Post on 29-Apr-2023
IMPLEMENTASI 4DX (THE 4 DISCIPLINES OF EXECUTION) DALAM MENGUKUR
KPI PADA PT. DJARUM DI BAGIAN MATERIAL SUPPORT
Syaiful Anwar 1), Azis Fathoni SE. MM 2), Andi Tri Haryono SE, MM 3)
1) Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran Semarang, 2) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif komparatif. Adapun sumber data yang
digunakan adalah data-data primer yang diperoleh dari fakta-fakta penelitian di bagian Material
Support Silo Finished Blend SKM OASIS PT. Djarum kudus, dan sumber data-data sekunder
yang diperoleh dari arsip dan dokumen resmi serta buku-buku. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi dan telaah dokumen.
Hasil penelitian yang dilakukan di bagian Material Support Silo Finished Blend SKM
OASIS PT. Djarum Kudus dapat diketahui bahwa secara umum program The 4 Discipliness of
Execution (4DX) memberikan dampak yang baik terhadap kelancaran proses produksi dan
berpengaruh kepada perubahan perilaku karyawan. Perilaku dapat diamati pada pergerakan capaian target scoreboard yang selalu diupdate setiap hari dan dilakukan evaluasi disetiap
pertemuan WIG Session setiap seminggu sekali.
Kata kunci : Implementasi 4DX, komitmen, disiplin, tanggung jawab
ABSTRACT.
This study uses a comparative quantitative method. The data sources used are primary
data obtained from the facts of research in the Material Support Silo Finished Blend of SKM
OASIS PT. Djarum Kudus, and sources of secondary data obtained from official archives and
documents as well as books. The data collection technique used in this study is by interview,
observation and document review. The results of research conducted in the Material Support Silo Finished Blend of SKM
OASIS PT. Djarum Kudus can be seen that in general the 4 Discipliness of Execution (4DX)
program has a good impact on the smooth production process and has an effect on changes in
employee behavior. Behavior can be observed in the movement of the target scoreboard which is
always updated every day and carried out an evaluation at each meeting of the WIG session every
once a week.
Keywords : 4DX implementation, commitment, discipline, responsibility
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Berdirinya sebuah organisasi di
dasarkan oleh visi atau tujuan yang ingin
dicapai oleh organisasi tersebut. Dilakukan
berbagai cara untuk mencapai tujuan agar
kinerja organisasi tersebut meningkat. Salah
satu faktor yang mengukur peningkatan
kinerja untuk mencapai tujuan suatu
organisasi adalah dalam hal kinerja
pegawai yang efektif, mencakup proses
pengukuran hasil kerja pegawai secara
objektif melalui serangkaian indikator kinerja yang tepat.
Strategi yang disusun secara tepat
dapat memberikan arahan berjalannya
eksekusi yang efisien dan efrektif sehingga
mampu mencapai tujuan perusahaan. Dalam
rangka memastikan berjalannya eksekusi
yang sesuai dengan rencana. Diperlukan pengendalian manajemen yang memadai.
Funsi pengendalian manajemen inilah yang
menimbulkan aktivitas penerapan The 4
Discipline of Execution.
Menurut McChesney C, Covey S,
Huling J (2002) The 4 Discipline of
Execution mencakup formula yang simple
namun telah terbukti mampu membantu
baik individu maupun organisasi mencapai
tujuan dengan hasil yang diharapkan. 4
disiplin yang terbukti mampu mendorong dilaksanakannya eksekusi ini mencakup:
1. Focus on wildly important goals
(Fokus pada hal yang sangat
penting).
2. Act on the lead measure (Bekerja
pada hal-hal yang menggerakkan
tujuan).
3. Keep a compelling scoreboard
(Mencatat capaian pada papan score).
4. Create a cadense of accountability
(Menjaga akuntabilitas setiap
orang dalam pencapaian tujuan).
Dengan dilakukannya penerapan
aktivitas The 4 Disciplines of Execution,
pemimpin akan mampu menuju tingkatan
kinerja yang lebih tinggi, sekaligus
mempertahankannya. Pada akhirnya,
perilaku-perilaku baru akan menjadi standar
personal bagi setiap karyawan, dan terus
melekant menjadi kebiasaan meski tidak ditekankan lagi. 4 disiplin diterapkan secara
konsisten dalam sasaran-sasaran baru
organisasi, para pemimpin dapat
meningkatkan kinerja karyawan dengan cara
yang sudah pasti dan sering kali menetap.
Dalam disiplin 4, tim bertemu
sekurangnya sekali dalam seminggu dalam
sebuah WIG Session. Dalam pertemuan ini
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,
para member menetapkan agenda,
mengukuhkan irama akuntabilitas mingguan untuk mendorong kemajuan WIG Team dan
WIG Champion. Aktivitas meliputi
melaporkan komitmen minggu lalu,
meninjau ulang kinerja yang tercatat di
Scoreboard, kemudian membuat komitmen
untuk minggu depan untuk memperbaiki
hasil Lead Measure (McChesney C, Covey
S, Huling J, 2012).
Dengan hasil dari 4DX tersebut,
kinerja diukur untuk mengetahui sejauh
mana tujuan direalisasikan sehingga
manajemen bisa bertindak cepat untuk mengambil keputusan. Manfaat pengukuran
kinerja dapat dirasakan secara jangka
panjang kerena lingkungan bisnis berubah
secara dinamis. Dengan mengetahui hasil
pengukuran kinerja, simpul-simpul
penyebab rendahnya kinerja yang rendah
dapat diketahui sehingga dapat segera
diperbaiki, baik karena kelambatan maupun
penyimpangan.
