- 1 - KEPUTUSAN NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017 TENTANG kep bkipm... · Karantina adalah kegiatan yang...
Transcript of - 1 - KEPUTUSAN NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017 TENTANG kep bkipm... · Karantina adalah kegiatan yang...
- 1 -
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017
TENTANG
PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA
DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelaksanaan
pemeriksaan terhadap media pembawa dan/atau
hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah
Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan
pedoman pemeriksaan dengan Keputusan Kepala
Badan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan
keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
tentang Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media
Pembawa dan/atau Hasil Perikanan Yang Masuk Ke
Wilayah Negara Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor19, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor154,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073);
3. Undang-Undang . . .
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002
tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2002 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4197);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015
Tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk
Hasil Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726;
6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
7. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 5);
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2006 tentang Tindakan Karantina
Dalam Hal Transit;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan
Media Pembawa Berupa Ikan Hidup sebagai Barang
Bawaan ke dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina
untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina dari Luar Negeri dan dari
Suatu Area ke Area Lain di dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia;
11. Peraturan . . .
- 3 -
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina
Ikan;
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
41/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan
Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri
ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
14. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor
74/PERMEN-KP/2016 tentang Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
2157);
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220);
16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan
Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk
Perikanan;
17. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
80/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan Jenis-
Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan,
Media Pembawa, dan Sebarannya;
18. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
58/KEPMEN-KP/2016 tentang Status Area Tidak
Bebas Penyakit Ikan Karantina Di Wilayah Negara
Republik Indonesia;
19. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor
64/KEPMEN-KP/2016 tentang Tempat Pemasukan
dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina;
MEMUTUSKAN . . .
- 4 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN
TERHADAP MEDIA PEMBAWA DAN/ATAU HASIL
PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA
REPUBLIK INDONESIA.
KESATU : Menetapkan Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media
Pembawa dan/atau Hasil Perikanan Yang Masuk Ke
Wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan kepala Badan ini.
KEDUA : Pedoman Pemeriksaan sebagaimana dimaksud diktum
KESATU bertujuan untuk menyamakan pemahaman dan
persepsi serta menjadi acuan bagi petugas karantina di
seluruh Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dokumen
dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
hasil perikanan.
KETIGA : Kegiatan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan
kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
sebagai dasar pelayanan sertifikasi karantina ikan, mutu
dan hasil perikanan dalam rangka pengendalian masuk
dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina,
maupun masuknya hasil perikanan yang tidak memenuhi
standar mutu ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
KEEMPAT : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 2017
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,
ttd.
RINA
Lembar Pengesahan
No. Nama Pejabat Paraf
1 Sekretaris BKIPM
2 Kepala Pusat Standarisasi Sistem
dan Kepatuhan
3 Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama
dan Humas
4 Kepala Sub Bagian Hukum
1
PEDOMAN PEMERIKSAAN TERHADAP MEDIA PEMBAWA
DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan era globalisasi dengan sistem perdagangan
bebas, maupun perkembangan teknologi informasi dan
transportasi, akan berdampak terhadap meningkatnya arus
lalulintas barang termasuk komoditi perikanan baik antar
negara maupun antar area di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
Salah satu tugas dan fungsi Badan Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan adalah
melaksanakan tugas pencegahan masuk dan tersebarnya Hama
dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) serta pengendalian mutu
hasil perikanan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia,
antar area dan yang keluar dari dalam wilayah negara Republik
Indonesia. Sebagai ujung tombak dan benteng terdepan dalam
menyelamatkan sumber daya alami hayati Indonesia, maka
Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan
(BKIPM) perlu bertindak secara hati-hati dalam pelaksanaan
pengamanan sumberdaya hayati dengan memperhitungkan
setiap resiko yang dapat terjadi dalam pelaksanaan ekspor-
impor dan lalu lintas antar area media pembawa dan hasil
perikanan agar keamanan sumber daya hayati negara ini
senantiasa terjaga.
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 77/KEP-BKIPM/2017
TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LABORATORIUM TERHADAP MEDIA PEMBAWA
DAN/ATAU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
2
Peluang terjadinya penyebaran hama dan penyakit ikan
karantina maupun kemungkinan pengeluaran jenis-jenis media
pembawa yang dilarang/dibatasi/dilindungi serta hasil
perikanan yang tidak memenuhi standar mutu tanpa melalui
prosedur yang ditetapkan sangat besar, sehingga tindakan
karantina sebagai langkah awal pencegahan dan pengendalian
hama dan penyakit ikan karantina serta pengendalian mutu
hasil perikanan mutlak diperlukan.
Dalam melaksanakan tindakan karantina tersebut,
tantangan terbesar bagi petugas karantina adalah bagaimana
menerapkan tindakan karantina secara cepat, tepat dan efisien,
sehingga di satu sisi hama dan penyakit ikan berbahaya tidak
dapat masuk, dan di lain pihak arus kelancaran keluar
masuknya barang di tempat pemasukan dan pengeluaran tidak
terhambat.
Untuk menghindari terhambatnya arus lalulintas barang
(dwelling time), yang disebabkan karena lamanya pelaksanaan
tindakan karantina maka perlu suatu manajemen tindakan
karantina secara baik, sehingga perlu menentukan tindakan
karantina yang cepat, tepat dan efisien sesuai dengan tingkat
risiko media pembawanya/produk hasil perikanan. Dalam
memberikan jaminan mutu dan keamanaan hasil perikanan
terhadap produk perikanan yang masuk kewilayah Negara
Republik Indonesia maka diperlukan pengujian secara
laboratoris sesuai persyaratan pengujian terhadap media
pembawa dan atau produk hasil perikanan tersebut. Sebagai
acuan pelaksanaan maka diperlukan suatu standar
pelaksanaan perkarantinaan dan pengendalian mutu terhadap
media pembawa dan atau produk hasil perikanan yang masuk
ke wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai antisipasi hal tersebut diatas, dalam upaya
pencegahan HPIK dan/atau HPI tertentu, dan untuk memenuhi
jaminan mutu dan keamanan terhadap hasil perikanan yang
dilalulintaskan, BKIPM menyusun Pedoman Pemeriksaan Media
Pembawa dan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah
Republik Indonesia.
3
1.2. Maksud dan Tujuan
Pedoman ini disusun untuk menyamakan pemahaman dan
persepsi dan dijadikan acuan bagi petugas karantina di
seluruh UPT KIPM dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan
dokumen dan pemeriksaan kesehatan ikan, mutu dan
keamanan hasil perikanan sebagai dasar pelayanan sertifikasi
karantina ikan, mutu dan hasil perikanan dalam rangka
pengendalian masuk dan tersebarnya HPIK, maupun
masuknya hasil perikanan yang tidak memenuhi standar mutu
ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Pemeriksaan Media Pembawa
dan Hasil Perikanan Yang Masuk Ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia, mencakup pemeriksaan dokumen,
kategorisasi risiko berdasarkan media pembawa/hasil
perikanan, serta pengujian laboratorium terhadap media
pembawa/hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah
negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
1.4. Definisi
a. Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua
hama dan penyakit ikan yang telah ditetapkan baik yang
belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area
tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu
relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi
atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
b. Hama dan penyakit ikan tertentu yang selanjutnya disebut
HPI Tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang
belum terdapat atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Negara Republik Indonesia yang dalam waktu relatif
cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau
yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat, tetapi
belum ditetapkan sebagai HPIK.
4
c. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau
seluruh hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup
atau mati, termasuk bagian-bagiannya.
d. Hasil Perikanan adalah ikan yang ditangani, diolah
dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar,
ikan beku, dan olahan lainnya.
e. Tindakan Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Tindakan
Karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina
dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain di dalam
negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
f. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, yang
selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau
benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.
g. Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui
kelengkapan dan keabsahan dokumen persyaratan serta
untuk mendeteksi Hama dan Penyakit Ikan Karantina
dan/atau Hama Penyakit Ikan serta mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan.
h. Importir adalah orang perorangan atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
melakukan kegiatan impor.
i. Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI,
adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktifitas
pengolahan Ikan.
j. Sertifikat Kesehatan Ikan adalah dokumen resmi yang
ditandatangani oleh pejabat/otoritas yang berwenang di
negara asal yang menyatakan bahwa Hasil Perikanan tidak
tertular dari hama dan penyakit Ikan karantina dan/atau
hama dan penyakit Ikan yang disyaratkan serta aman untuk
konsumsi manusia.
k. Sertifikat Kesehatan Produk Pengolahan Ikan adalah
sertifikat yang ditandatangani oleh pejabat/otoritas yang
berwenang di negara asal yang menyatakan bahwa Ikan dan
5
Hasil Perikanan telah memenuhi persyaratan mutu dan
keamanan untuk konsumsi manusia.
l. Sertifikat Pelepasan adalah dokumen yang menyatakan
bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya tidak
tertular hama dan penyakit Ikan karantina dan memenuhi
jaminan mutu dan keamanan Hasil perikanan sehingga
dapat dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
m. Kategorisasi adalah penyusunan, klasifikasi, penggolongan
atau pengelompokan media pembawa berdasarkan tingkat
risiko atau peluang membawa HPIK.
n. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat
Pemasukan adalah dokumen resmi yang menyatakan bahwa
media pembawa yang tercantum di dalamnya, disetujui
dikeluarkan dari tempat pemasukan atau kawasan pabean
untuk pelaksanaan tindakan karantina Ikan atau
dilalulintas bebaskan.
o. Analisis Risiko Importasi Ikan adalah penilaian terhadap
potensi masuk dan tersebarnya hama dan penyakit Ikan
berbahaya, risiko bahaya bagi kelestarian sumber daya Ikan
dan lingkungan, kesehatan manusia, dan kelangsungan
usaha perikanan yang mungkin ditimbulkan dari
importasi Ikan.
p. Office International des Epizooties, yang selanjutnya
disingkat OIE, adalah Badan Kesehatan Hewan Dunia.
q. Laboratorium adalah Laboratorium penguji yang telah
terakreditasi sesuai dengan ruang lingkup pengujian yang
dipersyaratkan.
r. Pengambilan Contoh adalah proses pemilihan dan
pengambilan kemasan atau unit contoh dari suatu lot
produk.
s. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas
Karantina adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi
tugas untuk melakukan tindakan karantina, pengendalian
mutu, dan keamanan Hasil Perikanan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6
1.5. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5360);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4197);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan
(Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
181);
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk
Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan
Karantina Dari Luar Negeri dan Suatu Area ke Area Lain Di
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
h. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan Media
7
Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang Bawaan ke
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
i. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER.10/MEN/2012 tentang Kewajiban
Tambahan Karantina Ikan;
j. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 74/PERMEN-KP/2016 tentang
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang
Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
k. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
06/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
l. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
34/PERMEN-KP/2017 tentang Tindakan Karantina
Terhadap Pemasukan Obat Ikan Jenis Sediaan Biologik Ke
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
m. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan Penerapan
Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan;
n. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 80/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan
Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan,
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan;
o. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
64/KEPMEN-KP/2016 tentang Penetapan Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina;
p. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
58/KEPMEN-KP/2016 tentang Status Area Tidak Bebas
Penyakit Ikan Karantina Di Wilayah Negara Republik
Indonesia;
q. Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan Nomor 31/KEP-DJP2HP/2015 tentang
perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor 125/KEP-
DJP2HP/2014 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hasil
8
Perikanan yang dapat dimasukkan ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia.
