Lp otitis media

25
BAB I KONSEP TEORI A. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secaraterus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82). Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake / terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri. B. Etiologi Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 Program Profesi Ners STIK Makassar Mutia Fatmala,S.Kep 2014-2015

Transcript of Lp otitis media

BAB I

KONSEP TEORI

A. Definisi

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah

infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga

tengah secaraterus menerus atau hilang timbul.

Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau

berupa nanah. Biasanya disertai gangguan

pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif

Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan

istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya

penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium

perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari

telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun

mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus

menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap

terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi

yaitu membran timpani tidak intake / terdapat

lubang pada membran timpani itu sendiri.

B. Etiologi

Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik

(OMSK) merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut

(OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang

terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman

tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang

dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil

disebabkan oleh perforasi membran

timpani terjadi akibat trauma telinga tengah.

Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob,

pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering

juga terdapat kuman gram negatif dan kuman

anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Kuman penyebab OMSK antara lain kuman

Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas

aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis

(10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram

negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat

infeksi telinga ini setelah menderita saluran

napas atas misalnya influenza atau sakit

tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan

antara hidup dan telinga (tuba Auditorius),

infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati

dengan baik dapat menjalar sampai mengenai

telinga.

C. Patofisiologi

OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau

tipe mukosa, dan maligna atau tipe tulang.

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani

secara aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe

tenang. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada

mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi

terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi

berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. (Arif

Mansjoer, 2001 : 82).

D. Penyimpangan KDM

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

E. Manifestasi Klinik

Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa

penuh ditelinga atau gangguan pendengaran. (Arif

Mansjoer, 2001 : 82).

Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya

ringan dan seperti merasakan adanya tekanan

ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi

secara terus menerus atau intermiten dan dapat

terjadi pada salah satu atau pada kedua

telinga. (www.health central.com, 2004).

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau

mukoid ( seperti air dan encer) tergantung

stadium peradangan. Sekret yang mukus

dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik

telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe

jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak

berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi

iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi

membran timpani dan infeksi. Keluarnya

sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya

jumlah sekret dapat disebabkan infeksi  saluran

nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga

luar setelah mandi atau berenang.

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai

adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,

berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan

kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat

terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,

mengkilap.

Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret

telinga tengah berkurang atau hilang karena

rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret

yang bercampur darah berhubungan dengan adanya

jaringan granulasi dan polip telinga dan

merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair

tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-

tulang pendengaran. Biasanyadijumpai tuli

konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun

proses patologi sangat hebat, karena daerah

yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra

ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli

konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa

rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran

menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari

30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar

dan letak perforasi membran timpani serta

keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara

ke telinga tengah.

Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli

konduktif berat karena putusnya rantai tulang

pendengaran, tetapi sering kali juga

kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara

sehingga ambang pendengaran yang didapat harus

diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan

fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan

dengan berulangnya infeksi karena penetrasi

toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum)

atau fistel labirin tanpa terjadinya

labirinitis supuratif. Bila terjadinya

labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf

berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa

fungsi kohlea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK,

dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena

terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau

dinding sinus lateralis, atau ancaman

pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin

ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna

sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti Petrositis,

subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala

yang serius lainnya. Keluhanvertigo seringkali

merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin

akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom.

Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan

tekanan udara yang mendadak atau pada panderita

yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi

hanya karena perforasi besar membran timpani

yang akan menyebabkan labirin lebih mudah

terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran

infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan

keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi

akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan

temuan yang serius, karena infeksi kemudian

dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis

dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi

meningitis.

Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan

pemberian tekanan positif dan negatif pada

membran timpani, dengan demikian dapat

diteruskan melalui rongga telinga tengah.

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga

yang berasal dari kavum timpani.

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma

kolesteatom)

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran

kolesteatom.

F. Komplikasi

1. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan

berkurangnya pandangan atau ketulian.

