Post on 18-Jan-2023
1
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT
DARAH KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus)
NOELA NATALIA MANGAPE N111 07 012
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2011
2
PENGARUH PEMBERIAN
MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH
KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus)
SKRIPSI
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
NOELA NATALIA MANGAPE N111 07 012
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
3
PERSETUJUAN
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus L.)
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH KELINCI JANTAN (Orygtolagus cuniculus)
NOELA NATALIA MANGAPE N111 07 012
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt. NIP. 19470314 198003 1 001
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt Usmar, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 19651010 199203 2 002 NIP. 19710109 199702 1 001
Pada tanggal, November 2011
4
PENGESAHAN
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH ( Pandanus conoideus L.)
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus)
Oleh : Noela Natalia Mangape
N111 07 012
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal 22 November 2011
Panitia Penguji Skripsi
1. Ketua
Prof. Dr.rer.nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt. :………………..
2. Sekretaris
Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. : ……………….
3. Anggota
Dra. Sukati Kadis, MS., Apt. : …………….....
4. Ex Officio
Drs. Hasyim Bariun, M.S., Apt. : ……………….
5. Ex Officio
Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. : ……………….
6. Ex Officio
Usmar, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….
Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt.
NIP. 19560114 198601 2 001
5
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, November 2011
Penyusun
Noela Natalia Mangape
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Tiada kata yang patut diucapkan selain puji dan syukur setinggi-
tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala
berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan judul : Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah
(Pandanus conoideus L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Darah Kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan sangat baik.
Dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Papa tercinta Salmon Mangape, SE dan mama tersayang Christina
Tarukponno atas segala doa, dukungan moril, materi, dan kasih
sayangnya yang sangat penulis rasakan selama menyusun tugas
akhir ini. Tanpa kalian penulis tidak akan mampu bertahan sampai
saat ini. Walau semua tinta di dunia ini dikumpulkan pun, tidak akan
cukup untuk menulis jasa dan kasih sayang yang telah diberikan.
Semoga papa dan mama sehat dan selalu dalam perlindungan
Tuhan.
2. Bapak Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt. selaku pembimbing utama,
Ibu Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama
dan Bapak Usmar, S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing kedua atas
segala ilmu, bantuan, nasehat, bimbingan, dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis.
vi
7
3. Ibu Prof. Dr.rer.nat. Hj. Marianti A. Manggau., Apt., Bapak Subehan,
S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt., dan Ibu Dra. Sukati Kadis, MS., Apt.
selaku penguji
4. Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA, Wakil Dekan
I Prof. Dr.rer.nat. Hj. Marianti A.Manggau., Apt., Wakil Dekan II Drs.
Syahruddin Kasim, M.Si., Apt., Wakil Dekan III Drs. Abd. Muzakkir
Rewa, M.Si., Apt., dan bapak/ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin. Terima kasih atas ilmu, nasehat, dan saran yang telah
diberikan selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan ini, serta
seluruh pegawai akademik dan staf pegawai Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu penulis dalam
dunia kampus ini.
5. Kepala Laboratorium Biofarmasi dan Kimia Farmasi beserta staf yang
sudah turut membantu demi kelancaran jalannya penelitian penulis.
6. Ismail, S.Si., Apt. yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
demi membantu kelancaran jalannya penelitian penulis.
7. Saudari-saudariku, Garatu Andi Kulu Mangape dan Miranti Kesya
Mangape, tante tersayang Ningsih Parrangan, nenek Ludia
Parrangan, D.B Parrangan serta seluruh keluargaku yang telah
membantu dalam doa dan memberiku semangat dalam hidup ini.
8. Elvin Dwijaya Yalimo Tambunan, S.Si atas semua kesabaran,
ketulusan, kebaikan, kasih sayang serta dorongan semangat buat
penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
vii
8
9. Sahabat-sahabat terbaik Dian Dewi Astuti S.Si dan Viany Titarsole
yang telah memberikan nasehat dan motivasi serta menjadi penghibur
disaat penulis sedang sedih. Kalian adalah saudari-saudari terbaik.
10. Putri Ayu Puspita Sari S.Si, Devi Toding S.Si, dan Irma dewi atas
kerelaannya dalam membagi ilmu kepada penulis selama menyusun
tugas akhir ini.
11. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Saskiah, Andi Aulia
Tenri Paula, dan Novayanti yang sudah menemani selama penulis
melakukan penelitian ini.
12. Kepada seluruh angkatan MIXTURA 2007 Fakultas Farmasi UNHAS,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak
atas semua persaudaraan dan persahabatan yang kalian berikan.
Kalian selalu menjadi yang terbaik saat ini dan seterusnya.
Penulis sangat menyadari, dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan , sehingga saran, dan kritik yang membangun sangat
diharapkan oleh penulis kedepannya. Akhir kata semoga apa yang penulis
persembahkan ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan
kedepannya. Amin
Makassar, November 2011
Noela Natalia Mangape
viii
9
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) terhadap penurunan kadar asam urat darah kelinci jantan yang diinduksi dengan kalium bromat dosis 111 mg/kgBB. Sebanyak 15 ekor kelici jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi Natrium CMC 1% b/v, kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan yang diberikan minyak buah merah masing-masing dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB, dan kelompok V sebagai kontrol positif diberikan suspensi allopurinol 0,093% b/v dengan dosis 10 ml/kgBB. Hasil menunjukkan minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB dapat menurunkan kadar asam urat kelinci dengan nilai penurunan sebesar 0,66 mg/dL, 1,16 mg/dL dan 1,73 mg/dL. Semua kelompok uji memiliki efek penurunan kadar asam urat yang berbeda sangat signifikan dengan kelompok kontrol negatif. Minyak buah merah dengan volume pemberian 20 ml/2kgBB dapat mengakibatkan kematian pada hewan coba 24 jam setelah perlakuan. Minyak buah merah dengan volume pemberian 10 ml/2kgBB memiliki efek penurunan kadar asam urat yang setara dengan allopurinol.
ix
10
ABSTRACT
The purpose of this research was to study the effect of oil red fruit (Pandanus conoideus L.) to uric acid concentration of rabbit treated by potassium bromate 111 mg/kgBW. fifteen male rabbits were divided into 5 groups, the first group as a negative control was only administrated with Sodium CMC 1% w/v, group two, three, and four as the treatment group administrated with oil red fruit (Pandanus conoideus L.) with dose administration 5 ml/2kgBW, 10 ml/2kgBW, and 20 ml/2kgBW , and group five as a positive control group administrated with allopurinol suspension 0,093% w/v with dose 10 ml/kgBW. From the result shows that the oil red fruit (Pandanus conoideus L.) with dose administration 5 ml/2kgBW, 10 ml/2kgBW, and 20 ml/2kgBW has 0,66 mg/dL, 1,16 mg/dL and 1,73 mg/dL decreasing uric acid of rabbit blood. All test groups have effect reduction in uric acid levels are very significant with a negative control group. Oil red fruit with a dose 20 ml/2kgBB can cause death in experimental rabbits 24 hours after treatment. The oil red fruit with a dose administration of 10 ml/2kgBB has effect reduction of uric acid which is almost equivalent to allopurinol.
