sekitar tahun 1994 petani di sentra produksi enggan menanam karena harga turun drastis digerus oleh harga bawang putih impor yang lebih murah. Di samping itu, petani yang melakukan budi daya bawang putih juga terbatas karena sulitnya mendapatkan benih dari varietas bawang putih dengan produktivitas yang baik. Padahal, kondisi tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, dimana keengganan petani untuk berbudi daya bawang putih menyebabkan terkikisnya plasma nutfah bawang putih di Indonesia. Padahal varietas nasional memiliki performa yang tidak kalah dengan

Keragaan Kualitas Umbi Bawang Putih di Jawa Timur

Indonesia kaya akan plasma nutfah bawang putih. Namun kondisi pertanaman bawang putih nasional semakin menurun karena petani lebih

memilih menanam jenis sayuran lain. Adanya program swasembada bawang putih tahun 2019 memacu semangat untuk mengembalikan

kejayaan bawang putih nasional. salah satu upaya yang dilakukan adalah mengenal lebih dekat plasma nutfah bawang putih nasional untuk kemudian

dapat dilakukan pemurnian sebagai sumber benih.

varietas impor seperti bawang putih varietas Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning dari Batu, Jawa Timur. Pertanaman bawang putih dari sentra produksi di Jawa Timur meliputi wilayah Batu, Malang, Mojokerto, Pasuruan dan Probolinggo telah berkurang drastis dan digantikan oleh tanaman sayur lainnya.

M e n t e r i P e r t a n i a n t e l a h mencanangkan bahwa tahun 2019 adalah tahun swasembada bawang putih. Oleh karena itu, menghadapi program swasembada bawang putih tersebut, kejayaan bawang putih nasional perlu dibangkitkan kembali dengan berbagai upaya percepatan. Salah satu upaya tersebut seperti yang dilakukan

oleh BPTP Balitbangtan Jawa Timur yakni mulai memurnikan kembali sumber genetik bawang putih yang ada. Nantinya, pemurnian tersebut dapat menjadi sumber benih yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Hasil karakterisasi di Jawa Timur diperoleh 8 varietas atau klon bawang putih dari varietas lokal, varietas unggul nasional, maupun bawang putih impor. Varietas atau klon bawang putih yang teridentifikasi yaitu varietas unggul Lumbu Hijau, Lumbu Kuning, dan Tawangmangu Baru. Sedangkan varietas lokal berupa varietas Layur, Kincoan, dan Kayu. Sementara varietas bawang putih impor adalah varietas yang datang dari China dan India.

Keragaan karakter umbi bawang putih yang terlihat secara mata adalah terutama pada sifat kuantitatif seperti bobot per umbi, bobot per siung, bobot 100 butir siung, diameter umbi maupun ukuran siung. Keragaan karakter umbi bawang putih tersebut sangat dipengaruhi oleh tipe agroekologi dan cara budi

Keragaan Tanaman Bawang Putih Varietas Lumbu Hijau dan Kuning.Keragaan Bawang Putih Varietas Lumbu Hijau, Pujon, Lumbu Kuning, dan Sumber Brantas.

Volume 41 Nomor 2, 2019 13

daya petani setempat. Kisaran bobot umbi bawang putih varietas unggul nasional dan lokal sekitar 4-38,4 gram. Bobot per siung dengan kisaran 0,6-12,9 gram dan bobot 100 butir siung 70,8-372,8 gram. Dengan menerapkan teknologi budi daya yang baik maka varietas unggul Lumbu Kuning dan Lumbu Hijau mampu bersanding setara dengan bawang putih impor. Petani yang menerapkan teknologi optimal yaitu melakukan seleksi benih sebelum tanam, menggunakan pupuk organik lebih dari 15 ton/ha, pupuk anorganik sesuai kesuburan lahan, dan pemberian tepat pada fase

Tabel 1. Keragaan Jumlah Siung, Bobot Umbi dan Bobot Siung, Beberapa Varietas Bawang Putih Lokal dan Unggulan Nasional serta dari Impor.