9
BAB II
PERSYARATAN DAN PENGGOLONGAN PENYAKIT IKAN DAN
MUTU HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM
WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
2.1. Persyaratan Dokumen
Persyaratan dokumen yang harus dipenuhi terhadap media
pembawa/hasil perikanan yang masuk kedalam wilayah Negara
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku sebagai berikut:
a. Ikan Hidup/Hasil Perikanan:
1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor;
2) Sertifikat Kesehatan/Health Certificate yang diterbitkan
oleh pejabat berwenang di Negara asal dan/atau Negara
transit;
3) Sertifikat asal/Certificate of origin yang diterbitkan oleh
pejabat berwenang di Negara asal;
4) Surat Izin Pemasukan (Impor) Ikan Hias/Ikan hidup/
konsumsi/Udang/Induk Udang/Induk Ikan ke dalam
wilayah Republik Indonesia dari Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya;
5) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak
ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk
foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum
tersedia);
6) Dokumen CITES untuk jenis-jenis media pembawa yang
dilindungi atau diatur peredarannya berdasarkan
ketentuan CITES; dan
7) Dokumen lain lain yang dibenarkan sebagai kewajiban
tambahan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Hasil Perikanan:
1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor;
10
2) Surat izin pemasukan hasil perikanan ke dalam wilayah
Negara Republik Indonesia dari Direktorat Jenderal
Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan;
3) Sertifikat Kesehatan Ikan/Health Certificate di bidang
karantina dan/atau di bidang mutu dari instansi yang
berwenang/otoritas kompeten di Negara asal;
4) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin dari instansi
yang berwenang di Negara asal;
5) Persyaratan label untuk hasil perikanan dalam bentuk
kemasan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris;
6) Dokumen (Invoice dan packing list) dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris;
7) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak
ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk
foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum
tersedia);
8) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI)/Catch Certificate
untuk hasil perikanan yang akan di ekspor kembali ke
eropa; dan
9) Persyaratan lain yang dibenarkan sebagai kewajiban
tambahan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
c. Benda Lain:
1) Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) impor;
2) Sertifikat Analisis/Certificate of Analysis dari instansi
yang berwenang di Negara asal;
3) Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin dari instansi
yang berwenang di Negara asal;
4) Persyaratan label untuk hasil perikanan dalam bentuk
kemasan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris;
5) Dokumen (Invoice dan packing list) dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris;
6) Surat Keterangan Teknis (SKT) dari Direktorat Jenderal
Budidaya untuk Media Pembawa berupa bahan baku
11
pakan ikan/udang (fish meal, fish oil, dll), makanan
ikan/udang, dan obat ikan;
7) Sertifikat Penetapan Instalasi Karantina Ikan milik pihak
ketiga yang diterbitkan oleh Badan KIPM dalam bentuk
foto copy (apabila instalasi milik Pemerintah belum
tersedia); dan
8) Persyaratan lain yang dibenarkan sebagai kewajiban
tambahan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2.2. Penggolongan Jenis Penyakit
2.2.1.Penyakit Ikan Karantina
Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 80/KEPMEN-KP/2015 tentang Jenis-jenis HPIK,
Media pembawa dan daerah sebarannya, terdapat 37 jenis
HPIK. Jenis HPIK yang sudah terdapat di Indonesia
berjumlah 12 jenis, sedangkan HPIK eksotik terdapat 24
jenis yang, dan inang utamanya yang terdiri dari HPIK
Golongan Virus, Bakteri, Jamur dan Parasit. Jenis HPIK
yang sudah terdapat di Indonesia tersebut adalah ;
1) HPIK golongan parasit Perkinsus olseni.
2) HPIK golongan bakteri Aeromonas salmonicida,
Edwarsiella ictaluri, Pseudomonas anguilliseptica.
3) HPIK golongan jamur Ichthyophonus hofferi,
4) HPIK golongan virus Infectious hypodermal and
hematopoeietic necrosis (IHHNV), Red sea bream
Iridoviral Disese (RSBIVD), Viral nervous necrosis (VNN),
Koi herpes virus (KHV), Yellow Head Virus (YHV), Taura
Syndrome Virus(TSV), White Spot Syndrome Virus
(WSSV), Infectious Myonecrosis Virus (IMNV).
2.2.2.Penyakit Ikan Karantina Eksotik
Penyakit ikan karantina eksotik adalah jenis-jenis
penyakit ikan karantina yang tercantum dalam Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80/KEPMEN-
KP/2015, tetapi tidak terdapat di Indonesia berdasarkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
12
58/KEPMEN-KP/2016. Penyakit ikan karantina eksotik
terdiri dari 24 (dua puluh empat) jenis berdasarkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
80/KEPMEN-KP/2015, yaitu:
1. Channel Catfish Virus Disease (CCVD);
2. Spring viraemia of carp (SVC);
3. Infectiouspancreatic necrosis(IPN);
4. Infectious haematopoeitic necrosis (IHN);
5. Grouper Iridovirus Disease (GIVD);
6. White tail disease (WTD);
7. Monodon Slow Growth Syndrome (MSGS) atau Laem
Singh Virus (LSNV) retinopathy;
8. Epizootic Haematopoietic Necrosis (EHN);
9. Viral Haematopoietic Septicaemia (VHSD);
10. Abalone Viral Gangliometris (AVG);
11. Infection with Ostreid Herpesvirus-1;
12. Early Mortality Syndrome (EMS)/Acute Hepatopancreatic
Necrosis Syndrome (AHPNS);
13. Infection with Xenohaliotis californiensis;
14. Nocardia crassostreae (Nocardiosis/gill tubercolosis);
15. Nocardia asteroides (Nocardiosis/gill tubercolosis);
16. Infection with Bonamia exitiosa;
17. Infection with Bonamia ostreae;
18. Infection with Martelia refringens;
19. Infection with Perkinsus marinus;
20. Infection with Gyrodactylus salaris;
21. Ichtyophonus hoferi (Sand Paper disease);
22. Infection with Batrachhochytrium dendrobatidis;
23. Aphanomyces invadans (Epizootic Ulcerative Syndrome);
24. Aphanomyces astaci (Aphanomycosis/crayfish plaque).
2.3. Penggolongan Parameter Pengujian Mutu Hasil
Perikanan
2.3.1. Pengujian Organoleptik/Sensori
a) Sensory Test;
b) Filth;
13
c) Suhu Pusat Ikan;
d) Bobot Tuntas;
e) Visible parasit
2.3.2. Pengujian Fisik
a) Fisik Produk Kaleng
2.3.3. Pengujian Mikrobiologi
a) Enterococci sp.;
b) Clostridium sp.;
c) Total Plate Count (TPC) Aerob;
d) Total Plate Count (TPC) Anaerob;
e) Coliform;
f) Escherichia coli;
g) Salmonella sp.;
h) Shigella;
i) Staphylococcus aureus;
j) Vibrio Cholera;
k) Vibrio parahemolyticus;
l) Listeria Monocytogenes;
m) Deteksi penghitungan enterocooci intestinal;
n) Kualitas Deteksi dan Penghitungan Bakteri an
aerob pereduksi sulfite pembentuk spora (clostridia).
2.3.4. Pengujian Kimia
a) Protein;
b) Lemak;
c) Kadar Air;
d) Abu Total;
e) Kadar Garam;
f) Histamin;
g) Mercury (Hg);
h) Cadmium (Cd);
i) Plumbum (Pb);
j) TVB/TMA;
k) Abu yang tidak larut dalam asam;
l) Tetracycline;
m) AOZ Furazolidone;
n) AMOZ (Furaltadone);
14
o) SEM (Semicarbazide);
p) AHD (Aminohydantoin);
q) Chloramphenicol;
r) Malachite Green;
s) Chloramphenicol;
t) Fluoroquinolone;
u) Sulfadiazine.
15
BAB III
KATEGORISASI MEDIA PEMBAWA/PRODUK HASIL PERIKANAN
YANG DI IMPOR
3.1. Kategorisasi Resiko Media Pembawa/Hasil Perikanan
Kategorisasi Resiko Media Pembawa/Hasil Perikanan
dilakukan dilakukan melalui pertimbangan ilmiah untuk
menentukan status media pembawa dan hasil perikanan yang
masuk kedalam wilayah negara Republik Indonesia.
Kategorisasi tingkat risiko media pembawa/hasil perikanan
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu risiko tinggi (high risk) dan
risiko rendah (low risk). Kategorisasi risiko berdasarkan jenis
media pembawa dapat dilihat pada tabel 1.
3.1.1.Media Pembawa Tingkat Risiko Tinggi
Ikan dengan tingkat risiko tinggi (high risk) adalah ikan
yang berpotensi membawa dan menyebarkan HPIK
dan/atau HPI berbahaya, yaitu:
a. merupakan inang definitif, inang carrier, inang antara,
atau mampu sebagai pembawa (pathway) HPIK
dan/atau HPI berbahaya (susceptible species).
b. berupa ikan susceptible species terhadap HPIK
dan/atau HPI berbahaya, dalam keadaan hidup, mati
atau bagian-bagiannya, dan berasal dari negara
endemis, negara yang sedang terjadi wabah, negara
yang tidak/belum memiliki status bebas dari penyakit
ikan sesuai daftar penyakit OIE dan/atau Keputusan
Menteri yang menetapkan jenis-jenis HPIK, golongan,
media pembawa dan sebarannya.
Alur sertifikasi kesehatan ikan dan hasil perikanan
impor dengan risiko tinggi dapat dilihat pada Lampiran 1.
16
Tabel 1. Kategorisasi Risiko Berdasarkan Jenis Media Pembawa
Jenis Media
Pembawa
Negara
Endemis
Negara
Sedang
Terjadi
Wabah
Negara Tidak
Ada Status
Kesehatan dari
OIE atau
KEPMEN
Negara
Dengan
Status Bebas
dari OIE atau
KEPMEN
Ikan susceptible species hidup
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Ikan susceptible species mati
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Ikan non susceptible species hidup
Rendah Rendah Rendah Rendah
Ikan non susceptible species mati
Rendah Rendah Rendah Rendah
3.1.2. Media Pembawa Tingkat Risiko Rendah
Media pembawa yang termasuk dalam kelompok risiko
rendah adalah sebagai berikut:
a. Media pembawa berupa ikan (Pisces, Crustacea,
Coelenterata, Amphibia, Mamalia, Reptilia,Mollusca,
Echinodermata, Algae) dalam keadaan sudah diolah dan
masih memungkinkan memiliki potensi membawa
mikroorganisme patogen.
b. Media pembawa benda lain berupa bahan pembuat
pakan ikan yang proses pembuatannya masih
memungkinkan memiliki potensi membawa mikro
organisme patogen.
Penilaian risiko media pembawa yang berdasarkan pada
asal negara media pembawa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Penilaian Tingkat Risiko Berdasarkan Jenis dan Bentuk
Media Pembawa
Jenis Media Pembawa Negara endemis Negara tidak
endemis
Negara tidak
tercantum
Susceptible species hidup Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Non susceptible species hidup Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Susceptible species mati Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Non susceptible species mati Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Susceptible species olahan
(pengeringan)
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Non susceptible species olahan
(pengeringan) Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
17
Jenis Media Pembawa Negara endemis Negara tidak
endemis
Negara tidak
tercantum
Susceptible species olahan
(perebusan)
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Non susceptible species olahan
(perbusan) Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Benda lain berupa makanan ikan
atau bahan makanan ikan dalam
bentuk hidup
Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Benda lain berupa bahan patogenik
atau bahan biologic
Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Benda lain berupa tepung ikan atau
bahan pembuat makanan ikan
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Bagian tubuh ikan susceptible
species dalam bentuk segar, basah
atau beku
Risiko tinggi Risiko Rendah Risiko tinggi
Bagian tubuh ikan non susceptible
species dalam bentuk segar, basah
atau beku
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Bagian tubuh ikan susceptible species atau non susceptible species
dalam bentuk kering
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Alur sertifikasi kesehatan ikan dan hasil perikanan
impor dengan risiko rendah dapat dilihat pada
Lampiran 2.
3.2. Kategorisasi Jenis Media Pembawa dan Hasil Perikanan
Penentuan katagorisasi produk hasil perikanan dibagi
menjadi 2, yaitu kategorisasi risiko tinggi dan kategorisasi
risiko rendah, yang berdasarkan pada potensi dan
kemungkinan terjadinya bahaya, dikelompokkan sesuai
produk yang dilalulintaskan, Kategorisasi jenis media
pembawa dan hasil perikanan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Kategorisasi Tingkat Risiko Media Pembawa
No. Golongan
MP Bentuk Media
Pembawa
Kategori Tingkat Risiko Keterangan
Tinggi Rendah
1 2 3 4 6 7
1. Ikan Hidup
Seluruh Ikan Hidup
√ Termasuk didalamnya cista
(artemia)
2. Ikan Non
Hidup
Seluruh ikan segar
dan beku √
Termasuk bagian-
bagiannya
18
No. Golongan
MP Bentuk Media
Pembawa
Kategori Tingkat Risiko Keterangan
Tinggi Rendah
1 2 3 4 6 7
3. Ikan
Olahan
Seluruh ikan yang
diolah (raw
material)
√
Proses pengolahan tidak
mematikan mikroorganisme
patogen / diolah dengan
cara di fillet, cincang,
giling, pengeringan, penggaraman, tanpa proses
pemanasan.