x
11
DAFTAR ISI
halaman
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vi
ABSTRAK .......................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4
II.1 Uraian Tanaman .......................................................................... 4
II.1.1 Klasifikasi ................................................................................. 4
II.1.2 Penamaan Tanaman Buah Merah ............................................ 4
II.1.3 Morfologi .................................................................................. 4
II.1.4 Kandungan Kimia ..................................................................... 5
II.1.5 Kegunaan ................................................................................. 5
II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam ..................................................... 5
II.2.1 Ekstraksi Dengan Cara Perebusan Bertingkat .......................... 5
II.3 Uraian Penyakit............................................................................ 6
II.3.1 Asam Urat, Hiperurisemia dan Gout ......................................... 6
II.3.2 Metabolisme Nukleotida Purin .................................................. 7
xi
12
II.3.3 Katabolisme Purin Menjadi Asam Urat ..................................... 8
II.3.4 Sifat Kelarutan Asam Urat dan Garam Asam Urat .................... 10
II.3.5 Klasifikasi Gout ......................................................................... 10
II.3.6 Patogenesis .............................................................................. 11
II.3.7 Etiologi ...................................................................................... 12
II.3.8 Manifestasi klinis........................................................................ 12
II.3.9 Pencegahan…………………………………………….................. 15
II.3.10 Pengobatan Hiperurisemia dan Gout....................................... 16
II.4 Metode Penentuan Asam Urat ..................................................... 21
II.5 Kalium Bromat (KBrO3) ................................................................ 22
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN............................................... 23
III.1 Penyiapan Alat dan Bahan ......................................................... 23
III.2 Pengambilan dan Penyiapan Sampel Penelitian ........................ 23
III.3 Penyiapan Minyak Buah Merah .................................................. 23
III.4 Penyiapan Bahan Penelitian ....................................................... 24
III.4.1 Penyiapan Suspensi Allopurinol 0,93% b/v .............................. 24
III.4.2 Penyiapan Larutan Koloidal Natrium CMC 1% b/v ................. 24
III.4.3 Pembuatan Kalium bromat (KBrO3)........................... .............. 25
III.5 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji .......................................... 25
III.6 Perlakuan Terhadap Hewan Uji........................................... ....... 25
III.7 Pengukuran Kadar Asam Urat Darah ......................................... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 27
IV.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 27
xii
13
IV.2 Pembahasan .............................................................................. 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 32
V.1 Kesimpulan .................................................................................. 32
V.2 Saran ........................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 33
LAMPIRAN
xiii
14
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Perubahan Kadar Asam Urat Darah Kelinci Yang Diberi Per-lakuan
Dengan Minyak Buah Merah, dibandingkan Dengan Kontrol ............ 27
2. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Sampel Terhadap Pe-nurunan Kadar Asam Urat ......................................................... 40
3. Perbandingan Rata-Rata Keseragaman Sediaan Uji ................ 41
xiv
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Pembentukan Asam Urat dari Nukleosida Purin Lewat Basa
Purin Hipoxantin, Xantin dan Guanin.......................................... 9
2. Kolkisin dan Senyawa-senyawa Urikosurat ................................ . 19 3. Penghambatan Sintesis Asam Urat Oleh
Allopurinol .................................................................................. . 21 4. Grafik Nilai Penurunan Masing-masing Kadar Asam
Urat Setelah Perlakuan .............................................................. . 39
5. Alat Pengukur Kadar Asam Urat (Humalyzer) ............................ . 42 6. Serum Kelinci ............................................................................. . 42
7. Alat Sentrifuge ............................................................................ . 43
8. Tanaman Buah Merah (Pandanus conoideus L.) ....................... . 43
xv
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Skema Kerja ………………………………………………………. 35
2. Perhitungan Dosis Allopurinol..…………................................... 36
3. Perhitungan Dosis KBrO3..…………......................................... 37
4. Analisis statistik dengan rancangan acak lengkap pengaruh pemberian minyak buah merah terhadap nilai penurunan kadar asam urat darah kelinci…………………………………... 38
5. Foto dan Gambar ...…………………………………………….… 42
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Purin berasal
dari makanan, penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua, serta hasil
sintesa bahan-bahan yang ada di dalam tubuh, seperti CO2, glutamin,
glisin, asam aspartat dan asam folat. Dalam kondisi normal asam urat ada
dalam darah dan air seni (urin) (1).
Kadar asam urat darah yang berlebihan bisa menyebabkan suatu
penyakit yang disebut dengan gout (2). Gout adalah penyakit yang timbul
jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat monohidrat berbentuk
seperti jarum pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya, dan mengakibat-
kan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri yang
hebat yang sering menyertai gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan
menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak (3).
Berbagai jenis obat sintetis dalam pengobatan gout telah banyak
beredar. Salah satu obat pilihan dalam pengobatan gout adalah allo-
purinol. Allopurinol merupakan analog purin. Obat ini mengurangi produksi
asam urat dengan jalan menghambat secara kompetitif dua langkah ter-
akhir biosintesis asam urat, yang dikatalisis oleh xantin oksidase (4), tetapi
obat ini memiliki efek samping yang tidak sedikit. Efek samping yang
paling sering muncul adalah gangguan gastrointestinal, reaksi hiper-
sensitivitas, dan ruam kulit. Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi bahkan
setelah pengobatan selama beberapa bulan atau tahun (5). Oleh karena
2
itu, perlu dicari alternatif pengobatan yang lebih aman dan efektif, yaitu
pengobatan tradisional.
Indonesia merupakan negara tropis yang dikenal kaya dengan
keanekaragaman hayatinya, antara lain berbagai jenis tumbuhan yang
disebut sebagai tanaman obat tradisional. Walaupun industri obat sintesis
tumbuh dengan pesat, namun konsumen obat tradisional tetap terus
meningkat. Kecenderungan tersebut didukung oleh kondisi Indonesia
yang berada dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga obat
tradisional yang harganya relatif lebih murah menjadi alternatif pilihan
masyarakat. Menanggapi kecenderungan masyarakat tersebut, perlu
dilakukan penelitian tentang manfaat dan efek negatif dari setiap obat
tradisional sehingga penggunaanya tetap dapat dipertanggungjawabkan
secara medic (6).
Salah satu tanaman yang memiliki efek farmakologi dan terkenal
saat ini adalah buah merah. Buah Merah di Papua tersebar hampir merata
dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tetapi lebih banyak tumbuh
didaerah dataran rendah, seperti di Jayapura dan Merauke juga ditemui
beberapa tanaman buah merah ini, tetapi populasinya sedikit (7).
Kandungan buah merah yang paling tinggi adalah betakaroten dan
tokoferol. Selain itu dilaporkan pula bahwa LD50 pada mencit jantan
sekitar 2,687 g/kg BB dan mencit betina 6,714 g/kg BB (8). Secara
empiris, buah merah digunakan dalam pengobatan untuk penyakit Kanker,
gout, diabetes mellitus, ambeien, hipertensi, gangguan pada mata (9).
3
Permasalahan yang timbul apakah minyak buah merah dapat
menurunkan kadar asam urat darah kelinci. Untuk memecahkannya maka
akan dilakukan penelitian yaitu pengaruh pemberian minyak buah merah
(P. conoideus) terhadap penurunan kadar asam urat darah kelinci
(Oryctolagus cuniculus), dengan hipotesis bahwa pemberian minyak buah
merah dapat menurunkan kadar asam urat darah kelinci yang diinduksi
dengan kalium bromat (KBrO3).
Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh pemberian
minyak buah merah terhadap penurunan kadar asam urat darah kelinci
(Oryctolagus cuniculus) yang dikondisikan hiperurisemia dengan
pemberian kalium bromat (KBrO3). Penelitian ini adalah studi
experimental dengan menggunakan kelinci sebagai hewan uji sebanyak
15 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 3
ekor. Data dianalisis secara statistik dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL).
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan
pengobatan tradisional khususnya sebagai obat asam urat. Selain itu
dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan
mampu mencari dosis efek yang tepat dan efektif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Uraian Tanaman
II.1.1 Klasifikasi (9)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus conoideus L.
II.1.2 Penamaan Tanaman (9)
Tanaman buah merah belum dikenal secara menyeluruh oleh
masyarakat Indonesia. Sehingga hanya memiliki satu nama daerah yaitu
Buah merah
II.1.3 Morfologi (9)
Tanaman buah merah termasuk tanaman berbentuk semak, perdu
atau pohon. Daun tunggal berbentuk lanset sungsang (oblanceolate),
berwarna hijau tua, dan letaknya berseling. Ujung daun runcing (acute),
tepi daun berduri atau tidak berduri, tergantung jenisnya. Batang tanaman
bercabang banyak, tegak, bergetah, dan berwarna cokelat bebercak putih.
