Post on 21-Mar-2023
PENG
ELOL
AAN
DANA
BER
GULI
RFL
PPBadan Layanan Umum
Pusat Pengelolaan
Dana Pembiayaan Perumahan
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
0
20
40
60
80
90
1 0 0
1 0
30
50
70
Dukungan fasilitas likuiditas
pembiayaan perumahan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat bagi
Masyarakat Berpenghasilan
Rendah.
PENG
ELOL
AAN
DANA
BER
GULI
RFL
PP
Badan Layanan Umum
Pusat Pengelolaan
Dana Pembiayaan Perumahan
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan berada dibawah pembinaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Keuangan.
PENGELOLAAN DANA BERGULIR FLPP
PengarahProf. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES
Penanggung JawabIr. Atik Niene Nierani Iskandar M.SiIr. Christ Robert Panusunan Marbun M.Sc.Arief Rahman Hakim, S.Sos. MPMartanto Boedi Joewono, SE, MM
PenulisSiska Purnianti, SH., M.Hum, CHRP., CLAMuhammad Dicko A. Bangko, SH., CLA
Kontributor NaskahKurniawan Khristianto, SE, MM Umi Hardinajati, SE, MsiAlfian Arif, SE, MMLuwi Wahyu Adi, STAchmad Purwo Hardjanto, SE, M.SiDede Solihin, SEErwan Adiwijaya, ST, M.SiMoch. Ihsan, S.KomFachri, S. KomEndang Sumarmi, SH, M,SiSiska Purnianti, SH., M.Hum, CHRP., CLARozalinda Yahya, SEAisah Dewi Setiawati, ST, M.SiSatuan Pengawas Intern Tim Task Force BLU PPDPP
Cetakan ke-1, 5 November 2021©Pemegang Hak Cipta Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan
EditorMeicy Sitorus
Pembahas PakarDr. Erica Soeroto, SH, CMB.Dr. Wicipto Setiadi, SH, MH.
Tenaga Ahli Aryana Soeriadiredja, SH.
DesainGifran Muhammad Asri
PenerbitBadan Layanan UmumPusat Pengelolaan Dana Pembiayaan PerumahanKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ISBN 978-623-95564-2-6
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari penerbit.
Kontak Penulissiskapurnianti@pu.go.iddicko.bangko@gmail.com
vii
Dana bergulir sebagai dana yang ditujukan untuk perkuatan pengelolaan dana
khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat
telah menjadi salah satu pilihan Pemerintah yang digunakan untuk membantu serta
memudahkan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah yang
layak huni. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat beserta Kementerian Keuangan mendukung MBR untuk dapat memiliki rumah
dengan menjadi penyedia program skema dana bergulir Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan (FLPP) melalui Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan
Perumahan (BLU PPDPP).
Layanan penyaluran dana FLPP yang dikelola oleh BLU PPDPP telah berlangsung
dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu sejak 2010 hingga saat ini. Pengelolaan dan
penyaluran dana FLPP yang dikelola oleh BLU PPDPP akan berakhir pada tahun 2021
dan dialihkan ke lembaga pengelola yang baru, yang merupakan amanah peraturan
perundang-undangan serta adanya dinamika perkembangan kelembagaan dalam
bidang pembiayaan perumahan, khususnya bagi MBR. Pada periode tahun 2022 hingga
selanjutnya dana FLPP akan dikelola oleh lembaga baru. Harapannya lembaga baru ini
dapat mengembangkan pengelolaan dan penyaluran dana FLPP dari masa ke masa
serta memberikan lebih banyak manfaat dan perlindungan bagi MBR.
Oleh karena itu, dengan selesainya masa tugas layanan FLPP di BLU PPDPP pada tahun
2021 ini, kami memandang perlu menuangkan seluruh pengalaman, bentuk skema,
serta proses bisnis layanan FLPP di BLU PPDPP dalam bentuk buku Pengelolaan Dana
Bergulir FLPP. Buku ini disusun dengan tujuan membagi ilmu pengetahuan sekaligus
praktik terbaik, agar dapat dibaca dan dipelajari kembali oleh masyarakat Indonesia
serta pemangku kepentingan dalam bidang perumahan. Diharapkan di masa depan
buku ini dapat digunakan oleh Pemerintah serta pemangku kepentingan dalam bidang
perumahan sebagai gagasan pemikiran dalam merumuskan regulasi dan kebijakan
terkait perumahan, khususnya perumahan bersubsidi. Sehingga kelak bila kondisi
perumahan di Indonesia memerlukan kembali adanya skema FLPP atau bentuk
pengembangan skema lainnya yang dikelola secara BLU, maka kita dapat mempelajari
kembali melalui buku ini.
Buku ini memuat segala sejarah, upaya positif, perkembangan serta pencapaian BLU
PPDPP selama mengelola dan menyalurkan dana FLPP. Selain itu buku ini juga memuat
beberapa kajian hukum yang berisi analisa tentang berbagai potensi inovasi pembiayaan
perumahan dalam perkembangan penyaluran dana FLPP setelah diterbitkannya UU
Cipta Kerja.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pembahas pakar, narasumber,
responden, dan para Change Leader yaitu seluruh jajaran Dewas, jajaran Direksi, Kepala
Divisi dan Tim yang ada di PPDPP, serta Tim Task Force BLU PPDPP yang bersedia
bekerja sama dan berkontribusi penuh sehingga terwujudnya buku ini.
Ucapan terima kasih ini juga saya haturkan pada Divisi Hukum BLU PPDPP. Mereka
telah bekerja keras dan smart dalam berkoordinasi serta menggali informasi serta
pengetahuan dari para pelaku, baik di dalam maupun pengamat yang berasal dari
eksternal BLU PPDPP, untuk mewujudkan terbitnya buku ini.
BLU PPDPP sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat selaku pembina teknis PPDPP serta Kementerian
Keuangan selaku Pembina BLU di seluruh Indonesia. Melalui bimbingan serta arahan
mereka, kami dapat terus menjalankan dan mengembangkan proses bisnis dari awal
hingga akhir sampai dengan dilaksanakan pengalihan pengelolaan dana FLPP ke
lembaga yang baru. Sebagaimana sudah menjadi semboyan dan landasan dari seluruh
perkembangan proses bisnis yang dilakukan oleh BLU PPDPP, secara konseptual dan
prinsipiil terletak pada perubahan paradigma kita semua. Transformasi paradigma ini
adalah mengubah MBR yang semula hanya sebagai objek penyediaan dan pembiayaan
perumahan, menjadi subjek.
ix
BLU PPDPP telah menjadikan kepentingan MBR sebagai prioritas penerima manfaat
program yang diluncurkan oleh Pemerintah, serta menempatkan Bank Pelaksana
dan Pelaku Pembangunan sebagai mitra kerja yang bersinergi dalam memfasilitasi
kemudahan memiliki rumah bagi MBR. Untuk itu perbaikan tata kelola layanan FLPP
dalam tahun-tahun terakhir ini telah bertransformasi dari layanan bersifat analog ke
layanan berbasis digital, dengan dukungan beberapa aplikasi berbasis IT. Aplikasi ini
termasuk BI Checking, e-FLPP, Sikasep, Sikumbang, Sipetruk, dan berbagai aplikasi
lain yang mendukung layanan agar lebih efisien, akuntabel, serta transparan, untuk
menjamin ketepatan sasaran dan ketepatan kualitas rumah maupun perumahan. Kami
menyadari bahwa tata kelola penyelenggaraan perumahan masih perlu dan terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, khususnya perkembangan
teknologi informasi, serta semakin kompleksnya masalah kehidupan di masa depan.
Kami sangat berharap cita-cita dan prinsip mulia BLU PPDPP ini akan masih diacu sebagai
prinsip pengelolaan dana FLPP bagi lembaga pengelola yang baru. Kami berharap pula,
para pembaca tidak hanya mengetahui berbagai informasi mengenai pengelolaan dana
bergulir FLPP yang dilakukan oleh BLU PPDPP secara umum, melainkan juga teredukasi
tentang bagaimana upaya pemerintah dalam menyediakan rumah tinggal bagi MBR.
Besar harapan kami agar buku ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi pada
saat perumusan suatu regulasi dan kebijakan terkait perumahan bersubsidi.
Direktur Utama PPDPP
Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES
DAFT
ARP ENGANTAR
D I R E K TUR U TAMA P PD P P
DA F TAR GAMBAR
DA F TAR TA B E L
DA F TAR MATR I K S
DA F TAR I S T I L AH
v i
x i v
x v
x v
x v i
ISI
xi
Bab
1
Bab 2
P E R JA L ANAN K E L EMBAGAAN
P E NG E LO L AAN F L P P
Supply dan Demand
Rumah Umum
Kelompok Sasaran FLPP
Rumah Umum
Sistem Pembiayaan Rumah
Umum FLPP
Sistem Pembiayaan FLPP
Klasterisasi Periode
Ketentuan Sistem
Pembiayaan FLPP
Kelembagaan FLPP: Dari
Satuan Kerja Menuju Badan
Layanan Umum
1 .1
1 .1 .1
1 .1 . 2
1 . 2
1 . 2 .1
1 . 2 . 2
1 . 3
—
—
—
—
—
—
—
2
7
9
1 7
1 7
1 9
24
1 3 0P ENYA LURAN DANA F L P P
Profil dan Struktur
Organisasi PPDPP
Karakteristik Dana
Bergulir FLPP
Perencanaan Anggaran
Mekanisme Revisi
Anggaran BLU PPDPP
Kerja Sama antara BLU
PPDPP dengan Bank
Pelaksana dan Instansi
Lainnya
Kerja Sama dengan Bank
pelaksana
Kerja Sama Non Bank
Pelaksana
Pemasaran Program
Penyaluran Dana Bergulir
Verifikasi dan Pengujian
MBR Kelompok Sasaran
FLPP
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
3 2
3 7
4 2
4 7
4 8
50
5 7
6 0
6 3
64
2 .1
2 . 2
2 . 2 .1
2 . 2 . 2
2 . 3
2 . 3 .1
2 . 3 . 2
2 . 4
2 . 5
2 . 5 .1
Bab 3
F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Penatalaksanaan
Keuangan Dana Bergulir
FLPP
Pemantauan dan Evaluasi
Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Pelaksanaan
Program
Pendukung Layanan dan
Pengawasan Intern BLU
PPDPP
Pengelolaan Sumber Daya
Manusia BLU PPDPP
Dukungan Hukum dan
Kepatuhan Dana Bergulir
FLPP
Pengelolaan Hubungan
Masyarakat BLU PPDPP
Pengelolaan Rumah
Tangga dan Aset
Pengawasan Intern BLU
PPDPP
Revolusi Industri 4.0 FLPP
(Digitalisasi Layanan)
Perkembangan Teknologi
Informasi dan Data di
Indonesia
Sistem Pemerintahan
Berbasis Teknologi
Perkembangan
Teknologi Informasi dan
Pendayagunaan Data
dalam Penyaluran FLPP
FLPP Pasca Omnibus Law
Pengaturan dan
Pemetaan Peraturan
Perundang-undangan
Terkait Rumah Umum
di Indonesia Setelah
Terbitnya UU Cipta Kerja
Dinamika Kelembagaan
Pembiayaan dan
Penyediaan Perumahan
Perizinan Sektor
Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Inovasi Skema Pembiayaan
Perumahan FLPP
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
—
8 3
1 0 5
1 1 4
1 1 7
1 1 7
1 2 0
1 2 1
1 2 3
1 2 5
1 3 2
1 3 7
1 4 6
1 5 6
1 7 2
1 7 5
1 8 1
2 0 6
2 1 4
2 . 5 . 2
2 . 5 . 3
2 . 6
2 . 7
2 . 7.1
2 . 7. 2
2 . 7. 3
2 . 7. 4
2 . 7. 5
3 .1
3 .1 .1
3 .1 . 2
3 .1 . 3
3 . 2
3 . 2 .1
3 . 2 . 2
3 . 2 . 3
3 . 2 . 4
1 3 0
xiv
DA F TA R GAMBA R
Gambar 1.1. Linimasa perjalanan sejarah perumahan di Indonesia
Gambar 2.1. Tahapan pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran
Gambar 2.2. Contoh format rapor Bank Pelaksana
Gambar 2.3. Roadmap kerja sama BLU PPDPP dan Bank Pelaksana
Gambar 2.4. Metode blended financing pada KPR FLPP Pemda
Gambar 2.5. Matriks program pemasaran dengan strategi “Serbu SiKasep”
Gambar 2.6. Proses pengujian FLPP melalui sistem Host to Host dan e-FLPP
Gambar 2.7. Bagan pengembangan verifikasi dan pengujian
Gambar 2.8. Pengelolaan dana BLU PPDPP
Gambar 2.9. Demografi Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU PPDPP
Gambar 2.10. Bagan kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan
Gambar 2.11. Bagan penyelenggaraan Pengawasan Intern BLU PPDPP
Gambar 3.1. Transformasi digital Indonesia
Gambar 3.2. Bagan percepatan SPBE
Gambar 3.3. Bagan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Gambar 3.4. Kondisi pembangunan SPBE
Gambar 3.5. Proses pengecekan dokumen administrasi pengembang oleh BLU
PPDPP
Gambar 3.6. Alur Perubahan Pengecekan Dokumen Administrasi Pengembang
Gambar 3.7. Bagan Pembaruan Sistem e-FLPP menjadi e-FLPP 2.0
Gambar 3.8. Alur proses sistem e-FLPP 2.0 pada akun Bank Pelaksana
Gambar 3.9. Pengembangan aplikasi e-Monev
Gambar 3.10. Alur proses bisnis dan interkoneksi sistem BLU PPDPP
Gambar 3.11. Bagan alir pengalihan dana berdasarkan urutan regulasi format
output PMK No. 111 Tahun 2021
Gambar 3.12. Kelompok sasaran Tapera berdasarkan regulasi
Gambar 3.13. Definisi, tugas, fungsi, dan tujuan BP3
Gambar 3.14. Struktur dan tusi organisasi BP3
Gambar 3.15. Bagan alir penyelenggaraan pengajuan PBG kolektif
Gambar 3.16. Bagan proses bisnis pemasaran PPJB
Gambar 3.17. Bagan pembatalan PPJB dalam tahap pemasaran
Gambar 3.18. Bagan pelaksanaan PPJB
Gambar 3.19. Skema KPR Siap Bangun BLU PPDPP
Gambar 3.20. Bagan bisnis proses KPR Siap Bangun
2 7
4 5
5 6
5 7
5 9
6 2
8 1
8 3
9 1
1 1 9
1 2 0
1 2 6
1 4 3
1 4 5
1 4 8
1 4 9
1 5 8
1 6 0
1 6 2
1 6 3
1 6 4
1 6 6
1 8 4
1 8 9
1 9 8
1 9 9
2 1 1
2 1 5
2 1 6
2 1 9
2 2 0
2 2 2
xv
DA F TA R TA B E L
Tabel 2.1. Tabel dokumen pendukung beserta stakeholder terkait dalam
proses serta alur perencanaan dan anggaran BLU PPDPP
Tabel 2.2. Daftar Bank Pelaksana
DA F TA R MAT R I K S
Matriks 2.1. Parameter pengujian data Kelompok Sasaran dan data Debitur/
Nasabah KPR Sejahtera
Matriks 2.2. Matriks Rekapitulasi Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP
Periode Tahun 2010-2021
Matriks 3.1. Syarat pabrik maupun sistem yang dapat diklasifikasikan sebagai
bagian dari Industri 4.0
Matriks 3.2. Peluang dan tantangan dari Industri 4.0
Matriks 3.3. Sejarah gelombang Disruption periode 1980-2015
Matriks 3.4. Lima sektor prioritas beserta strateginya untuk tahun 2030
Matriks 3.5. Sepuluh inisiatif nasional pendorong industri nasional dan lanskap
bisnis
Matriks 3.6. Peraturan perundang-undangan yang terdampak UU Cipta Kerja
bidang pekerjaan
Matriks 3.7. Matriks susunan peraturan pelaksana UU PKP
Matriks 3.8. Matriks susunan pelaksana UU Rumah Susun
Matriks 3.9. Matriks susunan peraturan pelaksana UU Bangunan Gedung
Matriks 3.10. Penjabaran fungsi Badan Bank Tanah
Matriks 3.11. Klasifikasi baru untuk bangunan gedung
Matriks 3.12. Standar teknis yang harus dipenuhi berkaitan dengan perencanaan
dan perancangan bangunan gedung
46
5 2
7 2
9 2
1 3 4
1 3 5
1 3 8
1 5 3
1 5 5
1 76
1 7 7
1 7 9
1 8 1
1 9 2
2 07
2 0 9
xvi
DA F TA R I S T I L A H
APBD
APBN
ATL
BA BUN
BAPERTARUM
BAST
BIOS
BLU
BLU LPDPP
BLU PPDPP
BMN
BP Tapera
BP2BT
BP3
BPKP
BPPT
BSSN
BTL
BUMD
BUMN
BUN
DBMS
DIPA
DJA
DPR
Ditjen Dukcapil Kemendagri
ETL
EV
FLPP
G2B
G2C
G2G
GISTARU
HGB
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Above the Line
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan
Berita Acara Serah Terima
Badan Layanan Umum Integrated Online System
Badan Layanan Umum
Badan Layanan Umum Lembaga Pengelolaan Dana
Pembiayaan Perumahan
Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana
Pembiayaan Perumahan
Barang Milik Negara
Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat
Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan
Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Badan Siber dan Sandi Negara
Below the Line
Badan Usaha Milik Daerah
Badan Usaha Milik Negara
Bendahara Umum Negara
Database Management System
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Direktorat Jenderal Anggaran
Dewan Perwakilan Rakyat
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kementerian Dalam Negeri
Extract, Transform, dan Load
Electronic Vehicle
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
Government To Business
Government To Citizen
Government To Government
Geospasial Tata Ruang
Hak Guna Bangunan
xvii
HGU
HPL
Inpres
IoT
KAP
KDB
KK
KKN
KMK
KP-RS
KP-RSS
KPR
KPR Sejahtera
KPR-SB
KPRS Mikro Bersubsidi
KPRSh
KRISNA
KSM
KSO
KTP
Kemenpera
Kepmen
Keppres
LCGC
LKP
LO
LRA
MBM
MBR
MIT
MK
MPV
NIK
NPWP
OEM
Hak Guna Usaha
Hak Pengelolaan
Instruksi Presiden
Internet of Things
Kantor Akuntan Publik
Koefisien Dasar Bangunan
Kartu Keluarga
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Keputusan Menteri Keuangan
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana
Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana
Kredit Pemilikan Rumah
Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera
Kredit Pemilikan Rumah Siap Bangun
Kredit Mikro Pembangunan/Perbaikan Rumah
Swadaya Bersubsidi
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Sehat
Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja
Anggaran
Kerja Sama SDM dan/atau Manajemen
Kerja Sama Operasional
Kartu Tanda Penduduk
Kementerian Perumahan Rakyat
Keputusan Menteri
Keputusan Presiden
Low-Cost Green Cars
Laporan Keuangan Pelaksana
Laporan Operasional
Laporan Realisasi Anggaran
Masyarakat Berpenghasilan Menengah
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Middle Income Trap
Manajemen Konstruksi
Multipurpose Vehicles
Nomor Induk Kependudukan
Nomor Pokok Wajib Pajak
Original Equipment Manufacturers
xviii
PA/KPA
PBG
PBK
PDB
PDN
PIPK
PKS
PNBP
POK
PP
PPJB
PPK
PPK-BLUD
PPP
PRN
PSU
PUPR
Pemda
Permen
RBA
RDP
RDTR
RIPIN
RIT
RKAKL
RSB
RTBL
Rs Sehat
Rusunawa
SAIP
SAKTI
SAS
SBKBG
SBUM
SDM
SIKI LPJK
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Persetujuan Bangunan Gedung
Penganggaran Berbasis Kinerja
Produk Domestik Bruto
Pusat Data Nasional
Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan
Perjanjian Kerja Sama
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Petunjuk Operasional Kegiatan
Peraturan Pemerintah
Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Pejabat Pembuat Komitmen
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah
Pusat Pembiayaan Perumahan
Prioritas Riset Nasional
Prasarana Sarana dan Utilitas Umum
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri
Rencana Bisnis dan Anggaran
Rapat Dengar Pendapat
Rencana Detail Tata Ruang
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
Rumah Inti Tumbuh
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga
Rencana Strategis Bisnis
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Rumah Sederhana Sehat
Rumah Susun Sederhana Sewa
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi
Pemerintah
Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi
Sistem Aplikasi Satker
Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
Subsidi Bantuan Uang Muka
Sumber Daya Manusia
Sistem Informasi Konstruksi Indonesia-Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi
xix
SIMBG
SIRENG
SLA
SLF
SMART BUN
SMM
SP3K
SPBE
SPI
SPM
SSB
STEAM
SUV
Sarusun Umum
Satker
Si AKI QC
SiKasep
SiKumbang
SiPetruk
TAPERUM PNS
TIK
TTL
Tapera
UMKM
UNIDO
UU
UU Cipta Kerja
UU PKP
UU Rusun
UU Bangunan Gedung
WNA
WNI
WTP
e-FLPP
e-Monev
Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung
Sistem Registrasi Pengembang
Service Level Agreement
Sertifikat Laik Fungsi
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu
Bendahara Umum Negara
Sistem Manajemen Mutu
Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Satuan Pengawasan Intern
Standar Pelayanan Minimum
Subsidi Selisih Bunga
Science, Technology, Engineering, the Arts, dan
Mathematics
Sports Utility Vehicles
Satuan Rumah Susun Umum
Satuan Kerja
Sistem Informasi Aktivasi QR Code
Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan
Sistem Informasi Kumpulan Pengembang
Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi
Tabungan Perumahan PNS
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Through the Line
Tabungan Perumahan Rakyat
Usaha Mikro Kecil Menengah
United Nations Industrial Development Organization
Undang-Undang
Undang-Undang Cipta Kerja
Undang-Undang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Undang-Undang Rumah Susun
Undang-Undang Bangunan Gedung
Warga Negara Asing
Warga Negara Indonesia
Wajar Tanpa Pengecualian
Elektronik-Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan
Elektronik Monitoring dan Evaluasi
Buku ini adalah sebuah legacy
dari BLU PPDPP sebagai pengelola dana bergulir FLPP
selama 11 tahun (2010-2021).
*Semua keterangan peraturan perundang-undangan yang
disebutkan di dalam buku dapat dilihat pada
halaman daftar pustaka.
2
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
1.1 S U P P LY DA N D EMAND R UMAH UMUM
Sebagai tempat tinggal, rumah harus memenuhi standar kelayakan. Pemenuhan rumah
yang layak huni bukanlah perkara mudah dan sering kali sulit diwujudkan. Perjuangan
untuk memperoleh rumah yang layak tidak hanya milik segelintir orang saja, tetapi juga
merupakan cita-cita mulia bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
Cita-cita tersebut dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, sebuah amanat memajukan
kesejahteraan umum, yang kemudian dijabarkan secara terperinci di dalam Pasal 28 H
Ayat (1) UUD 1945. Disebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Tempat tinggal yang baik memiliki peran
strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu
upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.
Oleh karena itu negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia
melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat
mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Indonesia. Hunian merupakan sebuah kebutuhan dasar dan akan selalu berkembang
sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia. Idealnya, setiap keluarga harus
memiliki rumah, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR) dan
masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan.1
1 UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020, hlm 2.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer dan tidak akan dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Fungsi rumah bukan sekadar bangunan untuk tempat tinggal, tetapi juga ruang yang memungkinkan terjadinya kehidupan manusia. Rumah juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter seseorang, disinilah awal mula segalanya. Olehnya membangun rumah berarti membangun kehidupan, hingga membangun peradaban sebuah bangsa.
3
1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN
Tanggung jawab negara untuk mewujudkan amanat Pasal 28 H UUD 1945 tersebut
tercermin dalam konsideran kedua dasar pertimbangan Undang-Undang No. 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Permukiman (UU PKP) sebagaimana telah diubah
oleh Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) yang
berbunyi sebagai berikut: "Bahwa negara bertanggungjawab melindungi segenap
bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau
di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Indonesia."
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut terdapat banyak regulasi dan kebijakan terkait
perumahan yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dari masa ke masa. Salah satu
yang menjadi fokus Pemerintah Republik Indonesia dalam Perkembangan Kebijakan
Perumahan Nasional adalah penyelenggaraan rumah bagi MBR. Penyelenggaraan
rumah bagi MBR dilaksanakan oleh Pemerintah untuk memenuhi amanat Undang-
Undang yaitu, Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.2 Pemenuhan
kebutuhan rumah bagi MBR dilakukan pemerintah dan/atau pemerintah daerah
dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui
program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.3
Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR dapat
berupa:4
a. Subsidi perolehan rumah
b. Stimulan rumah swadaya
c. Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan
d. Perizinan
e. Asuransi dan penjaminan
f. Penyediaan tanah
g. Sertifikasi tanah
h. Prasarana, sarana, dan utilitas umum
Kebijakan kemudahan dan/atau bantuan dan perolehan rumah bagi MBR dalam
kategori subsidi perolehan rumah dibuat oleh Pemerintah dalam bentuk kebijakan dan
program subsidi pembiayaan perumahan di Indonesia. Kebijakan dan program subsidi
pembiayaan perumahan di Indonesia telah dimulai dan dijalankan secara ekstensif
2 Pasal 54 Ayat (1), UU No. 1 Tahun 2011.3 Ibid., Pasal 54 Ayat (2).4 Ibid., Pasal 54 Ayat (3).
4
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
sejak tahun 1976. Bentuk subsidi pembiayaan yang diberikan adalah uang muka dan/
atau selisih bunga serta dana murah jangka panjang.
Berikut merupakan perjalanan historis singkat sistem pembiayaan perumahan, dalam
hal ini rumah bersubsidi melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia:5
1. Tahun 1976-2000: KPR Bersubsidi Pertama
Program KPR bersubsidi sudah berlangsung sejak sangat lama di Indonesia. Sejarah
awal dari KPR adalah ditunjuknya Bank Tabungan Negara (BTN) oleh Pemerintah
Republik Indonesia pada tanggal 29 Januari 1974 sebagai wadah pembiayaan
proyek perumahan untuk rakyat. Sejalan dengan tugas tersebut, realisasi KPR
pertama di Indonesia terjadi pada tanggal 10 Desember 1976 yang dilaksanakan
di Kota Semarang oleh BTN. Pada tanggal itu pula dijadikan sebagai hari KPR atau
ulang tahun KPR di Indonesia. KPR subsidi dilakukan dengan pola penempatan dana
dari pemerintah dan Bank Indonesia, yang dicampur dengan dana dari BTN.
2 Tahun 2001-2010: Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) melalui
Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera (KPR Sejahtera) Tapak dan Susun
Pada periode ini KPR untuk rumah sederhana maupun rumah sangat sederhana
ditargetkan secara spesifik bagi MBR. Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 139 Tahun 2002 tentang Pengadaan
Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah
Bersubsidi (KPR Bersubsidi), maka baik untuk Kredit Pemilikan Rumah Sederhana
(KP-RS) maupun untuk Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP-RSS), BTN
melakukan penyesuaian skema KPR subsidi menjadi skema Subsidi Selisih Bunga
(SSB).
Pada skema SSB, BTN bertanggung jawab dalam hal menyediakan dana untuk
pokok pinjaman sementara pemerintah hanya menyediakan subsidi bunga senilai
selisih bunga pasar dengan bunga subsidi dan jangka waktu subsidi bunga
berbatas. Hal ini terus diupayakan penyempurnaannya hingga tahun 2007. Di tahun
yang sama Kredit Mikro Pembangunan/Perbaikan Rumah Swadaya Bersubsidi
(KPRS Mikro Bersubsidi) mulai disalurkan dengan bantuan pembiayaan rumah
swadaya berbentuk SSB atau subsidi membangun/memperbaiki rumah. Selain
5 “Perjalanan Historis Kebijakan Pembiayaan Perumahan Indonesia” (https://perkim.id/pembiayaan-perumahan/perjalanan-historis-kebijakan-pembiayaan-perumahan-indonesia/, Diakses pada 1 Juni 2021).
5
1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN
untuk rumah tapak, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengeluarkan
aturan mengenai pemberian subsidi untuk satuan rumah susun melalui Peraturan
Menteri Perumahan Rakyat No. 7/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan
dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR
Sarusun bersubsidi.
Memasuki tahun 2010, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa (2009-2011)
menggagas skema KPR Sejahtera yang menggunakan dana FLPP dengan MBR
sebagai sasaran utamanya. Selanjutnya, guna mendukung tata laksana program
tersebut Kementerian Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan
(KMK) No. 290/KMK.05/2010 tentang Penetapan Pusat Pembiayaan Perumahan
(PPP) pada Kementerian Perumahan Rakyat sebagai Instansi Pemerintah yang
Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Beleid itu diketuk pada
tanggal 15 Juli 2010.
3. Tahun 2011-2017: Prioritisasi MBR melalui Program Sejuta Rumah
Agar pelaksanaan KPR Sejahtera FLPP bisa tercapai maksimal, pada tahun 2012
Kemenpera dalam hal ini Badan Layanan Umum (BLU) PPP, bekerja sama dengan
21 bank pelaksana KPR FLPP, yang terdiri dari 6 bank nasional dan 15 bank
pembangunan daerah. Pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan Program Sejuta
Rumah guna terus mendorong penyediaan perumahan bagi MBR, baik melalui
skema FLPP, SSB, maupun Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM).
Berbagai program pun diluncurkan pemerintah sehingga tak hanya pekerja formal
yang dapat mengakses pembiayaan perumahan ini, namun juga pekerja informal
seperti Pedagang Kaki Lima, nelayan, petani, peternak, bahkan bermitra dengan
perusahaan penyedia jasa transportasi online untuk pembiayaan perumahan bagi
pengemudinya.
4. Tahun 2018-2020: Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan
Berbagai kebijakan pada periode sebelumnya terus berlanjut dan diupayakan
penyempurnaannya hingga saat ini. Adapun dua program baru berbasis tabungan
diterbitkan dalam kurun waktu ini, yakni program Bantuan Pembiayaan Perumahan
Berbasis Tabungan (BP2BT) dan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Pada
tahun 2019 ditargetkan penerbitan KPR sebanyak 234.000 unit rumah yang terbagi
menjadi 84.000 unit dengan skema FLPP, 100.000 unit dengan skema SSB, 14.000
unit dengan skema BP2BT, dan 36.000 unit dengan skema Tapera.
6
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
5. Tahun 2020-sekarang: Terbitnya UU Cipta Kerja (Omnibus Law)
Seiring dengan perkembangan hukum, pada bulan November tahun 2020
pemerintah telah melakukan pembentukan UU Cipta Kerja.
UU Cipta Kerja ini memberikan implikasi pada beberapa Undang-Undang sektor
perumahan dan kawasan permukiman serta sektor lainnya yang terkait. Perumahan
dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk beberapa hal, diantaranya adalah
untuk memberikan kepastian hukum berupa jaminan hukum bagi setiap orang
untuk bertempat tinggal secara layak, baik yang bersifat milik maupun bukan
milik melalui cara sewa dan cara bukan sewa. Jaminan hukum antara lain meliputi
kesesuaian peruntukan dalam tata ruang, legalitas tanah, perizinan, dan kondisi
kelayakan rumah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta
mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang
proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman
sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama
untuk MBR.6
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan berasaskan
salah satunya adalah keterjangkauan dan kemudahan yaitu dukungan dana
dan kemudahan akses bagi MBR dalam memenuhi kebutuhan rumahnya, yang
memberikan landasan agar hasil pembangunan di bidang perumahan dan kawasan
permukiman dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, serta mendorong
terciptanya iklim kondusif dengan memberikan kemudahan bagi setiap warga
negara khususnya dalam hal ini MBR di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan
dasar akan perumahan dan kawasan permukiman.7
Permasalahan-permasalahan yang terkait rumah bagi MBR sampai dengan terbitnya UU
Cipta Kerja dilihat dari 2 sisi yaitu Demand and Supply. Diantaranya adalah, pengaturan
dan pemetaan peraturan perundang-undangan terkait Rumah Umum di Indonesia
setelah terbitnya UU Cipta Kerja, dinamika kelembagaan. Dari gambaran singkat
perjalanan historis pembiayaan perumahan di atas, dapat kita lihat bahwa kemunculan
KPR Sejahtera FLPP merupakan suatu kebijakan penting yang diupayakan pemerintah
dalam memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.
6 UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020, Pasal 3 Huruf a dan Huruf b.7 Ibid., Pasal 2 Huruf e.
7
1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN
1.1.1K E LOMPOK SASA RAN F L P P
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa sasaran utama FLPP adalah MBR. MBR
adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat
dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.8 Rumah yang diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR disebut dengan Rumah Umum,9 yang
mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.10 Berdasarkan UU PKP, MBR adalah masyarakat yang mempunyai
keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah. Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kemudahan
dan/atau bantuan pembiayaan untuk pembangunan dan perolehan rumah umum
dan rumah swadaya bagi MBR.11
Terdapat 3 segmen MBR berdasarkan kemampuan mengakses kepemilikan rumah,
yaitu:12
1. MBR yang telah memiliki tanah atau rumah namun tidak mampu membangun/
memperbaiki rumahnya
2. MBR yang mampu membeli rumah namun kemampuan untuk mengangsur KPR
masih rendah
3. MBR yang sama sekali tidak mampu membeli rumah
Intervensi pemerintah untuk masing-masing segmen tentunya berbeda. Bagi MBR yang
sama sekali tidak mampu membeli rumah, pemerintah menyediakan Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa), dan pembangunan Rumah Swadaya bagi MBR yang telah
memiliki tanah atau rumah. Sedangkan bagi MBR yang mampu membeli rumah namun
kekuatan untuk mengangsur KPR tergolong rendah, pemerintah memberikan subsidi
dalam bentuk FLPP.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),
menyalurkan FLPP sebagai salah satu instrumen penguatan daya beli rumah untuk MBR
8 Pasal 1 Angka 24, UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020.9 Ibid., Pasal 1 Angka 10.10 Ibid., Pasal 21 Ayat (6).11 Pasal 126, UU No. 11 Tahun 2011.12 Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Peranan APBN dalam Mengatasi Backlog Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), 2015, hlm. 7.
8
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
dan juga demi tercapainya Program Sejuta Rumah. Program Sejuta Rumah merupakan
bentuk dukungan pemerintah agar MBR mampu untuk membeli rumah (enabling).
Dalam Program Sejuta Rumah, dari satu juta rumah yang akan dibangun, sekitar 603
ribu rumah diperuntukkan bagi MBR. FLPP bertujuan untuk menyediakan dana dalam
mendukung KPR Sejahtera. KPR Sejahtera adalah kredit atau pembiayaan pemilikan
rumah dengan dukungan FLPP yang diterbitkan oleh bank pelaksana baik dalam bentuk
kredit rumah tapak maupun satuan rumah susun umum (Sarusun Umum).
Kewajiban pemerintah, sebagaimana diamanatkan dalam UU PKP, adalah memfasilitasi
kemudahan melalui pembiayaan maupun pendanaan untuk mendapatkan rumah
layak huni. Pemerintah melalui Kementerian PUPR hingga saat ini masih terus
mengembangkan database yang akurat terkait keberadaan MBR, baik dari sisi kualitas
maupun kuantitasnya. Besaran backlog yang saat ini masih berbeda-beda, sulit untuk
dapat dipertanggungjawabkan dari sisi akademis sebagai dasar menyusun program
kerja kementerian. Kinerja kementerian di sektor perumahan diukur melalui capaian
tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya MBR, sebagaimana visi utama pendiri
bangsa yang dituangkan dalam UUD 1945. Untuk itu diperlukan adanya database MBR
yang akan mendapat fasilitas subsidi dalam mendapatkan rumah layak huni.13
Dalam rangka menyajikan data yang akurat terkait dengan keberadaan MBR, maka Pusat
Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) menghasilkan salah satu inovasi
FLPP berbasis Teknologi Informasi, yaitu Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan
(SiKasep). Aplikasi ini merupakan tools bagi MBR untuk mendapatkan rumah KPR
bersubsidi. Melalui aplikasi SiKasep MBR dapat mendaftar dan memantau proses KPR
yang diajukan. MBR juga dapat menentukan pilihan terhadap rumah, pengembang,
termasuk bank penyalur yang diinginkan. Kini peran MBR dalam memenuhi kebutuhannya
(nasibnya) tidak lagi ditentukan dan diatur oleh bank maupun pengembang. Dengan
hadirnya SiKasep maka MBR telah menjadi SUBJEK, tidak lagi menjadi OBJEK, dalam
proses bisnis FLPP. Konsep ini berlaku juga pada program pembiayaan lainnya, seperti
program SSB, program SBUM, BP2BT termasuk program Bantuan PSU.14
Inti dari inovasi ini, secara konseptual dan prinsipiil, adalah pada perubahan paradigma
secara menyeluruh. Sebelumnya MBR hanya dijadikan OBJEK penyediaan perumahan,
yang kemudian berubah menjadi SUBJEK pembangunan. MBR menjadi tujuan utama
pembangunan dan prioritas pemanfaatan program yang diluncurkan oleh pemerintah.
13 Arief Sabaruddin, “Jadikan MBR sebagai Subjek (bukan Objek) Melalui SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan)”, hlm. 1.
14 Ibid.
9
1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN
Serta menempatkan bank pelaksana dan developer/pengembang sebagai mitra kerja
PPDPP Kementerian PUPR dalam memfasilitasi kemudahan bagi MBR.15
1.1.2R UMAH UMUM
Dalam skema bantuan dan kepemilikan rumah dengan dana FLPP terdapat dua jenis
Rumah Umum yang dapat dibiayai serta diperuntukkan bagi MBR yaitu:
a. Rumah Umum Tapak adalah rumah umum yang berbentuk rumah tunggal atau
rumah deret yang dibangun oleh pengembang16
b. Sarusun Umum adalah unit hunian dalam Rumah Susun Umum yang dibangun oleh
pengembang17
Spesifikasi Rumah Umum Tapak ditetapkan sesuai dengan spesifikasi rumah sederhana
sehat yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai teknis
pembangunan rumah sederhana sehat. Sedangkan spesifikasi Sarusun Umum sesuai
dengan spesifikasi yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai teknis pembangunan rumah susun sederhana.
S P E S I F I K AS I R UMAH UMUM TA PA K
Ketentuan spesifikasi dan penjelasan bangunan Rumah Umum Tapak yang dapat
dibiayai dengan dana FLPP diatur dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sederhana Sehat. Di dalam Keputusan ini penyebutan nomenklatur Rumah Sederhana
Sehat (Rs Sehat) ditujukan dan dimaksudkan terhadap Rumah Umum Tapak.
Terdapat empat jenis bentuk bangunan Rs Sehat yaitu:
a. Rs Sehat Rumah Tembok
b. Rs Sehat Rumah ½ Tembok
15 Arief Sabaruddin, “Jadikan MBR sebagai Subjek (bukan Objek) Melalui SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan)”, hlm. 1.
16 Pasal 1 Angka 7, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.17 Ibid., Pasal 1 Angka 11.
10
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
Perumahan FLPP - Perumahan Gemstone, Kota Kupang, NTT
11
1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN
c. Rs Sehat Rumah Kayu tidak Panggung
d. Rs Sehat Rumah Kayu Panggung
Pembangunan Rs Sehat sesuai dengan jenis bentuk bangunan di atas dilakukan sesuai
dengan karakteristik daerah yang dibagi berdasarkan empat zonasi Rs Sehat. Namun
skala zonasi tersebut merupakan skala makro yang harus dirumuskan ke dalam skala
mikro di tingkat provinsi dan kota/kabupaten. Pembagian jenis Rs Sehat tersebut
bertujuan untuk tercapainya penyediaan Rumah yang layak dan terjangkau oleh MBR,
sangat rendah, dan kelompok informal, baik yang dilakukan secara masal maupun
melalui swadaya masyarakat.
Secara definisi teknis Rs Sehat adalah rumah yang dibangun dengan menggunakan
bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar
kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan
mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti
bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti
arsitektur lokal, dan cara hidup.18
Sasaran penyediaan Rs Sehat sangat dikhususkan bagi kelompok MBR. Dalam
pelaksanaannya pemenuhan penyediaan Rs Sehat masih menghadapi kendala, berupa
rendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga Rs Sehat masih belum
memenuhi keterjangkauan secara menyeluruh. Untuk itu perlu disediakan desain
Rumah Antara yang pertumbuhannya diarahkan menjadi Rs Sehat.
Rumah Antara didesain untuk menyiasati kendala keterjangkauan masyarakat Rs Sehat. Rumah Antara yang dimaksud adalah Rumah Inti Tumbuh (RIT), yaitu rumah yang hanya
memenuhi standar kebutuhan minimal rumah, dengan kriteria sebagai berikut:19
a. RIT memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruang
terbuka beratap dan fasilitas MCK
b. RIT memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya perubahan yang bakal
dilakukan yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai
ruang serba guna
c. Bentuk generik atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut,
dll) sesuai dengan tuntutan daerah bila itu ada
18 Lampiran Bagian Pendahuluan angka VI Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002.19 Ibid., hlm 11.
12
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
d. Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang
memungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari
Dalam proses pengembangan RIT menjadi Rs Sehat memberi peluang peran calon
penghuni/penghuni dalam mengekspresikan kebutuhan pengungkapan jati diri.
Sehingga akan mengurangi peluang terhadap pembongkaran bagian-bagian bangunan
secara besar-besaran.
1. Tipologi Rumah Sederhana Sehat
Rumah Sederhana adalah tempat kediaman yang layak dihuni dan harganya
terjangkau oleh MBR dan sedang. Luas kaveling ideal, dalam arti memenuhi
kebutuhan luas lahan untuk bangunan sederhana sehat baik sebelum maupun
setelah dikembangkan.
Kebutuhan ruang minimal menurut perhitungan dengan ukuran Standar Minimal
adalah 9 m2, atau standar ambang dengan angka 7,2 m2 per orang. Sebagai
konsepsi dasar kedua perhitungan tersebut masih digunakan dengan tetap
mempertimbangkan bentuk akhir rumah pasca pengembangan. Sehingga dari
hasil perhitungan di atas didapat luas bangunan awal (RIT) adalah 21 m2 dengan
pertimbangan dapat dikembangkan menjadi 36 m2 bahkan pada kondisi tertentu
dimungkinkan memenuhi standar ruang Internasional.20
2. Konsepsi Rumah Inti Tumbuh
Kendala keterjangkauan masyarakat terhadap Rs Sehat, telah diupayakan menyiasati
kondisi tersebut melalui satu rancangan rumah antara yaitu RIT sebagai rumah cikal
bakal Rs Sehat. Rancangan RIT memenuhi tuntutan kebutuhan paling mendasar
dari penghuni untuk mengembangkan rumahnya, dalam upaya peningkatan kualitas
kenyamanan, dan kesehatan penghuni dalam melakukan kegiatan hidup sehari-
hari, dengan ruang-ruang yang perlu disediakan sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. 1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan dengan bagian-bagiannya
tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup
berdasarkan perhitungan serta ventilasi cukup dan terlindung dari cuaca.
Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya.
20 Lampiran Bagian Pendahuluan angka V Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002, hlm. 11.
13
1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN
b. 1 ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana keluarga dapat
berinteraksi dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Ruang ini terbentuk
dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga merupakan ruang terbuka
namun masih memenuhi persyaratan minimal untuk menjalankan fungsi awal
dalam sebuah rumah sebelum dikembangkan.
c. 1 kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat
menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya
untuk kegiatan mandi cuci dan kakus.
Ketiga ruang tersebut di atas merupakan ruang-ruang minimal yang harus dipenuhi
sebagai standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar, selain itu sebagai
cikal bakal Rs Sehat. Konsepsi cikal bakal dalam hal ini diwujudkan sebagai suatu
Rumah Inti yang dapat tumbuh menjadi rumah sempurna yang memenuhi standar
kenyamanan, keamanan, serta kesehatan penghuni, sehingga menjadi rumah
sederhana sehat.
PO L A P E R T UMBUHAN R UMAH I N T I T UMBUH M E N J AD I R UMAH
S E D E R HANA S E HAT 21
Konsep rancangan RIT adalah sebagai berikut:
1. RIT adalah embrio dari rumah jadi yang diharapkan pertumbuhannya menjadi
rumah sehat. Diasumsikan sebagai cikal bakal rumah sehat yang memiliki wujud
belum sempurna akan tetapi memiliki komponen sistem yang utuh, namun belum
berfungsi 100% serta pada pertumbuhannya akan menjadi suatu rumah yang
sempurna dengan fungsi penuh.
2. RIT merupakan suatu rancang yang hanya menyediakan wadah untuk kebutuhan
ruang-ruang kegiatan paling mendasar. Rumah ini nantinya akan dikembangkan
oleh pemiliknya secara bertahap mulai dari RIT-1 menjadi RIT-2, dari RIT-2 menjadi
Rs Sehat-1, selanjutnya dari Rs Sehat-1 menjadi Rs Sehat-2. Pengembangan tipe-
tipe rumah ini tergantung tuntutan, kebutuhan dan kemampuan pemiliknya.
3. Ukuran pembagian ruang dalam rumah tersebut berdasarkan pada satuan ukuran
modular dan standar internasional untuk ruang gerak/kegiatan manusia. Sehingga
diperoleh ukuran ruang-ruang dalam RIT-1 adalah sebagai berikut:
21 Lampiran Bagian Pendahuluan angka VI Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002.
14
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
a. Ruang Tidur: 3,00 m x 3,00 m
b. Serbaguna: 3,00 m x 3,00 m
c. Kamar mandi/kakus/cuci: 1,20 m x 1,50 m
4. Dalam proses pengembangan rumahnya dari RIT-1 menjadi RIT-2, Rs-Sehat-1
maupun Rs-Sehat-2, tetap mengikuti ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah
perencanaan rumah sehat dan ukuran modul yang sudah ditetapkan.
Spesifikasi luas tanah dan luas lantai Rumah Umum Tapak yang dapat dibiayai dengan
kemudahan bantuan dana FLPP adalah:
a. Untuk Luas Tanah paling rendah 60 m2 dan paling tinggi 200 m2 22
b. Untuk Luas Lantai Rumah paling rendah 21 m2 dan paling tinggi 36 m2 23
S P E S I F I K AS I S AT UAN R UMAH S U S UN UMUM
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun sebagaimana telah diubah
dengan UU Cipta Kerja (UU Rusun) menyebutkan bahwa penyelenggaraan rumah susun
bertujuan untuk menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau,
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang. UU Rusun juga menunjukkan
keberpihakan Negara dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang terjangkau bagi
MBR serta partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan rumah.
22 Lampiran Huruf C Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.23 Ibid.
Perumahan FLPP - Graha Raya, Kendal
15
1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional,
baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.24
Dalam UU Rusun tersebut diatur bahwa Rumah Susun Umum adalah rumah susun
yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR. Kepemilikan MBR
terhadap gedung Rumah Susun Umum hanya sebatas Sarusun Umum. Sarusun Umum
yang memperoleh kemudahan dari pemerintah hanya dapat dimiliki atau disewa oleh
MBR.25
Menurut UU Rusun, Rumah Susun termasuk Rumah Susun Umum dapat dibangun di
atas tanah:26
a. Hak Milik
b. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah Negara
c. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan
Selain dibangun di atas tanah sebagaimana dimaksud di atas, khusus untuk
pembangunan Rumah Susun Umum dan/atau Rumah Susun Khusus dapat dibangun
dengan:27
a. Barang milik Negara/Daerah berupa tanah
b. Tanah Wakaf
Beberapa ketentuan tambahan apabila pembangunan Rumah Susun Umum dilakukan
melalui pemanfaatan barang milik Negara/Daerah berupa tanah adalah:28
a. Pembangunan Rumah Susun Umum dilakukan dengan cara sewa atau kerja sama
pemanfaatan
b. Tanah yang dimaksud harus telah diterbitkan sertifikat hak atas tanah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Pelaksanaan sewa atau kerja sama pemanfaatan dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
24 Pasal 1 Angka 1, UU Rusun.25 Ibid., Pasal 54 Ayat (1).26 Ibid., Pasal 17.27 Ibid., Pasal 18.28 Ibid., Pasal 19.
16
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
Beberapa ketentuan tambahan apabila pembangunan Rumah Susun Umum dilakukan
melalui pendayagunaan Tanah Wakaf adalah:29
a. Pendayagunaan tanah wakaf dilakukan dengan cara sewa atau kerja sama
pemanfaatan sesuai dengan ikrar wakaf
b. Apabila pendayagunaan tanah wakaf tidak sesuai dengan ikrar wakaf, dapat
dilakukan pengubahan peruntukan setelah memperoleh persetujuan dan/atau izin
tertulis Badan Wakaf Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Pengubahan peruntukan hanya dapat dilakukan untuk pembangunan Rumah Susun
Umum tidak dapat dilakukan untuk jenis Rumah Susun lainnya
d. Pelaksanaan sewa atau kerja sama pemanfaatan dilakukan sesuai dengan prinsip
syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tanah wakaf untuk rumah susun
umum diatur dengan Peraturan Pemerintah
Dalam pembangunan Rumah Susun Umum baik dengan pemanfaatan barang milik
Negara/Daerah berupa tanah maupun dengan pendayagunaan tanah wakaf, UU Rusun
mengharuskan bahwa pembangunan harus dilakukan dengan perjanjian tertulis di
hadapan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Perjanjian tertulis tersebut sebagaimana diwajibkan sekurang-kurangnya
memuat:30
a. Hak dan kewajiban penyewa dan pemilik tanah
b. Jangka waktu sewa atas tanah (diberikan selama 60 tahun sejak ditandatanganinya
perjanjian tertulis)
c. Kepastian pemilik tanah untuk mendapatkan pengembalian tanah pada akhir masa
perjanjian sewa
d. Jaminan penyewa terhadap tanah yang dikembalikan tidak terdapat permasalahan
fisik, administrasi, dan hukum
Terkait dengan penetapan tarif sewa atas tanah hal tersebut diambil alih oleh Pemerintah
untuk menjamin keterjangkauan harga jual Sarusun Umum bagi MBR. Perjanjian tertulis
yang dijelaskan di atas dicatatkan di kantor pertanahan.
29 Pasal 20, UU Rusun.30 Ibid., Pasal 21.
17
1 . 2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P
Seperti halnya Rumah Umum Tapak, Sarusun Umum dijual dengan batasan harga
jual yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Penetapan batasan harga jual dilaksanakan oleh Menteri PUPR dari tahun ke tahun.
Nilai harga jual per unit Sarusun Umum paling banyak dihitung berdasarkan harga jual
per meter persegi (m2) dikali luas Sarusun Umum.31
Spesifikasi luas lantai Sarusun Umum yang dapat dibiayai dengan kemudahan bantuan
dana FLPP adalah paling rendah 21 m2 dan paling tinggi 36 m2.32
1.2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P
Pemberian dana subsidi bagi masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan pemerintah yang berlaku. Apabila pemberian atau penyaluran
subsidi tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka hal tersebut
dapat memberi peluang terjadinya penyimpangan penyaluran dana. Penyaluran dana
yang tidak maksimal dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakatnya.
1.2.1 S I S T EM P EMB I AYAAN F L P P
Salah satu program nyata yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka pemenuhan
hak atas perumahan yang layak khususnya bagi MBR adalah telah dilaksanakannya
program FLPP sejak tahun 2010. FLPP adalah sistem pembiayaan yang sebagian
dananya diambil dari APBN. MBR dapat mengajukan KPR khusus yang diberi bantuan
kemudahan FLPP yang disebut dengan istilah “KPR Sejahtera”. KPR Sejahtera diajukan
31 Diktum Keempat Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.32 Ibid., Lampiran Huruf C.
18
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
kepada lembaga pembiayaan (bank) yang bekerja sama dengan Kementerian PUPR.
Dengan demikian kelompok MBR yang ingin mendapatkan rumah hunian namun tidak
mempunyai dana yang cukup untuk mengaksesnya dapat diringankan dengan program
ini.
Terdapat empat jenis KPR Sejahtera yang disalurkan oleh PPDPP pada periode 2019
hingga saat ini:33
a. KPR Sejahtera Tapak
b. KPR Sejahtera Syariah Tapak
c. KPR Sejahtera Susun
d. KPR Sejahtera Syariah Susun
Pada dasarnya, masyarakat yang membutuhkan rumah dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok besar, MBR dan Masyarakat Berpenghasilan Menengah ke bawah
(MBM). Yang perlu diperhatikan dalam dua kelompok tersebut adalah tingkat kebutuhan
intervensi pemerintah dalam memenuhi hak atas perumahan yang layak, apakah
intervensi tersebut berupa penyediaan rumah sosial, rumah sewa, maupun subsidi
pemilikan rumah sederhana sehat dan rumah susun milik.34
Program FLPP ini merupakan subsidi yang diperuntukkan bagi kelompok MBR agar
mendapatkan keringanan dalam mengakses biaya perumahan yang cenderung memiliki
suku bunga tinggi. Selama ini, pembiayaan perumahan diakomodasi oleh lembaga
pembiayaan seperti bank. Namun demikian, akses ke lembaga pembiayaan perumahan
ini tidak dapat dilakukan oleh masyarakat yang tergolong MBR dan MBM, mengingat
bahwa mereka tidak dapat memenuhi kelayakan dan kecukupan standar nasabah
penerima FLPP. Hal ini mengakibatkan kendala tersendiri bagi MBR dan MBM dalam
memiliki rumah yang layak bagi mereka.
Secara singkat, dasar hukum utama dalam pelaksanaan program FLPP sejak tahun
2010, adalah sebagai berikut:
1. UUD 1945 Pasal 28 H menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan”.
33 Pasal 5 Ayat (4), Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.34 Soebowo Musa, “Sekilas Tentang Pembiayaan Perumahan”, Kiran Resources, Jakarta, 2007, hlm xxi.
19
1 . 2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P
2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights, dalam Pasal 11 Ayat (1) menegaskan bahwa
negara peserta dalam perjanjian internasional ini mengakui hak setiap orang atas
standar kehidupan yang layak baginya dan keluarganya, termasuk pangan, sandang
dan perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup yang terus menerus.
3. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal
40 menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta
berkehidupan yang layak.
4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
dalam Pasal 5 Ayat (1) menegaskan bahwa terdapat peran negara dalam
bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
dimana pembinaannya langsung dilaksanakan oleh pemerintah.
5. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun menyatakan bahwa
negara memiliki tanggung jawab atas penyelenggaraan rumah susun yang
pembinaannya langsung dilaksanakan oleh pemerintah.
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan,
Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana FLPP, dalam Pasal 2 mengamanahkan
Dana FLPP bertujuan untuk mendukung program bantuan FLPP bagi MBM termasuk
MBR untuk Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Sehat (KPRSh).
1.2.2K L AS T E R I SAS I P E R I O D E K E T E N T UAN S I S T EM
P EMB I AYAAN F L P P
Ketentuan teknis penyaluran program FLPP diatur oleh Kementerian teknis di bidang
perumahan yaitu Kementerian Perumahan Rakyat yang sekarang telah digabungkan
dengan Kementerian Pekerjaan Umum menjadi Kementerian PUPR. Sejak tahun 2010,
teknis penyaluran dana FLPP berlandaskan hukum atas:
1. Permenpera No. 14 Tahun 2010 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Bantuan Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan
20
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
2. Permenpera No. 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan
Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan
Dukungan Bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
3. Permenpera No. 4 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan
4. Permenpera No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan
Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan
5. Permenpera No. 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permenpera No. 4 Tahun
2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah
Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
6. Permenpera No. 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permenpera No. 5 Tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan
7. Permenpera No. 13 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan
8. Permenpera No. 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan
Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan
Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
9. Permenpera No. 27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan
10. Permenpera No. 28 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan
Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan
Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
11. Permenpera No. 3 Tahun 2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah
Sejahtera
22
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
12. Permenpera No. 4 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera
13. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan
Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
14. Permen PUPR No. 21/PRT/M/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
15. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2015 tentang Perubahan Atas Permen PUPR No. 20/
PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dalam Rangka
Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
16. Permen PUPR No. 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
17. Permen PUPR No. 26/PRT/M/2016 tentang Perubahan Atas Permen PUPR No.
21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
18. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Jika kita lihat lebih jauh mengenai keberadaan pengaturan mengenai FLPP sebagaimana
diatur dalam Permen PUPR No.20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan
Pemilikan Rumah bagi MBR maka program FLPP ini merupakan dukungan fasilitas
pembiayaan perumahan kepada MBR yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian
PUPR.35
Hingga saat ini dana FLPP dikelola oleh BLU PPDPP untuk disalurkan kepada
Kelompok Sasaran KPR Sejahtera melalui Bank Pelaksana.36 Hal ini menegaskan bahwa
keberadaan program FLPP ini terintegrasi dengan sistem perbankan. Integrasi dengan
35 Pasal 1 Angka 16, Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.36 Ibid., Pasal 22 Ayat (1).
23
1 . 2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P
Bank Pelaksana tersebut dilaksanakan dengan sistem konvensional maupun sistem
syariah dalam rangka kepemilikan rumah bagi MBR.
Penyaluran dana FLPP melalui Bank Pelaksana kepada MBR dilakukan dengan
menggunakan pola penyaluran dengan risiko ketidaktertagihan dana FLPP ditanggung
oleh Bank Pelaksana yang dikenal dengan pola executing. Penyaluran dana FLPP
dikenakan tarif KPR Sejahtera berdasarkan ketentuan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. PPDPP dapat menyalurkan
dana menggunakan pola selain pola executing setelah mendapat persetujuan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan atas usulan Menteri
PUPR.37
Dana KPR Sejahtera merupakan gabungan antara dana FLPP dan dana Bank Pelaksana
dengan proporsi tertentu. Proporsi tertentu yang dimaksud ditetapkan berdasarkan
kondisi perekonomian, tarif KPR Sejahtera, dan suku bunga/margin KPR Sejahtera.
Proporsi tertentu dilakukan pengkajian dan disampaikan oleh PPDPP kepada Direktur
Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan untuk diusulkan
penetapannya kepada Menteri PUPR menjadi proporsi pendanaan KPR Sejahtera.
Proporsi yang dimaksud dicantumkan dalam perjanjian kerja sama antara PPDPP
dengan Bank Pelaksana. Pengkajian dilakukan oleh PPDPP setiap tahun atau sewaktu-
waktu apabila diperlukan.38
Adapun tujuan dilaksanakannya program FLPP ini secara khusus untuk menurunkan
tingkat suku bunga/margin sampai dengan di bawah 10%, dimana sampai dengan saat
ini tingkat suku bunga rata-rata masih di atas 10% (baik bank konvensional maupun
bank syariah). Dengan demikian, harapannya dapat mengurangi biaya angsuran yang
harus dibayarkan oleh nasabah perumahan tiap bulannya. Permasalahan lain adalah
mengenai kewajiban pembayaran Down Payment, dimana kecenderungannya bagi
masyarakat yang tergolong MBM dan MBR juga memiliki kesulitan dalam memenuhi
pembayaran uang muka dalam pembelian perumahan yang mereka inginkan. Bunga
atau margin yang berlaku hingga saat ini untuk KPR Sejahtera adalah 5%.39
KPR Sejahtera disalurkan kepada MBR dengan ketentuan yaitu nilai KPR paling banyak
sebesar harga jual Rumah Umum Tapak/Sarusun Umum dikurangi dengan nilai uang
muka yang disediakan MBR sebesar 1% dari harga jual dan dikurangi nilai SBUM. MBR
dapat membayar uang muka lebih dari 1% dari harga jual untuk memenuhi batas minimal
37 Pasal 22 Ayat (2), (3), dan (4), Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.38 Ibid., Pasal 23. 39 Lampiran Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.
