Post on 21-Feb-2023
BIDANG UNGGULAN : KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN
USUL HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA
SINERGI BIOAKTIVITAS EKSTRAKS
TAPAKDARA (CHATARANTHUS ROSEUS) DAN PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) TERHADAP
PROSES KESEMBUHAN LUKA PADA TIKUS
TIM PENELITI
Drh. I Ketut Anom Dada MS
Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa MS
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
2014
2
Halaman Pengesahan
1 Judul Penelitian SINERGI BIOAKTIVITAS EKSTRAKS DAUN TAPAKDARA (CHATARANTHUS ROSEUS) DAN PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA.
2 Ketua Peneliti: Nama Lengkap Drh. I Ketut Anom Dada MS Jenis Kelamin Laki NIP 19560610 198602 1002 Jabatan fungsional Lektor Kepala Fakultas/PS Kedokteran Hewan Alamat Jl. PB. Sudirman Denpasar Telepon/Faks/Email 0361 223791 Alamat Rumah Pasraman Unud Blok B 4 Badung Telepon/Faks 081933001577 3 Jangka waktu penelitian 2 (dua) tahun 4 Jumlah anggota 2 orang 5 Jumlah biaya diajukan Tahun I Rp. 50.000.000
Tahun II Rp. 50.000.000
Denpasar, 15 Pebruari 2014 Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (Dr. Drh. Nyoman Adi Suratma MP) NIP: 196003051987031001
Ketua Peneliti ( Drh. I Ketut Anom Dada MS) NIP: 19560610 198602 1002
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana
(Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT) NIP: 196407171989031001
3
I. Identitas Penelitian
1. Judul Proposal: Sinergi Bioaktivitas Ekstraks Daun Tapakdara (Chataranthus
roseus) dan Pegagan (Centella asiatica) terhadap Proses Penyembuhan Luka.
2 . Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Drh I Ketut Anom Dada MS
b. Bidang Keahlian : Ilmu Bedah Veteriner
c. Jabatan : Lektor Kepala
d. Unit Kerja : Lab. Bedah Hewan Kecil FKH Unud
e. Alamat Surat : FKH Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran Bali
h. Telpon/faks : 0361/223791
3. Anggota Peneliti
No: Nama dan gelar Bidang keahlian Instansi Alokasi waktu
Jam/mg Bulan
1. Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa MS
Patologi Klinik FKH UNUD 8 10
2. 2 Mahasiswa - FKH UNUD 8 10
4. Obyek Penelitian
Obyek penelitian penelitian adalah luka pada tikus dengan aspek penelitian
kesembuhan luka dengan meneliti indikator-indikator proses kesembuhan luka
yang meliputi: kecepatan penutupan luka, waktu epitelisasi, angiogenesis,
kolagenasi dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Aspek yang akan
diteliti adalah Penggunaan kombinasi ekstrak daun tapakdara dan daun pegagan
sebagai obat untuk mempercepat proses kesembuhan luka pada tikus, dengan
kegiatan penelitian sebagai berikut:
• Tahun pertama: akan diteliti adalah kecepatan penutupan luka, waktu
epitelisasi, angiogenesis serta kolagenasi pada tikus yang diberi perlakuan
kombinasi ekstrak daun tapakdara dan daun pegagan secara topikal.
• Tahun kedua: akan diteliti adalah aktivasi vascular endithelial growth
factor (VEGF) jaringan luka pada tikus yang diberi perlakuan kombinasi
ekstrak daun tapakdara dan daun pegagan secara topikal.
4
5. Masa Pelaksanaan Penelitian: dua tahun
6. Jumlah Anggaran yang diusulkan:
Tahun I: Rp. 50.000.000,-
Tahun II: Rp. 50.000.000,-
7. Lokasi Penelitian : Rumah Sakit Hewan FKH, Laboratorium Center for Studies on
Animal Diseases (CSAD), Fakultas Kedokteran Hewan, dan Laboratorium Analitik
Universitas Udayana
8. Hasil yang ditargetkan: Hasil yang ditargetkan dari penelitian ini adalah temuan baru
berupa data ilmiah tentang sinergi bioaktivitas ekstrak tapakdara dan pegagan
terhadap proses kesembuhan luka melalui evaluasi beberapa indikator kesembuhan
luka. Dari hasil penelitian diharapkan adanya temuan sinergi ramuan beberapa
tanaman sebagai obat herbal yang berkhasiat mempercepat proses
kesembuhan luka. Temuan ini juga sangat bermanfaat dalam mempelajari peran
gabungan tapakdara dan pegagan terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan
gangguan vaskularisasi. Luaran lainnya yang ditargetkan dari penelitian ini adalah
publikasi ilmiah yang dapat diterbitkan di beberapa journal antara lain:
- Journal of veterinary surgery (Internasional)
- Journal of ethnopharmacology (Internasional)
- Jurnal veteriner (Nasional)
Publikasi ilmiah yang dapat diterbitkan di journal nasional atau internasional adalah:
Catharanthus roseus and Centella asiatica leaves extract has wound-healing
activity in c rats,
Selain luaran dalam bentuk publikasi, hasil penelitian ini juga mempunyai peluang
yang tinggi untuk mendapatkan PATEN, bahan ajar dan laporan penelitian.
9. Institusi yang terlibat: tidak ada
5
II. Substansi Penelitian
ABSTRAK
Obat herbal masih banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa
penyakit terutama di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena obat ini secara budaya mudah diterima dan rendahnya efek samping yang ditimbulkan (Jaleel et al., 2006). Diantaranya tanaman tapakdara (Cantharantus roseus) dan pegagan (Centella asiatica) yang merupakan tanaman obat yang terbukti secara empiris terutama di India sebagai gangguan-gangguan pada kulit sperti dermatitis, eksim, jerawat serta pengobatan terhadap luka. Dalam proses kesembuhan luka, epitelisasi, vaskularisai, granulasi dan kolagenasi mempunyai peranan penting dalam pemulihan jaringan yang melibatkan faktor-faktor pertumbuhan seperti Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sinergi biokativitas ekstrak daun tapakdara dan pegagan proses kesembuhan luka. Indikator-indikator kesembuhan yang akan dievaluasi adalah waktu epitelisasi, angiogenesis, kolagenasi serta sekresi VEGF pada tikus. Hewan coba yang akan digunakan adalah tikus (Sprague Dawly) akan dibagi menjadi empat group yang masing masing group terdiri dari 6 ekor. Masing-masing tikus akan dibuat luka insisi. Group I sebagai group kontrol normal akan diberikan carboxymethyl cellulosa secara topical sebagai plasebo; Gropu II merupakan group perlakuan tapak dara yang akan diberikan secara topikal ekstrak daun tapak dara konsentrasi 15% dalam vaselin; Group III sebagai group perlakuan pegagan yang akan diberikan secara topikal ekstrak daun pegagan konsentrasi 15% dalam vaselin; dan Group IV merupakan group perlakuan kombinasi yang akan diberikan secara topikal ekstrak daun tapak dara dan daun pegagan. Sebagai tolok ukur proses penyembuhan luka adalah waktu epitelisasi, angiogenesis, perkembangan kolagen pada jaringan yang bergranulasi serta sekresi VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik, untuk mengetahui perbedaan yang signifikan diuji t atau uji Mann-Whitney U test..
6
BAB I. PENDAHULUAN
Penggunaan obat tradisional baik berupa herbal maupun ekstraknya telah
dibuktikan mempunyai khasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit. Produk bahan-
bahan alami sebenarnya merupakan dasar pembuatan obat-obat modern atau sintesis. Di
beberapa belahan dunia seperti India, Cina, termasuk Indonesia penggunaan obat
tradisional masih menjadi pilihan, baik untuk menangani penyakit pada manusia maupun
hewan (Singh dan Singh, 2001). Salah satu tanaman obat yang secara empiris maupun
ilmiah terbukti dapat menyembuhkan berbagai penyakit adalah Cantharantus roseus (C.
roseus). Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama tapak dara yang biasanya
ditanam sebagai tanaman hias. Demikian juga tanaman obat lain yang secara empiris
maupun ilmiah terbukti dapat menyembuhkan berbagai penyakit adalah Centella asiatica
(C. Asiatica), di Indonesia tanaman ini dikenal dengan sebutan Daun Pegagan yang
umumnya ditanam sebagai tanaman liar.
Beberapa penelitian tentang bioaktivitas dari tanaman tapakdara dan daun pegagan
telah dilakukan. Nammi et al., (2003) telah melakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian jus segar dari daun tapakdara untuk menurunkan kadar glukosa pada hewan
coba penderita diabetes. Hasilnya menunjukkan bahwa jus daun tapakdara bersifat
antidiabetik. Penelitian yang terpisah dilakukan oleh Nayak dan Pereira (2006) tentang
kasiat ekstrak bunga tapakdara dalam mempercepat proses penyembuhan luka, namun
indikator kesembuhan yang dievaluasi belum sampai mendalam pada sekresi VEGF dan
kolagenasi. Demikian penelitian-penelitian tentang khasiat ekstrak daun pegagan hanya
melalui indikator makoskopis.
Sampai saat ini belum ada penelitian tentang evalausi sinergi dari kombinasi dua
jenis tanaman yang sama-sama berkhasiat mempercepat kesembuhan luka. Pada
penelitian Nayak dan Pereira (2006) sebagai indikator kesembuhan luka hanya
mengevaluasi kontraksi luka, berat jaringan granulasi dan efek antimikroba. Sedangkan
pada penelitian ini berbagai indikator kesembuhan luka termasuk kolagenasi serta sekresi
VEGF yang teraktivasi pada sel-sel mono dan polinuklear yang menginfiltrasi jaringan
luka. VEGF merupakan merupakan indikator penting dalam proses angiogenesis yang
punya peran penting dalam proses kesembuhan luka.