Tinggi tanaman mencapai 16 m dengan tinggi batang bebas cabang 5-8 m
5
di atas permukaan tanah. Akar tanaman berfungsi sebagai penyokong
tegaknya tanaman. Akar tanaman buah merah tergolong akar serabut
dengan tipe perakaran dangkal. Buah berbentuk silindris, ujung tumpul,
dan pangkal menjantung. Panjang buah mencapai 96-102 cm dengan
diameter 15-20 cm. Tanaman ini merupakan salah satu spesies bambu
endemik di Indonesia yang mengandung air dalam ruas batangnya dan
digunakan sebagai obat.
II.1.4 Kandungan Kimia (9)
Buah merah (Pandanus conoideus L.) mengandung senyawa aktif
karotenoid, tokoferol, betakaroten, alfa-tokoferol, asam oleat, asam
linoleat, dekanoat.
II.1.5 Kegunaan (8,9)
Buah merah digunakan oleh masyarakat sebagai penyedap
makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung beta-karoten,
pewarna alami yang tidak mengandung logam berat dan mikroorganisme
berbahaya. Selain itu buah merah difungsikan sebagai penunjang
makanan pokok sehari-hari, dan obat berbagai penyakit yaitu kanker, HIV,
malaria, kolesterol, diabetes melitus, asam urat dan osteoporosis.
II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II.2.1. Ekstraksi dengan cara perebusan bertingkat (wet rendering)
Minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) diperoleh melalui
ekstraksi dengan cara perebusan bertingkat (wet rendering) dan
pemisahan minyak dari air dan pasta dilakukan dengan cara didiamkan
6
selama waktu tertentu (settling) .Perebusan bertingkat dilakukan dengan
cara merebus sisa pasta yang sebelumnya diperoleh dari hasil perasan
buah merah yang telah dikukus selama 1-1,5 jam dan telah dipisahkan
dari bijinya. Perebusan bertingkat pasta dilakukan hingga terbentuk atau
timbul minyak berwarna hitam pada permukaannya. Proses pemisahan
minyak murni dilakukan dengan mendiamkan selama 1 hari (settling)
hasil perebusan pasta hingga minyak terpisah secara total dari air dan
sisa pasta (11).
II.3 Uraian Penyakit
II.3.1 Asam Urat, Hiperurisemia, dan Gout
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin yang
menyusun bahan genetik. Produk purin dikonversi menjadi asam urat
melalui xantin dalam reaksi yang dikatalisis oleh xantin oksidase. Tanpa
adanya xantin oksidase, asam urat tidak dapat dibentuk (15). Purin adalah
protein yang tergolong nukleoprotein. Sintesis purin dilakukan oleh tubuh
dari bahan-bahan CO2, glutamin, glisin, asam aspartat dan asam folat.
Metabolisme purin ini diangkut ke hati mengalami oksidasi menjadi asam
urat (13). Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,75 dan 10,3.
Urat bentuk terionisasi, terutama dalam plasma, cairan ekstraselular dan
cairan sinovial dengan perkiraan 98% dalam bentuk urat monosodium
(MSU) pada pH 7,4 (14). Hiperurisemia adalah keadaan dimana
meningkatnya kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal,
sehingga menimbulkan kristal-kristal asam urat yang berbentuk jarum
7
yang menyebabkan kekakuan di bagian sendi. Hal itu terjadi ketika ginjal
tidak sanggup mengeluarkanya melalui air kemih (15). Nilai normal asam
urat pada laki-laki adalah 5,1±1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah
4,0±1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang
dengan gout (3).
Gout merupakan penyakit yang timbul jika terbentuk Kristal-kristal
monosodium urat monohidrat berbentuk seperti jarum pada sendi-sendi
dan jaringan sekitarnya, dan mengakibatkan reaksi peradangan yang jika
berlanjut akan menimbulkan nyeri yang hebat yang sering menyertai gout.
Jika tidak diobati, endapan Kristal akan menyebabkan kerusakan yang
hebat pada sendi dan jaringan lunak (3).
II.3.2 Metabolisme Nukleotida Purin
Kecuali protozoa yang bersifat parasitik, semua bentuk kehidupan
akan mensintesis nukleotida purin dan pirimidin. Sintesis dari intermediet
amfibolik berlangsung dengan kecepatan terkontrol yang sesuai untuk
semua fungsi selular. Karena kebutuhan terhadap nukleotida trifosfat
dapat beragam sebagai contoh selama pertumbuhan atau selama jaringan
mengadakan regenerasi dan saat sel akan membelah kecepatan
biosintesis purin dan pirimidin dikontrol oleh suatu mekanisme intrasel
yang mengindera serta mengatur secara efektif ukuran depot intermediet
sintesis asam nukleat ini (16). Biosintesis nukleotida dan pengaturannya
dalam tubuh manusia diperoleh dari penyelidikan terhadap proses yang
sama yang berlangsung pada burung serta Escherchia coli. Pada hewan-
8
hewan urikotelik (burung, amfibi, reptil), nukleotida memiliki fungsi
tambahan sebagai prekursor asam urat purin, produk akhir katabolisme
nitrogen purin. Ekskresi asam urat dalam jumlah yang besar oleh burung
telah dimanfaatkan dalam sejumlah penelitian awal terhadap biosintesis
purin. Dengan memberikan makanan yang mengandung prekursor
isotopik pada burung merpati, sumber setiap atom basa purin dapat
ditentukan dan penelitian terhadap berbagai reaksi serta intermediet
dalam biosintesis purin telah dimulai. Burung juga telah dimanfaatkan
untuk mengklon gen yang mengkodekan enzim biosintesis purin serta
protein pengatur yang mengendalikan kecepatan biosintesis purin (16).
Ada 3 proses yang menyumbang pada biosintesis nukleotida purin,
yang disusun berdasarkan penurunan urutan kepentingannya, yaitu:
sintesis dari intermediet amfibolik (sintesis de novo), fosforibosilasi purin
dan fosforilasi nukleosida purin (16).
II.3.3 Katabolisme Purin Menjadi Asam Urat
Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosin dan guanin,
menjadi asam urat melalui intermediet serta melibatkan beberapa reaksi.
Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi ionosin oleh enzim
adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin,
yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepas
senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanin
selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing-
masing oleh enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian, xantin
9
teroksidase menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh
enzim xantin oksidase. Dengan demikian xantin oksidase merupakan
tempat yang essensial untuk intervens farmakologis pada penderita
penyakit gout. (16).
Gambar 1. Pembentukan Asam Urat (Sumber : Rodwell VW. Biokimia Harper ed. 25 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 2001)
Pada mamalia selain primata derajat tinggi, enzim urikase akan
memecah asam urat dan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat
sangat larut dalam air. Meskipun demikian, karena manusia tidak memiliki
enzim urikase, produk akhir katabolisme purin pada manusia adalah asam
urat. Amfibi, burung, dan reptil juga tidak memiliki enzim urikase, dan
10
mengekskresikan asam urat serta guanin sebagai produk akhir
katabolisme purinnya (16).
II.3.4 Sifat Kelarutan Asam Urat dan Garam Asam Urat
Sebagaimana untuk setiap asam lemah, proporsi relatif asam
lemah (asam urat) yang tidak berdisosiasi dengan konjugat basa uratnya
bergantung pada nilai pH. Hanya disosiasi proton pertamalah
(nilai pK1=5,8) yang perlu dipertimbangkan karena nilai pK2 untuk proton
kedua adalah 10,3 suatu nilai yang berada di atas nilai cairan fisiologis.
Dengan demikian, hanya asam urat dan garam monosodium uratlah yang
terdapat dalam cairan tubuh (16).
Garam urat jauh lebih larut di dalam air dibandingkan asam urat.
Urine pada pH 5 hanya dapat melarutkan sekitar sepersepuluh total urat
(15 mg/dL) yang dapat dilarutkan oleh urin pada pH 7 (150 mg-200
mg/dL), pH urin yang normal secara khas berada di bawah 5,8. Dengan
demikian, kristal saluran kemih berupa natrium urat ditemukan di sebelah
proksimal lokasi asidifikasi urin (tubulus distal dan duktus koligen),
sedangkan kristal asam urat ditemukan di sebelah distal. Karena sebagian
besar batu pada sistem pengumpul saluran kemih tersusun atas asam
urat, pembentukkan batu dapat dikurangi dengan alkalinasi urin (16).
