Post on 16-Mar-2023
PENULISAN ARTIKEL AKADEMIK BERSKALA
INTERNASIONAL: KEWAJIBAN DAN URGENSIEdy Suandi Hamid
Seri Workshop PTM tentang Publikasi Ilmiah
2019
Sumber: dari berbagai referensi
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah (sekarang)
Dewan Pengawas Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (Sekarang)
Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta (sekarang)
Komisaris Independen PT Reasuransi Nasional Indonesia (sekarang)
Parampara Praja DIY (Sekarang)
Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (2011 – Jan 2016)
Ketua Forum Rektor Indonesia (2008 -2010)
Rektor Universitas Islam Indonesia (2006 – 2010; 2010-2014)
Ketua Umum Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta Indonesia (BKS
PTIS, 2010-2014/2012)
SINTA: HTTP://SINTA2.RISTEKDIKTI.GO.ID/AUTHORS
EDY SUANDI HAMIDUniversitas Islam Indonesia Rank in National 1696 Rank in Affiliation 10 Score 9.8
PUBLIKASI: WAJIB BAGI DOSEN
Publikasi: “wajib” --bagi yang memposisikan sbg dosen, ilmuwan,
cendekiawan, dan bercita-cita untuk menggapai jabatan akademik
tertinggi
Dulu GB cukup S-2, bahkan S-1, persyaratan rumit,
“anak tangga” kepangkatan lebih banyak →
sebagian kecil bisa GB, dan pada usia senja→
Syarat adminsitratif menimbulkan “kemalasan”
mengumpulkan berkas administratif.
Sekarang harus S3 dengan persyaratan akademik
lebih berat, namun administratif lebih sederhana
Potret publikasi internasional Indonesia Membaik
3998 5250 6625 8162
12185
19098
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Artikel Terindeks Scopus Negara –
Negara ASEAN
(YoY)
Singapore Malaysia Thailand
Indonesia Vietnam Phillipines
Brunei Darussalam
75220
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
Total 1996 -
2017
Jumlah Total Artikel terindeks
Scopus sejak Tahun 1996 -2017
Negara di ASEAN
Singapore Malaysia
Thailand Indonesia
Vietnam Phillipines
Brunei Darussalam
Sumber: Scimago (diolah)
JENJANG MENUJU GURU BESAR: DULU & SEKARANG
Dulu: tujuh “anak tangga” : asisten ahli madya, asisten ahli, lektor
muda, lektor madya, lektor, lektor kepala madya, lektor kepala, guru
besar madya, dan kemudian guru besar
Sekarang :lebih ringkas, tiga anak tangga, yaitu Asisten Ahli, Lektor,
Lektor Kepala, dan GB
Memang dari sisi kum-nya sama, namun karena jenjang berkurang maka dari
sisi prosesnya bagi yang memiliki kum banyak menjadi lebih cepat.
JENJANG MENUJU GB...
Persyaratan minimal S-3, namun SK tidak lagi dari Presiden d/h
Mendikbud/Menristekdikti→banyak yang “beruntung” dengan
segala insentifnya: serdos otomatis, tunjangan dua kali gaji pokok,
sehingga pendapatannya menjadi empat kali lipat dari
sebelumnya.
Ini telah menimbulkan dorongan bagi banyak dosen untuk mengurus
GB dengan berbagai cara, yang terkadang ada yang tidak terpuji, demi
menjadi seorang professor.
YANG DIPANDANG MENYULITKAN (?): JURNAL INTERNASIONAL (JI) !!
Necessity condition: publikasi JI→ lalu JI bereputasi sbg penulis utama
JI ternyata “dipandang” menjadi rintangan besar bagi sebagian calon GB
Akibatnya, banyak S-3 kemudian mangkrak →menganggap JI sebagai
sesuatu yang menakutkan.
akhirnya hanya tertahan di LK atau bahkan Lektor.
dikhawatirkan mengalami krisis GB, karena jumlah yang ada saat ini masih
relatif sedikit, yakni sekitar 5.100 orang. Ini jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah program studi yang ada, yang sudah melampuai 22 ribu buah.
Sebagian besar dari 4526 perguruan tinggi di tanah air belum mempunyai satu
orang pun GB.
PERSYARATAN: PERMENDIKBUD 92/2014
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen, dijelaskan pada pasal 10 bahwa: “untuk kenaikan jabatan akademik secara reguler dari Lektor Kepala ke Profesor melalui tujuh syarat.
pengalaman kerja sebagai dosen tetap paling singkat 10 tahun
berpendidikan S3
paling singkat 3 tahun setelah memperoleh ijazah doktor (S3)
paling singkat 2 tahun menduduki jabatan Lektor Kepala
telah memenuhi angka kredit
memiliki karya ilmiah yang dipulikasikan dalam jurnal ilmiah internasional bereputasi sebagai penulis pertama;
dan memiliki kinerja, integritas, etika tata krama, serta tanggung jawab”.