Penelitian ini selain mencari bukti ilmiah dari bioaktivitas ekstrak daun tapakdara
dan daun pegagan terhadap proses kesembuhan, juga mengevaluasi sinergi bioaktivitas
7
kedua tanaman tersebut terhadap proses kesembuhan luka melalui induksi VEGF dalam
merangsang angiogenesis pada jaringan luka. Secara ilmiah hasil penelitian ini dapat
dipakai dasar dalam mempelajari aktifitas tapakdara, pegagan maupun tanaman lain
terhadap prosen kesembuhan luka.Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk
mengevaluasi obat-obatan herbal yang digunakan di masyarakat, sehingga dapat
direkomendasikan berdasarkan bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sinergi bioaktivitas dari ekstrak daun
tapakdara dan pegagan terhadap proses kesembuhan luka pada tikus, dengan tujuan
khususnya adalah mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak daun tapak dara dan pegagan
secara topikal terhadap proses mempercepat penutupan luka, waktu epitelisasi, proses
angiogenesis pada jaringan luka, proses pembentukan kolagen pada luka; dan sekresi
Vascular Endhotelial Growth Factor (VEGF) pada jaringan luka.
BAB II. STUDI PUSTAKA
Tapakdara dan pegagan merupakan tanaman obat yang telah dibuktikan sebagai
obat yang telah banyak digunakan oleh masyarakat tradisional di India sebagai obat luka
maupun gangguan kulit, seperti dermatitis, eksim, dan jerawat (Singh dan Singh, 2001)
Luka adalah pemisahan jaringan kulit, selaput lendir atau permukaan suatu organ secara
traumatik. Luka yang disebabkan benda tumpul mengakibatkan terjadi kerusakan pada
jaringan bawah kulit atau subkutan. Luka sejenis ini biasanya disebut lesi subkutan,
misalnya hematoma. Luka yang disebabkan benda tajam seperti luka operasi disebut luka
insisi. Secara alami setiap mahluk hidup mempunyai kekuatan untuk mempertahankan
kehidupan mereka secara menyeluruh maupun bagian-bagian organ mereka,
memperbaharui, dan menambah jaringan yang disusunnya.
Pemberian obat antiinflamasi untuk penyembuhan luka terkadang dapat
menghambat penyembuhan akibat terjadi hambatan peran sistem imun tubuh. Seperti
penggunaan steroid dapat memblok respon inflamasi normal yaitu pengaliran sel darah
putih ke daerah luka. Hal ini berakibat terjadi peningkatan risiko infeksi semakin
melebar pada daerah luka di permukaan kulit. Demikian juga penggunaan antibiotika
yang lama dan berkepanjangan dapat berakibat terjadi superinfeksi pada penderita. Hal
ini akan menghambat penyembuhan luka karena akan diperlukan antibiotika yang lebih
8
kuat yang sudah barang tentu akan meningkatkan risiko efek samping penggunaan
antibiotika tersebut.
Pada fase inflamasi terjadi migrasi sel-sel radang yang berperan dalam proses
angiogenesis akibat diekskresikan faktor pertumbuhan endotil (vascular endothelial
growth factor/VEGF). Selain mensekresikan VEGF, sel-sel radang mensekresikan faktor
pertumbuhan (fibroblast growth factor /FGF). Pada fase proliferatif ,kedua faktor
pertumbuhan yaitu VEGF dan FGF yang berperan masing-masing pada proses
angiogenesis dan fibroblastic. Proses angiogenesis menyebabkan peningkatan jumlah
kapiler di bawah luka, sedangkan proses fibroblastik meningkatkan terbentuknya
jaringan kolagen. Kedua proses inilah memungkinkan dilakukan intervensi dalam proses
kesembuhan luka, termasuk pemanfaatan obat-obat herbal.
Efikasi beberapa tanaman obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit telah
banyak dilakukan oleh praktisi-praktisi obat herbal tradisional (Natarajan et al. 2003).
Produk-produk alami dari tanaman obat merupakan sebagai bahan untuk obat-obatan
sintesis maupun bahan obat untuk pengobatan herbal secara tradisional. Di beberapa
negara pengobatan herbal tradisional masih merupakan alternatif penyembuhan beberapa
penyakit (Singh dan Singh, 2001).
Tapakdara (Chatarantus roseus) merupakan salah satu bahan obat herbal yang
banyak digunakan oleh masyarakat tradisional terutama di India untuk menyembuhkan
berbagai penyakit seperti berbagai tumor dan diabetes. Tanaman ini mengandung lebih
dari 400 jenis alkaloid, beberapa diantaranya bersifat sebagai anti kanker (Fishhof et al.,
1996; Hindmarch et al., 1991). Jus segar dari bunga tapakdara dicampur pada teh di India
digunakan sebagai obat untuk mengatasi berbagai gangguan kulit seperti dermatitis,
eksem dan jerawat. Ekstrak dari daun maupun bunga kering dari tanaman ini di beberapa
kelompok masyarakat digunakan sebagai salep luka (Nammi et al., 2003).
Kesembuhan luka merupakan suatu proses pemulihan dari kulit dan jaringan lunak
lainnya pada luka. Respon peradangan akan muncul pada luka yang diikuti dengan
produksi kolagen yang meningkat pada lapisan dermis. Secara garis besar ada tiga tahap
proses kesembuhan luka yaitu peradangan, proliferasi dan remodeling. Fase proliferatif
ditandai dengan angiogenesis, deposisi kolagen, epitelisasi dan kontraksi luka.
Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru dari sel-sel
endothelial. Pembentukan jaringan granula juga sangat penting dalam proses kesembuhan
9
luka. Pembentukan dari jaringan granula menurun seiring dengan meningkatnya
epitelisasi. Berkurangnya selularitas pada granulasi menunjukkan adanya apoptosis, sel-
sel yang mengalami apoptosis mengalami puncaknya pada hari ke 20 setelah terjadinya
luka (Desmouliere et al., 1995). Bahan-bahan aktif yang dapat mempercepat proses
kesembuhan luka akan mempercepat pembentukan granulasi jaringan serta vaskularisasi,
melalui mekanisme yang melibatkan sekresi VEGF. VEGF merupakan glikoprotein yang
dapat nerangsang permeabilitas vaskuler, menginduksi kemotaksis dan aktivasi sel-sel
monosit/makrofag dan merangsang pertumbuhan sel-sel endothelial vaskuler (Iijima et
al., 1996).
Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah melalui penelitian tentang bioaktivitas dari
ekstrak daun tapakdara terhadap proses kesembuhan luka baik pada keadaan normal
maupu penderita diabetes. Atas dasar latar belakang tersebut maka penelitian ini penting
untuk dilakukan.
Tapakdara (Catharanthus roseus)
Dalam praktek penggunaan obat-obatan herbal banyak tanaman obat telah
dibuktikan mempunyai kasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit (Natarajan et al.,
2003). Produk-produk alam merupakan bahan dari obat-obatan sintetik. Di beberapa
negara obat herbal masih merupakan tindakan awal dalam menangani masalah kesehatan
baik kesehatan manusia maupun kesehatan hewan (Singh dan Singh, 2001). Salah satu
tanaman obat yang secara empiris maupun ilmiah terbukti dapat menyembuhkan
berbagai penyakit adalah Cantharanthus roseus (C. Roseus), di Indonesia tanaman ini
dikenal dengan sebutan tapakdara yang umumnya ditanam sebagai tanaman hias.
Tapakdara merupakan tumbuhan semak tegak yang dapat mencapai ketinggian
100 cm, tanaman ini banyak dipelihara sebagai tanaman hias (Gambar 1). Berdasarkan
jenis bunganya tanaman ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu tapakdara bunga putih dan
bunga merah. Tanaman ini sebenarnya merupakan tanaman liar yang dapat tumbuh subur
di daerah beriklim tropis. Bagian akar, daun dan bunga tanaman ini mengandung zat
kimiawi yang berkhasiat obat antara lain vinkristin, vinrosidin, vinblastin dan vinleurosin
(Thomas, 1989).
10
Gambar 1. Tapakdara (Catharantus roseus)
Tanaman ini telah terbukti dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti
kencing manis, hipertensi, leukemia, asma bronchialis, demam, radang termasuk juga
untuk pengobatan luka (Thomas, 1989). Di India secara tradisional daun, bunga maupun
akar direbus atau dicampur dalam minuman yang dugunakan untuk mengobati penyakit
kencing manis (Cowly dan Bennett, 1928; Kirtikar dan Basu, 1933; Sastry, 1953). Kasiat
C. roseus terhadap kencing manis secara ilmiah sudah mulai dibuktikan, dengan
menggunakan hewan percobaan telah dibuktikan bahwa ekstrak daun C. roseus dapat
menurunkan kadar glukosa darah (Pillay dkk., 1959). Dan aktivitas antidiabetik dari jus
segar daun tapakdara telah dibuktikan oleh Nammi et al., (2003)
Di India bunga segar dari C. roseus ditumbuk kemudian digunakan untuk
mengobati berbagai gangguan pada kulit seperti luka, dermatitis dan jerawat. Namun
bagaimana aktivitas dari zat yang terkandung dalam daun tanaman ini terhadap
penyembuhan luka yang dikaji secara ilmiah belum pernah dilaporkan. Untuk tujuan
tersebut maka penelitian ini perlu dilakukan. Dengan terungkapnya secara ilmiah
efektifitas ekstrak daun C. roseus terhadap proses penyembuhan luka pada tikus,
kemudian aplikasinya pada anjing pasca operasi, maka tanaman ini sangat potensial
untuk membantu penanganan luka pada dunia kedokteran umum maupun kedokteran
hewan.