Hal inilah yang ditangkap oleh PT.
DJARUM Kudus untuk meningkatkan kinerjannya. PT.Djarum adalah perusahaan
produsen rokok di Indonesia yang berada di
Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Di
PT.Djarum terdapat beberapa Unit kerja,
antara lain Warehouse (Gudang
penyimpanan barang baku), Primary (Unit
pengolahan bahan baku sehingga menjadi
Tembakau Finish Blend), Secondary (Unit
yang mengolah Tembakau Finish Blend menjadi Barang jadi atau siap jual, atau
biasa disebut SKM “Sigaret Kretek Mesin”
dan SKT “Sigaret Kretek Tangan”) yang
tersebar hampir diseluruh kecamatan di
Kabupaten Kudus.
Penelitian ini dilakukan di Bagian
Material Support PT.Djarum Kudus. Untuk
meningkatkan kualitas produk, PT. Djarum
khususnya bagian Material Support
melakukan pengendalian kepada faktor-
faktor yang dapat menghambat proses
produksi dibagian Next Process. Faktor yang menjadi fokus adalah pengendalian
Frekuensi Blockage Transfer Tobbaco
Finished Blend.
The 4 Disciplines of Execution atau
4DX merupakan suatu metode penerapan
untuk mengeksekusi suatu target atau tujuan
utama. Target disini adalah pengendalian
Frekuensi Blockage Transfer Tobbaco
Finished Blend dengan jumlah angka yang
telah disepakati oleh Champhion. Memulai
langkah - langkah menentukan Lead Measure sesuai dengan prosedur
implementasi 4DX, kemudian individu
berkomitmen terhadap ide yang akan
dilakukan untuk mempengaruhi pencapaian
target. Ide-ide tersebut disampaikan masing-
masing anggota tim setiap pertemuan
seminggu sekali. Scoreboard 4DX sebagai
motivasi kemajuan capaian dan komitmen
yang sudah dilakukan tim. Setiap anggota
tim bertanggungjawab terhadap komitmen
pencapaian target yang telah disepakati.
Dengan adanya Implementasi The 4 Disciplines of Execution (4DX) diharapkan
suatu sasaran penting bagian tercapai
dengan 4 Disiplin dalam prinsip 4DX.
Aktivitas Implementasi The 4 Disciplines of
Execution (4DX) mendukung tercapainya
eksekusi sasaran perusahaan dan mutu yang
baik bagi kualitas kinerja karyawan.
Sehingga Aktivitas Implementasi The 4
Disciplines of Execution (4DX) sangat perlu
diterapkan. Pengendalian tersebut
dimasukan kedalam KPI sebagai bahan evaluasi setiap bulannya. Dengan
pengitungan dari hasil KPI disetiap
bulannya diharapkan ada solusi dan ada
penurunan dari masalah-masalah tersebut.
Indikator kinerja mewakili ukuran dari
berbagai aspek yang berbeda dari kinerja.
Ide dari Key Performance Indicator (KPI)
merefleksikan pemikiran bahwa beberapa
aspek dari kinerja membutuhkan perbaikan atau pemeliharaan dibandingkan dengan
yang lain. Ketika suatu rentang antara
beberapa aspek yang penting ini dipilih dan
ukuran telah ditetapkan, maka suatu sistem
KPI akan bekerja. Dimana, KeyPerformance
Indicator (KPI) itu sendiri mewakili suatu
set ukuran yang berfokus kepada kinerja
yang bersifat paling kritis terhadap
kesuksesan saat ini dan saat yang akan
datang dari organisasi.
Berdasarkan pada permasalahan yang
telah dijabarkan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “IMPLEMENTASI 4DX
(THE 4 DISCIPLINES OF EXECUTION)
DALAM MENGUKUR KPI PADA PT.
DJARUM DI BAGIAN MATERIAL
SUPPORT”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada hal-hal yang telah
diuraikan diatas maka dapat dibuat suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Implementasi The 4 Discipline of Execution
berpengaruh secara signifikan pada
komitmen karyawan di bagian
Material Support PT. Djarum
Kudus?
2. Apakah Implementasi The 4
Discipline of Execution
berpengaruh secara signifikan pada disiplin karyawan di bagian
Material Support PT. Djarum
Kudus?
3. Apakah Implementasi The 4
Discipline of Execution
berpengaruh secara signifikan pada
tanggung jawab karyawan di
bagian Material Support PT.
Djarum Kudus?
3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan
ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh
penerapan The 4 Discipline of
Execution terhadap komitmen
karyawan bagian Material Support
PT.Djarum.
2. Untuk mengetahui pengaruh
penerapan The 4 Discipline of
Execution terhadap disiplin
karyawan bagian Material Support
PT.Djarum.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan The 4 Discipline of
Execution terhadap tanggung jawab
karyawan bagian Material Support
PT.Djarum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Implementasi
Implementasi adalah suatu
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang
dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap sempurna. Implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu/pejabat-pejabat atau
kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan (Meter dan Vanhorn,
1975:447). Implementasi menurut Lukman
Ali adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995:1044). Implementasi merupakan
sebuah tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta, baik secara
individu maupun kelompok dengan maksud
untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
Implementasi Riant Nugroho pada
prinsipnya adalah cara yang dilakukan agar
dapat mencapai tujuan yang dinginkan
(Nugroho, 2003:158). Implementasi
merupakan prinsip dalam sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh individu atau
kelompok orang untuk pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan.
