SALIN AN - JDIH Provinsi Jawa Tengah

415
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); ten tang dalam Ka bu paten Daerah-daerah Pembentukan Tahun 1950 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Mengingat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 264 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026; Menimbang BUPATI SEMARANG, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2021 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021-2026 BUP ATI SEMARANG SALIN AN

Transcript of SALIN AN - JDIH Provinsi Jawa Tengah

Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang

Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

ten tang dalam Ka bu paten Daerah-daerah Pembentukan

Tahun 1950

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13

Mengingat

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 264 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026;

Menimbang

BUPATI SEMARANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 6 TAHUN 2021

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021-2026

BUP ATI SEMARANG

SALIN AN

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-

2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5059) sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6573);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor

245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 6573);

12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020

Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6573);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang

Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor

25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3079);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II

Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3500);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang

Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4575);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4817);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6042);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang

Sinkronisasi Proses Perencanaan Dan Penganggaran

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 105, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6056);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang

Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 225, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6133);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6178);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang

Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019

Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6323);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang

Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara

untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019

(COVID-I9) dan/atau Menghadapi Ancaman yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau

Stabilitas Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2020 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesta Nomor 6514);

25. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang

Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2017 Nomor 136);

26. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2020 Nomor 10);

27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008

Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);

28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun

2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009–2029 (Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun

2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009–2029 (Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 6, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 121);

29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun

2017 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan dan

Penganggaran Terpadu (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2017 Nomor 6, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 91);

30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun

2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Tahun 2018-2023 (Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 110);

31. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025

(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2009

Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

Semarang Nomor 2);

32. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Semarang Tahun 2011–2031 (Lembaran Daerah

Kabupaten Semarang Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6);

33. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1 Tahun

2016 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten

Semarang Tahun 2016 Nomor 1, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1);

34. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun

2020 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2020 Nomor 4,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor

4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG

dan

BUPATI SEMARANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2021-2026.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah

lembaga perwakilan rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Bupati adalah Bupati Semarang.

6. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah unsur pembantu

Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah.

7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang

selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen

perencanaan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang

selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen

perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun

terhitung sejak dilantik sampai dengan berakhirnya

masa jabatan Bupati.

9. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renstra

PD adalah dokumen perencanaan PD untuk periode 5 (lima) tahun.

10. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD

adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

11. Rencana Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renja PD

adalah dokumen perencanaan PD untuk periode 1 (satu) tahun.

12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Semarang yang

selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah

yang dtetapak dengan Peraturan Daerah.

13. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan

bidang pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang

mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

14. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS

adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang

diberikan kepada PD untuk setiap program sebagai acuan dalam

penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran PD.

15. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut

Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka

menyusun rencana pembangunan Daerah.

16. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir

periode perencanaan pembangunan daerah.

17. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

BAB II

RUANG LINGKUP RPJMD

Pasal 2

(1) RPJMD Tahun 2021-2026 merupakan rencana 5 (lima) tahun yang

menggambarkan:

a. visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Daerah;

b. strategi, arah kebijakan dan program pembangunan Daerah;

c. kerangka pendanaan pembangunan dan program PD; dan

d. kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

(2) RPJMD Tahun 2021-2026 disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional,

RPJMD Provinsi Jawa Tengah dan RPJPD Kabupaten Semarang.

(3) RPJMD Tahun 2021-2026 menjadi pedoman bagi :

a. Pemerintah Daerah dalam menyusun RKPD;

b. PD dalam menyusun Renstra PD;

c. Pemerintahan Desa dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa; dan

d. penyusunan dokumen perencanaan sektoral.

BAB III

SISTEMATIKA, ISI DAN URAIAN

Pasal 3

(1) RPMJD disusun dengan sistematika sebagai berikut :

a. BAB I : Pendahuluan;

b. BAB II : Gambaran Umum Kondisi Daerah;

c. BAB III : Gambaran Keuangan Daerah;

d. BAB IV : Permasalahan Dan Isu-Isu Strategis Daerah;

e. BAB V : Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran;

f. BAB VI : Strategi, Arah Kebijakan, dan Program Pembangunan

Daerah;

g. BAB VII : Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program PD;

h. BAB VIII : Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan

i. BAB IX : Penutup.

(2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IV

PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 4

(1) Bupati melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan

RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026.

(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundangan-undangan.

BAB V

PERUBAHAN RPJMD

Pasal 5

(1) Perubahan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila :

a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses

perumusan tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan

rencana pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan;

b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang

dirumuskan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

c. terjadi perubahan yang mendasar, mencakup antara lain terjadinya

bencana alam, guncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial

budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah, perubahan

kebijakan nasional atau perubahan lingkungan strategis daerah yang

berpengaruh terhadap target akhir RPJMD.

(2) Dalam rangka efektivitas, perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dan huruf b tidak dapat dilakukan apabila sisa masa

berlaku RPJMD kurang dari 3 (tiga) tahun.

(3) Perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

(4) Dalam hal terjadi perubahan yang tidak mendasar yang bersifat parsial

dan/atau perubahan capaian program tetapi tidak mengubah target

pencapaian program akhir pembangunan RPJMD, maka penetapan

perubahan capaian program RPJMD tersebut ditetapkan dengan Peraturan

Bupati.

BAB VI

KETENTUAN LAIN LAIN

Pasal 6

(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan, Bupati wajib

menyusun RKPD pada tahun terakhir pemerintahannya.

(2) RPJMD dijadikan dasar laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati

Tahun 2021 sampai dengan Tahun 2026.

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG, PROVINS! JAWA TENGAH NOMOR: (6-183/2021)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021 NOMOR 6

DJAROT SUPRIYOTO

ttd.

Diundangkan di Ungaran .

pada tanggal 25 - 08 - 2021

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG,

NGESTI NUGRAHA

Ttd.

BUPATI SEMARANG,

Ditetapkan di Ungaran

pada tanggal 25 - 08 - 2021

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang.

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 7

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 6 TAHUN 2021

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021-2026

I. UMUM

Pada hakikatnya perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian

integral yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan

nasional dengan arah, tujuan, kebijakan, sasaran dan prioritasnya

sebagaimana ditetapkan dalam RPJPN. Kebijakan tersebut selanjutnya

dituangkan dalam RPJMN dengan tujuan untuk memberikan gambaran

mengenai wujud masa depan yang diinginkan dalam kurun waktu lima

tahun. RPJMN sebagai rencana jangka menengah selanjutnya

diterjemahkan secara kongkrit, spesifik dan operasional menjadi rencana

operasional tahunan. Selain untuk mencapai sasaran pembangunan

nasional, pembangunan daerah juga bertujuan untuk meningkatkan hasil-

hasil pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata agar

masyarakat lebih sejahtera. Dalam rangka memberikan arah dan tujuan

dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai

dengan visi misi Bupati berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun

2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu

disusun Rencana Pembangunan Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun, serta

dengan mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86

Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, RPJMD

merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kerja Bupati dan Wakil

Bupati untuk waktu 5 (lima) tahun yang penyusunannya berpedoman pada

RPJPD dan memperhatikan RPJMN dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah,

memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,

kebijakan umum, program pembangunan daerah, dan program

kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka

regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan

RPJMD dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan pembangunan, serta mengacu pada ketentuan Peraturan

Perundang-undangan. RPJMD digunakan sebagai pedoman penyusunan

Renstra-PD dan pedoman penyusunan RKPD pada setiap tahun anggaran.

Selain itu juga dijadikan acuan bagi penyusunan dokumen perencanaan

pembangunan di Daerah.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menegah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “lingkungan strategis daerah”adalah

situasi internal (kondisi geografis daerah, kekayaan alam

dan keadaan/kondisi penduduk) dan eksternal (kondisi

politik, ekonomi dan sosial budaya) yang mempengaruhi

pencapaian tujuan dan sasaran daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2021

NOMOR

HP
Typewriter
5

I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya

disebut RPJMD, merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala

daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan

daerah dan keuangan daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas

Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan yang bersifat

indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman

pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dokumen RPJMD

menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan daerah selama kurun waktu

lima tahun.

Bupati dan Wakil Bupati Semarang Masa Jabatan 2021-2026 dilantik

pada tanggal 26 Februari 2021. Setelah pelantikan Kepala Daerah terpilih

periode 2021-2026 dan untuk memenuhi ketentuan tersebut di atas,

Kabupaten Semarang menyusun RPJMD Tahun 2021–2026 yang merupakan

penjabaran Visi - Misi Kepala Daerah terpilih setelah disesuaikan dengan

RPJPD, RPJMN dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya akan menjadi

acuan dalam penyusunan RKPD, dan bagi Perangkat Daerah dalam menyusun

Rencana Strategis (Renstra). Disamping itu RPJMD juga digunakan sebagai

acuan bagi seluruh stakeholder di Kabupaten Semarang dalam melaksanakan

kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2021 - 2026.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, maka pemerintah Kabupaten Semarang berkewajiban

menyusun RPJMD yang penetapannya paling lama 6 (enam) bulan setelah

kepala daerah terpilih dilantik. Proses penyusunan RPJMD pada dasarnya

terbagi dalam 6 (Enam) tahap yaitu persiapan penyusunan RPJMD,

penyusunan rancangan awal RPJMD, penyusunan rancangan RPJMD,

pelaksanaan Musrenbang RPJMD, perumusan rancangan akhir RPJMD dan

penetapan RPJMD. Proses-proses tersebut memadukan pendekatan

teknokratis, partisipatif, politis, serta top down dan bottom up.

Pendekatan teknokratis diterapkan melalui penggunaan metode dan

kerangka berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan

Daerah. Pendekatan partisipatif diterapkan dengan melibatkan berbagai

+-- - - - - - - - - - - - - --1

Perumusan ............. ~

I

Pembahasan dan persetujuan bersama

Ranperda RPJMD

Anal is is Gambaran

umum kondisi daerah &

Perumusan gambaran keuangan

daerah

Pengolahan data &

informasi

I - 2

pemangku kepentingan, melalui konsultasi publik dan Focus Group

Discussion (FGD). Pendekatan politis dilaksanakan dengan menterjemahkan

visi dan misi Kepala Daerah terpilih kedalam dokumen perencanaan

pembangunan jangka menengah yang dibahas bersama dengan DPRD. top

down dan bottom up merupakan hasil perencanaan yang diselaraskan dalam

musyawarah perencanaan pembangunan.

Sumber : Peraturan Dalam Negeri No.86 Tahun 2017, diolah

Gambar 1.1 Tahapan Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang

Tahun 2021-2026

Penyusunan RPJMD secara teknis mengacu pada Permendagri Nomor

86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 memiliki kedudukan

strategis sebagai pedoman dalam penyusunan RKPD tahun 2022 hingga

tahun 2026 yang merupakan dokumen perencanaan tahunan daerah.

Dokumen RPJMD juga akan menjadi acuan bagi DPRD dan masyarakat dalam

melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pembangunan daerah.

I - 3

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten

Semarang Tahun 2021-2026 sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan

Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3079);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism (Lembaran

Negara RI Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor

3851);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 No. 126, Tambahan lembaran Negara

Reublik Indonesia No. 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

I - 4

Nomor 5059);

11. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020

Nomor 245, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573).

13. Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang –

Undang Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pembentukan Peraturan Perundang

–Undangan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183);

14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4593);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 114);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887), sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2019 Tentang

I - 5

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oi9 Nomor

187; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6402);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Sinkronisasi Proses

Perencanaan Dan Penganggaran Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 105; Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6056);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 206, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6123);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi

Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 225, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6133);

25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang

Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6178);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019

Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Laporan dan

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6323);

28. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan

Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung

Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus

Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Menghadapi Ancaman Yang

Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem

Keuangan Serta Penyelamatan Ekonomi Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2o2o Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara

I - 6

Republik Indonesta Nomor 6514);

29. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;

30. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;

31. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah

Berbasis Elektronik;

32. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;

33. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 199);

34. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan

Proyek Strategis Nasional (lembaran Negara Tahun 2020 Nomor 259);

35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008

Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Tengah Nomor 9);

36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009–2029

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun

2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2009–2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 121);

37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2017 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu (Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 6, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 91);

38. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2019 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2018-2023

I - 7

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 110);

39. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang

Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2009

Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2);

40. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011–

2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2011 Nomor 6,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6);

41. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang

(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016 Nomor 1, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1);

42. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang

Tahun 2020 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang

Nomor 4).

43. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional

44. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan atau

Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah;

45. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Pedoman

Pembangunan Wilayah Terpadu;

46. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah;

47. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah;

48. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Atas

Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

49. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara

Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara

I - 8

Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah;

50. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 Tentang

Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

51. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang Sistem

Informasi Pemerintahan Daerah;

52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi

Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Keuangan Daerah

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447) sebagaimana

dimutakhirkan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708

Tahun 2020 Tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran Klasifikasi,

Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan

Daerah;

53. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Peraturan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Laporan

Dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 288);

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Dokumen RPJMD Kabupaten Semarang memiliki keterkaitan dengan

dokumen perencanaan lainnya yang menggambarkan hubungan selaras

dengan dokumen di tingkat Nasional dan Provinsi Jawa Tengah.

PROV

RAPBD K/K

RENSTRAPD K/K t--+---------.

RENJA PDK/K

PEDOMAN

DIACU

PEDOMAN RKPD K/K

T

PD PROV RENJA

t l~ D_I_A_c_u __

z zj ,j, ~ ;:i 1 PEDOMAN

PROV

~ ; rr._ D_I_A_C_U ,j,

B ~ ! PEDOMAN

PEDOMAN

DIJABARKAN

RENSTRA PD PROV

--R-PJ_P_O_ PEDOMAN -~R~P~J~M~O~~

K/K ~ K/K

PROV

z -L __ .-e_o_o_M_A_N~ <( : ~: O: o: ~: ci i

RENJA i50j K/L

-------------+------------------- --------------~-------- OIJABARKAN RKPD PEDOMAN ,i,

RAPBD

l ~ ::, 0.. RAPBN RKP PEDOMAN

1 TAHUN

ASPASIAL

PE DOMAN

DIJABARKAN RPJMN RP JPN

5 TAHUN 20TAHUN

RDTR

RTR KSK

RTRW KAB/KOTA

l RTR KSP

RTRW PROV

___ J "' '" -----1 _,.

RTR Pulau

RTRWN

SPASIAL

I - 9

Gambar 1.2 Keterkaitan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Penjelasan keterkaitan antara RPJMD Kabupaten Semarang dengan

dokumen perencanaan lainnya sebagai berikut:

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun

2020-2024

Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang mempedomani dokumen

RPJMN Tahun 2020-2024 terutama terkait dengan Visi dan Misi

Pembangunan Nasional, sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:

2. Pcningknt an kcmandirian perekonomian daerah yang berbasrs pada potcnsi unggulan yait u mdustri, pertaruan, dan pariwisatn (INTANPARI) sert a sektor lain yang berwawasan lingkungan

I - 10

Gambar 1.3 Keterkaitan Antara RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021- 2026 dengan RPJMN Tahun 2020-2024

VISI RPJMN 2020-2024

Terwujudnya Indonesia Maju yang

Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong

Misi RPJMN 2020 – 2024:

1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;

2. Struktur Ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;

3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;

4. Mencapai lingkungan yang berkelanjutan;

5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;

6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermatabat dan terpercaya;

7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;

8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya;

9. Sinergi pemerintah daerah dalam

kerangka Negara kesatuan.

VISI RPJMD Kabupaten Semarang

Tahun 2021 – 2026 “BERSATU, BERDAULAT,

BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI (BERDIKARI)”

Dengan Semangat Gotong Royong berdasarkan Pancasila dalam Bingkai Negara KEsatuan Republik Indonesia

yang ber –Bhinneka Tunggal Ika

Misi RPJMD 2021 - 2026:

1. Meningkatkan kualitas sumber

daya masyarakat Kabupaten

Semarang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi;

2. Peningkatan kemandirian

perekonomian daerah yang

berbasis pada potensi unggulan

yaitu industri, pertanian, dan

pariwisata (INTANPARI) serta

sektor lain yang berwawasan

lingkungan.

3. Meningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance), demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan profesional, bebas

dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah

5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan

6. Meningkatkan pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya

7. Meningkatkan Pemberdayaan pemuda, Olahraga Serta melestarikan Seni Budaya Lokal.

2.

Peningkatan kemandman perekonomian daerah yang berbasrs pada pot ensi unggulan yaitu industn, pertaruan, dan pnriwisata (INTANPARI) serta sektor lain yang berwawasan linakunaan

I - 11

B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2018-2023

Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang mempedomani dokumen

RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2018-2023 terutama terkait visi dan misi

seperti terlihat gambar berikut:

Gambar 1.4 Keterkaitan Antara RPJMD Kabupaten Semarang Tahun

2021-2026 dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023

VISI RPJMD Kabupaten Semarang Tahun

2021 – 2026 “BERSATU, BERDAULAT,

BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI (BERDIKARI)”

Dengan Semangat Gotong Royong berdasarkan Pancasila dalam Bingkai

Negara KEsatuan Republik Indonesia yang ber –Bhinneka Tunggal Ika

Misi RPJMD 2021 - 2026:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten Semarang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan

teknologi;

2. Peningkatan kemandirian

perekonomian daerah yang berbasis

pada potensi unggulan yaitu industri,

pertanian, dan pariwisata (INTANPARI)

serta sektor lain yang berwawasan

lingkungan.

3. Meningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance), demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan

profesional, bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan

pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan

ekonomi daerah

5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta

perlindungan anak di semua bidang pembangunan

6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya

7. Meningkatkan Pemberdayaan pemuda, Olahraga Serta melestarikan Seni

Budaya Lokal.

VISI RPJMD Jawa Tengah 2018-2023

Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan

Berdikari, Tetap Mboten Korupsi,

Mboten Ngapusi

Misi RPJMD Jateng 2018-2023:

1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religious, toleran, dan guyup untuk menjaga NKRI;

2. Mempercepat reformasi birokrasi serta memperluas sasaran ke pemerintah Kabupaten / Kota;

3. Memperkuat kapasitas ekonomi

rakyat dan memperluas lapangan kerja untuk mengurangi

kemiskinan dan pengangguran;

4. Menjadikan masyarakat Jawa Tengah, lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya, dan mencintai lingkungan.

!. Penmgkntnn kemnndirian perekonommn daerah yang berbasis pada pot e nsi unggulan ymtu mdustri, pertuman, dan panwisata (INTANPARIJ sertu sektor lam yang berwawasan lmgkungan.

2. Peningkatan kemandirian perekonomian daerah yang berbasrs pada potenst unggulan yaitu industn, pert aruan, dan partwisata {INTANPARII serta sektor lain yang berwawasan Iinnkunaan

I - 12

C. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Semarang Tahun 2005-2025

Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang berpedoman pada Rencana

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025,

khususnya pada Tahapan IV (Tahun 2020-2025).

Gambar 1.5 Keterkaitan Antara RPJMD Kabupaten Semarang Tahun

2021- 2026 dengan RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025

Visi RPJMD Kabupaten Semarang

Tahun 2021 – 2026 “BERSATU, BERDAULAT,

BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI (BERDIKARI)”

Dengan Semangat Gotong Royong berdasarkan Pancasila dalam Bingkai Negara KEsatuan Republik Indonesia

yang ber –Bhinneka Tunggal Ika

Misi RPJMD 2021 - 2026:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten Semarang yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi;

2. Peningkatan kemandirian

perekonomian daerah yang berbasis

pada potensi unggulan yaitu industri,

pertanian, dan pariwisata (INTANPARI)

serta sektor lain yang berwawasan

lingkungan.

3. Meningkatkan kepemerintahan yang

baik (good governance), demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan profesional, bebas dari praktik korupsi,

kolusi dan nepotisme (KKN)

4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang

seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah

5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta

perlindungan anak di semua bidang pembangunan

6. Meningkatkan pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya

7. Meningkatkan Pemberdayaan pemuda, Olahraga Serta melestarikan Seni

Budaya Lokal.

Visi RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005 – 2025

“KABUPATEN SEMARANG YANG ADIL.

MANDIRI DAN SEJAHTERA”

Misi RPJPD 2005 - 2025:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten Semarang yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi;

2. Peningkatan kemandirian

perekonomian daerah yang berbasis

pada potensi unggulan yaitu industri,

pertanian, dan pariwisata (INTANPARI)

serta sektor lain yang berwawasan

lingkungan.

3. Meningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance), demokratis

dan bertanggungjawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan profesional, bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang

pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah

5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang

pembangunan

6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

dengan tetap menjaga kelestariannya

I - 13

D. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang

Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang memperhatikan dokumen

RTRW Kabupaten Semarang, RPJMD memperhatikan struktur ruang, pola

ruang dan program penataan ruang. RPJMD berisi program pembangunan,

sedangkan RTRW mengarahkan lokasi pelaksanaan program pembangunan

tersebut. Penataan ruang wilayah Kabupaten Semarang bertujuan

mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan

dengan pelaksanaan pembangunan yang berbasis pertanian, industri, dan

pariwisata.

E. Dokumen Perencanaan Lainnya

Penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang memperhatikan dokumen

perencanaan lainnya yang telah tersusun, antara lain Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS) RPJMD, Rencana Aksi Daerah (RAD) Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), Rencana Penanggulangan

Kemiskinan Daerah (RPKD), dan lain sebagainya. RPJMD juga akan menjadi

acuan dalam perencanaan pembangunan lainnya yang penyusunannya

dilakukan setelah RPJMD ditetapkan.

F. Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah

RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 menjadi acuan bagi

perangkat daerah dalam menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra)

Perangkat Daerah yang merupakan dokumen perencanaan lima tahun pada

tingkat perangkat daerah.

G. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

RPJMD Kabupaten Semarang setelah ditetapkan akan menjadi pedoman

dalam penyusunan RKPD Kabupaten Semarang tahun 2022 hingga tahun

2026 yang merupakan dokumen perencanaan tahunan daerah.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 disusun dengan maksud

untuk menjabarkan visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam

perencanaan lima tahun, guna memberikan arah dalam melaksanakan

pembangunan daerah bagi seluruh pemangku kepentingan.

I - 14

RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 disusun dengan

tujuan sebagai berikut :

a. Memberikan gambaran kondisi umum daerah, kondisi keuangan

daerah, permasalahan dan isu strategis, tujuan dan sasaran

pembangunan, strategi, arah kebijakan dan program pembangunan,

kerangka pendanaan pembangunan serta kinerja penyelenggaraan

pemerintahan daerah dalam mencapai Visi dan Misi Kepala Daerah;

b. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah, sebagai

pedoman penyusunan Renstra PD dan RKPD dalam mewujudkan Visi

dan Misi Kepala Daerah melalui kebijakan dan program pembangunan

daerah;

c. Menjadi tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah, serta instrumen bagi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam melaksanakan fungsi

pengawasan;

d. Menjamin keterkaitan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta

pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 disusun dengan

sistematika sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, dasar hukum

penyusunan, hubungan antar dokumen, maksud dan tujuan, dan

sistematika penulisan.

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, berisi tentang gambaran

umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan

demografi, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

Bab III Gambaran Keuangan Daerah, berisi tentang kinerja keuangan masa

lalu; kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu dan kerangka

pendanaan.

Bab IV Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah, berisi tentang

permasalahan pembangunan dan isu strategis daerah.

Bab V Misi, Tujuan dan Sasaran, berisi visi, penjelasan unsur visi, misi,

tentang tujuan dan sasaran pembangunan daerah.

I - 15

Bab VI Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah,

berisi tentang Strategi, Arah Kebijakan pembangunan, Arah

Kebijakan Pengembangan Wilayah, dan Program Pembangunan

Daerah.

Bab VII Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat

Daerah.

Bab VIII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, berisi tentang

indikator kinerja utama, dan indikator kinerja daerah.

Bab IX Penutup, berisi tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.

u

!~ PEMERINTAH

KABUPATE.N SEMARANG

.__-.;..--o..p.-. oca.wo• , ... ..... -.-~ .. ~.woa, ... z-.._ tiMAL.At " ... e 121<.m

LEGENOA

! == --- --- _..,...,_~ - ....... _"'- --- - ,._...-.,Td -- ... ..._ ....... l ...... ....__ - ---....

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2010 • 2031

PETA BATAS AOMINISTRASI KABUPATEN SEMARANG

II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 KONDISI UMUM DAERAH

2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1.1 Aspek Geografi

1. Letak

Secara geografis Kabupaten Semarang terletak pada 110°14’54,75’’ -

110°39’3’’ Bujur Timur dan 7°3’57” - 7°30’0" Lintang Selatan. Keempat

koordinat bujur dan lintang tersebut membatasi wilayah seluas 95.020,67

Hektar (Ha), terdiri dari 19 Kecamatan yang mencakup sebanyak 208 Desa

dan 27 Kelurahan.

Posisi Kabupaten Semarang termasuk dalam wilayah administrasi

Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten

Demak di sebelah Utara; Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan di

sebelah Timur; Kabupaten Kendal dan Kabupaten Temanggung di sebelah

Barat; Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang di sebelah Selatan; serta

dengan Kota Salatiga yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Semarang.

Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031

Gambar 2.1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Semarang

Wilayah Kabupaten Semarang sangat strategis karena terletak antara

jalur penghubung segitiga pusat perkembangan wilayah Yogyakarta, Solo dan

Semarang (Joglosemar). Kondisi ini membawa Kabupaten Semarang menjadi

kawasan yang cepat tumbuh berkembang terutama pada kawasan sekitar

outlet-inlet atau di sekitar jalur jalan tol seperti pada Kota Ungaran,

II - 2

Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bergas, Kecamatan Bawen dan wilayah di

sekitar Kota Salatiga di Kecamatan Tengaran, Kecamatan Suruh, Kecamatan

Susukan dan Kecamatan Kaliwungu.

Dalam sistem pengembangan wilayah Provinsi Jawa Tengah, Kota

Ungaran ditetapkan sebagai bagian dan simpul utama dari Wilayah

Pengembangan Kedungsepur yang meliputi Kabupaten Kendal, Kabupaten

Demak, Ungaran (Kabupaten Semarang), Kota Semarang, Kota Salatiga, dan

Purwodadi (Kabupaten Grobogan) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di

Jawa Tengah. Kawasan-kawasan Wilayah Kedungsepur juga memiliki nilai

strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya seperti Kawasan Masjid

Demak dan Kawasan Candi Gedongsongo.

Kota Ungaran sebagai ibukota Kabupaten Semarang berperan besar

sebagai hinterland (daerah penyangga) bagi Kota Semarang sebagai ibukota

Provinsi Jawa Tengah, baik sebagai tempat permukiman, pertanian maupun

aktivitas industri, antara lain karena letak Kabupaten Semarang yang tidak

jauh dari pelabuhan laut (±25 km) dan pelabuhan udara (±23 km).

2. Topografi

Kawasan Kabupaten Semarang merupakan bagian dari jajaran

pegunungan yang membentang dari arah relatif Timur Barat, dikenal sebagai

Pegunungan Serayu Utara, terhampar dari sebelah Barat Gunung Slamet,

Pemalang, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung hingga Ungaran. Rangkaian

pegunungan ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan

laut. Puncak-puncak pegunungan tersebut merupakan kerucut gunung api

dan beberapa diantaranya masih aktif. Deretan pegunungan ini merupakan

daerah resapan yang potensial bagi ketersediaan air bawah tanah.

Pada bagian Timur dari Pegunungan Serayu Utara, yaitu sebelah Timur

dari Gunung Ungaran terdapat deretan Pegunungan Kendeng meliputi

sebagian wilayah Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Bringin. Diantara kedua

pegunungan di atas terdapat daerah lembah yang meliputi Rawa Pening dan

sekitarnya, berfungsi sebagai daerah pelepasan air tanah dan mempunyai

potensi air tanah yang cukup besar.

Wilayah Kabupaten Semarang sebagian besar berupa perbukitan dan

memiliki relief daerah pegunungan vulkanik serta dataran dibagian tengahnya,

secara topografi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:

a. Daerah dataran, meliputi daerah yang berada di sekitar Rawa Pening dan

sekitarnya, meliputi sebagian Kecamatan Banyubiru dan sebagian

Kecamatan Tuntang.

II - 3

b. Daerah perbukitan–pegunungan, meliputi hampir seluruh wilayah

administratif Kabupaten Semarang, dengan penyebaran sampai ke lereng

Utara dan Timur Gunung Merbabu.

Berdasarkan tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Semarang

dapat diklasifikasikan kedalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar

(kemiringan 0-2%) sebesar 6.297 Ha; wilayah bergelombang (kemiringan 2-

15%) sebesar 57.640 Ha; wilayah curam (kemiringan 15-40%) sebesar 21.706

Ha; dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%) sebesar 9.438 Ha.

Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berada pada kisaran antara

318-1.450 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian terendah

berada di Desa Candirejo Kecamatan Pringapus dan tertinggi di Desa Batur,

Kecamatan Getasan.

3. Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang dan Peta

Geologi Lembar Salatiga, batuan yang terdapat di Kabupaten Semarang dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

a. Batuan Sedimen, terdiri dari perselingan antara batu lanau, batu lempung,

batu pasir, dan napal dengan sisipam batu gamping yang penyebarannya

terdapat di bagian Utara sebelah Timur, breksi gunung api dan tuf di

bagian tengah, dan perselingan antara batu pasir, breksi, tuf dan batu

lempung di bagian ujung Barat.

b. Batuan Gunung Api, terdiri dari lava, breksi gunung api, lahar, dan tuf

yang merupakan produk dari Gunung Ungaran di sebelah Utara serta

Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo di sebelah Selatan. Selain itu

terdapat pula batuan intrusi (terobosan) seperti di Gunung Mergi, Gunung

Sewakul, Gunung Kendalisodo dan Gunung Gugon.

c. Aluvial, terdiri dari lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang

penyebarannya terdapat di dalam alur-alur sungai serta dataran di sekitar

Rawa Pening.

4. Hidrologi

Kondisi hidrologi Kabupaten Semarang tercermin dari sifat fisik

batuannya yang berpengaruh terhadap besaran kesarangan (porositas) dan

kelulusan (permeabilitas), serta terkait dengan sistem aliran air tanah yang

terjadi. Kondisi hidrogeologi Kabupaten Semarang dibedakan menjadi 2 (dua)

jenis, yaitu:

a. Air permukaan, yaitu adalah air yang berada di atas muka tanah, seperti

air sungai, danau, waduk dan air yang menggenang lainnya. Beberapa

II - 4

sungai besar antara lain: Sungai Tuntang, Sungai Garang, Sungai Senjoyo,

Sungai Gobag dan Sungai Dersi.

Selain sungai terdapat waduk yang cukup luas, yaitu Rawa Pening yang

menjadi muara bagi beberapa sungai yang berhulu di Gunung Ungaran,

Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu serta limpasan beberapa mata air

seperti mata air Muncul. Air limpasan dari rawa ini adalah Sungai Tuntang

yang merupakan sumber air permukaan yang paling besar dan mengalir

sepanjang tahun. Air Sungai Tuntang telah dimanfaatkan sebagai

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok dan Timo di Kecamatan

Tuntang.

b. Air tanah, yaitu adalah air yang terdapat di bawah muka tanah. Adapun

tanah atau batuan yang mengandung air tanah disebut akuifer.

Berdasarkan jenis batuan yang ada, produktivitas akuifer yang terdapat di

Kabupaten Semarang dibedakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:

1). Daerah Air Tanah Berproduktivitas Tinggi

Daerah ini tersebar di dua tempat, yaitu di sekitar Ungaran dan sekitar

Rawa Pening. Pada air tanah bebas/dangkal di sekitar Rawa Pening,

kedalaman muka air tanah berkisar antara 0,5–5 m di bawah muka

tanah setempat, sedangkan di sekitar Ungaran kedalaman muka air

tanah sampai 17 m.

Debit sumur dangkal di daerah sekitar Rawa Pening diperkirakan

kurang dari 5 liter/detik, sedangkan daerah lainnya kurang dari 1

liter/detik. Kualitas air tanah umumnya cukup baik, kecuali di

sebagian dataran alluvial sekitar Rawa Pening yang terkadang agak

keruh dan bau.

Untuk air tanah dalam, akuifernya berupa batuan gunung api yang

merupakan produk Gunung Ungaran Muda, yaitu breksi vulkanik dan

lava. Kedalaman akuifer sekitar 30 meter sampai lebih dari 100 meter

dengan debit mencapai lebih dari 25 liter/detik. Sumur bor yang airnya

mengalir sendiri dengan debit 100 liter/detik terdapat di daerah

Langensari (Kalidoh) dan telah dimanfaatkan sebagai sumber air bersih

Kota Semarang.

2). Daerah Air Tanah Berproduktivitas Sedang

Penyebarannya meliputi daerah di bawah kaki gunung api seperti

Sumowono, Bandungan, Bergas, Ungaran Timur, Lerep, Pringapus,

Jambu, Getasan, Suruh dan Tengaran. Air tanah dangkal terdapat

pada kedalaman antara 4 meter dan 20 meter dengan debit kurang dari

II - 5

3 liter/detik. Sedangkan debit air tanah dalam mencapai 10 liter/detik

dan kualitasnya baik untuk air minum.

3). Daerah Air Tanah Berproduktivitas Rendah

Penyebarannya meliputi daerah Ungaran Timur Laut sampai ke

Leyangan, Wringin Putih, Wonorejo, Jatirunggo, Bawen, Bringin dan

daerah sekitar Susukan. Kedalaman muka air tanah +15 meter dengan

debit kurang dari 1 liter/detik.

4). Daerah Air Tanah Langka

Penyebarannya meliputi daerah Gunung Ungaran, Gunung Merbabu,

Gunung Telomoyo, Gunung Butak, Gunung Puntang, Gunung

Kendalisodo, Gunung Mergi, Gunung Payung, dan seluruh daerah di

bagian Timur wilayah Kabupaten Semarang mulai dari Kaligawe di

sebelah Timur Ungaran sampai ke Dadapayam dan Susukan.

5. Klimatologi

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Semarang dikatakan relatif sejuk.

Hal ini memungkinkan karena jika ditilik berdasarkan ketinggian wilayah dari

permukaan laut, Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 318 mdpl

hingga 1.450 mdpl. Pada Tahun 2020 rata-rata curah hujan mencapai 2.587

Mm dan hari hujan sebanyak 127 hari. Kecamatan bercurah hujan tertinggi

adalah Kecamatan Pabelan (3.630 Mm) dan yang terendah adalah Kecamatan

Pringapus (854 Mm).

6. Penggunaan Lahan

Wilayah Kabupaten Semarang seluas 95.020,67 Ha terdiri dari

23.724,45 Ha lahan pertanian sawah (24,97%), 44.495,02 Ha lahan pertanian

bukan sawah (46,83%) dan 26.801,20 Ha lahan bukan pertanian (28,21%).

Kecamatan dengan luas lahan pertanian sawah terluas yakni di Kecamatan

Suruh seluas 2.933,76 Ha, sedangkan kecamatan dengan luas lahan

pertanian sawah terkecil yakni di Kecamatan Getasan seluas 26,00 Ha. Jenis

pengairan yang paling banyak digunakan di lahan pertanian sawah adalah

jenis pengairan irigasi. Untuk penggunaan lahan pertanian bukan sawah di

Kabupaten Semarang yang terluas adalah berupa tegal/kebun seluas

25.492,06 Ha.

I

II - 6

Tabel 2.1. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

JENIS PENGGUNAAN LAHAN

LUAS (Ha)

Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

1. Pertanian 59.872,49 60.818,65 60.812,19 61.133,52 68.219,47

a. Sawah 23.896,71 23.745,96 23.745,30 23.778,10 23.724,45

b. Bukan Sawah 35.975,78 37.072,69 37.066,89 37.355,42 44.495,02

2. Bukan Pertanian 35.148,18 34.202,02 34.208,48 33.887,15 26.801,20 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.2. Persentase Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

7. Kawasan Rawan Bencana

Berdasarkan data pemetaan lokasi rawan bencana yang dilakukan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang Tahun

2013, sebaran lokasi rawan bencana Kabupaten Semarang, adalah:

a. Kawasan rawan banjir: tersebar di sekitar Rawa Pening di Kecamatan

Banyubiru, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan

Bawen, dan dataran sekitar Sungai Gung di Ungaran Timur, serta di

dataran sekitar Sungai Bancak di Kecamatan Bancak.

b. Kawasan rawan tanah longsor: tersebar di Kecamatan Sumowono, Ungaran

Barat, Bergas, Bandungan, Bawen, Jambu, Banyubiru, Tuntang,

Ambarawa, Getasan, Suruh dan Susukan.

c. Kawasan rawan gunung meletus: tersebar di Kecamatan Getasan,

Sumowono, Bandungan, Bergas, dan Ungaran Barat.

d. Kawasan rawan kekeringan: tersebar di Kecamatan Tengaran, Suruh,

Pabelan, Bancak, Bringin, Tuntang, Pringapus, Banyubiru, Bawen,

Ambarawa, Jambu, Bandungan, Bergas, Ungaran Barat dan Sumowono.

e. Kawasan rawan cuaca ekstrim: tersebar di Kecamatan Susukan, Tengaran,

Suruh, Getasan, Banyubiru, Tuntang, Bawen, Pringapus, Pabelan, Bancak,

Jambu, Sumowono, Bandungan, Bergas, Ungaran Barat, dan Ungaran

Timur.

25,15 24,99 24,99 25,02 24,97

37,86 39,02 39,01 39,31

46,83

36,99 35,99 36,00 35,66

28,21

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

2016 2017 2018 2019 2020

Pertanian Sawah Pertanian Bukan Sawah Bukan Pertanian

II - 7

f. Kawasan rawan kebakaran hutan: tersebar di Kecamatan Getasan,

Bandungan, dan Ungaran Barat.

g. Kawasan rawan kebakaran pemukiman: tersebar di Kecamatan Susukan,

Tengaran, Suruh, Jambu, Ambarawa, Bawen, Bergas, Pringapus, Ungaran

Barat, dan Ungaran Timur.

Banyaknya kejadian bencana di Kabupaten Semarang Tahun 2016-

2020 sebagai berikut:

Tabel 2.2. Frekuensi Kejadian Bencana di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

1 Banjir 27 21 9 14 16

2 Tanah Longsor 88 175 66 87 103

3 Angin Puting Beliung 29 31 26 147 40

4 Kebakaran 40 54 84 122 34

5 Gempa Bumi 0 1 0 0 0

6 Kekeringan 0 0 33 57 21

7 Lainnya 15 4 0 11 2

JUMLAH 305 199 310 438 216 Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Semarang, 2021

Frekuensi kejadian bencana di Kabupaten Semarang selama Tahun

2016-2020 mengalami kenaikan dan penurunan. Kejadian bencana alam

Tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan

Tahun 2019. Faktor cuaca sangat berpengaruh terhadap kejadian bencana

alam di Kabupaten Semarang.

Pada Tahun 2020 terjadi bencana non alam yaitu Pandemi Covid-19

(Corona Virus Disease 19) yang berdampak terhadap tatanan ekonomi, sosial,

dan budaya masyarakat, baik dalam skala global maupun skala lokal

Kabupaten Semarang.

2.1.1.2 Aspek Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Semarang kurun waktu Tahun 2016-

2020 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 menurut data

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang tercatat

jumlah penduduk Kabupaten Semarang sebanyak 1.042.817 jiwa, terdiri dari

laki-laki 521.534 jiwa (50,01%) dan perempuan sebanyak 521.283 jiwa

(49,99%).

Iii -

II - 8

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.3. Perkembangan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020

mengalami peningkatan sebesar 0,81% atau bertambah 8.486 jiwa jika

dibandingkan Tahun 2019 dengan jumlah penduduk 1.034.331 jiwa. Laju

pertumbuhan penduduk Kabupaten Semarang cukup tinggi, untuk itu perlu

adanya upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Jumlah

penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tidak terkendali

tanpa diimbangi dengan daya dukung alam dan lingkungan akan

menimbulkan masalah dan menjadi beban bagi pelaksanaan pembangunan.

Perkembangan penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

secara rinci dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.3. Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

1 Jumlah penduduk 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817

2 Kepala Keluarga 316.772 322.603 332.024 339.674 353.460

3 Penduduk berdasarkan jenis

kelamin:

- Laki-laki 503.539 506.754 512.269 517.766 521.534

- Perempuan 502.138 504.881 510.154 516.565 521.283

4 Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

1.058 1.065 1.076 1.089 1.098

5 Laju pertumbuhan penduduk

(%) 0,93 0,59 1,06 1,16 0,82

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021, diolah

Kepadatan penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 tercatat

sebesar 1.098 jiwa/km2, meningkat dibandingkan Tahun 2019 yang tercatat

sebesar 1.089 jiwa/km2. Sebaran kepadatan penduduk menurut kecamatan

Tahun 2020 menunjukkan bahwa Kecamatan Ungaran Barat merupakan

wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Semarang yakni

sebesar 2.239,07 jiwa/ km², diikuti oleh Kecamatan Ambarawa (2.236,04

jiwa/km²) dan Ungaran Timur (2.010,37 jiwa/km²). Sedangkan kepadatan

1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817

0,93

0,59

1,06 1,15

0,81

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

960.000

970.000

980.000

990.000

1.000.000

1.010.000

1.020.000

1.030.000

1.040.000

1.050.000

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah penduduk Laju pertumbuhan penduduk (%)

II - 9

penduduk yang terendah ada di Kecamatan Bancak sebesar 563,12 jiwa/km².

Hal ini menunjukkan bahwa wilayah perkotaan rata-rata memiliki kepadatan

penduduk lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan.

Tabel 2.4. Sebaran Penduduk dan Kepadatannya di Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan Tahun 2020

NO KECAMATAN

LUAS

WILAYAH

(KM²)

JUMLAH PENDUDUK SEBAR

AN %

KEPADATAN

PENDUDUK LAKI-

LAKI

PEREM

-PUAN JUMLAH

1 Getasan 65,8 26.073 26.157 52.230 5,01 793,77

2 Tengaran 47,3 35.513 35.142 70.655 6,78 1.493,76

3 Susukan 48,87 25.282 24.974 50.256 4,82 1.028,36

4 Suruh 64,02 36.093 35.742 71.835 6,89 1.122,07

5 Pabelan 47,97 22.100 22.200 44.300 4,25 923,49

6 Tuntang 56,24 33.806 34.024 67.830 6,50 1.206,08

7 Banyubiru 54,41 22.614 22.290 44.904 4,31 825,29

8 Jambu 51,63 20.701 20.565 41.266 3,96 799,26

9 Sumowono 55,63 17.531 17.256 34.787 3,34 625,33

10 Ambarawa 28,22 31.475 31.626 63.101 6,05 2.236,04

11 Bawen 46,57 29.258 29.208 58.466 5,61 1.255,44

12 Bringin 61,89 23.767 23.731 47.498 4,55 767,46

13 Bergas 47,33 35.017 35.055 70.072 6,72 1.480,50

14 Pringapus 78,35 27.273 27.251 54.524 5,23 695,90

15 Bancak 43,85 12.305 12.388 24.693 2,37 563,12

16 Kaliwungu 29,95 15.173 15.528 30.701 2,94 1.025,08

17 Ungaran

Barat 35,96 39.891 40.626 80.517 7,72 2.239,07

18 Ungaran

Timur 37,99 38.022 38.352 76.374 7,32 2.010,37

19 Bandungan 48,23 29.640 29.168 58.808 5,64 1.219,32

JUMLAH 950,21 521.534 521.283 1.042.817 100,00 1.097,46 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2020, diolah

Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020

sebesar 100,05 yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki

dan perempuan dimana persentase penduduk laki-laki (50,01%) lebih banyak

daripada penduduk perempuan (49,99%).

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Semarang Tahun 2020

33 458

40 718

39 707

36 050

38 998

39 454

38 540

42 999

40 835

37 113

35 937

30 668

25 352

16 415

10 340

14 699

35 562

43 016

42 339

37 656

40 395

39 704

38 712

42 630

40 598

35 563

33 816

28 559

24 887

17 349

9 195

11 553

50 000 40 000 30 000 20 000 10 000 0 10 000 20 000 30 000 40 000 50 000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

>75

LAKI-LAKI PEREMPUAN

II - 10

Apabila dilihat dari jumlah penduduk menurut kelompok umur,

komposisi penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 didominasi oleh

penduduk yang tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun) yaitu mencapai

728.466 orang (69,86%), penduduk usia belum produktif (0-14 tahun)

sebanyak 234.800 orang (22,52%), dan penduduk usia tidak produktif (65+

tahun) sebanyak 79.551 orang (7,63%). Sehingga angka rasio ketergantungan

di Kabupaten Semarang Tahun 2020 sebesar 43,15 yang berarti bahwa setiap

100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 43 orang penduduk usia

non produktif.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Semarang

memasuki tahapan bonus demografi, yaitu suatu keadaan kependudukan

dimana ketergantungan penduduk berada pada rentang yang terendah.

Dengan adanya kondisi bonus demografi, apabila penduduk yang termasuk

dalam usia produktif memiliki kualitas yang baik akan menjadi potensi/aset

bagi Kabupaten Semarang. Hal ini memerlukan arah kebijakan pembangunan

sumber daya manusia yang tepat.

Tabel 2.5. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Semarang Tahun 2020

NO LAPANGAN USAHA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

A Penduduk Belum/Tidak Bekerja 82.520 155.080 237.600

B Penduduk Bekerja 325.351 274.971 600.322

1 Pertanian 85.985 53.450 139.435

2 Industri 116.092 101.764 217.856

3 Jasa 123.274 119.757 243.031

Jumlah 407.871 430.051 837.922 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

*) Menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 2015 Pertanian : Kategori A; Industri : Kategori B, C, D, E, F; Jasa : Kategori G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2020,

banyaknya penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak 600.322

orang atau 95,43% dari jumlah angkatan kerja. Mata pencaharian penduduk

bekerja Kabupaten Semarang Tahun 2020 didominasi pada bidang jasa

sebanyak 243.031 orang (40,48%), industri sebanyak 217.856 orang (36,29%)

dan bidang pertanian sebanyak 139.435 orang (23,23%).

Komposisi penduduk usia 7 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan

dari Tahun 2016-2020 menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Semarang sebagai berikut:

Tabel 2.6. Penduduk Usia 7 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 NO TINGKAT PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

1 Tidak/Belum Sekolah 220.128 222.905 238.379 243.460 149.728

2 Belum Tamat SD/Sederajat 67.822 69.383 69.243 69.989 72.918

3 Tamat SD/Sederajat 321.996 315.691 306.452 304.640 284.650

4 SMP/Sederajat 171.813 174.489 175.374 179.124 181.132

5 SMA/Sederajat 179.305 183.016 185.334 187.817 202.606

u

A NO.PETA$

PIM(RINTAH KAIIIPAT~ kMAAANO BUPATI RMAAAHO

• MBUPATEN SEWIAANG - I Cilr•S.-A11tt.~-Wo1.1112000 2. PtWID.gililR~ lrmwtilS..IWll 1 25000,

UAKOSUklAAN..ldllil tll'u'l2001

INSE'l ~ JAWA rtNGAH

~ .. - ... '-J:-- .. ·~...;· .. .,_ 1(-dllWI 0...-,11, · OCI, was'"'

... ..,. 1(-dinM Proy,tll .. : UTIII, was 1 .... zo ... •H

e Ka!*)IBUl)MI ·-°""" <> Pt<t.~~lr'IO#IPKHK.tc,~

¢ PKl.(PuNtKeglaianLOQQ

A PKl..p(Putat~ Loulywo~lh,) £l,, PflK{f\,NtPtlayanat11<8w.KanJ z ~:=~~ .Ila T_.,..Ml1J198,-,gC1p,:r,oe1.,..ffle1'11(1 l'1t1A .. T.-r.tlll~C .... ._... ... -- -J .... A, .. IP,lr .... -~Ko!OtlOr.-MW

J8lllnl<1hlpriml!lr ••••• Re:11C8111JobnTol - JIIIMKeteUI~ - Rt11ewo1 ulanllrlgk•Amt>a•- - - ··--

LEGENDA

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG

KABUPATENSEMARANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 - 2031

II - 11

NO TINGKAT PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

6 Diploma I/II 1.788 1.841 1.910 1.959 1.396

7 Akademi/Diploma III/S.Muda 11.391 11.641 11.861 12.116 10.462

8 Diploma IV/ S1 29.567 30.707 31.847 33.080 33.202

9 Sarjana S2 1.813 1.899 1.952 2.072 2.452

10 Sarjana S3 54 63 71 74 98 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2020

Data pada Tahun 2016-2020 menunjukkan bahwa komposisi

penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Semarang semakin

meningkat pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Semarang semakin baik.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Kebijakan pengembangan wilayah di Kabupaten Semarang secara garis

besar diarahkan untuk memaksimalkan karakteristik Kabupaten Semarang

sebagai penyangga Kota Semarang yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa

Tengah dengan memanfaatkan potensi kawasan sebagai basis industri,

pertanian dan pariwisata yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

2.1.2.1 Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Semarang

Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031

Gambar 2.5. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Semarang

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang telah diatur bahwa

II - 12

arahan pembentukan struktur ruang di Kabupaten Semarang diwujudkan

melalui kebijakan sebagai berikut :

1. Arahan pengembangan sistem pusat pelayanan kegiatan, meliputi:

Pusat Kegiatan Nasional/PKN Kedungsepur (perkotaan Pusat Kegiatan

Lokal/PKL Ungaran), PKL perkotaan Ambarawa, Pusat Kegiatan Lokal

Promosi/PKLp meliputi perkotaan Tengaran dan Suruh, Pusat Pelayanan

Kawasan/PPK (perkotaan Bergas, Pringapus, Bandungan, Sumowono,

Jambu, Banyubiru, Tuntang, Getasan, Pabelan, Susukan, Kaliwungu,

Bancak dan Bringin), Pusat Pelayanan Lingkungan pada setiap pusat Desa;

dan kawasan agropolitan (kawasan Sumowono, Bandungan, Jambu,

Getasan, Suruh, Susukan, Kaliwungu, Pabelan, Bringin dan Bancak);

2. Sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi :

a. Kawasan yang ditetapkan menjadi bagian dari Ibukota Kabupaten serta

kawasan sekitarnya dalam jangkauan pelayanan yaitu Kecamatan

Ungaran Barat, Ungaran Timur, Bergas, dan Pringapus dengan pusat

pengembangan di perkotaan Ungaran;

b. Kawasan yang menjadi wilayah pengaruh dari Kota Ambarawa

yaitu Kecamatan Ambarawa, Tuntang, Banyubiru, Bandungan, Jambu,

Bawen, dan Sumowono dengan pusat penegmbangan perkotaan

Ambarawa; dan

c. Kawasan di daerah Selatan yaitu Kecamatan Suruh, Tengaran, Getasan,

Susukan, Kaliwungu, Pabelan, Bancak, dan Bringin dengan pusat

pengembangan di perkotaan Suruh dan Tengaran.

Secara lebih lanjut dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten

Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031 juga telah diatur bahwa untuk

memaksimalkan potensi pemanfaatan ruang Kabupaten Semarang, maka

ditetapkan sistem perwilayahan di Kabupaten Semarang yang dilakukan

dengan cara membagi wilayah Kabupaten Semarang kedalam 3 (tiga) Satuan

Wilayah Pengembangan (SWP) sebagai gabungan dari beberapa kecamatan

dengan kondisi fisik, sosial dan budaya yang sama serta berada dalam satu

pola aliran barang dan jangkauan pelayanan yang sama, yaitu meliputi:

1. SWP–1, merupakan kawasan yang ditetapkan menjadi bagian dari ibukota

Kabupaten serta kawasan sekitarnya yang termasuk dalam jangkauan

pelayanannya meliputi Kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur, Bergas,

dan Pringapus dengan pusat pengembangan di perkotaan Ungaran.

Kecamatan-kecamatan yang tergabung di dalam SWP–1 diarahkan

mempunyai fungsi industri, pertanian, pariwisata, pemerintahan,

NOP€TAI

l'UlllllNfAM KAIUf'AlDI lllillAAAHO IWt'A•~G

....... 1 C..$119'1"- ,...._WU.200& 2PQ~,.,,._.......,.....,.,z,ooo

BAKO$..IRTANAl..f-.l 1 ...... lDOI l$1(M&,Hl.11No21ai~

••---a.....•.ac.,wc.1,~ s.- K......,_,,.,-.u111.wc.111u1-os IXA&.AI ,...,.

' .

···-·~ Toi ......w.. .tr,p, --- ---- ....... ·-- LEOENDA . -- ....... c.-

___ -- .... 1( ....... - Jtilllr'IM..+~ _...,~~ _ ..... _ REN CANA TATA RUANO WILAYAH

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 • 2031

PETA REN CANA POLA RUANG KABUPATENSEMARANG

II - 13

perdagangan dan jasa, fasilitas umum, permukiman; dengan fungsi

pusat SWP adalah pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa,

pusat pemerintahan skala Kabupaten serta permukiman perkotaan.

2. SWP–2, merupakan kawasan yang menjadi wilayah pengaruh dari

Kota Ambarawa meliputi Kecamatan Ambarawa, Tuntang, Banyubiru,

Bandungan, Jambu, Bawen dan Sumowono dengan pusat pengembangan

di perkotaan Ambarawa. Kecamatan-kecamatan yang tergabung di dalam

SWP–2 diarahkan mempunyai fungsi industri, pertanian, pariwisata,

perdagangan dan jasa, fasilitas umum, permukiman, perikanan, serta

pertahanan dan keamanan; dengan fungsi pusat SWP adalah

perdagangan dan jasa agribisnis, serta fasilitas umum.

3. SWP–3, merupakan kawasan yang berada di daerah selatan

Kabupaten Semarang; meliputi Kecamatan Suruh, Tengaran, Getasan,

Susukan, Kaliwungu, Pabelan, Bancak dan Bringin dengan pusat

pengembangan di perkotaan Suruh dan Tengaran. Kecamatan-kecamatan

yang tergabung di dalam SWP–3 diarahkan mempunyai fungsi industri,

pertanian, pariwisata, dan perikanan; dengan fungsi pusat SWP adalah

pusat industri, agribisnis, perdagangan dan jasa, serta pusat fasilitas

umum penunjang agropolitan.

2.1.2.2 Pola Ruang Wilayah Kabupaten Semarang

Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031

Gambar 2.6. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Semarang

II - 14

Kabupaten Semarang memiliki potensi unggulan terutama dibidang

industri, pertanian, dan pariwisata. Hal ini karena faktor-faktor antara lain

secara geografis posisi Kabupaten Semarang adalah sebagai Penyangga

Ibukota Provinsi Jawa Tengah, selain itu juga merupakan bagian kawasan

strategis nasional KEDUNGSEPUR dan dilalui jalur lintas nasional Jogja-Solo-

Semarang (JOGLOSEMAR) serta Potensi sumberdaya alam melimpah.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dalam Perda RTRW

Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031, telah ditetapkan rencana pola ruang

di Kabupaten Semarang yang secara garis besar terdiri dari pola ruang

kawasan lindung dan pola ruang kawasan budidaya dengan arah

pengembangan pada masing-masing kawasan dirinci sebagaimana pada tabel

berikut :

Tabel 2.7. Arah Pengembangan Ruang Kawasan Lindung dan Budidaya di Kabupaten Semarang

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Pola Ruang Kawasan Lindung

1. Kawasan Hutan Lindung

Seluas kurang lebih 1.593 Ha

Tersebar di kawasan Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo

2. Kawasan Yang

Memberikan

Perlindungan

Terhadap

Kawasan Bawahannya

Kawasan yang

memberikan

perlindungan terhadap

kawasan bawahannya

adalah kawasan resapan air di daerah

dengan luas kurang

lebih 6.045 Ha

Kecamatan Getasan, Banyubiru,

Jambu, Sumowono, Bandungan,

Bergas dan Ungaran Barat

3. Kawasan

Perlindungan

Setempat

Kawasan sempadan

sungai

a. sekurang-kurangnya 3 meter dari

tepi kiri - kanan tanggul pada

sungai bertanggul di kawasan

perkotaan; b. sekurang-kurangnya 5 meter dari

tepi kiri - kanan tanggul pada

sungai bertanggul di luar kawasan

perkotaan;

c. sekurang-kurangnya 10 meter dari tepi kiri - kanan sungai tidak

bertanggul dengan kedalaman

kurang dari 3 meter di kawasan

perkotaan;

d. sekurang-kurangnya 15 meter

dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul dengan kedalaman 3

meter sampai dengan 20 meter di

kawasan perkotaan;

e. sekurang-kurangnya 30 meter

dari tepi kiri - kanan sungai tidak bertanggul dengan kedalaman

lebih dari 20 meter di kawasan

perkotaan;

f. sekurang-kurangnya 50 meter

dari tepi kiri - kanan sungai tidak

bertanggul yang berada di luar kawasan perkotaan.

II - 15

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Kawasan sekitar waduk

atau danau

Kawasan perlindungan setempat

sekitar waduk atau danau meliputi

kawasan sepanjang tepian waduk atau danau yang lebarnya

proporsional dengan bentuk dan

kondisi fisik waduk atau danau

sepanjang 100 meter dari titik pasang

tertinggi ke arah daratan kecuali pada daerah yang telah terbangun

diperlukan penanganan fisik

tersendiri yang tidak mengganggu

fungsi lindung.

Kawasan perlindungan setempat

sekitar waduk atau danau ditetapkan pada daerah sekitar Rawa Pening

seluas kurang lebih 24 hektar.

Kawasan sekitar mata

air

Kawasan sekurang-kurangnya

dengan jari-jari 200 meter di sekitar

mata air pada 125 mata air yang

tersebar di seluruh Kecamatan

Kawasan RTH perkotaan

Kawasan RTH berupa ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dengan

luas paling sedikit 30 % dari luas

kawasan perkotaan seluas kurang

lebih 2.067 Ha.

4. Kawasan Suaka

Alam,

Pelestarian Alam Dan Cagar

Budaya

Kawasan Suaka Alam Cagar Alam Gebugan di Kecamatan

Ungaran Barat dan Kecamatan

Bergas seluas kurang lebih 2 Ha dan Cagar Alam Sepakung di Kecamatan

Banyubiru seluas kurang lebih 10 Ha.

Kawasan Pelestarian

Alam

Kawasan Taman Nasional Gunung

Merbabu di Kecamatan Getasan

seluas kurang lebih 1.270 Ha.

Kawasan cagar budaya

meliputi :

a. Lingkungan bangunan non

gedung

Makam kuno Desa Nyatnyono di Kecamatan Ungaran Barat.

Monumen Perjuangan Lemahabang di Kecamatan

Bergas.

Situs Candi Ngempon di Kecamatan Bergas.

Munumen Wonorejo di Kecamatan Pringapus.

Situs Candi Bubrah Desa Candirejo di Kecamatan

Pringapus.

Makam Dr. Cipto Mangunkusumo di Kecamatan Ambarawa.

Makam Jenderal Gatot Subroto di Kecamatan Ungaran Timur.

Monumen Palagan Ambarawa di Kecamatan Ambarawa.

Candi Gedongsongo di Kecamatan Bandungan.

Situs Watu Lumpuk Kyai Renggani Sura Desa Jubelan Kecamatan

Sumowono.

Tugu Desa Kelurahan di

Kecamatan Jambu.

Situs Brawijaya Candi Dukuh Desa Rowoboni di Kecamatan

Banyubiru.

Makam Cukilan di Kecamatan

II - 16

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Suruh.

Situs Senjaya di Kecamatan Tengaran.

Situs Klero di Kecamatan Tengaran.

Jalur rel kereta api Tuntang - Ambarawa - Bedono.

Situs Candirejo di Kecamatan Ungaran Barat.

Ganesha besar (mbah Dul Jalal) Sikunir di Kecamatan Bergas.

Situs Kalitaman di Kecamatan Bawen.

Situs Kalibeji di Kecamatan Tuntang.

Lingkungan makam Kusumabantala di Kecamatan

Jambu.

Lingkungan makam Kebon Ijo di Kecamatan Banyubiru.

Rumah air Jelok di Kecamatan Tuntang.

Situs Slumprit di Kecamatan Ungaran Timur.

Situs Ngrawan di Kecamatan Getasan.

Situs Prasasti Tajuk di Kecamatan Getasan.

Situs Balai Panjang di Kecamatan Suruh.

Situs Muncul di Kecamatan Banyubiru.

b. Lingkungan

bangunan gedung

dan halamannya

Benteng Williem I di Kecamatan Ambarawa.

Benteng Williem II di Kecamatan Ungaran Barat.

Gedung kuno Asrama Korsik di Kecamatan Ungaran Timur.

Gedung Kuning di Kecamatan Ungaran Barat.

Gedung SMP 1 di Kecamatan Ungaran Timur.

Gereja Jago Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa.

Pendopo Kantor Kecamatan di Kecamatan Ambarawa.

Rumah kuno Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa.

Museum dan Stasiun Kereta Api di Kecamatan Ambarawa.

Stasiun Kereta Api Tuntang di Kecamatan Tuntang.

Stasiun Kereta Api Jambu di Kecamatan Jambu.

Stasiun Kereta Apu Bringin di Kecamatan Bringin.

Wisma Bandungan Indah di Kecamatan Bandungan.

Klenteng Kelurahan Kranggan di Kecamatan Ambarawa.

Rumah Batu Putih Kyai Pandanmurti Desa Candigaron

II - 17

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Kecamatan Sumowono.

Stasiun Kereta Api Bedono di Kecamatan Jambu.

Masjid Kauman Ungaran di Kecamatan Ungaran Barat.

Masjid Kauman Desa Suruh di Kecamatan Suruh.

Masjid Desa Jatirejo di Kecamatan Suruh.

Gereja Desa Nyemoh di Kecamatan Bringin.

Rumah tinggal Gatot Subroto di Kecamatan Ungaran Barat.

Bangunan bekas Kantor Kawedanan di Kecamatan

Ungaran Barat.

Masjid Kuno Gogodalem di Kecamatan Bringin.

Lingkungan rumah tinggal dan makam pada kawasan PTP Getas

di Kecamatan Pabelan.

Rumah pemotongan hewan di Kecamatan Ambarawa.

Rumah Dinas Bupati Semarang di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu.

5. Kawasan Rawan

Bencana Alam

Kawasan rawan

bencana alam meliputi:

a. Kawasan rawan banjir

Kawasan di sekitar Rawa Pening di Kecamatan Banyubiru, Kecamatan

Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan

Kecamatan Bawen, dan dataran

sekitar Sungai Gung di Ungaran

Timur, serta di dataran sekitar

Sungai Bancak di Kecamatan Bancak.

b. Kawasan rawan tanah longsor

Tersebar di seluruh Kecamatan seluas kurang lebih 7.576 Ha dengan

konsentrasi terutama pada wilayah

Kecamatan Sumowono, Ungaran

Barat, Bergas, Bandungan, Bawen,

Jambu, Banyubiru, Tuntang, Ambarawa, Getasan, Suruh dan

Susukan.

6. Kawasan

Lindung Geologi

Kawasan lindung

geologi meliputi :

a. Kawasan rawan

bencana alam

letusan gunung

berapi

Kawasan kerucut Gunung Ungaran

dan Gunung Merbabu

b. Kawasan perlindungan

terhadap air tanah

Cekungan Air Tanah Ungaran;

Cekungan Air Tanah Sidomulyo;

Cekungan Air Tanah Rawapening;

Cekungan Air Tanah Salatiga;

Cekungan Air Tanah Karanganyar-Boyolali;

Cekungan Air Tanah Semarang-Demak; dan

Cekungan Air Tanah Magelang-Temanggung.

Pola Ruang Kawasan Budidaya

1. Kawasan

Peruntukan

Hutan Produksi

Dan Hutan

Kawasan peruntukan

hutan produksi terbagi

menjadi hutan

produksi tetap dan

II - 18

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Rakyat hutan produksi

terbatas

a. Hutan produksi

tetap seluas kurang lebih 7.612 Ha

Kecamatan Bergas, Kecamatan

Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan Pringapus,

Kecamatan Bringin, dan Kecamatan

Bancak

b. Hutan produksi

terbatas seluas

kurang lebih 1.690 Ha

Kecamatan Sumowono, Kecamatan

Bandungan, Kecamatan Bergas,

Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur,

Kecamatan Pringapus, dan

Kecamatan Banyubiru

Kawasan peruntukan

hutan rakyat

Tersebar di seluruh Kecamatan di

Kabupaten Semarang, dengan luas

keseluruhan kurang lebih 15.618 Ha

2. Kawasan Peruntukan

Pertanian

a. Kawasan pertanian tanaman pangan

Tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Semarang, dengan luas

keseluruhan kurang lebih 24.340 Ha

b. Kawasan

holtikultura

Tersebar di seluruh Kecamatan,

dengan luas keseluruhan kurang

lebih 9.046 Ha

c. Kawasan

perkebunan

Tersebar di seluruh Kecamatan,

dengan luas keseluruhan kurang

lebih 12.140 Ha

d. Kawasan peternakan

Kawasan peternakan meliputi peternakan skala besar dan

peternakan skala kecil.

Kawasan peternakan skala besar

dapat berlokasi pada seluruh

Kecamatan di luar kawasan perkotaan dan kawasan pariwisata

sesuai ketentuan yang berlaku.

Kawasan peternakan skala kecil

diarahkan dalam bentuk sentra

peternakan di kawasan perdesaan

yang diarahkan di seluruh Kecamatan yang dikelola secara terpadu dengan

kegiatan pertanian lainnya.

3. Kawasan

Peruntukan

Perikanan

Kawasan peruntukan

perikanan meliputi

kawasan peruntukan

untuk penangkapan dan budidaya

perikanan darat yang

dikembangkan di

kolam, sungai dan

waduk, serta

pengembangan kawasan perikanan

terpadu minapolitan.

Kawasan peruntukan budidaya

perikanan kolam dapat dilakukan di

seluruh Kecamatan sesuai ketentuan

yang berlaku. Kawasan peruntukan perikanan

tangkap berbasis budidaya pada

perairan waduk dan sungai

diarahkan di perairan Rawa Pening

dan sungai di Kecamatan Tuntang,

Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Banyubiru, dan Kecamatan Bawen.

Kawasan minapolitan meliputi

kawasan minapolitan pada

Kecamatan Banyubiru, Kecamatan

Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Jambu dan Kecamatan

Tuntang.

4. Kawasan

Peruntukan

Pertambangan

a. Kawasan

peruntukan

pertambangan

mineral bukan

logam dan batuan

Kawasan Bakalrejo dan Karangsalam di Kecamatan

Susukan;

Kawasan Gunung Mergi di Kecamatan Bergas dan

Kecamatan Ungaran Timur;

Kawasan Kandangan dan Polosiri di Kecamatan Bawen;

II - 19

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Kawasan Delik di Kecamatan Tuntang;

Kawasan Pucung di Kecamatan Bancak;

Kawasan sekitar Sungai Senjoyo di Kecamatan Bringin dan Kecamatan Bancak;

Kawasan sekitar Sungai Gading di Kecamatan Suruh;

Kawasan kawasan Boto dan Plumutan di Kecamatan Bancak;

Kawasan di seluruh Kecamatan khusus untuk pengambilan

material tanah urug dengan

ketentuan tidak pada kawasan lindung dan tidak merusak

lingkungan; dan

Kawasan Rawa Pening.

b. Kawasan

peruntukan

pertambangan

panas bumi

Kawasan Gunung Ungaran dan

Gunung Telomoyo

c. Kawasan

peruntukan pertambangan

minyak dan gas

bumi

Kecamatan Bringin dan Bancak

5. Kawasan

Peruntukan

Industri

a. Kawasan

peruntukan

industri

Kecamatan Ungaran Barat,

Kecamatan Ungaran Timur,

Kecamatan Bawen, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Pringapus,

Kecamatan Susukan, Kecamatan

Kaliwungu dan Kecamatan Bergas

b. Kawasan industri

Kawasan

peruntukan

industri yang menggunakan

bahan baku dan /

atau proses

produksinya

memerlukan lokasi khusus dapat

didirikan di seluruh

Kecamatan sesuai

Ketentuan

Perundangan yang

berlaku.

Kecamatan Pringapus, Kecamatan

Bawen, Kecamatan Tengaran,

Kecamatan Susukan dan Kecamatan

Kaliwungu

c. Kawasan peruntukan

industri kecil

Seluruh Kecamatan terpadu dengan kawasan permukiman dengan syarat

melakukan pengelolaan lingkungan

sesuai Ketentuan Peraturan

Perundangan

6. Kawasan

Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan

pariwisata diarahkan pada pembentukan

WPP yang dapat

memenuhi kebutuhan

wisatawan sesuai

potensi dan daya tarik

wisata wilayah tersebut

a. WPP 1 meliputi

Kecamatan Ungaran

Barat, Ungaran

Wana Wisata Penggaron;

Tirtoargo;

Air Terjun Semirang;

II - 20

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Timur, Bergas,

Pringapus dan

Bawen dengan pusat

pengembangan di

Kota Ungaran

dengan potensi

daya tarik wisata di samping

Cagar Alam Puncak Suroloyo;

Gunung Kalong;

Makam dan Masjid Nyatnyono;

Benteng Williem II Ungaran;

Makam Ibu Isriati Munadi;

Makam Jendral Gatot Subroto;

Taman Batas Kota;

Curug Lawe;

Makam Ki Gedhe Ungaran;

Candi Ngempon;

Air Panas Diwak;

Agrowisata Asinan;

Gunung Kendalisodo;

Pemandian Air Panas Samban;

Wisata industri di Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan

Bergas, Kecamatan Pringapus dan

Kecamatan Bawen;

Kampung Kopi Banaran;

Kampung Seni Lerep;

Desa Wisata Lerep dan Keji;

RTH Ungaran Timur;

Makam Mount Carmel; dan

Petirtaan Derekan.

b. WPP 2 meliputi

Kecamatan

Bandungan,

Sumowono, dan Jambu dengan

pusat

pengembangan di

Kawasan

Bandungan dengan potensi daya tarik

wisata di samping

Candi Gedongsongo;

Wisata Geologi sumber panas bumi Gedongsongo;

Mata Air Masam Banyukuning;

Taman Safari Sumowono;

Pereng Putih;

Pendakian Gunung Ungaran;

Budidaya Bunga Bandungan;

Pemancingan Jimbaran;

Gua dan Air Terjun Panglebur Gongso;

Air Terjun Tujuh Bidadari;

Sumber Api Abadi Losari;

Puncak Wana Kasihan;

Gua Gunung Watu dan Kampung Batik Gemawang;

Kopi Eva Restoran;

Kopi Banaran Bedono;

Agrowisata Brongkol;

Agrowisata Umbul Sidomukti; dan

Desa Wisata Genting.

c. WPP 3 meliputi

Kecamatan

Ambarawa,

Banyubiru, Tuntang dan Getasan

dengan pusat

pengembangan di

Kawasan Kopeng

dan Ambarawa

dengan potensi daya tarik wisata di

samping

Monumen Palagan;

Makam Dr. Cipto Mangunkusumo;

Benteng Williem I Ambarawa;

Museum Kereta Api Ambarawa;

Gua Maria Kerep;

Taman wisata Rawa Pening

Bukit Cinta;

Situs Brawijaya;

Pemandian Muncul;

Bukit Candi Dukuh;

Taman Rekreasi Langen Tirto Muncul;

Agrowisata Tlogo;

Taman Rekreasi Rawa Permai;

Pasar Kriya Lopait;

Kerajinan Perahu Asinan;

II - 21

No. Pola Ruang Keterangan Lokasi

Air Terjun Pager Gedhog;

Pemandian Kopeng;

Wana Wisata Umbul Songo;

Air Terjun Kalipancur Nagasaren;

Puncak Gunung Gajah;

Pendakian Gunung Merbabu;

Kopeng Treetop;

Curug Kembar Bolodhewo Wirogomo;

Gua Maria Mustika Banyu Urip Tuntang;

Taman Rekreasi Kelinci Kalibeji;

Cagar Alam Sepakung;

Wisata Kereta Api Tuntang-Bedono

Gua Rong Tlogo Tuntang; dan

Desa Wisata Ngrapah.

d. WPP 4 meliputi

Kecamatan

Tengaran, Susukan, Suruh, Pabelan,

Bringin, Bancak

dan Kaliwungu

dengan pusat

pengembangan di kawasan Tengaran

dengan potensi

daya tarik wisata di

samping

Mata Air Senjoyo;

Candi Klero;

Sumber Api Abadi Boto;

Makam Ki Ageng Cukilan; dan

Umbul Ngrancah Udanwuh Kaliwungu.

7. Kawasan

Peruntukan

Permukiman

Kawasan peruntukan

permukiman meliputi

kawasan permukiman perdesaan dan

kawasan permukiman

perkotaan

Permukiman perdesaan meliputi

permukiman perdesaan yang tersebar

di seluruh Kecamatan, dikembangkan dengan berbasis perkebunan,

agrowisata, pertanian tanaman

pangan, perikanan darat dan

peternakan disertai pengolahan hasil

atau agroindustri dengan luas kurang lebih 12.953 Ha.

Permukiman perkotaan meliputi

kawasan-kawasan dengan cakupan

administrasi Desa/Kelurahan dengan

luas lebih kurang 6.887 Ha. Sumber: RTRW Kabupaten Semarang 2011-2031 (diolah)

2.1.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.3.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan

dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan

ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting yang menunjukkan

sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan

pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi

yang tinggi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah.

Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh PDRB Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK). Pertumbuhan ekonomi Tahun 2020 baik Kabupaten

-+-Nasional -+-Jawa Tengah -+-Kabupaten Semarang

-2.07

Tahun 2018 Tahun 2017 Tahun 2016

5 67 5.39

~5.3~====~~~;;;;;;;;;;~~~======~ 5.2~ 5.03 5. 7 5.17

5.65

II - 22

Semarang, Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional mengalami kontraksi

dibandingkan Tahun 2019. Kontraksi yang dalami Kabupaten Semarang

mencapai -2,67% tahun 2020. Capaian ini jauh menurun apabila

dibandingkan capaian Tahun 2019 yang sebesar 5,39%.

Adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang pada

Tahun 2020 mengakibatkan capaiannya yang semula dalam durasi Tahun

2016-2019 secara rata-rata berada di atas Provinsi Jawa Tengah dan Nasional,

menjadi turun berada di bawah capaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional Tahun 2020.

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota sekitar, pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Semarang mengalami kontraksi paling dalam.

Perbandingan capaian pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Semarang dengan

capaian pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota sekitar disajikan

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.8. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Semarang

dengan Kabupaten/Kota Sekitar Tahun 2016-2020

NO PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN Rata-

Rata 2016 2017 2018 2019 2020

1 Kota Semarang 5,89 6,7 6,48 6,81 -1,61 4,854

2 Kabupaten Boyolali 5,33 5,8 5,72 5,96 -1,24 4,314

3 Kabupaten Demak 5,09 5,82 5,4 5,36 -0,23 4,288

4 Kabupaten Kendal 5,56 5,78 5,77 5,71 -1,53 4,258

5 Kota Salatiga 5,27 5,58 5,84 5,9 -1,68 4,182

6 Kabupaten Grobogan 4,51 5,85 5,83 5,37 -1,59 3,994

7 Kabupaten Magelang 5,39 5,5 5,28 5,3 -1,68 3,958

8 Kabupaten Semarang 5,3 5,65 5,67 5,39 -2,67 3,868

9 Kabupaten Temanggung 5,02 5,03 5,13 5,05 -2,13 3,62 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021

Melalui tabel diatas dapat diketahui bahwa secara rata-rata

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 masih di

bawah Kabupaten dan Kota lain di sekitarnya. Dari 9 Kabupaten dan Kota,

II - 23

capaian rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang Tahun 2016-

2020 hanya lebih baik dari Kabupaten Temanggung dan tertinggal dari 7

Kabupaten/Kota di sekitarnya.

Secara khusus pada tabel juga terlihat bahwa pada Tahun 2020,

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang mengalami kontraksi yang paling

dalam diantara 9 Kabupaten dan Kota. Hal ini mengindikasikan bahwa

kelesuan ekonomi yang terjadi selama Tahun 2020 berdampak signifikan pada

produktivitas masyarakat Kabupaten Semarang sehingga berdampak pada

terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi yang sangat dalam.

Adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam di

Kabupaten Semarang sangat dimungkinkan akibat dampak Pandemi Covid-19

yang terjadi sepanjang tahun 2020 secara nyata mempengaruhi kinerja

seluruh sendi-sendi perekonomian di Kabupaten Semarang. Hal ini terlihat

dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Semarang yang ditinjau berdasarkan 17 (tujuh belas) kategori lapangan

usaha.

Berdasarkan tinjauan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), hanya

terdapat 5 (lima) kategori yang mengalami pertumbuhan positif, sedangkan

selebihnya sebanyak 12 (dua belas) kategori lapangan usaha mengalami

kontraksi. Sementara apabila ditinjau dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) sebanyak 7 (tujuh) kategori lapangan usaha mengalami kontraksi dan

10 (sepuluh) kategori yang mengalami pertumbuhan positif.

Perkembangan Nilai PDRB ADHB Kabupaten Semarang Tahun 2016-

2020 ADHK dan ADHB yang ditinjau berdasarkan 17 (tujuh belas) kategori

lapangan usaha dapat diuraikan sebagaimana tabel berikut:

II - 24

Tabel 2.9. Nilai dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO PDRB LAPANGAN USAHA 2016 2017 2018 2019 2020

(Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

3.382.746 2,95 3.477.134 2,79 3.560.418 2,40 3.623.521 2,03 3.626.314 -0,17

B Pertambangan dan Penggalian 68.816 4,62 72.019 4,65 75.779 5,22 79.085 4,36 78.591 -0,62

C Industri Pengolahan 11.719.709 5,05 12.221.520 4,28 12.852.546 5,16 13.644.469 6,16 13.051.307 -4,35

D Pengadaan Listrik dan Gas 38.352 3,22 38.779 1,11 40.923 5,53 42.203 3,13 43.477 3,02

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

23.300 2,35 24.978 7,20 26.331 5,41 27.475 4,35 27.825 1,27

F Konstruksi 4.089.818 5,71 4.385.486 7,23 4.649.525 6,02 4.766.554 2,52 4.625.444 -2,96

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3.501.752 5,33 3.723.074 6,32 3.951.296 6,13 4.183.515 5,88 3.961.689 -5,30

H Transportasi dan Pergudangan 670.911 4,16 717.679 6,97 774.255 7,88 842.430 8,81 652.502 -22,55

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

932.667 5,59 996.364 6,83 1.075.886 7,98 1.164.471 8,23 1.087.633 -6,60

J Informasi dan Komunikasi 1.239.782 8,20 1.411.181 13,82 1.568.315 11,13 1.729.662 10,29 2.006.217 15,99

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.050.220 8,35 1.109.390 5,63 1.153.784 4,00 1.196.200 3,68 1.214.879 1,56

L Real Estate 988.846 6,54 1.056.001 6,79 1.119.615 6,02 1.180.462 5,43 1.164.462 -1,36

M, N Jasa Perusahaan 143.904 9,65 156.563 8,80 171.073 9,27 187.759 9,75 178.795 -4,77

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

832.884 2,13 854.232 2,56 895.625 4,85 918.582 2,56 906.858 -1,28

P Jasa Pendidikan 1.026.876 7,64 1.110.331 8,13 1.191.990 7,35 1.277.678 7,19 1.273.769 -0,31

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

210.309 8,94 230.198 9,46 250.745 8,93 266.819 6,41 290.898 9,02

R, S, T, U Jasa lainnya 371.576 8,44 418.057 12,51 459.573 9,93 499.427 8,67 496.962 -0,49

PDRB 30.292.468 5,30 32.002.985 5,65 33.817.679 5,67 35.639.311 5,39 34.687.623 -2,67

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

II - 25

Tabel 2.10. Nilai dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO PDRB LAPANGAN USAHA 2016 2017 2018 2019 2020

(Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%) (Rp. JUTA) (%)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4.769.752 5,70 4.912.618 3,00 5.171.610,15 5,27 5.387.916 4,18 5.488.877 1,87

B Pertambangan dan Penggalian 107.681 9,38 117.184 8,83 125.055 6,72 131.980 5,54 133.960 1,50

C Industri Pengolahan 15.682.812 9,34 16.708.380 6,54 18.034.946 7,94 19.527.601 8,28 19.137.293 -2,00

D Pengadaan Listrik dan Gas 40.473 7,54 44.775 10,63 48.737 8,85 50.281 3,17 51.266 1,96

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

25.710 4,60 27.740 7,90 29.295 5,60 30.937 5,60 32.190 4,05

F Konstruksi 5.300.464 7,98 5.833.804 10,06 6.463.726 10,80 6.830.336 5,67 6.653.979 -2,58

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4.228.918 8,57 4.606.389 8,93 5.019.253 8,96 5.430.586 8,20 5.205.602 -4,14

H Transportasi dan Pergudangan 777.858 5,37 843.820 8,48 916.733 8,64 1.014.112 10,62 808.979 -20,23

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

1.197.159 8,59 1.293.903 8,08 1.408.559 8,86 1.543.679 9,59 1.444.874 -6,40

J Informasi dan Komunikasi 1.194.893 8,71 1.420.909 18,92 1.577.814 11,04 1.755.916 11,29 2.043.389 16,37

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.376.306 11,76 1.520.390 10,47 1.630.420 7,24 1.719.406 5,46 1.742.571 1,35

L Real Estate 1.188.269 8,52 1.300.782 9,47 1.413.161 8,64 1.510.188 6,87 1.497.763 -0,82

M, N Jasa Perusahaan 195.181 14,74 220.626 13,04 247.453 12,16 279.542 12,97 271.201 -2,98

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1.116.847 7,93 1.182.814 5,91 1.254.188 6,03 1.303.857 3,96 1.304.594 0,06

P Jasa Pendidikan 1.591.641 11,12 1.756.170 10,34 1.926.994 9,73 2.118.753 9,95 2.170.781 2,46

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

280.946 10,96 311.957 11,04 343.927 10,25 372.098 8,19 411.479 10,58

R, S, T, U Jasa lainnya 453.710 12,90 519.157 14,42 576.184 10,98 631.082 9,53 634.813 0,59

PDRB 39.528.619 8,66 42.621.420 7,82 46.188.056 8,37 49.638.270 7,47 49.033.609 -1,22

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

II - 26

Struktur perekonomian menurut lapangan usaha di Kabupaten

Semarang sampai dengan Tahun 2020 didominasi oleh Industri Pengolahan;

Konstruksi; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Komposisi tersebut tidak

menunjukkan banyak perubahan dalam 5 (lima) tahun terakhir.

Perkembangan distribusi masing-masing kategori PDRB Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.11. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 12,07 11,53 11,20 10,85 11,19

B Pertambangan dan Penggalian 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27

C Industri Pengolahan 39,67 39,20 39,05 39,34 39,03

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,11 0,11 0,11

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,07 0,07 0,06 0,06 0,07

F Konstruksi 13,41 13,69 13,99 13,76 13,57

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

10,70 10,81 10,87 10,94 10,62

H Transportasi dan Pergudangan 1,97 1,98 1,98 2,04 1,65

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

3,03 3,03 3,05 3,11 2,95

J Informasi dan Komunikasi 3,02 3,33 3,42 3,54 4,17

K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,48 3,57 3,53 3,46 3,55

L Real estate 3,01 3,05 3,06 3,04 3,05

M, N Jasa Perusahaan 0,49 0,52 0,54 0,56 0,55

O Administrasi Pem-an, Pertanahan dan Jaminan Sosial

2,83 2,78 2,72 2,63 2,66

P Jasa Pendidikan 4,03 4,12 4,17 4,27 4,43

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 0,71 0,73 0,74 0,75 0,84

R, S, T, U Jasa Lainnya 1,14 1,22 1,24 1,27 1,29

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

Tabel 2.12. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 11,17 10,87 10,53 10,19 10,45

B Pertambangan dan Penggalian 0,23 0,22 0,22 0,22 0,23

C Industri Pengolahan 38,69 38,19 38,01 38,28 37,63

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,13 0,12 0,12 0,12 0,13

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,08 0,08 0,08 0,08 0,08

F Konstruksi 13,50 13,70 13,75 13,37 13,33

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

11,56 11,63 11,68 11,74 11,42

H Transportasi dan Pergudangan 2,21 2,24 2,29 2,36 1,88

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

3,08 3,11 3,18 3,27 3,14

J Informasi dan Komunikasi 4,09 4,41 4,64 4,85 5,78

K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,47 3,47 3,41 3,36 3,50

L Real estate 3,26 3,30 3,31 3,31 3,36

M, N Jasa Perusahaan 0,47 0,49 0,51 0,53 0,52

O Administrasi Pem-an, Pertanahan dan Jaminan Sosial

2,75 2,67 2,65 2,58 2,61

P Jasa Pendidikan 3,39 3,47 3,52 3,59 3,67

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 0,69 0,72 0,74 0,75 0,84

R, S, T, U Jasa Lainnya 1,23 1,31 1,36 1,40 1,43

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

II - 27

B. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita digunakan sebagai perkiraan rata-rata pendapatan

penduduk per kapita per tahun, yang menunjukkan tingkat kemakmuran

penduduk di suatu daerah/wilayah. Nilai PDRB per kapita merupakan hasil

bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi

dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya jumlah penduduk

akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita, sedangkan besar kecilnya nilai

PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor

produksi yang terdapat di daerah tersebut.

Nilai PDRB per kapita Kabupaten Semarang ADHB selama Tahun

2016-2019 selalu meningkat. Namun dengan adanya pandemi Covid-19 tahun

2020 mengakibatkan PDRB per kapita ADHB mengalami kontraksi hingga -

2,42% atau turun dari Rp47.104.696,00 pada Tahun 2019 menjadi

Rp45.963.478,00 pada Tahun 2020. Sedangkan PDRB per kapita Kabupaten

Semarang ADHK mengalami kontraksi sebesar -3,86% atau turun dari

Rp33.820.255,00 pada Tahun 2019 menjadi Rp32.515.735,00 pada Tahun

2020.

Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Semarang Tahun 2016-

2020 sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.13. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020

TAHUN

PDRB PER KAPITA ADHB PDRB PER KAPITA ADHK 2010

NILAI (Rp.) PERTUMBUHAN

(%) NILAI (Rp.)

PERTUMBUHAN

(%)

2016 38.975.248 7,23 29.868.397 3,92

2017 41.481.145 6,43 31.146.791 4,28

2018 44.384.748 7,00 32.497.345 4,34

2019*) 47.104.696 6,13 33.820.255 4,07

2020**) 45.963.478 -2,42 32.515.735 -3,86 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021 *) Angka sementara, **) Angka sangat sementara

C. Laju Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang sangat penting

dalam perekonomian suatu daerah. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan

harga secara umum dan terus menerus atau penurunan nilai mata uang.

Inflasi yang tinggi menunjukkan terjadinya kenaikan harga barang dan jasa

yang tinggi pula, yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat untuk

memperoleh barang dan jasa tersebut. Inflasi berdampak cukup besar

terhadap perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

II - 28

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2020

Gambar 2.8. Laju Inflasi Kabupaten Semarang Tahun 2015-2019

Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa laju inflasi di Kabupaten

Semarang selama durasi Tahun 2015-2019 cukup terkendali, yaitu rata-rata

berada di kisaran 2,98%. Rerata nilai inflasi Kabupaten Semarang tersebut

masih diatas rerata inflasi Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 2,88%.

Apabila dibandingkan dengan capaian nasional, rerata inflasi Kabupaten

Semarang pada Tahun 2015-2019 lebih rendah daripada rerata inflasi

nasional yang mencapai 3,16%.

Pada Tahun 2020, terjadi perubahan tahun dasar penghitungan inflasi,

karena Kabupaten Semarang tidak menjadi lokus Survey Biaya Hidup (SBH)

Kota/Kabupaten oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh sebab itu, mulai

Tahun 2020 penghitungan inflasi tidak dilakukan untuk seluruh

Kota/Kabupaten. Di wilayah Provinsi Jawa Tengah hanya terdapat 6 (enam)

Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang dihitung nilai inflasinya yaitu Kota

Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal, Kabupaten Cilacap, Kabupaten

Banjarnegara dan Kabupaten Kudus. Inflasi keenam Kabupaten/Kota ini

menjadi rujukan tingkat inflasi bagi Kabupaten/Kota di sekitarnya. Oleh

sebab itu, inflasi Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 mengacu pada inflasi

Kota Semarang yaitu sebesar 1,49%.

Adapun inflasi di 6 (enam) Kabupaten/Kota lokus SBH di Jawa Tengah

terpantau masih terkendali karena masih di bawah 3%, sebagaimana dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.14. Inflasi Enam Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

NO KOTA INFLASI

1 Cilacap 1,71

2 Purwokerto 1,90

3 Kudus 1,24

4 Kota Surakarta 1,38

5 Kota Semarang 1,49

6 Kota Tegal 2,36

7 Jawa Tengah 1,56 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021

3,35

3,02

3,61

3,13

2,72 2,73

2,36

3,71

2,82 2,81 2,85

2,39

3,67

2,80

2,93

2

2,5

3

3,5

4

2015 2016 2017 2018 2019

Nasional Jawa Tengah Kab. Semarang

II - 29

D. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia

Ketimpangan pendapatan penduduk dapat diamati dengan pendekatan

pemerataan pendapatan versi Bank Dunia. Bank Dunia dalam upaya

mengukur ketimpangan pendapatan membagi penduduk menjadi 3 (tiga)

kelompok yaitu 40% penduduk berpendapatan rendah, kelompok 40%

penduduk berpendapatan menengah dan kelompok 20% penduduk

berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung

persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan

40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori

ketimpangan ditentukan sebagai berikut:

1. Ketimpangan pendapatan tinggi

Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40%

terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12%.

2. Ketimpangan pendapatan sedang/menengah

Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40%

terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12%-17%.

3. Ketimpangan pendapatan rendah

Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40%

terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17%.

Tabel 2.15. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN

2016* 2017 2018 2019 2020

1 40% Penduduk Berpendapatan Terendah 12,44 18,88 18,74 19,02 19,18

2 40% Penduduk Berpendapatan

Menengah

17,83 38,31 38,99 41,15 39,88

3 20% Penduduk Berpendapatan Tertinggi 69,73 42,81 42,27 39,83 40,94

Kriteria Ketimpangan Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sumber: Susenas Maret, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 *Data Tahun 2016 berdasarkan pengeluaran

Berdasarkan pendekatan ini, distribusi pendapatan penduduk

Kabupaten Semarang masuk ke dalam kategori ketimpangan pendapatan

rendah, dimana kurun waktu Tahun 2016-2020 persentase pendapatan yang

diterima oleh kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah secara rata-rata

mencapai 17,65% atau lebih besar dari 17%.

E. Kondisi Kemiskinan

Kondisi kemiskinan suatu daerah pada dasarnya dapat diklasifikasikan

kedalam dua kategori. Pertama adalah kemiskinan kronis (chronic poverty)

yang terjadi terus menerus atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural -

Fakir Miskin; dan yang kedua adalah kemiskinan sementara (transient poverty)

yang ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

• ·----- .. • • • • • ...

*

II - 30

secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi

kondisi kritis, krisis ekonomi, bencana alam dan bencana sosial, seperti

korban konflik sosial, yang jumlahnya relatif lebih besar dan berubah-ubah

sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat dan ekonomi global pada

suatu daerah.

Untuk mengetahui kondisi kemiskinan di Kabupaten Semarang

digunakan 2 (dua) pendekatan pendataan, yaitu melalui data makro

kemiskinan berdasarkan hasil pendataan BPS dan data mikro kemiskinan

berdasarkan hasil verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

(verval DTKS) yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial RI.

Data makro kemiskinan merupakan gambaran persentase penduduk

miskin yang dihitung berdasarkan hasil Susenas BPS. Secara garis besar

dalam metode pendataan ini, status kemiskinan penduduk ditentukan

berdasarkan garis kemiskinan yang dihitung menggunakan pendekatan

pemenuhan atas kebutuhan penduduk, baik kebutuhan pangan maupun non

pangan yang setara dengan pemenuhan 2.100 kkal perkapita. Berdasarkan

kriteria tersebut, selama kurun waktu tahun 2016–2019 terjadi penurunan

persentase penduduk miskin dari 7,99% menjadi 7,04%. Namun pada tahun

2020 penduduk miskin Kabupaten Semarang meningkat menjadi 7,51% atau

bertambah 5.980 jiwa.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021

Gambar 2.9. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

10,86 10,64

9,82

9,41 9,78

13,27 13,01

11,32

10,80

11,41

7,99 7,78

7,29 7,04

7,51

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

2016 2017 2018 2019 2020

Nasional Jawa Tengah Kab. Semarang

LJ LJ LJ LJ LJ LJ LJ LJ LJ

II - 31

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021

Gambar 2.10. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Semarang

Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Sekitar, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2020

Berdasarkan grafik 2.9 dan 2.10. diatas dapat diketahui bahwa

persentase penduduk miskin Kabupaten Semarang relatif lebih rendah

daripada persentase penduduk miskin Nasional dan Provinsi Jawa Tengah.

Namun demikian apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota sekitar, pada

Tahun 2020 persentase penduduk miskin Kabupaten Semarang lebih tinggi

daripada Kota Semarang dan Kota Salatiga.

Melalui grafik 2.9 juga dapat diketahui bahwa persentase penduduk

miskin Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 terjadi peningkatan.

Peningkatan tersebut disebabkan karena kelesuan ekonomi akibat pandemi

Covid-19 yang telah memukul perekonomian dunia dan berimbas hingga ke

skala lokal Kabupaten Semarang.

Untuk mengidentifikasi dan menganalisis lebih mendalam terkait

kondisi kemiskinan makro disuatu daerah, digunakan pula sejumlah indikator

berupa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) dan Garis Kemiskinan (GK) yang capaiannya di Kabupaten Semarang

dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 dapat disajikan sebagaimana pada

tabel berikut:

Tabel 2.16. Indeks Kemiskinan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

1 Indeks Kedalaman (P1) 1,57 1,10 1,51 0,63 0,96

2 Indeks Keparahan (P2) 0,45 0,25 0,45 0,08 0,16

3 Garis Kemiskinan (GK, dalam Rp.) 307.505 317.935 341.576 377.674 404.455 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata

kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Perkembangan P1 di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019

sebesar 0,63 meningkat menjadi 0,96 Tahun 2020. Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata kesenjangan pengeluaran antara penduduk miskin terhadap

garis kemiskinan semakin besar.

11,41

9,78

02468

101214

KAB/KOTA Jawa Tengah Nasional

II - 32

Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) merupakan satuan

indeks yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di

antara penduduk miskin. semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara

penduduk miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Semarang

Tahun 2020 dibanding Tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu dari 0,08

menjadi 0,16, yang artinya semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara

penduduk miskin di Kabupaten Semarang.

Adapun garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat

minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh

standar hidup yang mencukupi di suatu wilayah. Secara khusus di Indonesia,

untuk mengukur garis kemiskinan menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari

sisi pengeluaran.

Dalam konteks ini penduduk miskin dimaknai sebagai penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Atau dengan kata lain, penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai

penduduk miskin.

Berdasarkan tabel 2.16 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan garis

kemiskinan Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir (2016-2020)

menunjukkan pola yang konsisten meningkat dari tahun ke tahun. Garis

kemiskinan Kabupaten Semarang yang menunjukkan konsistensi pola

meningkat dari tahun ke tahun mengindikasikan bahwa pelaksanaan

program-program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan di

Kabupaten Semarang secara umum dapat dinilai cukup efektif karena secara

konsisten mampu berdampak positif mengangkat daya beli masyarakat

sehingga dapat meningkatkan posisi garis kemiskinan Kabupaten Semarang

dari tahun ke tahun.

Data mikro kemiskinan merupakan gambaran jumlah rumah tangga

dan individu miskin dihitung berdasarkan hasil proses Pemutakhiran Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang setiap tahunnya ditempuh melalui

mekanisme verifikasi dan validasi (verval). Berdasarkan hasil verval DTKS yang

telah disahkan oleh Kementerian Sosial, perkembangan status rumah tangga

dan individu di Kabupaten Semarang dengan status kesejahteraan 40%

II - 33

terendah (kategori miskin) yang dirinci per kecamatan Tahun 2020

sebagaimana berikut:

Tabel 2.17. Rekapitulasi Rumah Tangga dan Individu Kabupaten Semarang per Kecamatan Berdasarkan Pemutakhiran DTKS Tahun 2020

NO. KECAMATAN

RUMAH

TANGGA

MISKIN

PENDUDUK

MISKIN

JUMLAH

PENDUDUK

PERSENTASE

PENDUDUK

MISKIN

1. Getasan 5.678 19.223 52.060 36,92%

2. Tengaran 6.652 22.630 70.168 32,25%

3. Susukan 6.021 17.779 50.190 35,42%

4. Kaliwungu 3.455 10.405 30.772 33,81%

5. Suruh 8.417 27.701 71.667 38,65%

6. Pabelan 5.930 18.453 44.183 41,76%

7. Tuntang 6.158 21.371 67.731 31,55%

8. Banyubiru 4.315 14.301 44.878 31,87%

9. Jambu 3.630 11.041 41.148 26,83%

10. Sumowono 2.916 9.663 34.530 27,98%

11. Ambarawa 3.302 10.836 62.735 17,27%

12. Bandungan 3.663 12.498 58.786 21,26%

13. Bawen 3.752 12.353 58.134 21,25%

14. Bringin 6.115 19.080 47.543 40,13%

15. Bancak 3.133 9.829 24.679 39,83%

16. Pringapus 5.491 19.204 54.365 35,32%

17. Bergas 4.046 14.193 69.559 20,40%

18. Ungaran Barat 3.030 10.519 79.683 13,20%

19. Ungaran Timur 4.123 12.958 75.658 17,13%

Jumlah 89.827 294.037 1.038.469 Sumber: Kementerian Sosial, 2021 *) Data sampai dengan Oktober 2020

Berdasarkan tabel 2.17 dapat diketahui bahwa Kecamatan dengan

jumlah penduduk miskin tertinggi adalah Kecamatan Suruh, yaitu sebanyak

27.701 jiwa. Meskipun demikian apabila ditinjau dari proporsi kemiskinan,

Kecamatan dengan persentase penduduk miskin tertinggi justru berada pada

Kecamatan Pabelan yang mencapai sebesar 41,76%, disusul kemudian secara

berturut-turut adalah Kecamatan Bringin 40,13%, Kecamatan Bancak

39,83%, Kecamatan Suruh 38,65% dan Kecamatan Getasan 36,92%. Kondisi

yang demikian secara tidak langsung mengindikasikan bahwa masih terjadi

ketimpangan ekonomi antar wilayah di Kabupaten Semarang, khususnya

Kecamatan pada wilayah Kabupaten Semarang sisi/sebelah timur dan

sisi/sebelah selatan.

F. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah

pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. TPT yang tinggi menunjukkan

bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja.

5.61 1~·51 5.34 • • • • ~s1] 4.63 4.57

2.28 2.58

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

Kab. Semarang ~Nasional ~Jawa Tengah

II - 34

Sumber: BPS, 2021

Gambar 2.11. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Semarang Dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2020

TPT Kabupaten Semarang kurun waktu Tahun 2016-2020 berada di

bawah TPT Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Meskipun demikian selama

kurun waktu tersebut, TPT Kabupaten Semarang cenderung mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini sebagai dampak dari persaingan

global yang mengarah pada revolusi industri 4.0 yang mengkolaborasikan

teknologi cyber dan teknologi otomatisasi, sedangkan tenaga kerja di

Kabupaten Semarang pada umumnya masih belum memiliki spesifikasi

keahlian/kompetensi yang dibutuhkan oleh industri 4.0.

Kondisi ini diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda

dunia, sehingga menghambat aktivitas perekonomian global, termasuk pula di

wilayah Kabupaten Semarang. Dampak pandemi Covid-19 berakibat

menurunkan produktivitas sektor industri di Kabupaten Semarang yang

sebagian besar berorientasi pasar ekspor. Adanya pembatasan kerumunan

pekerja pada sektor industri dan kelesuan pasar tujuan ekspor yang

berkurang daya belinya berdampak pada maraknya pemutusan hubungan

kerja dan perumahan pegawai di Kabupaten Semarang. Kondisi yang demikian

menjadikan TPT Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 meningkat sangat

signifikan yaitu naik sebesar 1,99% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 2.18. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Semarang

Tahun 2020 URAIAN 2020

Angkatan Kerja 75,07

- Bekerja 71,64

- Pengangguran 3,43

Bukan Angkatan Kerja 24,93

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 75,07 Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

II - 35

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Semarang Tahun

2020 meningkat dibandingkan Tahun 2019, hal ini disebabkan: (1) penurunan

jumlah penduduk bekerja; (2) pengangguran meningkat tajam; dan (3)

penambahan penduduk yang masuk dalam usia angkatan kerja. Sehingga

perlu adanya langkah antisipatif agar TPT di Kabupaten Semarang tidak

semakin meningkat.

2.1.3.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks komposit yang

disusun dari tiga indikator, yaitu lama hidup yang diukur dengan angka

harapan hidup ketika lahir, pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata

lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, serta

standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah).

IPM Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 mengalami

peningkatan dari 72,40 menjadi 74,10. Dengan capaian IPM tersebut,

Kabupaten Semarang berada pada posisi status pembangunan manusia

kategori tinggi.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021

Gambar 2.12. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

IPM Kabupaten Semarang berada di atas IPM Nasional dan Provinsi

Jawa Tengah. Selama kurun waktu Tahun 2016-2020 rata-rata perumbuhan

IPM Kabupaten Semarang sebesar 0,60% per tahun. Meskipun capaian IPM

70,18

70,81

71,39

71,92 71,94

69,98

70,52

71,12

71,73 71,87

72,40

73,20

73,61

74,14 74,10

69

70

71

72

73

74

75

2016 2017 2018 2019 2020

Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang

II - 36

Kabupaten Semarang berada di atas capaian Jawa Tengah, namun kecepatan

tumbuh IPM Kabupaten Semarang berada di bawah Jawa Tengah yang sebesar

0,67% per tahun.

Pertumbuhan IPM Kabupaten Semarang Tahun 2020 mengalami

perlambatan jika dibandingkan dengan Tahun 2019. Hal ini disebabkan

menurunnya dimensi standar hidup layak yang dipresentasikan pada

pengeluaran perkapita disesuaikan, dimana menurun dari Rp12.116.000,00

per tahun pada Tahun 2019 menjadi Rp11.966.000,00 per tahun pada

Tahun 2020.

Adapun daya saing IPM Kabupaten Semarang di tingkat Provinsi Jawa

Tengah relatif stabil. Kondisi ini tercermin dari capaian peringkat IPM

Kabupaten Semarang yang dari tahun ke tahun stabil berada di peringkat ke-

11 dari 35 Kabupaten dan Kota se-Provinsi Jawa Tengah.

Apabila diperbandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di wilayah eks-

Karesidenan Semarang, capaian IPM Kabupaten Semarang selama kurun

waktu Tahun 2016-2020 juga sudah cukup baik. Hal ini tercermin dari rerata

IPM Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 yang mencapai 73,49. Capaian

tersebut lebih tinggi dari rerata IPM Provinsi Jawa Tengah yang mencapai

71,04 dan 3 (tiga) Kabupaten lainnya di wilayah eks-Karesidenan Semarang,

yaitu : Kabupaten Grobogan sebesar 69,29, Kabupaten Demak sebesar 71,17

dan Kabupaten Kendal sebesar 71,25.

Sementara apabila diperbandingkan dengan capaian IPM Kota Semarang

dan Kota Salatiga, capaian rerata IPM Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

masih dibawah capaian rerata kedua Kota tersebut.

Gambaran perbandingan rerata capaian IPM Kabupaten Semarang pada

Tahun 2016-2020 dengan Kabupaten dan Kota lain di wilayah eks-

Karesidenan Semarang dan Provinsi Jawa Tengah diilustrasikan pada grafik

berikut :

• • •

• •

• •

II - 37

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021 (diolah)

Gambar 2.13. Capaian Rerata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota di Wilayah Eks-Karesidenan Semarang Tahun 2016-2020

Pertumbuhan IPM Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020

berdasarkan komposit pembentuknya diuraikan sebagaimana pada tabel

berikut :

Tabel 2.19. Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Metode Baru

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO KOMPOSIT IPM/URAIAN TAHUN RERATA

PERTUMBUHAN 2016 2017 2018 2019 2020

1 Angka Harapan Hidup (th) 75,54

75,5

7 75,62 75,63 75,73

0,06

2 Harapan Lama Sekolah/EYS (th) 13

12,8

4 12,85 12,94 12,97

0,23

3 Rata-rata lama sekolah/MYS (th) 7,48 7,87 7,88 8,01 8,02 1,77

4 Pengeluaran perkapita (disesuaikan) (Ribu rupiah/orang/Tahun)

11.102 11.389 11.807 12.116 11.966 2,06

IPM 72,40 73,20 73,61 74,14 74,10

Peringkat IPM 11 11 11 11 11

Pertumbuhan IPM 0,70 1,09 0,56 0,71 -0,05 0,60

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021, diolah

Penjelasan atas masing-masing komposit pembentuk IPM Kabupaten

Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 adalah sebagai berikut :

1. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka harapan hidup saat lahir didefinisikan sebagai rata-rata

perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir, yang

mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Sejak Tahun 2016

sampai dengan 2020, AHH masyarakat Kabupaten Semarang cenderung

meningkat yaitu 75,54 tahun pada tahun 2016 menjadi 75,73 tahun pada

tahun 2020 dengan rerata pertumbuhan sebesar 0,06% per tahun, artinya

secara rata-rata anak yang dilahirkan di Kabupaten Semarang dapat bertahan

hidup hingga usia 75-76 tahun. Capaian AHH Kabupaten Semarang selama

69,29 71,17 71,25

73,49

82,43 82,30

71,04

Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Kendal Kab. Semarang Kota Semarang Kota Salatiga Prov. Jateng

Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Kendal Kab. Semarang

Kota Semarang Kota Salatiga Prov. Jateng

..... T

......