C. roseus diketahui memiliki lebih dari 400 jenis alkaloid, beberapa dari alkaloid
yang dikandung tersebut diketahui sebagai obat kanker seperti leukemia, Hodkin’s
disease, malignant limfoma, neuroblastoma, rhabdomyosarcoma, Wilhlm’s tumor dan
11
beberapa kanker lainnya. Efek vasodilatasi dan menambah daya ingat dari tanaman ini
maka dapat meringankan penderita Alzheimer (Sischlof dkk., 1996; Hindmarch dkk.,
1991). C. roseus memiliki dua komponen aktif yaitu alkaloid dan tanin. Alkaloid utama
yang terkandung dalam C. roseus adalah vincamine yang erat sekali kaitannya dengan
derivat semisintetik yang banyak digunakan sebagai bahan obat dikenal sebagai ethyl-
apovincaminate atau vinpocetine. Derivat ini mempunyai efek vasodilatasi, pengencer
darah, hipoglikemik dan meningkatkan daya ingat (Chattopadhay,1999).
Analisa fitokimia ekstrak bungan C. roseus menunjukkan adanya kandungan
tannin, triterpenoida dan alkaloid. Salah satunya mungkin berperan dalam proses
penyembuhan loka. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa C. roseus juga mengandung
flavonoid (Tsuchiya dkk., 1996) dan triterpenoid (Scortichini dan Pia Rosi, 1996) yang
diketahui sebagai pemicu proses penyembuhan luka. Aktivitasnya dalam proses
penyembuhan luka barangkali akibat sifat antimikroba dan astringen yang dimiliki oleh
kandungan tanaman tersebut sehingga dapat menyebabkan kontraksi luka dan
meningkatkan epitelisasi. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa tanaman obat
yang mengandung triterpenoid efektif untuk mempercepat proses penyembuhan luka
seperti Cecropia peltata (Shivananda, 2006) dan Pentas lanceolata (Nayak dkk., 2006).
Pegagan (Centella asiatica)
Dalam praktek penggunaan obat-obatan herbal banyak tanaman obat telah
dibuktikan mempunyai kasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit (Natarajan et al.,
2003). Produk-produk alam merupakan bahan dari obat-obatan sintetik. Di beberapa
negara obat herbal masih merupakan tindakan awal dalam menangani masalah kesehatan
baik kesehatan manusia maupun kesehatan hewan (Singh dan Singh, 2001). Salah satu
tanaman obat yang secara empiris maupun ilmiah terbukti dapat menyembuhkan
berbagai penyakit adalah Centella asiatica (C. Asiatica), di Indonesia tanaman ini
dikenal dengan sebutan Daun Pegagan yang umumnya ditanam sebagai tanaman liar.
Tanaman ini termasuk familia Umbelliferae yang tumbuh di sekitar pantai sampai
pada ketinggian 2.500 meter diatas permukaan laut. Untuk pengembangbiakannya
tumbuhan ini dilakukan dengan stek karena lebih cepat tumbuhnya. Di Jawa Barat
kadang-kadang tumbuhan pegagan ditanam sebagai penutup di perkebunan-perkebunan
teh. Dalam penyembuhan herbal, tanaman ini digunakan untuk obat disentri, sakit perut,
12
batuk, sariawan (obat kumur) dan peluruh air seni dengan merebus daun kering salama
kurang lebih seperempat jam kemudian airnya diminum. Dauunya digerus dan
titambahkan sedikit air dapat digunakan sebagai obat kompres serta obat luka
(Dalimarta, 1999; Muhlisah, 1999; Tampubolon, 1995).
Gambar 1. Daun Pegagan (C. asiatica)
Di India tanaman ini telah lama digunakan pengobatan Ayrvedic sebagai obat
diabetes, dermatitis, batuk, katarak serta meningkatkan daya ingatan (Chevallier et al.,
2000, Joshi, 2000). Di Eropa tanaman ini juga banyak digunakan untuk penyembuhan
luka dan ulcer (Maquart et al., 1990). Sedangkan di Malaysia tanaman ini dugunakan
untuk menyembuhkan bronkitis, asthma, gangguan lambung, disentri, gangguan
lambung dan urethritis (Burkill, 1966)
Proses Kesembuhan Luka
Kesembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan dinamis dalam
pemulihan struktur sel dan lapisan jaringan yang mengalami kerusakan untuk kembali
mencapai kondisi yang normal. Hess (1985) mengilustrasikan proses kesembuhan luka
seperti disajikan pada gambar 2. Kontraktur luka muncul mengiringi proses
penyembuhan luka, awal dari stadium fibroblastik dimana daerah luka akan mengalami
pengeriputan. Proses penyembuhan luka meliputi tiga fase yaitu; peradangan, proliferasi
dan pematangan, proses ini tergantung dari jenis dan luas luka. Pada fase peradangan
13
terjadi hemostasis dan radang, kemudian diikuti dengan epitelisasi, angiogenesis dan
deposisi kolagen pada fase proliferasi.
Pada akhir fase proliferasi terbentuk granulasi jaringan yang komponen utamanya
adalah fibroblast, kolagen, edema serta pembentukan pembuluh-pembuluh darah kecil
baru. Granulasi jaringan diperlukan dalam proses penyhembuhan luka, granulasi jaringan
menurun seiring dengan perkembangan epitelisasi pada dasar luka.Peningkatan berat
kering granulasi jaringan pada hewan yang diberi perlakuan menunjukkan adanya
kandungan protein yang tinggi. Bahan obat yang dapat meningkatkan konsentrasi
hydroksiprolin pada granulasi jaringan menunjukkan adanya peningkatan pembentukan
kolagen. Kolagen merupakan komponen utama yang memperkuat dan menyokong
jaringan ekstraseluler. Kolagen tersebut disusun oleh asam amino, hidroksiprolin yang
merupakan marker biokimia terhadap kolagen jaringan (Kumar dkk., 2006). Apabila
pada daerah luka sudah terjadi epitelisasi secara komplit maka selularitas menurun dan
sekresi VEGF akan ditekan. Penurunan selularitas pada granulasi jaringan
mencerminkan terjadinya apoptosis, jumlah sel-sel yang mengalami apoptosis puncaknya
pada hari ke 20 setelah luka (Desmouliere dkk., 1995).
Apoptosis berhubungan dengan proses eliminasi sel-sel radang (Sampson, 2000)
pada fase awal, dan eliminasi sel-sel fibroblas dan endotelial selama fase transisi antara
granulasi dan terbentuknya jaringan parut (Desmouliere, 1995). Pada luka terbuka
apoptosis awalnya dimulai pada tepian luka kemudian pada lapisan epitel selanjutnya ke
pusat luka sebagai proses kesembuhan luka. Selanjutnya fase pematangan yang
merupakan fase akhir dari proses penyembuhan luka terjadi kontraksi luka yang ditandai
dengan tampaknya jejas pada daerah luka.
14
Gambar 2. Proses penyembuhan luka (Hess, 1985)
Injury
Hemostasis Coagulation platelet
agregation
Implamation Granulocytes Macrophages
Debodement Resistance to
infection Fibroblasts
Contraction Neovascular growth
Proteoglicans synthesis
Remodeling
Collagen synthesis
Collagen lysis
Epithelisation
Healed wound
15
Peran Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dalam proses Kesembuhan
Luka
Dalam proses kesembuhan luka, terjadi aktivasi platelet atau pembeku darah yang
mengeluarkan beberapa cytocyne termasuk Vascular Endothelial Growth Factor. VEGF
bersama dengan infiltrasi netrofil dan monosit pada daerah luka yang merupakan bagian
dari respon peradangan.Dalam proses kesembuhan luka, vaskularisasi berperan penting
dalam pemulihan jaringan, dimana didalamnya terlibat berbagai faktor-faktor
pertumbuhan (growth factors), cytokin serta adesi berbagai molekul-molekul (Martin,
1997). Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) merupakan glikoprotein yang
dihubungkan dengan disulfida dimerik dengan berat molekul 40 kDa yang dapat
meningkatkan permeabilitas dari vaskuler, merangsang kemotaksis dan aktivasi dari
monosit/makrofag serta merangsang pertumbuhan sel-sel endothelial dari vaskuler (Ijima
et al. 1996). Telah dilaporkan bahwa VEGF terlibat dalam proses vaskularisasi dan
dinyatakan bahwa ada korelasi antara VEGF dengan vaskularitas (Miyagami dan
Katayama, 2005). Dan faktor ini diimplikasikan dalam proses penyembuhan luka
(Hayashi et al., 2004; Tsuo et al., 2002). Sebelumnya Hayashi et al., (2002) menyatakan
bahwa imunoraktivitas dari VEGF terjadi pada stadium akhir dari proses kesembuhan
luka, namun belakangan Nogami et al., (2007) menyatakan bahwa reaktivitas tersebut
terjadi juga pada awal proses kesembuhan luka.
Pada fase proliferasi terjadi infiltrasi sel-sel radang, netrofil dan makrofag akan
menghasilkan VEGF (Sakaguchi dkk., 2001; Cho et al., 2001). VEGF mempunyai
pengaruh terhadap proliferasi sel-sel endothelial yang berperan penting dalam proses
angiogenesis (Connolly dkk., 1989; Clauss et al., 1990). Setelah netrofil memproduksi
VEGF akan mengalami apoptosis, selanjutnya diikuti dengan infiltrasi makrofag pada
daerah luka untuk memfagositosis netrofil yang mengalami apoptosis dan menghasilkan
growth factor seperti VEGFyang dapat meningkatkan granulasi jaringan. Pada daerah
yang terjadi peningkatan granulasi, fibriblas dan endothelial perlahan lahan mengalami
apoptosis, dan jaringa tersebut akan diisi dengan kolagen.