Berdasarkan pendapat yang
dikemukakan di atas, maka dapat kita lihat
bahwa tahapan implementasi merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan apa
yang terjadi setelah suatu program
ditetapkan dengan memberikan otoritas
pada suatu kebijakan dengan membentuk
output yang jelas dan dapat diukur. Subarsono dalam bukunya yang berjudul
Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori
dan Aplikasi mengatakan bahwa:
”Implementasi melibatkan usaha dari policy
makers untuk mempengaruhi apa yang oleh
Lipsky disebut ”street level bureaucrats”
untuk memberikan pelayanan atau mengatur
perilaku kelompok sasaran (target group)”
(Subarsono, 2005:88). Dalam pengertian-pengertian diatas
memperlihatkan bahwa kata implementasi
bermuara pada mekanisme suatu system.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa implementasi adalah
suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya
suatu aktivitas dan dilakukan secara
sungguh-sungguh berdasarkan acuan
norma-norma tertentu untuk mencapai
tujuan kegiatan. Oleh karena itu,
implementasi tidak dapat berdiri sendiri
tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu : The 4 Disciplinesof Execution
(4DX). Implementasi 4DX merupakan
proses pelaksanaan ide, program atau
aktivitas baru dengan harapan orang lain
dapat menerima dan melakukan perubahan
terhadap suatu pembelajaran dan
memperoleh hasil yang diharapkan.
2. The 4 Disciplines of Execution (4DX)
The 4 Disciplines of Execution
(4DX) mencakup formula yang simple namun telah terbukti mampu membantu
baik individu maupun organisasi mencapai
tujuan dan hasil yang diharapkan. 4 disiplin
yang terbukti mampu mendorong
dilaksanakannya eksekusi ini mencakup :
1. Focus on Wildly Important Goals
(Fokus pada hal yang sangat
penting).
2. Act on Lead Measure (Bekerja
pada hal-hal yang menggerakkan
tujuan).
3. Keep on Compelling Score Board (Mencatat capaian pada papan
skor).
4. Create a Cadence of
Accountability (Menjaga
akuntabilitas setiap orang dalam
pencapaian target).
The 4 Disciplines of Execution
(4DX) juga mengajarkan kepada semua
orang untuk mampu memisahkan hal-hal
yang penting dengan hal-hal yang genting
yang sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari atau biasa disebut “Whirlwind”
(Pusaran Angin). Begitu banyak
perencanaan hebat yang kita lakukan,
awalnya terlaksana baik, namun pada
akhirnya layu dan sirna karena semua orang
yang terlibat harus menangani hal-hal lain
yang kelihatannya lebih penting dan
mendesak.
Kalau kita mengabaikan hal-hal yang mendesak, tentu kita akan mengalami
banyak masalah sekarang. Namun jika
sebaliknya kita mengabaikan yang penting,
maka kita akan menjumpai masalah di
kemudian hari. Jika kita hanya
mengurusi whirlwind saja, maka kita tidak
akan maju sejengkal pun, walau sebesar
apapun energi yang kita curahkan di sana.
Kita harus fokus melaksanakan tugas untuk
mencapai goal yang paling penting di
tengah dahsyatnya pusaran angin.
3. Focus on Wildly Important Goals
Disiplin yang pertama adalah
memfokuskan upaya terbaik anda pada satu
atau dua sasaran yang akan membuat
perbedaan, alih-alih member upaya
tanggung jawab pada selusin sasaran.
Eksekusi dimulai dengan fokus, karena
tanpa fokus ketiga disiplin lain tidak akan
mampu membantu anda.
Sederhananya, disiplin 1 berbicara
tentang membuat prioritas terhadap sasaran dalam jumlah yang lebih sedikit. Dalam
menetapkan jumlah sasaran, semakin
banyak jumlah sasaran yang ditetapkan,
semakin sedikit sasaran yang dicapai
dengan baik. Hal ini seperti prinsip pada
hokum gravitasi.
Ahli syaraf dari MIT, Earl Miller
berkata “Upaya berkonsentrasi pada dua
tugas menyebabkan kapasitas pengolahan
otak menjadi terbebani. Khususnya bila kita
mencoba melakukan tugas serupa secara
bersamaan. Karena berusaha melakukan hal terlalu banyak sekaligus, otak kita
mengalami perlambatan.
4. Act on Lead Measure
Disiplin kedua adalah menerapkan
energi pada aktivitas-aktivitas Lead
Measure Anda. Aktivitas ini merupakan
pengungkit untuk mencapai Lag Measure.
Lead Measure adalah “ukuran” dari
kegiatan yang paling berdampak untuk
mencapai sasaran. Kebanyakan kita cenderung
berfokus pada Lag Measures atau
pengukuran seberapa baik kita mencapai
goal di masa lalu. Kenapa demikian?
Karena Lag Measures sangatlah mudah
diukur. Namun dalam konsep 4DX – The 4
Disciplines of Execution, ditekankan bahwa
kita justru haruslah bertindak/berfokus
pada Lead Measures karena inilah salah satu kunci penting keberhasilan eksekusi.
Dengan disiplin 2, anda melakukan
sesuatu yang agak berbeda. Disiplin 2
mengharuskan anda untuk mendefinisikan
ukuran harian dan mingguan, pencapaian
yang akan menuntut ke sasaran. Lalu setiap
hari atau setiap minggu tim Anda
mengidentifikasi tindakan yang paling
penting yang akan mendorong Lead
Measure tersebut. Dengan cara ini tim anda
membuat sebuah rencana just-in-time yang
memampukan mereka untuk beradaptasi dengan cepat, sambil tetap fokus pada WIG.
