Ijarooh and IMBT

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Lembaga keuangan syariah saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang baik di Indonesia. Peranannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di masyarakat telah banyak dirasakan. Dengan berbagai varian produk yang ditawarkan pangsa pasar lembaga keuangan semakin besar. Produk yang kini mendapat perhatian dari konsumen adalah sewa menyewa atau yang dalam bahasa fiqh disebut ijarah, dan sewabeli yang disebut ijarah muntahiya bit tamlik. Oleh karena itu, kami akan menganalisis akad tersebut dalam praktiknya pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance untuk membandingkannya dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Islam dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana akad ijarah pada PT al-Ijarah Indonesia Finance sesuai dengan Fatwa DSN MUI ? 2. Apakah akad ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik pada PT al-Ijarah Indonesia Finance sesuai dengan kompilasi hukum Ekonomi Islam ? 1.3 Tujuan 1 | Universitas Islam Bandung

Transcript of Ijarooh and IMBT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Lembaga keuangan syariah saat ini sedang mengalami

pertumbuhan yang baik di Indonesia. Peranannya dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi di masyarakat telah

banyak dirasakan. Dengan berbagai varian produk yang

ditawarkan pangsa pasar lembaga keuangan semakin besar.

Produk yang kini mendapat perhatian dari konsumen

adalah sewa menyewa atau yang dalam bahasa fiqh disebut

ijarah, dan sewabeli yang disebut ijarah muntahiya bit tamlik.

Oleh karena itu, kami akan menganalisis akad

tersebut dalam praktiknya pada PT. Al Ijarah Indonesia

Finance untuk membandingkannya dengan Kompilasi Hukum

Ekonomi Islam dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana akad ijarah pada PT al-Ijarah Indonesia

Finance sesuai dengan Fatwa DSN MUI ?

2. Apakah akad ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik

pada PT al-Ijarah Indonesia Finance sesuai dengan

kompilasi hukum Ekonomi Islam ?

1.3 Tujuan

1 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Untuk mengetahui apakah akad ijarah dan ijarah

muntahiyah bit tamlik sesuai dengan fatwa DSN MUI dan

kompilasi hukum ekonomi Islam.

BAB II

ISI

2.1 Ijarah

2.1.1 Pengertian Ijarah

Secara bahasa, al-ijarat berasal dari al-ajr yang

artinya al-tsawab al-‘iwadh, al-jaza al-hasan, dan al-jaza’ ala al-

amal (upah,balasan, imbalan atau ganjaran). Secara

lebih tegas, al-Qaffal menjelaskan bahwa al-ijarat

adalah sesuatu yang berhak diterima oleh seseorang

sebagai imbalan atas amal atau perbuatan baik yang

dilakukannya. Sedangkan Wahbah al-Zuhaili menjelaskan

bahwa al-ijarat (atau al-ijar) adalah penjualan manfaat

(bay al-manfaat).

Al-ijarat secara istilah (terminologi) dijelaskan

dengan susunan redaksi yang berbeda-beda. Al-Sayyid

Sabiq menjelaskan bahwa al-ijarat adalah akad untuk

2 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

memperoleh manfaat dengan gantian. Definisi tersebut,

jelas Wahbah al-Zuhaili, adalah definisi al-ijarat yang

diperkenalkan oleh ulama Hanafiah. Definisi al-Ijarat

yang lebih rinci dijelaskan oleh ulama Hanabilah.

Menurut mereka, al-ijarat adalah akad untuk memperoleh

manfaat yang dibolehkan, yang diketahui, manfaat itu

diperoleh secara berangsur-angsur dalam durasi yang

telah ditentukan dan dengan imbalan yang telah

ditentukan. Definisi yang hampir sama juga dikemukakan

oleh ulama Malikiah.

Fatwa DSN-MUI tentang al-ijarat ditetapkan dengan

nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 yang ditandatangani oleh K.H.

Ali Yafie (Ketua) dan Nazri Adlani (sekretaris) pada

tanggal 1 april 2000 (26 Dzulhijah 1420 H). Dalam fatwa

tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ijarah

adalah akad pemindahan hak guna pakai (manfaat) atas

suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

2.1.2 Landasan Hukum Ijarah

Firman Allah, QS. al-Zukhruf [43]: 32; yang

artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagikan

rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara

mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,

dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas

sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian

3 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan

rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka

kumpulkan.”

“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu

untukmu, maka berikanlah kepada mereka

upahnya.” (QS Ath-Thaalaq: 6).

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, Ya

Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja

(pada kita), karena sesungguhnya orang yang peling

baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)

ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS

Al-Qashash: 26).

“Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu

dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidr

menegakkan dinding itu, Musa berkata, Jikalau kamu

mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.”(QS

Al-Kahfi: 77).

Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibn Umar

Artinya: “ berikanlah upah pekerja sebelum

keringatnya kering”

Hadis riwayat Abd Ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan

Abu Sa’id al-Khudri

Artinya: “ barang siapa mempekerjakan pekerja,

beritahukanlah upahnya”

Dari Aisyah ra, dia berkata “Nabi saw bersama Abu

Bakar ra pernah mengupah seorang laki-laki dari

4 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Bani Dail sebagai penunjuk jalan yang mahir. Al-

Khirrit ialah penunjuk jalan yang mahir.” (Shahih:

Irwa-ul Ghalil no: 1409 dan Fathul Bari IV: 442

no: 2263).

2.1.3 Rukun dan Syarat Ijarah

Menurut Jumhur Ulama rukun ijarah terdiri dari

orang yang berakad, sighat, ujrah, dan manfaat.

Berdasarkan fatwa DSN-MUI Rukun dan syarat ijarah

adalah:

a. pernyataan ijab dan kabul;

b. pihak-pihak yang melakukan akad terdiri atas

pemberi sewa (lessor, pemilik aset, LKS), dan

penyewa (lesse, pihak yang mengambil manfaat dari

penggunaan aset, nasabah);

c. objek akad: pembayaran (sewa) dan manfaat dari

penggunaan aset;

d. manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah

objek kontrak yang dijamin, karena ia rukun yang

harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan

aset itu sendiri;

e. sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua

belah pihak yang melakukan akad, baik secara

verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent,

dengan cara penawaran dari pemilik aset (LKS) dan

penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

5 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Rukunnya:

Mu’jar ( Orang / barang yang diupah/disewa).

Musta’jir ( Orang yang menyewa/ mengupah)

Shighot ( Ijab dan qobul).

Upah dan manfaat.

Syaratnya:

o Baik Mu’jar atau musta’jir harus balig dan

berakal.

o Musta’jir harus benar-benar memiliki barang yang

disewakan itu atau mendapatkan wilayah untuk

menyewakan barang itu.

o Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan

akad.

o Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya

maupun lama penyewaannya sehingga tidak

menimbulkan persengketaan.

o Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi

secara nyata dan secara syar’i. Misalnya tidak

diperbolehkan menyewakan mobil yang dicuri orang

atau perempuan haid untuk menyapu masjid.

o Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal

atau mubah karena ada kaidah ” menyewakan sesuatu

untuk kemaksiatan adalah haram hukumnya”.

o Pekerjaan yang diupahkan itu tidak merupakan suatu

kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang

6 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

diupah sebelum terjadinya akad seperti menyewa

orang untuk sholat.

o Orang yang diupah tidak boleh menikmati manfaat

karena pekerjaannya. Tidak boleh pengupahan

(ijaroh) terhadap amalan-amalan thoat.

o Upah harus berupah harta yang secara syar’i

bernilai.

o Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat

merugikan pihak penyewa..

Berakhirnya akad ijaroh :

Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika

barang yang disewakan itu berupa hewan maka

kematiannya mengakhiri akad ijaroh (Jumhur).

Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah.

Barang yang disewakan hancur atau rusak.

Masa berlakunya akad telah selesai.

2.1.4 Ketentuan Ijarah

Ketentuan mengenai objek ijarah adalah:

a. objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang

atau jasa;

b. manfaat barang bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak:

c. pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan;

d. kesanggupan memenuhi manfaat bersifat nyata dan

sesuai dengan syari’ah;

7 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

e. manfaat dikenali secara spesifik sedemikian rupa

untuk menghilangkan jahalat (ketidaktahuan) yang

akan mengakibatkan sengketa;

f. spesifikasi manfaat dinyatakan dengan jelas,

termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali

dengan spesifikasi atau identifikasi fisik;

g. sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar

nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat.

Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli

dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah;

h. pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat

lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak;

dan

i. kelenturan (fleksibelity) dalam menentukan sewa

dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan

jarak.

Ketentuan mengenai kewajiban LKS dan nasabah dalam

pembiayaan ijarah adalah;

pertama, LKS dalam pembiayaan ijarah berkewajiban

untuk:

a. menyediakan aset yang disewakan;

b. menaggung biaya pemeliharaan aset; dan

c. menjamin bila terdapat cacat pada aset yang

disewakan.

