Post on 25-Feb-2023
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang memiliki kekayaan habitat dengan potensi flora dan fauna yang sangat beragam.
Secara ekologis, kawasan pesisir sangat kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam
yang tinggi. Sumberdaya alam yang terdapat di kawasan pesisir antara lain perikanan,
pasir, air laut, mikroorganisme, mangrove, terumbu karang, lamun, dan lain – lain.
Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau
pantai. Pemanfaatan kawasan pantai memberikan dampak yang berbeda baik terhadap
sumberdaya alam maupun bagi masyarakat. Salah satu pemanfaatan kawasan pesisir
adalah untuk kegiatan wisata.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan
lingkungan kawasan pesisir dapat dilakukan dengan analisis kesesuaian lahan
menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Perencanaan pengelolaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh
data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan dengan demikian harus
dilakukan pemantauan kesesuaian lahan, penggunaan teknologi GIS dapat mempermudah
analisis kesesuaian lahan pada suatu kawasan/wilayah yang luas (Gatheru dan Maingi,
2010) seperti pada kawasan pesisir. Manurung (2002) dan Erwindy (2000) menyatakan
bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat digunakan untuk menentukan
rekomendasi pengelolaan dan kebijakan suatu kawasan. Bandyopadhyay dkk. (2009)
mengemukakan bahwa analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG dapat membantu
penilaian penentuan lahan untuk peruntukan yang spesifik, (Jafari dan Narges, 2010) juga
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
2
menjelaskan bahwa dengan menggunakan analisis kesesuaian lahan maka dapat
ditentukan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak untuk digunakan oleh suatu
peruntukan lahan secara spesifik.
Laporan ini merupakan implementasi dari berbagai referensi tentang kriteria
wisata pesisir dengan peruntukan bermain pasir dan berenang yang kemudian diolah
secara spasial.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan kegiatan analisis keruangan dan evaluasi adalah mengetahui wilayah
yang berpotensi untuk pengembangan wisata pesisir bermain pasir dan berenang
berdasarkan nilai skoring.
Kegunaannya adalah untuk memberikan informasi daerah yang berpotensi
wisata.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Umum Lokasi
Secara Geografis Kabupaten Mamuju terletak pada Bagian Barat Pulau
Sulawesi dan berposisi pada bentangan Selat Makassar, yakni 1 38 ’ 110 “ – 2 54 ’
552 “ Lintang Barat, 11 54 ’ 47 “ – 13 5 ‘ 35 “ Bujur Timur, Jakarta (0 0 ‘ 0 “, Jakarta =
160 48 ‘ 28 “ Bujur Timur Green Witch). Dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara
b. Sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Majene, Kabupaten Tana Toraja dan
Kabupaten Mamasa.
d. Sebelah Barat dengan Selat Makassar.
Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 801.406 Ha, secara
administrasi Pemerintahan, terdiri atas 16 Kecamatan, 143 Desa, 10 Kelurahan, dan
4 (UPT) Unit Pemukiman Transmigrasi. Diantara 16 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Mamuju, 15 kecamatan berada di wilayah daratan dan 1 kecamatan di
wilayah kepulauan.
Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan Mamuju. Berdasarkan
orbitasi, Kecamatan yang letaknya terjauh dari ibukota kabupaten adalah Ibukota
Kecamatan Karossa (Karossa) yaitu sejauh 171 Km, dan ibukota kecamatan yang
terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Simboro yang berjarak 6 Km
dari Mamuju.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
4
B. Kriteria Bermain Pasir dan Berenang
1. Kemiringan Lereng
Adalah kenampakan permukaan alam yang disebakan adanya beda tinggi apabila
beda tinggi dua tempat di bandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan
diperoleh besarnya kelerengan. Kemiringan Lereng merupakan bentuk dari variasi
perubahan permukaan bumi secara global, regional atau dikhususkan dalam bentuk
suatu wilayah tertentu.
