KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75...

23

Click here to load reader

Transcript of KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75...

Page 1: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

1

KEPUTUSAN

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

NOMOR 75/KEP-BKIPM/2017

TENTANG

STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam mendukung pelaksanaan tindakan pemeriksanaan karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan perlu disusun standar metode

pengujian penyakit ikan dan mutu hasil perikanan;

b. bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Standar Metode

Pengujian Penyakit Ikan dan Mutu Hasil Perikanan;

Mengingat : : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3482);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5073);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4197);

5. Peraturan Pemerintah…

Page 2: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

2

5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);

7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

8. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang

Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);

9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER. 19/MEN/2010 tentang

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Kemanan Hasil Perikanan;

11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan

Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220);

12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 74/PERMEN-KP/2016 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk

Perikanan;

14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.80/MEN/2015 tentang Penetapan Jenis-jenis

Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa, dan Sebarannya;

MEMUTUSKAN…

Page 3: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

3

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL

PERIKANAN TENTANG STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN.

KESATU : Menetapkan:

a. Standar Metode Pengujian Penyakit Ikan sebagaimana

tersebut pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini; dan

b. Standar Metode Pengujian Mutu Hasil Perikanan

sebagaimana tersebut pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.

KEDUA : Standar Metode Pengujian Penyakit Ikan dan Mutu Hasil

Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU

merupakan acuan bagi petugas karantina ikan, mutu dan

keamanan hasil perikanan dalam melakukan pengujian

hama dan penyakit ikan karantina, hama dan penyakit

ikan tertentu dan pengujian mutu hasil perikanan.

KETIGA

:

Pada saat Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku,

Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 73/KEP-

BKIPM/2015 tentang Metode Pengujian Mikrobiologi

Bidang Mutu Hasil Perikanan dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Juli 2017

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU, DAN

KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

ttd.

Lembar Pengesahan

No. Nama Pejabat Paraf

1 Sekretaris BKIPM

2 Kepala Pusat Standardisasi Sistem dan Kepatuhan

3 Kepala Bagian Hukum, Kerjasama dan Humas

RINA

Page 4: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

1

STANDAR METODE PENGUJIAN KARANTINA IKAN

Pengujian HPIK/HPI tertentu yang dilakukan di UPT KIPM, dapat

dilakukan menurut metode yang telah ditetapkan oleh BKIPM. Pedoman

teknis ini menjelaskan jenis-jenis metode uji diagnostik untuk pengujian

HPIK/HPI tertentu pada ikan yang telah divalidasi atau ditetapkan yang

wajib digunakan UPT KIPM dalam pemeriksaan HPIK pada komoditas

ikan di laboratorium lingkup BKIPM.

Pelaksana dalam pengujian HPIK/HPI tertentu adalah PHPI yang

kompeten dibidangnya sebagai analis dan penyelia dalam melakukan

pengujian penyakit. Analis melakukan identifikasi penyakit sedangkan

penyelia melakukan konfirmasi dalam rangka analisis kesesuaian dengan

standar yang ditetapkan. Output dari standar pengujian HPIK adalah

berupa diagnosa, rujukan dan rekomendasi. Metode Pengujian yang

digunakan dalam pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Metode Pengujian Golongan HPIK/HPI Tertentu

Golongan HPIK/ HPI tertentu

Metode Uji

Parasit Konvensional (Mikroskopis, fisiologis, dan kultur agar), Histopatologi, Biologi molekuler (PCR, qPCR, ISH)

Jamur Konvensional (Mikroskopis, fisiologis, dan kultur agar), Histopatologi, Biologi molekuler (PCR, qPCR,

ISH)

Bakteri

Konvensional (Mikroskopis, fisiologis)Biokimia,

Histopatologi, Imunologi/Serologi (ELISA,FAT, IHC), , Biologi Molekuler (PCR, qPCR, ISH)

Virus Kultur sel, Histopatologi, Imunologi/Serologi

(ELISA,FAT, IHC), Biologi Molekuler (PCR, qPCR, ISH)

Lampiran I: Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 75/KEP-BKIPM/2017 tentang Standar Metode Pengujian Penyakit Ikan dan Mutu Hasil Perikanan

Page 5: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

2

1. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan secara klinis sering merupakan petunjuk alami dari masalah

yang timbul. Gejala-gejala seperti perubahan tingkah laku, tidak nafsu

makan, depresi, pembesaran abdomen, meningkatnya atau berkurangnya

tingkat pernafasan dan perubahan warna dan bentuk ikan. Gejala ini

merupakan proses suatu penyakit dalam populasi ikan yang secara

sendiri atau bersama dimana penyakit tersebut berada.

