Post on 30-Mar-2023
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
15
BAB III
METODOLOGI
3.1. Gambaran Umum
Proyek yang akan dibuat adalah film animasi pendek 2d yang berjudul “Nightmare
Trip”. Film ini bergenre horor.
3.1.1. Sinopsis
Film ini mengisahkan seorang karyawan yang lembur dan harus pulang pada tengah
malam. Seharusnya tidak ada bis yang dapat ia naiki, tapi ternyata tersisa satu
perjalanan terakhir yang bisa diikuti oleh sang karyawan. Ia tidak menyadari ada
yang aneh dengan bis ini sampai suatu ketika ia tidak sengaja tertidur karena
kelelahan dan sang karyawan pun dibawa ke dalam petualangan mencekam dan
mengerikan bersama dengan makhluk-makhluk gaib.
3.1.2. Posisi Penulis
Pada proyek ini penulis berperan sebagai special effect artist. Penulis bertugas
untuk menganimasikan special effect berupa animasi api dan ledakan animasi
pendukung lainnya yang menggunakan unsur partikel.
3.1.3. Storyboard
Penulis memfokuskan diri untuk mengerjakan animasi special effect pada scene
halte. Scene ini menggambarkan situasi saat karakter sedang menunggu bis di halte.
Lampu halte mendadak mati setelah meredup beberapa kali. Karakter spontan
mengambil korek yang ada di saku bajunya dan mulai termenung. Pada scene ini
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
16
ingin menunjukan bahwa karakter sebenarnya dalam kondisi mengantuk sehingga
timbul imajinasi-imajinasi mengerikan yang tidak seperti kenyataannya.
Tabel 3.1. Storyboard Scene Halte
Scene: 4 Time:
Action:
MS. Two Shot
Di perlihatkan lampu halte yang
sedang menyala
Scene: 4 Time:
Action:
MS. Two Shot
Lampu halte meredup dan mati
Scene: 4 Time:
Action:
CU.
Karakter menggambil korek api
dari kantung bajunya
Scene: 4 Time:
Action:
CU.
Karakter menyalakan korek
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
17
Scene: 4 Time:
Action:
CU.
Karakter terfokus kepada nyala api
Scene: 4 Time:
Action:
MS.
Api menyambar di depan karakter
sambil mengampilkan wajah yang
mengerikan
Scene: 4 Time:
Action:
ECU.
Karakter tersadar dari tidurnya
(melek)
Scene: 4 Time:
Action:
CU.
Nyala api kembali seperti semula
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
18
3.2. Hasil Pengamatan
Penulis melakukan observasi lebih jauh terhadap api kecil, api besar, perubahan api,
ledakan, dan api yang bertiup.
3.2.1. Api
Pembakaran adalan proses yang melibatkan oksidasi yang cepat pada suhu yang
tinggi disertai dengan perubahan dari panas produk gas dari pembakaran dan emisi
radiasi yang terlihat dan yang tidak terlihat.
NFPA (2015) dalam situsnya menjelaskan bagaimana proses api terjadi.
Menurut teori the triangle of combustion, Api dapat menyala karena dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu, bahan bakar (fuel), tingkat panas (heat) dan oksigen. Namun,
berdasarkan penelitian lebih lanjut, terdapat faktor keempat yang disebut reaksi
berantai kimiawi (chemical chain reaction) yang dimana merupakan komponen
dari api itu sendiri. Konsep ini dikenal dengan The fire tetrahedron.
Gambar 3.1. Piramida The Fire Tetrahedron (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/99/Fire_tetrahedron.svg/2000px-
Fire_tetrahedron.svg.png)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
19
The fire tetrahedron digambarkan dengan bentuk piramid yaitu bangun ruang
yang memiliki empat sisi. Keempat komponen tersebut tidak dapat dipisahkan
dalam suatu proses nyala api dan menghilangkan salah satunya akan membuat api
menjadi padam. Setiap elemen memiliki perannya masing-masing sebagai berikut:
1. Oksigen berfungsi untuk mempertahankan pembakaran,
2. Panas berfungsi untuk meningkatkan bahan bakar hingga mencapai
temperatur pembakaranannya,
3. Bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar sebagai bahan terbentuknya
api,
4. Reaksi Kimiawi Berantai sebagai proses gabungan dari ketiga elemen
tersebut.
Setelah terjadinya pembakaran terdapat proses hingga api kembali padam.
Berikut adalah tahapan-tahapannya:
1. Ignition : Bahan bakar dan tingkat panas menyatu dalam
reaksi kimia yang berkelanjutan
2. Growth : Dengan nyala api awal menjadi sumber me-
ningkatnya panas, memicu bahan bakar yang lebih banyak lagi untuk
terbakar.
