Post on 06-Mar-2023
MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRADIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRA
DIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU
DINAS KESEHATAN PROPINSI BENGKULU
AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU
Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu
Tahun Ajaran 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kitatelah diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuatmakalah seminar KMB II dan IV, serta tak lupa shalawat beriring salam kitakirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkatperjuangan beliau kita sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmupengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalampenyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ns.Risma Apriani,S.Kep. Sertakepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.
Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya,serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian. Demikian yangdapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
penyusun
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 12. Tujuan 2
tujuan umum 2 tujuan khusus 2
1. Metode penulisan 32. Sistematika penulisan 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS 3
2.1 Konsep Dasar 4
2.1.1 Pengertian 5
2.1.2 Etiologi 5
2.1.3 Manifestasi klinis 6
2.1.4 Patofisiologis 7
2.1.5 Klasifikasi 8
2.1.6 Proses penyembuhan tulang 9
2.1.7 Pemeriksaan penunjang 10
2.1.8 penatalaksanaan 11
2.1.9 Komplikasi 12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 13
2.2.1 Pengkajian 13
2.2.2 Analisa data 14
2.2.3 Diagnosa dan Intervensi keperawatan 14
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian 18
3.1.1 Identitas klien 18
3.1.2 Keluhan utama 19
3.1.3Riwayat kesehatan 19
3.1.4 Data psikologis 19
3.1.5 Data sosial 20
3.1.6 Data spiritual 20
3.1.7 Kebiasaan sehari-hari 20
3.1.8 Pemeriksaan fisik 21
3.1.9 Pengobatan 23
3.2 Analisa data 24
3.2 Diagnosa 25
3.3 Intervensi 25
3.4 Implementasi 28
3.5 Evaluasi 31
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalamtaraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akanmempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas
masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatanpenggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotorkhususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehinggamenambah "kesemrawutan" arus lalu lintas. Arus lalu lintasyang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinyakecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kalimenyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnyakontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya frakturadalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satumetode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melaluioperasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebutdilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasiumumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberiasuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalamifraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatanuntuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimanaperawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klienfraktur melalui metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untukmengetahui lebih lanjut bagaimana asuhan keperawatan frakturtertutup Tibia Fibula Sinistra
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhankeperawatan dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Sinistra, Penulis mampu :
a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalahkeperawatan pada fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
.b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien denganfraktur fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktorpenghambat serta penyelesaian masalah (solusi) dalammelaksanakan asuhan keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
1.3 METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus iniadalah metode deskriptif melalui pendekatan proses keperawatandengan cara teknik pengumpulan data seperti wawancara,pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lainserta data dari catatan medik klien. Setelah itu data diolahdan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan masalah sehinggabisa di intervensi dan di evaluasi.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi danmaksud dari laporan kasus ini, maka penulisannya dibuat secarasistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan danSistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar AsuhanKeperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi,Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yangditemukan dengan teori yang didapatkan meliputiDefinisi, Rasional terhadap setiap Diagnosa Keperawatanyang ditemukan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambatserta Solusi.
BAB V : PENUTUP
Yang meliputi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. konsep dasar
2.1.1 PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulangkarena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann andSorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan olehtrauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenagatersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunakdisekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yangterjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 :1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnyakonstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawanepifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia danfibula.
2.1.2 ETIOLOGI
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkanditempat tersebut.
2)Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan denganterjadinya fraktur berjauhan.
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit sepertiosteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri :usia lanjut
d. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
(Corwin, 2001 : 298)
2.1.3 MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal
Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)
2.1.4 PATOFISILOGIS
2.1.5 KLASIFIKASI / JENIS
a) Fraktur komplet
Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang danbiasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.
b) Fraktur tidak komplet
Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian darigaris tengah tulang.
c) Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadifragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d) Fraktur terbuka
Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dariluar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur(terkontaminasi oleh benda asing)
1) Grade I :Luka bersih, panjang <>
2) Grade II :Luka lebih besar / luas tanpakerusakan jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III : Sangat terkontaminasi danmengalami kerusakan jaringan lunak yangekstensif, merupakan yang paling berat.
e) Jenis khusus fraktur
1) Greenstick : Fraktur dimana salah satusisi tulang patah, sedang sisi lainnyamembengkok.
2) Tranversal : Fraktur sepanjang garistengah tulang.
3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengangaris tengah tulang.