2. Penutupan Lahan
Adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam dan unsur – unsur
budaya yang ada di permukaan bumi. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982,
mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah
(penutupan lahan) seperti vegetasi, salju dan lain sebagainya.
3. Tanah
Adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan
organik. Tanah merupakan slah satu penunjang yang membantu kehidupan semua
makhluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan
tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi. Selain itu, tanah juga merupakan
tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan
tempat berpijak bagi sebagian sebagian makhluk hidup yang ada di darat.
4. Curah Hujan
Adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu
yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak
terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
5
5. Jarak Garis Pantai
Adalah seberapa jauh batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat
terjadi pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi yaitu
pengikisan pantai oleh hambatan gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya
areal daratan.
C. Sistem Informasi Geografis ( SIG )
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang
selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang
digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff,
1989). Secara umum pengertian SIG sebagai berikut: ” Suatu komponen yang terdiri dari
perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja
bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,
mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam
suatu informasi berbasis geografis ”.
Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem
yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual,
SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan
data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling
berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu
titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data pasial yaitu sebuah data yang
berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu,
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
6
sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan
seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dari sistem informasi lainnya.
Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri
dari berbagaikomponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan
perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan
sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan
menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG.
1. Data Spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai
dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda
dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute)
yang dijelaskan berikut ini :
- Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi
datum dan proyeksi.
- Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki
beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi,
populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas
maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan
proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
7
peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan
penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.
a. Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan
garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik
yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).
Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam
merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk
analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas
kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan
spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah
ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.
b. Raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari
sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data
raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain,
resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili
oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik
untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis
tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
8
utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya
semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat
keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan
format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang
tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan
dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi
dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik.
Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih
besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara
matematis.
2. Peta
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas
maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan
proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka
peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan
penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.
Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk
menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu
dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat
didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang
datar.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
9
G. Skoring
Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses
yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi bobot pada
masing-masing faktor tersebut. Pembobotan dapat dilakukan secara objective dengan
perhitungan statistic atau secara subyektif dengan menetapkannya berdasarkan
pertimbagan tertentu. Penentuan bobot secara subyektif harus dilandasi pemahaman
tentang proses tersebut
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
10
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Analisis Spasial untuk kesesuaian wisata pesisir dilakukan pada daerah
Kabupaten Mamuju yaitu pada tanggal 23 Desember 2013 sampai dengan 5 Januari 2014,
yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok dan diskusi dengan dosen pengasuh mata
kuliah yang disesuaikan dengan waktu perkuliahan. Tempat pelaksanaan kegiatan analisis
ini adalah di ruang kuliah Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam melakukan analisis yaitu berupa satu buah Laptop
PC yang memuat software Arc.Gis. Bahan yang digunakan dalam melakukan analisis yaitu
Peta Administrasi Kabupaten Mamuju, Peta Kelerengan Kabupaten Mamuju, Peta
Penutupan Lahan Kabupaten Mamuju, Peta Curah hujan Kabupaten mamuju, Peta Jenis
tanah Kabupaten Mamuju, dan Peta buffer area sejauh 1 km dari garis pantai.
C. Metode Pengumpulan Data
Hal yang pertama dilakukan yaitu menentukan tahapan zonasi atau
pembatasan ruang titik wilayah yang akan di analisis, dalam hal ini adalah Kabupaten
Mamuju. Kemudian menentukan syarat yang mendukung dalam menentukan kesesuaian
wisata pesisir, dengan syarat mutlak bahwa jarak dari garis pantai tidak lebih dari 1 km.