Contoh: Fillet ikan, loin,
sako, ikan asin, dll.
Seluruh ikan yang
diolah (setengah
matang)
√
Proses pengolahannya
masih dapat membawa
mikroorganisme patogen / diolah dengan cara
pemanasan (pengasapan,
fermentasi namun tidak
mematikan mikroorganisme
patogen.
Contoh : ikan asap
Seluruh ikan yang
telah diolah
(matang)
√
Proses pengolahannya
masih memungkinkan
memiliki potensi membawa
mikroorganisme patogen /
diolah dengan cara
pemanasan (Pengalengan, Pemindangan) sampai
mematikan mikroorganisme
patogen.
Contoh: ikan kaleng
(canned, nugget, bakso)
4.
Benda
Lain
Bahan patogenik,
biologik dan sarana
pengendali hayati
yang teregistrasi
√
Bahan patogenik, biologik dan sarana pengendali
hayati dalam bentuk
kemasan pabrikan.
Contoh: Vaksin, probiotik,
dll.
Bahan patogenik,
biologik, Vektor dan
sarana pengendali
hayati yang belum
teregistrasi
√
Bahan patogenik, biologik
dan sarana pengendali hayati dalam bentuk bukan
kemasan pabrikan.
Contoh: isolat, dll.
Pakan Ikan Buatan √ Pellet, freepack, powder
dalam kemasan pabrikan
Pakan Ikan Alami √
Spirulina, Rotifera, blood
worm, Brachionus,
Chlorella.
Seluruh bahan pembuat pakan ikan
√ √
1. Kategori Tinggi: Crude oil, tepung ikan, waste, fasta
2. Kategori Rendah: Minyak ikan semi refine dan
refine.
5. Bentuk Lain
Seluruh bentuk lain diluar ikan dan benda lain, yang berasal dari
bagian tubuh ikan
√ kancing, kerajinan dari bagian
tubuh ikan, dll.
19
3.3. Kategorisasi Jenis Bahan Baku Yang Diperbolehkan Masuk
ke Dalam Wilayah Negara
3.3.1. Bahan Baku Untuk Industri Pengalengan
Jenis bahan baku pengalengan untuk industri
pengelengan sebagaimana terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bahan baku untuk industri pengalengan
No. Nama Jenis Hasil
Perikanan
Kode HS Bentuk
1. Sarden (Sardinella spp) 0303.53.00.00 Beku/Frozen
2. Ikan mackerel jack dan
mackerel kuda (Trachurus spp) 0303.55.00.00 Beku/Frozen
3. Atlantik Mackerel (Scomber Scombrus)
0303.54.00.10 Beku/Frozen
4. Pasific Mackerel (Scomber japonicus)
0303.54.00.20 Beku/Frozen
3.3.2. Bahan Baku Unit Pengolahan Ikan Untuk di Ekspor
Kembali dan Tidak Diperdagangkan Di Wilayah
Indonesia.
Semua jenis hasil perikanan untuk bahan baku industri
pengolahan hasil perikanan diperbolehkan masuk ke
dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali jenis
hasil perikanan yang dilarang menurut peraturan
perundang-undangan.
3.3.3. Bahan Baku Pengolahan Tradisional Berupa
Pemindangan
Jenis bahan baku pengolahan pemindangan secara
tradisional, sebagaimana terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bahan baku Pengolahan Tradisional Berupa
Pemindangan
No. Nama Jenis Hasil
Perikanan Kode HS Bentuk
1. Salem (Scomber japonicus) 0303.54.00.20 Beku/Frozen
2. Kuring (Rastrelliger kanagurta)
0303.89.15.10 Beku/Frozen
20
No. Nama Jenis Hasil
Perikanan Kode HS Bentuk
3. Aso-aso (Rastrelliger brachysoma)
0303.54.15.10 Beku/Frozen
4. Pasific Mackerel (Scomber japonicus)
0303.54.00.20 Beku/Frozen
3.3.4. Bahan Baku Fortifikasi/Pengkayaan Makanan
Tertentu
Jenis bahan baku sebagai fortifikasi atau bahan
pengkaya makanan dapat dilihat sebagaimana pada
Tabel 6.
Tabel 6. Bahan baku Fortifikasi/Pengkayaan Makanan
tertentu
No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk Keterangan
1. Minyak Ikan /Fish oil 1504.20.10.00
1504.20.90.00
Mutu
pangan/food grade
-
2. Konsentrat Protein Ikan /Fish protein consentrat
0305.59.20.00
0305.59.90.00
Mutu
pangan/food
grade
-
3. Karaginan rafinasi /Kappa, Lota dan lamda
1302.39.10.10 Bubuk/in
powder form -
4. Alginate dan turunannya 1302.39.90.00 Bubuk/in
powder
form/cair
-
5. Tepung dari udang 0306.29.30.00 - -
6. Tepung dari invertebrata air
selain crustacea 0307.99.90.00 - -
7. Jenis bahan fortifikasi
berbahan baku yang tidak
diproduksi di Indonesia*)
- - Dilengkapi dengan foto,nama dagang,
nama ilmiah, dan kode HS
3.3.5. Konsumsi Hotel, Restoran, Katering dan Pasar
Modern
Jenis hasil perikanan untuk tujuan konsumsi hotel,
restaurant, katering dan pasar modern, dapat dilihat
pada Tabel 7.
21
Tabel 7. Bahan baku Konsumsi Hotel, Restoran, Katering
dan Pasar Modern
No. Nama Jenis Hasil Perikanan Kode HS Bentuk Keterangan
1. Trout (Salmo trutta, Oncorhynchus spp)
0302.11.00.00
0303.14.00.00
Segar/Fresh
Beku/Frozen
Segar utuh
Beku utuh
2. Pasifik Salmon (Oncorhynchus spp)
0302.13.00.00
0302.12.00.00
Segar/Fresh
Beku/Frozen
Segar utuh
Beku utuh
3. Atlantik salmon (Salmo solar) 0302.14.00.10
0303.13.00.10
Segar/Fresh
Beku/Frozen
Segar utuh
Beku utuh
4. Halibut (Reinhardtius spp) 0302.21.00.00
0303.31.00.00
Segar/Fresh
Beku/Frozen
Segar utuh
Beku utuh
5. Ikan Cod (Anoplopoma fimbria/Gadus spp)
0302.51.00.00
0303.63.00.00
Segar/Fresh
Beku/Frozen
Segar utuh
Beku utuh
6. Lobster (Homarus spp) 0306.12.00.00 Beku/Frozen Beku utuh
7. Udang Galah/Giant Fresh Water Shrimp (Macrobrachium rosenbergii)
0306.17.30.00 Beku/Frozen Beku utuh
8. Nori/Kelp/Roasted laver 1212.21.10.00 Dried/lembaran
/Potongan
-
9. Surumeika/Squid/Cumi-cumi
(Loligo spp, natotodarus spp, Todarodes pacificus)
0307.41.20.00
0307.49.10.00
Segar/Fresh
Beku/Frozen
Segar utuh
Beku utuh
10. Ikan jenis lain yang tidak
terdapat di Perairan Indonesia - - Dilengkapi
dengan foto,nama dagang, nama ilmiah, dan kode HS
3.3.6. Keperluan Umpan
Jenis hasil perikanan untuk keperluan umpan,
sebagaimana pada Tabel 8.
Tabel 8. Bahan baku untuk keperluan umpan
No. Nama Jenis Hasil Perikanan
Kode HS Bentuk
1. Sardinella (Sardinella spp) 0303.53.00.00 Beku/Frozen
2. Cumi karet/Illex Squid (Illex spp)
0307.49.10.00 Beku/Frozen
22
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LABORATORIUM
Pemeriksaan dan pengujian laboratorium untuk media
pembawa/hasil perikanan dilaksanakan sesuai dengan standar dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.1. Pemeriksaan Media Pembawa di Tempat Pemasukan
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002
khususnya pasal 6, setiap media pembawa yang dimasukkan ke
dalam, dibawa atau dikirim dari suatu Area ke Area lain atau
transit di dalam wilayah Negara Republik Indonesia maupun
yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia
dikenakan tindakan karantina. Tindakan Karantina terdiri dari
8P, meliputi pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan
pembebasan. Tindakan Karantina dilaksanakan oleh Petugas
Karantina di tempat pemasukan dan/atau pengeluaran.
Tindakan karantina dilakukan setelah dipenuhinya ketentuan-
ketentuan yang terkait pemasukan/pengeluaran media
pembawa. Target pemeriksaan laboratorium berdasarkan media
pembawa dan negara sebaran selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
4.2. Pengujian Mutu Hasil Perikanan
a. Ikan Beku
Parameter pengujian mutu hasil perikanan untuk ikan beku,
sebagaimana terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengujian Mutu Ikan Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori - Min. 7 (Skor 1 - 9)
b. Kimiaa
- Histaminc mg/kg Maks 100
- TVB mgN% Maks 20
c. Fisika
- Suhu Pusat oC Maks. -18
d. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
23
Parameter Uji Satuan Persyaratan
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio choleraa per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticusa APM/g < 3
- Listeria monocytogenesa.f per 25 g Negatif
e. Cemaran Logama
- Arsen(As) mg/kg Maks 1,0
- Kadmium mg/kg Maks 0,1
mg/kg Maks 0,5b
mg/kg Maks 0,05d
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
mg/kg Maks 1,0b
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal mg/kg Maks. 0,3
mg/kg Maks 0,4b
mg/kg Maks 0,2d
f. Cemaran Bahan Kimia Non Pangan
- Formalin mg/kg 0
- Borax mg/kg 0
- Rhodamin B mg/kg 0
- Kuning Metanil Mg/kg 0
f. Cemaran Fisika
- Filth 0
g. Racun Hayatia
- Ciguatoksin Negatif
Catatan :
a. bila diperlukan
b. untuk ikan predator
c. untuk ikan scombroid,
clupiedae,scrombresocidae,pomatomidae,coryphaenedae
d. untuk ikan yang dibudidayakan
e. untuk ikan karang
f. untuk ikan salmonidae bila tidak ada tanda maka parameter uji
wajib dilakukan
24
b. Persyaratan mutu dan keamanan ikan segar (SNI 2729 :
2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan ikan
segar berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengujian Mutu Ikan Segar
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik - Min. 7 (Skor 1 - 9)
b. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella - Negatif/ 25 g
- Vibrio cholera - Negatif/ 25 g
- Vibrio parahaemolyticus APM/g < 3
c. Cemaran Logam*
- Arsen(As) mg/kg Maks 1,0
- Kadmium mg/kg Maks 0,1
mg/kg Maks 0,5**
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
mg/kg Maks 1,0**
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal mg/kg Maks. 0,3
mg/kg Maks 0,4**
d. Kimia*
- Histamin*** mg/kg Maks 100
e. Residu Kimia*
- Kloramfenikol**** - Tidak boleh ada
- Malachite green dan Leuchomalachite green ****
- Tidak boleh ada
Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, AMOZ)****
- Tidak boleh ada
f. Racun Hayati*
- Ciguatoksin***** - Tidak terdeteksi
g. Parasit* (Zoonosis) - Tidak boleh ada
* bila diperlukan
** untuk ikan predator
*** untuk ikan scombroidae (scromboid), clupeidae,
pomatomidae, coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya
***** untuk ikan karang
25
c. Persyaratan mutu dan keamanan Minyak ikan sardine
(Sardinella sp) kasar (crude sardine)oil (SNI 7950 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan munyak
ikan sardin, berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengujian Mutu Minyak ikan sardine (Sardinella
sp) kasar (crude sardine) oil
Parameter Satuan Mutu
A B
a. Sensori - min 7 (1-9) min 7 (1-9)
b. Kimia
- Asam lemak bebas % < 1 1 - 2
- Bilangan iod % 140 - 165 < 140
- Bilangan peroksida meq/kg maks 3 4 - 5
- Kadar Air % < 1 maks 2
- Bilangan anisidin* meq/kg maks 20 maks 20
- Total Oksidasi* meq/kg maks 26 maks 26
- Logam berat* mg/kg maks 0,1 maks 0,1
(Pb, Hg. Cd, As, Sn)
- PCB meq/kg maks 0,09 maks 0,09
c. Fisika
- Kotoran - tidak ada tidak ada
d. Mikrobiologi
- Escherichia coli APM/gram < 3 < 3
- Salmonella per 25 gram negatif negatif
*) jika diperlukan
d. Persyaratan mutu dan keamanan semi refined carragenan
(SNI 7688.1 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk carragenan semi refined berdasarkan SNI,
sebagaimana pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengujian Mutu Semi Refined Carragenan
Jenis Uji Satuan Persyaratan (food)
Kappa Iota
a. Sensori Angka (1 - 9) 7 7
b. Cemaran mikroba
26
Jenis Uji Satuan Persyaratan (food)
Kappa Iota
- ALT koloni/g Maks 5 x
103 Maks 5 x
103
- Salmonella per 25 g Negatif negatif
- E. Colli APM/g < 3 < 3
c. Cemaran kimia*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks 2,0 Maks 2,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks 5,0 Maks 5,0
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks 1,0 Maks 1,0
- Arsen (As) mg/kg Maks 3,0 Maks 3,0
- Timah (Sn) mg/kg Maks 40,00
Maks 40,00
d. Fisika
- Kekuatan gel g/cm2 Min 400 Min 100
(1,5% ; KCI 0,2% : suhu 100C
- Viskositas cPs Min 15 Min 15
e. Persyaratan mutu dan keamanan belut (Monopterus albus)
beku (SNI 7660.1 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk belut berdasarkan SNI, sebagaimana pada
Tabel 13.
