digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2007-2010 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: SALSABILAH F0108021 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA DESEMBER 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI

UNGGULAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

TAHUN 2007-2010

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

SALSABILAH

F0108021

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

DESEMBER 2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

TAHUN 2007-2010

Surakarta, 2 November 2012

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.

NIP. 19580805 198601 2 001

Page 3: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Surakarta, 1 Desember 2012

Tim Penguji Skripsi

1. Dr. Mulyanto, ME. sebagai Ketua (.................................)

NIP. 19680623 1993021 001

2. Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.sebagai Pembimbing (.................................)

NIP. 19580805 1986012 001

3. Dwi Prasetyani, S.E., M.Si. sebagai Anggota (.................................)

NIP. 19770217 2003122 003

Page 4: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan

kedudukanmu.

(QS. Muhammad: 7)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada

kemudahan.

(QS. Al-Insyirah: 5-6)

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah

keadaan mereka sendiri.

(QS. Ar-Ra’d: 11)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah: 286)

Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu beberapa derajat.

(QS. Al-Mujadilah: 11)

Dari Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menempuh

jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut

jalan menuju ke surga.

(HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak Adam

(manusia) mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang

bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.”

(HR. Muslim)

Page 5: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

(Imam Syafii)

Apapun kondisinya, ngedate dengan Sang Pemilik Hati (Allah SWT) harus selalu menjadi

agenda yang utama sebelum agenda-agenda yang lainnya.

(5481L)

Setiap soal pasti ada kunci jawabannya. Tinggal bagaimana kita ikhtiar dalam belajar,

sehingga hasil ujian akan kita raih dengan sukses gemilang. Pun dengan ujian kehidupan

yang Allah berikan, pasti ada solusinya. Maka, mendekat dan mintalah solusi HANYA

kepada-Nya.

(5481L)

Sekali-kali, keluarlah dari “zona nyaman” kita. Karena barangkali saja, di zona yang kita

anggap “tidak nyaman” itulah kita bisa mengukur seberapa kuatkah kita dan siapakah kita

sebenarnya. Life is challenge!

H2N! Hadapi…Hayati…Nikmati…!!!

(5481L)

Biasakanlah yang benar, bukan membenarkan yang biasa!

(5481L)

Page 6: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan hanya mengharap ridho Allah SWT….

Semoga karya kecil ini bisa memberikan motivasi dan inspirasi

kepada saudara-saudaraku di

Yayasan Yatim dan Yatim Piatu Al-Akhyar

“Kita memiliki kesempatan yang sama qo’ untuk sukses!

Buktikan kalo K.I.TA. juga B.I.S.A.!”

Page 7: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

Maha Mengurus hamba-Nya dengan rahmat tak terhingga, hingga tak layak jika

sang hamba berputus asa dari rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah

kepada Rasulullah SAW, kekasih Allah, yang meski telah dijamin masuk surga

tetap melaksanakan penghambaan total kepada Allah sebagai bentuk syukur.

Skripsi yang berjudul “Analisis Sektor Basis dan Sektor Ekonomi

Unggulan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010” ini disusun

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya skripsi

ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun

materil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis selain rasa syukur yang

mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan, peneliti

menghaturkan terima kasih kepada:

1. Ibunda tercinta atas doanya yang tiada putus untuk ananda.

2. Ibu Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak Dr. H. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 8: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

4. Bapak Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Hj. Izza Mafruhah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

sekaligus sebagai dosen pembimbing akademis penulis.

6. Bapak DR. Mulyanto, ME. dan Ibu Dwi Prasetyani, S.E., M.Si. selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya.

7. Bapak dan Ibu dosen FE UNS Surakarta yang telah memberikan ilmunya

secara ikhlas selama penulis menempuh pendidikan.

8. Teman-teman FE UNS angkatan 2008 khususnya jurusan Ekonomi

Pembangunan yang senantiasa telah menemani perjalanan study penulis.

9. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta yang telah membantu dalam

pengumpulan data.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

selanjutnya. Semoga karya kecil ini bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

Page 9: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

ABSTRAKSI ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Perumusan Masalah .......................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11

A. Pembangunan Ekonomi ................................................... 11

1. Pengertian Pembangunan ............................................. 11

2. Pengertian Pembangunan Ekonomi ............................. 17

3. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah ................. 18

4. Tujuan Pembangunan Ekonomi. ................................... 22

B. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 24

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ............................... 24

2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi .......................... 25

3. Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi ............................ 27

Page 10: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

C. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ................. 29

1. Teori Ekonomi Neo Klasik .......................................... 29

2. Teori Basis Ekonomi .................................................... 29

3. Teori Lokasi ................................................................. 30

4. Teori Tempat Sentral .................................................... 31

5. Teori Kausasi Kumulatif .............................................. 32

6. Model Daya Tarik ........................................................ 32

D. Indikator Pembangunan Daerah ....................................... 33

1. Indikator Ekonomi ....................................................... 33

2. Indikator Non Ekonomi ............................................... 34

3. Indikator Gabungan ...................................................... 45

E. Penelitian Terdahulu ........................................................ 47

F. Kerangka Pemikiran ......................................................... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 53

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 53

B. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 53

C. Definisi Operasional Variabel .......................................... 54

1. Produk Domestik Regional Bruto ................................ 54

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi ........................................ 54

3. Kondisi Perekonomian ................................................. 55

4. Struktur Ekonomi ......................................................... 55

5. Pergeseran Sektor Ekonomi ......................................... 55

6. Pendapatan Per Kapita ................................................. 56

7. Laju Pertumbuhan Sektor ............................................. 56

8. Sektor Basis .................................................................. 56

9. Sektor Potensial ............................................................ 56

10. Sektor Unggulan ........................................................ 57

11. Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 57

Page 11: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

D. Metode Analisis Data ....................................................... 57

1. Analisis Deskriptif ....................................................... 57

a. Analisis Kontribusi Sektoral .................................... 58

b. Analisis Pertumbuhan .............................................. 58

2. Analisis Kuantitatif ..................................................... 59

a. Analisis Location Quotient ....................................... 59

b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan

Dynamic Location Quotient .................................... 63

c. Analisis Shift Share .................................................. 63

d. Analisis Tipologi Klassen ........................................ 66

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................ 70

A. Gambaran Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta .............................................................................. 70

1. Kondisi Geografis ........................................................ 70

2. Arti dan Lambang Provinsi DKI Jakarta ..................... 73

3. Kondisi Demografis ..................................................... 76

B. Gambaran Umum Kota Administrasi Jakarta Selatan ..... 78

1. Kondisi Geografis ........................................................ 78

2. Arti dan Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan 80

3. Pemerintah Daerah ...................................................... 81

4. Pembagian Wilayah Administratif ............................... 82

5. Kependudukan dan Tenaga Kerja ................................ 83

6. Sosial ........................................................................... 86

7. Pertanian ...................................................................... 89

8. Industri dan Listrik ...................................................... 90

9. Pendapatan Regional ................................................... 90

C. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ............................... 92

1. Analisis Deskriptif ....................................................... 92

a. Analisis Kontribusi Sektoral .................................... 92

b. Analisis Laju Pertumbuhan ..................................... 94

Page 12: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2. Analisis Kuantitatif ...................................................... 95

a. Analisis Location Quotient ....................................... 95

b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan

Dynamic Location Quotient ..................................... 101

e. Analisis Shift Share ................................................... 102

f. Analisis Tipologi Klassen ......................................... 107

BAB V PENUTUP ............................................................................... 110

A. Kesimpulan ...................................................................... 110

B. Saran ................................................................................ 112

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 114

LAMPIRAN .............................................................................................. 116

Page 13: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perjalanan Desentralisasi di Indonesia ....................................... 3

Tabel 1.2 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

2000 ............................................................................................ 6

Tabel 1.3 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku ............... 7

Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ............ 33

Tabel 3.1 Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ............................................. 63

Tabel 3.2 Status Perekonomian Per Sektor Analisis Tipologi Klassen ...... 67

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta ........... 72

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta .................................... 77

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Jakarta Tahun 2010 (10

Tahun ke Atas) ........................................................................... 78

Tabel 4.4 Daftar Pejabat Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan

Tahun 1966-2011 ....................................................................... 82

Tabel 4.5 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan, 2010 .............................................................................. 82

Tabel 4.6 Jumlah Kelurahan, RW, RT, dan KK Menurut Kecamatan,

2010 ............................................................................................ 83

Tabel 4.7 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Sex Ratio

Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Kecamatan, 2010... 84

Tabel 4.8 Jumlah PNS Menurut Golongan di Lingkungan Pemerintah

Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2010 ................................... 86

Tabel 4.9 Jumlah Sekolah Dasar Negeri Menurut Kecamatan, 2010 ........ 87

Tabel 4.10 Jumlah Anak Terlantar yang di Asuh dalam Panti Sosial

Asuhan Anak (PSAA) Menurut Kecamatan, 2010 .................... 88

Tabel 4.11 Pemulangan Orang Terlantar Menurut Provinsi, 2010 .............. 88

Page 14: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Tabel 4.12 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga

Berlaku 2007-2010 ..................................................................... 91

Tabel 4.13 PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga

Konstan 2007-2010 .................................................................... 91

Tabel 4.14 Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 . 92

Tabel 4.15 Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 . 93

Tabel 4.16 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

2007-2010 ................................................................................... 94

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan SLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ............................. 97

Tabel 4.18 Hasil Analisis DLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun

2007-2010 ................................................................................... 100

Tabel 4.19 Klasifikasi Sektor Berdasarkan SLQ dan DLQ dilihat dari

Nilai PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ............................................ 101

Tabel 4.20 Perhitungan Analisis Shift Share Kota Administrasi Jakarta

Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ................ 103

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen Kota

Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2008-2010 ......................... 107

Page 15: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 52

Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta ....................................... 71

Gambar 4.2 Lambang Provinsi DKI Jakarta ............................................. 73

Gambar 4.3 Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan .................. 79

Gambar 4.4 Lambang Kota Administasi Jakarta Selatan .......................... 81

Page 16: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS EKONOMI Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp. (0271) 647481 Fax. (0271) 638143

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret:

Nama : Salsabilah

NIM : F0108021

Jurusan : Ekonomi Pembangunan/S1 Reguler

Tempat /Tgl. Lahir : Jakarta, 19 Januari 1990

Alamat : Jl. Kemang Selatan XA Rt.003/02 No.51 Bangka, Mampang

Prapatan, Jakarta Selatan 12730

Pembimbing : Dra. Nunung Sri Mulyani, MESP.

Judul skripsi : Analisis Sektor Basis dan Sektor Ekonomi Unggulan

Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya buat merupakan hasil karya murni saya sendiri.

2. Apabila ternyata dikemudian hari, bahwa skripsi ini merupakan hasil

jiplakan/salinan/saduran karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi:

a. Sebelum dinyatakan lulus, bersedia menyusun skripsi ulang dan diuji kembali.

b. Setelah dinyatakan lulus, pencabutan gelar dan penarikan ijazah kesarjanaannya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Surakarta, 6 November 2012

Mahasiswa yang menyatakan

Salsabilah

F0108021

Page 17: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRAKSI

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2007-2010

SALSABILAH

F0108021

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan struktur ekonomi

dan mengidentifikasi sektor unggulan yang terdapat di Kota Administrasi Jakarta

Selatan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan

pembangunan ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan

analisis, dengan menggunakan data sekunder dari variabel PDRB beserta

komponen-komponennya di Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Provinsi DKI

Jakarta tahun 2007-2010. Adapun metode analisis data yang digunakan antara lain

analisis LQ, analisis gabungan SLQ dan DLQ, analisis SS, serta analisis Tipologi

Klassen.

Hasil analisis LQ menunjukkan sektor bangunan; sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis.

Analisis gabungan SLQ dan DLQ menunjukkan sektor bangunan; sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa merupakan

sektor basis di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Hasil analisis SS menunjukkan

bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor listrik, gas, dan air

bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Hasil analisis

Tipologi Klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu

sektor bangunan..

Hasil analisis per sektor berdasarkan keempat alat analisis menunjukkan

bahwa sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria

sektor basis, kompetitif, dan sektor maju dan tumbuh pesat adalah sektor

bangunan.

Kata kunci: sektor basis, sektor unggulan, analisis Location Quotient

(LQ), analisis gabungan Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location

Quotient (DLQ), analisis Shift Share (SS), analisis Tipologi Klassen.

Page 18: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana

pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber

daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru

dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 1999: 108)

Pembangunan daerah dimaksudkan untuk mendorong,

memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa serta meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam rangka membangun daerahnya dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi

ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu: (1) berkembangnya kemampuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2)

meningkatnya rasa harga diri (self esteem) masyarakat sebagai manusia

dan, (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom

for servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. (Arsyad,

1999: 5-6)

Indikator keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya diukur

dengan pertumbuhan, tetapi juga harus menjamin terjadinya perubahan,

Page 19: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

baik perubahan teknologi maupun sosial ekonomi. Pertumbuhan yang

merupakan indikator utama pembangunan mencakup baik aspek kualitatif

maupun kuantitatif.

Sebelum otonomi daerah diberlakukan, pemerintah daerah

memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap pemerintah pusat.

Hal ini bisa dilihat dari aspek keuangan. Pemerintah daerah kehilangan

keleluasaan bertindak (local discretion) untuk mengambil keputusan-

keputusan penting dan adanya campur tangan pemerintah pusat yang

tinggi terhadap pemerintah daerah.

Pasca reformasi, Pemerintahan Habibie memberlakukan dasar

hukum desentralisasi, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999

mengenai Pemerintahan Daerah. Pada masa pemerintahan Presiden

Megawati Soekarno Putri, UU Nomor 22 Tahun 1999 disempurnakan

menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah karena

dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan

lahirnya UU tersebut, maka dimulai pula masa desentralisasi dan

menggantikan sistem sentralisasi di Indonesia.

Page 20: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Tabel 1.1

Perjalanan Desentralisasi di Indonesia

Periode Konfigurasi

Politik UU Otonomi

Hakikat

Otonomi

Perjuangan

Kemerdekaan

(1945-1949)

Demokrasi UU Nomor 1 Tahun 1945

UU Nomor 22 Tahun 1948

Otonomi

Luas

Pasca

Kemerdekaan

(1950-1959)

Demokrasi UU Nomor 1 Tahun 1957 Otonomi

Luas

Demokrasi

Terpimpin

(1959-1965)

Otoritarian Penpres Nomor 6 Tahun 1959

UU Nomor 18 Tahun 1965

Otonomi

Terbatas

Orde Baru

(1965-1998)

Otoritarian UU Nomor 5 Tahun 1974 Sentralisasi

Pasca Orde Baru

(1998-sekarang)

Demokrasi UU Nomor 22 Tahun 1999

UU Nomor 25 Tahun 1999

UU Nomor 32 Tahun 2004

UU Nomor 33 Tahun 2004

Otonomi

Luas

Sumber: Modul Ekonomi Regional, 2006

Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah ini menuntut setiap daerah untuk

dapat mengembangkan dan mengoptimalisasi semua sumber daya yang

dimiliki. Setiap daerah harus cermat dalam memberdayakan potensi daerah

setempat agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka

meningkatkan pendapatan daerah.

Mudrajad (2010) mengatakan, salah satu tujuan kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah

lebih dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan pemerintah dapat

dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan asumsi

bahwa pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih

Page 21: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka daripada

pemerintah pusat.

Dalam kerangka pembangunan daerah, peningkatan peran

masyarakat ditunjukkan oleh pergeseran peran pemerintah dalam

merencanakan dan melaksanakan pembangunan dari yang semula

tersentral menuju kepada pembangunan yang berdasar pada kemandirian

daerah. Pembangunan daerah juga diarahkan sebagai ajang usaha

peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi ini diukur

dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan

salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi

pembangunan ekonomi regional.

PDRB di Indonesia pada dasarnya terdiri atas sembilan sektor,

yaitu: (1) sektor pertanian; (2) sektor pertambangan dan penggalian; (3)

sektor industri pengolahan; (4) sektor listrik, gas, dan air bersih; (5) sektor

bangunan; (6) sektor perdagangan, hotel, dan restoran; (7) sektor

pengangkutan dan komunikasi; (8) sektor keuangan, perusahaan, dan jasa

perusahaan; dan (9) sektor jasa-jasa.

Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah, ditetapkan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara

RI yang merupakan salah satu dari 26 Daerah Otonomi Tingkat I

(Provinsi) di Indonesia dengan struktur wilayah administrasi. Wilayah

Page 22: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

administrasi adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan berdasarkan

kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: provinsi,

kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW.

Sukirno (1976) menyatakan bahwa di dalam praktek, apabila

membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian wilayah

administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan.

Penggunaan pengertian tersebut disebabkan dua faktor, yakni: (a) dalam

kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan-

tindakan dari berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih

praktis apabila pembangunan wilayah didasarkan pada suatu wilayah

administrasi yang telah ada; (b) wilayah yang batasnya ditentukan

berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih mudah di analisis,

karena sejak lama pengumpulan data di berbagai bagian wilayah

berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut.