Perbedaan Lag Measure dengan
Lead Measure. Lag Measure adalah ukuran
dari hasil yang ingin anda capai. Dinamakan
Lag Measure karena pada saat Anda
mendapatkan datanya, hasilnya sudah
terjadi. Sedangkan Lead Measure adalah
memprediksi hasil yang akan terjadi
didepan.
5. Keep on Compelling Score Board The highest level of performance
always comes from people who are
emotionally engaged and the highest level of
engagement comes from knowing the score. -McChesney, Covey, and Huling.
Disiplin ketiga adalah memastikan
bahwa setiap orang mengetahui skornya
setiap saat, agar mereka tahu apakah mereka
sedang menang atau kalah.
Scoreboard ini adalah terjemahan
dari Lead Measure dan Lag Measure yang
bertujuan untuk memotivasi Anda dan Tim
Anda. Tim mengetahui setiap saat apakah
mereka sedang menang atau mereka sedang kalah. Jika mereka tidak tahu skornya, maka
mereka tidak akan tahu tindakan apa yang
harus dilakukan untuk memenangkan
pertandingan.
4DX membantu anda menyiapkan
permaianan yang dapat dimenangkan.
Disiplin 1 mempertajam fokus pada satu
atau dua Wildly Important Goal dan
menetapkan sasaran yang jelas. Disiplin dua
menciptakan Lead Measure yang member
tim anda Leverage Behavior untuk mencapai sasaran. Inilah yang membuatnya
menjadi sebuah permainan. Namun tanpa
adanya disiplin tiga, tanpa scoreboard yang
menggugah, permainan tidak hanya akan
hilang ditelan whirlwind, tapi juga tidak
seorang pun akan peduli.
6. Create a Cadence of Accountability
Productivity is never an accident.
It is always the result of a commitment to
excellence, intelligent planning, and focused
effort. -Paul J. Meyer-
4DX mengharuskan kita
melakukan WIG session, dengan satu
tujuan: membuat team fokus kembali ke
WIG walaupun ada sekian banyak
kesibukan (whirlwind) yang melanda setiap
harinya. WIG session seharusnya diadakan
secara teratur, minimal seminggu sekali atau
lebih sering. Agenda WIG session dimulai
dengan masing-masing anggota team melaporkan hasil komitmen minggu lalu
berikut hasil pencapaiannya. Lalu WIG
session dilanjutkan dengan melakukan
review atas scoreboard yang ada.
WIG session harus diadakan pada
hari yang sama dan dan waktu yang sama di
setiap minggunya. Konsistensi adalah
penting, tanpa konsistensi tim tidak akan
pernah mampu menciptakan irama kerja
yang berkelanjutan. Bila anda tidak
menghadiri sesi ini satu minggu saja, anda kehilangan momentum yang berharga.
Kehilangan momentum ini akan berdampak
pada hasil anda.
Di sini, sang Leader harus jeli
dalam tahap melakukan review.
Usahakan sedapat mungkin, seluruh
anggota team memperoleh pembelajaran
tentang bagaimana mengulangi dan
memperbesar keberhasilan yang dicapai;
serta bagaimana menghindari kegagalan
yang terjadi minggu sebelumnya. Juga
gunakan kesempatan ini untuk merayakan keberhasilan atau pencapaian kecil yang
berhasil didapat, untuk memompa semangat
semua anggota team. Dan WIG
session diakhiri dengan masing-masing
anggota team menyatakan komitmennya
untuk minggu berikutnya. Sang Leader bisa
membantu anggota team untuk memilah-
milah komitmen mana yang akan
memberikan impact terbesar bagi
pencapaian WIG.
7. Key Performance Indicator (KPI)
Menurut Warren , Key
Performance Indicator merupakan sebuah
pengukuran yang menilai bagaimana sebuah
organisasi mengeksekusi visi strategisnya.
Visi strategis yang dimaksud merujuk kepada bagaimana strategi organisasi secara
interaktif terintegrasi dalam strategi
organisasi secara menyeluruh.
Menurut Banerjee dan Buoti , Key
Performance Indicator merupakan ukuran
berskala dan kuantitatif yang digunakan
untuk mengevaluasi kinerja organisasi
dalam tujuan mencapai target organisasi.
KPI juga digunakan untuk menentukan
objektif yang terukur, melihat tren, dan
mendukung pengambilan keputusan.
Menurut Iveta , Key Performance Indicator adalah ukuran yang bersifat kuantitatif dan
bertahap bagi perusahaan serta memiliki
berbagai perspektif dan berbasiskan data
konkret, dan menjadi titik awal penentuan
tujuan dan penyusunan strategi organisasi.
8. Ukuran Kinerja ( Performance
Measures)
Ukuran kinerja dapat didefinisikan
dalam beberapa cara. Definisi berikutini
disarankan oleh Parmenter yang dibagi atas 3 Performance Measures yaitu Key Result
Indicator (KRI), Key Performance Indicator
(KPI) dan PerformanceIndicator (PI).
a. Key Result indicator (KRI) mengukur
kinerja dari sudut pandang eksternal,
dapat berupa ukuran financial. KRI
dimaksudkan untuk memberikan
informasi seperti keuntungan bagi
para pemegang saham suatu
perusahaan. ukuran KRI
mengindikasikan apakah arah dari
perusahaan telah tepat dan akurat, tetapi tidak memberikan suatu
informasi bagaimana meningkatkan
hasil yang di dapat. Secara luas KRI
mencakup periode yang lebih lama,
biasanya bulan, tahun dan sangat
tepat untuk manajemen sebagai dasar
pengambilan keputusan, tetapi sangat
sedikit sekali digunakan untuk
aktivitas rutin.
b. Performance Indicator (PI)
merupakan indikator yang menunjukan apa yang perlu dicapai
dalam pandangan internal
operasional perusahaan untuk
meningkatkan performa perusahaan.