No Varietas dan asal benih Rerata dan Kisaran Jumlah siung/umbi

Bobot per umbi (g)

Bobot per siung (g)

Bobot 100 siung

(g)

Diameter umbi (mm)

Penerapanteknologi

1 Lumbu Kuning (Sumber Brantas, Batu)

5,4 (2-10) 21,3 (13,6-26,9) 6,73 (2,9-13,2) 372,8 32,82 + 39,05 Teknologi optimal

2 Lumbu Kuning (Pacet, Mojokerto)

11 (10-17) 12,52 (8,6-16,7) 1,41 (1,2-1,8) 103,2 26,46 + 34,31 Teknologi sedang

3 Lumbu Kuning (Ngantang, Malang)

12 13,8 1,47 (0,6-2,3) 104 27,51 + 34,23 Teknologi sedang

4 Lumbu Hijau (Pacet, Mojokerto-1)

16 10,34 (8,6-13,9) 1,56 (0,8-2,1) 102,2 30,34 + 40,83 Teknologi optimal

5 Lumbu Hijau (Pacet, Mojokerto-2)

15 9,31 (5,3-16,6) 1,42 (0,7-1,9) 93,4 23,23 + 32,09 Teknologi sedang

6 Lumbu Hijau (Sukapura, Probolinggo-1)

12 4,74 (3,9-5,7) 1,05 (0,6-2,3) 70,8 26,47 + 36,39 Teknologi rendah

7 Lumbu Hijau (Sukapura, Probolinggo-2)

12,6 (7-16) 11,51 (6,4-18,3) 0,77 (0,3-1,2) 70,1 22.25 + 24,73 Teknologi rendah

8 Lumbu Hijau (Madiredo, Pujon, Malang)

(10-22) 27,52 (19-38,3) 3,7 (2,6-3,8) 262,3 37,68 + 43,40 Teknologi optimal

9 Kincoan (Ngantang, malang)

15 16,83 (13,9-21,2) 1,35 (0,7-2,1) 105,6 28,71 + 41,85 Teknologi sedang

10 Kayu (Ngemplak) 12 13,1 1,14 (0,7-1,7) 116 31,0 +36,85 Teknologi rendah

11 Tawangmangu Baru 12 35,02 (29,4-43,1) 2,33 (1,1 -5,7) 222,6 38,54 + 45,80 Teknologi optimal

12 Impor China 11,25 (7-13) 4,79 (4,2-6,7) 311,6 43,47 + 45,06 -

13 Impor India 20,1 (13-26) 18,3 (12,4-24,9) 1,32 (0,5-2,2) 100 33,36 + 40,35 -

kebutuhan tanaman, pengendalian OPT sesuai konsep PHT serta pasca panen yang baik maka produksi bawang putih lebih dari 15 ton/ha. Selain itu kualitas umbinya dan aroma khas bawang lokal yang lebih tajam sehingga pantas bersanding dengan bawang putih impor. Adapun keragaan umbi Lumbu Kuning asal Sumber Brantas - Batu memiliki bobot persiung hingga 12,9 gram, bobot 100 butir siung 372,8 gram dan jumlah siung per umbi sekitar 2-10. Sedangkan Lumbu Hijau asal Pujon, Malang memiliki bobot persiung 4,4 gram, bobot 100 butir siung 262,3 gram dan jumlah siung

per umbi sekitar 2-10. Sedangkan bawang putih impor memiliki bobot per siung hingga 6,7 gram dan bobot 100 butir siung 311,6 gram dan jumlah siung perumbi 7-13.

Baswarsiati dan Ratih Sandra Kirana

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Jawa Timur

Jalan Raya Karangploso Km. 4,

PO BOX 188, Malang

Telepon : (0341) 494052

Faksimile : (0341) 471255

E-mail : bptp-jatim@litbang.

pertanian.go.id; [email protected];

[email protected]

14 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Permasalahan teknologi usahatani jagung di wilayah perbatasan.

Upaya mengatasi ketertinggalan pembangunan per tanian dan mewujudkan kemandirian pangan di wilayah perbatasan memang tidak mudah. Sebaran wilayahnya yang luas dengan beragam kendala tidak terbantahkan, termasuk di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Kabupaten ini merupakan salah satu daerah penyangga pangan di wilayah perbatasan yang sangat penting, hingga pembangunan pertanian secara berkelanjutan tidak dapat dinafikan dan harus menjadi perhatian serius. Komoditas pangan masih menjadi andalan petani di lokasi ini dan jagung tercatat dijadikan komoditas pengungkit pendapatan utama selain sayuran dan padi lokal.

Usahatani jagung merupakan usahatani turun temurun di wilayah ini, sehingga petani sudah cukup menguasai dasar-dasar teknologi jagung. Demikian pula, jaringan pasar jagung produksi di desa tersebut sudah terbentuk. Untuk varietas, petani umumnya menggunakan

Penyebaran Teknologi Jagung dari Petani ke Petani di Wilayah Perbatasan

Cukup banyak warga negara Indonesia yang bermukim dan melakukan kegiatan ekonomi termasuk pertanian, di wilayah perbatasan nusantara.

