Post on 18-Jan-2023
1
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CLOSED SUCTION DENGAN
OPEN SUCTION TERHADAP PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA PASIEN YANG
TERPASANG VENTILATOR DI RUANG ICU RSUD CENGKARENG
JAKARTA BARAT TAHUN 2017 Chasbun Abi Syahputra
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat
boenzwae89@gmail.com
ABSTRAK
Closed Suction merupakan penghisapan lendir dengan sistem tertutup yang selalu terhubung
dengan sirkuit ventilator. Sedangkan Open Suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir
dengan membuka konektor sirkuit ventilator dengan endotracheal tube. Pneumonia adalah
peradangan parenkim paru di mana asinus terisi cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrat
dari sel radang ke dalam interstitium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan
efektifitas penggunaan Closed Suction dengan Open Suction terhadap pencegahan pneumonia
pada pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU RSUD Cengkareng. Desain penelitian ini
menggunakan quasi eksperiment. Sampel diambil 12 responden yang menggunakan ventilator
dengan dilakukan tindakan Closed Suction dan Open Suction. Analisa dilakukan dengan
univariat dan bivariat dengan uji T-dependen. Hasil pengolahan dan analisa didapat nilai P > α
(0,363 > 0,05) yang bermakna tidak ada pengaruh antara tindakan Pre dan Post Closed Suction
dengan kejadian Pneumonia, sedangkan didapat nilai P < α (0,012 < 0,05) yang bermakna ada
pengaruh antara tindakan Pre dan Post Open Suction terhadap kejadian Pneumonia. Diharapkan
dapat dijadikan suatu prosedur dalam melakukan tindakan suction untuk meminimalisir
terjadinya Pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator.
Kata Kunci : Ventilator, Closed Suction, Open Suction, Pneumonia
Referensi : 26 ( Tahun 2000 – 2015 )
2
ABSTRACT
Closed Suction is a sucking mucus with a closed system that is always connected to the
ventilator circuit. While Open Suction is a procedure of sucking mucus by opening ventilator
circuit connector with endotracheal tube. Pneumonia is an inflammation of the pulmonary
parenchyma where the acid is filled with inflamed fluid, with or without an infiltrate of
inflammatory cells into the interstitium. The purpose of this study is to determine the
effectiveness of the use of Closed Suction with Open Suction on the prevention of pneumonia in
patients who installed ventilator in ICU Cengkareng Hospital. This research design uses quasi
experiment. The sample was taken by 12 respondents who use ventilator with Closed Suction
and Open Suction. The analysis was performed with univariate and bivariate with T-dependent
test. The result of processing and analysis got value P> α (0,363> 0,05) meaning no influence
between action of Pre and Post Closed Suction with the incidence of Pneumonia, whereas
obtained value P <α (0,012 <0,05) Pre and Post Open Suction actions against the incidence of
Pneumonia. Expected to be a procedure in performing suction action to minimize the occurrence
of Pneumonia in patients who installed ventilator.
Keywords: Ventilator, Closed Suction, Open Suction, Pneumonia
Reference: 26 (Year 2000 - 2015)
3
PENDAHULUAN
Pneumonia nosokomial menduduki
urutan ke-2 sebagai infeksi nosokomial di
Rumah Sakit di Amerika Serikat. Angka
kejadian pneumonia nosokomial berkisar 5-
10 kasus per 1000 pasien, angka kejadian
meningkat 6-20 kali pada pasien yang
terpasang ventilator, angka kematian
berkisar 20-50% (Sedwick, et al., 2012).
Angka kejadian pneumonia nosokomial 5-10
per 1000 pasien di Jepang, angka kejadian
pneumonia karena pemasangan ventilator
berkisar 20% - 30% ( Journal The Japanese
Respiratory Society, 2004 ).