D. Analisis Data
Analisis kesesuaian kawasan pesisir dengan tujuan bermain pasir dan
berenang dilakukan dua tahapan analisis data, yaitu (a) analisis spasial (keruangan), dan
(b) analisis tabular. Analisis spasial (keruangan) yang digunakan untuk penentuan
kawasan pariwisata menggunakan sistem pembobotan atau skoring yang pada akhirnya
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
11
digunakan dalam pengambilan keputusan untuk penentuan kawasan potensial pariwisata
pesisir. Analisis keruangan yang digunakan dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu
penyusunan matriks kesesuaian untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan yang sesuai
untuk pariwisata pesisir dan pesisir, kemudian tahap selanjutnya adalah proses overlay
untuk mendapatkan basis data secara keseluruhan. Analisis tabular dilakukan untuk
mencari suatu posisi atau luasan tertentu di muka bumi dengan memasukan kriteria-
kriteria yang dibutuhkan. Adapun proses overlay dapat dilihat pada gambar 1.
Seluruh parameter yang dilibatkan memiliki format data grid, yang terdiri atas
sekumpulan sel yang memiliki nilai tertentu. Seluruh parameter penentu kawasan
potensial pariwisata pesisir peruntukan bermain pasir dan berenang dilakukan proses
overlay dengan metode weighted overlay. Zona-zona kesesuaian pada matriks tersebut
menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu kawasan untuk kegiatan pariwisata.
Pembuatan matriks kesesuaian ini dimulai dengan menentukan parameter apa saja yang
berpengaruh terhadap kawasan potensial pariwisata pesisir dan pesisir. Penyusunan
matriks selanjutnya hanya memperhatikan faktor-faktor yang bervariasi yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan Perairan Mamuju. Pembobotan setiap parameter berdasarkan
dominannya pengaruh parameter tersebut dalam penentuan kawasan potensial
pariwisata pesisir dan pesisir. Pemberian skoring dimaksudkan untuk menilai faktor
pembatas pada setiap parameter.
Pemberian bobot untuk setiap parameter dalam kajian ini adalah 10 – 30%
dan pemberian nilai dalam kisaran 0 – 4. Sistem penilaian kelayakan pariwisata pesisir
disajikan pada table 1.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014
Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
12
Bobot dan skor pada keseluruhan kriteria pariwisata pesisir dan pesisir
diproses menggunakan sofware dan akan dihasilkan zona potensial pariwisata pesisir
berdasarkan tingkat kesesuaian faktor-faktor pariwisata. Nilai tiap kelas didapatkan
berdasarkan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
X = ∑ (Bi x Si )
X = Total bobot nilai Bi = Bobot pada tiap kriteria Si = Skor pada tiap kriteria
Gambar 1. Proses Overlay untuk menentukan peta keseuaian lahan wisata pesisir peruntukan bermain pasir dan berenang.
X 30
X 20
X 20
X 20
X 10
Peta Kesesuaian Lahan
Wisata Pesisir Peruntukan
Bermain Pasir dan Berenang
Overlay
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
13
Kesesuaian Nila
i
jarak dari
garis pantai
Bobo
t Jenis tanah
Bobo
t Tutupan lahan
Bobo
t Kelerengan
Bobo
t
Curah
hujan Bobot
sangat
sesuai
(S1)
4 0 - 1 km 30
Latosol
20
Hutan Mangrove
Primer
20 0 - 8% 20
1701 -
1900
10 Podsolik Merah Kuning Hutan Pantai Primer
1900 -
2100
Podsolik Merah
Kuning, Litosol
sesuai
(S2) 3
Aluvial
20
Hutan Mangrove
Sekunder
20
20
2101 -
2300
10
Aluvial
Hidromorf,Organosol
Tanah
Terbuka/Kosong
2301 -
2500
Aluvial
Hodromorf,Glei
Humus Semak/Belukar
Aluvial,Aluvial
Hidromorf,Organosol
agak sesuai
(S3) 2
Brown Forest Soil,
Mediteran Merah
Kuning 20 Belukar Rawa 20 20 1301 -1501 10
savana
1501 -
1700
tidak sesuai
(N)
1
Mediteran Merah
Kuning, Brown Forest
Soil 20
20 20
2501 -
2700 10
2701 -
2900
0 > 1 km 30
20
Awan
20
8 - 15%
20
10
Hutan Primer 15 - 25%
Hutan Rawa
Sekunder 25 - 45%
Hutan Sekunder >45%
Perkebunan
Permukiman
Pertanian L. Kering
Campur
Pertanian Lahan