Tabel 13. Pengujian mutu dan keamanan hasil perikanan untuk belut
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Organoleptik Angka (1 - 9) Min. 7
Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks 5 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
- Staphylococcus aureus* koloni/g Maks 1,0 x 103
27
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Cemaran Logam*
- Kadmium mg/kg Maks 0,1
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
- Timbal mg/kg Maks. 0,3
- Arsen(As) mg/kg Maks 10,25
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Fisika
- Suhu Pusat oC Maks. -18
CATATAN* Bila Diperlukan
f. Persyaratan mutu dan keamanan Alkali treated seaweed
chips (SNI 8170 : 2015)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan alkali
untuk seaweed chips berdasarkan SNI, sebagaimana pada
Tabel 14.
Tabel 14. Pengujian Mutu Alkali Treated Seaweed Chips
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Organoleptik - Min. 7 (Skor 1 - 9)
Kimia
- Kadar Air % Maks. 20,0
- pH* - 8 - 9
Cemaran Logam*
- Arsen(As) mg/kg Maks 3,0
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks 1
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 1,0
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal mg/kg Maks. 0,3
* bila diperlukan
** untuk ikan predator
28
g. Persyaratan mutu dan keamanan udang beku (SNI 2705 :
2014)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk udang beku berdasarkan SNI, sebagaimana
pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengujian Mutu Udang Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Organoleptik - Min. 7 (Skor 1 - 9)
Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholera per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticus APM/g < 3
Cemaran Logam*
- Arsen(As) mg/kg Maks 1,0
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,5
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
- Timbal mg/kg Maks. 0,5
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
- Benda asing* Tidak terdeteksi
Cemaran Fisik*
Filth 0
CATATAN* Bila Diperlukan
h. Persyaratan mutu dan keamanan daging kerang
beku/frozen shellfish meat (SNI 3460.1 : 2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk daging kerang berdasarkan SNI, sebagaimana
pada Tabel 16.
Tabel 16. Pengujian Mutu Daging Kerang Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Sensori Angka 1 - 9 Minimal 7
Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
29
Parameter Uji Satuan Persyaratan
- Escherichia coli APM/g Maksimal < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticus per 25 g Maksimal < 3
- Staphylococcus aureus* APM/g Maks. 1,0 x 103
Cemaran kimia*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 1,0
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 1,0
Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
- Filth pPotongan Maksimal 0
Hayati
- PSP (Paralitytic Shellfish Poisoning)
µg toksin/ 100 gr maksimal 80
- DSP (Diarhetic Shellfish Poisoning)
µg toksin/ 100 gr Negatif
- ASP (Amnesic Shellfish Poisoning)
µg asam domoic/ kg
Maksimal 20
CATATAN* Bila Diperlukan
i. Persyaratan mutu dan keamanan cumi-cumi beku (SNI
2731.1 : 2010)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk cumi-cumi beku berdasarkan SNI,
sebagaimana pada Tabel 17.
Tabel 17. Pengujian Mutu Cumi-cumi Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
Sensori Angka (1 - 9) Minimal 7
Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g Maksimal < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticus* APM/25 g Maksimal < 3
Cemaran kimia*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 1,0
30
Parameter Uji Satuan Persyaratan
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal mg/kg Maksimal 1,0
Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
CATATAN* Bila Diperlukan sesuai permintaan pasar
j. Persyaratan mutu dan keamanan Scallop (SNI 3230.1 :
2010)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk scallop berdasarkan SNI, sebagaimana pada
Tabel 18.
Tabel 18. Pengujian Mutu Scallop
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik Angka (1 - 9) Minimal 7
b. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3,0
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae per 25 g Negatif
- Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1,0 x 103
c. Cemaran kimia*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 1,0
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal mg/kg Maksimal 1,0
d. Biotoxin*
- PSP (Paralitytic Shellfish Poisoning)
µg/ kg Maksimal 800
- DSP (Diarhetic Shellfish Poisoning)
µg/ kg Maksimal 160
- ASP (Amnesic Shellfish Poisoning)
µg/ kg Maksimal 20
CATATAN* Bila Diperlukan sesuai permintaan pasar
31
k. Persyaratan mutu dan keamanan Fillet ikan beku/frozen
shellfish meat (SNI 2696 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk fillet ikan beku berdasarkan SNI,
sebagaimana pada Tabel 19.
Tabel 19. Pengujian Mutu Fillet Ikan Beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min. 7 (skor 1 - 9)
b. Kimia
- Histamin*** mg/kg Maks. 100
c. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Escherichia coli APM/g Maksimal < 3,0
- Salmonella - Negatif/ 25 g
- Vibrio cholerae - Negatif/ 25 g
d. Cemaran Logam*
- Arsen(As) mg/kg Maks 1,0
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,1
Maks. 0,5**
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
Maks. 1,0**
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3
mg/kg Maks. 0,4**
e. Residu Kimia*
- Kloramfenikol**** - Tidak boleh ada
- Malachite green dan Leuchomalachite green ****
- Tidak boleh ada
Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, AMOZ)****
- Tidak boleh ada
f. Racun Hayati*
- Ciguatoksin***** - Tidak terdeteksi
g. Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
h. Parasit* - Tidak boleh ada
* bila diperlukan
** untuk ikan predator
32
*** untuk ikan scombroidae (scromboid), clupeidae,
pomatomidae, coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya
***** untuk ikan karang
l. Persyaratan mutu dan keamanan lobster beku (SNI 2711.1
: 2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk lobster beku berdasarkan SNI, sebagaimana
pada Tabel 20.
Tabel 20. Pengujian Mutu Lobster beku
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1 - 9) Minimal 7
b. Cemaran Mikroba
- Escherichia coli APM/25 g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- ALT koloni/g Maks. 5.0 x 105
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
- Vibrio parahaemolyticus*
APM/25 g < 3
c. Cemaran kimia*
- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5
- Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 0,5
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 0,5
d. Fisika
- Suhu pusat oC Maks. -18
CATATAN* Bila Diperlukan
m. Persyaratan mutu dan keamanan teri nasi setengah kering
(SNI 3461.1 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk teri nasi berdasarkan SNI, sebagaimana pada
Tabel 21.
33
Tabel 21. Pengujian Mutu Teri Nasi Setengah Kering
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1 - 9) Minimal 7
b. Cemaran Mikroba
- ALT koloni/g Maks. 1 x 105
- Escherichia coli APM/g < 3
- Salmonella per 25 g Negatif
- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif
c. Cemaran logam*
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,1
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0,5
- Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,3
- Arsen (As) mg/kg Maks 1,0
- Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0
d. Kimia
- Kadar garam % Maks 10
- Kadar Air % Maks 60
- Kadar Abu tak larut dalam asam
% Maks 0,3
CATATAN* Bila Diperlukan
n. Persyaratan Mutu Otak otak Ikan (SNI 7757:2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk otak ikan berdasarkan SNI, sebagaimana
pada Tabel 22.
Tabel 22. Pengujian Mutu Otak Otak Ikan
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min 7 (Skor 3 – 9)
b. Kimia
- Kadar air
- Kadar abu
- Kadar protein - Kadar lemak
%
%
%
%
Maks 60.0
Maks 2,0
Maks 5,0
Maks 16,0
c. Cemaran Mikroba
- ALT
- Eschericia coli - Salmonella
- Vibrio colerae*
- Staphylococcus aures
koloni/g
APM/g
-
-
koloni/g
Maks 5 x 104
< 3
Negatif/25 g
Negatif/25 g
Maks 1,0 x102
d. Cemaran Logam
- Kadmiun Cd)
- Merkuri (Hg)
mg/kg
Maks 0,1
34
Parameter Uji Satuan Persyaratan
- Timbal (Pb) - Arsen (As)
- Timah (Sn)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 0,5
Maks 0,3
Maks 1,0
Maks 40,0
e. Cemaran Fisik
- Filth - 0
CATATAN * bila diperlukan
o. Persyaratan Mutu Surimi (SNI 2694 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk surimi berdasarkan SNI, sebagaimana pada
Tabel 23.
Tabel 23. Pengujian Mutu Surimi
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min 7 (Skor 1 – 9)
b. Kimia - Kadar air - Kadar protein
%
%
Maks. 80
Maks. 12
c. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Vibrio colerae*
koloni/g
APM/g
-
koloni/g
Maks 5,0 x 104
< 3
Negatif/25 g
Negatif/25 g
d. Cemaran Logam - Arsen (As) - Kadmiun Cd)
- Merkuri (Hg)
- Timah (Sn) - Timbal (Pb)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks. 1.0
Maks.0.1
Maks 0,5**
Maks 0,5
Maks 1,0**
Maks 40,0
Maks. 0,3
Maks. 0,4**
e. Cemaran Fisik - Filth
- 0
f. Fisika - Suhu Pusat - Kekuatan Gel (gel
strength)
oC
g/cm2
Maks -18
Min. 600
CATATAN * bila diperlukan
** untuk ikan predator
*** untuk ikan scombroidae (scombroid), clupeidae, pomatomidae,
coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya
***** untuk ikan karang
35
p. Persyaratan Mutu Nuget Ikan (SNI 7758 : 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk daging kerang berdasarkan SNI, sebagaimana
pada Tabel 24.
Tabel 24. Pengujian Mutu nuget ikan
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Min 7 (Skor 1 – 9)
b. Kimia - Kadar air - Kadar abu - Kadar protein - Kadar lemak
%
%
%
%
Maks.60.0
Maks. 2.5
Min 5.0
Maks.15.0
c. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Vibrio colerae* - Staphylocoocus aereus*
koloni/g
APM/g
-
-
koloni/g
Maks 5,0 x 104
< 3
Negatif/25 g
Negatif/25 g
Maks. 1x102
d. Cemaran Logam - Kadmiun Cd) - Merkuri (Hg) - Timbal (Pb) - Arsen (As) - Timah (Sn)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 0,1
Maks 0,5
Maks. 0,3
Maks. 1,0
maks. 40,0
e. Cemaran Fisik - Filth
- 0
CATATAN * Bila diperlukan
q. Persyaratan Mutu Ikan Berlapis Tepung (SNI 7319.1: 2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk ikan berlapis tepung, sebagaimana pada
Tabel 25.
Tabel 25. Pengujian Mutu ikan berlapis tepung
Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1-9) Min 7
b. Cemaran Mikroba - Eschericia coli - Salmonella - ALT - Staphylococcus aures* - Vibrio colerae*
APM/g
per 25 g
Koloni/g
Koloni/g
per 25 g
<3
Negatif
Maksimal 5,0 x 105
Maksimal 1,0 x 103
Negatif
36
Jenis Uji Satuan Persyaratan
c. Cemaran Logam - Merkuri (Hg) - Timbal (Pb) - Kadmiun (Cd)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maksimal 0,5
Maksimal 0,2
Maksimal 0,1
d. Uji Kimia - Histamin*
mg/kg Maksimal 50
e. Fisika - Suhu Pusat
oC
Maksimal -18
f. Fisik Filth Bobot Tuntas
-
%
0
50
CATATAN * bila diperlukan
r. 4.2.19. Persyaratan Mutu Udang Berlapis Tepung (SNI
6163-1:2009)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk udang berlapis tepung berdasarkan SNI,
sebagaimana pada Tabel 26.
