Post on 06-Apr-2023
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang
Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
ten tang dalam Ka bu paten Daerah-daerah Pembentukan
Tahun 1950
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13
Mengingat
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 264 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026;
Menimbang
BUPATI SEMARANG,
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
NOMOR 6 TAHUN 2021
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021-2026
BUP ATI SEMARANG
SALIN AN
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3079);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3500);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4575);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Sinkronisasi Proses Perencanaan Dan Penganggaran
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 105, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6056);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang
Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 225, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6133);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6323);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional
Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-I9) dan/atau Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesta Nomor 6514);
25. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 136);
26. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 10);
27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);
28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009–2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009–2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 121);
29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2017 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan dan
Penganggaran Terpadu (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2017 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 91);
30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun
2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2018-2023 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 110);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2009
Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 2);
32. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Semarang Tahun 2011–2031 (Lembaran Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6);
33. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1 Tahun
2016 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Tahun 2016 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1);
34. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2020 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor
4);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG
dan
BUPATI SEMARANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2021-2026.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Bupati adalah Bupati Semarang.
6. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah unsur pembantu
Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah.
7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen
perencanaan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen
perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun
terhitung sejak dilantik sampai dengan berakhirnya
masa jabatan Bupati.
9. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renstra
PD adalah dokumen perencanaan PD untuk periode 5 (lima) tahun.
10. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
11. Rencana Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renja PD
adalah dokumen perencanaan PD untuk periode 1 (satu) tahun.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Semarang yang
selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah
yang dtetapak dengan Peraturan Daerah.
13. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan
bidang pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
14. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS
adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang
diberikan kepada PD untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran PD.
15. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut
Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka
menyusun rencana pembangunan Daerah.
16. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan pembangunan daerah.
17. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
BAB II
RUANG LINGKUP RPJMD
Pasal 2
(1) RPJMD Tahun 2021-2026 merupakan rencana 5 (lima) tahun yang
menggambarkan:
a. visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Daerah;
b. strategi, arah kebijakan dan program pembangunan Daerah;
c. kerangka pendanaan pembangunan dan program PD; dan
d. kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(2) RPJMD Tahun 2021-2026 disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional,
RPJMD Provinsi Jawa Tengah dan RPJPD Kabupaten Semarang.
(3) RPJMD Tahun 2021-2026 menjadi pedoman bagi :
a. Pemerintah Daerah dalam menyusun RKPD;
b. PD dalam menyusun Renstra PD;
c. Pemerintahan Desa dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa; dan
d. penyusunan dokumen perencanaan sektoral.
BAB III
SISTEMATIKA, ISI DAN URAIAN
Pasal 3
(1) RPMJD disusun dengan sistematika sebagai berikut :
a. BAB I : Pendahuluan;
b. BAB II : Gambaran Umum Kondisi Daerah;
c. BAB III : Gambaran Keuangan Daerah;
d. BAB IV : Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah;
e. BAB V : Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran;
f. BAB VI : Strategi, Arah Kebijakan, dan Program Pembangunan
Daerah;
g. BAB VII : Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program PD;
h. BAB VIII : Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan
i. BAB IX : Penutup.
(2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 4
(1) Bupati melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026.
(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundangan-undangan.
BAB V
PERUBAHAN RPJMD
Pasal 5
(1) Perubahan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila :
a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses
perumusan tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan
rencana pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang
dirumuskan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
c. terjadi perubahan yang mendasar, mencakup antara lain terjadinya
bencana alam, guncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial
budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah, perubahan
kebijakan nasional atau perubahan lingkungan strategis daerah yang
berpengaruh terhadap target akhir RPJMD.
(2) Dalam rangka efektivitas, perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf b tidak dapat dilakukan apabila sisa masa
berlaku RPJMD kurang dari 3 (tiga) tahun.
(3) Perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
(4) Dalam hal terjadi perubahan yang tidak mendasar yang bersifat parsial
dan/atau perubahan capaian program tetapi tidak mengubah target
pencapaian program akhir pembangunan RPJMD, maka penetapan
perubahan capaian program RPJMD tersebut ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
BAB VI
KETENTUAN LAIN LAIN
Pasal 6
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan, Bupati wajib
menyusun RKPD pada tahun terakhir pemerintahannya.
(2) RPJMD dijadikan dasar laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati
Tahun 2021 sampai dengan Tahun 2026.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG, PROVINS! JAWA TENGAH NOMOR: (6-183/2021)
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021 NOMOR 6
DJAROT SUPRIYOTO
ttd.
Diundangkan di Ungaran .
pada tanggal 25 - 08 - 2021
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG,
NGESTI NUGRAHA
Ttd.
BUPATI SEMARANG,
Ditetapkan di Ungaran
pada tanggal 25 - 08 - 2021
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang.
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Pasal 7
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
NOMOR 6 TAHUN 2021
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021-2026
I. UMUM
Pada hakikatnya perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian
integral yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan
nasional dengan arah, tujuan, kebijakan, sasaran dan prioritasnya
sebagaimana ditetapkan dalam RPJPN. Kebijakan tersebut selanjutnya
dituangkan dalam RPJMN dengan tujuan untuk memberikan gambaran
mengenai wujud masa depan yang diinginkan dalam kurun waktu lima
tahun. RPJMN sebagai rencana jangka menengah selanjutnya
diterjemahkan secara kongkrit, spesifik dan operasional menjadi rencana
operasional tahunan. Selain untuk mencapai sasaran pembangunan
nasional, pembangunan daerah juga bertujuan untuk meningkatkan hasil-
hasil pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata agar
masyarakat lebih sejahtera. Dalam rangka memberikan arah dan tujuan
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai
dengan visi misi Bupati berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun
2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu
disusun Rencana Pembangunan Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun, serta
dengan mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86
Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, RPJMD
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kerja Bupati dan Wakil
Bupati untuk waktu 5 (lima) tahun yang penyusunannya berpedoman pada
RPJPD dan memperhatikan RPJMN dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, program pembangunan daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan
RPJMD dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan pembangunan, serta mengacu pada ketentuan Peraturan
Perundang-undangan. RPJMD digunakan sebagai pedoman penyusunan
Renstra-PD dan pedoman penyusunan RKPD pada setiap tahun anggaran.
Selain itu juga dijadikan acuan bagi penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan di Daerah.
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menegah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “lingkungan strategis daerah”adalah
situasi internal (kondisi geografis daerah, kekayaan alam
dan keadaan/kondisi penduduk) dan eksternal (kondisi
politik, ekonomi dan sosial budaya) yang mempengaruhi
pencapaian tujuan dan sasaran daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021
NOMOR
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disebut RPJMD, merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala
daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan
daerah dan keuangan daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas
Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dokumen RPJMD
menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan daerah selama kurun waktu
lima tahun.
Bupati dan Wakil Bupati Semarang Masa Jabatan 2021-2026 dilantik
pada tanggal 26 Februari 2021. Setelah pelantikan Kepala Daerah terpilih
periode 2021-2026 dan untuk memenuhi ketentuan tersebut di atas,
Kabupaten Semarang menyusun RPJMD Tahun 2021–2026 yang merupakan
penjabaran Visi - Misi Kepala Daerah terpilih setelah disesuaikan dengan
RPJPD, RPJMN dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya akan menjadi
acuan dalam penyusunan RKPD, dan bagi Perangkat Daerah dalam menyusun
Rencana Strategis (Renstra). Disamping itu RPJMD juga digunakan sebagai
acuan bagi seluruh stakeholder di Kabupaten Semarang dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2021 - 2026.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, maka pemerintah Kabupaten Semarang berkewajiban
menyusun RPJMD yang penetapannya paling lama 6 (enam) bulan setelah
kepala daerah terpilih dilantik. Proses penyusunan RPJMD pada dasarnya
terbagi dalam 6 (Enam) tahap yaitu persiapan penyusunan RPJMD,
penyusunan rancangan awal RPJMD, penyusunan rancangan RPJMD,
pelaksanaan Musrenbang RPJMD, perumusan rancangan akhir RPJMD dan
penetapan RPJMD. Proses-proses tersebut memadukan pendekatan
teknokratis, partisipatif, politis, serta top down dan bottom up.
Pendekatan teknokratis diterapkan melalui penggunaan metode dan
kerangka berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
Daerah. Pendekatan partisipatif diterapkan dengan melibatkan berbagai
+-- - - - - - - - - - - - - --1
Perumusan ............. ~
I
Pembahasan dan persetujuan bersama
Ranperda RPJMD
Anal is is Gambaran
umum kondisi daerah &
Perumusan gambaran keuangan
daerah
Pengolahan data &
informasi
I - 2
pemangku kepentingan, melalui konsultasi publik dan Focus Group
Discussion (FGD). Pendekatan politis dilaksanakan dengan menterjemahkan
visi dan misi Kepala Daerah terpilih kedalam dokumen perencanaan
pembangunan jangka menengah yang dibahas bersama dengan DPRD. top
down dan bottom up merupakan hasil perencanaan yang diselaraskan dalam
musyawarah perencanaan pembangunan.
Sumber : Peraturan Dalam Negeri No.86 Tahun 2017, diolah
Gambar 1.1 Tahapan Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang
Tahun 2021-2026
Penyusunan RPJMD secara teknis mengacu pada Permendagri Nomor
86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.
RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 memiliki kedudukan
strategis sebagai pedoman dalam penyusunan RKPD tahun 2022 hingga
tahun 2026 yang merupakan dokumen perencanaan tahunan daerah.
Dokumen RPJMD juga akan menjadi acuan bagi DPRD dan masyarakat dalam
melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah.
I - 3
1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten
Semarang Tahun 2021-2026 sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3079);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism (Lembaran
Negara RI Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 No. 126, Tambahan lembaran Negara
Reublik Indonesia No. 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
I - 4
Nomor 5059);
11. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573).
13. Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang –
Undang Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pembentukan Peraturan Perundang
–Undangan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183);
14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 114);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2019 Tentang
I - 5
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oi9 Nomor
187; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6402);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan Dan Penganggaran Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 105; Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6056);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 206, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6123);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 225, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6133);
25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6178);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Laporan dan
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6323);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung
Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Menghadapi Ancaman Yang
Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem
Keuangan Serta Penyelamatan Ekonomi Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2o2o Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara
I - 6
Republik Indonesta Nomor 6514);
29. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
30. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;
31. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah
Berbasis Elektronik;
32. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
33. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 199);
34. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional (lembaran Negara Tahun 2020 Nomor 259);
35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 9);
36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009–2029
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009–2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2019 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 121);
37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 91);
38. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2019 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2018-2023
I - 7
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 110);
39. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2009
Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2);
40. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011–
2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2011 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6);
41. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang
(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1);
42. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2020 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 4).
43. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
44. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan atau
Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah;
45. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pembangunan Wilayah Terpadu;
46. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
47. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah;
48. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
49. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
I - 8
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
50. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 Tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
51. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Pemerintahan Daerah;
52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447) sebagaimana
dimutakhirkan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708
Tahun 2020 Tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran Klasifikasi,
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan
Daerah;
53. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Laporan
Dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 288);
1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN
Dokumen RPJMD Kabupaten Semarang memiliki keterkaitan dengan
dokumen perencanaan lainnya yang menggambarkan hubungan selaras
dengan dokumen di tingkat Nasional dan Provinsi Jawa Tengah.
PROV
RAPBD K/K
RENSTRAPD K/K t--+---------.
RENJA PDK/K
PEDOMAN
DIACU
PEDOMAN RKPD K/K
T
PD PROV RENJA
t l~ D_I_A_c_u __
z zj ,j, ~ ;:i 1 PEDOMAN
PROV
~ ; rr._ D_I_A_C_U ,j,
B ~ ! PEDOMAN
PEDOMAN
DIJABARKAN
RENSTRA PD PROV
--R-PJ_P_O_ PEDOMAN -~R~P~J~M~O~~
K/K ~ K/K
PROV
z -L __ .-e_o_o_M_A_N~ <( : ~: O: o: ~: ci i
RENJA i50j K/L
-------------+------------------- --------------~-------- OIJABARKAN RKPD PEDOMAN ,i,
RAPBD
l ~ ::, 0.. RAPBN RKP PEDOMAN
1 TAHUN
ASPASIAL
PE DOMAN
DIJABARKAN RPJMN RP JPN
5 TAHUN 20TAHUN
RDTR
RTR KSK
RTRW KAB/KOTA
l RTR KSP
RTRW PROV
___ J "' '" -----1 _,.
RTR Pulau
RTRWN
SPASIAL
I - 9
Gambar 1.2 Keterkaitan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Penjelasan keterkaitan antara RPJMD Kabupaten Semarang dengan
dokumen perencanaan lainnya sebagai berikut:
A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020-2024
Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang mempedomani dokumen
RPJMN Tahun 2020-2024 terutama terkait dengan Visi dan Misi
Pembangunan Nasional, sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:
2. Pcningknt an kcmandirian perekonomian daerah yang berbasrs pada potcnsi unggulan yait u mdustri, pertaruan, dan pariwisatn (INTANPARI) sert a sektor lain yang berwawasan lingkungan
I - 10
Gambar 1.3 Keterkaitan Antara RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021- 2026 dengan RPJMN Tahun 2020-2024
VISI RPJMN 2020-2024
Terwujudnya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong
Misi RPJMN 2020 – 2024:
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;
2. Struktur Ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. Mencapai lingkungan yang berkelanjutan;
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermatabat dan terpercaya;
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya;
9. Sinergi pemerintah daerah dalam
kerangka Negara kesatuan.
VISI RPJMD Kabupaten Semarang
Tahun 2021 – 2026 “BERSATU, BERDAULAT,
BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI (BERDIKARI)”
Dengan Semangat Gotong Royong berdasarkan Pancasila dalam Bingkai Negara KEsatuan Republik Indonesia
yang ber –Bhinneka Tunggal Ika
Misi RPJMD 2021 - 2026:
1. Meningkatkan kualitas sumber
daya masyarakat Kabupaten
Semarang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi;
2. Peningkatan kemandirian
perekonomian daerah yang
berbasis pada potensi unggulan
yaitu industri, pertanian, dan
pariwisata (INTANPARI) serta
sektor lain yang berwawasan
lingkungan.
3. Meningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance), demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan profesional, bebas
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah
5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan
6. Meningkatkan pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya
7. Meningkatkan Pemberdayaan pemuda, Olahraga Serta melestarikan Seni Budaya Lokal.
2.
Peningkatan kemandman perekonomian daerah yang berbasrs pada pot ensi unggulan yaitu industn, pertaruan, dan pnriwisata (INTANPARI) serta sektor lain yang berwawasan linakunaan
I - 11
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2018-2023
Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang mempedomani dokumen
RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2018-2023 terutama terkait visi dan misi
seperti terlihat gambar berikut:
Gambar 1.4 Keterkaitan Antara RPJMD Kabupaten Semarang Tahun
2021-2026 dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023
VISI RPJMD Kabupaten Semarang Tahun
2021 – 2026 “BERSATU, BERDAULAT,
BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI (BERDIKARI)”
Dengan Semangat Gotong Royong berdasarkan Pancasila dalam Bingkai
Negara KEsatuan Republik Indonesia yang ber –Bhinneka Tunggal Ika
Misi RPJMD 2021 - 2026:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten Semarang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan
teknologi;
2. Peningkatan kemandirian
perekonomian daerah yang berbasis
pada potensi unggulan yaitu industri,
pertanian, dan pariwisata (INTANPARI)
serta sektor lain yang berwawasan
lingkungan.
3. Meningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance), demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan
profesional, bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan
pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan
ekonomi daerah
5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta
perlindungan anak di semua bidang pembangunan
6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya
7. Meningkatkan Pemberdayaan pemuda, Olahraga Serta melestarikan Seni
Budaya Lokal.
VISI RPJMD Jawa Tengah 2018-2023
Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan
Berdikari, Tetap Mboten Korupsi,
Mboten Ngapusi
Misi RPJMD Jateng 2018-2023:
1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religious, toleran, dan guyup untuk menjaga NKRI;
2. Mempercepat reformasi birokrasi serta memperluas sasaran ke pemerintah Kabupaten / Kota;
3. Memperkuat kapasitas ekonomi
rakyat dan memperluas lapangan kerja untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran;
4. Menjadikan masyarakat Jawa Tengah, lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya, dan mencintai lingkungan.
!. Penmgkntnn kemnndirian perekonommn daerah yang berbasis pada pot e nsi unggulan ymtu mdustri, pertuman, dan panwisata (INTANPARIJ sertu sektor lam yang berwawasan lmgkungan.
2. Peningkatan kemandirian perekonomian daerah yang berbasrs pada potenst unggulan yaitu industn, pert aruan, dan partwisata {INTANPARII serta sektor lain yang berwawasan Iinnkunaan
I - 12
C. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Semarang Tahun 2005-2025
Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang berpedoman pada Rencana
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025,
khususnya pada Tahapan IV (Tahun 2020-2025).
Gambar 1.5 Keterkaitan Antara RPJMD Kabupaten Semarang Tahun
2021- 2026 dengan RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025
Visi RPJMD Kabupaten Semarang
Tahun 2021 – 2026 “BERSATU, BERDAULAT,
BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI (BERDIKARI)”
Dengan Semangat Gotong Royong berdasarkan Pancasila dalam Bingkai Negara KEsatuan Republik Indonesia
yang ber –Bhinneka Tunggal Ika
Misi RPJMD 2021 - 2026:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten Semarang yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi;
2. Peningkatan kemandirian
perekonomian daerah yang berbasis
pada potensi unggulan yaitu industri,
pertanian, dan pariwisata (INTANPARI)
serta sektor lain yang berwawasan
lingkungan.
3. Meningkatkan kepemerintahan yang
baik (good governance), demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan profesional, bebas dari praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN)
4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang
seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah
5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta
perlindungan anak di semua bidang pembangunan
6. Meningkatkan pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya
7. Meningkatkan Pemberdayaan pemuda, Olahraga Serta melestarikan Seni
Budaya Lokal.
Visi RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005 – 2025
“KABUPATEN SEMARANG YANG ADIL.
MANDIRI DAN SEJAHTERA”
Misi RPJPD 2005 - 2025:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten Semarang yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi;
2. Peningkatan kemandirian
perekonomian daerah yang berbasis
pada potensi unggulan yaitu industri,
pertanian, dan pariwisata (INTANPARI)
serta sektor lain yang berwawasan
lingkungan.
3. Meningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance), demokratis
dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan profesional, bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang
pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah
5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang
pembangunan
6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
dengan tetap menjaga kelestariannya
I - 13
D. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang
Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang memperhatikan dokumen
RTRW Kabupaten Semarang, RPJMD memperhatikan struktur ruang, pola
ruang dan program penataan ruang. RPJMD berisi program pembangunan,
sedangkan RTRW mengarahkan lokasi pelaksanaan program pembangunan
tersebut. Penataan ruang wilayah Kabupaten Semarang bertujuan
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
dengan pelaksanaan pembangunan yang berbasis pertanian, industri, dan
pariwisata.
E. Dokumen Perencanaan Lainnya
Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang memperhatikan dokumen
perencanaan lainnya yang telah tersusun, antara lain Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) RPJMD, Rencana Aksi Daerah (RAD) Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), Rencana Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (RPKD), dan lain sebagainya. RPJMD juga akan menjadi
acuan dalam perencanaan pembangunan lainnya yang penyusunannya
dilakukan setelah RPJMD ditetapkan.
F. Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah
RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 menjadi acuan bagi
perangkat daerah dalam menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra)
Perangkat Daerah yang merupakan dokumen perencanaan lima tahun pada
tingkat perangkat daerah.
G. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
RPJMD Kabupaten Semarang setelah ditetapkan akan menjadi pedoman
dalam penyusunan RKPD Kabupaten Semarang tahun 2022 hingga tahun
2026 yang merupakan dokumen perencanaan tahunan daerah.
1.4 MAKSUD DAN TUJUAN
RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 disusun dengan maksud
untuk menjabarkan visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam
perencanaan lima tahun, guna memberikan arah dalam melaksanakan
pembangunan daerah bagi seluruh pemangku kepentingan.
I - 14
RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 disusun dengan
tujuan sebagai berikut :
a. Memberikan gambaran kondisi umum daerah, kondisi keuangan
daerah, permasalahan dan isu strategis, tujuan dan sasaran
pembangunan, strategi, arah kebijakan dan program pembangunan,
kerangka pendanaan pembangunan serta kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah dalam mencapai Visi dan Misi Kepala Daerah;
b. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah, sebagai
pedoman penyusunan Renstra PD dan RKPD dalam mewujudkan Visi
dan Misi Kepala Daerah melalui kebijakan dan program pembangunan
daerah;
c. Menjadi tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah, serta instrumen bagi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam melaksanakan fungsi
pengawasan;
d. Menjamin keterkaitan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta
pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 disusun dengan
sistematika sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, dasar hukum
penyusunan, hubungan antar dokumen, maksud dan tujuan, dan
sistematika penulisan.
Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, berisi tentang gambaran
umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan
demografi, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.
Bab III Gambaran Keuangan Daerah, berisi tentang kinerja keuangan masa
lalu; kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu dan kerangka
pendanaan.
Bab IV Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah, berisi tentang
permasalahan pembangunan dan isu strategis daerah.
Bab V Misi, Tujuan dan Sasaran, berisi visi, penjelasan unsur visi, misi,
tentang tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
I - 15
Bab VI Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah,
berisi tentang Strategi, Arah Kebijakan pembangunan, Arah
Kebijakan Pengembangan Wilayah, dan Program Pembangunan
Daerah.
Bab VII Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat
Daerah.
Bab VIII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, berisi tentang
indikator kinerja utama, dan indikator kinerja daerah.
Bab IX Penutup, berisi tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.
u
!~ PEMERINTAH
KABUPATE.N SEMARANG
.__-.;..--o..p.-. oca.wo• , ... ..... -.-~ .. ~.woa, ... z-.._ tiMAL.At " ... e 121<.m
LEGENOA
! == --- --- _..,...,_~ - ....... _"'- --- - ,._...-.,Td -- ... ..._ ....... l ...... ....__ - ---....
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2010 • 2031
PETA BATAS AOMINISTRASI KABUPATEN SEMARANG
II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 KONDISI UMUM DAERAH
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1.1 Aspek Geografi
1. Letak
Secara geografis Kabupaten Semarang terletak pada 110°14’54,75’’ -
110°39’3’’ Bujur Timur dan 7°3’57” - 7°30’0" Lintang Selatan. Keempat
koordinat bujur dan lintang tersebut membatasi wilayah seluas 95.020,67
Hektar (Ha), terdiri dari 19 Kecamatan yang mencakup sebanyak 208 Desa
dan 27 Kelurahan.
Posisi Kabupaten Semarang termasuk dalam wilayah administrasi
Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten
Demak di sebelah Utara; Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan di
sebelah Timur; Kabupaten Kendal dan Kabupaten Temanggung di sebelah
Barat; Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang di sebelah Selatan; serta
dengan Kota Salatiga yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Semarang.
Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031
Gambar 2.1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Semarang
Wilayah Kabupaten Semarang sangat strategis karena terletak antara
jalur penghubung segitiga pusat perkembangan wilayah Yogyakarta, Solo dan
Semarang (Joglosemar). Kondisi ini membawa Kabupaten Semarang menjadi
kawasan yang cepat tumbuh berkembang terutama pada kawasan sekitar
outlet-inlet atau di sekitar jalur jalan tol seperti pada Kota Ungaran,
II - 2
Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bergas, Kecamatan Bawen dan wilayah di
sekitar Kota Salatiga di Kecamatan Tengaran, Kecamatan Suruh, Kecamatan
Susukan dan Kecamatan Kaliwungu.
Dalam sistem pengembangan wilayah Provinsi Jawa Tengah, Kota
Ungaran ditetapkan sebagai bagian dan simpul utama dari Wilayah
Pengembangan Kedungsepur yang meliputi Kabupaten Kendal, Kabupaten
Demak, Ungaran (Kabupaten Semarang), Kota Semarang, Kota Salatiga, dan
Purwodadi (Kabupaten Grobogan) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di
Jawa Tengah. Kawasan-kawasan Wilayah Kedungsepur juga memiliki nilai
strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya seperti Kawasan Masjid
Demak dan Kawasan Candi Gedongsongo.
Kota Ungaran sebagai ibukota Kabupaten Semarang berperan besar
sebagai hinterland (daerah penyangga) bagi Kota Semarang sebagai ibukota
Provinsi Jawa Tengah, baik sebagai tempat permukiman, pertanian maupun
aktivitas industri, antara lain karena letak Kabupaten Semarang yang tidak
jauh dari pelabuhan laut (±25 km) dan pelabuhan udara (±23 km).
2. Topografi
Kawasan Kabupaten Semarang merupakan bagian dari jajaran
pegunungan yang membentang dari arah relatif Timur Barat, dikenal sebagai
Pegunungan Serayu Utara, terhampar dari sebelah Barat Gunung Slamet,
Pemalang, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung hingga Ungaran. Rangkaian
pegunungan ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan
laut. Puncak-puncak pegunungan tersebut merupakan kerucut gunung api
dan beberapa diantaranya masih aktif. Deretan pegunungan ini merupakan
daerah resapan yang potensial bagi ketersediaan air bawah tanah.
Pada bagian Timur dari Pegunungan Serayu Utara, yaitu sebelah Timur
dari Gunung Ungaran terdapat deretan Pegunungan Kendeng meliputi
sebagian wilayah Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Bringin. Diantara kedua
pegunungan di atas terdapat daerah lembah yang meliputi Rawa Pening dan
sekitarnya, berfungsi sebagai daerah pelepasan air tanah dan mempunyai
potensi air tanah yang cukup besar.
Wilayah Kabupaten Semarang sebagian besar berupa perbukitan dan
memiliki relief daerah pegunungan vulkanik serta dataran dibagian tengahnya,
secara topografi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
a. Daerah dataran, meliputi daerah yang berada di sekitar Rawa Pening dan
sekitarnya, meliputi sebagian Kecamatan Banyubiru dan sebagian
Kecamatan Tuntang.
II - 3
b. Daerah perbukitan–pegunungan, meliputi hampir seluruh wilayah
administratif Kabupaten Semarang, dengan penyebaran sampai ke lereng
Utara dan Timur Gunung Merbabu.
Berdasarkan tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Semarang
dapat diklasifikasikan kedalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar
(kemiringan 0-2%) sebesar 6.297 Ha; wilayah bergelombang (kemiringan 2-
15%) sebesar 57.640 Ha; wilayah curam (kemiringan 15-40%) sebesar 21.706
Ha; dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%) sebesar 9.438 Ha.
Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berada pada kisaran antara
318-1.450 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian terendah
berada di Desa Candirejo Kecamatan Pringapus dan tertinggi di Desa Batur,
Kecamatan Getasan.
3. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang dan Peta
Geologi Lembar Salatiga, batuan yang terdapat di Kabupaten Semarang dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Batuan Sedimen, terdiri dari perselingan antara batu lanau, batu lempung,
batu pasir, dan napal dengan sisipam batu gamping yang penyebarannya
terdapat di bagian Utara sebelah Timur, breksi gunung api dan tuf di
bagian tengah, dan perselingan antara batu pasir, breksi, tuf dan batu
lempung di bagian ujung Barat.
b. Batuan Gunung Api, terdiri dari lava, breksi gunung api, lahar, dan tuf
yang merupakan produk dari Gunung Ungaran di sebelah Utara serta
Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo di sebelah Selatan. Selain itu
terdapat pula batuan intrusi (terobosan) seperti di Gunung Mergi, Gunung
Sewakul, Gunung Kendalisodo dan Gunung Gugon.
c. Aluvial, terdiri dari lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang
penyebarannya terdapat di dalam alur-alur sungai serta dataran di sekitar
Rawa Pening.
4. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Semarang tercermin dari sifat fisik
batuannya yang berpengaruh terhadap besaran kesarangan (porositas) dan
kelulusan (permeabilitas), serta terkait dengan sistem aliran air tanah yang
terjadi. Kondisi hidrogeologi Kabupaten Semarang dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu:
a. Air permukaan, yaitu adalah air yang berada di atas muka tanah, seperti
air sungai, danau, waduk dan air yang menggenang lainnya. Beberapa
II - 4
sungai besar antara lain: Sungai Tuntang, Sungai Garang, Sungai Senjoyo,
Sungai Gobag dan Sungai Dersi.
Selain sungai terdapat waduk yang cukup luas, yaitu Rawa Pening yang
menjadi muara bagi beberapa sungai yang berhulu di Gunung Ungaran,
Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu serta limpasan beberapa mata air
seperti mata air Muncul. Air limpasan dari rawa ini adalah Sungai Tuntang
yang merupakan sumber air permukaan yang paling besar dan mengalir
sepanjang tahun. Air Sungai Tuntang telah dimanfaatkan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok dan Timo di Kecamatan
Tuntang.
b. Air tanah, yaitu adalah air yang terdapat di bawah muka tanah. Adapun
tanah atau batuan yang mengandung air tanah disebut akuifer.
Berdasarkan jenis batuan yang ada, produktivitas akuifer yang terdapat di
Kabupaten Semarang dibedakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:
1). Daerah Air Tanah Berproduktivitas Tinggi
Daerah ini tersebar di dua tempat, yaitu di sekitar Ungaran dan sekitar
Rawa Pening. Pada air tanah bebas/dangkal di sekitar Rawa Pening,
kedalaman muka air tanah berkisar antara 0,5–5 m di bawah muka
tanah setempat, sedangkan di sekitar Ungaran kedalaman muka air
tanah sampai 17 m.
Debit sumur dangkal di daerah sekitar Rawa Pening diperkirakan
kurang dari 5 liter/detik, sedangkan daerah lainnya kurang dari 1
liter/detik. Kualitas air tanah umumnya cukup baik, kecuali di
sebagian dataran alluvial sekitar Rawa Pening yang terkadang agak
keruh dan bau.
Untuk air tanah dalam, akuifernya berupa batuan gunung api yang
merupakan produk Gunung Ungaran Muda, yaitu breksi vulkanik dan
lava. Kedalaman akuifer sekitar 30 meter sampai lebih dari 100 meter
dengan debit mencapai lebih dari 25 liter/detik. Sumur bor yang airnya
mengalir sendiri dengan debit 100 liter/detik terdapat di daerah
Langensari (Kalidoh) dan telah dimanfaatkan sebagai sumber air bersih
Kota Semarang.
2). Daerah Air Tanah Berproduktivitas Sedang
Penyebarannya meliputi daerah di bawah kaki gunung api seperti
Sumowono, Bandungan, Bergas, Ungaran Timur, Lerep, Pringapus,
Jambu, Getasan, Suruh dan Tengaran. Air tanah dangkal terdapat
pada kedalaman antara 4 meter dan 20 meter dengan debit kurang dari
II - 5
3 liter/detik. Sedangkan debit air tanah dalam mencapai 10 liter/detik
dan kualitasnya baik untuk air minum.
3). Daerah Air Tanah Berproduktivitas Rendah
Penyebarannya meliputi daerah Ungaran Timur Laut sampai ke
Leyangan, Wringin Putih, Wonorejo, Jatirunggo, Bawen, Bringin dan
daerah sekitar Susukan. Kedalaman muka air tanah +15 meter dengan
debit kurang dari 1 liter/detik.
4). Daerah Air Tanah Langka
Penyebarannya meliputi daerah Gunung Ungaran, Gunung Merbabu,
Gunung Telomoyo, Gunung Butak, Gunung Puntang, Gunung
Kendalisodo, Gunung Mergi, Gunung Payung, dan seluruh daerah di
bagian Timur wilayah Kabupaten Semarang mulai dari Kaligawe di
sebelah Timur Ungaran sampai ke Dadapayam dan Susukan.
5. Klimatologi
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Semarang dikatakan relatif sejuk.
Hal ini memungkinkan karena jika ditilik berdasarkan ketinggian wilayah dari
permukaan laut, Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 318 mdpl
hingga 1.450 mdpl. Pada Tahun 2020 rata-rata curah hujan mencapai 2.587
Mm dan hari hujan sebanyak 127 hari. Kecamatan bercurah hujan tertinggi
adalah Kecamatan Pabelan (3.630 Mm) dan yang terendah adalah Kecamatan
Pringapus (854 Mm).
6. Penggunaan Lahan
Wilayah Kabupaten Semarang seluas 95.020,67 Ha terdiri dari
23.724,45 Ha lahan pertanian sawah (24,97%), 44.495,02 Ha lahan pertanian
bukan sawah (46,83%) dan 26.801,20 Ha lahan bukan pertanian (28,21%).
Kecamatan dengan luas lahan pertanian sawah terluas yakni di Kecamatan
Suruh seluas 2.933,76 Ha, sedangkan kecamatan dengan luas lahan
pertanian sawah terkecil yakni di Kecamatan Getasan seluas 26,00 Ha. Jenis
pengairan yang paling banyak digunakan di lahan pertanian sawah adalah
jenis pengairan irigasi. Untuk penggunaan lahan pertanian bukan sawah di
Kabupaten Semarang yang terluas adalah berupa tegal/kebun seluas
25.492,06 Ha.
I
II - 6
Tabel 2.1. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
JENIS PENGGUNAAN LAHAN
LUAS (Ha)
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
1. Pertanian 59.872,49 60.818,65 60.812,19 61.133,52 68.219,47
a. Sawah 23.896,71 23.745,96 23.745,30 23.778,10 23.724,45
b. Bukan Sawah 35.975,78 37.072,69 37.066,89 37.355,42 44.495,02
2. Bukan Pertanian 35.148,18 34.202,02 34.208,48 33.887,15 26.801,20 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.2. Persentase Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
7. Kawasan Rawan Bencana
Berdasarkan data pemetaan lokasi rawan bencana yang dilakukan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang Tahun
2013, sebaran lokasi rawan bencana Kabupaten Semarang, adalah:
a. Kawasan rawan banjir: tersebar di sekitar Rawa Pening di Kecamatan
Banyubiru, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan
Bawen, dan dataran sekitar Sungai Gung di Ungaran Timur, serta di
dataran sekitar Sungai Bancak di Kecamatan Bancak.
b. Kawasan rawan tanah longsor: tersebar di Kecamatan Sumowono, Ungaran
Barat, Bergas, Bandungan, Bawen, Jambu, Banyubiru, Tuntang,
Ambarawa, Getasan, Suruh dan Susukan.
c. Kawasan rawan gunung meletus: tersebar di Kecamatan Getasan,
Sumowono, Bandungan, Bergas, dan Ungaran Barat.
d. Kawasan rawan kekeringan: tersebar di Kecamatan Tengaran, Suruh,
Pabelan, Bancak, Bringin, Tuntang, Pringapus, Banyubiru, Bawen,
Ambarawa, Jambu, Bandungan, Bergas, Ungaran Barat dan Sumowono.
e. Kawasan rawan cuaca ekstrim: tersebar di Kecamatan Susukan, Tengaran,
Suruh, Getasan, Banyubiru, Tuntang, Bawen, Pringapus, Pabelan, Bancak,
Jambu, Sumowono, Bandungan, Bergas, Ungaran Barat, dan Ungaran
Timur.
25,15 24,99 24,99 25,02 24,97
37,86 39,02 39,01 39,31
46,83
36,99 35,99 36,00 35,66
28,21
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
2016 2017 2018 2019 2020
Pertanian Sawah Pertanian Bukan Sawah Bukan Pertanian
II - 7
f. Kawasan rawan kebakaran hutan: tersebar di Kecamatan Getasan,
Bandungan, dan Ungaran Barat.
g. Kawasan rawan kebakaran pemukiman: tersebar di Kecamatan Susukan,
Tengaran, Suruh, Jambu, Ambarawa, Bawen, Bergas, Pringapus, Ungaran
Barat, dan Ungaran Timur.
Banyaknya kejadian bencana di Kabupaten Semarang Tahun 2016-
2020 sebagai berikut:
Tabel 2.2. Frekuensi Kejadian Bencana di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
1 Banjir 27 21 9 14 16
2 Tanah Longsor 88 175 66 87 103
3 Angin Puting Beliung 29 31 26 147 40
4 Kebakaran 40 54 84 122 34
5 Gempa Bumi 0 1 0 0 0
6 Kekeringan 0 0 33 57 21
7 Lainnya 15 4 0 11 2
JUMLAH 305 199 310 438 216 Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Semarang, 2021
Frekuensi kejadian bencana di Kabupaten Semarang selama Tahun
2016-2020 mengalami kenaikan dan penurunan. Kejadian bencana alam
Tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan
Tahun 2019. Faktor cuaca sangat berpengaruh terhadap kejadian bencana
alam di Kabupaten Semarang.
Pada Tahun 2020 terjadi bencana non alam yaitu Pandemi Covid-19
(Corona Virus Disease 19) yang berdampak terhadap tatanan ekonomi, sosial,
dan budaya masyarakat, baik dalam skala global maupun skala lokal
Kabupaten Semarang.
2.1.1.2 Aspek Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Semarang kurun waktu Tahun 2016-
2020 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 menurut data
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang tercatat
jumlah penduduk Kabupaten Semarang sebanyak 1.042.817 jiwa, terdiri dari
laki-laki 521.534 jiwa (50,01%) dan perempuan sebanyak 521.283 jiwa
(49,99%).
Iii -
II - 8
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.3. Perkembangan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020
mengalami peningkatan sebesar 0,81% atau bertambah 8.486 jiwa jika
dibandingkan Tahun 2019 dengan jumlah penduduk 1.034.331 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Semarang cukup tinggi, untuk itu perlu
adanya upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Jumlah
penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tidak terkendali
tanpa diimbangi dengan daya dukung alam dan lingkungan akan
menimbulkan masalah dan menjadi beban bagi pelaksanaan pembangunan.
Perkembangan penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
secara rinci dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.3. Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
1 Jumlah penduduk 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817
2 Kepala Keluarga 316.772 322.603 332.024 339.674 353.460
3 Penduduk berdasarkan jenis
kelamin:
- Laki-laki 503.539 506.754 512.269 517.766 521.534
- Perempuan 502.138 504.881 510.154 516.565 521.283
4 Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
1.058 1.065 1.076 1.089 1.098
5 Laju pertumbuhan penduduk
(%) 0,93 0,59 1,06 1,16 0,82
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021, diolah
Kepadatan penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 tercatat
sebesar 1.098 jiwa/km2, meningkat dibandingkan Tahun 2019 yang tercatat
sebesar 1.089 jiwa/km2. Sebaran kepadatan penduduk menurut kecamatan
Tahun 2020 menunjukkan bahwa Kecamatan Ungaran Barat merupakan
wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Semarang yakni
sebesar 2.239,07 jiwa/ km², diikuti oleh Kecamatan Ambarawa (2.236,04
jiwa/km²) dan Ungaran Timur (2.010,37 jiwa/km²). Sedangkan kepadatan
1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817
0,93
0,59
1,06 1,15
0,81
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
960.000
970.000
980.000
990.000
1.000.000
1.010.000
1.020.000
1.030.000
1.040.000
1.050.000
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah penduduk Laju pertumbuhan penduduk (%)
II - 9
penduduk yang terendah ada di Kecamatan Bancak sebesar 563,12 jiwa/km².
Hal ini menunjukkan bahwa wilayah perkotaan rata-rata memiliki kepadatan
penduduk lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan.
Tabel 2.4. Sebaran Penduduk dan Kepadatannya di Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan Tahun 2020
NO KECAMATAN
LUAS
WILAYAH
(KM²)
JUMLAH PENDUDUK SEBAR
AN %
KEPADATAN
PENDUDUK LAKI-
LAKI
PEREM
-PUAN JUMLAH
1 Getasan 65,8 26.073 26.157 52.230 5,01 793,77
2 Tengaran 47,3 35.513 35.142 70.655 6,78 1.493,76
3 Susukan 48,87 25.282 24.974 50.256 4,82 1.028,36
4 Suruh 64,02 36.093 35.742 71.835 6,89 1.122,07
5 Pabelan 47,97 22.100 22.200 44.300 4,25 923,49
6 Tuntang 56,24 33.806 34.024 67.830 6,50 1.206,08
7 Banyubiru 54,41 22.614 22.290 44.904 4,31 825,29
8 Jambu 51,63 20.701 20.565 41.266 3,96 799,26
9 Sumowono 55,63 17.531 17.256 34.787 3,34 625,33
10 Ambarawa 28,22 31.475 31.626 63.101 6,05 2.236,04
11 Bawen 46,57 29.258 29.208 58.466 5,61 1.255,44
12 Bringin 61,89 23.767 23.731 47.498 4,55 767,46
13 Bergas 47,33 35.017 35.055 70.072 6,72 1.480,50
14 Pringapus 78,35 27.273 27.251 54.524 5,23 695,90
15 Bancak 43,85 12.305 12.388 24.693 2,37 563,12
16 Kaliwungu 29,95 15.173 15.528 30.701 2,94 1.025,08
17 Ungaran
Barat 35,96 39.891 40.626 80.517 7,72 2.239,07
18 Ungaran
Timur 37,99 38.022 38.352 76.374 7,32 2.010,37
19 Bandungan 48,23 29.640 29.168 58.808 5,64 1.219,32
JUMLAH 950,21 521.534 521.283 1.042.817 100,00 1.097,46 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2020, diolah
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020
sebesar 100,05 yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan dimana persentase penduduk laki-laki (50,01%) lebih banyak
daripada penduduk perempuan (49,99%).
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Semarang Tahun 2020
33 458
40 718
39 707
36 050
38 998
39 454
38 540
42 999
40 835
37 113
35 937
30 668
25 352
16 415
10 340
14 699
35 562
43 016
42 339
37 656
40 395
39 704
38 712
42 630
40 598
35 563
33 816
28 559
24 887
17 349
9 195
11 553
50 000 40 000 30 000 20 000 10 000 0 10 000 20 000 30 000 40 000 50 000
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
>75
LAKI-LAKI PEREMPUAN
II - 10
Apabila dilihat dari jumlah penduduk menurut kelompok umur,
komposisi penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 didominasi oleh
penduduk yang tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun) yaitu mencapai
728.466 orang (69,86%), penduduk usia belum produktif (0-14 tahun)
sebanyak 234.800 orang (22,52%), dan penduduk usia tidak produktif (65+
tahun) sebanyak 79.551 orang (7,63%). Sehingga angka rasio ketergantungan
di Kabupaten Semarang Tahun 2020 sebesar 43,15 yang berarti bahwa setiap
100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 43 orang penduduk usia
non produktif.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Semarang
memasuki tahapan bonus demografi, yaitu suatu keadaan kependudukan
dimana ketergantungan penduduk berada pada rentang yang terendah.
Dengan adanya kondisi bonus demografi, apabila penduduk yang termasuk
dalam usia produktif memiliki kualitas yang baik akan menjadi potensi/aset
bagi Kabupaten Semarang. Hal ini memerlukan arah kebijakan pembangunan
sumber daya manusia yang tepat.
Tabel 2.5. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Semarang Tahun 2020
NO LAPANGAN USAHA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
A Penduduk Belum/Tidak Bekerja 82.520 155.080 237.600
B Penduduk Bekerja 325.351 274.971 600.322
1 Pertanian 85.985 53.450 139.435
2 Industri 116.092 101.764 217.856
3 Jasa 123.274 119.757 243.031
Jumlah 407.871 430.051 837.922 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
*) Menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015 Pertanian : Kategori A; Industri : Kategori B, C, D, E, F; Jasa : Kategori G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2020,
banyaknya penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak 600.322
orang atau 95,43% dari jumlah angkatan kerja. Mata pencaharian penduduk
bekerja Kabupaten Semarang Tahun 2020 didominasi pada bidang jasa
sebanyak 243.031 orang (40,48%), industri sebanyak 217.856 orang (36,29%)
dan bidang pertanian sebanyak 139.435 orang (23,23%).
Komposisi penduduk usia 7 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
dari Tahun 2016-2020 menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Semarang sebagai berikut:
Tabel 2.6. Penduduk Usia 7 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 NO TINGKAT PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
1 Tidak/Belum Sekolah 220.128 222.905 238.379 243.460 149.728
2 Belum Tamat SD/Sederajat 67.822 69.383 69.243 69.989 72.918
3 Tamat SD/Sederajat 321.996 315.691 306.452 304.640 284.650
4 SMP/Sederajat 171.813 174.489 175.374 179.124 181.132
5 SMA/Sederajat 179.305 183.016 185.334 187.817 202.606
u
A NO.PETA$
PIM(RINTAH KAIIIPAT~ kMAAANO BUPATI RMAAAHO
• MBUPATEN SEWIAANG - I Cilr•S.-A11tt.~-Wo1.1112000 2. PtWID.gililR~ lrmwtilS..IWll 1 25000,
UAKOSUklAAN..ldllil tll'u'l2001
INSE'l ~ JAWA rtNGAH
~ .. - ... '-J:-- .. ·~...;· .. .,_ 1(-dllWI 0...-,11, · OCI, was'"'
... ..,. 1(-dinM Proy,tll .. : UTIII, was 1 .... zo ... •H
e Ka!*)IBUl)MI ·-°""" <> Pt<t.~~lr'IO#IPKHK.tc,~
¢ PKl.(PuNtKeglaianLOQQ
A PKl..p(Putat~ Loulywo~lh,) £l,, PflK{f\,NtPtlayanat11<8w.KanJ z ~:=~~ .Ila T_.,..Ml1J198,-,gC1p,:r,oe1.,..ffle1'11(1 l'1t1A .. T.-r.tlll~C .... ._... ... -- -J .... A, .. IP,lr .... -~Ko!OtlOr.-MW
J8lllnl<1hlpriml!lr ••••• Re:11C8111JobnTol - JIIIMKeteUI~ - Rt11ewo1 ulanllrlgk•Amt>a•- - - ··--
LEGENDA
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
KABUPATENSEMARANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 - 2031
II - 11
NO TINGKAT PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
6 Diploma I/II 1.788 1.841 1.910 1.959 1.396
7 Akademi/Diploma III/S.Muda 11.391 11.641 11.861 12.116 10.462
8 Diploma IV/ S1 29.567 30.707 31.847 33.080 33.202
9 Sarjana S2 1.813 1.899 1.952 2.072 2.452
10 Sarjana S3 54 63 71 74 98 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2020
Data pada Tahun 2016-2020 menunjukkan bahwa komposisi
penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Semarang semakin
meningkat pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Semarang semakin baik.
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Kebijakan pengembangan wilayah di Kabupaten Semarang secara garis
besar diarahkan untuk memaksimalkan karakteristik Kabupaten Semarang
sebagai penyangga Kota Semarang yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa
Tengah dengan memanfaatkan potensi kawasan sebagai basis industri,
pertanian dan pariwisata yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
2.1.2.1 Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Semarang
Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031
Gambar 2.5. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Semarang
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang telah diatur bahwa
II - 12
arahan pembentukan struktur ruang di Kabupaten Semarang diwujudkan
melalui kebijakan sebagai berikut :
1. Arahan pengembangan sistem pusat pelayanan kegiatan, meliputi:
Pusat Kegiatan Nasional/PKN Kedungsepur (perkotaan Pusat Kegiatan
Lokal/PKL Ungaran), PKL perkotaan Ambarawa, Pusat Kegiatan Lokal
Promosi/PKLp meliputi perkotaan Tengaran dan Suruh, Pusat Pelayanan
Kawasan/PPK (perkotaan Bergas, Pringapus, Bandungan, Sumowono,
Jambu, Banyubiru, Tuntang, Getasan, Pabelan, Susukan, Kaliwungu,
Bancak dan Bringin), Pusat Pelayanan Lingkungan pada setiap pusat Desa;
dan kawasan agropolitan (kawasan Sumowono, Bandungan, Jambu,
Getasan, Suruh, Susukan, Kaliwungu, Pabelan, Bringin dan Bancak);
2. Sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi :
a. Kawasan yang ditetapkan menjadi bagian dari Ibukota Kabupaten serta
kawasan sekitarnya dalam jangkauan pelayanan yaitu Kecamatan
Ungaran Barat, Ungaran Timur, Bergas, dan Pringapus dengan pusat
pengembangan di perkotaan Ungaran;
b. Kawasan yang menjadi wilayah pengaruh dari Kota Ambarawa
yaitu Kecamatan Ambarawa, Tuntang, Banyubiru, Bandungan, Jambu,
Bawen, dan Sumowono dengan pusat penegmbangan perkotaan
Ambarawa; dan
c. Kawasan di daerah Selatan yaitu Kecamatan Suruh, Tengaran, Getasan,
Susukan, Kaliwungu, Pabelan, Bancak, dan Bringin dengan pusat
pengembangan di perkotaan Suruh dan Tengaran.
Secara lebih lanjut dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031 juga telah diatur bahwa untuk
memaksimalkan potensi pemanfaatan ruang Kabupaten Semarang, maka
ditetapkan sistem perwilayahan di Kabupaten Semarang yang dilakukan
dengan cara membagi wilayah Kabupaten Semarang kedalam 3 (tiga) Satuan
Wilayah Pengembangan (SWP) sebagai gabungan dari beberapa kecamatan
dengan kondisi fisik, sosial dan budaya yang sama serta berada dalam satu
pola aliran barang dan jangkauan pelayanan yang sama, yaitu meliputi:
1. SWP–1, merupakan kawasan yang ditetapkan menjadi bagian dari ibukota
Kabupaten serta kawasan sekitarnya yang termasuk dalam jangkauan
pelayanannya meliputi Kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur, Bergas,
dan Pringapus dengan pusat pengembangan di perkotaan Ungaran.
Kecamatan-kecamatan yang tergabung di dalam SWP–1 diarahkan
mempunyai fungsi industri, pertanian, pariwisata, pemerintahan,
NOP€TAI
l'UlllllNfAM KAIUf'AlDI lllillAAAHO IWt'A•~G
....... 1 C..$119'1"- ,...._WU.200& 2PQ~,.,,._.......,.....,.,z,ooo
BAKO$..IRTANAl..f-.l 1 ...... lDOI l$1(M&,Hl.11No21ai~
••---a.....•.ac.,wc.1,~ s.- K......,_,,.,-.u111.wc.111u1-os IXA&.AI ,...,.
' .
···-·~ Toi ......w.. .tr,p, --- ---- ....... ·-- LEOENDA . -- ....... c.-
___ -- .... 1( ....... - Jtilllr'IM..+~ _...,~~ _ ..... _ REN CANA TATA RUANO WILAYAH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 • 2031
PETA REN CANA POLA RUANG KABUPATENSEMARANG
II - 13
perdagangan dan jasa, fasilitas umum, permukiman; dengan fungsi
pusat SWP adalah pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa,
pusat pemerintahan skala Kabupaten serta permukiman perkotaan.
2. SWP–2, merupakan kawasan yang menjadi wilayah pengaruh dari
Kota Ambarawa meliputi Kecamatan Ambarawa, Tuntang, Banyubiru,
Bandungan, Jambu, Bawen dan Sumowono dengan pusat pengembangan
di perkotaan Ambarawa. Kecamatan-kecamatan yang tergabung di dalam
SWP–2 diarahkan mempunyai fungsi industri, pertanian, pariwisata,
perdagangan dan jasa, fasilitas umum, permukiman, perikanan, serta
pertahanan dan keamanan; dengan fungsi pusat SWP adalah
perdagangan dan jasa agribisnis, serta fasilitas umum.
3. SWP–3, merupakan kawasan yang berada di daerah selatan
Kabupaten Semarang; meliputi Kecamatan Suruh, Tengaran, Getasan,
Susukan, Kaliwungu, Pabelan, Bancak dan Bringin dengan pusat
pengembangan di perkotaan Suruh dan Tengaran. Kecamatan-kecamatan
yang tergabung di dalam SWP–3 diarahkan mempunyai fungsi industri,
pertanian, pariwisata, dan perikanan; dengan fungsi pusat SWP adalah
pusat industri, agribisnis, perdagangan dan jasa, serta pusat fasilitas
umum penunjang agropolitan.
2.1.2.2 Pola Ruang Wilayah Kabupaten Semarang
Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031
Gambar 2.6. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Semarang
II - 14
Kabupaten Semarang memiliki potensi unggulan terutama dibidang
industri, pertanian, dan pariwisata. Hal ini karena faktor-faktor antara lain
secara geografis posisi Kabupaten Semarang adalah sebagai Penyangga
Ibukota Provinsi Jawa Tengah, selain itu juga merupakan bagian kawasan
strategis nasional KEDUNGSEPUR dan dilalui jalur lintas nasional Jogja-Solo-
Semarang (JOGLOSEMAR) serta Potensi sumberdaya alam melimpah.
Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dalam Perda RTRW
Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031, telah ditetapkan rencana pola ruang
di Kabupaten Semarang yang secara garis besar terdiri dari pola ruang
kawasan lindung dan pola ruang kawasan budidaya dengan arah
pengembangan pada masing-masing kawasan dirinci sebagaimana pada tabel
berikut :
Tabel 2.7. Arah Pengembangan Ruang Kawasan Lindung dan Budidaya di Kabupaten Semarang
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Pola Ruang Kawasan Lindung
1. Kawasan Hutan Lindung
Seluas kurang lebih 1.593 Ha
Tersebar di kawasan Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo
2. Kawasan Yang
Memberikan
Perlindungan
Terhadap
Kawasan Bawahannya
Kawasan yang
memberikan
perlindungan terhadap
kawasan bawahannya
adalah kawasan resapan air di daerah
dengan luas kurang
lebih 6.045 Ha
Kecamatan Getasan, Banyubiru,
Jambu, Sumowono, Bandungan,
Bergas dan Ungaran Barat
3. Kawasan
Perlindungan
Setempat
Kawasan sempadan
sungai
a. sekurang-kurangnya 3 meter dari
tepi kiri - kanan tanggul pada
sungai bertanggul di kawasan
perkotaan; b. sekurang-kurangnya 5 meter dari
tepi kiri - kanan tanggul pada
sungai bertanggul di luar kawasan
perkotaan;
c. sekurang-kurangnya 10 meter dari tepi kiri - kanan sungai tidak
bertanggul dengan kedalaman
kurang dari 3 meter di kawasan
perkotaan;
d. sekurang-kurangnya 15 meter
dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul dengan kedalaman 3
meter sampai dengan 20 meter di
kawasan perkotaan;
e. sekurang-kurangnya 30 meter
dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul dengan kedalaman
lebih dari 20 meter di kawasan
perkotaan;
f. sekurang-kurangnya 50 meter
dari tepi kiri - kanan sungai tidak
bertanggul yang berada di luar kawasan perkotaan.
II - 15
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Kawasan sekitar waduk
atau danau
Kawasan perlindungan setempat
sekitar waduk atau danau meliputi
kawasan sepanjang tepian waduk atau danau yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik waduk atau danau
sepanjang 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah daratan kecuali pada daerah yang telah terbangun
diperlukan penanganan fisik
tersendiri yang tidak mengganggu
fungsi lindung.
Kawasan perlindungan setempat
sekitar waduk atau danau ditetapkan pada daerah sekitar Rawa Pening
seluas kurang lebih 24 hektar.
Kawasan sekitar mata
air
Kawasan sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 meter di sekitar
mata air pada 125 mata air yang
tersebar di seluruh Kecamatan
Kawasan RTH perkotaan
Kawasan RTH berupa ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dengan
luas paling sedikit 30 % dari luas
kawasan perkotaan seluas kurang
lebih 2.067 Ha.
4. Kawasan Suaka
Alam,
Pelestarian Alam Dan Cagar
Budaya
Kawasan Suaka Alam Cagar Alam Gebugan di Kecamatan
Ungaran Barat dan Kecamatan
Bergas seluas kurang lebih 2 Ha dan Cagar Alam Sepakung di Kecamatan
Banyubiru seluas kurang lebih 10 Ha.
Kawasan Pelestarian
Alam
Kawasan Taman Nasional Gunung
Merbabu di Kecamatan Getasan
seluas kurang lebih 1.270 Ha.
Kawasan cagar budaya
meliputi :
a. Lingkungan bangunan non
gedung
Makam kuno Desa Nyatnyono di Kecamatan Ungaran Barat.
Monumen Perjuangan Lemahabang di Kecamatan
Bergas.
Situs Candi Ngempon di Kecamatan Bergas.
Munumen Wonorejo di Kecamatan Pringapus.
Situs Candi Bubrah Desa Candirejo di Kecamatan
Pringapus.
Makam Dr. Cipto Mangunkusumo di Kecamatan Ambarawa.
Makam Jenderal Gatot Subroto di Kecamatan Ungaran Timur.
Monumen Palagan Ambarawa di Kecamatan Ambarawa.
Candi Gedongsongo di Kecamatan Bandungan.
Situs Watu Lumpuk Kyai Renggani Sura Desa Jubelan Kecamatan
Sumowono.
Tugu Desa Kelurahan di
Kecamatan Jambu.
Situs Brawijaya Candi Dukuh Desa Rowoboni di Kecamatan
Banyubiru.
Makam Cukilan di Kecamatan
II - 16
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Suruh.
Situs Senjaya di Kecamatan Tengaran.
Situs Klero di Kecamatan Tengaran.
Jalur rel kereta api Tuntang - Ambarawa - Bedono.
Situs Candirejo di Kecamatan Ungaran Barat.
Ganesha besar (mbah Dul Jalal) Sikunir di Kecamatan Bergas.
Situs Kalitaman di Kecamatan Bawen.
Situs Kalibeji di Kecamatan Tuntang.
Lingkungan makam Kusumabantala di Kecamatan
Jambu.
Lingkungan makam Kebon Ijo di Kecamatan Banyubiru.
Rumah air Jelok di Kecamatan Tuntang.
Situs Slumprit di Kecamatan Ungaran Timur.
Situs Ngrawan di Kecamatan Getasan.
Situs Prasasti Tajuk di Kecamatan Getasan.
Situs Balai Panjang di Kecamatan Suruh.
Situs Muncul di Kecamatan Banyubiru.
b. Lingkungan
bangunan gedung
dan halamannya
Benteng Williem I di Kecamatan Ambarawa.
Benteng Williem II di Kecamatan Ungaran Barat.
Gedung kuno Asrama Korsik di Kecamatan Ungaran Timur.
Gedung Kuning di Kecamatan Ungaran Barat.
Gedung SMP 1 di Kecamatan Ungaran Timur.
Gereja Jago Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa.
Pendopo Kantor Kecamatan di Kecamatan Ambarawa.
Rumah kuno Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa.
Museum dan Stasiun Kereta Api di Kecamatan Ambarawa.
Stasiun Kereta Api Tuntang di Kecamatan Tuntang.
Stasiun Kereta Api Jambu di Kecamatan Jambu.
Stasiun Kereta Apu Bringin di Kecamatan Bringin.
Wisma Bandungan Indah di Kecamatan Bandungan.
Klenteng Kelurahan Kranggan di Kecamatan Ambarawa.
Rumah Batu Putih Kyai Pandanmurti Desa Candigaron
II - 17
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Kecamatan Sumowono.
Stasiun Kereta Api Bedono di Kecamatan Jambu.
Masjid Kauman Ungaran di Kecamatan Ungaran Barat.
Masjid Kauman Desa Suruh di Kecamatan Suruh.
Masjid Desa Jatirejo di Kecamatan Suruh.
Gereja Desa Nyemoh di Kecamatan Bringin.
Rumah tinggal Gatot Subroto di Kecamatan Ungaran Barat.
Bangunan bekas Kantor Kawedanan di Kecamatan
Ungaran Barat.
Masjid Kuno Gogodalem di Kecamatan Bringin.
Lingkungan rumah tinggal dan makam pada kawasan PTP Getas
di Kecamatan Pabelan.
Rumah pemotongan hewan di Kecamatan Ambarawa.
Rumah Dinas Bupati Semarang di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu.
5. Kawasan Rawan
Bencana Alam
Kawasan rawan
bencana alam meliputi:
a. Kawasan rawan banjir
Kawasan di sekitar Rawa Pening di Kecamatan Banyubiru, Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan
Kecamatan Bawen, dan dataran
sekitar Sungai Gung di Ungaran
Timur, serta di dataran sekitar
Sungai Bancak di Kecamatan Bancak.
b. Kawasan rawan tanah longsor
Tersebar di seluruh Kecamatan seluas kurang lebih 7.576 Ha dengan
konsentrasi terutama pada wilayah
Kecamatan Sumowono, Ungaran
Barat, Bergas, Bandungan, Bawen,
Jambu, Banyubiru, Tuntang, Ambarawa, Getasan, Suruh dan
Susukan.
6. Kawasan
Lindung Geologi
Kawasan lindung
geologi meliputi :
a. Kawasan rawan
bencana alam
letusan gunung
berapi
Kawasan kerucut Gunung Ungaran
dan Gunung Merbabu
b. Kawasan perlindungan
terhadap air tanah
Cekungan Air Tanah Ungaran;
Cekungan Air Tanah Sidomulyo;
Cekungan Air Tanah Rawapening;
Cekungan Air Tanah Salatiga;
Cekungan Air Tanah Karanganyar-Boyolali;
Cekungan Air Tanah Semarang-Demak; dan
Cekungan Air Tanah Magelang-Temanggung.
Pola Ruang Kawasan Budidaya
1. Kawasan
Peruntukan
Hutan Produksi
Dan Hutan
Kawasan peruntukan
hutan produksi terbagi
menjadi hutan
produksi tetap dan
II - 18
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Rakyat hutan produksi
terbatas
a. Hutan produksi
tetap seluas kurang lebih 7.612 Ha
Kecamatan Bergas, Kecamatan
Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan Pringapus,
Kecamatan Bringin, dan Kecamatan
Bancak
b. Hutan produksi
terbatas seluas
kurang lebih 1.690 Ha
Kecamatan Sumowono, Kecamatan
Bandungan, Kecamatan Bergas,
Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur,
Kecamatan Pringapus, dan
Kecamatan Banyubiru
Kawasan peruntukan
hutan rakyat
Tersebar di seluruh Kecamatan di
Kabupaten Semarang, dengan luas
keseluruhan kurang lebih 15.618 Ha
2. Kawasan Peruntukan
Pertanian
a. Kawasan pertanian tanaman pangan
Tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Semarang, dengan luas
keseluruhan kurang lebih 24.340 Ha
b. Kawasan
holtikultura
Tersebar di seluruh Kecamatan,
dengan luas keseluruhan kurang
lebih 9.046 Ha
c. Kawasan
perkebunan
Tersebar di seluruh Kecamatan,
dengan luas keseluruhan kurang
lebih 12.140 Ha
d. Kawasan peternakan
Kawasan peternakan meliputi peternakan skala besar dan
peternakan skala kecil.
Kawasan peternakan skala besar
dapat berlokasi pada seluruh
Kecamatan di luar kawasan perkotaan dan kawasan pariwisata
sesuai ketentuan yang berlaku.
Kawasan peternakan skala kecil
diarahkan dalam bentuk sentra
peternakan di kawasan perdesaan
yang diarahkan di seluruh Kecamatan yang dikelola secara terpadu dengan
kegiatan pertanian lainnya.
3. Kawasan
Peruntukan
Perikanan
Kawasan peruntukan
perikanan meliputi
kawasan peruntukan
untuk penangkapan dan budidaya
perikanan darat yang
dikembangkan di
kolam, sungai dan
waduk, serta
pengembangan kawasan perikanan
terpadu minapolitan.
Kawasan peruntukan budidaya
perikanan kolam dapat dilakukan di
seluruh Kecamatan sesuai ketentuan
yang berlaku. Kawasan peruntukan perikanan
tangkap berbasis budidaya pada
perairan waduk dan sungai
diarahkan di perairan Rawa Pening
dan sungai di Kecamatan Tuntang,
Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Banyubiru, dan Kecamatan Bawen.
Kawasan minapolitan meliputi
kawasan minapolitan pada
Kecamatan Banyubiru, Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Jambu dan Kecamatan
Tuntang.
4. Kawasan
Peruntukan
Pertambangan
a. Kawasan
peruntukan
pertambangan
mineral bukan
logam dan batuan
Kawasan Bakalrejo dan Karangsalam di Kecamatan
Susukan;
Kawasan Gunung Mergi di Kecamatan Bergas dan
Kecamatan Ungaran Timur;
Kawasan Kandangan dan Polosiri di Kecamatan Bawen;
II - 19
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Kawasan Delik di Kecamatan Tuntang;
Kawasan Pucung di Kecamatan Bancak;
Kawasan sekitar Sungai Senjoyo di Kecamatan Bringin dan Kecamatan Bancak;
Kawasan sekitar Sungai Gading di Kecamatan Suruh;
Kawasan kawasan Boto dan Plumutan di Kecamatan Bancak;
Kawasan di seluruh Kecamatan khusus untuk pengambilan
material tanah urug dengan
ketentuan tidak pada kawasan lindung dan tidak merusak
lingkungan; dan
Kawasan Rawa Pening.
b. Kawasan
peruntukan
pertambangan
panas bumi
Kawasan Gunung Ungaran dan
Gunung Telomoyo
c. Kawasan
peruntukan pertambangan
minyak dan gas
bumi
Kecamatan Bringin dan Bancak
5. Kawasan
Peruntukan
Industri
a. Kawasan
peruntukan
industri
Kecamatan Ungaran Barat,
Kecamatan Ungaran Timur,
Kecamatan Bawen, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Pringapus,
Kecamatan Susukan, Kecamatan
Kaliwungu dan Kecamatan Bergas
b. Kawasan industri
Kawasan
peruntukan
industri yang menggunakan
bahan baku dan /
atau proses
produksinya
memerlukan lokasi khusus dapat
didirikan di seluruh
Kecamatan sesuai
Ketentuan
Perundangan yang
berlaku.
Kecamatan Pringapus, Kecamatan
Bawen, Kecamatan Tengaran,
Kecamatan Susukan dan Kecamatan
Kaliwungu
c. Kawasan peruntukan
industri kecil
Seluruh Kecamatan terpadu dengan kawasan permukiman dengan syarat
melakukan pengelolaan lingkungan
sesuai Ketentuan Peraturan
Perundangan
6. Kawasan
Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan
pariwisata diarahkan pada pembentukan
WPP yang dapat
memenuhi kebutuhan
wisatawan sesuai
potensi dan daya tarik
wisata wilayah tersebut
a. WPP 1 meliputi
Kecamatan Ungaran
Barat, Ungaran
Wana Wisata Penggaron;
Tirtoargo;
Air Terjun Semirang;
II - 20
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Timur, Bergas,
Pringapus dan
Bawen dengan pusat
pengembangan di
Kota Ungaran
dengan potensi
daya tarik wisata di samping
Cagar Alam Puncak Suroloyo;
Gunung Kalong;
Makam dan Masjid Nyatnyono;
Benteng Williem II Ungaran;
Makam Ibu Isriati Munadi;
Makam Jendral Gatot Subroto;
Taman Batas Kota;
Curug Lawe;
Makam Ki Gedhe Ungaran;
Candi Ngempon;
Air Panas Diwak;
Agrowisata Asinan;
Gunung Kendalisodo;
Pemandian Air Panas Samban;
Wisata industri di Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan
Bergas, Kecamatan Pringapus dan
Kecamatan Bawen;
Kampung Kopi Banaran;
Kampung Seni Lerep;
Desa Wisata Lerep dan Keji;
RTH Ungaran Timur;
Makam Mount Carmel; dan
Petirtaan Derekan.
b. WPP 2 meliputi
Kecamatan
Bandungan,
Sumowono, dan Jambu dengan
pusat
pengembangan di
Kawasan
Bandungan dengan potensi daya tarik
wisata di samping
Candi Gedongsongo;
Wisata Geologi sumber panas bumi Gedongsongo;
Mata Air Masam Banyukuning;
Taman Safari Sumowono;
Pereng Putih;
Pendakian Gunung Ungaran;
Budidaya Bunga Bandungan;
Pemancingan Jimbaran;
Gua dan Air Terjun Panglebur Gongso;
Air Terjun Tujuh Bidadari;
Sumber Api Abadi Losari;
Puncak Wana Kasihan;
Gua Gunung Watu dan Kampung Batik Gemawang;
Kopi Eva Restoran;
Kopi Banaran Bedono;
Agrowisata Brongkol;
Agrowisata Umbul Sidomukti; dan
Desa Wisata Genting.
c. WPP 3 meliputi
Kecamatan
Ambarawa,
Banyubiru, Tuntang dan Getasan
dengan pusat
pengembangan di
Kawasan Kopeng
dan Ambarawa
dengan potensi daya tarik wisata di
samping
Monumen Palagan;
Makam Dr. Cipto Mangunkusumo;
Benteng Williem I Ambarawa;
Museum Kereta Api Ambarawa;
Gua Maria Kerep;
Taman wisata Rawa Pening
Bukit Cinta;
Situs Brawijaya;
Pemandian Muncul;
Bukit Candi Dukuh;
Taman Rekreasi Langen Tirto Muncul;
Agrowisata Tlogo;
Taman Rekreasi Rawa Permai;
Pasar Kriya Lopait;
Kerajinan Perahu Asinan;
II - 21
No. Pola Ruang Keterangan Lokasi
Air Terjun Pager Gedhog;
Pemandian Kopeng;
Wana Wisata Umbul Songo;
Air Terjun Kalipancur Nagasaren;
Puncak Gunung Gajah;
Pendakian Gunung Merbabu;
Kopeng Treetop;
Curug Kembar Bolodhewo Wirogomo;
Gua Maria Mustika Banyu Urip Tuntang;
Taman Rekreasi Kelinci Kalibeji;
Cagar Alam Sepakung;
Wisata Kereta Api Tuntang-Bedono
Gua Rong Tlogo Tuntang; dan
Desa Wisata Ngrapah.
d. WPP 4 meliputi
Kecamatan
Tengaran, Susukan, Suruh, Pabelan,
Bringin, Bancak
dan Kaliwungu
dengan pusat
pengembangan di kawasan Tengaran
dengan potensi
daya tarik wisata di
samping
Mata Air Senjoyo;
Candi Klero;
Sumber Api Abadi Boto;
Makam Ki Ageng Cukilan; dan
Umbul Ngrancah Udanwuh Kaliwungu.
7. Kawasan
Peruntukan
Permukiman
Kawasan peruntukan
permukiman meliputi
kawasan permukiman perdesaan dan
kawasan permukiman
perkotaan
Permukiman perdesaan meliputi
permukiman perdesaan yang tersebar
di seluruh Kecamatan, dikembangkan dengan berbasis perkebunan,
agrowisata, pertanian tanaman
pangan, perikanan darat dan
peternakan disertai pengolahan hasil
atau agroindustri dengan luas kurang lebih 12.953 Ha.
Permukiman perkotaan meliputi
kawasan-kawasan dengan cakupan
administrasi Desa/Kelurahan dengan
luas lebih kurang 6.887 Ha. Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031 (diolah)
2.1.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.3.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan
dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting yang menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan
pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah.
Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh PDRB Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK). Pertumbuhan ekonomi Tahun 2020 baik Kabupaten
-+-Nasional -+-Jawa Tengah -+-Kabupaten Semarang
-2.07
Tahun 2018 Tahun 2017 Tahun 2016
5 67 5.39
~5.3~====~~~;;;;;;;;;;~~~======~ 5.2~ 5.03 5. 7 5.17
5.65
II - 22
Semarang, Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional mengalami kontraksi
dibandingkan Tahun 2019. Kontraksi yang dalami Kabupaten Semarang
mencapai -2,67% tahun 2020. Capaian ini jauh menurun apabila
dibandingkan capaian Tahun 2019 yang sebesar 5,39%.
Adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang pada
Tahun 2020 mengakibatkan capaiannya yang semula dalam durasi Tahun
2016-2019 secara rata-rata berada di atas Provinsi Jawa Tengah dan Nasional,
menjadi turun berada di bawah capaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa
Tengah dan Nasional Tahun 2020.
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota sekitar, pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Semarang mengalami kontraksi paling dalam.
Perbandingan capaian pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Semarang dengan
capaian pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota sekitar disajikan
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.8. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Semarang
dengan Kabupaten/Kota Sekitar Tahun 2016-2020
NO PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN Rata-
Rata 2016 2017 2018 2019 2020
1 Kota Semarang 5,89 6,7 6,48 6,81 -1,61 4,854
2 Kabupaten Boyolali 5,33 5,8 5,72 5,96 -1,24 4,314
3 Kabupaten Demak 5,09 5,82 5,4 5,36 -0,23 4,288
4 Kabupaten Kendal 5,56 5,78 5,77 5,71 -1,53 4,258
5 Kota Salatiga 5,27 5,58 5,84 5,9 -1,68 4,182
6 Kabupaten Grobogan 4,51 5,85 5,83 5,37 -1,59 3,994
7 Kabupaten Magelang 5,39 5,5 5,28 5,3 -1,68 3,958
8 Kabupaten Semarang 5,3 5,65 5,67 5,39 -2,67 3,868
9 Kabupaten Temanggung 5,02 5,03 5,13 5,05 -2,13 3,62 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa secara rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 masih di
bawah Kabupaten dan Kota lain di sekitarnya. Dari 9 Kabupaten dan Kota,
II - 23
capaian rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang Tahun 2016-
2020 hanya lebih baik dari Kabupaten Temanggung dan tertinggal dari 7
Kabupaten/Kota di sekitarnya.
Secara khusus pada tabel juga terlihat bahwa pada Tahun 2020,
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang mengalami kontraksi yang paling
dalam diantara 9 Kabupaten dan Kota. Hal ini mengindikasikan bahwa
kelesuan ekonomi yang terjadi selama Tahun 2020 berdampak signifikan pada
produktivitas masyarakat Kabupaten Semarang sehingga berdampak pada
terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi yang sangat dalam.
Adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam di
Kabupaten Semarang sangat dimungkinkan akibat dampak Pandemi Covid-19
yang terjadi sepanjang tahun 2020 secara nyata mempengaruhi kinerja
seluruh sendi-sendi perekonomian di Kabupaten Semarang. Hal ini terlihat
dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Semarang yang ditinjau berdasarkan 17 (tujuh belas) kategori lapangan
usaha.
Berdasarkan tinjauan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), hanya
terdapat 5 (lima) kategori yang mengalami pertumbuhan positif, sedangkan
selebihnya sebanyak 12 (dua belas) kategori lapangan usaha mengalami
kontraksi. Sementara apabila ditinjau dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) sebanyak 7 (tujuh) kategori lapangan usaha mengalami kontraksi dan
10 (sepuluh) kategori yang mengalami pertumbuhan positif.
Perkembangan Nilai PDRB ADHB Kabupaten Semarang Tahun 2016-
2020 ADHK dan ADHB yang ditinjau berdasarkan 17 (tujuh belas) kategori
lapangan usaha dapat diuraikan sebagaimana tabel berikut:
II - 24
Tabel 2.9. Nilai dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO PDRB LAPANGAN USAHA 2016 2017 2018 2019 2020
(Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
3.382.746 2,95 3.477.134 2,79 3.560.418 2,40 3.623.521 2,03 3.626.314 -0,17
B Pertambangan dan Penggalian 68.816 4,62 72.019 4,65 75.779 5,22 79.085 4,36 78.591 -0,62
C Industri Pengolahan 11.719.709 5,05 12.221.520 4,28 12.852.546 5,16 13.644.469 6,16 13.051.307 -4,35
D Pengadaan Listrik dan Gas 38.352 3,22 38.779 1,11 40.923 5,53 42.203 3,13 43.477 3,02
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
23.300 2,35 24.978 7,20 26.331 5,41 27.475 4,35 27.825 1,27
F Konstruksi 4.089.818 5,71 4.385.486 7,23 4.649.525 6,02 4.766.554 2,52 4.625.444 -2,96
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3.501.752 5,33 3.723.074 6,32 3.951.296 6,13 4.183.515 5,88 3.961.689 -5,30
H Transportasi dan Pergudangan 670.911 4,16 717.679 6,97 774.255 7,88 842.430 8,81 652.502 -22,55
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
932.667 5,59 996.364 6,83 1.075.886 7,98 1.164.471 8,23 1.087.633 -6,60
J Informasi dan Komunikasi 1.239.782 8,20 1.411.181 13,82 1.568.315 11,13 1.729.662 10,29 2.006.217 15,99
K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.050.220 8,35 1.109.390 5,63 1.153.784 4,00 1.196.200 3,68 1.214.879 1,56
L Real Estate 988.846 6,54 1.056.001 6,79 1.119.615 6,02 1.180.462 5,43 1.164.462 -1,36
M, N Jasa Perusahaan 143.904 9,65 156.563 8,80 171.073 9,27 187.759 9,75 178.795 -4,77
O Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
832.884 2,13 854.232 2,56 895.625 4,85 918.582 2,56 906.858 -1,28
P Jasa Pendidikan 1.026.876 7,64 1.110.331 8,13 1.191.990 7,35 1.277.678 7,19 1.273.769 -0,31
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
210.309 8,94 230.198 9,46 250.745 8,93 266.819 6,41 290.898 9,02
R, S, T, U Jasa lainnya 371.576 8,44 418.057 12,51 459.573 9,93 499.427 8,67 496.962 -0,49
PDRB 30.292.468 5,30 32.002.985 5,65 33.817.679 5,67 35.639.311 5,39 34.687.623 -2,67
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
II - 25
Tabel 2.10. Nilai dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO PDRB LAPANGAN USAHA 2016 2017 2018 2019 2020
(Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4.769.752 5,70 4.912.618 3,00 5.171.610,15 5,27 5.387.916 4,18 5.488.877 1,87
B Pertambangan dan Penggalian 107.681 9,38 117.184 8,83 125.055 6,72 131.980 5,54 133.960 1,50
C Industri Pengolahan 15.682.812 9,34 16.708.380 6,54 18.034.946 7,94 19.527.601 8,28 19.137.293 -2,00
D Pengadaan Listrik dan Gas 40.473 7,54 44.775 10,63 48.737 8,85 50.281 3,17 51.266 1,96
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
25.710 4,60 27.740 7,90 29.295 5,60 30.937 5,60 32.190 4,05
F Konstruksi 5.300.464 7,98 5.833.804 10,06 6.463.726 10,80 6.830.336 5,67 6.653.979 -2,58
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4.228.918 8,57 4.606.389 8,93 5.019.253 8,96 5.430.586 8,20 5.205.602 -4,14
H Transportasi dan Pergudangan 777.858 5,37 843.820 8,48 916.733 8,64 1.014.112 10,62 808.979 -20,23
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.197.159 8,59 1.293.903 8,08 1.408.559 8,86 1.543.679 9,59 1.444.874 -6,40
J Informasi dan Komunikasi 1.194.893 8,71 1.420.909 18,92 1.577.814 11,04 1.755.916 11,29 2.043.389 16,37
K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.376.306 11,76 1.520.390 10,47 1.630.420 7,24 1.719.406 5,46 1.742.571 1,35
L Real Estate 1.188.269 8,52 1.300.782 9,47 1.413.161 8,64 1.510.188 6,87 1.497.763 -0,82
M, N Jasa Perusahaan 195.181 14,74 220.626 13,04 247.453 12,16 279.542 12,97 271.201 -2,98
O
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.116.847 7,93 1.182.814 5,91 1.254.188 6,03 1.303.857 3,96 1.304.594 0,06
P Jasa Pendidikan 1.591.641 11,12 1.756.170 10,34 1.926.994 9,73 2.118.753 9,95 2.170.781 2,46
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
280.946 10,96 311.957 11,04 343.927 10,25 372.098 8,19 411.479 10,58
R, S, T, U Jasa lainnya 453.710 12,90 519.157 14,42 576.184 10,98 631.082 9,53 634.813 0,59
PDRB 39.528.619 8,66 42.621.420 7,82 46.188.056 8,37 49.638.270 7,47 49.033.609 -1,22
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
II - 26
Struktur perekonomian menurut lapangan usaha di Kabupaten
Semarang sampai dengan Tahun 2020 didominasi oleh Industri Pengolahan;
Konstruksi; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Komposisi tersebut tidak
menunjukkan banyak perubahan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Perkembangan distribusi masing-masing kategori PDRB Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.11. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 12,07 11,53 11,20 10,85 11,19
B Pertambangan dan Penggalian 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27
C Industri Pengolahan 39,67 39,20 39,05 39,34 39,03
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,11 0,11 0,11
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,07 0,07 0,06 0,06 0,07
F Konstruksi 13,41 13,69 13,99 13,76 13,57
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
10,70 10,81 10,87 10,94 10,62
H Transportasi dan Pergudangan 1,97 1,98 1,98 2,04 1,65
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
3,03 3,03 3,05 3,11 2,95
J Informasi dan Komunikasi 3,02 3,33 3,42 3,54 4,17
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,48 3,57 3,53 3,46 3,55
L Real estate 3,01 3,05 3,06 3,04 3,05
M, N Jasa Perusahaan 0,49 0,52 0,54 0,56 0,55
O Administrasi Pem-an, Pertanahan dan Jaminan Sosial
2,83 2,78 2,72 2,63 2,66
P Jasa Pendidikan 4,03 4,12 4,17 4,27 4,43
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 0,71 0,73 0,74 0,75 0,84
R, S, T, U Jasa Lainnya 1,14 1,22 1,24 1,27 1,29
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
Tabel 2.12. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 11,17 10,87 10,53 10,19 10,45
B Pertambangan dan Penggalian 0,23 0,22 0,22 0,22 0,23
C Industri Pengolahan 38,69 38,19 38,01 38,28 37,63
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,13 0,12 0,12 0,12 0,13
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
F Konstruksi 13,50 13,70 13,75 13,37 13,33
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
11,56 11,63 11,68 11,74 11,42
H Transportasi dan Pergudangan 2,21 2,24 2,29 2,36 1,88
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
3,08 3,11 3,18 3,27 3,14
J Informasi dan Komunikasi 4,09 4,41 4,64 4,85 5,78
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,47 3,47 3,41 3,36 3,50
L Real estate 3,26 3,30 3,31 3,31 3,36
M, N Jasa Perusahaan 0,47 0,49 0,51 0,53 0,52
O Administrasi Pem-an, Pertanahan dan Jaminan Sosial
2,75 2,67 2,65 2,58 2,61
P Jasa Pendidikan 3,39 3,47 3,52 3,59 3,67
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 0,69 0,72 0,74 0,75 0,84
R, S, T, U Jasa Lainnya 1,23 1,31 1,36 1,40 1,43
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
II - 27
B. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita digunakan sebagai perkiraan rata-rata pendapatan
penduduk per kapita per tahun, yang menunjukkan tingkat kemakmuran
penduduk di suatu daerah/wilayah. Nilai PDRB per kapita merupakan hasil
bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi
dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya jumlah penduduk
akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita, sedangkan besar kecilnya nilai
PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor
produksi yang terdapat di daerah tersebut.
Nilai PDRB per kapita Kabupaten Semarang ADHB selama Tahun
2016-2019 selalu meningkat. Namun dengan adanya pandemi Covid-19 tahun
2020 mengakibatkan PDRB per kapita ADHB mengalami kontraksi hingga -
2,42% atau turun dari Rp47.104.696,00 pada Tahun 2019 menjadi
Rp45.963.478,00 pada Tahun 2020. Sedangkan PDRB per kapita Kabupaten
Semarang ADHK mengalami kontraksi sebesar -3,86% atau turun dari
Rp33.820.255,00 pada Tahun 2019 menjadi Rp32.515.735,00 pada Tahun
2020.
Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Semarang Tahun 2016-
2020 sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.13. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020
TAHUN
PDRB PER KAPITA ADHB PDRB PER KAPITA ADHK 2010
NILAI (Rp.) PERTUMBUHAN
(%) NILAI (Rp.)
PERTUMBUHAN
(%)
2016 38.975.248 7,23 29.868.397 3,92
2017 41.481.145 6,43 31.146.791 4,28
2018 44.384.748 7,00 32.497.345 4,34
2019*) 47.104.696 6,13 33.820.255 4,07
2020**) 45.963.478 -2,42 32.515.735 -3,86 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021 *) Angka sementara, **) Angka sangat sementara
C. Laju Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang sangat penting
dalam perekonomian suatu daerah. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan
harga secara umum dan terus menerus atau penurunan nilai mata uang.
Inflasi yang tinggi menunjukkan terjadinya kenaikan harga barang dan jasa
yang tinggi pula, yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat untuk
memperoleh barang dan jasa tersebut. Inflasi berdampak cukup besar
terhadap perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
II - 28
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2020
Gambar 2.8. Laju Inflasi Kabupaten Semarang Tahun 2015-2019
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa laju inflasi di Kabupaten
Semarang selama durasi Tahun 2015-2019 cukup terkendali, yaitu rata-rata
berada di kisaran 2,98%. Rerata nilai inflasi Kabupaten Semarang tersebut
masih diatas rerata inflasi Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 2,88%.
Apabila dibandingkan dengan capaian nasional, rerata inflasi Kabupaten
Semarang pada Tahun 2015-2019 lebih rendah daripada rerata inflasi
nasional yang mencapai 3,16%.
Pada Tahun 2020, terjadi perubahan tahun dasar penghitungan inflasi,
karena Kabupaten Semarang tidak menjadi lokus Survey Biaya Hidup (SBH)
Kota/Kabupaten oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh sebab itu, mulai
Tahun 2020 penghitungan inflasi tidak dilakukan untuk seluruh
Kota/Kabupaten. Di wilayah Provinsi Jawa Tengah hanya terdapat 6 (enam)
Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang dihitung nilai inflasinya yaitu Kota
Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal, Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Kudus. Inflasi keenam Kabupaten/Kota ini
menjadi rujukan tingkat inflasi bagi Kabupaten/Kota di sekitarnya. Oleh
sebab itu, inflasi Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 mengacu pada inflasi
Kota Semarang yaitu sebesar 1,49%.
Adapun inflasi di 6 (enam) Kabupaten/Kota lokus SBH di Jawa Tengah
terpantau masih terkendali karena masih di bawah 3%, sebagaimana dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.14. Inflasi Enam Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
NO KOTA INFLASI
1 Cilacap 1,71
2 Purwokerto 1,90
3 Kudus 1,24
4 Kota Surakarta 1,38
5 Kota Semarang 1,49
6 Kota Tegal 2,36
7 Jawa Tengah 1,56 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
3,35
3,02
3,61
3,13
2,72 2,73
2,36
3,71
2,82 2,81 2,85
2,39
3,67
2,80
2,93
2
2,5
3
3,5
4
2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Jawa Tengah Kab. Semarang
II - 29
D. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia
Ketimpangan pendapatan penduduk dapat diamati dengan pendekatan
pemerataan pendapatan versi Bank Dunia. Bank Dunia dalam upaya
mengukur ketimpangan pendapatan membagi penduduk menjadi 3 (tiga)
kelompok yaitu 40% penduduk berpendapatan rendah, kelompok 40%
penduduk berpendapatan menengah dan kelompok 20% penduduk
berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung
persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan
40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori
ketimpangan ditentukan sebagai berikut:
1. Ketimpangan pendapatan tinggi
Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40%
terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12%.
2. Ketimpangan pendapatan sedang/menengah
Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40%
terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12%-17%.
3. Ketimpangan pendapatan rendah
Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40%
terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17%.
Tabel 2.15. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN
2016* 2017 2018 2019 2020
1 40% Penduduk Berpendapatan Terendah 12,44 18,88 18,74 19,02 19,18
2 40% Penduduk Berpendapatan
Menengah
17,83 38,31 38,99 41,15 39,88
3 20% Penduduk Berpendapatan Tertinggi 69,73 42,81 42,27 39,83 40,94
Kriteria Ketimpangan Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sumber: Susenas Maret, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 *Data Tahun 2016 berdasarkan pengeluaran
Berdasarkan pendekatan ini, distribusi pendapatan penduduk
Kabupaten Semarang masuk ke dalam kategori ketimpangan pendapatan
rendah, dimana kurun waktu Tahun 2016-2020 persentase pendapatan yang
diterima oleh kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah secara rata-rata
mencapai 17,65% atau lebih besar dari 17%.
E. Kondisi Kemiskinan
Kondisi kemiskinan suatu daerah pada dasarnya dapat diklasifikasikan
kedalam dua kategori. Pertama adalah kemiskinan kronis (chronic poverty)
yang terjadi terus menerus atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural -
Fakir Miskin; dan yang kedua adalah kemiskinan sementara (transient poverty)
yang ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
• ·----- .. • • • • • ...
*
II - 30
secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi
kondisi kritis, krisis ekonomi, bencana alam dan bencana sosial, seperti
korban konflik sosial, yang jumlahnya relatif lebih besar dan berubah-ubah
sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat dan ekonomi global pada
suatu daerah.
Untuk mengetahui kondisi kemiskinan di Kabupaten Semarang
digunakan 2 (dua) pendekatan pendataan, yaitu melalui data makro
kemiskinan berdasarkan hasil pendataan BPS dan data mikro kemiskinan
berdasarkan hasil verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(verval DTKS) yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial RI.
Data makro kemiskinan merupakan gambaran persentase penduduk
miskin yang dihitung berdasarkan hasil Susenas BPS. Secara garis besar
dalam metode pendataan ini, status kemiskinan penduduk ditentukan
berdasarkan garis kemiskinan yang dihitung menggunakan pendekatan
pemenuhan atas kebutuhan penduduk, baik kebutuhan pangan maupun non
pangan yang setara dengan pemenuhan 2.100 kkal perkapita. Berdasarkan
kriteria tersebut, selama kurun waktu tahun 2016–2019 terjadi penurunan
persentase penduduk miskin dari 7,99% menjadi 7,04%. Namun pada tahun
2020 penduduk miskin Kabupaten Semarang meningkat menjadi 7,51% atau
bertambah 5.980 jiwa.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 2.9. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
10,86 10,64
9,82
9,41 9,78
13,27 13,01
11,32
10,80
11,41
7,99 7,78
7,29 7,04
7,51
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Jawa Tengah Kab. Semarang
LJ LJ LJ LJ LJ LJ LJ LJ LJ
II - 31
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 2.10. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Semarang
Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Sekitar, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2020
Berdasarkan grafik 2.9 dan 2.10. diatas dapat diketahui bahwa
persentase penduduk miskin Kabupaten Semarang relatif lebih rendah
daripada persentase penduduk miskin Nasional dan Provinsi Jawa Tengah.
Namun demikian apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota sekitar, pada
Tahun 2020 persentase penduduk miskin Kabupaten Semarang lebih tinggi
daripada Kota Semarang dan Kota Salatiga.
Melalui grafik 2.9 juga dapat diketahui bahwa persentase penduduk
miskin Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 terjadi peningkatan.
Peningkatan tersebut disebabkan karena kelesuan ekonomi akibat pandemi
Covid-19 yang telah memukul perekonomian dunia dan berimbas hingga ke
skala lokal Kabupaten Semarang.
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis lebih mendalam terkait
kondisi kemiskinan makro disuatu daerah, digunakan pula sejumlah indikator
berupa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) dan Garis Kemiskinan (GK) yang capaiannya di Kabupaten Semarang
dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 dapat disajikan sebagaimana pada
tabel berikut:
Tabel 2.16. Indeks Kemiskinan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
1 Indeks Kedalaman (P1) 1,57 1,10 1,51 0,63 0,96
2 Indeks Keparahan (P2) 0,45 0,25 0,45 0,08 0,16
3 Garis Kemiskinan (GK, dalam Rp.) 307.505 317.935 341.576 377.674 404.455 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Perkembangan P1 di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019
sebesar 0,63 meningkat menjadi 0,96 Tahun 2020. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata kesenjangan pengeluaran antara penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan semakin besar.
11,41
9,78
02468
101214
KAB/KOTA Jawa Tengah Nasional
II - 32
Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) merupakan satuan
indeks yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di
antara penduduk miskin. semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara
penduduk miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Semarang
Tahun 2020 dibanding Tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu dari 0,08
menjadi 0,16, yang artinya semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara
penduduk miskin di Kabupaten Semarang.
Adapun garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat
minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh
standar hidup yang mencukupi di suatu wilayah. Secara khusus di Indonesia,
untuk mengukur garis kemiskinan menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran.
Dalam konteks ini penduduk miskin dimaknai sebagai penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Atau dengan kata lain, penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin.
Berdasarkan tabel 2.16 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan garis
kemiskinan Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir (2016-2020)
menunjukkan pola yang konsisten meningkat dari tahun ke tahun. Garis
kemiskinan Kabupaten Semarang yang menunjukkan konsistensi pola
meningkat dari tahun ke tahun mengindikasikan bahwa pelaksanaan
program-program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan di
Kabupaten Semarang secara umum dapat dinilai cukup efektif karena secara
konsisten mampu berdampak positif mengangkat daya beli masyarakat
sehingga dapat meningkatkan posisi garis kemiskinan Kabupaten Semarang
dari tahun ke tahun.
Data mikro kemiskinan merupakan gambaran jumlah rumah tangga
dan individu miskin dihitung berdasarkan hasil proses Pemutakhiran Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang setiap tahunnya ditempuh melalui
mekanisme verifikasi dan validasi (verval). Berdasarkan hasil verval DTKS yang
telah disahkan oleh Kementerian Sosial, perkembangan status rumah tangga
dan individu di Kabupaten Semarang dengan status kesejahteraan 40%
II - 33
terendah (kategori miskin) yang dirinci per kecamatan Tahun 2020
sebagaimana berikut:
Tabel 2.17. Rekapitulasi Rumah Tangga dan Individu Kabupaten Semarang per Kecamatan Berdasarkan Pemutakhiran DTKS Tahun 2020
NO. KECAMATAN
RUMAH
TANGGA
MISKIN
PENDUDUK
MISKIN
JUMLAH
PENDUDUK
PERSENTASE
PENDUDUK
MISKIN
1. Getasan 5.678 19.223 52.060 36,92%
2. Tengaran 6.652 22.630 70.168 32,25%
3. Susukan 6.021 17.779 50.190 35,42%
4. Kaliwungu 3.455 10.405 30.772 33,81%
5. Suruh 8.417 27.701 71.667 38,65%
6. Pabelan 5.930 18.453 44.183 41,76%
7. Tuntang 6.158 21.371 67.731 31,55%
8. Banyubiru 4.315 14.301 44.878 31,87%
9. Jambu 3.630 11.041 41.148 26,83%
10. Sumowono 2.916 9.663 34.530 27,98%
11. Ambarawa 3.302 10.836 62.735 17,27%
12. Bandungan 3.663 12.498 58.786 21,26%
13. Bawen 3.752 12.353 58.134 21,25%
14. Bringin 6.115 19.080 47.543 40,13%
15. Bancak 3.133 9.829 24.679 39,83%
16. Pringapus 5.491 19.204 54.365 35,32%
17. Bergas 4.046 14.193 69.559 20,40%
18. Ungaran Barat 3.030 10.519 79.683 13,20%
19. Ungaran Timur 4.123 12.958 75.658 17,13%
Jumlah 89.827 294.037 1.038.469 Sumber: Kementerian Sosial, 2021 *) Data sampai dengan Oktober 2020
Berdasarkan tabel 2.17 dapat diketahui bahwa Kecamatan dengan
jumlah penduduk miskin tertinggi adalah Kecamatan Suruh, yaitu sebanyak
27.701 jiwa. Meskipun demikian apabila ditinjau dari proporsi kemiskinan,
Kecamatan dengan persentase penduduk miskin tertinggi justru berada pada
Kecamatan Pabelan yang mencapai sebesar 41,76%, disusul kemudian secara
berturut-turut adalah Kecamatan Bringin 40,13%, Kecamatan Bancak
39,83%, Kecamatan Suruh 38,65% dan Kecamatan Getasan 36,92%. Kondisi
yang demikian secara tidak langsung mengindikasikan bahwa masih terjadi
ketimpangan ekonomi antar wilayah di Kabupaten Semarang, khususnya
Kecamatan pada wilayah Kabupaten Semarang sisi/sebelah timur dan
sisi/sebelah selatan.
F. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. TPT yang tinggi menunjukkan
bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja.
5.61 1~·51 5.34 • • • • ~s1] 4.63 4.57
2.28 2.58
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Kab. Semarang ~Nasional ~Jawa Tengah
II - 34
Sumber: BPS, 2021
Gambar 2.11. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Semarang Dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2020
TPT Kabupaten Semarang kurun waktu Tahun 2016-2020 berada di
bawah TPT Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Meskipun demikian selama
kurun waktu tersebut, TPT Kabupaten Semarang cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini sebagai dampak dari persaingan
global yang mengarah pada revolusi industri 4.0 yang mengkolaborasikan
teknologi cyber dan teknologi otomatisasi, sedangkan tenaga kerja di
Kabupaten Semarang pada umumnya masih belum memiliki spesifikasi
keahlian/kompetensi yang dibutuhkan oleh industri 4.0.
Kondisi ini diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda
dunia, sehingga menghambat aktivitas perekonomian global, termasuk pula di
wilayah Kabupaten Semarang. Dampak pandemi Covid-19 berakibat
menurunkan produktivitas sektor industri di Kabupaten Semarang yang
sebagian besar berorientasi pasar ekspor. Adanya pembatasan kerumunan
pekerja pada sektor industri dan kelesuan pasar tujuan ekspor yang
berkurang daya belinya berdampak pada maraknya pemutusan hubungan
kerja dan perumahan pegawai di Kabupaten Semarang. Kondisi yang demikian
menjadikan TPT Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 meningkat sangat
signifikan yaitu naik sebesar 1,99% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 2.18. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Semarang
Tahun 2020 URAIAN 2020
Angkatan Kerja 75,07
- Bekerja 71,64
- Pengangguran 3,43
Bukan Angkatan Kerja 24,93
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 75,07 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
II - 35
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Semarang Tahun
2020 meningkat dibandingkan Tahun 2019, hal ini disebabkan: (1) penurunan
jumlah penduduk bekerja; (2) pengangguran meningkat tajam; dan (3)
penambahan penduduk yang masuk dalam usia angkatan kerja. Sehingga
perlu adanya langkah antisipatif agar TPT di Kabupaten Semarang tidak
semakin meningkat.
2.1.3.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks komposit yang
disusun dari tiga indikator, yaitu lama hidup yang diukur dengan angka
harapan hidup ketika lahir, pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata
lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, serta
standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah).
IPM Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan dari 72,40 menjadi 74,10. Dengan capaian IPM tersebut,
Kabupaten Semarang berada pada posisi status pembangunan manusia
kategori tinggi.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021
Gambar 2.12. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
IPM Kabupaten Semarang berada di atas IPM Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah. Selama kurun waktu Tahun 2016-2020 rata-rata perumbuhan
IPM Kabupaten Semarang sebesar 0,60% per tahun. Meskipun capaian IPM
70,18
70,81
71,39
71,92 71,94
69,98
70,52
71,12
71,73 71,87
72,40
73,20
73,61
74,14 74,10
69
70
71
72
73
74
75
2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang
II - 36
Kabupaten Semarang berada di atas capaian Jawa Tengah, namun kecepatan
tumbuh IPM Kabupaten Semarang berada di bawah Jawa Tengah yang sebesar
0,67% per tahun.
Pertumbuhan IPM Kabupaten Semarang Tahun 2020 mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan Tahun 2019. Hal ini disebabkan
menurunnya dimensi standar hidup layak yang dipresentasikan pada
pengeluaran perkapita disesuaikan, dimana menurun dari Rp12.116.000,00
per tahun pada Tahun 2019 menjadi Rp11.966.000,00 per tahun pada
Tahun 2020.
Adapun daya saing IPM Kabupaten Semarang di tingkat Provinsi Jawa
Tengah relatif stabil. Kondisi ini tercermin dari capaian peringkat IPM
Kabupaten Semarang yang dari tahun ke tahun stabil berada di peringkat ke-
11 dari 35 Kabupaten dan Kota se-Provinsi Jawa Tengah.
Apabila diperbandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di wilayah eks-
Karesidenan Semarang, capaian IPM Kabupaten Semarang selama kurun
waktu Tahun 2016-2020 juga sudah cukup baik. Hal ini tercermin dari rerata
IPM Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 yang mencapai 73,49. Capaian
tersebut lebih tinggi dari rerata IPM Provinsi Jawa Tengah yang mencapai
71,04 dan 3 (tiga) Kabupaten lainnya di wilayah eks-Karesidenan Semarang,
yaitu : Kabupaten Grobogan sebesar 69,29, Kabupaten Demak sebesar 71,17
dan Kabupaten Kendal sebesar 71,25.
Sementara apabila diperbandingkan dengan capaian IPM Kota Semarang
dan Kota Salatiga, capaian rerata IPM Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
masih dibawah capaian rerata kedua Kota tersebut.
Gambaran perbandingan rerata capaian IPM Kabupaten Semarang pada
Tahun 2016-2020 dengan Kabupaten dan Kota lain di wilayah eks-
Karesidenan Semarang dan Provinsi Jawa Tengah diilustrasikan pada grafik
berikut :
• • •
• •
• •
II - 37
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021 (diolah)
Gambar 2.13. Capaian Rerata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota di Wilayah Eks-Karesidenan Semarang Tahun 2016-2020
Pertumbuhan IPM Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020
berdasarkan komposit pembentuknya diuraikan sebagaimana pada tabel
berikut :
Tabel 2.19. Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Metode Baru
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO KOMPOSIT IPM/URAIAN TAHUN RERATA
PERTUMBUHAN 2016 2017 2018 2019 2020
1 Angka Harapan Hidup (th) 75,54
75,5
7 75,62 75,63 75,73
0,06
2 Harapan Lama Sekolah/EYS (th) 13
12,8
4 12,85 12,94 12,97
0,23
3 Rata-rata lama sekolah/MYS (th) 7,48 7,87 7,88 8,01 8,02 1,77
4 Pengeluaran perkapita (disesuaikan) (Ribu rupiah/orang/Tahun)
11.102 11.389 11.807 12.116 11.966 2,06
IPM 72,40 73,20 73,61 74,14 74,10
Peringkat IPM 11 11 11 11 11
Pertumbuhan IPM 0,70 1,09 0,56 0,71 -0,05 0,60
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021, diolah
Penjelasan atas masing-masing komposit pembentuk IPM Kabupaten
Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 adalah sebagai berikut :
1. Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka harapan hidup saat lahir didefinisikan sebagai rata-rata
perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir, yang
mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Sejak Tahun 2016
sampai dengan 2020, AHH masyarakat Kabupaten Semarang cenderung
meningkat yaitu 75,54 tahun pada tahun 2016 menjadi 75,73 tahun pada
tahun 2020 dengan rerata pertumbuhan sebesar 0,06% per tahun, artinya
secara rata-rata anak yang dilahirkan di Kabupaten Semarang dapat bertahan
hidup hingga usia 75-76 tahun. Capaian AHH Kabupaten Semarang selama
69,29 71,17 71,25
73,49
82,43 82,30
71,04
Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Kendal Kab. Semarang Kota Semarang Kota Salatiga Prov. Jateng
Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Kendal Kab. Semarang
Kota Semarang Kota Salatiga Prov. Jateng
..... T
......
• • • • • • • •
II - 38
durasi Tahun 2016-2020 berada di atas Provinsi Jawa Tengah dan Nasional
sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021
Gambar 2.14. Angka Harapan Hidup Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
Kecenderungan peningkatan AHH Kabupaten Semarang dari tahun ke
tahun menunjukkan adanya keberhasilan upaya perbaikan status derajat
kesehatan masyarakat yang dilakukan pada setiap rangkaian siklus
kehidupan (life cycle) yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok
usia kerja, maternal dan kelompok lansia. Semakin panjang usia harapan
hidup, tentunya akan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup
manusia.
2. Harapan Lama Sekolah (HLS)
Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah
(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu
di masa mendatang. HLS dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas.
Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Perkembangan
HLS Kabupaten Semarang cenderung meningkat dari 12,83 pada Tahun 2016
menjadi 12,97 pada Tahun 2020 dengan rerata pertumbuhan sebesar 0,23 per
tahun. HLS Kabupaten Semarang yang mencapai selama 12,97 tahun
bermakna bahwa anak usia 7 tahun di Kabupaten Semarang yang masuk
dunia pendidikan diharapkan akan dapat bersekolah selama 12,97 tahun atau
mencapai jenjang Diploma I.
