Post on 24-Feb-2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Lembaga keuangan syariah saat ini sedang mengalami
pertumbuhan yang baik di Indonesia. Peranannya dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi di masyarakat telah
banyak dirasakan. Dengan berbagai varian produk yang
ditawarkan pangsa pasar lembaga keuangan semakin besar.
Produk yang kini mendapat perhatian dari konsumen
adalah sewa menyewa atau yang dalam bahasa fiqh disebut
ijarah, dan sewabeli yang disebut ijarah muntahiya bit tamlik.
Oleh karena itu, kami akan menganalisis akad
tersebut dalam praktiknya pada PT. Al Ijarah Indonesia
Finance untuk membandingkannya dengan Kompilasi Hukum
Ekonomi Islam dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana akad ijarah pada PT al-Ijarah Indonesia
Finance sesuai dengan Fatwa DSN MUI ?
2. Apakah akad ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik
pada PT al-Ijarah Indonesia Finance sesuai dengan
kompilasi hukum Ekonomi Islam ?
1.3 Tujuan
1 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Untuk mengetahui apakah akad ijarah dan ijarah
muntahiyah bit tamlik sesuai dengan fatwa DSN MUI dan
kompilasi hukum ekonomi Islam.
BAB II
ISI
2.1 Ijarah
2.1.1 Pengertian Ijarah
Secara bahasa, al-ijarat berasal dari al-ajr yang
artinya al-tsawab al-‘iwadh, al-jaza al-hasan, dan al-jaza’ ala al-
amal (upah,balasan, imbalan atau ganjaran). Secara
lebih tegas, al-Qaffal menjelaskan bahwa al-ijarat
adalah sesuatu yang berhak diterima oleh seseorang
sebagai imbalan atas amal atau perbuatan baik yang
dilakukannya. Sedangkan Wahbah al-Zuhaili menjelaskan
bahwa al-ijarat (atau al-ijar) adalah penjualan manfaat
(bay al-manfaat).
Al-ijarat secara istilah (terminologi) dijelaskan
dengan susunan redaksi yang berbeda-beda. Al-Sayyid
Sabiq menjelaskan bahwa al-ijarat adalah akad untuk
2 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
memperoleh manfaat dengan gantian. Definisi tersebut,
jelas Wahbah al-Zuhaili, adalah definisi al-ijarat yang
diperkenalkan oleh ulama Hanafiah. Definisi al-Ijarat
yang lebih rinci dijelaskan oleh ulama Hanabilah.
Menurut mereka, al-ijarat adalah akad untuk memperoleh
manfaat yang dibolehkan, yang diketahui, manfaat itu
diperoleh secara berangsur-angsur dalam durasi yang
telah ditentukan dan dengan imbalan yang telah
ditentukan. Definisi yang hampir sama juga dikemukakan
oleh ulama Malikiah.
Fatwa DSN-MUI tentang al-ijarat ditetapkan dengan
nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 yang ditandatangani oleh K.H.
Ali Yafie (Ketua) dan Nazri Adlani (sekretaris) pada
tanggal 1 april 2000 (26 Dzulhijah 1420 H). Dalam fatwa
tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ijarah
adalah akad pemindahan hak guna pakai (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
2.1.2 Landasan Hukum Ijarah
Firman Allah, QS. al-Zukhruf [43]: 32; yang
artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagikan
rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
3 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”
“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu, maka berikanlah kepada mereka
upahnya.” (QS Ath-Thaalaq: 6).
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, Ya
Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja
(pada kita), karena sesungguhnya orang yang peling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS
Al-Qashash: 26).
“Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu
dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidr
menegakkan dinding itu, Musa berkata, Jikalau kamu
mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.”(QS
Al-Kahfi: 77).
Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibn Umar
Artinya: “ berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering”
Hadis riwayat Abd Ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan
Abu Sa’id al-Khudri
Artinya: “ barang siapa mempekerjakan pekerja,
beritahukanlah upahnya”
Dari Aisyah ra, dia berkata “Nabi saw bersama Abu
Bakar ra pernah mengupah seorang laki-laki dari
4 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Bani Dail sebagai penunjuk jalan yang mahir. Al-
Khirrit ialah penunjuk jalan yang mahir.” (Shahih:
Irwa-ul Ghalil no: 1409 dan Fathul Bari IV: 442
no: 2263).
