Post on 17-Mar-2023
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma adalah tumor jinak otot polos yang terdiri atas
unsur-unsur otot[1], berupa sel-sel otot polos serta jaringan
pengikat fibroid dan kolagen[2]. Neoplasma jinak ini berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga
dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma,
ataupun fibroid. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati
sebagai mioma submukosum, mioma intramural, dan mioma
subserosum[3].Usia reproduktif menjadi faktor resiko terjadinya
mioma karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai
penyebab mioma masih tinggi[4]. Pada usia reproduktif, terdapat
peningkatan insidensi terjadinya mioma uteri seiring
bertambahnya usia[5]. Kejadian mioma uteri paling banyak
ditemui pada umur 35-45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3].
Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas[6].
Tidak ada bukti bahwa hormonestrogen berperan sebagai penyebab
mioma,namun diketahui estrogen berpengaruh dalampertumbuhan
mioma.Mioma terdiri darireseptor estrogen dengan konsentrasi
yang lebihtinggi dibanding dari miometrium sekitarnyanamun
konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium[2].
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak
mengganggu[3].Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi
pada 35 - 50% pasien[2] dan sangat tergantung pada tempat
sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,
subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi[3], serta jumlah mioma[2].Gejala yang sering ditemui
1
antara lain adalah perdarahan abnormal, nyeri panggul, gejala
penekanan, dan disfungsi reproduksi[2].Pendekatan diagnosis
diawali dengan menanyakan keluhan berupa gejala-gejala yang
mengarah ke mioma uteri seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, yang kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan
fisik berupa adanya massa kenyal berbatas tegas pada daerah
suprapubis, dan dikonfirmasi lagi dengan menggunakan
pemeriksaan ultrasonografi yang menunjukkan adanya massa pada
uterus[2,3,6].
Penatalaksanaan mioma uteri bisa berupa pengobatan
farmakologik berupa hormon, ataupun tindakan operatif dengan
melakukan miomektomi ataupun histerektomi.Histerektomi
merupakan terapi kuratif terbaik[2].Pada miomektomi, perlu
diperhatikan kemungkinan terjadinya kekambuhan. Hasil
penelitian menunjukkan kekambuhan sebesar 2-3% per tahun
setelah dilakukan miomektomi[6].
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Mioma adalah tumor jinakotot polos yang terdiri atas
unsur-unsur otot[1], berupa sel-sel otot polos serta jaringan
pengikat fibroid dan kolagen[2].Neoplasma jinak ini berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga
dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma,
ataupun fibroid[3].
Sarang mioma di uterus yang berasal dari serviks uterus
hanya 1-3%, sisanya berasal dari korpus uterus.Menurut
letaknya, mioma dikenalsebagai[3]:
a) Mioma submukosum: miomaberada di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus.
b) Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di
antara serabut miometrium.
c) Mioma subserosum: mioma tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh
serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt).Mioma
subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intraligamenter.Mioma subserosum dapat
pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali
ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.Mioma pada
3
serviks dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga
ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air
(whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari
jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang
mioma ini.Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus,
namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan
mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg[3].Dapat terjadi
perubahan sekunder pada mioma, beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
Atrofi: sesudah menopause atau pun sesudah kehamilan mioma
uteri menjadi kecil[3].
Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama
pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur
aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya[7].
Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas,
di mana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk
ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi
yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau
suatu kehamilan[7].
Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi
pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
4
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada
foto Rontgen[3].
Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya
terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma
seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas
apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan
nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai[7].
Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan
degenerasi hialin[7].
2.2. Epidemiologi dan Faktor Resiko
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada
organ reproduksi wanita[2]. Mioma uteri belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebeluin menars, dan jarang sekali mioma
ditemukan pada wanita berumur 20 tahun[3].Pada usia
reproduktif, terdapat peningkatan insidensi terjadinya mioma
uteri seiring bertambahnya usia[5].Usia reproduktif menjadi
faktor resiko terjadinya mioma karena kadar hormon ovarium
yang dicurigai sebagai penyebab mioma masih tinggi[4]. Novak
menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma.Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui pada umur 35-
45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3], dan sebesar 20-40%
ditemukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun [2].