Kota Administrasi Jakarta Selatan merupakan salah satu dari lima

bagian wilayah administrasi yang berada di pusat Ibukota DKI Jakarta

dengan berbagai sektor perekonomiannya yang cukup maju. Berbeda

dengan daerah lainnya, Kota Administrasi Jakarta Selatan tidak mendapat

kontribusi PDRB dari sektor pertambangan dan penggalian, mengingat

kondisi wilayahnya yang tidak mendukung dalam sektor tersebut.

Sehingga untuk sumbangan PDRB dari sektor tersebut bernilai nol.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Tabel 1.2

PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No. Lapangan

Usaha 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 59.634 59.835 59.766 59.614

2. Pertambangan

dan

Penggalian - - - -

3. Industri

Pengolahan 1.337.597 1.416.373 1.486.441 1.528.293

4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 212.030 228.119 241.601 256.644

5. Bangunan 11.188.386 12.095.764 12.902.777 13.816.485

6. Perdagangan,

Hotel, dan

Restoran 15.573.965 16.490.401 17.321.682 18.470.182

7. Pengangkutan

dan

Komunikasi 5.709.983 6.813.116 7.960.911 9.255.478

8. Keuangan,

Persewaan,

dan Jasa

Perusahaan 31.465.310 32.518.558 33.349.826 34.793.028

9. Jasa-jasa 8.830.147 9.375.296 9.895.181 10.507.457

PDRB 74.377.052 78.997.463 83.218.185 88.687.181

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Dari Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa PDRB Kota Administrasi

Jakarta Selatan Atas Dasar Harga Konstan pada tahun 2007 mencapai

Rp74.377.052, tahun 2008 meningkat Rp78.997.463, tahun 2009 juga

mengalami peningkatan Rp83.218.185, dan pada tahun 2010 meningkat

menjadi Rp88.687.181. Dari tahun ke tahun, PDRB Kota Administrasi

Jakarta Selatan mengalami peningkatan. Angka tersebut menunjukkan

bahwa terjadi kemajuan pembangunan di Kota Administrasi Jakarta

Selatan.

Sedangkan jika dilihat dari sektor-sektor pembentuk PDRB Atas

Dasar Harga Konstan, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sektor

Page 24: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

keuangan, perusahaan, dan jasa perusahaan menyumbang pendapatan

daerah paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, yaitu

sebesar Rp31.465.310 pada tahun 2007, Rp32.518.558 pada tahun 2008,

Rp33.349.826 pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 menjadi

Rp34.793.028.

Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sektor pertanian

merupakan sektor paling rendah dalam menyumbang pendapatan daerah.

Pada tahun 2007 sebesar Rp59.634, tahun 2008 sebesar Rp59.835, tahun

2009 Rp59.766, dan pada tahun 2010 sebesar Rp59.614.

Tabel 1.3

PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2010

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

No. Lapangan

Usaha 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 107.160 125.343 134.350 143.984

2. Pertambangan

dan Penggalian - - - -

3. Industri

Pengolahan 2.864.902 3.554.419 3.869.021 4.409.280

4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 671.563 795.930 856.149 936.824

5. Bangunan 19.788.184 24.388.937 27.194.665 31.008.579

6. Perdagangan,

Hotel, dan

Restoran 24.267.704 28.741.012 32.528.577 36.828.655

7. Pengangkutan

dan

Komunikasi 10.316.004 12.486.180 14.603.211 17.474.208

8. Keuangan,

Persewaan, dan

Jasa

Perusahaan 52.228.987 60.016.529 65.383.676 71.411.180

9. Jasa-jasa 18.496.357 22.042.516 24.756.448 27.772.340

PDRB 128.740.860 152.150.866 169.326.097 189.985.050

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 1.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun

2007 sebesar Rp128.740.860 dan sektor yang paling dominan adalah

Page 25: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yaitu sebesar

Rp52.228.987. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi

Rp189.985.050 dan sektor keuangan, perusahaan, dan jasa perusahaan

merupakan sektor yang dominan yaitu sebesar Rp71.411.180.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

perlu diadakan pengkajian ataupun suatu analisis mengenai potensi

unggulan di Kota Administasi Jakarta Selatan agar pemerintah daerah

mengetahui seberapa besar keberhasilan pembangunan dan sektor-sektor

yang perlu dikembangkan secara lebih mendalam. Untuk itu penulis

mengambil judul penelitian ini “Analisis Sektor Basis dan Sektor

Ekonomi Unggulan Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-

2010”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan diatas,

maka yang menjadi pokok permasalahan di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran perkembangan tingkat kontribusi sektoral dan

laju pertumbuhan ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun

2007-2010?

2. Sektor apakah yang menjadi sektor basis di Kota Administrasi Jakarta

Selatan tahun 2007-2010?

3. Sektor apakah yang menjadi sektor unggulan di Kota Administrasi

Jakarta Selatan tahun 2007-2010?

Page 26: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

4. Bagaimana perubahan struktur ekonomi di Kota Administrasi Jakarta

Selatan tahun 2007-2010?

5. Bagaimana gambaran status sektor ekonomi di Kota Administrasi

Jakarta Selatan tahun 2007-2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan

yang diharapkan akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kontribusi sektoral dan laju

pertumbuhan ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-

2010.

2. Untuk mengetahui sektor basis di Kota Administrasi Jakarta Selatan

tahun 2007-2010.

3. Untuk mengetahui sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta

Selatan tahun 2007-2010.

4. Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kota Administrasi

Jakarta Selatan tahun 2007-2010.

5. Untuk mengetahui gambaran status sektor ekonomi di Kota

Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010.

Page 27: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ilmiah ini diharapkan dapat memberikan nilai manfaat,

yaitu:

1. Bagi pemerintah daerah: hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi ataupun gambaran mengenai kondisi sektor-

sektor perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan, sekaligus

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan

keputusan dalam menentukan strategi yang tepat terkait kebijakan

pembangunan daerah di Kota Administrasi Jakarta Selatan.

2. Bagi ilmu pengetahuan: memberikan tambahan pengetahuan dan bahan

perbandingan untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang.

3. Bagi masyarakat: sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai

pembangunan daerah di Kota Administrasi Jakarta Selatan.

4. Bagi peneliti: penelitian ini digunakan sebagai salah satu sarana untuk

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan

dan menambah wawasan serta mampu menjadi motivasi dalam

mengkaji lebih lanjut terkait ekonomi regional Kota Administrasi

Jakarta Selatan maupun daerah lainnya.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

1. Pengertian Pembangunan

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan

yang terus menerus pada Gross Domestic Product (GDP) atau Produk

Domestik Bruto (PDRB) suatu negara. Untuk daerah, makna

pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan PDRB

suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Namun, muncul kemudian sebuah

alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada

peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini

menekankan pada tingkat kemampuan suatu negara dalam peningkatan

output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. (Kuncoro,

2010: 136)

Pada akhir dasawarsa 1960-an, banyak Negara Sedang

Berkembang (NSB) mulai menyadari bahwa “pertumbuhan” (growth)

tidak identik dengan “pembangunan” (development). Pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada

tahap awal pembangunan mereka, memang dapat dicapai, tetapi

dibarengi dengan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan

di perdesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan

ketidakseimbangan structural. (Sjahrir, 1986)

11

Page 29: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Myrdal (1971) mengartikan pembangunan sebagai pergerakan

ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan

pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change),

terutama perubahan niai-nilai dan kelembagaan. Ini dilandasi argumen

adanya dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibanding

pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak

lagi memuja Gross National Product (GNP) sebagai sasaran

pembangunan, tetapi lebih memusatkan perhatian pada kualitas proses

pembangunan.

Ghazali (dalam Kuncoro, 2010: 23), dalam perspektif Islam,

pembangunan dilaksanakan berdasarkan lima pondasi filosofis, yaitu

tauheed uluhiyyah, tauhid rububiyyah, khilafah, tazkiyyah an-nas, dan

al-falah. Kelima pondasi filosofis tersebut merupakan prinsip-prinsip

yang telah melekat dalam Islam dan berasal dari dua sumber utama

Islam, yakni Alquran dan sunnah. Menurut paradigma Islam, kelima

pondasi filosofis ini menjadi syarat minimum yang diperlukan dalam

pembangunan, yaitu sebagai berikut:

a. Tauheed Uluhiyyah, yaitu percaya pada Kemahatunggalan Tuhan

dan semua yang di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya.

Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa

semua sumber daya yang tersedia adalah kepunyaan-Nya sehingga

tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk pemenuhan kepentingan

pribadi. Lebih lanjut, manusia hanyalah penerima amanat atas

segala sumber daya yang disediakan kepadanya dan harus

Page 30: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

mengupayakan agar manfaat yang dihasilkannya dapat dibagikan

kepada manusia lainnya.

b. Tauheed Rububiyyah, yaitu percaya bahwa Tuhan sendirilah yang

menentukan keberlanjutan dan hidup dari ciptaannya serta

menuntun siapa saja yang percaya kepada-Nya kepada kesuksesan.

Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa

pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak hanya bergantung

pada upayanya sendiri, tetapi juga pada pertolongan Tuhan, baik

yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

c. Khilafah, yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi. Di

samping sebagai wakil atas segala sumber daya yang diamanatkan

kepadanya, manusia yang beriman juga harus menjalankan

tanggung jawabnya sebagai pemberi teladan atau contoh yang baik

bagi manusia lainnya.

d. Tazkiyyah an-nas, ini merujuk kepada pertumbuhan dan penyucian

manusia sebagai prasyarat yang diperlukan sebelum manusia

menjalankan tanggung jawab yang ditugaskan kepadanya. Manusia

adalah agen perubahan dan pembangunan (agent of change and

development). Oleh karena itu, perubahan dan pembangunan apa

pun yang terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi

kebaikan orang lain dan tidak hanya bagi pemenuhan kepentingan

pribadi.

e. Al-falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa

keberhasilan apa pun yang dicapai di kehidupan dunia akan

Page 31: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

mempengaruhi keberhasilan di akhirat sepanjang keberhasilan

yang dicapai semasa hidup di dunia tidak menyalahi petunjuk atau

bimbingan yang telah Tuhan tetapkan. Oleh karena itu, tidak ada

dikotomi diantara upaya-upaya bagi pembangunan di dunia

ataupun persiapan bagi kehidupan di akhirat.

Pembangunan dalam kerangka Islam ditemukan pada pola nilai

(value pattern) yang melekat dalam Alquran dan sunnah. Kedua

sumber tersebut membentuk kerangka rujukan yang menjadi dasar

dalam upaya pembangunan sehingga menjadi titik awal dalam

perumusan kebijakan pembangunan, tujuan, dan proses pembuatan

keputusan pada semua level. Hal yang menjadi fokus utama bagi upaya

pembangunan dan jantung bagi proses pembangunan adalah manusia.

Proses pembangunan apa pun harus dimulai dari pembangunan moral,

spiritual, fisik, dan pembangunan lingkungan manusia yang akan

menjadi agen bagi lingkungan fisik dan sosio ekonominya. Manusia

adalah agen perubahan yang aktif dan yang akan bertanggung jawab

bagi keberhasilan atau kegagalan hidupnya, baik di kehidupan dunia

maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan mengandung

arti tidak hanya sebagai proses produksi barang dan jasa, distribusi

barang dan jasa, transformasi kelembagaan dan struktural, atau

pencapaian keseimbangan ekologis. Semuanya itu hanyalah alat atau

syarat yang diperlukan bagi pembangunan manusia, lebih lanjut dalam

pencariannya atas martabat manusia yang mungkin saja telah hilang

tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam penurunan moral

Page 32: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

yang mengancam keberlangsungan hidup manusia di masa akan

datang.

Pembangunan mencakup baik perubahan kualitatif maupun

kuantitatif. Perhatian yang lebih pada aspek-aspek kuantitatif lebih

menyebabkan diabaikannya aspek-aspek kualitatif pembangunan

secara khusus dan kehidupan secara umum. Islam berusaha

memperbaiki ketidakseimbangan tersebut. Pembangunan merupakan

proses yang mencakup multidimensi. Islam telah menggeser fokus

upaya pembangunan lingkungan fisik kepada manusia dan lainnya,

memperluas cakupan dari kebijakan pembangunan.

Indikator keberhasilan suatu pembangunan tidak hanya diukur

dengan pertumbuhan, tetapi juga harus menjamin terjadinya

perubahan, baik perubahan teknologi maupun sosial ekonomi.

Pertumbuhan yang merupakan indikator utama pembangunan

mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif. Peran manusia

dalam pembangunan menjadi perhatian utama dalam Islam. Oleh

karena itu, faktor etika, moral, dan spiritual yang merupakan faktor

pembentuk aspek kualitatif sangat menentukan kualitas pertumbuhan

yang akan dicapai. Kualitas pertumbuhan yang baik tersebut pada

gilirannya akan menentukan bentuk perubahan yang terjadi, yang

akhirnya mempengaruhi kualitas proses pembangunan secara

keseluruhan.

Pembangunan merupakan hal yang bersifat multidimensi.

Karena Islam menekankan bahwa wilayah operasional pembangunan

Page 33: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

berkaitan dengan manusia, atribut-atribut kemanusiaan, dorongan, dan

aspirasi memiliki nilai yang sama sebagaimana variabel-variabel

kebijakan seperti sumber daya fisik, modal, tenaga kerja, pendidikan,

keahlian, dan organisasi. Dengan demikian, pada satu sisi Islam

menggeser fokus upaya pembangunan dari lingkungan fisik ke

manusia dan di sisi yang lain, Islam memperbesar jangkauan kebijakan

pembangunan.

Ada lima tahapan utama yang harus dilalui agar tujuan akhir

proses pembangunan (Kuncoro, 2010: 26-27), yaitu tercapainya sukses

di akhirat terpenuhi. Kelima tahapan tersebut adalah: pertama, tahapan

persiapan kualitatif. Aspek kualitatif bersumber dari manusia. Dalam

Alquran manusia diumpamakan sebagai sebuah pohon (QS.14: 24-26).

Akar, batang, dan buah merupakan bahasa amtsal untuk akidah,

syariat, dan muamalat. Dengan akidah yang baik, manusia akan

mampu melaksanakan syariat dengan baik, yang akhirnya tercermin

pada muamalat. Sebaliknya, manusia dengan akidah yang buruk pada

akhirnya berdampak pada bentuk muamalat yang buruk pula. Dalam

sebuah sistem, muamalat yang buruk tercermin pada hasil-hasil

pembangunan yang buruk, seperti kemiskinan, pengangguran,

ketimpangan distribusi pendapatan, dan kerusakan lingkungan yang

sangat berbahaya bagi keberlangsungan proses pembangunan generasi

berikutnya. Tahapan kedua adalah peran dan kedudukan manusia

dalam sebuah sistem. Pada tahapan ini, status manusia tidak hanya

dipandang sebagai individu, tetapi juga statusnya sebagai bagian dari

Page 34: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

masyarakat sebagai suatu sistem dalam kehidupan sehari-hari. Jika

masyarakat sebagai kumpulan individu tersebut terdiri dari manusia-

manusia yang baik, sistem tersebut akan mampu menciptakan berbagai

manfaat/keuntungan yang sangat berpengaruh bagi tahapan berikutnya

sebagai tahapan ketiga, yakni terciptanya keuntungan kualitatif dan

kuantitatif. Beberapa bentuk keuntungan tersebut adalah kekayaan

alam, keuntungan teknologi, keuntungan sosial ekonomi, kepuasan

spiritual dan moral, serta berbagai bentuk keuntungan lainnya.

Tahapan keempat, yakni utilisasi hasil-hasil pembangunan bagi proses

pembangunan berikutnya. Berbeda dengan ekonomi konvensional

yang menjadikan kelangkaan faktor produksi dan tak terbatasnya

permintaan manusia secara simultan sebagai faktor munculnya

permasalahan ekonomi, Islam menjelaskan bahwa sumber

permasalahan ekonomi terletak pada cara pengalokasian atau distribusi

faktor-faktor produksi yang ada. Keempat tahapan tersebut secara

bersama-sama sangat menentukan tercapainya tahapan kelima

pembangunan, yakni tercapainya kesuksesan di akhirat.

2. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah proses penciptaan suatu

lingkungan oleh masyarakat yang mempengaruhi hasil-hasil indikator

ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja dan pertumbuhan

ekonomi. Lingkungan yang dimaksud sebagai sumber daya

perencanaan meliputi lingkungan fisik, peraturan, dan perilaku.

(Blakely, 1989: 75-77 dalam Kuncoro, 2004: 51)

Page 35: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai

suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita

penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh

perbaikan sistem kelembagaan. (Arsyad, 1999: 6)

Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi

mempunyai pengertian:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus.

2. Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan

3. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam

jangka panjang.