• • • • • • • •

II - 38

durasi Tahun 2016-2020 berada di atas Provinsi Jawa Tengah dan Nasional

sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021

Gambar 2.14. Angka Harapan Hidup Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

Kecenderungan peningkatan AHH Kabupaten Semarang dari tahun ke

tahun menunjukkan adanya keberhasilan upaya perbaikan status derajat

kesehatan masyarakat yang dilakukan pada setiap rangkaian siklus

kehidupan (life cycle) yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok

usia kerja, maternal dan kelompok lansia. Semakin panjang usia harapan

hidup, tentunya akan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup

manusia.

2. Harapan Lama Sekolah (HLS)

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah

(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu

di masa mendatang. HLS dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas.

Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem

pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya

pendidikan yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Perkembangan

HLS Kabupaten Semarang cenderung meningkat dari 12,83 pada Tahun 2016

menjadi 12,97 pada Tahun 2020 dengan rerata pertumbuhan sebesar 0,23 per

tahun. HLS Kabupaten Semarang yang mencapai selama 12,97 tahun

bermakna bahwa anak usia 7 tahun di Kabupaten Semarang yang masuk

dunia pendidikan diharapkan akan dapat bersekolah selama 12,97 tahun atau

mencapai jenjang Diploma I.

Capaian HLS Kabupaten Semarang selama durasi Tahun 2016-2020

berada di atas Provinsi Jawa Tengah, namun masih sedikit dibawah capaian

Nasional sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

70,90 71,06 71,20 71,34 71,47

74,02 74,08 74,18 74,23 74,37

75,54 75,57 75,62 75,63 75,73

70,00

72,00

74,00

76,00

2016 2017 2018 2019 2020

Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang

II - 39

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021

Gambar 2.15. Harapan Lama Sekolah Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

3. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang

digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Cakupan

penduduk yang dihitung dalam penghitungan RLS adalah penduduk berusia

25 tahun ke atas. RLS Kabupaten Semarang meningkat dari 7,48 tahun pada

Tahun 2016 menjadi 8,02 tahun pada Tahun 2020 dengan rerata

pertumbuhan sebesar 1,77 per tahun. RLS Kabupaten Semarang yang selama

8,02 tahun dapat diartikan bahwa rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas

di Kabupaten Semarang bersekolah hingga jajeng Pendidikan setara dengan

kelas VIII.

Capaian RLS Kabupaten Semarang selama durasi Tahun 2016-2020

berada di atas Provinsi Jawa Tengah, namun masih dibawah capaian Nasional

sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021

Gambar 2.16. Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

12,72

12,87 12,91

12,95 12,98

12,45

12,57

12,63

12,68 12,70

12,83 12,84 12,85

12,94 12,97

12,40

12,50

12,60

12,70

12,80

12,90

13,00

2016 2017 2018 2019 2020

Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang

7,95

8,10 8,17

8,34 8,48

7,16 7,24

7,73 7,53

7,69

7,48

7,87 7,88

8,01 8,02

7,00

7,50

8,00

8,50

2016 2017 2018 2019 2020

Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang

II - 40

4. Pengeluaran Perkapita (Disesuaikan)

Pengeluaran penduduk bisa menjadi gambaran tingkat kemapanan

seseorang. Uang memiliki arti yang penting untuk memperluas pilihan,

terutama bagi penduduk miskin. Pengeluaran per kapita (disesuaikan)

penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 telah mencapai Rp11.966.000,00

per tahun.

Pengeluaran per kapita Kabupaten Semarang terus meningkat selama

tahun 2016-2019 dengan pertumbuhan sekitar 2,06% per tahun. Capaian

pengeluaran per kapita Kabupaten Semarang dalam kurun waktu Tahun

2016-2019 masih diatas capaian Nasional dan Provinsi Jawa Tengah

sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2021

Gambar 2.17. Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

Meskipun secara umum pengeluaran per kapita Kabupaten Semarang

sudah relatif baik jika dibandingkan dengan Nasional dan Provinsi Jawa

Tengah, namun pada Tahun 2020 capaian pengeluaran per kapita Kabupaten

Semarang sedikit mengalami penurunan disebabkan oleh adanya pandemi

Covid-19.

Pada Tahun 2020 pengeluaran per kapita mengalami kontraksi sebesar

1,24 persen. Hal ini mengafirmasi bahwa krisis global dan pandemi Covid-19

memberikan dampak pada perekonomian di Kabupaten Semarang, karena

diantara semua komponen IPM, komponen pengeluaran per kapita adalah

yang paling rentan terkena dampak krisis moneter dan pandemi Covid-19.

B. Ketenagakerjaan

Rasio penduduk yang bekerja merupakan perbandingan antara jumlah

penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dengan angkatan kerja. Rasio

ini menggambarkan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan

penyerapan tenaga kerja atau bisa disebut sebagai gambaran permintaan

tenaga kerja.

10.420

10.664

11.059 11.299

11.013

10.153 10.377

10.777

11.102 10.930

11.102

11.389

11.807

12.116 11.966

10.000

10.500

11.000

11.500

12.000

12.500

2016 2017 2018 2019 2020

Nasional Prov. Jateng Kab. Semarang

• • • •

II - 41

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang,2021

Gambar 2.18. Rasio Penduduk yang Bekerja Kabupaten Semarang Tahun

2016-2020

Rasio Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Semarang dalam kurun

waktu Tahun 2016-2019 cenderung mengalami peningkatan, hal ini

dikarenakan banyaknya pertumbuhan industri di Kabupaten Semarang baik

karena investasi baru maupun adanya relokasi perusahaan dari daerah lain

yang dapat menyerap tenaga kerja.

Namun demikian, rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten

Semarang pada Tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu

turun sebanyak 27,70% dibandingkan Tahun 2019. Hal ini dikarenakan

dampak dari pandemi Covid-19 yang mengakibatkan terhambatnya aktivitas

perekonomian membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan

kerugian, akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan

diberhentikan.

2.1.3.3 Fokus Seni Budaya, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Semarang memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya,

yang menjadi potensi wisata budaya di Kabupaten Semarang. Demikian pula

dengan kondisi bonus demografi yang tengah dialami oleh Kabupaten

Semarang menjadi potensi yang cukup prospektif untuk pembangunan

kepemudaan dan olahraga.

A. Kebudayaan

Kabupaten Semarang mempunyai potensi yang cukup besar dibidang

kebudayaan. Hal ini ditunjukkan dengan beragamnya seni dan budaya yang

berkembang di Kabupaten Semarang seperti upacara adat/merti deso, benda

cagar budaya dan kesenian tradisional. Keragaman seni dan budaya tersebut

merupakan kekayaan daerah yang perlu terus dikembangkan dan dilestarikan

dimasa yang akan datang. Selain sebagai upaya pelestarian, juga agar bisa

menjadi daya tarik wisata baik bagi wisatawan asing maupun domestik.

Animo masyarakat Kabupaten Semarang untuk mengembangkan

kesenian di daerah sangat baik. Kondisi ini tercermin dari capaian jumlah

70,4 70,52 71,4 74,03

46,33

35

45

55

65

75

85

2016 2017 2018 2019 2020

• • • • •

II - 42

grup kesenian di Kabupaten Semarang terus meningkat dari tahun ke tahun,

hal tersebut dikarenakan adanya sinergi antara pemerintah Kabupaten

Semarang, pamong budaya dan masyarakat sehingga meningkatkan minat

masyarakat untuk mendirikan, melegalkan dan mengembangkan grup

kesenian yang berkualitas di Kabupaten Semarang sebagaimana diilustrasikan

pada grafik berikut :

Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.19. Jumlah Grup Kesenian di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Meningkatnya aktivitas seni dan budaya di Kabupaten Semarang masih

perlu didukung dengan penyediaan fasilitas yang memadai sebagai sarana

pembinaan dan aktualisasi untuk penyelenggaraan event/pertunjukan seni

dan budaya. Hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Semarang baru memiliki

sebanyak 5 (lima) unit gedung/fasilitas untuk mewadahi pertunjukan seni dan

budaya di Kabupaten Semarang, yaitu : gedung kesenian (bangunan eks

kecamatan Ambarawa), Gedung Pemuda, Gedung Pandanaran, GOR

Pandanaran dan Museum Pandanaran.

Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.20. Jumlah Gedung Kesenian di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Selain memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia diatas, dalam

penyelenggaraan pertunjukan seni dan budaya, masyarakat Kabupaten

Semarang juga memanfaatkan fasilitas lainnya lapangan, gedung–gedung

serba guna dan taman–taman yang ada di Kabupaten Semarang sebagai

wadah mengekspresikan kegiatan seni dan budaya.

2.716 2.792

3.852 3.906 3.926

2.500

2.750

3.000

3.250

3.500

3.750

4.000

2016 2017 2018 2019 2020

3 3 3

5 5

-

1

2

3

4

5

6

2016 2017 2018 2019 2020

2020 2019 2018 2017 2016 10

15

20

25

30

35

40 ~ ~ ~6 .> - 40

- .> 30.77 - --

45

II - 43

B. Pemuda dan Olahraga

1. Persentase Organisasi Pemuda Berprestasi

Pemuda merupakan garda terdepan dalam proses perjuangan,

pembaruan dan pembangunan bangsa. Peran strategis pemuda yang

tergabung dalam organisasi-organisasi kepemudaan masih terus diharapkan,

sehingga perlu mendorong organisasi pemuda agar berprestasi.

Capaian organisasi pemuda berprestasi di Kabupaten Semarang dalam

kurun waktu Tahun 2016-2020 sudah secara umum menunjukkan kemajuan

yang cukup baik. Pada kinerja awal Tahun 2016, capaian organisasi pemuda

berprestasi di Kabupaten Semarang sebesar 38,46%. Capaian tersebut sempat

mengalami penurunan pada periode Tahun 2017-2018 dan kemudian kembali

meningkat dalam kurun waktu Tahun 2019-2020, sebagaimana dapat dilihat

pada grafik berikut :

Sumber: LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016-2020 (diolah)

Gambar 2.21. Persentase Organisasi Pemuda Berprestasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Adapun secara khusus pada Tahun 2020, capaian organisasi pemuda

berprestasi di Kabupaten Semarang sebesar 40%. Dari total sejumlah 30

Organisasi Kepemudaan (OKP) pada Tahun 2020, terdapat sebanyak 12 OKP

berprestasi atau mencapai 40%. Memperhatikan capaian tersebut, maka perlu

adanya upaya pembinaan yang lebih intensif dan ekstensif lagi untuk

mendorong prestasi organisasi kepemudaan di Kabupaten Semarang sehingga

dapat semakin meningkat capaiannya dari tahun ke tahun.

2. Indeks Cabang Olahraga yang Berprestasi

Pembangunan bidang olahraga merupakan agenda yang strategis dan

efektif untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan membentuk

jatidiri bangsa yang kuat serta berkarakter. Oleh sebab itu peran pemerintah

diperlukan dalam memfasilitasi pembinaan olahraga bagi masyarakat.

Capaian indeks cabang olahraga yang berprestasi di Kabupaten

Semarang dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 sudah menunjukkan

kemajuan yang cukup baik. Pada kinerja awal Tahun 2016, capaian indeks

2020 2019

120

100

80

60

40 50

20

0 2016 2017 2018

II - 44

cabang olahraga yang berprestasi di Kabupaten Semarang sebesar 50%.

Meskipun sempat mengalami stagnasi di Tahun 2017, namun capaian indeks

cabang olahraga yang berprestasi di Kabupaten Semarang terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 100% pada Tahun 2020,

sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut :

Sumber: LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016-2020 (diolah)

Gambar 2.22. Indeks Cabang Olahraga yang Berprestasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

2.1.4 Aspek Pelayanan Umum

2.1.4.1 Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan dengan Pelayanan

Dasar

A. Pendidikan

Pendidikan merupakan aset sosial yang strategis guna meningkatkan

sumber daya manusia dalam pembangunan. Capaian kinerja penyelenggaraan

urusan pendidikan di Kabupaten Semarang secara umum sudah cukup baik.

Hal ini tercermin dari capaian sejumlah indikator urusan pendidikan di

Kabupaten Semarang sebagai berikut :

1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap

lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan

indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas

pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi APS

semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam

pendidikan.

Tabel 2.20. Angka Parsitipasi Sekolah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) 100 99,82 100,00 99,81 99,69

SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) 95,65 97,18 97,20 97,35 97,75 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

II - 45

APS penduduk Kabupaten Semarang jenjang pendidikan

SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Namun pada jenjang SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) sejak Tahun 2018

mengalami penurunan, hal ini bukan dikarenakan faktor ekonomi penduduk

yang bersangkutan melainkan karna faktor disabilitas, kenakalan anak dan

kemalasan anak dalam bersekolah.

Salah satu upaya yang tengah digiatkan oleh Pemerintah Kabupaten

Semarang untuk mengatasi hal ini adalah dengan melaksanakan program

sekolah inklusi. Hingga Tahun 2020 tercatat telah terdapat sejumlah 79

sekolah inklusi di Kabupaten Semarang yang terdiri dari 55 SD inklusi dan 24

SMP inklusi.

2. Fasilitas Pendidikan

Salah satu bentuk pelayanan pendidikan adalah penyediaan sekolah

atau ruang kelas kondisi baik sesuai standar. Persentase ruang kelas kondisi

baik sesuai standar di Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun 2020 telah

meningkat untuk semua jenjang pendidikan, yaitu PAUD/TK sebesar 99,81%,

SD/MI sebesar 95,33%, dan SMP/MTs sebesar 98,17%.

Tabel 2.21. Ruang Kelas Kondisi Baik di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

PAUD, TK 86,66 93,19 93,26 93,42 99,81

SD/MI 96,24 92,37 93,50 89,88 95,33

SMP/MTs 98,34 94,05 94,97 90,98 98,17 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

3. Angka Putus Sekolah (APTS)

Angka Putus Sekolah (APTS) menunjukkan tingkat putus sekolah pada

suatu jenjang pendidikan. Upaya penanganan APTS di Kabupaten Semarang

secara umum sudah cukup baik. Hal ini tercermin dari capaian APTS jenjang

SD/MI yang hingga Tahun 2020 tercapai sebesar 0,02%, dan jenjang

SMP/MTS sampai dengan Tahun 2020 tercapai sebesar 0,14%.

APTS dari semua jenjang pendidikan ini terus diupayakan untuk

ditekan dengan pemberian beasiswa miskin, beasiswa retrieval untuk anak

putus sekolah serta pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

untuk mewujudkan sekolah murah.

Tabel 2.22. Angka Putus Sekolah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) 0,08 0,03 0,1 0,03 0,02

SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) 0,17 0,34 0,20 0,13 0,14 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

II - 46

4. Angka Kelulusan (AL)

Angka Kelulusan (AL) adalah perbandingan antara jumlah siswa yang

lulus pada jenjang tertentu dengan jumlah peserta ujian pada jenjang

pendidikan tertentu yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. AL

digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa yang lulus, dari jenjang

pendidikan tertentu. Semakin tinggi nilainya, maka semakin baik, dan

idealnya sebesar 100% yang berarti semua siswa peserta ujian lulus

seluruhnya.

Angka Kelulusan SD/MI dan Angka Kelulusan SMP/MTs Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020 telah mencapai angka ideal 100%. Pencapaian

tersebut tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat yang

semakin tinggi serta adanya koordinasi yang baik antara sekolah, orang tua,

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga dan Kantor

Kementerian Agama Kabupaten Semarang.

Tabel 2.23. Angka Kelulusan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

SD/MI/Paket A (usia 7-12 tahun) 100 100 100 100 100

SMP/MTs/Paket B (13-15 tahun) 100 100 100 100 100 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

5. Angka Melanjutkan (AM)

Angka Melanjutkan (AM) digunakan untuk mengetahui banyaknya

lulusan yang dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau

daya tampung dari sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi nilainya, maka

semakin baik, dan idealnya sebesar 100%.

Selama Tahun 2016-2019 angka melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs

maupun angka melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMA/MA di Kabupaten

Semarang sudah cukup baik, dengan capaian rata-rata sebesar 93,78% untuk

tingkat SD/MI ke SMP/MTs atau dan sebesar 87,24% untuk tingkat SMP/MTs

ke SMA/SMA/MA.

Rata-rata peningkatan AM di Kabupaten Semarang mencapai sebesar

0,006 tiap tahun untuk jenjang SD/MI ke SMP/MTs. Sedangkan rata-rata

peningkatan AM SMP/MTs ke SMA/SMK/MA sebesar 0,040 tiap tahun.

Capaian AM di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa tingkat

kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sudah cukup baik.

Tabel 2.24. Angka Melanjutkan di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

SD/MI ke SMP/MTs 93,66 92,88 93,89 94,74 93,74

SMP/MTs ke SMA/MA/SMK 84,08 86,05 87,72 88,25 90,14 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

II - 47

6. Guru yang Berpendidikan S1/D-IV

Indikator ini merupakan penggambaran perbandingan antara guru

yang mempunyai ijazah minimal S1/D-IV dengan jumlah total seluruh guru

yang ada di Kabupaten Semarang. Indikator ini berguna untuk melihat

berapakah jumlah guru yang memenuhi kualifikasi. Tentunya guru yang

mempunyai kualifikasi pendidikan minimal S1/D-IV memiliki kompetensi

dalam memahami dan menyampaikan materi lebih baik. Semakin tinggi

pendidikan seorang guru tentunya berbanding lurus dengan kemampuan yang

dimiliki dalam mengajar.

Tabel 2.25. Guru Berpendidikan S1/D-IV di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

PAUD, TK/RA 66,80 76,13 75,67 77,59 73,49

SD/MI 88,22 91,06 90,82 92,09 94,00

SMP/MTs 92,02 93,50 94,91 92,10 94,20 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

Capaian guru berpendidikan S1/D-IV jenjang PAUD, TK/RA masih

belum optimal dikarenakan banyak guru PAUD, TK/RA baru yang belum

memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Adapun Capaian guru berpendidikan S1/D-IV

jenjang SD/MI dan SMP/MTs sudah cukup baik karena capaiannya sudah di

atas 90%.

Secara khusus pada jenjang SMP/MTs, kualitas pendidikan guru

minimal S1/D-IV masih perlu ditingkatkan dikarenakan beberapa guru MTs

dan SMP swasta baru yang berbasis keagamaan belum berkualifikasi S1/D-IV.

7. Angka Melek Huruf (AMH)

Angka Melek Huruf (AMH) diukur melalui proporsi penduduk yang

berusia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis. Untuk

perhitungan indeks pendidikan, batasan dipakai sesuai kesepakatan beberapa

negara. Batas maksimum untuk angka melek huruf adalah 100 sedangkan

batas minumum 0. Hal ini menggambarkan kondisi 100% atau semua

masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol mencerminkan

kondisi sebaliknya.

Berdasarkan indeks perhitungan pendidikan, AMH di Kabupaten

Semarang dalam periode Tahun 2016-2020 secara rerata telah mencapai

99,98% atau hampir mencapai 100%, yang artinya masyarakat di Kabupaten

Semarang hampir semua dapat membaca dan menulis. Adapun masih

terdapat sekitar 0,12% penduduk Kabupaten Semarang yang tidak mampu

membaca dan menulis.

Capaian AMH Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020

diilustrasikan sebagaimana pada grafik berikut :

II - 48

Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.23. Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

8. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase jumlah penduduk

yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu (berapapun

usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan

jenjang pendidikan tersebut.

APK jenjang pendidikan PAUD di Kabupaten Semarang pada durasi

Tahun 2016-2020 secara rerata mencapai 67,91%. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada

Pendidikan usia dini masih cukup kecil.

Adapun APK jenjang SD sederajat dan SMP sederajat di Kabupaten

Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 telah melampaui 100%. Hal ini

menunjukkan bahwa akses pelayanan pendidikan dasar di Kabupaten

Semarang sudah sangat baik, demikian pula halnya dengan kesadaran

masyarakat Kabupaten Semarang untuk menempuh pendidikan dasar sudah

sangat baik.

Capaian APK Kabupaten Semarang untuk jenjang pendidikan PAUD,

SD dan SMP sederajat pada durasi Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana

tabel berikut :

Tabel 2.26. Perkembangan APK di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (%)

JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

PAUD 64,28 64,85 62,57 69,35 78,51

SD/MI/Paket A 107,06 106,37 105,48 107,58 100,60

SMP/MTs/Paket B 97,53 102,3 100,47 103,19 100,20 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

99

99,5

100

2016 2017 2018 2019 2020

99,9

8

99,9

8

99,9

8

99,9

8

99,9

9

II - 49

9. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah

penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini merupakan

indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Nilai

maksimal APM adalah 100%.

Pada tahun 2017 terjadi perubahan metode perhitungan APM yang

diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pada tahun-tahun sebelumnya penghitungan APM dilakukan menggunakan

Laporan Individu Sekolah dengan teknik pembulatan ke atas untuk usia 6

tahun 6 bulan sampai dengan 6 tahun 11 bulan untuk SD dan usia 12 tahun

6 bulan sampai dengan 12 tahun 11 bulan untuk SMP, sehingga jumlah siswa

untuk pembilang lebih banyak. Mulai Tahun 2017 Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan memberlakukan metode perhitungan APM yang baru dimana

penghitungan APM dilakukan dengan menggunakan data dapodik yang tidak

menerapkan sistem pembulatan usia siswa.

APM jenjang pendidikan SD sederajat di Kabupaten Semarang pada

durasi Tahun 2016-2020 secara rerata mencapai 95,31%. Hal ini bermakna

bahwa terdapat sebesar 4,69% warga Kabupaten Semarang usia SD yang tidak

menempuh pendidikan SD sederajat di Kabupaten Semarang. Atau dengan

kata lain daya serap pendidikan SD sederajat Kabupaten Semarang terhadap

penduduk usia sekolah SD di Kabupaten Semarang masih belum optimal.

Adapun APM jenjang SMP sederajat di Kabupaten Semarang pada

durasi Tahun 2016-2020 secara rerata mencapai 77,54%. Hal ini bermakna

bahwa terdapat sebesar 22,46% warga Kabupaten Semarang usia SMP yang

tidak menempuh pendidikan SMP sederajat di Kabupaten Semarang. Atau

dengan kata lain daya serap pendidikan SMP sederajat Kabupaten Semarang

terhadap penduduk usia sekolah SMP di Kabupaten Semarang masih belum

optimal.

Capaian APM Kabupaten Semarang untuk jenjang pendidikan SD dan

SMP sederajat pada durasi Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana tabel

berikut :

Tabel 2.27. Perkembangan APM di Kabupaten Semarang Tahun 2016–2020 (%)

JENJANG PENDIDIKAN 2016 2017 2018 2019 2020

SD/MI/Paket A 95,18 93,02 93,36 97,48 95,31

SMP/MTs/Paket B 81,83 75,02 73,44 75,47 81,95 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2020

• • • • •

II - 50

B. Kesehatan

1. Prevalensi Gizi Kurang pada Balita dan Stunting

Salah satu komitmen bersama dalam Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) adalah anak bebas

gizi buruk. Jika gizi balita kurang maka akan berdampak dalam tumbuh

kembangnya nanti bahkan tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan

kematian.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.24. Prevalensi Gizi Kurang di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Capaian prevalensi gizi kurang pada balita di Kabupaten Semarang

selama periode Tahun 2016-2020 sudah cukup baik. Hanya saja pada Tahun

2020 terjadi lonjakan yang cukup tajam dari capaian Tahun 2019. Adanya

lonjakan ini dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan pelayanan

kesehatan balita tidak optimal. Pada 3 (tiga) bulan pertama pandemi Covid-19

(April-Juni), kegiatan posyandu ditunda pelaksanaannya dikarenakan untuk

menghindari terjadinya kerumunan yang berpotensi terjadinya penularan. Hal

ini berdampak tidak terpantaunya pertumbuhan balita dan berkurangnya

frekuensi pendampingan keluarga balita. Selain itu, kondisi sosial ekonomi

keluarga selama pandemi Covid-19 (PHK) menyebabkan berkurangnya daya

beli dan pemenuhan makanan sehingga berpengaruh pada pemberian

makanan pada balita. Kualitas dan kuantitas makanan yang belum sesuai

standar menyebabkan berat badan balita tidak naik.

Beberapa hal telah dilakukan untuk meningkatkan perbaikan gizi

balita salah satunya melalui sosialisasi, pelatihan dan pendampingan tentang

asupan gizi dan Pemberian Makanan Bagi Anak (PMBA) pada kader dan

masyarakat. Selain itu dilakukan pemantauan terhadap pertumbuhan balita

melalui posyandu yang dilaksanakan setiap bulan dengan menerapkan

protokol kesehatan dan/atau pemantauan tumbuh kembang rutin secara

mandiri. Untuk balita yang berisiko berat badan kurang dan balita yang berat

badannya tidak naik dilakukan pemantauan kesehatan dengan metode janji

3,20

2,92 2,90

3,12

3,93

2,5

3

3,5

4

4,5

2016 2017 2018 2019 2020

II - 51

temu dan kunjungan rumah.

Kondisi yang dihadapi Kabupaten Semarang ini sangat perlu untuk

ditangani mengingat pemenuhan gizi akan berpengaruh terhadap tumbuh

kembang seseorang. Orang yang mengalami kekurangan zat gizi berpeluang

besar mengalami hambatan dalam pertumbuhan, baik fisik maupun mental.

Secara lahiriah antara lain dapat terlihat dari ukuran tubuh di bawah rata-

rata ukuran tubuh normal (stunting), kurangnya kecerdasan dan berbagai

permasalahan akibat kurang gizi lainnya.

Secara khusus, penanganan stunting telah menjadi prioritas

pemerintah sejak Tahun 2018. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada

anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis

sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kondisi stunting pada Balita (usia 0-59 bulan) di Kabupaten Semarang

selama kurun waktu Tahun 2016-2020 angka prevalensinya cenderung

menurun yaitu 7,82% pada Tahun 2016 menjadi 5,31% pada Tahun 2020

sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.25. Prevalensi Stunting pada Balita Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Meskipun prevalensi stunting di Kabupaten Semarang mengalami

penurunan, namun apabila dilihat dari jumlah kasus Tahun 2020 masih

terdapat 3.817 kasus stunting (pendek dan sangat pendek). Kasus stunting di

Kabupaten Semarang antara lain disebabkan oleh kurangnya asupan gizi,

kurang maskimalnya 1.000 hari pertama kehidupan yang dimulai dari ibu

hamil sampai dengan anak usia bawah dua tahun (Baduta), dan kondisi sosial

ekonomi keluarga. Sehingga masih diperlukan intervensi program-program

terpadu untuk mengatasi stunting.

2. Rasio Posyandu Per Satuan Balita

Rasio Posyandu Per Satuan Balita di Kabupaten Semarang pada Tahun

2016-2020 berkisar antara 22-24%, telah memenuhi target dan sesuai dengan

7,82 7,91

6,14

5,36 5,31

5

6

7

8

9

2016 2017 2018 2019 2020

II - 52

standar nasional Kementerian Kesehatan, dimana standarnya adalah 12–50

posyandu per 1.000 balita.

Sumber: Dinas Kesehatan, RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo, RSUD dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.26. Rasio Posyandu Per Satuan Balita di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jumlah posyandu di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020

mencapai sebanyak 1.684 unit, meningkat dibandingkan Tahun 2019

sebanyak 1.669 unit. Berdasarkan rasio posyandu yang ada saat ini bisa

disimpulkan bahwa di Kabupaten Semarang setiap 23-24 posyandu melayani

1.000 balita atau satu posyandu melayani sekitar 41-42 balita. Capaian ini

telah memenuhi/sesuai dengan Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

Departemen Kesehatan RI Tahun 2006 dimana disebutkan bahwa dalam

pembentukan posyandu dimasyarakat satu posyandu melayani sekitar 80-100

balita. Jika dalam keadaan tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan

penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita lebih dari 100

orang, dapat dibentuk posyandu baru.

3. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan

Penduduk

Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan

salah satu kelompok sarana penunjang dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Terutama saat ini dimana Puskesmas menjadi garda

terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga semakin banyak

jumlah ketersediaannya, semakin memudahkan masyarakat dalam

menjangkau pelayanan kesehatan.

Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk Kabupaten

Semarang pada kurun waktu Tahun 2017-2020 sebesar 0,16 per 1.000

penduduk. Jumlah sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit di

Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun 2020 sebanyak 159 unit terdiri

dari Puskesmas sebanyak 26 unit, Pustu sebanyak 67 unit dan klinik

sebanyak 66 unit. Rasio tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan

22,50

22,80

23,10

23,40

23,70

2016 2017 2018 2019 2020

22,85 22,90 22,87

22,97

23,43

• • • •

II - 53

Kementerian Kesehatan, dimana rasio puskesmas, poklinik dan pustu per

satuan penduduk adalah 1 (satu) fasilitas kesehatan per 1.000 penduduk.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.27. Rasio Puskesemas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

4. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

Rasio rumah sakir per satuan penduduk adalah untuk mengukur

ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk (per 100.000

penduduk). Rasio rumah sakit di Kabupaten Semarang menurun disebabkan

selama lima tahun terakhir tidak terdapat penambahan jumlah rumah sakit,

sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.28. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Saat ini di Kabupaten Semarang terdapat 5 unit rumah sakit yang

terdiri dari 2 rumah sakit milik pemerintah yaitu RSUD dr. Gunawan

Mangunkusumo (RSUD Ambarawa) dan RSUD dr. Gondo Suwarno (RSUD

Ungaran) dan 3 Rumah Sakit swasta yaitu RSU Bina Kasih, RSU Ken Saras,

dan RSU Kusuma.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit disebutkan

0,33

0,16 0,16 0,16 0,16

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

2016 2017 2018 2019 2020

0,50

0,49 0,49

0,48 0,48

0,47

0,49

0,51

2016 2017 2018 2019 2020

II - 54

bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau Swasta.

Tabel 2.28. Rumah Sakit Menurut Pendiri, Klasifikasi dan Status Akreditasi di Kabupaten Semarang Tahun 2020

NO RUMAH SAKIT PENDIRI KLASIFIKASI STATUS

AKREDITASI

JUMLAH TEMPAT TIDUR

1 RSU dr. Gunawan Mangunkusumo, Ambarawa

Pemerintah Daerah RSU kelas C Paripurna 218

2 RSU dr. Gondo Suwarno, Ungaran

Pemerintah Daerah RSU kelas C Utama 187

3 RSU Ken Saras, Bergas Swasta RSU kelas C Paripurna 267

4 RSU Bina Kasih, Ambarawa

Swasta RSU kelas D Utama 59

5 RSU Kusuma, Ungaran Swasta RSU kelas D Perdana 64 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Jika dilihat dari ketersediaan tempat tidur, rasio tempat tidur rumah

sakit di Kabupaten Semarang Tahun 2020 sebesar 0,76 per 1.000 penduduk,

dimana sampai dengan Tahun 2020 baru tersedia 795 tempat tidur di 5 (lima)

rumah sakit sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020

sebanyak 1.042.817 jiwa, sehingga tempat tidur yang dibutuhkan sebanyak

1.043 unit agar dapat memenuhi standar Kementerian Kesehatan untuk

kesiapan akses layanan rujukan setiap Kabupaten/Kota yang mensyaratkan

perbandingan tempat tidur rumah sakit dibanding jumlah penduduk sebesar

1:1.000.

Adapun jika dilihat dari jumlah dan letak rumah sakit, masih terlihat

bahwa lokasi rumah sakit masih terkonsentrasi di wilayah utara dan tengah

Kabupaten Semarang. Oleh sebab itu, dengan memperhatikan luas wilayah

Kabupaten Semarang, maka perlu untuk semakin mendekatkan jangkauan

pelayanan rumah sakit kepada masyarakat yang salah satunya dapat

ditempuh melalui fasilitasi pendirian rumah sakit utamanya di wilayah selatan

Kabupaten Semarang.

5. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

Rasio dokter dihitung berdasarkan jumlah dokter umum dan dokter

spesialis yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) baik pada fasilitas pelayanan

kesehatan milik pemerintah, swasta, maupun praktik perorangan di

Kabupaten Semarang. Jumlah dokter Tahun 2020 di Kabupaten Semarang

sebanyak 471 orang terdiri dari 338 dokter umum dan 133 dokter spesialis.

Rasio dokter per satuan penduduk di Kabupaten Semarang hingga

Tahun 2020 sebesar 45,17 per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan

II - 55

bahwa 45-46 orang dokter melayani 100.000 penduduk atau 1 orang dokter

melayani 2.222 penduduk. Rasio tersebut sudah memenuhi standar yang

ditetapkan World Health Organization (WHO) dimana 1 orang dokter melayani

sebanyak-banyaknya 2.500 penduduk atau 40 orang dokter melayani 100.000

penduduk.

Tabel 2.29. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020

Rasio dokter per satuan penduduk

(per 100.000 penduduk) 39,18 58,30 62,11 33,92 45,17

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

6. Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk

Rasio tenaga medis dihitung berdasarkan jumlah dokter umum, dokter

spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang memiliki Surat Izin Praktik

(SIP) baik pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta,

maupun praktik perorangan di Kabupaten Semarang. Jumlah tenaga medis di

Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 tercatat sebanyak 547 orang terdiri

dari dokter sebanyak 338 orang, dokter spesialis sebanyak 133 orang, dokter

gigi sebanyak 5 orang dan dokter gigi spesialis sebanyak 71 orang.

Sampai dengan Tahun 2020 rasio tenaga medis di Kabupaten

Semarang tercatat sebesar 52,67 per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan

bahwa 52-53 orang tenaga medis melayani 100.000 penduduk atau 1 orang

tenaga medis melayani 1.887 penduduk. Rasio tersebut sudah memenuhi

standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO) dimana rasio ideal

tenaga dokter adalah 1 orang dokter melayani 2.500 penduduk (40 orang

dokter melayani 100.000 penduduk) dan 1 orang dokter gigi melayani 2.000

penduduk (50 orang dokter melayani 100.000 penduduk).

Tabel 2.30. Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk di

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020

Rasio tenaga medis per satuan penduduk

(per 100.000 penduduk) 45,04 67,62 72,47 41,77 52,45

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

7. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kabupaten Semarang

sudah memenuhi target yang ditetapkan, seluruh kasus komplikasi kebidanan

selama periode Tahun 2016-2020 dapat tertangani sesuai standard sehingga

capaiannya setiap tahun berhasil memenuhi target 100% sebagaimana dapat

dilihat pada grafik berikut :

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

100 90

80

70

60

so 40 30

20

10

0

II - 56

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.29. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Adapun secara khusus pada Tahun 2020, jumlah kasus komplikasi

kebidanan yang ditangani mencapai sebanyak 4.672 kasus, terdiri dari kasus

kegawatdaruratan kehamilan, persalinan dan nifas. Dari keseluruhan kasus

tersebut, semuanya dapat tertangani 100%. Keberhasilan pencapaian ini

dimungkinkan karena kegiatan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi sudah

berjalan dengan baik sehingga ibu hamil resiko tinggi tidak terlambat

ditangani.

Adapun permasalahan yang masih dihadapi dalam penanganan

cakupan komplikasi kebidanan adalah kurangnya pemahaman ibu hamil

untuk bersalin di Rumah Sakit PONEK, yaitu rumah sakit rujukan yang

memberikan pelayanan 24 jam untuk kegawatdaruratan ibu dan bayi.

8. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi

Capaian Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang

Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kabupaten Semarang sudah cukup baik.

Secara khusus, Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang

Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020

mencapai sebesar 99,99%, dengan jumlah persalinan oleh tenaga yang

berkompeten tahun 2020 sebanyak 14.397 dari 14.398 orang sasaran ibu

bersalin. Dalam pencapaian target, permasalahan yang dihadapi adalah

adanya ibu bersalin tanpa ditolong oleh tenaga kesehatan yang disebabkan

karena ibu tidak merasakan tanda-tanda persalinan.

9. akupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

UCI adalah keadaan telah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap

minimal 80% pada bayi usia 0-11 bulan disetiap desa/kelurahan. Seluruh

desa/kelurahan di Kabupaten Semarang yang berjumlah 208 desa dan 27

kelurahan selama Tahun 2016-2020 telah berhasil mencapai Cakupan

100 100 100 • UCI 100

Tahun 2019 Tahun 2018 Tahun 2017 Tahun 2016 0

20

40

60

80

100

120

II - 57

Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI), sehingga capaian UCI di

Kabupaten Semarang pada periode Tahun 2016-2020 berhasil tuntas 100%

setiap tahunnya sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut :

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.30. Cakupan UCI Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Tercapainya target desa/kelurahan UCI di Kabupaten Semarang

dikarenakan telah dimanfaatkannya Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

imunisasi sebagai alat untuk membantu memantau cakupan imunisasi per

desa/kelurahan setiap bulannya.

10. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan selama kurun waktu

Tahun 2016-2020 mencapai sebesar 100%, yang berarti seluruh balita gizi

buruk telah mendapat perawatan. Capaian tesebut didukung adanya kegiatan

pemantauan tumbuh kembang balita telah dilaksanakan dengan baik tiap

bulannya sehingga jika selama pemantauan terjadi penurunan berat badan 2

kali segera diketahui untuk dirujuk ke tenaga kesehatan dan segera dilakukan

intervensi berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan. Adapun di

masa pandemi Covid-19 pemantauan tumbuh kembang balita dilakukan

secara mandiri dan melalui janji temu dengan tenaga kesehatan.

Secara khusus, jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Semarang pada

Tahun 2020 tercatat sebanyak 76 balita. Jumlah tersebut terdiri dari balita

gizi buruk baru Tahun 2020 sebanyak 58 balita dan sisa balita gizi buruk

Tahun 2019 sebanyak 18 balita. Penambahan kasus baru diakibatkan adanya

perubahan perubahan sosial, ekonomi, sosial dan budaya yang menyebabkan

menurunnya asupan gizi. Sebaran kasus balita gizi buruk per kecamatan di

Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 dapat diilustrasikan melalui grafik

berikut :

II - 58

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.31. Kasus Balita Gizi Buruk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Semarang Tahun 2020

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa 5 Kecamatan dengan

jumlah kasus balita gizi buruk terbanyak adalah Kecamatan Ungaran Barat

sebanyak 10 kasus, Kecamatan Ungaran Timur sebanyak 8 kasus, Kecamatan

Tengaran sebanyak 7 kasus, Kecamatan Susukan sebanyak 6 kasus dan

Kecamatan Suruh sebanyak 6 kasus.

11. Cakupan Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat disebutkan bahwa

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif diwilayah

kerjanya. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan dan dalam

kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)

Puskesmas. Selain itu berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya

Puskesmas dapat dikategorikan menjadi Puskesmas non rawat inap dan

Puskesmas rawat inap.

Jumlah puskesmas di Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun

2020 sebanyak 26 puskesmas terdiri dari 11 Puskesmas Rawat Inap (PRI) dan

15 Puskesmas Non Rawat Inap (PNRI). Seluruh wilayah kecamatan di

Kabupaten Semarang telah memiliki setidak-tidaknya 1 unit puskesmas,

bahkan terdapat sebanyak 7 Kecamatan memiliki lebih dari 1 Puskesmas

sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.31. Puskesmas di Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan,

Kategori Penyelenggaraan dan Status Akreditasi Tahun 2020

NO KECAMATAN PUSKESMAS KATEGORI STATUS

AKREDITASI

1 Kecamatan Getasan 1. Puskesmas Getasan Rawat Inap Madya

2. Puskesmas Jetak Rawat Jalan Madya

2 Kecamatan Tengaran 3. Puskesmas Tengaran Rawat Inap Utama

3 Kecamatan Susukan 4. Puskesmas Susukan Rawat Inap Utama

10 8

7 6 6

5 5 5 5 4 4

3 2 2

1 1 1 1

II - 59

NO KECAMATAN PUSKESMAS KATEGORI STATUS

AKREDITASI

4 Kecamatan Kaliwungu 5. Puskesmas

Kaliwungu

Rawat Inap Madya

5 Kecamatan Suruh 6. Puskesmas Suruh Rawat Inap Paripurna

7. Puskesmas Dadapayam

Rawat Jalan Madya

6 Kecamatan Pabelan 8. Puskesmas Pabelan Rawat Inap Madya

9. Puskesmas Semowo Rawat Jalan Madya

7 Kecamatan Tuntang 10. Puskesmas Tuntang Rawat Jalan Dasar

11. Puskesmas Gedangan Rawat Jalan Madya

8 Kecamatan Banyubiru 12. Puskesmas

Banyubiru

Rawat Jalan Madya

9 Kecamatan Jambu 13. Puskesmas Jambu Rawat Jalan Madya

10 Kecamatan Sumowono 14. Puskesmas

Sumowono

Rawat Inap Paripurna

11 Kecamatan Ambarawa 15. Puskesmas

Ambarawa

Rawat Jalan Madya

12 Kecamatan Bandungan 16. Puskesmas Duren Rawat Jalan Madya

17. Puskesmas Jimbaran Rawat Jalan Dasar

13 Kecamatan Bawen 18. Puskesmas Bawen Rawat Jalan Dasar

14 Kecamatan Bringin 19. Puskesmas Bringin Rawat Inap Madya

15 Kecamatan Bancak 20. Puskesmas Bancak Rawat Inap Utama

16 Kecamatan Bergas 21. Puskesmas Bergas Rawat Inap Madya

17 Kecamatan Pringapus 22. Puskesmas Pringapus Rawat Inap Madya

18 Kecamatan Ungaran Barat

23. Puskesmas Ungaran Rawat Jalan Utama

24. Puskesmas Lerep Rawat Jalan Utama

19 Kecamatan Ungaran

Timur

25. Puskesmas Leyangan Rawat Jalan Madya

26. Puskesmas Kalongan Rawat Jalan Dasar Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

12. Cakupan Puskesmas Pembantu

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat disebutkan bahwa

Puskesmas Pembantu merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang

memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam

wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas Pembantu merupakan bagian integral

Puskesmas, yang harus dibina secara berkala oleh Puskesmas. Puskesmas

Pembantu didirikan dengan perbandingan 1 (satu) Puskesmas Pembantu

untuk melayani 2 (dua) sampai 3 (tiga) desa/kelurahan.

Cakupan puskesmas pembantu di Kabupaten Semarang hingga Tahun

2020 mencapai sebesar 28,51% dengan jumlah puskesmas pembantu

sebanyak 68 unit. Di Kabupaten Semarang tidak semua desa/kelurahan

terdapat puskesmas pembantu, namun masyarakat tetap dapat mengakses

pelayanan kesehatan dasar karena di desa/kelurahan juga terdapat Pos

Kesehatan Desa (PKD). Jumlah PKD Tahun 2020 sebanyak 160 unit yang

tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Semarang.

II - 60

13. Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

Tabel 2.32. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

1. BPJS Pasien 126.231 175.077 203.165 217.510 157.773

-PBI/ Penerima

Bantuan Iuran (Masy. Miskin)

Pasien 30.835 39.716 53.131 61.387 46.176

-Non PBI Pasien 95.396 135.361 150.034 156.123 111.597

2 Jamkesda Pasien 6.928 6.535 1.846 1.808 1.705 Sumber: Dinas Kesehatan, RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo, RSUD dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang, 2021

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Hal ini sebagai dampak adanya pandemi Covid-19 yang

menyebabkan adanya keengganan pasien untuk berkunjung/berobat ke

fasilitas kesehatan dan diberlakukan pembatasan kunjungan pasien baik

rawat inap maupun rawat jalan. Kebijakan tersebut sejalan dengan imbauan

dari Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Nomor

YR.03.03/III/III8/2020 yang menghimbau dokter dan tenaga kesehatan tidak

melakukan praktik rutin kecuali emergensi.

Himbauan tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan

Covid-19 kepada dokter dan tenaga kesehatan di rumah sakit, serta pasien

yang berkunjung ke rumah sakit. Salah satu isi dari himbauan tersebut

adalah rumah sakit menunda pelayanan selektif, dengan tetap memberikan

pelayanan yang bersifat gawat darurat dan membutuhkan perawatan segera

untuk penyakit-penyakit selain Covid-19. Sehingga masyarakat yang

berkunjung ke rumah sakit adalah mereka yang benar benar dalam kondisi

darurat.

14. Cakupan Pelayanan Vaksinasi Covid-19

Pelaksanaan vaksinasi Covid -19 bertujuan untuk memutus rantai

penularan penyakit dan menghentikan wabah/pandemi Covid -19. Pemberian

vaksin Covid -19 bermanfaat untuk memberi perlindungan bagi tubuh agar

tidak jatuh sakit akibat Covid -19 dengan cara menimbulkan atau

menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh melalui pemberian vaksin.

Program vaksinasi Covid-19 mulai dijalankan oleh pemerintah pada

awal Tahun 2021 sebagai salah satu upaya untuk memutus rantai penyebaran

infeksi dan menekan angka kasus Covid -19 yang masih relatif tinggi. Secara

khusus, proses vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Semarang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten Semarang secara bertahap dan berkelanjutan melalui

Satuan Tugas Covid-19, khususnya Dinas Kesehatan beserta jaringannya yang

bermitra dengan beberapa Rumah Sakit di wilayah Kabupaten Semarang.

II - 61

Pada Tahun 2021 Pemerintah Kabupaten Semarang menargetkan

vaksinasi Covid-19 untuk 623.943 jiwa penduduk atau mencakup 59,83% dari

total penduduk Kabupaten Semarang yang jumlahnya mencapai 1.042.817

jiwa.

Hingga akhir Juni 2021, jumlah penduduk Kabupaten Semarang yang

sudah terlayani vaksinasi Covid-19 sebanyak 135.681 jiwa atau mencapai

21,75% dari total target yang telah ditetapkan.

Sesuai instruksi dari Pemerintah Pusat, dalam pelaksanaan vaksinasi

Covid-19, telah ditentukan 3 (tiga) kelompok masyarakat yang menjadi

target/sasaran prioritas pemberian vaksinasi Covid-19, yaitu : masyarakat

lanjut usia (lansia), tenaga kesehatan, dan SDM pelayanan publik yang terlibat

secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil pendataan dari Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten

Semarang, telah ditetapkan jumlah sasaran prioritas vaksinasi Covid-19 di

Kabupaten Semarang sejumlah 157.483 orang yang terdiri dari lansia

sejumlah 80.943 orang, petugas pelayanan publik sejumlah 72.553 orang, dan

tenaga kesehatan sejumlah 3.987 orang.

Hingga Bulan Juni 2021, rata-rata cakupan vaksinasi Covid-19 pada

ketiga kelompok masyarakat diatas tercatat baru mencapai 47,61% dari

targetnya. Pada pelaksanaan tahap pertama, cakupan rata-rata vaksinasi

Covid-19 dosis pertama mencapai sebesar 61,98%, yang terdiri dari lansia

sebesar 67,14%, petugas pelayanan publik sebesar 53,15% dan tenaga

kesehatan sebesar 118,11%.

Sementara pada pelaksanaan tahap ke-dua, cakupan rata-rata

vaksinasi Covid-19 dosis ke-dua mencapai sebesar 33,23% yang terdiri dari

lansia sebesar 42,84%, petugas pelayanan publik sebesar 17,91% dan tenaga

kesehatan sebesar 116,70%.

Realisasi vaksinasi tenaga kesehatan dapat mencapai lebih dari 100%

dikarenakan Pemerintah Kabupaten Semarang meningkatkan jangkauan

pelayanan vaksinasi Covid-19 untuk para tenaga kesehatan pada fasilitas

kesehatan swasta yang belum masuk database/belum terdata dalam Aplikasi

Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) Kementerian

Kesehatan.

Rincian cakupan vaksinasi Covid-19 pada ketiga kelompok sasaran

prioritas di Kabupaten Semarang sampai dengan akhir Bulan Juni Tahun

2021 dapat dilihat pada grafik berikut :

Tenaga Kesehatan --- 3987 4653 4709 - 12996

Petugas Pelayanan Publlk

72553

Lansla

80943

• Rcalisasl Vakslnasi Dosis Kc-dua (Orang) • Rcalisasl Vaksinasl Dosls Pcrtama (Orang) • Tarsc t ( Or ans)

II - 62

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021 (diolah)

Gambar 2.32. Realisasi Pelayanan Vaksinasi Covid-19 Bagi Kelompok

Sasaran Prioritas di Kabupaten Semarang Tahun 2021 (Berdasarkan data hingga per 30 Juni 2021)

15. Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan

Sejak Tahun 2014, Pemerintah Indonesia telah merintis jalan menuju

UHC (Universal Health Coverage)/cakupan kesehatan semesta melalui

pencanangan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat

(JKN-KIS). Hal ini merupakan lompatan besar yang luar biasa untuk

menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Harapan

dan cita-cita mewujudkan keadilan dalam memperoleh akses dan jaminan

pelayanan kesehatan semakin lekat di depan mata karena adanya komitmen

yang kuat dari Pemerintah.

Untuk mewujudkan UHC/cakupan kesehatan semesta melalui JKN-

KIS, Pemerintah menetapkan target sebesar 95% dari jumlah penduduk harus

terlayani Program JKN-KIS yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2019-2024.

Pemerintah Kabupaten Semarang turut berkomitmen mendukung

kebijakan UHC/cakupan kesehatan semesta melalui upaya peningkatan

kepersertaan JKN-KIS yang ditargetkan mencapai 95% dari total populasi

penduduk Kabupaten Semarang.

Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan Kantor Cabang Ungaran, dapat

diketahui bahwa sampai dengan Semester I Tahun 2021, cakupan kepesertaan

JKN-KIS di Kabupaten Semarang baru mencapai 78,69% dari total populasi

penduduk. Meskipun capaiannya masih cukup jauh dari target UHC/cakupan

kesehatan semesta yang ditetapkan sebesar 95%, namun cakupan

kepesertaan JKN-KIS di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun

2016-2020 relatif meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun

sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

400,000

• Bukan Pekerja

• PBPU BP PEMDA

• Penerima Bantuan luran - APBN

• Pekerja Bukan Penerima Upah (Mandiri)

• Pekerja Penerima Upah

2020

350,000 300,000 250,000

2019 2018

200,000 150,000 100,000 50,000 0

2021 2017 2016

Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Tahun 2021

78.69% 77.23% 78.30% 76.67%

61.96% 66.37%

II - 63

Sumber: BPJS Kesehatan Kantor Cabang Ungaran, 2021 (diolah)

Gambar 2.33. Perkembangan Capaian Kepesertaan JKN-KIS Menuju Kabupaten Semarang UHC 95% Tahun 2016-2021

Hingga Bulan Juni Tahun 2021, cakupan jumlah kepesertaan JKN-KIS

di Kabupaten Semarang tercatat sudah mencapai sebanyak 820.6255 jiwa dari

total sebanyak 1.042.817 jiwa penduduk, yang terdiri dari : Pekerja Penerima

Upah sebanyak 345.988 jiwa, Penerima Bukan Penerima Upah (PBPU) Pemda

sebanyak 84.542 jiwa, Penerima Bantuan Iuran-APBN sebanyak 262.237 jiwa,

Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Mandiri sebanyak 10.456 jiwa, dan

Bukan Pekerja sebanyak 22.879 jiwa.

Perkembangan jumlah kepesertaaan JKN-KIS di Kabupaten Semarang

dalam rangka mewujudkan Kabupaten Semarang UHC 95% selama kurun

waktu Tahun 2016 hingga akhir Bulan Juni Tahun 2021 dapat dilihat pada

grafik berikut :

Sumber: BPJS Kesehatan Kantor Cabang Ungaran, 2021 (diolah)

Gambar 2.34. Perkembangan Capaian Kepesertaan JKN-KIS Menuju Kabupaten Semarang UHC 95% Tahun 2016-2021

• • • • •

II - 64

16. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi

usia 0-11 bulan dari setiap 1.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun tertentu

atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum

mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

Kematian bayi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi bayi selama

dalam kandungan yang menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah, kelainan

konginetal pada bayi, dan komplikasi kehamilan.

AKB merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan

derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat

sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan

sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang

dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit

penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat

AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang

sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah

khususnya di bidang kesehatan.

AKB Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 mengalami

fluktuasi sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.35. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa perkembangan AKB

Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 secara umum sudah

cukup baik, yang ditunjukkan dengan penurunan AKB pada Tahun 2016

sebesar 11,15 per 1.000 KH menjadi 8,35 per 1.000 KH pada Tahun 2020.

Namun demikian, apabila dibandingkan dengan capaian Tahun 2019

terjadi peningkatan AKB di Tahun 2020, hal ini dikarenakan: (1) Pandemi

Covid-19 yang menyebabkan meningkatnya kasus Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) dikarenakan kecemasan ibu dimasa pandemi Covid-19 yang

mengakibatkan kehamilan kurang bulan dan kondisi sosial ekonomi keluarga

11,15

7,6 7,13

7,42

8,35

6

8

10

12

2016 2017 2018 2019 2020

• • • • •

II - 65

sehingga mempengaruhi asupan makanan ibu hamil; dan (2) Asfiksia sehingga

bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup saat lahir, salah satu

penanganan asfiksia antara lain dengan alat bantu pernafasan (Continous

Positive Airway Pressure/CPAP) sedangkan ketersediaan alat CPAP di rumah

sakit terbatas, sehingga pelayanan kegawatdaruratan neonatal belum optimal.

17. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) menggambarkan jumlah kematian

anak usia di bawah 5 tahun (0-59 bulan) selama satu tahun tertentu per

1.000 KH. Kematian balita dapat disebabkan antara lain oleh kurangnya

asupan gizi, sanitasi yang tidak sehat, penyakit menular, dan rendahnya

pemberian imunisasi pada balita.

AKABA Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 secara umum

menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun sebagaimana

diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.36. Angka Kematian Balita di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa perkembangan

AKABA Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020

menunjukkan penurunan dari 12,41 per 1.000 KH pada Tahun 2016 menjadi

8,20 per 1.000 KH pada Tahun 2019. Namun demikian, pada Tahun 2020

mengalami peningkatan menjadi 9,04 per 1.000 KH. Peningkatan tersebut

dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pelayanan

kesehatan balita di posyandu, puskesmas dan rumah sakit tidak rutin

dilaksanakan sehingga berpengaruh terhadap pemantauan kesehatan balita

khususnya yang berpenyakit bawaan dan bayi risiko tinggi akibatnya penyakit

tersebut semakin berat.

18. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan banyaknya ibu yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan

atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)

12,41

8,8 8,38 8,2

9,04

8

10

12

14

2016 2017 2018 2019 2020

• • • • •

II - 66

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah

melahirkan). AKI Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020

mengalami fluktuasi sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.37. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Melalui grafik di atas terlihat bahwa perkembangan AKI di Kabupaten

Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2018 menunjukkan penurunan

yaitu 103,39 per 100.000 KH pada Tahun 2016 menjadi 51,47 per 100.000 KH

pada Tahun 2018. Namun demikian, pada Tahun 2019 mengalami

peningkatan menjadi 70,71 per 100.000 KH dan kembali meningkat tajam

pada Tahun 2020 menjadi sebesar 173,94 per 100.000 KH. Penyebab

peningkatan AKI pada Tahun 2020 adalah: (1) Di masa pandemi Covid-19

terdapat kematian ibu disebabkan terpapar virus Covid-19; (2) Adanya kasus

ibu hamil dengan komorbid berat; dan (3) pemahaman ibu hamil untuk

bersalin di Rumah Sakit PONEK masih kurang.

Capaian AKI Kabupaten Semarang tersebut mengindikasikan bahwa

diperlukan adanya pengembangan program peningkatan kesehatan

reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang

aman bebas risiko tinggi, dan perlunya meningkatkan cakupan proses

kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan.

C. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik

Jalan di Kabupaten Semarang berdasarkan atas status kewenangan

pengelolaannya sebagaimana berikut:

Tabel 2.33. Status dan Kewenangan Jalan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

STATUS JALAN SAT 2016 2017 2018 2019 2020

Jalan Nasional Km 54,750 54,750 54,750 54,750 54,750

Jalan Provinsi Km 82,510 82,510 82,510 82,510 82,510

Jalan Kabupaten Km 733,620 733,620 733,620 733,620 733,620

Jalan Poros/Antar

Desa

Km 715,000 715,000 687,685 687,685 715,966

Jumlah Km 1.585,880 1.585,880 1.558,565 1.558,565 1.586,846 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021

103,39 111,83

51,47 70,71

173,94

40

80

120

160

200

2016 2017 2018 2019 2020

II - 67

Panjang jalan di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 mencapai

1.586,846 km. Secara khusus terjadi penambahan Panjang jalan yang cukup

signifikan di Tahun 2020 dikarenakan terdapat penambahan jalan

poros/antar desa berdasarkan Keputusan Bupati Semarang Nomor

620/0286/2020 tentang Penetapan Ruas Jalan Antar Desa di Kabupaten

Semarang.

Untuk mengidentifikasi kualitas jalan di Kabupaten Semarang dapat

diketahui melalui pengukuran proporsi panjang jaringan jalan kabupaten

dalam kondisi baik. Sampai dengan Tahun 2019, total panjang jalan

kabupaten dalam kondisi baik di Kabupaten Semarang mencapai 592,32 km

atau proporsinya sebesar 80,74% dari total panjang jalan kabupaten di

Kabupaten Semarang yang mencapai 733,62 km.

Pada Tahun 2020 panjang jalan kabupaten dalam kondisi jalan baik di

Kabupaten Semarang mengalami penurunan menjadi 581,08 km, atau

proporsinya sebesar 79,20%. Adanya penurunan tersebut diantaranya

diakibatkan kondisi tanah yang sebagian labil menyebabkan banyaknya badan

jalan yang mengalami kerusakan baik kerusakan amblas, lubang karena

genangan air maupun longsor. Di samping itu, adanya refocussing anggaran

untuk penanganan Covid-19 di Tahun 2020 menyebabkan berkurangnya

alokasi anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan di Kabupaten

Semarang.

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.38. Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Persen)

2. Persentase Luas Irigasi dalam Kondisi Baik

Jumlah Daerah Irigasi (DI) Kabupaten Semarang sesuai Permen PUPR

Nomor 14/M/PRT/2015 adalah 666 (DI). Panjang saluran irigasi di Kabupaten

Semarang mencapai 1.162.421 meter yang terdiri dari saluran primer dan

74,82 75,56

77,46

80,74

79,2

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

II - 68

saluran sekunder sepanjang 866.184 meter serta saluran tersier sepanjang

296.237 meter. Saluran irigasi primer dan sekunder ditangani oleh DPU,

sedangkan saluran irigasi tersier ditangani oleh Dinas Pertanian, Perikanan

dan Pangan.

Pada Tahun 2020 sudah dilakukan peningkatan, rehabilitasi, dan

pemeliharaan jaringan irigasi sebanyak 115 DI. Peningkatan tersebut

berdampak pada meningkatnya luas irigasi dalam kondisi baik di Kabupaten

Semarang pada Tahun 2020 menjadi seluas 19.140 Ha (58,89%).

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.39. Perkembangan Luas Irigasi Dalam Kondisi Baik di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Persen)

3. Persentase Penduduk berakses Air Minum Aman

Air bersih dan sanitasi merupakan target Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (TPB) keenam dengan target 100%. Sampai dengan Tahun

2020, penduduk Kabupaten Semarang berakses air minum aman sebesar

97,98%, meningkat sebesar 0,32% dari capaian Tahun 2019 yang sebesar

97,66%. Capaian ini meskipun berhasil meningkat dari Tahun 2019, namun

belum dapat memenuhi target disebabkan karena di beberapa wilayah sulit

ditemukan sumber air, baik air permukaan maupun air dalam sehingga

apabila ingin membangun sarana air minum di daerah tersebut membutuhkan

pendanaan besar yang sulit untuk dipenuhi melalui anggaran APBD

Kabupaten Semarang.

4. Persentase Penduduk Berakses Sanitasi Sehat

Sanitasi juga merupakan target TPB keenam dengan target penduduk

berakses sanitasi sehat sebesar 100%. Hingga Tahun 2020, akses penduduk

Kabupaten Semarang terhadap sanitasi sehat telah berhasil mencapai 100 %.

5. Dokumen Tata Ruang yang Disahkan

Kegiatan penataan ruang mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan

dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pola ruang dan struktur ruang

51,44 58,40

62,32 61,20 58,89

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

II - 69

Kabupaten Semarang memerlukan pembenahan secara matang dan

menyeluruh agar mampu mendukung perkembangan kehidupan masyarakat.

Hal tersebut perlu diatur dalam paraturan derah tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW).

Sampai dengan Tahun 2021, Kabupaten Semarang baru memiliki 1

(satu) dokumen tata ruang berupa dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031. Dokumen tersebut masih

dalam proses revisi sejak Tahun 2016 dan saat ini masih direviu oleh

Kementerian ATR. Belum selesainya proses revisi dokumen RTRW Kabupaten

Semarang diantaranya disebabkan oleh:

a. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang yang berdampak pada perlunya

dilakukan penyesuaian atas substansi revisi RTRW Kabupaten Semarang;

dan

b. Terbitnya Peraturan Menteri ATR Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota

menyebabkan perlunya penyesuaian terhadap dokumen-dokumen yang

telah disusun berdasarkan peraturan sebelumnya.

D. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

1. Luas Lingkungan Permukiman Kumuh

Luas lingkungan permukiman kumuh di Kabupaten Semarang kurun

waktu 2016-2020 terus menurun, yaitu dari 347,89 Ha pada Tahun 2016

menjadi 18,74 Ha pada Tahun 2020. Capaian tersebut belum mencapai target

Tahun 2020 sebesar 0 Ha, dikarenakan:

a. Beberapa kawasan kumuh yang ada dalam SK permukiman kumuh berada

dalam wilayah desa, sehingga secara Pemerintah Kabupaten tidak dapat

melakukan intervensi penanganan secara langsung pada wilayah tersebut.

b. Pelaksanaan penanganan kawasan kumuh saat ini masih mengandalkan

pada anggaran Pemerintah Pusat melalui program KOTAKU.

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.40. Luas Lingkungan Permukiman Kumuh di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

0 100 200 300 400

2016

2017

2018

2019

2020

347,89

228,13

129,97

125,82

18,74

II - 70

2. Rasio Rumah Layak Huni

Jumlah rumah layak huni di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020

mencapai sebanyak 206.324 unit dari jumlah total rumah sebanyak 267.708

unit, atau rasionya mencapai 0,770. Rasio rumah layak huni di Kabupaten

Semarang terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, yaitu

dari 0,751 Tahun 2016 menjadi 0,770 Tahun 2020.

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.41. Rasio Rumah Layak Huni di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Salah satu strategi untuk meningkatkan capaian rasio rumah layak

huni di Kabupaten Semarang adalah melalui pemugaran/rehabilitasi Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi Rumah Layak Huni yang ditangani oleh

beberapa instansi, baik pusat, provinsi, kabupaten, maupun melalui bantuan

dari pihak ke-tiga (CSR) dengan capaian sebagai berikut :

Tabel 2.34. Penanganan Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO TAHUN

PENANGANAN RTLH

JUMLAH APBN APBD PROV APBD KAB

PIHAK KE TIGA

(CSR)

1 2016 537 0 420 0 957

2 2017 1.178 603 773 3 2.557

3 2018 1.739 624 951 0 3.314

4 2019 1.230 654 1.235 105 3.224

5 2020 1.050 303 1.000 5 2.358 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021

3. Persentase panjang jalan yang terpasang PJU

Persentase panjang jalan yang terpasang PJU di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan. Panjang jalan yang sudah

terpasang Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah sepanjang 278,41 km. Pada

Tahun 2020 tidak ada penambahan dari tahun 2019, dikarenakan pada tahun

2020 anggaran difokuskan untuk pemeliharaan rutin PJU dan pembayaran

rekening listrik sebagai dampak dari refocusing anggaran penanganan Covid-

19.

0,751

0,760 0,760

0,770 0,770

0,75

0,76

0,77

0,78

2016 2017 2018 2019 2020

II - 71

4. Rasio Elektrifikasi

Rasio elektrifikasi merupakan tingkat perbandingan jumlah penduduk

yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah.

Berdasarkan data dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, sampai dengan

Tahun 2020, rasio elektrifikasi di Kabupaten Semarang telah berhasil

mencapai 100%.

E. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat

1. Persentase Penurunan Pelanggaran Peraturan Daerah

Rata-rata penurunan pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten

Semarang pada Tahun 2016-2020 mencapai sebesar 61,53%. Penurunan

pelanggaran peraturan daerah di Kabupaten Semarang dilakukan dengan

mengedepankan upaya preventif sehingga timbul kesadaran hukum oleh

masyarakat. Tindakan represif baru dilakukan apabila upaya preventif tidak

direspond oleh masyarakat.

Penurunan pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten Semarang

pada dasarnya merupakan hasil dari kebijakan dan komitmen untuk

melakukan penertiban dan penutupan pada sejumlah usaha yang melanggar

Peraturan Daerah.

Cakupan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah

adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang

melalui jajaran Perangkat Daerah terkait untuk menyelesaikan kasus-kasus

pelanggaran Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang dilakukan

oleh warga masyarakat, badan hukum maupun aparat pemerintah. Baik

pelanggaran yang dilaporkan oleh masyarakat maupun yang dipantau oleh

anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten

Semarang.

Capaian Cakupan Penegakan Perda dan Perkada di Kabupaten

Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 secara rata-rata mencapai sebesar

98,2% dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya.

Tabel 2.35. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Penurunan Pelanggaran Peraturan

Daerah

% 122,59 50,00 44,88 45,10 45,17

Cakupan Penegakan

Perda dan Perkada % 97,00 97,40 98,00 99,27 99,31

Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021 *LKjIP Kabupaten Semarang Tahun 2016

**LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016

II - 72

2. Persentase Penurunan Pelanggaran Trantibum

Persentase penurunan pelanggaran trantibum di Kabupaten Semarang

pada durasi Tahun 2016-2020 secara rata-rata mencapai sebesar 6,71%,

dengan kecenderungan selalu meningkat dari tahun ke tahun-tahun.

Sementara tingkat penyelesaian pelanggaran trantibum yang

direpresentasikan melalui tingkat penyelesaian pelanggaran K3 pada durasi

Tahun 2016-2020 secara rata-rata mencapai sebesar 94,92% juga dengan

kecenderungan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Capaian penurunan

dan penyelesaian pelanggaran trantibum di Kabupaten Semarang selama

Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.36. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran Ketentraman dan

Ketertiban Umum di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Penurunan

Pelanggaran Trantibum % 0,1* 9,20 7,59 8,20 8,46

Tingkat Penyelesaian

Pelanggaran K3 %

81,60** 96,47 97,30 99,50 99,77

Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021 *LKjIP Kabupaten Semarang Tahun 2016 **LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016

Melalui tabel dapat terlihat bahwa baik persentase penurunan

pelanggaran trantibum maupun tingkat penyelesaian pelanggaran K3

(ketertiban, ketentraman dan keindahan) di Kabupaten Semarang dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir terus meningkat. Hal ini tidak terlepas dari

upaya pendekatan humanis tanpa menimbulkan kekerasan, sehingga muncul

empati dan kesadaran dalam upaya penyelesaian masalah secara

kekeluargaan, musyawarah mufakat dan penuh kesadaran.

Keberhasilan capaian ini juga didukung dengan adanya peningkatan

intensitas patroli dan jangkauan patroli Satpol PP dan Damkar yang

meningkat bukan berarti menghambat capaian penyelesaian pelanggaran K3,

sehingga kasus-kasus pelanggaran K3 di Kabupaten Semarang dapat

terpantau secara lebih intensif.

3. Tingkat Waktu Tanggap (Respone Time Rate) Daerah Layanan

Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

Tingkat waktu tanggap daerah layanan WMK adalah pelayanan

pemadam kebakaran pada saat tanggap darurat yang efektif, bereaksi cepat

dan tepat tiba dilokasi kejadian kebakaran untuk pengurangan resiko

kebakaran dengan waktu minimal yang diperlukan, dimulai saat menerima

informasi dari warga/penduduk sampai tiba di tempat kejadian kabakaran

yang langsung melakukan tindakan pemadaman api, penyelamatan jiwa dan

harta benda dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) menit tingkat waktu

II - 73

tanggap kebakaran pada pemukiman, bangunan gedung, pabrik/industri dan

tidak lebih dari 60 (enam puluh) menit tingkat waktu tanggap kebakaran pada

kawasan hutan dan lahan dengan jumlah kejadian kebakaran di WMK.

Tabel 2.37. Tingkat waktu tanggap (Respons Time Rate) Daerah Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Tingkat waktu tanggap (Response Time Rate) daerah

layanan WMK

% 88,24 94,10 97,03 96,75 77,78

Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021

Rata-rata capaian tingkat waktu tanggap (response time rate) Daerah

Layanan WMK di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-

2020 sebesar 90,78%. Terjadi penurunan capaian tingkat waktu tanggap

(response time rate) Daerah Layanan WMK yang cukup signifikan pada durasi

Tahun 2019-2020 dikarenakan usia kendaraan pemadam kebakaran yang

dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Semarang sudah tergolong tua sehingga

menghambat operasional kendaraan dalam proses menuju ke tempat kejadian

kebakaran.

Adapun hingga Tahun 2020 Pemerintah Kabupaten Semarang tercatat

hanya terdapat sebanyak 5 (lima) unit mobil pemadam kebakaran untuk

melayani seluruh wilayah Kabupaten Semarang, sehingga terjadi ketimpangan

antara luas wilayah dibandingkan dengan jumlah armada mobil pemadam

kebakaran yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Semarang.

4. Cakupan Rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas)

Satuan perlindungan masyarakat yang selanjutnya disebut Satuan

Linmas adalah warga masyarakat yang disiapkan dan dibekali pengetahuan

serta keterampilan untuk membantu pelaksanaan kegiatan penanganan

bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat bencana serta ikut

membantu memelihara keamanan, tetentraman, ketertiban masyarakat dan

kegiatan sosial kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2010 tentang Ketentraman dan

Perlindungan Masyarakat Dalam Rangka Penegakan Hak Asasai Manusia.

Rasio petugas linmas adalah jumlah satuan perlindungan masyarakat

pada tingkat RT atau sebutan lainnya yang bertugas membantu pelayanan

kegiatan penanganan bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat

bencana serta ikut membantu memelihara keamanan, ketentraman, ketertiban

masyarakat dan kegiatan sosial masyarakat.

Rata-rata capaian indikator cakupan rasio petugas linmas di

Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 mencapai 1,13. Capaian ini

bermakna bahwa setiap RT memiliki personil Linmas sebanyak 1,13 orang,

Tahun 2020 Tahun 2019 Tahun 2018 Tahun 2017 Tahun 2016

1~""=~====================="8~==============~~~:;r~_,a.;2~...,..,. ~ ge; - 8~2

180

160

140

120

100 80

60

40

20

0

II - 74

atau apabila dibulatkan menjadi 1 orang Linmas per RT. Capaian ini sesuai

dengan target Standar Pelayanan Minimal yang mengamanatkan rasio petugas

linmas di kabupaten/kota sebesar adalah sejumlah 1 orang setiap RT.

Tabel 2.38. Cakupan Rasio Petugas Linmas di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Cakupan Rasio Petugas Linmas % 1,34 1,08 1,06 1,08 1,09

Sumber: Satpol PP dan Damkar Kabupaten Semarang, 2021

F. Sosial

1. Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan

Bantuan

Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2021, LKjIP Kabupaten Semarang Tahun 2016

Gambar 2.42. Persentase Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan

pada durasi Tahun 2016-2020 bersifat fluktuatif. Pada durasi Tahun 2016-

2017 capaian Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan

Bantuan sempat mengalami penurunan yang tajam dikarenakan di Tahun

2017 sudah secara efektif diberlakukan kebijakan pembatasan pemberian

bantuan hanya bagi Lembaga yang berbadan hukum berdasarkan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan

Anggaran dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017.

Sementara pada durasi Tahun 2017-2019, capaian Jumlah Lembaga

Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan meningkat secara

konsisten dari tahun ke tahun. Adapun pada Tahun 2020 capaian Jumlah

Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Mendapatkan Bantuan mengalami

penurunan dari capaian Tahun 2019 yang disebabkan sejumlah lembaga tidak

dapat melengkapi persyaratan pencairan hibah berupa izin operasional/tanda

daftar LPQ dari Kementerian Agama Kabupaten Semarang.

II - 75

2. Persentase Penurunan Tingkat Penyandang Masalah Sosial

Capaian persentase penurunan tingkat penyandang masalah sosial di

Kabupaten Semarang selama durasi Tahun 2016-2020 bersifat fluktuatif.

Meskipun demikian dalam tiga tahun terakhir capaiannya terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana diilustrasikan pada grafik

berikut :

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.43. Persentase Penurunan Tingkat Penyandang Masalah Sosial Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Secara khusus, peningkatan capaian persentase penurunan tingkat

penyandang masalah sosial di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020

disebabkan adanya kenaikan pelayanan Jaring Pengaman Sosial (JPS) kepada

korban bencana non alam/sosial akibat dampak Covid-19. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya sinergi kebijakan pemerintah dalam penanganan

PMKS menunjukkan hasil positif.

Namun demikian, ke depan masih terdapat tantangan dalam

pengentasan PMKS yaitu meningkatkan kesadaran PMKS untuk dapat hidup

mandiri dan merubah pola pikir untuk tidak menggantungkan hidupnya pada

bantuan orang lain/pemerintah.

3. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Tabel 2.39. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Penanganan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial % 138,64* 46,34 94,81 93,28 116,81

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Semarang, 2021

*LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016

Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di

Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020 cenderung meningkat

dari tahun ke tahun. Pada durasi Tahun 2016-2017 sempat mengalami

penurunan signifikan disebabkan amanat ketentuan regulasi dari Pemerintah

0,93

4,94

3,20 3,57 3,62

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

2016 2017 2018 2019 2020

._J •

LJ •

II - 76

Pusat mulai ketat memberlakukan pemanfaatan Basis Data Terpadu (BDT)

Kemiskinan/Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai syarat utama

pemberian bantuan bagi PMKS, khususnya bagi penduduk miskin.

Meskipun demikian, capaian Penanganan PMKS di Kabupaten

Semarang kembali meningkat secara konsisten dari Tahun 2017 hingga Tahun

2020. Keberhasilan peningkatan tersebut merupakan hasil dari serangkaian

kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Semarang, yaitu

diantaranya berupa: (1) peningkatan pemberdayaan potensi sumber

kesejahteraan sosial (pilar-pilar kesejahteraan sosial) dalam memecahkan

permasalahan sosial; (2) peran dunia usaha melalui Corporate Social

Responsibility (CSR); dan (3) orientasi bantuan sosial telah dimanfaatkan

secara ekonomi produktif untuk menuju kemandirian.

2.1.4.2 Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan dengan

Pelayanan Dasar

A. Tenaga Kerja

1. Cakupan Tenaga Kerja yang Terampil

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.44. Cakupan Tenaga Kerja Terampil Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Cakupan tenaga kerja yang terampil di Kabupaten Semarang selama

durasi Tahun 2016-2020 terus meningkat. Hal ini merupakan upaya

pemerintah Kabupaten Semarang untuk merespon tuntutan kebutuhan

tenaga terampil seiring dengan banyaknya pertumbuhan industri di

Kabupaten Semarang.

2. Pencari Kerja yang Ditempatkan

Tabel 2.40. Pencari Kerja yang Ditempatkan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Indikator Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Pencari Kerja yang Ditempatkan % 76,34 76,33 72,11 72,44 89,89 Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang, 2021

Pencari kerja yang ditempatkan di Kabupaten Semarang dalam durasi

Tahun 2016-2020 bersifat fluktuatif. Pada Tahun 2016-2018 capaian Pencari

3,59 3,65 4,28

7,85

9,26

3

5

7

9

11

2016 2017 2018 2019 2020

II - 77

kerja yang ditempatkan di Kabupaten Semarang semakin menurun dari tahun

ke tahun. Namun demikian pada Tahun 2019 capaiannya mulai meningkat

hingga Tahun 2020.

Secara khusus pada Tahun 2020 tercatat jumlah pencari kerja yang

mendaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang sebanyak 2.542 orang

dan telah ditempatkan sebanyak 2.285 orang, yang terdiri dari 1.460 orang

Antar Kerja Lokal (AKL), 55 Antar Kerja Antar Negara (AKAN), dan 770 Bursa

Kerja Khusus (BKK).

Peningkatan pencari kerja yang ditempatkan di Kabupaten Semarang

dikarenakan adanya berbagai pelayanan pemerintah untuk pendaftaran dan

penempatan tenaga kerja, yaitu diantaranya melalui : (1) loket pelayanan

Dinas Tenaga Kerja, (2) Aplikasi e-makaryo Kementerian Tenaga Kerja, dan (3)

Optimalisasi pemantauan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK.

3. Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Tabel 2.41. Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Indikator Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Keselamatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja % 76,39 78,04 80,00 82,94 83,97

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Semarang, 2021

Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang

selama periode Tahun 2016-2020 semakin meningkat dari semula pada Tahun

2016 sebesar 76,39% menjadi sebesar 83,97% pada Tahun 2020. Adanya

peningkatan ini dikarenakan jumlah perusahaan di Kabupaten Semarang yang

telah menerapkan K3 semakin meningkat seiring dengan semakin

meningkatnya pertumbuhan perusahaan di Kabupaten Semarang.

Dalam rangka meningkatkan penerapan K3 pada perusahaan,

Pemerintah Kabupaten Semarang telah melaksanakan penyuluhan K3 yang

diperkuat dengan adanya langsung dari Satuan Kerja Pengawas Provinsi Jawa

Tengah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

B. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

1. Kesetaraan Gender

Kesetaraan Gender pada dasarnya adalah kesamaan kondisi bagi laki-

laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan sebagai manusia agar

mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial,

budaya, dan keamanan nasional, serta kesamaan hak untuk menikmati hasil

pembangunan di segala bidang.

- - .....,._

II - 78

Kesetaraan gender penting untuk diwujudkan karena menjadi salah

satu agenda global yang telah disepakati dalam Sustainable Development

Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs/TPB), yaitu pada tujuan

ke-5 : Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan

dan anak perempuan.

Pencapaian kesetaraan gender bukanlah kinerja satu sektoral saja,

namun merupakan kinerja aggregatif dari seluruh lintas sektor yang terkait.

Oleh sebab itu untuk merealisasikannya diperlukan dukungan keterpaduan

program lintas sektoral yang saling terintegrasi dan saling bersinergi baik

secara internal pemerintahan maupun dengan melibatkan pihak eksternal

pemerintahan.

Untuk mengawal terwujudnya kesetaraan gender, Pemerintah

Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun

2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional

sebagai satu rangkaian strategi untuk mewujudkan kesetaraan gender secara

terpadu baik secara lintas sektoral pemerintah maupun dengan melibatkan

kerjasama dengan pihak eksternal Pemerintah. Berdasarkan Inpres tersebut

dijelaskan definisi Pengarusutamaan Gender (PUG), yaitu adalah strategi yang

dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional.

Secara garis besar upaya perwujudan kesetaraan gender dalam

pembangunan di Kabupaten Semarang belum menunjukkan efektivitas yang

cukup baik. Kondisi ini tergambar dari capaian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Kabupaten Semarang secara terpilah gender dalam kurun waktu 4

(empat) tahun terakhir (Tahun 2017-2020) menunjukkan

ketimpangan/kesenjangan gender yang cenderung meningkat dari tahun ke

tahun sebagaimana dapat dilihat pada grafik/diagram berikut:

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)

Gambar 2.45. Data Terpilah Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020

72,31

72,62

73,17

73,12

74,95

75,37

75,9

75,87

2,64

2,75

2,73

2,75

2,58

2,6

2,62

2,64

2,66

2,68

2,7

2,72

2,74

2,76

70 71 72 73 74 75 76 77

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Laki-Laki

Perempuan

Ketimpangan Gender

- - _._

II - 79

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa ketimpangan gender

antara perempuan dan laki-laki di Kabupaten Semarang dalam pembangunan

relatif meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa

perempuan di Kabupaten Semarang relatif inferior daripada laki-laki didalam

memperoleh akses untuk berpartisipasi maupun menikmati hasil

pembangunan di Kabupaten Semarang.

Untuk mengetahui kondisi kesetaraan gender dalam pembangunan di

Kabupaten Semarang secara lebih detail, perlu dilakukan analisis data pilah

gender secara lebih mendalam pada 4 (empat) variabel pembentuk/komposit

IPM Kabupaten Semarang sebagai berikut :

a. Harapan Lama Sekolah (Tahun)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)

Gambar 2.46. Data Terpilah Harapan Lama Sekolah Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi

ketimpangan Harapan Lama Sekolah antara penduduk perempuan dan laki-

laki di Kabupaten Semarang, dimana Harapan Lama Sekolah penduduk laki-

laki di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk perempuan.

Hal ini mengindikasikan masih terdapat kesenjangan akses bagi

penduduk perempuan untuk mengenyam pendidikan formal hingga

waktu/jenjang tertentu di Kabupaten Semarang meskipun nilai

ketimpangannya tidak signifikan.

Adapun pola ketimpangan Harapan Lama Sekolah antara penduduk

laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang sudah relatif semakin baik

setiap tahunnya karena capaiannya relatif menurun dari tahun ke tahun.

12,84

12,85

12,94

12,97

13,09

13,1

13,11

13,12

0,25 0,25

0,17

0,15

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

12,7 12,8 12,9 13 13,1 13,2

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Laki-Laki

Perempuan

Ketimpangan Gender

- - -&-

- - -&-

II - 80

b. Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)

Gambar 2.47. Data Terpilah Rata-Rata Lama Sekolah Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi

ketimpangan Rata-Rata Lama Sekolah antara penduduk perempuan dan laki-

laki di Kabupaten Semarang, dimana Rata-Rata Lama Sekolah penduduk laki-

laki di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk perempuan.

Hal ini mengindikasikan masih terdapat kesenjangan akses bagi

penduduk perempuan untuk mengenyam pendidikan formal di Kabupaten

Semarang meskipun nilai ketimpangannya tidak signifikan.

Adapun pola ketimpangan Rata-Rata Lama Sekolah antara penduduk

laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang sudah relatif semakin baik

setiap tahunnya karena capaiannya relatif menurun dari tahun ke tahun.

c. Usia Harapan Hidup (Tahun)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)

Gambar 2.48. Data Terpilah Usia Harapan Hidup Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020

7,43

7,44

7,62

7,63

8,35

8,36

8,44

8,45 0,92 0,92

0,82 0,82

0,76

0,78

0,8

0,82

0,84

0,86

0,88

0,9

0,92

0,94

6,5 7 7,5 8 8,5 9

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Laki-Laki

Perempuan

Ketimpangan Gender

77,46

77,51

77,52

77,61

73,71

73,76

73,78

73,93

-3,75 -3,75

-3,74

-3,68

-3,76

-3,74

-3,72

-3,7

-3,68

-3,66

-3,64

71 72 73 74 75 76 77 78

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Laki-Laki

Perempuan

Ketimpangan Gender

- - -A-

II - 81

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi

ketimpangan Usia Harapan Hidup antara penduduk perempuan dan laki-laki

di Kabupaten Semarang, dimana Usia Harapan Hidup penduduk perempuan

di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk laki-laki.

Hal ini mengindikasikan kualitas hidup penduduk perempuan di

Kabupaten Semarang lebih baik daripada penduduk laki-laki. Adapun pola

ketimpangan Usia Harapan Hidup antara penduduk laki-laki dan perempuan

di Kabupaten Semarang yang bernilai negatif sudah relatif semakin baik setiap

tahunnya karena capaiannya relatif meningkat dari tahun ke tahun.

d. Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan (Ribu Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (diolah)

Gambar 2.49. Data Terpilah Pengeluaran per Kapita Berdasarkan Gender di Kabupaten Semarang Tahun 2017-2020

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa masih terjadi

ketimpangan Pengeluaran per Kapita antara penduduk perempuan dan laki-

laki di Kabupaten Semarang, dimana Pengeluaran per Kapita penduduk laki-

laki di Kabupaten Semarang lebih tinggi daripada penduduk perempuan.

Hal ini mengindikasikan masih terdapat kesenjangan akses yang cukup

signifikan bagi penduduk perempuan untuk mendapatkan mata pencaharian

yang layak di Kabupaten Semarang.

Adapun pola ketimpangan Pengeluaran per Kapita antara penduduk

laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang semakin tinggi setiap

tahunnya karena capaiannya selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Melalui serangkaian analisis pada keempat variabel komposit/

pembentuk IPM di atas, dapat diketahui bahwasanya secara mutlak masih

terjadi ketimpangan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam

dalam proses pembangunan di Kabupaten Semarang, dikarenakan dari empat

11340

11645

11892

11733

12050

12508

13031

12882

710

863

1139 1149

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

10000 10500 11000 11500 12000 12500 13000 13500

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Laki-Laki

Perempuan

Ketimpangan Gender

LJ • L_IA

II - 82

variabel komposit IPM, hanya terdapat 1 (satu) variabel yang menunjukkan

adanya capaian yang lebih baik bagi penduduk perempuan.

Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan di Kabupaten Semarang

relatif inferior daripada laki-laki didalam memperoleh akses untuk

berpartisipasi maupun menikmati hasil pembangunan di Kabupaten

Semarang.

2. Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indikator yang

digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan dasar pembangunan

manusia yang sama seperti dimensi dan variabel IPM, namun dengan

memperhatikan ketimpangan pencapaian laki-laki dan perempuan.

Keberadaan IPG sejalan dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(TPB/SDG’s) kelima “Kesetaraan Gender” dan kesepuluh “Berkurangnya

Ketidaksetaraan”.

IPG Kabupaten Semarang kurun waktu 2016-2020 cenderung

meningkat dan lebih tinggi dibandingkan IPG Jawa Tengah dan Nasional.

Kondisi yang demikian ini mengindikasikan bahwa kesenjangan pembangunan

antara laki-laki dan perempuan di Kabupaten Semarang semakin kecil.

Sumber: BPS, 2021

Gambar 2.50. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

3. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang

mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik.

Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup

partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta

penguasaan sumber daya ekonomi.

95,52

96,48 96,35 96,4 96,38

92,21 91,94 91,95 91,89

92,18

91,03 90,96 90,99 91,07 91,06

90

91

92

93

94

95

96

97

2015 2017 2018 2019 2020

Kab. Semarang Prov. Jateng Nasional

2016

...,..._ Kabupaten Semarang -Jawa Tengah -Nasional

2020 2019 2018 2017 2015

---------====::::;~~ 71.74 ----"""'G

I-----------< 75.12.J • 78

76 .JJr 75.49 • 74 l?4.80

72 +-70.83

70

68

66

II - 83

Tabel 2.42. Partisipasi Perempuan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN SAT 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase partisipasi dalam lembaga legislatif (kuota)

% 66,00 66,00 74,07 60,00 60,00

Persentase perempuan dalam jabatan

eselon

% 5,44 6,43 6,45 5,79 6,78

Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021

Selama kurun waktu Tahun 2014-2018 IDG Kabupaten Semarang

cenderung meningkat, namun di Tahun 2019 mengalami penurunan yang

disebabkan menurunnya partisipasi perempuan dalam lembaga legislatif dan

dalam jabatan eselon.

Capaian IDG Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 masih lebih

rendah daripada capaian IDG nasional. Meskipun demikian, capaian IDG

Kabupaten Semarang Tahun 2020 masih di atas Provinsi Jawa Tengah.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2020 Ket: 2016 hanya level provinsi

Gambar 2.51. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2014-2019

4. Persentase Pemenuhan Fasilitas Umum Untuk Anak

Tabel 2.43. Persentase Pemenuhan Fasilitas Umum untuk Anak di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Pemenuhan Fasilitas Umum

untuk Anak % 8,93 13,19 15,32 19,57 23,83

Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021

Persentase pemenuhan fasilitas umum untuk anak di Kabupaten

Semarang dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 terus mengalami

peningkatan. Secara khusus, fasilitas umum untuk anak di Kabupaten

Semarang pada Tahun 2020 dapat terpenuhi sebesar 23,83% yang tersebar di

235 desa/kelurahan di Kabupaten Semarang.

Fasilitas umum untuk anak yang telah disediakan di Kabupaten

Semarang antara lain: fasilitas tempat ibadah, tempat bermain, pojok bacaan

masyarakat dan pusat kreatifitas masyarakat.

• • • • •

II - 84

Dalam memenuhi fasilitas tersebut Pemerintah melakukan strategi

advokasi untuk membangun komitmen kepada setiap Desa/Kelurahan

terhadap pentingnya fasilitas untuk anak, salah satunya dengan cara

pemanfaatan anggaran desa/kelurahan untuk memenuhi pengadaan fasilitas

umum anak.

5. Penurunan Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Rasio KDRT adalah jumlah kasus KDRT yang dilaporkan selama

periode 1 (satu) tahun per kepala keluarga (KK). Penurunan rasio KDRT

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 cenderung stagnan, yaitu berkisar di

angka 0,020 sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut:

Sumber: Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.52. Penurunan Rasio KDRT Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020

Secara khusus pada Tahun 2020 penurunan rasio KDRT yang terjadi di

Kabupaten Semarang mencapai sebesar 0,015. Penurunan rasio KDRT pada

Tahun 2020 menunjukkan semakin meningkatnya ketahanan keluarga di

Kabupaten Semarang sehingga dapat mencegah terjadinya kasus/kejadian

KDRT dalam keluarga.

C. Pangan

1. Ketahanan Pangan

Ketahanan Pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya pangan

bagi suatu wilayah/daerah sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik secara jumlah maupun mutunya, aman,

beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,

dan produktif secara berkelanjutan.

Dalam rangka mengetahui tingkat ketahanan pangan suatu wilayah

beserta faktor-faktor pendukungnya, telah dikembangkan suatu sistem

penilaian dalam bentuk Indeks Ketahanan Pangan (IKP) yang mengacu pada

definisi ketahanan pangan dan subsistem yang membentuk sistem ketahanan

pangan. IKP tersebut dihtitung dan disusun oleh Kementerian Pertanian yang

0,016

0,02 0,02 0,02

0,015

2016 2017 2018 2019 2020

87 86.69 18

16 86

14 85

2 12

~ 84 10 ~ - lndeks Ketahanan Pangan

J!! t (IKP)

z 83 8 ~Peringkat IKP

6 82

4 81 2

80 0 2018 2019 2020

II - 85

nilainya ditentukan melalui penyesuaian dari indeks yang telah ada

berdasarkan ketersediaan data tingkat kabupaten/kota dan provinsi yang

mencakup tiga aspek ketahanan pangan, yaitu : ketersediaan pangan,

keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan.

Kondisi ketahanan pangan di Kabupaten Semarang dapat

dikategorikan sangat baik. Hal ini terlihat dari nilai/skor IKP Kabupaten

Semarang dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir (Tahun 2018-2020),

nilainya selalu mencapai di atas skor 75,68 yang merupakan batas minimal

kategori sangat baik, dengan rata-rata capaian per tahun sebesar 85,10.

Ditinjau dari aspek keunggulan komparatif, capaian nilai/skor IKP

Kabupaten Semarang juga sudah menunjukkan keunggulan komparatif yang

cukup tinggi, dimana dalam kurun waktu Tahun 2018-2020 capaian

nilai/skor IKP Kabupaten Semarang selalu berada pada kisaran ranking 20

besar dari 416 Kabupaten se-Indonesia.

Perkembangan capaian IKP Kabupaten Semarang dalam kurun waktu

Tahun 2018-2020 selengkapnya dapat diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2019-2021 (diolah)

Gambar 2.53. Perkembangan Capaian Indeks Ketahanan Pangan (IKP)

Kabupaten Semarang Tahun 2018-2020

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui kondisi ketahanan pangan

di Kabupaten Semarang secara capaian maupun secara keunggulan

komparatif dapat dinilai sudah baik. Hal ini mengindikasikan bahwa

Kabupaten Semarang masuk dalam kategori sebagai daerah/wilayah sentra

pangan. Yaitu daerah/wilayah yang tidak tergantung pada supply pangan dari

wilayah lain untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.

2. Ketersediaan Pangan Utama

Tabel 2.44. Ketersediaan Pangan Utama dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

1. Ketersediaan Pangan

Utama Kg/Kap/Th 271,22 257,30 228,56 234,24 251,91

Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan, 2021

II - 86

Ketersediaan pangan merupakan salah satu sub sistem utama dalam

sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan

yang tersedia di suatu wilayah. Kabupaten Semarang merupakan salah satu

kabupaten yang berperan dalam menjaga ketersediaan pangan di Jawa

Tengah.

Ketersediaan Pangan Utama di Kabupaten Semarang pada periode

Tahun 2016-2020 menurun dari 271,22 kg/kap/th pada Tahun 2016 menjadi

251,91 kg/kap/th pada Tahun 2020. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa

di Kabupaten Semarang mengalami penurunan produksi/produktivitas pada

sektor pertanian.

Terjadinya penurunan produksi/produktivitas pada sektor pertanian

perlu direspond dengan segera oleh Pemerintah, terlebih saat ini dengan

adanya situasi pandemi Covid-19 telah menyebabkan disrupsi pada sektor

ekonomi karena sebagian masyarakat kehilangan mata pencahariannya.

Oleh sebab itu, guna memastikan seluruh masyarakat, terutama

masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 dan masyarakat prasejahtera,

agar dapat tetap mengakses komoditas pangan dengan harga terjangkau,

maka ketersediaan pasokan yang cukup perlu jadi fokus pemerintah.

3. Pola Pangan Harapan (PPH)

Tabel 2.45. Ketersediaan Pangan Utama dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

1. Pola Pangan Harapan Skor 84,60 85,00 85,60 93,60 93,80 Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan, 2021

PPH merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai jumlah

dan komposisi pangan yang dikonsumsi masyarakat. PPH biasanya digunakan

untuk mengetahui konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah.

Peningkatan mutu gizi konsumsi pangan penduduk Kabupaten

Semarang yang diindikasikan dengan skor mutu gizi pangan PPH setiap

tahunnya meningkat. Realisasi skor PPH Tahun 2020 adalah 93,80,

mengalami kenaikan sebanyak 0,20 point dibanding tahun 2019 yang realisasi

skor PPH sebesar 93,60.

Adanya kenaikan PPH di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa

situasi konsumsi pangan yang ada di masyarakat Kabupaten Semarang

berdasarkan bahan pangan, mutu dan keseimbangan gizi lebih baik dan lebih

variatif.

Dengan kata lain konsumsi masyarakat sudah tidak lagi didominasi

dari sumber karbohidrat saja terutama beras. Skor PPH akan meningkat lebih

tinggi lagi jika pangan yang dikonsumsi masyarakat mencakup unsur

karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam porsi yang seimbang.

II - 87

D. Pertanahan

Pembagian Urusan Pertanahan yang menjadi urusan pemerintah

daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007. Urusan itu

antara lain : izin lokasi, pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sengketa

tanah garapan, ganti rugi, penetapan subyek obyek redistribusi tanah, tanah

ulayat, pemanfaatan tanah kosong, izin membuka tanah, dan penggunaan

tanah.

Di Kabupaten Semarang, kebijakan pertanahan diarahkan pada

peningkatan tertib administrasi pertanahan dan pemecahan masalah-masalah

atau konflik pertanahan. Sejalan dengan kebijakan tersebut, Pemerintah

Kabupaten Semarang bekerja sama dengan Kantor ATR/BPN Kabupaten

Semarang memfasilitasi pelaksanaan program PTSL (Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap) secara serentak di sejumlah wilayah Kecamatan di

Kabupaten Semarang.

Melalui fasilitasi pelaksanaan program PTSL tersebut, dari total

sebanyak 815.000 bidang di Kabupaten Semarang yang telah bersertifikat

mencapai 508.693 bidang atau mencapai sebesar 62,41%. Capaian ini

meningkat dari Tahun 2019 yang capaiannya sebesar 58,56%.

Adapun tanah milik Pemerintah Daerah sampai dengan Tahun 2020

tercatat sebanyak 5.171 bidang. Dari jumlah tersebut yang telah bersertifikat

hingga Tahun 2020 mencapai sebanyak 644 bidang.

E. Lingkungan Hidup

1. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan target Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (TPB/SDGs) pada Aksi ke-13 : “Aksi iklim” dan Aksi ke-15 :

“Kehidupan di Darat”. RTH di Kabupaten Semarang sesuai dengan yang

tercantum dalam RTRW adalah 30% dari luas perkotaan atau 2.100 Ha, yang

tersebar di 6 wilayah perkotaan, yaitu: Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan

Ungaran Timur, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Bergas

dan Kecamatan Jambu.

Dalam rangka untuk mewujudkan ketersediaan RTH yang

berkelanjutan, Pemerintah Kabupaten Semarang terus berupaya untuk

meningkatkan ketersediaan RTH yang ditunjukkan oleh terus meningkatnya

luasan RTH selama lima tahun terakhir, yaitu dari 529,52 Ha Tahun 2016

meningkat menjadi 543,50 Ha Tahun 2020 sebagaimana diuraikan/drinci

pada tabel berikut :

II - 88

Tabel 2.46. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ha 529,52 530,21 541,90 543,50 543,50 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, 2021

2. Persentase Penanganan Sampah

Persentase penanganan sampah dipengaruhi oleh produksi sampah

yang dihasilkan oleh masyarakat di suatu daerah/wilayah serta sampah yang

ditangani di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Persentase penanganan sampah

di Kabupaten Semarang mengalami kenaikan setiap tahun dari Tahun 2016

sebesar 14,62% menjadi 32,53% pada Tahun 2020 sebagaimana dirinci pada

tabel berikut :

Tabel 2.47. Persentase Penanganan Sampah di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Penanganan Sampah % 14,62 20,55 24,34 29,40 32,53 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kaupaten Semarang, 2021

Permasalahan persampahan tidak terlepas dari semakin meningkatnya

pertumbuhan penduduk yang berpotensi meningkatkan produksi sampah

sehingga pada akhirnya dapat berdampak memperbesar volume timbulan

sampah. Sejalan dengan hal tersebut, di Kabupaten Semarang tercatat bahwa

volume sampah semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga semakin

membebani kapasitas TPA Blondo yang semakin terbatas sebagaimana

diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 2.48. Volume Sampah Terangkut ke TPA Blondo Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020

TAHUN VOLUME

(TON)

KENAIKAN/PENURUNAN

TON %

2016 33.871 -1.196 -3,41

2017 37.721 3.850 11,37

2018 45.643 7.922 21,00

2019 55.122 9.479 20,77

2020 61.774 6.652 12,07 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, 2021, diolah

Volume sampah yang terus meningkat di Kabupaten Semarang

menyebabkan TPA Blondo melampaui kapasitasnya. Semakin meningkatnya

sampah di Kabupaten Semarang antara lain disebabkan karena masih

rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah yang ada di

Kabupaten Semarang serta tidak adanya pemilahan sampah dalam proses

pengangkutan sampah baik menuju ke TPS maupun TPA.

Upaya antisipatif yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Semarang dalam penanganan sampah antara lain melalui peningkatan kerja

sama dengan berbagai pihak dalam penanganan sampah dan

menumbuhkembangkan Lembaga Bank Sampah oleh masyarakat agar dapat

II - 89

ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah tuntas di tempat.

Dalam hal ini melalui adanya Bank Sampah, masyarakat diharapkan

dapat memilah dan mengolah sampah secara mandiri dengan menerapkan

prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Namun demikian upaya tersebut

masih belum cukup optimal dan perlu pengembangan lebih lanjut agar dapat

semakin mengefektifkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat guna

mengurangi beban TPA Blondo.

3. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk

Rasio TPS per satuan penduduk di Kabupaten Semarang mengalami

peningkatan selama kurun waktu Tahun 2016-2020 dengan capaian 0,77%

pada Tahun 2016 menjadi 0,93% pada Tahun 2020 sebagaimana dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.49. Rasio TPS Per Satuan Penduduk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN SAT PERKEMBANGAN PERTAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah TPS Unit 143 157 157 157 160

Daya Tampung TPS M³ 774 876 943 943 980

Jumlah Penduduk Jiwa 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817

Rasio Daya Tampung TPS terhadap jumlah

penduduk

% 0,77 0,87 0,92 0,92 0,93

Sistem Pengolahan

Persampahan

Control

Landfill

Control

Landfill

Control

Landfill

Control

Landfill

Control

Landfill

Proyeksi Batas

Waktu Penggunaan

TPA

Tahun 2 2 2 2 1

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, 2021

Rasio TPS per satuan penduduk dipengaruhi oleh jumlah TPS

terbangun dan perkembangan jumlah penduduk. Pada prakteknya laju

pembangunan TPS di Kabupaten Semarang tidak sebanding dengan volume

sampah yang semakin meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk

di Kabupaten Semarang. Meskipun sudah diupayakan penambahan jumlah

kontainer sampah sebagai solusi kurangnya jumlah TPS di seluruh wilayah

Kabupaten Semarang, namun upaya tersebut masih belum dapat menjawab

permasalahan yang dihadapi.

4. Jumlah Penerapan Teknologi Tepat Guna

Jumlah penerapan teknologi tepat guna yang mendapat fasilitasi dari

pemerintah sejalan dengan target TPB ke-7, yaitu : “Energi Terbarukan”.

Sampai dengan Tahun 2020, Kabupaten Semarang telah memfasilitasi

penerapan teknologi tepat guna sebanyak 62 unit. Dalam kurun waktu Tahun

2016-2020, capaian ini selalu meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana

diuraikan dalam tabel berikut :

II - 90

Tabel 2.50. Jumlah Penerapan Teknologi Tepat Guna di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Indikator Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Penerapan Teknologi Tepat

Guna Unit 3 10 22 60 62

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, 2021

Secara khusus pada pada Tahun 2020 terdapat penambahan

penerapan teknologi tepat guna di Kabupaten Semarang sebanyak 2 kegiatan

yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan fasilitas pengolahan biogas

yaitu di Desa Samirono, Kecamatan Getasan yang didanai APBD Kabupaten

Semarang dan Dana Alokasi Khusus, serta di Dusun Banyudono, Desa

Gedong, Kecamatan Banyubiru yang dibangun oleh Dinas Kesehatan Hewan

Provinsi Jawa Tengah.

5. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) merupakan indikator

pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. IKLH merupakan perpaduan

konsep Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) dan konsep Environmental

Performance Index (EPI). IKLH dapat digunakan untuk menilai kinerja program

perbaikan kualitas lingkungan hidup dan sebagai bahan informasi dalam

mendukung proses pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kriteria yang digunakan

untuk menghitung IKLH adalah: (1) Kualitas Air; (2) Kualitas Udara; dan (3)

Kualitas Tutupan Lahan.

IKLH Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir (Tahun 2016-

2020) terus meningkat, yaitu dari 54,25 pada Tahun 2016 meningkat menjadi

69,12 pada Tahun 2020. Capaian IKLH Kabupaten Semarang dalam kurun

waktu Tahun 2016-2020 termasuk pada rentang nilai 50 – 69,90 sehingga

tergolong dalam kategori “sedang”.

Tabel 2.51. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Indikator 2016 2017 2018 2019 2020

Indeks Kualitas Air 39,30 45,20 52,22 48,33 53,33

Indeks Kualitas Udara 50,00 70,75 85,85 83,86 78,68

Indeks Kualitas Tutupan Lahan 68,65 73,73 63,90 73,00 78,57

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 54,25 64,28 66,98 68,86 69,12 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kab. Semarang, 2021

F. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Secara garis besar, kepemilikan dokumen kependudukan penduduk

Kabupaten Semarang terus meningkat selama lima tahun terakhir. Hal ini

menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran penduduk Kabupaten

II - 91

Semarang akan pentingnya dokumen kependudukan terus meningkat,

sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.52. Kepemilikan Dokumen Kependudukan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

1 Kepemilikan KK (%) 100 100 100 100 100

2 Kepemilikan KTP (%) 97,79 98,37 99,73 99,75 99,76

3

Cakupan Kepemilikan

Kutipan Akta Kelahiran (0-18 th) (%)

83,06 92,04 93,58 95,68 96,74

4 Cakupan Kepemilikan Akta

Kematian (%) 70,93 75,74 79,67 84,04(*) 84,99

5 Migrasi Keluar 9.710 8.882 9.540 10.135 8.176

6 Migrasi Masuk 10.472 563 11.344 1.289 1.146 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021 LKPJ Bupati Semarang Tahun 2016-2021 (*)Keterangan : Angka Prediksi

1. Kepemilikan Kartu Keluarga (KK)

Selama kurun waktu Tahun 2016-2020, seluruh penduduk Kabupaten

Semarang sudah tercatat dalam database kependudukan meskipun masih ada

yang belum melaksanakan perekaman data biometriknya. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Semarang telah peduli dengan

data kependudukan.

2. Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik

Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020 selalu meningkat. Pada Tahun 2016 capaian

kepemilikan KTP-el tercatat sebesar 97,79% dan pada Tahun 2020 menjadi

99,76%. Dengan demikian masih terdapat 0,24% penduduk Kabupaten

Semarang yang belum memiliki KTP, mereka adalah para wajib KTP pemula

atau usia 17 tahun yang belum melaksanakan perekaman biometrik.

Salah satu usaha mempercepat perekaman KTP-el melalui pelayanan

perekaman ke desa/kelurahan untuk wajib KTP pemula. KTP-el dengan NIK

tunggal menjadi dokumen wajib yang dimiliki oleh penduduk Indonesia, dan

dimanfaatkan sebagai dokumen sumber untuk berbagai kepentingan baik

pemerintahan maupun sektor swasta.

3. Cakupan Kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran

Cakupan kepemilikan Akta Kelahiran Anak Usia 0-18 Tahun di

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 selalu meningkat, kepemilikan akta

kelahiran tersebut merupakan akta kelahiran dari penduduk Kabupaten

Semarang yang terekam dalam database Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) dan terdaftar secara manual dalam register Pencatatan

Sipil pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang.

Cakupan kepemilikan akta kelahiran penduduk Kabupaten Semarang

II - 92

usia 0-18 tahun dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 mengalami

peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari 83,06% pada Tahun 2016

menjadi 96,74% pada Tahun 2020.

Peningkatan tersebut didorong oleh beberapa faktor, antara lain: (1)

penduduk Kabupaten Semarang sudah mulai memahami pentingnya akta

kelahiran; dan (2) adanya kerja sama lintas sektor antara Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan rumah sakit dan klinik/rumah

bersalin untuk pengurusan akta kelahiran ditempat melalui program

BALAPUTRADEWA (Bayi Lahir Pulang Bawa Akta Lahir dengan Wajah Ceria).