5
Mioma asimptomatik ditemui pada 40-50% wanita berusia lebih
dari 35 tahun[8].Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan
waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan
tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat.Setelah menopause
banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat
tumbuh lebih lanjut. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-
11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat[3].
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita
nulipara atau yang kurang subur[3]. Faktor keturunan juga
memegang peran. Selain itu, mioma uteri juga lebih sering
dijumpai pada wanita obese[8]. Perubahan sekunder pada mioma
uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.Hal ini
oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma.Mioma ditemukan lebih banyakpada wanita berkulit
hitamdaripada ras lainnya[3].
2.3. Etiologi dan Patogenesis
Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas[6].
Mioma uteri berasal dari sel ototpolos miometrium, menurut
teori onkogenikmaka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi
2faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang
menginisiasi pertumbuhan miomauteri masih belum diketahui
dengan pasti[2]. Daripenelitian menggunakan glucose-6-
phosphatasedihydrogenase diketahui bahwa mioma berasaldari
jaringan yang uniseluler[6]. Transformasineoplastik dari
miometrium menjadi miomamelibatkan mutasi somatik dari
miometriumnormal dan interaksi kompleks dari hormon steroid
seks dan growth factor lokal. Mutasisomatik ini merupakan
6
peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor[2]. Menurut Meyer
asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang
matur[3].
Tidak ada bukti bahwa hormonestrogen berperan sebagai
penyebab mioma,namun diketahui estrogen berpengaruh
dalampertumbuhan mioma.Mioma terdiri darireseptor estrogen
dengan konsentrasi yang lebihtinggi dibanding dari miometrium
sekitarnyanamun konsentrasinya lebih rendah dibanding
endometrium[2].Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau
teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan
estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor
estrogen pada mioma lebih banyak ditemukan daripada miometrium
normal[3].Estrogen berperan dalampembesaran tumor dengan
meningkatkanproduksi matriks ekstraseluler[2].
Ada pernyataan yang menyatakan bahwa efek fibromatosa
yang ditimbulkan estrogen dapat dicegah dengan pemberian
preparat progesteron atau testosterone[3]. Di sisi lain ada
pernyataan lain yang menyatakan bahwa hormonprogesteron
memungkinkan pembesarantumor dengan cara down-regulation
apoptosisdari tumor. Progesterone meningkatkan aktifitas
mitotik dari mioma padawanita muda namun mekanisme dan faktor
pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secarapasti[2].
2.4. Gejala dan Tanda
7
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak
mengganggu[3].Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi
pada 35 - 50% pasien[2]. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks,
intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi[3], serta jumlah mioma[2]. Gejala
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.
Perdarahan abnormal. Perdarahan uterus yang abnormal
merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan
paling penting (Fortner, Gibbs). Gejala ini terjadi pada 30%
pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin
akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak
teratur[2].Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia[3].
Patofisiologi perdarahan uterus yang abnormal yang
berhubungan dengan mioma uteri masih belum diketahui dengan
pasti. Beberapa penelitian menerangkan bahwa adanya
disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-
reseptor yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler
dan angiogenesis[9]. Perubahan-perubahan ini menyebabkan
kelainan vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler
didalam uterus[2].Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah[2,3]:
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
- Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.
- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
8
- Atrofi dan ulserasi endometrium di atas mioma submukosum.
- Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas[3]. Nyeri
dapat disebabkan oleh karena degenerasi akibat oklusi
vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun
akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma
subserosum[2,9].Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan, pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenore[3,9]. Tumor yang besar
dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik
yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri
yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas inferior[2].
Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari
besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih
akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di
panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul[2,3,9].
Disfungsi reproduksi.Hubungan antara mioma uteri sebagai
penyebab infertilitas masih belum jelas[10]. Dilaporkan
sebesar 27 - 40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Mioma yang terletak didaerah kornu dapat
menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan
9
embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri
dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang
sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma didalam uterus.
Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat
menyebabkan disfungsi reproduksi[2,10]. Mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga
uterus[3]. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada
keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium
dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor[2]. Apabila
penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma
merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan
suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi[3,10].
