Post on 04-May-2023
PENGEMBANGAN VIDEO BERBASIS MOVIE MAKER SEBAGAI
MEDIA UNTUK MENGENALKAN PENDIDIKAN SEKS PADA
ANAK USIA 5–6 TAHUN DI TK INSAN MANDIRI SONTANG
PADANG GELUGUR PASAMAN
OLEH
YOVI FEBRIANI
NIM. 11810922633
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKAN BARU
1443 H/2022 M
PENGEMBANGAN VIDEO BERBASIS MOVIE MAKER SEBAGAI
MEDIA UNTUK MENGENALKAN PENDIDIKAN SEKS PADA
ANAK USIA 5–6 TAHUN DI TK INSAN MANDIRI SONTANG
PADANG GELUGUR PASAMAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh
YOVI FEBRIANI
NIM. 11810922633
PROGRAM PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKAN BARU
1443 H/2022 M
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis lantunkan kepada
Allah Subhanahu Wa Ta‟la. Karena atas kelimpahan Rahmat, karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat
beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
Shallahu Alaihi Wa Sallam yang telah menuntun manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman yang penuh penerangan. Atas kenikmatan yang diberikan Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengembangan Video Berbasis Movie Maker Sebagai Media Untuk
Mengenalkan Pendidikan Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Insan
Mandiri Sontang Padang Gelugur Pasaman”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) pada Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak. Terutama dari
kedua orang tua penulis yang sangat dicintai dan sayangi, kepada Ayah anda Joni
Andrean dan Ibunda Rini Andriani yang selalu memberi Do‟a, dukungan,
motivasi, semangat penuh kasih sayang serta memberikan materi yang amat
banyak hingga tidak bisa dibalas dengan uang, sehingga penulis bisa
menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan
ini izinkanlah penulis menyampaikan banyak ucapan terimakasih yang tulus
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Wakil Rektor I Dr. Hj. Helmiati, M.Ag .
Wakil Rektor II Dr. H. Mas‟ud Zein, M.Pd dan Wakil Rektor III Edi
v
erwan, S.Pt.,M.Sc.,Ph.D. sebagai pimpinan yang telah memberikan
kebijakan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. H. Kadar, S.Ag., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Dr.H.
Zarkasih, M.Ag. selaku wakil dekan I Bidang Akademik dan
Pengembangan Lembaga, Dr. Zubaidah Amir, MZ, M.Pd. selaku wakil
dekan II Bidang Administrasi Umum, perencanaan dan keuangan.dan Dr.
Amirah Diniaty, M.Pd kons. Selaku wakil dekan III Bidang Administrasi
dan kerjasama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta seluruh staff
karyawan/i yang telah mempermudah segala urusan penulis.
3. Ibu Dr. Hj. Nurhasanah Bakhtiar, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Ibu Nurkamelia Mukhtar, AH, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Ibu Nurhayati S.Pd.I, M.Pd. Selaku Penasehat Akademik yang selalu
memberi nasehat dan motivasi.
6. Ibu Nurkamelia Mukhtar AH, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing yang
meluangkan waktu dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Doden Fakultas Tarbiyah dan Keguruan terlebih Dosen
Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu telah memberikan ilmu semoga menjadi bekal yang
baik dan bermanfaat untuk penulis dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
8. Untuk seluruh teman jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Angkatan
2018 yang telah sama-sama berjuang, memberi saran, nasehat, arahan
selama kurang lebih 4 tahun.
9. Untuk tercinta dan sayangi, adik Nur Azizi dan Muhammad Faiz yang
selalu mendoakan sehingga segala urusan berjalan dengan baik.
vi
10. Seluruh Bapak dan Ibu guru mulai dari SD, MTs, dan MA yang telah
berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan, mendidik dan membimbing
sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
11. Teman-teman satu kos putri dewi II, Kintan juita, Rini Fitriani S.I.Kom,
Nisrin Afrinasti S.H, Ariani Putri Siregar, Ropia Darsya Siregar, Nurul
Angraini, Juli Rahmania dan Desi Ariska, Arif Alfred, M.Hidayat, Fadel
Yelim Putra S.H yang selalu ada dalam suka dan duka yang selalu memberi
semangat dan motivasi.
12. Untuk orang-orang terdekat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasinya
sehingga penulis bisa sampai tahap ini. Semoga kalian semua selalu dalam
lindungan Allah SWT.
Hanya kepada Allah Swt. penulis mendoakan segala bantuan, bimbingan,
motivasi dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik dalam
perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala amal jariyah
dibalas dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah Swt.
Pekanbaru, April 2022
Penulis,
YOVI FEBRIANI
NIM. 11810922633
vii
PERSEMBAHAN
“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)
Kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mendapat hikmah itu
Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak
Dan tiadalah yang menerima peringatan
Melainkan orang-orang yang berakal “.
(Q.S. Al-Baqarah: 269)
“...kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang
akan menatap lebih lama, leher yang akan sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu
kali lebih keras dan hati yang akan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu
berdoa...”-5 cm
Alhamdulillahirobbil’alamin....Alhamdulillahirobbil’alamin....Alhamdulillahirobbil’alamin....
Akhirnya aku sampai ke titik ini,
Sepercik keberhasilan yang engkau hadiahkan padaku ya Rabb
Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada Mu ya Rabb
Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi
keluargaku tercinta
Ayah.... Ibu....
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang ayahanda dan ibundaku.
Setulus hatimu bunda, searif arahanmu ayah.
Ibundaku dengan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan
Ataukah perjuangan yang tidak pernah kuketahui,
Doakan agar kelak anakmu ini menjadi orang yang sukses
Dalam menjalani kehidupannya nanti,
Terimakasih Ayah dan Ibuku
Salam sayangku selalu untuk Ayah dan Ibuku.
viii
MOTTO
Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat
bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan manfaat
psikologis dari kebajikan itu terasa seperti obat-obat manjur yang tersedia di
apotik orang-orang yg berhati baik dan bersih.
(Dr. „Aidh Al-Qarni, 2014:13)
ix
ABSTRAK
Yovi Febriani. (2022): Pengembangan Video Berbasis Movie Maker Sebagai
Media Untuk Mengenalkan Pendidikan Seks Pada
Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Insan Mandiri Sontang
Padang Gelugur Pasaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Video Berbasis Movie
Maker sebagai media untuk mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6
tahun dan mengetahui kelayakan video berbasis Movie Maker sebagai media
untuk mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini
merupakan penelitian R&D yang mengadopsi pengembangan dari Borg and Gall.
Subjek dalam penelitian ini adalah Kelompok B usia 5-6 Tahun TK Insan Mandiri
Sontang Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Analisis data
berupa deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menghasilkan sebuah produk video
pengenalan seks anak usia dini sebagai media pembelajaran, berdasarkan
penilaian ahli materi mendapatkan presentase 80% dengan kategori Layak,
penilaian ahli media mendapatkan presentase 88,4% dengan kategori Sangat
Layak, penilaian guru mendapatkan presentase 79,6% dengan kategori Layak,
penilaian dengan uji coba terbatas 96,7% dengan kategori Sangat layak, penilaian
uji coba produk pre-test mendapatkan presentase 36,80% sehingga dikategorikan
Belum Berkembang sedangkan uji coba produk post-test mendapatkan presentase
84,18% sehingga dikategorikan Berkembang Sesuai Harapan dengan demikian
terjadi peningkatan sebesar 47,38%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa video berbantu movie maker sebagai media
untuk mengenalkan pendidikan seks anak usia 5-6 tahun di TK Insan Mandiri
Sontang Padang Gelugur Pasaman Layak digunakan.
Kata Kunci: Pengembangan, media, video, movie maker dan pendidikan seks
anak usia dini.
x
ABSTRACT
Yovi Febriani (2022): Developing a Video with Movie Maker as a Medium to
Introduce Sex Education to 5-6 Years Old Children at
Kindergarten of Insan Mandiri Sontang, Padang
Gelugur District, Pasaman Regency
This research aimed at knowing the appropriateness of a video with Movie Maker
as a medium to introduce sex education to 5-6 years old children. It was Research
and Development (R&D) adopting the development of Borg and Gall. The
subjects of this research were 5-6 years old children of Group B at Kindergarten
of Insan Mandiri Sontang, Padang Gelugur District, Pasaman Regency.
Observation, interview, questionnaire, and documentation were the techniques of
collecting data. Analyzing the data was quantitative descriptive. A product of
early childhood sex introduction video as a learning medium was developed in
this research. The percentage based on the assessment by the material expert was
80% and it was on appropriate category, the percentage of the assessment by the
media expert was 88.4% and it was on appropriate category, the percentage of the
assessment by the teacher was 79.6% and it was on appropriate category, the
assessment with limited test was 96.7% and it was on very appropriate category,
the percentage of the product pretest assessment was 36.80% and it was on not yet
developed category, and the percentage of the product posttest was 84.18% and it
was on naturally developed category. Thus, there was an increase 47.38% during
6 times of product test. Based on the research findings, it could be concluded that
a video with Movie Maker as a medium to introduce sex education to 5-6 years
old children at Kindergarten of Insan Mandiri Sontang, Padang Gelugur District,
Pasaman Regency was appropriate to be used.
Keywords: Development, Media, Video, Movie Maker, Early Childhood Sex
Education
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ............................................................................................. i
PENGESAHAN .............................................................................................. ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ................................................................................. 9
F. Spesifik Produk .................................................................................... 10
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ........................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 13
A. Pengembangan ..................................................................................... 13
B. Media Pembelajaran Movie Maker ...................................................... 14
1. Pengertian Media Pembelajaran Movie Maker .............................. 14
2. Langkah – Langkah Pembuatan Video Berbantu Movie Maker .... 20
C. Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini ................................................ 22
1. Pengertian Pendidikan Pada Seks Anak Usia Dini ........................ 22
2. Karakteristik Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini .................... 27
3. Perkembangan Seks Pada Anak Usia Dini..................................... 28
4. Pengenalan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini ....................... 30
5. Metode Pembekalan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini......... 32
xiii
6. Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini .............................. 34
7. Strategi Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini ............................. 35
D. Penelitian Relevan ................................................................................ 38
E. Kerangka Berfikir................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 41
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 42
C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 42
D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan .............................................. 42
E. Jenis Data ............................................................................................. 50
F. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 50
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 62
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 62
B. Pembahasan ......................................................................................... 86
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 91
A. Kesimpulan ......................................................................................... 91
B. Saran .................................................................................................... 92
C. Keterbatasan Pengembangan ............................................................... 93
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Kriteria Validator ...................................................................... 48
Tabel III.2 Nama Validator Materi dan Media ........................................... 48
Tabel III.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Ahli Materi ................................... 52
Tabel III.4 Kisi-kisi Instrumen Angket Ahli Media ................................... 53
Tabel III.5 Kisi-kisi Instrumen Angket Kepala Sekolah/Guru ................... 55
Tabel III.6 Kisi-kisi Pertanyaan Anak Didik .............................................. 56
Tabel III.7 Kisi-kisi Indikator Observasi .................................................... 57
Tabel III.8 Rumus Skala Skor Rata-rata Angket ........................................ 59
Tabel III.9 Kriteria Presentase Responden ................................................. 59
Tabel III.10 Skala Guttman .......................................................................... 60
Tabel III.12 Rumus Skala Guttman .............................................................. 60
Tabel III.13 Kriteria Kategori Responden Anak .......................................... 60
Tabel III.14 Kriteria Hasil Observasi ........................................................... 61
Tabel IV.1 Validasi Materi ......................................................................... 67
Tabel IV.2 Validasi Media Tahap 1 ............................................................ 71
Tabel IV.3 Validasi Media Tahap 2 ............................................................ 73
Tabel IV.4 Hasil Uji Coba Produk Pre-Test ............................................... 76
Tabel IV.5 Hasil Uji Coba Lapangan Awal Anak ...................................... 77
Tabel IV.6 Hasil Uji Coba Lapangan Awal Guru ...................................... 79
Tabel IV.7 Hasil Uji Coba Lapangan Utama Anak .................................... 82
Tabel IV.8 Hasil Uji Coba Lapangan Utama Guru .................................... 83
Tabel IV.9 Hasil Uji Coba Produk Post-Test ............................................. 84
Tabel IV.10 Peningkatan Uji Coba Produk Pre-test dan Post-test ............... 86
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Tampilan Masuk Window Movie Maker .................................. 20
Gambar II.3 Tampilan Proses Pencarian File ............................................... 20
Gambar II.4 Tampilan Pengeditan Video ..................................................... 21
Gambar II.5 Tampilan Pengeditan Sura/Musik ............................................ 21
Gambar II.6 Tampilan Finish Video/Proses Pengimpanan .......................... 21
Gambar III.1 Skema Prosedur R&D Adopsi Borg and Gall .......................... 43
Gambar IV.1 Tampilan Depan Video ............................................................ 64
Gambar IV.2 Tampilan Isi Materi Video ....................................................... 66
Gambar IV.3 Tampilan Penutup Video .......................................................... 67
Gambar IV.4 Foto Sebelum Menggunakan Media Video .............................. 77
Gambar IV.5 Foto Anak Sedang Menggunakan Media Video ........................ 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, membicarakan permasalahan seks maupun seksualitas masih
dianggap tabu, apalagi jika harus membicarakannya kepada anak-anak dibawah
umur. Terlebih di daerah perkampungan yang masih percaya kepada adat dan
istiadat. Di Pasaman salah satu Kabupaten yang ada di Sumatra Barat, yang mana
Kabupaten Pasaman memiliki budaya, bahasa, suku, ras agama yang berbeda-
beda. Memang bukan hal yang mudah untuk membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan seksual kepada anak-anak.