24
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
kemampuan mengangsur. Suku bunga KPR sudah termasuk premi asuransi jiwa, asuransi
kebakaran, dan asuransi kredit/pembiayaan. Suku bunga bersifat tetap selama masa
subsidi dengan metode perhitungan bunga anuitas dengan amortisasi tahunan atau
bulanan. Jangka waktu KPR disepakati oleh Bank Pelaksana dan MBR yang disesuaikan
dengan kemampuan membayar angsuran dengan jangka waktu maksimal 20 tahun.
Metode perhitungan bunga anuitas disepakati dalam perjanjian kerja sama antara Bank
Pelaksana dengan PPDPP.40
1.3K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I S AT UAN K E R J A M E NU J U B L U
PPDPP sebagai sebuah entitas pengelola dana FLPP adalah sebuah lembaga BLU.
BLU adalah sebuah entitas bisnis yang dikenal dalam manajemen perbendaharaan
negara. Perspektif ini digunakan karena istilah BLU dimunculkan pertama kali di dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang
ini menggantikan Indonesische (semula: Indische) Comptabiliteitswet atau Undang-
Undang Perbendaharaan Indonesia; Staatsblad Tahun 1925 No. 448, sebagaimana
telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang No. 9 Tahun
1968. Menurut hukum positif Indonesia, perbendaharaan negara didefinisikan sebagai
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan
kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).41
Pengelolaan dan operasionalisasi BLU diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU. BLU adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi
40 Pasal 27, Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.41 Shidarta, “Menggali Karakteristik Badan Layanan Umum (BLU)", (https://business-law.binus.ac.id/2019/08/07/
menggali-karakteristik-badan-layanan-umum/, Diakses pada 5 Juli 2021).
25
1 . 3 K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I SATK E R M ENU JU B ADAN L AYANAN UMUM
dan produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat. BLU beroperasi sebagai
unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian
layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan.42
Dalam penetapan PPDPP sebagai sebuah BLU diperlukan pemenuhan persyaratan
substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-
BLU kepada Menteri Keuangan. Setelah persyaratan tersebut terpenuhi kemudian
Menteri PUPR selaku pembina PPDPP sesuai dengan kewenangannya mengusulkan
PPDPP sebagai BLU penuh kepada Menteri Keuangan. Sebelum menjadi BLU PPDPP
yang kita ketahui sekarang, PPDPP sebagai sebuah BLU telah mengalami transformasi
kelembagaan yang semula dari Satuan Kerja (Satker) di bawah Kemenpera menjadi BLU
PPDPP di bawah Kementerian PUPR. Berikut sejarah singkat perjalanan kelembagaan
BLU PPDPP:
1. Periode 2010-2014
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, memasuki tahun 2010, Menteri
Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa (2009-2011) menggagas skema KPR
Sejahtera yang menggunakan dana FLPP dengan MBR sebagai sasaran utamanya.
Selanjutnya, guna mendukung tata laksana program tersebut Kementerian
Keuangan menerbitkan KMK No. 290/KMK.05/2010 tentang Penetapan Pusat
Pembiayaan Perumahan (PPP) pada Kementerian Perumahan Rakyat sebagai
Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum . Beleid itu diketuk pada tanggal 15 Juli 2010. Melalui Keputusan Menteri
Keuangan tersebut maka BLU PPP menerima status BLU penuh.
Tata laksana kerja yang diterapkan oleh BLU PPP tetap mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 74 Tahun 2012. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 2014.
2. Periode 2015-2019
Di era pemerintahan Jokowi – JK, Kemenpera dilebur dengan Kementerian
Pekerjaan Umum menjadi Kementerian PUPR, maka terjadi perubahan struktur
organisasi di Kementerian PUPR yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri
PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri PUPR No. 05/PRT/M/2017.
42 Pasal 1 Angka 1, Pasal 2, dan Pasal 3 Ayat (1), PP No. 23 Tahun 2005.
26
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
Di dalam Peraturan Menteri PUPR ini nomenklatur Pusat Pembiayaan Perumahan
(PPP) diubah menjadi Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP).
Beberapa ketentuan utama terkait BLU PPDPP di dalam Peraturan Menteri PUPR
No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR adalah:
1. BLU PPDPP adalah unsur pendukung pelaksanaan program pengembangan
pembiayaan perumahan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri PUPR melalui Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR
2. Ditetapkan struktur organisasi BLU PPDPP terdiri atas:
a. Direktur Utama
b. Direktur Layanan
c. Direktur Keuangan
d. Direktur Operasi
e. Direktur Umum dan Hukum
f. Satuan Pemeriksaan Intern
Konsekuensi hukum yang terjadi saat perubahan nomenklatur PPP menjadi PPDPP
adalah diperlukannya dasar hukum baru terkait penetapan PPDPP sebagai lembaga
yang menerapkan PPK BLU. Maka pada 19 Februari 2016 melalui Keputusan Menteri
Keuangan No. 112/KMK.05/2016 tentang Penetapan PPDPP pada Kementerian
PUPR sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU,
Menteri Keuangan menetapkan dasar hukum baru untuk BLU PPDPP sebagai BLU
penuh.
3. Periode 2019-2021
Pada 1 Februari 2019, struktur organisasi PPDPP berubah menjadi Badan Layanan
Umum Lembaga Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU LPDPP) melalui
Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan. Di tahun 2019, tepatnya pada
tanggal 17 Oktober 2019 BLU LPDPP kembali menjadi Badan Layanan Umum Pusat
Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU PPDPP) melalui Peraturan Menteri
PUPR No. 14/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengelolaan
Dana Pembiayaan Perumahan.43
43 BLU PPDPP, Buku Potret KPR Sejahtera FLPP, 2019, hlm. 8.
27
1 . 3 K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I SATK E R M ENU JU B ADAN L AYANAN UMUM
Berawal dari Perusahaan Pembangunan
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Pra Kemerdekaan - Orde Lama
Orde Baru
Orde Reformasi
Kabinet Kerja
Department Van Verkeer en Waterstaat
PP No. 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan
Tabungan Perumah an Rakyat
Departemen Perairan dan Pembangunan Kembali
(Department van Waterstaat en Wederopbouw)
PP No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
PP No. 16 Tahun 2021 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Pembentukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga RI
Pembentukan 200 Yayasan Kas
Pembangunan
Dibentuk Departemen Kimpraswil
Pembentukan Kemenpera jilid II
UU No. 4 Tahun 2016 tentang Tapera
Permen PUPR, SOTK No. 15/2015 diubah menjadi Permen PUPR No. 05/2017 yaitu mengenai perubahan dari Pusat Pembiayaan Perumahan (PPP) diubah
menjadi Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP)
Perubahan Nomenklatur dari Ditjen Pembiayaan Perumahan menjadi Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Perpres No. 135
PP No. 31 Rusunami Barang
Keppres No. 22 Tim Koor. Percepatan
Pembangunan Rusun
Kongres Perkim II
UU No. 1 Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 20 Tentang Rumah Susun
Penggabungan Kemenpera dan
KemenPU menjadi Kementerian PUPR
Adanya Building Information
Kantor Menegpera menjadi Menegpera
PP No. 29 tentang Perusahaan Umum
“Pembangunan Perumahan Nasional”
UU No. 4 Perumahan dan Pemukiman
Diangkat Menteri Muda Perumahan Rakyat
Dibentuk Kantor Menegpera
PenggagasanKPR Sejahtera FLPP
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
No. 290/KMK.05/2010
1926
2020
1941
2020
PP No. 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Rumah Susun
2021
PP No. 64 Tahun 2021 tentang Bank Tanah
2021
PP No. 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan
Penyelenggaraan Perumahan
2021
1945
2021
2021
1950
1961
2000
2004
2016
20172019
200720082009
2011 2011 2015
1970
1993
1974
1992
1978
1983
2010
1970-1993
2000-2015
2016-2019
1926-1961
UU Cipta Kerja
2020-2021
Gambar 1.1. Linimasa perjalanan sejarah perumahan di Indonesia
28
B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P
Tujuan disusunnya buku ini adalah sebagai legacy ilmu pengetahuan, praktik terbaik,
serta persembahan BLU PPDPP kepada masyarakat Indonesia dan pemangku
kepentingan perumahan. Buku ini dikerjakan dalam jangka waktu yang berdekatan
dengan rencana pengalihan pengelolaan dana FLPP ke lembaga baru. Diharapkan di
masa depan buku ini dapat digunakan oleh Pemerintah serta pemangku kepentingan
perumahan sebagai gagasan pemikiran dalam merumuskan kebijakan terkait
perumahan, khususnya perumahan bersubsidi.
Buku ini terdiri dari 4 bagian. BAB pertama merupakan pendahuluan yang menggambarkan
perjalanan kelembagaan beserta gambaran umum pengelolaan dana FLPP dari awal
terbentuk hingga sekarang. Pada BAB kedua akan dijelaskan lebih lanjut mengenai sistem
pengelolaan dana bergulir FLPP oleh BLU PPDPP, perkembangan-perkembangannya,
serta pencapaiannya dalam kurun waktu 11 tahun (2010-2021).
BAB ketiga menyajikan perkembangan pengelolaan dana bergulir FLPP dalam era
digitalisasi, pengelolaan database, dan analisis kajian permasalahan yang dihadapi oleh
BLU PPDPP selama ini. Pengkajian masalah dilihat dari sisi supply maupun demand.
Dijabarkan pula analisis tentang dana bergulir FLPP pasca terbitnya UU Cipta Kerja
(Omnibus Law) juga peraturan pelaksanaannya yang memberikan implikasi pada bidang
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta beberapa sektor terkait
lainnya. Semua uraian dari bagian pertama hingga ketiga akan ditutup di BAB keempat.
Buku ini disusun berdasarkan metode penelitian yang bersifat kualitatif dan yuridis
normatif. Pengelolaan dana bergulir FLPP dijabarkan secara menyeluruh mulai dari
kondisi fakta serta regulasi yang mengaturnya. Analisis yang dilakukan terhadap
permasalahan yang ditemui oleh BLU PPDPP beserta telaah hukumnya didasari oleh
analisa terhadap regulasi dan kebijakan.
29
1 . 3 K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I SATK E R M ENU JU B ADAN L AYANAN UMUM
Perumahan FLPP - Perumahan Pamela Mas, Kubu Raya, Kalimantan Barat
32
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
2.1P RO F I L DA N S T R U K T U R O R GAN I SAS I P P D P P
Profil dan struktur Organisasi BLU PPDPP diatur dalam Peraturan Menteri PUPR No.
14/PRT/M/2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengelolaan Dana
Pembiayaan Perumahan. BLU PPDPP mempunyai tugas melaksanakan penyaluran
dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan, serta pengembangan strategi bisnis
dan pelayanan umum di bidang pengelolaan dana bergulir pembiayaan perumahan.44
BLU PPDPP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pembiayaan infrastruktur
pekerjaan umum dan perumahan.45 BLU PPDPP dipimpin oleh Direktur Utama.46
Struktur organisasi BLU PPDPP sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 14/
PRT/M/2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PPDPP, adalah sebagai berikut:
1. Direktur Utama
Direktur utama merupakan Kepala Satker BLU PPDPP yang mempunyai tugas
melaksanakan penyaluran dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan.47
44 Pasal 3, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.45 Ibid., Pasal 2 Ayat (1).46 Ibid., Pasal 2 Ayat (2).47 Ibid., Pasal 6.
FLPP adalah upaya pemerintah dalam mendukung serta memudahkan MBR untuk memiliki rumah siap huni, baik berupa Rumah Umum Tapak maupun Sarusun Umum. Pengelolaan dana FLPP dilaksanakan oleh Kementerian PUPR, dalam hal ini BLU PPDPP serta Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, yang kemudian disalurkan melalui Bank Pelaksana.
33
2 .1 P RO F I L DAN S T RUKTUR O RGAN I SAS I P P D P P
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Utama menyelenggarakan fungsi:48
1. Penyiapan dan pengajuan dokumen Rencana Strategis Bisnis (RSB)
2. Penyiapan dan pengajuan dokumen Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)
3. Penyiapan dan pengajuan dokumen Standar Pelayanan Minimum (SPM)
4. Koordinasi pelaksanaan RSB dan RBA
5. Penyusunan rencana kebutuhan, inventarisasi, dan penghapusan aset
6. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
7. Pelaksanaan kerja sama dengan instansi/lembaga
8. Penyusunan dan penetapan tata kelola internal organisasi
9. Pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan
2. Direktur Layanan
Direktur Layanan mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada lembaga
keuangan dan pemangku kepentingan dalam rangka penyaluran dan pengelolaan
dana pembiayaan perumahan.49
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Layanan menyelenggarakan fungsi:50
a. Pelaksanaan sosialisasi dan promosi program pembiayaan perumahan
b. Pelaksanaan kerja sama dengan instansi/lembaga
c. Pelaksanaan verifikasi tagihan pembiayaan perumahan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Layanan dibantu oleh:51
• Divisi Pemasaran, yang bertugas melaksanakan sosialisasi dan promosi
program, evaluasi dan penyusunan laporan program pembiayaan perumahan
• Divisi Kerja Sama, yang bertugas melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan
kerja sama dengan instansi/lembaga, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan kerja sama
• Divisi Verifikasi, yang bertugas melaksanakan kegiatan verifikasi, evaluasi, dan
penyusunan laporan tagihan pembiayaan perumahan
48 Pasal 7, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019. 49 Ibid., Pasal 8.50 Ibid., Pasal 9.51 Ibid., Pasal 10 (1) jo Pasal 11.
34
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
3. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan di
lingkungan BLU PPDPP.52
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Keuangan menyelenggarakan fungsi:53
a. Penyusunan rencana strategis bisnis
b. Penyusunan rencana bisnis dan anggaran tahunan
c. Pelaksanaan rekonsiliasi posisi pembiayaan perumahan
d. Pembayaran tagihan lembaga keuangan
e. Pemantauan pelaksanaan penagihan angsuran
f. Pengelolaan dana
g. Pelaksanaan pembukuan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
h. Penyusunan laporan keuangan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Keuangan dibantu oleh:54
• Divisi Perencanaan dan Anggaran, yang bertugas melaksanakan penyusunan
rencana strategis bisnis dan penyusunan rencana bisnis dan anggaran tahunan
• Divisi Tata Laksana Keuangan, yang bertugas melaksanakan rekonsiliasi posisi
pembiayaan perumahan, pembayaran tagihan lembaga keuangan, pemantauan
pelaksanaan penagihan angsuran, dan pengelolaan dana
• Divisi Akuntansi, yang bertugas melaksanakan pembukuan serta penyusunan
laporan keuangan
4. Direktur Operasi
Direktur Operasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengembangan
teknologi informasi dan pendayagunaan data, serta melaksanakan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan terhadap ketepatan sasaran pembiayaan perumahan.55
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Operasi menyelenggarakan fungsi:56
a. Pendayagunaan dan pengembangan teknologi informasi
b. Pendayagunaan dan pemeliharaan data
c. Pemantauan dan evaluasi terhadap ketepatan sasaran pembiayaan perumahan
52 Pasal 12, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.53 Ibid., Pasal 13.54 Ibid., Pasal 14 (1) jo Pasal 15.55 Ibid., Pasal 16.56 Ibid., Pasal 17.
35
2 .1 P RO F I L DAN S T RUKTUR O RGAN I SAS I P P D P P
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Operasi dibantu oleh:57
a. Divisi Teknologi Informasi, yang bertugas melaksanakan pengelolaan dan
pengembangan teknologi informasi
b. Divisi Database, yang bertugas melaksanakan pendayagunaan dan
pemeliharaan data
c. Divisi Pemantauan dan Evaluasi, yang bertugas melaksanakan pemantauan dan
evaluasi terhadap ketepatan sasaran pembiayaan perumahan
5. Direktur Umum dan Hukum
Direktur Umum dan Hukum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber
daya manusia, hukum, kehumasan, rumah tangga, dan aset.58
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Umum dan Hukum menyelenggarakan
fungsi:59
a. Pengelolaan sumber daya manusia
b. Pelaksanaan dukungan bidang hukum dan kepatuhan
c. Pelaksanaan kegiatan kehumasan
d. Pelaksanaan urusan rumah tangga
e. Pengelolaan aset
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Umum dan Hukum dibantu
oleh:60
a. Divisi Sumber Daya Manusia, yang bertugas melaksanakan pengelolaan sumber
daya manusia di lingkungan BLU PPDPP
b. Divisi Hukum, yang bertugas melaksanakan pemberian dukungan bidang hukum
dan kepatuhan
c. Divisi Humas, yang bertugas melaksanakan urusan di bidang kehumasan
d. Divisi Rumah Tangga dan Aset, yang menjalankan tugas melaksanakan urusan
rumah tangga dan pengelolaan aset
57 Pasal 18 (1) jo Pasal 19, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.58 Ibid., Pasal 20.59 Ibid., Pasal 21.60 Ibid., Pasal 22 (1) jo Pasal 23.
36
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
6. Satuan Pengawasan Intern
Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan unsur pengawasan intern yang bertang-
gung jawab pada Direktur Utama. SPI dipimpin oleh seorang Kepala SPI, mempunyai
tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan BLU PPDPP.
7. Dewan Pengawas BLU PPDPP
Dewan Pengawas adalah suatu organ yang dimiliki oleh setiap BLU. Dewan Pengawas
adalah organ BLU yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Pejabat Pengelola BLU dalam menjalankan pengelolaan BLU.61 Dalam
melaksanakan tugasnya Dewan Pengawas dibantu oleh Sekretaris Dewan Pengawas
BLU yaitu adalah orang perseorangan yang diangkat untuk mendukung penyelenggaraan
tugas Dewan Pengawas.62 Dewan Pengawas BLU juga dapat membentuk Komite Audit,
yaitu komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengawas
untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Pengawas.
Tugas dan fungsi Dewan Pengawas BLU diatur dalam PMK No. 129/PMK.05/2020
antara lain adalah:
a. Menandatangani RSB bersama pemimpin BLU,63 dalam hal BLU tidak mempunyai
Dewan Pengawas, RSB ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
b. Menandatangani RBA bersama pemimpin BLU,64 Dalam hal BLU tidak mempunyai
Dewan Pengawas, RBA ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
c. Menandatangani RBA Definitif bersama Pemimpin BLU,65 untuk disetujui Menteri/
Pimpinan Lembaga. Dalam hal BLU tidak memiliki Dewan Pengawas, RBA Definitif
sebagaimana ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang ditunjuk
Menteri/Pimpinan Lembaga, serta disetujui Menteri/Pimpinan Lembaga
8. Tim Task Force BLU PPDPP
Pada Tahun 2020, BLU PPDPP membentuk Tim Task Force yang berisi personil Pegawai
dari lintas Divisi Internal BLU PPDPP. Tim ini berperan sebagai tim fungsional di BLU
PPDPP yang bertugas melakukan pengkajian terhadap isu-isu perumahan serta inovasi
61 Pasal 1, PMK No. 129/PMK.05/2020.62 Ibid.63 Ibid., Pasal 44.64 Ibid., Pasal 53.65 Ibid., Pasal 55.
37
2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P
skema pembiayaan perumahan khususnya KPR Sejahtera FLPP. Tim Task Force
dibentuk melalui Keputusan Direktur Utama BLU PPDPP tahun 2020-2021.
Susunan Tim Task Force terkini adalah sebagai berikut:
a. Tim Pengarah
• Ketua: Direktur Utama
• Anggota: Direktur Keuangan, Direktur Layanan, Direktur Operasi, dan Direktur
Umum dan Hukum
b. Tim Pelaksana
• Ketua: Kepala Divisi Perencanaan dan Anggaran
• Sekretaris: Staf Divisi Perencanaan dan Anggaran
• Anggota: Kepala Divisi Tata Laksana Keuangan, Kepala Divisi Rumah Tangga dan
Aset, Kepala Divisi Database, Kepala Divisi Kerja Sama, Kepala Divisi Hukum,
Kepala Divisi Verifikasi, serta 1 staf dari setiap Divisi Database, Divisi Hukum,
Divisi Verifikasi, Divisi Kerja Sama, dan Divisi Tata Laksana Keuangan
2.2KA RAK T E R I S T I K DA NA B E R GU L I R F L P P
Karakteristik pengelolaan dana FLPP termasuk dalam kategori pengelolaan dana
bergulir. Adapun karakteristik dari pengelolaan dana bergulir adalah sebagai berikut:
1. Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negara/daerah
Dana bergulir dapat bersumber dari APBN/APBD dan diluar APBN/APBD,
contohnya berasal dari masyarakat atau hibah dari luar negeri. Sesuai dengan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dana bergulir yang
berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan negara/daerah jika dana itu
diberikan dan/atau diterima atas nama pemerintah/pemerintah daerah.
2. Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mengatur
bahwa pengeluaran negara/daerah dimasukkan dalam APBN/APBD. Oleh sebab itu
alokasi anggaran untuk dana bergulir harus dimasukkan ke dalam APBN/APBD.
39
2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P
Pencantuman alokasi anggaran untuk dana bergulir dapat dicantumkan dalam
APBN/APBD awal atau revisi APBN/APBD (APBN-P atau APBD Perubahan).
3. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki, dan/atau dikendalikan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)
Pengertian dikuasai dan/atau dimiliki mempunyai makna yang luas. Dikuasai
dan/atau dimiliki berarti mempunyai hak kepemilikan atau penguasaan atas dana
bergulir. Dikendalikan berarti mempunyai kewenangan dalam melakukan pembinaan,
monitoring, pengawasan, atau kegiatan lain dalam rangka pemberdayaan dana
bergulir.
4. Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kemudian ditagih kembali dari
masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, untuk selanjutnya dana idisalurkan
kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat, demikian seterusnya (bergulir).
5. Dana bergulir ditujukan untuk perkuatan pengelolaan dana khusus dalam rangka
meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat yang dapat
berupa lembaga/badan pengelolaan dana investasi, dana bergulir, dan dana abadi
pendidikan.66
6. Pemerintah dapat menarik kembali dana bergulir
Dana yang digulirkan oleh pemerintah dapat ditagih oleh Kementerian Negara/
Lembaga baik untuk dihentikan atau digulirkan kembali kepada masyarakat.
Pengelolaan dan penyaluran dana bergulir FLPP dilakukan oleh BLU PPDPP dengan
mekanisme umum sebagai berikut:
1. BLU PPDPP mendapat alokasi dana dari APBN yang tercantum dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
2. BLU PPDPP mengajukan pencairan dana kepada Bendahara Umum Negara (BUN).
3. Sesuai dengan peraturan terkait pengelolaan dana bergulir, penyaluran dapat
dilakukan melalui lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, atau
satker pemerintah daerah di bidang pembiayaan yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).67 Lembaga keuangan bank
66 Pasal 6 Ayat (1) huruf c PMK No. 129/PMK.05/2020.67 Pasal 6 Ayat (2) PMK No. 99/PMK.05/2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 218/PMK.05/2009.
40
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
dan bukan bank tersebut dapat berperan sebagai executing agency atau chanelling
agency. Satker pemerintah daerah di bidang pembiayaan yang menerapkan PPK-
BLUD hanya dapat berfungsi sebagai penyalur dana (channeling).68 Jika berfungsi
sebagai executing agency, lembaga tersebut bertanggung jawab dalam menyeleksi
dan menetapkan penerima dana bergulir, menyalurkan dan menagih kembali dana
bergulir, serta menanggung resiko terhadap ketidaktertagihan dana bergulir. Jika
berfungsi sebagai chanelling agency, lembaga tersebut hanya menyalurkan dana
bergulir kepada penerima dan tidak mempunyai tanggung jawab menetapkan
penerimanya. Dalam hal ini BLU PPDPP menyalurkan dana melalui lembaga
keuangan yaitu Bank Pelaksana yang berfungsi sebagai executing agency.
4. Dana yang disalurkan tersebut merupakan pinjaman yang harus dikembalikan oleh
peminjam atau penerima manfaat (MBR) kepada satker, baik melalui lembaga lain
atau langsung kepada satker pemerintah yang bersangkutan. Dalam hal ini MBR
selaku penerima dana FLPP mengembalikan pinjaman kepada PPDPP melalui Bank
Pelaksana.
5. BLU PPDPP mengelola, mengendalikan penagihan, menyalurkan kembali kepada
MBR, serta melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan dana FLPP.
Salah satu karakteristik dana bergulir FLPP adalah dana tersebut disalurkan kepada
MBR, untuk kemudian dikembalikan kepada BLU PPDPP. Pengembalian dana kepada
BLU PPDPP selaku pengelola dana bergulir dapat dilakukan dengan angsuran atau
pengembalian sekaligus, dalam hal ini BLU PPDPP menerapkan prinsip angsuran
pengembalian pokok.69 Dalam pengelolaan dana bergulir, secara umum dana yang telah
digulirkan kepada peminjam atau penerima manfaat akan ditagih kembali. Penagihan
kembali dana bergulir tersebut terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang merupakan
pinjaman pokok dan unsur pendapatan. Unsur pendapatan yang dimaksud dapat
berupa bunga atau bagi hasil. Unsur pinjaman pokok dalam skema FLPP dikenal dengan
pengembalian pokok, sedangkan unsur pendapatan dalam skema FLPP dikenal dengan
tarif KPR Sejahtera. Tarif KPR Sejahtera adalah imbalan atas jasa layanan yang diterima
oleh BLU PPDPP dari Bank Pelaksana KPR Sejahtera yang berupa suku bunga/imbal
hasil atas dana program FLPP KPR Sejahtera.70
68 Pasal 6 Ayat (3) dan Ayat (3a), PMK No. 99/PMK.05/2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 218/PMK.05/2009.
69 Pasal 38, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.70 Ibid., Pasal 1 Angka 29.
41
2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P
Tarif KPR Sejahtera diterima oleh BLU PPDPP sebagai imbalan atas jasa layanan melalui
mekanisme Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP adalah pungutan yang
dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun
tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh
negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi penerimaan
Pemerintah Pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah serta dikelola dalam
mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.71
Besaran angsuran pengembalian pokok yang dibayar oleh MBR adalah sebesar
pinjaman dana yang diterima dengan memperhitungkan jangka waktu pengembalian
(tenor pengembalian). Penyaluran dana FLPP dalam KPR Sejahtera memiliki jangka
waktu KPR yang disepakati oleh Bank Pelaksana dan calon MBR yang disesuaikan
dengan kemampuan membayar angsuran.72 Sementara itu besaran tarif yang dibayar
kepada BLU PPDPP selaku pengelola dana bergulir adalah sebesar suku bunga atau
bagi hasil yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.73
Hingga saat ini tarif yang berlaku untuk layanan FLPP KPR Sejahtera diatur dalam Pasal
4 Peraturan Menteri Keuangan No. 216/PMK/05/2011 tentang Tarif Badan Layanan
Umum Pusat Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Perumahan Rakyat yang
mengatur ketentuan mengenai tingkat suku bunga/imbal hasil atas tarif KPR Sejahtera.
Ketentuan tersebut diatur sebagai berikut:
a. Tingkat suku bunga/imbal hasil dari BLU PPP pada Kemenpera ke lembaga keuangan
bank paling tinggi sebesar 0,5% per tahun
b. Tingkat suku bunga/imbal hasil dari lembaga keuangan Bank ke MBM atau MBR
paling tinggi sebesar tingkat suku bunga pada huruf a ditambah paling tinggi 4,03%
per tahun
Besaran tarif layanan FLPP dari tahun ke tahun dapat dilihat di matriks Rekapitulasi
Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP periode tahun 2010-2021.
Selain karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya, berikut adalah penjabaran
karakteristik khusus dana FLPP lainnya:
a. Uang muka ringan, yaitu uang muka terhadap KPR Sejahtera yang ditetapkan
sebesar nilai KPR paling banyak sebesar harga jual Rumah Umum Tapak dikurangi
71 Pasal 1 Angka 1, UU No. 9 Tahun 2018.72 Pasal 25 Ayat (1) huruf e, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.73 Op.Cit., Pasal 22 Ayat (3).
42
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
dengan nilai uang muka yang disediakan MBR sebesar 1% dari harga jual, dan
dikurangi nilai Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM). MBR dapat membayar uang
muka lebih dari 1% dari harga jual untuk memenuhi batas minimal kemampuan
mengangsur.74 Ketentuan besaran uang muka ini lebih rendah dibandingkan dengan
uang muka Kredit Pemilikan Rumah komersil.
b. Suku bunga rendah, yaitu suku bunga KPR Sejahtera untuk Rumah Umum Tapak
dan Sarusun Umum per tahun 2021 ditetapkan sebesar 5%.75 Ketentuan suku bunga
ini lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah Komersil
(besaran suku bunga dari tahun ke tahun dapat dilihat di matriks Rekapitulasi
Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP periode tahun 2010-2021).
c. Bebas Pajak Pertambahan Nilai, harga jual Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum
yang diperoleh melalui KPR Sejahtera tidak termasuk pajak pertambahan nilai.
Ketentuan harga jual Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum yang dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, sesuai dengan ketentuan yang terakhir diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 81/PMK.010/2019 tentang Batasan Rumah
Umum, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar, Serta Perumahan Lainnya,
Yang Atas Penyerahannya dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.76
d. Jangka waktu KPR panjang, jangka waktu KPR Sejahtera paling lama 20 tahun yang
diatur dalam Keputusan Menteri PUPR No. 995/KPTS/M/2021.77
e. Bebas premi asuransi, diatur ketentuan didalam KPR Sejahtera untuk Rumah Umum
Tapak dan Sarusun Umum bahwa suku bunga KPR sudah termasuk premi asuransi
jiwa, asuransi kebakaran, dan asuransi kredit/pembiayaan.78
2.2.1P E R E NCANAAN A NGGA RAN
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pengelolaan dana FLPP adalah tugas inti yang
dilaksanakan oleh BLU PPDPP. Pengelolaan dana FLPP dilaksanakan sesuai dengan
74 Pasal 25 Ayat (1) huruf a dan huruf b serta Pasal 27 Ayat (1) huruf a dan huruf b, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.75 Lampiran Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.76 Op. Cit., Pasal 18 Ayat (4) dan Ayat (5).77 Loc. Cit.78 Op. Cit., Pasal 25 Ayat (1) huruf c dan Pasal 27 Ayat (1) huruf c.
43
2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P
prinsip-prinsip BLU dan peraturan perundang-undangan. Salah satu kegiatan yang
dilaksanakan BLU PPDPP dalam mengelola dana FLPP adalah perencanaan anggaran.
Setiap tahunnya selaku BLU pengelola dana bergulir FLPP, BLU PPDPP mendapat
alokasi dana dari APBN yang tercantum dalam DIPA. BLU PPDPP mengajukan pencairan
dana FLPP tahunan kepada BUN dalam hal ini Menteri Keuangan. Dalam melakukan
proses penyusunan anggaran setiap tahunnya, BLU PPDPP berpedoman pada tahapan
pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran yang bersifat rutin dan secara sederhana
sesuai peraturan terkait yang berlaku.79
Tahapan penyusunan anggaran BLU PPDPP dapat digambarkan dengan tahap
penyusunan pagu sebagai berikut:
1. Tahap Pagu Indikatif
Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada
Kementerian/Lembaga sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL).80 Kementerian Keuangan
menerbitkan pagu anggaran pada bulan Maret setiap Tahun Anggaran berjalan.
Pada tahapan ini masih dimungkinkan adanya perubahan usulan kegiatan dan
besaran kebutuhan dana dari setiap Kementerian Negara/Lembaga.
2. Tahap Pagu Anggaran
Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan pada Kementerian
Negara/Lembaga dalam rangka penyusunan RKAKL.81 Diterbitkan oleh Kementerian
Keuangan pada bulan Juni setiap Tahun Anggaran berjalan. Pada tahap ini mulai
dilakukan penelaahan dengan Setjen PUPR dan Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
serta Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
3. Tahap Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga adalah batas tertinggi anggaran
pengeluaran yang dialokasikan kepada Kementerian/Lembaga berdasarkan
hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil
kesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR.82 Hasil
Alokasi Anggaran diterbitkan oleh Kementerian Keuangan pada bulan Oktober
Tahun Anggaran berjalan setelah melalui proses penelaahan DJA dan RDP dengan
DPR.
79 PP No. 90 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 17 Tahun 2017.80 Pasal 1, Angka 13, PP No. 90 Tahun 2010.81 Ibid., Pasal 1, Angka 14.82 Ibid., Pasal 1, Angka 15.
44
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Dalam setiap tahapan penyusunan pagu tersebut, BLU PPDPP melakukan inventarisasi
kebutuhan pagu dana yang dibutuhkan dengan berpedoman pada RSB dengan
jangka waktu 5 tahun dan RBA yang disusun setiap tahunnya. Kemudian memastikan
kelengkapan dokumen pendukung (seperti Kerangka Acuan Kerja dan Rencana
Anggaran Biaya) setiap kegiatan, melakukan entri data pada aplikasi-aplikasi yang
diperlukan, dan menyusun bahan paparan yang diperlukan dalam penelaahan maupun
Rapat Dengar Pendapat dengan para anggota DPR.
Hasil akhir dari tahapan penyusunan anggaran tersebut adalah terbitnya DIPA BA.999
(dana FLPP) yang digunakan sebagai dokumen penganggaran kegiatan penyaluran
dana FLPP.
Dalam alur proses bisnis perencanaan anggaran dana bergulir FLPP, BA.999 adalah
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang diperuntukkan bagi proses
bisnis penyaluran dana FLPP. Dana BA.999 bersumber dari Kementerian Keuangan.
Sedangkan terkait operasionalisasi kantor BLU PPDPP seperti penggajian Pegawai,
pengadaan barang/jasa, dan lain-lain, sumber pendanaannya berasal dari BA.033.
Dana BA.033 bersumber dari Kementerian PUPR.
Dalam penyusunan anggaran, salah satu pendekatan yang digunakan adalah
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dengan berlandasan pada: (a) pengalokasian
anggaran berorientasi pada kinerja (output dan outcome), (b) pengalokasian anggaran
program/kegiatan pembangunan nasional berbasis program (money follow program),
serta (c) terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip
akuntabilitas. Setiap tahunnya, BLU PPDPP membuat Kontrak Kinerja antara Direktur
Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan dengan Direktur Utama PPDPP
yang dilengkapi dengan manual indikator kinerja utama. Kontrak Kinerja ini kemudian
diturunkan dan diterapkan kepada seluruh pegawai PPDPP mulai dari level direksi
hingga staf yang mencerminkan sasaran dan target yang hendak dicapai.
45
2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P
Tahapan penyusunan anggaran secara lengkap dapat dilihat dalam bagan berikut:
BLU sebagai sebuah lembaga wajib menyusun RSB lima tahunan dan RBA tahunan.
BLU PPDPP menyusun RSB dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.83 BLU PPDPP
juga menyusun RBA dengan mengacu kepada RSB lima tahunan.84
83 Pasal 10 Ayat (1), PP No. 23 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah oleh PP No. 74 Tahun 2012.84 Ibid., Pasal 10 Ayat (2).
MAR APR MEI JUN
• ArahanPresiden
• PraBilateralMeeting.KoordinasidenganMitraK/L
• Rakortek • PraKonreg• PaguIndikatif• MultilateralMeeting Rakorbangpus
• Bilateral Meeting• Musrenbangnas
• TrilateralMeeting
• PerpresRKP
• Konreg• PenyusunanRenjaK/L
• PaguAnggaran
• TMII(RevisiRenja)
FEBJAN
OKT SEP AGS JUL
• DIPA • PenyampaianRKA-K/LPaguAnggaran
• PenelaahanRKA-K/L
• AlokasiAnggaran
• PenelitiandanReviuRKA-K/L
• RakerRDPDPR
• PenelitiandanReviuRKA-K/L
• PenyampaianRKA-K/LPaguAnggaran
• PenelaahanRKA-K/LPenyusunanNKdanRAPBN
• RakerRDPDPR
NOVDES
DES
Gambar 2.1. Tahapan pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran(Sumber: Paparan Divisi Perencanaan dan Anggaran BLU PPDPP, 2021)
46
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Berikut adalah dokumen pendukung beserta stakeholder terkait dalam proses serta
alur perencanaan dan anggaran BLU PPDPP:
Dalam mendukung kegiatan perencanaan dan penyusunan anggaran, terdapat beberapa
aplikasi pendukung berbasis teknologi informasi dan internet yang dimanfaatkan
serta dioperasikan oleh BLU PPDPP dalam melaksanakan kegiatan perencanaan dan
anggaran, yaitu:
1. Aplikasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (KRISNA),
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Aplikasi KRISNA digunakan untuk menginput
dan memperbarui, mengecek dan memvalidasi data serta informasi dalam Renja
K/L bagi Kementerian PPN/Bappenas dan DJA Kementerian Keuangan. Selain itu
aplikasi KRISNA juga berfungsi sebagai referensi untuk RKAKL bagi Kementerian
Keuangan dan Penilaian Kinerja bagi Kementerian PAN-RB.
2. Aplikasi Rencana Kerja PUPR, Kementerian PUPR, yang bersinergi dengan KRISNA.
No Proses serta Alur Perencanaan dan Anggran Dokumen Pendukung Pemangku Kepentingan yang
Terkait
PenyusunanRencanaBisnisdanAnggaran(RBA)
PenyusunanRencanaStrategisBisnis(RSB)
1. RKAKLdandokumenpendukungnya(KerangkaAcuanKerjadanRencanaAnggaranBiaya)
2.ProposalPenerimaanNegaraBukanPajak(PNBP)
3.IndikasiKebutuhanDanaBUN4.DIPABA.0335.DIPABA.999
1. PerpresRPJMNasional2.RencanaStrategisKementerianPUPR3.Skemapembiayaan/kajian
•DPR(KomisiV,KomisiXI,Banggar)•BadanPerencanaanPembangunanNasional(Bappenas)
•KementerianKeuangan(DirektoratJenderalAnggaran,DirektoratJenderalKekayaanNegara,danDirektoratJenderalPerbendaharaan)
•SetjenKementerianPUPR(BiroPerencanaanAnggarandanKerjasamaLuarNegeri)
•DirektoratJenderalPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahan
• ItjenKementerianPUPR(AparatPengawasInternalPemerintah)
•Bappenas•DirektoratJenderalAnggaran•SetjenKementerianPUPR(BiroPerencanaanAnggarandanKerjasamaLuarNegeri)DirektoratJenderalPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahan
1
2
Tabel 2.1. Tabel dokumen pendukung beserta stakeholder terkait dalam proses serta alur perencanaan dan anggaran BLU PPDPP
(Sumber: Paparan Divisi Perencanaan dan Anggaran BLU PPDPP, 2021)
47
2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P
3. Aplikasi Perencanaan Investasi Pemerintah, Kementerian Keuangan.
4. Aplikasi e-SPM, Kementerian Keuangan, digunakan sebagai sarana penyampaian
dokumen elektronik terkait pembayaran.
5. Aplikasi Sistem Aplikasi Satker (SAS), Kementerian Keuangan.
6. Aplikasi Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI), Kementerian Keuangan,
digunakan sebagai sarana penyampaian dokumen elektronik terkait pembayaran.
7. Aplikasi Satu Anggaran, Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, yang
mengintegrasikan seluruh sistem informasi dalam rangka menyelesaikan seluruh
proses bisnis penganggaran.
8. Aplikasi Badan Layanan Umum Integrated Online System (BIOS), Kementerian
Keuangan, yang mengintegrasikan data layanan dan keuangan BLU untuk
penyempurnaan proses bisnis, analisis data, serta pengambilan keputusan.
9. Aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu Bendahara Umum Negara
(SMART BUN), Kementerian Keuangan, yang berisi rencana penarikan dana dan
realisasi penyerapan anggaran, serta target dan realisasi pencapaian output.
10. Aplikasi i-e-Monitoring Dana Alokasi Khusus, Kementerian PUPR, yang
mengintegrasikan dokumen perencanaan, penyusunan anggaran, dan pemantauan
kinerja anggaran.
2.2.2 MEKAN I SM E R E V I S I A N GGA RAN B L U P P D P P
Setelah alokasi anggaran untuk BLU PPDPP ditetapkan, BLU PPDPP memiliki
kewenangan untuk melakukan revisi anggaran tersebut. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan terkait revisi anggaran, kewenangan dilakukan di dua tingkat yaitu
pada Satker (dilaksanakan oleh KPA) dan Kementerian Keuangan (dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Anggaran). Masing-
masing tingkat kewenangan dapat berubah sesuai dengan pengaturan pada Peraturan
Menteri Keuangan yang diterbitkan setiap tahun.
48
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Namun demikian, proses revisi anggaran selalu dimulai dari KPA yang secara hierarki
disesuaikan dengan batasan kewenangannya. Dalam hal pagu anggaran tetap, revisi
komponen dalam 1 kegiatan, 1 output, atau 1 satker cukup dilakukan revisi Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK) yang merupakan kewenangan KPA. Sedangkan bila terkait
dengan perubahan saldo awal DIPA, maka revisi DIPA termasuk dalam kewenangan
Kanwil (DJA).
Dalam proses revisi, BLU PPDPP akan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan updating Arsip Data Komputer RKAKL dalam proses revisi POK
b. Mengirimkan Arsip Data Komputer revisi kepada Kementerian Keuangan sesuai
tingkat kewenangannya
c. Menginventarisir dan menelaah data dukung yang diperlukan dalam proses revisi
DIPA
2.3K E R J A SAMA A N TA RA B L U P P D P P D E NGAN B A N K P E L A K SANA
DAN I N S TAN S I L A I N N YA
Salah satu misi yang diemban BLU PPDPP dalam mengelola dan menyalurkan dana
FLPP adalah memberikan layanan penyaluran FLPP yang unggul, tepat sasaran, serta
mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan dana bergulir untuk mendukung
kesinambungan pembiayaan perumahan rakyat. Untuk mewujudkan misi tersebut
BLU PPDPP tidak dapat melaksanakannya sendiri, namun harus bekerja sama dengan
pemangku kepentingan perumahan lainnya. Saat ini kerja sama yang telah dibangun
antara lain dengan pihak perbankan dan pihak non perbankan seperti Lembaga
Kementerian, Lembaga Organisasi non Kementerian Negara, dan instansi lain seperti
Pemerintah Daerah (Pemda).
Dalam menyalurkan dana bergulir FLPP, BLU PPDPP memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan pihak perbankan. KPR Sejahtera sebagai produk utama yang dikelola oleh
BLU PPDPP disalurkan kepada MBR melalui pihak perbankan yang dikenal dengan istilah
Bank Pelaksana. Kerja sama ini bertujuan untuk mempermudah penyaluran dana FLPP
kepada MBR di seluruh Indonesia. Pada skema kerja sama tersebut Bank Pelaksana
49
2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P
mendapatkan keuntungan berupa suku bunga/imbal hasil dari pengembalian pokok dan
tarif yang dibayarkan oleh MBR kepada BLU PPDPP.
Beberapa persyaratan Bank Pelaksana untuk bekerja sama dengan BLU PPDPP adalah:85
a. Mengajukan surat pernyataan minat menjadi Bank Pelaksana dalam rangka
penyaluran KPR Sejahtera kepada Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan
b. Memiliki perjanjian kerja sama pengelolaan rekening milik kementerian negara/
lembaga/satker dan perjanjian kerja sama pelaksanaan treasury notional pooling
pada rekening pemerintah milik kementerian negara/lembaga/satker dengan
Kementerian Keuangan
c. Memiliki nilai kesehatan bank paling rendah peringkat komposit 3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (menggunakan nilai kesehatan bank
paling lambat 6 bulan sebelumnya)
d. Memiliki pengalaman dalam penerbitan KPR paling singkat 2 tahun
e. Memiliki infrastruktur dalam rangka pengelolaan KPR paling sedikit:
• Memiliki organisasi unit kerja pengelola kredit/pembiayaan pemilikan rumah
• Memiliki personil pengelola kredit/pembiayaan pemilikan rumah
• Memiliki teknologi informasi pengelolaan kredit/pembiayaan pemilikan rumah
• Memiliki kebijakan kredit/pembiayaan pemilikan rumah
f. Memiliki jaringan pelayanan yang memadai di tingkat pusat, provinsi, dan/atau
kabupaten/kota
g. Memiliki rencana penerbitan KPR Sejahtera untuk tahun berjalan
h. Menandatangani kesepakatan bersama dengan Direktur Jenderal Pembiayaan
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan atau pejabat Kementerian PUPR
yang ditunjuk oleh Menteri
i. Menandatangani perjanjian kerja sama dengan Direktur Utama BLU PPDPP atau
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
85 Pasal 13 Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
50
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
j. Bank Pelaksana bertanggung jawab atas ketepatan sasaran secara formal dan
bersedia diaudit oleh aparat pengawasan internal Kementerian dan/atau pengawas
eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Apabila Bank Pelaksana telah memenuhi persyaratan tersebut maka Bank Pelaksana
dapat bekerja sama dengan BLU PPDPP dalam menyalurkan KPR Sejahtera. Dalam
melaksanakan tugas penyaluran dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan
Direktur Utama BLU PPDPP diamanahkan oleh regulasi untuk menyelenggarakan fungsi
pelaksanaan kerja sama dengan instansi atau lembaga.86
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta ketepatan sasaran penyaluran dana
bergulir FLPP melalui KPR Sejahtera, BLU PPDPP tidak hanya bekerja sama dengan
Bank Pelaksana tetapi juga dengan instansi lain. Penjabaran kegiatan kerja sama BLU
PPDPP dengan pihak Bank Pelaksana dan instansi lain terdiri dari:
2.3.1K E R J A SAMA D E NGAN B A N K P E L A K SANA
Sejak tahun 2010 hingga saat ini BLU PPDPP bekerja sama dengan Bank Pelaksana
dalam menyalurkan dana bergulir FLPP. Sampai dengan tahun 2020, jumlah dana
bergulir FLPP yang disalurkan kepada MBR telah mencapai nilai Rp 55,6 Triliun, yang
apabila dikonversikan telah mencapai 764.856 unit rumah. Kerja sama yang dilakukan
antara BLU PPDPP dan Bank Pelaksana terbagi menjadi tiga kegiatan utama yaitu:
A. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama dan Bank Pelaksana
Perjanjian Kerja Sama (PKS) BLU PPDPP dan Bank Pelaksana merupakan perikatan
tertulis atau perjanjian yang berisikan kesepakatan mengenai penyaluran dana FLPP
melalui kredit/pembiayaan pemilikan rumah sejahtera bagi MBR. Secara singkat
dalam mencapai kesepakatan atau penandatanganan PKS tersebut telah melalui
beberapa tahapan. Diawali dengan penyusunan draft, melakukan pembahasan
klausul dengan pihak internal BLU PPDPP dan dengan pihak eksternal yaitu Bank
Pelaksana, serta penyelenggaraan seremoni penandatanganan PKS.
86 Pasal 6 jo Pasal 7 huruf e Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.
51
2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA
Di dalam PKS diatur beberapa klausul kerja sama inti antara BLU PPDPP dan Bank
Pelaksana yaitu:
1. Ketentuan Umum
2. Maksud dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
4. Hak dan Kewajiban antara BLU PPDPP dan Bank Pelaksana
5. Mekanisme Kerja sama
6. Pengelolaan Dana FLPP
7. Pengujian data dan Permintaan Pembayaran Dana FLPP
8. Penyaluran Dana FLPP
9. Ketepatan Sasaran Penyaluran FLPP
10. Evaluasi Penyaluran FLPP
11. Pengembangan Sistem Informasi
12. Sanksi
13. Force Majeure
14. Penyelesaian Perselisihan
Dasar hukum utama dalam penyusunan perjanjian ini diatur secara terperinci dalam
Peraturan Menteri PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan
Pemilikan Rumah bagi MBR. Selain menyalurkan dana bergulir FLPP melalui KPR
Sejahtera, penandatanganan PKS bertujuan untuk mensinergikan pencapaian
Program Sejuta Rumah dan juga sebagai perpanjangan tangan BLU PPDPP
dalam mengedukasi masyarakat mengenai program KPR Sejahtera. Kewajiban
mengedukasi tercantum dalam PKS. Dinyatakan bahwa KPR Sejahtera merupakan
program pembiayaan perumahan subsidi dari Pemerintah yang wajib disampaikan
secara tertulis maupun lisan dalam sosialisasi dan edukasi melalui media cetak
serta elektronik oleh BLU PPDPP dan Bank Pelaksana.
Hingga tahun 2020, terdapat 49 Bank Pelaksana yang bekerja sama dalam
penyaluran FLPP, meliputi Bank Umum Nasional, Bank Syariah Nasional, Bank
Pembangunan Daerah, dan Bank Pembangunan Daerah Syariah.
52
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Berikut adalah tabel daftar Bank Pelaksana:
B. Pelaksanaan Bimbingan Teknis dan Assessment Bank Pelaksana
1. Bimbingan teknis merupakan suatu kegiatan dimana BLU PPDPP memberikan
materi kepada Bank Pelaksana seputar Program KPR Sejahtera FLPP maupun
ketentuan klausul PKS.
2. Penilaian atau assessment adalah proses mengidentifikasi kriteria Bank
Pelaksana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum bekerja
sama dengan BLU PPDPP.
Kriteria penilaian atau assessment Bank Pelaksana yang berlaku saat ini adalah:
a. Persyaratan Bank Pelaksana yang diatur dalam Pasal 13 Permen PUPR No. 20/
PRT/M/2019
b. Jumlah kantor cabang penyalur dana FLPP
c. Jumlah SDM untuk penyaluran dana FLPP
d. Penilaian dokumen Rencana Bisnis Bank
e. Skema kredit, yaitu tersedianya skema kredit lahan dan konstruksi khusus untuk
pembangunan rumah FLPP
f. Memiliki rencana penyaluran dana FLPP setiap bulannya
Tabel 2.2. Daftar Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)
Bank Pelaksana Bank PelaksanaNo No
BTNBTNSYARIAHBRIBRISYARIAHBNIARTHAGRAHAMANDIRIBANKHANABANKBRIAGROBPDPAPUABANKBJBBANKBJBSYARIAHBPDACEHSYARIAHBPDSUMUTBPDSUMUTSYARIAHBPDKALBARBPDSULTRABANKSULSELBARBANKSULSELBARSYARIAHBPDJAMBIBPDJAMBISYARIAHBPDNTBSYARIAHBPDNTTBPDJATIMBPDJATIMSYARIAH
12345678910111213141516171819202122232425
262728293031323334353637383940414243444546474849
BPDNAGARIBPDNAGARISYARIAHBPDSUMSELBABELBPDSUMSELBABELSYARIAHBPDKALTENGBPDKALSELBPDKALSELSYARIAHBPDRIAUKEPRIBPDRIAUKEPRISYARIAHBPDDIYBPDJATENGBPDJATENGSYARIAHBPDKALTIMTARABPDSULTENGBANKSULUTGOBPDKALTIMTARASYARIAHBTPNBANKMAYORABUKOPINBPDBALIBANKDKIBANKSYARIAHMANDIRIBNISYARIAHBPDKALBARSYARIAH
53
2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA
g. Kemampuan Bank Pelaksana dalam pengimplementasian teknologi informasi
(aplikasi Host to Host)
h. Potensi supply rumah:
• Ketersedian ready stock
• Keterbangunan rumah on progress
• Jumlah perjanjian dengan Pengembang
i. Potensi demand perumahan:
• Data Debitur dari Pengembang
• Data Debitur dari potensi payroll
• Data Debitur dari Kantor Cabang
Apabila dapat memenuhi persyaratan di atas maka calon Bank Pelaksana yang
bersangkutan dapat menandatangani PKS dan menyalurkan dana FLPP di tahun
tersebut. Dalam pelaksanaan assessment, selain memeriksa kelengkapan dokumen
administratif, BLU PPDPP juga melakukan kunjungan lapangan. Kunjungan ini
bertujuan untuk memantau ketersediaan rumah FLPP yang dimiliki oleh Pengembang
yang telah bekerja sama dengan Bank Pelaksana.
Dalam setiap tahun anggaran penyaluran KPR Sejahtera, tiap Bank Pelaksana
mendapatkan kuota penyaluran yang diperjanjikan dalam PKS. Kuota penyaluran
adalah batasan target penyaluran untuk masing-masing Bank Pelaksana
berdasarkan besaran dana yang disediakan oleh BLU PPDPP beserta perhitungan
konversi unit rumah-nya dalam satu Tahun Anggaran penyaluran KPR Sejahtera.
Penentuan kuota yang akan diberikan kepada Bank Pelaksana baru dilaksanakan
setelah hasil assessment selesai. Selain itu besaran kuota yang diberikan juga
didasarkan pada hasil keputusan Direksi BLU PPDPP.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan Bimbingan Teknis dan pelaksanaan assessment
memiliki tujuan yang sejalan. Kedua kegiatan bertujuan untuk membekali Bank
Pelaksana penyalur KPR Sejahtera agar optimal dalam menyalurkan dana FLPP.
Khusus kegiatan Bimbingan Teknis difokuskan pada Bank Pelaksana yang baru
mengikuti PKS ataupun yang memiliki pencairan kecil.
C. Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera
Dalam rangka memastikan efektivitas penyaluran dana FLPP pada tahun berjalan,
diperlukan adanya evaluasi atas pelaksanaan penerbitan KPR Sejahtera yang
disalurkan oleh Bank Pelaksana. Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera
adalah kegiatan yang dilakukan oleh BLU PPDPP terhadap pelaksanaan penerbitan
54
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KPR Sejahtera meliputi pencapaian target penyaluran dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.87
Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera dilakukan sebagai berikut:
1. BLU PPDPP melakukan Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera secara
triwulanan minimal 2 kali dalam setahun
2. Pada Triwulan Kesatu, BLU PPDPP memberikan hasil evaluasi pencapaian
kepada Bank Pelaksana
3. Pada Triwulan Kedua, dalam hal realisasi penerbitan KPR Sejahtera Bank
Pelaksana tidak mencapai 50% dari target PKS, BLU PPDPP melakukan
pengurangan kuota minimal 25% terhadap sisa target PKS
4. Pada Triwulan Ketiga, dalam hal realisasi penerbitan KPR Sejahtera Bank
Pelaksana tidak mencapai 75% dari target PKS, BLU PPDPP melakukan
pengurangan kuota minimal 25% terhadap sisa target PKS
5. Pada Evaluasi Akhir Tahun akan dilaksanakan pengurangan kuota sesuai
keputusan BLU PPDPP atas capaian kinerja Bank Pelaksana
Dalam Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera, Bank Pelaksana
dimungkinkan untuk mendapatkan tambahan dana FLPP beserta perhitungan
konversi unit rumah-nya. Syarat yang harus dipenuhi ialah dana FLPP masih tersedia
dan realisasi penerbitan KPR Sejahtera oleh Bank Pelaksana telah melampaui 80%
dari jumlah total target perencanaan, serta sudah melengkapi data kepastian lokasi,
jumlah unit, dan daftar calon Debitur.
Pada pelaksanaan evaluasi Triwulan Kedua dan Triwulan Ketiga, BLU PPDPP
menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada Bank Pelaksana dalam bentuk rapor
yang terdiri atas beberapa aspek dengan pembobotan berbeda. Rapor Bank
Pelaksana ini akan menjadi bahan pertimbangan BLU PPDPP dalam menentukan
target kuota penyaluran KPR Sejahtera untuk Tahun Anggaran selanjutnya.
87 Pasal 76 Ayat (2) huruf a dan b, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
55
2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA
Perumahan FLPP - Villa Tamara, Sulawesi Barat
56
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Berikut contoh format rapor Bank Pelaksana yang disampaikan BLU PPDPP pada
kegiatan evaluasi:
Target 2021
Nilai Tertinggi
Total
Nilai Raport Evaluasi Triwulan XX 2021
No Nilai Tertinggi
100%
Nilai
0%
0%
Realisasi s/d XX XX 2021
XXXUnit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
LamaWaktuTungguUserSiKasep
KepatuhanPenyampaianBerkasAsli
SosialisasidanEdukasi
KetepatansasaranPenyaluranDanaFLPP
TindakLanjutSuratPeringatan
PenyiapanStiker/PlatKPRSejahterasesuaiFormatT
PerubahanDataDebitur
PenyediaanSeluruhDataPenyaluranDanaFLPP
PenyampaianDataDebituraktif
PenyampalanRekeningKorantepatwaktu
RekonsiliasidanJadwalAngsuran
PelunasandipercepatsesuaiForPKS
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
10%
5%
5%
5%
15%
5%
5%
10%
10%
10%
10%
10%
XXXUnit
Gambar 2.2. Contoh format rapor Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)
57
2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA
Roadmap Kerja Sama BLU PPDPP dan Bank Pelaksana dapat dilihat dalam bagan
berikut ini:
2.3.2K E R J A SAMA N ON B A N K P E L A K SANA
Dalam meningkatkan layanan dan strategi penyaluran yang lebih optimal, BLU PPDPP
menyusun konsep kerja sama dengan lembaga non perbankan. Instansi/lembaga non
Bank Pelaksana ini dapat berupa Kementerian, Pemda, Perusahaan BUMN/Swasta Non
Bank, dan Asosiasi Pengembang. Kerja sama yang hingga saat ini dijalankan ialah kerja
sama alternatif pendanaan FLPP dengan Pemda dan kerja sama penguatan proses
bisnis dengan beberapa Instansi. Adapun isu permasalahan yang melatarbelakangi
konsep kerja sama non Bank Pelaksana disebabkan oleh keterbatasan anggaran
APBN dalam membiayai FLPP, Infrastruktur yang belum mendukung kompleksitas
pelaksanaan pembiayaan perumahan, dan Transformasi kelembagaan. Kerja sama yang
dilakukan antara BLU PPDPP dan instansi lain non Bank Pelaksana terbagi menjadi dua
kegiatan, yaitu:
Gambar 2.3. Roadmap kerja sama BLU PPDPP dan Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)
• ProsesMoUdenganDJPI
• MatriksPKS• Updatingregulasidanmekanisme
• Nilaikuota• Breakdown targetperbulan
• Hakdankewajibanbankpelaksana
• Kepatuhanbankpelaksanaatasaturanyangberlaku
• Reviewdanstrategipencapaiantarget
• RBB• PotensicabangdanSDN
• Tersedianyaskemakreditkonstruksi
• Datapotensisupplydandemand
Pengembangan Bank Baru
Prospek
Assesment
Lolos/Tidak
Evaluasi per Triwulan
Bimbingan TeknisPenandatangananPKS
Penyusunan PKS
Lolos
• Komparisibankpelaksana
• Permintaanparaf/tandatangankepadaseluruhdireksiPPDPP
• PersiapanacarapenandatanganPKS
• PelaksanaanacarapenandatangananPKS
• Raporbankpelaksana(evaluasikinerja,kewajibankeuangandanketepatansasaran)
• Penambahan/pengurangankuota
58
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
A. Kerja Sama Alternatif Pendanaan FLPP
Berdasarkan jumlah supply dan demand rumah yang meningkat pesat setiap tahun
serta terbatasnya alokasi dana FLPP yang tersedia, maka BLU PPDPP berkeinginan
untuk dapat bekerja sama dengan Pemda atau instansi lainnya. Salah satu upaya
yang telah dilakukan BLU PPDPP terkait hal tersebut adalah menjajaki kerja sama
program FLPP dengan Pemda Jawa Barat dan Pemda DKI Jakarta. Kerja sama ini
berupaya untuk menyediakan alokasi dana FLPP yang bersumber dari APBD dengan
skema blended financing.