4)Spiral : Fraktur memuntir seputar batangtulang
5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecahmenjadi beberapa fragmen
6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahanterdorong kedalam (sering terjadi padatulang tengkorak dan tulang wajah)
7) Kompresi : Fraktur dimana tulangmengalami kompresi (terjadi pada tulangbelakang)
8) Patologik : Fraktur yang terjadi padadaerah tulang berpenyakit (kista tulang,penyakit pegel, tumor)
9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang olehligament atau tendon pada perlekatannya
10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis
11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulangterdorong ke fragmen tulang lainnya.
(Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 – 2358)
2.1.6 Proses Penyembuhan Tulang
a. Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluhdarah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunaksekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.
b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum,disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursorosteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang.Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang,terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.
c. Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikanregiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-rayyang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6– 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, frakturteraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjaditulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelahkecelakaan.
e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya padakondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang berlebihandibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.
(Rasjad, 1998 : 399 – 401)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnyafraktur trauma
b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkanfraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikerusakan jaringan lunak.
c.Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskulerdicurigai.
d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat(hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darahputih adalah respon stress normal setelah trauma).
e.Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatininuntuk klien ginjal.
(Doenges, 2000 : 762)
2.1.8 Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :
a. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaianfraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan,derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dandeskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderitasendiri.
b. Reduksi
Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapatdilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat daruratatau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selamatindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedativeatau blok saraf lokal.
c. Retensi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harusdimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dankesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atauinterna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai,traksi dan teknik fiksator eksterna.
d. Rehabilitasi
Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktursemula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasifseoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihanisometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkanatrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union,mal union dan non union.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon
(Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155)
1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1`pengkajian
1. identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini
3. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan kecelakaan, patah tulang
Riwayat kesehatan dahulu
Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma ataufraktur seperti klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.
1. Aktivitas istirahat
Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur keterbatasan imobilitas
2. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat bagian yang terkena.
3. Neurosensori
Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan, kelemahan.
4. Kenyamanan
Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot.
5. Keamanan
Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan lokal
2.2.2 Analisa data
1. Data subjektif Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, nyeri Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri) Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri1. Data objktif Gangguan mobilitas Edema pada esktremitas yang fraktur Adanya deformitas Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan
2.2.3 Diagnose keperawatan dan intervensi
1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ; 2363)
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang Klien tampak rileks, mampu berpartisifasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi.2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas dalm gips.4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-10)5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera.6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring8. Kolaborasi- Beri obat sesuai indikasi- Lakukan kompres dingin / es 24 – 28 jam pertama sesuai keperluan
Rasional
1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera
2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan edema, menurunkan nyeri3. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering4. Meningkatkan keefektifan intevensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri.5. Membantu menghilangkan astetas6. Meningkatkan kemampuan keping dalam manajemen nyeri7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot8. Diberikan untuk menurunkan nyeri / spasme ototMenurun edema, pembentukan hematoom dan mengurangi sensi nyeri.
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan ototIntervensi :1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera2. Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tersakitd. 4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi keramas)6. Dorong peningkatan masukan sampai 2000 – 3000 mliter / hr termasuk air asam, jus.
Rasional :
1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untukmeningkatkan tunas otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur / afroji3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi / menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dengan masa otot4. Menurunkan resiko kontraktur heksi pangul5. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, perawatan diri langsung6. Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infexi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.
1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbukaIntervensi :1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan, perubahan warna2. Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan3. Ubah posisi dengan sering4. Traksi tulang dan perawatan kulit.
Rasional :
5. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah yang mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema6. Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit7. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal8. Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringanIntervensi :1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas2. Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri3. Berikan perawatan pen / kawat steril4. Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau drainase yang tidak enak5. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara6. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local7. Berikan obat sesuai indikasi
3. Rasional1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan abrasi2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi4. Menghindari infeksi5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis.( Doenges, 2000 )
)
(Doenges. 2000. 761 – 774).
BAB III
LAPORAN KASUS
Tangggal masuk : 28 Desember 2010
Tanggal pengkajian : 29 Desember 2010
No reg : 497541
Ruang : Seruni
Diagnoda medik : CLOSE FRAKTUR TIBIA FIBULA SINISTRA
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas klien
Nama :Ny.N
Umur :66 Tahun
Agama :islam
Jenis kelamin :perempuan
Pekerjaan :IRT
Alamat :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu
Penanggung Jawab :
Nama :Ny.S
Umur :50 Tahun
Jenis kelamin :perempuan
Hub.dgn klien :keponakan
3.1.2 Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri
3.1.3Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Klien dibawa ke IGD pada tanggal 28-des-2010 diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda motor.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29-des-2010 klien tampak lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang patah,klien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keturunan ataupun menular lainnya.