16
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Ektraksi daun Tapak dara dan Pegagan
Daun tanaman tapakdara dan kakikuda dikumpulkan kemudian dikeringkan dan
digerus sehingga berbentuk serbuk. 50 gram serbuk halus dari daun tersebut
ditambahkan 100 ml ethanol dan dibiarkan selam 20 jam dalam suhu kamar. Kemudian
disaring dengan kain kasa halus selanjutnya disaring dengan kertas saring (Whatman No:
1). Filtratnya kemudian ditaruh dalam waterbath sampai kering pada suhu 40o C zat yang
tersisa merupakan ekstrak daun tapakdara yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3. 2 Hewan coba dan perlakuan
Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Sprague Dawley dengan
proporsi jantan dan betina yang sama dan memiliki berat badan antara 200-250 gram.
Tikus dipelihara secara individu dan diberikan pakan normal serta air secara ad libitum.
Hewan coba secara periodik ditimbang sebelum dan sesudah perlakuan. Selama proses
pembuatan luka dilakukan secara steril dan tikus dianastesi dengan ketamine dengan
dosis 120 mg/kg. Tikus diobservasi secara ketat untuk mengetahui adanya infeksi,
apabila diketahui secara klinis adanya infeksi maka tikus tersebut segera diganti dengan
tikus yang baru.
Hewan coba akan dibagi menjadi empat group yang masing masing group terdiri
dari 6 ekor tikus. Keempat kelompok tikus tersebut adalah:
Group I: sebagai tikus kontrol normal yang akan diberikan carboxymethyl cellulosa
secara topical sebagai plasebo;
Group II: merupakan group tikus perlakuan yang akan diberikan ekstrak daun tapak dara
secara topikal dengan konsentrasi 15% dalam vaselin.
Group III: merupakan group tikus perlakuan yang akan diberikan ekstrak pegagan
secara topikal dengan konsentrasi 15% dalam vaselin.
Group IV: merupakan group tikus perlakuan yang akan diberikan kombinasi ekstrak
daun tapak dara dan pegagan secara topikal dengan konsentrasi masing-masing 15%
dalam vaselin.
Pengobatan secara topical dilakukan dengan mencampur ektrak tanaman tersebut
dengan vaselin kemudian dioleskan pada daerah luka sesuai dengan dosis. Sedangkan
17
perlakuan secara oral dicampur pada air minum sesuai dengan dosis. Perlakuan terhadap
hewan coba dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komisi bioetika Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
3.3 Pembuatan luka pada tikus
Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini ditimbang sebelum perlakuan.
Tikus dipelihara secara individu dan diberikan pakan normal serta air secara ad libitum.
Hewan coba secara periodik diamati dua kali sehari selama perlakuan. Proses pembuatan
luka dilakukan secara steril dan tikus dianastesi dengan ketamine dengan dosis 3 mg/kg.
Tikus diobservasi secara ketat untuk mengetahui adanya infeksi, apabila diketahui secara
klinis adanya infeksi maka tikus tersebut segera diganti dengan tikus yang baru.
3.4 Pemeriksaan luka
Pada hari ke 1, 5, dan 15 daerah luka diukur dengan kertas transfaran dan area
luka ditandai dengan permanent marker. Area luka yang didapat kemudian diukur
dengan graph paper. Waktu yang dibutuhkan sampai tidak dijumpai adanya bekas
keropeng dinyatakan sebagai perioda epitelisasi.
3.5 Pemeriksaan histologi
Dua atau tiga minggu setelah luka, tikus kemudian dieutanasi dan pada bagian
luka dilakukan irisan. Jaringan luka kemudian difiksasi dengan Phosphate Buffer
Formalin 10%. Jaringan yang difiksasi kemudian dilakukan dehidrasi dan diblok dengan
paraffin dan dipotong dengan mikrotom setebal 4µm. Irisan tersebut kemudian diwarnai
dengan hematoxylin dan eosin (HE) dan Azan. Jumlah kapiler dihitung pada perparat
jaringan yang diwarnai dengan HE, dan daerah kolagen pada jaringan yang mengalami
granulasi ditentukan dengan skoring :
1. Jika daerah kolagen sangat sedikit ( < 5% dalam jaringan )
2. Jika daerah kolagen sedikit ( 6% - 25% )
3. Jika daerah kolagen sedang ( 26% - 50% )
4. Jika daerah kolagen padat ( 51% - 75% )
5. Jika daerah kolagen sangat padat ( > 75% )
18
3.6 Pemeriksaan VEGF Secara Imunohistokimia
Preparat jaringan yang difiksasi dengan formalin diinkubasi pada methanol yang
mengandung 0,3% hidrogen peroksida selama 20 menit pada suhu kamar. Setelah
dilakukan pencucian dengan PBS (phosphate buffer saline) kemudian ditambahkan
dengan normal swine serum selam 30 menit pada suhu kamar untuk memblok reaksi
non spesifik. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada rabbit anti-human VEGF antibody
selama satu malam pada suhu 4oC. Setelah dilakukan pencucian dengan PBS selanjutnya
diinkubasi pada biotinylated swine anti-rabbit IgG antibody selama 30 menit pada suhu
kamar, yang selanjutnya diikuti dengan avidin-biotin peroxidase complex selama 30
menit pada suhu kamar. Visualisasi reaksi immun melalui penambahan 0,25 mg/ml 3,3’-
diaminobenzidine tetrahydrochloride (DAB) dalam 0,05 M Tris-buffered saline (pH 7,4)
dan 0,003% hydrogen peroxide selama 3 sampai 5 menit.
Adanya warna coklat pada sel-sel/jaringan yang mengalami kesembuhan,
menunjukkan adanya VEGF. Semakin tinggi jumlah sel-sel berwarna coklat, berarti
semakin banyak produksi VEGF. Hasil pemeriksaan VEGF digunakan skoring :
1. Ringan, jika warna coklat tidak ada pada sel.
2. Sedang, jika warna coklat ada pada sel per lapang pandang
3. Banyak, jika warna coklat ada pada lebih dari satu sel per lapang pandang.
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis secara statistik, sebagai
berikut :
1. Data luas luka dalam milimeter persegi dianalisis dengan uji MannWhitney U
test.
2. Data jumlah kapiler pada jaringan luka yang mengalami kesembuhan di
analisis dengan metoda Bonferroni-Dunn, Fisher’s PLSD dan Student’s t-test.
19
BAB IV. PEMBIAYAAN
No Jenis pengeluaran Tahun I Tahun II
1 Gaji dan upah 10.882.000 10.882.000 2 Bahan habis pakai 33.700.000 33.700.000 3 Biaya perjalanan 500.000 500.000 4 Laporan 1.000.000 1.000.000 5 Administrasi dan ATK 1.418.000 1.418.000 6 Pemeliharaan 2.500.000 2.500.000
Jumlah 50.000.000 50.000.000
20
8. DAFTAR PUSTAKA
Chattopadhyay RR.1999: A comparative evaluation of some blood glucose lowering
agents of plant origin. J Ethnopharmacol, 67:367-372. Chattopadhyay RR, Sarkar SK, Ganguli S, Banerjee RN, Basu TK.1991: Hypoglycemic
and antihyperglycemic effect of leaves of Vinca rosea Linn. Indian J Physiol Pharmacol, 35:145-151.
Cho M., Hunt T. K., Hussain M. Z., 2001;Am. J. Physiol. Heart Circ. Physiol.,80,
H2357—2363. Connolly D. T., Heuvelman D. M., Nelson R., Olander J. V., Eppley B.L., Delfino J. J.,
Siegel N. R., Leimgruber R. M., Feder J. 1989; J. Clin. Invest.,84, 1470—1478 Clauss M., Gerlach M., Gerlach H., Brett J., Wang F., Familletti P. C.,Pan Y. C., Olander
J. V., Connolly D. T., Stern D., 1990; J. Exp. Med., 172,1535—1545 (). Cowley RC and Bennett FC: Vinca rosea. Australation J Pharm 1928, 9:61. Desmouliere A., Redard M., Darby I., Gabbiani G., 1995; Am. J. Pathol.,146, 56—66 (). Don, G. (1999) Catharanthus roseus. In: Medical plants of The world. Edited by Ross IA.
Totowa, New Jersey, Human Press; 109-118 Fischhof PK, Moslinger-Gehmayr R, Herrmann WM, Friedmann A,Russmann DL.1996:
Theraupetic efficacy of Vincamine in dementia. Neuropsychobiology, 34(1):29-35.
Gordon SH, Marvin G and Marry RA.1964: Alkaloids of Vinca rosea : A preliminary
report on hypoglycemic activity. Lloydia, 27:361-63. Hindmarch I, Fuchs HH, Erzigkeit H. 1991: Efficacy and tolerance of vinpocetine in
ambulant patients suffering from mild to moderate organic psychosyndromes. Int Clin Psychopharmacol, 6(1):31-43.
Iijima, K., N. Yoshikawa, and H. Nakamura (1996). Activation-induced expression of
vascular permeability factor by human peripheral T cells: a non radioisotopic semiquantitative reverse transcription-polymerase chain reaction assay. J Immunol. Methods 196: 199-209
Jaleel CA., Gopi R.G., M. Alagulakhsmanan and R. Paneenselvam (2006). Tridiamefon
induced changes in antioxidant metabolism and ajmalicine production, In: Ctharanthus roseus G.Don Plant Science 171; 271-276
Kirtikar KR and Basu BD.1933: Vinca rosea. In: Indian Medicinal Plants (II ed.)
Allahabad, India, Lalit Mohan Basu Publications, Vol III:1559-60.