Capaian HLS Kabupaten Semarang selama durasi Tahun 2016-2020
berada di atas Provinsi Jawa Tengah, namun masih sedikit dibawah capaian
Nasional sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
70,90 71,06 71,20 71,34 71,47
74,02 74,08 74,18 74,23 74,37
75,54 75,57 75,62 75,63 75,73
70,00
72,00
74,00
76,00
2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang
II - 39
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021
Gambar 2.15. Harapan Lama Sekolah Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
3. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Cakupan
penduduk yang dihitung dalam penghitungan RLS adalah penduduk berusia
25 tahun ke atas. RLS Kabupaten Semarang meningkat dari 7,48 tahun pada
Tahun 2016 menjadi 8,02 tahun pada Tahun 2020 dengan rerata
pertumbuhan sebesar 1,77 per tahun. RLS Kabupaten Semarang yang selama
8,02 tahun dapat diartikan bahwa rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas
di Kabupaten Semarang bersekolah hingga jajeng Pendidikan setara dengan
kelas VIII.
Capaian RLS Kabupaten Semarang selama durasi Tahun 2016-2020
berada di atas Provinsi Jawa Tengah, namun masih dibawah capaian Nasional
sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021
Gambar 2.16. Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
12,72
12,87 12,91
12,95 12,98
12,45
12,57
12,63
12,68 12,70
12,83 12,84 12,85
12,94 12,97
12,40
12,50
12,60
12,70
12,80
12,90
13,00
2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang
7,95
8,10 8,17
8,34 8,48
7,16 7,24
7,73 7,53
7,69
7,48
7,87 7,88
8,01 8,02
7,00
7,50
8,00
8,50
2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang
•
II - 40
4. Pengeluaran Perkapita (Disesuaikan)
Pengeluaran penduduk bisa menjadi gambaran tingkat kemapanan
seseorang. Uang memiliki arti yang penting untuk memperluas pilihan,
terutama bagi penduduk miskin. Pengeluaran per kapita (disesuaikan)
penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 telah mencapai Rp11.966.000,00
per tahun.
Pengeluaran per kapita Kabupaten Semarang terus meningkat selama
tahun 2016-2019 dengan pertumbuhan sekitar 2,06% per tahun. Capaian
pengeluaran per kapita Kabupaten Semarang dalam kurun waktu Tahun
2016-2019 masih diatas capaian Nasional dan Provinsi Jawa Tengah
sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021
Gambar 2.17. Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
Meskipun secara umum pengeluaran per kapita Kabupaten Semarang
sudah relatif baik jika dibandingkan dengan Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah, namun pada Tahun 2020 capaian pengeluaran per kapita Kabupaten
Semarang sedikit mengalami penurunan disebabkan oleh adanya pandemi
Covid-19.
Pada Tahun 2020 pengeluaran per kapita mengalami kontraksi sebesar
1,24 persen. Hal ini mengafirmasi bahwa krisis global dan pandemi Covid-19
memberikan dampak pada perekonomian di Kabupaten Semarang, karena
diantara semua komponen IPM, komponen pengeluaran per kapita adalah
yang paling rentan terkena dampak krisis moneter dan pandemi Covid-19.
B. Ketenagakerjaan
Rasio penduduk yang bekerja merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dengan angkatan kerja. Rasio
ini menggambarkan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan
penyerapan tenaga kerja atau bisa disebut sebagai gambaran permintaan
tenaga kerja.
10.420
10.664
11.059 11.299
11.013
10.153 10.377
10.777
11.102 10.930
11.102
11.389
11.807
12.116 11.966
10.000
10.500
11.000
11.500
12.000
12.500
2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang
•
• • • •
II - 41
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang,2021
Gambar 2.18. Rasio Penduduk yang Bekerja Kabupaten Semarang Tahun
2016-2020
Rasio Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Semarang dalam kurun
waktu Tahun 2016-2019 cenderung mengalami peningkatan, hal ini
dikarenakan banyaknya pertumbuhan industri di Kabupaten Semarang baik
karena investasi baru maupun adanya relokasi perusahaan dari daerah lain
yang dapat menyerap tenaga kerja.
Namun demikian, rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten
Semarang pada Tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu
turun sebanyak 27,70% dibandingkan Tahun 2019. Hal ini dikarenakan
dampak dari pandemi Covid-19 yang mengakibatkan terhambatnya aktivitas
perekonomian membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan
kerugian, akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan
diberhentikan.
2.1.3.3 Fokus Seni Budaya, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Semarang memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya,
yang menjadi potensi wisata budaya di Kabupaten Semarang. Demikian pula
dengan kondisi bonus demografi yang tengah dialami oleh Kabupaten
Semarang menjadi potensi yang cukup prospektif untuk pembangunan
kepemudaan dan olahraga.
A. Kebudayaan
Kabupaten Semarang mempunyai potensi yang cukup besar dibidang
kebudayaan. Hal ini ditunjukkan dengan beragamnya seni dan budaya yang
berkembang di Kabupaten Semarang seperti upacara adat/merti deso, benda
cagar budaya dan kesenian tradisional. Keragaman seni dan budaya tersebut
merupakan kekayaan daerah yang perlu terus dikembangkan dan dilestarikan
dimasa yang akan datang. Selain sebagai upaya pelestarian, juga agar bisa
menjadi daya tarik wisata baik bagi wisatawan asing maupun domestik.
Animo masyarakat Kabupaten Semarang untuk mengembangkan
kesenian di daerah sangat baik. Kondisi ini tercermin dari capaian jumlah
70,4 70,52 71,4 74,03
46,33
35
45
55
65
75
85
2016 2017 2018 2019 2020
• • • • •
II - 42
grup kesenian di Kabupaten Semarang terus meningkat dari tahun ke tahun,
hal tersebut dikarenakan adanya sinergi antara pemerintah Kabupaten
Semarang, pamong budaya dan masyarakat sehingga meningkatkan minat
masyarakat untuk mendirikan, melegalkan dan mengembangkan grup
kesenian yang berkualitas di Kabupaten Semarang sebagaimana diilustrasikan
pada grafik berikut :
Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.19. Jumlah Grup Kesenian di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Meningkatnya aktivitas seni dan budaya di Kabupaten Semarang masih
perlu didukung dengan penyediaan fasilitas yang memadai sebagai sarana
pembinaan dan aktualisasi untuk penyelenggaraan event/pertunjukan seni
dan budaya. Hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Semarang baru memiliki
sebanyak 5 (lima) unit gedung/fasilitas untuk mewadahi pertunjukan seni dan
budaya di Kabupaten Semarang, yaitu : gedung kesenian (bangunan eks
kecamatan Ambarawa), Gedung Pemuda, Gedung Pandanaran, GOR
Pandanaran dan Museum Pandanaran.
Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.20. Jumlah Gedung Kesenian di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Selain memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia diatas, dalam
penyelenggaraan pertunjukan seni dan budaya, masyarakat Kabupaten
Semarang juga memanfaatkan fasilitas lainnya lapangan, gedung–gedung
serba guna dan taman–taman yang ada di Kabupaten Semarang sebagai
wadah mengekspresikan kegiatan seni dan budaya.
2.716 2.792
3.852 3.906 3.926
2.500
2.750
3.000
3.250
3.500
3.750
4.000
2016 2017 2018 2019 2020
3 3 3
5 5
-
1
2
3
4
5
6
2016 2017 2018 2019 2020
2020 2019 2018 2017 2016 10
15
20
25
30
35
40 ~ ~ ~6 .> - 40
- .> 30.77 - --
45
II - 43
B. Pemuda dan Olahraga
1. Persentase Organisasi Pemuda Berprestasi
Pemuda merupakan garda terdepan dalam proses perjuangan,
pembaruan dan pembangunan bangsa. Peran strategis pemuda yang
tergabung dalam organisasi-organisasi kepemudaan masih terus diharapkan,
sehingga perlu mendorong organisasi pemuda agar berprestasi.
Capaian organisasi pemuda berprestasi di Kabupaten Semarang dalam
kurun waktu Tahun 2016-2020 sudah secara umum menunjukkan kemajuan
yang cukup baik. Pada kinerja awal Tahun 2016, capaian organisasi pemuda
berprestasi di Kabupaten Semarang sebesar 38,46%. Capaian tersebut sempat
mengalami penurunan pada periode Tahun 2017-2018 dan kemudian kembali
meningkat dalam kurun waktu Tahun 2019-2020, sebagaimana dapat dilihat
pada grafik berikut :
Sumber: LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016-2020 (diolah)
Gambar 2.21. Persentase Organisasi Pemuda Berprestasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Adapun secara khusus pada Tahun 2020, capaian organisasi pemuda
berprestasi di Kabupaten Semarang sebesar 40%. Dari total sejumlah 30
Organisasi Kepemudaan (OKP) pada Tahun 2020, terdapat sebanyak 12 OKP
berprestasi atau mencapai 40%. Memperhatikan capaian tersebut, maka perlu
adanya upaya pembinaan yang lebih intensif dan ekstensif lagi untuk
mendorong prestasi organisasi kepemudaan di Kabupaten Semarang sehingga
dapat semakin meningkat capaiannya dari tahun ke tahun.
2. Indeks Cabang Olahraga yang Berprestasi
Pembangunan bidang olahraga merupakan agenda yang strategis dan
efektif untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan membentuk
jatidiri bangsa yang kuat serta berkarakter. Oleh sebab itu peran pemerintah
diperlukan dalam memfasilitasi pembinaan olahraga bagi masyarakat.
Capaian indeks cabang olahraga yang berprestasi di Kabupaten
Semarang dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 sudah menunjukkan
kemajuan yang cukup baik. Pada kinerja awal Tahun 2016, capaian indeks
2020 2019
120
100
80
60
40 50
20
0 2016 2017 2018
II - 44
cabang olahraga yang berprestasi di Kabupaten Semarang sebesar 50%.
Meskipun sempat mengalami stagnasi di Tahun 2017, namun capaian indeks
cabang olahraga yang berprestasi di Kabupaten Semarang terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 100% pada Tahun 2020,
sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut :
Sumber: LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016-2020 (diolah)
Gambar 2.22. Indeks Cabang Olahraga yang Berprestasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
2.1.4 Aspek Pelayanan Umum
2.1.4.1 Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan dengan Pelayanan
Dasar
A. Pendidikan
Pendidikan merupakan aset sosial yang strategis guna meningkatkan
sumber daya manusia dalam pembangunan. Capaian kinerja penyelenggaraan
urusan pendidikan di Kabupaten Semarang secara umum sudah cukup baik.
Hal ini tercermin dari capaian sejumlah indikator urusan pendidikan di
Kabupaten Semarang sebagai berikut :
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap
lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan
indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas
pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi APS
semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam
pendidikan.
Tabel 2.20. Angka Parsitipasi Sekolah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) 100 99,82 100,00 99,81 99,69
SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) 95,65 97,18 97,20 97,35 97,75 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
II - 45
APS penduduk Kabupaten Semarang jenjang pendidikan
SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.
Namun pada jenjang SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) sejak Tahun 2018
mengalami penurunan, hal ini bukan dikarenakan faktor ekonomi penduduk
yang bersangkutan melainkan karna faktor disabilitas, kenakalan anak dan
kemalasan anak dalam bersekolah.
Salah satu upaya yang tengah digiatkan oleh Pemerintah Kabupaten
Semarang untuk mengatasi hal ini adalah dengan melaksanakan program
sekolah inklusi. Hingga Tahun 2020 tercatat telah terdapat sejumlah 79
sekolah inklusi di Kabupaten Semarang yang terdiri dari 55 SD inklusi dan 24
SMP inklusi.
2. Fasilitas Pendidikan
Salah satu bentuk pelayanan pendidikan adalah penyediaan sekolah
atau ruang kelas kondisi baik sesuai standar. Persentase ruang kelas kondisi
baik sesuai standar di Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun 2020 telah
meningkat untuk semua jenjang pendidikan, yaitu PAUD/TK sebesar 99,81%,
SD/MI sebesar 95,33%, dan SMP/MTs sebesar 98,17%.
Tabel 2.21. Ruang Kelas Kondisi Baik di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
PAUD, TK 86,66 93,19 93,26 93,42 99,81
SD/MI 96,24 92,37 93,50 89,88 95,33
SMP/MTs 98,34 94,05 94,97 90,98 98,17 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
3. Angka Putus Sekolah (APTS)
Angka Putus Sekolah (APTS) menunjukkan tingkat putus sekolah pada
suatu jenjang pendidikan. Upaya penanganan APTS di Kabupaten Semarang
secara umum sudah cukup baik. Hal ini tercermin dari capaian APTS jenjang
SD/MI yang hingga Tahun 2020 tercapai sebesar 0,02%, dan jenjang
SMP/MTS sampai dengan Tahun 2020 tercapai sebesar 0,14%.
APTS dari semua jenjang pendidikan ini terus diupayakan untuk
ditekan dengan pemberian beasiswa miskin, beasiswa retrieval untuk anak
putus sekolah serta pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
untuk mewujudkan sekolah murah.
Tabel 2.22. Angka Putus Sekolah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) 0,08 0,03 0,1 0,03 0,02
SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) 0,17 0,34 0,20 0,13 0,14 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
II - 46
4. Angka Kelulusan (AL)
Angka Kelulusan (AL) adalah perbandingan antara jumlah siswa yang
lulus pada jenjang tertentu dengan jumlah peserta ujian pada jenjang
pendidikan tertentu yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. AL
digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa yang lulus, dari jenjang
pendidikan tertentu. Semakin tinggi nilainya, maka semakin baik, dan
idealnya sebesar 100% yang berarti semua siswa peserta ujian lulus
seluruhnya.
Angka Kelulusan SD/MI dan Angka Kelulusan SMP/MTs Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020 telah mencapai angka ideal 100%. Pencapaian
tersebut tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat yang
semakin tinggi serta adanya koordinasi yang baik antara sekolah, orang tua,
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Semarang.
Tabel 2.23. Angka Kelulusan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) 100 100 100 100 100
SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) 100 100 100 100 100 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
5. Angka Melanjutkan (AM)
Angka Melanjutkan (AM) digunakan untuk mengetahui banyaknya
lulusan yang dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau
daya tampung dari sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi nilainya, maka
semakin baik, dan idealnya sebesar 100%.
Selama Tahun 2016-2019 angka melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs
maupun angka melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMA/MA di Kabupaten
Semarang sudah cukup baik, dengan capaian rata-rata sebesar 93,78% untuk
tingkat SD/MI ke SMP/MTs atau dan sebesar 87,24% untuk tingkat SMP/MTs
ke SMA/SMA/MA.
Rata-rata peningkatan AM di Kabupaten Semarang mencapai sebesar
0,006 tiap tahun untuk jenjang SD/MI ke SMP/MTs. Sedangkan rata-rata
peningkatan AM SMP/MTs ke SMA/SMK/MA sebesar 0,040 tiap tahun.
Capaian AM di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa tingkat
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sudah cukup baik.
Tabel 2.24. Angka Melanjutkan di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
SD/MI ke SMP/MTs 93,66 92,88 93,89 94,74 93,74
SMP/MTs ke SMA/MA/SMK 84,08 86,05 87,72 88,25 90,14 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
II - 47
6. Guru yang Berpendidikan S1/D-IV
Indikator ini merupakan penggambaran perbandingan antara guru
yang mempunyai ijazah minimal S1/D-IV dengan jumlah total seluruh guru
yang ada di Kabupaten Semarang. Indikator ini berguna untuk melihat
berapakah jumlah guru yang memenuhi kualifikasi. Tentunya guru yang
mempunyai kualifikasi pendidikan minimal S1/D-IV memiliki kompetensi
dalam memahami dan menyampaikan materi lebih baik. Semakin tinggi
pendidikan seorang guru tentunya berbanding lurus dengan kemampuan yang
dimiliki dalam mengajar.
Tabel 2.25. Guru Berpendidikan S1/D-IV di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
PAUD, TK/RA 66,80 76,13 75,67 77,59 73,49
SD/MI 88,22 91,06 90,82 92,09 94,00
SMP/MTs 92,02 93,50 94,91 92,10 94,20 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
Capaian guru berpendidikan S1/D-IV jenjang PAUD, TK/RA masih
belum optimal dikarenakan banyak guru PAUD, TK/RA baru yang belum
memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Adapun Capaian guru berpendidikan S1/D-IV
jenjang SD/MI dan SMP/MTs sudah cukup baik karena capaiannya sudah di
atas 90%.
Secara khusus pada jenjang SMP/MTs, kualitas pendidikan guru
minimal S1/D-IV masih perlu ditingkatkan dikarenakan beberapa guru MTs
dan SMP swasta baru yang berbasis keagamaan belum berkualifikasi S1/D-IV.
7. Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf (AMH) diukur melalui proporsi penduduk yang
berusia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis. Untuk
perhitungan indeks pendidikan, batasan dipakai sesuai kesepakatan beberapa
negara. Batas maksimum untuk angka melek huruf adalah 100 sedangkan
batas minumum 0. Hal ini menggambarkan kondisi 100% atau semua
masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol mencerminkan
kondisi sebaliknya.
Berdasarkan indeks perhitungan pendidikan, AMH di Kabupaten
Semarang dalam periode Tahun 2016-2020 secara rerata telah mencapai
99,98% atau hampir mencapai 100%, yang artinya masyarakat di Kabupaten
Semarang hampir semua dapat membaca dan menulis. Adapun masih
terdapat sekitar 0,12% penduduk Kabupaten Semarang yang tidak mampu
membaca dan menulis.
Capaian AMH Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020
diilustrasikan sebagaimana pada grafik berikut :
II - 48
Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.23. Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
8. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase jumlah penduduk
yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu (berapapun
usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan
jenjang pendidikan tersebut.
APK jenjang pendidikan PAUD di Kabupaten Semarang pada durasi
Tahun 2016-2020 secara rerata mencapai 67,91%. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada
Pendidikan usia dini masih cukup kecil.
Adapun APK jenjang SD sederajat dan SMP sederajat di Kabupaten
Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 telah melampaui 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa akses pelayanan pendidikan dasar di Kabupaten
Semarang sudah sangat baik, demikian pula halnya dengan kesadaran
masyarakat Kabupaten Semarang untuk menempuh pendidikan dasar sudah
sangat baik.
Capaian APK Kabupaten Semarang untuk jenjang pendidikan PAUD,
SD dan SMP sederajat pada durasi Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana
tabel berikut :
Tabel 2.26. Perkembangan APK di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (%)
JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
PAUD 64,28 64,85 62,57 69,35 78,51
SD/MI/Paket A 107,06 106,37 105,48 107,58 100,60
SMP/MTs/Paket B 97,53 102,3 100,47 103,19 100,20 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
99
99,5
100
2016 2017 2018 2019 2020
99,9
8
99,9
8
99,9
8
99,9
8
99,9
9
II - 49
9. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah
penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini merupakan
indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Nilai
maksimal APM adalah 100%.
Pada tahun 2017 terjadi perubahan metode perhitungan APM yang
diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Pada tahun-tahun sebelumnya penghitungan APM dilakukan menggunakan
Laporan Individu Sekolah dengan teknik pembulatan ke atas untuk usia 6
tahun 6 bulan sampai dengan 6 tahun 11 bulan untuk SD dan usia 12 tahun
6 bulan sampai dengan 12 tahun 11 bulan untuk SMP, sehingga jumlah siswa
untuk pembilang lebih banyak. Mulai Tahun 2017 Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan memberlakukan metode perhitungan APM yang baru dimana
penghitungan APM dilakukan dengan menggunakan data dapodik yang tidak
menerapkan sistem pembulatan usia siswa.
APM jenjang pendidikan SD sederajat di Kabupaten Semarang pada
durasi Tahun 2016-2020 secara rerata mencapai 95,31%. Hal ini bermakna
bahwa terdapat sebesar 4,69% warga Kabupaten Semarang usia SD yang tidak
menempuh pendidikan SD sederajat di Kabupaten Semarang. Atau dengan
kata lain daya serap pendidikan SD sederajat Kabupaten Semarang terhadap
penduduk usia sekolah SD di Kabupaten Semarang masih belum optimal.
Adapun APM jenjang SMP sederajat di Kabupaten Semarang pada
durasi Tahun 2016-2020 secara rerata mencapai 77,54%. Hal ini bermakna
bahwa terdapat sebesar 22,46% warga Kabupaten Semarang usia SMP yang
tidak menempuh pendidikan SMP sederajat di Kabupaten Semarang. Atau
dengan kata lain daya serap pendidikan SMP sederajat Kabupaten Semarang
terhadap penduduk usia sekolah SMP di Kabupaten Semarang masih belum
optimal.
Capaian APM Kabupaten Semarang untuk jenjang pendidikan SD dan
SMP sederajat pada durasi Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana tabel
berikut :
Tabel 2.27. Perkembangan APM di Kabupaten Semarang Tahun 2016–2020 (%)
JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020
SD/MI/Paket A 95,18 93,02 93,36 97,48 95,31
SMP/MTs/Paket B 81,83 75,02 73,44 75,47 81,95 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2020
• • • • •
II - 50
B. Kesehatan
1. Prevalensi Gizi Kurang pada Balita dan Stunting
Salah satu komitmen bersama dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) adalah anak bebas
gizi buruk. Jika gizi balita kurang maka akan berdampak dalam tumbuh
kembangnya nanti bahkan tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan
kematian.
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.24. Prevalensi Gizi Kurang di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Capaian prevalensi gizi kurang pada balita di Kabupaten Semarang
selama periode Tahun 2016-2020 sudah cukup baik. Hanya saja pada Tahun
2020 terjadi lonjakan yang cukup tajam dari capaian Tahun 2019. Adanya
lonjakan ini dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan pelayanan
kesehatan balita tidak optimal. Pada 3 (tiga) bulan pertama pandemi Covid-19
(April-Juni), kegiatan posyandu ditunda pelaksanaannya dikarenakan untuk
menghindari terjadinya kerumunan yang berpotensi terjadinya penularan. Hal
ini berdampak tidak terpantaunya pertumbuhan balita dan berkurangnya
frekuensi pendampingan keluarga balita. Selain itu, kondisi sosial ekonomi
keluarga selama pandemi Covid-19 (PHK) menyebabkan berkurangnya daya
beli dan pemenuhan makanan sehingga berpengaruh pada pemberian
makanan pada balita. Kualitas dan kuantitas makanan yang belum sesuai
standar menyebabkan berat badan balita tidak naik.
Beberapa hal telah dilakukan untuk meningkatkan perbaikan gizi
balita salah satunya melalui sosialisasi, pelatihan dan pendampingan tentang
asupan gizi dan Pemberian Makanan Bagi Anak (PMBA) pada kader dan
masyarakat. Selain itu dilakukan pemantauan terhadap pertumbuhan balita
melalui posyandu yang dilaksanakan setiap bulan dengan menerapkan
protokol kesehatan dan/atau pemantauan tumbuh kembang rutin secara
mandiri. Untuk balita yang berisiko berat badan kurang dan balita yang berat
badannya tidak naik dilakukan pemantauan kesehatan dengan metode janji
3,20
2,92 2,90
3,12
3,93
2,5
3
3,5
4
4,5
2016 2017 2018 2019 2020
•
II - 51
temu dan kunjungan rumah.
Kondisi yang dihadapi Kabupaten Semarang ini sangat perlu untuk
ditangani mengingat pemenuhan gizi akan berpengaruh terhadap tumbuh
kembang seseorang. Orang yang mengalami kekurangan zat gizi berpeluang
besar mengalami hambatan dalam pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Secara lahiriah antara lain dapat terlihat dari ukuran tubuh di bawah rata-
rata ukuran tubuh normal (stunting), kurangnya kecerdasan dan berbagai
permasalahan akibat kurang gizi lainnya.
Secara khusus, penanganan stunting telah menjadi prioritas
pemerintah sejak Tahun 2018. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada
anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis
sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kondisi stunting pada Balita (usia 0-59 bulan) di Kabupaten Semarang
selama kurun waktu Tahun 2016-2020 angka prevalensinya cenderung
menurun yaitu 7,82% pada Tahun 2016 menjadi 5,31% pada Tahun 2020
sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.25. Prevalensi Stunting pada Balita Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Meskipun prevalensi stunting di Kabupaten Semarang mengalami
penurunan, namun apabila dilihat dari jumlah kasus Tahun 2020 masih
terdapat 3.817 kasus stunting (pendek dan sangat pendek). Kasus stunting di
Kabupaten Semarang antara lain disebabkan oleh kurangnya asupan gizi,
kurang maskimalnya 1.000 hari pertama kehidupan yang dimulai dari ibu
hamil sampai dengan anak usia bawah dua tahun (Baduta), dan kondisi sosial
ekonomi keluarga. Sehingga masih diperlukan intervensi program-program
terpadu untuk mengatasi stunting.
2. Rasio Posyandu Per Satuan Balita
Rasio Posyandu Per Satuan Balita di Kabupaten Semarang pada Tahun
2016-2020 berkisar antara 22-24%, telah memenuhi target dan sesuai dengan
7,82 7,91
6,14
5,36 5,31
5
6
7
8
9
2016 2017 2018 2019 2020
II - 52
standar nasional Kementerian Kesehatan, dimana standarnya adalah 12–50
posyandu per 1.000 balita.
Sumber: Dinas Kesehatan, RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo, RSUD dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.26. Rasio Posyandu Per Satuan Balita di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jumlah posyandu di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020
mencapai sebanyak 1.684 unit, meningkat dibandingkan Tahun 2019
sebanyak 1.669 unit. Berdasarkan rasio posyandu yang ada saat ini bisa
disimpulkan bahwa di Kabupaten Semarang setiap 23-24 posyandu melayani
1.000 balita atau satu posyandu melayani sekitar 41-42 balita. Capaian ini
telah memenuhi/sesuai dengan Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu
Departemen Kesehatan RI Tahun 2006 dimana disebutkan bahwa dalam
pembentukan posyandu dimasyarakat satu posyandu melayani sekitar 80-100
balita. Jika dalam keadaan tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan
penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita lebih dari 100
orang, dapat dibentuk posyandu baru.
3. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan
Penduduk
Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan
salah satu kelompok sarana penunjang dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Terutama saat ini dimana Puskesmas menjadi garda
terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga semakin banyak
jumlah ketersediaannya, semakin memudahkan masyarakat dalam
menjangkau pelayanan kesehatan.
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk Kabupaten
Semarang pada kurun waktu Tahun 2017-2020 sebesar 0,16 per 1.000
penduduk. Jumlah sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit di
Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun 2020 sebanyak 159 unit terdiri
dari Puskesmas sebanyak 26 unit, Pustu sebanyak 67 unit dan klinik
sebanyak 66 unit. Rasio tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan
22,50
22,80
23,10
23,40
23,70
2016 2017 2018 2019 2020
22,85 22,90 22,87
22,97
23,43
• • • •
•
II - 53
Kementerian Kesehatan, dimana rasio puskesmas, poklinik dan pustu per
satuan penduduk adalah 1 (satu) fasilitas kesehatan per 1.000 penduduk.
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.27. Rasio Puskesemas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
4. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk
Rasio rumah sakir per satuan penduduk adalah untuk mengukur
ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk (per 100.000
penduduk). Rasio rumah sakit di Kabupaten Semarang menurun disebabkan
selama lima tahun terakhir tidak terdapat penambahan jumlah rumah sakit,
sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah.
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.28. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Saat ini di Kabupaten Semarang terdapat 5 unit rumah sakit yang
terdiri dari 2 rumah sakit milik pemerintah yaitu RSUD dr. Gunawan
Mangunkusumo (RSUD Ambarawa) dan RSUD dr. Gondo Suwarno (RSUD
Ungaran) dan 3 Rumah Sakit swasta yaitu RSU Bina Kasih, RSU Ken Saras,
dan RSU Kusuma.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit disebutkan
0,33
0,16 0,16 0,16 0,16
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
2016 2017 2018 2019 2020
0,50
0,49 0,49
0,48 0,48
0,47
0,49
0,51
2016 2017 2018 2019 2020
II - 54
bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau Swasta.
Tabel 2.28. Rumah Sakit Menurut Pendiri, Klasifikasi dan Status Akreditasi di Kabupaten Semarang Tahun 2020
NO RUMAH SAKIT PENDIRI KLASIFIKASI STATUS
AKREDITASI
JUMLAH TEMPAT TIDUR
1 RSU dr. Gunawan Mangunkusumo, Ambarawa
Pemerintah Daerah RSU kelas C Paripurna 218
2 RSU dr. Gondo Suwarno, Ungaran
Pemerintah Daerah RSU kelas C Utama 187
3 RSU Ken Saras, Bergas Swasta RSU kelas C Paripurna 267
4 RSU Bina Kasih, Ambarawa
Swasta RSU kelas D Utama 59
5 RSU Kusuma, Ungaran Swasta RSU kelas D Perdana 64 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Jika dilihat dari ketersediaan tempat tidur, rasio tempat tidur rumah
sakit di Kabupaten Semarang Tahun 2020 sebesar 0,76 per 1.000 penduduk,
dimana sampai dengan Tahun 2020 baru tersedia 795 tempat tidur di 5 (lima)
rumah sakit sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020
sebanyak 1.042.817 jiwa, sehingga tempat tidur yang dibutuhkan sebanyak
1.043 unit agar dapat memenuhi standar Kementerian Kesehatan untuk
kesiapan akses layanan rujukan setiap Kabupaten/Kota yang mensyaratkan
perbandingan tempat tidur rumah sakit dibanding jumlah penduduk sebesar
1:1.000.
Adapun jika dilihat dari jumlah dan letak rumah sakit, masih terlihat
bahwa lokasi rumah sakit masih terkonsentrasi di wilayah utara dan tengah
Kabupaten Semarang. Oleh sebab itu, dengan memperhatikan luas wilayah
Kabupaten Semarang, maka perlu untuk semakin mendekatkan jangkauan
pelayanan rumah sakit kepada masyarakat yang salah satunya dapat
ditempuh melalui fasilitasi pendirian rumah sakit utamanya di wilayah selatan
Kabupaten Semarang.
5. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
Rasio dokter dihitung berdasarkan jumlah dokter umum dan dokter
spesialis yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) baik pada fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah, swasta, maupun praktik perorangan di
Kabupaten Semarang. Jumlah dokter Tahun 2020 di Kabupaten Semarang
sebanyak 471 orang terdiri dari 338 dokter umum dan 133 dokter spesialis.
Rasio dokter per satuan penduduk di Kabupaten Semarang hingga
Tahun 2020 sebesar 45,17 per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan
II - 55
bahwa 45-46 orang dokter melayani 100.000 penduduk atau 1 orang dokter
melayani 2.222 penduduk. Rasio tersebut sudah memenuhi standar yang
ditetapkan World Health Organization (WHO) dimana 1 orang dokter melayani
sebanyak-banyaknya 2.500 penduduk atau 40 orang dokter melayani 100.000
penduduk.
Tabel 2.29. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020
Rasio dokter per satuan penduduk
(per 100.000 penduduk) 39,18 58,30 62,11 33,92 45,17
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
6. Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk
Rasio tenaga medis dihitung berdasarkan jumlah dokter umum, dokter
spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang memiliki Surat Izin Praktik
(SIP) baik pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta,
maupun praktik perorangan di Kabupaten Semarang. Jumlah tenaga medis di
Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 tercatat sebanyak 547 orang terdiri
dari dokter sebanyak 338 orang, dokter spesialis sebanyak 133 orang, dokter
gigi sebanyak 5 orang dan dokter gigi spesialis sebanyak 71 orang.
Sampai dengan Tahun 2020 rasio tenaga medis di Kabupaten
Semarang tercatat sebesar 52,67 per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan
bahwa 52-53 orang tenaga medis melayani 100.000 penduduk atau 1 orang
tenaga medis melayani 1.887 penduduk. Rasio tersebut sudah memenuhi
standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO) dimana rasio ideal
tenaga dokter adalah 1 orang dokter melayani 2.500 penduduk (40 orang
dokter melayani 100.000 penduduk) dan 1 orang dokter gigi melayani 2.000
penduduk (50 orang dokter melayani 100.000 penduduk).
Tabel 2.30. Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk di
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020
Rasio tenaga medis per satuan penduduk
(per 100.000 penduduk) 45,04 67,62 72,47 41,77 52,45
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
7. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kabupaten Semarang
sudah memenuhi target yang ditetapkan, seluruh kasus komplikasi kebidanan
selama periode Tahun 2016-2020 dapat tertangani sesuai standard sehingga
capaiannya setiap tahun berhasil memenuhi target 100% sebagaimana dapat
dilihat pada grafik berikut :
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
100 90
80
70
60
so 40 30
20
10
0
II - 56
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.29. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Adapun secara khusus pada Tahun 2020, jumlah kasus komplikasi
kebidanan yang ditangani mencapai sebanyak 4.672 kasus, terdiri dari kasus
kegawatdaruratan kehamilan, persalinan dan nifas. Dari keseluruhan kasus
tersebut, semuanya dapat tertangani 100%. Keberhasilan pencapaian ini
dimungkinkan karena kegiatan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi sudah
berjalan dengan baik sehingga ibu hamil resiko tinggi tidak terlambat
ditangani.
Adapun permasalahan yang masih dihadapi dalam penanganan
cakupan komplikasi kebidanan adalah kurangnya pemahaman ibu hamil
untuk bersalin di Rumah Sakit PONEK, yaitu rumah sakit rujukan yang
memberikan pelayanan 24 jam untuk kegawatdaruratan ibu dan bayi.
8. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi
Capaian Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kabupaten Semarang sudah cukup baik.
Secara khusus, Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020
mencapai sebesar 99,99%, dengan jumlah persalinan oleh tenaga yang
berkompeten tahun 2020 sebanyak 14.397 dari 14.398 orang sasaran ibu
bersalin. Dalam pencapaian target, permasalahan yang dihadapi adalah
adanya ibu bersalin tanpa ditolong oleh tenaga kesehatan yang disebabkan
karena ibu tidak merasakan tanda-tanda persalinan.
9. akupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
UCI adalah keadaan telah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap
minimal 80% pada bayi usia 0-11 bulan disetiap desa/kelurahan. Seluruh
desa/kelurahan di Kabupaten Semarang yang berjumlah 208 desa dan 27
kelurahan selama Tahun 2016-2020 telah berhasil mencapai Cakupan
100 100 100 • UCI 100
Tahun 2019 Tahun 2018 Tahun 2017 Tahun 2016 0
20
40
60
80
100
120
II - 57
Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI), sehingga capaian UCI di
Kabupaten Semarang pada periode Tahun 2016-2020 berhasil tuntas 100%
setiap tahunnya sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut :
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.30. Cakupan UCI Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Tercapainya target desa/kelurahan UCI di Kabupaten Semarang
dikarenakan telah dimanfaatkannya Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
imunisasi sebagai alat untuk membantu memantau cakupan imunisasi per
desa/kelurahan setiap bulannya.
10. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan selama kurun waktu
Tahun 2016-2020 mencapai sebesar 100%, yang berarti seluruh balita gizi
buruk telah mendapat perawatan. Capaian tesebut didukung adanya kegiatan
pemantauan tumbuh kembang balita telah dilaksanakan dengan baik tiap
bulannya sehingga jika selama pemantauan terjadi penurunan berat badan 2
kali segera diketahui untuk dirujuk ke tenaga kesehatan dan segera dilakukan
intervensi berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan. Adapun di
masa pandemi Covid-19 pemantauan tumbuh kembang balita dilakukan
secara mandiri dan melalui janji temu dengan tenaga kesehatan.
Secara khusus, jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Semarang pada
Tahun 2020 tercatat sebanyak 76 balita. Jumlah tersebut terdiri dari balita
gizi buruk baru Tahun 2020 sebanyak 58 balita dan sisa balita gizi buruk
Tahun 2019 sebanyak 18 balita. Penambahan kasus baru diakibatkan adanya
perubahan perubahan sosial, ekonomi, sosial dan budaya yang menyebabkan
menurunnya asupan gizi. Sebaran kasus balita gizi buruk per kecamatan di
Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 dapat diilustrasikan melalui grafik
berikut :
II - 58
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.31. Kasus Balita Gizi Buruk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Semarang Tahun 2020
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa 5 Kecamatan dengan
jumlah kasus balita gizi buruk terbanyak adalah Kecamatan Ungaran Barat
sebanyak 10 kasus, Kecamatan Ungaran Timur sebanyak 8 kasus, Kecamatan
Tengaran sebanyak 7 kasus, Kecamatan Susukan sebanyak 6 kasus dan
Kecamatan Suruh sebanyak 6 kasus.
11. Cakupan Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat disebutkan bahwa
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif diwilayah
kerjanya. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan dan dalam
kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas. Selain itu berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya
Puskesmas dapat dikategorikan menjadi Puskesmas non rawat inap dan
Puskesmas rawat inap.
Jumlah puskesmas di Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun
2020 sebanyak 26 puskesmas terdiri dari 11 Puskesmas Rawat Inap (PRI) dan
15 Puskesmas Non Rawat Inap (PNRI). Seluruh wilayah kecamatan di
Kabupaten Semarang telah memiliki setidak-tidaknya 1 unit puskesmas,
bahkan terdapat sebanyak 7 Kecamatan memiliki lebih dari 1 Puskesmas
sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.31. Puskesmas di Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan,
Kategori Penyelenggaraan dan Status Akreditasi Tahun 2020
NO KECAMATAN PUSKESMAS KATEGORI STATUS
AKREDITASI
1 Kecamatan Getasan 1. Puskesmas Getasan Rawat Inap Madya
2. Puskesmas Jetak Rawat Jalan Madya
2 Kecamatan Tengaran 3. Puskesmas Tengaran Rawat Inap Utama
3 Kecamatan Susukan 4. Puskesmas Susukan Rawat Inap Utama
10 8
7 6 6
5 5 5 5 4 4
3 2 2
1 1 1 1
II - 59
NO KECAMATAN PUSKESMAS KATEGORI STATUS
AKREDITASI
4 Kecamatan Kaliwungu 5. Puskesmas
Kaliwungu
Rawat Inap Madya
5 Kecamatan Suruh 6. Puskesmas Suruh Rawat Inap Paripurna
7. Puskesmas Dadapayam
Rawat Jalan Madya
6 Kecamatan Pabelan 8. Puskesmas Pabelan Rawat Inap Madya
9. Puskesmas Semowo Rawat Jalan Madya
7 Kecamatan Tuntang 10. Puskesmas Tuntang Rawat Jalan Dasar
11. Puskesmas Gedangan Rawat Jalan Madya
8 Kecamatan Banyubiru 12. Puskesmas
Banyubiru
Rawat Jalan Madya
9 Kecamatan Jambu 13. Puskesmas Jambu Rawat Jalan Madya
10 Kecamatan Sumowono 14. Puskesmas
Sumowono
Rawat Inap Paripurna
11 Kecamatan Ambarawa 15. Puskesmas
Ambarawa
Rawat Jalan Madya
12 Kecamatan Bandungan 16. Puskesmas Duren Rawat Jalan Madya
17. Puskesmas Jimbaran Rawat Jalan Dasar
13 Kecamatan Bawen 18. Puskesmas Bawen Rawat Jalan Dasar
14 Kecamatan Bringin 19. Puskesmas Bringin Rawat Inap Madya
15 Kecamatan Bancak 20. Puskesmas Bancak Rawat Inap Utama
16 Kecamatan Bergas 21. Puskesmas Bergas Rawat Inap Madya
17 Kecamatan Pringapus 22. Puskesmas Pringapus Rawat Inap Madya
18 Kecamatan Ungaran Barat
23. Puskesmas Ungaran Rawat Jalan Utama
24. Puskesmas Lerep Rawat Jalan Utama
19 Kecamatan Ungaran
Timur
25. Puskesmas Leyangan Rawat Jalan Madya
26. Puskesmas Kalongan Rawat Jalan Dasar Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
12. Cakupan Puskesmas Pembantu
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat disebutkan bahwa
Puskesmas Pembantu merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang
memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam
wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas Pembantu merupakan bagian integral
Puskesmas, yang harus dibina secara berkala oleh Puskesmas. Puskesmas
Pembantu didirikan dengan perbandingan 1 (satu) Puskesmas Pembantu
untuk melayani 2 (dua) sampai 3 (tiga) desa/kelurahan.
Cakupan puskesmas pembantu di Kabupaten Semarang hingga Tahun
2020 mencapai sebesar 28,51% dengan jumlah puskesmas pembantu
sebanyak 68 unit. Di Kabupaten Semarang tidak semua desa/kelurahan
terdapat puskesmas pembantu, namun masyarakat tetap dapat mengakses
pelayanan kesehatan dasar karena di desa/kelurahan juga terdapat Pos
Kesehatan Desa (PKD). Jumlah PKD Tahun 2020 sebanyak 160 unit yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Semarang.
II - 60
13. Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
Tabel 2.32. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
1. BPJS Pasien 126.231 175.077 203.165 217.510 157.773
-PBI/ Penerima
Bantuan Iuran (Masy. Miskin)
Pasien 30.835 39.716 53.131 61.387 46.176
-Non PBI Pasien 95.396 135.361 150.034 156.123 111.597
2 Jamkesda Pasien 6.928 6.535 1.846 1.808 1.705 Sumber: Dinas Kesehatan, RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo, RSUD dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang, 2021
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini sebagai dampak adanya pandemi Covid-19 yang
menyebabkan adanya keengganan pasien untuk berkunjung/berobat ke
fasilitas kesehatan dan diberlakukan pembatasan kunjungan pasien baik
rawat inap maupun rawat jalan. Kebijakan tersebut sejalan dengan imbauan
dari Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Nomor
YR.03.03/III/III8/2020 yang menghimbau dokter dan tenaga kesehatan tidak
melakukan praktik rutin kecuali emergensi.
Himbauan tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan
Covid-19 kepada dokter dan tenaga kesehatan di rumah sakit, serta pasien
yang berkunjung ke rumah sakit. Salah satu isi dari himbauan tersebut
adalah rumah sakit menunda pelayanan selektif, dengan tetap memberikan
pelayanan yang bersifat gawat darurat dan membutuhkan perawatan segera
untuk penyakit-penyakit selain Covid-19. Sehingga masyarakat yang
berkunjung ke rumah sakit adalah mereka yang benar benar dalam kondisi
darurat.
14. Cakupan Pelayanan Vaksinasi Covid-19
Pelaksanaan vaksinasi Covid -19 bertujuan untuk memutus rantai
penularan penyakit dan menghentikan wabah/pandemi Covid -19. Pemberian
vaksin Covid -19 bermanfaat untuk memberi perlindungan bagi tubuh agar
tidak jatuh sakit akibat Covid -19 dengan cara menimbulkan atau
menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh melalui pemberian vaksin.
Program vaksinasi Covid-19 mulai dijalankan oleh pemerintah pada
awal Tahun 2021 sebagai salah satu upaya untuk memutus rantai penyebaran
infeksi dan menekan angka kasus Covid -19 yang masih relatif tinggi. Secara
khusus, proses vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Semarang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Semarang secara bertahap dan berkelanjutan melalui
Satuan Tugas Covid-19, khususnya Dinas Kesehatan beserta jaringannya yang
bermitra dengan beberapa Rumah Sakit di wilayah Kabupaten Semarang.
II - 61
Pada Tahun 2021 Pemerintah Kabupaten Semarang menargetkan
vaksinasi Covid-19 untuk 623.943 jiwa penduduk atau mencakup 59,83% dari
total penduduk Kabupaten Semarang yang jumlahnya mencapai 1.042.817
jiwa.
Hingga akhir Juni 2021, jumlah penduduk Kabupaten Semarang yang
sudah terlayani vaksinasi Covid-19 sebanyak 135.681 jiwa atau mencapai
21,75% dari total target yang telah ditetapkan.
Sesuai instruksi dari Pemerintah Pusat, dalam pelaksanaan vaksinasi
Covid-19, telah ditentukan 3 (tiga) kelompok masyarakat yang menjadi
target/sasaran prioritas pemberian vaksinasi Covid-19, yaitu : masyarakat
lanjut usia (lansia), tenaga kesehatan, dan SDM pelayanan publik yang terlibat
secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil pendataan dari Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten
Semarang, telah ditetapkan jumlah sasaran prioritas vaksinasi Covid-19 di
Kabupaten Semarang sejumlah 157.483 orang yang terdiri dari lansia
sejumlah 80.943 orang, petugas pelayanan publik sejumlah 72.553 orang, dan
tenaga kesehatan sejumlah 3.987 orang.
Hingga Bulan Juni 2021, rata-rata cakupan vaksinasi Covid-19 pada
ketiga kelompok masyarakat diatas tercatat baru mencapai 47,61% dari
targetnya. Pada pelaksanaan tahap pertama, cakupan rata-rata vaksinasi
Covid-19 dosis pertama mencapai sebesar 61,98%, yang terdiri dari lansia
sebesar 67,14%, petugas pelayanan publik sebesar 53,15% dan tenaga
kesehatan sebesar 118,11%.
Sementara pada pelaksanaan tahap ke-dua, cakupan rata-rata
vaksinasi Covid-19 dosis ke-dua mencapai sebesar 33,23% yang terdiri dari
lansia sebesar 42,84%, petugas pelayanan publik sebesar 17,91% dan tenaga
kesehatan sebesar 116,70%.
Realisasi vaksinasi tenaga kesehatan dapat mencapai lebih dari 100%
dikarenakan Pemerintah Kabupaten Semarang meningkatkan jangkauan
pelayanan vaksinasi Covid-19 untuk para tenaga kesehatan pada fasilitas
kesehatan swasta yang belum masuk database/belum terdata dalam Aplikasi
Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) Kementerian
Kesehatan.
Rincian cakupan vaksinasi Covid-19 pada ketiga kelompok sasaran
prioritas di Kabupaten Semarang sampai dengan akhir Bulan Juni Tahun
2021 dapat dilihat pada grafik berikut :
Tenaga Kesehatan --- 3987 4653 4709 - 12996
Petugas Pelayanan Publlk
72553
Lansla
80943
• Rcalisasl Vakslnasi Dosis Kc-dua (Orang) • Rcalisasl Vaksinasl Dosls Pcrtama (Orang) • Tarsc t ( Or ans)
II - 62
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021 (diolah)
Gambar 2.32. Realisasi Pelayanan Vaksinasi Covid-19 Bagi Kelompok
Sasaran Prioritas di Kabupaten Semarang Tahun 2021 (Berdasarkan data hingga per 30 Juni 2021)
15. Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan
Sejak Tahun 2014, Pemerintah Indonesia telah merintis jalan menuju
UHC (Universal Health Coverage)/cakupan kesehatan semesta melalui
pencanangan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat
(JKN-KIS). Hal ini merupakan lompatan besar yang luar biasa untuk
menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Harapan
dan cita-cita mewujudkan keadilan dalam memperoleh akses dan jaminan
pelayanan kesehatan semakin lekat di depan mata karena adanya komitmen
yang kuat dari Pemerintah.
Untuk mewujudkan UHC/cakupan kesehatan semesta melalui JKN-
KIS, Pemerintah menetapkan target sebesar 95% dari jumlah penduduk harus
terlayani Program JKN-KIS yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2019-2024.
Pemerintah Kabupaten Semarang turut berkomitmen mendukung
kebijakan UHC/cakupan kesehatan semesta melalui upaya peningkatan
kepersertaan JKN-KIS yang ditargetkan mencapai 95% dari total populasi
penduduk Kabupaten Semarang.
Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan Kantor Cabang Ungaran, dapat
diketahui bahwa sampai dengan Semester I Tahun 2021, cakupan kepesertaan
JKN-KIS di Kabupaten Semarang baru mencapai 78,69% dari total populasi
penduduk. Meskipun capaiannya masih cukup jauh dari target UHC/cakupan
kesehatan semesta yang ditetapkan sebesar 95%, namun cakupan
kepesertaan JKN-KIS di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun
2016-2020 relatif meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun
sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
400,000
• Bukan Pekerja
• PBPU BP PEMDA
• Penerima Bantuan luran - APBN
• Pekerja Bukan Penerima Upah (Mandiri)
• Pekerja Penerima Upah
2020
350,000 300,000 250,000
2019 2018
200,000 150,000 100,000 50,000 0
2021 2017 2016
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Tahun 2021
78.69% 77.23% 78.30% 76.67%
61.96% 66.37%
II - 63
Sumber: BPJS Kesehatan Kantor Cabang Ungaran, 2021 (diolah)
Gambar 2.33. Perkembangan Capaian Kepesertaan JKN-KIS Menuju Kabupaten Semarang UHC 95% Tahun 2016-2021
Hingga Bulan Juni Tahun 2021, cakupan jumlah kepesertaan JKN-KIS
di Kabupaten Semarang tercatat sudah mencapai sebanyak 820.6255 jiwa dari
total sebanyak 1.042.817 jiwa penduduk, yang terdiri dari : Pekerja Penerima
Upah sebanyak 345.988 jiwa, Penerima Bukan Penerima Upah (PBPU) Pemda
sebanyak 84.542 jiwa, Penerima Bantuan Iuran-APBN sebanyak 262.237 jiwa,
Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Mandiri sebanyak 10.456 jiwa, dan
Bukan Pekerja sebanyak 22.879 jiwa.
Perkembangan jumlah kepesertaaan JKN-KIS di Kabupaten Semarang
dalam rangka mewujudkan Kabupaten Semarang UHC 95% selama kurun
waktu Tahun 2016 hingga akhir Bulan Juni Tahun 2021 dapat dilihat pada
grafik berikut :
Sumber: BPJS Kesehatan Kantor Cabang Ungaran, 2021 (diolah)
Gambar 2.34. Perkembangan Capaian Kepesertaan JKN-KIS Menuju Kabupaten Semarang UHC 95% Tahun 2016-2021
• • • • •
II - 64
16. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi
usia 0-11 bulan dari setiap 1.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun tertentu
atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).
Kematian bayi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi bayi selama
dalam kandungan yang menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah, kelainan
konginetal pada bayi, dan komplikasi kehamilan.
AKB merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan
derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat
sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan
sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang
dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit
penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat
AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang
sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah
khususnya di bidang kesehatan.
AKB Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 mengalami
fluktuasi sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.35. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa perkembangan AKB
Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 secara umum sudah
cukup baik, yang ditunjukkan dengan penurunan AKB pada Tahun 2016
sebesar 11,15 per 1.000 KH menjadi 8,35 per 1.000 KH pada Tahun 2020.
Namun demikian, apabila dibandingkan dengan capaian Tahun 2019
terjadi peningkatan AKB di Tahun 2020, hal ini dikarenakan: (1) Pandemi
Covid-19 yang menyebabkan meningkatnya kasus Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) dikarenakan kecemasan ibu dimasa pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan kehamilan kurang bulan dan kondisi sosial ekonomi keluarga
11,15
7,6 7,13
7,42
8,35
6
8
10
12
2016 2017 2018 2019 2020
• • • • •
II - 65
sehingga mempengaruhi asupan makanan ibu hamil; dan (2) Asfiksia sehingga
bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup saat lahir, salah satu
penanganan asfiksia antara lain dengan alat bantu pernafasan (Continous
Positive Airway Pressure/CPAP) sedangkan ketersediaan alat CPAP di rumah
sakit terbatas, sehingga pelayanan kegawatdaruratan neonatal belum optimal.
17. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) menggambarkan jumlah kematian
anak usia di bawah 5 tahun (0-59 bulan) selama satu tahun tertentu per
1.000 KH. Kematian balita dapat disebabkan antara lain oleh kurangnya
asupan gizi, sanitasi yang tidak sehat, penyakit menular, dan rendahnya
pemberian imunisasi pada balita.
AKABA Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 secara umum
menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun sebagaimana
diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.36. Angka Kematian Balita di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa perkembangan
AKABA Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020
menunjukkan penurunan dari 12,41 per 1.000 KH pada Tahun 2016 menjadi
8,20 per 1.000 KH pada Tahun 2019. Namun demikian, pada Tahun 2020
mengalami peningkatan menjadi 9,04 per 1.000 KH. Peningkatan tersebut
dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pelayanan
kesehatan balita di posyandu, puskesmas dan rumah sakit tidak rutin
dilaksanakan sehingga berpengaruh terhadap pemantauan kesehatan balita
khususnya yang berpenyakit bawaan dan bayi risiko tinggi akibatnya penyakit
tersebut semakin berat.
18. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan banyaknya ibu yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
12,41
8,8 8,38 8,2
9,04
8
10
12
14
2016 2017 2018 2019 2020
• • • • •
II - 66
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan). AKI Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020
mengalami fluktuasi sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.37. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Melalui grafik di atas terlihat bahwa perkembangan AKI di Kabupaten
Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2018 menunjukkan penurunan
yaitu 103,39 per 100.000 KH pada Tahun 2016 menjadi 51,47 per 100.000 KH
pada Tahun 2018. Namun demikian, pada Tahun 2019 mengalami
peningkatan menjadi 70,71 per 100.000 KH dan kembali meningkat tajam
pada Tahun 2020 menjadi sebesar 173,94 per 100.000 KH. Penyebab
peningkatan AKI pada Tahun 2020 adalah: (1) Di masa pandemi Covid-19
terdapat kematian ibu disebabkan terpapar virus Covid-19; (2) Adanya kasus
ibu hamil dengan komorbid berat; dan (3) pemahaman ibu hamil untuk
bersalin di Rumah Sakit PONEK masih kurang.
Capaian AKI Kabupaten Semarang tersebut mengindikasikan bahwa
diperlukan adanya pengembangan program peningkatan kesehatan
reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang
aman bebas risiko tinggi, dan perlunya meningkatkan cakupan proses
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan.
C. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
1. Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik
Jalan di Kabupaten Semarang berdasarkan atas status kewenangan
pengelolaannya sebagaimana berikut:
Tabel 2.33. Status dan Kewenangan Jalan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
STATUS JALAN SAT 2016 2017 2018 2019 2020
Jalan Nasional Km 54,750 54,750 54,750 54,750 54,750
Jalan Provinsi Km 82,510 82,510 82,510 82,510 82,510
Jalan Kabupaten Km 733,620 733,620 733,620 733,620 733,620
Jalan Poros/Antar
Desa
Km 715,000 715,000 687,685 687,685 715,966
Jumlah Km 1.585,880 1.585,880 1.558,565 1.558,565 1.586,846 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021
103,39 111,83
51,47 70,71
173,94
40
80
120
160
200
2016 2017 2018 2019 2020
II - 67
Panjang jalan di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 mencapai
1.586,846 km. Secara khusus terjadi penambahan Panjang jalan yang cukup
signifikan di Tahun 2020 dikarenakan terdapat penambahan jalan
poros/antar desa berdasarkan Keputusan Bupati Semarang Nomor
620/0286/2020 tentang Penetapan Ruas Jalan Antar Desa di Kabupaten
Semarang.
Untuk mengidentifikasi kualitas jalan di Kabupaten Semarang dapat
diketahui melalui pengukuran proporsi panjang jaringan jalan kabupaten
dalam kondisi baik. Sampai dengan Tahun 2019, total panjang jalan
kabupaten dalam kondisi baik di Kabupaten Semarang mencapai 592,32 km
atau proporsinya sebesar 80,74% dari total panjang jalan kabupaten di
Kabupaten Semarang yang mencapai 733,62 km.
Pada Tahun 2020 panjang jalan kabupaten dalam kondisi jalan baik di
Kabupaten Semarang mengalami penurunan menjadi 581,08 km, atau
proporsinya sebesar 79,20%. Adanya penurunan tersebut diantaranya
diakibatkan kondisi tanah yang sebagian labil menyebabkan banyaknya badan
jalan yang mengalami kerusakan baik kerusakan amblas, lubang karena
genangan air maupun longsor. Di samping itu, adanya refocussing anggaran
untuk penanganan Covid-19 di Tahun 2020 menyebabkan berkurangnya
alokasi anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan di Kabupaten
Semarang.
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.38. Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Persen)
2. Persentase Luas Irigasi dalam Kondisi Baik
Jumlah Daerah Irigasi (DI) Kabupaten Semarang sesuai Permen PUPR
Nomor 14/M/PRT/2015 adalah 666 (DI). Panjang saluran irigasi di Kabupaten
Semarang mencapai 1.162.421 meter yang terdiri dari saluran primer dan
74,82 75,56
77,46
80,74
79,2
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
II - 68
saluran sekunder sepanjang 866.184 meter serta saluran tersier sepanjang
296.237 meter. Saluran irigasi primer dan sekunder ditangani oleh DPU,
sedangkan saluran irigasi tersier ditangani oleh Dinas Pertanian, Perikanan
dan Pangan.
Pada Tahun 2020 sudah dilakukan peningkatan, rehabilitasi, dan
pemeliharaan jaringan irigasi sebanyak 115 DI. Peningkatan tersebut
berdampak pada meningkatnya luas irigasi dalam kondisi baik di Kabupaten
Semarang pada Tahun 2020 menjadi seluas 19.140 Ha (58,89%).
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.39. Perkembangan Luas Irigasi Dalam Kondisi Baik di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Persen)
3. Persentase Penduduk berakses Air Minum Aman
Air bersih dan sanitasi merupakan target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) keenam dengan target 100%. Sampai dengan Tahun
2020, penduduk Kabupaten Semarang berakses air minum aman sebesar
97,98%, meningkat sebesar 0,32% dari capaian Tahun 2019 yang sebesar
97,66%. Capaian ini meskipun berhasil meningkat dari Tahun 2019, namun
belum dapat memenuhi target disebabkan karena di beberapa wilayah sulit
ditemukan sumber air, baik air permukaan maupun air dalam sehingga
apabila ingin membangun sarana air minum di daerah tersebut membutuhkan
pendanaan besar yang sulit untuk dipenuhi melalui anggaran APBD
Kabupaten Semarang.
4. Persentase Penduduk Berakses Sanitasi Sehat
Sanitasi juga merupakan target TPB keenam dengan target penduduk
berakses sanitasi sehat sebesar 100%. Hingga Tahun 2020, akses penduduk
Kabupaten Semarang terhadap sanitasi sehat telah berhasil mencapai 100 %.
5. Dokumen Tata Ruang yang Disahkan
Kegiatan penataan ruang mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pola ruang dan struktur ruang
51,44 58,40
62,32 61,20 58,89
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
II - 69
Kabupaten Semarang memerlukan pembenahan secara matang dan
menyeluruh agar mampu mendukung perkembangan kehidupan masyarakat.
Hal tersebut perlu diatur dalam paraturan derah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
Sampai dengan Tahun 2021, Kabupaten Semarang baru memiliki 1
(satu) dokumen tata ruang berupa dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031. Dokumen tersebut masih
dalam proses revisi sejak Tahun 2016 dan saat ini masih direviu oleh
Kementerian ATR. Belum selesainya proses revisi dokumen RTRW Kabupaten
Semarang diantaranya disebabkan oleh:
a. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang yang berdampak pada perlunya
dilakukan penyesuaian atas substansi revisi RTRW Kabupaten Semarang;
dan
b. Terbitnya Peraturan Menteri ATR Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota
menyebabkan perlunya penyesuaian terhadap dokumen-dokumen yang
telah disusun berdasarkan peraturan sebelumnya.
D. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
1. Luas Lingkungan Permukiman Kumuh
Luas lingkungan permukiman kumuh di Kabupaten Semarang kurun
waktu 2016-2020 terus menurun, yaitu dari 347,89 Ha pada Tahun 2016
menjadi 18,74 Ha pada Tahun 2020. Capaian tersebut belum mencapai target
Tahun 2020 sebesar 0 Ha, dikarenakan:
a. Beberapa kawasan kumuh yang ada dalam SK permukiman kumuh berada
dalam wilayah desa, sehingga secara Pemerintah Kabupaten tidak dapat
melakukan intervensi penanganan secara langsung pada wilayah tersebut.
b. Pelaksanaan penanganan kawasan kumuh saat ini masih mengandalkan
pada anggaran Pemerintah Pusat melalui program KOTAKU.
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.40. Luas Lingkungan Permukiman Kumuh di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
0 100 200 300 400
2016
2017
2018
2019
2020
347,89
228,13
129,97
125,82
18,74
II - 70
2. Rasio Rumah Layak Huni
Jumlah rumah layak huni di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020
mencapai sebanyak 206.324 unit dari jumlah total rumah sebanyak 267.708
unit, atau rasionya mencapai 0,770. Rasio rumah layak huni di Kabupaten
Semarang terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, yaitu
dari 0,751 Tahun 2016 menjadi 0,770 Tahun 2020.
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.41. Rasio Rumah Layak Huni di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Salah satu strategi untuk meningkatkan capaian rasio rumah layak
huni di Kabupaten Semarang adalah melalui pemugaran/rehabilitasi Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi Rumah Layak Huni yang ditangani oleh
beberapa instansi, baik pusat, provinsi, kabupaten, maupun melalui bantuan
dari pihak ke-tiga (CSR) dengan capaian sebagai berikut :
Tabel 2.34. Penanganan Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO TAHUN
PENANGANAN RTLH
JUMLAH APBN APBD PROV APBD KAB
PIHAK KE TIGA
(CSR)
1 2016 537 0 420 0 957
2 2017 1.178 603 773 3 2.557
3 2018 1.739 624 951 0 3.314
4 2019 1.230 654 1.235 105 3.224
5 2020 1.050 303 1.000 5 2.358 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021
3. Persentase panjang jalan yang terpasang PJU
Persentase panjang jalan yang terpasang PJU di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan. Panjang jalan yang sudah
terpasang Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah sepanjang 278,41 km. Pada
Tahun 2020 tidak ada penambahan dari tahun 2019, dikarenakan pada tahun
2020 anggaran difokuskan untuk pemeliharaan rutin PJU dan pembayaran
rekening listrik sebagai dampak dari refocusing anggaran penanganan Covid-
19.
0,751
0,760 0,760
0,770 0,770
0,75
0,76
0,77
0,78
2016 2017 2018 2019 2020
II - 71
4. Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi merupakan tingkat perbandingan jumlah penduduk
yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah.
Berdasarkan data dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, sampai dengan
Tahun 2020, rasio elektrifikasi di Kabupaten Semarang telah berhasil
mencapai 100%.
E. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
1. Persentase Penurunan Pelanggaran Peraturan Daerah
Rata-rata penurunan pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten
Semarang pada Tahun 2016-2020 mencapai sebesar 61,53%. Penurunan
pelanggaran peraturan daerah di Kabupaten Semarang dilakukan dengan
mengedepankan upaya preventif sehingga timbul kesadaran hukum oleh
masyarakat. Tindakan represif baru dilakukan apabila upaya preventif tidak
direspond oleh masyarakat.
Penurunan pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten Semarang
pada dasarnya merupakan hasil dari kebijakan dan komitmen untuk
melakukan penertiban dan penutupan pada sejumlah usaha yang melanggar
Peraturan Daerah.
Cakupan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang
melalui jajaran Perangkat Daerah terkait untuk menyelesaikan kasus-kasus
pelanggaran Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang dilakukan
oleh warga masyarakat, badan hukum maupun aparat pemerintah. Baik
pelanggaran yang dilaporkan oleh masyarakat maupun yang dipantau oleh
anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten
Semarang.
Capaian Cakupan Penegakan Perda dan Perkada di Kabupaten
Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 secara rata-rata mencapai sebesar
98,2% dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya.
Tabel 2.35. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase Penurunan Pelanggaran Peraturan
Daerah
% 122,59 50,00 44,88 45,10 45,17
Cakupan Penegakan
Perda dan Perkada % 97,00 97,40 98,00 99,27 99,31
Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021 *LKjIP Kabupaten Semarang Tahun 2016
**LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016
II - 72
2. Persentase Penurunan Pelanggaran Trantibum
Persentase penurunan pelanggaran trantibum di Kabupaten Semarang
pada durasi Tahun 2016-2020 secara rata-rata mencapai sebesar 6,71%,
dengan kecenderungan selalu meningkat dari tahun ke tahun-tahun.
Sementara tingkat penyelesaian pelanggaran trantibum yang
direpresentasikan melalui tingkat penyelesaian pelanggaran K3 pada durasi
Tahun 2016-2020 secara rata-rata mencapai sebesar 94,92% juga dengan
kecenderungan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Capaian penurunan
dan penyelesaian pelanggaran trantibum di Kabupaten Semarang selama
Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.36. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran Ketentraman dan
Ketertiban Umum di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase Penurunan
Pelanggaran Trantibum % 0,1* 9,20 7,59 8,20 8,46
Tingkat Penyelesaian
Pelanggaran K3 %
81,60** 96,47 97,30 99,50 99,77
Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021 *LKjIP Kabupaten Semarang Tahun 2016 **LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016
Melalui tabel dapat terlihat bahwa baik persentase penurunan
pelanggaran trantibum maupun tingkat penyelesaian pelanggaran K3
(ketertiban, ketentraman dan keindahan) di Kabupaten Semarang dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir terus meningkat. Hal ini tidak terlepas dari
upaya pendekatan humanis tanpa menimbulkan kekerasan, sehingga muncul
empati dan kesadaran dalam upaya penyelesaian masalah secara
kekeluargaan, musyawarah mufakat dan penuh kesadaran.
Keberhasilan capaian ini juga didukung dengan adanya peningkatan
intensitas patroli dan jangkauan patroli Satpol PP dan Damkar yang
meningkat bukan berarti menghambat capaian penyelesaian pelanggaran K3,
sehingga kasus-kasus pelanggaran K3 di Kabupaten Semarang dapat
terpantau secara lebih intensif.
3. Tingkat Waktu Tanggap (Respone Time Rate) Daerah Layanan
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
Tingkat waktu tanggap daerah layanan WMK adalah pelayanan
pemadam kebakaran pada saat tanggap darurat yang efektif, bereaksi cepat
dan tepat tiba dilokasi kejadian kebakaran untuk pengurangan resiko
kebakaran dengan waktu minimal yang diperlukan, dimulai saat menerima
informasi dari warga/penduduk sampai tiba di tempat kejadian kabakaran
yang langsung melakukan tindakan pemadaman api, penyelamatan jiwa dan
harta benda dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) menit tingkat waktu
II - 73
tanggap kebakaran pada pemukiman, bangunan gedung, pabrik/industri dan
tidak lebih dari 60 (enam puluh) menit tingkat waktu tanggap kebakaran pada
kawasan hutan dan lahan dengan jumlah kejadian kebakaran di WMK.
Tabel 2.37. Tingkat waktu tanggap (Respons Time Rate) Daerah Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Tingkat waktu tanggap (Response Time Rate) daerah
layanan WMK
% 88,24 94,10 97,03 96,75 77,78
Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021
Rata-rata capaian tingkat waktu tanggap (response time rate) Daerah
Layanan WMK di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-
2020 sebesar 90,78%. Terjadi penurunan capaian tingkat waktu tanggap
(response time rate) Daerah Layanan WMK yang cukup signifikan pada durasi
Tahun 2019-2020 dikarenakan usia kendaraan pemadam kebakaran yang
dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Semarang sudah tergolong tua sehingga
menghambat operasional kendaraan dalam proses menuju ke tempat kejadian
kebakaran.
Adapun hingga Tahun 2020 Pemerintah Kabupaten Semarang tercatat
hanya terdapat sebanyak 5 (lima) unit mobil pemadam kebakaran untuk
melayani seluruh wilayah Kabupaten Semarang, sehingga terjadi ketimpangan
antara luas wilayah dibandingkan dengan jumlah armada mobil pemadam
kebakaran yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Semarang.
4. Cakupan Rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas)
Satuan perlindungan masyarakat yang selanjutnya disebut Satuan
Linmas adalah warga masyarakat yang disiapkan dan dibekali pengetahuan
serta keterampilan untuk membantu pelaksanaan kegiatan penanganan
bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat bencana serta ikut
membantu memelihara keamanan, tetentraman, ketertiban masyarakat dan
kegiatan sosial kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2010 tentang Ketentraman dan
Perlindungan Masyarakat Dalam Rangka Penegakan Hak Asasai Manusia.
Rasio petugas linmas adalah jumlah satuan perlindungan masyarakat
pada tingkat RT atau sebutan lainnya yang bertugas membantu pelayanan
kegiatan penanganan bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat
bencana serta ikut membantu memelihara keamanan, ketentraman, ketertiban
masyarakat dan kegiatan sosial masyarakat.
Rata-rata capaian indikator cakupan rasio petugas linmas di
Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 mencapai 1,13. Capaian ini
bermakna bahwa setiap RT memiliki personil Linmas sebanyak 1,13 orang,
Tahun 2020 Tahun 2019 Tahun 2018 Tahun 2017 Tahun 2016
1~""=~====================="8~==============~~~:;r~_,a.;2~...,..,. ~ ge; - 8~2
180
160
140
120
100 80
60
40
20
0
II - 74
atau apabila dibulatkan menjadi 1 orang Linmas per RT. Capaian ini sesuai
dengan target Standar Pelayanan Minimal yang mengamanatkan rasio petugas
linmas di kabupaten/kota sebesar adalah sejumlah 1 orang setiap RT.
Tabel 2.38. Cakupan Rasio Petugas Linmas di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Cakupan Rasio Petugas Linmas % 1,34 1,08 1,06 1,08 1,09
Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021
F. Sosial
1. Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan
Bantuan
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2021, LKjIP Kabupaten Semarang Tahun 2016
Gambar 2.42. Persentase Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan
pada durasi Tahun 2016-2020 bersifat fluktuatif. Pada durasi Tahun 2016-
2017 capaian Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan
Bantuan sempat mengalami penurunan yang tajam dikarenakan di Tahun
2017 sudah secara efektif diberlakukan kebijakan pembatasan pemberian
bantuan hanya bagi Lembaga yang berbadan hukum berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017.
Sementara pada durasi Tahun 2017-2019, capaian Jumlah Lembaga
Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan meningkat secara
konsisten dari tahun ke tahun. Adapun pada Tahun 2020 capaian Jumlah
Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan mengalami
penurunan dari capaian Tahun 2019 yang disebabkan sejumlah lembaga tidak
dapat melengkapi persyaratan pencairan hibah berupa izin operasional/tanda
daftar LPQ dari Kementerian Agama Kabupaten Semarang.
II - 75
2. Persentase Penurunan Tingkat Penyandang Masalah Sosial
Capaian persentase penurunan tingkat penyandang masalah sosial di
Kabupaten Semarang selama durasi Tahun 2016-2020 bersifat fluktuatif.
Meskipun demikian dalam tiga tahun terakhir capaiannya terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana diilustrasikan pada grafik
berikut :
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.43. Persentase Penurunan Tingkat Penyandang Masalah Sosial Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Secara khusus, peningkatan capaian persentase penurunan tingkat
penyandang masalah sosial di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020
disebabkan adanya kenaikan pelayanan Jaring Pengaman Sosial (JPS) kepada
korban bencana non alam/sosial akibat dampak Covid-19. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya sinergi kebijakan pemerintah dalam penanganan
PMKS menunjukkan hasil positif.
Namun demikian, ke depan masih terdapat tantangan dalam
pengentasan PMKS yaitu meningkatkan kesadaran PMKS untuk dapat hidup
mandiri dan merubah pola pikir untuk tidak menggantungkan hidupnya pada
bantuan orang lain/pemerintah.
3. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Tabel 2.39. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Penanganan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial % 138,64* 46,34 94,81 93,28 116,81
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Semarang, 2021
*LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016
Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di
Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Pada durasi Tahun 2016-2017 sempat mengalami
penurunan signifikan disebabkan amanat ketentuan regulasi dari Pemerintah
0,93
4,94
3,20 3,57 3,62
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
2016 2017 2018 2019 2020
._J •
LJ •
II - 76
Pusat mulai ketat memberlakukan pemanfaatan Basis Data Terpadu (BDT)
Kemiskinan/Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai syarat utama
pemberian bantuan bagi PMKS, khususnya bagi penduduk miskin.
Meskipun demikian, capaian Penanganan PMKS di Kabupaten
Semarang kembali meningkat secara konsisten dari Tahun 2017 hingga Tahun
2020. Keberhasilan peningkatan tersebut merupakan hasil dari serangkaian
kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Semarang, yaitu
diantaranya berupa: (1) peningkatan pemberdayaan potensi sumber
kesejahteraan sosial (pilar-pilar kesejahteraan sosial) dalam memecahkan
permasalahan sosial; (2) peran dunia usaha melalui Corporate Social
Responsibility (CSR); dan (3) orientasi bantuan sosial telah dimanfaatkan
secara ekonomi produktif untuk menuju kemandirian.
2.1.4.2 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan dengan
Pelayanan Dasar
A. Tenaga Kerja
1. Cakupan Tenaga Kerja yang Terampil
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.44. Cakupan Tenaga Kerja Terampil Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Cakupan tenaga kerja yang terampil di Kabupaten Semarang selama
durasi Tahun 2016-2020 terus meningkat. Hal ini merupakan upaya
pemerintah Kabupaten Semarang untuk merespon tuntutan kebutuhan
tenaga terampil seiring dengan banyaknya pertumbuhan industri di
Kabupaten Semarang.
2. Pencari Kerja yang Ditempatkan
Tabel 2.40. Pencari Kerja yang Ditempatkan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Indikator Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Pencari Kerja yang Ditempatkan % 76,34 76,33 72,11 72,44 89,89 Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang, 2021
Pencari kerja yang ditempatkan di Kabupaten Semarang dalam durasi
Tahun 2016-2020 bersifat fluktuatif. Pada Tahun 2016-2018 capaian Pencari
3,59 3,65 4,28
7,85
9,26
3
5
7
9
11
2016 2017 2018 2019 2020
II - 77
kerja yang ditempatkan di Kabupaten Semarang semakin menurun dari tahun
ke tahun. Namun demikian pada Tahun 2019 capaiannya mulai meningkat
hingga Tahun 2020.
Secara khusus pada Tahun 2020 tercatat jumlah pencari kerja yang
mendaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang sebanyak 2.542 orang
dan telah ditempatkan sebanyak 2.285 orang, yang terdiri dari 1.460 orang
Antar Kerja Lokal (AKL), 55 Antar Kerja Antar Negara (AKAN), dan 770 Bursa
Kerja Khusus (BKK).
Peningkatan pencari kerja yang ditempatkan di Kabupaten Semarang
dikarenakan adanya berbagai pelayanan pemerintah untuk pendaftaran dan
penempatan tenaga kerja, yaitu diantaranya melalui : (1) loket pelayanan
Dinas Tenaga Kerja, (2) Aplikasi e-makaryo Kementerian Tenaga Kerja, dan (3)
Optimalisasi pemantauan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK.
3. Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Tabel 2.41. Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Indikator Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Keselamatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja % 76,39 78,04 80,00 82,94 83,97
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang, 2021
Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang
selama periode Tahun 2016-2020 semakin meningkat dari semula pada Tahun
2016 sebesar 76,39% menjadi sebesar 83,97% pada Tahun 2020. Adanya
peningkatan ini dikarenakan jumlah perusahaan di Kabupaten Semarang yang
telah menerapkan K3 semakin meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya pertumbuhan perusahaan di Kabupaten Semarang.
Dalam rangka meningkatkan penerapan K3 pada perusahaan,
Pemerintah Kabupaten Semarang telah melaksanakan penyuluhan K3 yang
diperkuat dengan adanya langsung dari Satuan Kerja Pengawas Provinsi Jawa
Tengah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
B. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Kesetaraan Gender
Kesetaraan Gender pada dasarnya adalah kesamaan kondisi bagi laki-
laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan sebagai manusia agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan keamanan nasional, serta kesamaan hak untuk menikmati hasil
pembangunan di segala bidang.
- - .....,._
II - 78
Kesetaraan gender penting untuk diwujudkan karena menjadi salah
satu agenda global yang telah disepakati dalam Sustainable Development
Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs/TPB), yaitu pada tujuan
ke-5 : Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan
dan anak perempuan.
Pencapaian kesetaraan gender bukanlah kinerja satu sektoral saja,
namun merupakan kinerja aggregatif dari seluruh lintas sektor yang terkait.
Oleh sebab itu untuk merealisasikannya diperlukan dukungan keterpaduan
program lintas sektoral yang saling terintegrasi dan saling bersinergi baik
secara internal pemerintahan maupun dengan melibatkan pihak eksternal
pemerintahan.
Untuk mengawal terwujudnya kesetaraan gender, Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional
sebagai satu rangkaian strategi untuk mewujudkan kesetaraan gender secara
terpadu baik secara lintas sektoral pemerintah maupun dengan melibatkan
kerjasama dengan pihak eksternal Pemerintah. Berdasarkan Inpres tersebut
dijelaskan definisi Pengarusutamaan Gender (PUG), yaitu adalah strategi yang
dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional.
Secara garis besar upaya perwujudan kesetaraan gender dalam
pembangunan di Kabupaten Semarang belum menunjukkan efektivitas yang
cukup baik. Kondisi ini tergambar dari capaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Semarang secara terpilah gender dalam kurun waktu 4
(empat) tahun terakhir (Tahun 2017-2020) menunjukkan
ketimpangan/kesenjangan gender yang cenderung meningkat dari tahun ke
tahun sebagaimana dapat dilihat pada grafik/diagram berikut:
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)
Gambar 2.45. Data Terpilah Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020
72,31
72,62
73,17
73,12
74,95
75,37
75,9
75,87
2,64
2,75
2,73
2,75
2,58
2,6
2,62
2,64
2,66
2,68
2,7
2,72
2,74
2,76
70 71 72 73 74 75 76 77
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Laki-Laki
Perempuan
Ketimpangan Gender
- - _._
II - 79
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa ketimpangan gender
antara perempuan dan laki-laki di Kabupaten Semarang dalam pembangunan
relatif meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa
perempuan di Kabupaten Semarang relatif inferior daripada laki-laki didalam
memperoleh akses untuk berpartisipasi maupun menikmati hasil
pembangunan di Kabupaten Semarang.
Untuk mengetahui kondisi kesetaraan gender dalam pembangunan di
Kabupaten Semarang secara lebih detail, perlu dilakukan analisis data pilah
gender secara lebih mendalam pada 4 (empat) variabel pembentuk/komposit
IPM Kabupaten Semarang sebagai berikut :
a. Harapan Lama Sekolah (Tahun)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)
Gambar 2.46. Data Terpilah Harapan Lama Sekolah Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi
ketimpangan Harapan Lama Sekolah antara penduduk perempuan dan laki-
laki di Kabupaten Semarang, dimana Harapan Lama Sekolah penduduk laki-
laki di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk perempuan.
Hal ini mengindikasikan masih terdapat kesenjangan akses bagi
penduduk perempuan untuk mengenyam pendidikan formal hingga
waktu/jenjang tertentu di Kabupaten Semarang meskipun nilai
ketimpangannya tidak signifikan.
Adapun pola ketimpangan Harapan Lama Sekolah antara penduduk
laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang sudah relatif semakin baik
setiap tahunnya karena capaiannya relatif menurun dari tahun ke tahun.
12,84
12,85
12,94
12,97
13,09
13,1
13,11
13,12
0,25 0,25
0,17
0,15
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
12,7 12,8 12,9 13 13,1 13,2
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Laki-Laki
Perempuan
Ketimpangan Gender
- - -&-
- - -&-
II - 80
b. Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)
Gambar 2.47. Data Terpilah Rata-Rata Lama Sekolah Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi
ketimpangan Rata-Rata Lama Sekolah antara penduduk perempuan dan laki-
laki di Kabupaten Semarang, dimana Rata-Rata Lama Sekolah penduduk laki-
laki di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk perempuan.
Hal ini mengindikasikan masih terdapat kesenjangan akses bagi
penduduk perempuan untuk mengenyam pendidikan formal di Kabupaten
Semarang meskipun nilai ketimpangannya tidak signifikan.
Adapun pola ketimpangan Rata-Rata Lama Sekolah antara penduduk
laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang sudah relatif semakin baik
setiap tahunnya karena capaiannya relatif menurun dari tahun ke tahun.
c. Usia Harapan Hidup (Tahun)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)
Gambar 2.48. Data Terpilah Usia Harapan Hidup Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020
7,43
7,44
7,62
7,63
8,35
8,36
8,44
8,45 0,92 0,92
0,82 0,82
0,76
0,78
0,8
0,82
0,84
0,86
0,88
0,9
0,92
0,94
6,5 7 7,5 8 8,5 9
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Laki-Laki
Perempuan
Ketimpangan Gender
77,46
77,51
77,52
77,61
73,71
73,76
73,78
73,93
-3,75 -3,75
-3,74
-3,68
-3,76
-3,74
-3,72
-3,7
-3,68
-3,66
-3,64
71 72 73 74 75 76 77 78
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Laki-Laki
Perempuan
Ketimpangan Gender
- - -A-
II - 81
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi
ketimpangan Usia Harapan Hidup antara penduduk perempuan dan laki-laki
di Kabupaten Semarang, dimana Usia Harapan Hidup penduduk perempuan
di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk laki-laki.
Hal ini mengindikasikan kualitas hidup penduduk perempuan di
Kabupaten Semarang lebih baik daripada penduduk laki-laki. Adapun pola
ketimpangan Usia Harapan Hidup antara penduduk laki-laki dan perempuan
di Kabupaten Semarang yang bernilai negatif sudah relatif semakin baik setiap
tahunnya karena capaiannya relatif meningkat dari tahun ke tahun.
d. Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan (Ribu Rupiah)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)
Gambar 2.49. Data Terpilah Pengeluaran per Kapita Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi
ketimpangan Pengeluaran per Kapita antara penduduk perempuan dan laki-
laki di Kabupaten Semarang, dimana Pengeluaran per Kapita penduduk laki-
laki di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk perempuan.
Hal ini mengindikasikan masih terdapat kesenjangan akses yang cukup
signifikan bagi penduduk perempuan untuk mendapatkan mata pencaharian
yang layak di Kabupaten Semarang.
Adapun pola ketimpangan Pengeluaran per Kapita antara penduduk
laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang semakin tinggi setiap
tahunnya karena capaiannya selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Melalui serangkaian analisis pada keempat variabel komposit/
pembentuk IPM di atas, dapat diketahui bahwasanya secara mutlak masih
terjadi ketimpangan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam
dalam proses pembangunan di Kabupaten Semarang, dikarenakan dari empat
11340
11645
11892
11733
12050
12508
13031
12882
710
863
1139 1149
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
10000 10500 11000 11500 12000 12500 13000 13500
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Laki-Laki
Perempuan
Ketimpangan Gender
•
LJ • L_IA
II - 82
variabel komposit IPM, hanya terdapat 1 (satu) variabel yang menunjukkan
adanya capaian yang lebih baik bagi penduduk perempuan.
Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan di Kabupaten Semarang
relatif inferior daripada laki-laki didalam memperoleh akses untuk
berpartisipasi maupun menikmati hasil pembangunan di Kabupaten
Semarang.
2. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan dasar pembangunan
manusia yang sama seperti dimensi dan variabel IPM, namun dengan
memperhatikan ketimpangan pencapaian laki-laki dan perempuan.
Keberadaan IPG sejalan dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB/SDG’s) kelima “Kesetaraan Gender” dan kesepuluh “Berkurangnya
Ketidaksetaraan”.
IPG Kabupaten Semarang kurun waktu 2016-2020 cenderung
meningkat dan lebih tinggi dibandingkan IPG Jawa Tengah dan Nasional.
Kondisi yang demikian ini mengindikasikan bahwa kesenjangan pembangunan
antara laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang semakin kecil.
Sumber: BPS, 2021
Gambar 2.50. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
3. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang
mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup
partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta
penguasaan sumber daya ekonomi.
95,52
96,48 96,35 96,4 96,38
92,21 91,94 91,95 91,89
92,18
91,03 90,96 90,99 91,07 91,06
90
91
92
93
94
95
96
97
2015 2017 2018 2019 2020
Kab. Semarang Prov. Jateng Nasional
2016
...,..._ Kabupaten Semarang -Jawa Tengah -Nasional
2020 2019 2018 2017 2015
---------====::::;~~ 71.74 ----"""'G
I-----------< 75.12.J • 78
76 .JJr 75.49 • 74 l?4.80
72 +-70.83
70
68
66
II - 83
Tabel 2.42. Partisipasi Perempuan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN SAT 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase partisipasi dalam lembaga legislatif (kuota)
% 66,00 66,00 74,07 60,00 60,00
Persentase perempuan dalam jabatan
eselon
% 5,44 6,43 6,45 5,79 6,78
Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021
Selama kurun waktu Tahun 2014-2018 IDG Kabupaten Semarang
cenderung meningkat, namun di Tahun 2019 mengalami penurunan yang
disebabkan menurunnya partisipasi perempuan dalam lembaga legislatif dan
dalam jabatan eselon.
Capaian IDG Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 masih lebih
rendah daripada capaian IDG nasional. Meskipun demikian, capaian IDG
Kabupaten Semarang Tahun 2020 masih di atas Provinsi Jawa Tengah.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2020 Ket: 2016 hanya level provinsi
Gambar 2.51. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2014-2019
4. Persentase Pemenuhan Fasilitas Umum Untuk Anak
Tabel 2.43. Persentase Pemenuhan Fasilitas Umum untuk Anak di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase Pemenuhan Fasilitas Umum
untuk Anak % 8,93 13,19 15,32 19,57 23,83
Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021
Persentase pemenuhan fasilitas umum untuk anak di Kabupaten
Semarang dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 terus mengalami
peningkatan. Secara khusus, fasilitas umum untuk anak di Kabupaten
Semarang pada Tahun 2020 dapat terpenuhi sebesar 23,83% yang tersebar di
235 desa/kelurahan di Kabupaten Semarang.
Fasilitas umum untuk anak yang telah disediakan di Kabupaten
Semarang antara lain: fasilitas tempat ibadah, tempat bermain, pojok bacaan
masyarakat dan pusat kreatifitas masyarakat.
• • • • •
II - 84
Dalam memenuhi fasilitas tersebut Pemerintah melakukan strategi
advokasi untuk membangun komitmen kepada setiap Desa/Kelurahan
terhadap pentingnya fasilitas untuk anak, salah satunya dengan cara
pemanfaatan anggaran desa/kelurahan untuk memenuhi pengadaan fasilitas
umum anak.
5. Penurunan Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Rasio KDRT adalah jumlah kasus KDRT yang dilaporkan selama
periode 1 (satu) tahun per kepala keluarga (KK). Penurunan rasio KDRT
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 cenderung stagnan, yaitu berkisar di
angka 0,020 sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut:
Sumber: Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.52. Penurunan Rasio KDRT Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020
Secara khusus pada Tahun 2020 penurunan rasio KDRT yang terjadi di
Kabupaten Semarang mencapai sebesar 0,015. Penurunan rasio KDRT pada
Tahun 2020 menunjukkan semakin meningkatnya ketahanan keluarga di
Kabupaten Semarang sehingga dapat mencegah terjadinya kasus/kejadian
KDRT dalam keluarga.
C. Pangan
1. Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya pangan
bagi suatu wilayah/daerah sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik secara jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.
Dalam rangka mengetahui tingkat ketahanan pangan suatu wilayah
beserta faktor-faktor pendukungnya, telah dikembangkan suatu sistem
penilaian dalam bentuk Indeks Ketahanan Pangan (IKP) yang mengacu pada
definisi ketahanan pangan dan subsistem yang membentuk sistem ketahanan
pangan. IKP tersebut dihtitung dan disusun oleh Kementerian Pertanian yang
0,016
0,02 0,02 0,02
0,015
2016 2017 2018 2019 2020
87 86.69 18
16 86
14 85
2 12
~ 84 10 ~ - lndeks Ketahanan Pangan
J!! t (IKP)
z 83 8 ~Peringkat IKP
6 82
4 81 2
80 0 2018 2019 2020
II - 85
nilainya ditentukan melalui penyesuaian dari indeks yang telah ada
berdasarkan ketersediaan data tingkat kabupaten/kota dan provinsi yang
mencakup tiga aspek ketahanan pangan, yaitu : ketersediaan pangan,
keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan.
Kondisi ketahanan pangan di Kabupaten Semarang dapat
dikategorikan sangat baik. Hal ini terlihat dari nilai/skor IKP Kabupaten
Semarang dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir (Tahun 2018-2020),
nilainya selalu mencapai di atas skor 75,68 yang merupakan batas minimal
kategori sangat baik, dengan rata-rata capaian per tahun sebesar 85,10.
Ditinjau dari aspek keunggulan komparatif, capaian nilai/skor IKP
Kabupaten Semarang juga sudah menunjukkan keunggulan komparatif yang
cukup tinggi, dimana dalam kurun waktu Tahun 2018-2020 capaian
nilai/skor IKP Kabupaten Semarang selalu berada pada kisaran ranking 20
besar dari 416 Kabupaten se-Indonesia.
Perkembangan capaian IKP Kabupaten Semarang dalam kurun waktu
Tahun 2018-2020 selengkapnya dapat diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2019-2021 (diolah)
Gambar 2.53. Perkembangan Capaian Indeks Ketahanan Pangan (IKP)
Kabupaten Semarang Tahun 2018-2020
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui kondisi ketahanan pangan
di Kabupaten Semarang secara capaian maupun secara keunggulan
komparatif dapat dinilai sudah baik. Hal ini mengindikasikan bahwa
Kabupaten Semarang masuk dalam kategori sebagai daerah/wilayah sentra
pangan. Yaitu daerah/wilayah yang tidak tergantung pada supply pangan dari
wilayah lain untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.
2. Ketersediaan Pangan Utama
Tabel 2.44. Ketersediaan Pangan Utama dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
1. Ketersediaan Pangan
Utama Kg/Kap/Th 271,22 257,30 228,56 234,24 251,91
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan, 2021
II - 86
Ketersediaan pangan merupakan salah satu sub sistem utama dalam
sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan
yang tersedia di suatu wilayah. Kabupaten Semarang merupakan salah satu
kabupaten yang berperan dalam menjaga ketersediaan pangan di Jawa
Tengah.
Ketersediaan Pangan Utama di Kabupaten Semarang pada periode
Tahun 2016-2020 menurun dari 271,22 kg/kap/th pada Tahun 2016 menjadi
251,91 kg/kap/th pada Tahun 2020. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
di Kabupaten Semarang mengalami penurunan produksi/produktivitas pada
sektor pertanian.
Terjadinya penurunan produksi/produktivitas pada sektor pertanian
perlu direspond dengan segera oleh Pemerintah, terlebih saat ini dengan
adanya situasi pandemi Covid-19 telah menyebabkan disrupsi pada sektor
ekonomi karena sebagian masyarakat kehilangan mata pencahariannya.
Oleh sebab itu, guna memastikan seluruh masyarakat, terutama
masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 dan masyarakat prasejahtera,
agar dapat tetap mengakses komoditas pangan dengan harga terjangkau,
maka ketersediaan pasokan yang cukup perlu jadi fokus pemerintah.
3. Pola Pangan Harapan (PPH)
Tabel 2.45. Ketersediaan Pangan Utama dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
1. Pola Pangan Harapan Skor 84,60 85,00 85,60 93,60 93,80 Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan, 2021
PPH merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai jumlah
dan komposisi pangan yang dikonsumsi masyarakat. PPH biasanya digunakan
untuk mengetahui konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah.
Peningkatan mutu gizi konsumsi pangan penduduk Kabupaten
Semarang yang diindikasikan dengan skor mutu gizi pangan PPH setiap
tahunnya meningkat. Realisasi skor PPH Tahun 2020 adalah 93,80,
mengalami kenaikan sebanyak 0,20 point dibanding tahun 2019 yang realisasi
skor PPH sebesar 93,60.
Adanya kenaikan PPH di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa
situasi konsumsi pangan yang ada di masyarakat Kabupaten Semarang
berdasarkan bahan pangan, mutu dan keseimbangan gizi lebih baik dan lebih
variatif.
Dengan kata lain konsumsi masyarakat sudah tidak lagi didominasi
dari sumber karbohidrat saja terutama beras. Skor PPH akan meningkat lebih
tinggi lagi jika pangan yang dikonsumsi masyarakat mencakup unsur
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam porsi yang seimbang.
II - 87
D. Pertanahan
Pembagian Urusan Pertanahan yang menjadi urusan pemerintah
daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007. Urusan itu
antara lain : izin lokasi, pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sengketa
tanah garapan, ganti rugi, penetapan subyek obyek redistribusi tanah, tanah
ulayat, pemanfaatan tanah kosong, izin membuka tanah, dan penggunaan
tanah.
Di Kabupaten Semarang, kebijakan pertanahan diarahkan pada
peningkatan tertib administrasi pertanahan dan pemecahan masalah-masalah
atau konflik pertanahan. Sejalan dengan kebijakan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Semarang bekerja sama dengan Kantor ATR/BPN Kabupaten
Semarang memfasilitasi pelaksanaan program PTSL (Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap) secara serentak di sejumlah wilayah Kecamatan di
Kabupaten Semarang.
Melalui fasilitasi pelaksanaan program PTSL tersebut, dari total
sebanyak 815.000 bidang di Kabupaten Semarang yang telah bersertifikat
mencapai 508.693 bidang atau mencapai sebesar 62,41%. Capaian ini
meningkat dari Tahun 2019 yang capaiannya sebesar 58,56%.
Adapun tanah milik Pemerintah Daerah sampai dengan Tahun 2020
tercatat sebanyak 5.171 bidang. Dari jumlah tersebut yang telah bersertifikat
hingga Tahun 2020 mencapai sebanyak 644 bidang.
E. Lingkungan Hidup
1. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB/SDGs) pada Aksi ke-13 : “Aksi iklim” dan Aksi ke-15 :
“Kehidupan di Darat”. RTH di Kabupaten Semarang sesuai dengan yang
tercantum dalam RTRW adalah 30% dari luas perkotaan atau 2.100 Ha, yang
tersebar di 6 wilayah perkotaan, yaitu: Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan
Ungaran Timur, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Bergas
dan Kecamatan Jambu.
Dalam rangka untuk mewujudkan ketersediaan RTH yang
berkelanjutan, Pemerintah Kabupaten Semarang terus berupaya untuk
meningkatkan ketersediaan RTH yang ditunjukkan oleh terus meningkatnya
luasan RTH selama lima tahun terakhir, yaitu dari 529,52 Ha Tahun 2016
meningkat menjadi 543,50 Ha Tahun 2020 sebagaimana diuraikan/drinci
pada tabel berikut :
II - 88
Tabel 2.46. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ha 529,52 530,21 541,90 543,50 543,50 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021
2. Persentase Penanganan Sampah
Persentase penanganan sampah dipengaruhi oleh produksi sampah
yang dihasilkan oleh masyarakat di suatu daerah/wilayah serta sampah yang
ditangani di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Persentase penanganan sampah
di Kabupaten Semarang mengalami kenaikan setiap tahun dari Tahun 2016
sebesar 14,62% menjadi 32,53% pada Tahun 2020 sebagaimana dirinci pada
tabel berikut :
Tabel 2.47. Persentase Penanganan Sampah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase Penanganan Sampah % 14,62 20,55 24,34 29,40 32,53 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kaupaten Semarang, 2021
Permasalahan persampahan tidak terlepas dari semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk yang berpotensi meningkatkan produksi sampah
sehingga pada akhirnya dapat berdampak memperbesar volume timbulan
sampah. Sejalan dengan hal tersebut, di Kabupaten Semarang tercatat bahwa
volume sampah semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga semakin
membebani kapasitas TPA Blondo yang semakin terbatas sebagaimana
diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 2.48. Volume Sampah Terangkut ke TPA Blondo Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020
TAHUN VOLUME
(TON)
KENAIKAN/PENURUNAN
TON %
2016 33.871 -1.196 -3,41
2017 37.721 3.850 11,37
2018 45.643 7.922 21,00
2019 55.122 9.479 20,77
2020 61.774 6.652 12,07 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, 2021, diolah
Volume sampah yang terus meningkat di Kabupaten Semarang
menyebabkan TPA Blondo melampaui kapasitasnya. Semakin meningkatnya
sampah di Kabupaten Semarang antara lain disebabkan karena masih
rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah yang ada di
Kabupaten Semarang serta tidak adanya pemilahan sampah dalam proses
pengangkutan sampah baik menuju ke TPS maupun TPA.
Upaya antisipatif yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Semarang dalam penanganan sampah antara lain melalui peningkatan kerja
sama dengan berbagai pihak dalam penanganan sampah dan
menumbuhkembangkan Lembaga Bank Sampah oleh masyarakat agar dapat
II - 89
ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah tuntas di tempat.
Dalam hal ini melalui adanya Bank Sampah, masyarakat diharapkan
dapat memilah dan mengolah sampah secara mandiri dengan menerapkan
prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Namun demikian upaya tersebut
masih belum cukup optimal dan perlu pengembangan lebih lanjut agar dapat
semakin mengefektifkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat guna
mengurangi beban TPA Blondo.
3. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk
Rasio TPS per satuan penduduk di Kabupaten Semarang mengalami
peningkatan selama kurun waktu Tahun 2016-2020 dengan capaian 0,77%
pada Tahun 2016 menjadi 0,93% pada Tahun 2020 sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.49. Rasio TPS Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN SAT PERKEMBANGAN PERTAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah TPS Unit 143 157 157 157 160
Daya Tampung TPS M³ 774 876 943 943 980
Jumlah Penduduk Jiwa 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817
Rasio Daya Tampung TPS terhadap jumlah
penduduk
% 0,77 0,87 0,92 0,92 0,93
Sistem Pengolahan
Persampahan
Control
Landfill
Control
Landfill
Control
Landfill
Control
Landfill
Control
Landfill
Proyeksi Batas
Waktu Penggunaan
TPA
Tahun 2 2 2 2 1
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, 2021
Rasio TPS per satuan penduduk dipengaruhi oleh jumlah TPS
terbangun dan perkembangan jumlah penduduk. Pada prakteknya laju
pembangunan TPS di Kabupaten Semarang tidak sebanding dengan volume
sampah yang semakin meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk
di Kabupaten Semarang. Meskipun sudah diupayakan penambahan jumlah
kontainer sampah sebagai solusi kurangnya jumlah TPS di seluruh wilayah
Kabupaten Semarang, namun upaya tersebut masih belum dapat menjawab
permasalahan yang dihadapi.
4. Jumlah Penerapan Teknologi Tepat Guna
Jumlah penerapan teknologi tepat guna yang mendapat fasilitasi dari
pemerintah sejalan dengan target TPB ke-7, yaitu : “Energi Terbarukan”.
Sampai dengan Tahun 2020, Kabupaten Semarang telah memfasilitasi
penerapan teknologi tepat guna sebanyak 62 unit. Dalam kurun waktu Tahun
2016-2020, capaian ini selalu meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana
diuraikan dalam tabel berikut :
II - 90
Tabel 2.50. Jumlah Penerapan Teknologi Tepat Guna di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Indikator Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Penerapan Teknologi Tepat
Guna Unit 3 10 22 60 62
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, 2021
Secara khusus pada pada Tahun 2020 terdapat penambahan
penerapan teknologi tepat guna di Kabupaten Semarang sebanyak 2 kegiatan
yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan fasilitas pengolahan biogas
yaitu di Desa Samirono, Kecamatan Getasan yang didanai APBD Kabupaten
Semarang dan Dana Alokasi Khusus, serta di Dusun Banyudono, Desa
Gedong, Kecamatan Banyubiru yang dibangun oleh Dinas Kesehatan Hewan
Provinsi Jawa Tengah.
5. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) merupakan indikator
pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. IKLH merupakan perpaduan
konsep Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) dan konsep Environmental
Performance Index (EPI). IKLH dapat digunakan untuk menilai kinerja program
perbaikan kualitas lingkungan hidup dan sebagai bahan informasi dalam
mendukung proses pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kriteria yang digunakan
untuk menghitung IKLH adalah: (1) Kualitas Air; (2) Kualitas Udara; dan (3)
Kualitas Tutupan Lahan.
IKLH Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir (Tahun 2016-
2020) terus meningkat, yaitu dari 54,25 pada Tahun 2016 meningkat menjadi
69,12 pada Tahun 2020. Capaian IKLH Kabupaten Semarang dalam kurun
waktu Tahun 2016-2020 termasuk pada rentang nilai 50 – 69,90 sehingga
tergolong dalam kategori “sedang”.
Tabel 2.51. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Indeks Kualitas Air 39,30 45,20 52,22 48,33 53,33
Indeks Kualitas Udara 50,00 70,75 85,85 83,86 78,68
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 68,65 73,73 63,90 73,00 78,57
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 54,25 64,28 66,98 68,86 69,12 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kab. Semarang, 2021
F. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Secara garis besar, kepemilikan dokumen kependudukan penduduk
Kabupaten Semarang terus meningkat selama lima tahun terakhir. Hal ini
menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran penduduk Kabupaten
II - 91
Semarang akan pentingnya dokumen kependudukan terus meningkat,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.52. Kepemilikan Dokumen Kependudukan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
1 Kepemilikan KK (%) 100 100 100 100 100
2 Kepemilikan KTP (%) 97,79 98,37 99,73 99,75 99,76
3
Cakupan Kepemilikan
Kutipan Akta Kelahiran (0-18 th) (%)
83,06 92,04 93,58 95,68 96,74
4 Cakupan Kepemilikan Akta
Kematian (%) 70,93 75,74 79,67 84,04(*) 84,99
5 Migrasi Keluar 9.710 8.882 9.540 10.135 8.176
6 Migrasi Masuk 10.472 563 11.344 1.289 1.146 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021 LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016-2021 (*)Keterangan : Angka Prediksi
1. Kepemilikan Kartu Keluarga (KK)
Selama kurun waktu Tahun 2016-2020, seluruh penduduk Kabupaten
Semarang sudah tercatat dalam database kependudukan meskipun masih ada
yang belum melaksanakan perekaman data biometriknya. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Semarang telah peduli dengan
data kependudukan.
2. Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik
Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020 selalu meningkat. Pada Tahun 2016 capaian
kepemilikan KTP-el tercatat sebesar 97,79% dan pada Tahun 2020 menjadi
99,76%. Dengan demikian masih terdapat 0,24% penduduk Kabupaten
Semarang yang belum memiliki KTP, mereka adalah para wajib KTP pemula
atau usia 17 tahun yang belum melaksanakan perekaman biometrik.
Salah satu usaha mempercepat perekaman KTP-el melalui pelayanan
perekaman ke desa/kelurahan untuk wajib KTP pemula. KTP-el dengan NIK
tunggal menjadi dokumen wajib yang dimiliki oleh penduduk Indonesia, dan
dimanfaatkan sebagai dokumen sumber untuk berbagai kepentingan baik
pemerintahan maupun sektor swasta.
3. Cakupan Kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran
Cakupan kepemilikan Akta Kelahiran Anak Usia 0-18 Tahun di
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 selalu meningkat, kepemilikan akta
kelahiran tersebut merupakan akta kelahiran dari penduduk Kabupaten
Semarang yang terekam dalam database Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) dan terdaftar secara manual dalam register Pencatatan
Sipil pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang.
Cakupan kepemilikan akta kelahiran penduduk Kabupaten Semarang
II - 92
usia 0-18 tahun dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari 83,06% pada Tahun 2016
menjadi 96,74% pada Tahun 2020.
Peningkatan tersebut didorong oleh beberapa faktor, antara lain: (1)
penduduk Kabupaten Semarang sudah mulai memahami pentingnya akta
kelahiran; dan (2) adanya kerja sama lintas sektor antara Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan rumah sakit dan klinik/rumah
bersalin untuk pengurusan akta kelahiran ditempat melalui program
BALAPUTRADEWA (Bayi Lahir Pulang Bawa Akta Lahir dengan Wajah Ceria).
4. Cakupan Kepemilikan Akta Kematian
Cakupan kepemilikan Akta Kematian di Kabupaten Semarang Tahun
2016-2020 selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan
kesadaran masyarakat Kabupaten Semarang untuk melaporkan adanya
kematian warga sudah semakin baik.
Meskipun demikian, data tersebut masih belum dapat sepenuhnya
merepresentasikan kondisi riil di lapangan/masih terdapat kemungkinan
perbedaan dengan kondisi sebenarnya di lapangan karena masih banyak
penduduk yang meninggal tetapi tidak dilaporkan kepada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang untuk diterbitkan
Akta Kematian.
5. Migrasi Keluar
Migrasi keluar di Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020
bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2016 jumlah migrasi
keluar di Kabupaten Semarang tercatat sejumlah 9.710 jiwa. Pada Tahun 2017
mengalami penurunan menjadi sebanyak 8.882 jiwa. Pada Tahun 2018,
jumlah migrasi keluar di Kabupaten Semarang meningkat menjadi sebanyak
9.540 jiwa. Demikian pula pada Tahun 2019 juga meningkat menjadi
sebanyak 10.135 jiwa. Sedangkan pada Tahun 2020 menurun menjadi
sebanyak 8.176 jiwa.