JURNAL INTERNASIONAL
Kriteria sebagai berikut:a. Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etikakeilmuanb. Memiliki ISSNc. Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol dan Tiongkok)d. Memiliki terbitan versi onlinee. Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar di bidangnya paling sedikit berasal dari 4(empat) negara.f. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 1 (satu) terbitan paling sedikit penulisnya berasaldari 4 (empat) negara.g. Terindek oleh database internasional bereputasi: Web of Science, Scopus, Microsoft Academic Search, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Ditjen Dikti.
JURNAL INTERNASIONAL BEREPUTASI
JI dgn kriteria tambahan
mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) mempunyai urutan tertinggi dalam penilaian karya ilmiah dan dinilai paling tinggi 40.
Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 8 dan terindek oleh database internasional bereputasi (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search) namun belum mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) dalam penilaian karya ilmiah dan dinilai paling tinggi 30.
Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 8 yang belum terindek pada database internasional bereputasi (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search) namun telah terindek pada database internasional seperti DOAJ, CABI, Copernicus, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Ditjen Dikti dan dapat dinilai karya ilmiah paling tinggi 20.
KENDALA
Apakah jurnal merupakan sesuatu yang menakutkan?
Betul bagi mereka yang tidak biasa menulis, dan tidak pernah
melakukan penelitian
Untuk bisa menembus publikasi internasional, maka seorang dosen
harus menghasilkan penelitian ilmiah yang berkualitas.
Kita banyak melihat sampai saat ini dosen yang hanya tertahan pada
jenjang kepangkatan yang rendah walau pendidikannya sudah lama S-2.
Itu karena mereka tidak melakukan penelitian mendalan, yang mungkin
hanya bersifat “exercise”, dan juga tidak pernah menulis untuk suatu
jurnal ilmiah.
PROFIL PT: KESADARAN DAN KEPATUHAN RENDAH?
Indonesia memiliki potensi akademis yang sangat besar
Lembaga
Negeri Swasta Jumlah
2014/2015 2015/2016 2014/2015 2015/2016 2014/2015 2015/2016
Universitas 63 75 469 466 532 541
Institut 13 33 60 99 73 132
Sekolah Tinggi 76 1426 2348 1426 2424
Akademi 86 1020 1021 1020 1107
Tabel Jumlah Perguruan Tinggi Indonesia
Jumlah Dosen Kemenristekdikti
Dosen Berdasar
Pendidikan
Jabatan Dosen Kemenristekdikti 2016/2017
CAPAIAN
• S/d 2016 Publikasi Ilmiah terindeks SCOPUS dan DOAJ masih tertinggal dibandingkan beberapa Negara Tetangga seperti, Singapore, Malaysia, dan Thailand
• Dilihat dari indikator kinerja Dikti, hampir seluruhnya mencapai target, namun, perlu dilihat bagaimana capaian publikasi Perguruan Tinggi.
Sumber: Laporan tahunan Ristek Dikti, 2016
2018
2018: Per 28 November data SCOPUS
publikasi ilmiah internasional
Indonesia 24.883 jurnal→ jauh diatas
Singapura 19.767 , Thailand 15.018
jurnal, -> Indonesia berada pada urutan
kedua di bawah Malaysia
PUBLIKASI ILMIAH DAN DAYA SAING
• Publikasi ilmiah bertaraf internasional meningkatkan keterampilan tenaga pendidik perguruan tinggi.
• Meningkatkan kepercayaan publik akan kompetensi ilmuwan Indonesia.
• Memberikan efek pada peningkatan daya saing.
• Meski memiliki potensi yang besar, dan peningkatan yang ckup baik, Indonesia nyatanya masih kalah bersaing bahkan dengan Negara tetangga.
• Maka, perlu partisipasi lebih besar dari pendidik Perguruan Tinggi untuk meningkatkan publikasi internasional.