21
Lazarow A. 1964. Alloxan diabetes and mechanism of β-cell damage by chemical agent. In: Experimental diabetes, Oxford, Blackwell Scientific Publication; 49-69
Martin P (1997) Wound healing aiming for perfect skin regeneration. Science 276: 75-81 Nammi S., M.K. Boini, S.D Lodagala and R.B.S Behara. 2003. The joice of fresh leaves
of Catharantus roseus Linn, reduced blood glucose in normal and alloxan diabetic rats. BMC Complementary and Alternative Medicine 3: 4
Natarajan V, Venugopal PV, Menon T. 2003: Effect of azadirachta (neem) on the growth
pattern of dermatophytes. Indian J MedMicrobiol, 21:98-101. Nayak, BS.,and L.M.P Pereira. 2006. Catharanthus roseus flower extract has wound-
helaing activity in Sprague Dawley rats. BMC Complementary and Alternative Medicine 6: 41
Nayak BS, Vinutha B, Geetha B, Sudha B. 2006: Experimental evaluation of Pentas
lanceolata for Wound healing activity in rats. Fitotherapia, 76:671-675.
Pillay PP, Nair CPM and Santi Kumari TN.1959: Lochnera rosea as a potential source of hypotensive and other remedies. Bull Research Inst Univ Kerala, Ser. A6, 1:51-4.
Sastry BN.1953: The wealth of India. New Delhi, CSIR, Publication and Information
irectorate:205. Singh A, Singh DK. 2001: Molluscicidal activity of Lawsonia inermis and its binary and
tertiary combinations with other plant derived molluscicides. Indian J Exp Biol, 39:263-268.
Singh SN, Vats P, Suri S, Shyam R, Kumria MML, Ranganathan S and Sridharan K.
2001: Effect of an antidiabetic extract of Catharanthus roseus on enzymic activities in treptozotocin induced diabetic rats. J Ethnopharmacol, 76:269-77.
Sakaguchi I., Tsujimura M., Ikeda N., Minamino M., Kato Y., WatabeK., Yano I.,
Kaneda K., 2001; Biol. Pharm. Bull., 24, 650—655. Scortichini M, Pia Rossi M.1991: Preliminary in vitro evaluation of the antimicrobial
activity of terpenes andterpenoids towards Erwinia amylovora (Burrill). J Appl Bacteriol, 71:109-112.
Shivananda Nayak B.2006: Cecropia peltata L (Cecropiaceae) Has Wound Healing
potential-A preclinical study in Sprague Dawley Rat model. International Journal of Lower Extremity Wounds, 5:20-26.
Tsuchiya H, Sato M, Miyazaki T, Fujiwara S, Tanigaki S, Ohyama M, Tnanka T, linuma
M.1996: Comparative study on the antibacterial activity of phytochemical
23
LAMPIRAN 1
JUSTIFIKASI ANGGARAN
1. TAHUN I
1.1 Honor dan Upah No Pelaksana Jumlah Jumlah
jam/minggu Honor/jam Biaya
1 Ketua 1 8 Rp.14.000 8xRp.14.000x32x1 =Rp3.584.000
2 Anggota 2 8 Rp.14.000 8xRp.14.000x32x1 =Rp3.584.000
Jumlah Rp. 7.178.000
1.2 Bahan habis pakai Jenis pengeluaran Jumlah Satuan Harga satuan Biaya (Rp) Tikus 50 ekor 25.000 1.250.000 Pakan dan pemeliharaan 1 paket 3.000.000 3.000.000 Kandang 2 unit 2.500.000 3.000.000 Ketamin 2 botol 850.000 1.700.000 Skin biopsy punch 4 unit 750.000 3.000.000 Vaselin 1 kotol 250.000 250.000 Perlatan lainnya 1 paket 2.000.000 2.000.000 Graph paper 2 paket 1.500.000 3.000.000 Obat-obatan lainnya 1 paket 1.500.000 1.500.000 Sub total 21.700.000
Pengadaan ekstrak daun tapak dara dan pegagan Jenis pengeluaran Jumlah Satuan Harga satuan Biaya (Rp) Pengadaan tanaman 1 paket 1.000.000 1.000.000 Ethanol 1 paket 500.000 500.000 Kain kasa 1 box 200.000 200.000 Kertas saring 1 box 350.000 350.000 Sub Total 2.050.000
24
Pemeriksaan Histologi Jenis pengeluaran Jumlah Satuan Harga satuan Biaya (Rp) Phosfate buffer formalin 1 unit 1.650.000 1.650.000 Pisau microtome 2 unit 1.500.000 3.000.000 Obyek gelas 2 box 50.000 100.000 Paraffin 1 unit 250.000 750.000 Pewarna HE 2 unit 750.000 3.000.000 Pewarna Azan 2 unit 750.000 3.050.000 11.500.000
1.3 Anggaran lainnya Jenis pengeluaran Jumlah Satuan Harga satuan Biaya (Rp) Perjalanan 1 paket 2.000.000 2.000.000 Penyusunan laporan 1 paket 2.500.000 2.500.000 Administrasi 1 paket 2.000.000 2.000.000 Pemeliharaan 1 paket 3.122.000 3.122.000 Sub total 9.622.000 Jumlah keseluruhan; 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah)
25
Penelitian tahun II 1.2 Honor dan Upah No Pelaksana Jumlah Jumlah
jam/minggu Honor/jam Biaya
1 Ketua 1 8 Rp.14.000 8xRp.14.000x32x1 =Rp3.584.000
2 Anggota 2 8 Rp.14.000 8xRp.14.000x32x1 =Rp3.584.000
Jumlah Rp. 7.178.000
1.2 Bahan habis pakai Jenis pengeluaran Jumlah Satuan Harga satuan Biaya (Rp) DAB 2 unit 1.500.000 3.000.000 Tria bufferd saline 2 unit 1.500.000 3.000.000 Hidrogen feroksida 1 unit 1.200.000 1.200.000 Phosphate buffer saline 1 paket 1.500.000 1.500.000 Normal swine serum 1 unit 2.250.000 2.250.000 rabit anti-human VEGF antibody 2 unit 6.500.000 13.000.000 Avidin biotin feroksidase 1 unit 3.250.000 3.250.000 Pipet dan peralatan lainnya 2 unit 3.000.000 6.000.000 33.200.000
1.3 Anggaran lainnya Jenis pengeluaran Jumlah Satuan Harga satuan Biaya (Rp) Perjalanan 1 paket 2.000.000 2.000.000 Penyusunan laporan 1 paket 2.500.000 2.500.000 Administrasi 1 paket 2.000.000 2.000.000 Pemeliharaan 1 paket 3.122.000 3.122.000 Sub total 9.622.000
Jumlah keseluruhan; 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah)
26
LAMPIRAN 2.
BIOGRAFI
KETUA PENELITI Nama : Dr drh. I Ketut Anom Dada . MS NIP/NIK : 195606101986021002 Tempat dan Tanggal Lahir : Payangan 10 Juni 1956 Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin Agama : Hindu Golongan / Pangkat : IV A / Pembina Jabatan Akademik : Lektor Kepala Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Alamat : Jalan. PB. Sudirman,Denpasar Telp./Faks. : (0361) 223791 Alamat Rumah : Jalan. Bypas IB Mantra Puri Candra Asri Blok B69 Batubulan Gianyar. Telp./Faks. : (0361) 461341 Alamat e-mail : anom_dada@gmail.com RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
Tahun Lulus
Program Pendidikan(diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor)
Perguruan Tinggi Jurusan/Program, Studi
1983 Dokter hewan Universitas Gadjah Mada Kedokteran hewan 1993 Magister Sain Universitas Gadjah Mada Biopatologi 2012 Doktor Universitas Udayana Ilmu Kedokteran
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Jenis Pelatihan(Dalam/Luar Negeri)
Penyelenggara Jangka Waktu
1987 Latihan Pra Jabatan Tingkat III [Tiga]
Universitas Udayana Denpasar
23 oktober-19 Nopember 1987
1986 Visiting Assigment Of Pig Diseasses
International Development Program (IDP )
27 February-22March 1986
2003 Program Applied Approach/ Ancangan Aplikasi(AA) Angkatan II
Pusat Antar Universitas 11-15 Agustus 2003 Di UNUD
2003 Kegiatan Penataran Pendekatan Terapan (Applied Approach (AA) Angkatan II
Lembaga Pengkajian Pengembangan Pendidikan (LP3),UNUD
11 – 15 Agustus 2003
27 PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Program Pendidikan Institusi/Jurusan/Program Studi
Sem/Tahun Akademik
Ilmu Bedah Umum Veteriner
S1 (Sarjana Kedokteran Hewan)
Kedokteran Hewan Genap (Semester VI)
Ilmu Bedah Khusus Veteriner
S1 (Sarjana Kedokteran Hewan)
Kedokteran Hewan Ganjil (Semester VII)
Radiologi Veteriner
S1 (Sarjana Kedokteran Hewan)
Kedokteran Hewan Ganjil (Semester VII)
Farmasi Veteriner S1 (Sarjana Kedokteran Hewan)
Kedokteran Hewan Ganjil (Semester VII)
PPDH Klinik Hewan
Dokter Hewan Kedokteran Hewan Ganjil & Genap Tingkat Akhir
PRODUK BAHAN AJAR
Mata Kuliah Program Pendidikan Jenis Bahan Ajar (cetak dan non cetak)
Sem/Tahun Akademik
Ilmu Bedah Umum Veteriner
Sarjana Kedokteran Hewan (S1)
Ilmu Bedah Umum tentang luka & pola jahitan operasi(bahan ajar) Ilmu Bedah Umum tentang Persiapan Operasi(bahan ajar)
Genap
Ilmu Bedah Khusus Veteriner
Sarjana Kedokteran Hewan (S1)
Ilmu Bedah KhususBedah daerah Kepala dan Leher(bahan ajar) Ilmu Bedah khusus Bedah daerah Thorak dan Abdomen Hewan Besar&hewan kecil(bahan ajar). Ilmu Bedah Hewan Kecil serta Cara Operasi(Buku).
