Post on 27-Mar-2023
BAB I
KONSEP TEORI
A. Definisi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga
tengah secaraterus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau
berupa nanah. Biasanya disertai gangguan
pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan
istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya
penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium
perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari
telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun
mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus
menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap
terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi
yaitu membran timpani tidak intake / terdapat
lubang pada membran timpani itu sendiri.
B. Etiologi
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut
(OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang
terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang
dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil
disebabkan oleh perforasi membran
timpani terjadi akibat trauma telinga tengah.
Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob,
pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering
juga terdapat kuman gram negatif dan kuman
anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman
Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas
aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis
(10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram
negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat
infeksi telinga ini setelah menderita saluran
napas atas misalnya influenza atau sakit
tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan
antara hidup dan telinga (tuba Auditorius),
infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati
dengan baik dapat menjalar sampai mengenai
telinga.
C. Patofisiologi
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau
tipe mukosa, dan maligna atau tipe tulang.
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe
tenang. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada
mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi
berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. (Arif
Mansjoer, 2001 : 82).
D. Penyimpangan KDM
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
PENYIMPANGAN KDM
E. Manifestasi Klinik
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa
penuh ditelinga atau gangguan pendengaran. (Arif
Mansjoer, 2001 : 82).
Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya
ringan dan seperti merasakan adanya tekanan
ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi
secara terus menerus atau intermiten dan dapat
terjadi pada salah satu atau pada kedua
telinga. (www.health central.com, 2004).
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau
mukoid ( seperti air dan encer) tergantung
stadium peradangan. Sekret yang mukus
dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik
telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak
berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi. Keluarnya
sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya
jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran
nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga
luar setelah mandi atau berenang.
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai
adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat
terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap.
Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena
rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan
merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair
tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-
tulang pendengaran. Biasanyadijumpai tuli
konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun
proses patologi sangat hebat, karena daerah
yang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra
ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa
rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari
30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar
dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara
ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara
sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan
fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan
dengan berulangnya infeksi karena penetrasi
toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum)
atau fistel labirin tanpa terjadinya
labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf
berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa
fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK,
dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin
ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna
sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus
lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala
yang serius lainnya. Keluhanvertigo seringkali
merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom.
Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita
yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi
hanya karena perforasi besar membran timpani
yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi
akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan
temuan yang serius, karena infeksi kemudian
dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis
dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi
meningitis.
Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan
pemberian tekanan positif dan negatif pada
membran timpani, dengan demikian dapat
diteruskan melalui rongga telinga tengah.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga
yang berasal dari kavum timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma
kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran
kolesteatom.
F. Komplikasi
1. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan
berkurangnya pandangan atau ketulian.
2. Mastuiditis
3. Cholesteatoma
4. Abses apidural (peradangan disekitar otak)
5. Paralisis wajah
6. Labirin titis.(Fung, 2004)
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 :
Paralisis nervus fasialis, fistula labirin,
labirinitis, labirinitis supuratif, petrositis,
tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra dural,
abses subdural, meningitis, abses otak, dan
hidrosefalus otitis.
G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan
pemeriksaan klinik sebagaiberikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK
biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat
pula dijumpai adanya tuli sensotineural,
beratnya ketulian tergantung besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga
tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970)
melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli
sensorineural yang dihubungkan dengan difusi
produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan
penurunan ambang hantaran tulang secara
temporer/permanen yang pada fase awal terbatas
pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas
kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang,
sedang berat, dan ketulian total, tergantung
dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test
berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan
membandingkan rata-rata kehilangan intensitas
pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap
skala ISO 1964 yangekivalen dengan skala ANSI
1969. Derajat ketulian dan nilai ambang
pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk
menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada
hantaran udara dan tulang serta penilaian
tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang
pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa
ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga
tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias
membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli
konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang
pendengaran menyebabkan tuli konduktif30-50
dB apabila disertai perforasi.
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran
dibelakang membran yang masih utuh
menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah,
tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran
tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus
dimulai oleh penilaian pendengarandengan
menggunakan garpu tala dan test Barani.
Audiometri tutur dengan maskingadalah
dianjurkan, terutama pada tuli konduktif
bilateral dan tuli campur.
2. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid
pada penyakit telinga kronis nilaidiagnostiknya
terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya
mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,
lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit
dibandingkan mastoid yang satunya atau yang
normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik
memberi kesan kolesteatom. Proyeksi radiografi
yang sekarang biasa digunakan adalah :
a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan
luasnya pneumatisasi mastoid dariarah lateral
dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan
karena memperlihatkan posisi sinus lateral
dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang
skleritik, gambaran radiografi ini sangat
membantu ahli bedah untuk menghindari dura
atau sinus lateral.
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah
dan anterior telinga tengah. Akantampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik
sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur.
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran
sepanjang piramid petrosusdan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius
interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
antrum dalam potongan melintang sehingga
dapat menunjukan adanya pembesaran
akibatkolesteatom.
d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik
secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral
atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat
fistula pada kanalis semisirkularis
horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi
jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray
saja. Pada keadaan tertentu seperti bila
dijumpai sinus lateralis terletak lebih
anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.
H. Penatalaksanaan
1. OMK Benigna :
a. Konservatif
1) Pembersihan secret di liang telinga
(toilet local, “drainage”) merupakan hal
yang penting untuk pengobatan ottitis
media kronik.
Ada beberapa cara untuk membersihkan
secret :
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
a) Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan
ini dianjurkan sesering-seringnya dila
ada otore. Dapat diajarkan kepada
penderita atau orang tua penderita.
b) Displacement methode” dapat dengan
menggunakan larutan hydrogen peroksida
(H2O2) 3%, karena adanya gas O2 yang
ditimbulkan
c) Bila mungkin secret dihisap secara hati-
hati dengan menggunakan jarum kecil
plastik, misalnya jarum BWG no. 16 dan
18 yang ujungnya diberi kateter nelaton
yang kecil atau karet pentil.
2) Pengobatan Lokal
Diberikan antibiotik tetes telinga.
Pemberian antibiotik tetes telinga tidak
ada gunanya bila masih ada otore yang
produktif. Oleh karena itu pemberian
antibiotik local dianjurkan setelah
dilakukan toilet local. Harus diterangkan
terlebih dahulu cara pemakaian H2O2 3% ke
dalam telinga yang sakit kemudian
bersihkan dengan kapas lidi baru, setelah
itu masukkan antibiotik tetes telinga
dengan cara kepala dimiringkan dan tragus
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
ditekan tekan supaya obat tetes masuk ke
dalam
3) Antibiotika yang adekuat oral atau
parenteral. Ini diberikan apabila ada
eksaserbasi akut yang didahului oleh
infeksi hidung atau faring
b. Operatif :Tindakan operatif dilakukan bila terdapatfokal infeksi yang mungkin dijumpai sepertitonsillitis kronik, sinusitis dan lain-lain.Jenis-jenis Tindakan Operatif :1) Miringoplasty atau Timpanopalsty
Operasi ini dianjurkan apabila- Infeksi sudah tenang- Tidak ada komplikasi- Sekret tidak produktif lagi dalamwaktu lama (1-3 bulan)- Tidak terdapat tuli saraf yangberat
2) Mastoidektomi2. OMK Maligna :
Umumnya dilakukan pembedahan yaitu
mastoidektomi radikal. Bila ada komplikasi
abses retroaurikuler dan penderita jauh dari
rumah sakit, maka harus dilakukan insisi
sementara untuk drainage.
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
1. Biodata : Nama, umur, sex, alamat, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan
2. Riwayat Penyakit sekarang
3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh
nyeri kepala sinus, tenggorokan.
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien pernah menderita penyakit akut danperdarahan hidung atau trauma
- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT- Pernah menderita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yangdiderita oleh anggota keluarga yang lalu yangmungkin ada hubungannya dengan penyakit kliensekarang.
6. Riwayat spikososiala. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan
klien (cemas atau sedih)b. Interpersonal : hubungan dengan orang
lain.7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidupsehat- Untuk mengurangi flu biasanya klien
menkonsumsi obat tanpa memperhatikanefek samping
b. Pola nutrisi dan metabolisme :- Biasanya nafsu makan klien berkurang
karena terjadi gangguan pada hidungc. Pola istirahat dan tidur
- Selama inditasi klien merasa tidakdapat istirahat karena klien seringpilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
- Klien sering pilek terus menerus danberbau menyebabkan konsep diri menurun
e. Pola sensorik- Daya penciuman klien terganggu karena
hidung buntu akibat pilek terusmenerus (baik purulen , serous,mukopurulen).
8. Pemeriksaan Fisika. Status kesehatan umum : keadaan umum,
tanda vital, kesadaran.b. Pemeriksaan fisik data focus hidung :
nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosamerah dan bengkak).