Tabel 26. Pengujian Mutu Udang Berlapis Tepung
Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1-9) Min 7
b. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Vibrio colerae - Vibrio parhaemolyticus* - Staphylococcus aures*
Koloni/g
APM/g
per 25 g
per 25 g
APM/g
Koloni/g
Maksimal 5,0 x 105
< 3
Negatif
Negatif
< 3
Maksimal 1,0 x 103
c. Cemaran Kimia - Kadmiun (Cd) - Raksa (Hg) - Timbal (Pb) - Kloramfenikol - Tetrasiklin - Oksitetrasiklin - Klortetrasiklin
mg/kg
mg/kg
mg/kg
μg/kg
μg/kg
μg/kg
μg/kg
Maksimal 0,05
Maksimal 0,5
Maksimal 0,5
Maksimal 0,3
Maksimal 100
Maksimal 100
Maksimal 100
d. Fisika - Suhu Pusat
oC
Maksimal -18
e. Fisik - Filth - Bobot Tuntas Udang
-
% bobot
0
Minimal 50
CATATAN * bila diperlukan
37
s. 4.2.20. Persyaratan Mutu Bakso Ikan (SNI 7266 2014)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk bakso ikan berdasarkan SNI, sebagaimana
pada Tabel 27.
Tabel 27. Pengujian mutu bakso ikan
Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Sensori Angka (1-9) Min 7
b. Kimia - Kadar air - Kadar abu - Kadar Protein - Histamin*
%
%
%
mg/kg
Maksimal 65
Maksimal 2,0
Min 7
Maksimal 100
c. Cemaran Mikroba - ALT - Eschericia coli - Salmonella - Staphylococcus aures - Vibrio cholerae** - Vibrio parahaemolyticus**
koloni/g
APM/g
per 25 g
koloni/g
per 25 g
per 25 g
Maksimal 1.0x105
<3
Negatif
Maksimal 1.0x102
Negatif
Negatif
d. Cemaran Logam - Kadmiun Cd) - Merkuri (Hg) - Timbal (Pb) - Arsen (As) - Timah (Sn)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 0,1
Maks 0,5
Maks. 0,3
Maks. 1,0
Maks. 40,0
e. Cemaran Fisik - Filth
- 0
CATATAN * Untuk bahan baku yang berasal dari jenis scombroidae
** Bila diperlukan
t. 4.2.21. Persyaratan Mutu Tepung Ikan Bahan Baku Pakan
(SNI2715: 2013)
Persyaratan dan parameter mutu dan keamanan hasil
perikanan untuk bahan tepung ikan untuk bahan baku pakan
berdasarkan SNI, sebagaimana pada Tabel 28.
38
Tabel 28. Pengujian Mutu Tepung Ikan Bahan Baku Pakan
Jenis Uji Satuan
Mutu
A B C
Min 7(1-9) Min 7 (1-9) Min 7 (1-9)
a. Sensori
b. Kimia - Kadar Protein
%
Min 60
Min 55
Min 50
- TVB-N mg/100 g
Maks. 150
Maks. 180 Maks. 230
- Kadar Lemak
%
Maks.10
Maks. 11 Maks. 12
- Kadar Air
%
6-10
10-12 10-12
- Kadar Abu Total
%
Maks.20
Maks. 25 Maks. 30
- Kadar Garam
%
Maks.5
Maks.5 Maks.5
- Protein non ikan
- Negatif
Negatif Negatif
- Kadar pepsin tercernakan (digest)
%
Min.90 Min.85 Min.80
- Kadar antioksidan ethoxyquin
mg/kg
Min.150 Min.150 Min.100
c. Fisika - Ukuran (mesh 12)
% lolos 95 90 80
d. Mikrobiologi* -Salmonella
Negatif
Negatif Negatif
CATATAN * Bila diperlukan
39
BAB V
PENUTUP
Pedoman Pemeriksaan Terhadap Media Pembawa dan Hasil
Perikanan Yang Masuk Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia
disusun sebagai acuan bagi petugas karantina di UPT KIPM dalam
melaksanakan kegiatan pemeriksaan terhadap media pembawa/hasil
perikanan yang dimasukan ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia sesuai tugas pokok dan fungsinya, seperti yang tercantum
dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, yaitu mencegah masuk dan
tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan
antar area di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Standar pemeriksaan dan parameter pengujian mutu yang
digunakan dalam pelaksanaan pengendalian produk impor mengacu
pada Standar Nasional Indonesia dan Internasional dalam
pelaksanaan pengendalian sistim jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan. Diharapkan dengan diterbitkannya pedoman ini dapat
meningkatkan pemahaman petugas karantina ikan dalam
menetapkan parameter pengujian yang diwajibkan untuk dilakukan
pemeriksaan pada produk impor, guna menjaga keamanan hasil
perikanan yang masuk kedalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Pedoman ini bersifat dinamis, dapat berubah sesuai dengan
perkembangan peraturan perundangan yang berlaku dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu
diharapkan saran dan masukannya untuk penyempurnaannya agar
lebih mudah dipahami dan dilaksanakan.
Petugas
Administrasi
Kepala UPT/Pejabat
yang ditunjukPHPI
Petugas
LaboratoriumWaktu
1 10 menit
2 -
-
Dokumen yang dipersyaratkan;
Draf Surat Perintah
Pemeriksaan Dokumen
5 menit -
-
Dokumen yang dipersyaratkan;
Surat Perintah Pemeriksaan
Dokumen
3 -
-
Dokumen yang dipersyaratkan;
Surat Perintah Pemeriksaan
Dokumen
10 menit
4 5 menit
5 10 menit
6 5 menit
10 menit -
-
-
-
-
Surat Persetujuan Pengeluaran
Media Pembawa dari Tempat
Pemasukan (KI-D7) dan Surat
Keterangan Masuk Instalasi
Karantina Ikan (KI-D8);
Surat Perintah Pengawalan
MP/HP;
SP Pemeriksaan Kebenaran Isi
Dokumen;
SP Pemeriksaan Klinis;
SP Pengambilan Contoh Uji
7 -
-
-
-
-
Surat Persetujuan Pengeluaran
Media Pembawa dari Tempat
Pemasukan (KI-D7) dan Surat
Keterangan Masuk Instalasi
Karantina Ikan (KI-D8);
Surat Perintah Pengawalan;
SP Pemeriksaan Kebenaran Isi
Dokumen;
SP Pemeriksaan Klinis;
SP Pengambilan Contoh Uji
240 menit
8 60 menit
9 30 menit
Menyiapkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari
Tempat Pemasukan (KI-D7) dan Surat Keterangan Masuk Instalasi
Karantina Ikan (KI-D8) dan menyampaikan ke PHPI
Disposisi
Lampiran 1. Alur Sertifikasi Kesehatan Ikan dan Hasil Perikanan Impor Risiko Tinggi
No. Uraian Kegiatan
Pelaksana Kegiatan Mutu Baku
KeteranganKelengkapan Output
Menerima dan melakukan pencatatan PPK secara manual serta
penginputan ke dalam Sisterkaroline
Dokumen yang dipersyaratkan Draf Surat Perintah Pemeriksaan
Dokumen
Memerintahkan PHPI untuk melaksanakan pemeriksaan kelengkapan
dan keabsahan dokumen
Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan
Kelengkapan dan Keabsahan
Dokumen
Berdasarkan disposisi Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk, menyiapkan
Surat Perintah Analisis Media Pembawa
Laporan Hasil Pemeriksaan
Kelengkapan dan Keabsahan
Dokumen
Surat Perintah Analisis Media
Pembawa
Dilanjutkan SOP Penahanan
dan/atau Penolakan apabila
dokumen dinyatakan tidak
lengkap/sah
Melakukan analisis media pembawa serta rekomendasinya Surat Perintah Analisis Media
Pembawa
Rekomendasi analisis MP/HP
Berdasarkan rekomendasi analisis MP/HP dari PHPI, memerintahkan
Petugas Administrasi untuk menyiapkan Surat Persetujuan
Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D7) dan
Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan (KI-D8) untuk
tindakan karantina lebih lanjut di instalasi
Rekomendasi analisis MP/HP Disposisi
Melakukan pengawalan MP/HP ke instalasi karantina ikan, dan
melakukan pemeriksaan kesesuaian jenis, jumlah dan/atau ukuran
termasuk kematian ikan dan penempatannya di instalasi
Melaksanakan pemeriksaan kesesuaian jenis/jumlah dan/atau ukuran
media pembawa/hasil perikanan secara menyeluruh di Instalasi
Karantina Ikan
Surat Perintah Pemeriksaan
Kebenaran Isi Dokumen
LHP Kebenaran Isi Dokumen Dilaksanakan di IKI
Melaksanakan pemeriksaan klinis MP dan membuat LHP Klinis Surat Perintah Pemeriksaan Klinis LHP Klinis MP
Laporan Hasil Pengawalan
Dilaksanakan di IKI
10 30 menit
11 5 menit
12 4,5 hari
13 10 menit -
-
Dilanjutkan SOP Perlakuan
apabila LHU Lab menunjukkan
MP terinfeksi HPIK golongan II;
atau
SOP pemusnahan apabila MP
terinfeksi HPIK Gol.I / tdk
memenuhi standar mutu
14 5 menit
15 5 menit
Berdasarkan LHU laboratorium (HPIK dan Mutu Hasil Perikanan) dan
LHP klinis, membuat disposisi kepada Petugas Administrasi
LHP Klinis
LHU Laboratorium (Penyakit Ikan
dan Mutu Hasil perikanan)
Disposisi
Menyiapkan draf Sertifikat Pelepasan (KI-D12) Disposisi Draf Sertifikat Pelepasan (KI-D12)
Menandatangani Sertifikat Pelepasan (KI-D12) Draf Sertifikat Pelepasan
(KI-D12)
Sertifikat Pelepasan
(KI-D12) ditandatangani
Total waktu yang dibutuhkan 4 hari 11 jam 20 menit
Memerintahkan Petugas Laboratorium untuk melaksanakan pengujian
contoh uji sesuai target HPIK/mutu hasil perikanan
LHP Pemeriksaan Klinis dan
Pengambilan Sampel
Surat Perintah Pemeriksaan
Laboratorium
Melakukan pengujian dan membuat Laporan Hasil Uji (LHU)
laboratorium
Surat Perintah Pemeriksaan
Laboratorium
Laporan Hasil Uji (LHU)
Laboratorium
Pengujian laboratorium sesuai target
HPIK (parasit, bakteri, jamur dan
virus) dan mutu hasil perikanan
Melaksanakan pengambilan sampel MP dan membuat LHP
Pengambilan Sampel dan melaporhan hasilnya kepada Kepala
UPT/Pejabat yang ditunjuk untuk didisposisi
Surat Perintah Pengambilan
Contoh Uji
LHP Pengambilan Contoh Uji Dilaksanakan di IKI
Petugas
Administrasi
Kepala UPT/Pejabat
yang ditunjukPHPI Waktu
1 10 menit
2 -
-
Dokumen yang dipersyaratkan;
Draf Surat Perintah
Pemeriksaan Dokumen
5 menit -
-
Dokumen yang dipersyaratkan;
Surat Perintah Pemeriksaan
Dokumen
3 -
-
Dokumen yang dipersyaratkan;
Surat Perintah Pemeriksaan
Dokumen
10 menit
4 5 menit
5 10 menit
6 10 menit
7 5 menit
8 240 menit
9 -
-
LHP Kebenaran Isi Dokumen;
Disposisi
5 menit
10 5 menit
Berdasarkan rekomendasi analisis MP/HP dari PHPI, memerintahkan
Petugas Administrasi untuk menyiapkan Surat Perintah Pemeriksaan
Kebenaran Isi Dokumen (Kesesuaian jenis/jumlah dan/atau ukuran)
Rekomendasi analisis MP/HP Disposisi
Melaksanakan pemeriksaan kesesuaian jenis, jumlah dan/atau ukuran
media pembawa/hasil perikanan kemudian membuat LHP Kebenaran
Isi Dokumen untuk didisposisi oleh Kepala UPT/Pejabat yang Ditunjuk
Berdasarkan disposisi Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk, menyiapkan
Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat
Pemasukan (KI-D7)
Surat Perintah Pemeriksaan
Kebenaran Isi Dokumen
LHP Kebenaran Isi Dokumen
Draf Surat Persetujuan
Pengeluaran Media Pembawa dari
Tempat Pemasukan (KI-D7)
Draf KI-D7 KI-D7 ditandatanganiMenandatangani Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari
Tempat Pemasukan (KI-D7)
Total waktu yang dibutuhkan 5 jam 10 menit
Dilanjutkan SOP Penolakan apabila
terdapat ketidaksesuaian jenis, jumlah
dan/atau ukuran
Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen
Melakukan analisis media pembawa serta rekomendasinya Surat Perintah Analisis Media
Pembawa
Rekomendasi analisis MP/HP
Lampiran 2. Alur Sertifikasi Kesehatan Ikan dan Hasil Perikanan Impor Risiko Rendah
No. Uraian Kegiatan
Pelaksana Kegiatan Mutu Baku
KeteranganKelengkapan Output
Menyiapkan Surat Perintah Pemeriksaan Kebenaran Isi Dokumen
(Kesesuaian jenis/jumlah dan/atau ukuran media pembawa/hasil
perikanan)
Disposisi Surat Perintah Pemeriksaan
Kebenaran Isi Dokumen
Dilakukan di dalam kawasan pabean
Menerima dan melakukan pencatatan PPK secara manual serta
penginputan ke dalam Sisterkaroline
Dokumen yang dipersyaratkan Draf Surat Perintah Pemeriksaan
Dokumen
Memerintahkan PHPI untuk melaksanakan pemeriksaan kelengkapan
dan keabsahan dokumen
Laporan Hasil Pemeriksaan
Kelengkapan dan Keabsahan
Dokumen
Berdasarkan disposisi Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk, menyiapkan
Surat Perintah Analisis Media Pembawa
Laporan Hasil Pemeriksaan
Kelengkapan dan Keabsahan
Dokumen
Surat Perintah Analisis Media
Pembawa
Dilanjutkan SOP Penahanan dan/atau
Penolakan apabila dokumen dinyatakan
tidak lengkap/sah
Lampiran 3. Target Pemeriksaan Laboratorium Berdasarkan Media Pembawa dan Negara Sebaran
No Organisme Penyebab
Nama Penyakit Gol Media Pembawa (Inang Rentan) Negara Sebaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Virus
1 Channel Catfish Virus Disease (CCVD)
Channel Catfish Virus Disease (CCVD)
I African Catfish(Clarias gariepinus)
Asian Catfish (Clarias batrachus )
Blue Catfish (Ictalurus furcatus )
Bullhead (Ameiurus melas )
Bullhead (Ameiurus natalis )
Bullhead (Ameiurus nebulosus )
Channel catfish (Ictalurus punctatus )
European Catfish (Silurus glanis )
White Catfish (Ictalurus catus )
Amerika Serikat, Inggris, Rusia,
Honduras
2 Rhabdovirus carpio Spring Viraemia of Carp Disease (SVCD)
I Bighead Carp (Aristichthys nobilis )
Bream (Abramis brama )
Catla (Gibelion catla )
Common Carp (Cyprinus carpio )
Crucian Carp (Carassius carassius )
European Catfish (Silurus glanis )
Golden shiner (Notemigonus crysoleucas)
Goldfish (Carassius auratus )
Grass Carp (Ctenopharyngodon idella )
Guppy (Poecilia reticulata )
Mrigal (Cirrhinus mrigala , Cirrhinus cirrhosus ) Nile
Tilapia (Oreochromis niloticus )
Orfe (Leuciscus idus )
Northern pike (Esox lucius )
Pumpkinseed (Lepomis gibbosus ) Rainbow Trout
(Oncorhynchus mykiss ) Rohu (Labeo rohita )
Silver Carp (Hypophthalmichthys molitrix ) Tench
(Tinca tinca )
Zebra Fish (Danio rerio )
Amerika Serikat, Belarusia, China,
Brazil, Denmark, Georgia, Hawai,
Israel, Italia, Jepang, Kanada,
Maldova, Rusia, Spanyol, Swiss,
Ukraina, Yugoslavia
3 Infectious pancreatic Infectious Pancreatic I Arctic Char (Salvelinus alpinus ) Afrika Selatan, Amerika Serikat,
necrosis virus
(IPNV)/Birnavirus
Necrosis Disease Atlantic Menhaden (Brevoortia tyrannus ) Brook Trout
(Salvelinus fontinalis )
Brown Trout (Salmo trutta )
Cichlids (Cichlidae)
Coalfish (Pollachius virens )
Common Scallop (Pecten maximus ) Drums/Croakers
(Sciaenidae )
Giant gouramy(Osphronemus goramy)
Loach (Cobitidae )
Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus ) Noble Crayfish
(Astacus astacus )
Pasific Halibut (Hippoglossus stenolepis ) Perch (Percidae )
Northern pike (Esox lucius )
Redfin Perch (Perca fluviatilis )
River Lamprey (Lampetra fluviatilis )
Southern Flounder (Paralichthys lethostigma ) Southwest European Nase
(Chondrostoma toxostoma ) Spanish Barbel
(Barbus graellsii )
Summer Flounder (Paralichthys dentatus) Turbot
(Scophthalmus maximus )
White seabass (Moronidae )
White Suckers (Catostomas commersoni ) Whitefish
(Coregonidae )
Australia, China, Chile, Inggris,
Iran, Jepang, Kanada, Korea,
Selandia Baru, Norwegia, Perancis,
Skotlandia, Spanyol, Taiwan,
Thailand.
4 Infectious Haematopoietic Necrosis
Virus (IHNV)/Rhabdovirus
Infectious Haematopoietic Necrosis Disease
I Amago Salmon (Oncorhynchus rhodurus) Arctic Char
(Salvelinus alpinus )
Atlantic Salmon(Salmo salar )
Brook Trout (Salvelinus fontinalis )
Brown Trout (Salmo trutta )
Chinook Salmon (Oncorhynchus tshawytscha )
Chum Salmon (Oncorhynchus keta )
Coho Salmon (Oncorhynchus kisutch ) Cutthroat Trout
(Salmo clarki )
Gill Lice (Salminicola spp)
Gilt-Head Seabream (Sparus aurata )
Amerika Serikat, Australia, Ceko,
Slovakia, China, Inggris, Iran, Italia,
Jepang, Jerman, Kanada, Korea,
Kroasia, Perancis, Rusia, Swiss
Masou Salmon (Oncorhynchus masou )
Pacific Herring (Clupea pallasii )
Pacific Salmon (Oncorhynchus spp) Northern pike
(Esox lucius )
Pile Perch (Damalichthys vacca )
Pink Salmon (Oncorhynchus gorbuscha )
Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss ) Shiner Perch
(Cymatogaster aggregata )
Sockeye Salmon (Oncorhynchus nerka )
Tubesnout stickleback (Aulorhynchus flavidus)
Turbot (Scophthalmus maximus )
5 Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis Virus (IHHNV)/Parvovirus
Infectious Hypodermal and Haematopoitic
Necrosis Disease
I Banana Shrimp (Penaeus merguiensis)
Giant River Prawn (Macrobranchium rosenbergii)
Giant Tiger Shrimp(Penaeus monodon)
Gray Shrimp (Penaeus semiculatus)
Kuruma Prawn (Penaeus japonicus)
Northern Brown Shrimp (Penaeus aztecus) Northern
Pink Shrimp (Penaeus duorarum)
Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei)
Pasific Blue Shrimp
(Litopenaeus stylirostris)
Western White Shrimp (Penaeus occidentalis)
White Shrimp (Penaeus setiferus)
Yellow leg Brown Shrimp (Penaeus californiensis)
Afrika Timur, Amerika Serikat,
Australia, Brasil, Caledonia, China,
Costa Rica, Equador, Guatemala,
Hawai, Honduras, India, Karibia, Madagaskar, Malaysia, Mauritius,
Meksiko, Panama, Peru, Philipina,
Singapura, Tahiti, Tanzania,
Thailand
6 Yellowhead virus (Okavirus)
Yellowhead disease (YHD)
I Blue Shrimp (Litopenaeus stylirostris)
Giant Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Krill/small
Crustacean (Euphausia spp)
Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei)
Amerika Serikat, Australia,
China, India, Kenya, Malaysia,
Philipina, Srilanka, Taiwan,
Thailand
Palaemonid Shrimp (Palaemon styliferus)
Small Prawn (Acetes spp)
7 Taura syndrome virus (TSV)
(Picornavirus)
Taura Syndrome I Giant Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Pacific White
Shrimp (Litopenaeus vannamei)
Pacific Blue Shrimp (Litopenaeus stylirostris)
Amerika Serikat, Brazil, China,
Ekuador, Elsalvador, Guatemala,
Hawaii, Honduras, Kolumbia,
Meksiko, Nikaragua, Peru,
Philipina, Taiwan, Thailand,
Vietnam, Indonesia
8 White spot syndrome virus
(WSSV)/Whispovirus
White Spot Disesase I Artemia (Artemia salina )
Banana Shrimp (Penaeus merguiensis)
Cat Tiger Shrimp (Parapenaeopsis spp)
Eunicid Polychaete worm (Marphysa sanguena )
Fleshy Prawn (Penaeus chinensis)
Giant Tiger Shrimp (Penaeus monodon)
Green Tiger Shrimp (Penaeus semisulcatus)
Indian Penaeid Shrimp (Metapenaeus dobsoni)
Indian Prawn (Penaeus indicus)
Intertidal Brachyuran Crab (Sesarma sp)
Kuruma Shrimp (Penaeus japonicus)
Long Clawed Freshwater Prawns (Macrobrachium spp)
Mangrove Crab (Scylla serrata)
Mud Crab (Scylla tranquebarica)
Northern White Shrimp (Penaeus setiferus)
Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei)
Purple Climber Crab (Metapograpsus sp) Speckled
Shrimp (Metapenaeus monoceros)
Scalloped spiny lobster (Panulirus homarus)
Ornate spiny lobster (Panulirus ornatus )
Amerika Serikat, Belanda,
Brazil, China, Guatemala,
Honduras, India, Iran,
Jepang, Korea Selatan,
Malaysia, Nikaragua, Perancis,
Thailand, Taiwan, Vietnam
9 Megalocytivirus /Iridovirus
Red Sea Bream Iridovirus Disease
(RSIVD)
I Atlantic Bluefin Tuna (Thunnus thynnus )
Barramundi/Sea Bass (Lates calcarifer )
Blackhead sea bream (Achanthopagrus schlegeli)
Blackspotted grouper (Epinephelus fuscoguttatus )
Brown Spotted Grouper (Epinephelus malabaricus )
Chicken Grunt (Parapristipoma trilineatum )
Chiclid (Chiclidae )
Australia, China, Hongkong,
Jepang, Korea, Malaysia,
Phillipina, Singapura, Thailand,
Taiwan
Chinese Emperor(Lethrinus haimatopterus)
Chub Mackarel (Scomber japonicus )
Cobia (Rachycentron canadum )
Convict Sevenband Grouper (Epinephelus septemfasciatus )
Crescent Sweetlips (Plectorhinchus cinctus )
Crimson Sea Bream (Evynnis japonica )
Crocein Croaker (Pseudosciaena crocea )
Giant gouramy(Osphronemus goramy)
Giant/Dragon Grouper (Epinephelus lanceolatus )
Goldenstriped/Yellowtail Amberjack (Seriola lalandi )
Greasy Grouper/Estuarine rock cod
(Epinephelus tauvina )
Greater Amberjack (Seriola dumerili )
Guppy (Poecilia reticulata )
Humpback Grouper (Chromileptes altivelis )
Japanese amberjack (Seriola quinqueradiata )
Japanese Flounder, Hirame Flounder
(Paralichthys olivaceus )
Japanese Horse/Jack Mackeral (Trachurus japonicus )
Japanese Parrotfish (Oplegnathus fasciatus )
Japanese Sea bass (Lateolabrax japonicus )
Japanese Spanish Mackarel
(Scomberomorus niphonius )
Korean rockfish (Sebastes schlegeli)
Largemouth Bass (Micropterus salmoides)
Largescale Black Fish, Rudderfish (Girella punctata )
Longtooth Grouper (Epinephelus bruneus)
Orange-Spotted Grouper (Epinephelus coioides )
Paradise (Macropodus Opercularis )
Red Sea Bream (Pagrus major )
Red Spot Grouper/Hongkong Groper
(Epinephelus akaara )
Samson Fish (Seriola hippos )
Snubnose Dart (Trachinotus blochii )
Spangled Emperor (Lethrinus nebulosus ) Spotted
Halibut (Verasper variegatus )
Spotted Knife Jaw (Oplegnathus punctatus )
Threadsail Filefish (Stephanolepis cirrhifer )