4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya

ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem kelembagaan

ini bisa ditinjau dari 2 aspek yaitu: aspek perbaikan di bidang

organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal

maupun informal).

Todaro (1992) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur,

sikap hidup, dan kelembagaan, selain mencakup peningkatan

pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan distribusi

pendapatan dan pemberantasan kemiskinan.

3. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana

pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber

daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

Page 36: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja

baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan

ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 1999: 108)

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak

pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang

didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous

development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia,

kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). (Arsyad,

1999: 108)

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan suatu daerah

haruslah mencakup tiga inti nilai (Kuncoro, 2004: 63):

a. Ketahanan (sustenance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

pokok (sandang, pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) untuk

mempertahankan hidup.

b. Harga diri (self esteem): pembangunan haruslah memanusiakan

orang. Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah

meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah

itu.

c. Freedom for servitude: kebebasan bagi setiap individu suatu negara

untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk

berpartisipasi dalam pembangunan.

Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik

dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran (role)

yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 peran yang

Page 37: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan

ekonomi daerah yaitu sebagai: (Arsyad, 1999: 121)

1) Wirausaha

Sebagai wirausaha, pemerintah daerah bertanggung jawab

untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah dapat

memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis.

Tanah atau bangunan dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah

untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan lainnya,

dapat juga sebagai alasan perencanaan pembangunan atau juga data

digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Pantai,

jalan raya, dan pusat hiburan rakyat dapat dimanfaatkan untuk

berbagai macam tujuan yang dapat menciptakan peluang kerja.

Organisasi kemasyarakatan memainkan peran penting dalam

menjalankan kewirausahaan sebagai pencipta peluang kerja yang

tidak dapat dilakukan oleh perusahaan swasta, atau untuk

menjamin tersedianya jasa yang tidak mampu disediakan oleh

perusahaan swasta.

Dengan peran sebagai wirausaha, pemerintah daerah

dituntut untuk jeli dan pro aktif dalam mengembangkan bisnis

daerah. Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana memanfaatkan

asset pemerintah daerah, mendorong pertumbuhan bisnis daerah,

dan pemberdayaan masyarakat marginal.

Page 38: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Koordinator

Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator

untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi

bagi pembangunan di daerahnya. Lebih jauh lagi, peran

koordinator pemerintah dalam pembangunan ekonomi dapat

melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam mengumpulkan

dan mengevaluasi informasi-informasi ekonomi seperti tingkat

ketersediaan pekerjaan, angkatan kerja, pengangguran, dan jumlah

perusahaan. Dapat juga bekerja sama dengan lembaga pemerintah,

badan usaha, dan masyarakat lain untuk menyusun tujuan,

perencanaan, dan strategi ekonomi.

Perencanaan pengembangan pariwisata daerah atau

perencanaan pengembangan ekonomi daerah yang telah

dipersiapkan di wilayah tertentu, mencerminkan kemungkinan

pendekatan yaitu sebuah perencanaan disusun sebagai suatu

kesepakatan bersama antara pemerintah, pengusaha, dan kelompok

masyarakat lainnya. Pendekatan regional biasanya lebih efektif

karena perhatian pemerintah daerah dapat terpusat pada

perekonomian daerah dan hal tersebut juga dapat menciptakan

pengelolaan daerah yang lebih baik dan hasil kerja sama antara

pemerintah yang lebih tinggi dengan pemerintah daerah.

3) Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan

melalui perbaikan lingkungan perilaku di daaerahnya. Peran ini

Page 39: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dapat meliputi pengefisienan proses pembangunan, perbaikan

prosedur perencanaan dan penetapan peraturan. Kelompok

masyarakat yang berbeda dapat membawa kepentingan yang

berbeda dalam proses penentuan kebijakan pembangunan ekonomi.

Oleh karena itu, yang diperlukan adalah tersedianya suatu tujuan

yang jelas agar pemerintah daerah dapat terfokus dalam

memanfaatkan sumber daya dan tenaga yang dimilikinya. Adanya

tujuan yang jelas juga memberikan dasar berpijak untuk penentuan

program-program tambahan yang lain.

4) Stimulator

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan

pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan

mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah

tersebut dan mempertahankan perusahaan-perusahaan yang ada.

Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik

pengusaha, misalnya dengan menyediakan bangunan-bangunan

yang dapat disewa untuk menjalankan usaha dengan potongan

biaya sewa untuk beberapa tahun pertama. Dalam bidang

kepariwisataan, pemerintah daerah dapat mempromosikan tema

atau kegiatan khusus untuk objek wisata tertentu.

4. Tujuan Pembangunan Ekonomi

Menurut Todaro (2004) tujuan utama dari usaha-usaha

pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang

setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat

Page 40: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran.

Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi

barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi

lebih luas dari sekadar peningkatan pertumbuhan ekonomi. Manusia

seharusnya merupakan hakikat tujuan pembangunan, bukan hanya

“kue pembangunan” dan “pertumbuhan kue”. Sulit dikatakan ada

pembangunan bila kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan masih

substansial. (Kuncoro, 2010: 146)

Salah satu indikator yang popular untuk mengukur kinerja

pembangunan manusia adalah HDI (Human Development Index) atau

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencoba mengukur kinerja

pembangunan manusia dengan skala 0 (sebagai tingkatan

pembangunan manusia yang terendah) hingga 1 (pembangunan

manusia yang tertinggi) berdasarkan atas 3 tujuan atau prodik

pembangunan, yaitu: (1) usia panjang yang diukur dengan tingkat

harapan hidup; (2) pengetahuan yang diukur dengan rata-rata

tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca dan rata-

rata tahun sekolah; dan (3) penghasilan yang diukur dengan

pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan, yaitu disesuaikan

menurut daya beli mata uang di masing-masing daerah dan asumsi

menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat. (Kuncoro,

2004: 115)

Page 41: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

B. Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Profesor Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi

sebagai “kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara

untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi

kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan

teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang

diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen: pertama,

pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara

terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan

faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat

pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang

kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien

memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi

sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia

dapat dimanfaatkan secara tepat. Teknologi moderen misalnya, tidak

cocok dengan corak/kehidupan desa, pola keluarga besar, usaha

keluarga, dan buta huruf. (Jhingan, 1996: 72)

Menurut Budiono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses

kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Di sini, proses

mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis.

Pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan

PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial

Page 42: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

seperti kenikmatan, kepuasan, kebahagiaan, rasa aman, dan tenteram

yang dirasakan masyarakat luas. (Kuncoro, 2004: 129)

2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam

faktor, faktor ekonomi dan non ekonomi. (Jhingan, 1996: 85-97)

a. Faktor Ekonomi

1) Sumber Alam. Faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau

tanah. “Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi

mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan

susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber

lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi,

tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang

penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan

dapat membangun dengan cepat. Jadi dalam pertumbuhan

ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup.

Yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan

teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber

dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama.

2) Akumulasi Modal. Faktor ekonomi penting kedua dalam

pertumbuhan ialah akumulasi modal. Modal berarti persediaan

faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila

stock modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut

akumulasi modal atau pembentukan modal. Pembentukan modal

Page 43: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang

dapat menaikkan stock modal, output nasional dan pendapatan

nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama

menuju pembangunan ekonomi.

3) Organisasi. Organisasi merupakan bagian penting dari proses

pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor

produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat

melengkapi (komplemen) modal, buruh, dan membantu

meningkatkan produktivitasnya.

4) Kemajuan Teknologi. Perubahan teknologi dianggap sebagai

faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode

produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari

teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah

menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi

yang lain.

5) Pembagian Kerja dan Skala Produksi. Spesialisasi dan

pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas,

keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang

selanjutnya membantu perkembangan industri.

b. Faktor Non Ekonomi

1) Faktor Sosial. Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi.

Page 44: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2) Faktor Manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor

terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia

saja, tetapi lebih menekan pada efisiensi mereka.

3) Faktor Politik dan Administratif. Faktor politik dan administratif

juga membantu pertumbuhan ekonomi.

3. Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi

Profesor W.W. Rostow memakai pendekatan sejarah dalam

menjelaskan proses perkembangan ekonomi. Ia membedakan adanya

lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu: (Jhingan, 1996: 179-187)

a. Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional diartikan sebagai “suatu masyarakat

yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi

berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagai hasil

pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika. Kekuasaan politik

terpusat di daerah, di tangan bangsawan pemilik tanah yang

didukung oleh sekelompok serdadu dan pegawai negeri. Pertanian

biasanya menjadi sumber utama pendapatan negara dan para

bangsawan, yang kemudian dihamburkan untuk pembangunan candi

atau monumen lain, pesta penguburan dan perkawinan, atau untuk

perang.

b. Pra-Syarat Tinggal Landas

Tahap kedua ini merupakan masa transisi dimana prasyarat-

prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan. Prasyarat

Page 45: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

tinggal landas didorong atau didahului oleh empat kekuatan:

Renesans atau era pencerahan, Kerajaan Baru, Dunia Baru, dan

Agama Baru atau Reformasi.

c. Tinggal Landas

Tahap tinggal landas merupakan titik yang menentukan di

dalam kehidupan suatu masyarakat “ketika pertumbuhan mencapai

kondisi normalnya, kekuatan moderenisasi berhadapan dengan adat-

istiadat dan lembaga-lembaga. Nilai-nilai dan kepentingan

masyarakat tradisional membuat terobosan yang menentukan; dan

kepentingan bersama membentuk struktur masyarakat tersebut.

d. Dewasa

Rostow mendefinisikannya sebagai “tahap ketika masyarakat

telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi moderen

terhadap keseluruhan sumber daya mereka. Pada waktu suatu negara

berada pada tahap kedewasaan teknologi, ada tiga perubahan penting

yang terjadi:

Pertama, sifat tenaga kerja berubah. Ia berubah menjadi terdidik.

Orang lebih suka tinggal atau hidup di kota daripada di desa. Upah

nyata mulai meningkat dan para pekerja mengorganisasi diri untuk

mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi yang lebih besar.

Kedua, watak para pengusaha berubah. Pekerja keras dan kasar

berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan.

Ketiga, masyarakat merasa bosan pada keajaiban industrialisasi dan

menginginkan sesuatu yang baru menuju perubahan lebih jauh.

Page 46: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

e. Masa Konsumsi Massal

Abad konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan migrasi

ke pinggiran kota, pemakaian mobil secara luas, barang-barang

konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama. Pada tahap

ini, “keseimbangan perhatian masyarakat beralih dari penawaran ke

permintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan

kesejahteraan dalam arti luas”.

C. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Teori-teori yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan

daerah antara lain: (Arsyad, 1999: 115-118)

1. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam

menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak

memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini

memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah

yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi.

Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan

alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan).

Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi

menuju ke daerah yang berupah rendah

2. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu

utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan

Page 47: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.

Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal,

termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan

menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job

creation).

Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan

pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid)

kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun

internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan

hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi

ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada

permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan

ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar

secara nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat

berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri

dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan

stabilitas ekonomi.

3. Teori Lokasi

Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada tiga

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi,

dan lokasi! Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan

dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk

meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang

Page 48: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model

pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik

adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.

Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi

kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya

energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas

pendidikan dan latihan (diklat), kualitas pemerintah daerah, dan

tanggung jawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda

membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-

faktor tersebut. Oleh karena itu, seringkali masyarakat berusaha untuk

memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik

perusahaan-perusahaan industri.

Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah

bahwa teknologi dan komunikasi moderen telah mengubah signifikansi

suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.

4. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa

ada hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral

didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan

sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut

merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi

penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan

ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.

Page 49: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah

yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah

penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman.

Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu

masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam

sistem ekonomi daerah.

5. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk

menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative

causation) ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah

kesenjangan antara daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang).

Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif

dibanding daerah-daerah lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957)

sebagai back wash effects.

6. Model Daya Tarik

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi

yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang

mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki

posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan

insentif.

Page 50: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 2.1

Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Komponen Konsep Lama Konsep Baru

Kesempatan Kerja Semakin banyak

perusahaan = semakin

banyak peluang kerja

Perusahaan harus mengembangkan

pekerjaan yang sesuai dengan

“kondisi” penduduk daerah

Basis Pembangunan Pengembangan sektor

ekonomi

Pengembangan lembaga-lembaga

ekonomi baru

Asset-aset Lokasi Keunggulan komparatif

didasarkan pada asset

fisik

Keunggulan kompetitif didasarkan

pada kualitas lingkungan

Sumber Daya

Pengetahuan

Ketersediaan angkatan

kerja

Pengetahuan sebagai pembangkit

ekonomi

Sumber: Lincolin Arsyad, 1999: 119

D. Indikator Pembangunan Daerah

Di negara berkembang seperti Indonesia, indikator pembangunan

dikategorikan menjadi:

1. Indikator Ekonomi

Dapat dikatakan bahwa hampir semua indikator dalam kerangka

ekonomi makro tidak ada yang secara langsung dapat berdiri sendiri.

Berbagai indikator ekonomi yang sering dibicarakan, antara lain

mencakup:

a. Tingkat pertumbuhan ekonomi.

b. Tingkat kemakmuran suatu daerah.

c. Tingkat inflasi.

d. Struktur ekonomi atau struktur PDB atau PDRB menurut pendekatan

produksi atau sektoral.

e. Produktivitas sektoral, yang merupakan rasio antara nilai tambah

setiap sektor terhadap jumlah tenaga kerja di sektor yang

bersangkutan.

Page 51: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

f. Struktur PDB atau PDRB menurut pendekatan pengeluaran.

g. Besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratioz.

h. Disparitas pendapatan regional yang dilihat dari perbedaan:

1) Pendapatan per kapita

2) Tingkat pertumbuhan PDB atau PDRB

3) Kemampuan investasi

4) Besaran Indeks Gini (Gini Ratio Indeks)

i. Berbagai macam besaran rasio dan perbandingan-perbandingan:

1) Pajak terhadap PDB atau PDRB

2) Biaya pendidikan, kesehatan, penelitian dan sebagainya terhadap

PDB/PDRB

3) Perbandingan penerimaan pemerintah terhadap PDB/PDRB

4) Perbandingan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan

5) Struktur pembiayaan pembangunan

2. Indikator Non Ekonomi

Berbeda dengan indikator pembangunan ekonomi, indikator

pembangunan non ekonomi sebagian besar masih bersifat kualitatif.

Meskipun demikian, adanya upaya untuk mengidentifikasikan indikator

non ekonomi merupakan langkah maju walaupun hanya bersifat kualitatif

daripada tidak dilakukan sama sekali. Dengan semakin membaiknya

ukuran-ukuran dan pendekatan yang digunakan, keberadaan indikator

non ekonomi diharapkan akan dapat disajikan secara kuantitatif.

Beberapa indikator pembangunan non ekonomi ini, antara lain berupa:

Page 52: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

a. Indikator Sosial

Banyak segi kehidupan manusia terutama menyangkut

kualitas, yang sangat sulit untuk dikumpulkan keterangannya. Salah

satu kesulitannya adalah karena dalam kehidupan sosial banyak faktor

yang mempengaruhi dan faktor-faktor tersebut saling berkait satu

dengan yang lainnya. Selain permasalahan tersebut, faktor-faktor ini

tidak mudah untuk diukur dan digambarkan dalam bentuk deskriptif

yang sederhana. Oleh karena itu, dalam penyusunannya dilakukan

dengan pertimbangan yang dalam memilih indikator yang disajikan

dari data yang tersedia untuk mempelajari perencanaan pembangunan

di bidang sosial. Indikator-indikator sosial meliputi berbagai umur,

seperti:

1) Indikator Kependudukan

Indikator kependudukan meliputi aspek-aspek

kewilayahan maupun non kewilayahan. Beberapa indikator

kependudukan yang sering digunakan antara lain:

a) Distribusi penduduk menurut daerah.

b) Jumlah penduduk pedesaan dan perkotaan.

c) Kepadatan penduduk.

d) Tingkat urbanisasi.

e) Tingkat pertumbuhan penduduk.

f) Tingkat kelahiran (per 100 atau per 1.000).

g) Tingkat kematian (per 100 atau per 1.000)

h) Angka harapan hidup.

Page 53: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

i) Beban ketergantungan.

2) Indikator Keluarga Berencana

Indikator keluarga berencana digunakan untuk mengetahui

dan melakukan pengkajian mengenai sejauh mana perkembangan

penduduk dalam kurun waktu sekian tahun dari sekarang

bilamana faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

penduduk dapat diketahui. Beberapa indikator keluarga berencana

yang sering digunakan antara lain:

a) Persentase pertumbuhan dalam status kawin (umur 10-49

tahun) menurut golongan umur dan cara mengatur kehamilan

yang sekarang dipakai.

b) Persentase perempuan dalam status kawin (umur 10-49

tahun) yang sekarang memakai suatu cara mengatur

kehamilan menurut jumlah anak yang masih hidup dan cara

mengatur kehamilan yang sekarang dipakai.

c) Persentase perempuan dalam status kawin (umur 10-49

tahun) yang sekarang memakai suatu cara mengatur

kehamilan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dan

cara pengaturan kehamilan yang sekarang dipakai.

d) Target dan hasil akseptor baru keluarga berencana yang

dicapai.