Kering
Sawah
Transmigrasi
Tambak
Tabel 1. Sistem Penilaian pada kesesuaian lahan wisata pesisir peruntukan bermain pasir dan
berenang
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
14
Tabel 2. Kriteria pembobotan arahan kesesuaian
lahan
Dari sistem penilaian yang ada diatas kemudian dijumlahkan nilai bobotnya untuk
digolongkan menjadi 4 kriteria, yaitu:
No Arahan Penilaian Total bobot
1 Bermain pasir dan berenang Sangat sesuai >=330
2 Bermain pasir dan berenang sesuai 291-329
3 Bermain pasir dan berenang Agak sesuai 250-290
4 Bermain pasir dan berenang Tidak sesuai < 250
Masing-masing kelas kesesuaian di atas didefinisikan sebagai berikut:
Kelas S1 : Sangat sesuai (highly suitable)
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menetapkan
perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau
berpengaruh secara nyata terhadap penggunanya dan tidak akan menaikan tingkatan
perlakuan yang diberikan.
Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan
tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan tingkatan
perlakuan yang diperlukan.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
15
Kelas S3 : Agak Sesuai (marginally suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) yang serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas akan lebih
meningkatkan masukan/ tingkatan perlakuan yang diperlukan.
Kelas N : Tidak sesuai (not suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) permanen sehingga
mencegah segala kemungkinan perlakuan.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tingkat kesesuaian masing-masing variabel
1. Jarak dari garis pantai
Pembatasan daerah potensial dengan pembuatan buffer dari garis pantai,
dimana daerah dengan jarak ≤1000 m (1 km) merupakan daerah paling ideal (S1)
untuk wisata ini. Kawasan yang melebihi 1 km masuk dalam kriteria tidak sesuai
(N). Peta buffer garis pantai dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Jarak dari Garis Pantai di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
17
2. Penutupan lahan
Daerah dengan penutupan lahan hutan mangrove primer serta hutan pantai
primer merupakan daerah yang paling ideal/sangat sesuai (S1), daerah dengan
tutupan lahan hutan mangrove sekunder, tanah terbuka, serta semak belukar
dianggap masih sesuai (S2 ), daerah dengan tutupan lahan belukar rawa dan savana
masuk dalam kategori agak sesuai (S3 ) selain dengan tutupan tersebut dianggap
tidak sesuai (N).
Peta penutupan lahan dan peta tingkat kesesuaian lahan berdasarkan
penutupan lahan dapat dilhat pada gambar 3 dan gambar 4.
Gambar 3. Peta Penutupan Lahan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
18
Gambar 4. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Penutupan Lahan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. 3. Jenis tanah
Daerah dengan jenis tanah latosol, Podsolik merah kuning, litosol merupakan
daerah yang sangat ideal (S1 ). Daerah dengan semua jenis tanah alluvial, Glei
humus, Organosol dianggap masih sesuai (S2 ), daerah dengan jenis tanah brown
forest soil masih bisa dimasukkan ke dalam kriteria agak sesuai (S3 ), daerah dengan
jenis tanah mediteran merah kuning dianggap tidak sesuai (N).
Peta jenis tanah dan tingkat kesesuaian berdasarkan jenis tanah dapat dilihat
pada gambar 5 dan gambar 6.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
19
Gambar 5. Peta Jenis Tanah di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Gambar 6. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Jenis Tanah di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
20
4. Kelerengan
Daerah dengan tingkat kelerengan 0 - 8 % merupakan daerah yang paling ideal (S1),
daerah yang melebihi kelerengan diatas 8 % merupakan daerah tidak sesuai (N).
peta kelerengan dan peta tingkat kesesuaian berdasarkan kelerengan dapat dilihat
gambar 7 dan gambar 8.