2. Mastuiditis

3. Cholesteatoma

4.  Abses apidural (peradangan disekitar otak)

5.  Paralisis wajah

6.  Labirin titis.(Fung, 2004)

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 :

Paralisis nervus fasialis, fistula labirin,

labirinitis, labirinitis supuratif, petrositis,

tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra dural,

abses subdural, meningitis, abses otak, dan

hidrosefalus otitis.

G. Pemeriksaan Penunjang

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan

pemeriksaan klinik sebagaiberikut :

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK

biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat

pula dijumpai adanya tuli sensotineural,

beratnya ketulian tergantung besar dan letak

perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga

tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970)

melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli

sensorineural yang dihubungkan dengan difusi

produk toksin ke dalam skala timpani melalui

membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan

penurunan ambang hantaran tulang secara

temporer/permanen yang pada fase awal terbatas

pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas

kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang,

sedang berat, dan ketulian total, tergantung

dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test

berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan

membandingkan rata-rata kehilangan intensitas

pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap

skala ISO 1964 yangekivalen dengan skala ANSI

1969. Derajat ketulian dan nilai ambang

pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

   Normal : -10 dB sampai 26 dB

   Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

   Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

   Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

   Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

   Tuli total : lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk

menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.

Dengan menggunakan audiometri nada murni pada

hantaran udara dan tulang serta penilaian

tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang

pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa

ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga

tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias

membantu :

a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli

konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang

pendengaran menyebabkan tuli konduktif30-50

dB apabila disertai perforasi.

c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran

dibelakang membran yang masih utuh

menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

d.  Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah,

tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran

tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus

dimulai oleh penilaian pendengarandengan

menggunakan garpu tala dan test Barani.

Audiometri tutur dengan maskingadalah

dianjurkan, terutama pada tuli konduktif

bilateral dan tuli campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid

pada penyakit telinga kronis nilaidiagnostiknya

terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya

mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,

lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit

dibandingkan mastoid yang satunya atau yang

normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik

memberi kesan kolesteatom. Proyeksi radiografi

yang sekarang biasa digunakan adalah :

a.  Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan

luasnya pneumatisasi mastoid dariarah lateral

dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan

karena memperlihatkan posisi sinus lateral

dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang

skleritik, gambaran radiografi ini sangat

membantu ahli bedah untuk menghindari dura

atau sinus lateral.

b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah

dan anterior telinga tengah. Akantampak

gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik

sehingga dapat diketahui apakah kerusakan

tulang telah mengenai struktur-struktur.

c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran

sepanjang piramid petrosusdan yang lebih

jelas memperlihatkan kanalis auditorius

interna, vestibulum dan kanalis

semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

antrum dalam potongan melintang sehingga

dapat menunjukan adanya pembesaran

akibatkolesteatom.

d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik

secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral

atik. Politomografi dan atau CT scan dapat

menggambarkan kerusakan tulang oleh karena

kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang

pendengaran dan beberapa kasus terlihat

fistula pada kanalis semisirkularis

horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi

jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray

saja. Pada keadaan tertentu seperti bila

dijumpai sinus lateralis terletak lebih

anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

H. Penatalaksanaan

1. OMK Benigna :

a. Konservatif

1) Pembersihan secret di liang telinga

(toilet local, “drainage”) merupakan hal

yang penting untuk pengobatan ottitis

media kronik.

Ada beberapa cara untuk membersihkan

secret :

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

a) Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan

ini dianjurkan sesering-seringnya dila

ada otore. Dapat diajarkan kepada

penderita atau orang tua penderita.

b) Displacement methode” dapat dengan

menggunakan larutan hydrogen peroksida

(H2O2) 3%, karena adanya gas O2 yang

ditimbulkan

c) Bila mungkin secret dihisap secara hati-

hati dengan menggunakan jarum kecil

plastik, misalnya jarum BWG no. 16 dan

18 yang ujungnya diberi kateter nelaton

yang kecil atau karet pentil.