3.1.4 Data psikologis
Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat sembuh.
3.1.5 Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang lain selalu menunggu nya.
3.1.6 Data spiritual
Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supayacepat senbuh.
3.1.7 Kebiasaan sehari-hari
No. Kebiasaan dirumah Dirumah sakit
1. Nutrisi
a.Makanan
frekuensi jenis makanan
b.Minuman
frekuensi
-jenis minuman
Eliminasi
a.BAB
3x sehari
Nasi,lauk pauk,sayur
6-7 gelas /hari
Air putih
3x sehari
Nasi, lauk-pauk, sayur
6-7 gelas/hari
Air putih
2.
3.
frekuensi konsistensi warna
b.BAK
frekuensi warna bau jumlah
Istirahat tidur
lama tidur gangguantidur
Personal hygiene
mandi gosok gigi
Aktivitas
1x/hari
Lembek
Kuning
4-5x/hari
Jernih kekuningan
Khas
+ 1300 cc/hari
6-7 jam/hari
Tidak ada
1x/hari
Lembek
Kuning
Terpasang kateter
Jernih kekuningan
Khas
+1300cc/hari
6-7 jam/hari
Tidak ada
Dilap 1x/hari
1x/hari
4.
5.
2x/hari
2x/hari
Klien bisa melakukan aktivitas
Secara mandiri
Klien selalu dibantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas
3.1.8 Pemeriksaan fisik
keadaan umum :lemah kesadaran : compos mentis Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg P : 18x/Menit
N : 81x/Menit S : 36,5'c
1.Kepala
inspeksi :simetris,distribusi rambut merata palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
2.Mata
inspeksi :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an ikterik palpasi :tidak ada nyeri tekan
3.Hidung
inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping hidung palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
4.Telinga
inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
5.Mulut
inspeksi :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis Palpasi :tidak ada nyeri tekan
6.Leher
inspeksi :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan
7.Dada
inspeksi :simetris,pergerakan dinding dada baik palpasi :tidak ada nyeri tekan auskultasi :bunyi nafas vesikuler perkusi :bunyi rensonan
8.Abdomen
inspeksi :simetris,tidak ada bekas operasi auskultasi :bunyi bising usus (+) perkusi :bunyi timpani palpasi :tidak ada nyeri tekan
9.Ekstremitas
atas :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik bawah :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka
10.Genetalia
inspeksi :simetris,terpasang kateter palpasi :tidak ada nyeri tekan
3.1.9 THERAPY
1.cairan RL 20 tts/menit
2.citicholine 3x1 (IV)
3.keterolac 3x1 (IV)
4.taxef 2x1 gr (14/st)
5.pronalges supp
6dexamethason 2x1 amp (IV)
7.rannitidin 2x1 amp (IV)
3.2 ANALISA DATA
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
No Data Senjang InterprestasiData Masalah
1 DS :
Klien mengatakan nyeri padabetis sebelah kiri kerena patah
DO :
KLien tampak lemah Skala nyeri 4 Tampak edema pada bagian fraktur Nyeri bertambah jika pada bagian yang fraktur di gerakkan
Fraktur
Diskontinuitas tulang
Pergeseranfragmentulang
Gangguan rasa nyaman nyeri
Nyeri2 DS :
Keluarga klien mengatakan aktivitas klien selalu dibantu oleh keluarga
DO :
Klien tampak selalu di bantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas Fraktur pada 1/3 tibia fibula sinistra
Fraktur
Diskontinuitas tulang
Perubahanjaringansekitar
Pergeseranfragmentulang
Gangguan mobilitas fisik
Depormitas
Gangguanfungsi
Gangguanmobilitasfisik
3.2 DIAGNOSA
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
No Diagnoasa Keparawatan TanggalDtemukan
Paraf
Tanggalteratas
i
Paraf
1
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang / fraktur
29-12-2010
2 Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
29-12-2010
3.3 INTERVENSI
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
No Tujuan dankriteria hasil
IntervensiKeperawatan Rasional Par
af1 Setelah
dilakukan perawatan selama 3x24 jam di harapkan gangguan rasa nyaman nyeri dapat berkurang / atau teratasi dengan criteria hasil:
Klien tidak mengeluhnyeri Skala nyeri0
Pertahankan imobilisasi bagianyang sakit dengan tirah baring, gips/ pembidaian
Tinggikan dandukung eksremitas yang terkena
Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi,karakteristik dan intensitas nyeri Lakukan kompres dingin 24-
Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau jaringan yang cedera Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menuunkan nyeri Mempengaruhi pilihan / pengawasan kefektifan intervensi Menurunkan edema / pembentukanhematum, menurunkansensasi nyeri Untuk menurunkan nyeri atau spasme otot
48 jam pertama sesuai keperluan
Kolaborasi pemberian obat analgetik