Namun, kegiatan tersebut umumnya belum sepenuhnya tersentuh tangan pemerintah. Oleh karena itu, telah dilakukan upaya untuk mengatasi

ketertinggalan pembangunan di wilayan perbatasan tersebut. Khususnya pada bidang pertanian, dilakukan diseminasi teknologi benih dari varietas

unggul diantaranya jagung yang sesuai untuk dikembangkan dengan kondisi alam wilayah perbatasan tersebut.

varietas hibrida milik swasta seperti NK 632 atau NK 212, selain varietas lokal. Penggunaan varietas hibrida terdorong karena program dari dinas. Jika tidak ada bantuan, petani kembali menggunakan varietas lokal karena selain dianggap lebih tahan penyakit bulai, juga disebabkan oleh harga benih hibrida cukup mahal (Rp 80.000 – 84.000 per kg) jika dibayar, namun akan meningkat menjadi Rp 100.000/kg apabila dibayar secara kredit.

Persoalan utama budi daya jagung ditingkat petani adalah masih rendahnya produktivitas akibat tingginya serangan penyakit bulai yang sudah bersifat endemik dan hama lainnya seperti walang sangit. Varietas lokal tahan penyakit bulai, namun tidak tahan rebah dan produktivitasnya juga rendah. Penyakit bulai sangat sulit diatasi karena tidak adanya rotasi atau pergi l i ran varietas, pergi l i ran tanaman, dan tanam yang tidak serempak. Masih enggannya petan i melakukan perg i l i ran varietas disebabkan karena masih mengandalkan varietas lokal dan bantuan untuk Varietas Unggul Baru (VUB). Sementara petani enggan

melakukan rotasi tanaman didorong karena alasan ekonomi. Petani menganggap bahwa pemutusan pola tanam jagung dianggap akan menurunkan produksi dan berdampak pada pendapatan yang diterima. Bertolak dari persoalan ini, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) melaksanakan kajian Sistem Usaha Pertanian Inovatif (SUP Inovatif) di Desa Bange, K e c a m a t a n S a n g g a u L e d o . Kajian ini menggandeng seluruh stakeholders terkait yakni BPTP Kalimantan Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang, Balai Penyuluhan Pertanian, penyuluh lapang, dan petani di wilayah perbatasan nusantara.

Diseminasi Teknologi melalui SUP Inovatif Jagung

SUP Inovatif yang diusung BB Pengkajian sejak tahun 2017 di antaranya diimplementasikan dalam bentuk paket teknologi berbasis jagung dengan menempatkan teknologi VUB sebagai pendorong utama. Kegiatan melibatkan dua kelompok tani peserta pada musim hujan awal tahun 2018. VUB jagung yang diintroduksikan adalah hibrida Bima 19 serta jagung komposit Lamuru dan Sukmaraga. Keragaan teknologi yang diintroduksikan mulai dari penggunaan benih hingga pasca panen disampaikan pada tabel 1. Hasil panen menunjukkan bahwa varietas hibrida Bima 19 dan

Volume 41 Nomor 2, 2019 15

komposit (Lamuru dan Sukmaraga) yang ditanam pada musim tanam November 2017 – Maret 2018 di Kecamatan Sanggau Ledo belum optimal karena terkendala teknis pada saat panen. Dari hasil panen yang masih dapat diselamatkan, sebagian di jual untuk pakan, sedangkan sebagian lainnya yang memenuhi persyaratan untuk menjadi benih digunakan untuk benih pertanaman musim berikutnya. Dari penggunaan benih dari hasil

panen tersebut, ditemukan adanya penyebaran varietas ke petani-petani lain. Hal ini mengindikasikan telah berjalannya diseminasi teknologi. Dengan kata lain, meskipun dari sisi produksi belum diperoleh hasil optimal, namun dari sisi diseminasi justru sangat menggembirakan. Penyebaran teknologi VUB jagung berjalan dengan cukup masif, dimana benih jagung hasil panen petani kooperator telah menyebar ke beberapa petani la innya.