Berdasarkan penelitian Yin-Yin
Chen, dkk, pada tahun 2000-2008 di
Taiwan, Ventilator Associated Pneumonia (
VAP ) menempati urutan kedua terbanyak
kejadian Device Associted Infection (DAI) di
ICU. Dari penelitian tersebut diperoleh
angka kejadian VAP sebanyak 3,18%
kejadian per 1000 ventilator per hari. Hal ini
diakibatkan salah satunya karena tindakan
suction yang dilakukan untuk
mempertahankan efektifnya jalan nafas,
merangsang batuk, membersihkan sekret
pada pasien yang terpasang endotracheal
tube (Smith, 2004).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Azis, (2013) disebutkan
bahwa angka kejadian VAP di RSUP
Sanglah Denpasar pada tahun 2012 sebesar
15,48%. Berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh bagian PPI (Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi) RSUP Sanglah
Denpasar, didapatkan jumlah kejadian VAP
dari bulan Januari sampai Juni 2013 yaitu
kejadian VAP pada bulan Januari sebesar
21,4% dan bulan Juni sebesar 16,3%.
Ventilator Associated Pneumonia
(VAP) merupakan suatu peradangan pada
paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh
pemakaian ventilator dalam jangka waktu
yang lama pada pasien (Smeltzer & Bare,
2001). Wiryana, 2007 juga membagi VAP
menjadi onset dini yang terjadi dalam 4 hari
pertama pemberian ventilasi mekanik dan
onset lambat yang terjadi 5 hari atau lebih
setelah pemberian ventilasi mekanik.
Pneumonia pada pasien yang menggunakan
ventilator berbeda dengan pneumonia yang
didapat dari masyarakat, yang sering
disebabkan oleh bakteri spesies
S.pneumoniae, H.influenzae atau S.aureus.
VAP sering disebabkan oleh Pseudomonas.
Penanganan VAP juga berbeda dengan
penanganan pneumonia jenis lain dalam hal
antibiotika yang digunakan, prosedur
diagnosis, prognosis dan cara pencegahan
(Ari, 2010).
4
Penggunaan CSS digunakan pada
pasien yang terpasang endotracheal atau
ventilator, terutama dalam pencegahan
hipoxemia dan infeksi nosokomial VAP (
Ozcan, 2006). Closed Suction System
digunakan untuk mencegah kontaminasi
udara luar, kontaminasi pada petugas dan
pasien, mencegah kehilangan suplai udara
paru, mencegah terjadinya hipoksemia,
mencegah penurunan saturasi oksigen
selama dan sesudah melakukan suction,
menjaga tekanan Positive Pressure Ventilasi
dan Positive end Expiratory Pressure (
PEEP ), terutama pasien yang sensitif bila
lepas dari ventilator seperti pasien apnoe
atau pasien yang butuh PEEP tinggi
(Masry, 2005). Secara tenaga menggunakan
Closed Suction System (CSS) lebih efektif
dibanding Open Suction System (OSS)
karena tidak memerlukan dua tenaga, tidak
menggunakan sarung tangan steril, dan
tidak sering mengganti kateter suction.
(Rabitsch, 2004).
Penggunaan metode OSS juga
memiliki beberapa kelebihan. Penelitian
yang dilakukan Irene et al 2005 dihasilkan
bahwa harga cateter pada metode closed
suction 30 kali lebih mahal jika
dibandingkan dengan metode open suction.
Tetapi, cateter pada closed suction dapat
digunakan untuk satu minggu sedangkan
cateter pada metode open suction sekali
pakai. Penelitian lainnya seperti yang
dilakukan oleh Witmer dan Lasocki, 2005
dalam Irene et al ditemukan bahwa metode
Open Suction System (OSS) lebih efektif
dalam menghilangkan sekresi
trakeobronkial dari pada metode Closed
Suction System (CSS) yaitu sebanyak 2 – 2,5
g dengan OSS dan 0,6 - 2,3 g dengan CSS.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Cereda tahun 2001 dalam Irene et al
dengan jumlah responden 10 pasien
menunjukkan bahwa penggunaan metode
OSS menyebabkan peningkatan SaO2
setelah dilakukan suction.