4. Cakupan Kepemilikan Akta Kematian

Cakupan kepemilikan Akta Kematian di Kabupaten Semarang Tahun

2016-2020 selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan

kesadaran masyarakat Kabupaten Semarang untuk melaporkan adanya

kematian warga sudah semakin baik.

Meskipun demikian, data tersebut masih belum dapat sepenuhnya

merepresentasikan kondisi riil di lapangan/masih terdapat kemungkinan

perbedaan dengan kondisi sebenarnya di lapangan karena masih banyak

penduduk yang meninggal tetapi tidak dilaporkan kepada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang untuk diterbitkan

Akta Kematian.

5. Migrasi Keluar

Migrasi keluar di Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020

bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2016 jumlah migrasi

keluar di Kabupaten Semarang tercatat sejumlah 9.710 jiwa. Pada Tahun 2017

mengalami penurunan menjadi sebanyak 8.882 jiwa. Pada Tahun 2018,

jumlah migrasi keluar di Kabupaten Semarang meningkat menjadi sebanyak

9.540 jiwa. Demikian pula pada Tahun 2019 juga meningkat menjadi

sebanyak 10.135 jiwa. Sedangkan pada Tahun 2020 menurun menjadi

sebanyak 8.176 jiwa.

6. Migrasi Masuk

Migrasi masuk di Kabupaten Semarang pada durasi Tahun 2016-2020

juga bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2016 jumlah migrasi

masuk di Kabupaten Semarang tercatat sebanyak 10.472 jiwa. Pada Tahun

2017 mengalami penurunan yang cukup drastis hanya menjadi sebanyak 563

jiwa. Pada Tahun 2018, jumlah migrasi masuk di Kabupaten Semarang

meningkat menjadi sebanyak 11.344 jiwa. Namun demikian pada Tahun 2019

II - 93

menurun drastis hanya menjadi sebanyak 1.289 jiwa. Sedangkan pada Tahun

2020 kembali menurun menjadi sebanyak 1.146 jiwa.

G. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan sosial,

budaya, dan ekonomi agar tercipta masyarakat yang berinisiatif untuk

memulai proses kegiatan sosial agar mampu memperbaiki situasi dan kondisi

diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam suatu kerangka

pembangunan partisipatif yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat

yaitu sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemanfaatan dan

pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta pengembangan tindak lanjut

hasil pembangunan.

Lembaga yang memiliki peran di dalam pemberdayaan masyarakat

adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, dan Lembaga Kemasyarakatan

Desa/Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan.

1. Indeks Pembangunan Desa/Indeks Desa Membangun

Indeks Pembangunan Desa/Indeks Desa Membangun (IPD/IDM)

merupakan indeks komposit yang menggambarkan tingkat kemajuan atau

perkembangan desa pada suatu waktu. Nilai indeks mempunyai rentang 0-

100, dengan pengelompokan desa menjadi 3 kategori, yaitu: Desa Mandiri

(nilai IPD > 75), Desa Berkembang (nilai IPD 50 ≤ 75) dan Desa Tertinggal (nilai

IPD ≤ 50).

IPD Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020

selalu meningkat yaitu dari 29,50% pada Tahun 2016 menjadi 73,00% pada

Tahun 2020 sebagaimana diilustrasikan pada grafik berikut :

Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.54. Perkembangan Indeks Pembangunan Desa Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa IPD/IDM Kabupaten

Semarang selalu meningkat dari Tahun 2016 hingga Tahun 2020 dan berhasil

mencapai skor 73,00 sehingga termasuk dalam kategori berkembang.

29,50

37,80

56,80

73,00 73,00

25,00

35,00

45,00

55,00

65,00

75,00

2016 2017 2018 2019 2020

II - 94

Peningkatan IPD/IDM tersebut terdapat pada indikator jumlah

infrastruktur desa yang terbangun, diantaranya melalui rehab Rumah Tidak

Layak Huni (RTLH) dengan sumber anggaran Dana Desa, Bantuan Keuangan

Provinsi Jawa Tengah dan APBD Kabupaten Semarang.

2. Persentase Lembaga Kemasyarakatan Desa yang Aktif

Sampai dengan Tahun 2020, Kabupaten Semarang telah memiliki

sebanyak 17.273 Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yang terdiri dari

LPMD/K 235, RT 5.542, RW 1.389, Karang Taruna 208, PKK 9.691.

Keseluruhan Lembaga tersebut aktif dalam mendukung pembangunan dan

kegiatan di desa sehingga indikator kinerja yang diampu oleh Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa capaiannya tercapai 100%. Keaktifan

lembaga tersebut didorong oleh faktor kapasitas pengurus LKD, sarpras atau

sarana kerja yang memadai, dukungan dan partisipasi masyarakat, serta

fasilitas dari Pemerintah desa.

3. Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat

Swadaya masyarakat Kabupaten Semarang terhadap program

pemberdayaan masyarakat pada Tahun 2020 mencapai sebesar 69,00%

(Rp28.662.230.000,00). Kondisi ini mengalami penurunan jika dibandingkan

Tahun 2019 yang mencapai sebesar 73,00% (Rp35.843.928.478,00). Adanya

penurunan ini dipengaruhi oleh jumlah stimulan yang berkurang dan adanya

dampak dari pandemi Covid-19 sehingga pelaksanaan Program Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa tidak bisa sebesar swadaya dari Tahun 2019.

4. PKK Aktif

Capaian PKK aktif Kabupaten Semarang dari Tahun 2016-2020 telah

mencapai 100% atau dengan kata lain seluruh kelompok PKK di Kabupaten

Semarang merupakan PKK aktif dengan berbagai kegiatannya.

Adapun sampai dengan Tahun 2020, jumlah PKK aktif di Kabupaten

Semarang mencapai sebanyak 9.691 kelompok, yang terdiri dari: PKK RT

6.701 kelompok; PKK RW 1.601 kelompok; dan PKK Dusun 1.389 kelompok.

5. Posyandu Aktif

Capaian Posyandu Aktif di Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun

2020 sudah mencapai 100% atau dengan kata lain seluruh Posyandu di

Kabupaten Semarang merupakan Posyandu aktif dengan berbagai

kegiatannya. Jumlah Posyandu Aktif Kabupaten Semarang Tahun 2020

sebanyak 1.669 posyandu yang terdiri dari: (1) 2 Posyandu Pratama; (2) 375

Posyandu Madya; (3) 571 Posyandu Purnama; dan (4) 721 Posyandu Mandiri.

• • • • •

II - 95

H. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

1. Rata-rata Jumlah Anak Per Keluarga

Sumber: Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.55. Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Rata-rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Semarang pada

kurun waktu Tahun 2016-2020 tercatat dari tahun ke tahun sebanyak 1

hingga 2 anak per keluarga. Tahun 2020 rata-rata jumlah anak per keluarga

mengalami peningkatan yang disebabkan meningkatnya angka akseptor drop

out KB (akseptor yang menghentikan kontrasepsi lebih dari 3 bulan) sebanyak

7.945 akseptor.

Di samping itu, peningkatan rata-rata jumlah anak per keluarga di

Kabupaten Semarang juga dipengaruhi oleh hambatan yang ditemui dalam

mengakses KB di masa Pandemi Covid-19 di antaranya: (1) Adanya himbauan

untuk tidak melayani KB yang bersifat tindakan (MOW, MOP, IUD, Implant)

karena dapata mengurangi sistem imun; (2) Akses pelayanan KB banyak yang

sementara tidak melayani KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP); dan

(3) kekhawatiran masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan sehingga

mengurungkan niat untuk mengunjungi klinik kesehatan saat pandemi Covid-

19 masih berlangsung.

2. Rasio Akseptor KB

Rasio Akseptor KB adalah perbandingan antara pencapaian jumlah

peserta KB dibandingkan dengan Pasangan Usia Subur (PUS). Besarnya angka

partisipasi (akseptor) KB menunjukkan adanya pengendalian jumlah

penduduk.

Perkembangan Rasio Akseptor KB Kabupaten Semarang Tahun 2016-

2019 mengalami penurunan, namun pada Tahun 2020 meningkat menjadi

73,02%. Hal ini menunjukan peningkatan partisipasi masyarakat dan upaya

pemerintah dalam pengendalian penduduk. Capaian rasio akseptor KB

Kabupaten Semarang pada kurun waktu Tahun 2016-2020 dapat dilihat

sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.53. Rasio Akseptor KB Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah akseptor KB Aktif (PA) Jiwa 160.670 164.522 165.730 151.447 155.269

Jumlah Pasangan Usia Subur Jiwa 193.214 197.877 204.262 208.432 212.639

Rasio Akseptor KB % 83,15 83,14 81,14 72,66 73,02 Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021

1,18

0,83 0,95

0,88

1,17

0,7

0,9

1,1

1,3

2016 2017 2018 2019 2020

II - 96

Jumlah Peserta KB Aktif di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.54. Peserta KB Aktif Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020 NO PESERTA KB AKTIF 2019 2020 (+/-)

1 IUD 17.881 19.106 +

2 MOW 6.843 7.090 +

3 MOP 1.200 1.203 +

4 KONDOM 1.834 1.924 +

5 IMPLANT 32.992 35.931 +

6 SUNTIK 80.713 79.896 -

7 PIL 9.984 10.119 +

Jumlah PA 151.447 155.269 +

Jumlah PUS 208.432 212.639

% PA/PUS 72,66 73,02 Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021

Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini

menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Peserta

KB aktif yang makin banyak menggambarkan keberhasilan pengendalian

kependudukan dalam menciptakan norma keluarga kecil.

3. Ketahanan Keluarga

Salah satu faktor kegagalan pembangunan di negara berkembang

adalah diakibatkan fokus program yang terlalu menempatkan individu sebagai

sasarannya dan cenderung mengabaikan keluarga sebagai unit pengelola

sumberdaya serta pengambil keputusan aspek kehidupan individu yang

menjadi sasaran program tersebut.

Elemen keluarga sebagai komunitas terkecil masyarakat dibangun

berdasarkan hubungan talian pernikahan yang sah secara ajaran agama dan

tercatat dalam catatan sipil. Oleh sebab itu, pernikahan adalah pondasi

utama dalam membangun dan membentuk ketahanan keluarga karena

melalaui pernikahan dapat menyatukan dua energi besar untuk bersama

berjuang dalam keserasian guna mewujudkan kesejahteraan keluarga.

Namun demikian, apabila keserasian dalam pernikahan gagal/tidak

dapat tercapai, maka akan berpotensi menimbulkan berbagai macam

permasalahan yang dapat berujung pada timbulnya talak atau bahkan

perceraian. Adanya talak ataupun perceraian ini menjadi salah satu tantangan

yang dihadapai oleh Pemerintah yang dalam upaya pembinaan dan

pembangunan ketahanan keluarga.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Semarang, dapat diketahui bahwa

angka pernikahan di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-

2020 mengalami peningkatan dari sejumlah 7.008 peristiwa pernikahan pada

Tahun 2016 menjadi sejumlah 7.118 peristiwa pernikahan pada Tahun 2020.

Angka talak talak di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun

2016-2020 juga mengalami peningkatan dari sejumlah 494 peristiwa talak

pada Tahun 2016 menjadi sejumlah 655 peristiwa talak pada Tahun 2020.

• • • •

II - 97

Demikian halnya dengan angka perceraian di Kabupaten Semarang

selama kurun waktu Tahun 2016-2020 juga mengalami peningkatan dari

sejumlah 1.235 peristiwa perceraian pada Tahun 2016 menjadi sejumlah

2.120 peristiwa perceraian pada Tahun 2020.

Adapun angka rujuk Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun

2016-2020 tidak ada perubahan karena capaiannya nihil (nol) dari tahun ke

tahun.

Perkembangan jumlah angka pernikahan, talak, cerai dan rujuk di

Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 selengkapnya dapat dilihat pada

grafik berikut:

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021 (diolah)

Gambar 2.56. Jumlah Angka Pernikahan, Talak, Cerai dan Rujuk di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan

angka pernikahan dan talak di Kabupaten Semarang selama Tahun 2016-

2020 cenderung bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Sementara

perkembangan angka perceraian di Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-

2020 menunjukkan pola yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Adapun angka pasangan yang kembali rujuk capaiannya nihil (nol) dari tahun

ke tahun.

Melihat kondisi sebagaimana grafik diatas, maka upaya pembangunan

ketahanan keluarga di Kabupaten Semarang masih menghadapi tantangan

berupa relatif tingginya angka perceraian dalam keluarga.

Keberhasilan pembangunan ketahanan keluarga dapat diukur dengan

indikator tingkat kesejahteraan keluarga yang menggambarkan tingkat

pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan

pengembangan keluarga yang dibagi ke dalam pentahapan Keluarga Sejehtera

sebagai berikut:

7.008 7.683 7.830 7.746

7.118

494 198 675 713 655

1.235 577

1.670 1.899 2.120

0 0 0 0 0

2016 2017 2018 2019 2020

Nikah Talak Cerai Rujuk

II - 98

a. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan

akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.

b. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan sosial psikologinya (socio psychological needs),

seperti kebutuhan ibadah, pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat

tinggal dan transportasi.

c. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan

perkembangan keluarganya.

Pentahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.55. Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020

KK % KK % KK % KK % KK %

1 Keluarga Pra Sejahtera

68.139 21,79 75.758 46,26 69.372 21,49 70.046 21,23 70.046 21,23

2 Keluarga Sejahtera I

163.667 21,79 61.823 20,51 155.258 48,09 154.965 46,97 154.965 46,97

3 Keluarga Sejahtera II

80.826 56,43 163.753 33,23 98.221 30,42 104.900 31,80 104.906 31,80

Jumlah Keluarga 312.632 100 301.334 100 322.851 100 329.911 100 329.917 100

Sumber : Dinas PP, PA, dan KB Kabupaten Semarang, 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perkembangan

keluarga pra sejahtera di Kabupaten Semarang menunjukkan tren menurun.

Sementara keluarga sejahtera I menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif.

Adapun Keluarga sejahtera II di Kabupaten Semarang menunjukkan

tren meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan/program

pemerintah telah dapat berhasil meningkatkan taraf/tingkat kesejahteraan

masyarakat. Meskipun menunjukkan capaian yang sudah baik, namun masih

diperlukan upaya peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga.

I. Perhubungan

Tabel 2.56. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Urusan Perhubungan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO INDIKATOR KINERJA SATUA

N 2016 2017 2018 2019 2020

1 Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus :

- Tipe A buah 1 1 1 1 1

- Tipe B buah 0 0 0 0 0

- Tipe C buah 7 7 7 9 9

2 Angkutan darat % 0,100 0,06 0,083 0,11 0,10 Sumber Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang , 2021

1. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal/Bus

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015

II - 99

tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan, terminal

penumpang yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah

terminal tipe C, sedangkan terminal tipe A merupakan kewenangan

Pemerintah Pusat dan terminal tipe B merupakan kewenangan Pemerintah

Provinsi.

Jumlah terminal tipe C di Kabupaten Semarang dalam kurun waktu

Tahun 2016-2020 meningkat dari 7 terminal pada Tahun 2016 menjadi 9

terminal pada Tahun 2020, atau terdapat penambahan sebanyak 2 (dua)

terminal, yaitu berupa terminal yang dibangun oleh Kementerian PUPR di

daerah wisata Bandungan dan Gedong Songo. Pembangunan terminal di

kawasan wisata tersebut dilaksanakan dalam rangka penataan strategis

kawasan wisata Bandungan dan Gedong Songo.

2. Angkutan Darat

Pergerakan angkutan darat di Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-

2020 cenderung mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya

penurunan jumlah armada dan pengguna jasa akibat pembatasan kegiatan

masyarakat selama masa pandemi Covid-19. Namun demikian, angkutan

darat di Kabupaten Semarang tetap beroperasi dengan baik dan tetap

memperhatikan protokol kesehatan, sehingga masyarakat pengguna angkutan

diharapkan dapat merasa nyaman dengan adanya pemberlakuan protokol

kesehatan di angkutan umum.

Dalam rangka mendukung penanggulangan Pandemi Covid-19,

Pemerintah Kabupaten Semarang menggagas inovasi berupa Angkot Resik

Seko Covid-19 (ASIK COVID-9) yang bertujuan unutk menggerakkan roda

perekonomian dimana ketersediaan transportasi yang bersih akan mendorong

masyarakat tetap beraktivitas dengan aman dan produktif. Pada Tahun 2020

telah dilakukan uji coba inovasi ASIK Covid-19 di wilayah Pringapus-

Karangjati yang merupakan salah satu Kawasan industri di Kabupaten

Semarang.

Tabel 2.57. Jumlah Angkutan yang Memiliki Ijin di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah angkutan yang memiliki ijin

1.100 1.309 863 1.057 1.539

Jumlah angkutan yang terdata 1.100 1.104 1.104 1.057 1.539

Persentase (%) 100% 119% 78% 100% 100% Sumber Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang , 2021

Jumlah angkutan yang memiliki ijin di Kabupaten Semarang selama

kurun waktu 2016-2020 terus mengalami peningkatan mencapai 1.539

II - 100

angkutan. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah

perusahaan transportasi dari 44 perusahan di Tahun 2016 menjadi 57

perusahaan Tahun 2020.

Tabel 2.58. Rasio Kelayakan Kendaraan Umum di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

TAHUN

KENDARAAN

BERMOTOR WAJIB UJI

(KBWU)

LULUS UJI TIDAK LULUS

UJI

RASIO

KELAYAKAN

(%)

2016 19.391 19.195 196 98,99

2017 18.971 18.921 50 99,74

2018 19.306 19.203 103 99,47

2019 21.078 20.774 304 98,56

2020 16.829 16.573 256 98,48 Sumber Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang , 2021

Uji kendaraan bermotor merupakan bukti kendaraan yang membawa

penumpang dan/atau barang layak beroperasi di jalan raya secara teknis. Uji

kelayakan kendaraan biasa disebut dengan uji KIR yang dilakukan secara

berkala. Di Kabupaten Semarang, uji kelayakan kendaraan dilaksanakan

ditempat uji berstatus terakreditasi B. Pada Tahun 2020 Kendaraan Bermotor

Wajib Uji (KBWU) di Kabupaten Semarang mencapai sebanyak 16.829

kendaraan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16.573 diantaranya kendaraan

dinyatakan telah lulus uji atau mencapai 98,48%.

J. Komunikasi dan Informatika

1. Persentase Infrastruktur Jaringan yang Terkoneksi dengan Baik

Pada Tahun 2016-2020 persentase infrastruktur jaringan komunikasi

dan informasi yang terkoneksi dengan baik di Kabupaten Semarang berhasil

tercapai 100%. Infrastruktur jaringan merupakan modal utama untuk

menyelenggarakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) atau e-

Government. Tanpa dukungan infrastruktur jaringan komputer yang memadai

penyelenggaraan SPBE tidak akan berjalan dengan baik.

Mengingat vitalnya peran infrastruktur jaringan dalam menyediakan

akses internet untuk menunjang penerapan sistem informasi yang selalu

digunakan setiap waktu oleh seluruh perangkat daerah, maka jaringannya

harus selalu terkoneksi dengan baik dan stabil. Hingga Tahun 2020 jumlah

jaringan komunikasi yang dikelola Pemerintah Kabupaten Semarang melalui

Dinas Komunikasi dan Informatika tercatat sebanyak 73 jaringan dan setiap

saat dalam kondisi terkoneksi.

2. Persentase Sistem Informasi yang Dapat Diaplikasikan Secara

Optimal

Persentase sistem informasi yang dapat diaplikasikan secara optimal di

Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 mencapai 57,33%. Capaian ini

II - 101

meningkat jika dibandingkan kondisi Tahun 2019 yang mencapai sebesar

56,52%.

Sampai dengan Tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Semarang telah

memiliki sistem informasi manajemen (SIM) sejumlah 75 SIM yang terdiri dari

43 SIM aktif, 5 SIM belum aktif, dan 27 SIM tidak aktif.

3. Persentase Masyarakat yang Mengakses Media Informasi

Pembangunan Daerah

Persentase masyarakat yang mengakses media informasi pembangunan

daerah di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020

meningkat dari semula 24,59% pada Tahun 2016 naik menjadi 30,50% pada

Tahun 2020. Salah satu faktor determinan dari peningkatan capaian tersebut

adalah telah dilaksanakannya peningkatan jangkauan siaran Radio Suara

Serasi pada Tahun 2019, sehingga jangkauan siaran radio semakin luas dan

masyarakat yang mengakses atau mendengar siaran semakin bertambah

banyak. Hal ini juga menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat Kabupaten

Semarang dalam mengakses media informasi pembangunan daerah

Kabupaten Semarang meningkat.

4. Jumlah Jaringan Komunikasi

Jumlah Jaringan Komunikasi yang ada di Kabupaten Semarang sampai

dengan Tahun 2020 mencapai sebanyak 73 unit/titik. Pada Tahun 2020 tidak

terdapat pembangunan jaringan baru, namun dilakukan pengembangan

jaringan Fiber Optic (FO) Kecamatan.

5. Website Milik Pemerintah Daerah

Website milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang selama kurun

waktu Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan dari semula pada

Tahun 2016 sebanyak 30 sub domain meningkat menjadi 48 sub domain pada

Tahun 2020. Selain itu, telah tersedia media informasi potensi desa yang

berwujud Website Desa Online pada sejumlah 40 desa di Kabupaten

Semarang. Dengan meningkatnya desa online ini diharapkan dapat semakin

memperlancar akses informasi bagi masyarakat sehingga dapat terhindar dari

keterisolasian informasi.

K. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

1. Jumlah Koperasi yang Berkualitas

Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang terbukti tahan terhadap

gejolak perubahan ekonomi nasional dan global harus senantiasa berbenah

diri meningkatkan kualitas kelembagaan yang institusional dan legal secara

II - 102

hukum negara. Penegasan pemerintah sejalan dengan agenda peningkatan

peran koperasi dalam ekonomi yang hypercompetitive, sehingga diperlukan

pembinaan yang lebih konstruktif.

Dalam rangka meningkatkan kualitas koperasi, dilakukan

pemeringkatan koperasi dengan variabel penilaian meliputi : (1) Badan usaha

aktif; (2) Kinerja usaha yang semakin kuat; (3) Kohesivitas dan partisipasi

anggota; (4) Orientasi kepada pelayanan anggota; (5) Pelayanan kepada

masyarakat; dan (6) Kontribusi koperasi terhadap pembangunan daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, sejak Tahun 2016 Pemerintah

Kabupaten Semarang telah mengeluarkan sertifikat pemeringkatan koperasi

yang berlaku untuk masa 2 (dua) tahun sebagai wujud pengakuan atas

kualitas koperasi. Upaya pemeringkatan koperasi berkualitas di Kabupaten

Semarang dilakukan secara berkelanjutan setiap tahunnya, sehingga dari

semula pada Tahun 2016 hanya mencakup 50 koperasi pada Tahun 2020

telah mencapai 193 koperasi yang terdiri dari 32 koperasi pegawai (KPRI), 16

koperasi simpan pinjam, 12 koperasi simpan pinjam syariah (KSPPS), 17

koperasi karyawan (Kopkar), dan 46 koperasi lain-lain.

Perkembangan jumlah koperasi yang berkualitas di Kabupaten

Semarang selama periode Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada

tabel berikut :

Tabel 2.59. Jumlah Koperasi yang Berkualitas di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah koperasi yang berkualitas Unit 50 85 120 155 193 Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021

2. Persentase Peningkatan Jumlah Unit UMKM yang Berizin

Sektor UMKM di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur lebih lanjut perihal

pengembangan usaha, kemitraan, perizinan, serta koordinasi dan

pengendalian UMKM. Usaha mikro didefinisikan sebagai usaha produktif milik

perseorangan atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha

mikro.

Jumlah unit UMKM yang berizin di Kabupaten Semarang selama

Tahun 2016-2020 selalu meningkat dari tahun ke tahun dengan persentase

kenaikan yang relatif stabil di kisaran angka 2 %. Secara khusus di Tahun

II - 103

2020, meskipun dalam masa Pandemi Covid-19, namun jumlah UMKM yang

berizin di Kabupaten Semarang tetap mengalami peningkatan sebesar 2 %. Hal

tersebut dikarenakan antusiasme pelaku usaha UMKM untuk memperoleh

perizinan tetap tinggi disebabkan oleh berbagai bantuan kepada pelaku usaha

yang mensyaratkan kepemilikan izin usaha diantaranya Bantuan Sosial Jaring

Pengaman Ekonomi dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Bantuan

Pemerintah Usaha Mikro dari Kementerian Koperasi dan UKM.

Perkembangan unit UMKM yang berizin di Kabupaten Semarang

selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.60. Persentase Peningkatan Jumlah Unit UMKM yang Berizin di

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase peningkatan jumlah

unit UMKM yang berizin % 1,80 2,26 2 2 2

Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021

3. Jumlah Usaha Mikro Binaan

Usaha mikro didefinisikan sebagai usaha produktif milik perseorangan

atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.

Serangkaian upaya telah dilaksanakan untuk membina dan mengembangkan

usaha mikro di Kabupaten Semarang sehingga jumlah usaha mikro di

Kabupaten Semarang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Secara khusus pada Tahun 2020, meskipun tengah menghadapi

dampak pandemi Covid-19, namun jumlah usaha mikro binaan di Kabupaten

Semarang tetap dapat meningkat dari Tahun 2019. Keberhasilan ini adalah

berkat dukungan kegiatan bantuan untuk UMKM baik dari Provinsi Jawa

Tengah maupun BPUM dari Kementerian Koperasi dan UKM, sehingga target

jumlah usaha mikro binaan di Kabupaten Semarang di Tahun 2020 tetap

dapat tercapai.

Perkembangan Jumlah Usaha Mikro Binaan di Kabupaten Semarang

selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.61. Jumlah Usaha Mikro Binaan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah usaha mikro binaan unit 10.296 10.529 11.028 11.428 11.928 Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021

4. Nilai Volume Usaha Koperasi

Volume usaha koperasi di Kabupaten Semarang selama Tahun 2016-

2020 cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun, Tahun 2020. Fluktuasi

tertinggi terjadi pada Tahun 2020 yang mengalami penurunan drastis dari

II - 104

capaian Tahun 2019 hingga mencapai -56,23%.

Penurunan volume usaha koperasi yang sangat signifikan pada Tahun

2020 tersebut merupakan imbas dari adanya pandemi Covid-19, dimana

banyak koperasi yang mengalami penurunan produktivitas usaha. Selain itu,

adanya physical distancing atau pembatasan kegiatan masyarakat sangat

berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi koperasi, karena sebagian besar

koperasi di Kabupaten Semarang untuk operasional dan pelayanannya masih

bersifat konvensional mengandalkan tenaga manusia, dan hanya terdapat

sejumlah kecil koperasi yang sudah memanfaatkan teknologi.

Di samping itu, pada masa pandemi Covid-19 banyak koperasi yang

mengalami masalah keuangan atau modal. Bantuan pinjaman bunga ringan

atau penundaan angsuran dari bank juga belum bisa diakses oleh banyak

koperasi karena terhambat dengan syarat- syarat yang ada. Dengan demikian

mengakibatkan volume usaha koperasi juga mengalami penurunan secara

drastis karena perputaran piutang mengalami kemacetan.

Perkembangan Nilai Volume Usaha Koperasi di Kabupaten Semarang

selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.62. Nilai Volume Usaha Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2019

URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Nilai volume usaha koperasi Juta

(Rp.) 697.106 705.692 2.816.364 1.694.831 741.798

Sumber : Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2021

L. Penanaman Modal

1. Jumlah Investor (PMDN/PMA)

Jumlah investor (PMDN/PMA) di Kabupaten Semarang selama Tahun

2016-2020 cenderung meningkat. Pada Tahun 2020 Jumlah investor

(PMDN/PMA) di Kabupaten Semarang meningkat secara signifikan dari tahun-

tahun sebelumnya, hal tersebut menunjukkan tingginya minat investor untuk

berinvestasi di Kabupaten Semarang.

Beberapa hal yang menarik minat investor adalah: (1) adanya

penyederhanaan prosedur dan persyaratan perizinan investasi, sehingga

keluhan utama para investor akan rumitnya perizinan dan regulasi yang

tumpang tindih tereliminasi; (2) peluang/peminat investor di Kabupaten

Semarang tidak hanya sebatas di bidang manufaktur saja, melainkan sudah

beragam merambah ke bidang-bidang lainnya seperti bidang pariwisata dan

panas bumi; serta (3) tingginya semangat masyarakat untuk membuat izin

usaha.

II - 105

Perkembangan Jumlah Investor di Kabupaten Semarang selama Tahun

2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.63. Jumlah Investor (PMDN/PMA) di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN SAT 2016 2017 2018 2019 2020

Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) investor 575 391 333 659 10.293

Penanaman Modal Asing

(PMA) investor 4 14 14 66 34

PMDN + PMA investor 579 405 347 725 10.327 Sumber: DPMPTSP Kabupaten Semarang, 2021

2. Jumlah Nilai Investasi (PMDN/PMA)

Jumlah nilai investasi PMDN/PMA dihitung dengan menjumlahkan

jumlah realisasi nilai proyek investasi berupa PMDN dan nilai proyek investasi

PMA yang telah disetujui oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Banyaknya investasi PMDN dengan modal menengah-besar dan banyaknya

investasi PMA dihitung dari total nilai proyek yang telah terealisasi pada suatu

periode tahun pengamatan. Semakin banyak realisasi proyek maka akan

menggambarkan keberhasilan daerah dalam memberi fasilitas penunjang pada

investor untuk merealisasikan investasi yang telah direncanakan.

Realisasi nilai investasi PMDN/PMA di Kabupaten Semarang selama

Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan

tingginya minat investor di Kabupaten Semarang dan kesadaran pelaku usaha

melaporkan Kemajuan Penanaman Modalnya secara online (LKPM) per

triwulan.

Perkembangan Jumlah Nilai Investasi di Kabupaten Semarang selama

Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.64. Jumlah Nilai Investasi PMDN/PMA di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

TAHUN

PERSETUJUAN REALISASI

JUMLAH

PROYEK NILAI INVESTASI

JUMLAH

PROYEK

NILAI

INVESTASI

2016 579 295,601 milyar 579 295,601 milyar

2017 405 1.003,81 milyar 405 1.003,81 milyar

2018 347 1.822,59 milyar 347 1.822,59 milyar

2019 725 3.332,95 milyar 725 3.332,95 milyar

2020 10.327 4.339,46 milyar 10.327 4.339,46 milyar Sumber: DPMPTSP Kabupaten Semarang, 2021

3. Persentase Bangunan ber-IMB

Berdasarkan hasil pendataan, diketahui bahwa jumlah total bangunan

yang ada di Kabupaten Semarang mencapai 262.831 unit. Sedangkan jumlah

bangunan yang memiliki izin berdiri/IMB sampai dengan Tahun 2020

sebanyak 156.462 izin. Apabila dibandingkan dengan jumlah total bangunan,

II - 106

maka persentase bangunan ber-IMB di kabupaten Semarang cukup rendah,

yaitu sebesar 59,52%. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran

untuk memiliki bangunan yang ber-IMB.

4. Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Perangkat Daerah Perizinan

Indeks Kepuasan Masyarakat pada Perangkat Daerah Perizinan di

Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 sebesar 91,21%, meningkat jika

dibandingkan tahun 2019 sebesar 90,51%. Peningkatan tersebut

menunjukkan meningkatnya pelayanan perizinan kepada masyarakat dengan

prima dan sesuai dengan SOP pelayanan perizinan.

M. Kepemudaan dan Olahraga

Jumlah Organisasi Pemuda di Kabupaten Tahun sampai dengan Tahun

2020 sebanyak 30 organisasi. Dari jumlah tersebut sebanyak 12 diantaranya

berhasil berprestasi atau mencapai 40% dari total organisasi yang ada di

Kabupaten Semarang.

Capaian organisasi berprestasi di Kabupaten Semarang pada Tahun

2020 relatif meningkat jika dibandingkan dengan capaian tahun-tahun

sebelumnya. Peningkatan tersebut salah satunya merupakan andil dari

Pemerintah Kabupaten Semarang melalui fasilitasi dan pembinaan terhadap

organisasi kepemudaan yang diantaranya ditempuh lewat pemberian bantuan

kepada KNPI Kabupaten Semarang dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan

kepemudaan yang meliputi : Seleksi Organisasi Kepemudaan Terbaik; Seleksi

dan pembentukan PASKIBRA; Seleksi Kewirausahaan Pemuda Terbaik; Seleksi

Pemuda Pelopor Terbaik; Seleksi Jambore Pemuda Indonesia Terbaik; Lomba

TUB-BB (Tata Upacara Bendera dan Baris Berbaris) SMA; dan

Workshop/pelatihan TUB-BB (Tata Upacara Bendera dan Baris Berbaris) SMP

dan SMA untuk siswa dan guru.

Adapun jumlah organisasi olahraga di Kabupaten Semarang selama

kurun waktu Tahun 2016-2020 terus meningkat. Pada Tahun 2016 jumlah

organisasi olahraga di Kabupaten Semarang mencapai sebanyak 200

organisasi, pada Tahun 2020 capaiannya secara akumulatif sudah mencapai

338.

Peningkatan tersebut tidak lepas dari dukungan Pemerintah Kabupaten

Semarang melalui fasilitasi dan pembinaan terhadap organisasi olahraga yang

diantaranya ditempuh lewat pemberian hibah kepada KONI Kabupaten

Semarang untuk penyelenggaraan pembibitan dan pelatihan atlet,

penyelenggaraan kejuaraan olahraga tingkat Kecamatan dan Kabupaten,

I I I I I I I I

II - 107

pengiriman kontingen Kabupaten Semarang pada kejuaraan-kejuaraan

olahraga tingkat Provinsi, serta fasilitasi pelaksanaan training camp

(PPLPD/Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Daerah) bagi atlet-atlet dari

sejumlah cabang olahraga yang berprestasi.

N. Statistik

Dalam kurun waktu Tahun 2016-2020 Pemerintah Kabupaten

Semarang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Semarang menyusun 6 (enam) dokumen publikasi statistik daerah yang

diterbitkan secara reguler setiap tahunnya, yaitu: Statistik Pembangunan

Daerah Kabupaten Semarang; Statistik Pembangunan Daerah Kecamatan;

Indeks Sosial Ekonomi; Indikator Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Rakyat;

Profil Kesejahteraan Petani; Perkembangan Harga Konsumen dan Inflasi.

Disamping itu, Pemerintah Kabupaten Semarang juga bekerjasama

dengan BPS Kabupaten Semarang untuk menyusun PDRB Kabupaten yang

substansinya mencakup Analisis Indikator Ekonomi; Statistik Sektoral sebagai

Basis Data Informasi Pembangunan Daerah; dan Analisis Pembangunan

Manusia.

Perkembangan capaian urusan statistik di Kabupaten Semarang

selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.65. Capaian Urusan Statistik Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020

NO URAIAN SATUAN TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

1 Buku Statistik Dok 6 6 6 6 6

2 Buku PDRB Kabupaten Dok 1 2 3 3 3 Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika, 2021

O. Persandian

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menetapkan bahwa urusan

persandian adalah urusan pemerintahan konkuren yang bersifat wajib bagi

seluruh pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Urusan

Persandian baru dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang secara

efektif sejak Tahun 2017. Adapun pada periode sebelumnya, persandian

bukan menjadi urusan tersendiri melainkan menjadi bagian dari urusan

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.

Sampai dengan Tahun 2020, persentase Perangkat Daerah yang telah

menggunakan sandi dalam komunikasi Perangkat Daerah mencapai sebesar

2,17%. Hal ini sejalan dengan ketentuan pemerintah bahwa setiap instansi

pemerintah harus mengamankan informasi penting yang dimiliki dengan

II - 108

tujuan untuk melindungi data dan informasi penting dari penyingkapan oleh

pihak-pihak yang tidak berhak.

P. Kebudayaan

1. Jumlah Grup Kesenian Aktif

Jumlah grup kesenian di Kabupaten Semarang selama kurun waktu

Tahun 2016-2020 terus mengalami peningkatan dari semula pada Tahun

2016 sebanyak 2.716 grup meningkat menjadi sebanyak 3.906 grup kesenian

pada Tahun 2020. Peningkatan jumlah grup kesenian di Kabupaten Semarang

didorong oleh sejumlah faktor, antara lain:

a. Kebijakan Pemerintah Daerah yang memberikan hibah kepada grup

kesenian, sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk mendirikan

group kesenian dan melegalkannya melalui pengesahan organisasi yang

dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan

Olahraga.

b. Peran serta pamong budaya yang memberikan pembinaan pada organisasi

kesenian untuk mendaftarkan organisasinya.

c. Berkembangnya teknologi informasi komunikasi sehingga memudahkan

masyarakat untuk memperoleh informasi demi pengembangan kesenian di

Kabupaten Semarang.

d. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk membentuk organisasi

kesenian baru yang berkualitas bagi pengembangan kreativitas kesenian

daerah.

e. Meningkatnya penyelenggaraan event-event festival seni dan budaya yang

difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk virtual dimasa Pandemi

Covid-19.

Adapun jenis/ragam grup kesenian yang ada di Kabupaten Semarang

diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.66. Jenis/Ragam Grup Kesenian di Kabupaten Semarang Tahun 2020

NO JENIS SENI SATUAN JUMLAH

1 Tari Tradisional Grup 1.327

2 Tari Modern Grup 111

3 Pertunjukan Rakyat Grup 486

4 Musik Religius Grup 916

5 Musik Modern Grup 715

6 Teater Grup 223

7 Pedalangan Grup 97

8 Seni Rupa Grup 51 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

II - 109

2. Jumlah Cagar Budaya yang Dilestarikan

Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan di

Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020 mengalami

peningkatan dari semula pada Tahun 2016 sebanyak 1.072 buah meningkat

menjadi sebanyak 1.228 buah pada Tahun 2020.

Hal ini menunjukkan bahwa pelestarian terhadap benda, situs dan

cagar budaya telah ditangani secara terpadu antara masyarakat dengan

Pemerintah Daerah, baik yang berupa benda bergerak maupun benda tidak

bergerak.

Jenis/ragam grup cagar budaya yang ada di Kabupaten Semarang

diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.67. Cagar Budaya di Kabupaten Semarang Tahun 2020 NO JENIS SATUAN JUMLAH

I Cagar Budaya Bergerak

1 Artefak Buah 352

2 Pusaka Buah 82

3 Arca/ Patung Buah 272

4 Peninggalan Lain Buah 435

II Cagar Budaya Tidak Bergerak

1 Benteng Buah 2

2 Bangunan Kolonial Buah 35

3 Gereja / masjid Buah 36

4 Bangunan lain (candi, petirtaan, stasiun, dll) Buah 14 Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang, 2021

Agar benda cagar budaya, khususnya cagar budaya bergerak yang ada

di Kabupaten Semarang saat ini tidak mudah lepas/hilang maka sangat perlu

adanya sebuah bangunan/Museum yang representatif untuk menyimpan,

merawat dan memamerkan warisan budaya Kabupaten Semarang sebagai

bentuk upaya pelestarian benda cagar budaya.

Q. Perpustakaan

1. Jumlah Perpustakaan

Jumlah Perpustakaan Kabupaten Semarang selama kurun waktu

Tahun 2016-2020 selalu meningkat, yaitu dari 1.120 unit pada Tahun 2016

meningkat menjadi 1.130 unit pada Tahun 2020. Perpustakaan di Kabupaten

Semarang sebagian besar masih belum dapat memenuhi standar nasional

perpustakaan, yaitu utamanya pada perpustakaan desa dan sekolah dasar

yang disebabkan kurangnya luas ruangan dan keterbatasan jenis dan jumlah

koleksi. Selain itu permasalahan yang juga dihadapi adalah kurangnya tenaga

pengelola perpustakaan desa dan sekolah dasar.

Perkembangan jumlah perpustakaan di Kabupaten Semarang selama

Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

I I I I I I

I I I I I I

II - 110

Tabel 2.68. Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO JENIS

PERPUSTAKAAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

1 SD Unit 475 475 475 476 476

2 MI Unit 129 129 129 129 129

3 SMP Unit 94 94 94 94 94

4 MTs Unit 37 37 37 37 37

5 SMA Unit 25 25 25 25 25

6 MA Unit 7 7 7 7 7

7 SMK Unit 28 28 28 28 28

8 Perpustakaan Keliling Unit 130 135 137 137 137

9 Instansi Pemerintah Unit 25 25 25 25 25

10 Perguruan Tinggi Unit 2 2 2 2 2

11 Umum Unit 168 168 168 170 170

Jumlah 1.120 1.125 1.127 1.130 1.130 Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2021

2. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Jumlah pengunjung perpustakaan di Kabupaten Semarang selama

Tahun 2016-2020 cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Fluktuasi

tertinggi terjadi pada Tahun 2020 yang mengalami penurunan drastis dari

capaian Tahun 2019 hingga mencapai -64,37%. Adanya penurunan jumlah

pengunjung perpustakaan secara signifikan pada Tahun 2020 disebabkan

karena kondisi Pandemi Covid-19, sehingga pelayanan perpustakaan

diberlakukan pengurangan jam kunjungan dan bahkan ditutup untuk

sementara waktu.

Tabel 2.69. Jumlah Pengunjung Perpustakaan di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Laki-laki Orang 67.299 68.547 73.417 77.896 53.241

Perempuan Orang 78.261 80.589 75.789 71.550

Jumlah 145.560 149.136 149.206 149.446 53.241 Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2021

3. Jumlah Koleksi Buku

Koleksi buku yang tersedia di Perpustakaan Daerah Kabupaten

Semarang selama kurun waktu Tahun 2016-2020 terus meningkat

sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.70. Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Koleksi Buku

Perpustakaan

Judul 40.690 41.458 41.734 39.156 39.472

Eksemplar 77.653 79.257 80.377 78.662 79.294 Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2021

R. Kearsipan

Penyelenggaraan urusan kearsipan di daerah pada dasarnya bertujuan

untuk kepentingan penyelamatan catatan sejarah suatu daerah yang

II - 111

merupakan bagian tak terpisahkan dari catatan sejarah nasional Indonesia.

Namun demikian, penyelenggaraan urusan kearsipan di daerah juga

dimaksudkan sebagai upaya untuk menyelamatkan bahan bukti kinerja

pemerintahan daerah yang pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi

perlindungan hak-hak keperdataan maupun untuk menyelesaikan berbagai

permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah.

Kinerja penyelenggaraan urusan kearsipan yang dilaksanakan di

Kabupaten Semarang pada Tahun 2016-2020 sementara lebih berfokus pada

upaya peningkatan SDM pengelola kearsipan dan upaya pemenuhan tata

kelola arsip secara baku, khususnya pada instansi Pemerintah Daerah dan

Pemerintah Desa.

Berkaitan dengan upaya peningkatan SDM pengelola kearsipan dapat

disampaikan bahwa selama kurun waktu Tahun 2016-2020 telah

dilaksanakan pelatihan dan pembinaan bagi SDM pengelola kearsipan baik

bagi jajaran Perangkat Daerah Kabupaten Semarang maupun bagi jajaran

Pemerintah Desa. Capaian peningkatan SDM pengelola kearsipan di

Kabupaten selama kurun waktu Tahun 2016-2020 menunjukkan

kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hanya saja pada Tahun 2020

terjadi penurunan kinerja yang sangat signifikan hingga mencapai -33,70%

mengingat dalam situasi pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi untuk

dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan secara langsung ke lapangan.

Adanya kebijakan refocussing kegiatan dan anggaran untuk penanganan

pandemi Covid-19 juga berdampak pada keterbatasan dana untuk

penyelenggaraan kegiatan pelatihan kearsipan.

Adapun berkaitan dengan upaya pemenuhan tata kelola arsip secara

baku dapat disampaikan bahwa selama kurun waktu Tahun 2016-2020

capaiannya relatif meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun sempat

mengalami penurunan di Tahun 2018, namun pada Tahun 2019 dan Tahun

2020 kembali meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Secara

khusus, peningkatan capaian kinerja pengelolaan arsip secara baku pada

Tahun 2020 dapat dimungkinkan karena dari target sebanyak 54 unit yang

mengelola arsip secara baku, pada pelaksanaannya terealisasi 56 karena

terdapat penambahan realisasi sebanyak 2 unit dari Pemerintah Desa

sehingga mengalami peningkatan capaian kinerja dari target yang telah

ditentukan.

Perkembangan capaian kinerja urusan kearsipan di Kabupaten

I I I I I I I

II - 112

Semarang selama Tahun 2016-2020 diuraikan sebagaimana pada tabel

berikut :

Tabel 2.71. Capaian Kinerja Urusan Kearsipan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Peningkatan SDM

pengelola kearsipan

Kegiatan 2,00 2,00 70,00 80,00 53,00

Pengelolaan arsip secara baku

% 73,00 96,96 85,20 97,20 104,00

Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, 2020

2.1.4.3 Urusan Pemerintahan Pilihan

A. Kelautan dan Perikanan

Potensi sumber daya perikanan Kabupaten Semarang merupakan

potensi yang dapat dioptimalkan pengelolaannya demi mewujudkan

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Semarang, kelestarian sumber daya

perikanan dan lingkungannya, serta peningkatan peran sektor perikanan

dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Semarang.

Kegiatan perikanan di Kabupaten Semarang pada dasanya terbagi

menjadi dua, yakni perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan

budidaya berkembang pesat di seluruh wilayah Kabupaten Semarang,

sedangkan perikanan tangkap terkonsentrasi di perairan Rawa Pening dan

sekitarnya yang meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu, Kecamatan

Tuntang, Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan

Banyubiru.

Meskipun demikian, di luar kategori itu terdapat juga kegiatan

perikanan tangkap di perairan umum lainnya, seperti sungai, cek-dam

maupun embung. Perairan Umum Daratan (PUD) yang ada di Kabupaten

Semarang memiliki 1 danau yaitu Rawa Pening seluas 2.020 Ha, 88 sungai

dengan luas ±44,01 Ha, 45 unit Embung dengan luas ±40,88 Ha, dan lahan

marginal seluas ±20 Ha tersebar disekitar Rawa Pening.

Perkembangan capaian kinerja urusan kelautan dan perikanan di

Kabupaten Semarang diuraikan sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 2.72. Capaian Indikator Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Semarang Tahun 2018-2020

NO INDIKATOR SATUAN 2018 2019 2020

1 Persentase peningkatan hasil produksi

perikanan % 0,70 0,20 -14,75

2 Cakupan bina kelompok tani nelayan % 68,63 82,35 82,35

3 Persentase pemenuhan kebutuhan

konsumsi ikan % 49,78 49,90 35,92

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, 2021

II - 113

1. Persentase Peningkatan Hasil Produksi Perikanan

Hasil produksi perikanan di Kabupaten Semarang Tahun 2020

mengalami penurunan yang sangat tajam jika dibandingkan Tahun 2018 dan

2019, yaitu sebesar 14,75%. Penurunan tersebut disebabkan: (1) Terjadinya

banjir yang mengakibatkan gagal panen dan hilangnya satu periode tebar

sehingga potensi produksi ikan hilang; (2) Penurunan produksi ikan yang

disebabkan oleh tersendatnya pasokan pakan pelet di pasaran; (3) Dampak

pandemi Covid-19 yang menyebabkan tingginya harga pakan dan tersendatnya

pemasaran sehingga mengurangi permodalan pembudidaya ikan; dan (4)

Penataan karamba di Rawa Pening oleh BBWS Kementerian PUPR.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan hibah

berupa percontohan budidaya ikan nila dan lele kepada kelompok pemudidaya

ikan melalui kegiatan pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan,

mengajukan bantuan dana ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pembudidaya ikan konsumsi dan

non konsumsi agar dapat melakukan budidaya secara optimal.

2. Cakupan Bina Kelompok Tani Nelayan

Pada Tahun 2020 persentase cakupan bina kelompok tani nelayan

mengalami peningkatan dibandingkan pada Tahun 2018. Dimana pada Tahun

2018 sebesar 68,83% meningkat menjadi 82,35% pada Tahun 2020.

Peningkatan ini dikarenakan pembinaan terhadap kelompok tani nelayan yang

bernama Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebanyak 25 kelompok dari 51

kelompok di wilayah danau Rawa Pening.

3. Persentase Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Ikan

Persentase pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan Tahun 2020

mencapai 35,92%, menurun jika dibandingkan Tahun 2019 sebesar 49,90%.

Hal ini dikarenakan adanya penurunan produksi ikan konsumsi baik dari

usaha budidaya maupun tangkap. Selain itu pasokan ikan dari luar

Kabupaten Semarang baik ikan tawar maupun ikan laut menurun selama

pandemi Covid-19.

B. Pariwisata

1. Persentase Peningkatan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata

Pendapatan daerah Kabupaten Semarang dari sektor pariwisata pada

Tahun 2020 mencapai sebesar Rp5.574.727.000,-. Capaian ini menurun

sebesar -40,28% jika dibandingkan dengan pendapatan sektor pariwisata pada

II - 114

Tahun 2019 yang mencapai Rp9.334.786.000,00,-.

Adanya Penurunan tersebut merupakan dampak dari pandemi Covid-

19 dimana sektor pariwisata menjadi salah satu sektor paling terdampak,

karena harus melakukan penundaan dan/atau pembatasan di tempat-tempat

umum, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisata.

Beberapa Daya Tarik Wisata (DTW) tidak beroperasi, diantaranya:

a. DTW. Pemandian Muncul dan DTW. Muncul Water Park tutup dari bulan

April sampai dengan Desember 2020;

b. DTW. Candi Gedongsongo dan DTW. Bukit Cinta tutup dari bulan April

sampai dengan Juni 2020, dibuka kembali pada bulan Juli sampai dengan

Desember 2020;

c. DTW. Palagan Ambarawa tutup dari bulan April sampai dengan Juli 2020

dan dibuka kembali pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2020.

2. Jumlah Kunjungan Wisata

Kabupaten Semarang memiliki potensi pengembangan pariwisata yang

cukup besar melalui ketersediaan 50 Daya Tarik Wisata (DTW) dan 35 desa

wisata. Potensi DTW yang meliputi wisata alam, budaya, buatan dan minat

khusus, serta potensi desa wisata cukup besar. Namun secara umum

destinasi wisata, desa wisata dan infrastruktur pendukung masih belum

optimal atau perlu ditingkatkan untuk meningkatkan jumlah kunjungan

wisatawan ke Kabupaten Semarang.

Secara umum jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Semarang

selama periode Tahun 2016-2020 relatif meningkat dari tahun ke tahun.

Meskipun pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten

Semarang selama kurun waktu 5 tahun terakhir cukup progresif, namun

kekuatan daya tarik objek wisata yang ada di wilayah Kabupaten Semarang

masih belum cukup efektif untuk menarik minat wisatawan berkunjung lebih

lama di Kabupaten Semarang. Hal ini dapat terindikasi dari lama kunjungan

wisatawan di Kabupaten Semarang yang secara rata-rata masih kurang dari 1

hari untuk wisatawan domestik dan kurang dari 2 hari untuk wisatawan

mancanegara.

Adapun secara khusus, pada Tahun 2020 jumlah kunjungan

wisatawan ke Kabupaten Semarang menurun drastis dikarenakan adanya

situasi pandemi Covid-19 yang sangat berdampak pada merosotnya jumlah

kunjungan wisata di Kabupaten Semarang. Hal ini terlihat dari volume

kunjungan wisata di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 yang menurun

II - 115

hampir 50% dari jumlah kunjungan wisata Tahun 2019, yaitu dari 3.510.280

wisatawan pada Tahun 2019 turun menjadi 1.826.429 wisatawan pada Tahun

2020. Adapun kunjungan wisata ke Kabupaten Semarang pada Tahun 2020

terdiri dari 1.825.573 wisatawan domestik dan 856 wisatawan mancanegara.

Perkembangan jumlah kunjungan wisata dan lama kunjungan wisata

ke Kabupaten Semarang selama periode Tahun 2016-2020 dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.73. Jumlah dan Lama Kunjungan Wisata ke

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Wisatawan Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Lama Kunjungan

(hari)

Domestik 1.980.259 2.812.554 3.372.791 3.502.719 1.872.938 0,9

Asing 23.924 9.867 8.999 7.561 856 1,9

Jumlah 2.004.183 2.822.421 3.381.790 3.510.280 1.873.794

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, 2021

Masih belum optimalnya jumlah kunjungan dan lama tinggal

wisatawan, dibandingkan potensi wisata yang besar di Kabupaten Semarang

salah satunya disebabkan oleh pemasaran atau promosi pariwisata yang

belum optimal. Kabupaten Semarang belum mempunyai event pariwisata

dalam skala nasional sampai internasional sebagai salah satu strategi promosi

wisata. Bahkan event pariwisata Kabupaten Semarang belum masuk dalam 10

besar event pariwisata di tingkat Jawa Tengah.

Di sisi lain, pemasaran dan promosi pariwisata di Kabupaten Semarang

melalui media sosial juga masih belum optimal. Branding Kabupaten

Semarang sebagai daerah wisata juga masih menjadi tantangan. Sampai saat

ini Kabupaten Semarang belum mempunyai brand/ikon pariwisata yang kuat

sebagai penarik kunjungan wisata.

3. Standardisasi Jasa Usaha dan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pariwisata

Perkembangan pariwisata Kabupaten Semarang sangat didukung oleh

keberadaan industri pariwisata yang terdiri dari 225 Jasa Akomodasi Wisata

(meliputi 12 hotel bintang, 197 hotel non bintang, 16 pondok wisata); 16

tempat kebugaran seperti spa, panti mandi uap; 92 tempat hiburan seperti

karaoke dan pub; lebih dari 500 Restoran / rumah makan; 49 café; 22 usaha

catering; 54 tempat pemancingan; 37 Biro / Agen Perjananan Wisata; 7 usaha

MICE; 112 pramuwisata bersertifikat; 4 usaha transportasi wisata; dan bisnis

oleh-oleh.

I I I I I I

II - 116

Meskipun Kabupaten Semarang secara umum memiliki potensi

pengembangan pariwisata yang cukup besar, namun peluang ini belum

sepenuhya didukung dengan adanya usaha dan SDM industri pariwisata yang

sudah terstandarisasi.

Pada industri perhotelan sebagai contoh, tingkat hunian hotel masih

sekitar 28% dan masih didominasi jumlah hotel non bintang (lebih dari 95%)

yang biasanya layanan usahanya belum terstandarisasi seperti halnya hotel

berbintang. Jumlah hotel bintang dan standar layanan industri pariwisata

perlu ditingkatkan untuk menarik kunjungan dan meningkatkan lama tinggal.

Dalam bidang hotel dan restoran, diperkirakan SDM yang bersertifikat baru

mencapai 25% dari keseluruhan SDM bidang ini sehingga masih menjadi

tantangan pemerintah dan pelaku usaha pariwisata. Meningkatkan standar

layanan industri pariwisata termasuk SDM sangat diperlukan untuk menarik

kunjungan wisatawan dan meningkatkan belanja pengunjung di Kabupaten

Semarang.

C. Pertanian

Tabel 2.74. Produktivitas Hasil Pertanian Per Tahun di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Produktivitas Hasil Pertanian Per

Tahun Ku/ha 57,20 57,45 58,16 60,20 61,57

Cakupan Bina Kelompok Petani % 6,47 32,35 32,35 48,50 52,61 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, 2021

1. Produktivitas Hasil Pertanian Per Tahun

Produktivitas hasil pertanian di Kabupaten Semarang selama lima

tahun terakhir menunjukkan tren positif dan selalu meningkat dari tahun ke

tahun. Pada Tahun 2020 produktivitas hasil pertanian mencapai 61,57

kuintal/hektar. Peningkatan tersebut disebabkan curah hujan sedang hampir

sepanjang tahun sehingga daya tumbuh tanaman menjadi optimal dan

meningkatkan panen.

Upaya untuk terus menaikkan produktivitas diantaranya dengan

penyediaan prasarana pertanian seperti pembangunan Jaringan Irigasi

Tersier/Tingkat Usaha Tani (JITUT), pembangunan irigasi air tanah dalam,

pembangunan irigasi air tanah dangkal dan embung. Selain itu penggunaan

bibit padi unggul dan penggunaan pupuk juga dapat meningkatkan

produktivitas hasil pertanian.

2. Cakupan Bina Kelompok Tani

Cakupan bina kelompok tani adalah pembinaan kepada kelompok tani

di wilayah Kabupaten Semarang. Cakupan bina kelompok tani Tahun 2016-

2020 terus meningkat, yaitu dari 6,47% pada Tahun 2016 menjadi 52,61%

II - 117

pada Tahun 2020. Secara khusus pada Tahun 2020 telah diberikan bantuan

kepada kelompok tani sebanyak 311 kelompok.

D. Perdagangan

1. Ekspor Bersih Perdagangan

Tabel 2.75. Ekspor Bersih Perdagangan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

INDIKATOR SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Ekspor Bersih Perdagangan

US$ 000 281.687,56 312.688,08 334.290,51 310.042,00 217.413,00

Sumber: Dinas Koperasi, UM, Perindag Kabupaten Semarang, 2020

Kegiatan ekspor-impor di Kabupaten Semarang didominasi tekstil dan

produk turunannya, yaitu konveksi dan garmen. Selama kurun waktu Tahun

2016-2020, ekspor bersih di Kabupaten Semarang menunjukkan angka yang

fluktuatif. Pada Tahun 2020 ekspor bersih perdagangan di Kabupaten

Semarang sebesar US$217.413.000, menurun jika dibandingkan Tahun 2019.

Hal ini sebagai dampak pandemi Covid-19 yang menerpa dunia usaha di pasar

global. Selain itu terdapat beberapa kendala yang mempengaruhi kegiatan

ekspor/impor, antara lain:

a. Kualitas dan kuantitas produk ekspor yang kurang stabil;

b. Peluang pasar ekspor yang belum semua dimanfaatkan;

c. Nilai tukar mata uang yang fluktuatif;

d. Menurunnya permintaan pasar;

e. Keterbatasan dalam berkreasi, berinovasi untuk mengembangkan produk

ekspor;

f. Keterbatasan barang modal, bahan baku dan bahan penolong yang

diproduksi dalam negeri;

g. Adanya produk gagal/reject yang kurang sesuai dengan spesifikasi order.

Sebagai catatan berdasarkan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah pada matrik pembagian urusan pemerintahan

bidang perdagangan, menyatakan bahwa penerbitan surat keterangan asal

dan penerbitan angka pengenal importir menjadi domain provinsi. Sehingga

implikasi yang terjadi adalah fasilitasi, pembinaan dan pelaporan kegiatan

ekspor dan/atau impor menjadi kewenangan provinsi dengan tembusan

kabupaten/kota.

Pemerintah Kabupaten Semarang mendukung perluasan pasar-pasar

baru dan juga diversifikasi komoditas ekspor melalui fasilitasi bagi pelaku

usaha mikro untuk mengikuti pameran yang berskala nasional.

II - 118

E. Perindustrian

1. Persentase Pembinaan Kelompok Industri

Persentase pembinaan kelompok industri hingga Tahun 2020 telah

mencapai 20%. Dari total 267 kelompok/sentra industri yang tersebar di

Kabupaten Semarang, sebanyak 55 kelompok industri diantaranya telah

dibina oleh Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Dinas Koperasi, UMKM,

Perindustrian dan Perdagangan. Rincian kelompok industri yang terbina di

Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

a. Kelompok industri gula aren di Tengaran dan Suruh;

b. Kelompok industri makanan olahan kue di Ambarawa, Jambu, Bandungan,

Sumowono;

c. Kelompok industri kerajinan di Ungaran Barat dan Ungaran Timur;

d. Kelompok industri souvernir di Ambarawa, Banyubiru, Tuntang, Tengaran,

Ungaran Barat;

e. Kelompok industri pengolahan sampah di Ungaran Barat, Ungaran Timur,

Bandungan, Bawen, Tuntang;

f. Kelompok industri kopi di Jambu, Banyubiru, Sumowono dan Ungaran

Barat;

g. Kelompok industri logam di Bawen, Pringapus, Bergas dan Ambarawa;

h. Kelompok makanan olahan di Suruh, Susukan, Kaliwungu, Bancak;

i. Kelompok makanan olahan di Jambu, Bandungan, Bawen dan Ambarawa;

j. Kelompok kerajinan di Tengaran, Banyubiru, Ambarawa, Bawen, dan

Tuntang.

2. Persentase Peningkatan Jumlah Industri Kecil yang Berizin

Industri memiliki peran yang cukup penting dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial dan pengembangan sektor swasta

yang dinamis. Terlebih lagi IKM dinilai sebagai sektor yang tangguh dalam

menjalankan usahanya di tengah ketidakpastian perekonomian global. Salah

satu cara untuk meningkatkan persentase peningkatan jumlah industri kecil

berizin adalah mendorong pelaku usaha mikro yang bergerak di bidang

industri dan sudah memiliki izin usaha mikro untuk dapat meningkatkan

kapasitas izinnya menjadi izin usaha industri serta menyederhanakan proses

perizinan industri melalui serangkaian peraturan perundangan.

Jumlah industri kecil Tahun 2019 sebanyak 1.773 industri, meningkat

menjadi 1.791 industri pada Tahun 2020, yang berarti selama Tahun 2020

hanya terdapat peningkatan sebanyak 18 unit usaha. Jika dibandingkan

II - 119

Tahun 2019, persentase peningkatan industri kecil berizin meningkat sebesar

1,01%. Peningkatan tersebut di bawah target yang ditetapkan sebesar 2%,

karena:

a. Pandemi Covid-19 menyebabkan pengusaha industri kecil lebih berfokus

pada keberlangsungan usaha, bukan pada aspek legalitas;

b. Bantuan penanganan Covid-19 kepada industri kecil hanya mensyaratkan

IUM atau Surat Keterangan Usaha dari Desa, tidak mensyaratkan izin

usaha industri;

c. Belum adanya sinkronisasi aturan dan sistem antara Online Single

Submission (OSS) dengan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)

Kementerian Perindustrian;

d. Proses pemenuhan komitmen di SIINAS belum berjalan secara optimal,

salah satunya karena Pandemi Covid-19 yang membuat admin SIINAS di

tingkat kementerian tidak bisa menindaklanjuti proses di sistem.

F. Transmigrasi

Program transmigrasi di Kabupaten Semarang diselenggarakan melalui

pola transmigrasi umum. Hal ini meyebabkan cakupan kepesertaan program

transmigrasi di Kabupaten Semarang sangat terbatas karena bergantung pada

kuota dari pemerintah pusat.

Sehubungan dengan kondisi Pandemi Covid-19, pada Tahun 2020

program transmigrasi ditunda pelaksanaannya ke tahun 2021 mengacu pada

Surat dari Direktur Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan

Permukiman Transmigrasi Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi RI tanggal

6 April 2020, Nomor B.656/PKT.04.01/IV/2020, perihal perpindahan dan

penempatan transmigrasi Tahun 2020.

1. Peningkatan SDM Calon Transmigrasi

Capaian indikator kinerja peningkatan SDM calon transmigrasi hingga

Tahun 2019 mencapai sebanyak 20 orang. Capaian tersebut tidak mencapai

target yang ditetapkan sebesar 40 orang dikarenakan kuota transmigran yang

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk Kabupaten Semarang dibatasi hanya

sebanyak 20 orang.

2. Peningkatan Kerjasama Antar Wilayah, Antar Pelaku dan Antar

Sektor Dalam Rangka Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Realisasi pada indikator kinerja peningkatan kerjasama antar wilayah,

antar pelaku dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan

transmigrasi di Tahun 2019 hanya terealisasi sebanyak 2 provinsi dari target

I I I I I I I I I

II - 120

yang ditetapkan 3 provinsi. Capaian realisasi ini menurun dibandingkan

tahun sebelumnya yang mencapai sebanyak 3 provinsi, hal ini disebabkan

jumlah animo pendaftar transmigran cukup banyak namun kuota daerah yang

disediakan oleh Pemerintah Pusat terbatas sehingga daya tampung program

transmigrasi di Kabupaten Semarang menjadi tidak optimal.

2.1.4.4 Unsur Pendukung Urusan Pemerintahan

A. Sekretariat Daerah

Tabel 2.76. Capaian Kinerja Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020

NO URUSAN DAN INDIKATOR SAT CAPAIAN KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020

1 Realisasi Indikator Kinerja yang

tercapai sesuai target % 96,92 71,43 84,62 78,02 71,43

2 Skor evaluasi SAKIP skor C CC CC CC CC Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2021

1. Realisasi Indikator Kinerja Yang Tercapai Sesuai Target

Indikator kinerja merupakan kriteria/alat ukur kuantitatif maupun

kualitatif untuk menggambarkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran

organisasi. Indikator Kinerja Utama (IKU) Pemerintah Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2021 telah dimuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang

Nomor 15 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021 dan ditetapkan

secara khusus dalam bentuk Peraturan Bupati Semarang Nomor 73 Tahun

2016 tentang Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2021.

Capaian realisasi indikator kinerja yang tercapai sesuai target pada

Tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan pada Tahun 2019. Capaian

pada Tahun 2019 telah dapat mencapai 78,02%, namun pada Tahun 2020

realisasi capaian hanya mencapai 71,43%.

2. Skor Evaluasi SAKIP

Akuntabilitas kinerja pembangunan menjadi salah satu kriteria menuju

tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Salah satu indikator untuk

mengukur akuntabilitas kinerja pembangunan adalah skor evaluasi SAKIP.

Sampai dengan Tahun 2019 nilai SAKIP Kabupaten Semarang adalah CC

(58,11), Kabupaten Semarang termasuk salah satu dari tiga Kabupaten di

Jawa Tengah yang masih mendapatkan nilai CC atau berperingkat 3 terbawah

dalam penilaian SAKIP Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Tengah.

Perlu upaya untuk meningkatkan nilai SAKIP, yang dimulai dari proses

perencanaan dalam menentukan tujuan, sasaran, program, kegiatan

II - 121

pembangunan daerah, beserta indikator kinerjanya agar relevan, selaras, dan

konsisten.

B. Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD merupakan bagian integral dari pemerintah daerah

yang keberadaannya tidak terpisahkan dengan kinerja DPRD. Sekretariat

DPRD adalah perangkat daerah yang merupakan unsur pelayanan

administrasi terhadap DPRD, yang meliputi penyelenggaraan administrasi

kesekretariatan DPRD, penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD,

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, serta penyediaan dan

pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.

Melihat kedudukan, tugas dan fungsi Sekretariat DRPD tersebut maka

dapatlah dikatakan bahwa Sekretariat DPRD mempunyai peranan yang sangat

penting dan turut menentukan efektifitas pelaksanaan fungsi DPRD, artinya

bahwa efektifitas pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Daerah dapat

menentukan efektifitas pelaksanaan fungsi DPRD. Oleh karena itu, untuk

mewujudkan atau meningkatkan efektifitas DPRD maka Sekretariat DPRD

harus dapat berperan maksimal sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam melakukan tugas dan kewajibanya untuk mendukung kegiatan

DPRD, Sekretariat daerah menjalankan program untuk memfasilitasi kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan oleh DPRD antara lain:

1. Pembahasan Rancangan Peraturan;

2. Hearing/Dialog dan Koordinasi dengan Pejabat Pemerintah Daerah dan

Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama;

3. Rapat-Rapat Alat Kelengkapan Dewan;

4. Rapat-Rapat Paripurna;

5. Kegiatan Reses;

6. Kunjungan Kerja Pimpinan dan Anggota DPRD dalam Daerah;

7. Peningkatan Kapasitas Pimpinan dan Anggota DPRD;

8. Penyediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pimpinan DPRD dan Anggota

DPRD;

9. Kunjungan Kerja Pimpinan dan Anggota DPRD Luar Daerah.

II - 122

2.1.4.5 Unsur Penunjang Urusan Pemerintahan

A. Perencanaan

1. Persentase Usulan Kegiatan berbasis Musrenbang yang Tertuang

dalam RKPD

Persentase usulan kegiatan berbasis Musrenbang yang tertuang dalam

RKPD telah mencapai target yang ditetapkan. Pada Tahun 2020 realisasi

usulan masyarakat melalui Musrenbang yang dapat terakomodir dalam

dokumen RKPD mencapai sebesar 99,60%. Capaian ini meningkat

dibandingkan Tahun 2019 yang mencapai sebesar 88,05%. Peningkatan

tersebut menggambarkan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat

akan pentingnya musrenbang.

Capaian tersebut tidak lepas dari upaya-upaya yang telah dilakukan

Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Barenlitbangda, diantaranya:

a. Menyusun buku “Panduan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) Kelurahan, Kecamatan, Forum Perangkat Daerah dan

Kabupaten Dalam Rangka Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Kabupaten Semarang” yang bertujuan untuk memberikan panduan kepada

Perangkat Daerah dan masyarakat Kabupaten Semarang dalam

mengusulkan kegiatan maupun aspirasi dalam Musrenbang.

b. Melaksanakan diseminasi informasi dan asistensi pelaksanaan Musrenbang

secara efektif dan terencana.

Meskipun demikian pada Tahun 2020 masih terdapat usulan

musrenbang yang tidak tertuang dalam RKPD, yaitu sebesar 0,40%. Masih

adanya usulan yang tidak tertampung dalam RKPD dikarenakan usulan yang

disampaikan oleh masyarakat bukan merupakan kewenangan Pemerintah

Kabupaten Semarang, sehingga tidak dapat diakomodir.

2. Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang Telah Ditetapkan

Perkada

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dokumen

perencanaan tahunan daerah. Kabupaten Semarang setiap tahun telah

menyusun RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pada Tahun

2020, telah dilaksanakan penyusunan dua dokumen perencanaan RKPD,

yaitu:

a. Peraturan Bupati Semarang Nomor 54 Tahun 2020 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021; dan

II - 123

b. Peraturan Bupati Semarang Nomor 60 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas

Peraturan Bupati Semarang Nomor 43 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2020.

3. Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD

Dalam sebuah perencanaan, konsistensi antar dokumen sangat

penting. Penjabaran program RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021

ke dalam program Perubahan RKPD Kabupaten Semarang Tahun 2020

mencapai 166 program atau sebesar 88,77%. Masih terdapat 8 program RKPD

(4,28%) yang tidak terdapat dalam RPJMD. Adapun, sisanya sebanyak 21

program, bukan merupakan program RPJMD yang dilaksanakan di Tahun

2020.

Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.57. Konsistensi Program Perubahan RKPD dengan RPJMD Tahun 2020

Adanya sejumlah 8 (delapan) program yang tidak konsisten dengan

RPJMD tersebut merupakan dampak dari kebijakan Pemerintah Pusat dalam

melaksanakan ketentuan Pasal 232 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah sehingga kemudian terbit Peraturan

Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah berimplikasi pada

dilakukannya penataan/perubahan SOTK di Kabupaten Semarang yang

mengakibatkan beberapa program muncul setelah perubahan SOTK Baru, dan

belum termuat di RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021, yaitu

sebagai berikut:

a. Program pengembangan, pengelolaan, dan konversi sungai, danau dan

sumber daya air lainnya (PD pengampu: DPU);

b. Program pengelolaan areal pemakaman (PD pengampu: DPU);

c. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan

lingkungan hidup (PD pengampu: DLH);

d. Program pengelolaan keragaman budaya (PD pengampu: Disdikbudpora);

21

RPJMD

8

RKPD-P 166

II - 124

e. Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau, dan air tawar

(PD pengampu: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan);

f. Program Penelitian dan Pengembangan (PD pengampu: Barenlitbangda);

g. Program Pelayanan tata pemerintahan, ketentraman dan ketertiban

masyarakat (PD pengampu: Kantor Kecamatan);

h. Program pelayanan pembangunan dan kesejahteraan rakyat (PD

pengampu: Kantor Kecamatan).

4. Persentase Peningkatan Kualitas Penyusunan LPPD

Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) merupakan

laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun

anggaran berdasarkan RKPD. LPPD menggambarkan kinerja urusan yang

ditangani oleh Pemerintah Daerah, untuk itu Kementerian Dalam Negeri

menetapkan Indikator Kinerja Kunci ( IKK ) untuk masing-masing urusan.

Persentase peningkatan kualitas penyusunan LPPD Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020 sebesar 100%, hal ini ditunjukkan dengan semua

IKK dalam LPPD Kabupaten Semarang dapat terisi/tidak ada TDI (tidak dapat

dinilai), artinya kualitas keterisian adalah 100%.

B. Keuangan

1. Opini BPK

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan pernyataan

profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan

dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni

kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan

pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern.

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah salah satu jenis opini

pemeriksaan atau audit keuangan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) Republik Indonesia. Diterimanya piagam WTP 5 tahunan dari

kementerian keuangan, karena Kabupaten Semarang sudah 8 kali menerima

opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan sejak Tahun 2011.

2. Kontribusi PAD terhadap Total APBD

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total APBD Tahun

2020 sebesar 22,57%, melebihi target sebesar 17,35%. Capaian tersebut juga

meningkat jika dibandingkan Tahun 2019 sebesar 18,56%.

II - 125

C. Kepegawaian

Tabel 2.77. Capaian Indikator Urusan Kepegawaian di Kabupaten Semarang 2016-2020

NO INDIKATOR 2016 2017 2018 2019 2020

1 Persentase Kesesuaian penempatan PNS

dalam jabatan struktural 87,15 97,35 98,55 99,03 99,25

2 Persentase peningkatan disiplin pegawai 99,93 99,94 99,96 99,91 99,94

3 Persentase pemenuhan kebutuhan diklat PNS

88,70 97,79 98,21 102,37 132,50

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Semarang, 2021

1. Persentase Kesesuaian Penempatan PNS dalam Jabatan Stuktural

Salah satu aspek penting dalam pengelolaan sumber daya manusia

adalah penempatan pegawai. Tujuan organisasi akan lebih mudah dicapai

apabila pegawai dalam hal ini PNS ditempatkan pada posisi yang sesuai

dengan kompetensi yang dimiliki.

Kesesuaian penempatan PNS dalam jabatan struktural di Kabupaten

Semarang pada Tahun 2020 sebesar 99,25%. Hal ini menunjukkan belum

semua penempatan pejabat struktural sesuai dengan kualifikasi. Hingga saat

ini masih terdapat 5 orang pejabat pengawas (eselon IV) yang penempatannya

belum memenuhi syarat minimal kualifikasi pendidikan (D3) karena yang

bersangkutan sudah terlebih dahulu diangkat sebelum berlakunya Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS.

2. Persentase Peningkatan Disiplin Pegawai

Realisasi peningkatan disiplin pegawai pada Tahun 2020 di Kabupaten

Semarang mencapai sebesar 99,94%. Masih terdapat selisih 0,06% dari

capaian maksimal. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya PNS

Kabupaten Semarang yang melakukan pelanggaran disiplin pada Tahun 2020.

Pelanggaran disiplin yang dilakukan karena melanggar Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS (dengan SK Bupati Semarang)

antara lain pelanggaran disiplin tingkat sedang sebanyak 1 orang yaitu

penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun karena pelanggaran

netralitas ASN, pelanggaran tingkat berat sebanyak 2 orang yaitu Pembebasan

dari jabatan karena penyalahgunaan wewenang dan pemberhentian dengan

hormat sebagai PNS tidak atas pemintaan sendiri karena tidak masuk kerja

tanpa alasan yang sah lebih dari 46 hari kerja.

Adapun sebanyak 2 orang PNS Kabupaten Semarang pada Tahun 2020

terpaksa diberhentikan dengan tidak hormat karena melanggar hukum pidana

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap

akibat melakukan tindak pidana berencana dengan hukuman pidana penjara

paling singkat 2 tahun.

II - 126

3. Indeks Merit Sistem

Indeks Merit Sistem adalah ukuran yang digunakan sebagai standar

penilaian penerapan Sistem Merit pada suatu Instansi Pemerintah. Sistem

Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada

kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan

latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status

pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

Penilaian Mandiri Sistem Merit dalam Manajemen ASN dilakukan

terhadap Instansi Daerah dalam praktik penyelenggaraan manajemen ASN

sebagai implementasi dari UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara. terdapat 8 (delapan) aspek penilaian mandiri sistem merit, yaitu : 1)

Perencanaan Kebutuhan, 2) Pengadaan, 3) Pengembangan kair, 4) Promosi dan

Mutasi, 5) Manajemen Kinerja, 6) Penggajian, Penghargaan dan Disiplin, 7)

Perlindungan dan Pelayanan serta 8) Sistem Informasi dengan masing-masing

indikator dan bobot pengukuran pada setiap aspek.

Kabupaten Semarang tengah merintis penerapan Sistem Merit di

Tahun 2021 untuk meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi Pemerintahan

Daerah yang diawali dengan penyusunan Peta Jalan/Road Map Penerapan

Sistem Merit Kabupaten Semarang sebagai satu bentuk operasionalisasi

perencanaan dan penerapan Sistem Merit yang disusun dan dilakukan setiap

5 (lima) tahun sekali serta merupakan rencana rinci pelaksanaan penerapan

Sistem Merit dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama 5 (lima) tahun

dengan sasaran per tahun yang jelas.

D. Pendidikan dan Pelatihan

1. Persentase Pemenuhan Diklat PNS

Realisasi pemenuhan diklat sebesar 134,25%, realisasi pemenuhan

diklat melebihi target dikarenakan kegiatan pengembangan kompetensi baik

teknis maupun fungsional beralih dari klasikal ke blended atau full e-learning

dengan adanya pandemi Covid-19 sehingga anggaran dapat dipergunakan bagi

pengembangan kompetensi ASN.

E. Penelitian dan Pengembangan

Kinerja penyelenggaraan penunjang urusan penelitian dan

pengembangan ditunjukkan oleh 2 indikator kinerja, yaitu persentase

pemanfaatan hasil kelitbangan dan persentase perangkat daerah yang

difasilitasi penerapan inovasi daerah.

' ' ' ' ' ' '

II - 127

Penyelenggaraan penunjang urusan penelitian dan pengembangan di

Kabupaten Semarang baru efektif dilaksanakan pada Tahun 2017

dikarenakan kelembagaan daerah bidang kelitbangan di Kabupaten Semarang

baru terbentuk pasca pemberlakukan Peraturan Bupati Semarang Nomor 52

Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi,

Tata Kerja Dan Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang yang

mulai disahkan pada akhir Tahun 2016. Dengan demikian, realisasi kinerja

penyelenggaraan penunjang urusan penelitian dan pengembangan di

Kabupaten Semarang secara efektif baru dapat terlaksana pada Tahun 2017

dan hanya terkait dengan penyusunan kajian, sedangkan fasilitasi inovasi

baru dapat dilaksanakan pada Tahun 2018.

Capaian kedua indikator kinerja tersebut selama Tahun 2016-2021

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.78. Kinerja Urusan Penelitian dan Pengembangan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase pemanfaatan hasil

kelitbangan

% - 75 75 75 75

Persentase perangkat daerah yang

difasilitasi penerapan inovasi daerah

% - - 2 2 19,56

Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021

1. Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan

Indikator persentase pemanfataan hasil kelitbangan pada Tahun 2020

hanya mencapai sebesar 75%. Adapun hasil kelitbangan yang dapat

ditindaklanjuti terdapat 3 (tiga) kajian yaitu : Penyusunan Naskah Akademis

Peraturan Daerah tentang Inovasi Daerah, Kajian Pengembangan Budaya

Inovasi Daerah, dan Sistem Informasi Pemetaan Hasil Penelitian dan

Pengembangan.

2. Persentase Perangkat Daerah yang Difasilitasi dalam Penerapan

Inovasi Daerah

Inovasi daerah merupakan upaya terobosan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, daya saing daerah, dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Untuk menstimulus dan menumbuhkembangkan inovasi agar

dapat dilaksanakan oleh segenap pihak secara terencana, terpadu,

terintegrasi, dan terkoordinasi Pemerintah Kabupaten Semarang pada Tahun

2020 telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2020 tentang

Inovasi Daerah yang mengatur mengenai inovasi dalam penyelenggaran

pemerintahan daerah.

Persentase perangkat daerah yang difasilitasi dalam penerapan inovasi

daerah pada Tahun 2020 mencapai 19,56%, kondisi tersebut melebihi dari

target (2%). Perangkat Daerah yang telah difasilitasi dalam penerapan inovasi

II - 128

sebanyak 9 (sembilan) meliputi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

Barenlitbangda; Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan;

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu; Dinas

Pariwisata; Dinas Perhubungan; Dinas Kesehatan; Badan Keuangan Daerah

serta Badan Kepegawaian Daerah.

Inovasi yang dilakukan di Kabupaten Semarang Tahun 2020, sebagai

berikut:

Tabel 2.79. Inovasi di Kabupaten Semarang Tahun 2020

NO JUDUL INOVASI BENTUK INOVASI

JENIS URUSAN

PEMERINTAH TAHAPAN INOVASI

1 Angkot Resik Seko Covid-19 (ASIK

Covid-19)

Pelayanan

Publik

Digital perhubungan Uji Coba

2 Hospitality in new normal life Pelayanan Publik

Non Digital pariwisata Penerapan

3 Culinary in new normal life Pelayanan Publik

Non Digital pariwisata Penerapan

4 Tourist attraction in new normal

life

Pelayanan

Publik

Non Digital pariwisata Uji Coba

5 Pelayanan Perijinan DPMPTS Kabupaten Semarang Pada Masa

Pandemi Covid 19

Pelayanan Publik

Digital penanaman modal Penerapan

6 Pasar Tradisional Bersahabat (BERsih, Sehat, Aman, HArga Bersaing dan hemAT)

Pelayanan Publik

Non Digital perdagangan Penerapan

7 The New Normal Toko Swalayan - Corona Berlalu (Belanja Seperlunya)

Pelayanan Publik

Non Digital perdagangan Penerapan

8 Redistribusi Pejabat Pelaksana

Pada Pemerintah Kabupaten Semarang Secara Online Melalui E-Mutasi

Pelayanan

Publik

Digital Kepegawaian Penerapan

9 Kenaikan Gaji Berkala (KGB) PNS

Secara Online

Tata Kelola

Pemerintahan Daerah

Digital Kepegawaian Penerapan

10 Posyandu Adaptasi Kebiasaan

Baru Melati 8 Dusun Kadilobo Desa Tegalwaton

Pelayanan

Publik

Non Digital kesehatan Penerapan

11 TARKOMAH OTW (dafTAR seKO

oMAH, Obat Teko deWe)

Pelayanan

Publik

Digital kesehatan Penerapan

12 EBPHTB Pelayanan Publik

Digital Keuangan Penerapan

13 e-SPPT Pelayanan Publik

Digital Keuangan Penerapan

14 Dashboard Monitoring Pajak

Daerah Kabupaten Semarang

Pelayanan

Publik

Digital Keuangan Penerapan

15 Aji Welas (Akta jadi jika masuk permohonan sebelum jam sebelas)

Pelayanan Publik

Digital administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

Penerapan

16 Balaputradewa (Bayi Lahir Pulang Beserta Akta Dengan Wajah Ceria)

Pelayanan Publik

Digital administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

Penerapan

17 Aji Arum (Akta Jadi Antar Rumah) Pelayanan Publik

Non Digital administrasi kependudukan dan

pencatatan sipil

Penerapan

18 Pelayanan Online (Sipenduk Online)

Pelayanan Publik

Digital administrasi kependudukan dan

pencatatan sipil

Penerapan

19 Gerakan Daerah dan Desa Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (Gada Penangkis) di Kabupaten Semarang

Tata Kelola Pemerintahan

Daerah

Non Digital sosial Penerapan

20 Aplikasi SMARD (Sistem Informasi

Manajemen Administrasi Desa/Kelurahan)

Pelayanan

Publik

Digital administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil

Penerapan

Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021

II - 129

Dalam pengukuran kualitas inovasi daerah, digunakan indikator

penilaian berupa Indeks Inovasi Daerah. Yaitu merupakan himpunan inovasi

daerah yang telah dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri sebagai sebuah

bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Untuk mengetahui Indeks Inovasi Daerah, Pemerintah Kabupaten

Semarang mengikuti ajang Innovative Government Award (IGA) sejak Tahun

2018. Pengukuran Indeks Inovasi Daerah dilakukan dengan cara melakukan

input inovasi daerah ke aplikasi Indeks Inovasi Daerah (IID) yang dibuat oleh

Kementerian Dalam Negeri.

Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Inovasi daerah pada Pusat

Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, nilai Indeksi Inovasi Daerah

Pemerintah Kabupaten Semarang sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.80. Perkembangan Indeks Inovasi Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Jenis Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

Indeks Inovasi Daerah Nilai - - 1.670 2.030 1.855 Sumber: Barenlitbangda Kabupaten Semarang, 2021

2.1.4.6 Unsur Pengawasan Urusan Pemerintahan

A. Inspektorat Daerah

Pengawasan dilaksanakan untuk menjaga kinerja penyelenggaraan

urusan pemerintahan daerah agar sesuai dengan regulasi, kebijakan dan

peraturan yang berlaku. Tujuan pengawasan adalah untuk mencegah

penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, meningkatkan

kepercayaan masyarakat dan menindaklanjuti setiap pengaduan masyarakat

secara responsif.

Agar mampu memberikan layanan assurance dan advisory untuk

perbaikan manajemen resiko, tata kelola dan pengendalian penyelenggaraan

pemerintahan, kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) berada

pada level 3 (terintegrasi) dan tingkat maturitas Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) berada pada level 3 (terdefinisi) sebagai pondasi agar

mampu berperan sebagai konsultan yang profesional (trusted advisor) sebagai

strategic business partner bagi manajemen.

Tabel 2.81. Capaian IKU Unsur Pengawasan Urusan Pemerintahan

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 IKU 2016-2021 2016 2017 2018 2019 2020

Kapasitas APIP dilihat dari skor IACM

(level)

1 2 2 3 3

Skor Hasil Evaluasi SPIP (level) 2 2 2 3 3 Sumber: Inspektorat Kabupaten Semarang, 2021

II - 130

1. Kapasitas APIP dilihat dari skor IACM

Kapabilitas Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) adalah

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas pengawasan yang terdiri dari 3

(tiga) unsur yang saling terkait, yaitu kapasitas, kewenangan, dan kompetensi

sumber daya manusia APIP yang harus dimiliki APIP agar dapat mewujudkan

peran APIP secara efektif. Kapabilitas APIP dikelompokkan menjadi 5 (lima)

tingkatan/level, yaitu: Level 1 (initial), Level 2 (infrastructure), Level 3

(integrated), Level 4 (managed), dan Level 5 (optimizing), yang dinilai

berdasarkan Internal Audit Capability Model (IACM) yang mencakup enam

elemen, yaitu: (1) Peran dan Layanan APIP (Services and Role of Internal

Auditing); (2) Pengelolaan SDM (People Management); (3) Praktik Profesional

(Professional Practices); (4) Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja (Performance

Management and Accountability); (5) Budaya dan Hubungan Organisasi

(Organizational Relationship and Culture); dan (6) Struktur Tata Kelola

(Governance Structures).

Kurun waktu Tahun 2016-2020 kapabilitas APIP dengan

memperhatikan kuantitas dan kualitas sumber daya aparatur serta

pemenuhan atas kendali mutu pengawasan dan standar pengawasan APIP

terus meningkat. Tahun 2019, kapabilitas APIP Kabupaten Semarang telah

mencapai Level 3 (terintegrasi). Penilaian tersebut merupakan hasil reviu yang

tercantum dalam Surat Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan

Keuangan Daerah, Direktorat Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah

pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor LHR-

647/D3.04/2/2019 tanggal 26 Desember 2019 perihal Laporan Reviu atas

Hasil Penjaminan Kualitas Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP Level 3 pada

Inspektorat Kabupaten Semarang serta dapat mempertahankan Level

kapabilitas APIP atas Hasil Penjaminan Kualitas Penilaian Mandiri pada saat

ekspose di BPKP RI Jakarta.

Pada Tahun 2020 Kabupaten Semarang belum mengajukan penilaian

kembali terkait Kapabilitas APIP Ke Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP). Hal ini dikarenakan pada tahun sebelumnya,

Inspektorat sudah mencapai target penilaian Kapabilitas APIP yaitu berada di

level 3.

Kapabilitas APIP Level 3 menunjukkan bahwa praktik profesional dan

audit internal telah ditetapkan secara seragam dan telah selaras dengan

standar, dengan outcome APIP mampu menilai efisiesi, efektivitas, dan

ekonomis suatu program/kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada

tata kelola, manajemen resiko dan pengendalian internal.

APIP dalam kapasitasnya sebagai auditor internal pemerintah harus

II - 131

terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya untuk dapat memberikan

penilaian independen dan objektif atas efektivitas operasi dari proses tata

kelola organisasi guna memberi nilai tambah bagi organisasi. Peningkatan

efektivitas APIP dapat mendorong efektivitas di Inspektorat Kabupaten

Semarang yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas tata kelola

pemerintahan secara keseluruhan.

Selanjutnya, Inspektorat Kabupaten Semarang telah mengupayakan

peningkatan kapabilitas APIP menuju level 4 diantaranya melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mendorong manajemen pemerintah untuk meningkatkan kematangan

pengelolaan risiko dan mendorong APIP mengimplementasikan penilaian

efektivitas pengelolaan risiko pemerintah daerah;

b. Meningkatkan praktik-praktik yang baik sebagaimana kapabilitas pada

level 3 dengan mengimplementasikan Key Process Area (KPA) secara baik

dan terus menerus serta mulai mempersiapkan diri untuk menuju level

kapabilitas yang lebih tinggi;

c. Melakukan self assesment secara berkala untuk meningkatkan

kapabilitas APIP menuju level yang lebih tinggi;

d. Mendorong Tim Management Oversight memberi rekomendasi dalam

rangka meningkatkan mutu pengawasan APIP.

2. Skor hasil evaluasi SPIP

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, SPIP adalah proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan

dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan. Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan

dapat menciptakan kondisi dimana terdapat budaya pengawasan terhadap

seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi sejak dini

terjadinya kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya

tindakan yang dapat merugikan negara.

Berdasarkan surat dari BPKP Nomor LQA-499/PW11/3.2/2019 tanggal

21 Agustus 2019 tentang Laporan Quality Assurance (QA) atas Hasil Penilaian

Maturitas Penyelenggaraan SPIP Level 3 pada Pemerintah Kabupaten

Semarang, pada Tahun 2019 Kabupaten Semarang sudah mencapai target

II - 132

SPIP tahun sebelumnya yaitu dapat memenuhi kriteria pada tingkat

“terdefinisi” (Level 3) dengan skor sebesar 3,08. Nilai tersebut tidak jauh

berbeda dengan hasil Quality Assurance (QA) atas Hasil Penilaian Maturitas

Penyelenggaraan SPIP Level 3 oleh BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Tengah

yaitu sebesar 3,038.

Melihat pentingnya peran SPIP dalam rangka mencapai tujuan dan

sasaran organisasi serta untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

baik maka pimpinan instansi/organisasi harus dapat menjadikan penerapan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjadi tanggung jawab

bersama tidak hanya pada unit kerja terkecil tapi hingga kepada masing-

masing individu.

Selain itu perlu diingat bahwa SPIP bukan hanya upaya membentuk

mekanisme administratif saja tetapi juga upaya melakukan perubahan sikap

dan perilaku (soft factor). Implementasi SPIP sangat bergantung kepada

komitmen, teladan pimpinan dan niat baik dari seluruh elemen dan pejabat

dan pegawai instansi pemerintah.

3. Manajemen Risiko Indeks

Manajemen risiko merupakan proses mengidentifikasi, memantau dan

mengelola risiko potensial untuk meminimalkan dampak negatif yang

mungkin ditimbulkannya terhadap suatu organisasi. Dalam konteks

organisasi pemerintah, manajemen risiko merupakan perangkat/alat

manajemen yang ditujukan untuk mengelola risiko dalam mencapai sasaran

strategis organisasi pemerintah. Penerapan manajemen risiko bertujuan

meminimalkan kemungkinan terjadinya dan dampak risiko yang dapat

mengganggu pencapaian sasaran tersebut. Melalui penerapan manajemen

risiko yang baik diharapkan akan memberikan pengaruh yang signifikan pada

peningkatan maturitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).

Efektivitas penerapan manajemen risiko pada suatu instansi

pemerintah diukur dengan menggunakan Manajemen Risiko Indeks (MRI),

yang sekaligus juga berfungsi sebagai perangkat/alat ukur untuk

mengevaluasi kematangan manajemen risiko pada Instansi Pemerintah.

Pengukuran tersebut dilakukan untuk memastikan seberapa matang

manajemen risiko yang telah dilakukan sampai dengan saat dilakukannya

pengukuran, guna menilai sejauhmana organisasi mampu

mengimplementasikan manajemen risiko, dibandingkan dengan best practice-

nya, sehingga akan dapat teridentifikasi area perbaikan dan peluang untuk

II - 133

meningkatkan kematangan manajemen risikonya secara terencana dan

memadai.

Berdasarkan Laporan dari Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah Nomor LAP-

690/PW11/3/2020 tanggal 10 Desember 2020 tentang Laporan Baseline

Indeks Penerapan Manajemen Risiko pada Pemerintah Kabupaten Semarang

Tahun 2020, BPKP telah melakukan penilaian awal terhadap penerapan

manajemen risiko pada Pemerintah Kabupaten Semarang dengan nilai skor

yang diperoleh adalah sebesar 1,87, sehingga baru dapat memenuhi kriteria

pada tingkat “Ad Hoc” atau Level 1 dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.82. Rincian Penilaian Awal MRI Pemerintah

Kabupaten Semarang Tahun 2020 No.

Area/Parameter Usulan

Bobot (%)

Nilai

Diperoleh (%)

A. Kapabilitas 60 16,65

I. Kepemimpinan 10,00 3,13

II. Strategi dan kebijakan manajemen risiko 10,00 2,50

III. Sumber daya manusia 10,00 2,50

IV. Kemitraan 5,00 0,63

V. Proses manajemen risiko 25,00 7,90

VI. Aktivitas penanganan risiko 25,00 8,02

VII. Outcomes 15,00 12,73

B. Total nilai (kapabilitas+hasil) 100,00 37,40

C. Manajemen Risiko Indeks (total nilai x 5) 5,00 1,87

Sumber: Inspektorat Kabupaten Semarang, 2021

Mengacu hasil penilaian MRI pada tabel 2.82 diatas menunjukkan

bahwa secara karakteristik, instansi Pemerintah belum memiliki pendekatan

formal dalam menerapkan manajemen risiko.

2.1.4.7 Unsur Kewilayahan

A. Kecamatan

Berdasarkan pasal 226 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah bahwa Camat mendapatkan pelimpahan sebagian

kewenangan Bupati untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah yang dilakukan berdasarkan pemetaan

pelayanan publik yang sesuai dengan karakteristik kecamatan dan/atau

kebutuhan masyarakat pada kecamatan bersangkutan. Dengan adanya

pelimpahan sebagian kewenangan tersebut, diharapkan camat dapat

melakukan inovasi, khususnya inovasi dalam pelayanan publik sehingga

dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

II - 134

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing

daerah. Kecamatan merupakan line office dari pemerintah daerah yang

berhubungan langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas untuk

membina desa/kelurahan.

Peningkatan kualitas pelayanan menjadi keharusan bagi Pemerintah

Kecamatan, terlebih dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20

Tahun 2010 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN),

sesuai amanat PP tersebut maka pada tahun 2014 diharapkan semua

Kecamatan dapat menerapkan PATEN.

Di Kabupaten Semarang sampai dengan tahun 2020, penerapan PATEN

telah dilaksanakan di 19 (sembilan belas) kecamatan. Meskipun

penyelenggaraan PATEN sudah diaplikasikan di kecamatan, namun belum

sempurna masih terdapat kendala teknis dalam pelaksanaanya.

2.1.4.8 Unsur Pemerintahan Umum

A. Fokus Layanan Kesatuan Bangsa dan Politik

Tabel 2.83. Capaian Kinerja Fokus Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2016-2020

NO URUSAN DAN INDIKATOR SATUAN CAPAIAN KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020

1 Kegiatan pembinaan

terhadap LSM, ormas dan

OKP

Kegiatan 2 2 1 2 8

2 Jumlah LSM/Ormas Ormas 140 112 165 192 196

3 Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)

Kegiatan 2 2 6 3 2

4 Forum Persaudaraan Bangsa

Indonesia (FPBI)

Kegiatan 2 3 1 1 3

Sumber: Kantor Kesbangpol Kabupaten Semarang, 2021

1. Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, ORMAS dan OKP

Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) menurut Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang

didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan

kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan

untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Jumlah ormas di

Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 sebanyak 196 ormas, terdapat

pendirian 4 ormas baru yang melaporkan keberadaannya di Kabupaten

Semarang.

2. Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)

FKDM merupakan wadah bagi elemen masyarakat yang dibentuk

dalam rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan dini masyarakat. Forum

II - 135

ini diharapkan dapat menjadi mitra bagi pemerintah dalam mendeteksi,

mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan

informasi, memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai potensi

bentuk Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) di daerah.

Kegiatan optimalisasi peran FKDM berupa sosialisasi dalam rangka

meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap situasi dan kondisi di

wilayahnya.

3. Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI)

FPBI merupakan forum yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pembauran Kebangsaan di Daerah. FPBI diartikan sebagai wadah informasi,

komunikasi, konsultasi, dan kerjasama antara warga masyarakat yang

diarahkan untuk menumbuhkan, memantapkan, memelihara dan

mengembangkan pembauran kebangsaan. Penyelenggaraan pembauran

kebangsaan adalah proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat

dari berbagai ras, suku, etnis, melalui interaksi sosial dalam bidang bahasa,

adat istiadat, seni budaya, pendidikan, dan perekonomian untuk mewujudkan

kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku, dan

etnis masing-masing dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kegiatan pembauran kebangsaan dalam rangka mengelola

perkembangan isu-isu nasional berkaitan dengan penguatan primodialisme

yang dapat mengancam pembauran kebangsaan Indonesia. Peningkatan

frekuensi kegiatan pembauran kebangsaaan pada Tahun 2020 merupakan

jawaban Pemerintah Daerah atas meningkatnya politik identitas di

masyarakat.

2.1.5 Aspek Daya Saing Daerah

2.1.5.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita

Pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi

makanan dan konsumsi bukan makanan. Kebutuhan makanan merupakan

kebutuhan utama, sehingga kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut akan semakin meningkat. Namun kebutuhan ini mempunyai titik

jenuh, sehingga pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi maka pengeluaran

akan dialihkan ke kebutuhan lain. Oleh karena itu persentase pengeluaran

makanan dan non makanan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat

kesejahteraan penduduk. Besarnya konsumsi untuk makanan menandakan

II - 136

bahwa sebagian besar penduduk masih mementingkan kebutuhan pokok.

Rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita di Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 sebagai berikut:

Tabel 2.84. Rata-rata Pengeluaran Konsumsi Per Kapita Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO JENIS

PENGELUARAN

2016 2018 2018 2019 2020

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

1 Makanan 431.811 45,95 472.221 47,43 500.282 46,70 496.940 48,95 531.461 49,85

2 Non

Makanan 507.957 54,05 523.296 52,57 571.044 53,30 518.337 51,05 534.677 50,15

JUMLAH 939.768 100 995.517 100 1.071.326 100 1.015.277 100 1.066.138 100

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2021

Rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita Kabupaten Semarang

cenderung meningkat selama Tahun 2016-2020, dari semula Rp939.768 pada

Tahun 2016 menjadi Rp1.066.138 pada Tahun 2020.

Total pengeluaran pengeluaran konsumsi perkapita Kabupaten

Semarang Tahun 2020 sebesar Rp1.066.138,00 terdiri dari pengeluaran

makanan sebesar Rp531.461,00 (49,85%) dan pengeluaran bukan makanan

sebesar Rp534.677,00 (50,15%).

Jika dilihat dari persentase rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita,

konsumsi makanan semakin menurun dan konsumsi bukan makanan

semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk

Kabupaten Semarang telah dapat memenuhi konsumsi makanan dan beralih

ke konsumsi bukan makanan. Dengan demikian menandakan masyarakat

Kabupaten Semarang semakin sejahtera.

1. Pengeluaran Konsumsi Makanan Per Kapita

Rata-rata pengeluaran konsumsi makanan per kapita penduduk

Kabupaten Semarang Tahun 2020 mencapai Rp531.461,00 atau 49,85% dari

total pengeluaran sebesar Rp1.066.138,00. Rata-rata pengeluaran konsumsi

makanan per kapita per bulan terbesar adalah pengeluaran untuk makanan

dan minuman jadi sebesar 17,31% dari total pengeluaran, kemudian

pengeluaran untuk rokok sebesar 6,06% dari total pengeluaran.

Pengeluaran konsumsi untuk makanan dan minuman jadi pada Tahun

2020 meningkat dibandingkan Tahun 2019, hal ini menandakan bahwa

dimasa pandemi Covid-19 masyarakat Kabupaten Semarang lebih

mengutamakan pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 sebagai berikut:

II - 137

Tabel 2.85. Pengeluaran Rata-Rata Untuk Makanan Per Kapita Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO KELOMPOK BARANG TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

A Rata-Rata Pengeluaran

Konsumsi Makanan (Rp) 431.811 472.221 500.282 496.940 531.461

B Distribusi Pengeluaran Konsumsi Makanan (%)

1 Padi-padian 5,38 4,66 5,15 4,86 4,82

2 Umbi-umbian 0,31 0,40 0,33 0,41 0,41

3 Ikan/udang/cumi/kerang 1,75 2,32 2,03 2,23 2,07

4 Daging 1,90 2,55 1,83 2,24 1,94

5 Telur dan susu 3,66 3,33 3,10 3,49 3,41

6 Sayur-sayuran 3,86 4,32 3,90 3,68 4,30

7 Kacang-kacangan 1,61 1,35 1,39 1,53 1,42

8 Buah-buahan 2,75 2,55 3,50 3,40 2,76

9 Minyak dan lemak 1,37 1,27 1,26 1,29 1,30

10 Bahan Minuman 2,12 1,84 1,88 1,89 2,03

11 Bumbu-bumbuan 1,03 1,05 1,11 1,13 1,06

12 Konsumsi lainnya 0,99 1,08 1,03 1,11 0,98

13 Makanan dan minuman jadi 13,52 15,55 15,36 15,95 17,31

14 Rokok 5,71 5,17 4,83 5,74 6,06

Jumlah 45,95 47,43 46,70 48,95 49,85 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS Kabupaten Semarang, 2021

2. Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Per Kapita

Rata-rata pengeluaran konsumsi non makanan per kapita penduduk

Kabupaten Semarang Tahun 2020 mencapai Rp534.677,00 atau 50,15% dari

total pengeluaran per kapita sebesar Rp1.066.138,00.

Dari nilai rata-rata pengeluaran konsumsi non makanan per kapita per

bulan tersebut, yang terbesar adalah pengeluaran untuk perumahan dan

fasilitas rumah tangga sebesar 20,89% dari total pengeluaran, kemudian

diikuti pengeluaran untuk aneka komoditas dan jasa sebesar 13,96% dari dari

total pengeluaran, dan pengeluaran untuk komoditas tahan lama sebesar

6,08% dari dari total pengeluaran.

Rata-rata pengeluaran konsumsi non makanan per kapita Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020 sebagai berikut:

Tabel 2.86. Pengeluaran Rata-Rata Untuk Non Makanan Per Kapita

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO KELOMPOK BARANG TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

A Rata-Rata Pengeluaran

Konsumsi Non Makanan (Rp) 507.957 523.296 571.044 518.337 534.677

B Distribusi Pengeluaran

Konsumsi Non Makanan (%)

1 Perumahan dan Fasilitas Rumah

Tangga 24,40 19,60 21,44 22,47 20,89

2 Aneka komoditas dan jasa 15,15 14,98 12,62 13,83 13,96

3 Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 3,31 3,37 3,15

3,14 3,48

4 Komoditas tahan lama 7,83 9,48 9,97 6,68 6,08

5 Pajak, pungutan dan asuransi 1,82 3,54 3,49 3,57 4,11

6 Keperluan pesta dan upacara 1,54 1,59 2,63 1,36 1,64

Jumlah 54,05 52,57 53,30 51,05 50,15 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS Kabupaten Semarang, 2021

II - 138

B. Nilai Tukar Petani

Sektor pertanian memiliki peranan penting terhadap perekonomian

baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu

sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan sumber

devisa, bahan baku industri, sumber bioenergi, pengentasan kemiskinan,

penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sedangkan

secara tidak langsung berupa keterkaitan input-output antar industri,

konsumsi dan investasi.

Pembangunan di segala bidang merupakan arah dan tujuan kebijakan

Pemerintah Kabupaten Semarang. Adapun hakikat sosial dari pembangunan

itu sendiri adalah upaya peningkatan kesejahteraan bagi seluruh penduduk.

Mengingat 60% penduduk Kabupaten Semarang masih tinggal di pedesaan

dan sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, maka

sangat diharapkan sektor pertanian merupakan motor penggerak

pertumbuhan yang mampu meningkatkan pendapatan para petani dan

sekaligus mengentaskan kemiskinan.

Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat kesejahteraan

penduduk khususnya petani adalah Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai

tingkat hubungan antara hasil pertanian yang dihasilkan petani dengan

barang dan jasa yang dikonsumsi dan dibeli petani. Semakin tinggi nilai NTP

maka relatif semakin mampu untuk mempunyai kebutuhan daya beli petani

guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya produksi pertaniannya.

Adapun perkembangan NTP di Kabupaten Semarang dalam kurun waktu

2016-2020 berikut perbandingannya dengan Provinsi Jawa Tengah dan

Nasional sebagai berikut:

Tabel 2.87. Perbandingan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Semarang Terhadap Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020 (%)

URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020 RATA-

RATA

NTP Kabupaten

Semarang 100,78 101,54 103,04 102,15 101,49

101,80

NTP Provinsi Jawa

Tengah 99,35 103,48 103,64 106,00 101,49

102,79

NTP Nasional 101,31 103,06 103,16 104,10 103,25 102,97 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang dan BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021

Dengan melihat perkembangan NTP Kabupaten Semarang Tahun 2016-

2020 berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata petani di

Kabupaten Semarang masih mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dan biaya produksi pertaniannya.