Anak zaman sekarang ini sudah bisa memainkan android sendiri
menghidupkan televisi bahkan mencari informasi apa yang anak inginkan, tentu
saja sebagai orang tua perlu mengawasi anak ketika menggunakan android, HP,
komputer dan sejenisnya, padahal tidak mungkin selama 24 jam orang tua bisa
mengawasi anak, melarang anak nonton TV, menggunakan android dan
mengakses informasi di internet atau pun majalah berita atau koran tentu juga
bukan cara yang tepat, bahkan perlakuan melarang atau merampas media yang
anak suka akan membuat anak jadi penasaran dan kemungkinan akan membuat
anak melawan.
Zaman sekarang ini orang tua yg minim pengetahuannya tentang parenting
memberikan apa yang diinginkan anak tanpa mengetahui dampak dari perbuatan
nya sendiri, contohnya memberikan android memperlihatkan youtobe kepada anak
yang masih bayi atau balita sehingga anak bisa diam dan tidak menangis ketika
2
orang tua bekerja. Padahal yang orang tua lakukan akan membuat anak
ketergantungan juka dibiasakan. Orang tua yang tidak mengawasi anaknya akan
membuat anak melihat tontonan yang belum layak di pertontonkan hal inilah yang
bisa membuat anak penasaran sehinga terjadi yang tidak diinginkan.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia
Dini Bab 1 pasal 1 ayat 10 yaitu Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.1
Orang tua memiliki kewajiban hak untuk memberikan pendidikan kepada
setiap anaknya, terlebih pendidikan seks pada anak sebagai bekal untuk
menanamkan rasa berani, tanggung jawab dan memiliki rasa malu. orang tua
memasukkan anak kesekolah yang dia percayai bisa membuat anaknya nyaman,
suka dan bisa mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak
sekali sekolah pendidikan anak usia dini bisa di jumpai di Pasaman bagian timur
disetiap kenagarian sudah memiliki Lembaga PAUD/KB/TK dan RA, Masing-
msing Lembaga sudah memiliki Kurikulum 2013 tetapi belum semua pendidik
menerapkannya terlebih mengenalkan pendidikan seks pada anak dalam proses
pembelajaran karena pendidik di Lembaga satuan PAUD di Pasaman Timur
kebanyakan tamatan SLTA.
1 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Bab 1 pasal 1 ayat 10
3
Penanaman pendidikan seks pada anak usia dini dijelasan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137 Tahun 2014
Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Standar Isi Tentang
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak Usia 5-6 Tahun
yang tertera dalam sosial emosional Mencakup tiga poin yaitu kesadaran diri,
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain dan prilaku prososial yang setiap
poinnya memiliki tingkat pencapaian perkembangan anak.2
Teori Boyke Dian Nugraha dalam Madani mengatakan pendidikan seks
pada anak-anak bukan mengajarkan cara-cara berhubungan seks semata,
melainkan lebih kepada upaya memberikan pemahaman kepada anak sesuai
dengan usianya, mengenai fungsi-fungsi alat sexsual dan masalah naluri alamiah
yang mulai timbul dengan bimbingan mengenai pentingnya menjaga dan
memelihara organ intim anak, memberikan pemahaman tentang prilaku pergaulan
yang sehat serta resiko-resiko yang dapat terjadi seputar masalah seks.3
Agama Islam juga memerintahkan dan menyarankan memberikan
pendidikan seks pada anak usia dini sebagaimana pada Ayat Al-Qur‟an Surah Al-
Ahzab ayat 59:4
2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137 Tahun 2014
Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini 3 Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra,
2003), hal. 7. 4 Al-Qur‟an Surah Al-Ahzab ayat 59. Al Halim, (Surabaya: Al Hakim, 2014), hal. 426.
4
Artinya “Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu
dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang”.
Ayat diatas menjelaskan kepada kita materi pendidikan seks kepada anak,
mengajarkan kepada anak agar selalu menutup auratnya. Dengan pembiasaan
anak menutup aurat harus di ajarkan sejak dinimaka anak akan terbiasa menjaga
auratnya hingga dewasa.
Kasus pelecehan seksual yang terjadi dari tahun ketahun yang marak
terjadi dan laporan angka kejadian pelecehan seksual terhadap anak di Indonesia
terus mengalami peningkatan, sebagaimana pada akhir tahun 2021 telah terjadi
kasus pelecehan di Kabupaten Pasaman tepatnya di Nagari Koto Rajo, pelecehan
seksual ini dilakukan oleh Ayah kandungnya terhadap anaknya sendiri. Anak
yang masih menginjak sekolah kelas 1 SMP dan Adiaknya SD yang menjadi
mangsa kejahatan seks ayah kandungnya. Dari pengakuan anak bahwa kejahatan
seks ini telah terjadi semenjak ibu dari anak tersebut meninggal dunia, kejahatan
terungkap setelah dokter mengetahui bahwa kakaknya meninggal karena ada
infeksi di kemaluannya dan barulah adiknya melaporkan kepada dokter.5
Melihat situasi lingkungan sekitar mungkin bisa saja menimbulkan
kekerasan seksual, banyak fenomena, kejadian yang dilihat dan didengar peneliti
saat terjun ke lapangan warga Pasaman Timur yang masih membiasakan anaknya
mandi hujan-hujan di halaman rumah dalam keadaan telanjang, membiasakan
anaknya BAB/BAK ditempat terbuka dan umum, membiasakan anak sehabis
5https://sumbar.antaranews.com/berita/468581/astagfirullahaladzim-seorang-ayah-
diduga-cabuli-anak-kandungnya-di-pasaman. Diakses 9 desember 2021
5
mandi tidak menggunakan anduk, membiasakan anak tidak memakai pakaian
dalam, tidak melarang anak dengan kebiasaan yang suka memegang punting susu
ketika tidur, dan membiarkan anak memegang dan memainkan kelaminnya. hal
ini sudah dianggap biasa. Anak laki-laki dan perempuan mandi disungai tidak
menutup auratnya, hal inilah yang memancing terjadinya kekerasan seksual
terlebih orang tua tidak mengajarkan pendidikan seks dari usia dini.
Berdasarkan kasus penulis melakukan obsevasi mengenai pendidikan seks
pada anak disebuah PAUD dan TK di Kabupaten Pasaman Kecamatan Padang
Gelugur tepatnya di TK Insan Mandiri Sontang, dalam observasi terdapat
beberapa anak didik yang suka menunjukkan auratnya dengan alasan anak
mempunyai pakaian yang baru, dan menjumpai anak yang suka menganggu
temannya dengan mencium dan membuka rok teman lawan jenisnya, tidak
menutup pintu wc ketika buang air kecil kadang anak memegang secara tiba-tiba
daerah dada guru dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap pihak sekolah,
didapati bahwa pendidikan seks tidak memiliki jam khusus untuk diajarkan
namun dirasa penting untuk diajarkan. Kegiatan pembelajaran mengenai
penanaman Pendidikan seksual masih diterapkan dengan memberikan perintah
dan arahan, guru belum menerapkan pada kurikulum.6
Seiring majunya teknologi di zaman dan maraknya virus covid-19 ini
penggunaan teknologi sangat membantu untuk meningkatkan dan menyampaikan
dan memudahkan proses pembelajaran jika digunakan dengan hal yang positif.
Berbagai bentuk media yang dapat digunakan untuk menigkatkan pengalaman
6 Dailiswati, Kepala TK Insan Mandiri, wawancara 17 Desember 2021
6
belajar anak usia dini, khususnya pendidikan seks untuk anak usia dini seperti
Media audio, visual dan audio visual. Dilihat dari anak yang suka menonton
animasi, kartun di youtobe yang menghabiskan waktunya dengan bermain android
peneliti tertarik memilih media audio visual sebagai pengembangan video
berbantu movie maker sebagai media yang digunakan untuk mengenalkan
pendidikan seks untuk anak.
Isroi mengatakan Windows movie maker adalah program milik Microsoft
yang khusus untuk membuat movie. Movie maker dibuat sederhana dan user
friendly. Untuk pengguna rumahan (amatir).7 penemunya adalah William Henry
Gates III.8 Ia lahir di Amerika Serikat pada tanggal 28 Oktober 1995. Ia juga
merupakan filantropis melalui kegiatannya di Yayasan Bill dan Melinda Gates.
Pemilihan media movie maker karena media ini termasuk media yang
dapat dilihat dan didengar yang akan dapat menarik minat anak, karena anak
zaman sekarang sering menggunakan hp untuk melihat youtobe dan menonton
animasi yang disukainya, dengan media movie maker ini akan membuat video
tentang pendidikan seks anak usia dini tentang apa saja yang boleh dilihat dan
disentuh maupun tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain, seta perbedaan
laki–laki dan perempuan dan sebagainya, sehingga dalam media ini anak
diharapkan akan lebih mengerti apabila dibandingkan dengan pembelajaran
dengan menggunakan teks, dimana dalam media ini banyak menggunakan
contoh–contoh gambar beserta gabungan dari video. Video berbantu movie maker
untuk melakukan olah digital terhadap cuplikan–cuplikan gambar bergerak atau
7 Isroi, Membuat Video Klip dengan Windows Movie Maker,(Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2005). hal. 1 8 Penemu Windows Movie Maker, Lahir di Amerika Serikat pada tanggal 28 oktobe 1995.
7
sering disebut dengan film, misalnya untuk menambahkan animasi efek visual
maupun sebuah redaksi singkat yang berhubungan dengan film yang sedang di
sunting atau tayangkan.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas dengan menggunakan video
berbantu dengan media aplikasi movie maker ini akan memudahkan pendidik
memberikan pemahaman pendidikan seks bagi anak usia dini dan juga membuat
anak lebih mudah untuk memahami maksud dan tujuan pendidikan seks pada
anak usia dini karena pembelajaran ini dikemas dengan semenarik mungkin
dengan menggunakan aplikasi movie maker. Maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Pengembangan Video Berbasis Movie
Maker Sebagai Media Untuk Mengenalkan Pendidikan Seks Pada Anak Usia
5-6 Tahun Di TK Insan Mandiri Sontang Padang Gelugur Pasaman”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka
rumusan masalah penelitian yaitu Bagaimana kelayakan video berbasis Movie
Maker sebagai media untuk mengenalkan Pendidikan seks pada anak usia 5-6
tahun di TK Insan Mandiri Sontang Padang Gelugur Pasaman?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian yang
ingin dicapai yaitu Mengetahui kelayakan video berbasis Movie Maker sebagai
media untuk mengenalkan Pendidikan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Insan
Mandiri Sontang Padang Gelugur Pasaman.
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat penelitian secara teori
Dapat memberikan cara baru kepada guru di TK Insan Mandiri Sontang
Padang Gelugur Pasaman agar dapat memberikan pemahaman tentang
pendidikan seks pada anak usia dini agar lebih menarik dan mudah
dipahami.
2. Manfaat secara aplikasi
a. Bagi Peneliti
Sebuah masukan bagi peneliti lain tentang pengembangan Video
Berbasis Movie Maker sebagai media untuk mengenalkan Pendidikan
seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Insan Mandiri Sontang Padang
Gelugur Pasaman.
b. Bagi Pendidik
Membuat meningkatnya profesionalitas pendidik dalam menjalankan
tugasnya dan menambah referensi media pembelajaran oleh TK yang
bersangkutan.
c. Bagi Anak
Adanya media Video Berbasis Movie Maker anak akan mudah
memahami pendidikan seks pada anak usia dini.
9
E. Penegasan Istilah
Menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang
istilah yang digunakan dalam penulisan, maka penilis perlu untuk memberikan
penegasan terlebih dahulu pada istilah-istilah yang terdapat dalam judul:
1. Pengembangan
Pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.
2. Video
Video merupakan media audio visual yang dapat menggambarkan suatu
proses secara tepat dan dapat dilihat secara berulang-ulang, video juga
mendorong dan meningkatkan motivasi siswa untuk tetap melihatnya, dan
ini adalah salah satu manfaat dari keuntungan media pembelajaran video
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Movie Maker
Windows movie maker adalah sebuah sorfware untuk editing video
sederhana dengan menggabungkan beberapa unsur seperti animasi, teks,
video, gambar dan musik.
4. Media Pembelajaran
Media adalah alat atau sarana dalam menyampaikan informasi yang
diberikan pengirim untuk disampaikan kepada sipenerima.
10
5. Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini
Pendidikan seks pada anak-anak bukan mengajarkan cara-cara
berhubungan seks semata, melainkan lebih kepada upaya memberikan
pemahaman kepada anak sesuai dengan usianya, mengenai fungsi-fungsi
alat seks dan masalah naluri alamiah yang mulai timbul dengan
bimbingan mengenai pentingnya menjaga dan memelihara organ intim
anak, memberikan pemahaman tentang prilaku pergaulan yang sehat serta
resiko-resiko yang dapat terjadi seputar masalah seks.
F. Spesifik Produk
Video berbasis Movie Maker adalah sebuah aplikasi atau program
editing video yang sederhana. Didalam Video Berbasis Movie Maker ini
dikembangkan dengan menampilkan gabungan gambar-gambar dan video
animasi lucu agar lebih menarik perhatian anak dan memudahkan anak untuk
memahami maksud atau pesan yang ingin disampaikan yaitu mengenalkan
pendidikan seks pada anak usia dini. Dimana pada TK Insan Mandiri Sontang
Padang Gelugur Pasaman pendidik masih membutuhkan media pembelajaran
yang menarik dalam mengenalkan pendidikan seks bagi anak usia dini pada
usia 5-6 tahun. Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Produk yang dihasilkan berupa Video berbasis Movie Maker.
2. Video sederhana dari gabungan gambar-gambar dan video animasi.
11
3. Video Berbasis Movie Maker yang berisi tentang pengenalan pendidikan
seksual pada anak usia dini yang bertema TUBUH KU.
4. Video Berbasis Movie Maker ini dibuat terinspirasi dari anak yang suka
bermain dan menghabiskan waktunya dengan hp dan keasikan dengan
menonton atau bermain di youtobe atau sosmed.