1.1. Epidemiologi

Epidemiologi menjelaskan Uraian tentang bagaimana suatu

penyakit bisa terjadi yang berhubungan dengan interaksi antara

Patogen – Lingkungan – Inang. Hal ini berhubungan dengan tingkat

kejadian, distribusi dan tipe penyakit dalam suatu populasi.

Menyelidiki suatu penyakit secara epidemiologi sudah dimulai sejak

saat masalah penyakit pertama kali timbul. Langkah berikutnya

mendefinisikan masalah yaitu menghubungkannya dengan kondisi

lokasi, risiko dalam populasi, waktu, karakteristik lingkungan, gejala

klinis dan lesi (luka) yang tidak wajar. Data tersebut digunakan untuk

membandingkan tingkat morbiditas (ketidaknormalan) dan mortalitas,

kemudian mengidentifikasi dugaan faktor penyebab dengan

mencocokkan kesesuaian data yang diperoleh. Ini adalah peninjauan

kembali atau pendekatan riwayat penyakit untuk keperluan diagnosis

penyakit. Kebalikan dari hal ini adalah prospektif atau pendekatan

eksperimental untuk proses epidemiologi yang biasanya digunakan

untuk mengkonfirm kejadian penyakit yang sedang berlangsung.

Persiapan yang dilakukan sebagai berikut:

- Data umum seperti tempat, nama lokasi pengambilan sampel,

aspek ekonomis dan tanggal.

- Bila kasus terjadi di sungai, karakter spesies dan tempat

penangkapan ikan; bila di kolam budidaya perlu diketahui jenis

dan umur ikan.

- Intervensi ekonomis yang mungkin dilakukan.

- Spesies yang menunjukkan tingkah laku abnormal dan usia ikan.

- Perilaku ikan yang menunjukkan gejala sakit.

- Hasil dari Test Reflek (Reflek ekor, okular dan pertahanan diri).

Page 6: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

3

- Mengkonfirmasi gejala klinis dari ikan sakit.

- Pengujian kualitas air.

- Informasi mengenai pencemaran bila ada.

- Menentukan dan mencatat tempat dan pola pengambilan sampel.

- Data kerugian yang dialami untuk tiap spesies ikan.

- Luas areal yang terkena wabah.

- Membuat peta situasi wabah.

1.2. Anamnesa

Anamnesa merupakan riwayat atau sejarah terjadinya penyakit

ataupun segala sesuatu yang terkait secara langsung ataupun tidak

langsung yang mungkin ada atau erat hubungannya dengan kasus

penyakit krustasea tersebut. Dalam melakukan suatu anamnesa,

maka perlu dilakukan pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya

terkait dengan kasus penyakit ikan tersebut melalui pertanyaan-

pertanyaan pada pemiliknya. Informasi sejarah penyakit tersebut

mempunyai arti penting dalam peneguhan diagnosa dan dapat

membantu dalam penetapan suatu penyakit krustasea yang

berlangsung akut atau kasus sudah melanjut menjadi kronis. Dengan

demikian, diagnosa banding dapat dilakukan dan faktor-faktor

lainnya yang tidak ada keterkaitannya dengan kasus penyakit ikan

tersebut dapat diketahui dan sekaligus dapat dieliminasi dalam

pengambilan sampel untuk penentuan uji lanjut laboratoris jika

diperlukan.

Setiap krustasea yang diperiksa harus disertai dan dilengkapi

formulir pengiriman dengan rincian hasil anamnesa sehingga akan

lebih mempermudah petugas di lapangan ataupun laboratorium.

Formulir tersebut harus dibaca dan dicermati untuk dilakukan uji

lanjut. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai

berikut:

a. Nama dan alamat pemilik

b. Data Populasi meliputi:

nama tempat, spesies, ukuran, umur, jumlah dan asal. Perlu pula

dilengkapi dengan jenis-jenis krustasea lain yang ada dalam lokasi

tersebut.

Page 7: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

4

c. Data Penyakit meliputi:

tingkat morbiditas dan mortalitas, jangka waktu/ masa inkubasi,

gejala klinis, abnormalitas yang terlihat pada krustasea yang baru

saja mengalami kematian, dan perlakuan/ penanganan yang telah

dilakukan serta tingkat keberhasilan yang diperoleh.

d. Data lingkungan perairan dan kualitas air:

Sumber air, debit, suhu, pH, oksigen terlarut, alkalinitas,

kesadahan, amoniak, bahan organik total

e. Pengelolaan pemeliharaan:

Kepadatan, jenis pakan, jenis obat/ bahan kimia/ vaksin yang

digunakan, faktor stress yang signifikan, transportasi,

aklimatisasi, handling, dll.