II - 139

Namun demikian, berdasarkan tabel diatas juga dapat diketahui bahwa

capaian NTP Kabupaten Semarang pada kurun waktu Tahun 2016-2020

secara rata-rata masih di bawah capaian Nasional dan Provinsi Jawa Tengah.

Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani di Kabupaten

Semarang masih di bawah rata-rata kesejahteraan petani Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional.

Secara khusus capaian NTP Kabupaten Semarang pada Tahun 2020

mengalami penurunan disebabkan oleh beberapa kendala berikut :

1. Sektor tanaman pangan dan peternakan mengalami sedikit peningkatan

produksi, tetapi sektor perikanan, perkebunan dan hortikultura mengalami

cukup banyak penurunan produksi sehingga secara kumulatif produksi

yang dihasilkan menurun dan menyebabkan indeks yang diterima

(pendapatan) petani menurun. Penurunan produksi ini diantaranya karena

adanya kendala teknologi seperti ketersediaan benih bersertifikat/benih

berkualitas, pupuk, obat-obatan; banyaknya tanaman perkebunan yang

sudah tua dan tidak produktif; adanya bencana banjir dan kendala pakan

yang menyebabkan produksi ikan menurun.

2. Ketimpangan antara biaya produksi yang tinggi dengan harga jual

komoditas pertanian yang masih rendah/kurang menguntungkan

menyebabkan indeks dibayar (pengeluaran) yang masih tinggi dan kurang

sebanding dengan pendapatan.

2.1.5.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

A. Perhubungan

Tabel 2.88. Capaian Kinerja Fokus Fasilitas Perhubungan

Tahun 2016-2020

NO URUSAN DAN

INDIKATOR SAT

CAPAIAN KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020

1 Rasio panjang

jalan per jumlah

kendaraan

% 0,18 0,36 0,16 0,15 0,14

2 Jumlah orang/

barang yang terangkut

angkutan umum

orang 7.857.687 3.419.234 3.619.691 2.132.564 1.709.524

3 Jumlah

orang/barang

melalui

dermaga/bandara/ terminal per tahun

orang 7.857.687 3.419.234 3.619.691 2.132.564 1.709.524

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021

Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, berdasarkan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 diperoleh dengan membagi

jumlah kendaraan (unit) dengan panjang jalan (km), yang mencerminkan

II - 140

setiap 1 km jalan di suatu wilayah berbanding dengan akses untuk melayani

sejumlah kendaraan. Semakin kecil nilainya, maka semakin banyak/padat

kendaraan yang melintas.

Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Kabupaten Semarang

sejak Tahun 2017 terus mengalami penurunan, kondisi ini menunjukkan

bertambahnya kepadatan dimana panjang jalan Kabupaten Semarang tetap

dibandingkan dengan penambahan jumlah kendaraan di wilayah Kabupaten

Semarang. Pada Tahun 2020 salah satu penyebab penambahan jumlah

kendaraan tersebut adalah adanya pandemi COVID-19 yang memungkinkan

masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi

dibandingkan menggunakan angkutan umum.

Perhitungan Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum

dan jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal adalah 85%

dari jumlah kapasitas (seat). Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan

umum dan jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal

cenderung mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh: (1) Adanya

kebijakan angkutan AKAP tidak diwajibkan masuk terminal tipe C; (2) Dampak

pengoperasian jalan tol; (3) Adanya Trans Jateng yang pemberhentiannya di

Terminal Bawen; dan (4) Pandemi Covid-19.

Selain ketiga indikator diatas, terdapat sejumlah indikator lain yang dapat

merepresentasikan fasilitas wilayah/infrastruktur perhubungan, yaitu :

1. Fasilitas Perlengkapan Jalan

Tabel 2.89. Fasilitas Perlengkapan Jalan Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020

NO URAIAN CAPAIAN KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020

1 Rambu Lalu

Lintas

Ketersediaan 1.161 1.235 1.395 1.528 1.679

Kebutuhan 5.002 5.002 5.002 5.002 5.002

2 Guardrail Ketersediaan 243 315 395 455 455

Kebutuhan 364 472 590 680 680

3 APILL ATCS Ketersediaan 0 0 3 5 6

Kebutuhan 20 20 20 20 20

4 Flashing Amber Ketersediaan 37 42 42 45 45

Kebutuhan 56 63 63 67 67 Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021

Berdasarkan tabel 2.89 dapat diketahui bahwa ketersediaan fasilitas

perlengkapan jalan selama Tahun 2016-2020 semakin meningkat dari tahun

ke tahun. Hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah Kabupaten Semarang

untuk terus berupaya meningkatkan fasilitas perlengkapan jalan agar dapat

terpenuhi sesuai kebutuhan.

II - 141

Melalui tabel terlihat bahwa secara rata-rata ketersediaan fasilitas

perlengkapan jalan di Kabupaten Semarang masih relatif rendah jika

dibandingkan dengan fasilitas yang dibutuhkan. Hingga Tahun 2020

pemenuhan kebutuhan fasilitas perlengkapan jalan di Kabupaten Semarang

secara rata-rata baru tercapai sebesar 49,41%, yang terdiri dari : rambu lalu

lintas baru dapat terpenuhi sebesar 33,57%, Guardrail terpenuhi sebesar

66,91%, APILL ATCS terpenuhi sebesar 30,00%, dan Flashing Amber

terpenuhi sebesar 67,16%.

Kepadatan lalu lintas/kemacetan merupakan kondisi dimana terjadi

penumpukan kendaraan disuatu ruas jalan tertentu, yang disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain jumlah kendaraan yang berada dalam ruas jalan

yang terus meningkat tidak seimbang dengan kapasitas ruas jalan yang

tersedia. Hal ini menyebabkan berbagai masalah lalu lintas, diantaranya

adalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Untuk mengukur kepadatan

lalu lintas di Kabupaten Semarnag digunakan indikator berupa Tingkat

Pelayanan/ Level Of Service (LoS) pada sejumlah ruas jalan utama sebagai

berikut :

Tabel 2.90. Tingkat Pelayanan Ruas Jalan (Level of Service)

Kabupaten Semarang Tahun 2020

NO RUAS JALAN KECAMATAN KAPASITAS VOLUME

VCR LoS smp/jam smp/jam

1 Jl. Kartini Ambarawa Ambarawa 1.374 952 0,69 C

2 Jl. Pemuda Ambarawa Ambarawa 1.374 648 0,47 C

3 Jl. Kemasan-Candirejo Pringapus 2.349 617 0,47 C

4 Jl. Exit Tol Salatiga-Suruh Suruh 1.315 799 0,61 C

5 Jl. Moh Yamin Ungaran

Timur

Ungaran

Timur 2.648 1.539 0,58 C

6 Jl. Ahmad Yani Ungaran

Timur

Ungaran

Timur 2.323 1.509 0,65 C

7 Jl. Jati Raya Segmen I Ungaran Timur

Ungaran Timur

2.089 1.023 0,49 C

8 Jl. Ahmad Yani Ungaran

Timur

Ungaran

Timur 2.323 1.206 0,51 C

9 Jl. S. Parman Segmen ,

Ungaran Timur

Ungaran

Timur 2.323 1.186 0,51 C

10

Jl. Batas Kota Ungaran-

Bawen (Kws. Pasar

Bandarjo)

Ungaran 3.612 1.742 0,48 C

11 Jl. Bawen-Batas Kota Salatiga

Bawen 3.612 2.116 0,59 C

12

Jl. Palagan/ Batas Kab.

Temanggung/Semarang-

Bawen (Kws. Pasar Projo)

Bawen 4.668 2.453 0,53 C

13 Jalan Moch. Yamin Ungaran

Timur 1.366 2.323 0,59 C

14 Ruas jalan Karangjati –

Klepu Bergas 1.299 2.323 0,56 C

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021

II - 142

Berdasarkan data pada tabel 2.90, dapat diketahui bahwa dari 14 (empat

belas) ruas jalan utama di Kabupaten Semarang seluruhnya memiliki Tingkat

Pelayanan/Level Of Service (LoS) yang masuk dalam klasifikasi C sehingga

memiliki kecenderungan karakteristik sebagai berikut : (1) arus stabil tetapi

pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi

dengan kecepatan sekurang-kurangnya 60 km/jam; (2) kepadatan lalu lintas

sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat; dan (3) pengemudi

memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau

mendahului. Selain LoS, kemacetan lalu lintas juga dapat disebabkan oleh

meningkatnya jumlah titik parkir yaitu dari 54 titik Tahun 2016 menjadi 104

titik Tahun 2020.

Selain dampak dari LoS yang masih masuk dalam klasifikasi C,

kemacetan lalu lintas di Kabupaten Semarang juga disebabkan oleh

meningkatnya jumlah titik parkir yaitu dari sejumlah 54 titik pada Tahun

2016 menjadi 104 titik pada Tahun 2020.

2. Kejadian Kecelakaan

Tabel 2.91. Kejadian Kecelakaan Berdasarkan Ruas Jalan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

TAHUN BLACKLINK JUMLAH RUAS Persentase (%)

2016 10 112 8,93%

2017 6 112 5,36%

2018 6 112 5,36%

2019 12 112 10,71%

2020 12 112 10,71% Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021

Kejadian kecelakaan di Kabupaten Semarang selama kurun waktu Tahun

2016-2020 cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini

tentunya sanagt dipengaruhi oleh masih relatif rendahnya/minimnya

pemenuhan kebutuhan/ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan dan semakin

padatnya volume kendaraan yang ada di Kabupaten Semarang.

3. Infrastruktur Strategis di Bidang Perkeretaapian

Tabel 2.92. Stasiun Kereta Api di Kabupaten Semarang NO STASIUN STATUS PANJANG REL KA

1 Ambarawa Aktif Wisata 10 km

2 Tuntang Non Aktif -

3 Bedono Non Aktif - Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, 2021

Kabupaten Semarang memiliki 3 (tiga) stasiun kereta api, yaitu : Stasiun

Ambarawa, Stasiun Tuntang dan Stasiun Bedono. Stasiun Ambarawa dan

Stasiun Tuntang merupakan infrastruktur perkeretaapian strategis yang

pengembangannya selaras dengan arahan rencana strategis nasional dalam

II - 143

rangka mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur,

yaitu direncanakan adanya reaktivasi jalur kereta api lintas Ambarawa ke

Magelang.

Selain itu, terdapat pula rencana reaktivasi jalur kereta api dari Stasiun

Bawen menuju Kedungjati hingga ke Semarang yang rencananya akan

dikembangkan menjadi kereta api komuter untuk mengakomodir perjalanan

masyarakat khususnya di wilayah Kedungsepur.

Adapun dengan keberadaan Trans Jateng yang saat ini sudah terintegrasi

dengan stasiun di Kota Semarang dan Terminal Bawen di wilayah Kabupaten

Semarang, ke depannya direncanakan akan menjadi bagian transportasi yang

terintegrasi atau terkoneksi dengan rencana pengembangan Stasiun

Ambarawa dan Stasiun Tuntang, yaitu sebagai angkutan pengumpan (feeder)

menuju dan dari stasiun.

Kabupaten Semarang memiliki 38 perlintasan kereta api sebidang yaitu

perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan yang berada di jalur lintas

kereta api Ambarawa – Tuntang dan Ambarawa – Bedono Jambu yang

merupakan jalur kereta api wisata. Dari perlintasan sebidang yang ada,

terdapat beberapa perlintasan yang tidak sebidang berupa flyover pada

perlintasan jalur kereta api wisata. Sedangkan perlintasan kereta api sebidang

dan berpalang pintu hanya 1 yaitu perlintasan sebidang di jalan Pemuda

Ambarawa. Sesuai dengan kewenangannya maka Pemerintah Daerah

bertanggungjawab dalam pengendalian keselamatan di perlintasan sebidang

yang terletak di jalan kabupaten dan jalan desa.

4. Pelayanan Transportasi Wilayah Perbatasan

Dalam upaya mendukung salah satu Program Unggulan Bupati Semarang

yaitu : penyelenggaraan transportasi rintisan di daerah perbatasan yang

bertujuan mendorong terciptanya pelayanan angkutan umum di daerah

perbatasan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat dan mendorong

pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat, maka sampai dengan Tahun 2020

telah diterapkan/diberlakukan sebanyak 4 (empat) rute/trayek pelayanan

angkutan perbatasan berbasis perkotaan, yaitu: (1) Ungaran – Banyumanik

(Ngesrep); (2) Ungaran – Gunungpati; (3) Ungaran (Terminal Sisemut) –

Sekaran (UNNES); dan (4) beberapa rute yang melintas Salatiga. Berdasarkan

hasil kajian angkutan umum, terdapat 27 rute/trayek perbatasan yang dapat

didorong untuk menjadi pelayanan angkutan umum.

II - 144

Penyelenggaraan transportasi di daerah perbatasan tidak hanya

ditujukan untuk masyrakat umum, namun juga penyediaan layanan

transportasi gratis untuk pelajar setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

di daerah perbatasan/terpencil yang belum terlayani trayek angkutan umum.

B. Perbankan, Restoran dan Penginapan/Hotel

Dukungan fasilitas lembaga perbankan, restoran dan penginapan/hotel

merupakan salah satu faktor yang menarik bagi investor untuk berinvestasi

dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke

suatu daerah tujuan wisata.

1. Jumlah Lembaga Keuangan

Tabel 2.93. Jumlah Lembaga Keuangan di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Lembaga Keuangan Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

1. Lembaga Keuangan Bank Unit 16 16 16 16 15

a. Milik Pemerintah Unit 0 0 0 0 0

b. Swasta Nasional Unit 0 0 0 0 0

c. Milik Pemerintah Daerah Unit 0 0 0 0 0

d. Cabang Milik Pemerintah Unit 8 8 8 8 7

e. Cabang Milik Swasta Nasional Unit 7 7 7 7 7

f. Cabang Milik Pemda Unit 1 1 1 1 1

2. Lembaga Keuangan Non Bank Unit 490 490 490 490 490

a. Modal Ventura Unit 0 0 0 0 0

b. Lembaga Keuangan Mikro Unit 488 488 488 488 488

c. Perusahaan Asuransi Unit 2 2 2 2 2

d. Cabang Perusahaan Asuransi Unit 0 0 0 0 0

3. UKM non BPR/LKM UKM Unit 488 488 488 488 488

4. Lembaga Keuangan Perbankan Unit 504 504 504 504 502

a. Lembaga Non Perbankan Unit 488 488 488 488 488

b. Lembaga Perbankan Unit 16 16 16 16 14 Sumber: Bagian Perekonomian SETDA Kabupaten Semarang, 2020

Lembaga keuangan di Kabupaten Semarang pada Tahun 2020

mengalami penurunan jika dibandingkan Tahun 2016-2019. Penurunan

tersebut dialami pada lembaga keuangan perbankan yang turun jumlahnya

sebanyak 2 unit.

Meskipun pada Tahun 2020 di Kabupaten Semarang terjadi penurunan

lembaga keuangan, namun jumlahnya sangat kecil dan tidak signifikan. Hal

ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan di Kabupaten Semarang masih

tergolong sehat dan mampu bertahan di masa pandemi Covid-19.

I I I I I I

II - 145

2. Jumlah Restoran dan Penginapan/Hotel

Tabel 2.94. Jumlah Restoran, Penginapan/Hotel di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

JUMLAH TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

Restoran/Rumah Makan (unit) 198 557 664 675 576 *)

Hotel/Penginapan (hotel) 233 225 225 225 226 Sumber: Dinas Pariwisata, 2021 *) data belum divalidasi

Perkembangan restoran dan rumah makan selama lima tahun terakhir

cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan perkembangan usaha jasa

pariwisata tergantung pada permintaan pasar dan maraknya wisata kuliner.

Namun pada Tahun 2020, adanya pandemi Covid-19 berdampak pada

penurunan jumlah restoran/rumah makan di Kabupaten Semarang.

Adapun jumlah hotel/penginapan di Kabupaten Semarang selama

periode Tahun 2016-2020 cenderung menurun, hal ini disebabkan karena

Pemerintah Kabupaten Semarang mulai tertib melaksanakan pengendalian

dan pembatasan pendirian hotel/penginapan di sejumlah lokasi yang bukan

peruntukannya mengacu pada Peraturan Bupati Semarang Nomor 53 Tahun

2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian Pembangunan

Hotel/Penginapan, Rumah Karaoke Dan Panti Mandi Uap Atau Panti Pijat

Pada Kawasan Pariwisata Bandungan Kabupaten Semarang.

2.1.5.3 Fokus Iklim Berinvestasi

A. Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas menggambarkan tingkat keamanan masyarakat,

semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan

masyarakat yang secara tidak langsung dapat mendukung iklim investasi.

Angka kriminalitas Kabupaten Semarang selama periode Tahun 2016-2020

diuraikan sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 2.95. Angka Kriminalitas Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020

Kasus kriminal 446 324 271 233 287

Jumlah penduduk 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817

Angka kriminalitas (per

10.000 penduduk) 4,43 3,20 2,65 2,25 2,75

Sumber: Polres Semarang, 2021

Selama periode Tahun 2016-2019, jumlah kejadian kriminal di

Kabupaten Semarang relatif menurun. Namun pada tahun 2020 mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 233 kasus menjadi 287

kasus. Sementara itu, angka kriminalitas setiap 10.000 orang di Kabupaten

Semarang juga meningkat dari semula Tahun 2019 mencapai 2,25 menjadi

• • • • •

II - 146

2,75 di Tahun 2020.

Respon warga terhadap kriminalitas ini diantisipasi dengan penjagaan

keamanan mandiri secara spontan dalam bentuk penutupan akses ke

kawasan permukiman, selain itu digalakkan siskamling sebagai wujud

penjagaan keamanan kepada masyarakat.

B. Jumlah Demonstrasi (Demo)

Keamanan, ketertiban dan penangulangan demonstrasi merupakan

salah satu aspek strategis yang perlu dijaga untuk mewujudkan stabilitas

daerah. Iklim investasi juga salah satunya dipengaruhi oleh tingkat keamanan

dan ketertiban yang ada.

Kejadian demonstrasi di Kabupaten Semarang selama periode Tahun

2016-2021 cenderung menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan demonstrasi

yang terjadi di Kabupaten Semarang sejauh ini berjalan dengan tertib, baik

dan tidak mengarah pada anarkisme.

Dalam rangka meminimalkan terjadinya demo di Kabupaten Semarang,

Pemerintah Kabupaten Semarang mengoptimalkan pelaksanan kegiatan

deteksi dan cegah dini. Dengan penguatan kegiatan deteksi dan cegah dini

diharapkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di Kabupaten Semarang

dapat diselesaikan sedini mungkin sehingga dampak buruk yang ditimbulkan

dapat diminimalkan.

Sumber: Kantor Kesbangpol Kabupaten Semarang, 2021

Gambar 2.58. Kejadian Demonstrasi di Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

C. Lama Proses Perizinan

Proses perizinan usaha telah menjadi isu utama dalam peningkatan

iklim investasi di Indonesia secara umum. Dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha terkait perizinan, maka

semua pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten

Semarang melalui DPMPTSP selalu ditingkatkan kualitasnya dan diperbaiki

mekanismenya secara berkelanjutan melalui penyederhanaan prosedur dan

8

19

14

5 5

0

5

10

15

20

2016 2017 2018 2019 2020

II - 147

pelayanan secara cepat dan on-line yang diarahkan pada peningkatan Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) atas kinerja pelayanan yang diberikan.

Berkaitan dengan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Semarang

saat ini memfokuskan peningkatan kualitas pelayanan (public service) melalui

Penyederhanaan SOP khususnya lama proses perizinan. Dengan demikian,

masyarakat Kabupaten Semarang diharapkan akan memperoleh pelayanan

yang lebih baik dengan 3 PASTI yaitu Kepastian Persyaratan, Kepastian Biaya

dan Kepastian Waktu Penyelesaian, karena semua proses pelayanan

dilaksanakan dalam satu tempat. Guna menjamin kepastian tersebut maka

diperlukan standar pelayanan sebagai acuan bagi seluruh komponen yang

terkait dalam pelayanan di Kabupaten Semarang dengan batasan lama proses

perizinan mencapai 3 sampai dengan 14 hari.

2.1.5.4 Fokus Sumber Daya Manusia

A. Rasio Lulusan S1/S2/S3

Rasio Lulusan S1/S2/S3 dapat digunakan untuk menilai apakah suatu

daerah tergolong daerah maju atau daerah yang sedang berkembang. Semakin

tinggi rasio lulusan S1/S2/S3 terhadap total penduduk, semakin maju derah

yang bersangkutan. Negara-negara maju memiliki rasio 0,4. Sementara

negara-negara berkembang dan tertinggal memiliki rasio di bawah 0,4.

Rasio Lulusan S1/S2/S3 di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020

mencapai sebesar 0,034. Kondisi ini menggambarkan bahwa kualitas SDM di

Kabupaten Semarang relatif belum mampu bersaing dalam skala

internasional/global.

Tabel 2.96. Rasio Lulusan S1/S2/S3 Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2020 URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah lulusan S1 29.567 30.707 31.138 33.080 33.202

Jumlah lulusan S2 1.813 1.899 1.927 2.072 2.452

Jumlah lulusan S3 54 63 66 74 98

Jumlah lulusan S1/S2/S3 31.434 32.669 33.131 35.226 35.752

Jumlah penduduk 1.005.677 1.011.635 1.022.423 1.034.331 1.042.817

Rasio lulusan S1/S2/S3 (4/5) 0,031 0,032 0,032 0,034 0,034 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021, diolah

B. Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan digunakan untuk menunjukkan apakah suatu

daerah tergolong daerah yang maju atau daerah yang berkembang. Semakin

rendah persentase rasio ketergantungan mengindikasikan semakin maju

suatu daerah, karena biaya yang ditanggung oleh penduduk berusia produktif

II - 148

untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan sudah tidak produktif

semakin rendah.

Komposisi penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2020 didominasi

oleh penduduk yang tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun) yaitu

mencapai 728.466 orang (69,86%), penduduk usia belum produktif (0-14

tahun) sebanyak 234.800 orang (22,52%), dan penduduk usia tidak produktif

(65+ tahun) sebanyak 79.551 orang (7,63%). Sehingga angka rasio

ketergantungan di Kabupaten Semarang Tahun 2020 sebesar 43,15 yang

berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 43

orang penduduk usia non produktif. Rasio ketergantungan Kabupaten

Semarang cenderung stabil atau tetap, namun perlu menjadi perhatian karena

jumlah penduduk usia kurang dari 15 tahun cenderung mengalami

peningkatan.

Tabel 2.97. Rasio Ketergantungan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN 2016 2017 2018 2019 2020

1 Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun 225.776 219.792 224.232 233.481 234.800

2 Jumlah Penduduk usia > 64 tahun 67.649 70.744 76.067 81.227 79.551

3 Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif ((1) + (2))

293.425 290.536 300.299 314.708 314.351

4 Jumlah Penduduk Usia 15-64 tahun 712.252 721.099 716.680 719.623 728.466

5 Rasio ketergantungan ((3)/(4)) 41,20 40,29 41,90 43,73 43,15 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 2021, diolah

2.2 GAMBARAN CAPAIAN KINERJA RPJMD TAHUN 2016-2021

Dalam rangka memberikan gambaran hasil capaian kinerja

pembangunan jangka menengah daerah periode sebelumnya maka berkut ini

akan diuraikan pengukuran pencapaian kinerja pembangunan atas Indikator

Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021.

Pencapaian kinerja IKU RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2016-2021 juga

menjadi tolok ukur kemajuan pembangunan Kabupaten Semarang selama

kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

2.2.1 Evaluasi Kinerja berdasarkan Capaian Misi Daerah

Capaian misi daerah berdasarkan capaian indikator kinerja tujuan dan

capaian indikator kinerja sasaran menunjukkan sejauhmana

keberhasilan/kegagalan dalam mencapai 6 misi, 8 tujuan dan 53 sasaran

daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMD.

Pengukuran pencapaian IKU Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020

terhadap target akhir RPJMD Tahun 2016-2021 pada tiap-tiap Misi Daerah

dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

II - 149

Tabel 2.98. Rekapitulasi Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2020 terhadap RPJMD Tahun 2016-2021 Berdasarkan Misi Daerah

Kabupaten Semarang

NO Misi

JUMLAH INDIKATOR

STATUS CAPAIAN INDIKATOR

TUJUAN

%

INDIKATOR TERCAPAI

STATUS CAPAIAN INDIKATOR

SASARAN

%

INDIKATOR TERCAPAI

TD SD T AT PU T AT PU

1 Meningkatkan kualitas

SDM yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudaya serta menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi

4 21 3 1 0 75,00 15 1 5 71,43

2 Mengembangkan produk

unggulan berbasis potensi lokal (INTANPARI) yang sinergi dan berdaya saing serta berwawasan

lingkungan untuk menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan

6 11 3 0 3 50,00 6 3 2 54,55

3 Menciptakan pemerintahan yang katalistik dan dinamis

dengan mengedepankan pronsip good governance didukung kelembagaan yang efektif dan kinerja

aparatur yang kompeten serta pemanfaatan teknologi informasi

3 10 1 2 0 33,33 4 5 1 40,00

4 Menyediakan infrastruktur daerah yang merata guna mendukung peningkatan kualitas

pelayanan dasar dan percepatan pembangunan

3 21 2 1 0 66,67 14 2 5 66,67

5 Mendorong terciptanya

partisipasi dan kemandirian masyarakat, kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan

anak disemua bidang pembangunan

1 5 1 0 0 100,00 5 0 0 100,00

6 Mendorong terciptanya pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya

1 5 1 0 0 100,00 3 0 2 60,00

JUMLAH 18 73 12 4 2 66,67 47 15 11 65,44

Ket: TD = Tujuan Daerah; SD = Sasaran Daerah; T = Tercapai; AT = Akan Tercapai; PU = Perlu Upaya

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2020

tingkat capaian relatif seluruh indikator kinerja tujuan terhadap target akhir

RPJMD Tahun 2021 adalah sebesar 66,67%, dengan perincian sebanyak 12

indikator telah tercapai dari total sebanyak 18 indikator tujuan.

Sementara apabila dilihat capaian indikator kinerja tujuan berdasarkan

tiap-tiap Misi Daerah, maka yang telah tercapai 100% adalah indikator tujuan

pada Misi 5 dan Misi 6. Pada Misi 1 capaiannya 75% yaitu dari 4 indikator

tujuan hanya tercapai 3 indikator dan 1 indikator akan tercapai. Misi 4

tercapai 66,67%, yaitu tercapai 2 dari 3 indikator. Misi 2 tercapai 50,00%,

yaitu tercapai 3 dari 6 indikator. Sedangkan pada Misi 3 hanya tercapai

33,33% yaitu tercapai 1 dari 3 indikator tujuan.

II - 150

Pengukuran capaian relatif indikator kinerja tujuan RPJMD Kabupaten

Semarang pada Tahun 2020 terhadap target akhir RPJMD Tahun 2016-2021

berdasarkan Misi Daerah dapat dijabarkan secara rinci sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 2.99. Rincian Rekapitulasi Capaian Relatif Indikator Kinerja Tujuan terhadap Target Akhir RPJMD Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2021

Misi Tujuan Indikator

Kinerja Tujuan Realisasi s.d. Tahun 2020

Target Akhir RPJMD

(Tahun 2021) Keterangan

Meningkatk an

kualitas SDM yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME,

berbudaya serta menguasai ilmu

pengetahuan dan

teknologi

1.Meningkatkan derajat kesehatan

Masyarakat

Angka Harapan

Hidup

75,73 72,78 T

2.Mewujudkan

Masyarakat Cerdas, Kreatif,

Berbudaya,

Berkarakter dan

Menguasai Ilmu

pengetahuan dan

teknologi

Angka Partisipasi

Sekolah : Usia 7

- 12 Tahun

99,69 100,00 AT

Angka Partisipasi

Sekolah : Usia 13 - 15 Tahun

97,75 96,93 T

Angka Partisipasi

Sekolah : Usia 16 -18 Tahun

74,91 61,40 T

Mengembangkan

produk unggulan

berbasis potensi lokal (INTANPARI)

yang sinergi dan

berdaya saing serta berwawasan

lingkungan untuk menciptakan

lapangan kerja dan peningkatan

pendapatan

3 Meningkatkan

Usaha Ekonomi Daerah dengan

Memanfaatkan

sumber Daya

Lokal

Tingkat

Pertumbuhan

Ekonomi

-2,67 6,50 PU

Nilai PDRB

(Trilyun Rp.)

49.033.609 64.406.101,87 PU

Laju Inflasi (%) 1,49 4,5 PU

Kontribusi PAD

terhadap Total

APBD (%)

19,46 17,00 T

Ketersediaan

Pangan Utama

(Kg/Kap/Tahun)

251,91 182,00 T

Pola pangan

harapan (%)

93,80 92,00 T

Menciptakan

pemerintah an yang katalistik dan

dinamis dengan mengedepa nkan

pronsip good governance didukung

kelembagaa n yang

efektif dan kinerja aparatur yang

kompeten serta pemanfaatan

teknologi informasi

4 Mewujudkan pelaksanaan

Pemerintahan,

Pelayanan

Masyarakat Pembangunan

yang

efektif,efisien dan

akuntabel

Indeks Kepuasan

Masyarakat

86,00 92,51 AT

Opini BPK WTP WTP T

Skor evaluasi

SAKIP

CC*

(Menggunakan capaian

Tahun 2019, karena Nilai SAKIP 2020 belum dirilis

oleh KemenPAN

dan RB)

B AT

Menyediakan

infrastruktur daerah yang merata guna

mendukung

peningkatan kualitas pelayanan dasar dan

percepatan pembangunan

5 Menciptakan Iklim yang

kondusif bagi

pelaksanaan

pembangunan

dan investasi

Persentase

Peningkatan Nilai investasi

Daerah

30,87 9,6 T

6 Mewujudkan infrastruktur

pembangunan

yang berkualitas

dan merata

diseluruh wilayah

dengan

menekankan

pada

pembangunan

desa

Persentase

Kondisi

infrastruktur dalam kondisi

baik

78,03 89,8 PU

Indeks

pembangunan Desa

73,00 60,00 T

II - 151

Misi Tujuan Indikator

Kinerja Tujuan Realisasi s.d. Tahun 2020

Target Akhir RPJMD

(Tahun 2021) Keterangan

Mendorong

terciptanya

partisipasi dan kemandirian

masyarakat,

kesetaraan dan keadilan gender serta

perlindungan anak disemua bidang

pembanguna n

7.Mewujudkan

peran serta dan kemandirian

masyarakat

dalam

pembangunan

tanpa

membedakan

gender dengan

memperhatikan

hak hak anak

Indeks

Pembanguna n

Gender

96,38 34,00 T

Mendorong

terciptanya pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup

dengan tetap

menjaga kelestariann ya

8.Memanfaatkan sumber daya

alam secara

optimal dan

berkelanjutan

Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup

69,12 68,70 T

Sumber : LKPJ Bupati Semarang Tahun 2020, diolah, Ket: T = Tercapai; AT = Akan Tercapai; PU = Perlu Upaya

Adapun apabila ditinjau dari capaian relatif sasaran daerah dapat

diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2020 tingkat capaian relatif seluruh

indikator kinerja sasaran terhadap target akhir RPJMD Tahun 2021 adalah

65,44%. Sasaran Daerah yang telah tercapai 100% adalah pada Misi 5.

Secara berturut-turut capaian sasaran per misi dengan persentase

capaian tertinggi, yaitu : Misi 1 tercapai 15 indikator dari 21 indikator sasaran

(71,43%), Misi 4 tercapai 14 indikator dari 21 indikator sasaran (66,67%), Misi

6 tercapai 3 indikator dari 5 indikator sasaran (60,00%), Misi 2 tercapai 6

indikator dari 11 indikator sasaran (54,55%) dan Misi 3 tercapai 4 indikator

dari 10 indikator sasaran (40,00%).

Pengukuran capaian relatif indikator kinerja sasaran RPJMD

Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 terhadap target akhir RPJMD Tahun

2016-2021 berdasarkan Misi Daerah dapat dijabarkan secara rinci

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.100. Rincian Rekapitulasi Capaian Relatif Indikator Kinerja Sasaran terhadap Target Akhir RPJMD Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2021

Misi Tujuan Indikator Kinerja

Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020

Target Akhir RPJMD 2021

Keterangan

Meningkatkan

kualitas SDM yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME,

berbudaya serta menguasai ilmu

pengetahuan dan

teknologi

1 Meningkatkan derajat

kesehatan

Masyarakat

Persentase

pemenuhan pelayanan kesehatan

masyarakat pertahun (%)

21,30 16,5 T

Angka Kematian Bayi (AKB)

8,35 9,80 T

Angka Kematian Balita (AKABA)

9,04 11,60 T

Angka Kematian Ibu (AKI)

173,94 115 PU

II - 152

Misi Tujuan Indikator Kinerja

Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020

Target Akhir RPJMD 2021

Keterangan

Persalinan oleh

tenaga yang

berkompeten (%)

99,99 95,00 T

Persentase rumah

tangga yang ber

PHBS strata sehat utama

87,21 60,00 T

Prevalensi Gizi

kurang pada balita

(%)

3,93 4,95 T

Persentase

kesejahteraan dan ketahanan keluarga

(%)

78,77 58,77 T

Persentase

Pemenuhan sarana

dan prasarana kesehatan (%)

85,64 7,83 T

2 Mewujudkan Masyarakat

Cerdas, Kreatif,Berbu

daya, Berkarakter

dan Menguasai

Ilmu pengetahuan

dan teknologi

Rata-rata lama sekolah

8,02 7,38 T

Angka harapan lama

sekolah

12,97 12,88 T

Calon tenaga kerja yang Terampil (%)

9,26 4,61 T

Tingkat

pengangguran terbuka (%)

4,57 3,50 PU

Persentase

penduduk miskin

(%)

7,51 6,50 PU

Pendapatan per

kapita (Juta Rp.)

45.963.478 62.045.701 PU

Persentase

organisasi Pemuda berprestasi (%)

40,00 40,00 T

Jumlah peningkatan

grup kesenian (grup)

20 24 AT

Peningkatan jumlah Museum dan

Kepurbakalaan

(buah)

36 7 T

Indeks cabang

olahraga yang

berprestasi (%)

100,00 93,00 T

Jumlah Lembaga

pendidikan keagamaan yang

mendapatkan

bantuan (%)

78,26 100,00 PU

Peningkatan

penyaluran beasiswa

miskin (%)

6,13 5,32 T

Mengembangka n

produk unggulan

berbasis potensi lokal (INTANPARI)

yang sinergi dan

berdaya saing serta berwawasan

lingkungan untuk

menciptakan lapangan kerja

dan peningkatan pendapatan

3 Meningkatkan Usaha Ekonomi

Daerah dengan

Memanfaatkan

sumber Daya

Lokal

Persentase

Peningkatan jumlah

unit UMKM yang Berijin (%)

2,00 2,00 T

Persentase

pembinaan kelompok industri

(%)

20,00 20 T

Jumlah investor (PMDN/PMA)

10.885 370 T

Indeks Nilai Tukar Petani

101,79 103,39 AT

II - 153

Misi Tujuan Indikator Kinerja

Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020

Target Akhir RPJMD 2021

Keterangan

Persentase

peningkatan jumlah

industri kecil yang Berijin(%)

1,00 2 AT

Persentase

peningkatan pendapatan daerah

dari sektor

pariwisata (%)

-40,28 7,18 PU

Jumlah Koperasi

yang berkualitas (unit)

193 228 PU

Persentase kebijakan

usaha tani yang

terlaksana (%)

100,00 100,00 T

Nilai volume usaha

koperasi (Juta Rp.)

741,798 741.008 T

Pencari kerja yang

ditempatkan (%)

89,89 22,00 T

Keselamatan dan

Perlindungan tenaga kerja (%)

83,97 84,00 AT

Menciptakan

pemerintahan yang katalistik

dan dinamis dengan

mengedepankan

pronsip good governance

didukung kelembagaan yang

efektif dan kinerja aparatur yang

kompeten serta

pemanfaatan teknologi

informasi

4 Mewujudkan pelaksanaan

Pemerintahan,

Pelayanan

Masyarakat

Pembangunan

yang efektif,efisien dan akuntabel

Persentase

Infrastruktur Jaringan yang

terkoneksi dengan baik (%)

100,00 100,00 T

Persentase

Kesesuaian penempatan PNS

dalam jabatan struktural (%)

99,25 100,00 AT

Persentase

peningkatan disiplin

pegawai (%)

99,94 99,97 AT

Persentase

pemenuhan

kebutuhan diklat PNS (%)

132,50 94,00 T

Kapasitas APIP

dilihat dari skor IACM (Level)

3 4 AT

Skor hasil evaluasi

SPIP (Level)

3 4 AT

Realisasi Indikator

Kinerja yang tercapai sesuai target (%)

71,42 100,00 PU

Persentase masyarakat yang

mengakses media

informasi pembangunan

daerah (%)

30,50 32,72 AT

Persentase

peningkatan kualitas

penyusunan LPPD (%)

100,00 100,00 T

II - 154

Misi Tujuan Indikator Kinerja

Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020

Target Akhir RPJMD 2021

Keterangan

Persentase Sistem

Informasi Yang

Dapat Diaplikasikan Secara Optimal (%)

57,33 51,22 T

Menyediakan

infrastruktur daerah yang

merata guna mendukung

peningkatan

kualitas pelayanan dasar

dan percepatan pembangunan

5 Menciptakan Iklim yang kondusif

bagi pelaksanaan

pembanguna n

dan investasi

Tersedianya

dokumen tata ruang yang disahkan

(Jumlah)

0 4 PU

Indeks Kepuasan Masyarakat pada

Perangkat Daerah Perijinan

91,21 92,12 AT

Persentase

penurunan

pelanggaran perda (%)

45,17 32,00 T

Persentase penurunan

pelanggaran

trantibum

8,46 1,00 T

Jumlah nilai

investasi (PMDN/PMA)

(Milyar Rupiah)

4.359.249,

16

522,83 T

Jumlah Usaha Mikro

Binaan (Unit)

11.928 10.816 T

6 Mewujudkan infrastruktur

pembanguna n

yang berkualitas

dan merata

diseluruh wilayah

dengan menekankan pada

pembanguna n

desa

Jumlah pelabuhan

laut/udara/ terminal bus (Buah)

Tipe C=9 Tipe C=9 T

Rasio panjang jalan per jumlah

kendaraan (%)

0,14 0,140 T

Angkutan darat (%) 0,0962 0,021 T

Persentase panjang

jalan yang terpasang

PJU (%)

37,95 32,88 T

Luas Irigasi Pertanian dalam

kondisi baik (%)

58,89 63,12 PU

Persentase Luas

Irigasi dalam kondisi

baik (%)

58,89 76,00 PU

Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (Ha)

543,50 533,75 T

Persentase

penduduk berakses air minum aman (%)

97,88 100,00 AT

Persentase

penduduk berakses

sanitasi sehat (%)

100,00 100,00 T

Luas lingkungan

permukiman kumuh (Ha)

18,74 0 PU

Rasio Rumah Layak Huni

0,77 0,757 T

Persentase

penanganan sampah

(%)

32,53 21,49 T

II - 155

Misi Tujuan Indikator Kinerja

Sasaran Realisasi s.d. Tahun 2020

Target Akhir RPJMD 2021

Keterangan

Persentase TPS

persatuan penduduk

(%)

0,93 0,83 T

Rasio elektrifikasi

(%)

100,00 100,00 T

Panjang jalan

kabupaten dengan kondisi baik (%)

79,20 85,00 PU

Mendorong

terciptanya

partisipasi dan kemandirian

masyarakat, kesetaraan dan

keadilan gender serta

perlindungan

anak disemua bidang

pembangunan

7 Mewujudkan peran serta dan

kemandirian

masyarakat dalam

pembanguna n

tanpa

membedakan

gender dengan

memperhatik an

hak hak anak

Persentase usulan

kegiatan berbasis

musrenbang yang tertuang dalam

RKPD (%)

99,60 70,00 T

Swadaya masyarakat

terhadap program

pemberdayaan masyarakat (%)

69,00 8,00 T

Persentase

penurunan tingkat

penyandang masalah sosial (%)

3,62 1,60 T

Persentase

pemenuhan fasilitas umum untuk anak

(%)

23,83 14,07 T

Persentase Lembaga

kemasyarakatan

desa yang Aktif (%)

100,00 100,00 T

Mendorong

terciptanya pengelolaan

sumber daya alam

dan lingkungan hidup dengan

tetap menjaga kelestariann ya

8 Memanfaatka n sumber daya alam

secara optimal

dan berkelanjutan

Jumlah penerapan

teknologi tepat guna yang mendapat

fasilitasi dari

pemerintah (unit)

62 38 T

Persentase

Peningkatan Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup pertahun (%)

72,20 68,61 T

Produktivitas Hasil Hutan Pertahun

(m3/Hektar)

0,13 94,12 PU

Produktivitas hasil pertanian pertahun

(ton/Hektar)

61,57 61,36 T

Persentase bangunan ber- IMB

(%)

59,54 90,00 PU

Sumber : LKPJ Bupati Semarang Tahun 2020, diolah, Ket: T = Tercapai; AT = Akan Tercapai; PU = Perlu Upaya

2.2.2 Gambaran Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di

Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

Pencapaian kinerja pelayanan publik sering kali terkendala akibat

adanya variasi dalam penyelenggaraan atau proses pelayanan. Salah satu

upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi variasi tersebut

adalah dengan melakukan standarisasi kinerja pelayanan dalam bentuk

Standar Pelayanan Minimal (SPM).

II - 156

SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu

Pelayanan Dasar yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018

tentang Standar Pelayanan Minimal. Penerapan SPM dan pemenuhan

pelayanan dasar tersebut dilakukan oleh Pemerintah Daerah baik Pemerintah

Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Ruang lingkup pelayanan dasar dalam SPM mencakup pelayanan dasar

pada 6 (enam) urusan pemerintahan wajib yang diselenggarakan Pemerintah

daerah, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota,

yaitu : Urusan Wajib Pendidikan, Urusan Wajib Kesehatan, Urusan Wajib

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Urusan Wajib Perumahan Rakyat dan

Kawasan Permukiman, serta Urusan Wajib Ketentraman, Ketertiban Umum

dan Perlindungan Masyarakat.

Berdasarkan evaluasi pencapaian SPM, dapat diketahui bahwa

efektivitas kinerja pemenuhan SPM di Kabupaten Semarang masih belum

optimal, dikarenakan dari 6 (enam) urusan wajib yang memiliki SPM, baru

terdapat sebanyak 1 (satu) urusan yang berhasil memiliki capaian rata-rata

per tahun sebesar 100%. Sedangkan 5 (lima) urusan lainnya capaian rata-rata

per tahunnya masih di bawah 100%.

Efektivitas kinerja pemenuhan SPM tertinggi berhasil dicapai pada

urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dengan rata-rata

capaian SPM per tahun sebesar 100%. Sementara kinerja pemenuhan SPM

yang masih rendah berada pada urusan Pendidikan dengan rata-rata capaian

SPM per tahun sebesar 70,32% dan urusan Kesehatan sebesar 82,46%.

Untuk mengetahui gambaran lengkap hasil pelaksanaan SPM di

Kabupaten Semarang berikut ini akan diuraikan realisasi pencapaian target-

target SPM pada keenam urusan pemerintahan wajib bidang pelayanan dasar

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-

2020 sebagai berikut :

2.2.2.1 SPM Urusan Pendidikan

SPM Urusan Pendidikan pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan

dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) Nomor 32 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan

Minimal Bidang Pendidikan yang mulai efektif berlaku pada Tahun 2019

hingga saat ini.

II - 157

Dalam Permendikbud Nomor 32 Tahun 2018, ruang lingkup SPM

Urusan Pendidikan meliputi 3 (tiga) aspek pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan Pendidikan Dasar;

2. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); dan

3. Pelayanan Pendidikan Kesetaraan.

Gambaran capaian SPM Urusan Pendidikan di Kabupaten Semarang

pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.101. Capaian SPM Urusan Pendidikan di Kabupaten Semarang

Tahun 2019-2020

Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

(diolah)

2.2.2.2 SPM Urusan Kesehatan

SPM Urusan Kesehatan pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan

dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 4

Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang mulai efektif berlaku

Tahun 2019 hingga saat ini.

Dalam Permenkes Nomor 4 Tahun 2019, ruang lingkup SPM Urusan

Kesehatan meliputi 12 (dua belas) aspek pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan ibu hamil;

2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;

3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;

4. Pelayanan kesehatan balita;

5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;

6. Pelayanan kesehatan usia produktif;

No Jenis Pelayanan Dasar Indikator Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

1 Pendidikan Dasar 1. Jumlah Anak usia

7 - 12 tahun yang

sudah atau sedang belajar

99,81 99,50

2. Jumlah Anak usia

12 - 15 tahun yang

sudah atau sedang

belajar

84,59 95,40

2 Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD)

3. Jumlah anak usia

dini yang sudah tamat atau sedang

belajar PAUD

99,86 81,90

3 Pendidikan Kesetaraan 4. Jumlah anak usia 7

- 18 yang sedang

atau sudah belajar

pada pendidikan kesetaraan

0,58 0,90

Rata-Rata Capaian (%) 71,21 69,43

Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 70,32

II - 158

7. Kesehtan usia lanjut;

8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;

9. Pelayanan kesehatan Penderita diabetes mellitus;

10. Pelayanan kesehatan Orang dengan gangguan jiwa berat;

11. Pelayanan kesehatan Orang terduga tuberkulosis;

12. Pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi virus yang

melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency

Virus).

Gambaran capaian SPM Urusan Kesehatan di Kabupaten Semarang

pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.102. Capaian SPM Urusan Kesehatan di Kabupaten Semarang

Tahun 2019-2020

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

1 Kesehatan Ibu Hamil Jumlah ibu hamil di suatu

kabupaten/kota yang

mendapat pelayanan

91,69 93,60

2 Kesehatan Ibu Bersalin Jumlah ibu bersalin

mendapat pelayanan di

wilayah kerja kabupaten /

kota bersangkutan

99,89 100

3 Kesehatan Bayi Baru

Lahir

Jumlah bayi baru lahir

mendapat pelayanan

96,26 97,70

4 Kesehatan Balita Jumlah balita usia 12 - 59

bulan yang mendapatkan

pelayanan kesehatan

87,78 84,10

5 Kesehatan Pada Usia

Pendidikan Dasar

Jumlah anak usia

pendidikan dasar yang

mendapat pelayanan

kesehatan

93,04 62,80

6 Kesehatan Usia

Produktif

Jumlah orang usia 15 - 59

tahun di kabupaten atau

kota yang mendapat

pelayanan skrining

kesehatan sesuai standart

71,29 58

7 Kesehatan Usia Lanjut Jumlah warga negara usia

60 tahun keatas mendapat

pelayanan

76,88 65,30

8 Kesehatan Penderita

Hipertensi

Jumlah penderita

hipertensi mendapat

pelayanan

57,16 24,10

II - 159

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

9 Kesehatan Penderita

Diabetes Militus

Pelayanan kesehatan

terhadap orang penderita

diabetes melitus

121,20 27,20

10 Kesehatan Orang

Dengan Gangguan

Jiwa Berat

Jumlah ODGJ mendapat

pelayanan

87,00 84

11 Kesehatan Orang

Terduga Tuberkulosis

Jumlah orang terduga TBC

mendapat pelayanan

100 100

12 Kesehatan Orang

Dengan Resiko

Terinfeksi HIV

Jumlah orang dengan

resiko HIV yang mendapat

pelayanan

100 100

Rata-Rata Capaian (%) 90,18 74,73

Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 82,46

Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

(diolah)

2.2.2.3 SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang pada durasi Tahun

2019-2020 dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permenpupera) Republik Indonesia

Nomor 29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis Standar Pelayanan Minimal

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mulai efektif berlaku Tahun

2019 hingga saat ini.

Dalam Permenpupera Republik Indonesia Nomor 29/PRT/M/2018,

ruang lingkup SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang meliputi 2

(dua) aspek pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan penyediaan kebutuhan pokok air minum sehari-hari; dan

2. Pelayanan pengolahan air limbah domestik.

Gambaran capaian SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana

pada tabel berikut :

Tabel 2.103. Capaian SPM Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

1 Penyediaan Kebutuhan

Pokok Air Minum

Sehari hari

1. Jumlah kumulatif

masyarakat/rumah tangga yang

medapatkan akses

terhadap air minum

melalui SPAM jaringan

perpipaan

97,66 98

II - 160

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

dan bukan jaringan

perpipaan terlindungi

dalam sebuah Kab./Kota

2 Penyediaan Pelayanan

Pengolahan Air Limbah

Domestik

Jumlah rumah yang

memiliki akses pengolahan

berupa cubluk, lumpur

tinja diolah di IPLT, dan

memiliki sambungan

rumah dan air limbah nya

diolah di IPALD

100 100

Rata-Rata Capaian (%) 98,83 99

Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 98,92

Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

(diolah)

2.2.2.4 SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman pada

durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permenpupera) Republik

Indonesia Nomor 29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis Standar Pelayanan

Minimal Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mulai efektif berlaku

Tahun 2019 hingga saat ini.

Dalam Permenpupera Republik Indonesia Nomor 29/PRT/M/2018,

ruang lingkup SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

meliputi 2 (dua) aspek pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi korban

bencana kabupaten/kota; dan

2. Pelayanan fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi masyarakat

yang terkena relokasi program Pemerintah Kabupaten/Kota.

Gambaran capaian SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-2020 dapat diuraikan

sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.104. Capaian SPM Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

1 Penyediaan dan

rehabilitasi rumah

yang layak huni bagi

Jumlah unit rumah korban

bencana yang ditangani

pada tahun n

100 100

II - 161

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

korban bencana

kabupaten / kota

2 Fasilitasi penyediaan

rumah yang layak huni

bagi masyarakat yang

terkena relokasi

program Pemerintah

Kab/Kota

Rumah Tangga penerima

Fasilitasi penggantian hak

atas penguasaan tanah dan

/atau bangunan + Rumah

Tangga penerima Subsidi

uang sewa + Rumah

Tangga penerima

Penyediaan rumah layak

huni

N/A 100

Rata-Rata Capaian (%) 100 100

Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 100

Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

(diolah)

Kebutuhan rumah di Kabupaten Semarang masih tergolong cukup

banyak, hal ini dapat diliat pada tabel berikut :

Tabel 2.105. Data Backlog Perumahan Kabupaten Semarang

Tahun 2020

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Jumlah Rumah

Tangga Backlog

1 2 3 4 5

1. Getasan 52.230 18.077 2.265

2. Tengaran 70.655 23.992 3.537

3. Susukan 50.256 17.550 2.444

4. Kaliwungu 29.318 10.872 1.701

5. Suruh 71.835 25.008 1.321

6. Pabelan 44.300 15.614 806

7. Tuntang 69.213 23.061 1.305

8. Banyubiru 44.904 15.571 1.858

9. Jambu 41.266 14.391 3.619

10. Sumowono 35.087 12.107 1.532

11. Ambarawa 63.101 21.659 27

12. Bandungan 58.808 20.069 1.416

13. Bawen 58.466 19.735 200

14. Bringin 47.498 16.738 941

15. Bancak 24.693 8.537 1.197

16. Pringapus 54.524 18.480 1.084

17. Bergas 70.072 23.282 556

18. Ungaran Barat 80.517 26.548 247

19. Ungaran Timur 76.374 25.150 80

JUMLAH 1.043.117 356.441 26.136

II - 162

2.2.2.5 SPM Urusan Ketentraman. Ketertiban Umum dan Perlindungan

Masyarakat

SPM Urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan

Masyarakat pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan dengan berpedoman

pada 3 (tiga) regulasi. yaitu :

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar

Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan

Bencana Daerah Kabupaten/Kota;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2018 tentang Standar

Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan

Kebakaran Daerah Kabupaten/Kota; dan

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 121 Tahun 2018 tentang Standar

Teknis Mutu Pelayanan Dasar Sub Urusan Ketenteraman dan Ketertiban

Umum di Provinsi Kabupaten/Kota.

Dalam ketiga Peraturan tersebut. ruang lingkup SPM Bidang

Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat meliputi 5

(lima) aspek pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan ketentraman dan ketertiban umum;

2. Pelayanan informasi rawan bencana;

3. Pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana;

4. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana;

5. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran.

Gambaran capaian SPM Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum

serta Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Semarang pada Tahun 2019-

2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.106. Capaian SPM Urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Semarang

Tahun 2019-2020

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

1 Pelayanan

Ketentraman dan Ketertiban Umum.

Jumlah dan identitas

Warga Negara yang terkena

dampak gangguan

trantibum akibat

penegakan hukum akibat

pelanggaran Perda

Kabupaten/kota dan Perda

serta mengalami kerugian

materi dan/atau terkena

N/A 100

II - 163

No Jenis Pelayanan

Dasar Indikator

Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

cedera fisik

2 Pelayanan Penyelamatan dan

evakuasi korban

kebakaran.

Jumlah Warga Negara yang

mendapat pelayanan

pemadaman.penyelamatan

dan evakuasi kebakaran

tingkat Kab./Kota

100 93.10

3 Pelayanan informasi

rawan bencana

Jumlah Warga Negara yang

memperoleh informasi

rawan bencana sesuai jenis

ancaman bencana tingkat

Kab./Kota

100 100

4 Pelayanan pencegahan

dan kesiapsiagaan

terhadap bencana

Jumlah warga negara yang

menjadi korban bencana

Daerah Kabupaten Kota

100 100

5 Pelayanan

penyelamatan dan

evakuasi korban

bencana

Jumlah Warga Negara yang

memperoleh layanan

penyelamatan dan evakuasi

korban bencana tingkat

Kab./Kota

96.75 100

Rata-Rata Capaian (%) 99.19 98.62

Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 98.90

Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

(diolah)

2.2.2.6 SPM Urusan Sosial

SPM Urusan Sosial pada durasi Tahun 2019-2020 dilaksanakan

dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Sosial (Permensos) Nomor 9

Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan

Minimal Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan di Daerah Kabupaten/Kota yang

mulai efektif berlaku Tahun 2019 hingga saat ini.

Dalam Permensos Nomor 9 Tahun 2018. ruang lingkup SPM Urusan

Sosial meliputi 5 (lima) aspek pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas telantar di luar

panti;

2. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar anak telantar di luar panti;

3. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar diluar panti;

4. Pelayanan rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya gelandangan dan

pengemis di luar panti; serta

II - 164

5. Perlindungan dan jaminan sosial pada saat tanggap dan pasca bencana

bagi korban bencana kab/kota

Gambaran capaian SPM Urusan Sosial di Kabupaten Semarang pada

Tahun 2019-2020 dapat diuraikan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.107. Capaian SPM Urusan Sosial di Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

No Jenis Pelayanan Dasar Indikator Capaian (%)

Tahun 2019 Tahun 2020

1 Rehabilitasi sosial dasar

penyandang disabilitas

telantar di luar panti

Jumlah penyandang

disabilitas terlantar

yang terpenuhi kebutuhan

dasarnya diluar panti

100 100

2 Rehabilitasi sosial dasar

anak telantar di luar

panti

Jumlah anak terlantar

yang terpenuhi

kebutuhan dasarnya

diluar panti

83 83.20

3 Rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar

diluar panti

Jumlah lanjut usia terlantar yang terpenuhi

kebutuhan dasarnya

diluar panti

100 100

4 Rehabilitasi sosial

dasar tuna sosial

khususnya gelandangan

dan pengemis di luar panti

Jumlah gelandangan

dan pengemis yang

terpenuhi kebutuhan

dasarnya diluar panti

78 113.10

5 Perlindungan dan

jaminan sosial pada saat

tanggap dan pasca

bencana bagi korban

bencana kab/kota

Jumlah korban bencana

alam dan sosial daerah

kabupaten /kota yang

terpenuhi kebutuhan

dasarnya

94 100

Rata-Rata Capaian (%) 91 99.26

Rata-Rata Capaian per Tahun (%) 95.13 Sumber: Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Semarang Tahun 2019-2020

(diolah)

III - 1

BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH

Kondisi keuangan daerah tidak bisa terlepas dari kondisi ekonomi global,

nasional dan regional. Kondisi perekonomian global saat ini masih sangat

dipengaruhi dengan situasi pandemi Covid-19. Total kasus Covid-19 di

seluruh dunia hingga akhir Juli 2021 mencapai 199 juta kasus. Kabar

baiknya, dibeberapa negara penyebaran virus Covid-19 sudah semakin

terkontrol yang ditunjukkan oleh peningkatan kasus harian yang kian

melambat serta proses vaksinasi yang semakin merata. Namun, pada akhir

Desember 2020, telah ditemukan varian virus baru yaitu Varian Delta yang

berasal dari India yang kemudian menyebar cepat ke banyak negara dunia

termasuk Indonesia. Sehingga banyak negara yang kembali harus melakukan

pembatasan aktivitas warga negaranya.

Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum sepenuhnya

terkendali. Hingga akhir Juli 2021 total kasus di Indonesia telah mencapai 3,4

juta kasus. Pandemi Covid-19 di Indonesia semakin menyebar dengan adanya

varian Delta yang diperkirakan sudah masuk pada bulan Juni. Akibatnya

pada pertengahan Juli kemarin telah terjadi lonjakan kasus harian hingga

mencapai 40 ribu kasus baru meskipun Pemerintah Pusat telah

memberlakukan PPKM darurat guna menekan penyebaran Covid-19.

Sebagai respon atas situasi pandemi Covid-19 yang semakin berdampak

pada masyarakat, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Dalam Negeri telah

mengeluarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2021 Tentang

Penyediaan dan Percepatan Penyaluran Bantuan Sosial dan/atau Jaring

Pengaman Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah. Dalam Instruksi Menteri tersebut Pemerintah Daerah mendapatkan

instruksi untuk menyediakan pengalokasian anggaran yang memadai dalam

APBD untuk pemberian bantuan kepada masyarakat yang terdampak pandemi

Covid-19.

Kondisi perekonomian sampai dengan triwulan II tahun 2021 berangsur-

angsur membaik, namun masih terdapat sejumlah tantangan besar untuk

pemulihan ekonomi di Kabupaten Semarang. Program vaksinasi yang diyakini

dapat memperlambat laju penyebaran Covid-19 dan menggerakkan roda

perekonomian, saat ini cakupan hingga akhir Juni 2021, jumlah penduduk

III - 2

Kabupaten Semarang yang sudah terlayani vaksinasi COVID-19 sebanyak

135.681 jiwa atau mencapai 21,75% dari total target yang telah ditetapkan.

Hal ini menyebabkan program vaksinasi masih belum memberikan dampak

yang signifikan dan seluruh sektor ekonomi riil belum dapat bangkit seperti

sebelum pandemi.

Tantangan pemulihan ekonomi berikutnya adalah bagaimana pemerintah

Kabupaten Semarang melalui kebijakan ekonomi dapat mengurangi

ketimpangan dan memperbaiki mobilitas sosial. Banyaknya tenaga kerja yang

di PHK dan dirumahkan akibat perusahaan yang terdampak pandemi COVID-

19, penutupan tempat usaha dan destinasi pariwisata yang menurunkan

pendapatan masyarakat dan daerah, memerlukan kebijakan yang cepat dan

tepat sasaran agar tidak semakin lama serta memperparah kondisi

kemiskinan.

Tantangan berikutnya adalah segera melakukan identifikasi sumber

pertumbuhan ekonomi baru. Krisis dan kondisi tertekan terkadang

melahirkan terciptanya kreativitas baru. Guncangan ekonomi yang tengah

terjadi dapat menjadi peluang bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk

mengembangkan sektor ekonomi yang selama ini belum digarap. Pemerintah

juga memiliki kesempatan untuk memengaruhi arah kemajuan ekonomi dari

sisi pengembangan investasi dan inovasi pada saat stimulus ekonomi sedang

digencarkan saat ini.

Tantangan selanjutnya adalah menyelaraskan target-target baru untuk

mendorong kinerja ekonomi. Perusahaan harus mengambil peran dalam

proses transisi ekonomi, tidak hanya pemerintah. Misalnya, menetapkan

strategi pertumbuhan bisnis dengan menjalankan model yang

mempertimbangkan aspek lingkungan dan inklusivitas.

Dengan mendasarkan kondisi ekonomi Nasional dan Provinsi Jawa

Tengah, maka proyeksi indikator makro ekonomi Kabupaten Semarang pada

akhir Tahun 2021 diprediksikan sebagai berikut :

III - 3

Tabel 3.1 Proyeksi Indikator Makro Kabupaten Semarang Tahun 2021

NO INDIKATOR Nasional Provinsi Kabupaten Semarang

1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,0 3,8 - 4,8 4,1 – 5,1

2 Tingkat Kemiskinan (%) 9,2 – 9,7 11,94 - 11,02 7,4 – 7,8

3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

7,7 - 9,1 6,22 - 6,16 4,0 – 4,5

4 Laju Inflasi (%) 3,0 3,0 ± 1 3 ± 1

Sumber: Pemutakhiran RKP Tahun 2021, Rancangan Perubahan RPJMD Provinsi Jateng Tahun 2018-2023, RKPD Kab. Semarang Tahun 2021 (diolah)

Selanjutnya kondisi ekonomi daerah tahun 2021 ini akan mempengaruhi

dalam penyusunan proyeksi keuangan daerah lima tahun mendatang tahun

2021 – 2026.

Selain kondisi perekonomian, pengelolaan keuangan daerah juga

mempedomani Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah yang mengatur penyelenggaraan otonomi daerah yang berimplikasi

pada kebijakan daerah dan desentralisasi fiskal sebagai akibat adanya

pembagian kewenangan urusan pemerintahan antara Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dengan disertai pemberian sumber-sumber keuangan

untuk mendanai urusan yang diserahkan kepada daerah. Tujuannya adalah

untuk semakin meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat,

pelaksanaan pembangunan daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Dalam pelaksanaan Desentralisasi fiskal, menganut prinsip-prinsip

sebagai berikut :

1. Desentralisasi fiskal harus memperhatikan dan merupakan bagian

pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem keuangan negara, hal ini

merupakan konsekuensi dari pembagian kewenangan antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah;

2. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi adalah dengan memperhatikan stabilitas

perekonomian nasional dan keseimbangan fiskal antara pusat dengan

daerah dan antar daerah;

3. Perimbangan keuangan negara antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka

pendanaan penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas

pembantuan.

III - 4

Berkaitan dengan hal tersebut, pengelolaan keuangan daerah merupakan

hal yang sangat penting dalam proses perencanaan suatu daerah secara

keseluruhan.

3.1 KINERJA KEUANGAN DAERAH TAHUN 2016 – 2020

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah. Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan siklus

pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Perkembangan realisasi APBD

selama lima tahun sebelumnya akan memberikan gambaran kemampuan

penerimaan dan pengeluaran daerah.

Di sisi pendapatan, analisis kesehatan keuangan APBD dilakukan dengan

melihat beberapa hal, salah satunya rasio kemandirian daerah. Rasio

kemandirian daerah dicerminkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap

total Pendapatan, serta rasio transfer terhadap total pendapatan. Dua rasio

tersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio PAD semakin

tinggi kemandirian daerah dan sebaliknya semakin tinggi rasio transfer maka

akan semakin kecil tingkat kemandirian daerah dalam mendanai belanja

daerah. Oleh karena itu, daerah yang memiliki tingkat kemandirian yang baik

adalah daerah yang memiliki rasio PAD yang tinggi sekaligus rasio transfer

yang rendah. Tingkat Kemandirian daerah dari sisi keuangan daerah dapat

dilihat dari tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan pembangunan

daerah dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh daerah itu

sendiri, yang salah satu aspeknya adalah sumber daya keuangan daerah.

Tingkat Kemandirian Daerah atau Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

dirumuskan dengan formula sebagai berikut :

Berdasarkan formula di atas dapat diketahui bahwa rasio KKD

menggambarkan sejauh mana ketergantungan daerah terhadap sumber dana

eksternal. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah

terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi)

semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan

tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi

III - 5

rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak

dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.

Melihat kondisi keuangan daerah Kabupaten Semarang dalam kurun

waktu Tahun 2016-2020, Kabupaten Semarang masih belum mandiri, tingkat

ketergantungan kepada Pemerintah masih tinggi disisi keuangan

(penganggaran). Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tingkat kemandirian

berikut ini:

Tabel 3.2. Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Tahun PAD Total Pendapatan Rasio

Kemandirian Daerah

Hubungan

2016 318.536.051.176,00 1.978.138.017.128,00 16,10 Instruktif

2017 417.417.848.830,80 2.135.227.865.430,80 19,55 Instruktif

2018 383.475.678.133,60 2.117.416.566.803,60 18,11 Instruktif

2019 429.011.081.257,00 2.311.149.343.922,00 18,56 Instruktif

2020 442.528.167.477,97 2.211.273.524.265,97 20,01 Instruktif

Rata-rata 398.193.765.375,07 2.150.641.063.510,07 18,47 Instruktif

Gambar 3.1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Tabel 3.3. Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah

Rasio

Kemandirian (%)

Kemampuan Keuangan

Daerah Pola Hubungan

0% - 25% Rendah Sekali Instruktif

>25% - 50% Rendah Konsultatif

>50% - 75% Sedang Partisipatif

>75% - 100% Tinggi Delegatif

Sumber : Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim (2001:168)

Dari tabel diatas, rata-rata Rasio Kemampuan Keuangan Daerah

Pemerintah Kabupaten Semarang dari tahun 2016-2020 sebesar 18,47% yang

artinya pemerintah Kabupaten Semarang masuk kategori Rendah Sekali

16,1

19,55 18,11 18,56

20,01

0

5

10

15

20

25

2016 2017 2018 2019 2020

III - 6

kemampuannya dalam membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan di

Kabupaten Semarang.

Secara konsepsional, pola hubungan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, harus dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan

daerah dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Paul

Hersey dan Kenneth Blanchard memperkenalkan empat macam pola

hubungan situasional yang dapat digunakan dalam pelaksanaan otonomi

daerah (Halim, 2001:168) yaitu:

a. Pola Hubungan Instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih dominan

dari pada kemandirian pemerintah daerah. (Daerah yang tidak mampu

melaksanakan otonomi daerah secara finansial).

b. Pola Hubungan Konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah

mulai berkurang dan lebih banyak pada pemberian konsultasi karena

daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.

c. Pola Hubungan Partisipatif, yaitu peranan pemerintah pusat semakin

berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya

mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi.

d. Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak

ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam

melaksanakan urusan otonomi daerah.

Jika dilihat dari kondisi di Kabupaten Semarang, maka pola hubungan

dengan Pemerintah Pusat masuk dalam kategori instruktif, peranan

pemerintah Pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah

(daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial).

Untuk tahun-tahun berikutnya, pemerintah Kabupaten Semarang

diharapkan lebih menggali potensi pendapatan daerah Kabupaten Semarang

agar tingkat kemandirian daerah dapat meningkat sehingga tidak bergantung

lagi pada pemerintah pusat untuk membiayai belanja daerah dalam proses

pembangunan daerah Kabupaten Semarang. Selain itu dukungan kualitas

sumber daya manusia yang memadai juga tidak kalah penting dalam

penggerak roda pembangunan.

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Semarang tahun 2016-

2020 perlu dilakukan analisis kondisi kinerja keuangannya sebagai dasar

proyeksi pendapatan, belanja dan pembiayaan sebagai kerangka pendanaan

III - 7

tahun 2021-2026. Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Semarang tahun

2016-2020 digambarkan sebagai berikut:

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah merupakan penerimaan daerah yang diperoleh dari

berbagai sumber, meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan

lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dilihat dari sumbernya, pendapatan

yang dihasilkan dari kegiatan atau hasil usaha di dalam daerah

dikelompokkan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan pendapatan

yang diperoleh karena adanya transfer dari pemerintah pusat dan pemerintah

provinsi, serta perolehan dari hibah akan dikelompokkan dalam dana

perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah pada APBD Kabupaten Semarang tahun 2016

sampai dengan tahun 2020, terdiri dari: (1) Pajak Daerah; (2) Retribusi

Daerah; (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; (4) Lain-lain

pendapatan daerah yang sah. Dana Perimbangan Kabupaten Semarang terdiri

dari: (1) Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak; (2) Dana Alokasi

Umum (DAU); (3) Dana Alokasi Khusus (DAK). Lain-lain pendapatan daerah

yang sah Kabupaten Semarang antara tahun 2016 sampai dengan 2020,

terdiri dari: (1) Hibah; (2) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah

Daerah Lainnya; (3) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; (4) Bantuan

Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya; (5) Dana Insentif Daerah (DID);

(6) Dana Desa.

Perkembangan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Semarang

ditampilkan pada Tabel berikut:

III - 8

Tabel 3.4. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No. Uraian Realisasi Pertumbuhan

rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

PENDAPATAN DAERAH 1.978.138.017.128,00 2.135.227.865.431,00 2.117.416.566.803,60 2.311.149.343.922,00 2.211.273.524.265,97 2,98

1.1. Pendapatan Asli Daerah 318.536.051.176,00 417.417.848.830,80 383.475.678.133,60 429.011.081.257,00 442.528.167.477,97 9,48

1.1.1 Pajak Daerah 105.768.321.555,00 168.523.226.446,00 152.256.801.441,00 174.542.551.879,00 184.428.753.182,00 17,50

1.1.2 Retribusi Daerah 26.867.595.080,00 30.911.872.936,00 31.931.213.213,00 34.461.264.128,00 30.448.038.637,00 3,66

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

10.524.861.428,00 23.016.450.973,00 9.873.895.996,00 11.193.932.837,00 11.016.725.880,00 18,34

1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

175.375.273.113,00 194.966.298.475,80 189.413.767.483,60 208.813.332.413,00 216.634.649.778,97 5,58

1,2 Dana Perimbangan 1.325.779.762.120,00 1.283.938.368.800,00 1.307.508.472.787,00 1.351.090.467.972,00 1.240.480.579.637,00 (1,54)

1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

46.151.509.596,00 45.488.012.291,00 40.449.487.507,00 32.240.120.367,00 40.850.178.049,00 (1,53)

1.2.2 Dana Alokasi Umum 968.848.031.000,00 951.828.487.000,00 952.362.147.000,00 1.001.565.375.000,00 909.555.622.000,00 (1,43)

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 310.780.221.524,00 286.621.869.509,00 314.696.838.280,00 317.284.972.605,00 290.074.779.588,00 (1,43)

1,3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah

333.822.203.832,00 433.871.647.800,00 426.432.415.883,00 531.047.794.693,00 528.264.777.151,00 13,07

1.3.1 Pendapatan Hibah 40.408.464.999,00 87.083.580.000,00 79.013.193.690,00 81.689.603.435,00 91.797.832.425,00 30,50

1.3.3 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi/ Pemerintah Daerah lainnya

128.217.064.833,00 152.963.851.800,00 159.266.165.193,00 176.909.199.258,00 155.665.817.452,00 5,62

1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

30.398.700.000,00 20.635.643.000,00 13.568.289.000,00 46.187.036.000,00 39.687.577.274,00 39,99

1.3.8 Dana Insentif Daerah 5.000.000.000,00 7.500.000.000,00 17.500.000.000,00 44.330.102.000,00 56.446.874.000,00 91,00

1.3.9 Dana Desa dari APBN 129.797.974.000,00 165.688.573.000,00 157.084.768.000,00 181.931.854.000,00 184.666.676.000,00 9,94

u u LJ

LJ LJ

III - 9

Gambar 3.2. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Milyar Rupiah)

Tabel 3.3 di atas menampilkan jenis pendapatan daerah dan rata-rata

pertumbuhannya dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Pertumbuhan

pendapatan daerah tersebut dipengaruhi beberapa perubahan kebijakan baik

eksternal maupun internal.

Pertumbuhan rata rata pendapatan daerah dari jenis penerimaan yang

tertinggi adalah lain-lain pendapatan daerah yang sah yaitu berasal dari

pendapatan dana hibah non kas PDAM pada tahun 2016, dan hibah Dana

BOS (Belanja Operasional Sekolah) yang tidak diterima melalui kas daerah,

tetapi langsung ke rekening sekolah mulai tahun 2017. Untuk pertumbuhan

PAD meskipun realisasi cenderung flat tetapi masih lebih tinggi dibandingkan

rata rata penerimaan dana transfer. Pendapatan daerah yang bersumber dari

PAD mengalami pertumbuhan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017,

sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan. Pada Tahun 2019,

realisasi pendapatan kembali naik signifikan. Sedangkan tahun 2020

mengalami penurunan, sebagai dampak adanya pandemi Covid 19.

Apabila melihat kondisi kemampuan keuangan daerah Kabupaten

Semarang selama 5 (lima) tahun terakhir ini, maka dapat dikatakan bahwa

Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang masih merupakan daerah yang

belum mandiri, karena masih tingginya ketergantungan pada keuangan

Pemerintah. Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang yang bersumber dari

Pendapatan Asli Daerah dalam lima tahun terakhir masih lebih rendah

dibandingkan dengan penerimaan Dana Transfer.

1.978

2.135

2.117

2.311

2.211

7,94

-0,84

9,16

-4,33

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

1.800

1.900

2.000

2.100

2.200

2.300

2.400

2016 2017 2018 2019 2020

PENDAPATAN DAERAH PERTUMBUHAN

III - 10

Rasio Efektivitas

Rasio efektivitas untuk mengetahui berhasil tidaknya pencapaian tujuan

anggaran yang memerlukan data-data realisasi pendapatan dan target

pendapatan.

Berikut ini Realisasi Pendapatan dan Target Pendapatan Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020.

Tabel 3.5. Realisasi Pendapatan dan Target Pendapatan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

Tahun Realisasi Pendapatan Target Pendapatan Rasio

Efektifitas

2016 1.978.138.017.128,00 2.134.103.316.000,00 92,69%

2017 2.135.227.865.430,80 2.058.632.591.000,00 103,72%

2018 2.117.416.566.803,60 2.108.012.241.000,00 100,45%

2019 2.311.149.343.922,00 2.302.955.172.000,00 100,36%

2020 2.211.273.524.265,97 2.183.690.887.000,00

101,26%

Rata2 99,70%

Gambar 3.3. Rasio Efektivitas

Tabel 3.6. Kriteria Penilaian Rasio Efektivitas

Presentase Kriteria

Di atas 100% Sangat efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup efektif

60%-80% Kurang efektif

Kurang dari 60% Tidak efektif

Berdasarkan data dan grafik di atas diketahui bahwa presentase rasio

efektivitas Kabupaten Semarang pada tahun 2016-2020 mengalami fluktuasi.

92,69

103,72

100,45 100,36

101,26

86889092949698

100102104106

2016 2017 2018 2019 2020

Efektivitas (%)

III - 11

Rata-rata rasio efektivitas Kabupaten Semarang pada periode 2016-2020

adalah 99,70% sehingga dikategorikan efektif. Pencapaian ini perlu

diperhatikan dan ditingkatkan.

Ruang Fiskal Daerah

Indikator ini menunjukkan seberapa besar keleluasaan Pemerintah

Daerah dalam menggunakan dananya secara bebas dalam menentukan

prioritas belanja. Perhitungan ruang fiskal menggunakan rumus, yaitu

keseluruhan Pendapatan Daerah dikurangi dengan pendapatan hibah,

pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked), yaitu Dana

Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Penyesuaian serta Dana

Darurat, dan belanja yang sifatnya mengikat, yaitu Belanja Pegawai dan

Belanja Bunga dan selanjutnya dibagi dengan keseluruhan Pendapatan

Daerah.

III - 12

Tabel 3.7. Tabel Perhitungan Ruang Fiskal Daerah

No. Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-rata

1.

PENDAPATAN DAERAH

1,978,138,017,128.00 2,135,227,865,431.00 2,117,416,566,803.60 2,311,149,343,922.00 2,211,273,524,265.97 2,150,641,063,510.11

2. DAK 310,780,221,524.00 286,621,869,509.00 314,696,838,280.00 317,284,972,605.00 290,074,779,588.00 303,891,736,301.20

3. DID 5,000,000,000.00 7,500,000,000.00 17,500,000,000.00 44,330,102,000.00 56,446,874,000.00 26,155,395,200.00

4. Hibah 40,408,464,999.00 87,083,580,000.00 79,013,193,690.00 81,689,603,435.00 91,797,832,425.00 75,998,534,909.80

5. Dana darurat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6. 25% DBH +DAU 253,749,885,149.00 249,329,124,822.75 248,202,908,626.75 258,451,373,841.75 237,601,450,012.25 249,466,948,490.50

7. Belanja Pegawai

905,034,105,420.00 822,474,964,598.00 832,032,781,603.00 870,330,529,685.00 835,374,773,297.00 853,049,430,920.60

8. Belanja Bunga 518,482.00 0.00 0.00 392,114,781.00 0.00 78,526,652.60

Ruang Fiskal Daerah

23.41 31.95 29.56 31.96 31.65 29.85

III - 13

Gambar 3.4. Ruang Fiskal Daerah Tahun 2016-2020

Dari hasil analisis Ruang Fiskal diatas, menunjukkan bahwa Ruang

Fiskal Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 rata-rata sebesar 29,85. Ini

artinya, bahwa Ruang Fiskal Kabupaten Semarang termasuk tinggi, sehingga

masih leluasa atau fleksibel dalam mengalokasikan anggaran sesuai prioritas

daerah.

2. Belanja Daerah

Belanja daerah tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 terdiri dari

kelompok belanja tidak langsung yang meliputi: belanja pegawai, bunga,

subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil kepada pemerintah desa, bantuan

keuangan kepada pemerintah desa, belanja tidak terduga, dan kelompok

belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, barang dan jasa, serta

belanja modal.

Realisasi Belanja daerah pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 di

sajikan sebagaimana Tabel berikut:

23,41

31,95 29,56

31,96 31,65

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

2016 2017 2018 2019 2020

III-14

Tabel 3.8. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No Uraian Realisasi Pertumbuhan

Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

1 BELANJA DAERAH 1.974.199.071.108,77 2.034.382.209.550,36 2.171.799.810.993,60 2.312.242.117.310,00 2.191.412.651.750,00 2,76

1,1 Belanja Tidak Langsung 1.176.358.336.378,12 1.162.094.515.467,72 1.192.065.625.526,00 1.249.106.620.196,00 1.279.759.564.519,00 2,15

1.1.2 Belanja Pegawai 905.034.105.420,00 822.474.964.598,00 832.032.781.603,00 870.330.529.685,00 835.374.773.297,00 (1,84)

1.1.3 Belanja Bunga 518.482,00 - 392.114.781,00 (100)

1.1.4 Belanja Subsidi -

1.1.5 Belanja Hibah 16.115.710.000,00 36.909.125.000,00 49.481.435.000,00 37.281.877.000,00 106.632.905.900,00 81,28

1.1.6 Belanja Bantuan Sosial 3.511.329.000,00 7.048.750.000,00 16.577.100.000,00 15.403.983.000,00 4.956.780.427,00 39,87

1.1.7 Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa

12.968.772.000,00 15.540.148.000,00 18.680.432.125,00 21.468.829.750,00 26.058.626.666,00 19,09

1.1.8

Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa dan Partai Politik

237.040.098.203,12 277.398.764.469,72 272.763.829.300,00 303.370.630.200,00 304.629.235.946,00 6,75

1.1.9 Belanja Tidak Terduga 1.687.803.273,00 2.722.763.400,00 2.530.047.498,00 858.655.780,00 2.107.242.283,00 33,09

1.2. Belanja Langsung 797.840.734.730,65 872.287.694.082,64 979.734.185.467,60 1.063.135.497.114,00 911.653.087.231,00 3,98

1.2.1 Belanja pegawai 36.309.159.286,00 51.667.557.833,00 61.149.908.814,00 100.582.127.161,00 128.701.249.741,00 38,27

1.2.2 Belanja Barang dan jasa 380.066.985.992,00 474.160.886.794,20 513.532.834.986,60 569.081.273.989,00 563.881.928.401,00 10,74

1.2.3 Belanja Modal 381.464.589.452,65 346.459.249.455,44 405.051.441.667,00 393.472.095.964,00 219.069.909.089,00 (9,86)

Sumber : BKUD Kabupaten Semarang, 2021

LJ ~

III - 15

Gambar 3.5. Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (Milyar rupiah)

Secara rinci pertumbuhan masing-masing jenis Belanja Tahun 2016-

2020 sebagai berikut:

a. Belanja pegawai yang baik belanja pegawai pada kode rekening belanja

pegawai baik di belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Rata-

rata pertumbuhan belanja pegawai selama tahun 2016-2020 mengalami

pertumbuhan positif, hal ini antara lain dikarenakan adanya pemberian

Tunjangan Hari Raya, Gaji ketigabelas dan tunjangan tambahan

penghasilan PNS Daerah, serta kenaikan belanja guru tidak tetap pada

belanja tidak langung honorarium non PNS.

b. Pertumbuhan belanja hibah mengalami pertumbuhan positif. Hal ini

dipengaruhi adanya kebijakan DAK Belanja Operasinal untuk PAUD yang

dialokasikan dalam bentuk belanja hibah, meningkatnya belanja hibah

kepada satuan pendidikan swasta serta meningkatnya hibah untuk ormas

dan lembaga, pada tahun 2020 juga direalisasikan belanja hibah untuk

kepentingan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,

hibah dialokasikan untuk Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas

Pemilihan Umum

c. Belanja bantuan sosial menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini

dipengaruhi meningkatnya dana untuk bantuan sarana air bersih dan

pembangunan sarana sanitasi, bantuan dana investasi agribisnis, serta

bantuan sosial lainnya kepada organisasi sosial kemasyarakatan,

kelompok masyarakat dan anggota masyarakat dalam rangka mengurangi

terjadinya risiko sosial

1.974

2.034

2.171

2.312

2.191

0,00

3,04

6,74 6,49

-5,00

-3,00

-1,00

1,00

3,00

5,00

7,00

9,00

1.800

1.900

2.000

2.100

2.200

2.300

2.400

2016 2017 2018 2019 2020

BELANJA DAERAH PERTUMBUHAN

III - 16

d. Belanja bagi hasil kepada Pemerintah Desa, yang dihitung sekurang-

kurangnya 10 persen dari realisasi pajak daerah dan retribusi daerah.

Dalam lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan positif, yang

dipengaruhi oleh tumbuhnya penerimaan pajak serta retribusi daerah.

e. Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa yang wajib

dialokasikan kepada desa adalah Alokasi Dana Desa yang dihitung

sekurang-kurangnya 10 persen dari Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi

Hasil Pemerintah Pusat, serta Dana Desa yang merupakan alokasi dari

APBN kepada Desa. APBD mengalokasikan pula sesuai kemampuan

keuangan daerah untuk bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada

pemerintah desa antara lain untuk Rehab Rumah Tidak Layak Huni,

insentif RT/RW, operasional karang taruna. Selain realisasi bantuan

keuangan kepada desa juga merealisasikan bantuan keuangan Kepada

Partai Politik pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2019, selanjutnya

pada tahun 2020 direalisasikan dalam bentuk belanja hibah.

f. Dana Tidak Terduga yang disediakan untuk penanganan tanggap darurat

bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Semarang dan harus segera

ditangani menunjukkan realisasi pertumbuhan positif. Pada tahun 2020

alokasi anggaran Belanja Tidak Terduga meningkat di luar kondisi normal,

hal dimaksudkan untuk menyediakan pendanaan penanganan dan

antisipasi penyebaran dampak Covid-19 yang dibagi untuk bidang

kesehatan, jaring pengaman sosial, dan penanganan dampak ekonomi

g. Belanja barang dan jasa menunjukkan pertumbuhan positif yang

dipengaruhi antara lain karena belanja listrik, telepon, air; belanja jasa

outsourching; belanja premi asuransi.

h. Belanja modal bertujuan untuk mendukung prioritas pembangunan

daerah menunjukkan perkembangan, realisasi belanja modal tertinggi

dicapai pada tahun 2018, dan terendah pada tahun 2020. Pada tahun

2020 belanja modal mengalami pemangkasan belanja sebagai akibat

penurunan penerimaan baik dari PAD maupun pendapatan transfer,

karena kondisi pandemi yang disebabkan virus Covid 19. Selain

penurunan pendapatan daerah, juga adanya kewajiban pemerintah daerah

untuk menyediakan anggaran untuk penanganan dan pencegahan

penyebaran virus Covid 19.

• •

III - 17

Analisis Belanja Modal

Salah satu ukuran kualitas belanja yang baik adalah semakin besarnya

proporsi Belanja Modal terhadap Belanja Daerah keseluruhan. Belanja Modal

yang besar diharapkan akan memberikan dampak yang positif bagi

pertumbuhan ekonomi di daerah yang kemudian akan meningkatkan potensi

penerimaan daerah yang baru.

% Belanja Modal = Belanja Modal x 100% Belanja APBD

Tabel 3.9. Tabel Persentase Belanja Modal

Tahun 2016 – 2020

Tahun Belanja Modal Belanja APBD % Belanja

Modal

2016 381.464.589.452,65 1.974.199.071.108,77 19,32

2017 346.459.249.455,44 2.034.382.209.550,36 17,03

2018 405.051.441.667,00 2.171.799.810.993,60 18,65

2019 393.472.095.964,00 2.312.242.117.310,00 17,02

2020 219.069.909.089,00 2.191.412.651.750,00 10,00

Rata-rata 349.103.457.125,62 2.136.807.172.142,55 16,34

Gambar 3.6. Persentase Belanja Modal APBD Tahun 2016-2020

Melihat Grafik Prosentase Belanja Modal tersebut diatas, belanja modal

APBD Kabupaten Semarang mengalami penurunan dari 19,32 % di tahun

2016 menjadi 17,02% di tahun 2019, kemudian menurun tajam di tahun 2020

sebesar 10% dari total APBD. Penurunan tajam Belanja Modal di tahun 2020,

karena adanya pandemic Covid -19, sehingga terjadi pergeseran prioritas

daerah dari Belanja Modal ke penanganan Covid-19.

3. Pembiayaan Daerah

Realisasi pembiayaan daerah tahun 2016-2020, rata-rata mengalami

pertumbuhan negatif pada komponen penerimaan pembiayaan maupun

19,32 17,03

18,65 17,02

10,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

2016 2017 2018 2019 2020

III - 18

pengeluaran pembiayan. Pada penerimaan pembiayaan sebagian besar

bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya

dan pinjaman untuk BLUD Rumah Sakit Umum Daerah. Sedangkan pada

pengeluaran pembiayaan direalisasikan untuk penyertaan modal kepada

BUMD Realisasi pembiayaan daerah tahun 2016 sampai dengan tahun 2020

sebagaimana Tabel berikut:

III - 19

Tabel 3.10. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Pembiayaan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No Uraian Realisasi Pertumbuhan

Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

Pembiayaan Netto 148.290.767.825,44 134.077.713.981,67 235.489.393.862,11 176.723.137.668,11 168.847.352.284,11 9,16

1 Pembiayaan penerimaan 187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 240.489.393.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,84

Silpa Tahun sebelumnya 187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 234.923.369.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,37

Penerimaan pinjaman 5.566.024.000,00 (100,00)

2 Pembiayaan pengeluaran 39.445.713.364,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 4.383.012.004,00 6.783.011.996,00 (21,00)

Penyertaan Modal BUMD: 39.437.080.000,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 1.600.000.000,00 4.000.000.000,00 (11,11)

Pembayaran pokok utang 8,633,364.00 2.783.012.004 2.783.011.996

Sumber : BKUD Kabupaten Semarang, Tahun 2021

LJ

LJ

LJ

III - 20

Gambar 3.7. Realisasi SILPA Tahun 2016-2020

3.1.2. Neraca Daerah

Neraca Pemerintah Kabupaten Semarang merupakan laporan yang

menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Semarang mengenai

asset, kewajiban dan ekuitas. Asset adalah sumberdaya ekonomi yang

dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai

akibat dari peristiwa masa lalu, dan dari mana manfaat ekonomi dan atau

sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh oleh Pemerintah Kabupaten

Semarang, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non

keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan

sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumberdaya ekonomi

Pemerintah Kabupaten Semarang. Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah

Kabupaten Semarang yang merupakan selisih antara asset dan kewajiban.

Neraca Pemerintah Kabupaten Semarang secara terinci tahun 2016-2020

sebagaimana Tabel berikut:

187

152

234

181 175

-18,72

53,95

-22,65

-3,31

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

50

100

150

200

250

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Silpa Pertumbuhan

III - 21

Tabel 3.11 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA

PERTUM BUHAN (%)

1 ASET

1.1 ASET LANCAR

1.1.1 Kas 154.577.292.144,67 234.928.169.862,11 181.107.080.843,11 175.946.647.955,51 188.718.232.600,08 8,37

1.1.1.1 Kas di Kas Daerah 143.042.466.493,67 216.449.561.717,11 170.996.270.714,11 153.688.949.693,11 156.981.362.290,08 5,58

a. Rekening Kasda - - - -

b. Deposito - - - -

1.1.1.2 Kas di BLUD RSUD 9.152.854.016,00 14.537.372.318,00 8.303.347.364,00 17.893.475.430,00 28.069.695.394,00 47,08

Kas Dana BOS

3.611.061.432,00

1.1.1.3 Kas di Bendahara Penerimaan

25.751.000,00 104.246.100,00 199.192.435,00 36.386.000,00 45.499.200,00 84,80

1.1.1.4 Kas di Bendahara Pengeluaran

546.935,00 3.074.031.882,00 1.595.421.430,00 - 2.256.700,00

Kas lainnya 2.355.673.700,00 762.957.845,00 12.848.900,00 4.327.836.832,40 8.357.584,00

1.1.2 Piutang 36.983.680.506,71 42.340.504.114,44 73.319.573.238,84 87.523.336.510,65 118.859.766.932,04 35,71

1.1.2.1 Piutang Pajak 20.429.601.227,30 59.261.171.980,00 69.565.410.516,00 73.740.007.851,00 82.268.578.277,00 56,26

Penyisihan piutang pajak (31.814.337.266,71) (32.459.096.255,20) (37.869.674.199,74) (42.716.559.125,63) (47.974.031.147,87) 10,95

Piutang pajak netto 19.696.835.762,29 26.802.075.724,80 31.695.736.316,26 31.023.448.725,37 34.294.547.129,13 15,69

1.1.2.2 Piutang Retribusi 784.009.687,00 872.802.846,00 650.821.662,00 1.171.939.175,00 1.734.478.499,00 28,49

Penyisihan piutang retribusi (80.982.489,99) (296.521.561,53) (481.315.679,11) (852.819.168,25) (1.596.756.694,00) 123,22

Piutang retribusi (netto) 703.027.197,01 576.281.284,47 169.505.982,89 319.120.006,75 137.721.805,00 151,71

1.1.2.3 Piutang Lain-lain PAD yang sah

14.906.400,00 12.015.747,00 48.342.660,00 29.849.000,00 19.878.610,00 52,82

Penyisihan Piutang Lain-lain PAD yang sah

(74.532,00) (60.079,00) (241.714.00) (12.916.090,00) (15.347.168,00) 1386,32

Piutang Lain-lain PAD yang sah (netto)

14.831.868,00 11.955.668,00 48.100.946,00 16.932.910,00 4.531.442,00 36,22

1.1.2 Piutang Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan

0,00 - 3.351.661.103,00 8.684.031.818,00 2.267.541.039,00

Penyisihan Piutang Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan Netto

0,00 - (3.351.661.103,00) (43.420.159,10) -

Piutan Transfer Pemerintag Pusat-Dana Perimbangan

0,00 - - 8.640.611.658,90 2.267.541.039,00

III - 22

NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA

PERTUM BUHAN (%)

Netto

1.1.2 Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya

0,00 - 8.943.779.869,00 9.286.624.070,00 20.329.827.372,00

Penyisihan Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya

0,00 - (44.718.899,35) (46.433.120,35)

Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Netto

0,00 - 8.899.060.969,65 9.240.190.949,65 20.329.827.372,00

1.1.2.4 Piutang Pendapatan Lainnya

8.033.300,00 - - - -

Penyisihan Piutang Pendapatan Lainnya

(40.166,50) - - - -

Piutang Pendapatan Lainnya netto

7.993.133,50 - - - -

1.1.2.5 Piutang Lainnya 16.992.097.832,00 15.494.275.609,00 33.217.019.536,00 39.012.132.402,00 62.664.558.284,23 45,91

Penyisihan piutang lainnya (431.105.286,09) (544.084.171,83) (709.850.511,96) (729.100.142,02) (838.960.139,32) 18,61

Piutang lainnya netto 16.560.992.545,91 14.950.191.437,17 32.507.169.024,04 38.283.032.259,98 61.825.598.144,91 46,74

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

0,00 - - - -

1.1.3 Persediaan 12.034.190.527,19 16.406.196.388,71 19.744.517.884,95 19.038.059.372,79 27.398.179.228,08 24,25

1.1.4 Belanja Dibayar Dimuka 2.097.455.463,48 2.144.558.321,02 2.207.747.343,82 2.151.685.070,83 320.508.413,64 20,61

JUMLAH ASSET LANCAR (1)

205.692.618.642,05 295.819.428.686,28 276.378.919.310,72 284.659.728.909,78 335.296.687.173,84 14,51

1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG

1.2.1 Investasi Non Permanen

1.2.1.1 Investasi Non Permanen Lainnya

0,00 - - -

JUMLAH INVESTASI NON PERMANEN (a)

0,00 - - - -

1.2.2 Investasi Permanen

1.2.2.1 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

96.875.078.654,57 115.273.646.238,22 130.476.915.090,85 128.345.311.826,00 131.656.058.674,00 8,28

1.2.2.2 Investasi Permanen Lainnya

0,00 0,00 0,00 0,00

JUMLAH INVESTASI PERMANEN (b)

96.875.078.654,57 115.273.646.238,22 130.476.915.090,85 128.345.311.826,00 131.656.058.674,00 8,28

JUMLAH INVESTASI 96.875.078.654,57 115.273.646.238,22 130.476.915.090,85 128.345.311.826,00 131.656.058.674,00 8,28

III - 23

NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA

PERTUM BUHAN (%)

JANGKA PANJANG (2 = a + b)

1.3 ASET TETAP

1.3.1 Tanah 928.052.439.376,00 979.104.393.988,00 1.694.796.141.708,00 1.755.425.009.571,94 1.862.887.919.769,19 22,07

1.3.2 Peralatan dan Mesin 449.686.539.817,00 497.642.872.021,00 526.715.821.110,96 582.271.989.140,95 675.310.687.908,43 10,76

1.3.3 Gedung dan Bangunan 967.968.875.445,00 1.046.099.772.563,00 1.135.870.678.302,79 1.321.323.351.814,68 1.339.365.837.732,84 8,59

1.3.4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 1.261.598.503.435,00 1.396.503.211.216,00 1.891.590.049.343,60 2.075.390.620.794,47 2.124.914.462.215,37 14,56

1.3.5 Aset Tetap Lainnya 67.431.883.370,00 80.860.352.529,00 92.721.539.320,00 114.035.970.098,14 118.012.055.942,00 15,26

1.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan

- 46.618.880.000,00 97.683.050.191,00 1.840.737.000,00 6.677.234.350,00 91,39

1.3.7 Akumulasi Penyusutan (1.246.196.542.877,17) (1.370.437.347.145,00) (1.500.173.431.798,51) (1.604.622.677.939,86) (1.698.422.773.212,85) 8,06

JUMLAH ASSET TETAP (3) 2.428.541.698.565,83 2.676.392.135.172,00 3.939.203.848.177,84 4.245.665.000.480,32 4.428.745.424.704,98 17,37

1.4 Dana Cadangan

Dana Cadangan - - - - -

JUMLAH DANA CADANGAN (4)

- - - - -

1.5 ASET LAINNYA

1.5.1 Tuntutan Ganti Rugi 670.230.310,00 674.350.160,00 655.640.310,00 653.690.310,00 651.190.310,00 0,71

1.5.2 Aset Tak Berwujud (netto) 4.240.598.722,00 4.241.170.050,00 5.280.501.852,70 5.207.155.274,40 4.676.922.951,80 3,24

1.5.3 Aset Lain-Lain 23.731.262.300,00 20.098.775.853,00 29.258.637.547,45 25.256.540.365,98 24.376.812.494,98 3,28

JUMLAH ASSET LAINNYA (5)

28.642.091.332,00 25.014.296.063,00 35.194.779.710,15 31.117.385.950,38 29.704.925.756,78 2,98

JUMLAH ASET (1+2+3+4+5)

2.759.751.487.194,45 3.112.499.506.159,50 4.381.254.462.289,56 4.689.787.427.166,48 4.925.403.096.309,60 16,40

2 KEWAJIBAN

2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

2.1.1 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

27.169.652,00 0,00 1.545.494.272,00 374.426.356,40 111.900.392,00 81,96

2.1.2 Utang Bunga 0,00 0,00 - -

2.1.3 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat

0,00 0,00 2.783.012.000,00 2.783.011.996,00 50,00

2.1.4 Utang Kepada Pihak Ke 3 7.365.567.735,00 8.945.089.200,37 10.400.386.506,32 14.964.922.831,81 7.602.762.406,65 8,10

Pendapatan diterima dimuka

3.851.928.391,00 4.302.597.941,37 1.617.715.819,32 1.243.442.030,81 1.353.767.769,65 16,24

Utang belanja 3.513.639.344,00 4.642.491.259,00 8.782.670.687,00 13.721.480.801,00 6.248.994.637,00 30,77

2.1.5 Utang Jangka Pendek Lainnya

9.453.995.002,00 7.132.945.586,00 9.578.277.878,00 18.586.214.014,00 35.866.968.660,00 49,19

III - 24

NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA

PERTUM BUHAN (%)

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK (1)

16.846.732.389,00 16.078.034.786,37 24.307.170.656,32 36.708.575.198,21 43.581.631.458,65 29,09

2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

2.2.1 Utang Dalam Negeri – Pemerintah Pusat

- - 2.783.012.000,00 - - (100,00)

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG (2)

- - 2.783.012.000,00 - - (100,00)

JUMLAH KEWAJIBAN (1+2)

16.846.732.389,00 16.078.034.786,37 27.090.182.656,32 36.708.575.198,21 43.581.631.458,65 29,54

3 EKUITAS DANA

3.1 EKUITAS DANA LANCAR

3.1.1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

0,00 0,00 - -

3.1.2 Pendapatan yang Ditangguhkan

0,00 0,00 - -

3.1.3 Cadangan Piutang 0,00 0,00 - -

3.1.4 Cadangan Persediaan 0,00 0,00 - -

3.1.5 Cadangan Belanja Dibayar Dimuka

0,00 0,00 - -

3.1.6

Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

0,00 0,00 - -

JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR (1)

0,00 0,00 - - -

3.2 EKUITAS DANA INVESTASI

3.2.1 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang

0,00 0,00 - -

3.2.2 Diinvestasikan dalam Aset Tetap

0,00 0,00 - -

3.2.3 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

0,00 0,00 - -

3.2.4

Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang

0,00 0,00 - -

JUMLAH EKUITAS DANA 0,00 0,00 - - -

III - 25

NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 RATA-RATA

PERTUM BUHAN (%)

INVESTASI (2)

3.3 EKUITAS DANA CADANGAN

3.3.1 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

0,00 0,00 - -

JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN (3)

0,00 0,00 - - -

JUMLAH EKUITAS 2.742.904.754.805,45 3.096.421.471.373,13 4.354.164.279.633,24 4.653.078.851.968,27 4.881.821.464.850,95 16,32

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

2.759.751.487.194,45 3.112.499.506.159,50 4.381.254.462.289,56 4.689.787.427.166,48 4.925.403.096.309,60 16,40

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

III - 26

Tabel di atas dapat digunakan untuk melakukan analisis rasio keuangan

Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai berikut:

a. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah

Kabupaten Semarang dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek. Rasio

lancar dihitung dengan membandingkan aktiva lancar dan kewajiban

jangka pendek. Selanjutnya quick rasio dihitung dengan membandingkan

antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban jangka

pendek.

b. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah

Kabupaten Semarang dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

panjang.

c. Rasio aktivitas digunakan adalah rata-rata umur piutang dan rata-rata

umur persediaan. Rata-rata umur piutang yaitu rasio untuk melihat

berapa lama, hari yang diperlukan untuk melunasi piutang sehingga dapat

merubah piutang menjadi kas, yang dihitung dengan membadingkan

jumlah hari dalam satu tahun (365 hari) dengan perputaran piutang. Rata-

rata persediaan yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam

dalam bentuk persediaan (yang digunakan untuk pelayanan publik),

dihitung dengan membandingkan jumlah hari dalam satu tahun dengan

perputaran persediaan.

Angka piutang dalam rasio aktivitas merupakan angka piutang per 31

Desember dan menggunakan angka setelah dilakukan penyisihan, serta

tidak termasuk belanja dibayar dimuka.

Hasil analisis rasio sebagaimana diuraikan di atas ditampilkan pada

Tabel berikut:

Tabel 3.12. Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020

I. RASIO LIKUIDITAS

1. Rasio Lancar 12,21 18,40 11,37 7,75 7,69

2. Rasio quick 11,50 17,38 10,56 7,24 7,06

II. RASIO SOLVABILITAS

1. Rasio Hutang terhadap total asset

0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

2. Rasio Hutang terhadap total modal

0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

III. RASIO AKTIVITAS

1. rata-rata umur piutang 5,94 6,27 9,97 12,70 17,03

2. rata-rata umur persediaan 564,53 316,37 334,14 371,77 309,31

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

III - 27

Dari Tabel di atas, diketahui pada tahun 2020: (1) Rasio Likuiditas

memperlihatkan kemampuan membayar hutang pemerintah Kabupaten

Semarang dan dalam jangka pendek, kemampuan membayar hutang adalah

baik; (2) Rasio Solvabilitas menunjukkan bahwa pengaruh hutang terhadap

aktiva sangat kecil dan berdasarkan nilai modal yang dimiliki Kabupaten

Semarang pada dasarnya semakin mandiri dan tidak tergantung pada hutang;

serta (3) Rasio Aktivitas menunjukkan bahwa piutang yang dimiliki Kabupaten

Semarang cenderung meningkat namun diikuti dengan kenaikan angka

perputaran piutang. Hal ini memperlihatkan kemungkinan ketertagihan

piutang dari tahun ke tahun meningkat yang berpotensi menambah PAD.

3.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

Perkembangan realisasi APBD beberapa tahun sebelum tahun rencana

RPJMD, dapat memberikan gambaran pengelolaan keuangan masa lalu.

Pertumbuhan pengeluaran baik belanja maupun pembiayaan juga dipengaruhi

beberapa regulasi dan kebijakan pemerintah.

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran

Proporsi penggunaan anggaran yang akan dianalisis pada bab ini adalah

proporsi pengeluaran daerah dalam bentuk belanja dan pembiayaan.

Persentase realisasi akan menunjukkan kinerja pendanaan pembangunan dan

seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk belanja penyelenggaraan

pemerintahan di Kabupaten Semarang, secara rinci akan ditampilkan pada

Tabel berikut:

Tabel 3.13. Rasio Anggaran dan Realisasi Pengeluaran Daerah

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (%)

No URAIAN Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

1. Belanja Daerah 98,04 99,12 99,65 99,81 99,69

1.1 Belanja Tidak Langsung 58,42 56,62 54,89 53,92 58,22

1.1.2 Belanja Pegawai 44,95 40,07 38,31 37,57 38,00

1.1.3 Belanja Bunga 0,00 - - 0,02 -

1.1.4 Belanja Subsidi - - - - -

1.1.5 Belanja Hibah 0,80 1,80 2,28 1,61 4,86

1.1.6 Belanja Bantuan Sosial 0,17 0,34 0,76 0,66 0,21

1.1.7 Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa

0,64 0,76 0,86 0,93 1,19

1.1.8 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa dan Partai Politik

11,77 13,51 12,56 13,10 13,86

1.1.9 Belanja Tidak Terduga 0,08 0,13 0,12 0,04 0,10

1.2. Belanja Langsung 39,62 42,50 45,11 45,89 41,47

III - 28

No URAIAN Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

1.2.1 Belanja pegawai 1,80 2,52 2,82 4,34 5,85

1.2.2 Belanja Barang dan jasa 18,87 23,10 23,65 24.57 25,65

1.2.3 Belanja Modal 18,94 16,88 18,65 16,98 9,97

2. Pengeluaran Pembiayaan 1,96 0,88 0,35 0,19 0,31

Jumlah APBD 100,00 100,00 100,35 100,00 100,00

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

Dari uraian tabel di atas, terdapat pertumbuhan positif atas rata-rata

rasio pengeluaran belanja daerah terhadap APBD pada rentang tahun 2016–

2020, khususnya belanja pegawai, belanja bantuan keuangan, dan belanja

barang dan jasa. Sedangkan pada pembiayaan terdapat rata-rata

pertumbuhan negatif atas rasio realisasi pengeluaran pembiayaan terhadap

APBD.

Untuk menggambarkan pemenuhan kebutuhan aparatur di Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2020, pada table 3.14 dibawah ini ditampilkan

realisasi belanja pegawai, baik langsung maupun tidak langsung, sebagai

berikut :

III - 29

Tabel 3.14. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

URAIAN Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

Belanja Pegawai (Tidak Langsung) 905.034.105.420,00 822.474.964.598,00 832.032.781.603,00 870.330.529.685,00 835.374.773.297,00

Belanja Pegawai (Langsung) 36.309.159.286,00 51.667.557.833,00 61.149.908.814,00 100.582.127.161,00 128.701.249.741,00

Total Belanja Pegawai 941.343.264.706,00 874.142.522.431,00 893.182.690.417,00 970.912.656.846,00 964.076.023.038,00

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

III - 30

Pada Tabel di atas menunjukkan secara total belanja untuk pemenuhan

kebutuhan aparatur dalam tahun 2016-2020 mengalami pertumbuhan positif.

Belanja Pegawai ditampilkan pada tabel di atas meliputi : belanja pegawai

pada belanja tidak langsung yang terdiri dari gaji dan tunjangan (termasuk

tunjangan profesi guru PNSD), tambahan penghasilan guru PNSD, tambahan

penghasilan pegawai (termasuk insentif pajak dan retribusi), serta belanja

pegawai pada belanja langsung antara lain meliputi honorarium PNSD, uang

lembur PNS.