6. Migrasi Masuk
Migrasi masuk di Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020
juga bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2016 jumlah migrasi
masuk di Kabupaten Semarang tercatat sebanyak 10.472 jiwa. Pada Tahun
2017 mengalami penurunan yang cukup drastis hanya menjadi sebanyak 563
jiwa. Pada Tahun 2018, jumlah migrasi masuk di Kabupaten Semarang
meningkat menjadi sebanyak 11.344 jiwa. Namun demikian pada Tahun 2019
II - 93
menurun drastis hanya menjadi sebanyak 1.289 jiwa. Sedangkan pada Tahun
2020 kembali menurun menjadi sebanyak 1.146 jiwa.
G. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan sosial,
budaya, dan ekonomi agar tercipta masyarakat yang berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial agar mampu memperbaiki situasi dan kondisi
diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam suatu kerangka
pembangunan partisipatif yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat
yaitu sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemanfaatan dan
pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta pengembangan tindak lanjut
hasil pembangunan.
Lembaga yang memiliki peran di dalam pemberdayaan masyarakat
adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa/Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan.
1. Indeks Pembangunan Desa/Indeks Desa Membangun
Indeks Pembangunan Desa/Indeks Desa Membangun (IPD/IDM)
merupakan indeks komposit yang menggambarkan tingkat kemajuan atau
perkembangan desa pada suatu waktu. Nilai indeks mempunyai rentang 0-
100, dengan pengelompokan desa menjadi 3 kategori, yaitu: Desa Mandiri
(nilai IPD > 75), Desa Berkembang (nilai IPD 50 ≤ 75) dan Desa Tertinggal (nilai
IPD ≤ 50).
IPD Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020
selalu meningkat yaitu dari 29,50% pada Tahun 2016 menjadi 73,00% pada
Tahun 2020 sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.54. Perkembangan Indeks Pembangunan Desa Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa IPD/IDM Kabupaten
Semarang selalu meningkat dari Tahun 2016 hingga Tahun 2020 dan berhasil
mencapai skor 73,00 sehingga termasuk dalam kategori berkembang.
29,50
37,80
56,80
73,00 73,00
25,00
35,00
45,00
55,00
65,00
75,00
2016 2017 2018 2019 2020
II - 94
Peningkatan IPD/IDM tersebut terdapat pada indikator jumlah
infrastruktur desa yang terbangun, diantaranya melalui rehab Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH) dengan sumber anggaran Dana Desa, Bantuan Keuangan
Provinsi Jawa Tengah dan APBD Kabupaten Semarang.
2. Persentase Lembaga Kemasyarakatan Desa yang Aktif
Sampai dengan Tahun 2020, Kabupaten Semarang telah memiliki
sebanyak 17.273 Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yang terdiri dari
LPMD/K 235, RT 5.542, RW 1.389, Karang Taruna 208, PKK 9.691.
Keseluruhan Lembaga tersebut aktif dalam mendukung pembangunan dan
kegiatan di desa sehingga indikator kinerja yang diampu oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa capaiannya tercapai 100%. Keaktifan
lembaga tersebut didorong oleh faktor kapasitas pengurus LKD, sarpras atau
sarana kerja yang memadai, dukungan dan partisipasi masyarakat, serta
fasilitas dari Pemerintah desa.
3. Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat
Swadaya masyarakat Kabupaten Semarang terhadap program
pemberdayaan masyarakat pada Tahun 2020 mencapai sebesar 69,00%
(Rp28.662.230.000,00). Kondisi ini mengalami penurunan jika dibandingkan
Tahun 2019 yang mencapai sebesar 73,00% (Rp35.843.928.478,00). Adanya
penurunan ini dipengaruhi oleh jumlah stimulan yang berkurang dan adanya
dampak dari pandemi Covid-19 sehingga pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa tidak bisa sebesar swadaya dari Tahun 2019.
4. PKK Aktif
Capaian PKK aktif Kabupaten Semarang dari Tahun 2016-2020 telah
mencapai 100% atau dengan kata lain seluruh kelompok PKK di Kabupaten
Semarang merupakan PKK aktif dengan berbagai kegiatannya.
Adapun sampai dengan Tahun 2020, jumlah PKK aktif di Kabupaten
Semarang mencapai sebanyak 9.691 kelompok, yang terdiri dari: PKK RT
6.701 kelompok; PKK RW 1.601 kelompok; dan PKK Dusun 1.389 kelompok.
5. Posyandu Aktif
Capaian Posyandu Aktif di Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun
2020 sudah mencapai 100% atau dengan kata lain seluruh Posyandu di
Kabupaten Semarang merupakan Posyandu aktif dengan berbagai
kegiatannya. Jumlah Posyandu Aktif Kabupaten Semarang Tahun 2020
sebanyak 1.669 posyandu yang terdiri dari: (1) 2 Posyandu Pratama; (2) 375
Posyandu Madya; (3) 571 Posyandu Purnama; dan (4) 721 Posyandu Mandiri.
• • • • •
II - 95
H. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
1. Rata-rata Jumlah Anak Per Keluarga
Sumber: Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.55. Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Rata-rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Semarang pada
kurun waktu Tahun 2016-2020 tercatat dari tahun ke tahun sebanyak 1
hingga 2 anak per keluarga. Tahun 2020 rata-rata jumlah anak per keluarga
mengalami peningkatan yang disebabkan meningkatnya angka akseptor drop
out KB (akseptor yang menghentikan kontrasepsi lebih dari 3 bulan) sebanyak
7.945 akseptor.
Di samping itu, peningkatan rata-rata jumlah anak per keluarga di
Kabupaten Semarang juga dipengaruhi oleh hambatan yang ditemui dalam
mengakses KB di masa Pandemi Covid-19 di antaranya: (1) Adanya himbauan
untuk tidak melayani KB yang bersifat tindakan (MOW, MOP, IUD, Implant)
karena dapata mengurangi sistem imun; (2) Akses pelayanan KB banyak yang
sementara tidak melayani KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP); dan
(3) kekhawatiran masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan sehingga
mengurungkan niat untuk mengunjungi klinik kesehatan saat pandemi Covid-
19 masih berlangsung.
2. Rasio Akseptor KB
Rasio Akseptor KB adalah perbandingan antara pencapaian jumlah
peserta KB dibandingkan dengan Pasangan Usia Subur (PUS). Besarnya angka
partisipasi (akseptor) KB menunjukkan adanya pengendalian jumlah
penduduk.
Perkembangan Rasio Akseptor KB Kabupaten Semarang Tahun 2016-
2019 mengalami penurunan, namun pada Tahun 2020 meningkat menjadi
73,02%. Hal ini menunjukan peningkatan partisipasi masyarakat dan upaya
pemerintah dalam pengendalian penduduk. Capaian rasio akseptor KB
Kabupaten Semarang pada kurun waktu Tahun 2016-2020 dapat dilihat
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.53. Rasio Akseptor KB Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah akseptor KB Aktif (PA) Jiwa 160.670 164.522 165.730 151.447 155.269
Jumlah Pasangan Usia Subur Jiwa 193.214 197.877 204.262 208.432 212.639
Rasio Akseptor KB % 83,15 83,14 81,14 72,66 73,02 Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021
1,18
0,83 0,95
0,88
1,17
0,7
0,9
1,1
1,3
2016 2017 2018 2019 2020
II - 96
Jumlah Peserta KB Aktif di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.54. Peserta KB Aktif Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020 NO PESERTA KB AKTIF 2019 2020 (+/-)
1 IUD 17.881 19.106 +
2 MOW 6.843 7.090 +
3 MOP 1.200 1.203 +
4 KONDOM 1.834 1.924 +
5 IMPLANT 32.992 35.931 +
6 SUNTIK 80.713 79.896 -
7 PIL 9.984 10.119 +
Jumlah PA 151.447 155.269 +
Jumlah PUS 208.432 212.639
% PA/PUS 72,66 73,02 Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021
Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini
menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Peserta
KB aktif yang makin banyak menggambarkan keberhasilan pengendalian
kependudukan dalam menciptakan norma keluarga kecil.
3. Ketahanan Keluarga
Salah satu faktor kegagalan pembangunan di negara berkembang
adalah diakibatkan fokus program yang terlalu menempatkan individu sebagai
sasarannya dan cenderung mengabaikan keluarga sebagai unit pengelola
sumberdaya serta pengambil keputusan aspek kehidupan individu yang
menjadi sasaran program tersebut.
Elemen keluarga sebagai komunitas terkecil masyarakat dibangun
berdasarkan hubungan talian pernikahan yang sah secara ajaran agama dan
tercatat dalam catatan sipil. Oleh sebab itu, pernikahan adalah pondasi
utama dalam membangun dan membentuk ketahanan keluarga karena
melalaui pernikahan dapat menyatukan dua energi besar untuk bersama
berjuang dalam keserasian guna mewujudkan kesejahteraan keluarga.
Namun demikian, apabila keserasian dalam pernikahan gagal/tidak
dapat tercapai, maka akan berpotensi menimbulkan berbagai macam
permasalahan yang dapat berujung pada timbulnya talak atau bahkan
perceraian. Adanya talak ataupun perceraian ini menjadi salah satu tantangan
yang dihadapai oleh Pemerintah yang dalam upaya pembinaan dan
pembangunan ketahanan keluarga.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Semarang, dapat diketahui bahwa
angka pernikahan di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-
2020 mengalami peningkatan dari sejumlah 7.008 peristiwa pernikahan pada
Tahun 2016 menjadi sejumlah 7.118 peristiwa pernikahan pada Tahun 2020.
Angka talak talak di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun
2016-2020 juga mengalami peningkatan dari sejumlah 494 peristiwa talak
pada Tahun 2016 menjadi sejumlah 655 peristiwa talak pada Tahun 2020.
• • • •
II - 97
Demikian halnya dengan angka perceraian di Kabupaten Semarang
selama kurun waktu Tahun 2016-2020 juga mengalami peningkatan dari
sejumlah 1.235 peristiwa perceraian pada Tahun 2016 menjadi sejumlah
2.120 peristiwa perceraian pada Tahun 2020.
Adapun angka rujuk Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun
2016-2020 tidak ada perubahan karena capaiannya nihil (nol) dari tahun ke
tahun.
Perkembangan jumlah angka pernikahan, talak, cerai dan rujuk di
Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 selengkapnya dapat dilihat pada
grafik berikut:
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021 (diolah)
Gambar 2.56. Jumlah Angka Pernikahan, Talak, Cerai dan Rujuk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan
angka pernikahan dan talak di Kabupaten Semarang selama Tahun 2016-
2020 cenderung bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Sementara
perkembangan angka perceraian di Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-
2020 menunjukkan pola yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Adapun angka pasangan yang kembali rujuk capaiannya nihil (nol) dari tahun
ke tahun.
Melihat kondisi sebagaimana grafik diatas, maka upaya pembangunan
ketahanan keluarga di Kabupaten Semarang masih menghadapi tantangan
berupa relatif tingginya angka perceraian dalam keluarga.
Keberhasilan pembangunan ketahanan keluarga dapat diukur dengan
indikator tingkat kesejahteraan keluarga yang menggambarkan tingkat
pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan
pengembangan keluarga yang dibagi ke dalam pentahapan Keluarga Sejehtera
sebagai berikut:
7.008 7.683 7.830 7.746
7.118
494 198 675 713 655
1.235 577
1.670 1.899 2.120
0 0 0 0 0
2016 2017 2018 2019 2020
Nikah Talak Cerai Rujuk
II - 98
a. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan
akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
b. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan sosial psikologinya (socio psychological needs),
seperti kebutuhan ibadah, pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat
tinggal dan transportasi.
c. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan
perkembangan keluarganya.
Pentahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.55. Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020
KK % KK % KK % KK % KK %
1 Keluarga Pra Sejahtera
68.139 21,79 75.758 46,26 69.372 21,49 70.046 21,23 70.046 21,23
2 Keluarga Sejahtera I
163.667 21,79 61.823 20,51 155.258 48,09 154.965 46,97 154.965 46,97
3 Keluarga Sejahtera II
80.826 56,43 163.753 33,23 98.221 30,42 104.900 31,80 104.906 31,80
Jumlah Keluarga 312.632 100 301.334 100 322.851 100 329.911 100 329.917 100
Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perkembangan
keluarga pra sejahtera di Kabupaten Semarang menunjukkan tren menurun.
Sementara keluarga sejahtera I menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif.
Adapun Keluarga sejahtera II di Kabupaten Semarang menunjukkan
tren meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan/program
pemerintah telah dapat berhasil meningkatkan taraf/tingkat kesejahteraan
masyarakat. Meskipun menunjukkan capaian yang sudah baik, namun masih
diperlukan upaya peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga.
I. Perhubungan
Tabel 2.56. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Urusan Perhubungan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO INDIKATOR KINERJA SATUA
N 2016 2017 2018 2019 2020
1 Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus :
- Tipe A buah 1 1 1 1 1
- Tipe B buah 0 0 0 0 0
- Tipe C buah 7 7 7 9 9
2 Angkutan darat % 0,100 0,06 0,083 0,11 0,10 Sumber Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang , 2021
1. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal/Bus
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015
II - 99
tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan, terminal
penumpang yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah
terminal tipe C, sedangkan terminal tipe A merupakan kewenangan
Pemerintah Pusat dan terminal tipe B merupakan kewenangan Pemerintah
Provinsi.
Jumlah terminal tipe C di Kabupaten Semarang dalam kurun waktu
Tahun 2016-2020 meningkat dari 7 terminal pada Tahun 2016 menjadi 9
terminal pada Tahun 2020, atau terdapat penambahan sebanyak 2 (dua)
terminal, yaitu berupa terminal yang dibangun oleh Kementerian PUPR di
daerah wisata Bandungan dan Gedong Songo. Pembangunan terminal di
kawasan wisata tersebut dilaksanakan dalam rangka penataan strategis
kawasan wisata Bandungan dan Gedong Songo.
2. Angkutan Darat
Pergerakan angkutan darat di Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-
2020 cenderung mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya
penurunan jumlah armada dan pengguna jasa akibat pembatasan kegiatan
masyarakat selama masa pandemi Covid-19. Namun demikian, angkutan
darat di Kabupaten Semarang tetap beroperasi dengan baik dan tetap
memperhatikan protokol kesehatan, sehingga masyarakat pengguna angkutan
diharapkan dapat merasa nyaman dengan adanya pemberlakuan protokol
kesehatan di angkutan umum.
Dalam rangka mendukung penanggulangan Pandemi Covid-19,
Pemerintah Kabupaten Semarang menggagas inovasi berupa Angkot Resik
Seko Covid-19 (ASIK COVID-9) yang bertujuan unutk menggerakkan roda
perekonomian dimana ketersediaan transportasi yang bersih akan mendorong
masyarakat tetap beraktivitas dengan aman dan produktif. Pada Tahun 2020
telah dilakukan uji coba inovasi ASIK Covid-19 di wilayah Pringapus-
Karangjati yang merupakan salah satu Kawasan industri di Kabupaten
Semarang.
Tabel 2.57. Jumlah Angkutan yang Memiliki Ijin di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah angkutan yang memiliki ijin
1.100 1.309 863 1.057 1.539
Jumlah angkutan yang terdata 1.100 1.104 1.104 1.057 1.539
Persentase (%) 100% 119% 78% 100% 100% Sumber Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang , 2021
Jumlah angkutan yang memiliki ijin di Kabupaten Semarang selama
kurun waktu 2016-2020 terus mengalami peningkatan mencapai 1.539
II - 100
angkutan. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah
perusahaan transportasi dari 44 perusahan di Tahun 2016 menjadi 57
perusahaan Tahun 2020.
Tabel 2.58. Rasio Kelayakan Kendaraan Umum di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
TAHUN
KENDARAAN
BERMOTOR WAJIB UJI
(KBWU)
LULUS UJI TIDAK LULUS
UJI
RASIO
KELAYAKAN
(%)
2016 19.391 19.195 196 98,99
2017 18.971 18.921 50 99,74
2018 19.306 19.203 103 99,47
2019 21.078 20.774 304 98,56
2020 16.829 16.573 256 98,48 Sumber Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang , 2021
Uji kendaraan bermotor merupakan bukti kendaraan yang membawa
penumpang dan/atau barang layak beroperasi di jalan raya secara teknis. Uji
kelayakan kendaraan biasa disebut dengan uji KIR yang dilakukan secara
berkala. Di Kabupaten Semarang, uji kelayakan kendaraan dilaksanakan
ditempat uji berstatus terakreditasi B. Pada Tahun 2020 Kendaraan Bermotor
Wajib Uji (KBWU) di Kabupaten Semarang mencapai sebanyak 16.829
kendaraan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16.573 diantaranya kendaraan
dinyatakan telah lulus uji atau mencapai 98,48%.
J. Komunikasi dan Informatika
1. Persentase Infrastruktur Jaringan yang Terkoneksi dengan Baik
Pada Tahun 2016-2020 persentase infrastruktur jaringan komunikasi
dan informasi yang terkoneksi dengan baik di Kabupaten Semarang berhasil
tercapai 100%. Infrastruktur jaringan merupakan modal utama untuk
menyelenggarakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau e-
Government. Tanpa dukungan infrastruktur jaringan komputer yang memadai
penyelenggaraan SPBE tidak akan berjalan dengan baik.
Mengingat vitalnya peran infrastruktur jaringan dalam menyediakan
akses internet untuk menunjang penerapan sistem informasi yang selalu
digunakan setiap waktu oleh seluruh perangkat daerah, maka jaringannya
harus selalu terkoneksi dengan baik dan stabil. Hingga Tahun 2020 jumlah
jaringan komunikasi yang dikelola Pemerintah Kabupaten Semarang melalui
Dinas Komunikasi dan Informatika tercatat sebanyak 73 jaringan dan setiap
saat dalam kondisi terkoneksi.
2. Persentase Sistem Informasi yang Dapat Diaplikasikan Secara
Optimal
Persentase sistem informasi yang dapat diaplikasikan secara optimal di
Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 mencapai 57,33%. Capaian ini
II - 101
meningkat jika dibandingkan kondisi Tahun 2019 yang mencapai sebesar
56,52%.
Sampai dengan Tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Semarang telah
memiliki sistem informasi manajemen (SIM) sejumlah 75 SIM yang terdiri dari
43 SIM aktif, 5 SIM belum aktif, dan 27 SIM tidak aktif.
3. Persentase Masyarakat yang Mengakses Media Informasi
Pembangunan Daerah
Persentase masyarakat yang mengakses media informasi pembangunan
daerah di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020
meningkat dari semula 24,59% pada Tahun 2016 naik menjadi 30,50% pada
Tahun 2020. Salah satu faktor determinan dari peningkatan capaian tersebut
adalah telah dilaksanakannya peningkatan jangkauan siaran Radio Suara
Serasi pada Tahun 2019, sehingga jangkauan siaran radio semakin luas dan
masyarakat yang mengakses atau mendengar siaran semakin bertambah
banyak. Hal ini juga menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat Kabupaten
Semarang dalam mengakses media informasi pembangunan daerah
Kabupaten Semarang meningkat.
4. Jumlah Jaringan Komunikasi
Jumlah Jaringan Komunikasi yang ada di Kabupaten Semarang sampai
dengan Tahun 2020 mencapai sebanyak 73 unit/titik. Pada Tahun 2020 tidak
terdapat pembangunan jaringan baru, namun dilakukan pengembangan
jaringan Fiber Optic (FO) Kecamatan.
5. Website Milik Pemerintah Daerah
Website milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang selama kurun
waktu Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan dari semula pada
Tahun 2016 sebanyak 30 sub domain meningkat menjadi 48 sub domain pada
Tahun 2020. Selain itu, telah tersedia media informasi potensi desa yang
berwujud Website Desa Online pada sejumlah 40 desa di Kabupaten
Semarang. Dengan meningkatnya desa online ini diharapkan dapat semakin
memperlancar akses informasi bagi masyarakat sehingga dapat terhindar dari
keterisolasian informasi.
K. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
1. Jumlah Koperasi yang Berkualitas
Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang terbukti tahan terhadap
gejolak perubahan ekonomi nasional dan global harus senantiasa berbenah
diri meningkatkan kualitas kelembagaan yang institusional dan legal secara
II - 102
hukum negara. Penegasan pemerintah sejalan dengan agenda peningkatan
peran koperasi dalam ekonomi yang hypercompetitive, sehingga diperlukan
pembinaan yang lebih konstruktif.
Dalam rangka meningkatkan kualitas koperasi, dilakukan
pemeringkatan koperasi dengan variabel penilaian meliputi : (1) Badan usaha
aktif; (2) Kinerja usaha yang semakin kuat; (3) Kohesivitas dan partisipasi
anggota; (4) Orientasi kepada pelayanan anggota; (5) Pelayanan kepada
masyarakat; dan (6) Kontribusi koperasi terhadap pembangunan daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, sejak Tahun 2016 Pemerintah
Kabupaten Semarang telah mengeluarkan sertifikat pemeringkatan koperasi
yang berlaku untuk masa 2 (dua) tahun sebagai wujud pengakuan atas
kualitas koperasi. Upaya pemeringkatan koperasi berkualitas di Kabupaten
Semarang dilakukan secara berkelanjutan setiap tahunnya, sehingga dari
semula pada Tahun 2016 hanya mencakup 50 koperasi pada Tahun 2020
telah mencapai 193 koperasi yang terdiri dari 32 koperasi pegawai (KPRI), 16
koperasi simpan pinjam, 12 koperasi simpan pinjam syariah (KSPPS), 17
koperasi karyawan (Kopkar), dan 46 koperasi lain-lain.
Perkembangan jumlah koperasi yang berkualitas di Kabupaten
Semarang selama periode Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada
tabel berikut :
Tabel 2.59. Jumlah Koperasi yang Berkualitas di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah koperasi yang berkualitas Unit 50 85 120 155 193 Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021
2. Persentase Peningkatan Jumlah Unit UMKM yang Berizin
Sektor UMKM di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur lebih lanjut perihal
pengembangan usaha, kemitraan, perizinan, serta koordinasi dan
pengendalian UMKM. Usaha mikro didefinisikan sebagai usaha produktif milik
perseorangan atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro.
Jumlah unit UMKM yang berizin di Kabupaten Semarang selama
Tahun 2016-2020 selalu meningkat dari tahun ke tahun dengan persentase
kenaikan yang relatif stabil di kisaran angka 2 %. Secara khusus di Tahun
II - 103
2020, meskipun dalam masa Pandemi Covid-19, namun jumlah UMKM yang
berizin di Kabupaten Semarang tetap mengalami peningkatan sebesar 2 %. Hal
tersebut dikarenakan antusiasme pelaku usaha UMKM untuk memperoleh
perizinan tetap tinggi disebabkan oleh berbagai bantuan kepada pelaku usaha
yang mensyaratkan kepemilikan izin usaha diantaranya Bantuan Sosial Jaring
Pengaman Ekonomi dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Bantuan
Pemerintah Usaha Mikro dari Kementerian Koperasi dan UKM.
Perkembangan unit UMKM yang berizin di Kabupaten Semarang
selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.60. Persentase Peningkatan Jumlah Unit UMKM yang Berizin di
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase peningkatan jumlah
unit UMKM yang berizin % 1,80 2,26 2 2 2
Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021
3. Jumlah Usaha Mikro Binaan
Usaha mikro didefinisikan sebagai usaha produktif milik perseorangan
atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.
Serangkaian upaya telah dilaksanakan untuk membina dan mengembangkan
usaha mikro di Kabupaten Semarang sehingga jumlah usaha mikro di
Kabupaten Semarang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Secara khusus pada Tahun 2020, meskipun tengah menghadapi
dampak pandemi Covid-19, namun jumlah usaha mikro binaan di Kabupaten
Semarang tetap dapat meningkat dari Tahun 2019. Keberhasilan ini adalah
berkat dukungan kegiatan bantuan untuk UMKM baik dari Provinsi Jawa
Tengah maupun BPUM dari Kementerian Koperasi dan UKM, sehingga target
jumlah usaha mikro binaan di Kabupaten Semarang di Tahun 2020 tetap
dapat tercapai.
Perkembangan Jumlah Usaha Mikro Binaan di Kabupaten Semarang
selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.61. Jumlah Usaha Mikro Binaan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah usaha mikro binaan unit 10.296 10.529 11.028 11.428 11.928 Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021
4. Nilai Volume Usaha Koperasi
Volume usaha koperasi di Kabupaten Semarang selama Tahun 2016-
2020 cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun, Tahun 2020. Fluktuasi
tertinggi terjadi pada Tahun 2020 yang mengalami penurunan drastis dari
II - 104
capaian Tahun 2019 hingga mencapai -56,23%.
Penurunan volume usaha koperasi yang sangat signifikan pada Tahun
2020 tersebut merupakan imbas dari adanya pandemi Covid-19, dimana
banyak koperasi yang mengalami penurunan produktivitas usaha. Selain itu,
adanya physical distancing atau pembatasan kegiatan masyarakat sangat
berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi koperasi, karena sebagian besar
koperasi di Kabupaten Semarang untuk operasional dan pelayanannya masih
bersifat konvensional mengandalkan tenaga manusia, dan hanya terdapat
sejumlah kecil koperasi yang sudah memanfaatkan teknologi.
Di samping itu, pada masa pandemi Covid-19 banyak koperasi yang
mengalami masalah keuangan atau modal. Bantuan pinjaman bunga ringan
atau penundaan angsuran dari bank juga belum bisa diakses oleh banyak
koperasi karena terhambat dengan syarat- syarat yang ada. Dengan demikian
mengakibatkan volume usaha koperasi juga mengalami penurunan secara
drastis karena perputaran piutang mengalami kemacetan.
Perkembangan Nilai Volume Usaha Koperasi di Kabupaten Semarang
selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.62. Nilai Volume Usaha Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2019
URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Nilai volume usaha koperasi Juta
(Rp.) 697.106 705.692 2.816.364 1.694.831 741.798
Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021
L. Penanaman Modal
1. Jumlah Investor (PMDN/PMA)
Jumlah investor (PMDN/PMA) di Kabupaten Semarang selama Tahun
2016-2020 cenderung meningkat. Pada Tahun 2020 Jumlah investor
(PMDN/PMA) di Kabupaten Semarang meningkat secara signifikan dari tahun-
tahun sebelumnya, hal tersebut menunjukkan tingginya minat investor untuk
berinvestasi di Kabupaten Semarang.
Beberapa hal yang menarik minat investor adalah: (1) adanya
penyederhanaan prosedur dan persyaratan perizinan investasi, sehingga
keluhan utama para investor akan rumitnya perizinan dan regulasi yang
tumpang tindih tereliminasi; (2) peluang/peminat investor di Kabupaten
Semarang tidak hanya sebatas di bidang manufaktur saja, melainkan sudah
beragam merambah ke bidang-bidang lainnya seperti bidang pariwisata dan
panas bumi; serta (3) tingginya semangat masyarakat untuk membuat izin
usaha.
II - 105
Perkembangan Jumlah Investor di Kabupaten Semarang selama Tahun
2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.63. Jumlah Investor (PMDN/PMA) di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN SAT 2016 2017 2018 2019 2020
Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) investor 575 391 333 659 10.293
Penanaman Modal Asing
(PMA) investor 4 14 14 66 34
PMDN + PMA investor 579 405 347 725 10.327 Sumber: DPMPTSP Kabupaten Semarang, 2021
2. Jumlah Nilai Investasi (PMDN/PMA)
Jumlah nilai investasi PMDN/PMA dihitung dengan menjumlahkan
jumlah realisasi nilai proyek investasi berupa PMDN dan nilai proyek investasi
PMA yang telah disetujui oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Banyaknya investasi PMDN dengan modal menengah-besar dan banyaknya
investasi PMA dihitung dari total nilai proyek yang telah terealisasi pada suatu
periode tahun pengamatan. Semakin banyak realisasi proyek maka akan
menggambarkan keberhasilan daerah dalam memberi fasilitas penunjang pada
investor untuk merealisasikan investasi yang telah direncanakan.
Realisasi nilai investasi PMDN/PMA di Kabupaten Semarang selama
Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan
tingginya minat investor di Kabupaten Semarang dan kesadaran pelaku usaha
melaporkan Kemajuan Penanaman Modalnya secara online (LKPM) per
triwulan.
Perkembangan Jumlah Nilai Investasi di Kabupaten Semarang selama
Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.64. Jumlah Nilai Investasi PMDN/PMA di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
TAHUN
PERSETUJUAN REALISASI
JUMLAH
PROYEK NILAI INVESTASI
JUMLAH
PROYEK
NILAI
INVESTASI
2016 579 295,601 milyar 579 295,601 milyar
2017 405 1.003,81 milyar 405 1.003,81 milyar
2018 347 1.822,59 milyar 347 1.822,59 milyar
2019 725 3.332,95 milyar 725 3.332,95 milyar
2020 10.327 4.339,46 milyar 10.327 4.339,46 milyar Sumber: DPMPTSP Kabupaten Semarang, 2021
3. Persentase Bangunan ber-IMB
Berdasarkan hasil pendataan, diketahui bahwa jumlah total bangunan
yang ada di Kabupaten Semarang mencapai 262.831 unit. Sedangkan jumlah
bangunan yang memiliki izin berdiri/IMB sampai dengan Tahun 2020
sebanyak 156.462 izin. Apabila dibandingkan dengan jumlah total bangunan,
II - 106
maka persentase bangunan ber-IMB di kabupaten Semarang cukup rendah,
yaitu sebesar 59,52%. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran
untuk memiliki bangunan yang ber-IMB.
4. Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Perangkat Daerah Perizinan
Indeks Kepuasan Masyarakat pada Perangkat Daerah Perizinan di
Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 sebesar 91,21%, meningkat jika
dibandingkan tahun 2019 sebesar 90,51%. Peningkatan tersebut
menunjukkan meningkatnya pelayanan perizinan kepada masyarakat dengan
prima dan sesuai dengan SOP pelayanan perizinan.
M. Kepemudaan dan Olahraga
Jumlah Organisasi Pemuda di Kabupaten Tahun sampai dengan Tahun
2020 sebanyak 30 organisasi. Dari jumlah tersebut sebanyak 12 diantaranya
berhasil berprestasi atau mencapai 40% dari total organisasi yang ada di
Kabupaten Semarang.
Capaian organisasi berprestasi di Kabupaten Semarang pada Tahun
2020 relatif meningkat jika dibandingkan dengan capaian tahun-tahun
sebelumnya. Peningkatan tersebut salah satunya merupakan andil dari
Pemerintah Kabupaten Semarang melalui fasilitasi dan pembinaan terhadap
organisasi kepemudaan yang diantaranya ditempuh lewat pemberian bantuan
kepada KNPI Kabupaten Semarang dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
kepemudaan yang meliputi : Seleksi Organisasi Kepemudaan Terbaik; Seleksi
dan pembentukan PASKIBRA; Seleksi Kewirausahaan Pemuda Terbaik; Seleksi
Pemuda Pelopor Terbaik; Seleksi Jambore Pemuda Indonesia Terbaik; Lomba
TUB-BB (Tata Upacara Bendera dan Baris Berbaris) SMA; dan
Workshop/pelatihan TUB-BB (Tata Upacara Bendera dan Baris Berbaris) SMP
dan SMA untuk siswa dan guru.
Adapun jumlah organisasi olahraga di Kabupaten Semarang selama
kurun waktu Tahun 2016-2020 terus meningkat. Pada Tahun 2016 jumlah
organisasi olahraga di Kabupaten Semarang mencapai sebanyak 200
organisasi, pada Tahun 2020 capaiannya secara akumulatif sudah mencapai
338.
Peningkatan tersebut tidak lepas dari dukungan Pemerintah Kabupaten
Semarang melalui fasilitasi dan pembinaan terhadap organisasi olahraga yang
diantaranya ditempuh lewat pemberian hibah kepada KONI Kabupaten
Semarang untuk penyelenggaraan pembibitan dan pelatihan atlet,
penyelenggaraan kejuaraan olahraga tingkat Kecamatan dan Kabupaten,
I I I I I I I I
II - 107
pengiriman kontingen Kabupaten Semarang pada kejuaraan-kejuaraan
olahraga tingkat Provinsi, serta fasilitasi pelaksanaan training camp
(PPLPD/Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Daerah) bagi atlet-atlet dari
sejumlah cabang olahraga yang berprestasi.
N. Statistik
Dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 Pemerintah Kabupaten
Semarang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Semarang menyusun 6 (enam) dokumen publikasi statistik daerah yang
diterbitkan secara reguler setiap tahunnya, yaitu: Statistik Pembangunan
Daerah Kabupaten Semarang; Statistik Pembangunan Daerah Kecamatan;
Indeks Sosial Ekonomi; Indikator Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Rakyat;
Profil Kesejahteraan Petani; Perkembangan Harga Konsumen dan Inflasi.
Disamping itu, Pemerintah Kabupaten Semarang juga bekerjasama
dengan BPS Kabupaten Semarang untuk menyusun PDRB Kabupaten yang
substansinya mencakup Analisis Indikator Ekonomi; Statistik Sektoral sebagai
Basis Data Informasi Pembangunan Daerah; dan Analisis Pembangunan
Manusia.
Perkembangan capaian urusan statistik di Kabupaten Semarang
selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.65. Capaian Urusan Statistik Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
1 Buku Statistik Dok 6 6 6 6 6
2 Buku PDRB Kabupaten Dok 1 2 3 3 3 Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika, 2021
O. Persandian
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menetapkan bahwa urusan
persandian adalah urusan pemerintahan konkuren yang bersifat wajib bagi
seluruh pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Urusan
Persandian baru dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang secara
efektif sejak Tahun 2017. Adapun pada periode sebelumnya, persandian
bukan menjadi urusan tersendiri melainkan menjadi bagian dari urusan
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
Sampai dengan Tahun 2020, persentase Perangkat Daerah yang telah
menggunakan sandi dalam komunikasi Perangkat Daerah mencapai sebesar
2,17%. Hal ini sejalan dengan ketentuan pemerintah bahwa setiap instansi
pemerintah harus mengamankan informasi penting yang dimiliki dengan
II - 108
tujuan untuk melindungi data dan informasi penting dari penyingkapan oleh
pihak-pihak yang tidak berhak.
P. Kebudayaan
1. Jumlah Grup Kesenian Aktif
Jumlah grup kesenian di Kabupaten Semarang selama kurun waktu
Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan dari semula pada Tahun
2016 sebanyak 2.716 grup meningkat menjadi sebanyak 3.906 grup kesenian
pada Tahun 2020. Peningkatan jumlah grup kesenian di Kabupaten Semarang
didorong oleh sejumlah faktor, antara lain:
a. Kebijakan Pemerintah Daerah yang memberikan hibah kepada grup
kesenian, sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk mendirikan
group kesenian dan melegalkannya melalui pengesahan organisasi yang
dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan
Olahraga.
b. Peran serta pamong budaya yang memberikan pembinaan pada organisasi
kesenian untuk mendaftarkan organisasinya.
c. Berkembangnya teknologi informasi komunikasi sehingga memudahkan
masyarakat untuk memperoleh informasi demi pengembangan kesenian di
Kabupaten Semarang.
d. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk membentuk organisasi
kesenian baru yang berkualitas bagi pengembangan kreativitas kesenian
daerah.
e. Meningkatnya penyelenggaraan event-event festival seni dan budaya yang
difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk virtual dimasa Pandemi
Covid-19.
Adapun jenis/ragam grup kesenian yang ada di Kabupaten Semarang
diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.66. Jenis/Ragam Grup Kesenian di Kabupaten Semarang Tahun 2020
NO JENIS SENI SATUAN JUMLAH
1 Tari Tradisional Grup 1.327
2 Tari Modern Grup 111
3 Pertunjukan Rakyat Grup 486
4 Musik Religius Grup 916
5 Musik Modern Grup 715
6 Teater Grup 223
7 Pedalangan Grup 97
8 Seni Rupa Grup 51 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
II - 109
2. Jumlah Cagar Budaya yang Dilestarikan
Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan di
Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020 mengalami
peningkatan dari semula pada Tahun 2016 sebanyak 1.072 buah meningkat
menjadi sebanyak 1.228 buah pada Tahun 2020.
Hal ini menunjukkan bahwa pelestarian terhadap benda, situs dan
cagar budaya telah ditangani secara terpadu antara masyarakat dengan
Pemerintah Daerah, baik yang berupa benda bergerak maupun benda tidak
bergerak.
Jenis/ragam grup cagar budaya yang ada di Kabupaten Semarang
diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.67. Cagar Budaya di Kabupaten Semarang Tahun 2020 NO JENIS SATUAN JUMLAH
I Cagar Budaya Bergerak
1 Artefak Buah 352
2 Pusaka Buah 82
3 Arca/ Patung Buah 272
4 Peninggalan Lain Buah 435
II Cagar Budaya Tidak Bergerak
1 Benteng Buah 2
2 Bangunan Kolonial Buah 35
3 Gereja / masjid Buah 36
4 Bangunan lain (candi, petirtaan, stasiun, dll) Buah 14 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021
Agar benda cagar budaya, khususnya cagar budaya bergerak yang ada
di Kabupaten Semarang saat ini tidak mudah lepas/hilang maka sangat perlu
adanya sebuah bangunan/Museum yang representatif untuk menyimpan,
merawat dan memamerkan warisan budaya Kabupaten Semarang sebagai
bentuk upaya pelestarian benda cagar budaya.
Q. Perpustakaan
1. Jumlah Perpustakaan
Jumlah Perpustakaan Kabupaten Semarang selama kurun waktu
Tahun 2016-2020 selalu meningkat, yaitu dari 1.120 unit pada Tahun 2016
meningkat menjadi 1.130 unit pada Tahun 2020. Perpustakaan di Kabupaten
Semarang sebagian besar masih belum dapat memenuhi standar nasional
perpustakaan, yaitu utamanya pada perpustakaan desa dan sekolah dasar
yang disebabkan kurangnya luas ruangan dan keterbatasan jenis dan jumlah
koleksi. Selain itu permasalahan yang juga dihadapi adalah kurangnya tenaga
pengelola perpustakaan desa dan sekolah dasar.
Perkembangan jumlah perpustakaan di Kabupaten Semarang selama
Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
I I I I I I
I I I I I I
II - 110
Tabel 2.68. Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO JENIS
PERPUSTAKAAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
1 SD Unit 475 475 475 476 476
2 MI Unit 129 129 129 129 129
3 SMP Unit 94 94 94 94 94
4 MTs Unit 37 37 37 37 37
5 SMA Unit 25 25 25 25 25
6 MA Unit 7 7 7 7 7
7 SMK Unit 28 28 28 28 28
8 Perpustakaan Keliling Unit 130 135 137 137 137
9 Instansi Pemerintah Unit 25 25 25 25 25
10 Perguruan Tinggi Unit 2 2 2 2 2
11 Umum Unit 168 168 168 170 170
Jumlah 1.120 1.125 1.127 1.130 1.130 Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2021
2. Jumlah Pengunjung Perpustakaan
Jumlah pengunjung perpustakaan di Kabupaten Semarang selama
Tahun 2016-2020 cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Fluktuasi
tertinggi terjadi pada Tahun 2020 yang mengalami penurunan drastis dari
capaian Tahun 2019 hingga mencapai -64,37%. Adanya penurunan jumlah
pengunjung perpustakaan secara signifikan pada Tahun 2020 disebabkan
karena kondisi Pandemi Covid-19, sehingga pelayanan perpustakaan
diberlakukan pengurangan jam kunjungan dan bahkan ditutup untuk
sementara waktu.
Tabel 2.69. Jumlah Pengunjung Perpustakaan di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Laki-laki Orang 67.299 68.547 73.417 77.896 53.241
Perempuan Orang 78.261 80.589 75.789 71.550
Jumlah 145.560 149.136 149.206 149.446 53.241 Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2021
3. Jumlah Koleksi Buku
Koleksi buku yang tersedia di Perpustakaan Daerah Kabupaten
Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020 terus meningkat
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.70. Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Koleksi Buku
Perpustakaan
Judul 40.690 41.458 41.734 39.156 39.472
Eksemplar 77.653 79.257 80.377 78.662 79.294 Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2021
R. Kearsipan
Penyelenggaraan urusan kearsipan di daerah pada dasarnya bertujuan
untuk kepentingan penyelamatan catatan sejarah suatu daerah yang
II - 111
merupakan bagian tak terpisahkan dari catatan sejarah nasional Indonesia.
Namun demikian, penyelenggaraan urusan kearsipan di daerah juga
dimaksudkan sebagai upaya untuk menyelamatkan bahan bukti kinerja
pemerintahan daerah yang pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi
perlindungan hak-hak keperdataan maupun untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah.
Kinerja penyelenggaraan urusan kearsipan yang dilaksanakan di
Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 sementara lebih berfokus pada
upaya peningkatan SDM pengelola kearsipan dan upaya pemenuhan tata
kelola arsip secara baku, khususnya pada instansi Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Desa.
Berkaitan dengan upaya peningkatan SDM pengelola kearsipan dapat
disampaikan bahwa selama kurun waktu Tahun 2016-2020 telah
dilaksanakan pelatihan dan pembinaan bagi SDM pengelola kearsipan baik
bagi jajaran Perangkat Daerah Kabupaten Semarang maupun bagi jajaran
Pemerintah Desa. Capaian peningkatan SDM pengelola kearsipan di
Kabupaten selama kurun waktu Tahun 2016-2020 menunjukkan
kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hanya saja pada Tahun 2020
terjadi penurunan kinerja yang sangat signifikan hingga mencapai -33,70%
mengingat dalam situasi pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi untuk
dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan secara langsung ke lapangan.
Adanya kebijakan refocussing kegiatan dan anggaran untuk penanganan
pandemi Covid-19 juga berdampak pada keterbatasan dana untuk
penyelenggaraan kegiatan pelatihan kearsipan.
Adapun berkaitan dengan upaya pemenuhan tata kelola arsip secara
baku dapat disampaikan bahwa selama kurun waktu Tahun 2016-2020
capaiannya relatif meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun sempat
mengalami penurunan di Tahun 2018, namun pada Tahun 2019 dan Tahun
2020 kembali meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Secara
khusus, peningkatan capaian kinerja pengelolaan arsip secara baku pada
Tahun 2020 dapat dimungkinkan karena dari target sebanyak 54 unit yang
mengelola arsip secara baku, pada pelaksanaannya terealisasi 56 karena
terdapat penambahan realisasi sebanyak 2 unit dari Pemerintah Desa
sehingga mengalami peningkatan capaian kinerja dari target yang telah
ditentukan.
Perkembangan capaian kinerja urusan kearsipan di Kabupaten
I I I I I I I
II - 112
Semarang selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel
berikut :
Tabel 2.71. Capaian Kinerja Urusan Kearsipan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Peningkatan SDM
pengelola kearsipan
Kegiatan 2,00 2,00 70,00 80,00 53,00
Pengelolaan arsip secara baku
% 73,00 96,96 85,20 97,20 104,00
Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2020
2.1.4.3 Urusan Pemerintahan Pilihan
A. Kelautan dan Perikanan
Potensi sumber daya perikanan Kabupaten Semarang merupakan
potensi yang dapat dioptimalkan pengelolaannya demi mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Semarang, kelestarian sumber daya
perikanan dan lingkungannya, serta peningkatan peran sektor perikanan
dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Semarang.
Kegiatan perikanan di Kabupaten Semarang pada dasanya terbagi
menjadi dua, yakni perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan
budidaya berkembang pesat di seluruh wilayah Kabupaten Semarang,
sedangkan perikanan tangkap terkonsentrasi di perairan Rawa Pening dan
sekitarnya yang meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu, Kecamatan
Tuntang, Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan
Banyubiru.
Meskipun demikian, di luar kategori itu terdapat juga kegiatan
perikanan tangkap di perairan umum lainnya, seperti sungai, cek-dam
maupun embung. Perairan Umum Daratan (PUD) yang ada di Kabupaten
Semarang memiliki 1 danau yaitu Rawa Pening seluas 2.020 Ha, 88 sungai
dengan luas ±44,01 Ha, 45 unit Embung dengan luas ±40,88 Ha, dan lahan
marginal seluas ±20 Ha tersebar disekitar Rawa Pening.
Perkembangan capaian kinerja urusan kelautan dan perikanan di
Kabupaten Semarang diuraikan sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 2.72. Capaian Indikator Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Semarang Tahun 2018-2020
NO INDIKATOR SATUAN 2018 2019 2020
1 Persentase peningkatan hasil produksi
perikanan % 0,70 0,20 -14,75
2 Cakupan bina kelompok tani nelayan % 68,63 82,35 82,35
3 Persentase pemenuhan kebutuhan
konsumsi ikan % 49,78 49,90 35,92
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, 2021
II - 113
1. Persentase Peningkatan Hasil Produksi Perikanan
Hasil produksi perikanan di Kabupaten Semarang Tahun 2020
mengalami penurunan yang sangat tajam jika dibandingkan Tahun 2018 dan
2019, yaitu sebesar 14,75%. Penurunan tersebut disebabkan: (1) Terjadinya
banjir yang mengakibatkan gagal panen dan hilangnya satu periode tebar
sehingga potensi produksi ikan hilang; (2) Penurunan produksi ikan yang
disebabkan oleh tersendatnya pasokan pakan pelet di pasaran; (3) Dampak
pandemi Covid-19 yang menyebabkan tingginya harga pakan dan tersendatnya
pemasaran sehingga mengurangi permodalan pembudidaya ikan; dan (4)
Penataan karamba di Rawa Pening oleh BBWS Kementerian PUPR.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan hibah
berupa percontohan budidaya ikan nila dan lele kepada kelompok pemudidaya
ikan melalui kegiatan pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan,
mengajukan bantuan dana ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pembudidaya ikan konsumsi dan
non konsumsi agar dapat melakukan budidaya secara optimal.
2. Cakupan Bina Kelompok Tani Nelayan
Pada Tahun 2020 persentase cakupan bina kelompok tani nelayan
mengalami peningkatan dibandingkan pada Tahun 2018. Dimana pada Tahun
2018 sebesar 68,83% meningkat menjadi 82,35% pada Tahun 2020.
Peningkatan ini dikarenakan pembinaan terhadap kelompok tani nelayan yang
bernama Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebanyak 25 kelompok dari 51
kelompok di wilayah danau Rawa Pening.
3. Persentase Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Ikan
Persentase pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan Tahun 2020
mencapai 35,92%, menurun jika dibandingkan Tahun 2019 sebesar 49,90%.
Hal ini dikarenakan adanya penurunan produksi ikan konsumsi baik dari
usaha budidaya maupun tangkap. Selain itu pasokan ikan dari luar
Kabupaten Semarang baik ikan tawar maupun ikan laut menurun selama
pandemi Covid-19.
B. Pariwisata
1. Persentase Peningkatan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata
Pendapatan daerah Kabupaten Semarang dari sektor pariwisata pada
Tahun 2020 mencapai sebesar Rp5.574.727.000,-. Capaian ini menurun
sebesar -40,28% jika dibandingkan dengan pendapatan sektor pariwisata pada
II - 114
Tahun 2019 yang mencapai Rp9.334.786.000,00,-.
Adanya Penurunan tersebut merupakan dampak dari pandemi Covid-
19 dimana sektor pariwisata menjadi salah satu sektor paling terdampak,
karena harus melakukan penundaan dan/atau pembatasan di tempat-tempat
umum, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisata.
Beberapa Daya Tarik Wisata (DTW) tidak beroperasi, diantaranya:
a. DTW. Pemandian Muncul dan DTW. Muncul Water Park tutup dari bulan
April sampai dengan Desember 2020;
b. DTW. Candi Gedongsongo dan DTW. Bukit Cinta tutup dari bulan April
sampai dengan Juni 2020, dibuka kembali pada bulan Juli sampai dengan
Desember 2020;
c. DTW. Palagan Ambarawa tutup dari bulan April sampai dengan Juli 2020
dan dibuka kembali pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2020.
2. Jumlah Kunjungan Wisata
Kabupaten Semarang memiliki potensi pengembangan pariwisata yang
cukup besar melalui ketersediaan 50 Daya Tarik Wisata (DTW) dan 35 desa
wisata. Potensi DTW yang meliputi wisata alam, budaya, buatan dan minat
khusus, serta potensi desa wisata cukup besar. Namun secara umum
destinasi wisata, desa wisata dan infrastruktur pendukung masih belum
optimal atau perlu ditingkatkan untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan ke Kabupaten Semarang.
Secara umum jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Semarang
selama periode Tahun 2016-2020 relatif meningkat dari tahun ke tahun.
Meskipun pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten
Semarang selama kurun waktu 5 tahun terakhir cukup progresif, namun
kekuatan daya tarik objek wisata yang ada di wilayah Kabupaten Semarang
masih belum cukup efektif untuk menarik minat wisatawan berkunjung lebih
lama di Kabupaten Semarang. Hal ini dapat terindikasi dari lama kunjungan
wisatawan di Kabupaten Semarang yang secara rata-rata masih kurang dari 1
hari untuk wisatawan domestik dan kurang dari 2 hari untuk wisatawan
mancanegara.
Adapun secara khusus, pada Tahun 2020 jumlah kunjungan
wisatawan ke Kabupaten Semarang menurun drastis dikarenakan adanya
situasi pandemi Covid-19 yang sangat berdampak pada merosotnya jumlah
kunjungan wisata di Kabupaten Semarang. Hal ini terlihat dari volume
kunjungan wisata di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 yang menurun
II - 115
hampir 50% dari jumlah kunjungan wisata Tahun 2019, yaitu dari 3.510.280
wisatawan pada Tahun 2019 turun menjadi 1.826.429 wisatawan pada Tahun
2020. Adapun kunjungan wisata ke Kabupaten Semarang pada Tahun 2020
terdiri dari 1.825.573 wisatawan domestik dan 856 wisatawan mancanegara.
Perkembangan jumlah kunjungan wisata dan lama kunjungan wisata
ke Kabupaten Semarang selama periode Tahun 2016-2020 dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.73. Jumlah dan Lama Kunjungan Wisata ke
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Wisatawan Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Lama Kunjungan
(hari)
Domestik 1.980.259 2.812.554 3.372.791 3.502.719 1.872.938 0,9
Asing 23.924 9.867 8.999 7.561 856 1,9
Jumlah 2.004.183 2.822.421 3.381.790 3.510.280 1.873.794
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, 2021
Masih belum optimalnya jumlah kunjungan dan lama tinggal
wisatawan, dibandingkan potensi wisata yang besar di Kabupaten Semarang
salah satunya disebabkan oleh pemasaran atau promosi pariwisata yang
belum optimal. Kabupaten Semarang belum mempunyai event pariwisata
dalam skala nasional sampai internasional sebagai salah satu strategi promosi
wisata. Bahkan event pariwisata Kabupaten Semarang belum masuk dalam 10
besar event pariwisata di tingkat Jawa Tengah.
Di sisi lain, pemasaran dan promosi pariwisata di Kabupaten Semarang
melalui media sosial juga masih belum optimal. Branding Kabupaten
Semarang sebagai daerah wisata juga masih menjadi tantangan. Sampai saat
ini Kabupaten Semarang belum mempunyai brand/ikon pariwisata yang kuat
sebagai penarik kunjungan wisata.
3. Standardisasi Jasa Usaha dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pariwisata
Perkembangan pariwisata Kabupaten Semarang sangat didukung oleh
keberadaan industri pariwisata yang terdiri dari 225 Jasa Akomodasi Wisata
(meliputi 12 hotel bintang, 197 hotel non bintang, 16 pondok wisata); 16
tempat kebugaran seperti spa, panti mandi uap; 92 tempat hiburan seperti
karaoke dan pub; lebih dari 500 Restoran / rumah makan; 49 café; 22 usaha
catering; 54 tempat pemancingan; 37 Biro / Agen Perjananan Wisata; 7 usaha
MICE; 112 pramuwisata bersertifikat; 4 usaha transportasi wisata; dan bisnis
oleh-oleh.
I I I I I I
II - 116
Meskipun Kabupaten Semarang secara umum memiliki potensi
pengembangan pariwisata yang cukup besar, namun peluang ini belum
sepenuhya didukung dengan adanya usaha dan SDM industri pariwisata yang
sudah terstandarisasi.
Pada industri perhotelan sebagai contoh, tingkat hunian hotel masih
sekitar 28% dan masih didominasi jumlah hotel non bintang (lebih dari 95%)
yang biasanya layanan usahanya belum terstandarisasi seperti halnya hotel
berbintang. Jumlah hotel bintang dan standar layanan industri pariwisata
perlu ditingkatkan untuk menarik kunjungan dan meningkatkan lama tinggal.
Dalam bidang hotel dan restoran, diperkirakan SDM yang bersertifikat baru
mencapai 25% dari keseluruhan SDM bidang ini sehingga masih menjadi
tantangan pemerintah dan pelaku usaha pariwisata. Meningkatkan standar
layanan industri pariwisata termasuk SDM sangat diperlukan untuk menarik
kunjungan wisatawan dan meningkatkan belanja pengunjung di Kabupaten
Semarang.
C. Pertanian
Tabel 2.74. Produktivitas Hasil Pertanian Per Tahun di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Produktivitas Hasil Pertanian Per
Tahun Ku/ha 57,20 57,45 58,16 60,20 61,57
Cakupan Bina Kelompok Petani % 6,47 32,35 32,35 48,50 52,61 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, 2021
1. Produktivitas Hasil Pertanian Per Tahun
Produktivitas hasil pertanian di Kabupaten Semarang selama lima
tahun terakhir menunjukkan tren positif dan selalu meningkat dari tahun ke
tahun. Pada Tahun 2020 produktivitas hasil pertanian mencapai 61,57
kuintal/hektar. Peningkatan tersebut disebabkan curah hujan sedang hampir
sepanjang tahun sehingga daya tumbuh tanaman menjadi optimal dan
meningkatkan panen.
Upaya untuk terus menaikkan produktivitas diantaranya dengan
penyediaan prasarana pertanian seperti pembangunan Jaringan Irigasi
Tersier/Tingkat Usaha Tani (JITUT), pembangunan irigasi air tanah dalam,
pembangunan irigasi air tanah dangkal dan embung. Selain itu penggunaan
bibit padi unggul dan penggunaan pupuk juga dapat meningkatkan
produktivitas hasil pertanian.
2. Cakupan Bina Kelompok Tani
Cakupan bina kelompok tani adalah pembinaan kepada kelompok tani
di wilayah Kabupaten Semarang. Cakupan bina kelompok tani Tahun 2016-
2020 terus meningkat, yaitu dari 6,47% pada Tahun 2016 menjadi 52,61%
II - 117
pada Tahun 2020. Secara khusus pada Tahun 2020 telah diberikan bantuan
kepada kelompok tani sebanyak 311 kelompok.
D. Perdagangan
1. Ekspor Bersih Perdagangan
Tabel 2.75. Ekspor Bersih Perdagangan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020
Ekspor Bersih Perdagangan
US$ 000 281.687,56 312.688,08 334.290,51 310.042,00 217.413,00
Sumber: Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2020
Kegiatan ekspor-impor di Kabupaten Semarang didominasi tekstil dan
produk turunannya, yaitu konveksi dan garmen. Selama kurun waktu Tahun
2016-2020, ekspor bersih di Kabupaten Semarang menunjukkan angka yang
fluktuatif. Pada Tahun 2020 ekspor bersih perdagangan di Kabupaten
Semarang sebesar US$217.413.000, menurun jika dibandingkan Tahun 2019.
Hal ini sebagai dampak pandemi Covid-19 yang menerpa dunia usaha di pasar
global. Selain itu terdapat beberapa kendala yang mempengaruhi kegiatan
ekspor/impor, antara lain:
a. Kualitas dan kuantitas produk ekspor yang kurang stabil;
b. Peluang pasar ekspor yang belum semua dimanfaatkan;
c. Nilai tukar mata uang yang fluktuatif;
d. Menurunnya permintaan pasar;
e. Keterbatasan dalam berkreasi, berinovasi untuk mengembangkan produk
ekspor;
f. Keterbatasan barang modal, bahan baku dan bahan penolong yang
diproduksi dalam negeri;
g. Adanya produk gagal/reject yang kurang sesuai dengan spesifikasi order.
Sebagai catatan berdasarkan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah pada matrik pembagian urusan pemerintahan
bidang perdagangan, menyatakan bahwa penerbitan surat keterangan asal
dan penerbitan angka pengenal importir menjadi domain provinsi. Sehingga
implikasi yang terjadi adalah fasilitasi, pembinaan dan pelaporan kegiatan
ekspor dan/atau impor menjadi kewenangan provinsi dengan tembusan
kabupaten/kota.
Pemerintah Kabupaten Semarang mendukung perluasan pasar-pasar
baru dan juga diversifikasi komoditas ekspor melalui fasilitasi bagi pelaku
usaha mikro untuk mengikuti pameran yang berskala nasional.
II - 118
E. Perindustrian
1. Persentase Pembinaan Kelompok Industri
Persentase pembinaan kelompok industri hingga Tahun 2020 telah
mencapai 20%. Dari total 267 kelompok/sentra industri yang tersebar di
Kabupaten Semarang, sebanyak 55 kelompok industri diantaranya telah
dibina oleh Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Dinas Koperasi, UMKM,
Perindustrian dan Perdagangan. Rincian kelompok industri yang terbina di
Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 adalah sebagai berikut:
a. Kelompok industri gula aren di Tengaran dan Suruh;
b. Kelompok industri makanan olahan kue di Ambarawa, Jambu, Bandungan,
Sumowono;
c. Kelompok industri kerajinan di Ungaran Barat dan Ungaran Timur;
d. Kelompok industri souvernir di Ambarawa, Banyubiru, Tuntang, Tengaran,
Ungaran Barat;
e. Kelompok industri pengolahan sampah di Ungaran Barat, Ungaran Timur,
Bandungan, Bawen, Tuntang;
f. Kelompok industri kopi di Jambu, Banyubiru, Sumowono dan Ungaran
Barat;
g. Kelompok industri logam di Bawen, Pringapus, Bergas dan Ambarawa;
h. Kelompok makanan olahan di Suruh, Susukan, Kaliwungu, Bancak;
i. Kelompok makanan olahan di Jambu, Bandungan, Bawen dan Ambarawa;
j. Kelompok kerajinan di Tengaran, Banyubiru, Ambarawa, Bawen, dan
Tuntang.
2. Persentase Peningkatan Jumlah Industri Kecil yang Berizin
Industri memiliki peran yang cukup penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial dan pengembangan sektor swasta
yang dinamis. Terlebih lagi IKM dinilai sebagai sektor yang tangguh dalam
menjalankan usahanya di tengah ketidakpastian perekonomian global. Salah
satu cara untuk meningkatkan persentase peningkatan jumlah industri kecil
berizin adalah mendorong pelaku usaha mikro yang bergerak di bidang
industri dan sudah memiliki izin usaha mikro untuk dapat meningkatkan
kapasitas izinnya menjadi izin usaha industri serta menyederhanakan proses
perizinan industri melalui serangkaian peraturan perundangan.
Jumlah industri kecil Tahun 2019 sebanyak 1.773 industri, meningkat
menjadi 1.791 industri pada Tahun 2020, yang berarti selama Tahun 2020
hanya terdapat peningkatan sebanyak 18 unit usaha. Jika dibandingkan
II - 119
Tahun 2019, persentase peningkatan industri kecil berizin meningkat sebesar
1,01%. Peningkatan tersebut di bawah target yang ditetapkan sebesar 2%,
karena:
a. Pandemi Covid-19 menyebabkan pengusaha industri kecil lebih berfokus
pada keberlangsungan usaha, bukan pada aspek legalitas;
b. Bantuan penanganan Covid-19 kepada industri kecil hanya mensyaratkan
IUM atau Surat Keterangan Usaha dari Desa, tidak mensyaratkan izin
usaha industri;
c. Belum adanya sinkronisasi aturan dan sistem antara Online Single
Submission (OSS) dengan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)
Kementerian Perindustrian;
d. Proses pemenuhan komitmen di SIINAS belum berjalan secara optimal,
salah satunya karena Pandemi Covid-19 yang membuat admin SIINAS di
tingkat kementerian tidak bisa menindaklanjuti proses di sistem.
F. Transmigrasi
Program transmigrasi di Kabupaten Semarang diselenggarakan melalui
pola transmigrasi umum. Hal ini meyebabkan cakupan kepesertaan program
transmigrasi di Kabupaten Semarang sangat terbatas karena bergantung pada
kuota dari pemerintah pusat.
Sehubungan dengan kondisi Pandemi Covid-19, pada Tahun 2020
program transmigrasi ditunda pelaksanaannya ke tahun 2021 mengacu pada
Surat dari Direktur Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan
Permukiman Transmigrasi Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi RI tanggal
6 April 2020, Nomor B.656/PKT.04.01/IV/2020, perihal perpindahan dan
penempatan transmigrasi Tahun 2020.
1. Peningkatan SDM Calon Transmigrasi
Capaian indikator kinerja peningkatan SDM calon transmigrasi hingga
Tahun 2019 mencapai sebanyak 20 orang. Capaian tersebut tidak mencapai
target yang ditetapkan sebesar 40 orang dikarenakan kuota transmigran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk Kabupaten Semarang dibatasi hanya
sebanyak 20 orang.
2. Peningkatan Kerjasama Antar Wilayah, Antar Pelaku dan Antar
Sektor Dalam Rangka Pengembangan Kawasan Transmigrasi
Realisasi pada indikator kinerja peningkatan kerjasama antar wilayah,
antar pelaku dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan
transmigrasi di Tahun 2019 hanya terealisasi sebanyak 2 provinsi dari target
I I I I I I I I I
II - 120
yang ditetapkan 3 provinsi. Capaian realisasi ini menurun dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai sebanyak 3 provinsi, hal ini disebabkan
jumlah animo pendaftar transmigran cukup banyak namun kuota daerah yang
disediakan oleh Pemerintah Pusat terbatas sehingga daya tampung program
transmigrasi di Kabupaten Semarang menjadi tidak optimal.
2.1.4.4 Unsur Pendukung Urusan Pemerintahan
A. Sekretariat Daerah
Tabel 2.76. Capaian Kinerja Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020
NO URUSAN DAN INDIKATOR SAT CAPAIAN KINERJA
2016 2017 2018 2019 2020
1 Realisasi Indikator Kinerja yang
tercapai sesuai target % 96,92 71,43 84,62 78,02 71,43
2 Skor evaluasi SAKIP skor C CC CC CC CC Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2021
1. Realisasi Indikator Kinerja Yang Tercapai Sesuai Target
Indikator kinerja merupakan kriteria/alat ukur kuantitatif maupun
kualitatif untuk menggambarkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Indikator Kinerja Utama (IKU) Pemerintah Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2021 telah dimuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 15 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021 dan ditetapkan
secara khusus dalam bentuk Peraturan Bupati Semarang Nomor 73 Tahun
2016 tentang Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2021.
Capaian realisasi indikator kinerja yang tercapai sesuai target pada
Tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan pada Tahun 2019. Capaian
pada Tahun 2019 telah dapat mencapai 78,02%, namun pada Tahun 2020
realisasi capaian hanya mencapai 71,43%.
2. Skor Evaluasi SAKIP
Akuntabilitas kinerja pembangunan menjadi salah satu kriteria menuju
tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Salah satu indikator untuk
mengukur akuntabilitas kinerja pembangunan adalah skor evaluasi SAKIP.
Sampai dengan Tahun 2019 nilai SAKIP Kabupaten Semarang adalah CC
(58,11), Kabupaten Semarang termasuk salah satu dari tiga Kabupaten di
Jawa Tengah yang masih mendapatkan nilai CC atau berperingkat 3 terbawah
dalam penilaian SAKIP Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Tengah.
Perlu upaya untuk meningkatkan nilai SAKIP, yang dimulai dari proses
perencanaan dalam menentukan tujuan, sasaran, program, kegiatan
II - 121
pembangunan daerah, beserta indikator kinerjanya agar relevan, selaras, dan
konsisten.
B. Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD merupakan bagian integral dari pemerintah daerah
yang keberadaannya tidak terpisahkan dengan kinerja DPRD. Sekretariat
DPRD adalah perangkat daerah yang merupakan unsur pelayanan
administrasi terhadap DPRD, yang meliputi penyelenggaraan administrasi
kesekretariatan DPRD, penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD,
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, serta penyediaan dan
pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.
Melihat kedudukan, tugas dan fungsi Sekretariat DRPD tersebut maka
dapatlah dikatakan bahwa Sekretariat DPRD mempunyai peranan yang sangat
penting dan turut menentukan efektifitas pelaksanaan fungsi DPRD, artinya
bahwa efektifitas pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Daerah dapat
menentukan efektifitas pelaksanaan fungsi DPRD. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan atau meningkatkan efektifitas DPRD maka Sekretariat DPRD
harus dapat berperan maksimal sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dalam melakukan tugas dan kewajibanya untuk mendukung kegiatan
DPRD, Sekretariat daerah menjalankan program untuk memfasilitasi kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan oleh DPRD antara lain:
1. Pembahasan Rancangan Peraturan;
2. Hearing/Dialog dan Koordinasi dengan Pejabat Pemerintah Daerah dan
Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama;
3. Rapat-Rapat Alat Kelengkapan Dewan;
4. Rapat-Rapat Paripurna;
5. Kegiatan Reses;
6. Kunjungan Kerja Pimpinan dan Anggota DPRD dalam Daerah;
7. Peningkatan Kapasitas Pimpinan dan Anggota DPRD;
8. Penyediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pimpinan DPRD dan Anggota
DPRD;
9. Kunjungan Kerja Pimpinan dan Anggota DPRD Luar Daerah.
II - 122
2.1.4.5 Unsur Penunjang Urusan Pemerintahan
A. Perencanaan
1. Persentase Usulan Kegiatan berbasis Musrenbang yang Tertuang
dalam RKPD
Persentase usulan kegiatan berbasis Musrenbang yang tertuang dalam
RKPD telah mencapai target yang ditetapkan. Pada Tahun 2020 realisasi
usulan masyarakat melalui Musrenbang yang dapat terakomodir dalam
dokumen RKPD mencapai sebesar 99,60%. Capaian ini meningkat
dibandingkan Tahun 2019 yang mencapai sebesar 88,05%. Peningkatan
tersebut menggambarkan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat
akan pentingnya musrenbang.
Capaian tersebut tidak lepas dari upaya-upaya yang telah dilakukan
Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Barenlitbangda, diantaranya:
a. Menyusun buku “Panduan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) Kelurahan, Kecamatan, Forum Perangkat Daerah dan
Kabupaten Dalam Rangka Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Semarang” yang bertujuan untuk memberikan panduan kepada
Perangkat Daerah dan masyarakat Kabupaten Semarang dalam
mengusulkan kegiatan maupun aspirasi dalam Musrenbang.
b. Melaksanakan diseminasi informasi dan asistensi pelaksanaan Musrenbang
secara efektif dan terencana.
Meskipun demikian pada Tahun 2020 masih terdapat usulan
musrenbang yang tidak tertuang dalam RKPD, yaitu sebesar 0,40%. Masih
adanya usulan yang tidak tertampung dalam RKPD dikarenakan usulan yang
disampaikan oleh masyarakat bukan merupakan kewenangan Pemerintah
Kabupaten Semarang, sehingga tidak dapat diakomodir.
2. Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang Telah Ditetapkan
Perkada
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dokumen
perencanaan tahunan daerah. Kabupaten Semarang setiap tahun telah
menyusun RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pada Tahun
2020, telah dilaksanakan penyusunan dua dokumen perencanaan RKPD,
yaitu:
a. Peraturan Bupati Semarang Nomor 54 Tahun 2020 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021; dan
II - 123
b. Peraturan Bupati Semarang Nomor 60 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Semarang Nomor 43 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2020.
3. Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD
Dalam sebuah perencanaan, konsistensi antar dokumen sangat
penting. Penjabaran program RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021
ke dalam program Perubahan RKPD Kabupaten Semarang Tahun 2020
mencapai 166 program atau sebesar 88,77%. Masih terdapat 8 program RKPD
(4,28%) yang tidak terdapat dalam RPJMD. Adapun, sisanya sebanyak 21
program, bukan merupakan program RPJMD yang dilaksanakan di Tahun
2020.
Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.57. Konsistensi Program Perubahan RKPD dengan RPJMD Tahun 2020
Adanya sejumlah 8 (delapan) program yang tidak konsisten dengan
RPJMD tersebut merupakan dampak dari kebijakan Pemerintah Pusat dalam
melaksanakan ketentuan Pasal 232 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah sehingga kemudian terbit Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah berimplikasi pada
dilakukannya penataan/perubahan SOTK di Kabupaten Semarang yang
mengakibatkan beberapa program muncul setelah perubahan SOTK Baru, dan
belum termuat di RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021, yaitu
sebagai berikut:
a. Program pengembangan, pengelolaan, dan konversi sungai, danau dan
sumber daya air lainnya (PD pengampu: DPU);
b. Program pengelolaan areal pemakaman (PD pengampu: DPU);
c. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup (PD pengampu: DLH);
d. Program pengelolaan keragaman budaya (PD pengampu: Disdikbudpora);
21
RPJMD
8
RKPD-P 166
II - 124
e. Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau, dan air tawar
(PD pengampu: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan);
f. Program Penelitian dan Pengembangan (PD pengampu: Barenlitbangda);
g. Program Pelayanan tata pemerintahan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat (PD pengampu: Kantor Kecamatan);
h. Program pelayanan pembangunan dan kesejahteraan rakyat (PD
pengampu: Kantor Kecamatan).
4. Persentase Peningkatan Kualitas Penyusunan LPPD
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) merupakan
laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun
anggaran berdasarkan RKPD. LPPD menggambarkan kinerja urusan yang
ditangani oleh Pemerintah Daerah, untuk itu Kementerian Dalam Negeri
menetapkan Indikator Kinerja Kunci ( IKK ) untuk masing-masing urusan.
Persentase peningkatan kualitas penyusunan LPPD Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020 sebesar 100%, hal ini ditunjukkan dengan semua
IKK dalam LPPD Kabupaten Semarang dapat terisi/tidak ada TDI (tidak dapat
dinilai), artinya kualitas keterisian adalah 100%.
B. Keuangan
1. Opini BPK
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan pernyataan
profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni
kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan
pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern.
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah salah satu jenis opini
pemeriksaan atau audit keuangan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Republik Indonesia. Diterimanya piagam WTP 5 tahunan dari
kementerian keuangan, karena Kabupaten Semarang sudah 8 kali menerima
opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan sejak Tahun 2011.
2. Kontribusi PAD terhadap Total APBD
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total APBD Tahun
2020 sebesar 22,57%, melebihi target sebesar 17,35%. Capaian tersebut juga
meningkat jika dibandingkan Tahun 2019 sebesar 18,56%.
II - 125
C. Kepegawaian
Tabel 2.77. Capaian Indikator Urusan Kepegawaian di Kabupaten Semarang 2016-2020
NO INDIKATOR 2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase Kesesuaian penempatan PNS
dalam jabatan struktural 87,15 97,35 98,55 99,03 99,25
2 Persentase peningkatan disiplin pegawai 99,93 99,94 99,96 99,91 99,94
3 Persentase pemenuhan kebutuhan diklat PNS
88,70 97,79 98,21 102,37 132,50
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Semarang, 2021
1. Persentase Kesesuaian Penempatan PNS dalam Jabatan Stuktural
Salah satu aspek penting dalam pengelolaan sumber daya manusia
adalah penempatan pegawai. Tujuan organisasi akan lebih mudah dicapai
apabila pegawai dalam hal ini PNS ditempatkan pada posisi yang sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki.
Kesesuaian penempatan PNS dalam jabatan struktural di Kabupaten
Semarang pada Tahun 2020 sebesar 99,25%. Hal ini menunjukkan belum
semua penempatan pejabat struktural sesuai dengan kualifikasi. Hingga saat
ini masih terdapat 5 orang pejabat pengawas (eselon IV) yang penempatannya
belum memenuhi syarat minimal kualifikasi pendidikan (D3) karena yang
bersangkutan sudah terlebih dahulu diangkat sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS.
2. Persentase Peningkatan Disiplin Pegawai
Realisasi peningkatan disiplin pegawai pada Tahun 2020 di Kabupaten
Semarang mencapai sebesar 99,94%. Masih terdapat selisih 0,06% dari
capaian maksimal. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya PNS
Kabupaten Semarang yang melakukan pelanggaran disiplin pada Tahun 2020.
Pelanggaran disiplin yang dilakukan karena melanggar Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS (dengan SK Bupati Semarang)
antara lain pelanggaran disiplin tingkat sedang sebanyak 1 orang yaitu
penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun karena pelanggaran
netralitas ASN, pelanggaran tingkat berat sebanyak 2 orang yaitu Pembebasan
dari jabatan karena penyalahgunaan wewenang dan pemberhentian dengan
hormat sebagai PNS tidak atas pemintaan sendiri karena tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah lebih dari 46 hari kerja.
Adapun sebanyak 2 orang PNS Kabupaten Semarang pada Tahun 2020
terpaksa diberhentikan dengan tidak hormat karena melanggar hukum pidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
akibat melakukan tindak pidana berencana dengan hukuman pidana penjara
paling singkat 2 tahun.
II - 126
3. Indeks Merit Sistem
Indeks Merit Sistem adalah ukuran yang digunakan sebagai standar
penilaian penerapan Sistem Merit pada suatu Instansi Pemerintah. Sistem
Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Penilaian Mandiri Sistem Merit dalam Manajemen ASN dilakukan
terhadap Instansi Daerah dalam praktik penyelenggaraan manajemen ASN
sebagai implementasi dari UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. terdapat 8 (delapan) aspek penilaian mandiri sistem merit, yaitu : 1)
Perencanaan Kebutuhan, 2) Pengadaan, 3) Pengembangan kair, 4) Promosi dan
Mutasi, 5) Manajemen Kinerja, 6) Penggajian, Penghargaan dan Disiplin, 7)
Perlindungan dan Pelayanan serta 8) Sistem Informasi dengan masing-masing
indikator dan bobot pengukuran pada setiap aspek.
Kabupaten Semarang tengah merintis penerapan Sistem Merit di
Tahun 2021 untuk meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi Pemerintahan
Daerah yang diawali dengan penyusunan Peta Jalan/Road Map Penerapan
Sistem Merit Kabupaten Semarang sebagai satu bentuk operasionalisasi
perencanaan dan penerapan Sistem Merit yang disusun dan dilakukan setiap
5 (lima) tahun sekali serta merupakan rencana rinci pelaksanaan penerapan
Sistem Merit dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama 5 (lima) tahun
dengan sasaran per tahun yang jelas.
D. Pendidikan dan Pelatihan
1. Persentase Pemenuhan Diklat PNS
Realisasi pemenuhan diklat sebesar 134,25%, realisasi pemenuhan
diklat melebihi target dikarenakan kegiatan pengembangan kompetensi baik
teknis maupun fungsional beralih dari klasikal ke blended atau full e-learning
dengan adanya pandemi Covid-19 sehingga anggaran dapat dipergunakan bagi
pengembangan kompetensi ASN.
E. Penelitian dan Pengembangan
Kinerja penyelenggaraan penunjang urusan penelitian dan
pengembangan ditunjukkan oleh 2 indikator kinerja, yaitu persentase
pemanfaatan hasil kelitbangan dan persentase perangkat daerah yang
difasilitasi penerapan inovasi daerah.
' ' ' ' ' ' '
II - 127
Penyelenggaraan penunjang urusan penelitian dan pengembangan di
Kabupaten Semarang baru efektif dilaksanakan pada Tahun 2017
dikarenakan kelembagaan daerah bidang kelitbangan di Kabupaten Semarang
baru terbentuk pasca pemberlakukan Peraturan Bupati Semarang Nomor 52
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi,
Tata Kerja Dan Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang yang
mulai disahkan pada akhir Tahun 2016. Dengan demikian, realisasi kinerja
penyelenggaraan penunjang urusan penelitian dan pengembangan di
Kabupaten Semarang secara efektif baru dapat terlaksana pada Tahun 2017
dan hanya terkait dengan penyusunan kajian, sedangkan fasilitasi inovasi
baru dapat dilaksanakan pada Tahun 2018.
Capaian kedua indikator kinerja tersebut selama Tahun 2016-2021
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.78. Kinerja Urusan Penelitian dan Pengembangan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase pemanfaatan hasil
kelitbangan
% - 75 75 75 75
Persentase perangkat daerah yang
difasilitasi penerapan inovasi daerah
% - - 2 2 19,56
Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021
1. Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan
Indikator persentase pemanfataan hasil kelitbangan pada Tahun 2020
hanya mencapai sebesar 75%. Adapun hasil kelitbangan yang dapat
ditindaklanjuti terdapat 3 (tiga) kajian yaitu : Penyusunan Naskah Akademis
Peraturan Daerah tentang Inovasi Daerah, Kajian Pengembangan Budaya
Inovasi Daerah, dan Sistem Informasi Pemetaan Hasil Penelitian dan
Pengembangan.
2. Persentase Perangkat Daerah yang Difasilitasi dalam Penerapan
Inovasi Daerah
Inovasi daerah merupakan upaya terobosan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, daya saing daerah, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk menstimulus dan menumbuhkembangkan inovasi agar
dapat dilaksanakan oleh segenap pihak secara terencana, terpadu,
terintegrasi, dan terkoordinasi Pemerintah Kabupaten Semarang pada Tahun
2020 telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2020 tentang
Inovasi Daerah yang mengatur mengenai inovasi dalam penyelenggaran
pemerintahan daerah.
Persentase perangkat daerah yang difasilitasi dalam penerapan inovasi
daerah pada Tahun 2020 mencapai 19,56%, kondisi tersebut melebihi dari
target (2%). Perangkat Daerah yang telah difasilitasi dalam penerapan inovasi
II - 128
sebanyak 9 (sembilan) meliputi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
Barenlitbangda; Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan;
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu; Dinas
Pariwisata; Dinas Perhubungan; Dinas Kesehatan; Badan Keuangan Daerah
serta Badan Kepegawaian Daerah.
Inovasi yang dilakukan di Kabupaten Semarang Tahun 2020, sebagai
berikut:
Tabel 2.79. Inovasi di Kabupaten Semarang Tahun 2020
NO JUDUL INOVASI BENTUK INOVASI
JENIS URUSAN
PEMERINTAH TAHAPAN INOVASI
1 Angkot Resik Seko Covid-19 (ASIK
Covid-19)
Pelayanan
Publik
Digital perhubungan Uji Coba
2 Hospitality in new normal life Pelayanan Publik
Non Digital pariwisata Penerapan
3 Culinary in new normal life Pelayanan Publik
Non Digital pariwisata Penerapan
4 Tourist attraction in new normal
life
Pelayanan
Publik
Non Digital pariwisata Uji Coba
5 Pelayanan Perijinan DPMPTS Kabupaten Semarang Pada Masa
Pandemi Covid 19
Pelayanan Publik
Digital penanaman modal Penerapan
6 Pasar Tradisional Bersahabat (BERsih, Sehat, Aman, HArga Bersaing dan hemAT)
Pelayanan Publik
Non Digital perdagangan Penerapan
7 The New Normal Toko Swalayan - Corona Berlalu (Belanja Seperlunya)
Pelayanan Publik
Non Digital perdagangan Penerapan
8 Redistribusi Pejabat Pelaksana
Pada Pemerintah Kabupaten Semarang Secara Online Melalui E-Mutasi
Pelayanan
Publik
Digital Kepegawaian Penerapan
9 Kenaikan Gaji Berkala (KGB) PNS
Secara Online
Tata Kelola
Pemerintahan Daerah
Digital Kepegawaian Penerapan
10 Posyandu Adaptasi Kebiasaan
Baru Melati 8 Dusun Kadilobo Desa Tegalwaton
Pelayanan
Publik
Non Digital kesehatan Penerapan
11 TARKOMAH OTW (dafTAR seKO
oMAH, Obat Teko deWe)
Pelayanan
Publik
Digital kesehatan Penerapan
12 EBPHTB Pelayanan Publik
Digital Keuangan Penerapan
13 e-SPPT Pelayanan Publik
Digital Keuangan Penerapan
14 Dashboard Monitoring Pajak
Daerah Kabupaten Semarang
Pelayanan
Publik
Digital Keuangan Penerapan
15 Aji Welas (Akta jadi jika masuk permohonan sebelum jam sebelas)
Pelayanan Publik
Digital administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
Penerapan
16 Balaputradewa (Bayi Lahir Pulang Beserta Akta Dengan Wajah Ceria)
Pelayanan Publik
Digital administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
Penerapan
17 Aji Arum (Akta Jadi Antar Rumah) Pelayanan Publik
Non Digital administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil
Penerapan
18 Pelayanan Online (Sipenduk Online)
Pelayanan Publik
Digital administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil
Penerapan
19 Gerakan Daerah dan Desa Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (Gada Penangkis) di Kabupaten Semarang
Tata Kelola Pemerintahan
Daerah
Non Digital sosial Penerapan
20 Aplikasi SMARD (Sistem Informasi
Manajemen Administrasi Desa/Kelurahan)
Pelayanan
Publik
Digital administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil
Penerapan
Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021
II - 129
Dalam pengukuran kualitas inovasi daerah, digunakan indikator
penilaian berupa Indeks Inovasi Daerah. Yaitu merupakan himpunan inovasi
daerah yang telah dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri sebagai sebuah
bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Untuk mengetahui Indeks Inovasi Daerah, Pemerintah Kabupaten
Semarang mengikuti ajang Innovative Government Award (IGA) sejak Tahun
2018. Pengukuran Indeks Inovasi Daerah dilakukan dengan cara melakukan
input inovasi daerah ke aplikasi Indeks Inovasi Daerah (IID) yang dibuat oleh
Kementerian Dalam Negeri.
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Inovasi daerah pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, nilai Indeksi Inovasi Daerah
Pemerintah Kabupaten Semarang sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.80. Perkembangan Indeks Inovasi Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Indeks Inovasi Daerah Nilai - - 1.670 2.030 1.855 Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021
2.1.4.6 Unsur Pengawasan Urusan Pemerintahan
A. Inspektorat Daerah
Pengawasan dilaksanakan untuk menjaga kinerja penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah agar sesuai dengan regulasi, kebijakan dan
peraturan yang berlaku. Tujuan pengawasan adalah untuk mencegah
penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan menindaklanjuti setiap pengaduan masyarakat
secara responsif.
Agar mampu memberikan layanan assurance dan advisory untuk
perbaikan manajemen resiko, tata kelola dan pengendalian penyelenggaraan
pemerintahan, kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) berada
pada level 3 (terintegrasi) dan tingkat maturitas Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) berada pada level 3 (terdefinisi) sebagai pondasi agar
mampu berperan sebagai konsultan yang profesional (trusted advisor) sebagai
strategic business partner bagi manajemen.
Tabel 2.81. Capaian IKU Unsur Pengawasan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 IKU 2016-2021 2016 2017 2018 2019 2020
Kapasitas APIP dilihat dari skor IACM
(level)
1 2 2 3 3
Skor Hasil Evaluasi SPIP (level) 2 2 2 3 3 Sumber: Inspektorat Kabupaten Semarang, 2021
II - 130
1. Kapasitas APIP dilihat dari skor IACM
Kapabilitas Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) adalah
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas pengawasan yang terdiri dari 3
(tiga) unsur yang saling terkait, yaitu kapasitas, kewenangan, dan kompetensi
sumber daya manusia APIP yang harus dimiliki APIP agar dapat mewujudkan
peran APIP secara efektif. Kapabilitas APIP dikelompokkan menjadi 5 (lima)
tingkatan/level, yaitu: Level 1 (initial), Level 2 (infrastructure), Level 3
(integrated), Level 4 (managed), dan Level 5 (optimizing), yang dinilai
berdasarkan Internal Audit Capability Model (IACM) yang mencakup enam
elemen, yaitu: (1) Peran dan Layanan APIP (Services and Role of Internal
Auditing); (2) Pengelolaan SDM (People Management); (3) Praktik Profesional
(Professional Practices); (4) Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja (Performance
Management and Accountability); (5) Budaya dan Hubungan Organisasi
(Organizational Relationship and Culture); dan (6) Struktur Tata Kelola
(Governance Structures).
Kurun waktu Tahun 2016-2020 kapabilitas APIP dengan
memperhatikan kuantitas dan kualitas sumber daya aparatur serta
pemenuhan atas kendali mutu pengawasan dan standar pengawasan APIP
terus meningkat. Tahun 2019, kapabilitas APIP Kabupaten Semarang telah
mencapai Level 3 (terintegrasi). Penilaian tersebut merupakan hasil reviu yang
tercantum dalam Surat Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah, Direktorat Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah
pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor LHR-
647/D3.04/2/2019 tanggal 26 Desember 2019 perihal Laporan Reviu atas
Hasil Penjaminan Kualitas Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP Level 3 pada
Inspektorat Kabupaten Semarang serta dapat mempertahankan Level
kapabilitas APIP atas Hasil Penjaminan Kualitas Penilaian Mandiri pada saat
ekspose di BPKP RI Jakarta.
Pada Tahun 2020 Kabupaten Semarang belum mengajukan penilaian
kembali terkait Kapabilitas APIP Ke Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Hal ini dikarenakan pada tahun sebelumnya,
Inspektorat sudah mencapai target penilaian Kapabilitas APIP yaitu berada di
level 3.
Kapabilitas APIP Level 3 menunjukkan bahwa praktik profesional dan
audit internal telah ditetapkan secara seragam dan telah selaras dengan
standar, dengan outcome APIP mampu menilai efisiesi, efektivitas, dan
ekonomis suatu program/kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada
tata kelola, manajemen resiko dan pengendalian internal.
APIP dalam kapasitasnya sebagai auditor internal pemerintah harus
II - 131
terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya untuk dapat memberikan
penilaian independen dan objektif atas efektivitas operasi dari proses tata
kelola organisasi guna memberi nilai tambah bagi organisasi. Peningkatan
efektivitas APIP dapat mendorong efektivitas di Inspektorat Kabupaten
Semarang yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas tata kelola
pemerintahan secara keseluruhan.
Selanjutnya, Inspektorat Kabupaten Semarang telah mengupayakan
peningkatan kapabilitas APIP menuju level 4 diantaranya melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Mendorong manajemen pemerintah untuk meningkatkan kematangan
pengelolaan risiko dan mendorong APIP mengimplementasikan penilaian
efektivitas pengelolaan risiko pemerintah daerah;
b. Meningkatkan praktik-praktik yang baik sebagaimana kapabilitas pada
level 3 dengan mengimplementasikan Key Process Area (KPA) secara baik
dan terus menerus serta mulai mempersiapkan diri untuk menuju level
kapabilitas yang lebih tinggi;
c. Melakukan self assesment secara berkala untuk meningkatkan
kapabilitas APIP menuju level yang lebih tinggi;
d. Mendorong Tim Management Oversight memberi rekomendasi dalam
rangka meningkatkan mutu pengawasan APIP.
2. Skor hasil evaluasi SPIP
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, SPIP adalah proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan
dapat menciptakan kondisi dimana terdapat budaya pengawasan terhadap
seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi sejak dini
terjadinya kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya
tindakan yang dapat merugikan negara.
Berdasarkan surat dari BPKP Nomor LQA-499/PW11/3.2/2019 tanggal
21 Agustus 2019 tentang Laporan Quality Assurance (QA) atas Hasil Penilaian
Maturitas Penyelenggaraan SPIP Level 3 pada Pemerintah Kabupaten
Semarang, pada Tahun 2019 Kabupaten Semarang sudah mencapai target
II - 132
SPIP tahun sebelumnya yaitu dapat memenuhi kriteria pada tingkat
“terdefinisi” (Level 3) dengan skor sebesar 3,08. Nilai tersebut tidak jauh
berbeda dengan hasil Quality Assurance (QA) atas Hasil Penilaian Maturitas
Penyelenggaraan SPIP Level 3 oleh BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Tengah
yaitu sebesar 3,038.
Melihat pentingnya peran SPIP dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran organisasi serta untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik maka pimpinan instansi/organisasi harus dapat menjadikan penerapan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjadi tanggung jawab
bersama tidak hanya pada unit kerja terkecil tapi hingga kepada masing-
masing individu.
Selain itu perlu diingat bahwa SPIP bukan hanya upaya membentuk
mekanisme administratif saja tetapi juga upaya melakukan perubahan sikap
dan perilaku (soft factor). Implementasi SPIP sangat bergantung kepada
komitmen, teladan pimpinan dan niat baik dari seluruh elemen dan pejabat
dan pegawai instansi pemerintah.
3. Manajemen Risiko Indeks
Manajemen risiko merupakan proses mengidentifikasi, memantau dan
mengelola risiko potensial untuk meminimalkan dampak negatif yang
mungkin ditimbulkannya terhadap suatu organisasi. Dalam konteks
organisasi pemerintah, manajemen risiko merupakan perangkat/alat
manajemen yang ditujukan untuk mengelola risiko dalam mencapai sasaran
strategis organisasi pemerintah. Penerapan manajemen risiko bertujuan
meminimalkan kemungkinan terjadinya dan dampak risiko yang dapat
mengganggu pencapaian sasaran tersebut. Melalui penerapan manajemen
risiko yang baik diharapkan akan memberikan pengaruh yang signifikan pada
peningkatan maturitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).
Efektivitas penerapan manajemen risiko pada suatu instansi
pemerintah diukur dengan menggunakan Manajemen Risiko Indeks (MRI),
yang sekaligus juga berfungsi sebagai perangkat/alat ukur untuk
mengevaluasi kematangan manajemen risiko pada Instansi Pemerintah.
Pengukuran tersebut dilakukan untuk memastikan seberapa matang
manajemen risiko yang telah dilakukan sampai dengan saat dilakukannya
pengukuran, guna menilai sejauhmana organisasi mampu
mengimplementasikan manajemen risiko, dibandingkan dengan best practice-
nya, sehingga akan dapat teridentifikasi area perbaikan dan peluang untuk
II - 133
meningkatkan kematangan manajemen risikonya secara terencana dan
memadai.
Berdasarkan Laporan dari Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah Nomor LAP-
690/PW11/3/2020 tanggal 10 Desember 2020 tentang Laporan Baseline
Indeks Penerapan Manajemen Risiko pada Pemerintah Kabupaten Semarang
Tahun 2020, BPKP telah melakukan penilaian awal terhadap penerapan
manajemen risiko pada Pemerintah Kabupaten Semarang dengan nilai skor
yang diperoleh adalah sebesar 1,87, sehingga baru dapat memenuhi kriteria
pada tingkat “Ad Hoc” atau Level 1 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.82. Rincian Penilaian Awal MRI Pemerintah
Kabupaten Semarang Tahun 2020 No.
Area/Parameter Usulan
Bobot (%)
Nilai
Diperoleh (%)
A. Kapabilitas 60 16,65
I. Kepemimpinan 10,00 3,13
II. Strategi dan kebijakan manajemen risiko 10,00 2,50
III. Sumber daya manusia 10,00 2,50
IV. Kemitraan 5,00 0,63
V. Proses manajemen risiko 25,00 7,90
VI. Aktivitas penanganan risiko 25,00 8,02
VII. Outcomes 15,00 12,73
B. Total nilai (kapabilitas+hasil) 100,00 37,40
C. Manajemen Risiko Indeks (total nilai x 5) 5,00 1,87
Sumber: Inspektorat Kabupaten Semarang, 2021
Mengacu hasil penilaian MRI pada tabel 2.82 diatas menunjukkan
bahwa secara karakteristik, instansi Pemerintah belum memiliki pendekatan
formal dalam menerapkan manajemen risiko.
2.1.4.7 Unsur Kewilayahan
A. Kecamatan
Berdasarkan pasal 226 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah bahwa Camat mendapatkan pelimpahan sebagian
kewenangan Bupati untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah yang dilakukan berdasarkan pemetaan
pelayanan publik yang sesuai dengan karakteristik kecamatan dan/atau
kebutuhan masyarakat pada kecamatan bersangkutan. Dengan adanya
pelimpahan sebagian kewenangan tersebut, diharapkan camat dapat
melakukan inovasi, khususnya inovasi dalam pelayanan publik sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
II - 134
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah. Kecamatan merupakan line office dari pemerintah daerah yang
berhubungan langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas untuk
membina desa/kelurahan.
Peningkatan kualitas pelayanan menjadi keharusan bagi Pemerintah
Kecamatan, terlebih dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 2010 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN),
sesuai amanat PP tersebut maka pada tahun 2014 diharapkan semua
Kecamatan dapat menerapkan PATEN.
Di Kabupaten Semarang sampai dengan tahun 2020, penerapan PATEN
telah dilaksanakan di 19 (sembilan belas) kecamatan. Meskipun
penyelenggaraan PATEN sudah diaplikasikan di kecamatan, namun belum
sempurna masih terdapat kendala teknis dalam pelaksanaanya.
2.1.4.8 Unsur Pemerintahan Umum
A. Fokus Layanan Kesatuan Bangsa dan Politik
Tabel 2.83. Capaian Kinerja Fokus Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2016-2020
NO URUSAN DAN INDIKATOR SATUAN CAPAIAN KINERJA
2016 2017 2018 2019 2020
1 Kegiatan pembinaan
terhadap LSM, ormas dan
OKP
Kegiatan 2 2 1 2 8
2 Jumlah LSM/Ormas Ormas 140 112 165 192 196
3 Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)
Kegiatan 2 2 6 3 2
4 Forum Persaudaraan Bangsa
Indonesia (FPBI)
Kegiatan 2 3 1 1 3
Sumber: Kantor Kesbangpol Kabupaten Semarang, 2021
1. Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, ORMAS dan OKP
Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) menurut Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang
didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan
kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Jumlah ormas di
Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 sebanyak 196 ormas, terdapat
pendirian 4 ormas baru yang melaporkan keberadaannya di Kabupaten
Semarang.
2. Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)
FKDM merupakan wadah bagi elemen masyarakat yang dibentuk
dalam rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan dini masyarakat. Forum
II - 135
ini diharapkan dapat menjadi mitra bagi pemerintah dalam mendeteksi,
mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan
informasi, memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai potensi
bentuk Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) di daerah.
Kegiatan optimalisasi peran FKDM berupa sosialisasi dalam rangka
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap situasi dan kondisi di
wilayahnya.
3. Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI)
FPBI merupakan forum yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pembauran Kebangsaan di Daerah. FPBI diartikan sebagai wadah informasi,
komunikasi, konsultasi, dan kerjasama antara warga masyarakat yang
diarahkan untuk menumbuhkan, memantapkan, memelihara dan
mengembangkan pembauran kebangsaan. Penyelenggaraan pembauran
kebangsaan adalah proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat
dari berbagai ras, suku, etnis, melalui interaksi sosial dalam bidang bahasa,
adat istiadat, seni budaya, pendidikan, dan perekonomian untuk mewujudkan
kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku, dan
etnis masing-masing dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kegiatan pembauran kebangsaan dalam rangka mengelola
perkembangan isu-isu nasional berkaitan dengan penguatan primodialisme
yang dapat mengancam pembauran kebangsaan Indonesia. Peningkatan
frekuensi kegiatan pembauran kebangsaaan pada Tahun 2020 merupakan
jawaban Pemerintah Daerah atas meningkatnya politik identitas di
masyarakat.
2.1.5 Aspek Daya Saing Daerah
2.1.5.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi
makanan dan konsumsi bukan makanan. Kebutuhan makanan merupakan
kebutuhan utama, sehingga kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut akan semakin meningkat. Namun kebutuhan ini mempunyai titik
jenuh, sehingga pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi maka pengeluaran
akan dialihkan ke kebutuhan lain. Oleh karena itu persentase pengeluaran
makanan dan non makanan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat
kesejahteraan penduduk. Besarnya konsumsi untuk makanan menandakan
II - 136
bahwa sebagian besar penduduk masih mementingkan kebutuhan pokok.
Rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita di Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 sebagai berikut:
Tabel 2.84. Rata-rata Pengeluaran Konsumsi Per Kapita Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO JENIS
PENGELUARAN
2016 2018 2018 2019 2020
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
1 Makanan 431.811 45,95 472.221 47,43 500.282 46,70 496.940 48,95 531.461 49,85
2 Non
Makanan 507.957 54,05 523.296 52,57 571.044 53,30 518.337 51,05 534.677 50,15
JUMLAH 939.768 100 995.517 100 1.071.326 100 1.015.277 100 1.066.138 100
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021
Rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita Kabupaten Semarang
cenderung meningkat selama Tahun 2016-2020, dari semula Rp939.768 pada
Tahun 2016 menjadi Rp1.066.138 pada Tahun 2020.
Total pengeluaran pengeluaran konsumsi perkapita Kabupaten
Semarang Tahun 2020 sebesar Rp1.066.138,00 terdiri dari pengeluaran
makanan sebesar Rp531.461,00 (49,85%) dan pengeluaran bukan makanan
sebesar Rp534.677,00 (50,15%).
Jika dilihat dari persentase rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita,
konsumsi makanan semakin menurun dan konsumsi bukan makanan
semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Kabupaten Semarang telah dapat memenuhi konsumsi makanan dan beralih
ke konsumsi bukan makanan. Dengan demikian menandakan masyarakat
Kabupaten Semarang semakin sejahtera.
1. Pengeluaran Konsumsi Makanan Per Kapita
Rata-rata pengeluaran konsumsi makanan per kapita penduduk
Kabupaten Semarang Tahun 2020 mencapai Rp531.461,00 atau 49,85% dari
total pengeluaran sebesar Rp1.066.138,00. Rata-rata pengeluaran konsumsi
makanan per kapita per bulan terbesar adalah pengeluaran untuk makanan
dan minuman jadi sebesar 17,31% dari total pengeluaran, kemudian
pengeluaran untuk rokok sebesar 6,06% dari total pengeluaran.
Pengeluaran konsumsi untuk makanan dan minuman jadi pada Tahun
2020 meningkat dibandingkan Tahun 2019, hal ini menandakan bahwa
dimasa pandemi Covid-19 masyarakat Kabupaten Semarang lebih
mengutamakan pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 sebagai berikut:
II - 137
Tabel 2.85. Pengeluaran Rata-Rata Untuk Makanan Per Kapita Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO KELOMPOK BARANG TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
A Rata-Rata Pengeluaran
Konsumsi Makanan (Rp) 431.811 472.221 500.282 496.940 531.461
B Distribusi Pengeluaran Konsumsi Makanan (%)
1 Padi-padian 5,38 4,66 5,15 4,86 4,82
2 Umbi-umbian 0,31 0,40 0,33 0,41 0,41
3 Ikan/udang/cumi/kerang 1,75 2,32 2,03 2,23 2,07
4 Daging 1,90 2,55 1,83 2,24 1,94
5 Telur dan susu 3,66 3,33 3,10 3,49 3,41
6 Sayur-sayuran 3,86 4,32 3,90 3,68 4,30
7 Kacang-kacangan 1,61 1,35 1,39 1,53 1,42
8 Buah-buahan 2,75 2,55 3,50 3,40 2,76
9 Minyak dan lemak 1,37 1,27 1,26 1,29 1,30
10 Bahan Minuman 2,12 1,84 1,88 1,89 2,03
11 Bumbu-bumbuan 1,03 1,05 1,11 1,13 1,06
12 Konsumsi lainnya 0,99 1,08 1,03 1,11 0,98
13 Makanan dan minuman jadi 13,52 15,55 15,36 15,95 17,31
14 Rokok 5,71 5,17 4,83 5,74 6,06
Jumlah 45,95 47,43 46,70 48,95 49,85 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS Kabupaten Semarang, 2021
2. Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Per Kapita
Rata-rata pengeluaran konsumsi non makanan per kapita penduduk
Kabupaten Semarang Tahun 2020 mencapai Rp534.677,00 atau 50,15% dari
total pengeluaran per kapita sebesar Rp1.066.138,00.
Dari nilai rata-rata pengeluaran konsumsi non makanan per kapita per
bulan tersebut, yang terbesar adalah pengeluaran untuk perumahan dan
fasilitas rumah tangga sebesar 20,89% dari total pengeluaran, kemudian
diikuti pengeluaran untuk aneka komoditas dan jasa sebesar 13,96% dari dari
total pengeluaran, dan pengeluaran untuk komoditas tahan lama sebesar
6,08% dari dari total pengeluaran.
Rata-rata pengeluaran konsumsi non makanan per kapita Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020 sebagai berikut:
Tabel 2.86. Pengeluaran Rata-Rata Untuk Non Makanan Per Kapita
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO KELOMPOK BARANG TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
A Rata-Rata Pengeluaran
Konsumsi Non Makanan (Rp) 507.957 523.296 571.044 518.337 534.677
B Distribusi Pengeluaran
Konsumsi Non Makanan (%)
1 Perumahan dan Fasilitas Rumah
Tangga 24,40 19,60 21,44 22,47 20,89
2 Aneka komoditas dan jasa 15,15 14,98 12,62 13,83 13,96
3 Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 3,31 3,37 3,15
3,14 3,48
4 Komoditas tahan lama 7,83 9,48 9,97 6,68 6,08
5 Pajak, pungutan dan asuransi 1,82 3,54 3,49 3,57 4,11
6 Keperluan pesta dan upacara 1,54 1,59 2,63 1,36 1,64
Jumlah 54,05 52,57 53,30 51,05 50,15 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS Kabupaten Semarang, 2021
II - 138
B. Nilai Tukar Petani
Sektor pertanian memiliki peranan penting terhadap perekonomian
baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu
sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan sumber
devisa, bahan baku industri, sumber bioenergi, pengentasan kemiskinan,
penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sedangkan
secara tidak langsung berupa keterkaitan input-output antar industri,
konsumsi dan investasi.
Pembangunan di segala bidang merupakan arah dan tujuan kebijakan
Pemerintah Kabupaten Semarang. Adapun hakikat sosial dari pembangunan
itu sendiri adalah upaya peningkatan kesejahteraan bagi seluruh penduduk.
Mengingat 60% penduduk Kabupaten Semarang masih tinggal di pedesaan
dan sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, maka
sangat diharapkan sektor pertanian merupakan motor penggerak
pertumbuhan yang mampu meningkatkan pendapatan para petani dan
sekaligus mengentaskan kemiskinan.
Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat kesejahteraan
penduduk khususnya petani adalah Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai
tingkat hubungan antara hasil pertanian yang dihasilkan petani dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi dan dibeli petani. Semakin tinggi nilai NTP
maka relatif semakin mampu untuk mempunyai kebutuhan daya beli petani
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya produksi pertaniannya.
Adapun perkembangan NTP di Kabupaten Semarang dalam kurun waktu
2016-2020 berikut perbandingannya dengan Provinsi Jawa Tengah dan
Nasional sebagai berikut:
Tabel 2.87. Perbandingan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Semarang Terhadap Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020 (%)
URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020 RATA-
RATA
NTP Kabupaten
Semarang 100,78 101,54 103,04 102,15 101,49
101,80
NTP Provinsi Jawa
Tengah 99,35 103,48 103,64 106,00 101,49
102,79
NTP Nasional 101,31 103,06 103,16 104,10 103,25 102,97 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang dan BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Dengan melihat perkembangan NTP Kabupaten Semarang Tahun 2016-
2020 berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata petani di
Kabupaten Semarang masih mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan biaya produksi pertaniannya.
II - 139
Namun demikian, berdasarkan tabel diatas juga dapat diketahui bahwa
capaian NTP Kabupaten Semarang pada kurun waktu Tahun 2016-2020
secara rata-rata masih di bawah capaian Nasional dan Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani di Kabupaten
Semarang masih di bawah rata-rata kesejahteraan petani Provinsi Jawa
Tengah dan Nasional.
Secara khusus capaian NTP Kabupaten Semarang pada Tahun 2020
mengalami penurunan disebabkan oleh beberapa kendala berikut :
1. Sektor tanaman pangan dan peternakan mengalami sedikit peningkatan
produksi, tetapi sektor perikanan, perkebunan dan hortikultura mengalami
cukup banyak penurunan produksi sehingga secara kumulatif produksi
yang dihasilkan menurun dan menyebabkan indeks yang diterima
(pendapatan) petani menurun. Penurunan produksi ini diantaranya karena
adanya kendala teknologi seperti ketersediaan benih bersertifikat/benih
berkualitas, pupuk, obat-obatan; banyaknya tanaman perkebunan yang
sudah tua dan tidak produktif; adanya bencana banjir dan kendala pakan
yang menyebabkan produksi ikan menurun.