5. Video Berbasis Movie Maker ini dapat digunakan guru sebagai media
pembelajaran, seperti:
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
b. Dapat menarik perhatian dan fokus anak.
c. Memudahkan guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran.
d. Anak dengan mudah mengingat pembelajaran yang diberikan.
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan Asumsi pengembangan media pembelajaran berupa
video berbasis movie maker pada penelitian ini antara lain:
1. Video berbasis movie maker dalam pengembangan penelitian ini dapat
mengurangi keterbatasan pendidik di TK Insan Mandiri Sontang
Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman dalam mengenalkan
pendidikan seks pada anak didik.
2. Anak didik akan mudah memahami pendidikan seks jika menggunakan
video berbasis movie maker karena video dibuat dengan gambar, teks,
musik yang menarik perhatian anak.
12
3. Media video berbasis movie maker mengatasi permasalah saat pengenalan
pendidikan seks pada anak didik.
Beberapa keterbatasan dari pengembangan video berbasis movie maker
ini adalah tidak bisa di gunakan untuk mengenalkan pendidikan seks pada
anak deafblindness yaitu anak yang mengalami kebutaan dan tuli, karena
media video ini menghasilkan gambar dan musik.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengembangan
Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu proses, cara,
perbuatan mengembangkan.9 Menurut Majid pengembangan adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral sesuai
dengan kebutuhan melalui pendidikan dan Latihan. Pengembangan adalah suatu
proses mendesain pembelajaran secara logis dan sistematisdalam rangka untuk
menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar
dengan memperhatikan potensi dan kompetensi peserta didik.10
Definisi tentang pengembangan diatas dapat disimpulkan penulis bahwa
pengembangan adalah merupakan suatu proses atau cara dalam suatu usaha yang
dilakukan secara sadar, terencana, dan searah untuk membuat atau memperbaiki,
sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan dan
mendukung serta meningkatkan kualitas sebagai upaya menciptakan mutu yang
lebih baik kedepannya. Sedangkan pengembangan media pembelajaran adalah
serangkaian suatu proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu
media pembelajaran berdasarkan teori pengembangan pembelajaran yang telah
ada.
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, Depratemen Pendidikan
Nasional Indonesi, 2014), hal. 20. 10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal.
24.
14
B. Media Pembelajaran Movie Maker
1. Pengertian Media Pembelajaran Movie Maker
Menurut Zainal Aqib media adalah perantara, pengantar. Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dan merangasang terjadinya proses belajar pada siswa.11
Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat
strategis dalam ikut menentukan menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika
tersendiri terhadap peserta didik.
Arsyad mengatakan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari peroses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya
dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya. Media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
dalam peroses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat
siswa dalam belajar.12
Gerlach & Ely dalam Arsyad mengatakan bahwa dapat dipahami secara
garis besar yaitu manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam
pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara
lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan
11
Zainal Aqib, Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif),
(Bandung: Yrama Widya, 2016), hal. 50. 12
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 2.
15
alat-alat grafis, fhotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual dan verbal.13
Gagne dan Briggs dalam Arsyad mengatakan bahwa media pembelajaran
adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri di
antaranya: buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide,
foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.14
Media pembelajaran adalah suatu alat bantu dalam proses balajar mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan dan
menyampaikan materi pembelajaran sehingga memudahkan pencapaian tujuan-
tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan dan pemakaian media pengajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan, potensi dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar yang
memberi pengaruh-pengaruh psikolog terhadap siswa.
Banyak media-media yang digunakan dalam proses pembelajaran,
khususnya pendidikan seksual untuk anak usia dini. Media bisa berupa media
audio, visual dan audio visual. Dengan berbagai macam media tersebut maka
sebagai pendidik perlu memilih media terbaik supaya sesuai dengan karakteristik
dan perkembangan anak usia dini.
Video merupakan pengganti alam sekitar dan dapat menunjukkan objek
sekitar dan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat siswa
seperti materi proses pencernaan, makanan dan pernafasan. Video merupakan
media pembelajaran audio visual yang dapat menggambarkan suatu proses secara
13
Ibid, hal. 3. 14
Ibit, hal. 4.
16
tepat dan dapat dilihat secara berulang-ulang, video juga mendorong dan
meningkatkan motivasi siswa untuk tetap melihatnya, dan ini adalah salah satu
manfaat dari keuntungan media pembelajaran video yang digunakan dalam proses
pembelajaran.15
Penulis menggunakan media audio visual yaitu video berbantu movie
maker, dengan pengembangan video berbantu movie maker yang menghasilkan
video animasi bergerak yang menarik, maka diharapkan video nantinya mampu
merangasang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga materi
yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dengan baik oleh peserta didik
serta mampu meningkatkan pemahaman anak tentang pendidikan anak usia dini.
Video menggabungkan kedua unsur audio dan visual, anak-anak akan
dipermudah dengan gambar bergerak dan audio sebagai penjelasan. Dari video
anak juga akan menggunakan indara pendengaran dan indra penglihatan untuk
menangkap informasi dan pesan. Dengan media video animasi pendidikan seksual
untuk anak usia dini ini pendidik dan orang tua menjadi lebih mudah dalam
mengajarkan pendidikan seksual kepada anak dan anak mendapatkan tontonan
animasi yang menarik dan didalamnya terdapat unsur pendidikan yang anak
butuhkan.
Media video animasi pendidikan seksual untuk anak usia dini bertujuan
untuk memberikan edukasi seks pada anak. Media ini sekaligus memberikan
panduan kepada orang tua tentang batasan materi pengajaran seks yang
dibutuhkan sesuai dengan usia anak yaitu pada anak usia dini. Media ini
15
Ibid. hal.50.
17
menjelaskan materi sederhana seperti mengenali anatomi tubuh anak, bagian-
bagian yang boleh diperlihatkan dan bagian-bagian yang tidak boleh diperlihatkan
kepada orang asing atau orang lain yang tidak dikenali anak, fungsi dari bagian-
bagian tersebut, cara merawat tubuh, cara mengidentifikasi tindakan kekerasan
seksual sejak usia dini, menyadarkan anak untuk selalu bercerita apabila bagian
terlarangnya dibuka atau disentuh orang asing. Dalam video ini mendukasi anak
bagaimana mereka harus bertindak apabila terlanjur berada dalam situasi terancam
atau dia melihat ada anak lain yang terancam.16
Isroi mengatakan Windows movie maker adalah program milik Microsoft
yang khusus untuk membuat movie. Movie maker dibuat sederhana dan user
friendly. Untuk pengguna rumahan (amatir).17
Windows movie maker adalah
sebuah program editing video yang sederhana didesain untuk pemilk PC dengan
sedikit pengalaman untuk membuat sebuah karya seni video rumahan penemunya
adalah William Henry Gates III.18
Ia lahir di Amerika Serikat pada tanggal 28
Oktober 1995. Ia juga merupakan filantropis melalui kegiatannya di Yayasan Bill
dan Melinda Gates.
Windows movie maker adalah software (pengolahan) video editing
sederhana yang dibuat oleh Microsoft. Rilis pertama kali pada tahun 2000 dan
seiring canggihnya teknologi windows movie maker mengalami perubahan hampir
16
Pradipta diah, Pengembangan Media Video Animasi Pendidikan Seks Bagi Anak Usia
Dini Guna Mencegah Kekerasan Seksual Pada Anak Di Tk Tunas Rimba Purwekerto, E-Jurnal
ProdiTeknologi Pendidikan Vol VI Nomor 7 Tahun 2017. 17
Isroi, Loc. Cit. 18
Penemu Windows Movie Maker, Lahir di Amerika Serikat pada tanggal 28 oktobe
1995.
18
pada tiap tahun.19
Sedangkan Windows movie maker dalam Rohma adalah
program editing video yang sederhana dan desain secara menarik yang mampu
menggabungkan video, gambar, musik, animasi dan teks. Program ini telah
terintegrasi dengan sistem operasi windows XP. Movie maker ini berisi fitur
seperti efek, transisi, judul/kredit, audio track, timeline narasi dan auto logo.
Proses import yang dilakukan windows movie maker sederhana sehingga bagi
pemula tidak akan mengalami kesulitan.20
Menurut Amelia Windows movie maker adalah media termasuk teknologi
audio-visual dengan penyampaian materi dengan mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual yang bercirikan
pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film,
tape recorder dan proyektor visual yang lebar.21
Menurut Bill Birney, dkk dalam Simarmata window movie maker adalah
perangkat lunak. Fungsi utama dari program ini untuk melakukan olah digital
terhadap cuplikan-cuplikan gambar bergerak (film), misalnya untuk
menambahkan animasi, efek visual ataupun sebuah redaksi singkat yang
berhubungan dengan film yang sedang disunting. Beberapa fasilitas yang
didukung oleh fasilitas ini adalah:22
19
Rizki Fitriani dkk, Mengenal Windows Movie Maker dan Fungsi Di Dalamnya
Pengantar Aplikasi Komputer, academia.edu. 20
Siti Rohma, Pengembangan Media Pembelajaran Windows Movie Maker Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas 1 Materi Akhlak Tercela, (Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2015) 21
Amelia Nova, Pengembangan Aplikasi Movie Maker Sebagai Media Untuk
Mengenalkan Pendidikan Seksual Bagi Anak Usia 5-6 Tahun, (Lampung: UIN Raden Intan
Lampung, 2019) 22
Simarmata, Febrina Pengembangan Media Movie Maker Dengan Active and Funny
Learning Strategy Materi Larutan Penyangga Siswa Kelas IX SMA Negeri 11 Semarang. Skripsi.
Semarang: Universitas Negreri Semarang, 2015
19
a. Mengimpor video klip dari video kamera digital.
b. Menyimpan seluruh koneksi video rumah di komputer PC.
c. Mengatur klip-klip sesuai dengan urutan yang kita inginkan.
d. Menggunakan efek Fade atau Dissolve antar klip.
e. Menangkap gambar diam dari video klip
f. Memberi judul, musik, latar belakang, efek suara dan narasi suara ke
dalam klip video.
g. Menyimpan lebih dari 20 jam video untuk setiap Gigabyte ruang
harddisk kita/tergantung kualitas yang digunakan.
h. Membuat katalog dan mengorganisir video kita dengan cepat dan
mudah.
Ada beberapa elemen penting pada window movie maker antara lain:
a. Task Pane: berisi beberapa pilihan untuk menginput video atau
gambar, memberikan efek transisi, efek khusus, dan menyiapkan
judul dan pilihan publikasi.
b. Menu Bar: berisi beberapa pilihan menu untuk melakukan proses
pembuatan video.
c. Contents Pane: berisi beberapa pilihan video hasil proses
pengambilan yang siap di tempatkan atau dirangkai dalam storyboard
atau timeline.
d. Preview Monitor: berisi tampilan video yang telah dipilih
e. Story Board/timeline: diginakan untuk merangkai video atau gambar
dan melakukan editing dalam pembuatan movie.
Pemilihan media audio visual dengan berbantu movie maker termasuk
media yang dapat dilihat dan didengar yang akan menarik minat peserta didik.
Sehingga diharapkan dengan media audio visual berbantu movie maker anak akan
lebih mengerti apabila dibandingkan dengan media pembelajaran seperti buku
teks, dimana dalam media ini banyak menggunakan animasi dan video bergambar
beserta gabungan dari video.
2. Langkah -langkah Pembuatan Video Berbantu Movie Maker
Pembuatan video menggunakan sebuah aplikasi tentunya harus memiliki
langkah-langkah agar memudahkan pengguna untuk membuat video sesuai
20
kreatifitasnya. Adapun Software movie maker dalam langkah-langkah pembuatan
video sebagai berikut:23
a. Klik start – all program - window movie maker
Gambar II.1 Tampilan Masuk Aplikasi Movie Maker
b. Masuk pada tampilan awal window movie maker
Gambar II.2 Tampilan Awal Window Movie Maker
c. Secara garis besar ada 3 langkah dalam melakukan pembuatan
video dengan sofwer ini yaitu capture video, edit movie dan finish
movie.
d. Mencari alamat tersimpannya file video atau gambar yang sudah
tersimpan di komputer/leptop kemudian tekan import.
23
Isroi. Op. Cit. hal. 5.
21
Gambar II.3 Tampilan Pencarian File Gambar/Video
e. Drag video kedalam timeline yang terletak dibawah.
Gambar II.4 Tampilan Pengeditan Video
f. Langkah selanjutnya mengedit video sesuai dengan yang kita
inginkan.
g. Memberi animasi, gambar, video dan music serta efek, judul dan
teks.
Gambar II.5 Tampilan Pengeditan Suara/Music dan sebagainya.
22
h. Setelah selesai maka tahap selanjutnya menyimpan dengan
mengklik save to my computer kemudian beri nama file dan alamat
tempat penyimpanan video.
Gambar II.6 Tampilan Finish Video/Proses Penyimpanan
C. Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini
1. Pengertian Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia
Dini Bab 1 pasal 1 ayat 10 yaitu Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.24
Penanaman pendidikan seks pada anak usia dini dijelasan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137 Tahun 2014
Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Standar Isi Tentang
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak Usia 5-6 Tahun
24
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Bab 1 pasal 1 ayat 10
23
yang tertera dalam sosial emosional Mencakup tiga poin yaitu kesadaran diri,
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain dan prilaku prososial yang setiap
poinnya memiliki tingkat pencapaian perkembangan anak antara lain:25
a. Kesadaran Diri: Memperlihatkan kemampuan diri untuk
menyesuaikan dengan situasi, Memperlihatkan kehati-hatian
kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan kepercayaan
pada orang dewasa yang tepat), Mengenal perasaan sendiri dan
mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara wajar).
b. Rasa Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain:
Tahu akan hak nya, Mentaati aturan kelas (kegiatan, aturan),
Mengatur diri sendiri, Bertanggung jawab atas perilakunya untuk
kebaikan diri sendiri.
c. Prilaku Prososial: Bermain dengan teman sebaya, Mengetahui
perasaan temannya dan merespon secara wajar, Berbagi dengan
orang lain, Menghargai hak, pendapat, karya orang lain,
Menggunakan cara yang diterima secara, sosial dalam
menyelesaikan masalah, (menggunakan fikiran untuk
menyelesaikan masalah), Bersikap kooperatif dengan teman,
Menunjukkan sikap toleran, Mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias dsb), Mengenal
tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya
setempat.