Dari Tabel 3.13 dan Tabel 3.14 di atas dapat dianalisis proporsi belanja

pemenuhan kebutuhan aparatur tahun 2016-2020, sebagaimana Tabel

berikut:

Tabel 3.15. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur

Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO TAHUN TOTAL BELANJA UNTUK

PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR

TOTAL PENGELUARAN (BELANJA+PEMBIAYAAN

PENGELUARAN PERSENTASE

1 2016 941.343.264.706,00 2.013.644.784.472,77 46,75

2 2017 874.142.522.431,00 2.052.534.209.550,36 42,59

3 2018 893.182.690.417,00 2.176.799.810.993,00 41,03

4 2019 970.912.656.846,00 2.316.625.129.314,00 41,91

5 2020 964.076.023.038,00 2.198.195.663.746,00 43,86

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

Dari Tabel di atas diperoleh informasi bahwa perkembangan realisasi

belanja aparatur dibandingkan realisasi belanja daerah cenderung mengalami

penurunan sampai tahun 2018, dan mengalami peningkatan pada tahun

2019, antara lain karena adanya tambahan CPNS.

Analisis Belanja Pegawai

Semakin membaiknya kualitas Belanja Daerah bisa juga dilihat dari

semakin menurunnya porsi Belanja Pegawai dalam APBD, sehingga terjadi

peningkatan Belanja Langsung (terutama Belanja Modal dan Belanja Barang

Jasa) yang terkait dengan layanan publik yang dapat mendorong

perekonomian daerah. Indikator ini dapat dihitung dengan menghitung

Belanja Pegawai dibagi dengan seluruh Belanja Daerah.

% Belanja Pegawai = Belanja Pegawai x 100% Belanja APBD

D • D • D I

D I

III - 31

Tabel 3.16. Tabel Persentase Belanja Pegawai Tahun 2016-2020

Tahun Belanja Pegawai Belanja APBD % Belanja Pegawai

2016 905.034.105.420,00 1.974.199.071.108,77 45,84

2017 822.474.964.598,00 2.034.382.209.550,36 40,43

2018 832.032.781.603,00 2.171.799.810.993,60 38,31

2019 870.330.529.685,00 2.312.242.117.310,00 37,64

2020 835.374.773.297,00 2.191.412.651.750,00 38,12

Rata-rata 853.049.430.920,60 2.136.807.172.142,55 39,92

Gambar 3.8. Grafik Persentase Belanja Pegawai Tahun 2016 - 2020

Grafik diatas menunjukkan Prosentase Belanja Pegawai Kabupaten

Semarang Tahun 2016 – 2020 terus mengalami penurunan, dari 45,84%

(tahun 2016) menjadi 38,12% (Tahun 2020). Hal ini menunjukkan, bahwa

terjadi penurunan jumlah pegawai yang purna tugas dan tidak ada

penambahan pegawai.

3.2.2. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran selisih

pendapatan daerah dengan belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan.

Apabila selisih positif maka pengeluaran daerah dapat dicukupi dari

penerimaan pendapatan, dan apabila terjadi selisih negatif maka harus

ditutup dengan penerimaan diluar pendapatan daerah, misalnya dengan

pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya.

Realisasi Silpa sebagai salah satu sumber penutup defisit anggaran,

dalam perkembangan tahun 2016 sampai dengan tahun 2020, berasal dari

pelampauan penerimaan dan sisa penghematan belanja atau sebab lainnya

dengan rincian sebagaimana tabel di bawah ini:

45,84 40,43 38,31 37,64 38,12

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

2016 2017 2018 2019 2020

III - 32

Tabel 3.17. Surplus/(Defisit) Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No Uraian Realisasi Pertumbuhan

Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

1 Realisasi Pendapatan Daerah

1.978.138.017.128,00 2.135.227.865.430,80 2.117.416.566.803,60 2.311.149.343.922,00 2.211.273.524.265,97 2,98

Dikurangi realisasi:

2 Belanja Daerah 1.974.199.071.108,77 2.034.382.209.550,36 2.171.799.810.993,60 2.312.242.117.310,00 2.191.412.651.750,00 2,76

3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah

39.445.713.364,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 4.383.012.004,00 6.783.011.996,00 (21,01)

A. Defisit Riil (35.506.767.344,77) 82.693.655.880,44 (62.047.244.190,00) (5.475.785.392,00) 13.076.970.519,00 (233,58)

Ditutup oleh realisasi Penerimaan Pembiayaan

4 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya

187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 234.923.369.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,110 2,37

Penerimaan pinjaman (BLUD)

5.566.024.000,00

B. Total realisasi penerimaan pembiayaan daerah

187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 240.489.393.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,84

A-B Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan

152.229.713.844,67 234.923.369.862,11 178.442.149.672,11 175.630.364.280,11 188.707.334.519,00 8,96

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

Tabel 3.18. Penutup Defisit Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No Uraian Realisasi Pertumbuhan

Rata2 (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 187.736.481.189,44 152.229.713.981,67 240.489.393.862,11 181.106.149.672,11 175.630.364.280,11 2,84

2 Penerimaan pinjaman daerah (BLUD) 0,00 0,00 5.566.024.000,00 0,00 0,00 -

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

III - 33

Tabel 3.19 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

NO URAIAN

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 RATA-RATA

PERTUM BUHAN (%)

Rp % dari SiLPA

Rp % dari SiLPA

Rp % dari SiLPA

Rp % dari SiLPA

Rp % dari SiLPA

I Jumlah SiLPA 187.736.481.189,44 100,00 152.229.713.019,23 100,00 234.923.368.880,44 100,00 181.106.149.672,11 1,00 175.630.364.280,11 100,00 2,84

1 Pelampauan penerimaan PAD

25.672.308.617,00 13,67 17.494.258.176,00 11,49 53.718.920.830,80 22,87 10.613.959.133,60 0,06 21.991.587.257,00 12,52 50,54

3 Pelampauan penerimaan Dana perimbangan

(11.202.530.483,00) (5,97) (167.093.132.880,00) (109,76) 3.294.421.800,00 1,40 (15.377.507.213,00) (0,08) (33.148.831.028,00) (18,87) 209,60

4

Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah

(14.599.061.805,00) (7,78) (6.366.424.168,00) (4,18) 19.581.931.800,00 8,34 14.167.873.883,00 0,08 19.351.415.693,00 11,02 (113,76)

5 Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya

187.852.592.841,53 100,06 308.195.011.891,23 202,45 158.328.094.449,64 67,40 174.135.799.006,40 0,96 167.436.190.690,00 95,33 5,39

6 SILPA tahun sebelumnya

13.172.018,91 0,01 - - (2.433.975.137,89) (0,01) 1.668,11 0,00 (100,00)

II

Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan

- - -

III Kegiatan lanjutan -

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang, 2021

III - 34

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi SiLPA pada lima tahun

terakhir, bersumber dari pelampauan pendapatan daerah dan penghematan

belanja daerah. cenderung fluktuatif.

3.3 KERANGKA PENDANAAN

Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil

keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program

pembangunan jangka menengah selama lima tahun ke depan. Kapasitas riil

keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangi dengan

berbagai belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta

prioritas utama.

3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat

Dalam realisasi pelaksanaan anggaran daerah, dapat dipilah dan

diklasifikasikan pengeluaran yang bersifat periodik wajib dan mengikat, yaitu

kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat

dihindari atau harus dibayar dalam satu tahun anggaran. Pengeluaran wajib

mengikat terdapat komponen yang secara periodik setiap tahun harus dibayar

dan tidak dapat ditunda pembayarannya antara lain: (1) belanja gaji dan

tunjangan; (2) belanja bunga; (3) belanja jasa kantor (4) premi asuransi;

(5)belanja yang diamanatkan oleh Undang-Undang seperti Alokasi Dana Desa,

Belanja Bagi Hasil kepada Desa, (6) belanja tidak terduga untuk mengantipasi

kondisi tanggap darurat bencana, (7) belanja yang harus direncanakan setara

dengan pendapatan yang diterima meliputi: belanja BLUD dan belanja Dana

BOS, (8) pengeluaran pembiayaan meliputi pembayaran pokok utang serta

penyertaan modal yang sudah diamanatkan dalam Peraturan Daerah.

Selanjutnya gambaran realisasi belanja periodik dan pengeluaran

pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama dapat

digambarkan pada tabel berikut:

III - 35

Tabel 3.20. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No. Uraian Realisasi Pertumbuhan

rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

a Belanja 1.388.848.739.048,12 1.463.310.896.254,72 1.500.257.235.129,60 1.625.681.779.035,00 1.665.370.703.611,00 4,67

1 Belanja Pegawai 941.343.264.706,00 874.142.522.431,00 893.182.690.417,00 970.912.656.846,00 964.076.023.038,00 0,76

3 Belanja bunga 518.482,00 392.114.781,00 (100,00)

4 Listrik, telpon, air 38.878.940.289,00 47.030.667.000,00 41.045.722.132,00 41.643.358.450,00 44.274.604.000,00 4,00

5 Belanja premi asuransi 11.144.647.225,00 12.515.605.440,00 15.794.279.966,00 33.646.244.346,00 45.016.066.216,00 24,10

6 Belanja obat-obatan 4.351.851.994,00 7.942.055.000,00 3.998.061.436,00 3.689.884.512,00 6.991.290.836,00 8,38

7 Belanja Pemeliharaan 21.181.616.535,00 17.966.763.859,00 17.552.655.225,00 9.211.682.705,00 7.315.195.457,00 (21,40)

8 Belanja Bagi Hasil 12.968.772.000,00 15.540.148.000,00 18.680.432.125,00 21.468.829.750,00 26.058.626.666,00 19,09

9 Belanja Bantuan Keuangan 237.040.098.203,00 277.398.764.470,00 272.763.829.300,00 303.370.630.200,00 304.629.235.946,00 6,75

10 Belanja Tak Terduga 1.687.803.273,00 2.722.763.400,00 2.530.047.498,00 858.655.780,00 2.096.492.283,00 33,09

11 Belanja BLUD 120.251.226.341,00 126.274.104.733,00 156.422.323.340,60 158.798.118.230,00 173.116.226.744,00 9,85

12 Belanja Dana BOS

81.777.501.922,00 78.287.193.690,00 81.689.603.435,00 91.796.942.425,00 4,15

b Pembiayaan pengeluaran 39.445.713.364,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 7.166.024.008,00 6.783.013.000,00 (22,12)

1 Pembayaran pokok utang 8.633.364,00 -

2.783.012.004,00 2.783.013.000,00 (50,00)

2 Penyertaan modal kepada BUMD (sesuai perda)

39.437.080.000,00 18.152.000.000,00 5.000.000.000,00 4.383.012.004,00 4.000.000.000,00 (36,88)

TOTAL 1.428.294.452.412,12 1.481.462.896.254,72 1.505.257.235.129,60 1.632.847.803.043,00 1.672.153.716.611.00 4,05

Sumber : BkuD Kabupaten Semarang, 2021

III - 36

Pada tabel 3.20 di atas menunjukkan pertumbuhan positif pada

sebagian besar rincian pengeluaran, antara lain belanja pegawai, belanja

bantuan keuangan dan bagi hasil kepada desa. Pertumbuhan positif terhadap

pengeluaran juga dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan daerah dari sektor

tertentu, antara lain pengeluaran BLUD yang setara dengan penerimaan

BLUD, belanja bantuan keuangan dan belanja bagi hasil kepada desa yang

dipengaruhi oleh penerimaan PAD dan dana perimbangan.

Pada tahun 2021 sampai dengan tahun 2026 pemerintah Kabupaten

Semarang merencanakan pengeluaran pembiayaan prioritas utama untuk

penyertaan modal kepada BUMD Kabupaten Semarang antara lain kepada

kepada Bank Jateng, dan Perseroda LKM BKPD Mitra Sejahtera, PT.Aneka

Usaha Serasi.

Selanjutnya untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja daerah dan

pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas

utama dilakukan analisis dengan proyeksi lima tahun ke depan, sebagaimana

tabel 3.21.

III - 37

Tabel 3.21 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Tahun 2021-2026

NO URAIAN KONDISI 2021

Rata Rata Pertumbuhan (%)

PROYEKSI

2022-2026 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

A Belanja 1,745,871,330,400 2.94 1,847,946,485,900 1,875,750,649,299 1,916,932,493,088 1,959,177,623,915 2,016,607,113,910

1 Belanja Pegawai 970,824,020,000 1.65 1,026,284,034,000 1,029,362,886,000 1,032,450,974,000 1,032,548,326,000 1,035,145,970,000

3 Belanja bunga -

- - - -

4 Listrik, telpon, air 46,864,617,000 -0.35 40,571,867,600 42,196,352,455 43,885,881,175 45,643,058,094 47,470,591,827

5 Belanja premi asuransi

48,456,935,500 27.63 66,982,230,700 83,122,812,215 103,152,759,147 128,009,284,528 158,855,439,843

6 Belanja obat-obatan 7,608,494,000 1.95 6,288,619,000 6,815,406,343 7,386,321,802 8,005,061,916 8,675,632,878

7 Belanja Pemeliharaan 30,133,086,900 -9.29 38,277,623,600 30,087,170,286 23,649,268,964 18,588,917,377 14,611,354,362

8 Belanja Bagi Hasil 23,555,623,000 8.76 28,123,115,000 28,617,540,000 30,131,928,000 32,723,566,000 34,684,479,000

9 Belanja Bantuan Keuangan

297,954,963,000 2.25 315,801,913,000 318,959,932,000 322,149,531,000 325,371,026,000 328,624,736,000

10 Belanja Tak Terduga 39,122,391,000 -27.68 27,665,043,000 21,023,662,000 19,458,827,000 9,729,413,000 7,297,059,000

11 Belanja BLUD 191,631,720,000 0.00 208,232,560,000 225,845,408,000 244,947,522,000 265,839,491,000 288,013,371,000

12 Belanja Dana BOS 89,719,480,000 0.00 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000

B Pembiayaan pengeluaran

1,205,000,000 508.51 16,000,000,000 16,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000

1 Pembayaran pokok utang

2 Penyertaan modal kepada BUMD (sesuai perda)

1,205,000,000

220.75 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000

3 Pembentukan Dana Cadangan

15,000,000,000 15,000,000,000

TOTAL 1,747,076,330,400 3.06 1,863,946,485,900 1,891,750,649,299 1,917,932,493,088 1,969,177,623,915 2,025,607,113,910

Sumber: BKUD Kabupaten Semarang diolah, 2021

III - 38

3.3.2. Proyeksi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan

Daerah Tahun 2021-2026

Pada tahun 2019 diterbitkan peraturan pemerintah tentang pengelolaan

keuangan daerah sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Daerah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 12

Tahun 2019 yang telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 77 Tahun 2020 serta Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2020.

Salah satu hal yang mendasar dari perubahan regulasi tersebut adalah

perubahan struktur pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.

a. Proyeksi Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun Anggaran mulai tahun

2021 direncanakan sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan bersumber dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2. Pendapatan Transfer yang bersumber dari pemerintah pusat dan

pemerintah provinsi Jawa Tengah.

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:

a) Dana perimbangan yang meliputi Dana transfer Umum berupa Dana

Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil, serta Dana Transfer Khusus yang

berupa DAK Fisik dan DAK Non Fisik.

b) Dana Insentif Daerah.

c) Dana Desa.

Pendapatan Transfer dari pemerintah provinsi Jawa Tengah yang terdiri :

a) Pendapatan bagi hasil.

b) Bantuan keuangan.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Dalam menghitung proyeksi pendapatan daerah terlebih dahulu disajikan

pendapatan daerah pada lima tahun terakhir yang dikonversi ke dalam

struktur pendapatan baru, guna menghitung rata-rata pertumbuhannya,

sebagaimana tabel di bawah ini:

III - 39

Tabel 3.22 Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No. Uraian

Realisasi Pertumbuhan rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

PENDAPATAN DAERAH 1.978.138.017.128,00 2.135.227.865.431,00 2.117.416.566.803,60 2.311.149.343.922,00 2.211.273.524.265,97 2,98

4. Pendapatan Asli Daerah 318.536.051.176,00 417.417.848.830,80 383.475.678.133,60 429.011.081.257,00 442.528.167.477,97 9,48

4.1 Pajak Daerah 105.768.321.555,00 168.523.226.446,00 152.256.801.441,00 174.542.551.879,00 184.428.753.182,00 17,50

4.1.01 Retribusi Daerah 26.867.595.080,00 30.911.872.936,00 31.931.213.213,00 34.461.264.128,00 30.448.038.637,00 3,66

4.1.02 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

10.524.861.428,00 23.016.450.973,00 9.873.895.996,00 11.193.932.837,00 11.016.725.880,00 18,34

4.1.03 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 175.375.273.113,00 194.966.298.475,80 189.413.767.483,60 208.813.332.413,00 216.634.649.778,97 5,58

4.1.04 Pendapatan Transfer 1.619.193.500.953,00 1.630.726.436.600,00 1.654.927.694.980,00 1.800.448.659.230,00 1.676.947.524.363,00 1,03

4.2 Transfer Pemerintah Pusat 1.460.577.736.120,00 1.457.126.941.800,00 1.482.093.240.787,00 1.577.352.423.972,00 1.481.594.129.637,00 0,46

4.2.01 Dana Perimbangan 1.325.779.762.120,00 1.283.938.368.800,00 1.307.508.472.787,00 1.351.090.467.972,00 1.240.480.579.637,00 (1,54)

2.1.1.1 Dana Transfer Umum 1.014.999.540.596,00 997.316.499.291,00 992.811.634.507,00 1.033.805.495.367,00 950.405.800.049,00

(1,53)

4.2.01.01.01

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

46.151.509.596,00 45.488.012.291,00 40.449.487.507,00 32.240.120.367,00 40.850.178.049,00 (1,53)

4.2.01.01.02

Dana Alokasi Umum 968.848.031.000,00 951.828.487.000,00 952.362.147.000,00 1.001.565.375.000,00 909.555.622.000,00 (1,43)

Dana Transfer Khusus 310.780.221.524,00 286.621.869.509,00 314.696.838.280,00 317.284.972.605,00 290.074.779.588,00 (1,43)

4.2.01.01.03

DAK Fisik 105.699.215.524,00 88.244.970.663,00 83.891.993.551,00 93.585.555.236,00 61.701.721.519,00 (10,99)

4.2.01.01.04

DAK Non Fisik 205.081.006.000,00 198.376.898.846,00 230.804.844.729,00 223.699.417.369,00 228.373.058.069,00 3,02

4.2.01.02 Dana Insentif Daerah 5.000.000.000,00 7.500.000.000,00 17.500.000.000,00 44.330.102.000,00 56.446.874.000,00 91,00

4.2.01.05 Dana Desa 129.797.974.000,00 165.688.573.000,00 157.084.768.000,00 181.931.854.000,00 184.666.676.000,00 9,94

4.2.02 Transfer Antar Daerah 158.615.764.833,00 173.599.494.800,00 172.834.454.193,00 223.096.235.258,00 195.353.394.726,00 6,41

III - 40

No. Uraian

Realisasi Pertumbuhan rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

4.2.02.01 Pendapatan Bagi Hasil 128.217.064.833,00 152.963.851.800,00 159.266.165.193,00 176.909.199.258,00 155.665.817.452,00 5,62

4.2.02.01 Bantuan Keuangan 30.398.700.000,00 20.635.643.000,00 13.568.289.000,00 46.187.036.000,00 39.687.577.274,00 39,99

4.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 40.408.464.999,00 87.083.580.000,00 79.013.193.690,00 81.689.603.435,00 91.797.832.425,00 30,50

4.3.01 Hibah 40.408.464.999,00 5.306.078.078,00 726.000.000,00 - - -

4.3.03 Lain-lain Pendapatan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

- 81.777.501.922,00 78.287.193.690,00 81.689.603.435,00 91.797.832.425,00 -

Sumber : BKuD Kabupaten Semarang, Tahun 2021

III - 41

Rincian realisasi pendapatan daerah pada tabel 3.18 di atas masih

mengandung unsur-unsur pendapatan tertentu yang bersifat alokatif seperti

Dana ALokasi Khusus, Dana Desa, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau,

Dana Bagi Hasil Pajak Rokok, pendapatan BLUD RSUD, serta pendapatan

hibah Dana BOS.

Proyeksi pendapatan daerah tahun 2021 sampai dengan 2026, disajikan

guna memperoleh gambaran kemampuan pendanaan lima tahun mendatang

yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam merumuskan program

dalam RPJMD dengan menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi nasional meningkat berada pada angka rata-rata

diatas 5%.

2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sesuai dengan target RPJMD

tahun 2021-2026 berada pada angka 4,2% - 5,6%.

3. Pendapatan Asli Daerah naik rata-rata sebesar 10% dengan rincian

Pendapatan Pajak Daerah naik rata-rata 13,67% per tahun, Pendapatan

Retribusi daerah naik rata-rata 18,37% per tahun, Hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan naik rata-rata 10,43% per tahun dan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah naik rata-rata 8,04% per tahun.

4. Pendapatan Transfer berdasarkan pada Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 113 Tahun 2020 tentang Rincian Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 17/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan

Dana Desa Tahun Anggaran 2021 dalam rangka Maendukung Penanganan

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Dampaknya, Peraturan

Gubernur Jawa Tengah Nomor 47 Tahun 2020 tentang Alokasi Bagi Hasil

Cukai Tembakau Bagian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun Anggaran 2021.

5. Lain-lain Pendapatan Daerah berdasarkan Keputusan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1042/P/2020

tentang Satuan Pendidikan Penerima Bantuan Operasional Sekolah Reguler

Tahap III Tahun 2020.

III - 42

Tabel 3.23 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

NO URAIAN

Pertumbuhan rata-rata (%)

PROYEKSI

Tahun 2016-2020

Tahun 2021-2026

2021 2022 2023 2024 2025 2026

4 PENDAPATAN DAERAH

2,98 2.27 2,232,578,975,000 2,331,345,366,000 2,368,696,760,000 2,405,106,731,000 2,453,692,931,000 2,497,356,882,000

4.1 Pendapatan Asli Daerah

9,48 10.93 398,506,821,000 497,273,212,000 534,624,606,000 571,034,577,000 619,620,777,000 663,284,728,000

4.1.1 Pajak Daerah 17,50 13.67 156,684,860,000 218,371,530,000 234,263,500,000 247,229,550,000 271,149,640,000 288,765,576,000

4.1.2 Retribusi Daerah 3,66 18.37 28,232,443,000 49,640,272,000 51,911,907,000 54,089,738,000 56,086,026,000 58,079,217,000

4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

18,34 10.43 12,296,983,000 12,797,986,000 14,353,727,000 16,498,503,000 18,266,756,000 20,142,500,000

4.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

5,58 8.04 201,292,535,000 216,463,424,000 234,095,472,000 253,216,786,000 274,118,355,000 296,297,435,000

4.2 Pendapatan Transfer 1,03 0.00 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000 1,744,352,674,000

4.2.1 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat

0,46 0.00 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000 1,505,886,223,000

4.2.1.1 Dana Perimbangan (1,54) 0.00 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000 1,275,351,956,000

Dana Transfer Umum (1,53) 0.00 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000 934,870,188,000

Dana Transfer Umum - Dana Bagi Hasil (DBH)

(1,53) 0.00 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000 37,771,125,000

Dana Transfer Umum - Dana Alokasi Khusus (DAU)

(1,43) 0.00 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000 897,099,063,000

Dana Transfer Khusus (1,43) 0.00 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000 340,481,768,000

DAK Fisik (10,99) 0.00 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000 106,612,703,000

DAK Non Fisik 3,02 0.00 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000 233,869,065,000

4.2.1.2 Dana Insentif Daerah 91,00 0.00 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000 42,194,747,000

III - 43

NO URAIAN

Pertumbuhan rata-rata (%)

PROYEKSI

Tahun 2016-2020

Tahun 2021-2026

2021 2022 2023 2024 2025 2026

4.2.1.5 Dana Desa 9,94 0.00 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000 188,339,520,000

4.2.2 Pendapatan Transfer Antar Daerah

6,41 0.00 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000 238,466,451,000

4.2.2.1 Pendapatan Bagi Hasil 5,62 0.00 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000 180,828,451,000

4.2.2.2 Bantuan Keuangan 39,99 0.00 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000 57,638,000,000

4.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah

30,50 0.00 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000

4.3.1 Hibah - - - - - - -

4.3.2 Dana Darurat - - - - - - -

4.3.3 Lain-lain pendapatan sesuai dg ketentuan peraturan per-UU

0.00 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000 89,719,480,000

Sumber : BKuD Kabupaten Semarang. Tahun 2021

III - 44

Pada tabel 3.23 di atas, proyeksi pendapatan tahun 2021 menggunakan

data pendapatan yang direncanakan pada RKPD Perubahan, Rata-rata

pertumbuhan masa lalu ditampilkan tetapi tidak sebagai dasar proyeksi,

karena pada masa lalu dipengaruhi berbagai faktor kebijakan yang tidak

bersifat konstan, beberapa perubahan kebijakan penempatan penerimaan

dari pemerintah pusat ke dalam APBD juga mempengaruhi angka

pertumbuhan.

Proyeksi pertumbuhan PAD pada tahun 2021 turun sebesar 9,95% dari

Realisasi PAD tahun 2020 dikarenakan dampak dari pandemi covid-19 yaitu

dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)

sebagai upaya menekan laju penularan covid-19. Namun pada proyeksi PAD

tahun 2022 direncanakan naik sebesar 24,78% dengan asumsi dunia telah

sembuh dari wabah dan ekonomi nomal kembali. Proyeksi PAD pada tahun

2023-2026 pada retribusi tempat khusus parkir telah memperhitungkan

rencana perubahan tarif retribusi. Sehingga rata-rata pertumbuhan proyeksi

PAD tahun 2021-2026 yaitu sebesar 10,93% lebih besar dibandingkan dengan

rata-rata pertumbuhan realisasi PAD tahun 2016-2020 yaitu sebesar 9,48%.

Hal ini dipengaruhi oleh penyusunan data potensi dan penyempurnaan

regulasi.

Rata-rata pertumbuhan untuk pendapatan transfer tahun 2021-2026

sebesar 0,00% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan

realisasi pendapatan transfer tahun 2016-2020 sebesar 1,03%. Hal ini

dikarenakan untuk pendapatan transfer Pemerintah Daerah Kabupaten

Semarang hanya mengikuti kebijakan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Provinsi sehingga pendapatan transfer diproyeksikan berdasarkan regulasi

yang telah ada di Tahun 2021.

Pertumbuhan realisasi Lain-lain pendapatan Daerah yang Sah tahun

2016 sampai dengan tahun 2020 sebesar 30,50 hal ini dipengaruhi adanya

penerimaan pendapatan dana hibah non kas PDAM pada tahun 2016 dan

hibah Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang tidak diterima melalui

kas daerah tetapi langsung ke rekening sekolah mulai tahun 2017. Proyeksi

Lain-lain Pendapatan yang Sah tahun 2021-2026 rincian objek Hibah BOS

tidak mengalami pertumbuhan disebabkan berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Dana BOS pada

Pemerintah Daerah bahwa yang dimasukkan ke dalam hibah Dana BOS di

pemerintah kabupaten/kota hanya sekolah negeri tidak termasuk swasta.

LJ LJ LJ LJ

LJ LJ

LJ LJ

LJ

I

'-"

III - 45

Proyeksi pertumbuhan pendapatan daerah tahun 2021 sampai dengan

tahun 2026 disajikan pada grafik di bawah ini.

Gambar 3.9. Proyeksi Pendapatan daerah Tahun 2021-2026

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pendapatan daerah secara

totalitas diproyeksikan tumbuh secara linier.

Proyeksi pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dapat diketahui dari

grafik di bawah ini.

Gambar 3.10. Proyeksi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2021-2026

Meningkatnya pertumbuhan rata-rata PAD tahun 2021sampai dengan

tahun 2026, disebabkan target tahun 2021 yang cenderung lebih rendah

akibat kondisi pendemi Covid-19 yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,

kemudian meningkat kembali mulai tahun 2022 sampai dengan tahun 2026.

Selisih yang signifikan antara 2021 dan 2022 menyebabkan pertumbuhan

yang tinggi di tahun tersebut, yaitu mencapai 24,78% persen, pada tahun-

tahun selanjutnya pertumbuhan per tahun kembali naik secara linier.

0,96

4,42

1,60 1,54

2,02

1,78

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

2.100.000.000.000

2.150.000.000.000

2.200.000.000.000

2.250.000.000.000

2.300.000.000.000

2.350.000.000.000

2.400.000.000.000

2.450.000.000.000

2.500.000.000.000

2.550.000.000.000

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

Pendapatan Daerah Pertumbuhan (%)

-9,95

24,78

7,51 6,81 8,51 7,05

-15,00

-10,00

-5,00

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

100.000.000.000

200.000.000.000

300.000.000.000

400.000.000.000

500.000.000.000

600.000.000.000

700.000.000.000

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

Pendapatan Asli Daerah

III - 46

Untuk merealisasikan angka pendapatan sebagai sumber pendapatan

sebagai sumber pendanaan pembangunan daerah tahun 2021 sampai dengan

2026, maka dilakukan kegiatan peningkatan pendapatan daerah yang apabila

dibandingkan dengan kebijakan pendapatan lima tahun sebelumnya dapat

ditampilkan pada tabel di bawah ini

Tabel.3.24

Perbandingan Kebijakan Pendapatan Daerah Pada RPJMD Lama dan RPJMD Tahun 2021-2026

No Kebijakan Pendapatan Daerah

Tahun 2016-2020

Kebijakan Pendapatan Daerah

Tahun 2021-2026

1. Optimalisasi, penyusunan dan evaluasi terhadap regulasi tentang

pengelolaan pajak dan retribusi

daerah,

Optimalisasi, penyusunan dan evaluasi terhadap regulasi tentang pengelolaan pajak

dan retribusi daerah,

2 Perbaikan data potensi untuk setiap

jenis obyek pajak/ retribusi daerah

dengan perhitungan yang rasional dan

terukur serta proyeksi yang bisa dicapai.

Perbaikan data potensi untuk setiap jenis

obyek pajak/ retribusi daerah dengan

perhitungan yang rasional dan terukur serta

proyeksi yang bisa dicapai,

3. Sosialisasi dan publikasi kebijakan

pengelolaan pendapatan daerah

melalui media elektronik maupun

media cetak

Sosialisasi dan publikasi kebijakan

pengelolaan pendapatan daerah melalui

media elektronik maupun media cetak

4. Meningkatkan kualitas pelayanan

public sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

membayar pajak dan retribusi daerah,

Meningkatkan kualitas pelayanan public

sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan

retribusi daerah,

5. Pemberian penghargaan kepada SKPD

pengelola PAD maupun wajib pajak

Pemberian penghargaan kepada SKPD

pengelola PAD maupun wajib pajak

6. Pemberian insentif kepada petugas

terkait pemungutan pajak dan

retribusi

Pemberian tambahan penghasilan kepada

petugas terkait pemungutan pajak dan

retribusi,

7. Meningkatkan pengawasan melalui tim pengawas pajak dan retribusi dengan

melibatkan pihak terkait

Meningkatkan pengawasan melalui tim pengawas pajak dan retribusi dengan

melibatkan instansi terkait,

8. Meningkatkan koordinasi secara

sinergis dengan pemerintah pusat

maupun pemerintah provinsi untuk

penerimaan dana perimbangan dan

lain-lain pendapatan daerah yang sah,

Meningkatkan koordinasi secara sinergis

dengan pemerintah provinsi untuk

penerimaan dana transfer dari pemerintah

provinsi,

9. Memperbaiki sarana dan prasarana pelayanan serta peningkatan fasilitas

pendukung lainnya

Memperbaiki sarana dan prasarana pelayanan serta peningkatan fasilitas

pendukung lainnya

10. Penggalian obyek retribusi baru

Melaksanakan updating data pajak dan retribusi secara whole of government

(pendekatan penyelenggaraan pemerintahan

yang mengoptimalkan upaya kolaboratif

dalam ruang lingkup koordinasi dari keseluruhan sector),

11. Melakukan kemungkinan kerjasama

dengan pihak ketiga (perbankan,

swasta, badan hukum/ masyarakat),

Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga

(perbankan, badan hukum/ masyarakat),

12. Optimalisasi pengelolaan BUMD yang

dimiliki pemerintah Kabupaten

Semarang,

Optimalisasi pengelolaan BUMD yang

dimiliki pemerintah Kabupaten Semarang,

13. Sosialisasi sanksi terhadap

pelanggaran Peraturan Daerah tentang

Pajak dan Retribusi Daerah,

Sosialisasi sanksi terhadap pelanggaran

Peraturan Daerah tentang Pajak dan

Retribusi Daerah,

III - 47

No Kebijakan Pendapatan Daerah

Tahun 2016-2020

Kebijakan Pendapatan Daerah

Tahun 2021-2026

14. Mendorong Percepatan Pelaksanaan

Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah pada Pengelolaan Pendapatan Daerah

a. Proyeksi Belanja Daerah

Belanja daerah adalah sarana untuk menyediakan output kegiatan,

yang diharapkan akan berfungsi mewujudkan outcome dari program yang

dijalankan, Disamping hal tersebut belanja daerah dalam prosesnya dapat

menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui transaksi-transaksi

pengadaan barang maupun jasa serta pembangunan infrastruktur di daerah,

Belanja daerah dimaksudkan untuk mendanai pelaksanaan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri atas Urusan

Wajib Pemerintahan Wajib yang terkait dengan pelayanan dasar dan yang

tidak terkait dengan pelayanan dasar, serta Urusan Pemerintahan Pilihan

sesuai dengan prioritas daerah dan potensi yang dimiliki oleh daerah.

Perencanaan belanja daerah memperhatikan kinerja pengelolaan

keuangan daerah antara lain: (1) alokasi belanja urusan pendidikan sekurang-

kurangnya 20 persen dari belanja daerah, sesuai amanat peraturan

perundang-undangan; (2) belanja urusan kesehatan minimal 10 persen dari

total belanja APBD diluar gaji; (3) penerimaan dari Dana Transfer yang bersifat

Umum yaitu Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil diprioritaskan untuk

belanja pegawai, Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar 10 persen, minimal 25

persen penerimaan setelah dikurangi ADD dialokasikan untuk melaksanakan

belanja yang diamanatkan oleh Undang-Undang APBN, serta menunjang

prioritas nasional yang telah ditentukan penggunaannya.

Selanjutnya untuk belanja earnmarked harus memperhatikan tujuan

penggunaan sebagaimana ditentukan dalam regulasi antara lain:

(1)Penerimaan dari Dana Alokasi Khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan

dimana dana tersebut dialokasikan, (2) Penerimaan Dana Bagi Hasil Cukai

Hasil Tembakau dialokasikan sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban Pemerintah

Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode

tahun anggaran berkenaan.

Klasifikasi belanja daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12

Tahun 2019 terdiri atas:

III - 48

a. Belanja operasi, merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-

hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek, Belanja

operasi dirinci atas jenis belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja

bunga, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial.

b. Belanja modal, merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan asset

tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode

akuntansi, dirinci atas jenis belanja modal.

c. Belanja tidak terduga, merupakan pengeluaran anggaran atas Beban APBD

untuk keperluan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat

diprediksi sebelumnya, dirinci atas jenis belanja tidak terduga.

d. Belanja transfer, merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah

kepada Pemerintah Daerah lainnya dan atau dari Pemerintah Daerah

kepada Pemerintah Desa, Belanja transfer dirinci atas jenis belanja bagi

hasil dan belanja bantuan keuangan.

Dalam penyusunan proyeksi Belanja Daerah tahun 2021 – 2026, selain

dipengaruhi oleh proyeksi Pendapatan Daerah yang mengalami peningkatan,

juga dipengaruhi kondisi kebutuhan daerah pada tahun berkaitan. Adapun

asumsi yang mendasari pada masing-masing komponen Belanja Daerah

adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi nasional meningkat berada pada angka rata-rata

diatas 5%.

2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sesuai dengan target RPJMD

tahun 2021-2026 berada pada angka 4,2% - 5,6%

3. Belanja Operasi mengalami peningkatan, yang digunakan untuk :

a. Belanja Pegawai dengan rata-rata peningkatan sebesar 1.34% per tahun

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pegawai karena banyaknya

pegawai yang telah purna tugas dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

b. Belanja Barang dan Jasa, yang rata-rata meningkat sebesar 0,38% per

tahun, terutama digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang wajib

dan mengikat serta prioritas, pemenuhan BPJS Kesehatan, Beasiswa

SMA/SMK Negeri/Swasta dan Beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu

dan berprestasi, dengan asumsi bahwa inflasi terkendali pada kisaran 3

± 1 dan tidak ada kebutuhan mendesak lainnya.

c. Belanja Hibah rata - rata meningkat sebesar 67,37 %, terutama

digunakan untuk Belanja kebutuhan Pemilihan Umum Kepala Daerah

pada tahun 2024, sehingga meningkat tajam. Selain itu Belanja Hibah

digunakan untuk meningkatkan seni dan budaya masyarakat serta olah

III - 49

raga di masyarakat, dengan asumsi kebutuhan belanja yang bersifat

wajib dan mengikat serta prioritas telah terpenuhi.

d. Belanja Bantuan Sosial meningkat sebesar 24,81%, dimanfaatkan

antara lain untuk rehab Rumah Tidak Layak Huni di kelurahan dan

bantuan anak yatim piatu, dengan asumsi bahwa kondisi ekonomi dan

sosial masyarakat baik, tidak mengalami kerawanan.

4. Belanja Modal dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,87%. Upaya

peningkatan Belanja Modal ini baik untuk meningkatkan perolehan asset

tetap daerah, yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

daerah. Adapun Belanja modal ini dimanfaatkan untuk pembangunan

jalan dan jembatan, pemenuhan sarana air bersih, pemenuhan jalan

usaha tani dan jaringan irigasi untuk meningkatan produksi pertanian,

pemenuhan sarana prasarana lingkungan, pembangunan mall pelayanan

publik, pembebasan tanah untuk Ruang Terbuka Hijau, pengadaan tanah

untuk pemindahan pusat pemerintahan, Gedung Kesenian dan Kuliner

Ambarawa serta penyediaan TPS3R di 15 kecamatan.

5. Belanja Tidak Terduga dengan rata-rata pertumbuhan (27,15)%, dengan

asumsi bahwa terjadi penurunan kondisi darurat karena pandemik covid

19 seiring dengan peningkatan pemberian vaksin kepada masyarakat dan

penerapan protokol kesehatan.

6. Belanja Transfer diproyeksikan tumbuh sebesar 2,50%. Belanja transfer

ini merupakan belanja pemerintah daerah kepada pemerintah desa, yang

terdiri dari : Belanja Bagi Hasil dan Belanja Bantuan Keuangan. Belanja

bagi hasil ini diproyeksikan tumbuh sebesar 8,21%, dengan asumsi

adanya peningkatan pendapatan asli daerah dari retribusi dan pendapatan

asli daerah yang sah. Belanja Bantuan Keuangan diproyeksikan tumbuh

sebesar 2% digunakan untuk biaya operasional RT/RW, PKK dan Karang

Taruna serta rehab Rumah Tidak Layak Huni di Desa.

Dalam menghitung proyeksi belanja daerah terlebih dahulu disajikan

belanja daerah pada lima tahun terakhir yang dikonversi ke dalam struktur

belanja yang baru, guna menghitung rata-rata pertumbuhannya, sebagaimana

tabel di bawah ini:

III - 50

Tabel 3.25 Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020

No. Uraian Realisasi Pertumbuhan

rata rata (%) Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

BELANJA DAERAH 1,974,199,071,108,77 2,034,382,209,550,36 2,171,799,810,993,60 2,312,242,117,310,00 2,191,412,651,750,00 2,76

1 Belanja Operasi 1,341,037,808,180,00 1,392,261,284,225,20 1,472,774,060,403,60 1,593,071,905,616,00 1,639,558,387,766,00 5,17

1,1 Belanja Pegawai 941,343,264,706,00 874,142,522,431,00 893,182,690,417,00 970,912,656,846,00 964,076,023,038,00 0,76

1,2 Belanja Barang dan Jasa 380,066,985,992,00 474,160,886,794,20 459,072,582,505,60 569,081,273,989,00 563,881,928,401,00 6,89

1,3 Belanja Bunga 518,482,00 - - 392,114,781,00 - (100,00)

1,4 Belanja Subsidi

1,5 Belanja Hibah 16,115,710,000,00 36,909,125,000,00 91,209,699,481,00 37,281,877,000,00 106,882,905,900,00 34,95

1,6 Belanja Bantuan Sosial 3,511,329,000,00 7,048,750,000,00 29,309,088,000,00 15,403,983,000,00 4,717,530,427,00 (5,36)

2 Belanja Modal 381,464,589,452,65 346,459,249,455,44 405,051,441,667,00 393,472,095,964,00 219,069,909,089,00 (9,86)

3 Belanja Tidak Terduga 1,687,803,273,00 2,722,763,400,00 2,530,047,498,00 858,655,780,00 2,096,492,283,00 (3,94)

4 Belanja Transfer 250,008,870,203,12 292,938,912,469,72 291,444,261,425,00 324,839,459,950,00 330,687,862,612,00 7,48

4,1 Belanja Bagi Hasil 12,968,772,000,00 15,540,148,000,00 18,680,432,125,00 21,468,829,750,00 26,058,626,666,00 19,09

4,2 Belanja Bantuan Keuangan 237,040,098,203,12 277,398,764,469,72 272,763,829,300,00 303,370,630,200,00 304,629,235,946,00 5,82

Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, 2021

III - 51

Tabel 3.26 Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

NO URAIAN

pertumbuhan rata-rata (%)

PROYEKSI

2016-2020

2021-2026

2021 2022 2023 2024 2025 2026

5 BELANJA DAERAH 2.76 1,76 2.420.082.200.000 2.503.999.030.000 2.522.931.780.000 2.600.261.893.000 2.597.831.152.000 2.639.596.694.000

5.1 Belanja Operasi 5.17 1,14 1.758.410.852.000 1.842.299.198.000 1.849.715.397.000 1.914.767.901.000 1.853.223.046.000 1.857.332.203.000

5.1.1 Belanja Pegawai 0.76 1,31 970.824.020.000 1.026.284.034.000 1.029.362.886.000 1.032.450.974.000 1.032.548.326.000 1.035.145.970.000

5.1.2 Belanja Barang dan Jasa

6.9 (0,00) 768.173.345.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.160.495.000 768.136.867.000

5.1.3 Belanja Bunga (100) -

5.1.4 Belanja Subsidi

5.1.5 Belanja Hibah 34.95 67,37 9.817.649.000 27.608.805.000 30.108.805.000 93.910.568.000 31.614.245.000 31.930.387.000

5.1.6 Belanja Bantuan Sosial (5.36) 24,81 9.595.838.000 20.857.124.000 22.694.471.000 20.857.124.000 21.899.980.000 22.118.979.000

5.2 Belanja Modal (9,86) 2,99 301.038.371.000 290.109.761.000 304.615.249.000 313.753.706.000 334.166.317.000 347.849.643.000

5.3 Belanja Tidak Terduga (3,94) (27,15) 39.122.391.000 27.665.043.000 21.023.662.000 19.458.827.000 9.729.413.000 7.297.059.000

5.4 Belanja Transfer 7,48 2,50 321.510.586.000 343.925.028.000 347.577.472.000 352.281.459.000 358.094.592.000 363.309.215.000

5.4.1 Belanja Bagi Hasil 19,09 8,21 23.555.623.000 28.123.115.000 28.617.540.000 30.131.928.000 32.723.566.000 34.684.479.000

5.4.2 Belanja Bantuan Keuangan

5,82 2,00 297.954.963.000 315.801.913.000 318.959.932.000 322.149.531.000 325.371.026.000 328.624.736.000

Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, 2021

LJ LJ LJ

LJ LJ

LJ

III - 52

Pada tabel 3.26 di atas ditampilkan proyeksi belanja daerah dengan rata-

rata pertumbuhan yang sudah disesuaikan dengan kondisi rencana pada

tahun 2021, dimana APBD mengalami refokusing belanja untuk menangani

pandemi Covid-19.

Proyeksi belanja daerah tahun 2021 sampai dengan tahun 2026 disajikan

pada grafik di bawah ini.

Gambar 3.11. Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2021-2026

Dari grafik di atas dapat diketahui gambaran pertumbuhan belanja

daerah, rata-rata tergambar linier, pada tahun 2024 belanja daerah cenderung

lebih tinggi, disebabkan alokasi hibah untuk kepentingan pemilihan kepala

daerah/wakil kepala daerah, yang sebagian didukung dari pencairan dana

cadangan.

Kebijakan yang dirumuskan untuk merencanakan belanja daerah setiap

tahunnya yang diperbandingkan antara tahun RPJMD periode lama dan

RPJMD tahun 2021-2026 ini adalah sebagai berikut:

6,88

3,47

0,76

3,07

-0,09

1,61

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

2.300,00

2.350,00

2.400,00

2.450,00

2.500,00

2.550,00

2.600,00

2.650,00

2.700,00

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

Belanja Daerah (Milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

III - 53

Tabel.3.27 Perbandingan Kebijakan Belanja Daerah Pada RPJMD Lama dan RPJMD

Tahun 2021-2026

No Kebijakan Belanja Daerah

Tahun 2016-2020 Kebijakan Belanja Daerah

Tahun 2021-2026

1. Mempedomani peraturan perundang-undangan yang mengatur dan terkait dengan perencanaan dan penyusunan APBD.

Mempedomani peraturan perundang-undangan yang mengatur dan terkait dengan perencanaan dan penyusunan APBD.

2 Memenuhi belanja yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama yang harus disediakan setiap tahunnya secara periodik

Memenuhi belanja yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama yang harus disediakan setiap tahunnya secara periodik

3. Mempedomani program prioritas daerah untuk pencapaian visi dan misi daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya

Mempedomani program prioritas daerah untuk pencapaian visi dan misi daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya

4. Memperhatikan program pendukung prioritas daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya

Memperhatikan program pendukung prioritas daerah sesuai kemampuan keuangan setiap tahunnya.

5. Memperhatikan efisiensi dan efektifitas belanja dengan menyesuaikan belanja langsung pegawai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan, dan menekan biaya sewa fasilitas kegiatan dengan memanfaatkan asset daerah yang tersedia.

Memperhatikan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan belanja daerah.

6. Mendukung sinkronisasi program nasional dan provinsi.

Mendukung sinkronisasi program nasional dan provinsi

7. Mengutamakan konsistensi setiap tahapan perencanaan penganggaran.

Mengutamakan konsistensi setiap tahapan perencanaan penganggaran melalui e planning e budgeting.

8. Memperhatikan mandatory spending dan belanja yang bersifat earnmark.

9. Mendorong belanja daerah untuk penggunaan produk lokal dan

produk UMKM.

c. Proyeksi Pembiayaan Daerah

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran berkenaan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah terdiri dari Penerimaan dan Pengeluaran

pembiayaan dengan kebijakan sebagai berikut :

1. Penerimaan pembiayaan

Penerimaan pembiayaan Tahun 2021 – 2026 direncanakan bersumber

dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SilPA) Tahun 2021- 2026 dan

III - 54

Pencairan Dana Cadangan pada Tahun 2024 yang direncanakan untuk

Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah.

2. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan Tahun 2021-2026 digunakan untuk

Penyertaan Modal pada PT. Bank Jateng, PDAM Kabupaten Semarang, PT.

Aneka Usaha Serasi (Persero), PT.LKM BKPD Mitra Sejahtera (Perseroda),

PT. BPR BKK Ungaran (Perseroda) dan PT. BKK Jateng (Perseroda) serta

pembentukan dana cadangan pada Tahun 2022 dan Tahun 2023 untuk

keperluan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024.

Sebagai upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan pengelolaan

keuangan daerah melalui penyerapan anggaran yang lebih efisien serta

sebagai bagian dari mengurangi ketergantungan dalam pemanfaatan Sisa

Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) sebagai penutup defisit, maka SiLPA

Tahun 2022 – 2026 direncanakan menurun rata-rata tiap tahun sebesar

(3,39%). Jika pada Tahun 2021 persentase SiLPA terhadap kemampuan

keuangan daerah sebesar 7,79%, maka direncanakan pada Tahun 2026

sebesar 5,71%.

III - 55

Tabel 3.28 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

No Uraian Proyeksi

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

6 PEMBIAYAAN

6.1 Penerimaan Pembiayaan 188,708,225,000 188,653,664,000 170,235,020,000 196,155,162,000 154,138,221,000 151,239,812,000

6.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya

188,708,225,000

188,653,664,000

170,235,020,000

166,155,162,000

154,138,221,000

151,239,812,000

6.1.2 Pencairan dana cadangan 30,000,000,000

6.2 Pengeluaran Pembiayaan 1,205,000,000 16,000,000,000 16,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000

6.2.1 Pembentukan Dana Cadangan (Pilkada) 15.000.000.000 15.000.000.000

6.2.2 Penyertaan Modal Daerah 1,205,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000

6.2.3 Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo

Pembiayaan Netto 187,503,225,000 172,653,664,000 154,235,020,000 195,155,162,000 144,138,221,000 142,239,812,000

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Daerah Tahun Berkenaan

-

-

-

-

-

-

Sumber : BkuD Kabupaten Semarang, 2021

Tabel 3.29 Proyeksi Penutup Defisit Kabupaten Semarang

Tahun 2021-2026

No Uraian Kondisi Tahun 2021 Proyeksi Pertumbuhan

rata-rata (%) Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya

188,708,225,000 188,653,664,000 170,235,020,000 166,155,162,000 154,138,221,000 151,239,812,000 (4.26)

Persentase SiLPA terhadap Penerimaan Daerah

7,79 7,49 6,70 6,39 5,91 5,71 (3,39)

Sumber : BkuD Kabupaten Semarang, 2021,diolah

III - 56

3.3.3. Penghitungan Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan dalam RPJMD adalah proyeksi penerimaan yang

dihitung dengan menjumlahkan proyeksi pendapatan daerah lima tahun ke

depan, proyeksi sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya dan

proyeksi penerimaan dana cadangan, serta proyeksi pengeluaran yang bersifat

wajib, mengikat, prioritas utama sebagai unsur pengurang, sehingga akan

diperoleh proyeksi kapasitas pendanaan riil yang dapat digunakan untuk

menyusun rencana program dan kegiatan.

Dengan adanya pertumbuhan belanja dan pengeluaran wajib, mengikat

dan prioritas utama, dan pertumbuhan pendapatan yang tidak dapat

mengimbangi tren pertumbuhan belanja, menyebabkan kapasitas riil

kemampuan pendanaan juga cenderung menurun.

Penggunaan kapasitas riil keuangan daerah dilakukan atas dasar

proyeksi rencana program yang akan dilaksanakan oleh seluruh Perangkat

Daerah dengan indikasi pendanaan pada tahap pelaksanaan tahunan akan

disesuaikan dengan kemampuan keuangan pada tahun rencana serta

perkembangan regulasi yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.

III - 57

Tabel 3.30. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

No Uraian Realisasi 2020

Rata-rata pertumbuhan

(%) Proyeksi

2016-2021

2022-2026

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

1 Pendapatan 2,211,272,634,265 2.98 2.27 2,232,578,975,000 2,331,345,366,000 2,368,696,760,000 2,405,106,731,000 2,453,692,931,000 2,497,356,882,000

2 Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)

30,000,000,000

3 Sisa lebih riil perhitungan anggaran

175,630,364,000 (14.95) (4.26) 188,708,225,000 188,653,664,000 170,235,020,000 166,155,162,000 154,138,221,000 151,239,812,000

4 Total penerimaan 2,386,902,998,265 1.82 2,421,287,200,000 2,519,999,030,000 2,538,931,780,000 2,601,261,893,000 2,607,831,152,000 2,648,596,694,000

5 Dikurangi

6

Belanja pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama

1,672,153,716,611 4.05 3.02 1,747,076,330,400 1,863,946,485,900 1,891,750,649,299 1,917,932,493,088 1,966,177,623,915 2,022,098,113,910

7 Kapasitas riil kemampuan keuangan

714,749,281,654 (1.49) 674,210,869,600 656,052,544,100 647,181,130,701 683,329,399,912 641,653,528,085 626,498,580,090

Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, Tahun 2021

III - 58

Tabel 3.31 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Semarang tahun 2021-2026

No Uraian Proyeksi

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

I, Kapasitas keuangan Daerah 2,421,287,200,000 2,519,999,030,000 2,538,931,780,000 2,601,261,893,000 2,607,831,152,000 2,648,596,694,000

Rencana alokasi pengeluaran prioritas I (Belanja wajib mengikat)

1,745,871,330,400 1,847,946,485,900 1,875,750,649,299 1,916,932,493,088 1,959,177,623,915 2,016,607,113,910

Pengeluaran pembiayaan daerah 1,205,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 10,000,000,000 9,000,000,000

Kapasitas riil kemampuan keuangan

674,210,869,600 671,052,544,100 662,181,130,701 683,329,399,912 641,653,528,085 626,498,580,090

II Rencana alokasi pengeluaran prioritas II

674,210,869,600 671,052,544,100 662,181,130,701 683,329,399,912 641,653,528,085 626,498,580,090

Surplus anggaran riil atau berimbang (I-II)*

0 0 0 0 0 0

Sumber : BkuD Kabupaten Semarang diolah, 2021

IV - 1

BAB IV

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4

Gambaran kondisi Kabupaten Semarang yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya menunjukkan fakta bahwa masih ada permasalahan

pembangunan daerah yang harus diselesaikan dalam lima tahun kedepan.

Permasalahan pembangunan daerah merupakan perbedaan jarak antara

kondisi saat ini (existing) dengan kondisi yang diharapkan (gap expectation).

Kondisi saat ini digambarkan oleh capaian indikator kinerja pembangunan

daerah sedangkan kondisi yang diharapkan adalah tujuan atau target yang

hendak dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan dalam dokumen

perencanaan pembangunan sebelumnya. Isu strategis berkaitan dengan

permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan di

Kabupaten Semarang melalui analisis dan telaahan terhadap hasil capaian

kinerja pembangunan daerah pada periode sebelumnya (RPJMD Kabupaten

Semarang Tahun 2016-2021).

Selain itu, identifikasi isu strategis pembangunan daerah Kabupaten

Semarang terbentuk dari kondisi ekonomi, sosial, politik, lingkungan,

teknologi dari pengaruh global/internasional, nasional, regional dan

kebijakan di tataran global dan nasional. Kondisi lingkungan global, nasional

dan regional yang semakin dinamis dan unpredictable dalam jangka

menengah akan menjadi tantangan sekaligus peluang dalam merumuskan

kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Semarang lima tahun kedepan.

4.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

Dalam gambaran umum pembangunan Kabupaten Semarang selama 5

(lima) tahun terakhir telah diuraikan pada Bab II. Identifikasi permasalahan

dapat dikelompokan berdasarkan 3 (tiga) aspek, sebagai berikut:

4.1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

4.1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 5

(lima) tahun mengalami fluktuasi, dengan nilai terendah terjadi pada tahun 2016

yaitu 5,3%, nilai tertinggi Tahun 2018 5,79%, dan pada Tahun 2019 mengalami

penurunan menjadi 5,39%. Perlambatan ekonomi Kabupaten Semarang Tahun 2019

salah satunya dipengaruhi oleh telah selesainya pembangunan jalan tol Semarang –

Solo yang melewati wilayah Kabupaten Semarang. Hal ini menunjukkan laju

IV - 2

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dipengaruhi faktor eksternal, sedangkan

kontribusi anggaran pembangunan Pemerintah Kabupaten Semarang tidak cukup

berpengaruh terhadap pertumbuhan LPE. Kontribusi APBD Kabupaten Semarang

dalam waktu 4 tahun terakhir terhadap konsumsi pemerintah pada PDRB berada di

kisaran 7,25%.

Pada Tahun 2020, LPE Kabupaten Semarang mengalami kontraksi

sebesar -2,67%, lebih tinggi dibanding Provinsi Jawa Tengah sebesar -2,65%

dan nasional -2,07%. Secara umum dengan adanya pandemi COVID-19

berdampak pada perekonomian, Indonesia termasuk kabupaten/kota di Jawa

Tengah, perekonomian sepanjang tahun 2020 ini kondisi pertumbuhan

melambat. Kondisi ini dipengaruhi juga oleh perekonomian global yang

melambat, berpengaruh terhadap harga-harga komoditas, serta konsumsi

yang melambat akibat turunnya pendapatan masyarakat yang banyak

mengalami PHK. Kondisi tersebut diprediksikan akan menyebabkan kontraksi

ekonomi Indonesia yang berakibat bertambahnya penduduk miskin Indonesia

pada tahun 2020. Dampak lainnya akibat terjadinya kontraksi ekonomi secara

global dari sisi penyelenggaraan pemerintahan adalah menurunnya kapasitas

fiskal karena pendapatan negara dan daerah juga menurun.

Struktur PDRB ADHB Tahun 2016-2019 masih ditopang 4 sektor

unggulan (di atas 10%), yaitu Industri pengolahan, konstruksi, perdagangan

dan pertanian. Tahun 2019, sektor industri: 39,54%, konstruksi: 13,72%,

perdagangan: 10,91% dan pertanian: 10,81%. Total 4 sektor tersebut

menyumbang 74,98% dari total 17 sektor secara keseluruhan. PDRB ADHK

Kabupaten Semarang Tahun 2016: tumbuh 5,30%, Provinsi Jawa Tengah:

5,25% dan Nasional 5,03%, sedangkan Tahun 2019: Kabupaten Semarang

tumbuh 5,39%, Provinsi Jawa Tengah: 5,40% dan Nasional: 5,02%, hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sebelum

pandemi covid-19 menunjukkan trend cukup positif dibandingkan dengan

Provinsi Jawa Tengah dan nasional.

4.1.1.2 Laju Inflasi

Inflasi di Kabupaten Semarang mengalami fluktuasi dalam lima tahun

terahir, pada Tahun 2016 berada pada angka 2,39% dan meningkat pada

Tahun 2017 menjadi 3,67% kemudian kembali menurun pada angka 2,82% di

Tahun 2018 dan naik lagi 2,93% di Tahun 2019. Pada Tahun 2019, inflasi di

Kabupaten Semarang dapat dikendalikan dibawah angka 3%, namun inflasi

ini masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi Provinsi Jawa Tengah

IV - 3

sebesar 2,91% dan inflasi nasional sebesar 2,72 persen. Pada Tahun 2020,

inflasi Kabupaten Semarang mengacu pada inflasi Kota Semarang sebesar

1,49%.

Dampak dari pandemi Covid-19, petumbuhan ekonomi melambat,

karena terdapat perusahaan di Kabupaten Semarang yang melakukan

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan merumahkan pekerjanya, sehingga

sebagian besar masyarakat mengalami penurunan tingkat pendapatan dan

memfokuskan pengeluaran pada kesehatan. Kondisi ini antara lain

menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sehingga tingkat inflasi di

Kabupaten Semarang rendah.

4.1.1.3 PDRB Per Kapita

PDRB per kapita digunakan sebagai perkiraan rata-rata pendapatan

penduduk per kapita per tahun. PDRB per Kapita ADHB Kabupaten Semarang

Tahun 2016 sebesar Rp. 38,98 juta dan Tahun 2019 sebesar Rp. 47,1 juta

rupiah atau kenaikan rata-rata 6,7% per tahun, pada Tahun 2020 turun

menjadi Rp. 45,96 juta (-2,42%). Sedangkan untuk ADHK Tahun 2016 sebesar

Rp. 29,87 juta dan Tahun 2019 sebesar Rp. 33,82 juta atau kenaikan rata-

rata 4,15% per tahun, pada Tahun 2020 turun menjadi Rp. 32.52 juta (-

3,86%). Hal tersebut menunjukkan secara riil pendapatan penduduk

Kabupaten Semarang sampai dengan Tahun 2019 semakin membaik, namun

karena pandemi covid-19 mengakibatkan pendapatan masyarakat menjadi

turun.

4.1.1.4 Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia

Bank Dunia dalam upaya mengukur ketimpangan pendapatan membagi

penduduk menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu 40% penduduk berpendapatan

rendah, kelompok 40% penduduk berpendapatan menengah dan kelompok

20% penduduk berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur

dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok

yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh

penduduk. Pada Tahun 2017 distribusi pendapatan sebesar 18,88% (kategori

rendah) dan pada Tahun 2020 meningkat menjadi 19,18% (kategori rendah).

Hal ini menunjukan Pemerintah Kabupaten Semarang berhasil meningkatkan

pemerataan pendapatan terutama pada penduduk 40% berpendapatan

terendah.

IV - 4

4.1.1.5 Kemiskinan

Data Makro kemiskinan menurut BPS, jumlah penduduk miskin

(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis

Kemiskinan) di Kabupaten Semarang, Tahun 2016 berjumlah 80,72 ribu jiwa

(7,99%), jumlahnya menurun sampai Tahun 2019 berjumlah 73,90

ribu jiwa (7,045), namun pada bulan Maret Tahun 2020 bertambah sebanyak

5,98 ribu jiwa atau berjumlah 79,88 ribu jiwa (7,51%). Untuk penambahan

jumlah penduduk miskin Tahun 2020 sama kondisinya dengan Provinsi Jawa

Tengah, Tahun 2019 berjumlah 3,68 juta jiwa (10,58%) bertambah pada Maret

Tahun 2020 menjadi 3,98 juta jiwa (11,41%). Hal ini menunjukan awal mulai

covid-19 sudah terdapat penambahan jumlah penduduk miskin di Kabupaten

Semarang dan Provinsi Jawa Tengah.

Perkembangan Indeks Kedalamam (P1) di Kabupaten Semarang, Tahun

2016 sebesar 1,57 cenderung menurun sampai dengan Tahun 2019 menjadi

0,63, namun Tahun 2020 naik lagi menjadi 0,96. Hal ini menunjukkan bahwa

rata-rata kesenjangan pengeluaran antara penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan semakin besar. Sedangkan untuk Indeks Keparahan (P2) Tahun

2016 sebesar 0,45 cenderung menurun sampai dengan Tahun 2019 menjadi

0,08, namun Tahun 2020 naik lagi menjadi 0,16, artinya pada Tahun 2020

terjadi semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin di

Kabupaten Semarang.

Data mikro kemiskinan hasil proses Pemutakhiran Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang setiap tahunnya, Perkembangan status

rumah tangga dan individu di Kabupaten Semarang dengan status

kesejahteraan 40% terendah (kategori miskin) sampai dengan Oktober 2020

mengalami peningkatan sebesar 18.569 (20,67%) rumah tangga dan 56.795

(19,32%) jiwa.

Secara umum, kondisi kemiskinan tahun 2020 terjadi peningkatan.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang telah

memukul perekonomian seluruh dunia. Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat

(FKM) Universitas Indonesia (UI) memprediksi pandemi Covid-19 di Indonesia

akan selesai tak sampai 10 tahun ke depan, seperti hitungan Bloomberg yang

memprediksi berdasarkan cakupan vaksinasi setiap negara termasuk

Indonesia. (Sumber: kompas.tv) Diperkirakan sampai Tahun 2022 masih akan

terjadi perlambatan penurunan penduduk miskin di Kabupaten Semarang,

mengingat adanya potensi masyarakat rentan miskin/hampir miskin menjadi

di bawah garis kemiskinan.

IV - 5

4.1.1.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM Kabupaten Semarang Tahun 2016-2019 mengalami peningkatan

dari 72,40 (peringkat 11 Jawa Tengah) menjadi 74,14 (peringkat 11 Jawa

Tengah), namun Tahun 2020 turun menjadi 74,10 (peringkat 12 Jawa

Tengah). Tahun 2020, di atas Provinsi Jawa Tengah 71,87 dan Nasional 71,94,

namun secara regional masih cukup rendah dibanding Kota Semarang 83,05,

Kota Salatiga 83,12 dan Kabupaten Boyolali 74,25. Secara detail dapat

diuraikan sebagai berikut: IPM masih hanya menjabarkan kondisi tahunan

dan perbandingan dengan daerah lain. Belum sampai menjabarkan masalah

dengan dibandingkan capaian target dari RPJMD sebelumnya dan amanat

target dari RPJPD.

A. Angka Harapan Hidup (AHH)

Periode Tahun 2016-2020, AHH masyarakat Kabupaten Semarang

cenderung meningkat yaitu Tahun 2016: 75,54 tahun menjadi Tahun 2020:

75,73 tahun, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,06% per tahun, artinya

secara rata-rata anak yang dilahirkan dapat bertahan hidup hingga usia 75

tahun. AHH Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 masih cukup rendah

dibandingkan dengan Kota Salatiga: 77,40, Kota Semarang: 77,34, dan

Kabupaten Boyolali: 75,95, meskipun berada di atas Provinsi Jawa Tengah:

74,37.

B. Harapan Lama Sekolah (HLS)

Perkembangan HLS Kabupaten Semarang cenderung meningkat, pada

Tahun 2016: 12,83 tahun menjadi Tahun 2020: 12,97 tahun, dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 0,23% per tahun. HLS Kabupaten Semarang pada

Tahun 2020 masih cukup rendah dibandingkan dengan Kota Semarang:

15,52, Kota Salatiga: 15,41, dan Kabupaten Demak: 13,31, serta berada di

atas Provinsi Jawa Tengah: 12,70.

C. Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

RLS Kabupaten Semarang cenderung meningkat, Tahun 2016: 7,48

tahun menjadi Tahun 2020: 8,02 tahun, dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 1,83% per tahun. Angka ini menunjukan jumlah penduduk diatas 25

tahun yang menjalani pendidikan formal rata-rata baru setingkat sekolah

kelas 9. Angka RLS Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 dibawah Kota

Semarang: 10,53 dan Kota Salatiga: 10,42 serta di atas Provinsi Jawa Tengah:

7,69.

IV - 6

D. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan

Pengeluaran per kapita disesuaikan Kabupaten Semarang periode Tahun

2016-2019 cenderung meningkat, Tahun 2016: Rp. 11.102.000,00 menjadi

Tahun 2019: Rp. 12.116.000,00 namun menurun pada Tahun 2020: Rp.

11.966.000,00, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,13% per tahun.

Kinerja tersebut menunjukkan bahwa taraf hidup masyarakat Kabupaten

Semarang meningkat seiring dengan peningkatan pengeluaran per kapitanya,

kecuali pada Tahun 2020 menurun dikarenakan adanya pandemi covid-19.

Namun Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Semarang pada Tahun 2020 masih

berada dibawah Kota Salatiga: Rp. 15,70 juta, Kota Semarang: Rp. 15,24 juta

dan Kabupaten Boyolali: Rp. 12,91 juta, serta diatas Provinsi Jawa Tengah Rp.

10,93 juta.

4.1.1.7 Pengangguran

Kondisi pengangguran penduduk di Kabupaten Semarang ditunjukkan

dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada periode Tahun 2016-2020

terjadi perkembangan TPT yang kurang baik dengan tren yang selalu

meningkat. Pada Tahun 2016: 1,93 dan menurun pada Tahun 2017: 1,78,

namun naik pada Tahun 2018: 2,28, 2019: 2,58 dan Tahun 2020: 4,57.

Terlihat selama 3 (tiga) tahun terakhir TPT mengalami peningkatan 0,39. Hal

ini sebagai dampak dari persaingan global yang mengarah pada revolusi

industri 4.0 yang mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi

otomatisasi, sedangkan tenaga kerja di Kabupaten Semarang pada umumnya

belum memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan oleh industri 4.0.

Kondisi ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 yang melanda

dunia, menghambat aktivitas perekonomian sehingga banyak penduduk yang

kehilangan pekerjaannya, dimana pada Tahun 2020 TPT meningkat sangat

signifikan yaitu naik sebesar 1,99% dibandingkan Tahun 2019.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Semarang Tahun

2020 meningkat dibandingkan tahun 2019, hal ini disebabkan: (1) penurunan

jumlah penduduk bekerja; (2) pengangguran meningkat; dan (3) penambahan

penduduk yang masuk dalam usia angkatan kerja. Sehingga perlu adanya

langkah antisipatif agar TPT di Kabupaten Semarang tidak semakin

meningkat.

IV - 7

4.1.2 Aspek Pelayanan Umum

4.1.2.1 Urusan Wajib Pelayanan Dasar

A. Bidang Pendidikan

Permasalahan bidang pendidikan yang ada di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Belum optimalnya pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM);

Capaian SPM Urusan Pendidikan masih rendah dengan persentase

terendah pada indikator penduduk terlayani pendidikan kesetaraan

2. Belum tercapainya angka partisipasi sekolah (APS);

3. Belum optimalnya pemenuhan standar kompetensi dan keahlian pendidik

yang ditunjukan dengan rata-rata presentase guru TK, SD dan SMP yang

berpendidikan minimal S1/D-IV

4. Belum optimalnya sarana perpustakaan sekolah.

B. Bidang Kesehatan

Permasalahan bidang kesehatan yang ada di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Tantangan dampak pandemi COVID-19 yang berpengaruh terhadap Angka

Harapan Hidup masyarakat Kabupaten Semarang;

2. Masih tingginya Angka kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh dampak

pandemi Covid-19, komorbid berat dan pemahaman ibu hamil untuk

bersalin di Rumah Sakit PONEK masih kurang.

3. Masih ditemukannya kasus gizi kurang, gizi buruk dan stunting;

4. Presentase pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan belum optimal

5. Rasio tempat tidur rumah sakit yang masih rendah

6. Masih adanya puskesmas dengan status akreditasi dibawah utama

C. Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permasalahan utama pada bidang Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang di Kabupaten Semarang adalah belum optimalnya infrastruktur

pekerjaan umum dan penyelenggaraan penataan ruang. Sedangkan

permasalahan bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai berikut:

1. Masih rendahnya presentase luas irigasi dalam kondisi baik;

2. Masih terdapat lokasi rawan banjir di beberapa wilayah antara lain Rawa

Pening dan dataran sekitar Sungai Gung di Ungaran Timur;

3. Masih terdapat penduduk yang belum memperoleh akses air minum aman

IV - 8

4. Masih rendahnya Persentase jalan dalam kondisi baik;

5. Belum optimalnya aspek pengawasan dan pengendalian penataan ruang.

D. Bidang Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Permasalahan pembangunan pada bidang Perumahan Rakyat dan

Kawasan Permukiman di Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Luas lingkungan pemukiman kumuh belum mencapai 0 ha

2. Belum optimalnya pemenuhan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU);

3. Rendahnya rasio pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni

E. Bidang Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat

Masalah ketentraman dan ketertiban umum dan perlindungan

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kehidupan politik yang

diarahkan untuk mewujudkan demokrasi masih dimaknai sebagai kebebasan

semata oleh sebagian masyarakat yang seringkali dapat mengganggu

kelompok masyarakat lainnya yang mempengaruhi kondisi ketentraman dan

ketertiban umum. Permasalahan pembangunan pada bidang Ketentraman,

Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Belum Optimalnya penanganan gangguan ketentraman ketertiban umum

(Trantibum) dan penegakan Peraturan daerah (Perda) dan Peraturan Kepala

Daerah (Perkada);

2. Belum optimalnya pelayanan pencegahan, penanggulangan kebakaran, dan

penyelamatan.

F. Bidang Sosial

Permasalahan pembangunan bidang Sosial di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Belum optimalnya penanganan PMKS;

2. Pemberdayaan KESOS Belum Optimal;

3. Belum optimalnya perlindungan dan jaminan sosial;

4. Penanganan Bencana Belum Optimal;

5. Belum optimalnya upaya penanganan kemiskinan.

IV - 9

4.1.2.2 Urusan Wajib Tidak Terkait Pelayanan Dasar

A. Bidang Tenaga Kerja

Permasalahan pembangunan bidang Tenaga Kerja di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Belum optimalnya penanganan terhadap pengangguran

2. Belum optimalnya penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan

kerja;

3. Belum optimalnya keseleamatan dan perlindungan tenaga kerja.

B. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak

Permasalahan pembangunan bidang Pemberdayaan Perempuan dan

Pelindungan Anak di Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Masih adanya kesenjangan peran dan tanggung jawab antara Laki-laki dan

perempuan dalam bidang pemerintahan dan legislatif;

2. Belum optimalnya pemberdayaan gender;

3. Belum optimalnya penyediaan fasilitas umum untuk anak.

C. Bidang Pangan

Permasalahan pembangunan bidang Pangan di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Masih terdapat daerah rawan pangan;

2. Keamanan pangan belum seluruhnya terjamin;

3. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya pangan.

D. Bidang Pertanahan

Permasalahan pembangunan bidang Pertanahan di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Tanah bersertifikat masih sebesar 70,27% belum mencapai target maksimal

yaitu 100%;

2. Masih terdapat sengketa pertanahan karena lemahnya pemahaman hukum

pertanahan oleh lembaga pemerintahan terbawah (desa dan keluarahan) .

E. Bidang Lingkungan Hidup

Permasalahan pembangunan bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Masih Terjadinya Pencemaran Air Sungai;

2. Masih Terjadinya Pencemaran Udara;

3. Berkurangnya Tutupan Lahan dan kuantitas air;

4. Persentase penanganan sampah masih rendah

IV - 10

5. Rasio tempat pembuangan sampah belum optimal

6. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) masih tergolong sedang

F. Bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Permasalahan pembangunan bidang Administrasi Kependudukan dan

Pencatatan Sipil di Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Belum optimalnya Kepemilikan Dokumen Pendaftaran Penduduk;

2. Belum optimalnya Kepemilikan Dokumen Pencatatan Sipil;

3. Belum optimalnya Pemanfaatan Data Kependudukan dan Inovasi

Pelayanan.

G. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Permasalahan pembangunan bidang Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa di Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Belum optimalnya perwujudan desa mandiri;

2. Belum optimalnya swadaya masyarakat;

H. Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Permasalahan pembangunan bidang Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana di Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Rasio akseptor KB yang fluktuatif

2. Belum maksimalnya sinergitas kegiatan diantara lembaga / instansi untuk

mewujudkan pembangunan kependudukan

3. Belum adanya sinergitas lintas sektor dalam penggarapan KB;

I. Bidang Perhubungan

Permasalahan pembangunan bidang Perhubungan di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Belum optimalnya penanganan kemacetan lalu lintas yang salah satu

akibatnya adalah ruas jalan utama Kabupaten Semarang yang masih pada

Tingkat Pelayanan/Level Of Service (LoS) klasifikasi C

2. Belum optimalnya sarana dan prasarana tranportasi yang berkualitas,

merata dan berkeselamatan

3. Masih tingginya resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

J. Bidang Komunikasi dan Informatika

Permasalahan pembangunan bidang Komunikasi dan Informatika di

Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Belum optimalnya pelaksanaan e-government

2. Pengelolaan Informasi dan Komunikasi serta Publikasi Informasi kepada

IV - 11

Masyarakat Masih Rendah;

3. Persentase masyarakat yang mengakses media informasi pembangunan

daerah masih rendah.

K. Bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah

Permasalahan pembangunan bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan

Menengah di Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Penurunan volume usaha koperasi sebagai dampak dari adanya pandemi

Covid-19;

2. Belum optimalnya pemberdayaan dan pengembangan ekonomi kerakyatan,

Koperasi, UMKM dan ekonomi kreatif.

L. Bidang Penanaman Modal

Permasalahan pembangunan bidang Penanaman Modal di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Pengembangan investasi belum optimal;

2. Persentasi bangunan memiliki IMB masih rendah;

3. Belum optimalnya Indeks Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan

perizinan dan non perizinan.

M. Bidang Kepemudaan dan Olahraga

Permasalahan utama bidang Kepemudaan dan Olahraga di Kabupaten

Semarang adalah masih rendahnya organisasi kepemudaan yang aktif dan

masih belum optimalnya prestasi olahraga. Masalah utama tersebut dapat

diuraikan menjadi masalah sebagai berikut

1. Masih belum optimalnya pembinaan organisasi kepemudaan;

2. Masih kurangnya sarana prasarana organisasi kepemudaan;

3. Masih kurangnya jumlah Sarana Prasarana Olahraga.

N. Bidang Statistik

Permasalahan pembangunan bidang Statistik di Kabupaten Semarang

adalah Penyusunan dan pengelolaan data statistik sektoral belum optimal.

O. Bidang Persandian

Permasalahan pembangunan bidang Persandian di Kabupaten Semarang

adalah Kurang optimalnya pengelolaan persandian dan pengamanan

informasi.

P. Bidang Kebudayaan

Permasalahan pembangunan bidang Kebudayaan di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

IV - 12

1. Masih belum optimalnya ketersediaan sarpras yang representatif untuk

penyelenggaraan festival seni budaya;

2. Belum optimalnya Kegiatan Tradisi Budaya Lokal;

3. Belum optimalnya ketersediaan fasilitas untuk pengamanan dan

perlindungan benda-benda kepurbakalaan.

Q. Bidang Perpustakaan

Permasalahan pembangunan bidang Perpustakaan di Kabupaten

Semarang adalah belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan

perpustaakaan;.

R. Bidang Kearsipan

Permasalahan pembangunan bidang Kearsipan di Kabupaten Semarang

adalah belum optimalnya pengelolaan sistem kearsipan daerah.

4.1.2.3 Urusan Pilihan

A. Bidang Kelautan dan Perikanan

Permasalahan pembangunan bidang Kelautan dan Perikanan di

Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Berkurangnya jumlah produksi perikanan akibat faktor alam, kelangkaan

palet dan pandemi COVID-19;

2. Belum Optimalnya Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.

B. Bidang Pariwisata

Permasalahan pembangunan bidang Pariwisata di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Terjadi penurunan jumlah dan lama kunjungan wisata akibat pandemi

COVID-19;

2. Belum optimalnya promosi dan pemasaran pariwisata;

3. Standarisasi usaha dan SDM pariwisata belum optimal.

C. Bidang Pertanian

Permasalahan pembangunan bidang Pertanian di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Rendahnya rata-rata lima tahun terakhir Nilai Tukar Petani (NTP)

Kabupaten Semarang jika dibandingkan dengan provinsi dan nasional.

2. Belum optimalnya sarana dan prasarana pertanian;

3. Kurangnya kapasitas SDM petani;

4. Terjadinya penurunan jumlah produksi pada sektor perikanan, perkebunan

dan hortikultura;

IV - 13

D. Bidang Perdagangan

Permasalahan pembangunan bidang Perdagangan di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Penurunan Ekspor pada tahun 2020 sebagai dampak pandemi COVID-19;

2. Standarisasi Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dan

perlindungan konsumen kurang optimal;

3. Harga barang kebutuhan pokok belum stabil;

4. Kurangnya sarana dan prasarana distribusi perdagangan;

5. Penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri kurang optimal;

6. Rendahnya legalitas usaha perdagangan.

E. Bidang Perindustrian

Permasalahan pembangunan bidang Perindustrian di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Belum adanya Dokumen Perencanaan Pembangunan Kawasan Industri;

2. Belum optimalnya Perijinan Usaha Industri Kecil dan Menengah;

3. Sistem Informasi Industri Nasional belum terkelola dengan baik.

F. Bidang Transmigrasi

Permasalahan pembangunan bidang Transmigrasi di Kabupaten

Semarang adalah belum optimalnya kerjasama dengan daerah penempatan

calon tranmigran.

4.1.2.4 Unsur Pendukung Pemerintahan

Permasalahan Unsur Pendukung Pemerintahan di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

A. Sekretariat Daerah

1. Rendahnya akuntabilitas kinerja pembangunan yang ditunjukkan oleh skor

SAKIP;

2. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan ketatalaksanaan Perangkat

Daerah;

3. Belum optimalnya database lembaga pendidikan keagamaan.

B. Sekretariat DPRD

1. Belum optimalnya dukungan pelayanan DPRD;

2. Belum konsistennya rencana kerja dengan jadwal pelaksanaan.

4.1.2.5 Unsur Penunjang Pemerintahan

A. Perencanaan

Permasalahan utama Perencanaan di Kabupaten Semarang adalah

belum optimalnya kualitas perencanaan pembangunan daerah, sedangkan

IV - 14

permasalahan urusan perencanaan sebagai berikut:

1. Kurangnya sinkronisasi dan konsistensi antar dokumen perencanaan

pembangunan daerah;

2. Kurangnya sinkronisasi dan konsistensi perencanaan dan penganggaran

pembangunan daerah.

B. Keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan

daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan Daerah dalam masa 1

(satu) tahun anggaran sesuai dengan undang-undang mengenai keuangan

Negara. Adapun permasalahan utama urusan keuangan di Kabupaten

Semarang adalah belum optimalnya tata kelola keuangan daerah. Sedangkan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah;

2. Belum optimalnya pengelolaan barang milik daerah;

3. Belum optimalnya kemandirian keuangan.

C. Kepegawaian

Permasalahan Kepegawaian di Kabupaten Semarang sebagai berikut:

1. Kurangnya Kompetensi ASN;

2. Belum optimalnya kesesuaian penempatan PNS dalam Jabatan Stuktural

3. Penegakan disiplin, kode etik dan perilaku ASN belum sepenuhnya

terlaksana.

D. Penelitian dan Pengembangan

Permasalahan penelitian dan pengembangan di Kabupaten Semarang

adalah belum optimalnya pemanfaatan hasil-hasil kelitbangan.

4.1.2.6 Unsur Pengawasan Pemerintahan

Permasalahan Unsur Pengawasan Pemerintahan di Kabupaten

Semarang sebagai berikut:

1. Belum optimalnya penyelenggaraan Sistem Pengawasan Internal

Pemerintah (SPIP);

2. Belum optimalnya asistensi dan pendampingan.

4.1.2.7 Unsur Kewilayahan

Permasalahan Unsur Pemerintahan Umum Pemerintah yang

dilaksanakan oleh Kecamatan di Kabupaten Semarang adalah belum

optimalnya penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

(PATEN).

IV - 15

4.1.2.8 Unsur Pemerintahan Umum

Permasalahan Unsur Pemerintahan Umum Pemerintah yang

dilaksanakan oleh Kesatuan Bangsa dan Politik di Kabupaten Semarang

sebagai berikut:

1. Belum optimalnya fungsi Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)

2. Belum optimalnya ketahanan ekonomi, sosial dan budaya;

3. Belum optimalnya peran serta partai politik dan pendidikan politik.

4.1.3 Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan

otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah.

Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci

keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan

pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi

daerah, fasilitas wilayah dan infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber

daya manusia.

4.1.3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per kapita

Persentase pengeluaran makanan dan non makanan dapat dijadikan

sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Selama periode

Tahun 2016-2020, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk

pengeluaran non makanan prosentasenya lebih tinggi dibanding untuk

makanan. Hal ini menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten

Semarang semakin sejahtera, hal ini ditandai dengan sebagian besar

penduduk Kabupaten Semarang telah dapat memenuhi kebutuhan primer

(makanan) makanan dan dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier

(non makanan). Namun yang perlu diperhatikan selama 5 tahun terakhir

prosentasenya pengeluaran konsumsi non makanan cenderung naik.

4.1.3.2 Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang dapat mengukur

kemampuan daya beli petani sebagai salah satu pelaku utama di sektor

pertanian. Secara konsep, NTP mengukur kemampuan tukar produk pertanian

yang dihasilkan petani dengan barang/jasa yang diperlukan untuk konsumsi

rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Selama

periode Tahun 2016-2020, rata-rata NTP Kabupaten Semarang menunjukkan

angka yang berfluktuasi. Pada periode tersebut, rata-rata NTP terendah terjadi

IV - 16

pada tahun 2016 sebesar 100,78 dan tertinggi terjadi di tahun 2018 mencapai

103,04, namun pada Tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 102,15.

Secara umum, rata-rata NTP menunjukkan angka diatas 100 (>100).

Selanjutnya pada Tahun 2020 turun kembali menjadi 101,79, sehingga NTP

selama 5 tahun terakhir cenderung menurun, kondisi perlu mendapat

perhatian dan pengambilan kebijakan untuk mengatasi permasalahan

kesejahteraan petani di Kabupaten Semarang.

4.1.3.3 Perhubungan/Transportasi

Rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan diperoleh dengan

membagi jumlah kendaraan (unit) dengan panjang jalan (km), dalam beberapa

tahun terakhir rasio cenderung selalu meningkat. Hal ini diakibatkan

bertambahnya kepadatan dimana panjang jalan Kabupaten Semarang

cenderung tetap dibandingkan dengan jumlah kendaraan di wilayah

Kabupaten Semarang selalu bertambah. Tahun 2017, panjang jalan 1 km

melayani 534 kendaraan, Tahun 2018 melayani 569 kendaraan dan Tahun

2019 melayani 601 kendaraan.

Jika membandingkan dengan Kota Semarang, Tahun 2019 1 km

panjang jalan melayani 2.026 kendaraan, sehingga dapat dikatakan jalan di

Kota Semarang 3 kali lipat lebih padat dibandingkan jalan di Kabupaten

Semarang, namun jika membandingkan dengan panjang jalan seluruh

Provinsi Jawa Tengah, pada Tahun 2019 1 km panjang jalan melayani 504

kendaraan, sehingga dapat dikatakaan kepadatan jalan di Kabupaten

Semarang masih lebih tinggi dibanding rata-rata jalan di Provinsi Jawa

Tengah.

4.1.3.4 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

IKLH Kabupaten Semarang periode Tahun 2016-2020 selalu

menunjukkan angka peningkatan. Pada Tahun 2016 Nilai IKLH sebesar 54,25

dan Tahun 2020 sebesar 69,12, peningkatan nilai IKLH Kabupaten Semarang

tahun terakhir sebesar 0,26%. Tahun 2019, IKLH Kabupaten Semarang 68,86

masih lebih tinggi dibandingkan IKLH Provinsi Jawa Tengah sebesar 66,88.

Sehingga dapat dikatakan kondisi lingkungan hidup Kabupaten Semarang

masih lebih baik dibandingkan rata-rata kondisi lingkungan hidup Provinsi

Jawa Tengah.

4.1.3.5 Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas menggambarkan tingkat keamanan masyarakat,

semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan

IV - 17

masyarakat yang secara tidak langsung dapat mendukung iklim investasi.

Angka kriminalitas pada periode Tahun 2016-2019 cenderung menurun,

dimana Tahun 2016 sebesar 4,43, Tahun 2019 turun menjadi 2,25 dan

namun pada Tahun 2020 naik menjadi 2,75. Hal ini merupakan akibat dari

respon warga terhadap kriminalitas diantisipasi dengan penjagaan keamanan

mandiri secara spontan dalam bentuk penjagaan akses ke kawasan

permukiman, selain itu digalakkan siskamling sebagai wujud penjagaan

keamanan kepada masyarakat.

4.1.3.6 Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan Kabupaten Semarang pada periode 2016-2020

cenderung naik meskipun kenaikan cukup rendah, pada Tahun 2016 sebesar

41,20 dan Tahun 2020 sebesar 43,15, kondisi ini masih lebih baik jika

dibandingkan dengan rata-rata rasio ketergantungan negara-negara maju

(OECD) yang diperkirakan mencapai 59 pada Tahun 2025 dan dari rata-rata

rasio ketergantungan dunia yang diperkirakan mencapai 52 pada tahun yang

sama. Dengan demikian dapat dikatakan, ketergantungan penduduk usia

tidak produktif di Kabupaten Semarang semakin tinggi, namun hal ini juga

menunjukkan perekonomian Kabupaten Semarang tergolong perekonomian

yang cukup maju dari sisi Rasio Ketergantungan.

4.2 ISU STRATEGIS

Sinkronisasi kebijakan perencanaan pembangunan dalam penyusunan

RPJMD, dilakukan dengan penelaahan terhadap dokumen perencanaan

pembangunan nasional dan provinsi dan daerah lain dalam rangka

sinkronisasi kebijakan pembangunan. Penelaahan terhadap dokumen

perencanaan pembangunan nasional dan provinsi dilakukan dengan menelaah

kebijakan yang berdampak dan harus dipedomani oleh daerah. Sementara

penelaahan terhadap dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya

dilakukan dengan menelaah dampak pembangunan yang saling berpengaruh

terhadap daerah lain dan harus dijabarkan dalam dokumen perencanaan.

Melengkapi penelaahan terhadap dokumen perencanaan lainnya, pada

proses penyusunan RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

dilakukan juga penelaahan terhadap isu internasional yang mempengaruhi

Indonesia, Provinsi Jawa Tengah termasuk Kabupaten Semarang. Hal ini

dimaksudkan agar perencanaan yang dihasilkan komprehensif dengan

mempertimbangan kondisi eksternal yang ada sebagai dinamika internasional,

IV - 18

nasional dan regional.

4.2

4.2.1 Telaahan Isu Global/Internasional

Telaahan Isu Global/Internasional yang bersumber dari Laporan

Perekonomian Indonesia 2020 oleh Badan Pusat Statistik menyebutkan hal-

hal sebagai berikut:

4.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia Masih Melambat

Dua tahun berturut-turut, ekonomi dunia terus mengalami

perlambatan. Perekonomian dunia dilanda berbagai macam gejolak ekonomi

seperti perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, perang geopolitik, dan

perlambatan ekonomi di berbagai negara, dan gejolak ekonomi lainnya. Di

tahun 2019, perlambatan ekonomi dunia masih terjadi, menurut IMF (2020),

perekonomian dunia pada tahun 2019 tumbuh sebesar 2,9 persen atau

mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan dua tahun

sebelumnya yaitu 3,9 persen pada tahun 2017 dan 3,6 persen pada tahun

2018. Nilai pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 ini juga dibawah prediksi

IMF pada April 2019 yang menyatakan bahwa ekonomi dunia tumbuh sebesar

3,3 persen.

Untuk negara-negara di kawasan ASEAN, perlambatan ekonomi di

kawasan ini tercatat sebesar 0,7 persen poin yaitu dari 5,1 persen pada tahun

2018 menjadi hanya 4,4 persen pada tahun 2019. Namun demikian, capaian

nilai pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN justru lebih tinggi daripada

pertumbuhan ekonomi dunia, negara maju, dan negara berkembang. Bahkan,

sebelum mengalami perlambatan, perekonomian di kawasan ASEAN

mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 4,7 persen pada tahun

2015 menjadi 5,3 persen pada tahun 2017. Pertumbuhan ekonomi di ASEAN

didorong masih cukup tingginya pertumbuhan ekonomi di Filipina, Indonesia,

dan Vietnam yang mencatatkan pertumbuhan di atas 5 persen

Bagi Indonesia sendiri, perekonomian nasional sepanjang 2019 tetap

menunjukkan perkembangan yang positif di tengah perlambatan ekonomi

dunia. Ekonomi nasional mampu tumbuh di angka 5,02 persen dan masih

lebih baik dari beberapa negara lainnya walaupun sama-sama terdampak dari

gejolak ekonomi dunia yang tidak pasti. Indonesia sendiri juga dihadapkan

pada kondisi yang penuh tantangan baik dari luar maupun dalam negeri.

Tantangan ekonomi yang berasal dari luar negeri diantaranya perang dagang

Amerika Serikat-Tiongkok, penurunan permintaan serta stagnasi harga

komoditas dunia, isu Brexit, ketegangan dan konflik politik di sejumlah

IV - 19

kawasan, dan krisis ekonomi di sejumlah Negara Amerika Latin. Sementara

itu, tantangan dari dalam negeri yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi,

daya beli masyarakat, membesarnya sektor informal, posisi daftar tunggu dari

para investor, hingga target penerimaan pajak yang tidak tercapai.

4.2.1.2 Melemahnya Ekonomi Dunia Akibat Pandemi COVID-19

Dampak dari pandemi Covid-19 di beberapa negara adalah diberlakukan

kebijakan pembatasan kegiatan manusia dan bahkan pemberlakuan lockdown

di negara masing-masing. Pembatasan kegiatan ini bertujuan untuk

menghentikan dan menghambat potensi penyebaran virus agar tidak

menyebar secara masif, namun pemberlakuan kebijakan ini mempunyai

dampak pada melemahnya kinerja ekonomi. Pembatasan kegiatan yang

dilakukan telah menghentikan kegiatan ekonomi masyarakat dan

menghambat kegiatan produksi dan distribusi barang. Kegiatan ekonomi yang

terbatas tidak hanya pada kegiatan di dalam negeri tetapi kegiatan ekonomi

yang berhubungan dengan luar negeri seperti ekspor dan impor. Akibatnya,

terjadi penurunan kinerja ekonomi yang diindikasikan dengan perlambatan

pertumbuhan ekonomi atau bahkan sampai kontraksi ekonomi.

Tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, masalah krisis kesehatan

juga menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi. Puluhan juta

orang telah terinfeksi dan mengakibatkan korban meninggal dunia dalam

jumlah yang tidak sedikit. Krisis kesehatan dunia semakin meluas di beberapa

negara yang belum mempunyai dukungan fasilitas kesehatan yang memadai.

Krisis kesehatan ini melanda tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara

berkembang dan negara miskin yang kurang dukungan sumber pembiayaan

untuk pemulihan kesehatan warganya. Berbagai negara sudah berupaya

menanggulangi dampak Covid-19 dengan meningkatkan anggaran

pengeluaran untuk bidang kesehatan.

IMF juga memproyeksikan ekonomi di negara maju akan mengalami

kontraksi ekonomi yang cukup parah. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi di

negara maju berada di angka -6,0 persen. Hal ini disebabkan sebagian besar

negara maju dihadapkan dengan wabah pandemi Covid-19 yang meluas dan

membutuhkan tindakan penanganan untuk pencegahan penyebaran virus

agar tidak semakin meluas. Pembatasan kegiatan di bidang ekonomi akan

berdampak pada kinerja ekonomi di sebagian besar negara. Negara maju yang

paling banyak korban positif Covid-19 diantaranya Amerika Serikat, Italia,

Inggris, Jerman, Spanyol, dan Perancis. Sebagian besar ekonomi dari negara-

IV - 20

negara tersebut akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Menurut

IMF (2020) dalam WEO April 2020 menyatakan bahwa Amerika Serikat akan

mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar -5,9 persen, Inggris sebesar -6,5

persen, Jerman sebesar -7,0 persen, Perancis sebesar -7,2 persen, Spanyol

sebesar -8,0 persen, dan Italia sebesar -9,1 persen. Dari luar kawasan Eropa

dan Amerika seperti Jepang ekonominya akan tumbuh sebesar -5,2 persen,

dan Australia sebesar -6,7 persen. Namun demikian, jika dilihat dari tingkat

inflasi, kondisi kenaikan harga di Negara maju akan relatif stabil dengan

kategori rendah di bawah 1,0 persen. Hanya, Spanyol yang diperkirakan akan

mengalami deflasi sebesar 0,3 persen.

Sementara itu, berdasarkan data dari ADB pada pubikasi ADO 2020

diperoleh hasil bahwa nilai pertumbuhan ekonomi ASEAN masih mencapai

pertumbuhan yang positif yaitu sekitar 2,0 persen dengan tingkat inflasi

sebesar 1,9 persen. Dampak terparah dialami Thailand dengan proyeksi

pertumbuhan ekonomi yang sebesar -4,8 persen, Singapura sebesar 0,2

persen dan Malaysia sebesar 0,5 persen. Seperti pada proyeksi tahun

sebelumnya, angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Vietnam relatif

lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Kedua negara masih cukup

tinggi pada pertumbuhan di atas 2 persen, walaupun terdampak dari pandemi

Covid-19. Pada tahun 2020, Indonesia diperkirakan akan mencapai

pertumbuhan ekonomi sebesar 2,5 persen dengan inflasi sebesar 3,0 persen,

sedangkan Vietnam lebih tinggi lagi yaitu tumbuh sebesar 4,8 persen dengan

tingkat inflasi di angka 3,3 persen.

4.2.1.3 Menurunnya Posisi Daya Saing Indonesia

Indonesia menurut laporan GCI tahun 2019 mempunyai nilai skor

indeks daya saing sebesar 64,6 atau menurun sebesar 0,3 poin dari tahun

2018 yang sebesar 64,9. Berdasarkan peringkat, Indonesia juga mengalami

penurunan peringkat dari peringkat ke-45 menjadi peringkat ke-50. Di antara

negara ASEAN, Indonesia (50) berhasil menempati peringkat ke-4 setelah

Singapura (1), Malaysia (27), dan Thailand (40). Indonesia berhasil lebih

unggul dari Brunei (56), Filipina (64), Vietnam (67), Kamboja (105) dan Laos

(113).

Indonesia memiliki dua kekuatan utama dalam daya saingnya, yaitu

ukuran pasar yang luas (peringkat 7 dengan skor 82,4) dan stabilitas makro

ekonomi (peringkat 54 dengan skor 90). Selain itu, dinamisme bisnis

(peringkat 29 dengan skor 69,6) dan sistem keuangan yang stabil (peringkat

IV - 21

58 dengan skor 64,0) juga turut andil dalam menjaga indeks daya saing

Indonesia. Sementara itu, empat indikator yang mengalami penurunan di

antaranya terkait dengan sumber daya manusia , seperti adopsi TIK,

kesehatan, kemampuan/keterampilan, dan pasar tenaga kerja. Dalam laporan

WEF itu juga menunjukkan bahwa nilai terendah Indonesia berada di

indikator kemampuan inovasi yang sebesar 37,7 dan berada di peringkat ke-

74.

Selain dari segi regulasi dan kebijakan pemerintah, peningkatan kualitas

SDM perlu terus dilakukan baik dari sisi kesehatan, pendidikan, dan

keterampilan. Peningkatan kualitas SDM juga masih menjadi persoalan

fundamental di Indonesia. Masih rendahnya kualitas SDM di Indonesia, juga

tercermin dari menurunnya tingkat daya saing Indonesia pada indikator-

indikator terkait SDM. Peningkatan daya saing SDM tidak bisa dilakukan

hanya dengan mengandalkan pendidikan formal saja. Untuk itu, pemerintah

melalui kementerian dan lembaga berkomitmen penuh dalam upaya perbaikan

kualitas dan peningkatan daya saing SDM Indonesia.

4.2.1.4 Keterbukaan pasar ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) yang sudah diimplementasikan sejak tahun 2016.

Pemberlakuan MEA sebagai pasar tunggal ASEAN, tetap menjadi sebuah

peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia ke depan. Kebutuhan pasar

tenaga kerja terampil, aliran barang, investasi, dan modal yang lintas batas

negara, menuntut kesiapan negara dan daerah mengantisipasinya secara tepat

dan cepat. Apalagi Indonesia yang memiliki penduduk dengan jumlah terbesar

ketiga dunia, merupakan potensi pasar komoditas utama MEA. Disisi lain,

ketersediaan tenaga kerja produktif, terampil, dan kompeten, seharusnya

menjadi peluang kompetitif, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang

cukup banyak.

4.2.1.5 Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dengan

menembus batas-batas negara

Globalisasi yang terjadi saat ini salah satunya ditandai dengan

kecepatan arus informasi dan ekonomi digital yang tidak dapat dilepaskan

oleh pengaruh besar teknologi. Kemampuan teknologi dalam mengintegrasikan

tradisi perdagangan, dapat mengubah bentuknya menjadi lebih sempurna,

universal, dan spasial temporal (mampu menembus ruang dan waktu).

Bagaimana kemudian teknologi juga mampu menggerakkan arus informasi

dan gagasan tanpa batas, sehingga yang diperlukan adalah kemampuan

Jan 2021 ., ...

22.000

20.000

18.000

16.000

14.000

12.000

10.000

B.000

6.000

4.000

2.000

0

-- KA.SUS TERKONFIRMA.SI

~ Pertc.embang.-n Kasus Teric.onfirTT>asi Positif Covid-19 Per--H•ri

a. - ;r;.------

IV - 22

mentransformasikan teknologi informasi menjadi sebuah aktivitas positif, baik

secara ekonomi, sosial, maupun budaya yang tetap sejalan dengan nilai-nilai

luhur kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu, bagaimana mengantisipasi

dimulainya era industri 4.0 (industri yang mengkombinasikan kecerdasan

buatan, data raksasa, komputasiawan, serba internet dan cetak tiga dimensi)

terutama pada garmen, petrokimia, otomotif, serta industri makanan,

minuman dan lainnya, yang saat ini masih menjadi komoditas industri

unggulan dan bagaimana mengkombinasikan dengan penyerapan dan

penciptaan lapangan kerja baru.

4.2.2 Telaahan Isu/Kebijakan Nasional

4.2.2.1 Pandemi COVID-19

Gambar 4.1 Perkembangan Kasus Positif Covid-19

Sejak awal Tahun 2020, terjadi bencana yang melanda dunia yaitu

penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Virus yang petama kali

ditemukan di Wuhan, China menyebar ke hampir seluruh negara dan pada

awal Maret 2020 terjadi kasus pertama di Indonesia. Sejak kasus pertama

tersebut, virus ini telah dengan cepat menyebar keseluruh provinsi di

Indonesia. Sampai dengan tanggal 22 Maret 2021, tercatat sebanyak

1.465.928 terkonfirmasi positif COVID-19 (penambahan kasus hari

sebelumnya: 5.744 orang) dan dari data tersebut terdapat 128.250 kasus aktif

(8,7%). Jumlah yang sembuh adalah 1.297.967 orang (88,5%) dan meninggal

sebanyak 39.711 orang (2,7%) yang tersebar di 34 provinsi. Jumlah yang

sudah mendapatkan vaksinasi ke-1 berjumlah 5.567.280 orang dan ke-2

berjumlah 2.312.601 orang. Dari gambar terlihat mulai bulan Februari 2021,

perkembangan kasus terkonfirmasi positif covid-19 perhari di Indonesia

cenderung menurun (Sumber: covid19.go.id).

Wama Peta bt!daS.1rbn Zona Rtsiko Ptnyebaran Covill-19 pt1 Ktcamatan

TmAIADA

Keterangan : -0-1)

W'IARJ:'SIJ(OSEDA.\C 1,9-2,4

I W\A RtSIKORE.\lJAH] l.5-3,1)

IV - 23

Gambar 4.2 Peta Penyebaran Covid-19 per Kecematan

Perkembangan covid-19 di Kabupaten Semarang sampai dengan tanggal

22 Maret 2021, kondisi semua wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang

termasuk dalam zona resiko sedang. Terkonfirmasi COVID-19 berjumlah 9.600

orang, dirawat 55 orang, isolasi 221 orang, sembuh 8.966 orang (93,4%) dan

meninggal 368 orang (3,73%). Dari angka tersebut, persentase kesembuhan di

Kabupaten lebih tinggi dibanding secara nasional, namun persentase jumlah

yang meninggal lebih tinggi, sehingga perlu upaya pencegahan dan

penyembuhan lebih baik lagi untuk menurunkan kasus orang meninggal

karena covid-19 di Kabupaten Semarang. (Sumber:

corona.semarangkab.go.id).

Untuk mencegah penyebaran COVID-19, maka dilakukan langkah-

langkah antara lain membatasi interaksi antar manusia. Pembatasan social

(social distancing) dilakukan dalam bentuk pelarangan perjalanan (travel ban),

penutupan sekolah, kantor, dan tempat ibadah. Berbagai langkah ini

menyebabkan aktivitas ekonomi menurun drastis. Aktivitas ekonomi

terganggu dari dua sisi sekaligus, baik dari sisi permintaan (demand) maupun

dari sisi penawaran (supply). Tingkat konsumsi tertekan, tingkat produksi

terkendala, rantai pasokan terganggu. Ketika kondisi ini berlanjut, maka

rambatan dampaknya juga berpotensi mengakibatkan gangguan stabilitas

sistem keuangan. Kondisi ini dialami hampir seluruh wilayah Indonesia yang

terdampak COVID-19, tidak terkecuali Kabupaten Semarang.

~ Mffllpef1uuC ~ lbnami nlikl'mnilllhll'IJMI lltrlwll,tas clan~

Ith Mti ......... Wilayall 1111111 ......... ~ ...... ......... ........, o Mt1iingbtbn Snber Da,ya

ManllSia Jiit Berkilautas .. ~ .. ,.,. Saiftt

• ~ ._... Mmlal ~- .......,._Ke...,_ ......,_. lldrastllt1 ..... ~- Meadlbng l'fflgenlmpn Eunomi daa ~ DIAr

~ Med I n l.ingklllp, 11111 ... Mt1ii"!lbtbl Keal.- Btacau. .. Penbalrlll lkln

1 Mffllpeflullt Slililrtas ~-"-'-IIIISi Pmpnae Pllblik

s I :=111a11 I

Penyederhanaal 4 Birokrasi

z I Pembangunan Inf rastru "111'

1 I PltmllangURIII SOM

B I l'eopl"'-l'wtioUIIMJ1091cni,,, llolclil, ... ltrp,rta,a

9 I s;.; l'1nnbl, o.. ..... ""-lb...,..~

7 I hrllnMpnu; s.,-, .. ~1m,- 5eun1, w.,.

6 I , • ..,....s.. ... iu,..,_, ... """*· S.1WtHlll, ... ,.,....,.

, I :::-llulita"- 2 1

~0--,..l'loti.1,1, ......... a...,.s..,

3 I ::.:-,,.. Ming ...

MISI PRESIDEN ARAHAH PRESIDEN 7 AGOIDA PEMBAHGUKAM

IV - 24

4.2.2.2 Penelaahan RPJMN Tahun 2020-2024

Penelaahan kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam

RPJMN merupakan salah satu identifikasi faktor-faktor eksternal yang

bertujuan untuk mendapatkan butir-butir kebijakan pemerintah terpenting,

yang berhubungan, dan berpengaruh langsung terhadap perencanaan

pembangunan daerah dalam 5 (lima) tahun ke depan. Hasil telaahan pada

dasarnya dimaksudkan sebagai sumber utama bagi identifikasi isu-isu

strategis. Kebijakan yang diidentifikasi dapat berupa peluang atau, sebaliknya,

ancaman bagi daerah selama kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang.

Pembangunan jangka menengah nasional Tahun 2020-2024

dilaksanakan pada periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil

Presiden K.H. Ma’ruf Amin dengan visi “Terwujudnya Indonesia Maju yang

Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Visi tersebut diwujudkan melalui 9 (sembilan) Misi yang dikenal sebagai

Nawacita Kedua. Visi tersebut diterjemahkan kedalam 9 (sembilan) misi dan 7

(tujuh) agenda pembangunan sesuai kerangka pikir pada gambar di bawah.