3. Fully Developed : Api telah menyebar ke semua area dengan bahan
bakar, suhu mencapai puncaknya, mengakibatkan kerusakan oleh tingkat
panas yang tinggi. Oksigen diserap dengan cepat.
4. Decay (Burnout) : Api telah melenyapkan semua bahan bakar,
temperatur menurun, api melemah.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
20
3.2.1.1. Warna Api
Di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bagaimana variasi dari warna
yang dihasilkan oleh api begitu beragam seperti nyala api kompor, lilin, lampu
minyak, dan api unggun. Menurut Marie (2015), mekanisme perubahan warna pada
api dibagi menjadi 2 jenis, yaitu incandescence dan luminescence.
Incandescence adalah cahaya yang dihasilkan dari tingkat panas. Tingkat
panas menyebabkan suatu zat menjadi bercahaya dan menjadi panas, awalnya
memancarkan warna inframerah, kemudian merah, oranye, kuning, dan cahaya
putih sesuai dengan menigkatnya panas.
Gambar 3.2. Pengaruh Panas Terhadap Warna pada Api (http://1.bp.blogspot.com/-
WspyNy5L3Nc/UxoaIrfRtqI/AAAAAAAACzc/wa0mi5VkUro/s1600/Fire+Colors++A+Prophetic
+Miracle+2.jpg)
Warna biru merupakan warna yang dihasilkan pada tingkat panas api
tertinggi, sedangkan inframerah adalah warna yang dihasilkan pada tingkat panas
api terendah.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
21
Gambar 3.3. Kumpulan Gambar Warna Pada Api Kecil
Dalam suatu scene api biasanya ditemui lebih dari satu warna sehingga
memberikan gradasi warna. Hal ini terjadi karena tingkat panas api yang berkurang
karena bereaksi dengan suhu udara pada lingkungan. Semakin mendekati sumber
pembakaran maka api yang dihasilkan jauh lebih panas.
Namun, berbeda dengan incandescence, luminescence adalah cahaya yang
dihasilkan oleh sumber energi selain tingkat panas. Luminescence biasa disebut
dengan cold light, karena hal ini dapat terjadi pada suhu ruangan atau suhu yang
lebih dingin. Untuk menghasilkan luminescence, energi diserap oleh elektron dari
suatu atom atau molekul, lalu energi tersebut berubah menjadi bergirang/positif tapi
dalam kondisi yang tidak stabil. Ketika elektron kembali kepada kondisi energi
yang lebih rendah, energi tersebut akan terlepas menjadi wujud photon (cahaya).
Dibutuhkan kombinasi senyawa yang tepat untuk menghasilkan reaksi yang stabil.
Kedua hal ini sering digunakan dalam pembuatan kembang api untuk
membuat variasi warna yang disebut dengan pyrotechnic colorant. Berikut adalah
daftar senyawa dan warna yang dihasilkan olehnya.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
22
Tabel 3.2. Senyawa Kimia dan Warna yang Dihasilkan
Warna Senyawa
Merah
strontium salt, lithium salts
lithium carbonate, Li2CO3 = merah
strontium carbonate, SrCO3 = merah terang/muda
Jingga /
Oranye
calcium salts
calcium chloride, CaCl2
calcium sulfate, CaSO4·xH2O, dimana x = 0,2,3,5
Emas incandescence of iron (dengan carbon), charcoal, atau
lampblack
Kuning
sodium compounds
sodium nitrate, NaNO3
cryolite, Na3AlF6
Electric
White
white-hot metal, seperti magnesium atau aluminum
barium oxide, BaO
Hijau barium compounds + chlorine producer
barium chloride, BaCl+ = hijau terang/muda
Biru
copper compounds + chlorine producer
copper acetoarsenite (Paris Green),
Cu3As2O3Cu(C2H3O2)2 = biru
copper (I) chloride, CuCl = turquoise blue
Ungu mixture of strontium (merah) dan copper (biru)
compounds
Perak burning aluminum, titanium, atau magnesium powder
atau flakes
Gambar 3.4. Kumpulan Gambar Hasil Warna Senyawa Kimiawi
Teori ini dapat dilihat dari bagaimana kayu bakar menghasilkan warna
kekuningan ketika terbakar karena mengandung sodium.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
23
Gambar 3.5. Api Unggun (http://www.cubstuff.info/images/campfire.jpg)
Pada scene halte, peneliti menggunakan api dengan bahan bakar naptha yang
merupakan jenis gas alam yang tidak mengandung salah satu dari bahan yang
menghasilkan warna khusus pada tabel di atas sehingga warna yang dihasilkan
berdasarkan tingkat panasnya saja.