Tiger Puffer (Takifugu rubripes )
Torafugu (Takifugu rubripes )
White trevally (Pseudocaranx dentex )
Yellow Grouper (Epinephelus awoara ) Yellowfin Sea
Bream (Acanthopagrus latus )
10 Iridovirus Grouper Iridovirus
Disease (GIVD)
I Greasy grouper/Estuarine rock cod (Epinephelus
tauvina) Brown Spotted Grouper (Epinephelus malabaricus ) Yellow Grouper (Epinephelus awoara)
Hongkong, Vietnam, Korea,
Malaysia, Singapura, Taiwan,
Thailand
11 Viral nervous necrosis
(VNN) atau Viral Encephalopathy and Retinopathy (VER)/Betanodavirus
Nervous Necrosis Virus Disease
I Atlantic cod (Gadus morhua )
Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus)
Australian bass (Macquaria novemaculata)
Australian catfish (Cnidoglanis macrocephalus)
Australian catfish (Tandanus tandanus )
Barcoo grunter (Scortum barcoo )
Barfin flounder (Verasper moseri )
Amerika Serikat, Australia, Brunei
Darussalam, China, India, Inggris, Iran, Israel, Italia, Jepang, Kanada,
Karibia, Korea, Malaysia, Malta,
Norwegia, Perancis Philipina,
Portugal, Singapura, Spanyol,
Tahiti, Taiwan, Thailand, Tunisia,
Vietnam, Yunani
Barramundi/Asian sea bass (Lates calcarifer )
Barred knifejaw/rock bream (Oplegnathus fasciatus )
Blackspotted grouper (Epinephelus fuscoguttatus )
Brown Spotted Grouper (Epinephelus malabaricus )
Chinese catfish (Parasilurus asotus )
Cobia (Rachycentron canadum )
Common sole (Solea solea )
Convict sturgeonfish (Acanthurus triostegus )
Crimson snapper (Lutjanus erythropterus) Dusky
grouper (Epinephelus marginatus ) European eel
(Anguilla anguilla )
European seabass (Dicentrarchus labrax ) Flounders
(Paralichthyidae )
Giant grouper (Epinephelus lanceolatus )
Gilt-head seabream (Sparus aurata )
Golden Grey Mullet (Liza aurata )
Golden perch (Macquaria ambigua )
Greasy grouper/Estuarine rock cod (Epinephelus tauvina)
Greater amberjack/Purplihs amberjack (Seriola dumerili )
Flathead grey mullet (Mugil cephalus)
Guppy (Poecilia reticulata )
Haddock (Melanogrammus aeglefinus )
Humpback grouper (Chromileptes altivelis )
Japanese flounder, Hirame Flounder
(Paralichthys olivaceus )
Japanese puffer (Takifugu rubripes)
Japanese seabass (Lateolabrax japonicus)
Kelp grouper (Epinephelus moara )
Macquarie perch (Macquaria australasica)
Mangrove red snapper (Lutjanus argentimaculatus )
Milk Fish (Chanos chanos )
Murray cod (Maccullochella peelii peelii )
Narrowstripe cardinalfish (Pristiapogon exostigma )
Nile Tilapia (Oreochromis niloticus )
Orange-Spotted Grouper (Epinephelus coioides )
Orbicular batfish (Platax orbicularis )
Pacific bluefin tuna (Thunnus orientalis )
Red drum (Sciaenops ocellatus )
Red Mullet (Mullus barbatus )
Red Spot Grouper/Hongkong Groper
(Epinephelus akaara )
Red tilefish (Branchiostegus japonicus )
Russian sturgeon (Acipenser gueldenstaedti )
Samson fish (Seriola hippos )
Sevenband grouper (Epinephelus septemfasciatus )
Shi drum (Umbrina cirrosa )
Silver perch (Bidyanus bidyanus )
Sleepy cod (Oxyeleotris lineolatus )
Snubnose pompano (Trachinotus blochii )
Spotted knifejaw (Oplegnathus punctatus) White
trevally (Pseudocaranx dentex )
Striped trumpeter (Latris lineata )
Threadsail filefish (Stephanolepis cirrhifer)
Turbot (Scophthalmus maximus )
White grouper (Epinephelus aeneus )
White seabass (Atractoscion nobilis )
Winter flounder (Pseudopleuronectes americanus )
Wolffish (Anarhichas minor )
Yellow Grouper (Epinephelus awoara)
Yellow-wax pompano (Trachinotus falcatus )
12 Koi herpesvirus (KHV) Koi Herpesvirus Disease
I Common carp (Cyprinus carpio )
Goldfish (Carassius auratus )
Grass carp (Ctenopharyngodon idellus)
Giant gouramy(Osphronemus goramy)
Nile Tilapia (Oreochromis niloticus )
Silver carp (Hypophthalmichthys molitrix )
Silver perch (Bidyanus bidyanus )
Afrika Selatan, Amerika Serikat,
Australia, Chilli, China,
Hongkong, Inggris, Israel, Jepang,
Jerman, Kanada, Korea,
Malaysia, Philipina, Rumania,
Rusia, Singapura, Slovenia, Spanyol, Swedia, Taiwan,
Thailand
13 Macrobrachium rosenbergii nodavirus
Extra small virus
White Tail Disease
(WTD) I Giant river prawn (Macrobarachium rosenbergii) Australia, China, India, Karibia,
Dominika, Taiwan, Thailand,
Vietnam
14
Infectious myonecrosis
virus (IMNV)
Infectious myonecrosis
I
Giant tiger shrimp (Penaeus monodon)
Pacific blue shrimp (Litopenaeus stylirostris)
Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei)
Brazil
15 Laem Singh Virus (LsNV)
Monodon Slow Growth Sydroms (MSGS) atau
Laem Singh Disease/Retinophaty
I Banana shrimp (Fenneropenaeus merguiensis)
Giant tiger shrimp (Penaeus monodon)
Indian Penaeid shrimp (Metapenaeus dobsoni)
Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei)
India, Malaysia, Vietnam, Thailand
16 Epizootic Haematopoietic Necrosis
Virus (EHNV)
Epizootic Haematopoietic Necrosis
I
Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss)
Redfin Perch (Perca fluviatilis)
Australia
17 Viral haemorrhagic septicemia Virus
(VHSV)
Viral Haemorrhagic Septicemia Disease
I Alaska pollock (Theragra chalcogramma)
American gizzard shad (Dorosoma cepedianum)
American yellow perch (Perca flavescens) Argentine (Argentina sphyraena)
Atlantic cod (Gadus morhua)
Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus)
Atlantic Herring (Clupea harengus)
Atlantic Salmon (Salmo salar)
Black crappie (Pomoxis nigromaculatus)
Blackhead sea bream (Achanthopagrus schlegeli) Blue
whiting (Micromesistius poutassou)
Bluegill (Lepomis macrochirus)
Bluntnose minnow (Pimephales notatus) Brook Trout (Salvelinus fontinalis)
Brown bullhead (Ictalurus nebulosus)
Brown trout (Salmo trutta)
Polandia, Denmark, Perancis,
Jerman, Italia, Ceko, Swiss,
Norwegia, Belgia
Burbot (Lota lota)
Channel catfish (Ictalurus punctatus )
Chinook Salmon (Oncorhynchus tshawytscha)
Chub Mackarel (Scomber japonicus) Chum Salmon (Oncorhynchus keta)
Coho Salmon (Oncorhynchus kisutch) Common dab (Limanda limanda)
Emerald shiner (Notropis atherinoides) English sole
(Parophrys vetula)
Eulachon (Thaleichthys pacificus) European Eel
(Anguilla anguilla) European flounder (Platichthys flesus) European plaice (Pleuronectes platessa)
European seabass (Dicentrarchus labrax) European
sprat (Sprattus sprattus) European whitefish
(Coregonus lavaretus) Fourbeard rockling (Enchelyopus cimbrius)
Freshwater drum (Aplodinotus grunniens) Gilt-Head Seabream (Sparus aurata) Golden Trout
(Oncorhynchus aguabonita) Grayling (Thymallus thymallus)
Greenland halibut (Reinhardtius hippoglossoides)
Haddock (Melanogrammus aeglefinus) Iberian nase
(Chondrostoma polylepis) Japanese amberjack (Seriola quinqueradiata )
Japanese flounder/ Hirame Flounder (Paralichthys olivaceus)
Japanese red rockfish (Sebastes inerrmis)
Korean rockfish (Sebastes schlegelii)
Lake whitefish (Coregonus clupeaformis) Largemouth
Bass (Micropterus salmoides) Marbled flounder (Pleuronectes yokohamae)
Mummichog (Fundulus heteroclitus) Muskellunge (Esox masquinongy)
North American lake trout (Salvelinus namaycush)
North Pacific hake (Merluccius productus)
Northern pike (Esox lucius )
Norway pout (Trisopterus esmarkii)
Pacific cod (Gadus macrocephalus)
Pacific Herring (Clupea pallasii)
Pacific sandlance (Ammodytes hexapterus)
Pacific tomcod (Microgadus proximus) Poor cod
(Trisopterus minutus) Pumpkinseed (Lepomis gibbosus) Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) Red
Sea Bream (Pagrus major)
Red Spot Grouper/Hongkong Groper (Epinephelus akaara)
River Lamprey (Lampetra fluviatilis )
Rock bass (Ambloplites rupestris)
Round goby (Neogobius melanostomus) Sablefish
(Anoplopoma fimbria)
Sand goby (Pomatoschistus minutus) Senegalese sole
(Solea senegalensis) Shiner Perch (Cymatogaster aggregata)
Shorthead redhorse (Moxostoma macrolepidotum)
Silver redhorse (Moxostoma anisurum) Smallmouth
bass (Micropterus dolomieu)
Sockeye Salmon (Oncorhynchus nerka) South
American pilchard (Sardinops sagax)
Spottail shiner (Notropis hudsonius)
Striped bass (Morone saxatilis)
Surf smelt (Hypomesus pretiosus)
Three-spined stickleback (Gasterosteus aculeatus)
Trout-perch (Percopsis omiscomaycus) Tubesnout
stickleback (Aulorhynchus flavidus)
Turbot (Scophthalmus maximus)
Walleye (Sander vitreus)
White bass (Morone chrysops)
White perch (Morone americana)
Whiting (Merlangius merlangus)
Zebra Fish (Danio rerio)
18 Abalone Herpesvirus (AbHV)
Abalone Viral
Ganglioneuritis
(AVG)
I Blacklip Abalone (Haliotis rubra)
Greenlip Abalone (Haliotis laevigata)
Variously coloured abalone (Haliostis diversicolor)
Australia, Kanada, China
19 Osterid herpersvirus-1 Microvariant
Infection with Ostreid Herpesvirus-1
I Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas)
Portuguese oyster (Crassostrea angulata)
Perancis, Inggris, Irlandia, Belanda,
Australia, Selandia Baru
20 Ranavirus Infection with Ranavirus
I Frog (Rana sp) Amerika, Asia, Eropa
Bakteri
1 Pseudomonas anguilliseptica
Red Spot Disease/Sekiten-byo
II Atlantic salmon (Salmo salar )
Atlantic cod (Gadus morhua) Ayu/sweetfish
(Plecoglossus altivelis ) Baltic herring (Clupea harengus membras)
Barramundi/Sea Bass (Lates calcalifer)
Blackhead sea bream (Achanthopagrus schlegeli) Brown trout (Salmo trutta )
Catfish (Pangasius sp )
Common carp (Cyprinus carpio ) European Eel
Amerika Serikat,
Australia, Inggris,
Jepang, Kanada, Malaysia, Swiss,
Taiwan
(Anguilla anguilla ) European sea bass (Dicentrarchus labrax)
European whitefish (Coregonus lavaretus) Gilthead sea
bream (Sparus aurata )
Gold Fish (Carassius auratus)
Greasy grouper/Estuarine rock cod (Epinephelus tauvina)
Japanese Eel (Anguilla japonica )
Nile Tilapia (Oreochromis niloticus ) Rainbow trout
(Oncorhynchus mykiss ) Rasbora (Trigonostigma