2 Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkangangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Klien melakukan aktivitas secara mandiri
Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera
Beriakn papankaki, bebat pergelangan
Pasien mungkindibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi Berguna untuk mempertahankan posisi fungsional eksremitas tangan /kaki, mencegah kontraktur Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring, meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ
Hipertensi
Berikan / bantu mobilisasi dengan kursi roda,kruk, tongkat, sesegera mungkin, intruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi Awasi TD dengan melakukan aktivitas
pertural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus
3.4 IMPLEMENTASI
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
NoTanggal /jam
Implementasi Respon hasil Paraf
1 22-12-2010
-mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk
-meninggikan dan mendukung ekstrimitas yang terkena
-mengevaluasi keluhan nyeri lokasi,karakteristik dan intensitasnya
-mengukur TD pasien
Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu:keterolac
membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
Nyeri berkurang
Nyeri berkurang tapi masih edema
Neri p[ada eksremitas bawah sebelah kiri (tibia-fibula) Nyeri nyilu skala 4
TD : 150/90 mmHg
Ketrolak 2x1
30-12-2010
Mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk Meninggikan dan mendukung eksremitas yang terkena Mengevaluasi keluhan nyeri Mengukur TD pasien Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas Mempertahankan mobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk Meninggikan dan medukung eksremitas yang terkena Mengevaluasi keluhan nyeri Mengukur TD pasien Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat
amp IV
Membantu menyembuhkan dan menormalisakan fungsikan organ
Nyeri berkurang
Nyeri berkurang tapi masih edema
mobilitas
Skala nyeri 4
TD : 130/90 Ketrolak 2x1 amp IV
Membantu penyembuhan dan normalisai fungsi organ
Nyeri berkurang
Nyeri berkurang tapi masih edema
Skala nyeri 3
TD : 130/90 Ketrolak 2x1 amp IV
Membantu penyebuhan dan normalisasi fungsi organ
3.5 EVALUASI
Nama : Ny.N No.Reg : 4793
Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni
Hr/tgl/jam
No. Evaluasi Keperawatan par
afJum'at,
31,des2010
1. S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O : skala nyeri:3
klien masih tampak lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Jum'at
31,des2010
2.
S : Keluarga klien mengatakan aktivitasklien masih dibantu oleh keluarga
O : Klien masih tampak dibantu oleh keluargadalam beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
1. kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulangkarena stress pada tulang yang berlebihan. Selanjutnyapenulis akan menyimpulakn sesuai dengan tahapan-tahapanyang ada didalam proses keperawatan yang meliputipengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.
1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara danobservasi langsung yang penulis dapatkan dari keluargapasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga penulismendapatkan informasi dari perawat dan catatan medicpasien.2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasiensetelah dilakukan pengkajian yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnyakontinuitas jaringan pada tulang / fraktur2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasienpenulis mengacu pada konsep dasar askep yang kemudiandisesuaikan dengan kemampuan pasien dan ruanganperawatan pasien4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidakmelakukan semua yangada dalam rencana keperawatankarena keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan waktuyang ada5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatansesuai dengan rencana yang telah ada, tetapi masihbanyak diagnose yang belum teratasi.
2. Saran 1. Bagi pasien dan keluarga
Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkanistirahat total dan minimalkan pengeluaran energy,jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasiendan keluarganya jika terjadi komplikasi adalahberupaya untuk beristirahat total.
2. Bagi lahan peraktek
Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktuyang cukup panjang dan sangat beresiko terjadikomplikasi. Dengan demikian perawatan kepada penderitaharuslah dilakukan dengan cermat dan tepat, untukmencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklahmempunyai perawat yang telah berpengalaman dalamperawatan pasien fraktur tibia.