PI merupakan suatu pertimbangan
penting sebagai ukuran tambahan
dalam KPI ketika pengambilan
keputusan.
c. Key Performance Indicator (KPI) merupakan indikator yang
memperlihatkan apa yang perlu
dicapai dalam pandangan internal
operasional perusahaan. KPI fokus
sebagai bagian dari suatu ukuran
perusahaan / organisasi yang
merupakan suatu hal yang penting
untuk menuju sukses baik itu untuk
sekarang dan masa depan. KPI yang
baik mencerminkan beberapa faktor
sukses yang penting dan juga
digunakan oleh jenis KPI lainnya
9. Implementasi The 4 Disciplines of
Execution (4DX)
Setelah mengetahui pengertian
tentang implementasi dan The 4 Disciplines
of Execution (4DX), maka yang dimaksud
dengan implementasi The 4 Disciplines of
Execution (4DX) adalah bagaimana
penerapan tindakan-tindakan yang
dilakukan tim atau karyawan di bagian
Material Support PT. Djarum dalam mengeksekusi sebuah sasaran yang paling
penting.
Dalam penelitian implementasi The
4 Discipline of Execution di bagian Material
Support PT. Djarum ini mengacu pada 4
disiplin menurut McChesney C, Covey S,
Huling J (2012) yaitu :
1. Disiplin 1, Focus on wildly important
goals (fokus pada hal yang sangat
penting), yaitu bagaimana bagian
Material Support PT. Djarum s
membuat prioritas terhadap masalah-masalah yang ada dan memilih fokus
pada satu masalah yang ada.
2. Disiplin 2, Act on the lead measure
(bekerja pada hal-hal yang
menggerakkan tujuan), yaitu bagaimana
anggota tim 4DX bagian Material
Support PT. Djarum membuat lead
measure dengan gagasan-gagasan yang
nantinya akan berdampak dalam
pencapaian WIG tim.
3. Disiplin 3, Keep a compelling scoreboard (mencatat pencapaian
dalam papan skor), yaitu bagaimana
bagian Material Support PT. Djarum
membuat papan skor yang mudah
dipahami oleh setiap orang yang
melihatnya dan mencatatnya setiap hari
apakah sedang menang atau kalah.
4. Disiplin 4, Create a cadence of
accountability (menjaga akuntabilitas setiap orang dalam pencapaian tujuan),
yaitu bagaimana setiap anggota 4DX
bagian Material Support PT. Djarum
dalam menjaga akuntabilitas,
diantaranya adalah menghadiri
pertemuan WIG Session, melaporkan
komitmen minggu sebelumnya,
menjaga komitmen yang sudah
dilakukan, membuat komitmen untuk
memperbaiki skor.
10. Implementasi KPI Parmenter menyebutkan terdapat 4
kriteria dasar yang harus dipenuhi sebelum
suatu organisasi dapat menyatakan bahwa
mereka telah mengimplementasikan KPI ke
dalam aktivitas operasional. Kriteria
tersebut adalah :
1. Kolaborasi antara karyawan, tim,
supplier dan pelanggan
2. Desentralisasi dari level manajemen
sampai level operasional
3. Integrasi atau keterkaitan antara ukuran, laporan dan tindakan
4. Hubungan KPI ↔strategi
Untuk mengimplementasikan KPI,
membutuhkan suatu proses sistem yang
saling terkait, baik itu dari lingkungan
organisasi sendiri seperti
karyawan,manager, pemegang saham dan
dari pihak-pihak luar seperti pelanggan dan
supplier. Parmenter menitik beratkan
kepada laporan yang harus tepat
waktu,efisien, dan fokus terhadap
peningkatan pengambilan keputusan. Ketika mengimplementasikan KPI,
hal yang penting adalah mendefinisikan
hasil/tujuan dari masing-masing KPI.
Shahin and Mahbod (2007,diacu dalam
Rensfelt, Winblad, Lindman, 2008)
menyatakan, bahwa SMART merupakan
suatu metoda yang menggunakan beberapa
kriteria untuk bagaimana merencanakan
suatu tujuan. SMART merupakan Spesific,
Measurable,Achievable, Realistic dan Time
Sensitive.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan metode
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
menurut wikipedia (2011) adalah penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya. Proses pengukuran adalah
bagian yang sentral dalam penelitian
kuantitatif karena hal ini memberikan
hubungan yang fundamental antara
pengamatan empiris dan ekspresi matematis
dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif dalam
penelitian ini menggunakan penelitian
komparatif. Penelitian komparatif
merupakan jenis penelitian deskriptif yang
berusaha mencari jawaban secara mendasar mengenai sebab-akibat, dengan
menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya maupun munculnya suatu
fenomena atau kejadian tertentu. Penelitian
komparatif merupakan penelitian yang
sifatnya membandingkan, yang dilakukan
untuk membandingkan persamaan dan
perbedaan 2 atau lebih sifat-sifat dan fakta-
fakta objek yang diteliti berdasarkan suatu
kerangka pemikiran tertentu. Penelitian
komparatif biasanya digunakan untuk membandingkan antara 2 kelompok atau
lebih dalam suatu variabel tertentu.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di
Pabrik Bagian Material Support PT. Djarum
Kudus. Pabrik di Desa GondangManis
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
3. Jenis Data
Dalam penelitian ini terdapat dua
jenis data, yaitu data primerdan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan informasi
yang dumpulkan penelitilangsung
dari sumbernya.Dalam hal ini,
peneliti bertindak
sebagaipengumpul data.
b. Data Sekunder
Adalah informasi yang telah
dikumpulkan pihak lain. Jadi,
dalam hal ini peneliti tidak langsung memperoleh data dari
sumbernya.Peneliti bertindak
sebagai pemakai data.