3) Indikator Tenaga Kerja

Indikator tenaga kerja terkait dengan permasalahan

penduduk dan hasil turunannya, baik yang secara langsung

Page 54: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

terlibat dalam lapangan pekerjaan maupun yang belum terlibat

dalam lapangan pekerjaan. Beberapa indikator tenaga kerja yang

sering digunakan antara lain:

a) Tingkat partisipasi angkatan kerja (dalam persen).

b) Tingkat pengangguran terbuka (dalam persen).

c) Tingkat pengangguran tersembunyi (dalam persen).

d) Tenaga kerja menurut lapangan usaha (dalam persen).

e) Tenaga kerja menurut jenis pekerjaan (dalam persen).

f) Tenaga kerja menurut status pekerjaan (dalam persen).

g) Persentase penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang

termasuk angkatan kerja.

h) Persentase penduduk yang termasuk angkatan kerja yang

sedang mencari pekerjaan.

i) Persentase penduduk yang termasuk angkatan kerja yang

sedang mencari pekerjaan atau yang bekerja kurang dari 10

jam.

4) Indikator Pendidikan

Indikator pendidikan dapat diukur dengan besaran secara

langsung maupun tidak langsung terkait dengan peningkatan

kualitas (mutu) maupun kuantitas (jumlah) dalam unsur

pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan penduduk

dalam kegiatan menulis dan membaca, meningkatnya peran serta

penduduk dalam jenjang pendidikan tertentu, merupakan

beberapa contoh yang terkait dengan indikator tingkat pendidikan.

Page 55: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Beberapa indikator tingkat pendidikan lain yang sering digunakan

antara lain:

a) Besarnya tingkat partisipasi pendidikan menurut jenjang

pendidikan tertentu.

b) Besarnya angka transisi pendidikan (SD-SLTP, SLTP-SLTA,

dan SLTA-AK/PT) terhadap jumlah penduduk usia sekolah

dasar sampai perguruan tinggi (umur 6-24 tahun).

c) Tingkat buta aksara (dalam persen).

d) Tingkat partisipasi pendidikan kasar (gross enrollment ratio)

jenjang SD, SLP, dan SLA.

e) Penduduk berumur 6-12 tahun yang belum tamat SD dan

tidak sekolah lagi (dalam persen).

f) Tenaga kerja menurut tingkat pendidikan.

g) Angka indeks jumlah murid menurut tingkat pendidikan.

h) Angka indeks sekolah menurut tingkat pendidikan.

i) Rasio murid terhadap sekolah, terhadap guru, dan

sebagainya.

j) Banyaknya sekolah dan bangunan sekolah yang mempunyai

fasilitas radio, televisi, dan surat kabar.

k) Banyaknya pesawat televisi dan jumlah televisi per 10.000

penduduk.

5) Indikator Kesehatan

Program peningkatan perilaku sehat dan lingkungan sehat,

disertai dengan adanya upaya pemberdayaan masyarakat yang

Page 56: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan yang sehat

mendukung tumbuh dan berkembangnya anak-anak dan remaja

yang memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat. Bebarapa

indikator kinerjanya yaitu:

a) Angka kematian bayi (IMR: Infant Mortality Rate).

b) Umur/usia harapan hidup.

c) Angka kesakitan (insident atau prevalent) beberapa penyakit,

yang antara lain: diare, malaria, TBC, tetanus, dan wabah

atau KLB (kejadian luar biasa).

d) Persentase penduduk pedesaan yang mendapat air bersih

sebanyak 60 liter per hari dan juga persentase penduduk kota

yang mendapatkan air bersih sebanyak 100-150 liter per hari.

e) Persentase penduduk yang mempunyai tempat sampah yang

memadai.

f) Jumlah dokter, perawat kesehatan dan kader pembangunan

bidang kesehatan per 10.000 penduduk.

g) Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan

per 100.000 penduduk.

h) Jumlah tempat tidur rumah sakit per 10.000 penduduk.

i) Jumlah pemeriksaan antenatal dan persalinan di KIA

(kesehatan ibu dan anak).

j) Jumlah imunisasi lengkap per 1.000 penduduk.

k) Tingkat penggunaan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos

Kesehatan dan tempat tidur rumah sakit.

Page 57: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

l) Jumlah pengeluaran untuk biaya kesehatan per kapita per

tahun.

6) Indikator Gizi

Dalam hal program perbaikan gizi yang juga masuk dalam

kategori bidang sosial, dapat ditempuh dengan cara meningkatkan

intelektualitas dan produktivitas SDM (Sumber Daya Manusia).

Menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak balita (bawah lima

tahun) dari 26,3% menjadi 20,0% dan juga menurunnya

prevalensi gizi lebih dari 12% menjadi kurang dari 10%

merupakan salah satu contoh indikator yang menunjukkan adanya

peningkatan dalam masalah gizi. Beberapa indikator gizi lain

yang sering digunakan antara lain:

a) Rata-rata penyediaan kalori per orang per hari, untuk

konsumsi dalam negeri menurut asal bahan makanan.

b) Rata-rata penyediaan protein per orang per hari, untuk

konsumsi dalam negeri menurut asal bahan makanan.

c) Rata-rata penyediaan lemak per orang per hari, untuk

konsumsi dalam negeri menurut asal bahan makanan.

d) Jumlah anak-anak yang baru lahir dengan berat badan kurang

dari 2.500 gram.

e) Jumlah anak umur 3 tahun dengan berat badan kurang dari

11,5 kg.

f) Angka prevalensi gondok endemik.

Page 58: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

7) Indikator Rumah Tangga

Indikator rumah tangga sangat terkait dengan

permasalahan pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, termasuk didalamnya jenis konsumsi

makanan dan perkembangan tingkat harga terkait dengan jenis

makanan yang bersangkutan. Beberapa indikator rumah tangga

lain yang sering digunakan antara lain:

a) Konsumsi rata-rata per kapita setahun yang terdiri dari bahan

makanan pokok.

b) Persentase/pengeluaran rata-rata per kapita tiap bulan untuk

kelompok bahan makanan terhadap keseluruhan pengeluaran.

c) Persentase/pengeluaran rata-rata per kapita tiap bulan untuk

pemakaian alas kaki dan tutup kepala terhadap keseluruhan

pengeluaran.

d) Indeks harga konsumen sektor makanan untuk beberapa

wilayah/daerah/kecamatan.

e) Indeks harga konsumen sektor sandang untuk beberapa

wilayah/daerah/kecamatan.

8) Indikator Hukum

Di bidang hukum, ada upaya dari berbagai pihak untuk

selalu meningkatkan dan mewujudkan supremasi hukum dengan

indikatornya antara lain:

a) Semakin meningkatnya peran-peran dan fungsi legislasi di

dalam menetapkan suatu peraturan.

Page 59: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b) Semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja perancang

perundang-undangan yang lebih berkualitas.

9) Indikator Politik

Di bidang politik dapat diprogramkan upaya untuk selalu

meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan hak

dan kewajiban politiknya, dan selalu meningkatkan kualitas

komunikasi dan kapasitas kontrol politik masyarakat. Beberapa

indikator kinerjanya, misalnya:

a) Terwujudnya berbagai jenis fasilitas sosialisasi politik dan

komunikasi politik bagi kegiatan partai politik dan organisasi

kemasyarakatan.

b) Meningkatnya budaya politik yang demokratis guna

menetapkan persatuan dan kesatuan antar komponen bangsa.

c) Meningkatnya sikap dan perilaku toleran antar berbagai suku,

agama, ras, dan bangsa.

10) Indikator Keamanan dan Ketertiban Umum

Indikator keamanan dan ketertiban umum sangat

menentukan tingkat disiplin dan kinerja aparat dan masyarakat di

dalam menjaga dan memelihara tingkat stabilitas di suatu

wilayah/daerah/kecamatan. Beberapa indikator kinerjanya antara

lain meliputi:

a) Banyaknya peristiwa yang dilaporkan ke kepolisian, angka

kejahatan per 10.000 penduduk dan indeks angka kejahatan.

b) Persentase kejadian kegiatan per bulan.

Page 60: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

c) Persentase penyelesaian perkara kejahatan di setiap

kepolisian daerah (Polda).

d) Skala waktu peristiwa kejahatan (dalam detik).

e) Pelanggaran lalu lintas dan jumlah kecelakaan lalu lintas

yang menyebabkan kematian.

b. Indikator Fisik Prasarana

Pembangunan bidang fisik dan prasarana mempunyai fungsi

dan peranan pelayanan, serta fungsi pengembangan dan pertumbuhan

untuk pembangunan di bidang yang lain. Oleh karenanya,

keberhasilan pembangunan di bidang ini, dapat dikaji dari tingkat

efektivitas pemanfaatan sarana fisik dan kelancaran penggunaannya.

Indikator-indikator di bidang fisik dan prasarana, antara lain meliputi:

1) Prasarana Jalan

a) Komposisi jalan menurut kewenangan (nasional, provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya)

b) Kondisi jalan (baik, sedang, rusak, dan sebagainya)

c) Efektifitas pengguna jalan

d) Panjang jalan (total, m per kapita, m per km luas daerah)

e) V-Km (Vehicle Kilometer) secara total per kapita dan per

daerah

f) IRI (International Roughness Indeks)

g) Volume per kapita

2) Angkutan Udara

a) Kedatangan dan keberangkatan pesawat

Page 61: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b) Kedatangan dan keberangkatan penumpang

c) Muat dan bongkar bagasi

d) Muat dan bongkar kargo

e) Muat dan bongkat surat

3) Angkutan Laut

a) Kedatangan dan keberangkatan kapal

b) Muat dan bongkar domestik

c) Muat dan bongkar internasional

d) Muat dan bongkar peti kemas

4) Telekomunikasi

a) Kapasitas sambungan

b) Jumlah sambungan

c) Rasio sambungan terhadap penduduk

d) Jumlah wartel

5) Energi

a) Kapasitas terpasang pembangkit tenaga listik

b) Konsumsi listrik (KWH per kapita)

c) Jumlah desa yang ada sambungan listrik

d) Jumlah rumah tangga berlistrik

e) Konsumsi energi ekuivalen dengan batubara par kapita

6) Irigasi

a) Kapasitas irigasi

b) Sawah beririgasi teknis

c) Fungsi dan efektivitas penggunaan irigasi

Page 62: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

7) Lingkungan Hidup dan Perumahan

a) Persentase/pengeluaran per kapita tiap bulan untuk

perumahan, bahan bakar, penerangan dan air terhadap

keseluruhan pengeluaran.

b) Persentase banyaknya rumah tangga di suatu

daerah/wilayah/kecamatan di daerah perkotaan dan pedesaan

menurut jenis penerangan lampu.

c) Persentase rumah tangga menurut jenis tempat buang air

besar di daerah perkotaan dan pedesaan

d) Persentase banyaknya rumah tangga menurut luas lantai yang

didiami.

e) Rata-rata ruangan per rumah tangga, orang per rumah tangga,

orang per ruangan di daerah kota/pedesaan.

3. Indikator Gabungan

Indikator pembangunan gabungan, oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) pada tahun 1970 dinamakan sebagai indikator

perkembangan Sosial Politik Ekonomi. Ada 19 komponen yang

dikembangkan didalam indikator ini, yang antara lain meliputi (Kahlil

Rowter,1996:1-2 dalam Mulyanto: 2011):

a. Usia harapan hidup.

b. Persentase penduduk disuatu daerah dengan jumlah penduduk 20.000

orang atau lebih.

c. Konsumsi protein hewani per kapita per hari.

d. Persentase anak usia sekolah yang bersekolah primer dan sekunder.

Page 63: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

e. Persentase anak usia sekolah yang bersekolah jenjang pendidikan

kejuruan (vocational).

f. Jumlah rata-rata orang per meter ruang (rumah, sekolah, dan

sebagainya).

g. Konsumsi surat kabar per 1000 orang.

h. Persentase penduduk yang menikmati konsumsi listrik, gas dan air

bersih.

i. Hasil pertanian per pekerja pertanian pria.

j. Persentase pekerja pria dewasa yang bekerja di sektor pertanian.

k. Konsumsi listrik (kilo watt per kapita).

l. Konsumsi baja (kg per kapita).

m. Konsumsi energi (ekuivalen kg batu bara per kapita).

n. Persentase PDB/PDRB dari industri pengolahan.

o. Perdagangan luar negeri per kapita dalam harga konstan.

p. Persentase pekerja dengan upah terhadap seluruh pekerja.

Bentuk indikator lain yang sejenis dengan indikator di atas, telah

pula dikemukakan di tahun 1970-an oleh Irma Adelman dan Cynthia Taft

Morris (Rowter, 1996:2) yang menggunakan 40 indikator untuk

melakukan klasifikasi negara-negara sedang berkembang. Indikator-

indikator yang digunakan, antara lain mencakup aspek-aspek:

a. Urbanisasi

b. Mobilitas Sosial

c. Tingkat Melek Huruf

d. Tingkat Kelahiran Kasar

Page 64: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

e. Integritas Nasional

f. Kebebasan Politik dan Pers

g. Kekuatan Serikat Buruh

h. Produk Domestik Bruto

i. Besarnya Alokasi Investasi

Dua kritik besar/utama atas kedua pendekatan tersebut di atas,

adalah: (i) Indikator-indikator yang digunakan lebih menekankan

perubahan struktur ketimpangan kesejahteraannya, (ii) Negara-negara

berkembang seakan-akan harus berubah sesuai dengan pola yang terjadi

di negara maju, dan (iii) Penekanannya pada input (misalnya jumlah

dokter per 1.000 orang dan sebagainya, dan bukannya pada output, yakni

tingkat kesejahteraan masyarakat.

E. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu, antara lain: Achmad Nuzul Chohiri (2008) dalam penelitiannya

yang berjudul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi

Sektor Unggulan di Kabupaten Cilacap Pada Masa Sebelum dan Sesudah

Otonomi Daerah”. Metode analisis data mengggunakan analisis LQ, SS,

Tipologi Sektoral, Tipologi Klassen serta Uji Beda Dua Mean. Hasil

analisis menunjukkan ada tiga sektor yang merupakan sektor unggulan

pada masa sebelum otonomi daerah (sektor pertanian; sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan; sektor pertambangan dan penggalian) dan

ada lima sektor unggulan di masa sesudah otonomi daerah (sektor

Page 65: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

pertanian; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor

pertambangan dan penggalian, ditambah sektor listrik, gas, dan air bersih;

dan sektor pengangkutan dan komunikasi). Berdasarkan analisis SS

mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi

Kabupaten Cilacap sebelum otonomi daerah lebih cepat dan akibat

pengaruh bauran industri cenderung mengarah ke perekonomian yang

tumbuh relatif lambat serta memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan

Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan sesudah otonomi daerah laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cilacap lebih tinggi, akibat bauran

industri cenderung mengarah pada perekonomian yang akan tumbuh relatif

lambat pula serta memiliki daya saing rendah.

Panca Dian Safitri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Potensi Daerah Kabupaten Pati Pada Masa Sebelum dan Selama

Pelaksanaan Otonomi Daerah (Periode 1995-2006)” memiliki kesimpulan

bahwa menurut analisis LQ menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan

sektor basis pada kedua periode. Berdasarkan analisis MRP menunjukkan

bahwa tidak terjadi perubahan sektor potensial pada kedua periode ini.

Hasil analisis Overlay menunjukkan bahwa sektor unggulan pada peiode

sebelum otonomi daerah adalah sektor pertanian; pertambangan dan

penggalian; listrik, gas dan air bersih; dan keuangan, sewa dan jasa

perusahaan. Pada periode selama pelaksanaan otonomi daerah, sektor

unggulan Kabupaten Pati adalah sektor pertanian; listrik, gas dan air

bersih; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Dari pengujian

Page 66: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

beda dua mean didapat hasil bahwa perubahan koefisien spesialisasi antara

kedua era tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Putri Masita (2010) dalam penelitiannya yang berjudul: “Analisis

Penentuan Potensi Ekonomi Kabupaten Wonosobo Tahun 1996-2006”

memiliki kesimpulan yaitu berdasarkan analisis Tipologi Klassen

menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1996-2006 Kabupaten Wonosobo

mengalami perubahan pola struktur pertumbuhan. Pada tahun 1996, 1998,

dan tahun 2000 merupakan daerah dengan klasifikasi daerah berkembang

cepat. Sedangkan pada tahun 1997, 1999, 2001 sampai 2006 merupakan

daerah relatif tertinggal. Pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke

sektor sekunder. Sedangkan sektor basis yang mendukung perekonomian

Kabupaten Wonosobo selama kurun waktu 1996-2006 adalah sektor

pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri

pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; sektor

angkutan dan komunikasi; dan sektor bank, lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan.