Tabel 1. Keragaan penerapan teknologi jagung eksisting dan teknologi introduksi

No. Komponen teknologi

Teknologi Eksisting (n = 9) Teknologi introduksi

1. Varietas dan jumlah benih

Lokal (27 kg/ha)VUB: NK 632/NK 212/DK(20 kg/ha)

Hibrida: Bima 19

Komposit: Lamuru dan Sukmaraga

2. Seed treatment

Benih direndam Saromil dan Regen Ridomil Gold 350 ES dengan takaran 2,5 ml/kg benih

3. Jarak Tanam 20 x 60 cm (1 biji/lubang)35 x 70 cm (2 biji/lubang)

70 cm x 20 cm, jumlah benih 1 biji/lobang tanam

4. Pupuk TA 40 karung/ha (pupuk dasar)Urea: Phonska (4:2), diberikan pada saat 17 HST

Pertama: 10-14 HST: Urea 50 kg/ha + pupuk majemuk 200 kg/haKedua: 28 – 35 HST: Urea 100 kg/ha, NPK 200 kg/ha

5. Pemeliharaan Tanpa pembumbunanPengendalian gulma (Kalaris dan Gramason pada 10 – 12 HST)

Penyiangan <10 HSTRoguing (pencabutan), 2X yaitu fase vegetatif (32-35 HST) dan generatif (45-52 HST)

6. Panen Umur 110 – 115 HSTTebang batang & bakar

Mengikuti aturan kadar air ±16%

7. Pasca panen Jemur/ovenDijual kering pipilan

Benih kadar air ±10%

Penyebaran tidak hanya pada petani di dalam kelompok, namun juga ke luar kelompok bahkan juga keluar desa dan kecamatan. Dari awalnya hanya petani kooperator yang menggunakan teknologi introduksi VUB jagung, penyebaran varietas jagung hasil panen SUP telah menyebar sedemikian rupa sebagaimana divisualisasikan pada gambar. Penyebaran varietas (benih) dari petani ke petani disebabkan oleh hasil panenan yang cukup

(a) Pertanaman jagung program diseminasi teknologi melalui SUP Jagung, (b) Hasil panen jagung, dan (c) Jagung varietas Lamuru.

(a) (b) (c)

16 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

menjanjikan. Hal ini antara lain ditunjukkan dari performa tanaman, dan ketahanan terhadap penyakit bulai yang selama ini menjadi endemik di lokasi kajian. Pencapaian ini sangat menarik minat petani non kooperator untuk turut mencobanya, selain faktor keterjangkauan harga benih. Banyak petani baik dari anggota kelompok maupun luar kelompok tertarik untuk mencoba pada musim tanam berikutnya, bahkan belum dapat dipenuhi karena tingginya permintaan namun stok benih tidak tersedia. Pola diseminasi dari petani ke petani (farmer to farmer dissemination) memang cukup efektif untuk mempercepat

Penyebaran jagung hibrida varietas Bima 19.

Penyebaran jagung komposit varietas Lamuru dan Sukmaraga di lokasi SUP.

adopsi inovasi, karena petani secara langsung dapat bertanya dan melihat hasil penerapan teknologi di lapang. Menurut Kiptot et al. (2006), sesama petani dalam satu kelompok atau bahkan di luar kelompok, termasuk juga anggota keluarga; berperan sangat penting pada proses penyebarluasan teknologi, termasuk teknologi benih. Hal ini sejalan dengan hasil kajian Šumane et al. (2018) yang menyebutkan bahwa selain diri petani sendiri sebagai sumber pengetahuan utama, sumber informasi lainnya yang diyakini terpercaya adalah petani lainnya. Produksi benih jagung memberikan

keuntungan yang lebih menjanjikan karena harganya lebih t inggi dibandingkan harga jagung untuk pakan. Tingkat harga benih jagung komposit sekitar Rp 10.000/kg, sedangkan jagung untuk pakan harganya bergerak di kisaran Rp 3.300/kg. Namun harga benih tersebut masih jauh di bawah harga benih hibrida swasta yang selama ini digunakan petani. Produksi jagung VUB yang lebih baik dibandingkan varietas eksisting dan harga jual benih yang kompetitif, menjadikan petani-petani sekitar tertarik untuk membeli.

Peran Penting Diseminasi Teknologi “Petani ke Petani” (Farmer to Farmer dissemination)

Diseminasi teknologi dari petani ke petani memungkinkan terjadinya interaksi antar petani bahkan sangat intensif mengingat kedekatan lokasi dan hubungan personal antar mereka, yang juga dapat menstimulasi proses belajar dalam kelompok, serta meningkatkan rasa keingintahuan dan kreativitas petani itu sendiri. Pola tersebut dapat menjadi alternatif menarik untuk terus dikembangkan, utamanya dalam mempercepat penyebaran teknologi VUB dan teknologi lain yang dihasilkan oleh Balitbangtan. Harapannya ke depan, teknologi Balitbangtan akan terus dikenal dan d i terapkan o leh petan i , sehingga akan mendorong geliat pembangunan pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan di wilayah-wilayah perbatasan.