Dalam penelitian ini jenis data yang
digunakan adalah data primer dan data
sekunder.Dengan menggunakan kata-kata
dan tindakan juga sebagai jenis datanya.
4. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subyek darimana
data diperoleh :
a. Informan
Informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian. Jadi, ia
harusmempunyai banyak
pengalaman tentang latar
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
memerlukan beberapa
informansebagai sumber data yang
nantinya diharapkan dapat
memberikandata-data yang
diperoleh oleh peneliti dalam
penelitian ini.
Untuk memperoleh sumber data
tersebut, penulis menggali
informasi yang berasal dari :
- Karyawan Bagian Material Support Secondary
OASIS PT. Djarum Kudus.
- Supervisor, Unit Head dan
Teknisi mekanik di Bagian
Material Support tersebut.
b. Sumber Tertulis
Sumber tertulis dalam penelitian
ini berupa dokumen resmi danjuga
dokumen pribadi.Selain itu dapat
pula dibagi atas sumberbuku,
majalah, sumber dari arsip yang berasal dari lokasi penelitian yaitu
di Bagian Silo Finish Blend
Secondary OASIS.
c. Data Statistik
Peneliti kualitatif sering juga
menggunaan data statistik
yangtelah tersedia sebagai sumber
data tambahan bagi
keperluannya.Statistik misalnya
dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan
subjek pada latar penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah model analisa
interaktif. Model ini di dalamnya terdapat
tiga komponen analisis yang utama yaitu:
a. Reduksi Data Merupakan proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan dan
pengabstraksian data yang kasar yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan
dan mengatur data sedemikian rupa
sehingga simpulan penelitian dapat
dilakukan.
b. Penyajian Data
Merupakan suatu kumpulan
informasi, deskripsi dalam bentuk
narasi yang memungkinkan penarikan
suatu kesimpulan dapat dilakukan. Dalam hal ini penyajian data meliputi
gambar atau skema, jaringan kerja atau
kegiatan, bagan dan juga tabel-tabel.
Kesemuanya itu dirancang guna
merakit informasi secara teratur supaya
mudah dilihat dan dimengerti.
c. Tahap selanjutnya yaitu penarikan
simpulan sebagai pengikat dari tahap
reduksi data dan penyajian data yang
untuk kemudian dilanjutkan dengan
verifikasi simpulan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Djarum Bagian Material
Support Silo Finish Blend adalah bagian
penyimpanan tembakau hasil proses di
bagian Primary sebelum tembakau tersebut
siap untuk digunakan atau siap untuk dbuat
rokok batangan. Di dalm proses transfer
tembakau ke bagian produksi, ada potensi
problem Tobacco Blockage pada pipa-pipa
yang digunakan untuk transfer tembakau tersebut. Dari permasalahan tersebut maka
dilakukanlah suatu metode implementasi
4DX dengan tujuan untuk dapat
menurunkan jumlahnya tersebut. Bilamana
proses 4DX dilakukan dengan baik dan
benar sesuai dengan prinsip-prinsip dalam
4DX maka semua target atau sasaran pasti
dapat dicapai.
Dalam penelitian ini, untuk
mengetahui gambaran umum Implementasi
The 4 Disciplines of Execution (4DX) PT. Djarum Bagian Material Support,
didasarkan pada empat disiplin dalam
prinsip 4DX. Implementasi empat disiplin
tersebut yaitu :
1. Focus on wildly important goals (fokus
pada hal yang sangat penting).
2. Act on the lead measure (bekerja pada
hal-hal yang menggerakkan tujuan).
3. Keep a compelling scoreboard (mencatat pencapaian dalam papan skor).
4. Create a cadence of accountability
(menjaga akuntabilitas setiap orang
dalam pencapaian tujuan).
1. Disiplin 1, Focus on wildly important
goals
Disiplin 1, Focus on wildly
important goals (fokus pada hal yang sangat
penting), yaitu bagaimana bagian Material
Support PT. Djarum Kudus membuat
prioritas terhadap masalah-masalah yang ada dan memilih fokus pada satu masalah
yang ada?
Dari wawancara yang didapat dari informan
ditarik kesimpulan bahwa secara umum
bagian Material Support PT. Djarum Kudus
sudah melakukan proses disiplin 1 dengan
baik dan tepat sesuai dalam prinsip 4DX.
Berikut kutipan dari wawancara yang
dilakukan dengan informan. “Memilih WIG
yang tepat adalah penting, sebelumnya kami
telah mencurahkan gagasan-gagasan untuk menentukan WIG. WIG tim yang dipilih
adalah hal yang berdampak tinggi yang bisa
dilakukan tim untuk mendorong pencapaian
WIG perusahaan”
2. Disiplin 2, Act on the lead measure
Disiplin 2, Act on the lead measure
(bekerja pada hal-hal yang menggerakkan
tujuan), yaitu bagaimana anggota tim 4DX
bagian Material Preparation SKM OASIS
Kudus PT. Djarum Kudus membuat lead
measure dengan gagasan-gagasan yang
nantinya akan berdampak dalam pencapaian WIG tim?