Akbar Prima Rambang (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan

di Wilayah BAKORWIL II Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2009”.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: LQ; Gabungan

SLQ dan DLQ; SS; dan Tipologi Klassen. Hasil analisis SLQ sektor yang

merupakan sektor basis dalam perekonomian BAKORWIL II yaitu: sektor

pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air

bersih; sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor

Page 67: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa. Sedangkan

hasil analisis DLQ yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan

penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih;

sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan. Hasil analisis Gabungan SLQ dan DLQ sektor yang

merupakan sektor unggulan dalam perekonomian BAKORWIL II yaitu

sektor pertanian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan. Hasil analisis SS, komponen differential

shift wilayah BAKORWIL II tahun 2001-2009 semua sektor ekonomi

menunjukkan < 0 (negatif), maka pertumbuhan seluruh sektor ekonomi di

wilayah BAKORWIL II relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang

sama di Provinsi Jawa Tengah. Hasil analisis Tipologi Klassen, sektor

ekonomi yang merupakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat di

wilayah BAKORWIL II yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih.

Dessy Berta Simangunsong (2012) dalam penelitiannya yang

berjudul “Analisis Struktur Ekonomi, Sektor Basis, dan Sektor Potensial

Ekonomi Kota Yogyakarta Tahun 2006-2010” memiliki kesimpulan yaitu

berdasarkan analisis LQ menunjukkan bahwa sektor basis yaitu sektor

listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis SS menunjukkan bahwa

sektor kompetitif di kota Yogyakarta adalah sektor pengangkutan dan

komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Berdasarkan analisis MRP pertumbuhan yang menjadi sektor yang

Page 68: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

potensial adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hasil analisis SWOT

menunjukkan bahwa pemerintah kota Yogyakarta perlu melakukan

program pengembangan komunikasi, teknologi informasi serta perbaikan

sistem transportasi massal yang sudah tidak layak jalan.

F. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ini dimulai berdasarkan kondisi

perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010 yang

terlihat dari PDRB. PDRB merupakan salah satu ukuran tingkat

keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk

menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional.

Melalui data PDRB maka akan diteliti dan dianalisis pola

kontribusi sektoral dan laju pertumbuhan PDRB, sektor-sektor yang

menjadi sektor basis, sektor potensial yang akan dikembangkan sehingga

mempermudah pemerintah daerah dalam menyusun strategi kebijakan

sektoral. Dengan demikian, pemerintah daerah dapat menyusun kebijakan

pembangunan daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan ke arah yang lebih

baik dan berdampak pada peningkatan pertumbuhan daerah dan dapat

mencapai keberhasilan pembangunan daerah yang lebih baik.

Untuk melakukan identifikasi, maka diperlukan alat analisis yaitu

analisis deskriptif untuk mengetahui kontribusi dan laju pertumbuhan,

analisis LQ untuk mengetahui sektor basis ekonomi wilayah studi, untuk

mengetahui sektor unggulan digunakan alat analisis gabungan SLQ dan

Page 69: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

DLQ, untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi digunakan alat

analisis SS, dan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran

status sektor ekonomi daerah.

Berikut digambarkan kerangka pemikiran yang sistematis, yaitu:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Kondisi Perekonomian

Kota Administrasi Jakarta Selatan

PDRB

Perubahan

Struktur Ekonomi

Location Quotient Gabungan SLQ dan DLQ Shift Share Tipologi Klassen

Kebijakan dalam Pembangunan Ekonomi

Kota Administrasi Jakarta Selatan

Analisis

Kuantitatif

Kontribusi dan

Laju Pertumbuhan

1

Sektor Unggulan

Sektor Basis

Gambaran Status

Sektor Ekonomi

Analisis

Deskriptif

2 3 4 5

Page 70: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang struktur ekonomi di Kota

Administrasi Jakarta Selatan. Adapun kurun waktu penelitian adalah dari

tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, dengan menggunakan variabel

PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan dan PDRB Provinsi DKI Jakarta.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder tahun 2007-2010.

Data tersebut mencakup data mengenai kontribusi sektoral, laju

pertumbuhan ekonomi tiap tahun, data penduduk, dan PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Administrasi

Jakarta Selatan dan Provinsi DKI Jakarta. Data tersebut diperoleh dari

kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta. Dari data ini

akan dilihat kondisi perekonomian secara sektoral di Kota Administrasi

Jakarta Selatan dan kemudian dianalisis pula sektor-sektor yang perlu

dikembangkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

53

Page 71: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

C. Definisi Operasional Variabel

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi

sebagai unit produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu

tertentu (biasanya satu tahun).

Terdapat dua jenis PDRB, yaitu:

a. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi sebagai unit

produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu,

dinilai dengan harga tahun dasar.

b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi sebagai unit

produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu,

dinilai dengan harga yang berlaku saat ini.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah PDRB Atas Dasar

Harga Konstan.

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang. Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur

melalui indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. PDRB

dapat digunakan sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi

pembangunan daerah atau wilayah tersebut. Kenaikan PDRB yang

tinggi mencerminkan bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut

tinggi, sebaliknya jika kenaikan PDRB rendah atau bahkan negatif

Page 72: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

maka daerah tersebut mempunyai pertumbuhan yang rendah bahkan

merosot.

………………………….. (3.1)

Keterangan:

= laju pertumbuhan ekonomi

x = tahun tertentu

= tahun sebelumnya

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

3. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian menunjukkan perekonomian suatu daerah

berdasarkan perbandingan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi

daerah studi dengan daerah referensi. Dalam hal ini Kota Administrasi

Jakarta Selatan sebagai wilayah analisis, sedangkan Provinsi DKI

Jakarta sebagai wilayah referensi.

4. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi adalah susunan/komposisi atau penyebaran, distribusi

dari kegiatan ekonomi secara sektoral yaitu sektor primer, sektor

sekunder, dan sektor tersier.

5. Pergeseran Sektor Ekonomi

Pergeseran sektor ekonomi adalah perubahan kontribusi masing-masing

kelompok sektor (primer, sekunder, dan tersier) terhadap pembentukan

PDRB suatu daerah. Sektor primer mencakup sektor pertanian serta

sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder mencakup sektor

industri pengolahan; sektor bangunan; dan sektor listrik, gas, dan air

Page 73: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

minum. Sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel, dan

restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.

6. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk.

Pendapatan per kapita suatu tahun tertentu adalah pendapatan regional

pada tahun itu dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama.

7. Laju Pertumbuhan Sektor

Laju pertumbuhan sektor adalah laju kenaikan sumbangan sektor

ekonomi terhadap PDRB yang diukur dalam persen.

8. Sektor Basis

Sektor basis merupakan sektor ekonomi yang memiliki spesialisasi atau

dominasi di wilayah studi dibandingkan dengan wilayah referensi serta

memiliki keunggulan komparatif di dalam perekonomian wilayah studi.

Untuk mengetahui sektor basis dilakukan perhitungan dengan alat

analisis Location Quotient (LQ). Dengan kata lain, sektor basis

merupakan sektor ekonomi yang mampu memenuhi semua kebutuhan

di daerahnya sendiri dan mampu mengekspor ke daerah lain, serta

dominan jika dilihat dari kontribusinya.

9. Sektor Potensial

Sektor potensial merupakan sektor ekonomi yang tingkat

pertumbuhannya dominan tetapi dari sisi kontribusi terhadap PDRB

masih relatif kecil. Dengan kata lain, sektor potensial merupakan sektor

ekonomi yang mampu memenuhi semua kebutuhan di daerahnya

Page 74: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

sendiri dan mampu mengekspor ke daerah lain, serta sektor yang

pertumbuhannya (RPs) dan kontribusinya (LQ) dominan.

10. Sektor Unggulan

Sektor unggulan merupakan sektor ekonomi yang unggul baik dilihat

dari segi pertumbuhan maupun segi kontribusi terhadap PDRB. Untuk

mengetahui sektor unggulan dilakukan perhitungan dengan gabungan

alat analisis Shift Share (SS) dan Location Quotient (LQ).

11. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dalam kemampuan dari

suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu

analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

1. Analisis Deskriptif

Penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif

merupakan penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan

suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya

bersifat sekadar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil

penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang ditekankan pada

gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek

yang diselidiki.

Page 75: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Untuk mengetahui tingkat sumbangan atau kontribusi

sektoral dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral yaitu dengan

menggunakan teknik analisis:

a. Analisis Kontribusi Sektoral

Distribusi persentase sektoral dihitung berdasarkan

perbandingan persentase antara besarnya nilai-nilai tiap sektor

PDRB.

………………….. (3.2)

Keterangan:

= nilai PDRB sektor i

PDRB = total jumlah PDRB

b. Analisis Pertumbuhan

Laju pertumbuhan sektoral digunakan untuk menunjukkan

pertumbuhan masing-masing sektor dari tahun ke tahun dengan

memperbandingkan perubahan pendapatan suatu sektor dengan

pendapatan sektor tersebut sebelumnya.

……………...….. (3.3)

Keterangan:

= nilai PDRB sektor i

= nilai PDRB sektor i tahun sebelumnya

Page 76: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif yang digunakan adalah:

a. Analisis Location Quotient

Analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu

perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di

suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut

secara nasional. (Tarigan, 2005: 82).

LQ digunakan untuk melihat keunggulan sektoral dari

suatu wilayah dengan wilayah lainnya atau wilayah studi dengan

wilayah referensi. Alat analisis ini dipakai untuk mengetahui

sektor basis dan non basis di suatu wilayah. Analisis LQ

dilakukan dengan membandingkan distribusi prosentase masing-

masing sektor di masing-masing wilayah kabupaten atau kota

dengan provinsi. (Lincolin Arsyad: 1999).

Rumus yang dipakai untuk menghitung LQ adalah

sebagai berikut:

…………………………………………...……... (3.4)

Keterangan:

LQ = Location Quotient

= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah

analisis

= PDRB total di wilayah analisis

= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah

Page 77: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

referensi

= PDRB total di wilayah referensi

Kriteria pengukuran LQ adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan di

tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat provinsi memiliki

tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama.

2. Bila nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di

tingkat kota/kabupaten lebih berspesialisasi atau lebih

dominan dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam

perekonomian daerah di kota/kabupaten memiliki keunggulan

komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.

3. Bila nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di

tingkat kota/kabupaten kurang berspesialisasi atau kurang

dominan dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam

perekonomian daerah di kota/kabupaten dikategorikan

sebagai sektor non basis.

Metode LQ dibedakan menjadi dua, yaitu Static

Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).

a) Static Location Quotient

Analisis SLQ digunakan untuk menghitung

perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor

di suatu daerah kabupaten/kota terhadap sumbangan nilai

tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau

nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi

Page 78: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu membaginya

menjadi dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis.

Analisis SLQ dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan

merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis

suatu wilayah dengan menggunakan PDRB sebagai indikator

pertumbuhan wilayah (Warpani, 1984: 68 dalam Prima,

2011: 40).

SLQ dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

……………………………..…………. (3.5)

Keterangan:

= nilai produksi subsektor i pada wilayah analisis

= total PDRB wilayah analisis

= nilai produksi subsektor i pada daerah referensi

= total PDRB daerah referensi

Jika SLQ > 1 berarti sektor tersebut merupakan

sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan

sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor basis) atau

sektor tersebut cenderung akan mengekspor keluaran

produksinya ke wilayah lain atau mungkin mengekspor ke

luar negeri. Dan, jika SLQ < 1 berarti sektor tersebut bukan

merupakan sektor ungggulan dan kurang potensial (sektor

non basis) dan cenderung mengimpor dari wilayah lain atau

dari luar negeri.

Page 79: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

b) Dynamic Location Quotient

Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah

modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi faktor laju

pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dari waktu ke waktu.

DLQ dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(Tri Widodo, 2006:119)

………………………… (3.6)

Keterangan:

= laju pertumbuhan sektor i wilayah analisis

= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di wilayah

analisis

= laju pertumbuhan sektor i di wilayah referensi

= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di wilayah

referensi

= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di wilayah

analisis

= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di wilayah

referensi

Kriterianya, jika DLQ menunjukkan nilai lebih dari

satu (DLQ > 1) maka perkembangan sektor pada wilayah

analisis lebih lambat daripada di wilayah referensi. Hal ini

Page 80: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah non

basis.

b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan Dynamic

Location Quotient

Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria

dalam menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong

unggulan, prospektif, andalan, dan kurang produktif.

Tabel 3.1

Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1

SLQ > 1 Unggulan Prospektif

SLQ < 1 Andalan Tertinggal

Sumber: Tri Widodo, 2006: 120 dalam Akbar Prima: 2011, 43

c. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share (SS) digunakan untuk mengetahui

perubahan dan pergeseran dan peranan sektor perekonomian di

suatu daerah. Analisis ini merupakan teknik yang berguna dalam

menganalisa perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan

dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk

menentukan kinerja perekonomian daerah yang reatif lebih besar

serta menentukan sektor-sektor yang berkembang di suatu

daerah.

Melalui analisis SS ini maka pertumbuhan ekonomi dan

pergeseran struktural perekonomian wilayah analisis ditentukan

oleh tiga komponen yaitu:

Page 81: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Provincial Share (PS) digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian wilayah

analisis dengan melihat nilai PDRB wilayah analisis sebagai

daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh

pergeseran pertumbuhan perekonomian wilayah referensi.

Hasil perhitungan PS akan menggambarkan peranan wilayah

referensi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian

wilayah analisis. Jika pertumbuhan wilayah analisis sama

dengan pertumbuhan wilayah referensi maka peranannya

tetap.

2. Proportional Shift (P) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto

suatu sektor i pada wilayah analisis dibandingkan total sektor

di wilayah referensi.

3. Differential Shift (D) adalah perbedaan antara pertumbuhan

ekonomi wilayah analisis dan nilai tambah bruto sektor yang

sama di wilayah refensi.

Secara matematis, PS, P dan D dapat diformulasikan

sebagai berikut: (Glasson, 1990 dalam Prima, 2011: 24)

…………………….…………… (3.7)

a) Provincial Share (PS)

……………………....… (3.8 a)

b) Proportional Shift (P)

…………………...….. (3.8 b)

Page 82: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

c) Differential Shift (D)

………………………. (3.8 c)

Keterangan:

= Provincial Share wilayah analisis

= Proportional Shift wilayah analisis

= Differential Shift wilayah analisis

PDRB = total wilayah analisis

= Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

sebagai wilayah referensi yang lebih tinggi

jenjangnya

= Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai

wilayah analisis

= sektor dalam PDRB

= tahun 2010

= tahun awal (tahun 2007)

Jika > 0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi

pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat.

Sebaliknya jika < 0, maka wilayah analisis akan

berspesialisasi pada sektor yang ditingkat provinsi lebih

lambat. Jika > 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah

analisis lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di

provinsi dan bila < 0, maka pertumbuhan sektor i di

Page 83: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

wilayah analisis relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor

yang sama di provinsi.

Pergeseran proporsional (Proporsional Shift)

digunakan untuk mengukur perubahan relatif daya tumbuh

perekonomian wilayah analisis dengan perekonomian provinsi.

Sedangkan pergeseran diferensial (Differential Shift) digunakan

untuk menentukan sejauh mana daya saing sektor lokal dengan

perekonomian di tingkat provinsi. (Indah Purnama Sari, 2009)

e. Analisis Tipologi Klassen

Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk

mengetahui gambaran status perekonomian daerah. Tipologi

Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua

indikator yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan

per kapita daerah.

Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi wilayah

Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010, digunakan

rumus:

%

……………………………………………………………... (3.9)

Keterangan:

= PDRB tahun t

= PDRB tahun t-1

Pada penelitian ini, analisis Tipologi Klassen

menggunakan pendekatan sektoral, dimana setiap sektor

Page 84: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditentukan, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Status Perekonomian Per Sektor Analisis Tipologi Klassen

Kuadran I

Sektor yang maju dan tumbuh

dengan pesat (developed

sector)

si > s dan ski > sk

Kuadran II

Sektor maju tapi tertekan

(stagnant sector)

si < s dan ski > sk

Kuadran III

Sektor potensial atau masih

dapat berkembang (developing

sector)

si > s dan ski < sk

Kuadran IV

Sektor relatif tertinggal

(underdeveloped sector)

si < s dan ski < sk

Sumber: Sjafrizal, 2008 dalam Rachman Kurniaji, 2012

Keterangan:

si = laju pertumbuhan sektor tertentu di wilayah

(kabupaten/kota)

s = laju pertumbuhan sektor tertentu pada Provinsi

ski = kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB di

wilayah (kabupaten/kota)

sk = kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB Provinsi

Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat

klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai

berikut (Sjafrizal, 2008: 180 dalam Rachman Kurniaji 2012):

1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed

sector) (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang

laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang

lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut

dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan

Page 85: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang

lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap

PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini

dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.