1.3. Pemeriksaaan Post Mortem

Proses pemeriksaan dimulai dengan melakukan nekropsi dan

pemeriksaan patologi ikan secara eksternal dan internal, dilanjutkan

dengan pemeriksaan secara mikroskopik, kemudian dibuat rujukan

untuk pemeriksaan lanjutan ke laboratorium lainnya seperti :

histopatologi, immunologi, hematologi, mikrobiologi atau analisa

kimia.

2. Laboratoris

Pemeriksaan secara laboratoris dapat dilakukan dengan cara

melakukan pendekatan pada unsur serologi, sifat biokimia, struktur DNA,

pertumbuhan pada sel kultur, histopatologi dan lain-lain.

2.1 Konvensional (Mikroskopis, fisiologis, biokimia)

Pemeriksaan secara konvensional meliputi :

a. Pengamatan parasit, bakteri dan jamur secara morfologis dan

fisiologis.

b. Pengamatan pertumbuhan dan perubahan sel pada kultur sel

secara in vitro.

c. Pengamatan perubahan sel pada ikan media (Zebra fish) yang

diinfeksi virus secara in vivo.

d. Teknik Identifikasi dengan pendekatan sifat biokimia seperti kultur

bakteri pada media gula dan media lainnya.

Page 8: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

5

e. Teknik Identifikasi melalui Sifat Biokimia

- Sifat Dinding Sel

- Kemampuan Metabolisme Gula

- Reduksi/Oksidasi

- Sensitivitas dan Resistansi Antibiotik

2.2 Patologi

Pemeriksaan patologi adalah perubahan penampilan organ yang

abnormal sebagai akibat infeksi. Pemeriksaan patologi meliputi :

a. Teknik identifikasi berdasarkan gambaran perubahan penampilan

organ yang abnormal.

b. Teknik identifikasi melalui gambaran perubahan jaringan dengan :

- Teknik Preparat Tissue Imprint

- Teknik Preparat Wet Mount

- Teknik Preparat Squash

- Teknik Preparat Histopatologi

2.3 Immunologi/Serologi (ELISA,FAT, IHC)

Pemeriksaan immunologi/Serologi adalah pengamatan terhadap hasil

reaksi antigen terhadap antibodi dengan atau tanpa menggunakan

perantaraan substrat dan kromogen dengan atau tanpa pewarnaan

fluorescent.

Pemeriksaan immunologi/Serologi meliputi :

a. Teknik Identifikasi dengan pendekatan serologi seperti metode

Direct atau Indirect ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay),

Test Agglutinasi, Direct atau Indirect Immunofluorescent Technique,

Immunoperoxidase Teknik dll.

b. Teknik Identifikasi dengan pendekatan pada pertumbuhan pada

sel kultur seperti Dot Immunoblot Assay dll.

2.4 Biologi Molekuler (PCR, qPCR, ISH, Sekuensing, LAMP).

Pengujian Biologi molekuler adalah proses identifikasi penyakit

berdasarkan sifat, struktur dan susunan genetik asam nukleat dengan

atau tanpa probe berupa grafik atau visualisasi pita DNA.

Page 9: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

6

Pemeriksaan Biologi Molekuler meliputi :

a. Teknik Identifikasi dengan perbanyakan sekuens DNA tertentu

seperti PCR, LAMP.

b. Teknik Identifikasi Struktur DNA dengan sekuensing

c. Teknik Identifikasi dengan perbanyakan sekuens DNA tertentu

secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan teknik Real time

PCR (qPCR).

Tabel 2. Metoda Pemeriksaan Hama dan Penyakit Ikan Karantina/ Hama dan

Penyakit Ikan Tertentu

No HPIK/HPI Tertentu Standar Acuan Teknik Pengujian

PENYAKIT KRUSTASEA – VIRUS

1. Infectious Myonecrosis OIE, 2017 Histopatologi*

DNA probes (ISH) *,**

Nested RT-PCR *, **

qRT-PCR *,**

SNI 7662.1:2011 (konvensional)

SNI 7916:2013 qPCR

2. Taura Syndrome OIE, 2017 Histopatologi *,**

In situ DNA probes *,**

RT-PCR, qRT-PCR *,**

Sekuensing **

SNI:7914:2013 qPCR

3. Tetrahedral baculovirosis -

Baculovirus penaei

OIE, 2017 Mikroskopis *,**

Histopatologi *,**

In situ DNA probes *,**

4. White spot disease OIE, 2017 Histopatologi *

Antibody-based assays *

in-situ DNA probes *,**

PCR *,**

LAMP *, **

Sekuensing **

qPCR

Page 10: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

7

5. White tail disease OIE, 2017 in situ DNA probes *,**

PCR *,**

Sekuensing **

6. Yellow head virus genotype 1 OIE, 2017 Mikroskopis *

Histopatologi *

Antibody-based assays *

In-situ DNA probes **

PCR *,**

Sekuensing **

OIE, 2016 Konvensional PCR

7. Infectious hypodermal and

haematopoietic necrosis

(IHHN)