2. Ketimpangan antara biaya produksi yang tinggi dengan harga jual
komoditas pertanian yang masih rendah/kurang menguntungkan
menyebabkan indeks dibayar (pengeluaran) yang masih tinggi dan kurang
sebanding dengan pendapatan.
2.1.5.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
A. Perhubungan
Tabel 2.88. Capaian Kinerja Fokus Fasilitas Perhubungan
Tahun 2016-2020
NO URUSAN DAN
INDIKATOR SAT
CAPAIAN KINERJA
2016 2017 2018 2019 2020
1 Rasio panjang
jalan per jumlah
kendaraan
% 0,18 0,36 0,16 0,15 0,14
2 Jumlah orang/
barang yang terangkut
angkutan umum
orang 7.857.687 3.419.234 3.619.691 2.132.564 1.709.524
3 Jumlah
orang/barang
melalui
dermaga/bandara/ terminal per tahun
orang 7.857.687 3.419.234 3.619.691 2.132.564 1.709.524
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 diperoleh dengan membagi
jumlah kendaraan (unit) dengan panjang jalan (km), yang mencerminkan
II - 140
setiap 1 km jalan di suatu wilayah berbanding dengan akses untuk melayani
sejumlah kendaraan. Semakin kecil nilainya, maka semakin banyak/padat
kendaraan yang melintas.
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Kabupaten Semarang
sejak Tahun 2017 terus mengalami penurunan, kondisi ini menunjukkan
bertambahnya kepadatan dimana panjang jalan Kabupaten Semarang tetap
dibandingkan dengan penambahan jumlah kendaraan di wilayah Kabupaten
Semarang. Pada Tahun 2020 salah satu penyebab penambahan jumlah
kendaraan tersebut adalah adanya pandemi COVID-19 yang memungkinkan
masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi
dibandingkan menggunakan angkutan umum.
Perhitungan Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum
dan jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal adalah 85%
dari jumlah kapasitas (seat). Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan
umum dan jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal
cenderung mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh: (1) Adanya
kebijakan angkutan AKAP tidak diwajibkan masuk terminal tipe C; (2) Dampak
pengoperasian jalan tol; (3) Adanya Trans Jateng yang pemberhentiannya di
Terminal Bawen; dan (4) Pandemi Covid-19.
Selain ketiga indikator diatas, terdapat sejumlah indikator lain yang dapat
merepresentasikan fasilitas wilayah/infrastruktur perhubungan, yaitu :
1. Fasilitas Perlengkapan Jalan
Tabel 2.89. Fasilitas Perlengkapan Jalan Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020
NO URAIAN CAPAIAN KINERJA
2016 2017 2018 2019 2020
1 Rambu Lalu
Lintas
Ketersediaan 1.161 1.235 1.395 1.528 1.679
Kebutuhan 5.002 5.002 5.002 5.002 5.002
2 Guardrail Ketersediaan 243 315 395 455 455
Kebutuhan 364 472 590 680 680
3 APILL ATCS Ketersediaan 0 0 3 5 6
Kebutuhan 20 20 20 20 20
4 Flashing Amber Ketersediaan 37 42 42 45 45
Kebutuhan 56 63 63 67 67 Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021
Berdasarkan tabel 2.89 dapat diketahui bahwa ketersediaan fasilitas
perlengkapan jalan selama Tahun 2016-2020 semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah Kabupaten Semarang
untuk terus berupaya meningkatkan fasilitas perlengkapan jalan agar dapat
terpenuhi sesuai kebutuhan.
II - 141
Melalui tabel terlihat bahwa secara rata-rata ketersediaan fasilitas
perlengkapan jalan di Kabupaten Semarang masih relatif rendah jika
dibandingkan dengan fasilitas yang dibutuhkan. Hingga Tahun 2020
pemenuhan kebutuhan fasilitas perlengkapan jalan di Kabupaten Semarang
secara rata-rata baru tercapai sebesar 49,41%, yang terdiri dari : rambu lalu
lintas baru dapat terpenuhi sebesar 33,57%, Guardrail terpenuhi sebesar
66,91%, APILL ATCS terpenuhi sebesar 30,00%, dan Flashing Amber
terpenuhi sebesar 67,16%.
Kepadatan lalu lintas/kemacetan merupakan kondisi dimana terjadi
penumpukan kendaraan disuatu ruas jalan tertentu, yang disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain jumlah kendaraan yang berada dalam ruas jalan
yang terus meningkat tidak seimbang dengan kapasitas ruas jalan yang
tersedia. Hal ini menyebabkan berbagai masalah lalu lintas, diantaranya
adalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Untuk mengukur kepadatan
lalu lintas di Kabupaten Semarnag digunakan indikator berupa Tingkat
Pelayanan/ Level Of Service (LoS) pada sejumlah ruas jalan utama sebagai
berikut :
Tabel 2.90. Tingkat Pelayanan Ruas Jalan (Level of Service)
Kabupaten Semarang Tahun 2020
NO RUAS JALAN KECAMATAN KAPASITAS VOLUME
VCR LoS smp/jam smp/jam
1 Jl. Kartini Ambarawa Ambarawa 1.374 952 0,69 C
2 Jl. Pemuda Ambarawa Ambarawa 1.374 648 0,47 C
3 Jl. Kemasan-Candirejo Pringapus 2.349 617 0,47 C
4 Jl. Exit Tol Salatiga-Suruh Suruh 1.315 799 0,61 C
5 Jl. Moh Yamin Ungaran
Timur
Ungaran
Timur 2.648 1.539 0,58 C
6 Jl. Ahmad Yani Ungaran
Timur
Ungaran
Timur 2.323 1.509 0,65 C
7 Jl. Jati Raya Segmen I Ungaran Timur
Ungaran Timur
2.089 1.023 0,49 C
8 Jl. Ahmad Yani Ungaran
Timur
Ungaran
Timur 2.323 1.206 0,51 C
9 Jl. S. Parman Segmen ,
Ungaran Timur
Ungaran
Timur 2.323 1.186 0,51 C
10
Jl. Batas Kota Ungaran-
Bawen (Kws. Pasar
Bandarjo)
Ungaran 3.612 1.742 0,48 C
11 Jl. Bawen-Batas Kota Salatiga
Bawen 3.612 2.116 0,59 C
12
Jl. Palagan/ Batas Kab.
Temanggung/Semarang-
Bawen (Kws. Pasar Projo)
Bawen 4.668 2.453 0,53 C
13 Jalan Moch. Yamin Ungaran
Timur 1.366 2.323 0,59 C
14 Ruas jalan Karangjati –
Klepu Bergas 1.299 2.323 0,56 C
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021
II - 142
Berdasarkan data pada tabel 2.90, dapat diketahui bahwa dari 14 (empat
belas) ruas jalan utama di Kabupaten Semarang seluruhnya memiliki Tingkat
Pelayanan/Level Of Service (LoS) yang masuk dalam klasifikasi C sehingga
memiliki kecenderungan karakteristik sebagai berikut : (1) arus stabil tetapi
pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi
dengan kecepatan sekurang-kurangnya 60 km/jam; (2) kepadatan lalu lintas
sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat; dan (3) pengemudi
memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau
mendahului. Selain LoS, kemacetan lalu lintas juga dapat disebabkan oleh
meningkatnya jumlah titik parkir yaitu dari 54 titik Tahun 2016 menjadi 104
titik Tahun 2020.
Selain dampak dari LoS yang masih masuk dalam klasifikasi C,
kemacetan lalu lintas di Kabupaten Semarang juga disebabkan oleh
meningkatnya jumlah titik parkir yaitu dari sejumlah 54 titik pada Tahun
2016 menjadi 104 titik pada Tahun 2020.
2. Kejadian Kecelakaan
Tabel 2.91. Kejadian Kecelakaan Berdasarkan Ruas Jalan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
TAHUN BLACKLINK JUMLAH RUAS Persentase (%)
2016 10 112 8,93%
2017 6 112 5,36%
2018 6 112 5,36%
2019 12 112 10,71%
2020 12 112 10,71% Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021
Kejadian kecelakaan di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun
2016-2020 cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
tentunya sanagt dipengaruhi oleh masih relatif rendahnya/minimnya
pemenuhan kebutuhan/ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan dan semakin
padatnya volume kendaraan yang ada di Kabupaten Semarang.
3. Infrastruktur Strategis di Bidang Perkeretaapian
Tabel 2.92. Stasiun Kereta Api di Kabupaten Semarang NO STASIUN STATUS PANJANG REL KA
1 Ambarawa Aktif Wisata 10 km
2 Tuntang Non Aktif -
3 Bedono Non Aktif - Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021
Kabupaten Semarang memiliki 3 (tiga) stasiun kereta api, yaitu : Stasiun
Ambarawa, Stasiun Tuntang dan Stasiun Bedono. Stasiun Ambarawa dan
Stasiun Tuntang merupakan infrastruktur perkeretaapian strategis yang
pengembangannya selaras dengan arahan rencana strategis nasional dalam
II - 143
rangka mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur,
yaitu direncanakan adanya reaktivasi jalur kereta api lintas Ambarawa ke
Magelang.
Selain itu, terdapat pula rencana reaktivasi jalur kereta api dari Stasiun
Bawen menuju Kedungjati hingga ke Semarang yang rencananya akan
dikembangkan menjadi kereta api komuter untuk mengakomodir perjalanan
masyarakat khususnya di wilayah Kedungsepur.
Adapun dengan keberadaan Trans Jateng yang saat ini sudah terintegrasi
dengan stasiun di Kota Semarang dan Terminal Bawen di wilayah Kabupaten
Semarang, ke depannya direncanakan akan menjadi bagian transportasi yang
terintegrasi atau terkoneksi dengan rencana pengembangan Stasiun
Ambarawa dan Stasiun Tuntang, yaitu sebagai angkutan pengumpan (feeder)
menuju dan dari stasiun.
Kabupaten Semarang memiliki 38 perlintasan kereta api sebidang yaitu
perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan yang berada di jalur lintas
kereta api Ambarawa – Tuntang dan Ambarawa – Bedono Jambu yang
merupakan jalur kereta api wisata. Dari perlintasan sebidang yang ada,
terdapat beberapa perlintasan yang tidak sebidang berupa flyover pada
perlintasan jalur kereta api wisata. Sedangkan perlintasan kereta api sebidang
dan berpalang pintu hanya 1 yaitu perlintasan sebidang di jalan Pemuda
Ambarawa. Sesuai dengan kewenangannya maka Pemerintah Daerah
bertanggungjawab dalam pengendalian keselamatan di perlintasan sebidang
yang terletak di jalan kabupaten dan jalan desa.
4. Pelayanan Transportasi Wilayah Perbatasan
Dalam upaya mendukung salah satu Program Unggulan Bupati Semarang
yaitu : penyelenggaraan transportasi rintisan di daerah perbatasan yang
bertujuan mendorong terciptanya pelayanan angkutan umum di daerah
perbatasan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat dan mendorong
pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat, maka sampai dengan Tahun 2020
telah diterapkan/diberlakukan sebanyak 4 (empat) rute/trayek pelayanan
angkutan perbatasan berbasis perkotaan, yaitu: (1) Ungaran – Banyumanik
(Ngesrep); (2) Ungaran – Gunungpati; (3) Ungaran (Terminal Sisemut) –
Sekaran (UNNES); dan (4) beberapa rute yang melintas Salatiga. Berdasarkan
hasil kajian angkutan umum, terdapat 27 rute/trayek perbatasan yang dapat
didorong untuk menjadi pelayanan angkutan umum.
II - 144
Penyelenggaraan transportasi di daerah perbatasan tidak hanya
ditujukan untuk masyrakat umum, namun juga penyediaan layanan
transportasi gratis untuk pelajar setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di daerah perbatasan/terpencil yang belum terlayani trayek angkutan umum.
B. Perbankan, Restoran dan Penginapan/Hotel
Dukungan fasilitas lembaga perbankan, restoran dan penginapan/hotel
merupakan salah satu faktor yang menarik bagi investor untuk berinvestasi
dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke
suatu daerah tujuan wisata.
1. Jumlah Lembaga Keuangan
Tabel 2.93. Jumlah Lembaga Keuangan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Lembaga Keuangan Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
1. Lembaga Keuangan Bank Unit 16 16 16 16 15
a. Milik Pemerintah Unit 0 0 0 0 0
b. Swasta Nasional Unit 0 0 0 0 0
c. Milik Pemerintah Daerah Unit 0 0 0 0 0
d. Cabang Milik Pemerintah Unit 8 8 8 8 7
e. Cabang Milik Swasta Nasional Unit 7 7 7 7 7
f. Cabang Milik Pemda Unit 1 1 1 1 1
2. Lembaga Keuangan Non Bank Unit 490 490 490 490 490
a. Modal Ventura Unit 0 0 0 0 0
b. Lembaga Keuangan Mikro Unit 488 488 488 488 488
c. Perusahaan Asuransi Unit 2 2 2 2 2
d. Cabang Perusahaan Asuransi Unit 0 0 0 0 0
3. UKM non BPR/LKM UKM Unit 488 488 488 488 488
4. Lembaga Keuangan Perbankan Unit 504 504 504 504 502
a. Lembaga Non Perbankan Unit 488 488 488 488 488
b. Lembaga Perbankan Unit 16 16 16 16 14 Sumber: Bagian Perekonomian SETDA Kabupaten Semarang, 2020
Lembaga keuangan di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020
mengalami penurunan jika dibandingkan Tahun 2016-2019. Penurunan
tersebut dialami pada lembaga keuangan perbankan yang turun jumlahnya
sebanyak 2 unit.
Meskipun pada Tahun 2020 di Kabupaten Semarang terjadi penurunan
lembaga keuangan, namun jumlahnya sangat kecil dan tidak signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan di Kabupaten Semarang masih
tergolong sehat dan mampu bertahan di masa pandemi Covid-19.
I I I I I I
II - 145
2. Jumlah Restoran dan Penginapan/Hotel
Tabel 2.94. Jumlah Restoran, Penginapan/Hotel di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
JUMLAH TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020
Restoran/Rumah Makan (unit) 198 557 664 675 576 *)
Hotel/Penginapan (hotel) 233 225 225 225 226 Sumber: Dinas Pariwisata, 2021 *) data belum divalidasi
Perkembangan restoran dan rumah makan selama lima tahun terakhir
cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan perkembangan usaha jasa
pariwisata tergantung pada permintaan pasar dan maraknya wisata kuliner.
Namun pada Tahun 2020, adanya pandemi Covid-19 berdampak pada
penurunan jumlah restoran/rumah makan di Kabupaten Semarang.
Adapun jumlah hotel/penginapan di Kabupaten Semarang selama
periode Tahun 2016-2020 cenderung menurun, hal ini disebabkan karena
Pemerintah Kabupaten Semarang mulai tertib melaksanakan pengendalian
dan pembatasan pendirian hotel/penginapan di sejumlah lokasi yang bukan
peruntukannya mengacu pada Peraturan Bupati Semarang Nomor 53 Tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian Pembangunan
Hotel/Penginapan, Rumah Karaoke Dan Panti Mandi Uap Atau Panti Pijat
Pada Kawasan Pariwisata Bandungan Kabupaten Semarang.
2.1.5.3 Fokus Iklim Berinvestasi
A. Angka Kriminalitas
Angka kriminalitas menggambarkan tingkat keamanan masyarakat,
semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan
masyarakat yang secara tidak langsung dapat mendukung iklim investasi.
Angka kriminalitas Kabupaten Semarang selama periode Tahun 2016-2020
diuraikan sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 2.95. Angka Kriminalitas Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020
Kasus kriminal 446 324 271 233 287
Jumlah penduduk 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817
Angka kriminalitas (per
10.000 penduduk) 4,43 3,20 2,65 2,25 2,75
Sumber: Polres Semarang, 2021
Selama periode Tahun 2016-2019, jumlah kejadian kriminal di
Kabupaten Semarang relatif menurun. Namun pada tahun 2020 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 233 kasus menjadi 287
kasus. Sementara itu, angka kriminalitas setiap 10.000 orang di Kabupaten
Semarang juga meningkat dari semula Tahun 2019 mencapai 2,25 menjadi
• • • • •
II - 146
2,75 di Tahun 2020.
Respon warga terhadap kriminalitas ini diantisipasi dengan penjagaan
keamanan mandiri secara spontan dalam bentuk penutupan akses ke
kawasan permukiman, selain itu digalakkan siskamling sebagai wujud
penjagaan keamanan kepada masyarakat.
B. Jumlah Demonstrasi (Demo)
Keamanan, ketertiban dan penangulangan demonstrasi merupakan
salah satu aspek strategis yang perlu dijaga untuk mewujudkan stabilitas
daerah. Iklim investasi juga salah satunya dipengaruhi oleh tingkat keamanan
dan ketertiban yang ada.
Kejadian demonstrasi di Kabupaten Semarang selama periode Tahun
2016-2021 cenderung menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan demonstrasi
yang terjadi di Kabupaten Semarang sejauh ini berjalan dengan tertib, baik
dan tidak mengarah pada anarkisme.
Dalam rangka meminimalkan terjadinya demo di Kabupaten Semarang,
Pemerintah Kabupaten Semarang mengoptimalkan pelaksanan kegiatan
deteksi dan cegah dini. Dengan penguatan kegiatan deteksi dan cegah dini
diharapkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di Kabupaten Semarang
dapat diselesaikan sedini mungkin sehingga dampak buruk yang ditimbulkan
dapat diminimalkan.
Sumber: Kantor Kesbangpol Kabupaten Semarang, 2021
Gambar 2.58. Kejadian Demonstrasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
C. Lama Proses Perizinan
Proses perizinan usaha telah menjadi isu utama dalam peningkatan
iklim investasi di Indonesia secara umum. Dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha terkait perizinan, maka
semua pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten
Semarang melalui DPMPTSP selalu ditingkatkan kualitasnya dan diperbaiki
mekanismenya secara berkelanjutan melalui penyederhanaan prosedur dan
8
19
14
5 5
0
5
10
15
20
2016 2017 2018 2019 2020
II - 147
pelayanan secara cepat dan on-line yang diarahkan pada peningkatan Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) atas kinerja pelayanan yang diberikan.
Berkaitan dengan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Semarang
saat ini memfokuskan peningkatan kualitas pelayanan (public service) melalui
Penyederhanaan SOP khususnya lama proses perizinan. Dengan demikian,
masyarakat Kabupaten Semarang diharapkan akan memperoleh pelayanan
yang lebih baik dengan 3 PASTI yaitu Kepastian Persyaratan, Kepastian Biaya
dan Kepastian Waktu Penyelesaian, karena semua proses pelayanan
dilaksanakan dalam satu tempat. Guna menjamin kepastian tersebut maka
diperlukan standar pelayanan sebagai acuan bagi seluruh komponen yang
terkait dalam pelayanan di Kabupaten Semarang dengan batasan lama proses
perizinan mencapai 3 sampai dengan 14 hari.
2.1.5.4 Fokus Sumber Daya Manusia
A. Rasio Lulusan S1/S2/S3
Rasio Lulusan S1/S2/S3 dapat digunakan untuk menilai apakah suatu
daerah tergolong daerah maju atau daerah yang sedang berkembang. Semakin
tinggi rasio lulusan S1/S2/S3 terhadap total penduduk, semakin maju derah
yang bersangkutan. Negara-negara maju memiliki rasio 0,4. Sementara
negara-negara berkembang dan tertinggal memiliki rasio di bawah 0,4.
Rasio Lulusan S1/S2/S3 di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020
mencapai sebesar 0,034. Kondisi ini menggambarkan bahwa kualitas SDM di
Kabupaten Semarang relatif belum mampu bersaing dalam skala
internasional/global.
Tabel 2.96. Rasio Lulusan S1/S2/S3 Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah lulusan S1 29.567 30.707 31.138 33.080 33.202
Jumlah lulusan S2 1.813 1.899 1.927 2.072 2.452
Jumlah lulusan S3 54 63 66 74 98
Jumlah lulusan S1/S2/S3 31.434 32.669 33.131 35.226 35.752
Jumlah penduduk 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817
Rasio lulusan S1/S2/S3 (4/5) 0,031 0,032 0,032 0,034 0,034 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021, diolah
B. Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan digunakan untuk menunjukkan apakah suatu
daerah tergolong daerah yang maju atau daerah yang berkembang. Semakin
rendah persentase rasio ketergantungan mengindikasikan semakin maju
suatu daerah, karena biaya yang ditanggung oleh penduduk berusia produktif
II - 148
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan sudah tidak produktif
semakin rendah.
Komposisi penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 didominasi
oleh penduduk yang tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun) yaitu
mencapai 728.466 orang (69,86%), penduduk usia belum produktif (0-14
tahun) sebanyak 234.800 orang (22,52%), dan penduduk usia tidak produktif
(65+ tahun) sebanyak 79.551 orang (7,63%). Sehingga angka rasio
ketergantungan di Kabupaten Semarang Tahun 2020 sebesar 43,15 yang
berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 43
orang penduduk usia non produktif. Rasio ketergantungan Kabupaten
Semarang cenderung stabil atau tetap, namun perlu menjadi perhatian karena
jumlah penduduk usia kurang dari 15 tahun cenderung mengalami
peningkatan.
Tabel 2.97. Rasio Ketergantungan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020
1 Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun 225.776 219.792 224.232 233.481 234.800
2 Jumlah Penduduk usia > 64 tahun 67.649 70.744 76.067 81.227 79.551
3 Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif ((1) + (2))
293.425 290.536 300.299 314.708 314.351
4 Jumlah Penduduk Usia 15-64 tahun 712.252 721.099 716.680 719.623 728.466
5 Rasio ketergantungan ((3)/(4)) 41,20 40,29 41,90 43,73 43,15 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021, diolah
2.2 GAMBARAN CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN 2016-2021
Dalam rangka memberikan gambaran hasil capaian kinerja
pembangunan jangka menengah daerah periode sebelumnya maka berkut ini
akan diuraikan pengukuran pencapaian kinerja pembangunan atas Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021.
Pencapaian kinerja IKU RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021 juga
menjadi tolok ukur kemajuan pembangunan Kabupaten Semarang selama
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
2.2.1 Evaluasi Kinerja berdasarkan Capaian Misi Daerah
Capaian misi daerah berdasarkan capaian indikator kinerja tujuan dan
capaian indikator kinerja sasaran menunjukkan sejauhmana
keberhasilan/kegagalan dalam mencapai 6 misi, 8 tujuan dan 53 sasaran
daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMD.
Pengukuran pencapaian IKU Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020
terhadap target akhir RPJMD Tahun 2016-2021 pada tiap-tiap Misi Daerah
dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:
II - 149
Tabel 2.98. Rekapitulasi Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2020 terhadap RPJMD Tahun 2016-2021 Berdasarkan Misi Daerah
Kabupaten Semarang
NO Misi
JUMLAH INDIKATOR
STATUS CAPAIAN INDIKATOR
TUJUAN
%
INDIKATOR TERCAPAI
STATUS CAPAIAN INDIKATOR
SASARAN
%
INDIKATOR TERCAPAI
TD SD T AT PU T AT PU
1 Meningkatkan kualitas
SDM yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudaya serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi
4 21 3 1 0 75,00 15 1 5 71,43
2 Mengembangkan produk
unggulan berbasis potensi lokal (INTANPARI) yang sinergi dan berdaya saing serta berwawasan
lingkungan untuk menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
6 11 3 0 3 50,00 6 3 2 54,55
3 Menciptakan pemerintahan yang katalistik dan dinamis
dengan mengedepankan pronsip good governance didukung kelembagaan yang efektif dan kinerja
aparatur yang kompeten serta pemanfaatan teknologi informasi
3 10 1 2 0 33,33 4 5 1 40,00
4 Menyediakan infrastruktur daerah yang merata guna mendukung peningkatan kualitas
pelayanan dasar dan percepatan pembangunan
3 21 2 1 0 66,67 14 2 5 66,67
5 Mendorong terciptanya
partisipasi dan kemandirian masyarakat, kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan
anak disemua bidang pembangunan
1 5 1 0 0 100,00 5 0 0 100,00
6 Mendorong terciptanya pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya
1 5 1 0 0 100,00 3 0 2 60,00
JUMLAH 18 73 12 4 2 66,67 47 15 11 65,44
Ket: TD = Tujuan Daerah; SD = Sasaran Daerah; T = Tercapai; AT = Akan Tercapai; PU = Perlu Upaya
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2020
tingkat capaian relatif seluruh indikator kinerja tujuan terhadap target akhir
RPJMD Tahun 2021 adalah sebesar 66,67%, dengan perincian sebanyak 12
indikator telah tercapai dari total sebanyak 18 indikator tujuan.
Sementara apabila dilihat capaian indikator kinerja tujuan berdasarkan
tiap-tiap Misi Daerah, maka yang telah tercapai 100% adalah indikator tujuan
pada Misi 5 dan Misi 6. Pada Misi 1 capaiannya 75% yaitu dari 4 indikator
tujuan hanya tercapai 3 indikator dan 1 indikator akan tercapai. Misi 4
tercapai 66,67%, yaitu tercapai 2 dari 3 indikator. Misi 2 tercapai 50,00%,
yaitu tercapai 3 dari 6 indikator. Sedangkan pada Misi 3 hanya tercapai
33,33% yaitu tercapai 1 dari 3 indikator tujuan.
II - 150
Pengukuran capaian relatif indikator kinerja tujuan RPJMD Kabupaten
Semarang pada Tahun 2020 terhadap target akhir RPJMD Tahun 2016-2021
berdasarkan Misi Daerah dapat dijabarkan secara rinci sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 2.99. Rincian Rekapitulasi Capaian Relatif Indikator Kinerja Tujuan terhadap Target Akhir RPJMD Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2021
Misi Tujuan Indikator
Kinerja Tujuan Realisasi s.d. Tahun 2020
Target Akhir RPJMD
(Tahun 2021) Keterangan
Meningkatk an
kualitas SDM yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME,
berbudaya serta menguasai ilmu
pengetahuan dan
teknologi
1.Meningkatkan derajat kesehatan
Masyarakat
Angka Harapan
Hidup
75,73 72,78 T
2.Mewujudkan
Masyarakat Cerdas, Kreatif,
Berbudaya,
Berkarakter dan
Menguasai Ilmu
pengetahuan dan
teknologi
Angka Partisipasi
Sekolah : Usia 7
- 12 Tahun
99,69 100,00 AT
Angka Partisipasi
Sekolah : Usia 13 - 15 Tahun
97,75 96,93 T
Angka Partisipasi
Sekolah : Usia 16 -18 Tahun
74,91 61,40 T
Mengembangkan
produk unggulan
berbasis potensi lokal (INTANPARI)
yang sinergi dan
berdaya saing serta berwawasan
lingkungan untuk menciptakan
lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan
3 Meningkatkan
Usaha Ekonomi Daerah dengan
Memanfaatkan
sumber Daya
Lokal
Tingkat
Pertumbuhan
Ekonomi
-2,67 6,50 PU
Nilai PDRB
(Trilyun Rp.)
49.033.609 64.406.101,87 PU
Laju Inflasi (%) 1,49 4,5 PU
Kontribusi PAD
terhadap Total
APBD (%)
19,46 17,00 T
Ketersediaan
Pangan Utama
(Kg/Kap/Tahun)
251,91 182,00 T
Pola pangan
harapan (%)
93,80 92,00 T
Menciptakan
pemerintah an yang katalistik dan
dinamis dengan mengedepa nkan
pronsip good governance didukung
kelembagaa n yang
efektif dan kinerja aparatur yang
kompeten serta pemanfaatan
teknologi informasi
4 Mewujudkan pelaksanaan
Pemerintahan,
Pelayanan
Masyarakat Pembangunan
yang
efektif,efisien dan
akuntabel
Indeks Kepuasan
Masyarakat
86,00 92,51 AT
Opini BPK WTP WTP T
Skor evaluasi
SAKIP
CC*
(Menggunakan capaian
Tahun 2019, karena Nilai SAKIP 2020 belum dirilis
oleh KemenPAN
dan RB)
B AT
Menyediakan
infrastruktur daerah yang merata guna
mendukung
peningkatan kualitas pelayanan dasar dan
percepatan pembangunan
5 Menciptakan Iklim yang
kondusif bagi
pelaksanaan
pembangunan
dan investasi
Persentase
Peningkatan Nilai investasi
Daerah
30,87 9,6 T
6 Mewujudkan infrastruktur
pembangunan
yang berkualitas
dan merata
diseluruh wilayah
dengan
menekankan
pada
pembangunan
desa
Persentase
Kondisi
infrastruktur dalam kondisi
baik
78,03 89,8 PU
Indeks
pembangunan Desa
73,00 60,00 T
II - 151
Misi Tujuan Indikator
Kinerja Tujuan Realisasi s.d. Tahun 2020
Target Akhir RPJMD
(Tahun 2021) Keterangan
Mendorong
terciptanya
partisipasi dan kemandirian
masyarakat,
kesetaraan dan keadilan gender serta
perlindungan anak disemua bidang
pembanguna n
7.Mewujudkan
peran serta dan kemandirian
masyarakat
dalam
pembangunan
tanpa
membedakan
gender dengan
memperhatikan
hak hak anak
Indeks
Pembanguna n
Gender
96,38 34,00 T
Mendorong
terciptanya pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup
dengan tetap
menjaga kelestariann ya
8.Memanfaatkan sumber daya
alam secara
optimal dan
berkelanjutan
Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup
69,12 68,70 T
Sumber : LKPJ Bupati Semarang Tahun 2020, diolah, Ket: T = Tercapai; AT = Akan Tercapai; PU = Perlu Upaya
Adapun apabila ditinjau dari capaian relatif sasaran daerah dapat
diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2020 tingkat capaian relatif seluruh
indikator kinerja sasaran terhadap target akhir RPJMD Tahun 2021 adalah
65,44%. Sasaran Daerah yang telah tercapai 100% adalah pada Misi 5.
Secara berturut-turut capaian sasaran per misi dengan persentase
capaian tertinggi, yaitu : Misi 1 tercapai 15 indikator dari 21 indikator sasaran
(71,43%), Misi 4 tercapai 14 indikator dari 21 indikator sasaran (66,67%), Misi
6 tercapai 3 indikator dari 5 indikator sasaran (60,00%), Misi 2 tercapai 6
indikator dari 11 indikator sasaran (54,55%) dan Misi 3 tercapai 4 indikator
dari 10 indikator sasaran (40,00%).
Pengukuran capaian relatif indikator kinerja sasaran RPJMD
Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 terhadap target akhir RPJMD Tahun
2016-2021 berdasarkan Misi Daerah dapat dijabarkan secara rinci
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.100. Rincian Rekapitulasi Capaian Relatif Indikator Kinerja Sasaran terhadap Target Akhir RPJMD Kabupaten Semarang
Tahun 2016-2021
Misi Tujuan Indikator Kinerja
Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020
Target Akhir RPJMD 2021
Keterangan
Meningkatkan
kualitas SDM yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME,
berbudaya serta menguasai ilmu
pengetahuan dan
teknologi
1 Meningkatkan derajat
kesehatan
Masyarakat
Persentase
pemenuhan pelayanan kesehatan
masyarakat pertahun (%)
21,30 16,5 T
Angka Kematian Bayi (AKB)
8,35 9,80 T
Angka Kematian Balita (AKABA)
9,04 11,60 T
Angka Kematian Ibu (AKI)
173,94 115 PU
II - 152
Misi Tujuan Indikator Kinerja
Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020
Target Akhir RPJMD 2021
Keterangan
Persalinan oleh
tenaga yang
berkompeten (%)
99,99 95,00 T
Persentase rumah
tangga yang ber
PHBS strata sehat utama
87,21 60,00 T
Prevalensi Gizi
kurang pada balita
(%)
3,93 4,95 T
Persentase
kesejahteraan dan ketahanan keluarga
(%)
78,77 58,77 T
Persentase
Pemenuhan sarana
dan prasarana kesehatan (%)
85,64 7,83 T
2 Mewujudkan Masyarakat
Cerdas, Kreatif,Berbu
daya, Berkarakter
dan Menguasai
Ilmu pengetahuan
dan teknologi
Rata-rata lama sekolah
8,02 7,38 T
Angka harapan lama
sekolah
12,97 12,88 T
Calon tenaga kerja yang Terampil (%)
9,26 4,61 T
Tingkat
pengangguran terbuka (%)
4,57 3,50 PU
Persentase
penduduk miskin
(%)
7,51 6,50 PU
Pendapatan per
kapita (Juta Rp.)
45.963.478 62.045.701 PU
Persentase
organisasi Pemuda berprestasi (%)
40,00 40,00 T
Jumlah peningkatan
grup kesenian (grup)
20 24 AT
Peningkatan jumlah Museum dan
Kepurbakalaan
(buah)
36 7 T
Indeks cabang
olahraga yang
berprestasi (%)
100,00 93,00 T
Jumlah Lembaga
pendidikan keagamaan yang
mendapatkan
bantuan (%)
78,26 100,00 PU
Peningkatan
penyaluran beasiswa
miskin (%)
6,13 5,32 T
Mengembangka n
produk unggulan
berbasis potensi lokal (INTANPARI)
yang sinergi dan
berdaya saing serta berwawasan
lingkungan untuk
menciptakan lapangan kerja
dan peningkatan pendapatan
3 Meningkatkan Usaha Ekonomi
Daerah dengan
Memanfaatkan
sumber Daya
Lokal
Persentase
Peningkatan jumlah
unit UMKM yang Berijin (%)
2,00 2,00 T
Persentase
pembinaan kelompok industri
(%)
20,00 20 T
Jumlah investor (PMDN/PMA)
10.885 370 T
Indeks Nilai Tukar Petani
101,79 103,39 AT
II - 153
Misi Tujuan Indikator Kinerja
Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020
Target Akhir RPJMD 2021
Keterangan
Persentase
peningkatan jumlah
industri kecil yang Berijin(%)
1,00 2 AT
Persentase
peningkatan pendapatan daerah
dari sektor
pariwisata (%)
-40,28 7,18 PU
Jumlah Koperasi
yang berkualitas (unit)
193 228 PU
Persentase kebijakan
usaha tani yang
terlaksana (%)
100,00 100,00 T
Nilai volume usaha
koperasi (Juta Rp.)
741,798 741.008 T
Pencari kerja yang
ditempatkan (%)
89,89 22,00 T
Keselamatan dan
Perlindungan tenaga kerja (%)
83,97 84,00 AT
Menciptakan
pemerintahan yang katalistik
dan dinamis dengan
mengedepankan
pronsip good governance
didukung kelembagaan yang
efektif dan kinerja aparatur yang
kompeten serta
pemanfaatan teknologi
informasi
4 Mewujudkan pelaksanaan
Pemerintahan,
Pelayanan
Masyarakat
Pembangunan
yang efektif,efisien dan akuntabel
Persentase
Infrastruktur Jaringan yang
terkoneksi dengan baik (%)
100,00 100,00 T
Persentase
Kesesuaian penempatan PNS
dalam jabatan struktural (%)
99,25 100,00 AT
Persentase
peningkatan disiplin
pegawai (%)
99,94 99,97 AT
Persentase
pemenuhan
kebutuhan diklat PNS (%)
132,50 94,00 T
Kapasitas APIP
dilihat dari skor IACM (Level)
3 4 AT
Skor hasil evaluasi
SPIP (Level)
3 4 AT
Realisasi Indikator
Kinerja yang tercapai sesuai target (%)
71,42 100,00 PU
Persentase masyarakat yang
mengakses media
informasi pembangunan
daerah (%)
30,50 32,72 AT
Persentase
peningkatan kualitas
penyusunan LPPD (%)
100,00 100,00 T
II - 154
Misi Tujuan Indikator Kinerja
Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020
Target Akhir RPJMD 2021
Keterangan
Persentase Sistem
Informasi Yang
Dapat Diaplikasikan Secara Optimal (%)
57,33 51,22 T
Menyediakan
infrastruktur daerah yang
merata guna mendukung
peningkatan
kualitas pelayanan dasar
dan percepatan pembangunan
5 Menciptakan Iklim yang kondusif
bagi pelaksanaan
pembanguna n
dan investasi
Tersedianya
dokumen tata ruang yang disahkan
(Jumlah)
0 4 PU
Indeks Kepuasan Masyarakat pada
Perangkat Daerah Perijinan
91,21 92,12 AT
Persentase
penurunan
pelanggaran perda (%)
45,17 32,00 T
Persentase penurunan
pelanggaran
trantibum
8,46 1,00 T
Jumlah nilai
investasi (PMDN/PMA)
(Milyar Rupiah)
4.359.249,
16
522,83 T
Jumlah Usaha Mikro
Binaan (Unit)
11.928 10.816 T
6 Mewujudkan infrastruktur
pembanguna n
yang berkualitas
dan merata
diseluruh wilayah
dengan menekankan pada
pembanguna n
desa
Jumlah pelabuhan
laut/udara/ terminal bus (Buah)
Tipe C=9 Tipe C=9 T
Rasio panjang jalan per jumlah
kendaraan (%)
0,14 0,140 T
Angkutan darat (%) 0,0962 0,021 T
Persentase panjang
jalan yang terpasang
PJU (%)
37,95 32,88 T
Luas Irigasi Pertanian dalam
kondisi baik (%)
58,89 63,12 PU
Persentase Luas
Irigasi dalam kondisi
baik (%)
58,89 76,00 PU
Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (Ha)
543,50 533,75 T
Persentase
penduduk berakses air minum aman (%)
97,88 100,00 AT
Persentase
penduduk berakses
sanitasi sehat (%)
100,00 100,00 T
Luas lingkungan
permukiman kumuh (Ha)
18,74 0 PU
Rasio Rumah Layak Huni
0,77 0,757 T
Persentase
penanganan sampah
(%)
32,53 21,49 T
II - 155
Misi Tujuan Indikator Kinerja
Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020
Target Akhir RPJMD 2021
Keterangan
Persentase TPS
persatuan penduduk
(%)
0,93 0,83 T
Rasio elektrifikasi
(%)
100,00 100,00 T
Panjang jalan
kabupaten dengan kondisi baik (%)
79,20 85,00 PU
Mendorong
terciptanya
partisipasi dan kemandirian
masyarakat, kesetaraan dan
keadilan gender serta
perlindungan
anak disemua bidang
pembangunan
7 Mewujudkan peran serta dan
kemandirian
masyarakat dalam
pembanguna n
tanpa
membedakan
gender dengan
memperhatik an
hak hak anak
Persentase usulan
kegiatan berbasis
musrenbang yang tertuang dalam
RKPD (%)
99,60 70,00 T
Swadaya masyarakat
terhadap program
pemberdayaan masyarakat (%)
69,00 8,00 T
Persentase
penurunan tingkat
penyandang masalah sosial (%)
3,62 1,60 T
Persentase
pemenuhan fasilitas umum untuk anak
(%)
23,83 14,07 T
Persentase Lembaga
kemasyarakatan
desa yang Aktif (%)
100,00 100,00 T
Mendorong
terciptanya pengelolaan
sumber daya alam
dan lingkungan hidup dengan
tetap menjaga kelestariann ya
8 Memanfaatka n sumber daya alam
secara optimal
dan berkelanjutan
Jumlah penerapan
teknologi tepat guna yang mendapat
fasilitasi dari
pemerintah (unit)
62 38 T
Persentase
Peningkatan Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup pertahun (%)
72,20 68,61 T
Produktivitas Hasil Hutan Pertahun
(m3/Hektar)
0,13 94,12 PU
Produktivitas hasil pertanian pertahun
(ton/Hektar)
61,57 61,36 T
Persentase bangunan ber- IMB
(%)
59,54 90,00 PU
Sumber : LKPJ Bupati Semarang Tahun 2020, diolah, Ket: T = Tercapai; AT = Akan Tercapai; PU = Perlu Upaya
2.2.2 Gambaran Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di
Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
Pencapaian kinerja pelayanan publik sering kali terkendala akibat
adanya variasi dalam penyelenggaraan atau proses pelayanan. Salah satu
upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi variasi tersebut
adalah dengan melakukan standarisasi kinerja pelayanan dalam bentuk
Standar Pelayanan Minimal (SPM).
II - 156
SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu
Pelayanan Dasar yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018
tentang Standar Pelayanan Minimal. Penerapan SPM dan pemenuhan
pelayanan dasar tersebut dilakukan oleh Pemerintah Daerah baik Pemerintah
Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Ruang lingkup pelayanan dasar dalam SPM mencakup pelayanan dasar
pada 6 (enam) urusan pemerintahan wajib yang diselenggarakan Pemerintah
daerah, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota,
yaitu : Urusan Wajib Pendidikan, Urusan Wajib Kesehatan, Urusan Wajib
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Urusan Wajib Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman, serta Urusan Wajib Ketentraman, Ketertiban Umum
dan Perlindungan Masyarakat.
Berdasarkan evaluasi pencapaian SPM, dapat diketahui bahwa
efektivitas kinerja pemenuhan SPM di Kabupaten Semarang masih belum
optimal, dikarenakan dari 6 (enam) urusan wajib yang memiliki SPM, baru
terdapat sebanyak 1 (satu) urusan yang berhasil memiliki capaian rata-rata
per tahun sebesar 100%. Sedangkan 5 (lima) urusan lainnya capaian rata-rata
per tahunnya masih di bawah 100%.
Efektivitas kinerja pemenuhan SPM tertinggi berhasil dicapai pada
urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dengan rata-rata
capaian SPM per tahun sebesar 100%. Sementara kinerja pemenuhan SPM
yang masih rendah berada pada urusan Pendidikan dengan rata-rata capaian
SPM per tahun sebesar 70,32% dan urusan Kesehatan sebesar 82,46%.
Untuk mengetahui gambaran lengkap hasil pelaksanaan SPM di
Kabupaten Semarang berikut ini akan diuraikan realisasi pencapaian target-
target SPM pada keenam urusan pemerintahan wajib bidang pelayanan dasar
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-
2020 sebagai berikut :
2.2.2.1 SPM Urusan Pendidikan
SPM Urusan Pendidikan pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 32 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan
Minimal Bidang Pendidikan yang mulai efektif berlaku pada Tahun 2019
hingga saat ini.
II - 157
Dalam Permendikbud Nomor 32 Tahun 2018, ruang lingkup SPM
Urusan Pendidikan meliputi 3 (tiga) aspek pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan Pendidikan Dasar;
2. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); dan
3. Pelayanan Pendidikan Kesetaraan.
Gambaran capaian SPM Urusan Pendidikan di Kabupaten Semarang
pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.101. Capaian SPM Urusan Pendidikan di Kabupaten Semarang
Tahun 2019-2020
Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
(diolah)
2.2.2.2 SPM Urusan Kesehatan
SPM Urusan Kesehatan pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang mulai efektif berlaku
Tahun 2019 hingga saat ini.
Dalam Permenkes Nomor 4 Tahun 2019, ruang lingkup SPM Urusan
Kesehatan meliputi 12 (dua belas) aspek pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan kesehatan ibu hamil;
2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
4. Pelayanan kesehatan balita;
5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
6. Pelayanan kesehatan usia produktif;
No Jenis Pelayanan Dasar Indikator Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
1 Pendidikan Dasar 1. Jumlah Anak usia
7 - 12 tahun yang
sudah atau sedang belajar
99,81 99,50
2. Jumlah Anak usia
12 - 15 tahun yang
sudah atau sedang
belajar
84,59 95,40
2 Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD)
3. Jumlah anak usia
dini yang sudah tamat atau sedang
belajar PAUD
99,86 81,90
3 Pendidikan Kesetaraan 4. Jumlah anak usia 7
- 18 yang sedang
atau sudah belajar
pada pendidikan kesetaraan
0,58 0,90
Rata-Rata Capaian (%) 71,21 69,43
Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 70,32
II - 158
7. Kesehtan usia lanjut;
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
9. Pelayanan kesehatan Penderita diabetes mellitus;
10. Pelayanan kesehatan Orang dengan gangguan jiwa berat;
11. Pelayanan kesehatan Orang terduga tuberkulosis;
12. Pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi virus yang
melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency
Virus).
Gambaran capaian SPM Urusan Kesehatan di Kabupaten Semarang
pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.102. Capaian SPM Urusan Kesehatan di Kabupaten Semarang
Tahun 2019-2020
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
1 Kesehatan Ibu Hamil Jumlah ibu hamil di suatu
kabupaten/kota yang
mendapat pelayanan
91,69 93,60
2 Kesehatan Ibu Bersalin Jumlah ibu bersalin
mendapat pelayanan di
wilayah kerja kabupaten /
kota bersangkutan
99,89 100
3 Kesehatan Bayi Baru
Lahir
Jumlah bayi baru lahir
mendapat pelayanan
96,26 97,70
4 Kesehatan Balita Jumlah balita usia 12 - 59
bulan yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
87,78 84,10
5 Kesehatan Pada Usia
Pendidikan Dasar
Jumlah anak usia
pendidikan dasar yang
mendapat pelayanan
kesehatan
93,04 62,80
6 Kesehatan Usia
Produktif
Jumlah orang usia 15 - 59
tahun di kabupaten atau
kota yang mendapat
pelayanan skrining
kesehatan sesuai standart
71,29 58
7 Kesehatan Usia Lanjut Jumlah warga negara usia
60 tahun keatas mendapat
pelayanan
76,88 65,30
8 Kesehatan Penderita
Hipertensi
Jumlah penderita
hipertensi mendapat
pelayanan
57,16 24,10
II - 159
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
9 Kesehatan Penderita
Diabetes Militus
Pelayanan kesehatan
terhadap orang penderita
diabetes melitus
121,20 27,20
10 Kesehatan Orang
Dengan Gangguan
Jiwa Berat
Jumlah ODGJ mendapat
pelayanan
87,00 84
11 Kesehatan Orang
Terduga Tuberkulosis
Jumlah orang terduga TBC
mendapat pelayanan
100 100
12 Kesehatan Orang
Dengan Resiko
Terinfeksi HIV
Jumlah orang dengan
resiko HIV yang mendapat
pelayanan
100 100
Rata-Rata Capaian (%) 90,18 74,73
Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 82,46
Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
(diolah)
2.2.2.3 SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang pada durasi Tahun
2019-2020 dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permenpupera) Republik Indonesia
Nomor 29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis Standar Pelayanan Minimal
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mulai efektif berlaku Tahun
2019 hingga saat ini.
Dalam Permenpupera Republik Indonesia Nomor 29/PRT/M/2018,
ruang lingkup SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang meliputi 2
(dua) aspek pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan penyediaan kebutuhan pokok air minum sehari-hari; dan
2. Pelayanan pengolahan air limbah domestik.
Gambaran capaian SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana
pada tabel berikut :
Tabel 2.103. Capaian SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
1 Penyediaan Kebutuhan
Pokok Air Minum
Sehari hari
1. Jumlah kumulatif
masyarakat/rumah tangga yang
medapatkan akses
terhadap air minum
melalui SPAM jaringan
perpipaan
97,66 98
II - 160
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi
dalam sebuah Kab./Kota
2 Penyediaan Pelayanan
Pengolahan Air Limbah
Domestik
Jumlah rumah yang
memiliki akses pengolahan
berupa cubluk, lumpur
tinja diolah di IPLT, dan
memiliki sambungan
rumah dan air limbah nya
diolah di IPALD
100 100
Rata-Rata Capaian (%) 98,83 99
Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 98,92
Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
(diolah)
2.2.2.4 SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman pada
durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permenpupera) Republik
Indonesia Nomor 29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis Standar Pelayanan
Minimal Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mulai efektif berlaku
Tahun 2019 hingga saat ini.
Dalam Permenpupera Republik Indonesia Nomor 29/PRT/M/2018,
ruang lingkup SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
meliputi 2 (dua) aspek pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi korban
bencana kabupaten/kota; dan
2. Pelayanan fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi masyarakat
yang terkena relokasi program Pemerintah Kabupaten/Kota.
Gambaran capaian SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.104. Capaian SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
1 Penyediaan dan
rehabilitasi rumah
yang layak huni bagi
Jumlah unit rumah korban
bencana yang ditangani
pada tahun n
100 100
II - 161
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
korban bencana
kabupaten / kota
2 Fasilitasi penyediaan
rumah yang layak huni
bagi masyarakat yang
terkena relokasi
program Pemerintah
Kab/Kota
Rumah Tangga penerima
Fasilitasi penggantian hak
atas penguasaan tanah dan
/atau bangunan + Rumah
Tangga penerima Subsidi
uang sewa + Rumah
Tangga penerima
Penyediaan rumah layak
huni
N/A 100
Rata-Rata Capaian (%) 100 100
Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 100
Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
(diolah)
Kebutuhan rumah di Kabupaten Semarang masih tergolong cukup
banyak, hal ini dapat diliat pada tabel berikut :
Tabel 2.105. Data Backlog Perumahan Kabupaten Semarang
Tahun 2020
No. Kecamatan Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Jumlah Rumah
Tangga Backlog
1 2 3 4 5
1. Getasan 52.230 18.077 2.265
2. Tengaran 70.655 23.992 3.537
3. Susukan 50.256 17.550 2.444
4. Kaliwungu 29.318 10.872 1.701
5. Suruh 71.835 25.008 1.321
6. Pabelan 44.300 15.614 806
7. Tuntang 69.213 23.061 1.305
8. Banyubiru 44.904 15.571 1.858
9. Jambu 41.266 14.391 3.619
10. Sumowono 35.087 12.107 1.532
11. Ambarawa 63.101 21.659 27
12. Bandungan 58.808 20.069 1.416
13. Bawen 58.466 19.735 200
14. Bringin 47.498 16.738 941
15. Bancak 24.693 8.537 1.197
16. Pringapus 54.524 18.480 1.084
17. Bergas 70.072 23.282 556
18. Ungaran Barat 80.517 26.548 247
19. Ungaran Timur 76.374 25.150 80
JUMLAH 1.043.117 356.441 26.136
II - 162
2.2.2.5 SPM Urusan Ketentraman. Ketertiban Umum dan Perlindungan
Masyarakat
SPM Urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan
Masyarakat pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan dengan berpedoman
pada 3 (tiga) regulasi. yaitu :
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar
Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan
Bencana Daerah Kabupaten/Kota;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2018 tentang Standar
Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan
Kebakaran Daerah Kabupaten/Kota; dan
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 121 Tahun 2018 tentang Standar
Teknis Mutu Pelayanan Dasar Sub Urusan Ketenteraman dan Ketertiban
Umum di Provinsi Kabupaten/Kota.
Dalam ketiga Peraturan tersebut. ruang lingkup SPM Bidang
Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat meliputi 5
(lima) aspek pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan ketentraman dan ketertiban umum;
2. Pelayanan informasi rawan bencana;
3. Pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana;
4. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana;
5. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran.
Gambaran capaian SPM Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum
serta Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-
2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.106. Capaian SPM Urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Semarang
Tahun 2019-2020
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
1 Pelayanan
Ketentraman dan Ketertiban Umum.
Jumlah dan identitas
Warga Negara yang terkena
dampak gangguan
trantibum akibat
penegakan hukum akibat
pelanggaran Perda
Kabupaten/kota dan Perda
serta mengalami kerugian
materi dan/atau terkena
N/A 100
II - 163
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
cedera fisik
2 Pelayanan Penyelamatan dan
evakuasi korban
kebakaran.
Jumlah Warga Negara yang
mendapat pelayanan
pemadaman.penyelamatan
dan evakuasi kebakaran
tingkat Kab./Kota
100 93.10
3 Pelayanan informasi
rawan bencana
Jumlah Warga Negara yang
memperoleh informasi
rawan bencana sesuai jenis
ancaman bencana tingkat
Kab./Kota
100 100
4 Pelayanan pencegahan
dan kesiapsiagaan
terhadap bencana
Jumlah warga negara yang
menjadi korban bencana
Daerah Kabupaten Kota
100 100
5 Pelayanan
penyelamatan dan
evakuasi korban
bencana
Jumlah Warga Negara yang
memperoleh layanan
penyelamatan dan evakuasi
korban bencana tingkat
Kab./Kota
96.75 100
Rata-Rata Capaian (%) 99.19 98.62
Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 98.90
Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
(diolah)
2.2.2.6 SPM Urusan Sosial
SPM Urusan Sosial pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Sosial (Permensos) Nomor 9
Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan di Daerah Kabupaten/Kota yang
mulai efektif berlaku Tahun 2019 hingga saat ini.
Dalam Permensos Nomor 9 Tahun 2018. ruang lingkup SPM Urusan
Sosial meliputi 5 (lima) aspek pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas telantar di luar
panti;
2. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar anak telantar di luar panti;
3. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar diluar panti;
4. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya gelandangan dan
pengemis di luar panti; serta
II - 164
5. Perlindungan dan jaminan sosial pada saat tanggap dan pasca bencana
bagi korban bencana kab/kota
Gambaran capaian SPM Urusan Sosial di Kabupaten Semarang pada
Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.107. Capaian SPM Urusan Sosial di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
No Jenis Pelayanan Dasar Indikator Capaian (%)
Tahun 2019 Tahun 2020
1 Rehabilitasi sosial dasar
penyandang disabilitas
telantar di luar panti
Jumlah penyandang
disabilitas terlantar
yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya diluar panti
100 100
2 Rehabilitasi sosial dasar
anak telantar di luar
panti
Jumlah anak terlantar
yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya
diluar panti
83 83.20
3 Rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar
diluar panti
Jumlah lanjut usia terlantar yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya
diluar panti
100 100
4 Rehabilitasi sosial
dasar tuna sosial
khususnya gelandangan
dan pengemis di luar panti
Jumlah gelandangan
dan pengemis yang
terpenuhi kebutuhan
dasarnya diluar panti
78 113.10
5 Perlindungan dan
jaminan sosial pada saat
tanggap dan pasca
bencana bagi korban
bencana kab/kota
Jumlah korban bencana
alam dan sosial daerah
kabupaten /kota yang
terpenuhi kebutuhan
dasarnya
94 100
Rata-Rata Capaian (%) 91 99.26
Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 95.13 Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020
(diolah)
III - 1
BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
Kondisi keuangan daerah tidak bisa terlepas dari kondisi ekonomi global,
nasional dan regional. Kondisi perekonomian global saat ini masih sangat
dipengaruhi dengan situasi pandemi Covid-19. Total kasus Covid-19 di
seluruh dunia hingga akhir Juli 2021 mencapai 199 juta kasus. Kabar
baiknya, dibeberapa negara penyebaran virus Covid-19 sudah semakin
terkontrol yang ditunjukkan oleh peningkatan kasus harian yang kian
melambat serta proses vaksinasi yang semakin merata. Namun, pada akhir
Desember 2020, telah ditemukan varian virus baru yaitu Varian Delta yang
berasal dari India yang kemudian menyebar cepat ke banyak negara dunia
termasuk Indonesia. Sehingga banyak negara yang kembali harus melakukan
pembatasan aktivitas warga negaranya.
Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum sepenuhnya
terkendali. Hingga akhir Juli 2021 total kasus di Indonesia telah mencapai 3,4
juta kasus. Pandemi Covid-19 di Indonesia semakin menyebar dengan adanya
varian Delta yang diperkirakan sudah masuk pada bulan Juni. Akibatnya
pada pertengahan Juli kemarin telah terjadi lonjakan kasus harian hingga
mencapai 40 ribu kasus baru meskipun Pemerintah Pusat telah
memberlakukan PPKM darurat guna menekan penyebaran Covid-19.
Sebagai respon atas situasi pandemi Covid-19 yang semakin berdampak
pada masyarakat, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Dalam Negeri telah
mengeluarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2021 Tentang
Penyediaan dan Percepatan Penyaluran Bantuan Sosial dan/atau Jaring
Pengaman Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. Dalam Instruksi Menteri tersebut Pemerintah Daerah mendapatkan
instruksi untuk menyediakan pengalokasian anggaran yang memadai dalam
APBD untuk pemberian bantuan kepada masyarakat yang terdampak pandemi
Covid-19.
Kondisi perekonomian sampai dengan triwulan II tahun 2021 berangsur-
angsur membaik, namun masih terdapat sejumlah tantangan besar untuk
pemulihan ekonomi di Kabupaten Semarang. Program vaksinasi yang diyakini
dapat memperlambat laju penyebaran Covid-19 dan menggerakkan roda
perekonomian, saat ini cakupan hingga akhir Juni 2021, jumlah penduduk
III - 2
Kabupaten Semarang yang sudah terlayani vaksinasi COVID-19 sebanyak
135.681 jiwa atau mencapai 21,75% dari total target yang telah ditetapkan.
Hal ini menyebabkan program vaksinasi masih belum memberikan dampak
yang signifikan dan seluruh sektor ekonomi riil belum dapat bangkit seperti
sebelum pandemi.
Tantangan pemulihan ekonomi berikutnya adalah bagaimana pemerintah
Kabupaten Semarang melalui kebijakan ekonomi dapat mengurangi
ketimpangan dan memperbaiki mobilitas sosial. Banyaknya tenaga kerja yang
di PHK dan dirumahkan akibat perusahaan yang terdampak pandemi COVID-
19, penutupan tempat usaha dan destinasi pariwisata yang menurunkan
pendapatan masyarakat dan daerah, memerlukan kebijakan yang cepat dan
tepat sasaran agar tidak semakin lama serta memperparah kondisi
kemiskinan.
Tantangan berikutnya adalah segera melakukan identifikasi sumber
pertumbuhan ekonomi baru. Krisis dan kondisi tertekan terkadang
melahirkan terciptanya kreativitas baru. Guncangan ekonomi yang tengah
terjadi dapat menjadi peluang bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk
mengembangkan sektor ekonomi yang selama ini belum digarap. Pemerintah
juga memiliki kesempatan untuk memengaruhi arah kemajuan ekonomi dari
sisi pengembangan investasi dan inovasi pada saat stimulus ekonomi sedang
digencarkan saat ini.
Tantangan selanjutnya adalah menyelaraskan target-target baru untuk
mendorong kinerja ekonomi. Perusahaan harus mengambil peran dalam
proses transisi ekonomi, tidak hanya pemerintah. Misalnya, menetapkan
strategi pertumbuhan bisnis dengan menjalankan model yang
mempertimbangkan aspek lingkungan dan inklusivitas.
Dengan mendasarkan kondisi ekonomi Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah, maka proyeksi indikator makro ekonomi Kabupaten Semarang pada
akhir Tahun 2021 diprediksikan sebagai berikut :
III - 3
Tabel 3.1 Proyeksi Indikator Makro Kabupaten Semarang Tahun 2021
NO INDIKATOR Nasional Provinsi Kabupaten Semarang
1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,0 3,8 - 4,8 4,1 – 5,1
2 Tingkat Kemiskinan (%) 9,2 – 9,7 11,94 - 11,02 7,4 – 7,8
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
7,7 - 9,1 6,22 - 6,16 4,0 – 4,5
4 Laju Inflasi (%) 3,0 3,0 ± 1 3 ± 1
Sumber: Pemutakhiran RKP Tahun 2021, Rancangan Perubahan RPJMD Provinsi Jateng Tahun 2018-2023, RKPD Kab. Semarang Tahun 2021 (diolah)
Selanjutnya kondisi ekonomi daerah tahun 2021 ini akan mempengaruhi
dalam penyusunan proyeksi keuangan daerah lima tahun mendatang tahun
2021 – 2026.
Selain kondisi perekonomian, pengelolaan keuangan daerah juga
mempedomani Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yang mengatur penyelenggaraan otonomi daerah yang berimplikasi
pada kebijakan daerah dan desentralisasi fiskal sebagai akibat adanya
pembagian kewenangan urusan pemerintahan antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan disertai pemberian sumber-sumber keuangan
untuk mendanai urusan yang diserahkan kepada daerah. Tujuannya adalah
untuk semakin meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat,
pelaksanaan pembangunan daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam pelaksanaan Desentralisasi fiskal, menganut prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Desentralisasi fiskal harus memperhatikan dan merupakan bagian
pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem keuangan negara, hal ini
merupakan konsekuensi dari pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah;
2. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi adalah dengan memperhatikan stabilitas
perekonomian nasional dan keseimbangan fiskal antara pusat dengan
daerah dan antar daerah;
3. Perimbangan keuangan negara antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
III - 4
Berkaitan dengan hal tersebut, pengelolaan keuangan daerah merupakan
hal yang sangat penting dalam proses perencanaan suatu daerah secara
keseluruhan.
3.1 KINERJA KEUANGAN DAERAH TAHUN 2016 – 2020
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah. Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan siklus
pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Perkembangan realisasi APBD
selama lima tahun sebelumnya akan memberikan gambaran kemampuan
penerimaan dan pengeluaran daerah.
Di sisi pendapatan, analisis kesehatan keuangan APBD dilakukan dengan
melihat beberapa hal, salah satunya rasio kemandirian daerah. Rasio
kemandirian daerah dicerminkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap
total Pendapatan, serta rasio transfer terhadap total pendapatan. Dua rasio
tersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio PAD semakin
tinggi kemandirian daerah dan sebaliknya semakin tinggi rasio transfer maka
akan semakin kecil tingkat kemandirian daerah dalam mendanai belanja
daerah. Oleh karena itu, daerah yang memiliki tingkat kemandirian yang baik
adalah daerah yang memiliki rasio PAD yang tinggi sekaligus rasio transfer
yang rendah. Tingkat Kemandirian daerah dari sisi keuangan daerah dapat
dilihat dari tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan pembangunan
daerah dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh daerah itu
sendiri, yang salah satu aspeknya adalah sumber daya keuangan daerah.
Tingkat Kemandirian Daerah atau Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
dirumuskan dengan formula sebagai berikut :
Berdasarkan formula di atas dapat diketahui bahwa rasio KKD
menggambarkan sejauh mana ketergantungan daerah terhadap sumber dana
eksternal. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi)
semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi
III - 5
rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.
Melihat kondisi keuangan daerah Kabupaten Semarang dalam kurun
waktu Tahun 2016-2020, Kabupaten Semarang masih belum mandiri, tingkat
ketergantungan kepada Pemerintah masih tinggi disisi keuangan
(penganggaran). Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tingkat kemandirian
berikut ini:
Tabel 3.2. Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Tahun PAD Total Pendapatan Rasio
Kemandirian Daerah
Hubungan
2016 318.536.051.176,00 1.978.138.017.128,00 16,10 Instruktif
2017 417.417.848.830,80 2.135.227.865.430,80 19,55 Instruktif
2018 383.475.678.133,60 2.117.416.566.803,60 18,11 Instruktif
2019 429.011.081.257,00 2.311.149.343.922,00 18,56 Instruktif
2020 442.528.167.477,97 2.211.273.524.265,97 20,01 Instruktif
Rata-rata 398.193.765.375,07 2.150.641.063.510,07 18,47 Instruktif
Gambar 3.1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Tabel 3.3. Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah
Rasio
Kemandirian (%)
Kemampuan Keuangan
Daerah Pola Hubungan
0% - 25% Rendah Sekali Instruktif
>25% - 50% Rendah Konsultatif
>50% - 75% Sedang Partisipatif
>75% - 100% Tinggi Delegatif
Sumber : Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim (2001:168)
Dari tabel diatas, rata-rata Rasio Kemampuan Keuangan Daerah
Pemerintah Kabupaten Semarang dari tahun 2016-2020 sebesar 18,47% yang
artinya pemerintah Kabupaten Semarang masuk kategori Rendah Sekali
16,1
19,55 18,11 18,56
20,01
0
5
10
15
20
25
2016 2017 2018 2019 2020
III - 6
kemampuannya dalam membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan di
Kabupaten Semarang.
Secara konsepsional, pola hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, harus dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan
daerah dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Paul
Hersey dan Kenneth Blanchard memperkenalkan empat macam pola
hubungan situasional yang dapat digunakan dalam pelaksanaan otonomi
daerah (Halim, 2001:168) yaitu:
a. Pola Hubungan Instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih dominan
dari pada kemandirian pemerintah daerah. (Daerah yang tidak mampu
melaksanakan otonomi daerah secara finansial).
b. Pola Hubungan Konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah
mulai berkurang dan lebih banyak pada pemberian konsultasi karena
daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.
c. Pola Hubungan Partisipatif, yaitu peranan pemerintah pusat semakin
berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya
mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi.
d. Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak
ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah.
Jika dilihat dari kondisi di Kabupaten Semarang, maka pola hubungan
dengan Pemerintah Pusat masuk dalam kategori instruktif, peranan
pemerintah Pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah
(daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial).
Untuk tahun-tahun berikutnya, pemerintah Kabupaten Semarang
diharapkan lebih menggali potensi pendapatan daerah Kabupaten Semarang
agar tingkat kemandirian daerah dapat meningkat sehingga tidak bergantung
lagi pada pemerintah pusat untuk membiayai belanja daerah dalam proses
pembangunan daerah Kabupaten Semarang. Selain itu dukungan kualitas
sumber daya manusia yang memadai juga tidak kalah penting dalam
penggerak roda pembangunan.
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
Kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Semarang tahun 2016-
2020 perlu dilakukan analisis kondisi kinerja keuangannya sebagai dasar
proyeksi pendapatan, belanja dan pembiayaan sebagai kerangka pendanaan
III - 7
tahun 2021-2026. Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Semarang tahun
2016-2020 digambarkan sebagai berikut:
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah merupakan penerimaan daerah yang diperoleh dari
berbagai sumber, meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dilihat dari sumbernya, pendapatan
yang dihasilkan dari kegiatan atau hasil usaha di dalam daerah
dikelompokkan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan pendapatan
yang diperoleh karena adanya transfer dari pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi, serta perolehan dari hibah akan dikelompokkan dalam dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah pada APBD Kabupaten Semarang tahun 2016
sampai dengan tahun 2020, terdiri dari: (1) Pajak Daerah; (2) Retribusi
Daerah; (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; (4) Lain-lain
pendapatan daerah yang sah. Dana Perimbangan Kabupaten Semarang terdiri
dari: (1) Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak; (2) Dana Alokasi
Umum (DAU); (3) Dana Alokasi Khusus (DAK). Lain-lain pendapatan daerah
yang sah Kabupaten Semarang antara tahun 2016 sampai dengan 2020,
terdiri dari: (1) Hibah; (2) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah Lainnya; (3) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; (4) Bantuan
Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya; (5) Dana Insentif Daerah (DID);
(6) Dana Desa.
Perkembangan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Semarang
ditampilkan pada Tabel berikut:
III - 8
Tabel 3.4. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No. Uraian Realisasi Pertumbuhan
rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
PENDAPATAN DAERAH 1.978.138.017.128,00 2.135.227.865.431,00 2.117.416.566.803,60 2.311.149.343.922,00 2.211.273.524.265,97 2,98
1.1. Pendapatan Asli Daerah 318.536.051.176,00 417.417.848.830,80 383.475.678.133,60 429.011.081.257,00 442.528.167.477,97 9,48
1.1.1 Pajak Daerah 105.768.321.555,00 168.523.226.446,00 152.256.801.441,00 174.542.551.879,00 184.428.753.182,00 17,50
1.1.2 Retribusi Daerah 26.867.595.080,00 30.911.872.936,00 31.931.213.213,00 34.461.264.128,00 30.448.038.637,00 3,66
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
10.524.861.428,00 23.016.450.973,00 9.873.895.996,00 11.193.932.837,00 11.016.725.880,00 18,34
1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
175.375.273.113,00 194.966.298.475,80 189.413.767.483,60 208.813.332.413,00 216.634.649.778,97 5,58
1,2 Dana Perimbangan 1.325.779.762.120,00 1.283.938.368.800,00 1.307.508.472.787,00 1.351.090.467.972,00 1.240.480.579.637,00 (1,54)
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
46.151.509.596,00 45.488.012.291,00 40.449.487.507,00 32.240.120.367,00 40.850.178.049,00 (1,53)
1.2.2 Dana Alokasi Umum 968.848.031.000,00 951.828.487.000,00 952.362.147.000,00 1.001.565.375.000,00 909.555.622.000,00 (1,43)
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 310.780.221.524,00 286.621.869.509,00 314.696.838.280,00 317.284.972.605,00 290.074.779.588,00 (1,43)
1,3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah
333.822.203.832,00 433.871.647.800,00 426.432.415.883,00 531.047.794.693,00 528.264.777.151,00 13,07
1.3.1 Pendapatan Hibah 40.408.464.999,00 87.083.580.000,00 79.013.193.690,00 81.689.603.435,00 91.797.832.425,00 30,50
1.3.3 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi/ Pemerintah Daerah lainnya
128.217.064.833,00 152.963.851.800,00 159.266.165.193,00 176.909.199.258,00 155.665.817.452,00 5,62
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
30.398.700.000,00 20.635.643.000,00 13.568.289.000,00 46.187.036.000,00 39.687.577.274,00 39,99
1.3.8 Dana Insentif Daerah 5.000.000.000,00 7.500.000.000,00 17.500.000.000,00 44.330.102.000,00 56.446.874.000,00 91,00
1.3.9 Dana Desa dari APBN 129.797.974.000,00 165.688.573.000,00 157.084.768.000,00 181.931.854.000,00 184.666.676.000,00 9,94
u u LJ
LJ LJ
III - 9
Gambar 3.2. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Milyar Rupiah)
Tabel 3.3 di atas menampilkan jenis pendapatan daerah dan rata-rata
pertumbuhannya dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Pertumbuhan
pendapatan daerah tersebut dipengaruhi beberapa perubahan kebijakan baik
eksternal maupun internal.
Pertumbuhan rata rata pendapatan daerah dari jenis penerimaan yang
tertinggi adalah lain-lain pendapatan daerah yang sah yaitu berasal dari
pendapatan dana hibah non kas PDAM pada tahun 2016, dan hibah Dana
BOS (Belanja Operasional Sekolah) yang tidak diterima melalui kas daerah,
tetapi langsung ke rekening sekolah mulai tahun 2017. Untuk pertumbuhan
PAD meskipun realisasi cenderung flat tetapi masih lebih tinggi dibandingkan
rata rata penerimaan dana transfer. Pendapatan daerah yang bersumber dari
PAD mengalami pertumbuhan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017,
sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan. Pada Tahun 2019,
realisasi pendapatan kembali naik signifikan. Sedangkan tahun 2020
mengalami penurunan, sebagai dampak adanya pandemi Covid 19.
Apabila melihat kondisi kemampuan keuangan daerah Kabupaten
Semarang selama 5 (lima) tahun terakhir ini, maka dapat dikatakan bahwa
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang masih merupakan daerah yang
belum mandiri, karena masih tingginya ketergantungan pada keuangan
Pemerintah. Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang yang bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah dalam lima tahun terakhir masih lebih rendah
dibandingkan dengan penerimaan Dana Transfer.
1.978
2.135
2.117
2.311
2.211
7,94
-0,84
9,16
-4,33
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
1.800
1.900
2.000
2.100
2.200
2.300
2.400
2016 2017 2018 2019 2020
PENDAPATAN DAERAH PERTUMBUHAN
III - 10
Rasio Efektivitas
Rasio efektivitas untuk mengetahui berhasil tidaknya pencapaian tujuan
anggaran yang memerlukan data-data realisasi pendapatan dan target
pendapatan.
Berikut ini Realisasi Pendapatan dan Target Pendapatan Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020.
Tabel 3.5. Realisasi Pendapatan dan Target Pendapatan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
Tahun Realisasi Pendapatan Target Pendapatan Rasio
Efektifitas
2016 1.978.138.017.128,00 2.134.103.316.000,00 92,69%
2017 2.135.227.865.430,80 2.058.632.591.000,00 103,72%
2018 2.117.416.566.803,60 2.108.012.241.000,00 100,45%
2019 2.311.149.343.922,00 2.302.955.172.000,00 100,36%
2020 2.211.273.524.265,97 2.183.690.887.000,00
101,26%
Rata2 99,70%
Gambar 3.3. Rasio Efektivitas
Tabel 3.6. Kriteria Penilaian Rasio Efektivitas
Presentase Kriteria
Di atas 100% Sangat efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup efektif
60%-80% Kurang efektif
Kurang dari 60% Tidak efektif
Berdasarkan data dan grafik di atas diketahui bahwa presentase rasio
efektivitas Kabupaten Semarang pada tahun 2016-2020 mengalami fluktuasi.
92,69
103,72
100,45 100,36
101,26
86889092949698
100102104106
2016 2017 2018 2019 2020
Efektivitas (%)
III - 11
Rata-rata rasio efektivitas Kabupaten Semarang pada periode 2016-2020
adalah 99,70% sehingga dikategorikan efektif. Pencapaian ini perlu
diperhatikan dan ditingkatkan.
Ruang Fiskal Daerah
Indikator ini menunjukkan seberapa besar keleluasaan Pemerintah
Daerah dalam menggunakan dananya secara bebas dalam menentukan
prioritas belanja. Perhitungan ruang fiskal menggunakan rumus, yaitu
keseluruhan Pendapatan Daerah dikurangi dengan pendapatan hibah,
pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked), yaitu Dana
Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Penyesuaian serta Dana
Darurat, dan belanja yang sifatnya mengikat, yaitu Belanja Pegawai dan
Belanja Bunga dan selanjutnya dibagi dengan keseluruhan Pendapatan
Daerah.
III - 12
Tabel 3.7. Tabel Perhitungan Ruang Fiskal Daerah
No. Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-rata
1.
PENDAPATAN DAERAH
1,978,138,017,128.00 2,135,227,865,431.00 2,117,416,566,803.60 2,311,149,343,922.00 2,211,273,524,265.97 2,150,641,063,510.11
2. DAK 310,780,221,524.00 286,621,869,509.00 314,696,838,280.00 317,284,972,605.00 290,074,779,588.00 303,891,736,301.20
3. DID 5,000,000,000.00 7,500,000,000.00 17,500,000,000.00 44,330,102,000.00 56,446,874,000.00 26,155,395,200.00
4. Hibah 40,408,464,999.00 87,083,580,000.00 79,013,193,690.00 81,689,603,435.00 91,797,832,425.00 75,998,534,909.80
5. Dana darurat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6. 25% DBH +DAU 253,749,885,149.00 249,329,124,822.75 248,202,908,626.75 258,451,373,841.75 237,601,450,012.25 249,466,948,490.50
7. Belanja Pegawai
905,034,105,420.00 822,474,964,598.00 832,032,781,603.00 870,330,529,685.00 835,374,773,297.00 853,049,430,920.60
8. Belanja Bunga 518,482.00 0.00 0.00 392,114,781.00 0.00 78,526,652.60
Ruang Fiskal Daerah
23.41 31.95 29.56 31.96 31.65 29.85
III - 13
Gambar 3.4. Ruang Fiskal Daerah Tahun 2016-2020
Dari hasil analisis Ruang Fiskal diatas, menunjukkan bahwa Ruang
Fiskal Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 rata-rata sebesar 29,85. Ini
artinya, bahwa Ruang Fiskal Kabupaten Semarang termasuk tinggi, sehingga
masih leluasa atau fleksibel dalam mengalokasikan anggaran sesuai prioritas
daerah.
2. Belanja Daerah
Belanja daerah tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 terdiri dari
kelompok belanja tidak langsung yang meliputi: belanja pegawai, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil kepada pemerintah desa, bantuan
keuangan kepada pemerintah desa, belanja tidak terduga, dan kelompok
belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, barang dan jasa, serta
belanja modal.
Realisasi Belanja daerah pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 di
sajikan sebagaimana Tabel berikut:
23,41
31,95 29,56
31,96 31,65
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
2016 2017 2018 2019 2020
III-14
Tabel 3.8. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No Uraian Realisasi Pertumbuhan
Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
1 BELANJA DAERAH 1.974.199.071.108,77 2.034.382.209.550,36 2.171.799.810.993,60 2.312.242.117.310,00 2.191.412.651.750,00 2,76
1,1 Belanja Tidak Langsung 1.176.358.336.378,12 1.162.094.515.467,72 1.192.065.625.526,00 1.249.106.620.196,00 1.279.759.564.519,00 2,15
1.1.2 Belanja Pegawai 905.034.105.420,00 822.474.964.598,00 832.032.781.603,00 870.330.529.685,00 835.374.773.297,00 (1,84)
1.1.3 Belanja Bunga 518.482,00 - 392.114.781,00 (100)
1.1.4 Belanja Subsidi -
1.1.5 Belanja Hibah 16.115.710.000,00 36.909.125.000,00 49.481.435.000,00 37.281.877.000,00 106.632.905.900,00 81,28
1.1.6 Belanja Bantuan Sosial 3.511.329.000,00 7.048.750.000,00 16.577.100.000,00 15.403.983.000,00 4.956.780.427,00 39,87
1.1.7 Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa
12.968.772.000,00 15.540.148.000,00 18.680.432.125,00 21.468.829.750,00 26.058.626.666,00 19,09
1.1.8
Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa dan Partai Politik
237.040.098.203,12 277.398.764.469,72 272.763.829.300,00 303.370.630.200,00 304.629.235.946,00 6,75
1.1.9 Belanja Tidak Terduga 1.687.803.273,00 2.722.763.400,00 2.530.047.498,00 858.655.780,00 2.107.242.283,00 33,09
1.2. Belanja Langsung 797.840.734.730,65 872.287.694.082,64 979.734.185.467,60 1.063.135.497.114,00 911.653.087.231,00 3,98
1.2.1 Belanja pegawai 36.309.159.286,00 51.667.557.833,00 61.149.908.814,00 100.582.127.161,00 128.701.249.741,00 38,27
1.2.2 Belanja Barang dan jasa 380.066.985.992,00 474.160.886.794,20 513.532.834.986,60 569.081.273.989,00 563.881.928.401,00 10,74
1.2.3 Belanja Modal 381.464.589.452,65 346.459.249.455,44 405.051.441.667,00 393.472.095.964,00 219.069.909.089,00 (9,86)
Sumber : BKUD Kabupaten Semarang, 2021
LJ ~
III - 15
Gambar 3.5. Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Milyar rupiah)
Secara rinci pertumbuhan masing-masing jenis Belanja Tahun 2016-
2020 sebagai berikut:
a. Belanja pegawai yang baik belanja pegawai pada kode rekening belanja
pegawai baik di belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Rata-
rata pertumbuhan belanja pegawai selama tahun 2016-2020 mengalami
pertumbuhan positif, hal ini antara lain dikarenakan adanya pemberian
Tunjangan Hari Raya, Gaji ketigabelas dan tunjangan tambahan
penghasilan PNS Daerah, serta kenaikan belanja guru tidak tetap pada
belanja tidak langung honorarium non PNS.
b. Pertumbuhan belanja hibah mengalami pertumbuhan positif. Hal ini
dipengaruhi adanya kebijakan DAK Belanja Operasinal untuk PAUD yang
dialokasikan dalam bentuk belanja hibah, meningkatnya belanja hibah
kepada satuan pendidikan swasta serta meningkatnya hibah untuk ormas
dan lembaga, pada tahun 2020 juga direalisasikan belanja hibah untuk
kepentingan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
hibah dialokasikan untuk Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas
Pemilihan Umum
c. Belanja bantuan sosial menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini
dipengaruhi meningkatnya dana untuk bantuan sarana air bersih dan
pembangunan sarana sanitasi, bantuan dana investasi agribisnis, serta
bantuan sosial lainnya kepada organisasi sosial kemasyarakatan,
kelompok masyarakat dan anggota masyarakat dalam rangka mengurangi
terjadinya risiko sosial
1.974
2.034
2.171
2.312
2.191
0,00
3,04
6,74 6,49
-5,00
-3,00
-1,00
1,00
3,00
5,00
7,00
9,00
1.800
1.900
2.000
2.100
2.200
2.300
2.400
2016 2017 2018 2019 2020
BELANJA DAERAH PERTUMBUHAN
III - 16
d. Belanja bagi hasil kepada Pemerintah Desa, yang dihitung sekurang-
kurangnya 10 persen dari realisasi pajak daerah dan retribusi daerah.
Dalam lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan positif, yang
dipengaruhi oleh tumbuhnya penerimaan pajak serta retribusi daerah.
e. Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa yang wajib
dialokasikan kepada desa adalah Alokasi Dana Desa yang dihitung
sekurang-kurangnya 10 persen dari Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi
Hasil Pemerintah Pusat, serta Dana Desa yang merupakan alokasi dari
APBN kepada Desa. APBD mengalokasikan pula sesuai kemampuan
keuangan daerah untuk bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada
pemerintah desa antara lain untuk Rehab Rumah Tidak Layak Huni,
insentif RT/RW, operasional karang taruna. Selain realisasi bantuan
keuangan kepada desa juga merealisasikan bantuan keuangan Kepada
Partai Politik pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2019, selanjutnya
pada tahun 2020 direalisasikan dalam bentuk belanja hibah.
f. Dana Tidak Terduga yang disediakan untuk penanganan tanggap darurat
bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Semarang dan harus segera
ditangani menunjukkan realisasi pertumbuhan positif. Pada tahun 2020
alokasi anggaran Belanja Tidak Terduga meningkat di luar kondisi normal,
hal dimaksudkan untuk menyediakan pendanaan penanganan dan
antisipasi penyebaran dampak Covid-19 yang dibagi untuk bidang
kesehatan, jaring pengaman sosial, dan penanganan dampak ekonomi
g. Belanja barang dan jasa menunjukkan pertumbuhan positif yang
dipengaruhi antara lain karena belanja listrik, telepon, air; belanja jasa
outsourching; belanja premi asuransi.
h. Belanja modal bertujuan untuk mendukung prioritas pembangunan
daerah menunjukkan perkembangan, realisasi belanja modal tertinggi
dicapai pada tahun 2018, dan terendah pada tahun 2020. Pada tahun
2020 belanja modal mengalami pemangkasan belanja sebagai akibat
penurunan penerimaan baik dari PAD maupun pendapatan transfer,
karena kondisi pandemi yang disebabkan virus Covid 19. Selain
penurunan pendapatan daerah, juga adanya kewajiban pemerintah daerah
untuk menyediakan anggaran untuk penanganan dan pencegahan
penyebaran virus Covid 19.
• •
III - 17
Analisis Belanja Modal
Salah satu ukuran kualitas belanja yang baik adalah semakin besarnya
proporsi Belanja Modal terhadap Belanja Daerah keseluruhan. Belanja Modal
yang besar diharapkan akan memberikan dampak yang positif bagi
pertumbuhan ekonomi di daerah yang kemudian akan meningkatkan potensi
penerimaan daerah yang baru.
% Belanja Modal = Belanja Modal x 100% Belanja APBD
Tabel 3.9. Tabel Persentase Belanja Modal
Tahun 2016 – 2020
Tahun Belanja Modal Belanja APBD % Belanja
Modal
2016 381.464.589.452,65 1.974.199.071.108,77 19,32
2017 346.459.249.455,44 2.034.382.209.550,36 17,03
2018 405.051.441.667,00 2.171.799.810.993,60 18,65
2019 393.472.095.964,00 2.312.242.117.310,00 17,02
2020 219.069.909.089,00 2.191.412.651.750,00 10,00
Rata-rata 349.103.457.125,62 2.136.807.172.142,55 16,34
Gambar 3.6. Persentase Belanja Modal APBD Tahun 2016-2020
Melihat Grafik Prosentase Belanja Modal tersebut diatas, belanja modal
APBD Kabupaten Semarang mengalami penurunan dari 19,32 % di tahun
2016 menjadi 17,02% di tahun 2019, kemudian menurun tajam di tahun 2020
sebesar 10% dari total APBD. Penurunan tajam Belanja Modal di tahun 2020,
karena adanya pandemic Covid -19, sehingga terjadi pergeseran prioritas
daerah dari Belanja Modal ke penanganan Covid-19.
3. Pembiayaan Daerah
Realisasi pembiayaan daerah tahun 2016-2020, rata-rata mengalami
pertumbuhan negatif pada komponen penerimaan pembiayaan maupun
19,32 17,03
18,65 17,02
10,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
2016 2017 2018 2019 2020
III - 18
pengeluaran pembiayan. Pada penerimaan pembiayaan sebagian besar
bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya
dan pinjaman untuk BLUD Rumah Sakit Umum Daerah. Sedangkan pada
pengeluaran pembiayaan direalisasikan untuk penyertaan modal kepada
BUMD Realisasi pembiayaan daerah tahun 2016 sampai dengan tahun 2020
sebagaimana Tabel berikut:
III - 19
Tabel 3.10. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Pembiayaan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No Uraian Realisasi Pertumbuhan
Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Pembiayaan Netto 148.290.767.825,44 134.077.713.981,67 235.489.393.862,11 176.723.137.668,11 168.847.352.284,11 9,16
1 Pembiayaan penerimaan 187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 240.489.393.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,84
Silpa Tahun sebelumnya 187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 234.923.369.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,37
Penerimaan pinjaman 5.566.024.000,00 (100,00)
2 Pembiayaan pengeluaran 39.445.713.364,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 4.383.012.004,00 6.783.011.996,00 (21,00)
Penyertaan Modal BUMD: 39.437.080.000,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 1.600.000.000,00 4.000.000.000,00 (11,11)
Pembayaran pokok utang 8,633,364.00 2.783.012.004 2.783.011.996
Sumber : BKUD Kabupaten Semarang, Tahun 2021
LJ
LJ
LJ
III - 20
Gambar 3.7. Realisasi SILPA Tahun 2016-2020
3.1.2. Neraca Daerah
Neraca Pemerintah Kabupaten Semarang merupakan laporan yang
menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Semarang mengenai
asset, kewajiban dan ekuitas. Asset adalah sumberdaya ekonomi yang
dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu, dan dari mana manfaat ekonomi dan atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh oleh Pemerintah Kabupaten
Semarang, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumberdaya ekonomi
Pemerintah Kabupaten Semarang. Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah
Kabupaten Semarang yang merupakan selisih antara asset dan kewajiban.
Neraca Pemerintah Kabupaten Semarang secara terinci tahun 2016-2020
sebagaimana Tabel berikut:
187
152
234
181 175
-18,72
53,95
-22,65
-3,31
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
0
50
100
150
200
250
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Silpa Pertumbuhan
III - 21
Tabel 3.11 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA
PERTUM BUHAN (%)
1 ASET
1.1 ASET LANCAR
1.1.1 Kas 154.577.292.144,67 234.928.169.862,11 181.107.080.843,11 175.946.647.955,51 188.718.232.600,08 8,37
1.1.1.1 Kas di Kas Daerah 143.042.466.493,67 216.449.561.717,11 170.996.270.714,11 153.688.949.693,11 156.981.362.290,08 5,58
a. Rekening Kasda - - - -
b. Deposito - - - -
1.1.1.2 Kas di BLUD RSUD 9.152.854.016,00 14.537.372.318,00 8.303.347.364,00 17.893.475.430,00 28.069.695.394,00 47,08
Kas Dana BOS
3.611.061.432,00
1.1.1.3 Kas di Bendahara Penerimaan
25.751.000,00 104.246.100,00 199.192.435,00 36.386.000,00 45.499.200,00 84,80
1.1.1.4 Kas di Bendahara Pengeluaran
546.935,00 3.074.031.882,00 1.595.421.430,00 - 2.256.700,00
Kas lainnya 2.355.673.700,00 762.957.845,00 12.848.900,00 4.327.836.832,40 8.357.584,00
1.1.2 Piutang 36.983.680.506,71 42.340.504.114,44 73.319.573.238,84 87.523.336.510,65 118.859.766.932,04 35,71
1.1.2.1 Piutang Pajak 20.429.601.227,30 59.261.171.980,00 69.565.410.516,00 73.740.007.851,00 82.268.578.277,00 56,26
Penyisihan piutang pajak (31.814.337.266,71) (32.459.096.255,20) (37.869.674.199,74) (42.716.559.125,63) (47.974.031.147,87) 10,95
Piutang pajak netto 19.696.835.762,29 26.802.075.724,80 31.695.736.316,26 31.023.448.725,37 34.294.547.129,13 15,69
1.1.2.2 Piutang Retribusi 784.009.687,00 872.802.846,00 650.821.662,00 1.171.939.175,00 1.734.478.499,00 28,49
Penyisihan piutang retribusi (80.982.489,99) (296.521.561,53) (481.315.679,11) (852.819.168,25) (1.596.756.694,00) 123,22
Piutang retribusi (netto) 703.027.197,01 576.281.284,47 169.505.982,89 319.120.006,75 137.721.805,00 151,71
1.1.2.3 Piutang Lain-lain PAD yang sah
14.906.400,00 12.015.747,00 48.342.660,00 29.849.000,00 19.878.610,00 52,82
Penyisihan Piutang Lain-lain PAD yang sah
(74.532,00) (60.079,00) (241.714.00) (12.916.090,00) (15.347.168,00) 1386,32
Piutang Lain-lain PAD yang sah (netto)
14.831.868,00 11.955.668,00 48.100.946,00 16.932.910,00 4.531.442,00 36,22
1.1.2 Piutang Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
0,00 - 3.351.661.103,00 8.684.031.818,00 2.267.541.039,00
Penyisihan Piutang Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan Netto
0,00 - (3.351.661.103,00) (43.420.159,10) -
Piutan Transfer Pemerintag Pusat-Dana Perimbangan
0,00 - - 8.640.611.658,90 2.267.541.039,00
III - 22
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA
PERTUM BUHAN (%)
Netto
1.1.2 Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
0,00 - 8.943.779.869,00 9.286.624.070,00 20.329.827.372,00
Penyisihan Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
0,00 - (44.718.899,35) (46.433.120,35)
Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Netto
0,00 - 8.899.060.969,65 9.240.190.949,65 20.329.827.372,00
1.1.2.4 Piutang Pendapatan Lainnya
8.033.300,00 - - - -
Penyisihan Piutang Pendapatan Lainnya
(40.166,50) - - - -
Piutang Pendapatan Lainnya netto
7.993.133,50 - - - -
1.1.2.5 Piutang Lainnya 16.992.097.832,00 15.494.275.609,00 33.217.019.536,00 39.012.132.402,00 62.664.558.284,23 45,91
Penyisihan piutang lainnya (431.105.286,09) (544.084.171,83) (709.850.511,96) (729.100.142,02) (838.960.139,32) 18,61
Piutang lainnya netto 16.560.992.545,91 14.950.191.437,17 32.507.169.024,04 38.283.032.259,98 61.825.598.144,91 46,74
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
0,00 - - - -
1.1.3 Persediaan 12.034.190.527,19 16.406.196.388,71 19.744.517.884,95 19.038.059.372,79 27.398.179.228,08 24,25
1.1.4 Belanja Dibayar Dimuka 2.097.455.463,48 2.144.558.321,02 2.207.747.343,82 2.151.685.070,83 320.508.413,64 20,61
JUMLAH ASSET LANCAR (1)
205.692.618.642,05 295.819.428.686,28 276.378.919.310,72 284.659.728.909,78 335.296.687.173,84 14,51
1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG
1.2.1 Investasi Non Permanen
1.2.1.1 Investasi Non Permanen Lainnya
0,00 - - -
JUMLAH INVESTASI NON PERMANEN (a)
0,00 - - - -
1.2.2 Investasi Permanen
1.2.2.1 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
96.875.078.654,57 115.273.646.238,22 130.476.915.090,85 128.345.311.826,00 131.656.058.674,00 8,28
1.2.2.2 Investasi Permanen Lainnya
0,00 0,00 0,00 0,00
JUMLAH INVESTASI PERMANEN (b)
96.875.078.654,57 115.273.646.238,22 130.476.915.090,85 128.345.311.826,00 131.656.058.674,00 8,28
JUMLAH INVESTASI 96.875.078.654,57 115.273.646.238,22 130.476.915.090,85 128.345.311.826,00 131.656.058.674,00 8,28
III - 23
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA
PERTUM BUHAN (%)
JANGKA PANJANG (2 = a + b)
1.3 ASET TETAP
1.3.1 Tanah 928.052.439.376,00 979.104.393.988,00 1.694.796.141.708,00 1.755.425.009.571,94 1.862.887.919.769,19 22,07
1.3.2 Peralatan dan Mesin 449.686.539.817,00 497.642.872.021,00 526.715.821.110,96 582.271.989.140,95 675.310.687.908,43 10,76
1.3.3 Gedung dan Bangunan 967.968.875.445,00 1.046.099.772.563,00 1.135.870.678.302,79 1.321.323.351.814,68 1.339.365.837.732,84 8,59
1.3.4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 1.261.598.503.435,00 1.396.503.211.216,00 1.891.590.049.343,60 2.075.390.620.794,47 2.124.914.462.215,37 14,56
1.3.5 Aset Tetap Lainnya 67.431.883.370,00 80.860.352.529,00 92.721.539.320,00 114.035.970.098,14 118.012.055.942,00 15,26
1.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan
- 46.618.880.000,00 97.683.050.191,00 1.840.737.000,00 6.677.234.350,00 91,39
1.3.7 Akumulasi Penyusutan (1.246.196.542.877,17) (1.370.437.347.145,00) (1.500.173.431.798,51) (1.604.622.677.939,86) (1.698.422.773.212,85) 8,06
JUMLAH ASSET TETAP (3) 2.428.541.698.565,83 2.676.392.135.172,00 3.939.203.848.177,84 4.245.665.000.480,32 4.428.745.424.704,98 17,37
1.4 Dana Cadangan
Dana Cadangan - - - - -
JUMLAH DANA CADANGAN (4)
- - - - -
1.5 ASET LAINNYA
1.5.1 Tuntutan Ganti Rugi 670.230.310,00 674.350.160,00 655.640.310,00 653.690.310,00 651.190.310,00 0,71
1.5.2 Aset Tak Berwujud (netto) 4.240.598.722,00 4.241.170.050,00 5.280.501.852,70 5.207.155.274,40 4.676.922.951,80 3,24
1.5.3 Aset Lain-Lain 23.731.262.300,00 20.098.775.853,00 29.258.637.547,45 25.256.540.365,98 24.376.812.494,98 3,28
JUMLAH ASSET LAINNYA (5)
28.642.091.332,00 25.014.296.063,00 35.194.779.710,15 31.117.385.950,38 29.704.925.756,78 2,98
JUMLAH ASET (1+2+3+4+5)
2.759.751.487.194,45 3.112.499.506.159,50 4.381.254.462.289,56 4.689.787.427.166,48 4.925.403.096.309,60 16,40
2 KEWAJIBAN
2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.1.1 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
27.169.652,00 0,00 1.545.494.272,00 374.426.356,40 111.900.392,00 81,96
2.1.2 Utang Bunga 0,00 0,00 - -
2.1.3 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
0,00 0,00 2.783.012.000,00 2.783.011.996,00 50,00
2.1.4 Utang Kepada Pihak Ke 3 7.365.567.735,00 8.945.089.200,37 10.400.386.506,32 14.964.922.831,81 7.602.762.406,65 8,10
Pendapatan diterima dimuka
3.851.928.391,00 4.302.597.941,37 1.617.715.819,32 1.243.442.030,81 1.353.767.769,65 16,24
Utang belanja 3.513.639.344,00 4.642.491.259,00 8.782.670.687,00 13.721.480.801,00 6.248.994.637,00 30,77
2.1.5 Utang Jangka Pendek Lainnya
9.453.995.002,00 7.132.945.586,00 9.578.277.878,00 18.586.214.014,00 35.866.968.660,00 49,19
III - 24
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA
PERTUM BUHAN (%)
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK (1)
16.846.732.389,00 16.078.034.786,37 24.307.170.656,32 36.708.575.198,21 43.581.631.458,65 29,09
2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
2.2.1 Utang Dalam Negeri – Pemerintah Pusat
- - 2.783.012.000,00 - - (100,00)
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG (2)
- - 2.783.012.000,00 - - (100,00)
JUMLAH KEWAJIBAN (1+2)
16.846.732.389,00 16.078.034.786,37 27.090.182.656,32 36.708.575.198,21 43.581.631.458,65 29,54
3 EKUITAS DANA
3.1 EKUITAS DANA LANCAR
3.1.1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
0,00 0,00 - -
3.1.2 Pendapatan yang Ditangguhkan
0,00 0,00 - -
3.1.3 Cadangan Piutang 0,00 0,00 - -
3.1.4 Cadangan Persediaan 0,00 0,00 - -
3.1.5 Cadangan Belanja Dibayar Dimuka
0,00 0,00 - -
3.1.6
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
0,00 0,00 - -
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR (1)
0,00 0,00 - - -
3.2 EKUITAS DANA INVESTASI
3.2.1 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
0,00 0,00 - -
3.2.2 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
0,00 0,00 - -
3.2.3 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
0,00 0,00 - -
3.2.4
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
0,00 0,00 - -
JUMLAH EKUITAS DANA 0,00 0,00 - - -
III - 25
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA
PERTUM BUHAN (%)
INVESTASI (2)
3.3 EKUITAS DANA CADANGAN
3.3.1 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
0,00 0,00 - -
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN (3)
0,00 0,00 - - -
JUMLAH EKUITAS 2.742.904.754.805,45 3.096.421.471.373,13 4.354.164.279.633,24 4.653.078.851.968,27 4.881.821.464.850,95 16,32
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
2.759.751.487.194,45 3.112.499.506.159,50 4.381.254.462.289,56 4.689.787.427.166,48 4.925.403.096.309,60 16,40
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
III - 26
Tabel di atas dapat digunakan untuk melakukan analisis rasio keuangan
Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai berikut:
a. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah
Kabupaten Semarang dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek. Rasio
lancar dihitung dengan membandingkan aktiva lancar dan kewajiban
jangka pendek. Selanjutnya quick rasio dihitung dengan membandingkan
antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban jangka
pendek.
b. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah
Kabupaten Semarang dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjang.
c. Rasio aktivitas digunakan adalah rata-rata umur piutang dan rata-rata
umur persediaan. Rata-rata umur piutang yaitu rasio untuk melihat
berapa lama, hari yang diperlukan untuk melunasi piutang sehingga dapat
merubah piutang menjadi kas, yang dihitung dengan membadingkan
jumlah hari dalam satu tahun (365 hari) dengan perputaran piutang. Rata-
rata persediaan yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam
dalam bentuk persediaan (yang digunakan untuk pelayanan publik),
dihitung dengan membandingkan jumlah hari dalam satu tahun dengan
perputaran persediaan.
Angka piutang dalam rasio aktivitas merupakan angka piutang per 31
Desember dan menggunakan angka setelah dilakukan penyisihan, serta
tidak termasuk belanja dibayar dimuka.
Hasil analisis rasio sebagaimana diuraikan di atas ditampilkan pada
Tabel berikut:
Tabel 3.12. Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
I. RASIO LIKUIDITAS
1. Rasio Lancar 12,21 18,40 11,37 7,75 7,69
2. Rasio quick 11,50 17,38 10,56 7,24 7,06
II. RASIO SOLVABILITAS
1. Rasio Hutang terhadap total asset
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2. Rasio Hutang terhadap total modal
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
III. RASIO AKTIVITAS
1. rata-rata umur piutang 5,94 6,27 9,97 12,70 17,03
2. rata-rata umur persediaan 564,53 316,37 334,14 371,77 309,31
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
III - 27
Dari Tabel di atas, diketahui pada tahun 2020: (1) Rasio Likuiditas
memperlihatkan kemampuan membayar hutang pemerintah Kabupaten
Semarang dan dalam jangka pendek, kemampuan membayar hutang adalah
baik; (2) Rasio Solvabilitas menunjukkan bahwa pengaruh hutang terhadap
aktiva sangat kecil dan berdasarkan nilai modal yang dimiliki Kabupaten
Semarang pada dasarnya semakin mandiri dan tidak tergantung pada hutang;
serta (3) Rasio Aktivitas menunjukkan bahwa piutang yang dimiliki Kabupaten
Semarang cenderung meningkat namun diikuti dengan kenaikan angka
perputaran piutang. Hal ini memperlihatkan kemungkinan ketertagihan
piutang dari tahun ke tahun meningkat yang berpotensi menambah PAD.
3.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU
Perkembangan realisasi APBD beberapa tahun sebelum tahun rencana
RPJMD, dapat memberikan gambaran pengelolaan keuangan masa lalu.
Pertumbuhan pengeluaran baik belanja maupun pembiayaan juga dipengaruhi
beberapa regulasi dan kebijakan pemerintah.
3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Proporsi penggunaan anggaran yang akan dianalisis pada bab ini adalah
proporsi pengeluaran daerah dalam bentuk belanja dan pembiayaan.
Persentase realisasi akan menunjukkan kinerja pendanaan pembangunan dan
seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk belanja penyelenggaraan
pemerintahan di Kabupaten Semarang, secara rinci akan ditampilkan pada
Tabel berikut:
Tabel 3.13. Rasio Anggaran dan Realisasi Pengeluaran Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (%)
No URAIAN Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
1. Belanja Daerah 98,04 99,12 99,65 99,81 99,69
1.1 Belanja Tidak Langsung 58,42 56,62 54,89 53,92 58,22
1.1.2 Belanja Pegawai 44,95 40,07 38,31 37,57 38,00
1.1.3 Belanja Bunga 0,00 - - 0,02 -
1.1.4 Belanja Subsidi - - - - -
1.1.5 Belanja Hibah 0,80 1,80 2,28 1,61 4,86
1.1.6 Belanja Bantuan Sosial 0,17 0,34 0,76 0,66 0,21
1.1.7 Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa
0,64 0,76 0,86 0,93 1,19
1.1.8 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa dan Partai Politik
11,77 13,51 12,56 13,10 13,86
1.1.9 Belanja Tidak Terduga 0,08 0,13 0,12 0,04 0,10
1.2. Belanja Langsung 39,62 42,50 45,11 45,89 41,47
III - 28
No URAIAN Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
1.2.1 Belanja pegawai 1,80 2,52 2,82 4,34 5,85
1.2.2 Belanja Barang dan jasa 18,87 23,10 23,65 24.57 25,65
1.2.3 Belanja Modal 18,94 16,88 18,65 16,98 9,97
2. Pengeluaran Pembiayaan 1,96 0,88 0,35 0,19 0,31
Jumlah APBD 100,00 100,00 100,35 100,00 100,00
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
Dari uraian tabel di atas, terdapat pertumbuhan positif atas rata-rata
rasio pengeluaran belanja daerah terhadap APBD pada rentang tahun 2016–
2020, khususnya belanja pegawai, belanja bantuan keuangan, dan belanja
barang dan jasa. Sedangkan pada pembiayaan terdapat rata-rata
pertumbuhan negatif atas rasio realisasi pengeluaran pembiayaan terhadap
APBD.
Untuk menggambarkan pemenuhan kebutuhan aparatur di Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2020, pada table 3.14 dibawah ini ditampilkan
realisasi belanja pegawai, baik langsung maupun tidak langsung, sebagai
berikut :
III - 29
Tabel 3.14. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
URAIAN Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Belanja Pegawai (Tidak Langsung) 905.034.105.420,00 822.474.964.598,00 832.032.781.603,00 870.330.529.685,00 835.374.773.297,00
Belanja Pegawai (Langsung) 36.309.159.286,00 51.667.557.833,00 61.149.908.814,00 100.582.127.161,00 128.701.249.741,00
Total Belanja Pegawai 941.343.264.706,00 874.142.522.431,00 893.182.690.417,00 970.912.656.846,00 964.076.023.038,00
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
III - 30
Pada Tabel di atas menunjukkan secara total belanja untuk pemenuhan
kebutuhan aparatur dalam tahun 2016-2020 mengalami pertumbuhan positif.
Belanja Pegawai ditampilkan pada tabel di atas meliputi : belanja pegawai
pada belanja tidak langsung yang terdiri dari gaji dan tunjangan (termasuk
tunjangan profesi guru PNSD), tambahan penghasilan guru PNSD, tambahan
penghasilan pegawai (termasuk insentif pajak dan retribusi), serta belanja
pegawai pada belanja langsung antara lain meliputi honorarium PNSD, uang
lembur PNS.