2) Pengobatan Lokal

Diberikan antibiotik tetes telinga.

Pemberian antibiotik tetes telinga tidak

ada gunanya bila masih ada otore yang

produktif. Oleh karena itu pemberian

antibiotik local dianjurkan setelah

dilakukan toilet local. Harus diterangkan

terlebih dahulu cara pemakaian H2O2 3% ke

dalam telinga yang sakit kemudian

bersihkan dengan kapas lidi baru, setelah

itu masukkan antibiotik tetes telinga

dengan cara kepala dimiringkan dan tragus

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

ditekan tekan supaya obat tetes masuk ke

dalam

3)  Antibiotika yang adekuat oral atau

parenteral. Ini diberikan apabila ada

eksaserbasi akut yang didahului oleh

infeksi hidung atau faring

b. Operatif :Tindakan operatif dilakukan bila terdapatfokal infeksi yang mungkin dijumpai sepertitonsillitis kronik, sinusitis dan lain-lain.Jenis-jenis Tindakan Operatif :1) Miringoplasty atau Timpanopalsty

Operasi ini dianjurkan apabila-          Infeksi sudah tenang-          Tidak ada komplikasi-          Sekret tidak produktif lagi dalamwaktu lama (1-3 bulan)-          Tidak terdapat tuli saraf yangberat

2)      Mastoidektomi2. OMK Maligna :

Umumnya dilakukan pembedahan yaitu

mastoidektomi radikal. Bila ada komplikasi

abses retroaurikuler dan penderita jauh dari

rumah sakit, maka harus dilakukan insisi

sementara untuk drainage.

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

1. Biodata : Nama, umur, sex, alamat, suku,

bangsa, pendidikan, pekerjaan

2. Riwayat Penyakit sekarang

3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh

nyeri kepala sinus, tenggorokan.

4. Riwayat penyakit dahulu :

- Pasien pernah menderita penyakit akut danperdarahan hidung atau trauma

- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT- Pernah menderita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yangdiderita oleh anggota keluarga yang lalu yangmungkin ada hubungannya dengan penyakit kliensekarang.

6. Riwayat spikososiala. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan

klien (cemas atau sedih)b. Interpersonal : hubungan dengan orang

lain.7. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidupsehat- Untuk mengurangi flu biasanya klien

menkonsumsi obat tanpa memperhatikanefek samping

b. Pola nutrisi dan metabolisme :- Biasanya nafsu makan klien berkurang

karena terjadi gangguan pada hidungc. Pola istirahat dan tidur

- Selama inditasi klien merasa tidakdapat istirahat karena klien seringpilek

d. Pola Persepsi dan konsep diri

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

- Klien sering pilek terus menerus danberbau menyebabkan konsep diri menurun

e. Pola sensorik- Daya penciuman klien terganggu karena

hidung buntu akibat pilek terusmenerus (baik purulen , serous,mukopurulen).

8. Pemeriksaan Fisika. Status kesehatan umum : keadaan umum,

tanda vital, kesadaran.b. Pemeriksaan fisik data focus hidung :

nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosamerah dan bengkak).

Data subyektif :1) Observasi nafas :

a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan,onset, frekwensinya

b. Riwayat pembedahan hidung atau traumac. Penggunaan obat tetes atau semprot

hidung : jenis, jumlah, frekwensinya,lamanya.

2) Sekret hidung :a. Warna, jumlah, konsistensi secretb. Epistaksisc. Ada tidaknya krusta atau nyeri hidung.