Sumber: RPJMN Tahun 2020-2024

Gambar 4.3 Misi dan Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2020-2024

Isu nasional yang terkait proyek strategis di Kabupaten Semarang

mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2019 tentang

Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal – Semarang – Salatiga –

IV - 25

Demak – Grobongan, Kawasan Purworejo – Wonosobo – Magelang –

Temanggung, dan Kawasan Brebes – Tegal – Pemalang.

Kabupaten Semarang termasuk dalam Wilayah Pengembangan (WP)

Kedungsepur yang merupakan kawasan untuk peningkatan pembangunan

ekonomi kawasan di Jawa Tengah. Berdasarkan Perpres Nomor 79 Tahun

2019 disebutkan bahwa kebijakan pengembangan Wilayah Kedungsepur di

Kabupaten Semarang adalah Pengembangan sektor pariwisata dan sektor

pertanian.

Adapun Proyek Strategis Nasional di Kabupaten Semarang pada sektor

pariwisata yaitu:

Pengembangan Wana Wisata Penggaron (Interchange Jatengpark),

Kampung Kopi Banaran,

Candi Gedongsongo,

Agrowisata Umbul Sidomukti,

Museum Kereta Api Ambarawa dan

Taman Wisata Rawa Pening.

Sedangkan Proyek Strategis Nasional pada sektor pertanian yaitu

pengembangan peternakan sapi potong.

Proyek Strategis Nasional pembangunan infrastruktur di Kabupaten

Semarang dalam mendukung pengembangan Kawasan Kedungsepur yaitu

pengembangan terminal tipe A Bawen dan pengembangan transportasi Bus

Rapid Transit (BRT), sedangkan pembangunan konektivitas antar wilayah,

yaitu: reaktivasi pembangunan jalur Kereta Api Semarang – Ambarawa-

Magelang-Borobudur dan pembangunan tol Bawen – Yogyakarta.

4.2.3 Telaahan Isu Strategis RPJMD Provinsi Jawa Tengah

Hasil telaah dari gambaran kondisi daerah, serta isu-isu global,

nasional, dan regional, terutama kondisi terkini yang dipengaruhi oleh

pandemi Covid-19 dan perubahan kebijakan nasional, maka diidentifikasi isu

strategis pembangunan daerah Jawa Tengah saat ini sampai dengan tahun

2023 terdapat 7 (tujuh) isu stategis sebagai berikut:

4.2.3.1 Penanggulangan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan isu global yang juga menjadi isu daerah saat ini.

Sejalan dengan amanat SDG’s, kemiskinan di tahun 2030 diupayakan menjadi

nol (zero poverty).

Penduduk Jawa Tengah yang berada di bawah garis kemiskinan sampai

IV - 26

dengan September 2019 sebanyak 3,67 juta jiwa atau 10,58 persen, membaik

dibandingkan bulan September 2018 (11,19 persen). Namun demikian angka

ini masih di atas capaian nasional yaitu sebesar 9,41 persen. Sebaran

penduduk miskin di Jawa Tengah masih didominasi di wilayah pedesaan

sebanyak 2,07 juta jiwa (12,26 persen), sedangkan penduduk miskin

perkotaan sebanyak 1,60 juta jiwa (8,99 persen). Masih tingginya tingkat

kemiskinan di perdesaan khususnya pada kelompok sasaran petani (buruh

petani, petani gurem dan pekerja serabutan), buruh industri kecil, dan

kelompok nelayan (buruh nelayan dan nelayan kecil).

Tahun 2020 Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah meningkat

menjadi 6,48 persen di Bulan Agustus. Angka kemiskinan meningkat menjadi

11,41 persen pada periode Maret 2020, dan diperkirakan menjadi 13,40-12,30

persen pada periode September 2020. Hal ini perlu diantisipasi dalam hal

kaitannya dengan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah

untuk menangani kemungkinan terjadinya peningkatan kemiskinan dan

pengangguran.

4.2.3.2 Peningkatan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia

Keberhasilan pembangunan SDM salah satunya diukur dari nilai IPM.

Tahun 2020 IPM Jawa Tengah mengalami peningkatan menjadi 71,87

dibandingkan tahun 2019 sebesar 71,73. Namun demikian angka ini masih

berada dibawah nasional yaitu sebesar 71,94. Demikian pula dengan capaian

komponen pendidikan yang merupakan salah satu pembentuk IPM yaitu Rata-

Rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS) Jawa Tengah

masih berada di bawah capaian Nasional. Hal yang sama ditunjukkan pada

capaian komponen standar hidup layak yaitu pengeluaran per kapita

disesuaikan di Jawa Tengah masih berada di bawah nasional. Sedangkan

kondisi yang cukup baik ditunjukkan oleh capaian komponen kesehatan yaitu

Umur Harapan Hidup (UHH) Jawa Tengah yang telah melampaui nasional.

Terjadinya pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan pelayanan

kesehatan sehingga mengancam status kesehatan masyarakat. Penularan dan

penyebaran virus Covid-19 tidak hanya menjadi ancaman bagi kelompok

lanjut usia, ibu hamil, dan anak-anak, namun juga menjadi ancaman bagi

kelompok usia produktif. Faktor penyebabnya adalah meningkatnya risiko

penyakit tidak menular penyerta yang bersifat kronis yang menyerang orang

usia produktif.

Pembelajaran dari pandemi Covid-19 adalah bagaimana mendorong

IV - 27

penguatan pembangunan sektor kesehatan dengan penguatan sistem

kesehatan daerah melalui pengendalian penyakit, penguatan ketahanan

kesehatan (health security), penguatan pelayanan kesehatan dasar dan

rujukan, pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan, kemandirian farmasi

dan alat kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta digitalisasi dan

pemberdayaan masyarakat. Pandemi ini diproyeksikan masih akan

berlangsung di tahun 2021, maka pengendalian penyebaran Covid-19 terus

diupayakan dengan tetap menjaga perilaku 3M (memakai masker, mencuci

tangan, dan menjaga jarak), menerapkan pola hidup bersih dan sehat,

mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 secara bertahap serta

meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan.

4.2.3.3 Daya saing ekonomi dan peningkatan kesempatan berusaha

Ekonomi Jawa Tengah dalam konstelasi nasional dalam beberapa tahun

terakhir masih dinilai cukup baik, dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah yang relatif stabil dan berada di atas pertumbuhan ekonomi

nasional. Namun karena terjadinya pandemi Covid-19 perekonomian Jawa

Tengah di tahun 2020 terjadi kontraksi, termasuk pada sektor unggulan

ekonomi Jawa Tengah (industri pengolahan, perdagangan dan jasa), kecuali

sektor pertanian yang masih tumbuh positif di tahun 2020 sampai triwulan 3.

Kondisi perekonomian daerah akan memberikan peluang kesempatan

kerja dan kesempatan berwirausaha yang semakin luas. Akan tetapi persoalan

kualitas calon tenaga kerja dan tenaga kerja menjadi hal penting untuk

diperhatikan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Jawa Tengah

berdampak pada kualitas dan daya saing sumberdaya manusia yang berkaitan

dengan ketenagakerjaan. Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah

dengan dominasi pendidikan sekolah dasar pada usia angkatan kerja, dan

pengangguran terbesar pada pendidikan SMK, diperlukan peningkatan

kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, program link and match antara

dunia pendidikan dengan dunia usaha, penguasaan teknologi dan inovasi,

serta hasil litbang sebagai instrumen peningkatan perekonomian dan daya

saing daerah. Kondisi ini berkaitan juga dengan kualitas dan daya serap

tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja daerah lain. Maka

tantangan ke depan adalah bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang

berkualitas dan mampu bersaing di pasar kerja global.

Namun terjadinya pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 di Indonesia

berdampak pada sektor tenaga kerja. Jumlah kepulangan penduduk migran

IV - 28

Jawa Tengah sebesar 1.124.000 orang. Sesuai dengan hasil survei yang

dilakukan oleh Tim Relawan Melawan Covid-19 (TRMC-19) di Jawa Tengah

diperoleh gambaran kepulangan migran Jawa Tengah 62,57 persen mudik

tidak dengan keluarga dan 43,43 persen mudik bersama keluarga dan

tanggungan; pemudik karena kehilangan pekerjaan sebanyak 53,65 persen,

dan 46,35 persen karena sebab lainnya, diantaranya adalah kegiatan

pendidikan sementara dihentikan. Data dari sisi penghasilan menunjukkan

8,73 persen pemudik memiliki lebih dari 1 (satu) sumber penghasilan,

sedangkan 91,27 persen hanya mempunyai 1 (satu) sumber penghasilan.

Tambahan keterangan lain 42,46 persen pemudik bergantung pada keluarga

yang ditumpangi, sejumlah 7,7 persen pemudik dengan tanggungan keluarga,

sejumlah 89 persen pemudik tidak dapat memastikan sampai kapan akan

tinggal di desa atau kembali ke aktivitas sebelumnya. Kondisi ini yang

diproyeksikan akan meningkatkan tingkat pengangguran terbuka di Jawa

Tengah di atas 6 persen di tahun 2020 (TPT Bulan Agustus 2020 sebesar 6,48

persen).

4.2.3.4 Keberlanjutan Pembangunan Dengan Memperhatikan Daya Dukung

Lingkungan dan Kelestarian Sumber Daya Alam

Isu pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup menjadi isu

yang penting baik secara global maupun nasional khususnya terkait dengan

isu perubahan iklim. Adanya dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim

seperti bencana banjir, longsor dan kekeringan menuntut adanya pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan dan implementasi

konsep pembangunan rendah karbon yang mempertimbangkan pengurangan

emisi gas rumah kaca. Hal ini seiring dengan isu pembangunan berkelanjutan

(Sustainable Development Goals/SDGs) di mana 3 dari 17 tujuannya adalah

berkaitan dengan lingkungan, yaitu penanganan perubahan iklim,

pemeliharaan ekosistem laut dan pemeliharaan ekosistem darat.

Persoalan terkait pengelolaan lingkungan adalah peningkatan jumlah

penduduk yang berdampak pada peningkatan jumlah timbulan sampah yang

belum seimbang dengan peningkatan layanan persampahan baik di perkotaan

maupun perdesaan masih rendah. Selain itu, isu lainnya adalah masih

maraknya kegiatan pertambangan yang belum menerapkan good mining

practice sehingga berpotensi dapat merusak lahan. Sehingga perlu

ditingkatkan pemahaman terkait perijinan oleh masyarakat, dan

pembinaan/pengawasan terhadap kegiatan pertambangan tanpa ijin yang

IV - 29

sejalan dengan meningkatnya kebutuhan material untuk pembangunan

infrastruktur.

Sedangkan dari sisi kesadaran masyarakat terhadap kelestarian

lingkungan hidup juga dirasa masih rendah antara lain ditunjukkan dengan

kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya, pengelohan lahan yang

kurang memperhatikan konservasi tanah dan air, serta kurangnya budaya

hemat energi dan air.

4.2.3.5 Kedaulatan pangan dan Energy

Produksi pertanian akan mempengaruhi pada penyediaan pangan bagi

masyarakat. Perkembangan produksi pertanian di Jawa Tengah saat ini secara

statistik mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat utamanya beras,

bahkan mampu berkontribusi terhadap produksi beras nasional. Namun tidak

demikian dengan produksi pertanian lainnya seperti kedelai dan jagung, yang

masih harus ditingkatkan kedepan. Disisi lain, arus bahan pangan impor

semakin terbuka dan tidak dibarengi dengan kebijakan mekanisme

pengamanan yang kuat dari pemerintah. Menyempitnya lahan pertanian

(LP2B) karena desakan kebutuhan lahan untuk industri dan permukiman,

serta makin menurunnya tenaga kerja di sektor pertanian akan berpotensi

menurunnya persediaan dan produksi pangan.

Isu lain adalah terkait sistem distribusi pangan, dimana pemerintah

harus mampu memfasilitasi kemudahan akses pasar produk-produk pangan

lokal yang sehat, yang terbentuk dalam satu sistem logistik daerah. Hal

tersebut juga harus didukung dengan penyediaan jaringan informasi tepat

guna hingga level desa guna memudahkan akses informasi pasar dan

teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan pertanian lokal.

Selain itu, penting juga untuk penguatan jaringan pergudangan melalui sistem

resi gudang, penguatan kelembagaan koperasi pertanian melalui

pendampingan secara berkelanjutan, dan penyediaan infrastruktur sebagai

sarana distribusi pangan, kesemuanya harus berbasis masyarakat.

Isu lain adalah terkait dengan kedaulatan energi yang menunjukkan

pentingnya ketersediaan energi guna menunjang dinamika pembangunan.

Kebutuhan energi masyarakat yang dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan dan pemakaian energi menunjukkan masih adanya

kecenderungan akan ketergantungan terhadap sumber energi fosil, yang

potensinya semakin lama semakin berkurang. Komposisi pemakaian energi

sampai dengan tahun 2017 berdasarkan Dokumen Rencana Umum Energi

IV - 30

Daerah (RUED) adalah minyak bumi 39,76 persen, gas bumi 13,51 persen,

batubara 37,16 persen, dan energi baru terbarukan (EBT) 9,67 persen. Dalam

dokumen RUED Provinsi Jawa Tengah diharapkan sampai dengan tahun 2050

terjadi peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 28,82

persen, sehingga akan mengurangi ketergantungan pemanfaatan energi fosil.

4.2.3.6 Kesenjangan wilayah

Isu lainnya bukan hanya tentang daya saing ekonomi, namun juga

ekonomi yang berkualitas, inklusif, dan merata. Wilayah Jawa Tengah saat ini

perkembangannya belumlah merata, yang ditunjukkan dengan Indeks

Williamson sebesar 0,62 di tahun 2019. Selain itu masih cukup banyak

kabupaten yang masuk kategori relatif tertinggal dibanding kabupaten/kota

lain di Jawa Tengah. Di samping itu juga terdapat kesenjangan antara wilayah

desa dan kota. Kesenjangan pembangunan antara desa-kota maupun antara

kota-kota perlu ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya urbanisasi,

yang pada gilirannya akan memberikan beban dan masalah sosial di wilayah

perkotaan.

Untuk itu membuka akses antar wilayah menjadi isu penting, terutama

untuk menghubungkan daerah-daerah tertinggal dengan pusat-pusat

pertumbuhan, transportasi kota-desa, pergantian/integrasi antar moda, serta

untuk meningkatkan kemudahan distribusi barang dan jasa. Penyediaan

akses berupa prasarana jalan dan jembatan, dilengkapi dengan transportasi

publik yang memadai (termasuk revitalisasi kereta api), jaringan komunikasi,

dan jaringan energi menjadi penting.

Untuk mendukung perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi

di Jawa Tengah juga diperlukan pengembangan infrastruktur perhubungan

diantaranya meliputi pengembangan pelabuhan di wilayah utara Jawa Tengah,

dan pengembangan pelabuhan di selatan Jawa yang dilengkapi dengan kapal

logistik ke Indonesia Bagian Timur, serta pengembangan bandara sebagai

hub/transit internasional.

4.2.3.7 Tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah

Siklus manajemen pembangunan akan berjalan dengan baik dan

mencapai tujuan yang diinginkan, apabila didukung dengan tata kelola

pemerintahan yang baik, meliputi kualitas dan profesionalisme aparatur,

akuntabilitas kinerja pembangunan, serta pelayanan publik yang prima.

Aparatur sebagai pelayan publik dituntut untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat dengan prima. Keterbukaan dan transparansi informasi

IV - 31

serta komunikasi menjadi penting dalam membangun bentuk pelayanan

publik yang prima. Ruang pengaduan masyarakat harus lebih semakin

terbuka, guna meningkatkan nilai aparatur sebagai pelayan bagi masyarakat.

Selain itu pelayanan perijinan, kemudahan berusaha, pelayanan administrasi

kependudukan, hingga pelayanan pendidikan dan kesehatan juga harus

semakin ditingkatkan. Maka pengembangan teknologi dan inovasi pelayanan

publik menjadi hal cukup penting sebagai instrumen komunikasi antara

pemerintah dan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

publik.

Kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini masih melanda secara global

juga berdampak pada aspek tata kelola pemerintahan. Pandemi ini berdampak

pada perubahan tata kelola, pola dan sistem kerja birokrasi, dimana

diberlakukan pola work from home atau bekerja di rumah bagi sebagian besar

ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pola kerja yang

demikian menuntut optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi sebagai

media komunikasi dalam bekerja (digitalisasi tata kelola). Maka pelayanan

publik secara online, tata naskah dinas elektronik, rapat/pertemuan online,

serta pembelajaran pendidikan dan pelatihan online menjadi hal yang harus

dioptimalkan dalam pola kerja birokrasi di Jawa Tengah dengan tetap

memperhatikan aspek akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi kerja dan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan.

4.2.4 Telaahan Isu/Kebijakan Kabupaten Semarang

4.2.4.1 Penelaahan RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025

Isu – isu strategis dan permasalahan mendesak yang menjadi prioritas

dalam RPJPD Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menciptakan peluang kerja,

perluasan akses pasar dan permodalan dalam rangka menanggulangi

pengangguran dan kemiskinan;

b. Meningkatkan produktivitas usaha dan kualitas produk pertanian,

31ystem31y kecil/rumah tangga serta jasa pariwisata, dalam rangka

meningkatkan daya saing produk 31yste;

c. Meningkatkan investasi swasta melalui optimalisasi pelayanan perijinan,

penyediaan fasilitas usaha, pemanfaatan teknologi informasi dan

perluasan akses permodalan;

IV - 32

d. Membangun sarana dan prasarana pelayanan dasar bagi masyarakat,

terutama fasilitas pendidikan dasar, kesehatan, permukiman dan air

bersih, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

e. Membangun infrastruktur daerah antara lain jalan, jembatan, transportasi,

pasar, pengelolaan limbah dan jaringan irigasi, dalam rangka

meningkatkan perekonomian daerah;

f. Meningkatkan kemandirian daerah dan kualitas pelayanan publik melalui

peningkatan kinerja aparatur, perbaikan 32ystem kelembagaan dan

manajemen pemerintahan, serta menyusun peraturan perundang-

undangan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan;

g. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan melakukan konservasi

sumber daya alam guna pencegahan terjadinya bencana alam, melalui

optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan peningkatan peran

masyarakat;

h. Meningkatkan pemerataan pembangunan di setiap wilayah, untuk

mengurangi kesenjangan akses terhadap pelayanan publik dan hasil

pembangunan sebagai akibat adanya perbedaan kondisi sumber daya

alam, terbatasnya infrastruktur wilayah dan terkonsentrasinya investasi

swasta pada wilayah tertentu;

i. Meningkatkan peran serta masyarakat yang berperspektif gender dalam

proses pembangunan.

4.2.4.2 Penelaahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terkait

RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026

Berdasarkan capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di

Kabupaten Semarang, maka dapat dirumuskan beberapa isu strategis TPB

berdasarkan indikator yang telah dilaksanakan tetapi belum mencapai target

nasional, indikator yang terdapat datanya tetapi belum menjadi indikator

dalam RPJMD dan belum tercapai dan indikator yang belum memiliki data,

rumusan isu strategis berdasarkan capaian TPB yang dibagi dalam empat pilar

yaitu sosial, ekonomi, lingkungan serta hukum dan tata kelola kelembagaan

sebagai berikut:

A. Identifikasi Isu Strategis Pilar Sosial

Pilar sosial mencakup lima tujuan pada pembangunan berkelanjutan,

yaitu Tujuan 1 mengakhiri segala bentuk kemiskinan; Tujuan 2

menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik

serta meningkatkan pertanian berkelanjutan; Tujuan 3 menjamin kehidupan

IV - 33

yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia;

Tujuan 4 menjamin pendidikan yang inklusif dan merata serta

mempromosikan belajar sepanjang hayat; dan Tujuan 5 mencapai

kesejahteraan gender dan memberdayakan kaum perempuan. Dari berbagai

indikator yang telah ditetapkan, terdapat indikator yang masih belum

terpenuhi maupun belum menjadi indikator dalam RPJMD. Dikaitkan dengan

kondisi lingkungan hidup, maka yang termasuk dalam pilar ini antara lain

kondisi daya dukung pangan yang terkait dengan lahan kawasan pertanian

serta tingkat kerentanan dan adaptasi perubahan iklim. Berikut adalah

rumusan isu strategis TPB pilar sosial di Kabupaten Semarang.

Tabel 4.1 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Sosial

TPB Pilar Sosial

Isu Strategis dari Target TPB belum

tercapai, belum menjadi target,

belum ada data

Isu Strategis terkait Kondisi

LH dan Finansial

Tujuan 1

Mengakhiri segala

bentuk

kemiskinan di

mana pun

a. Masih rendahnya proporsi

masyarakat miskin mendapat

jaminan kesehatan melalui SJSN.

b. Rendahnya persentase PMKS yang

memperoleh bantuan sosial

c. Rendahnya akses rumah tangga

terhadap pelayanan air minum layak

dan berkelanjutan.

d. Belum tercapainya Angka Partisipasi

Murni (APM) SMP.

e. Rendahnya ketahanan masyarakat

miskin terhadap guncangan ekonomi,

sosial, lingkungan dan bencana.

f. Minimnya jumlah desa tangguh

bencana serta pendampingan

psikososial terhadap korban bencana

masih belum terpenuhi.

g. Belum adanya pendidikan khusus

pada wilayah yang rawan bencana.

h. Tingginya indeks risiko bencana pada

pusat pertumbuhan dan kerugian

ekonomi akibat bencana.

i. Masih rendahnya sumber daya

alokasi oleh pemerintah secara

langsung untuk program

pengurangan kemiskinan, kesehatan

dan pendidikan

Peningkatan kerentanan

adaptasi perubahan iklim

pada 145 desa berada pada

kategori cukup rentan dan 1

pada kategori rentan.

Peningkatan risiko bencana

alam banjir, kekeringan,

cuaca ekstrem dan longsor

Daya dukung air terlampaui

yaitu 0,99 atau defisit air

permukaan sebesar 8 juta

m3/tahun. Defisit tersebut

mengancam pertanian lahan

basah dan kekeringan pada

masyarakat.

Sebagian besar jasa

ekosistem penyediaan air

dalam kelas rendah

(52,66%)

Indeks kualitas air dalam

kondisi sangat kurang (di

bawah 50) dengan tingginya

fecal koliform yang berasal

dari limbah kotoran

makhluk hidup

Tujuan 2

menghilangkan

kelaparan,

pencapaian

ketahanan pangan

dan gizi yang

baik, serta

meningkatkan

pertanian

berkelanjutan

a. Masih tingginya proporsi penduduk

dengan asupan kalori minimum di

bawah 1400 kkal/kapita/hari.

b. Masih tingginya jumlah penduduk

dengan kerawanan pangan sedang

atau berat.

c. Stunting dan malnutrisi pada anak di

bawah umur lima tahun masih tinggi.

Penurunan lahan pertanian

untuk kebutuhan

permukiman dan industri

baik pada lahan irigasi

maupun tadah hujan

mengancam penurunan

produksi pangan pokok dan

daya dukung pangan

Daya dukung pangan pokok

dan hayati mendekati nilai 1

IV - 34

TPB Pilar Sosial

Isu Strategis dari Target TPB belum

tercapai, belum menjadi target,

belum ada data

Isu Strategis terkait Kondisi

LH dan Finansial

atau hampir terlampaui

Sebagian besar jasa

ekosistem penyediaan

pangan dalam kelas rendah

(39,99%)

Pengelolaan pertanian yang

belum ramah lingkungan

meningkatkan emisi GRK

sektor pertanian dan

kontributor pencemaran air

Tujuan 3

menjamin

kehidupan yang

sehat dan

meningkatkan

kesejahteraan

seluruh penduduk

semua usia

a. Masih tingginya penduduk dengan

asupan kalori di bawah tingkat

konsumsi minimum

b. Adanya penyebaran penyakit HIV.

c. Perlunya menurunkan kematian dini

akibat penyakit tidak menular akibat

merokok, tekanan darah tinggi,

obesitas, bunuh diri dan keracunan.

d. Perlunya Puskesmas yang

menyelenggarakan upaya kesehatan

jiwa.

e. Perlunya pencegahan dan pengobatan

akibat penyalahgunaan narkoba dan

alkohol.

f. Masih tingginya angka ASFR dan

TFR.

g. Belum seluruh masyarakat tercakup

asuransi kesehatan atau sistem

kesehatan masyarakat.

h. Terdapat penduduk usia di bawah 15

tahun yang merokok.

-

Tujuan 4

menjamin kualitas

pendidikan yang

inklusif dan

merata serta

meningkatkan

kesempatan

belajar sepanjang

hayat untuk

semua

a. Perlunya pendataan status akreditasi

SD/MI dan SMP/MTs dengan minimal

B

b. Masih rendahnya Angka Partisipasi

Kasar (APK) PAUD, SD.

c. Belum tercapainya rata-rata lama

sekolah untuk penduduk usia >15

tahun.

d. Perlunya meningkatkan kompetensi

ketrampilan teknik, kejuruan,

kewirausahaan bagi tenaga kerja.

e. Rendahnya fasilitas pendidikan yang

ramah anak dan penyandang cacat.

-

Tujuan 5

mencapai

kesetaraan gender

dan

memberdayakan

kaum perempuan

a. Perlunya pendataan dan

pengembangan kebijakan yang

responsif gender dan mendukung

pemberdayaan perempuan

b. Perlunya meningkatkan proporsi

perempuan di posisi manajerial

(Pejabat Eselon)

c. Cakupan PUS yang tidak terpenuhi

untuk KB

-

IV - 35

TPB Pilar Sosial

Isu Strategis dari Target TPB belum

tercapai, belum menjadi target,

belum ada data

Isu Strategis terkait Kondisi

LH dan Finansial

d. Masih rendahnya penggunaan

kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020

B. Identifikasi Isu Strategis Pilar Ekonomi

Pilar ekonomi mencakup lima tujuan pada pembangunan berkelanjutan,

yaitu Tujuan 7 menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan

dan modern untuk semua; Tujuan 8 meningkatkan pertumbuhan ekonomi

yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan

menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua; Tujuan 9 membangun

infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan

serta mendorong inovasi; Tujuan 10 mengurangi kesenjangan intra dan antar

negara; dan Tujuan 17 menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi

kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Sedangkan terkait

dengan lingkungan hidup dengan pilar ekonomi TPB adalah produksi emisi

Gas Rumah Kaca dari sektor industri baik mineral maupun pengolahan di

Kabupaten Semarang. Berikut adalah rumusan isu strategis TPB pilar

ekonomi di Kabupaten Semarang.

Tabel 4.2 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Ekonomi TPB Pilar Ekonomi Isu Strategis dari Target TPB belum

tercapai, belum menjadi target, belum ada

data

Isu Strategis terkait

Kondisi LH dan

Finansial

Tujuan 7 menjamin

akses energi yang

terjangkau, andal,

berkelanjutan, dan

modern untuk

semua

Perlunya meningkatkan kontribusi bauran

energi terbarukan

Emisi GRK tertinggi

dari penggunaan

energi yaitu listrik dan

transportasi

Tujuan 8

meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi yang

inklusif dan

berkelanjutan,

kesempatan kerja

yang produktif dan

menyeluruh, serta

pekerjaan yang

a. Perlunya meningkatkan laju pertumbuhan

dan nilai PDRB per kapita dan per tenaga

kerja

b. Masih rendahnya persentase tenaga kerja

informal sektor non-pertanian dan sektor

pertanian.

c. Masih rendahnya persentase tenaga kerja

formal.

d. Perlunya meningkatkan akses UMKM ke

layanan keuangan untuk menaikkan

Kondisi dan prospek

perekonomian belum

optimal berkembang

(share dan growth PAD

masih rendah)

IV - 36

TPB Pilar Ekonomi Isu Strategis dari Target TPB belum

tercapai, belum menjadi target, belum ada

data

Isu Strategis terkait

Kondisi LH dan

Finansial

layak untuk semua proporsi kredit UMKM

e. Perlunya meningkatkan upah rata-rata per

jam pekerja.

f. Masih adanya pengangguran terbuka.

g. Perlunya meningkatkan jumlah pekerja

pada industri pariwisata.

h. Perlunya meningkatkan akses layanan

keuangan melalui penyediaan kantor bank,

ATM dan lembaga keuangan lain.

i. Perlu meningkatkan usia muda (15-24)

tahun yang sedang tidak sekolah, bekerja

atau mengikuti pelatihan

j. Perlu meningkatkan jumlah kunjungan

wisata

Tujuan 9

membangun

infrastuktur yang

Tangguh,

meningkatkan

industri inklusif

dan berkelanjutan

serta mendorong

inovasi

a. Perlunya meningkatkan proporsi tenaga

kerja pada sektor industri manufaktur.

b. Perlunya meningkatkan nilai tambah

industri kecil terhadap total nilai tambah

industri.

c. Perlunya meningkatkan industri kecil

dengan pinjaman/kredit.

d. Rendahnya proporsi anggaran riset

pemerintah terhadap PDB.

Emisi GRK sektor

industri pengolahan

dari kegiatan proses

produksi dan

penggunaan energi

Tujuan 10

mengurangi

kesenjangan intra

dan antarnegara

a. Perlunya meningkatkan desa mandiri dan

menurunkan desa tertinggal.

b. Perlunya menjamin kesempatan yang sama

dan mengurangi diskriminasi melalui indeks

kebebasan sipil dan pengembangan

kebijakan yang tidak diskriminatif

c. Masih rendahnya ke pesertaan program

jaminan sosial bidang ketenagakerjaan.

-

Tujuan 17

menguatkan sarana

pelaksanaan dan

merevitalisasi

kemitraan global

untuk

pembangunan

berkelanjutan

a. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB

belum tercapai.

b. Belum terdapat jumlah proyek yang

ditawarkan untuk dilaksanakan dengan

skema Kerjasama Pemerintah dan Badan

Usaha (KPBU).

c. Perlu meningkatkan persentase konsumen

Badan Pusat Statistik (BPS) yang merasa

puas dengan kualitas dan statistik

Kontribusi pajak

masih sangat rendah

terhadap PDRB yaitu

di bawah 1%

Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020

C. Identifikasi Isu Strategis Pilar Lingkungan

Pilar lingkungan mencakup lima tujuan pada pembangunan

berkelanjutan, yaitu Tujuan 6 menjamin ketersediaan serta pengelolaan air

bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua; Tujuan 11 menjadikan

IV - 37

kota dan permukiman yang inklusif, aman tangguh dan berkelanjutan; Tujuan

12 menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan; Tujuan 13

mengatasi langkah segera untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya;

dan Tujuan 15 pelestarian dan pemanfataan berkelanjutan ekosistem daratan.

Kondisi lingkungan hidup dilihat dari daya dukung sampai dengan

keanekaragaman hayati menjadi bagian dari rumusan isu strategis TPB pilar

lingkungan di Kabupaten Semarang.

Tabel 4.3 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Lingkungan

TPB Pilar

Lingkungan

Isu Strategis dari Target TPB

belum tercapai, belum menjadi

target, belum ada data

Isu Strategis terkait Kondisi LH

dan Finansial

Tujuan 6 menjamin

ketersediaan serta

pengelolaan air

bersih dan sanitasi

yang berkelanjutan

untuk semua

a. Akses untuk seluruh rumah

tangga baik perkotaan dan

perdesaan terhadap layanan air

minum layak belum tercapai.

b. Kapasitas prasarana air baku

untuk melayani rumah tangga,

perkotaan dan industri masih

rendah

c. Masih rendahnya fasilitas

infrastruktur layanan air

limbah sistem terpusat.

d. Belum adanya fasilitas IPLT.

e. Rendahnya rumah tangga yang

terlayani sistem pengelolaan

lumpur tinja.

f. Masih rendahnya indeks

kualitas air sebagai sumber air

baku.

g. Belum adanya insentif untuk

penghematan air pertanian dan

industri.

h. Rendahnya jumlah jaringan

informasi sumber daya air.

i. Rendahnya jumlah sungai yang

memiliki partisipasi

masyarakat.

Daya dukung air terlampaui

yaitu 0,99 atau defisit air

permukaan sebesar 8 juta

m3/tahun. Defisit tersebut

mengancam pertanian lahan

basah dan kekeringan pada

masyarakat.

Pemanfaatan air permukaan

untuk wilayah di luar

Kabupaten Semarang

Pemenuhan air banyak

menggunakan Air Bawah Tanah

baik untuk industri maupun

permukiman yang mengancam

penurunan tanah

Sebagian besar jasa ekosistem

penyediaan air dalam kelas

rendah (52,66%) dan

kemampuan pemurnian air juga

dalam kelas rendah mencapai

38,96%

Indeks kualitas air dalam

kondisi sangat kurang (di

bawah 50) dengan tingginya

fecal koliform yang berasal dari

limbah kotoran makhluk hidup

Sebagian besar sungai masuk

kategori kelas II. Sebagian besar

sungai yang melebih baku mutu

dengan kadar detergen, BOD

dan COD yang tinggi

Emisi GRK yang dihasilkan dari

limbah cair domestik mencapai

125 ribu ton CO2e dan tren nya

terus meningkat

Degradasi lingkungan danau

rawa pening yang mengancam

fungsi sebagai penyedia air

baku, pengendali banjir dan

sumber pembangkit listrik

IV - 38

TPB Pilar

Lingkungan

Isu Strategis dari Target TPB

belum tercapai, belum menjadi

target, belum ada data

Isu Strategis terkait Kondisi LH

dan Finansial

tenaga air

Tujuan 11

menjadikan kota dan

permukiman

inklusif, aman,

tangguh, dan

berkelanjutan

a. Perlunya menurunkan Indeks

risiko Bencana daerah.

b. Rendahnya penanganan

sampah perkotaan.

Peningkatan risiko bencana

alam banjir, kekeringan dan

longsor

Peningkatan kerentanan

adaptasi perubahan iklim pada

145 desa berada pada kategori

cukup rentan dan 1 pada

kategori rentan

Kapasitas TPA terbatas dan

sampah hanya terlayani 21%

Usia TPA Blondo akan habis

sehingga perlu pengembangan

TPA baru

Emisi GRK dari pembuangan

limbah padat mencapai 103

ribu ton CO2e dan tren nya

terus meningkat

Tujuan 12 menjamin

pola produksi dan

konsumsi yang

berkelanjutan

a. Masih rendahnya sampah yang

di daur ulang.

b. Rendahnya jumlah perusahaan

yang menerapkan sertifikasi

SNI ISO 14001.

c. Belum terdapat produk ramah

lingkungan yang teregister.

d. Belum terdapat fasilitas publik

sesuai standar pelayanan dan

teregister.

Kapasitas TPA terbatas dan

sampah hanya terlayani 21%

Emisi GRK dari pembuangan

limbah padat mencapai 103

ribu ton CO2e dan tren nya

terus meningkat

Tujuan 13

mengambil tindakan

cepat untuk

mengatasi

perubahan iklim dan

dampaknya

Masih adanya korban meninggal,

hilang dan terkena dampak

bencana.

Peningkatan kerentanan

adaptasi perubahan iklim pada

145 desa pada kategori cukup

rentan dan 1 desa dalam

kategori rentan.

Peningkatan risiko bencana

alam banjir, kekeringan, cuaca

ekstrem, dan longsor

Tujuan 15

melindungi,

merestorasi, dan

meningkatkan

pemanfataan

berkelanjutan

ekosistem daratan,

mengelola hutan

secara lestari,

menghentikan

penggurunan,

memulihkan

degradasi lahan,

a. Rehabilitasi hutan dan lahan

kritis

b. Kerangka legislasi administrasi

dan kebijakan untuk

memastikan pembagian

keuntungan yang adil dan

merata

Sebagian besar jasa ekosistem

pendukung biodiversity dalam

kelas rendah yaitu mencapai

45,39%

Penurunan lahan pertanian

untuk kebutuhan permukiman

dan industri baik pada lahan

irigasi maupun tadah hujan

mengancam penurunan

produksi pangan pokok dan

daya dukung pangan

IV - 39

TPB Pilar

Lingkungan

Isu Strategis dari Target TPB

belum tercapai, belum menjadi

target, belum ada data

Isu Strategis terkait Kondisi LH

dan Finansial

serta menghentikan

kehilangan

keanekaragaman

hayati

Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020

D. Identifikasi Isu Strategis Pilar Hukum dan Tata Kelola

Pilar hukum dan tata kelola kelembagaan ini hanya mencakup satu

tujuan yaitu tujuan 16 yaitu perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang

kokoh. Khusus pilar hukum dan tata kelola ini tidak memiliki atau tidak

terkait langsung dengan isu strategis yang dihasilkan dari kondisi lingkungan

hidup di Kabupaten Semarang. Berikut adalah rumusan isu strategis TPB

pilar hukum dan tata kelola di Kabupaten Semarang.

Tabel 4.4 Isu Pembangunan Berkelanjutan Pilar Hukum dan Tata Kelola Kelembagaan

TPB Pilar Hukum dan

Tata Kelola

Kelembagaan

Isu Strategis dari Target TPB belum

tercapai, belum menjadi target, belum ada

data

Isu Strategis

terkait Kondisi LH

dan Finansial

Tujuan 16

menguatkan

masyarakat yang

inklusif dan damai

untuk pembangunan

berkelanjutan,

menyediakan akses

keadilan untuk

semua, dan

membangun

kelembagaan yang

efektif, akuntabel,

dan inklusif di semua

tingkatan

a. Perlunya menurunkan angka

kriminalitas

b. Perlunya menurunkan proporsi anak

umur 1-17 tahun yang mengalami

hukuman fisik dari pengasuh.

c. Perlunya mengidentifikasi dan

menurunkan korupsi melalui Indeks

Perilaku Anti Korupsi.

d. Perlunya meningkatkan indeks reformasi

birokrasi.

e. Perlunya meningkatkan kepatuhan

pelaksanaan UU pelayanan publik.

f. Perlunya meningkatkan jumlah sertifikat

pejabat pengelola informasi dan

dokumentasi (PPID) untuk meningkatkan

kualitas PPID dalam menjalankan tugas

dan fungsinya.

g. Perlunya penyusunan kebijakan yang

tidak diskriminatif menurut hukum dan

HAM.

-

Sumber : Analisis POKJA KLHS, 2020

4.2.4.3 Penelaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-

2031

Dari serangkaian kegiatan evaluasi dalam pelaksanaan peninjauan

IV - 40

kembali Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031,

dilakukan penilaian terhadap:

1. Kualitas RTRW

Berdasarkan hasil evaluasi yang meliputi aspek kelengkapan,

kedalaman, kesesuaian dengan karakteristik daerah, serta kesesuaian dengan

dinamika pembangunan, nilai RTRW Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031

sebesar 87,61 %, yang artinya RTRW Kabupaten Semarang memiliki kualitas

yang baik.

2. Evaluasi Kesahihan

Mendasarkan bahwa 5 dari 23 UU berubah; 8 UU baru belum masuk; 6

dari 23 PP mengalami perubahan; 7 PP baru belum masuk; 1 Permendagri

belum masuk; 1 dari 5 Perda mengalami perubahan; serta 1 Perda belum

masuk, sehingga nilai kesahihan RTRW Kabupaten Semarang Tahun 2011-

2031 sebesar 43,13 %, yang berarti kesahihan RTRW Kabupaten Semarang

tergolong rendah.

3. Evaluasi terhadap kesesuaian pemanfaatan ruang

Berdasarkan hasil interpretasi peta antara rencana pola ruang dan

kondisi eksisting di lapangan, serta perwujudan rencana, terdapat beberapa

simpangan, meskipun masih relatif kecil, sehingga nilai simpangan

pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031 sebesar

3,48 %.

Pada saat penyusunan peta rencana pola ruang Perda No. 6 Tahun 2011

terjadi ketidaktepatan plotting kawasan dikarenakan penggunaan peta dasar

yang tidak update. Beberapa ketidaktepatan plotting tersebut antara lain:

a) Adanya Kekosongan Peruntukan Kawasan

Terdapat kekosongan peruntukan kawasan, yang terletak berdekatan

dengan perbatasan antara Kabupaten Semarang dengan Kota Salatiga

yaitu di Desa Gedangan dan Desa Jombor Kecamatan Tuntang dimana

sertifikat atas lokasi tersebut diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Semarang, tetapi dalam Peta Rencana Pola Ruang tidak masuk

dalam wilayah Kabupaten Semarang, sehingga menyulitkan pemilik lahan

dalam proses pemanfaatan ruang.

b) Plotting Peta Rencana Pola Ruang Tidak Memperhatikan Kondisi Eksisting

Kantor Kecamatan dan sekitarnya yang merupakan pusat pelayanan di

dalam peta rencana pola ruang diplot sebagai kawasan pertanian

sehingga menyulitkan dalam pengembangan wilayah (contoh di Kantor

IV - 41

Kecamatan Ungaran Barat).

Beberapa wilayah yang eksistingnya merupakan kawasan permukiman

yang telah lama ada namun pada peta rencana pola ruang merupakan

kawasan peruntukan pertanian, misalnya: Desa Samban Kecamatan

Bawen, Desa Pabelan Kecamatan Pabelan dan Kelurahan Bawen

Kecamatan Bawen.

Perusahaan yang telah lama berdiri di Kelurahan Gedanganak,

Kecamatan Ungaran Timur pada peta rencana pola ruang diplot sebagai

kawasan permukiman perkotaan padahal seharusnya diplot sebagai

kawasan peruntukan industri (contoh: lokasi PT Polyplas / Polygroup).

Sesuai dengan Perda nomor 4 Tahun 2002 tentang RTRW Kabupaten

Semarang bahwa kawasan tersebut telah diplot sebagai kawasan

peruntukan industri.

Lokasi yang sudah berdiri SMKN sejak 2009 di Desa Jatirunggo

kecamatan Pringapus diplot sebagai kawasan peruntukan pertanian

tanaman pangan yang seharusnya diplot sebagai kawasan permukiman.

c) Plotting Peta Rencana Pola Ruang Tidak Memperhatikan Status Hak Atas

Tanah dan Izin yang Sudah Terbit

Pada kawasan industri terdapat lahan/tanah bengkok, sehingga

menghambat pemanfaatan ruang karena proses alih fungsi lahan harus

ada izin sampai ke Kementerian, misalnya: Tanah milik PT Bitratex di

Kecamatan Tengaran dan Lokasi PT Pinako di Kecamatan Pringapus.

Beberapa lokasi kegiatan usaha yang sudah memiliki izin, atau sudah

berstatus HGB/HGU tetapi diplot tidak sesuai dengan izin pemanfaatan

ruangnya.

i. Lokasi berdirinya RS Ken Saras yang sudah terbit izinnya pada

tahun 2008 yang berada di kecamatan Bergas pada peta rencana

pola ruang diplot sebagai kawasan peruntukan pertanian tanaman

pangan yang seharusnya diplot sebagai kawasan permukiman

perkotaan.

ii. Lahan yang sudah berstatus HGB (Industri Pengeringan dan

Pengolahan Tembakau) yang terdapat di Desa Wringin Putih,

Kecamatan Bergas diplot sebagai kawasan peruntukan pertanian

tanaman pangan dan perkebunan yang seharusnya diplot sebagai

kawasan peruntukan industri (PT Kossy Boga, PT Summa Sentosa,

PT Damai Sentosa, dan PT Bangun Jaya Sempurna).

IV - 42

iii. Lahan yang sudah berstatus HGU (Peternakan Ayam) yang berada di

Desa Kesongo Kecamatan Tuntang (PT Sri Sarwa Adhimulya) pada

peta rencana pola ruang diplot sebagai permukiman yang

seharusnya diplot sebagai kawasan perkebunan/pertanian

hortikultura.

iv. Lahan yang sudah berstatus HGB milik PT Pasifik Oriental Masindo

untuk Industri tahun 2005 yang berada di Desa Klepu Kecamatan

Pringapus pada peta rencana pola ruang diplot sebagai kawasan

pertanian tanaman pangan yang seharusnya diplot sebagai kawasan

peruntukan industri

Untuk lebih jelasnya, hasil penilaian terhadap kegiatan evaluasi

dalam pelaksanaan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Semarang

dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.5 Tingkat Kualitas RTRW, Kesahihan RTRW dan

Permasalahan Pemanfaatan Ruang

No. Obyek Variabel Nilai

Kesesuaian

Nilai

Ketidak sesuaian

Ket.

1. Kualitas RTRW a. Kelengkapan muatan RTRW 36,44 % 3,56 % Lengkap

b. Kedalaman pengaturan muatan RTRW

17,76 % 2,24 % Sesuai

c. Kesesuaian antara muatan RTRW

dan karakteristik daerah

18,14 % 1,86 % Sesuai

d. Kesesuaian antara RTRW dan

dinamika pembangunan yang

berkembang

15,27 % 4,73 % Kurang

Sesuai

Jumlah 87,61 % 12,39 %

2. Kesahihan

RTRW

Kesesuaian dengan peraturan terkait 43,13 % 56,87 % Rendah

3. Simpangan

Pemanfaatan

Ruang

Kesesuaian antara perda tentang

RTRW dan pemanfaatan ruang di

lapangan

a. Sesuai (S) 96,51 %

b. TidakSesuai (TS) 3,48 % 3,48 % Kecil

Total 72,74 %

Rata-Rata 24,25 %

4. Dinamika Pembangunan Eksternal

Sejak berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun

2011-2031, telah terjadi perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor

eksternal dari luar wilayah Kabupaten Semarang. Faktor eksternal yang

mempengaruhi antara lain sebagai berikut.

1. Rencana Pengembangan Kereta Api Komuter di Kabupaten Semarang

(jalur Ambarawa – Magelang) dan rencana Penngembangan Terminal

IV - 43

Tipe A Bawen yang telah diakomodir dalam Pergub Nomor 80 Tahun

2013 tentang Sistem Transportasi, yang berpengaruh pada rencana

struktur ruang khususnya pada sistem jaringan prasarana wilayah

2. Pembangunan Jaringan Air Baku Semarsalat Kabupaten Semarang-

Salatiga (dalam RPJMN 2015), yang berpengaruh pada rencana

struktur ruang khususnya pada sistem jaringan prasarana pengelolaan

lingkungan

3. Rencana pembangunan Bendungan Jragung di Kecamatan Pringapus

yang merupakan salah satu program Nawacita di Provinsi Jawa

Tengah, yang berpengaruh pada rencana struktur ruang khususnya

pada sistem jaringan prasarana sumber daya air

4. Rencana pembangunan exit tol di Kecamatan Pabelan serta interchange

tol di kawasan rencana Jateng Park, yang mempengaruhi peta struktur

dan pola ruang.

5. Rencana pembangunan Jateng Park di Hutan Wisata Penggaron yang

menggunakan lahan hutan produksi, yang akan berpengaruh pada

peraturan zonasi di kawasan hutan produksi.

6. Adanya pergeseran trase jalan tol dari rencana semula yang

mempengaruhi pola ruang, salah satu contoh terjadi pada outlet tol di

Bawen

5. Dinamika Pembangunan Internal

Dinamika internal merupakan perkembangan pembangunan di daerah

yang dapat mempengaruhi atau ditanggapi perkembangannya oleh RTRW

Kabupaten Semarang. Kajian dinamika internal ini hasil dari kajian

kondisi lingkungan strategis dan dinamika pembangunan serta

penjaringan informasi dari stakeholder utamanya dari SKPD dan beberapa

Kecamatan di Kabupaten Semarang. Dari hasil kajian tersebut didapat

beberapa dinamika internal di Kabupaten Semarang yang akan menjadi

salah satu unsur penilaian kinerja RTRW Kabupaten Semarang dalam

mencakup kebutuhan pembangunan dalam lima tahun terakhir.

Berdasarkan hasil analisis dan FGD, maka beberapa inventarisasi

perubahan secara garis besar diantaranya sebagai berikut:

1. Rencana Pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Semarang, yang

berakibat akan mempengaruhi sistem pusat pelayanan (struktur ruang)

di Kabupaten Semarang;

IV - 44

2. Rencana Pengembangan Kepariwisataan, terutama rencana

Pembangunan Kawasan Bawen Raya Networking (BARANET), yang

didalamnya terdapat inlet outlet jalan tol dan persimpangan jalan

arteri, sehingga posisinya sangat strategis secara ekonomi yang

berpengaruh pada rencana pola ruang;

3. Adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian sesuai

dengan pemanfaatan pola ruang RTRW Kabupaten Semarang;

4. Rencana Pengembangan sub terminal di kawasan perbatasan yang

berpengaruh pada rencana struktur ruang khususnya pada sistem

jaringan prasarana wilayah;

5. Kebutuhan ruang untuk kegiatan industri, perdagangan, jasa,

permukiman, pariwisata, rekreasi dan olahraga di Kabupaten

Semarang yang semakin pesat, yang berpengaruh pada rencana pola

ruang khususnya pada kawasan lindung dan kawasan budidaya;

6. Belum jelasnya lokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di

wilayah Kabupaten Semarang;

7. Perkembangan kegiatan penambangan tanah urug di Kabupaten

Semarang yang dikhawatirkan akan menimbulkan degradasi

lingkungan;

8. Adanya perubahan status beberapa jalan di Kabupaten Semarang

berdasarkan:

- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.

248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan

Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri (JAP) Dan

Jalan Kolektor-1 (JKP-1);

- Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 620/2/2016 tentang

Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi Jawa Tengah;

- Review Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) dan Dokumen Rencana

Induk Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan di Kabupaten Semarang

Tahun 2015

- Keputusan Bupati Semarang Nomor 030/0760/2012 tentang

Penetapan Status Jalan Kabupaten.

IV - 45

4.2.5 Penetapan Isu Strategis Kabupaten Semarang

Isu-Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya

yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar,

mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan

pemerintahan daerah dimasa datang.

Isu strategis disusun berdasarkan dari berbagai sumber, yaitu: (1)

Permasalahan pembangunan Kabupaten Semarang; (2) Isu

global/internasional; (3) Isu/Kebijakan Nasional; (4) Kebijakan Pembangunan

(RPJMD) Provinsi Jawa Tengah 2018-2023; (5) Kebijakan Pembangunan

Kabupaten Semarang berupa RPJPD dan RTRW Kabupaten Semarang; dan (6)

KLHS RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026. Kemudian dari

sumber-sumber tersebut diangkat untuk menjadi isu strategis pembangunan

jangka menengah Kabupaten Semarang apabila memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Memiliki pengaruh besar terhadap tercapainya sasaran pembangunan

nasional mapun daerah

2. Menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah

3. Kemungkinan untuk dilaksanakan

4. Prioritas janji politik kepala daerah

Berdasarkan kajian dari sumber-sumber tersebut maka ditetapkan isu

strategis pembangunan jangka menengah Kabupaten Semarang Tahun 2021-

2026 adalah sebagai berikut:

4.2.5.1 Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia

Tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Semarang berjumlah

1.053.094 jiwa (2,88% jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah). Peningkatan

kualitas manusia menjadi hal penting agar masyarakat Kabupaten Semarang

mampu bersaing secara nasional maupun global. Keberhasilan pembangunan

SDM salah satunya diukur dari nilai IPM. Tahun 2020, nilai IPM Kabupaten

Semarang 74,10 (peringkat 12 Jawa Tengah) mengalami penurunan

dibandingkan Tahun 2019 74,14 (peringkat 11 Jawa Tengah). Meskipun

capaian nilai IPM Tahun 2020 ini masih di atas Provinsi Jawa Tengah 71,87

dan Nasional 71,94. Namun bila dibandingkan dengan nilai IPM Kota

Semarang 83,05 dan Kota Salatiga 83,12 perbedaan capaian nilai IPM yang

cukup tinggi.

Perbedaan cukup tinggi terletak pada capaian Harapan Lama Sekolah

IV - 46

(HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang merupakan aspek pendidikan

dari pembentuk nilai IPM. Dimana HLS Kabupaten Semarang 12,97, Kota

Semarang 15,52 dan Kota Salatiga 15,41, artinya anak usia 7 tahun ke atas di

Kabupaten Semarang berpeluang bersekolah hanya lulus SMA atau D1,

sedangkan untuk Kota Semarang dan Salatiga sudah lulus D3 atau Sarjana.

Sedangkan untuk RLS Kabupaten Semarang 8,02, Kota Semarang 10,53 dan

Kota Salatiga 10,42. Angka tersebut menunjukkan bahwa rata-rata penduduk

usia 25 tahun di Kabupaten Semarang hanya bersekolah sampai dengan SMP

kelas II atau kelas VIII, sedangkan untuk Kota Semarang dan Salatiga

bersekolah sampai SMA kelas II. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa

sektor pendidikan menjadi sektor yang sangat penting untuk diperhatikan oleh

Pemerintah Kabupaten Semarang, dimana setiap penduduk usia sekolah

memiliki hak untuk memperoleh layanan pendidikan dasar yang berkualitas

serta mampu mengakses pendidikan pada jenjang pendidikan menengah dan

tinggi; pendidikan budaya dan karakter; serta pemerataan layanan pendidikan

baik dari sisi ketersediaan sekolah maupun sarana prasarana sesuai Standar

Nasional Pendidikan (SNP), serta guru dan tenaga pendidik dengan kualifikasi

dan kompetensi yang memadai.

Salah satu permasalahan yang masih dirasakan belum optimal bidang

pendidikan adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dimana

pada Tahun 2020 hanya tercapai sebesar 69,43%.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Semarang

berdampak pada kualitas dan daya saing sumberdaya manusia yang berkaitan

dengan ketenagakerjaan. Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah

dengan dominasi pendidikan sekolah dasar pada usia angkatan kerja,

dan pengangguran terbesar pada pendidikan SMK, diperlukan peningkatan

kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, program link and match antara

dunia pendidikan dengan dunia usaha, penguasaan teknologi dan inovasi,

serta hasil litbang sebagai instrumen peningkatan perekonomian dan daya

saing daerah. Kondisi ini berkaitan juga dengan kualitas dan daya serap

tenaga kerja yang mampu bersaing dengan tenaga kerja daerah lain.

Selain permasalahan pelayanan pendidikan, isu kesehatan juga masih

menjadi hal penting kaitannya dengan kualitas hidup manusia. Meskipun

Angka Harapan Hidup (AHH) lima tahun terakhir meningkat rerata

pertumbuhan 0,06% per tahun, namun permasalahan pelayanan kesehatan

pada saat ini menunjukkan belum optimalnya pelayanan kesehatan yang

ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI).

IV - 47

Mayoritas yang menjadi penyebab utama kasus kematian ibu adalah

pendarahan dan preeklampsi/eklampsi. Hal ini disebabkan karena adanya

keterlambatan dalam memutuskan rujukan baik dari keluarga masyarakat

maupun petugas kesehatan, serta kurangnya keterampilan obstetri neonatal

petugas kesehatan. Hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya

kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, terbatasnya

tenaga kesehatan dan distribusi yang kurang merata, perilaku masyarakat

yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat, serta kinerja pelayanan

kesehatan yang belum memadai.

Terjadinya pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan pelayanan

kesehatan sehingga mengancam status kesehatan masyarakat. Penularan dan

penyebaran virus Covid-19 tidak hanya menjadi ancaman bagi kelompok

lanjut usia, ibu hamil, dan anak-anak, namun juga menjadi ancaman bagi

kelompok usia produktif. Faktor penyebabnya adalah meningkatnya risiko

penyakit tidak menular penyerta yang bersifat kronis yang menyerang orang

usia produktif.

Belajar dari terjadinya pandemi Covid-19 adalah bagaimana mendorong

penguatan pembangunan sektor kesehatan dengan penguatan sistem

kesehatan daerah melalui pengendalian penyakit, penguatan ketahanan

kesehatan (health security), penguatan pelayanan kesehatan dasar dan

rujukan, pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan, kemandirian farmasi

dan alat kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta digitalisasi dan

pemberdayaan masyarakat. Pandemi ini diproyeksikan masih akan

berlangsung sampai dengan tahun 2022, maka pengendalian penyebaran

Covid-19 terus diupayakan dengan tetap menjaga perilaku 3M (memakai

masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), menerapkan pola hidup bersih

dan sehat, mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 secara bertahap serta

meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan.

4.2.5.2 Percepatan Pemulihan Ekonomi untuk Menahan Laju Peningkatan

Pengangguran dan Kemiskinan serta Penguatan Kemandirian Pangan

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 5

(lima) tahun mengalami fluktuasi dan mengalami perlambatan selama dua

tahun terakhir. Adanya pandemi COVID-19, berdampak buruk terhadap

perekonomian Indonesia, Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang.

Perekonomian Kabupaten Semarang Tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar

-2,67, lebih rendah dibanding kontraksi pada Provinsi Jawa Tengah -2,65 dan

IV - 48

Nasional -2,07. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Semarang pada

Tahun 2019 5,39% lebih rendah dibanding Provinsi Jawa Tengah 5,41% dan

lebih tinggi dibanding Nasional 5,02%. LPE Sektor unggulan daerah (Intanpari)

pada sektor industri pengolahan dan pariwisata (akomodasi dan makan

minum) pertumbuhan diatas LPE, sedangkan sektor pertanian mengalami

pertumbuhan cenderung menurun dibawah LPE (Tahun 2019 hanya tumbuh

1,32%. Pemerintah Kabupaten Semarang perlu perhatian lebih pada sektor

pertanian apabila tetap sebagai sektor unggulan penyumbang PDRB.

Struktur PDRB dari Tahun 2016-2020 masih ditopang 4 sektor

unggulan (di atas 10%), yaitu Industri pengolahan, konstruksi, perdagangan

dan pertanian. Tahun 2019, sektor industri: 39,54%, konstruksi: 13,72%,

perdagangan: 10,91% dan pertanian: 10,81%. Total 4 sektor tersebut

menyumbang 74,98% dari total 17 sektor secara keseluruhan.

Kontribusi Sektor Industri masih menjadi andalan utama pada

pereekonomian Kabupaten Semarang. Namun demikian industri yang

berkembang di Kabupaten Semarang masih didominasi oleh industri padat

karya, yang lebih banyak menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan

dan keterampilan rendah. Permasalahan lainnya sektor industri adalah belum

adanya kawasan industri, saat ini peruntukan industri masih campur dengan

peruntukan lainnya. Selain itu ketersediaan infrastruktur yang belum

memadai, kurang tersedianya sumber daya manusia sesuai kebutuhan

industri, serta tingkat kesiapterapan teknologi yang masih rendah masih

menjadi masalah.

Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang memiliki

potensi dan daya saing yang kuat melalui produk-produk industri kreatif

terbaiknya. Hal ini karena ditunjang dengan sumber daya manusia inovatif

sebagai modal bagi pengembangan perekonomian masyarakat Kabupaten

Semarang. Produk-produk unggulan terbaik, antara lain kerajinan enceng

gondok, bordir, kerajinan mebel, perhiasan (assesoris), kaligrafi, makanan dan

lain-lain. Pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Semarang sebagai

penguatan perekonomian sektor riil menjadi indikator keberhasilan

pembangunan daerah. Ekonomi kreatif (ekraf) merupakan penciptaan nilai

tambah yang berbasis ide, lahir dari kreativitas sumber daya manusia dan

berbasis ilmu pengetahuan. Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah

konsep ekonomi di era baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas

dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia

sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

IV - 49

Era revolusi industri 4.0 menjadikan ekonomi kreatif menjadi salah satu

isu strategis yang layak mendapatkan pengarusutamakan sebagai pilihan

strategi memenangkan persaingan global. Inovasi, kreativitas, penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi perlu mendapatkan perhatian guna

meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui kapitalisasi ide kreatif. Pada era

digital saat ini, sangat erat berhubungan dengan IOT (internet of things), di

mana semua perangkat terhubung dengan internet.

Pada sektor pertanian terjadi beberapa permasalahan yang ditandai

dengan masih rendahnya (naik turun) produktivitas komoditas pertanian,

terganggunya ekosistem pertanian dan menurunnya luas lahan pertanian, hal

tersebut disebabkan oleh intensitas pembangunan sektor non-pertanian

sangat tinggi, rendahnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi budidaya

pertanian, rendahnya regenerasi petani dan rendahnya akses permodalan,

petani kesulitan dalam akses pasar. SDM petani masih terbatas, regenerasi

petani masih rendah dan usia petani Kabupaten Semarang berada di atas usia

produktif. Teknologi digital belum banyak digunakan di sektor pertanian,

selain itu jumlah gudang penyimpanan hasil panen masih terlalu minim.

Pada sektor pangan masih terdapat beberapa masalah yang ditandai

oleh Skor Pola Pangan Harapan yang masih berada dibawah 100. Skor PPH

Tahun 2020 di Kabupaten Semarang adalah 93,80 mengalami kenaikan

sebanyak 0,2 point dibanding Tahun 2019 sebesar 93,60. Hal ini disebabkan

kurang adanya perhatian dari keluarga tentang gizi yang seimbang,

keanekaragaman pangan dan adanya gaya hidup yang tidak sehat dengan

kecenderungan memilih makanan instan yang murah dan praktis. Fluktuasi

kenaikan harga komoditi pangan juga mempengaruhi pencapaian PPH. Harga

pangan yang tinggi (daging, sayur, buah, cabai, dll.) tidak diimbangi dengan

kenaikan pendapatan, sehingga belanja rumah tangga untuk pangan

berkurang.

Permasalahan lain yang penting adalah belum menguatnya pariwisata

sebagai pendorong terciptanya perekonomian inklusif, hal tersebut disebabkan

oleh belum terpenuhinya kualitas dan kuantitas infrastruktur, serta dukungan

amenitas pariwisata, belum terintegrasinya promosi pariwisata yang dilakukan

antara pelaku usaha, serta sumber daya pengelola destinasi wisata kurang

professional. Pandemi COVID-19 yang menyebabkan dikeluarkannya

kebijakan lockdown di berbagai negara, PSBB di berbagai wilayah di Indonesia,

social distancing di tempat umum, dan pembatasan mobilitas penduduk

menyebabkan banyak destinasi wisata, pelaku usaha maupun pelaku seni

IV - 50

yang tutup atau tidak melakukan aktivitasnya. Kondisi ini menyebabkan

penurunan jumlah kunjungan wisata secara drastis baik wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara. Bahkan setelah tidak

diberlakukannya lagi PSBB dan mulainya adaptasi kebiasaan baru belum

mampu mendorong hidupnya kembali industri pariwisata.

Dalam rangka mendorong perekonomian dan pariwisata, Kabupaten

Semarang mencanangkan sebagai Kawasan MICE (Meeting, Incentive,

Conference and Exhibition). Potensi wisata MICE Kabupaten Semarang sangat

besar untuk dikembangkan, bahkan menjadi andalan guna meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD). Dengan wisata MICE, diharapkan para pelaku

pariwisata dapat tinggal lebih lama di Kabupaten Semarang.

Kemiskinan menjadi isu global yang terjadi saat ini, dan menjadi salah

satu perhatian pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor

59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan bahwa tujuan pertama pembangunan berkelanjutan adalah

mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun. Jumlah penduduk miskin

di Kabupaten Semarang, Tahun 2016 berjumlah 80,72 ribu jiwa (7,99%),

jumlahnya menurun sampai Tahun 2019 berjumlah 73,90 ribu jiwa (7,04

persen). Namun memasuki tahun 2020, kondisi memburuk dengan adanya

pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, pada bulan Maret Tahun 2020

bertambah sebanyak 5,98 ribu jiwa atau berjumlah 79,88 ribu jiwa (7,51

persen). Untuk penambahan jumlah penduduk miskin Tahun 2020 sama

kondisinya dengan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2019 berjumlah 3,68 juta

jiwa (10,58%) bertambah pada Maret Tahun 2020 menjadi 3,98 juta jiwa

(11,41%).

Pengangguran merupakan salah satu masalah penting yang harus

segera dituntaskan, dimana Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten

Semarang 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan tren yang selalu meningkat

(0,39%). Pada Tahun 2017: 1,78, 2018: 2,28, 2019: 2,58 dan Tahun 2020:

4,57 (28,716 jiwa). Penduduk bekerja pada Agustus 2020 sebanyak 600.322

jiwa. Hal ini disebabkan karena adanya pandemi COVID 19 serta keterbatasan

kesempatan kerja baru serta tidak adanya link and match antara kompetensi

yang dimiliki tenaga kerja dengan pasar kerja. Ketersediaan lapangan

pekerjaan yang terbatas, banyak PHK, kurangnya minat pencari kerja untuk

usaha mandiri menjadi faktor-faktor pemicu angka pengangguran tinggi di

Kabupaten Semarang. Tercatat sebanyak 160,651 jiwa di Kabupaten

Semarang terdampak Covid-19 (19,17%). Mereka terdiri atas pengangguran

IV - 51

karena Covid-19 (11.501 jiwa), bukan angkatan kerja karena Covid-19 (3.932

jiwa), tidak bekerja karena Covid-19 (8.833 jiwa), dan penduduk bekerja yang

mengalami penurunan jam kerja karena Covid-19 ( 136.385 jiwa).

4.2.5.3 Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur

Infrastruktur dasar meliputi sarana dan prasarana jalan, jembatan dan

bidang sumber daya air. Tahun 2020, Panjang jaringan jalan di Kabupaten

Semarang adalah 1.586,85 km yang terdiri atas Jalan Nasional sepanjang

54,75 km (kewenangan Pemerintah Pusat), Jalan Provinsi sepanjang 82,51 km

(kewenangan Pemerintah Provinsi), Jalan Kabupaten sepanjang 733,62 km

dan Jalan Poros/Antar Desa yang merupakan kewenangan Kabupaten

sepanjang 715,97 km. Panjang jalan tersebut belum termasuk jalan

lingkungan. Dari total jalan yang menjadi kewenangan kabupaten termasuk

prasarana jembatan sebanyak 346 buah jembatan dengan panjang total 2.878

m yang tersebar di 246 ruas jalan Kabupaten. Pada Tahun 2020, terdapat

79,20% jalan dalam kondisi baik (mantap), masih terdapat 20,80 % atau

setara dengan 152,593 km jalan kabupaten dalam kondisi rusak. Sedangkan

kondisi jalan poros/antar desa sampai dengan Tahun 2020 masih dalam

inventarisasi kondisi jalannya.

Prasarana irigasi berupa bendung, bangunan air dan saluran. Saluran

irigasi terbagi dalam saluran irigasi teknis sepanjang 224.846 meter, saluran

irigasi semi teknis sepanjang 445.850 meter dan saluran irigasi sederhana

sepanjang mencapai 195.488 meter. Areal sawah irigasi di Kabupaten

Semarang adalah 32.669 Ha yang tersebar pada 666 Daerah Irigasi (DI).

Adapun sampai dengan tahun 2018 luas DI dalam kondisi baik mencapai 67

% sehingga masih ada sekitar 33 % luas DI yang kondisi irigasinya

rusak/belum baik.

Air bersih dan sanitasi merupakan target TPB keenam dengan target

100%. Persentase penduduk dengan akses air minum aman di Kabupaten

Semarang sampai Tahun 2020 adalah 97,98%, atau dengan kata lain masih

ada 2.02 % yang belum memiliki akses air minum yang aman. Sedangkan

persentase penduduk berakses sanitasi sehat sesuai aplikasi Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) pada Tahun 2020 sudah tercapai 100%.

Dalam rangka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar

wilayah diperlukan konektivitas antar wilayah. Untuk mewujudkan hal

tersebut masih diperlukan adanya terminal di setiap kecamatan. Adapun

untuk infrastruktur perhubungan sampai dengan saat ini terdapat 9 terminal

IV - 52

tipe C dalam kondisi baik, sehingga masih dibutuhkan 10 terminal lagi.

4.2.5.4 Kualitas Lingkungan Hidup dan Manajemen Penanggulangan

Bencana

Isu lingkungan hidup menjadi isu yang penting baik secara global

maupun nasional khususnya terkait dengan isu perubahan iklim. Adanya

dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim seperti bencana banjir,

longsor dan kekeringan menuntut adanya pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan yang berkelanjutan dan implementasi konsep pembangunan

rendah karbon yang mempertimbangkan pengurangan emisi gas rumah kaca.

Hal ini seiring dengan isu pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Development Goals/SDGs) di mana 3 dari 17 tujuannya adalah berkaitan

dengan lingkungan, yaitu penanganan perubahan iklim, pemeliharaan

ekosistem laut dan pemeliharaan ekosistem darat.

Upaya penerapan dan pemahaman manajemen penanggulangan

bencana kepada pemangku kepentingan dan masyarakat akan menjadi

landasan atau dasar dalam mengembangkan intervensi pengurangan risiko

bencana dalam penanggulangan bencana. Hal tersebut dilaksanakan melalui 3

(tiga) tahap, yaitu: 1) tahap pra bencana melalui pencegahan dan mitigasi

(manajemen resiko bencana); 2) tahap tanggap darurat dilakukan saat

kejadian bencana terjadi (manajemen kedarutan); dan 3) tahap rehabilitasi

dan rekonstruksi dilakukan setelah terjadinya bencana (manajemen

pemulihan).

A. Kualitas Lingkungan Hidup

Urusan lingkungan hidup merupakan salah satu usaha dalam

mewujudkan tercapainya pembangunan berkelanjutan di Kabupaten

Semarang. Namun posisi Kabupaten Semarang sebagai penghubung antar

kota dan provinsi serta pertumbuhan industri cukup pesat di Kabupaten

Semarang, yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, diantaranya

kualitas sumber daya air dan udara, serta terjadinya alih fungsi lahan yang

berakibat pada terancamnya sumber daya air di Kabupaten Semarang. Meski

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten Semarang Tahun 2020

tercapai 69,12% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019

sebesar 68,86%, kondisi ini masih dalam kategori cukup baik. Untuk

mencapai target nilai IKLH 80% atau kategori baik, maka target untuk 5 tahun

ke depan masih membutuhkan peningkatan capaian 10,88%. Cukup berat jika

kenaikan IKLH per tahun dari Tahun 2019 ke Tahun 2020 hanya 0,26%.

IV - 53

B. Penanganan Sampah

Sesuai dengan tujuan SDG’s nomor 6 yaitu air minum dan sanitasi

(universal akses 100-0-100) yaitu 100% air minum layak, 0% kumuh, 100%

sanitasi. Salah satu unsur sanitasi adalah penanganan persampahan.

Penanganan sampah tahun 2020 sebesar 32,53%. Bila dibandingkan dengan

capain 2019 sebesar 29,40% maka terjadi peningkatan sebesar 3,13%.

Kenaikan penanganan sampah tersebut didukung adanya kerjasama semua

pihak, namun seiring bertambahnya penduduk berimbas pada peningkatan

volume sampah sehingga masih terdapat 67,47% sampah yang harus

ditangani. Besarnya sampah yang belum tertangani tersebut disebabkan oleh

volume sampah rumah tangga yang semakin bertambah sehingga Tempat

Pengolahan Sementara (TPS) sebanyak 167 TPS dimana 3 diantaranya

merupakan TPS3R, yaitu di desa Bergas Kidul, desa Lerep, dan Kelurahan

Gedanganak tidak cukup untuk menampung sementara sampah rumah

tangga 19 Kecamatan di Kabupaten Semarang. Kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan dan pemilahan sampah tuntas dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse,

Recycle) untuk memperkecil volume sampah yang dibuang ke TPS masih

dirasa kurang meskipun di sejumlah wilayah telah ada 95 Bank Sampah.

Kondisi ini diperparah dengan kondisi TPA Blondo yang sudah penuh dan

tidak direkomendasikan untuk dipergunakan lagi sebagai TPA.

C. Manajemen Penanggulangan Bencana

Kabupaten Semarang berada di wilayah dengan kondisi topografi

dataran, perbukitan dan pegunungan sehingga secara umum di Kabupaten

Semarang, sebagian daerah melimpah sumber daya air namun di sisi lain

beberapa daerah masih mengalami kekurangan sumber daya air. Wilayah yang

bervariasi ini juga rentan terhadap kejadian bencana alam. Adanya perubahan

iklim seperti yang disebutkan dalam SDG’s tujuan ke 13 memicu cuaca

ekstrim sehingga meningkatkan potensi bencana. Jumlah kejadian bencana

yang fluktuatif dan tidak bisa diprediksi pada tahun 2019 ada 438 kejadian

dan tahun 2020 ada 216 kejadian. Bencana tersebut terdiri dari banjir,

kebakaran, tanah longsor, angin putting beliung, kekeringan dan lainnya.

Penanganan kebencanaan masih bersifat kuratif atau bersifat

penanggulangan. Namun demikian sampai dengan Tahun 2020 sudah

terbentuk 5 Desa Tangguh Bencana.

IV - 54

4.2.5.5 Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Ketahanan

Keluarga

Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan ketahanan keluarga

di Kabupaten Semarang pada saat ini masih perlu ditingkatkan, hal ini

dikarenakan masih terjadinya kesenjangan peran dan tanggungjawab antara

laki-laki dan perempuan serta belum optimalnya upaya pencegahan,

perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak, pemenuhan hak anak

serta upaya ketahanan keluarga. Perempuan dan anak perempuan paling

sering menjadi korban tindak kekerasan dibandingkan laki-laki. Untuk itu,

mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi bagian penting

yang ingin dicapai dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Hal ini

tertuang pada Tujuan 5 “Meraih kesetaraan gender dan memberdayakan

perempuan dan anak-anak perempuan” dan Tujuan 16 “Menguatkan

masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,

menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan

yang efektif, akuntabel dan inklusif untuk semua tingkatan”.

Belum optimalnya pembangunan berskala gender di Kabupaten

Semarang ditandai dengan nilai Indek Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten

Semarang selama 4 tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung tetap

diatas angka 96, Tahun 2017: 96,48, 2018: 96,35, 2019: 96,40 dan 2020:

96,38. Tahun 2020, IPG Kabupaten Semarang berada diatas IPG Provinsi Jawa

Tengah: 92,18. Sedangkan untuk nilai Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

mengalami peningkatan Tahun 2017: 76,15 dan tahun 2018: 77,41, dengan

keterlibatan perempuan di parlemen 22,22%, perempuan sebagai tenaga

manager, profesional, administrasi dan teknisi 41,86% dan sumbangan

perempuan dalam pendapatan kerja 45,79%.

Tahun 2018, Kabupaten Semarang termasuk 10 Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah yang masuk zona merah kasus kekerasan terhadap anak

(Sumber: DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah) terdapat 48 kasus. Tindak

kekerasan yang dilakukan terhadap anak ada beberapa jenis antara lain

kekerasan fisik, psikologis, seksual, eksploitasi, penelantaran dan trafficking.

Jenis kekerasan yang dialami korban anak pada tahun 2018 didominasi oleh

kekerasan seksual. Sedangkan pelaku kekerasan terhadap anak diantaranya

adalah orangtua, saudara, keluarga, guru, tetangga dan teman. Data Bulan

Agustus 2020, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten

Semarang berjumlah 92 kasus, kedua terbanyak di Provinsi Jawa Tengah.

(Sumber: data.jatengprov.go.id).

IV - 55

4.2.5.6 Percepatan Reformasi Birokrasi

Capaian nilai Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) Kabupaten Semarang

pada Tahun 2019 sebesar 60,02 (B) atau urutan nomor 24 se Provinsi Jawa

Tengah. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di Kabupaten Semarang yang

perlu mendapat perhatian untuk lebih meningkatkan percepatan kinerja

birokrasi, adalah: (a) penerapan tata pemerintahan yang baik belum

menyeluruh diinternalisasikan dan dilaksanakan pada perangkat daerah; (b)

sistem dan pelaksanaan pengawasan dan akuntabilitas masih harus

ditingkatkan agar lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja; (c)

penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan masih perlu dipertajam terutama

berdasarkan prinsip-prinsip structure follow function; (d) penerapan sistem

merit dalam pengelolaan SDM belum cukup merata dan perlu terus

ditingkatkan kualitasnya; (e) belum optimalnya kinerja birokrasi untuk

mendukung pelayanan publik, baik pelayanan dasar maupun pelayanan

bidang lainnya.

Upaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik sebagai ujung

pelaksanaan Reformasi Birokrasi, pada hakikatnya mencakup pula upaya

membangun sistem nilai dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berkaitan

dengan hal tersebut beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain: masih

perlu ditingkatkannya pemahaman, kesadaran, dan kapasitas pelaku

pembangunan khususnya sumber daya manusia aparatur dalam penerapan

prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik untuk mewujudkan tata

pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di samping itu, belum terdapat

sinergi yang optimal antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam

mewujudkan tata pemerintahan yang baik.

Aparatur sebagai pelayan publik belum dapat sepenuhnya memberikan

pelayanan kepada masyarakat dengan cepat, mudah, murah, manusiawi,

transparan, dan tidak diskriminatif. Penyebabnya antara lain: belum

optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK); beberapa

sektor pelayanan publik belum memiliki SPM dan belum sepenuhnya

mengimplementasikan secara konsisten; masih belum efektifnya sistem

penanganan pengaduan masyarakat; dan belum diterapkannya manajemen

mutu pada sebagian besar unit pelayanan. Selain itu pelayanan perijinan,

kemudahan berusaha, pelayanan administrasi kependudukan, hingga

pelayanan pendidikan dan kesehatan juga harus semakin ditingkatkan.

Akuntabilitas kinerja pembangunan juga menjadi satu kriteria menuju

tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Akuntabilitas kinerja dibangun

IV - 56

sejak proses perencanaan dan penganggaran hingga implementasi. Sampai

dengan Tahun 2019 nilai SAKIP Kabupaten Semarang adalah CC (58,11),

Kabupaten Semarang termasuk salah satu dari tiga Kabupaten di Jawa

Tengah yang masih mendapatkan nilai CC, sehingga ke depan perlu

meningkatkan agar bisa meraih nilai B (60 keatas), yang dimulai dari proses

perencanaan dalam menentukan tujuan, sasaran, program, kegiatan

pembangunan daerah, beserta indikator kinerjanya agar relevan, selaras, dan

konsisten.

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) adalah salah satu jenis opini pemeriksaan atau audit keuangan yang

dikeluarkan oleh BPK Republik Indonesia. Kabupaten Semarang telah

menerima piagam WTP 5 tahunan dari kementerian keuangan, karena sudah

8 kali menerima opini WTP.

Selanjutnya dalam aspek sumber daya manusia aparatur pun masih

menghadapi permasalahan, antara lain: masih rendahnya disiplin dan kinerja

pegawai; belum diterapkannya standar kompetensi dan indikator kinerja

utama bagi setiap PNS; sistem remunerasi pegawai belum sepenuhnya

berbasis kinerja dan disertai penerapan sistem reward and punishment yang

adil; belum sepenuhnya diterapkan pengembangan sistem karier berdasarkan

kinerja. Untuk itu, peningkatan kompetensi dan profesionalitas ASN menjadi

kunci mutlak yang harus dilakukan, disertai penempatan ASN sesuai dengan

formasi yang dibutuhkan. Demikian juga perlunya penguatan kelembagaan

agar efektif dan efisien, mulai dari kelembagaan tingkat Kabupaten,

Kecamatan hingga Kelurahan/Desa.

4.2.5.7 Isu Strategis Prestasi Pemuda, Olahraga serta Pelestarian Seni dan

Budaya

Dari sisi kuantitas organisasi olahraga di Kabupaten Semarang cukup

banyak, dimana pada Tahun 2020 mencapai 338 organisasi. Demikian pula

organisasi kepemudaan pada Tahun 2020 mencapai sebanyak 58 organisasi.

Namun dari jumlah yang ada masih perlu ada peningkatan prestasi dari

peran serta dalam pembangunan di Kabupaten Semarang dengan melakukan

pembinaan melalui berbagai pelatihan pemuda maupun penyediaan sarana

dan prasarana kepemudaan dan olahraga.

Demikian halnya pula dengan seni dan budaya di Kabupaten Semarang,

pada Tahun 2020 terdapat sejumlah 3.906 Grup Kesenian, sehingga dengan

kekayaan seni dan budaya ini perlu ada upaya untuk pelestarian agar tidak

IV - 57

punah/hilang.

Cagar budaya di Kabupaten Semarang hingga Tahun 2020 jumlahnya

mencapai 1.228 unit, yang terdiri dari Cagar Budaya Bergerak sejumlah 1.441

unit maupun Cagar Budaya Tidak Bergerak berjumlah 87 unit. Keberadaan

cagar budaya di Kabupaten Semarang memerlukan intervensi penanganan

dari Pemerintah Daerah sebagai upaya untuk melestarikan kekayaan budaya

di Kabupaten Semarang.

V - 1

BAB V

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 merupakan

pelaksanaan tahap keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJPD) Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025 yang berfokus pada upaya

mewujudkan masyarakat Kabupaten Semarang yang adil, mandiri dan

sejahtera melalui pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan

terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan

kompetitif di berbagai wilayah Kabupaten Semarang yang didukung oleh SDM

berkualitas dan berdaya saing.

5.1. VISI

Visi RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 merupakan

gambaran kondisi masa depan Kabupaten Semarang yang dicita-citakan dan

diharapkan dapat terwujud diakhir masa berlakunya periode RPJPD Tahun

2005-2025 dan RPJMD Tahun 2021-2026 yang akan diwujudkan melalui visi

Bupati dan Wakil Bupati Semarang periode tahun 2021-2026, yaitu :

BERSATU, BERDAULAT, BERKEPRIBADIAN, SEJAHTERA DAN MANDIRI

(BERDIKARI), DENGAN SEMANGAT GOTONG-ROYONG BERDASARKAN

PANCASILA DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

YANG BER-BHINNEKA TUNGGAL IKA

Penjabaran dari visi tersebut adalah sebagai berikut :

Bersatu

Bersatu bermakna bersama-sama saling menyatu tanpa memandang ciri

ras, suku, agama dan lain-lain, agar dapat mencapai tujuan bersama yaitu

Kabupaten Semarang yang BERDIKARI.

Berdaulat

Berdaulat bermakna perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

daerah yang melibatkan partisipasi masyarakat.

Berkepribadian

Berkepribadian bermakna masyarakat yang berkepribadian dan mampu

menghormati dirinya sendiri dan masyarakat lainnya serta dapat

berkomunikasi dan berdiplomasi dengan baik dengan masyarakat lainnya.

Sejahtera

Sejahtera bermakna mampu mewujudkan kondisi masyarakat yang

terpenuhi hak-hak dasarnya baik aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi

V - 2

yang ditandai dengan meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia

yang didukung dengan kebebasan kehidupan beragama dan bernegara.

Mandiri

Mandiri bermakna mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar,

sederajat serta saling berinteraksi dengan daerah lain, dengan mengandalkan

pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Dengan semangat gotong-royong, berdasarkan Pancasila dalam bingkai Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

5.2. MISI

Dalam rangka mencapai visi pembangunan Kabupaten Semarang Tahun

2021-2026, misi yang akan ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Semarang

adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas SDM unggul yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Meningkatkan kualitas SDM unggul dimaksudkan untuk mewujudkan SDM

yang sehat, cerdas, kreatif, inovatif, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta berkepribadian dan menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, sehingga memiliki kemampuan untuk bersaing dalam

memperoleh pekerjaan maupun menciptakan lapangan pekerjaan. Hal

tersebut perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana dasar

pendidikan, kesehatan, lingkungan perumahan dan permukiman yang

memadai.

2. Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis pada

industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI), perdagangan, jasa

serta sektor lain yang berwawasan lingkungan.

Meningkatkan kemandirian perekonomian dimaksudkan untuk

mengembangkan potensi unggulan daerah meliputi industri, pertanian dan

pariwisata dengan mendorong masyarakat untuk meningkatkan kegiatan

usaha ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya lokal, sehingga dapat

membuka lapangan kerja bagi dirinya dan orang lain dalam rangka

meningkatkan pendapatan. Pengembangan potensi unggulan tersebut

dilakukan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi kolaborasi antara

pemerintah, perguruan tinggi dan swasta serta sinergi dengan sektor-sektor

lain seperti perdagangan dan keuangan sehingga akan didapatkan produk

daerah yang memiliki daya saing. Pemanfaatan sumber daya daerah

terutama yang rentan terhadap kelestarian/kerusakan lingkungan seperti

air, bahan tambang dan lain-lain dilakukan secara terpadu sehingga dapat

dijaga kelestariannya.

V - 3

3. Meningkatkan pemerintahan yang baik, bersih, demokratis, dan

bertanggung jawab, didukung oleh aparatur yang kompeten dan

professional.

Pemerintahan yang baik merupakan pemerintahan yang dapat menjadi

fasilitator pembangunan bagi masyarakat, agar masyarakat mampu

berperan sebagai pelaku sekaligus sebagai sasaran pembangunan, sehingga

proses pencapaian tujuan pembangunan dapat berjalan secara efektif dan

efisien. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dibutuhkan sistem

kelembagaan yang inovatif dan ketatalaksanaan pemerintah daerah yang

bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel serta bebas

dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang didukung dengan sistem

pengawasan yang efektif.

4. Meningkatkan pemerataan pembangunan guna menunjang

pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar, dan pertumbuhan

ekonomi daerah.

Pemerataan pembangunan meliputi sarana prasarana yang memadai, layak

dan merata diseluruh wilayah dalam rangka mendukung peningkatan

kualitas pelayanan publik dan memperkuat pembangunan daerah.

Terpenuhinya sarana prasarana dapat meningkatkan kemandirian,

perekonomian daerah dan investasi. Tersedianya sarana prasarana sumber

daya air akan mendorong upaya peningkatan produktivitas pertanian

sedangkan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, akan

menjamin kelancaran distribusi orang dan barang, serta mendorong

investasi di daerah.

5. Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender, serta perlindungan anak di semua

bidang pembangunan

Pada dasarnya keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan akan sangat

bergantung pada adanya kerjasama yang sinergi antar semua pelaku

pembangunan, yaitu pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.

Oleh karena itu, perlu didorong dengan terciptanya peran serta dan

kemandirian masyarakat disemua lapisan tanpa membedakan gender

dengan memperhatikan hak-hak tumbuh kembangnya anak yang

memberikan jaminan kepastian hukum dan penegakan HAM.

6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

dengan tetap menjaga kelestariannya.

Potensi sumber daya alam yang besar dan beraneka ragam harus dapat

dikelola secara benar dengan tetap mengedepankan asas keseimbangan

lingkungan, efisiensi dan terjaga kelestariannya dengan cara menjaga dan

memperbaiki kualitas lingkungan.

V - 4

7. Meningkatkan pemberdayaan pemuda, olahraga serta melestarikan seni

dan budaya lokal.

Pemberdayaan pemuda dengan membangkitkan potensi dan peran aktif

pemuda sehingga dapat menanamkan jiwa revolusioner, kompetitif ,

optimis, bermoral dan berbudaya.

5.3. PROGRAM UNGGULAN BUPATI

Dalam rangka mencapai Visi dan Misi tersebut, Bupati Semarang

mempunyai Program Unggulan. Keterkaitan Misi dan Program Unggulan

Bupati sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut:

Tabel 5.1 Keterkaitan Misi dan Program Unggulan Bupati

No. Misi Program Unggulan

1. Meningkatkan kualitas SDM

unggul yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa,

berkepribadian serta

menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi.

1. Menciptakan Pendidikan yang berkarakter,

Nasionalis dan Religius, baik di Sekolah

maupun di luar Sekolah

2. Kartu Serasi Pintar, berupa Peningkatan

Pemberian Bantuan Beasiswa Miskin,

Difabel, Siswa berprestasi di Sekolah

Pendidikan Dasar Negeri maupun Swasta,

SMA/SMK/Sederajat, serta untuk

Mahasiswa yang Kuliah maksimal S1.

3. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang

berkualitas, memiliki Ketrampilan Teknis

dan berdaya saing, serta menguasai Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

4. Bantuan Layanan Internet untuk Anak

Sekolah.

5. Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga

Kependidikan Dasar Negeri, Swasta dan Non

Formal. (Diantaranya : Guru PAUD, TK, MI,

MTS, Madrasah Diniyah, TPA, Sekolah

Minggu).

6. Pembangunan/Rehab Sarana Prasarana

Pendidikan Dasar Negeri, Swasta dan

Pendidikan Non Formal.

7. Membebaskan biaya Kelompok Belajar Paket

A, Paket B dan Paket C.

8. Meningkatkan upaya Pencegahan,

Pengendalian dan Penanganan dan Dampak

Penyebaran Wabah Covid – 19, diantaranya :

a. Memaksimalkan Sosialisasi Protokol

Kesehatan, Pemberian Bantuan Masker,

Hand sanitizer, Disinfektan, Tempat

Cuci Tangan ditempat Ruang Publik,

V - 5

No. Misi Program Unggulan

Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial,

serta Operasi Yustisi Penegakan disiplin

Masyarakat terhadap Protokol

Kesehatan.

b. Peningkatan Layanan Kesehatan

Masyarakat bagi yang terpapar Covid –

19 dan yang diisolasi mandiri, dibantu

Jaring Pengaman Sosial / Makanan

Siap Saji dan Vitamin selama masa

Isolasi.

c. Mendukung Program Jogo Tonggo

9. Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat

dalam rangka Menurunkan Angka kematian

Ibu dan Anak, Pencegahan dan penanganan

Stunting, serta meningkatkan Angka

Harapan Hidup, melalui Peningkatan

layanan Posyandu Anak, Posyandu Lansia

dan Kesehatan Ibu Hamil / Menyusui.

10. Meningkatkan Insentif Kader Posyandu Anak

dan Lansia di Desa / Kelurahan.

11. Kartu Serasi Sehat Gratis, diprioritaskan

untuk Warga Miskin, Penderita Penyakit

Menahun, Kaum Difabel, Buruh Harian

Lepas, Lansia, Guru PAUD, Guru TK, Guru

Madrasah Diniyah, Guru TPA, Guru Sekolah

Minggu, Khotib, Pengkhotbah, Marbot,

Penjaga Tempat Ibadah, Modin, Pelaku Seni,

Anggota Linmas, dan Pengurus RT/RW

12. Penyediaan Tenaga Pendamping Kesehatan

Masyarakat, untuk meningkatkan Gerakan

Masyarakat (Germas) Hidup Sehat.

13. Pelayanan Ambulance Serasi Gratis, berupa

Ambulance Layanan Kesehatan Gratis dan

Mobil Jenazah Gratis

14. Pembangunan Rumah Sakit di Wilayah

Kabupaten Semarang Selatan, baik oleh

Pemerintah Daerah maupun Pihak Swasta

15. Meningkatkan Bantuan Sosial Keagamaan

diantaranya : Bantuan untuk Tempat

Ibadah, Pondok Pesantren, Madrasah

Diniyah, TPA, Kegiatan Keagamaan, Forum

Komunikasi Umat Beragama, Ormas Sosial

Keagamaan dan fasilitasi Pelaksanaan

Ibadah Haji.

2. Meningkatkan kemandirian

perekonomian daerah yang

16. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan,

Koperasi, UMKM, Ekonomi Kreatif dan

V - 6

No. Misi Program Unggulan

berbasis pada industri,

pertanian dan pariwisata

(INTANPARI), perdagangan,

jasa serta sektor lain yang

berwawasan lingkungan.

memfasilitasi Kredit Lunak serta

Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi

Berbasis Teknologi.

17. Pembangunan UKM Center

18. Peningkatan Pasar Tradisional yang Modern

19. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik

Wisata, Penataan Kawasan Wisata Strategis,

Desa Wisata dan Kampung Wisata yang

Terintegrasi.

20. Kalender Event Pariwisata untuk promosi

Pariwisata.

21. Meningkatkan Lapangan Kerja, Pelatihan

Ketrampilan Tenaga Kerja / Difabel dan

Pemberdayaan Kaum Milenial untuk

menciptakan Calon Wirausaha Muda.

22. Meningkatkan Pembinaan Hubungan

Industrial

23. Peningkatan Produktifitas dan Hasil

Produksi Pertanian, Perkebunan,

Peternakan, Perikanan berbasis Teknologi

untuk mendukung Ketahanan Pangan, serta

fasilitasi pemasarannya.

24. Meningkatkan ketersediaan air untuk

mencukupi kebutuhan Pertanian,

diantaranya Pembuatan Embung dan

pembuatan Sumur Dalam Tenaga Surya.

25. Bantuan Subsidi Asuransi Pertanian, yang

merupakan salah satu usaha melindungi

produktifitas Pertanian dari peristiwa yang

menyebabkan kerugian disektor Pertanian.

26. Meningkatkan Kesejahteraan Penyuluh

Pertanian Lapangan dan Petugas Kesehatan

Hewan.

27. Pembangunan Wisata Edukasi Pertanian

yang Terintegrasi.

28. Meningkatkan Pemberdayaan Kelompok

Tani, Gapoktan dan Kelompok Wanita Tani

29. Bantuan Serasi Kasih, Pemberian Bantuan

Makanan Bergizi bagi Penderita Penyakit

Menahun, Lansia dan Difabel yang tidak

produktif

30. Pemberian Santunan untuk Anak Yatim

Piatu, Fakir Miskin dan Anak Terlantar.

31. Peningkatan Pemberian Bantuan Sosial

V - 7

No. Misi Program Unggulan

Kemasyarakatan, diantaranya : Bantuan

Sandang, Papan, Pangan, diprioritaskan

untuk Masyarakat Miskin.

32. Pemberian Insentif untuk Khotib,

Pengkhotbah, Marbot dan Penjaga Tempat

Ibadah.

33. Pemberian Santunan Kematian

34. Penyempurnaan Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial (DTKS).

3. Meningkatkan pemerintahan

yang baik, bersih,

demokratis, dan

bertanggung jawab,

didukung oleh aparatur yang

kompeten dan professional.

35. Rumah Dinas Bupati dan Rumah Dinas

Wakil Bupati sebagai Rumah Aspirasi Rakyat

36. Peningkatan Reformasi Birokrasi.

37. Pembangunan Mall Pelayanan Publik

38. Terciptanya Iklim Investasi yang kondusif,

dengan menjaga Stabilitas Keamanan dan

Politik, serta memberikan Kepastian Hukum

39. Pemindahan Pusat Pemerintahan

40. Penyediaan Wifi Gratis di sekolahan, Tempat

Umum, Ruang Publik dan Perkantoran.

41. Penyediaan Jaringan Internet Desa /

Kelurahan,

42. Pemberdayaan BUMDes,

43. Bantuan keuangan desa,

44. Pemberdayaan dan Pemberian Insentif

Pengurus Tim Penggerak PKK Tingkat Desa

/ Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten

45. Meningkatkan Kesejahteraan Kepala Desa,

Perangkat Desa, Anggota BPD serta

Pengurus RT / RW.

46. Peningkatan Kesejahteraan ASN dan Pegawai

Non ASN.

47. Lapor Bupati sebagai layanan Aspirasi dan

pengaduan Online Rakyat (melalui

WhatsApp, Instagram, Facebook serta

Twitter)

4. Meningkatkan pemerataan

pembangunan guna

menunjang pengembangan

wilayah, penyediaan

pelayanan dasar, dan

pertumbuhan ekonomi

daerah

48. Optimalisasi Penyediaan Air bersih yang

aman.

49. Peningkatan / Pembangunan Infrastruktur

yang berkelanjutan diprioritaskan untuk

Wilayah Perbatasan.

50. Perluasan Kawasan Industri

51. Pembangunan Ruang Terbuka Publik dan

Ruang Terbuka Hijau

V - 8

No. Misi Program Unggulan

52. Peningkatan sarana dan prasarana

tranportasi yang berkualitas, merata dan

berkeselamatan, serta Penyelengaraan

Transportasi Rintisan di Daerah perbatasan.

53. Pemberian Layanan Transportasi Gratis,

untuk anak sekolah yang belum terlayani

trayek angkutan bekerjasama dengan Pelaku

Jasa Transportasi.

5. Meningkatkan kepastian

hukum, penegakan HAM,

mewujudkan kesetaraan dan

keadilan gender, serta

perlindungan anak di semua

bidang pembangunan

54. Pemberian Insentif bagi Anggota Linmas

55. Mendorong terciptanya partisipasi dan

kemandirian Masyarakat untuk

mewujudkan pemantapan situasi dan

kondisi peri kehidupan bermasyarakat yang

didukung oleh Penegakan HAM, Kesetaraan

dan Keadilan Gender, serta Perlindungan

Anak.

56. Memfasilitasi serta meningkatkan Kegiatan

Sosialisasi dan Pencegahan terhadap

bahaya Narkoba

6. Meningkatkan pengelolaan

sumber daya alam dan

lingkungan hidup dengan

tetap menjaga

kelestariannya.

57. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup

melalui Pengendalian dan Pengawasan

terhadap Dampak Pencemaran Lingkungan

Hidup.

58. Pelestarian Sumber Mata Air.

59. Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu disetiap Kecamatan, kecuali

Kecamatan yang berdekatan dengan TPA

Blondo

7. Meningkatkan

pemberdayaan pemuda,

olahraga serta melestarikan

seni dan budaya lokal.

60. Peningkatan Sarana Prasarana Pemuda dan

Olahraga, Pemberian Bantuan Hibah

Sarana Prasarana Olahraga dan Pemberian

penghargaan kepada Atlet Berprestasi.

61. Melestarikan Budaya Lokal dengan upaya

diantaranya memakai Pakaian Gagrak

Semarang bagi Pegawai Instansi Pemerintah

Daerah, BUMD dan Pemerintah Desa.

62. Menyediakan Fasilitas Seni dan Budaya,

serta memberikan bantuan hibah Sarana

Prasarana dan Pentas Kesenian.

63. Melestarikan dan Merenovasi Makam-

makam bersejarah, tempat-tempat

bersejarah dan Pahlawan Nasional

64. Pemberdayaan Karang Taruna.

V - 9

5.4. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan arahan bagi

pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah dalam mendukung

pelaksanaan misi, untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten

Semarang selama kurun waktu 2021-2026.

Penjabaran tujuan dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten

Semarang tahun 2021-2026 meliputi 8 (delapan) tujuan dengan 9 (sembilan)

indikator kinerja tujuan dan 20 (dua puluh) sasaran dengan 32 (tiga puluh

dua) indikator kinerja sasaran. Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan tiap-

tiap misi yang dijabarkan tujuan dan sasaran disusun instrumen pengukuran

berupa indikator kinerja tujuan dan indikator kinerja sasaran berikut target

tiap tahunnya dapat diuraikan sebagaimana pada Tabel 5.2 berikut

V - 10

Tabel 5.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Kabupaten Semarang Tahun 2021 - 2026

VISI : “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”.

No Misi Tujuan Indikator

Kinerja Tujuan Sasaran

Indikator Kinerja Sasaran

Satuan

Kondisi Awal

Target Capaian

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Meningkatkan kualitas SDM unggul yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai

ilmu pengetahuan

dan teknologi

1. Meningkatkan SDM Kabupaten Semarang yang mandiri, sejahtera dan berdaya saing

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks 74,1 74,10 74,30 74,50 74,70 74,90 75,10

1. Meningkatnya tingkat

pendidikan masyarakat secara luas

Angka Harapan Lama Sekolah

Tahun 12,97 12,98 12,99 13 13,01 13,02 13,03

Angka Rata-rata Lama Sekolah

Tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07

2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

Angka Harapan Hidup

Tahun 75,73 75,76 75,80 75,83 75,86 75,89 75,93

2 Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis pada industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI),

perdagangan, jasa serta sektor lain yang berwawasan

lingkungan

2. Mempercepat pemulihan ekonomi untuk menahan laju peningkatan kemiskinan dan penganggura

n serta penguatan ketahanan

pangan

Pertumbuhan Ekonomi

Persen -2,67 2,8 – 4,8

2,9 - 5,2

3,9 - 5,3

4,0 - 5,4

4,1 - 5,5

4,2 - 5,6

PDRB Perkapita Rp. Juta 45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15

1. Meningkatnya

pertumbuhan PDRB sektor unggulan

Pertumbuhan

PDRB sektor industri

Persen -4,35 4,1-

5,1

4,3-

5,3

4,4-

5,4

4,5-

5,5

4,6-

5,6

4,7-

5,7

Pertumbuhan PDRB sektor pertanian

Persen -0,17 1,0-2,0

1,1-2,1

1,2-2,2

1,3-2,3

1,4-2,4

1,5-2,5

Pertumbuhan PDRB sektor pariwisata

Persen -6,6 4,1-5,1

4,3-5,3

4,4-5,4

4,5-5,5

4,6-5,6

4,7-5,7

2. Meningkatnya pertumbuhan penanaman modal

Pertumbuhan Penanaman Modal

Persen 30,79 -43,48 12,8 13,57 12,68 13,02 13,02

3. Menurunnya penduduk miskin dan pengangguran

Angka Kemiskinan Persen 7,51 7,51 - 7,45

7,45 - 7,35

7,35 - 7,25

7,25 - 7,15

7,15 - 7,05

7,05 - 6,95

Tingkat Persen 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,50 4,49

V - 11

No Misi Tujuan Indikator

Kinerja Tujuan Sasaran

Indikator Kinerja Sasaran

Satuan

Kondisi Awal

Target Capaian

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Pengangguran

Terbuka

4. Meningkatnya

Ketahanan pangan

Indeks ketahanan

pangan skor 85,94 85,96 85,98 86,00 86,02 86,04 86,06

3 Meningkatkan pemerintahan yang baik, bersih, demokratis, dan bertanggung jawab, didukung oleh aparatur yang kompeten

dan professional

3. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and

clean governance)

Indeks Reformasi Birokrasi

Indeks 60,02 (B)

62,23 (B)

64,55 (B)

66,97 (B)

69,52 (B)

72,85 (BB)

73,59 (BB)

1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Indeks Kepuasan Masyarakat

Nilai 86 86,25 86,50 86,75 87 87,25 87,50

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

Indeks 3,05 3,07 3,10 3,20 3,30 3,40 3,55

2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan daerah dan desa

Nilai SAKIP Indeks 58,11 (CC)

62,75 (B)

64,64 (B)

66,60 (B)

68,64 (B)

70,75 (BB)

72,94 (BB)

Status Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah

predikat - C B B B A A

Indeks Desa

Membangun

Indeks 0,6817 0,6891 0,6965 0,7039 0,7113 0,7187 0,7261

Nilai Kematangan Organisasi Daerah

Indeks - 19 19,1 20,5 22,5 24,5 26,5

Indeks Sistem Merit

Indeks - 0,51 0,56 0,60 0,65 0,68 0.73

Indeks Manajemen Risiko

Level 1 1 1 2 2 2 3

4 Meningkatkan pemerataan

pembangunan guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar, dan pertumbuhan

4. Meningkatkan kinerja

pemenuhan sarana dan prasarana wilayah

Rata-rata Ketercapaian

Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah

Persen 73,73 74,43 71,70 75,71 79,72 83,72 87,45

1. Meningkatnya kualitas infrastuktur

Persentase infrastruktur bidang pekerjaan

Persen 72,02 73,93 62,90 65,80 68,68 71,53 74,48

V - 12

No Misi Tujuan Indikator

Kinerja Tujuan Sasaran

Indikator Kinerja Sasaran

Satuan

Kondisi Awal

Target Capaian

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

ekonomi daerah bidang pekerjaan

umum

umum dalam

kondisi baik

2. Meningkatnya rumah layak huni

Persentase rumah layak huni

Persen 77,07 77,77 78,00 78,50 79,00 79,50 80,00

3. Meningkatnya pelayanan transportasi yang

handal

Indeks Pelayanan Transportasi

Persen 48,89 56,43 59,04 66,73 74,43 82,13 88,93

5 Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender,

serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan

5. Meningkatka

n kondisi

daerah yang aman dan

kondusif

Angka Kriminalitas

Persen 2,75 2,64 2,53 2,45 2,30 2,25 2,20

1. Meningkatnya penanganan gangguan Trantibum Linmas

Persentase Permasalahan Tibumtranmas yang diselesaikan

Persen 98,80 98,82 98,95 99,05 99,18 99,32 99,42

2. Meningkatnya

penanganan konflik sosial masyarakat

Persentase

peningkatan penanganan konflik sosial

Persen 2 2 2 2 2 3 5

6. Meningkatkan pembangunan responsif gender, perlindungan

anak dan ketahanan keluarga

Indeks Pembangunan Gender

Indeks 96,38 96,40 96,41 96,43 96,44 96,45 96,46

1. Meningkatnya partisipasi perempuan

dalam pembangunan

Indeks Pemberdayaan Gender

Indeks 74,97 (2019)

75,12 75,30 75,35 75,47 75,50 75,55

2. Meningkatnya perlindungan dan

pemenuhan hak anak

Predikat Capaian Kabupaten Layak

Anak

Pratama Pratama

Madya Madya Madya Madya Madya

6 Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan

7. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Indeks 69,12 69,27 69,47 69,67 69,87 70,07 70,27

1. Meningkatnya kualitas udara,

Indeks Kualitas Udara

Indeks 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68

V - 13

No Misi Tujuan Indikator

Kinerja Tujuan Sasaran

Indikator Kinerja Sasaran

Satuan

Kondisi Awal

Target Capaian

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

tetap menjaga

kelestariannya.

daerah dalam

penanggulangan bencana

air dan tutupan

lahan

Indeks Kualitas Air Indeks 53,33 53,73 54,12 54,52 54,92 55,32 55,72

Indeks Tutupan Lahan

Indeks 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57

2. Meningkatnya kapasitas daerah dalam mengurangi risiko bencana

Indeks Risiko Bencana

Nilai 143,20 143,20 143,10 143,10 143 142,90 142,50

7 Meningkatkan

pemberdayaan pemuda, olahraga serta

melestarikan seni dan budaya lokal.

8. Meningkatka

n kualitas pemuda, olah raga dan seni budaya

Prestasi bidang

pemuda, olah raga dan seni budaya

Persen 55,38 60,68

64,35 68,59 71,72 75,39 78,52

1. Meningkatnya peran serta pemuda dalam pembangunan

Persentase organisasi pemuda aktif

Persen 76,67 76,67 80,00 83,33 83,33 86,67 86,67

2. Meningkatnya kualitas pembangunan olahraga

Persentase cabang olahraga berprestasi

Persen 13,33 26,67 33,33 40,00 46,67 53,33 60,00

3. Meningkatnya pelestarian seni dan budaya

Persentase seni dan budaya yang dilestarikan

Persen 76,15 78,71 79,71 82,43 85,16 86,16 88,88

VI - 1

BAB VI

STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN

DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

6.1. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah

Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026, dirumuskan strategi pembangunan

daerah. Strategi pembangunan ini merupakan panduan dalam menentukan

program prioritas pembangunan daerah yang akan dilaksanakan selama lima

tahun kedepan. Strategi tersebut disusun dalam rangka pencapaian sasaran

pembangunan daerah. Setiap strategi disertai inovasi yang berorientasi

terhadap pencapaian sasaran pembangunan yang dituju dan mendukung

pencapaian misi. Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif

tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD

dengan efektif dan efisien. Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran serta

Strategi yang akan diterapkan terlihat dalam Tabel berikut:

VI - 2

Tabel 6.1.