2.5. Diagnosis
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan
adanya benjolan pada perut bagian bawah[3]. Hampir kebanyakan
mioma uteri dapat didiagnosa melalui pemeriksaan bimanual
rutin maupun dari palpasi abdomen bila ukuran mioma yang
besar.Diagnosa semakin jelas bila pada pemeriksaan bimanual
diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan massa
maupun adanya pembesaran uterus[2].Pemeriksaan bimanual akan
mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di
garis tengah atau pun agak ke samping, seringkali teraba
berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai
yang berhubungan dengan uterus.Mioma intramural akan
menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan
pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadang-kala
dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis
10
servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum
uteri[3].
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan bila terdapat
tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma
subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan
harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural
harusdibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma,
karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri[3].
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdominal dan
transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis[3]
dengan menentukan lokasi, dimensi, dan konsistensi[6].Selain
itu, pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat
membantu dalam mendeteksi adanya mioma uteri[2].
2.6. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2
metode, terapi medisinal (hormonal), dan terapi
pembedahan[2].Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan
bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu
masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 6-
12 bulan[11], dan setiap 3-6 bulan untuk kasus yang dinilai
lebih progresif[3]. Pertumbuhan mioma uteridapat terhenti atau
menjadi lisut setelah terjadi menopause. Apabila terdapat
suatu perubahan yang berbahaya, diharapkan dapat terdeteksi
dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera[3].
Terapi medisinal (hormonal).
11
Saat ini pemakaian gonadotropin-releasing hormoneagonis
(GnRHa) memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala
klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri[2]. Hal ini
didasarkan atas pemikiran mioma uterus terdiri atas sel-sel
otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang
mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi
sekresi gonadotropin[3] sehingga mengurangi ukuran mioma
dengan cara mengurangi produksi estrogen dari ovarium[2].
Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada
pemberian GnRHa selama 6 bulan, pada pasien dengan mioma
uteri didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%.
Efek maksimal pemberian GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan.
Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume
mioma secara bermakna[2].
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada
mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium
hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil.Akan
tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, mioma yang lisut
itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen olehkarena
mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma
uteri sering mengalami menopause yang terlambat[3].Pemberian
GnRHa sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi
vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan
pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral
dan preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan
uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran
dari mioma[2].
12
Terapi pembedahan.
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap
mioma yang menimbulkan gejala.Menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan American Society for
Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien
dengan mioma uteri adalah[2]:
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi
konservatif.
2. Sangkaan adanya keganasan.
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun
karena oklusi tuba.
5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
7. Anemia akibat perdarahan.
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun
histerektomi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya
pada mioma submukoum padamyom geburt dengan cara ekstirpasi
lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat
mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai[3]. Miomektomi
sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan
histerektomi[2,11].Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi
kehamilan adalah 30-50%.Perlu disadari bahwa 25-35% dan
penderita tersebut akan masih memerlukan
13
histerektomi[3].Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan
untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi
dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan
laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi[2].
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnva
merupakan tindakan terpilih[3,11]. Tindakan histerektomi pada
mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus.Tindakan
pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparotomi),
vaginal, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi[2].
Hiesterektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus
harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan
dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah
prosedur pembedahan. Histerektomi total umurnnya dilakukan
dengan alasan mencegah akan timbulnva karsinoma servisis
uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhannya[3].Tindakan histerektomi pada pasien dengan
mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan
menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus
urinarius dan kuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu[2].
Radioterapi. Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak
berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause.
Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan jika terdapat
kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini
kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
14
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada
uterus[3].
Terapi yang terbaik untuk mioma uteri adalah melakukan
histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi
laparoskopi memiliki kelebihan dimana resiko perdarahan yang
lebih minimal, masa penyembuhan yang lebih cepat dan angka
morbiditas yang lebih rendah dibanding prosedur histerektomi
abdominal[2].
2.7. Komplikasi
Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan
50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri
cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma
dalam menopause[3].
Torsi (putaran tangkai).Sarang mioma yang bertangkai
dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan di
mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum[3].
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya
terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa
metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-
gangguan yang disebabkan oleh infeksi dan uterus sendiri[3].
15
2.8. Prognosis
Histerektomi merupakan tindakan penatalaksanaan kuratif
pada mioma.Pada miomektomi, uterus dapat kembali ke bentuk dan
kontur awal.Yang perlu diperhatikan pada miomektomi adalah
terjadinya kekambuhan. Hasil penelitian menunjukkan kekambuhan
sebesar 2-3% per tahun setelah dilakukan miomektomi[6].