Agama Islam juga memerintahkan dan menyarankan memberikan
pendidikan seks pada anak usia dini sebagaimana pada Ayat Al-Qur‟an Surah Al-
Ahzab ayat 59:26
25
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Standar Isi Tentang Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak Usia 5-6 Tahun. hal.28-29 26
Al-Qur‟an Surah Al-Ahzab Ayat 59. Al Halim, (Surabaya: Al Hakim, 2014), hal. 426.
24
Artinya “Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu
dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang”.
Hadist tersebut menjelaskan bahwa pendidikan seks anak usia dini
diajarkan dari hal yang terkecil contohnya menutupi aurat dan tidak boleh melihat
aurat orang lain. Penyampaian pendidikan seks pada anak memerlukan teknik
penyampaian yang sangat hati-hati. Diperlukan metode atau cara penyajian yang
tepat tentang pendidikan seks agar substansi yang diharapkan tercapai dan
dapahami oleh anak, sehingga tidak berefek negatif terhadap penerimaan
informasi tentang pendidikan seks, dalam artian pendidikan seks diberikan sesuai
dengan usia anak.
Memperkenalkan batas aurat kepada anak sejak dini. Orang tua dan guru
hendaknya sudah memperkenalkan apa yang dimaksud dengan aurat dan batas
aurat antara laki-laki-dan perempuan sejak dini. Anak hendaknya dibiasakan
untuk malu memperlihatkan auratnya di depan umum. Anak juga dibiasakan
untuk mulai menutup auratnya secara perlahansesuai sejak dini. Sebagaimana
hadist Nabi SAW yang artinya:
Rasulullah SAW bersabda: Laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki
lain dan perempan tidak boleh melihat aurat perempuan lain. Dan laki-laki tidak
boleh tidur bersama laki-laki lain dalam satu selimut, dan perempuan tidak boleh
tidur dengan perempuan lain dalam satu selimut. (HR Ahmad, Muslim, Abu
Daud dan Turmudzi)
Hadist di atas, selain memperkenalkan aurat kepada anak, juga
mengajarkan bagaimana cara bergaul antara sejenis dan lawan jenis. Ulama
25
membagi aurat menjadi dua, yaitu aurat ke lawan jenis dan aurat kepada sesama
jenis. Adab, sopan santun bergaul dan berpakaian sudah diatur di dalam Islam.27
Abdullah Nasihih Ulwan mengatakan bahwa Pendidikan seksual adalah
masalah-maslah mengajarkan, memberi pengertian dan menjelaskan masalah-
masalah yang menyangkut materi seks, neluri dan perkawinan kepada anak sejak
akalnya mulai tumbuh dan siap-siap memahami hal-hal di atas. Dengan demikian
ketika anak mencapai usia remaja dan dapat memahami persoalan hidup, anak
mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, bahkan tingkah laku islam
yang luhur menjadi adat dan tradisi bagi anak tersebut.28
Madani mengatakan pendidikan seks pada anak-anak bukan mengajarkan
cara-cara berhubungan seks semata, melainkan lebih kepada upaya memberikan
pemahaman kepada anak sesuai dengan usianya, mengenai fungsi-fungsi alat
sexsual dan masalah naluri alamiah yang mulai timbul dengan bimbingan
mengenai pentingnya menjaga dan memelihara organ intim anak, memberikan
pemahaman tentang prilaku pergaulan yang sehat serta resiko-resiko yang dapat
terjadi seputar masalah seksual. 29
Menurut Chomaria Pendidikan seks pada anak adalah pemberian informasi
dan pembentukan sikap serta keyakinan tentang seks, identitas seksual, hubungan,
dan keintiman. Ini menyangkut anatomi seksual manusia, reproduksi, hubungan
seksual, Kesehatan reproduksi, hubungan emosional dan aspek lain dari prilaku
27
Nurhasanah, nurhayati, PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK USIA DINI MENURUT
HADIST NABI, GENERASI EMAS Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 3 Nomor 1,
Mei 2020. Hal. 40 28
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi, (Solo: Pustaka
Iltizam, 2009). hal. 13. 29
Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra,
2003), hal. 7.
26
seksual manusia. Hal ini sangat penting bagi manusia sehingga setiap anak
memiliki hak untuk dididik tentang seks.30
Ellen dan Nahda mengatakan Pendidikan seks dapat dimulai sejak anak
berusia dini, sebelum mereka memasuki masa pubertas, dan sebelum mereka
memiliki pola prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan. Banyak keuntungan
yang didapat dalam mengajarkan pendidikan seks kepada anak yaitu, dapat
meningkatkan keterampilan sosial anak, mengembangkan kemampuan anak untuk
menyampaikan pesan secara asertif, membangun kemandirian anak dengan lebih
baik, membuat anak lebih bertanggung jawab dalam perilakunya, dapat
mengurangi risiko anak terhadap kejahatan seksual, tertular penyakit, dan
kehamilan yang tidak diharapkan, membuat anak dapat memilih Tindakan yang
lebih sehat.31
Atrea mengatakan pendidikan seks pada anak yaitu memberikan
pemahaman yang lebih luas dan disesuaikan dengan tingkat usia pada anak. Tidak
hanya itu anak juga jadi memahami fungsi alat seksual hingga naluri yang bisa
timbul kapan saja. Pendidikan seks pada anak lebih sering difokuskan pada
pengenalan identitas anak.32
Andika mengatakan seksualitas adalah perbedaan jenis kelamin laki-laki
dan perempuan. Dan menyangkut beberapahal yaitu dimensi biologis yang
berkaitan dengan termasuk tata cara merawat kebersihan dan menjaga organ vital,
dimensi psikologi yang berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan dan serta
30
Nurul Chomaria, Loc. Cit. 31
Ellen, dan Nahda, Bunda, Seks Itu Apa? Cara Cerdas dan Bijak Menjelaskan Seks
Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal.16-17. 32
Atreya Senja, The Important Of Sek Edukation For Kids, (Yogyakarta: Penerbit
Brilliant, 2020), hal.1-2.
27
cara manusia menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual, dimensi sosial
yaitu yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Dan dimensi kultural yaitu
berkaitan dengan menunjukkan bahwa perilaku seks merupakan bagian dari
budaya, norma, adat dan agama.33
Pengertian seks diatas dapat disimpulkan penulis bahwa pendidikan seks
pada anak usia dini merupakan upaya pemberian informasi dan mengenalkan
kepada anak usia dini mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan, bagian dan
fungsi anggota tubuh serta pentingnya menjaga anggota tubuh dengan tujuan
untuk memeberikan rasa tanggung jawab anak, kemandirian anak dan professional
sosial anak
2. Karakteristik Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini
Perkembangan sebagaimana aspek yang ada pada diri seseorang yang
mendahului aspek lainnya, dalam pendidikan Islam berupaya untuk menetapkan
setiap karakteristik bagi setiap aspek individu sejak awal pertumbuhan seseorang.
Kemudian berusaha untuk membinanya sampai pada masalah terkecil, supaya
sesuai dengan sisi kemanusiaan dan tabiat emosionalnya. Beberapa karakteristik
pendidikan seksual yang sangat penting untuk diketahui antara lain:34
a. Aspek Ketuhanan Dalam Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual harus bersumber pada ketuhanan dan didasarkan pada
ajaran-ajaran Allah SWT. Aspek pendidikan seksual pada berbagai usia
merupakan pengejewatahan dari ketetapan Allah SWT.
b. Aspek Kemanusiaan Dalam Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual islami untuk anak-anak memiliki keistimewaan dalam
bentuk yaitu mengharuskan seksual sebagian bagian dari sifat manusia
yang akan memperkuat aspek kemuliaan, kehormatan dan kesucian
manusia. Oleh karena itu orang tua boleh melihat aurat anaknya kecuali
33
Alya Andika, Bicara Seks Bersama Anak, (Yogyakarta: Puataka Anggrek, 2010). Hal.
12. 34
Yusuf Madani, Op. Cit. hal. 94-100.
28
jika ada tujuan-tujuan yang sesuai dengan syariat islam, seperti
membersihkan auratnya dari najis atau membantu memakaikan pakaian ke
anak dengan syarat melihat tanpa dibarengi dengan syahwat.
c. Pendidikan Seksual yang Integrasi
Metode pendidikan seksual dalam islam adalah salah satu kesatuan yang
paripurna dan tidak dapat dipisahkan. Pendidikan seksual tidak akan
memberikan buah dan hasil yang baik, jika pendidikan muslim tidak
mengaplikasikannya secara menyeluruh. Seorang pendidik juga dituntut
untuk mendidik generasi muslim sesuai syariat yang berkaitan dengan
masalah seksual.
d. Keseimbangan Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual bagi anak-anak maupun orang dewasa yang dilakukan
secara sinambung, biasanya dimulai dari lingkungan rumah, yaitu
pendidikan dari orang tua. Kemudian dilanjutkan pada lembaga-lembaga
pendidikan sosial muslim lainnya. Seorang pendidik mulai mengajari anak
muslim tentang kaidah-kaidah seksual yang ditetapkan dalam AL-
QUR‟AN dan Sunnah, lalu diteruska pada pembinaan seksual dan akhlak.
e. Nyata dan Benar
Pendidikan islami membahas fenomena-fenomena ilmiah tentang nafsu
seksual pada organ tubuh manusia. Ketika seorang pendidik
membicarakan tentang nutfah, sel telur dan pembentukan, maka harus
memberikan bukti-bukti yang nyata tentang hal ini tanpa berlebih-lebihan
dalm menjelaskan.
f. Tahapan Dalam Pendidikan Seksual
Pendidik memberikan pendidikan seksual pada anak secara bertahap dan
sesuai dengan kebutuhan dan usia anak, yaitu dengan tidak memulai
langkah-langkah baru sebelum langkah-langkah sebelumnya selesai dan
tertanam pada diri anak.
3. Perkembangan Seks Pada Anak Usia Dini
Seksualitas anak merupakan bagian dari kehidupan anak yang perlu
memperoleh perhatian dari orang tua sejak usia dini. Sikap orang yang komitmen
akan membuat perkembangan seksual tumbuh secara wajar dan sehat. Sebaliknya
sikap yang salah akan membuat perkembangan seksual akan menjadi
menyimpang atau terganggu, hal ini akan mengakibatkan munculnya berbagai
penyimpangan yang tidak dikehendaki dikemudian hari. Implementsi pendidikan
seksual pada anak usia dini tidak terfokus pada satu model pengembangan saja,
agar orang tua ataupun pendidik mengetahui bagaimana perkembangan
29
pendidikan seksual yang ada pada anak usia dini, maka harus mengetahui tahapan
perkembangan pada anak. Menurut teori psikoseksual yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud membagi fase psikoseksual menjadi 5 antara lain:35
a. Fese Oral (Usia 0 sampai 2 Tahun)
Yaitu bayi mencapai kepuasan melalui aktifitas oral menyusui,
menghisap jempol dan mengoceh.
b. Fase Anal (Usia 2 sampai 3 Tahun)
Yaitu kepuasan seksual anak melalui aktifitas anus, anak akan merasa
puas jika aktivitas anusnya berjalan dengan lancar.
c. Fese Falik (Usia 3 sampai 7 Tahun)
Yaitu anak mulai menyadari adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, serta sadar akan aktivitas seksual.
d. Fase Laten (Usia 7 sampai 11 Tahun)
Pada fase ini aktivitas seksual pada anak tidak terlihat karena anak
lebih mengejar prestasinya.
e. Fase Genital (Usia 11 sampai Dewasa)
Pada fase ini anak mulai menyadari adanya ketertarikan pada lawan
jenis dan mulai ada dorongan seksual.
Peneliti menyimpulkan dari beberapa tahapan perkembangan seksualitas
diatas bahwa perkembangan pendidikan seksual pada anak usia dini adalah
serangkaian aktivitas yang disediakan untuk memfasilitasi perkembangan dan
proses belajar anak yang secara umum kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya
menyediakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak, mengarahkan
prilaku positif dan keterampilan hidup diantaranya terkait dengan hubungan
sosial, pencegahan kekerasan seksual, kesehatan reproduksi, serta mampu
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh anak berkenaan dengan
seksualitasnya dengan bimbingan yang tepat dan sesuai dengan tahapan
perkembangan anak.
35
Atreya Senja, Op. Cit. hal.8-9.
30
4. Pengenalan Seks Pada Anak Usia Dini
Pengenalan seks pada usia prasekolah bukan hanya sebatas berbagi
informasi saja, melainkan mengajarkan nilai maupun sikap pada anak.
Mengajarkan pendidikan seks sejak dini merupakan langkah terbaik orang tua
yang dapat menghindari anak-anaknya dari pelecehan seksual. Jika anak
menanyakan bagian tubuh dan fungsinya maka jelaskan kepada anak secara
singkat dan jelas sehingga anak mudah memahaminya. Adapun pengenalan seks
yang harus diajarkan kepada anak usia dini yaitu:36
a. Anatomi Tubuh
Kenalkan anatomi tubuh kepada anak melalui buku cerita, video
edukasi, atau becermin saat mandi.
b. Area Pribadi
Mulut, dada, bokong, alat kelamin tidak boleh disentuh orang lain.