Sumber: Laporan tahunan Ristek Dikti,
2016
BIDANG PRIORITAS DAN ISU STRATEGIS
Sumber: Ocky Karna Radjasa, Ristekdikti,
2016
• Perlumenyiapkanartikel Ilmiahyang sesuaidengan isustrategisNasional2016/2017
• Memperbesardukungan(materiil) daripemerintah
FASILITAS PENULISAN JURNAL Fasilitas Publikasi Ilmiah
Sumber: Direktorat Pengelolaan kekayaan Intelektual,
Ristekdikti, 2017• Ada fasilitas yang memadahi dari Ristek Dikti, termasuk Permen Ristek Dikti no
20 tahun 2017 tentang pemberian tunjangan profesi dosen
ETIKA DASAR MENULIS
Menyampaikan Kebenaran
Menyadari tanggung jawab, nilai, dan moral
Obyektif, tidak berdasar prasangka
Menghindari Plagiarisme
Tidak mempublikasikan tulisan yang sama ke lain publisher
JURNAL PREDATOR (PREDATORY JOURNAL)
Perlu menghindari Jurnal Predator
Jurnal yang sering mengabaikan etika ilmiah
Mengutamakan keuntungan finansial
Jurnal ini mempunyai ciri-ciri
Publishing fee yang sangat mahal
Bahkan kecil kemungkinan terbit jika tidak membayar
Volume relatif kecil
Sering mempublikasikan call for papers
Daftar jurnal predator diupdate oleh dikti di:
http://pak.ristekdikti.go.id/
Atau dapat dilihat di: https://beallslist.weebly.com/
LANGKAH PENDIDIKAN TINGGI
Untuk meningkatkan Kuantitas Publikasi Internasional perguruan tinggi dapat melakukan beberapa langkah yang pernah dan sedang dilakukan banyak PTN dan PTS di tanah air
Peningkatan jumlah kerjasama dan hibah riset dengan Universitas Luar Negeri. Membutuhkan negosiator handal.
Membangun pangkalan data Jurnal terindeks SCOPUS, Scimago, dan DOAJ yang terintegrasi dengan setiap Fakultas. Sehingga memudahkan dosen untuk menetapkan sasaran.
Meningkatkan anggaran insentif penghargaan dan meningkatkan jumlah penerima insentif untuk publikasi luar Negeri.
LANGKAH PENDIDIKAN TINGGI
Untuk meningkatkan Kualitas Publikasi Internasional perguruan tinggi dapat
melakukan beberapa langkah
Meningkatkan frekuensi workshop penulisan karya tulis ilmiah dalam bahasa inggris, dan workshop strategi publikasi internasional. Bisa setahun 3 kali.
Menjalin kerjasama dengan penyunting internasional seperti ENAGO.
Selalu memperbaharui buku pedoman penelitian Universitas sesuai dengan arah perkembangan DIKTI dan Isu Strategis Nasional.
JURNAL INTERNASIONAL
Kriteria sebagai berikut:a. Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etikakeilmuanb. Memiliki ISSNc. Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol dan Tiongkok)d. Memiliki terbitan versi onlinee. Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar di bidangnya paling sedikit berasal dari 4(empat) negara.f. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 1 (satu) terbitan paling sedikit penulisnya berasaldari 4 (empat) negara.g. Terindek oleh database internasional bereputasi: Web of Science, Scopus, Microsoft Academic Search, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Ditjen Dikti.
JURNAL INTERNASIONAL BEREPUTASI
JI dgn kriteria tambahan
mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) mempunyai urutan tertinggi dalam penilaian karya ilmiah dan dinilai paling tinggi 40.
Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 8 dan terindek oleh database internasional bereputasi (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search) namun belum mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) dalam penilaian karya ilmiah dan dinilai paling tinggi 30.
Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 8 yang belum terindek pada database internasional bereputasi (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search) namun telah terindek pada database internasional seperti DOAJ, CABI, Copernicus, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Ditjen Dikti dan dapat dinilai karya ilmiah paling tinggi 20.
KENDALA
Apakah jurnal merupakan sesuatu yang menakutkan?
Betul bagi mereka yang tidak biasa menulis, dan tidak pernah
melakukan penelitian
Untuk bisa menembus publikasi internasional, maka seorang dosen
harus menghasilkan penelitian ilmiah yang berkualitas.
Kita banyak melihat sampai saat ini dosen yang hanya tertahan pada
jenjang kepangkatan yang rendah walau pendidikannya sudah lama S-2.
Itu karena mereka tidak melakukan penelitian mendalan, yang mungkin
hanya bersifat “exercise”, dan juga tidak pernah menulis untuk suatu
jurnal ilmiah.
DOKTOR: SUDAH RISET....