Gambar 7. Peta Kelerengan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
21
Gambar 8. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
5. Curah hujan
Daerah yang memiliki curah hujan terlalu tinggi dan terlalu rendah dianggap tidak
terlalu ideal, sehingga daerah yang ideal dengan curah hujan 1700 – 2100 (S1 ) ,
diatas 2100 hingga 2500 masih sesuai (S2 ). Daerah dengan curah hujan dibawah
1700 dapat dikategorikan ke dalam agak sesuai (S3 ) dan daerah dengan curah hujan
diatas 2500 dianggap tidak sesuai (N). peta curah hujan dan peta tingkat kesesuaian
berdasarkan curah hujan dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
22
Gambar 9. Peta Curah Hujan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Gambar 10. Peta Tingkat Kesesuaian berdasarkan Curah Hujan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
23
B. Arahan yang direncanakan
Faktor pembatas utama dalam menentukan arahan yaitu pada variabel jarak dari
garis pantai, sehingga area yang memungkinkan untuk di arahkan dalam kesesuaian
wisata pesisir peruntukan bermain pasir dan berenang yaitu 1 km dari garis pantai
dengan luasan 21587,13 ha. Setelah pembatasan ini kemudian melihat hasil
penjumlahan bobot sehingga diperoleh daerah yang sesuai (S1 ) seluas 9388.80 ha ,
daerah yang sesuai (S2 ) seluas 4038.78 ha, daerah yang agak sesuai (S3 ) seluas
4539.14 ha dan daerah yang tidak sesuai (N) seluas 775115.51 ha. Peta untuk
keseuaian arahan bermain pasir dan berenang dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Peta Arahan Bermain Pasir dan Berenang di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
24
Gambar 12. Peta Arahan Bermain Pasir dan Berenang tingkat desa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Zona potensial wisata pesisir didapat melalui proses overlay beberapa peta tematik
yaitu jarak dari garis pantai, penutupan lahan, curah hujan, kelerengan dan jenis tanah.
Pemberian bobot pada setiap parameter didasarkan pada tingkat kepentingan untuk
kegiatan wisata pesisir. Jarak dari garis pantai sejauh 1 km diberikan bobot paling tinggi
karena daerah yang dianggap sesuai untuk bermain pasir tidak melebih jarak 1 km dari
garis pantai. Penutupan lahan, kelerengan dan jenis tanah juga dianggap penting dan
memiliki nilai bobot yang sama karena pada penutupan lahan akan mempengaruhi dalam
segi artistic, kelerengan yang tinggi tidak memungkinkan pengunjung untuk melakukan
wisata pesisir peruntukan bermain pair dan berenang karena dapat membahayakan, jenis
tanah sangat berpengaruh karena semakin tinggi kandungan pasir suatu tanah maka
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
25
semakin baik untuk dilakukan wisata pesisir. Curah hujan diberikan bobot paling kecil
karena dapat ditutupi oleh parameter lain, juga dapat diatasi oleh para pelaku wisata.
Hasil overlay kelima parameter tersebut menghasilkan 4 kelas kesesuaian yaitu kelas
sangat sesuai (S 1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S 3) dan tidak sesuai (N) seperti yang
tertera pada table 3.