Pengecualian untuk orang tua, keluarga, atau dokter-dalam situasi yang
urgen.
c. Bad Touch (sentuhan tidak boleh)
Sentuhan di area pribadi yang membuat anak tidak nyaman.
d. Good Touch (sentuhan boleh)
Sentuhan dikepala, tangan dan kaki yang menandakan rasa saying dan
dapat diterima anak.
Dalam mengasuh anak orang tua atau pendidik harus menghindari prilaku
yang berlebihan saat gemas pada anak, menepuk pantat anak karena gemas,
menyebutkan alat kelamin menggunakan istilah lain. Sebagai orang tua harus
membiasakan anak untuk menutup pintu kamar mandi saat memandikan anak dan
saat anak BAB atau BAK, memakaikan kepada anak pakaian dalam saat
beraktifitas diluar rumah, membiasakan buka baju anak di dalam ruangan ganti,
membiasakan anak memakan handuk setelah mandi, anak laki-laki mandi bersama
ayahnya dan anak perempuan mandi bersama ibunya.
36
Ibid.hal.73-78
31
Ada beberapa hal yang perlu dibiasakan dan diajarkan kepada anak sejak
anak lahir, sebagai upaya pendidikan seks tahap awal pada anak antara lain:37
1) Berilah nama anak sesuai dengan jenis kelaminnya.
Orang tua seharusnya berusaha memberikan nama dan panggilan nama
yang baik, indah, disenangi anak, serta penuh makna. Hal ini bisa
mengangkat harga diri anak, yang secara tidak langsung akan bertindak
sesuai dengan nama yang telah tersemat semenjak mereka lahir, dan
akan timbul perasaan memiliki, perasaan nyaman, bangga serta
perasaan bahwa dirinya sangat berharga.
2) Beri perlakuan sesuai dengan jenis kelamin anak.
Memberikan mainan sesuai dengan jenis kelamin anak misalkan
memberikan boneka kepada anak perempuan dan memberikan mobil-
mobilan untuk anak laki-laki.
3) Kenalkan bagian tubuh dan fungsinya.
Menjelaskan kepada anak dengan jelas sesuai dengan pemahaman dan
umur anak dengan tidak menggunakan bahasa asing, misalnya
mengganti vagina dengan kata “apem” atau istilah lainnya.
4) Ajari cara membersihkan alat kelamin.
Mengajarkan kepada anak toilet training, mengajari anak membersihkan
organ pribadinya.
5) Khitan bagi anak laki-laki.
6) Pahamkan tentang menstruasi atau mimpi basah.
7) Tanamkan rasa malu sedini mungkin.
Menanamkan rasa malu untuk malu berbuat seenaknya sendiri dan malu
melanggar norma yang berlaku dan mengajarkan anak sopan santun
dalam bersikap ataupun bertutur kata.
8) Beri tahu bagian tubuh yang boleh disentuh atau tidak boleh disentuh
orang lain.
Memberitau anak batas aurat sesuai dengan jenis kelaminnya.
9) Beri tahu jenis sentuhan yang pantas dan tidak pantas.
10) Jangan dibiasakan disentuh lain jenis.
11) Biasakan untuk menutup aurat.
12) Pisahkan tempat tidur anak.
13) Ajari minta izin pada waktu-waktu tertentu.
Membiasakan anak minta izin keluar masuk kamar, rumah atau izin
melakukan hal yang lainnya.
14) Seleksi media yang dikosumsi anak.
Banyak sekali yang membuat anak jatuh kedalam terjadinya kekerasan
seksual jika orang tua tidak bisa mengontrol dan mengawasi anaknya
ketika menggunakan media yang di gunakan anak misalnya, tv, game,
youtobe, majalah, hp, internet, komik. Dari media tersebutlah anak
mengetahui seks jika orang tua lalai.
37
Nurul Chomaria, Op. Cit. hal.19-47.
32
15) Beri contoh pergaulan antar lain jenis yang sehat.
Alya berpendapat ada beberapa cara jitu mengenalkan seks pada
anak antara lain:38
1) Gunakan lah istilah-istilah yang tepat pada saat anak bertanya
Yaitu menggunakan istilah yang benar, dan tidak menggantikan dengan
bahasa atau istilah yang lain yang justru akan membuat anak bingung.
2) Ambil Inisiatif
Yaitu menanyakan kepada anak jika anak berbuat sesuatu yang
berhubungan dengan seks dan jagan timbulkan pikiran-pikiran negative
dan jagan biarkan anak berkreasi sendiri dengan pikiran negative.
3) Jelaskan dengan jelas sesuai kebutuhan
Jawablah pertanyaan anak sesuai dengan kebutuhan, sesuai pertanyaan
dengan singkat, padat dan jelas.
4) Jagan ada yang ditutup-tutupi
Yaitu jawablah dengan jujur setiap pertanyaan sikecil.
5) Lakukan sedini mungkin
Yaitu jagan tunda pendidikan seks bagi anak, kenalkan bagian yang
manasaja boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain.
6) Jadilah pendengar yang baik
Yaitu mendengarkan komentar dan ocehan sikecil dengan sabar dan
jelaskan semua yang ingin mereka ketahui.
5. Metode Pembekalan Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Dini
Pendidikan seksual pada anak usia dini merupakan pemberian suatu
informasi kepada anak dan hendaknya diberikan dengan metode yang
menyenangkan. Pendidikan seks pada anak usia dini dapat diberikan dengan
memperkenalkan identitas diri dan keluarga, identitas terhadap anggota tubuh,
dapat menyebutkan ciri-ciri anggota tubuh. Metode dalam memberikan
pembekalan materi pendidikan seksual anak usia dini misalnya menggunakan
flashcard, bernyanyi, menggunakan poster dan beberapa permainan lainnya.
Pendidikan seks pada anak usia dini lebih menekankan pada mengenali anggota
38
Alya Andika, Op. Cit. hal. 49-50.
33
tubuh yang boleh diperhatikan dan yang tidak boleh diperhatikan oleh orang lain,
yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh orang lain serta mengenalkan
kepada anak ciri-ciri setiap anggota tubuhnya.
Menurut Chomaria terdapat beberapa metode pembekalan pendidikan seks
yang dapat diterapkan kepada anak usia dini antara lain:39
a. Berilah pemahaman tentang seks terhadap anak berdasarkan nilai
agama serta nilai moral sehingga segala sesuatu yang menyangkut
seksualitas langsung dikaitkan dengan ajaran agama. Dengan demikian
anak akan mampu mengontrol dan memiliki ketahann yang ampuh
dalam dirinya kerena dengan nilai agama dan moral yang sudah
tertanam dalam benak anak sejak kecil. Jika basisnya agama biasanya
orang tua menerapkan pula dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak
melihat dan meniru bagaimana hubungan antara anggota keluarga
selalu berpedoman kepada ajaran agama serta kuasa Allah SWT.
b. Memberikan rasa aman terhadap anak dengan adanya komunikasi yang
hangat antar anggota keluarga, hal ini akan membuat orang tua akan
lebih mudah mengkomunikasikan secara jelas masalah tentang
pendidikan seksual dengan anak sehingga anak jadi tau dan tidak takut
untuk bertanya atau mencari sumber yang tidak jelas untuk
memuaskan rasa ingin tau anak. Orang tua jangan kaget atau malu
ketika anak menanyakan masalah seks dan orang tua harus menjawab
dengan jelas, memberi pengertian kepada anak dengan kata yang
mudah dimengerti oleh anak, santai namun tujuannya serius dan tepat.
c. Menyesuaikan penjelasan mengenai seks dengan usia anak dan tingkat
pemahaman anak, dalam hal ini orang tua harus pandai menyesuaikan
usia dan pemahaman anak agar ketika anak bertanya tentang sek anak
akan mengerti terhadap penjelasan yang orang tua atau pendidik
berikan kepada anak,
d. Batasi penjelasan atau jawaban hanya pada pertanyaan anak saja dan
tidak melebar kemana-mana, berhubungan dengan tingkatan
pemahaman anak yang terbatas maka sebagai pendidik atau orang tua
harus menjawab dan memberikan penjelasan seks pada anak
seperlunya saja namun harus jelas.
Sebagai pendidik atau orang tua kita harus bertindak aktif dan cerdas untuk
memulai memberikan informasi atau pemahaman tentang penanaman dan
pengenalan pendidikan seksual terhadap anak, sikap terbuka akan membuat anak
39
Nurul Chomaria, Op. Cit, hal. 16-18.
34
merasa aman dan nyaman ketika menanyakan sesuatu yang menurutnya baru atau
yang belum diketahui anak.
6. Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini
Tujuan pendidikan seks secara umum menurut kesepakatan Internasional
Conference Of Sex Education and Family Planning tahun 1962 adalah untuk
menghasilkan manusia-manusia dewasa yang menjalankan kehidupan yang
bahagia karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan, serta
bertanggung jawab terhadap dirinya maupun terhadap orang lain.40
Tujuan dasar pendidikan seks adalah menjaga kesinambungan ekstensi atau
sering disebut dengan keberadaan umat manusia didunia, tujuan utama seks
adalah melahirkan individu-individu yang senantiasa dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat dan lingkungannya serta bertanggung jawab terhadap dirinya
dan orang lain.41
Hasan El Qudsy menambahkan secara singkat tujuan dari
pendidikan dalam islam adalah sebagai penanaman dan pengukuhan akhlak sejak
usia dini tentang pendidikan seks agar nantinya anak tidak akan terjerumus ke
pergulan bebas.42
Tujuan yang akan dicapai dalam mengenalkan pendidikan seksual sejak
usia dini yaitu membantu anak mengetahui dan memahami anggota tubuh dirinya
sejak dini. Sebagai orang tua harus mengenalkan angota tubuhnya baik luar
maupun dalam agar anak mengetahui mana yang boleh disentuh dan tidak boleh
disentuh dan dilihat oleh orang lain, pada anak usia dini anak juga sudah mulai
40
Akhmad Azhar Abu Miqdad, Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka,1997), hal. 9. 41
Ibid, hal. 10. 42
EL Qudsy, Ketika Anak Bertanya Tentang Seks, (Solo: Tinta Medina, 2012), hal. 9.
35
bertanya tentang seksual, misalnya menanyakan perbedaan alat kelamin anak laki-
laki dan perempuan, maka orang tua harus menjawab pertanyaan anak dengan
jelas sesuai dengan usia dan pemahaman anak.
Anak sejak usia dini harus diajarkan bagaimana cara menjaga anggota-
anggota tubuhnya termasuk alat reproduksi anak agar tetap sehat dan aman dari
segala penyakit dan perbuatan jahat atau perbuatan maksiat dari diri sendiri
maupun perbuatan dari orang lain. Dalam islam anak sudah dibiasakan sejak usia
dini untuk menutupi auratnya dengan cara menutup aurat dengan hijabnya dan
pakaian yang rapi dan sopan dan tidak menonjolkan lekuk tubuh agar tidak
menimbulkan gairah kepada orang lain agar terhindar dari kejahatan.
7. Strategi Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini
Banyak strategi untuk mengenalkan pendidikan seksual pada anak usia
dini, strategi ini adalah bentuk usaha orang tua mengenalkan pendidikan yang
baik untuk perkembangan anaknya. Adapun bentuk strategi pendidikan seks
kepada anak usia dini sebelum pra sekolah dikemukakan oleh Handayani sebagai
berikut:43
a. Usia 18 bulan sampai 3 tahun
Anak mulai belajar mengenali anggota tubuhnya, saat mengajari anak
harus memberikan nama yang tepat pada masing-masing anggota
tubuh anak adalah penting, mengganti nama anggota tubuh anak
dengan nama atau sebutan lain akan membuat anak kebingungan dan
akan membuat anak berfikir ada yang salah dengan nama asli dari
anggota tubuh tersebut. Hal yang sangat penting diajarkan dan
ditanamkan kepada anak sejak anak usia dini adalah memberitau anak
bagian tubuh mana yang boleh disentuh, dilihat oleh orang lain dan
menutupi anggota tubuh yang tertentu.
43
Handayani dkk, Anak Anda Bertanya Seks?: Langkah Mudah Menjawab Pertanyaan
Anak tentang Seks, (Bandung: Khazanah, 2008), hal. 19-21.
36
a. Usia 4 sampai 5 tahun
Anak mulai menunjukkan ketertarikannya pada sekitar dasar
seperti organ seks yang dia miliki maupun orang lain ataupun
lawan jenisnya. Anak akan mulai bertanya tentang seks, misalnya
dimana bayi lahir, kenapa anak laki-laki berbeda dengan anak
perempuan. Pendidikan seks anak usia dini juga dapat dilakukan
dengan cara memberikan sosialisasi. Anak akan diajarkan
menghargai tubuhnya dan orang lain yaitu merawat dengan
menjaga kebersihan tubuhnya.
Selain bentuk-bentuk diatas ada beberapa bentuk pendidikan seks yang
dapat diberikan kepada anak usia dini yang dilakukan pendidik disekolah yaitu
dengan menggunakan media seerti boneka, buku cerita, gambar, bernyanyi,
bermain peran ataupun mendongeng. Seiring berkembangnya teknologi guru juga
dapat memakai media audio visual seperti video seks education, poster dan bahan
materi lainnya dengan mengakses lewat internet. Maka dalam penelitian ini akan
mengembangakan sebuah video dengan bantuan aplikasi windows movie maker
sebagai media yang akan digunakan untuk mengenalkan pendidikan seksual pada
anak usia dini. Terlebih anak anak pada zaman sekarang ini sudah candu dan bisa
memainkan gedjed dan suka menonton video di youtobe.