Penyandang Doktor→substantif telah riset mendalam, hasilkan disertasi memenuhi kaidah-kaidah akademik
Disertasi itu sendiri bisa diolah untuk menjadi suatu tulisan pada jurnal ilmiah
Bahkan pada beberapa perguruan tinggi dunia bereputasi, jurnal ilmiah merupakan keharusan sebelum seseorang bisa dinyatakan lulus sebagai S-3. Adapula yang hanya mewajibkan tiga jurnal yang dipublikasikan pada jurnal bereputasi yang kemudian “disatukan” menjadi satu disertasi. Sehingga dapat dikatakan setelah selesai menulis di tiga jurnal, ia sudah menjadi doktor. Tentu perysaratan umum harus terpenuhi manakala ingin naik pangkat ke Guru Besar.
Jumlah minimal harus dipenui, apakah satu, dua atau tiga jurnal, sesuai posisi sebelum mengajukan kenaikan pangkat. Karena publikasi jurnal basisnya adalah penelitian, maka calon GB harus melakukan penelitian. Bagaimana kalau penelitiannya belum ada? Ya harus melakukan penelitian. Bagaimana memulainya kalau kesibukan di kantor demikian banyak?
RISET
Dosen produktif: banyak penelitian dan diseminasikan luarandalam forum ilmiah, jurnal nasional maupun internasional yang bereputasi Masalah: banyak dosenbergelar doktor biasanya dibebani jabatan adminsitratif
Ini bukan berati kita harus menyerah dengan kopndisi itu:penelitian kelompok,
perlu ada beberapa asisten peneliti.
Yang diperlukan dari calon GB adalah: ide dari penelitian, dan membuat TOR-nya, sehingga bisa dijabarkan oleh siapapun. Calon GB harus memiliki topik/masalah penelitian, yakin datanya ada, dan faham metodologinya.
Persoalan untuk mengelabirasi proposal hingga hasil bisa meminta bantuan dari para asisten, termasuk untuk mencari data dan komputerisasi dari data yang akan diolah, yang siap untuk dianalisis.
Memang sebaiknya peneliti mengerjakan secara penuh, terlibat dari gagasan awal, pencarian data, pengolahan data, hingga analisis data. Namun dengan keterbatasan yang ada, maka selaku Ketua Team peneliti harus lebih banyak melibatkan anggota penelitia dan tenaga ASISTEN dalam proses penelitian tersebut.
PERAN ASISTEN.
Penjabaran dari TOR bisa dilakukan oleh anggota peneliti lain, atau bahkan
asisten yang di-hire dan mengalokasikan penuh atau paruh waktunya untuk
menggarap proyek penelitian ini.
Asisten bisa diminta untuk mengoreksi bahasa, typing, mencari data, mengolah
data, dan membuat laporan sementara yang “membunyikan” data, atau bahkan
analisis yang elementer sbg masukan saja bagi peneliti →Analisis ini sebaiknya
dilakukan penuh oleh peneliti.
Peneliti harus melakukan analisis terhadap data-data atau temuan lapangan
sehingga bisa menjelaskan apa makna yang ada di balik data itu, menunjukkan
implikasi dari temuan yang ada, hingga kesimpulan dan rekomendasinya.
Peneliti juga bisa meminta asisten untuk menyesuaikan laporannya dengan
format laporan baku dan juga untuk jurnal.
Intinya, dalam membuat karya ilmiah ini peneliti bisa menggunakan jasa asisten untuk
hal-hal yang sifatnya teknis non-akademik.
PERAN ASISTEN & PEMILIHAN JURNAL...
mengolah laporan penelitian itu dalam format jurnal yang dituju.
Tidak semua jurnal memiliki format yang sama, namun umumnya
perbedaannya tidak banyak.
Format hampir sama dengan laporan penelitian, namun lebih diringkas
pada hal-hal yang substantif.
Pemilihan jurnal juga harus cermat, jangan sampai tidak
berkesesuaian dengan penelitian yang akan dipublikasikan.
Artinya, peneliti harus mempelajari karakteristik jurnal yang
diharapkan bisa menampung karyanya, dengan time frame yang
diharapkan.
Jangan lupa, jurnal yang dipilih harus mempunyai on-line journalnya
sebagai syarat untuk bisa dinilai oleh reviewer CCP.
PUBLIKASI JURNAL ILMIAH: BAHASA....Problematiknya : Bahasa Indonesia → Bahasa Inggris
Sebagian dosen tidak menguasai bahasa asing secara memadai, terlebih untuk disajikan ke publik scientist atau ilmuwan dunia.
Padahal : publikasi di jurnal bereputasi harus berbahasa PBB
Ini yang sering menjadi kendala. Namun saat ini tidak perlu khawatir, karena kita bisa minta ke lembaga bahasa atau penterjemah profesional untuk menterjemahkannya ke Bahasa asing yang kita kehendaki.
Sebaiknya penterjemah ini adalah mereka yang bidang ilmunya sama, sehingga bisa menangkap terminologi yang sifatnya spesifik sesuai keilmuannya.