OIE, 2017 Histopatologi *

In situ DNA probes *,**

PCR, qPCR *,**

Sekuensing **

OIE, 2016 Konvensional PCR

SNI:7912:2013 qPCR

SNI:7305:2003 Konvensional PCR

8. Tilapia Lake Virus diseases

( Tilapia Lake Virus/TiLV)

Dong et al.,2017 Semi nested RT PCR

Sekuensing

PENYAKIT KRUSTASEA – BAKTERI

9. Necrotising hepatopancreatitis OIE, 2017 Histopatologi *

10. Vibrio parahaemolyticus/

EMS/AHPND

Flwgwl, T.W and Lo,

C-F (2014)

PCR

OIE.2017 In-situ DNA probes *,**

qPCR *.**

PCR *,**

Sekuensing **

SNI 8095:2015 Biokimia

PENYAKIT KRUSTASEA – CENDAWAN

11. Crayfish plague OIE, 2017 PCR *

qPCR *

Sekuensing **

Page 11: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

8

PENYAKIT KRUSTASEA – PARASIT

12. Enterozytozoon

Hepatopancreatic (EHP)

OIE, 2006 PCR

PENYAKIT MOLUSKA – PARASIT

13. Infeksi oleh Bonamia exitiosa OIE, 2017 Tissue imprints*

Histopatologi*

PCR dan qPCR*

PCR-restriction fragment length

polymorphism (RFLP)

sekuensing**

14. Infeksi oleh Bonamia ostreae OIE, 2017 Tissue imprints*

PCR dan qPCR*

PCR-restriction fragment length

polymorphism (RFLP)

SYBR® Green real-time PCR*

Sekuensing**

15. Infeksi oleh Marteilia

refringens

OIE, 2017 PCR*,**

Tissue Imprints*

Sekuensing**

Histopatologi

16. Infeksi oleh Marteilia sydneyi OIE, 2003 Histopatologi

Tissue Imprint

In situ hybridisation

PCR-restriction fragment length

polymorphism (RFLP)

17. Mikrocystosis (Mikrocystos

mackini)

OIE, 2017 In situ DNA probes **

Sekuensing **

18. Perkinsosis

(Perkinsus marinus &

Perkinsus olseni )

OIE, 2017 PCR *

in-situ DNA probes **

PENYAKIT MOLUSKA – VIRUS

19. Xenohaliotis californiensis OIE, 2017 Histopatologi *,**

In-situ DNA probes *, **

Sekuensing SSU rDNA *, **

PCR *

Page 12: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

9

20. Abalone viral ganglioneuritis OIE, 2010 Histopatologi

In situ Hibridisasi

PCR

qPCR

21. Abalone herpesvirus (AbHV) OIE, 2017

Histopatologi*,**

PCR*

In situ DNA probes**

PCR dan Sekuensing**

22. Ostreid Herpesvirus-

1microvariants

Histopatologi

PCR

PENYAKIT IKAN – CENDAWAN

23. Epizootic Ulcerative Syndrome

( Aphanomyces invadans)

J.H.Lilley, 2003 Konvensional/mikroskopis

OIE, 2017 Fluorescent in situ hybridization

(FISH): pengamatan hyfa oomycete

pada jaringan *, **

Histopatologi*,**

Isolasi Aphanomyces invadans

dan dilanjutkan konfirmasi

menggunakan bioassay atau

PCR*,**

PCR *,**

Sekuensing **

24. Sand Paper Disease

(Ichtyophonus hoferi)

OIE, 2010 Mikroskopis

PCR

25. Chytridiomycosis

(Batrachhochytrium

dendrobatidis)

Wet Mount

Smear

Histologi

Imunohistokimia

ELISA

qPCR

Page 13: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

10

PENYAKIT IKAN – PARASITIK

26. Gyrodactylosis (Gyrodactylus

salaris)