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pembangunan Tahun 2021-2026

VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”

Misi Tujuan Sasaran Strategi

1. Meningkatkan kualitas SDM Unggul, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi.

Meningkatkan SDM Kabupaten Semarang yang mandiri, sejahtera dan berdayasaing

Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat secara luas

a. Peningkatan capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan;

b. Pemberian beasiswa pendidikan bagi siswa setingkat SMA dan Perguruan Tinggi;

c. Peningkatan akses dan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan;

d. Peningkatan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan alumni terkait wawasan Pendidikan;

e. Pemerataan kualitas dan distribusi pendidik dan tenaga kependidikan;

f. Pengembangan kurikulum berbasis ketrampilan (skill), pengetahuan (knowledge), perilaku (attitude) dan budaya pembelajaran (learning culture).

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

a. Peningkatan capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

b. Peningkatan upaya penerapan pola hidup bersih dan

sehat;

c. Peningkatan upaya promosi dan pemberdayaan kesehatan masyarakat melalui pendampingan tenaga kesehatan desa/kelurahan;

d. Peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Kesehatan.

e. Peningkatan jumlah dan kompetensi Tenaga Kesehatan;

f. Peningkatan cakupan jaminan kesehatan masyarakat.

VI - 3

VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”

Misi Tujuan Sasaran Strategi

2. Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis industri, pertanian dan

pariwisata (INTANPARI), perdagangan, jasa serta sektor lain yang berwawasan lingkungan

Mempercepat pemulihan ekonomi untuk menahan laju peningkatan

kemiskinan dan pengangguran serta penguatan kemandirian pangan

Meningkatnya pertumbuhan PDRB sektor unggulan

a. Penyediaan Kawasan Industri yang pro investasi;

b. Penguatan permodalan dan pendampingan Usaha Kecil dan Mikro (UKM);

c. Penguatan kelembagaan koperasi yang sehat;

d. Peningkatan promosi, pemasaran produk dan pemberdayaan UKM secara terpadu dan digital;

e. Pengembangan pasar tradisional menuju pasar ber-SNI;

f. Peningkatan produksi, produktivitas dan pemasaran pertanian maupun perikanan;

g. Peningkatan sarana dan prasarana pertanian dan perikanan;

h. Peningkatan SDM penyuluh pertanian, tenaga medis/paramedis kesehatan hewan dan pemberdayaan kelompok tani;

i. Pengembangan agrowisata secara terintegrasi;

j. Peningkatan sarana dan prasarana obyek wisata, destinasi wisata dan kawasan wisata strategis;

k. Peningkatan kemandirian desa wisata;

l. Peningkatan promosi dan pemasaran destinasi wisata melalui penyelenggaraan kalender event berbasis tekonologi digital;

m. Peningkatan kerjasama dan kapasitas SDM pariwisata serta ekomoni kreatif;

n. Pengembangan industri pariwisata berbasis MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition).

Meningkatnya pertumbuhan

a. Peningkatan sarana dan prasarana Kawasan Peruntukan Industri;

VI - 4

VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”

Misi Tujuan Sasaran Strategi

penanaman modal b. Pengembangan iklim, sistem dan layanan perijinan secara terintegrasi;

c. Peningkatan promosi investasi;

d. Peningkatan sinergi Pemerintah dengan pelaku usaha.

Meningkatnya ketahanan pangan

a. Peningkatan daya saing pangan;

b. Peningkatan ketersediaan, distribusi, cadangan pangan, stabilitas harga dan pasokan pangan, konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), serta mutu dan keamanan pangan.

Menurunnya penduduk miskin dan pengangguran

a. Menurunkan beban kebutuhan dasar warga miskin;

b. Peningkatan pendapatan warga miskin;

c. Peningkatan kompetensi pencari kerja dan tenaga kerja;

d. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha;

3. Meningkatkan Pemerintahan yang baik, bersih, demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh Aparatur yang kompeten dan profesional

Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance)

Meningkatnya kualitas pelayanan public

a. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang inovatif;

b. Peningkatan pelaksanaan E-Government menuju Smart City;

c. Peningkatan pelayanan yang tepat waktu dan mutu;

d. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik;

e. Peningkatan digitalisasi kearsipan pemerintahan;

f. Peningkatan pengelolaan Informasi dan Dokumentasi.

Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen

a. Peningkatan sinergitas perencanaan, penganggaran, pengendalian dan evaluasi;

VI - 5

VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”

Misi Tujuan Sasaran Strategi

pemerintahan daerah dan desa

b. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan akuntabel;

c. Penguatan Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah (SPIP).

d. Penataan Organisasi Perangkat Daerah berbasis fungsi dan kinerja;

e. Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan sumberdaya aparatur pemerintah;

f. Penguatan kapasitas kelembagaan desa;

g. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur desa;

h. Pemberdayaan potensi masyarakat dan desa.

4. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah

Meningkatkan kinerja pemenuhan sarana dan prasarana wilayah

Meningkatnya kualitas infrastruktur bidang pekerjaan umum

a. Peningkatan kualitas jalan dan jembatan terutama di wilayah perbatasan dan akses wisata;

b. Peningkatan bangunan pelengkap jalan untuk memperpanjang usia konstruksi dengan drainase atau talud;

c. Pengembangan, rehabilitasi dan pemeliharaan daerah irigasi dan embung;

d. Peningkatan penyediaan air bersih;

e. Peningkatan infastruktur sanitasi;

f. Peningkatan pengawasan dan pemetaan kualitas bangunan/gedung fasilitas umum dan milik daerah;

g. Peningkatan pengawasan dan pengendalian bangunan/ gedung terhadap kesesuaian dengan tata ruang.

Meningkatnya rumah layak huni

a. Peningkatan sinergi pemerintah dan swasta dalam penyediaan rumah layak huni;

b. Peningkatan penanganan kawasan kumuh dan

VI - 6

VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”

Misi Tujuan Sasaran Strategi

permukiman kumuh;

c. Peningkatan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman;

Meningkatnya pelayanan transportasi yang handal

a. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang berkualitas, merata dan berkeselamatan;

b. Peningkatan jangkauan layanan penyelenggaraan transportasi rintisan di daerah perbatasan;

c. Peningkatan pengadaan layanan transportasi gratis untuk anak sekolah yang belum terlayani trayek angkutan.

5. Meningkatkan kepastian hukum,

penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan

Meningkatkan kondisi daerah yang aman dan kondusif

Meningkatnya Penanganan gangguan Trantibum Linmas

a. Peningkatan koordinasi keamanan dan ketertiban;

b. Peningkatan penegakan dan pemahaman masyarakat terhadap hukum;

Meningkatnya penanganan konflik sosial masyarakat

a. Peningkatan edukasi kesadaran politik masyarakat.

b. Peningkatan pencegahan potensi konflik di masyarakat;

c. Peningkatan penanganan konflik;

d. Peningkatan pemulihan pasca konflik.

Meningkatkan pembangunan responsif gender, perlindungan anak dan ketahanan keluarga

Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan

a. Peningkatan produktivitas ekonomi perempuan dalam rumah tangga;

b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutama-an Gender (PUG) dan kelembagaan perlindungan perempuan;

c. Peningkatan peran perempuan secara aktif dalam Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

VI - 7

VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”

Misi Tujuan Sasaran Strategi

(PPRG).

Meningkatnya perlindungan, pemenuhan hak anak

a. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak;

b. Peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat dalam menurunkan kekerasan terhadap anak;

c. Peningkatan sarana prasarana publik yang ramah anak.

6. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan daerah dalam penanggulangan bencana

Meningkatnya kualitas udara, air dan tutupan lahan

a. Peningkatan pengendalian dan pemantauan kualitas udara, dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK);

b. Peningkatan layanan pengelolaan sampah, sarana dan prasarana persampahan;

c. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan (Reduce, Reuse dan Recycle);

d. Peningkatan pengendalian dan pemantauan kualitas air sungai, buangan air limbah domestik dan industri;

e. Peningkatan vegetasi tanaman, konservasi lahan dan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Meningkatnya kapasitas daerah dalam mengurangi risiko bencana

a. Peningkatan kapasitas tata kelola penanggulangan bencana;

b. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana;

c. Penguatan upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim;

d. Peningkatan prasarana sarana mitigasi dan pengurangan risiko bencana.

7. Meningkatkan pemberdayaan Meningkatkan kualitas Meningkatnya peran a. Peningkatan pemberdayaan dan pengembangan

VI - 8

VISI: “Bersatu, Berdaulat Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI), Dengan Semangat Gotong-Royong Berdasarkan Pancasila Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika”

Misi Tujuan Sasaran Strategi

pemuda, olah raga serta melestarikan seni dan budaya lokal

pemuda, olah raga dan seni budaya

serta pemuda dalam pembangunan

organisasi kepemudaan;

b. Peningkatan sarana dan prasarana kepemudaan.

Meningkatnya kualitas pembangunan olahraga

a. Peningkatan penyelenggaraan kejuaraan olah raga;

b. Peningkatan kelembagaan, sarana dan prasarana olah raga;

c. Peningkatan pembinaan dan pengembangan olah raga pendidikan.

Meningkatnya pelestarian seni dan budaya

a. Peningkatan pelestarian benda situs dan kawasan cagar budaya;

b. Peningkatan penguatan nilai-nilai seni dan budaya.

VI - 9

6.2. ARAH KEBIJAKAN TAHUNAN

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan sesuai

dengan visi dan misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Semarang,

ditetapkan arah kebijakan tahunan dalam RKPD tahun 2022 sampai dengan

RKPD Tahun 2026. Arah kebijakan tahunan ini menjadi acuan dan penentuan

prioritas dan fokus pembangunan setiap tahunnya.

Perincian arah kebijakan perencanaan tahunan pada RKPD Tahun 2022

sampai dengan RKPD Tahun 2026 diuraikan sebagai berikut:

2022 Percepatan Pemulihan

Sosial dan Ekonomi yang didukung dengan

daya saing daerah

Peningkatan ekonomi kerakyatan yang didukung

oleh sumber daya manusia dan infrastruktur

yang berkualitas

2023 2024 Penguatan kapasitas

SDM dan ekonomi yang didukung oleh tata

kelola pemerintahan yang berkualitas

Perwujudan masyarakat Kabupaten Semarang

yang BERDIKARI

2025

2026 Pemantapan

masyarakat Kabupaten Semarang yang

BERDIKARI

VI - 10

Tabel 6.2.

Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

Arah Kebijakan: Arah Kebijakan Arah Kebijakan Arah Kebijakan Arah Kebijakan

Percepatan Pemulihan Sosial dan

Ekonomi yang didukung dengan

daya saing daerah

Peningkatan ekonomi kerakyatan

yang didukung oleh sumber daya

manusia dan infrastruktur yang berkualitas

Penguatan kapasitas SDM dan

ekonomi yang didukung oleh

tata kelola pemerintahan yang berkualitas

Perwujudan masyarakat

Kabupaten Semarang yang

BERDIKARI

Pemantapan masyarakat Kabupaten

Semarang yang BERDIKARI

Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan

a. Penciptaan lapangan kerja dan

penguatan daya saing

ekonomi;

b. Pengurangan tingkat kemiskinan dan

pengangguran;

c. Percepatan pemulihan ekonomi berbasis potensi lokal;

d. Peningkatan kualitas

sumber daya manusia;

e. Peningkatan tata kelola

pemerintahan;

f. Pelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko

bencana.

a. Peningkatan pertumbuhan

ekonomi kerakyatan berbasis

potensi unggulan;

b. Peningkatan ketahanan

keluarga, peran perempuan dan anak;

c. Penguatan kelembagaan

pemuda, seni dan budaya;

d. Peningkatan kualitas sumber

daya manusia;

e. Peningkatan kualitas infrastruktur, kualitas

pengelolaan lingkungan

hidup dan kesiapsiagaan

bencana.

a. Penguatan sumber daya

manusia yang unggul;

b. Peningkatan kesempatan

kerja dan penguatan daya

saing ekonomi; c. Penguatan tata kelola

pemerintahan yang baik

dan kondusifitas wilayah;

d. Penguatan ketahanan

keluarga, peran perempuan

dan anak.

a. Pencapaian sumber daya

manusia yang unggul;

b. Pencapaian kemandirian ekonomi kerakyatan;

c. Pencapaian tatakelola

pemerintahan yang baik dan bersih;

d. Pencapaian pemerataan

sarana dan prasarana wilayah

yang berkualitas;

e. Pencapaian keluarga sejahtera,

peran perempuan dan

pemenuhan hak anak.

f. Pencapaian pengelolaan lingkungan hidup dan

ketahanan bencana yang

berkelanjutan;

g. Pencapaian pemuda berprestasi, kemandirian seni

dan budaya lokal.

a. Pemantapan sumber daya

manusia yang unggul;

b. Pemantapan kemandirian ekonomi kerakyatan;

c. Pemantapan tatakelola

pemerintahan yang baik dan bersih;

d. Pemantapan pemerataan

sarana dan prasarana wilayah

yang berkualitas;

e. Pemantapan keluarga

sejahtera, peran perempuan

dan pemenuhan hak anak.

f. Pemantapan pengelolaan lingkungan hidup dan

ketahanan bencana yang

berkelanjutan;

g. Pemantapan pemuda berprestasi, kemandirian seni

dan budaya.

VI - 11

6.3. PERAN KABUPATEN SEMARANG DALAM PENGEMBANGAN

KAWASAN

Berdasarkan Perpres Nomor 79 Tahun 2019 Kabupaten Semarang

sebagai bagian dari Kawasan Kedungsepur memiliki potensi utama pada

sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan perikanan, sektor

pariwisata serta sektor perdagangan/jasa.

Dalam rangka mencapai dan meningkatkan kemanfaatan

pembangunan ekonomi maka percepatan pembangunan dilaksanakan

secara terpadu dan terintegrasi dalam Rencana Induk Pembangunan

Kawasan sehingga diperlukan kerja sama dengan daerah lain, serta

dukungan komitmen pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah

serta dunia usaha.

Peran Kabupaten Semarang sebagai bagian Kawasan Kedungsepur,

mendukung percepatan pembangunan di Jawa Tengah yang meliputi:

a. Kawasan Strategis bidang pertumbuhan ekonomi;

b. Kawasan Strategis bidang sosial dan budaya;

c. Kawasan Strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam dan / atau

teknologi tinggi;

d. Kawasan Strategis perlindungan fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup; dan

e. Kawasan Strategis bidang pertahanan dan keamanan.

Kawasan Strategis bidang pertumbuhan ekonomi meliputi:

a. Kawasan Industri di Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bawen,

Kecamatan Tengaran; Kecamatan Susukan, dan Kecamatan Kaliwungu;

b. Kawasan perkotaan strategis pada kawasan perkotaan Ungaran,

Ambarawa, Suruh dan Tengaran;

c. Kawasan cepat berkembang di sekitar Jalan Tol Semarang - Solo dan di

sekitar Jalan Ungaran - Bawen; dan

d. Kawasan pusat pengembangan pariwisata pada kawasan pariwisata

Bandungan dan kawasan pariwisata Kopeng.

Kawasan Strategis bidang sosial dan budaya meliputi Kawasan Kota

Bersejarah Ambarawa.

Kawasan Strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam dan /

VI - 12

atau teknologi tinggi meliputi:

a. Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air Jelok dan Timo; dan

b. Kawasan pemanfaatan panas bumi di Gunung Telomoyo.

Kawasan Strategis perlindungan fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup meliputi:

a. Kawasan lindung Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo;

b. Kawasan hulu Daerah Aliran Sungai Bodri di Kecamatan Sumowono.

Kawasan Strategis bidang pertahanan dan keamanan meliputi:

a. Kawasan peruntukan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan

pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional adalah kawasan

militer di Kecamatan Ambarawa; dan

b. Kawasan peruntukan bagi basis militer, daerah latihan militer, dan

daerah uji coba sistem persenjataan adalah kawasan latihan militer di

Kecamatan Sumowono, kawasan Gunung Telomoyo dan kawasan

Gunung Ungaran.

6.4. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Implementasi program unggulan daerah Tahun 2021-2026 yang

merupakan program unggulan Bupati dan Wakil Bupati Semarang dalam

lima tahun ke depan, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

dijabarkan dalam Tabel 6.3 dan Program Pembangunan Daerah yang

Disertai Pagu Indikatif untuk mendanai tujuan, sasaran daerah

sebagaimana dalam Tabel 6.4 di bawah.:

VI - 13

Tabel 6.3. Rencana Implementasi Program Unggulan Daerah Tahun 2021-2026

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

1. Menciptakan Pendidikan yang berkarakter,

Nasionalis dan Religius, baik di Sekolah

maupun di luar Sekolah

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan,

Program Pengembangan kurikulum, Program Penguatan

Ideologi Pancasila dan Karakter Kebangsaan

2. Kartu Serasi Pintar, berupa Peningkatan

Pemberian Bantuan Beasiswa Miskin, Difabel,

Siswa berprestasi di Sekolah Pendidikan Dasar

Negeri maupun Swasta, SMA/SMK/Sederajat,

serta untuk Mahasiswa yang Kuliah maksimal

S1.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan

3. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang

berkualitas, memiliki Ketrampilan Teknis dan

berdaya saing, serta menguasai Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan,

Program Pemberdayaan Sosial, Program Pelatihan Kerja dan

Produktivitas Tenaga Kerja, Program Pengarusutamaan Gender

dan Pemberdayaan Perempuan, Program Peningkatan

Pendidikan, Pelatihan Dan Penyuluhan Lingkungan Hidup

Untuk Masyarakat, Program Pemberdayaan Lembaga

Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan Masyarakat Hukum

Adat, Program Pemberdayaan dan Peningkatan Keluarga

Sejahtera (KS), Program Pendidikan dan Latihan

Perkoperasian, Program Pemberdayaan Usaha Menengah,

Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM), Program

Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan, Program

Pengembangan Kapasitas Daya Saing Keolahragaan, Program

VI - 14

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

Pembinaan Perpustakaan, Program Pengembangan Sumber

Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Program Penyuluhan

Pertanian, Program Perencanaan dan Pembangunan Industri,

Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Program

Penguatan Ideologi Pancasila dan Karakter Kebangsaan

4. Bantuan Layanan Internet untuk Anak Sekolah V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan

5. Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga

Kependidikan Dasar Negeri, Swasta dan Non

Formal. (Diantaranya : Guru PAUD, TK, MI,

MTS, Madrasah Diniyah, TPA, Sekolah Minggu)

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan dan

Program Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat

6. Pembangunan/Rehab Sarana Prasarana

Pendidikan Dasar Negeri, Swasta dan

Pendidikan Non Formal

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan

7. Membebaskan biaya Kelompok Belajar Paket A,

Paket B dan Paket C

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pendidikan

8. Meningkatkan upaya Pencegahan, Pengendalian

dan Penanganan dan Dampak Penyebaran

Wabah Covid – 19, diantaranya :

a. Memaksimalkan Sosialisasi Protokol

Kesehatan, Pemberian Bantuan Masker,

Hand sanitizer, Disinfektan, Tempat Cuci

Tangan ditempat Ruang Publik, Fasilitas

Umum dan Fasilitas Sosial, serta Operasi

Yustisi Penegakan disiplin Masyarakat

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Program

Penanggulangan Bencana, Program Perlindungan dan

Jaminan Sosial, Program Informasi dan Komunikasi Publik,

Program Peningkatan Sarana Distribusi Perdagangan, Program

Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan

Masyarakat Hukum Adat, Program Koordinasi Ketentraman

dan Ketertiban Umum

VI - 15

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

terhadap Protokol Kesehatan.

b. Peningkatan Layanan Kesehatan

Masyarakat bagi yang terpapar Covid – 19

dan yang diisolasi mandiri, dibantu Jaring

Pengaman Sosial / Makanan Siap Saji dan

Vitamin selama masa Isolasi.

c. Mendukung Program Jogo Tonggo

9. Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat

dalam rangka Menurunkan Angka kematian Ibu

dan Anak, Pencegahan dan penanganan

Stunting, serta meningkatkan Angka Harapan

Hidup, melalui Peningkatan layanan Posyandu

Anak, Posyandu Lansia dan Kesehatan Ibu

Hamil / Menyusui.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Program

peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan dan

Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

10. Meningkatkan Insentif Kader Posyandu Anak

dan Lansia di Desa / Kelurahan.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat

11. Kartu Serasi Sehat Gratis, diprioritaskan untuk

Warga Miskin, Penderita Penyakit Menahun,

Kaum Difabel, Buruh Harian Lepas, Lansia,

Guru PAUD, Guru TK, Guru Madrasah Diniyah,

Guru TPA, Guru Sekolah Minggu, Khotib,

Pengkhotbah, Marbot, Penjaga Tempat Ibadah,

Modin, Pelaku Seni, Anggota Linmas, dan

Pengurus RT/RW

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat

VI - 16

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

12. Penyediaan Tenaga Pendamping Kesehatan

Masyarakat, untuk meningkatkan Gerakan

Masyarakat (Germas) Hidup Sehat

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat

Bidang Kesehatan

13. Pelayanan Ambulance Serasi Gratis, berupa

Ambulance Layanan Kesehatan Gratis dan

Mobil Jenazah Gratis

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemenuhan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat

14. Pembangunan Rumah Sakit di Wilayah

Kabupaten Semarang Selatan, baik oleh

Pemerintah Daerah maupun Pihak Swasta

- - V V - Akan dibangun dan kerjasama dengan pihak swasta.

15. Meningkatkan Bantuan Sosial Keagamaan

diantaranya : Bantuan untuk Tempat Ibadah,

Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, TPA,

Kegiatan Keagamaan, Forum Komunikasi Umat

Beragama, Ormas Sosial Keagamaan dan

fasilitasi Pelaksanaan Ibadah Haji

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat

16. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Koperasi,

UMKM, Ekonomi Kreatif dan memfasilitasi

Kredit Lunak serta Pengembangan Pemasaran

Hasil Produksi Berbasis Teknologi.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan dan

Perlindungan Koperasi, Program Pemberdayaan Usaha

Menegah, Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM) dan Program

Pengembangan UMKM

VI - 17

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

17. Pembangunan UKM Center V V - - - Dilaksanakan melalui Program Pengembangan UMKM

18. Peningkatan Pasar Tradisional yang Modern V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan sarana distribusi

perdagangan

19. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata,

Penataan Kawasan Wisata Strategis, Desa

Wisata dan Kampung Wisata yang Terintegrasi

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan daya tarik

destinasi pariwisata

20. Kalender Event Pariwisata untuk promosi

Pariwisata

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemasaran Pariwisata

21. Meningkatkan Lapangan Kerja, Pelatihan

Ketrampilan Tenaga Kerja / Difabel dan

Pemberdayaan Kaum Milenial untuk

menciptakan Calon Wirausaha Muda

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pelatihan Kerja dan

Produktivitas Tenaga Kerja dan Program Pemberdayaan Sosial

22. Meningkatkan Pembinaan Hubungan Industrial V V V V V Dilaksanakan melalui Program Hubungan Industrial

23. Peningkatan Produktifitas dan Hasil Produksi

Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan

berbasis Teknologi untuk mendukung

Ketahanan Pangan, serta fasilitasi

pemasarannya

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan Diversifikasi Dan

Ketahanan Pangan Masyarakat, Program Penyediaan dan

pengembangan sarana pertanian, Program Penyediaan dan

Pengembangan Prasarana Pertanian, Program Pengelolaan

Perikanan Tangkap, Program Pengelolaan Perikanan Budidaya,

Program Pengolaha.n dan Pemasaran Hasil Perikanan

VI - 18

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

24. Meningkatkan ketersediaan air untuk

mencukupi kebutuhan Pertanian, diantaranya

Pembuatan Embung dan pembuatan Sumur

Dalam Tenaga Surya

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyediaan dan pengembangan

prasarana pertanian

25. Bantuan Subsidi Asuransi Pertanian, yang

merupakan salah satu usaha melindungi

produktifitas Pertanian dari peristiwa yang

menyebabkan kerugian disektor Pertanian

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengendalian dan

penanggulangan bencana pertanian

26. Meningkatkan Kesejahteraan Penyuluh

Pertanian Lapangan dan Petugas Kesehatan

Hewan

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyuluhan Pertanian,

Program Pengendalian kesehatan hewan dan kesehatan

masyarakat veteriner

27. Pembangunan Wisata Edukasi Pertanian yang

Terintegrasi

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyediaan dan pengembangan

prasarana pertanian

28. Meningkatkan Pemberdayaan Kelompok Tani,

Gapoktan dan Kelompok Wanita Tani

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyuluhan pertanian

29. Bantuan Serasi Kasih, Pemberian Bantuan

Makanan Bergizi bagi Penderita Penyakit

Menahun, Lansia dan Difabel yang tidak

produktif

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Perlindungan dan jaminan

sosial

30. Pemberian Santunan untuk Anak Yatim Piatu,

Fakir Miskin dan Anak Terlantar

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat

31. Peningkatan Pemberian Bantuan Sosial

Kemasyarakatan, diantaranya: Bantuan

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Perlindungan dan jaminan

sosial.

VI - 19

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

Sandang, Papan, Pangan, diprioritaskan untuk

Masyarakat Miskin

32. Pemberian Insentif untuk Khotib, Pengkhotbah,

Marbot dan Penjaga Tempat Ibadah

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat

33. Pemberian Santunan Kematian V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat

34. Penyempurnaan Data Terpadu Kesejahteraan

Sosial (DTKS).

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Perlindungan dan jaminan

sosial

35. Rumah Dinas Bupati dan Rumah Dinas Wakil

Bupati sebagai Rumah Aspirasi Rakyat

V V V V V Dilaksanakan melalui Program administrasi umum

36. Peningkatan Reformasi Birokrasi. V V V V V Dilaksanakan Program Pemerintahan dan Kesejahteraan

Rakyat, Program Penyelenggaraan Pengawasan, Program

Perumusan Kebijakan, Pendampingan dan Asistensi, Program

Kepegawaian Daerah, Program Pengembangan Sumber Daya

Manusia, Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

Pembangunan Daerah, Program Koordinasi dan Sinkronisasi

Perencanaan Pembangunan Daerah

37. Pembangunan Mall Pelayanan Publik V V - - - Dilaksanakan melalui Program Penataan Bangunan Gedung

dan Program Pelayanan penanaman modal

38. Terciptanya Iklim Investasi yang kondusif,

dengan menjaga Stabilitas Keamanan dan

Politik, serta memberikan Kepastian Hukum

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengembangan iklim

penanaman modal, Program Pemerintahan dan Kesejahteraan

Rakyat, Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional Dan

Peningkatan Kualitas Dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial

VI - 20

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

39. Pemindahan Pusat Pemerintahan V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat. Program penyelesaian ganti kerugian

dan santunan tanah untuk pembangunan,

Program Penataan Bangunan dan Lingkungan

40. Penyediaan Wifi Gratis di sekolahan, Tempat

Umum, Ruang Publik dan Perkantoran.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Informasi dan Komunikasi

Publik

41. Penyediaan Jaringan Internet Desa /

Kelurahan,

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Informasi dan Komunikasi

Publik

42. Pemberdayaan BUMDes V V V V V Dilaksanakan melalui Program Administrasi Pemerintahan

Desa

43. Bantuan keuangan desa, V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penataan Desa, Program

Pengelolaan Keuangan Daerah

44. Pemberdayaan dan Pemberian Insentif

Pengurus Tim Penggerak PKK Tingkat Desa /

Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan lembaga

kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat

45. Meningkatkan Kesejahteraan Kepala Desa,

Perangkat Desa, Anggota BPD serta Pengurus

RT / RW.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan lembaga

kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat

46. Peningkatan Kesejahteraan ASN dan Pegawai

Non ASN.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Kepegawaian Daerah

47. Lapor Bupati sebagai layanan Aspirasi dan

pengaduan Online Rakyat (melalui WhatsApp,

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Informasi dan Komunikasi

Publik

VI - 21

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

Instagram, Facebook serta Twitter)

48. Optimalisasi Penyediaan Air bersih yang aman. V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan dan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

49. Peningkatan / Pembangunan Infrastruktur

yang berkelanjutan diprioritaskan untuk

Wilayah Perbatasan.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan dan

Pengembangan Sistem Drainase, Program Pengembangan

Permukiman, Program Penyelenggaraan Jalan

50. Perluasan Kawasan Industri V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyelenggaraan Penataan

Ruang, Program Promosi Penanaman Modal

51. Pembangunan Ruang Terbuka Publik dan

Ruang Terbuka Hijau

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Keanekaragaman

Hayati (KEHATI). Program Penataan Bangunan dan

Lingkungan

52. Peningkatan sarana dan prasarana tranportasi

yang berkualitas, merata dan berkeselamatan,

serta Penyelengaraan Transportasi Rintisan di

Daerah perbatasan.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyelenggaraan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (LLAJ)

53. Pemberian Layanan Transportasi Gratis, untuk

anak sekolah yang belum terlayani trayek

angkutan bekerjasama dengan Pelaku Jasa

Transportasi.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Penyelenggaraan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (LLAJ)

54. Pemberian Insentif bagi Anggota Linmas V V V V V Dilaksanakan melalui Program Peningkatan Ketenteraman dan

Ketertiban Umum

55. Mendorong terciptanya partisipasi dan

kemandirian Masyarakat untuk mewujudkan

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengarusutamaan Gender dan

Pemberdayaan Perempuan dan Program Perlindungan Khusus

VI - 22

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

pemantapan situasi dan kondisi peri

kehidupan bermasyarakat yang didukung oleh

Penegakan HAM, Kesetaraan dan Keadilan

Gender, serta Perlindungan Anak.

Anak

56. Memfasilitasi serta meningkatkan Kegiatan

Sosialisasi dan Pencegahan terhadap bahaya

Narkoba

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pembinaan dan Pengembangan

Ketahanan Ekonomi, Sosial, dan Budaya

57. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup

melalui Pengendalian dan Pengawasan

terhadap Dampak Pencemaran Lingkungan

Hidup.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengendalian Pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan Hidup

58. Pelestarian Sumber Mata Air. V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengendalian Pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan Hidup

59. Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu disetiap Kecamatan, kecuali

Kecamatan yang berdekatan dengan TPA

Blondo

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Persampahan

60. Peningkatan Sarana Prasarana Pemuda dan

Olahraga, Pemberian Bantuan Hibah Sarana

Prasarana Olahraga dan Pemberian

penghargaan kepada Atlet Berprestasi.

V V V V V Dilaksanakan melalui

Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan,

Program Pengembangan kapasitas daya saing keolahragaan

61. Melestarikan Budaya Lokal dengan upaya

diantaranya memakai Pakaian Gagrak

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengembangan Kebudayaan

VI - 23

Program Unggulan Tahun

Keterangan 2022 2023 2024 2025 2026

Semarang bagi Pegawai Instansi Pemerintah

Daerah, BUMD dan Pemerintah Desa.

62. Menyediakan Fasilitas Seni dan Budaya, serta

memberikan bantuan hibah Sarana Prasarana

dan Pentas Kesenian.

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pengembangan Kebudayaan,

Program Pengembangan kesenian tradisional

63. Melestarikan dan Merenovasi Makam-makam

bersejarah, tempat-tempat bersejarah dan

Pahlawan Nasional

V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pelestarian dan pengelolaan

cagar budaya dan Program Pengelolaan permuseuman,

Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawa

64. Pemberdayaan Karang Taruna. V V V V V Dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan lembaga

kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat,

Program Pemberdayaan Sosial

VI - 24

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Meningkatkan kualitas SDM unggul yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

403.044.571 366.423.962 381.842.455 385.479.698 399.005.836 413.023.952 1.945.775.903

1 1 Meningkatkan SDM Kabupaten Semarang yang mandiri, sejahtera dan berdayasaing

Indeks Pembangunan Manusia poin 74,10 74,10 403.044.571 74,30 366.423.962 74,50 381.842.455 74,70 385.479.698 74,90 399.005.836 75,10 413.023.952 75,10 1.945.775.903

1 1 1 Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat secara luas

Angka Harapan Lama Sekolah tahun 12,97 12,98 260.156.705 12,99 234.149.886 13 243.799.843 13,01 244.069.131 13,02 251.381.491 13,03 258.893.739 13,03 1.232.294.090

Angka Rata-rata Lama Sekolah tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07 8,071.01.02 Program Pengelolaan Pendidikan Presentase Rata-rata Capaian SPM

Bidang Pendidikan% 69,43 69,45 259.128.025 69,47 233.299.970 69,49 242.631.969 69,51 242.886.257 69,53 250.172.845 69,55 257.678.031 69,55 1.226.669.072 Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Kepemudaan dan

Olahraga1.01.03 Program Pengembangan Kurikulum Persentase Sekolah yang

melaksanakan pendidikan muatan lokal di sekolah

% 100,00 100,00 99.990 100,00 94.362 100,00 97.350 100,00 97.350 100,00 101.999 100,00 102.509 100,00 493.570 Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.01.04 Program Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Persentase kebutuhan guru sesuai kualifikasi

% 51,43 51,43 10.000 - - - - - - - - - - - - Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.01.05 Program Pengendalian Perizinan Pendidikan

Peningkatan Lembaga Pendidikan Berizin

Satuan Pendidikan

2,00 1,00 38.500 1,00 56.002 1,00 38.500 1,00 38.500 1,00 39.274 1,00 39.470 5,00 211.746 Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.01.06 Program Pengembangan Bahasa dan Sastra

Persentase Guru yang dibina dalam Pengembangan Bahasa dan Sastra

% 41,74 42,00 266.076 42,00 - 43,00 266.076 44,00 266.076 45,00 271.425 46,00 272.781 46,00 1.076.358 Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

2.23.02 Program Pembinaan Perpustakaan Persentase Budaya Baca dan Pengembangan Perpustakaan

% 65,00 67,00 614.114 70,00 684.552 75,00 705.948 80,00 705.948 90,00 705.948 100,00 705.948 100,00 3.508.344 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

2.23.03 Program Pelestarian Koleksi Nasional dan Naskah Kuno

Persentase Koleksi Nasional dan Naskah Kuno yang dilestarikan

% 0,00 0,00 - 0,10 15.000 0,20 60.000 0,30 75.000 0,40 90.000 0,50 95.000 0,50 335.000 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

1 1 2 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

Angka Harapan Hidup tahun 75,73 75,76 142.887.866 75,8 132.274.076 75,83 138.042.612 75,86 141.410.566 75,89 147.624.345 75,93 154.130.214 75,93 713.481.813

1.02.02 Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan

% 64,34 75,00 127.048.441 77,78 117.169.197 80,56 122.706.496 83,33 125.960.731 88,89 131.937.607 94,44 138.213.327 94,44 635.987.359 Dinas Kesehatan

Kode 1 Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan pelayanan kesehatan dasar

% 16,67 25,00 33,33 41,67 50,00 66,67 83,33 83,33 Dinas Kesehatan

Kode 2 Persentase pemenuhan SPM pelayanan kesehatan rujukan

% RSGS: 84,95; RSGM: 91,39

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan Mangunkusumo, RS

Gondo Suwarno1.02.03 Program Peningkatan Kapasitas Sumber

Daya Manusia KesehatanPersentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar

% 68,75 68,75 15.310.612 75,00 11.187.918 81,25 11.299.797 87,50 11.412.795 93,75 11.526.923 100,00 11.642.192 100,00 57.069.626 Dinas Kesehatan

Kode 3 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Puskesmas

% 44,44 44,44 55,56 66,67 77,78 88,89 100,00 100,00 Dinas Kesehatan

Kode 4 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Rumah sakit

% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan Mangunkusumo, RS

Gondo Suwarno1.02.04 Program Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan Dan Makanan MinumanPersentase sarana pengelolaan perbekalan kesehatan dan makanan minuman berijin yang penyelenggaraannya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku

% 100,00 100,00 235.446 100,00 231.842 100,00 240.646 100,00 241.367 100,00 250.272 100,00 247.865 100,00 1.211.992 Dinas Kesehatan

1.02.05 Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Persentase Rumah Tangga dengan Strata Sehat Utama dan Paripurna

% 87,00 87,00 293.367 88,00 3.685.119 89,00 3.795.673 90,00 3.795.673 95,00 3.909.543 100,00 4.026.829 100,00 19.212.836 Dinas Kesehatan

1

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

Tabel 6.4 Program Pembangunan Daerah yang Disertai Pagu Indikatif

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

VI - 24

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

2 Meningkatkan kemandirian perekonomian daerah yang berbasis industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI), perdagangan, jasa serta sektor lain yang berwawasan lingkungan

68.146.123 104.805.013 99.249.477 100.083.105 101.336.695 102.684.445 508.158.735

2 2 Mempercepat pemulihan ekonomi untuk menahan laju peningkatan kemiskinan dan pengangguran

Pertumbuhan Ekonomi % -2,67 2,8 – 4,8 68.146.123 2,9 - 5,2 104.805.013 3,9 - 5,3 99.249.477 4,0 - 5,4 100.083.105 4,1 - 5,5 101.336.695 4,2 - 5,6 102.684.445 4,2 - 5,6 508.158.735

PDRB per kapita Rp. Juta 45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15 61,152 2 1 Meningkatnya pertumbuhan PDRB

sektor unggulanPertumbuhan PDRB sektor industri % -4,35 4,1-5,1 44.335.690 4,3-5,3 85.209.859 4,4-5,4 81.074.848 4,5-5,5 81.751.075 4,6-5,6 82.702.917 4,7-5,7 83.682.177 4,7-5,7 414.420.877

Pertumbuhan sektor pertanian % -0,17 1,0-2,0 1,1-2,1 1,2-2,2 1,3-2,3 1,4-2,4 1,5-2,5 1,5-2,5Pertumbuhan sektor pariwisata % -6,60 4,1-5,1 4,3-5,3 4,4-5,4 4,5-5,5 4,6-5,6 4,7-5,7 4,7-5,7

3.30.02 Program Perizinan Dan Pendaftaran Perusahaan

Persentase fasilitasi pemenuhan komitmen penerbitan ijin usaha di bidang perdagangan

% 13,00 14,00 - 15,00 32.035 16,00 40.000 17,00 137.000 18,00 152.000 19,00 167.000 19,00 528.035 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.30.03 Program Peningkatan Sarana Distribusi

PerdaganganPersentase pasar rakyat/ tradisional dalam kondisi baik

% 60,00 72,00 5.109.459 78,00 10.535.538 81,00 5.364.932 84,00 5.364.932 87,00 5.633.179 93,00 5.914.837 3,00 32.813.418 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.30.04 Program Stabilisasi Harga Barang

Kebutuhan Pokok dan Barang PentingPersentase pengawasan harga barang kebutuhan pokok dan barang penting sesuai HET

% 50,00 100,00 68.392 100,00 76.070 100,00 145.200 100,00 159.720 100,00 173.959 100,00 188.159 100,00 743.108 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.30.06 Program Standardisasi dan

Perlindungan KonsumenPersentase pelaku usaha yang melakukan tera ulang

% 48,00 58,27 359.299 78,11 385.167 88,92 404.425 89,80 424.647 90,93 445.879 90,98 468.173 90,98 2.128.291 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.30.07 Program Penggunaan dan Pemasaran

Produk Dalam NegeriPersentase peningkatan omzet penjualan pelaku usaha yang ikut pameran

% 0,00 0,00 77.740 10,00 131.047 15,00 138.000 20,00 200.000 25,00 100.000 30,00 50.000 30,00 619.047 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.31.02 Program Perencanaan dan

Pembangunan IndustriPersentase peningkatan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM)

% 5,00 9,00 466.297 6,50 299.014 7,50 313.564 8,00 405.000 9,00 425.000 9,00 425.000 9,00 1.867.578 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.31.03 Program Pengendalian Izin Usaha

Industri Kabupaten/KotaPersentase peningkatan IKM berizin % 1,00 1,50 17.000 2,01 15.300 2,02 75.000 2,03 75.000 2,03 100.000 2,03 100.000 2,03 365.300 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

3.31.04 Program Pengelolaan Sistem Informasi Industri Nasional

Persentase IKM yang masuk dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)

% 10,00 10,00 - 15,00 - 20,00 50.000 25,00 50.000 30,00 75.000 35,00 75.000 35,00 250.000 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan2.17.03 Program Pengawasan Dan Pemeriksaan

KoperasiPersentase Koperasi yang berkualitas

% 10,00 15,00 48.608 20,00 35.655 24,00 100.000 28,00 130.000 39,00 150.000 40,00 150.000 40,00 565.655 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan2.17.04 Program Penilaian Kesehatan KSP/USP

KoperasiPersentase KSP/USP yang sehat % 12,00 15,00 81.434 18,00 78.530 24,00 130.000 27,00 140.000 30,00 150.000 33,00 160.000 33,00 658.530 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

2.17.05 Program Pendidikan Dan Latihan Perkoperasian

Persentase pengelola koperasi bersertifikat

% 7,00 9,00 456.716 18,00 237.030 20,00 240.000 23,00 240.000 26,00 250.000 30,00 300.000 30,00 1.267.030 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan2.17.06 Program Pemberdayaan Dan

Perlindungan KoperasiPersentase kualitas kelembagaan dan legalitas koperasi

% 35,00 37,00 44.316 38,00 75.800 40,00 110.000 41,00 110.000 42,00 120.000 43,00 120.000 43,00 535.800 Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan2.17.07 Program Pemberdayaan Usaha

Menengah, Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM)

Persentase peningkatan usaha mikro yang berdayasaing

% 1,00 2,00 233.186 4,00 454.344 8,00 477.061 10,00 500.914 12,00 525.960 14,00 552.258 14,00 2.510.537 Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Dan

Menengah2.17.08 Program Pengembangan UMKM Persentase peningkatan skala

pemasaran% 2,00 3,00 900.443 6,00 892.030 9,00 936.632 12,00 983.463 15,00 1.032.636 18,00 1.084.268 18,00 4.929.029 Dinas Perdagangan

Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah

3.25.03 Program Pengelolaan Perikanan Tangkap

Persentase peningkatan produksi perikanan tangkap

% -1.87 0,08 315.622 0,15 312.178 0,23 327.787 0,23 344.176 0,23 361.385 0,23 379.454 1,08 1.724.980 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.25.04 Program Pengelolaan Perikanan Budidaya

Persentase peningkatan produksi perikanan budidaya

% -13.5 0,03 2.097.409 0,07 1.583.660 0,10 1.599.497 0,13 1.615.492 0,13 1.631.646 0,16 1.647.963 0,59 8.078.258 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.25.06 Program Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan

Persentase Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Ikan

% 18,53 18,85 74.971 18,85 72.186 18,87 75.795 18,89 79.585 18,91 83.564 18,94 87.743 18,94 398.873 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.27.02 Program Penyediaan Dan Pengembangan Sarana Pertanian

persentase peningkatan sarana pertanian

% 2,50 2,50 6.411.272 2,50 4.802.259 2,50 5.042.372 2,50 5.042.372 2,50 5.294.491 2,50 5.559.215 12,50 25.740.709 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.27.03 Program Penyediaan Dan Pengembangan Prasarana Pertanian

persentase peningkatan prasarana pertanian yang dibangun / direhabilitasi

% 2,50 2,50 8.709.700 2,50 44.410.220 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 12,50 222.082.508 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.27.04 Program Pengendalian Kesehatan Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

persentase jaminan keswan dan kesmavet dibanding populasi ternak yang dilayani

% 15,06 15,06 1.085.773 15,08 1.349.833 15,10 1.417.325 15,14 1.488.191 15,15 1.562.600 15,16 1.640.730 15,16 7.458.679 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

VI - 25

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

3.27.05 Program Pengendalian Dan Penanggulangan Bencana Pertanian

Persentase luas lahan yang tertangani pencegahan OPT

% 1,82 1,82 884.969 1,82 975.935 1,82 980.815 1,82 985.719 1,82 990.647 1,82 995.601 1,82 4.928.717 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.27.06 Program Perizinan Usaha Pertanian Persentase peningkatan jumlah pelaku usaha yang mengakses izin usaha

% 5,41 5,41 29.168 5,13 40.830 7,32 45.000 6,82 45.000 6,38 45.000 6,00 45.000 35,14 220.830 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.27.07 Program Penyuluhan Pertanian Persentase cakupan bina kelompok tani

% 52,61 52,61 214.403 54,18 572.410 55,94 578.134 57,60 583.915 59,32 589.755 61,22 595.652 61,22 2.919.866 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.26.02 Program Peningkatan Daya Tarik Destinasi Pariwisata

Lama tinggal wisatawan nusantara/manca negara

hari 0,9 / 1,9 0,9 / 1,9 15.003.994 1,0 / 2,0 16.102.912 1,1 / 2,1 16.263.941 1,15 / 2,1516.426.581

1,16 / 2,16 16.590.846 1,17 / 2,17 16.756.755 1,17 / 2,17 82.141.035 Dinas Pariwisata

3.26.03 Program Pemasaran Pariwisata Jumlah kunjungan wisatawan orang 1.826.429 2.678.760 725.241 2.946.636 814.251 3.300.232 839.952 3.382.738 839.952 3.396.900 839.952 3.906.500 839.952 3.906.500 4.174.059 Dinas Pariwisata3.26.05 Program Pengembangan Sumber Daya

Pariwisata Dan Ekonomi KreatifPersentase SDM pariwisata dan ekonomi kreatif tersertifikasi

% 1.60 3.60 920.278 5.60 925.625 7.60 961.345 9.60 961.345 11.60 961.345 13.60 961.345 13.60 4.771.005 Dinas Pariwisata

2 2 2 Meningkatnya pertumbuhan penanaman modal

Pertumbuhan penanaman modal % 30,79 -43,48 1.041.171 12,8 1.323.046 13,57 1.363.852 12,68 1.405.937 13,02 1.449.344 13,02 1.494.114 65,09 7.036.294

2.18.02 Program Pengembangan Iklim Penanaman Modal

Nilai realisasi investasi Rp. Triliun 2,30 1,30 55.411 1,47 200.000 1,67 206.000 1,87 212.180 2,12 218.545 2,40 225.102 9,53 1.061.827 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.18.03 Program Promosi Penanaman Modal Persentase peningkatan jumlah

investor% 3,38 3,40 154.048 3,55 272.057 3,78 280.219 3,97 288.625 4,14 297.284 4,28 306.203 19,72 1.444.388 Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

2.18.04 Program Pelayanan Penanaman Modal Persentase penyelesaian perizinan penanaman modal sesuai standar pelayanan

% 100,00 100,00 332.609 100,00 329.042 100,00 338.913 100,00 349.081 100,00 359.553 100,00 370.340 100,00 1.746.929 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.18.05 Program Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman ModalPersentase kesesuaian izin penanaman modal

% 91,21 91,30 463.185 91,35 466.229 91,40 480.216 91,45 494.622 91,50 509.461 91,55 524.745 91,55 2.475.273 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.18.06 Program Pengelolaan Data Dan Sistem

Informasi Penanaman ModalPersentase data dan informasi terakses publik

% 100,00 100,00 35.918 100,00 55.718 100,00 58.504 100,00 61.429 100,00 64.501 100,00 67.726 100,00 307.877 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2 2 3 Menurunnya penduduk miskin dan

pengangguranAngka Kemiskinan % 7,51 7,51 - 7,45 21.488.674 7,45 - 7,35 16.859.819 7,35 - 7,25 15.406.574 7,25 - 7,15 15.508.014 7,15 - 7,05 15.749.460 7,05 - 6,95 16.056.265 7,05 - 6,95 79.580.131

Tingkat Pengangguran Terbuka % 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,491.06.02 Program Pemberdayaan Sosial Persentase Potensi Sumber

Kesejahteraan Sosial yang Mendapatkan Peningkatan Kapasitas

% 49,09 49,60 2.888.450 49,94 9.670.966 50,78 7.917.081 51,63 7.917.081 52,47 7.917.081 53,31 7.917.081 53,31 41.339.290 Dinas Sosial

1.06.04 Program Rehabilitasi Sosial Persentase PMKS yang memperoleh layanan rehabilitasi sosial diluar panti

% 100,00 100,00 240.943 100,00 237.979 100,00 245.118 100,00 252.472 100,00 260.046 100,00 267.847 100,00 1.263.463 Dinas Sosial

1.06.05 Program Perlindungan Dan Jaminan Sosial

Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan sosial pemerintah

% 79,82 80,00 15.789.464 81,00 4.597.581 82,00 4.735.508 83,00 4.735.508 84,00 4.972.284 85,00 5.220.898 85,00 24.261.780 Dinas Sosial

1.06.06 Program Penanganan Bencana Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat

% 100,00 100,00 372.320 100,00 388.714 100,00 392.601 100,00 396.527 100,00 400.492 100,00 404.497 100,00 1.982.832 Dinas Sosial

2.07.02 Program Perencanaan Tenaga Kerja Persentase kebijakan tenaga kerja yang terakomodasi dalam dokumen perencanaan

% - - - - - - - 100,00 50.000 - - - - 100,00 50.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2.07.03 Program Pelatihan Kerja Dan Produktivitas Tenaga Kerja

Persentase tenaga kerja dan pencari kerja bersertifikat

% 23,76 35,76 1.854.708 47,76 1.752.276 59,76 1.761.037 71,76 1.769.843 83,76 1.778.692 95,76 1.787.585 95,76 8.849.433 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2.07.04 Program Penempatan Tenaga Kerja Persentase tenaga kerja yang ditempatkan

% 89,89 65,00 54.142 67,00 55.253 69,00 60.778 70,00 66.856 71,00 73.542 72,00 80.896 72,00 337.325 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2.07.05 Program Hubungan Industrial Persentase perusahaan yang menerapkan tata kelola kerja yang layak

% 83,97 84,22 90.729 84,60 79.391 85,00 83.361 85,40 87.529 86,00 91.905 86,70 96.500 86,70 438.685 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

3.32.02 Program Perencanaan Kawasan Transmigrasi

Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi

Provinsi 1,00 0,00 65.501 3,00 17.659 3,00 72.051 3,00 79.256 3,00 87.182 3,00 95.900 15,00 352.048 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

3.32.03 Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi

Peningkatan SDM calon transmigran

KK 0,00 0,00 132.417 5,00 60.000 5,00 139.038 5,00 152.942 5,00 168.236 5,00 185.059 25,00 705.275 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2 2 4 Meningkatnya ketahanan pangan Indeks Ketahanan Pangan - 85,94 85,96 1.280.589 85,98 1.412.289 86 1.404.203 86,02 1.418.079 86,04 1.434.974 86,06 1.451.889 86,06 7.121.434 2.09.02 Program Pengelolaan Sumber Daya

Ekonomi Untuk Kedaulatan Dan Kemandirian Pangan

Persentase pengisian cadangan pangan pada lumbung pangan

% 0,00 21,67 550.000 21,67 570.000 21,67 575.000 21,67 580.000 21,67 585.000 21,67 590.000 21,67 2.900.000 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

2.09.03 Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat

Skor pola pangan harapan - 93.8 87,00 689.318 87,50 771.346 88,00 775.203 88,50 779.079 89,00 782.974 89,50 786.889 89,50 3.895.491 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

2.09.04 Program Penanganan Kerawanan Pangan

Persentase daerah rawan pangan yang tertangani

% 8,50 8,50 19.880 8,50 47.573 8,50 28.000 8,50 29.000 8,50 32.000 8,50 35.000 8,50 171.573 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

VI - 26

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

2.09.05 Program Pengawasan Keamanan Pangan

Persentase produk yang lulus uji ambang batas keamanan pangan

% 0,00 80,00 21.391 80,00 23.370 83,00 26.000 85,00 30.000 87,00 35.000 88,00 40.000 88,00 154.370 Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3 Meningkatkan Pemerintahan yang baik, bersih, demokratis dan bertanggungjawab, didukung oleh Aparatur yang kompeten dan profesional

1.647.439.450 1.727.509.331 1.737.658.348 1.805.894.982 1.754.307.601 1.772.402.441 8.797.772.703

3 3 Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance )

Indeks Reformasi Birokrasi - 60,02 (B) 62,23 (B) 1.647.439.450 64,55 (B) 1.727.509.331 66,97 (B) 1.737.658.348 69,52 (B) 1.805.894.982 72,85 (BB) 1.754.307.601 73,59 (BB) 1.772.402.441 73,59 (BB) 8.797.772.703

3 3 1 Meningkatnya kualitas pelayanan publik Indeks Kepuasan Masyarakat - 86,00 86,25 39.154.235 86,50 40.977.993 86,75 41.174.953 87,00 43.310.168 87,25 45.531.517 87,50 47.873.941 87,50 218.868.572

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

- 3,05 3,07 3,1 3,2 3,3 3,4 3,55 3,55

2.12.02 Program Pendaftaran Penduduk Persentase Cakupan Kepemilikan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk

% 99,88 99,89 436.856 99,90 831.010 99,90 590.761 99,91 714.819 99,93 786.302 99,95 864.932 99,95 3.787.824 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

2.12.03 Program Pencatatan Sipil Persentase Cakupan Kepemilikan Dokumen Akta Kelahiran dan Akta Kematian

% 90,87 91,25 283.890 93,13 445.792 95,00 343.657 97,13 415.408 98,00 457.408 98,88 503.150 98,88 2.165.415 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

2.12.04 Program Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan

Persentase Ketersediaan Database Kependudukan yang akurat

% 98,75 99,10 540.424 99,20 591.588 99,30 609.336 99,40 639.802 99,50 671.793 99,60 705.382 99,60 3.217.901 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

2.12.05 Program Pengelolaan Profil Kependudukan

Persentase Pemanfaatan Informasi Kependudukan

% 100,00 100,00 72.812 100,00 72.812 100,00 76.453 100,00 80.275 100,00 84.289 100,00 88.503 100,00 402.332 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

2.16.02 Program Informasi Dan Komunikasi Publik

Persentase Keterbukaan informasi publik

% 100,00 100,00 1.327.670 100,00 1.650.203 100,00 1.699.709 100,00 1.784.694 100,00 1.873.929 100,00 1.967.626 100,00 8.976.161 Dinas Komunikasi dan Informatika

2.16.03 Program Aplikasi Informatika Persentase pengelolaan sumber daya eGovernment sesuai standar

% 100,00 100,00 1.573.389 100,00 2.233.883 100,00 2.300.900 100,00 2.415.945 100,00 2.609.220 100,00 2.817.958 100,00 12.377.906 Dinas Komunikasi dan Informatika

2.20.02 Program Penyelenggaraan Statistik Sektoral

Persentase pengelolaan data statistik sektoral sesuai standar

% 100,00 100,00 344.155 100,00 322.552 100,00 338.680 100,00 355.614 100,00 373.394 100,00 392.064 100,00 1.782.303 Dinas Komunikasi dan Informatika

2.21.02 Program Penyelenggaraan Persandian Untuk Pengamanan Informasi

Persentase OPD yang terfasilitasi layanan persandian dan Pengamanan Informasi

% 100,00 100,00 82.942 100,00 78.580 100,00 82.509 100,00 86.634 100,00 90.966 100,00 95.514 100,00 434.204 Dinas Komunikasi dan Informatika

2.24.02 Program Pengelolaan Arsip Persentase Pengelolaan Arsip Dinamis sesuai dengan Standar Kearsipan

% 6,52 15,22 683.299 20,00 647.180 30,00 653.652 60,00 673.261 75,00 693.459 100,00 714.263 100,00 3.381.815 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

2.24.03 Program Perlindungan Dan Penyelamatan Arsip

Persentase Aktivitas Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Daerah yang Terlaksana sesuai Ketentuan Standar yang Berlaku

% 50,00 55,00 14.430 60,00 14.939 70,00 15.686 80,00 16.470 90,00 17.294 100,00 18.158 100,00 82.547 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan

7.01.02 Program Penyelenggaraan Pemerintahan Dan Pelayanan Publik

Persentase masyarakat yang terfasilitasi pelayanan publik (PATEN)

% 70,00 75,00 1.159.199 80,00 1.473.971 85,00 1.488.711 90,00 1.503.598 95,00 1.518.634 100,00 1.533.820 100,00 7.518.733 Seluruh Kecamatan

7.01.03 Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Dan Kelurahan

Persentase Lembaga Masyarakat Desa / Kelurahan yang Berperan Aktif dalam Pembangunan

% 70,00 75,00 29.775.282 80,00 28.556.129 85,00 28.841.691 90,00 30.283.775 95,00 31.797.964 100,00 33.387.862 100,00 152.867.421 Seluruh Kecamatan

7.01.04 Program Koordinasi Ketentraman Dan Ketertiban Umum

Persentase lembaga kemasyarakatan aktif terlibat dalam kegiatan yg menunjang ketenteraman dan ketertiban di masyakarat

% 70,00 75,00 529.341 80,00 831.598 85,00 873.178 90,00 916.837 95,00 962.679 100,00 1.010.813 100,00 4.595.104 Seluruh Kecamatan

7.01.05 Program Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Umum

Persentase Cakupan Fasilitasi Urusan Pemerintahan Umum kepada Desa/Kelurahan

% 70,00 75,00 899.310 80,00 1.153.691 85,00 1.165.227 90,00 1.223.489 95,00 1.284.663 100,00 1.348.896 100,00 6.175.966 Seluruh Kecamatan

7.01.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintahan Desa

Persentase tertib administrasi pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan di Desa/Kelurahan

% 70,00 75,00 1.431.238 80,00 2.074.065 85,00 2.094.805 90,00 2.199.546 95,00 2.309.523 100,00 2.424.999 100,00 11.102.938 Seluruh Kecamatan

3 3 2 Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan daerah dan desa

Nilai SAKIP - 58,11 (CC) 62,75 (B) 1.608.285.215 64,64 (B) 1.686.531.338 66,60 (B) 1.696.483.395 68,64 (B) 1.762.584.815 70,75 (BB) 1.708.776.084 72,94 (BB) 1.724.528.500 72,94 (BB) 8.578.904.132

Opini BPK Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTPIndeks Manajemen Risiko level 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 3,00 3,00Nilai Kematangan Organisasi Daerah

- - 19,00 19,10 20,50 22,50 24,50 26,50 26,50

Indeks Sistem Merit - - 0,51 0,56 0,60 0,65 0,68 0.73 0.73Indeks Desa Membangun - 12,50 17,50 22,50 27,50 32,50 37,50 42,50 42,50

VI - 27

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

X.XX.XX Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Persentase pemenuhan pelayanan administrasi perkantoran Perangkat Daerah

% 100,00 100,00 1.193.269.640 100,00 1.232.886.956 100,00 1.243.836.638 100,00 1.243.836.638 100,00 1.257.265.005 100,00 1.269.813.555 100,00 6.247.638.792 Seluruh Perangkat Daerah

5.01.02 Program Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah

keselarasan antar dokumen perencanaan

% 90,00 91,00 933.991 92,00 780.513 93,00 858.564 94,00 944.421 95,00 991.642 96,00 1.041.224 96,00 4.616.364 Badan Perencanaan Penelitian Dan

Pengembangan Daerah5.01.03 Program Koordinasi Dan Sinkronisasi

Perencanaan Pembangunan Daerahkeselarasan implementasi dokumen perencanaan

% 96,00 96,00 863.399 96,00 847.989 97,00 932.787 97,00 1.026.066 97,00 1.077.369 98,00 1.131.238 98,00 5.015.449 Badan Perencanaan Penelitian Dan

Pengembangan Daerah5.05.02 Program Penelitian Dan Pengembangan

Daerahpersentase perangkat daerah yang difasilitasi dalam kelitbangan daerah

% 23,00 23,91 288.002 28,26 358.577 32,61 430.292 36,96 473.322 41,30 520.654 45,65 572.719 45,65 2.355.564 Badan Perencanaan Penelitian Dan

Pengembangan Daerah5.02.02 Program Pengelolaan Keuangan Daerah Persentase dokumen pengelolaan

keuangan daerah yang terpublikasi% 100 100,00 362.137.772 100,00 371.635.255 100,00 372.106.991 100,00 373.606.991 100,00 366.631.991 100,00 367.204.041 100,00 1.851.185.268 Badan Keuangan Daerah

5.02.03 Program Pengelolaan Barang Milik Daerah

Persentase barang milik daerah yang tercatat di neraca barang daerah sesuai SAP

% 100 100 1.796.531 100 1.321.284 100 1.334.497 100 1.374.532 100,00 1.415.768 100,00 1.458.241 100,00 6.904.321 Badan Keuangan Daerah

5.02.04 Program Pengelolaan Pendapatan Daerah

Persentase realisasi target pendapatan daerah

% 100,00 100,00 4.556.917 100,00 4.885.743 100,00 4.934.600 100,00 5.082.638 100,00 5.235.118 100,00 5.392.171 100,00 25.530.271 Badan Keuangan Daerah

4.01.02 Program Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat

Tingkat Capaian Koordinasi Pemerintahan dan kesejahteraan rakyat

% 100,00 100,00 6.668.392 100,00 25.543.211 100,00 25.798.643 100,00 88.801.764 100,00 26.309.507 100,00 26.572.602 100,00 193.025.727 Sekretariat Daerah

4.01.03 Program Perekonomian Dan Pembangunan

Tingkat Capaian Koordinasi Perekonomian dan Pembangunan

% 100,00 100,00 2.484.892 100,00 5.235.036 100,00 2.733.381 100,00 2.815.383 100,00 2.899.844 100,00 2.986.839 100,00 16.670.483 Sekretariat Daerah

4.02.02 Program Dukungan Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi DPRD

Persentase fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi pimpinan dan anggota DPRD

% 100,00 100,00 20.945.271 100,00 28.805.163 100,00 29.093.215 100,00 29.966.011 100,00 31.464.312 100,00 33.037.527 100,00 152.366.228 Sekretariat DPRD

5.03.02 Program Kepegawaian Daerah Persentase Ketersediaan ASN yang Berkualitas

% 98,40 100,00 3.074.379 100,00 3.306.989 100,00 3.340.059 100,00 3.340.261 100,00 3.406.199 100,00 3.508.385 100,00 16.901.892 Badan Kepegawaian Daerah

5.04.02 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia

Persentase Pemenuhan Kebutuhan Diklat Bagi ASN

% 111,34 100,00 3.585.745 100,00 3.381.099 100,00 3.414.910 100,00 3.517.357 100,00 3.622.878 100,00 3.731.564 100,00 17.667.809 Badan Kepegawaian Daerah

6.01.02 Program Penyelenggaraan Pengawasan Persentase Temuan yang Selesai Ditindaklanjuti

% 80,86 81,00 2.100.899 81,30 1.910.519 81,50 1.929.624 81,80 1.948.920 82,00 1.968.410 82,30 1.988.094 82,30 9.745.567 Inspektorat

6.01.03 Program Perumusan Kebijakan, Pendampingan dan Asistensi

Zona Integritas PD - 1,00 486.676 2,00 655.578 3,00 675.245 4,00 695.502 5,00 716.367 6,00 737.858 6,00 3.480.551 Inspektorat

2.13.02 Program Penataan Desa Persentase RTLH dan Sarpras Permukiman Desa yang Dibangun

% 50,00 60,00 67.206 65,00 1.112.686 67,00 1.123.813 70,00 1.135.051 75,00 1.146.401 80,00 1.157.866 80,00 5.675.817 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

2.13.04 Program Administrasi Pemerintahan Desa

Persentase Aparatur Pemerintahan Desa yang Memiliki Kompetensi dalam Tata Kelola Pemdes

% 60,00 63,00 3.459.546 65,00 3.456.446 70,00 3.491.010 75,00 3.525.921 80,00 3.561.180 85,00 3.596.792 85,00 17.631.348 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

2.13.05 Program Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan Masyarakat Hukum Adat

Cakupan Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Desa

% 50,00 60,00 1.565.957 65,00 408.295 67,00 449.125 70,00 494.037 75,00 543.441 80,00 597.785 80,00 2.492.682 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

4 Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana dan prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah

243.453.864 232.939.260 232.702.362 230.543.837 261.431.858 267.530.383 1.225.147.700

4 4 Meningkatkan kinerja pemenuhan sarana dan prasarana wilayah

Rata-rata Ketercapaian Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah

% 73,73 74,43 243.453.864 71,70 232.939.260 75,71 232.702.362 79,72 230.543.837 83,72 261.431.858 87,45 267.530.383 87,45 1.225.147.700

4 4 1 Meningkatnya kualitas infrastruktur bidang pekerjaan umum

Persentase infrastruktur bidang pekerjaan umum dalam kondisi baik

% 72,02 73,93 193.334.844 62,9 180.903.702 65,8 179.002.857 68,68 176.710.227 71,53 207.369.634 74,48 213.234.735 74,48 957.221.155

1.03.02 Program Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)

Persentase irigasi kabupaten dalam kondisi baik

% 58,89 59,70 29.906.883 61,60 24.651.744 64,20 23.771.525 66,70 23.771.525 69,10 24.000.000 71,90 25.609.280 71,90 121.804.074 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.03 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Persentase rumah tangga yang terlayani SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum)

% 0,93 91,54 24.903.708 91,63 23.769.336 91,86 24.007.029 92,08 24.007.029 92,27 24.707.381 92,46 25.857.750 92,46 122.348.525 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.05 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Air Limbah

Persentase rumah yang terlayani SPALDT (Sistem Penyediaan Air Limbah Domestik Terpusat) di kawasan perumahan dan permukiman kumuh

% 31,43 4,22 2.764.302 5,34 2.982.838 6,46 2.997.752 7,57 3.012.741 8.69 3.027.805 9,80 3.042.944 9,80 15.064.079 Dinas Pekerjaan Umum

VI - 28

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

1.03.06 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Drainase

Persentase drainase dalam kondisi baik

% 20,00 21,00 4.944.215 22,00 8.695.941 24,00 8.700.000 26,00 8.961.000 28,00 9.229.830 30,00 9.506.725 30,00 45.093.496 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.07 Program Pengembangan Permukiman Persentase Pemenuhan Pembangunan Infrastruktur Permukiman kawasan strategis

% - 0,00 14.634.060 20,00 1.500.000 40,00 1.515.000 60,00 1.545.300 80,00 1.576.206 100,00 1.607.730 100,00 7.744.236 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.08 Program Penataan Bangunan Gedung Persentase bangunan gedung milik daerah dengan kondisi baik

% 60,00 62,00 18.913.647 65,00 22.840.800 70,00 22.840.800 75,00 20.961.425 80,00 20.896.087 85,00 43.855.902 85,00 131.395.015 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.10 Program Penyelenggaraan Jalan Persentase jalan dan jembatan kabupaten kondisi baik

% 84,60 88,00 96.649.431 62,50 93.861.120 64,50 90.983.770 66,50 90.983.770 68,50 95.553.680 70,50 100.534.884 70,50 471.917.223 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.11 Program Pengembangan Jasa Konstruksi

Persentase penyedia jasa konstruksi memenuhi standar kualifikasi

% 92,00 92,00 143.439 93,00 267.472 94,00 272.821 95,00 278.278 96,00 283.843 97,00 289.520 97,00 1.391.935 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.12 Program Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pemenuhan Dokumen Rencana Tata Ruang

% - 5,55 351.301 27,78 2.120.946 44,44 2.230.000 61,11 2.250.000 77,78 2.350.000 100,00 2.350.000 100,00 11.300.946 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.04 Program Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan

Tingkat capaian fasilitasi penyelesaian sengketa tanah garapan dalam daerah Kab/Kota

% 100,00 100,00 123.859 100,00 113.505 100,00 134.159 100,00 134.159 100,00 150.000 100,00 175.000 100,00 706.823 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.05 Program penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan

Persentase fasilitasi penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan yang dilaksanakan

%

- - - 100,00 100.000 100,00 120.000 100,00 140.000 100,00 25.239.802 - - 100,00 27.139.802 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.06 Program Redistribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee

Persentase fasilitasi kebijakan Redistribusi Tanah, Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee yang dilaksanakan

%

- - - - - 100,00 120.000 100,00 140.000 100,00 160.000 100,00 175.000 100,00 595.000 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.08 Program Pengelolaan Tanah Kosong Persentase fasilitasi kebijakan pengelolaan tanah kosong yang dilaksanakan

%- - - - - 100,00 70.000 100,00 95.000 100,00 115.000 100,00 140.000 100,00 420.000 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.10 Program Penatagunaan Tanah Persentase fasilitasi kebijakan penatagunaan tanah yang dilaksanakan

%- - - - - 100,00 60.000 100,00 70.000 100,00 80.000 100,00 90.000 100,00 300.000 Dinas Pekerjaan Umum

4 4 2 Meningkatnya rumah layak huni Persentase Rumah layak Huni % 77,07 77,77 44.793.689 78,00 13.258.359 78,50 14.800.944 79,00 14.812.990 79,50 14.918.825 80,00 15.028.719 80,00 72.819.838 1.04.02 Program Pengembangan Perumahan Cakupan ketersediaan rumah layak

huni% 0,50 0,75 1.513.580 1,00 1.192.686 1,20 1.204.613

1,41.216.659

1,51.228.826

1,61.241.114

1,66.083.897 Dinas Pekerjaan Umum

1.04.03 Program Kawasan Permukiman Rasio permukiman layak huni 0,98 0,98 4.905.137 0,98 1.848.348 0,98 1.866.831 0,99 1.866.831 0,99 1.885.500 0,99 1.904.355 0,99 9.371.866 Dinas Pekerjaan Umum1.04.04 Program Perumahan dan Kawasan Rasio Rumah Layak Huni 0,20 0,21 - 0,21 - 0,22 1.500.000 0,22 1.500.000 0,23 1.575.000 0,23 1.653.750 0,23 6.228.750 Dinas Pekerjaan Umum1.04.05 Program Peningkatan Prasarana, Sarana

Dan Utilitas Umum (PSU)Cakupan Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan PSU

% 70,00 71,00 38.374.972 73,00 10.217.325 74,00 10.229.500 75,00 10.229.500 76,00 10.229.500 77,00 10.229.500 77,00 51.135.325 Dinas Pekerjaan Umum

4 4 3 Meningkatnya pelayanan transportasi yang handal

Indeks Pelayanan Transportasi - 51,43 51,43 5.325.331 54,04 38.777.199 62,98 38.898.561 71,93 39.020.619 80,88 39.143.399 88,93 39.266.930 88,93 195.106.708

2.15.02 Program Penyelenggaraan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ)

Persentase pelayanan ruas jalan yang memiliki tingkat pelayanan A dan B

% 80,00 89,00 5.233.601 90,00 38.687.717 91,00 38.803.780 92,00 38.920.191 93,00 39.036.952 94,00 39.154.063 94,00 194.602.703 Dinas Perhubungan

2.15.03 Program Pengelolaan Pelayaran Prosentase ketersediaan alat keselamatan pada angkutan perahu

% 40,00 48,20 76.407 58,90 72.984 69,60 76.633 80,36 80.465 91,07 84.488 98,21 88.713 98,21 403.283 Dinas Perhubungan

2.15.05 Program Pengelolaan Perkeretaapian Persentase ketersediaan perlengkapan jalan pada perlintasan sebidang

% 20,00 20,00 15.323 20,00 16.498 40,00 18.148 60,00 19.963 80,00 21.959 100,00 24.155 100,00 100.722 Dinas Perhubungan

5 Meningkatkan kepastian hukum, penegakan HAM, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan

18.108.359 22.958.819 23.179.508 23.382.050 21.061.338 21.979.972 112.561.689

5 5 Meningkatkan kondisi daerah yang aman dan kondusif

Angka Kriminalitas % 2,75 2,64 9.594.247 2,53 14.416.486 2,45 14.499.588 2,30 14.569.938 2,25 12.088.838 2,20 12.813.979 2,20 68.388.830

5 5 1 Meningkatnya Penanganan gangguan Trantibum Linmas

Persentase gangguan tibumtranmas yang diselesaikan

% 99,44 99,47 6.057.964 99,51 9.111.006 99,54 9.156.561 99,58 9.202.344 99,61 6.663.760 99,65 7.330.136 99,65 41.463.808

1.05.02 Program Peningkatan Ketentraman Dan Ketertiban Umum

Persentase jenis potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum.

% 80,00 80,00 6.057.964 90,00 9.111.006 90,00 9.156.561 90,00 9.202.344 90,00 6.663.760 90,00 7.330.136 90,00 41.463.808 Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran5 5 2 Meningkatnya penanganan konflik sosial

masyarakatPersentase peningkatan konflik sosial masyarakat yang ditangani

% 2,00 2,00 3.536.283 2,00 5.305.480 2,00 5.343.026 2,00 5.367.594 3,00 5.425.078 5,00 5.483.843 14,00 26.925.022

8.01.02 Program Penguatan Ideologi Pancasila Dan Karakter Kebangsaan

Persentase Masyarakat yang memperoleh peningkatan wawasan kebangsaan

% 60,00 60,00 18.065 66,00 183.506 75,00 185.341 83,00 187.194 91,00 189.066 100,00 190.957 100,00 936.065 Kesatuan Bangsa dan Politik

VI - 29

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

8.01.03 Program Peningkatan Peran Partai Politik Dan Lembaga Pendidikan Melalui Pendidikan Politik Dan Pengembangan Etika Serta Budaya Politik

Persentase pemilih yang mendapatkan pendidikan politik

% 70,00 21,33 1.418.305 56,00 2.784.919 69,33 2.798.844 82,67 2.798.844 90,00 2.812.838 100,00 2.826.902 100,00 14.022.346 Kesatuan Bangsa dan Politik

8.01.04 Program Pemberdayaan Dan Pengawasan Organisasi Kemasyarakatan

Prosentase Ormas yang telah berbadan hukum

% 70,00 70,00 181.057 75,00 269.556 80,00 277.643 85,00 285.972 90,00 294.551 100,00 303.388 100,00 1.431.109 Kesatuan Bangsa dan Politik

8.01.05 Program Pembinaan Dan Pengembangan Ketahanan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya

Persentase Masyarakat yang memperoleh pembinaan ketahanan sosial

% 60,00 13,00 1.709.359 61,00 1.793.501 78,00 1.793.501 83,00 1.793.501 94,00 1.811.436 100,00 1.829.550 100,00 9.021.489 Kesatuan Bangsa dan Politik

8.01.06 Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional Dan Peningkatan Kualitas Dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial

Persentase potensi konflik sosial yang terselesaikan

% 70,00 90,00 209.497 95,00 273.998 95,00 287.698 100,00 302.083 100,00 317.187 100,00 333.046 100,00 1.514.012 Kesatuan Bangsa dan Politik

5 6 Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan

Indeks Pemberdayaan Gender - 75,40 75,12 640.507 75,30 699.144 75,35 736.312 75,47 775.735 75,50 821.262 75,55 873.447 75,55 3.905.900

5 6 1 Meningkatnya responsif gender dalam pelaksanaan pembangunan

Persentase Anggaran Responsif Gender Dalam Pelaksanaan Pembangunan

% 34,60 36,40 50.219 50,00 45.505 75,00 51.106 75,00 54.628 75,00 58.875 75,00 63.920 75,00 274.034

2.08.02 Program Pengarusutamaan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan

Persentase Kebijakan Pengarusutamaan Gender yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku

% 100,00 100,00 32.412 100,00 28.417 100,00 31.259 100,00 34.385 100,00 37.823 100,00 41.605 100,00 173.489 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.08.05 Program Pengelolaan Sistem Data Gender Dan Anak

Persentase pengelolaan data gender dan anak yang terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku

% 80,00 80,00 17.807 80,00 17.088 80,00 19.847 80,00 20.243 80,00 21.052 80,00 22.315 80,00 100.545 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

5 6 2 Meningkatnya penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak

Presentase penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak

% 100,00 100,00 512.758 100,00 541.996 100,00 562.399 100,00 586.019 100,00 613.790 100,00 646.070 100,00 2.950.274

2.08.03 Program Perlindungan Perempuan Persentase Kebijakan Perlindungan Perempuan yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku

% 100,00 100,00 364.035 100,00 392.761 100,00 412.399 100,00 433.019 100,00 454.670 100,00 477.403 100,00 2.170.252 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.08.07 Program Perlindungan Khusus Anak Persentase tindak kekerasan terhadap anak yang tertangani

% 100,00 100,00 148.723 100,00 149.235 100,00 150.000 100,00 153.000 100,00 159.120 100,00 168.667 100,00 780.022 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

5 6 3 Meningkatnya kualitas pemenuhan hak anak

Nilai Kabupaten Layak Anak Skor 510,00 550,00 77.530 570,00 111.643 590,00 122.807 605,00 135.088 620,00 148.597 635,00 163.457 635,00 681.592

2.08.06 Program Pemenuhan Hak Anak (PHA) Presentase Pemenuhan Hak Anak % 100,00 100,00 77.530 100,00 111.643 100,00 122.807 100,00 135.088 100,00 148.597 100,00 163.457 100,00 681.592 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

5 7 Meningkatkan kesejahteraan keluarga Persentase Tingkat Kesejahteraan Keluarga

% 78,77 78,77 7.873.605 78,89 7.843.189 78,90 7.943.609 78,91 8.036.378 78,92 8.151.238 78,93 8.292.546 78,93 40.266.959

5 7 1 Menurunnya laju pertumbuhan penduduk

Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk

% 1,20 1,20 6.847.911 1,20 6.827.706 1,19 6.914.285 1,18 6.986.468 1,17 7.059.332 1,15 7.135.126 1,15 34.922.916

2.14.02 Program Pengendalian Penduduk Angka Kelahiran Total (TFR) % 1,84 2,29 94.488 2,26 76.929 2,24 96.000 2,21 100.000 2,18 104.000 2,10 110.240 2,10 487.169 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.14.03 Program Pembinaan Keluarga Berencana (KB)

Prosentase peserta KB Aktif MKJP % 40,79 37,45 6.753.423 37,85 6.750.777 38,25 6.818.285 38,65 6.886.468 39,05 6.955.332 40,00 7.024.886 40,00 34.435.747 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

5 7 2 Meningkatnya ketahanan keluarga Persentase Keluarga Tangguh % 70,00 1.025.694 75,00 1.015.483 80,00 1.029.324 85,00 1.049.910 90,00 1.091.906 100,00 1.157.420 100,00 5.344.043 2.14.04 Program Pemberdayaan Dan

Peningkatan Keluarga Sejahtera (KS)Presentase Kelompok Kegiatan Tribina Plus yang Aktif

% 100,00 100,00 1.025.694 100,00 1.015.483 100,00 1.029.324 100,00 1.049.910 100,00 1.091.906 100,00 1.157.420 100,00 5.344.043 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

6 Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya

29.327.276 29.374.146 29.880.997 30.471.335 35.117.849 35.843.104 160.687.430

6 7 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan daerah dalam penanggulangan bencana

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup - 69,12 69,39 29.327.276 69,67 29.374.146 69,96 29.880.997 70,26 30.471.335 70,57 35.117.849 70,89 35.843.104 70,89 160.687.430

6 7 1 Meningkatnya kualitas udara, air dan tutupan lahan

Peningkatan Indeks Kualitas Air (IKA)

- 53,33 54,00 23.822.447 54,70 24.198.371 55,45 24.620.770 56,20 25.125.158 56,97 25.703.641 57,77 26.300.059 57,77 125.947.998

VI - 30

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

Peningkatan Indeks Kualitas Udara (IKU)

- 78,68 78,71 78,75 78,78 78,82 78,86 78,91 78,91

Peningkatan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL)

- 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57

1.03.04 Program Pengembangan Sistem Dan Pengelolaan Persampahan Regional

Persentase Jumlah Sampah yang terkurangi melalui 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)

% 8,02 8,34 636.000 8,69 3.000.000 9,02 3.030.000 9,35 3.060.300 9,70 3.090.903 10,05 3.121.812 10,05 15.303.015 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.02 Program Perencanaan Lingkungan Hidup

Persentase Ketersediaan Dokumen Perencanaan Lingkungan Hidup

% 100,00 100,00 241.225 100,00 373.752 100,00 392.440 100,00 412.062 100,00 432.665 100,00 454.298 100,00 2.065.216 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.03 Program Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup

Peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

- 0,26 0,27 2.302.333 0,28 666.423 0,29 686.416 0,30 707.008 0,31 728.218 0,32 750.065 0,32 3.538.130 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.04 Program Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (KEHATI)

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau ha 543,50 544,04 7.831.970 544,58 7.289.188 545,12 7.362.080 545,66 7.362.080 546,20 7.435.701 547,00 7.510.058 547,00 36.959.106 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.05 Program Pengendalian Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Limbah B3)

Persentase fasilitasi pengelolaan Limbah B3

% 100,00 100,00 67.210 100,00 55.192 100,00 60.711 100,00 66.782 100,00 73.461 100,00 80.807 100,00 336.953 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Izin Lingkungan Dan Izin Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

Persentase Pembinaan dan Pengawasan terhadap Izin Lingkungan

% 100,00 100,00 397.962 100,00 115.520 100,00 127.072 100,00 139.779 100,00 153.757 100,00 169.133 100,00 705.261 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.08 Program Peningkatan Pendidikan, Pelatihan Dan Penyuluhan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat

Persentase Lembaga Bank Sampah yang telah mendapat pendidikan/ pelatihan/penyuluhan

% 80,50 82,50 205.867 85,00 193.817 88,00 203.508 91,50 213.683 95,50 224.367 100,00 235.586 100,00 1.070.961 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.09 Program Penghargaan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat

Tokoh/Lembaga/ Kelompok/ Sekolah yang mendapatkan Penghargaan Lingkungan minimal Tingkat Provinsi

Tokoh/ Lembaga / Kelompok/

Sekolah

2,00 2,00 30.701 2,00 52.155 2,00 56.305 2,00 79.550 2,00 87.500 3,00 96.250 3,00 371.760 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.10 Program Penanganan Pengaduan Lingkungan Hidup

Persentase Pengaduan Masyarakat yang tertangani

% 100,00 100,00 26.512 100,00 28.937 100,00 30.384 100,00 31.903 100,00 33.498 100,00 35.173 100,00 159.895 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.11 Program Pengelolaan Persampahan Persentase Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk

% 0,93 0,93 12.082.667 0,94 12.423.387 0,95 12.671.855 0,96 13.052.010 0,97 13.443.571 0,98 13.846.878 0,98 65.437.701 Dinas Lingkungan Hidup

6 7 2 Meningkatnya kapasitas daerah dalam mengurangi risiko bencana

Indeks Risiko Bencana - 143,2 143,2 5.504.829 143,1 5.175.775 143,1 5.260.227 143 5.346.177 142,9 9.414.208 142,5 9.543.046 142,5 34.739.432

1.05.03 Program Penanggulangan Bencana Persentase kejadian bencana yang tertangani sesuai standard operating procedure

% 100,00 100,00 3.782.491 100,00 3.269.444 100,00 3.334.833 100,00 3.401.530 100,00 3.469.560 100,00 3.538.951 100,00 17.014.318 Badan Penanggulangan Bencana daerah

1.05.04 Program Pencegahan, Penanggulangan, Penyelamatan Kebakaran Dan Penyelamatan Non Kebakaran

Persentase pelayanan pemadaman dan penyelamatan kebakaran

% 94,44 94,44 1.722.338 94,50 1.906.331 94,60 1.925.394 94,70 1.944.648 96,30 5.944.648 98,15 6.004.094 98,15 17.725.114 Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran

7 Meningkatkan pemberdayaan pemuda, olah raga serta melestarikan seni dan budaya lokal

10.562.558 19.988.499 18.418.634 24.406.886 25.569.975 26.132.395 114.516.388

7 8 Meningkatkan kualitas pemuda, olah raga dan seni budaya

Peningkatan prestasi bidang pemuda, olah raga dan seni budaya

% 55,38 60,68 10.562.558 64,35 19.988.499 68,59 18.418.634 71,72 24.406.886 75,39 25.569.975 78,52 26.132.395 78,52 114.516.388

7 8 1 Meningkatnya peran serta pemuda dalam pembangunan

Persentase organisasi pemuda aktif % 76,67 76,67 1.169.529 80,00 1.954.453 83,33 1.972.998 83,33 1.974.998 86,67 1.997.808 86,67 2.023.089 86,67 9.923.344

2.19.02 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan

Persentase Organisasi Pemuda yang Berprestasi

% 40,00 40,00 1.069.529 40,00 1.854.453 43,30 1.872.998 43,30 1.872.998 43,30 1.891.728 46,70 1.910.645 46,70 9.402.820 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.19.04 Program Pengembangan Kapasitas

KepramukaanPersentase Lembaga Pramuka yang Terbina

% 100,00 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 102.000 100,00 106.080 100,00 112.444 100,00 520.524 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga7 8 2 Meningkatnya kualitas pembangunan

olahragaPersentase cabang olahraga berprestasi

% 13,33 26,67 5.576.909 33,33 9.559.220 40,00 9.654.812 46,67 9.654.812 53,33 9.751.360 60,00 9.848.874 60,00 48.469.079

2.19.03 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Keolahragaan

Persentase Lembaga Keolahragaan yang dibina

% 63,30 64,00 5.576.909 65,00 9.559.220 66,00 9.654.812 67,00 9.654.812 68,00 9.751.360 69,00 9.848.874 69,00 48.469.079 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga7 8 3 Meningkatnya pelestarian seni dan

budayaPersentase seni dan budaya yang dilestarikan

% 76,15 78,71 3.816.120 79,71 8.474.826 82,43 6.790.824 85,16 12.777.076 86,16 13.820.807 88,88 14.260.433 88,88 56.123.965

1.06.07 Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawan

Persentase Taman Makam Pahlawan sesuai dengan standar

% 100,00 100,00 72.592 100,00 404.132 100,00 79.851 100,00 87.836 100,00 424.339 100,00 92.228 100,00 1.088.386 Dinas Sosial

VI - 31

M T S P SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0002 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD (TAHUN 2020)

TAHUN 2021

4

MISI/TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR KINERJA (TUJUAN/SASARAN/ PROGRAM)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD

PERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWABTAHUN 2026TAHUN 2024 TAHUN 2025

KODETAHUN 2022 TAHUN 2023

2.22.02 Program Pengembangan Kebudayaan Persentase Peningkatan pembinaan Budaya Lokal

% 1,00 1,00 2.880.853 1,00 6.014.829 1,00 6.074.977 1,00 6.074.977 1,00 6.135.727 1,00 6.197.084 1,00 30.497.595 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.22.03 Program Pengembangan Kesenian

TradisionalPersentase peningkatan pembinaan kesenian tradisional

% 1,00 1,00 184.000 1,00 120.722 1,00 132.794 1,00 6.074.977 1,00 6.682.475 1,00 7.350.723 1,00 20.361.691 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.22.04 Program Pembinaan Sejarah Persentase Tempat Bersejarah

dilestarikan% 83,91 85,00 187.220 86,00 101.775 88,00 111.953 89,00 123.148 90,00 135.463 90,00 149.009 90,00 621.347 Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga

2.22.05 Program Pelestarian Dan Pengelolaan Cagar Budaya

Peningkatan Cagar Budaya yang Dilestarikan

buah 2,00 2,00 271.160 2,00 1.736.522 2,00 284.718 2,00 298.954 2,00 313.902 2,00 329.597 2,00 2.963.692 Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.22.06 Program Pengelolaan Permuseuman Persentase Museum yang Terkelola % 100,00 100,00 220.295 100,00 96.846 100,00 106.531 100,00 117.184 100,00 128.902 100,00 141.792 100,00 591.255 Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga

2.420.082.200 2.503.999.030 2.522.931.780 2.600.261.893 2.597.831.152 2.639.596.694 12.864.620.549 TOTAL BELANJA

VI - 32

VII - 1

BAB VII

KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN

PROGRAM PERANGKAT DAERAH

Pelaksanaan pembangunan Daerah tidak terlepas dari kerangka

pendanaan pembangunan yang diproyeksikan saat ini. Sebagaimana

tertuang dalam bab sebelumnya. Pandemi Covid – 19 yang terjadi di awal

tahun 2020 berdampak pada terjadinya shock pada kondisi keuangan

Kabupaten Semarang terutama pendapatan daerah. Pertumbuhan

pendapatan asli daerah pada tahun 2021 diproyeksikan turun sebesar

0,08% Namun demikian, pada tahun 2022 pendapatan daerah kembali di

proyeksikan akan pulih dan mengalami peningkatan. Proyeksi

peningkatan pendapatan daerah tersebut didukung kebijakan pendapatan

daerah, antara lain :

a. Optimalisasi, penyusunan dan evaluasi terhadap regulasi tentang

pengelolaan pajak dan retribusi daerah,

b. Perbaikan data potensi untuk setiap jenis obyek pajak/

retribusi daerah dengan perhitungan yang rasional dan terukur

serta proyeksi yang bisa dicapai,

c. Sosialisasi dan publikasi kebijakan pengelolaan pendapatan

daerah melalui media elektronik maupun media cetak,

d. Meningkatkan kualitas pelayanan public sebagai upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan

retribusi daerah,

e. Pemberian penghargaan kepada SKPD pengelola PAD maupun wajib

pajak,

f. Pemberian tambahan penghasilan kepada petugas terkait

pemungutan pajak dan retribusi,

g. Meningkatkan pengawasan melalui tim pengawas pajak dan retribusi

dengan melibatkan instansi terkait,

h. Meningkatkan koordinasi secara sinergis dengan pemerintah

provinsi untuk penerimaan dana transfer dari pemerintah provinsi,

i. Memperbaiki sarana dan prasarana pelayanan serta

peningkatan fasilitas pendukung lainnya,

j. Melaksanakan updating data pajak dan retribusi secara whole of

VII - 2

government (pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang

mengoptimalkan upaya kolaboratif dalam ruang lingkup koordinasi

dari keseluruhan sector),

k. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga (perbankan, badan

hukum/masyarakat),

l. Optimalisasi pengelolaan BUMD yang dimiliki pemerintah

Kabupaten Semarang,

m. Sosialisasi sanksi terhadap pelanggaran Peraturan Daerah tentang

Pajak dan Retribusi Daerah.

Pada sisi yang lain kebutuhan belanja pembangunan daerah juga

diproyeksikan meningkat. Peningkatan kebutuhan belanja ditujukan untuk

memperkuat perekonomian daerah dengan berorientasi pada pemerataan,

pertumbuhan yang berkualitas, ekonomi yang inklusif dan pembangunan

yang berkelanjutan. Perhatian terhadap penanganan kemiskinan yang

menjadi inti dari tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) atau

Sustainable Development Goals (SDGs) juga menjadi perhatian penting

dalam kebijakan belanja daerah.

Belanja daerah tahun 2021-2026 memuat program prioritas dalam

pencapaian visi dan misi serta seluruh program yang dirumuskan dalam

renstra Perangkat Daerah beserta indikator kinerja, target kinerja dan pagu

indikatifnya. Perangkat Daerah bertanggung jawab terhadap pencapaian

kinerja sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya.

Sebagai bentuk implementasi adanya regulasi Permendagri Nomor 90

Tahun 2019 dimana dimutahirkan kembali dengan kepmendagri Nomor

050 – 3708 Tahun 2020, rencana program prioritas pembangunan daerah

dijabarkan dalam 6 (enam) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan

dengan pelayanan dasar, 18 (delapan belas) urusan wajib bukan pelayanan

dasar, 6 (enam) urusan pilihan, 2 (dua) fungsi penunjang pemerintahan, 5

(lima) unsur penunjang urusan pemerintahan, 1 (satu) urusan

pengawasan urusan pemerintahan, 1 (satu) unsur kewilayahan, 1 (satu)

unsur pemerintahan umum dan 1(satu) program yang bersifat pendukung

operasional Perangkat Daerah, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

VII - 3

A. Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar

1. Urusan Pemerintahan bidang pendidikan.

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pengelolaan Pendidikan

Program ini diarahkan untuk pemenuhan sarana prasarana PAUD,

SD, SMP, pendidikan nonformal/kesetaraan serta pengembangan

karir pendidik dan tenaga kependidikan baik itu disatuan

pendidikan PAUD, SD, SMP dan pendidikan nonformal/kesetaraan.

b. Program Pengembangan kurikulum

Program ini diarahkan untuk penyusunan kompetensi dasar

muatan lokal pendidikan dasar, PAUD dan pendidikan

nonformal/kesetaraan.

c. Program pendidik dan tenaga kependidikan

Program ini diarahkan untuk pemerataan kuantitas dan kualitas

pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar,

pendidikan PAUD dan pendidikan nonformal/kesetaraan.

d. Program Pengendalian Perizinan Pendidikan

Program ini diarahkan untuk penerbitan izin pendidikan dasar,

PAUD dan Pendidikan Nonformal yang diselenggarakan oleh

masyarakat

e. Program Pengembangan Bahasa dan Sastra

Program ini diarahkan pada pembinaan, pengembangan dan

perlindungan bahasa dan sastra.

2. Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pemenuhan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat.

Program ini diarahkan untuk penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan fasilitas kesehatan.

b. Program peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan.

Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengawasan serta

pengembangan mutu dan peningkatan kompetensi teknis

Sumber Daya Manusia Kesehatan.

c. Program Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan makanan

minuman.

Program ini diarahkan untuk pengendalian dan pengawasan

VII - 4

terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan serta makanan

minuman.

d. Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Program ini diarahkan untuk Peningkatan upaya promosi

kesehatan, advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat.

3. Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang.

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA).

Program ini diarahkan untuk pengelolaan, pembangunan,

Rehabilitasi dan peningkatan Sumber Daya Air (SDA).

b. Program Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum.

Program ini diarahkan untuk pengelolaan dan Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di daerah.

c. Program Pengembangan Sistem dan Pengelolaan Persampahan

Regional

Program ini diarahkan untuk pengelolaan, Sistem dan Pengelolaan

Persampahan Regional).

d. Program pengelolaan dan Pengembangan Sistem Air Limbah.

Program ini diarahkan untuk pengelolaan dan pengembangan

Sistem Air Limbah Domestik.

e. Program Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase

Program ini diarahkan untuk pengelolaan dan pengembangan

sistem drainase.

f. Program Pengembangan Permukiman.

Program ini diarahkan untuk pembangunan dan pengembangan

serta pengawasan dan pemeliharaan infrastruktur kawasan

permukiman.

g. Program Penataan Bangunan Gedung

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan Bangunan Gedung,

pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) dan sertfikat laik

fungsi bangunan gedung

h. Program Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan Penataan Bangunan

dan lingkungannya.

VII - 5

i. Program Penyelenggaraan Jalan.

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan jalan Kabupaten

j. Program Pengembangan Jasa Konstruksi

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pelatihan tenaga

konstruksi serta pengawasan tertib pemanfaatan jasa konstruksi

k. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang

Program ini diarahkan untuk penetapan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) serta

koordinasi dan sinkronisasi perencanaan tata ruang daerah.

4. Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan dan Kawasan

Pemukiman

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pengembangan Perumahan.

Program ini diarahkan untuk penyedian dan rehabilitasi rumah

korban bencana atau relokasi serta pembangunan dan

pengembangan kawasan permukiman serta penataan dan

peningkatan kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah

10 Ha.

b. Program Kawasan Permukiman

Program ini diarahkan untuk penyediaan kawasan permukiman

c. Program Perumahan dan Kawasan

Program ini diarahkan untuk Penyelenggaraan Perumahan dan

Kawasan

d. Program Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum

(PSU)

Program ini diarahkan untuk Perencanaan penyediaan PSU

Perumahan

5. Urusan Pemerintahan Bidang Ketentraman dan Ketertiban

umum serta Perlindungan Masyarakat

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Peningkatan Ketenteraman dan Ketertiban Umum.

Program ini diarahkan untuk penanganan gangguan ketentraman

dan ketertiban umum, Penegakan Perda serta Pembinaan Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

b. Program Penanggulangan Bencana.

VII - 6

Program ini diarahkan untuk pelayanan pencegahan dan

kesiapsiagaan terhadap bencana.

c. Program Pencegahan, Penanggulangan, Penyelamatan Kebakaran

dan Penyelamatan Non Kebakaran.

Program ini diarahkan untuk pencegahan,pengendalian,

pemadaman, penyelamatan dan penanganan kebakaran.

6. Urusan Pemerintahan Bidang Sosial

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pemberdayaan Sosial.

Program ini diarahkan untuk Pemberdayaan sosial Komunitas Adat

Terpencil (KAT) dan pengembangan potensi sumber kesejahteraan

sosial daerah.

b. Program Rehabilitasi Sosial

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan rehabilitasi sosial

c. Program Perlindungan dan jaminan sosial

Program ini diarahkan untuk pemeliharaan anak-anak terlantar,

lansia dan difabel yang tidak produktif serta dipergunakan dalam

rangka mendukung target capaian indikator kemiskinan.

d. Program Penanganan Bencana.

Program ini diarahkan untuk perlindungan sosial korban bencana

alam dan sosial serta penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat

terhadap kesiapsiagaan bencana.

e. Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawan

Program ini diarahkan untuk untuk Rehabilitasi sarana prasarana

Taman Makam Pahlawan Nasional serta Pemeliharaan Taman

Makam Pahlawan Nasional

B. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan

pelayanan dasar.

1. Urusan Pemerintahan Bidang Tenaga Kerja

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Perencanaan Tenaga Kerja

Program ini diarahkan untuk Penyelenggaraan perencanaan

ketenaga kerjaan

b. Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja

Program ini diarahkan untuk untuk pelaksanan pelatihan kerja

VII - 7

serta pengukuran kompetensi dan produktivitas tenaga kerja.

c. Program Penempatan Tenaga Kerja

Program ini diarahkan untuk untuk pelayanan antar kerja di

daerah, pengelolaan informasi pasar kerja serta peningkatan

perlindungan dan kompetensi calon pekerja.

d. Program Hubungan Industrial

Program ini diarahkan untuk pencecahan dan penyelesaian

perselisihan Hubungan Industrial, mogok kerja dan penutupan

perusahaan di daerah.

2. Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pengarusutamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Program ini diarahkan untuk pelembagaan Pengarusutamaan

Gender (PUG), pemberdayaan perempuan serta penguatan dan

pengembangan lembaga penyedia layanan pemberdayaan

perempuan.

b. Program Perlindungan Perempuan

Program ini diarahkan untuk pencegahan kekerasan terhadap

perempuan, penyediaan layanan rujukan lanjutan bagi perempuan

korban kekerasan serta penguatan dan pengembangan lembaga

penyedia layanan perlindungan perempuan.

c. Program Pengelolan Sistem Data Gender dan Anak

Program ini diarahkan untuk pengelolaan sistem data gender dan

anak.

d. Program Pemenuhan Hak Anak (PHA)

Program ini diarahkan untuk pelembagaan PHA serta penguatan

dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan

kualitas hidup anak.

e. Program Perlindungan Khusus Anak

Program ini diarahkan untuk pencegahan kekerasan terhadap

anak, penyediaan layanan bagi anak yang memerlukan

perlindungan khusus serta penguatan dan pengembangan lembaga

penyedia layanan bagi anak yang memelukan perlindungan khusus.

VII - 8

3. Urusan Pemerintahan Bidang Pangan.

Program yang dilaksanakan adalah:

a. Program Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi untuk Kedaulatan

dan Kemandirian Pangan

Program ini diarahkan untuk penyediaan infrastruktur dan seluruh

pendukung kemandirian pangan sesuai kewenangan daerah.

b. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat.

Program ini diarahkan untuk penyediaan dan penyaluran pangan

pokok atau pangan lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah,

pengelolaan dan keseimbangan cadangan pangan, serta

pelaksanaan pencapaian target konsumsi pangan perkapita/tahun

sesuai dengan angka kecukupan gizi.

c. Program Penanganan Kerawanan Pangan

Program ini diarahkan untuk penanganan kerawanan pangan

kewenangan Kabupaten

d. Program Pengawasan Keamanan Pangan

Program ini diarahkan untuk Pelaksanaan Pengawasan keamanan

pangan segar daerah Kabupaten

4. Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan.

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan

Program ini diarahkan untuk Penyelesaian sengketa tanah garapan

dalam daerah.

b. Program Penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk

pembangunan

Program ini diarahkan untuk penyediaan dan fasilitasi penyelesaian

ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan yang

dilaksanakan

c. Program Restribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian Program Tanah

Kelebihan Maksimum dan Tanah Asestee

Program ini diarahkan untuk penetapan subjek dan obyek

retribusi tanah Serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum

dan tanah absentee.

d. Program Pengelolaan tanah kosong.

Program ini diarahkan untuk mengelola dan mendata tanah kosong

VII - 9

didaerah.

e. Program Penatagunaan tanah.

Program ini diarahkan untuk penatagunaan tanah di kabupaten

semarang.

5. Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Perencanaan Lingkungan Hidup

Program ini diarahkan untuk Rencana Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) serta Penyelenggaraan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

b. Program Pengendalian Pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan Hidup

Program ini diarahkan untuk pencegahan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup, penanggulangan pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

c. Program Pengelolaan Keanegaragaman Hayati (Kehati)

Program ini diarahkan untuk pengelolaan keanegaragaman hayati

(Kehati)

d. Program Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan

limbah bahan berbahaya dan Beracun (Limbah B3)

Program ini diarahkan untuk penyimpanan dan pengumpulan

limbah B3.

e. Program Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Izin lingkungan

dan Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH)

Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengawasan

terhadap usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungan

dan izin PPLH yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah.

f. Program Peningkatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan

lingkungan hidup untuk masyarakat

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pendidikan,

pelatihan dan penyuluhan lingkungan hidup untuk

lembaga/kemasyarakatan tingkat daerah

g. Program Penghargaan lingkungan hidup untuk masyarakat

Program ini diarahkan untuk pemberian penghargaan lingkungan

hidup tingkat daerah

VII - 10

h. Program Penanganan pengaduan lingkungan hidup

Program ini diarahkan untuk penyelesaian pengaduan masyarakat

di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

(PPLH).

i. Program Pengelolaan Persampahan

Program ini diarahkan untuk pengelolaan sampah.

6. Urusan Pemerintahan Bidang Administrasi Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pendaftaran Penduduk

Program ini diarahkan untuk pelayanan pendaftaran penduduk

b. Program Pencatatan Sipil

Program ini diarahkan untuk pelayanan pencatatan sipil

c. Program Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan

Program ini diarahkan untuk pengumpulan data kependudukan

dan pemanfaatan dan penyajian database kependudukan, penataan

administrasi kependudukan, penyelenggaraan urusan administrasi

kependudukan serta pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan

administrasi kependudukan.

d. Program Pengelolaan profil kependudukan

Program ini diarahkan untuk penyusunan profil kependudukan.

7. Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Penataan Desa

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan penataan desa.

b. Program Peningkatan Kerjasama Desa

Program ini diarahkan untuk fasilitasi kerjasama antar desa.

c. Program Administrasi Pemerintahan Desa

Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa.

d. Program Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan, lembaga adat

dan masyarakat hukum adat

Program ini diarahkan untuk pemberdayaan lembaga

kemasyarakatan, lembaga adat dan masyarakat hukum adat serta

peningkatan kapasitas kelembagaan lembaga kemasyarakatan

VII - 11

Desa/Kelurahan (RT, RW, PKK, Posyandu, LPM dan Karang Taruna)

lembaga adat Desa/Kelurahan dan masyrakat hukum adat.

8. Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pengendalian penduduk

Program ini diarahkan untuk Pemaduan dan sinkronisasi

kebijakan pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah daerah

kabupaten dalam rangka pengendalian kuantitas penduduk serta

pemetaan perkiraan pengendalian penduduk cakupan daerah.

b. Program Pembinaan Keluarga Berencana (KB)

Program ini diarahkan untuk pelaksanaan Advokasi, komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE) pengendalian pendudukan dan KB,

pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat dan obat

kontrasepsi serta pelaksanaan pelayanan KB di daerah serta

pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi

kemasyarakatan dalam pelayanan dan pembinaan kesertaan ber-

KB.

c. Program Pemberdayaan dan Peningkatan Keluarga

Sejahtera(KS)

Program ini diarahkan untuk pembinaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga, peningkatan peran serta organisasi

kemasyarakatan dalam pembangunan keluarga melalui pembinaan

ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

9. Urusan Pemerintahan Bidang Perhubungan

Program yang akan dilaksanakan antara lain :

a. Program Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(LLAJ)

Program ini diarahkan untuk penetapan rencana induk jaringan

LLAJ Kabupaten, penyediaan perlengkapan jalan di jalan

Kabupaten, pengelolaan terminal penumpang tipe C, penerbitan izin

penyelanggaraan dan pembangunan fasilitas parkir, pengujian

berkala kendaraan bermotor, pelaksanaan manajemen dan

rekayasan lalu lintas untuk jaringan jalan Kabupaten, penyediaan

angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang

VII - 12

antar kota, penetapan kawasan perkotaan untuk pelayanan

angkutan perkotaan, penetapan rencana umum jaringan trayek

perkotaan, penetapan rencana umum jaringan trayek pedesaan.

b. Program pengelolaan Pelayaran

Program ini diarahkan untuk peningkatan pelayanan terhadap

angkutan sungai dan danau serta peningkatan standar

keselamatan. Serta penertiban ijin pembangunan dan

pengoperasian pelabuhan sungai dan danau.

c. Program pengelolaan Perkeretaapian

Program ini diarahkan untuk peningkatan data akan jaringan jalur

perkeretaapian serta data akan kebutuhan prasarana pada

perlintasan sebidang dan kegiatan koordinasi luar daerah

10. Urusan Pemerintahan Bidang Komunikasi dan Informatika

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Informasi dan Komunikasi Publik

Program ini diarahkan untuk pengelolaan informasi dan

komunikasi public pemerintah daerah.

b. Program Aplikasi Informatika

Program ini diarahkan untuk pengelolaan nama Domain yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Sub Domain Di Lingkup

Pemerintah Daerah serta pengelolaan e-government di lingkup

pemerintah daerah.