II.3.5 Klasifikasi Pirai (Gout) (3,17)
1) Hiperurisemia primer
Hiperurisemia primer biasanya tidak diketahui penyebabnya, tetapi
sebagian besar disebabkan defisiensi enzim hipoksantin guanine
11
fosforibosil transferase (HGPRT) dan peningkatan aktivitas enzim
fosforibosil pirofosfatase.
2) Hiperurisemia sekunder
Hiperurisemia sekunder disebabkan karena pembentukan asam
urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat berkurang akibat
proses penyakit lain seperti leukemia dan pneumonia, asam urat
meningkat disebabkan meningkatnya pemecahan sel darah putih
yang kaya asam urat; kelainan ginjal; kegemukan (obesitas) , atau
pemakaian obat- obatan tertentu seperti penggunaan yang lama
dari diuretik (contoh: furosemid); obat tuberculosis (contoh: INH,
pirazinamid,ethionamid).
II.3.6 Patogenesis
Serangan akut diprovokasi oleh endapan urat, yang jarum-jarum
kristalnya merusak sel dengan menimbulkan nyeri yang hebat. Sendi
membengkak, menjadi panas, merah dan amat sakit bila disentuh (dolor,
tumor, calor dan rubor), paling sering di jempol kaki atau pergelangan
kaki, tangan, dan bahu. Sering kali terdapat pula demam tinggi dan pada
stadium lanjut tofi yakni benjolan keras di cuping telinga, kaki atau tangan
Peradangan di sendi mengakibatkan pelepasan zat-zat chemotactic, yang
menarik neutrofil ke cairan sinovial. Granulosit ini memakan kristal urat
dengan jalan fagocytose, dengan sendirinya pun musnah sambil
melepaskan beberapa zat, antara lain suatu glycol-protein, radikal
oksigen, dan enzim-enzim lisosomal (protease dan fosfatase), yang
12
bersifat dekstruktif bagi tulang rawan. Selain itu dibentuk pula asam laktat,
yang mempermudah presipitasi urat selanjutnya karena sifat asamnya.
Mungkin terjadi pula aktivasi sistem prostaglandin. Dengan demikian,
proses peradangan diperkuat dan terpelihara terus-menerus (17).
II.3.7 Etiologi
Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Dilihat dari
penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
hiperurisemia yang terjadi karena (18):
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan
a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang
bertambah.
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan oleh pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout primer renal, terjadi karena adanya gangguan ekskresi asam
urat di tubuli distal ginjal yang sehat.
b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya
pada glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang.
II.3.8 Manifestasi Klinis
1. Arthritis gout
13
Gout merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan
meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia) (1). Gout dapat
bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat yang berlebihan atau akibat penurunan
ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan
asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat
proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu (1). Ada 4 tahap
perjalanan klinis penyakit gout yang tidak diobati yaitu (18):
a. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Dalam tahap ini
pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam
urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang
berlanjut menjadi serangan gout akut.
b. Tahap kedua adalah arthritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan
mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada
sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Artriris bersifat
monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal.
Mungkin terdapat demam dan peningkatan jumlah leukosit. Serangan
dapat dipicu oleh pembedahan, trauma, obat-obatan, alkohol atau
stress emosional. Serangan gout akut biasanya pulih tanpa
pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10 sampai 14 hari.
c. Tahap ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari
14
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan
gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat
yang terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak
dimulai. Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan
sendi yang bengkak. Serangan akut arthritis gout dapat terjadi dalam
tahap ini.
2. Tofi
Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang
pada sinovia, tulang rawan, bursa dan jaringan lunak. Tofi ini merupakan
manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan
arthritis akut pertama. Secara klinis tofi mungkin sulit dibedakan dengan
nodul reumatik. Pada masa kini tofi jarang terlihat dan akan menghilang
dengan terapi yang tepat (18).
3. Batu ginjal
Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat akan
bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam
interstitium medula, papila, dan piramid, sehingga timbul proteinuria dan
hipertensi ringan. Batu ginjal asam urat juga dapat terbentuk sebagai
akibat sekunder dari gout. Batu biasanya berukuran kecil, bulat dan tidak
terlihat pada pemeriksaan radiografi (18).
15
II.3.9 Pencegahan
Pencegahan untuk penyakit asam urat bertujuan untuk menurunkan
frekuensi serta keparahan serangan pada penderita penyakit asam urat.
Pada pencegahan ini juga dimaksudkan agar asam urat dalam darah
dapat berada dalam keadaan normal.
1. Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk,
serta diet rendah purin. Hindari alkohol dan makanan tinggi purin (hati,
ginjal, ikan sarden, daging kambing, dan sebagainya), termasuk roti
manis. Perbanyak minum air putih. Pengeluaran urin 2 liter/hari atau
lebih akan membantu pengeluaran asam urat dan mengurangi
pembentukan endapan di saluran kemih.
2. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti
diuretik tiazid, aspirin dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi
asam urat dari ginjal, dimana terjadi persaingan antara diuretikum
dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli.
3. Kolkisin secara teratur diindikasikan untuk:
a. Mencegah serangan gout yang akan datang. Obat ini tidak
mempengaruhi tingginya kadar asam urat namun menurunkan
frekuensi terjadinya serangan.
b. Menekan serangan akut yang dapat terjadi akibat perubahan
mendadak dari kadar asam urat serum dalam pemakaian obat
urikosurik atau allopurinol.
16
4. Penurunan kadar urat serum
Diindikasikan pada arthritis akut yang sering dan tidak terkontrol
dengan kolkisin, terdapat endapan tofi atau kerusakan ginjal.
Tujuannya untuk mempertahankan kadar asam urat serum di bawah
6mg/dL, agar tidak terbentuk kristalisasi urat (18).
II.3.10 Pengobatan Hiperurisemia dan Gout
Pengobatan untuk penyakit gout bertujuan untuk mengurangi atau
meringankan rasa sakit, mencegah serangan berulang pada tahap lebih
lanjut dan lithiasis urat. Gambaran patofisiologis penyakit ini adalah asam
urat pada awalnya difagositosis oleh synofiosit yang kemudian
melepaskan prostaglandin, enzim lisosomal, dan interleukin-1, akibatnya
polymorphonuclear leukosit berpindah ke sela-sela jaringan dan semakin
memperluas peradangan dengan intensitas nyeri yang tinggi. Pada tahap
serangan berikutnya terjadi peningkatan jumlah mononuklear fagosit
(makrofag), mencerna kristal urat, dan melepaskan mediator inflamasi
yang lebih banyak lagi. Dari rangkaian peristiwa ini dapat disimpulkan
bahwa cara untuk mengatasi induksi inflamasi oleh kristal asam urat
adalah dengan pemberian obat yang mengurangi aktifitas leukosit (19).
a. Kolkisin
Merupakan suatu isolat alkaloid dari Colchicum autumnale. Cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral dan kadar puncak dalam plasma
tercapai dalam 2 jam. Kolkisin secara drastis mengurangi rasa nyeri pada
serangan gout dalam 12-24 jam tanpa merubah proses metabolisme atau
17
tanpa mengekskresikan urat dan tanpa memberikan efek analgetik yang
lain. Efek antiinflamasi yang dihasilkan akibat pengikatan protein tubular
intraselular sehingga polimerisasi dicegah dan mengawali penghambatan
migrasi leukosit dan fagositosis.