Menurut data bagian Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi ( PPI ) RSUD
Cengkareng belum mempunyai data yang
spesifik tentang kejadian VAP karena belum
menjadi sasaran mutu di ruang ICU. Untuk
jumlah pasien yang di rawat di Ruang ICU
3 bulan terakhir dari Juli-September
sebanyak 180 pasien dengan pasien
terpasang Ventilator 57 pasien. Untuk pasien
yang terdiagnosa pneumonia sebanyak 32
orang ( 56% ), sedangkan hasil observasi
pada kultur biakan sputum dari 20 pasien
terdapat 15 pasien yang hasil biakannya
positive terdapat bakteri penyebab
Pneumonia. Angka ini masih lebih tinggi
dari kejadian di Jepang dan di Bali. Belum
5
n=sd( Za +Z β )²
d
ada data yang akurat Untuk penggunaan
Closed Suction dan Open Suction di ICU
RSUD Cengkareng.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
yaitu dengan pendekatan desain penelitian
Quasi Eksperimen dimana dalam rancangan
ini dilakukan penilaian sebelum dilakukan
intervensi ( pretest ) kemudian setelah
dilakukan intervensi dilakukan penilaian
kembali ( Post test ). ( Nursalam, 2013 )
pretest Perlakuan Posttest
Keterangan :
01 : Pasien terpasang ventilator sebelum
dilakukan intervensi dengan Closed
Suction
02 : Pasien terpasang ventilator setelah
dilakukan intervensi dengan Closed
Suction
03 : Pasien terpasang ventilator sebelum
dilakukan intervensi dengan Open
Suction
04 : Pasien terpasang ventilator setelah
dilakukan intervensi dengan Open
Suction
X1 : Intervensi menggunakan Closed
Suction
X2 : Intervensi menggunakan Open Suction
Penelitian dilakukan di Ruang ICU
RSUD Cengkareng, pada bulan Februari
2017. Sampel pada penelitian ini adalah 12
responden yang menggunakan Closed
Suction dan Open Suction kriteria inklusi
sebagai berikut:
a. Pasien yang baru menggunakan
ventilator
b. Pasien Dewasa usia 18 - 65 Tahun
c. Pasien yang belum terdiagnosa
Pneumonia
d. Keluarga yang mengizinkan pasien
menjadi responden penelitian.
Untuk mendapatkan jumlah sampel
maka di dapat rumus ( Sopiyudin, Dahlan,
2012 ) :
Keterangan :
n : besarnya sampel
Za : nilai standart normal ( α = 0.05 ) ( Z =
1,96
Zβ : power test β ( Z = 1,282 )
Sd : standart Deviasi 2,3*
d : selisih dari rata-rata 2,4*
Keterangan : *( Sd & d, diambil pada
peneilitian hubungan tindakan oral hygiene
terhadap angka kejadian Pneumoni oleh
AIP, 2012 )
01 X1 02
03 X2 04
6
= ( + )²
= 10 Sample
Untuk mengatasi terjadinya drop-out
dari responden maka jumlah cadangan yang
harus dipersiapkan adalah 20% ( Madiyono,
dkk 2007 ). Jadi jumlah sampel yang
diambil 10 ditambah 2 untuk mengantisipasi
terjadinya drop-out. Selanjutnya sample di
bagi menjadi 2 kelompok yaitu 6 responden
menggunakan Closed Suction dan 6
responden menggunakan Open Suction.
Alat pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa questioner,
lembar observasi dan panduan CPIS.
Analisa data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisa univariat dan
analisa bivariat. Pada analisis univariat data
ditampilkan dalam tabel proporsi atau
persentase sedangkan pada analisa bivariat
dalam penelitian ini menggunakan Uji Beda
Dua Mean Dependent (Uji T Dependent)
dan Uji Beda Dua Mean Independent (Uji T
Independent). Pada penelitian ini,
diperhatikan masalah etika yang dapat
muncul selama proses penelitian. Oleh
karena itu, masalah etika yang ditekankan
pada penelitian ini yang pertama adalah
dengan Autonomy dengan memberikan
Informed Consent.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi data demografi
karakteristik Kategori Frekuensi Presentase
(%)
Usia < 40tahun
40 - 65 Th
1
11
8,3%
91,7%
Jenis
kelamin Laki– laki 7 58,3%
Perempuan 5 41,7%
Distribusi dari tabel di atas, diketahui
bahwa karakteristik responden di Ruang
ICU RSUD Cengkareng berdasarkan usia
paling banyak > 40-65 tahun tahun 11 orang
( 91,7% ), jenis kelamin laki – laki 7 orang (
58,3% ).