Namun, teori pada temperatur spektrum cahaya oleh Kelvin menyajikan fakta
yang lain yaitu berbanding terbalik dengan fakta ilmiah pada api.
Gambar 3.6. Panas Warna pada Spektrum Cahaya (http://www.bulborama.com/images/reference/color_temp.gif)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
24
Pada penelitian ini penulis mempertimbangkan dari sisi psikologi warna pada
manusia. Menurut Zamitto (2005), setiap warna memiliki makna dikarenakan
budaya yang membentuk kita. Berikut adalah contoh warna dan maknanya:
Tabel 3.3. Makna Warna Berdasarkan Psikologis dan Budaya Manusia
Warna Makna, Konotasi, Emosi
Hitam Kematian, kejahatan, kriminallitas, seram, depresi,
kesedihan, rasa sakit, penindasan, dan putus asa
Biru
Dingin, damai, depresi, kesedihan, rileks, tenang,
bijaksana, introspeksi, menyendiri, kesepian, dan
kontemplasi
Cokelat Kayu, nyaman, tanah, bumi, zat, fisik, dan usang
Emas Nilai, kehormatan, dan kesetiaan
Hijau Alam, kesuburan, keseimbangan, masa muda,
ketenangan, dan uang (budaya barat)
Abu-abu Netral dan gabungan antara sedih dan senang
Jingga/
Oranye Kekuatan, ketahanan, perilaku sosial, dan hangat
Merah
Cinta, gairah, kegembiraan, selera, kesehatan,
keberanian, keagungan, panas, berbahaya, darah,
senjata, perilaku agresif, kekuatan, api, dan neraka
Ungu Mistis, bangsawan, kisaran tinggi, dan duka cita
(budaya Tiongkok)
Putih Terang, kesucian, tidak berdosa, kebersihan, dingin,
musim gugur (budaya Tiongkok)
Kuning
Gugup, pintar, inovasi logika berpikir, spritual,
harapan, kegembiran, lembut, simbol matahari sebagai
sumber kehidupan
Api tidak terdiri dari partikel biasa, ia akan menghasilkan cahaya. Ketika
mengamati beberapa eksperimen dan film, penulis menemukan bahwa cahaya yang
dihasilkan oleh api memiliki terang dominan pada bagian tertentu. Cahaya yang
kuat pada api dihasilkan pada bagian api berwarna terang seperti warna putih seperti
pada foto api korek di bawah ini.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
25
Gambar 3.7. Sumber Cahaya pada Wujud Api Korek Gas
3.2.1.2. Api Kecil
Pada scene halte, penulis membutuhkan nyala api korek api gas dengan bahan
kuningan yang dilapisi dengan perak yang sering dikenal dengan “zippo”. Zippo
adalah salah satu merk dagang korek api berbahan perak yang terkenal dengan tahan
dari tiupan angin atau windproof.
Gambar 3.8. Korek Api Zippo (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/97/Zippo-Slim-1968-Lit.jpg)
Sosok api “zippo” secara visual serupa dengan nyala api pada lilin, akan tetapi
keduanya memiliki bahan bakar yang berbeda. Zippo menggunakan bahan bakar
naptha sedangkan lilin menggunakan bahan bakar parafin. Selain itu sumbu pada
lilin tradisional akan memanjang ataupun terputus sejalan dengan melelehnya
parafin sedangkan sumbu pada korek api zippo tidak.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
26
Gambar 3.9. Anatomi Korek Api Zippo (http://zippogallery.com/images/AnatomyofaZippo.jpg)
Sebagai sebuah korek api yang tahan terhadap tiupan angin, korek ini
dilengkapi dengan beberapa struktur desain untuk menangkal padamnya api.