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya
menyebabkan infertilitas; risiko terjadinya abortus bertambah
karena distorsi rongga uterus; khususnya pada mioma
submukosum; letak janin; menghalangi kemajuan persalinan
karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun
atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan
karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium;
menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya; dan mengganggu
proses involusi dalam nifas.Memperhatikan hal-hal tersebut,
adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang
cermat secara ekspektatif.Kehamilan sendiri dapat menimbulkan
perubahan pada mioma uteri, antara lain[3]:
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena
pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat[3].
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun
masa nifas seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-
kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang
mioma. Anehnya pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang
menyebabkan banyak perdarahan[3].
16
3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga
mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen
akut[3].
2.9.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. SA.
Umur : 45 tahun.
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Sasak/WNI.
Alamat : Labuapi, LOBAR.
Pendidikan : S1.
Pekerjaan : PNS.
Rekam Medik : 053933.
Tgl MRS : 5Januari 2015.
3.2. Anamnesis
a.Keluhan Utama:
Pasien datangdengan keluhan banyak keluar darah lewat
jalan lahir.
b.Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhankeluar darah dari jalan
lahir secara terus-menerus kurang lebih sejak satu bulan
yang lalu (Desember 2014). Darah yang keluar seperti
darah haid yang disertai rasa nyeri pada perut bagian
bawah. Pasien mengatakan bahwa ia dapat menghabiskan ± 5
pembalut setiap hari. Sebelum mengalami perdarahan yang
terus-menerus saat ini, pasien tidak pernah mengalami
masalah pada siklus menstruasinya.Pasien menyangkal
18
adanya rasa penuh pada perut bagian bawah, gangguan pada
salurankemih, ataupun adanya gangguan pada saluran cerna.
c.Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala seperti
ini sebelumnya, dan tidak memiliki riwayat hipertensi
(-), diabetes mellitus (-), asthma (-), maupun penyakit
berat lainnya.
d.Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien menyangkal adanya keluarga pasien yang pernah
mengalami gejala serupa. riwayat hipertensi (-), diabetes
mellitus (-), asthma (-), maupun penyakit berat lainnya
di keluarganya.
e.Riwayat Obstetri:
Pasien lupa kapan pertama kali haid. Siklus haid
selama ± 28-30 hari, lama haid ± 4-6 hari yang disertai
nyeri selama haid.Pasien mengaku bahwa haidnya memang
tidak teratur sejak ± 3 tahun yang terakhir. Pasien telah
menikah 1 kali dan sudah memiliki2 anak, dimana anak
termudanya berusia 12 tahun. Pasien belum pernah
menggunakan alat atau metode kontrasepsi apapun
sebelumnya.
3.3. Pemeriksaan Fisik
a.Status Generalis:
Keadaan Umum: Baik, pucat.
GCS : E4V5M6.
Tekanan Darah : 110/80 mmHg.
19
Nadi : 84 x/menit.
Pernafasan : 20 x/menit.
Suhu : 36,7 ºC.
Mata : Konjungtiva anemis(+/+), sclera
ikterik(-/-).
Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-).
Paru : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-).
Abdomen : Supel, dalam batas normal.
Ekstremitas : Edema (-/-).
b.Status Ginekologi:
Palpasi: Fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba
massa kenyal pada bagian bawah perut,nyeri tekan (-).
Inspeksi: Perdarahanmerembes, tidak aktif.
Pemeriksaan Inspekulo: Porsio ukuran normal,
warnakemerahan, permukaan erosi (-), fluksus (+)
merembes, livide (-),Ø (-), fluor albus (-), dinding
vagina normal, massa (-),peradangan (-).
Pemeriksaan Dalam (VT): Dinding vagina normal, massa
(-); portio licin, kenyal, Ø (-), nyeri goyang (-);
corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi sesuai
umur kehamilan 13-14 minggu; parametrium kanan-kiri
tidak teraba massa, nyeri (-); adneksa &cavum douglas
nyeri (-), massa (-).