Tabel 2 Distribusi Variabel Kejadian
Pneumonia Dengan Tindakan
Closed Suction
Variabel
Frekuensi
terjadi (%)
Frekuensi tidak
terjadi (%)
Pre Closed
Suction
- 6 (100,0)
Post Closed
Suction
1 (16,7%) 5 (83,3)
Distribusi dari tabel di atas, diketahui
bahwa variabel pneumonia pada Pre Closed
Suction paling banyak tidak terjadi
pneumonia 6 orang ( 100% ). Untuk Post
Closed Suction tidak terjadi 83,3%
7
Tabel 3 Distribusi Variabel Kejadian
Pneumonia Dengan Tindakan
Open Suction
Variabel
Frekuensi
terjadi
(%)
Frekuensi
tidak terjadi
(%)
Pre Open
Suction
- 6 (100,0)
Post Open
Suction
4 (66,7) 2 (33,3%)
Distribusi dari tabel di atas, diketahui
bahwa variabel pneumonia pada Pre Open
Suction paling banyak tidak terjadi
pneumonia 6 orang ( 100% ), Post Open
Suction terjadi pneumonia 4 orang (66,7 % ).
Tabel 3 Distribusi Berdasarkan Angka
Kejadian Pneumonia Pada Pasien
Terpasang Ventilator Yang Dilakukan
Pre dan Post Closed Suction
Variabel Mean SD SE P Value n
PreClosed
Suction
1,00 ,000 ,000
0,363
6
Post
Closed
Suction
1,17 0,408 ,167
Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat nilai rata – rata, standar deviasi dan
standar error pasien yang terjadi infeksi
pneumonia pada pasien yang dilakukan Pre
Closed Suction dengan Post Closed Suction.
Rata – rata sebelum dilakukan tindakan
Closed Suction adalah 1,00 dengan standar
deviasi ,000, sedangkan nilai rata – rata
setelah Closed Suction adalah 1,17 dengan
standar deviasi 0,408.
Berdasarkan uji T- dependen
diperoleh P 0,363 dengan nilai α 0.05, dapat
disimpulkan P > α maka Ho diterima. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan rata – rata kejadian
pneumonia antara tindakan Pre dan Post
Closed Suction.
Tabel 4 Distribusi Berdasarkan Angka
Kejadian Pneumonia Pada Pasien
Terpasang Ventilator Yang Dilakukan
Pre dan Post Open Suction
Variabel Mean SD SE P Value n
Pre Open
Suction
1,00 ,000 ,000
0,025
6 Post Open
Suction
1,67 0,516 ,221
Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat nilai rata – rata, standar deviasi dan
standar error pasien yang terjadi infeksi
pneumonia pada pasien yang dilakukan Pre
Open Suction dengan Post Open Suction.
Rata – rata sebelum dilakukan tindakan
Open Suction adalah 1,00 dengan standar
deviasi ,000, sedangkan nilai rata – rata
setelah Open Suction adalah 1,67 dengan
standar deviasi 0,516.
8
Berdasarkan uji T- dependen
diperoleh P 0,025 dengan nilai α 0.05, dapat
disimpulkan P < α maka Ho ditolak. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan rata – rata kejadian pneumonia
antara tindakan Pre dan Post Open Suction.
Tabel 5 Distribusi Efektifitas
Berdasarkan Nilai Rata-Rata Pasien
Terpasang Ventilator Yang Dilakukan
Closed Suction Dengan Open Suction
Terhadap Pencegahan Pneumonia
Variabel Mean SD SE P
Value
n
Pre
Closed
Suction
Post
Closed
Suction
Pre Open
Suction
1,00
1,17
1,00
,000
,408
,000
,000
,167
,000
0,363
0,025
6
6
Post
Open
Suction
1,67 ,516
,221
Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat nilai rata – rata, standar deviasi dan
standar error pasien yang terjadi infeksi
pneumonia pada pasien yang dilakukan
tindakan Closed Suction dengan Open
Suction. Rata – rata selisih yang dilakukan
Closed Suction adalah 0,17 dengan Open
Suction adalah 0,67.
Berdasarkan hasil rata-rata antara
Closed Suction dengan Open Suction maka
dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Closed Suction lebih efektif daripada Open
Suction dalam pencegahan pneumonia pada
pasien yang terpasang ventilator.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini diperoleh data
bahwa 12 responden dengan usia 40-65
tahun sebanyak 11 orang (91,7%).