Pengembangan Video Berbantu Movie Maker Sebagai Media Pengenalan
Pendidikan Seksual pada Anak Usia Dini, Pengembangan pada penelitian ini
adalah menggunakan media berbantu aplikasi movie maker, dan akan
menghasilkan sebuah video yang akan membuat anak usia dini dan para pendidik
lebih mudah untuk memahami pendidikan sekssual pada usia dini, pengenalan
pendidikan sekssual pada anak usia dini tentunya berbeda dengan materi
pendidikan sekssual pada usia dewasa. Pendidikan seks pada anak usia dini yaitu
dengan memberikan pengertian dan pengenalan anggota tubuh, bagian-bagian
37
tubuh yang boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh oleh orang lain serta
boleh dilihat dan tidak boleh dilihat oleh orang lain, pengenalan jenis kelamin,
perbedaan laki-laki dan perempuan, pakaian, mainan, pemberian nama oleh orang
tua dan sebagainya.
Seiring canggihnya teknologi dari masa-kemasa maka peneliti tertarik
memilih media audio visual dalam menjelaskan pengenalan pendidikan seksual
pada anak usia dini. Selain media audio visual bayak media yang juga bisa
digunakan untuk media pengenalan pendidikan seksual pada anak usia dini,
contohnya boneka, gambar puzzel dan sebagainya.
Untuk mengetahui pertumbuhan pemahaman anak usia dini dalam konteks
pendidikan sekssual orang tua dan guru bisa melakukan observasi dan asesmen
kepada anak yaitu dengan cara melihat apakan materi yang sudah diajarkan
kepada anak sudah dilaksanakan atau di terapkan anak dalam kehidupan sehari-
harinya, selain itu bisa membuat anekdot atau catatan untuk meninjau
perkembangan anak bisa dilakukan dengan memberi tanda ceklist.
Penelitian ini terfokus pada kelayakan hasil dari pengembangan video
berbantu Movie Maker sebagai media untuk mengenalkan pendidikan seks pada
anak usia 5-6 tahun, dalam video ini nantinya akan membuat anak lebih fokus dan
bisa memahami pendidikan seks karena didalam video di desain dengan
semenarik mungkin yang akan membuat anak lebih cepat memahami dan
mengingat materi dan mempraktekkannya di dalam kehidupannya sehari-hari.
Tentunya dalam memakai media ini nantinya pendidik atau orang tua akan
mengetahui apakah pengetahuan anak bertambah atau biasa saja setelah menonton
video.
38
D. Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang relavan yang terkait dengan penelitian
pengembangan video berbantu movie maker sebagai media untuk mengenalkan
pendidikan seksual bagi anak usia dini ini antara lain:
1. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Window Movie
Maker Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas 1
Materi Akhlak Tercela Sekolah Dasar Al Fithrah Malang”. Ditulis oleh Siti
Rohma dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian R&D. Hasil
dari penelitian ini adalah media movie maker dikembangkan untuk
membantu pembelajaran dalam meningkatkan akidah akhlak peserta didik
dengan tiga bagian yaitu, awalan, isi dan evaluasi. Kesimpulan dalam
penelitian ini mendapatkan hasil penilaian baik dan terbukti secara
signifikan efektif untuk meningkatkan akidah akhlak dalam materi akhlak
tercela pada peserta didik.44
Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan
penelitian R&D dan menggunakan movie maker. Perbedaan penelitian ini
yaitu Pengembangan Media Pembelajaran Window Movie Maker Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas 1 Materi Akhlak
Tercela.
2. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Model Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Nilai-nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini Kota
Bengkulu” Ditulis oleh Lydia Margareta dan Dwi Nomi Pura dalam
penelitian yang menggunakan metode penelitian R&D. Hasil dari
penelitian ini adalah bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan dan
44
Siti Rohma, Pengembangan Media Pembelajaran Windows Movie Maker Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas 1 Materi Akhlak Tercela, (Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2015)
39
memvalidasi suatu produk. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu media
audio visual sebagai media pembelajaran yang dapat menjelaskan hal
mengenai nilai-nilai agama dan moral yang bersifat abstrak menjadi
kongkrit dan menarik perhatian anak sehingga dapat meningkatkan nilai-
nilai agama dan moral anak. Media audio visual yang dikembangkan ini
merupakan media alternatif yang efektif sebagai media pembelajaran aspek
anak PAUD Kelas B.45
Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan
penelitian R&D membahas media audio visual. Perbedaan penelitian ini
yaitu meningkatkan nilai-nilai agama dan moral anak usia dini.
3. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Boneka
Edukatif Untuk Pengenalan Pendidikan Seks Anak Usia 4-5 Tahun”.
Ditulis oleh Tania Putri Sarasati dan Nika Cahyati dalam penelitian yang
menggunakan metode R&D. Hasil dari penelitian ini adalah bertujuan
untuk mengetahui pengembangan media pembelajaran boneka edukatif
untuk pengenalan pendidikan seks anak usia 4-5 tahun. Untuk mengetahui
keefektifan pengembangan pendidikan seks anak usia 4-5 tahun.
Responden dalam penelitian ini adalah anak kelas A di TK PGRI Tunas
Harapan Ciawigebang. Kesimpulan penelitian ini dari hasil Uji hipotesis
PreTest dan Post Test menunjukkan hasil bahwa pengembangan media
boneka edukatif untuk pengenalan pendidikan seks anak usia 4-5 taahun
berhasil dikembangkan.46
Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan
45
Lydia Margaretha, Dwi Nomi Pura, “Pengembangan Model Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Nilai-nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini Kota Bengkulu”, Kindergarten:
Journal Of Islamik Early Childhood Education, Vol 2, No. 2 November 2019, hal.167. 46
Tania Putri Sarasati, Nika Cahyati, “Pengembangan Media Pembelajaran Boneka
Edukatif Untuk Pengenalan Pendidikan Seks Anak Usia 4-5 Tahun”, Jurnal Cikal Cendekia PG
PAUD Uviversitas PGRI Yogyakarta, Vol 01. No.2 Januari 2021, hal. 2
40
penelitian R&D membahas pendidikan seksual pada anak usia dini.
Perbedaannya penelitian ini mengembangkan media boneka edukatif.
E. Kerangka Berfikir
Penelitian haruslah menerapkan kerangka berfikir hal ini akan
memudahkan pembaca akan pemahaman alur penelitian dan akan memudahkan
alur pemahaman bagi sipeneliti. Adapun kerangka berfikir pada penelitian
pengembangan media yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Kebutuhan media untuk mengenalkan pendidikan seksual pada
anak
Mengembangkan Vidio Berbantu Movie maker Sebagai Media Untuk
Mengenalkan Pendidikan Seksual Pada Anak
Layak
Pengembangan Video Berbantu Movie Maker Sebagai Media Untuk
Mengenalkan Pendidikan Seksual Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK
Insan Mandiri Sontang
Sebelum Penelitian:
Belum adanya media yang efektif digunakan oleh pendidik terkait
dengan materi pendidikan seksual untuk anak usia 5-6 tahun.
Tidak Layak
Media Video Berbantu Movie Maker Sebagai Media
Untuk Mengenalkan Pendidikan Seksual Pada Anak
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian pengembangan
yang bertujuan untuk mengembangkan video berbantu movie maker sebagai
media mengenalkan pendidikan seksual pada anak usia 5-6 tahun di TK Insan
Mandiri Sontang Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman. Model
pengembangan video berbantu movie maker nantinya akan menghasilkan video
sebagai media untuk mengenalkan pendidikan seksual pada anak, penelitian dan
pengembangan R&D yang mengadopsi pengembangan dari Borg and Gall. Borg
and Gall berpendapat bahwa pendekatan Research and Development (R & D)
dalam pendidikan meliputi sepuluh langkah. Tujuan utama metode penelitian
pengembangan ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan.47
Peneliti menggunakan penelitian dan pengembangan pada level ke 3
adalah peneliti melakukan penelitian untuk mengembangkan produk yang telah
ada, membuat produk dan menguji keefektifan produk tersebut.48
Melalui
pengembangan diharapkan produk yang telah ada menjadi semakin efektif,
efesien, menarik, memuaskan dan praktis.
47
Sugiono, metode penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hal. 754. 48
Ibid, hal. 398.
42
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kelompok B usia 5-6 Tahun di Yayasan
Lembaga Suwasta TK Insan Mandiri Sontang Jr. Sontang Cubadak Kecamatan
Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Sumatra Barat Indonesia. Dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari Tahun Ajaran 2022
pada Tema Diri Sendiri.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan subjek yang akan dituju oleh peneliti untuk
diteliti. Jika kita berbicara tentang subjek penelitian, kita sebelumnya harus
berbicara dulu tentang unit analisis, yaitu subjek yang nantinya akan menjadi
pusat perhatian sasaran penelitian49. Subjek yang dimaksud pada penelitian ini
yakni media pembelajaran video berbantu movie maker sebagai media untuk
mengenalkan pendidikan seks pada.
Objek pada penelitian ini adalah masalah yang ingin diteliti yaitu
mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Insan Mandiri
Sontang Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman.
D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur pengembangan dalam penelitian ini adalah mengadopsi pada
langkah-langkah atau prosedural Research and Development (R&D) yang
dikemukakan Borg and Gall. Penelitian pengembangan video berbantu movie
maker sebagai media untuk mengenalkan Pendidikan sek pada anak usia 5-6
49 Suharsimin Arikunto. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 188.
43
tahun di TK Insan Mandiri Sontang bertema “Tubuh Ku”. Dalam pengembangan
produk langkah-langkah yang peneliti kembangkan hanya 7 tahapan, untuk
mengembangkan media pembelajaran yang layak serta tidak sampai langkah
produk massal (revisi Desain). Karena keterbatasan waktu, jika peneliti
menerapkan sampai 10 tahab maka akan memerlukan waktu yang lebih lama.
Penelitian pengembangan ini besisi beberapa prosedur yang akan
dilakukan oleh peneliti dalam memproduksi produk yang akan dikembangkan.
Pengembangan video berbantu movie maker sebagai media untuk mengenalkan
Pendidikan seksual pada anak usia 5-6 tahun di TK Insan Mandiri Sontang yang
bertema “Tubuh Ku” menggunakan adopsi dari Borg and Gall yang dimodifikasi
dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar III.1 Skema Prosedur Penelitian Pengembangan Video
Berbasis Movie Maker Sebagai Media Untuk Mengenalkan
Pendidikan Seksual Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Insan Mandiri
Sontang yang diadaptasi dari Borg and Gall yang telah di modifikasi.
Potensi dan
masalah
Pengumpulan
data Disain produk
Validasi
desain
Revisi produk Uji coba
produk
Revisi produk Uji coba
produk
Revisi
produk
Produk masal
44
Berdasarkan skema diatas dapat dijelaskan bahwa tahapan pengembangan
yang peneliti lakukan yaitu sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan menjadi
nilai tambah, sedangkan masalah aadalah penyimpangan antara yang
diharapkan dengan yang terjadi dan dapat disimpulkn masalah bisa
menjadi potensi apabila dapat mendayagunakannya.50
Pada tahap
penelitian dan pengembangan data ini dimaksudkan untuk
mendapatkan dan mencari tau serta memperoleh gambaran tentang
kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran di TK Insan Mandiri
Sontang Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Sumatra
Barat.
Penulis menggunakan motode observasi dan wawancara.
Pada saat melakukan obsevasi peneliti mengamati anak usia 5-6 tahun
yaitu anak pada kelompok B TK Insan Mandiri Sontang yang sedang
melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan mengamati
kegiatan anak ketika bermain di luar kelas serta melakukan wawancara
terhadap salah satu pendidik di TK Insan Mandiri Sontang yaitu Ibu
Dailis Wati S.Pd AUD selaku kepala sekolah sekaligus guru kelompok
B di TK. Observasi dan wawancara dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui permasalahan apa saja yang sering terjadi di dalam proses
pembelajaran, dan peneliti tertarik kepada penerapan pendidikan seks
50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 762
45
di Tk yang belum terlaksana dengan baik karena didapatkan anak didik
yang belum bisa menutup pintu wc ketika buang air kecil, anak laki-
laki yang suka mengganggu anak perempuan, dan berkata kotor ketika
bermain dan belajar.51
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan secara bertahap
dalam mengembangakan produk di antaranya adalah sebangai berikut:
a. Mencari buku referensi dan jurnal, skripsi terkait dengan
pengembangan video berbantu movie maker sebagai media untuk
mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6 tahun.
b. Mencari kajian yang disesuaikan dengan kebutuhan tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dan Tema Kelompok B.
c. Mencari kajian materi yang berhubungan tentang media
pengenalan pendidikan seks bagi anak usia dini.
d. Merencanakan isi dari pengembangan video berbantu movie maker
sebagai media untuk mengenalkan pendidikan seks pada anak usia
5-6 tahun yang bertema “Tubuh Ku”.
e. Perencanaan desain pada video berbantu movie maker yang
bertema “Tubuh Ku” dengan menggunakan sofwere computer
yaitu aplikasi windows movie maker.
f. Browsing picture and videos atau mencari gambar-gambar dan
video yang mendukung dan berkaitan dengan materi tentang
51
Observasi di TK Insan Mandiri Sontang, 17 Desember 2021-26 Februari 2022.
46
pengenalan pendidikan seks pada anak usia dini dengan tema
“Tubuh Ku” dengan menggunakan Internet.
g. Mencari referensi tempat dan syarat jasa pembuatan video.
3. Desain Produk
Pengembangan bentuk produk awal pada pengembangan video
berbasis movie maker sebagai media untuk mengenalkan pendidikan
seks pada anak usia 5-6 tahun menggunakan beberapa tahapan. Berikut
tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan
bentuk produk awal yaitu:
a. Mencari materi mengenai pengenalan pendidikan seks pada anak
usia dini dengan tema “Tubuh Ku” dan mencocokkan pada
kurikulum yang berlaku di TK Insan Mandiri Sontang.
b. Menentukan desain bentuk media audio visual berbentuk video
yaitu, mendowload atau menginstal aplikasi windows movie
maker, durasi video, gambar-gambar animasi, musik serta layar
dan pencerahan video yang bertema “Tubuh Ku”.
c. Membuat desain lengkap video dengan berbantu aplikasi windows
movie maker di leptop dengan durasi dan tema yang sudah
didesain.
d. Produk hasil yang sudah jadi siap untuk di validasikan ke ahli
media.