OIE, 2017 Mikroskopis

PCR dan sekuensing

PENYAKIT IKAN – BAKTERIAL

27. Bakterial kidney disease Austin dan Austin,

2004

konvensional

Bergey’s, 2005 konvensional

28. Enteric redmouth disease

(Yersinia ruckeri) – Hagerman

Austin dan Austin,

2004

konvensional

29. Enteric septicaemia of catfish Austin dan Austin,

2004

konvensional

PCR

30. Furunculosis/ carp

erytrodermatitis

Austin dan Austin,

2004

konvensional

Bergey’s, 2005 konvensional

PCR

31. Red Spot Disease

(P.anguilliseptica)

Austin dan Austin,

2004

konvensional

Bergey’s, , 2005 PCR

32. Withering syndrome

(Xenohaliotis californiensis)

OIE, 2016 Wet mount

Smear

Tissue imprint

IFAT/FAT

Histologi

PCR

Sekuensing *,**

In situ hybridisation

33. Nocardiasis Austin dan Austin,

2004

konvensional

konvensional

Bergey’s 2005 PCR

PENYAKIT IKAN – VIRAL

34. Channel catfish virus disease OIE Konvensional PCR

35. Epizootic haematopoetic

necrosis

OIE, 2017 Cell culture*

Antigen-capture ELISA*,**

Cell culture*

Page 14: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

11

PCR-Restriction Endonuclease

Analysis**

Sekuensing **

36. Grouper iridoviral disease

Red sea bream iridoviral

disease (RSIVD)

OIE, 2017 Bioassay ( isolasi virus pada

kultur sel dilanjutkan identifikasi

dengan IFAT/PCR)*,**

Pewarnaan IFAT menggunakan

Isolat virus atau cetakan organ *,**

PCR*,**

Sekuensing*,**

37. Infectious haematopoetic

necrosis

OIE, 2017 Isolasi Virus *

Antibody-based assays*

PCR *, **

Sekuensing **

38. Infectious pancreatic necrosis OIE, 2017 Isolasi Virus *

Antibody-based assays*

PCR *, **

Sekuensing **

39. Infectious salmon anemia

(Salmon anaemia virus (ISAV)

OIE, 2017 Isolasi pada sel kultur *

Pewarnaan IFAT pada cetakan

ginjal **

immunohistokimia**

Isolasi pada sel kultur **

RT-PCR atau qRT-PCR disertai

sekuensing**

40. Koi herpesvirus disease OIE.2006 PCR

OIE, 2017 PCR*,**

Sekuensing **

IQ 2000, 2014. Nested PCR

OIE, 2012 Uji PCR menggunakan Primer

Thymidin Kinase

41. Viral encephalopathy and

retinopathy

OIE, 2017 Isolasi pada sel kultur dilanjutkan

dengan pewarnaan immuno atau

PCR*, **

RT-PCR*,**

RT-PCR diikuti dengan sekuensing

**

Page 15: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

12

Keterangan :

** diagnosis konfirmasi

* diagnosis pendugaan /Presumptive

Isolasi pada sel kultur dilanjutkan

dengan pewarnaan immuno atau

PCR *, **

42. Viral Haemorrhagic

septicaemia

OIE, 2017 Isolasi pada sel kultur dilanjutkan

dengan salah satu metode

identifikasi*,**

q RT-PCR*,**

Antibody-based assays **

RT-PCR diikuti dengan

sekuensing**

43. Viral Nervous Necrosis (VNN)

Strain red spotted grouper

nervous necrosis virus

(RGNNV)

OIE.2012 RT-PCR

Sekuensing

qPCR

44. Megalocytivirus Rimmer AE et all.

2012

Nested PCR

Go et al.,2009 Single step PCR

OIE, 2012 qPCR

Spring Viraemia of Carp. OIE, 2016 RT-PCR

qPCR

45. Insfection with Ranavirus OIE, 2016 Histologi

TEM

Cell culture

Immunoperoxidase

ELISA

qPCR

Lembar Pengesahan

No. Nama Pejabat Paraf

1 Sekretaris BKIPM

2 Kepala Pusat Standardisasi Sistem dan Kepatuhan

3 Kepala Bagian Hukum, Kerjasama dan Humas

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU DAN

KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA

Page 16: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

13

STANDAR METODE PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN

Hasil perikanan pada umumnya adalah bahan pangan yang mudah

menurun mutunya atau bahkan rusak sehingga menjadi bahan pangan yang

mudah busuk dan menjadi tidak ada nilainya atau dikenal dengan “perisable

food”. Penurunan mutu produk biasanya ditandai dengan perubahan

organoleptik atau sensori yang diikuti dengan perubahan komposisi kimiawi

dan meningkatkan kandungan mikrobiologi khususnya berkembangnya

bakteri pathogen. Pengujian produk perikanan umumnya dibagi menjadi

pengujian organoleptik/sensori, kimia dan mikrobiologi. Sedangkan untuk

mengetahui tingkatan mutu dari produk, maka perlu dilakukan pengujian

Organoleptik/Sensori, Fisik, Mikrobiologi dan Kimia.