Pencairan Dana FLPP di dalam skema KPR Sejahtera merupakan gabungan antara
dana FLPP dan dana Bank Pelaksana dengan proporsi tertentu. Proporsi tertentu
tersebut ditetapkan berdasarkan kondisi perekonomian, tarif KPR Sejahtera, dan
suku bunga/margin KPR Sejahtera. Hal ini akan secara berkala dikaji untuk kemudian
disampaikan oleh BLU PPDPP kepada Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan untuk diusulkan penetapannya kepada Menteri
PUPR menjadi proporsi pendanaan KPR Sejahtera. Proporsi tertentu tersebut
dicantumkan dalam PKS BLU PPDPP dengan Bank Pelaksana.88 Saat ini proporsi
yang berlaku antara BLU PPDPP dan Bank Pelaksana adalah 75% porsi FLPP dan
porsi Bank Pelaksana sebesar 25%.89
Skema blended financing merupakan program pembiayaan campuran antara dana
APBD dengan dana Bank Pelaksana (contoh: Bank BJB dan Bank DKI), sebagai
alternatif pendanaan FLPP dalam membantu pembiayaan rumah KPR Sejahtera.
Dengan adanya metode ini maka diharapkan proporsi penyediaan dana FLPP dalam
skema KPR Sejahtera menjadi 50% porsi FLPP, 25% porsi Pemda, dan 25% porsi
Bank Pelaksana.
Dengan skema blended financing ini maka berdasarkan besaran anggaran dana
FLPP yang sama, BLU PPDPP dapat menyalurkan jumlah unit rumah dengan
sebaran yang lebih banyak. Diperkirakan capaian unit rumah khususnya di wilayah
Jawa Barat dan DKI Jakarta akan mengalami kenaikan sebesar 25%.
88 Pasal 23, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.89 Diktum Kesatu, Kepmen PUPR No. 463/KPTS/M/2018.
59
2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA
Metode blended financing dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
B. Kerja Sama Penguatan Proses Bisnis
Dalam mendukung jalannya proses bisnis penyaluran dana FLPP, dibutuhkan kerja
sama dengan pemangku kepentingan lain agar penyaluran dana FLPP semakin
meningkat dan tepat sasaran. Hingga saat ini beberapa kerja sama yang telah
dilakukan BLU PPDPP dengan instansi lain non Bank Pelaksana adalah sebagai
berikut:
a. Kerja Sama Integrasi Sistem Teknologi Informasi dengan Direktorat Jenderal
Pajak, Kementerian Keuangan dalam rangka:
• Integrasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) melalui Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) calon Debitur dan Debitur KPR Sejahtera
• Mengetahui status kepemilikan rumah atas calon Debitur
• Aplikasi pendukung lainnya yang diciptakan BLU PPDPP seperti Sistem
Informasi KPR Subsidi Perumahan yang akan dijelaskan lebih lanjut di BAB
Alokasi dari BA999*
Alokasi dari APBD Setempat
APBN
APBN
Kementerian PUPR
Kementerian PUPR
Dana FLPP
Dana APBD / PAD
PPDPP
UPT / BLD
PenyaluranFLPP
PengembalianPokokdanTarifFLPP(0.5%)
PengajuanFLPP(50%)
PengajuanFLPP(25%)
Keterangan
PenyaluranFLPP
Membeli
Rumah
Membangun
danMenjual
Rumah
Menerima
Rumah
Menyerahkan
Rumah
PengembalianPokokdantarifFLPP(0.5%)
Bank Pelaksana(Porsi 25%)
MBR
Pengembang
• BA999 :BABendaharaUmumNegara(BUN)PengelolaanInvestasiPemerintah• SumberAnggaranPemda :APBD• PenyaluranFLPPolehUPT/BLUDdapatdalambentukpenempatandanadiBankPelaksana
Gambar 2.4. Metode blended financing pada KPR FLPP Pemda(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)
60
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
III dapat terhubung dengan web system Direktorat Pajak Online untuk
melakukan pendaftaran bagi calon Debitur yang belum memiliki NPWP
b. Kerja Sama Integrasi Sistem Teknologi Informasi dengan Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional dalam rangka penyediaan sarana
teknologi informasi, serta integrasi antara Sistem Informasi Konstruksi Indonesia-
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (SIKI LPJK) dengan aplikasi e-FLPP
BLU PPDPP.
c. Kerja sama dengan PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) dalam rangka:
• Peningkatan Fitur Web Services Data KPR Sejahtera
• Pemanfaatan data perumahan
• Pemanfaatan data Debitur dalam alur proses bisnis penyaluran KPR
Sejahtera
• Kebutuhan Dashboard
• Pelaporan hasil evaluasi Bank Pelaksana
d. Kerja sama Integrasi dengan PT. PLN (Persero) dalam rangka:
• Integrasi data pengguna layanan listrik yaitu Debitur/Nasabah penerima
Dana FLPP
• Integrasi data pembangunan rumah bersubsidi untuk perencanaan
sambungan listrik
• Pemadanan data ID PELANGGAN
• Sosialisasi bersama terkait program Electrifying Lifestyle
• Sosialisasi bersama penggunaan REC
2.4P EMASA RAN P R OG RAM
Penyaluran dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan (FLPP), serta pengembangan
strategi bisnis dan pelayanan umum di bidang pengelolaan dana bergulir pembiayaan
61
2 . 4 P EMASARAN P ROGRAM
perumahan (FLPP) merupakan tugas BLU PPDPP.90 Untuk itu penting dilaksanakannya
sosialisasi dan promosi program FLPP kepada seluruh pemangku kepentingan.91
BLU PPDPP melakukan pemasaran program FLPP ke seluruh Indonesia secara berkala
dan terprogram sesuai rencana kerja. Tidak hanya kepada MBR, pemasaran yang
dilakukan BLU PPPDPP juga dilaksanakan kepada para pemangku kepentingan lainnya
yaitu:
a. Bank Pelaksana
b. Asosiasi Pengembang/Pelaku Pembangunan
c. Pemda
d. Lembaga lainnya
Pemasaran program yang dilakukan terhadap para pemangku kepentingan bertujuan
untuk mengedukasi dan meningkatkan brand awareness program KPR Sejahtera. Salah
satu contohnya adalah melakukan pemasaran program KPR Sejahtera kepada MBR
agar mereka memahami hak dan kewajiban mulai dari calon Debitur hingga menjadi
Debitur penerima dana FLPP. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk menjaring MBR
dalam rangka mendukung pemenuhan Program Sejuta Rumah yang dicanangkan oleh
Pemerintah.
Penyebaran informasi program KPR Sejahtera dilakukan melalui beberapa strategi,
yaitu:
1. Serbu SiKasep
Dalam menyalurkan dana FLPP, BLU PPDPP telah mengembangkan beberapa
aplikasi penunjang. Salah satu aplikasi utama penunjang penyaluran dana FLPP
adalah “SiKasep”, yang penjelasannya akan dijabarkan lebih lanjut di BAB III.
Sedangkan untuk penyebaran informasi KPR Sejahtera digunakan strategi “Serbu
SiKasep”. Matriks program pemasaran dengan menggunakan strategi “Serbu
SiKasep” dapat dilihat pada gambar berikut:
90 Pasal 3, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.91 Ibid., Pasal 11 Ayat (1).
62
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
2. Sosialisasi KPR Sejahtera FLPP
Sosialisasi dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan brand awareness
masyarakat terhadap Program KPR Sejahtera FLPP. Sebelum adanya pandemi,
sosialisasi dilakukan dengan cara tatap muka langsung antara Bank Pelaksana
dengan masyarakat. Namun di masa pandemi, sosialisasi tatap muka diminimalisir
dan bila dilaksanakan maka tetap harus memperhatikan protokol kesehatan.
3. Kegiatan Pameran
Pelaksanaan kegiatan pameran bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat mengenai program KPR Sejahtera FLPP, proses pengajuan
KPR Sejahtera FLPP, serta lokasi perumahan subsidi. Sebelum pandemi, pameran
dilakukan secara konvensional dengan membuat booth yang menampilkan berbagai
informasi program KPR Sejahtera FLPP dan dapat dikunjungi masyarakat. Namun
pada saat Indonesia mengalami pandemi covid-19 di tahun 2020-2021, kegiatan
pameran dilaksanakan dalam bentuk virtual. Pameran virtual menjadi solusi untuk
tetap dapat menyebarkan informasi program rumah subsidi ke masyarakat luas
PTM Strategic
Push Stakeholders
Business to Business
Touch Market
Captive Market
Bekerjasamadenganstakeholders(Pengembang,PerbankandanPemda)perumahanuntukmelakukansosialisasidanpromosiprogramSiKasep
• Sosialisasidanedukasikepadanasabahkelolaanperbankan
• Sosialisasidanedukasikepadaperangkatdaerah• Melakukandeveloper gathering
IMC Strategic
ATL (Above the Line) BTL (Below the Line) TTL (Through the Line)
• Iklanmediacetak,mediaelektronik,danmedialuarruang
• Sosialisasi• Open booth• Canvasing
• MixingATLdanBTL• Mediasosialdanmediaonline
MASYARAKAT CERDAS
Gambar 2.5. Matriks program pemasaran dengan strategi “Serbu SiKasep”(Sumber: Paparan Divisi Pemasaran BLU PPDPP, 2021)
63
2 . 4 P EMASARAN P ROGRAM
di tengah larangan berkerumun saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
transisi di Jakarta.
4. Acara Temu Pengembang
Kegiatan ini menargetkan asosiasi pengembang, agar mereka lebih mengetahui hal-
hal terbaru mengenai KPR FLPP dan berbagai aplikasinya. Dimulai pada tahun 2020,
saat awal diperkenalkannya aplikasi SiKasep secara masif kepada masyarakat.
5. Marketing dan Komunikasi Produk KPR Sejahtera FLPP
Pada dunia pemasaran, dalam upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
luas, dibutuhkan suatu cara untuk menyampaikan pesan tersebut baik secara satu
maupun dua arah. Salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui periklanan.
Tujuan dari iklan ialah memberikan informasi tentang suatu produk atau jasa yang
bersifat persuasif melalui berbagai media yaitu: media cetak, radio, televisi, digital
advertising, dan juga media luar ruang. Di tengah kondisi pandemi covid-19 iklan
dapat menjadi solusi pemasaran kepada masyarakat luas tanpa menyebabkan
kerumunan massa.
2.5P E NYA L U RAN DANA B E R GU L I R
Menjadikan MBR sebagai subjek merupakan suatu prinsip yang dipegang oleh BLU
PPDPP dalam menyalurkan dana FLPP. Artinya kepentingan MBR menjadi tujuan dan
pertimbangan utama dalam penyusunan arah kebijakan pengelolaan dana FLPP secara
berkesinambungan. Selain itu, prinsip tersebut memiliki arti yaitu MBR harus menjadi
prioritas pemanfaat program dana FLPP yang diluncurkan oleh pemerintah. Sebelum
menjadi Debitur/Nasabah resmi KPR Sejahtera, MBR calon penerima dana FLPP disebut
dengan istilah MBR Kelompok Sasaran.92 Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
proses penyaluran dana bergulir.
92 Pasal 1 Angka 18, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
64
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
2.5.1V E R I F I K AS I DA N P E NGU J I A N M B R K E LOMPOK SASA RAN F L P P
Dalam menyalurkan dana FLPP kepada MBR sebagai Kelompok Sasaran, BLU PPDPP
melakukan pengujian terhadap MBR yang bisa mendapatkan fasilitas KPR Sejahtera,
agar dana yang disalurkan tepat sasaran. Pengertian Kelompok Sasaran adalah orang
perseorangan calon penerima KPR Sejahtera.
Persyaratan Kelompok Sasaran untuk memperoleh KPR Sejahtera antara lain adalah:93
a. Berkewarganegaraan Indonesia
b. Tercatat sebagai penduduk di 1 daerah kabupaten/kota
c. Belum pernah menerima subsidi atau bantuan pembiayaan perumahan dari
pemerintah terkait kredit/pembiayaan kepemilikan rumah dan kredit/pembiayaan
pembangunan rumah swadaya
d. Orang perseorangan yang berstatus tidak kawin atau pasangan suami istri
e. Tidak memiliki rumah
f. Memiliki penghasilan tetap atau tidak tetap yang tidak melebihi batas penghasilan
yang ditetapkan oleh Menteri PUPR
g. Ketentuan sebagaimana dimaksud huruf c dan huruf e dikecualikan untuk pegawai
negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang pindah domisili karena kepentingan dinas, hal ini dibuktikan dengan
surat penempatan terakhir dan hal ini hanya diberlakukan 1 kali
h. Analisis kelayakan untuk mendapatkan KPR Sejahtera dan pengecekan kelengkapan
persyaratan MBR pemohon dilaksanakan oleh Bank Pelaksana yang bekerja sama
dengan BLU PPDPP
i. MBR berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sektor informal dapat melakukan
penyetoran dana untuk pembayaran angsuran KPR Sejahtera kepada Bank
Pelaksana secara harian, mingguan, atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Bank Pelaksana
Batasan penghasilan MBR sebagai Kelompok Sasaran dari tahun ke tahun akan disajikan
di matriks Rekapitulasi Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP periode tahun
2010-2021.
93 Pasal 11, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
65
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
Setelah memenuhi persyaratan tersebut Kelompok Sasaran harus memenuhi
persyaratan data dan berkas sebagai berikut:94
1. Kelompok Sasaran penerima KPR Sejahtera merupakan MBR perseorangan yang
berstatus tidak kawin atau pasangan suami istri. Untuk memperoleh KPR Sejahtera
pada saat pengajuan permohonan kepada Bank Pelaksana, Kelompok sasaran
harus melampirkan:
a. Surat pemesanan rumah dari Pengembang yang paling sedikit memuat harga
jual rumah dan alamat rumah
b. Fotokopi atau resi kartu tanda penduduk elektronik
c. Fotokopi kartu keluarga
d. Fotokopi akta nikah atau akta perkawinan bagi yang berstatus kawin
e. Fotokopi NPWP
f. Fotokopi surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan orang pribadi
g. Surat Pernyataan Pemohon (Format E), surat ini ditandatangani oleh Pemohon
untuk yang berstatus tidak kawin, atau suami dan istri untuk pasangan suami
istri
h. Slip gaji yang disahkan oleh pejabat yang berwenang bagi Pemohon yang
berpenghasilan tetap, atau surat pernyataan penghasilan yang ditandatangani
oleh Pemohon dan diketahui oleh kepala desa/lurah bagi Pemohon yang tidak
berpenghasilan tetap
2. Dalam hal orang pribadi memiliki NPWP kurang dari 1 tahun, Pemohon harus
menyerahkan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan orang pribadi pada
tahun berikutnya kepada Bank Pelaksana
3. Surat pernyataan Pemohon (Format E) bermeterai dan ditandatangani oleh
Pemohon dan diketahui oleh pimpinan instansi tempat bekerja, kepala desa, dan/
atau lurah yang menyatakan:
a. Mempunyai penghasilan yang tidak melebihi ketentuan batas penghasilan
kelompok sasaran
b. Tidak memiliki rumah
c. Menghuni Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum sebagai tempat tinggal
dalam jangka waktu paling lambat 1 tahun setelah serah terima rumah yang
dibuktikan dengan berita acara serah terima
94 Pasal 29, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
66
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
d. Menghuni sebagai tempat tinggal dalam jangka waktu paling singkat:
• 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak
• 20 tahun untuk Sarusun Umum
e. Tidak menyewakan dan/atau mengalihkan hak kepemilikan Rumah Umum Tapak
atau Sarusun Umum, kecuali dalam hal:
• Pewarisan
• Penghunian telah melampaui 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak
• Perikatan kepemilikan telah melampaui 20 tahun untuk Sarusun Umum
• Pindah tempat tinggal karena tingkat sosial ekonomi yang lebih baik
f. Belum pernah menerima subsidi atau bantuan pembiayaan perumahan
dari pemerintah terkait kredit/pembiayaan kepemilikan rumah dan kredit/
pembiayaan rumah swadaya
g. Bertanggung jawab atas kebenaran formal dan materiil dokumen persyaratan
yang disampaikan kepada Bank Pelaksana
h. Bersedia mengembalikan bantuan dalam hal salah satu pernyataan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf g terbukti tidak benar
BLU PPDPP melaksanakan pengujian terhadap Kelompok Sasaran dengan melakukan
penilaian terhadap persyaratan yang tercantum di atas. Pengujian terhadap Kelompok
Sasaran yang dimaksud terdiri dari:
A. Verifikasi kelengkapan berkas Kelompok Sasaran
B. Pengujian berkas dan data Kelompok Sasaran
C. Penyusunan lembar hasil pengujian
A. Verifikasi Kelengkapan Berkas Kelompok Sasaran
1. Bank Pelaksana melakukan verifikasi terhadap Kelompok Sasaran dan bangunan
rumah untuk memastikan ketepatan Kelompok Sasaran dan kelaikan bangunan
rumah untuk diberikan KPR Sejahtera.95
2. Verifikasi oleh Bank Pelaksana (dilakukan oleh pejabat yang diberikan
kewenangan untuk melakukan verifikasi dan menandatangani surat permintaan
pembayaran dana FLPP) dilakukan terhadap:96
a. Kelengkapan dan kesesuaian dokumen persyaratan Pemohon (verifikasi
kartu tanda penduduk elektronik dengan memanfaatkan data kependudukan
95 Pasal 30, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.96 Ibid., Pasal 31.
67
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
dan pencatatan sipil pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil)
b. Kesesuaian penghasilan Pemohon
c. Kesesuaian harga jual Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum
d. Kemampuan mengangsur Pemohon (Kelompok Sasaran)
Output dari hasil verifikasi Bank Pelaksana adalah:
a. Surat persetujuan pemberian kredit/pembiayaan (SP3K) bagi Kelompok
Sasaran yang lolos verifikasi
b. Daftar Kelompok Sasaran yang lolos verifikasi (Format H)97
c. Surat Pernyataan Verifikasi (Format I)98
3. Calon Debitur yang lolos verifikasi sebagaimana yang tercantum dalam Format
H dan Surat Pernyataan Verifikasi sebagaimana yang tercantum dalam Format I
akan diserahkan oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP.
4. Format H dan Format I diserahkan kepada BLU PPDPP (Divisi Verifikasi) dalam
bentuk aplikasi dan/atau non aplikasi99 untuk kemudian dilakukan pengujian
oleh BLU PPDPP. Saat ini proses pengujian data dilakukan melalui sistem Host
to Host Pengujian (penjelasan lebih lanjut di BAB III) antara BLU PPDPP dengan
Bank Pelaksana. Sistem ini adalah sistem pengujian data Kelompok Sasaran dan
agunan melalui Host to Host dari Bank Pelaksana ke BLU PPDPP.
B. Pengujian Berkas dan Data Kelompok Sasaran
1. Pengujian yang dilakukan oleh BLU PPDPP meliputi proses:
a. BLU PPDPP melakukan pengujian terhadap Format H dan Format I yang
diserahkan oleh Bank Pelaksana (dilaksanakan secara Host to Host)100
b. Pengujian dilakukan terhadap data Kelompok Sasaran, data Pengembang/
Pelaku Pembangunan dan agunan, serta data KPR (kecuali tanggal akad dan
nomor rekening)
97 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.98 Ibid.99 Ibid., Lampiran I, Pasal 31 Ayat (8).100 Ibid., Pasal 32.
68
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
c. Output dari hasil pengujian BLU PPDPP adalah Lembar Hasil Pengujian
Data Kelompok Sasaran KPR Sejahtera (Format J)101 yang akan disampaikan
kembali pada Bank Pelaksana
d. Format J disampaikan kepada Bank Pelaksana dalam bentuk aplikasi dan/
atau non aplikasi (MBR Kelompok Sasaran masuk dalam daftar tunggu
selama maksimal 2 bulan)
e. Setelah Format J diterima oleh Bank Pelaksana, maka Bank Pelaksana
melakukan penandatanganan perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR
Sejahtera dengan Kelompok Sasaran yang telah lolos pengujian data
Kelompok Sasaran oleh BLU PPDPP102
f. Dalam penandatanganan perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR Sejahtera
tanggal akad dan nomor rekening dilengkapi oleh Bank Pelaksana
g. Di dalam perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR Sejahtera Bank Pelaksana
wajib mencantumkan diantaranya:
• Informasi secara tertulis bahwa KPR Sejahtera didukung kemudahan
dan/atau bantuan pemerintah
• Harga jual rumah sesuai dengan dokumen resmi Akta Jual Beli atau
Perjanjian Pengikatan Jual Beli
• Luas tanah yang terdapat dalam perjanjian kredit/akad pembiayaan
sesuai dengan dokumen resmi Akta Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan
Jual Beli
• Kewajiban Debitur/Nasabah untuk memasang tanda berupa stiker atau
plat yang telah disiapkan oleh Bank Pelaksana untuk setiap rumah yang
dihuni
h. Perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR Sejahtera dengan Kelompok
Sasaran dapat dilaksanakan oleh Bank Pelaksana setelah bangunan rumah
serta prasarana, sarana, dan utilitas umum telah terlengkapi dan dibuktikan
dengan surat pernyataan mengenai kelaikan fungsi bangunan yang
harus dibuat oleh pengkaji teknis, pengawas konstruksi, atau manajemen
konstruksi bagi Rumah Umum Tapak sesuai dengan izin mendirikan
101 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.102 Ibid., Pasal 34.
69
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
bangunan (Format D),103 atau sertifikat laik fungsi bagi Sarusun Umum104
(pada tahapan ini Kelompok Sasaran menandatangani Berita Acara Serah
Terima Rumah).
2. Bank Pelaksana mengajukan permintaan pembayaran dana FLPP (reimburse)
kepada BLU PPDPP atas perjanjian kredit/akad pembiayaan yang dilakukan
pada tahun berjalan.105
3. Permintaan pembayaran dana FLPP oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP
disampaikan secara tertulis dan harus dilengkapi dengan:
a. Dokumen surat permintaan pembayaran dana FLPP yang ditandatangani
oleh pejabat Bank Pelaksana yang berwenang (Format K)106
b. Dokumen daftar Debitur/Nasabah KPR Sejahtera (Format H)107
c. Dokumen lain yang dipersyaratkan BLU PPDPP dan disepakati dalam
perjanjian kerja sama dengan Bank Pelaksana
4. Dokumen permintaan pembayaran dana FLPP disampaikan melalui:
a. Aplikasi yang disiapkan oleh BLU PPDPP
b. Non aplikasi dalam bentuk dokumen salinan digital (disampaikan dengan
memuat pernyataan bahwa dokumen salinan digital tersebut sesuai dengan
dokumen cetak asli)
5. Penyampaian dokumen permintaan pembayaran dana FLPP sebagaimana
dimaksud angka 4 harus disampaikan juga dalam bentuk dokumen cetak asli yang
disampaikan paling lambat lima hari kerja setelah dokumen yang disampaikan
melalui aplikasi atau non aplikasi diterima dengan lengkap dan benar oleh BLU
PPDPP (permintaan pembayaran dana FLPP oleh Bank Pelaksana kepada BLU
PPDPP dilakukan paling lambat 90 hari kalender setelah Lembar Hasil Pengujian
Data Kelompok Sasaran KPR Sejahtera kepada Bank Pelaksana dikeluarkan).
6. Tata cara penyampaian dokumen permintaan pembayaran dana FLPP
sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan batas waktu pengajuan permintaan
pembayaran dana FLPP dari Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP disepakati
dalam perjanjian kerja sama.
103 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.104 Ibid.,Pasal 34 Ayat (1) huruf b.105 Ibid., Pasal 35.106 Ibid., Lampiran I.107 Ibid.
71
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
7. BLU PPDPP melakukan pengujian terhadap permintaan pembayaran dana
FLPP yang meliputi segala sesuatu yang dimaksud pada angka 2 hingga angka
6.108 Tahapan ini dilaksanakan melalui sistem Elektronik-Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (e-FLPP). Sistem e-FLPP adalah cara yang digunakan
untuk melakukan pengajuan permintaan pembayaran dana KPR FLPP oleh Bank
Pelaksana Pusat kepada pihak BLU PPDPP. Saat ini e-FLPP telah dikembangkan
menjadi e-FLPP 2.0, yang penjelasannya akan dijabarkan lebih lanjut di BAB III.
8. Pengujian sebagaimana dimaksud pada angka 7 dilakukan terhadap:
a. Kesesuaian data antara hasil pengujian data Kelompok Sasaran dan data
permintaan pembayaran dana FLPP
b. Pengecekan nomor rekening dan tanggal akad
c. Pengecekan surat pernyataan mengenai kelaikan fungsi bangunan yang
dibuat oleh pengkaji teknis, pengawas konstruksi, atau manajemen
konstruksi bagi Rumah Umum Tapak sesuai dengan izin mendirikan
bangunan, atau sertifikat laik fungsi bagi Sarusun Umum
d. Kelengkapan berita acara serah terima rumah
Dalam pelaksanaan Pengujian Berkas dan data Kelompok Sasaran, BLU PPDPP
menyusun parameter pengujian yang ditetapkan secara internal oleh BLU PPDPP.
Parameter ini ditetapkan untuk meningkatkan ketepatan sasaran dan juga upaya
penumbuhan kualitas data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera yang dikelola BLU PPDPP.
Parameter pengujian adalah kriteria yang ditetapkan sebagai dasar penilaian/penetapan
terhadap data kelompok sasaran serta data Debitur/Nasabah yang disampaikan
oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP dan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Parameter pengujian ini digunakan sebagai
pedoman setiap unit kerja di lingkungan BLU PPDPP untuk menjalankan tugas dan
fungsinya dalam penyaluran dana FLPP. Kriteria beserta uraian parameter pengujian
disampaikan kepada Bank Pelaksana untuk memberikan informasi dan penjelasan.
Parameter pengujian yang ditetapkan oleh BLU PPDPP dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
108 Pasal 36, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
72
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
PA RAME T E R P E NGU J I A N DATA K E LOMPOK SASA RAN DAN
DATA D E B I T U R / N ASA BAH K P R S E J AH T E R A
Keterangan: *) Parameter masih mengacu pada Kepmen PUPR No 242/KPTS/M/2020, belum menggunakan Kepmen PUPR No 995/KPTS/M/2021**) Boleh tidak diisi/dikosongkan
A
KriteriaNamaPemohon
KriteriaPekerjaanPemohon
KriteriaJenisKelamin
KriteriaNomorKTPPemohon
Nilai Kriteria1. Skorkesesuaiandata≥75%2.TerdaftarpadaaplikasiSiKasep
Nilai KriteriaHanyabolehdiisisesuaireferensi:1,2,3,4,atau5
Nilai Kriteria1. HanyabolehdiisidenganLatauP2.SesuaidataDukcapil
Nilai Kriteria1. 16digitangka2.Tidakberakhiran“0000”3.Digitkeduatidakboleh“0”4.CekduplikasidatabaseFLPP,SSB,danBP2BTpadaNIKDebiturdanNIKpasangan
Uraian KriteriaNamayangsesuaidantercantumpadaKartuTandaPenduduk(KTP)sertaterdaftardiDatabaseDitjenDukcapil,Kemendagri
Uraian KriteriaJenisPekerjaanPemohonsaatmengajukanKPRSejahteraFLPP,diisidenganpilihankategorisebagaiberikut:1: PNS2:TNI/Polri
Uraian KriteriaJenisKelaminPemohonsesuaidantercantumpadaKTPsertaterdaftardiDatabaseDitjenDukcapil,Kemendagridiisidenganpilihankategorisebagai
Uraian KriteriaNomorIndukKependudukan(NIK),adalahnomoridentitasPendudukyangbersifatunikatau
3:PegawaiSwasta4:Wiraswasta5:Lainnya
berikut:L:Laki-lakiP:Perempuan
khas,tunggal,danmelekatpadaseseorangyangterdaftarsebagaiPendudukIndonesia
1
2
3
4
Daftar Parameter Pengujian Data Kelompok Sasaran*
Acuan-
AcuanLampiranHPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
Acuan-
Acuan1. Pasal1Angka12danPasal13UUNo.24Tahun2013
2.Pasal31Ayat(1)PPNo.40Tahun2019
5.CekduplikasidatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)
6.TerdaftardansesuaididatabaseDitjenDukcapilKemendagri
7. TerdaftardiaplikasiSiKasep
73
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
KriteriaNPWPPemohon
KriteriaNomorKartuKeluarga
KriteriaPenghasilan
KriteriaNamaPasangan**)
Nilai Kriteria1. 15digitangka,2.Cekduplikasidatabasepenerimasubsidipembiayaanperumahan
Nilai Kriteria1. 16digitangka2.TerdaftardansesuaididatabaseDitjenDukcapilKemendagri
Nilai KriteriaA.KriteriaI UntukTanggalSP3K≤30Juni20211. maksimumRp8.000.000,-2.penghasilan≥nilaiangsuran3.Palinglambatditagihkantanggal30September2021
B.KriteriaII UntuktanggalSP3K>30Juni20211. UntukwilayahnonPapuadanPapuaBarat,maksimal
Nilai Kriteria1. SkorkesesuaiandatadenganDatabaseDukcapil≥75%;
Uraian KriteriaNomorPokokWajibPajak(NPWP)adalahnomoryangdiberikankepadaWajibPajaksebagaisaranadalamadministrasiperpajakan
Uraian KriteriaKartuKeluarga(KK)adalahkartuidentitaskeluargayangmemuatdatatentangnama,susunandan
Uraian KriteriaPenghasilanorangperseoranganyangtidakkawin/kawinmerupakanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdarigaji,upah,dan/atauhasilusahasendiri/gabungansuamiistri.
PenghasilanKelompokSasarandihitungberdasarkanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdari:a.Gaji,upahdan/atauhasilusahasendiriuntukyangberstatustidakkawin
b.Gaji,upahdan/atauhasilusahagabunganuntukpasangansuamiistri
Uraian KriteriaNamapasanganyangsesuaidantercantumpadaKartuTandaPenduduksertaterdaftar
sertadigunakansebagaitandapengenaldiriatauidentitasWajibPajakdalammelaksanakanhakdankewajibanperpajakannya
hubungandalamkeluarga,sertaidentitasanggotakeluarga
• Pendapatanbersihyangbersumberdarigajiatauupahmerupakanseluruhpendapatansetelahdikurangikewajibanpajakpenghasilan,potonganyangdiwajibkandalamketentuanperaturanperundang-undangan,dan/ataupotonganyangdisyaratkantempatkerja
• Pendapatanbersihdibuktikandarislipgaji/upahyangdisahkanolehpejabatberwenang(pegawaiformal)atausuratpernyataanpenghasilanyangditandatanganiolehkepaladesaataulurah(pegawaiinformal)
diDatabaseDitjenDukcapil,Kemendagri
5
6
7
8
Acuan1. Pasal1Angka7PeraturanDirekturJenderalPajakNo.PER-04/PJ/2020
2.BabEpoin1hurufdSuratEdaranDirekturJenderalPajakNo.SE-44/PJ/2015
Acuan1. Pasal1Angka13UUNo.24Tahun2013
2.Pasal1Angka16PermendagriNo.109Tahun2019
Acuan1. Pasal2Angka(4)dan(5)PermenPUPRNo.1Tahun2021
2.LampiranBagianKelompokSasaranKPRSejahteraKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
3.SuratEdaranDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020
4.KepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021
Acuan-
FLPP,SSBdanBP2BT(subsidichecking);
3.CekdatabaseDitjenPajakKemenkeu
a.TidakkawinRp6.000.000,-b.KawinRp8.000.000,-
2.UntukwilayahPapuadanPapuaBarat,maksimala.TidakkawinRp7.500.000,-b.KawinRp10.000.000,
3.Penghasilan≥nilaiangsuran
2.Tidakbolehterisiangka
74
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KriteriaNomorKTPPasangan**)
KriteriaAlamatDomisili
KriteriaNomorPonsel
KriteriaNomorSP3K
KriteriaTanggalSP3K
KriteriaMaksimumKredit
Nilai Kriteria1. 16digitangka2.Tidakberakhiran“0000”3.Digitkeduatidakboleh“0”4.CekduplikasidatabaseFLPP,SSB,danBP2BTpadaNIKDebiturdanNIKpasangan
Nilai KriteriaMemuatkata“Jalan”atau“Desa/Kelurahan/Kel”atau“Kecamatan/kec”atau“Kabupaten/Kab/Kota”atau“Provinsi/Prov”
Nilai Kriteria1. 10-13digitangka;2.PengecekanduplikasinomorponselpadadatabaseFLPP,SSB,danBP2BT
Nilai Kriteria1. 5-50karakter2.CekduplikasidatabasepenerimasubsidipembiayaanperumahanFLPP,SSB,danBP2BT(subsidichecking)
Nilai Kriteria1. 10digit2.Formatyyyy-mm-dd3.Minimaltanggal1April2020
Uraian KriteriaNIK,adalahnomoridentitasPendudukyangbersifatunikataukhas,tunggaldanmelekatpada
Uraian KriteriaAlamattempattinggalPemohonsesuaiKTPsaatmengajukanKPRSejahteraFLPP.Apabila
Uraian KriteriaNomorponselaktifDebitur
Uraian KriteriaNomorDokumenSuratPersetujuanPemberianKredit
Uraian KriteriaTanggalDokumenSuratPersetujuanPemberianKredit
Uraian KriteriaNilaimaksimumkreditadalahnilaikredit/pembiayaantertinggiyangdapatdisalurkanolehBank
seseorangyangterdaftarsebagaiPendudukIndonesia
terdapatperbedaandenganKTP,makadilengkapidenganSuratKeteranganDomisili
atauyangdipersamakandanditerbitkanolehBankPelaksana
atauyangdipersamakandanditerbitkanolehBankPelaksana
PelaksanakepadacalonDebiturFLPP
9
10
11
12
13
14
Acuan1. Pasal1Angka12danPasal13UUNo.24Tahun2013
2.Pasal31Ayat(1)PPNo.40Tahun2019
Acuan-
Acuan-
AcuanInventarisirnomorSP3KBankPelaksana
Acuan-
5.CekduplikasidatatemporaryFLPPpadakolomNIKDebiturdanNIKPasangan(datayangmasihdalamproses)
6.TerdaftardansesuaididatabaseDitjenDukcapilKemendagri
3.CekduplikasidatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)
4.Harusdiawalidengan0xxxx
3.CekduplikasidatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)
4.Tahunberjalan–1≤TanggalSP3K≤TanggalAkad
75
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
Nilai Kriteria1. NilaiKPR≤MaksimumKredit≤HargaJualRumah(Riil)
2.UntukRumahTapak: MaksimumKredit=HargaJualRumah(Riil)–(1%*HargaRumah)–SBUM
AcuanPasal8danPasal25Ayat(1)hurufadanbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
3.UntukRumahSusun: MaksimumKredit=HargaJualRumah(Riil)–(1%*HargaRumah)
KriteriaHargaJualRumah
KriteriaUangMuka
KriteriaSubsidiUangMuka
KriteriaNilaiKPR
KriteriaSukuBungaKPR
Nilai Kriteria1. Untukrumahtapak: Hargajualrumah≤HargaMaksimumsesuaiKodeWilayahAdministrasiAgunan
2.Untukrumahsusun: Hargajualrumah≤HargaMaksimumsesuaiKodeWilayahAdministrasiAgunan
Nilai Kriteria1. Minimal1%dariHargaJualRumah(Riil)
Nilai Kriteria1. RumahTapak: harusbernilaiRp4.000.000,-(untukseluruhprovinsikecualiPapuadanPapuaBarat)atau
Rp10.000.000,-(untukPapuadanPapuaBarat)
Nilai Kriteria1. NilaiKPR≤NilaiMaksimumKredit2.NilaiKPR=HargaJualRumah(Riil)–UangMuka–SBUM
3.Tidakbolehbernilainegatif
Uraian KriteriaHargaunitrumahFLPPyangdijualPengembangkepadaPemohon
Uraian KriteriaNilaiUangMukayangdibayarkanpemohonkepadaPengembangtanpaSBUM
Uraian KriteriaSubsidiBantuanUangMukaPerumahan(SBUM)adalahsubsidiPemerintahyangdiberikankepada
Uraian KriteriaNilaiKPRyangditetapkanBankPelaksanakepadaPemohon
Uraian KriteriaSukuBungaKPRadalahsukubungayangditetapkanpemerintahsesuaiperaturanperundang-undanganyangberlaku,dituliskan
sebagaimanatercantumdalamdokumenSP3K
MBRdalamrangkapemenuhansebagian/seluruhuangmukapemilikanrumah
sebagaimanatercantumdalamdokumenSP3K
dalamsatuandesimaldimanasukubungaKPRsudahtermasukpremiasuransijiwa,asuransikebakarandanasuransikredit/pembiayaan
15
16
17
18
19
AcuanLampiranBagianBatasanHargaJualRumahUmumTapakdanSatuanRumahSusunKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
AcuanPasal25Ayat(1)hurufadanbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
Acuan1. Pasal1Angka4danPasal8PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
2.DiktumKesatudanDiktumKelimaKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
AcuanPasal25Ayat(1)danPasal27Ayat(1)PermenPUPRNo.20/PRT/M/20192019
3.Hargajualrumah≤HargaJualperm2sesuaiKodeWilayahAdministrasiAgunan
4.Pembulatandiangkaribuan5.HargaJualRumah(Riil)>NilaiKPR
2.Maksimal:HargaJualRumah(Riil)
2.RumahSusun: harusbernilai03.Catatan:padasaatkuotapenyaluranFLPP>kuotaSBUM,dimungkinkanSBUMbernilai0sesuaikebijakanpimpinansecaratertulis(diskresi)
76
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KriteriaTenor
KriteriaAngsuranKPR
KriteriaNamaPengembang
KriteriaNilaiFLPP
KriteriaNPWPPengembang
Nilai Kriteria4(empat)digit,yaitu0.05
Nilai Kriteria1. Minimal36bulan2.Maksimal240bulan
Nilai Kriteria1. Rumusperhitunganbungaanuitasdenganamortisasitahunanataubulanan
Nilai Kriteria1. TerdaftardiaplikasiSIRENG2.PengecekanKesesuaian75%namapengembangdenganpemilikNPWP
Nilai Kriteria75%dariNilaiKPR
Uraian KriteriaJangkawaktupenyelesaiankredit/pembiayaanKPRSejahterayangdituliskandalamsatuanbulan
Uraian KriteriaNilaiAngsuranKPRSejahteradariPemohonkepadaBankPelaksanayangtercantumdalamdokumenSP3K
Uraian KriteriaPengembangPerumahanadalahpelakupembangunanyangmenyelenggarakanpembangunanperumahandankawasan
Uraian KriteriaNilaiFLPPyangditagihkankepadaPPDPPKementerianPUPRyaitusebesar75%dariNilaiKPR
Uraian KriteriaNPWPadalahnomoryangdiberikankepadaWajibPajaksebagaisaranadalamadministrasiperpajakanyangdipergunakan
permukimanyangterdaftarpadaSistemRegistrasiPengembang(SIRENG)
sebagaitandapengenaldiriatauidentitasWajibPajakdalammelaksanakanhakdankewajibanperpajakannya
20
21
22
23
24
Acuan1. Pasal27Ayat(1)hurufcdanhurufddanPasal28Ayat(1)hurufcdanhurufd,PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
2.LampiranBagianKelompokSasaranKPRSejahteraKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
AcuanLampiranBagianKelompokSasaranKPRSejahteraKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
AcuanPasal25Ayat(1)hurufddanPasal26Ayat(1)hurufdPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
AcuanPasal1Angka2danPasal35Ayat(2)PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018
AcuanDiktumKesatuKepmenPUPRNo.463/KPTS/M/2018
2.Toleransi/pembulatan-(Rp100,-)sampaiRp.100,-
yangtercatatpadaDatabaseDitjenPajakKemenkeu
3.Tidakbolehkosongataudiisikarakterlain
77
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
KriteriaNamaPerumahan
KriteriaAlamatAgunan
KriteriaBlokAlamatAgunan
KriteriaNomorAlamatAgunan
KriteriaKota/KabupatenAgunan
Nilai Kriteria1. 15digitangka,2.CekdatabaseDitjenPajakKemenkeu
Nilai Kriteria1. CekIDLokasipadaaplikasiSiKumbang
2.SkorkesesuaiandataSiKasep≥75%
Nilai Kriteria1. CekIDRumahpadaaplikasiSiKumbang
2.CekduplikasiIDRumahpadadatabaseFLPP
Nilai Kriteria1. CekIDRumahpadaaplikasiSiKumbang
2.Tidakbolehkosong
Nilai KriteriaCekIDRumahpadaaplikasiSiKumbang
Nilai Kriteria1. Skorkesesuaiandatakodewilayahadministrasipemerintahan≥75%
Uraian KriteriaNamaPerumahanyangterdaftardiaplikasiSistemInformasi
Uraian KriteriaAlamatAgunanyangterdaftardiaplikasiSiKumbang
Uraian KriteriaBlokunitRumahyangterdaftarpadaaplikasiSiKumbangdantercantumdalamdokumenAkadJualBeli/PerjanjianKredit.Untuk
Uraian KriteriaNomorunitRumahyangtelahterdaftarpadaaplikasiSiKumbang
Uraian KriteriaNamaKota/KabupatenAgunansesuaidenganketentuan
KumpulanPengembang(SiKumbang)
perumahanyangtidakmemilikiBlokAlamatAgunandapatdiisikandengantanda“–“
KodeWilayahAdministrasiPemerintahan
25
26
27
28
29
Acuan1. Pasal1Angka7PeraturanDirekturJenderalPajakNo.PER-04/PJ/2020
2.BabEpoin1hurufdSuratEdaranDirekturJenderalPajakNo.SE-44/PJ/2015
Acuan-
Acuan-
Acuan-
Acuan-
AcuanPermendagriNo.72Tahun2019
3.Tidakbolehkosongataudiisikarakterlain
3.CekduplikasiIDRumahpadadatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)
3.Dapatdiisikantanda“–“untukperumahanyangtidakadablokalamatagunannya
2.Memuatkata“Kota/Kabupaten/Kab”3.Jeniskarakterhuruf
78
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KriteriaKodeWilayahAdministrasiAgunan
KriteriaLuasTanah
KriteriaLuasBangunan
KriteriaKodeJenisKPR
Nilai KriteriaCekdatabasekodewilayahadministrasipemerintahan
Nilai Kriteria1. UntukRumahTapak: 60–200m22.UntukRumahSusun=0m2
Nilai Kriteria21-36m2
Nilai Kriteria1. “1”untukrumahtapak2.“2”untukrumahsusun3.Jikahargajualrumah(riil)≤hargarumahtapakmaksimalKepmen,maka1
Uraian KriteriaKodeWilayahAdministrasiPemerintahanadalahidentitaswilayahadministrasipemerintahan,yangmemuatangkaperwakilanwilayahadministrasipemerintahandaerah
Uraian KriteriaLuasTanahdariRumahFLPPyangtercantumdalamdokumenSP3Kdalamsatuanm2
Uraian KriteriaLuasBangunandariRumahFLPPyangtercantumdalamSP3Kdalamsatuanm2
Uraian KriteriaJenisRumahKPRSejahteraFLPP,diisidenganketentuan:
provinsi,daerahkabupaten/kota,Kecamatanatauyangdisebutdengannamalain,DesaatauyangdisebutdengannamalaindanKelurahanseluruhIndonesia
1:RumahTapak2:RumahSusun
30
31
32
33
AcuanPasal1Angka10danLampiranRekapitulasidanRincianKodedanDataWilayahAdministrasiPemerintahanPerProvinsiSeluruhIndonesiasesuaiPermendagriNo.137Tahun2017sebagaimanatelahdiubahdenganPermendagriNo.72Tahun2019
AcuanLampiranBagianBatasanLuasTanahdanLuasLantaiRumahUmumTapaksertaLuasBangunanRumahSusunKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
AcuanLampiranBagianBatasanLuasTanahdanLuasLantaiRumahUmumTapaksertaLuasBangunanRumahSusunKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
Acuan-4.Jikahargajualrumah(riil)>harga
rumahtapakmaksimalKepmen,maka2
79
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
B
KriteriaNomorRekeningPemohon
KriteriaNomorBAST
KriteriaTanggalBAST
KriteriaTanggalAkad
KriteriaTanggalSLF
Nilai Kriteria1. CekduplikasidatabaseFLPP,SSBdanBP2BT
2.Cekduplikasipadadatatemporary
Nilai Kriteria1. CekduplikasidatabaseFLPP,SSBdanBP2BT
2.CekduplikasipadadatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)
Nilai Kriteria1. 10digit2.Formatyyyy-mm-dd
Nilai Kriteria1. 10digit;2.Formatyyyy-mm-dd;
Nilai Kriteria1. UntukRumahTapak: Tahunberjalan–20≤tanggalSLF≤tanggalakad
Uraian KriteriaNomorrekeningkreditDebitur/Nasabah(untukpencairandan
Uraian KriteriaNomordokumenBeritaAcaraSerahTerima(BAST)RumahSejahteraFLPPyangtelah
Uraian KriteriaTanggaldokumenBASTRumahSejahteraFLPPyangtelah
Uraian KriteriaTanggalAkadKreditsesuaiyangtercantumdalamdokumenPerjanjianKredit/AkadPembiayaan
Uraian KriteriaTanggaldokumenyangtercantumpadasuratpernyataanmengenaikelaikanfungsibangunanyangdibuatolehpengkajiteknis,pengawaskonstruksi,atau
angsuran)yangditerbitkanolehBankPelaksana
ditandatanganiolehpengembangdanDebitur/Nasabah
ditandatanganiolehpengembangdanDebitur/Nasabah
yangditandatanganiantaraDebitur/NasabahdenganBankPelaksana
manajemenkonstruksibagiRumahUmumTapaksesuaidenganizinmendirikanbangunan,atausertifikatlaikfungsibagiSarusunUmum
1
2
3
4
5
Daftar Parameter Pengujian Data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera FLPP
Acuan1. Pasal36Ayat(2)hurufbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
2.InventarisirnomorrekeningdariBankPelaksana
AcuanPasal36Ayat(2)hurufddanLampiranFdanGPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
AcuanPasal36Ayat(2)hurufddanLampiranFdanGPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
AcuanPasal35Ayat(1)danPasal36Ayat(2)hurufbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
Acuan1. Pasal36Ayat(2)hurufcPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
2.Pasal297Ayat(2)PPeraturanPemerintahNo.16Tahun2021
FLPP(datayangmasihdalamproses)
3.5-20digitangka
3.NomorBASTharusmemuatTahun(2020,2021,dst)
4.5-50karakter
3.Tahunberjalan–1≤tanggalBAST≤tanggalIDtagihan
3.Tahunberjalan≤tanggalakad≤tanggalIDtagihan
2.UntukRumahSusun: tahunberjalan–5≤tanggalSLF≤tanggalakad
3.Formatyyyy-mm-dd
80
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
C. Penyusunan Lembar Hasil Pengujian Permintaan Pembayaran Dana FLPP
1. Output hasil pengujian berkas dan data Kelompok Sasaran di atas dituangkan dalam
lembar hasil pengujian permintaan pembayaran dana FLPP (Format L)109
2. Apabila terdapat perbedaan nama pejabat yang berwenang dalam melakukan
permintaan pembayaran, maka permintaan pembayaran tidak dapat diproses
3. Pengujian sebagaimana dimaksud pada angka 8 Pengujian Berkas dan Data
Kelompok Sasaran dilakukan paling lambat 3 hari kerja setelah dokumen permintaan
pembayaran dana FLPP sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pada angka
2 hingga angka 6 di atas diterima lengkap dan benar serta dibuktikan dengan
konfirmasi dari BLU PPDPP
Secara umum proses pengujian FLPP baik melalui sistem Host to Host dan e-FLPP,
digambarkan pada grafik di samping ini.
109 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
KriteriaNomorSuratPernyataanSLF
Nilai KriteriaNomoryangdiisikantidakbolehberisiangka0semua
Uraian KriteriaNomordokumenyangtercantumpadasuratpernyataanmengenaikelaikanfungsibangunanyangdibuatolehpengkajiteknis,pengawaskonstruksi,atau
manajemenkonstruksibagiRumahUmumTapaksesuaidenganizinmendirikanbangunan,atausertifikatlaikfungsibagiSarusunUmum
6
AcuanPasal36Ayat(2)hurufcPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
Matriks 2.1. Parameter pengujian data Kelompok Sasaran dan data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera.
81
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
Pelaksanaan pengujian verifikasi kelengkapan berkas, data, serta penyusunan lembar
hasil pengujian MBR Kelompok Sasaran dilakukan bersamaan dengan pengecekan
dokumen administrasi pengembang melalui aplikasi SiKumbang yang akan dijelaskan
pada BAB berikutnya.
Dalam rangka pengembangan proses verifikasi dan pengujian, maka BLU PPDPP
menyiapkan strategi pengembangan Kalibrasi dan Testing. Strategi tersebut juga
mendukung penyelanggaraan ISO 9001:2015 terkait Sistem Manajemen Mutu (SMM)
yang telah dimiliki BLU PPDPP. Penjelasan lebih lanjut dari kedua kegiatan tersebut
sebagai berikut:
1. Kalibrasi
a. Latar belakang
b. Menindaklanjuti temuan (observasi) audit sertifikasi SMM ISO 9001:2015 dalam
lingkup BLU PPDPP. Disarankan agar BLU PPDPP melaksanakan proses kalibrasi
sistem e-FLPP secara periodik untuk memastikan sistem berjalan baik.
Verifikasi Bank
Pembayaran Dana
Persetujuan Kredit (SP3K)
Pengujian
Daftar Kelompok Sasaran
Permintaan Pembayaran
Pengujian Data
BAST
Daftar Tunggu(90 hari)
Akad
SLF
• SuratPernyataanVerifikasi
• DaftarKelompokSasaran
• SuratPermintaan• DaftarDebitur/Nasabah
• DokumenlainyangdipersyaratkandiPKO
Tidaklengkap
Tidaklolos
H2H Lolos
Lengkap
e-FLPP2.0
Gambar 2.6. Proses pengujian FLPP melalui sistem Host to Host dan e-FLPP(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)
82
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
c. Prinsip kerja
• Menyiapkan data dummy untuk dilakukan pengetesan kedalam portal, yang
terdiri dari data benar dan data salah
• Data dummy yang telah disiapkan diuji ke dalam sistem, kemudian dicatat
hasilnya untuk memastikan apakah sesuai dengan pola yang sudah
ditetapkan atau tidak
• Hasil kalibrasi direkap dalam laporan untuk disampaikan kepada pimpinan
d. Waktu pelaksanaannya dilakukan secara berkala minimal 3 bulan sekali
e. Kebutuhan infrastruktur yang diperlukan adalah Portal Kalibrasi
f. Output yang dihasilkan ialah Laporan Kalibrasi Sistem Pengujian FLPP
2. Testing
a. Latar belakang
Dalam rangka optimalisasi pengujian data MBR kelompok sasaran yang lolos
verifikasi.110
b. Prinsip kerja
• Memilih data sampel (5%-10% untuk tiap berkas permintaan pembayaran
dana FLPP atau 5%-10% dari total target pengujian FLPP terhadap hasil uji
data Host to Host)
• Sampel data dites terhadap parameter pengujian (ditetapkan internal oleh
BLU PPDPP)
• Hasil pengetesan direkap dalam laporan untuk disampaikan kepada
pimpinan
c. Waktu pelaksanaannya dilakukan sepanjang tahun
d. Kebutuhan infrastruktur yang diperlukan adalah Dashboard Kontrol Uji Data
Host to host
e. Output yang dihasilkan adalah Laporan Testing Hasil Pengujian FLPP
Untuk mendukung pelaksanaan kedua kegiatan tersebut, disiapkan juga parameter
pengujian data kelompok sasaran dan data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera FLPP
sebagai acuan/rujukan. Parameter pengujian merupakan kriteria yang ditetapkan
sebagai dasar penilaian/penetapan terhadap data kelompok sasaran dan data Debitur/
Nasabah yang disampaikan oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Parameter ini terdiri dari kriteria, uraian
kriteria, dan nilai kriteria. Bagan pengembangan verifikasi dan pengujian dapat dilihat
di samping:
110 Pasal 32, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
83
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
2.5.2P E NATA L A K SANAAN K E UANGAN DANA B E R GU L I R F L P P
Setelah MBR Kelompok Sasaran telah melalui verifikasi Bank Pelaksana dan pengujian
BLU PPDPP, kemudian dinyatakan lolos, maka BLU PPDPP akan menyalurkan dana
FLPP kepada Bank Pelaksana. Dana FLPP akan disalurkan oleh Bank Pelaksana kepada
MBR dengan mekanisme KPR Sejahtera.
Penatalaksanaan keuangan dana bergulir FLPP dilakukan oleh BLU PPDPP secara
berkesinambungan dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan BLU
dan negara sesuai peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari:
OUTPUT
• LembarHasilPengujian• NotaDinasPengantarDirekturLayanan
I N P U T P ROCE S S
• PernyataanVerifikasi• DaftarKelompokSasaran
Kalibrasi
Memastikan kehandalan sistem/mesin dan dalam kondisi laik operasi dan dilakukan secara berkala setiap 3 bulan sekali → Portal Kalibrasi
Temuan Observasi ISO 9001 2015 PPDPP
Rujukan/Acuan Parameter Pengujian Data Kelompok Sasaran dan Data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera FLPP
Testing
Untuk menguji output yang dihasilkan telah sesuai persyaratan/spesifikasi dengan melakukan pengujian sampel → Dashboard Kontrol Ujidata Host to Host
• Datalolospengujian(daftartunggu90hari)
• SetAkad,Rekening,BAST,KelaikanFungsiBangunanGedung
• PermintaanPembayaranDana,DaftarDebitur,RekapLaikFungsi
e-FLPP 2.0
Gambar 2.7. Bagan pengembangan verifikasi dan pengujian(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)
84
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
1. Pembayaran Dana FLPP
Pembayaran dana FLPP dilakukan sesuai skema yang diatur dalam Peraturan
Menteri PUPR111 dan PKS BLU PPDPP dengan Bank Pelaksana. Pembayaran dana
FLPP dari BLU PPDPP kepada MBR melalui Bank Pelaksana dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:112
a. Pencairan atau pembayaran dana FLPP dilakukan melalui rekening program
FLPP KPR Sejahtera di Bank Pelaksana
b. Pembayaran dana FLPP dilakukan paling lambat 2 hari kerja setelah
dikeluarkannya lembar hasil pengujian permintaan pembayaran dana FLPP
(Format L)
c. Berdasarkan pembayaran dana FLPP sebagaimana dimaksud pada huruf b, BLU
PPDPP menyampaikan jadwal angsuran kepada Bank Pelaksana (Format M)113
d. Bank Pelaksana menyampaikan surat tanda terima uang atau kuitansi
pembayaran uang (Format N)114 paling lambat 5 hari kerja sejak diterimanya
pembayaran dari BLU PPDPP
Terhadap Dana FLPP yang dicairkan Bank Pelaksana melakukan pembayaran Tarif
KPR Sejahtera berupa bunga/imbal hasil atas penggunaan dana FLPP untuk KPR
Sejahtera yang diterbitkan sesuai dengan perhitungan dan jadwal yang ditetapkan
BLU PPDPP ke rekening dana operasional BLU PPDPP. Keterlambatan pembayaran
tarif KPR Sejahtera dikenakan denda sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penerimaan negara bukan pajak.115
Pembayaran dana bergulir FLPP dilaksanakan sebagai realisasi dana kelolaan
BA.999 yang disalurkan kepada MBR melalui Bank Pelaksana dalam bentuk KPR
Sejahtera dalam unit rumah. Pembayaran dana FLPP kepada Bank Pelaksana
dijalankan berdasarkan pada peraturan teknis berikut ini:
a. PMK No. 99 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada
Kementerian Negara/Lembaga
b. PMK No. 218 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas PMK No. 99/PMK.05/2008
Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementerian Negara/
Lembaga
111 Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.112 Ibid., Pasal 37.113 Ibid., Lampiran I.114 Ibid.115 Ibid., Pasal 39.
85
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
c. PMK No. 182 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja
Lingkup Kementerian Negara/Lembaga
d. PMK No. 216 Tahun 2011 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat
Pembiayaan Perumahan Pada Kementerian Perumahan Rakyat
e. PMK No. 81 Tahun 2019 tentang Batasan Rumah Umum, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa Dan Pelajar, Serta Perumahan Lainnya, Yang Atas Penyerahannya
Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
f. PMK No. 245 Tahun 2016 tentang Monitoring Kinerja dan Evaluasi Kinerja atas
Penggunaan Dana Bendahara Umum Negara
g. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan
Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
h. Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021 tentang Batasan Penghasilan Tertentu,
Suku Bunga/Marjin Pembiayaan Bersubsidi, Masa Subsidi, Jangka Waktu Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah, Batasan Luas Tanah, Batasan Luas Lantai,
Batasan Harga Jual Rumah Umum Tapak dan Satuan Rumah Susun Umum, dan
Besaran Subsidi Bantuan Uang Muka
i. PMK No. 130 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan
Pertanggungjawaban Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
j. PMK No. 129 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum
2. Rekonsiliasi Dana dan Rekening Dana
Setelah pembayaran dana FLPP dilaksanakan, untuk mencocokkan data KPR
Sejahtera serta posisi dana FLPP pada tiap Bank Pelaksana, BLU PPDPP dan Bank
Pelaksana melakukan rekonsiliasi. Rekonsiliasi dilakukan oleh BLU PPDPP terhadap
dana FLPP dan rekening dana FLPP. Pelaksanaan rekonsiliasi disepakati dalam PKS
BLU PPDPP dan Bank Pelaksana.116 Pelaksanaan rekonsiliasi dana dan rekening
dana didasarkan pada peraturan teknis berikut ini:
a. PMK No. 182 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja
Lingkup Kementerian Negara/Lembaga
b. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan
Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
c. PMK No. 104 Tahun 2017 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Penyusunan
Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/
Lembaga
116 Pasal 40, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
86
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
d. Kepmen PUPR No. 247 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa
e. Kepmen PUPR No. 231 Tahun 2018 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera
3. Penagihan Pembayaran Pengembalian Pokok Dana Bergulir FLPP
Setelah dibayarkan kepada Bank Pelaksana, BLU PPDPP akan menerima
pengembalian pokok yang dibayarkan oleh MBR kepada BLU PPDPP melalui Bank
Pelaksana. Bank Pelaksana wajib mengembalikan pokok dana FLPP tanpa syarat
kepada BLU PPDPP yang dilakukan secara bulanan sesuai dengan jadwal amortisasi
yang ditetapkan oleh BLU PPDPP. Keterlambatan pengembalian pokok dana
FLPP dikenakan denda sebesar tingkat suku bunga deposito 3 bulan penjaminan
Lembaga Penjamin Simpanan, terhadap besaran kewajiban pengembalian pokok
dikalikan dengan jumlah hari keterlambatan dibagi 365 hari. Bank Pelaksana
menyetorkan pengembalian pokok dana FLPP ke rekening dana kelolaan BLU
PPDPP sesuai jadwal angsuran.117 BLU PPDPP juga melaksanakan pemantauan dan
evaluasi terhadap kepatuhan Bank Pelaksana dalam pengembalian dana FLPP dan
kepatuhan Bank Pelaksana dalam penyampaian laporan penyaluran dana FLPP.118
Penagihan pembayaran pengembalian pokok dana bergulir FLPP dijalankan
berdasarkan pada peraturan teknis berikut ini:
a. PMK No.182 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja
Lingkup Kementerian Negara/Lembaga
b. Permen PUPR No.20 Tahun 2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan
Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
c. SOP Penyaluran Dana FLPP
d. PMK No.129 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum
4. Pengelolaan Dana FLPP
Alur bisnis pengelolaan dana bergulir FLPP, yang dilaksanakan BLU PPDPP dalam
menjalankan pengelolaan dana BA.999119 secara singkat adalah sebagai berikut:
a. Terdapat 4 rekening yang harus dibuka pada tiap-tiap Bank Pelaksana untuk
menjalankan program FLPP yaitu:
117 Pasal 38, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.118 Ibid., Pasal 76 Ayat (2) huruf e dan huruf f.119 Pasal 77, PMK No. 129/PMK/05/2020.