8 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Kedua, nasabah dalam pembiayaan ijarah berkewajiban

untuk:

a. membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya

sesuai kontrak;

b. menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya

ringan (tidak materil);

c. jika aset yang disewa rusak, bukan karena

pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan dan

juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam

menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas

kerusakan tersebut.

2.1.5 Fitur dan Mekanisme Ijaroh

Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa

(muajjir), yaitu memperoleh pembayaran sewa dan/atau

biaya lainnya dari penyewa (musta’jir);dan mengakhiri

akad Ijarah dan menarik objek Ijarah apabila penyewa

tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan.

Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi

sewa antara lain, yaitu:

menyediakan objek ijarah yang disewakan;

menanggung biaya pemeliharaan objek

ijarah;        

menjamin objek ijarah yang disewakan tidak

terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik.

9 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Hak penyewa (musta’jir), antara lain meliputi:

o menerima objek ijarah dalam keadaan baik dan siap

dioperasikan;

o menggunakan objek ijarah yang disewakan sesuai

dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan.

Kewajiban penyewa antara lain meliputi:

membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang

diperjanjikan;

mengembalikan objek iajrah apabila tidak mampu

membayar sewa;

menjaga dan menggunakan objek ijarah sesuai yang

diperjanjikan;

tidak menyewakan kembali dan/atau

memindahtangankan objek ijarah kepada pihak lain.

Objek ijarah adalah berupa barang modal yang

memenuhi ketentuan, antara lain:

o objek ijarah merupakan milik dan/atau dalam

penguasaan perusahaan pembiayaan sebagai pemberi

sewa (muajjir);

o manfaat objek ijarah harus dapat dinilai;

o manfaat objek ijarah harus dapat diserahkan

penyewa (musta’jir);

o pemanfaatan objek ijarah harus bersifat tidak

dilarang secara syariah (tidak diharamkan);

10 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

o manfaat objek ijarah harus dapat ditentukan dengan

jelas;

o spesifikasi objek ijarah harus dinyatakan dengan

jelas, antara lain melalui identifikasi fisik,

kelayakan, dan jangka waktu pemanfaatannya.

2.1.6 Sifat dan Hukum Akad Ijaroh

Para ulama Fiqh berbeda pendapat tentang sifat

akad ijarah, apakah bersifat mengikat kedua belah pihak

atau tidak. Ulama Hanafiah berpendirian bahwa akad

ijarah bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan

secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu

pihak yang berakad, seperti contohnya salah satu pihak

wafat atau kehilangan kecakapan bertindak hukum.

Apabila salah seorang yang berakad meninggal dunia,

akad ijarah batal karena manfaat tidak boleh

diwariskan.

Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa akad

ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau

barang itu tidak boleh dimanfaatkan. Apabila seorang

yang berakad meninggal dunia, manfaat dari akad ijarah

boleh diwariskan karena termasuk harta dan kematian

salah seorang pihak yang berakad tidak membatalkan akad

ijarah.

2.1.7 Aplikasi Ijaroh Di Lembaga Keuangan Syariah

11 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Dalam kegiatan perbankan Syariah pembiayaan melalui

Ijarah dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Didasarkan atas periode atau masa sewa biasanya

sewa peralatan.Peralatan itu disewa selama masa

tanam hingga panen. Dalam perbank an Islam dikenal

sebagai Operating Ijarah.

2. Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik di beberapa negara

menyebutkan sebagai Ijarah Wa Iqtina yang artinya

sama juga yaitu sama juga yaitu menyewa dan

setelah itu diakuisisi oleh penyewa ( finance

lease ).

Dalam hal penggunaan prinsip syariah pada

pembiayaan ijarah. Ijarah adalah akad sewa menyewa,

sedangkan pembiayaan ijarah adalah perjanjian untuk

membiayai kegiatan sewa menyewa. Pada ijarah, bank

hanya wajib menyediakan aset yang disewakan, baik aset

itu miliknya atau bukan miliknya. Yang penting adalah

bank mempunyai hak pemanfaatan atas aset yang kemudian

disewakannya. Fatwa DSN tentang ijarah ini kemudian

diadopsi kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) 59 yang menjelaskan bahwa bank dapat bertindak

sebagai pemilik objek sewa, dan bank dapat pula

bertindak sebagai penyewa yang kemudian menyewakan

kembali (para 129). Namun tidak seluruh fatwa DSN

diadopsi oleh PSAK 59, misalnya fatwa DSN mengatur

bahwa objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan

12 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

barang dan/atau jasa; sedangkan PSAK 59 hanya

mengakomodir objek ijarah yang berupa manfaat dari

barang. Pada pembiayaan ijarah, bank berkedudukan

sebagai penyedia uang atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu dalam rangka penyewaan barang berdasarkan

prinsip ijarah. Mengikuti penjelasan ijarah dalam PSAK

59, maka pembiayaan ijarah dapat digunakan untuk

membiayai penyewaan barang yang kemudian disewakannya

kembali kepada nasabah, dan dapat pula digunakan untuk

membiayai pembelian barang yang kemudian disewakannya

kepada nasabah.