1. Organoleptik/Sensori

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-

psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat

benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal

dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental

(sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau

kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap

untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan

benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap

rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran

terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran

subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif karena

hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang

melakukan pengukuran.

Jenis penilaian atau pengukuran yang lain adalah pengukuran atau

penilaian suatu dengan menggunakan alat ukur dan disebut penilaian

atau pengukuran instrumental atau pengukuran obyektif. Pengukuran

Lampiran II : Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 75/KEP-BKIPM/2017 tentang Standar Metode Pengujian Penyakit Ikan dan Mutu Hasil Perikanan

Page 17: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

14

obyektif hasilnya sangat ditentukan oleh kondisi obyek atau sesuatu yang

diukur. Demikian pula karena pengukuran atau penilaian dilakukan

dengan memberikan rangsangan atau benda rangsang pada alat atau

organ tubuh (indra), maka pengukuran ini disebut juga pengukuran atau

penilaian subyektif atau penilaian organoleptik atau penilaian indrawi.

Yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi

mental) berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan, maka

disebut juga penilaian sensorik. Standar pengujian organoleptik dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3. Standar Acuan Pengujian Organoleptik/Sensori

No. Parameter Standar Acuan Teknik

Pengujian

1. Organoleoptik/

Sensory Test

SNI 01-2346-2011

Pengujian organoleptik dan

atau sensori

Visual

2. Fisik

Pengujian fisik bahan pangan adalah analisa sifat maupun bentuk

dari suatu bahan untuk mengetahui kualitas suatu produk. Karakter fisik

dapat mencakup antara lain bentuk, struktur, sifat-sifat optik, warna /

penampakan, suhu, dan sifat-sifat yang berhubungan dengan panas.

Standar acuan pengujian fisik sesuai pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Standar Acuan Pengujian Fisik

No. Parameter Standar Acuan Metode

1.

Fisik Produk Kaleng

SNI 01-2346-2011 Pengujian

organoleptik dan atau

sensori

Visual

2. Filth

SNI 01-2372.7-2011

Pengujian Filth pada produk

perikanan

Mikroskopis

3. Suhu Pusat Ikan

SNI 01-2372.1-2006

Cara uji fisika - Bagian 1:

Penentuan suhu pusat pada

produk perikanan

Fisik

4. Bobot Tuntas SNI 01-2372.2-2011 Cara uji Pengukuran berat

Page 18: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

15

fisika - Bagian 2: Penentuan

bobot tuntas pada produk

perikanan

5. Visible parasit

SNI 01- 2372.6 : 2015

Penentuan parasit cacing

pada produk perikanan

Mikroskopis

6. Filth

SNI 01-2372.7-2011

Pengujian Filth pada produk

perikanan

Mikroskopis

3. Mikrobiologi

Dalam rangka pengendalian mutu secara mikrobiologis, dilakukan

pengujian laboratorium untuk mengisolasi dan mengidentifikasi cemaran

bakteri patogen.

Jenis mikroba yang terdapat dalam makanan meliputi bakteri, kapang/

jamur dan ragi serta virus yang dapat menyebabkan perubahan-

perubahan yang tidak diinginkan seperti penampilan, tekstur, rasa dan

bau dari makanan. Pengelompokan mikroba dapat berdasarkan atas

aktifitas mikroba (proteolitik, lipofilik, dsb) ataupun atas

pertumbuhannya (psikrofilik, mesofilik, halofilik, dsb).

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang

terdapat dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri

(pH, kelembaban, nilai gizi), keadaan lingkungan dari mana makanan

tersebut diperoleh, serta kondisi penanganan, pengolahan ataupun

penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah

karakter organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi / nilai gizi atau

bahkan merusak makanan tersebut. Untuk melihat mutu produk secara

mikrobiologi perlu dilakukan pengujian, adapun standar acuan dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Page 19: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

16

Tabel 5. Standar Acuan Pengujian Mikrobiologi

No Parameter Standar Acuan Teknik Pengujian

1. Enterococci

SNI ISO 7899- 2: 2010 Kualitas air – Deteksi penghitungan enterocooci intestinal-Bagian 2: Metode filtrasi dengan membrane

