The Dynamic Characteristics of a Concrete Building from Construction to Completion

41
MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRADIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRA DIRUANGAN SERUNI (B 2 ) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU DINAS KESEHATAN PROPINSI BENGKULU AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu Tahun Ajaran 2011 KATA PENGANTAR

Transcript of The Dynamic Characteristics of a Concrete Building from Construction to Completion

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRADIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRA

DIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU

 

DINAS KESEHATAN PROPINSI BENGKULU 

AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU 

Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu 

Tahun Ajaran 2011

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kitatelah diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuatmakalah seminar KMB II dan IV, serta tak lupa shalawat beriring salam kitakirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkatperjuangan beliau kita sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmupengetahuan dan teknologi seperti saat ini. 

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalampenyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ns.Risma Apriani,S.Kep. Sertakepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.

Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya,serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian. Demikian yangdapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih. 

 

 

 

Hormat kami

 

 

penyusun 

 

 

 

 

Kata pengantar      ii

Daftar isi      iii

BAB I PENDAHULUAN     1

1. Latar Belakang     12. Tujuan     2

tujuan umum     2 tujuan khusus     2

1. Metode penulisan     32. Sistematika penulisan    3

BAB II TINJAUAN TEORITIS    3

2.1 Konsep Dasar    4

2.1.1 Pengertian    5

2.1.2 Etiologi    5

2.1.3 Manifestasi klinis    6

2.1.4 Patofisiologis    7

2.1.5 Klasifikasi    8

2.1.6 Proses penyembuhan tulang    9

2.1.7 Pemeriksaan penunjang    10

2.1.8 penatalaksanaan    11

2.1.9 Komplikasi    12

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan    13

2.2.1 Pengkajian    13

2.2.2 Analisa data    14

2.2.3 Diagnosa dan Intervensi keperawatan    14

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian    18

3.1.1 Identitas klien    18

3.1.2 Keluhan utama    19

3.1.3Riwayat kesehatan    19

3.1.4 Data psikologis    19

3.1.5 Data sosial    20

3.1.6 Data spiritual    20

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari    20

3.1.8 Pemeriksaan fisik    21

3.1.9 Pengobatan    23

3.2 Analisa data    24

3.2 Diagnosa    25

3.3 Intervensi    25

3.4 Implementasi    28

3.5 Evaluasi    31

BAB IV PENUTUP    

DAFTAR PUSTAKA     

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalamtaraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akanmempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas

masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatanpenggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotorkhususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehinggamenambah "kesemrawutan" arus lalu lintas. Arus lalu lintasyang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinyakecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kalimenyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnyakontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya frakturadalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satumetode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melaluioperasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebutdilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasiumumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberiasuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalamifraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatanuntuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimanaperawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klienfraktur melalui metode ilmiah.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untukmengetahui lebih lanjut bagaimana asuhan keperawatan frakturtertutup Tibia Fibula Sinistra

1.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhankeperawatan dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Sinistra, Penulis mampu : 

a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalahkeperawatan pada fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

.b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

c. Menyusun rencana keperawatan pada klien denganfraktur fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 

e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 

f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktorpenghambat serta penyelesaian masalah (solusi) dalammelaksanakan asuhan keperawatan pada klien denganfraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 

1.3 METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus iniadalah metode deskriptif melalui pendekatan proses keperawatandengan cara teknik pengumpulan data seperti wawancara,pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lainserta data dari catatan medik klien. Setelah itu data diolahdan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan masalah sehinggabisa di intervensi dan di evaluasi.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi danmaksud dari laporan kasus ini, maka penulisannya dibuat secarasistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

 

 

 

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan danSistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar AsuhanKeperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS 

Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi,Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN 

Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yangditemukan dengan teori yang didapatkan meliputiDefinisi, Rasional terhadap setiap Diagnosa Keperawatanyang ditemukan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambatserta Solusi.

BAB V : PENUTUP

Yang meliputi Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. konsep dasar

2.1.1 PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulangkarena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann andSorensens, 1993 : 1915)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan olehtrauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenagatersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunakdisekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yangterjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 :1183)

Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnyakonstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawanepifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 

Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia danfibula.

2.1.2 ETIOLOGI

Penyebab fraktur diantaranya :

a. Trauma

1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkanditempat tersebut.