Dari Tabel 3.13 dan Tabel 3.14 di atas dapat dianalisis proporsi belanja
pemenuhan kebutuhan aparatur tahun 2016-2020, sebagaimana Tabel
berikut:
Tabel 3.15. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO TAHUN TOTAL BELANJA UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR
TOTAL PENGELUARAN (BELANJA+PEMBIAYAAN
PENGELUARAN PERSENTASE
1 2016 941.343.264.706,00 2.013.644.784.472,77 46,75
2 2017 874.142.522.431,00 2.052.534.209.550,36 42,59
3 2018 893.182.690.417,00 2.176.799.810.993,00 41,03
4 2019 970.912.656.846,00 2.316.625.129.314,00 41,91
5 2020 964.076.023.038,00 2.198.195.663.746,00 43,86
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
Dari Tabel di atas diperoleh informasi bahwa perkembangan realisasi
belanja aparatur dibandingkan realisasi belanja daerah cenderung mengalami
penurunan sampai tahun 2018, dan mengalami peningkatan pada tahun
2019, antara lain karena adanya tambahan CPNS.
Analisis Belanja Pegawai
Semakin membaiknya kualitas Belanja Daerah bisa juga dilihat dari
semakin menurunnya porsi Belanja Pegawai dalam APBD, sehingga terjadi
peningkatan Belanja Langsung (terutama Belanja Modal dan Belanja Barang
Jasa) yang terkait dengan layanan publik yang dapat mendorong
perekonomian daerah. Indikator ini dapat dihitung dengan menghitung
Belanja Pegawai dibagi dengan seluruh Belanja Daerah.
% Belanja Pegawai = Belanja Pegawai x 100% Belanja APBD
D • D • D I
D I
III - 31
Tabel 3.16. Tabel Persentase Belanja Pegawai Tahun 2016-2020
Tahun Belanja Pegawai Belanja APBD % Belanja Pegawai
2016 905.034.105.420,00 1.974.199.071.108,77 45,84
2017 822.474.964.598,00 2.034.382.209.550,36 40,43
2018 832.032.781.603,00 2.171.799.810.993,60 38,31
2019 870.330.529.685,00 2.312.242.117.310,00 37,64
2020 835.374.773.297,00 2.191.412.651.750,00 38,12
Rata-rata 853.049.430.920,60 2.136.807.172.142,55 39,92
Gambar 3.8. Grafik Persentase Belanja Pegawai Tahun 2016 - 2020
Grafik diatas menunjukkan Prosentase Belanja Pegawai Kabupaten
Semarang Tahun 2016 – 2020 terus mengalami penurunan, dari 45,84%
(tahun 2016) menjadi 38,12% (Tahun 2020). Hal ini menunjukkan, bahwa
terjadi penurunan jumlah pegawai yang purna tugas dan tidak ada
penambahan pegawai.
3.2.2. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran selisih
pendapatan daerah dengan belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan.
Apabila selisih positif maka pengeluaran daerah dapat dicukupi dari
penerimaan pendapatan, dan apabila terjadi selisih negatif maka harus
ditutup dengan penerimaan diluar pendapatan daerah, misalnya dengan
pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya.
Realisasi Silpa sebagai salah satu sumber penutup defisit anggaran,
dalam perkembangan tahun 2016 sampai dengan tahun 2020, berasal dari
pelampauan penerimaan dan sisa penghematan belanja atau sebab lainnya
dengan rincian sebagaimana tabel di bawah ini:
45,84 40,43 38,31 37,64 38,12
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
2016 2017 2018 2019 2020
III - 32
Tabel 3.17. Surplus/(Defisit) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No Uraian Realisasi Pertumbuhan
Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
1 Realisasi Pendapatan Daerah
1.978.138.017.128,00 2.135.227.865.430,80 2.117.416.566.803,60 2.311.149.343.922,00 2.211.273.524.265,97 2,98
Dikurangi realisasi:
2 Belanja Daerah 1.974.199.071.108,77 2.034.382.209.550,36 2.171.799.810.993,60 2.312.242.117.310,00 2.191.412.651.750,00 2,76
3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah
39.445.713.364,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 4.383.012.004,00 6.783.011.996,00 (21,01)
A. Defisit Riil (35.506.767.344,77) 82.693.655.880,44 (62.047.244.190,00) (5.475.785.392,00) 13.076.970.519,00 (233,58)
Ditutup oleh realisasi Penerimaan Pembiayaan
4 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 234.923.369.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,110 2,37
Penerimaan pinjaman (BLUD)
5.566.024.000,00
B. Total realisasi penerimaan pembiayaan daerah
187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 240.489.393.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,84
A-B Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan
152.229.713.844,67 234.923.369.862,11 178.442.149.672,11 175.630.364.280,11 188.707.334.519,00 8,96
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
Tabel 3.18. Penutup Defisit Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No Uraian Realisasi Pertumbuhan
Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 240.489.393.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,84
2 Penerimaan pinjaman daerah (BLUD) 0,00 0,00 5.566.024.000,00 0,00 0,00 -
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
III - 33
Tabel 3.19 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
NO URAIAN
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 RATA-RATA
PERTUM BUHAN (%)
Rp % dari SiLPA
Rp % dari SiLPA
Rp % dari SiLPA
Rp % dari SiLPA
Rp % dari SiLPA
I Jumlah SiLPA 187.736.481.189,44 100,00 152.229.713.019,23 100,00 234.923.368.880,44 100,00 181.106.149.672,11 1,00 175.630.364.280,11 100,00 2,84
1 Pelampauan penerimaan PAD
25.672.308.617,00 13,67 17.494.258.176,00 11,49 53.718.920.830,80 22,87 10.613.959.133,60 0,06 21.991.587.257,00 12,52 50,54
3 Pelampauan penerimaan Dana perimbangan
(11.202.530.483,00) (5,97) (167.093.132.880,00) (109,76) 3.294.421.800,00 1,40 (15.377.507.213,00) (0,08) (33.148.831.028,00) (18,87) 209,60
4
Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah
(14.599.061.805,00) (7,78) (6.366.424.168,00) (4,18) 19.581.931.800,00 8,34 14.167.873.883,00 0,08 19.351.415.693,00 11,02 (113,76)
5 Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya
187.852.592.841,53 100,06 308.195.011.891,23 202,45 158.328.094.449,64 67,40 174.135.799.006,40 0,96 167.436.190.690,00 95,33 5,39
6 SILPA tahun sebelumnya
13.172.018,91 0,01 - - (2.433.975.137,89) (0,01) 1.668,11 0,00 (100,00)
II
Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan
- - -
III Kegiatan lanjutan -
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021
III - 34
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi SiLPA pada lima tahun
terakhir, bersumber dari pelampauan pendapatan daerah dan penghematan
belanja daerah. cenderung fluktuatif.
3.3 KERANGKA PENDANAAN
Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil
keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program
pembangunan jangka menengah selama lima tahun ke depan. Kapasitas riil
keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangi dengan
berbagai belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta
prioritas utama.
3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat
Dalam realisasi pelaksanaan anggaran daerah, dapat dipilah dan
diklasifikasikan pengeluaran yang bersifat periodik wajib dan mengikat, yaitu
kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat
dihindari atau harus dibayar dalam satu tahun anggaran. Pengeluaran wajib
mengikat terdapat komponen yang secara periodik setiap tahun harus dibayar
dan tidak dapat ditunda pembayarannya antara lain: (1) belanja gaji dan
tunjangan; (2) belanja bunga; (3) belanja jasa kantor (4) premi asuransi;
(5)belanja yang diamanatkan oleh Undang-Undang seperti Alokasi Dana Desa,
Belanja Bagi Hasil kepada Desa, (6) belanja tidak terduga untuk mengantipasi
kondisi tanggap darurat bencana, (7) belanja yang harus direncanakan setara
dengan pendapatan yang diterima meliputi: belanja BLUD dan belanja Dana
BOS, (8) pengeluaran pembiayaan meliputi pembayaran pokok utang serta
penyertaan modal yang sudah diamanatkan dalam Peraturan Daerah.
Selanjutnya gambaran realisasi belanja periodik dan pengeluaran
pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama dapat
digambarkan pada tabel berikut:
III - 35
Tabel 3.20. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No. Uraian Realisasi Pertumbuhan
rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
a Belanja 1.388.848.739.048,12 1.463.310.896.254,72 1.500.257.235.129,60 1.625.681.779.035,00 1.665.370.703.611,00 4,67
1 Belanja Pegawai 941.343.264.706,00 874.142.522.431,00 893.182.690.417,00 970.912.656.846,00 964.076.023.038,00 0,76
3 Belanja bunga 518.482,00 392.114.781,00 (100,00)
4 Listrik, telpon, air 38.878.940.289,00 47.030.667.000,00 41.045.722.132,00 41.643.358.450,00 44.274.604.000,00 4,00
5 Belanja premi asuransi 11.144.647.225,00 12.515.605.440,00 15.794.279.966,00 33.646.244.346,00 45.016.066.216,00 24,10
6 Belanja obat-obatan 4.351.851.994,00 7.942.055.000,00 3.998.061.436,00 3.689.884.512,00 6.991.290.836,00 8,38
7 Belanja Pemeliharaan 21.181.616.535,00 17.966.763.859,00 17.552.655.225,00 9.211.682.705,00 7.315.195.457,00 (21,40)
8 Belanja Bagi Hasil 12.968.772.000,00 15.540.148.000,00 18.680.432.125,00 21.468.829.750,00 26.058.626.666,00 19,09
9 Belanja Bantuan Keuangan 237.040.098.203,00 277.398.764.470,00 272.763.829.300,00 303.370.630.200,00 304.629.235.946,00 6,75
10 Belanja Tak Terduga 1.687.803.273,00 2.722.763.400,00 2.530.047.498,00 858.655.780,00 2.096.492.283,00 33,09
11 Belanja BLUD 120.251.226.341,00 126.274.104.733,00 156.422.323.340,60 158.798.118.230,00 173.116.226.744,00 9,85
12 Belanja Dana BOS
81.777.501.922,00 78.287.193.690,00 81.689.603.435,00 91.796.942.425,00 4,15
b Pembiayaan pengeluaran 39.445.713.364,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 7.166.024.008,00 6.783.013.000,00 (22,12)
1 Pembayaran pokok utang 8.633.364,00 -
2.783.012.004,00 2.783.013.000,00 (50,00)
2 Penyertaan modal kepada BUMD (sesuai perda)
39.437.080.000,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 4.383.012.004,00 4.000.000.000,00 (36,88)
TOTAL 1.428.294.452.412,12 1.481.462.896.254,72 1.505.257.235.129,60 1.632.847.803.043,00 1.672.153.716.611.00 4,05
Sumber : BkuD Kabupaten Semarang, 2021
III - 36
Pada tabel 3.20 di atas menunjukkan pertumbuhan positif pada
sebagian besar rincian pengeluaran, antara lain belanja pegawai, belanja
bantuan keuangan dan bagi hasil kepada desa. Pertumbuhan positif terhadap
pengeluaran juga dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan daerah dari sektor
tertentu, antara lain pengeluaran BLUD yang setara dengan penerimaan
BLUD, belanja bantuan keuangan dan belanja bagi hasil kepada desa yang
dipengaruhi oleh penerimaan PAD dan dana perimbangan.
Pada tahun 2021 sampai dengan tahun 2026 pemerintah Kabupaten
Semarang merencanakan pengeluaran pembiayaan prioritas utama untuk
penyertaan modal kepada BUMD Kabupaten Semarang antara lain kepada
kepada Bank Jateng, dan Perseroda LKM BKPD Mitra Sejahtera, PT.Aneka
Usaha Serasi.
Selanjutnya untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja daerah dan
pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas
utama dilakukan analisis dengan proyeksi lima tahun ke depan, sebagaimana
tabel 3.21.
III - 37
Tabel 3.21 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Tahun 2021-2026
NO URAIAN KONDISI 2021
Rata Rata Pertumbuhan (%)
PROYEKSI
2022-2026 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
A Belanja 1,745,871,330,400 2.94 1,847,946,485,900 1,875,750,649,299 1,916,932,493,088 1,959,177,623,915 2,016,607,113,910
1 Belanja Pegawai 970,824,020,000 1.65 1,026,284,034,000 1,029,362,886,000 1,032,450,974,000 1,032,548,326,000 1,035,145,970,000
3 Belanja bunga -
- - - -
4 Listrik, telpon, air 46,864,617,000 -0.35 40,571,867,600 42,196,352,455 43,885,881,175 45,643,058,094 47,470,591,827
5 Belanja premi asuransi
48,456,935,500 27.63 66,982,230,700 83,122,812,215 103,152,759,147 128,009,284,528 158,855,439,843
6 Belanja obat-obatan 7,608,494,000 1.95 6,288,619,000 6,815,406,343 7,386,321,802 8,005,061,916 8,675,632,878
7 Belanja Pemeliharaan 30,133,086,900 -9.29 38,277,623,600 30,087,170,286 23,649,268,964 18,588,917,377 14,611,354,362
8 Belanja Bagi Hasil 23,555,623,000 8.76 28,123,115,000 28,617,540,000 30,131,928,000 32,723,566,000 34,684,479,000
9 Belanja Bantuan Keuangan
297,954,963,000 2.25 315,801,913,000 318,959,932,000 322,149,531,000 325,371,026,000 328,624,736,000
10 Belanja Tak Terduga 39,122,391,000 -27.68 27,665,043,000 21,023,662,000 19,458,827,000 9,729,413,000 7,297,059,000
11 Belanja BLUD 191,631,720,000 0.00 208,232,560,000 225,845,408,000 244,947,522,000 265,839,491,000 288,013,371,000
12 Belanja Dana BOS 89,719,480,000 0.00 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000
B Pembiayaan pengeluaran
1,205,000,000 508.51 16,000,000,000 16,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000
1 Pembayaran pokok utang
2 Penyertaan modal kepada BUMD (sesuai perda)
1,205,000,000
220.75 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000
3 Pembentukan Dana Cadangan
15,000,000,000 15,000,000,000
TOTAL 1,747,076,330,400 3.06 1,863,946,485,900 1,891,750,649,299 1,917,932,493,088 1,969,177,623,915 2,025,607,113,910
Sumber: BKUD Kabupaten Semarang diolah, 2021
III - 38
3.3.2. Proyeksi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan
Daerah Tahun 2021-2026
Pada tahun 2019 diterbitkan peraturan pemerintah tentang pengelolaan
keuangan daerah sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Daerah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2019 yang telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 77 Tahun 2020 serta Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2020.
Salah satu hal yang mendasar dari perubahan regulasi tersebut adalah
perubahan struktur pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.
a. Proyeksi Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun Anggaran mulai tahun
2021 direncanakan sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan bersumber dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2. Pendapatan Transfer yang bersumber dari pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi Jawa Tengah.
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:
a) Dana perimbangan yang meliputi Dana transfer Umum berupa Dana
Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil, serta Dana Transfer Khusus yang
berupa DAK Fisik dan DAK Non Fisik.
b) Dana Insentif Daerah.
c) Dana Desa.
Pendapatan Transfer dari pemerintah provinsi Jawa Tengah yang terdiri :
a) Pendapatan bagi hasil.
b) Bantuan keuangan.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Dalam menghitung proyeksi pendapatan daerah terlebih dahulu disajikan
pendapatan daerah pada lima tahun terakhir yang dikonversi ke dalam
struktur pendapatan baru, guna menghitung rata-rata pertumbuhannya,
sebagaimana tabel di bawah ini:
III - 39
Tabel 3.22 Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No. Uraian
Realisasi Pertumbuhan rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
PENDAPATAN DAERAH 1.978.138.017.128,00 2.135.227.865.431,00 2.117.416.566.803,60 2.311.149.343.922,00 2.211.273.524.265,97 2,98
4. Pendapatan Asli Daerah 318.536.051.176,00 417.417.848.830,80 383.475.678.133,60 429.011.081.257,00 442.528.167.477,97 9,48
4.1 Pajak Daerah 105.768.321.555,00 168.523.226.446,00 152.256.801.441,00 174.542.551.879,00 184.428.753.182,00 17,50
4.1.01 Retribusi Daerah 26.867.595.080,00 30.911.872.936,00 31.931.213.213,00 34.461.264.128,00 30.448.038.637,00 3,66
4.1.02 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
10.524.861.428,00 23.016.450.973,00 9.873.895.996,00 11.193.932.837,00 11.016.725.880,00 18,34
4.1.03 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 175.375.273.113,00 194.966.298.475,80 189.413.767.483,60 208.813.332.413,00 216.634.649.778,97 5,58
4.1.04 Pendapatan Transfer 1.619.193.500.953,00 1.630.726.436.600,00 1.654.927.694.980,00 1.800.448.659.230,00 1.676.947.524.363,00 1,03
4.2 Transfer Pemerintah Pusat 1.460.577.736.120,00 1.457.126.941.800,00 1.482.093.240.787,00 1.577.352.423.972,00 1.481.594.129.637,00 0,46
4.2.01 Dana Perimbangan 1.325.779.762.120,00 1.283.938.368.800,00 1.307.508.472.787,00 1.351.090.467.972,00 1.240.480.579.637,00 (1,54)
2.1.1.1 Dana Transfer Umum 1.014.999.540.596,00 997.316.499.291,00 992.811.634.507,00 1.033.805.495.367,00 950.405.800.049,00
(1,53)
4.2.01.01.01
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
46.151.509.596,00 45.488.012.291,00 40.449.487.507,00 32.240.120.367,00 40.850.178.049,00 (1,53)
4.2.01.01.02
Dana Alokasi Umum 968.848.031.000,00 951.828.487.000,00 952.362.147.000,00 1.001.565.375.000,00 909.555.622.000,00 (1,43)
Dana Transfer Khusus 310.780.221.524,00 286.621.869.509,00 314.696.838.280,00 317.284.972.605,00 290.074.779.588,00 (1,43)
4.2.01.01.03
DAK Fisik 105.699.215.524,00 88.244.970.663,00 83.891.993.551,00 93.585.555.236,00 61.701.721.519,00 (10,99)
4.2.01.01.04
DAK Non Fisik 205.081.006.000,00 198.376.898.846,00 230.804.844.729,00 223.699.417.369,00 228.373.058.069,00 3,02
4.2.01.02 Dana Insentif Daerah 5.000.000.000,00 7.500.000.000,00 17.500.000.000,00 44.330.102.000,00 56.446.874.000,00 91,00
4.2.01.05 Dana Desa 129.797.974.000,00 165.688.573.000,00 157.084.768.000,00 181.931.854.000,00 184.666.676.000,00 9,94
4.2.02 Transfer Antar Daerah 158.615.764.833,00 173.599.494.800,00 172.834.454.193,00 223.096.235.258,00 195.353.394.726,00 6,41
III - 40
No. Uraian
Realisasi Pertumbuhan rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
4.2.02.01 Pendapatan Bagi Hasil 128.217.064.833,00 152.963.851.800,00 159.266.165.193,00 176.909.199.258,00 155.665.817.452,00 5,62
4.2.02.01 Bantuan Keuangan 30.398.700.000,00 20.635.643.000,00 13.568.289.000,00 46.187.036.000,00 39.687.577.274,00 39,99
4.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 40.408.464.999,00 87.083.580.000,00 79.013.193.690,00 81.689.603.435,00 91.797.832.425,00 30,50
4.3.01 Hibah 40.408.464.999,00 5.306.078.078,00 726.000.000,00 - - -
4.3.03 Lain-lain Pendapatan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
- 81.777.501.922,00 78.287.193.690,00 81.689.603.435,00 91.797.832.425,00 -
Sumber : BKuD Kabupaten Semarang, Tahun 2021
III - 41
Rincian realisasi pendapatan daerah pada tabel 3.18 di atas masih
mengandung unsur-unsur pendapatan tertentu yang bersifat alokatif seperti
Dana ALokasi Khusus, Dana Desa, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau,
Dana Bagi Hasil Pajak Rokok, pendapatan BLUD RSUD, serta pendapatan
hibah Dana BOS.
Proyeksi pendapatan daerah tahun 2021 sampai dengan 2026, disajikan
guna memperoleh gambaran kemampuan pendanaan lima tahun mendatang
yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam merumuskan program
dalam RPJMD dengan menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi nasional meningkat berada pada angka rata-rata
diatas 5%.
2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sesuai dengan target RPJMD
tahun 2021-2026 berada pada angka 4,2% - 5,6%.
3. Pendapatan Asli Daerah naik rata-rata sebesar 10% dengan rincian
Pendapatan Pajak Daerah naik rata-rata 13,67% per tahun, Pendapatan
Retribusi daerah naik rata-rata 18,37% per tahun, Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan naik rata-rata 10,43% per tahun dan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah naik rata-rata 8,04% per tahun.
4. Pendapatan Transfer berdasarkan pada Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 113 Tahun 2020 tentang Rincian Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan
Dana Desa Tahun Anggaran 2021 dalam rangka Maendukung Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Dampaknya, Peraturan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 47 Tahun 2020 tentang Alokasi Bagi Hasil
Cukai Tembakau Bagian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun Anggaran 2021.
5. Lain-lain Pendapatan Daerah berdasarkan Keputusan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1042/P/2020
tentang Satuan Pendidikan Penerima Bantuan Operasional Sekolah Reguler
Tahap III Tahun 2020.
III - 42
Tabel 3.23 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
NO URAIAN
Pertumbuhan rata-rata (%)
PROYEKSI
Tahun 2016-2020
Tahun 2021-2026
2021 2022 2023 2024 2025 2026
4 PENDAPATAN DAERAH
2,98 2.27 2,232,578,975,000 2,331,345,366,000 2,368,696,760,000 2,405,106,731,000 2,453,692,931,000 2,497,356,882,000
4.1 Pendapatan Asli Daerah
9,48 10.93 398,506,821,000 497,273,212,000 534,624,606,000 571,034,577,000 619,620,777,000 663,284,728,000
4.1.1 Pajak Daerah 17,50 13.67 156,684,860,000 218,371,530,000 234,263,500,000 247,229,550,000 271,149,640,000 288,765,576,000
4.1.2 Retribusi Daerah 3,66 18.37 28,232,443,000 49,640,272,000 51,911,907,000 54,089,738,000 56,086,026,000 58,079,217,000
4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
18,34 10.43 12,296,983,000 12,797,986,000 14,353,727,000 16,498,503,000 18,266,756,000 20,142,500,000
4.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
5,58 8.04 201,292,535,000 216,463,424,000 234,095,472,000 253,216,786,000 274,118,355,000 296,297,435,000
4.2 Pendapatan Transfer 1,03 0.00 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000
4.2.1 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
0,46 0.00 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000
4.2.1.1 Dana Perimbangan (1,54) 0.00 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000
Dana Transfer Umum (1,53) 0.00 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000
Dana Transfer Umum - Dana Bagi Hasil (DBH)
(1,53) 0.00 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000
Dana Transfer Umum - Dana Alokasi Khusus (DAU)
(1,43) 0.00 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000
Dana Transfer Khusus (1,43) 0.00 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000
DAK Fisik (10,99) 0.00 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000
DAK Non Fisik 3,02 0.00 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000
4.2.1.2 Dana Insentif Daerah 91,00 0.00 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000
III - 43
NO URAIAN
Pertumbuhan rata-rata (%)
PROYEKSI
Tahun 2016-2020
Tahun 2021-2026
2021 2022 2023 2024 2025 2026
4.2.1.5 Dana Desa 9,94 0.00 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000
4.2.2 Pendapatan Transfer Antar Daerah
6,41 0.00 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000
4.2.2.1 Pendapatan Bagi Hasil 5,62 0.00 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000
4.2.2.2 Bantuan Keuangan 39,99 0.00 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000
4.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah
30,50 0.00 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000
4.3.1 Hibah - - - - - - -
4.3.2 Dana Darurat - - - - - - -
4.3.3 Lain-lain pendapatan sesuai dg ketentuan peraturan per-UU
0.00 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000
Sumber : BKuD Kabupaten Semarang. Tahun 2021
III - 44
Pada tabel 3.23 di atas, proyeksi pendapatan tahun 2021 menggunakan
data pendapatan yang direncanakan pada RKPD Perubahan, Rata-rata
pertumbuhan masa lalu ditampilkan tetapi tidak sebagai dasar proyeksi,
karena pada masa lalu dipengaruhi berbagai faktor kebijakan yang tidak
bersifat konstan, beberapa perubahan kebijakan penempatan penerimaan
dari pemerintah pusat ke dalam APBD juga mempengaruhi angka
pertumbuhan.
Proyeksi pertumbuhan PAD pada tahun 2021 turun sebesar 9,95% dari
Realisasi PAD tahun 2020 dikarenakan dampak dari pandemi covid-19 yaitu
dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
sebagai upaya menekan laju penularan covid-19. Namun pada proyeksi PAD
tahun 2022 direncanakan naik sebesar 24,78% dengan asumsi dunia telah
sembuh dari wabah dan ekonomi nomal kembali. Proyeksi PAD pada tahun
2023-2026 pada retribusi tempat khusus parkir telah memperhitungkan
rencana perubahan tarif retribusi. Sehingga rata-rata pertumbuhan proyeksi
PAD tahun 2021-2026 yaitu sebesar 10,93% lebih besar dibandingkan dengan
rata-rata pertumbuhan realisasi PAD tahun 2016-2020 yaitu sebesar 9,48%.
Hal ini dipengaruhi oleh penyusunan data potensi dan penyempurnaan
regulasi.
Rata-rata pertumbuhan untuk pendapatan transfer tahun 2021-2026
sebesar 0,00% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan
realisasi pendapatan transfer tahun 2016-2020 sebesar 1,03%. Hal ini
dikarenakan untuk pendapatan transfer Pemerintah Daerah Kabupaten
Semarang hanya mengikuti kebijakan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Provinsi sehingga pendapatan transfer diproyeksikan berdasarkan regulasi
yang telah ada di Tahun 2021.
Pertumbuhan realisasi Lain-lain pendapatan Daerah yang Sah tahun
2016 sampai dengan tahun 2020 sebesar 30,50 hal ini dipengaruhi adanya
penerimaan pendapatan dana hibah non kas PDAM pada tahun 2016 dan
hibah Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang tidak diterima melalui
kas daerah tetapi langsung ke rekening sekolah mulai tahun 2017. Proyeksi
Lain-lain Pendapatan yang Sah tahun 2021-2026 rincian objek Hibah BOS
tidak mengalami pertumbuhan disebabkan berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Dana BOS pada
Pemerintah Daerah bahwa yang dimasukkan ke dalam hibah Dana BOS di
pemerintah kabupaten/kota hanya sekolah negeri tidak termasuk swasta.
LJ LJ LJ LJ
LJ LJ
LJ LJ
LJ
I
'-"
III - 45
Proyeksi pertumbuhan pendapatan daerah tahun 2021 sampai dengan
tahun 2026 disajikan pada grafik di bawah ini.
Gambar 3.9. Proyeksi Pendapatan daerah Tahun 2021-2026
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pendapatan daerah secara
totalitas diproyeksikan tumbuh secara linier.
Proyeksi pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dapat diketahui dari
grafik di bawah ini.
Gambar 3.10. Proyeksi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2021-2026
Meningkatnya pertumbuhan rata-rata PAD tahun 2021sampai dengan
tahun 2026, disebabkan target tahun 2021 yang cenderung lebih rendah
akibat kondisi pendemi Covid-19 yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
kemudian meningkat kembali mulai tahun 2022 sampai dengan tahun 2026.
Selisih yang signifikan antara 2021 dan 2022 menyebabkan pertumbuhan
yang tinggi di tahun tersebut, yaitu mencapai 24,78% persen, pada tahun-
tahun selanjutnya pertumbuhan per tahun kembali naik secara linier.
0,96
4,42
1,60 1,54
2,02
1,78
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
2.100.000.000.000
2.150.000.000.000
2.200.000.000.000
2.250.000.000.000
2.300.000.000.000
2.350.000.000.000
2.400.000.000.000
2.450.000.000.000
2.500.000.000.000
2.550.000.000.000
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pendapatan Daerah Pertumbuhan (%)
-9,95
24,78
7,51 6,81 8,51 7,05
-15,00
-10,00
-5,00
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
-
100.000.000.000
200.000.000.000
300.000.000.000
400.000.000.000
500.000.000.000
600.000.000.000
700.000.000.000
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Pendapatan Asli Daerah
III - 46
Untuk merealisasikan angka pendapatan sebagai sumber pendapatan
sebagai sumber pendanaan pembangunan daerah tahun 2021 sampai dengan
2026, maka dilakukan kegiatan peningkatan pendapatan daerah yang apabila
dibandingkan dengan kebijakan pendapatan lima tahun sebelumnya dapat
ditampilkan pada tabel di bawah ini
Tabel.3.24
Perbandingan Kebijakan Pendapatan Daerah Pada RPJMD Lama dan RPJMD Tahun 2021-2026
No Kebijakan Pendapatan Daerah
Tahun 2016-2020
Kebijakan Pendapatan Daerah
Tahun 2021-2026
1. Optimalisasi, penyusunan dan evaluasi terhadap regulasi tentang
pengelolaan pajak dan retribusi
daerah,
Optimalisasi, penyusunan dan evaluasi terhadap regulasi tentang pengelolaan pajak
dan retribusi daerah,
2 Perbaikan data potensi untuk setiap
jenis obyek pajak/ retribusi daerah
dengan perhitungan yang rasional dan
terukur serta proyeksi yang bisa dicapai.
Perbaikan data potensi untuk setiap jenis
obyek pajak/ retribusi daerah dengan
perhitungan yang rasional dan terukur serta
proyeksi yang bisa dicapai,
3. Sosialisasi dan publikasi kebijakan
pengelolaan pendapatan daerah
melalui media elektronik maupun
media cetak
Sosialisasi dan publikasi kebijakan
pengelolaan pendapatan daerah melalui
media elektronik maupun media cetak
4. Meningkatkan kualitas pelayanan
public sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak dan retribusi daerah,
Meningkatkan kualitas pelayanan public
sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah,
5. Pemberian penghargaan kepada SKPD
pengelola PAD maupun wajib pajak
Pemberian penghargaan kepada SKPD
pengelola PAD maupun wajib pajak
6. Pemberian insentif kepada petugas
terkait pemungutan pajak dan
retribusi
Pemberian tambahan penghasilan kepada
petugas terkait pemungutan pajak dan
retribusi,
7. Meningkatkan pengawasan melalui tim pengawas pajak dan retribusi dengan
melibatkan pihak terkait
Meningkatkan pengawasan melalui tim pengawas pajak dan retribusi dengan
melibatkan instansi terkait,
8. Meningkatkan koordinasi secara
sinergis dengan pemerintah pusat
maupun pemerintah provinsi untuk
penerimaan dana perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah,
Meningkatkan koordinasi secara sinergis
dengan pemerintah provinsi untuk
penerimaan dana transfer dari pemerintah
provinsi,
9. Memperbaiki sarana dan prasarana pelayanan serta peningkatan fasilitas
pendukung lainnya
Memperbaiki sarana dan prasarana pelayanan serta peningkatan fasilitas
pendukung lainnya
10. Penggalian obyek retribusi baru
Melaksanakan updating data pajak dan retribusi secara whole of government
(pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang mengoptimalkan upaya kolaboratif
dalam ruang lingkup koordinasi dari keseluruhan sector),
11. Melakukan kemungkinan kerjasama
dengan pihak ketiga (perbankan,
swasta, badan hukum/ masyarakat),
Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga
(perbankan, badan hukum/ masyarakat),
12. Optimalisasi pengelolaan BUMD yang
dimiliki pemerintah Kabupaten
Semarang,
Optimalisasi pengelolaan BUMD yang
dimiliki pemerintah Kabupaten Semarang,
13. Sosialisasi sanksi terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah tentang
Pajak dan Retribusi Daerah,
Sosialisasi sanksi terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah tentang Pajak dan
Retribusi Daerah,
III - 47
No Kebijakan Pendapatan Daerah
Tahun 2016-2020
Kebijakan Pendapatan Daerah
Tahun 2021-2026
14. Mendorong Percepatan Pelaksanaan
Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah pada Pengelolaan Pendapatan Daerah
a. Proyeksi Belanja Daerah
Belanja daerah adalah sarana untuk menyediakan output kegiatan,
yang diharapkan akan berfungsi mewujudkan outcome dari program yang
dijalankan, Disamping hal tersebut belanja daerah dalam prosesnya dapat
menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui transaksi-transaksi
pengadaan barang maupun jasa serta pembangunan infrastruktur di daerah,
Belanja daerah dimaksudkan untuk mendanai pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri atas Urusan
Wajib Pemerintahan Wajib yang terkait dengan pelayanan dasar dan yang
tidak terkait dengan pelayanan dasar, serta Urusan Pemerintahan Pilihan
sesuai dengan prioritas daerah dan potensi yang dimiliki oleh daerah.
Perencanaan belanja daerah memperhatikan kinerja pengelolaan
keuangan daerah antara lain: (1) alokasi belanja urusan pendidikan sekurang-
kurangnya 20 persen dari belanja daerah, sesuai amanat peraturan
perundang-undangan; (2) belanja urusan kesehatan minimal 10 persen dari
total belanja APBD diluar gaji; (3) penerimaan dari Dana Transfer yang bersifat
Umum yaitu Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil diprioritaskan untuk
belanja pegawai, Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar 10 persen, minimal 25
persen penerimaan setelah dikurangi ADD dialokasikan untuk melaksanakan
belanja yang diamanatkan oleh Undang-Undang APBN, serta menunjang
prioritas nasional yang telah ditentukan penggunaannya.
Selanjutnya untuk belanja earnmarked harus memperhatikan tujuan
penggunaan sebagaimana ditentukan dalam regulasi antara lain:
(1)Penerimaan dari Dana Alokasi Khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan
dimana dana tersebut dialokasikan, (2) Penerimaan Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau dialokasikan sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban Pemerintah
Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran berkenaan.
Klasifikasi belanja daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2019 terdiri atas:
III - 48
a. Belanja operasi, merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-
hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek, Belanja
operasi dirinci atas jenis belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja
bunga, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial.
b. Belanja modal, merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan asset
tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode
akuntansi, dirinci atas jenis belanja modal.
c. Belanja tidak terduga, merupakan pengeluaran anggaran atas Beban APBD
untuk keperluan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat
diprediksi sebelumnya, dirinci atas jenis belanja tidak terduga.
d. Belanja transfer, merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Daerah lainnya dan atau dari Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Desa, Belanja transfer dirinci atas jenis belanja bagi
hasil dan belanja bantuan keuangan.
Dalam penyusunan proyeksi Belanja Daerah tahun 2021 – 2026, selain
dipengaruhi oleh proyeksi Pendapatan Daerah yang mengalami peningkatan,
juga dipengaruhi kondisi kebutuhan daerah pada tahun berkaitan. Adapun
asumsi yang mendasari pada masing-masing komponen Belanja Daerah
adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi nasional meningkat berada pada angka rata-rata
diatas 5%.
2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sesuai dengan target RPJMD
tahun 2021-2026 berada pada angka 4,2% - 5,6%
3. Belanja Operasi mengalami peningkatan, yang digunakan untuk :
a. Belanja Pegawai dengan rata-rata peningkatan sebesar 1.34% per tahun
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pegawai karena banyaknya
pegawai yang telah purna tugas dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
b. Belanja Barang dan Jasa, yang rata-rata meningkat sebesar 0,38% per
tahun, terutama digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang wajib
dan mengikat serta prioritas, pemenuhan BPJS Kesehatan, Beasiswa
SMA/SMK Negeri/Swasta dan Beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu
dan berprestasi, dengan asumsi bahwa inflasi terkendali pada kisaran 3
± 1 dan tidak ada kebutuhan mendesak lainnya.
c. Belanja Hibah rata - rata meningkat sebesar 67,37 %, terutama
digunakan untuk Belanja kebutuhan Pemilihan Umum Kepala Daerah
pada tahun 2024, sehingga meningkat tajam. Selain itu Belanja Hibah
digunakan untuk meningkatkan seni dan budaya masyarakat serta olah
III - 49
raga di masyarakat, dengan asumsi kebutuhan belanja yang bersifat
wajib dan mengikat serta prioritas telah terpenuhi.
d. Belanja Bantuan Sosial meningkat sebesar 24,81%, dimanfaatkan
antara lain untuk rehab Rumah Tidak Layak Huni di kelurahan dan
bantuan anak yatim piatu, dengan asumsi bahwa kondisi ekonomi dan
sosial masyarakat baik, tidak mengalami kerawanan.
4. Belanja Modal dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,87%. Upaya
peningkatan Belanja Modal ini baik untuk meningkatkan perolehan asset
tetap daerah, yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah. Adapun Belanja modal ini dimanfaatkan untuk pembangunan
jalan dan jembatan, pemenuhan sarana air bersih, pemenuhan jalan
usaha tani dan jaringan irigasi untuk meningkatan produksi pertanian,
pemenuhan sarana prasarana lingkungan, pembangunan mall pelayanan
publik, pembebasan tanah untuk Ruang Terbuka Hijau, pengadaan tanah
untuk pemindahan pusat pemerintahan, Gedung Kesenian dan Kuliner
Ambarawa serta penyediaan TPS3R di 15 kecamatan.
5. Belanja Tidak Terduga dengan rata-rata pertumbuhan (27,15)%, dengan
asumsi bahwa terjadi penurunan kondisi darurat karena pandemik covid
19 seiring dengan peningkatan pemberian vaksin kepada masyarakat dan
penerapan protokol kesehatan.
6. Belanja Transfer diproyeksikan tumbuh sebesar 2,50%. Belanja transfer
ini merupakan belanja pemerintah daerah kepada pemerintah desa, yang
terdiri dari : Belanja Bagi Hasil dan Belanja Bantuan Keuangan. Belanja
bagi hasil ini diproyeksikan tumbuh sebesar 8,21%, dengan asumsi
adanya peningkatan pendapatan asli daerah dari retribusi dan pendapatan
asli daerah yang sah. Belanja Bantuan Keuangan diproyeksikan tumbuh
sebesar 2% digunakan untuk biaya operasional RT/RW, PKK dan Karang
Taruna serta rehab Rumah Tidak Layak Huni di Desa.
Dalam menghitung proyeksi belanja daerah terlebih dahulu disajikan
belanja daerah pada lima tahun terakhir yang dikonversi ke dalam struktur
belanja yang baru, guna menghitung rata-rata pertumbuhannya, sebagaimana
tabel di bawah ini:
III - 50
Tabel 3.25 Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020
No. Uraian Realisasi Pertumbuhan
rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
BELANJA DAERAH 1,974,199,071,108,77 2,034,382,209,550,36 2,171,799,810,993,60 2,312,242,117,310,00 2,191,412,651,750,00 2,76
1 Belanja Operasi 1,341,037,808,180,00 1,392,261,284,225,20 1,472,774,060,403,60 1,593,071,905,616,00 1,639,558,387,766,00 5,17
1,1 Belanja Pegawai 941,343,264,706,00 874,142,522,431,00 893,182,690,417,00 970,912,656,846,00 964,076,023,038,00 0,76
1,2 Belanja Barang dan Jasa 380,066,985,992,00 474,160,886,794,20 459,072,582,505,60 569,081,273,989,00 563,881,928,401,00 6,89
1,3 Belanja Bunga 518,482,00 - - 392,114,781,00 - (100,00)
1,4 Belanja Subsidi
1,5 Belanja Hibah 16,115,710,000,00 36,909,125,000,00 91,209,699,481,00 37,281,877,000,00 106,882,905,900,00 34,95
1,6 Belanja Bantuan Sosial 3,511,329,000,00 7,048,750,000,00 29,309,088,000,00 15,403,983,000,00 4,717,530,427,00 (5,36)
2 Belanja Modal 381,464,589,452,65 346,459,249,455,44 405,051,441,667,00 393,472,095,964,00 219,069,909,089,00 (9,86)
3 Belanja Tidak Terduga 1,687,803,273,00 2,722,763,400,00 2,530,047,498,00 858,655,780,00 2,096,492,283,00 (3,94)
4 Belanja Transfer 250,008,870,203,12 292,938,912,469,72 291,444,261,425,00 324,839,459,950,00 330,687,862,612,00 7,48
4,1 Belanja Bagi Hasil 12,968,772,000,00 15,540,148,000,00 18,680,432,125,00 21,468,829,750,00 26,058,626,666,00 19,09
4,2 Belanja Bantuan Keuangan 237,040,098,203,12 277,398,764,469,72 272,763,829,300,00 303,370,630,200,00 304,629,235,946,00 5,82
Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, 2021
III - 51
Tabel 3.26 Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
NO URAIAN
pertumbuhan rata-rata (%)
PROYEKSI
2016-2020
2021-2026
2021 2022 2023 2024 2025 2026
5 BELANJA DAERAH 2.76 1,76 2.420.082.200.000 2.503.999.030.000 2.522.931.780.000 2.600.261.893.000 2.597.831.152.000 2.639.596.694.000
5.1 Belanja Operasi 5.17 1,14 1.758.410.852.000 1.842.299.198.000 1.849.715.397.000 1.914.767.901.000 1.853.223.046.000 1.857.332.203.000
5.1.1 Belanja Pegawai 0.76 1,31 970.824.020.000 1.026.284.034.000 1.029.362.886.000 1.032.450.974.000 1.032.548.326.000 1.035.145.970.000
5.1.2 Belanja Barang dan Jasa
6.9 (0,00) 768.173.345.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.160.495.000 768.136.867.000
5.1.3 Belanja Bunga (100) -
5.1.4 Belanja Subsidi
5.1.5 Belanja Hibah 34.95 67,37 9.817.649.000 27.608.805.000 30.108.805.000 93.910.568.000 31.614.245.000 31.930.387.000
5.1.6 Belanja Bantuan Sosial (5.36) 24,81 9.595.838.000 20.857.124.000 22.694.471.000 20.857.124.000 21.899.980.000 22.118.979.000
5.2 Belanja Modal (9,86) 2,99 301.038.371.000 290.109.761.000 304.615.249.000 313.753.706.000 334.166.317.000 347.849.643.000
5.3 Belanja Tidak Terduga (3,94) (27,15) 39.122.391.000 27.665.043.000 21.023.662.000 19.458.827.000 9.729.413.000 7.297.059.000
5.4 Belanja Transfer 7,48 2,50 321.510.586.000 343.925.028.000 347.577.472.000 352.281.459.000 358.094.592.000 363.309.215.000
5.4.1 Belanja Bagi Hasil 19,09 8,21 23.555.623.000 28.123.115.000 28.617.540.000 30.131.928.000 32.723.566.000 34.684.479.000
5.4.2 Belanja Bantuan Keuangan
5,82 2,00 297.954.963.000 315.801.913.000 318.959.932.000 322.149.531.000 325.371.026.000 328.624.736.000
Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, 2021
LJ LJ LJ
LJ LJ
LJ
III - 52
Pada tabel 3.26 di atas ditampilkan proyeksi belanja daerah dengan rata-
rata pertumbuhan yang sudah disesuaikan dengan kondisi rencana pada
tahun 2021, dimana APBD mengalami refokusing belanja untuk menangani
pandemi Covid-19.
Proyeksi belanja daerah tahun 2021 sampai dengan tahun 2026 disajikan
pada grafik di bawah ini.
Gambar 3.11. Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2021-2026
Dari grafik di atas dapat diketahui gambaran pertumbuhan belanja
daerah, rata-rata tergambar linier, pada tahun 2024 belanja daerah cenderung
lebih tinggi, disebabkan alokasi hibah untuk kepentingan pemilihan kepala
daerah/wakil kepala daerah, yang sebagian didukung dari pencairan dana
cadangan.
Kebijakan yang dirumuskan untuk merencanakan belanja daerah setiap
tahunnya yang diperbandingkan antara tahun RPJMD periode lama dan
RPJMD tahun 2021-2026 ini adalah sebagai berikut:
6,88
3,47
0,76
3,07
-0,09
1,61
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
2.300,00
2.350,00
2.400,00
2.450,00
2.500,00
2.550,00
2.600,00
2.650,00
2.700,00
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Belanja Daerah (Milyar rupiah) Pertumbuhan (%)
III - 53
Tabel.3.27 Perbandingan Kebijakan Belanja Daerah Pada RPJMD Lama dan RPJMD
Tahun 2021-2026
No Kebijakan Belanja Daerah
Tahun 2016-2020 Kebijakan Belanja Daerah
Tahun 2021-2026
1. Mempedomani peraturan perundang-undangan yang mengatur dan terkait dengan perencanaan dan penyusunan APBD.
Mempedomani peraturan perundang-undangan yang mengatur dan terkait dengan perencanaan dan penyusunan APBD.
2 Memenuhi belanja yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama yang harus disediakan setiap tahunnya secara periodik
Memenuhi belanja yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama yang harus disediakan setiap tahunnya secara periodik
3. Mempedomani program prioritas daerah untuk pencapaian visi dan misi daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya
Mempedomani program prioritas daerah untuk pencapaian visi dan misi daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya
4. Memperhatikan program pendukung prioritas daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya
Memperhatikan program pendukung prioritas daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya.
5. Memperhatikan efisiensi dan efektifitas belanja dengan menyesuaikan belanja langsung pegawai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan, dan menekan biaya sewa fasilitas kegiatan dengan memanfaatkan asset daerah yang tersedia.
Memperhatikan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan belanja daerah.
6. Mendukung sinkronisasi program nasional dan provinsi.
Mendukung sinkronisasi program nasional dan provinsi
7. Mengutamakan konsistensi setiap tahapan perencanaan penganggaran.
Mengutamakan konsistensi setiap tahapan perencanaan penganggaran melalui e planning e budgeting.
8. Memperhatikan mandatory spending dan belanja yang bersifat earnmark.
9. Mendorong belanja daerah untuk penggunaan produk lokal dan
produk UMKM.
c. Proyeksi Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran berkenaan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan daerah terdiri dari Penerimaan dan Pengeluaran
pembiayaan dengan kebijakan sebagai berikut :
1. Penerimaan pembiayaan
Penerimaan pembiayaan Tahun 2021 – 2026 direncanakan bersumber
dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SilPA) Tahun 2021- 2026 dan
III - 54
Pencairan Dana Cadangan pada Tahun 2024 yang direncanakan untuk
Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah.
2. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan Tahun 2021-2026 digunakan untuk
Penyertaan Modal pada PT. Bank Jateng, PDAM Kabupaten Semarang, PT.
Aneka Usaha Serasi (Persero), PT.LKM BKPD Mitra Sejahtera (Perseroda),
PT. BPR BKK Ungaran (Perseroda) dan PT. BKK Jateng (Perseroda) serta
pembentukan dana cadangan pada Tahun 2022 dan Tahun 2023 untuk
keperluan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024.
Sebagai upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan pengelolaan
keuangan daerah melalui penyerapan anggaran yang lebih efisien serta
sebagai bagian dari mengurangi ketergantungan dalam pemanfaatan Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) sebagai penutup defisit, maka SiLPA
Tahun 2022 – 2026 direncanakan menurun rata-rata tiap tahun sebesar
(3,39%). Jika pada Tahun 2021 persentase SiLPA terhadap kemampuan
keuangan daerah sebesar 7,79%, maka direncanakan pada Tahun 2026
sebesar 5,71%.
III - 55
Tabel 3.28 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
No Uraian Proyeksi
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
6 PEMBIAYAAN
6.1 Penerimaan Pembiayaan 188,708,225,000 188,653,664,000 170,235,020,000 196,155,162,000 154,138,221,000 151,239,812,000
6.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
188,708,225,000
188,653,664,000
170,235,020,000
166,155,162,000
154,138,221,000
151,239,812,000
6.1.2 Pencairan dana cadangan 30,000,000,000
6.2 Pengeluaran Pembiayaan 1,205,000,000 16,000,000,000 16,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000
6.2.1 Pembentukan Dana Cadangan (Pilkada) 15.000.000.000 15.000.000.000
6.2.2 Penyertaan Modal Daerah 1,205,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000
6.2.3 Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
Pembiayaan Netto 187,503,225,000 172,653,664,000 154,235,020,000 195,155,162,000 144,138,221,000 142,239,812,000
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Daerah Tahun Berkenaan
-
-
-
-
-
-
Sumber : BkuD Kabupaten Semarang, 2021
Tabel 3.29 Proyeksi Penutup Defisit Kabupaten Semarang
Tahun 2021-2026
No Uraian Kondisi Tahun 2021 Proyeksi Pertumbuhan
rata-rata (%) Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
188,708,225,000 188,653,664,000 170,235,020,000 166,155,162,000 154,138,221,000 151,239,812,000 (4.26)
Persentase SiLPA terhadap Penerimaan Daerah
7,79 7,49 6,70 6,39 5,91 5,71 (3,39)
Sumber : BkuD Kabupaten Semarang, 2021,diolah
III - 56
3.3.3. Penghitungan Kerangka Pendanaan
Kerangka pendanaan dalam RPJMD adalah proyeksi penerimaan yang
dihitung dengan menjumlahkan proyeksi pendapatan daerah lima tahun ke
depan, proyeksi sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya dan
proyeksi penerimaan dana cadangan, serta proyeksi pengeluaran yang bersifat
wajib, mengikat, prioritas utama sebagai unsur pengurang, sehingga akan
diperoleh proyeksi kapasitas pendanaan riil yang dapat digunakan untuk
menyusun rencana program dan kegiatan.
Dengan adanya pertumbuhan belanja dan pengeluaran wajib, mengikat
dan prioritas utama, dan pertumbuhan pendapatan yang tidak dapat
mengimbangi tren pertumbuhan belanja, menyebabkan kapasitas riil
kemampuan pendanaan juga cenderung menurun.
Penggunaan kapasitas riil keuangan daerah dilakukan atas dasar
proyeksi rencana program yang akan dilaksanakan oleh seluruh Perangkat
Daerah dengan indikasi pendanaan pada tahap pelaksanaan tahunan akan
disesuaikan dengan kemampuan keuangan pada tahun rencana serta
perkembangan regulasi yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.
III - 57
Tabel 3.30. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
No Uraian Realisasi 2020
Rata-rata pertumbuhan
(%) Proyeksi
2016-2021
2022-2026
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
1 Pendapatan 2,211,272,634,265 2.98 2.27 2,232,578,975,000 2,331,345,366,000 2,368,696,760,000 2,405,106,731,000 2,453,692,931,000 2,497,356,882,000
2 Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)
30,000,000,000
3 Sisa lebih riil perhitungan anggaran
175,630,364,000 (14.95) (4.26) 188,708,225,000 188,653,664,000 170,235,020,000 166,155,162,000 154,138,221,000 151,239,812,000
4 Total penerimaan 2,386,902,998,265 1.82 2,421,287,200,000 2,519,999,030,000 2,538,931,780,000 2,601,261,893,000 2,607,831,152,000 2,648,596,694,000
5 Dikurangi
6
Belanja pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama
1,672,153,716,611 4.05 3.02 1,747,076,330,400 1,863,946,485,900 1,891,750,649,299 1,917,932,493,088 1,966,177,623,915 2,022,098,113,910
7 Kapasitas riil kemampuan keuangan
714,749,281,654 (1.49) 674,210,869,600 656,052,544,100 647,181,130,701 683,329,399,912 641,653,528,085 626,498,580,090
Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, Tahun 2021
III - 58
Tabel 3.31 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Semarang tahun 2021-2026
No Uraian Proyeksi
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
I, Kapasitas keuangan Daerah 2,421,287,200,000 2,519,999,030,000 2,538,931,780,000 2,601,261,893,000 2,607,831,152,000 2,648,596,694,000
Rencana alokasi pengeluaran prioritas I (Belanja wajib mengikat)
1,745,871,330,400 1,847,946,485,900 1,875,750,649,299 1,916,932,493,088 1,959,177,623,915 2,016,607,113,910
Pengeluaran pembiayaan daerah 1,205,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000
Kapasitas riil kemampuan keuangan
674,210,869,600 671,052,544,100 662,181,130,701 683,329,399,912 641,653,528,085 626,498,580,090
II Rencana alokasi pengeluaran prioritas II
674,210,869,600 671,052,544,100 662,181,130,701 683,329,399,912 641,653,528,085 626,498,580,090
Surplus anggaran riil atau berimbang (I-II)*
0 0 0 0 0 0
Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, 2021
IV - 1
BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4
Gambaran kondisi Kabupaten Semarang yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya menunjukkan fakta bahwa masih ada permasalahan
pembangunan daerah yang harus diselesaikan dalam lima tahun kedepan.
Permasalahan pembangunan daerah merupakan perbedaan jarak antara
kondisi saat ini (existing) dengan kondisi yang diharapkan (gap expectation).
Kondisi saat ini digambarkan oleh capaian indikator kinerja pembangunan
daerah sedangkan kondisi yang diharapkan adalah tujuan atau target yang
hendak dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan dalam dokumen
perencanaan pembangunan sebelumnya. Isu strategis berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan di
Kabupaten Semarang melalui analisis dan telaahan terhadap hasil capaian
kinerja pembangunan daerah pada periode sebelumnya (RPJMD Kabupaten
Semarang Tahun 2016-2021).
Selain itu, identifikasi isu strategis pembangunan daerah Kabupaten
Semarang terbentuk dari kondisi ekonomi, sosial, politik, lingkungan,
teknologi dari pengaruh global/internasional, nasional, regional dan
kebijakan di tataran global dan nasional. Kondisi lingkungan global, nasional
dan regional yang semakin dinamis dan unpredictable dalam jangka
menengah akan menjadi tantangan sekaligus peluang dalam merumuskan
kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Semarang lima tahun kedepan.
4.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
Dalam gambaran umum pembangunan Kabupaten Semarang selama 5
(lima) tahun terakhir telah diuraikan pada Bab II. Identifikasi permasalahan
dapat dikelompokan berdasarkan 3 (tiga) aspek, sebagai berikut:
4.1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
4.1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 5
(lima) tahun mengalami fluktuasi, dengan nilai terendah terjadi pada tahun 2016
yaitu 5,3%, nilai tertinggi Tahun 2018 5,79%, dan pada Tahun 2019 mengalami
penurunan menjadi 5,39%. Perlambatan ekonomi Kabupaten Semarang Tahun 2019
salah satunya dipengaruhi oleh telah selesainya pembangunan jalan tol Semarang –
Solo yang melewati wilayah Kabupaten Semarang. Hal ini menunjukkan laju
IV - 2
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dipengaruhi faktor eksternal, sedangkan
kontribusi anggaran pembangunan Pemerintah Kabupaten Semarang tidak cukup
berpengaruh terhadap pertumbuhan LPE. Kontribusi APBD Kabupaten Semarang
dalam waktu 4 tahun terakhir terhadap konsumsi pemerintah pada PDRB berada di
kisaran 7,25%.
Pada Tahun 2020, LPE Kabupaten Semarang mengalami kontraksi
sebesar -2,67%, lebih tinggi dibanding Provinsi Jawa Tengah sebesar -2,65%
dan nasional -2,07%. Secara umum dengan adanya pandemi COVID-19
berdampak pada perekonomian, Indonesia termasuk kabupaten/kota di Jawa
Tengah, perekonomian sepanjang tahun 2020 ini kondisi pertumbuhan
melambat. Kondisi ini dipengaruhi juga oleh perekonomian global yang
melambat, berpengaruh terhadap harga-harga komoditas, serta konsumsi
yang melambat akibat turunnya pendapatan masyarakat yang banyak
mengalami PHK. Kondisi tersebut diprediksikan akan menyebabkan kontraksi
ekonomi Indonesia yang berakibat bertambahnya penduduk miskin Indonesia
pada tahun 2020. Dampak lainnya akibat terjadinya kontraksi ekonomi secara
global dari sisi penyelenggaraan pemerintahan adalah menurunnya kapasitas
fiskal karena pendapatan negara dan daerah juga menurun.
Struktur PDRB ADHB Tahun 2016-2019 masih ditopang 4 sektor
unggulan (di atas 10%), yaitu Industri pengolahan, konstruksi, perdagangan
dan pertanian. Tahun 2019, sektor industri: 39,54%, konstruksi: 13,72%,
perdagangan: 10,91% dan pertanian: 10,81%. Total 4 sektor tersebut
menyumbang 74,98% dari total 17 sektor secara keseluruhan. PDRB ADHK
Kabupaten Semarang Tahun 2016: tumbuh 5,30%, Provinsi Jawa Tengah:
5,25% dan Nasional 5,03%, sedangkan Tahun 2019: Kabupaten Semarang
tumbuh 5,39%, Provinsi Jawa Tengah: 5,40% dan Nasional: 5,02%, hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sebelum
pandemi covid-19 menunjukkan trend cukup positif dibandingkan dengan
Provinsi Jawa Tengah dan nasional.
4.1.1.2 Laju Inflasi
Inflasi di Kabupaten Semarang mengalami fluktuasi dalam lima tahun
terahir, pada Tahun 2016 berada pada angka 2,39% dan meningkat pada
Tahun 2017 menjadi 3,67% kemudian kembali menurun pada angka 2,82% di
Tahun 2018 dan naik lagi 2,93% di Tahun 2019. Pada Tahun 2019, inflasi di
Kabupaten Semarang dapat dikendalikan dibawah angka 3%, namun inflasi
ini masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi Provinsi Jawa Tengah
IV - 3
sebesar 2,91% dan inflasi nasional sebesar 2,72 persen. Pada Tahun 2020,
inflasi Kabupaten Semarang mengacu pada inflasi Kota Semarang sebesar
1,49%.
Dampak dari pandemi Covid-19, petumbuhan ekonomi melambat,
karena terdapat perusahaan di Kabupaten Semarang yang melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan merumahkan pekerjanya, sehingga
sebagian besar masyarakat mengalami penurunan tingkat pendapatan dan
memfokuskan pengeluaran pada kesehatan. Kondisi ini antara lain
menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sehingga tingkat inflasi di
Kabupaten Semarang rendah.
4.1.1.3 PDRB Per Kapita
PDRB per kapita digunakan sebagai perkiraan rata-rata pendapatan
penduduk per kapita per tahun. PDRB per Kapita ADHB Kabupaten Semarang
Tahun 2016 sebesar Rp. 38,98 juta dan Tahun 2019 sebesar Rp. 47,1 juta
rupiah atau kenaikan rata-rata 6,7% per tahun, pada Tahun 2020 turun
menjadi Rp. 45,96 juta (-2,42%). Sedangkan untuk ADHK Tahun 2016 sebesar
Rp. 29,87 juta dan Tahun 2019 sebesar Rp. 33,82 juta atau kenaikan rata-
rata 4,15% per tahun, pada Tahun 2020 turun menjadi Rp. 32.52 juta (-
3,86%). Hal tersebut menunjukkan secara riil pendapatan penduduk
Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun 2019 semakin membaik, namun
karena pandemi covid-19 mengakibatkan pendapatan masyarakat menjadi
turun.
4.1.1.4 Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia
Bank Dunia dalam upaya mengukur ketimpangan pendapatan membagi
penduduk menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu 40% penduduk berpendapatan
rendah, kelompok 40% penduduk berpendapatan menengah dan kelompok
20% penduduk berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur
dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok
yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh
penduduk. Pada Tahun 2017 distribusi pendapatan sebesar 18,88% (kategori
rendah) dan pada Tahun 2020 meningkat menjadi 19,18% (kategori rendah).
Hal ini menunjukan Pemerintah Kabupaten Semarang berhasil meningkatkan
pemerataan pendapatan terutama pada penduduk 40% berpendapatan
terendah.
IV - 4
4.1.1.5 Kemiskinan
Data Makro kemiskinan menurut BPS, jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Kabupaten Semarang, Tahun 2016 berjumlah 80,72 ribu jiwa
(7,99%), jumlahnya menurun sampai Tahun 2019 berjumlah 73,90
ribu jiwa (7,045), namun pada bulan Maret Tahun 2020 bertambah sebanyak
5,98 ribu jiwa atau berjumlah 79,88 ribu jiwa (7,51%). Untuk penambahan
jumlah penduduk miskin Tahun 2020 sama kondisinya dengan Provinsi Jawa
Tengah, Tahun 2019 berjumlah 3,68 juta jiwa (10,58%) bertambah pada Maret
Tahun 2020 menjadi 3,98 juta jiwa (11,41%). Hal ini menunjukan awal mulai
covid-19 sudah terdapat penambahan jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Semarang dan Provinsi Jawa Tengah.
Perkembangan Indeks Kedalamam (P1) di Kabupaten Semarang, Tahun
2016 sebesar 1,57 cenderung menurun sampai dengan Tahun 2019 menjadi
0,63, namun Tahun 2020 naik lagi menjadi 0,96. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata kesenjangan pengeluaran antara penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan semakin besar. Sedangkan untuk Indeks Keparahan (P2) Tahun
2016 sebesar 0,45 cenderung menurun sampai dengan Tahun 2019 menjadi
0,08, namun Tahun 2020 naik lagi menjadi 0,16, artinya pada Tahun 2020
terjadi semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin di
Kabupaten Semarang.
Data mikro kemiskinan hasil proses Pemutakhiran Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang setiap tahunnya, Perkembangan status
rumah tangga dan individu di Kabupaten Semarang dengan status
kesejahteraan 40% terendah (kategori miskin) sampai dengan Oktober 2020
mengalami peningkatan sebesar 18.569 (20,67%) rumah tangga dan 56.795
(19,32%) jiwa.
Secara umum, kondisi kemiskinan tahun 2020 terjadi peningkatan.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang telah
memukul perekonomian seluruh dunia. Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat
(FKM) Universitas Indonesia (UI) memprediksi pandemi Covid-19 di Indonesia
akan selesai tak sampai 10 tahun ke depan, seperti hitungan Bloomberg yang
memprediksi berdasarkan cakupan vaksinasi setiap negara termasuk
Indonesia. (Sumber: kompas.tv) Diperkirakan sampai Tahun 2022 masih akan
terjadi perlambatan penurunan penduduk miskin di Kabupaten Semarang,
mengingat adanya potensi masyarakat rentan miskin/hampir miskin menjadi
di bawah garis kemiskinan.
IV - 5
4.1.1.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM Kabupaten Semarang Tahun 2016-2019 mengalami peningkatan
dari 72,40 (peringkat 11 Jawa Tengah) menjadi 74,14 (peringkat 11 Jawa
Tengah), namun Tahun 2020 turun menjadi 74,10 (peringkat 12 Jawa
Tengah). Tahun 2020, di atas Provinsi Jawa Tengah 71,87 dan Nasional 71,94,
namun secara regional masih cukup rendah dibanding Kota Semarang 83,05,
Kota Salatiga 83,12 dan Kabupaten Boyolali 74,25. Secara detail dapat
diuraikan sebagai berikut: IPM masih hanya menjabarkan kondisi tahunan
dan perbandingan dengan daerah lain. Belum sampai menjabarkan masalah
dengan dibandingkan capaian target dari RPJMD sebelumnya dan amanat
target dari RPJPD.
A. Angka Harapan Hidup (AHH)
Periode Tahun 2016-2020, AHH masyarakat Kabupaten Semarang
cenderung meningkat yaitu Tahun 2016: 75,54 tahun menjadi Tahun 2020:
75,73 tahun, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,06% per tahun, artinya
secara rata-rata anak yang dilahirkan dapat bertahan hidup hingga usia 75
tahun. AHH Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 masih cukup rendah
dibandingkan dengan Kota Salatiga: 77,40, Kota Semarang: 77,34, dan
Kabupaten Boyolali: 75,95, meskipun berada di atas Provinsi Jawa Tengah:
74,37.
B. Harapan Lama Sekolah (HLS)
Perkembangan HLS Kabupaten Semarang cenderung meningkat, pada
Tahun 2016: 12,83 tahun menjadi Tahun 2020: 12,97 tahun, dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 0,23% per tahun. HLS Kabupaten Semarang pada
Tahun 2020 masih cukup rendah dibandingkan dengan Kota Semarang:
15,52, Kota Salatiga: 15,41, dan Kabupaten Demak: 13,31, serta berada di
atas Provinsi Jawa Tengah: 12,70.
C. Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)
RLS Kabupaten Semarang cenderung meningkat, Tahun 2016: 7,48
tahun menjadi Tahun 2020: 8,02 tahun, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 1,83% per tahun. Angka ini menunjukan jumlah penduduk diatas 25
tahun yang menjalani pendidikan formal rata-rata baru setingkat sekolah
kelas 9. Angka RLS Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 dibawah Kota
Semarang: 10,53 dan Kota Salatiga: 10,42 serta di atas Provinsi Jawa Tengah:
7,69.
IV - 6
D. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per kapita disesuaikan Kabupaten Semarang periode Tahun
2016-2019 cenderung meningkat, Tahun 2016: Rp. 11.102.000,00 menjadi
Tahun 2019: Rp. 12.116.000,00 namun menurun pada Tahun 2020: Rp.
11.966.000,00, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,13% per tahun.
Kinerja tersebut menunjukkan bahwa taraf hidup masyarakat Kabupaten
Semarang meningkat seiring dengan peningkatan pengeluaran per kapitanya,
kecuali pada Tahun 2020 menurun dikarenakan adanya pandemi covid-19.
Namun Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 masih
berada dibawah Kota Salatiga: Rp. 15,70 juta, Kota Semarang: Rp. 15,24 juta
dan Kabupaten Boyolali: Rp. 12,91 juta, serta diatas Provinsi Jawa Tengah Rp.
10,93 juta.
4.1.1.7 Pengangguran
Kondisi pengangguran penduduk di Kabupaten Semarang ditunjukkan
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada periode Tahun 2016-2020
terjadi perkembangan TPT yang kurang baik dengan tren yang selalu
meningkat. Pada Tahun 2016: 1,93 dan menurun pada Tahun 2017: 1,78,
namun naik pada Tahun 2018: 2,28, 2019: 2,58 dan Tahun 2020: 4,57.
Terlihat selama 3 (tiga) tahun terakhir TPT mengalami peningkatan 0,39. Hal
ini sebagai dampak dari persaingan global yang mengarah pada revolusi
industri 4.0 yang mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi
otomatisasi, sedangkan tenaga kerja di Kabupaten Semarang pada umumnya
belum memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan oleh industri 4.0.
Kondisi ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 yang melanda
dunia, menghambat aktivitas perekonomian sehingga banyak penduduk yang
kehilangan pekerjaannya, dimana pada Tahun 2020 TPT meningkat sangat
signifikan yaitu naik sebesar 1,99% dibandingkan Tahun 2019.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Semarang Tahun
2020 meningkat dibandingkan tahun 2019, hal ini disebabkan: (1) penurunan
jumlah penduduk bekerja; (2) pengangguran meningkat; dan (3) penambahan
penduduk yang masuk dalam usia angkatan kerja. Sehingga perlu adanya
langkah antisipatif agar TPT di Kabupaten Semarang tidak semakin
meningkat.
IV - 7
4.1.2 Aspek Pelayanan Umum
4.1.2.1 Urusan Wajib Pelayanan Dasar
A. Bidang Pendidikan
Permasalahan bidang pendidikan yang ada di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM);
Capaian SPM Urusan Pendidikan masih rendah dengan persentase
terendah pada indikator penduduk terlayani pendidikan kesetaraan
2. Belum tercapainya angka partisipasi sekolah (APS);
3. Belum optimalnya pemenuhan standar kompetensi dan keahlian pendidik
yang ditunjukan dengan rata-rata presentase guru TK, SD dan SMP yang
berpendidikan minimal S1/D-IV
4. Belum optimalnya sarana perpustakaan sekolah.
B. Bidang Kesehatan
Permasalahan bidang kesehatan yang ada di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Tantangan dampak pandemi COVID-19 yang berpengaruh terhadap Angka
Harapan Hidup masyarakat Kabupaten Semarang;
2. Masih tingginya Angka kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh dampak
pandemi Covid-19, komorbid berat dan pemahaman ibu hamil untuk
bersalin di Rumah Sakit PONEK masih kurang.
3. Masih ditemukannya kasus gizi kurang, gizi buruk dan stunting;
4. Presentase pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan belum optimal
5. Rasio tempat tidur rumah sakit yang masih rendah
6. Masih adanya puskesmas dengan status akreditasi dibawah utama
C. Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permasalahan utama pada bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang di Kabupaten Semarang adalah belum optimalnya infrastruktur
pekerjaan umum dan penyelenggaraan penataan ruang. Sedangkan
permasalahan bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai berikut:
1. Masih rendahnya presentase luas irigasi dalam kondisi baik;
2. Masih terdapat lokasi rawan banjir di beberapa wilayah antara lain Rawa
Pening dan dataran sekitar Sungai Gung di Ungaran Timur;
3. Masih terdapat penduduk yang belum memperoleh akses air minum aman
IV - 8
4. Masih rendahnya Persentase jalan dalam kondisi baik;
5. Belum optimalnya aspek pengawasan dan pengendalian penataan ruang.
D. Bidang Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Permasalahan pembangunan pada bidang Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman di Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Luas lingkungan pemukiman kumuh belum mencapai 0 ha
2. Belum optimalnya pemenuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU);
3. Rendahnya rasio pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni
E. Bidang Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
Masalah ketentraman dan ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kehidupan politik yang
diarahkan untuk mewujudkan demokrasi masih dimaknai sebagai kebebasan
semata oleh sebagian masyarakat yang seringkali dapat mengganggu
kelompok masyarakat lainnya yang mempengaruhi kondisi ketentraman dan
ketertiban umum. Permasalahan pembangunan pada bidang Ketentraman,
Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Belum Optimalnya penanganan gangguan ketentraman ketertiban umum
(Trantibum) dan penegakan Peraturan daerah (Perda) dan Peraturan Kepala
Daerah (Perkada);
2. Belum optimalnya pelayanan pencegahan, penanggulangan kebakaran, dan
penyelamatan.
F. Bidang Sosial
Permasalahan pembangunan bidang Sosial di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Belum optimalnya penanganan PMKS;
2. Pemberdayaan KESOS Belum Optimal;
3. Belum optimalnya perlindungan dan jaminan sosial;
4. Penanganan Bencana Belum Optimal;
5. Belum optimalnya upaya penanganan kemiskinan.
IV - 9
4.1.2.2 Urusan Wajib Tidak Terkait Pelayanan Dasar
A. Bidang Tenaga Kerja
Permasalahan pembangunan bidang Tenaga Kerja di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Belum optimalnya penanganan terhadap pengangguran
2. Belum optimalnya penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan
kerja;
3. Belum optimalnya keseleamatan dan perlindungan tenaga kerja.
B. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak
Permasalahan pembangunan bidang Pemberdayaan Perempuan dan
Pelindungan Anak di Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Masih adanya kesenjangan peran dan tanggung jawab antara Laki-laki dan
perempuan dalam bidang pemerintahan dan legislatif;
2. Belum optimalnya pemberdayaan gender;
3. Belum optimalnya penyediaan fasilitas umum untuk anak.
C. Bidang Pangan
Permasalahan pembangunan bidang Pangan di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Masih terdapat daerah rawan pangan;
2. Keamanan pangan belum seluruhnya terjamin;
3. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya pangan.
D. Bidang Pertanahan
Permasalahan pembangunan bidang Pertanahan di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Tanah bersertifikat masih sebesar 70,27% belum mencapai target maksimal
yaitu 100%;
2. Masih terdapat sengketa pertanahan karena lemahnya pemahaman hukum
pertanahan oleh lembaga pemerintahan terbawah (desa dan keluarahan) .
E. Bidang Lingkungan Hidup
Permasalahan pembangunan bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Masih Terjadinya Pencemaran Air Sungai;
2. Masih Terjadinya Pencemaran Udara;
3. Berkurangnya Tutupan Lahan dan kuantitas air;
4. Persentase penanganan sampah masih rendah
IV - 10
5. Rasio tempat pembuangan sampah belum optimal
6. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) masih tergolong sedang
F. Bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Permasalahan pembangunan bidang Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil di Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Belum optimalnya Kepemilikan Dokumen Pendaftaran Penduduk;
2. Belum optimalnya Kepemilikan Dokumen Pencatatan Sipil;
3. Belum optimalnya Pemanfaatan Data Kependudukan dan Inovasi
Pelayanan.
G. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Permasalahan pembangunan bidang Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa di Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Belum optimalnya perwujudan desa mandiri;
2. Belum optimalnya swadaya masyarakat;
H. Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Permasalahan pembangunan bidang Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana di Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Rasio akseptor KB yang fluktuatif
2. Belum maksimalnya sinergitas kegiatan diantara lembaga / instansi untuk
mewujudkan pembangunan kependudukan
3. Belum adanya sinergitas lintas sektor dalam penggarapan KB;
I. Bidang Perhubungan
Permasalahan pembangunan bidang Perhubungan di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Belum optimalnya penanganan kemacetan lalu lintas yang salah satu
akibatnya adalah ruas jalan utama Kabupaten Semarang yang masih pada
Tingkat Pelayanan/Level Of Service (LoS) klasifikasi C
2. Belum optimalnya sarana dan prasarana tranportasi yang berkualitas,
merata dan berkeselamatan
3. Masih tingginya resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
J. Bidang Komunikasi dan Informatika
Permasalahan pembangunan bidang Komunikasi dan Informatika di
Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pelaksanaan e-government
2. Pengelolaan Informasi dan Komunikasi serta Publikasi Informasi kepada
IV - 11
Masyarakat Masih Rendah;
3. Persentase masyarakat yang mengakses media informasi pembangunan
daerah masih rendah.
K. Bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah
Permasalahan pembangunan bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan
Menengah di Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Penurunan volume usaha koperasi sebagai dampak dari adanya pandemi
Covid-19;
2. Belum optimalnya pemberdayaan dan pengembangan ekonomi kerakyatan,
Koperasi, UMKM dan ekonomi kreatif.
L. Bidang Penanaman Modal
Permasalahan pembangunan bidang Penanaman Modal di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Pengembangan investasi belum optimal;
2. Persentasi bangunan memiliki IMB masih rendah;
3. Belum optimalnya Indeks Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
perizinan dan non perizinan.
M. Bidang Kepemudaan dan Olahraga
Permasalahan utama bidang Kepemudaan dan Olahraga di Kabupaten
Semarang adalah masih rendahnya organisasi kepemudaan yang aktif dan
masih belum optimalnya prestasi olahraga. Masalah utama tersebut dapat
diuraikan menjadi masalah sebagai berikut
1. Masih belum optimalnya pembinaan organisasi kepemudaan;
2. Masih kurangnya sarana prasarana organisasi kepemudaan;
3. Masih kurangnya jumlah Sarana Prasarana Olahraga.
N. Bidang Statistik
Permasalahan pembangunan bidang Statistik di Kabupaten Semarang
adalah Penyusunan dan pengelolaan data statistik sektoral belum optimal.
O. Bidang Persandian
Permasalahan pembangunan bidang Persandian di Kabupaten Semarang
adalah Kurang optimalnya pengelolaan persandian dan pengamanan
informasi.
P. Bidang Kebudayaan
Permasalahan pembangunan bidang Kebudayaan di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
IV - 12
1. Masih belum optimalnya ketersediaan sarpras yang representatif untuk
penyelenggaraan festival seni budaya;
2. Belum optimalnya Kegiatan Tradisi Budaya Lokal;
3. Belum optimalnya ketersediaan fasilitas untuk pengamanan dan
perlindungan benda-benda kepurbakalaan.
Q. Bidang Perpustakaan
Permasalahan pembangunan bidang Perpustakaan di Kabupaten
Semarang adalah belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan
perpustaakaan;.
R. Bidang Kearsipan
Permasalahan pembangunan bidang Kearsipan di Kabupaten Semarang
adalah belum optimalnya pengelolaan sistem kearsipan daerah.
4.1.2.3 Urusan Pilihan
A. Bidang Kelautan dan Perikanan
Permasalahan pembangunan bidang Kelautan dan Perikanan di
Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Berkurangnya jumlah produksi perikanan akibat faktor alam, kelangkaan
palet dan pandemi COVID-19;
2. Belum Optimalnya Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.
B. Bidang Pariwisata
Permasalahan pembangunan bidang Pariwisata di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Terjadi penurunan jumlah dan lama kunjungan wisata akibat pandemi
COVID-19;
2. Belum optimalnya promosi dan pemasaran pariwisata;
3. Standarisasi usaha dan SDM pariwisata belum optimal.
C. Bidang Pertanian
Permasalahan pembangunan bidang Pertanian di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Rendahnya rata-rata lima tahun terakhir Nilai Tukar Petani (NTP)
Kabupaten Semarang jika dibandingkan dengan provinsi dan nasional.
2. Belum optimalnya sarana dan prasarana pertanian;
3. Kurangnya kapasitas SDM petani;
4. Terjadinya penurunan jumlah produksi pada sektor perikanan, perkebunan
dan hortikultura;
IV - 13
D. Bidang Perdagangan
Permasalahan pembangunan bidang Perdagangan di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Penurunan Ekspor pada tahun 2020 sebagai dampak pandemi COVID-19;
2. Standarisasi Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dan
perlindungan konsumen kurang optimal;
3. Harga barang kebutuhan pokok belum stabil;
4. Kurangnya sarana dan prasarana distribusi perdagangan;
5. Penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri kurang optimal;
6. Rendahnya legalitas usaha perdagangan.
E. Bidang Perindustrian
Permasalahan pembangunan bidang Perindustrian di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Belum adanya Dokumen Perencanaan Pembangunan Kawasan Industri;
2. Belum optimalnya Perijinan Usaha Industri Kecil dan Menengah;
3. Sistem Informasi Industri Nasional belum terkelola dengan baik.
F. Bidang Transmigrasi
Permasalahan pembangunan bidang Transmigrasi di Kabupaten
Semarang adalah belum optimalnya kerjasama dengan daerah penempatan
calon tranmigran.
4.1.2.4 Unsur Pendukung Pemerintahan
Permasalahan Unsur Pendukung Pemerintahan di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
A. Sekretariat Daerah
1. Rendahnya akuntabilitas kinerja pembangunan yang ditunjukkan oleh skor
SAKIP;
2. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan ketatalaksanaan Perangkat
Daerah;
3. Belum optimalnya database lembaga pendidikan keagamaan.
B. Sekretariat DPRD
1. Belum optimalnya dukungan pelayanan DPRD;
2. Belum konsistennya rencana kerja dengan jadwal pelaksanaan.
4.1.2.5 Unsur Penunjang Pemerintahan
A. Perencanaan
Permasalahan utama Perencanaan di Kabupaten Semarang adalah
belum optimalnya kualitas perencanaan pembangunan daerah, sedangkan
IV - 14
permasalahan urusan perencanaan sebagai berikut:
1. Kurangnya sinkronisasi dan konsistensi antar dokumen perencanaan
pembangunan daerah;
2. Kurangnya sinkronisasi dan konsistensi perencanaan dan penganggaran
pembangunan daerah.
B. Keuangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan Daerah dalam masa 1
(satu) tahun anggaran sesuai dengan undang-undang mengenai keuangan
Negara. Adapun permasalahan utama urusan keuangan di Kabupaten
Semarang adalah belum optimalnya tata kelola keuangan daerah. Sedangkan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah;
2. Belum optimalnya pengelolaan barang milik daerah;
3. Belum optimalnya kemandirian keuangan.
C. Kepegawaian
Permasalahan Kepegawaian di Kabupaten Semarang sebagai berikut:
1. Kurangnya Kompetensi ASN;
2. Belum optimalnya kesesuaian penempatan PNS dalam Jabatan Stuktural
3. Penegakan disiplin, kode etik dan perilaku ASN belum sepenuhnya
terlaksana.
D. Penelitian dan Pengembangan
Permasalahan penelitian dan pengembangan di Kabupaten Semarang
adalah belum optimalnya pemanfaatan hasil-hasil kelitbangan.
4.1.2.6 Unsur Pengawasan Pemerintahan
Permasalahan Unsur Pengawasan Pemerintahan di Kabupaten
Semarang sebagai berikut:
1. Belum optimalnya penyelenggaraan Sistem Pengawasan Internal
Pemerintah (SPIP);
2. Belum optimalnya asistensi dan pendampingan.
4.1.2.7 Unsur Kewilayahan
Permasalahan Unsur Pemerintahan Umum Pemerintah yang
dilaksanakan oleh Kecamatan di Kabupaten Semarang adalah belum
optimalnya penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN).
IV - 15
4.1.2.8 Unsur Pemerintahan Umum
Permasalahan Unsur Pemerintahan Umum Pemerintah yang
dilaksanakan oleh Kesatuan Bangsa dan Politik di Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
1. Belum optimalnya fungsi Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)
2. Belum optimalnya ketahanan ekonomi, sosial dan budaya;
3. Belum optimalnya peran serta partai politik dan pendidikan politik.
4.1.3 Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan
otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah.
Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan
pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan
berkelanjutan. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi
daerah, fasilitas wilayah dan infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber
daya manusia.
4.1.3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per kapita
Persentase pengeluaran makanan dan non makanan dapat dijadikan
sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Selama periode
Tahun 2016-2020, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk
pengeluaran non makanan prosentasenya lebih tinggi dibanding untuk
makanan. Hal ini menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Semarang semakin sejahtera, hal ini ditandai dengan sebagian besar
penduduk Kabupaten Semarang telah dapat memenuhi kebutuhan primer
(makanan) makanan dan dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier
(non makanan). Namun yang perlu diperhatikan selama 5 tahun terakhir
prosentasenya pengeluaran konsumsi non makanan cenderung naik.
4.1.3.2 Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang dapat mengukur
kemampuan daya beli petani sebagai salah satu pelaku utama di sektor
pertanian. Secara konsep, NTP mengukur kemampuan tukar produk pertanian
yang dihasilkan petani dengan barang/jasa yang diperlukan untuk konsumsi
rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Selama
periode Tahun 2016-2020, rata-rata NTP Kabupaten Semarang menunjukkan
angka yang berfluktuasi. Pada periode tersebut, rata-rata NTP terendah terjadi
IV - 16
pada tahun 2016 sebesar 100,78 dan tertinggi terjadi di tahun 2018 mencapai
103,04, namun pada Tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 102,15.
Secara umum, rata-rata NTP menunjukkan angka diatas 100 (>100).
Selanjutnya pada Tahun 2020 turun kembali menjadi 101,79, sehingga NTP
selama 5 tahun terakhir cenderung menurun, kondisi perlu mendapat
perhatian dan pengambilan kebijakan untuk mengatasi permasalahan
kesejahteraan petani di Kabupaten Semarang.
4.1.3.3 Perhubungan/Transportasi
Rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan diperoleh dengan
membagi jumlah kendaraan (unit) dengan panjang jalan (km), dalam beberapa
tahun terakhir rasio cenderung selalu meningkat. Hal ini diakibatkan
bertambahnya kepadatan dimana panjang jalan Kabupaten Semarang
cenderung tetap dibandingkan dengan jumlah kendaraan di wilayah
Kabupaten Semarang selalu bertambah. Tahun 2017, panjang jalan 1 km
melayani 534 kendaraan, Tahun 2018 melayani 569 kendaraan dan Tahun
2019 melayani 601 kendaraan.
Jika membandingkan dengan Kota Semarang, Tahun 2019 1 km
panjang jalan melayani 2.026 kendaraan, sehingga dapat dikatakan jalan di
Kota Semarang 3 kali lipat lebih padat dibandingkan jalan di Kabupaten
Semarang, namun jika membandingkan dengan panjang jalan seluruh
Provinsi Jawa Tengah, pada Tahun 2019 1 km panjang jalan melayani 504
kendaraan, sehingga dapat dikatakaan kepadatan jalan di Kabupaten
Semarang masih lebih tinggi dibanding rata-rata jalan di Provinsi Jawa
Tengah.
4.1.3.4 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
IKLH Kabupaten Semarang periode Tahun 2016-2020 selalu
menunjukkan angka peningkatan. Pada Tahun 2016 Nilai IKLH sebesar 54,25
dan Tahun 2020 sebesar 69,12, peningkatan nilai IKLH Kabupaten Semarang
tahun terakhir sebesar 0,26%. Tahun 2019, IKLH Kabupaten Semarang 68,86
masih lebih tinggi dibandingkan IKLH Provinsi Jawa Tengah sebesar 66,88.
Sehingga dapat dikatakan kondisi lingkungan hidup Kabupaten Semarang
masih lebih baik dibandingkan rata-rata kondisi lingkungan hidup Provinsi
Jawa Tengah.
4.1.3.5 Angka Kriminalitas
Angka kriminalitas menggambarkan tingkat keamanan masyarakat,
semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan
IV - 17
masyarakat yang secara tidak langsung dapat mendukung iklim investasi.
Angka kriminalitas pada periode Tahun 2016-2019 cenderung menurun,
dimana Tahun 2016 sebesar 4,43, Tahun 2019 turun menjadi 2,25 dan
namun pada Tahun 2020 naik menjadi 2,75. Hal ini merupakan akibat dari
respon warga terhadap kriminalitas diantisipasi dengan penjagaan keamanan
mandiri secara spontan dalam bentuk penjagaan akses ke kawasan
permukiman, selain itu digalakkan siskamling sebagai wujud penjagaan
keamanan kepada masyarakat.
4.1.3.6 Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan Kabupaten Semarang pada periode 2016-2020
cenderung naik meskipun kenaikan cukup rendah, pada Tahun 2016 sebesar
41,20 dan Tahun 2020 sebesar 43,15, kondisi ini masih lebih baik jika
dibandingkan dengan rata-rata rasio ketergantungan negara-negara maju
(OECD) yang diperkirakan mencapai 59 pada Tahun 2025 dan dari rata-rata
rasio ketergantungan dunia yang diperkirakan mencapai 52 pada tahun yang
sama. Dengan demikian dapat dikatakan, ketergantungan penduduk usia
tidak produktif di Kabupaten Semarang semakin tinggi, namun hal ini juga
menunjukkan perekonomian Kabupaten Semarang tergolong perekonomian
yang cukup maju dari sisi Rasio Ketergantungan.
4.2 ISU STRATEGIS
Sinkronisasi kebijakan perencanaan pembangunan dalam penyusunan
RPJMD, dilakukan dengan penelaahan terhadap dokumen perencanaan
pembangunan nasional dan provinsi dan daerah lain dalam rangka
sinkronisasi kebijakan pembangunan. Penelaahan terhadap dokumen
perencanaan pembangunan nasional dan provinsi dilakukan dengan menelaah
kebijakan yang berdampak dan harus dipedomani oleh daerah. Sementara
penelaahan terhadap dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya
dilakukan dengan menelaah dampak pembangunan yang saling berpengaruh
terhadap daerah lain dan harus dijabarkan dalam dokumen perencanaan.
Melengkapi penelaahan terhadap dokumen perencanaan lainnya, pada
proses penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
dilakukan juga penelaahan terhadap isu internasional yang mempengaruhi
Indonesia, Provinsi Jawa Tengah termasuk Kabupaten Semarang. Hal ini
dimaksudkan agar perencanaan yang dihasilkan komprehensif dengan
mempertimbangan kondisi eksternal yang ada sebagai dinamika internasional,
IV - 18
nasional dan regional.
4.2
4.2.1 Telaahan Isu Global/Internasional
Telaahan Isu Global/Internasional yang bersumber dari Laporan
Perekonomian Indonesia 2020 oleh Badan Pusat Statistik menyebutkan hal-
hal sebagai berikut:
4.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia Masih Melambat
Dua tahun berturut-turut, ekonomi dunia terus mengalami
perlambatan. Perekonomian dunia dilanda berbagai macam gejolak ekonomi
seperti perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, perang geopolitik, dan
perlambatan ekonomi di berbagai negara, dan gejolak ekonomi lainnya. Di
tahun 2019, perlambatan ekonomi dunia masih terjadi, menurut IMF (2020),
perekonomian dunia pada tahun 2019 tumbuh sebesar 2,9 persen atau
mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan dua tahun
sebelumnya yaitu 3,9 persen pada tahun 2017 dan 3,6 persen pada tahun
2018. Nilai pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 ini juga dibawah prediksi
IMF pada April 2019 yang menyatakan bahwa ekonomi dunia tumbuh sebesar
3,3 persen.
Untuk negara-negara di kawasan ASEAN, perlambatan ekonomi di
kawasan ini tercatat sebesar 0,7 persen poin yaitu dari 5,1 persen pada tahun
2018 menjadi hanya 4,4 persen pada tahun 2019. Namun demikian, capaian
nilai pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN justru lebih tinggi daripada
pertumbuhan ekonomi dunia, negara maju, dan negara berkembang. Bahkan,
sebelum mengalami perlambatan, perekonomian di kawasan ASEAN
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 4,7 persen pada tahun
2015 menjadi 5,3 persen pada tahun 2017. Pertumbuhan ekonomi di ASEAN
didorong masih cukup tingginya pertumbuhan ekonomi di Filipina, Indonesia,
dan Vietnam yang mencatatkan pertumbuhan di atas 5 persen
Bagi Indonesia sendiri, perekonomian nasional sepanjang 2019 tetap
menunjukkan perkembangan yang positif di tengah perlambatan ekonomi
dunia. Ekonomi nasional mampu tumbuh di angka 5,02 persen dan masih
lebih baik dari beberapa negara lainnya walaupun sama-sama terdampak dari
gejolak ekonomi dunia yang tidak pasti. Indonesia sendiri juga dihadapkan
pada kondisi yang penuh tantangan baik dari luar maupun dalam negeri.
Tantangan ekonomi yang berasal dari luar negeri diantaranya perang dagang
Amerika Serikat-Tiongkok, penurunan permintaan serta stagnasi harga
komoditas dunia, isu Brexit, ketegangan dan konflik politik di sejumlah
IV - 19
kawasan, dan krisis ekonomi di sejumlah Negara Amerika Latin. Sementara
itu, tantangan dari dalam negeri yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi,
daya beli masyarakat, membesarnya sektor informal, posisi daftar tunggu dari
para investor, hingga target penerimaan pajak yang tidak tercapai.
4.2.1.2 Melemahnya Ekonomi Dunia Akibat Pandemi COVID-19
Dampak dari pandemi Covid-19 di beberapa negara adalah diberlakukan
kebijakan pembatasan kegiatan manusia dan bahkan pemberlakuan lockdown
di negara masing-masing. Pembatasan kegiatan ini bertujuan untuk
menghentikan dan menghambat potensi penyebaran virus agar tidak
menyebar secara masif, namun pemberlakuan kebijakan ini mempunyai
dampak pada melemahnya kinerja ekonomi. Pembatasan kegiatan yang
dilakukan telah menghentikan kegiatan ekonomi masyarakat dan
menghambat kegiatan produksi dan distribusi barang. Kegiatan ekonomi yang
terbatas tidak hanya pada kegiatan di dalam negeri tetapi kegiatan ekonomi
yang berhubungan dengan luar negeri seperti ekspor dan impor. Akibatnya,
terjadi penurunan kinerja ekonomi yang diindikasikan dengan perlambatan
pertumbuhan ekonomi atau bahkan sampai kontraksi ekonomi.
Tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, masalah krisis kesehatan
juga menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi. Puluhan juta
orang telah terinfeksi dan mengakibatkan korban meninggal dunia dalam
jumlah yang tidak sedikit. Krisis kesehatan dunia semakin meluas di beberapa
negara yang belum mempunyai dukungan fasilitas kesehatan yang memadai.
Krisis kesehatan ini melanda tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara
berkembang dan negara miskin yang kurang dukungan sumber pembiayaan
untuk pemulihan kesehatan warganya. Berbagai negara sudah berupaya
menanggulangi dampak Covid-19 dengan meningkatkan anggaran
pengeluaran untuk bidang kesehatan.
IMF juga memproyeksikan ekonomi di negara maju akan mengalami
kontraksi ekonomi yang cukup parah. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi di
negara maju berada di angka -6,0 persen. Hal ini disebabkan sebagian besar
negara maju dihadapkan dengan wabah pandemi Covid-19 yang meluas dan
membutuhkan tindakan penanganan untuk pencegahan penyebaran virus
agar tidak semakin meluas. Pembatasan kegiatan di bidang ekonomi akan
berdampak pada kinerja ekonomi di sebagian besar negara. Negara maju yang
paling banyak korban positif Covid-19 diantaranya Amerika Serikat, Italia,
Inggris, Jerman, Spanyol, dan Perancis. Sebagian besar ekonomi dari negara-
IV - 20
negara tersebut akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Menurut
IMF (2020) dalam WEO April 2020 menyatakan bahwa Amerika Serikat akan
mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar -5,9 persen, Inggris sebesar -6,5
persen, Jerman sebesar -7,0 persen, Perancis sebesar -7,2 persen, Spanyol
sebesar -8,0 persen, dan Italia sebesar -9,1 persen. Dari luar kawasan Eropa
dan Amerika seperti Jepang ekonominya akan tumbuh sebesar -5,2 persen,
dan Australia sebesar -6,7 persen. Namun demikian, jika dilihat dari tingkat
inflasi, kondisi kenaikan harga di Negara maju akan relatif stabil dengan
kategori rendah di bawah 1,0 persen. Hanya, Spanyol yang diperkirakan akan
mengalami deflasi sebesar 0,3 persen.
Sementara itu, berdasarkan data dari ADB pada pubikasi ADO 2020
diperoleh hasil bahwa nilai pertumbuhan ekonomi ASEAN masih mencapai
pertumbuhan yang positif yaitu sekitar 2,0 persen dengan tingkat inflasi
sebesar 1,9 persen. Dampak terparah dialami Thailand dengan proyeksi
pertumbuhan ekonomi yang sebesar -4,8 persen, Singapura sebesar 0,2
persen dan Malaysia sebesar 0,5 persen. Seperti pada proyeksi tahun
sebelumnya, angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Vietnam relatif
lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Kedua negara masih cukup
tinggi pada pertumbuhan di atas 2 persen, walaupun terdampak dari pandemi
Covid-19. Pada tahun 2020, Indonesia diperkirakan akan mencapai
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,5 persen dengan inflasi sebesar 3,0 persen,
sedangkan Vietnam lebih tinggi lagi yaitu tumbuh sebesar 4,8 persen dengan
tingkat inflasi di angka 3,3 persen.
4.2.1.3 Menurunnya Posisi Daya Saing Indonesia
Indonesia menurut laporan GCI tahun 2019 mempunyai nilai skor
indeks daya saing sebesar 64,6 atau menurun sebesar 0,3 poin dari tahun
2018 yang sebesar 64,9. Berdasarkan peringkat, Indonesia juga mengalami
penurunan peringkat dari peringkat ke-45 menjadi peringkat ke-50. Di antara
negara ASEAN, Indonesia (50) berhasil menempati peringkat ke-4 setelah
Singapura (1), Malaysia (27), dan Thailand (40). Indonesia berhasil lebih
unggul dari Brunei (56), Filipina (64), Vietnam (67), Kamboja (105) dan Laos
(113).
Indonesia memiliki dua kekuatan utama dalam daya saingnya, yaitu
ukuran pasar yang luas (peringkat 7 dengan skor 82,4) dan stabilitas makro
ekonomi (peringkat 54 dengan skor 90). Selain itu, dinamisme bisnis
(peringkat 29 dengan skor 69,6) dan sistem keuangan yang stabil (peringkat
IV - 21
58 dengan skor 64,0) juga turut andil dalam menjaga indeks daya saing
Indonesia. Sementara itu, empat indikator yang mengalami penurunan di
antaranya terkait dengan sumber daya manusia , seperti adopsi TIK,
kesehatan, kemampuan/keterampilan, dan pasar tenaga kerja. Dalam laporan
WEF itu juga menunjukkan bahwa nilai terendah Indonesia berada di
indikator kemampuan inovasi yang sebesar 37,7 dan berada di peringkat ke-
74.
Selain dari segi regulasi dan kebijakan pemerintah, peningkatan kualitas
SDM perlu terus dilakukan baik dari sisi kesehatan, pendidikan, dan
keterampilan. Peningkatan kualitas SDM juga masih menjadi persoalan
fundamental di Indonesia. Masih rendahnya kualitas SDM di Indonesia, juga
tercermin dari menurunnya tingkat daya saing Indonesia pada indikator-
indikator terkait SDM. Peningkatan daya saing SDM tidak bisa dilakukan
hanya dengan mengandalkan pendidikan formal saja. Untuk itu, pemerintah
melalui kementerian dan lembaga berkomitmen penuh dalam upaya perbaikan
kualitas dan peningkatan daya saing SDM Indonesia.
4.2.1.4 Keterbukaan pasar ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) yang sudah diimplementasikan sejak tahun 2016.
Pemberlakuan MEA sebagai pasar tunggal ASEAN, tetap menjadi sebuah
peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia ke depan. Kebutuhan pasar
tenaga kerja terampil, aliran barang, investasi, dan modal yang lintas batas
negara, menuntut kesiapan negara dan daerah mengantisipasinya secara tepat
dan cepat. Apalagi Indonesia yang memiliki penduduk dengan jumlah terbesar
ketiga dunia, merupakan potensi pasar komoditas utama MEA. Disisi lain,
ketersediaan tenaga kerja produktif, terampil, dan kompeten, seharusnya
menjadi peluang kompetitif, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang
cukup banyak.
4.2.1.5 Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dengan
menembus batas-batas negara
Globalisasi yang terjadi saat ini salah satunya ditandai dengan
kecepatan arus informasi dan ekonomi digital yang tidak dapat dilepaskan
oleh pengaruh besar teknologi. Kemampuan teknologi dalam mengintegrasikan
tradisi perdagangan, dapat mengubah bentuknya menjadi lebih sempurna,
universal, dan spasial temporal (mampu menembus ruang dan waktu).
Bagaimana kemudian teknologi juga mampu menggerakkan arus informasi
dan gagasan tanpa batas, sehingga yang diperlukan adalah kemampuan
Jan 2021 ., ...
22.000
20.000
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
B.000
6.000
4.000
2.000
0
-- KA.SUS TERKONFIRMA.SI
~ Pertc.embang.-n Kasus Teric.onfirTT>asi Positif Covid-19 Per--H•ri
a. - ;r;.------
IV - 22
mentransformasikan teknologi informasi menjadi sebuah aktivitas positif, baik
secara ekonomi, sosial, maupun budaya yang tetap sejalan dengan nilai-nilai
luhur kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu, bagaimana mengantisipasi
dimulainya era industri 4.0 (industri yang mengkombinasikan kecerdasan
buatan, data raksasa, komputasiawan, serba internet dan cetak tiga dimensi)
terutama pada garmen, petrokimia, otomotif, serta industri makanan,
minuman dan lainnya, yang saat ini masih menjadi komoditas industri
unggulan dan bagaimana mengkombinasikan dengan penyerapan dan
penciptaan lapangan kerja baru.
4.2.2 Telaahan Isu/Kebijakan Nasional
4.2.2.1 Pandemi COVID-19
Gambar 4.1 Perkembangan Kasus Positif Covid-19
Sejak awal Tahun 2020, terjadi bencana yang melanda dunia yaitu
penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Virus yang petama kali
ditemukan di Wuhan, China menyebar ke hampir seluruh negara dan pada
awal Maret 2020 terjadi kasus pertama di Indonesia. Sejak kasus pertama
tersebut, virus ini telah dengan cepat menyebar keseluruh provinsi di
Indonesia. Sampai dengan tanggal 22 Maret 2021, tercatat sebanyak
1.465.928 terkonfirmasi positif COVID-19 (penambahan kasus hari
sebelumnya: 5.744 orang) dan dari data tersebut terdapat 128.250 kasus aktif
(8,7%). Jumlah yang sembuh adalah 1.297.967 orang (88,5%) dan meninggal
sebanyak 39.711 orang (2,7%) yang tersebar di 34 provinsi. Jumlah yang
sudah mendapatkan vaksinasi ke-1 berjumlah 5.567.280 orang dan ke-2
berjumlah 2.312.601 orang. Dari gambar terlihat mulai bulan Februari 2021,
perkembangan kasus terkonfirmasi positif covid-19 perhari di Indonesia
cenderung menurun (Sumber: covid19.go.id).
Wama Peta bt!daS.1rbn Zona Rtsiko Ptnyebaran Covill-19 pt1 Ktcamatan
TmAIADA
Keterangan : -0-1)
W'IARJ:'SIJ(OSEDA.\C 1,9-2,4
I W\A RtSIKORE.\lJAH] l.5-3,1)
IV - 23
Gambar 4.2 Peta Penyebaran Covid-19 per Kecematan
Perkembangan covid-19 di Kabupaten Semarang sampai dengan tanggal
22 Maret 2021, kondisi semua wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang
termasuk dalam zona resiko sedang. Terkonfirmasi COVID-19 berjumlah 9.600
orang, dirawat 55 orang, isolasi 221 orang, sembuh 8.966 orang (93,4%) dan
meninggal 368 orang (3,73%). Dari angka tersebut, persentase kesembuhan di
Kabupaten lebih tinggi dibanding secara nasional, namun persentase jumlah
yang meninggal lebih tinggi, sehingga perlu upaya pencegahan dan
penyembuhan lebih baik lagi untuk menurunkan kasus orang meninggal
karena covid-19 di Kabupaten Semarang. (Sumber:
corona.semarangkab.go.id).
Untuk mencegah penyebaran COVID-19, maka dilakukan langkah-
langkah antara lain membatasi interaksi antar manusia. Pembatasan social
(social distancing) dilakukan dalam bentuk pelarangan perjalanan (travel ban),
penutupan sekolah, kantor, dan tempat ibadah. Berbagai langkah ini
menyebabkan aktivitas ekonomi menurun drastis. Aktivitas ekonomi
terganggu dari dua sisi sekaligus, baik dari sisi permintaan (demand) maupun
dari sisi penawaran (supply). Tingkat konsumsi tertekan, tingkat produksi
terkendala, rantai pasokan terganggu. Ketika kondisi ini berlanjut, maka
rambatan dampaknya juga berpotensi mengakibatkan gangguan stabilitas
sistem keuangan. Kondisi ini dialami hampir seluruh wilayah Indonesia yang
terdampak COVID-19, tidak terkecuali Kabupaten Semarang.
~ Mffllpef1uuC ~ lbnami nlikl'mnilllhll'IJMI lltrlwll,tas clan~
Ith Mti ......... Wilayall 1111111 ......... ~ ...... ......... ........, o Mt1iingbtbn Snber Da,ya
ManllSia Jiit Berkilautas .. ~ .. ,.,. Saiftt
• ~ ._... Mmlal ~- .......,._Ke...,_ ......,_. lldrastllt1 ..... ~- Meadlbng l'fflgenlmpn Eunomi daa ~ DIAr
~ Med I n l.ingklllp, 11111 ... Mt1ii"!lbtbl Keal.- Btacau. .. Penbalrlll lkln
1 Mffllpeflullt Slililrtas ~-"-'-IIIISi Pmpnae Pllblik
s I :=111a11 I
Penyederhanaal 4 Birokrasi
z I Pembangunan Inf rastru "111'
1 I PltmllangURIII SOM
B I l'eopl"'-l'wtioUIIMJ1091cni,,, llolclil, ... ltrp,rta,a
9 I s;.; l'1nnbl, o.. ..... ""-lb...,..~
7 I hrllnMpnu; s.,-, .. ~1m,- 5eun1, w.,.
6 I , • ..,....s.. ... iu,..,_, ... """*· S.1WtHlll, ... ,.,....,.
, I :::-llulita"- 2 1
~0--,..l'loti.1,1, ......... a...,.s..,
3 I ::.:-,,.. Ming ...
MISI PRESIDEN ARAHAH PRESIDEN 7 AGOIDA PEMBAHGUKAM
IV - 24
4.2.2.2 Penelaahan RPJMN Tahun 2020-2024
Penelaahan kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam
RPJMN merupakan salah satu identifikasi faktor-faktor eksternal yang
bertujuan untuk mendapatkan butir-butir kebijakan pemerintah terpenting,
yang berhubungan, dan berpengaruh langsung terhadap perencanaan
pembangunan daerah dalam 5 (lima) tahun ke depan. Hasil telaahan pada
dasarnya dimaksudkan sebagai sumber utama bagi identifikasi isu-isu
strategis. Kebijakan yang diidentifikasi dapat berupa peluang atau, sebaliknya,
ancaman bagi daerah selama kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang.
Pembangunan jangka menengah nasional Tahun 2020-2024
dilaksanakan pada periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden K.H. Ma’ruf Amin dengan visi “Terwujudnya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Visi tersebut diwujudkan melalui 9 (sembilan) Misi yang dikenal sebagai
Nawacita Kedua. Visi tersebut diterjemahkan kedalam 9 (sembilan) misi dan 7
(tujuh) agenda pembangunan sesuai kerangka pikir pada gambar di bawah.
Sumber: RPJMN Tahun 2020-2024
Gambar 4.3 Misi dan Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2020-2024
Isu nasional yang terkait proyek strategis di Kabupaten Semarang
mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2019 tentang
Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal – Semarang – Salatiga –
IV - 25
Demak – Grobongan, Kawasan Purworejo – Wonosobo – Magelang –
Temanggung, dan Kawasan Brebes – Tegal – Pemalang.