Metode filtrasi

dengan membran

2. Clostridium

SNI ISO 6461-2: 2010 Kualitas

Deteksi dan Penghitungan

Bakteri an aerob pereduksi

sulfite pembentuk spora

(colostrida) – metode filtrasi

dengan membran

Metode filtrasi

dengan membran

3. Angka Lempeng

Total

SNI 01-2332.3-2015 Penentuan

angka lempeng total (ALT) pada

produk perikanan

Metode Agar

Tuang

4. Coliform

SNI 2332.1-2015 Penentuan Coliform dan Escheria coli pada produk perikanan

Angka Paling

Memungkinkan

(APM)

5. Escherichia coli

SNI 2332.1-2015 Penentuan Coliform dan Escherichia coli pada produk perikanan

Angka Paling

Memungkinkan

(APM)

SNI ISO 16649-1:2016 Metode horizontal enumerasi B-glucuronidase-positive Escherichia coli Bagian 1: Teknik penghitungan koloni menggunakan membran pada suhu 44 °C dan 5-bromo-4-chloro-3-indolyl -D-glucuronide

Angka Paling

Memungkinkan

(APM)

6. Salmonella spp.

SNI 2354.2-2015 Penentuan Salmonella pada produk perikanan

Kualitatif

SNI ISO 6579:2015 Metode horizontal untuk deteksi Salmonella spp.

Identifikasi

7. Staphylococcus

aureus

SNI 2332.9:2015 Penentuan Staphylococcus aureus

Metode cawan

hitung agar sebar

(Plate Count) dan

Angka paling

Memungkinkan

(APM)

Page 20: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

17

SNI ISO 6888-2.2012 Metode horizontal untuk enumerasi staphylococci koagulasi-positif (Staphylococcus aureus dan spesies lain)

Kualitatif

8. Vibrio Cholera

SNI 01-2332.4-2006 Penentuan Vibrio cholera pada produk perikanan

Kualitatif

SNI ISO/TS 21872-1:2015 Metode horizontal untuk deteksi Vibrio spp. berpotensi enteropatogenik – Bagian 1 : Deteksi Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio cholera

Kualitatif

9. Vibrio

parahemolyticus

SNI 01-2332.5-2006 Penentuan

Vibrio parahaemolyticus pada

produk perikanan

Angka Paling

Memungkinkan/A

PM

SNI ISO/TS 21872-1:2015 Metode horizontal untuk deteksi Vibrio spp. berpotensi enteropatogenik – Bagian 1 : Deteksi Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio cholera

Deteksi

10. Listeria

Monocytogenes

SNI 01-4502-1998 Metode Pengujian Listeria Monocytogenes

Kualitatif

SNI ISO/TS 11290-1:2012 Mikrobiologi bahan pangan dan pakan – Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Listeria monocytogenes – Bagian 1: Metode deteksi

Deteksi

11.

Deteksi

penghitungan

enterococci

intestinal

SNI ISO 7899- 2: 2010 Metode filtrasi

dengan membran

12.

Kualitas Deteksi

dan Penghitungan

Bakteri an aerob

pereduksi sulfite

pembentuk spora

(colostrida) –

SNI ISO 6461-2: 2010 metode filtrasi

dengan membran

`13. Kapang dan

Khamir

SNI 2332.7 : 2015 Perhitungan kapang dan khamir pada produk perikanan

Cawan Hitung

Agar sebar (Plate

Count Agar) Metode horizontal untuk enumerasi kapang dan khamir

Page 21: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

18

– Bagian 1: Teknik penghitungan koloni pada produk dengan aktivitas air lebih besar dari 0,95

4. Pengujian Kimia

Kimia analisis adalah studi pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi

komponen kimia dalam bahan alam maupun buatan. Analisis kualitatif

memberikan indikasi identitas spesies kimia di dalam sampel. Sedangkan

analisis kuantitatif menentukan jumlah komponen tertentu dalam suatu

zat. Pemisahan komponen seringkali dilakukan sebelum melakukan

analisis.

Metode analisis dapat dibagi menjadi klasik dan instrumental. Metode

klasik (dikenal juga sebagai metode kimia basah) menggunakan

pemisahan seperti pengendapan, ekstraksi, dan distilasi serta analisis

kualitatif berdasarkan warna, bau, atau titik leleh (organoleptis). Analisis

kuantitatif klasik dilakukan dengan menentukan berat atau volum.

Metode instrumental menggunakan suatu peralatan untuk menentukan

kuantitas fisik suatu analit seperti serapan cahaya, fluoresensi, atau

konduktivitas. Pemisahan dilakukan menggunakan metode kromatografi,

elektroforesis atau fraksinasi aliran medan.