47
Validasi ahli merupakan proses untuk menilai apakah produk
yang dikembangkan sudah layak atau belum untuk selanjutnya di
ujikan kelapangan.
Penelitian pengembangan media pembelajaran merupakan
media audio visual atau berbentuk video bebantu movi maker sebagai
media pengenalan pendidikan seks pada anak 5-6 tahun ini siap untuk
di validasi ahli, valisasi ahli ada dua yaitu, validasi ahli materi dimana
penilaian lebih bertumpu pada materi yang disajikan dalam video
pembelajaran. Kedua adalah ahli media dimana penilaian akan
bertumpu pada kelayakan media audio visual atau video yang
dihasilkan secara internal. Berdasarkan kritik dan saran serta masukan
pada proses validasi didapatkan data berkaitan dengan kekurangan dan
kelemahan dari video. Kemudian produk tersebut mengalami proses
perbaikan untuk mendapatkan sebuah media pembelajaran yang layak
untuk anak usia 5-6 tahun di TK Insan Mandiri Sontang Kecamatan
Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Sumatra Barat.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai
apakah rancangan produk lebih efektif dari bahan ajar yang sekarang
ini sudah beredar atau tidak. Validasi desain adalah penilaian yang
masih bersifat rasional, karena tahap ini masih berdasarkan kepada
pemikiran rasional, belum fakta di lapangan. Vallidasi digunakan
untuk menilai tingkat kelayakan produk media pembelajaran sebelum
48
digunakan. Subjek uji coba dalam penelitian pengembangan video
berbantu movie maker sebagai media untuk mengenalkan pendidikan
seks pada anak usia 5-6 tahun ini adalah orang yang berkompeten
dibidangnya yaitu ahli media dalam hal ini adalah dosen/pakar
Teknologi Pendidikan yang bisa menanggani dalam hal tentang media
pembelajaran. Sedangakan ahli materi merupakan dosen PIAUD untuk
mengetahui kesesuaian materi dengan produk media pembelajaran.
Validator Ahli Materi dalam penelitian ini adalah Ibu Nurkamelia
Mukhtar AH, M.Pd dan Validator Ahli Media adalah Bapak Aldeva
Ilhami M.Pd Dosen di UIN SUSKA RIAU.
Tabel III.1
Kriteria validator desain No Validator Kriteria
1. Ahli media
pembelajaran
a. Minimal lulus S2
b. Pengalaman mengajar lebih dari 2 tahun
c. Guru
2. Ahli materi a. Minimal lulus S2
b. Pengalaman mengajar lebih dari 2 tahun
c. Guru
Tabel III.2
Nama validator yang diusulkan oleh pembimbing. No Validator Nama validator
1. Ahli media pembelajaran Aldeva Ilhami M.Pd
2. Ahli materi Nurkamelia Mukhtar, AH. S.Pd.I., M. Pd
5. Revisi Desain
Revisi desain dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan dan
memperbaiki video pengenalan pendidikan seksual pada anak usia dini
49
yang bertema “Tubuh Ku” agar produk yang dikembangkan layak
untuk diuji cobakan, Peneliti kemudian akan merevisi atau
menyempurnakan produk dengan melakukan perbaikan sesuai dengan
kritikan dan saran yang diberikan oleh tenaga ahli. Kegiatan
penyempurnaan produk mengikuti seluruh saran dan kritik tenaga ahli.
Sehingga terciptalah sebuah produk media ajar yang memiliki konsep
yang terarah.
6. Uji Coba Produk
Setelah melakukan perbaikan desain dan merevisinya sesuai
dengan kritik dan saran validator, maka langkah berikutnya peneliti
melakukan uji coba produk. Menurut Emzir Uji coba dilakukan untuk
mengetahui efektifitas dari produk yang telah dikembangkan. Uji coba
dapat dilakukan pada kelompok yang terbatas52
.
7. Revisi Produk
Menurut Emzir mengatakan bahwa revisi produk perlu
dilakukan karena beberapa alasan, yaitu: (a) ujicoba dilakukan masih
bersifat terbatas, sehingga tidak mencerminkan situasi dan kondisi
yang sesungguhnya, (b) dalam ujicoba ditemukan kelemahan dan
kekeurangan dari produk yang dikembangkan. (c) data untuk merevisi
produk dapat dijaring melalui pengguna produk atau yang menjadi
sasaran pengguna produk53
.
52 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), hal. 273
53
Ibid. hal.273
50
E. Jenis Data
Data-data yang diperoleh berdasarkan validasi dan uji coba dalam
pengembangan video berbasis movie maker sebagai media untuk mengenalkan
pendidikan seksual pada anak usia 5-6 tahun ini dalah berupa data kuantitatif.
Data kuantitatif merupakan data pokok berupa angka atau bilangan, data dapat
diolah atau dianalisis menggunakan perhitingan matematika atau statistik.54
Angka sebagai hasil penilaian dari subjek uji coba kepada produk yang
dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan penilaian atau masuakan untuk
merevisi produk media pembelajaran yang dikembangakan.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Trianto instrument penelitian data adalah alat bantu yang dipilih
dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrument berfungsi untuk
menjaring data-data hasil penelitian.55
Oleh karena itu, instrument harus dibuat
dengan sebaik-baiknya sesuai variabel yang diteliti. Instrumen atau alat
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu angket, wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Langkah-langkah pengembangan instrument dalam penelitian
pengembangan media audio visual yaitu video berbantu movie maker sebagai
berikut:
54
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembang Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (Jakarta: KENCANA, 2010), hal. 281. 55
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembang Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (Jakarta: KENCANA, 2010), hal. 263.
51
1. Mengembangakan kisi-kisi instrument
2. Mengkonsultasikan kisi-kisi kepada dosen pebimbing
3. Mendefinisikan variabel penelitian
4. Menyusun dan melengkapi instrument
Lembaran instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian
pengembangan ini adalah lembar instrument validasi ahli materi, instrumen
validasi ahli media dan lembar instrumen untuk anak didik dan guru Tk Insan
Mandiri Sontang. Instrument-instrument tersebut digunakan sebagai dokumentasi
kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Instrumen berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan media audio visual
yaitu video berbantu movie maker sebagai media untuk mengenalkan pendidikan
seks pada anak usia 5-6 tahun sebagai dasar penilaian kelayakan ahli media, ahli
materi, guru dan anak didik. Berikut instrument data yang digunakan peneliti:
a. Angket
Angket atau kuesioner adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada
responden, yaitu ahli media, ahli materi, kepala sekolah dan pendidik
(guru) TK Insan Mandiri Sontang Kecamatan Padang Gelugur
Kabupaten Pasaman Sumatra Barat. untuk diberikan respon sesuai
dengan permintaan penggunan. Metode angket digunakan untuk
mengukur indikator yang berkaitan dengan isi dan tampilan video
pengenalan seks berbantu movie maker. Angket menggunakan format
respon chek list, sebuah daftar, dimana responden tinggal
52
membubuhkan tanda chek list pada kolom yang sesuai dengan media
dan perkembangan pendidikan seks anak usia dini 5-6 tahun.
1) Pedoman angket penilaian produk untuk ahli materi
Validasi ahli materi dilakukan oleh dosen ahli bidang stategi
pembelajaran anak usia dini. Data yang diperoleh dianalisis dan digunakan
untuk merevisi produk pengembangan materi pembelajaran pendidikan
seks anak usia dini. Setelah merevisi produk, peneliti melakukan validasi
produk kembali untuk mendapatkan penilaian pada kategori layak atau
bahkan sangat layak digunakan dalam pembelajran siswa di sekolah.
Tabel III.3
Kisi-kisi instrument angket untuk ahli materi Aspek Indikator Jumlah
MATERI
Ketepatan materi dengan tujuan pembelajaran.
Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar
(KD).
Kelengkapan materi yang disajikan dalam video.
Pemberian tahap pengenalan.
Penggunaan materi dalam video dapat menarik
minat dan perhatian anak didik.
Materi sesuai dengan tujuan pendidikan seks
pada anak.
Materi dalam video dapat digunakan untuk
belajar mandiri.
Materi dalam video sudah menerapkan strategi
untuk mengenalkan pendidikan seksual pada
anak usia dini.
Materi sesuai dengan usia dan pengetahuan anak.
Materi sesuai dengan tahapan perkembangan
anak.
Metode materi yang disajikan dalam pengenalan
pendidikan seks pada anak usia dini dengan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
53
Aspek Indikator Jumlah
menyenangkan.
Materi dalam video sudah mencantumkan
bagaimana cara memberikan pemahaman pada
anak tentang pendidikan seks untuk anak usia
dini.
Materi dalam video sudah sesuai dengan
indikator pendidikan seks pada anak usia dini
yang terdapat pada permendikbud No 137 Tahun
2014 yang terdapat 3 poin.
Materi dalam video sudah mencantumkan
bagaimana cara memberikan pemahaman pada
anak tentang pendidikan seks untuk anak usia
dini.
1
1
1
Jumlah 14
2) Pedoman angket penilaian produk ahli media
Validasi ahli media dilakukan oleh dosen ahli bidang alat
permainan edukatif (APE). Data yang diperoleh dianalisis dan digunakan
untuk merevisi produk pengembangan media pembelajaran yang
berbentuk audio visual (video). Setelah merevisi produk, peneliti
melakukan validasi produk kembali untuk mendapatkan penilaian pada
kategori layak atau bahkan sangat layak digunakan dalam pembelajran
siswa di sekolah.
Tabel III.4
Kisi-kisi instrument angket untuk ahli media
Aspek Indikator Jumlah Butir
Media yang disajikan sudah menarik secara visual.
Gambar yang disajikan tajam/tidak pecah.
Gambar yang disajikan dalam contoh sudah sesuai
dengan materi.
1
1
1
54
Aspek Indikator Jumlah Butir
Fisik
Video
Video yang disajikan sudah sesuai dengan materi.
Jenis huruf yang digunakan sudah tepat.
Ukuran huruf yang digunakan sudah tepat.
Warna huruf yang digunakan sudah tepat.
Bahasa yang digunakan mudah dipahami.
Harmonisasi penggunaan warna sudah tepat.
Penataan layout sudah propesional.
Suara/dubbing sudah jelas
Pemilihan efek suara sudah sesuai.
Kecepatan dalam membuka media/loading.
Media yang digunakan mudah untuk dioperasikan.
Kesederhanaan/kebersihan tampilan desain visual.
Petunjuk/intruksi penggunaan materi mudah
dipahami.
Media yang disajikan mudah digunakan/sesuai
dengan tingkat kemampuan anak didik.
Penggunaan media dapat menarik rasa ingin tahu
anak didik.
Penggunaan media dapat meningkatkan motivasi
belajar anak didik.
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Jumlah 19
3) Pedoman angket kepala sekolah dan pendidik
Instrument kuesioner untuk kepala sekolah dan pendidik atau guru
diisi ketika melakukan uji coba lapangan yang akan menilai kelayakan
pada aspek penggunaan pada pengembangan video berbantu movie maker
sebagai media untuk mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6
tahun dengan tema Diri Sendiri (Tubuhku).
55
Tabel III.5
Kisi-kisi instrument angket untuk Kepala Sekolah/Guru Aspek Indikator Jumlah Butir
Materi
Tampilan opening video sudah sesuai
dengan materi Kurikulum 2013.
Tampilan gambar dan video sudah menarik.
Tampilan teks pada video sudah sesuai bagi
anak.
Tampilan pengisi suara sudah menarik bagi
anak.
Tampilan animasi dalam video sudah
menarik.
Tampilan materi sudah sesuai dengan materi
pendidikan seks pada anak usia dini.
Musik pengiring video dan lagu sudah
menarik.
Gambar animasi yang disajikan dalam video
membuat anak lebih mudah mengingat
pesan tentang pengenalan seks pada anak
usia dini.
Materi dalam video mudah untuk dipahami
anak.
Durasi video sudah sesuai dengan
konsentrasi anak didik.
Isi materi pembelajaran dalam video
bermanfaat.
Mengenalkan pada anak rasa menghargai
diri melalui video animasi.
Menumbuhkan rasa syukur.
Mengajarkan kepada anak agar mandiri
melalui video.
Mengenalkan pada anak pakaian sesuai jenis
kelamin melalui video.
Mengenalkan pada anak siapa saja yang
boleh melihat dan tidak boleh melihat
anggota pribadi.
Mengenalkan kepada anak siapa saja yang
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
56
Aspek Indikator Jumlah Butir
boleh menyentuh dan tidak boleh
menyentuh anggota.
Mengenalkan anggota sentuhan boleh dan
tidak boleh melalui lagu yang ditampilkan
dalam video.
Mengenalkan rasa percaya diri anak.
Jumlah 20
4) Pedoman pertanyaa penilaian produk untuk anak didik
Merupakan berbentuk lembaran pertanyaan mengenai kelayakan
video dengan mewawancarai anak berbentuk pertanyaan dan jawaban
hanya “YA/TIDAK” mengenai produk video dan menulis jawaban anak
dengan ceklis sesuai pertanyaan yang sudah ada.
Tabel III.6
Kisi-kisi lembar pertanyaan: Aspek Indikator Jumlah
Fisik Kemenarikan gambar.
Kemenarikan animasi.
Kemenarikan video.
Kejelasan video.
Kejelasan musik.
Kejelasan suara.
2
2
1
1
1
2
Materi Kemudahan dalam memahami materi.
Kepahaman yang didapat setelah menonton
video.