heteromorpha ) Turbot (Scophthalmus maximus )
2 Aeromonas salmonicida Furunculosis/Carp erytrodermatitis
II Atlantic cod (Gadus morhua)
Blue devil/Caerulian damsel (Pomancentrus caeruleus)
Brook trout (Salvelinus fontinalis )
Brown trout (Salmo trutta )
Bullhead (Cottus gobio )
Catfish (Clarias sp)
Common Carp (Cyprinus carpio )
Eel (Anguilla sp)
Frog (Rana sp)
Giant gouramy (Osphronemus goramy) Gilthead
seabream (Sparus aurata ) Goldfish (Carassius auratus )
Nile Tilapia (Oreochromis niloticus )
Pacific Halibut (Hippoglossus stenolepis ) Northern
pike (Esox lucius )
Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss ) Salmon
(Salmonidae )
Scrawled butterflyfish (Chaetodon meyeri) Shortjaw
cisco (Coregonus zenithicus ) Spotted Minnows
(Galaxiidae )
Turbot (Scophthalmus maximus )
Amerika Serikat, Australia, India,
Israel, Jepang, Kanada,
Malaysia, Philipina, Switzerland,
Thailand
3 Edwardsiella ictaluri Enteric Septicaemia of Catfish (ESC)
II African catfish (Clarias gariepinus) Blue catfish
(Ictalurus furcatus) Brown
bullhead (Ictalurus nebulosus)
Afrika Selatan, Amerika Serikat,
Jepang, Kenya, Mexiko,
Thailand, Vietnam
Catfish/Walking Catfish (Clarias batrachus ) Chanel catfish (Ictalurus punctatus )
Danio (Danio devario ) Eel (Anguilla sp)
Flounder (Paralichthys sp)
Gold fish (Carrasius auratus )
Green knifefish (Eigemannia virens) Jambal Catfish
(Pangasius djambal) Blue spot
mullet (Valamugil sehel ) Nile
Tilapia (Oreochromis niloticus )
Sutchi Catfish (Pangasius sutchi / P. hypophthalmus)
Amberjack (Seriola sp)
4 Unique strain of
Vibrio parahaemolyticus
Early Mortality
Syndrome (EMS) /
Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease
(AHPND)
I Fleshy Prawn (Penaeus chinensis)
Giant Tiger shrimp (Penaeus monodon)
Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei)
China, Malaysia, Vietnam, Thailand,
Mexico, India
5 Xenohaliotis californiensis
Infections with
Xenohaliotis californiensis
I Black abalone (Haliostis cracherodii) European Abalone (Haliostis tuberculata) Flat Abalone (Haliostis wallalensis)
Green Abalone (Haliostis fulgens)
Japanese Abalone (Haliostis discus)
Variously coloured abalone (Haliostis diversicolor)
Pink Abalone (Haliostis corrugata)
Red Abalone (Haliostis rufescens)
White Abalone (Haliostis sorenseni)
Amerika Serikat, Kanada, China,
Irlandia, Israel, Jepang, Mexico,
Spanyol, Thailand
6 Nocardia crassostreae Nocardiosis/Gill
tuberculosis I European Flat Oyster (Ostrea edulis ) Japanese
amberjack (Seriola quinqueradiata )
Mediterranean Mussel (Mytilus galloprovincialis )
Neon Tetras (Hyphessobycon innes i) Pasific cupped
oysters (Crassostrea gigas) Rainbow Trout
(Oncorhynchus mykiss )
Belanda, Kanada, Italia, USA,
Inggris
7 Nocardia asteroides Nocardiosis/Gill tuberculosis
I
Blotched Snakehead (Channa maculata )
Inggris, Jepang, Taiwan
Blue gouramy (Trichogaster trichopterus) Japanese
Sea bass (Lateolabrax japonicus)
Largemouth Bass (Micropterus salmoides)
Neon Tetras (Hyphessobycon innesi )
Parasit
1 Bonamia exitiosa Infection with Bonamia exitiosa
I Dwarf oyster (Ostrea stentina)
European flat oyster (Ostrea edulis )
Mud oyster (Ostrea angasi)
New Zealand dredge oyster (Ostrea chilensis ) New
zealand flat oyster (Tiostrea lutaria)
Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas)
Australia, Inggris, Sendia Baru,
Italia, Perancis, Spanyol
2 Bonamia ostreae Infection with Bonamia ostreae
I European flat oyster (Ostrea edulis )
Mud oyster (Ostrea angasi )
Suminoe Oyster (Crasssotrea ariakensis)
Amerika Serikat, Denmark, Inggris,
Irlandia, Kanada, Selandia Baru,
Spanyol
3 Marteilia refringens Infection with Martelia refringens
I Argentinian flat oyster (Ostrea puelchana) Atlantic/Eastern/Virginia Oyster (Crassostrea virginica )
Australian Flat Oyster (Ostrea angasi)
Calico scallop (Argopecten gibbus ) Common cockle
(Cardium edule ) European flat oyster (Ostrea edulis )
Mussels (Mytilus edulis , Mytilus galloprovincialis ) New Zealand dredge
oyster (Ostrea chilensis )
Olympia oyster (Ostrea conchaphila )
Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas)
Tock oyster (Saccostrea cucullata )
Albania, Amerika Serikat, Belanda,
Inggris, Italia, Kanada, Kroasia,
Maroko, Perancis, Portugal, Tunisia,
Yunani.
4 Perkinsus olseni Infection with Perkinsus olseni
I Clams (Anadara trapezia, Austrovenus stutchburyi, Ruditapes decussatus, Ruditapes decussatus, R. philippinarum, Tridacna maxima,Tridacna crocea, Protothaca jedoensis, Pitar rostrata)
Oysters (Crassostrea ariakensis, C. sikamea)
Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas)
Pearl Oysters (Pinctada maxima, P.martensii, P.culata)
Sea snail (Haliotis cyclobates, H. scalari)
The blacklip abalone (Haliotis rubra, H. laevigata)
Australia, China, Italia, Jepang,
Korea, New Zealand, Perancis,
Portugal, Spanyol, Thailand,
Uruguay, Vietnam
5 Perkinsus marinus Infection with Perkinsus marinus
I Blood cockle (Anadara sp)
Mangrove oyster (Crasosstrea rhizophorae)
Mangrove oyster (Crassostrea corteziensis)
Marine bivalve (Macoma balthica)
Oyster (Crassostrea virginica )
Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas)
Pearl oysters (Pinctada maxima)
Soft Shelf Clam/Sand graper (Mya Arenaria)
Suminoe oysters (Crassostrea ariakensis)
Amerika Serikat, Australia, Kanada,
Meksiko
6 Gyrodactylus salaris Infection with Gyrodactylus salaris
I
Adriatic Salmon (Salmothymus obtusirostris )
Arctic char (Salvelinus alpinus )
Atlantic Salmon (Salmo salar )
Brook Trout (Salvelinus fontinalis)
Brown trout (Salmo trutta )
Eurasian minnow (Phoxinus phoxinus ) European
whitefish (Coregonus lavaretus) Grayling (Thymallus thymallus )
Ninespine stickleback (Pungitius pungitius )
North American lake trout (Salvelinus namaycush )
Rainbow trout (Oncorhynchus mykiss )
Finlandia, Rusia, Swedia, Norwegia
Three-spined stickleback (Gasterosteus aculeatu s)
5 Perkinsus marinus Infection with Perkinsus marinus
I Blood cockle (Anadara sp)
Mangrove oyster (Crasosstrea rhizophorae)
Mangrove oyster (Crassostrea corteziensis)
Marine bivalve (Macoma balthica)
Oyster (Crassostrea virginica )
Pasific cupped oysters (Crassostrea gigas)
Pearl oysters (Pinctada maxima)
Soft Shelf Clam/Sand graper (Mya Arenaria)
Suminoe oysters (Crassostrea ariakensis)
Amerika Serikat, Australia, Kanada,
Meksiko
Jamur/Mikotik
1 Ichthyophonus hoferi Sand paper disease I Atlantic cod (Gadus morhua) Atlantic Herring (Clupea harengus) Atlantic mackerels (Scomber scombrus) Atlantic salmon (Salmo salar)
Brook Trout (Salvelinus fontinalis)
Brown trout (Salmo trutta )
Flag tetra (Hyphessobrycon heterorhabdus)
Longhorn sculpin (Myoxocephalus octodecemspinosus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Yellowtail flounder (Limanda ferruginea )
Amerika Serikat, Inggris,
Skotlandia, Swedia, Switzerland,
Rusia
2 Batrachochytrium dendrobatidis
Infection with
Batrachhochytrium dendrobatidis
Chytridiomycosis
I The Green/Golden Frog (Litoria raniformis)
Tasmanian Tree Frog (Litoria burrowsae)
Sharp Snouted Day Frog (Taudactylus acutirostris)
Tree Frog (Litoria genimaculata)
Mist Frog (Litoria lorica)
Smooth Froglet (Geocrinia laevis)
Spotted Marsh Frogs (Limnodynastes tasmaniensis)
Striped Marsh Frogs (Limnodynastes peronii)
Amerika Selatan, Amerika Tengah,
Amerika Utara, Australia, Eropa.
Brown Tree Frog (Litoria ewingii)
Banjo Frog (Limnodynastes dumerilii)
Common Froglet (Crinia signifera)
Southern Toadlet (Pseudophryne semimarmorata)
Corroboree Frog (Pseudophryne corroboree)
3 Aphanomyces invadans Epizootic Ulcerative Syndrome
(EUS)
I Arowana/Gulf saratoga (Scleropages jardini)
Ayu/sweetfish (Plecoglossus altivelis )
Banded tilapia (Tilapia sparrmanii)
Blue gouramy (Trichogaster trichopterus)
Bony bream (Nematalosa erebi)
Bulldog fish (Marcusenius macrolepidotus)
Channel catfish (Ictalurus punctatus ) Churchill
(Petrocephalus catostoma)
Dusky flathead (Platycephalus fuscus)
Flathead grey mullet (Mugil cephalus) Freshwater
longtom (Strongylura kreffti) Giant
gouramy(Osphronemus goramy) Green bream
(Sargochromis codringtonii) Greenhead tilapia
(Oreochromis machrochir)
Indian halibut (Psettodes sp)
Java barb (Puntius gonionotus)
Keti bangladeshi (Rohtee sp.)
Marble goby (Oxyeleotris marmoratus)
Pink bream (Sargochromis giardi)
Pool barb (Puntius sophore)
Primitive archerfish (Toxotes lorentzi) Rainbow bream
(Sargochromis carlottae) Rainbow fish (Melanotaenia splendida ) Redbreast tilaphia (Tilapia rendalli)
Sand whiting (Sillago ciliata)
Sharptooth tetra (Micralestes acutidens) Silver butter
catfish (Schilbe intermedius) Sleepy cod (Oxyeleotris lineolatus)
Snakeskin gouramy (Trichogaster pectoralis)
Speckleface bream(Serranochromis angusticeps)
Spot banded scat (Selenotoca multifasciata)
Spotted archerfish (Toxotes chatareus)
Amerika Serikat, Australia,
Bostwana, India, Jepang, Namibia, Pakistan, Papua New Guinea,
Philipina, Thailand, Zambia
Spotted scat (Scatophagus argus)
Terapon (Therapon sp)
Three spot tilapia (Oreochromis andersoni)
Yellow belly bream (Serranochromis robustus)
4 Aphanomycosis/
Crayfish Plaque
Aphanomyces astaci
I Crayfish (Cherax spp)
Chinese mitten Crab (Eriocheir sinensis ) Crayfish congener (Orconectes spp)
Noble crayfish (Astacus astacus )
Louisiana swamp crayfish (Procambarus clarkii)
Signal crayfish (Pacifastacus leniusculus),
Slender clawed/Turkish crayfish (Astacus leptodactylus)
Stone crayfish (Austropotamobius torrentium)
White clawed crayfish (Austropotamobius pallipes )
Australia, Inggris, Jepang, Kanada,
Philipina, Thailand, Italia, Jerman,
Rusia, Finlandia, Swedia, Spanyol,
Turki, Norwegia
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
ttd.
RINA