Efek merugikan dari kolkisin adalah dapat menyebabkan diare,
mual, muntah, dan nyeri dibagian abdominalis. Toksisitas akut setelah
penyerapan akan dosis yang besar menyebabkan tenggorokan terbakar,
buang air besar berdarah, paling fatal jika sampai menyebabkan depresi
sistem saraf pusat. Dosis untuk pencegahan adalah 0,6 mg 1-3 kali
sehari, untuk membatasi serangan gout dosis yang biasa digunakan
adalah 0,6 atau 1,2 mg, diikuti 0,6 mg tiap 2 jam sampai rasa nyeri hilang
atau muncul rasa mual dan diare. Pemberian dosis yang optimum melalui
rute intravena bisa diberikan jika dibutuhkan, namun harus diperhatikan
jika dosis mencapai 8 mg dalam sehari bisa menyebabkan akibat yang
fatal (19).
b. Senyawa AINS
Untuk mencegah sintesis prostaglandin, indometasin dan senyawa
AINS lainnya biasa digunakan untuk menghambat proses fagositosis dari
kristal urat. Indometasin digunakan sebagai terapi awal pengganti kolkisin
dengan dosis 3-4 kali sehari 50 mg setiap 6 jam, jika ada respon, dosis
dikurangi hingga 25 mg 3-4 kali sehari selama 5 hari. Semua senyawa
AINS kecuali salisilat, aspirin, dan tolmetin dilaporkan baik dalam
mengatasi gout (19).
18
c. Senyawa Urikosurat
Probenesid dan sulfinpirazon merupakan senyawa urikosurat yang
digunakan untuk mengurangi deposit asam urat dalam tubuh untuk pasien
dengan tophycal gout dan frekuensi serangan nyeri yang tinggi. Urikosurat
adalah asam organik dimana memberikan transpor anion pada tubuls
ginjal, sedangkan sulfinpirazon adalah metabolit analog fenilbutazon (19).
Probenesid diabsorbsi sempurna dalam tubulus ginjal dan
dimetabolisme sangat lambat, sedangkan sulfinpirazon dan turunan
hidroksillatnya yang aktif diekskresikan sangat cepat, meskipun begitu
durasi efek yang diberikan setelah pemberian oral hampir sama dengan
probenesid (19).
Pemberian urikosurat mula-mula diberikan pada saat beberapa
serangan gout yang terjadi, saat terjadi tofi atau kadar asam urat dalam
plasma meningkat dan kerusakan jaringan tidak bisa dihindari, terapi ini
jangan diulang lagi 2-3 minggu setelah serangan akut (19).
Probenesid biasanya dimulai pada dosis 0,5 g perhari dalam dosis
terbagi, ditingkatkan 1 g perhari setelah satu minggu. Sulfinpirazon dimulai
pada dosis 200 mg perhari dan ditingkatkan 400 mg perhari dan lebih baik
diberikan dalam dosis tebagi untuk menghindari efek yang merugikan
pada sistem pencernaan (19).
19
Gambar 2. Kolkisin dan senyawa-senyawa urikosurat (Sumber : Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8 Salemba Medika Jakarta 2002)
d. Allopurinol
Allopurinol merupakan analog purin. Allopurinol dan metabolit
utamanya, oksipurinol bekerja dengan cara menghambat enzim xantin
oksidase, enzim yang mengubah hipoksantin menjadi xantin dan
selanjutnya menjadi asam urat.
Kolkisin
Probenesid
Sulfinpirazon
20
Allopurinol mengurangi pembentukan asam urat dengan cara
penghambatan xantin oksidase, mengurangi jumlah hipoksantin dan
xantin diubah menjadi asam urat. Cara ini menghasilkan hipoksantin
dan xantin menjadi lebih banyak, untuk digunakan kembali dalam
lingkungan metabolik purin, yang akhirnya secara mekanisme umpan
balik, mengurangi pembentukan purin baru secara keseluruhan (4).
Allopurinol dan metabolit utamanya dikeluarkan melalui ginjal,
karena allopurinol mengurangi pembentukan asam urat maka
konsentrasi garam atau asam urat pada cairan tubuh maupun air
kemih menjadi rendah..
Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila timbul
kemerahan pada kulit maka obat harus dihentikan karena gangguan
dapat menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil,
leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, atralgia dan pruritus juga
pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna kadang-kadang juga
terjadi (4). Mekanisme penghambatan pembentukan asam urat oleh
allopurinol dapat dilihat pada Gambar 2.
21
Gambar 3. Penghambatan sintesis asam urat oleh allopurinol (Sumber : Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8 Salemba Medika Jakarta 2002.
Dosis mula-mula untuk allopurinol adalah 100 mg per hari, namun bisa
ditingkatkan menjadi 300 mg per hari tergantung kadar asam uratnya.
Kolkisin dan senyawa AINS dapat diberikan selama satu minggu saat
terapi allopurinol untuk mencegah serangan gout yang tiba-tiba (19).
II.4 Metode Penentuan Asam Urat
Metode yang paling umum digunakan untuk penentuan asam urat
dalam serum adalah berdasarkan penggunaan enzim urikase. Asam urat
secara enzimatis dioksidasi menghasilkan hidrogen peroksida, allantoin,
dan karbondioksida (20).
22
Secara garis besar ada tiga metode yang paling umum digunakan
untuk penentuan asam urat dalam darah :
1. Metode fotometer (photometric method) yang berdasarkan pada reaksi
reduksi asam phospho-tungstic oleh asam urat memberikan warna biru
tungsten.
2. High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
3. Uricase Based Methods yaitu metode yang menggunakan kemampuan
enzim urikase dalam mengoksidasi asam urat menjadi persenyawaan
hidrogen peroksida, allantoin, dan karbondioksida (20).
II.5 Kalium Bromat (KBrO3)
Kalium bromat (KBrO3) adalah senyawa kimia berbentuk serbuk
hablur putih yang larut dalam air. Kalium bromat merupakan senyawa
oksidator yang bersifat karsinogenik. Senyawa ini merupakan bahan
pengoksidasi. Dahulu kalium bromat (KBrO3) biasa digunakan sebagai zat
tambahan pada makanan, digunakan pada pengempal tepung, namun
pada zaman sekarang sudah dilarang penggunaannya pada makanan
karena sifatnya yang karsinogenik (21).
Meskipun efek merugikan terhadap hewan percobaan belum jelas
tapi sudah dibuktikan bahwa pemberian KBrO3 secara oral dalam dosis
yang tinggi dapat bersifat karsinogenik dan bersifat nefrotoksis baik pada
tikus dan manusia (21). Kalium bromat bisa menginduksi peningkatan
kadar asam urat dalam darah dengan cara mempercepat metabolisme
purin melalui peningkatan aktivitas xantin oksidase (XO) (22).
23
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala
100 ml, gelas ukur 10 ml, humalyzer junior, labu tentukur 100 ml,
mikropipet, mortir dan stamper, sentrifuge, spoit injeksi, spoit oral, tabung
darah, timbangan analitik, timbangan hewan dan timbangan gram.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah
merah (Pandanus conoideus L.), larutan Natrium CMC 1% b/v, kalium
bromat (KBrO3), tablet allopurinol, dan reagen untuk analisis asam urat.
III.2 Pengambilan dan Penyiapan Sampel
Sampel buah merah (P. conoideus L.) diperoleh dari pasar Jibama,
Kabupaten Wamena, Provinsi Papua. Sampel dipetik, dibersihkan, dan
dikeluarkan empulurnya, kemudian dipotong.
III.3 Penyiapan Minyak Buah Merah
Pembuatan minyak buah merah dimulai dengan memilih buah
yang matang. Selanjutnya, buah dibelah dan empulurnya dikeluarkan, lalu
daging buah dipotong-potong dan dicuci bersih. Daging buah dikukus
selama 1−1,50 jam, dan setelah matang atau lunak diangkat dan
didinginkan. Irisan buah matang ditambah sedikit air lalu diremas dan
diperas hingga menjadi pasta. Pasta lalu disaring untuk memisahkan
ampas biji dari pasta selanjutnya dilakukan proses perebusan bertingkat.
24
Perebusan bertingkat dilakukan dengan cara merebus sisa pasta yang
sebelumnya diperoleh dari hasil perasan buah merah yang telah dikukus
selama 1-1,5 jam dan telah dipisahkan dari bijinya. Perebusan bertingkat
pasta dilakukan hingga terbentuk atau timbul minyak berwarna hitam pada
permukaannya. Proses pemisahan minyak murni dilakukan dengan
mendiamkan selama 1 hari (settling) hasil perebusan pasta hingga
minyak terpisah secara total dari air dan sisa pasta (11).