Ganjil Genap dan Ganjil.
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Ketua/Anggota Tim
Sumber Dana
1992 Pengaruh pemberian kloropromazin Hcl terhadap kadar Na+ dan K+ serum pada anjing lokal.
Anggota DPP SPP
1993 Pengaruh pemberian kloropromazin Hcl terhadap lama kerja anestesi Pentothal pada anjing.
Anggota DPP SPP
1994 Nefrektomi Unilateral terhadap gambaran darah Anjing local
Ketua Biaya Sendiri
28 2002 Uji klinik Premedikasi Xylazin dan
Diazepan terhadap anestetik ketamin pada anjing lokal.
Anggota -
2004 Kombinasi Xylazin-Ketamin-Yohimbin pada anjing lokal.
Ketua Biaya Sendiri
2004 Pemberian Xylazin-Ketamin-Yohimbin terhadap frekuensi nafas dan suhu anjing.
Anggota -
2004 Waktu pemulihan Anestesi Xylazin Ketamin Hidroklorida dengan Zolazepan Tiletamin.
Ketua -
2010 Perbandingan efek pemberian Anestesi Xylazin-Ketamin Hidroklorida dengan Tiletamin-ZolaZepan terhadap Capillary Refill Time (CRT) dan warna selaput lendir pada anjing.
Ketua -
2011 Bioaktifitas Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharantus Roseus) Terhadap Periode Epitelisasi Dalam Proses penyembuhan Luka Pada Tikus Wistar
Ketua Dikti
2012 Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharantus Roseus) Terhadap Periode Epitelisasi Terhadap Proses penyembuhan Luka Pada Tikus
Ketua
Dikti
KARYA ILMIAH* A. Buku/Bab Buku/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal 2002 Uji Klinik Premekasi Xylazine dan
Diazepan terhadap Anestesik Ketamin Pada Anjing Lokal
Jurnal Veteriner (Jurnal kedokteran Hewan Indonesia)
2004 Kombinasi Xylazine-Ketamin-Yohimbin pada anjing lokal
Jurnal Veteriner (Jurnal kedokteran Hewan Indonesia)
2004 Pemberian Xylazine-Ketamin-Yohimbin terhadap frekuensi nafas & suhu anjing
Jurnal Veteriner (Jurnal kedokteran Hewan Indonesia)
2004 Waktu pemulihan Anestesi Xylazine-Ketamin Hidroklorida dengan Zolazepam-Tiletamin
Jurnal Veteriner (Jurnal kedokteran Hewan Indonesia)
2006 Ilmu Bedah Hewan kecil serta cara operasi.
Percetakan Pelawa Sari Denpasar
2010 Perbandingan efek Pemberian Buletin Veteriner Udayana
29 Anestesi Xylazine-Ketamin Hidroklorida dengan Tiletamin-Zolazepam terhadap Capillary Refill Time (CRT) dan warna selaput lender pada anjing
2011
Bioaktifitas Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharantus Roseus) Terhadap Periode Epitelisasi Dalam Proses penyembuhan Luka Pada Tikus Wistar
Indonesia Medicus Veterinus
2012
Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharantus Roseus) Terhadap Periode Epitelisasi Terhadap Proses penyembuhan Luka Pada Tikus
Indonesia Medicus Veterinus
*termasuk karya ilmiah dalam bidang ilmu pengeteahuan/teknologi/seni/desain/olahraga B. Makalah/Poster
Tahun Judul Penyelenggara 2011 Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharantus
Roseus) Terhadap Periode Epitelisasi Terhadap Proses penyembuhan Luka Pada Tikus
Seminar Nasional Hasil Penelitian
C. Penyuting/Editor/Reviewer/Resensi
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
KONFRENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara Panitia/peserta/ pembicara
2006 Pelibatan stakeholder dalam kajian aktivitas virus flu burung di Bali,NTB,NTT
Fakultas Kedokteran Hewan-UNUD
Peserta
2007 Seminar Nasional Sosialisasi dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian pada Hewan Kesayangan
Fakultas Kedokteran Hewan-UNUD
Peserta
2007 Rapat kerja Regional Timur Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiap siagaan menghadapi pandemic influenza
Panitia
2008 Seminar Nasional Penguatan Fungsi-fungsi Kesehatan Hewan dalam era otonomi Daerah di Indonesia
Fakultas Kedokteran Hewan-UNUD
Peserta
30 2010 Diskusi Peningkatan Efektivitas
Riset secara sinergi Antara Perguruan Tinggi dengan Lembaga Lifbang
Ristek Peserta
2010 Seminar Desa Pakraman Benteng Pelestari Budaya Bali
Universitas Udayana
Peserta
2011 Sosialisasi Pemantapan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Meningkatkan Motivasi dan Peran Tenaga administrasi universitas udayana
Universitas Udayana
Peserta
KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Tahun Jenis/Nama Kegiatan Tempat 2006 Penyuluhan tentang Penyakit Flu Burung dan
Cara Pencegahannya Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal,Kab Badung
2007 Pelayanan Kesehatan Babi di desa Pelaga,Kecamatan Petang,Badung untuk Peningkatan Produktivitas Ternak Babi
Desa Petang,Badung
2007 Penyuluhan & Kesehatan Babi Desa Mambal,Badung 2008 Pengembangan Desa Tanggap Flu Burung yang
berlokasi di Desa Sedang,Kec.Abiansemal,Kab Badung
Desa Sedang,Badung
2008 Peningkatan Produktivitas Melalui Vaksinasi SE dan Pelayanan Kesehatan pada ternak sapi di Desa Pering,Gianyar
Desa Pering,Gianyar
2009 Vaksinasi Rabies pada Anjing Desa Penatih,Dangin Puri,Dentim
2010 Vaksinasi Rabies pada Anjing Desa Pemogan,Densel
JABATAN DALAM PENGELOLAAN INSTITUSI
Peran/Jabatan Institusi(Univ,Fak,Jurusan,Lab,studio,Manajemen Sistem Informasi Akademik dll)
Tahun s.d
Kepala Lab. Bedah Hewan Kecil
Fakultas Kedokteran Hewan,UNUD 1995 s.d 2000 2012 - Sekarang
PERAN DALAM KEGIATAN KEMAHASISWAAN
Tahun Jenis/Nama Kegiatan Peran Tempat 2011 Kemah Kerja Veteriner (KKV) Pembimbing Pempatan, Karangasem 2011 Kerja Sosial Kesehatan Hewan
(Kersos Keswan) Pembimbing Pempatan, Karangasem
2012 Kemah Kerja Veteriner (KKV) Pembimbing Taro, Gianyar 2012 Kerja Sosial Kesehatan Hewan
(Kersos Keswan) Pembimbing Petang, Badung
31 PENGHARGAAN/PIAGAM
Tahun Bentuk Penghargaan Pemberi
ORGANISASI PROFESI/ILMIAH
Tahun Jenis/Nama Organisasi Jabatan/jenjang keanggotaan Sejak Jadi Dokter Hewan
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)
Anggota
Semenjak Praktek Sekarang
Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia(ADHPHKI)
Anggota
2011 Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia (AFFAVETI)
Anggota
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan,saya bersedia mempertanggung jawabkannya. Denpasar, 19 Februari 2014
Drh. I Ketut Anom Dada MS NIP. 19560610 198602 1002
32
Anggota peneliti 1 I. IDENTITAS DIRI
1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Drh, I Made Damriyasa MS. L/P 1.2 Jabatan Fungsional Guru Besar 1.3 NIP/NIK/No. identitas lainnya 19621231 198803 1017 1.4 Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 31 Desember 1962 1.5 Alamat Rumah Jl. Tukad Badung XXIV No 11 Denpasar 1.6 Nomor Telepon/Faks - 1.7 Nomor HP 0817340627 1.8 Alamat Kantor Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl.