Kabupaten Semarang termasuk dalam Wilayah Pengembangan (WP)
Kedungsepur yang merupakan kawasan untuk peningkatan pembangunan
ekonomi kawasan di Jawa Tengah. Berdasarkan Perpres Nomor 79 Tahun
2019 disebutkan bahwa kebijakan pengembangan Wilayah Kedungsepur di
Kabupaten Semarang adalah Pengembangan sektor pariwisata dan sektor
pertanian.
Adapun Proyek Strategis Nasional di Kabupaten Semarang pada sektor
pariwisata yaitu:
Pengembangan Wana Wisata Penggaron (Interchange Jatengpark),
Kampung Kopi Banaran,
Candi Gedongsongo,
Agrowisata Umbul Sidomukti,
Museum Kereta Api Ambarawa dan
Taman Wisata Rawa Pening.
Sedangkan Proyek Strategis Nasional pada sektor pertanian yaitu
pengembangan peternakan sapi potong.
Proyek Strategis Nasional pembangunan infrastruktur di Kabupaten
Semarang dalam mendukung pengembangan Kawasan Kedungsepur yaitu
pengembangan terminal tipe A Bawen dan pengembangan transportasi Bus
Rapid Transit (BRT), sedangkan pembangunan konektivitas antar wilayah,
yaitu: reaktivasi pembangunan jalur Kereta Api Semarang – Ambarawa-
Magelang-Borobudur dan pembangunan tol Bawen – Yogyakarta.
4.2.3 Telaahan Isu Strategis RPJMD Provinsi Jawa Tengah
Hasil telaah dari gambaran kondisi daerah, serta isu-isu global,
nasional, dan regional, terutama kondisi terkini yang dipengaruhi oleh
pandemi Covid-19 dan perubahan kebijakan nasional, maka diidentifikasi isu
strategis pembangunan daerah Jawa Tengah saat ini sampai dengan tahun
2023 terdapat 7 (tujuh) isu stategis sebagai berikut:
4.2.3.1 Penanggulangan Kemiskinan
Kemiskinan merupakan isu global yang juga menjadi isu daerah saat ini.
Sejalan dengan amanat SDG’s, kemiskinan di tahun 2030 diupayakan menjadi
nol (zero poverty).
Penduduk Jawa Tengah yang berada di bawah garis kemiskinan sampai
IV - 26
dengan September 2019 sebanyak 3,67 juta jiwa atau 10,58 persen, membaik
dibandingkan bulan September 2018 (11,19 persen). Namun demikian angka
ini masih di atas capaian nasional yaitu sebesar 9,41 persen. Sebaran
penduduk miskin di Jawa Tengah masih didominasi di wilayah pedesaan
sebanyak 2,07 juta jiwa (12,26 persen), sedangkan penduduk miskin
perkotaan sebanyak 1,60 juta jiwa (8,99 persen). Masih tingginya tingkat
kemiskinan di perdesaan khususnya pada kelompok sasaran petani (buruh
petani, petani gurem dan pekerja serabutan), buruh industri kecil, dan
kelompok nelayan (buruh nelayan dan nelayan kecil).
Tahun 2020 Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah meningkat
menjadi 6,48 persen di Bulan Agustus. Angka kemiskinan meningkat menjadi
11,41 persen pada periode Maret 2020, dan diperkirakan menjadi 13,40-12,30
persen pada periode September 2020. Hal ini perlu diantisipasi dalam hal
kaitannya dengan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah
untuk menangani kemungkinan terjadinya peningkatan kemiskinan dan
pengangguran.
4.2.3.2 Peningkatan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia
Keberhasilan pembangunan SDM salah satunya diukur dari nilai IPM.
Tahun 2020 IPM Jawa Tengah mengalami peningkatan menjadi 71,87
dibandingkan tahun 2019 sebesar 71,73. Namun demikian angka ini masih
berada dibawah nasional yaitu sebesar 71,94. Demikian pula dengan capaian
komponen pendidikan yang merupakan salah satu pembentuk IPM yaitu Rata-
Rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS) Jawa Tengah
masih berada di bawah capaian Nasional. Hal yang sama ditunjukkan pada
capaian komponen standar hidup layak yaitu pengeluaran per kapita
disesuaikan di Jawa Tengah masih berada di bawah nasional. Sedangkan
kondisi yang cukup baik ditunjukkan oleh capaian komponen kesehatan yaitu
Umur Harapan Hidup (UHH) Jawa Tengah yang telah melampaui nasional.
Terjadinya pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan pelayanan
kesehatan sehingga mengancam status kesehatan masyarakat. Penularan dan
penyebaran virus Covid-19 tidak hanya menjadi ancaman bagi kelompok
lanjut usia, ibu hamil, dan anak-anak, namun juga menjadi ancaman bagi
kelompok usia produktif. Faktor penyebabnya adalah meningkatnya risiko
penyakit tidak menular penyerta yang bersifat kronis yang menyerang orang
usia produktif.
Pembelajaran dari pandemi Covid-19 adalah bagaimana mendorong
IV - 27
penguatan pembangunan sektor kesehatan dengan penguatan sistem
kesehatan daerah melalui pengendalian penyakit, penguatan ketahanan
kesehatan (health security), penguatan pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan, pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan, kemandirian farmasi
dan alat kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta digitalisasi dan
pemberdayaan masyarakat. Pandemi ini diproyeksikan masih akan
berlangsung di tahun 2021, maka pengendalian penyebaran Covid-19 terus
diupayakan dengan tetap menjaga perilaku 3M (memakai masker, mencuci
tangan, dan menjaga jarak), menerapkan pola hidup bersih dan sehat,
mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 secara bertahap serta
meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan.
4.2.3.3 Daya saing ekonomi dan peningkatan kesempatan berusaha
Ekonomi Jawa Tengah dalam konstelasi nasional dalam beberapa tahun
terakhir masih dinilai cukup baik, dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah yang relatif stabil dan berada di atas pertumbuhan ekonomi
nasional. Namun karena terjadinya pandemi Covid-19 perekonomian Jawa
Tengah di tahun 2020 terjadi kontraksi, termasuk pada sektor unggulan
ekonomi Jawa Tengah (industri pengolahan, perdagangan dan jasa), kecuali
sektor pertanian yang masih tumbuh positif di tahun 2020 sampai triwulan 3.
Kondisi perekonomian daerah akan memberikan peluang kesempatan
kerja dan kesempatan berwirausaha yang semakin luas. Akan tetapi persoalan
kualitas calon tenaga kerja dan tenaga kerja menjadi hal penting untuk
diperhatikan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Jawa Tengah
berdampak pada kualitas dan daya saing sumberdaya manusia yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan. Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah
dengan dominasi pendidikan sekolah dasar pada usia angkatan kerja, dan
pengangguran terbesar pada pendidikan SMK, diperlukan peningkatan
kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, program link and match antara
dunia pendidikan dengan dunia usaha, penguasaan teknologi dan inovasi,
serta hasil litbang sebagai instrumen peningkatan perekonomian dan daya
saing daerah. Kondisi ini berkaitan juga dengan kualitas dan daya serap
tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja daerah lain. Maka
tantangan ke depan adalah bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang
berkualitas dan mampu bersaing di pasar kerja global.
Namun terjadinya pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 di Indonesia
berdampak pada sektor tenaga kerja. Jumlah kepulangan penduduk migran
IV - 28
Jawa Tengah sebesar 1.124.000 orang. Sesuai dengan hasil survei yang
dilakukan oleh Tim Relawan Melawan Covid-19 (TRMC-19) di Jawa Tengah
diperoleh gambaran kepulangan migran Jawa Tengah 62,57 persen mudik
tidak dengan keluarga dan 43,43 persen mudik bersama keluarga dan
tanggungan; pemudik karena kehilangan pekerjaan sebanyak 53,65 persen,
dan 46,35 persen karena sebab lainnya, diantaranya adalah kegiatan
pendidikan sementara dihentikan. Data dari sisi penghasilan menunjukkan
8,73 persen pemudik memiliki lebih dari 1 (satu) sumber penghasilan,
sedangkan 91,27 persen hanya mempunyai 1 (satu) sumber penghasilan.
Tambahan keterangan lain 42,46 persen pemudik bergantung pada keluarga
yang ditumpangi, sejumlah 7,7 persen pemudik dengan tanggungan keluarga,
sejumlah 89 persen pemudik tidak dapat memastikan sampai kapan akan
tinggal di desa atau kembali ke aktivitas sebelumnya. Kondisi ini yang
diproyeksikan akan meningkatkan tingkat pengangguran terbuka di Jawa
Tengah di atas 6 persen di tahun 2020 (TPT Bulan Agustus 2020 sebesar 6,48
persen).
4.2.3.4 Keberlanjutan Pembangunan Dengan Memperhatikan Daya Dukung
Lingkungan dan Kelestarian Sumber Daya Alam
Isu pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup menjadi isu
yang penting baik secara global maupun nasional khususnya terkait dengan
isu perubahan iklim. Adanya dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim
seperti bencana banjir, longsor dan kekeringan menuntut adanya pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan dan implementasi
konsep pembangunan rendah karbon yang mempertimbangkan pengurangan
emisi gas rumah kaca. Hal ini seiring dengan isu pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs) di mana 3 dari 17 tujuannya adalah
berkaitan dengan lingkungan, yaitu penanganan perubahan iklim,
pemeliharaan ekosistem laut dan pemeliharaan ekosistem darat.
Persoalan terkait pengelolaan lingkungan adalah peningkatan jumlah
penduduk yang berdampak pada peningkatan jumlah timbulan sampah yang
belum seimbang dengan peningkatan layanan persampahan baik di perkotaan
maupun perdesaan masih rendah. Selain itu, isu lainnya adalah masih
maraknya kegiatan pertambangan yang belum menerapkan good mining
practice sehingga berpotensi dapat merusak lahan. Sehingga perlu
ditingkatkan pemahaman terkait perijinan oleh masyarakat, dan
pembinaan/pengawasan terhadap kegiatan pertambangan tanpa ijin yang
IV - 29
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan material untuk pembangunan
infrastruktur.
Sedangkan dari sisi kesadaran masyarakat terhadap kelestarian
lingkungan hidup juga dirasa masih rendah antara lain ditunjukkan dengan
kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya, pengelohan lahan yang
kurang memperhatikan konservasi tanah dan air, serta kurangnya budaya
hemat energi dan air.
4.2.3.5 Kedaulatan pangan dan Energy
Produksi pertanian akan mempengaruhi pada penyediaan pangan bagi
masyarakat. Perkembangan produksi pertanian di Jawa Tengah saat ini secara
statistik mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat utamanya beras,
bahkan mampu berkontribusi terhadap produksi beras nasional. Namun tidak
demikian dengan produksi pertanian lainnya seperti kedelai dan jagung, yang
masih harus ditingkatkan kedepan. Disisi lain, arus bahan pangan impor
semakin terbuka dan tidak dibarengi dengan kebijakan mekanisme
pengamanan yang kuat dari pemerintah. Menyempitnya lahan pertanian
(LP2B) karena desakan kebutuhan lahan untuk industri dan permukiman,
serta makin menurunnya tenaga kerja di sektor pertanian akan berpotensi
menurunnya persediaan dan produksi pangan.
Isu lain adalah terkait sistem distribusi pangan, dimana pemerintah
harus mampu memfasilitasi kemudahan akses pasar produk-produk pangan
lokal yang sehat, yang terbentuk dalam satu sistem logistik daerah. Hal
tersebut juga harus didukung dengan penyediaan jaringan informasi tepat
guna hingga level desa guna memudahkan akses informasi pasar dan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan pertanian lokal.
Selain itu, penting juga untuk penguatan jaringan pergudangan melalui sistem
resi gudang, penguatan kelembagaan koperasi pertanian melalui
pendampingan secara berkelanjutan, dan penyediaan infrastruktur sebagai
sarana distribusi pangan, kesemuanya harus berbasis masyarakat.
Isu lain adalah terkait dengan kedaulatan energi yang menunjukkan
pentingnya ketersediaan energi guna menunjang dinamika pembangunan.
Kebutuhan energi masyarakat yang dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan dan pemakaian energi menunjukkan masih adanya
kecenderungan akan ketergantungan terhadap sumber energi fosil, yang
potensinya semakin lama semakin berkurang. Komposisi pemakaian energi
sampai dengan tahun 2017 berdasarkan Dokumen Rencana Umum Energi
IV - 30
Daerah (RUED) adalah minyak bumi 39,76 persen, gas bumi 13,51 persen,
batubara 37,16 persen, dan energi baru terbarukan (EBT) 9,67 persen. Dalam
dokumen RUED Provinsi Jawa Tengah diharapkan sampai dengan tahun 2050
terjadi peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 28,82
persen, sehingga akan mengurangi ketergantungan pemanfaatan energi fosil.
4.2.3.6 Kesenjangan wilayah
Isu lainnya bukan hanya tentang daya saing ekonomi, namun juga
ekonomi yang berkualitas, inklusif, dan merata. Wilayah Jawa Tengah saat ini
perkembangannya belumlah merata, yang ditunjukkan dengan Indeks
Williamson sebesar 0,62 di tahun 2019. Selain itu masih cukup banyak
kabupaten yang masuk kategori relatif tertinggal dibanding kabupaten/kota
lain di Jawa Tengah. Di samping itu juga terdapat kesenjangan antara wilayah
desa dan kota. Kesenjangan pembangunan antara desa-kota maupun antara
kota-kota perlu ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya urbanisasi,
yang pada gilirannya akan memberikan beban dan masalah sosial di wilayah
perkotaan.
Untuk itu membuka akses antar wilayah menjadi isu penting, terutama
untuk menghubungkan daerah-daerah tertinggal dengan pusat-pusat
pertumbuhan, transportasi kota-desa, pergantian/integrasi antar moda, serta
untuk meningkatkan kemudahan distribusi barang dan jasa. Penyediaan
akses berupa prasarana jalan dan jembatan, dilengkapi dengan transportasi
publik yang memadai (termasuk revitalisasi kereta api), jaringan komunikasi,
dan jaringan energi menjadi penting.
Untuk mendukung perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi
di Jawa Tengah juga diperlukan pengembangan infrastruktur perhubungan
diantaranya meliputi pengembangan pelabuhan di wilayah utara Jawa Tengah,
dan pengembangan pelabuhan di selatan Jawa yang dilengkapi dengan kapal
logistik ke Indonesia Bagian Timur, serta pengembangan bandara sebagai
hub/transit internasional.
4.2.3.7 Tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah
Siklus manajemen pembangunan akan berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan yang diinginkan, apabila didukung dengan tata kelola
pemerintahan yang baik, meliputi kualitas dan profesionalisme aparatur,
akuntabilitas kinerja pembangunan, serta pelayanan publik yang prima.
Aparatur sebagai pelayan publik dituntut untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan prima. Keterbukaan dan transparansi informasi
IV - 31
serta komunikasi menjadi penting dalam membangun bentuk pelayanan
publik yang prima. Ruang pengaduan masyarakat harus lebih semakin
terbuka, guna meningkatkan nilai aparatur sebagai pelayan bagi masyarakat.
Selain itu pelayanan perijinan, kemudahan berusaha, pelayanan administrasi
kependudukan, hingga pelayanan pendidikan dan kesehatan juga harus
semakin ditingkatkan. Maka pengembangan teknologi dan inovasi pelayanan
publik menjadi hal cukup penting sebagai instrumen komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
publik.
Kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini masih melanda secara global
juga berdampak pada aspek tata kelola pemerintahan. Pandemi ini berdampak
pada perubahan tata kelola, pola dan sistem kerja birokrasi, dimana
diberlakukan pola work from home atau bekerja di rumah bagi sebagian besar
ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pola kerja yang
demikian menuntut optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi sebagai
media komunikasi dalam bekerja (digitalisasi tata kelola). Maka pelayanan
publik secara online, tata naskah dinas elektronik, rapat/pertemuan online,
serta pembelajaran pendidikan dan pelatihan online menjadi hal yang harus
dioptimalkan dalam pola kerja birokrasi di Jawa Tengah dengan tetap
memperhatikan aspek akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi kerja dan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan.
4.2.4 Telaahan Isu/Kebijakan Kabupaten Semarang
4.2.4.1 Penelaahan RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025
Isu – isu strategis dan permasalahan mendesak yang menjadi prioritas
dalam RPJPD Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menciptakan peluang kerja,
perluasan akses pasar dan permodalan dalam rangka menanggulangi
pengangguran dan kemiskinan;
b. Meningkatkan produktivitas usaha dan kualitas produk pertanian,
31ystem31y kecil/rumah tangga serta jasa pariwisata, dalam rangka
meningkatkan daya saing produk 31yste;
c. Meningkatkan investasi swasta melalui optimalisasi pelayanan perijinan,
penyediaan fasilitas usaha, pemanfaatan teknologi informasi dan
perluasan akses permodalan;
IV - 32
d. Membangun sarana dan prasarana pelayanan dasar bagi masyarakat,
terutama fasilitas pendidikan dasar, kesehatan, permukiman dan air
bersih, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
e. Membangun infrastruktur daerah antara lain jalan, jembatan, transportasi,
pasar, pengelolaan limbah dan jaringan irigasi, dalam rangka
meningkatkan perekonomian daerah;
f. Meningkatkan kemandirian daerah dan kualitas pelayanan publik melalui
peningkatan kinerja aparatur, perbaikan 32ystem kelembagaan dan
manajemen pemerintahan, serta menyusun peraturan perundang-
undangan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan;
g. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan melakukan konservasi
sumber daya alam guna pencegahan terjadinya bencana alam, melalui
optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan peningkatan peran
masyarakat;
h. Meningkatkan pemerataan pembangunan di setiap wilayah, untuk
mengurangi kesenjangan akses terhadap pelayanan publik dan hasil
pembangunan sebagai akibat adanya perbedaan kondisi sumber daya
alam, terbatasnya infrastruktur wilayah dan terkonsentrasinya investasi
swasta pada wilayah tertentu;
i. Meningkatkan peran serta masyarakat yang berperspektif gender dalam
proses pembangunan.
4.2.4.2 Penelaahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terkait
RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026
Berdasarkan capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di
Kabupaten Semarang, maka dapat dirumuskan beberapa isu strategis TPB
berdasarkan indikator yang telah dilaksanakan tetapi belum mencapai target
nasional, indikator yang terdapat datanya tetapi belum menjadi indikator
dalam RPJMD dan belum tercapai dan indikator yang belum memiliki data,
rumusan isu strategis berdasarkan capaian TPB yang dibagi dalam empat pilar
yaitu sosial, ekonomi, lingkungan serta hukum dan tata kelola kelembagaan
sebagai berikut:
A. Identifikasi Isu Strategis Pilar Sosial
Pilar sosial mencakup lima tujuan pada pembangunan berkelanjutan,
yaitu Tujuan 1 mengakhiri segala bentuk kemiskinan; Tujuan 2
menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik
serta meningkatkan pertanian berkelanjutan; Tujuan 3 menjamin kehidupan
IV - 33
yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia;
Tujuan 4 menjamin pendidikan yang inklusif dan merata serta
mempromosikan belajar sepanjang hayat; dan Tujuan 5 mencapai
kesejahteraan gender dan memberdayakan kaum perempuan. Dari berbagai
indikator yang telah ditetapkan, terdapat indikator yang masih belum
terpenuhi maupun belum menjadi indikator dalam RPJMD. Dikaitkan dengan
kondisi lingkungan hidup, maka yang termasuk dalam pilar ini antara lain
kondisi daya dukung pangan yang terkait dengan lahan kawasan pertanian
serta tingkat kerentanan dan adaptasi perubahan iklim. Berikut adalah
rumusan isu strategis TPB pilar sosial di Kabupaten Semarang.
Tabel 4.1 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Sosial
TPB Pilar Sosial
Isu Strategis dari Target TPB belum
tercapai, belum menjadi target,
belum ada data
Isu Strategis terkait Kondisi
LH dan Finansial
Tujuan 1
Mengakhiri segala
bentuk
kemiskinan di
mana pun
a. Masih rendahnya proporsi
masyarakat miskin mendapat
jaminan kesehatan melalui SJSN.
b. Rendahnya persentase PMKS yang
memperoleh bantuan sosial
c. Rendahnya akses rumah tangga
terhadap pelayanan air minum layak
dan berkelanjutan.
d. Belum tercapainya Angka Partisipasi
Murni (APM) SMP.
e. Rendahnya ketahanan masyarakat
miskin terhadap guncangan ekonomi,
sosial, lingkungan dan bencana.
f. Minimnya jumlah desa tangguh
bencana serta pendampingan
psikososial terhadap korban bencana
masih belum terpenuhi.
g. Belum adanya pendidikan khusus
pada wilayah yang rawan bencana.
h. Tingginya indeks risiko bencana pada
pusat pertumbuhan dan kerugian
ekonomi akibat bencana.
i. Masih rendahnya sumber daya
alokasi oleh pemerintah secara
langsung untuk program
pengurangan kemiskinan, kesehatan
dan pendidikan
Peningkatan kerentanan
adaptasi perubahan iklim
pada 145 desa berada pada
kategori cukup rentan dan 1
pada kategori rentan.
Peningkatan risiko bencana
alam banjir, kekeringan,
cuaca ekstrem dan longsor
Daya dukung air terlampaui
yaitu 0,99 atau defisit air
permukaan sebesar 8 juta
m3/tahun. Defisit tersebut
mengancam pertanian lahan
basah dan kekeringan pada
masyarakat.
Sebagian besar jasa
ekosistem penyediaan air
dalam kelas rendah
(52,66%)
Indeks kualitas air dalam
kondisi sangat kurang (di
bawah 50) dengan tingginya
fecal koliform yang berasal
dari limbah kotoran
makhluk hidup
Tujuan 2
menghilangkan
kelaparan,
pencapaian
ketahanan pangan
dan gizi yang
baik, serta
meningkatkan
pertanian
berkelanjutan
a. Masih tingginya proporsi penduduk
dengan asupan kalori minimum di
bawah 1400 kkal/kapita/hari.
b. Masih tingginya jumlah penduduk
dengan kerawanan pangan sedang
atau berat.
c. Stunting dan malnutrisi pada anak di
bawah umur lima tahun masih tinggi.
Penurunan lahan pertanian
untuk kebutuhan
permukiman dan industri
baik pada lahan irigasi
maupun tadah hujan
mengancam penurunan
produksi pangan pokok dan
daya dukung pangan
Daya dukung pangan pokok
dan hayati mendekati nilai 1
IV - 34
TPB Pilar Sosial
Isu Strategis dari Target TPB belum
tercapai, belum menjadi target,
belum ada data
Isu Strategis terkait Kondisi
LH dan Finansial
atau hampir terlampaui
Sebagian besar jasa
ekosistem penyediaan
pangan dalam kelas rendah
(39,99%)
Pengelolaan pertanian yang
belum ramah lingkungan
meningkatkan emisi GRK
sektor pertanian dan
kontributor pencemaran air
Tujuan 3
menjamin
kehidupan yang
sehat dan
meningkatkan
kesejahteraan
seluruh penduduk
semua usia
a. Masih tingginya penduduk dengan
asupan kalori di bawah tingkat
konsumsi minimum
b. Adanya penyebaran penyakit HIV.
c. Perlunya menurunkan kematian dini
akibat penyakit tidak menular akibat
merokok, tekanan darah tinggi,
obesitas, bunuh diri dan keracunan.
d. Perlunya Puskesmas yang
menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa.
e. Perlunya pencegahan dan pengobatan
akibat penyalahgunaan narkoba dan
alkohol.
f. Masih tingginya angka ASFR dan
TFR.
g. Belum seluruh masyarakat tercakup
asuransi kesehatan atau sistem
kesehatan masyarakat.
h. Terdapat penduduk usia di bawah 15
tahun yang merokok.
-
Tujuan 4
menjamin kualitas
pendidikan yang
inklusif dan
merata serta
meningkatkan
kesempatan
belajar sepanjang
hayat untuk
semua
a. Perlunya pendataan status akreditasi
SD/MI dan SMP/MTs dengan minimal
B
b. Masih rendahnya Angka Partisipasi
Kasar (APK) PAUD, SD.
c. Belum tercapainya rata-rata lama
sekolah untuk penduduk usia >15
tahun.
d. Perlunya meningkatkan kompetensi
ketrampilan teknik, kejuruan,
kewirausahaan bagi tenaga kerja.
e. Rendahnya fasilitas pendidikan yang
ramah anak dan penyandang cacat.
-
Tujuan 5
mencapai
kesetaraan gender
dan
memberdayakan
kaum perempuan
a. Perlunya pendataan dan
pengembangan kebijakan yang
responsif gender dan mendukung
pemberdayaan perempuan
b. Perlunya meningkatkan proporsi
perempuan di posisi manajerial
(Pejabat Eselon)
c. Cakupan PUS yang tidak terpenuhi
untuk KB
-
IV - 35
TPB Pilar Sosial
Isu Strategis dari Target TPB belum
tercapai, belum menjadi target,
belum ada data
Isu Strategis terkait Kondisi
LH dan Finansial
d. Masih rendahnya penggunaan
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020
B. Identifikasi Isu Strategis Pilar Ekonomi
Pilar ekonomi mencakup lima tujuan pada pembangunan berkelanjutan,
yaitu Tujuan 7 menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan
dan modern untuk semua; Tujuan 8 meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan
menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua; Tujuan 9 membangun
infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan
serta mendorong inovasi; Tujuan 10 mengurangi kesenjangan intra dan antar
negara; dan Tujuan 17 menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi
kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Sedangkan terkait
dengan lingkungan hidup dengan pilar ekonomi TPB adalah produksi emisi
Gas Rumah Kaca dari sektor industri baik mineral maupun pengolahan di
Kabupaten Semarang. Berikut adalah rumusan isu strategis TPB pilar
ekonomi di Kabupaten Semarang.
Tabel 4.2 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Ekonomi TPB Pilar Ekonomi Isu Strategis dari Target TPB belum
tercapai, belum menjadi target, belum ada
data
Isu Strategis terkait
Kondisi LH dan
Finansial
Tujuan 7 menjamin
akses energi yang
terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan
modern untuk
semua
Perlunya meningkatkan kontribusi bauran
energi terbarukan
Emisi GRK tertinggi
dari penggunaan
energi yaitu listrik dan
transportasi
Tujuan 8
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi yang
inklusif dan
berkelanjutan,
kesempatan kerja
yang produktif dan
menyeluruh, serta
pekerjaan yang
a. Perlunya meningkatkan laju pertumbuhan
dan nilai PDRB per kapita dan per tenaga
kerja
b. Masih rendahnya persentase tenaga kerja
informal sektor non-pertanian dan sektor
pertanian.
c. Masih rendahnya persentase tenaga kerja
formal.
d. Perlunya meningkatkan akses UMKM ke
layanan keuangan untuk menaikkan
Kondisi dan prospek
perekonomian belum
optimal berkembang
(share dan growth PAD
masih rendah)
IV - 36
TPB Pilar Ekonomi Isu Strategis dari Target TPB belum
tercapai, belum menjadi target, belum ada
data
Isu Strategis terkait
Kondisi LH dan
Finansial
layak untuk semua proporsi kredit UMKM
e. Perlunya meningkatkan upah rata-rata per
jam pekerja.
f. Masih adanya pengangguran terbuka.
g. Perlunya meningkatkan jumlah pekerja
pada industri pariwisata.
h. Perlunya meningkatkan akses layanan
keuangan melalui penyediaan kantor bank,
ATM dan lembaga keuangan lain.
i. Perlu meningkatkan usia muda (15-24)
tahun yang sedang tidak sekolah, bekerja
atau mengikuti pelatihan
j. Perlu meningkatkan jumlah kunjungan
wisata
Tujuan 9
membangun
infrastuktur yang
Tangguh,
meningkatkan
industri inklusif
dan berkelanjutan
serta mendorong
inovasi
a. Perlunya meningkatkan proporsi tenaga
kerja pada sektor industri manufaktur.
b. Perlunya meningkatkan nilai tambah
industri kecil terhadap total nilai tambah
industri.
c. Perlunya meningkatkan industri kecil
dengan pinjaman/kredit.
d. Rendahnya proporsi anggaran riset
pemerintah terhadap PDB.
Emisi GRK sektor
industri pengolahan
dari kegiatan proses
produksi dan
penggunaan energi
Tujuan 10
mengurangi
kesenjangan intra
dan antarnegara
a. Perlunya meningkatkan desa mandiri dan
menurunkan desa tertinggal.
b. Perlunya menjamin kesempatan yang sama
dan mengurangi diskriminasi melalui indeks
kebebasan sipil dan pengembangan
kebijakan yang tidak diskriminatif
c. Masih rendahnya ke pesertaan program
jaminan sosial bidang ketenagakerjaan.
-
Tujuan 17
menguatkan sarana
pelaksanaan dan
merevitalisasi
kemitraan global
untuk
pembangunan
berkelanjutan
a. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB
belum tercapai.
b. Belum terdapat jumlah proyek yang
ditawarkan untuk dilaksanakan dengan
skema Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha (KPBU).
c. Perlu meningkatkan persentase konsumen
Badan Pusat Statistik (BPS) yang merasa
puas dengan kualitas dan statistik
Kontribusi pajak
masih sangat rendah
terhadap PDRB yaitu
di bawah 1%
Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020
C. Identifikasi Isu Strategis Pilar Lingkungan
Pilar lingkungan mencakup lima tujuan pada pembangunan
berkelanjutan, yaitu Tujuan 6 menjamin ketersediaan serta pengelolaan air
bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua; Tujuan 11 menjadikan
IV - 37
kota dan permukiman yang inklusif, aman tangguh dan berkelanjutan; Tujuan
12 menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan; Tujuan 13
mengatasi langkah segera untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya;
dan Tujuan 15 pelestarian dan pemanfataan berkelanjutan ekosistem daratan.
Kondisi lingkungan hidup dilihat dari daya dukung sampai dengan
keanekaragaman hayati menjadi bagian dari rumusan isu strategis TPB pilar
lingkungan di Kabupaten Semarang.
Tabel 4.3 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Lingkungan
TPB Pilar
Lingkungan
Isu Strategis dari Target TPB
belum tercapai, belum menjadi
target, belum ada data
Isu Strategis terkait Kondisi LH
dan Finansial
Tujuan 6 menjamin
ketersediaan serta
pengelolaan air
bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan
untuk semua
a. Akses untuk seluruh rumah
tangga baik perkotaan dan
perdesaan terhadap layanan air
minum layak belum tercapai.
b. Kapasitas prasarana air baku
untuk melayani rumah tangga,
perkotaan dan industri masih
rendah
c. Masih rendahnya fasilitas
infrastruktur layanan air
limbah sistem terpusat.
d. Belum adanya fasilitas IPLT.
e. Rendahnya rumah tangga yang
terlayani sistem pengelolaan
lumpur tinja.
f. Masih rendahnya indeks
kualitas air sebagai sumber air
baku.
g. Belum adanya insentif untuk
penghematan air pertanian dan
industri.
h. Rendahnya jumlah jaringan
informasi sumber daya air.
i. Rendahnya jumlah sungai yang
memiliki partisipasi
masyarakat.
Daya dukung air terlampaui
yaitu 0,99 atau defisit air
permukaan sebesar 8 juta
m3/tahun. Defisit tersebut
mengancam pertanian lahan
basah dan kekeringan pada
masyarakat.
Pemanfaatan air permukaan
untuk wilayah di luar
Kabupaten Semarang
Pemenuhan air banyak
menggunakan Air Bawah Tanah
baik untuk industri maupun
permukiman yang mengancam
penurunan tanah
Sebagian besar jasa ekosistem
penyediaan air dalam kelas
rendah (52,66%) dan
kemampuan pemurnian air juga
dalam kelas rendah mencapai
38,96%
Indeks kualitas air dalam
kondisi sangat kurang (di
bawah 50) dengan tingginya
fecal koliform yang berasal dari
limbah kotoran makhluk hidup
Sebagian besar sungai masuk
kategori kelas II. Sebagian besar
sungai yang melebih baku mutu
dengan kadar detergen, BOD
dan COD yang tinggi
Emisi GRK yang dihasilkan dari
limbah cair domestik mencapai
125 ribu ton CO2e dan tren nya
terus meningkat
Degradasi lingkungan danau
rawa pening yang mengancam
fungsi sebagai penyedia air
baku, pengendali banjir dan
sumber pembangkit listrik
IV - 38
TPB Pilar
Lingkungan
Isu Strategis dari Target TPB
belum tercapai, belum menjadi
target, belum ada data
Isu Strategis terkait Kondisi LH
dan Finansial
tenaga air
Tujuan 11
menjadikan kota dan
permukiman
inklusif, aman,
tangguh, dan
berkelanjutan
a. Perlunya menurunkan Indeks
risiko Bencana daerah.
b. Rendahnya penanganan
sampah perkotaan.
Peningkatan risiko bencana
alam banjir, kekeringan dan
longsor
Peningkatan kerentanan
adaptasi perubahan iklim pada
145 desa berada pada kategori
cukup rentan dan 1 pada
kategori rentan
Kapasitas TPA terbatas dan
sampah hanya terlayani 21%
Usia TPA Blondo akan habis
sehingga perlu pengembangan
TPA baru
Emisi GRK dari pembuangan
limbah padat mencapai 103
ribu ton CO2e dan tren nya
terus meningkat
Tujuan 12 menjamin
pola produksi dan
konsumsi yang
berkelanjutan
a. Masih rendahnya sampah yang
di daur ulang.
b. Rendahnya jumlah perusahaan
yang menerapkan sertifikasi
SNI ISO 14001.
c. Belum terdapat produk ramah
lingkungan yang teregister.
d. Belum terdapat fasilitas publik
sesuai standar pelayanan dan
teregister.
Kapasitas TPA terbatas dan
sampah hanya terlayani 21%
Emisi GRK dari pembuangan
limbah padat mencapai 103
ribu ton CO2e dan tren nya
terus meningkat
Tujuan 13
mengambil tindakan
cepat untuk
mengatasi
perubahan iklim dan
dampaknya
Masih adanya korban meninggal,
hilang dan terkena dampak
bencana.
Peningkatan kerentanan
adaptasi perubahan iklim pada
145 desa pada kategori cukup
rentan dan 1 desa dalam
kategori rentan.
Peningkatan risiko bencana
alam banjir, kekeringan, cuaca
ekstrem, dan longsor
Tujuan 15
melindungi,
merestorasi, dan
meningkatkan
pemanfataan
berkelanjutan
ekosistem daratan,
mengelola hutan
secara lestari,
menghentikan
penggurunan,
memulihkan
degradasi lahan,
a. Rehabilitasi hutan dan lahan
kritis
b. Kerangka legislasi administrasi
dan kebijakan untuk
memastikan pembagian
keuntungan yang adil dan
merata
Sebagian besar jasa ekosistem
pendukung biodiversity dalam
kelas rendah yaitu mencapai
45,39%
Penurunan lahan pertanian
untuk kebutuhan permukiman
dan industri baik pada lahan
irigasi maupun tadah hujan
mengancam penurunan
produksi pangan pokok dan
daya dukung pangan
IV - 39
TPB Pilar
Lingkungan
Isu Strategis dari Target TPB
belum tercapai, belum menjadi
target, belum ada data
Isu Strategis terkait Kondisi LH
dan Finansial
serta menghentikan
kehilangan
keanekaragaman
hayati
Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020
D. Identifikasi Isu Strategis Pilar Hukum dan Tata Kelola
Pilar hukum dan tata kelola kelembagaan ini hanya mencakup satu
tujuan yaitu tujuan 16 yaitu perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang
kokoh. Khusus pilar hukum dan tata kelola ini tidak memiliki atau tidak
terkait langsung dengan isu strategis yang dihasilkan dari kondisi lingkungan
hidup di Kabupaten Semarang. Berikut adalah rumusan isu strategis TPB
pilar hukum dan tata kelola di Kabupaten Semarang.
Tabel 4.4 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Hukum dan Tata Kelola Kelembagaan
TPB Pilar Hukum dan
Tata Kelola
Kelembagaan
Isu Strategis dari Target TPB belum
tercapai, belum menjadi target, belum ada
data
Isu Strategis
terkait Kondisi LH
dan Finansial
Tujuan 16
menguatkan
masyarakat yang
inklusif dan damai
untuk pembangunan
berkelanjutan,
menyediakan akses
keadilan untuk
semua, dan
membangun
kelembagaan yang
efektif, akuntabel,
dan inklusif di semua
tingkatan
a. Perlunya menurunkan angka
kriminalitas
b. Perlunya menurunkan proporsi anak
umur 1-17 tahun yang mengalami
hukuman fisik dari pengasuh.
c. Perlunya mengidentifikasi dan
menurunkan korupsi melalui Indeks
Perilaku Anti Korupsi.
d. Perlunya meningkatkan indeks reformasi
birokrasi.
e. Perlunya meningkatkan kepatuhan
pelaksanaan UU pelayanan publik.
f. Perlunya meningkatkan jumlah sertifikat
pejabat pengelola informasi dan
dokumentasi (PPID) untuk meningkatkan
kualitas PPID dalam menjalankan tugas
dan fungsinya.
g. Perlunya penyusunan kebijakan yang
tidak diskriminatif menurut hukum dan
HAM.
-
Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020
4.2.4.3 Penelaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-
2031
Dari serangkaian kegiatan evaluasi dalam pelaksanaan peninjauan
IV - 40
kembali Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031,
dilakukan penilaian terhadap:
1. Kualitas RTRW
Berdasarkan hasil evaluasi yang meliputi aspek kelengkapan,
kedalaman, kesesuaian dengan karakteristik daerah, serta kesesuaian dengan
dinamika pembangunan, nilai RTRW Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031
sebesar 87,61 %, yang artinya RTRW Kabupaten Semarang memiliki kualitas
yang baik.
2. Evaluasi Kesahihan
Mendasarkan bahwa 5 dari 23 UU berubah; 8 UU baru belum masuk; 6
dari 23 PP mengalami perubahan; 7 PP baru belum masuk; 1 Permendagri
belum masuk; 1 dari 5 Perda mengalami perubahan; serta 1 Perda belum
masuk, sehingga nilai kesahihan RTRW Kabupaten Semarang Tahun 2011-
2031 sebesar 43,13 %, yang berarti kesahihan RTRW Kabupaten Semarang
tergolong rendah.
3. Evaluasi terhadap kesesuaian pemanfaatan ruang
Berdasarkan hasil interpretasi peta antara rencana pola ruang dan
kondisi eksisting di lapangan, serta perwujudan rencana, terdapat beberapa
simpangan, meskipun masih relatif kecil, sehingga nilai simpangan
pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031 sebesar
3,48 %.
Pada saat penyusunan peta rencana pola ruang Perda No. 6 Tahun 2011
terjadi ketidaktepatan plotting kawasan dikarenakan penggunaan peta dasar
yang tidak update. Beberapa ketidaktepatan plotting tersebut antara lain:
a) Adanya Kekosongan Peruntukan Kawasan
Terdapat kekosongan peruntukan kawasan, yang terletak berdekatan
dengan perbatasan antara Kabupaten Semarang dengan Kota Salatiga
yaitu di Desa Gedangan dan Desa Jombor Kecamatan Tuntang dimana
sertifikat atas lokasi tersebut diterbitkan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Semarang, tetapi dalam Peta Rencana Pola Ruang tidak masuk
dalam wilayah Kabupaten Semarang, sehingga menyulitkan pemilik lahan
dalam proses pemanfaatan ruang.
b) Plotting Peta Rencana Pola Ruang Tidak Memperhatikan Kondisi Eksisting
Kantor Kecamatan dan sekitarnya yang merupakan pusat pelayanan di
dalam peta rencana pola ruang diplot sebagai kawasan pertanian
sehingga menyulitkan dalam pengembangan wilayah (contoh di Kantor
IV - 41
Kecamatan Ungaran Barat).
Beberapa wilayah yang eksistingnya merupakan kawasan permukiman
yang telah lama ada namun pada peta rencana pola ruang merupakan
kawasan peruntukan pertanian, misalnya: Desa Samban Kecamatan
Bawen, Desa Pabelan Kecamatan Pabelan dan Kelurahan Bawen
Kecamatan Bawen.
Perusahaan yang telah lama berdiri di Kelurahan Gedanganak,
Kecamatan Ungaran Timur pada peta rencana pola ruang diplot sebagai
kawasan permukiman perkotaan padahal seharusnya diplot sebagai
kawasan peruntukan industri (contoh: lokasi PT Polyplas / Polygroup).
Sesuai dengan Perda nomor 4 Tahun 2002 tentang RTRW Kabupaten
Semarang bahwa kawasan tersebut telah diplot sebagai kawasan
peruntukan industri.
Lokasi yang sudah berdiri SMKN sejak 2009 di Desa Jatirunggo
kecamatan Pringapus diplot sebagai kawasan peruntukan pertanian
tanaman pangan yang seharusnya diplot sebagai kawasan permukiman.
c) Plotting Peta Rencana Pola Ruang Tidak Memperhatikan Status Hak Atas
Tanah dan Izin yang Sudah Terbit
Pada kawasan industri terdapat lahan/tanah bengkok, sehingga
menghambat pemanfaatan ruang karena proses alih fungsi lahan harus
ada izin sampai ke Kementerian, misalnya: Tanah milik PT Bitratex di
Kecamatan Tengaran dan Lokasi PT Pinako di Kecamatan Pringapus.
Beberapa lokasi kegiatan usaha yang sudah memiliki izin, atau sudah
berstatus HGB/HGU tetapi diplot tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruangnya.
i. Lokasi berdirinya RS Ken Saras yang sudah terbit izinnya pada
tahun 2008 yang berada di kecamatan Bergas pada peta rencana
pola ruang diplot sebagai kawasan peruntukan pertanian tanaman
pangan yang seharusnya diplot sebagai kawasan permukiman
perkotaan.
ii. Lahan yang sudah berstatus HGB (Industri Pengeringan dan
Pengolahan Tembakau) yang terdapat di Desa Wringin Putih,
Kecamatan Bergas diplot sebagai kawasan peruntukan pertanian
tanaman pangan dan perkebunan yang seharusnya diplot sebagai
kawasan peruntukan industri (PT Kossy Boga, PT Summa Sentosa,
PT Damai Sentosa, dan PT Bangun Jaya Sempurna).
IV - 42
iii. Lahan yang sudah berstatus HGU (Peternakan Ayam) yang berada di
Desa Kesongo Kecamatan Tuntang (PT Sri Sarwa Adhimulya) pada
peta rencana pola ruang diplot sebagai permukiman yang
seharusnya diplot sebagai kawasan perkebunan/pertanian
hortikultura.
iv. Lahan yang sudah berstatus HGB milik PT Pasifik Oriental Masindo
untuk Industri tahun 2005 yang berada di Desa Klepu Kecamatan
Pringapus pada peta rencana pola ruang diplot sebagai kawasan
pertanian tanaman pangan yang seharusnya diplot sebagai kawasan
peruntukan industri
Untuk lebih jelasnya, hasil penilaian terhadap kegiatan evaluasi
dalam pelaksanaan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Semarang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.5 Tingkat Kualitas RTRW, Kesahihan RTRW dan
Permasalahan Pemanfaatan Ruang
No. Obyek Variabel Nilai
Kesesuaian
Nilai
Ketidak sesuaian
Ket.
1. Kualitas RTRW a. Kelengkapan muatan RTRW 36,44 % 3,56 % Lengkap
b. Kedalaman pengaturan muatan RTRW
17,76 % 2,24 % Sesuai
c. Kesesuaian antara muatan RTRW
dan karakteristik daerah
18,14 % 1,86 % Sesuai
d. Kesesuaian antara RTRW dan
dinamika pembangunan yang
berkembang
15,27 % 4,73 % Kurang
Sesuai
Jumlah 87,61 % 12,39 %
2. Kesahihan
RTRW
Kesesuaian dengan peraturan terkait 43,13 % 56,87 % Rendah
3. Simpangan
Pemanfaatan
Ruang
Kesesuaian antara perda tentang
RTRW dan pemanfaatan ruang di
lapangan
a. Sesuai (S) 96,51 %
b. TidakSesuai (TS) 3,48 % 3,48 % Kecil
Total 72,74 %
Rata-Rata 24,25 %
4. Dinamika Pembangunan Eksternal
Sejak berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun
2011-2031, telah terjadi perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal dari luar wilayah Kabupaten Semarang. Faktor eksternal yang
mempengaruhi antara lain sebagai berikut.
1. Rencana Pengembangan Kereta Api Komuter di Kabupaten Semarang
(jalur Ambarawa – Magelang) dan rencana Penngembangan Terminal
IV - 43
Tipe A Bawen yang telah diakomodir dalam Pergub Nomor 80 Tahun
2013 tentang Sistem Transportasi, yang berpengaruh pada rencana
struktur ruang khususnya pada sistem jaringan prasarana wilayah
2. Pembangunan Jaringan Air Baku Semarsalat Kabupaten Semarang-
Salatiga (dalam RPJMN 2015), yang berpengaruh pada rencana
struktur ruang khususnya pada sistem jaringan prasarana pengelolaan
lingkungan
3. Rencana pembangunan Bendungan Jragung di Kecamatan Pringapus
yang merupakan salah satu program Nawacita di Provinsi Jawa
Tengah, yang berpengaruh pada rencana struktur ruang khususnya
pada sistem jaringan prasarana sumber daya air
4. Rencana pembangunan exit tol di Kecamatan Pabelan serta interchange
tol di kawasan rencana Jateng Park, yang mempengaruhi peta struktur
dan pola ruang.
5. Rencana pembangunan Jateng Park di Hutan Wisata Penggaron yang
menggunakan lahan hutan produksi, yang akan berpengaruh pada
peraturan zonasi di kawasan hutan produksi.
6. Adanya pergeseran trase jalan tol dari rencana semula yang
mempengaruhi pola ruang, salah satu contoh terjadi pada outlet tol di
Bawen
5. Dinamika Pembangunan Internal
Dinamika internal merupakan perkembangan pembangunan di daerah
yang dapat mempengaruhi atau ditanggapi perkembangannya oleh RTRW
Kabupaten Semarang. Kajian dinamika internal ini hasil dari kajian
kondisi lingkungan strategis dan dinamika pembangunan serta
penjaringan informasi dari stakeholder utamanya dari SKPD dan beberapa
Kecamatan di Kabupaten Semarang. Dari hasil kajian tersebut didapat
beberapa dinamika internal di Kabupaten Semarang yang akan menjadi
salah satu unsur penilaian kinerja RTRW Kabupaten Semarang dalam
mencakup kebutuhan pembangunan dalam lima tahun terakhir.
Berdasarkan hasil analisis dan FGD, maka beberapa inventarisasi
perubahan secara garis besar diantaranya sebagai berikut:
1. Rencana Pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Semarang, yang
berakibat akan mempengaruhi sistem pusat pelayanan (struktur ruang)
di Kabupaten Semarang;
IV - 44
2. Rencana Pengembangan Kepariwisataan, terutama rencana
Pembangunan Kawasan Bawen Raya Networking (BARANET), yang
didalamnya terdapat inlet outlet jalan tol dan persimpangan jalan
arteri, sehingga posisinya sangat strategis secara ekonomi yang
berpengaruh pada rencana pola ruang;
3. Adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian sesuai
dengan pemanfaatan pola ruang RTRW Kabupaten Semarang;
4. Rencana Pengembangan sub terminal di kawasan perbatasan yang
berpengaruh pada rencana struktur ruang khususnya pada sistem
jaringan prasarana wilayah;
5. Kebutuhan ruang untuk kegiatan industri, perdagangan, jasa,
permukiman, pariwisata, rekreasi dan olahraga di Kabupaten
Semarang yang semakin pesat, yang berpengaruh pada rencana pola
ruang khususnya pada kawasan lindung dan kawasan budidaya;
6. Belum jelasnya lokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di
wilayah Kabupaten Semarang;
7. Perkembangan kegiatan penambangan tanah urug di Kabupaten
Semarang yang dikhawatirkan akan menimbulkan degradasi
lingkungan;
8. Adanya perubahan status beberapa jalan di Kabupaten Semarang
berdasarkan:
- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan
Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri (JAP) Dan
Jalan Kolektor-1 (JKP-1);
- Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 620/2/2016 tentang
Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi Jawa Tengah;
- Review Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) dan Dokumen Rencana
Induk Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan di Kabupaten Semarang
Tahun 2015
- Keputusan Bupati Semarang Nomor 030/0760/2012 tentang
Penetapan Status Jalan Kabupaten.
IV - 45
4.2.5 Penetapan Isu Strategis Kabupaten Semarang
Isu-Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya
yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar,
mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dimasa datang.
Isu strategis disusun berdasarkan dari berbagai sumber, yaitu: (1)
Permasalahan pembangunan Kabupaten Semarang; (2) Isu
global/internasional; (3) Isu/Kebijakan Nasional; (4) Kebijakan Pembangunan
(RPJMD) Provinsi Jawa Tengah 2018-2023; (5) Kebijakan Pembangunan
Kabupaten Semarang berupa RPJPD dan RTRW Kabupaten Semarang; dan (6)
KLHS RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026. Kemudian dari
sumber-sumber tersebut diangkat untuk menjadi isu strategis pembangunan
jangka menengah Kabupaten Semarang apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Memiliki pengaruh besar terhadap tercapainya sasaran pembangunan
nasional mapun daerah
2. Menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah
3. Kemungkinan untuk dilaksanakan
4. Prioritas janji politik kepala daerah
Berdasarkan kajian dari sumber-sumber tersebut maka ditetapkan isu
strategis pembangunan jangka menengah Kabupaten Semarang Tahun 2021-
2026 adalah sebagai berikut:
4.2.5.1 Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia
Tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Semarang berjumlah
1.053.094 jiwa (2,88% jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah). Peningkatan
kualitas manusia menjadi hal penting agar masyarakat Kabupaten Semarang
mampu bersaing secara nasional maupun global. Keberhasilan pembangunan
SDM salah satunya diukur dari nilai IPM. Tahun 2020, nilai IPM Kabupaten
Semarang 74,10 (peringkat 12 Jawa Tengah) mengalami penurunan
dibandingkan Tahun 2019 74,14 (peringkat 11 Jawa Tengah). Meskipun
capaian nilai IPM Tahun 2020 ini masih di atas Provinsi Jawa Tengah 71,87
dan Nasional 71,94. Namun bila dibandingkan dengan nilai IPM Kota
Semarang 83,05 dan Kota Salatiga 83,12 perbedaan capaian nilai IPM yang
cukup tinggi.
Perbedaan cukup tinggi terletak pada capaian Harapan Lama Sekolah
IV - 46
(HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang merupakan aspek pendidikan
dari pembentuk nilai IPM. Dimana HLS Kabupaten Semarang 12,97, Kota
Semarang 15,52 dan Kota Salatiga 15,41, artinya anak usia 7 tahun ke atas di
Kabupaten Semarang berpeluang bersekolah hanya lulus SMA atau D1,
sedangkan untuk Kota Semarang dan Salatiga sudah lulus D3 atau Sarjana.
Sedangkan untuk RLS Kabupaten Semarang 8,02, Kota Semarang 10,53 dan
Kota Salatiga 10,42. Angka tersebut menunjukkan bahwa rata-rata penduduk
usia 25 tahun di Kabupaten Semarang hanya bersekolah sampai dengan SMP
kelas II atau kelas VIII, sedangkan untuk Kota Semarang dan Salatiga
bersekolah sampai SMA kelas II. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa
sektor pendidikan menjadi sektor yang sangat penting untuk diperhatikan oleh
Pemerintah Kabupaten Semarang, dimana setiap penduduk usia sekolah
memiliki hak untuk memperoleh layanan pendidikan dasar yang berkualitas
serta mampu mengakses pendidikan pada jenjang pendidikan menengah dan
tinggi; pendidikan budaya dan karakter; serta pemerataan layanan pendidikan
baik dari sisi ketersediaan sekolah maupun sarana prasarana sesuai Standar
Nasional Pendidikan (SNP), serta guru dan tenaga pendidik dengan kualifikasi
dan kompetensi yang memadai.
Salah satu permasalahan yang masih dirasakan belum optimal bidang
pendidikan adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dimana
pada Tahun 2020 hanya tercapai sebesar 69,43%.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Semarang
berdampak pada kualitas dan daya saing sumberdaya manusia yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan. Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah
dengan dominasi pendidikan sekolah dasar pada usia angkatan kerja,
dan pengangguran terbesar pada pendidikan SMK, diperlukan peningkatan
kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, program link and match antara
dunia pendidikan dengan dunia usaha, penguasaan teknologi dan inovasi,
serta hasil litbang sebagai instrumen peningkatan perekonomian dan daya
saing daerah. Kondisi ini berkaitan juga dengan kualitas dan daya serap
tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja daerah lain.
Selain permasalahan pelayanan pendidikan, isu kesehatan juga masih
menjadi hal penting kaitannya dengan kualitas hidup manusia. Meskipun
Angka Harapan Hidup (AHH) lima tahun terakhir meningkat rerata
pertumbuhan 0,06% per tahun, namun permasalahan pelayanan kesehatan
pada saat ini menunjukkan belum optimalnya pelayanan kesehatan yang
ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI).
IV - 47
Mayoritas yang menjadi penyebab utama kasus kematian ibu adalah
pendarahan dan preeklampsi/eklampsi. Hal ini disebabkan karena adanya
keterlambatan dalam memutuskan rujukan baik dari keluarga masyarakat
maupun petugas kesehatan, serta kurangnya keterampilan obstetri neonatal
petugas kesehatan. Hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya
kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, terbatasnya
tenaga kesehatan dan distribusi yang kurang merata, perilaku masyarakat
yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat, serta kinerja pelayanan
kesehatan yang belum memadai.
Terjadinya pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan pelayanan
kesehatan sehingga mengancam status kesehatan masyarakat. Penularan dan
penyebaran virus Covid-19 tidak hanya menjadi ancaman bagi kelompok
lanjut usia, ibu hamil, dan anak-anak, namun juga menjadi ancaman bagi
kelompok usia produktif. Faktor penyebabnya adalah meningkatnya risiko
penyakit tidak menular penyerta yang bersifat kronis yang menyerang orang
usia produktif.
Belajar dari terjadinya pandemi Covid-19 adalah bagaimana mendorong
penguatan pembangunan sektor kesehatan dengan penguatan sistem
kesehatan daerah melalui pengendalian penyakit, penguatan ketahanan
kesehatan (health security), penguatan pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan, pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan, kemandirian farmasi
dan alat kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta digitalisasi dan
pemberdayaan masyarakat. Pandemi ini diproyeksikan masih akan
berlangsung sampai dengan tahun 2022, maka pengendalian penyebaran
Covid-19 terus diupayakan dengan tetap menjaga perilaku 3M (memakai
masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), menerapkan pola hidup bersih
dan sehat, mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 secara bertahap serta
meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan.
4.2.5.2 Percepatan Pemulihan Ekonomi untuk Menahan Laju Peningkatan
Pengangguran dan Kemiskinan serta Penguatan Kemandirian Pangan
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 5
(lima) tahun mengalami fluktuasi dan mengalami perlambatan selama dua
tahun terakhir. Adanya pandemi COVID-19, berdampak buruk terhadap
perekonomian Indonesia, Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang.
Perekonomian Kabupaten Semarang Tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar
-2,67, lebih rendah dibanding kontraksi pada Provinsi Jawa Tengah -2,65 dan
IV - 48
Nasional -2,07. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Semarang pada
Tahun 2019 5,39% lebih rendah dibanding Provinsi Jawa Tengah 5,41% dan
lebih tinggi dibanding Nasional 5,02%. LPE Sektor unggulan daerah (Intanpari)
pada sektor industri pengolahan dan pariwisata (akomodasi dan makan
minum) pertumbuhan diatas LPE, sedangkan sektor pertanian mengalami
pertumbuhan cenderung menurun dibawah LPE (Tahun 2019 hanya tumbuh
1,32%. Pemerintah Kabupaten Semarang perlu perhatian lebih pada sektor
pertanian apabila tetap sebagai sektor unggulan penyumbang PDRB.
Struktur PDRB dari Tahun 2016-2020 masih ditopang 4 sektor
unggulan (di atas 10%), yaitu Industri pengolahan, konstruksi, perdagangan
dan pertanian. Tahun 2019, sektor industri: 39,54%, konstruksi: 13,72%,
perdagangan: 10,91% dan pertanian: 10,81%. Total 4 sektor tersebut
menyumbang 74,98% dari total 17 sektor secara keseluruhan.
Kontribusi Sektor Industri masih menjadi andalan utama pada
pereekonomian Kabupaten Semarang. Namun demikian industri yang
berkembang di Kabupaten Semarang masih didominasi oleh industri padat
karya, yang lebih banyak menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
dan keterampilan rendah. Permasalahan lainnya sektor industri adalah belum
adanya kawasan industri, saat ini peruntukan industri masih campur dengan
peruntukan lainnya. Selain itu ketersediaan infrastruktur yang belum
memadai, kurang tersedianya sumber daya manusia sesuai kebutuhan
industri, serta tingkat kesiapterapan teknologi yang masih rendah masih
menjadi masalah.
Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi dan daya saing yang kuat melalui produk-produk industri kreatif
terbaiknya. Hal ini karena ditunjang dengan sumber daya manusia inovatif
sebagai modal bagi pengembangan perekonomian masyarakat Kabupaten
Semarang. Produk-produk unggulan terbaik, antara lain kerajinan enceng
gondok, bordir, kerajinan mebel, perhiasan (assesoris), kaligrafi, makanan dan
lain-lain. Pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Semarang sebagai
penguatan perekonomian sektor riil menjadi indikator keberhasilan
pembangunan daerah. Ekonomi kreatif (ekraf) merupakan penciptaan nilai
tambah yang berbasis ide, lahir dari kreativitas sumber daya manusia dan
berbasis ilmu pengetahuan. Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah
konsep ekonomi di era baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas
dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia
sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.
IV - 49
Era revolusi industri 4.0 menjadikan ekonomi kreatif menjadi salah satu
isu strategis yang layak mendapatkan pengarusutamakan sebagai pilihan
strategi memenangkan persaingan global. Inovasi, kreativitas, penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi perlu mendapatkan perhatian guna
meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui kapitalisasi ide kreatif. Pada era
digital saat ini, sangat erat berhubungan dengan IOT (internet of things), di
mana semua perangkat terhubung dengan internet.
Pada sektor pertanian terjadi beberapa permasalahan yang ditandai
dengan masih rendahnya (naik turun) produktivitas komoditas pertanian,
terganggunya ekosistem pertanian dan menurunnya luas lahan pertanian, hal
tersebut disebabkan oleh intensitas pembangunan sektor non-pertanian
sangat tinggi, rendahnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi budidaya
pertanian, rendahnya regenerasi petani dan rendahnya akses permodalan,
petani kesulitan dalam akses pasar. SDM petani masih terbatas, regenerasi
petani masih rendah dan usia petani Kabupaten Semarang berada di atas usia
produktif. Teknologi digital belum banyak digunakan di sektor pertanian,
selain itu jumlah gudang penyimpanan hasil panen masih terlalu minim.
Pada sektor pangan masih terdapat beberapa masalah yang ditandai
oleh Skor Pola Pangan Harapan yang masih berada dibawah 100. Skor PPH
Tahun 2020 di Kabupaten Semarang adalah 93,80 mengalami kenaikan
sebanyak 0,2 point dibanding Tahun 2019 sebesar 93,60. Hal ini disebabkan
kurang adanya perhatian dari keluarga tentang gizi yang seimbang,
keanekaragaman pangan dan adanya gaya hidup yang tidak sehat dengan
kecenderungan memilih makanan instan yang murah dan praktis. Fluktuasi
kenaikan harga komoditi pangan juga mempengaruhi pencapaian PPH. Harga
pangan yang tinggi (daging, sayur, buah, cabai, dll.) tidak diimbangi dengan
kenaikan pendapatan, sehingga belanja rumah tangga untuk pangan
berkurang.
Permasalahan lain yang penting adalah belum menguatnya pariwisata
sebagai pendorong terciptanya perekonomian inklusif, hal tersebut disebabkan
oleh belum terpenuhinya kualitas dan kuantitas infrastruktur, serta dukungan
amenitas pariwisata, belum terintegrasinya promosi pariwisata yang dilakukan
antara pelaku usaha, serta sumber daya pengelola destinasi wisata kurang
professional. Pandemi COVID-19 yang menyebabkan dikeluarkannya
kebijakan lockdown di berbagai negara, PSBB di berbagai wilayah di Indonesia,
social distancing di tempat umum, dan pembatasan mobilitas penduduk
menyebabkan banyak destinasi wisata, pelaku usaha maupun pelaku seni
IV - 50
yang tutup atau tidak melakukan aktivitasnya. Kondisi ini menyebabkan
penurunan jumlah kunjungan wisata secara drastis baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Bahkan setelah tidak
diberlakukannya lagi PSBB dan mulainya adaptasi kebiasaan baru belum
mampu mendorong hidupnya kembali industri pariwisata.
Dalam rangka mendorong perekonomian dan pariwisata, Kabupaten
Semarang mencanangkan sebagai Kawasan MICE (Meeting, Incentive,
Conference and Exhibition). Potensi wisata MICE Kabupaten Semarang sangat
besar untuk dikembangkan, bahkan menjadi andalan guna meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD). Dengan wisata MICE, diharapkan para pelaku
pariwisata dapat tinggal lebih lama di Kabupaten Semarang.
Kemiskinan menjadi isu global yang terjadi saat ini, dan menjadi salah
satu perhatian pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor
59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan bahwa tujuan pertama pembangunan berkelanjutan adalah
mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun. Jumlah penduduk miskin
di Kabupaten Semarang, Tahun 2016 berjumlah 80,72 ribu jiwa (7,99%),
jumlahnya menurun sampai Tahun 2019 berjumlah 73,90 ribu jiwa (7,04
persen). Namun memasuki tahun 2020, kondisi memburuk dengan adanya
pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, pada bulan Maret Tahun 2020
bertambah sebanyak 5,98 ribu jiwa atau berjumlah 79,88 ribu jiwa (7,51
persen). Untuk penambahan jumlah penduduk miskin Tahun 2020 sama
kondisinya dengan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2019 berjumlah 3,68 juta
jiwa (10,58%) bertambah pada Maret Tahun 2020 menjadi 3,98 juta jiwa
(11,41%).
Pengangguran merupakan salah satu masalah penting yang harus
segera dituntaskan, dimana Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten
Semarang 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan tren yang selalu meningkat
(0,39%). Pada Tahun 2017: 1,78, 2018: 2,28, 2019: 2,58 dan Tahun 2020:
4,57 (28,716 jiwa). Penduduk bekerja pada Agustus 2020 sebanyak 600.322
jiwa. Hal ini disebabkan karena adanya pandemi COVID 19 serta keterbatasan
kesempatan kerja baru serta tidak adanya link and match antara kompetensi
yang dimiliki tenaga kerja dengan pasar kerja. Ketersediaan lapangan
pekerjaan yang terbatas, banyak PHK, kurangnya minat pencari kerja untuk
usaha mandiri menjadi faktor-faktor pemicu angka pengangguran tinggi di
Kabupaten Semarang. Tercatat sebanyak 160,651 jiwa di Kabupaten
Semarang terdampak Covid-19 (19,17%). Mereka terdiri atas pengangguran
IV - 51
karena Covid-19 (11.501 jiwa), bukan angkatan kerja karena Covid-19 (3.932
jiwa), tidak bekerja karena Covid-19 (8.833 jiwa), dan penduduk bekerja yang
mengalami penurunan jam kerja karena Covid-19 ( 136.385 jiwa).
4.2.5.3 Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur
Infrastruktur dasar meliputi sarana dan prasarana jalan, jembatan dan
bidang sumber daya air. Tahun 2020, Panjang jaringan jalan di Kabupaten
Semarang adalah 1.586,85 km yang terdiri atas Jalan Nasional sepanjang
54,75 km (kewenangan Pemerintah Pusat), Jalan Provinsi sepanjang 82,51 km
(kewenangan Pemerintah Provinsi), Jalan Kabupaten sepanjang 733,62 km
dan Jalan Poros/Antar Desa yang merupakan kewenangan Kabupaten
sepanjang 715,97 km. Panjang jalan tersebut belum termasuk jalan
lingkungan. Dari total jalan yang menjadi kewenangan kabupaten termasuk
prasarana jembatan sebanyak 346 buah jembatan dengan panjang total 2.878
m yang tersebar di 246 ruas jalan Kabupaten. Pada Tahun 2020, terdapat
79,20% jalan dalam kondisi baik (mantap), masih terdapat 20,80 % atau
setara dengan 152,593 km jalan kabupaten dalam kondisi rusak. Sedangkan
kondisi jalan poros/antar desa sampai dengan Tahun 2020 masih dalam
inventarisasi kondisi jalannya.
Prasarana irigasi berupa bendung, bangunan air dan saluran. Saluran
irigasi terbagi dalam saluran irigasi teknis sepanjang 224.846 meter, saluran
irigasi semi teknis sepanjang 445.850 meter dan saluran irigasi sederhana
sepanjang mencapai 195.488 meter. Areal sawah irigasi di Kabupaten
Semarang adalah 32.669 Ha yang tersebar pada 666 Daerah Irigasi (DI).
Adapun sampai dengan tahun 2018 luas DI dalam kondisi baik mencapai 67
% sehingga masih ada sekitar 33 % luas DI yang kondisi irigasinya
rusak/belum baik.
Air bersih dan sanitasi merupakan target TPB keenam dengan target
100%. Persentase penduduk dengan akses air minum aman di Kabupaten
Semarang sampai Tahun 2020 adalah 97,98%, atau dengan kata lain masih
ada 2.02 % yang belum memiliki akses air minum yang aman. Sedangkan
persentase penduduk berakses sanitasi sehat sesuai aplikasi Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) pada Tahun 2020 sudah tercapai 100%.
Dalam rangka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar
wilayah diperlukan konektivitas antar wilayah. Untuk mewujudkan hal
tersebut masih diperlukan adanya terminal di setiap kecamatan. Adapun
untuk infrastruktur perhubungan sampai dengan saat ini terdapat 9 terminal
IV - 52
tipe C dalam kondisi baik, sehingga masih dibutuhkan 10 terminal lagi.
4.2.5.4 Kualitas Lingkungan Hidup dan Manajemen Penanggulangan
Bencana
Isu lingkungan hidup menjadi isu yang penting baik secara global
maupun nasional khususnya terkait dengan isu perubahan iklim. Adanya
dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim seperti bencana banjir,
longsor dan kekeringan menuntut adanya pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan yang berkelanjutan dan implementasi konsep pembangunan
rendah karbon yang mempertimbangkan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Hal ini seiring dengan isu pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs) di mana 3 dari 17 tujuannya adalah berkaitan
dengan lingkungan, yaitu penanganan perubahan iklim, pemeliharaan
ekosistem laut dan pemeliharaan ekosistem darat.
Upaya penerapan dan pemahaman manajemen penanggulangan
bencana kepada pemangku kepentingan dan masyarakat akan menjadi
landasan atau dasar dalam mengembangkan intervensi pengurangan risiko
bencana dalam penanggulangan bencana. Hal tersebut dilaksanakan melalui 3
(tiga) tahap, yaitu: 1) tahap pra bencana melalui pencegahan dan mitigasi
(manajemen resiko bencana); 2) tahap tanggap darurat dilakukan saat
kejadian bencana terjadi (manajemen kedarutan); dan 3) tahap rehabilitasi
dan rekonstruksi dilakukan setelah terjadinya bencana (manajemen
pemulihan).
A. Kualitas Lingkungan Hidup
Urusan lingkungan hidup merupakan salah satu usaha dalam
mewujudkan tercapainya pembangunan berkelanjutan di Kabupaten
Semarang. Namun posisi Kabupaten Semarang sebagai penghubung antar
kota dan provinsi serta pertumbuhan industri cukup pesat di Kabupaten
Semarang, yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, diantaranya
kualitas sumber daya air dan udara, serta terjadinya alih fungsi lahan yang
berakibat pada terancamnya sumber daya air di Kabupaten Semarang. Meski
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten Semarang Tahun 2020
tercapai 69,12% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019
sebesar 68,86%, kondisi ini masih dalam kategori cukup baik. Untuk
mencapai target nilai IKLH 80% atau kategori baik, maka target untuk 5 tahun
ke depan masih membutuhkan peningkatan capaian 10,88%. Cukup berat jika
kenaikan IKLH per tahun dari Tahun 2019 ke Tahun 2020 hanya 0,26%.
IV - 53
B. Penanganan Sampah
Sesuai dengan tujuan SDG’s nomor 6 yaitu air minum dan sanitasi
(universal akses 100-0-100) yaitu 100% air minum layak, 0% kumuh, 100%
sanitasi. Salah satu unsur sanitasi adalah penanganan persampahan.
Penanganan sampah tahun 2020 sebesar 32,53%. Bila dibandingkan dengan
capain 2019 sebesar 29,40% maka terjadi peningkatan sebesar 3,13%.
Kenaikan penanganan sampah tersebut didukung adanya kerjasama semua
pihak, namun seiring bertambahnya penduduk berimbas pada peningkatan
volume sampah sehingga masih terdapat 67,47% sampah yang harus
ditangani. Besarnya sampah yang belum tertangani tersebut disebabkan oleh
volume sampah rumah tangga yang semakin bertambah sehingga Tempat
Pengolahan Sementara (TPS) sebanyak 167 TPS dimana 3 diantaranya
merupakan TPS3R, yaitu di desa Bergas Kidul, desa Lerep, dan Kelurahan
Gedanganak tidak cukup untuk menampung sementara sampah rumah
tangga 19 Kecamatan di Kabupaten Semarang. Kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan dan pemilahan sampah tuntas dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) untuk memperkecil volume sampah yang dibuang ke TPS masih
dirasa kurang meskipun di sejumlah wilayah telah ada 95 Bank Sampah.
Kondisi ini diperparah dengan kondisi TPA Blondo yang sudah penuh dan
tidak direkomendasikan untuk dipergunakan lagi sebagai TPA.
C. Manajemen Penanggulangan Bencana
Kabupaten Semarang berada di wilayah dengan kondisi topografi
dataran, perbukitan dan pegunungan sehingga secara umum di Kabupaten
Semarang, sebagian daerah melimpah sumber daya air namun di sisi lain
beberapa daerah masih mengalami kekurangan sumber daya air. Wilayah yang
bervariasi ini juga rentan terhadap kejadian bencana alam. Adanya perubahan
iklim seperti yang disebutkan dalam SDG’s tujuan ke 13 memicu cuaca
ekstrim sehingga meningkatkan potensi bencana. Jumlah kejadian bencana
yang fluktuatif dan tidak bisa diprediksi pada tahun 2019 ada 438 kejadian
dan tahun 2020 ada 216 kejadian. Bencana tersebut terdiri dari banjir,
kebakaran, tanah longsor, angin putting beliung, kekeringan dan lainnya.
Penanganan kebencanaan masih bersifat kuratif atau bersifat
penanggulangan. Namun demikian sampai dengan Tahun 2020 sudah
terbentuk 5 Desa Tangguh Bencana.
IV - 54
4.2.5.5 Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Ketahanan
Keluarga
Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan ketahanan keluarga
di Kabupaten Semarang pada saat ini masih perlu ditingkatkan, hal ini
dikarenakan masih terjadinya kesenjangan peran dan tanggungjawab antara
laki-laki dan perempuan serta belum optimalnya upaya pencegahan,
perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak, pemenuhan hak anak
serta upaya ketahanan keluarga. Perempuan dan anak perempuan paling
sering menjadi korban tindak kekerasan dibandingkan laki-laki. Untuk itu,
mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi bagian penting
yang ingin dicapai dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Hal ini
tertuang pada Tujuan 5 “Meraih kesetaraan gender dan memberdayakan
perempuan dan anak-anak perempuan” dan Tujuan 16 “Menguatkan
masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan
yang efektif, akuntabel dan inklusif untuk semua tingkatan”.
Belum optimalnya pembangunan berskala gender di Kabupaten
Semarang ditandai dengan nilai Indek Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten
Semarang selama 4 tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung tetap
diatas angka 96, Tahun 2017: 96,48, 2018: 96,35, 2019: 96,40 dan 2020:
96,38. Tahun 2020, IPG Kabupaten Semarang berada diatas IPG Provinsi Jawa
Tengah: 92,18. Sedangkan untuk nilai Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
mengalami peningkatan Tahun 2017: 76,15 dan tahun 2018: 77,41, dengan
keterlibatan perempuan di parlemen 22,22%, perempuan sebagai tenaga
manager, profesional, administrasi dan teknisi 41,86% dan sumbangan
perempuan dalam pendapatan kerja 45,79%.
Tahun 2018, Kabupaten Semarang termasuk 10 Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah yang masuk zona merah kasus kekerasan terhadap anak
(Sumber: DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah) terdapat 48 kasus. Tindak
kekerasan yang dilakukan terhadap anak ada beberapa jenis antara lain
kekerasan fisik, psikologis, seksual, eksploitasi, penelantaran dan trafficking.
Jenis kekerasan yang dialami korban anak pada tahun 2018 didominasi oleh
kekerasan seksual. Sedangkan pelaku kekerasan terhadap anak diantaranya
adalah orangtua, saudara, keluarga, guru, tetangga dan teman. Data Bulan
Agustus 2020, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten
Semarang berjumlah 92 kasus, kedua terbanyak di Provinsi Jawa Tengah.
(Sumber: data.jatengprov.go.id).
IV - 55
4.2.5.6 Percepatan Reformasi Birokrasi
Capaian nilai Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) Kabupaten Semarang
pada Tahun 2019 sebesar 60,02 (B) atau urutan nomor 24 se Provinsi Jawa
Tengah. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di Kabupaten Semarang yang
perlu mendapat perhatian untuk lebih meningkatkan percepatan kinerja
birokrasi, adalah: (a) penerapan tata pemerintahan yang baik belum
menyeluruh diinternalisasikan dan dilaksanakan pada perangkat daerah; (b)
sistem dan pelaksanaan pengawasan dan akuntabilitas masih harus
ditingkatkan agar lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja; (c)
penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan masih perlu dipertajam terutama
berdasarkan prinsip-prinsip structure follow function; (d) penerapan sistem
merit dalam pengelolaan SDM belum cukup merata dan perlu terus
ditingkatkan kualitasnya; (e) belum optimalnya kinerja birokrasi untuk
mendukung pelayanan publik, baik pelayanan dasar maupun pelayanan
bidang lainnya.
Upaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik sebagai ujung
pelaksanaan Reformasi Birokrasi, pada hakikatnya mencakup pula upaya
membangun sistem nilai dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berkaitan
dengan hal tersebut beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain: masih
perlu ditingkatkannya pemahaman, kesadaran, dan kapasitas pelaku
pembangunan khususnya sumber daya manusia aparatur dalam penerapan
prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di samping itu, belum terdapat
sinergi yang optimal antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam
mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Aparatur sebagai pelayan publik belum dapat sepenuhnya memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan cepat, mudah, murah, manusiawi,
transparan, dan tidak diskriminatif. Penyebabnya antara lain: belum
optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK); beberapa
sektor pelayanan publik belum memiliki SPM dan belum sepenuhnya
mengimplementasikan secara konsisten; masih belum efektifnya sistem
penanganan pengaduan masyarakat; dan belum diterapkannya manajemen
mutu pada sebagian besar unit pelayanan. Selain itu pelayanan perijinan,
kemudahan berusaha, pelayanan administrasi kependudukan, hingga
pelayanan pendidikan dan kesehatan juga harus semakin ditingkatkan.
Akuntabilitas kinerja pembangunan juga menjadi satu kriteria menuju
tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Akuntabilitas kinerja dibangun
IV - 56
sejak proses perencanaan dan penganggaran hingga implementasi. Sampai
dengan Tahun 2019 nilai SAKIP Kabupaten Semarang adalah CC (58,11),
Kabupaten Semarang termasuk salah satu dari tiga Kabupaten di Jawa
Tengah yang masih mendapatkan nilai CC, sehingga ke depan perlu
meningkatkan agar bisa meraih nilai B (60 keatas), yang dimulai dari proses
perencanaan dalam menentukan tujuan, sasaran, program, kegiatan
pembangunan daerah, beserta indikator kinerjanya agar relevan, selaras, dan
konsisten.
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) adalah salah satu jenis opini pemeriksaan atau audit keuangan yang
dikeluarkan oleh BPK Republik Indonesia. Kabupaten Semarang telah
menerima piagam WTP 5 tahunan dari kementerian keuangan, karena sudah
8 kali menerima opini WTP.
Selanjutnya dalam aspek sumber daya manusia aparatur pun masih
menghadapi permasalahan, antara lain: masih rendahnya disiplin dan kinerja
pegawai; belum diterapkannya standar kompetensi dan indikator kinerja
utama bagi setiap PNS; sistem remunerasi pegawai belum sepenuhnya
berbasis kinerja dan disertai penerapan sistem reward and punishment yang
adil; belum sepenuhnya diterapkan pengembangan sistem karier berdasarkan
kinerja. Untuk itu, peningkatan kompetensi dan profesionalitas ASN menjadi
kunci mutlak yang harus dilakukan, disertai penempatan ASN sesuai dengan
formasi yang dibutuhkan. Demikian juga perlunya penguatan kelembagaan
agar efektif dan efisien, mulai dari kelembagaan tingkat Kabupaten,
Kecamatan hingga Kelurahan/Desa.
4.2.5.7 Isu Strategis Prestasi Pemuda, Olahraga serta Pelestarian Seni dan
Budaya
Dari sisi kuantitas organisasi olahraga di Kabupaten Semarang cukup
banyak, dimana pada Tahun 2020 mencapai 338 organisasi. Demikian pula
organisasi kepemudaan pada Tahun 2020 mencapai sebanyak 58 organisasi.
Namun dari jumlah yang ada masih perlu ada peningkatan prestasi dari
peran serta dalam pembangunan di Kabupaten Semarang dengan melakukan
pembinaan melalui berbagai pelatihan pemuda maupun penyediaan sarana
dan prasarana kepemudaan dan olahraga.
Demikian halnya pula dengan seni dan budaya di Kabupaten Semarang,
pada Tahun 2020 terdapat sejumlah 3.906 Grup Kesenian, sehingga dengan
kekayaan seni dan budaya ini perlu ada upaya untuk pelestarian agar tidak
IV - 57
punah/hilang.
Cagar budaya di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 jumlahnya
mencapai 1.228 unit, yang terdiri dari Cagar Budaya Bergerak sejumlah 1.441
unit maupun Cagar Budaya Tidak Bergerak berjumlah 87 unit. Keberadaan
cagar budaya di Kabupaten Semarang memerlukan intervensi penanganan
dari Pemerintah Daerah sebagai upaya untuk melestarikan kekayaan budaya
di Kabupaten Semarang.
V - 1
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH
RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 merupakan
pelaksanaan tahap keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJPD) Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025 yang berfokus pada upaya
mewujudkan masyarakat Kabupaten Semarang yang adil, mandiri dan
sejahtera melalui pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah Kabupaten Semarang yang didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing.
5.1. VISI
Visi RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 merupakan
gambaran kondisi masa depan Kabupaten Semarang yang dicita-citakan dan
diharapkan dapat terwujud diakhir masa berlakunya periode RPJPD Tahun
2005-2025 dan RPJMD Tahun 2021-2026 yang akan diwujudkan melalui visi
Bupati dan Wakil Bupati Semarang periode tahun 2021-2026, yaitu :
BERSATU, BERDAULAT, BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI
(BERDIKARI), DENGAN SEMANGAT GOTONG-ROYONG BERDASARKAN
PANCASILA DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
YANG BER-BHINNEKA TUNGGAL IKA
Penjabaran dari visi tersebut adalah sebagai berikut :
Bersatu
Bersatu bermakna bersama-sama saling menyatu tanpa memandang ciri
ras, suku, agama dan lain-lain, agar dapat mencapai tujuan bersama yaitu
Kabupaten Semarang yang BERDIKARI.
Berdaulat
Berdaulat bermakna perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
daerah yang melibatkan partisipasi masyarakat.
Berkepribadian
Berkepribadian bermakna masyarakat yang berkepribadian dan mampu
menghormati dirinya sendiri dan masyarakat lainnya serta dapat
berkomunikasi dan berdiplomasi dengan baik dengan masyarakat lainnya.
Sejahtera
Sejahtera bermakna mampu mewujudkan kondisi masyarakat yang
terpenuhi hak-hak dasarnya baik aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi
V - 2
yang ditandai dengan meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia
yang didukung dengan kebebasan kehidupan beragama dan bernegara.
Mandiri
Mandiri bermakna mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar,
sederajat serta saling berinteraksi dengan daerah lain, dengan mengandalkan
pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Dengan semangat gotong-royong, berdasarkan Pancasila dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
5.2. MISI
Dalam rangka mencapai visi pembangunan Kabupaten Semarang Tahun
2021-2026, misi yang akan ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Semarang
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas SDM unggul yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Meningkatkan kualitas SDM unggul dimaksudkan untuk mewujudkan SDM
yang sehat, cerdas, kreatif, inovatif, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berkepribadian dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga memiliki kemampuan untuk bersaing dalam
memperoleh pekerjaan maupun menciptakan lapangan pekerjaan. Hal
tersebut perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana dasar
pendidikan, kesehatan, lingkungan perumahan dan permukiman yang
memadai.
2. Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis pada
industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI), perdagangan, jasa
serta sektor lain yang berwawasan lingkungan.
Meningkatkan kemandirian perekonomian dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi unggulan daerah meliputi industri, pertanian dan
pariwisata dengan mendorong masyarakat untuk meningkatkan kegiatan
usaha ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya lokal, sehingga dapat
membuka lapangan kerja bagi dirinya dan orang lain dalam rangka
meningkatkan pendapatan. Pengembangan potensi unggulan tersebut
dilakukan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi kolaborasi antara
pemerintah, perguruan tinggi dan swasta serta sinergi dengan sektor-sektor
lain seperti perdagangan dan keuangan sehingga akan didapatkan produk
daerah yang memiliki daya saing. Pemanfaatan sumber daya daerah
terutama yang rentan terhadap kelestarian/kerusakan lingkungan seperti
air, bahan tambang dan lain-lain dilakukan secara terpadu sehingga dapat
dijaga kelestariannya.
V - 3
3. Meningkatkan pemerintahan yang baik, bersih, demokratis, dan
bertanggung jawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan
professional.
Pemerintahan yang baik merupakan pemerintahan yang dapat menjadi
fasilitator pembangunan bagi masyarakat, agar masyarakat mampu
berperan sebagai pelaku sekaligus sebagai sasaran pembangunan, sehingga
proses pencapaian tujuan pembangunan dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dibutuhkan sistem
kelembagaan yang inovatif dan ketatalaksanaan pemerintah daerah yang
bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel serta bebas
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang didukung dengan sistem
pengawasan yang efektif.
4. Meningkatkan pemerataan pembangunan guna menunjang
pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar, dan pertumbuhan
ekonomi daerah.
Pemerataan pembangunan meliputi sarana prasarana yang memadai, layak
dan merata diseluruh wilayah dalam rangka mendukung peningkatan
kualitas pelayanan publik dan memperkuat pembangunan daerah.
Terpenuhinya sarana prasarana dapat meningkatkan kemandirian,
perekonomian daerah dan investasi. Tersedianya sarana prasarana sumber
daya air akan mendorong upaya peningkatan produktivitas pertanian
sedangkan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, akan
menjamin kelancaran distribusi orang dan barang, serta mendorong
investasi di daerah.
5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender, serta perlindungan anak di semua
bidang pembangunan
Pada dasarnya keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan akan sangat
bergantung pada adanya kerjasama yang sinergi antar semua pelaku
pembangunan, yaitu pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.
Oleh karena itu, perlu didorong dengan terciptanya peran serta dan
kemandirian masyarakat disemua lapisan tanpa membedakan gender
dengan memperhatikan hak-hak tumbuh kembangnya anak yang
memberikan jaminan kepastian hukum dan penegakan HAM.
6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
dengan tetap menjaga kelestariannya.
Potensi sumber daya alam yang besar dan beraneka ragam harus dapat
dikelola secara benar dengan tetap mengedepankan asas keseimbangan
lingkungan, efisiensi dan terjaga kelestariannya dengan cara menjaga dan
memperbaiki kualitas lingkungan.
V - 4
7. Meningkatkan pemberdayaan pemuda, olahraga serta melestarikan seni
dan budaya lokal.
Pemberdayaan pemuda dengan membangkitkan potensi dan peran aktif
pemuda sehingga dapat menanamkan jiwa revolusioner, kompetitif ,
optimis, bermoral dan berbudaya.
5.3. PROGRAM UNGGULAN BUPATI
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi tersebut, Bupati Semarang
mempunyai Program Unggulan. Keterkaitan Misi dan Program Unggulan
Bupati sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut:
Tabel 5.1 Keterkaitan Misi dan Program Unggulan Bupati
No. Misi Program Unggulan
1. Meningkatkan kualitas SDM
unggul yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa,
berkepribadian serta
menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1. Menciptakan Pendidikan yang berkarakter,
Nasionalis dan Religius, baik di Sekolah
maupun di luar Sekolah
2. Kartu Serasi Pintar, berupa Peningkatan
Pemberian Bantuan Beasiswa Miskin,
Difabel, Siswa berprestasi di Sekolah
Pendidikan Dasar Negeri maupun Swasta,
SMA/SMK/Sederajat, serta untuk
Mahasiswa yang Kuliah maksimal S1.
3. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, memiliki Ketrampilan Teknis
dan berdaya saing, serta menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
4. Bantuan Layanan Internet untuk Anak
Sekolah.
5. Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga
Kependidikan Dasar Negeri, Swasta dan Non
Formal. (Diantaranya : Guru PAUD, TK, MI,
MTS, Madrasah Diniyah, TPA, Sekolah
Minggu).
6. Pembangunan/Rehab Sarana Prasarana
Pendidikan Dasar Negeri, Swasta dan
Pendidikan Non Formal.
7. Membebaskan biaya Kelompok Belajar Paket
A, Paket B dan Paket C.
8. Meningkatkan upaya Pencegahan,
Pengendalian dan Penanganan dan Dampak
Penyebaran Wabah Covid – 19, diantaranya :
a. Memaksimalkan Sosialisasi Protokol
Kesehatan, Pemberian Bantuan Masker,
Hand sanitizer, Disinfektan, Tempat
Cuci Tangan ditempat Ruang Publik,
V - 5
No. Misi Program Unggulan
Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial,
serta Operasi Yustisi Penegakan disiplin
Masyarakat terhadap Protokol
Kesehatan.
b. Peningkatan Layanan Kesehatan
Masyarakat bagi yang terpapar Covid –
19 dan yang diisolasi mandiri, dibantu
Jaring Pengaman Sosial / Makanan
Siap Saji dan Vitamin selama masa
Isolasi.
c. Mendukung Program Jogo Tonggo
9. Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat
dalam rangka Menurunkan Angka kematian
Ibu dan Anak, Pencegahan dan penanganan
Stunting, serta meningkatkan Angka
Harapan Hidup, melalui Peningkatan
layanan Posyandu Anak, Posyandu Lansia
dan Kesehatan Ibu Hamil / Menyusui.
10. Meningkatkan Insentif Kader Posyandu Anak
dan Lansia di Desa / Kelurahan.
11. Kartu Serasi Sehat Gratis, diprioritaskan
untuk Warga Miskin, Penderita Penyakit
Menahun, Kaum Difabel, Buruh Harian
Lepas, Lansia, Guru PAUD, Guru TK, Guru
Madrasah Diniyah, Guru TPA, Guru Sekolah
Minggu, Khotib, Pengkhotbah, Marbot,
Penjaga Tempat Ibadah, Modin, Pelaku Seni,
Anggota Linmas, dan Pengurus RT/RW
12. Penyediaan Tenaga Pendamping Kesehatan
Masyarakat, untuk meningkatkan Gerakan
Masyarakat (Germas) Hidup Sehat.
13. Pelayanan Ambulance Serasi Gratis, berupa
Ambulance Layanan Kesehatan Gratis dan
Mobil Jenazah Gratis
14. Pembangunan Rumah Sakit di Wilayah
Kabupaten Semarang Selatan, baik oleh
Pemerintah Daerah maupun Pihak Swasta
15. Meningkatkan Bantuan Sosial Keagamaan
diantaranya : Bantuan untuk Tempat
Ibadah, Pondok Pesantren, Madrasah
Diniyah, TPA, Kegiatan Keagamaan, Forum
Komunikasi Umat Beragama, Ormas Sosial
Keagamaan dan fasilitasi Pelaksanaan
Ibadah Haji.
2. Meningkatkan kemandirian
perekonomian daerah yang
16. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan,
Koperasi, UMKM, Ekonomi Kreatif dan
V - 6
No. Misi Program Unggulan
berbasis pada industri,
pertanian dan pariwisata
(INTANPARI), perdagangan,
jasa serta sektor lain yang
berwawasan lingkungan.
memfasilitasi Kredit Lunak serta
Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi
Berbasis Teknologi.
17. Pembangunan UKM Center
18. Peningkatan Pasar Tradisional yang Modern
19. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik
Wisata, Penataan Kawasan Wisata Strategis,
Desa Wisata dan Kampung Wisata yang
Terintegrasi.
20. Kalender Event Pariwisata untuk promosi
Pariwisata.
21. Meningkatkan Lapangan Kerja, Pelatihan
Ketrampilan Tenaga Kerja / Difabel dan
Pemberdayaan Kaum Milenial untuk
menciptakan Calon Wirausaha Muda.
22. Meningkatkan Pembinaan Hubungan
Industrial
23. Peningkatan Produktifitas dan Hasil
Produksi Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Perikanan berbasis Teknologi
untuk mendukung Ketahanan Pangan, serta
fasilitasi pemasarannya.
24. Meningkatkan ketersediaan air untuk
mencukupi kebutuhan Pertanian,
diantaranya Pembuatan Embung dan
pembuatan Sumur Dalam Tenaga Surya.
25. Bantuan Subsidi Asuransi Pertanian, yang
merupakan salah satu usaha melindungi
produktifitas Pertanian dari peristiwa yang
menyebabkan kerugian disektor Pertanian.
26. Meningkatkan Kesejahteraan Penyuluh
Pertanian Lapangan dan Petugas Kesehatan
Hewan.
27. Pembangunan Wisata Edukasi Pertanian
yang Terintegrasi.
28. Meningkatkan Pemberdayaan Kelompok
Tani, Gapoktan dan Kelompok Wanita Tani
29. Bantuan Serasi Kasih, Pemberian Bantuan
Makanan Bergizi bagi Penderita Penyakit
Menahun, Lansia dan Difabel yang tidak
produktif
30. Pemberian Santunan untuk Anak Yatim
Piatu, Fakir Miskin dan Anak Terlantar.
31. Peningkatan Pemberian Bantuan Sosial
V - 7
No. Misi Program Unggulan
Kemasyarakatan, diantaranya : Bantuan
Sandang, Papan, Pangan, diprioritaskan
untuk Masyarakat Miskin.
32. Pemberian Insentif untuk Khotib,
Pengkhotbah, Marbot dan Penjaga Tempat
Ibadah.
33. Pemberian Santunan Kematian
34. Penyempurnaan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS).
3. Meningkatkan pemerintahan
yang baik, bersih,
demokratis, dan
bertanggung jawab,
didukung oleh aparatur yang
kompeten dan professional.
35. Rumah Dinas Bupati dan Rumah Dinas
Wakil Bupati sebagai Rumah Aspirasi Rakyat
36. Peningkatan Reformasi Birokrasi.
37. Pembangunan Mall Pelayanan Publik
38. Terciptanya Iklim Investasi yang kondusif,
dengan menjaga Stabilitas Keamanan dan
Politik, serta memberikan Kepastian Hukum
39. Pemindahan Pusat Pemerintahan
40. Penyediaan Wifi Gratis di sekolahan, Tempat
Umum, Ruang Publik dan Perkantoran.
41. Penyediaan Jaringan Internet Desa /
Kelurahan,
42. Pemberdayaan BUMDes,
43. Bantuan keuangan desa,
44. Pemberdayaan dan Pemberian Insentif
Pengurus Tim Penggerak PKK Tingkat Desa
/ Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten
45. Meningkatkan Kesejahteraan Kepala Desa,
Perangkat Desa, Anggota BPD serta
Pengurus RT / RW.
46. Peningkatan Kesejahteraan ASN dan Pegawai
Non ASN.
47. Lapor Bupati sebagai layanan Aspirasi dan
pengaduan Online Rakyat (melalui
WhatsApp, Instagram, Facebook serta
Twitter)
4. Meningkatkan pemerataan
pembangunan guna
menunjang pengembangan
wilayah, penyediaan
pelayanan dasar, dan
pertumbuhan ekonomi
daerah
48. Optimalisasi Penyediaan Air bersih yang
aman.
49. Peningkatan / Pembangunan Infrastruktur
yang berkelanjutan diprioritaskan untuk
Wilayah Perbatasan.
50. Perluasan Kawasan Industri
51. Pembangunan Ruang Terbuka Publik dan
Ruang Terbuka Hijau
V - 8
No. Misi Program Unggulan
52. Peningkatan sarana dan prasarana
tranportasi yang berkualitas, merata dan
berkeselamatan, serta Penyelengaraan
Transportasi Rintisan di Daerah perbatasan.
53. Pemberian Layanan Transportasi Gratis,
untuk anak sekolah yang belum terlayani
trayek angkutan bekerjasama dengan Pelaku
Jasa Transportasi.
5. Meningkatkan kepastian
hukum, penegakan HAM,
mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender, serta
perlindungan anak di semua
bidang pembangunan
54. Pemberian Insentif bagi Anggota Linmas
55. Mendorong terciptanya partisipasi dan
kemandirian Masyarakat untuk
mewujudkan pemantapan situasi dan
kondisi peri kehidupan bermasyarakat yang
didukung oleh Penegakan HAM, Kesetaraan
dan Keadilan Gender, serta Perlindungan
Anak.
56. Memfasilitasi serta meningkatkan Kegiatan
Sosialisasi dan Pencegahan terhadap
bahaya Narkoba
6. Meningkatkan pengelolaan
sumber daya alam dan
lingkungan hidup dengan
tetap menjaga
kelestariannya.
57. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
melalui Pengendalian dan Pengawasan
terhadap Dampak Pencemaran Lingkungan
Hidup.
58. Pelestarian Sumber Mata Air.
59. Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu disetiap Kecamatan, kecuali
Kecamatan yang berdekatan dengan TPA
Blondo
7. Meningkatkan
pemberdayaan pemuda,
olahraga serta melestarikan
seni dan budaya lokal.
60. Peningkatan Sarana Prasarana Pemuda dan
Olahraga, Pemberian Bantuan Hibah
Sarana Prasarana Olahraga dan Pemberian
penghargaan kepada Atlet Berprestasi.
61. Melestarikan Budaya Lokal dengan upaya
diantaranya memakai Pakaian Gagrak
Semarang bagi Pegawai Instansi Pemerintah
Daerah, BUMD dan Pemerintah Desa.
62. Menyediakan Fasilitas Seni dan Budaya,
serta memberikan bantuan hibah Sarana
Prasarana dan Pentas Kesenian.
63. Melestarikan dan Merenovasi Makam-
makam bersejarah, tempat-tempat
bersejarah dan Pahlawan Nasional
64. Pemberdayaan Karang Taruna.
V - 9
5.4. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan arahan bagi
pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah dalam mendukung
pelaksanaan misi, untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten
Semarang selama kurun waktu 2021-2026.
Penjabaran tujuan dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten
Semarang tahun 2021-2026 meliputi 8 (delapan) tujuan dengan 9 (sembilan)
indikator kinerja tujuan dan 20 (dua puluh) sasaran dengan 32 (tiga puluh
dua) indikator kinerja sasaran. Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan tiap-
tiap misi yang dijabarkan tujuan dan sasaran disusun instrumen pengukuran
berupa indikator kinerja tujuan dan indikator kinerja sasaran berikut target
tiap tahunnya dapat diuraikan sebagaimana pada Tabel 5.2 berikut
V - 10
Tabel 5.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Kabupaten Semarang Tahun 2021 - 2026
VISI : “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”.
No Misi Tujuan Indikator
Kinerja Tujuan Sasaran
Indikator Kinerja Sasaran
Satuan
Kondisi Awal
Target Capaian
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Meningkatkan kualitas SDM unggul yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai
ilmu pengetahuan
dan teknologi
1. Meningkatkan SDM Kabupaten Semarang yang mandiri, sejahtera dan berdaya saing
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks 74,1 74,10 74,30 74,50 74,70 74,90 75,10
1. Meningkatnya tingkat
pendidikan masyarakat secara luas
Angka Harapan Lama Sekolah
Tahun 12,97 12,98 12,99 13 13,01 13,02 13,03
Angka Rata-rata Lama Sekolah
Tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07
2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
Angka Harapan Hidup
Tahun 75,73 75,76 75,80 75,83 75,86 75,89 75,93
2 Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis pada industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI),
perdagangan, jasa serta sektor lain yang berwawasan
lingkungan
2. Mempercepat pemulihan ekonomi untuk menahan laju peningkatan kemiskinan dan penganggura
n serta penguatan ketahanan
pangan
Pertumbuhan Ekonomi
Persen -2,67 2,8 – 4,8
2,9 - 5,2
3,9 - 5,3
4,0 - 5,4
4,1 - 5,5
4,2 - 5,6
PDRB Perkapita Rp. Juta 45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15
1. Meningkatnya
pertumbuhan PDRB sektor unggulan
Pertumbuhan
PDRB sektor industri
Persen -4,35 4,1-
5,1
4,3-
5,3
4,4-
5,4
4,5-
5,5
4,6-
5,6
4,7-
5,7
Pertumbuhan PDRB sektor pertanian
Persen -0,17 1,0-2,0
1,1-2,1
1,2-2,2
1,3-2,3
1,4-2,4
1,5-2,5
Pertumbuhan PDRB sektor pariwisata
Persen -6,6 4,1-5,1
4,3-5,3
4,4-5,4
4,5-5,5
4,6-5,6
4,7-5,7
2. Meningkatnya pertumbuhan penanaman modal
Pertumbuhan Penanaman Modal
Persen 30,79 -43,48 12,8 13,57 12,68 13,02 13,02
3. Menurunnya penduduk miskin dan pengangguran
Angka Kemiskinan Persen 7,51 7,51 - 7,45
7,45 - 7,35
7,35 - 7,25
7,25 - 7,15
7,15 - 7,05
7,05 - 6,95
Tingkat Persen 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,50 4,49
V - 11
No Misi Tujuan Indikator
Kinerja Tujuan Sasaran
Indikator Kinerja Sasaran
Satuan
Kondisi Awal
Target Capaian
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pengangguran
Terbuka
4. Meningkatnya
Ketahanan pangan
Indeks ketahanan
pangan skor 85,94 85,96 85,98 86,00 86,02 86,04 86,06
3 Meningkatkan pemerintahan yang baik, bersih, demokratis, dan bertanggung jawab, didukung oleh aparatur yang kompeten
dan professional
3. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean governance)
Indeks Reformasi Birokrasi
Indeks 60,02 (B)
62,23 (B)
64,55 (B)
66,97 (B)
69,52 (B)
72,85 (BB)
73,59 (BB)
1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Indeks Kepuasan Masyarakat
Nilai 86 86,25 86,50 86,75 87 87,25 87,50
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
Indeks 3,05 3,07 3,10 3,20 3,30 3,40 3,55
2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan daerah dan desa
Nilai SAKIP Indeks 58,11 (CC)
62,75 (B)
64,64 (B)
66,60 (B)
68,64 (B)
70,75 (BB)
72,94 (BB)
Status Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah
predikat - C B B B A A
Indeks Desa
Membangun
Indeks 0,6817 0,6891 0,6965 0,7039 0,7113 0,7187 0,7261
Nilai Kematangan Organisasi Daerah
Indeks - 19 19,1 20,5 22,5 24,5 26,5
Indeks Sistem Merit
Indeks - 0,51 0,56 0,60 0,65 0,68 0.73
Indeks Manajemen Risiko
Level 1 1 1 2 2 2 3
4 Meningkatkan pemerataan
pembangunan guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar, dan pertumbuhan
4. Meningkatkan kinerja
pemenuhan sarana dan prasarana wilayah
Rata-rata Ketercapaian
Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah
Persen 73,73 74,43 71,70 75,71 79,72 83,72 87,45
1. Meningkatnya kualitas infrastuktur
Persentase infrastruktur bidang pekerjaan
Persen 72,02 73,93 62,90 65,80 68,68 71,53 74,48
V - 12
No Misi Tujuan Indikator
Kinerja Tujuan Sasaran
Indikator Kinerja Sasaran
Satuan
Kondisi Awal
Target Capaian
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
ekonomi daerah bidang pekerjaan
umum
umum dalam
kondisi baik
2. Meningkatnya rumah layak huni
Persentase rumah layak huni
Persen 77,07 77,77 78,00 78,50 79,00 79,50 80,00
3. Meningkatnya pelayanan transportasi yang
handal
Indeks Pelayanan Transportasi
Persen 48,89 56,43 59,04 66,73 74,43 82,13 88,93
5 Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender,
serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan
5. Meningkatka
n kondisi
daerah yang aman dan
kondusif
Angka Kriminalitas
Persen 2,75 2,64 2,53 2,45 2,30 2,25 2,20
1. Meningkatnya penanganan gangguan Trantibum Linmas
Persentase Permasalahan Tibumtranmas yang diselesaikan
Persen 98,80 98,82 98,95 99,05 99,18 99,32 99,42
2. Meningkatnya
penanganan konflik sosial masyarakat
Persentase
peningkatan penanganan konflik sosial
Persen 2 2 2 2 2 3 5
6. Meningkatkan pembangunan responsif gender, perlindungan
anak dan ketahanan keluarga
Indeks Pembangunan Gender
Indeks 96,38 96,40 96,41 96,43 96,44 96,45 96,46
1. Meningkatnya partisipasi perempuan
dalam pembangunan
Indeks Pemberdayaan Gender
Indeks 74,97 (2019)
75,12 75,30 75,35 75,47 75,50 75,55
2. Meningkatnya perlindungan dan
pemenuhan hak anak
Predikat Capaian Kabupaten Layak
Anak
Pratama Pratama
Madya Madya Madya Madya Madya
6 Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
7. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indeks 69,12 69,27 69,47 69,67 69,87 70,07 70,27
1. Meningkatnya kualitas udara,
Indeks Kualitas Udara
Indeks 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68
V - 13
No Misi Tujuan Indikator
Kinerja Tujuan Sasaran
Indikator Kinerja Sasaran
Satuan
Kondisi Awal
Target Capaian
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
tetap menjaga
kelestariannya.
daerah dalam
penanggulangan bencana
air dan tutupan
lahan
Indeks Kualitas Air Indeks 53,33 53,73 54,12 54,52 54,92 55,32 55,72
Indeks Tutupan Lahan
Indeks 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57
2. Meningkatnya kapasitas daerah dalam mengurangi risiko bencana
Indeks Risiko Bencana
Nilai 143,20 143,20 143,10 143,10 143 142,90 142,50
7 Meningkatkan
pemberdayaan pemuda, olahraga serta
melestarikan seni dan budaya lokal.