Didalam disiplin 2 membuat lead
measure dengan gagasan-gagasan yang
berdampak tinggi dalam pencapaian WIG
tim adalah penting. Karena tanpa Lead
Measure yang tepat maka pencapaian WIG
tim tidak akan maksimal. Hal tersebut
dijelaskan oleh Bapak Arofiq, selaku
Oprator Bulanan di bagian Material
Preparation SKM OASIS Kudus PT.
Djarum Kudus. Berikut kutipan wawancara dari salah satu informan. “Sebelum 4DX
mulai dilaksanakan saya dan semua anggota
tim di undang oleh atasan dalam meeting
sosialisasi 4DX untuk membuat WIG tim
dan Lead measure. Saya dan semua anggota
tim ikut mencurahkan semua gagasan yang
berkaitan dengan fokus permasalahan. Dari
semua gagasan yang masuk dipilihlah 2
Lead measure yang mempunyai pengaruh paling besar dan nantinya akan mendorong
pencapaian target tim.” 3. Disiplin 3, Keep a compelling
scoreboard
Disiplin 3, Keep a compelling
scoreboard (mencatat pencapaian dalam
papan skor), yaitu bagaimana bagian
Material Preparation SKM OASIS Kudus
PT. Djarum Kudus membuat papan skor
yang mudah dipahami oleh setiap orang
yang melihatnya dan mencatatnya setiap
hari apakah sedang menang atau kalah? Dari wawancara tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa secara umum bagian
Material Preparation SKM OASIS Kudus
PT. Djarum Kudus sudah melakukan proses
disiplin 3 dengan baik yaitu sudah membuat
Scoreboard dengan jelas, mudah dipahami
dan memotivasi sesuai dalam prinsip 4DX.
Berikut kutipan wawancara dari informan.
“ya kita membuat scoreboard bersama
semua anggota tim yang terlibat dalam tim
4DX. Scoreboard dibuat simpel dengan beberapa grafik yang dapat dipahami
dengan mudah dan jelas. Grafiknya
menunjukan hasil capaian WIG tim disetiap
minggunya. Papan scoreboard memang
dipasang di dalam kantor bagian Silo Finish
Blend, tetapi kita sebagai pengawas
lapangan juga sering keluar masuk kantor
untuk mengambil alat kerja dan keperluan
bahan lain yang digunakan untuk
mendukung kelancaran produksi, ya dengan
sering keluar masuknya ke kantor saya bisa
langsung melihat papan scoreboard dengan jelas. Bisa melihat hasil capaian apakah tim
kita menang atau kalah.”
4. Disiplin 4, Create a cadence of
accountability
Disiplin 4, Create a cadence of
accountability (menjaga akuntabilitas setiap
orang dalam pencapaian tujuan), yaitu
bagaimana setiap anggota 4DX bagian
Material Preparation SKM OASIS Kudus
PT. Djarum Kudus dalam menjaga
akuntabilitas, diantaranya adalah menghadiri pertemuan WIG Session,
melaporkan komitmen minggu sebelumnya,
menjaga komitmen yang sudah dilakukan,
membuat komitmen untuk memperbaiki
skor? Dari wawancara tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa secara umum bagian
Material Preparation SKM OASIS Kudus
PT. Djarum Kudus sudah melakukan proses
disiplin 4 dengan konsisten sesuai dengan jadwal yang tentukan, setiap anggota tim
bertanggung jawab terhadap komiten dan
menjaga komitmen untuk selalu dilakukan.
Semua anggota tim termotivasi untuk
memperbaiki skor dengan membuat
komitmen baru untuk minggu berikutnya.
Semua dilakukan dengan baik dan konsisten
sesuai dalam prinsip 4DX. Berikut kutipan
dari wawancara dengan informan. “Bagian
Material Preparation SKM OASIS Kudus
PT. Djarum Kudus mengadakan WIG
Session sesuai jadwal. Untuk jadwal WIG Session 4DX bagian Material Preparation
SKM OASIS Kudus PT. Djarum Kudus
sudah kami tentukan yaitu setiap seminggu
sekali pada hari Senin pukul 14:00. Sesi
pertemuan anggota tim di WIG Session
berlangsung secara singkat dan dinamis
dengan waktu antara 20 hingga 30 menit.
Pemimpin menjadi teladan untuk
melaporkan dan membuat komitmen.
Kemudian anggota tim 4DX di bagian
Material Preparation SKM OASIS ini melaporkan komitmen minggu lalu. Semua
angota tim bertanggung jawab atas
komitmennya masing-masing. Kemudian
meninjau pencapaian target pada
Scoreboard yang telah di-update apakah
sedang menang atau kalah. Kami
menganalisa tim mengapa sedang menang
atau kalah. Kami beserta anggota tim
berdiskusi mencari cara untuk membantu
anggota tim yang menghadapi rintangan
dalam memenuhi komitmen mereka. Setiap
anggota tim membuat komitmen spesifik untuk minggu mendatang untuk
memperbaiki skor. Kami menegaskan untuk
menjaga agar whirlwind tidak masuk ke
dalam WIG Session”. Sedangkan faktor
pendukung dan penghambat implementasi
4DX melalui wawancara dengan informan
dapat diketahui sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Faktor yang mendukung
Implementasi The 4 Disciplines of
Execution (4DX) PT. Djarum Bagian
Material Preparation SKM OASIS
Kudus adalah setiap anggota tim 4DX
dapat meminta bantuan kepada bagian
General Service (Pelayanan Umum) dan
bagian Maintenance dalam hal
pembuatan suatu alat bantu untuk
mendukung komitmen anggota tim dalam pencapaian WIG.