Hal di atas sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Perry dan Potter (2009),
bahwa perubahan fisiologi terjadi pada usia
40 – 65 tahun. Perubahan ini tidak bersifat
patologis tetapi dapat membuat rentan
terhadap penyakit. Salah satu yang terjadi
perubahan yaitu pada paru – paru dimana
penurunan reflek batuk, kekuatan otot
respirasi berkurang, iritan saluran napas
berkurang, penurunan kavasitas vital paru.
Penggunaan Closed Suction System
(CSS) digunakan pada pasien yang
terpasang endotracheal atau ventilator,
terutama dalam pencegahan hipoxemia dan
infeksi nosokomial VAP ( Ozcan, 2006).
Menurut teori yang dikemukakan
Kartinawati (2010) menyebutkan
pencegahan terhadap VAP dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan non
farmakologi dan farmakologi. Suction
9
merupakan tindakan non farmakologi
dengan cara melakukan pengisapan lendir
dimana selang dimasukan ke dalam pipa
endotrakeal tube.
Analisa peneliti bahwa teknik Closed
Suction dapat mengurangi organisme yang
masuk dari luar karena metode ini tidak
perlu membuka bagian sirkuit ventilator
untuk dilakukan suction, sehingga
kontaminasi organisme dapat di cegah.
Penggunaan Closed Suction juga tidak
memerlukan dua orang perawat, alat ini juga
tidak memerlukan sarung tangan steril
karena cateter suction sudah terbungkus
plastik yang terhubung dengan ventilator.
Meski harga cenderung mahal dibandingkan
Open Suction namun Closed Suction juga
dapat digunakan selama satu minggu serta
lebih efektif dalam meminimalisir
pencegahan pneumonia.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
6 responden yang menggunakan ventilator
yang dilakukan tindakan Pre Open Suction
dengan Post Open Suction di Ruang ICU
RSUD Cengkareng. Bahwa ada perbedaan
rata – rata pneumonia yang dilakukan
tindakan Pre Open Suction dengan Post
Open Suction.
VentilatorAssociated Pneumonia
(VAP) merupakan pneumonia yang terjadi
48 jam atau lebih setelah ventilator mekanik
diberikan. Ventilator Asociated Pneumonia
(VAP) merupakan bentuk infeksi
nosokomial yang paling sering ditemui
diruang perawatan intensif (ICU), khususnya
pada pasien yang menggunakan ventilator
mekanik (Wiryana,2007).
Menurut peneliti Kontaminasi yang
tinggi dapat menjadi penyebab
meningkatnya pertumbuhan kolonisasi
bakteri pada pemakaian Open Suction. Pipa
penghubung endotrakeal tube dengan
ventilator akan dibuka ketika melakukan
suction sehingga bakteri yang berasal dari
luar tubuh dapat masuk ke saluran
pernafasan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
12 responden yang menggunakan ventilator
yang dilakukan tindakan Closed Suction
dengan Open Suction di Ruang ICU RSUD
Cengkareng. Bahwa penggunaan alat Closed
Suction lebih efektif daripada Open Suction
terhadap pencegahan pneumonia.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Riris (2016) menunjukkan bahwa
pasien yang menggunakan tehnik Open
Suction System (OSS) memiliki peluang
terjadinya VAP 5,5 kali dibandingkan
dengan pasien yang menggunakan tehnik
Closed Suction System (CSS).
Penelitian serupa juga dilakukan
Jung yang menyebutkan bahwa Open
10
Suction juga terbukti menghasilkan
kepadatan kolonisasi bakteri dan insidensi
VAP yang lebih tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Karakteristik responden dari 12
pasien yang menggunakan ventilator, usia
terbanyak yaitu 40-60 tahun 11 orang
(91,7%) dan jenis kelamin terbanyak laki –
laki 7 orang (58,3%).
Dari hasil penelitian pasien yang
dilakukan tindakan Pre dan Post Open
Suction didapat P < α (0,025 < 0,05) yang
bermakna ada perbedaan angka kejadian
pneumonia.