Data subyektif :1) Observasi nafas :
a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan,onset, frekwensinya
b. Riwayat pembedahan hidung atau traumac. Penggunaan obat tetes atau semprot
hidung : jenis, jumlah, frekwensinya,lamanya.
2) Sekret hidung :a. Warna, jumlah, konsistensi secretb. Epistaksisc. Ada tidaknya krusta atau nyeri hidung.
3) Riwayat Sinusitis :a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnyab. Hubungan sinusitis dengan
musim atau cuaca.4) Gangguan umum lainnya :
a) KelemahanData Obyektif1) Demam, drainage ada : Serous,
Mukppurulen, Purulen
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadibilateral pada hidung dan Pucat, Odemakeluar dari hidung atausinus yangmengalami radang mukosa
3) Kemerahan dan Odema membran mukosa4) Pemeriksaan penunjung :
a. Kultur organisme hidung dantenggorokan.
b. Pemeriksaan rongent sinus
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan
dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
OMA yang tepat
3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan
pembedahan
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
mastoidektomi
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan
post operasi mastoidektomi
C. Intervensi Keperawatan-Evaluasi
Pre Operasi Program Profesi Ners STIK Makassar
Mutia Fatmala,S.Kep 2014-2015
1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan
dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo
Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri /
trauma dengan :
- Mengurangi / menghilangkan vertigo
/ pusing
- Mengembalikan keseimbangan tubuh
- Mengurangi terjadinya trauma
Intervensi :
a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
b. Observasi tanda vital
c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman
d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi
pusing
e. Penuhi kebutuhan pasien
f. Libatkan keluarga untuk menemani saat
pasien bepergian
g. Kolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi :
- Pusing berkurang
- Pasien tidak mengalami injuri
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
OMA yang tepat.
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
Tujuan : Pengetahuan pasien tentang
penatalaksanaan OMA meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
b. Berikan informasi berkenaan dengan
kebutuhan pasien
c. Susun bersama hasil yang diharapkan
dalam bentuk kecil dan realistik untuk
memberikan gambaran pada pasien tentang
keberhasilan
d. Beri upaya penguatan pada pasien
e. Gunakan bahasa yang mudah dipahami
f. Beri kesempatan pada pasien untuk
bertanya
g. Dapatkan umpan balik selama diskusi
dengan pasien
h. Pertahankan kontak mata selama diskusi
dengan pasien
i. Berikan informasi langkah demi langkah
dan lakukan demonstrasi ulang bila
mengajarkan prosedur
j. Beri pujian atau reinforcement positif
pada klien
Evaluasi :
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
- Pasien menyatakan pemahaman tentang
pemberian informasi
- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur
dengan tepat.
3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan
pembedahan
Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga
tentang prosedur tindakan pembedahan
b. Jelaskan pada pasien tentang apa yang
harus dilakukan sebelum dan sesudah
tindakan pembedahan
c. Berikan reinforcement positif atas
kemampuan pasien
d. Libatkan keluarga untuk memberikan
semangat pada pasien
Evaluasi :
- Pasien tidak cemas
- Keluarga mau menemani pasien
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
mastoidektomi
Tujuan : Nyeri pasien berkurang
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien
b. Kaji faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk
menghilangkan nyeri
d. Anjarkan pada pasien untuk banyak
istirahat baring
e. Beri posisi yang nyaman
f. Kolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi : Nyeri hilang
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan
post operasi mastoidektomi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Intervensi :
f. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-
tanda infeksi
g. Observasi pasien
h. Lakukan perawatan ganti balutan dengan
teknik steril setelah 24 jam dari operasi
i. Kaji keadaan daerah poerasi
j. Ganti tampon setiap hari
k. Pasang pembalut tekan bila dilakukan
insisi mastoid
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015
l. Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3
minggu
m. Anjurkan pasien untuk kontrol
n. Kolaborasi pemberian antibiotic
Evaluasi :
- Infeksi tidak terjadi
- Luka operasi dalam kondisi baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998, Otitis Media Chronic,http://www.healthcentral.com
Fung, K., 2004, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com
Mansjoer, Arif. dkk. (2001). Kapita Selwkta Kedokteran EdisiKetiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FakultasKedokteran UI.
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan KeperawatanPerioperatif. EGC : Jakarta.
Tarwoto, Aryani. Ratna, Wartonah. (2009). ANATOMI DANFISIOLOGI untuk MAHASISWA KEPERAWATAN. Jakarta :Trans Info Media.
http://firwanintianur93.blogspot.com/2013/04/laporan-pendahuluan-otitis-media_21.html
Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep
2014-2015