8. Meningkatka
n kualitas pemuda, olah raga dan seni budaya
Prestasi bidang
pemuda, olah raga dan seni budaya
Persen 55,38 60,68
64,35 68,59 71,72 75,39 78,52
1. Meningkatnya peran serta pemuda dalam pembangunan
Persentase organisasi pemuda aktif
Persen 76,67 76,67 80,00 83,33 83,33 86,67 86,67
2. Meningkatnya kualitas pembangunan olahraga
Persentase cabang olahraga berprestasi
Persen 13,33 26,67 33,33 40,00 46,67 53,33 60,00
3. Meningkatnya pelestarian seni dan budaya
Persentase seni dan budaya yang dilestarikan
Persen 76,15 78,71 79,71 82,43 85,16 86,16 88,88
VI - 1
BAB VI
STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN
DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
6.1. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026, dirumuskan strategi pembangunan
daerah. Strategi pembangunan ini merupakan panduan dalam menentukan
program prioritas pembangunan daerah yang akan dilaksanakan selama lima
tahun kedepan. Strategi tersebut disusun dalam rangka pencapaian sasaran
pembangunan daerah. Setiap strategi disertai inovasi yang berorientasi
terhadap pencapaian sasaran pembangunan yang dituju dan mendukung
pencapaian misi. Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif
tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD
dengan efektif dan efisien. Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran serta
Strategi yang akan diterapkan terlihat dalam Tabel berikut:
VI - 2
Tabel 6.1.
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pembangunan Tahun 2021-2026
VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”
Misi Tujuan Sasaran Strategi
1. Meningkatkan kualitas SDM Unggul, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meningkatkan SDM Kabupaten Semarang yang mandiri, sejahtera dan berdayasaing
Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat secara luas
a. Peningkatan capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan;
b. Pemberian beasiswa pendidikan bagi siswa setingkat SMA dan Perguruan Tinggi;
c. Peningkatan akses dan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan;
d. Peningkatan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan alumni terkait wawasan Pendidikan;
e. Pemerataan kualitas dan distribusi pendidik dan tenaga kependidikan;
f. Pengembangan kurikulum berbasis ketrampilan (skill), pengetahuan (knowledge), perilaku (attitude) dan budaya pembelajaran (learning culture).
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
a. Peningkatan capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
b. Peningkatan upaya penerapan pola hidup bersih dan
sehat;
c. Peningkatan upaya promosi dan pemberdayaan kesehatan masyarakat melalui pendampingan tenaga kesehatan desa/kelurahan;
d. Peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Kesehatan.
e. Peningkatan jumlah dan kompetensi Tenaga Kesehatan;
f. Peningkatan cakupan jaminan kesehatan masyarakat.
VI - 3
VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”
Misi Tujuan Sasaran Strategi
2. Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis industri, pertanian dan
pariwisata (INTANPARI), perdagangan, jasa serta sektor lain yang berwawasan lingkungan
Mempercepat pemulihan ekonomi untuk menahan laju peningkatan
kemiskinan dan pengangguran serta penguatan kemandirian pangan
Meningkatnya pertumbuhan PDRB sektor unggulan
a. Penyediaan Kawasan Industri yang pro investasi;
b. Penguatan permodalan dan pendampingan Usaha Kecil dan Mikro (UKM);
c. Penguatan kelembagaan koperasi yang sehat;
d. Peningkatan promosi, pemasaran produk dan pemberdayaan UKM secara terpadu dan digital;
e. Pengembangan pasar tradisional menuju pasar ber-SNI;
f. Peningkatan produksi, produktivitas dan pemasaran pertanian maupun perikanan;
g. Peningkatan sarana dan prasarana pertanian dan perikanan;
h. Peningkatan SDM penyuluh pertanian, tenaga medis/paramedis kesehatan hewan dan pemberdayaan kelompok tani;
i. Pengembangan agrowisata secara terintegrasi;
j. Peningkatan sarana dan prasarana obyek wisata, destinasi wisata dan kawasan wisata strategis;
k. Peningkatan kemandirian desa wisata;
l. Peningkatan promosi dan pemasaran destinasi wisata melalui penyelenggaraan kalender event berbasis tekonologi digital;
m. Peningkatan kerjasama dan kapasitas SDM pariwisata serta ekomoni kreatif;
n. Pengembangan industri pariwisata berbasis MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition).
Meningkatnya pertumbuhan
a. Peningkatan sarana dan prasarana Kawasan Peruntukan Industri;
VI - 4
VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”
Misi Tujuan Sasaran Strategi
penanaman modal b. Pengembangan iklim, sistem dan layanan perijinan secara terintegrasi;
c. Peningkatan promosi investasi;
d. Peningkatan sinergi Pemerintah dengan pelaku usaha.
Meningkatnya ketahanan pangan
a. Peningkatan daya saing pangan;
b. Peningkatan ketersediaan, distribusi, cadangan pangan, stabilitas harga dan pasokan pangan, konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), serta mutu dan keamanan pangan.
Menurunnya penduduk miskin dan pengangguran
a. Menurunkan beban kebutuhan dasar warga miskin;
b. Peningkatan pendapatan warga miskin;
c. Peningkatan kompetensi pencari kerja dan tenaga kerja;
d. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha;
3. Meningkatkan Pemerintahan yang baik, bersih, demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh Aparatur yang kompeten dan profesional
Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance)
Meningkatnya kualitas pelayanan public
a. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang inovatif;
b. Peningkatan pelaksanaan E-Government menuju Smart City;
c. Peningkatan pelayanan yang tepat waktu dan mutu;
d. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik;
e. Peningkatan digitalisasi kearsipan pemerintahan;
f. Peningkatan pengelolaan Informasi dan Dokumentasi.
Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen
a. Peningkatan sinergitas perencanaan, penganggaran, pengendalian dan evaluasi;
VI - 5
VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”
Misi Tujuan Sasaran Strategi
pemerintahan daerah dan desa
b. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan akuntabel;
c. Penguatan Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP).
d. Penataan Organisasi Perangkat Daerah berbasis fungsi dan kinerja;
e. Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan sumberdaya aparatur pemerintah;
f. Penguatan kapasitas kelembagaan desa;
g. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur desa;
h. Pemberdayaan potensi masyarakat dan desa.
4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah
Meningkatkan kinerja pemenuhan sarana dan prasarana wilayah
Meningkatnya kualitas infrastruktur bidang pekerjaan umum
a. Peningkatan kualitas jalan dan jembatan terutama di wilayah perbatasan dan akses wisata;
b. Peningkatan bangunan pelengkap jalan untuk memperpanjang usia konstruksi dengan drainase atau talud;
c. Pengembangan, rehabilitasi dan pemeliharaan daerah irigasi dan embung;
d. Peningkatan penyediaan air bersih;
e. Peningkatan infastruktur sanitasi;
f. Peningkatan pengawasan dan pemetaan kualitas bangunan/gedung fasilitas umum dan milik daerah;
g. Peningkatan pengawasan dan pengendalian bangunan/ gedung terhadap kesesuaian dengan tata ruang.
Meningkatnya rumah layak huni
a. Peningkatan sinergi pemerintah dan swasta dalam penyediaan rumah layak huni;
b. Peningkatan penanganan kawasan kumuh dan
VI - 6
VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”
Misi Tujuan Sasaran Strategi
permukiman kumuh;
c. Peningkatan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman;
Meningkatnya pelayanan transportasi yang handal
a. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang berkualitas, merata dan berkeselamatan;
b. Peningkatan jangkauan layanan penyelenggaraan transportasi rintisan di daerah perbatasan;
c. Peningkatan pengadaan layanan transportasi gratis untuk anak sekolah yang belum terlayani trayek angkutan.
5. Meningkatkan kepastian hukum,
penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan
Meningkatkan kondisi daerah yang aman dan kondusif
Meningkatnya Penanganan gangguan Trantibum Linmas
a. Peningkatan koordinasi keamanan dan ketertiban;
b. Peningkatan penegakan dan pemahaman masyarakat terhadap hukum;
Meningkatnya penanganan konflik sosial masyarakat
a. Peningkatan edukasi kesadaran politik masyarakat.
b. Peningkatan pencegahan potensi konflik di masyarakat;
c. Peningkatan penanganan konflik;
d. Peningkatan pemulihan pasca konflik.
Meningkatkan pembangunan responsif gender, perlindungan anak dan ketahanan keluarga
Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan
a. Peningkatan produktivitas ekonomi perempuan dalam rumah tangga;
b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutama-an Gender (PUG) dan kelembagaan perlindungan perempuan;
c. Peningkatan peran perempuan secara aktif dalam Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender
VI - 7
VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”
Misi Tujuan Sasaran Strategi
(PPRG).
Meningkatnya perlindungan, pemenuhan hak anak
a. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak;
b. Peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat dalam menurunkan kekerasan terhadap anak;
c. Peningkatan sarana prasarana publik yang ramah anak.
6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan daerah dalam penanggulangan bencana
Meningkatnya kualitas udara, air dan tutupan lahan
a. Peningkatan pengendalian dan pemantauan kualitas udara, dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK);
b. Peningkatan layanan pengelolaan sampah, sarana dan prasarana persampahan;
c. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan (Reduce, Reuse dan Recycle);
d. Peningkatan pengendalian dan pemantauan kualitas air sungai, buangan air limbah domestik dan industri;
e. Peningkatan vegetasi tanaman, konservasi lahan dan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Meningkatnya kapasitas daerah dalam mengurangi risiko bencana
a. Peningkatan kapasitas tata kelola penanggulangan bencana;
b. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana;
c. Penguatan upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim;
d. Peningkatan prasarana sarana mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
7. Meningkatkan pemberdayaan Meningkatkan kualitas Meningkatnya peran a. Peningkatan pemberdayaan dan pengembangan
VI - 8
VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”
Misi Tujuan Sasaran Strategi
pemuda, olah raga serta melestarikan seni dan budaya lokal
pemuda, olah raga dan seni budaya
serta pemuda dalam pembangunan
organisasi kepemudaan;
b. Peningkatan sarana dan prasarana kepemudaan.
Meningkatnya kualitas pembangunan olahraga
a. Peningkatan penyelenggaraan kejuaraan olah raga;
b. Peningkatan kelembagaan, sarana dan prasarana olah raga;
c. Peningkatan pembinaan dan pengembangan olah raga pendidikan.
Meningkatnya pelestarian seni dan budaya
a. Peningkatan pelestarian benda situs dan kawasan cagar budaya;
b. Peningkatan penguatan nilai-nilai seni dan budaya.
VI - 9
6.2. ARAH KEBIJAKAN TAHUNAN
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan sesuai
dengan visi dan misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Semarang,
ditetapkan arah kebijakan tahunan dalam RKPD tahun 2022 sampai dengan
RKPD Tahun 2026. Arah kebijakan tahunan ini menjadi acuan dan penentuan
prioritas dan fokus pembangunan setiap tahunnya.
Perincian arah kebijakan perencanaan tahunan pada RKPD Tahun 2022
sampai dengan RKPD Tahun 2026 diuraikan sebagai berikut:
2022 Percepatan Pemulihan
Sosial dan Ekonomi yang didukung dengan
daya saing daerah
Peningkatan ekonomi kerakyatan yang didukung
oleh sumber daya manusia dan infrastruktur
yang berkualitas
2023 2024 Penguatan kapasitas
SDM dan ekonomi yang didukung oleh tata
kelola pemerintahan yang berkualitas
Perwujudan masyarakat Kabupaten Semarang
yang BERDIKARI
2025
2026 Pemantapan
masyarakat Kabupaten Semarang yang
BERDIKARI
VI - 10
Tabel 6.2.
Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Arah Kebijakan: Arah Kebijakan Arah Kebijakan Arah Kebijakan Arah Kebijakan
Percepatan Pemulihan Sosial dan
Ekonomi yang didukung dengan
daya saing daerah
Peningkatan ekonomi kerakyatan
yang didukung oleh sumber daya
manusia dan infrastruktur yang berkualitas
Penguatan kapasitas SDM dan
ekonomi yang didukung oleh
tata kelola pemerintahan yang berkualitas
Perwujudan masyarakat
Kabupaten Semarang yang
BERDIKARI
Pemantapan masyarakat Kabupaten
Semarang yang BERDIKARI
Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan
a. Penciptaan lapangan kerja dan
penguatan daya saing
ekonomi;
b. Pengurangan tingkat kemiskinan dan
pengangguran;
c. Percepatan pemulihan ekonomi berbasis potensi lokal;
d. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia;
e. Peningkatan tata kelola
pemerintahan;
f. Pelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko
bencana.
a. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi kerakyatan berbasis
potensi unggulan;
b. Peningkatan ketahanan
keluarga, peran perempuan dan anak;
c. Penguatan kelembagaan
pemuda, seni dan budaya;
d. Peningkatan kualitas sumber
daya manusia;
e. Peningkatan kualitas infrastruktur, kualitas
pengelolaan lingkungan
hidup dan kesiapsiagaan
bencana.
a. Penguatan sumber daya
manusia yang unggul;
b. Peningkatan kesempatan
kerja dan penguatan daya
saing ekonomi; c. Penguatan tata kelola
pemerintahan yang baik
dan kondusifitas wilayah;
d. Penguatan ketahanan
keluarga, peran perempuan
dan anak.
a. Pencapaian sumber daya
manusia yang unggul;
b. Pencapaian kemandirian ekonomi kerakyatan;
c. Pencapaian tatakelola
pemerintahan yang baik dan bersih;
d. Pencapaian pemerataan
sarana dan prasarana wilayah
yang berkualitas;
e. Pencapaian keluarga sejahtera,
peran perempuan dan
pemenuhan hak anak.
f. Pencapaian pengelolaan lingkungan hidup dan
ketahanan bencana yang
berkelanjutan;
g. Pencapaian pemuda berprestasi, kemandirian seni
dan budaya lokal.
a. Pemantapan sumber daya
manusia yang unggul;
b. Pemantapan kemandirian ekonomi kerakyatan;
c. Pemantapan tatakelola
pemerintahan yang baik dan bersih;
d. Pemantapan pemerataan
sarana dan prasarana wilayah
yang berkualitas;
e. Pemantapan keluarga
sejahtera, peran perempuan
dan pemenuhan hak anak.
f. Pemantapan pengelolaan lingkungan hidup dan
ketahanan bencana yang
berkelanjutan;
g. Pemantapan pemuda berprestasi, kemandirian seni
dan budaya.
VI - 11
6.3. PERAN KABUPATEN SEMARANG DALAM PENGEMBANGAN
KAWASAN
Berdasarkan Perpres Nomor 79 Tahun 2019 Kabupaten Semarang
sebagai bagian dari Kawasan Kedungsepur memiliki potensi utama pada
sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan perikanan, sektor
pariwisata serta sektor perdagangan/jasa.
Dalam rangka mencapai dan meningkatkan kemanfaatan
pembangunan ekonomi maka percepatan pembangunan dilaksanakan
secara terpadu dan terintegrasi dalam Rencana Induk Pembangunan
Kawasan sehingga diperlukan kerja sama dengan daerah lain, serta
dukungan komitmen pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah
serta dunia usaha.
Peran Kabupaten Semarang sebagai bagian Kawasan Kedungsepur,
mendukung percepatan pembangunan di Jawa Tengah yang meliputi:
a. Kawasan Strategis bidang pertumbuhan ekonomi;
b. Kawasan Strategis bidang sosial dan budaya;
c. Kawasan Strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam dan / atau
teknologi tinggi;
d. Kawasan Strategis perlindungan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup; dan
e. Kawasan Strategis bidang pertahanan dan keamanan.
Kawasan Strategis bidang pertumbuhan ekonomi meliputi:
a. Kawasan Industri di Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bawen,
Kecamatan Tengaran; Kecamatan Susukan, dan Kecamatan Kaliwungu;
b. Kawasan perkotaan strategis pada kawasan perkotaan Ungaran,
Ambarawa, Suruh dan Tengaran;
c. Kawasan cepat berkembang di sekitar Jalan Tol Semarang - Solo dan di
sekitar Jalan Ungaran - Bawen; dan
d. Kawasan pusat pengembangan pariwisata pada kawasan pariwisata
Bandungan dan kawasan pariwisata Kopeng.
Kawasan Strategis bidang sosial dan budaya meliputi Kawasan Kota
Bersejarah Ambarawa.
Kawasan Strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam dan /
VI - 12
atau teknologi tinggi meliputi:
a. Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air Jelok dan Timo; dan
b. Kawasan pemanfaatan panas bumi di Gunung Telomoyo.
Kawasan Strategis perlindungan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup meliputi:
a. Kawasan lindung Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo;
b. Kawasan hulu Daerah Aliran Sungai Bodri di Kecamatan Sumowono.
Kawasan Strategis bidang pertahanan dan keamanan meliputi:
a. Kawasan peruntukan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional adalah kawasan
militer di Kecamatan Ambarawa; dan
b. Kawasan peruntukan bagi basis militer, daerah latihan militer, dan
daerah uji coba sistem persenjataan adalah kawasan latihan militer di
Kecamatan Sumowono, kawasan Gunung Telomoyo dan kawasan
Gunung Ungaran.
6.4. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Implementasi program unggulan daerah Tahun 2021-2026 yang
merupakan program unggulan Bupati dan Wakil Bupati Semarang dalam
lima tahun ke depan, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
dijabarkan dalam Tabel 6.3 dan Program Pembangunan Daerah yang
Disertai Pagu Indikatif untuk mendanai tujuan, sasaran daerah
sebagaimana dalam Tabel 6.4 di bawah.:
VI - 13
Tabel 6.3. Rencana Implementasi Program Unggulan Daerah Tahun 2021-2026
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
1. Menciptakan Pendidikan yang berkarakter,
Nasionalis dan Religius, baik di Sekolah
maupun di luar Sekolah
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan,
Program Pengembangan kurikulum, Program Penguatan
Ideologi Pancasila dan Karakter Kebangsaan
2. Kartu Serasi Pintar, berupa Peningkatan
Pemberian Bantuan Beasiswa Miskin, Difabel,
Siswa berprestasi di Sekolah Pendidikan Dasar
Negeri maupun Swasta, SMA/SMK/Sederajat,
serta untuk Mahasiswa yang Kuliah maksimal
S1.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan
3. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, memiliki Ketrampilan Teknis dan
berdaya saing, serta menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan,
Program Pemberdayaan Sosial, Program Pelatihan Kerja dan
Produktivitas Tenaga Kerja, Program Pengarusutamaan Gender
dan Pemberdayaan Perempuan, Program Peningkatan
Pendidikan, Pelatihan Dan Penyuluhan Lingkungan Hidup
Untuk Masyarakat, Program Pemberdayaan Lembaga
Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan Masyarakat Hukum
Adat, Program Pemberdayaan dan Peningkatan Keluarga
Sejahtera (KS), Program Pendidikan dan Latihan
Perkoperasian, Program Pemberdayaan Usaha Menengah,
Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM), Program
Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan, Program
Pengembangan Kapasitas Daya Saing Keolahragaan, Program
VI - 14
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
Pembinaan Perpustakaan, Program Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Program Penyuluhan
Pertanian, Program Perencanaan dan Pembangunan Industri,
Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Program
Penguatan Ideologi Pancasila dan Karakter Kebangsaan
4. Bantuan Layanan Internet untuk Anak Sekolah V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan
5. Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga
Kependidikan Dasar Negeri, Swasta dan Non
Formal. (Diantaranya : Guru PAUD, TK, MI,
MTS, Madrasah Diniyah, TPA, Sekolah Minggu)
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan dan
Program Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat
6. Pembangunan/Rehab Sarana Prasarana
Pendidikan Dasar Negeri, Swasta dan
Pendidikan Non Formal
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan
7. Membebaskan biaya Kelompok Belajar Paket A,
Paket B dan Paket C
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan
8. Meningkatkan upaya Pencegahan, Pengendalian
dan Penanganan dan Dampak Penyebaran
Wabah Covid – 19, diantaranya :
a. Memaksimalkan Sosialisasi Protokol
Kesehatan, Pemberian Bantuan Masker,
Hand sanitizer, Disinfektan, Tempat Cuci
Tangan ditempat Ruang Publik, Fasilitas
Umum dan Fasilitas Sosial, serta Operasi
Yustisi Penegakan disiplin Masyarakat
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Program
Penanggulangan Bencana, Program Perlindungan dan
Jaminan Sosial, Program Informasi dan Komunikasi Publik,
Program Peningkatan Sarana Distribusi Perdagangan, Program
Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan
Masyarakat Hukum Adat, Program Koordinasi Ketentraman
dan Ketertiban Umum
VI - 15
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
terhadap Protokol Kesehatan.
b. Peningkatan Layanan Kesehatan
Masyarakat bagi yang terpapar Covid – 19
dan yang diisolasi mandiri, dibantu Jaring
Pengaman Sosial / Makanan Siap Saji dan
Vitamin selama masa Isolasi.
c. Mendukung Program Jogo Tonggo
9. Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat
dalam rangka Menurunkan Angka kematian Ibu
dan Anak, Pencegahan dan penanganan
Stunting, serta meningkatkan Angka Harapan
Hidup, melalui Peningkatan layanan Posyandu
Anak, Posyandu Lansia dan Kesehatan Ibu
Hamil / Menyusui.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Program
peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan dan
Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
10. Meningkatkan Insentif Kader Posyandu Anak
dan Lansia di Desa / Kelurahan.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
11. Kartu Serasi Sehat Gratis, diprioritaskan untuk
Warga Miskin, Penderita Penyakit Menahun,
Kaum Difabel, Buruh Harian Lepas, Lansia,
Guru PAUD, Guru TK, Guru Madrasah Diniyah,
Guru TPA, Guru Sekolah Minggu, Khotib,
Pengkhotbah, Marbot, Penjaga Tempat Ibadah,
Modin, Pelaku Seni, Anggota Linmas, dan
Pengurus RT/RW
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
VI - 16
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
12. Penyediaan Tenaga Pendamping Kesehatan
Masyarakat, untuk meningkatkan Gerakan
Masyarakat (Germas) Hidup Sehat
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan
13. Pelayanan Ambulance Serasi Gratis, berupa
Ambulance Layanan Kesehatan Gratis dan
Mobil Jenazah Gratis
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
14. Pembangunan Rumah Sakit di Wilayah
Kabupaten Semarang Selatan, baik oleh
Pemerintah Daerah maupun Pihak Swasta
- - V V - Akan dibangun dan kerjasama dengan pihak swasta.
15. Meningkatkan Bantuan Sosial Keagamaan
diantaranya : Bantuan untuk Tempat Ibadah,
Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, TPA,
Kegiatan Keagamaan, Forum Komunikasi Umat
Beragama, Ormas Sosial Keagamaan dan
fasilitasi Pelaksanaan Ibadah Haji
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat
16. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Koperasi,
UMKM, Ekonomi Kreatif dan memfasilitasi
Kredit Lunak serta Pengembangan Pemasaran
Hasil Produksi Berbasis Teknologi.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan dan
Perlindungan Koperasi, Program Pemberdayaan Usaha
Menegah, Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM) dan Program
Pengembangan UMKM
VI - 17
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
17. Pembangunan UKM Center V V - - - Dilaksanakan melalui Program Pengembangan UMKM
18. Peningkatan Pasar Tradisional yang Modern V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan sarana distribusi
perdagangan
19. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata,
Penataan Kawasan Wisata Strategis, Desa
Wisata dan Kampung Wisata yang Terintegrasi
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan daya tarik
destinasi pariwisata
20. Kalender Event Pariwisata untuk promosi
Pariwisata
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemasaran Pariwisata
21. Meningkatkan Lapangan Kerja, Pelatihan
Ketrampilan Tenaga Kerja / Difabel dan
Pemberdayaan Kaum Milenial untuk
menciptakan Calon Wirausaha Muda
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pelatihan Kerja dan
Produktivitas Tenaga Kerja dan Program Pemberdayaan Sosial
22. Meningkatkan Pembinaan Hubungan Industrial V V V V V Dilaksanakan melalui Program Hubungan Industrial
23. Peningkatan Produktifitas dan Hasil Produksi
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan
berbasis Teknologi untuk mendukung
Ketahanan Pangan, serta fasilitasi
pemasarannya
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan Diversifikasi Dan
Ketahanan Pangan Masyarakat, Program Penyediaan dan
pengembangan sarana pertanian, Program Penyediaan dan
Pengembangan Prasarana Pertanian, Program Pengelolaan
Perikanan Tangkap, Program Pengelolaan Perikanan Budidaya,
Program Pengolaha.n dan Pemasaran Hasil Perikanan
VI - 18
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
24. Meningkatkan ketersediaan air untuk
mencukupi kebutuhan Pertanian, diantaranya
Pembuatan Embung dan pembuatan Sumur
Dalam Tenaga Surya
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyediaan dan pengembangan
prasarana pertanian
25. Bantuan Subsidi Asuransi Pertanian, yang
merupakan salah satu usaha melindungi
produktifitas Pertanian dari peristiwa yang
menyebabkan kerugian disektor Pertanian
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengendalian dan
penanggulangan bencana pertanian
26. Meningkatkan Kesejahteraan Penyuluh
Pertanian Lapangan dan Petugas Kesehatan
Hewan
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyuluhan Pertanian,
Program Pengendalian kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner
27. Pembangunan Wisata Edukasi Pertanian yang
Terintegrasi
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyediaan dan pengembangan
prasarana pertanian
28. Meningkatkan Pemberdayaan Kelompok Tani,
Gapoktan dan Kelompok Wanita Tani
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyuluhan pertanian
29. Bantuan Serasi Kasih, Pemberian Bantuan
Makanan Bergizi bagi Penderita Penyakit
Menahun, Lansia dan Difabel yang tidak
produktif
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Perlindungan dan jaminan
sosial
30. Pemberian Santunan untuk Anak Yatim Piatu,
Fakir Miskin dan Anak Terlantar
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat
31. Peningkatan Pemberian Bantuan Sosial
Kemasyarakatan, diantaranya: Bantuan
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Perlindungan dan jaminan
sosial.
VI - 19
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
Sandang, Papan, Pangan, diprioritaskan untuk
Masyarakat Miskin
32. Pemberian Insentif untuk Khotib, Pengkhotbah,
Marbot dan Penjaga Tempat Ibadah
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat
33. Pemberian Santunan Kematian V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat
34. Penyempurnaan Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS).
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Perlindungan dan jaminan
sosial
35. Rumah Dinas Bupati dan Rumah Dinas Wakil
Bupati sebagai Rumah Aspirasi Rakyat
V V V V V Dilaksanakan melalui Program administrasi umum
36. Peningkatan Reformasi Birokrasi. V V V V V Dilaksanakan Program Pemerintahan dan Kesejahteraan
Rakyat, Program Penyelenggaraan Pengawasan, Program
Perumusan Kebijakan, Pendampingan dan Asistensi, Program
Kepegawaian Daerah, Program Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Program Koordinasi dan Sinkronisasi
Perencanaan Pembangunan Daerah
37. Pembangunan Mall Pelayanan Publik V V - - - Dilaksanakan melalui Program Penataan Bangunan Gedung
dan Program Pelayanan penanaman modal
38. Terciptanya Iklim Investasi yang kondusif,
dengan menjaga Stabilitas Keamanan dan
Politik, serta memberikan Kepastian Hukum
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengembangan iklim
penanaman modal, Program Pemerintahan dan Kesejahteraan
Rakyat, Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional Dan
Peningkatan Kualitas Dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial
VI - 20
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
39. Pemindahan Pusat Pemerintahan V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat. Program penyelesaian ganti kerugian
dan santunan tanah untuk pembangunan,
Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
40. Penyediaan Wifi Gratis di sekolahan, Tempat
Umum, Ruang Publik dan Perkantoran.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Informasi dan Komunikasi
Publik
41. Penyediaan Jaringan Internet Desa /
Kelurahan,
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Informasi dan Komunikasi
Publik
42. Pemberdayaan BUMDes V V V V V Dilaksanakan melalui Program Administrasi Pemerintahan
Desa
43. Bantuan keuangan desa, V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penataan Desa, Program
Pengelolaan Keuangan Daerah
44. Pemberdayaan dan Pemberian Insentif
Pengurus Tim Penggerak PKK Tingkat Desa /
Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat
45. Meningkatkan Kesejahteraan Kepala Desa,
Perangkat Desa, Anggota BPD serta Pengurus
RT / RW.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat
46. Peningkatan Kesejahteraan ASN dan Pegawai
Non ASN.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Kepegawaian Daerah
47. Lapor Bupati sebagai layanan Aspirasi dan
pengaduan Online Rakyat (melalui WhatsApp,
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Informasi dan Komunikasi
Publik
VI - 21
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
Instagram, Facebook serta Twitter)
48. Optimalisasi Penyediaan Air bersih yang aman. V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan dan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
49. Peningkatan / Pembangunan Infrastruktur
yang berkelanjutan diprioritaskan untuk
Wilayah Perbatasan.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan dan
Pengembangan Sistem Drainase, Program Pengembangan
Permukiman, Program Penyelenggaraan Jalan
50. Perluasan Kawasan Industri V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyelenggaraan Penataan
Ruang, Program Promosi Penanaman Modal
51. Pembangunan Ruang Terbuka Publik dan
Ruang Terbuka Hijau
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Keanekaragaman
Hayati (KEHATI). Program Penataan Bangunan dan
Lingkungan
52. Peningkatan sarana dan prasarana tranportasi
yang berkualitas, merata dan berkeselamatan,
serta Penyelengaraan Transportasi Rintisan di
Daerah perbatasan.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyelenggaraan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (LLAJ)
53. Pemberian Layanan Transportasi Gratis, untuk
anak sekolah yang belum terlayani trayek
angkutan bekerjasama dengan Pelaku Jasa
Transportasi.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyelenggaraan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (LLAJ)
54. Pemberian Insentif bagi Anggota Linmas V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan Ketenteraman dan
Ketertiban Umum
55. Mendorong terciptanya partisipasi dan
kemandirian Masyarakat untuk mewujudkan
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengarusutamaan Gender dan
Pemberdayaan Perempuan dan Program Perlindungan Khusus
VI - 22
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
pemantapan situasi dan kondisi peri
kehidupan bermasyarakat yang didukung oleh
Penegakan HAM, Kesetaraan dan Keadilan
Gender, serta Perlindungan Anak.
Anak
56. Memfasilitasi serta meningkatkan Kegiatan
Sosialisasi dan Pencegahan terhadap bahaya
Narkoba
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pembinaan dan Pengembangan
Ketahanan Ekonomi, Sosial, dan Budaya
57. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
melalui Pengendalian dan Pengawasan
terhadap Dampak Pencemaran Lingkungan
Hidup.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengendalian Pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan Hidup
58. Pelestarian Sumber Mata Air. V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengendalian Pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan Hidup
59. Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu disetiap Kecamatan, kecuali
Kecamatan yang berdekatan dengan TPA
Blondo
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Persampahan
60. Peningkatan Sarana Prasarana Pemuda dan
Olahraga, Pemberian Bantuan Hibah Sarana
Prasarana Olahraga dan Pemberian
penghargaan kepada Atlet Berprestasi.
V V V V V Dilaksanakan melalui
Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan,
Program Pengembangan kapasitas daya saing keolahragaan
61. Melestarikan Budaya Lokal dengan upaya
diantaranya memakai Pakaian Gagrak
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengembangan Kebudayaan
VI - 23
Program Unggulan Tahun
Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026
Semarang bagi Pegawai Instansi Pemerintah
Daerah, BUMD dan Pemerintah Desa.
62. Menyediakan Fasilitas Seni dan Budaya, serta
memberikan bantuan hibah Sarana Prasarana
dan Pentas Kesenian.
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengembangan Kebudayaan,
Program Pengembangan kesenian tradisional
63. Melestarikan dan Merenovasi Makam-makam
bersejarah, tempat-tempat bersejarah dan
Pahlawan Nasional
V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pelestarian dan pengelolaan
cagar budaya dan Program Pengelolaan permuseuman,
Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawa
64. Pemberdayaan Karang Taruna. V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat,
Program Pemberdayaan Sosial
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Meningkatkan kualitas SDM unggul yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
403.044.571 366.423.962 381.842.455 385.479.698 399.005.836 413.023.952 1.945.775.903
1 1 Meningkatkan SDM Kabupaten Semarang yang mandiri, sejahtera dan berdayasaing
Indeks Pembangunan Manusia poin 74,10 74,10 403.044.571 74,30 366.423.962 74,50 381.842.455 74,70 385.479.698 74,90 399.005.836 75,10 413.023.952 75,10 1.945.775.903
1 1 1 Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat secara luas
Angka Harapan Lama Sekolah tahun 12,97 12,98 260.156.705 12,99 234.149.886 13 243.799.843 13,01 244.069.131 13,02 251.381.491 13,03 258.893.739 13,03 1.232.294.090
Angka Rata-rata Lama Sekolah tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07 8,071.01.02 Program Pengelolaan Pendidikan Presentase Rata-rata Capaian SPM
Bidang Pendidikan% 69,43 69,45 259.128.025 69,47 233.299.970 69,49 242.631.969 69,51 242.886.257 69,53 250.172.845 69,55 257.678.031 69,55 1.226.669.072 Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Kepemudaan dan
Olahraga1.01.03 Program Pengembangan Kurikulum Persentase Sekolah yang
melaksanakan pendidikan muatan lokal di sekolah
% 100,00 100,00 99.990 100,00 94.362 100,00 97.350 100,00 97.350 100,00 101.999 100,00 102.509 100,00 493.570 Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.01.04 Program Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Persentase kebutuhan guru sesuai kualifikasi
% 51,43 51,43 10.000 - - - - - - - - - - - - Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.01.05 Program Pengendalian Perizinan Pendidikan
Peningkatan Lembaga Pendidikan Berizin
Satuan Pendidikan
2,00 1,00 38.500 1,00 56.002 1,00 38.500 1,00 38.500 1,00 39.274 1,00 39.470 5,00 211.746 Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.01.06 Program Pengembangan Bahasa dan Sastra
Persentase Guru yang dibina dalam Pengembangan Bahasa dan Sastra
% 41,74 42,00 266.076 42,00 - 43,00 266.076 44,00 266.076 45,00 271.425 46,00 272.781 46,00 1.076.358 Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
2.23.02 Program Pembinaan Perpustakaan Persentase Budaya Baca dan Pengembangan Perpustakaan
% 65,00 67,00 614.114 70,00 684.552 75,00 705.948 80,00 705.948 90,00 705.948 100,00 705.948 100,00 3.508.344 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
2.23.03 Program Pelestarian Koleksi Nasional dan Naskah Kuno
Persentase Koleksi Nasional dan Naskah Kuno yang dilestarikan
% 0,00 0,00 - 0,10 15.000 0,20 60.000 0,30 75.000 0,40 90.000 0,50 95.000 0,50 335.000 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
1 1 2 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
Angka Harapan Hidup tahun 75,73 75,76 142.887.866 75,8 132.274.076 75,83 138.042.612 75,86 141.410.566 75,89 147.624.345 75,93 154.130.214 75,93 713.481.813
1.02.02 Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan Masyarakat
Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan
% 64,34 75,00 127.048.441 77,78 117.169.197 80,56 122.706.496 83,33 125.960.731 88,89 131.937.607 94,44 138.213.327 94,44 635.987.359 Dinas Kesehatan
Kode 1 Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan pelayanan kesehatan dasar
% 16,67 25,00 33,33 41,67 50,00 66,67 83,33 83,33 Dinas Kesehatan
Kode 2 Persentase pemenuhan SPM pelayanan kesehatan rujukan
% RSGS: 84,95; RSGM: 91,39
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan Mangunkusumo, RS
Gondo Suwarno1.02.03 Program Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Manusia KesehatanPersentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar
% 68,75 68,75 15.310.612 75,00 11.187.918 81,25 11.299.797 87,50 11.412.795 93,75 11.526.923 100,00 11.642.192 100,00 57.069.626 Dinas Kesehatan
Kode 3 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Puskesmas
% 44,44 44,44 55,56 66,67 77,78 88,89 100,00 100,00 Dinas Kesehatan
Kode 4 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Rumah sakit
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan Mangunkusumo, RS
Gondo Suwarno1.02.04 Program Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan Dan Makanan MinumanPersentase sarana pengelolaan perbekalan kesehatan dan makanan minuman berijin yang penyelenggaraannya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
% 100,00 100,00 235.446 100,00 231.842 100,00 240.646 100,00 241.367 100,00 250.272 100,00 247.865 100,00 1.211.992 Dinas Kesehatan
1.02.05 Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Persentase Rumah Tangga dengan Strata Sehat Utama dan Paripurna
% 87,00 87,00 293.367 88,00 3.685.119 89,00 3.795.673 90,00 3.795.673 95,00 3.909.543 100,00 4.026.829 100,00 19.212.836 Dinas Kesehatan
1
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
Tabel 6.4 Program Pembangunan Daerah yang Disertai Pagu Indikatif
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
VI - 24
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
2 Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI), perdagangan, jasa serta sektor lain yang berwawasan lingkungan
68.146.123 104.805.013 99.249.477 100.083.105 101.336.695 102.684.445 508.158.735
2 2 Mempercepat pemulihan ekonomi untuk menahan laju peningkatan kemiskinan dan pengangguran
Pertumbuhan Ekonomi % -2,67 2,8 – 4,8 68.146.123 2,9 - 5,2 104.805.013 3,9 - 5,3 99.249.477 4,0 - 5,4 100.083.105 4,1 - 5,5 101.336.695 4,2 - 5,6 102.684.445 4,2 - 5,6 508.158.735
PDRB per kapita Rp. Juta 45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15 61,152 2 1 Meningkatnya pertumbuhan PDRB
sektor unggulanPertumbuhan PDRB sektor industri % -4,35 4,1-5,1 44.335.690 4,3-5,3 85.209.859 4,4-5,4 81.074.848 4,5-5,5 81.751.075 4,6-5,6 82.702.917 4,7-5,7 83.682.177 4,7-5,7 414.420.877
Pertumbuhan sektor pertanian % -0,17 1,0-2,0 1,1-2,1 1,2-2,2 1,3-2,3 1,4-2,4 1,5-2,5 1,5-2,5Pertumbuhan sektor pariwisata % -6,60 4,1-5,1 4,3-5,3 4,4-5,4 4,5-5,5 4,6-5,6 4,7-5,7 4,7-5,7
3.30.02 Program Perizinan Dan Pendaftaran Perusahaan
Persentase fasilitasi pemenuhan komitmen penerbitan ijin usaha di bidang perdagangan
% 13,00 14,00 - 15,00 32.035 16,00 40.000 17,00 137.000 18,00 152.000 19,00 167.000 19,00 528.035 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.30.03 Program Peningkatan Sarana Distribusi
PerdaganganPersentase pasar rakyat/ tradisional dalam kondisi baik
% 60,00 72,00 5.109.459 78,00 10.535.538 81,00 5.364.932 84,00 5.364.932 87,00 5.633.179 93,00 5.914.837 3,00 32.813.418 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.30.04 Program Stabilisasi Harga Barang
Kebutuhan Pokok dan Barang PentingPersentase pengawasan harga barang kebutuhan pokok dan barang penting sesuai HET
% 50,00 100,00 68.392 100,00 76.070 100,00 145.200 100,00 159.720 100,00 173.959 100,00 188.159 100,00 743.108 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.30.06 Program Standardisasi dan
Perlindungan KonsumenPersentase pelaku usaha yang melakukan tera ulang
% 48,00 58,27 359.299 78,11 385.167 88,92 404.425 89,80 424.647 90,93 445.879 90,98 468.173 90,98 2.128.291 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.30.07 Program Penggunaan dan Pemasaran
Produk Dalam NegeriPersentase peningkatan omzet penjualan pelaku usaha yang ikut pameran
% 0,00 0,00 77.740 10,00 131.047 15,00 138.000 20,00 200.000 25,00 100.000 30,00 50.000 30,00 619.047 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.31.02 Program Perencanaan dan
Pembangunan IndustriPersentase peningkatan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM)
% 5,00 9,00 466.297 6,50 299.014 7,50 313.564 8,00 405.000 9,00 425.000 9,00 425.000 9,00 1.867.578 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.31.03 Program Pengendalian Izin Usaha
Industri Kabupaten/KotaPersentase peningkatan IKM berizin % 1,00 1,50 17.000 2,01 15.300 2,02 75.000 2,03 75.000 2,03 100.000 2,03 100.000 2,03 365.300 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
3.31.04 Program Pengelolaan Sistem Informasi Industri Nasional
Persentase IKM yang masuk dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)
% 10,00 10,00 - 15,00 - 20,00 50.000 25,00 50.000 30,00 75.000 35,00 75.000 35,00 250.000 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan2.17.03 Program Pengawasan Dan Pemeriksaan
KoperasiPersentase Koperasi yang berkualitas
% 10,00 15,00 48.608 20,00 35.655 24,00 100.000 28,00 130.000 39,00 150.000 40,00 150.000 40,00 565.655 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan2.17.04 Program Penilaian Kesehatan KSP/USP
KoperasiPersentase KSP/USP yang sehat % 12,00 15,00 81.434 18,00 78.530 24,00 130.000 27,00 140.000 30,00 150.000 33,00 160.000 33,00 658.530 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
2.17.05 Program Pendidikan Dan Latihan Perkoperasian
Persentase pengelola koperasi bersertifikat
% 7,00 9,00 456.716 18,00 237.030 20,00 240.000 23,00 240.000 26,00 250.000 30,00 300.000 30,00 1.267.030 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan2.17.06 Program Pemberdayaan Dan
Perlindungan KoperasiPersentase kualitas kelembagaan dan legalitas koperasi
% 35,00 37,00 44.316 38,00 75.800 40,00 110.000 41,00 110.000 42,00 120.000 43,00 120.000 43,00 535.800 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan2.17.07 Program Pemberdayaan Usaha
Menengah, Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM)
Persentase peningkatan usaha mikro yang berdayasaing
% 1,00 2,00 233.186 4,00 454.344 8,00 477.061 10,00 500.914 12,00 525.960 14,00 552.258 14,00 2.510.537 Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Dan
Menengah2.17.08 Program Pengembangan UMKM Persentase peningkatan skala
pemasaran% 2,00 3,00 900.443 6,00 892.030 9,00 936.632 12,00 983.463 15,00 1.032.636 18,00 1.084.268 18,00 4.929.029 Dinas Perdagangan
Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
3.25.03 Program Pengelolaan Perikanan Tangkap
Persentase peningkatan produksi perikanan tangkap
% -1.87 0,08 315.622 0,15 312.178 0,23 327.787 0,23 344.176 0,23 361.385 0,23 379.454 1,08 1.724.980 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.25.04 Program Pengelolaan Perikanan Budidaya
Persentase peningkatan produksi perikanan budidaya
% -13.5 0,03 2.097.409 0,07 1.583.660 0,10 1.599.497 0,13 1.615.492 0,13 1.631.646 0,16 1.647.963 0,59 8.078.258 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.25.06 Program Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan
Persentase Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Ikan
% 18,53 18,85 74.971 18,85 72.186 18,87 75.795 18,89 79.585 18,91 83.564 18,94 87.743 18,94 398.873 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.27.02 Program Penyediaan Dan Pengembangan Sarana Pertanian
persentase peningkatan sarana pertanian
% 2,50 2,50 6.411.272 2,50 4.802.259 2,50 5.042.372 2,50 5.042.372 2,50 5.294.491 2,50 5.559.215 12,50 25.740.709 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.27.03 Program Penyediaan Dan Pengembangan Prasarana Pertanian
persentase peningkatan prasarana pertanian yang dibangun / direhabilitasi
% 2,50 2,50 8.709.700 2,50 44.410.220 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 12,50 222.082.508 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.27.04 Program Pengendalian Kesehatan Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
persentase jaminan keswan dan kesmavet dibanding populasi ternak yang dilayani
% 15,06 15,06 1.085.773 15,08 1.349.833 15,10 1.417.325 15,14 1.488.191 15,15 1.562.600 15,16 1.640.730 15,16 7.458.679 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
VI - 25
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
3.27.05 Program Pengendalian Dan Penanggulangan Bencana Pertanian
Persentase luas lahan yang tertangani pencegahan OPT
% 1,82 1,82 884.969 1,82 975.935 1,82 980.815 1,82 985.719 1,82 990.647 1,82 995.601 1,82 4.928.717 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.27.06 Program Perizinan Usaha Pertanian Persentase peningkatan jumlah pelaku usaha yang mengakses izin usaha
% 5,41 5,41 29.168 5,13 40.830 7,32 45.000 6,82 45.000 6,38 45.000 6,00 45.000 35,14 220.830 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.27.07 Program Penyuluhan Pertanian Persentase cakupan bina kelompok tani
% 52,61 52,61 214.403 54,18 572.410 55,94 578.134 57,60 583.915 59,32 589.755 61,22 595.652 61,22 2.919.866 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.26.02 Program Peningkatan Daya Tarik Destinasi Pariwisata
Lama tinggal wisatawan nusantara/manca negara
hari 0,9 / 1,9 0,9 / 1,9 15.003.994 1,0 / 2,0 16.102.912 1,1 / 2,1 16.263.941 1,15 / 2,1516.426.581
1,16 / 2,16 16.590.846 1,17 / 2,17 16.756.755 1,17 / 2,17 82.141.035 Dinas Pariwisata
3.26.03 Program Pemasaran Pariwisata Jumlah kunjungan wisatawan orang 1.826.429 2.678.760 725.241 2.946.636 814.251 3.300.232 839.952 3.382.738 839.952 3.396.900 839.952 3.906.500 839.952 3.906.500 4.174.059 Dinas Pariwisata3.26.05 Program Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata Dan Ekonomi KreatifPersentase SDM pariwisata dan ekonomi kreatif tersertifikasi
% 1.60 3.60 920.278 5.60 925.625 7.60 961.345 9.60 961.345 11.60 961.345 13.60 961.345 13.60 4.771.005 Dinas Pariwisata
2 2 2 Meningkatnya pertumbuhan penanaman modal
Pertumbuhan penanaman modal % 30,79 -43,48 1.041.171 12,8 1.323.046 13,57 1.363.852 12,68 1.405.937 13,02 1.449.344 13,02 1.494.114 65,09 7.036.294
2.18.02 Program Pengembangan Iklim Penanaman Modal
Nilai realisasi investasi Rp. Triliun 2,30 1,30 55.411 1,47 200.000 1,67 206.000 1,87 212.180 2,12 218.545 2,40 225.102 9,53 1.061.827 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.18.03 Program Promosi Penanaman Modal Persentase peningkatan jumlah
investor% 3,38 3,40 154.048 3,55 272.057 3,78 280.219 3,97 288.625 4,14 297.284 4,28 306.203 19,72 1.444.388 Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
2.18.04 Program Pelayanan Penanaman Modal Persentase penyelesaian perizinan penanaman modal sesuai standar pelayanan
% 100,00 100,00 332.609 100,00 329.042 100,00 338.913 100,00 349.081 100,00 359.553 100,00 370.340 100,00 1.746.929 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.18.05 Program Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman ModalPersentase kesesuaian izin penanaman modal
% 91,21 91,30 463.185 91,35 466.229 91,40 480.216 91,45 494.622 91,50 509.461 91,55 524.745 91,55 2.475.273 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.18.06 Program Pengelolaan Data Dan Sistem
Informasi Penanaman ModalPersentase data dan informasi terakses publik
% 100,00 100,00 35.918 100,00 55.718 100,00 58.504 100,00 61.429 100,00 64.501 100,00 67.726 100,00 307.877 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2 2 3 Menurunnya penduduk miskin dan
pengangguranAngka Kemiskinan % 7,51 7,51 - 7,45 21.488.674 7,45 - 7,35 16.859.819 7,35 - 7,25 15.406.574 7,25 - 7,15 15.508.014 7,15 - 7,05 15.749.460 7,05 - 6,95 16.056.265 7,05 - 6,95 79.580.131
Tingkat Pengangguran Terbuka % 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,491.06.02 Program Pemberdayaan Sosial Persentase Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial yang Mendapatkan Peningkatan Kapasitas
% 49,09 49,60 2.888.450 49,94 9.670.966 50,78 7.917.081 51,63 7.917.081 52,47 7.917.081 53,31 7.917.081 53,31 41.339.290 Dinas Sosial
1.06.04 Program Rehabilitasi Sosial Persentase PMKS yang memperoleh layanan rehabilitasi sosial diluar panti
% 100,00 100,00 240.943 100,00 237.979 100,00 245.118 100,00 252.472 100,00 260.046 100,00 267.847 100,00 1.263.463 Dinas Sosial
1.06.05 Program Perlindungan Dan Jaminan Sosial
Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan sosial pemerintah
% 79,82 80,00 15.789.464 81,00 4.597.581 82,00 4.735.508 83,00 4.735.508 84,00 4.972.284 85,00 5.220.898 85,00 24.261.780 Dinas Sosial
1.06.06 Program Penanganan Bencana Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat
% 100,00 100,00 372.320 100,00 388.714 100,00 392.601 100,00 396.527 100,00 400.492 100,00 404.497 100,00 1.982.832 Dinas Sosial
2.07.02 Program Perencanaan Tenaga Kerja Persentase kebijakan tenaga kerja yang terakomodasi dalam dokumen perencanaan
% - - - - - - - 100,00 50.000 - - - - 100,00 50.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2.07.03 Program Pelatihan Kerja Dan Produktivitas Tenaga Kerja
Persentase tenaga kerja dan pencari kerja bersertifikat
% 23,76 35,76 1.854.708 47,76 1.752.276 59,76 1.761.037 71,76 1.769.843 83,76 1.778.692 95,76 1.787.585 95,76 8.849.433 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2.07.04 Program Penempatan Tenaga Kerja Persentase tenaga kerja yang ditempatkan
% 89,89 65,00 54.142 67,00 55.253 69,00 60.778 70,00 66.856 71,00 73.542 72,00 80.896 72,00 337.325 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2.07.05 Program Hubungan Industrial Persentase perusahaan yang menerapkan tata kelola kerja yang layak
% 83,97 84,22 90.729 84,60 79.391 85,00 83.361 85,40 87.529 86,00 91.905 86,70 96.500 86,70 438.685 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3.32.02 Program Perencanaan Kawasan Transmigrasi
Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi
Provinsi 1,00 0,00 65.501 3,00 17.659 3,00 72.051 3,00 79.256 3,00 87.182 3,00 95.900 15,00 352.048 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3.32.03 Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi
Peningkatan SDM calon transmigran
KK 0,00 0,00 132.417 5,00 60.000 5,00 139.038 5,00 152.942 5,00 168.236 5,00 185.059 25,00 705.275 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2 2 4 Meningkatnya ketahanan pangan Indeks Ketahanan Pangan - 85,94 85,96 1.280.589 85,98 1.412.289 86 1.404.203 86,02 1.418.079 86,04 1.434.974 86,06 1.451.889 86,06 7.121.434 2.09.02 Program Pengelolaan Sumber Daya
Ekonomi Untuk Kedaulatan Dan Kemandirian Pangan
Persentase pengisian cadangan pangan pada lumbung pangan
% 0,00 21,67 550.000 21,67 570.000 21,67 575.000 21,67 580.000 21,67 585.000 21,67 590.000 21,67 2.900.000 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
2.09.03 Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat
Skor pola pangan harapan - 93.8 87,00 689.318 87,50 771.346 88,00 775.203 88,50 779.079 89,00 782.974 89,50 786.889 89,50 3.895.491 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
2.09.04 Program Penanganan Kerawanan Pangan
Persentase daerah rawan pangan yang tertangani
% 8,50 8,50 19.880 8,50 47.573 8,50 28.000 8,50 29.000 8,50 32.000 8,50 35.000 8,50 171.573 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
VI - 26
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
2.09.05 Program Pengawasan Keamanan Pangan
Persentase produk yang lulus uji ambang batas keamanan pangan
% 0,00 80,00 21.391 80,00 23.370 83,00 26.000 85,00 30.000 87,00 35.000 88,00 40.000 88,00 154.370 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3 Meningkatkan Pemerintahan yang baik, bersih, demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh Aparatur yang kompeten dan profesional
1.647.439.450 1.727.509.331 1.737.658.348 1.805.894.982 1.754.307.601 1.772.402.441 8.797.772.703
3 3 Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance )
Indeks Reformasi Birokrasi - 60,02 (B) 62,23 (B) 1.647.439.450 64,55 (B) 1.727.509.331 66,97 (B) 1.737.658.348 69,52 (B) 1.805.894.982 72,85 (BB) 1.754.307.601 73,59 (BB) 1.772.402.441 73,59 (BB) 8.797.772.703
3 3 1 Meningkatnya kualitas pelayanan publik Indeks Kepuasan Masyarakat - 86,00 86,25 39.154.235 86,50 40.977.993 86,75 41.174.953 87,00 43.310.168 87,25 45.531.517 87,50 47.873.941 87,50 218.868.572
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
- 3,05 3,07 3,1 3,2 3,3 3,4 3,55 3,55
2.12.02 Program Pendaftaran Penduduk Persentase Cakupan Kepemilikan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk
% 99,88 99,89 436.856 99,90 831.010 99,90 590.761 99,91 714.819 99,93 786.302 99,95 864.932 99,95 3.787.824 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.12.03 Program Pencatatan Sipil Persentase Cakupan Kepemilikan Dokumen Akta Kelahiran dan Akta Kematian
% 90,87 91,25 283.890 93,13 445.792 95,00 343.657 97,13 415.408 98,00 457.408 98,88 503.150 98,88 2.165.415 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.12.04 Program Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan
Persentase Ketersediaan Database Kependudukan yang akurat
% 98,75 99,10 540.424 99,20 591.588 99,30 609.336 99,40 639.802 99,50 671.793 99,60 705.382 99,60 3.217.901 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.12.05 Program Pengelolaan Profil Kependudukan
Persentase Pemanfaatan Informasi Kependudukan
% 100,00 100,00 72.812 100,00 72.812 100,00 76.453 100,00 80.275 100,00 84.289 100,00 88.503 100,00 402.332 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.16.02 Program Informasi Dan Komunikasi Publik
Persentase Keterbukaan informasi publik
% 100,00 100,00 1.327.670 100,00 1.650.203 100,00 1.699.709 100,00 1.784.694 100,00 1.873.929 100,00 1.967.626 100,00 8.976.161 Dinas Komunikasi dan Informatika
2.16.03 Program Aplikasi Informatika Persentase pengelolaan sumber daya eGovernment sesuai standar
% 100,00 100,00 1.573.389 100,00 2.233.883 100,00 2.300.900 100,00 2.415.945 100,00 2.609.220 100,00 2.817.958 100,00 12.377.906 Dinas Komunikasi dan Informatika
2.20.02 Program Penyelenggaraan Statistik Sektoral
Persentase pengelolaan data statistik sektoral sesuai standar
% 100,00 100,00 344.155 100,00 322.552 100,00 338.680 100,00 355.614 100,00 373.394 100,00 392.064 100,00 1.782.303 Dinas Komunikasi dan Informatika
2.21.02 Program Penyelenggaraan Persandian Untuk Pengamanan Informasi
Persentase OPD yang terfasilitasi layanan persandian dan Pengamanan Informasi
% 100,00 100,00 82.942 100,00 78.580 100,00 82.509 100,00 86.634 100,00 90.966 100,00 95.514 100,00 434.204 Dinas Komunikasi dan Informatika
2.24.02 Program Pengelolaan Arsip Persentase Pengelolaan Arsip Dinamis sesuai dengan Standar Kearsipan
% 6,52 15,22 683.299 20,00 647.180 30,00 653.652 60,00 673.261 75,00 693.459 100,00 714.263 100,00 3.381.815 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
2.24.03 Program Perlindungan Dan Penyelamatan Arsip
Persentase Aktivitas Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Daerah yang Terlaksana sesuai Ketentuan Standar yang Berlaku
% 50,00 55,00 14.430 60,00 14.939 70,00 15.686 80,00 16.470 90,00 17.294 100,00 18.158 100,00 82.547 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
7.01.02 Program Penyelenggaraan Pemerintahan Dan Pelayanan Publik
Persentase masyarakat yang terfasilitasi pelayanan publik (PATEN)
% 70,00 75,00 1.159.199 80,00 1.473.971 85,00 1.488.711 90,00 1.503.598 95,00 1.518.634 100,00 1.533.820 100,00 7.518.733 Seluruh Kecamatan
7.01.03 Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Dan Kelurahan
Persentase Lembaga Masyarakat Desa / Kelurahan yang Berperan Aktif dalam Pembangunan
% 70,00 75,00 29.775.282 80,00 28.556.129 85,00 28.841.691 90,00 30.283.775 95,00 31.797.964 100,00 33.387.862 100,00 152.867.421 Seluruh Kecamatan
7.01.04 Program Koordinasi Ketentraman Dan Ketertiban Umum
Persentase lembaga kemasyarakatan aktif terlibat dalam kegiatan yg menunjang ketenteraman dan ketertiban di masyakarat
% 70,00 75,00 529.341 80,00 831.598 85,00 873.178 90,00 916.837 95,00 962.679 100,00 1.010.813 100,00 4.595.104 Seluruh Kecamatan
7.01.05 Program Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Umum
Persentase Cakupan Fasilitasi Urusan Pemerintahan Umum kepada Desa/Kelurahan
% 70,00 75,00 899.310 80,00 1.153.691 85,00 1.165.227 90,00 1.223.489 95,00 1.284.663 100,00 1.348.896 100,00 6.175.966 Seluruh Kecamatan
7.01.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintahan Desa
Persentase tertib administrasi pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan di Desa/Kelurahan
% 70,00 75,00 1.431.238 80,00 2.074.065 85,00 2.094.805 90,00 2.199.546 95,00 2.309.523 100,00 2.424.999 100,00 11.102.938 Seluruh Kecamatan
3 3 2 Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan daerah dan desa
Nilai SAKIP - 58,11 (CC) 62,75 (B) 1.608.285.215 64,64 (B) 1.686.531.338 66,60 (B) 1.696.483.395 68,64 (B) 1.762.584.815 70,75 (BB) 1.708.776.084 72,94 (BB) 1.724.528.500 72,94 (BB) 8.578.904.132
Opini BPK Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTPIndeks Manajemen Risiko level 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 3,00 3,00Nilai Kematangan Organisasi Daerah
- - 19,00 19,10 20,50 22,50 24,50 26,50 26,50
Indeks Sistem Merit - - 0,51 0,56 0,60 0,65 0,68 0.73 0.73Indeks Desa Membangun - 12,50 17,50 22,50 27,50 32,50 37,50 42,50 42,50
VI - 27
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
X.XX.XX Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Persentase pemenuhan pelayanan administrasi perkantoran Perangkat Daerah
% 100,00 100,00 1.193.269.640 100,00 1.232.886.956 100,00 1.243.836.638 100,00 1.243.836.638 100,00 1.257.265.005 100,00 1.269.813.555 100,00 6.247.638.792 Seluruh Perangkat Daerah
5.01.02 Program Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah
keselarasan antar dokumen perencanaan
% 90,00 91,00 933.991 92,00 780.513 93,00 858.564 94,00 944.421 95,00 991.642 96,00 1.041.224 96,00 4.616.364 Badan Perencanaan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah5.01.03 Program Koordinasi Dan Sinkronisasi
Perencanaan Pembangunan Daerahkeselarasan implementasi dokumen perencanaan
% 96,00 96,00 863.399 96,00 847.989 97,00 932.787 97,00 1.026.066 97,00 1.077.369 98,00 1.131.238 98,00 5.015.449 Badan Perencanaan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah5.05.02 Program Penelitian Dan Pengembangan
Daerahpersentase perangkat daerah yang difasilitasi dalam kelitbangan daerah
% 23,00 23,91 288.002 28,26 358.577 32,61 430.292 36,96 473.322 41,30 520.654 45,65 572.719 45,65 2.355.564 Badan Perencanaan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah5.02.02 Program Pengelolaan Keuangan Daerah Persentase dokumen pengelolaan
keuangan daerah yang terpublikasi% 100 100,00 362.137.772 100,00 371.635.255 100,00 372.106.991 100,00 373.606.991 100,00 366.631.991 100,00 367.204.041 100,00 1.851.185.268 Badan Keuangan Daerah
5.02.03 Program Pengelolaan Barang Milik Daerah
Persentase barang milik daerah yang tercatat di neraca barang daerah sesuai SAP
% 100 100 1.796.531 100 1.321.284 100 1.334.497 100 1.374.532 100,00 1.415.768 100,00 1.458.241 100,00 6.904.321 Badan Keuangan Daerah
5.02.04 Program Pengelolaan Pendapatan Daerah
Persentase realisasi target pendapatan daerah
% 100,00 100,00 4.556.917 100,00 4.885.743 100,00 4.934.600 100,00 5.082.638 100,00 5.235.118 100,00 5.392.171 100,00 25.530.271 Badan Keuangan Daerah
4.01.02 Program Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat
Tingkat Capaian Koordinasi Pemerintahan dan kesejahteraan rakyat
% 100,00 100,00 6.668.392 100,00 25.543.211 100,00 25.798.643 100,00 88.801.764 100,00 26.309.507 100,00 26.572.602 100,00 193.025.727 Sekretariat Daerah
4.01.03 Program Perekonomian Dan Pembangunan
Tingkat Capaian Koordinasi Perekonomian dan Pembangunan
% 100,00 100,00 2.484.892 100,00 5.235.036 100,00 2.733.381 100,00 2.815.383 100,00 2.899.844 100,00 2.986.839 100,00 16.670.483 Sekretariat Daerah
4.02.02 Program Dukungan Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi DPRD
Persentase fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi pimpinan dan anggota DPRD
% 100,00 100,00 20.945.271 100,00 28.805.163 100,00 29.093.215 100,00 29.966.011 100,00 31.464.312 100,00 33.037.527 100,00 152.366.228 Sekretariat DPRD
5.03.02 Program Kepegawaian Daerah Persentase Ketersediaan ASN yang Berkualitas
% 98,40 100,00 3.074.379 100,00 3.306.989 100,00 3.340.059 100,00 3.340.261 100,00 3.406.199 100,00 3.508.385 100,00 16.901.892 Badan Kepegawaian Daerah
5.04.02 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
Persentase Pemenuhan Kebutuhan Diklat Bagi ASN
% 111,34 100,00 3.585.745 100,00 3.381.099 100,00 3.414.910 100,00 3.517.357 100,00 3.622.878 100,00 3.731.564 100,00 17.667.809 Badan Kepegawaian Daerah
6.01.02 Program Penyelenggaraan Pengawasan Persentase Temuan yang Selesai Ditindaklanjuti
% 80,86 81,00 2.100.899 81,30 1.910.519 81,50 1.929.624 81,80 1.948.920 82,00 1.968.410 82,30 1.988.094 82,30 9.745.567 Inspektorat
6.01.03 Program Perumusan Kebijakan, Pendampingan dan Asistensi
Zona Integritas PD - 1,00 486.676 2,00 655.578 3,00 675.245 4,00 695.502 5,00 716.367 6,00 737.858 6,00 3.480.551 Inspektorat
2.13.02 Program Penataan Desa Persentase RTLH dan Sarpras Permukiman Desa yang Dibangun
% 50,00 60,00 67.206 65,00 1.112.686 67,00 1.123.813 70,00 1.135.051 75,00 1.146.401 80,00 1.157.866 80,00 5.675.817 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2.13.04 Program Administrasi Pemerintahan Desa
Persentase Aparatur Pemerintahan Desa yang Memiliki Kompetensi dalam Tata Kelola Pemdes
% 60,00 63,00 3.459.546 65,00 3.456.446 70,00 3.491.010 75,00 3.525.921 80,00 3.561.180 85,00 3.596.792 85,00 17.631.348 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2.13.05 Program Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan Masyarakat Hukum Adat
Cakupan Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Desa
% 50,00 60,00 1.565.957 65,00 408.295 67,00 449.125 70,00 494.037 75,00 543.441 80,00 597.785 80,00 2.492.682 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
4 Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah
243.453.864 232.939.260 232.702.362 230.543.837 261.431.858 267.530.383 1.225.147.700
4 4 Meningkatkan kinerja pemenuhan sarana dan prasarana wilayah
Rata-rata Ketercapaian Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah
% 73,73 74,43 243.453.864 71,70 232.939.260 75,71 232.702.362 79,72 230.543.837 83,72 261.431.858 87,45 267.530.383 87,45 1.225.147.700
4 4 1 Meningkatnya kualitas infrastruktur bidang pekerjaan umum
Persentase infrastruktur bidang pekerjaan umum dalam kondisi baik
% 72,02 73,93 193.334.844 62,9 180.903.702 65,8 179.002.857 68,68 176.710.227 71,53 207.369.634 74,48 213.234.735 74,48 957.221.155
1.03.02 Program Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)
Persentase irigasi kabupaten dalam kondisi baik
% 58,89 59,70 29.906.883 61,60 24.651.744 64,20 23.771.525 66,70 23.771.525 69,10 24.000.000 71,90 25.609.280 71,90 121.804.074 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.03 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Persentase rumah tangga yang terlayani SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum)
% 0,93 91,54 24.903.708 91,63 23.769.336 91,86 24.007.029 92,08 24.007.029 92,27 24.707.381 92,46 25.857.750 92,46 122.348.525 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.05 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Air Limbah
Persentase rumah yang terlayani SPALDT (Sistem Penyediaan Air Limbah Domestik Terpusat) di kawasan perumahan dan permukiman kumuh
% 31,43 4,22 2.764.302 5,34 2.982.838 6,46 2.997.752 7,57 3.012.741 8.69 3.027.805 9,80 3.042.944 9,80 15.064.079 Dinas Pekerjaan Umum
VI - 28
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
1.03.06 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Drainase
Persentase drainase dalam kondisi baik
% 20,00 21,00 4.944.215 22,00 8.695.941 24,00 8.700.000 26,00 8.961.000 28,00 9.229.830 30,00 9.506.725 30,00 45.093.496 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.07 Program Pengembangan Permukiman Persentase Pemenuhan Pembangunan Infrastruktur Permukiman kawasan strategis
% - 0,00 14.634.060 20,00 1.500.000 40,00 1.515.000 60,00 1.545.300 80,00 1.576.206 100,00 1.607.730 100,00 7.744.236 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.08 Program Penataan Bangunan Gedung Persentase bangunan gedung milik daerah dengan kondisi baik
% 60,00 62,00 18.913.647 65,00 22.840.800 70,00 22.840.800 75,00 20.961.425 80,00 20.896.087 85,00 43.855.902 85,00 131.395.015 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.10 Program Penyelenggaraan Jalan Persentase jalan dan jembatan kabupaten kondisi baik
% 84,60 88,00 96.649.431 62,50 93.861.120 64,50 90.983.770 66,50 90.983.770 68,50 95.553.680 70,50 100.534.884 70,50 471.917.223 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.11 Program Pengembangan Jasa Konstruksi
Persentase penyedia jasa konstruksi memenuhi standar kualifikasi
% 92,00 92,00 143.439 93,00 267.472 94,00 272.821 95,00 278.278 96,00 283.843 97,00 289.520 97,00 1.391.935 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.12 Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pemenuhan Dokumen Rencana Tata Ruang
% - 5,55 351.301 27,78 2.120.946 44,44 2.230.000 61,11 2.250.000 77,78 2.350.000 100,00 2.350.000 100,00 11.300.946 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.04 Program Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan
Tingkat capaian fasilitasi penyelesaian sengketa tanah garapan dalam daerah Kab/Kota
% 100,00 100,00 123.859 100,00 113.505 100,00 134.159 100,00 134.159 100,00 150.000 100,00 175.000 100,00 706.823 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.05 Program penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan
Persentase fasilitasi penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan yang dilaksanakan
%
- - - 100,00 100.000 100,00 120.000 100,00 140.000 100,00 25.239.802 - - 100,00 27.139.802 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.06 Program Redistribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee
Persentase fasilitasi kebijakan Redistribusi Tanah, Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee yang dilaksanakan
%
- - - - - 100,00 120.000 100,00 140.000 100,00 160.000 100,00 175.000 100,00 595.000 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.08 Program Pengelolaan Tanah Kosong Persentase fasilitasi kebijakan pengelolaan tanah kosong yang dilaksanakan
%- - - - - 100,00 70.000 100,00 95.000 100,00 115.000 100,00 140.000 100,00 420.000 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.10 Program Penatagunaan Tanah Persentase fasilitasi kebijakan penatagunaan tanah yang dilaksanakan
%- - - - - 100,00 60.000 100,00 70.000 100,00 80.000 100,00 90.000 100,00 300.000 Dinas Pekerjaan Umum
4 4 2 Meningkatnya rumah layak huni Persentase Rumah layak Huni % 77,07 77,77 44.793.689 78,00 13.258.359 78,50 14.800.944 79,00 14.812.990 79,50 14.918.825 80,00 15.028.719 80,00 72.819.838 1.04.02 Program Pengembangan Perumahan Cakupan ketersediaan rumah layak
huni% 0,50 0,75 1.513.580 1,00 1.192.686 1,20 1.204.613
1,41.216.659
1,51.228.826
1,61.241.114
1,66.083.897 Dinas Pekerjaan Umum
1.04.03 Program Kawasan Permukiman Rasio permukiman layak huni 0,98 0,98 4.905.137 0,98 1.848.348 0,98 1.866.831 0,99 1.866.831 0,99 1.885.500 0,99 1.904.355 0,99 9.371.866 Dinas Pekerjaan Umum1.04.04 Program Perumahan dan Kawasan Rasio Rumah Layak Huni 0,20 0,21 - 0,21 - 0,22 1.500.000 0,22 1.500.000 0,23 1.575.000 0,23 1.653.750 0,23 6.228.750 Dinas Pekerjaan Umum1.04.05 Program Peningkatan Prasarana, Sarana
Dan Utilitas Umum (PSU)Cakupan Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan PSU
% 70,00 71,00 38.374.972 73,00 10.217.325 74,00 10.229.500 75,00 10.229.500 76,00 10.229.500 77,00 10.229.500 77,00 51.135.325 Dinas Pekerjaan Umum
4 4 3 Meningkatnya pelayanan transportasi yang handal
Indeks Pelayanan Transportasi - 51,43 51,43 5.325.331 54,04 38.777.199 62,98 38.898.561 71,93 39.020.619 80,88 39.143.399 88,93 39.266.930 88,93 195.106.708
2.15.02 Program Penyelenggaraan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ)
Persentase pelayanan ruas jalan yang memiliki tingkat pelayanan A dan B
% 80,00 89,00 5.233.601 90,00 38.687.717 91,00 38.803.780 92,00 38.920.191 93,00 39.036.952 94,00 39.154.063 94,00 194.602.703 Dinas Perhubungan
2.15.03 Program Pengelolaan Pelayaran Prosentase ketersediaan alat keselamatan pada angkutan perahu
% 40,00 48,20 76.407 58,90 72.984 69,60 76.633 80,36 80.465 91,07 84.488 98,21 88.713 98,21 403.283 Dinas Perhubungan
2.15.05 Program Pengelolaan Perkeretaapian Persentase ketersediaan perlengkapan jalan pada perlintasan sebidang
% 20,00 20,00 15.323 20,00 16.498 40,00 18.148 60,00 19.963 80,00 21.959 100,00 24.155 100,00 100.722 Dinas Perhubungan
5 Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan
18.108.359 22.958.819 23.179.508 23.382.050 21.061.338 21.979.972 112.561.689
5 5 Meningkatkan kondisi daerah yang aman dan kondusif
Angka Kriminalitas % 2,75 2,64 9.594.247 2,53 14.416.486 2,45 14.499.588 2,30 14.569.938 2,25 12.088.838 2,20 12.813.979 2,20 68.388.830
5 5 1 Meningkatnya Penanganan gangguan Trantibum Linmas
Persentase gangguan tibumtranmas yang diselesaikan
% 99,44 99,47 6.057.964 99,51 9.111.006 99,54 9.156.561 99,58 9.202.344 99,61 6.663.760 99,65 7.330.136 99,65 41.463.808
1.05.02 Program Peningkatan Ketentraman Dan Ketertiban Umum
Persentase jenis potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum.
% 80,00 80,00 6.057.964 90,00 9.111.006 90,00 9.156.561 90,00 9.202.344 90,00 6.663.760 90,00 7.330.136 90,00 41.463.808 Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam
Kebakaran5 5 2 Meningkatnya penanganan konflik sosial
masyarakatPersentase peningkatan konflik sosial masyarakat yang ditangani
% 2,00 2,00 3.536.283 2,00 5.305.480 2,00 5.343.026 2,00 5.367.594 3,00 5.425.078 5,00 5.483.843 14,00 26.925.022
8.01.02 Program Penguatan Ideologi Pancasila Dan Karakter Kebangsaan
Persentase Masyarakat yang memperoleh peningkatan wawasan kebangsaan
% 60,00 60,00 18.065 66,00 183.506 75,00 185.341 83,00 187.194 91,00 189.066 100,00 190.957 100,00 936.065 Kesatuan Bangsa dan Politik
VI - 29
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
8.01.03 Program Peningkatan Peran Partai Politik Dan Lembaga Pendidikan Melalui Pendidikan Politik Dan Pengembangan Etika Serta Budaya Politik
Persentase pemilih yang mendapatkan pendidikan politik
% 70,00 21,33 1.418.305 56,00 2.784.919 69,33 2.798.844 82,67 2.798.844 90,00 2.812.838 100,00 2.826.902 100,00 14.022.346 Kesatuan Bangsa dan Politik
8.01.04 Program Pemberdayaan Dan Pengawasan Organisasi Kemasyarakatan
Prosentase Ormas yang telah berbadan hukum
% 70,00 70,00 181.057 75,00 269.556 80,00 277.643 85,00 285.972 90,00 294.551 100,00 303.388 100,00 1.431.109 Kesatuan Bangsa dan Politik
8.01.05 Program Pembinaan Dan Pengembangan Ketahanan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya
Persentase Masyarakat yang memperoleh pembinaan ketahanan sosial
% 60,00 13,00 1.709.359 61,00 1.793.501 78,00 1.793.501 83,00 1.793.501 94,00 1.811.436 100,00 1.829.550 100,00 9.021.489 Kesatuan Bangsa dan Politik
8.01.06 Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional Dan Peningkatan Kualitas Dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial
Persentase potensi konflik sosial yang terselesaikan
% 70,00 90,00 209.497 95,00 273.998 95,00 287.698 100,00 302.083 100,00 317.187 100,00 333.046 100,00 1.514.012 Kesatuan Bangsa dan Politik
5 6 Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan
Indeks Pemberdayaan Gender - 75,40 75,12 640.507 75,30 699.144 75,35 736.312 75,47 775.735 75,50 821.262 75,55 873.447 75,55 3.905.900
5 6 1 Meningkatnya responsif gender dalam pelaksanaan pembangunan
Persentase Anggaran Responsif Gender Dalam Pelaksanaan Pembangunan
% 34,60 36,40 50.219 50,00 45.505 75,00 51.106 75,00 54.628 75,00 58.875 75,00 63.920 75,00 274.034
2.08.02 Program Pengarusutamaan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan
Persentase Kebijakan Pengarusutamaan Gender yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku
% 100,00 100,00 32.412 100,00 28.417 100,00 31.259 100,00 34.385 100,00 37.823 100,00 41.605 100,00 173.489 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.08.05 Program Pengelolaan Sistem Data Gender Dan Anak
Persentase pengelolaan data gender dan anak yang terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku
% 80,00 80,00 17.807 80,00 17.088 80,00 19.847 80,00 20.243 80,00 21.052 80,00 22.315 80,00 100.545 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
5 6 2 Meningkatnya penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
Presentase penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
% 100,00 100,00 512.758 100,00 541.996 100,00 562.399 100,00 586.019 100,00 613.790 100,00 646.070 100,00 2.950.274
2.08.03 Program Perlindungan Perempuan Persentase Kebijakan Perlindungan Perempuan yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku
% 100,00 100,00 364.035 100,00 392.761 100,00 412.399 100,00 433.019 100,00 454.670 100,00 477.403 100,00 2.170.252 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.08.07 Program Perlindungan Khusus Anak Persentase tindak kekerasan terhadap anak yang tertangani
% 100,00 100,00 148.723 100,00 149.235 100,00 150.000 100,00 153.000 100,00 159.120 100,00 168.667 100,00 780.022 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
5 6 3 Meningkatnya kualitas pemenuhan hak anak
Nilai Kabupaten Layak Anak Skor 510,00 550,00 77.530 570,00 111.643 590,00 122.807 605,00 135.088 620,00 148.597 635,00 163.457 635,00 681.592
2.08.06 Program Pemenuhan Hak Anak (PHA) Presentase Pemenuhan Hak Anak % 100,00 100,00 77.530 100,00 111.643 100,00 122.807 100,00 135.088 100,00 148.597 100,00 163.457 100,00 681.592 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
5 7 Meningkatkan kesejahteraan keluarga Persentase Tingkat Kesejahteraan Keluarga
% 78,77 78,77 7.873.605 78,89 7.843.189 78,90 7.943.609 78,91 8.036.378 78,92 8.151.238 78,93 8.292.546 78,93 40.266.959
5 7 1 Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk
% 1,20 1,20 6.847.911 1,20 6.827.706 1,19 6.914.285 1,18 6.986.468 1,17 7.059.332 1,15 7.135.126 1,15 34.922.916
2.14.02 Program Pengendalian Penduduk Angka Kelahiran Total (TFR) % 1,84 2,29 94.488 2,26 76.929 2,24 96.000 2,21 100.000 2,18 104.000 2,10 110.240 2,10 487.169 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.14.03 Program Pembinaan Keluarga Berencana (KB)
Prosentase peserta KB Aktif MKJP % 40,79 37,45 6.753.423 37,85 6.750.777 38,25 6.818.285 38,65 6.886.468 39,05 6.955.332 40,00 7.024.886 40,00 34.435.747 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
5 7 2 Meningkatnya ketahanan keluarga Persentase Keluarga Tangguh % 70,00 1.025.694 75,00 1.015.483 80,00 1.029.324 85,00 1.049.910 90,00 1.091.906 100,00 1.157.420 100,00 5.344.043 2.14.04 Program Pemberdayaan Dan
Peningkatan Keluarga Sejahtera (KS)Presentase Kelompok Kegiatan Tribina Plus yang Aktif
% 100,00 100,00 1.025.694 100,00 1.015.483 100,00 1.029.324 100,00 1.049.910 100,00 1.091.906 100,00 1.157.420 100,00 5.344.043 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
6 Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya
29.327.276 29.374.146 29.880.997 30.471.335 35.117.849 35.843.104 160.687.430
6 7 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan daerah dalam penanggulangan bencana
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup - 69,12 69,39 29.327.276 69,67 29.374.146 69,96 29.880.997 70,26 30.471.335 70,57 35.117.849 70,89 35.843.104 70,89 160.687.430
6 7 1 Meningkatnya kualitas udara, air dan tutupan lahan
Peningkatan Indeks Kualitas Air (IKA)
- 53,33 54,00 23.822.447 54,70 24.198.371 55,45 24.620.770 56,20 25.125.158 56,97 25.703.641 57,77 26.300.059 57,77 125.947.998
VI - 30
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
Peningkatan Indeks Kualitas Udara (IKU)
- 78,68 78,71 78,75 78,78 78,82 78,86 78,91 78,91
Peningkatan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL)
- 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57
1.03.04 Program Pengembangan Sistem Dan Pengelolaan Persampahan Regional
Persentase Jumlah Sampah yang terkurangi melalui 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)
% 8,02 8,34 636.000 8,69 3.000.000 9,02 3.030.000 9,35 3.060.300 9,70 3.090.903 10,05 3.121.812 10,05 15.303.015 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.02 Program Perencanaan Lingkungan Hidup
Persentase Ketersediaan Dokumen Perencanaan Lingkungan Hidup
% 100,00 100,00 241.225 100,00 373.752 100,00 392.440 100,00 412.062 100,00 432.665 100,00 454.298 100,00 2.065.216 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.03 Program Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
Peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
- 0,26 0,27 2.302.333 0,28 666.423 0,29 686.416 0,30 707.008 0,31 728.218 0,32 750.065 0,32 3.538.130 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.04 Program Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (KEHATI)
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau ha 543,50 544,04 7.831.970 544,58 7.289.188 545,12 7.362.080 545,66 7.362.080 546,20 7.435.701 547,00 7.510.058 547,00 36.959.106 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.05 Program Pengendalian Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Limbah B3)
Persentase fasilitasi pengelolaan Limbah B3
% 100,00 100,00 67.210 100,00 55.192 100,00 60.711 100,00 66.782 100,00 73.461 100,00 80.807 100,00 336.953 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Izin Lingkungan Dan Izin Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
Persentase Pembinaan dan Pengawasan terhadap Izin Lingkungan
% 100,00 100,00 397.962 100,00 115.520 100,00 127.072 100,00 139.779 100,00 153.757 100,00 169.133 100,00 705.261 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.08 Program Peningkatan Pendidikan, Pelatihan Dan Penyuluhan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat
Persentase Lembaga Bank Sampah yang telah mendapat pendidikan/ pelatihan/penyuluhan
% 80,50 82,50 205.867 85,00 193.817 88,00 203.508 91,50 213.683 95,50 224.367 100,00 235.586 100,00 1.070.961 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.09 Program Penghargaan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat
Tokoh/Lembaga/ Kelompok/ Sekolah yang mendapatkan Penghargaan Lingkungan minimal Tingkat Provinsi
Tokoh/ Lembaga / Kelompok/
Sekolah
2,00 2,00 30.701 2,00 52.155 2,00 56.305 2,00 79.550 2,00 87.500 3,00 96.250 3,00 371.760 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.10 Program Penanganan Pengaduan Lingkungan Hidup
Persentase Pengaduan Masyarakat yang tertangani
% 100,00 100,00 26.512 100,00 28.937 100,00 30.384 100,00 31.903 100,00 33.498 100,00 35.173 100,00 159.895 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.11 Program Pengelolaan Persampahan Persentase Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
% 0,93 0,93 12.082.667 0,94 12.423.387 0,95 12.671.855 0,96 13.052.010 0,97 13.443.571 0,98 13.846.878 0,98 65.437.701 Dinas Lingkungan Hidup
6 7 2 Meningkatnya kapasitas daerah dalam mengurangi risiko bencana
Indeks Risiko Bencana - 143,2 143,2 5.504.829 143,1 5.175.775 143,1 5.260.227 143 5.346.177 142,9 9.414.208 142,5 9.543.046 142,5 34.739.432
1.05.03 Program Penanggulangan Bencana Persentase kejadian bencana yang tertangani sesuai standard operating procedure
% 100,00 100,00 3.782.491 100,00 3.269.444 100,00 3.334.833 100,00 3.401.530 100,00 3.469.560 100,00 3.538.951 100,00 17.014.318 Badan Penanggulangan Bencana daerah
1.05.04 Program Pencegahan, Penanggulangan, Penyelamatan Kebakaran Dan Penyelamatan Non Kebakaran
Persentase pelayanan pemadaman dan penyelamatan kebakaran
% 94,44 94,44 1.722.338 94,50 1.906.331 94,60 1.925.394 94,70 1.944.648 96,30 5.944.648 98,15 6.004.094 98,15 17.725.114 Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam
Kebakaran
7 Meningkatkan pemberdayaan pemuda, olah raga serta melestarikan seni dan budaya lokal
10.562.558 19.988.499 18.418.634 24.406.886 25.569.975 26.132.395 114.516.388
7 8 Meningkatkan kualitas pemuda, olah raga dan seni budaya
Peningkatan prestasi bidang pemuda, olah raga dan seni budaya
% 55,38 60,68 10.562.558 64,35 19.988.499 68,59 18.418.634 71,72 24.406.886 75,39 25.569.975 78,52 26.132.395 78,52 114.516.388
7 8 1 Meningkatnya peran serta pemuda dalam pembangunan
Persentase organisasi pemuda aktif % 76,67 76,67 1.169.529 80,00 1.954.453 83,33 1.972.998 83,33 1.974.998 86,67 1.997.808 86,67 2.023.089 86,67 9.923.344
2.19.02 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan
Persentase Organisasi Pemuda yang Berprestasi
% 40,00 40,00 1.069.529 40,00 1.854.453 43,30 1.872.998 43,30 1.872.998 43,30 1.891.728 46,70 1.910.645 46,70 9.402.820 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.19.04 Program Pengembangan Kapasitas
KepramukaanPersentase Lembaga Pramuka yang Terbina
% 100,00 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 102.000 100,00 106.080 100,00 112.444 100,00 520.524 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga7 8 2 Meningkatnya kualitas pembangunan
olahragaPersentase cabang olahraga berprestasi
% 13,33 26,67 5.576.909 33,33 9.559.220 40,00 9.654.812 46,67 9.654.812 53,33 9.751.360 60,00 9.848.874 60,00 48.469.079
2.19.03 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Keolahragaan
Persentase Lembaga Keolahragaan yang dibina
% 63,30 64,00 5.576.909 65,00 9.559.220 66,00 9.654.812 67,00 9.654.812 68,00 9.751.360 69,00 9.848.874 69,00 48.469.079 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga7 8 3 Meningkatnya pelestarian seni dan
budayaPersentase seni dan budaya yang dilestarikan
% 76,15 78,71 3.816.120 79,71 8.474.826 82,43 6.790.824 85,16 12.777.076 86,16 13.820.807 88,88 14.260.433 88,88 56.123.965
1.06.07 Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawan
Persentase Taman Makam Pahlawan sesuai dengan standar
% 100,00 100,00 72.592 100,00 404.132 100,00 79.851 100,00 87.836 100,00 424.339 100,00 92.228 100,00 1.088.386 Dinas Sosial
VI - 31
M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)
TAHUN 2021
4
MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD
PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025
KODETAHUN 2022 TAHUN 2023
2.22.02 Program Pengembangan Kebudayaan Persentase Peningkatan pembinaan Budaya Lokal
% 1,00 1,00 2.880.853 1,00 6.014.829 1,00 6.074.977 1,00 6.074.977 1,00 6.135.727 1,00 6.197.084 1,00 30.497.595 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.22.03 Program Pengembangan Kesenian
TradisionalPersentase peningkatan pembinaan kesenian tradisional
% 1,00 1,00 184.000 1,00 120.722 1,00 132.794 1,00 6.074.977 1,00 6.682.475 1,00 7.350.723 1,00 20.361.691 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.22.04 Program Pembinaan Sejarah Persentase Tempat Bersejarah
dilestarikan% 83,91 85,00 187.220 86,00 101.775 88,00 111.953 89,00 123.148 90,00 135.463 90,00 149.009 90,00 621.347 Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga
2.22.05 Program Pelestarian Dan Pengelolaan Cagar Budaya
Peningkatan Cagar Budaya yang Dilestarikan
buah 2,00 2,00 271.160 2,00 1.736.522 2,00 284.718 2,00 298.954 2,00 313.902 2,00 329.597 2,00 2.963.692 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.22.06 Program Pengelolaan Permuseuman Persentase Museum yang Terkelola % 100,00 100,00 220.295 100,00 96.846 100,00 106.531 100,00 117.184 100,00 128.902 100,00 141.792 100,00 591.255 Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga
2.420.082.200 2.503.999.030 2.522.931.780 2.600.261.893 2.597.831.152 2.639.596.694 12.864.620.549 TOTAL BELANJA
VI - 32
VII - 1
BAB VII
KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN
PROGRAM PERANGKAT DAERAH
Pelaksanaan pembangunan Daerah tidak terlepas dari kerangka
pendanaan pembangunan yang diproyeksikan saat ini. Sebagaimana
tertuang dalam bab sebelumnya. Pandemi Covid – 19 yang terjadi di awal
tahun 2020 berdampak pada terjadinya shock pada kondisi keuangan
Kabupaten Semarang terutama pendapatan daerah. Pertumbuhan
pendapatan asli daerah pada tahun 2021 diproyeksikan turun sebesar
0,08% Namun demikian, pada tahun 2022 pendapatan daerah kembali di
proyeksikan akan pulih dan mengalami peningkatan. Proyeksi
peningkatan pendapatan daerah tersebut didukung kebijakan pendapatan
daerah, antara lain :
a. Optimalisasi, penyusunan dan evaluasi terhadap regulasi tentang
pengelolaan pajak dan retribusi daerah,
b. Perbaikan data potensi untuk setiap jenis obyek pajak/
retribusi daerah dengan perhitungan yang rasional dan terukur
serta proyeksi yang bisa dicapai,
c. Sosialisasi dan publikasi kebijakan pengelolaan pendapatan
daerah melalui media elektronik maupun media cetak,
d. Meningkatkan kualitas pelayanan public sebagai upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah,
e. Pemberian penghargaan kepada SKPD pengelola PAD maupun wajib
pajak,
f. Pemberian tambahan penghasilan kepada petugas terkait
pemungutan pajak dan retribusi,
g. Meningkatkan pengawasan melalui tim pengawas pajak dan retribusi
dengan melibatkan instansi terkait,
h. Meningkatkan koordinasi secara sinergis dengan pemerintah
provinsi untuk penerimaan dana transfer dari pemerintah provinsi,
i. Memperbaiki sarana dan prasarana pelayanan serta
peningkatan fasilitas pendukung lainnya,
j. Melaksanakan updating data pajak dan retribusi secara whole of
VII - 2
government (pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
mengoptimalkan upaya kolaboratif dalam ruang lingkup koordinasi
dari keseluruhan sector),
k. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga (perbankan, badan
hukum/masyarakat),
l. Optimalisasi pengelolaan BUMD yang dimiliki pemerintah
Kabupaten Semarang,
m. Sosialisasi sanksi terhadap pelanggaran Peraturan Daerah tentang
Pajak dan Retribusi Daerah.
Pada sisi yang lain kebutuhan belanja pembangunan daerah juga
diproyeksikan meningkat. Peningkatan kebutuhan belanja ditujukan untuk
memperkuat perekonomian daerah dengan berorientasi pada pemerataan,
pertumbuhan yang berkualitas, ekonomi yang inklusif dan pembangunan
yang berkelanjutan. Perhatian terhadap penanganan kemiskinan yang
menjadi inti dari tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) atau
Sustainable Development Goals (SDGs) juga menjadi perhatian penting
dalam kebijakan belanja daerah.
Belanja daerah tahun 2021-2026 memuat program prioritas dalam
pencapaian visi dan misi serta seluruh program yang dirumuskan dalam
renstra Perangkat Daerah beserta indikator kinerja, target kinerja dan pagu
indikatifnya. Perangkat Daerah bertanggung jawab terhadap pencapaian
kinerja sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya.
Sebagai bentuk implementasi adanya regulasi Permendagri Nomor 90
Tahun 2019 dimana dimutahirkan kembali dengan kepmendagri Nomor
050 – 3708 Tahun 2020, rencana program prioritas pembangunan daerah
dijabarkan dalam 6 (enam) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan
dengan pelayanan dasar, 18 (delapan belas) urusan wajib bukan pelayanan
dasar, 6 (enam) urusan pilihan, 2 (dua) fungsi penunjang pemerintahan, 5
(lima) unsur penunjang urusan pemerintahan, 1 (satu) urusan
pengawasan urusan pemerintahan, 1 (satu) unsur kewilayahan, 1 (satu)
unsur pemerintahan umum dan 1(satu) program yang bersifat pendukung
operasional Perangkat Daerah, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
VII - 3
A. Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
1. Urusan Pemerintahan bidang pendidikan.
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengelolaan Pendidikan
Program ini diarahkan untuk pemenuhan sarana prasarana PAUD,
SD, SMP, pendidikan nonformal/kesetaraan serta pengembangan
karir pendidik dan tenaga kependidikan baik itu disatuan
pendidikan PAUD, SD, SMP dan pendidikan nonformal/kesetaraan.
b. Program Pengembangan kurikulum
Program ini diarahkan untuk penyusunan kompetensi dasar
muatan lokal pendidikan dasar, PAUD dan pendidikan
nonformal/kesetaraan.
c. Program pendidik dan tenaga kependidikan
Program ini diarahkan untuk pemerataan kuantitas dan kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar,
pendidikan PAUD dan pendidikan nonformal/kesetaraan.
d. Program Pengendalian Perizinan Pendidikan
Program ini diarahkan untuk penerbitan izin pendidikan dasar,
PAUD dan Pendidikan Nonformal yang diselenggarakan oleh
masyarakat
e. Program Pengembangan Bahasa dan Sastra
Program ini diarahkan pada pembinaan, pengembangan dan
perlindungan bahasa dan sastra.
2. Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pemenuhan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat.
Program ini diarahkan untuk penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan fasilitas kesehatan.
b. Program peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan.
Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengawasan serta
pengembangan mutu dan peningkatan kompetensi teknis
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
c. Program Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan makanan
minuman.
Program ini diarahkan untuk pengendalian dan pengawasan
VII - 4
terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan serta makanan
minuman.
d. Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Program ini diarahkan untuk Peningkatan upaya promosi
kesehatan, advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat.
3. Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang.
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA).
Program ini diarahkan untuk pengelolaan, pembangunan,
Rehabilitasi dan peningkatan Sumber Daya Air (SDA).
b. Program Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum.
Program ini diarahkan untuk pengelolaan dan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di daerah.
c. Program Pengembangan Sistem dan Pengelolaan Persampahan
Regional
Program ini diarahkan untuk pengelolaan, Sistem dan Pengelolaan
Persampahan Regional).
d. Program pengelolaan dan Pengembangan Sistem Air Limbah.
Program ini diarahkan untuk pengelolaan dan pengembangan
Sistem Air Limbah Domestik.
e. Program Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase
Program ini diarahkan untuk pengelolaan dan pengembangan
sistem drainase.
f. Program Pengembangan Permukiman.
Program ini diarahkan untuk pembangunan dan pengembangan
serta pengawasan dan pemeliharaan infrastruktur kawasan
permukiman.
g. Program Penataan Bangunan Gedung
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan Bangunan Gedung,
pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) dan sertfikat laik
fungsi bangunan gedung
h. Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan Penataan Bangunan
dan lingkungannya.
VII - 5
i. Program Penyelenggaraan Jalan.
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan jalan Kabupaten
j. Program Pengembangan Jasa Konstruksi
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pelatihan tenaga
konstruksi serta pengawasan tertib pemanfaatan jasa konstruksi
k. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Program ini diarahkan untuk penetapan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) serta
koordinasi dan sinkronisasi perencanaan tata ruang daerah.
4. Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Perumahan.
Program ini diarahkan untuk penyedian dan rehabilitasi rumah
korban bencana atau relokasi serta pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman serta penataan dan
peningkatan kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah
10 Ha.
b. Program Kawasan Permukiman
Program ini diarahkan untuk penyediaan kawasan permukiman
c. Program Perumahan dan Kawasan
Program ini diarahkan untuk Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan
d. Program Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
(PSU)
Program ini diarahkan untuk Perencanaan penyediaan PSU
Perumahan
5. Urusan Pemerintahan Bidang Ketentraman dan Ketertiban
umum serta Perlindungan Masyarakat
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Ketenteraman dan Ketertiban Umum.
Program ini diarahkan untuk penanganan gangguan ketentraman
dan ketertiban umum, Penegakan Perda serta Pembinaan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
b. Program Penanggulangan Bencana.
VII - 6
Program ini diarahkan untuk pelayanan pencegahan dan
kesiapsiagaan terhadap bencana.
c. Program Pencegahan, Penanggulangan, Penyelamatan Kebakaran
dan Penyelamatan Non Kebakaran.
Program ini diarahkan untuk pencegahan,pengendalian,
pemadaman, penyelamatan dan penanganan kebakaran.
6. Urusan Pemerintahan Bidang Sosial
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pemberdayaan Sosial.
Program ini diarahkan untuk Pemberdayaan sosial Komunitas Adat
Terpencil (KAT) dan pengembangan potensi sumber kesejahteraan
sosial daerah.
b. Program Rehabilitasi Sosial
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan rehabilitasi sosial
c. Program Perlindungan dan jaminan sosial
Program ini diarahkan untuk pemeliharaan anak-anak terlantar,
lansia dan difabel yang tidak produktif serta dipergunakan dalam
rangka mendukung target capaian indikator kemiskinan.
d. Program Penanganan Bencana.
Program ini diarahkan untuk perlindungan sosial korban bencana
alam dan sosial serta penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat
terhadap kesiapsiagaan bencana.
e. Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawan
Program ini diarahkan untuk untuk Rehabilitasi sarana prasarana
Taman Makam Pahlawan Nasional serta Pemeliharaan Taman
Makam Pahlawan Nasional
B. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar.
1. Urusan Pemerintahan Bidang Tenaga Kerja
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Perencanaan Tenaga Kerja
Program ini diarahkan untuk Penyelenggaraan perencanaan
ketenaga kerjaan
b. Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja
Program ini diarahkan untuk untuk pelaksanan pelatihan kerja
VII - 7
serta pengukuran kompetensi dan produktivitas tenaga kerja.
c. Program Penempatan Tenaga Kerja
Program ini diarahkan untuk untuk pelayanan antar kerja di
daerah, pengelolaan informasi pasar kerja serta peningkatan
perlindungan dan kompetensi calon pekerja.
d. Program Hubungan Industrial
Program ini diarahkan untuk pencecahan dan penyelesaian
perselisihan Hubungan Industrial, mogok kerja dan penutupan
perusahaan di daerah.
2. Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pengarusutamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Program ini diarahkan untuk pelembagaan Pengarusutamaan
Gender (PUG), pemberdayaan perempuan serta penguatan dan
pengembangan lembaga penyedia layanan pemberdayaan
perempuan.
b. Program Perlindungan Perempuan
Program ini diarahkan untuk pencegahan kekerasan terhadap
perempuan, penyediaan layanan rujukan lanjutan bagi perempuan
korban kekerasan serta penguatan dan pengembangan lembaga
penyedia layanan perlindungan perempuan.
c. Program Pengelolan Sistem Data Gender dan Anak
Program ini diarahkan untuk pengelolaan sistem data gender dan
anak.
d. Program Pemenuhan Hak Anak (PHA)
Program ini diarahkan untuk pelembagaan PHA serta penguatan
dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan
kualitas hidup anak.
e. Program Perlindungan Khusus Anak
Program ini diarahkan untuk pencegahan kekerasan terhadap
anak, penyediaan layanan bagi anak yang memerlukan
perlindungan khusus serta penguatan dan pengembangan lembaga
penyedia layanan bagi anak yang memelukan perlindungan khusus.
VII - 8
3. Urusan Pemerintahan Bidang Pangan.
Program yang dilaksanakan adalah:
a. Program Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi untuk Kedaulatan
dan Kemandirian Pangan
Program ini diarahkan untuk penyediaan infrastruktur dan seluruh
pendukung kemandirian pangan sesuai kewenangan daerah.
b. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat.
Program ini diarahkan untuk penyediaan dan penyaluran pangan
pokok atau pangan lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah,
pengelolaan dan keseimbangan cadangan pangan, serta
pelaksanaan pencapaian target konsumsi pangan perkapita/tahun
sesuai dengan angka kecukupan gizi.
c. Program Penanganan Kerawanan Pangan
Program ini diarahkan untuk penanganan kerawanan pangan
kewenangan Kabupaten
d. Program Pengawasan Keamanan Pangan
Program ini diarahkan untuk Pelaksanaan Pengawasan keamanan
pangan segar daerah Kabupaten
4. Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan.
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan
Program ini diarahkan untuk Penyelesaian sengketa tanah garapan
dalam daerah.
b. Program Penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk
pembangunan
Program ini diarahkan untuk penyediaan dan fasilitasi penyelesaian
ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan yang
dilaksanakan
c. Program Restribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian Program Tanah
Kelebihan Maksimum dan Tanah Asestee
Program ini diarahkan untuk penetapan subjek dan obyek
retribusi tanah Serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum
dan tanah absentee.
d. Program Pengelolaan tanah kosong.
Program ini diarahkan untuk mengelola dan mendata tanah kosong
VII - 9
didaerah.
e. Program Penatagunaan tanah.
Program ini diarahkan untuk penatagunaan tanah di kabupaten
semarang.
5. Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Perencanaan Lingkungan Hidup
Program ini diarahkan untuk Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) serta Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
b. Program Pengendalian Pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan Hidup
Program ini diarahkan untuk pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup, penanggulangan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
c. Program Pengelolaan Keanegaragaman Hayati (Kehati)
Program ini diarahkan untuk pengelolaan keanegaragaman hayati
(Kehati)
d. Program Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
limbah bahan berbahaya dan Beracun (Limbah B3)
Program ini diarahkan untuk penyimpanan dan pengumpulan
limbah B3.
e. Program Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Izin lingkungan
dan Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH)
Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengawasan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungan
dan izin PPLH yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah.
f. Program Peningkatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
lingkungan hidup untuk masyarakat
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan lingkungan hidup untuk
lembaga/kemasyarakatan tingkat daerah
g. Program Penghargaan lingkungan hidup untuk masyarakat
Program ini diarahkan untuk pemberian penghargaan lingkungan
hidup tingkat daerah
VII - 10
h. Program Penanganan pengaduan lingkungan hidup
Program ini diarahkan untuk penyelesaian pengaduan masyarakat
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(PPLH).
i. Program Pengelolaan Persampahan
Program ini diarahkan untuk pengelolaan sampah.
6. Urusan Pemerintahan Bidang Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pendaftaran Penduduk
Program ini diarahkan untuk pelayanan pendaftaran penduduk
b. Program Pencatatan Sipil
Program ini diarahkan untuk pelayanan pencatatan sipil
c. Program Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan
Program ini diarahkan untuk pengumpulan data kependudukan
dan pemanfaatan dan penyajian database kependudukan, penataan
administrasi kependudukan, penyelenggaraan urusan administrasi
kependudukan serta pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
administrasi kependudukan.
d. Program Pengelolaan profil kependudukan
Program ini diarahkan untuk penyusunan profil kependudukan.
7. Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Penataan Desa
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan penataan desa.
b. Program Peningkatan Kerjasama Desa
Program ini diarahkan untuk fasilitasi kerjasama antar desa.
c. Program Administrasi Pemerintahan Desa
Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa.
d. Program Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan, lembaga adat
dan masyarakat hukum adat
Program ini diarahkan untuk pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat serta
peningkatan kapasitas kelembagaan lembaga kemasyarakatan
VII - 11
Desa/Kelurahan (RT, RW, PKK, Posyandu, LPM dan Karang Taruna)
lembaga adat Desa/Kelurahan dan masyrakat hukum adat.
8. Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pengendalian penduduk
Program ini diarahkan untuk Pemaduan dan sinkronisasi
kebijakan pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah daerah
kabupaten dalam rangka pengendalian kuantitas penduduk serta
pemetaan perkiraan pengendalian penduduk cakupan daerah.
b. Program Pembinaan Keluarga Berencana (KB)
Program ini diarahkan untuk pelaksanaan Advokasi, komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pengendalian pendudukan dan KB,
pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat dan obat
kontrasepsi serta pelaksanaan pelayanan KB di daerah serta
pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi
kemasyarakatan dalam pelayanan dan pembinaan kesertaan ber-
KB.
c. Program Pemberdayaan dan Peningkatan Keluarga
Sejahtera(KS)
Program ini diarahkan untuk pembinaan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, peningkatan peran serta organisasi
kemasyarakatan dalam pembangunan keluarga melalui pembinaan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
9. Urusan Pemerintahan Bidang Perhubungan
Program yang akan dilaksanakan antara lain :
a. Program Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(LLAJ)
Program ini diarahkan untuk penetapan rencana induk jaringan
LLAJ Kabupaten, penyediaan perlengkapan jalan di jalan
Kabupaten, pengelolaan terminal penumpang tipe C, penerbitan izin
penyelanggaraan dan pembangunan fasilitas parkir, pengujian
berkala kendaraan bermotor, pelaksanaan manajemen dan
rekayasan lalu lintas untuk jaringan jalan Kabupaten, penyediaan
angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang
VII - 12
antar kota, penetapan kawasan perkotaan untuk pelayanan
angkutan perkotaan, penetapan rencana umum jaringan trayek
perkotaan, penetapan rencana umum jaringan trayek pedesaan.
b. Program pengelolaan Pelayaran
Program ini diarahkan untuk peningkatan pelayanan terhadap
angkutan sungai dan danau serta peningkatan standar
keselamatan. Serta penertiban ijin pembangunan dan
pengoperasian pelabuhan sungai dan danau.
c. Program pengelolaan Perkeretaapian
Program ini diarahkan untuk peningkatan data akan jaringan jalur
perkeretaapian serta data akan kebutuhan prasarana pada
perlintasan sebidang dan kegiatan koordinasi luar daerah
10. Urusan Pemerintahan Bidang Komunikasi dan Informatika
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Informasi dan Komunikasi Publik
Program ini diarahkan untuk pengelolaan informasi dan
komunikasi public pemerintah daerah.
b. Program Aplikasi Informatika
Program ini diarahkan untuk pengelolaan nama Domain yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Sub Domain Di Lingkup
Pemerintah Daerah serta pengelolaan e-government di lingkup
pemerintah daerah.