2.1.3 Rukun dan Syarat Ijarah
Menurut Jumhur Ulama rukun ijarah terdiri dari
orang yang berakad, sighat, ujrah, dan manfaat.
Berdasarkan fatwa DSN-MUI Rukun dan syarat ijarah
adalah:
a. pernyataan ijab dan kabul;
b. pihak-pihak yang melakukan akad terdiri atas
pemberi sewa (lessor, pemilik aset, LKS), dan
penyewa (lesse, pihak yang mengambil manfaat dari
penggunaan aset, nasabah);
c. objek akad: pembayaran (sewa) dan manfaat dari
penggunaan aset;
d. manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah
objek kontrak yang dijamin, karena ia rukun yang
harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan
aset itu sendiri;
e. sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua
belah pihak yang melakukan akad, baik secara
verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent,
dengan cara penawaran dari pemilik aset (LKS) dan
penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).
5 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Rukunnya:
Mu’jar ( Orang / barang yang diupah/disewa).
Musta’jir ( Orang yang menyewa/ mengupah)
Shighot ( Ijab dan qobul).
Upah dan manfaat.
Syaratnya:
o Baik Mu’jar atau musta’jir harus balig dan
berakal.
o Musta’jir harus benar-benar memiliki barang yang
disewakan itu atau mendapatkan wilayah untuk
menyewakan barang itu.
o Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan
akad.
o Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya
maupun lama penyewaannya sehingga tidak
menimbulkan persengketaan.
o Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi
secara nyata dan secara syar’i. Misalnya tidak
diperbolehkan menyewakan mobil yang dicuri orang
atau perempuan haid untuk menyapu masjid.
o Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal
atau mubah karena ada kaidah ” menyewakan sesuatu
untuk kemaksiatan adalah haram hukumnya”.
o Pekerjaan yang diupahkan itu tidak merupakan suatu
kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang
6 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
diupah sebelum terjadinya akad seperti menyewa
orang untuk sholat.
o Orang yang diupah tidak boleh menikmati manfaat
karena pekerjaannya. Tidak boleh pengupahan
(ijaroh) terhadap amalan-amalan thoat.
o Upah harus berupah harta yang secara syar’i
bernilai.
o Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat
merugikan pihak penyewa..
Berakhirnya akad ijaroh :
Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika
barang yang disewakan itu berupa hewan maka
kematiannya mengakhiri akad ijaroh (Jumhur).
Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah.
Barang yang disewakan hancur atau rusak.
Masa berlakunya akad telah selesai.
2.1.4 Ketentuan Ijarah
Ketentuan mengenai objek ijarah adalah:
a. objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang
atau jasa;
b. manfaat barang bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak:
c. pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan;
d. kesanggupan memenuhi manfaat bersifat nyata dan
sesuai dengan syari’ah;
7 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
e. manfaat dikenali secara spesifik sedemikian rupa
untuk menghilangkan jahalat (ketidaktahuan) yang
akan mengakibatkan sengketa;
f. spesifikasi manfaat dinyatakan dengan jelas,
termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali
dengan spesifikasi atau identifikasi fisik;
g. sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar
nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat.
Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli
dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah;
h. pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat
lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak;
dan
i. kelenturan (fleksibelity) dalam menentukan sewa
dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan
jarak.
Ketentuan mengenai kewajiban LKS dan nasabah dalam
pembiayaan ijarah adalah;
pertama, LKS dalam pembiayaan ijarah berkewajiban
untuk:
a. menyediakan aset yang disewakan;
b. menaggung biaya pemeliharaan aset; dan
c. menjamin bila terdapat cacat pada aset yang
disewakan.
8 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Kedua, nasabah dalam pembiayaan ijarah berkewajiban
untuk:
a. membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya
sesuai kontrak;
b. menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya
ringan (tidak materil);
c. jika aset yang disewa rusak, bukan karena
pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan dan
juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam
menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.
2.1.5 Fitur dan Mekanisme Ijaroh
Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
(muajjir), yaitu memperoleh pembayaran sewa dan/atau
biaya lainnya dari penyewa (musta’jir);dan mengakhiri
akad Ijarah dan menarik objek Ijarah apabila penyewa
tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan.
Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi
sewa antara lain, yaitu:
menyediakan objek ijarah yang disewakan;
menanggung biaya pemeliharaan objek
ijarah;
menjamin objek ijarah yang disewakan tidak
terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik.
9 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Hak penyewa (musta’jir), antara lain meliputi:
o menerima objek ijarah dalam keadaan baik dan siap
dioperasikan;
o menggunakan objek ijarah yang disewakan sesuai
dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan.
Kewajiban penyewa antara lain meliputi:
membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang
diperjanjikan;
mengembalikan objek iajrah apabila tidak mampu
membayar sewa;
menjaga dan menggunakan objek ijarah sesuai yang
diperjanjikan;
tidak menyewakan kembali dan/atau
memindahtangankan objek ijarah kepada pihak lain.
Objek ijarah adalah berupa barang modal yang
memenuhi ketentuan, antara lain:
o objek ijarah merupakan milik dan/atau dalam
penguasaan perusahaan pembiayaan sebagai pemberi
sewa (muajjir);
o manfaat objek ijarah harus dapat dinilai;
o manfaat objek ijarah harus dapat diserahkan
penyewa (musta’jir);
o pemanfaatan objek ijarah harus bersifat tidak
dilarang secara syariah (tidak diharamkan);
10 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
o manfaat objek ijarah harus dapat ditentukan dengan
jelas;
o spesifikasi objek ijarah harus dinyatakan dengan
jelas, antara lain melalui identifikasi fisik,
kelayakan, dan jangka waktu pemanfaatannya.
2.1.6 Sifat dan Hukum Akad Ijaroh
Para ulama Fiqh berbeda pendapat tentang sifat
akad ijarah, apakah bersifat mengikat kedua belah pihak
atau tidak. Ulama Hanafiah berpendirian bahwa akad
ijarah bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan
secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu
pihak yang berakad, seperti contohnya salah satu pihak
wafat atau kehilangan kecakapan bertindak hukum.
Apabila salah seorang yang berakad meninggal dunia,
akad ijarah batal karena manfaat tidak boleh
diwariskan.
Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa akad
ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau
barang itu tidak boleh dimanfaatkan. Apabila seorang
yang berakad meninggal dunia, manfaat dari akad ijarah
boleh diwariskan karena termasuk harta dan kematian
salah seorang pihak yang berakad tidak membatalkan akad
ijarah.
2.1.7 Aplikasi Ijaroh Di Lembaga Keuangan Syariah
11 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Dalam kegiatan perbankan Syariah pembiayaan melalui
Ijarah dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Didasarkan atas periode atau masa sewa biasanya
sewa peralatan.Peralatan itu disewa selama masa
tanam hingga panen. Dalam perbank an Islam dikenal
sebagai Operating Ijarah.
2. Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik di beberapa negara
menyebutkan sebagai Ijarah Wa Iqtina yang artinya
sama juga yaitu sama juga yaitu menyewa dan
setelah itu diakuisisi oleh penyewa ( finance
lease ).
Dalam hal penggunaan prinsip syariah pada
pembiayaan ijarah. Ijarah adalah akad sewa menyewa,
sedangkan pembiayaan ijarah adalah perjanjian untuk
membiayai kegiatan sewa menyewa. Pada ijarah, bank
hanya wajib menyediakan aset yang disewakan, baik aset
itu miliknya atau bukan miliknya. Yang penting adalah
bank mempunyai hak pemanfaatan atas aset yang kemudian
disewakannya. Fatwa DSN tentang ijarah ini kemudian
diadopsi kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 59 yang menjelaskan bahwa bank dapat bertindak
sebagai pemilik objek sewa, dan bank dapat pula
bertindak sebagai penyewa yang kemudian menyewakan
kembali (para 129). Namun tidak seluruh fatwa DSN
diadopsi oleh PSAK 59, misalnya fatwa DSN mengatur
bahwa objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan
12 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
barang dan/atau jasa; sedangkan PSAK 59 hanya
mengakomodir objek ijarah yang berupa manfaat dari
barang. Pada pembiayaan ijarah, bank berkedudukan
sebagai penyedia uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu dalam rangka penyewaan barang berdasarkan
prinsip ijarah. Mengikuti penjelasan ijarah dalam PSAK
59, maka pembiayaan ijarah dapat digunakan untuk
membiayai penyewaan barang yang kemudian disewakannya
kembali kepada nasabah, dan dapat pula digunakan untuk
membiayai pembelian barang yang kemudian disewakannya
kepada nasabah.