EDITING?
Apakah bahasanya sesuai dengan bahasa JI?
ada lembaga profesional yang membantu editing yang sesuai dengan
standar JI → bahasa jangan menjadi masalah.
Biaya?
Seharusnya juga untuk menjadikan profesor, seharusnya money does not
matter. Artinya lembaga membantu pembiayaan yang sifatnya kongkret
seperti ini.
seandainya kampus hanya memberikan dukungan terbatas, Calon GB
harus siap beban biaya ini, karena secara relatif tetap akan sangat kecil
dibandingkan pendapatan yang akan diperoleh.
CCP YANG DIAJUKAN HARUS BERLEBIH
Jurnal /kum sebaiknya tidak hanya pas untuk memenuhi persyaratan.
Reviewer hampir tidak pernah memberikan nilai 100% untuk setiap
karya yang dinilainya.
Oleh karena itu para Calon GB harus membuat karya yang
dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi seoptimal mungkin.
Artinya, bisa sampai dua kali lipat dari yang diharuskan. Ini menjaga
agar skor yang diperoleh walau sudah terpotong masih aman.
Proses bisa memakan waktu lama seandainya harus dinilai ulang,
walaupun proses sudah on-line.
Oleh karena itu, berjaga-jaga adalah lebih baik dari pada memasukkan
pas-pasan, dan kemudian harus memproses awal lagi karena ccp minimal
belum dipenuhi, apakah itu untuk Guru Beaar 850 ataupun 1.050.
BUKU DAN LAIN-LAIN
JI bereputasi hanya salah satu saja persyaratan yang menyulitkan untuk
kenaikan pangkat. Banyak sekali calon GB terganjal pengajuan GB-nya
karena ketiadaan jurnal ini → fokus harus diberikan secara ekstra ke
publikasi jurnal.
Hal-hal lain di luar jurnal tetap tidak boleh diabaikan, seperti yang
terkait pengajaran minimal ataupun pengabdian masyarakat. Calon GB
juga perlu membuat karya-karya akademik yang juga memberikan point
tinggi seperti menulis buku ajar, buku teks, ataupun modul.
Buku bisa disusun berdasarkan pengalaman mengajar, dan mengolahnya
sehingga layak menjadi sebuah buku yang dipublikasikan secara luas. Ini
bukan saja membantu menambah karya akademik calon GB, namun juga
akan mempermudahnya dalam proses belajar mengajar
INTEGRITAS DAN ETIKA.
Di samping itu, tidak boleh dilupakan juga terkait dengan standar
sikap atau karakter. Pimpinan PT ataupun Kopertis, bahkan
reviewer di Pusat, bisa menolak pengajuan calon GB apabila
dilihat perilaku calon GB tidak baik, walaupun persyaratan
terkait dengan kinerja akademiknya sudah melebihi dari
persyaratan.
Misalnya bagaimana integritasnya selama mengabdi sebagai
dosen, etika kesehariann,ya, dan sebagainya. Dosen yang pernah
“berdosa” melakukan plagiasi, misalnya, bisa terganjal untuk
beberpa waktu, atau bahkan selamanya untuk menjadi GB,
mengingat plagiasi merupakan dosa besar dalam dunia akdemik.
PERENCANAAN, SCHEDULE...
Perolehan GB bukanlah sesuatu yang otomatis, harus ada effort serius
untuk mendapatkannya.
Para calon GB perlu membuat perencanaan kerjanya, di tengah
kesibukan yang lain, serta memberikan perhatian dan alokasi waktu
yang memadai untuk mengawal perencanaan yang sudah dibuat →jadwal
yang sudah disusun bisa dipenuhi/didekati.
Jangan sampai karena mengurusi hal-hal rutin yang memang tidak ada
hentinya, berakibat terabainya tugas substantif yang seharusnya menjadi
tanggung jawab setiap dosen, yakni mencapai derajat kepangkatan
tertinggi sebagai Guru Besar atau Profesor.
Harus dilawan adalah kemalasan un mengumpulkan berkas-berkas
administratif!!.
LAST BUT NOT LEAST,
seberapa besar usaha untuk menggapai profesor, itu bukanlah
segalanya. Itu memang terminal terakkhir dalam kepangkatan
akademik, namun itu hanyalah simbol belaka, dan tidak
bermakna banyak kalau stelah Guru Besar dicapai lantai kegiatan
akademik terhenti. Gelar profesor hanyalah bentuk pengakuan
dan penghormatan formal belaka. Susbtansi dari seorang profesor
adalah mereka yang punya dedikasi tinggi terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai
moral dan agama