. III.4 Penyiapan Bahan Penelitian
III.4.1 Penyiapan Suspensi Allopurinol 0,093% b/v
Sebanyak 20 tablet allopurinol ditimbang dan dihitung bobot rata-
ratanya, kemudian tablet digerus hingga menjadi serbuk. Sebanyak 284,9
mg serbuk tablet yang setara dengan 93,3 mg allopurinol dimasukkan ke
dalam lumpang, kemudian ditambahkan larutan koloidal Natrium CMC
1% b/v sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen, lalu dimasukkan
ke dalam labu tentukur 100 ml dan volumenya dicukupkan dengan
Natrium CMC 1% b/v hingga 100 ml. (Cara perhitungan dapat dilihat pada
lampiran II).
III.4.2 Penyiapan Larutan Koloidal Na CMC 1 % b/v
Natrium CMC sebanyak 2 g dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam air suling panas (suhu 70C) sambil diaduk dengan pengaduk
elektrik hingga terbentuk larutan koloidal dan volumenya dicukupkan
hingga 200 ml dengan air suling.
25
III.4.3 Penyiapan Kalium bromat (KBrO3)
Kalium bromat sebanyak 5,55 g dimasukkan ke dalam lumpang, lalu
ditambahkan air suling secukupnya, digerus hingga homogen dan
dicukupkan volumenya hingga 250 ml dengan air suling. (Cara
perhitungan dapat dilihat pada lampiran III)
III.5 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci jantan sebanyak 15 ekor
dengan bobot badan 1,5 – 2 kg yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan
yaitu kelompok 1 (kontrol negatif) yang diberi suspensi Natrium CMC 1%,
kelompok 2 (kontrol positif) yang diberi allopurinol 0,093% b/v, kelompok 3
diberi minyak buah merah sebanyak 5 ml/2kgBB, kelompok 4 diberi
minyak buah merah sebanyak 10 ml/2kgBB, dan kelompok 5 diberi
minyak buah merah sebanyak 20 ml/2kgBB.
III.6 Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Sebelum perlakuan, semua kelinci terlebih dulu dipuasakan selama
3-4 jam. Setelah itu berat badannya ditimbang dan dikelompokkan.
Kemudian sampel darah awal diambil sebanyak 1 ml pada telinga kelinci
(vena marginalis) dan disentrifuge untuk mendapatkan serum, selanjutnya
diukur kadar asam urat awal. Setelah itu semua kelinci diinduksi kenaikan
kadar asam urat dengan pemberian kalium bromat (KBrO3) dengan dosis
per oral sebesar 111 mg/kg BB kelinci. Setelah 72 jam, sampel darah
diambil sebanyak 1 ml pada telinga kelinci (vena marginalis), disentrifuge
26
untuk mendapatkan serum dan diukur kadar asam urat. Selanjutnya
masing-masing kelompok diberi perlakuan per oral. Kelompok I sebagai
kontrol negatif diberi larutan koloidal Natrium CMC 1% b/v, kelompok II;
kelompok III; dan kelompok IV sebagai kelompok perlakuan masing-
masing diberi minyak buah merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB,
10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB dan kelompok V sebagai kontrol positif
diberi suspensi allopurinol 0,093% b/v. Setelah itu, sampel darah diambil
sebanyak 1 ml pada telinga kelinci (vena marginalis) setelah 1 jam
perlakuan dan 3 jam perlakuan lalu disentrifuge untuk mendapatkan
serum, kemudian diukur kadar asam urat setelah perlakuan.
III.7 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Darah
Cuplikan darah yang diperoleh (1ml) disentrifuge selama 10 menit,
akan diperoleh larutan supernatan yang kemudian diukur kadar asam
uratnya menggunakan Humalyzer junior.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Hasil pengamatan kadar asam urat setelah pemberian minyak buah
merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10 ml/2kgBB, 20 ml/2kgBB
dibandingkan dengan kontrol negatif (Natrium CMC 1% b/v) dan kontrol
positif (allopurinol 0,093% b/v) pada kelinci, disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Perubahan Kadar Asam Urat Darah Kelinci Yang Diberi Perlakuan Dengan Minyak Buah Merah, Dibandingkan Dengan Kontrol
Perlakuan
Replikasi
Kadar asam urat (mg/dL)
Perubahan
Kadar setelah 3 jam (mg/dL)
Awal Setelah Induksi
3 Jam Setelah Perlakuan
Kontrol Negatif
(Natrium CMC 1 %
b/v)
1 0,70
2,30
2,10
0,20
2 0,90 2,10 1,90 0,20 3 0,90 2,20 2,00 0,20
Rata-rata 0,85 2,20 2,00 0,20 Minyak Buah
Merah 5 ml
1 0,80 1,90 1,20 0,70 2 0,80 1,90 1,10 0,80 3 0,70 1,50 1,00 0,50
Rata-rata 0,76 1,76 1,10 0,66 Minyak Buah
Merah 10 ml
1 0,90 2,30 1,00 1,30
2 0,80 2,00 0,80 1,20 3 0,90 2,00 1,00 1,00
Rata-rata 0,86 2,10 0,93 1,16 Minyak Buah
Merah 20 ml
1 0,90 2,80 0,90 1,90 2 0,70 2,30 0,60 1,70 3 0,50 2,20 0,60 1,60
Rata-rata 0,70 2,43 0,70 1,73 Kontrol Positif
(Alopurinol 0,093%
b/v)
1 0,60 1,90 0,70 1,20 2 0,70 2,00 0,70 1,30 3 0,90 2,10 0,90 1,20
Rata-rata 0,73 2,00 0,77 1,23
28
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata penurunan kadar asam urat kelinci setelah perlakuan dibanding dengan kontrol.
IV.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) terhadap penurunan kadar
asam urat darah kelinci (Oryctolagus cuniculus). Minyak buah merah
(Pandanus conoideus L.) diperoleh melalui ekstraksi dengan cara
perebusan bertingkat (wet rendering) dan pemisahan minyak dari air dan
pasta dilakukan dengan cara didiamkan selama waktu tertentu (settling).
Perebusan bertingkat dilakukan dengan cara merebus sisa pasta yang
sebelumnya diperoleh dari hasil perasan buah merah yang telah dikukus
selama 1-1,5 jam dan telah dipisahkan dari bijinya. Perebusan bertingkat
pasta dilakukan hingga terbentuk atau timbul minyak berwarna hitam pada
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
Kontrol Positif Kontrol Negatif Minyak Buah Merah 5 ml
Minyak Buah Merah 10 ml
Minyak Buah Merah 20 ml
Nila
i Rat
a-ra
ta P
enur
unan
Kad
ar A
sam
Ura
t (m
g/dL
)
29
permukaannya. Proses pemisahan minyak murni dilakukan dengan
mendiamkan selama 1 hari (settling) hasil perebusan pasta hingga
minyak terpisah secara total dari air dan sisa pasta (11).
Penelitian ini adalah studi eksperimental, menggunakan hewan
kelinci jantan dengan bobot antara 1,5 – 2 kg. Dibagi dalam 5 kelompok,
masing-masing terdiri dari 3 ekor kelinci. Sebelumnya seluruh kelinci
diperiksa kadar asam urat awalnya dengan tujuan untuk mengetahui
kadar asam urat kelinci pada keadaan normal, kemudian diinduksi untuk
menaikkan kadar asam urat menggunakan kalium bromat (KBrO3) 111
mg/kgBB selama 72 jam. Mekanisme kerja dari kalium bromat (KBrO3)
dalam menaikkan kadar asam urat darah dengan cara mempercepat
metabolisme purin melalui peningkatan aktivitas xantin oksidase (XO)
(22). Kalium bromat merupakan senyawa oksidator, dimana dapat
berbahaya untuk DNA. Kelebihan KBrO3 dapat menyebabkan toksisitas
pada ginjal dan kerusakan ginjal (23). Seluruh kelinci percobaan yang
telah diinduksi dengan menggunakan kalium bromat, dibagi menjadi 5
kelompok, dimana kelompok I sebagai kontrol negatif diberikan Natrium
CMC 1% b/v, kelompok II; kelompok III; dan kelompok IV sebagai
kelompok perlakuan masing-masing diberikan minyak buah merah
(Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB; 10
ml/2kgBB; 20 ml/2kgBB, serta kelompok ke-V sebagai kontrol positif
diberikan suspensi allopurinol 0,093% b/v. Kemudian diukur kadar asam
urat darah untuk mengetahui efek pemberian masing-masing perlakuan.