87
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
1. Rekening Dana Kelolaan BLU120
Rekening Dana Kelolaan BLU adalah rekening lainnya dalam bentuk giro
milik BLU yang dipergunakan untuk menampung dana yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam Rekening Operasional BLU dan Rekening Pengelolaan
Kas BLU pada Bank Umum, untuk menampung dana yang dapat berasal
dari alokasi Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, salah satunya dana
bergulir dan/atau dana yang belum menjadi hak BLU.
2. Rekening Dana Operasional BLU121
Rekening Operasional BLU adalah rekening lainnya dalam bentuk giro
milik BLU yang dipergunakan untuk menampung seluruh penerimaan
atau membayar seluruh pengeluaran BLU yang dananya bersumber dari
penerimaan negara bukan pajak BLU pada Bank Umum.
3. Rekening Program122
Rekening Program adalah rekening milik Bank Pelaksana yang dipergunakan
untuk menampung tagihan FLPP
4. Rekening Pengelolaan Kas BLU (tidak wajib)123
Rekening Pengelolaan Kas BLU adalah rekening lainnya milik BLU yang
dapat berbentuk deposito pada Bank Umum dan/atau rekening pada bank
kustodian untuk penempatan idle cash yang terkait dengan pengelolaan kas
BLU.
b. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan dana bergulir FLPP, maka berdasarkan
Keputusan Menteri PUPR untuk setiap Tahun Anggaran, ditunjuk pejabat
pembantu yaitu Bendahara BA.999 dan Bendahara Penerimaan BA.033.
Bendahara Penerimaan BA.033 berkewajiban melakukan penerimaan PNBP
yang berasal dari tarif pendapatan layanan.
c. KPA BA.999, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BA.999, dan Bendahara BA.999
bertanggung jawab atas penyaluran dan fungsi cash & liquidity management
pada Rekening Dana Kelolaan BLU PPDPP.
d. Selain Rekening Dana Kelolaan, untuk melancarkan pemantauan penyaluran
dana FLPP, terdapat Rekening Program yang dimiliki oleh masing-masing Bank
Pelaksana sebagai alat bantu dalam memudahkan tracing transaksi penyaluran
dana FLPP.
120 Pasal 1 Angka 29, PMK No. 129/PMK/05/2020.121 Ibid., Pasal 1 Angka 25.122 Pasal 37 Ayat (1), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.123 Op. Cit., Pasal 1 Angka 28.
88
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
e. KPA, PPK, dan Bendahara BA.999 melaporkan izin atas pembukaan/
penutupan Rekening Dana Kelolaan Bank Pelaksana kepada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta II.
f. MBR akan membayarkan angsuran kepada Bank Pelaksana setiap bulannya,
kemudian Bank Pelaksana melakukan pengembalian pokok atas angsuran
tersebut ke Rekening Dana Kelolaan milik BLU PPDPP.
g. KPA, PPK, dan Bendahara BA.999 akan melakukan short term investment
(investasi jangka pendek)124 dalam bentuk Deposito pada Bank Pelaksana
berdasarkan seleksi yang dilakukan dengan mekanisme beauty contest.125
Investasi jangka pendek merupakan skema optimalisasi kas BLU pada
Rekening Operasional Penerimaan BLU dan/atau Rekening Dana Kelolaan BLU.
Termasuk dalam pengertian kas yang harus dioptimalkan adalah merupakan
kas yang dimiliki sebagai akibat perbedaan waktu diterimanya kas dengan saat
dikeluarkannya kas. Pemimpin BLU menetapkan batas maksimal saldo dalam
Rekening Operasional Penerimaan BLU dan Rekening Dana Kelolaan BLU di
luar yang dioptimalkan sebagai kas penyangga dengan tetap memperhatikan
prinsip efisiensi dan efektivitas. Ketentuan investasi jangka pendek di atas
berlaku mutatis mutandis terhadap BLU yang menerapkan 1 jenis Rekening
Operasional BLU.126
Investasi jangka pendek merupakan kegiatan manajemen kas aktif berupa
penempatan kas pada instrumen keuangan dengan risiko rendah. Investasi ini
dapat berupa penempatan kas pada Rekening Pengelolaan Kas BLU berbentuk
deposito on call dan/atau deposito berjangka pada Bank Umum.127 Dalam hal
investasi jangka pendek BLU PPDPP bekerja sama dengan Bank Pelaksana
yang telah menandatangani.
Untuk memastikan ketersediaan kas pada saat diperlukan, BLU harus mengelola
portofolio investasi dengan memperhatikan bauran instrumen investasi. Bauran
instrumen investasi mempertimbangkan kredibilitas bank, jatuh tempo, nominal,
dan ketentuan penalti.128
124 Pasal 83 Ayat (1), PMK No. 129/PMK.05/2020.125 Ibid., Pasal 91 Ayat (1).126 Op. Cit., Pasal 83.127 Ibid., Pasal 84.128 Ibid., Pasal 85.
89
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
Setiap BLU menyusun kebijakan investasi jangka pendek yang ditetapkan oleh
Pemimpin BLU. Kebijakan investasi jangka pendek paling sedikit memuat:129
• Batas maksimum proporsi kas BLU yang dapat ditempatkan pada satu pihak
• Sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan investasi
jangka pendek
• Pembatasan wewenang transaksi investasi jangka pendek untuk setiap
level manajemen dan pertanggungjawabannya
BLU menyusun rencana investasi jangka pendek tahunan yang ditetapkan
oleh Pemimpin BLU. Rencana investasi jangka pendek tahunan paling sedikit
memuat:130
• Data histori saldo kas
• Proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas BLU
• Sasaran tingkat hasil investasi yang diharapkan, termasuk tolok ukur hasil
investasi (yield's benchmark) dengan rata-rata bunga/imbal hasil deposito
over the counter bank badan usaha milik negara
Pengelolaan investasi jangka pendek diselenggarakan oleh Pemimpin BLU atau
Pejabat Pengelola setingkat di bawah Pemimpin BLU yang mempunyai fungsi
pengelolaan kas dan/atau investasi.131
Dalam mengelola investasi jangka pendek, pengelola investasi harus
melakukan:132
• Analisis terhadap risiko dan kajian yang memadai serta terdokumentasi
dalam menempatkan, mempertahankan, dan melepaskan investasi
• Penyusunan, pendokumentasian, dan pemeliharaan catatan dan/atau kertas
kerja terkait pengelolaan investasi
Pemilihan/penunjukan Bank Umum untuk membuka Rekening Operasional BLU,
Rekening Dana Kelolaan BLU, dan Rekening Pengelolaan Kas BLU, dilakukan
melalui Beauty Contest. Beauty Contest sebagaimana dimaksud di atas
dilaksanakan dengan mekanisme berikut:133
• BLU membentuk panitia untuk mengadakan seleksi melalui Beauty Contest
• Panitia seleksi yang terbentuk menentukan kriteria, tata cara, dan tahapan
pelaksanaan seleksi dalam suatu dokumen rencana seleksi Beauty Contest
129 Pasal 86, PMK No. 129/PMK.05/2020.130 Ibid., Pasal 87. 131 Ibid., Pasal 88.132 Ibid., Pasal 89.133 Ibid., Pasal 91 Ayat (1) dan (2).
90
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
• Panitia seleksi melakukan penyaringan sesuai dengan dokumen rencana
seleksi yang telah disetujui
Pelaksanaan Beauty Contest khusus untuk Rekening Pengelolaan Kas BLU
dapat dilakukan melalui Kementerian Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pelaksanaan Beauty Contest yang dilakukan melalui Kementerian
Keuangan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.134
Pemimpin BLU menyusun dan menetapkan standar operasional prosedur dalam
rangka pengelolaan kas.135
Di dalam pengelolaan dana FLPP BA.999, BLU PPDPP juga menjalankan
pelaksanaan Investasi dana FLPP didalamnya. Pelaksanaan investasi dana
FLPP saat ini didukung dengan regulasi bahwa hasil pemupukan dari investasi
dapat digunakan sebagai dana bergulir penyaluran FLPP. Investasi BLU PPDPP
dilaksanakan dalam bentuk Persentase Realisasi Penerimaan PNBP BLU.
h. Atas pembayaran pokok dan deposito tersebut, KPA, PPK, dan Bendahara
BA.999 melaporkan saldo rekening secara berkala kepada KPPN Jakarta II
i. Rekening Dana Kelolaan akan dilaporkan secara berkala melalui Laporan
Keuangan Pelaksana (LKP) dana FLPP dengan Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Investasi Pemerintah (SAIP)
Dalam melakukan penatalaksanaan keuangan dana bergulir FLPP dilakukan pula
hal-hal berikut ini:
1. Penyusunan Prognosa Pengembalian Pokok
2. Pelaksanakan Rekomendasi Badan Pengawas Keuangan dan Auditor Eksternal
lainnya terkait Pengelolaan Dana Kelolaan (BA.999)
3. Penyampaian masukan atas penyusunan SAIP
4. Dukungan teknis atas perubahan porsi dan tarif serta pembuatan skema
pembiayaan lainnya
Dengan adanya kegiatan penatalaksanaan keuangan dana bergulir FLPP yang
dijelaskan di atas, diharapkan keberlanjutan penyaluran dana FLPP memiliki kualitas
yang lebih terjamin, tingkat kepuasan masyarakat meningkat atas pembayaran
tagihan FLPP, serta Laporan Keuangan mendapat hasil Wajar Tanpa Pengecualian
134 Pasal 91 Ayat (3) dan (4), PMK No. 129/PMK.05/2020. 135 Ibid., Pasal 92.
91
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
(WTP) dan penerimaan PNBP tarif semakin meningkat. Sustainability atas
pembiayaan dana bergulir FLPP pun menjadi lebih terjamin.
Gambar 2.8. Pengelolaan dana BLU PPDPP (Sumber: Paparan Direktur Utama BLU PPDPP, 2021)
Rek. Pengelolaan Kas
Deposito
Short Term Investment
Pokja
Penyaluran ke Bank
Rek. Prog
MBR
APBNBA 9 9 9 .0 3
A P BNBA 0 3 3 .1 6
Rekening Dana Kelolaan
Rekening Dana Operasional Pegeluaran
Rekening Dana Operasional Penerimaan
Giro Giro GiroJasa Giro
Pengembalian pokok Tarif Jasa giro
DendaPenyaluran
SAIP
Laporan saldo rekening berkala
SAIBA
Laporan saldo rekening berkala
ExecutingPencairan deposito
Bunga deposito
Bendahara 1, 49 Rek. Bendahara 2, 49 Rek. Bendahara 3, 1 Rek.
LKP FLPP SAIP
LKP FLPP SAIP
92
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
R E KAP I T U L AS I P E RATURAN P E NYA LURAN DANA K P R
S E J AHT E RA F L P P P E R I OD E TAHUN 2 0 1 0 - 2 0 2 1
( P E R 1 3 AGUSTUS 2 0 2 1 )
Matriks ketentuan pokok penyaluran KPR Sejahtera dari tahun ke tahun disajikan di
bawah ini:
KeteranganRT :RumahTapakSRS :SatuanRumahSusunPorsi :merupakanproporsipendanaanPPDPPdanBPTapera
2010
KetentuanBungaRT :8,15%-8,50%BungaSRS :9,25%-9,95%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :60%-40%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal3September2010.
KeteranganPeraturaninimengaturketentuanbesaranporsipenyalurandana,diberlakukanpadatanggal18Oktober
2010(BatasannilaiporsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit).
b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,diberlakukanpadatanggal6September2010.
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-RumahSusun :a.MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-
b.MBMdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.500.000,-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenperaNo.14Tahun2010b.PermenperaNo.15Tahun2010
PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.2Tahun2010
PeraturanPMKNo.185/PMK.05/2010
KeteranganPeraturaninimengaturketentuantariflayananKPRSejahtera,diberlakukanpadatanggal15Oktober2010danmasihberlakuhinggaJanuari2011
1
2
3
2011
93
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
KetentuanBungaRT :8,15%-8,50%BungaSRS :9,25%-9,95%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-RumahSusun :a.MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-
b.MBMdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.500.000,-
Peraturana.PermenperaNo.14Tahun2010b.PermenperaNo.15Tahun2010
1
2012
KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :60%-40%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.14Tahun2010.
KeteranganPeraturaninimengaturketentuanbesaranporsipenyalurandanadengannilaiyangsama,diberlakukanpada
KeteranganPeraturaninimengaturketentuantariflayananKPRSejahtera,diberlakukanpadatanggal14Desember2011untuk
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungasertabataspenghasilanMBR,diberlakukan
b.Peraturan1byangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.15Tahun2010.
tanggal18Oktober2010danmasihberlakuhinggatahun2011.
(BatasannilaiporsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit)
menggantikan/mencabutPMKNo.185/PMK.05/2010.
padatanggal3September2010danmasihberlakuhinggatahun2011.
b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,
diberlakukanpadatanggal6September2010danmasihberlakuhinggatahun2011.
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenperaNo.4Tahun2012b.PermenperaNo.5Tahun2012
PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.2Tahun2010
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
1
2
3
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :50%-50%Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.3Tahun2012
2
94
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KeteranganPeraturaninimengaturperubahanketentuanbesaranporsipenyalurandana,diberlakukanpadatanggal
9Februari2012(BatasannilaiporsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit)
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
3
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.14Tahun2010
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuanbesaranporsidengannilaiyangsama,diberlakukanpadatanggal
padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.
b.Peraturan1byangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.15Tahun2010
25Mei2012untukmenggantikan/mencabutPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.3Tahun2012(Batasannilai
c.Peraturan1cmerupakanperubahanperaturan1a,diberlakukanpadatanggal24Mei2012.
d.Peraturan1dmerupakanperubahanperaturan1b,diberlakukanpadatanggal24Mei2012
porsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit).
2012
KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :50%-50%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenperaNo.4Tahun2012b.PermenperaNo.5Tahun2012c.PermenperaNo.7Tahun2012d.PermenperaNo.8Tahun2012
PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.9Tahun2012
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
1
2
3
Perubahan Pertama
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan
padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.
95
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
2012
Perubahan Kedua
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal10Juli2012untukmenggantikan/mencabut
KeteranganPeraturaninimengaturperubahanketentuanbesaranporsipenyalurandana,diberlakukanpadatanggal
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan
PermenperaNo.4Tahun2012danPermenperaNo.7Tahun2012.
b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,diberlakukanpadatanggal
30Juli2012untukmenggantikan/mencabutPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.9Tahun2012.(Batasannilai
porsiFLPPmerujukkepadahargarumah).
padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.
10Juli2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.5Tahun2012danPermenperaNo.8Tahun2012.
2012
KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :70%-30%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenperaNo.13Tahun2012b.PermenperaNo.14Tahun2012
PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.26Tahun2012
PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.26Tahun2012
1
2
3
Perubahan Ketiga
KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-
Peraturana.PermenperaNo.13Tahun2012b.PermenperaNo.14Tahun2012
1
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal17Oktober2012
untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.13Tahun2012
b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,
diberlakukanpadatanggal17Oktober2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.14Tahun2012
96
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :70%-30%Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.26Tahun2012
2
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan
padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan
padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
3
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal24Mei2014
KeteranganPeraturaninimengaturperubahanketentuanbesaranporsipenyalurandana.Diberlakukanpadatanggal
untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.27Tahun2012
b.Peraturan1bmengaturpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,
2Mei2014untukmenggantikan/mencabutseluruhperaturanperundang-undanganyangmerupakan
diberlakukanpadatanggal24Mei2014untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.28Tahun2012
peraturanpelaksanaandariPermenperaNo.27Tahun2012selamabertentangandenganperaturanini.
2013
2014
KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenperaNo.3Tahun2014b.PermenperaNo.4Tahun2014
PeraturanPermenperaNo.5Tahun2014
1
2
Ketentuan penyaluran dana pada tahun 2013 sama dengan tahun 2012 (perubahan ketiga)
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
3
97
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan
padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2014.
Keterangana.Peraturan1adanPeraturan1byangmengaturketentuanbungasertabatasanpenghasilanMBRdiberlakukanpadatanggal12Desember2014
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuanbesaranporsidengannilaiyangsama.Diberlakukanpadatanggal2Mei2014untuk
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan
b.Peraturan1amenggantikan/mencabutPermenperaNo.3Tahun2014
menggantikan/mencabutseluruhperaturanperundang-undanganyangmerupakanperaturanpelaksanaan
padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2014.
c.Peraturan1bmenggantikan/mencabutPermenperaNo.4tahun2014
dariPermenperaNomor27Tahun2012selamabertentangandenganperaturanini.
2014
KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenperaNo.20/PRT/M/2014b.PermenperaNo.21/PRT/M/2014
PeraturanPermenperaNo.5Tahun2014
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
1
2
3
Perubahan
2015
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-
Peraturana.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2014b.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2014c.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2015d.PermenPUPRNo.32/PRT/M/2015
1
98
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungasertabataspenghasilanMBRdiberlakukanpadatanggal12Desember2014,untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.3Tahun2014
b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,diberlakukanpadatanggal12Desember2014untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.4tahun2014
c.Peraturan1cmengubahsebagianPeraturan1adandiberlakukanpadatanggal25April2015
d.Peraturan1dmerupakanperubahankeduaPeraturan1adandiberlakukanpadatanggal26Juni2015
KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuanbesaranporsidengannilaiyangsama.Diberlakukan
KeteranganKepmeninimengaturperubahanketentuanbesaranporsidantarif,diberlakukanpadatanggal
padatanggal2Mei2014untukmenggantikan/mencabutseluruhperaturanperundang-undanganyang
23April2015.Dasarmenimbang(rujukan)KepmenPUPRiniadalahPermenPUPRNo.20/PRT/M/2014
sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.20/PRT/M/2015
merupakanperaturanpelaksanaandariPermenperaNo.27Tahun2012selamabertentangandenganperaturanini.
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :0,3%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPermenperaNo.5Tahun2014
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
2
3
2016
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermen
PUPRNo.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.
b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanPeraturan1anamuntidaktermasukbunga
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016
1
KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsidantarifdiberlakukanpadatanggal23April2015dan
masihberlakuhinggatahun2016.Dasarmenimbang(rujukan)KepmenPUPRiniadalahPermenPUPRNo.
20/PRT/M/2014sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.20/PRT/M/2015
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :0,3%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015
2
99
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :0,5%Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
3
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermen
KeteranganKetentuantarifdidalamKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015dinyatakantidakberlaku.Konsekuensihukumnyaadalah
KeteranganKepmeninimengaturkembaliketentuanbesaranbataspenghasilanMBRdengannilaiyangsama,
PUPRNo.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.
besarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011yangdiberlakukanpadaAgustus2016.
diberlakukanpadatanggal28Juli2016,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015
b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanperaturan1anamuntidaktermasukbunga
2017
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-
Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016
PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016
1
4
KeteranganDiamanatkandalamPasal18PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016bahwadanaKPRSejahteramerupakangabunganantaradanaFLPPdandanaBankPelaksanadenganproporsitertentu.Proporsitersebutmenjadidasarpenentuanporsi/besaranpendanaanFLPPuntukKPRSejahterayang
dicantumkandalamperjanjiankerjasamaoperasionalantaraPPDPPdenganBankPelaksana.
BesaranangkaporsidiaturdalamPKOBLUPPDPPdenganBankPelaksanaPasal4ayat(4)yang
berbunyi“DanaPIHAKKEDUA(BP)sebagaimanadimaksudpadaayat(1)adalahdanayangdisiapkanPIHAKKEDUA(BP)untukpembiayaanKPRSejahterapalingrendah10%(sepuluhperseratus)daridanapembiayaanKPRSejahtera.
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPerjanjianKerjasamaOperasionalBLUPPDPPdenganBankPelaksana
2
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :0,3%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015
3
100
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KeteranganKetentuantarifdidalamKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015dinyatakantidakberlaku.Konsekuensihukumnyaadalah
KeteranganKepmeninimengaturketentuanbataspenghasilanMBRdiberlakukanpadatanggal28Juli2016danmasihberlaku
besarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011dandiberlakukanpadaAgustus2016.
hinggatahun2017,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016
4
5
2018
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016
1
KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsi,diberlakukanpadatanggal13Maret2018untuk
menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015.
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanKepmenPUPRNo.231Tahun2018
PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018
2
3
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermenPUPR
No.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.
b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanPeraturan1anamuntidaktermasukbunga
KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsidantarif,diberlakukanpadatanggal23April2015.Dasar
menimbang(rujukan)KepmenPUPRiniadalahPermenPUPRNo.20/PRT/M/2014sebagaimanatelah
diubahdenganPermenPUPRNo.20/PRT/M/2015
101
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
KeteranganKepmeninimengaturperubahanketentuanbesaranporsi,diberlakukanpadatanggal20Juli2018untuk
menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018
KeteranganKetentuanbesarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011yangmulaiberlakupadaAgustus2016
KeteranganKepmeninimengaturketentuanbataspenghasilanMBR.Diberlakukanpadatanggal28Juli2016danmasihberlaku
hinggatahun2018,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016
Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016
4
5
1
2019
Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermen
PUPRNo.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.
b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanperaturan1anamuntidaktermasukbunga
KeteranganPeraturanMenteriPUPRNo.20/PRT/M/2019diberlakukanpadatanggal27Desember2019untuk
menggantikan/mencabutPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016sebagaimana
telahdiubahdenganPermenPUPRNomor26/PRT/M/2016
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019
2
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018
3
102
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KeteranganKetentuanbesarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011dandiberlakukanpadaAgustus2016.
KeteranganKepmeninimengaturketentuanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal28Juli2016danmasihberlaku
hinggatahun2019,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015.
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016
4
5
2020
Keterangan a.PeraturanMenteriPUPRNo.20/PRT/M/2019berlakupadatanggal27Desember2019.Menggantikan/mencabutPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.26/PRT/M/2016
b.PadaPasal10PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“KelompokSasaransebagaimanadimaksuddalamPasal9Ayat(1)memperolehSukuBunga/Marginpembiayaanbersubsidi,masasubsidi,danjangkawaktuKPRyangditetapkanolehMenteri”
c.KepmenPUPRyangdimaksudadalahKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020,diberlakukan24Maret2020,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016danKepmenPUPRNo.
535/KPTS/M/2019.DiaturdidalamKepmenPUPRyaitubesaranSukuBunga/MarginPembiayaanpalingtinggibaikuntukRumahUmumTapakdanSarusunUmumadalah5%
d.PadaPasal9ayat(2),PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“Batasanpenghasilantertentusebagaimanadimaksudpadaayat(1)ditetapkanolehMenteri”ketentuanbatasanpenghasilandimaksudjugaditetapkandalamKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
e.DiaturdalamKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020BatasanPenghasilanperBulanpalingbanyakbagiKelompokSasaranuntukperolehanRumahTapakdanSarusunUmum(KPRSejahtera)adalahRp.8.000.000,-
f. DidalampelaksanaanKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020,untukpelaksanaanketentuanbatasanpenghasilanKelompokSasaran,dilengkapidenganSEDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020tentangPetunjukTeknisPerhitunganBesaranPenghasilanKelompokSasaranKPRBersubsidiyangditerbitkan13April2020
g. BerdasarkanKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020joSEDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020,PenghasilanKelompokSasarandihitungberdasarkanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdari:1)Gaji,upah,dan/atauhasilusahasendiriuntukyangberstatustidakkawin;atau;
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-RumahSusun :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-
PeraturanPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019(KepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020)
1
KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsipendanaanlayananKPRSejahtera,diberlakukanpadatanggal
20Juli2018danmasihberlakuditahun2019,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018
103
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
2021
KeteranganKepmenyangmengaturporsipendanaanKPRSejahteradiberlakukanpadatanggal20Juli2018untuk
KeteranganKetentuanbesarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011dandiberlakukanpadaAgustus2016.
menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
2
3
Keterangan a.PeraturanMenteriPUPRNo.20/PRT/M/2019berlakupadatanggal27Desember2019.Menggantikan/mencabutPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.26/PRT/M/2016
b.PadaPasal10PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“KelompokSasaransebagaimanadimaksuddalamPasal9Ayat(1)memperolehSukuBunga/Marginpembiayaanbersubsidi,masasubsidi,danjangkawaktuKPRyangditetapkanolehMenteri”
c.KepmenPUPRyangdimaksudadalahKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020,diberlakukan24Maret2020,menggantikan/
2)Gaji,upahdan/atauhasilusahagabunganuntukpasangansuamiistri.
UntukKelompokSasaranKPRSejahterayangSP3K-nyaditerbitkanolehBankPelaksanapadatanggal27Desember2019–31Maret2020makabesaranpenghasilannyaadalah:
mencabutKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016danKepmenPUPRNo.535/KPTS/M/2019.DiaturdidalamKepmenPUPRyaitubesaranSukuBunga/MarginPembiayaanpalingtinggibaikuntukRumahUmumTapakdanSarusunUmumadalah5%
d.PadaPasal9Ayat(2),PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“BatasanpenghasilantertentusebagaimanadimaksudpadaAyat(1)ditetapkanolehMenteri”ketentuanbatasanpenghasilandimaksudjugaditetapkandalamKeputusanini
e.DiaturdalamKepmeniniBatasanPenghasilanperBulanpalingbanyakbagiKelompokSasaranuntukperolehanRumahTapakdanSarusun
• UntukKPRSejahteraTapakdanKPRSejahteraSyariahTapak,bataspenghasilantertinggiadalahRp4.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangkawaktuKPRpalinglama20tahun.
Umum(KPRSejahtera)adalah Rp.8.000.000,-
f. DidalampelaksanaanKepmenPUPRini,untukpelaksanaanketentuanbatasanpenghasilanKelompokSasaran,dilengkapidenganSEDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020tentangPetunjukTeknisPerhitunganBesaranPenghasilanKelompokSasaranKPRBersubsidiyangditerbitkan13April2020
g.PenghasilanKelompokSasarandihitungberdasarkanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdari:1)Gaji,upah,dan/atauhasilusahasendiriuntukyangberstatustidakkawin;atau;
• UntukKPRSejahteraSusundanKPRSejahteraSyariahSusun,bataspenghasilantertinggiadalahRp7.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangkawaktuKPRpalinglama20tahun.
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-RumahSusun :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-
PeraturanPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019(KepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020)
1
104
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KeteranganKepmenyangmengaturketentuanbesaranporsipendanaanKPRSejahteradiberlakukanpadatanggal
KeteranganDenganberlakunyaPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016,makaPermenPUPRNo.20/PRT/M/2014danseluruhperubahannyadinyatakantidakberlaku
20Juli2018,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018.
pertanggal16Juni2016.BerdasarkanhaltersebutmakaKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015dinyatakantidakberlaku.Konsekuensihukumnyaadalah
besarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011.
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-
KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeteranganRumahSusun :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeterangan
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeteranganRumahSusun :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeterangan
Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-
PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018
PeraturanPermenPUPRNo.1Tahun2021(KepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021)
PeraturanKepmenPUPRNo.995/KPTS/M/2021
PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011
2
4
5
3
Keterangan a.PermenPUPRinidiberlakukanpadatanggal25Januari2021
b.Permeninimenggantikan/mencabutPermenPUPRNo.10/PRT/M/2019
c.Pasal5PeraturanMenteriinimengamanahkanbahwa“BesaranpenghasilanMBRsebagaimanadimaksuddalamPasal3Ayat(2)danbatasanluaslantaiRumahUmumdanRumahSwadayasebagaimanadimaksuddalamPasal4Ayat(4)ditetapkandalamKeputusanMenteri”
d.KepmenyangdimaksudadalahKepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021yangditerbitkan7April2021
e.DiaturdidalamKeputusantersebutadalah:• WilayahJawa,Sumatera,Kalimantan,Sulawesi,KepulauanBangkaBelitung,KepulauanRiau,Maluku,MalukuUtara,Bali,NTT,danNTB,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp6.000.000,-
2.Umum(kawin):Rp8.000.000,-3.SatuoranguntukpesertaTAPERA:Rp8.000.000,-
• WilayahPapuadanPapuaBarat,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp7.500.000,-
2.Umum(kawin):Rp10.000.000,-3.SatuoranguntukpesertaTAPERA:Rp10.000.000,-
2)Gaji,upahdan/atauhasilusahagabunganuntukpasangansuamiistri.
UntukKelompokSasaranKPRSejahterayangSP3K-nyaditerbitkanolehBankPelaksanapadatanggal
27Des2019–31Maret2020makabesaranpenghasilannyaadalah:• UntukKPRSejahteraTapakdanKPRSejahteraSyariahTapak,bataspenghasilantertinggiadalahRp4.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangka
waktuKPRpalinglama20tahun.• UntukKPRSejahteraSusundanKPRSejahteraSyariahSusun,bataspenghasilantertinggiadalahRp7.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangkawaktuKPRpalinglama20tahun.
105
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
Keterangan a.Keputusaniniberlakupadatanggal13Agustus2021,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020
b.KeputusaniniditerbitkanuntukmelengkapipengaturanKepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021
c.Keputusaninimengatursukubunga/marginpembiayaanpalingtinggisebesar5%
d.DiaturdidalamKeputusantersebutadalah:• WilayahJawa,Sumatera,Kalimantan,Sulawesi,KepulauanBangkaBelitung,KepulauanRiau,Maluku,MalukuUtara,Bali,NTT,danNTB,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp6.000.000,-
2.Umum(kawin):Rp8.000.000,-• WilayahPapuadanPapuaBarat,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp7.500.000,-
2.Umum(kawin):Rp10.000.000,-
2.5.3P EMANTAUAN DAN E VA L UAS I
Kelompok Sasaran yang telah mendapatkan pembayaran dana FLPP resmi menjadi
Debitur/Nasabah KPR Sejahtera. Sebagai Debitur/Nasabah KPR Sejahtera maka wajib
memanfaatkan Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang diperoleh melalui KPR
Sejahtera sebagai tempat tinggal atau hunian sesuai dengan surat pernyataan Pemohon
KPR Bersubsidi136 (Format E) yang telah ditandatangani dan disampaikan kepada Bank
Pelaksana di awal proses verifikasi.
Pemanfaatan rumah yang harus dilakukan oleh Debitur/Nasabah termasuk dalam salah
satu kriteria pengendalian yang dilaksanakan BLU PPDPP. Pengendalian merupakan
tindakan yang dilakukan secara terus menerus agar pelaksanaan KPR Sejahtera sesuai
dengan persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pengendalian
yang dimaksud dilakukan melalui kegiatan pengujian, pemantauan, evaluasi, dan/atau
perbaikan.137
Lingkup pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh BLU PPDPP paling sedikit
meliputi: 138
a. Kepatuhan Bank Pelaksana terhadap ketentuan Peraturan Menteri ini
b. Kinerja Bank Pelaksana
136 Pasal 74 Ayat (1), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.137 Ibid., Pasal 75 Ayat (2).138 Ibid., Pasal 76 Ayat (2).
Matriks 2.2. Rekapitulasi Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP Periode Tahun 2010-2021(Sumber: Analisa Data Sejarah Regulasi Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)
107
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
c. Pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah
d. Kualitas KPR Sejahtera yang diterbitkan oleh Bank Pelaksana
e. Kepatuhan Bank Pelaksana dalam pengembalian dana FLPP
f. Kepatuhan Bank Pelaksana dalam penyampaian laporan penyaluran
Dalam mengendalikan pelaksanaan KPR Sejahtera, BLU PPDPP dapat berkoordinasi
dengan Bank Pelaksana, Pengembang, Pemda, dan/atau kementerian/lembaga.139
Kegiatan pengendalian dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.140 Bank
Pelaksana menyediakan data dan pendampingan untuk pelaksanaan pengendalian.141
Tata cara pengendalian diatur oleh Direktur Utama BLU PPDPP.142
Dalam operasionalisasinya, tata cara pengendalian yang dilakukan oleh BLU PPDPP
terbagi menjadi tahapan berikut:
1. Pemantauan Lapangan
Pelaksanaan Pemantauan Lapangan dimaksudkan untuk melihat dan memastikan
pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah setelah mendapatkan dana KPR
Sejahtera.143 Pemantauan lapangan dilakukan terhadap sampel dari realisasi KPR
Sejahtera yang telah ditentukan dan direncanakan. Dalam pelaksanaannya BLU
PPDPP bekerja sama dengan Bank Pelaksana dan dibantu oleh Petugas Lapangan
yang telah menandatangani Perjanjian.
Selain untuk membuktikan status pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah setelah
mendapatkan dana KPR Sejahtera, kegiatan Pemantauan Lapangan juga dilakukan
untuk membuktikan kualitas KPR Sejahtera yang diterbitkan oleh Bank Pelaksana,
eksistensi fisik Rumah Umum Tapak, atau Sarusun Umum beserta prasarana, sarana
dan utilitas umum (PSU).144 Langkah kerja pelaksanaan Pemantauan Lapangan,
yaitu:
a. Melakukan kunjungan ke lokasi perumahan KPR Sejahtera untuk membuktikan:
• Fisik bangunan rumah ada
• PSU berupa jaringan distribusi air bersih perpipaan dari PDAM atau sumber
air bersih lainnya, utilitas jaringan listrik, jalan lingkungan, saluran/drainase
lingkungan telah dibangun dan berfungsi
139 Pasal 76 Ayat (3), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.140 Ibid., Pasal 76 Ayat (5)141 Ibid., Pasal 76 Ayat (6).142 Ibid., Pasal 76 Ayat (7).143 Ibid., Pasal 76 Ayat (2) huruf c. 144 Ibid., Pasal 76 Ayat (2) huruf d.
108
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
• Pemanfaatan rumah, yaitu rumah sudah dihuni Debitur maupun keluarga inti
(pasangan Debitur, orang tua/mertua Debitur, adik dan/atau kakak kandung
Debitur) sesuai dengan peraturan perundang-undangan
b. Melakukan wawancara dengan penghuni untuk memastikan apakah penghuni
sesuai dengan data Format H.145 Wawancara juga dilakukan untuk memastikan
bahwa penghuni rumah adalah Debitur/Nasabah KPR Sejahtera dan/atau
keluarga inti Debitur/Nasabah serta dimanfaatkan sesuai peraturan perundang-
undangan
c. Jika penghuni rumah tidak ada di tempat atau penghuni bukan merupakan
Debitur/Nasabah yang bersangkutan dan bukan keluarga inti Debitur/Nasabah,
maka wawancara/konfirmasi dilakukan dengan responden yang bersedia, yaitu
tetangga, pengurus warga perumahan, serta pihak-pihak yang mengetahui
status penghunian rumah tersebut
d. Melakukan dokumentasi:
• Profil Debitur/responden
• Identitas responden
• Foto nomor rumah/plat KPR Bersubsidi
• Meteran listrik
• Unit rumah tampak depan hingga batas teras dan pagar rumah
• Unit rumah tampak samping (khusus rumah hook)
• PSU area sekitar unit rumah
• Foto lainnya yang dianggap perlu, seperti foto surat pemberitahuan untuk
rumah yang tidak dihuni, bukti sewa/kontrak atau jual/pindahtangan, dsb
e. Melakukan pelaporan hasil Pemantauan Lapangan melalui aplikasi e-Monev.
Aplikasi e-Monev adalah aplikasi berbasis web/website untuk melakukan
pemantauan penghunian rumah KPR Sejahtera yang datanya didapat dari
hasil pencairan dana program KPR Sejahtera. E-Monev merekapitulasi
hasil Pemantauan Lapangan yang dilengkapi dengan data Debitur, status
penghunian, dan titik koordinat unit rumah. Penjelasan lebih lanjut mengenai
aplikasi e-Monev akan dijabarkan dalam BAB III.
145 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
109
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
Pelaksanaan Pemantauan Lapangan juga selalu disempurnakan melalui kegiatan:
1. Rapat Kerja Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Lapangan
Kegiatan Rapat Kerja Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Lapangan
dilaksanakan untuk terciptanya kegiatan Pemantauan Lapangan yang lebih
efektif dan efisien. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai forum koordinasi bagi
para Petugas Pemantauan dalam menyusun perencanaan kegiatan Pemantauan
Lapangan bulanan di wilayah masing-masing. Dengan adanya kegiatan ini
Petugas Lapangan mampu melakukan pemetaan terhadap data Pemantauan
Lapangan yang telah diberikan oleh masing-masing Koordinator.
Tujuan dari kegiatan Rapat Kerja Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan
Lapangan adalah:
a. Terwujudnya pelaksanaan kegiatan Pemantauan Lapangan yang lebih
efektif
b. Terwujudnya Petugas Lapangan yang profesional dan kompeten
c. Terwujudnya pelaksanaan pemantauan yang sesuai prosedur
d. Terwujudnya pelaporan hasil pemantauan yang akurat dan sistematis
Setelah kegiatan terlaksana diharapkan Petugas Lapangan dan peserta terkait
mampu menyusun rencana dan pemetaan kegiatan Pemantauan Lapangan
setiap bulan, memiliki wawasan dan pengetahuan terhadap KPR Sejahtera yang
baik, serta dapat melaksanakannya sesuai prosedur. Khususnya bagi peserta
diharapkan dapat berkomunikasi, berkoordinasi, serta mampu menyusun
laporan, dan menggunakan aplikasi e-Monev dengan baik.
Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan saat Rapat Koordinasi Pelaksanaan
Kegiatan Pemantauan Lapangan Tahun 2019, sebagai berikut:
a. Pelatihan Pemantauan Lapangan
b. Pelatihan penggunaan aplikasi
c. Peningkatan kapasitas petugas Pemantauan Lapangan
d. Penyusunan rencana kerja Pemantauan Lapangan
e. Pelaksanaan Pemantauan Lapangan
f. Input dan upload hasil Pemantauan Lapangan ke aplikasi e-Monev
g. Penyusunan pelaporan hasil Pemantauan Lapangan
2. Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Petugas Lapangan
Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Petugas Lapangan bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pelaksanaan kegiatan Pemantauan Lapangan dalam periode
tertentu dapat memenuhi rencana awal serta target yang telah ditetapkan
110
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
dan disusun berdasarkan rencana kerja petugas pemantauan. Rapat ini juga
dilakukan untuk menilai validitas data hasil Pemantauan Lapangan dalam
rangka pelaksanaan kegiatan Pemantauan Lapangan, serta Evaluasi dan Tindak
Koreksi atas penyaluran dana KPR Sejahtera.
Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan saat Rapat Kerja Evaluasi Kinerja
Petugas Lapangan adalah sebagai berikut:
a. Laporan Kegiatan Hasil Pemantauan Lapangan per Semester
b. Pembahasan evaluasi kegiatan Pemantauan Lapangan KPR Sejahtera per
Semester yang meliputi evaluasi terhadap target dan validitas data hasil
Pemantauan Lapangan, serta evaluasi terhadap penggunaan aplikasi
e-Monev
c. Penajaman materi instruksi kerja Pemantauan Lapangan yang meliputi
instruksi kerja Pemantauan Lapangan, input dan upload aplikasi e-Monev,
tata cara persetujuan data hasil pemantauan, dan tata cara cleansing
aktualisasi data
d. Pemaparan rencana penyelesaian target dan tindak lanjut hasil evaluasi
kinerja Petugas Lapangan
2. Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan
Dari hasil pelaksanaan Pemantauan Lapangan, kemudian dilakukan proses analisa
yang selanjutnya disebut Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan. Hasil dari Evaluasi
tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi lebih lanjut terhadap
pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah dan kualitas rumah KPR Sejahtera.
Selanjutnya data ini dapat digunakan sebagai materi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan terkait penyaluran program KPR Sejahtera
pada tahap Tindak Koreksi.
Adapun hal-hal yang dievaluasi dari hasil Pemantauan Lapangan adalah sebagai
berikut:
a. Keterhunian Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum
b. Status hunian yang tidak sesuai ketentuan (dihuni pihak lain, disewakan/
dikontrakkan, dijual/dipindahtangankan, dan tidak dihuni)
c. Faktor yang mempengaruhi ketidakterhunian rumah sejahtera
d. Kualitas Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum
e. Laporan Akhir Kawasan (PSU, Fasilitas Umum dan Sosial, Infrastruktur dan
permasalahan)
111
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
3. Tindak Koreksi
Tindak Koreksi adalah pengambilan keputusan berupa tindak lanjut hasil tahapan
Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan terhadap penyimpangan dan/atau pelanggaran
yang terjadi atas ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelanggaran Pemanfaatan Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum adalah salah
satu yang ditemukan di lapangan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Debitur/
Nasabah KPR Sejahtera dimaksud wajib memanfaatkan Rumah Umum Tapak atau
Sarusun Umum yang diperoleh melalui KPR Sejahtera sebagai tempat tinggal
atau hunian sesuai dengan surat pernyataan Pemohon KPR Bersubsidi146 (Format
E) yang telah ditandatangani dan disampaikan kepada Bank Pelaksana di awal
proses verifikasi. Apabila Debitur/Nasabah melanggar surat pernyataan dimaksud,
maka akan dilakukan pemberhentian KPR Sejahtera oleh Bank Pelaksana.147 Jika
pemberhentian KPR Sejahtera terjadi maka Debitur/Nasabah wajib mengembalikan
dana kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan perumahan yang telah diperoleh
melalui Bank Pelaksana.148
Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang dimiliki MBR melalui KPR Sejahtera
hanya dapat disewakan dan/atau dialihkan kepemilikannya dalam hal:149
a. Pewarisan
b. Telah dihuni lebih dari 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak
c. Telah dihuni lebih dari 20 tahun untuk Sarusun Umum
d. Pindah tempat tinggal akibat peningkatan sosial ekonomi150
e. Untuk kepentingan Bank Pelaksana dalam rangka penyelesaian kredit atau
pembiayaan bermasalah
Pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, dan huruf d
hanya dapat dilakukan kepada MBR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.151
Pindah tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada huruf d dibuktikan dengan:152
a. Surat keterangan pindah dari pihak yang berwenang di lokasi Rumah Umum
Tapak atau Sarusun Umum
146 Pasal 74 Ayat (1), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.147 Ibid., Pasal 74 Ayat (2).148 Ibid., Pasal 74 Ayat (4).149 Ibid., Pasal 74 Ayat (5).150 Berlaku berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 55 Ayat (1) dan
tercantum dalam Permen No. 20/PRT/M/2019, namun seiring dengan terbitnya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ketentuan ini dihapuskan.
151 Loc.Cit., Pasal 74 Ayat (6).152 Ibid., Pasal 74 Ayat (7).
112
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
b. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan telah atau akan memiliki rumah lain
Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang dialihkan kepemilikannya untuk
kepentingan Bank Pelaksana dalam rangka penyelesaian kredit atau pembiayaan
bermasalah, telah dihuni lebih dari 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak, telah
dihuni lebih dari 20 tahun untuk Sarusun Umum, dan pindah tempat tinggal akibat
peningkatan sosial ekonomi dapat difasilitasi KPR Bersubsidi.153 Rumah Umum Tapak
atau Sarusun Umum yang dapat disewakan dan/atau dialihkan kepemilikannya
untuk kepentingan Bank Pelaksana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 154
Pemberhentian KPR Sejahtera oleh Bank Pelaksana dikecualikan dalam hal:155
a. Pindah tugas atau tempat kerja yang dibuktikan dengan surat keputusan pindah
tugas atau tempat kerja ke kota/kabupaten lain
b. Pindah tempat tinggal karena terkena pemutusan hubungan kerja yang
dibuktikan dengan surat keputusan pemutusan hubungan kerja
c. Diwajibkan tinggal di fasilitas hunian yang disediakan oleh pemberi kerja yang
dibuktikan dengan surat keterangan dari pemberi kerja
d. Harus tinggal dengan orang tua yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari
Pemohon yang diketahui oleh ketua rukun tetangga dan rukun warga tempat
orang tua tinggal
e. Alasan lain yang diajukan oleh Debitur/Nasabah KPR Sejahtera kepada BLU
PPDPP
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Tindak Koreksi terbagi
menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan, dalam tahap ini dilakukan hal-hal berikut:
a. Penyiapan data hasil Pemantauan Lapangan dan Evaluasi Hasil Pemantauan
Lapangan
b. Penyiapan referensi terkait pelaksanaan penyaluran dana FLPP yang dapat
berupa peraturan perundang-undangan, dokumen PKO/PKS, dan dokumen
perencanaan
c. Penyiapan beberapa format Surat Pernyataan Akan Menghuni bagi Debitur/
Nasabah yang tidak memanfaatkan rumah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, berdasarkan hasil Pemantauan Lapangan dan
153 Pasal 74 Ayat (8), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.154 Ibid., Pasal 74 Ayat (9).155 Ibid., Pasal 74 Ayat (3).
113
2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R
Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan. Surat ini akan dijadikan sebagai
jawaban/konfirmasi/klarifikasi Debitur/Nasabah terkait status huniannya.
2. Tahap Pelaksanaan, dalam tahap ini dilakukan hal-hal berikut:
a. Perumusan materi Tindak Koreksi sesuai dengan hasil Pemantauan
Lapangan dan Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan
b. Penyusunan dan penyampaian surat peringatan kepada Debitur/Nasabah.
Surat peringatan pertama terhadap Debitur/Nasabah ini adalah Surat Tindak
Lanjut I yang diserahkan kepada Bank Pelaksana untuk disampaikan kepada
MBR yang bersangkutan
c. Setelah menerima Surat Tindak Lanjut I, maka MBR harus menyampaikan
jawaban/konfirmasi/klarifikasi atas pemanfaatan rumah kepada Bank
Pelaksana
d. Jawaban/konfirmasi/klarifikasi atas pemanfaatan rumah yang disampaikan
dari MBR kepada Bank Pelaksana, akan disampaikan Bank Pelaksana
kepada BLU PPDPP paling lambat 30 hari dari tanggal Surat Tindak Lanjut I
e. Apabila Bank pelaksana tidak menyampaikan jawaban atas Surat Tindak
Lanjut I yang telah diterima atau jawaban/konfirmasi/klarifikasi yang
disampaikan belum lengkap atau belum jelas, maka BLU PPDPP mengirimkan
Surat Tindak Lanjut II kepada Debitur/Nasabah melalui Bank Pelaksana
f. Bank Pelaksana menindaklanjuti Surat Tindak Lanjut II dengan mengirimkan
laporan tindak lanjut, yang disampaikan kepada BLU PPDPP paling lambat
30 hari dari tanggal Surat Tindak Lanjut II
g. Jika Bank Pelaksana tidak menyampaikan Jawaban/konfirmasi/klarifikasi
atas pemanfaatan rumah yang disampaikan dari MBR kepada Bank
Pelaksana melalui Surat Tindak Lanjut II atau laporan tindak lanjut yang
disampaikan belum lengkap, maka BLU PPDPP berhak melakukan tindakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Tahap Rekomendasi
Dalam tahap ini dilaksanakan penyusunan laporan rekomendasi Tindak Koreksi
kepada Pimpinan BLU PPDPP, Pejabat Pengelola BLU PPDPP, Dewan Pengawas
BLU PPDPP dan/atau pihak-pihak terkait yang diperlukan untuk mendapatkan
persetujuan pelaksanaan Tindak Koreksi. Tindak Koreksi yang dilakukan dapat
berupa:156
a. Penyempurnaan skema, mekanisme, dan prosedur
156 PKO PPDPP dengan Bank Pelaksana.
114
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
b. Proses hukum terhadap penyimpangan yang terjadi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
Detail langkah-langkah penyampaian laporan Tindak Koreksi diuraikan sebagai
berikut:
a. Penyiapan konsep laporan tindak koreksi yang berisikan data hasil
Pemantauan Lapangan dan Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan, terutama
untuk hasil temuan pelanggaran Debitur/Nasabah terhadap pemanfaatan
rumah beserta telaahan konsekuensinya
b. Penandatanganan laporan Tindak Koreksi
c. Penyampaian laporan Tindak Koreksi kepada Pimpinan BLU PPDPP, Pejabat
Pengelola BLU PPDPP, Dewan Pengawas BLU PPDPP dan/atau pihak-pihak
terkait
d. Pengkonfirmasian penerimaan Laporan Tindak Koreksi
e. Memantau progres tanggapan laporan Tindak Koreksi oleh penerima laporan
f. Mendapatkan persetujuan Tindak Koreksi dari Pimpinan BLU PPDPP, Pejabat
Pengelola BLU PPDPP, Dewan Pengawas BLU PPDPP dan/atau pihak-pihak
terkait
g. Melakukan update data akhir Debitur/Nasabah yang dinyatakan tidak
mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
h. KPR Sejahtera untuk MBR akan diberhentikan oleh Bank Pelaksana
berdasarkan penyusunan hasil akhir data Debitur/Nasabah yang dinyatakan
tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan (melanggar
pemanfaatan rumah). Perintah pemberhentian KPR Sejahtera dilakukan
oleh Direktur Keuangan BLU PPDPP yang diketahui oleh Direktur Utama BLU
PPDPP (data akhir dapat digunakan sebagai bahan pembahasan pada rapat
koordinasi)
2.6S I S T EM A K UN TAN S I DA N P E L A PO RAN P E L A K SANAAN
P R OG RAM
Sebagai sebuah instansi BLU, BLU PPDPP memiliki kewajiban untuk menyusun dan
melaporkan pembukuan serta laporan keuangan pelaksanaan program dana bergulir
115
2 . 6 S I S T EM A KUNTANS I DAN P E L A PORAN P E L AKSANAAN P ROGRAM
FLPP. Kegiatan pembukuan dan penyusunan laporan keuangan pelaksanaan program
dana bergulir FLPP dilaksanakan BLU PPDPP dengan uraian sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembukuan dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 220/PMK.05/2016
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.
Pedoman prinsip-prinsip dalam pembukuan dan penyusunan laporan keuangan
adalah:
a. Pengakuan
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria
pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi. Proses ini
menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), belanja, pembiayaan, pendapatan Laporan
Operasional (LO), dan beban.
b. Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Proses ini dilakukan
untuk mengetahui apakah suatu transaksi atau kejadian akan diukur dengan
menggunakan nilai historis (nilai jual-beli ketika transaksi itu dilakukan).
c. Penyajian
Penyajian Laporan keuangan merupakan suatu presentasi terstruktur dari
catatan tertulis kegiatan dan kinerja keuangan suatu entitas
d. Pengungkapan
Pengungkapan adalah konsep, metode, dan media tentang bagaimana informasi
tentang laporan keuangan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.
Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi
yaitu penyajian utuh laporan keuangan
Prinsip-prinsip tersebut selanjutnya diaplikasikan dalam penerapan penyusunan
Laporan Keuangan sesuai prinsip akuntansi berbasis akrual dan berbasis kas.
2. Penyusunan Laporan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan disusun sesuai jadwal waktu (berkala) yang
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan (Ditjen Perbendaharaan dan Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara) meliputi:
116
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
a. Laporan Keuangan BA.033
Laporan ini disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan
No. 220/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
BLU. Lingkup laporan keuangan ini juga termasuk penyusunan ikhtisar laporan
keuangan yang disusun setiap bulan untuk disampaikan kepada Direktorat
Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU, Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
Kementerian Keuangan. Selain itu juga diserahkan kepada Rekonsiliasi
Keuangan dengan unit pemegang fungsi Bendahara Umum Negara dalam hal
ini adalah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, Ditjen Perbendaharaan
Negara Kementerian Keuangan.
b. Laporan Keuangan BA.999
Laporan ini disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan
No. 169/PMK.05/2018 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Investasi Pemerintah. Penyusunan laporan bulanan dana kelolaan disampaikan
kepada Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, dan Kementerian Keuangan. Laporan ini juga telah diterapkan
Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK) sesuai Peraturan Menteri
Keuangan No. 17/PMK.09/2019 tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, Reviu
Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan.
c. Opini laporan Keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
Opini Laporan Keuangan yang termasuk dalam Pemeriksaan Ekstern disusun
sebagai amanat dari Peraturan Menteri Keuangan No. 129/PMK.05/2020
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.157
d. Penyusunan Laporan Kinerja
Penyusunan Laporan Kinerja dilaksanakan dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri PUPR No. 09/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian PUPR. Penyusunan
Laporan Kinerja dan laporan realisasi kinerja anggaran bulanan disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pembiayaan Kementerian
PUPR.
157 Pasal 270, PMK No. 129/PRT/M/2020.
117
2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P
2.7P E NDU KUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E R N B L U P P D P P
Proses bisnis yang baik merupakan kunci lahirnya sebuah organisasi yang baik.
Proses ini terbagi menjadi dua, yaitu inti (core process) dan pendukung (supporting
process). Proses bisnis inti diselenggarakan sesuai tugas dan fungsi pokok institusi
atau Lembaga. Proses bisnis pendukung diselenggarakan untuk mendukung proses
bisnis inti. Tahapan proses bisnis inti pengelolaan dana bergulir FLPP telah dijelaskan
sebelumnya, mulai dari Perencanaan Anggaran dana FLPP hingga pemantauan serta
evaluasi ketepatan penyaluran. Berikut akan dijelaskan mengenai proses bisnis
pendukung yang diselenggarakan oleh BLU PPDPP:
2.7.1P E NG E LO L AAN S UMB E R DAYA MANU S I A B L U P P D P P
Sebagai organisasi, BLU PPDPP melaksanakan pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM) sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan utama yang menaungi pengelolaan SDM BLU PPDPP adalah:
a. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU sebagaimana telah
diubah dengan PP No. 74 Tahun 2012
b. PMK No. 129/PMK.05/2020 tentang Pedoman Pengelolaan BLU
c. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan
d. KMK No. 112/KMK.05/2016 tentang Penetapan Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan
Perumahan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai
Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Badan Layanan Umum
e. KMK No. 852/KMK.05/2018 tentang Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola,
Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana
Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
118
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Pegawai BLU PPDPP meliputi Pejabat Pengelola BLU dan Pegawai BLU. Keduanya
dapat terdiri atas pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional non-Pegawai
Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan BLU. Pegawai BLU PPDPP yang berasal dari
tenaga profesional non-Pegawai Negeri Sipil dapat dipekerjakan secara tetap atau
berdasarkan kontrak.
Dalam mengelola dana FLPP, BLU PPDPP memiliki Pejabat Perbendaharaan dan
pelaksana Pengelola Keuangan lainnya pada BA.999 dan BA.033. Syarat pengangkatan
dan pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU yang berasal dari Pegawai
Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian.
Perumahan FLPP - Pesona Kahuripan, Jawa Barat
119
2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P
Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU di
lingkungan kementerian negara/lembaga yang berasal dari tenaga profesional non-
Pegawai Negeri Sipil, diatur oleh pemimpin BLU.
Pejabat Pengelola BLU PPDPP terdiri atas Pemimpin, Pejabat Keuangan, dan Pejabat
Teknis. Dalam melaksanakan Pengelolaan SDM, BLU PPDPP melaksanakan fungsi
Manajemen SDM serta Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas SDM. Demografi
Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU PPDPP dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar 2.9. Demografi Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU PPDPP(Sumber: Strengthening of Digitization, Annual Report BLU PPDPP, 2020)
2 1 PegawaidenganPKWTLayananPerkantoran
DEMOGRA F I P E GAWA I P P D P P B E RDASARKAN J A BATAN
PerDesember2020
2 SatuanPegawaiIntern
3 7 UnitKerjaDirekturUmumdanHukum
1 8 UnitKerjaDirekturOperasi
1 8 UnitKerjaDirekturKeuangan
2 1 UnitKerjaDirekturLayanan
1 DirekturUtama
6 DewanPengawas
120
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
2.7.2DUKUNGAN H U KUM DAN K E PAT UHAN DANA B E R GU L I R F L P P
BLU PPDPP merupakan unit organisasi non eselon serta unsur pendukung pelaksanaan
program pengembangan pembiayaan perumahan di lingkungan Kementerian PUPR.
Dalam melaksanakan dukungan pelaksanaan program pengembangan pembiayaan
perumahan yang penuh dinamika persoalan hukum, BLU PPDPP membutuhkan
dukungan bidang hukum dan kepatuhan yang kuat. Dengan alasan ini maka sejak awal
dibentuk hingga kini BLU PPDPP secara rutin melaksanakan kegiatan dukungan bidang
hukum dan kepatuhan.
Pelaksanaan kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan diberikan kepada
seluruh permasalahan hukum yang ditemui oleh semua pihak BLU PPDPP baik internal
maupun eksternal.
Kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan dapat dilihat pada bagan berikut:
Langkah Utama
PermasalahanHukum-PendampinganHukum(litigasi,
mediasi,rekomendasi,danfasilitasi
perlindunganhukum)
Langkah Utama
PengembangantugasDivisiHukum
Langkah Utama
Inisiasi/AmanatRegulasi
Langkah Utama
Inisiasi/PerintahRegulator
Langkah Utama
Inisiasi/PerintahRegulator
Metode
Pencarianfaktahukum,penelusuranhukum,lanalisisdan
kesimpulanrekomendasi.
Metode
Tema,metodologi,pakdardannarsum,judul,kerangka,bahan,diskusi,
analisis,ISBN,cetakdandistribusi
Metode
Legal Purpose,prior art of contract,reviukepatuhan
substansihukumdanredaksional
Metode
Legal Purpose,prior art of contract,
reviusubstansidanredaksional
Metode
Inventarisir,Konsultasi,
HarmonisasidanAnalisis
Output
Permasalahanhukumterselesaikandengan
tepat
Output
Bukudan/ataujurnal
Output
ProdukHukuminternalsesuaidengankaidah
hukum
Output
Kontrak/perjanjiansesuaidengankaidah
hukum
Output
RegulasiImplementatifdanHarmonis
Contoh
Permasalahan219Debitur,permasalahanSentaniKendari,
PT.LPJ&perlindunganHKI(aplikasiSiKasep
dkk).