2)Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan denganterjadinya fraktur berjauhan.

b. Fraktur Patologis

Fraktur disebabkan karena proses penyakit sepertiosteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.

c. Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri :usia lanjut

d. Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

(Corwin, 2001 : 298)

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS

a. Nyeri lokal

b. Pembengkakan

c. Eritema

d. Peningkatan suhu

e. Pergerakan abnormal

Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)

 

2.1.4 PATOFISILOGIS

 

 

2.1.5 KLASIFIKASI / JENIS

a) Fraktur komplet

Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang danbiasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.

b) Fraktur tidak komplet

Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian darigaris tengah tulang.

c) Fraktur tertutup 

Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadifragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.

d) Fraktur terbuka 

Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dariluar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur(terkontaminasi oleh benda asing)

1) Grade I     :Luka bersih, panjang <>

2) Grade II     :Luka lebih besar / luas tanpakerusakan jaringan lunak yang ekstensif

3) Grade III : Sangat terkontaminasi danmengalami kerusakan jaringan lunak yangekstensif, merupakan yang paling berat.

e) Jenis khusus fraktur

1) Greenstick : Fraktur dimana salah satusisi tulang patah, sedang sisi lainnyamembengkok.

2) Tranversal : Fraktur sepanjang garistengah tulang.

3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengangaris tengah tulang.

4)Spiral : Fraktur memuntir seputar batangtulang

5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecahmenjadi beberapa fragmen

6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahanterdorong kedalam (sering terjadi padatulang tengkorak dan tulang wajah)

7) Kompresi : Fraktur dimana tulangmengalami kompresi (terjadi pada tulangbelakang)

8) Patologik : Fraktur yang terjadi padadaerah tulang berpenyakit (kista tulang,penyakit pegel, tumor)

9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang olehligament atau tendon pada perlekatannya

10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulangterdorong ke fragmen tulang lainnya. 

(Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 – 2358)

2.1.6 Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluhdarah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunaksekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.

 

 

b. Stadium Proliferasi

Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum,disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursorosteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang.Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang,terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi. 

c. Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikanregiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-rayyang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6– 10 hari setelah kecelakaan terjadi. 

d. Stadium Konsolidasi 

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, frakturteraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjaditulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelahkecelakaan.

e. Stadium Remodelling

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya padakondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang berlebihandibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

(Rasjad, 1998 : 399 – 401)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnyafraktur trauma

b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkanfraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikerusakan jaringan lunak.

c.Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskulerdicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat(hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darahputih adalah respon stress normal setelah trauma).

e.Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatininuntuk klien ginjal.

(Doenges, 2000 : 762) 

 

 

2.1.8 Penatalaksanaan

Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a. Rekognisi 

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaianfraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan,derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dandeskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderitasendiri. 

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapatdilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat daruratatau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selamatindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedativeatau blok saraf lokal.

c. Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harusdimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dankesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atauinterna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai,traksi dan teknik fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktursemula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasifseoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihanisometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkanatrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

1) Kelakuan sendi

2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union,mal union dan non union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

(Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155)

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1`pengkajian

1. identitas klien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab dan hubungan dengan klien.

2. Keluhan utama

Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini

3. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan kecelakaan, patah tulang

Riwayat kesehatan dahulu

Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga

Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma ataufraktur seperti klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.

1. Aktivitas istirahat

Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur keterbatasan imobilitas

2. Sirkulasi

Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas)

Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat bagian yang terkena.

3. Neurosensori

Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan, kelemahan.

4. Kenyamanan

Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot.

5. Keamanan

Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan lokal 

2.2.2 Analisa data 

1. Data subjektif Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, nyeri Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri) Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri1. Data objktif Gangguan mobilitas  Edema pada esktremitas yang fraktur Adanya deformitas Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan

 

 

2.2.3 Diagnose keperawatan dan intervensi

1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ; 2363)

 

Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan

 

Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri berkurang Klien tampak rileks, mampu berpartisifasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi.2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas dalm gips.4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-10)5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera.6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring8. Kolaborasi- Beri obat sesuai indikasi- Lakukan kompres dingin / es 24 – 28 jam pertama sesuai keperluan

 

Rasional

1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera

2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan edema, menurunkan nyeri3. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering4. Meningkatkan keefektifan intevensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri.5. Membantu menghilangkan astetas6. Meningkatkan kemampuan keping dalam manajemen nyeri7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot8. Diberikan untuk menurunkan nyeri / spasme ototMenurun edema, pembentukan hematoom dan mengurangi sensi nyeri.

 

1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan ototIntervensi :1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera2. Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tersakitd. 4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi keramas)6. Dorong peningkatan masukan sampai 2000 – 3000 mliter / hr termasuk air asam, jus.

 

Rasional :

1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untukmeningkatkan tunas otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur / afroji3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi / menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dengan masa otot4. Menurunkan resiko kontraktur heksi pangul5. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, perawatan diri langsung6. Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infexi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.

1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbukaIntervensi :1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan, perubahan warna2. Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan3. Ubah posisi dengan sering4. Traksi tulang dan perawatan kulit.

Rasional :

5. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah yang mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema6. Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit7. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal8. Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.