2.2 Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

2.2.1 Pengertian

Al-ijarah (sewa), yang dalam bahasa arab berarti

upah, sewa, jasa, atau imbalan. Secara etimologi dapat

berarti ba’I al manfaah yang berarti jual beli dan atau

kepemilikan atas manfaat. At-Tamlik (kepemilikan),

secara bahasa berarti menjadikan orang lain memiliki

sesuatu. At-tamlik biasanya berupa kepemilikan benda,

kepemilikan manfaat bias dengan ganti atau tidak.

Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah sejenis perpaduan

antara kontrak jual beli dan sewa lebih tepatnya akad

sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan

si penyewa. Sifat permindahan kepemilikan ini pula yang

membedakan dengan ijarah biasa.

13 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

2.2.2 Landasan Hukum

a. Firman Allah, QS. al-Zukhruf [43]: 32;yang artinya

: “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat

Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka

penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami

telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian

yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka

dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat

Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka

kumpulkan.”

b. Hadits Nabi riwayat ‘Abdar-Razzaq dari Abu

Hurairah dan Abu Sa ’id al-Khudri, Nabi s.a.w.

bersabda: “Barang siapa mempekerjakan pekerja,

beritahukanlah upahnya”

c. Hadits Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa ’i

dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, dengan teks Abu Daud,

ia berkata: “Kami pernah menyewakan tanah dengan

(bayaran) hasil tanaman yang tumbuh pada parit dan

tempat yang teraliri air; maka Rasulullah melarang

kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar

kami menyewakan tanah itu dengan emas atau perak

(uang).”

d. Hadits Nabi riwayat Tirmizi dari 'Amr bin 'Auf al-

Muzani, Nabis.a.w. bersabda: “Perjanjian boleh

dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perjanjian yang mengharamkan yang halal atau

14 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat

dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram. ”

e. Hadits Nabi riwayat Ahmad dari Ibnu Mas’ud:

“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus

dalam satu obyek. ”

f. Kaidahfiqh:

“Pada dasarnya, segala bentuk mu ’amalat boleh

dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

“Di mana terdapat kemaslahatan, di sana

terdapat hukum Allah."

Dalam fatwa DSN Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 bahwa

ketetuan dari ijarah mutahiyah bit tamlik diantaranya :

Akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik boleh

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad

Ijarah (Fatwa DSN nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000)

berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi

al-Tamlik.

2) Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah al-

Muntahiyah bi al-Tamlik harus disepakati ketika

akad Ijarah ditanda tangani.

3) Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan

dalam akad.

15 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan

kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di

antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah

tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

5) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan

ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat

kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan

sebagaimana mestinya.

Dasar hukum negara:

Undang-undang No.10/1998 tentang Perbankan :

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah wajib

dikembalikan disertai imbalan (prinsip ijarah)

(pasal 1.12);

Prinsip syariah dalam pembiayaan barang modal

dapat dilakukan dengan pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari Bank

oleh Nasabah (pasal 1.13).

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

No.32/34/KEP/DIR 12 Maret 1998 tentang Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah : Bank wajib

menerapkan prinsip syariah dalam menyalurkan dana

antara lain melalui transaksi jual

beliberdasarkan prinsip ijarah (pasal 28).

2.2.3 Prinsip IMBT

16 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Transaksi IMBT dilandasi adanya perpindahan

manfaat (hak guna) yang nantinya akan terjadi

perpindahan kepemilikan (hak milik) bisa melalui akad

hibah, atau melaui akad jual beli. IMBT bertujuan untuk

mengatasi permasalahan kontemporer yang semakin banyak.

Permasalahan tersebut diantaranya adalah bagaimana

seorang nasabah dapat memiliki benda yang sangat

dibutuhkannya dengan cara menyicil dengan cara yang

dibenarkan oleh syariat.

2.2.4 Bentuk-Bentuk IMBT

Ijarah dengan janji akan menjual pada akhir masa sewa

Pilihan untuk menjual barang di akhir massa sewa

(alternatif 1) biasanya diambil bila kemampuan

finansial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil.