Pengujian kimia merupakan salah satu hal penting dalam dunia

pangan, selain karena diwajibkan oleh pemerintah untuk dicantumkan di

suatu produk pangan, pengujian bahan pangan juga berfungsi untuk

memastikan mutu produk agar sesuai yang diinginkan dan juga untuk

dapat melakukan pengembangan produk atau biasa dikenal dengan R&D

(research and development). Dalam analisis produk pangan ada beberapa

kriteria yang diperhatikan: akurat, mudah, cepat, sederhana, dan jika

memungkinkan non-destructive.

Dalam rangka menjamin mutu dan keamanan pangan maka perlu

dilakukan pengujian pada produk perikanan, pengujian tersebut dapat

mengacu pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Standar Acuan Pengujian Kimia

No. Parameter Standar Acuan Metode

1. Kadar Abu dan Abu

Tak Larut

SNI 01-2354.1-2010

Penentuan kadar abu dan abu

tak larut dalam asam pada

produk perikanan

Gravimetri

Page 22: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

19

2. Kadar Air

SNI 01-2354.2-2015 Cara Uji

kimia Bagian 2 : Penentuan

kadar air pada produk

perikanan

Gravimetri

3. Lemak

SNI 01-2354.3-2016

Penentuan kadar lemak total

pada produk perikanan

Gravimetri

4. Protein

SNI 01-2354.4-2006

Penentuan kadar protein

dengan metode total nitrogen

pada produk perikanan

Titrimetri

5. Kadar Garam SNI 01-2359:1991 Penentuan

kadar garam Gravimetri

6. Histamin

SNI 01-2354.10:2016

Penentuan Kadar Histamin

dengan spektroflorometri dan

Kromatografi cair Kinerja

tinggi (KCKT) pada produk

perikanan

Spetroflorometri

dan Kromatografi

cair

7. Mercury

SNI 01-2354.6-2016

Penentuan kadar logam berat

merkuri (Hg) pada produk

perikanan

Spekroskopi

Serapan Atom

(Atomic Absorption

Spectrofotometer)

8. TVB/TMA

SNI 01-2354.8-2009

Penentuan kadar Total Volatil

Base Nitrogen (TVB-N) dan

Trimetil Amin Nitrogen (TMA-

N) pada produk perikanan

TVB (Distilasi)

TMA (cawan

Conway)

9. Tetracycline dan

derivatnya

SNI 01-2354.11-2013

Penentuan Tetrasiklin dan deri

vatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

Kromatografi cair

10. Chloramphenicol

SNI 2354.9 : 2009 Penentuan residu kloramfenikol dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi cair

11. Nitrofuran AMOS,

AOZ, SEM, AHD Elisa Method Metode Elisa

12. Timbal (Pb) dan

Kadmium (Cd)

SNI 01-2354.5-2011

Penentuan kadar logam berat

Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd)

pada produk perikanan

Spekroskopi Serapan

Atom (Atomic

Absorption

Spectrofotometer/AAS

Page 23: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, …banten.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/75 kep bkipm... · STANDAR METODE PENGUJIAN PENYAKIT IKAN DAN MUTU HASIL PERIKANAN

20

13. Tembaga (Cu) dan

Seng (Zn)

SNI 01-2354.13:2013

Penentuan kadar Tembaga

(Cu) dan Seng (Zn) pada

produk perikanan

Spekroskopi Serapan

Atom (Atomic

Absorption

Spectrofotometer/AAS

14. Sulfit

SNI 01-2354.14:2016

Penentuan Kadar Sulfit

dengan spektroflorometri dan

Kromatografi cair Kinerja

tinggi (KCKT) pada produk

perikanan

Spektroflorometri

dan Kromatografi

cair

15. Malachite Green HPLC Method Metode HPLC

16. Chloramphenicol

HPLC Method Metode HPLC

UPLC Method Metode UPLC

(LCMS/MS Method)

Metode Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS)

17. Fluoroquinolone Elisa Method Metode Elisa

18. Sulfadiazine Elisa Method Metode Elisa

19. Karbohidrat

SNI 01-2370-1991 Penentuan kandungan karbohidrat

Titrimetri

20. Squalen

SNI 01-4499-1998 Penentuan kadar squalene pada minyak ikan dengan cara ekstraksi

Kromatografi gas

21. Kadar agar

SNI 01-4497-1998 Penentuan kadar agar dari rumput laut

Gravimetri

22. Rendemen (yield)

karaginan

SNI 2354,122 : 2013

Penentuan rendemen (yield)

karaginan rumput laut

Gravimetri

Lembar Pengesahan

No. Nama Pejabat Paraf

1 Sekretaris BKIPM

2 Kepala Pusat Standardisasi Sistem dan Kepatuhan

3 Kepala Bagian Hukum, Kerjasama dan Humas

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU DAN

KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

ttd.

RINA