2.2 Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
2.2.1 Pengertian
Al-ijarah (sewa), yang dalam bahasa arab berarti
upah, sewa, jasa, atau imbalan. Secara etimologi dapat
berarti ba’I al manfaah yang berarti jual beli dan atau
kepemilikan atas manfaat. At-Tamlik (kepemilikan),
secara bahasa berarti menjadikan orang lain memiliki
sesuatu. At-tamlik biasanya berupa kepemilikan benda,
kepemilikan manfaat bias dengan ganti atau tidak.
Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah sejenis perpaduan
antara kontrak jual beli dan sewa lebih tepatnya akad
sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan
si penyewa. Sifat permindahan kepemilikan ini pula yang
membedakan dengan ijarah biasa.
13 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
2.2.2 Landasan Hukum
a. Firman Allah, QS. al-Zukhruf [43]: 32;yang artinya
: “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami
telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka
dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”
b. Hadits Nabi riwayat ‘Abdar-Razzaq dari Abu
Hurairah dan Abu Sa ’id al-Khudri, Nabi s.a.w.
bersabda: “Barang siapa mempekerjakan pekerja,
beritahukanlah upahnya”
c. Hadits Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa ’i
dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, dengan teks Abu Daud,
ia berkata: “Kami pernah menyewakan tanah dengan
(bayaran) hasil tanaman yang tumbuh pada parit dan
tempat yang teraliri air; maka Rasulullah melarang
kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar
kami menyewakan tanah itu dengan emas atau perak
(uang).”
d. Hadits Nabi riwayat Tirmizi dari 'Amr bin 'Auf al-
Muzani, Nabis.a.w. bersabda: “Perjanjian boleh
dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau
14 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram. ”
e. Hadits Nabi riwayat Ahmad dari Ibnu Mas’ud:
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus
dalam satu obyek. ”
f. Kaidahfiqh:
“Pada dasarnya, segala bentuk mu ’amalat boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
“Di mana terdapat kemaslahatan, di sana
terdapat hukum Allah."
Dalam fatwa DSN Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 bahwa
ketetuan dari ijarah mutahiyah bit tamlik diantaranya :
Akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik boleh
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad
Ijarah (Fatwa DSN nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000)
berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi
al-Tamlik.
2) Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah al-
Muntahiyah bi al-Tamlik harus disepakati ketika
akad Ijarah ditanda tangani.
3) Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan
dalam akad.
15 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
5) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
Dasar hukum negara:
Undang-undang No.10/1998 tentang Perbankan :
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah wajib
dikembalikan disertai imbalan (prinsip ijarah)
(pasal 1.12);
Prinsip syariah dalam pembiayaan barang modal
dapat dilakukan dengan pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari Bank
oleh Nasabah (pasal 1.13).
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.32/34/KEP/DIR 12 Maret 1998 tentang Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah : Bank wajib
menerapkan prinsip syariah dalam menyalurkan dana
antara lain melalui transaksi jual
beliberdasarkan prinsip ijarah (pasal 28).
2.2.3 Prinsip IMBT
16 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Transaksi IMBT dilandasi adanya perpindahan
manfaat (hak guna) yang nantinya akan terjadi
perpindahan kepemilikan (hak milik) bisa melalui akad
hibah, atau melaui akad jual beli. IMBT bertujuan untuk
mengatasi permasalahan kontemporer yang semakin banyak.
Permasalahan tersebut diantaranya adalah bagaimana
seorang nasabah dapat memiliki benda yang sangat
dibutuhkannya dengan cara menyicil dengan cara yang
dibenarkan oleh syariat.
2.2.4 Bentuk-Bentuk IMBT
Ijarah dengan janji akan menjual pada akhir masa sewa
Pilihan untuk menjual barang di akhir massa sewa
(alternatif 1) biasanya diambil bila kemampuan
finansial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil.
Karena sewa yang dibayarkan relatif kecil, akumulasi
nilai sewa yang sudah dibayarkan sampai akhir masa
periode sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut
dan margin laba yang ditetapkan bank. Karena itu, untuk
menutupi kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin
memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang
tersebut di akhir periode.