Karena sewa yang dibayarkan relatif kecil, akumulasi

nilai sewa yang sudah dibayarkan sampai akhir masa

periode sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut

dan margin laba yang ditetapkan bank. Karena itu, untuk

menutupi kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin

memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang

tersebut di akhir periode.

Ijarah dengan janji untuk memberikan hibah pada akhir masa sewa

Pilihan untuk menghibahkan barang di akhir masa

sewa (alternatif 2) biasanya diambil bila kemampuan

finansial penyewa untuk membayar sewa relatif lebih

17 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

besar. Karena sewa yang dibayarkan relatif besar,

akumulasi sewa di akhir periode sewa sudah mencukupi

untuk menutup harga beli barang dan margin laba yang

ditetapkan oleh bank. Dengan demikian, bank dapat

menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode

sewa kepada pihak penyewa.

2.2.5 Penerapan IMBT pada Perusahaan

PT. Al-Ijarah Indonesia finance memberikan pelayanan

pembiayaan berupa ijarah muntahiyah bit tamlik dengan

ketentuan :

Parameter Penerpan Keterang

an

1. Semua rukun dan

syarat yang berlaku

dalam akad Ijarah

(Fatwa DSN nomor:

09/DSN-MUI/IV/2000)

berlaku pula dalam

akad al-Ijarah al-

Muntahiyah bi al-

Tamlik.

Rukun dan syarat :

- pernyataan ijab dan

kabul; kesepakatan

tertulis antara nasabah

dengan perusahaan yang

tertuang dalam akad.

-orang yang berakad;

perusahaan dan nasabah

-objek akad; barang

berupa kendaraan

-manfaat

2. Perjanjian untuk

melakukan akad al-

Pihak perusahaan

menjelaskan isi dari

18 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Ijarah al-Muntahiyah

bi al-Tamlik harus

disepakati ketika

akad Ijarah ditanda

tangani.

akad kepada nasabah

pada saat penandatangan

akad.

3. Hak dan kewajiban

setiap pihak harus

dijelaskan dalam

akad.

Pihak perusahaan

menjelaskan isi dari

akad kepada nasabah

pada saat penandatangan

akad.

4. Jika salah satu

pihak tidak menunaikan

kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan di

antara kedua belah

pihak, maka

penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan

Arbitrasi Syari'ah

setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui

musyawarah.

1. pihak perusahaan

akan menyelesaikan

secara kekeluargaan

(musyawarah)

2. jika langkah pertama

tidak menyelesaikan

sengketa maka akan

ditempuh jalur hukum

Pada penerapan nya akad ijarah dan ijarah

muntahiyah bit tamlik telah banyak mengalami perubahan

dengan ditambahkannya beberapa akad yang mengiringinya

19 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

seperti akad murabahah dan akad wakalah. Namun,

selebihnya penerapan akad ijarah dan akad ijarah

muntahiyah bit tamlik telah sesuai dengan kompilasi

hukum ekonomi islam dan fatwa Dewan Syariah Nasional,

karena akad-akad tersebut diselesaikan secara bertahap.

Sehingga tidak terjadi 2 in 1 akad.

20 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

BAB III

KESIMPULAN

Menurut fatwa DSN dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna pakai

(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu

sendiri.Sedangkan Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah

sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa

lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan

kepemilikan barang ditangan si penyewa. Sifat

permindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan

ijarah biasa. Pada saat ini penerapannya lebih ke akad

IMBT yaitu penyewaan yang diakhiri dengan pemindahan

kepemilikan setelah di analisis akad yang dilakukan

sudah sesuai dengan fatwa DSN dan kompilasi hokum

ekonomi islam.

21 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Daftar Pustaka

Hendi, Suhendi, Fiqh Muamalah, PT Rajagrafindo Persada :

Jakarta , 2010.

SyafiI Antonio, Muhammad. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik,

Gema Insani Pers: Jakarta, 2001.

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah, PT Refika Aditama

: Bandung, 2011.

Anonimus, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ( KHES ), FokusMedia:

Bandung, 2010

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, edisi revisi tahun

2006 M, cetakan ketiga tahun 1427 H.

22 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan

keuangan.Jakarta: Rajawali press, 2004

Sjahdeini, Sutan Remi. Perbankan Islam: dan Kedudukannya alam

Tata Hukum Perbankan Indonesia.Jakarta: Frafiti, . 2007

Mubarok, Dr. Jaih, M.Ag, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah

di Indonesia, Pustaka Bany Quraisy, Bandung, 2004

23 | U n i v e r s i t a s I s l a m B a n d u n g