PB. Sudirman Denpasar, Bali. 1.9 Nomor Telepon/Faks 0361 223791
1.10 Alamat e-mail madedamriyasa@yahoo.com 1.11 Lulusan yg telah dihasilkan S-1= 65 orang ; S-2= - orang; S-3= 3
orang 1.12 Mata Kuliah yg diampu
1. Parasitologi (S1) 2. Patologi Klinik Veteriner (S1) 3. Imunologi Parasit (S2) 4. Ekologi Parasit (S2) 5. Epidemiologi (S2) 6. Parasitologi lanjutan (S3) 7. Biokimia Patogen (S3)
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
2.1. Program: S1 S2 S3 2.2. Nama PT Universitas
Airlangga Surabaya
Universitas Airlangga Surabaya
Justus Liebig University Giessen Germany
2.3. Bidang Ilmu Kedokteran Hewan Kedokteran Dasar Parasitologi 2.4. Tahun Masuk 1981 1990 1996 2.5. Tahun Lulus 1987 1993 2001 2.6. Nama Pembim- bing/ Promotor
Dr. drh. D. N. K. Laba Mahaputra MSc
Prof. Dr. Purnomo Prof. Dr. Horz Zahner
III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)
Tahun Judul Penelitian Penyandang Dana
2010-2015 Improvement and sustainability of sweetpotato-pig production systems to support livelihoods in higland Papua and West Papua, Indonesia
ACIAR(Australia), SARDI (Australia), CIP (Peru)
2011 Genetic resistence of local chicken on parasite infection
Georg-August University Goettingen Germany
33 2011 Penentuan data demografi dan ekologi anjing
dalam menunjang program penanggulangan rabies yang efisien, efektif dan berkelanjutan di Bali
DIPA Unud (Hibah Unggulan Udayana)
2008- 2010 Kajian epidemiologi neosporosis pada sapi bali
DP2M Dikti (Hibah Kompetensi)
2010 Epidemiology, diagnosis, and reducing prevalence of zoonotic parasites in West Papua
ACIAR
2009 Zoonotic potential of Anisakis spp. in Balinese waters, Indonesia
DP2M Dikti (Hibah kompetitif penelitian kerjasama Internasional)
2005 Seroprevalensi Neospora caninum pada red fox di Jerman
JLU Giessen, Jerman
2006 Infeksi buatan cacing pita Taenia saginata pada sapi bali
University of Asahikawa Jepang
2007 The anthelmintic activity of papaya fruit and betel nuts on gastrointestinal nematodes in pig
ACIAR (Australia)
2005 Seroprevalensi Trichinella pada red fox di Jerman
JLU Giessen, Jerman
2006 Seroprevalece of Toxoplasma and Trichinella in Jayawijaya Papua Indonesia
ACIAR (Australia)
2009 Seroprevalensi dan identifikasi molekuler Toxoplasma gondii pada kambing
CSAD*
2005 Survey on endoparasite infections of pigs in Wamena Papua
ACIAR (Australia)
Keterangan: *- : CSAD (Center for Studies on Animal Diseases): Laboratorium kerjasama antara FKH Universitas Udayana dengan Institute of Parasitology JLU Giessen, Jerman; penggalian dananya diprakarsai oleh Prof. Dr. Christian Bauer (Visiting Professor di FKH Unud). IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Tahun Judul Kegiatan Sumber dana
2006 Pemanfaatan limbah biji pepaya sebagai obat cacing pada peternakan ayam petelur di desa Penebel Tabanan
DIKTI, Penerapan IPTEKS
2005 Strategi pemberantasan penyakit parasiter dalam meningkatkan produksi pada peternakan babi rakyat di desa Sibetan Karangasem
DIPA Unud
2004 Peningkatan produktifitas ternak babi melalui pemberantasan penyakit parasiter di desa Bungaya Karangasem
DIPA Unud
34 2005 Strategi pemberantasan penyakit cacingan pada anjing lokal di
obyek wisata Sanur dalam upaya pencegahan penularannya yang bersifat zoonosis
DIPA Unud
2005 Pelayanan Kesehatan Ternak sapi di Bukit Jimbaran Badung FKH Unud
2005 Peningkatan produktivitas ternak babi dengan menekan kematian pra sapih di desa Bebandem, Karangasem
DIPA Unud
V. DAFTAR PUBLIKASI
1 Damriyasa, IM., R. Volmer, K. Failing und C. bauer (1998):Representative Querschnittsstudie über den Endo- und Ektoparasitenbefall in süd-hessischen Zuchtsauenbetrieben. Proc. 18. Kongr. DTSCH. Ges. Parasitol., Dresden. Abstrc. Nr. P22
2 Tenter, A.M., Seineke, P., Simon, K., Heckerozh, A.R., Damriyasa, IM., Bauer, C., and H. Zahner (1999): Aktuelle Studien zur Epidemiologie von Toxoplasma-Infetionen. Proc. German Veterinary Medical Society. 1999. p. 247-264
3 Damriyasa, IM., C. Bauer, R. Volmer, K. Failing, A. Tenter, P. Lind and H. Zahner (1999): Survey on endo- and ectoparasite infections in sow farms in southhern Hessen, Germany.Proc. 17th. Tnt. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Kopenhagen. Denmark. Abstr. Nr. g6.01
4 Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, IM., Apsari IAP., Schares G., Noeckler K., Schein E. and Baur C. (2000). Parasite infections in semi-domesticated dogs in Bali, Indonesia. Proc. 18th. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr. Nr. E35p
5 Damriyasa, IM., N.A. Suratma, IM. Dwinata and C. Bauer (2000). Faecal survey on endoparasite infections in breeding sows in two districts of Bali, Indonesia. Proc. 19th. Kongr. DTSCH. Ges. Parasitol., Stuttgart
6 Damriyasa, IM., C. Bauer, K. Noeckler, A.M. Tenter and H. Zahner (2000). Survey on zoonotic parasite infections in pigs in southern Bali, Indonesia. Proc. 19 th. Kongr. DTSCH. Ges. Parasitol., Stuttgart
7 Dharmawan, N.S., I B.W. Adnyana, and I M. Damriyasa. 2001. Prevalence of Taenia hydatigena in pigs. The 18th International Conference of the World Association for the Advancement of Veterinary Parasitology. 26-30 August 2001, Stresa, Italy.
8 Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and C. Bauer (2001). Faecal and serological survey on Endoparasite infections of sows in Bali, Indonesia. Proc. 18th. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr. Nr. E35p
9 Damriyasa, IM., R. Edelhofer, R. Volmer, C. bauer and H. Zahner (2001). Current seroprevalence of Toxoplasma gondii infections in sows in two regions of Germany. Proc. 18th. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr. Nr. A2p
10. DHARMAWAN, N.S., I.B. WINDYA ADNYANA, IM. DAMRIYASA (2001): Prevalence of Taenia hydatigena cysticercosis in pigs in Bali, Indonesia. Proceeding 18th Int. Conf. Wrld. Ass. Adv. Vet. Parasitol., Stresa/Italy, Abstr. E36p, p. 64
35 11. Damriyasa, IM., R. Volmer, C. Bauer and H. Zahner (2002). Sarcoptes- und Haematopinus-Befall
bei Schweinen: Prävalenz und Risikofaktoren in hessischen Ferkelzeugbetrieben. Proc. Meet. “ Bekaempfung und Epidemiologie von Parasitosen”, Dtsch. Veterinaermed. Ges. Travemouende/D. 2002. Abstr. No. 19
12 Damriyasa, IM., R. Volmer, C bauer and H. Zahner (2002). Sarcoptes- und Haematopinus-Befall bei Schweinen: Prävalenz und Risikofaktoren in hessischen Ferkelzeugbetrieben. Proc. German Veterinary Medical Society. 2002. P 19
13 Bart S., Vallejo G., Failing K., Damriyasa IM., Bauer C., Bauerfeind R. (2003). Seroprevalence of Shigatoxin producing Eschiricia coli in breeding sows in Hesse, Germany. Int. J. of Medical Microbiology 293 (2003). Suppl. No. 36, 139-140
14 Bauer C., T. Steinbach, C. Hermosilla, IM. Damriyasa, H.H.L. Sasse & H. Zahner (2003). Anthelmintische Metaphylaxe in Pferdegruppen mit larvaler Cyasthostominose: Ausloeser klinischer Erkrankung? Proc. Meet. “Epidemiologie und Bekaempfung von Parasitosen”. Dtsch. Veterinaermed. Ges., Leipzig. Abstr., p.50
15. Dharmawan, N.S., IM Damriyasa, C. Bauer, K. Noeckler. 2004. Zoonotic parsite infections of pigs in Bali.Proc. the 3rd. Indonesian Biotechnology Conference. P. 186
16. Damriyasa, IM. 2004. Parasite problems contributing diare and death. International pig production Workshop, 27-29 March 2004, Hue-Vietnam.
17. Damriyasa, IM. 2004. Pig production in Bali , International pig production Workshop, 27-29 March 2004, Hue-Vietnam.
18. I.M. Putra, C. Cargill, IM Damriyasa, A.A. Putra, L. Kosay, S. Mahalaya, W. Tiffen, P. Keteren, D. Peters. 2004. Survey Penyakit Babi di Kabupaten Jayawijaya, Papua, Indonesia. Seminar Nasional BPTP Papua, 5-6 Oktober 2004, Jayawijaya.