Contoh
BukuRegulasiProsesBisnisPPDPP2020,BukuPengelolaanDanaBergulirFLPPpadatahun2021
Contoh
KepridutPPDPP,Sprint,SEdanJuknis
Contoh
PKSPPDPPdanBP,PKSPPDPPdan
Instansilain,KontrakPPDPPdanPL,Kontak
Satker
Contoh
RapermenPUPRterkaitaplikasi,RapermenPUPRtransisiorganisasibarudanRakepmenPUPRPilot ProjectKPRSiapBangun
Legislative Drafting
Legal Counsel
Legal Contract Drafting
Legal Research Digest
Beschikking Legal Review
Gambar 2.10. Bagan kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)
121
2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P
2.7.3P E NG E LO L AAN H U B UNGAN MASYA RAKAT B L U P P D P P
Pada dasarnya, hubungan masyarakat merupakan bidang atau fungsi tertentu yang
diperlukan oleh setiap organisasi, baik yang bersifat komersial (perusahaan) maupun
non komersial. Dalam mengelola dana bergulir FLPP, BLU PPDPP secara bersamaan
melakukan pengelolaan hubungan masyarakat. Pengelolaan ini bertujuan untuk
menciptakan pengertian publik yang lebih baik, serta memperdalam kepercayaan
publik terhadap BLU PPDPP sebagai organisasi/badan.
Pelaksanaan hubungan masyarakat ini berkaitan erat dengan “pelayanan publik”
yang dilakukan oleh BLU PPDPP, baik terhadap masyarakat pada umumnya maupun
pemangku kepentingan perumahan.
Pelayanan publik terhadap masyarakat meliputi pelaksanaan hubungan masyarakat
terhadap netizen (warganet) di ranah media sosial, masyarakat pada umumnya dan
MBR khususnya, serta media massa.
Sedangkan untuk pelayanan publik terhadap pemangku kepentingan perumahan,
hubungan masyarakat dilaksanakan terhadap Pemerintah, Pemda, Bank Pelaksana,
dan Pelaku Pembangunan (Pengembang Perumahan).
Pelayanan publik yang dilakukan oleh BLU PPDPP bertujuan untuk mencapai “good
corporate image” dalam bidang pelayanan yang meliputi hal-hal berikut ini:
1. Monitoring online news adalah kegiatan merangkum berita-berita terkait perumahan
yang disajikan secara online kepada Pejabat Pengelola BLU PPDPP dan pengambil
keputusan. Hal ini dilakukan untuk meninjau perkembangan berita dan isu yang ada,
kemudian segera mencari detail informasi serta menanggapi apabila ada isu-isu
positif maupun negatif.
2. Pelayanan pertanyaan dan kebutuhan informasi terkait aplikasi-aplikasi yang
dikelola BLU PPDPP. Kegiatan ini meliputi menjawab semua pertanyaan, updating
data, penghapusan data, dan juga masalah lainnya terkait aplikasi-aplikasi yang
dikelola BLU PPDPP. Pelayanan ini dilakukan melalui e-mail, whatsapp, Hotline
serta telepon, dan dilaksanakan secara langsung bagi masyarakat umum yang
berkunjung langsung ke BLU PPDPP.
122
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
3. Pengelolaan website PPDPP, pengelolaan website PPDPP dilaksanakan dengan
updating berita-berita terkait pelaksanaan program FLPP, kegiatan, serta capaian
di lingkungan BLU PPDPP. Updating berita termasuk menampilkan info-info lain
yang tergolong kategori informasi publik, dilakukan langsung oleh BLU PPDPP.
4. Pelayanan bebas pulsa untuk kebutuhan informasi dan penyampaian keluhan
melalui Hotline BLU PPDP. Hotline BLU PPDPP dapat diakses melalui nomor telepon
0 800 10 77377.
5. Pendokumentasian kegiatan BLU PPDPP, BLU PPDPP secara berkesinambungan
mengelola materi dokumentasi yang dimiliki. Materi tersebut berupa bank foto,
video, serta materi publikasi lainnya yang didokumentasikan sebagai sumber
informasi untuk pihak internal maupun eksternal.
6. Siaran pers BLU PPDPP, BLU PPDPP rutin mewartakan siaran pers ke media massa,
baik cetak maupun online, mengenai kinerja dan isu BLU PPDPP terkini.
7. Menerbitkan buletin Griya Sejahtera, buletin diterbitkan setiap tiga bulan dan berisi
tentang informasi BLU PPDPP serta perkembangan isu perumahan.
8. Pembuatan komik BLU PPDPP, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam
membumikan penyampaian informasi ke masyarakat dengan bahasa yang
sederhana dan mudah diterima. Komik BLU PPDPP ditayangkan di website dan
media sosial BLU PPDPP.
9. Penyusunan Laporan Tahunan BLU PPDPP atau Annual Report, disusun untuk
mempublikasikan hasil setahun kinerja BLU PPDPP kepada mitra kerja dan pimpinan.
BLU PPDPP terus melakukan promosi kepada masyarakat secara berkelanjutan sesuai
dengan perkembangan era digital saat ini. Hingga sekarang konsentrasi media sosial
yang dimiliki BLU PPDPP meliputi platform Instagram: @kprsejahtera, dan facebook:
ppdpp.pupr.
123
2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P
2.7.4P E NG E LO L AAN R UMAH TA NGGA DAN A S E T
BLU PPDPP bertugas mengelola aset dan rumah tangga pada BLU. Hasil pengelolaan
digunakan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.158
Dalam melakukan dukungan pengelolaan serta pemenuhan kebutuhan rumah tangga
dan aset, BLU PPDPP melaksanakan tugas yang meliputi:
1. Inventarisasi Aset
2. Pengelolaan kendaraan operasional
3. Penyusunan Data Barang Milik Negara (BMN)
4. Pengelolaan alat tulis kantor
5. Pemeliharaan Gedung kantor dan taman halaman
6. Penyusunan rencana kebutuhan BMN
7. Penghapusan aset
Pelaksanaan pengelolaan aset pada BLU meliputi perencanaan dan penganggaran,
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan.159
Pelaksanaan pengelolaan rumah tangga dan aset pada BLU PPDPP dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip:160
a. Tidak mengganggu kegiatan pemberian pelayanan umum kepada masyarakat
b. Biaya berkenaan dengan pelaksanaan kerja sama tidak boleh dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja negara (rupiah murni)
c. Aset BLU dapat digunakan sebagai dasar penerbitan surat berharga setelah
mendapatkan izin dari Menteri Keuangan
d. Tidak berakibat terjadinya pengalihan Aset BLU kepada pihak lain
Pelaksanaan pengelolaan rumah tangga dan aset dapat dilakukan oleh BLU PPDPP
dengan menggunakan mekanisme Kerja Sama Operasional (KSO) atau Kerja Sama SDM
dan/atau Manajemen (KSM).161 Biaya yang timbul dalam rangka persiapan pelaksanaan
158 Pasal 127 Ayat (2), PMK No. 129/PMK.05/2020.159 Ibid., Pasal 129.160 Ibid., Pasal 132 Ayat (1).161 Ibid., Pasal 132 Ayat (2).
124
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
KSO atau KSM dapat dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara
(rupiah murni).162
KSO dan KSM dapat dilaksanakan dengan tujuan:163
a. Meningkatkan penyediaan pelayanan umum kepada masyarakat
b. Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Aset BLU
c. Meningkatkan pendapatan BLU yang dapat digunakan langsung untuk membiayai
belanja BLU sesuai RBA
KSO dan KSM yang dapat dilakukan oleh BLU PPDPP berupa:164
a. KSO terhadap Aset BLU
b. KSO terhadap aset pihak lain
c. KSM pada BLU dan/atau pihak lain
Pemimpin BLU melakukan KSO dan/atau KSM dalam rangka Tugas dan Fungsi pada
BLU. KSO dan/atau KSM, dilaksanakan dengan melibatkan pihak lain sebagai Mitra.
KSO dan/atau KSM dituangkan dalam naskah perjanjian antara Pemimpin BLU dengan
Mitra. Mitra dilarang mengalihkan KSO dan/atau KSM kepada pihak lain kecuali atas
persetujuan Pemimpin BLU dan disertai pembayaran kompensasi dalam hal terdapat
keuntungan atas pengalihan KSO dan/atau KSM dimaksud.165
Tarif yang dikenakan kepada masyarakat terhadap layanan yang dihasilkan dari KSO
dan/atau KSM ditetapkan oleh Pemimpin BLU sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan BLU.166
Mitra dalam KSO dan/atau KSM dapat terdiri atas Kementerian Negara/Lembaga/
Satker, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, BLU,
BLU daerah, perusahaan swasta, yayasan, koperasi, dan/atau perorangan.167
Apabila KSO dan/atau KSM akan dilaksanakan, Pemimpin BLU menyusun rencana KSO
dan/atau KSM yang paling sedikit menjelaskan secara ringkas tentang maksud dan
tujuan, bentuk, dan hasil analisis dan evaluasi dari aspek teknis, aspek keuangan, dan
aspek hukum. Rencana KSO dan/atau KSM dicantumkan dalam RBA.168
162 Pasal 132 Ayat (3), PMK No. 129/PMK.05/2020.163 Ibid., Pasal 133.164 Ibid., Pasal 134.165 Ibid., Pasal 135.166 Ibid., Pasal 136.167 Ibid., Pasal 137.168 Ibid., Pasal 138 Ayat (1) dan Ayat (2).
125
2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P
KSO terhadap Aset BLU dilakukan terhadap objek KSO berupa:
a. Tanah
b. Gedung dan bangunan
c. Selain tanah dan/atau bangunan
Aset BLU selain tanah dan/atau bangunan termasuk aset tak berwujud yang terdiri atas:
a. Perangkat lunak komputer (software)
b. Lisensi dan franchise
c. Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
d. Hak cipta (copyright), paten, dan hak kekayaan intelektual lainnya
e. Merk dagang
f. Karya seni yang mempunyai nilai sejarah/budaya
g. Aset tak berwujud lainnya169
2.7.5P E NGAWASAN I N T E R N B L U P P D P P
Para Pemimpin BLU termasuk Direktur Utama BLU PPDPP menetapkan Sistem
Pengendalian Intern pada BLU.170 Sistem Pengendalian Intern bertujuan untuk
mewujudkan hal hal sebagai berikut:171
a. Tercapainya efektivitas dan efisiensi kegiatan BLU
b. Keandalan dan integritas informasi keuangan dan kinerja BLU
c. Pengamanan Aset BLU
d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Sistem Pengendalian Intern meliputi:172
a. Lingkungan pengendalian
b. Penilaian risiko
c. Aktivitas pengendalian
d. Sistem informasi dan komunikasi
e. Pemantauan pengendalian intern
169 Pasal 139, PMK No. 129/PMK.05/2020.170 Ibid., Pasal 249 Ayat (1). 171 Ibid., Pasal 249 Ayat (2).172 Ibid., Pasal 249 Ayat (3).
126
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Untuk memastikan efektivitas Sistem Pengendalian Intern, Pemimpin BLU membentuk
Satuan Pengawas Intern (SPI). Penggunaan nama atau istilah SPI dapat disesuaikan
dengan nomenklatur yang berlaku pada BLU bersangkutan.173
Di dalam struktur organisasi BLU PPDPP pelaksanaan Pengawasan Intern dilaksanakan
oleh Satuan Pengawasan Intern BLU PPDPP.
Hal ini dituangkan dalam Peraturan Menteri PUPR Republik Indonesia No. 14 Tahun 2019
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan
Pasal 25 yang menyatakan bahwa, SPI mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
intern di lingkungan BLU PPDPP.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas serta
fungsi organisasi. Pengawasan dilakukan dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik.
Oleh sebab itu penyelenggaraan Pengawasan Intern BLU PPDPP dapat digambarkan
sebagai berikut:
173 Pasal 252, PMK No. 129/PMK.05/2020.
P ENGAWASAN L A I NP EMANTAUANEVA LUAS IR EV I UAUD I T
Gambar 2.11. Bagan penyelenggaraan Pengawasan Intern BLU PPDPP(Sumber: Paparan Tim Satuan Pengawas Intern BLU PPDPP, 2021)
127
2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P
Struktur SPI terdiri atas 1 orang auditor intern atau lebih dan dipimpin oleh Kepala SPI.174
Selanjutnya tugas SPI BLU PPDPP adalah sebagai berikut:175
1. Menyusun dan melaksanakan rencana Pengawasan Intern
2. Menguji serta mengevaluasi pelaksanaan pengendalian intern dan sistem
manajemen risiko
3. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang
keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi
informasi, dan kegiatan lainnya
5. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang
diawasi pada semua tingkat manajemen
6. Membuat laporan hasil Pengawasan Intern dan menyampaikan laporan tersebut
kepada Pemimpin BLU dan Dewan Pengawas
7. Memberikan rekomendasi terhadap perbaikan/peningkatan proses tata kelola dan
upaya pencapaian strategi bisnis BLU
8. Memantau, menganalisis, dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi
pengawasan oleh SPI, aparat pengawasan intern Pemerintah, aparat pemeriksaan
ekstern Pemerintah
9. Melakukan reviu laporan keuangan
10. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan
11. Menyusun dan memutakhirkan pedoman kerja serta sistem dan prosedur
pelaksanaan tugas SPI
12. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan penugasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Wewenang SPI BLU PPDPP adalah sebagai berikut:176
1. Mendapatkan akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, sumber daya manusia,
dan fisik Aset BLU pada seluruh bagian dan unit kerja lainnya
2. Melakukan komunikasi secara langsung dengan pimpinan BLU dan/atau Dewan
Pengawas
3. Mengadakan rapat secara berkala dan insidental dengan pimpinan BLU dan/atau
Dewan Pengawas
4. Melakukan koordinasi dengan aparat pengawasan intern Pemerintah dan/atau
aparat pemeriksaan ekstern Pemerintah
5. Mendampingi aparat pengawasan intern Pemerintah dan/atau aparat pemeriksaan
ekstern Pemerintah dalam melakukan pengawasan
174 Pasal 261 Ayat (1), PMK No. 129/PMK.05/2020.175 Ibid., Pasal 253.176 Ibid., Pasal 254.
128
B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P
Tahapan Pelaksanaan SPI-BLU PPDPP:
1. Perencanaan Penugasan
a. Menentukan tujuan dan ruang lingkup penugasan
b. Memahami auditee termasuk tujuannya
c. Mengidentifikasi dan asses risiko
f. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pengendalian utama
g. Mengevaluasi kecukupan pengendalian
h. Membuat rencana pengujian
i. Mengembangkan program kerja
j. Mengalokasikan sumber-sumber yang tersedia untuk penugasan
2. Pelaksanaan Penugasan
a. Melakukan pengujian-pengujian untuk pengumpulan informasi/bukti
b. Mengevaluasi informasi/bukti yang terkumpul dan membuat kesimpulan hasil
audit
c. Mengembangkan hasil observasi (temuan) dan rekomendasi
3. Komunikasi Penugasan
a. Melakukan evaluasi hasil observasi dan membuat proses eskalasi
b. Melakukan komunikasi penugasan interim dan pendahuluan
c. Mengembangkan komunikasi penugasan final
d. Mendistribusikan hasil penugasan, baik formal maupun informal
e. Melakukan monitoring atas tindak koreksi (tindak lanjut)
Dalam BAB ini telah disajikan penjabaran mengenai sistem pengelolaan dana bergulir
FLPP, perkembangan-perkembangannya, serta pencapaian yang dilakukan oleh BLU
PPDPP selama 11 tahun (2010-2021). Pada BAB III akan dibahas lebih lanjut mengenai
perkembangan pengelolaan dana bergulir FLPP di era digital beserta analisis kajian
terhadap permasalahan yang terjadi.
129
2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P
Perumahan FLPP - Perumahan Pamela Mas, Kubu Raya, Kalimantan Barat
132
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Di era digitalisasi ini hampir semua individu menghadapi persoalan yang sama, yaitu terbelenggu oleh pola pikir lama sehingga sulit menerima fakta-fakta dan cara-cara baru. Penyangkalan terhadap eksistensi dunia digital (deception) ini melemahkan kemampuan kita dalam melawan musuh yang tidak terlihat. Akibatnya, kita tersungkur dalam disrupsi (disruption). Disrupsi adalah sebuah inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem dan teknologi lama. Teknologi lama yang masih serba fisik diganti dengan teknologi digital untuk menghasilkan sesuatu yang baru, lebih efisien, dan bermanfaat.177
3.1
R E VO L U S I I N D U S T R I 4 . 0
Sebelum masuk lebih dalam kepada perkembangan FLPP di era digitalisasi, kita harus
memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan era digitalisasi. Era digitalisasi
memiliki kaitan yang erat dengan sejarah panjang revolusi industri. Klaus (Schwab, 2016)
melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan bahwa dunia telah mengalami
empat tahapan revolusi industri, yaitu:178
177 Rhenald Kasali, Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, Motivasi Saja Tidak Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2017), hlm. 38.178 Klaus Schwab, “The Fourth Industrial Revolution: what it means, how to respond” (https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-revolution-what-it-means-and-how-to-respond/).
Disruption menggantikan ‘pasar lama’, industri, dan teknologi
serta menghasilkan suatu kebaruan yang lebih efisien juga menyeluruh,
ia bersifat destruktif dan kreatif.
Clayton Chistensen
133
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
1. Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke-18 melalui penemuan mesin uap, yang
memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal
2. Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke-19 hingga abad ke-20 melalui penggunaan
listrik sehingga dapat menekan biaya produksi menjadi lebih murah
3. Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970-an melalui penggunaan sistem
komputerisasi
4. Revolusi Industri 4.0 terjadi pada sekitar tahun 2010-an melalui rekayasa intelegensia
dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan serta konektivitas antara
manusia dengan mesin
Menurut Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO),
Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah kondisi dimana teknologi saling berpadu sehingga
mengaburkan batasan-batasan antara fisik, digital, dan biologis. Industri 4.0 terdiri dari
beragam teknologi mutakhir, seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), robotik,
Internet of Things (IoT)179, kendaraan otonom, dan sebagainya.180 Melalui teknologi
baru tersebut, Industri 4.0 mengubah alur bisnis yang memungkinkan industri untuk
beroperasi lebih efektif dan efisien.
Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengubah pola pikir, hidup, cara berkomunikasi,
dan perilaku manusia pada umumnya. Era ini mendisrupsi aktivitas dalam berbagai
bidang, tidak hanya pada bidang teknologi tetapi juga ekonomi, sosial, dan politik.
Kini informasi dapat diakses dengan mudah melalui internet dan komunikasi tak lagi
terbatas. Salah satu contoh perubahan serta kemudahan yang nyata ada pada sektor
jasa transportasi dengan hadirnya taksi dan ojek daring. Pada sektor sosial politik,
masyarakat dapat melakukan aksi politik yang mengusung ideologi tertentu melalui
media sosial.
Namun di balik kemudahan yang ditawarkan, Revolusi Industri 4.0 juga menyimpan
berbagai dampak negatif. Ancaman pengangguran akibat otomatisasi, kerusakan
alam akibat eksploitasi industri, serta maraknya hoaks akibat mudahnya penyebaran
informasi. Dampak negatif ini dapat direduksi dengan mengedukasi sumber daya
manusia untuk terbuka terhadap perubahan.
179 Secara singkat, paradigma IoT termasuk perangkat elektronik seperti ponsel, komputer, mesin pembuat kopi, dan lampu yang dapat terhubung dengan internet. Jacob Morgan, “A Simple Explanation of “The Internet of Things”, (https://www.forbes.com/sites/jacobmorgan/2014/05/13/simple-explanation-internet-things-that-anyone-can-understand/?sh=6828500d1d09, Diakses pada 5 Mei 2018).
180 UNIDO, “Industry 4.0 Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution for Developing Countries and Economies in Transition”, hlm. 6.
134
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Kontributor Forbes, Bernard Marr, menegaskan bahwa pabrik atau sistem dapat
diklasifikasikan sebagai implementasi dari Industri 4.0 jika memenuhi syarat berikut:181
181 Bernard Marr, “What Everyone Must Know About Industry 4.0”, (https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20/what-everyone-must-know-about-industry-4-0/?sh=3b33a84795f7, Diakses pada 6 Mei 2018).
Perumahan FLPP - Pesona Kahuripan, Jawa Barat
Interoperabilitas
KeterbukaanInformasi
BantuanTeknis
Pengambilankeputusanyangterdesentralisasi
Kemampuanuntukberkomunikasidanterhubungantaramanusiadenganmesin,sensor,atauperangkat.
Informasikontekstualyangberkaitandenganduniafisikdidigitalisasikanmelaluidatasensor.
Kemampuanuntukmendukungmanusiadalammengambilkeputusan,memecahkanmasalah,dandapatmenanganitugas-tugassulityangberpotensimengancamkeselamatanmanusia.
Kemampuansistemsiber-fisikdalammembuatkeputusansederhanabagimerekasendiri,sehinggadapatmenjadise-otonommungkin.
1
2
3
4
Syarat Pencapaian
Matriks 3.1. Syarat pabrik maupun sistem yang dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari Industri 4.0(Sumber: Diolah dari https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20
/what-everyone-must-know-about-industry-4-0/?sh=3b33a84795f7)
135
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Dengan banyaknya tren yang berpotensi mengganggu, Industri 4.0 akan menghasilkan
beragam peluang dan tantangan, seperti yang dirinci dalam matriks berikut:
Peluang 182
Tantangan183
Perkembangan Industri 4.0 terus berkembang pesat di Indonesia. Contohnya, sejak
tahun 2015, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015
tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035.
Peraturan ini mengatur beragam ketentuan yang berkaitan dengan Industri 4.0. Berikut
penjabarannya:
1. Visi keseluruhan dari RIPIN adalah untuk menciptakan Indonesia menjadi Negara
industri yang tangguh, termasuk industri yang berorientasi inovasi dan teknologi.184
2. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia di sektor
industri.185
3. Penggabungan lima sektor industri yang difokuskan ke dalam RIPIN, seperti yang
disebutkan dalam kebijakan Making Indonesia 4.0 (kecuali untuk industri kimia,
yang didistribusikan di 10 industri prioritas dalam RIPIN).186
182 Deloitte, “Industry 4.0: Challenges and Solutions for the Digital Transformation and Use of Exponential Technologies”, hlm. 1.
183 UNIDO, “Industry 4.0 Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution for Developing Countries and Economies in Transition”, hlm. 9.
184 Lampiran, hlm. 1, PP No. 14 Tahun 2015.185 Ibid., Lampiran, hlm. 2.186 Ibid., Lampiran, hlm. 11-25.
1. Industri4.0akanmeningkatkandayasaingbisnis.seiringdengankemajuanteknologiyangmenghasilkanbiayaproduksiyanglebihterjangkau
2.Bisnisdapatmengembangkanpendekatanbaruuntukmengintegrasikanpelanggandanpreferensimerekakedalamprosespengembangandanproduksi.Haliniakanmemberidampaksignifikanterhadappeningkatankualitasragamlayanandanprodukmereka
3.PemanfaatanArtificial Intelligence,robot,danprosesotomatisasiakanmengurangikeseluruhanresikoterhadapkeselamatanpekerja
1. Terciptanyaketidakpastianterkaitrencanabisnisjangkapanjang.Olehsebabitu,pelakubisnisharusberaniuntukbereksperimendanmenantangasumsibisnismerekasaatini.
2.LuasnyapemanfaatanIoTsertabesarnyapertukaraninformasimemunculkanmasalahkeamanandatadanprivasi.
3.Industri4.0akanmengubahangkatankerjaselamabeberapadekademendatang.Tenagakerjadigital,sepertidronepintar,robot,danArtificial Intelligenceakanlebihbanyakdigunakan.
Matriks 3.2. Peluang dan tantangan dari Industri 4.0(Sumber: Diolah dari Industry 4.0: Challenges and Solutions for the Digital Transformation and Use of Exponential Technologies dan Industry 4.0, Deloitte dan Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution for
Developing Countries and Economies in Transition, UNIDO)
136
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
4. RIPIN mengatur beragam panduan terkait dengan pembangunan dan pemanfaatan
teknologi dalam sektor industri prioritas. Proses ini dibagi ke dalam tiga fase, yaitu:
1) 2015-2019; 2) 2020-2024; dan 3) 2025-2035.187
5. RIPIN mengatur beragam panduan terkait dengan pembangunan, pemanfaatan
kreativitas, dan inovasi.
Program yang ditetapkan dalam RIPIN secara khusus mengatur pembangunan techno
park dan fasilitasi kekayaan intelektual.188 Seiring perkembangan teknologi informasi di
Indonesia, pada tahun 2018, pemerintah menerbitkan kebijakan Making Indonesia 4.0.
Pada peluncuran kebijakan ini, Kementerian Perindustrian secara resmi menyampaikan
bahwa inisiatif lintas sektornya mencakup pembangunan infrastruktur digital nasional.
Dengan begitu industri di Indonesia harus bersiap menghadapi perubahan dan
kebaruan di era digital. Selain mengembangkan diri dan beradaptasi terhadap teknologi
informasi, setiap industri juga harus memiliki kemampuan manajemen data yang aman,
tepat, serta sesuai aturan yang berlaku.
Salah satu terobosan yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia di bidang
manajemen data adalah peluncuran konsep Big Data. Dalam Industri 4.0, Big Data
merupakan salah satu komponen penting. Instansi yang tidak mampu memahami
bagaimana mengembangkan bisnis berdasarkan data dapat tertinggal.
Big data adalah kumpulan proses yang terdiri dari volume data dalam jumlah besar
yang terstruktur maupun tidak terstruktur dan digunakan untuk membantu kegiatan
bisnis. Big data merupakan pengembangan dari sistem database pada umumnya. Yang
membedakannya adalah proses kecepatan, volume, dan jenis data yang tersedia lebih
banyak serta bervariatif dibandingkan DBMS (Database Management System). 189
Pada saat ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang membangun
platform big data untuk mengoptimalisasi manajemen data. Pada 2021, BPPT
menargetkan terbentuknya prototipe virtualisasi big data berbasis distributed object
storage. Pengembangan big data nasional diperlukan dalam rangka meningkatkan
kemandirian bangsa Indonesia dalam mengelola dan memanfaatkan data-data
elektronik yang terkumpul. Kumpulan data yang muncul akibat adanya transformasi
digital merupakan cermin kondisi sosial, ekonomi dan politik masyarakat saat ini.
187 Lampiran, hlm. 55-72, PP No. 14 Tahun 2015.188 Ibid., Lampiran, hlm. 73-74.189 Muhammad Robith Adani, “Pengenalan Big Data: Pengertian Fungsi, Manfaat, dan Tools” (https://www.
sekawanmedia.co.id/pengertian-big-data/, Diakses pada 8 September 2021).
137
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Pembuatan big data nasional menjadi salah satu Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-
2024. Kegiatan PRN itu menargetkan tersedianya platform uji coba dan pengembangan
sistem big data, tersedianya berbagai prototipe dan pilot sistem big data di berbagai
instansi. Kedepannya akan dipetakan wali data yang bertanggung jawab terhadap
penyediaan serta pengelolaan data sehingga menjamin keakuratan data yang akan
dikelola dan tidak terjadi duplikasi data. Hal ini akan berpengaruh pada efisiensi
penggunaan dana karena pembangunan infrastruktur big data membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Penyimpanan objek (object storage) adalah arsitektur penyimpanan
data komputer yang mengelola data sebagai objek. Sistem penyimpanan objek itu
memungkinkan retensi sejumlah besar big data yang tidak terstruktur.190
Pada BAB ini kami akan memaparkan upaya-upaya yang dilakukan oleh BLU PPDPP
dalam mengembangkan teknologi informasi. Pengembangan dilakukan agar BLU
PPDPP dapat bersinergi dengan Revolusi Industri 4.0 dan memiliki manajemen data
berbasis Big Data. Pengelolaan teknologi informasi serta manajemen data yang
dilakukan oleh BLU PPDPP merupakan sebuah pencapaian yang membanggakan dan
langsung terasa manfaatnya. Diharapkan hal ini dapat menjadi benchmarking bagi
pemangku kepentingan perumahan lain dalam menyusun dan mengonsepkan kebijakan
perumahan, khususnya perumahan bersubsidi.
3.1.1P E R K EMBANGAN T E K NO LOG I I N F O RMAS I DA N DATA D I
I N D ON E S I A
Inovasi memang sejatinya destruktif sekaligus kreatif. Karena itulah, selalu ada yang
hilang, memudar, lalu mati. Semua ini menakutkan sekaligus dapat membuat kita
membentengi diri secara berlebihan. Di sisi lain, ada hal baru yang hidup. Meski ada
lapangan kerja yang hilang, selalu ada yang menggantikannya, yang membutuhkan
kreativitas, semangat kewirausahaan, dan cara-cara baru.191
190 Ali Akhmad Noor Hidayat, “BPPT Targetkan Platform Big Data Selesai Dibangun Tahun ini” (https://bisnis.tempo.co/read/1438736/bppt-targetkan-platform-big-data-selesai-dibangun-tahun-ini/full&view=ok, Diakses pada 8 September 2021).
191 Rhenald Kasali, Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, Motivasi Saja Tidak Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2017), hlm 45 .
138
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Berikut sejarah gelombang Disruption periode 1980-2015:
2006
2008
2011
2007
2010
2012
2015
MeningkatknyaPerhatianpadaKompetisi
PerangkatKomputerdanSoftware User-Friendly
JatuhnyaUniSoviet
KepemimpinanvsStatus Quo
PenyatuanPasar:UniEropa
Reegineering Business Processes HarmonisasiTelekomunikasiGlobal
PC,Konvergensi
KegiatanKomersialMenggunakan World Wide
EraAwal E-Commerece
DownsizingdanPemutusanHubunganKerja
PerangTerhadapTerorisme
ImplementasiOutsourcingdanOffshoring
PenyebarluasanSmartphone
Social Media AncamanResesiSubprime Mortgage CrisesAmerika
StandardisasiKantorVirtualdanPengenalanBusinessModelBaruArab Spring
EskalasiCloud Computing
JatuhnyaHargaMinyakMentahDunia
DayaSaingGlobal
Teknologi
Geopolitik
TeoriManajemen
Geopolitik
TeoriManajemen
Teknologi
Teknologi
Teknologi
Teknologi
Ekonomi
Geopolitik
TeoriManajemen
Teknologi
Teknologi
Ekonomi
TeoriManajemen
Geopolitik
Teknologi
Ekonomi
1981
1989
1991
1997
1993
1999
2004
1995
1996
2001
Kejutan Global Kategori
Matriks 3.3. Sejarah gelombang Disruption periode 1980-2015(Sumber: Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi,
Motivasi Saja Tidak Cukup (Rhenald Kasali, 2017))
139
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Salah satu Disruption yang paling banyak berdampak pada perkembangan zaman
adalah gelombang perkembangan teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi telah membuka tahap baru bagi masyarakat dunia untuk memperoleh
informasi secara otonom. Di Indonesia sendiri seluruh lapisan masyarakat telah terlibat
langsung dalam perkembangan teknologi informasi.
Masyarakat memiliki akses terhadap sumber informasi dimanapun mereka berada.
Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis dan tanggap terhadap banyak hal yang
berkembang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan suatu yang
harus ada dan diikuti oleh masyarakat modern saat ini. Apabila terdapat individu yang
enggan mengikuti perkembangan teknologi informasi maka dapat dipastikan mereka
akan tertinggal dan menghadapi kesulitan di masyarakat. Seperti yang kita ketahui di
era serba modern seperti saat ini, teknologi informasi memiliki pengaruh besar dalam
keseharian. Tuntutan pekerjaan serta aktivitas dapat dilakukan dengan lebih efektif dan
efisien. Kemajuan teknologi menjadi jawaban dari perkembangan globalisasi dunia yang
tentunya juga berdampak bagi peradaban masyarakat.192
Perkembangan teknologi informasi ke arah modern di Indonesia diawali dengan
penerbitan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2001 tentang
Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia. Salah satu amanah
yang tertuang di dalam Instruksi Presiden dimaksud adalah Indonesia sebagai
sebuah negara, tengah dalam masa transisi menuju negara demokrasi dengan sistem
pemerintahan yang terdesentralisasi dalam negara kesatuan dan persatuan bangsa
yang kukuh. Untuk mempercepat proses demokrasi dalam kesatuan dan persatuan
tersebut, Indonesia harus mampu mendayagunakan potensi teknologi telematika untuk
keperluan:193
a. Meniadakan hambatan pertukaran informasi antar masyarakat dan antar wilayah
negara, karena hanya dengan demikian berbagai bentuk kesenjangan yang
mengancam kesatuan bangsa dapat teratasi secara bertahap
b. Memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasi
dan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat, serta memperluas jangkauannya agar dapat mencapai
seluruh wilayah negara
c. Memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembang
karena dengan teknologi telematika mampu memanfaatkan pasar yang lebih luas
192 Anita Septiani Rosana, “Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Industri Media di Indonesia”, hlm. 2.193 Lampiran, hlm 3-4, Inpres No. 6 Tahun 2001.
140
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
d. Meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan inovasi dalam sektor
produksi, serta memperlancar rantai distribusi, agar daya saing ekonomi nasional
dalam persaingan global dapat diperkuat
e. Meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, serta
memperlancar interaksi antar lembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkat
pusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk kepemerintahan yang
efektif, bersih, dan berorientasi pada kepentingan rakyat
Di dalam Instruksi Presiden penggunaan teknologi telematika dan aliran informasi
harus selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk
pemberantasan kemiskinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani
kesenjangan politik dan budaya, serta meningkatkan keharmonisan di kalangan
masyarakat.194
Namun pada kenyataannya, dalam kondisi pasar yang sangat efisienpun banyak
kelompok sosial dan wilayah di Indonesia yang tidak terjangkau oleh jaringan informasi
komersial. Tanpa berbagai bentuk intervensi, ancaman digital divide antara daerah
perkotaan dan daerah pedesaan serta antara “yang mempunyai” dan “yang tidak
mempunyai” akses ke jaringan informasi, akan semakin nyata. Untuk mengatasi kendala
tersebut pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus mengembangkan pola kemitraan
dan kerjasama dengan sektor swasta untuk memaksimalkan pendayagunaan jaringan
dunia usaha nasional yang tersebar di seluruh wilayah negara, serta menerapkan
berbagai kebijakan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengatasi
kesenjangan antara kepentingan ekonomi dengan kepentingan menyediakan pelayanan
yang layak bagi semua masyarakat.195
Perkembangan bisnis berbasis teknologi telematika, baik dalam tingkat skala
maupun lingkupnya, menentukan laju difusi teknologi ini ke dalam kegiatan ekonomi
dan kehidupan masyarakat. Sektor swasta memainkan peran yang penting dalam
mentransformasikan teknologi telematika yang sangat potensial itu menjadi barang dan
jasa yang diperlukan.196
Penerapan jaringan informasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah secara
terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk mencapai good governance dalam
rangka meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam
194 Lampiran, hlm. 4, Inpres No. 6 Tahun 2001.195 Ibid.196 Ibid., Lampiran, hlm. 6.
141
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
berbagai kegiatan kepemerintahan guna antara lain memperbaiki pelayanan publik,
meningkatkan efisiensi pelaksanaan otonomi daerah, serta mengurangi berbagai
kemungkinan kebocoran anggaran.197
Amanah-amanah dari Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2001 diatas
menjadi landasan pengembangan teknologi informasi di Indonesia. Perkembangan
teknologi informasi di Indonesia sejak tahun 2001 hingga saat ini tumbuh subur dan
cepat seiring perkembangan teknologi informasi dunia.
Hal ini dapat dilihat dari penetrasi internet Indonesia pada akhir Maret 2021 sebesar
76,8% dari total populasi. Menurut data Internetworldstats, pengguna internet di tanah
air mencapai 212,35 juta dengan estimasi total populasi sebanyak 276,3 juta jiwa.
Dengan capaian tersebut, Indonesia berada di urutan ke-15 di antara negara-negara
Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Kazhakhstan dan di atas Vietnam. Posisi
Indonesia tersebut berada di atas rata-rata penetrasi Asia sebesar 63,9% dari populasi
4,3 miliar jiwa dan juga di atas rata-rata dunia sebesar 65,7% dari estimasi total populasi
7,86 miliar jiwa.198
Tentunya perkembangan teknologi informasi di Indonesia diikuti pula dengan
perkembangan regulasi terkait. Hal ini dilakukan guna menjaga keseimbangan
penggunaan teknologi agar tidak disalahgunakan. Berikut beberapa peraturan
perundang-undangan yang terbit setelah Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6
Tahun 2001 adalah:
1. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan
2. UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
3. UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana
diubah oleh UU No. 19 Tahun 2016
4. UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
5. PP No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
6. PP No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi elektronik
197 Lampiran, hlm.7, Inpres No. 6 Tahun 2001.198 Viva Budi Kusnandar, “Penetrasi Internet Indonesia Urutan ke-15 di Asia pada 2021”, (https://databoks.katadata.
co.id/datapublish/2021/07/12/penetrasi-internet-indonesia-urutan-ke-15-di-asia-pada-2021, Diakses pada 23 September 2021).
142
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Dengan berlandaskan peraturan-perundangan yang disebutkan diatas, dewasa
ini Pemerintah dari segala sektor berlomba-lomba dalam mendayagunakan serta
mengembangkan teknologi informasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Pendayagunaan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
memberantas kemiskinan dan kesenjangan ekonomi, serta meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Pengembangan teknologi informasi juga dilaksanakan pada aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai good governance ditubuh
birokrasi pemerintahan Republik Indonesia.
Pemerintahan yang baik dapat terwujud apabila pengambilan keputusan didasarkan
pada kuantitas, kualitas data yang faktual juga terpercaya, serta penilaian independen.
Hal ini dapat dicapai jika data dikelola dengan baik. Konsep Big Data sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, sedang dikembangkan oleh BPPT. Disebutkan dalam PRN
2021-2024 target di tahun 2021 adalah tersedianya platform uji coba, pengembangan
sistem, prototipe, dan pilot sistem Big Data di berbagai instansi.
Suatu data dapat dikategorikan sebagai Big Data tidak hanya karena jumlahnya yang
besar. Ada beberapa karakteristik yang membedakan Big Data dengan sistem lainnya.
Volume data yang dimiliki sangat besar dan umumnya melebihi kuota penyimpanan
server. Hal ini disebabkan oleh data yang bertambah terus setiap harinya. Besaran data
bisa mencapai lebih dari 100 TB dan seringkali disimpan di infrastruktur eksternal (tidak
dikelola sendiri).199
Selain itu Big Data juga memiliki data yang bervariasi (Variety). Dengan format maupun
jenis data yang sangat beragam maka diperlukan proses khusus untuk mengolahnya.
Big Data juga harus mampu mengolah dalam waktu yang sangat cepat (Velocity) agar
dapat bermanfaat. Karakteristik Big Data yang berikutnya adalah kebenaran akan
data itu sendiri (Veracity). Informasi yang diolah dari data tersebut dapat bermanfaat
dan diandalkan apabila berasal dari sumber yang terpercaya. Karenanya pada Big
Data, kebenaran data menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.200 Besarnya
potensi di sektor teknologi informasi dan manajemen data semakin terlihat di masa
pandemi Covid-19 pada tahun 2020 hingga 2021, dimana semua elemen bergantung
pada solusi teknologi digital. Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate,
pada acara Compfest Talk: Empowering and Education Society through Technological
Innovation, Creative Industry, and Professional Industry, di Jakarta, Minggu 4 Oktober
199 Diambil dari Paparan Prof. Dr. Mochamad Ashari tentang Big Data Industry and Academic Point of View, dalam Konferensi Big Data Indonesia, 2015.
200 Dita Kusumasari, Onny Rafizan, “Studi Implementasi Sistem Big Data Untuk Mendukung Kebijakan Komunikasi dan Informatika”, hlm. 85.
143
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
2020, menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo telah memberikan 5 mandat terkait
akselerasi transformasi digital Indonesia.
5 mandat tersebut adalah:
a. Yang pertama, harus dilakukan percepatan perluasan akses internet serta
peningkatan dan pembangunan infrastruktur digital
b. Yang kedua, mempersiapkan roadmap transformasi digital di sektor-sektor strategis
yang meliputi sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, pertahanan, keamanan dan
sebagainya
c. Yang ketiga, integrasi dan pembangunan pusat data nasional dipercepat
d. Yang keempat, melengkapi regulasi skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital
e. Yang kelima, mempersiapkan kebutuhan sumber daya manusia atau digital talent
Gambar 3.1. Transformasi digital Indonesia (Sumber: Diolah dari presentasi Digital Transformation: National Program for Digital Literacy)
Percepatan perluasan akses internet
Roadmap transformasi digital di sektor sektor strategis
Integrasi dan pembangunan pusat data nasional
Regulasi skema-skema pendanaan dan pembiayaan
Persiapkan kebutuhan sumber daya manusia
T RANS FORMAS I D I G I TA L I N DONE S I A
Mandat Presiden untuk Lima Langkah Percepatan Transformasi Digital Indonesia
144
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Sesuai dengan Pasal 4 Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), terdapat amanat untuk membangun
infrastruktur SPBE Nasional. Upaya pemerintah untuk mewujudkan Infrastruktur SPBE
Nasional yang dimaksud ialah penyelenggaraan Pusat Data Nasional (PDN).
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo serta Menteri Kominfo Johnny G Plate,
untuk mendukung program Digitalisasi Nasional, berlandaskan sebuah studi yang
sudah dilaksanakan, Indonesia memerlukan setidaknya empat lokasi PDN. Empat lokasi
tersebut ialah Batam, Bekasi, Ibu Kota Negara di Kalimantan, serta Bitung. Hal tersebut
dinyatakan dalam green book Bappenas dan telah disetujui pembiayaannya.
Pembangunan PDN tersebut terbagi atas dua tahap. Tahap pertama akan dibangun
dua PDN terlebih dahulu, yang berlokasi di wilayah Bekasi dan Ibu Kota Negara baru di
Kalimantan.
Pusat Data Nasional diharapkan akan membuat sistem pemerintahan menjadi lebih
efektif, efisien, dan aman. Dengan adanya PDN diharapkan kualitas pelayanan yang
diterima oleh masyarakat di Papua harus sama dengan kualitas layanan yang diterima
oleh masyarakat di Jawa.
Lokasi PDN harus memenuhi banyak persyaratan sesuai yang tertuang dalam Perpres
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Salah satu persyaratannya adalah lokasi
tersebut harus sangat minim terhadap bencana alam yang sering terjadi di Indonesia,
yaitu banjir dan gempa bumi.
Untuk meminimalisir risiko gempa bumi, PDN yang akan dibangun hanya akan setinggi
dua lantai. Selain bencana alam, PDN juga harus jauh dari jalur penerbangan dan
bandara, jalur kereta api, wilayah yang ada tower radio-frekuensi dan tower listrik
(sutet), wilayah polusi industri, dan dari gedung pemerintahan dan pelayanan publik.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir potensi kerusuhan atau demonstrasi.201
Pusat Data Nasional dinilai dapat mengharmonisasikan sistem pemerintahan. Saat ini
sistem pemerintahan masih berjalan secara parsial serta tidak terintegrasi antara pusat
dan daerah. Pembangunan PDN diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan
yang dihadapi ekosistem teknologi informasi dan komunikasi pemerintah saat ini,
seperti:
201 “Penerapan SPBE dan Rencana Pembangunan Pusat Data Nasional”, (https://aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-pusat-data-nasional/, Diakses pada 24 September 2021).
145
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
1. Pemerintah tidak dapat melakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat
karena disintegrasi data
2. Birokrasi antar pemerintah pusat dan daerah terhambat; dan
3. Pelayanan publik yang tidak seragam
Hadirnya PDN diharapkan dapat mendorong konsolidasi data antara pemerintah pusat
dan daerah. Selain itu diharapkan dapat terwujudnya satu data dan fasilitas satu peta
Indonesia.202
Demi melakukan percepatan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik pemerintah
membuat lima langkah inisiatif (quickwin). Adapun quickwin yang dihasilkan berupa
empat aplikasi umum dan satu yang berkaitan dengan infrastruktur teknologi informasi
dan komunikasi, yaitu PDN.
202 “Penerapan SPBE dan Rencana Pembangunan Pusat Data Nasional”, (https://aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-pusat-data-nasional/, Diakses pada 24 September 2021).
Gambar 3.2. Bagan percepatan SPBE(Sumber: https://aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-pusat-data-nasional)
• Integrasiperencanaan,penganggaran,pengadaanbarang&jasa,kinerja,monev
• Target: SelesaiTahun2023
• IntegrasilayanankepegawaianantaraBKN&instansipemerintah
• Target: SelesaiTahun2020
• Integrasilayanankearsipandinamis
• Target: SelesaiTahun2020
• Integrasilayananpengaduanpelayananpublik
• Target: SelesaiTahun2020
• PusatDataNasional• JaringanIntra-Pemerintah
• Target: SelesaiTahun2022
Aplikasi Umum Aplikasi Umum
Koordinator Kementerian PPN/Bappenas
Koordinator Kementerian PANRB
Aplikasi umum akan diterapkan oleh Menterri PANRB dan mencakup persyaratan proses bisnis, persyaratan data, persyaratan teknologi dan
persyaratan keamanan
Koordinator Kementerian PANRB
Koordinator Kementerian PANRB
Koordinator Kementerian Kominfo
BidangPenganggaran Berbasis Kinerja
Bidang Kepegawaian
Bidang Kearsipan
Bidang Pengaduan Masyarakat
Bidang Infra struktur
TIK
P E RC E PATAN S P B E
146
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
3.1.2S I S T EM P EM E R I N TAHAN B E R B AS I S E L E K T RON I K
Good governance adalah tata pemerintahan yang baik, penyelenggaraan pemerintahan
yang baik, pengelolaan pemerintahan yang baik, penyelenggaraan negara yang baik,
ataupun administrasi yang baik yang berlandas awal prinsip transparasi, partisipasi dan
akuntabilitas guna mengatur hubungan antara pemerintah, dunia usaha swasta, dan
masyarakat.203
Good governance erat kaitannya dengan clean governance karena keduanya memiliki
fungsi yang sama yaitu untuk pemerintahan yang lebih baik dan bebas dari KKN.204
Clean governance atau Pemerintahan yang bersih adalah Pemerintah yang diisi oleh
aparat yang jujur, bekerja sesuai dengan tugas yang diembannya, tidak melakukan
praktek KKN, bisa bertindak objektif, netral dan tidak diskriminatif.205
Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintah yang bersih, tercermin dalam UU No. 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU
No. 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatur tentang Asas-asas
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Adapun asas umum dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih adalah sebagai
berikut:
a. Asas kepastian hukum
b. Asas tertib penyelenggaraan negara
c. Asas kepentingan umum
d. Asas keterbukaan
e. Asas proporsionalitas
f. Asas profesionalitas
g. Asas akuntabilitas
203 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 6.
204 Ibid.205 Ibid., hlm. 5.
147
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Manfaat yang diperoleh dari Good Governance menurut Bappenas adalah:206
a. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan yang bersih, efisien, efektif,
transparan, profesional, dan akuntabel
b. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik
c. Berkurangnya secara nyata praktek KKN di birokrasi
d. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan perundang-
undangan baik di tingkat pusat maupun daerah
Guna mewujudkan clean and good governance terutama dari segi akuntabilitas,
pemanfaatan masyarakat, dan transparansi publik, maka dibutuhkan suatu langkah
kebijakan yang terarah dalam perubahan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan.
Hal ini dapat diwujudkan melalui e-government atau Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE).
SPBE adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) untuk memberikan layanan kepada penggunanya. Pengertian ini
tertuang pada Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018. Sistem tersebut bertujuan untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel,
sehingga dapat membangun pelayanan publik yang berkualitas serta terpercaya. Tata
kelola dan manajemen SPBE berskala nasional juga diperlukan untuk meningkatkan
keterpaduan dan efisiensi.
Revolusi TIK memberikan peluang bagi pemerintah untuk melakukan inovasi
pembangunan aparatur negara melalui penerapan SPBE atau e-Government. SPBE
memanfaatkan TIK untuk memberikan layanan kepada instansi pemerintah, aparatur
sipil negara, pelaku bisnis, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya. Sistem ini juga
bertujuan untuk mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang
terbuka, partisipatif, inovatif, dan terpercaya. Kolaborasi antar instansi pemerintah
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan
publik, dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan berbentuk KKN juga
dimungkinkan dengan adanya sistem ini
Pemerintah menyadari pentingnya peran SPBE dalam mendukung semua sektor
pembangunan. Upaya pemerintah untuk mendorong penerapannya telah dilakukan
dengan menerbitkan peraturan perundang-undangan sektoral yang mengamanatkan
206 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi e-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 6.
148
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
perlunya penyelenggaraan sistem tersebut. Sejauh ini kementerian, lembaga, dan
Pemda telah melaksanakannya secara otonom sesuai dengan kapasitas masing-
masing. Tingkat kemajuannya di skala nasional sangat bervariasi. Untuk mensinergikan
penerapannya diperlukan Rencana Induk SPBE Nasional. Rencana Induk digunakan
sebagai pedoman bagi Instansi Pusat dan Pemda untuk mencapai SPBE yang terpadu.
Penyusunan rencana harus memperhatikan arah kebijakan, strategi, serta inisiatif
di bidang tata kelola maupun layanan SPBE, TIK, dan SDM. Hal ini dilakukan untuk
mencapai tujuan strategis SPBE periode 2018-2025, tujuan pembangunan aparatur
negara sebagaimana ditetapkan dalam RPJP Nasional 2005-2025, dan Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025. 207
207 https://spbe.go.id/tentang, Diakses pada 8 September 2021.
Gambar 3.3. Bagan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 (Sumber: Bahan paparan Asisten Deputi Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Pelaksanaan Sistem Administrasi
Pemerintahan dan Penerapan SPBE Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana, Kementerian PAN-RB)
UU 14/2008Keterbukaan Informasi Publik
SistemInformasidanDokumentasi
UU 25/2009Pelayanan Publik
SistemInformasiLayananPublik
UU 43/200Kearsipan
SistemInformasiKearsipan
UU 23/2014Pemerintahan Daerah
SistemPembangunanDaerah
Inpres Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government
Pembangunan SPBE Berifat Sektoral
Aplikasi/DatabaseInfrastruktur
Aplikasi/DatabaseInfrastruktur
Aplikasi/DatabaseInfrastruktur
Aplikasi/DatabaseInfrastruktur
149
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Gambar 3.4. Kondisi pembangunan SPBE (Sumber: Bahan paparan Asisten Deputi Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Pelaksanaan Sistem Administrasi
Pemerintahan dan Penerapan SPBE Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana, Kementerian PAN-RB)
Total Belanja 2014-2016 (Pusat + Daerah)
P EMBANGUNAN S P B E SAAT I N I
Belanja TIK Pemerintah (Triliun Rupiah)
Terjadipemborosananggaranakibatterbangunnyasilo-silosistemyangtidakterintegrasimengingatsetiapK/L/Dmembangunaplikasipemerintahan
sendiri-sendiri
Dampak Berantai•Pemborosananggaran,belanjaTIKselalubertambahsetiaptahunnya,akantetapiutilitasTIKhanyamencapai30%
•DisintegrasiSistemInformasiPemerintah
•Risikokeamananinformasi•Validitasdatapemerintahkurangdiyakinisepenuhnya
Masyarakatmenuntutpelayananpublikyangtransparan,cepat,danefektif
Kondisi
1.21.9
1.2
2.7
Rp 4T Rp 4T
Rp 4,7T5
4
3
2
1
0
2.7
2.7
K/LPusat
AplikasiUmum
AplikasiKhusus
Daerah
12,7T
65%35%
150
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
SPBE atau yang dikenal dengan istilah e-government memiliki beberapa pengertian,
antara lain adalah:
1. Merupakan sistem teknologi informasi yang dikembangkan oleh Pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan publik dengan memberikan pilihan kepada masyarakat
untuk mendapatkan kemudahan akses informasi publik. Penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance) dan peningkatan layanan publik
yang efektif serta efisien memerlukan kebijakan dan strategi pengembangan
e-government.208
2. Merupakan bentuk penerapan pelayanan publik berbasis teknologi yang dapat
meningkatkan mutu dan komunikasi demi menjawab tuntutan sekaligus kebutuhan
publik yang menginginkan proses pengolahan data yang cepat juga tepat.209
3. Sistem e-government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti:
wide area network, internet, dan komunikasi bergerak) oleh lembaga pemerintah
yang mempunyai kemampuan mentransformasi hubungan Pemerintah dengan
warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga pemerintah lainnya.
Teknologi ini mempunyai tujuan yang beragam, antara lain: pemberian layanan
pemerintahan yang lebih baik, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan
industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, serta manajemen
pemerintahan yang lebih efisien. Hasil yang diharapkan dapat berupa pengurangan
korupsi, peningkatan transparansi maupun kenyamanan, pertambahan pendapatan
dan/atau pengurangan biaya.210
4. Sistem e-government adalah penyelenggaraan pemerintahan yang mampu
mendorong dan memfasilitasi hubungan yang saling mendukung, selaras dan adil
antara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, dengan memanfaatkan teknologi
informasi, telekomunikasi, dan web/internet.211
Embrio e-government dimulai pada tahun 1992 ketika beberapa Pemda (Pemda
Tingkat II, istilah saat itu) menerapkan KTP melalui pemanfaatan komputer stand alone.
Istilah ini pada saat itu belum familiar dan lebih dikenal dengan komputerisasi, yang
208 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 2.
209 Diah Rachma Aprianty, “Penerapan Kebijakan E-Government dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Sambutan Kota Samarinda”, eJournal Ilmu Pemerintahan FISIP UNMUL, 2016, hlm. 2.
210 Achmad Djunaedi, “Beberapa Pemikiran Penerapan E-Goverment dalam Pemerintahan Daerah di Indonesia”, 2002, hlm. 2.
211 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 3.
151
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
berfungsi sebagai pengelolaan surat-menyurat. Kemunculan istilah e-government
dimulai pada era 2000-an, di dekade ini internet telah cukup dikenal dan dimanfaatkan
oleh pemerintah serta dunia usaha. Namun belum banyak lembaga pemerintah yang
memiliki situs web, bahkan di tingkat Departemen. Pada tahun 2001 untuk mendorong
pengembangan teknologi informasi, pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden No.
6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia.
Kemudian pada tahun 2003 secara formal e-government di Indonesia dimulai, ditandai
dengan terbitnya Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan.
Di dalam Instruksi Presiden tersebut, tahapan pengembangan e-government terbagi
menjadi empat tingkatan yaitu:
1. Tingkat 1 – Persiapan, yang meliputi:
a. Pembuatan situs informasi di setiap lembaga
b. Penyiapan SDM
c. Penyiapan sarana akses yang mudah seperti penyediaan Multipurpose
Community Center, Warnet, SME-Center, dll
d. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun publik
2. Tingkat 2 – Pematangan, yang meliputi:
a. Pembuatan situs informasi publik interaktif
b. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain
3. Tingkat 3 – Pemantapan, yang meliputi:
a. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik
b. Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain
4. Tingkat 4 – Pemanfaatan, yang meliputi: Pembuatan aplikasi yang terintegrasi
untuk pelayanan bersifat G2G (Government To Government), G2B (Government To
Business), dan G2C (Government To Citizen)
152
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Manfaat serta penggunaan TIK dalam e-government oleh pemerintahan memunculkan
beberapa keuntungan:212
1. Meningkatkan efisiensi, penggunaan TIK dapat meningkatkan efisiensi dalam
berbagi data atau informasi di dalam maupun antar pemerintahan.
2. Meningkatkan pelayanan, penggunaan TIK dapat meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat.
3. Membantu mencapai suatu kebijakan tertentu, penggunaan TIK mampu membantu
menyosialisasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat sehingga pihak-pihak
terkait dapat berbagi ide dan informasi terpaut suatu kebijakan tertentu.
4. Membantu kontribusi terhadap kebijakan ekonomi, penggunaan TIK dalam
e-government dapat mengurangi korupsi serta meningkatkan keterbukaan dan
kepercayaan terhadap pemerintah.
5. Meningkatkan kontribusi terhadap reformasi, penggunaan TIK telah mengubah
atau mereformasi berbagai bidang, seperti memperbaiki transparansi dan fasilitasi
berbagi informasi.
6. Meningkatkan kepercayaan antara pemerintah dengan masyarakatnya, penggunaan
TIK dapat meningkatkan good governance melalui peningkatan transparansi dan
mengurangi korupsi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Demi mewujudkan pemerataan dan tercapainya keberhasilan e-government di setiap
daerah, berikut adalah langkah-langkah yang diambil Pemerintah:213
a. Rencana legalisasi software Pemerintah bertujuan untuk menekan angka
pembajakan dan mendorong penggunaan peranti lunak berbasis open source
dalam instansi pemerintah.
b. National Single Window diterapkan untuk integrasi layanan pemerintah lintas
departemen melalui satu pintu yang lebih efisien dan cepat prosesnya.
c. E-procurement diharapkan dapat membuat proses pengadaan barang dan jasa
menjadi lebih efektif, efisien, transparan, serta mampu menekan perilaku-perilaku
KKN.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pada tahun 2018 pemerintah menerbitkan
kebijakan Making Indonesia 4.0. Making Indonesia 4.0 adalah kebijakan pemerintah
di bidang e-government yang bertujuan agar Indonesia dapat memaksimalkan serta
212 Didit Praditya, “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Tingkat Pemerintahan Desa”, Jurnal Penelitian Komunikasi, Vol 17 No. 2, BPPKI, Bandung, 2014, hlm. 5.
213 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 7.
153
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi guna memajukan kesejahteraan
bangsa. Melalui kebijakan ini pemerintah telah berkomitmen untuk meningkatkan sektor
industri dan menetapkan target berikut:214
1. Indonesia menjadi 10 besar kekuatan ekonomi global berdasarkan Produk Domestik
Bruto (PDB) pada 2030
2. Menggandakan rasio produktivitas-terhadap-biaya
3. Mendorong ekspor netto menjadi 10% dari PDB pada 2030
4. Menganggarkan 2% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan, terutama yang
terkait dengan kemampuan penguasaan dan pengembangan teknologi
Kebijakan Making Indonesia 4.0 akan berfokus pada lima sektor, yaitu makanan dan
minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia dan elektronik.215 Sektor ini ditetapkan
berdasarkan dampak ekonomi, kontribusi terhadap PDB, volume perdagangan,
dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan penetrasi pasar. Kelima sektor
yang difokuskan beserta strategi pemerintah untuk tahun 2030 dirinci dalam matriks
berikut:216
214 Kementerian Perindustrian, “Making Indonesia 4.0”, hlm. 3.215 Ibid., hlm. 4.216 Ibid., hlm. 4-6.
MakanandanMinuman
PakaiandanTekstil
Otomotif
Sektor yang Difokuskan Strategi Pemerintah
1. Mendorongproduktivitasdisektorhulu(Seperti:pertanian,peternakandanperikanan)melaluipengenalanteknologicanggihsepertisistemmonitoring otomatisdanautopilot drones
2.Membantuusahamikro,kecil,menengah(UMKM)untukmengadopsiteknologiyangdapatmeningkatkanhasilproduksidanpangsapasar
3.Berkomitmenuntukberinvestasipadaprodukmakanankemasanuntukmemenuhipermintaandomestik
4.Meningkatkanekspordenganmemanfaatkanaksesterhadapsumberdayapertaniandanskalaekonomidomestik
1. Meningkatkankemampuandisektorhulu(Seperti:seratdanbahanpakaiankimiawi)sehinggamenghasilkanpakaiandenganbiayarendahdanberkualitastinggi
2.Meningkatkanproduktivitasmanufakturdanburuhmelaluipengenalanteknologibaru,optimalisasilokasipabrik,danpeningkatanketerampilan
3.Membangunkemampuanproduksifunctional clothing4.Meningkatkanskalaekonomiuntukmemenuhipermintaanfunctional clothing
Fokuspadapeningkatandanprodukdalamnegeriterkaitdengan:1. Volume2.Efisiensiproduksibahanbakudankomponenpentingmelaluiadopsiteknologibarudanpengembanganinfrastruktur,termasukpembangunanzonaindustriterpadudanplatform logisticyanglebihefisien
3.BekerjasamadenganperusahaanOriginal Equipment Manufacturers (OEM)untukmeningkatkaneksporyangfokuspadaMultipurpose Vehicles (MPV),Low-Cost Green Cars (LCGC)danSports Utility Vehicles (SUV)
4.MembangunekosistemuntukindustriElectric Vehicle (EV),termasukindustrisepedamotorlistrikdanmobillistrik
Saatini,industriotomotifdiaturdalamPeraturanMenteriPerindustrianNo.34/MIND/PER/9/2017tentangIndustriKendaraanBermotorRodaEmpatatau
154
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Selain menetapkan lima sektor prioritas di atas, Making Indonesia 4.0 juga menetapkan
sepuluh inisiatif nasional yang bertujuan untuk mendorong industri nasional dan lanskap
bisnis, seperti yang dijelaskan dalam matriks berikut:217
217 Lampiran, hlm. 27-28, PP No. 2 Tahun 2018.
Lebih,sepertiyangdiubahdenganPeraturanMenteriPerindustrianNo.5Tahun2018.Sedangkan,untukLCGCsaatinidiaturdalamPeraturanMenteriPerindustrianNo.33/M-IND/PER/7/2013tentangPengembanganProduksiKendaraanBermotorRodaEmpatyangHematEnergidanHargaTerjangkau.Terakhir,mobillistrikdiatursecaraspesifikdalamPeraturanPemerintahNo.79Tahun2014tentangKebijakanEnergiNasional,sertaPeraturanPresidenRepublikIndonesiaNo.22Tahun2017tentangRencanaUmumEnergiNasional.