11. Urusan Pemerintahan Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pengawasan dan pemeriksaan koperasi

Program ini diarahkan untuk pemeriksaan dan pengawasan

koperasi, koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam koperasi

dengan wilayah keanggotaan dalam daerah Kabupaten

b. Program Penilaian kesehatan KSP/USP Koperasi

Program ini diarahkan untuk penilaian kesehatan koperasi simpan

pinjam/unit simpan pinjam koperasi dengan wilayah keanggotaan

dalam daerah Kabupaten

c. Program Pendidikan dan latihan perkoperasian

Program ini diarahkan untuk pendidikan dan latihan perkoperasian

bagi koperasi dengan wilayah keanggotaan dalam daerah

VII - 13

Kabupaten

d. Program Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi

Program ini diarahkan untuk pemberdayaan dan perlindungan

koperasi yang keanggotaan dalam daerah Kabupaten

e. Program Pemberdayaan Usaha Menegah, Usaha Kecil dan Usaha

Mikro (UMKM)

Program ini diarahkan untuk pemberdayaan usaha mikro

dilakukan melalui pendataan, kemitraan, kemudahan perijinan,

penguatan kelembagaan dan koordinasi dengan para pemangku

kepentingan.

f. Program Pengembangan UMKM

Program ini diarahkan untuk pengembangan usaha mikro dengan

orientasi peningkatan skala usaha menjadi usaha kecil.

12. Urusan Pemerintahan Bidang Penanaman Modal

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pengembangan iklim penanaman modal

Program ini diarahkan untuk pembuatan peta potensi investasi

Kabupaten

b. Program Promosi Penanaman Modal

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan promosi penanaman

modal yang menjadi kewenangan daerah

c. Program Pelayanan penanaman modal

Program ini diarahkan untuk pelayanan perizinan dan nonperizinan

secara terpadu satu pintu di bidang penanaman modal yang

menjadi kewenangan daerah.

d. Program Pengendalian pelaksanaan penanaman modal

Program ini diarahkan untuk pengendalian pelaksanaan

penanaman modal yang menjadi kewenangan daerah

e. Program Pengelolaan data dan sistem informasi penanaman

modal

Program ini diarahkan untuk pengelolaan data dan informasi

perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi

13. Urusan Pemerintahan Bidang Kepemudaan dan Olahraga

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pengembangan kapasitas daya saing kepemudaan

VII - 14

Program ini diarahkan untuk pemberdayaan dan pengembangan

organisasi kepemudaan tingkat daerah

b. Program Pengembangan kapasitas daya saing keolahragaan

Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengembangan

olahraga pendidikan pada jenjang pendidikan, penyelenggaran

kejuaraan olahraga tingkat daerah, pembinaan dan pengembangan

olahraga prestasi tingkat daerah provinsi serta pembinaan dan

pengembangan olahraga

c. Program Pengembangan kapasitas kepramukaan

Program ini diarahkan untuk pembinaan dan pengembangan

organisasi kepramukaan.

14. Urusan Pemerintahan Bidang Statistik

Program yang akan dilaksanakan adalah:

a. Program Penyelenggaraan statistik sektoral

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan statistic sektoral di

lingkup daerah.

15. Urusan Pemerintahan Bidang Persandian

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Penyelenggaran persandian untuk pengamanan

informasi

Program ini diarahkan untuk Penyelenggaran persandian untuk

pengamanan informasi pemerintah daerah kabupaten.

16. Urusan Pemerintahan Bidang Kebudayaan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pengembangan Kebudayaan

Program ini diarahkan untuk pengelolaan kebudayaan yang

masyarakat pelakunya dalam daerah kabupaten serta pelestarian

kesenian tradisional yang masyarakat pelakunya dalam daerah

kabupaten.

b. Program Pengembangan kesenian tradisional

Program ini diarahkan untuk pembinaan kesenian yang masyarakat

pelakunya dalam daerah kabupaten

c. Program Pembinaan sejarah

Program ini diarahkan untuk pembinaan sejarah dalam1 (satu)

VII - 15

daerah kabupaten

d. Program Pelestarian dan pengelolaan cagar budaya

Program ini diarahkan untuk penetapan cagar budaya peringkat

kabupaten, pengelolaan cagar budaya, peningkatan potensi nilai,

informasi dan promosi cagar budaya serta pemanfaatanya

e. Program Pengelolaan permuseuman

Program ini diarahkan untuk pengelolaan museum kabupaten

17. Urusan Pemerintahan Bidang Perpustakaan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pembinaan perpustakaan

Program ini diarahkan untuk pengelolaan perpustakaan serta

pembudayaan gemar membaca tingkat daerah.

b. Program Perlindungan dan Penyelamatan Arsip

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan perlindungan dan

penyelamatan arsip.

18. Urusan Pemerintahan Bidang Kearsipan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pengelolan arsip

Program ini diarahkan untuk pengelolaan arsip dinamis dan statis

serta pengelolaan simpul jaringan informasi kearsipan nasional.

b. Program Perlindungan dan penyelamatan arsip

Program ini diarahkan untuk pemusnahan arsip serta perlindungan

dan penyelamatan.

C. URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN

1. Urusan Pemerintahan Bidang Kelautan dan Perikanan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program pengelolaan perikanan tangkap

Program ini diarahkan untuk pengelolaan penangkapan ikan di

wilayah sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya,

pemberdayaan nelayan kecil, pengelolaan dan penyelenggaraan TPI

serta penerbitan izin tanda daftar kapal perikanan.

b. Program pengelolaan perikanan budidaya

Program ini diarahkan untuk pengelolaan penerbitan izin usaha

perikanan, pemberdayaan pembudi daya ikan kecil, serta

VII - 16

pengelolaan pembudidayaan ikan

c. Program pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

Program ini diarahkan untuk penerbitan tanda daftar usaha

pengolahan hasil perikanan, pembinaan mutu dan keamanan

hasil perikanan serta penyediaan dan penyaluran bahan baku

industry pengolahan ikan.

2. Urusan Pemerintahan Bidang Pariwisata

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Peningkatan daya tarik destinasi pariwisata

Program ini diarahkan untuk pengelolan daya tarik wisata,

pengelolaan kawasan strategis pariwisata, pengelolaan destinasi

pariwisata serta penetapan tanda daftar usaha pariwisata.

b. Program Pemasaran Pariwisata

Program ini diarahkan untuk pemasaran pariwisata dalam dan luar

negeri daya tarik, destinasi dan kawasan strategis pariwisata.

c. Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif

Program ini diarahkan untuk Peningkatan kapasitas sumber daya

manusia pariwisata dan ekonomi kreatif tingkat dasar dan

pengembangan kapasitas pelaku ekonomi kreatif.

3. Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Penyediaan dan pengembangan sarana pertanian

Program ini diarahkan untuk pengawasan penggunaan sarana

pertanian, pengelolaan sumber daya genetic hewan, tumbuhan dan

mikro organisme, peningkatan mutu dan peredaran benik/bibit

ternak dan tanaman pakan ternak, pengawasan obat hewan

serta pengendalian dan pengawasan penyediaan dan peredaran

benih/bibit ternak dan pakan ternak.

b. Program Penyediaan dan pengembangan prasarana pertanian

Program ini diarahkan untuk pengembangan, pembangunan

prasarana pertanian, pengelolaan wilayah sumber bibit ternak

serta pengembangan lahan penggembalaan umum.

c. Program Pengendalian kesehatan hewan dan kesehatan

masyarakat veteriner

VII - 17

Program ini diarahkan untuk penjaminan kesehatan hewan,

pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan, pengelolaan

pelayanan jasa laboratorium, penerapan dan pengawasan

persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner dan

kesejahteraan hewan.

d. Program Pengendalian dan penanggulangan bencana pertanian

Program ini diarahkan untuk pengendalian dan penanggulangan

bencana pertanian

e. Program Perizinan usaha pertanian

Program ini diarahkan untuk penerbitan izin usaha pertanian

f. Program Penyuluhan pertanian

Program ini diarahkan untuk pelaksanan penyuluhan pertanian

4. Urusan Pemerintahan Bidang Perdagangan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Perizinan dan pendaftaran perusahaan

Program ini diarahkan untuk penerbitan izin pengelolaan pasar

rakyat, pusat perbelanjaan dan izin usaha took swalayan,

penerbitan tanda daftar gudang serta penerbitan surat tanda

pendaftaran serta pengendalian fasilitas penyimpanan bahan

berbahaya dan pengawasan distribusi.

b. Program Peningkatan sarana distribusi perdagangan

Program ini diarahkan untuk pembangunan dan pengelolaan

sarana distribusi perdagangan serta pembinan terhadap

pengelola sarana distribusi.

c. Program stabilitas harga barang kebutuhan pokok dan barang

penting

Program ini diarahkan untuk menjamin ketersediaan barang

kebutuhan pokok dan barang penting, pengendalian harga dan stok

barang, pengawasan pupuk dan pestisida bersubsidi

d. Program standarisasi dan perlindungan konsumen

Program ini diarahkan untuk pelaksanaan metrology legal berupa

tera, tera ulang dan pengawasan

e. Program Penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri

Program ini diarahkan untuk peningkatan promosi, pemasaran

dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri

VII - 18

5. Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Perencanaan dan pembangunan industri

Program ini diarahkan untuk penyusunan dan evaluasi rencana

pembangunan industri

b. Program Pengendalian izin usaha industri Kabupaten/Kota

Program ini diarahkan untuk penerbitan izin usaha industri kecil

dan menengah

c. Program Pengelolaan sistem informasi industri nasional

Program ini diarahkan untuk penyediaan informasi industri untuk

industri

6. Urusan Pemerintahan Bidang Transmigrasi

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Perencanaan Kawasan Transmigrasi

Program ini diarahkan untuk penataan persebaran penduduk

sekitar lokasi kawasan transmigrasi.

b. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Program ini diarahkan untuk pengembangan satuan permukiman

pada tahap kemandirian.

D. UNSUR PENDUKUNG URUSAN PEMERINTAHAN

1. Sekretariat Daerah

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program administrasi umum

Program ini diarahkan untuk penataan organisasi, protokol dan

komunikasi pimpinan serta Perencanaan dan keuangan

b. Program Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

Program ini diarahkan untuk administrasi tata pemerintahan,

evaluasi pelaksanaan kebijakan kesejahteraan rakyat,

koordinasi penyusunan kebijakan daerah serta fasilitasi kerjasama

daerah

c. Program Perekonomian dan pembangunan

Program ini diarahkan untuk evaluasi pelaksanaan kebijakan

perekonomian, adminitrasi pembangunan, pengadaan barang dan

jasa serta pemantauan kebijakan terkait sumber daya alam.

VII - 19

2. Sekretariat DPRD

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Layanan dan Administrasi Keuangan

Program ini diarahkan untuk layanan administrasi DPRD dan

layanan keuangan dan kesejahteraan DPRD

b. Program Dukungan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi DPRD

Program ini diarahkan untuk pembentukan perda dan peraturan

DPRD, pembahasan kebijakan anggaran, pengawasan

penyelenggaran pemerintahan, peningkatan kawasan DPRD,

penyerapan dan penghimpunan aspirasi masyarakat serta

pembahasan kerjasama daerah.

E. UNSUR PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN

1. Perencanaan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan

Daerah

Program ini diarahkan untuk koordinasi Perencanaan

pembangunan daerah, Perencanaan pendanaan pembangunan

daerah serta pengendalian, evaluasi dan pelaporan pembangunan

daerah.

b. Program Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan

Daerah

Program ini diarahkan untuk Koordinasi dan Sinkronisasi

Perencanaan Pembangunan Daerah.

c. Program Perencanaan Pemerintahan dan Pembangunan Manusia

Program ini diarahkan untuk fasilitasi dan monev penyusunan

dokumen Perencanaan bidang pemerintahan, fasilitasi dan monev

penyusunan dokumen Perencanaan bidang pembangunan manusia

serta fasilitasi dan monev penyusunan dokumen Perencanaan

bidang kesejahteraan masyarakat

d. Program Perencanaan Perekonomian dan Sumber Daya Alam

Program ini diarahkan untuk fasilitasi dan monev penyusunan

dokumen Perencanaan bidang perekonomian, fasilitasi dan

monev penyusunan dokumen Perencanaan bidang ekonomi

kreatif serta fasilitasi dan monev penyusunan dokumen

Perencanaan bidang sumber daya alam

VII - 20

e. Program Perencanaan Infrastruktur dan Kewilayahan

Program ini diarahkan untuk fasilitasi dan monev penyusunan

dokumen Perencanaan bidang sumber daya air dan lingkungan

hidup, fasilitasi dan monev penyusunan dokumen Perencanaan

bidang kebinamargaan dan perhubungan serta fasilitasi dan

monev penyusunan dokumen Perencanaan bidang keciptakaryaan

dan kewilayahan.

2. Keuangan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Pengelolaan Keuangan Daerah

Program ini diarahkan untuk koordinasi dan penyusunan rencana

anggaran daerah, koordinasi dan pengelolaan perbendaharaan

daerah, koordinasi dan pelaksanaan akuntansi dan pelaporan

keuangan daerah serta kegiatan penunjang urusan

b. Program Pengelolaan Barang Milik Daerah

Program ini diarahkan untuk pengelolaan barang milik daerah

c. Program Pengelolaan Pendapatan Daerah

Program ini diarahkan untuk Perencanaan, pengembangan,

pengendalian dan evaluasi pendapatan daerah.

3. Kepegawaian

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Kepegawaian daerah

Program ini diarahkan untuk pengelolaan data dan informasi ASN,

administrasi kepegawaian, peningkatan kapasitas ASN,

pengembangan karir ASN dan pembinaan ASN.

4. Pendidikan dan Pelatihan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia

Program ini diarahkan untuk pengembangan kompetensi teknis

serta sertifikasi, kelembagaan, pengembangan kompetensi

manajerial dan fungsional.

VII - 21

5. Penelitian dan Pengembangan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Program Penelitian dan Pengembangan daerah

Program ini diarahkan untuk penelitian dan pengembangan bidang

penyelenggaraan pemerintahan dan pengkajian peraturan,

penelitian dan pengembangan bidang sosial dan kependudukan,

penelitian dan pengembangan bidang ekonomi dan pembangunan,

serta pengembangan inovasi dan teknologi.

F. UNSUR PENGAWASAN URUSAN PEMERINTAHAN

1. Inpektorat

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Penyelenggaraan pengawasan

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pengawasan internal

serta penyelenggaraan pengawasan dengan tujuan tertentu

b. Program Perumusan kebijakan, pendampingan dan asistensi

Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis di

bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan serta asistensi dan

pendampingan.

G. UNSUR KEWILAYAHAN

1. Kecamatan

Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Program Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelayanan Publik

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pengawasan

internal serta penyelenggaraan pengawasan dengan tujuan

tertentu.

Program-program diatas dilaksanakan dalam rangka mendukung

mendukung target capaian yaitu penyelenggaraan PATEN yang

dilaksanakan sebanyak 19 Kecamatan.

b. Program pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan pengawasan internal

serta penyelenggaraan pengawasan dengan tujuan tertentu.

Program diatas dilaksanakan dalam rangka mendukung pelayanan

di tingkat Desa dan Kelurahan

c. Program Koordinasi ketentraman dan ketertiban Umum

Program ini diarahkan untuk peningkatan kepastian ketentraman

VII - 22

dan ketertiban umum serta peningkatan pelayanan terhadap

masyarakat baik di tingkat Desa, Kelurahan maupun tingkat

Kecamatan.

d. Program Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Umum

Program ini diarahkan untuk penyelenggaraan urusan

Pemerintahan serta pelayanan terhadap masyarakat baik di tingkat

Desa, Kelurahan maupun tingkat Kecamatan.

e. Program Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Desa

Program ini diarahkan untuk peningkatan pembinaan dan

pengawasan pemerintah Desa dalam rangka peningkatan pelayanan

terhadap masyarakat.

H. UNSUR PEMERINTAHAN UMUM

1. Kesatuan Bangsa dan Politik

a. Program Penguatan Ideologi Pancasila dan Karakter Kebangsaan

Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan

pemantapan pelaksanaan bidang ideology pancasila dan karakter

kebangsaan

b. Program Peningkatan Peran Partai Politik dan Lembaga

Pendidikan melalui Pendidikan Politik dan Pengembangan etika

serta budaya politik.

Program ini diarahkan untuk ntuk Perumusan Kebijakan Teknis

Dan Pemantapan Pelaksanaan Bidang Pendidikan Politik, Etika

Budaya Politik, Peningkatan Demokrasi, Fasilitasi Kelembagaan

Pemerintahan, Perwakilan dan Partai Politik, Pemilihan

Umum/Pemilihan Umum Kepala Daerah, serta Pemantauan Situasi

Politik

c. Program Pemberdayaan dan Pengawasan Organisasi

Kemasyarakatan.

Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan

pemantapan bidang pemberdayaan dan pengawasan organisasi

kemasyarakatan

d. Program Pembinaan dan Pengembangan Ketahanan Ekonomi,

Sosial dan Budaya

Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan

pemantapan pelaksanaan bidang ketahanan ekonomi, sosial dan

Budaya

e. Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional dan Peningkatan

VII - 23

Kualitas dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial

Program ini diarahkan untuk perumusan kebijakan teknis dan

pelaksanaan pemantapan kewaspadaan nasional dan penanganan

konflik sosial.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Perangkat Daerah,

program yang bersifat pendukung operasional Perangkat Daerah yaitu:

Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah. Program ini diarahkan

untuk mendukung kegiatan Perencanaan dan evaluasi kinerja Perangkat

Daerah, Administrasi keuangan dan administrasi umum

Adapun kapasitas riil keuangan daerah yang akan digunakan untuk

mendanai program pembangunan oleh Perangkat Daerah seperti telah

diuraikan pada bab sebelumnya sebagaimana tabel 7.1 dan Program

prioritas beserta indikator kinerja, target kinerja dan pagu indikatif

masing-masing perangkat daerah sebagaimana tercantum pada Tabel 7.2

berikut:

VII - 24

Tabel 7.1 Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Tahun 2021-2026

Kode Uraian

Proyeksi

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026

Kapasitas keuangan Daerah 2,421,287,200,000 2,519,999,030,000 2,538,931,780,000 2,601,261,893,000 2,607,831,152,000 2,648,596,694,000

5 BELANJA DAERAH 2.420.082.200.000 2.503.999.030.000 2.522.931.780.000 2.600.261.893.000 2.597.831.152.000 2.639.596.694.000

5,1 Belanja Operasi 1.758.410.852.000 1.842.299.198.000 1.849.715.397.000 1.914.767.901.000 1.853.223.046.000 1.857.332.203.000

5,1,1 Belanja Pegawai 970.824.020.000 1.026.284.034.000 1.029.362.886.000 1.032.450.974.000 1.032.548.326.000 1.035.145.970.000

5,1,2 Belanja Barang dan Jasa 768.173.345.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.549.235.000 767.160.495.000 768.136.867.000

5,1,3 Belanja Bunga

5,1,4 Belanja Subsidi

5,1,5 Belanja Hibah 9.817.649.000 27.608.805.000 30.108.805.000 93.910.568.000 31.614.245.000 31.930.387.000

5,1,6 Belanja Bantuan Sosial 9.595.838.000 20.857.124.000 22.694.471.000 20.857.124.000 21.899.980.000 22.118.979.000

5,2 Belanja Modal 301.038.371.000 290.109.761.000 304.615.249.000 313.753.706.000 334.166.317.000 347.849.643.000

5,3 Belanja Tidak Terduga 39.122.391.000 27.665.043.000 21.023.662.000 19.458.827.000 9.729.413.000 7.297.059.000

5,4 Belanja Transfer 321.510.586.000 343.925.028.000 347.577.472.000 352.281.459.000 358.094.592.000 363.309.215.000

5,4,1 Belanja Bagi Hasil 23.555.623.000 28.123.115.000 28.617.540.000 30.131.928.000 32.723.566.000 34.684.479.000

5,4,2 Belanja Bantuan Keuangan 297.954.963.000 315.801.913.000 318.959.932.000 322.149.531.000 325.371.026.000 328.624.736.000

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

2.420.082.200 2.503.999.030 2.522.931.780 2.600.261.893 2.597.831.152 2.639.596.694 12.864.620.549 - - - - - - -

X.XX.XX Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Persentase pemenuhan pelayanan administrasi perkantoran Perangkat Daerah

% 100,00 100,00 1.193.269.640 100,00 1.232.886.956 100,00 1.243.836.638 100,00 1.243.836.638 100,00 1.257.265.005 100,00 1.269.813.555 100,00 6.247.638.792 Seluruh Perangkat Daerah

1 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR

671.997.693 592.259.119 604.013.097 606.281.055 627.896.659 673.804.003 3.104.253.933

1.01 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

259.542.591 233.450.334 243.033.895 243.288.183 250.585.543 258.092.791 1.228.450.746

1.01.02 Program Pengelolaan Pendidikan Presentase Rata-rata Capaian SPM Bidang Pendidikan

% 69,43 69,45 259.128.025 69,47 233.299.970 69,49 242.631.969 69,51 242.886.257 69,53 250.172.845 69,55 257.678.031 69,55 1.226.669.072

Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.01.03 Program Pengembangan Kurikulum Persentase Sekolah yang melaksanakan pendidikan muatan lokal di sekolah

% 100,00 100,00 99.990 100,00 94.362 100,00 97.350 100,00 97.350 100,00 101.999 100,00 102.509 100,00 493.570

Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.01.04 Program Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Persentase kebutuhan guru sesuai kualifikasi

% 51,43 51,43 10.000 - - - - - - - - - - - -

Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.01.05 Program Pengendalian Perizinan Pendidikan Peningkatan Lembaga Pendidikan Berizin Satuan

Pendidikan2,00 1,00 38.500 1,00 56.002 1,00 38.500 1,00 38.500 1,00 39.274 1,00 39.470 5,00 211.746

Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.01.06 Program Pengembangan Bahasa dan Sastra Persentase Guru yang dibina dalam Pengembangan Bahasa dan Sastra

% 41,74 42,00 266.076 42,00 - 43,00 266.076 44,00 266.076 45,00 271.425 46,00 272.781 46,00 1.076.358

Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

1.02 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

142.887.866 132.274.076 138.042.612 141.410.566 147.624.345 154.130.214 713.481.813

1.02.02 Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan Dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan % 64,34 75,00 127.048.441 77,78 117.169.197 80,56 122.706.496 83,33 125.960.731 88,89 131.937.607 94,44 138.213.327 94,44 635.987.359 Dinas Kesehatan

Kode 1 Persentase pemenuhan SPM bidang kesehatan pelayanan kesehatan dasar

% 16,67 25,00 33,33 41,67 50,00 66,67 83,33 83,33 Dinas Kesehatan

Kode 2 Persentase pemenuhan SPM pelayanan kesehatan rujukan %

RSGS: 84,95; RSGM: 91,39

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan

Mangunkusumo, RS Gondo Suwarno

1.02.03 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan

Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar

% 68,75 68,75 15.310.612 75,00 11.187.918 81,25 11.299.797 87,50 11.412.795 93,75 11.526.923 100,00 11.642.192 100,00 57.069.626 Dinas Kesehatan

Kode 3 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Puskesmas

% 44,44 44,44 55,56 66,67 77,78 88,89 100,00 100,00 Dinas Kesehatan

Kode 4 Persentase Pemenuhan Jenis tenaga kesehatan minimal sesuai standar di Rumah sakit

% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RS Gunawan

Mangunkusumo, RS Gondo Suwarno

1.02.04 Program Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Makanan Minuman

Persentase sarana pengelolaan perbekalan kesehatan dan makanan minuman berijin yang penyelenggaraannya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku

% 100,00 100,00 235.446 100,00 231.842 100,00 240.646 100,00 241.367 100,00 250.272 100,00 247.865 100,00 1.211.992 Dinas Kesehatan

1.02.05 Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Persentase Rumah Tangga dengan Strata Sehat Utama dan Paripurna % 87,00 87,00 293.367 88,00 3.685.119 89,00 3.795.673 90,00 3.795.673 95,00 3.909.543 100,00 4.026.829 100,00 19.212.836 Dinas Kesehatan

1.03 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 193.846.985 183.690.197 180.348.698 178.831.368 184.715.735 215.776.547 943.362.545

1.03.02 Program Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) Persentase irigasi kabupaten dalam kondisi baik

% 58,89 59,70 29.906.883 61,60 24.651.744 64,20 23.771.525 66,70 23.771.525 69,10 24.000.000 71,90 25.609.280 71,90 121.804.074 Dinas Pekerjaan Umum

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4TOTAL BELANJA DAERAH

Tabel 7.2 Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

VII - 25

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

1.03.03 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Persentase rumah tangga yang terlayani SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum)

% 0,93 91,54 24.903.708 91,63 23.769.336 91,86 24.007.029 92,08 24.007.029 92,27 24.707.381 92,46 25.857.750 92,46 122.348.525 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.04 Program Pengembangan Sistem Dan Pengelolaan Persampahan Regional

Persentase Jumlah Sampah yang terkurangi melalui 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)

% 8,02 8,34 636.000 8,69 3.000.000 9,02 3.030.000 9,35 3.060.300 9,70 3.090.903 10,05 3.121.812 10,05 15.303.015 Dinas Lingkungan Hidup

1.03.05 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Air Limbah

Persentase rumah yang terlayani SPALDT (Sistem Penyediaan Air Limbah Domestik Terpusat) di kawasan perumahan dan permukiman kumuh

% 31,43 4,22 2.764.302 5,34 2.982.838 6,46 2.997.752 7,57 3.012.741 8.69 3.027.805 9,80 3.042.944 9,80 15.064.079 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.06 Program Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Drainase

Persentase drainase dalam kondisi baik

% 20,00 21,00 4.944.215 22,00 8.695.941 24,00 8.700.000 26,00 8.961.000 28,00 9.229.830 30,00 9.506.725 30,00 45.093.496 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.07 Program Pengembangan Permukiman Persentase Pemenuhan Pembangunan Infrastruktur Permukiman kawasan strategis

% - - 14.634.060 20,00 1.500.000 40,00 1.515.000 60,00 1.545.300 80,00 1.576.206 100,00 1.607.730 100,00 7.744.236 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.08 Program Penataan Bangunan Gedung Persentase bangunan gedung milik daerah dengan kondisi baik

% 60,00 62,00 18.913.647 65,00 22.840.800 70,00 22.840.800 75,00 20.961.425 80,00 20.896.087 85,00 43.855.902 85,00 131.395.015 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.10 Program Penyelenggaraan Jalan Persentase jalan dan jembatan kabupaten kondisi baik

% 84,60 88,00 96.649.431 62,50 93.861.120 64,50 90.983.770 66,50 90.983.770 68,50 95.553.680 70,50 100.534.884 70,50 471.917.223 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.11 Program Pengembangan Jasa Konstruksi Persentase penyedia jasa konstruksi memenuhi standar kualifikasi

% 92,00 92,00 143.439 93,00 267.472 94,00 272.821 95,00 278.278 96,00 283.843 97,00 289.520 97,00 1.391.935 Dinas Pekerjaan Umum

1.03.12 Program Penyelenggaraan Penataan Ruang Pemenuhan Dokumen Rencana Tata Ruang

% - 5,55 351.301 27,78 2.120.946 44,44 2.230.000 61,11 2.250.000 77,78 2.350.000 100,00 2.350.000 100,00 11.300.946 Dinas Pekerjaan Umum

1.04 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN 44.793.689 13.258.359 14.800.944 14.812.990 14.918.825 15.028.719 72.819.838

1.04.02 Program Pengembangan Perumahan Cakupan ketersediaan rumah layak huni

% 0,50 0,75 1.513.580 1,00 1.192.686 1,20 1.204.613 1,40 1.216.659 1,50 1.228.826 1,60 1.241.114 1,60 6.083.897 Dinas Pekerjaan Umum

1.04.03 Program Kawasan Permukiman Rasio permukiman layak huni - 0,98 0,98 4.905.137 0,98 1.848.348 0,98 1.866.831 0,99 1.866.831 0,99 1.885.500 0,99 1.904.355 0,99 9.371.866 Dinas Pekerjaan Umum1.04.04 Program Perumahan dan Kawasan Rasio Rumah Layak Huni - 0,20 0,21 - 0,21 - 0,22 1.500.000 0,22 1.500.000 0,23 1.575.000 0,23 1.653.750 0,23 6.228.750 Dinas Pekerjaan Umum1.04.05 Program Peningkatan Prasarana, Sarana Dan

Utilitas Umum (PSU)Cakupan Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan PSU

% 70,00 71,00 38.374.972 73,00 10.217.325 74,00 10.229.500 75,00 10.229.500 76,00 10.229.500 77,00 10.229.500 77,00 51.135.325 Dinas Pekerjaan Umum

1.05 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN SERTA PERLINDUNGAN MASYARAKAT

11.562.793 14.286.781 14.416.788 14.548.522 16.077.968 16.873.182 76.203.240

1.05.02 Program Peningkatan Ketentraman Dan Ketertiban Umum

Persentase jenis potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum. % 80,00 80,00 6.057.964 90,00 9.111.006 90,00 9.156.561 90,00 9.202.344 90,00 6.663.760 90,00 7.330.136 90,00 41.463.808

Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran1.05.03 Program Penanggulangan Bencana Persentase kejadian bencana yang

tertangani sesuai standard operating procedure

% 100,00 100,00 3.782.491 100,00 3.269.444 100,00 3.334.833 100,00 3.401.530 100,00 3.469.560 100,00 3.538.951 100,00 17.014.318 Badan Penanggulangan

Bencana daerah

1.05.04 Program Pencegahan, Penanggulangan, Penyelamatan Kebakaran Dan Penyelamatan Non Kebakaran

Persentase pelayanan pemadaman dan penyelamatan kebakaran % 94,44 94,44 1.722.338 94,50 1.906.331 94,60 1.925.394 94,70 1.944.648 96,30 5.944.648 98,15 6.004.094 98,15 17.725.114

Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran1.06 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG SOSIAL 19.363.769 15.299.372 13.370.160 13.389.425 13.974.242 13.902.552 69.935.751

1.06.02 Program Pemberdayaan Sosial Persentase Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial yang Mendapatkan Peningkatan Kapasitas

% 49,09 49,60 2.888.450 49,94 9.670.966 50,78 7.917.081 51,63 7.917.081 52,47 7.917.081 53,31 7.917.081 53,31 41.339.290 Dinas Sosial

1.06.04 Program Rehabilitasi Sosial Persentase PMKS yang memperoleh layanan rehabilitasi sosial diluar panti

% 100,00 100,00 240.943 100,00 237.979 100,00 245.118 100,00 252.472 100,00 260.046 100,00 267.847 100,00 1.263.463 Dinas Sosial

1.06.05 Program Perlindungan Dan Jaminan Sosial Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan sosial pemerintah

% 79,82 80,00 15.789.464 81,00 4.597.581 82,00 4.735.508 83,00 4.735.508 84,00 4.972.284 85,00 5.220.898 85,00 24.261.780 Dinas Sosial

1.06.06 Program Penanganan Bencana Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat

% 100,00 100,00 372.320 100,00 388.714 100,00 392.601 100,00 396.527 100,00 400.492 100,00 404.497 100,00 1.982.832 Dinas Sosial

1.06.07 Program Pengelolaan Taman Makam Pahlawan Persentase Taman Makam Pahlawan sesuai dengan standar

% 100,00 100,00 72.592 100,00 404.132 100,00 79.851 100,00 87.836 100,00 424.339 100,00 92.228 100,00 1.088.386 Dinas Sosial

2 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TIDAK BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR

64.792.444 107.276.937 108.400.353 115.177.298 142.381.152 119.829.789 593.065.529

VII - 26

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

2.07 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG TENAGA KERJA

1.999.579 1.886.920 1.905.176 1.974.227 1.944.139 1.964.981 9.675.443

2.07.02 Program Perencanaan Tenaga Kerja Persentase kebijakan tenaga kerja yang terakomodasi dalam dokumen perencanaan

% - - - - - - - 100,00 50.000 - - - - 100,00 50.000 Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

2.07.03 Program Pelatihan Kerja Dan Produktivitas Tenaga Kerja

Persentase tenaga kerja dan pencari kerja bersertifikat

% 23,76 35,76 1.854.708 47,76 1.752.276 59,76 1.761.037 71,76 1.769.843 83,76 1.778.692 95,76 1.787.585 95,76 8.849.433 Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi2.07.04 Program Penempatan Tenaga Kerja Persentase tenaga kerja yang

ditempatkan% 89,89 65,00 54.142 67,00 55.253 69,00 60.778 70,00 66.856 71,00 73.542 72,00 80.896 72,00 337.325

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2.07.05 Program Hubungan Industrial Persentase perusahaan yang menerapkan tata kelola kerja yang layak

% 83,97 84,22 90.729 84,60 79.391 85,00 83.361 85,40 87.529 86,00 91.905 86,70 96.500 86,70 438.685 Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

2.08 URUSAN PEMERINTAHAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 640.507 699.144 736.312 775.735 821.262 873.447 3.905.900

2.08.02 Program Pengarusutamaan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan

Persentase Kebijakan Pengarusutamaan Gender yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku

% 100,00 100,00 32.412 100,00 28.417 100,00 31.259 100,00 34.385 100,00 37.823 100,00 41.605 100,00 173.489

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.08.03 Program Perlindungan Perempuan Persentase Kebijakan Perlindungan Perempuan yang Terlaksana Sesuai Ketentuan yang Berlaku

% 100,00 100,00 364.035 100,00 392.761 100,00 412.399 100,00 433.019 100,00 454.670 100,00 477.403 100,00 2.170.252

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.08.05 Program Pengelolaan Sistem Data Gender Dan Anak

Persentase pengelolaan data gender dan anak yang terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku

% 80,00 80,00 17.807 80,00 17.088 80,00 19.847 80,00 20.243 80,00 21.052 80,00 22.315 80,00 100.545

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.08.06 Program Pemenuhan Hak Anak (PHA) Presentase Pemenuhan Hak Anak

% 100,00 100,00 77.530 100,00 111.643 100,00 122.807 100,00 135.088 100,00 148.597 100,00 163.457 100,00 681.592

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.08.07 Program Perlindungan Khusus Anak Persentase tindak kekerasan terhadap anak yang tertangani

% 100,00 100,00 148.723 100,00 149.235 100,00 150.000 100,00 153.000 100,00 159.120 100,00 168.667 100,00 780.022

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.09 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PANGAN 1.280.589 1.412.289 1.404.203 1.418.079 1.434.974 1.451.889 7.121.434

2.09.02 Program Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi Untuk Kedaulatan Dan Kemandirian Pangan

Persentase pengisian cadangan pangan pada lumbung pangan % - 21,67 550.000 21,67 570.000 21,67 575.000 21,67 580.000 21,67 585.000 21,67 590.000 21,67 2.900.000

Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

2.09.03 Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat

Skor pola pangan harapan- 93.8 87,00 689.318 87,50 771.346 88,00 775.203 88,50 779.079 89,00 782.974 89,50 786.889 89,50 3.895.491

Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

2.09.04 Program Penanganan Kerawanan Pangan Persentase daerah rawan pangan yang tertangani

% 8,50 8,50 19.880 8,50 47.573 8,50 28.000 8,50 29.000 8,50 32.000 8,50 35.000 8,50 171.573 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan2.09.05 Program Pengawasan Keamanan Pangan Persentase produk yang lulus uji

ambang batas keamanan pangan% - 80,00 21.391 80,00 23.370 83,00 26.000 85,00 30.000 87,00 35.000 88,00 40.000 88,00 154.370

Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

2.10 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN

123.859 213.505 1.684.159 939.159 25.744.802 580.000 29.161.625

2.10.04 Program Penyelesaian Sengketa Tanah Garapan

Tingkat capaian fasilitasi penyelesaian sengketa tanah garapan dalam daerah Kab/Kota

% 100,00 100,00 123.859 100,00 113.505 100,00 134.159 100,00 134.159 100,00 150.000 100,00 175.000 100,00 706.823 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.05 Program penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan

Persentase fasilitasi penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan yang dilaksanakan

% - - - 100,00 100.000 100,00 1.300.000 100,00 500.000 100,00 25.239.802 - - 100,00 27.139.802 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.06 Program Redistribusi Tanah, Serta Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee

Persentase fasilitasi kebijakan Redistribusi Tanah, Ganti Kerugian Program Tanah Kelebihan Maksimum Dan Tanah Absentee yang dilaksanakan

% - - - - - 100,00 120.000 100,00 140.000 100,00 160.000 100,00 175.000 100,00 595.000 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.08 Program Pengelolaan Tanah Kosong Persentase fasilitasi kebijakan pengelolaan tanah kosong yang dilaksanakan

% - - - - - 100,00 70.000 100,00 95.000 100,00 115.000 100,00 140.000 100,00 420.000 Dinas Pekerjaan Umum

2.10.10 Program Penatagunaan Tanah Persentase fasilitasi kebijakan penatagunaan tanah yang dilaksanakan

% - - - - - 100,00 60.000 100,00 70.000 100,00 80.000 100,00 90.000 100,00 300.000 Dinas Pekerjaan Umum

VII - 27

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

2.11 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

23.186.447 21.198.371 21.590.770 22.064.858 22.612.738 23.178.247 110.644.983

2.11.02 Program Perencanaan Lingkungan Hidup Persentase Ketersediaan Dokumen Perencanaan Lingkungan Hidup % 100,00 100,00 241.225 100,00 373.752 100,00 392.440 100,00 412.062 100,00 432.665 100,00 454.298 100,00 2.065.216 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.03 Program Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Lingkungan Hidup

Peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

- 0,26 0,27 2.302.333 0,28 666.423 0,29 686.416 0,30 707.008 0,31 728.218 0,32 750.065 0,32 3.538.130 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.04 Program Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (KEHATI)

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijauha 543,50 544,04 7.831.970 544,58 7.289.188 545,12 7.362.080 545,66 7.362.080 546,20 7.435.701 547,00 7.510.058 547,00 36.959.106 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.05 Program Pengendalian Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Limbah B3)

Persentase fasilitasi pengelolaan Limbah B3 % 100,00 100,00 67.210 100,00 55.192 100,00 60.711 100,00 66.782 100,00 73.461 100,00 80.807 100,00 336.953 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Izin Lingkungan Dan Izin Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

Persentase Pembinaan dan Pengawasan terhadap Izin Lingkungan

% 100,00 100,00 397.962 100,00 115.520 100,00 127.072 100,00 139.779 100,00 153.757 100,00 169.133 100,00 705.261 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.08 Program Peningkatan Pendidikan, Pelatihan Dan Penyuluhan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat

Persentase Lembaga Bank Sampah yang telah mendapat pendidikan/ pelatihan/penyuluhan

% 80,50 82,50 205.867 85,00 193.817 88,00 203.508 91,50 213.683 95,50 224.367 100,00 235.586 100,00 1.070.961 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.09 Program Penghargaan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat

Tokoh/Lembaga/ Kelompok/ Sekolah yang mendapatkan Penghargaan Lingkungan minimal Tingkat Provinsi

Tokoh/ Lembaga / Kelompok/ Sekolah2,00 2,00 30.701 2,00 52.155 2,00 56.305 2,00 79.550 2,00 87.500 3,00 96.250 3,00 371.760 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.10 Program Penanganan Pengaduan Lingkungan Hidup

Persentase Pengaduan Masyarakat yang tertangani

% 100,00 100,00 26.512 100,00 28.937 100,00 30.384 100,00 31.903 100,00 33.498 100,00 35.173 100,00 159.895 Dinas Lingkungan Hidup

2.11.11 Program Pengelolaan Persampahan Persentase Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk

% 0,93 0,93 12.082.667 0,94 12.423.387 0,95 12.671.855 0,96 13.052.010 0,97 13.443.571 0,98 13.846.878 0,98 65.437.701 Dinas Lingkungan Hidup

2.12 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

1.333.981 1.941.202 1.620.206 1.850.305 1.999.792 2.161.968 9.573.472

2.12.02 Program Pendaftaran Penduduk Persentase Cakupan Kepemilikan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk

% 99,88 99,89 436.856 99,90 831.010 99,90 590.761 99,91 714.819 99,93 786.302 99,95 864.932 99,95 3.787.824 Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

2.12.03 Program Pencatatan Sipil Persentase Cakupan Kepemilikan Dokumen Akta Kelahiran dan Akta Kematian

% 90,87 91,25 283.890 93,13 445.792 95,00 343.657 97,13 415.408 98,00 457.408 98,88 503.150 98,88 2.165.415 Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

2.12.04 Program Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan

Persentase Ketersediaan Database Kependudukan yang akurat % 98,75 99,10 540.424 99,20 591.588 99,30 609.336 99,40 639.802 99,50 671.793 99,60 705.382 99,60 3.217.901

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

2.12.05 Program Pengelolaan Profil Kependudukan Persentase Pemanfaatan Informasi Kependudukan

% 100,00 100,00 72.812 100,00 72.812 100,00 76.453 100,00 80.275 100,00 84.289 100,00 88.503 100,00 402.332 Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil2.13 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 5.092.709 4.977.427 5.063.948 5.155.009 5.251.022 5.352.442 25.799.847

2.13.02 Program Penataan Desa Persentase RTLH dan Sarpras Permukiman Desa yang Dibangun % 50,00 60,00 67.206 65,00 1.112.686 67,00 1.123.813 70,00 1.135.051 75,00 1.146.401 80,00 1.157.866 80,00 5.675.817

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

2.13.04 Program Administrasi Pemerintahan Desa Persentase Aparatur Pemerintahan Desa yang Memiliki Kompetensi dalam Tata Kelola Pemdes

% 60,00 63,00 3.459.546 65,00 3.456.446 70,00 3.491.010 75,00 3.525.921 80,00 3.561.180 85,00 3.596.792 85,00 17.631.348 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

2.13.05 Program Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat Dan Masyarakat Hukum Adat

Cakupan Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Desa % 50,00 60,00 1.565.957 65,00 408.295 67,00 449.125 70,00 494.037 75,00 543.441 80,00 597.785 80,00 2.492.682

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

2.14 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

7.873.605 140,11 7.843.189 140,49 7.943.609 140,86 8.036.378 141,23 8.151.238 142,10 8.292.546 142,10 40.266.959

2.14.02 Program Pengendalian Penduduk Angka Kelahiran Total (TFR)

% 1,84 2,29 94.488 2,26 76.929 2,24 96.000 2,21 100.000 2,18 104.000 2,10 110.240 2,10 487.169

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

VII - 28

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

2.14.03 Program Pembinaan Keluarga Berencana (KB) Prosentase peserta KB Aktif MKJP

% 40,79 37,45 6.753.423 37,85 6.750.777 38,25 6.818.285 38,65 6.886.468 39,05 6.955.332 40,00 7.024.886 40,00 34.435.747

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.14.04 Program Pemberdayaan Dan Peningkatan Keluarga Sejahtera (KS)

Presentase Kelompok Kegiatan Tribina Plus yang Aktif

% 100,00 100,00 1.025.694 100,00 1.015.483 100,00 1.029.324 100,00 1.049.910 100,00 1.091.906 100,00 1.157.420 100,00 5.344.043

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana

2.15 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERHUBUNGAN

5.325.331 38.777.199 38.898.561 39.020.619 39.143.399 39.266.930 195.106.708

2.15.02 Program Penyelenggaraan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ)

Persentase pelayanan ruas jalan yang memiliki tingkat pelayanan A dan B

% 80,00 89,00 5.233.601 90,00 38.687.717 91,00 38.803.780 92,00 38.920.191 93,00 39.036.952 94,00 39.154.063 94,00 194.602.703 Dinas Perhubungan

2.15.03 Program Pengelolaan Pelayaran Prosentase ketersediaan alat keselamatan pada angkutan perahu % 40,00 48,20 76.407 58,90 72.984 69,60 76.633 80,36 80.465 91,07 84.488 98,21 88.713 98,21 403.283 Dinas Perhubungan

2.15.05 Program Pengelolaan Perkeretaapian Persentase ketersediaan perlengkapan jalan pada perlintasan sebidang

% 20,00 20,00 15.323 20,00 16.498 40,00 18.148 60,00 19.963 80,00 21.959 100,00 24.155 100,00 100.722 Dinas Perhubungan

2.16 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

2.901.058 3.884.086 4.000.609 4.200.639 4.483.150 4.785.584 21.354.067

2.16.02 Program Informasi Dan Komunikasi Publik Persentase Keterbukaan informasi publik

% 100,00 100,00 1.327.670 100,00 1.650.203 100,00 1.699.709 100,00 1.784.694 100,00 1.873.929 100,00 1.967.626 100,00 8.976.161 Dinas Komunikasi dan

Informatika2.16.03 Program Aplikasi Informatika Persentase pengelolaan sumber

daya eGovernment sesuai standar % 100,00 100,00 1.573.389 100,00 2.233.883 100,00 2.300.900 100,00 2.415.945 100,00 2.609.220 100,00 2.817.958 100,00 12.377.906 Dinas Komunikasi dan

Informatika

2.17 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH 1.764.703 1.773.389 1.993.693 2.104.377 2.228.596 2.366.526 10.466.581

2.17.03 Program Pengawasan Dan Pemeriksaan Koperasi

Persentase Koperasi yang berkualitas % 10,00 15,00 48.608 20,00 35.655 24,00 100.000 28,00 130.000 39,00 150.000 40,00 150.000 40,00 565.655

Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan2.17.04 Program Penilaian Kesehatan KSP/USP

KoperasiPersentase KSP/USP yang sehat

% 12,00 15,00 81.434 18,00 78.530 24,00 130.000 27,00 140.000 30,00 150.000 33,00 160.000 33,00 658.530 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

2.17.05 Program Pendidikan Dan Latihan Perkoperasian

Persentase pengelola koperasi bersertifikat % 7,00 9,00 456.716 18,00 237.030 20,00 240.000 23,00 240.000 26,00 250.000 30,00 300.000 30,00 1.267.030

Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan2.17.06 Program Pemberdayaan Dan Perlindungan

KoperasiPersentase kualitas kelembagaan dan legalitas koperasi % 35,00 37,00 44.316 38,00 75.800 40,00 110.000 41,00 110.000 42,00 120.000 43,00 120.000 43,00 535.800

Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan2.17.07 Program Pemberdayaan Usaha Menengah,

Usaha Kecil dan Usaha Mikro (UMKM)Persentase peningkatan usaha mikro yang berdayasaing % 1,00 2,00 233.186 4,00 454.344 8,00 477.061 10,00 500.914 12,00 525.960 14,00 552.258 14,00 2.510.537

Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Dan

Menengah2.17.08 Program Pengembangan UMKM Persentase peningkatan skala

pemasaran % 2,00 3,00 900.443 6,00 892.030 9,00 936.632 12,00 983.463 15,00 1.032.636 18,00 1.084.268 18,00 4.929.029 Dinas Perdagangan

Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah

2.18 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL

1.041.171 1.323.046 1.363.852 1.405.937 1.449.344 1.494.114 7.036.294

2.18.02 Program Pengembangan Iklim Penanaman Modal

Nilai realisasi investasiRp. Triliun 2,30 1,30 55.411 1,47 200.000 1,67 206.000 1,87 212.180 2,12 218.545 2,40 225.102 9,53 1.061.827

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.18.03 Program Promosi Penanaman Modal Persentase peningkatan jumlah

investor % 3,38 3,40 154.048 3,55 272.057 3,78 280.219 3,97 288.625 4,14 297.284 4,28 306.203 19,72 1.444.388 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.18.04 Program Pelayanan Penanaman Modal Persentase penyelesaian perizinan

penanaman modal sesuai standar pelayanan

% 100,00 100,00 332.609 100,00 329.042 100,00 338.913 100,00 349.081 100,00 359.553 100,00 370.340 100,00 1.746.929 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.18.05 Program Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman ModalPersentase kesesuaian izin penanaman modal % 91,21 91,30 463.185 91,35 466.229 91,40 480.216 91,45 494.622 91,50 509.461 91,55 524.745 91,55 2.475.273

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.18.06 Program Pengelolaan Data Dan Sistem

Informasi Penanaman ModalPersentase data dan informasi terakses publik % 100,00 100,00 35.918 100,00 55.718 100,00 58.504 100,00 61.429 100,00 64.501 100,00 67.726 100,00 307.877

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu2.19 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA6.746.438 11.513.673 11.627.810 11.629.810 11.749.168 11.871.963 58.392.423

VII - 29

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

2.19.02 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing Kepemudaan

Persentase Organisasi Pemuda yang Berprestasi % 40,00 40,00 1.069.529 40,00 1.854.453 43,30 1.872.998 43,30 1.872.998 43,30 1.891.728 46,70 1.910.645 46,70 9.402.820

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.19.03 Program Pengembangan Kapasitas Daya Saing

KeolahragaanPersentase Lembaga Keolahragaan yang dibina % 63,30 64,00 5.576.909 65,00 9.559.220 66,00 9.654.812 67,00 9.654.812 68,00 9.751.360 69,00 9.848.874 69,00 48.469.079

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.19.04 Program Pengembangan Kapasitas

KepramukaanPersentase Lembaga Pramuka yang Terbina % 100,00 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 100.000 100,00 102.000 100,00 106.080 100,00 112.444 100,00 520.524

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.20 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

STATISTIK344.155 322.552 338.680 355.614 373.394 392.064 1.782.303

2.20.02 Program Penyelenggaraan Statistik Sektoral Persentase pengelolaan data statistik sektoral sesuai standar

% 100,00 100,00 344.155 100,00 322.552 100,00 338.680 100,00 355.614 100,00 373.394 100,00 392.064 100,00 1.782.303 Dinas Komunikasi dan

Informatika2.21 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

PERSANDIAN82.942 78.580 82.509 86.634 90.966 95.514 434.204

2.21.02 Program Penyelenggaraan Persandian Untuk Pengamanan Informasi

Persentase OPD yang terfasilitasi layanan persandian dan Pengamanan Informasi

% 100,00 100,00 82.942 100,00 78.580 100,00 82.509 100,00 86.634 100,00 90.966 100,00 95.514 100,00 434.204 Dinas Komunikasi dan

Informatika

2.22 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN

3.743.528 8.070.694 6.710.973 12.689.240 13.396.468 14.168.205 55.035.579

2.22.02 Program Pengembangan Kebudayaan Persentase Peningkatan pembinaan Budaya Lokal % 1,00 1,00 2.880.853 1,00 6.014.829 1,00 6.074.977 1,00 6.074.977 1,00 6.135.727 1,00 6.197.084 1,00 30.497.595

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.22.03 Program Pengembangan Kesenian Tradisional Persentase peningkatan pembinaan

kesenian tradisional % 1,00 1,00 184.000 1,00 120.722 1,00 132.794 1,00 6.074.977 1,00 6.682.475 1,00 7.350.723 1,00 20.361.691 Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga

2.22.04 Program Pembinaan Sejarah Persentase Tempat Bersejarah dilestarikan % 83,91 85,00 187.220 86,00 101.775 88,00 111.953 89,00 123.148 90,00 135.463 90,00 149.009 90,00 621.347

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.22.05 Program Pelestarian Dan Pengelolaan Cagar

BudayaPeningkatan Cagar Budaya yang Dilestarikan buah 2,00 2,00 271.160 2,00 1.736.522 2,00 284.718 2,00 298.954 2,00 313.902 2,00 329.597 2,00 2.963.692

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olah Raga2.22.06 Program Pengelolaan Permuseuman Persentase Museum yang Terkelola

% 100,00 100,00 220.295 100,00 96.846 100,00 106.531 100,00 117.184 100,00 128.902 100,00 141.792 100,00 591.255 Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga

2.23 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERPUSTAKAAN

614.114 699.552 765.948 780.948 795.948 800.948 3.843.344

2.23.02 Program Pembinaan Perpustakaan Persentase Budaya Baca dan Pengembangan Perpustakaan

% 65,00 67,00 614.114 70,00 684.552 75,00 705.948 80,00 705.948 90,00 705.948 100,00 705.948 100,00 3.508.344 Dinas Kearsipan dan

Perpustakaan2.23.03 Program Pelestarian Koleksi Nasional dan

Naskah KunoPersentase Koleksi Nasional dan Naskah Kuno yang dilestarikan

% - - - 0,10 15.000 0,20 60.000 0,30 75.000 0,40 90.000 0,50 95.000 0,50 335.000 Dinas Kearsipan dan

Perpustakaan2.24 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

KEARSIPAN697.729 662.119 669.338 689.732 710.753 732.421 3.464.363

2.24.02 Program Pengelolaan Arsip Persentase Pengelolaan Arsip Dinamis sesuai dengan Standar Kearsipan

% 6,52 15,22 683.299 20,00 647.180 30,00 653.652 60,00 673.261 75,00 693.459 100,00 714.263 100,00 3.381.815 Dinas Kearsipan dan

Perpustakaan

2.24.03 Program Perlindungan Dan Penyelamatan Arsip

Persentase Aktivitas Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Daerah yang Terlaksana sesuai Ketentuan Standar yang Berlaku

% 50,00 55,00 14.430 60,00 14.939 70,00 15.686 80,00 16.470 90,00 17.294 100,00 18.158 100,00 82.547 Dinas Kearsipan dan

Perpustakaan

3 URUSAN PEMERINTAH PILIHAN 42.768.905 83.514.129 79.292.245 79.878.896 80.729.738 81.596.611 405.011.618 3.25 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

KELAUTAN DAN PERIKANAN2.488.002 1.968.024 2.003.079 2.039.253 2.076.596 2.115.160 10.202.111

3.25.03 Program Pengelolaan Perikanan Tangkap Persentase peningkatan produksi perikanan tangkap

% -1.87 0,08 315.622 0,15 312.178 0,23 327.787 0,23 344.176 0,23 361.385 0,23 379.454 1,08 1.724.980 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan3.25.04 Program Pengelolaan Perikanan Budidaya Persentase peningkatan produksi

perikanan budidaya% -13.5 0,03 2.097.409 0,07 1.583.660 0,10 1.599.497 0,13 1.615.492 0,13 1.631.646 0,16 1.647.963 0,59 8.078.258

Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan

3.25.06 Program Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan

Persentase Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Ikan

% 18,53 18,85 74.971 18,85 72.186 18,87 75.795 18,89 79.585 18,91 83.564 18,94 87.743 18,94 398.873 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan3.26 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

PARIWIWSATA16.649.513 17.842.788 18.065.238 18.227.878 18.392.143 18.558.052 91.086.099

3.26.02 Program Peningkatan Daya Tarik Destinasi Pariwisata

Lama tinggal wisatawan nusantara/manca negara

hari 0,9 / 1,9 0,9 / 1,9 15.003.994 1,0 / 2,0 16.102.912 1,1 / 2,1 16.263.941 1,15 / 2,15 16.426.581 1,16 / 2,16 16.590.846 1,17 / 2,17 16.756.755 1,17 / 2,17 82.141.035 Dinas Pariwisata

3.26.03 Program Pemasaran Pariwisata Jumlah kunjungan wisatawan orang 1.826.429 2.678.760 725.241 2.946.636 814.251 3.300.232 839.952 3.382.738 839.952 3.396.900 839.952 3.906.500 839.952 3.906.500 4.174.059 Dinas Pariwisata

VII - 30

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

3.26.05 Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

Persentase SDM pariwisata dan ekonomi kreatif tersertifikasi

% 1.60 3.60 920.278 5.60 925.625 7.60 961.345 9.60 961.345 11.60 961.345 13.60 961.345 13.60 4.771.005 Dinas Pariwisata

3.27 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANIAN

17.335.285 52.151.487 52.481.717 52.563.269 52.900.565 53.254.271 263.351.309

3.27.02 Program Penyediaan Dan Pengembangan Sarana Pertanian

persentase peningkatan sarana pertanian

% 2,50 2,50 6.411.272 2,50 4.802.259 2,50 5.042.372 2,50 5.042.372 2,50 5.294.491 2,50 5.559.215 12,50 25.740.709 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan3.27.03 Program Penyediaan Dan Pengembangan

Prasarana Pertanianpersentase peningkatan prasarana pertanian yang dibangun / direhabilitasi

% 2,50 2,50 8.709.700 2,50 44.410.220 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 2,50 44.418.072 12,50 222.082.508 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan

3.27.04 Program Pengendalian Kesehatan Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

persentase jaminan keswan dan kesmavet dibanding populasi ternak yang dilayani

% 15,06 15,06 1.085.773 15,08 1.349.833 15,10 1.417.325 15,14 1.488.191 15,15 1.562.600 15,16 1.640.730 15,16 7.458.679 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan

3.27.05 Program Pengendalian Dan Penanggulangan Bencana Pertanian

Persentase luas lahan yang tertangani pencegahan OPT

% 1,82 1,82 884.969 1,82 975.935 1,82 980.815 1,82 985.719 1,82 990.647 1,82 995.601 1,82 4.928.717 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan3.27.06 Program Perizinan Usaha Pertanian Persentase peningkatan jumlah

pelaku usaha yang mengakses izin usaha

% 5,41 5,41 29.168 5,13 40.830 7,32 45.000 6,82 45.000 6,38 45.000 6,00 45.000 35,14 220.830 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan

3.27.07 Program Penyuluhan Pertanian Persentase cakupan bina kelompok tani

% 52,61 52,61 214.403 54,18 572.410 55,94 578.134 57,60 583.915 59,32 589.755 61,22 595.652 61,22 2.919.866 Dinas Pertanian,

Perikanan dan Pangan3.30 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

PERDAGANGAN5.614.890 11.159.857 6.092.557 6.286.299 6.505.016 6.788.169 36.831.899

3.30.02 Program Perizinan Dan Pendaftaran Perusahaan

Persentase fasilitasi pemenuhan komitmen penerbitan ijin usaha di bidang perdagangan

% 13,00 14,00 - 15,00 32.035 16,00 40.000 17,00 137.000 18,00 152.000 19,00 167.000 19,00 528.035 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

3.30.03 Program Peningkatan Sarana Distribusi Perdagangan

Persentase pasar rakyat/ tradisional dalam kondisi baik % 60,00 72,00 5.109.459 78,00 10.535.538 81,00 5.364.932 84,00 5.364.932 87,00 5.633.179 93,00 5.914.837 3,00 32.813.418

Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.30.04 Program Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan

Pokok dan Barang PentingPersentase pengawasan harga barang kebutuhan pokok dan barang penting sesuai HET

% 50,00 100,00 68.392 100,00 76.070 100,00 145.200 100,00 159.720 100,00 173.959 100,00 188.159 100,00 743.108 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

3.30.06 Program Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

Persentase pelaku usaha yang melakukan tera ulang % 48,00 58,27 359.299 78,11 385.167 88,92 404.425 89,80 424.647 90,93 445.879 90,98 468.173 90,98 2.128.291

Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.30.07 Program Penggunaan dan Pemasaran Produk

Dalam NegeriPersentase peningkatan omzet penjualan pelaku usaha yang ikut pameran

% - - 77.740 10,00 131.047 15,00 138.000 20,00 200.000 25,00 100.000 30,00 50.000 30,00 619.047 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

3.31 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN

483.297 314.314 438.564 530.000 600.000 600.000 2.482.878

3.31.02 Program Perencanaan dan Pembangunan Industri

Persentase peningkatan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM)

% 5,00 9,00 466.297 6,50 299.014 7,50 313.564 8,00 405.000 9,00 425.000 9,00 425.000 9,00 1.867.578 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

3.31.03 Program Pengendalian Izin Usaha Industri Kabupaten/Kota

Persentase peningkatan IKM berizin% 1,00 1,50 17.000 2,01 15.300 2,02 75.000 2,03 75.000 2,03 100.000 2,03 100.000 2,03 365.300

Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan

Perdagangan3.31.04 Program Pengelolaan Sistem Informasi Industri

NasionalPersentase IKM yang masuk dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)

% 10,00 10,00 - 15,00 - 20,00 50.000 25,00 50.000 30,00 75.000 35,00 75.000 35,00 250.000 Dinas Koperasi Usaha

Mikro Perindustrian dan Perdagangan

3.32 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG TRANSMIGRASI

197.918 77.659 211.089 232.198 255.418 280.959 1.057.323

3.32.02 Program Perencanaan Kawasan Transmigrasi Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi

Provinsi 1,00 - 65.501 3,00 17.659 3,00 72.051 3,00 79.256 3,00 87.182 3,00 95.900 15,00 352.048 Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

3.32.03 Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi Peningkatan SDM calon transmigran

KK - - 132.417 5,00 60.000 5,00 139.038 5,00 152.942 5,00 168.236 5,00 185.059 25,00 705.275 Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi4 FUNGSI PENUNJANG URUSAN

PEMERINTAHAN 30.098.555 59.583.410 57.625.239 121.583.158 60.673.663 62.596.969 362.062.438

4.01 SEKRETARIAT DAERAH 9.153.284 30.778.247 28.532.024 91.617.147 29.209.351 29.559.442 209.696.211 4.01.02 Program Pemerintahan Dan Kesejahteraan

RakyatTingkat Capaian Koordinasi Pemerintahan dan kesejahteraan rakyat

% 100,00 100,00 6.668.392 100,00 25.543.211 100,00 25.798.643 100,00 88.801.764 100,00 26.309.507 100,00 26.572.602 100,00 193.025.727 Sekretariat Daerah

4.01.03 Program Perekonomian Dan Pembangunan Tingkat Capaian Koordinasi Perekonomian dan Pembangunan % 100,00 100,00 2.484.892 100,00 5.235.036 100,00 2.733.381 100,00 2.815.383 100,00 2.899.844 100,00 2.986.839 100,00 16.670.483 Sekretariat Daerah

4.02 SEKRETARIAT DPRD 20.945.271 28.805.163 29.093.215 29.966.011 31.464.312 33.037.527 152.366.228

VII - 31

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

4.02.02 Program Dukungan Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi DPRD

Persentase fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi pimpinan dan anggota DPRD

% 100,00 100,00 20.945.271 100,00 28.805.163 100,00 29.093.215 100,00 29.966.011 100,00 31.464.312 100,00 33.037.527 100,00 152.366.228 Sekretariat DPRD

5 UNSUR PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN

377.236.736 386.517.449 387.352.701 389.365.587 382.901.617 384.039.582 1.930.176.937

5.01 PERENCANAAN 1.797.390 1.628.502 1.791.352 1.970.487 2.069.011 2.172.462 9.631.813 5.01.02 Program Perencanaan, Pengendalian Dan

Evaluasi Pembangunan Daerahkeselarasan antar dokumen perencanaan % 90,00 91,00 933.991 92,00 780.513 93,00 858.564 94,00 944.421 95,00 991.642 96,00 1.041.224 96,00 4.616.364

Badan Perencanaan Penelitian Dan

Pengembangan Daerah5.01.03 Program Koordinasi Dan Sinkronisasi

Perencanaan Pembangunan Daerahkeselarasan implementasi dokumen perencanaan % 96,00 96,00 863.399 96,00 847.989 97,00 932.787 97,00 1.026.066 97,00 1.077.369 98,00 1.131.238 98,00 5.015.449

Badan Perencanaan Penelitian Dan

Pengembangan Daerah5.02 KEUANGAN 368.491.220 377.842.282 378.376.088 380.064.161 373.282.876 374.054.452 1.883.619.859

5.02.02 Program Pengelolaan Keuangan Daerah Persentase dokumen pengelolaan keuangan daerah yang terpublikasi % 100,00 100,00 362.137.772 100,00 371.635.255 100,00 372.106.991 100,00 373.606.991 100,00 366.631.991 100,00 367.204.041 100,00 1.851.185.268 Badan Keuangan Daerah

5.02.03 Program Pengelolaan Barang Milik Daerah Persentase barang milik daerah yang tercatat di neraca barang daerah sesuai SAP

% 100,00 100,00 1.796.531 100,00 1.321.284 100,00 1.334.497 100,00 1.374.532 100,00 1.415.768 100,00 1.458.241 100,00 6.904.321 Badan Keuangan Daerah

5.02.04 Program Pengelolaan Pendapatan Daerah Persentase realisasi target pendapatan daerah

% 100,00 100,00 4.556.917 100,00 4.885.743 100,00 4.934.600 100,00 5.082.638 100,00 5.235.118 100,00 5.392.171 100,00 25.530.271 Badan Keuangan Daerah

5.03 KEPEGAWAIANAN 3.074.379 3.306.989 3.340.059 3.340.261 3.406.199 3.508.385 16.901.892 5.03.02 Program Kepegawaian Daerah Persentase Ketersediaan ASN yang

Berkualitas% 98,40 100,00 3.074.379 100,00 3.306.989 100,00 3.340.059 100,00 3.340.261 100,00 3.406.199 100,00 3.508.385 100,00 16.901.892

Badan Kepegawaian Daerah

5.04 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 3.585.745 3.381.099 3.414.910 3.517.357 3.622.878 3.731.564 17.667.809 5.04.02 Program Pengembangan Sumber Daya

ManusiaPersentase Pemenuhan Kebutuhan Diklat Bagi ASN

% 111,34 100,00 3.585.745 100,00 3.381.099 100,00 3.414.910 100,00 3.517.357 100,00 3.622.878 100,00 3.731.564 100,00 17.667.809 Badan Kepegawaian

Daerah5.05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 288.002 358.577 430.292 473.322 520.654 572.719 2.355.564

5.05.02 Program Penelitian Dan Pengembangan Daerah

persentase perangkat daerah yang difasilitasi dalam kelitbangan daerah

% 23,00 23,91 288.002 28,26 358.577 32,61 430.292 36,96 473.322 41,30 520.654 45,65 572.719 45,65 2.355.564 Badan Perencanaan

Penelitian Dan Pengembangan Daerah

6 URUSAN PENGAWASAN URUSAN PEMERINTAHAN

2.587.575 2.566.097 2.604.869 2.644.423 2.684.777 2.725.952 13.226.118

6.01 INSPEKTORAT DAERAH 2.587.575 2.566.097 2.604.869 2.644.423 2.684.777 2.725.952 13.226.118 6.01.02 Program Penyelenggaraan Pengawasan Persentase Temuan yang Selesai

Ditindaklanjuti% 80,86 81,00 2.100.899 81,30 1.910.519 81,50 1.929.624 81,80 1.948.920 82,00 1.968.410 82,30 1.988.094 82,30 9.745.567 Inspektorat

6.01.03 Program Perumusan Kebijakan, Pendampingan dan Asistensi

Zona IntegritasPD - 1,00 486.676 2,00 655.578 3,00 675.245 4,00 695.502 5,00 716.367 6,00 737.858 6,00 3.480.551 Inspektorat

7 UNSUR KEWILAYAHAN 33.794.370 34.089.454 34.463.612 36.127.244 37.873.463 39.706.390 182.260.163 7.01 KECAMATAN 33.794.370 34.089.454 34.463.612 36.127.244 37.873.463 39.706.390 182.260.163

7.01.02 Program Penyelenggaraan Pemerintahan Dan Pelayanan Publik

Persentase masyarakat yang terfasilitasi pelayanan publik (PATEN)

% 70,00 75,00 1.159.199 80,00 1.473.971 85,00 1.488.711 90,00 1.503.598 95,00 1.518.634 100,00 1.533.820 100,00 7.518.733 Seluruh Kecamatan

7.01.03 Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Dan Kelurahan

Persentase Lembaga Masyarakat Desa / Kelurahan yang Berperan Aktif dalam Pembangunan

% 70,00 75,00 29.775.282 80,00 28.556.129 85,00 28.841.691 90,00 30.283.775 95,00 31.797.964 100,00 33.387.862 100,00 152.867.421 Seluruh Kecamatan

7.01.04 Program Koordinasi Ketentraman Dan Ketertiban Umum

Persentase lembaga kemasyarakatan aktif terlibat dalam kegiatan yg menunjang ketenteraman dan ketertiban di masyakarat

% 70,00 75,00 529.341 80,00 831.598 85,00 873.178 90,00 916.837 95,00 962.679 100,00 1.010.813 100,00 4.595.104 Seluruh Kecamatan

7.01.05 Program Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Umum

Persentase Cakupan Fasilitasi Urusan Pemerintahan Umum kepada Desa/Kelurahan

% 70,00 75,00 899.310 80,00 1.153.691 85,00 1.165.227 90,00 1.223.489 95,00 1.284.663 100,00 1.348.896 100,00 6.175.966 Seluruh Kecamatan

7.01.06 Program Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintahan Desa

Persentase tertib administrasi pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan di Desa/Kelurahan

% 70,00 75,00 1.431.238 80,00 2.074.065 85,00 2.094.805 90,00 2.199.546 95,00 2.309.523 100,00 2.424.999 100,00 11.102.938 Seluruh Kecamatan

8 UNSUR PEMERINTAHAN UMUM 3.536.283 5.305.480 5.343.026 5.367.594 5.425.078 5.483.843 26.925.022 8.01 KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 3.536.283 5.305.480 5.343.026 5.367.594 5.425.078 5.483.843 26.925.022

8.01.02 Program Penguatan Ideologi Pancasila Dan Karakter Kebangsaan

Persentase Masyarakat yang memperoleh peningkatan wawasan kebangsaan

% 60,00 60,00 18.065 66,00 183.506 75,00 185.341 83,00 187.194 91,00 189.066 100,00 190.957 100,00 936.065 Kesatuan Bangsa dan

Politik

8.01.03 Program Peningkatan Peran Partai Politik Dan Lembaga Pendidikan Melalui Pendidikan Politik Dan Pengembangan Etika Serta Budaya Politik

Persentase pemilih yang mendapatkan pendidikan politik

% 70,00 21,33 1.418.305 56,00 2.784.919 69,33 2.798.844 82,67 2.798.844 90,00 2.812.838 100,00 2.826.902 100,00 14.022.346 Kesatuan Bangsa dan

Politik

VII - 32

SATUAN REALISASI TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 000 TARGET Rp. 0001 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

TAHUN 2023 TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026

4

KODEBIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA (OUTCOME)KONDISI KINERJA AWAL

RPJMD (TAHUN 2020) CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMDPERANGKAT DAERAH PENANGGUNGJAWAB TAHUN 2021 TAHUN 2022

8.01.04 Program Pemberdayaan Dan Pengawasan Organisasi Kemasyarakatan

Prosentase Ormas yang telah berbadan hukum

% 70,00 70,00 181.057 75,00 269.556 80,00 277.643 85,00 285.972 90,00 294.551 100,00 303.388 100,00 1.431.109 Kesatuan Bangsa dan

Politik8.01.05 Program Pembinaan Dan Pengembangan

Ketahanan Ekonomi, Sosial, Dan BudayaPersentase Masyarakat yang memperoleh pembinaan ketahanan sosial

% 60,00 13,00 1.709.359 61,00 1.793.501 78,00 1.793.501 83,00 1.793.501 94,00 1.811.436 100,00 1.829.550 100,00 9.021.489 Kesatuan Bangsa dan

Politik

8.01.06 Program Peningkatan Kewaspadaan Nasional Dan Peningkatan Kualitas Dan Fasilitasi Penanganan Konflik Sosial

Persentase potensi konflik sosial yang terselesaikan % 70,00 90,00 209.497 95,00 273.998 95,00 287.698 100,00 302.083 100,00 317.187 100,00 333.046 100,00 1.514.012

Kesatuan Bangsa dan Politik

2.420.082.200 2.503.999.030 2.522.931.780 2.600.261.893 2.597.831.152 2.639.596.694 12.864.620.549 TOTAL BELANJA DAERAH

VII - 33

VIII - 1

BAB VIII

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah hasil kerja dari

suatu keluaran yang dapat diukur dalam penyelenggaraan urusan pemerintah

sesuai dengan tanggung jawab kewenangan dalam waktu yang telah

ditentukan. Dengan demikian indikator kinerja menjadi sangat penting untuk

dirumuskan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi alat ukur

kuantitatif dalam mengetahui hasil pembangunan daerah.

Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi

gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala

daerah dan wakil kepala daerah yang ditetapkan menjadi Indikator Kinerja

Utama (IKU) daerah dan indikator kinerja penyelenggaraan urusan

pemerintahan daerah.

8.1. INDIKATOR KINERJA UTAMA

Pandemi Covid-19 yang terjadi pada awal tahun 2020 dan dampaknya

masih dirasakan sampai tahun 2021 membawa pengaruh yang sangat

signifikan bagi Pemerintah Kabupaten Semarang dalam menentukan target

pembangunan daerah di tahun-tahun mendatang. Berpijak dari capaian

pembangunan daerah tahun 2020, yang menunjukkan hampir semua sektor

terkontraksi akibat pandemi, mendorong pemerintah daerah untuk berupaya

lebih keras dalam memulihkan kondisi makro daerah.

Namun demikian, dengan kondisi makro saat ini yang masih belum

stabil akibat dampak pandemi, pemerintah daerah pun harus realistis dalam

menentukan target pembangunannya agar visi, misi dan tujuan daerah tetap

dapat dicapai. Sehingga untuk target pembangunan jangka menengah Tahun

2021-2026 Pemerintah Kabupaten Semarang menentukannya di level moderat

dengan asumsi bahwa kondisi makro akan berangsur-angsur pulih seiring

dengan diberlakukannya kebijakan-kebijakan Pemerintah yang bersifat

penanggulangan dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi, maupun

kebjakan Pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19,

antara lain dengan dilaksanakannya program vaksinasi secara menyeluruh.

Sehubungan dengan hal tersebut, Indikator Kinerja Utama Kabupaten

Semarang Tahun 2021-2026 dirumuskan sebagai berikut:

VIII - 2

Tabel 8.1

Penetapan Indikator Kinerja Utama Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

No INDIKATOR

KINERJA UTAMA DAERAH

SATUAN

Kondisi Awal

Periode RPJMD

TARGET TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

Perangkat Daerah Koordinator

2021 2022 2023 2024 2025 2026

1.

Indeks

Pembangunan Manusia

Indeks 74,1 74,10 74,30 74,50 74,70 74,90 75,10 75,10 Sekretariat Daerah

2. Pertumbuhan ekonomi

% -2,67 2,8 – 4,8 2,9 - 5,2 3,9 - 5,3 4,0 - 5,4 4,1 - 5,5 4,2 - 5,6 4,2 - 5,6 Sekretariat Daerah

3. PDRB per Kapita Rp. Juta 45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15 61,15 Sekretariat Daerah

4. Angka Kemiskinan % 7,51 7,1 - 7,6 7,45 - 7,35 7,35 - 7,25 7,25 - 7,15 7,15 - 7,05 7,05 - 6,95 7,05 - 6,95 Sekretariat Daerah

5. Tingkat Penganguran Terbuka

% 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,49 Sekretariat Daerah

6. Indeks Reformasi Birokrasi

Indeks 60,02 (B) 62,23 (B) 64,55 (B) 66,97 (B) 69,52 (B) 72,85 (BB) 73,59 (BB) 73,59 (BB) Sekretariat Daerah

7.

Rata-rata

Ketercapaian Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah

% 73,73 74,43 71,70 75,71 79,72 83,72 87,45 87,45 Sekretariat Daerah

VIII - 3

No INDIKATOR

KINERJA UTAMA DAERAH

SATUAN

Kondisi Awal

Periode RPJMD

TARGET TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

Perangkat Daerah Koordinator

2021 2022 2023 2024 2025 2026

8. Angka Kriminalitas % 2,75 2,64 2,53 2,45 2,3 2,25 2,2 2,2 Sekretariat Daerah

9. Indeks Pembangunan Gender

Indeks 96,38 96,40 96,41 96,43 96,44 96,45 96,46 96,46 Sekretariat Daerah

10. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Indeks 69,12 69,27 69,47 69,67 69,87 70,07 70,27 70,27 Sekretariat Daerah

11. Prestasi Bidang Pemuda, Olah Raga dan Seni Budaya

% 55,38 60,68 64,35 68,59 71,72 75,39 78,52 78,52 Sekretariat Daerah

12. Indeks Kepuasan Masyarakat

Nilai 86 86,25 86,5 86,75 87 87,25 87,5 87,5 Sekretariat Daerah

VIII - 4

8.2. INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT DAERAH

Indikator kinerja utama Perangkat Daerah merupakan indikator kinerja

yang menjadi tanggung jawab Kepala Perangkat Daerah dan akan menjadi

dasar penilaian kinerja organisasi setiap tahunnya. Indikator ini berada pada

level intermediate outcome, yang menghubungkan kinerja program dengan

tujuan dan sasaran pembangunan daerah.

VIII - 5

Tabel 8.2

Indikator Kinerja Utama Perangkat Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

1.

DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA

Angka Harapan Lama Sekolah

Tahun 12,97 12,98 12,99 13,00 13,01 13,02 13,03 13,03

2. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07 8,07

3. Persentase organisasi pemuda aktif

% 76,67 76,67 80,00 83,33 83,33 86,67 86,67 86,67

4.

Persentase animo organisasi pemuda mengikuti kegiatan kepemudaan

% 40,00 40,00 43,33 43,33 46,67 46,67 50,00 50,00

5. Persentase cabang olahraga berprestasi

% 13,33 26,67 33,33 40,00 46,67 53,33 60,00 60,00

6. Persentase kejuaraan cabang olahraga

% 46,67 50,00 53,33 56,67 60,00 63,33 66,67 66,67

7. Rata-rata pelestarian cagar budaya dan tempat bersejarah

% 75,66 76,50 77,50 78,50 79,50 80,50 81,50 81,50

8. Persentase seni dan budaya yang dilestarikan

% 76,15 78,71 79,71 82,43 85,16 86,16 88,88 88,88

9.

Persentase cagar budaya dan tempat bersejarah yang

dilestarikan

%

75,66

76,50

77,50

78,50

79,50

80,50

81,50

81,50

10.

DINAS KESEHATAN

Angka Harapan Hidup Tahun 75,73 75,76 75,80 75,83 75,86 75,89 75,93 75,93

11. Angka Kematian Ibu (per 100.000 KH)

per 100.000 Kelahiran Hidup

173,94 115 115 114 114 113 113 113

VIII - 6

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

12. Angka Kematian Bayi (per 1.000 KH)

Per 1000 Kelahiran Hidup

8,35 8,35 8,34 8,34 8,33 8,33 8,32 8,32

13.

Persentase puskesmas dengan strata akreditasi utama dan

paripurna

% 26,92 26,92 26,92 30,77 34,62 34,62 34,62 34,62

14. Rasio daya tampung RS terhadap jumlah penduduk

Per 1000 Pendudu

k 0,79 0,8 0,83 0,85 0,86 0,87 0,90 0,90

15. Persentase RS Rujukan Tingkat Kabupaten yang terakreditasi

% 100 100 100 100 100 100 100 100

16.

DINAS PEKERJAAN UMUM

Persentase infrastruktur bidang pekerjaan umum

dalam kondisi baik

% 72,02 73,93 62,90 65,80 68,68 71,53 74,48 74,48

17. Persentase ketaatan terhadap RTRW

% 96,50 96,59 96,67 96,75 96,84 96,93 97,00 97,00

18. Persentase penurunan kawasan kumuh

% 3,11 4,22 5,34 6,46 7,57 8,69 9,80 9,80

19. Presentase penyelesaian sengketa pertanahan

% 100 100 100 100 100 100 100 100

20. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Indeks Resiko Bencana

Nilai 143,2 143,2 143,1 143,1 143 142,9 142,5 142,5

21. Indeks Ketahanan Daerah

Nilai 0,7 0,71 0,72 0,73 0,74 0,75 0,76 0,76

VIII - 7

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

22.

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

KEBAKARAN

Persentase permasalahan tibumtranmas yang diselesaikan

% 98,80 98,82 98,95 99,05 99,18 99,32 99,42 99,42

23.

Persentase penegakan

Perda & Perkada yang diselesaikan

% 99,44 99,51 99,54 99,58 99,61 99,65 99,69 99,69

24. Tingkat Waktu Tanggap (Respons Time Rate) penanganan kebakaran

% 77,78 78 80 81 82 85 87 87

25.

DINAS SOSIAL

Persentase angka penyandang masalah kesejahteraan sosial

% 28,64 28,57 28,5 28,43 28,36 28,29 28,22 28,22

26. Persentase Pemberdayaan PSKS

% 49,09 49,6 49,94 50,78 51,63 52,47 53,31 53,31

27. Persentase Penanganan PMKS

% 116,81 74,00 75,00 76,00 77,00 78,00 79,00 79,00

28.

DINAS TENAGA KERJA

Tingkat Pengangguran Terbuka

% 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,49

29. Calon tenaga kerja yang kompeten

% 74 75 77 78 79 80 81 81

30. Tingkat partisipasi angkatan kerja

% 75,07 75,16 75,39 75,55 75,76 75,93 76,11 76,11

31. Perselisihan pengusaha dengan pekerja yang

dapat diselesaikan

% 83,87 84,00 85,00 86,00 87,00 88,00 89,00 89,00

32. Persentase calon transmigran yg siap ditempatkan

% 36,36 36,36 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 42,00

33. Transmigrasi umum KK - 4 4 4 4 4 4 4

VIII - 8

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

34.

DINAS

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA

Indeks Pembangunan Gender

% 96,38 96,4 96,41 96,43 96,44 96,45 96,46 96,46

35.

Persentase pengaduan kekerasan thd perempuan dan anak yg diselesaikan

% 100 100 100 100 100 100 100 100

36. Prosentase jml perempuan dan anak korban kekerasan

% 0,018 0,017 0,016 0,015 0,014 0,013 0,012 0,012

37. Persentase tingkat kesejahteraan keluarga

% 78,87 78,88 78,89 78,9 78,91 78,92 78,93 78,93

38. Laju Pertumbuhan Penduduk

% 1,2 1,2 1,19 1,18 1,17 1,15 1,15 1,15

39. Persentase Kelompok Kegiatan aktif

% 70 75 80 85 90 100 100 100

40.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP

Peningkatan Indeks Kualitas Air (IKA)

Indeks 53,33 54,00 54,70 55,45 56,20 56,97 57,77 57,77

41. Peningkatan Indeks Kualitas Udara (IKU)

Indeks 78,68 78,71 78,75 78,78 78,82 78,86 78,91 78,91

42. Peningkatan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL)

Indeks 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57

43.

Persentase Masalah

Lingkungan yang

tertangani

% 106,66 100 100 100 100 100 100 100

44. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

% 1,13 1,13 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14

VIII - 9

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

45. Persentase Penanganan Sampah

% 32,53 32,53 34,35 35,11 36,22 37,50 38,00 38,00

46.

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Cakupan Kepemilikan Dokumen Administrasi Kependudukan

% 81,83 86,69 87,75 89,00 90,50 91,50 93,00 93,00

47. Persentase Cakupan Kepemilikan Dokumen Pendaftaran Penduduk

% 80,00 81,00 82,50 85,00 87,00 88,00 90,00 90,00

48. Persentase cakupan Kepemilikan Dokumen Pencatatan Sipil

% 88,38 89,38 90,00 92,00 94,00 95,00 96,00 96,00

49.

DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

Persentase peningkatan status

Indeks Desa Membangun (IDM)

% 12,5 17,5 22,5 27,5 32,5 37,5 42,5 42,5

50. Indeks Kepuasan Masnyarakat (IKM) Desa

% 60 63 65 70 75 80 85 85

51. Persentase lembaga kemasyarakatan desa yang aktif

% 70 75 80 85 90 95 100 100

52.

Persentase sarpras dan

permukiman desa dalam kondisi baik

% 50 53 55 60 65 70 75 75

53. DINAS PERHUBUNGAN

Indeks Pelayanan Transportasi

% 48,89 51,43 54,04 62,98 71,93 80,88 88,93 88,93

VIII - 10

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

54.

Prosentase keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

% 78,79 79,11 79,46 79,89 80,58 81,11 81,68 81,68

55. Prosentase prasarana keselamatan pada

multimoda

% 19,00 34,1 39,45 54,8 70,18 85,54 99,11 99,11

56.

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

3,00 2,90 3,00 3,12 3,25 3,34 3,40 3,40

57.

Persentase pengelolaan informasi, aduan dan desiminasi informasi yang bisa diakses masyarakat

% 100 100 100 100 100 100 100 100

58. Indeks Tata Kelola SPBE

2,30 2,30 2,70 3,00 3,40 3,50 3,70 3,70

59. Persentase kemanfaatan data Statistik Sektoral

% 100 100 100 100 100 100 100 100

60.

Persentase ketersediaan informasi Statistik Sektoral yang dapat diakses

masyarakat

% 100 100 100 100 100 100 100 100

61.

Persentase konten informasi pemerintah daerah yang teramankan

% 100 100 100 100 100 100 100 100

62. Persentase pengamanan Informasi sesuai peraturan yang

% 100 100 100 100 100 100 100 100

VIII - 11

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

berlaku

63.

DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Persentase koperasi dan usaha mikro yang aktif

% 14.35 14.79 15.23 15.67 16.11 16.54 16.98 16.98

64. Persentase

pertumbuhan koperasi % 2 2 3 4 5 6 7 7

65.

Persentase pertumbuhan usaha mikro berizin

% 14.17 14.61 15.04 15.48 15.91 16.35 16.78 16.78

66. Pasar berstandar nasional unit 1 1 1 2 2 3 3 3

67. Persentase omzet pelaku usaha perdagangan

% 1 1 1 1.5 1.7 1.9 2 2

68. Pertumbuhan PDRB sektor industri % -4.35 4,1-5,1 4,3-5,3 4,4-5,4 4,5-5,5 4,6-5,6 4,7-5,7 4,7-5,7

69. Persentase pertumbuhan IKM % 1.5 1.5 2.01 2.03 2.04 2.05 2.06 2.06

70. DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Pertumbuhan penanaman modal

% 30,79 -43,48 12,80 13,57 12,68 13,02 13,02 13,02

71. Indek Kepuasan Masyarakat pelayanan perizinan

% 91,21 91,30 91,35 91,40 91,45 91,50 91,55 91,55

72.

DINAS KEARSIPAN DAN PERPUS AAN

Persentase Sistem Pengelolaaan Kearsipan Perangkat

Daerah yang terintegrasi

% 0 5 10 15 20 25 30 30

73. Persentase Pengelolaan Arsip Daerah

% 53,7 61,4 69,2 76,8 84,6 92,3 100 100

74. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

% 14,77 14,79 14,80 14,81 14,82 14,83 14,84 14,84

VIII - 12

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

75. Indeks Kepuasan Pengunjung Perpustakaan

% 83,36 83,40 83,45 83,47 83,48 83,49 83,50 83,50

76. Nilai Kegemaran Membaca (TGM)

Indeks 40 40 40 40 40 41 41 41

77.

DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PANGAN

Indeks ketahanan

pangan skor 85,94 85,96 85,98 86 86,02 86,04 86,06 86,06

78. Ketersediaan pangan utama

Kg/Kap /Th

251,91 253,75 253,77 253,8 253,82 253,85 253,87 253,87

79. Persentase peningkatan nilai jual produksi pertanian

% 0,35 0,36 0,36 0,37 0,38 0,39 0,39 0,39

80. Pertumbuhan sektor pertanian

% -0,17 1-2 1,1-2,1 1,2-2,2 1,3-2,3 1,4-2,4 1,5-2,5 1,5-2,5

81. Persentase peningkatan produksi pertanian

% 0,21 0,22 0,22 0,22 0,23 0,23 0,23 0,23

82. Persentase

peningkatan nilai jual produksi perikanan

% 0,42 0,48 0,52 0,57 0,59 0,6 0,61 0,61

83. Persentase peningkatan produksi perikanan

% -10,32 0,05 0,09 0,14 0,15 0,16 0,18 0,18

84.

DINAS PARIWISATA

Persentase peningkatan PAD sektor pariwisata

% -16,8 5,4 10,1 10,2 10,3 10,4 10,5 10,5

85. Pertumbuhan PDRB sektor pariwisata

% -6,6 4,1 - 5,1 4,3 - 5,3 4,4 - 5,4 4,5 - 5,5 4,6 - 5,6 4,7 - 5,7 4,7 - 5,7

86. Persentase peningkatan kunjungan wisatawan

% -47 10 10 12 14,5 17 20 20

87. SEKRETARIAT DAERAH

Tingkat Capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintah

% 100 100 100 100 100 100 100 100

VIII - 13

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

88. Tingkat capaian kinerja Perangkat Daerah

% 63 100 100 100 100 100 100 100

89.

SEKRETARIAT DPRD

Indeks kepuasan pelayanan Sekretariat DPRD kepada

pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Semarang

% - 80 81,07 82 82,5 82,7 83 83

90. Persentase capaian kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD

% 100 100 100 100 100 100 100 100

91.

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DAERAH

Persentase perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah

yang berkualitas

% 83,75 84,00 85,00 86,00 86,50 87,50 88,50 88,50

92. Kualitas perencanaan pembangunan daerah

%

92,50

93

94

95

95

96

97

97

93. Persentase pemanfaatan hasil kelitbangan

%

75

75

76

77

78

79

80

80

94.

BADAN KEUANGAN

DAERAH

Status Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah (IPKD)

Predikat - C B B B A A A

95.

Ketepatan waktu dan keteraksesnya

dokumen pengelolaan keuangan daerah

% 100 100 100 100 100 100 100 100

96. Nilai solvabilitas jangka panjang

Juta Rupiah

6,170,923 6,788,015 7,466,817 8,213,499 9,034,848 9,938,333 10,932,167 10,932,167

97. Nilai Kemandirian Keuangan Pemerintah

% 18,24 19,80 21,10 22,31 23,45 24,93 26,21 26,21

VIII - 14

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

Daerah

98.

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

Indeks Sistem Merit Indeks - 0,51 0,56 0,6 0,65 0,68 0,73 0,73

99. Persentase Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

% 14,59 65,45 66,63 69,68 70,59 73,88 74,55 74,55

100. Persentase peningkatan

disiplin ASN % 99,25 99,88 99,89 99,91 99,92 99,93 99,95 99,95

101. INSPEKTORAT

Nilai Skor Maturitas SPIP

Nilai 3,038 3,038 3,045 3,050 3,055 3,060 3,065 3,065

102. Level PK APIP Level 3 3 3 3 3 3 3 3

103.

KECAMATAN GETASAN

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 86,75 86,8 86,85 86,90 86,95 87,00 87,05 87,05

104. Capaian Permohonan

Layanan yang terlayani % 100 100 100 100 100 100 100 100

105. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 94,12 60 70 70 80 90 100 100

106.

KECAMATAN TENGARAN

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 89,0 89,1 89,2 89,3 89,4 89,5 89,6 89,6

107. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

108. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 54,55 60,61 66,67 72,73 78,79 84,85 90,91 90,91

109.

KECAMATAN SUSUKAN

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 83,64 84,05 85,05 86,05 87,05 88,05 89,05 90,05

110. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

111.

Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 75 100 100 100 100 100 100 100

VIII - 15

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

112.

KECAMATAN SURUH

Indeks Kepuasan

Masyarakat Kecamatan

Nilai 84,97 85,33 85,67 86,00 86,22 86,44 86,78 86,78

113. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

114. Cakupan Pembinaan

Masyarakat % 75,00 75,00 87,50 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

115.

KECAMATAN PABELAN

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 86,5 86,55 86,6 86,65 86,7 86,75 86,8 86,8

116. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

117. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 54,5 65 70 80 85 90 100 100

118.

KECAMATAN TUNTANG

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 90,25 90,30 90,35 90,40 90,45 90,50 90,55 90,55

119. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

120. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 70 70 70 80 90 90 100 100

121.

KECAMATAN BANYUBIRU

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 83 85 86 87 88 89 90 90

122. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

123. Cakupan Pembinaan

Masyarakat % 50 70 80 85 90 95 100 100

124. KECAMATAN JAMBU

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 86,25 86,27 86,29 87,00 87,02 87,03 87,05 87,05

125. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

VIII - 16

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

126. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 100 100 100 100 100 100 100 100

127.

KECAMATAN

SUMOWONO

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 88,00 88,44 88,71 88,97 89,24 89,51 89,77 89,77

128. Capaian Permohonan

Layanan yang terlayani % 100,00 100 100 100 100 100 100 100

129. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 68,88 73,3 77,99 82,99 88,91 93,97 100 100

130.

KECAMATAN AMBARAWA

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 86,25 86,27 86,29 87,00 87,02 87,03 87,05 87,05

131. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

132. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 93,75 100 100 100 100 100 100 100

133.

KECAMATAN BAWEN

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 83 83,25 83,35 83,45 83,5 83,6 83,7 84

134. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

135. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 100 100 100 100 100 100 100 100

136.

KECAMATAN BRINGIN

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 84,5 85 85,5 86 86,5 87 87,5 87,5

137. Capaian Permohonan

Layanan yang terlayani % 100 100 100 100 100 100 100 100

138.

Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 7,22 50 60 70 80 90 100 100

VIII - 17

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

139.

KECAMATAN BERGAS

Indeks Kepuasan

Masyarakat Kecamatan

Nilai 88,75 88,77 88,79 88,81 88,83 88,85 88,87 88,87

140. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

141. Cakupan Pembinaan

Masyarakat % 33,33 44,44 55,66 66,67 77,78 88,89 100 100

142.

KECAMATAN PRINGAPUS

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai

88,25

88,30

88,35

88,40

88,45

88,50

88,55

88,55

143. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

%

100

100

100

100

100

100

100

100

144. Cakupan Pembinaan Masyarakat

%

100 100 100 100 100 100 100

100

145.

KECAMATAN BANCAK

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 88,44 88,46 88,48 88,5 88,52 88,54 88,56 88,58

146. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

147. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 75 75 87,5 87,5 87,5 100 100 100

148.

KECAMATAN KALIWUNGU

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 88,51 88,53 88,55 88,57 88,59 88,61 88,63 88,63

149. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

150. Cakupan Pembinaan

Masyarakat % 100 100 100 100 100 100 100 100

151. KECAMATAN UNGARAN BARAT

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 80 82 83 85 87 89 91 91

152. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

VIII - 18

No PERANGKAT

DAERAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA PERANGKAT

DAERAH SATUAN

Kondisi Awal Periode RPJMD

TARGET CAPAIAN TAHUN Kondisi Akhir

Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

153. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 60 65 70 75 80 85 90 90

154.

KECAMATAN

UNGARAN TIMUR

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 88,54 88,56 88,58 88,60 88,62 88,64 88,66 88,66

155. Capaian Permohonan

Layanan yang terlayani % 100 100 100 100 100 100 100 100

156. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 62,5 62,5 62,5 62,5 75 75 87,5 87,5

157.

KECAMATAN BANDUNGAN

Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 84 84,02 84,04 84,06 84,08 84,1 84,12 84,12

158. Capaian Permohonan Layanan yang terlayani

% 100 100 100 100 100 100 100 100

159. Cakupan Pembinaan Masyarakat

% 50 50 60 70 80 85 90 90

160. KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

Persentase peningkatan penanganan konflik

sosial

% 2 2 2 2 2 3 5 5

161. Persentase penanganan konflik sosial

% 84 84 86 88 90 92 100 100

VIII - 19

8.3 INDIKATOR KINERJA DAERAH

Indikator kinerja daerah merupakan indikator kinerja yang ditetapkan

sebagai ukuran kinerja seluruh penyelenggaraan pemerintahan daerah

Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 yang terbagi menjadi 3 (tiga) aspek,

yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek

daya saing, Indikator kinerja daerah meliputi seluruh indikator tujuan dan

sasaran daerah, serta Indikator kinerja tujuan perangkat daerah dan beberapa

indikator sasaran perangkat daerah yang strategis dalam mendukung

pencapaian Misi daerah.

VIII - 20

Tabel 8.3

Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Kabupaten Semarang

No

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR

KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Satuan

Kondisi Kinerja pada Awal Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja

pada Akhir Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks 74,1 74,10 74,30 74,50 74,70 74,90 75,10 75,10

2. Pertumbuhan ekonomi % -2,67 2,8 – 4,8 2,9 - 5,2 3,9 - 5,3 4,0 - 5,4 4,1 - 5,5 4,2 - 5,6 4,2 - 5,6

3. PDRB per kapita Rp, Juta

45,96 48,20 50,55 53,02 55,60 58,31 61,15 61,15

4. Angka kemiskinan % 7,51 7,1 - 7,6 7,45 - 7,35 7,35 - 7,25 7,25 - 7,15 7,15 - 7,05 7,05 - 6,95 7,05 - 6,95

5. Tingkat Penganguran Terbuka

% 4,57 4,56 4,55 4,54 4,53 4,5 4,49 4,49

B. ASPEK PELAYANAN UMUM

Urusan Wajib yang Berkaitan dengan Pelayanan Dasar

Pendidikan

1. Harapan Lama Sekolah Tahun 12,97 12,98 12,99 13 13,01 13,02 13,03 13,03

2. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 8,01 8,02 8,03 8,04 8,05 8,06 8,07 8,07

Kesehatan

3. Angka Harapan Hidup Tahun 75,73 75,76 75,80 75,83 75,86 75,89 75,93 75,93

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

VIII - 21

No

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR

KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Satuan

Kondisi Kinerja pada Awal Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja

pada Akhir Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

4. Persentase infrastruktur bidang pekerjaan umum dalam kondisi baik

% 72,02 73,93 62,90 65,80 68,68 71,53 74,48 74,48

Perumahan dan Kawasan Permukiman

5. Persentase rumah layak huni

% 77,07 77,77 78,00 78,50 79,00 79,50 80,00 80,00

Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat

6. Persentase permasalahan tibumtranmas yang diselesaikan

% 98,8 98,82 98,95 99,05 99,18 99,32 99,42 99,42

7. Indeks Resiko Bencana Nilai 143,2 143,2 143,1 143,1 143 142,9 142,5 142,5

Sosial

8. Persentase angka penyandang masalah kesejahteraan sosial

% 28,64 28,57 28,5 28,43 28,36 28,29 28,22 28,22

Urusan Wajib yang Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar

Tenaga Kerja

9. Tingkat partisipasi angkatan kerja

% 75,07 75,16 75,39 75,55 75,76 75,93 76,11 76,11

Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak

10. Indeks Pemberdayaan Gender

% 74,97 75,12 75,30 75,35 75,47 75,50 75,55 96,46

Pangan

11. Indeks ketahanan pangan skor 85,94 85,96 85,98 86 86,02 86,04 86,06 86,06

Pertanahan

VIII - 22

No

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR

KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Satuan

Kondisi Kinerja pada Awal Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja

pada Akhir Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

12. Presentase penyelesaian

sengketa pertanahan % 100 100 100 100 100 100 100 100

Lingkungan Hidup

13. Indeks Kualitas Air (IKA) Indeks 53,33 53,73 54,12 54,52 54,92 55,32 55,72 55,72

14. Indeks Kualitas Udara

(IKU) Indeks 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68 78,68

15. Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL)

Indeks 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57 78,57

Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

16. Cakupan Kepemilikan Dokumen Administrasi Kependudukan

% 81,83 86,69 87,75 89,00 90,50 91,50 93,00 93,00

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

17. Persentase peningkatan status Indeks Desa Membangun

% 12,5 17,5 22,5 27,5 32,5 37,5 42,5 42,5

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

18. Persentase tingkat kesejahteraan keluarga

% 78,87 78,88 78,89 78,9 78,91 78,92 78,93 78,93

Perhubungan

19. Indeks Pelayanan Transportasi

% 48,89 56,43 59,04 66,73 74,43 82,13 88,93 88,93

Komunikasi dan

Informatika

20. Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

% 3,05 3,07 3,1 3,2 3,3 3,4 3,55 3,55

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

VIII - 23

No

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR

KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Satuan

Kondisi Kinerja pada Awal Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja

pada Akhir Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

21. Persentase koperasi dan

usaha mikro yang aktif % 14.35 14.79 15.23 15.67 16.11 16.54 16.98 16.98

Penanaman Modal

22. Pertumbuhan penanaman modal

% 30,79 -43,48 12,80 13,57 12,68 13,02 13,02 13,02

Kepemudaan dan Olahraga

23. Persentase organisasi pemuda yang aktif

% 76,67 76,67 80,00 83,33 83,33 86,67 86,67 86,67

24. Persentase cabang olahraga berprestasi

% 13,33 26,67 33,33 40,00 46,67 53,33 60,00 60,00

Statistik

25. Persentase kemanfaatan data statistik sektoral

% 100 100 100 100 100 100 100 100

Persandian

26. Persentase konten informasi Pemerintah Daerah yang teramankan

% 100 100 100 100 100 100 100 100

Kebudayaan

27. Persentase seni dan budaya yang dilestarikan

% 76,15 78,71 79,71 82,43 85,16 86,16 88,88 88,88

Perpustakaan

28. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

% 14,77 14,79 14,80 14,81 14,82 14,83 14,84 14,84

Kearsipan

29.

Persentase Sistem Pengelolaaan Kearsipan Perangkat Daerah yang

terintegrasi

% 0 5 10 15 20 25 30 30

Urusan Pilihan

VIII - 24

No

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR

KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Satuan

Kondisi Kinerja pada Awal Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja

pada Akhir Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

Kelautan dan Perikanan

30. Persentase peningkatan nilai jual produksi perikanan

% 0,42 0,48 0,52 0,57 0,59 0,6 0,61 0,61

Pariwisata

31. Pertumbuhan PDRB sektor pariwisata

% -6,6 4,1 - 5,1 4,3 - 5,3 4,4 - 5,4 4,5 - 5,5 4,6 - 5,6 4,7 - 5,7 4,7 - 5,7

Pertanian

32. Pertumbuhan PDRB

sektor pertanian % -0,17 1-2 1,1-2,1 1,2-2,2 1,3-2,3 1,4-2,4 1,5-2,5 1,5-2,5

Perdagangan

33. Pasar berstandar nasional

unit 1 1 1 2 2 3 3 3

Perindustrian

34. Pertumbuhan PDRB sektor industri

% -4.35 4,1-5,1 4,3-5,3 4,4-5,4 4,5-5,5 4,6-5,6 4,7-5,7 4,7-5,7

Transmigrasi

35. Persentase calon transmigran yg siap ditempatkan

% 36,36 36,36 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 42,00

Unsur Pendukung Urusan Pemerintahan

Sekretariat Daerah

36. Nilai SAKIP Skor 58,11 (CC) 62,75 (B) 64,64 (B) 66,60 (B) 68,64 (B) 70,75 (BB) 72,94 (BB) 72,94 (BB)

37. Nilai kematangan

organisasi daerah Nilai - 19 19,1 20,5 22,5 24,5 26,5 26,5

Sekretariat DPRD

38.

Indeks kepuasan pelayanan Sekretariat DPRD kepada pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Semarang

% - 80 81,07 82 82,5 82,7 83 83

VIII - 25

No

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR

KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Satuan

Kondisi Kinerja pada Awal Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja

pada Akhir Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

Unsur Penunjang Urusan Pemerintahan

Perencanaan

39. Kualitas perencanaan pembangunan daerah

% 92,50 93 94 95 95 96 97 97

Keuangan

40. Status Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah (IPKD)

Predikat - C B B B A A A

Kepegawaian

41. Indeks Sistem Merit Indeks - 0,51 0,56 0,6 0,65 0,68 0,73 0,73

Penelitian dan Pengembangan

42. Persentase pemanfaatan

hasil kelitbangan %

75

75

76

77

78

79

80

80

Unsur Pengawasan

Urusan Pemerintahan

43. Nilai Skor Maturitas SPIP Nilai 3,038 3,038 3,045 3,050 3,055 3,060 3,065 3,065

Unsur Kewilayahan

44. Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan

Nilai 86,24 86,58 86,82 87,19 87,48 87,77 88,07 88,14

Unsur Pemerintahan Umum

Kesatuan Bangsa dan Politik

45. Persentase peningkatan

penanganan konflik sosial % 2 2 2 2 2 3 5 5

C. ASPEK DAYA SAING

1. Indeks Reformasi Birokrasi

Indeks 60,02 (B) 62,23 (B) 64,55 (B) 66,97 (B) 69,52 (B) 72,85 (BB) 73,59 (BB) 73,59 (BB)

VIII - 26

No

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/INDIKATOR

KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Satuan

Kondisi Kinerja pada Awal Periode

RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja

pada Akhir Periode RPJMD

2021 2022 2023 2024 2025 2026

2.

Rata-rata Ketercapaian

Kinerja Pemenuhan Sarana Prasarana Wilayah

% 73,73 74,43 71,70 75,71 79,72 83,72 87,45 87,45

3. Angka kriminalitas % 2,75 2,64 2,53 2,45 2,3 2,25 2,2 2,2

4. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Indeks 69,12 69,27 69,47 69,67 69,87 69,87 70,27 70,27

5. Indeks Desa Membangun Indeks 0,6817 0,6891 0,6965 0,7039 0,7113 0,7187 0,7261 0,7261

6. Indeks Kepuasan Masyarakat

% 86 86,25 86,5 86,75 87 87,25 87,5 87,5

7. Indeks Manajemen Risiko Level 1 1 1 2 2 2 3 3

IX - 1

BAB IX

PENUTUP

RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala

daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan,

pembangunan daerah dan keuangan daerah, serta program Perangkat

Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka

pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJMD

Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 merupakan pedoman bagi

Pemerintah Kabupaten Semarang serta pemangku kepentingan lainnya

dalam melaksanakan pembangunan. Agar pelaksanaan RPJMD dapat

berjalan dengan baik, perlu diatur beberapa pedoman transisi dan kaidah

pelaksanaan sebagai berikut:

9.1. PEDOMAN TRANSISI

RPJMD Kabupaten Semarang tahun 2021-2026 berlaku untuk

kurun waktu lima tahun sejak tahun 2021 hingga tahun 2026. Untuk

menjaga kesinambungan pembangunan serta mengisi kekosongan

perencanaan setelah RPJMD tahun berakhir, maka RPJMD ini menjadi

pedoman dalam penyusunan RKPD dan RAPBD tahun 2027.

9.2. KAIDAH PELAKSANAAN

a. Bupati Semarang berkewajiban menyebarluaskan peraturan daerah

tentang RPJMD kepada masyarakat;

b. Seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Semarang dan pemangku kepentingan agar melaksanakan program -

program RPJMD dengan sebaik-baiknya mengarah pada pencapaian

target-target yang telah ditetapkan dalam RPJMD;

c. Seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Semarang berkewajiban melakukan penyusunan Rencana Strategis

(Renstra) Perangkat Daerah mengacu pada RPJMD. Renstra tersebut

akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renja Perangkat Daerah

tahun 2022 hingga tahun 2026;

d. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD, Badan

Perencanaan Penelitian Dan Pengembangan Daerah berkewajiban

melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil

RPJMD.

IX - 2

Semoga rencana pembangunan yang tercantum dalam RPJMD

Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 ini dapat berjalan dengan baik dan

dapat mencapai target-target yang telah ditetapkan, sehingga terwujud pula

Visi Jangka menengah Kabupaten Semarang yaitu :

“Bersatu, Berdaulat, Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (BERDIKARI),

Dengan Semangat Gotong Royong,

Berdasarkan Pancasila dalam Bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika “

NGESTI NUGRAHA

BUPATI SEMARANG,

ttd.