19. Damriyasa IM., N.S. Dharmawan, IBK Ardana, AAS Kenderan, 2004. Pemberantasan ekto dan endoparasit pada babi untuk meningkatkan produktivitas ternak rakyat di desa Bebandem Karangasem. Udayana Mengabdi 3 (1) p. 7-8
20. Damriyasa, IM. Ardana I.B.K, Prelezov, P. Bauer, C. 2004. Cross-sectional survey on ectoparasite investations in scavenging chickens in Bali Indonesia. International Journal of Medical Microbiology, 239 Supp. 38, p. 69
21. Damriyasa, IM., K. Failing, R. Volmer, H. Zahner and C. Bauer (2004) Prevalence, risk factors and economic importance of infestations with Sarcoptes scabiei and Haematopinus suis in sows of pig breeding farms in Hesse, Germany. Medical and Veterinary Entomology (2004) 18, 361-367
22. Damriyasa, IM. C. Bauer, R. Edelhofer, K. Failing, P. Lind, E. Petersen, G. Schares, AM. Tenter, R. Volmer & H. Zahner (2004). Cross-sectional study in pig breeding farm in Hesse, Germany: prevalence of antibodies to Toxoplasma gondii, Sarcocystis spp. and Neospora caninum in sows and analyses of risk factors. Veterinary Parasitology 126 (2004) 271-286
23. Damriyasa, IM., C. Bauer. 2005. Prevalence of eyeworm infections in free-range chickens and ducks in Bali. Proc. The 20th. International Conference of the World Association for the Advancement of Veterianary Parasitology, 16-20 October 2005, Christchurch, New Zealand,
36 24. Damriyasa, IM.,IBK. Ardana, PN. Prelezov, C. Bauer. 2005. Prevalence of ectoparasite infestations
in free-range chickens in Bali, Indonesia. Proc. The 20th. International Conference of the World Association for the Advancement of Veterianary Parasitology, 16-20 October 2005, Christchurch, New Zealand,
25. Damriyasa, IM., C. Cargill, IM Putra, 2005, Survey on endoparasite infections of pigs in Wamena Papua. Proc. The 20th. International Conference of the World Association for the Advancement of Veterianary Parasitology, 16-20 October 2005, Christchurch, New Zealand,
26. Damriyasa, IM., C. Cargill, IM Putra, 2005. Survey on Toxoplasma and Trichinella infections of pigs in Jayawijaya Papua. Indonesia. Proc. The 20th. International Conference of the World Association for the Advancement of Veterianary Parasitology, 16-20 October 2005, Christchurch, New Zealand
27. Damriyasa, IM., C. Bauer. 2005. Seroprevalence of Toxoplasma gondii in sows in Muensterland, Germany. Dtsch. Tieraerztl. Wschr. 112 p. 201-240
28. Damriyasa, IM.,G. Schares, K. Noeckler, C. Bauer; 2006. Untersucgungen zur Seropraevalenz von Neospora caninum, Toxoplasma gondii und Trichinella spp. Bei Rotfuechsen aus Baden-Wuerttemberg. Proceeding Tagung der DVG-Fachgruppe Parasitologie und parasitaere Krankheiten. 7-9 Juni 2006 in Wetzlar, Germany
29. Damriyasa, IM., N.A. Suratma, C. Bauer. 2006. Survey on intestinal parasite infections of children in Bali, Indonesia. 22. Jahrestagung der DGP an der VMU Wien p. 135
30. Damriyasa, IM., C. Bauer. 2006. First survey on helminth infections of goats in Bali, Indonesia. 22. Jahrestagung der DGP an der VMU Wien p. 136
31. Damriyasa, IM., IM Putra, C. Cargill. 2006.Survey on Trichinella infections of pigs in Jayawijaya Papua Indonesia. Proc. 2nd. ASEAN Congress of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23 2006. p. 22
32. Damriyasa, IM.,IM Putra, C. Cargill. 2006. Serologic prevalence of Toxoplasma gondii in pigs in Jayawijaya Papua Indonesia. Proc. 2nd. ASEAN Congress of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23 2006. p. 25
33. Yudistira D.G. I.M. Dwinata, IM Damriyasa, N.S. Dharmawan. 2006. Survey on helminth infections of elephants in Elephant Safari Park Bali. Proc. 2nd. ASEAN Congress of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23 2006. p. 22
34. Damriyasa, IM.,N.S. Dharmawan, C. Bauer, R. Edelhofer, A.M. Tenter. H. Zahner. 2006. Contribution of Pigs for Parasitic Zoonosis in Bali. Proc. 2nd. ASEAN Congress of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23 2006. p. 26
35. Damriyasa, IM.,N.S. Dharmawan, C. Bauer, R. Edelhofer, A.M. Tenter. H. Zahner. 2006. Comparison of ELISA and IFAT for the detection of Toxoplasma gondii antibodies in sows. Proc. 2nd. ASEAN Congress of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23 2006. p. 22
36. Damriyasa, IM., N.S. Dharmawan, IB Made Oka. 2006. Peningkatan produktivitas ternak babi dengan menekan kematian prasapih di desa Bebandem Karangasem. Udayana Mengabdi 5 (1). P. 48-49.
37. Damriyasa, IM., C. Bauer. 2006. Prevalence and age-depending occurrence of gastrointestinal protozoa infections in suckling piglets. Berl. Munch. Tieraerztl. Wochenschr. 119, p. 287-290.
37
38. Steinbach, T., C. Bauer, H. Sasse, W. Baumgaertner, C. Rey-Moreno, C. Hermosilla, IM. Damriyasa, H. Zahner, 2006. Small strongyle infection: Consequences of larvacidal treatment of horses with fenbendazole and moxodectin. Veterinary Parasitology, 139 p. 115-131
39. Damriyasa, IM. Schares G, and Bauer C. 2007. Cross-sectional survey on seroprevalence of Neospora caninum infection in Bali cattle (Bos javanicus) in Bali, Indonesia. Proc. The 21st. International Conference of the World Association for the Advancement of Veterianary Parasitology, 19-23 August 2007, Gent/Belgium, p. 258
40. Damriyasa, IM. And Bauer C. 2007. Cross-sectional survey on helminth infections of goats in Bali, Indonesia. Proc. The 21st. International Conference of the World Association for the Advancement of Veterianary Parasitology, 19-23 August 2007, Gent/Belgium, p. 258
41. SYAHPUTRA, A.T., DAMRIYASA, I.M., PUTRA, I.M., MAHALAYA, S., KOSSAY, L. & CARGILL, C. (2007). Improving the efficiency of the sweetpotato-pig production in Jayawijaya Regency of Papua Province: reducing parasite infection in pigs. Commonwealth Veterinary Association Journal 23 (2): 5-9
42. DHARMAWAN, N.S., I M. DAMRIYASA, DAN I NENGAH KAPTI. 2007. Intensitas Cystisercus bovis pada sapi Bali yang diinfeksi onkosfer Taenia saginata. Prosiding Simposium Nasional Parasitologi dan Penyakit Tropis. Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar, 25-26 Agustus 2007.
43. H. W. Palm., I.M. Damriyasa, Linda, I.B.M. Oka, 2008; Molecular genotyping of Anisakis Dujardin, 1845 (Nematoda: Ascaridoidea: Anisakidae) larvae from fish of Balinese and Javanese waters, Indonesia. Helminthologia, 45, 1:3-12, 2008
44.
AL-KHLIEF, A., DAMRIYASA, I.M.., BAUER, C., MENGE, C. & HERBST, W. (2009): Serosurvey for infections with Leptospira serovars in pigs from Bali, Indonesia. Deutsche Tierärztliche Wochenschrift 116, 389-391
45. DHARMAWAN, N.S., I M. DAMRIYASA, I N. KAPTI, P. SUTISNA, M. OKAMOTO AND A. ITO. (2009). Experimental Infection of Taenia saginata eggs in Bali Cattle: Distribution and Density of Cysticercus bovis. J. Vet. 10 (4):178-183.
46. DHARMAWAN, N.S., A.A.S. KENDERAN, I.B.K. ARDANA, I G. MAHARDIKA, N. SULABDA AND I M. DAMRIYASA. (2009). Studies on the hematology status of bali cattle in Bali. Proc. International Conference on Biotechnology, Bali, September, 15-16, 2009.
47. DHARMAWAN, N.S., I N. KAPTI AND I M. DAMRIYASA. (2009). Biological studies of development Taenia saginata metacestodes in bali cattle. Proc. International Conference on Biotechnology, Bali, September, 15-16, 2009.
48. I.M. DWINATA, N. ADI SURATMA, I.B. M. OKA, A.A.G. ARJANA AND I.M. DAMRIYASA (2009) Isolation of Toxoplasma gondii in Village Chicken in Bali, Proc. International Conference on Biotechnology, Bali, September, 15-16, 2009.
49. I.M DAMRIYASA (2009) Epidemiology of Zoonotic parasites in village pigs Protozoa and Trichinella sp. Proc. International Workshop on Improvement and Sustainability of Sweetpotato-Pig Production Systems to Support Livelihoods in Highland Papua and West Papua, Indonesia. Wamena Papua 20th - 23th July
38 50. I.M DAMRIYASA (2009) The importance of parasites in village pig production. Proc.
International Workshop on Improvement and Sustainability of Sweetpotato-Pig Production Systems to Support Livelihoods in Highland Papua and West Papua, Indonesia. Wamena Papua 20th - 23th July
51. DAMRIYASA, IM., SCHARES G. AND C. BAUER (2010) Seroprevalence of antibodies to Neospora caninum in Bos Javanicus (Bali cattle) from Indonesia. Trop. Anim. Health Prod. 42: 95-98
52 I A P Apsari, W T Artama, Sumartono, I M Damriyasa (2012). Sekuen Gen Surfece Antigen-1 dan Bradizoit Antigen-1 Takizoit Toxoplasma gondii sebagai Kandidat Pemindai DNA. Jurnal Veteriner Vol. 13 No. 4; 330-339
53 I M Dwinata, I B Oka, N A Suratma, I M Damriyasa (2012). Seroprevalensi dan Isolasi Toxoplasma gondii pada Ayam Kampung di Bali. Veteriner Vol. 13 No. 4; 340-344
54 A A S Kendran, I M Damriyasa, N S Dharmawan, I B K Ardana, L D Anggreni (2012). Profil Kimia Klinik Darah Sapi Bali. Veteriner Vol. 13 No. 4; 410-415
VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU
Tahun Judul Buku Jumlah Halaman
Penerbit
2002 Querschnittsstudie zu Parasitosen bei Zuchtsauen in südhessischen Betrieben. ISBN 3-935713-15-0
178 Fachverlag Koehler, Giessen
2008 Neosporosis pada sapi. ISBN 978-602-8409-00-1
110 Pelawa Sari Denpasar.
VII PENGALAMAN MERUMUSKAN KEBIJAKAN PUBLIK/REKAYASA SOSIAL LAINNYA
Tahun Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan
Tempat Penerapan Respons Masyarakat
2009 Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rabies di Bali
Pemerintah Provinsi Bali
Positif
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Denpasar, 15 Februari 2014
Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa MS
39
SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
1. Nama Lengkap NIP Fakultas/PS Status dalam Penelitian
: : : :
Drh. I Ketut Anom Dada MS 19560610 198602 1002 FKH Ketua
2. Nama Lengkap
NIP Fakultas/PS Status dalam Penelitian
: : : :
Dr. Drh. I B K Ardana MKes 19621231 198803 1017 FKH Anggota
Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian yang berjudul: SINERGI BIOAKTIVITAS EKSTRAKS DAUN TAPAKDARA (CHATARANTHUS ROSEUS) DAN PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA., dengan jumlah usulan dana sebesar Rp. 100.000.000. Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama sma akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian ini sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bukit Jimbaran, 20 Pebruari 2012
(Drh. I Made Dwinata MKes) (Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa MS)