1. Mendorongkapasitasdanpembangunanpasokanpetrokimiadalamnegeriuntukmengurangiketergantunganimpor
2.Membangunindustrikimiayangkompetitifmelaluipemanfaatansumberdayaminyakdangassertaoptimalisasilokasizonaindustri,termasukpembangunanlokasiproduksikimiayanglebihdekatdenganlokasiekstraksigasalam
3.Mendorongproduktivitasdiseluruhrantainilai4.Mengembangkankapasitasterkaitdenganprodukbiokimiasepertibiofueldanbioplastik
1. Menarikpemainglobalterkemukadenganpaketinsentifyangmenarik2.Mengembangkankemampuandalammemproduksikomponenelektronikbernilaitambah
3.Mengembangkankemampuantenagakerjadalamnegerimelaluipelatihanintensifdanmenariktenagakerjaasingdibidangtertentuyangdibutuhkan
4.Mengembangkanpelakuindustriunggulandalamnegeriuntukmendoronginovasidanmempercepattransferteknologi
Kimia
Elektronik
Matriks 3.4. Lima sektor prioritas beserta strateginya untuk tahun 2030(Sumber: Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian)
Perbaikanaluraliranbarangdanmaterial
Desainulangzonaindustri
Mengakomodasistandarkeberlanjutan
MemberdayakanUMKM
Memperkuatproduksidalamnegeripadasektorhuludanmenengahmelaluipeningkatankapasitasproduksidanpercepatanadopsiteknologi
Menyelaraskanpendekatankepadazonaindustriuntukmengoptimalkanpemanfaatanlahandanjugauntukmencapaipetajalanzonaindustriyangkomprehensif.
MembangunteknologibersihsepertiEV,biokimia,danenergiterbarukan.
MendukungUMKM,petani,danpengrajinmelaluipembangunanplatform e-commerce,sertamembangunsentrateknologiuntukmeningkatkanaksesUMKMterhadapteknologibaru.
1
2
3
4
Inisiatif Nasional Rincian
155
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Dalam lingkup Kementerian PUPR selaku kementerian yang menaungi BLU PPDPP,
upaya yang dilakukan dalam mengembangkan e-government adalah membuat situs
interaktif www.pu.go.id, memberikan Pelatihan TIK kepada para pegawai dan staf,
bekerja sama dengan Kementerian dan lembaga terkait (Kominfo, BPK, LKPP, Pemprov,
dan Pemda) serta pengaplikasian beberapa layanan. Melalui pengembangan tersebut
Kementerian PUPR mendapatkan beberapa keuntungan. Manfaat yang didapat antara
lain tender proyek Kementerian PU lebih transparan, peningkatan kompetensi SDM, dan
meminimalisir keterlambatan serta peningkatan akurasi data pelaporan dari proyek-
proyek di daerah. Selain itu peran Kementerian PUPR dalam kebijakan Making Indonesia
4.0 adalah penyelarasan peta jalan dan proyek infrastruktur (terintegrasi dengan peta
jalan zona industri nasional).
Matriks 3.5. Sepuluh inisiatif nasional pendorong industri nasional dan lanskap bisnis (Sumber: PP No. 2 Tahun 2018)
Membanguninfrastrukturdigitalnasional
Menarikminatinvestasiasing
PeningkatankualitasSDM
Pembangunanekosisteminovasi
Insentifuntukinvestasiteknologi
Harmonisasiaturandankebijakan
Percepatanpembangunaninfrastrukturdigital.yangmeliputi:• Internetberkecepatantinggi•Digital capabilities yangmelibatkankerjasamapemerintah,publik,danswasta
• Investasiditeknologidigitalseperticloud,data center,security management, daninfrastrukturbroadband
Secaraaktifmelibatkan100perusahaanmanufakturglobalyangtelahdiseleksi,penawaraninsentif,dankerjasamadenganpemerintahasingterkaitkolaborasiinternasional.
MerombakkurikulumpendidikansaatinidenganlebihmenekankanpadaSTEAM(Science, Technology, Engineering, the Arts danMathematics),sertamenyelaraskankurikulumpendidikannasionaldengankebutuhanindustridimasamendatang.
• Mengembangkancetakbirupusatinovasinasional•Mempersiapkanpercontohanpusatinovasisertamengoptimalkanregulasiterkait,dantidakterbatashanyapadaisuyangberhubungandenganhakkekayaanintelektualdaninsentiffiskal
•Mempercepatkolaborasilintassektordiantarapelakuusahaswasta/BadanUsahaMilikNegara(BUMN)denganuniversitas
Mendesainulanginsentifadopsiteknologi,subsidi,potonganpajakperusahaan,danpengecualianbeapajakimporbagiperusahaanyangberkomitmenuntukmenerapkanIndustri4.0.Sebagaitambahan,pemerintahjugaberencanameluncurkandanainvestasiNegarauntukdukunganpendanaantambahanbagikegiataninvestasidaninovasidibidangteknologicanggih.
Harmonisasiaturandankebijakanuntukmendukungdayasaingindustrisertamemastikankoordinasidiantarakementrian,lembagaterkait,danpemerintahdaerah.
5
6
7
8
9
10
156
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
3.1.3P E R K EMBANGAN T E K NO LOG I I N F O RMAS I DA N
P E N DAYAGUNAAN DATA DA L AM P E N YA L U RAN F L P P
Sekarang kita tengah berada dalam sebuah era yang erat dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini juga merambah masuk ke dalam
sistem pemerintahan Republik Indonesia dan dilaksanakan untuk mewujudkan good
governance dan e-government. Kedua perwujudan tersebut ditunjukkan melalui dua
tugas BLU PPDP dalam mengelola dana bergulir FLPP, yaitu pengelolaan teknologi
informasi dan pengelolaan database.
A. Pengelolaan Teknologi Informasi BLU PPDPP
Pengelolaan Teknologi Informasi BLU PPDPP adalah pendukung tugas utama
penyaluran dana FLPP kepada MBR. Tugas ini dilakukan dengan meluncurkan
dan menciptakan aplikasi-aplikasi yang mempermudah, meningkatkan, serta
mengakuratkan proses bisnis. Berikut adalah beberapa aplikasi tersebut:
1. Aplikasi Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SiKasep)218
Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan yang kemudian dikenal dengan
aplikasi “SiKasep” merupakan aplikasi utama dalam menjalankan program
subsidi perumahan. Aplikasi ini diperuntukkan bagi MBR (Kelompok Sasaran)
yang akan membeli rumah dengan subsidi dari pemerintah termasuk KPR
Sejahtera. Melalui SiKasep, MBR (Kelompok Sasaran) dapat melakukan proses
penentuan lokasi, mengajukan subsidi, dan memilih Bank Pelaksana yang
diinginkan. Seluruh proses bisnis dilakukan melalui satu aplikasi.
MBR diharuskan mengunduh aplikasi ke dalam ponsel mereka melalui platform
“Play Store”, kemudian mendaftarkan diri. SiKasep memiliki beberapa sistem
penunjang dalam operasionalnya yang terbagi dalam secondary system,
transaction processing system, dashboard dan security system. Sistem ini
mengintegrasikan keseluruhan proses, mulai dari pendaftaran sampai dengan
218 BLU PPDPP, “Konsep Big Data "SiKasep" Solusi Mendapatkan Rumah Bersubsidi”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=P4lJIVxTca4> dan “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=Tkpwg1P2AnA>.
157
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
keterhunian rumah. Selain memberi kemudahan, SiKasep juga bermanfaat
dalam menyasar target penyaluran dana FLPP.
Keberadaan SiKasep merupakan inovasi yang mampu menjembatani masyarakat,
pengembang, dan Bank Pelaksana dalam melakukan proses bisnisnya dan
juga sebagai jawaban atas kebutuhan (demand) serta ketersediaan (supply)
rumah. SiKasep dapat memberikan kemudahan dan keuntungan bagi seluruh
pemangku kepentingan. Melalui aplikasi ini pemerintah dapat memantau
perkembangan perumahan yang akan menjadi pertimbangan dalam penentuan
kebijakan. Sedangkan bagi Bank Pelaksana tentunya dapat mempermudah
proses verifikasi calon nasabah atau MBR (Kelompok Sasaran).
Aplikasi ini terhubung dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Negeri Sipil Kementerian Dalam Negeri dalam proses verifikasi
Nomor Induk Kependudukan MBR (Kelompok Sasaran). Selain itu, keamanan
data dalam proses transaksi antara Bank Pelaksana dengan BLU PPDPP telah
teruji karena didukung oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Manfaat yang
didapat oleh MBR (Kelompok Sasaran) melalui aplikasi ini adalah kemudahan
dalam mencari rumah impian yang akan mereka tinggali serta meminimalisir
potensi penipuan.
2. Aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (SiKumbang)219
SiKumbang220 adalah aplikasi berbasis web/website yang dikembangkan oleh
BLU PPDPP. Diperuntukkan bagi pelaku pembangunan rumah umum dan
bertujuan untuk mengumpulkan data lokasi perumahan umum yang ditawarkan
sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi terkait.
Pelaku pembangunan akan mendaftarkan identitas perusahaannya kemudian
mengunggah dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh BLU PPDPP.
Setelah proses mengunggah dilakukan, pengguna akan menerima koordinat dan
dapat mendeteksi serta menandai kaveling dari siteplan latar. Data ini didapat
dari radar desa yang terhubung dengan sistem teknologi Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Aplikasi SiKumbang juga bertujuan untuk
memastikan rumah umum yang diperoleh oleh MBR laik huni dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tentunya hal tersebut
219 BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (SiKumbang)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=Qlwmxgkix64&t=8s> dan “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKumbang Tahap Pewarnaan Siteplan Latar Rumah Tapak”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=RoEe3Zc_eQs&list=PLfZcttXWQMCa0TFAl8jZhqSgQaIiN0h0n>.
220 Panduan SiKumbang dapat diakses dalam https://sikumbang.ppdpp.id/public/images/panduan_sikumbang_2021.pdf
158
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
amat sangat bermanfaat bagi MBR karena rumah yang mereka pilih melalui
aplikasi ini sudah melalui pengawasan oleh BLU PPDPP sendiri.
Berikutnya BLU PPDPP akan melakukan pengecekan kelengkapan dokumen
administrasi milik pengembang. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan
kesesuaian antara data yang diinput dengan dokumen yang diunggah. Proses
pengecekan meliputi:
a. Nomor IMB
b. Tanggal IMB
c. Pengesahan IMB
d. Masa Berlaku IMB
e. Pengesahan Siteplan
f. Format Siteplan Latar
Untuk data lokasi perumahan yang telah sesuai dengan proses pengecekan
akan disetujui dan diberikan ID. Selanjutnya, hasil pengecekan selain yang
tercatat secara otomatis dalam sistem, akan didokumentasikan melalui aplikasi
G-Sheet. Pendokumentasian data meliputi tanggal pendaftaran, tanggal
pengecekan, nama perumahan, nama pengembang, nama asosiasi, nama
provinsi, nama kabupaten/kota, nama kecamatan, nama kelurahan, status
lolos maupun tidak lolos beserta bukti keterangannya. Secara umum proses
pekerjaan yang dilakukan digambarkan pada bagan di bawah ini.
Gambar 3.5. Proses pengecekan dokumen administrasi pengembang oleh BLU PPDPP(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)
• Datablokperumahan(namablok,jumlah,unit)
• Datatiperumah(status,harga,LT/LB,spsek,denah,dll)
• DataMK(NPWP)
• DataPemohon• Datapengembangdanasosiasi• Datalokasiperumahan
Login Tambah Lokasi ID Pengajuan
ID LokasiTambahKaveling
PewarnaanKavelingID Rumah
IMB
Pengesahan
Siteplan Layar
Cek
159
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
BLU PPDPP telah melakukan pembahasan dengan unit organisasi atau institusi
terkait untuk pengembangan SiKumbang di masa mendatang. Salah satunya
adalah penyempurnaan proses bisnis pada aplikasi SiKumbang yang mengacu
pada ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Substansi
lain yang juga perlu dikembangkan adalah Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG), Sistem Informasi Geospasial Tata Ruang (GISTARU), hunian berimbang,
Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Berikut
adalah pokok-pokok usulan pengembangan:
a. Perubahan Data IMB menjadi PBG, yaitu mengintegrasikan SiKumbang
dengan Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) agar
proses validasi PBG dapat dilakukan secara otomatis ke database yang
tercatat di Direktorat Jenderal Cipta Karya.
b. Mengintegrasikan SiKumbang dengan GISTARU agar dapat dilakukan
validasi kesesuaian lokasi perumahan terhadap pola ruang (kawasan/zona
yang diizinkan untuk dibangun perumahan dan permukiman). Untuk tahap
awal dapat dilakukan screening, sehingga apabila lokasi perumahan tidak
sesuai dengan pola ruang yang ditetapkan maka akan muncul peringatan/
warning.
c. Perubahan klasifikasi pewarnaan kaveling mengacu pada klasifikasi hunian
berimbang, yaitu rumah mewah, rumah menengah, serta rumah sederhana
non subsidi dan subsidi.
d. Penambahan mekanisme penyampaian data SLF setelah proses konstruksi
bangunan yang terintegrasi dengan SIMBG.
e. Penambahan mekanisme penyampaian data PPJB oleh pengembang
sebagai status pesanan rumah. Rumah yang belum terpesan akan berstatus
sebagai rumah ready stock dan dapat dilihat/dipilih MBR pada aplikasi
SiKasep.
160
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Gambar 3.6. Alur perubahan pengecekan dokumen administrasi pengembang(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)
Login TambahLokasi ID Pengajuan
MewahTerjual / Terpesan
MenengahReady Stock
SederhanaNon Subsidi
Sederhana Subsidi
ID Lokasi
TambahKaveling
SIKASEP
PewarnaanKaveling
Status Pesanan
IDRumah
TambahRumah
Cek
SIPETRUKID Struktur
Cek
GISTARU - Peta RT/RW Provinsi•ZonaPermukimanPerkotaan danPermukimanPedesaan•ZonaRawanBencana
SIMBGPersetujuan
BangunanGedung
HunianBerimbang
PerjanjianPengikatanJualBeli
SIMBGSertifikatLaikFungsi
Tapak:80%Rusun:100%
Tapak:20%
NomorPBG
Eksisting UsulanPerubahan/Pengembangan
161
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
3. Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi (SiPetruk) 221
Aplikasi SiPetruk222 berfungsi untuk memantau konstruksi yang dilaksanakan
oleh Manajemen Konstruksi (MK) terhadap kualitas rumah umum yang
disediakan Pengembang. Fitur SiPetruk antara lain:
1. Terintegrasi dengan Sistem Informasi Konstruksi Indonesia-Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi
2. Validasi koordinat
3. Artificial Intelligence
4. Keselamatan bangunan
5. Kesehatan bangunan
Output dari aplikasi SiPetruk adalah ID Struktur dan Rumah yang dipastikan siap
huni.
4. Host to Host Pengujian
Sistem aplikasi Host to Host Pengujian adalah sistem pengujian data Kelompok
Sasaran dan Agunan. Kegiatan ini dilakukan oleh Bank Pelaksana yang kemudian
hasil verifikasinya diteruskan ke BLU PPDPP. Proses pengujian akan lebih cepat
dan akurat dengan adanya aplikasi tersebut. Output yang dihasilkan berupa ID
Pengujian.
5. Elektronik-Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (e-FLPP)
Sistem e-FLPP adalah aplikasi yang disediakan oleh BLU PPDPP sejak Agustus
2016 dan telah dikembangkan menjadi e-FLPP 2.0. Aplikasi e-FLPP 2.0 aktif
dan dimanfaaatkan per tanggal 1 Januari 2021. Aplikasi ini disediakan untuk
Bank Pelaksana dalam mengajukan permintaan pembayaran dana KPR
Sejahtera. Selanjutnya BLU PPDPP akan melakukan pengujian terhadap
pengajuan tersebut, apabila lolos maka dana FLPP akan dicairkan. Fitur yang
dikembangkan di sistem e-FLPP antara lain adalah membolehkan penggunaan
tanda tangan digital untuk pengesahan dokumen, dan diotorisasi dengan token
BSSN. Output yang dihasilkan adalah ID Batch Pengajuan, ID Batch Verifikasi,
dan ID Batch Pencairan.
221 BLU PPDPP, “Pengenalan Aplikasi Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi (SiPetruk)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=ZpOEQz9Jth8&t=34s> dan “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiPetruk (Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=piiZ5UoHxbM&list=PLfZcttXWQMCY1FMKXJ_WJejv7P5mfsqET>.
222 Panduan SiPetruk dapat diakses dalam https://sipetruk.ppdpp.id/
162
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Pada sistem e-FLPP 2.0, terdapat beberapa fitur yang dikembangkan untuk
mengoptimalkan proses penyaluran dana FLPP, baik dari sisi kecepatan maupun
penyederhanaan proses.
Penerapan sistem e-FLPP 2.0 pada semester pertama tahun 2021 telah
memberikan dampak positif terhadap kualitas pelayanan pengujian FLPP.
Berikut dampak positif tersebut:
a. Meningkatkan capaian realisasi per bulan
b. Mengurangi jumlah berkas permintaan pembayaran dana FLPP yang masuk
c. Meminimalisir penyebab pengembalian berkas/meningkatkan mutu pengujian
d. Meningkatkan jumlah unit per berkas
e. Mempercepat proses pengujian FLPP sehingga capaian Service Level
Agreement (SLA) meningkat
f. Mengurangi jumlah kebutuhan petugas dan waktu pengujian
Pengembangan sistem e-FLPP 2.0 dapat dilihat pada bagan berikut:
BerkaspermintaanpembayarandanaFLPPdapatdi-create daribeberapaDaftarKelompokSasaran(DKS)
Semuadokumen(suratpermohonan,formH,daftarkelaikanfungsi)di-generate otomatisolehmesinolehmesin,meminimalisirkesalahan
SemuadokumenditandatanganipejabatbanksecaradigitalyangsudahdisertifikasiBSrE,BSSNmelaluiaplikasiandroid(APK),dengandemikianprosespersetujuanberkasmenjadilebihcepat
Pencatatantagihansecaraotomatisdandisediakandashboard monitoring untukmemantaucapaiankinerjadansisakuotamasing-masingBankPelaksana
Multi DKSTidak Perlu Upload Dokumen
Keabsahan Dokumen
Lebih Terjamin
Dashboard Monitoring
P EMBARUAN S I S T EM
Gambar 3.7. Bagan pembaruan sistem e-FLPP menjadi e-FLPP 2.0(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP)
163
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Gambar 3.8. Alur proses sistem e-FLPP 2.0 pada akun Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP)
Login
Loginkewebsitehttps://eflpp.ppdppidmenggunakanusernamedanpassword yangsudahdidaftarkan
PilihDaftarKelompokSasaran(DKS)yangakandiajukansesuaiperiodetagihan
Pilihnama-namadebitur/nasabahsesuaiDKSyangtelahdipilihsebelumnyauntukdiprosesdatanya
Pilih DKS Pilih Debitur/Nasabah SelesaiTanda tangan
digital
A L U R P ROS E S S I S T EM E - F L P P 2 . 0 ( A KUN B ANK P E L AKSANA )
Periksakembaliberkastagihanyangsudahdibuat,jikasudahsesuaiberikanpersetujuanberkasdengancaramembubuhkantandatangansecaradigital
BerkaspermintaanpembayarandanaFLPPsiapdiprosesolehPPDPP
164
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
6. Elektronik Monitoring dan Evaluasi (e-Monev)
Aplikasi e-Monev berfungsi untuk memantau kesesuaian data penghunian
rumah KPR Sejahtera. Aplikasi e-Monev merekapitulasi hasil pemantauan
lapangan yang dilengkapi dengan data Debitur, status penghunian, dan titik
koordinat unit rumah. Output yang dihasilkan adalah status penghunian Rumah
KPR Sejahtera per Debitur. Pengembangan aplikasi e-Monev dapat dilihat pada
bagan berikut:
• DashboardTahundanBankPelaksana
• DashboardDataHasilPerekaman
• RekapHasilPetugas
• MenuProsesVerifikasiDanPersetujuanDataHasilPerekaman
• DashboardWilayahdanBankPelaksana
• DashboardProsesPerekamandanPersetujuan
• TabelRekapBadanUsaha
• ProfilPetugas
• UserManualPenggunaanAplikasi
• AksesStakeholder(K/L,BankPelaksana&AsosiasiPengembang
• PemilahanRestrictedDatauntukAksesBankPelaksana&K/L
• MenuInputTambahanuntukBankPelaksana
• MenuProfilKawasanuntukAksesAsosiasiPengembang
• UserManualPenggunaanAplikasi
2017 2018 2019
P E NG EMBANGAN A P L I K AS I E -MONEV
Gambar 3.9. Pengembangan Aplikasi e-Monev(Sumber: Divisi Pemantauan dan Evaluasi)
166
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
7. Sistem Informasi Aktivasi QR Code (Si AKI QC)
Si AKI QC adalah aplikasi yang disediakan oleh BLU PPDPP untuk Bank
Pelaksana agar dapat melakukan pelaporan penghunian rumah melalui QR
Code yang terdapat di plat setiap unit rumah umum KPR Sejahtera. Fitur dari
Aplikasi ini adalah membaca QR Code dan memvalidasi koordinat lokasi rumah
KPR Sejahtera. Output dari aplikasi ini adalah ID Verifikasi Penghunian Rumah.
Aktivasi QR Code harus dilakukan oleh Bank Pelaksana untuk memudahkan BLU
PPDPP dalam melaksanakan pemantauan penghunian rumah KPR Sejahtera.
Gambar 3.10. Alur proses bisnis dan interkoneksi sistem BLU PPDPP(Sumber: Paparan Divisi Teknologi BLU PPDPP, 2021)
Masyarakat
43BankPelaksana
1.109.306RumahSubsidi
21Asosiasi
9.589Pengembang
ATRBPN
LPJKPengawas
167
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Pembentukan dan penciptaan atas inovasi aplikasi-aplikasi ini dilatarbelakangi oleh
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh BLU PPDPP selama mengelola
dan menyalurkan dana FLPP. Beberapa contohnya adalah: sulitnya MBR dalam
memperoleh akses informasi tentang KPR Sejahtera; banyaknya pengembang
dengan tingkat kepatuhan yang rendah terhadap regulasi; banyaknya kualitas
rumah KPR Sejahtera yang kurang bahkan tidak layak huni; proses verifikasi dan
pengujian Kelompok Sasaran yang panjang, tidak efektif, dan kurang efisien; serta
proses pemantauan dan evaluasi pemanfaatan rumah KPR Sejahtera oleh MBR yang
memakan waktu cukup banyak mengingat sebarannya diseluruh wilayah Indonesia.
Inovasi aplikasi-aplikasi yang diciptakan oleh BLU PPDPP bertujuan untuk
memudahkan MBR yang akan membeli rumah dengan subsidi dari pemerintah
termasuk KPR Sejahtera, memastikan pengembang yang membangun rumah
KPR Sejahtera memiliki predikat baik dan berkualitas, meningkatkan kualitas
rumah KPR Sejahtera dengan pengawasan pembangunan perumahan yang ketat,
memudahkan dan mempercepat BLU PPDPP dalam melaksanakan pengujian hasil
verifikasi Kelompok Sasaran yang dilakukan oleh Bank Pelaksana, memudahkan
dan mempercepat BLU PPDPP dalam melaksanakan pengujian permintaan
pembayaran danan FLPP yang dilakukan oleh Bank Pelaksana, serta mempermudah
dan mempercepat BLU PPDPP dalam melaksanakan percepatan pemantauan
penghunian rumah umum KPR Sejahtera.
B. Pengelolaan Database BLU PPDPP
Selaras dengan perkembangan Big Data di Indonesia, BLU PPDPP melaksanakan
pengelolaan database dalam rangka mendukung penyaluran dana FLPP dengan
pendayagunaan dan pemeliharaan data. Data yang dimaksud adalah keseluruhan
informasi dan dokumen terkait Debitur/Nasabah penerima dana FLPP saat
mengajukan permohonan subsidi KPR Sejahtera.
Data tersebut memuat:223
• Identitas Pemohon (nama, pekerjaan, jenis kelamin, NIK, NPWP, Nomor Kartu
Keluarga)
• Gaji Pokok/Penghasilan Rata-Rata
• Nama Pasangan
• NIK Pasangan
• Nomor Rekening Pemohon
223 Lampiran II, Format Huruf H, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.
168
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
• Nomor Ponsel
• Nomor surat persetujuan pemberian kredit/pembiayaan
• Tanggal surat persetujuan pemberian kredit/pembiayaan
• Nomor Berita Acara Serah Terima
• Tanggal Berita Acara Serah Terima
• Tanggal Akad
• Harga Rumah
• Uang Muka
• Subsidi Uang Muka
• Nilai KPR, Suku Bunga KPR, Tenor, Angsuran KPR
• Nilai FLPP
• Nama Pengembang dan NPWP Pengembang
• Nama Perumahan, Nama Alamat Agunan, Blok Alamat Agunan, Nomor Alamat
Agunan, Kota/Kabupaten Agunan, Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Agunan
• Luas Tanah dan Luas Bangunan
1. Pendayagunaan Data
Pendayagunaan data bertujuan untuk mendatangkan hasil serta manfaat.
Diharapkan manfaat ini dapat berguna baik dalam pengambilan keputusan serta
kebijakan internal BLU PPDPP maupun bagi stakeholder dan masyarakat luas.
Pendayagunaan data yang dilakukan BLU PPDPP dapat dibedakan berdasarkan
jenis pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Reguler
Pelaksanaan pendayagunaan data reguler dilakukan secara periodik setiap
tahun untuk menghasilkan keluaran sesuai dengan tugas dan fungsi yang
telah diamanatkan. Berikut adalah jenis kegiatan yang termasuk dalam
kategori tersebut:
• Dukungan Teknis Pelayanan Data Eksternal dan Internal BLU PPDPP,
yaitu pelayanan terhadap penyediaan data Debitur/Nasabah penerima
FLPP yang berasal dari pihak internal maupun eksternal. Bentuk kegiatan
ini berupa pemenuhan kebutuhan data pendukung yang lengkap, akurat,
terkini, serta utuh. Contohnya, informasi tersebut dapat digunakan
untuk memudahkan pengambilan keputusan ketika akan melakukan
penelaahan hukum terhadap suatu permasalahan penyalahgunaan
fungsi rumah KPR Sejahtera.
169
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
• Update dan Publikasi Data Website BLU PPDPP, yaitu melakukan
pengkinian data realisasi penyaluran dana FLPP setiap minggunya di
laman ppdpp.id.
• Penyusunan Buku FLPP dalam Angka serta Perumahan dalam Angka,
yang muatannya merupakan penyajian data-data FLPP dan perumahan
bersubsidi.
b. Pelaksanaan Khusus
Pelaksanaan khusus merupakan program lain pendukung kegiatan
pendayagunaan data. Program tersebut menghasilkan keluaran yang
berorientasi pada kemudahan akses informasi terkait data FLPP tahun
berjalan. Bentuk program pelaksanaan khusus antara lain adalah:
• Analisa Data FLPP, yaitu program analisa terhadap data FLPP yang
bertujuan memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan/
stakeholders dan masyarakat, terkait kekayaan data FLPP. Data yang
dimaksud tidak hanya berupa info realisasi FLPP, namun juga data yang
bersumber dari Aplikasi Sikasep, Sikumbang, dan SiPetruk. Pada tahun
2021, pelaksanaan analisa data FLPP terbagi menjadi 2 keluaran yaitu:
1. Informasi Fakta dan Data FLPP yang berisikan fakta-fakta unik
terkait informasi penyaluran dana FLPP Tahun 2010-2021.
2. Buletin Statistik yang berisikan kajian singkat mengenai isu-isu yang
sedang berkembang saat ini terkait data penyaluran dana FLPP
Tahun 2010-2021. Buletin Statistik dicetak dalam bentuk buku dan
disebarluaskan secara fisik kepada para stakeholders.
Kedua keluaran ini diterbitkan secara rutin setiap bulan dan dipublikasikan
secara digital pada kanal resmi BLU PPDPP.
• Portal Layanan Satu Data Perumahan, yaitu penyediaan sistem pelayanan
mandiri/self service terkait data realisasi FLPP tahun berjalan. Sistem ini
disajikan dalam bentuk portal resmi sehingga memudahkan pengguna
dalam mengakses informasi tersebut. Penyediaan portal layanan satu
data perumahan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi waktu
pelayanan data oleh BLU PPDPP.
170
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
2. Pemeliharaan Data
Pemeliharaan data merupakan kegiatan manajemen informasi dalam skala
internal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengamankan keutuhan serta menjaga
akuntabilitas data terkait Debitur/Nasabah penerima FLPP, agar dapat
dipergunakan saat dibutuhkan. Pemeliharaan data dibedakan berdasarkan jenis
pelaksanaannya yaitu sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Pemeliharaan Data Rutin
Kegiatan pemeliharaan data rutin yang dilakukan BLU PPDPP yaitu:
• Tinjauan/Reviu Database FLPP, merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas data yang dikelola BLU PPDPP. Hal ini
dilaksanakan dengan mengidentifikasi kesesuaian elemen data pada
database untuk kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan
terkait lainnya. Pada Tahun 2021, BLU PPDPP meninjau data NIK Debitur/
Nasabah Penerima FLPP periode 2010-2020 yang tidak sesuai (anomali)
dengan ketentuan penomoran NIK format KTP elektronik pada Dirjen
Dukcapil. Informasi tersebut menjadi elemen kunci dalam memvalidasi
data Kependudukan, sehingga penyaluran dana FLPP melalui aplikasi
SiKasep dapat tepat sasaran.
• Pengelolaan dan Pemeliharaan Sistem Penyimpanan dan Pengolahan
Data, yaitu kegiatan dalam rangka memastikan sistem penyimpanan
dan pengolahan data tetap dapat digunakan, baik oleh internal divisi
maupun unit kerja lainnya di dalam lingkup BLU PPDPP. Hingga saat ini
terdapat 3 sistem yang dikelola dan dipelihara yaitu Cloud, Postgre, BI
Tools Metabase.
b. Pelaksanaan Pemeliharaan Data Khusus
Kegiatan pemeliharaan data khusus, yaitu pengembangan data warehouse
yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses
pembersihan/cleansing data melalui ETL (extract, transform, dan load)
secara otomatis. Data warehouse merupakan sistem manajemen data
yang mengkonsolidasikan sejumlah besar data dari berbagai sumber.
Kemampuan analitisnya memungkinkan organisasi memperoleh wawasan
bisnis yang berharga dari data mereka untuk meningkatkan pengambilan
keputusan.224 Pemeliharaan ini mulai dilakukan pada tahun 2021.
224 Oracle, “What is a Data Warehouse?” (https://www.oracle.com/database/what-is-a-data-warehouse/, Diakses pada 22 September 2021).
171
3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0
Keseluruhan kegiatan pendayagunaan dan pemeliharaan data telah
menerapkan dua prinsip. Pertama adalah prinsip Sistem Keamanan Informasi
ISO SMKI 27001 yang digunakan untuk memastikan keamanan data FLPP.
Kedua ISO Manajemen SMM 9001:2015, yang digunakan untuk memastikan
pelayanan terkait data FLPP sesuai dengan mutu baku yang berlaku. Semua
aktivitas yang dilakukan, baik rutin maupun khusus akan dituangkan dalam
Laporan Swakelola Kegiatan Pendayagunaan dan Pemeliharaan Data
FLPP. Laporan tersebut disusun setiap akhir tahun anggaran sebagai bukti
pelaksanaan seluruh proses kegiatan pendayagunaan dan pemeliharaan
data sepanjang tahun.
Dalam pengelolaan teknologi informasi, BLU PPDPP menghasilkan inovasi
dalam bentuk aplikasi-aplikasi di atas. Salah satu aplikasi, yaitu SiKasep, telah
mendapatkan perlindungan hukum berupa hak cipta dari Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual untuk judul
ciptaan. Perlindungan hukum ini tertulis dalam surat pencatatan ciptaan Nomor
000249364, yang memiliki jangka waktu perlindungan selama 50 tahun sejak
ciptaan tersebut dilakukan, yaitu pada tanggal 19 Desember 2019 di Jakarta.
Pemegang hak cipta tersebut adalah BLU PPDPP Kementerian PUPR.
Digitalisasi layanan penyaluran dana FLPP yang diwujudkan dalam pengelolaan
teknologi informasi serta database merupakan langkah nyata yang dilakukan
oleh BLU PPDPP. Hal ini adalah bentuk kontribusi terhadap perkembangan
penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik demi menumbuhkan
kepatuhan para pemangku kepentingan terhadap regulasi penyaluran, memupuk
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan penyaluran
dana FLPP, meningkatkan ketepatan sasaran penyaluran, dan menjaga kualitas
rumah bersubsidi. Selain itu digitalisasi layanan juga bermanfaat bagi pemangku
kepentingan penyaluran dana FLPP, antara lain MBR, Pelaku Pembangunan,
perbankan, dan Pemda. Manfaat-manfaat tersebut berupa kemudahan dan
perlindungan kebutuhan bagi MBR dalam mencari rumah impian, memiliki rumah
dengan kualitas yang baik, serta efektivitas dan efiensi proses bisnis yang jelas
dan transparan bagi pemangku kepentingan lain.
172
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
3.2F L P P PAS CA OMN I B U S L AW
Dalam perkembangannya telah terjadi evolusi dari konsep dan bentuk bangsa-negara
dari waktu ke waktu. Berawal dari bentuk negara sebagai penjaga malam (night watcher
state atau police state), berkembang menjadi bentuk negara kesejahteraan (welfare
state), yang kemudian menjadi bentuk negara madani atau disebut juga civil society.
Bentuk akhir ini lebih memberikan ruang bagi pelaku usaha, masyarakat dan pasar,
atau pada sisi yang lain disebut juga nation wealth creation. Peranan tiga unsur penting
yaitu pemerintah (state), pelaku usaha (private sector), dan masyarakat (civil society)
menjadi penentu dalam terciptanya penyelenggaraan negara yang baik dalam kerangka
negara hukum modern.225
Konsep civil society ataupun national wealth creation tidak jauh berbeda dengan
karakteristik negara kesejahteraan. Pemerintah tetap ditugaskan untuk melakukan
campur tangan atau intervensi demi mensejahterakan bangsa namun tetap dengan
memperhatikan keberadaan pasar. Dalam pola yang ketiga ini, masyarakat dan bangsa
diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan tersebut, sementara pemerintah
diharapkan sebagai fasilitator saja. Namun pada faktanya pemerintah tetap dituntut
oleh publik untuk tidak lepas tangan dari suatu kondisi, yang meskipun disukai pelaku
usaha namun ternyata merugikan kepentingan umum, maka konsep welfare state tetap
tidak dapat dipisahkan bagi bangsa ini.226
Konsep welfare state dimana negara yang direpresentasikan oleh pemerintah
(administrasi negara) sebagai pengurus tugas pemerintah tidak hanya membuat
dan mempertahankan hukum, atau hanya menjaga ketertiban dan ketentraman saja,
melainkan lebih luas dari pada itu yakni menyelenggarakan kepentingan umum seperti
kesehatan rakyat, pendidikan, perumahan, dan lain sebagainya. Pemerintah juga
diberikan tugas dan kewenangan untuk dapat bertindak atas inisiatif dirinya sendiri
dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada pada warga masyarakat demi
melindungi kepentingan umum itu sendiri.227
225 Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 50-51. 226 Ibid., hlm. 51227 Ibid.
173
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Dalam menyelenggarakan kepentingan umum tersebut, secara garis besar menurut
Stelinga, administrasi negara mempunyai kewenangan antara lain: (a) melakukan
penetapan kebijakan, (b) melakukan pengaturan/regeling, (c) melakukan pengamanan,
(d) melakukan peradilan, dan (e) melakukan pelayanan kepada warga negara. Sementara
menurut Brown, kegiatan kepentingan umum dilaksanakan dengan melakukan layanan
publik yang merupakan kegiatan yang menggunakan kewenangan publik, dan dilakukan
untuk memenuhi kepuasan kebutuhan publik.228 Seiring dengan perkembangan hukum,
pada bulan November tahun 2020 pemerintah telah melakukan pembentukan Undang-
Undang Cipta Kerja.
Atas dasar peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha pemerintah
merencanakan merubah beberapa Undang-Undang. Pemerintah berargumentasi
bahwa: Pertama, adanya persoalan yang mengakibatkan iklim berusaha di Indonesia
menjadi tidak kondusif dan investasi di Indonesia menjadi rendah dan tidak merata.
Pada sisi lain, Indonesia memiliki banyak potensi yang bisa dimanfaatkan oleh
Investor.229 Kedua, rumit atau sulitnya berinvestasi di Indonesia berimplikasi pada
rendahnya daya saing Indonesia dibandingkan negara tetangga. Kerumitan atau sulitnya
berinvestasi, salah satunya dapat dilihat dari aspek perizinan.230 Ketiga, rumit atau
sulitnya melakukan usaha di Indonesia disebabkan karena begitu banyaknya regulasi
(over regulated) di bidang perizinan yang substansinya tidak harmonis, tumpang tindih
bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Regulasi yang demikian menciptakan
sistem perizinan yang panjang dan berbelit sehingga berakibat pada iklim investasi di
Indonesia menjadi tidak efektif, tidak efisien serta tidak memberikan kepastian hukum.231
Salah satu strategi pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan investasi adalah melakukan reformasi regulasi di bidang perizinan
berusaha. Reformasi yang perlu dilakukan ditujukan untuk menyelesaikan hambatan
investasi, yakni panjangnya rantai birokrasi, peraturan yang tumpang tindih, dan
banyaknya regulasi yang tidak harmonis terutama dalam regulasi pusat dan daerah
(hyper-regulation).232 Oleh karena itu, diperlukan deregulasi terhadap ketentuan
mengenai perizinan berusaha, pengadaan lahan, pelaksanaan proyek pemerintah,
ketentuan mengenai administrasi pemerintahan dan pengenaan sanksi pidana yang
diatur dalam berbagai Undang-Undang.233
228 Safri Nugraha dkk, Hukum Administrasi Negara, edisi revisi., (Depok: Center for Law and Good Governance Studies FHUI, 2007), hlm.83.
229 Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 6. 230 Ibid., hlm. 11. 231 Ibid., hlm. 16-17. 232 Ibid., hlm. 23.233 Ibid., hlm. 23-24.
174
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Strategi pemerintah ini dituangkan dalam kerangka membentuk UU No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), yang disusun dengan menggunakan penerapan
metode Omnibus Law,234 dengan membentuk satu Undang-Undang tematik yang
mengubah berbagai ketentuan yang diatur dalam berbagai Undang-Undang lainnya,
karena jika menggunakan penerapan metode deregulasi biasa (business as usual)
yaitu dengan mengubah satu-persatu Undang-Undang, maka akan sulit diselesaikan
secara komprehensif dalam waktu yang singkat.235 Dengan menggunakan teknik
Omnibus Law, persoalan dalam berbagai Undang-Undang tersebut dapat diselesaikan
tanpa harus merevisi berbagai Undang-Undang yang substansinya terkait dengan
perizinan misalnya, melainkan cukup dengan membuat satu Undang-Undang baru yang
mengamandemen pasal dalam beberapa Undang-Undang.236
Omnibus Law merupakan metode untuk membuat sebuah regulasi atau Undang-
Undang yang terdiri atas banyak subyek atau materi pokok untuk tujuan tertentu guna
menyimpangi suatu norma peraturan. Omnibus berbeda dengan rancangan peraturan
kebanyakan dalam hal jumlah materi muatan yang dicakup, banyaknya pasal yang
diatur (ukuran), dan terakhir dari sisi kompleksitas. Dalam sebuah Undang-Undang
Omnibus mencakup hampir semua substansi materi yang berhubungan. Undang-
Undang Omnibus mencerminkan sebuah integrasi, kodifikasi peraturan yang tujuan
akhirnya adalah untuk mengefektifkan penerapan peraturan tersebut.237
Pengaturan UU Cipta Kerja tentunya memberi dampak pada skema pengelolaan dana
bergulir FLPP yang bercita-cita mewujudkan keseimbangan serta kepentingan sektor
perumahan dan kawasan permukiman, khususnya bagi MBR. Pengaruh tersebut muncul
pada Undang-Undang terkait perumahan dan bangunan gedung yang terdampak,
peningkatan kualitas terhadap penilaian ketidaktepatan Kelompok Sasaran MBR,
dinamika kelembagaan pembiayaan dan penyediaan perumahan, serta perizinan sektor
perumahan dan kawasan permukiman.
234 Omnibus Law merupakan sebuah praktik penyusunan peraturan perundang-undangan, yang banyak dilakukan di negara-negara yang menganut sistem common law/anglo saxon seperti Amerika, Kanada, Inggris, Filipina dan lainnya. Prosesnya disebut Omnibus Legislating dan produknya disebut Omnibus Bill. Kata Omnibus berasal dari bahasa latin yang artinya segalanya atau semuanya (for everything). Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 24.
235 Ibid.236Ibid., hlm. 25-26.237 Ibid., hlm. 26.
175
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
3.2.1P E NGATU RAN DAN P EM E TAAN P E R AT U RAN P E R U NDANG -
U NDANGAN T E R K A I T R UMAH UMUM D I I N D ON E S I A S E T E L AH
T E R B I T N YA U U C I P TA K E R J A
Berdasarkan Naskah akademis Omnibus Law Cipta Kerja, secara eksplisit paradigmatik
yang disusun dalam regulasi ini adalah untuk memajukan ekosistem ekonomi. Hal
tersebut didasarkan pada upaya mewujudkan Visi Indonesia 2045 yang bertujuan
menjadikan Indonesia sebagai 5 kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan tinggi,
tingkat kemiskinan mendekati 0%, dan memiliki tenaga kerja yang berkualitas.
Langkah ini dimulai pada tahun 2020-2024, melalui upaya pemerintah dalam menjaga
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7% dan pertumbuhan PDB riil per Kapita sebesar
5%. Diharapkan pada 2036 Indonesia dapat keluar dari Middle Income Trap (MIT)
dan pada tahun 2040 angka pertumbuhan ekonomi diproyeksikan rata-rata 6%, serta
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar 4% +/- 1%.238
Menilik substansi Omnibus Law Cipta Kerja terdapat 15 bab, 174 pasal, 79 Undang-
Undang sektoral yang terkait, dan 1.244 pasal yang akan dirubah, dihapus dan/atau
dibentuk norma baru.239 Secara garis besar beberapa kluster atau bab yang diatur yakni:
peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha; ketenagakerjaan; kemudahan
dan perlindungan Usaha Kecil Menengah; kemudahan berusaha; dukungan riset dan
inovasi; pengadaan lahan; kawasan ekonomi; investasi pemerintah pusat dan proyek
strategis nasional; pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan pengenaan sanksi.240
Untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha serta kemudahan bagi
Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dan kemudahan persyaratan
investasi pada sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat, maka UU Cipta Kerja
mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan di
dalam bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Ketentuan ini diatur dalam:
a. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
b. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
238 Agus Suntoro, “Implementasi Pencapaian Secara Progresif dalam Omnibus Law Cipta Kerja (The Implementation of Progressive Realization at Omnibus Law)”, Jurnal HAM, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Jakarta, hlm 2.
239 Dian Erika Nugrahaeny, ”5 Aturan dalam RUU Cipta Kerja yang Berpotensi Memiskinkan Buruh”, (https://nasional.kompas.com/read/2020/02/20/14274841/5-aturan-dalam-ruu-cipta-kerja-yang-berpotensi-memiskinkan-buruh?page=all).
240 Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 27.
176
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
c. UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
d. UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
UU Cipta Kerja juga memberikan kemudahan bagi Pelaku Usaha dalam memperoleh
Persetujuan Bangunan Gedung dan sertifikat laik fungsi bangunan. Undang-Undang ini
mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru. Ketentuan ini diatur dalam:
a. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
b. UU No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek
Beberapa peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat serta bidang kemudahan bagi masyarakat yang terdampak dengan UU Cipta
Kerja dapat dilihat dalam matriks berikut ini:
Mengubah
UUNo.17Tahun2019
UUNo.6Tahun2017
UUNo.2Tahun2017
UUNo.2Tahun2012
UUNo.20Tahun2011
UUNo.1Tahun2011
UUNo.32Tahun2009
UUNo.28Tahun2009
UUNo.26Tahun2007
UUNo.38Tahun2004
UUNo.28Tahun2002
Mengamanahkan
PPNo.18Tahun2021
PPNo.64Tahun2021
PPNo.5Tahun2021
Judul Produk Hukum
UU No. 11 Tahun 2020
Peraturan Bidang PUPR dan Terkait
Matriks 3.6. Peraturan perundang-undangan yang terdampak UU Cipta Kerja bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat serta bidang kemudahan perizinan berusaha bagi masyarakat
177
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Didalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, pengaturan
rumah umum diatur secara komprehensif. Pengertian rumah umum adalah rumah
yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.241 Rumah Umum
merupakan salah satu jenis rumah yang dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan
dan penghunian yang diatur didalam UU ini. Jenis-jenis rumah lain yang terdapat dalam
pengaturan UU ini antara lain adalah rumah komersial, rumah umum, rumah swadaya,
rumah khusus; dan rumah negara.242 UU PKP memiliki beberapa peraturan pelaksana,
berikut kami sajikan matriks susunan peraturan pelaksana UU tersebut:
241 Pasal 1 Angka 10, UU No.1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.242 Ibid., Pasal 21 Ayat (1).
Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait
Belum diterbitkan a.PermenPUPRterkaitrumusperhitungankonversib.PermenPUPRterkaitbesaranjumlahfaktorpengalidandanaimbaljasapengelolaan
c.PermenPUPRterkaitpedomanhargasewabagirumahsewayangpembangunannyamemperolehkemudahandariPemerintahsertaPemdadanditetapkanolehkepaladaerahsesuaikewenangannya
d.PermenPUPRterkaittatacaramengenaipenghunianRumahdengancarasewamenyewaataucarabukansewamenyewa
e.PermenPUPRterkaitnorma,standar,prosedur,dankriteriapengendalianPerumahan
f. PermendagriterkaitpenyerahanPSUg.PermenPUPRterkaittatacaradanpersyaratankemudahanperolehanRumahbagiMBR(beberapaskemasubsiditelahditerbitkan)
h.PermenPUPRterkaitpedomanpenyusunan,penetapan,danpeninjauankembaliRencana
KawasanPermukimani. PermenPUPRterkaitKawasanSiapBangunj. PermenPUPRterkaitketentuanmengenaipedomanketerpaduanPrasarana,Sarana,danUtilitasUmumPerumahandanKawasanPermukimansesuaihierarkiPerumahandanKawasan
k.PermenPUPRterkaitPemeliharaanPrasarana,Sarana,danUtilitasUmumuntukPerumahan,danPermukimanyangwajibdilakukanolehPemerintahDaerah
l. PermenPUPRterkaittatacaraperbaikanRumahdanPrasarana,SaranadanUtilitasUmumuntukPerumahan,Permukiman,LingkunganHunian,dankawasanPermukiman
m.PermenPUPRterkaitketentuanperbaikanyangmengakibatkanbebantambahanterhadapkonstruksibangunanyangwajibmemperolehpertimbanganpenilaiahlibidangkonstruksi
Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PeraturanPemerintahNo.14Tahun2016tentangPenyelenggaraanPerumahandanKawasanPermukimansebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanPemerintahNo.12Tahun2021tentangPerubahanatasPeraturanPemerintahNomor14Tahun2016tentangPenyelenggaraanPerumahandanKawasanPermukiman
Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.12Tahun2020b.PermenPUPRNo.14/PRT/M/2018c.PermenPUPRNo.13/PRT/M/2019d.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019e.PermenPUPRNo.16Tahun2021f. PermenPUPRNo.12Tahun2020g.PermenPUPRNo.14/PRT/M/2018
h.PermenPUPRNo.38/PRT/M/2015tentangBantuanPrasarana,Sarana,DanUtilitasUmumUntukPerumahanUmumsebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanMenteriPUPRNo.03/PRT/M/2018
i. KepmenPUPRNo.995/KPTS/M/2021
1
178
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Di dalam UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun sebagaimana telah diubah
dengan UU Cipta Kerja, pengaturan rumah susun umum diatur di dalamnya. Pengertian
rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.243
243 Pasal 1 angka 7, UU No. 20 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.
Belum diterbitkan -
3
Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait
Belum diterbitkan PermenPUPRterkaitStandarPembangunanPerumahanMBR.
Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PPNo.64Tahun2016
Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018b.PeraturanKepalaBadanPertanahanNasionalNo.2Tahun2013tentangPelimpahanKewenanganPemberianHakAtasTanahdanKegiatan
PendaftaranTanahsebagaimanatelahdiubahPermenAgrariadanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.18Tahun2017
c.PermendagriNo.55Tahun2017
Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait
Belum diterbitkan a.PeraturanPresidententangHakKeuangan&fasilitaslainnyabagiDewanPembina,DewanPengawasdanBadanPelaksana
b.PeraturanPresidententangMekanismePenyerahanDanaHasilKonversikepadaBP3;PelaksanaanPengelolaanDanaKonversi;TahapanPelaksanaanBP3
c.KepmenPUPRtentangRumusPenghitunganKonversirumahtunggal/deret,rumahsederhanadapatdikonversike:RusunUmumdandanauntukPembangunanRumahUmum
d.KepmenPUPRtentangbesaranjumlahfaktorpengalidenganmemperhitungkantimevalueofmoneysertadanaimbaljasapengelolaandarikonversidalambentukdanauntukPembangunanRumahUmum
e.PeraturanKepalaBadanPelaksanatentangpedomandan/ataupetunjukpelaksanaanpercepatanpenyelenggaraanRumahUmumdanRumahSederhana
f. PeraturanKepalaBadanPelaksanatentangDetailTugasdanFungsi,OrganisasiTataKerjaBP3
Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PerpresNo.9Tahun2021
Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.13Tahun2021b.KeppresNo.30/MTahun2021c.PermenPUPRNo.15Tahun2021
4
Matriks 3.7. Matriks susunan peraturan pelaksana UU PKP
2
Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait
Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PPNo.88Tahun2014
Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018b.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2017c.PermendagriNo.55Tahun2017d.PermenAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.11Tahun2015
e.PermenPekerjaanUmumNo.15/PRT/M/2011f. PermenperaNo.6Tahun2013tentangPedomang.PelaksanaanBantuanStimulanPerumahanh.SwadayasebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo39/PRT/2015
179
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Dalam Undang-Undang ini diatur ketentuan perencanaan pembangunan rumah susun
meliputi penetapan penyediaan jumlah dan jenis rumah susun, penetapan zonasi
pembangunan rumah susun, dan penetapan lokasi pembangunan rumah susun.
Penetapan penyediaan jumlah dan jenis rumah susun dilakukan berdasarkan kelompok
sasaran, pelaku, dan sumber daya pembangunan yang meliputi rumah susun umum,
rumah susun khusus, rumah susun negara, dan rumah susun komersial. Penetapan
zonasi dan lokasi pembangunan rumah susun harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
Bagi daerah yang belum mempunyai rencana tata ruang wilayah, gubernur atau bupati/
walikota dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah akan menetapkan
zonasi dan lokasi pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah
susun negara dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Khusus untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta penetapan zonasi dan lokasi pembangunan
rumah susun dilakukan sesuai dengan ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
DKI Jakarta.244
Pembangunan rumah susun umum negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Pembangunan rumah susun umum dilaksanakan oleh setiap orang mendapatkan
kemudahan dan/atau bantuan pemerintah. Pembangunan rumah susun umum dan
rumah susun khusus dapat dilaksanakan oleh lembaga nirlaba dan badan usaha.245
UU Rumah Susun memiliki beberapa peraturan pelaksana, berikut kami sajikan matriks
susunan peraturan pelaksananya:
244 Pasal 13, UU No. 20 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.245 Ibid., Pasal 15.
Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait
Belum diterbitkan a.PermenPUPRterkaitrumusperhitungankonversib.PermenPUPRterkaitbesaranjumlahfaktorpengalidandanaimbaljasapengelolaan
c.PermenPUPRterkaittatacarapenerbitanSKBG
SatuanRumahSusund.PermenPUPRterkaitbataspenghasilanrumahtanggayangdapatdiberikankemudahankepemilikanSatuanRumahSusunUmum
Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 20 Tahun 2011PPNo.13Tahun2021
Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.17Tahun2021b.PermenPUPRNo.14Tahun2021c.PermenAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.12Tahun2019
d.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019e.PermenPUPRNo.1Tahun2021f. KepmenPUPRNo.995/KPTS/M/2021
1
180
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Di dalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung sebagaimana telah diubah
UU Cipta Kerja (UU Bangunan Gedung), ketentuan terkait pembangunan rumah termasuk
pembangunan rumah umum diatur secara rinci didalam peraturan pelaksanaannya
yaitu, PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung, yang mencabut dan menggantikan kerangka pengaturan
sebelumnya yakni PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28
Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Sebagai peraturan pelaksana yang baru untuk
UU No. 28 Tahun 2002, PP No. 16 Tahun 2021 menetapkan seperangkat pedoman rinci
yang mengatur pembangunan gedung dan meliputi total 349 pasal yang diatur dalam
delapan bagian. Ketentuan ini membahas berbagai hal, mulai dari klasifikasi bangunan
gedung dan standar teknis hingga peran masyarakat umum. Berikut adalah ketentuan
terkait pembangunan rumah yang diatur dalam PP No. 16 Tahun 2021:
1. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
2. Standar teknis bangunan gedung
3. Mendapatkan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)
2
Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait
Belum diterbitkan -
Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 22 Tahun 2011 PPNo.88Tahun2014
Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018b.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2017c.PermendagriNo.55Tahun2017d.PermenAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.11Tahun2015
e.PermenPUPRNo.15/PRT/M/2011f. PermenPUPRNo.6Tahun2013sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.39/PRT/M/2015
Matriks 3.8. Matriks susunan pelaksana UU Rumah Susun
181
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
UU Bangunan Gedung memiliki beberapa peraturan pelaksana, berikut kami sajikan
tabel susunan peraturan pelaksana UU tersebut:
3.2.2D I N AM I K A K E L EMBAGAAN P EMB I AYAAN DAN P E N Y E D I A AN
P E R UMAHAN
A. Pengalihan Pengelolaan Dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera
Dengan lahirnya UU No. 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat pada 24
Maret 2016, maka salah satu amanah yang harus segera dijalankan adalah membentuk
Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dalam kurun waktu
maksimal dua tahun semenjak Undang-Undang dinyatakan berlaku. Keberadaan UU
Tapera ini menegaskan peran pemerintah dalam mengupayakan pemenuhan hak-hak
warga dalam pemukiman, tanpa terkecuali. Di sisi lain, keberadaan Undang-Undang
ini ternyata menimbulkan konsekuensi kelembagaan yang tidak sederhana. Mengingat
kelembagaan lain yang sebelumnya telah ada seperti, Badan Pertimbangan Tabungan
Perumahan Pegawai Negeri Sipil dan pengelolaan FLPP. Kedua lembaga ini nantinya
akan terintegrasi ke dalam BP Tapera. Oleh karena itu, perlu dirumuskan lebih dalam
mengenai kelembagaan pengelolaan Tapera.
Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait
Belum diterbitkan a.PermenPUPRterkaitBangunanGedungNegaraKlasifikasiKhusus
b.PermenPUPRterkaitKetentuantentangpedomanperhitunganstandarhargasatuantertinggidantabeldaftarkomponenbiayapembangunanBangunanGedungNegara
Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 28 Tahun 2002 PerpresNo.16Tahun2021
Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.22Tahun2021b.PermenPUPRNo.20Tahun2021c.PermenPUPRNo.19Tahun2021d.PermenPUPRNo.21Tahun2021
e.PermenPUPRNo.18Tahun2021f. PermenPekerjaanUmumNo.16/PRT/M/2010g.PermenPekerjaanUmumNo.24/PRT/M/2008
1
Matriks 3.9. Susunan peraturan pelaksana UU Bangunan Gedung
182
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Sebelum menganalisa lebih dalam, amanat UU No. 4 tahun 2016 secara tegas
menyebutkan dalam pasal 1 Angka 1 yaitu:
“Tabungan Perumahan Rakyat yang selanjutnya disingkat Tapera adalah penyimpanan
yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu yang hanya
dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan dan/atau dikembalikan berikut hasil
pemupukannya setelah kepesertaan berakhir”.
Amanah pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera diatur dalam
Pasal 61 UU Tapera, yang mengamanahkan bahwa dana Tapera yang dikelola oleh BP
Tapera bersumber dari:
a. Hasil penghimpunan Simpanan peserta
b. Hasil pemupukan Simpanan peserta
c. Hasil pengembalian kredit/pembiayaan dari peserta
d. Hasil pengalihan aset Tabungan perumahan pegawai Negeri Sipil yang dikelola oleh
Badan pertimbangan Tabungan Perumahan pegawai Negeri Sipil
f. Dana wakaf
g. Dana lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 61 Huruf f UU Tapera menjelaskan bahwa Dana lainnya yang sah dapat berupa
dana APBN serta pos pembiayaan khusus untuk kemudahan dan bantuan pembiayaan
perumahan, seperti dana FLPP.
Selanjutnya sebagai peraturan pelaksanaan dari UU Tapera telah diterbitkan PP No.