Kefokusan dalam menyaksikan video.
Pemahaman yang didapat dalam video
tentang pengenalan Pendidikan seksual pada
anak usia dini.
1
1
1
1
Jumlah 13
57
b. Observasi
Observasi merupakan suatu aktivitas yang meliputi kegiatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra.
Kegiatan observasi ini dilakukan berkolaborasi dengan guru utama dan
pendidik yang mengajar di kelas kelompok B usia 5-6 TK Insan Mandiri
Sontang untuk memperhatikan dan mengamati aktivitas belajar anak didik
saat menggunakan media pembelajaran berbentuk audio visual atau video
berbantu movie maker sebagai media untuk mengenalkan pendidikan seks
pada anak usia dini.
Observasi dilakukan secara terstruktur yaitu pengamatan yang
dilakukan oleh seorang peneliti terhadap subjek atau objek penelitian di
mana yang diamati itu sesuatu yang bersifat terstruktur56
.
Tabel III.7
Indikator Observasi
No Indikator observasi
1. melihat langsung kegiatan belajar mengajar dikelas mengunakan media video
2. menganalisa media pembelajaran yang digunakan dalam menunjang kegiatan
pembelajaran
3. Kemudian melihat secara langsung sikap anak terhadap media pembelajaran
yang digunakan.
4 Mencatat hasil perkembangan dengan lembar observasi yang telah ada.
56 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2013), Hlm. 762
58
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dokumentasi ini berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya saat kegiatan
berlangsung57
. Dalam penelitihan ini, dokumen yang digunakan dalam
penelitihan ini adalah berupa lembar hasil uji coba dan foto kegiatan anak
saat menggunakan media video sebagai pengenalan seks pada anak usia
dini.
G. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan Teknik analisis kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data hasil dari kritik dan saran validator
media dan materi. Analisis data terhadap kualitas dan kelayakan produk melalui
hasil penilaian dari ahli materi dan ahli media menggunakan instrument angket,
serta analisis data dari uji kelayakan sebagai media pembelajaran dan
pengembangan pendidikan seks oleh guru dan anak didik menggunakan
instrument wawancara terbatas menggunkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah
disiapkan. Teknik analisis data yang digunakan terhadap kualitas produk adalah
analisis data deskriptif kuantitatif.
Teknik pengumpulan data pada validasi ahli materi dan media, dan guru
menggunakan Skala Likert dengan skala penilaian 1-5. Skala 1-5 kemudian
memiliki penjelasan, angka 1) sangat kurang, angka 2) kurang, angka 3) cukup,
angka 4) baik dan angka 5) sangat baik.
57Ibit, Sugiyono, hal. 762.
59
Tabel III.8
Rumus Skala Skor Rata-rata Angket Rumus Skor
1 SK/STS
2 K/TS
3 C/N
4 B/S
5 SB/SS
Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat
dari perbandingan antar skor aktual dan ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil
perhitungan seluruh pendapat responden, sedangkan skor ideal diperoleh dari
prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan
dengan jumlah responden. Dengan menggunakan rumus dibawah ini.
% Skor Aktual = Skor Aktual x100%
Skor Ideal
Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah
diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atas semua responden.
Penjelasan nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel berikut ini:58
Tabel III.9
Kriteria Presentase Responden NO % Jumlah Skor Kriteria
1 81% - 100% SB/SS
2 61% - 80% B/S
3 41% - 60% C/N
4 21% - 40% K/TS
5 0% - 20% SK/STS
58
Riduawan, Dasar-dasar Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 89.
60
Sedangkan data yang digunakan untuk anak didik menggunakan skala
Gutman, penilaian anak akan dibantu peneliti untuk mengisi angket melalui
pertanyaan yang jawabannya Ya dengan hitung angka 1(dan Tidak dengan hitung
angka 0), setelah menggunakan media video pengenalan seks anak usia dini.59
Tabel III.10
Skala Guttman Skor Kriteria
1 Setuju
0 Tidak Setuju
Pada perhitungan instrument anak didik menggunakan skala guttman dan
dihitung dengan rumus:
Tabel III. 11
Rumus Skala Guttman
X = jumlah penilaian seluruh anak didik x 100%
Penilaian sempurna
X = Presentase Skor
Berdasarkan perhitungan tersebut maka kriteria penilaian dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel III.12
Pedoman Kriteria Kategori Responden Anak Didik Skor Kriteria
> 75 % Layak
≤ 75% Tidak Layak
Jika analisis data menunjukkan kelayakan produk minimal baik dan hasil
respon anak didik menunjukkan presentase > 75 %, maka media produk layak dan
siap digunakan dalam pembelajaran.
59
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.109.
61
Tabel III.13
Tabel Kriteria hasil observasi
Score Keterangan
1 Belum Berkembang (BB)
2 Mulai berkembang (MB)
3 Berkembang sesuai harapan (BSH)
4 Berkembang sangat baik (BSB)
Pengembangan untuk mengetahui tingkat kelayakkan suatu produk dan
dinyatakan bahwa produk tersebut efektif digunakan meningkatkan pengetahuan
anak tentang pengenalan seks anak usia 5-6 tahun kemudian dianalisis secara
deskriptif dengan rumus berikut.60
F
P =____ X 100%
N
Keterangan:
P = Presentase Tingkat Perubahan
F = Frekuensi Nilai Yang Diperoleh
N = Jumlah Soal
60
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak
Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2016),
hal. 46.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan R&D dari Borg and Gall
dapat ditarik kesimpulan bahwa video berbasis movie maker sebagai media untuk
mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6 tahun di TK Insan Mandiri
Sontang Kematan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman dinyatakan “Layak”
digunakan sebagai media pengenalan seks pada anak usia 5-6 tahun sesuai dengan
uji coba dan revisi yang dilaksanakan.
Rata-rata penilaian validator ahli materi mendapatkan presentase
kelayakan sebesar 80% sehingga penilaian yang dicapai validator ahli materi
mendapatkan kategori “Layak”, sedangkan rata-rata penilaian validator ahli media
mendapatan presentase kelayakan sebesar 88,4 % sehingga penilaian yang dicapai
validator ahli media yang sudah direvisi mendapatkan kategori “Sangat Layak “.
Hasil rata-rata penilaian guru mendapatkan presentase kelayakan sebesar 79,6%
sehingga penilaian yang didapatkan guru masuk kedalam kategori “Layak” dan
hasil rata-rata penilaian uji coba lapangan awal kelompok kecil oleh 12 anak didik
mendapatkan presentase 96,7% sehingga penilaian anak didik mendapatkan
kategori pemahaman mengenai pengenalan seks pada anak usia dini dikategorikan
“Sangat layak”.uji coba pre-test dan post-tes mendapatkan presentase dari 36.80%
menjadi 84,18% sehingga mengalami peningkatan sebanyak 47,38% dan
dikategorikan Berkembang Sesuai Harapan, dan dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa media berbentuk video berbantu movie maker untuk
92
mengenalkan pendidikan seks pada anak usia dini layak digunakan sebagai media
pembelajaran di TK dengan demikian penerapan media berbasis movie maker
untuk mengenalkan pendidikan seks anak usia dini berkembang sesuai harapan.
B. Saran
Adapun saran berdasarkan penelitian pengembangan video berbasis movie
maker sebagai media untuk mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6
tahun di TK Insan Mandiri Sontang Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten
Pasaman adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lain
peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar video dengan
pokok bahasan yang berbeda dan juga dengan tampilan yang lebih baik
serta dapat memproduksi media.
2. Bagi Guru
Guru dapat menggunakan video sebagai media dalam mengenalkan
pendidikan seks pada anak usia dini atau bimbingan ke pada orang tua
anak didik.
3. Bagi Anak
Anak dapat belajar melalui video tentang pengenalan pendidikan seks
anak usia dini dengan mudah di sekolah atau dirumah yang dapat dilihat
melalui android atau sejenisnya.
93
C. Keterbatasan Pengembangan
Penelitian pengembangan video berbasis movie maker sebagai media
untuk mengenalkan pendidikan seks pada anak usia 5-6 tahun ini hanya sampai
pada kelayakan media dan tidak sampai pada uji efektifitas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Majid. (2005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Abdullah Nashih Ulwan. (2009). Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi, Solo:
Pustaka Iltizam.
Akhmad Azhar Abu Miqdad. (1997). Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut
Hukum Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Al-Qur‟an Al Halim. (2014). Surabaya: Al Halim.
Amelia Nova. (2019). Pengembangan Aplikasi Movie Maker Sebagai Media
Untuk Mengenalkan Pendidikan Seksual Bagi Anak Usia 5-6 Tahun.
Lampung: UIN Raden Intan Lampung.
Atreya Senja. (2020). The Important Of Sek Edukation For Kids. Yogyakarta:
Penerbit Brilliant.
Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
EL Qudsy. (2012). Ketika Anak Bertanya Tentang Seks. Solo: Tinta Medina.
Ellen, dan Nahda. (2012). Bunda, Seks Itu Apa? Cara Cerdas dan Bijak
Menjelaskan Seks Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali
Pers.
Hamid Darmadi. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Handayani dkk. (2008). Anak Anda Bertanya Seks?: Langkah Mudah Menjawab
Pertanyaan Anak tentang Seks .Bandung: Khazanah.
https://sumbar.antaranews.com/berita/468581/astagfirullahaladzim-seorang-ayah-
diduga-cabuli-anak-kandungnya-di-pasaman. Diakses 9 desember 2021
Isroi. (2005). Membuat Video Klip dengan Windows Movie Maker. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. Jakarta: Pusat Bahasa, Depratemen
Pendidikan Nasional Indonesi.
Lydia Margaretha, Dwi Nomi Pura, “Pengembangan Model Media Audio Visual
Untuk Meningkatkan Nilai-nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini Kota
Bengkulu”, Kindergarten: Journal Of Islamik Early Childhood Education,
Vol 2, No. 2 November 2019.
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim. 2016. Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan Jamak Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta
Anak. Jakarta: Prenada Media Grup.
Nurhasanah, nurhayati, PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK USIA DINI MENURUT
HADIST NABI, GENERASI EMAS Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia
Dini Volume 3 Nomor 1, Mei 2020.
Nurul Chomaria. (2012). Pendidikan Seks Untuk Anak. Solo: Aqwam Jembatan
Ilmu.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137
Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Pradipta diah, Pengembangan Media Video Animasi Pendidikan Seks Bagi Anak
Usia Dini Guna Mencegah Kekerasan Seksual Pada Anak Di Tk Tunas
Rimba Purwekerto, E-Jurnal ProdiTeknologi Pendidikan Vol VI Nomor 7
Tahun 2017.
Riduawan. (2009). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rizki Fitriani dkk, Mengenal Windows Movie Maker dan Fungsi Di Dalamnya
Pengantar Aplikasi Komputer, academia.edu.
Sholihin, Pendidikan Seksual Pada Anak Usia Dini, Jurnal untirta, hal. 61
Simarmata, Febrina. Pengembangan Media Movie Maker Dengan Active and
Funny Learning Strategy Materi Larutan Penyangga Siswa Kelas IX SMA
Negeri 11 Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negreri Semarang,
2015
Siti Rohma, Pengembangan Media Pembelajaran Windows Movie Maker Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas 1 Materi Akhlak
Tercela, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2015)
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tania Putri Sarasati, Nika Cahyati, “Pengembangan Media Pembelajaran Boneka
Edukatif Untuk Pengenalan Pendidikan Seks Anak Usia 4-5 Tahun”,
Jurnal Cikal Cendekia PG PAUD Uviversitas PGRI Yogyakarta, Vol 01.
No.2 Januari 2021, hal. 2.
Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembang Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: KENCANA.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan ILmu Pengetahuan
dan Teknologi
Yusuf Madani. (2003). Pendidikan Seksual Untuk Anak dalam Islam. akarta:
Cetak1 Pustaka Zahra.
Zainal Aqib. (2016). Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Foto kegiatan pengenalan pendidikan seks anak didik menggunakan media video
berbantu movie maker.
Foto anak ketka menonton video
Foto suasana ketika video ditontonkan sebagai pengenalan seks anak didik.
Foto ketika anak diminta untuk menjadi contoh perbedaan laki-laki dan
perempuan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yovi Febriani lahir di Tanjung Betung, pada
tanggal 08 Februari 2000. Penulis merupakan anak
pertama dari 3 bersaudara, buah kasih pasangan dari
Bapak Joni Andrean dan Ibu Rini Andriani. Memiliki 2
adik, satu adik perempuan dan satu adik laki-laki. Kedua
orang tuanya berdomisili di Kampung Tanjung Betung,
Kecamatan Rao Selatan, Kabupaten Pasaman, Provinsi
Sumatra Barat. Penulis pertama kali menempuh Pendidikan Tahun 2006 di SDN
12 Tanjung Betung dan selesai Pada Tahun 2012, dan Pada Tahun yan g sama
Penulis melanjutkan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama pada MTs Suasta
Simatorkis dan selesai Pada Tahun 2015, dan Pada Tahun yang sama Penulis
melanjutkan Pendidikan di Sekolah Lanjut Tingkat Atas pada MA Suasta
Simatorkis mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam dan selesai Pada Tahun
2018. Pada Tahun 2018 Penulis melanjutkan Pendidikan di Perguruan Tinggi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Penulis tercatat sebagai
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan.
Pada Tahun 2021 pada bulan Desember penulis melakukan penelitian di
TK Insan Mandiri Sontang Pasaman dengan judul penelitian “Pengembangan
Video Berbasis Movie Maker Sebagai Media Untuk Mengenalkan Pendidikan
Seks Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Insan Mandiri Sontang Padang
Gelugur Pasaman”, dibawah bimbingan Nurkamelia Mukhtar AH, M.Pd
Alhamdulillah pada bulan April 2022 berhasil memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada sidang Sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, dengan prediket Cumlaude.