Ijarah dengan janji untuk memberikan hibah pada akhir masa sewa
Pilihan untuk menghibahkan barang di akhir masa
sewa (alternatif 2) biasanya diambil bila kemampuan
finansial penyewa untuk membayar sewa relatif lebih
17 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
besar. Karena sewa yang dibayarkan relatif besar,
akumulasi sewa di akhir periode sewa sudah mencukupi
untuk menutup harga beli barang dan margin laba yang
ditetapkan oleh bank. Dengan demikian, bank dapat
menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode
sewa kepada pihak penyewa.
2.2.5 Penerapan IMBT pada Perusahaan
PT. Al-Ijarah Indonesia finance memberikan pelayanan
pembiayaan berupa ijarah muntahiyah bit tamlik dengan
ketentuan :
Parameter Penerpan Keterang
an
1. Semua rukun dan
syarat yang berlaku
dalam akad Ijarah
(Fatwa DSN nomor:
09/DSN-MUI/IV/2000)
berlaku pula dalam
akad al-Ijarah al-
Muntahiyah bi al-
Tamlik.
Rukun dan syarat :
- pernyataan ijab dan
kabul; kesepakatan
tertulis antara nasabah
dengan perusahaan yang
tertuang dalam akad.
-orang yang berakad;
perusahaan dan nasabah
-objek akad; barang
berupa kendaraan
-manfaat
√
2. Perjanjian untuk
melakukan akad al-
Pihak perusahaan
menjelaskan isi dari
18 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Ijarah al-Muntahiyah
bi al-Tamlik harus
disepakati ketika
akad Ijarah ditanda
tangani.
akad kepada nasabah
pada saat penandatangan
akad.
√
3. Hak dan kewajiban
setiap pihak harus
dijelaskan dalam
akad.
Pihak perusahaan
menjelaskan isi dari
akad kepada nasabah
pada saat penandatangan
akad.
√
4. Jika salah satu
pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di
antara kedua belah
pihak, maka
penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan
Arbitrasi Syari'ah
setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui
musyawarah.
1. pihak perusahaan
akan menyelesaikan
secara kekeluargaan
(musyawarah)
2. jika langkah pertama
tidak menyelesaikan
sengketa maka akan
ditempuh jalur hukum
√
Pada penerapan nya akad ijarah dan ijarah
muntahiyah bit tamlik telah banyak mengalami perubahan
dengan ditambahkannya beberapa akad yang mengiringinya
19 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
seperti akad murabahah dan akad wakalah. Namun,
selebihnya penerapan akad ijarah dan akad ijarah
muntahiyah bit tamlik telah sesuai dengan kompilasi
hukum ekonomi islam dan fatwa Dewan Syariah Nasional,
karena akad-akad tersebut diselesaikan secara bertahap.
Sehingga tidak terjadi 2 in 1 akad.
20 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
BAB III
KESIMPULAN
Menurut fatwa DSN dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna pakai
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri.Sedangkan Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah
sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang ditangan si penyewa. Sifat
permindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan
ijarah biasa. Pada saat ini penerapannya lebih ke akad
IMBT yaitu penyewaan yang diakhiri dengan pemindahan
kepemilikan setelah di analisis akad yang dilakukan
sudah sesuai dengan fatwa DSN dan kompilasi hokum
ekonomi islam.
21 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Daftar Pustaka
Hendi, Suhendi, Fiqh Muamalah, PT Rajagrafindo Persada :
Jakarta , 2010.
SyafiI Antonio, Muhammad. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik,
Gema Insani Pers: Jakarta, 2001.
Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah, PT Refika Aditama
: Bandung, 2011.
Anonimus, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ( KHES ), FokusMedia:
Bandung, 2010
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, edisi revisi tahun
2006 M, cetakan ketiga tahun 1427 H.
22 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan
keuangan.Jakarta: Rajawali press, 2004
Sjahdeini, Sutan Remi. Perbankan Islam: dan Kedudukannya alam
Tata Hukum Perbankan Indonesia.Jakarta: Frafiti, . 2007
Mubarok, Dr. Jaih, M.Ag, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah
di Indonesia, Pustaka Bany Quraisy, Bandung, 2004
23 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g