Hal tersebut seperti yang
disampaikan oleh Bapak Imam Khoiri
selaku Opeator Bulanan bagian Material
Preparation SKM OASIS PT. Djarum
Kudus sebagai berikut :
“Untuk mendukung komitmen dalam
pencapaian WIG, saya pernah membuat
komitmen berkoordinasi dengan bagian
maintenance untuk pengadaan alat
bantu berupa Velocity Meter, dengan
tujuan akan memudahkan petugas pelaksana saat proses pengukuran
kecepatan hisapan dimasing-masing
pipa mesin cigaret maker agar saat
hisapan kurang dari standar yang
ditetapkan langsung bisa ditangani
sebelum terjadi nyumpel pipa atau
Blockge. Hal ini nantinya akan
mempengaruhi WIG tim.”
Dari wawancara tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bagian Material
Preparation SKM OASIS PT. Djarum Kudus dalam implementasi 4DX
anggota tim selalu berkomitmen dengan
gagasan-gagasan baru yang sangat
mendukung pencapaian WIG tim.
Kemudahan dalam meminta alat bantu
pengukuran kuat/kecepatan hisapan
kepada bagian Maintenance menjadi
faktor pendukung dalam implementasi
4DX bagian Material Preparation SKM
OASIS PT. Djarum Kudus.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari implementasi 4DX bagian Material
Preparation SKM OASIS PT. Djarum
Kudus adalah pernah terjadi
keterlambatan anggota 4DX di WIG
Session. Meskipun terlambat tidak begitu
lama tetapi diharuskan WIG Session
dapat dilaksanakan dengan tepat waktu
sesuai jadwal. Karena dalam prinsip
4DX jangan sampai whirlwind menarik
dan menenggelamkan fokus sasaran
WIG organisasi.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa secara umum bagian Material Preparation unit Material Support SKM
OASIS PT. Djarum Kudus telah
melaksanakan implementasi 4DX secara
baik dan konsisten sesuai dengan prinsip
4DX.,
Sebelum adanya penerapan 4DX
dibagian tersebut, frekuensi Tobacco
Blockage mencapai 1-2 kali dalam sehari.
Saat terjadi blockage, maka mesin maker
juga akan terhenti karena supply
tembakaunya juga terhambat yang
menyebabkan kerugian untuk perusahaan. Kerugian tersebut meliputi cost
membengkak untuk membayar biaya over
time karyawan untuk menyelesaikan
kekurangan jumlah produksi karena mesin
off karena blockage, biaya tambahan untuk
membayar tagihan listrik. Selain biaya-
biaya tersebut, kerugian yang dialami
perusahaan adalah turunnya kualitas produk
yang dihasilkan karena tembakau sisa
nyumpel tersebut yang sudah rusak. Dengan
kualitas yang tidak sesuai standart, maka produk tersebut akan di reject oleh QC
(Quality Control).
Setelah adanya penerapan 4DX
dibagian Material Support, frekuensi
tobacco blockage yang semula 1-2 kali
dalam sehari, saat ini hanya menjadi 1-2 kali
dalam seminggu. Dengan capaian tersebut,
banyak keuntungan yang didapatkan
perusahaan dengan adanya penerapan 4DX
dibagian Material Support. Dari
penghematan Cost untuk membayar upah
over time dan tagihan listrik tambahan, sampai dengan sedikitnya jumlah produk
yang di reject oleh QC.
2. Saran
Ada beberapa saran yang akan peneliti
sampaikan antara lain :
1. Untuk mengatasi keterlambatannya
anggota tim dalam pertemuan WIG
Session, saat hari jadwal pertemuan WIG
Session diharapkan semua anggota tim
yang ada di lapangan dapat berkoordinasi dengan rekan karyawan
yang lain yang tidak terlibat dalam
pertemuan WIG Session untuk
membantu mengendalikan operasional di
lapangan. Kemudian saat hari jadwal
pertemuan WIG Session pemimpin bisa
mengingatkan kembali kepada semua
anggota tim 4DX melalui informasi atau
telepon bahwa pertemuan WIG Session akan dilaksanakan pada tepat waktu dan
semua operasional di lapangan
dipastikan dapat dikendalikan dengan
lancar.
2. Untuk mempersingkat waktu
penanganan Blockage pada pipa,
diharapkan diberi alat untuk mendeteksi
dimana lokasi atau titik blockage
tersebut, sehingga tidak membuka semua
pipa yang tersambung.
3. Scoreboard bisa dimodifikasi menjadi
berkarakter dipersonalisasi sebuah ekspresi unik dari tim. Hal ini akan lebih
menarik perhatian setiap orang yang
melihat.
DAFTAR PUSTAKA
McChesney C, Covey S, Huling J. 2012.
The 4 Disciplines of Execution.
Jakarta: Dunamis.
Alex Denni. 2008. 4 Disciplines of Execution: Membangun Budaya
Eksekusi. Jakarta: Dunamis.
David Parmenter. 2013. Mengembangkan,
Mengimplementasikan dan
Menggunakan Key Performance
Indicators. Jakarta : PPM.
Eko Sasono. 2013. Buku Pedoman
Penulisan Skripsi. Semarang:
Universitas Pandanaran.
H.B.Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
Prof. Dr. Conny R. Semiawan. 2017. Metode Penelitiaan Kualitatif.
Dr. J. R. Raco, ME., M.Sc. 2017. Metode
Peneltian Kualitatif. Jakarta :
Grasindo