25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat. Peraturan ini
mengatur bahwa Dana Tapera yang bersumber dari dana FLPP merupakan tabungan
Pemerintah pada BP Tapera. Dana FLPP yang dikelola oleh BLU PPDPP dan piutang FLPP
yang telah diterima oleh MBR termasuk sebagai sumber dana tabungan pemerintah.
Dari dana FLPP yang nantinya diatur oleh BP Tapera, pemerintah mendapatkan manfaat
paling sedikit, yaitu setara dengan pendapatan hasil investasi sebelum dana tersebut
dikelola. Pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera (ke dalam
Dana Tapera) dilaksanakan dan diselesaikan paling lambat tahun 2021. Dana FLPP ini
sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh Pemerintah. Ketentuan lebih lanjut mengenai
mekanisme pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera (ke dalam
dana Tapera) diatur oleh Menteri Keuangan.246
246 Pasal 61, PP No. 25 Tahun 2020.
183
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
MBR yang telah menerima manfaat dana FLPP dapat ditetapkan atau dicatat
sebagai Peserta Tapera. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kepesertaan
masyarakat penenerima manfaat dana FLPP diatur oleh Menteri PUPR,247 yang pada
saat buku ini diterbitkan penyusunan mekanisme kepesertaan tersebut masih dalam
tahap pembahasan. Di dalam Peraturan Pemerintah ini Pemberi Kerja untuk Pekerja
mendaftarkan Pekerjanya kepada BP Tapera paling lambat 7 tahun sejak tanggal
berlakunya PP No. 25 Tahun 2020.248
MBR yang telah menerima manfaat dana FLPP dapat ditetapkan atau dicatat
sebagai Peserta Tapera. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kepesertaan
masyarakat penenerima manfaat dana FLPP diatur oleh Menteri PUPR,249 yang pada
saat buku ini diterbitkan penyusunan mekanisme kepesertaan tersebut masih dalam
tahap pembahasan. Di dalam Peraturan Pemerintah ini Pemberi Kerja untuk Pekerja
mendaftarkan Pekerjanya kepada BP Tapera paling lambat 7 tahun sejak tanggal
berlakunya PP No. 25 Tahun 2020.250
Mekanisme pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera (ke
dalam dana Tapera) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 111 /PMK.06/2021
tentang Mekanisme Pengalihan Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dari
Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kepada Badan Pengelola Tabungan
Perumahan Rakyat Dan Penarikan Kembali Dana Fasilitas·Likuiditas Pembiayaan
Perumahan oleh Pemerintah.
Mekanisme pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera
berdasarkan kebutuhan keluaran akan ditampilkan pada bagan berikut:
247 Pasal 65, PP No. 25 Tahun 2020.248 Ibid., Pasal 68.249 Op. Cit., Pasal 65.250 Loc. Cit.
184
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
A
Menteri Keuangan
Direktur SMI
BP TAPERA
Penetapan Status
Menteri Keuangan
Menteri PUPR
Pasal 3 huruf a dan b Penetapan oleh Menkeu status KPA IP FLPP & OIP
Pasal 8 (3)Tembusan
Pasal 17KPA PPDPP
menyampaikan Laporan Hasil Pelaksanaan
Pengalihan paling lama 1 bulan sejak BAST
Pasal 17OIP menyampaikan
Laporan Hasil Penerimaan Pengalihan
paling lama 1 bulan sejak BAST
Penetapan OIP2
12 3 Penetapan
KPA IP
1
B
Laporan Hasil Reviu BPKP
BPKP
Reviu BPKP
Pasal 8Nilai dana yang dialihkan
adalah senilai hasil reviu BPKP
45 3
C
OIP
Perjanjian Investasi
KPA IP FLPP
Penyusunan Perjanjian Investasi
Pasal 9Berdasarkan hasil reviu &
Penunjukan OIP ditandata ngani Perjanjian Investasi Antara
KPA IP FLPP & OIP
6
7 4
D
Kajian Tuntas atas Kontrak
BASTBP TAPERA-OIP
KPA PPDPP
Pengalihan Dana
Pasal 6 (c)Koordinasi Penyusunan Kajian Tuntas atas
Kontrak/Perjanjian sebagai akibat pengalihan Dana FLPP
Pasal 6g, Pasal 10KPA PPDPP melakukan pengalihan dana kepada OIP, OIP memberitahukan kepada KPA IP bahwa Dana sudah diterima, dituangkan dalam BAST
8a
8b
9 10
5
6
E
PerjanjianTripartitPenyusunan Perjanjian
Tiga Pihak tentang Pengelolaan Dana
FLPP
Pasal 12PPDPP, BP Tapera & Bank Pelaksana
me nyusun Perjanjian Tiga Pihak terkait pengalihan hak &
kewajiban
Pasal 11Ditandatangani oleh
KPA PPDPP dan KPA IP
1112 7
F
LaporanKeuangan Penutup
LaporanKeuangan Pembuka
KPA PPDPP
Penyusunan LaporanPasal 16 (1)a
Berdasarkan BAST KPA PPDPP menyusun Laporan Penutup Pengalihan Dana FLPP
1314
8
9
G
KPA IP FLPP
Penyusunan Laporan
Pasal 16 (1)bBerdasarkan BAST KPA IP FLPP menyusun Laporan Pembuka Pengalihan Dana FLPP
16
15
Gambar 3.11. Bagan alir pengalihan dana berdasarkan urutan regulasi format output PMK No. 111 Tahun 2021(Sumber: Analisa Divisi Hukum BLU PPDPP berdasarkan arahan dan diskusi, 2021)
PPDPP BP Tapera Bank Pelaksana
KomisionerBP Tapera
Laporan Hasil Pelaksanaan Pengalihan
10
185
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Ruang lingkup pengaturan PMK No. 111 Tahun 2021 meliputi mekanisme pengalihan
Dana FLPP dari PPDPP kepada BP Tapera, mekanisme penarikan Dana FLPP oleh
Pemerintah pada BP Tapera, serta akuntansi dan pelaporan.
Menteri Keuangan selaku BUN berwenang melakukan pengalihan Dana FLPP dari BLU
PPDPP kepada BP Tapera. Dana FLPP yang dialihkan pengelolaannya terdiri atas dana
yang sedang digulirkan dan dana yang belum digulirkan. Dana FLPP yang dialihkan
meliputi seluruh Dana FLPP yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan
belanja negara pada pos pembiayaan investasi untuk BLU PPDPP dan telah dicairkan
sejak tahun anggaran 2010 sampai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara
tahun pelaksanaan pengalihan.251
Dalam rangka pelaksanaan pengalihan Dana FLPP dari BLU PPDPP kepada BP Tapera
Menteri Keuangan diamanahkan untuk menunjuk Direktur Sistem Manajemen Investasi,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara
Umum Negara Bagian Anggaran 999 Pengelola Investasi Dana FLPP sebagai Investasi
Pemerintah (KPA IP FLPP) dan BP Tapera selaku Operator Investasi Pemerintah (OIP
untuk pengelolaan Dana FLPP setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai Investasi Pemerintah).252
Untuk menjadi sebuah entitas OIP, BP Tapera harus memenuhi dan memiliki persyaratan
paling sedikit sebagai berikut:253
a. Tata kelola investasi yang meliputi:
1. Prosedur penilaian
2. Perhitungan
3. Penarikan
4. Kertas kerja dalam setiap tahapan pelaksanaan investasi
b. Manajemen risiko dalam pelaksanaan investasi
c. Teknologi informasi dalam pelaksanaan investasi
d. Unit yang melaksanakan fungsi:
1. Perumusan rencana dan strategi investasi yang dituangkan dalam rencana
jangka panjang dan menengah serta rencana investasi tahunan
2. Pengawasan pelaksanaan investasi
3. Evaluasi ketaatan pelaksanaan investasi terhadap rencana dan strategi investasi
251 Pasal 3, PMK No. 111/PMK.06/2021.252 Ibid., Pasal 4.253 Pasal 12, PMK No. 53/PMK.05/2020.
186
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Pengalihan Dana FLPP dari PPDPP kepada BP Tapera dilaksanakan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara BA.999 pada PPDPP (KPA PPDPP) dan
KPA IP FLPP sesuai dengan tugas dan kewenangannya.254 Dana FLPP yang dialihkan
pengelolaannya dari BLU PPDPP kepada BP Tapera merupakan Dana FLPP sampai
dengan perhitungan nilai transaksi terakhir (cut off) per tanggal 31 Oktober 2021.255
Nilai Dana FLPP yang dialihkan dari BLU PPDPP kepada BP Tapera didasarkan atas hasil
pelaksanaan reviu yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Pelaksanaan reviu oleh BPKP memperhatikan tanggal perhitungan nilai
transaksi terakhir (cut off) yaitu 31 Oktober 2021. Laporan hasil reviu kemudian
disampaikan kepada KPA PPDPP dan KPA IP FLPP dengan tembusan kepada Menteri
Keuangan, Menteri PUPR, dan Komisioner BP Tapera.256 Berdasarkan hasil reviu dan
penunjukan BP Tapera sebagai OIP, dilaksanakan penyusunan dan penandatanganan
perjanjian investasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Investasi Pemerintah. Berdasarkan perjanjian investasi, KPA IP
FLPP memberitahukan kepada KPA PPDPP untuk melakukan pengalihan Dana FLPP ke
BP Tapera.257
Pengalihan Dana FLPP dari PPDPP kepada BP Tapera dilaksanakan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara BA.999 pada PPDPP (KPA PPDPP) dan
KPA IP FLPP sesuai dengan tugas dan kewenangannya.258 Dana FLPP yang dialihkan
pengelolaannya dari BLU PPDPP kepada BP Tapera merupakan Dana FLPP sampai
dengan perhitungan nilai transaksi terakhir (cut off) per tanggal 31 Oktober 2021.259
Berdasarkan pemberitahuan dari KPA IP FLPP, KPA PPDPP melakukan pengalihan
Dana FLPP kepada BP Tapera. Proses pengalihan Dana FLPP ke BP Tapera nantinya
akan dilakukan paling lambat pada tahun 2021. Ketentuan pengalihan tersebut harus
menggunakan Dana FLPP yang belum digulirkan atau dipindahbukukan ke rekening
yang ditetapkan oleh BP Tapera sesuai dengan perjanjian investasi, serta yang sedang
digulirkan, dicatat, dan dikelola oleh BP Tapera. BP Tapera memberitahukan kepada
KPA IP FLPP setelah Dana FLPP diterima.260 Pengalihan Dana FLPP dituangkan dalam
berita acara serah terima yang ditandatangani oleh KPA PPDPP dan KPA IP FLPP.261 BLU
PPDPP, BP Tapera, dan perbankan penyalur Dana FLPP menyusun perjanjian sebagai
254 Pasal 5 Ayat (1), PMK No. 111/PMK.06/2021.255 Ibid., Pasal 5 Ayat (2).256 Ibid., Pasal 8. 257 Ibid., Pasal 9.258 Ibid., Pasal 5 Ayat (1).259 Ibid., Pasal 5 Ayat (2).260 Ibid., Pasal 10.261 Ibid., Pasal 11.
187
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
akibat pengalihan pengelolaan Dana FLPP dari BLU PPDPP kepada BP Tapera.262
Kedepannya Dana FLPP akan dikelola oleh BP Tapera sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Investasi Pemerintah.
Dana FLPP merupakan tabungan pemerintah yang diklasifikasikan sebagai Investasi
Pemerintah non-permanen dan dikelola oleh BP Tapera berdasarkan perjanjian investasi
yang telah ditandatangani. Dana FLPP ditempatkan pada BP Tapera selama BP Tapera
menjalankan program FLPP berdasarkan pernyataan kebijakan Investasi Pemerintah.263
Berdasarkan berita acara serah terima pengalihan Dana FLPP, KPA PPDPP menyusun
laporan keuangan penutup BA.999 dan KPA IP FLPP menyusun laporan keuangan
pembuka BA.999. Laporan keuangan disusun sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai pelaksanaan likuidasi entitas akuntansi pada Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara. Laporan keuangan pembuka disusun sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan mengenai sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
investasi pemerintah.264
Selain pengalihan pengelolaan dana FLPP ke BP Tapera, terdapat beberapa dinamika
kelembagaan yang terjadi dalam proses pengelolaan Tapera oleh BP Tapera. Skema
pengelolaan Tapera merupakan pengerahan dan pemupukan dana yang termasuk ke
dalam jenis dana tabungan perumahan yaitu simpanan yang dilakukan secara periodik
dalam jangka waktu tertentu. Sistem penarikan simpanan ini hanya dapat dilakukan
dengan syarat tertentu yang disepakati sesuai dengan perjanjian, dan digunakan
untuk mendapatkan akses kredit atau pembiayaan untuk pembangunan dan perbaikan
rumah, serta pemilikan rumah dari lembaga keuangan. Apabila tabungan perumahan
yang dikelola oleh BP Tapera telah melembaga, maka dana APBN untuk pembiayaan
murah jangka panjang dalam hal ini FLPP dapat dihentikan.265 Hal ini selaras dengan
pengaturan di dalam Pasal 25 Ayat (3) PP No. 47 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan
Lembaga Jasa Keuangan Dan Pelaksanaan Kemudahan dan/atau Bantuan Pembiayaan
dalam Sistem Pembiayaan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mengatur
sumber dana murah jangka panjang dari anggaran pendapatan dan belanja negara
dihentikan apabila Tapera telah beroperasi penuh.
Tapera sesuai amanat UU No. 4 tahun 2016 merupakan penyimpanan yang dilakukan oleh
peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu yang hanya dapat dimanfaatkan
262 Pasal 12, PMK No. 111/PMK.06/2021.263 Ibid., Pasal 13.264 Ibid., Pasal 16.265 Pasal 123 beserta penjelasan, UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU. No. 11 Tahun 2020.
188
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
untuk pembiayaan perumahan dan/atau dikembalikan berikut hasil pemupukannya
setelah kepesertaan berakhir.266
Kepesertaan Tapera menurut UU No. 4 tahun 2016 adalah semua Warga Negara
Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) pemegang Visa dengan maksud
bekerja di wilayah Indonesia paling singkat 6 bulan yang telah membayar simpanan.267
Kriteria Peserta “Wajib” adalah Pekerja maupun Pekerja Mandiri, yang memiliki
penghasilan sekurang-kurangnya sebesar Upah Minimum, dan berusia minimum 20
tahun atau sudah menikah.268 Sedangkan Peserta “Dapat/Sukarela” memiliki kriteria
bahwa Pekerja Mandiri yang memiliki penghasilan dibawah Upah Minimum, dan berusia
minimum 20 tahun atau sudah menikah.269
Yang dimaksud dengan kelompok Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.270 Contoh kelompok Pekerja tersebut adalah CPNS, Pegawai
ASN, Prajurit TNI, Prajurit Siswa TNI, Anggota POLRI, Pejabat Negara, Pekerja/buruh
BUMN/BUMD/BUMDes/BUMS, dan pekerja/buruh sektor informal. Pemberi kerja untuk
para kelompok Pekerja tersebut mendaftarkan Pekerja-nya kepada BP Tapera paling
lambat 7 tahun sejak tanggal berlakunya PP No. 25 Tahun 2020 yaitu tanggal 20 Mei
2020.271
266 Pasal 1 Angka 1, UU No. 4 Tahun 2016.267 Ibid., Pasal 1 Angka 3.268 Ibid., Pasal 7 Ayat (1) dan Ayat (3).269 Ibid., Pasal 7 Ayat (2) dan Ayat (3).270 Ibid., Pasal 1 Angka 4.271 Pasal 68, PP No. 25 Tahun 2020.
189
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Terdapat sanksi adm bagi Pemberi Kerja dan Pekerja Mandiri
Program Tapera Penyimpanan Dana
Individu
WNI
WNA
Peserta
MinimalsebesarUM
DibawahUMPekerjaMandiri
"WAJIB"
"DAPAT/ SUKARELA"
1.MenjadiPeserta,mendaftardandidaftarkansertadisetorkanolehpemberikerja
2.MenjadiPeserta,denganmendaftardanmenyetorkan
sendiri
MenjadiPesertadenganmendaftardanmenyetorkan
sendiri
Gambar 3.12. Kelompok sasaran Tapera berdasarkan regulasi(Sumber: Kajian Regulasi Tim Task Force BLU PPDPP Penataan Kelembagaan BLU PPDPP, 2020)
1.Pekerja
2.PekerjaMandiri
190
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Berdasarkan telaah regulasi, segmen utama layanan atau kelompok sasaran Tapera
adalah para pekerja yang memiliki penghasilan minimal sebesar upah minimum
Berdasarkan telaah itu juga dapat dikatakan, dengan kata lain MBR yang mempunyai
pengahasilan dibawah upah minimum tidak dapat menikmati layanan BP Tapera. Dengan
adanya ketentuan ini maka tidak semua lapisan MBR akan terlayani dan memperoleh
hak yang sama dalam hal akses pembiayaan perumahan melalui Tapera. Hal tersebut
berbeda jika dibandingkan dengan skema pembiayaan perumahan bagi MBR melalui
FLPP, yang tetap dapat melayani kelompok sasaran MBR berpenghasilan maksimal 8
juta rupiah. Setelah pengelolaan dana bergulir FLPP dialihkan kepada BP Tapera, maka
perlu disusun suatu konsep pembiayaan perumahan bagi para pekerja mandiri yang
termasuk MBR dengan besaran penghasilan berada di bawah UM (non-fixed income)
dan tidak memiliki akses pembiayaan perumahan (non-bankable).
Di dalam PP No. 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat
diatur ketentuan lebih lanjut mengenai berbagai aspek pengelolaan program Tapera.
Salah satu aspek utama tersebut berkaitan dengan sumber dana Tapera.
Sumber dana Tapera diantaranya berasal dari hasil penghimpunan simpanan peserta;
pemupukan simpanan peserta; pengembalian kredit/pembiayaan dari peserta;
pengalihan asset Tabungan Perumahan PNS yang dikelola oleh Badan Pertimbangan
Tabungan Perumahan (BAPERTARUM) PNS; dana wakaf; dan dana lainnya yang sah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (dana lainnya yang sah
antara lain berupa dana FLPP). 272
Sumber dana Tapera yang pertama adalah berasal dari aset Tabungan Perumahan PNS
(TAPERUM PNS) yang dikelola BAPERTARUM PNS, sesuai dengan PP No. 25 Tahun
2020 bahwa setelah terlaksananya likuidasi atas aset Bapertarum, Tim Likuidasi yang
terdiri dari berbagai unsur kementerian (Kementerian PUPR, Kemenkeu, Kemenpan
RB, Kemendagri, dan BKN) melakukan penghitungan dan penetapan dana tabungan
perumahan PNS yang terhimpun sejak BAPERTARUM PNS dibubarkan (24 Maret 2018)
dalam bentuk deposito dan/atau jenis investasi lain beserta hasil pemupukannya.273
Dana tabungan perumahan PNS inilah yang dialihkan ke BP Tapera kemudian ditetapkan
sebagai saldo awal Peserta Tapera yang termasuk kategori sumber dana Simpanan
Peserta BP Tapera. Pada bulan Juli 2020, Tim Likuidasi ini baru terbentuk, sehingga
272 Pasal 63, PP No. 25 Tahun 2020.273 Ibid., Pasal 67 Ayat (1) dan Ayat (2).
191
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
secara legal formal sumber dana awal dari BAPERTARUM PNS belum dialihkan ke BP
Tapera.
Selanjutnya sumber dana Tapera lainnya berasal dari dana yang sah yaitu dana
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).274 Dana FLPP dikategorikan sebagai
“Tabungan Pemerintah” pada BP Tapera.275 Pemerintah nantinya akan mendapatkan
manfaat paling sedikit dari “tabungan” ini, yaitu setara dengan pendapatan hasil investasi
sebelum dana tersebut dikelola BP Tapera.276 Namun FLPP sebagai sumber dana BP
Tapera telah diberi tenggat waktu secara spesifik untuk dialihkan, paling lambat tahun
2021, meskipun pengalihan sumber dana BP Tapera yang pertama yaitu dana tabungan
perumahan PNS pada BAPERTARUM, tidak secara spesifik diberi tenggat waktu kapan
harus beralih. Ketentuan mekanisme pengalihan dana FLPP ke BP Tapera hingga menjadi
“Tabungan Pemerintah” akan diatur oleh Menteri Keuangan kemudian. Tabungan
tersebut juga sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh pemerintah.Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya hal ini selaras dengan pengaturan di dalam Pasal 25 Ayat (3) PP
No. 47 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Lembaga Jasa Keuangan Dan Pelaksanaan
Kemudahan dan/atau Bantuan Pembiayaan dalam Sistem Pembiayaan Perumahan
dan Kawasan Permukiman yang mengatur sumber dana murah jangka panjang dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dihentikan apabila Tapera telah beroperasi
penuh. Jadi ketika pengelolaan Tapera oleh BP Tapera telah beroperasi penuh dana
FLPP dapat ditarik oleh Pemerintah.
Pembentukan PP No. 25 Tahun 2020 merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 16,
Pasal 17 Ayat (2), Pasal 21 Ayat (5), Pasal 35 Ayat (3), Pasal 62 Ayat (3), dan Pasal 72
Ayat (2) UU No. 4 Tahun 2016.
B. Badan Bank Tanah
Sebagai kelanjutan pengundangan UU No. 11 Tahun 2020, Pemerintah Indonesia telah
menerbitkan PP No. 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah sebagai dasar hukum
untuk pembentukan Badan Bank Tanah. Pembentukan Peraturan Pemerintah ini adalah
untuk menjalankan amanah Pasal 135 UU No. 11 Tahun 2020. Badan Bank Tanah
adalah badan hukum khusus (sui generis) yang berwenang untuk mengelola tanah
dan menjamin ketersediaan tanah untuk keperluan berikut: 1) Kepentingan umum; 2)
Kepentingan sosial; 3) Kepentingan pembangunan nasional; 4) Pemerataan ekonomi;
274 Pasal 63, PP No. 25 Tahun 2020.275 Ibid., Pasal 64 Ayat (1).276 Ibid., Pasal 64 Ayat (3).
192
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
5) Konsolidasi lahan; dan 6) Reforma agraria.277 Pada intinya, PP No. 64 Tahun 2021
memperkenalkan berbagai ketentuan yang secara khusus mengatur operasi Badan
Bank Tanah. Terdapat beberapa hal yang merupakan pokok-pokok penting dalam
pengaturan Badan Bank Tanah yaitu:
1. Fungsi Badan Bank Tanah
2. Aset Badan Bank Tanah
3. Penyelenggaraan Badan Bank Tanah
4. Hak Atas Tanah Badan Bank Tanah
Badan Bank Tanah dipercayakan untuk menjalankan berbagai fungsi, sebagaimana
dijelaskan dalam matriks berikut:
Fungsi278
Perencanaan279
Perolehantanah280
Pengadaantanah281
277 Pasal 1 Angka 1, Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2), PP No. 64 Tahun 2021.278 Ibid., Pasal 3 Ayat (1).279 Ibid., Pasal 5.280 Ibid., Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8.281 Ibid.
PerencanaanharusdilakukanberdasarkanrencanapembangunanjangkamenengahnasionaldanrencanatataruangharusditetapkanolehKepalaBadanPelaksanaBankTanah(BadanPelaksana)setelahmemperolehpersetujuandariKomiteBankTanah.
Perencanaanterdiridari:1. Rencanajangkapanjang,untukkegiatanselama25tahun2.Rencanajangkamenengahuntukkegiatanselamalimatahun3.Rencanatahunan,untukkegiatanselamasatutahun
Tanahyangdapatdiperolehterdiridaritanahhasilpenetapanpemerintahdan/atautanahdaripihaklain.
Tanahhasilpenetapanpemerintahterdiridaritanahnegarayangberasaldari:1. Tanahbekashak2.Kawasandantanahterlantar3.Tanahpelepasankawasanhutan4.Tanahtimbul5.Tanahhasilreklamasi6.Tanahbekastambang7. Tanahpulau-pulaukecil8.Tanahyangterkenakebijakanperubahantataruang9.Tanahyangtidakadapenguasaandiatasnya
Sementaraitu,tanahdaripihaklainmerupakantanahyangberasaldaripemerintahpusat,pemerintahdaerah,BadanUsahaMilikNegara(BUMN),BadanUsahaMilikDaerah (BUMD),badanusaha,badanhukum,danmasyarakatyangharusmelaluiprosesberikut:1. Pembelian2.Penerimaanhibah/sumbanganatauyangsejenis3.Tukarmenukar4.Pelepasanhak5.Perolehanbentuklainnyayangsah
Pengadaantanahharusdilaksanakansesuaidenganmekanismepengadaantanahbagipembangunanuntukkepentinganumumataupengadaantanahsecaralangsung.
Keterangan
193
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Pengelolaantanah282
Pemanfaatantanah283
Pendistribusiantanah284
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas yang disebutkan di atas, Badan Bank Tanah
akan menjamin ketersediaan lahan untuk:285
1. Kepentingan umum (terdiri atas: jalan umum, jalan tol, terowongan, infrastruktur
minyak dan gas, infrastruktur panas bumi, pembangkit/jaringan/transmisi tenaga
listrik, jaringan telekomunikasi dan informatika, rumah sakit, kawasan ekonomi
khusus, kawasan industri, kawasan ketahanan pangan, kawasan pengembangan
teknologi, penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah
serta perumahan untuk MBR)
2. Kepentingan sosial
3. Kepentingan pembangunan nasional
4. Pemerataan ekonomi (Seperti: rumah untuk MBR)
5. Konsolidasi lahan
6. Reforma agraria, terkait minimum 30% tanah negara wajib diperuntukkan kepada
Bank Tanah
282 Pasal 10, Pasal 11 Ayat (1), Pasal 12 Ayat (1), dan Pasal 13, PP No. 64 Tahun 2021.283 Ibid., Pasal 14 Ayat (1) dan Ayat (2).284 Ibid., Pasal 15 Ayat (1) dan Ayat (2).285 Ibid., Pasal 16, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 22 Ayat (2).
Pengelolaantanahterdiridarikegiatanberikut:1. Pengembangantanah(Seperti:untukperumahandankawasanpermukiman,pengembangankawasanterpadu,proyekstrategisnasional)
2.Pemeliharaandanpengamanantanah,yangterdiridariaspekhukumdanfisik3.Pengendaliantanah,yangterdiridaripengendalianpenguasaantanah,pemanfaatantanahdannilaitanah
Pemanfaatantanahharusdilaksanakanmelaluikerjasamadenganpihaklaindalambentukberikut:1. Jualbeli2.Sewa3.Kerjasamausaha4.Hibah5.Tukarmenukar6.Bentuklainyangdisepakatidenganpihaklain
Pendistribusiantanahtermasukpenyediaandanpembagiantanahkepadapihakyangberhak,termasuk:1. Kementerian/lembaga2.Pemerintahdaerah3.Organisasisosialdankeagamaan4.Masyarakatyangditetapkanolehpemerintah
Matriks 3.10. Penjabaran fungsi Badan Bank Tanah
194
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Didalam ketentuan PP ini diatur bahwa Aset Badan Bank Tanah dapat berasal dari
sumber berikut:286
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2. Pendapatan Bank Tanah, yang dapat berasal dari kerja sama usaha, kerja sama
pemanfaatan tanah dan pendapatan lainnya yang sah
3. Penyertaan modal negara
4. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Selama perolehan, pengadaan, kepemilikan, penguasaan dan/atau pemanfaatan tanah,
Badan Bank Tanah berhak menikmati fasilitas perpajakan daerah (yaitu: pembebasan
pajak bumi dan bangunan dan/atau pembebasan bea perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan) sepanjang kegiatan tersebut tidak dilakukan dalam rangka mendapatkan
keuntungan. Namun, fasilitas tersebut tidak dapat dinikmati oleh pihak lain yang terlibat
dalam kegiatan tersebut.287
Selain itu, fasilitas berikut dapat diberikan terkait pendistribusian tanah untuk MBR dan/
atau fasilitas sosial/umum:288
1. Pembebasan pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah
2. Pembebasan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan jika hak atas tanah
diperoleh oleh masyarakat berpenghasilan rendah
Dalam menjalankan operasionalisasinya, tanggung jawab tersebut dipegang oleh
Badan Pelaksana yaitu organ Badan Bank Tanah yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas penyelenggaraan Badan Bank Tanah.289 Badan Pelaksana dipimpin
oleh seorang Kepala Badan Pelaksana.
Saat menjalankan berbagai fungsinya, Badan Bank Tanah dapat bekerja sama dengan
pihak-pihak berikut: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara, BUMN,
BUMD, badan usaha, badan hukum milik negara, badan hukum swasta, masyarakat
setempat, Koperasi, dan/atau pihak lain yang sah.
286 Pasal 27 dan Pasal 29 Ayat (1), PP No. 64 Tahun 2021.287 Ibid., Pasal 29 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3).288 Ibid., Pasal 29 Ayat (4).289 Ibid., Pasal 1 Angka 7.
195
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Dalam hal ini, Badan Bank Tanah dapat:290
1. Menerima tanah titipan dan mengelola dalam bentuk kerja sama usaha
2. Membentuk badan usaha atau badan hukum untuk mendukung operasinya setelah
memperoleh persetujuan dari komite Badan Bank Tanah
Selanjutnya, Kepala Badan Pelaksana dapat menghentikan atau membatalkan
secara sepihak jenis kerja sama yang disebutkan di atas jika tanah dialihkan, rusak,
ditelantarkan dan/atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan kesepakatan kerja sama.
Sebelum penghentian atau pembatalan, Kepala Badan Pelaksana wajib memberitahukan
pihak-pihak yang terdampak.291
Tambahan, pemberitahuan juga wajib diberikan oleh Kepala Badan Pelaksana kepada
pihak-pihak yang memanfaatkan tanah jika Badan Bank Tanah mengubah rencana
penggunaan tanah tersebut.292
Hak pengelolaan (HPL) akan diberikan kepada tanah yang dikelola oleh Bank Tanah
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan. Hak atas
tanah berikut kemudian dapat diberikan kepada tanah HPL:293
1. Hak guna usaha (HGU)
2. Hak guna bangunan (HGB), yang dapat diberikan perpanjangan jangka waktu hak
dan pembaruan hak setelah tanah digunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan
tujuan pemberian haknya
3. Hak pakai
Badan Bank Tanah juga dapat menggunakan dan/atau menyerahkan sebagian tanah
HPL kepada pihak lain melalui perjanjian. Dalam hal ini, hak atas tanah yang disebutkan
di atas dapat dibebani dengan hak tanggungan.294
Selain itu, Badan Bank Tanah akan menjamin perpanjangan dan pembaruan hak atas
tanah di atas HPL sesuai dengan persyaratan yang termuat dalam perjanjian tersebut.
Perpanjangan dan pembaruan dapat diberikan sekaligus setelah dimanfaatkan dan
diperjanjikan. Dalam konteks ini, Badan Bank Tanah dapat membuat perjanjian perdata
yang menetapkan jangka waktu yang lebih kompetitif.295
290 Pasal 36 dan Pasal 37, PP No. 64 Tahun 2021.291 Ibid., Pasal 38 Ayat (1) dan Ayat (2).292 Ibid., Pasal 39.293 Ibid., Pasal 40 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (4).294 Ibid., Pasal 40 Ayat (3) dan Ayat (8).295 Ibid., Pasal 40 Ayat (5), Ayat (6), dan Ayat (7).
196
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Perlu dicatat bahwa tanah HPL dapat dilepaskan kepada masyarakat dengan catatan
bahwa tanah tersebut telah dimanfaatkan dengan baik untuk perumahan bagi MBR,
pertanian dan/atau perkebunan paling singkat selama 10 tahun.296
Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk pemerataan ekonomi sebagaimana
dalam pengaturan Bank Tanah merupakan jaminan penyediaan tanah untuk program
pionir, pembukaan isolasi wilayah, pembangunan pasar rakyat, pengembangan rumah
MBR, dan program pemerataan ekonomi lainnya.297
Badan Bank Tanah dapat diberikan fasilitas perpajakan daerah dalam melaksanakan
perolehan, pengadaan, kepemilikan, penguasaan, dan/atau pemanfaatan atas tanah
sebagaimana diberikan kepada lembaga Pemerintah. Berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan yang disebutkan di atas maka Badan Bank Tanah dapat dikecualikan dari
kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan sepanjang tidak dilakukan dalam rangka mendapatkan keuntungan.
Dalam hal Badan Bank Tanah mendistribusikan tanah kepada pihak lain, perolehan,
pengadaan, kepemilikan, penguasaan, dan/ atau pemanfaatan tanah oleh pihak lain
tersebut, dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berkaitan
dengan pendistribusian tanah yang ditujukan untuk MBR dan/atau untuk fasilitas sosial/
umum maka berlaku ketentuan berikut:298
a. Atas pengalihan hak atas tanah tersebut dapat diberikan fasilitas Pajak Penghasilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
b. Atas perolehan hak atas tanah oleh MBR tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan
Tanah Hak Pengelolaan yang telah dimanfaatkan dengan baik untuk perumahan bagi
MBR, pertanian dan/atau perkebunan, paling singkat 10 tahun, dapat dilepaskan kepada
masyarakat untuk diberikan hak milik.299
Berdasarkan penjabaran di atas, fungsi dan tugas Badan Bank Tanah adalah menjamin
ketersediaan tanah bagi kepentingan umum serta pemerataan ekonomi. Maka dapat
disimpulkan akan ada beberapa perlakuan khusus yang diberikan oleh regulasi dalam
sektor Bank Tanah kepada MBR untuk memiliki rumah umum. Perlakuan khusus tersebut
296 Pasal 41, PP No. 64 Tahun 2021.297 Ibid., Pasal 20.298 Ibid., Pasal 29.299 Ibid., Pasal 41.
197
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
diantaranya terkait perpajakan, pendistribusian tanah serta pelepasan hak atas tanah
Hak Pengelolaan. Dengan ini di masa datang MBR sebagai penerima manfaat KPR
Sejahtera FLPP juga dapat merasakannya, namun dengan mekanisme dan prosedur
serta ketentuan teknis yang jelas.
C. Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan
Sebagai kelanjutan pengundangan UU No. 11 Tahun 2020, salah satu lembaga perumahan
yang akan dilahirkan adalah Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan (BP3).
Amanah pembentukan BP3 terdapat di dalam UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020. Pembentukan BP3 bertujuan untuk mewujudkan
penyediaan rumah umum yang layak dan terjangkau bagi MBR.300 BP3 secara lengkap
dibentuk oleh Pemerintah Pusat dan bertujuan untuk, mempercepat penyediaan rumah
umum, menjamin bahwa rumah umum hanya dimiliki dan dihuni oleh MBR, menjamin
tercapainya asas manfaat rumah umum, serta melaksanakan berbagai kebijakan
di bidang rumah umum dan rumah khusus.301 Pada tanggal 2 Februari 2021 melalui
Perpres No. 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan,
lembaga BP3 resmi dilahirkan.
BP3 mempunyai fungsi mempercepat Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Dalam melaksanakan fungsinya, BP3 bertugas untuk melakukan upaya
percepatan pembangunan Perumahan, melaksanakan pengelolaan Dana Konversi dan
pembangunan Rumah sederhana (Rumah Sederhana yang dimaksud disini adalah
rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas lantai dan harga jual sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan) serta Rumah Susun Umum. Selain itu BP3
juga melakukan koordinasi dalam proses perizinan dan pemastian kelayakan hunian,
melaksanakan penyediaan tanah bagi Perumahan, melaksanakan pengelolaan Rumah
Susun Umum dan Rumah Susun Khusus. Tugas berikutnya adalah memfasilitasi
penghunian, pengalihan dan pemanfaatan, melaksanakan pengalihan kepemilikan
Rumah Umum dengan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah (diuraikan),
menyelenggarakan koordinasi operasional lintas sektor, termasuk dalam penyediaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan melakukan pengembangan hubungan kerja
sama di bidang Rumah Susun dengan berbagai instansi di dalam maupun luar negeri.
Rumah sederhana yang dibangun oleh BP3 merupakan Rumah yang dibangun di atas
tanah dengan luas lantai dan harga jual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
300 Pasal 117 A Ayat (1), UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU. No. 11 Tahun 2020. 301 Ibid., Pasal 117 A Ayat (2).
198
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
undangan termasuk Rumah Umum yang dibangun untuk diberikan kemudahan dengan
KPR sejahtera.302
Definisi, tugas, fungsi, dan tujuan BP3 dapat dilihat pada bagan berikut:
302 Pasal 5 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3), Perpres No. 9 Tahun 2021.
TU JUANTUGAS
B P 3 D E F I N I S I
Pasal 5 Angka 2
UU Cipta Kerja Pasal 50 Angka 13 Pasal 117 A B Perpres No. 9 Tahun 2021, Pasal Angka 1
Pasal 5 Angka 1 Pasal 5 Angka 1
F U NGS I
1. PercepatPembangunanPerubahan
2.PengelolaanDanaKonversi:RS+RusunUmum
3.Koordinasiperizinan&pemastianlayakhuni
4.PenyediaanTanahBeririsantusidenganBankTanah
5.PengelolaanRusunUmum&Khusus,fasilitasipenghunian,pengalihansertapemanfaatan
6.PelaksanaanpengalihankepemilikanRumahUmumdengankemudahanyangdiberikanPemerintah
7. Koordinasilintassektor,penyediaanPSU
8.PengembanganKerjasamabid.RusunUmum
Mempercepat Penyelenggaraan PKP:1. Perencanaan2.Pembangunan3.Pemanfaatan4.Pengendalian5.PengembanganKelembagaan6.Pendanaan&Pembiayaan7.PeranMasyarakat
1. MempercepatPenyediaanRumahUmum
2.MenjaminRumahUmumhanyadimiliki&dihuniolehMBR
3.MenjamintercapainyaasasmanfaatRumahUmum&Khusus
4.MelaksanakanberbagaikebijakandibidangRumahUmumdanKhusus
Gambar 3.13. Definisi, tugas, fungsi, dan tujuan BP3(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)
MBRLayakdanterjangkau
Mempercepatpenyediaanrumahumum
199
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Gambar 3.14. Struktur dan tusi organisasi BP3(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)
1. Koordinasirencana,programkerja,penganggaran,danlaporankegiatan
2.Pemberiandukungan,Adm,TeknisOperasional,danAdvokasiHukum
3.Pelaksanaanpembinaanorg,admkepeg,keuangan&sarpras;evaluasi&laporankeg
4.Pengumpulan,pengolahan,penyajiandata&informasi,penyusunanlaporan,sekretariatBP3
1. RJP&RSBP32.KebijakanTeknis,Program,Anggaran,rencanaOperasionalPercepatanPembangunan
1. PercepatanPembangunanPerumahan
2.PengelolaanDanaKonversi:RS&RumahSusun
3.Koordinasiperizinan&pemastianlayakhuni
4.Penyediaantanah5.PengelolaanRusunUmum&Khusus,fasilitasipenghunian,pengalihansertapemanfaatan
6.PelaksanaanpengalihankepemilikanRumahUmum
dengankemudahanyangdiberikanPemerintah
7. Koordinasilintassektor,penyediaanPSU
8.PengembanganKerjasamaBid.RusunUmum
9.Pemantauan,evaluasi&pelaporanataspelaksanaanpercepatanpembangunan
10.PelaksanaanfungsilainyangdiberikanolehDewanPembina
1. Pengawasan→PelaksanaanKS,KinerjaProgramAnggaran,Tusi,BP,Perolehan&PemanfaatanDKHB,TataKelola&SPI
2.PemberianSaran&Pertimbangan
3.PelaporanHasilPengawasan
1. PenetapanRJP,sanksikepadaBP&Dewas(KodeEtik)
2.Arahan,Pertimbangan,Rekomendasi,Persetujuan,Pembinaan,Pemantauan,&Evaluasi→RS&PelaksanaanKebijakan
Direktur1 Direktur3Direktur2
Bagian1KelompokJafung
Bagian2KelompokJafung
Bagian3KelompokJafung
Badan Pelaksana
Sekretariat BP3
Penyusunan Pelaksanaan
Dewan Pengawas Dewan PembinaSekretaris Dewan Pembina (Dirjen Perumahan)
B P 3
UPT BP3
Direktur4
TeknisAdministratif
TeknisAdministratif
TeknisFungsional
200
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Di dalam PP No. 12 Tahun 2021 terdapat ketentuan bahwa Badan Hukum yang melakukan
pembangunan Perumahan wajib mewujudkan Perumahan dengan Hunian Berimbang.
Kewajiban hunian berimbang dikecualikan untuk Badan Hukum yang membangun
Perumahan yang seluruhnya ditujukan untuk pemenuhan Rumah umum.303 Hunian
Berimbang adalah Perumahan atau Lingkungan Hunian yang dibangun secara berimbang
antara Rumah sederhana, Rumah menengah, dan Rumah mewah.304 Pembangunan
perumahan skala besar yang dilakukan oleh badan hukum wajib mewujudkan hunian
berimbang dalam satu hamparan.305 Dalam melaksanakan pembangunan Perumahan
dengan Hunian Berimbang, Badan Hukum dapat bekerja sama dengan Badan Hukum
lain.306 Badan Hukum yang melakukan pembangunan Perumahan dengan Hunian
Berimbang dilaksanakan melalui penyusunan dokumen rencana tapak.307
Ide hunian berimbang merupakan suatu konsep yang mewajibkan pelaku
pembangunan ketika mendirikan perumahan harus dilakukan secara “berimbang”.
Berimbang memiliki makna: Pertama, pembangunan rumah tunggal dan rumah deret
dalam pembangunannya harus terdapat rumah mewah, rumah menengah dan rumah
sederhana. Kedua, pembangunan rumah susun komersial dalam pembangunannya
harus terdapat rumah susun umum sebanyak 20 % dari total luas lantai rumah susun
yang dibangun. Makna sederhana konsep ini adalah memberikan rekayasa keadilan
khususnya dalam pemenuhan rumah umum bagi MBR.308
Dalam pembangunan rumah tunggal dan rumah deret, pelaksanaan Pembangunan
Perumahan dengan Hunian Berimbang harus memenuhi kriteria, lokasi, klasifikasi
Rumah, dan komposisi.309 Komposisi yang dimaksud merupakan perbandingan jumlah
Rumah mewah, Rumah menengah, dan Rumah sederhana. Komposisi hunian berimbang
memiliki kriteria sebagai berikut:310
a. Pembangunan Perumahan skala besar yaitu 1 Rumah mewah berbanding paling
sedikit 2 Rumah menengah dan berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana
b. Pembangunan Perumahan selain skala besar terdiri atas:
1. Satu Rumah mewah berbanding paling sedikit 2 Rumah menengah dan
berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana
303 Pasal 12 Ayat (1) dan Ayat (2), PP No. 12 Tahun 2021.304 Ibid., Pasal 1 Angka 8.305 Pasal 34 Ayat (2), UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.306 Op. Cit., Pasal 21 A Ayat (1).307 Ibid., Pasal 21 A Ayat (3).308 M. Ilham Hermawan, “Ke Mana Arah Hunian Berimbang Pasca UU Cipta Kerja”, (https://www.hukumonline.com/
berita/baca/lt5ff68dcf62049/ke-mana-arah-hunian-berimbang-pasca-uu-cipta-kerja/?page=2, Diakses pada tanggal 29 September 2021).
309 Pasal 21 C, PP No. 12 Tahun 2021.310 Ibid., Pasal 21 F Ayat (1) dan Ayat (2).
201
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
2. Satu Rumah mewah berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana
3. Dua Rumah menengah berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana
Paling sedikit 3 Rumah sederhana yang dimaksud terdiri atas Rumah sederhana subsidi
dan Rumah sederhana non-subsidi dengan perbandingan untuk:311
a. Kawasan perkotaan besar, 1 Rumah sederhana subsidi berbanding 3 Rumah
sederhana non-subsidi dengan perhitungan komposisi persentase 25% Rumah
sederhana subsidi berbanding 75% Rumah sederhana non-subsidi
b. Kawasan perkotaan sedang, 2 Rumah sederhana subsidi berbanding 2 Rumah
sederhana non-subsidi dengan perhitungan komposisi persentase 50% Rumah
sederhana subsidi berbanding 50% Rumah sederhana non-subsidi
c. Kawasan perkotaan kecil, 3 Rumah sederhana subsidi berbanding 1 Rumah
sederhana non-subsidi dengan perhitungan komposisi persentase 75% Rumah
sederhana subsidi berbanding 25% Rumah sederhana non-subsidi
Berkaitan dengan hal komposisi Hunian Berimbang, porsi Rumah sederhana tidak dapat
dibangun dalam bentuk Rumah tunggal atau Rumah deret, namun dapat dikonversi
dalam:312
a. Bentuk Rumah susun umum yang dibangun dalam 1 hamparan yang sama (harga
jual Rumah susun umum disini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan). Penghitungan konversi Rumah susun umum dilakukan dengan
mempertimbangkan:
1. Perbandingan komposisi persentase Rumah sederhana subsidi dengan Rumah
sederhana non-subsidi
2. Jumlah kewajiban Rumah sederhana
3. Harga jual Rumah sederhana bersubsidi yang ditetapkan Pemerintah Pusat
4. Persentase harga pokok produksi terhadap harga jual
b. Bentuk dana untuk pembangunan Rumah umum. Penghitungan konversi dalam
bentuk dana ini merupakan dana kelola atau hibah yang dihitung dengan
mempertimbangkan:
1. Jumlah kewajiban Rumah sederhana
2. Harga jual Rumah sederhana bersubsidi yang ditetapkan Pemerintah Pusat
3. Persentase harga pokok produksi terhadap harga jual
311 Pasal 21 F Ayat (3), PP No. 12 Tahun 2021.312 Ibid., Pasal 21 G Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3).
202
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
4. Faktor pengali dengan memperhitungkan nilai uang atas waktu (time value of
money)
5. Dana imbal jasa pengelolaan
Penghitungan konversi dilakukan berdasarkan rumus perhitungan konversi yang
ditetapkan oleh Menteri serta besaran jumlah faktor pengali dan dana imbal jasa
pengelolaan ditetapkan oleh Menteri.313
Dalam hal pembangunan Rumah susun pengaturan ketentuan Hunian Berimbang
diberlakukan kepada Pelaku Pembangunan dengan aturan bahwa, Pelaku Pembangunan
Rumah Susun Komersial wajib menyediakan Rumah Susun Umum dengan luas paling
sedikit 20% dari total luas lantai Rumah Susun Komersial yang dibangun.314 Rumah
Susun Umum yang dimaksud dapat berada dalam satu kawasan atau tidak dalam satu
kawasan dengan Rumah Susun Komersial.315
Untuk Rumah Susun Umum yang berada dalam satu kawasan dengan Rumah Susun
Komersial dapat berupa:316
a. Satu bangunan Rumah Susun dalam satu Tanah Bersama
b. Berbeda bangunan Rumah Susun dalam satu Tanah Bersama
c. Berbeda bangunan Rumah Susun tidak dalam satu Tanah Bersama
Rumah Susun Umum yang lokasinya tidak berada dalam satu kawasan dengan Rumah
Susun Komersial harus dalam satu kabupaten/kota, atau provinsi untuk Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.317
Pelaku Pembangunan dalam melaksanakan kewajiban pemenuhan hunian berimbang
membuat surat pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan pembangunan Rumah
Susun Umum. Surat pernyataan dimaksud diajukan bersamaan dengan permohonan
PBG. Kewajiban melaksanakan pembangunan Rumah Susun Umum dengan luas paling
sedikit 20% dari total luas lantai Rumah Susun Komersial yang dibangun sebagaimana
telah dijelaskan, dapat dikonversi dalam bentuk dana untuk pembangunan Rumah
Susun Umum. Apabila pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Umum dikonversi
dalam bentuk dana maka Pelaku Pembangunan wajib mengajukan perhitungan konversi
kepada BP3 dan dana hasil konversi juga wajib diserahkan kepada BP3. Perhitungan
konversi terkait pembangunan rumah susun umum ini merupakan dana kelola atau
hibah yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan konversi. Dalam hal Pelaku
313 Pasal 21 G Ayat (4) dan Ayat (5), PP No. 12 Tahun 2021.314 Pasal 6 Ayat (1), PP No. 13 Tahun 2021.315 Ibid., Pasal 6 Ayat (2).316 Ibid., Pasal 6 Ayat (3).317 Ibid., Pasal 6 Ayat (4).
203
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Pembangunan tidak memenuhi kewajiban pemenuhan hunian berimbang dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.318
Dana hasil konversi yang telah diterima juga akan dikelola oleh BP3 dan ditetapkan
sebelum diterbitkannya PBG. Kewajiban penyerahan dana hasil konversi paling lambat
dilakukan sejak PBG diterbitkan sampai dengan diterbitkannya sertifikat laik fungsi.
Setelah itu pengembalian Dana Konversi berbentuk dana kelola dilaksanakan paling
lama 5 tahun sejak pemenuhan kewajiban diberikan kepada BP3. Pengelolaan dana hasil
konversi dimanfaatkan untuk pembangunan Rumah Susun Umum pada kabupaten/kota
yang sama, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada provinsi yang sama.319
Perhitungan Dana Konversi sebagai kewajiban Pelaku Pembangunan untuk membangun
20% Rumah Susun Umum dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Jumlah kewajiban 20% dari luas lantai Rumah Susun Komersial yang dibangun
b. Harga m2 (meter persegi) dari harga jual Rumah Susun Umum yang ditetapkan
Pemerintah Pusat
c. Persentase harga pokok produksi terhadap harga jual
d. Faktor pengali dengan memperhitungkan nilai uang atas waktu (time value of
money)
e. Dana imbal jasa pengelolaan
Penghitungan Dana Konversi dilakukan berdasarkan rumus perhitungan konversi yang
ditetapkan oleh Menteri. Besaran jumlah faktor pengali dan dana imbal jasa pengelolaan
ditetapkan oleh Menteri. Penetapan jumlah besaran hasil perhitungan Dana Konversi
dilakukan oleh BP3.320 Ketentuan mengenai mekanisme penyerahan dana hasil konversi
kepada BP3 akan diatur dalam Peraturan Presiden.321
Setelah penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa BP3 memiliki tugas dan fungsi
yang berkaitan dengan rumah umum dan rumah susun umum. Tugas dan fungsi
tersebut bertujuan untuk melindungi hak MBR dalam memperoleh dan memiliki tempat
tinggal yang layak. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, skema FLPP membantu
dan memudahkan MBR dalam memperoleh rumah umum dan rumah susun umum.
Kedepannya proses bisnis penyaluran dana FLPP akan berasimilasi dengan proses
bisnis BP3.
318 Pasal 7 Ayat (1) hingga Ayat (7), PP No. 13 Tahun 2021.319 Ibid., Pasal 8 Ayat (1) hingga Ayat (5).320 Ibid., Pasal 9 Ayat (1) hingga Ayat (4).321 Ibid., Pasal 10.
204
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Salah satu proses bisnis BP3 yang paling berkaitan erat dengan proses bisnis FLPP
adalah pelaksanaan pengalihan Rumah Susun Umum dan pengalihan kepemilikan
Rumah Umum dengan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah. Sebagaimana
telah dijelaskan pada BAB sebelumnya bahwa MBR penerima dana FLPP melalui KPR
Sejahtera wajib memanfaatkan rumah sesuai dengan ketentuan yang diatur peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan pemanfaatan tersebut antara lain adalah orang perseorangan (MBR) yang
memiliki rumah umum (baik Rumah Umum Tapak maupun Sarusun Umum) dengan
kemudahan yang diberikan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah termasuk
MBR penerima manfaat dana FLPP, hanya dapat menyewakan dan/atau mengalihkan
kepemilikannya atas rumah kepada pihak lain dalam hal:322
a. Pewarisan
b. Penghunian setelah jangka waktu paling sedikit 5 tahun
c. Perikatan kepemilikan rumah susun setelah jangka waktu 20 tahun
Dalam hal dilakukan pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud huruf b dan huruf c
maka pengalihannya wajib dilaksanakan oleh lembaga yang ditunjuk atau dibentuk oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam bidang perumahan dan permukiman,
dan lembaga tersebut telah diresmikan yaitu BP3. Pengalihan kepemilikan Rumah
Umum Tapak juga berlaku apabila pemilik meninggalkan rumah secara terus menerus
dalam waktu paling lama 1 tahun tanpa memenuhi kewajiban berdasarkan perjanjian,
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah berwenang mengambil alih kepemilikan
rumah tersebut. Rumah Umum Tapak yang telah diambil alih oleh Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud wajib didistribusikan kembali kepada
MBR.323
Dapat disimpulkan bahwa diperlukan koordinasi yang mendalam dan teknis antara
kegiatan pemantauan serta evaluasi pemanfaatan rumah KPR Sejahtera yang dilakukan
oleh BLU PPDPP dengan pengalihan rumah umum yang dilakukan oleh BP3. Berdasarkan
hal tersebut maka BP3 akan dapat melaksanakan pengalihan rumah umum atas hasil
pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh BLU PPDPP. Kedepannya keterkaitan
proses bisnis ini harus diatur secara jelas dalam suatu ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dengan adanya BP3 selaku lembaga yang berwenang melakukan pengalihan
kepemilikan Rumah Umum Tapak maupun Sarusun Umum, hal ini pastinya sangat
322 Pasal 55 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020 dan Pasal 54 Ayat (2) UU No. 20 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.
323 Ibid., Pasal 55 ayat (2) hingga Ayat (4).
205
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
bermanfaat bagi MBR karena mereka mendapatkan kepastian dan dimudahkan oleh
pemerintah ketika mereka ingin mengalihkan kepemilikan rumah.
Terkait dengan uraian Badan Bank Tanah dan BP3 di atas kami menganalisa beberapa
hal, yaitu bahwa fungsi Badan Bank Tanah terkait pengadaan tanah beririsan dengan
fungsi BP3 yang salah satunya adalah melaksanakan penyediaan tanah bagi Perumahan.
Pengadaan tanah yang dilakukan oleh Badan Bank Tanah adalah pengadaan tanah
yang dilaksanakan melalui mekanisme tahapan pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum atau pengadaan tanah secara langsung. Dalam melaksanakan
fungsi pengadaan tanah, Badan Bank Tanah menjamin ketersediaan tanah yang salah
satunya adalah dengan kriteria untuk kepentingan umum. Dukungan untuk jaminan
ketersediaan tanah terkait kepentingan umum salah satunya adalah diperuntukkan bagi
penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah serta perumahan
untuk MBR.
Selain itu, Badan Bank Tanah diberi kewenangan khusus untuk menjamin ketersediaan
tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan yang salah satunya adalah untuk pemerataan
ekonomi. Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk pemerataan ekonomi
merupakan iaminan penyediaan tanah untuk program pionir, pembukaan isolasi wilayah,
pembangunan pasar rakyat, pengembangan rumah MBR, dan program pemerataan
ekonomi lainnya.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, BP3 adalah badan yang dibentuk oleh Pemerintah
Pusat untuk mempercepat penyediaan rumah umum yang layak dan terjangkau bagi
MBR. Dalam melaksanakan fungsi mempercepat Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman maka salah satu tugas dari BP3 adalah melaksanakan penyediaan
tanah bagi Perumahan.
Sebagaimana telah dijelaskan pula sebelumnya, bahwa BP3 juga memiliki tugas
mengelola Dana Konversi Hunian Berimbang. Dana Konversi adalah dana yang berupa
dana kelola atau dana hibah yang diperoleh dari Pelaku Pembangunan sebagai
alternatif kewajiban pembangunan Rumah sederhana bersubsidi dalam pembangunan
Perumahan dengan Hunian Berimbang yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan
konversi.
Dana Konversi Hunian Berimbang disetor oleh badan hukum dan/atau perseorangan
yang memiliki kewajiban Dana Konversi Hunian Berimbang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dana Konversi Hunian Berimbang digunakan oleh BP3
untuk penyediaan tanah, pembangunan Rumah sederhana dan Rumah Susun Umum,
206
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, pengelolaan Perumahan, dan
investasi.
Selain itu BP3 melaksanakan hubungan kerja yang bersifat koordinatif dan informatif
dengan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pengelolaan tanah dan bangunan
Rumah Umum yang merupakan aset barang milik daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kami simpulkan bahwa dalam hal
penyediaan tanah yang dilakukan BP3 melalui Dana Konversi Hunian Berimbang yang
disetorkan dari Pelaku Pembangunan, isu strategis selanjutnya yang sebaiknya diatur
dalam regulasi atau kebijakan adalah: pertama, masih perlu dipastikan apakah tanah
yang disediakan oleh BP3 tersebut adalah tanah yang berasal dari pengadaan oleh
Badan Bank Tanah. Kedua, diperlukan pengaturan koordinasi teknis, administrasi dan
fungsional antara BP3 dengan Badan Bank Tanah selaku badan yang memiliki tugas
penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah serta perumahan
untuk MBR. Menurut analisa kami diperlukan suatu regulasi dan kebijakan yang
mengatur mengenai keterkaitan hal-hal tersebut.
3.2.3 P E R I Z I N A N S E K TO R P E R UMAHAN DAN K AWASAN P E RMUK IMAN
Sebagai upaya untuk mengakomodasi revisi UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung yang baru-baru ini ditetapkan di bawah payung hukum UU No. 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, Pemerintah akhirnya menerbitkan PP No. 16 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
yang mencabut dan menggantikan kerangka pengaturan sebelumnya yakni PP No. 36
Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung yang merupakan peraturan pelaksana dari UU No. 28 Tahun 2002.
Peraturan Pemerintah ini mengubah beberapa ketentuan terkait pengaturan rumah
yang terdampak pula kepada pengaturan rumah umum. Tidak hanya itu, Peraturan
Pemerintah ini juga mengubah ketentuan terkait perizinan-perizinan yang diperlukan
oleh pemangku kepentingan demi mewujudkan pembangunan perumahan yang
berimbang dan bekesinambungan. Esensi dari PP No. 16 Tahun 2021 adalah menghapus
kewajiban izin mendirikan bangunan (IMB) sebagaimana diatur dalam Pasal 14 PP No.
36 Tahun 2005. Selanjutnya penerbitan IMB saat ini tidak lagi diperlukan dan digantikan
207
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
dengan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Definisi dari PBG adalah perizinan yang
diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi dan atau merawat bangunan gedung sesuai dengan standar
teknis bangunan gedung.
Beberapa ketentuan penting dari PP No. 16 Tahun 2021 yang mengatur beberapa
aturan terkait perizinan sektor perumahan dan kawasan permukiman adalah:
1. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
Secara umum, PP No. 16 Tahun 2021 mengakui berbagai kategori bangunan gedung
yang dibedakan berdasarkan fungsi berikut:324
a. Fungsi hunian, untuk tempat tinggal manusia
b. Fungsi keagamaan, untuk tempat ibadah
c. Fungsi usaha, untuk mengadakan kegiatan usaha
d. Fungsi sosial dan budaya, untuk mengadakan kegiatan sosial dan budaya
e. Fungsi khusus, sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
f. Fungsi campuran, untuk bangunan gedung yang terdiri lebih dari satu fungsi
yang disebutkan di atas
PP No. 16 Tahun 2021 menetapkan berbagai klasifikasi baru untuk bangunan
gedung berdasarkan faktor-faktor berikut:
324 Pasal 4 dan Pasal 5, PP No. 16 Tahun 2021.
TingkatKompleksitas
TingkatPermanensi
Tingkatrisikobahayakebakaran
Lokasi
Dibagimenjadi:bangunangedungsederhana,bangunangedungtidaksederhana,danbangunangedungkhusus.