30
Metode pengukuran kadar asam urat yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode enzimatik dengan menggunakan alat Humalyzer Junior.
Mekanisme yang terjadi adalah asam urat dioksidasi oleh enzim urikase
dengan bantuan H2O dan O2 menjadi allantoin, karbondioksida dan
hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan bereaksi
dengan suatu reagen asam urat menghasilkan kuinonimin yang berwarna
merah violet dimana reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim peroksidase
(POD) (20). Pada penelitian ini digunakan kontrol positif suspensi
allopurinol. Allopurinol merupakan analog purin yang efektif sekali untuk
menormalkan kadar asam urat dalam darah dan kemih yang meningkat
(17). Obat ini bekerja dengan menghambat enzim xantin oksidasi, enzim
yang mengubah hipoxantin menjadi xantin yang selanjutnya menjadi asam
urat. Melalui mekanisme umpan balik, allopurinol menghambat sintesis
purin yang merupakan prekursor xantin. Allopurinol sendiri mengalami
biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi alloxantin. Allopurinol
80% diabsorbsi setelah pemberian oral dan memiliki durasi efek yang
cukup sekali dalam sehari(19).
Dari data pengamatan menunjukkan bahwa nilai penurunan kadar
asam urat pada minyak buah merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB,
10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB masing-masing sebesar 0,66 mg/dL, 1,16
mg/dL, dan 1,73 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan volume
pemberian minyak pada dosis pemberian 5 ml – 20 ml/2kgBB
memperlihatkan adanya kenaikan nilai penurunan kadar asam urat, dan
nilai penurunan kadar asam urat terbesar terdapat pada dosis pemberian
31
20 ml/2kgBB, tetapi nilai penurunan kadar asam urat pada dosis
20 ml/2kgBB ini telah melebihi nilai penurunan kadar asam urat pada
kontrol positif allopurinol 0,093% b/v sehingga kemungkinan terjadinya
toksisitas, karena telah menyebabkan kematian pada hewan coba 24 jam
setelah perlakuan. Sedangkan persentase penurunan kadar asam urat
pada dosis pemberian 10 ml/2kgBB inilah yang hampir setara dengan
kontrol positif. Data pengamatan untuk kadar asam urat setelah induksi
memperlihatkan hasil yang kurang maksimal atau kenaikan yang kurang
signifikan, hal ini disebabkan oleh faktor kondisi fisik dari kelinci tersebut,
dimana ketika kelinci memperoleh tekanan dari lingkungan luar atau
stress, kelinci akan mengalami diuresis yaitu sering mengeluarkan urin.
Asam urat yang berlebih dalam darah sebagai akibat penginduksian
KBrO3 akan masuk kedalam ginjal dan kemudian akan keluar bersama
urin. Hal ini yang mempengaruhi kurang maksimalnya hasil pengukuran
kadar asam urat darah kelinci setelah induksi.
Berdasarkan hasil analisis data pengamatan dengan menggunakan
metode Analisis Sidik Ragam (ASR) (Lampiran IV) menunjukkan bahwa
setiap perlakuan memberikan perbedaan yang sangat nyata. Minyak buah
merah (Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10
ml/2kgBB, 20 ml/2kgBB dan kontrol positif (allopurinol 0,093% b/v)
memperlihatkan adanya nilai penurunan kadar asam urat jika
dibandingkan dengan kontrol negatif (Natrium CMC 1% b/v). Hal ini berarti
antara kontrol positif (allopurinol 0,093% b/v) dan pemberian minyak buah
merah dengan dosis pemberian 10 ml/2kgBB memberikan nilai penurunan
yang hampir setara.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) memperlihatkan adanya nilai
penurunan kadar asam urat pada dosis pemberian 5 ml/2kgBB, 10
ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB, kenaikan volume pemberian menunjukkan
adanya kenaikan nilai penurunan kadar asam urat.
2. Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) dosis pemberian 20 ml/2kgBB
memberikan efek penurunan yang lebih besar dibanding allopurinol,
sehingga kemungkinan memberikan efek toksik.
3. Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) dengan dosis pemberian 10
ml/2kgBB memperlihatkan nilai penurunan asam urat yang hampir setara
dengan allopurinol 0,093% b/v, dimana pada analisis data yang dilakukan
diperoleh hasil yang non signifikan antara volume pemberian 10 ml dan
kontrol positif allopurinol 0,093% b/v.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan isolasi senyawa aktif buah merah (Pandanus
conoideus L.) yang dapat menurunkan kadar asam urat dan dilakukan uji
toksisitas minyak buah merah (Pandanus conoideus L.) terhadap hewan
coba kelinci jantan.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Harjanti, TR. Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap kadar
Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih. 2006. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
2. Utami, WI. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan Galur BALB-C Yang Diinduksi Dengan Kalium Oksanat. 2008. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
3. Prince, SA, dan Wilson, LM. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol 2 Ed 6. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. 2006. Hal 1402.
4. Mycek, MJ, Harvey R.A, Champe P.C, & Fisher B.D. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Ed 2. Jakarta. Widya Medika. 2001. Hal. 419.
5. Ganiswarna, GS. Farmakologi dan Terapi. Ed 4. Jakarta. Gaya Baru. 1995. Hal. 221
6. Ismiyatun, S. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sidaguri Terhadap Kadar Enzim AST dan ALT Pada Darah Tikus Putih. 2006. Universitas Negeri Semarang.
7. Retnomurti, H. Pengujian Toksisitas Akut Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus L.) Secara In Vivo. 2008. Institut Pertanian. Bogor.
8. Wiryanta, WTB. 2005. Keajaiban Buah Merah ; Kesaksian dari mereka yang tersembuhkan. Agromedia Pustaka. Jakarta
9. Made, IB dan Paimin, RF. Buah Merah. 2005. Penerbit Swadaya. Jakarta.
10. Limbongan, J. Peluang Pengembangan Buah Merah (Pandanus conoideus
Lamk.) Di Provinsi Papua. 2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar.
11. Wijaya, H. Kajian Standar Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus). 2009.
Prosiding PPI Standardisasi. Jakarta.
34
12. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia. ed. 4 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hal. 4, 6 ,8,12.
13. Misnadiarly. Rematik: Asam Urat-Hiperurisemia, Arthritis Gout. Pustaka Obat. Jakarta. 2007. Hal.10.
14. Horison AA. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.Yogyakarta. 2000. Hal. 85 15. Kurniastuty, Arie. Pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak etanol 70%
herba meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan galur BALB-C hiperurisemia. 2008. Universitas Muhammadiah. Surakarta.
16. Rodwell VW. Biokimia Harper. Ed.25. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2001.Hal.366.
17. Tan HT dan Rahardja K. Obat-obat Penting,Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Ed.5. PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta. 2002. Hal. 319, 321-322.
18. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Penerbit Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2001. Hal. 542. 19. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed.8. Salemba Medika. Jakarta.
2002. Hal. 487. 20. Zhao Y, Yang X, Lu W, Hong L. Uricase Based Methods for Determination of
Uric Acid in Serum. Review Article. [serial on the internet]. 2008. [cited 2009 March 29]. 10. [6screens]. Available from http://www.springerlink.com.
21 Kurokawa Y, Maekawa A, Takahashi M, and Hayashi Y. Toxicity and
Carcinogenicity of Potassium Bromated-a New Renal Carcinogen. Ehp environmental health. 1990. [cited 2009 November 29]. 51. [6 screens]. Available from http://www.springerlink.com.