2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB

daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai

kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar

dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB

daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini

dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.

3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing

sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang

laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang

lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut

dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi

memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang

lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap

PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini

dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.

4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran

IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

Page 86: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB

daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki

nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil

dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB

daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini

dilambangkan dengan si < s dan ski < sk.

Page 87: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

1. Kondisi Geografis

a) Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah

Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang

Selatan dan Bujur Timur. Berdasarkan SK Gubernur

Nomor 171 Tahun 2007, luas wilayah Provinsi DKI Jakarta terdiri

dari daratan seluas termasuk 110 pulau yang tersebar

di Kepulauan Seribu dan berupa lautan seluas .

Ketinggian rata-rata Provinsi DKI Jakarta ±7 m di atas

permukaan air laut, sedangkan sebagian wilayah khususnya di

sekitar pantai Laut Jawa terdapat beberapa tempat yang berada di

bawah permukaan air laut pasang sehingga rawan genangan.

Secara geografis di sebelah Utara Jakarta berbatasan dengan Laut

Jawa. Sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa

Barat. Di bagian Utara membentang pantai dari Barat sampai ke

Timur sepanjang ±35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13

sungai, 2 kanal, dan 2 flood way.

70

Page 88: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta_Jakarta.gif

Wilayah Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima (5)

wilayah kota Administrasi dan satu (1) kabupaten Administrasi,

yakni Kota Jakarta Selatan dengan luas daratan

(Gambar 4.1 warna hijau), Jakarta Timur dengan luas daratan

(Gambar 4.1 warna kuning), Jakarta Pusat dengan

luas daratan (Gambar 4.1 warna merah muda), Jakarta

Barat dengan luas daratan (Gambar 4.1 warna

orange), dan Jakarta Utara dengan luas daratan

(Gambar 4.1 warna ungu), serta Kabupaten Administrasi dengan

luas daratan (Gambar 4.1 warna biru). Pembagian

Daerah

Analisis

Page 89: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terlihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.1

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta

No. Kota/Kabupaten

Administrasi

Jumlah

Kecamatan Kelurahan RW RT

1. Jakarta Pusat 8 44 394 4652

2. Jakarta Utara 6 31 431 5072

3. Jakarta Timur 10 65 699 7843

4. Jakarta Selatan 10 65 576 6312

5. Jakarta Barat 8 58 580 6409

6. Kepulauan Seribu 2 4 24 125

Jumlah 44 267 2.704 30368

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Provinsi

DKI Jakarta, 2010

b) Iklim

Kota Jakarta dan pada umumnya seluruh daerah di

Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau. Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan

suhu udara rata-rata di sepanjang tahun 2010 berkisar

. Temperatur terendah terjadi terjadi pada bulan

Januari sedangkan tertinggi pada bulan September, dengan tingkat

kelembaban udara rata-rata mencapai 68,0-71,0% dan kecepatan

angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik. Curah hujan tertinggi sebesar

547,9 mm yang terjadi pada bulan Januari.

Page 90: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

2. Arti dan Lambang Provinsi DKI Jakarta

Lambang Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Lambang Provinsi DKI Jakarta

Sumber: http://logoidme.blogspot.com/2012/06/logo-lambang-dki-jakarta.html

Keterangan:

a. Lukisan perisai segi lima yang didalamnya melukiskan

gerbang terbuka.

b. Didalam gerbang terbuka itu terdapat “Tugu Nasional” yang

dilingkari oleh untaian (krans) padi dan kapas. Sebuah tali

melingkar pangkal tangkai-tangkai padi dan kapas.

c. Pada bagian atas pintu gerbang tertulis sloka “Jaya Raya”,

sedang di bagian bawah perisai terdapat lukisan ombak-ombak

laut.

d. Pinggiran perisai digaris tebal dengan warna emas.

e. Gerbang terbuka bagian atas berwarna putih, sedang huruf-huruf

sloka “Jaya Raya” yang tertulis diatasnya berwarna merah.

f. “Tugu Nasional” berwarna putih.

Page 91: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

g. Untaian (krans) padi berwarna kuning dan untaian (krans) kapas

berwarna hijau serta putih.

h. Ombak-ombak laut berwarna dan dinyatakan dengan garis-garis

putih, kesemuanya ini dilukiskan atas dasar ysng berwarna biru.

Lambang Provinsi DKI Jakarta melukiskan pengertian-

pengertian sebagai berikut:

1) Jakarta sebagai kota revolusi dan kota proklamasi kemerdekaan

Indonesia.

2) Jakarta sebagai lbukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengertian kota dilambangkan dengan gerbang (terbuka).

Kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai kota revolusi dan

kota proklamasi dilambangkan dengan “Tugu Nasional” yang

melambangkan kemegahan dan daya juang dan cipta Bangsa dan

rakyat Indonesia yang tak kunjung padam.

“Tugu Nasional” ini dilingkari oleh untaian padi dan kapas,

dimana pada permulaan tangkai-tangkainya melingkar sebuah tali

berwarna emas, yakni lambang cita-cita daripada perjuangan

Bangsa Indonesia yang bertujuan suatu masyarakat adil dan

makmur dalam persatuan yang kokoh erat.

Dibagian bawah terlukis ombak-ombak laut yang

melambangkan suatu ciri khusus dari kota dan negeri kepulauan

Indonesia.

Page 92: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Keseluruhan ini dilukiskan atas dasar warna biru, warna

angkasa luar yang membayangkan cinta kebebasan dan cinta damai

bangsa Indonesia.

Dan keseluruhan ini pula berada dalam gerbang dan pada

pintu gerbang itu terteralah dengan kemegahan yang sederhana

sloka “Jaya Raya” satu sloka yang menggelorakan semangat segala

kegiatan-kegiatan Jakarta Raya sebagai lbukota dan kota

perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dan keseluruhan ini pula berada dalam kesatuan yang

seimbang pada bentuk perisai segi lima yang bergaris tebal emas,

sebagai pernyataan permuliaan terhadap dasar falsafah negara

“Pancasila”.

Tentang arti bentuk lukisan serta warna masing-masing

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pintu gerbang : lambang kota, lambang kekhususan Jakarta

sebagai pintu keluar masuk kegiatan-kegiatan nasional dan

hubungan intenasional.

b) Tugu Nasional : lambang kemegahan, daya juang dan cipta.

c) Padi/kapas : lambang kemakmuran.

d) Tali emas : lambang pemersatuan dan kesatuan.

e) Ombak laut : lambang kota, negeri kepulauan.

f) Sloka “Jaya Raya”: Slogan perjuangan Jakarta

g) Perisai segi lima : Pancasila

Page 93: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

h) Warna : mas pada pinggir perisai (Kemuliaan

Pancasila), merah sloka (Kepahlawanan), putih pintu gerbang

(Kesucian), putih tugu nasional (Kemegahan kreasi mulya),

kuning padi/hijau putih kapas (Kemakmuran dan keadilan),

biru (Angkasa bebas dan luas), ombak putih (Alam laut yang

kasih).

3. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kota Jakarta pada tahun 2010 (hasil Sensus

Penduduk 2010) sebanyak 9.588,2 ribu jiwa, terdiri dari laki-laki

4.859,27 ribu orang dan perempuan 4.728,93 jiwa. Jumlah tersebut

melampaui angka proyeksi penduduk DKI Jakarta yang diperkirakan

sebesar 9.295 ribu jiwa. Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta

tahun 2000/2010 sekitar 1,40 persen. Angka ini meningkat sepuluh kali

lipat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk 1990/2000 yang hanya

0,14 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh

banyaknya migran masuk dari daerah lain, sedangkan penduduk yang

keluar DKI Jakarta relatif lebih sedikit. Selain itu jumlah kelahiran

lebih besar daripada jumlah kematian. Jumlah kelahiran pada tahun

2010 diperkirakan sekitar 144 ribu jiwa sedangkan kematian sekitar

32,5 ribu jiwa.

Page 94: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Uraian Satuan SP 2000 SP 2010

Jumlah penduduk Jiwa 8.347,08 9.588,20

Laki-laki Jiwa 4.223,12 4.859,27

Perempuan Jiwa 4.123,96 4.728,93

Pertumbuhan penduduk Persen 0,14 1,40

Kepadatan penduduk

12.603 14.476

Sex ratio Persen 102,00 103,00

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta 2011

Hasil sementara Sensus Penduduk menurut Kabupaten/Kota

menunjukkan sebaran penduduk terbesar ada di Jakarta Timur, yaitu

sebesar 2.687,027 jiwa, terbesar kedua Jakarta Barat sebanyak

2.278,825 jiwa, diikuti Jakarta Selatan sebesar 2.057,080 jiwa,

berikutnya Jakarta Utara sebesar 1.645,312 jiwa, lalu Jakarta Pusat

sebanyak 898,883 jiwa dan terakhir Kepualaun Seribu ada 21.071 jiwa.

Menurut tingkat pendidikan (khususnya bagi penduduk yang

berusia 10 tahun ke atas) tercatat sebanyak 2.808,1 ribu jiwa atau 35

persen dari penduduk yang berusia 10 tahun ke atas berhasil

menyelesaikan pendidikan dari tingkat Sekolah Menengah Tingkat

Atas (SMTA). Penduduk yang menyelesaikan pendidikan tinggi

mencapai 1.033,4 ribu orang yang terdiri atas 358,5 orang (4 persen)

pada level DI hingga DIII, dan sebanyak 674,9 ribu orang atau sebesar

8 persen berpendidikan sarjana.

Page 95: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel 4.3

Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Jakarta

Tahun 2010 (10 Tahun ke Atas)

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Tidak/belum pernah sekolah 423,5 532,57 955,82

2. SD 720,05 898,71 1.618,76

3. SMTP 780,30 788,31 1.568,61

4. SMTA 1.555,85 1.252,24 2.808,09

5. Diploma I-III 171,61 186,85 358,46

6. Universitas 383,03 291,88 674,91

Jumlah 4.034,09 3.950,56 7.984,65

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta 2011

B. Gambaran Umum Kota Administrasi Jakarta Selatan

1. Kondisi Geografis

a) Letak Geografis

Secara astronomis, Kota Administrasi Jakarta Selatan

terletak antara Lintang Selatan dan

Bujur Timur. Luas wilayah Kota Administrasi

Jakarta Selatan, berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 Tahun 2007

adalah . Berdasarkan posisi geografisnya, Kota

Administrasi Jakarta Selatan berbatasan langsung dengan Kota

Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Kota Tangerang,

Tangerang Selatan, dan Kota Depok. Adapun batas wilayah Kota

Administrasi Jakarta Selatan yaitu:

Sebelah Utara : Banjir Kanal, Jalan Sudirman, Kecamatan

Tanah Abang (Kota Administrasi Jakarta

Pusat), Jalan Kebayoran Lama, dan Kebon

Jeruk (Kota Administrasi Jakarta Barat)

Page 96: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kota Administrasi Jakarta

Timur)

Sebelah Selatan : Kecamatan Ciputat dan Ciledug Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten

Sebelah Barat : Kotamadya Depok, Provinsi Jawa Barat

Gambar 4.3 Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

b) Topografi

Jakarta Selatan merupakan dataran rendah dengan

ketinggian rata-rata 26,2 m diatas permukaan laut dengan rata-rata

hujan 11,7 mm per hari. Kota Administrasi Jakarta Selatan

termasuk wilayah rawan banjir. Dalam siklus lima tahunan, Jakarta

memiliki potensi banjir cukup tinggi, terbukti pada tahun 2002 dan

2007 terjadi banjir besar dan kerugian besar pula.

Page 97: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Jakarta merupakan kota yang terbentuk secara alami,

sehingga penataan kota tidak dapat dilakukan secara optimal

khususnya dalam sistem tata air/drainase dan jalan.

c) Keadaan Iklim

Kota Administrasi Jakarta Selatan dan pada umumnya

seluruh daerah di Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim

hujan dan musim kemarau. Secara umum, curah hujan tertinggi

selama tahun 2010 terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebanyak 518

mm dan terendah terjadi pada bulan Maret, yaitu sebanyak 320

mm. Rata-rata hari hujan per bulan adalah 20 hari.

Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan September

sebesar 85 persen dan terendah terjadi pada bulan April sebesar 78

persen. Tekanan udara tertinggi rata-rata sebesar 1.009,6 mb dan

temperatur udara rata-rata Celcius.

2. Arti dan Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan

Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan berbentuk perisai

lima. Di lima perisai terlukis pintu gerbang dengan dasar biru

ditengah-tengah berdiri Monumen Nasional warna putih yang

dilingkari padi dan kapas yang dibawahnya terlukis ombak laut

lambang kota Pelabuhan dan Negara Kepulauan. Di atas pintu gerbang

terkis sloka JAYA RAYA atau sloka selora semangat segala kegiatan

Jakarta sebagai Ibukota dan kota perjuangan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Page 98: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan berbentuk perisai

lima didalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah Rambutan Rapiah

(Flora) serta burung Gelatik (Fauna) yang mengandung arti alam

lingkungan yang hijau dan teduh yang melambangkan persatuan,

kekuatan dan ketenangan serta kebersamaan.

Gambar 4.4 Lambang Kota Administrasi Jakarta Selatan

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Seal_of_South_Jakarta.png

3. Pemerintah Daerah

Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok pokok

Pemerintahan di Daerah, ditetapkan Jakarta sebagai Ibukota Negara RI

yang merupakan salah satu dari 26 Daerah Otonomi Tingkat I

(Provinsi) di Indonesia dengan struktur wilayah administrasi. Setiap

wilayah administrasi dipimpin oleh seorang Walikota/Bupati. Pejabat

Walikota terdahulu yang pernah memegang tampuk pemerintahan di

Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

Page 99: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tabel 4.4

Daftar Pejabat Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan

Tahun 1966-2011

No. Nama Periode

1. M. Kahfi (1966-1968)

2. H.M.I. Rasma (1968-1972)

3. Sarimin (1972-1974)

4. K.H. Baka Perdana Koemah (1974-1980)

5. Drs. Oetomo (1980-1984)

6. H. Mochtar Zakaria (1984-1989)

7. Drs. H. Harun Al Rasyid (1989-1993)

8. Drs. H.Pardjoko (1993-1998)

9. Drs. H. Abdul Mufti (1998-2001)

10. Drs. H. A. Dadang Kafrawi (2001-2006)

11. H. Syarul Effendi, SH., MM. (2006-2011)

12. H.M. Anas Efendi, SH., MM. (2011-sekarang)

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

4. Pembagian Wilayah Administratif

Dalam struktur wilayah administrasi, Kota Administrasi Jakarta

Selatan terdiri dari 10 Kecamatan, 65 Kelurahan, 575 Rukun Warga

(RW), 6.127 Rukun Tetangga (RT), dan 472.549 Kepala Keluarga

(KK).

Tabel 4.5

Luas Wilayah Menurut Kecamatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2010

Kecamatan Luas Persentase

Jagakarsa 24,87 17,59

Pasar Minggu 21,69 15,35

Cilandak 18,16 12,85

Pesanggrahan 12,76 9,02

Kebayoran Lama 16,72 11,83

Kebayoran Baru 12,93 9,14

Mampang Prapatan 7,73 5,47

Pancoran 8,63 6,10

Tebet 9,03 6,39

Setia Budi 8,85 6,26

Jumlah 141,37 100

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Page 100: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah

Kecamatan Jagakarsa dengan luas , 6 kelurahan, 54

RW, 542 RT, dan 54.780 KK.

Tabel 4.6

Jumlah Kelurahan, RW, RT, dan KK

Menurut Kecamatan, 2010

Kecamatan Kelurahan RW RT KK

Jagakarsa 6 54 542 54.780

Pasar Minggu 7 65 725 58.268

Cilandak 5 45 468 41.872

Pesanggrahan 5 51 527 45.453

Kebayoran Lama 6 76 858 70.957

Kebayoran Baru 10 73 659 42.237

Mampang Prapatan 5 38 411 39.446

Pancoran 6 43 481 29.703

Tebet 7 80 942 63.990

Setia Budi 8 50 514 25.843

Jakarta Selatan 65 575 6127 472.549

2009 65 576 6124 425.897

2008 65 577 6121 453.694

2007 65 575 6120 399.073

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Dari Tabel 4.6, terlihat Kecamatan Kebayoran Baru

memiliki kelurahan paling banyak yaitu 10. Untuk RW dan RT

dengan jumlah terbanyak ditempati oleh Kecamatan Tebet dengan

jumlah 80 dan 942. Sedangkan untuk KK yang terbanyak ditempati

oleh Kecamatan Kebayoran Lama dengan jumlah 70.957.

5. Kependudukan dan Tenaga Kerja

a) Kependudukan

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, penduduk Kota

Administrasi Jakarta Selatan berjumlah 2.062.232 jiwa. Komposisi

penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 1.1043.675 laki-laki

dan 1.018.557 perempuan. Secara keseluruhan jumlah penduduk

Page 101: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan

seperti tampak dari rasio jenis kelamin penduduk yang lebih kecil

dari 100, dimana pada tahun 2010 sebesar 102.47.