Dibagimenjadi:bangunangedungpermanen(yangtercakupdalamrencanapemanfaatanlebihdarilimatahun)danbangunangedungnon-permanen(yangtercakupolehrencanapemanfaatanhinggalimatahun).
Dibagimenjadi:bangunangedungdengantingkatrisikokebakarantinggi,bangunangedungdengantingkattisikokebakaransedang,danbangunangedungdengantingkatrisikokebakaranrendah.
Dibagimenjadi:bangunangedungdilokasipadat(pusatkota/pusatperdaganganatauareadenganKoefisienDasarBangunan(KDB)lebihdari60%);bangunangedungdilokasisedang(daerahpemukimanataudaerahdenganKDBantara40%dan60%);danbangunangedungdilokasirenggang(pinggirankotaatauareadenganKDB40%ataukurangdariitu).
1
2
3
4
Faktor Klasifikasi Jenis Bangunan Gedung
208
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Seluruh fungsi dan klasifikasi bangunan gedung yang disebutkan di atas saat ini
wajib dicatat dalam beberapa dokumen, khususnya: 325
1. Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)
2. Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
3. Surat Bukti Kepemilikan Gedung (SBKBG)
Sebagai perbandingan, kerangka PP No. 36 Tahun 2005 sebelumnya tidak
mewajibkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung untuk disebutkan dalam SLF
maupun SBKBG. Selain itu, PP No. 36 Tahun 2005 juga belum menerapkan konsep
PBG.
2. Standar teknis bangunan gedung
Dalam hal standar teknis bangunan gedung, PP No. 16 Tahun 2021 menetapkan
standar untuk proses konstruksi bangunan gedung secara umum (yang meliputi
perencanaan, perancangan, konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran), serta
sejumlah ketentuan tambahan yang mengatur konstruksi bangunan gedung
jenis tertentu, seperti bangunan gedung cagar budaya, bangunan gedung hijau,
bangunan gedung negara dan bangunan lain yang memiliki tujuan khusus.326
Rincian berbagai standar teknis yang harus dipenuhi berkaitan dengan perencanaan
dan perancangan bangunan gedung terdapat dalam matriks berikut:
325 Pasal 11, PP No. 16 Tahun 2021.326 Ibid., Pasal 13.
KetinggianBangunanGedung
Kepemilikan
KlasBangunan
Dibagimenjadi:bangunangedungsupertinggi(lebihdari100lantai),pencakarlangit(antara40-100lantai),bangunangedungbertingkattinggi(lebihdaridelapanlantai),bangunangedungbertingkatsedang(antaralimadandelapanlantai),danbangunangedungbertingkatrendah(hinggaempatlantai).
Dibagimenjadi:bangunangedungmiliknegaradanbangunangedungselainmiliknegara(milikswasta).
Dibagimenjadi10klas,dariklas1hingga10.
5
6
7
Matriks 3.11. Klasifikasi baru untuk bangunan gedung (Sumber: PP No. 16 Tahun 2021)
209
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Standar Teknis
Ruang LingkupStandararsitektur327
Ruang LingkupPeruntukanbangunangedung328
Standar Teknis
Ruang LingkupKeselamatan329
Ruang LingkupKesehatan330
Ruang LingkupKenyamanan331
Ruang LingkupKemudahan332
Standar Teknis
Ruang LingkupBangunangedungdidalamtanah333
327 Pasal 16, PP No. 16 Tahun 2021.328 Ibid., Pasal 21.329 Ibid., Pasal 28 dan Pasal 29 Ayat (2).330 Ibid., Pasal 35.331 Ibid., Pasal 41.332 Ibid., Pasal 47.333 Ibid., Pasal 51 Ayat (3).
Tatabangunangedung
CatatanBangunangedungharusdirancangdenganmempertimbangkanpenampilan,tataruangdalam,keseimbangandankeserasiandenganlingkungan,sertakeseimbangandengannilaisosialbudayadiareasekitarbangunangedung.
CatatanBangunangedungharusdibangundenganmempertimbangkantingkatkepadatandanketinggiannya,sertajarakbebas,sebagaimanaditentukandalamRencanaDetailTataRuang (RDTR)danRencanaTataBangunandanLingkungan (RTBL)terkait.
Keandalanbangunangedung
Catatan Seluruhbangunangedungharusmemenuhiberbagaipersyaratankeselamatansesuaidenganfungsidanklasifikasinya,yangmeliputikemampuanbangunangedungberkaitandengansebagaiberikut:1. Bebanmuatan2.Bahayakebakaran3.Bahayapetirdankelistrikan
Selanjutnya,bangunangedungharuskuat,stabil,danmampumemenuhiketentuanpelayananselamaumurlayananyangdirencanakan.
CatatanSeluruhbangunangedungharusmemenuhiberbagaiaspekkesehatansesuaidenganfungsidanklasifikasinya,danyangberkaitandenganareaberikut:1. Sistempenghawaan2.Sistempencahayaan3.Sistempengelolaanair4.Sistempengelolaansampah5.Penggunaanbahanbangunangedung
Catatan Bangunangedungharusmemenuhitingkatkenyamanantertentusesuaidenganfungsidanklasifikasinya,danyangberkaitandenganareaberikut:1. Ruanggerakdalambangunangedung2.Kondisiudaradalamruangan3.Pandangandaridankedalambangunangedung4.Tingkatgetarandankebisingandalambangunangedung
CatatanBangunangedungharusmemenuhitingkatkemudahantertentusesuaidenganfungsidanklasifikasinya,danberkaitandenganareaberikut:1. Kemudahantransportasike,dari,dandidalambangunangedung2.Kelengkapanfasilitasdanaksesibilitasbangunangedung
Bangunangedungdiatasdan/ataudidalamtanahdan/atauairdan/ataudiatas/dibawahsaranadanprasaranapublik
CatatanBangunangedungyangdibangundidalamtanahharusmemenuhiketentuansebagaiberikut:1. DibangunsesuaidenganRDTRdan/atauRTBLterkait2.Bukanuntukfungsihunian3.Tidakmengganggufungsisaranadan/atauprasaranaumumdidalamtanah4.Keandalanbangunangedungharussesuaidenganfungsidanklasifikasinya
210
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Ruang LingkupBangunangedungdidalamdan/ataudiataspermukaanair334
Ruang LingkupBangunangedungdiatasdan/ataudidalamprasarana335
Standar Teknis
Ruang LingkupPenyusunanprototipe336
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2021 saat ini mengatur berbagai ketentuan
teknis yang berlaku selama konstruksi bangunan gedung dalam rincian yang lebih
besar dari yang terdapat dalam kerangka pengaturan sebelumnya, yakni PP No. 36
Tahun 2005.
3. Mendapatkan Persetujuan Bangunan Gedung
Sebagaimana diketahui UU Cipta Kerja telah menghapus kewajiban kepemilikan IMB
sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun gedung.
Sedangkan PP No. 16 Tahun 2021 justru memperkenalkan Persetujuan Bangunan
Gedung atau dikenal dengan istilah PBG, jenis izin yang sekarang diperlukan
untuk membangun, mengubah, memperluas, menyusutkan dan/atau memelihara
bangunan dan fasilitasnya.337
334 Pasal 51 Ayat (5), PP No. 16 Tahun 2021.335 Ibid., Pasal 51 Ayat (6).336 Ibid., Pasal 57 Ayat (3).337 Ibid., Pasal 1 Ayat (17) dan Pasal 253 Ayat (3).
CatatanBangunangedungyangdibangundidalamdan/ataudiataspermukaanairharusmemenuhiketentuansebagaiberikut:1. Dibangunsesuaidenganrencanatataruanglaut,tataruangwilayah,RDTRdan/atauRTBL
2.Tidakmengganggukeseimbanganlingkungandan/ataufungsilindungkawasan3.Tidakmenimbulkanperubahanarusair4.Tidakmenimbulkanpencemaran5.Keandalanbangunangedungsesuaidenganfungsidanklasifikasinya6.Mendapatpersetujuandaripihakterkait
CatatanBangunangedungdiatasdan/ataudidalamprasaranadan/atausaranaumumharusmemenuhiketentuansebagaiberikut:1. Dibangunsesuaidenganrencanatataruangterkait,RDTRdan/atauRTBL2.Tidakmengganggufungsisaranadan/atauprasaranaumum3.Memperhatikankeserasianbangunangedung4.Keandalanbangunangedungsesuaidenganfungsidanklasifikasinya
Desainprototipe
CatatanPenyusunandesainprototipeharusmemperhatikanelemen-elemensebagaiberikut:1. Pemenuhanstandarteknis2.Pemenuhanketentuantahangempa3.Pemenuhankriteriadesain4.Kondisigeologisdangeografis5.Ketersediaanbahanbangunan6.Kemudahankonstruksi
Matriks 3.12. Standar teknis yang harus dipenuhi berkaitan dengan perencanaan dan perancangan bangunan gedung. (Sumber: PP No. 16 Tahun 2021)
211
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Khusus untuk pengajuan PBG Kolektif yang berkaitan dengan pembangunan Rumah
Umum Tapak oleh Pelaku pembangunan, pemilik bangunan gedung harus mematuhi
prosedur yang ditentukan dalam bagan berikut:
PerbaikanDokumen
PerbaikanDokumen
Sekretariat
TPA
TPA
SekretariatKepalaDin.Tek.OperatorDPMPTSPPenerbitan
PBG
PerhitunganTeknisRestribusi
PenetapanRestribusi&Surat
PemenuhanStandarTeknis
PenagihanRestribusi
PembayaranRestribusi
PerlengkapanStandarTeknis
1hari1 2 3
4
5
6
7
8
9
12
13141617
1718
18
19
15
10
11a
11a
1hari1hari
3-26hari
TidakLengkap
TidakMemenuhiTidakDimung-
kinkan
TidakMemenuhi
Lengkap
Memenuhi
Memenuhi
Dimungkinkan
Pemilik/Pemohon
PemeriksaanKelengkapan
PemeriksaanKelengkapan
1
2
3
PemeriksaanKelengkapan
Gambar 3.15. Bagan alir penyelenggaraan pengajuan PBG kolektif(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP berdasarkan PP No. 16 Tahun 2021)
212
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
4. Mendapatkan Sertifikat Laik Fungsi dan Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
Pelaksanaan konstruksi dimulai setelah pemohon memperoleh PBG. Pemohon harus
menyampaikan informasi jadwal dan tanggal mulai pelaksanaan konstruksi kepada
Dinas Teknis melalui SIMBG. Informasi harus disampaikan sebelum pelaksanaan
konstruksi dimulai. Apabila Pemohon tidak menyampaikan informasi maka Dinas
Teknis akan meminta klarifikasi kepada Pemohon melalui SIMBG. Klarifikasi dapat
dilakukan paling banyak 2 kali dalam kurun waktu paling lama 6 bulan sejak PBG
diterbitkan. Jika Pemohon tidak menyampaikan informasi setelah Klarifikasi
dilakukan, PBG akan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Berkaitan dengan hal ini
maka Pemohon harus mendaftar ulang.
Tahapan selanjutnya adalah Penyedia jasa pengawasan konstruksi atau manajemen
konstruksi atau Penilik membuat daftar simak hasil pemeriksaan kelaikan fungsi
berdasarkan laporan pengawasan, hasil inspeksi, dan hasil pengujian (commissioning
test). Daftar simak dibuat setelah pelaksanaan konstruksi selesai.
Surat pernyataan kelaikan fungsi dikeluarkan oleh penyedia jasa pengawasan
konstruksi atau manajemen konstruksi atau Pemilik berdasarkan daftar simak. Pemilik
menerbitkan surat tersebut untuk Bangunan Gedung berupa rumah tinggal tunggal 1
lantai dengan luas paling banyak 72 m2 dan rumah tinggal tunggal 2 lantai dengan luas
lantai paling banyak 90 m2 yang dibangun tanpa penyedia jasa pengawasan konstruksi/
manajemen konstruksi. Surat pernyataan kelaikan fungsi dikeluarkan berdasarkan
laporan pelaksanaan konstruksi dari Pemilik. Laporan pelaksanaan konstruksi jenis
surat pernyataan kelaikan fungsi ini meliputi:
1. Dokumentasi setiap tahap pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung
2. Surat pernyataan Pemilik bahwa pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung telah
selesai dilakukan sesuai dengan PBG
Pemilik mengeluarkan surat pernyataan kelaikan fungsi terhadap Bangunan Gedung,
rumah tinggal tunggal 1 lantai dan rumah tinggal tunggal 2 lantai, sebelum serah terima
akhir (final hand over). Segala bentuk beserta peruntukan surat pernyataan kelaikan
fungsi dikeluarkan sebelum Bangunan Gedung dimanfaatkan.
Daftar simak, surat pernyataan kelaikan fungsi, dan gambar Bangunan Gedung
terbangun (as-built drawings) harus diunggah ke dalam SIMBG oleh penyedia jasa
pengawasan konstruksi atau manajemen konstruksi atau Pemilik.
Surat pernyataan kelaikan fungsi untuk kumpulan Bangunan Gedung yang dibangun
dalam satu kawasan dan memiliki rencana teknis yang sama (termasuk pembangunan
213
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
bangunan gedung fungsi hunian dalam satu kawasan), dikeluarkan oleh penyedia jasa
pengawasan konstruksi atau manajemen konstruksi. Surat tersebut dikeluarkan untuk
setiap Bangunan Gedung.
Dinas Teknis menindaklanjuti surat pernyataan kelaikan fungsi dengan penerbitan SLF
dan surat kepemilikan Bangunan Gedung. SLF harus diperoleh oleh Pemilik sebelum
Bangunan Gedung dapat dimanfaatkan. SLF sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Dokumen-dokumen SLF
b. Lampiran dokumen SLF
c. Label SLF
Surat kepemilikan Bangunan Gedung sebagaimana meliputi:
a. SBKBG
b. Sertifikat kepemilikan Bangunan Gedung satuan rumah susun
c. Sertifikat hak milik satuan rumah susun
SBKBG meliputi:
a. Dokumen Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
b. Lampiran dokumen SBKBG
Dokumen SBKBG sebagaimana dimaksud meliputi informasi mengenai:
a. Kepemilikan atas Bangunan Gedung atau bagian Bangunan Gedung
b. Alamat Bangunan Gedung
c. Status hak atas tanah
d. Nomor PBG
e. Nomor SLF atau nomor perpanjangan SLF
Lampiran dokumen SBKBG meliputi informasi:
a. Surat perjanjian pemanfaatan tanah
b. Akta pemisahan
c. Gambar situasi
d. Akta fidusia bila dibebani hak
Penerbitan SLF dan SBKBG dilakukan bersamaan melalui SIMBG. Proses penerbitan
SLF dan SBKBG dilaksanakan paling lama 3 hari kerja sejak surat pernyataan kelaikan
fungsi diunggah melalui SIMBG. SLF dan SBKBG diterbitkan tanpa dipungut biaya.
214
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
3.2.4I N OVAS I S K EMA P EMB I AYAAN P E R UMAHAN F L P P
Setelah penerbitan UU Cipta Kerja, terdapat beberapa ketentuan baru dalam sektor
perumahan serta kawasan permukiman yang diubah dan dikembangkan. Salah satu
ketentuan baru tersebut terkait pengaturan Perjanjian Pendahuluan Jual Beli (PPJB).
Perjanjian Pendahuluan Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli adalah kesepakatan
antara pelaku pembangunan dan setiap orang untuk melakukan jual beli Rumah
atau satuan Rumah susun yang dapat dilakukan oleh pelaku pembangunan sebelum
pembangunan untuk Rumah susun atau dalam proses pembangunan untuk Rumah
tunggal dan Rumah deret yang dibuat di hadapan notaris.338 Selanjutnya pelaksanaan
PPJB akan masuk di dalam Sistem PPJB, yaitu rangkaian proses kesepakatan antara
Setiap Orang dengan pelaku pembangunan dalam kegiatan pemasaran yang dituangkan
dalam perjanjian pendahuluan jual beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli sebelum
ditandatangani akta jual beli.339 Sistem PPJB terdiri atas Pemasaran dan PPJB.340
Pelaksanaan PPJB dilakukan pada saat pembangunan Rumah yang meliputi pembangunan
Rumah tunggal, Rumah deret, dan/atau Rumah susun yang pembangunannya pun
harus mengikuti sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Rumah tunggal, Rumah
deret, dan/atau Rumah susun yang masih dalam tahap pembangunan tersebut dapat
dilakukan Pemasaran oleh pelaku pembangunan melalui Sistem PPJB. Sistem PPJB
tersebut berlaku untuk Rumah umum milik dan Rumah komersial milik yang berbentuk
Rumah tunggal, Rumah deret, dan Rumah susun. PPJB dilakukan setelah memenuhi
persyaratan kepastian atas, status kepemilikan tanah, hal yang diperjanjikan, PBG,
ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum, dan keterbangunan paling sedikit
20%. Pelaku pembangunan atau pengembang yang melaksanakan pemasaran PPJB
sebagaimana terdiri atas orang perseorangan dan/atau Badan Hukum.341
Pemasaran PPJB dilakukan oleh pelaku pembangunan pada tahap proses pembangunan
pada Rumah tunggal atau Rumah deret, atau sebelum proses pembangunan pada
Rumah susun. Pemasaran harus memuat informasi Pemasaran yang benar, jelas, dan
menjamin kepastian informasi mengenai perencanaan dan kondisi fisik yang ada.342
338 Pasal 1 Angka 11, PP No. 14 Tahun 2016 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 12 Tahun 2021.339 Ibid., Pasal 1 Angka 10.340 Ibid., Pasal 22 A.341 Ibid., Pasal 22 Ayat (1) hingga Ayat (6).342 Ibid., Pasal 22.
215
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Proses bisnis pemasaran PPJB dapat dilihat dalam gambar berikut:
Pelaku Pebangunan (BadanHukumatauOrangPerseorangan)
Persyaratan&Informasi
Psl22F(1),22G
Pembangunan Rumah
Pasal22
RumahUmum&KomersilMilik
Tahap proses pembangunan (Rumahtunggal&deret)
Pasal228(1)
Sistem PPJB
Pasal22(3);22A
Sebelum proses pembangunan(RumahSusun)
Pasal228(1)
1. Kepastianperuntukanruang
4.Perizinan
5.JaminanPembangunandrLembagaPenjamin
SuratKeteranganRencanaKab./KotaolehPemda
PBG
SuratDukunganBank/Non-Bank
Pasal22F(1)
PEMBAYARANmerupakanbagian
pembayaranatashargarumah
Calon Pembeli (MBR/Non-MBR)
3.Kepastianstatuspenguasaanrumah
2.Kepastianhakatastanah
•Statussertifikat:HM,HGB,&SertifikatHPRT/RD
•SertifikatHMRS/SertifikatKepemilikanBGSarusunberdasarkanpertelaanyangdisahkanPemda
1. No.SuratKeteranganRencanaKota/Kab
2. NoSertifikatatasTanah;dalamhalHGB(noperjanjian)
3. SuratDukunganBank/Non-Ban
4. NomortanggalPBG5. RencanatapakPerumahan/Rusun
6. Spesifikasibangunan&denahrumah/sarusun
7. Hargajual8. PSUygdijanjikan9. Bagian,benda&tanahBersamauntukRS
10.MateriMuatanPPJB11.Jadwalpembangunan,penandatangananPPJBdanAJB,SerahTerimaRumah
•Sertifikattanaha/npelakupembangunan
•Sertifikattanaha/npemiliktanahyangdikerjasamakan
•Dokhakatastanah
Pemasaran
Persyaratan Minimal
Pasal22C(1)
Informasi Minimal
Pasal22D(1),22E,22F(2)
Dinas Perkim Pemda
Pasal22C(6)
Dinas Perkim Pemda
(Pengawasan)
Pasal22C(6)
Mediacetakdan/atauelektronik
Pengawasan
Pengawasan
1
2 3
3b
3a
Gambar 3.16. Bagan proses bisnis pemasaran PPJB(Sumber: Bahan Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)
216
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Setelah proses pemasaran, PPJB akan dilaksanakan setelah pelaku pembangunan
memenuhi persyaratan kepastian atas status kepemilikan tanah; hal yang diperjanjikan,
PBG, ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum; dan keterbangunan paling
sedikit 20%. Status kepemilikan tanah akan dibuktikan dengan sertifikat hak atas
tanah yang diperlihatkan kepada calon pembeli pada saat penandatanganan PPJB.
Pada prakteknya pada saat pelaksanaan penandatanganan PPJB banyak sertifikat hak
atas tanah yang dijadikan agunan oleh Pelaku Pembangunan atau pemilik tanah yang
dikerjasamakan dengan Pelaku Pembangunan, tanpa diinformasikan terlebih dahulu
kepada calon pembeli atau konsumen. Hal ini menyebabkan kepentingan konsumen
dalam fokus buku ini adalah MBR, menjadi kurang terlindungi, karena menyebabkan
proses perwujudan Akta Jual Beli rumah menjadi terkendala.
Pasal22F(2)
Pasal22H(4)
Pasal22H(1) Pasal22H(2)
Pasal22H(3)Pasal22H(6)
Pasal22H(7)Pasal22H(4)
Gambar 3.17. Bagan pembatalan PPJB dalam tahap pemasaran(Sumber: Bahan Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)
Jadwalpembangunan,penandatangananPPJBdanAJB,SerahTerimaRumah
Pelaku pembangunan
Calon Pembeli
30harikalendersejakdittd
30harikalendersejakdittd(dalamhalterdapatsisauangsetelahdiperhitungkandengan
pemotongan)
Apabilatidakterlaksana,pelaku
pembangunandikenakandendasebesar1%o
(satupermil)perharikalender
Pasal22H(1)
KelalaianPelakuPembangunan
Pasal22H(3)
KelalaianBukanPelakuPembangunan
KPRtidakdisetujuiBank
PembatalanPenuh
PengembalianPembayaranPenuh
PembatalandenganPotongan
Pasal22H(3)
PengembalianPembayaran(Potongan20%+Pajak)
Pasal22H(4)
PembatalandenganPotongan
PengembalianPembayaran
(Potongan10%+Pajak)
Pemasaran
Informasi Minimal
Pasal22F(1)
CalonPembelidapatmembatalkan
22H(5)Tertulis
PEMBAYARANmerupakanbagianpembayaranatas
hargarumah
Pembayaran
217
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Untuk mengantisipasi hal tersebut menurut hemat kami perlu adanya pencantuman
pernyataan di dalam akta PPJB yang menyatakan dengan terang dan jelas bahwa
sertifikat hak atas tanah tersebut sedang diagunkan oleh pelaku pembangunan atau
pemilik tanah yang dikerjasamakan dengan Pelaku Pembangunan di bank tertentu
serta informasi lain terkait agunan ini.
Hal ini akan memberikan kepastian bagi konsumen MBR bahwa kelak akan diterbitkan
sertifikat rumah atas nama konsumen MBR yang bersangkutan. Statement dari Bank
akan merilis apabila sudah terima pembayaran.
Pencantuman pernyataan tersebut dalam PPJB dimungkinkan karena sesuai dengan
muatan minimal PPJB yang diatur dalam Pasal 22J PP No. 12 Tahun 2021.
Yang dimaksud dengan hal yang diperjanjikan adalah terpenuhinya persyaratan
minimum yang terdiri atas kondisi Rumah, kondisi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.
Persyaratan tersebut tertera dalam informasi Pemasaran, penjelasan kepada calon
pembeli mengenai materi muatan PPJB, dan status tanah dan/atau bangunan dalam
hal menjadi agunan. Pada saat penandatanganan PPJB, persyaratan PBG disampaikan
kepada calon pembeli dalam bentuk salinan dari dokumen asli.
Persyaratan ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Perumahan
dibuktikan dengan:
a. Terbangunnya Prasarana paling sedikit jalan dan saluran pembuangan air hujan/
drainase
b. Lokasi pembangunan Sarana sesuai peruntukan
c. Surat pernyataan pelaku pembangunan mengenai tersedianya Utilitas Umum
berupa sumber listrik dan sumber air
Persyaratan ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk pelaksanaan
PPJB Rumah susun dibuktikan dengan surat pernyataan dari pelaku pembangunan.
Surat tersebut menginformasikan ketersediaan tanah siap bangun di luar tanah bersama
yang akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota atau Pemerintah
Daerah provinsi khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Terkait dengan Pelaksanaan keterbangunan Perumahan paling sedikit 20% dibuktikan
dengan:
a. Untuk Rumah tunggal atau Rumah deret keterbangunan paling sedikit 20% dari
seluruh jumlah unit Rumah serta ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Umum dalam suatu Perumahan yang direncanakan
218
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
b. Untuk Rumah susun keterbangunan paling sedikit 20% dari volume konstruksi
bangunan Rumah susun yang sedang dipasarkan
Keterbangunan 20% dalam pelaksanaan PPJB juga harus sesuai dengan hasil laporan
dari konsultan pengawas pembangunan atau konsultan manajemen konstruksi.343
343 Pasal 22 I Ayat (1) hingga Ayat (8), PP No. 14 Tahun 2016 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 12 Tahun 2021.
Perumahan FLPP - Perumahan Hokiland, Pontianak, Kalimantan Barat
219
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Calon Pembeli Pelaku Pembangunan
Persyaratan diatur dalam Permen PUPR No. 16 Tahun 2021
Sistem PPJB PPJB
Calon Pembeli
Pembangunan Rumah(RumahUmum&KomersilMilik)
Kelalaianpembeli
Kelalaianpembeli
Pemotonganpalingbanyak10%(>10%)
PembatalanPPJB
Kelalaianpelakupembangunan
Kelalaianpelakupembangunan
1. IdentitasparaPihak
2. UraianobjekPPJB
3. Hargarumahdantatacarapembayaran
4. Jaminanpelakupembangunan
5. Hakdankewajibanparapihak
6. Waktuserahterimabangunan
7. Pemeliharaanbangunan
8. PanggunaanBangunan
9. Pengalihanhak10.PembatalandanberakhirnyaPPJB
11.Penyelesaiansengketa
1. StatusKepemilikanTanah
3.PBG
2.Halygdiperjanjikan4.KetersediaanPSU
RumahTapak RumahSusun
RumahTapak
RumahSusun
a.Terbangunnyaprasaranapalingsedikitjalandansaluranpembuanganairhujan/drainase
c.Suratpernyataanpelakupembangunanmengenaitersedianyautilitasumumberupasumberlistrikdansumberair
Suratpernyataandaripelakupembangunanmengenaiketersediaantanahsiapbangundiluar
tanahbersama.
Palingsedikit20%darivolumekonstruksibangunanrumahsusunyangsedangdipasarkan
PenandatanganPPJB
Pasal1Angka11joPasal22K(3)PPJBdibuat&dittdcalonpembeli&pelakupembangunandihadapanNotaris(Akta
Otentik)
JikaCPMBR,honorariumatasjasahukumnotarisditetapkansebesar1%0(satupermil)drhargajualRumahumumyangditetapkanolehPemerintahPusat
Palingsedikit20%dariseluruhjumlahunitrumahsertaketersediaanPSUdalamsuatuPerumahanyangdirencanakan
b.LokasipembangunanSaranasesuaiperuntukan
5.Keterbangunanpalingsedikit20%
SertifikathakatastanahSalinansesuaiasli
Pasal32–Pasal36PP13tahun2021
Kondisirumah,kondisiPSU,penjelasanmaterimuatanPPJBdan
statustanahdan/ataubangunandalamhalmenjadiagunan
Pasal22MPersyaratanPelakuPembangunanPPJB
Pasal22MPersyaratan
PelaksanaanPPJB
Pasal22JMuatanminimal
PPJB
Pasal22KNaskahPPJBdipelajaricalonpembelisebelumdittdpalingsingkat7hrkerja
Pasal22MPasal22(3);22A
Gambar 3.18. Bagan pelaksanaan PPJB(Sumber: Bahan Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)
220
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Sistem PPJB berlaku untuk Rumah umum
milik dan Rumah komersial milik yang berbentuk Rumah tunggal, Rumah deret, dan
Rumah susun. Pengaturan Sistem PPJB tersebut kedepannya dapat diimplementasikan
dalam penyaluran dana KPR Sejahtera FLPP. Diatur dalam ketentuan penyaluran FLPP
bahwa Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang diperoleh melalui KPR Sejahtera
BLU PPDPP
MBR Debitur
pembayaran
pembayaran tahap I
1PKS
PKS 2adokumen KSB
dokumen MBR
4a
6
SiPetruk10b
permohonanSiKasep 4c
SiKumbang pengujiane-FLPP 2.0
H2H4b
SiPetruk10a
pengawasan pembangunan
rumah
3
persyaratanadm. dan teknis
angsuran inden
membangun
7
pemberkasanpermohonan
10c
10c 8
PPJB & akad KPR-SB
SBUM
2b2c T
2d Y
9
PelakuPembangunan
MBR Debitur
Bank Pelaksana
MBR Calon Debitur
Pembangunan Kawasan
Kavling Siap Bangun
Jalur Dokumen
Jalur Dana
Jalur Fisik Objek KPR
Jalur Angsuran
221
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
merupakan rumah baru yang dibangun oleh Pelaku Pembangunan/Pengembang, maka
dimungkinkan agar KPR Sejahtera dapat disalurkan sebelum rumah dibangun. Skema
penyaluran KPR Sejahtera ini telah kami analisa dan tuangkan dalam skema KPR Siap
Bangun.
pembayaran
pembayaran tahap II
perbaikan
17
14
13
Y
T12
10a SLF & SBKBG
penghunian
angsuran KPR
18
11 pengujian teknis
serah terima kunci
1520
15
19
pengembalian
16
max. 20 tahun
pelunasan
Bank Pelaksana
Rumah Siap Huni
Gambar 3.19. Skema KPR Siap Bangun BLU PPDPP(Sumber: Paparan Direktur Utama BLU PPDPP dan Tim Task Force BLU PPDPP,
2020)
222
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
BLUPPDPPmelakukanPKSdenganBankPelaksanaterkaitpenyaluranKPRSiapBangun.
PelakuPembangunanmelakukanPKSdenganBankPelaksana.
PelakuPembangunanmempersiapkanDokumenPBG,pernyataantelahmemenuhiPPJBdanjaminankredituntukdiverifikasiolehBankPelaksana,kemudianhasilverifikasiBankPelaksanadiserahkankepadaBLUPPDPPuntukdiujimelaluiaplikasiSiKumbang(ditambahkandengandokumenPKSBankPelaksanadenganPelakuPembangunan).
Apabilaterdapatketidaksesuaianterhadapdokumen-dokumen,makaPelakuPembangunanmelakukanpemenuhanpersyaratankembali.
DokumenPKS
DokumenPKSdanJaminankredit
a.DokumenPBGb.PernyataanmemenuhiunsirketentuanPPJB(form)c.JaminanKredit,d.hasilverifikasiBankPelaksana
SiKumbang
PadasaatpenandatanganPKS,didalamPKSharusmencantumkanklausulyangmengharuskanPelakuPembangunanuntukmemenuhi:a.seluruhpersyaratanyangdiaturketentuandalamPPJB(belumberperikatandengancalonDebitur),b.jaminankredit.PadatahapaninidiberikesempatansertatenggatwaktuuntukpemenuhanpersayaratanadanbolehPelakuPembangunan.
StatushakatastanahuntukKPRSiapBangunharusdiatastanahHakMilikdan/atauHakGunaBangunan.ApabilastatustanahmasihHPLmakaharusadaperalihanHPLkeHGBdenganalasanuntukkepentinganumum.
1
2a
2b
2c
Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput
BLU PPDPP MBRBank Pelaksana
Pelaksana
Pelaku Pelaksana
Lembaga Pengawas
P E N J E L ASAN B I S N I S P R O S E S K P R S I A P B A NGUN
1 2
3 4
56
8
7Tidak
YaPemenuhanPersyaratan
Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput
BLU PPDPP MBRBank Pelaksana
Pelaksana
Pelaku Pelaksana
Lembaga Pengawas
223
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Apabilasudahsesuaidenganperaturanperundang-undanganyangberlakumakaBLUPPDPPmemberikanpersetujuanlolosujikepadaPelakuPembangunanmelaluBankPelaksana.
LahankaplingyangsudahmemenuhiketentuanPBG,PPJB,danjaminankredityangsudahlolosujiBLUPPDPPdinamakandenganistilahKaplingSiapBangun.
MBRmengajukanpermohonanKPRSiapBangunPelakuPembangunanyangtelahlolosuji.
BankPelaksanamelakukanverifikasiterhadapdokumenMBRdanmemberikandokumenhasilverifikasikepadaBLUPPDPP.
BLUPPDPPmemberikanhasilujidokumenMBRkepadaBankPelaksana.
KaplingSiapBangunyangdipiliholehMBRdipersiapkanolehPelakuPembangunan.
PermohonanKPRSiapBangunMBRCalonDebiturdilakukanpemberkasanolehBankPelaksana.
Setelahpemberkasan,CalonDebiturmenandatanganiPPJB(dihadapannotaris)
PersetujuanlolosujiKaplingSiapBangunolehPPDPP
a.AdministrasiPermohonanKPRSiapBangundanb.Suratpernyataancalondebitur.
a.SP3Kb.DKSc.SuratPernyataanVerifikasi
LembarHasilPengujian
PPJB
.
AkanditampilandalamaplikasiSiKasep
SecaraHost to Host
SecaraHost to Host
CalonDebiturpadasaatmenandatanganiPPJBharusmembayar
2d
3
4a
4b
4c
5
6
7
9 10
15
17
18
11
1413
20
12
16
19
21
22
Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput
BLU PPDPP MBRBank Pelaksana
Pelaksana
Pelaku Pelaksana
Lembaga Pengawas
224
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
denganPelakuPembangunan.Saatmelakukanpemberkasan,BankPelaksanajugamempersiapkandokumenakad/perjanjiankreditantaraBankPelaksanadanMBRCalonDebiturterhadapKaplingSiapBangunyangditentukan.
Akad/PerjanjianKreditKPRSiapBangundilakukanantaraBankPelaksanadanMBR.BankPelaksanamengajukanpermohonanpembayarandanatahapI.
BLUPPDPPmelakukanpencairandanaFLPPTahapIkerekeningDebiturdiBankPelaksana,BankPelaksanameneruskandanakepadaPelakuPembangunandanrumahmulaidibangun.
PelakuPembangunanmulaimelanjutkanpembangunanRumahUmumatasKaplingSiapBangun.
LembagaPengawasyangditunjukmelakukanpengawasanterhadappembangunanrumah.
10c.MBRmulaimengangsur(pengembalianangsuranpadaperiodepembanguan)saatrumahmulaidibangunkepadaBankPelaksana.
a.PK/Akad,danDokumenPK/Akad,b.PermohonanpembayarandanaTahapI
a.STTUdariBankkeBLUPPDPP,b.JadwalAngsuranTahapI
E-FLPP2.0
E-FLPP2.0
E-FLPP2.0
MelaluiaplikasiSiPetruk
MelaluiaplikasiSiPetruk
uangtandajadisesuaiperaturanperundang-undangan.Besaranuangtandajadiagarditetapkan.
Debiturdimungkinkanuntukmelakukanpengecekanterhadapprosespembangunanrumah.
25 27
32
23
26
31
24
28
29
30
8
9
10a
10b
10c
Pengawasan
Perbaikan
Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput
BLU PPDPP MBRBank Pelaksana
Pelaksana
Pelaku Pelaksana
Lembaga Pengawas
225
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
LembagaPengawasmenginputhasilpengawasandalamaplikasiSiPetruk.
Apabiladitemukanketidaksesuaiandalampembangunanrumah,makaPelakuPembangunanmelakukanperbaikan,apabilatelahmemenuhipersyaratan,rumahdiselesaikanhingga100%.
RumahUmumdiselesaikanPelakuPembangunanhingga100%.
Setelahpembangunanrumahsesuaidenganspesifikasidantelahterbangun100%,terhadaprumahtersebutakandimohonkanSLFdanSBKBGolehPelakuPembangunan.
SLFdanSBKBGditerbitkandanrumahsiapuntukdihuniMBR.DenganserahterimakuncidilakukanantaraMBRdanPelakuPembangunan.(BankPelaksanamengirimkanbuktiserahterimakuncibesertaSLF,SBKBG,AJB,dansuratperminaanpembayarankepadaBLUPPDPP).
PembayaranTahapIIdilakukanolehBLUPPDPPkerekeningMBRmelaluiBankPelaksanauntukditeruskankepadaPelakuPembangunan.
MBRmelakukanpenghunianrumahhinggajangkawaktuyangditentukandandisepakatidenganBankPelaksana.
SLFdanSBKBG
BAST,SLF,SBKBG,Ajb,dansuratpermintaanpembayaranTahapII
a.STTUdariBankkeBLUPPDPP,b.JadwalAngsuranTahapII
MelaluiaplikasiSiPetruk
MelaluiaplikasiSiPetruk
E-FLPP2.0
SetelahserahterimakunciBankPelaksanamenyerahkanformkepadaBLUPPDPPuntukdilakukanpembayaranTahapII
11
12
13
14
15
16
17
33
34
35
36
36
41
37
39
42
4038
Tidak
Ya
Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput
BLU PPDPP MBRBank Pelaksana
Pelaksana
Pelaku Pelaksana
Lembaga Pengawas
226
B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I
Skema KPR Siap Bangun disusun dan dirancang oleh BLU PPDPP untuk melindungi
kepentingan MBR, khususnya dalam hal menjaga kualitas rumah. Dalam Skema ini
kualitas rumah dapat terjaga karena pembelian rumah didahului dengan PPJB serta
proses pembangunan rumah dilakukan oleh Lembaga Pengawas. Dalam skema ini
Pemerintah turun langsung dari awal proses verifikasi dan permohonan MBR Kelompok
Sasaran sampai MBR Kelompok Sasaran tersebut menghuni rumah.
Pada BAB ini telah dipaparkan upaya-upaya yang dilakukan oleh BLU PPDPP dalam
mengembangkan teknologi informasi agar dapat bersinergi dengan Revolusi Industri
4.0. Segala upaya ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan memenuhi kebutuhan
bagi segala pihak yang terlibat. Dijabarkan pula analisis tentang dana bergulir FLPP
pasca terbitnya UU Cipta Kerja (Omnibus Law) beserta peraturan pelaksanaannya yang
mempengaruhi bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta
beberapa sektor terkait lainnya. Dalam BAB ini dipaparkan juga skema pembiayaan
perumahan FLPP, yaitu KPR Siap Bangun. Skema tersebut dirumuskan oleh Tim Task
Force BLU PPDPP sejak tahun 2020. Di BAB berikutnya akan kami sampaikan penutup
keseluruhan buku ini.
AngsuranKPRSiapBangundibayarkanolehDebiturkepadaBankPelaksana.
BankPelaksanamelakukanpengembalianpokokdantarifkepadaBLUPPDPP.
RumahUmumdenganKPR/PembiayaanSiapBangundihunidandiangsurhinggalunasolehDebitur.
19
20
18
43
47
44
4546
Gambar 3.20. Bagan bisnis proses KPR Siap Bangun BLU PPDPP(Sumber: Paparan Direktur Utama BLU PPDPP dan Tim Task Force BLU PPDPP,
2020)
227
3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW
Perumahan FLPP - Perumahan Hokiland, Pontianak, Kalimantan Barat
230
B a b 4 P E NUTUP
Pengelolaan dana bergulir FLPP oleh BLU PPDPP sesuai dengan amanah peraturan
perundang-undangan akan berakhir pada tahun 2021. Selama 11 tahun (2010-2021)
dana FLPP dikelola oleh BLU PPDPP telah banyak capaian dan inovasi yang tercipta.
Pencapaian dan inovasi tersebut dilakukan semata-mata untuk mewujudkan cita-cita
mulia kami dalam memberikan rumah yang layak huni bagi MBR. Untuk mewujudkan
tekad tersebut, BLU PPDPP mewakili kehadiran pemerintah dalam bentuk layanan
langsung bagi MBR pada sektor perumahan.
Inti dari inovasi-inovasi ini secara konseptual dan prinsip terletak pada perubahan
paradigma semua pemangku kepentingan perumahan. BLU PPDPP bertugas untuk
melengkapi regulasi dan kebijakan sektor perumahan yang masih menjadikan MBR
sebagai objek penyediaan dan pembiayaan perumahan, untuk kemudian menjadikan
MBR sebagai subjeknya. Harapan kami di masa mendatang adalah agar segala
pencapaian pengelolaan dana bergulir FLPP di lembaga baru dapat berjalan dan
dilaksanakan lebih baik dari sekarang. Semua pencapaian BLU PPDPP diharapkan pula
dapat menjadi pondasi pengelolaan dana bergulir FLPP untuk tahun-tahun selanjutnya.
Pencapaian yang dilakukan oleh BLU PPDPP, telah melalui proses pengembangan yang
panjang. Pengembangan tersebut adalah hasil pembelajaran dari ragam permasalahan
yang ditemui dan mampu dipecahkan selama ini. Apa yang diterapkan oleh BLU
PPDPP terhadap pengelolaan dana FLPP saat ini juga telah melalui analisa-analisa
berkesinambungan dari tahun ke tahun. Hal ini dilaksanakan demi menyempurnakan
proses bisnis penyaluran dana FLPP.
Tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga baru pengelola dana bergulir FLPP
tentunya tidaklah mudah. Salah satunya adalah mempertahankan eksistensi performa
penyaluran dana FLPP yang bereputasi baik dimata para pemangku kepentingan,
memajukan performa penggunaan teknologi informasi dan kualitas data yang telah
diimplementasikan terhadap FLPP, serta meningkatkan ketepatan sasaran penyaluran
dana FLPP yang telah mencapai presentase yang tinggi.
Lembaga baru pengelola dana bergulir FLPP tentunya juga harus menghadapi
penyesuaian tata kelola dan kelembagaan pengelola. Penyesuaian tata kelola dan
kelembagaan pengelola dilakukan dengan memodifikasi proses bisnis agar sesuai
dengan pelaksanaan UU Cipta Kerja dan turunannya. Hal ini sangat penting mengingat
231
banyaknya regulasi kebijakan serta lembaga-lembaga baru yang dilahirkan pasca
terbitnya UU Cipta Kerja.
Walaupun selama dalam pengelolaan dana bergulir FLPP masih terdapat banyak
kekurangan dan gagasan yang belum terimplementasikan, kami sangat berharap
lembaga pengelola dana FLPP baru dapat meneruskan perjuangan dimaksud. Terakhir
semoga buku ini dapat menjadi legacy ilmu pengetahuan serta persembahan BLU PPDPP
kepada masyarakat Indonesia dan para pemangku kepentingan bidang perumahan.
234
DA F TAR P U S TAKA
DA F TA R P U S TA KA
Kasali, Rhenald. 2017. Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi,
Motivasi Saja Tidak Cukup. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Musa, Soebowo. 2007. Sekilas Tentang Pembiayaan Perumahan. Jakarta: Kiran
Resources.
Aprianty, Diah Rachma. (2016). Penerapan Kebijakan E-Government dalam Peningkatan
Mutu Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. EJournal
Ilmu Pemerintahan FISIP UNMUL. 4 (4). 1590-1602.
Big Data Industry and Academic Point of View. 2015. Diambil dari Paparan Prof. Dr.
Mochamad Ashari dalam Konferensi Big Data Indonesia.
BLU PPDPP. 2019. Buku Potret KPR Sejahtera FLPP.
Deloitte. 2015. Industry 4.0: Challenges and Solutions for the Digital Transformation and
Use of Exponential Technologies. Zurich: Deloitte.
Djunaedi , Achmad. 2002. Beberapa Pemikiran Penerapan E-Goverment dalam
Pemerintahan Daerah di Indonesia. Disampaikan dalam Seminar Nasional
“E-Government & Workshop Linux” FMIPA UGM di Yogyakarta pada tanggal 30
Oktober 2002.
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. 2015. Peranan APBN dalam
Mengatasi Backlog Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Kementerian Perindustrian. 2018. Making Indonesia 4.0.
Kusumasari, Dita & Rafizan, Onny. 2017. Studi Implementasi Sistem Big Data Untuk
Mendukung Kebijakan Komunikasi dan Informatika. Jurnal Masyarakat Telematika
dan Informasi. 8 (2). 81-96.
Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. 2020. Diakses pada Juni
2021, dari https://uu-ciptakerja.go.id/Naskah.
Nugraha, Safri, dkk. 2007. Hukum Administrasi Negara, edisi revisi. Depok: Center for
Law and Good Governance Studies FHUI.
Praditya, Didit. 2014. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Tingkat
Pemerintahan Desa. Jurnal Penelitian Komunikasi, BPPKI, Bandung. 17 (2). 129-140.
Rosana, Anita Septiani. 2010. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Industri Media di Indonesia. Gema Eksos, 2. 144-156.
Sabaruddin, Arief. (2020). Jadikan MBR sebagai Subjek (bukan Objek) Melalui SiKasep
(Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan).
Sari, Kusuma Dewi Arum & Winarno, Wahyu Agus. (2012). Implementasi E-Government
System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Akuntansi dan Manajemen. XI (1). 1-19.
Suntoro, Agus. 2021. Implementasi Pencapaian Secara Progresif dalam Omnibus Law
Cipta Kerja (The Implementation of Progressive Realization at Omnibus Law). Jurnal
HAM. 12 (1). 1-17.
235
UNIDO. Industry 4.0 Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution
for Developing Countries and Economies in Transition. Panel Discussion. Austria:
United Nation Industrial Development Organization.
WEB S I T E
Adani, Muhammad Robith. 2020. Pengenalan Big Data: Pengertian Fungsi, Manfaat,
dan Tools. Diakses pada 8 September 2021, dari https://www.sekawanmedia.co.id/
pengertian-big-data.
Hermawan, M. Ilham. 2021. Ke Mana Arah Hunian Berimbang Pasca UU Cipta Kerja.
Diakses pada tanggal 29 September 2021, dari https://www.hukumonline.com/
berita/baca/lt5ff68dcf62049/ke-mana-arah-hunian-berimbang-pasca-uu-cipta-
kerja/?page=2.
Hidayat, Ali Akhmad Noor. (2021). BPPT Targetkan Platform Big Data Selesai
Dibangun Tahun ini. Diakses pada 8 September 2021, dari https://bisnis.tempo.
co/read/1438736/bppt-targetkan-platform-big-data-selesai-dibangun-tahun-ini/
full&view=ok.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2020). Penerapan SPBE dan Rencana
Pembangunan Pusat Data Nasional. Diakses pada 24 September 2021, dari https://
aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-
pusat-data-nasional.
Marr, Bernard. 2016. What Everyone Must Know About Industry 4.0. Diakses pada 6 Mei
2018, dari https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20/what-everyone-
must-know-about-industry-4-0/?sh=3b33a84795f7.
Morgan, Jacob. 2014. A Simple Explanation of “The Internet of Things”. Diakses pada
5 Mei 2018, dari https://www.forbes.com/sites/jacobmorgan/2014/05/13/simple-
explanation-internet-things-that-anyone-can-understand/?sh=6828500d1d09.
Nugrahaeny, Dian Erika. 2020. 5 Aturan dalam RUU Cipta Kerja yang Berpotensi
Memiskinkan Buruh. Diakses dari https://nasional.kompas.com/read/
2020/02/20/14274841/5-aturan-dalam-ruu-cipta-kerja-yang-berpotensi-
memiskinkan-buruh?page=all.
Oracle. What is a Data Warehouse?. Diakses pada 22 September 2021 dari https://
www.oracle.com/database/what-is-a-data-warehouse.
Panduan SiKumbang. https://sikumbang.ppdpp.id/public/images/panduan_
sikumbang_2021.pdf.
Panduan SiPetruk. https://sipetruk.ppdpp.id.
Perkim.id. 2020. Perjalanan Historis Kebijakan Pembiayaan Perumahan Indonesia.
Diakses pada 1 Juni 2021, dari https://perkim.id/pembiayaan-perumahan/
perjalanan-historis-kebijakan-pembiayaan-perumahan-indonesia.
236
DA F TAR P U S TAKA
Schwab, Klaus. 2016. The Fourth Industrial Revolution: what it means, how to respond.
Diakses dari https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-
revolution-what-it-means-and-how-to-respond.
Shidarta. 2019. Menggali Karakteristik Badan Layanan Umum (BLU). Diakses pada 5 Juli
2021, https://business-law.binus.ac.id/2019/08/07/menggali-karakteristik-badan-
layanan-umum.
Tentang SPBE. Diakses pada 8 September 2021, dari https://spbe.go.id/tentang.
YOU TU B E
BLU PPDPP, “Konsep Big Data "SiKasep" Solusi Mendapatkan Rumah Bersubsidi”, Youtube
video, 0:30. 26 Desember 2019. https://www.youtube.com/watch?v=P4lJIVxTca4
BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi
Perumahan)”, Youtube video, 2:11. 26 Desember 2019. https://www.youtube.com/
watch?v=Tkpwg1P2AnA
BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang
(SiKumbang)”, Youtube video, 6:06. 21 April 2020. https://www.youtube.com/
watch?v=Qlwmxgkix64&t=8s
BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKumbang Tahap Pewarnaan Siteplan
Latar Rumah Tapak”, Youtube video, 6:25. 21 Juli 2020. https://www.youtube.com/
watch?v=RoEe3Zc_eQs&list=PLfZcttXWQMCa0TFAl8jZhqSgQaIiN0h0n
BLU PPDPP, “Pengenalan Aplikasi Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi
(SiPetruk)”, Youtube video, 5:36. 11 Januari 2021. https://www.youtube.com/
watch?v=ZpOEQz9Jth8&t=34s
BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiPetruk (Sistem Informasi Pemantauan
Konstruksi)”, Youtube video, 13:58. 14 April 2021. https://www.youtube.com/
watch?v=piiZ5UoHxbM&list=PLfZcttXWQMCY1FMKXJ_WJejv7P5mfsqET
P E R AT U RAN P E R U NDANG - U NDANGAN
UU No. 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
UU No. 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
UU No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek.
UU No. 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat.
UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
UU No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.
237
UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 15 Tahun 2019.
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 19 Tahun 2016.
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 24 Tahun 2013.
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
PP No. 1 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
PP No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas PP No. 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
PP No. 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun.
PP No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas PP No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung.
PP No. 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun,
dan Pendaftaran Tanah.
PP No. 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum.
PP No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
PP No. 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan
Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah.
PP No. 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah.
PP No. 16 Tahun 2020 tentang Pencatatan Ciptaan dan Produk Hak Terkait.
PP No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi.
PP No. 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat.
238
DA F TAR P U S TAKA
PP No. 58 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
PP No. 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Tarif atas jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak.
PP No. 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 24 Tahun 2013.
PP No. 47 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Lembaga Jasa Keuangan dan Pelaksanaan
Kemudahan dan/atau Bantuan Pembiayaan dalam Sistem Pembiayaan Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
PP No. 63 Tahun 2019 tentang Investasi Pemerintah.
PP No. 14 Tahun 2016 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
PP No. 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah.
PP No. 23 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 74 Tahun 2012.
PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung.
Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan Penyelenggaraan
Perumahan.
Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No.
68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara.
Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2020 tentang Kementerian PUPR.
Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2020 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Rangka Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional.
Keppres No. 30/M Tahun 2021 tentang Pengangkatan Dewan Pembina Badan
Percepatan Penyelenggaraan Perumahan.
Permen PUPR No. 1 Tahun 2021 tentang Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah
dan Persyaratan Kemudahan Pembangunan dan Perolehan Rumah.
Permen PUPR No. 13 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Badan
Percepatan Penyelenggaraan Perumahan.
Permen PUPR No.14 Tahun 2021 tentang Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan
Rumah Susun.
Permen PUPR No. 15 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian
Badan Pelaksana dan Dewan Pengawas Badan Percepatan Penyelenggaraan
Perumahan.
239
Permen PUPR No. 16 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Perjanjian Pendahuluan Jual Beli
atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli untuk Rumah Umum dan Satuan Rumah Susun
Umum.
Permen PUPR No. 17 Tahun 2021 tentang Bentuk dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat
Kepemilikan Bangunan Gedung Satuan Rumah Susun.
Permen PUPR No. 18 Tahun 2021 tentang Standar Pembongkaran Bangunan Gedung.
Permen PUPR No. 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bangunan
Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan.
Permen PUPR No. 20 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung Fungsi Khusus.
Permen PUPR No. 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau.
Permen PUPR No. 22 Tahun 2021 tentang Pendataan Bangunan Gedung.
PMK No. 53/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Investasi Pemerintah.
PMK No. 122/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Pengalihan dan Pengembalian Dana
Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil.
PMK No. 129/PMK.05/2020 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum.
Permen PUPR No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permen PUPR No. 27/
PRT/M/2018 tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.
Permen PUPR No. 5 Tahun 2020 tentang Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
Permen PUPR No. 12 Tahun 2020 tentang Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Permen PUPR No. 13/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
PUPR.
Permen PUPR No. 27 Tahun 2020 tentang Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik.
Permen PUPR No. 30 Tahun 2020 tentang Pengamanan Barang Milik Negara.
PP No. 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 24 Tahun 2013.
PMK No. 80/PMK.010/2019 tentang Batasan Rumah Umum, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa dan Pelajar, serta Perumahan Lainnya, yang atas Penyerahannya
Dibebaskan dari Pengenaan PPN.
Permen PUPR No. 13/PRT/M/2019 tentang Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis
Tabungan.
Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BLU
PPDPP.
Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan Rumah
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Permendagri No. 72 Tahun 2019 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan.
240
DA F TAR P U S TAKA
Permendagri No. 109 Tahun 2019 tentang Formulir dan Buku yang digunakan dalam
Administrasi Kependudukan.
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi.
Permen Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 12 Tahun 2019
tentang Konsolidasi Tanah.
PMK No. 82/PMK.05/2018 tentang Pengelolaan Kas dan Investasi Badan Layanan
Umum.
Permen PUPR No. 01/PRT/M/2018 tentang Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan
Rumah Susun.
Permen PUPR No. 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
Permen PUPR No. 24/PRT/M/2018 tentang Akreditasi dan Registrasi Asosiasi
Pengembang Perumahan Serta Sertifikasi dan Registrasi Pengembang Perumahan.
Permen PUPR No. 20/PRT/M/2017 tentang Penyediaan Rumah Khusus.
Permendagri No. 55 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Perizinan dan Nonperizinan
Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Daerah.
Permendagri No. 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 72 Tahun 2019.
PMK No. 220/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU.
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah sebagaimana telah diubah dengan
Permen PUPR No. 26/PRT/M/2016.
Permen PUPR No. 29/PRT/M/2016 tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan
Perjanjian Kerja Sama di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Permen PUPR No. 20/PRT/M/2015 tentang Perubahan atas Permen PUPR No. 20/
PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka
Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Permen PUPR No. 32/PRT/M/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Permen PUPR No.
20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka
Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Permen PUPR No. 38/PRT/M/2015 tentang Bantuan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas
Umum Untuk Perumahan Umum sebagaimana telah diubah dengan Permen PUPR
No. 03/PRT/M/2018.
Permen Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 11 Tahun
2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan
dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi.
241
Permenpera No. 3 Tahun 2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah
Sejahtera
Permenpera No. 4 Tahun 2014 Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera
Permenpera No. 5 Tahun 2014 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera.
Permenpera No. 20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah
Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Permenpera No. 21/PRT/M/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Permenpera No. 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya sebagaimana telah diubah dengan Permen PUPR No. 39/
PRT/M/2015.
Permenpera No. 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera.
Permenpera No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan
Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan.
Permenpera No. 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan
Permenpera No. 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan
Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan.
Permenpera No. 13 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan.
Permenpera No. 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan
Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan.
242
DA F TAR P U S TAKA
Permenpera No. 27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan
Permenpera No. 28 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan
Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan
PMK No. 216/PMK.05/2011 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat
Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Perumahan Rakyat.
Permen Pekerjaan Umum No. 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
PMK No. 130/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan
Pertanggungjawaban Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.
Permenpera No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang.
Permenpera No. 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan
Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Bantuan
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.
Permen Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan
Berkala Bangunan Gedung.
PMK No. 185/PMK.05/2010 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat
Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Perumahan Rakyat.
PMK No. 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada
Kementerian Negara/Lembaga.
Permen Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan
Perawatan Bangunan Gedung.
Kepmen PUPR No. 411/KTPS/M/2021 tentang Besaran Penghasilan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah dan Batasan Luas Lantai Rumah Umum dan Rumah
Swadaya.
Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021 tentang Batasan Penghasilan Tertentu, Suku
Bunga/Margin Pembiayaan Bersubsidi, Masa Subsidi, Jangka Waktu Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah, Batasan Luas Tanah, Batasan Luas Lantai, Batasan
Harga Jual Rumah Umum Tapak dan Satuan Rumah Susun Umum, dan Besaran
Subsidi Bantuan Uang Muka.
Kepmen PUPR No. 242/KPTS/M/2020 tentang Batasan Penghasilan Kelompok Sasaran
Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsidi, Besaran Suku Bunga/Margin
Pembiayaan Bersubsidi, Lama Masa Subsidi dan Jangka Waktu Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah, Batasan Harga Jual Rumah Umum Tapak dan Satuan Rumah
Susun Umum, Batasan Luas Tanah dan Luas Lantai Rumah Umum Tapak, Luas
Lantai Satuan Rumah Susun Umum serta Besaran Subsidi Bantuan Uang Muka
Perumahan.
243
Kepmen PUPR No. 231 Tahun 2018 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah.
Kepmen PUPR No. 463/KPTS/M/2018 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera.
KMK No. 112/KMK.05/2016 tentang Penetapan Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan
Perumahan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai
Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
Kepmen PUPR No. 552/KPTS/M/2016 tentang Batasan Penghasilan Kelompok Sasaran
KPR Bersubsidi, Batasan, Harga Jual Rumah Sejahtera Tapak Dan Satuan RUmah
Sejahtera Susun, Serta Besaran Subsidi Bantuan Uang Muka Perumahan.
Kepmen PUPR No. 247/KPTS/M/2015 Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan
Kepemilikan Rumah Sejahtera.
KMK No. 290/KMK.05/2010 tentang Penetapan Pusat Pembiayaan Perumahan pada
Kementerian Perumahan Rakyat sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sederhana Sehat (Rs Sehat).
Surat Edaran Dirjen Penyediaan Infrastruktur No. 01/SE/Dp/2020 tentang Petunjuk
Teknis Perhitungan Besaran Penghasilan Kelompok Sasaran KPR Bersubsidi.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-44/PJ/2015 tentang Struktur Penomoran
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Penerapan Nomor Pokok Wajib Pajak Tetap.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah
sebagaimana telah diubah dengan Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 18 Tahun 2017.
Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 3 Tahun 2012 tentang Proporsi Dana FLPP terhadap
Pokok Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera
Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 9 Tahun 2012 tentang Proporsi Dana FLPP terhadap
Pokok Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera.
Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 26 Tahun 2012 tentang Proporsi FLPP terhadap
Pokok Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera
Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 2 Tahun 2010 tentang Proporsi Dana FLPP terhadap
Pokok Kredit/Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera
Perumahan FLPP - Perumahan Gemstone, Kota Kupang, NTTPerumahan FLPP - Perumahan Asri II. Kubu Raya, Kalimantan Barat