 

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringanIntervensi :1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas2. Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri3. Berikan perawatan pen / kawat steril4. Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau drainase yang tidak enak5. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara6. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local7. Berikan obat sesuai indikasi

 

3. Rasional1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan abrasi2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi4. Menghindari infeksi5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis.( Doenges, 2000 )

)

(Doenges. 2000. 761 – 774).

 

 

 

 

 

BAB III

LAPORAN KASUS 

Tangggal masuk         : 28 Desember 2010

Tanggal pengkajian         : 29 Desember 2010

No reg                 : 497541

Ruang                 : Seruni 

Diagnoda medik     : CLOSE FRAKTUR TIBIA FIBULA SINISTRA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas klien

    Nama        :Ny.N

    Umur        :66 Tahun

    Agama        :islam

    Jenis kelamin    :perempuan

    Pekerjaan    :IRT

    Alamat        :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu

     Penanggung Jawab    :

    Nama        :Ny.S

    Umur        :50 Tahun

    Jenis kelamin    :perempuan

Hub.dgn klien    :keponakan

3.1.2 Keluhan Utama

    Klien mengeluh nyeri

 

3.1.3Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

    Klien dibawa ke IGD pada tanggal 28-des-2010 diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda motor.

    Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29-des-2010 klien tampak lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang patah,klien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.

Riwayat kesehatan dahulu

    Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

    Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keturunan ataupun menular lainnya.

3.1.4 Data psikologis

    Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat sembuh.

3.1.5 Data sosial

    Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang lain selalu menunggu nya.

3.1.6 Data spiritual

    Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supayacepat senbuh.

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari

No. Kebiasaan dirumah Dirumah sakit

1. Nutrisi

a.Makanan

frekuensi jenis makanan

b.Minuman

frekuensi

-jenis minuman

Eliminasi

a.BAB

3x sehari

Nasi,lauk pauk,sayur

6-7 gelas /hari

Air putih

3x sehari

Nasi, lauk-pauk, sayur

6-7 gelas/hari

Air putih

2.

3.

frekuensi konsistensi warna

b.BAK

frekuensi warna bau jumlah

Istirahat tidur

lama tidur gangguantidur

Personal hygiene

mandi gosok gigi

Aktivitas

1x/hari

Lembek

Kuning

4-5x/hari

Jernih kekuningan

Khas

+ 1300 cc/hari

6-7 jam/hari

Tidak ada

1x/hari

Lembek

Kuning

Terpasang kateter

Jernih kekuningan

Khas

+1300cc/hari

6-7 jam/hari

Tidak ada

Dilap 1x/hari

1x/hari

4.

5.

2x/hari

2x/hari

Klien bisa melakukan aktivitas

Secara mandiri

Klien selalu dibantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas

 

3.1.8 Pemeriksaan fisik

keadaan umum        :lemah kesadaran        : compos mentis Tanda-tanda vital    : TD : 150/90 mmHg    P : 18x/Menit

    N : 81x/Menit        S : 36,5'c

1.Kepala

inspeksi    :simetris,distribusi rambut merata palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata

inspeksi    :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an ikterik palpasi    :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping hidung palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

inspeksi    :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis Palpasi    :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

inspeksi    :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

7.Dada

inspeksi    :simetris,pergerakan dinding dada baik palpasi    :tidak ada nyeri tekan auskultasi    :bunyi nafas vesikuler perkusi    :bunyi rensonan

 

8.Abdomen

inspeksi    :simetris,tidak ada bekas operasi auskultasi    :bunyi bising usus (+) perkusi    :bunyi timpani palpasi    :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

atas        :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik bawah    :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

inspeksi    :simetris,terpasang kateter palpasi    :tidak ada nyeri tekan

 

3.1.9 THERAPY

1.cairan RL 20 tts/menit

2.citicholine 3x1 (IV)

3.keterolac 3x1 (IV)

4.taxef 2x1 gr (14/st)

5.pronalges supp

6dexamethason 2x1 amp (IV)

7.rannitidin 2x1 amp (IV)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.2 ANALISA DATA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No Data Senjang InterprestasiData Masalah

1 DS :

Klien mengatakan nyeri padabetis sebelah kiri kerena patah

DO :

KLien tampak lemah Skala nyeri 4 Tampak edema pada bagian fraktur Nyeri bertambah jika pada bagian yang fraktur di gerakkan

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Pergeseranfragmentulang

Gangguan rasa nyaman nyeri

Nyeri2 DS :

Keluarga klien mengatakan aktivitas klien selalu dibantu oleh keluarga

DO :

Klien tampak selalu di bantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas Fraktur pada 1/3 tibia fibula sinistra

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Perubahanjaringansekitar

Pergeseranfragmentulang

Gangguan mobilitas fisik

Depormitas

Gangguanfungsi

Gangguanmobilitasfisik

 

 