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara

banyaknya jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk

perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya

dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100

penduduk perempuan. Kepadatan penduduk Kota Administrasi

Jakarta Selatan yaitu 14.587 jiwa per

Tabel 4.7

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Sex Rasio

Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Kecamatan, 2010

No. Kecamatan Luas Penduduk Hasil SP 2010

Kepadatan Sex

Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Jagakarsa 24,87 158.343 151.877 310.220 12.474 104,26

2. Pasar Minggu 21,69 146.688 141.043 287.731 13.266 104,00

3. Cilandak 18,16 94.343 95.063 189.406 10.430 99,24

4. Pesanggrahan 12,76 107.962 103.799 211.761 16.596 104,01

5. Kebayoran Lama 16,72 148.291 145.355 293.646 17.563 102,02

6. Kebayoran Baru 12,93 70.564 71.150 141.714 10.960 99,18

7. Mampang Prapatan 7,73 72.954 68.905 141.859 18.352 105,88

8. Pancoran 8,63 74.777 73.195 147.972 17.146 102,16

9. Tebet 9,03 103.934 105.107 209.041 23.150 98,88

10. Setia Budi 8,85 65.819 63.063 128.882 14.563 104,37

Jumlah 141,37 1.043.675 1.018.557 2.062.232 14.587 102,47

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Tabel 4.7 menunjukkan Kota Administrasi Jakarta

Selatan pada tahun 2010 mempunyai jumlah penduduk 2.062.232

jiwa dan luas wilayah 141,37 Dari 10 kecamatan yang ada di

Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kecamatan Tebet merupakan

kecamatan dengan kepadatan penduduk yang paling besar yaitu

23.150 jiwa/km, dengan luas wilayah yang dimiliki 9.03 dan

Page 102: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

jumlah penduduk sebesar 209.041 jiwa. Kecamatan yang paling

rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Cilandak

sebesar 10.430 jiwa/km, dengan luas wilayah yang dimiliki 18.16

Dapat disimpulkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di tiap

kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan belum merata. Hal

ini dibuktikan dengan wilayah kecamatan yang luas tetapi justru

hanya memiliki jumlah penduduk yang sedikit, dan sebaliknya

wilayah yang sempit justru mempunyai penduduk dengan jumlah

yang besar. Seperti yang terlihat pada Kecamatan Tebet dan

Kecamatan Cilandak.

b) Tenaga Kerja

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional

Februari 2006-2010, pada tahun 2006 penduduk yang

pengangguran sebesar 7,52 persen, mengalami penurunan menjadi

6,38 persen pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008-2009

tingkat pengangguran mengalami kenaikan menjadi 8,56 persen.

Dan pada tahun 2010 kembali mengalami penurunan menjadi 6,78

persen.

Page 103: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 4.8

Jumlah PNS Menurut Golongan di Lingkungan Pemerintah

Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2010

No. Unit Golongan

Jumlah I II III IV

1. Sekretariat Kota

Administrasi

32 144 15 191

2. Badan/Kantor (Pemda) 27 224 37 288

3. Badan/Kantor (Diluar

Pemda)

0

4. Sudin-Sudin 15 930 1.415 137 2.497

5. Kecamatan 25 364 724 16 1.129

6. Pusbinroh, Bazis, dan Korpri 0

7. Gelanggang Remaja 4 2 6

8. Puskesmas Kecamatan 566 113 679

9. Pengawas/TU SD, SLTP,

SLTA

31 304 1.229 66 1.630

10. Guru SD, SLTP, dan SLTA 72 1.472 7.422 8.966

11. Korpri 4 4

12. Bazis 6 6

13. Sekretariat KPU 1 4 2 7

Jumlah 71 1.730 5.792 7.810 15.403

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) menurut golongan di

lingkungan pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan pada

tahun 2010 tercatat 15.403 orang. Dengan rincian golongan I 71

orang, golongan II 1.730 orang, golongan III 5.792 orang, dan

golongan IV 7.810 orang.

6. Sosial

a) Pendidikan

Berdasarkan data dari Sub Dinas Pendidikan Nasional Kota

Administrasi Jakarta Selatan tahun 2010, jumlah SD Negeri

sebanyak 526 buah. Jumlah SD Negeri terbanyak dimiliki oleh

Kecamatan Kebayoran Lama yaitu 82 buah. Sedangkan yang

Page 104: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

terendah dimiliki oleh Kecamatan Setia Budi yaitu 35 buah. SMP

Negeri berjumlah 66 buah. SMP Swasta 135 buah.

Tabel 4.9

Jumlah Sekolah Dasar Negeri Menurut Kecamatan, 2010

No. Kecamatan SD Negeri

Jumlah Pagi Siang

1. Jagakarsa 47 15 62

2. Pasar Minggu 50 14 64

3. Cilandak 43 6 49

4. Pesanggrahan 31 18 49

5. Kebayoran Lama 57 25 82

6. Kebayoran Baru 37 6 43

7. Mampang Prapatan 26 10 36

8. Pancoran 37 7 44

9. Tebet 46 16 62

10. Setia Budi 29 6 35

Jumlah 403 123 526

2009 415 112 527

2008 418 109 527

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Jumlah murid SD Negeri/Swasta sebanyak 188.433 siswa

dengan perbandingan SD Negeri 150.997 siswa, dan SD Swasta

37.436 siswa. Jumlah murid SMP Negeri sebanyak 65.649 siswa

dengan perbandingan laki-laki 40.430 siswa dan perempuan 25.219

siswa. Jumlah murid SMP Swasta sebanyak 32.057 siswa, dengan

perbandingan 17.036 laki-laki dan 15.021 perempuan. Jumlah

murid SMU Negeri sebanyak 23.531 siswa. SMU Swasta sebanyak

14.347 siswa. SMK Negeri sebanyak 10.537 siswa. SMK Swasta

sebanyak 36.100 siswa.

b) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Berdasarkan data Sub Dinas Sosial Kota Administrasi

Jakarta Selatan tahun 2010, jumlah anak terlantar yang diasuh

Page 105: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

dalam Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) sebanyak 1.627 anak,

jumlah penyandang cacat 128 orang.

Tabel 4.10

Jumlah Anak Terlantar yang di Asuh dalam

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Menurut Kecamatan, 2010

No. Kecamatan PSAA Anak Asuh

1. Jagakarsa 9 515

2. Pasar Minggu 4 135

3. Cilandak 2 90

4. Pesanggrahan 5 150

5. Kebayoran Lama 3 175

6. Kebayoran Baru 1 72

7. Mampang Prapatan 0 0

8. Pancoran 9 450

9. Tebet 1 40

10. Setia Budi 0 0

Jumlah 34 1.627

2009 38 1.852

2008 39 1.875

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Provinsi Jawa Tengah merupakan Provinsi tertinggi dalam

hal pemulangan orang terlantar yaitu sebesar 40 jiwa. Dan yang

terendah ditempati Provinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar 6 jiwa.

Tabel 4.11

Pemulangan Orang Terlantar Menurut Provinsi, 2010

No. Bulan Jawa

Barat Banten

Jawa

Tengah

DI

Yogyakarta

Jawa

Timur

Luar

Jawa

1. Januari 5 3 9 5

2. Februari 5 2 6 3

3. Maret 4 6 6

4. April 4 1 4 4 4

5. Mei 3 3 8 2

6. Juni 5 2 3 1 1

7. Juli 2 1 7 1

8. Agustus 1 5 3

9. September 4 4 1 2

10. Oktober 3 2 2

11. November 1 3 2 1 4

12. Desember 3 3 1 3

Jumlah 40 12 54 6 29

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Page 106: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

c) Kesehatan

Berdasarkan data dari Sudin Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan, pada tahun 2010 terdapat 58 Rumah Sakit terdiri

dari 5 Rumah Sakit Pemerintah dan 53 Rumah Sakit Swasta.

Sedangkan untuk tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis

sebanyak 978 orang, perawat dan bidan 1.734 orang, farmasi 148

orang, dan ahli gizi 1 orang.

7. Pertanian

a) Tanaman Pangan

Data dari Sudin Pertanian dan Kehutanan Kota

Administrasi selama tahun 2009 diperoleh produksi palawija yang

terdiri dari jagung sebanyak 35 ton, ubi kayu 23 ton, dan kacang

tanah 20 ton, kacang panjang 17 ton. Sedangkan untuk sayur-

sayuran terdiri dari kangkung 215 ton, dan bayam 200 ton.

b) Perikanan

Selama tahun 2010, produksi perikanan darat mencapai

64.959 kg meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 59.052 kg.

c) Peternakan

Populasi ternak menurut jenisnya yang ada di Kota

Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2010 adalah sapi perah

1.829 ekor, kambing 1.354 ekor, domba 136 ekor, dan kerbau 12

ekor.

Page 107: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

8. Industri dan Listrik

a) Industri

Produktivitas perusahaan industri besar sedang pada tahun

2010 mencapai Rp125,026 juta dengan tingkat efisiensi 54,71

persen, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 4.912 jiwa.

b) Listrik

Jumlah pelanggan listrik mengalami peningkatan yaitu pada

bulan November sebanyak 104.633 pelanggan menjadi 104.767

pelanggan pada bulan Desember.

9. Pendapatan Regional

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah

satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi

pembangunan ekonomi regional. Pada tahun 2007 PDRB Kota

Administrasi Jakarta Selatan Atas Dasar Harga Berlaku sebesar

Rp128.740.860, sedangkan Atas Dasar Harga Konstan sebesar

Rp74.377.052.

Page 108: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 4.12

PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

Atas Dasar Harga Berlaku 2007-2010

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 4.12 PDRB Kota Administrasi Jakarta

Selatan Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2007-2010 mengalami

peningkatan sebanyak Rp61.244.190 dan sektor yang mengalami

peningkatan laju pertumbuhan adalah sektor keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan dan disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan

restoran.

Tabel 4.13

PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

Atas Dasar Harga Konstan 2007-2010

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 59.634 59.835 59.766 59.614

2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0

3. Industri Pengolahan 1.337.597 1.416.373 1.486.441 1.528.293

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 212.030 228.119 241.601 256.644

5. Bangunan 11.188.386 12.095.764 12.902.777 13.816.485

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 15.573.965 16.490.401 17.321.682 18.470.182

7. Pengangkutan dan Komunikasi 5.709.983 6.813.116 7.960.911 9.255.478

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 31.465.310 32.518.558 33.349.826 34.793.028

9. Jasa-jasa 8.830.147 9.375.296 9.895.181 10.507.457

PDRB 74.377.052 78.997.463 83.218.185 88.687.181

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 107.160 125.343 134.350 143.984

2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0

3. Industri Pengolahan 2.864.902 3.554.419 3.869.021 4.409.280

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 671.563 795.930 856.149 936.824

5. Bangunan 19.788.184 24.388.937 27.194.665 31.008.579

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 24.267.704 28.741.012 32.528.577 36.828.655

7. Pengangkutan dan Komunikasi 10.316.004 12.486.180 14.603.211 17.474.208

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 52.228.987 60.016.529 65.383.676 71.411.180

9. Jasa-jasa 18.496.357 22.042.516 24.756.448 27.772.340

PDRB 128.740.860 152.150.866 169.326.097 189.985.050

Page 109: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Berdasarkan Tabel 4.13 PDRB Kota Administrasi Jakarta

Selatan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2007-2010, kontribusi

sektoral yang paling tinggi adalah dari sektor keuangan, persewaan,

dan jasa perusahaan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan

sektor bangunan.

C. Hasil Analisis Data dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

a. Analisis Kontribusi Sektoral

Analisis ini digunakan untuk melihat perubahan struktur

ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Salah satu indikator

terjadinya perubahan struktur ekonomi adalah terjadinya

pergeseran kontribusi sektoral di dalam PDRB yang ditandai

dengan menurunnya kontribusi salah satu sektor atau beberapa

sektor ekonomi, atau sebaliknya terjadi peningkatan kontribusi.

Tabel 4.14

Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-

rata

1. Pertanian 0.08 0.08 0.07 0.07 0.07

2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0.00

3. Industri Pengolahan 1.80 1.79 1.79 1.72 1.78

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29

5. Bangunan 15.04 15.31 15.50 15.58 15.36

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 20.94 20.87 20.81 20.83 20.86

7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.68 8.62 9.57 10.44 9.08

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 42.31 41.16 40.08 39.23 40.69

9. Jasa-jasa 11.87 11.87 11.89 11.85 11.87

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Page 110: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Pada Tabel 4.14 diatas menunjukkan kontribusi dari

sembilan sektor ekonomi terhadap PDRB terbesar di Kota

Administrasi Jakarta Selatan dalam kurun waktu 2007-2010 adalah

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 40,69

persen, yang memberikan kontribusi kedua terbesar adalah sektor

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,86 persen, lalu sektor

bangunan sebesar 15,36 persen, sektor jasa-jasa 11,87 persen,

sektor pengangkutan dan komunikasi 9,08 persen. Sektor yang

menyumbang kontribusi kecil antara lain sektor industri

pengolahan 1,78 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih 0,29

persen, dan sektor pertanian 0,07 persen.

Tabel 4.15

Kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa

kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan menurut

lapangan usaha berdasarkan harga berlaku tahun 2007-2010

didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-

rata

1. Pertanian 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08

2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0.00

3. Industri Pengolahan 2.23 2.34 2.28 2.32 2.29

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.52 0.52 0.51 0.49 0.51

5. Bangunan 15.37 16.03 16.06 16.32 15.95

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 18.85 18.89 19.21 19.39 19.08

7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.01 8.21 8.62 9.20 8.51

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 40.57 39.45 38.61 37.59 39.05

9. Jasa-jasa 14.37 14.49 14.62 14.62 14.52

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Page 111: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

sebesar 39,05 persen, kemudian sektor perdagangan, hotel, dan

restoran 19,08 persen, dan bangunan 15,95 persen. Sektor yang

memberikan kontribusi kecil adalah sektor listrik, gas, dan air

bersih 0,51 persen dan sektor pertanian 0,08 persen.

b. Analisis Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan sektoral digunakan untuk menunjukkan

pertumbuhan masing-masing sektor dari tahun ke tahun dengan

memperbandingkan perubahan pendapatan suatu sektor dengan

pendapatan sektor pada sebelumnya.

Tabel 4.16

Laju Pertumbuhan PDRB

Kota Administrasi Jakarta Selatan Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

1. Pertanian -1.08 0.34 -0.12 -0.25 -0.28

2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0.00

3. Industri Pengolahan 6.93 5.89 4.95 2.82 5.15

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.99 7.59 5.91 6.23 7.18

5. Bangunan 7.26 8.11 6.67 7.08 7.28

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.21 5.88 5.04 6.63 6.19

7. Pengangkutan dan Komunikasi 19.55 19.32 16.85 16.26 18.00

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.68 3.35 2.56 4.33 3.48

9. Jasa-jasa 6.28 6.17 5.55 6.19 6.05

PDRB 58.82 56.65 47.41 49.29 53.04

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah

Selama periode tahun 2007-2010 sektor yang rata-rata

pertumbuhannya negatif adalah sektor pertanian sebesar -0,28

persen, sedangkan yang rata-rata pertumbuhannya positif adalah

sektor industri pengolahan sebesar 5,15 persen, lalu sektor listrik,

gas, dan air bersih sebesar 7,18 persen, sektor bangunan sebesar

7,28 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 6,19

Page 112: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,00 persen,

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 3,48

persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 6,05 persen. Berdasarkan data

diatas dapat dilihat bahwa pada kurun waktu tersebut sektor

pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang paling

tinggi rata-rata pertumbuhannya.

2. Analisis Kuantitatif

a. Analisis Location Quotient

Analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan

tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daaerah

terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional.

(Tarigan, 2005: 82).

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor-sektor

ekonomi manakah yang termasuk sektor basis dan sektor non basis.

Sektor yang mengekspor ke daerah lain disebut sektor basis

sedangkan sektor yang tidak mampu mengekspor ke luar negeri

disebut sektor non basis.

Rumus yang dipakai untuk menghitung LQ adalah sebagai

berikut:

………………………………………………….. (4.1)

Keterangan:

LQ = Location Quotient

= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah

studi

Page 113: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

= PDRB total di wilayah studi

= sektor ekonomi pembentuk PDRB wilayah

referensi

= PDRB total di wilayah referensi

Metode LQ dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Statistic Location Quotient

Analisis Statistic Location Quotient (SLQ)

digunakan untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan

nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota)

terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan

dalam skala provinsi atau nasional. Analisis SLQ dimaksudkan

untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan

pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan

menggunakan PDRB sebagai indikator pertumbuhan wilayah

(Warpani, 1984 dalam Prima, 2011:40).