Yovita Anggita Dewi

Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor

Telepon : (0251) 8351277

Faksimile : (0251) 8350928

E-mail : [email protected].

go.id; [email protected]

Volume 41 Nomor 2, 2019 17

Tak disangka bahwa tanaman l idah buaya dengan nama

latinnya aloe vera, memiliki berjuta manfaat. Selain menjadi salah satu tanaman hias, lidah buaya ternyata juga mengandung nilai gizi yang tinggi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1992 merilis kandungan gizi lidah buaya per 100 gram yakni energi 4 kal, protein 0,10 gr, lemak 0,20 gr, serta 0,30 gr, kalsium 85 mg, fosfor 186 mg, besi 0,80 mg, vitamin C 3,576 mg, vitamin A 4,594 IU, dan vitamin B1 0,01 mg. Oleh karena itu, lidah buaya dapat disebut sebagai salah satu tanaman multi fungsi dimana dalam bidang pertanian masuk golongan tanaman biofarmaka atau tanaman yang bermanfaat sebagai obat-obatan yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa daun, bunga, buah, umbi (rimpang) atau akar. Bentuk hasil produksi lidah buaya berupa daun.

Produksi lidah buaya di Indonesia menurut data statistik Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2014 menunjukkan angka luas panen sebesar 1.193 Ha dengan produksi 15.191 ton atau 12,73 ton/ha. Sentra produksi l idah buaya terbesar diusahakan di Provinsi Kalimantan Barat seluas 806,26 ha dengan produktivitas mencapai 15,36 ton/

Teknik Perendaman Hilangkan Rasa Pahit pada Jelly Drink Lidah BuayaLidah buaya mempunyai rasa sepat dan pahit sehingga banyak masyarakat

yang enggan untuk mengkonsumsinya. Inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) ini dapat menghilangkan rasa

pahit dan sepat pada daging Lidah Buaya sehingga dapat digunakan untuk pembuatan Jelly Drink.

ha, dilanjutkan di provinsi Bali seluas 155,5 ha dengan produktivitas 7,54 ton/ha. Kemudian pada urutan ketiga, produksi terbesar lidah buaya berada di Jawa barat seluas 83,5 ha dengan produktivitas 10,91 ton/ha.

Manfaat Lidah Buaya

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dalam industri farmasi, terutama dalam sediaan kosmetik (Furnawanthi I, 2003). Hal ini didasarkan pada fakta bahwa khasiat lidah buaya sebagai bahan baku kosmetik disebabkan oleh adanya bahan aktif yang mempunyai khasiat farmakologis. Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya, antara lain asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon dan senyawa lainnya seperti saponin, antrakuinon, kuinon, lignin dan golongan enzim yaitu enzim sellulase, amilase, protein dan biogenik simulator (Marwa t i & Her man i 2006 ) . S e n y a w a - s e n y a w a t e r s e b u t mempunyai fungsi yang cukup beragam, antara lain sebagai antibiotik, antiseptik,antibakteri, a n t i v i r u s , a n t i j a m u r, a n t i infeksi, anti peradangan dan anti

pembengkakan. Secara spesifik, dalam khasiatnya sebagai sediaan kosmetik, saponin berkhasiat sebagai antiseptik, antrakuinon dan kuinon berkhasiat sebagai antibiotik dan merangsang pertumbuhan sel baru, lignin berkhasiat sebagai pelembab, aloin untuk merangsang pertumbuhan rambut, dan enzim sel lulase, amilase, protein dan biogenic s imu la to r sebaga i za t ak t i f membantu metabol isme dan m e r a n g s a n g p e r t u m b u h a n dan regenerasi sel kulit. Dalam pemanfaatannya sebagai bahan baku kosmet ik , l idah buaya diformulasikan untuk pengobatan d a n p e r a w a t a n k u l i t ( k u l i t yang terbakar, iritasi, jerawat, melembabkan kulit, pelindung kulit dari sinar matahari) dan perawatan rambut (anti ketombe, melembabkan rambut, merangsang pertumbuhan rambut). Namun sayangnya, banyak orang yang tidak menyukai lidah buaya disebabkan rasanya yang pahit dan sepat sehingga enggan untuk mengkonsumsinya. Rasa pahit lidah buaya disebabkan gel yang mengandung senyawa flavonoid dan terpenoid, sedangkan rasa sepatnya disebabkan oleh senyawa saponin.