Tabel 3. Data Arahan Kesesuaian Wisata Pesisir di Mamuju, Sulawesi Barat
No Arahan luas (Ha)
1 Agak Sesuai 9388.80
2 Sangat Sesuai 4038.78
3 Sesuai 4539.14
4 Tidak Sesuai 775115.51
Table 4. Data Arahan Kesesuaian Wisata Pesisir Tingkat Desa di Mamuju, Sulawesi Barat
No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)
1 Sangat Sesuai BUDONG-BUDONG BABANA 185.9
2 Sangat Sesuai BUDONG-BUDONG K I R E 149.35
3 Sangat Sesuai BUDONG-BUDONG LUMU 62.69
4 Sangat Sesuai KALUKKU BEBANGA 146.23
5 Sangat Sesuai KALUKKU BELANG-BELANG 525.76
6 Sangat Sesuai KALUKKU BERU-BERU 0.41
7 Sangat Sesuai KALUKKU KABULOANG 47.28
8 Sangat Sesuai KALUKKU KALUKKU BARAT 35.15
9 Sangat Sesuai KALUKKU SINYONYOI 22.38
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
26
No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)
10 Sangat Sesuai KAROSSA KAMBUNONG 297.74
11 Sangat Sesuai KAROSSA KAROSSA 197.27
12 Sangat Sesuai KAROSSA L A R A 219.56
13 Sangat Sesuai KAROSSA SALUBIRU 42.35
14 Sangat Sesuai KAROSSA SUKAMAJU 1.48
15 Sangat Sesuai KAROSSA TASOKKO 728.24
16 Sangat Sesuai MAMUJU BAMBU 66.61
17 Sangat Sesuai MAMUJU BINANGA 17.62
18 Sangat Sesuai MAMUJU KAREMA 3.78
19 Sangat Sesuai MAMUJU MAMUNYU 39.51
20 Sangat Sesuai MAMUJU RIMUKU 4.62
21 Sangat Sesuai MAMUJU TADUI 52.56
22 Sangat Sesuai PANGALE KOMBILING 77.96
23 Sangat Sesuai PANGALE LAMBA-LAMBA 86.96
24 Sangat Sesuai PANGALE PANGALE 83.78
25 Sangat Sesuai PAPALANG BONDA 234.94
26 Sangat Sesuai PAPALANG PAPALANG 64.97
27 Sangat Sesuai SAMPAGA SAMPAGA 118.82
28 Sangat Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN RANGAS 21.84
29 Sangat Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SIMBORO 18.17
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
27
No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)
30 Sangat Sesuai TAPALANG GALUNG 2.1
31 Sangat Sesuai TAPALANG TAAN 7.01
32 Sangat Sesuai TOPOYO BUDONG-BUDONG 77.13
33 Sangat Sesuai TOPOYO SINABATTA 192.65
34 Sangat Sesuai TOPOYO TUMBU 205.97
35 Sesuai BUDONG-BUDONG BABANA 234.34
36 Sesuai KALUKKU BEBANGA 196.56
37 Sesuai KALUKKU BELANG-BELANG 226.31
38 Sesuai KALUKKU KABULOANG 271.88
39 Sesuai KAROSSA KAMBUNONG 362.12
40 Sesuai KAROSSA KAROSSA 9.09
41 Sesuai KAROSSA L A R A 393.77
42 Sesuai KAROSSA SALUBIRU 163.81
43 Sesuai KAROSSA SUKAMAJU 62.09
44 Sesuai KAROSSA TASOKKO 141.49
45 Sesuai MAMUJU BAMBU 246.19
46 Sesuai MAMUJU BATU PANU 13.7
47 Sesuai MAMUJU BINANGA 130.01
48 Sesuai MAMUJU KARAMPUANG 24.17
49 Sesuai MAMUJU KAREMA 110.08
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
28
No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)
50 Sesuai MAMUJU MAMUNYU 170.34
51 Sesuai MAMUJU RIMUKU 83.48
52 Sesuai MAMUJU TADUI 98
53 Sesuai PAPALANG BONDA 42.23
54 Sesuai PAPALANG PAPALANG 97.11
55 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN RANGAS 186.95
56 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SIMBORO 283