11. Urusan Pemerintahan Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengawasan dan pemeriksaan koperasi
Program ini diarahkan untuk pemeriksaan dan pengawasan
koperasi, koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam koperasi
dengan wilayah keanggotaan dalam daerah Kabupaten
b. Program Penilaian kesehatan KSP/USP Koperasi
Program ini diarahkan untuk penilaian kesehatan koperasi simpan
pinjam/unit simpan pinjam koperasi dengan wilayah keanggotaan
dalam daerah Kabupaten
c. Program Pendidikan dan latihan perkoperasian
Program ini diarahkan untuk pendidikan dan latihan perkoperasian
bagi koperasi dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
VII - 13
Kabupaten
d. Program Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi
Program ini diarahkan untuk pemberdayaan dan perlindungan
koperasi yang keanggotaan dalam daerah Kabupaten
e. Program Pemberdayaan Usaha Menegah, Usaha Kecil dan Usaha
Mikro (UMKM)
Program ini diarahkan untuk pemberdayaan usaha mikro
dilakukan melalui pendataan, kemitraan, kemudahan perijinan,
penguatan kelembagaan dan koordinasi dengan para pemangku
kepentingan.
f. Program Pengembangan UMKM
Program ini diarahkan untuk pengembangan usaha mikro dengan
orientasi peningkatan skala usaha menjadi usaha kecil.
12. Urusan Pemerintahan Bidang Penanaman Modal
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pengembangan iklim penanaman modal
Program ini diarahkan untuk pembuatan peta potensi investasi
Kabupaten
b. Program Promosi Penanaman Modal
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan promosi penanaman
modal yang menjadi kewenangan daerah
c. Program Pelayanan penanaman modal
Program ini diarahkan untuk pelayanan perizinan dan nonperizinan
secara terpadu satu pintu di bidang penanaman modal yang
menjadi kewenangan daerah.
d. Program Pengendalian pelaksanaan penanaman modal
Program ini diarahkan untuk pengendalian pelaksanaan
penanaman modal yang menjadi kewenangan daerah
e. Program Pengelolaan data dan sistem informasi penanaman
modal
Program ini diarahkan untuk pengelolaan data dan informasi
perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi
13. Urusan Pemerintahan Bidang Kepemudaan dan Olahraga
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pengembangan kapasitas daya saing kepemudaan
VII - 14
Program ini diarahkan untuk pemberdayaan dan pengembangan
organisasi kepemudaan tingkat daerah
b. Program Pengembangan kapasitas daya saing keolahragaan
Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengembangan
olahraga pendidikan pada jenjang pendidikan, penyelenggaran
kejuaraan olahraga tingkat daerah, pembinaan dan pengembangan
olahraga prestasi tingkat daerah provinsi serta pembinaan dan
pengembangan olahraga
c. Program Pengembangan kapasitas kepramukaan
Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengembangan
organisasi kepramukaan.
14. Urusan Pemerintahan Bidang Statistik
Program yang akan dilaksanakan adalah:
a. Program Penyelenggaraan statistik sektoral
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan statistic sektoral di
lingkup daerah.
15. Urusan Pemerintahan Bidang Persandian
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penyelenggaran persandian untuk pengamanan
informasi
Program ini diarahkan untuk Penyelenggaran persandian untuk
pengamanan informasi pemerintah daerah kabupaten.
16. Urusan Pemerintahan Bidang Kebudayaan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pengembangan Kebudayaan
Program ini diarahkan untuk pengelolaan kebudayaan yang
masyarakat pelakunya dalam daerah kabupaten serta pelestarian
kesenian tradisional yang masyarakat pelakunya dalam daerah
kabupaten.
b. Program Pengembangan kesenian tradisional
Program ini diarahkan untuk pembinaan kesenian yang masyarakat
pelakunya dalam daerah kabupaten
c. Program Pembinaan sejarah
Program ini diarahkan untuk pembinaan sejarah dalam1 (satu)
VII - 15
daerah kabupaten
d. Program Pelestarian dan pengelolaan cagar budaya
Program ini diarahkan untuk penetapan cagar budaya peringkat
kabupaten, pengelolaan cagar budaya, peningkatan potensi nilai,
informasi dan promosi cagar budaya serta pemanfaatanya
e. Program Pengelolaan permuseuman
Program ini diarahkan untuk pengelolaan museum kabupaten
17. Urusan Pemerintahan Bidang Perpustakaan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pembinaan perpustakaan
Program ini diarahkan untuk pengelolaan perpustakaan serta
pembudayaan gemar membaca tingkat daerah.
b. Program Perlindungan dan Penyelamatan Arsip
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan perlindungan dan
penyelamatan arsip.
18. Urusan Pemerintahan Bidang Kearsipan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pengelolan arsip
Program ini diarahkan untuk pengelolaan arsip dinamis dan statis
serta pengelolaan simpul jaringan informasi kearsipan nasional.
b. Program Perlindungan dan penyelamatan arsip
Program ini diarahkan untuk pemusnahan arsip serta perlindungan
dan penyelamatan.
C. URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN
1. Urusan Pemerintahan Bidang Kelautan dan Perikanan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program pengelolaan perikanan tangkap
Program ini diarahkan untuk pengelolaan penangkapan ikan di
wilayah sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya,
pemberdayaan nelayan kecil, pengelolaan dan penyelenggaraan TPI
serta penerbitan izin tanda daftar kapal perikanan.
b. Program pengelolaan perikanan budidaya
Program ini diarahkan untuk pengelolaan penerbitan izin usaha
perikanan, pemberdayaan pembudi daya ikan kecil, serta
VII - 16
pengelolaan pembudidayaan ikan
c. Program pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
Program ini diarahkan untuk penerbitan tanda daftar usaha
pengolahan hasil perikanan, pembinaan mutu dan keamanan
hasil perikanan serta penyediaan dan penyaluran bahan baku
industry pengolahan ikan.
2. Urusan Pemerintahan Bidang Pariwisata
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan daya tarik destinasi pariwisata
Program ini diarahkan untuk pengelolan daya tarik wisata,
pengelolaan kawasan strategis pariwisata, pengelolaan destinasi
pariwisata serta penetapan tanda daftar usaha pariwisata.
b. Program Pemasaran Pariwisata
Program ini diarahkan untuk pemasaran pariwisata dalam dan luar
negeri daya tarik, destinasi dan kawasan strategis pariwisata.
c. Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif
Program ini diarahkan untuk Peningkatan kapasitas sumber daya
manusia pariwisata dan ekonomi kreatif tingkat dasar dan
pengembangan kapasitas pelaku ekonomi kreatif.
3. Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penyediaan dan pengembangan sarana pertanian
Program ini diarahkan untuk pengawasan penggunaan sarana
pertanian, pengelolaan sumber daya genetic hewan, tumbuhan dan
mikro organisme, peningkatan mutu dan peredaran benik/bibit
ternak dan tanaman pakan ternak, pengawasan obat hewan
serta pengendalian dan pengawasan penyediaan dan peredaran
benih/bibit ternak dan pakan ternak.
b. Program Penyediaan dan pengembangan prasarana pertanian
Program ini diarahkan untuk pengembangan, pembangunan
prasarana pertanian, pengelolaan wilayah sumber bibit ternak
serta pengembangan lahan penggembalaan umum.
c. Program Pengendalian kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner
VII - 17
Program ini diarahkan untuk penjaminan kesehatan hewan,
pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan, pengelolaan
pelayanan jasa laboratorium, penerapan dan pengawasan
persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner dan
kesejahteraan hewan.
d. Program Pengendalian dan penanggulangan bencana pertanian
Program ini diarahkan untuk pengendalian dan penanggulangan
bencana pertanian
e. Program Perizinan usaha pertanian
Program ini diarahkan untuk penerbitan izin usaha pertanian
f. Program Penyuluhan pertanian
Program ini diarahkan untuk pelaksanan penyuluhan pertanian
4. Urusan Pemerintahan Bidang Perdagangan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Perizinan dan pendaftaran perusahaan
Program ini diarahkan untuk penerbitan izin pengelolaan pasar
rakyat, pusat perbelanjaan dan izin usaha took swalayan,
penerbitan tanda daftar gudang serta penerbitan surat tanda
pendaftaran serta pengendalian fasilitas penyimpanan bahan
berbahaya dan pengawasan distribusi.
b. Program Peningkatan sarana distribusi perdagangan
Program ini diarahkan untuk pembangunan dan pengelolaan
sarana distribusi perdagangan serta pembinan terhadap
pengelola sarana distribusi.
c. Program stabilitas harga barang kebutuhan pokok dan barang
penting
Program ini diarahkan untuk menjamin ketersediaan barang
kebutuhan pokok dan barang penting, pengendalian harga dan stok
barang, pengawasan pupuk dan pestisida bersubsidi
d. Program standarisasi dan perlindungan konsumen
Program ini diarahkan untuk pelaksanaan metrology legal berupa
tera, tera ulang dan pengawasan
e. Program Penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri
Program ini diarahkan untuk peningkatan promosi, pemasaran
dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri
VII - 18
5. Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Perencanaan dan pembangunan industri
Program ini diarahkan untuk penyusunan dan evaluasi rencana
pembangunan industri
b. Program Pengendalian izin usaha industri Kabupaten/Kota
Program ini diarahkan untuk penerbitan izin usaha industri kecil
dan menengah
c. Program Pengelolaan sistem informasi industri nasional
Program ini diarahkan untuk penyediaan informasi industri untuk
industri
6. Urusan Pemerintahan Bidang Transmigrasi
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Perencanaan Kawasan Transmigrasi
Program ini diarahkan untuk penataan persebaran penduduk
sekitar lokasi kawasan transmigrasi.
b. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi
Program ini diarahkan untuk pengembangan satuan permukiman
pada tahap kemandirian.
D. UNSUR PENDUKUNG URUSAN PEMERINTAHAN
1. Sekretariat Daerah
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program administrasi umum
Program ini diarahkan untuk penataan organisasi, protokol dan
komunikasi pimpinan serta Perencanaan dan keuangan
b. Program Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
Program ini diarahkan untuk administrasi tata pemerintahan,
evaluasi pelaksanaan kebijakan kesejahteraan rakyat,
koordinasi penyusunan kebijakan daerah serta fasilitasi kerjasama
daerah
c. Program Perekonomian dan pembangunan
Program ini diarahkan untuk evaluasi pelaksanaan kebijakan
perekonomian, adminitrasi pembangunan, pengadaan barang dan
jasa serta pemantauan kebijakan terkait sumber daya alam.
VII - 19
2. Sekretariat DPRD
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Layanan dan Administrasi Keuangan
Program ini diarahkan untuk layanan administrasi DPRD dan
layanan keuangan dan kesejahteraan DPRD
b. Program Dukungan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi DPRD
Program ini diarahkan untuk pembentukan perda dan peraturan
DPRD, pembahasan kebijakan anggaran, pengawasan
penyelenggaran pemerintahan, peningkatan kawasan DPRD,
penyerapan dan penghimpunan aspirasi masyarakat serta
pembahasan kerjasama daerah.
E. UNSUR PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN
1. Perencanaan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah
Program ini diarahkan untuk koordinasi Perencanaan
pembangunan daerah, Perencanaan pendanaan pembangunan
daerah serta pengendalian, evaluasi dan pelaporan pembangunan
daerah.
b. Program Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan
Daerah
Program ini diarahkan untuk Koordinasi dan Sinkronisasi
Perencanaan Pembangunan Daerah.
c. Program Perencanaan Pemerintahan dan Pembangunan Manusia
Program ini diarahkan untuk fasilitasi dan monev penyusunan
dokumen Perencanaan bidang pemerintahan, fasilitasi dan monev
penyusunan dokumen Perencanaan bidang pembangunan manusia
serta fasilitasi dan monev penyusunan dokumen Perencanaan
bidang kesejahteraan masyarakat
d. Program Perencanaan Perekonomian dan Sumber Daya Alam
Program ini diarahkan untuk fasilitasi dan monev penyusunan
dokumen Perencanaan bidang perekonomian, fasilitasi dan
monev penyusunan dokumen Perencanaan bidang ekonomi
kreatif serta fasilitasi dan monev penyusunan dokumen
Perencanaan bidang sumber daya alam
VII - 20
e. Program Perencanaan Infrastruktur dan Kewilayahan
Program ini diarahkan untuk fasilitasi dan monev penyusunan
dokumen Perencanaan bidang sumber daya air dan lingkungan
hidup, fasilitasi dan monev penyusunan dokumen Perencanaan
bidang kebinamargaan dan perhubungan serta fasilitasi dan
monev penyusunan dokumen Perencanaan bidang keciptakaryaan
dan kewilayahan.
2. Keuangan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pengelolaan Keuangan Daerah
Program ini diarahkan untuk koordinasi dan penyusunan rencana
anggaran daerah, koordinasi dan pengelolaan perbendaharaan
daerah, koordinasi dan pelaksanaan akuntansi dan pelaporan
keuangan daerah serta kegiatan penunjang urusan
b. Program Pengelolaan Barang Milik Daerah
Program ini diarahkan untuk pengelolaan barang milik daerah
c. Program Pengelolaan Pendapatan Daerah
Program ini diarahkan untuk Perencanaan, pengembangan,
pengendalian dan evaluasi pendapatan daerah.
3. Kepegawaian
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Kepegawaian daerah
Program ini diarahkan untuk pengelolaan data dan informasi ASN,
administrasi kepegawaian, peningkatan kapasitas ASN,
pengembangan karir ASN dan pembinaan ASN.
4. Pendidikan dan Pelatihan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
Program ini diarahkan untuk pengembangan kompetensi teknis
serta sertifikasi, kelembagaan, pengembangan kompetensi
manajerial dan fungsional.
VII - 21
5. Penelitian dan Pengembangan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Penelitian dan Pengembangan daerah
Program ini diarahkan untuk penelitian dan pengembangan bidang
penyelenggaraan pemerintahan dan pengkajian peraturan,
penelitian dan pengembangan bidang sosial dan kependudukan,
penelitian dan pengembangan bidang ekonomi dan pembangunan,
serta pengembangan inovasi dan teknologi.
F. UNSUR PENGAWASAN URUSAN PEMERINTAHAN
1. Inpektorat
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penyelenggaraan pengawasan
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pengawasan internal
serta penyelenggaraan pengawasan dengan tujuan tertentu
b. Program Perumusan kebijakan, pendampingan dan asistensi
Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis di
bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan serta asistensi dan
pendampingan.
G. UNSUR KEWILAYAHAN
1. Kecamatan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelayanan Publik
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pengawasan
internal serta penyelenggaraan pengawasan dengan tujuan
tertentu.
Program-program diatas dilaksanakan dalam rangka mendukung
mendukung target capaian yaitu penyelenggaraan PATEN yang
dilaksanakan sebanyak 19 Kecamatan.
b. Program pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pengawasan internal
serta penyelenggaraan pengawasan dengan tujuan tertentu.
Program diatas dilaksanakan dalam rangka mendukung pelayanan
di tingkat Desa dan Kelurahan
c. Program Koordinasi ketentraman dan ketertiban Umum
Program ini diarahkan untuk peningkatan kepastian ketentraman
VII - 22
dan ketertiban umum serta peningkatan pelayanan terhadap
masyarakat baik di tingkat Desa, Kelurahan maupun tingkat
Kecamatan.
d. Program Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Umum
Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan urusan
Pemerintahan serta pelayanan terhadap masyarakat baik di tingkat
Desa, Kelurahan maupun tingkat Kecamatan.
e. Program Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Desa
Program ini diarahkan untuk peningkatan pembinaan dan
pengawasan pemerintah Desa dalam rangka peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat.
H. UNSUR PEMERINTAHAN UMUM
1. Kesatuan Bangsa dan Politik
a. Program Penguatan Ideologi Pancasila dan Karakter Kebangsaan
Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan
pemantapan pelaksanaan bidang ideology pancasila dan karakter
kebangsaan
b. Program Peningkatan Peran Partai Politik dan Lembaga
Pendidikan melalui Pendidikan Politik dan Pengembangan etika
serta budaya politik.
Program ini diarahkan untuk ntuk Perumusan Kebijakan Teknis
Dan Pemantapan Pelaksanaan Bidang Pendidikan Politik, Etika
Budaya Politik, Peningkatan Demokrasi, Fasilitasi Kelembagaan
Pemerintahan, Perwakilan dan Partai Politik, Pemilihan
Umum/Pemilihan Umum Kepala Daerah, serta Pemantauan Situasi
Politik
c. Program Pemberdayaan dan Pengawasan Organisasi
Kemasyarakatan.
Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan
pemantapan bidang pemberdayaan dan pengawasan organisasi
kemasyarakatan
d. Program Pembinaan dan Pengembangan Ketahanan Ekonomi,
Sosial dan Budaya
Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan
pemantapan pelaksanaan bidang ketahanan ekonomi, sosial dan
Budaya
e. Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional dan Peningkatan
VII - 23
Kualitas dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial
Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan
pelaksanaan pemantapan kewaspadaan nasional dan penanganan
konflik sosial.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Perangkat Daerah,
program yang bersifat pendukung operasional Perangkat Daerah yaitu:
Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah. Program ini diarahkan
untuk mendukung kegiatan Perencanaan dan evaluasi kinerja Perangkat
Daerah, Administrasi keuangan dan administrasi umum
Adapun kapasitas riil keuangan daerah yang akan digunakan untuk
mendanai program pembangunan oleh Perangkat Daerah seperti telah
diuraikan pada bab sebelumnya sebagaimana tabel 7.1 dan Program
prioritas beserta indikator kinerja, target kinerja dan pagu indikatif
masing-masing perangkat daerah sebagaimana tercantum pada Tabel 7.2
berikut:
VII - 24
Tabel 7.1 Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Tahun 2021-2026
Kode Uraian
Proyeksi
Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
Kapasitas keuangan Daerah 2,421,287,200,000 2,519,999,030,000 2,538,931,780,000 2,601,261,893,000 2,607,831,152,000 2,648,596,694,000
5 BELANJA DAERAH 2.420.082.200.000 2.503.999.030.000 2.522.931.780.000 2.600.261.893.000 2.597.831.152.000 2.639.596.694.000
5,1 Belanja Operasi 1.758.410.852.000 1.842.299.198.000 1.849.715.397.000 1.914.767.901.000 1.853.223.046.000 1.857.332.203.000
5,1,1 Belanja Pegawai 970.824.020.000 1.026.284.034.000 1.029.362.886.000 1.032.450.974.000 1.032.548.326.000 1.035.145.970.000
5,1,2 Belanja Barang dan Jasa 768.173.345.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.160.495.000 768.136.867.000
5,1,3 Belanja Bunga
5,1,4 Belanja Subsidi
5,1,5 Belanja Hibah 9.817.649.000 27.608.805.000 30.108.805.000 93.910.568.000 31.614.245.000 31.930.387.000
5,1,6 Belanja Bantuan Sosial 9.595.838.000 20.857.124.000 22.694.471.000 20.857.124.000 21.899.980.000 22.118.979.000
5,2 Belanja Modal 301.038.371.000 290.109.761.000 304.615.249.000 313.753.706.000 334.166.317.000 347.849.643.000
5,3 Belanja Tidak Terduga 39.122.391.000 27.665.043.000 21.023.662.000 19.458.827.000 9.729.413.000 7.297.059.000
5,4 Belanja Transfer 321.510.586.000 343.925.028.000 347.577.472.000 352.281.459.000 358.094.592.000 363.309.215.000
5,4,1 Belanja Bagi Hasil 23.555.623.000 28.123.115.000 28.617.540.000 30.131.928.000 32.723.566.000 34.684.479.000
5,4,2 Belanja Bantuan Keuangan 297.954.963.000 315.801.913.000 318.959.932.000 322.149.531.000 325.371.026.000 328.624.736.000
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
2.420.082.200 2.503.999.030 2.522.931.780 2.600.261.893 2.597.831.152 2.639.596.694 12.864.620.549 - - - - - - -
X.XX.XX Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Persentase pemenuhan pelayanan administrasi perkantoran Perangkat Daerah
% 100,00 100,00 1.193.269.640 100,00 1.232.886.956 100,00 1.243.836.638 100,00 1.243.836.638 100,00 1.257.265.005 100,00 1.269.813.555 100,00 6.247.638.792 Seluruh Perangkat Daerah
1 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR
671.997.693 592.259.119 604.013.097 606.281.055 627.896.659 673.804.003 3.104.253.933
1.01 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN
259.542.591 233.450.334 243.033.895 243.288.183 250.585.543 258.092.791 1.228.450.746
1.01.02 Program Pengelolaan Pendidikan Presentase Rata-rata Capaian SPM Bidang Pendidikan
% 69,43 69,45 259.128.025 69,47 233.299.970 69,49 242.631.969 69,51 242.886.257 69,53 250.172.845 69,55 257.678.031 69,55 1.226.669.072
Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.01.03 Program Pengembangan Kurikulum Persentase Sekolah yang melaksanakan pendidikan muatan lokal di sekolah
% 100,00 100,00 99.990 100,00 94.362 100,00 97.350 100,00 97.350 100,00 101.999 100,00 102.509 100,00 493.570
Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.01.04 Program Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Persentase kebutuhan guru sesuai kualifikasi
% 51,43 51,43 10.000 - - - - - - - - - - - -
Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.01.05 Program Pengendalian Perizinan Pendidikan Peningkatan Lembaga Pendidikan Berizin Satuan
Pendidikan2,00 1,00 38.500 1,00 56.002 1,00 38.500 1,00 38.500 1,00 39.274 1,00 39.470 5,00 211.746
Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.01.06 Program Pengembangan Bahasa dan Sastra Persentase Guru yang dibina dalam Pengembangan Bahasa dan Sastra
% 41,74 42,00 266.076 42,00 - 43,00 266.076 44,00 266.076 45,00 271.425 46,00 272.781 46,00 1.076.358
Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
1.02 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN
142.887.866 132.274.076 138.042.612 141.410.566 147.624.345 154.130.214 713.481.813
1.02.02 Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan Masyarakat
Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan % 64,34 75,00 127.048.441 77,78 117.169.197 80,56 122.706.496 83,33 125.960.731 88,89 131.937.607 94,44 138.213.327 94,44 635.987.359 Dinas Kesehatan
Kode 1 Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan pelayanan kesehatan dasar
% 16,67 25,00 33,33 41,67 50,00 66,67 83,33 83,33 Dinas Kesehatan
Kode 2 Persentase pemenuhan SPM pelayanan kesehatan rujukan %
RSGS: 84,95; RSGM: 91,39
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan
Mangunkusumo, RS Gondo Suwarno
1.02.03 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan
Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar
% 68,75 68,75 15.310.612 75,00 11.187.918 81,25 11.299.797 87,50 11.412.795 93,75 11.526.923 100,00 11.642.192 100,00 57.069.626 Dinas Kesehatan
Kode 3 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Puskesmas
% 44,44 44,44 55,56 66,67 77,78 88,89 100,00 100,00 Dinas Kesehatan
Kode 4 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Rumah sakit
% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan
Mangunkusumo, RS Gondo Suwarno
1.02.04 Program Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Makanan Minuman
Persentase sarana pengelolaan perbekalan kesehatan dan makanan minuman berijin yang penyelenggaraannya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
% 100,00 100,00 235.446 100,00 231.842 100,00 240.646 100,00 241.367 100,00 250.272 100,00 247.865 100,00 1.211.992 Dinas Kesehatan
1.02.05 Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Persentase Rumah Tangga dengan Strata Sehat Utama dan Paripurna % 87,00 87,00 293.367 88,00 3.685.119 89,00 3.795.673 90,00 3.795.673 95,00 3.909.543 100,00 4.026.829 100,00 19.212.836 Dinas Kesehatan
1.03 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 193.846.985 183.690.197 180.348.698 178.831.368 184.715.735 215.776.547 943.362.545
1.03.02 Program Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) Persentase irigasi kabupaten dalam kondisi baik
% 58,89 59,70 29.906.883 61,60 24.651.744 64,20 23.771.525 66,70 23.771.525 69,10 24.000.000 71,90 25.609.280 71,90 121.804.074 Dinas Pekerjaan Umum
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4TOTAL BELANJA DAERAH
Tabel 7.2 Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
VII - 25
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
1.03.03 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Persentase rumah tangga yang terlayani SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum)
% 0,93 91,54 24.903.708 91,63 23.769.336 91,86 24.007.029 92,08 24.007.029 92,27 24.707.381 92,46 25.857.750 92,46 122.348.525 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.04 Program Pengembangan Sistem Dan Pengelolaan Persampahan Regional
Persentase Jumlah Sampah yang terkurangi melalui 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)
% 8,02 8,34 636.000 8,69 3.000.000 9,02 3.030.000 9,35 3.060.300 9,70 3.090.903 10,05 3.121.812 10,05 15.303.015 Dinas Lingkungan Hidup
1.03.05 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Air Limbah
Persentase rumah yang terlayani SPALDT (Sistem Penyediaan Air Limbah Domestik Terpusat) di kawasan perumahan dan permukiman kumuh
% 31,43 4,22 2.764.302 5,34 2.982.838 6,46 2.997.752 7,57 3.012.741 8.69 3.027.805 9,80 3.042.944 9,80 15.064.079 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.06 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Drainase
Persentase drainase dalam kondisi baik
% 20,00 21,00 4.944.215 22,00 8.695.941 24,00 8.700.000 26,00 8.961.000 28,00 9.229.830 30,00 9.506.725 30,00 45.093.496 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.07 Program Pengembangan Permukiman Persentase Pemenuhan Pembangunan Infrastruktur Permukiman kawasan strategis
% - - 14.634.060 20,00 1.500.000 40,00 1.515.000 60,00 1.545.300 80,00 1.576.206 100,00 1.607.730 100,00 7.744.236 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.08 Program Penataan Bangunan Gedung Persentase bangunan gedung milik daerah dengan kondisi baik
% 60,00 62,00 18.913.647 65,00 22.840.800 70,00 22.840.800 75,00 20.961.425 80,00 20.896.087 85,00 43.855.902 85,00 131.395.015 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.10 Program Penyelenggaraan Jalan Persentase jalan dan jembatan kabupaten kondisi baik
% 84,60 88,00 96.649.431 62,50 93.861.120 64,50 90.983.770 66,50 90.983.770 68,50 95.553.680 70,50 100.534.884 70,50 471.917.223 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.11 Program Pengembangan Jasa Konstruksi Persentase penyedia jasa konstruksi memenuhi standar kualifikasi
% 92,00 92,00 143.439 93,00 267.472 94,00 272.821 95,00 278.278 96,00 283.843 97,00 289.520 97,00 1.391.935 Dinas Pekerjaan Umum
1.03.12 Program Penyelenggaraan Penataan Ruang Pemenuhan Dokumen Rencana Tata Ruang
% - 5,55 351.301 27,78 2.120.946 44,44 2.230.000 61,11 2.250.000 77,78 2.350.000 100,00 2.350.000 100,00 11.300.946 Dinas Pekerjaan Umum
1.04 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN 44.793.689 13.258.359 14.800.944 14.812.990 14.918.825 15.028.719 72.819.838
1.04.02 Program Pengembangan Perumahan Cakupan ketersediaan rumah layak huni
% 0,50 0,75 1.513.580 1,00 1.192.686 1,20 1.204.613 1,40 1.216.659 1,50 1.228.826 1,60 1.241.114 1,60 6.083.897 Dinas Pekerjaan Umum
1.04.03 Program Kawasan Permukiman Rasio permukiman layak huni - 0,98 0,98 4.905.137 0,98 1.848.348 0,98 1.866.831 0,99 1.866.831 0,99 1.885.500 0,99 1.904.355 0,99 9.371.866 Dinas Pekerjaan Umum1.04.04 Program Perumahan dan Kawasan Rasio Rumah Layak Huni - 0,20 0,21 - 0,21 - 0,22 1.500.000 0,22 1.500.000 0,23 1.575.000 0,23 1.653.750 0,23 6.228.750 Dinas Pekerjaan Umum1.04.05 Program Peningkatan Prasarana, Sarana Dan
Utilitas Umum (PSU)Cakupan Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan PSU
% 70,00 71,00 38.374.972 73,00 10.217.325 74,00 10.229.500 75,00 10.229.500 76,00 10.229.500 77,00 10.229.500 77,00 51.135.325 Dinas Pekerjaan Umum
1.05 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN SERTA PERLINDUNGAN MASYARAKAT
11.562.793 14.286.781 14.416.788 14.548.522 16.077.968 16.873.182 76.203.240
1.05.02 Program Peningkatan Ketentraman Dan Ketertiban Umum
Persentase jenis potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum. % 80,00 80,00 6.057.964 90,00 9.111.006 90,00 9.156.561 90,00 9.202.344 90,00 6.663.760 90,00 7.330.136 90,00 41.463.808
Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam
Kebakaran1.05.03 Program Penanggulangan Bencana Persentase kejadian bencana yang
tertangani sesuai standard operating procedure
% 100,00 100,00 3.782.491 100,00 3.269.444 100,00 3.334.833 100,00 3.401.530 100,00 3.469.560 100,00 3.538.951 100,00 17.014.318 Badan Penanggulangan
Bencana daerah
1.05.04 Program Pencegahan, Penanggulangan, Penyelamatan Kebakaran Dan Penyelamatan Non Kebakaran
Persentase pelayanan pemadaman dan penyelamatan kebakaran % 94,44 94,44 1.722.338 94,50 1.906.331 94,60 1.925.394 94,70 1.944.648 96,30 5.944.648 98,15 6.004.094 98,15 17.725.114
Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam
Kebakaran1.06 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG SOSIAL 19.363.769 15.299.372 13.370.160 13.389.425 13.974.242 13.902.552 69.935.751
1.06.02 Program Pemberdayaan Sosial Persentase Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial yang Mendapatkan Peningkatan Kapasitas
% 49,09 49,60 2.888.450 49,94 9.670.966 50,78 7.917.081 51,63 7.917.081 52,47 7.917.081 53,31 7.917.081 53,31 41.339.290 Dinas Sosial
1.06.04 Program Rehabilitasi Sosial Persentase PMKS yang memperoleh layanan rehabilitasi sosial diluar panti
% 100,00 100,00 240.943 100,00 237.979 100,00 245.118 100,00 252.472 100,00 260.046 100,00 267.847 100,00 1.263.463 Dinas Sosial
1.06.05 Program Perlindungan Dan Jaminan Sosial Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan sosial pemerintah
% 79,82 80,00 15.789.464 81,00 4.597.581 82,00 4.735.508 83,00 4.735.508 84,00 4.972.284 85,00 5.220.898 85,00 24.261.780 Dinas Sosial
1.06.06 Program Penanganan Bencana Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat
% 100,00 100,00 372.320 100,00 388.714 100,00 392.601 100,00 396.527 100,00 400.492 100,00 404.497 100,00 1.982.832 Dinas Sosial
1.06.07 Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawan Persentase Taman Makam Pahlawan sesuai dengan standar
% 100,00 100,00 72.592 100,00 404.132 100,00 79.851 100,00 87.836 100,00 424.339 100,00 92.228 100,00 1.088.386 Dinas Sosial
2 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TIDAK BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR
64.792.444 107.276.937 108.400.353 115.177.298 142.381.152 119.829.789 593.065.529
VII - 26
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
2.07 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG TENAGA KERJA
1.999.579 1.886.920 1.905.176 1.974.227 1.944.139 1.964.981 9.675.443
2.07.02 Program Perencanaan Tenaga Kerja Persentase kebijakan tenaga kerja yang terakomodasi dalam dokumen perencanaan
% - - - - - - - 100,00 50.000 - - - - 100,00 50.000 Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
2.07.03 Program Pelatihan Kerja Dan Produktivitas Tenaga Kerja
Persentase tenaga kerja dan pencari kerja bersertifikat
% 23,76 35,76 1.854.708 47,76 1.752.276 59,76 1.761.037 71,76 1.769.843 83,76 1.778.692 95,76 1.787.585 95,76 8.849.433 Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi2.07.04 Program Penempatan Tenaga Kerja Persentase tenaga kerja yang
ditempatkan% 89,89 65,00 54.142 67,00 55.253 69,00 60.778 70,00 66.856 71,00 73.542 72,00 80.896 72,00 337.325
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2.07.05 Program Hubungan Industrial Persentase perusahaan yang menerapkan tata kelola kerja yang layak
% 83,97 84,22 90.729 84,60 79.391 85,00 83.361 85,40 87.529 86,00 91.905 86,70 96.500 86,70 438.685 Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
2.08 URUSAN PEMERINTAHAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 640.507 699.144 736.312 775.735 821.262 873.447 3.905.900
2.08.02 Program Pengarusutamaan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan
Persentase Kebijakan Pengarusutamaan Gender yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku
% 100,00 100,00 32.412 100,00 28.417 100,00 31.259 100,00 34.385 100,00 37.823 100,00 41.605 100,00 173.489
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.08.03 Program Perlindungan Perempuan Persentase Kebijakan Perlindungan Perempuan yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku
% 100,00 100,00 364.035 100,00 392.761 100,00 412.399 100,00 433.019 100,00 454.670 100,00 477.403 100,00 2.170.252
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.08.05 Program Pengelolaan Sistem Data Gender Dan Anak
Persentase pengelolaan data gender dan anak yang terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku
% 80,00 80,00 17.807 80,00 17.088 80,00 19.847 80,00 20.243 80,00 21.052 80,00 22.315 80,00 100.545
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.08.06 Program Pemenuhan Hak Anak (PHA) Presentase Pemenuhan Hak Anak
% 100,00 100,00 77.530 100,00 111.643 100,00 122.807 100,00 135.088 100,00 148.597 100,00 163.457 100,00 681.592
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.08.07 Program Perlindungan Khusus Anak Persentase tindak kekerasan terhadap anak yang tertangani
% 100,00 100,00 148.723 100,00 149.235 100,00 150.000 100,00 153.000 100,00 159.120 100,00 168.667 100,00 780.022
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.09 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PANGAN 1.280.589 1.412.289 1.404.203 1.418.079 1.434.974 1.451.889 7.121.434
2.09.02 Program Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi Untuk Kedaulatan Dan Kemandirian Pangan
Persentase pengisian cadangan pangan pada lumbung pangan % - 21,67 550.000 21,67 570.000 21,67 575.000 21,67 580.000 21,67 585.000 21,67 590.000 21,67 2.900.000
Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
2.09.03 Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat
Skor pola pangan harapan- 93.8 87,00 689.318 87,50 771.346 88,00 775.203 88,50 779.079 89,00 782.974 89,50 786.889 89,50 3.895.491
Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
2.09.04 Program Penanganan Kerawanan Pangan Persentase daerah rawan pangan yang tertangani
% 8,50 8,50 19.880 8,50 47.573 8,50 28.000 8,50 29.000 8,50 32.000 8,50 35.000 8,50 171.573 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan2.09.05 Program Pengawasan Keamanan Pangan Persentase produk yang lulus uji
ambang batas keamanan pangan% - 80,00 21.391 80,00 23.370 83,00 26.000 85,00 30.000 87,00 35.000 88,00 40.000 88,00 154.370
Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
2.10 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN
123.859 213.505 1.684.159 939.159 25.744.802 580.000 29.161.625
2.10.04 Program Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan
Tingkat capaian fasilitasi penyelesaian sengketa tanah garapan dalam daerah Kab/Kota
% 100,00 100,00 123.859 100,00 113.505 100,00 134.159 100,00 134.159 100,00 150.000 100,00 175.000 100,00 706.823 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.05 Program penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan
Persentase fasilitasi penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan yang dilaksanakan
% - - - 100,00 100.000 100,00 1.300.000 100,00 500.000 100,00 25.239.802 - - 100,00 27.139.802 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.06 Program Redistribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee
Persentase fasilitasi kebijakan Redistribusi Tanah, Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee yang dilaksanakan
% - - - - - 100,00 120.000 100,00 140.000 100,00 160.000 100,00 175.000 100,00 595.000 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.08 Program Pengelolaan Tanah Kosong Persentase fasilitasi kebijakan pengelolaan tanah kosong yang dilaksanakan
% - - - - - 100,00 70.000 100,00 95.000 100,00 115.000 100,00 140.000 100,00 420.000 Dinas Pekerjaan Umum
2.10.10 Program Penatagunaan Tanah Persentase fasilitasi kebijakan penatagunaan tanah yang dilaksanakan
% - - - - - 100,00 60.000 100,00 70.000 100,00 80.000 100,00 90.000 100,00 300.000 Dinas Pekerjaan Umum
VII - 27
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
2.11 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
23.186.447 21.198.371 21.590.770 22.064.858 22.612.738 23.178.247 110.644.983
2.11.02 Program Perencanaan Lingkungan Hidup Persentase Ketersediaan Dokumen Perencanaan Lingkungan Hidup % 100,00 100,00 241.225 100,00 373.752 100,00 392.440 100,00 412.062 100,00 432.665 100,00 454.298 100,00 2.065.216 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.03 Program Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Lingkungan Hidup
Peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
- 0,26 0,27 2.302.333 0,28 666.423 0,29 686.416 0,30 707.008 0,31 728.218 0,32 750.065 0,32 3.538.130 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.04 Program Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (KEHATI)
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijauha 543,50 544,04 7.831.970 544,58 7.289.188 545,12 7.362.080 545,66 7.362.080 546,20 7.435.701 547,00 7.510.058 547,00 36.959.106 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.05 Program Pengendalian Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Limbah B3)
Persentase fasilitasi pengelolaan Limbah B3 % 100,00 100,00 67.210 100,00 55.192 100,00 60.711 100,00 66.782 100,00 73.461 100,00 80.807 100,00 336.953 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Izin Lingkungan Dan Izin Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
Persentase Pembinaan dan Pengawasan terhadap Izin Lingkungan
% 100,00 100,00 397.962 100,00 115.520 100,00 127.072 100,00 139.779 100,00 153.757 100,00 169.133 100,00 705.261 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.08 Program Peningkatan Pendidikan, Pelatihan Dan Penyuluhan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat
Persentase Lembaga Bank Sampah yang telah mendapat pendidikan/ pelatihan/penyuluhan
% 80,50 82,50 205.867 85,00 193.817 88,00 203.508 91,50 213.683 95,50 224.367 100,00 235.586 100,00 1.070.961 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.09 Program Penghargaan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat
Tokoh/Lembaga/ Kelompok/ Sekolah yang mendapatkan Penghargaan Lingkungan minimal Tingkat Provinsi
Tokoh/ Lembaga / Kelompok/ Sekolah2,00 2,00 30.701 2,00 52.155 2,00 56.305 2,00 79.550 2,00 87.500 3,00 96.250 3,00 371.760 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.10 Program Penanganan Pengaduan Lingkungan Hidup
Persentase Pengaduan Masyarakat yang tertangani
% 100,00 100,00 26.512 100,00 28.937 100,00 30.384 100,00 31.903 100,00 33.498 100,00 35.173 100,00 159.895 Dinas Lingkungan Hidup
2.11.11 Program Pengelolaan Persampahan Persentase Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
% 0,93 0,93 12.082.667 0,94 12.423.387 0,95 12.671.855 0,96 13.052.010 0,97 13.443.571 0,98 13.846.878 0,98 65.437.701 Dinas Lingkungan Hidup
2.12 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
1.333.981 1.941.202 1.620.206 1.850.305 1.999.792 2.161.968 9.573.472
2.12.02 Program Pendaftaran Penduduk Persentase Cakupan Kepemilikan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk
% 99,88 99,89 436.856 99,90 831.010 99,90 590.761 99,91 714.819 99,93 786.302 99,95 864.932 99,95 3.787.824 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
2.12.03 Program Pencatatan Sipil Persentase Cakupan Kepemilikan Dokumen Akta Kelahiran dan Akta Kematian
% 90,87 91,25 283.890 93,13 445.792 95,00 343.657 97,13 415.408 98,00 457.408 98,88 503.150 98,88 2.165.415 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
2.12.04 Program Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan
Persentase Ketersediaan Database Kependudukan yang akurat % 98,75 99,10 540.424 99,20 591.588 99,30 609.336 99,40 639.802 99,50 671.793 99,60 705.382 99,60 3.217.901
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.12.05 Program Pengelolaan Profil Kependudukan Persentase Pemanfaatan Informasi Kependudukan
% 100,00 100,00 72.812 100,00 72.812 100,00 76.453 100,00 80.275 100,00 84.289 100,00 88.503 100,00 402.332 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil2.13 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 5.092.709 4.977.427 5.063.948 5.155.009 5.251.022 5.352.442 25.799.847
2.13.02 Program Penataan Desa Persentase RTLH dan Sarpras Permukiman Desa yang Dibangun % 50,00 60,00 67.206 65,00 1.112.686 67,00 1.123.813 70,00 1.135.051 75,00 1.146.401 80,00 1.157.866 80,00 5.675.817
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2.13.04 Program Administrasi Pemerintahan Desa Persentase Aparatur Pemerintahan Desa yang Memiliki Kompetensi dalam Tata Kelola Pemdes
% 60,00 63,00 3.459.546 65,00 3.456.446 70,00 3.491.010 75,00 3.525.921 80,00 3.561.180 85,00 3.596.792 85,00 17.631.348 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2.13.05 Program Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan Masyarakat Hukum Adat
Cakupan Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Desa % 50,00 60,00 1.565.957 65,00 408.295 67,00 449.125 70,00 494.037 75,00 543.441 80,00 597.785 80,00 2.492.682
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2.14 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
7.873.605 140,11 7.843.189 140,49 7.943.609 140,86 8.036.378 141,23 8.151.238 142,10 8.292.546 142,10 40.266.959
2.14.02 Program Pengendalian Penduduk Angka Kelahiran Total (TFR)
% 1,84 2,29 94.488 2,26 76.929 2,24 96.000 2,21 100.000 2,18 104.000 2,10 110.240 2,10 487.169
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
VII - 28
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
2.14.03 Program Pembinaan Keluarga Berencana (KB) Prosentase peserta KB Aktif MKJP
% 40,79 37,45 6.753.423 37,85 6.750.777 38,25 6.818.285 38,65 6.886.468 39,05 6.955.332 40,00 7.024.886 40,00 34.435.747
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.14.04 Program Pemberdayaan Dan Peningkatan Keluarga Sejahtera (KS)
Presentase Kelompok Kegiatan Tribina Plus yang Aktif
% 100,00 100,00 1.025.694 100,00 1.015.483 100,00 1.029.324 100,00 1.049.910 100,00 1.091.906 100,00 1.157.420 100,00 5.344.043
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana
2.15 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERHUBUNGAN
5.325.331 38.777.199 38.898.561 39.020.619 39.143.399 39.266.930 195.106.708
2.15.02 Program Penyelenggaraan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ)
Persentase pelayanan ruas jalan yang memiliki tingkat pelayanan A dan B
% 80,00 89,00 5.233.601 90,00 38.687.717 91,00 38.803.780 92,00 38.920.191 93,00 39.036.952 94,00 39.154.063 94,00 194.602.703 Dinas Perhubungan
2.15.03 Program Pengelolaan Pelayaran Prosentase ketersediaan alat keselamatan pada angkutan perahu % 40,00 48,20 76.407 58,90 72.984 69,60 76.633 80,36 80.465 91,07 84.488 98,21 88.713 98,21 403.283 Dinas Perhubungan
2.15.05 Program Pengelolaan Perkeretaapian Persentase ketersediaan perlengkapan jalan pada perlintasan sebidang
% 20,00 20,00 15.323 20,00 16.498 40,00 18.148 60,00 19.963 80,00 21.959 100,00 24.155 100,00 100.722 Dinas Perhubungan
2.16 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
2.901.058 3.884.086 4.000.609 4.200.639 4.483.150 4.785.584 21.354.067
2.16.02 Program Informasi Dan Komunikasi Publik Persentase Keterbukaan informasi publik
% 100,00 100,00 1.327.670 100,00 1.650.203 100,00 1.699.709 100,00 1.784.694 100,00 1.873.929 100,00 1.967.626 100,00 8.976.161 Dinas Komunikasi dan
Informatika2.16.03 Program Aplikasi Informatika Persentase pengelolaan sumber
daya eGovernment sesuai standar % 100,00 100,00 1.573.389 100,00 2.233.883 100,00 2.300.900 100,00 2.415.945 100,00 2.609.220 100,00 2.817.958 100,00 12.377.906 Dinas Komunikasi dan
Informatika
2.17 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH 1.764.703 1.773.389 1.993.693 2.104.377 2.228.596 2.366.526 10.466.581
2.17.03 Program Pengawasan Dan Pemeriksaan Koperasi
Persentase Koperasi yang berkualitas % 10,00 15,00 48.608 20,00 35.655 24,00 100.000 28,00 130.000 39,00 150.000 40,00 150.000 40,00 565.655
Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan2.17.04 Program Penilaian Kesehatan KSP/USP
KoperasiPersentase KSP/USP yang sehat
% 12,00 15,00 81.434 18,00 78.530 24,00 130.000 27,00 140.000 30,00 150.000 33,00 160.000 33,00 658.530 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
2.17.05 Program Pendidikan Dan Latihan Perkoperasian
Persentase pengelola koperasi bersertifikat % 7,00 9,00 456.716 18,00 237.030 20,00 240.000 23,00 240.000 26,00 250.000 30,00 300.000 30,00 1.267.030
Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan2.17.06 Program Pemberdayaan Dan Perlindungan
KoperasiPersentase kualitas kelembagaan dan legalitas koperasi % 35,00 37,00 44.316 38,00 75.800 40,00 110.000 41,00 110.000 42,00 120.000 43,00 120.000 43,00 535.800
Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan2.17.07 Program Pemberdayaan Usaha Menengah,
Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM)Persentase peningkatan usaha mikro yang berdayasaing % 1,00 2,00 233.186 4,00 454.344 8,00 477.061 10,00 500.914 12,00 525.960 14,00 552.258 14,00 2.510.537
Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Dan
Menengah2.17.08 Program Pengembangan UMKM Persentase peningkatan skala
pemasaran % 2,00 3,00 900.443 6,00 892.030 9,00 936.632 12,00 983.463 15,00 1.032.636 18,00 1.084.268 18,00 4.929.029 Dinas Perdagangan
Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
2.18 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL
1.041.171 1.323.046 1.363.852 1.405.937 1.449.344 1.494.114 7.036.294
2.18.02 Program Pengembangan Iklim Penanaman Modal
Nilai realisasi investasiRp. Triliun 2,30 1,30 55.411 1,47 200.000 1,67 206.000 1,87 212.180 2,12 218.545 2,40 225.102 9,53 1.061.827
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.18.03 Program Promosi Penanaman Modal Persentase peningkatan jumlah
investor % 3,38 3,40 154.048 3,55 272.057 3,78 280.219 3,97 288.625 4,14 297.284 4,28 306.203 19,72 1.444.388 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.18.04 Program Pelayanan Penanaman Modal Persentase penyelesaian perizinan
penanaman modal sesuai standar pelayanan
% 100,00 100,00 332.609 100,00 329.042 100,00 338.913 100,00 349.081 100,00 359.553 100,00 370.340 100,00 1.746.929 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.18.05 Program Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman ModalPersentase kesesuaian izin penanaman modal % 91,21 91,30 463.185 91,35 466.229 91,40 480.216 91,45 494.622 91,50 509.461 91,55 524.745 91,55 2.475.273
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.18.06 Program Pengelolaan Data Dan Sistem
Informasi Penanaman ModalPersentase data dan informasi terakses publik % 100,00 100,00 35.918 100,00 55.718 100,00 58.504 100,00 61.429 100,00 64.501 100,00 67.726 100,00 307.877
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu2.19 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA6.746.438 11.513.673 11.627.810 11.629.810 11.749.168 11.871.963 58.392.423
VII - 29
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
2.19.02 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan
Persentase Organisasi Pemuda yang Berprestasi % 40,00 40,00 1.069.529 40,00 1.854.453 43,30 1.872.998 43,30 1.872.998 43,30 1.891.728 46,70 1.910.645 46,70 9.402.820
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.19.03 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing
KeolahragaanPersentase Lembaga Keolahragaan yang dibina % 63,30 64,00 5.576.909 65,00 9.559.220 66,00 9.654.812 67,00 9.654.812 68,00 9.751.360 69,00 9.848.874 69,00 48.469.079
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.19.04 Program Pengembangan Kapasitas
KepramukaanPersentase Lembaga Pramuka yang Terbina % 100,00 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 102.000 100,00 106.080 100,00 112.444 100,00 520.524
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.20 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
STATISTIK344.155 322.552 338.680 355.614 373.394 392.064 1.782.303
2.20.02 Program Penyelenggaraan Statistik Sektoral Persentase pengelolaan data statistik sektoral sesuai standar
% 100,00 100,00 344.155 100,00 322.552 100,00 338.680 100,00 355.614 100,00 373.394 100,00 392.064 100,00 1.782.303 Dinas Komunikasi dan
Informatika2.21 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
PERSANDIAN82.942 78.580 82.509 86.634 90.966 95.514 434.204
2.21.02 Program Penyelenggaraan Persandian Untuk Pengamanan Informasi
Persentase OPD yang terfasilitasi layanan persandian dan Pengamanan Informasi
% 100,00 100,00 82.942 100,00 78.580 100,00 82.509 100,00 86.634 100,00 90.966 100,00 95.514 100,00 434.204 Dinas Komunikasi dan
Informatika
2.22 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN
3.743.528 8.070.694 6.710.973 12.689.240 13.396.468 14.168.205 55.035.579
2.22.02 Program Pengembangan Kebudayaan Persentase Peningkatan pembinaan Budaya Lokal % 1,00 1,00 2.880.853 1,00 6.014.829 1,00 6.074.977 1,00 6.074.977 1,00 6.135.727 1,00 6.197.084 1,00 30.497.595
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.22.03 Program Pengembangan Kesenian Tradisional Persentase peningkatan pembinaan
kesenian tradisional % 1,00 1,00 184.000 1,00 120.722 1,00 132.794 1,00 6.074.977 1,00 6.682.475 1,00 7.350.723 1,00 20.361.691 Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga
2.22.04 Program Pembinaan Sejarah Persentase Tempat Bersejarah dilestarikan % 83,91 85,00 187.220 86,00 101.775 88,00 111.953 89,00 123.148 90,00 135.463 90,00 149.009 90,00 621.347
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.22.05 Program Pelestarian Dan Pengelolaan Cagar
BudayaPeningkatan Cagar Budaya yang Dilestarikan buah 2,00 2,00 271.160 2,00 1.736.522 2,00 284.718 2,00 298.954 2,00 313.902 2,00 329.597 2,00 2.963.692
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga2.22.06 Program Pengelolaan Permuseuman Persentase Museum yang Terkelola
% 100,00 100,00 220.295 100,00 96.846 100,00 106.531 100,00 117.184 100,00 128.902 100,00 141.792 100,00 591.255 Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga
2.23 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERPUSTAKAAN
614.114 699.552 765.948 780.948 795.948 800.948 3.843.344
2.23.02 Program Pembinaan Perpustakaan Persentase Budaya Baca dan Pengembangan Perpustakaan
% 65,00 67,00 614.114 70,00 684.552 75,00 705.948 80,00 705.948 90,00 705.948 100,00 705.948 100,00 3.508.344 Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan2.23.03 Program Pelestarian Koleksi Nasional dan
Naskah KunoPersentase Koleksi Nasional dan Naskah Kuno yang dilestarikan
% - - - 0,10 15.000 0,20 60.000 0,30 75.000 0,40 90.000 0,50 95.000 0,50 335.000 Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan2.24 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
KEARSIPAN697.729 662.119 669.338 689.732 710.753 732.421 3.464.363
2.24.02 Program Pengelolaan Arsip Persentase Pengelolaan Arsip Dinamis sesuai dengan Standar Kearsipan
% 6,52 15,22 683.299 20,00 647.180 30,00 653.652 60,00 673.261 75,00 693.459 100,00 714.263 100,00 3.381.815 Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan
2.24.03 Program Perlindungan Dan Penyelamatan Arsip
Persentase Aktivitas Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Daerah yang Terlaksana sesuai Ketentuan Standar yang Berlaku
% 50,00 55,00 14.430 60,00 14.939 70,00 15.686 80,00 16.470 90,00 17.294 100,00 18.158 100,00 82.547 Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan
3 URUSAN PEMERINTAH PILIHAN 42.768.905 83.514.129 79.292.245 79.878.896 80.729.738 81.596.611 405.011.618 3.25 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
KELAUTAN DAN PERIKANAN2.488.002 1.968.024 2.003.079 2.039.253 2.076.596 2.115.160 10.202.111
3.25.03 Program Pengelolaan Perikanan Tangkap Persentase peningkatan produksi perikanan tangkap
% -1.87 0,08 315.622 0,15 312.178 0,23 327.787 0,23 344.176 0,23 361.385 0,23 379.454 1,08 1.724.980 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan3.25.04 Program Pengelolaan Perikanan Budidaya Persentase peningkatan produksi
perikanan budidaya% -13.5 0,03 2.097.409 0,07 1.583.660 0,10 1.599.497 0,13 1.615.492 0,13 1.631.646 0,16 1.647.963 0,59 8.078.258
Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan
3.25.06 Program Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan
Persentase Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Ikan
% 18,53 18,85 74.971 18,85 72.186 18,87 75.795 18,89 79.585 18,91 83.564 18,94 87.743 18,94 398.873 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan3.26 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
PARIWIWSATA16.649.513 17.842.788 18.065.238 18.227.878 18.392.143 18.558.052 91.086.099
3.26.02 Program Peningkatan Daya Tarik Destinasi Pariwisata
Lama tinggal wisatawan nusantara/manca negara
hari 0,9 / 1,9 0,9 / 1,9 15.003.994 1,0 / 2,0 16.102.912 1,1 / 2,1 16.263.941 1,15 / 2,15 16.426.581 1,16 / 2,16 16.590.846 1,17 / 2,17 16.756.755 1,17 / 2,17 82.141.035 Dinas Pariwisata
3.26.03 Program Pemasaran Pariwisata Jumlah kunjungan wisatawan orang 1.826.429 2.678.760 725.241 2.946.636 814.251 3.300.232 839.952 3.382.738 839.952 3.396.900 839.952 3.906.500 839.952 3.906.500 4.174.059 Dinas Pariwisata
VII - 30
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
3.26.05 Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Persentase SDM pariwisata dan ekonomi kreatif tersertifikasi
% 1.60 3.60 920.278 5.60 925.625 7.60 961.345 9.60 961.345 11.60 961.345 13.60 961.345 13.60 4.771.005 Dinas Pariwisata
3.27 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANIAN
17.335.285 52.151.487 52.481.717 52.563.269 52.900.565 53.254.271 263.351.309
3.27.02 Program Penyediaan Dan Pengembangan Sarana Pertanian
persentase peningkatan sarana pertanian
% 2,50 2,50 6.411.272 2,50 4.802.259 2,50 5.042.372 2,50 5.042.372 2,50 5.294.491 2,50 5.559.215 12,50 25.740.709 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan3.27.03 Program Penyediaan Dan Pengembangan
Prasarana Pertanianpersentase peningkatan prasarana pertanian yang dibangun / direhabilitasi
% 2,50 2,50 8.709.700 2,50 44.410.220 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 12,50 222.082.508 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan
3.27.04 Program Pengendalian Kesehatan Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
persentase jaminan keswan dan kesmavet dibanding populasi ternak yang dilayani
% 15,06 15,06 1.085.773 15,08 1.349.833 15,10 1.417.325 15,14 1.488.191 15,15 1.562.600 15,16 1.640.730 15,16 7.458.679 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan
3.27.05 Program Pengendalian Dan Penanggulangan Bencana Pertanian
Persentase luas lahan yang tertangani pencegahan OPT
% 1,82 1,82 884.969 1,82 975.935 1,82 980.815 1,82 985.719 1,82 990.647 1,82 995.601 1,82 4.928.717 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan3.27.06 Program Perizinan Usaha Pertanian Persentase peningkatan jumlah
pelaku usaha yang mengakses izin usaha
% 5,41 5,41 29.168 5,13 40.830 7,32 45.000 6,82 45.000 6,38 45.000 6,00 45.000 35,14 220.830 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan
3.27.07 Program Penyuluhan Pertanian Persentase cakupan bina kelompok tani
% 52,61 52,61 214.403 54,18 572.410 55,94 578.134 57,60 583.915 59,32 589.755 61,22 595.652 61,22 2.919.866 Dinas Pertanian,
Perikanan dan Pangan3.30 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG
PERDAGANGAN5.614.890 11.159.857 6.092.557 6.286.299 6.505.016 6.788.169 36.831.899
3.30.02 Program Perizinan Dan Pendaftaran Perusahaan
Persentase fasilitasi pemenuhan komitmen penerbitan ijin usaha di bidang perdagangan
% 13,00 14,00 - 15,00 32.035 16,00 40.000 17,00 137.000 18,00 152.000 19,00 167.000 19,00 528.035 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
3.30.03 Program Peningkatan Sarana Distribusi Perdagangan
Persentase pasar rakyat/ tradisional dalam kondisi baik % 60,00 72,00 5.109.459 78,00 10.535.538 81,00 5.364.932 84,00 5.364.932 87,00 5.633.179 93,00 5.914.837 3,00 32.813.418
Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.30.04 Program Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang PentingPersentase pengawasan harga barang kebutuhan pokok dan barang penting sesuai HET
% 50,00 100,00 68.392 100,00 76.070 100,00 145.200 100,00 159.720 100,00 173.959 100,00 188.159 100,00 743.108 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
3.30.06 Program Standardisasi dan Perlindungan Konsumen
Persentase pelaku usaha yang melakukan tera ulang % 48,00 58,27 359.299 78,11 385.167 88,92 404.425 89,80 424.647 90,93 445.879 90,98 468.173 90,98 2.128.291
Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.30.07 Program Penggunaan dan Pemasaran Produk
Dalam NegeriPersentase peningkatan omzet penjualan pelaku usaha yang ikut pameran
% - - 77.740 10,00 131.047 15,00 138.000 20,00 200.000 25,00 100.000 30,00 50.000 30,00 619.047 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
3.31 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN
483.297 314.314 438.564 530.000 600.000 600.000 2.482.878
3.31.02 Program Perencanaan dan Pembangunan Industri
Persentase peningkatan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM)
% 5,00 9,00 466.297 6,50 299.014 7,50 313.564 8,00 405.000 9,00 425.000 9,00 425.000 9,00 1.867.578 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
3.31.03 Program Pengendalian Izin Usaha Industri Kabupaten/Kota
Persentase peningkatan IKM berizin% 1,00 1,50 17.000 2,01 15.300 2,02 75.000 2,03 75.000 2,03 100.000 2,03 100.000 2,03 365.300
Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan
Perdagangan3.31.04 Program Pengelolaan Sistem Informasi Industri
NasionalPersentase IKM yang masuk dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)
% 10,00 10,00 - 15,00 - 20,00 50.000 25,00 50.000 30,00 75.000 35,00 75.000 35,00 250.000 Dinas Koperasi Usaha
Mikro Perindustrian dan Perdagangan
3.32 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG TRANSMIGRASI
197.918 77.659 211.089 232.198 255.418 280.959 1.057.323
3.32.02 Program Perencanaan Kawasan Transmigrasi Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi
Provinsi 1,00 - 65.501 3,00 17.659 3,00 72.051 3,00 79.256 3,00 87.182 3,00 95.900 15,00 352.048 Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
3.32.03 Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi Peningkatan SDM calon transmigran
KK - - 132.417 5,00 60.000 5,00 139.038 5,00 152.942 5,00 168.236 5,00 185.059 25,00 705.275 Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi4 FUNGSI PENUNJANG URUSAN
PEMERINTAHAN 30.098.555 59.583.410 57.625.239 121.583.158 60.673.663 62.596.969 362.062.438
4.01 SEKRETARIAT DAERAH 9.153.284 30.778.247 28.532.024 91.617.147 29.209.351 29.559.442 209.696.211 4.01.02 Program Pemerintahan Dan Kesejahteraan
RakyatTingkat Capaian Koordinasi Pemerintahan dan kesejahteraan rakyat
% 100,00 100,00 6.668.392 100,00 25.543.211 100,00 25.798.643 100,00 88.801.764 100,00 26.309.507 100,00 26.572.602 100,00 193.025.727 Sekretariat Daerah
4.01.03 Program Perekonomian Dan Pembangunan Tingkat Capaian Koordinasi Perekonomian dan Pembangunan % 100,00 100,00 2.484.892 100,00 5.235.036 100,00 2.733.381 100,00 2.815.383 100,00 2.899.844 100,00 2.986.839 100,00 16.670.483 Sekretariat Daerah
4.02 SEKRETARIAT DPRD 20.945.271 28.805.163 29.093.215 29.966.011 31.464.312 33.037.527 152.366.228
VII - 31
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
4.02.02 Program Dukungan Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi DPRD
Persentase fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi pimpinan dan anggota DPRD
% 100,00 100,00 20.945.271 100,00 28.805.163 100,00 29.093.215 100,00 29.966.011 100,00 31.464.312 100,00 33.037.527 100,00 152.366.228 Sekretariat DPRD
5 UNSUR PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN
377.236.736 386.517.449 387.352.701 389.365.587 382.901.617 384.039.582 1.930.176.937
5.01 PERENCANAAN 1.797.390 1.628.502 1.791.352 1.970.487 2.069.011 2.172.462 9.631.813 5.01.02 Program Perencanaan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pembangunan Daerahkeselarasan antar dokumen perencanaan % 90,00 91,00 933.991 92,00 780.513 93,00 858.564 94,00 944.421 95,00 991.642 96,00 1.041.224 96,00 4.616.364
Badan Perencanaan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah5.01.03 Program Koordinasi Dan Sinkronisasi
Perencanaan Pembangunan Daerahkeselarasan implementasi dokumen perencanaan % 96,00 96,00 863.399 96,00 847.989 97,00 932.787 97,00 1.026.066 97,00 1.077.369 98,00 1.131.238 98,00 5.015.449
Badan Perencanaan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah5.02 KEUANGAN 368.491.220 377.842.282 378.376.088 380.064.161 373.282.876 374.054.452 1.883.619.859
5.02.02 Program Pengelolaan Keuangan Daerah Persentase dokumen pengelolaan keuangan daerah yang terpublikasi % 100,00 100,00 362.137.772 100,00 371.635.255 100,00 372.106.991 100,00 373.606.991 100,00 366.631.991 100,00 367.204.041 100,00 1.851.185.268 Badan Keuangan Daerah
5.02.03 Program Pengelolaan Barang Milik Daerah Persentase barang milik daerah yang tercatat di neraca barang daerah sesuai SAP
% 100,00 100,00 1.796.531 100,00 1.321.284 100,00 1.334.497 100,00 1.374.532 100,00 1.415.768 100,00 1.458.241 100,00 6.904.321 Badan Keuangan Daerah
5.02.04 Program Pengelolaan Pendapatan Daerah Persentase realisasi target pendapatan daerah
% 100,00 100,00 4.556.917 100,00 4.885.743 100,00 4.934.600 100,00 5.082.638 100,00 5.235.118 100,00 5.392.171 100,00 25.530.271 Badan Keuangan Daerah
5.03 KEPEGAWAIANAN 3.074.379 3.306.989 3.340.059 3.340.261 3.406.199 3.508.385 16.901.892 5.03.02 Program Kepegawaian Daerah Persentase Ketersediaan ASN yang
Berkualitas% 98,40 100,00 3.074.379 100,00 3.306.989 100,00 3.340.059 100,00 3.340.261 100,00 3.406.199 100,00 3.508.385 100,00 16.901.892
Badan Kepegawaian Daerah
5.04 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 3.585.745 3.381.099 3.414.910 3.517.357 3.622.878 3.731.564 17.667.809 5.04.02 Program Pengembangan Sumber Daya
ManusiaPersentase Pemenuhan Kebutuhan Diklat Bagi ASN
% 111,34 100,00 3.585.745 100,00 3.381.099 100,00 3.414.910 100,00 3.517.357 100,00 3.622.878 100,00 3.731.564 100,00 17.667.809 Badan Kepegawaian
Daerah5.05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 288.002 358.577 430.292 473.322 520.654 572.719 2.355.564
5.05.02 Program Penelitian Dan Pengembangan Daerah
persentase perangkat daerah yang difasilitasi dalam kelitbangan daerah
% 23,00 23,91 288.002 28,26 358.577 32,61 430.292 36,96 473.322 41,30 520.654 45,65 572.719 45,65 2.355.564 Badan Perencanaan
Penelitian Dan Pengembangan Daerah
6 URUSAN PENGAWASAN URUSAN PEMERINTAHAN
2.587.575 2.566.097 2.604.869 2.644.423 2.684.777 2.725.952 13.226.118
6.01 INSPEKTORAT DAERAH 2.587.575 2.566.097 2.604.869 2.644.423 2.684.777 2.725.952 13.226.118 6.01.02 Program Penyelenggaraan Pengawasan Persentase Temuan yang Selesai
Ditindaklanjuti% 80,86 81,00 2.100.899 81,30 1.910.519 81,50 1.929.624 81,80 1.948.920 82,00 1.968.410 82,30 1.988.094 82,30 9.745.567 Inspektorat
6.01.03 Program Perumusan Kebijakan, Pendampingan dan Asistensi
Zona IntegritasPD - 1,00 486.676 2,00 655.578 3,00 675.245 4,00 695.502 5,00 716.367 6,00 737.858 6,00 3.480.551 Inspektorat
7 UNSUR KEWILAYAHAN 33.794.370 34.089.454 34.463.612 36.127.244 37.873.463 39.706.390 182.260.163 7.01 KECAMATAN 33.794.370 34.089.454 34.463.612 36.127.244 37.873.463 39.706.390 182.260.163
7.01.02 Program Penyelenggaraan Pemerintahan Dan Pelayanan Publik
Persentase masyarakat yang terfasilitasi pelayanan publik (PATEN)
% 70,00 75,00 1.159.199 80,00 1.473.971 85,00 1.488.711 90,00 1.503.598 95,00 1.518.634 100,00 1.533.820 100,00 7.518.733 Seluruh Kecamatan
7.01.03 Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Dan Kelurahan
Persentase Lembaga Masyarakat Desa / Kelurahan yang Berperan Aktif dalam Pembangunan
% 70,00 75,00 29.775.282 80,00 28.556.129 85,00 28.841.691 90,00 30.283.775 95,00 31.797.964 100,00 33.387.862 100,00 152.867.421 Seluruh Kecamatan
7.01.04 Program Koordinasi Ketentraman Dan Ketertiban Umum
Persentase lembaga kemasyarakatan aktif terlibat dalam kegiatan yg menunjang ketenteraman dan ketertiban di masyakarat
% 70,00 75,00 529.341 80,00 831.598 85,00 873.178 90,00 916.837 95,00 962.679 100,00 1.010.813 100,00 4.595.104 Seluruh Kecamatan
7.01.05 Program Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Umum
Persentase Cakupan Fasilitasi Urusan Pemerintahan Umum kepada Desa/Kelurahan
% 70,00 75,00 899.310 80,00 1.153.691 85,00 1.165.227 90,00 1.223.489 95,00 1.284.663 100,00 1.348.896 100,00 6.175.966 Seluruh Kecamatan
7.01.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintahan Desa
Persentase tertib administrasi pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan di Desa/Kelurahan
% 70,00 75,00 1.431.238 80,00 2.074.065 85,00 2.094.805 90,00 2.199.546 95,00 2.309.523 100,00 2.424.999 100,00 11.102.938 Seluruh Kecamatan
8 UNSUR PEMERINTAHAN UMUM 3.536.283 5.305.480 5.343.026 5.367.594 5.425.078 5.483.843 26.925.022 8.01 KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 3.536.283 5.305.480 5.343.026 5.367.594 5.425.078 5.483.843 26.925.022
8.01.02 Program Penguatan Ideologi Pancasila Dan Karakter Kebangsaan
Persentase Masyarakat yang memperoleh peningkatan wawasan kebangsaan
% 60,00 60,00 18.065 66,00 183.506 75,00 185.341 83,00 187.194 91,00 189.066 100,00 190.957 100,00 936.065 Kesatuan Bangsa dan
Politik
8.01.03 Program Peningkatan Peran Partai Politik Dan Lembaga Pendidikan Melalui Pendidikan Politik Dan Pengembangan Etika Serta Budaya Politik
Persentase pemilih yang mendapatkan pendidikan politik
% 70,00 21,33 1.418.305 56,00 2.784.919 69,33 2.798.844 82,67 2.798.844 90,00 2.812.838 100,00 2.826.902 100,00 14.022.346 Kesatuan Bangsa dan
Politik
VII - 32
SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
4
KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL
RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR
PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022
8.01.04 Program Pemberdayaan Dan Pengawasan Organisasi Kemasyarakatan
Prosentase Ormas yang telah berbadan hukum
% 70,00 70,00 181.057 75,00 269.556 80,00 277.643 85,00 285.972 90,00 294.551 100,00 303.388 100,00 1.431.109 Kesatuan Bangsa dan
Politik8.01.05 Program Pembinaan Dan Pengembangan
Ketahanan Ekonomi, Sosial, Dan BudayaPersentase Masyarakat yang memperoleh pembinaan ketahanan sosial
% 60,00 13,00 1.709.359 61,00 1.793.501 78,00 1.793.501 83,00 1.793.501 94,00 1.811.436 100,00 1.829.550 100,00 9.021.489 Kesatuan Bangsa dan
Politik
8.01.06 Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional Dan Peningkatan Kualitas Dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial
Persentase potensi konflik sosial yang terselesaikan % 70,00 90,00 209.497 95,00 273.998 95,00 287.698 100,00 302.083 100,00 317.187 100,00 333.046 100,00 1.514.012
Kesatuan Bangsa dan Politik
2.420.082.200 2.503.999.030 2.522.931.780 2.600.261.893 2.597.831.152 2.639.596.694 12.864.620.549 TOTAL BELANJA DAERAH
VII - 33
VIII - 1
BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah hasil kerja dari
suatu keluaran yang dapat diukur dalam penyelenggaraan urusan pemerintah
sesuai dengan tanggung jawab kewenangan dalam waktu yang telah
ditentukan. Dengan demikian indikator kinerja menjadi sangat penting untuk
dirumuskan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi alat ukur
kuantitatif dalam mengetahui hasil pembangunan daerah.
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi
gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang ditetapkan menjadi Indikator Kinerja
Utama (IKU) daerah dan indikator kinerja penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah.
8.1. INDIKATOR KINERJA UTAMA
Pandemi Covid-19 yang terjadi pada awal tahun 2020 dan dampaknya
masih dirasakan sampai tahun 2021 membawa pengaruh yang sangat
signifikan bagi Pemerintah Kabupaten Semarang dalam menentukan target
pembangunan daerah di tahun-tahun mendatang. Berpijak dari capaian
pembangunan daerah tahun 2020, yang menunjukkan hampir semua sektor
terkontraksi akibat pandemi, mendorong pemerintah daerah untuk berupaya
lebih keras dalam memulihkan kondisi makro daerah.
Namun demikian, dengan kondisi makro saat ini yang masih belum
stabil akibat dampak pandemi, pemerintah daerah pun harus realistis dalam
menentukan target pembangunannya agar visi, misi dan tujuan daerah tetap
dapat dicapai. Sehingga untuk target pembangunan jangka menengah Tahun
2021-2026 Pemerintah Kabupaten Semarang menentukannya di level moderat
dengan asumsi bahwa kondisi makro akan berangsur-angsur pulih seiring
dengan diberlakukannya kebijakan-kebijakan Pemerintah yang bersifat
penanggulangan dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi, maupun
kebjakan Pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19,
antara lain dengan dilaksanakannya program vaksinasi secara menyeluruh.
Sehubungan dengan hal tersebut, Indikator Kinerja Utama Kabupaten
Semarang Tahun 2021-2026 dirumuskan sebagai berikut:
VIII - 2
Tabel 8.1
Penetapan Indikator Kinerja Utama Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
No INDIKATOR
KINERJA UTAMA DAERAH
SATUAN
Kondisi Awal
Periode RPJMD
TARGET TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
Perangkat Daerah Koordinator
2021 2022 2023 2024 2025 2026
1.
Indeks
Pembangunan Manusia
Indeks 74,1 74,10 74,30 74,50 74,70 74,90 75,10 75,10 Sekretariat Daerah
2. Pertumbuhan ekonomi
% -2,67 2,8 – 4,8 2,9 - 5,2 3,9 - 5,3 4,0 - 5,4 4,1 - 5,5 4,2 - 5,6 4,2 - 5,6 Sekretariat Daerah
3. PDRB per Kapita Rp. Juta 45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15 61,15 Sekretariat Daerah
4. Angka Kemiskinan % 7,51 7,1 - 7,6 7,45 - 7,35 7,35 - 7,25 7,25 - 7,15 7,15 - 7,05 7,05 - 6,95 7,05 - 6,95 Sekretariat Daerah
5. Tingkat Penganguran Terbuka
% 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,49 Sekretariat Daerah
6. Indeks Reformasi Birokrasi
Indeks 60,02 (B) 62,23 (B) 64,55 (B) 66,97 (B) 69,52 (B) 72,85 (BB) 73,59 (BB) 73,59 (BB) Sekretariat Daerah
7.
Rata-rata
Ketercapaian Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah
% 73,73 74,43 71,70 75,71 79,72 83,72 87,45 87,45 Sekretariat Daerah
VIII - 3
No INDIKATOR
KINERJA UTAMA DAERAH
SATUAN
Kondisi Awal
Periode RPJMD
TARGET TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
Perangkat Daerah Koordinator
2021 2022 2023 2024 2025 2026
8. Angka Kriminalitas % 2,75 2,64 2,53 2,45 2,3 2,25 2,2 2,2 Sekretariat Daerah
9. Indeks Pembangunan Gender
Indeks 96,38 96,40 96,41 96,43 96,44 96,45 96,46 96,46 Sekretariat Daerah
10. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Indeks 69,12 69,27 69,47 69,67 69,87 70,07 70,27 70,27 Sekretariat Daerah
11. Prestasi Bidang Pemuda, Olah Raga dan Seni Budaya
% 55,38 60,68 64,35 68,59 71,72 75,39 78,52 78,52 Sekretariat Daerah
12. Indeks Kepuasan Masyarakat
Nilai 86 86,25 86,5 86,75 87 87,25 87,5 87,5 Sekretariat Daerah
VIII - 4
8.2. INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT DAERAH
Indikator kinerja utama Perangkat Daerah merupakan indikator kinerja
yang menjadi tanggung jawab Kepala Perangkat Daerah dan akan menjadi
dasar penilaian kinerja organisasi setiap tahunnya. Indikator ini berada pada
level intermediate outcome, yang menghubungkan kinerja program dengan
tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
VIII - 5
Tabel 8.2
Indikator Kinerja Utama Perangkat Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
1.
DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
Angka Harapan Lama Sekolah
Tahun 12,97 12,98 12,99 13,00 13,01 13,02 13,03 13,03
2. Angka Rata-rata Lama Sekolah
Tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07 8,07
3. Persentase organisasi pemuda aktif
% 76,67 76,67 80,00 83,33 83,33 86,67 86,67 86,67
4.
Persentase animo organisasi pemuda mengikuti kegiatan kepemudaan
% 40,00 40,00 43,33 43,33 46,67 46,67 50,00 50,00
5. Persentase cabang olahraga berprestasi
% 13,33 26,67 33,33 40,00 46,67 53,33 60,00 60,00
6. Persentase kejuaraan cabang olahraga
% 46,67 50,00 53,33 56,67 60,00 63,33 66,67 66,67
7. Rata-rata pelestarian cagar budaya dan tempat bersejarah
% 75,66 76,50 77,50 78,50 79,50 80,50 81,50 81,50
8. Persentase seni dan budaya yang dilestarikan
% 76,15 78,71 79,71 82,43 85,16 86,16 88,88 88,88
9.
Persentase cagar budaya dan tempat bersejarah yang
dilestarikan
%
75,66
76,50
77,50
78,50
79,50
80,50
81,50
81,50
10.
DINAS KESEHATAN
Angka Harapan Hidup Tahun 75,73 75,76 75,80 75,83 75,86 75,89 75,93 75,93
11. Angka Kematian Ibu (per 100.000 KH)
per 100.000 Kelahiran Hidup
173,94 115 115 114 114 113 113 113
VIII - 6
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
12. Angka Kematian Bayi (per 1.000 KH)
Per 1000 Kelahiran Hidup
8,35 8,35 8,34 8,34 8,33 8,33 8,32 8,32
13.
Persentase puskesmas dengan strata akreditasi utama dan
paripurna
% 26,92 26,92 26,92 30,77 34,62 34,62 34,62 34,62
14. Rasio daya tampung RS terhadap jumlah penduduk
Per 1000 Pendudu
k 0,79 0,8 0,83 0,85 0,86 0,87 0,90 0,90
15. Persentase RS Rujukan Tingkat Kabupaten yang terakreditasi
% 100 100 100 100 100 100 100 100
16.
DINAS PEKERJAAN UMUM
Persentase infrastruktur bidang pekerjaan umum
dalam kondisi baik
% 72,02 73,93 62,90 65,80 68,68 71,53 74,48 74,48
17. Persentase ketaatan terhadap RTRW
% 96,50 96,59 96,67 96,75 96,84 96,93 97,00 97,00
18. Persentase penurunan kawasan kumuh
% 3,11 4,22 5,34 6,46 7,57 8,69 9,80 9,80
19. Presentase penyelesaian sengketa pertanahan
% 100 100 100 100 100 100 100 100
20. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Indeks Resiko Bencana
Nilai 143,2 143,2 143,1 143,1 143 142,9 142,5 142,5
21. Indeks Ketahanan Daerah
Nilai 0,7 0,71 0,72 0,73 0,74 0,75 0,76 0,76
VIII - 7
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
22.
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM
KEBAKARAN
Persentase permasalahan tibumtranmas yang diselesaikan
% 98,80 98,82 98,95 99,05 99,18 99,32 99,42 99,42
23.
Persentase penegakan
Perda & Perkada yang diselesaikan
% 99,44 99,51 99,54 99,58 99,61 99,65 99,69 99,69
24. Tingkat Waktu Tanggap (Respons Time Rate) penanganan kebakaran
% 77,78 78 80 81 82 85 87 87
25.
DINAS SOSIAL
Persentase angka penyandang masalah kesejahteraan sosial
% 28,64 28,57 28,5 28,43 28,36 28,29 28,22 28,22
26. Persentase Pemberdayaan PSKS
% 49,09 49,6 49,94 50,78 51,63 52,47 53,31 53,31
27. Persentase Penanganan PMKS
% 116,81 74,00 75,00 76,00 77,00 78,00 79,00 79,00
28.
DINAS TENAGA KERJA
Tingkat Pengangguran Terbuka
% 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,49
29. Calon tenaga kerja yang kompeten
% 74 75 77 78 79 80 81 81
30. Tingkat partisipasi angkatan kerja
% 75,07 75,16 75,39 75,55 75,76 75,93 76,11 76,11
31. Perselisihan pengusaha dengan pekerja yang
dapat diselesaikan
% 83,87 84,00 85,00 86,00 87,00 88,00 89,00 89,00
32. Persentase calon transmigran yg siap ditempatkan
% 36,36 36,36 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 42,00
33. Transmigrasi umum KK - 4 4 4 4 4 4 4
VIII - 8
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
34.
DINAS
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA
Indeks Pembangunan Gender
% 96,38 96,4 96,41 96,43 96,44 96,45 96,46 96,46
35.
Persentase pengaduan kekerasan thd perempuan dan anak yg diselesaikan
% 100 100 100 100 100 100 100 100
36. Prosentase jml perempuan dan anak korban kekerasan
% 0,018 0,017 0,016 0,015 0,014 0,013 0,012 0,012
37. Persentase tingkat kesejahteraan keluarga
% 78,87 78,88 78,89 78,9 78,91 78,92 78,93 78,93
38. Laju Pertumbuhan Penduduk
% 1,2 1,2 1,19 1,18 1,17 1,15 1,15 1,15
39. Persentase Kelompok Kegiatan aktif
% 70 75 80 85 90 100 100 100
40.
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Peningkatan Indeks Kualitas Air (IKA)
Indeks 53,33 54,00 54,70 55,45 56,20 56,97 57,77 57,77
41. Peningkatan Indeks Kualitas Udara (IKU)
Indeks 78,68 78,71 78,75 78,78 78,82 78,86 78,91 78,91
42. Peningkatan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL)
Indeks 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57
43.
Persentase Masalah
Lingkungan yang
tertangani
% 106,66 100 100 100 100 100 100 100
44. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
% 1,13 1,13 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14
VIII - 9
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
45. Persentase Penanganan Sampah
% 32,53 32,53 34,35 35,11 36,22 37,50 38,00 38,00
46.
DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
Cakupan Kepemilikan Dokumen Administrasi Kependudukan
% 81,83 86,69 87,75 89,00 90,50 91,50 93,00 93,00
47. Persentase Cakupan Kepemilikan Dokumen Pendaftaran Penduduk
% 80,00 81,00 82,50 85,00 87,00 88,00 90,00 90,00
48. Persentase cakupan Kepemilikan Dokumen Pencatatan Sipil
% 88,38 89,38 90,00 92,00 94,00 95,00 96,00 96,00
49.
DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Persentase peningkatan status
Indeks Desa Membangun (IDM)
% 12,5 17,5 22,5 27,5 32,5 37,5 42,5 42,5
50. Indeks Kepuasan Masnyarakat (IKM) Desa
% 60 63 65 70 75 80 85 85
51. Persentase lembaga kemasyarakatan desa yang aktif
% 70 75 80 85 90 95 100 100
52.
Persentase sarpras dan
permukiman desa dalam kondisi baik
% 50 53 55 60 65 70 75 75
53. DINAS PERHUBUNGAN
Indeks Pelayanan Transportasi
% 48,89 51,43 54,04 62,98 71,93 80,88 88,93 88,93
VIII - 10
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
54.
Prosentase keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
% 78,79 79,11 79,46 79,89 80,58 81,11 81,68 81,68
55. Prosentase prasarana keselamatan pada
multimoda
% 19,00 34,1 39,45 54,8 70,18 85,54 99,11 99,11
56.
DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
3,00 2,90 3,00 3,12 3,25 3,34 3,40 3,40
57.
Persentase pengelolaan informasi, aduan dan desiminasi informasi yang bisa diakses masyarakat
% 100 100 100 100 100 100 100 100
58. Indeks Tata Kelola SPBE
2,30 2,30 2,70 3,00 3,40 3,50 3,70 3,70
59. Persentase kemanfaatan data Statistik Sektoral
% 100 100 100 100 100 100 100 100
60.
Persentase ketersediaan informasi Statistik Sektoral yang dapat diakses
masyarakat
% 100 100 100 100 100 100 100 100
61.
Persentase konten informasi pemerintah daerah yang teramankan
% 100 100 100 100 100 100 100 100
62. Persentase pengamanan Informasi sesuai peraturan yang
% 100 100 100 100 100 100 100 100
VIII - 11
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
berlaku
63.
DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Persentase koperasi dan usaha mikro yang aktif
% 14.35 14.79 15.23 15.67 16.11 16.54 16.98 16.98
64. Persentase
pertumbuhan koperasi % 2 2 3 4 5 6 7 7
65.
Persentase pertumbuhan usaha mikro berizin
% 14.17 14.61 15.04 15.48 15.91 16.35 16.78 16.78
66. Pasar berstandar nasional unit 1 1 1 2 2 3 3 3
67. Persentase omzet pelaku usaha perdagangan
% 1 1 1 1.5 1.7 1.9 2 2
68. Pertumbuhan PDRB sektor industri % -4.35 4,1-5,1 4,3-5,3 4,4-5,4 4,5-5,5 4,6-5,6 4,7-5,7 4,7-5,7
69. Persentase pertumbuhan IKM % 1.5 1.5 2.01 2.03 2.04 2.05 2.06 2.06
70. DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Pertumbuhan penanaman modal
% 30,79 -43,48 12,80 13,57 12,68 13,02 13,02 13,02
71. Indek Kepuasan Masyarakat pelayanan perizinan
% 91,21 91,30 91,35 91,40 91,45 91,50 91,55 91,55
72.
DINAS KEARSIPAN DAN PERPUS AAN
Persentase Sistem Pengelolaaan Kearsipan Perangkat
Daerah yang terintegrasi
% 0 5 10 15 20 25 30 30
73. Persentase Pengelolaan Arsip Daerah
% 53,7 61,4 69,2 76,8 84,6 92,3 100 100
74. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
% 14,77 14,79 14,80 14,81 14,82 14,83 14,84 14,84
VIII - 12
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
75. Indeks Kepuasan Pengunjung Perpustakaan
% 83,36 83,40 83,45 83,47 83,48 83,49 83,50 83,50
76. Nilai Kegemaran Membaca (TGM)
Indeks 40 40 40 40 40 41 41 41
77.
DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PANGAN
Indeks ketahanan
pangan skor 85,94 85,96 85,98 86 86,02 86,04 86,06 86,06
78. Ketersediaan pangan utama
Kg/Kap /Th
251,91 253,75 253,77 253,8 253,82 253,85 253,87 253,87
79. Persentase peningkatan nilai jual produksi pertanian
% 0,35 0,36 0,36 0,37 0,38 0,39 0,39 0,39
80. Pertumbuhan sektor pertanian
% -0,17 1-2 1,1-2,1 1,2-2,2 1,3-2,3 1,4-2,4 1,5-2,5 1,5-2,5
81. Persentase peningkatan produksi pertanian
% 0,21 0,22 0,22 0,22 0,23 0,23 0,23 0,23
82. Persentase
peningkatan nilai jual produksi perikanan
% 0,42 0,48 0,52 0,57 0,59 0,6 0,61 0,61
83. Persentase peningkatan produksi perikanan
% -10,32 0,05 0,09 0,14 0,15 0,16 0,18 0,18
84.
DINAS PARIWISATA
Persentase peningkatan PAD sektor pariwisata
% -16,8 5,4 10,1 10,2 10,3 10,4 10,5 10,5
85. Pertumbuhan PDRB sektor pariwisata
% -6,6 4,1 - 5,1 4,3 - 5,3 4,4 - 5,4 4,5 - 5,5 4,6 - 5,6 4,7 - 5,7 4,7 - 5,7
86. Persentase peningkatan kunjungan wisatawan
% -47 10 10 12 14,5 17 20 20
87. SEKRETARIAT DAERAH
Tingkat Capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintah
% 100 100 100 100 100 100 100 100
VIII - 13
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
88. Tingkat capaian kinerja Perangkat Daerah
% 63 100 100 100 100 100 100 100
89.
SEKRETARIAT DPRD
Indeks kepuasan pelayanan Sekretariat DPRD kepada
pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Semarang
% - 80 81,07 82 82,5 82,7 83 83
90. Persentase capaian kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD
% 100 100 100 100 100 100 100 100
91.
BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DAERAH
Persentase perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah
yang berkualitas
% 83,75 84,00 85,00 86,00 86,50 87,50 88,50 88,50
92. Kualitas perencanaan pembangunan daerah
%
92,50
93
94
95
95
96
97
97
93. Persentase pemanfaatan hasil kelitbangan
%
75
75
76
77
78
79
80
80
94.
BADAN KEUANGAN
DAERAH
Status Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah (IPKD)
Predikat - C B B B A A A
95.
Ketepatan waktu dan keteraksesnya
dokumen pengelolaan keuangan daerah
% 100 100 100 100 100 100 100 100
96. Nilai solvabilitas jangka panjang
Juta Rupiah
6,170,923 6,788,015 7,466,817 8,213,499 9,034,848 9,938,333 10,932,167 10,932,167
97. Nilai Kemandirian Keuangan Pemerintah
% 18,24 19,80 21,10 22,31 23,45 24,93 26,21 26,21
VIII - 14
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
Daerah
98.
BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
Indeks Sistem Merit Indeks - 0,51 0,56 0,6 0,65 0,68 0,73 0,73
99. Persentase Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
% 14,59 65,45 66,63 69,68 70,59 73,88 74,55 74,55
100. Persentase peningkatan
disiplin ASN % 99,25 99,88 99,89 99,91 99,92 99,93 99,95 99,95
101. INSPEKTORAT
Nilai Skor Maturitas SPIP
Nilai 3,038 3,038 3,045 3,050 3,055 3,060 3,065 3,065
102. Level PK APIP Level 3 3 3 3 3 3 3 3
103.
KECAMATAN GETASAN
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 86,75 86,8 86,85 86,90 86,95 87,00 87,05 87,05
104. Capaian Permohonan
Layanan yang terlayani % 100 100 100 100 100 100 100 100
105. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 94,12 60 70 70 80 90 100 100
106.
KECAMATAN TENGARAN
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 89,0 89,1 89,2 89,3 89,4 89,5 89,6 89,6
107. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
108. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 54,55 60,61 66,67 72,73 78,79 84,85 90,91 90,91
109.
KECAMATAN SUSUKAN
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 83,64 84,05 85,05 86,05 87,05 88,05 89,05 90,05
110. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
111.
Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 75 100 100 100 100 100 100 100
VIII - 15
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
112.
KECAMATAN SURUH
Indeks Kepuasan
Masyarakat Kecamatan
Nilai 84,97 85,33 85,67 86,00 86,22 86,44 86,78 86,78
113. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
114. Cakupan Pembinaan
Masyarakat % 75,00 75,00 87,50 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
115.
KECAMATAN PABELAN
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 86,5 86,55 86,6 86,65 86,7 86,75 86,8 86,8
116. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
117. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 54,5 65 70 80 85 90 100 100
118.
KECAMATAN TUNTANG
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 90,25 90,30 90,35 90,40 90,45 90,50 90,55 90,55
119. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
120. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 70 70 70 80 90 90 100 100
121.
KECAMATAN BANYUBIRU
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 83 85 86 87 88 89 90 90
122. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
123. Cakupan Pembinaan
Masyarakat % 50 70 80 85 90 95 100 100
124. KECAMATAN JAMBU
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 86,25 86,27 86,29 87,00 87,02 87,03 87,05 87,05
125. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
VIII - 16
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
126. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 100 100 100 100 100 100 100 100
127.
KECAMATAN
SUMOWONO
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 88,00 88,44 88,71 88,97 89,24 89,51 89,77 89,77
128. Capaian Permohonan
Layanan yang terlayani % 100,00 100 100 100 100 100 100 100
129. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 68,88 73,3 77,99 82,99 88,91 93,97 100 100
130.
KECAMATAN AMBARAWA
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 86,25 86,27 86,29 87,00 87,02 87,03 87,05 87,05
131. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
132. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 93,75 100 100 100 100 100 100 100
133.
KECAMATAN BAWEN
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 83 83,25 83,35 83,45 83,5 83,6 83,7 84
134. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
135. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 100 100 100 100 100 100 100 100
136.
KECAMATAN BRINGIN
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 84,5 85 85,5 86 86,5 87 87,5 87,5
137. Capaian Permohonan
Layanan yang terlayani % 100 100 100 100 100 100 100 100
138.
Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 7,22 50 60 70 80 90 100 100
VIII - 17
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
139.
KECAMATAN BERGAS
Indeks Kepuasan
Masyarakat Kecamatan
Nilai 88,75 88,77 88,79 88,81 88,83 88,85 88,87 88,87
140. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
141. Cakupan Pembinaan
Masyarakat % 33,33 44,44 55,66 66,67 77,78 88,89 100 100
142.
KECAMATAN PRINGAPUS
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai
88,25
88,30
88,35
88,40
88,45
88,50
88,55
88,55
143. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
%
100
100
100
100
100
100
100
100
144. Cakupan Pembinaan Masyarakat
%
100 100 100 100 100 100 100
100
145.
KECAMATAN BANCAK
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 88,44 88,46 88,48 88,5 88,52 88,54 88,56 88,58
146. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
147. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 75 75 87,5 87,5 87,5 100 100 100
148.
KECAMATAN KALIWUNGU
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 88,51 88,53 88,55 88,57 88,59 88,61 88,63 88,63
149. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
150. Cakupan Pembinaan
Masyarakat % 100 100 100 100 100 100 100 100
151. KECAMATAN UNGARAN BARAT
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 80 82 83 85 87 89 91 91
152. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
VIII - 18
No PERANGKAT
DAERAH
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT
DAERAH SATUAN
Kondisi Awal Periode RPJMD
TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir
Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
153. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 60 65 70 75 80 85 90 90
154.
KECAMATAN
UNGARAN TIMUR
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 88,54 88,56 88,58 88,60 88,62 88,64 88,66 88,66
155. Capaian Permohonan
Layanan yang terlayani % 100 100 100 100 100 100 100 100
156. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 62,5 62,5 62,5 62,5 75 75 87,5 87,5
157.
KECAMATAN BANDUNGAN
Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 84 84,02 84,04 84,06 84,08 84,1 84,12 84,12
158. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani
% 100 100 100 100 100 100 100 100
159. Cakupan Pembinaan Masyarakat
% 50 50 60 70 80 85 90 90
160. KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
Persentase peningkatan penanganan konflik
sosial
% 2 2 2 2 2 3 5 5
161. Persentase penanganan konflik sosial
% 84 84 86 88 90 92 100 100
VIII - 19
8.3 INDIKATOR KINERJA DAERAH
Indikator kinerja daerah merupakan indikator kinerja yang ditetapkan
sebagai ukuran kinerja seluruh penyelenggaraan pemerintahan daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 yang terbagi menjadi 3 (tiga) aspek,
yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek
daya saing, Indikator kinerja daerah meliputi seluruh indikator tujuan dan
sasaran daerah, serta Indikator kinerja tujuan perangkat daerah dan beberapa
indikator sasaran perangkat daerah yang strategis dalam mendukung
pencapaian Misi daerah.
VIII - 20
Tabel 8.3
Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Semarang
No
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan
Kondisi Kinerja pada Awal Periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks 74,1 74,10 74,30 74,50 74,70 74,90 75,10 75,10
2. Pertumbuhan ekonomi % -2,67 2,8 – 4,8 2,9 - 5,2 3,9 - 5,3 4,0 - 5,4 4,1 - 5,5 4,2 - 5,6 4,2 - 5,6
3. PDRB per kapita Rp, Juta
45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15 61,15
4. Angka kemiskinan % 7,51 7,1 - 7,6 7,45 - 7,35 7,35 - 7,25 7,25 - 7,15 7,15 - 7,05 7,05 - 6,95 7,05 - 6,95
5. Tingkat Penganguran Terbuka
% 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,49
B. ASPEK PELAYANAN UMUM
Urusan Wajib yang Berkaitan dengan Pelayanan Dasar
Pendidikan
1. Harapan Lama Sekolah Tahun 12,97 12,98 12,99 13 13,01 13,02 13,03 13,03
2. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07 8,07
Kesehatan
3. Angka Harapan Hidup Tahun 75,73 75,76 75,80 75,83 75,86 75,89 75,93 75,93
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
VIII - 21
No
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan
Kondisi Kinerja pada Awal Periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
4. Persentase infrastruktur bidang pekerjaan umum dalam kondisi baik
% 72,02 73,93 62,90 65,80 68,68 71,53 74,48 74,48
Perumahan dan Kawasan Permukiman
5. Persentase rumah layak huni
% 77,07 77,77 78,00 78,50 79,00 79,50 80,00 80,00
Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
6. Persentase permasalahan tibumtranmas yang diselesaikan
% 98,8 98,82 98,95 99,05 99,18 99,32 99,42 99,42
7. Indeks Resiko Bencana Nilai 143,2 143,2 143,1 143,1 143 142,9 142,5 142,5
Sosial
8. Persentase angka penyandang masalah kesejahteraan sosial
% 28,64 28,57 28,5 28,43 28,36 28,29 28,22 28,22
Urusan Wajib yang Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar
Tenaga Kerja
9. Tingkat partisipasi angkatan kerja
% 75,07 75,16 75,39 75,55 75,76 75,93 76,11 76,11
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
10. Indeks Pemberdayaan Gender
% 74,97 75,12 75,30 75,35 75,47 75,50 75,55 96,46
Pangan
11. Indeks ketahanan pangan skor 85,94 85,96 85,98 86 86,02 86,04 86,06 86,06
Pertanahan
VIII - 22
No
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan
Kondisi Kinerja pada Awal Periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
12. Presentase penyelesaian
sengketa pertanahan % 100 100 100 100 100 100 100 100
Lingkungan Hidup
13. Indeks Kualitas Air (IKA) Indeks 53,33 53,73 54,12 54,52 54,92 55,32 55,72 55,72
14. Indeks Kualitas Udara
(IKU) Indeks 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68
15. Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL)
Indeks 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
16. Cakupan Kepemilikan Dokumen Administrasi Kependudukan
% 81,83 86,69 87,75 89,00 90,50 91,50 93,00 93,00
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
17. Persentase peningkatan status Indeks Desa Membangun
% 12,5 17,5 22,5 27,5 32,5 37,5 42,5 42,5
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
18. Persentase tingkat kesejahteraan keluarga
% 78,87 78,88 78,89 78,9 78,91 78,92 78,93 78,93
Perhubungan
19. Indeks Pelayanan Transportasi
% 48,89 56,43 59,04 66,73 74,43 82,13 88,93 88,93
Komunikasi dan
Informatika
20. Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
% 3,05 3,07 3,1 3,2 3,3 3,4 3,55 3,55
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
VIII - 23
No
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan
Kondisi Kinerja pada Awal Periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
21. Persentase koperasi dan
usaha mikro yang aktif % 14.35 14.79 15.23 15.67 16.11 16.54 16.98 16.98
Penanaman Modal
22. Pertumbuhan penanaman modal
% 30,79 -43,48 12,80 13,57 12,68 13,02 13,02 13,02
Kepemudaan dan Olahraga
23. Persentase organisasi pemuda yang aktif
% 76,67 76,67 80,00 83,33 83,33 86,67 86,67 86,67
24. Persentase cabang olahraga berprestasi
% 13,33 26,67 33,33 40,00 46,67 53,33 60,00 60,00
Statistik
25. Persentase kemanfaatan data statistik sektoral
% 100 100 100 100 100 100 100 100
Persandian
26. Persentase konten informasi Pemerintah Daerah yang teramankan
% 100 100 100 100 100 100 100 100
Kebudayaan
27. Persentase seni dan budaya yang dilestarikan
% 76,15 78,71 79,71 82,43 85,16 86,16 88,88 88,88
Perpustakaan
28. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
% 14,77 14,79 14,80 14,81 14,82 14,83 14,84 14,84
Kearsipan
29.
Persentase Sistem Pengelolaaan Kearsipan Perangkat Daerah yang
terintegrasi
% 0 5 10 15 20 25 30 30
Urusan Pilihan
VIII - 24
No
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan
Kondisi Kinerja pada Awal Periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
Kelautan dan Perikanan
30. Persentase peningkatan nilai jual produksi perikanan
% 0,42 0,48 0,52 0,57 0,59 0,6 0,61 0,61
Pariwisata
31. Pertumbuhan PDRB sektor pariwisata
% -6,6 4,1 - 5,1 4,3 - 5,3 4,4 - 5,4 4,5 - 5,5 4,6 - 5,6 4,7 - 5,7 4,7 - 5,7
Pertanian
32. Pertumbuhan PDRB
sektor pertanian % -0,17 1-2 1,1-2,1 1,2-2,2 1,3-2,3 1,4-2,4 1,5-2,5 1,5-2,5
Perdagangan
33. Pasar berstandar nasional
unit 1 1 1 2 2 3 3 3
Perindustrian
34. Pertumbuhan PDRB sektor industri
% -4.35 4,1-5,1 4,3-5,3 4,4-5,4 4,5-5,5 4,6-5,6 4,7-5,7 4,7-5,7
Transmigrasi
35. Persentase calon transmigran yg siap ditempatkan
% 36,36 36,36 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 42,00
Unsur Pendukung Urusan Pemerintahan
Sekretariat Daerah
36. Nilai SAKIP Skor 58,11 (CC) 62,75 (B) 64,64 (B) 66,60 (B) 68,64 (B) 70,75 (BB) 72,94 (BB) 72,94 (BB)
37. Nilai kematangan
organisasi daerah Nilai - 19 19,1 20,5 22,5 24,5 26,5 26,5
Sekretariat DPRD
38.
Indeks kepuasan pelayanan Sekretariat DPRD kepada pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Semarang
% - 80 81,07 82 82,5 82,7 83 83
VIII - 25
No
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan
Kondisi Kinerja pada Awal Periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
Unsur Penunjang Urusan Pemerintahan
Perencanaan
39. Kualitas perencanaan pembangunan daerah
% 92,50 93 94 95 95 96 97 97
Keuangan
40. Status Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah (IPKD)
Predikat - C B B B A A A
Kepegawaian
41. Indeks Sistem Merit Indeks - 0,51 0,56 0,6 0,65 0,68 0,73 0,73
Penelitian dan Pengembangan
42. Persentase pemanfaatan
hasil kelitbangan %
75
75
76
77
78
79
80
80
Unsur Pengawasan
Urusan Pemerintahan
43. Nilai Skor Maturitas SPIP Nilai 3,038 3,038 3,045 3,050 3,055 3,060 3,065 3,065
Unsur Kewilayahan
44. Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan
Nilai 86,24 86,58 86,82 87,19 87,48 87,77 88,07 88,14
Unsur Pemerintahan Umum
Kesatuan Bangsa dan Politik
45. Persentase peningkatan
penanganan konflik sosial % 2 2 2 2 2 3 5 5
C. ASPEK DAYA SAING
1. Indeks Reformasi Birokrasi
Indeks 60,02 (B) 62,23 (B) 64,55 (B) 66,97 (B) 69,52 (B) 72,85 (BB) 73,59 (BB) 73,59 (BB)
VIII - 26
No
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR
KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan
Kondisi Kinerja pada Awal Periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
pada Akhir Periode RPJMD
2021 2022 2023 2024 2025 2026
2.
Rata-rata Ketercapaian
Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah
% 73,73 74,43 71,70 75,71 79,72 83,72 87,45 87,45
3. Angka kriminalitas % 2,75 2,64 2,53 2,45 2,3 2,25 2,2 2,2
4. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Indeks 69,12 69,27 69,47 69,67 69,87 69,87 70,27 70,27
5. Indeks Desa Membangun Indeks 0,6817 0,6891 0,6965 0,7039 0,7113 0,7187 0,7261 0,7261
6. Indeks Kepuasan Masyarakat
% 86 86,25 86,5 86,75 87 87,25 87,5 87,5
7. Indeks Manajemen Risiko Level 1 1 1 2 2 2 3 3
IX - 1
BAB IX
PENUTUP
RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala
daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan,
pembangunan daerah dan keuangan daerah, serta program Perangkat
Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka
pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJMD
Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 merupakan pedoman bagi
Pemerintah Kabupaten Semarang serta pemangku kepentingan lainnya
dalam melaksanakan pembangunan. Agar pelaksanaan RPJMD dapat
berjalan dengan baik, perlu diatur beberapa pedoman transisi dan kaidah
pelaksanaan sebagai berikut:
9.1. PEDOMAN TRANSISI
RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 berlaku untuk
kurun waktu lima tahun sejak tahun 2021 hingga tahun 2026. Untuk
menjaga kesinambungan pembangunan serta mengisi kekosongan
perencanaan setelah RPJMD tahun berakhir, maka RPJMD ini menjadi
pedoman dalam penyusunan RKPD dan RAPBD tahun 2027.
9.2. KAIDAH PELAKSANAAN
a. Bupati Semarang berkewajiban menyebarluaskan peraturan daerah
tentang RPJMD kepada masyarakat;
b. Seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Semarang dan pemangku kepentingan agar melaksanakan program -
program RPJMD dengan sebaik-baiknya mengarah pada pencapaian
target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMD;
c. Seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Semarang berkewajiban melakukan penyusunan Rencana Strategis
(Renstra) Perangkat Daerah mengacu pada RPJMD. Renstra tersebut
akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renja Perangkat Daerah
tahun 2022 hingga tahun 2026;
d. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD, Badan
Perencanaan Penelitian Dan Pengembangan Daerah berkewajiban
melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil
RPJMD.
IX - 2
Semoga rencana pembangunan yang tercantum dalam RPJMD
Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 ini dapat berjalan dengan baik dan
dapat mencapai target-target yang telah ditetapkan, sehingga terwujud pula
Visi Jangka menengah Kabupaten Semarang yaitu :
“Bersatu, Berdaulat, Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI),
Dengan Semangat Gotong Royong,
Berdasarkan Pancasila dalam Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika “
NGESTI NUGRAHA
BUPATI SEMARANG,
ttd.