3) Riwayat Sinusitis :a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnyab. Hubungan sinusitis dengan

musim atau cuaca.4) Gangguan umum lainnya :

a) KelemahanData Obyektif1) Demam, drainage ada : Serous,

Mukppurulen, Purulen

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadibilateral pada hidung dan  Pucat, Odemakeluar dari hidung atausinus yangmengalami radang  mukosa

3) Kemerahan dan Odema membran mukosa4) Pemeriksaan penunjung :

a. Kultur organisme hidung dantenggorokan.

b. Pemeriksaan rongent sinus

B. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan

dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang penatalaksanaan

OMA yang tepat

3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan

pembedahan

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan

mastoidektomi

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan

post operasi mastoidektomi

C. Intervensi Keperawatan-Evaluasi

Pre Operasi Program Profesi Ners STIK Makassar

Mutia Fatmala,S.Kep 2014-2015

1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan

dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo

Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri /

trauma dengan :

-          Mengurangi / menghilangkan vertigo

/ pusing

-          Mengembalikan keseimbangan tubuh

-          Mengurangi terjadinya trauma

Intervensi :

a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien

b. Observasi tanda vital

c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman

d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi

pusing

e. Penuhi kebutuhan pasien

f. Libatkan keluarga untuk menemani saat

pasien  bepergian

g. Kolaborasi pemberian analgetik

Evaluasi :

-                 Pusing berkurang

-                 Pasien tidak mengalami injuri

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang penatalaksanaan

OMA yang tepat.

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

Tujuan : Pengetahuan pasien tentang

penatalaksanaan OMA meningkat

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien

b. Berikan informasi berkenaan dengan

kebutuhan pasien

c. Susun bersama hasil yang diharapkan

dalam bentuk kecil dan realistik untuk

memberikan gambaran pada pasien tentang

keberhasilan

d. Beri upaya penguatan pada pasien

e. Gunakan bahasa yang mudah dipahami

f. Beri kesempatan pada pasien untuk

bertanya

g. Dapatkan umpan balik selama diskusi

dengan pasien

h. Pertahankan kontak mata selama diskusi

dengan pasien

i. Berikan informasi langkah demi langkah

dan lakukan demonstrasi ulang bila

mengajarkan prosedur

j. Beri pujian atau reinforcement positif

pada klien

Evaluasi :

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

- Pasien menyatakan pemahaman tentang

pemberian informasi

- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur

dengan tepat.

3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan

pembedahan

Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang

Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga

tentang prosedur tindakan pembedahan

b. Jelaskan pada pasien tentang apa yang

harus dilakukan sebelum dan sesudah

tindakan pembedahan

c. Berikan reinforcement positif atas

kemampuan pasien

d. Libatkan keluarga untuk memberikan

semangat pada pasien

Evaluasi :

-          Pasien tidak cemas

-          Keluarga mau menemani pasien

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan

mastoidektomi

Tujuan : Nyeri pasien berkurang

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri pasien

b. Kaji faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri

c. Ajarkan teknik relaksasi untuk

menghilangkan nyeri

d. Anjarkan pada pasien untuk banyak

istirahat baring

e. Beri posisi yang nyaman

f. Kolaborasi pemberian analgetik

Evaluasi : Nyeri hilang

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan

post operasi mastoidektomi

Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi

Intervensi :

f. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-

tanda infeksi

g. Observasi pasien

h. Lakukan perawatan ganti balutan dengan

teknik steril setelah 24 jam dari operasi

i. Kaji keadaan daerah poerasi

j. Ganti tampon setiap hari

k. Pasang pembalut tekan bila dilakukan

insisi mastoid

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015

l. Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3

minggu

m. Anjurkan pasien untuk kontrol

n. Kolaborasi pemberian antibiotic

 Evaluasi :

-  Infeksi tidak terjadi

-  Luka operasi dalam kondisi baik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Otitis Media Chronic,http://www.healthcentral.com

Fung, K., 2004, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com

Mansjoer, Arif. dkk. (2001). Kapita Selwkta Kedokteran EdisiKetiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FakultasKedokteran UI.

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan KeperawatanPerioperatif. EGC : Jakarta.

Tarwoto, Aryani. Ratna, Wartonah. (2009). ANATOMI DANFISIOLOGI untuk MAHASISWA KEPERAWATAN. Jakarta :Trans Info Media.

http://firwanintianur93.blogspot.com/2013/04/laporan-pendahuluan-otitis-media_21.html

Program Profesi Ners STIK MakassarMutia Fatmala,S.Kep

2014-2015