57 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SUMARE 60.11
58 Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN TAPANDULLU 7.97
59 Sesuai TAPALANG GALUNG 220.99
60 Sesuai TAPALANG KASAMBANG 163.32
61 Sesuai TAPALANG OROBATU 82.21
62 Sesuai TAPALANG RANTEDODA 33.88
63 Sesuai TAPALANG TAAN 97.79
64 Sesuai TAPALANG TAMPALANG 110.1
65 Sesuai TAPALANG BARAT DUNGKAIT 31.12
66 Sesuai TAPALANG BARAT LABUANG RANO 25.7
67 Sesuai TAPALANG BARAT LEBANI 73.06
68 Sesuai TAPALANG BARAT PASA'BU 1.11
69 Sesuai TOPOYO SINABATTA 85.08
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
29
No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)
70 Agak Sesuai BUDONG-BUDONG BABANA 212.1
71 Agak Sesuai BUDONG-BUDONG K I R E 455.61
72 Agak Sesuai BUDONG-BUDONG LUMU 649.55
73 Agak Sesuai KALUKKU BEBANGA 277.39
74 Agak Sesuai KALUKKU BELANG-BELANG 69.9
75 Agak Sesuai KALUKKU BERU-BERU 264.04
76 Agak Sesuai KALUKKU KABULOANG 231
77 Agak Sesuai KALUKKU KALUKKU BARAT 418.85
78 Agak Sesuai KALUKKU SINYONYOI 540.61
79 Agak Sesuai KAROSSA KAROSSA 304.3
80 Agak Sesuai KAROSSA SUKAMAJU 17.52
81 Agak Sesuai MAMUJU KARAMPUANG 333.41
82 Agak Sesuai MAMUJU TADUI 283.97
83 Agak Sesuai PANGALE KOMBILING 149.7
84 Agak Sesuai PANGALE LAMBA-LAMBA 472.12
85 Agak Sesuai PANGALE PANGALE 308.27
86 Agak Sesuai PANGALE POLOCAMBA 4.01
87 Agak Sesuai PANGALE SARTANAMAJU 0.01
88 Agak Sesuai PAPALANG BONDA 666.78
89 Agak Sesuai PAPALANG PAPALANG 91.78
Tugas Kelompok: Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan UNHAS
(Andi Nurul Mukhlisa, A. St. Rahmah Zuraedah, Herawaty, Maria) 2013/2014 Mata kuliah Evaluasi Lahan dan Analisis Keruangan
KESESUAIAN WISATA PESISIR PERUNTUKAN BERMAIN PASIR DAN BERENANG DI MAMUJU, SULAWESI BARAT
30
No. Arahan KECAMATAN DESA Luas (ha)
90 Agak Sesuai SAMPAGA SAMPAGA 378.69
91 Agak Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN RANGAS 364.51
92 Agak Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN SUMARE 397.64
93 Agak Sesuai SIMBORO DAN KEPULAUAN TAPANDULLU 64.9
94 Agak Sesuai TAPALANG TAAN 92.34
95 Agak Sesuai TAPALANG BARAT DUNGKAIT 391.57
96 Agak Sesuai TAPALANG BARAT LABUANG RANO 46.73
97 Agak Sesuai TAPALANG BARAT LEBANI 597.91
98 Agak Sesuai TOPOYO BUDONG-BUDONG 300.93
99 Agak Sesuai TOPOYO SINABATTA 461.13
100 Agak Sesuai TOPOYO TUMBU 541.54
Zona sangat sesuai tidak mempunyai faktor pembatas khusus yang menghambat
kegiatan wisata pesisir, seluruh parameter fisik membuat daerah ini sangat ideal dijadikan
sebagai lokasi wisata pesisir. Zona sangat sesuai dapat dilakukan di kecamatan budong-
budong, kaluku, karosa, mamuju, pangale, papalang, sampaga,simboro dan
kepulauan,tapalang, dan topoyo. Zona tidak sesuai mempunyai faktor pembatas yang
permanen yaitu jarak dari garis pantai melebihi 1 km. untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada table 4 diatas.