SLQ dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

……………………………………….... (4.2)

Keterangan:

= nilai produksi subsektor i pada daerah Kota

Administrasi Jakarta Selatan

= total PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

= nilai produksi subsektor i pada daerah Provinsi

Page 114: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

DKI Jakarta

= total PDRB Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan perhitungan SLQ selama periode waktu

2007-2010 (Tabel 4.17) di Kota Administrasi Jakarta Selatan

dengan menggunakan PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

dan PDRB Provinsi DKI Jakarta, dapat diketahui sektor-sektor

yang termasuk sektor basis dan non basis. Maka penentuan

suatu sektor itu basis atau non basis didasarkan atas nilai bruto

sektoral atas aktivitas produksinya. Berikut hasil perhitungan

SLQ dari tahun 2007-2010.

Tabel 4.17

Hasil Perhitungan SLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

1. Pertanian 0.89 0.89 0.88 0.87 0.44

2. Pertambangan dan Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3. Industri Pengolahan 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.43 0.44 0.44 0.44 0.44

5. Bangunan 1.49 1.50 1.50 1.50 1.50

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.97 0.96 0.96 0.96 0.96

7. Pengangkutan dan Komunikasi 0.83 0.87 0.87 0.88 0.86

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.43 1.42 1.39 1.39 1.41

9. Jasa-jasa 1.03 1.03 1.02 1.02 1.03

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan analisis SLQ

terhadap sembilan sektor perekonomian di Kota Administrasi

Jakarta Selatan Atas Dasar Harga Konstan kurun waktu 2007-

2010, diketahui rata-rata SLQ bahwa tiga dari sembilan sektor

tersebut merupakan sektor basis/unggul untuk dikembangkan

dalam perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan, yaitu:

Page 115: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan; dan yang terakhir sektor jasa-jasa. Nilai rata-rata

dari sektor-sektor tersebut di tingkat Kota Administrasi Jakarta

Selatan lebih besar dari sektor yang sama pada perekonomian

di tingkat Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian sektor-sektor

tersebut mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan wilayahnya

dan mampu mengekspor ke daerah lainnya. Sedangkan sektor

perekonomian lainnya merupakan sektor non basis dalam

perekonomian Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan nilai

rata-rata SLQ < 1, artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-

sektor perekonomian tersebut di Kota Administrasi Jakarta

Selatan lebih kecil dari sektor yang sama pada perekonomian

tingkat Provinsi DKI Jakarta sehingga hanya mampu

memenuhi kebutuhan wilayahnya dan belum mampu

mengekspor produksinya ke luar wilayah. Sektor-sektor yag

nilai rata-rata SLQ < 1 yaitu: sektor pertanian; sektor

pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan,

sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor perdagangan, hotel, dan

restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

b) Dynamic Location Quotient

Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah

modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi faktor laju

pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dari waktu ke waktu.

Page 116: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

DLQ dapat dihitung menggunakan formulasi sebagai berikut:

(Tri Widodo, 2006:119)

………………………… (4.3)

Keterangan:

= laju pertumbuhan sektor i Kota Administrasi

Jakarta Selatan

= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di Kota

Administrasi Jakarta Selatan

= laju pertumbuhan sektor i di Provinsi DKI

Jakarta

= rata-rata laju pertumbuhan sektor total di

Provinsi DKI Jakarta

= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di

Kota Administrasi Jakarta Selatan

= Indeks Potensi Pengembangan Sektor i di

Provinsi DKI Jakarta

Pada penelitian ini, analisis DLQ digunakan untuk

mengetahui sembilan sektor yang ada, manakah sektor

unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Page 117: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Tabel 4.18

Hasil Analisis DLQ Kota Administrasi Jakarta Selatan

Tahun 2007-2010

No. Lapangan Usaha Basis Non Basis

1. Pertanian 1.20

2. Pertambangan dan Penggalian 0.00

3. Industri Pengolahan 1.24

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.39

5. Bangunan 1.01

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.00

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.03

8. Keuangan, Perusahaan, dan Jasa Perusahaan 1.00

9. Jasa-jasa 1.00

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah

Berdasarkan perhitungan DLQ terhadap sembilan sektor

perekonomian di Kota Administrasi Jakarta Selatan atas harga

konstan kurun waktu 2007-2010, hasil perhitungan DLQ Kota

Administrasi Jakarta Selatan menunjukkan bahwa sektor pertanian;

sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor

bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor

pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa yang memiliki DLQ > 1,

artinya bahwa potensi perkembangan sektor-sektor perekonomian

tersebut di Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih cepat

dibandingkan sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut masih bisa

diharapkan untuk menjadi sektor unggulan di masa yang akan

datang bagi Kota Administrasi Jakarta Selatan. Sedangkan sektor

yang mempunyai nilai rata-rata DLQ < 1 adalah sektor

Page 118: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

pertambangan dan penggalian, artinya bahwa potensi

perkembangan sektor tersebut di Kota Administrasi Jakarta Selatan

lebih rendah dibandingkan sektor yang sama di Provinsi DKI

Jakarta yang menjadi sektor non basis. Sektor pertambangan dan

penggalian merupakan satu-satunya sektor yang tidak memberikan

kontribusi apapun terhadap PDRB Kota Administrasi Jakarta

Selatan.

b. Analisis Gabungan Statistic Location Quotient dan Dynamic

Location Quotient

Gabungan antara nilai Statistic Location Quotient (SLQ)

dan Dynamic Location Quotient (DLQ) dijadikan kriteria dalam

menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan,

prospektif, andalan, dan kurang produktif.

Tabel 4.19

Klasifikasi Sektor Berdasarkan SLQ dan DLQ

dilihat dari Nilai PDRB Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010

Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1

SLQ > 1 Unggulan:

Sektor bangunan; sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasa-

jasa

Prospektif:

-

SLQ < 1 Andalan:

Sektor pertanian; sektor industri pengolahan,

sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor

perdagangan, hotel, dan restoran; sektor

pengangkutan dan komunikasi

Tertinggal:

Sektor pertambangan

dan penggalian

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah

Berdasarkan tabel nilai rata-rata SLQ dan DLQ Kota

Administrasi Jakarta Selatan kriteria guna menentukan sektor

ekonomi tersebut tergolong unggulan prospektif, andalan dan

Page 119: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

tertinggal, dapat dilihat pada gambar yang menjelaskan identifikasi

gabungan SLQ dan DLQ bahwa empat sektor perekonomian Kota

Administrasi Jakarta Selatan yaitu sektor bangunan; sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa adalah

sektor unggulan di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Sedangkan

sektor pertanian; sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan

air bersih; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor

pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor andalan di Kota

Administrasi Jakarta Selatan. Untuk sektor prospektif di Kota

Administrasi Jakarta Selatan tidak ada. Sedangkan sektor yang

tertinggal di Kota Administrasi Jakarta Selatan yaitu sektor

pertambangan dan penggalian.

c. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat

berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah

dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini

adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja

perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang

lebih besar (regional atau nasional).

Page 120: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Tabel 4.20

Perhitungan Analisis Shift Share Kota Administrasi Jakarta Selatan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011, data diolah

Interpretasi nilai SS Kota Administrasi Jakarta Selatan

tahun 2007-2010 adalah sebagai berikut:

a) Sektor Pertanian:

1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya

tumbuh sektor pertanian di Kota Administrasi Jakarta Selatan

tidak terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor pertanian

Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing

sektor pertanian di Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih

lambat bila dibandingkan dengan daya saing sektor yang sama

di Provinsi DKI Jakarta.

b) Sektor Pertambangan dan Penggalian:

1. Nilai Proportional Shift: tidak bisa dihitung, karena sektor ini

tidak memberikan kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta

Selatan

No. Lapangan Usaha Provincial Share

(PS)

Proportional

Share (P)

Differential

Shift (DS) Total

1. Pertanian 1691.01 -9537.13 -11248.14 -19094.26

2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0

3. Industri Pengolahan 104073.69 -147774.75 -61152.45 -104853.51

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 39340.88 -581.02 4692.09 43451.95

5. Bangunan 2511504.46 404907.59 -8441941.94 -5525529.89

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2963542.09 31209.77 -36115.32 2958636.54

7. Pengangkutan dan Komunikasi 2992141.07 1917041.20 2470395.13 7379577.41

8.

Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 4062742.62 -1861679.67 -2596704.29 -395641.34

9. Jasa-jasa 1798816.60 136239.00 14732.40 1949787.99

Page 121: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

2. Nilai Differential: tidak bisa dihitung, karena sektor ini tidak

memberikan kontribusi PDRB Kota Administrasi Jakarta

Selatan

c) Sektor Industri Pengolahan:

1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya

tumbuh sektor industri pengolahan di Kota Administrasi

Jakarta Selatan tidak terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor

industri pengolahan Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing

sektor industri pengolahan di Kota Administrasi Jakarta Selatan

lebih lambat bila dibandingkan dengan daya saing sektor yang

sama di Provinsi DKI Jakarta.

d) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih:

1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya

tumbuh sektor listrik, gas, dan air bersih di Kota Administrasi

Jakarta Selatan tidak terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor

pertanian Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang positif menunjukkan bahwa daya saing

sektor listrik, gas, dan air bersih di Kota Administrasi Jakarta

Selatan lebih cepat bila dibandingkan dengan daya saing sektor

yang sama di Provinsi DKI Jakarta.

e) Sektor Bangunan:

1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa daya

tumbuh sektor bangunan di Kota Administrasi Jakarta Selatan

Page 122: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor yang sama di

Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing

sektor bangunan di Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih

lambat bila dibandingkan dengan daya saing sektor yang sama

di Provinsi DKI Jakarta.

f) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran:

1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa daya

tumbuh sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kota

Administrasi Jakarta Selatan terkonsentrasi dengan daya

tumbuh sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing

sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kota Administrasi

Jakarta Selatan lebih lambat bila dibandingkan dengan daya

saing sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.

g) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi:

1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa daya

tumbuh sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota

Administrasi Jakarta Selatan terkonsentrasi dengan daya

tumbuh sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang positif menunjukkan bahwa daya saing

sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota Administrasi

Jakarta Selatan lebih cepat bila dibandingkan dengan daya

saing sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.

Page 123: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

h) Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan:

1. Nilai Proportional Shift yang negatif menunjukkan bahwa daya

tumbuh keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kota

Administrasi Jakarta Selatan tidak terkonsentrasi dengan daya

tumbuh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang negatif menunjukkan bahwa daya saing

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kota

Administrasi Jakarta Selatan lebih lambat bila dibandingkan

dengan daya saing sektor yang sama di Provinsi DKI Jakarta.

i) Sektor Jasa-jasa:

1. Nilai Proportional Shift yang positif menunjukkan bahwa

daya tumbuh sektor jasa-jasa di Kota Administrasi Jakarta

Selatan terkonsentrasi dengan daya tumbuh sektor yang

sama di Provinsi DKI Jakarta.

2. Nilai Differential yang positif menunjukkan bahwa daya

saing sektor jasa-jasa di Kota Administrasi Jakarta Selatan

lebih cepat bila dibandingkan dengan daya saing sektor

yang sama di Provinsi DKI Jakarta.

Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa struktur

perekonomian di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-

2010 didominasi oleh sektor sekunder dan tersier.

Page 124: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

d. Analisis Tipologi Klassen

Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui

gambaran status perekonomian daerah. Tipologi Klassen pada

dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator yaitu

pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.

Tabel 4.21

Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen

Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2008-2010

Kuadran I

(Berkembang Cepat)

Sektor bangunan

Kuadran II

(Maju tapi Tertekan)

-

Kuadran III

(Maju dan Cepat

Tumbuh/Potensial)

Sektor industri

pengolahan

Sektor listrik, gas,

dan air bersih

Sektor pengangkutan

dan komunikasi

Sektor keuangan,

persewaan, dan jasa

perusahaan

Sektor jasa-jasa

Kuadran IV

(Relatif Tertinggal)

Sektor pertanian

Sektor pertambangan

dan penggalian

Sektor perdagangan,

hotel, dan restoran

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan Dalam Angka 2011,

data diolah

Keterangan hasil analisis Tipologi Klassen:

5. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector)

(Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju

pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB

daerah yang menjadi referensi (s) dan memiliki nilai kontribusi

sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan

kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi

Page 125: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

referensi (sk). Yang termasuk dalam Kuadran I yaitu sektor

bangunan.

6. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor

tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju

pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap

PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor

tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).

7. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing

sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju

pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB

daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai

kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil

dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah

yang menjadi referensi (sk). Yang termasuk dalam Kuadran III

yaitu sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air

bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.

8. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor

tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju

pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

Page 126: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sektor

terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi

sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi

(sk). Yang termasuk dalam Kuadran IV yaitu sektor pertanian;

sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor perdagangan,

hotel, dan restoran.

Page 127: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil analisis perubahan struktur ekonomi dan identifikasi sektor

ekonomi unggulan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-

2010 menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Berdasarkan hasil analisis kontribusi sektoral, sektor yang teridentifikasi

sebagai sektor yang paling besar memberikan konribusi terhadap PDRB di

Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2010 didominasi

oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor

perdagangan, hotel, dan restoran.

Hasil analisis laju pertumbuhan menunjukkan sektor yang laju

pertumbuhannya paling besar peningkatannya di Kota Administrasi

Jakarta Selatan didominasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi;

serta sektor bangunan.

2. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor yang teridentifikasi sebagai sektor

basis dalam perekonomian di Kota Administrasi Jakarta Selatan selama

tahun 2007-2010 didominasi oleh sektor bangunan; sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.

Hasil analisis DLQ menunjukkan sektor yang merupakan basis di Kota

Administrasi Jakarta Selatan didominasi oleh sektor pertanian; sektor

industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan;

110

Page 128: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan

komunikasi; sektor keuangan, perusahaan, dan jasa perusahaan, serta

sektor jasa-jasa.

3. Berdasarkan hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ, sektor yang

teridentifikasi sebagai sektor unggulan dalam perekonomian di Kota

Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2010 didominasi oleh

sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta

sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian

teridentifikasi sebagai sektor tertinggal di Kota Administrasi Jakarta

Selatan.

4. Berdasarkan hasil analisis SS, komponen Differential Shift wilayah Kota

Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2010 sektor yang Differential

Shift negatif terdiri dari sektor pertanian; sektor industri pengolahan;

sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sedangkan komponen

Differential Shift yang positif yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor

pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Dengan demikian

struktur ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan bergerak pada sektor

sekunder dan tersier.

5. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, sektor yang teridentifikasi

sebagai sektor maju dan tumbuh dengan pesat dalam perekonomian di

Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2010 didominasi

oleh sektor bangunan, sementara itu sektor pertanian teridentifikasi

sebagai sektor tertinggal di Kota Administrasi Jakarta Selatan

Page 129: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis

memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun

saran tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah daerah hendaknya memprioritaskan pengembangan sektor

ekonomi unggulan seperti sektor bangunan, sektor keuangan, perusahaan,

dan jasa keuangan yang menyumbang pendapatan daerah paling tinggi.

Dengan adanya perhatian khusus dari pemerintah daerah, diharapkan

sektor tersebut dapat meningkatkan pendapatan daerah lebih tinggi lagi.

b. Pemerintah daerah hendaknya melakukan pengembangan sarana dan

prasarana dalam mendukung kegiatan usaha agar berjalan lebih efektif,

cepat, dan efektif, sehingga mendorong daya saing industri yang

berimplikasi pada perluasan pasar dan kapasitas produksi. Jenis sarana dan

prasarana tersebut antara lain: sarana penunjang jalur

distribusi/transportasi, pengembangan kawasan industri, serta fasilitas

penunjang lainnya. Pemerintah juga diharapkan bisa memberikan suntikan

modal kepada para pengusaha yang kekurangan modal.

c. Perkembangan perekonomian daerah tidak lepas dari peranan investasi.

Untuk itu, pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan seharusnya dapat

mempertahankan, meningkatkan serta mengembangkan baik sektor

dominan maupun sektor potensial di Kota Administrasi Jakarta Selatan,

memperkenalkan sektor-sektor ekonomi unggulan Kota Administrasi

Jakarta Selatan ke luar daerah untuk menarik investor baik dalam negeri

maupun luar negeri.

Page 130: digilib.uns.ac.id/Analisis...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

d. Salah satu modal dasar pembangunan daerah yaitu tersedianya Sumber

Daya Manusia (SDM) pembangunan yang berkualitas. Oleh karena itu,

upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu melakukan

pembangunan pendidikan sejak dini yang hasilnya diharapkan

terbentuknya SDM yang terdidik, terampil, dan kreatif. Sehingga para

didikan tersebut bisa menjadi agent of change untuk membangun dan

memajukan Kota Administrasi Jakarta Selatan lebih baik lagi.

e. Pemerintah daerah diharapkan bisa menjalin kerja sama dengan pihak

swasta dan masyarakat setempat untuk memajukan daerah tersebut

sehingga berdampak positif pada peningkatan pendapatan daerah tersebut.