3.2 DIAGNOSA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No Diagnoasa Keparawatan TanggalDtemukan

Paraf

Tanggalteratas

i

Paraf

1

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang / fraktur

29-12-2010

2 Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan

29-12-2010

 

3.3 INTERVENSI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No Tujuan dankriteria hasil

IntervensiKeperawatan Rasional Par

af1 Setelah

dilakukan perawatan selama 3x24 jam di harapkan gangguan rasa nyaman nyeri dapat berkurang / atau teratasi dengan criteria hasil:

Klien tidak mengeluhnyeri Skala nyeri0

Pertahankan imobilisasi bagianyang sakit dengan tirah baring, gips/ pembidaian

Tinggikan dandukung eksremitas yang terkena

Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi,karakteristik dan intensitas nyeri Lakukan kompres dingin 24-

Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau jaringan yang cedera Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menuunkan nyeri Mempengaruhi pilihan / pengawasan kefektifan intervensi Menurunkan edema / pembentukanhematum, menurunkansensasi nyeri Untuk menurunkan nyeri atau spasme otot

48 jam pertama sesuai keperluan

Kolaborasi pemberian obat analgetik

2 Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkangangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Klien melakukan aktivitas secara mandiri

Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera

Beriakn papankaki, bebat pergelangan

Pasien mungkindibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi Berguna untuk mempertahankan posisi fungsional eksremitas tangan /kaki, mencegah kontraktur Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring, meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ

Hipertensi

Berikan / bantu mobilisasi dengan kursi roda,kruk, tongkat, sesegera mungkin, intruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi Awasi TD dengan melakukan aktivitas

pertural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus

3.4 IMPLEMENTASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

NoTanggal /jam

Implementasi Respon hasil Paraf

1 22-12-2010

-mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk

-meninggikan dan mendukung ekstrimitas yang terkena

-mengevaluasi keluhan nyeri lokasi,karakteristik dan intensitasnya

-mengukur TD pasien

Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu:keterolac

membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas

Nyeri berkurang

Nyeri berkurang tapi masih edema

Neri p[ada eksremitas bawah sebelah kiri (tibia-fibula) Nyeri nyilu skala 4

TD : 150/90 mmHg

Ketrolak 2x1

30-12-2010

Mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk Meninggikan dan mendukung eksremitas yang terkena Mengevaluasi keluhan nyeri Mengukur TD pasien Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas Mempertahankan mobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk Meninggikan dan medukung eksremitas yang terkena Mengevaluasi keluhan nyeri Mengukur TD pasien Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat

amp IV

Membantu menyembuhkan dan menormalisakan fungsikan organ

Nyeri berkurang

Nyeri berkurang tapi masih edema

mobilitas

Skala nyeri 4

TD : 130/90 Ketrolak 2x1 amp IV

Membantu penyembuhan dan normalisai fungsi organ

Nyeri berkurang

Nyeri berkurang tapi masih edema

Skala nyeri 3

TD : 130/90 Ketrolak 2x1 amp IV

Membantu penyebuhan dan normalisasi fungsi organ

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.5 EVALUASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

Hr/tgl/jam

No. Evaluasi Keperawatan par

afJum'at,

31,des2010

1. S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang

O : skala nyeri:3

klien masih tampak lemah

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Jum'at

31,des2010

2.

S : Keluarga klien mengatakan aktivitasklien masih dibantu oleh keluarga

O : Klien masih tampak dibantu oleh keluargadalam beraktivitas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

 

BAB IV 

PENUTUP 

1. kesimpulan 

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulangkarena stress pada tulang yang berlebihan. Selanjutnyapenulis akan menyimpulakn sesuai dengan tahapan-tahapanyang ada didalam proses keperawatan yang meliputipengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.

1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara danobservasi langsung yang penulis dapatkan dari keluargapasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga penulismendapatkan informasi dari perawat dan catatan medicpasien.2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasiensetelah dilakukan pengkajian yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnyakontinuitas jaringan pada tulang / fraktur2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan

3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasienpenulis mengacu pada konsep dasar askep yang kemudiandisesuaikan dengan kemampuan pasien dan ruanganperawatan pasien4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidakmelakukan semua yangada dalam rencana keperawatankarena keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan waktuyang ada5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatansesuai dengan rencana yang telah ada, tetapi masihbanyak diagnose yang belum teratasi.

2. Saran 1. Bagi pasien dan keluarga 

Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkanistirahat total dan minimalkan pengeluaran energy,jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasiendan keluarganya jika terjadi komplikasi adalahberupaya untuk beristirahat total.

 

2. Bagi lahan peraktek

Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktuyang cukup panjang dan sangat beresiko terjadikomplikasi. Dengan demikian perawatan kepada penderitaharuslah dilakukan dengan cermat dan tepat, untukmencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklahmempunyai perawat yang telah berpengalaman dalamperawatan pasien fraktur tibia.