Teknologi Penghilang Rasa Pahit Lidah Buaya

Balitbangtan membuat terobosan baru melalui teknologi olahan agar dapat meningkatkan konsumsi lidah buaya. Terobosan tersebut yakni olahan lidah buaya menjadi jelly

18 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

drink yang rasanya segar, tidak pahit, tidak sepat, mampu memperpanjang daya simpan, serta memberikan nilai tambah pada tanaman lidah buaya.

Rasa pahit dan sepat pada daging lidah buaya dapat dihilangkan dengan berbagai metode. Salah satu metode yang telah diujicobakan yakni dengan menambahkan 2 g bakteri asam laktat 0,2% ke dalam 1.000 g jus lidah buaya. Langkah ini dilakukan oleh Wang Shuyan dengan paten No. CN 1370431 (A). Akan tetapi, metode tersebut memerlukan proses pengolahan yang rumit, waktu yang lama, serta alat dan bahan pengolahan yang lebih mahal.

Ba l i tbangtan menawarkan metode dengan bahan yang lebih murah yaitu perendaman menggunakan larutan asam sitrat dan garam. Dengan metode ini, rasa pahit dan sepat pada daging lidah buaya hilang sehingga dapat digunakan dalam pembuatan jelly drink. Olahan jelly drink cukup disukai oleh konsumen dari berbagai kalangan bahkan dapat dijadikan sebagai minuman penunda lapar. Bentuknya gel semi padat dengan konsistensi gel yang lemah sehingga mudah untuk disedot. Pembentukan gel ini dipengaruhi oleh senyawa hidrokoloid yakni Karagenan. Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang diperoleh dari rumput laut merah, berfungsi sebagai bahan pengental, pembentuk gel, dan penstabil sehingga sistem emulsi minuman tersebut lebih stabil. Teknik pengolahan jelly drink lidah buaya sangat sederhana, tidak memerlukan biaya dan peralatan yang mahal sehingga dapat menekan biaya produksi. Jelly drink lidah buaya aman dikonsumsi bahkan merupakan alternatif solusi minuman sehat untuk mengganti maraknya peredaran minuman berbahan tambahan yang membahayakan kesehatan.

Potensi Hilirisasi Teknologi Olahan Lidah Buaya

Hasil analisis kelayakan investasi (Ramadhia dan Ihsan, 2018), merunut pada salah satu usaha pengolahan lidah buaya yakni menjadikannya sebagai granul e f fervescent yakni minuman kesehatan, akan memberikan NPV sebesar 47,417 juta yang berarti usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp47,417 juta selama 10 tahun menurut nilai sekarang. Nilai Net B/C sebesar 1,74 yang berarti setiap satu rupiah pengeluaran akan memberikan keuntungan sebesar Rp1,74. Nilai IRR sebesar 35,35% lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yakni17 persen, menunjukkan bahwa tingkat kemampuan maksimal yang dapat dibayarkan oleh proyek akibat penggunaan sumber-sumber faktor produksi adalah sebesar 35,35 persen. Melihat kondisi tersebut, investasi usaha lidah buaya layak untuk diusahakan. Hasil analisis DPB, dapat diketahui bahwa usaha lidah buaya dapat mengembalikan biaya investasi dalam waktu empat tahun lima bulan dua puluh enam hari.

Hasil tersebut satu tahun lima bulan 18 hari lebih lama dari pengembalian investasi tanpa mempertimbangkan faktor diskonto. Keadaan pulang pokok (break even point) yaitu keadaan produksi atau penjualan usaha dimana jumlah penerimaan penjualan sama besarnya dengan jumlah pengeluaran. Dengan kata lain usaha tersebut tidak mendapatkan laba tetapi juga tidak rugi. Pulang pokok usaha ditinjau dari harga jual dan volume produksi yang harus dicapai. Hasil perhitungan analisis pulang pokok industri kecil minuman segar lidah buaya dapat diketahui bahwa usaha tersebut akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi mencapai 296.116 bungkus/sachet atau dengan penerimaan sebesar total biaya produksinya Rp310.921.600.

Aniswatul Khamidah dan Sri Harwanti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Jawa Timur

Jalan Raya Karangploso Km. 4,

PO BOX 188, Malang

Telepon : (0341) 494052

Faksimile : (0341) 471255

E-mail : [email protected].

go.id

Produk olahan Jelly drink.