Dari hasil penelitian pasien rata –
rata selisih yang dilakukan tindakan Closed
Suction adalah 0,17 dengan Open Suction
adalah 0,67 yang bermakna Closed Suction
lebih efektif dalam pencegahan pneumonia
pada pasien yang terpasang ventilator.
Saran dari peneliti antara lain,
Penggunaan Closed Suction dapat
meminimalisir angka kejadian Pneumonia
sehingga dapat dipertimbangkan untuk
penyusunan Standar Operasional Prosedur.
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
dan meningkatkan patient safety. Hasil
penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan tindakan suction dan penelitian
ini bisa sebagai tambahan bahan kajian pada
mata kuliah KMB. Penelitian ini dapat
dijadikan masukan sebagai data untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA:
Alsagaf, Hood. Mukty, H. Abdul, (
2010). Dasar – dasar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
Augustyn, B. (2007). Risk Factor and
Prevention Ventilator associated
pneumonia Critical Care Nurse.
Bare BG., Smeltzer SC, (2000). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
CDC, (2012). Pneumonia can be
Prevented_Vacines,
www.cdc.gov/features/pneumonia.
Dahlan, Sopiyudin, (2012), Langkah –
Langkah Membuat Proposal
Penelitian Bidang Kedokteran Dan
Kesehatan, Ed 3. Sagung Seto :
Jakarta
Debora, Yusnita, (2012), Perbedaan Jumlah
Bakteri pada Sistem Closed Suction
dan Sistem Open Suction pada
Penderita dengan Ventilator
Mekanik. Jurnal Anestesiologi
Indonesia.
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair
RSUD Dr. Sutomo, (2010). Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya :
11
Departemen Ilmu Penyakit Paru Fk
Unair Rsud Dr. Sutomo.
Hudak & Gallo, (2012). Keperawatan Kritis:
Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.
Jakarta: EGC.
Setiati, Siti, Dkk, (2015). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Ed VI.
InternaPublishing. Jakarta.
Kollef, Marin, (2015), Ventilator-associated
Pneumonia Prevention, The
American Thoracic Society.
Lynn, D. (2011). AACN procedure manual
for critical care 6th edition. St
Louis Missouri: Elsevier saunders.
Mayhall, C.Glen, (2004), Hospital
Epidemiology and Infection
Control, Ed 3. Wolters Kluwer
Company : Philadelphia.
Notoatmodjo, S (2012), Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka
Cipta, Jakarta.
Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis, Ed 3. Salemba Medika :
Jakarta.
Niederman, Michael. Sarosi, George.
Glassroth, Jeffrey, (2001),
Respiratory Infection, Ed 2.
Wolters Kluwer Company :
Philadelphia.
PDPI, ( 2004 ), Pedoman Diagnosis &
Penetalaksanaan Pneumonia
Nosokomial, EGC : jakarta.
Patricia. G. Morton & Dorrie K. Fontaine,
(2013), Critical Care Nursing,
Wolters Kluwer Health Ed 10.
Phhiladelphia.
Potter, P.A, Perry, A.G, (2009),
Fundamental Keperawatan, Ed 7.
Alih Bahasa : dr. Adrina Ferderika.
EGC : Jakarta.
Timby, B. K. (2009). Fundamental Nursing
Skills and Concepts. Philadelphia:
Lippincot William & Wilkins.
PERPARI, (2013), Tatalaksana Penyakit
Respirasi & Kritis Paru, Sarana
Ilmu Bandung, Bandung.
Purnama Iwan, Saryono, (2010). Ventilator
Mekanik, Rekatama, Bogor.
Rabitsch W, Kostler WJ, Fiebiger W, et
al,(2004). Closed suctioning
system reduces cross-contamination
between bronchial system and
gastric juices.
SOP Suction Pada Endotraheal Tube. Ruang
intensif care Unit RSUD
Cengkareng.
Sutanto Priyo Hastono dan Luknis Sabri,
(2011). Statistik Kesehatan,
Rajawali Pers Ed 1. Jakarta.
Sedwick, Mary Beth,(2012). Journal america
association of critical care nurse.
Using Evidence-Based Practice to
Prevent Ventilator-Associated
Pneumonia.
Torres A, Willy E P, Giovanni V, Francesco
B, (2013). Risk Factor for
Community-Acquired Pneumonia
in Adult in Europe: a Literature
Review.