22 Watanabe S, Tajima Y, Yamaguchi T, Fukui T. Potassium Bromate-Induced
Hyperuricemia Stimulates Acute Kidney Damage Oxidative Stress. Journal of Health Science. [serial on the internet]. 2004. [cited 2009 august 10]. 50. [6 screens]. Available from http://www.springerlink.com.
23. Jaloszynski P, Murata S, Shinkai Y, Takahashi S, Kumagai Y, Nishimura S
and Yamamoto M. Dysfunction of Nrf2 Decreases KBrO3-Induced Oxidative DNA Damage in Ogg1-Null Mice. Journal of Health Science. [serial on the internet]. 2005. [cited 2010 February 7]. 50. [6 screens]. Available from http://www.springerlink.com.
35
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
Diukur kadar asam urat awal Diberikan KBrO3 111 mg/kgBB Kadar Asam Urat diukur
Diberikan secara oral
Diberikan secara oral
Diberikan secara oral
Dibersihkan, dipotong, dikukus, diperas, dimasak, didiamkan
Kelinci jantan 15 ekor
Pemeliharaan
Penimbangan
Dipuasakan
Dikelompokkan
Buah Merah (Pandanus conoideus L.)
Minyak Buah Merah
Minyak buah merah dengan dosis pemberian 5 ml/2kgBB,
10 ml/2kgBB, dan 20 ml/2kgBB
Perlakuan
Kontrol Negatif Na CMC 1 % b/v
Minyak buah merah 5 ml/2kgBB
Minyak buah merah 20 ml/2kgBB
Data
Pembahasan
Kesimpulan
Kelompok I Kelompok III Kelompok V Kelompok II Kelompok IV
Kontrol Positif Allopurinol 0,093%
b/v
Minyak buah merah 10 ml/2kgBB
Diberikan secara oral
Diberikan secara oral
36
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN DOSIS PEMBERIAN ALLOPURINOL
1. Perhitungan Suspensi Allopurinol
Dosis allopurinol untuk manusia : 100 mg
Faktor konversi dari manusia ke kelinci : 0,07 (untuk kelinci 1,5 kg)
Volume pemberian per oral : 10 ml (untuk kelinci 2 kg)
Dosis allopurinol untuk 1,5 kg BB kelinci = 100 mg x 0,07
= 7 mg
2 Dosis allopurinol untuk 2 kg BB kelinci = X 7 mg 1,5
= 9,33 mg/10 ml
= 0,00933 g/10 ml x 100 %
= 0,093%
2. Penimbangan Allopurinol
Dibuat sebanyak 100 ml suspensi allopurinol sehingga allopurinol yang
dibutuhkan sebanyak = 0,0933 g/100 ml x 100 ml = 0,0933 g= 93,3 mg
Bobot 20 tablet allopurinol = 6,109 g = 6109 mg
= 6109 mg/20 tablet
= 305,4 mg/tablet
Bobot yang ditimbang = (93,3 mg/100 mg) x 305,4 mg
= 284,9 mg
37
LAMPIRAN III
PERHITUNGAN PEMBERIAN DOSIS KBrO3
1. Perhitungan Larutan KBrO3
Dosis KBrO3 untuk kelinci = 111 mg/kg BB
Volume pemberian per oral = 10 ml (untuk kelinci 2 kg)
Dosis KBrO3 untuk 2 kg BB kelinci = 2 x 111
= 222 mg/10 ml
Dibuat larutan KBrO3 = 2,22 g/100 ml
= 2,22%
2. Penimbangan KBrO3
Dibuat sebanyak 250 ml larutan KBrO3 sehingga KBrO3 yang
dibutuhkan sebanyak = 2,22 g/100 ml x 250 ml = 5,55 g = 5550 mg
Dosis pemberian untuk kelinci dengan berat 1,5 kg BB kelinci
Volume larutan KBrO3 untuk 1,5 kg BB kelinci =1,5/2 kg x 10 ml
=7,5 ml (111 mg KBrO3)
38
LAMPIRAN IV
ANALISIS STATISTIK DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH TERHADAP NILAI
PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH KELINCI
Perlakuan Replikasi
Total Rata-rata 1 2 3
NaCMC 1% b/v (Kontrol negatif) 0,2 0,2 0,2 0,6 0,2
Minyak Buah Merah 5 ml 0,7 0,8 0,5 2,0 0,6
Minyak Buah Merah 10 ml 1,3 1,2 1,0 3,5 1,1
Minyak Buah Merah 20 ml 1,9 1,7 1,6 5,2 1,7 Allopurinol 0,933% b/v (Kontrol positif) 1,2 1,3 1,2 3,7 1,2
Total 5,3 5,2 4,2 15,0 4,8
Analisis Sidik Ragam (ASR)
A. Sumber Keragaman
Sumber Keragaman adalah :
1. Perlakuan (P)
2. Kesalahan/Galat (G)
3. Total Percobaan (T)
B. Perhitungan Derajat Bebas (Db)
1. DbT = (r.t) - 1 = (3 x5) – 1 = 14
2. DbP = t – 1 = 5 – 1 = 4
3. DbG = DbT – DbP = 14 – 4 = 10
39
C. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)
1. Faktor Koreksi (FK)
FK = r.t
Tij2
= 3x515 2
= 15225 = 15
2. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = r
2TP – FK
= 3
23,7 25,2 23,5 + 22,0 + 20,6 - 15
= 4,11
3. Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = T(Yij2) – FK
= (0,22 + 0,22 + 0,22 + . . . + 1,22) – 15
= 19,26 – 15
= 4,26
4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 4,26 – 4,11
= 0,15
D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)
1. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = DbPJKP =
44,11
= 1,02
40
2. Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = = 10
0,15
= 0,015
E. Perhitungan Distribusi F (Fh)
1. Fh Perlakuan
Fh=KTGKTP =
0,0151,027 = 68,46
F. Perhitungan Koefisien Keragaman KK
KK = x100%γ
KTG
= x100%1
0,015
= 12,24 %
Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam pengaruh sampel terhadap penurunan kadar asam urat.
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah Fh
Ft 5% 1%
Perlakuan 4 4,11 1,027 68,46** 3,48 5,99 Galat 10 0,15 0,015 Total 14 4,26
Keterangan: (**) Sangat signifikan ( * ) Signifikan ns Tidak signifikan Pemberian minyak buah merah berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kadar asam urat kelinci. Karena nilai koefisien keragaman (KK) besar yakni 12,24 % maka akan dilanjutkan dengan analisis uji beda jarak nyata Duncan.
DbGJKG
41
Uji Beda Nyata Jarak Duncan (Uji BNJD)
JNTD = P(p.v). yS
yS = r
KTG
yS = 3015.0
yS = 0,07
JNTD0,05 = P0.05(p.10). 0,07
JNTD0,01 = P0.01(p.10). 0,07
Tabel 4. Perbandingan rata-rata keragaman sediaan uji
Ket : **= Berbeda sangat nyata (sangat signifikan) * = Berbeda nyata (signifikan) ns= Tidak signifikan Dosis 10 ml dengan kontrol positif tidak berbeda nyata Dosis 20 ml jauh lebih besar daripada kontrol positif sehingga perlu di-lakukan uji toksisitas.
SEDIAAN UJI RATA-RATA
BEDA NYATA PADA JARAK P= 2 3 4 5
Kontrol Negatif 0,2 Minyak buah merah 5 ml 0,6 0,4** Minyak buah merah 10 ml Kontrol Positif
1,1 1,2
0,5**
0,1ns 0,9**
0,6** 1** Minyak buah merah 20 ml 1,7 0,5** 0,6** 1,1** 1,5** P0.05(10) 3,26 3,39 3,47 3,52 P0.01(10) 4,24 5,00 5,14 5,4 JNTD 0.05 (P.10) = P.Sy 0,23 0,24 0,24 0,25 JNTD 0.01 (P.10) = P.Sy 0,29 0,35 0,36 0,38