3.4. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan laboratorium tanggal 2/01/2015:
20
Hb : 11,3 g/dl
RBC: 4,46x 106/µL
Hct: 38,6 %
MCV: 83,6 fl
MCH: 24,4 pg
MCHC : 29,2 g/dl
WBC: 8.4x 103/µL
Plt:250.000/µL
HBsAg : (-)
SGOT : 22 mg/dl.
SGPT : 26 mg/dl.
b.Pemeriksaan USG:
Uterus membesar dengan gambaran miomatik, ukuran 10 x 9
cm.
Diagnosis: mioma uteri
3.5. Diagnosis
Mioma uteri.
3.6. Rencana Tindakan:
Observasi kesra dan tanda vital pasien.
Infus RL 20 tetes/menit.
Observasi perdarahan.
Cari tanggal untuk operasi elektif dijadwalkan pada
tanggal 6Januari 2015.
Operasi tanggal 6Januari 2015.
Diagnosis pre-operasi: mioma uteri.
21
Tindakan operasi: TAH – BSO (total abdominal histerektomi
dan bilateral saplingooferektomi).
Temuan intraoperatif:
- Ukuran uterus ~ usia kehamilan 16-18 minggu, tidak
dibelah.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini terdapat seorang pasien wanita
berusia 45 tahun dengan diagnosis mioma uteri.Sampai saat ini
penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas[6].
Faktor predisposisi pada pasien ini adalahusia pasien, 45
tahun. Pada usia reproduktif, terdapat peningkatan insidensi
terjadinya mioma uteri seiring bertambahnya usia[5]. Usia
reproduktif menjadi faktor resiko terjadinya mioma karena
kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab mioma
masih tinggi[4]. Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui
pada umur 35-45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3]. Pasien yang
multipara bukanlah faktor resiko munculnya mioma uteri pada
pasien, karena mioma uteri ini lebih sering didapati pada
wanita nulipara atau yang kurang subur[3].
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang
timbul, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
ada[2]. Gejala-gejala yang ditemui pada pasien adalah gangguan
pada siklus menstruasinya yaitu menoragia dan dismenorea.
Namun tidak ditemui adanya gejala penenkanan pada pasien. Pada
pemeriksaan fisik juga sulit untuk menentukan posisi mioma
karena letak mioma yang sulit dipalpasi. Namun tidak
ditemukannya nyeri tekan pada bagian suprapubis mendukung ke
arah mioma uteri. Pada USG dapat dikonfirmasi dengan lebih
tepat bahwa terdapat massa miomatik berukuran 10 x 9 cm
sehingga diagnosis dapat ditegakkan. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa diagnosis pasien adalah mioma uteri.
23
Pentalaksanaan yang akan diberkan pada pasien adalah
terapi operatif berupa laparotomi untuk melakukan
histerektomi. Histerektomi dipilih karena usia pasien yang
sudah mendekati usia menopause dan untuk mencegah kenungkinan
timbulnya keganasan pada daerah di sekitar pelvis.
24
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan pada kasus ini adalah:
1. Sebagian besar data-data yang didapatkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjangpada pasien ini
mengarah pada diagnosismioma uteri.
2. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu total abdominal
histerektomi dengan bilateral salpingooferektomi.
Penatalaksanaan operatif ini dilakukan karena pembesaran
uterus akibat mioma intramural yang difus, usia pasien yang
sudah mendekati usia menopause, dan untuk mencegah
kenungkinan timbulnya keganasan pada daerah di sekitar
pelvis.
3. Pemeriksaan patologi anatomi dari sarang mioma yang diangkat
perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
keganasan.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland WAN. Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:
EGC; 2002.
2. Hadibroto BR. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara.
2005 Sept; 38(3): 254-9.
3. Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.
4. Monga A. Gynaecology by ten teachers, 18thed. New York:
Edward Arnold: 2006.
5. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw
KD, Cunningham FG. Williams gynecology. New York:
McGraw-Hill; 2008.
6. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current
diagnosis &treatment:obstetrics &gynecology, 10thed.
New York: McGraw-Hill; 2007.
7. Hamilton-Fairley D. Lecture notes: obstetrics and
gynaecology, 2nd ed. Massachusetts: Blackwell
Publishing; 2004.
8. Berek JS. Berek & Novak’s gynecology, 14th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
9. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics, 3rd ed. Maryland:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
10. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s
obstetrics and gynecology, 10th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
26