Pertama, korek ini didesain dengan sebuah cerobong kecil yang mengelilingi sumbu
sehingga mencegah tiupan angin pada sumbu agar tidak terjadi penurunan suhu
yang menyebabkan padamnya api. Kedua, sumbu pada korek dibuat dengan bahan
yang memiliki daya serap yang baik dan dililit oleh serat tembaga untuk menekan
konsumsi bahan bakar dan menicptakan daya serap yang stabil sehingga
menghasilkan nyala api yang konstan. Fakta ini dapat dilihat dari eksperimen yang
tertera dalam jurnal Windra, M. A.; Tamrin & Haryanto, A. (2014). Di dalam jurnal
tersebut membuktikan bagaimana serat tembaga dapat meningkatkan daya serap
pada minyak jelantah sebagai bahan bakar. Pada dasarnya minyak bergerak naik
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
27
melalui sumbu yang disebut dengan kapilaritas. Kapilaritas terjadi karena adanya
adhesi dan kohesi pada minyak. Selain itu serat tembaga yang meilit pada sumbu
yang terbakar akan memberikan tekanan kepada bahan bakar di bawahnya sehinga
sumbu tidak akan menjadi kering selama masih ada bahan bakar sehingga dapat
menghasilkan api yang stabil. Proses ini mirip dengan peristiwa angin laut dan
angin darat maupun angin lembah dan angin gunung yang dimana tekanan udara
pada suhu yang dingin cenderung lebih tinggi dan akan bergerak ke tekanan udara
yang lebih rendah yaitu pada suhu yang panas.
Desain sumbu ini juga berfungsi untuk menghindari sumbu yang bersandar
pada cerobong yang dapat menghimpit masuknya oksigen saat pembakaran pada
sumbu.
Gambar 3.10. Kumpulan Gambar Proses Pembakaran Korek Api Zippo (http://www.youtube.com/watch?v=6d49i8FfGVs)
Proses menyala korek api ini berbeda dengan korek api gas atau batang.
Ketika kontak pertama dengan percikan api, api yang dihasilkan cenderung bereaksi
dengan perlahan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
28
ukuran api yang besar. Pada ruangan tertutup gerakan api pada korek api zippo ini
tampak naik turun diiringi dengan gerakan bergelombang.
Gambar 3.11. Kumpulan Gambar Pola Gerak Korek Api Zippo (http://www.youtube.com/watch?v=6d49i8FfGVs)
Penulis menemukan bahwa sosok api kecil yang biasanya terdapat pada lilin
di film animasi 2d, tampak sudah mengalami pengembangan gaya gambar. Dari
beberapa film buatan studio yang sama, yaitu Ghibli, membuat visual api lilin yang
tidak sama antara satu film dengan film lainnya.
Gambar 3.12. Kumpulan Gambar Lilin dalam Film Animasi Gibli (Ghibli Studio)
Perbedaan visual pada special effect biasanya di sesuaikan dengan art style
dari film yang dibawakan dan membutuhkan konsistensi antara satu efek dengan
efek lainnya. Kesamaan yang didapat dari gambar-gambar nyala api lilin di atas
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
29
adalah bagaimana api tersebut di desain dalam 2 warna, yaitu warna yang dekat
dengan sumbu lebih terang dengan dibandingkan warna lainnya untuk
menggambarkan perbedaan suhu karena semakin mendekati sumbu maka tingkat
panas api semakin tinggi.
3.2.1.3. Api Besar
Selain itu, penulis juga membutuhkan nyala api yang besar yang dapat
menimbulkan efek menakutkan dan intimidasi terhadap karakter. Maka itu penulis
mencari referensi mengenai api-api dengan kapasitas yang besar dan berkobar-
kobar.
Gambar 3.13. Kobaran Api Besar
(http://www.darkblueplanet.com/travel/wp-content/gallery/inpostpics/bigfire.jpg)
Pada gambar di atas menunjukan kobaran api pada kondisi normal, yaitu
dibawah terdapat sumber pembakaran dalam kuantitas yang besar sehingga tercipta
api yang besar dengan pola bentuk segitiga yang dimana semakin tinggi posisinya
maka semakin kecil ukurannya.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
30
Tabel 3.4. Timing Letusan Api Kebocoran Gas
Frame Visual Keterangan
1
Api muncul dari jalan
aspal
2
3
4
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
31
5
Api membesar mem-
bentuk gumpalan
6
Api berada di posisi
tertingginya dengan
ukuran terbesarnya
7
8
Kepulan api naik ke atas
dan mengecil
9
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
32
10
11
12
Kepulan api yang naik
menghilang dan diikuti
kepulan api yang lebih
kecil ukurannya
13
14
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
34
Penulis mengambil contoh video kebocoran gas di Taiwan berjudul “Gas
Explosion. Kaohsiung, Taiwan 08-01-2014 - Video Compilation” melalui website
Youtube untuk menganalisa kobaran api yang dihasilkan dengan bahan bakar gas.
Pada tabel diatas nampak sebuah situasi sambaran api dari pipa gas tanah
yang bocor. Pada awalnya api mengalami percepatan yang tinggi dalam bentuk
ledakan hingga mencapai suatu ketinggian tertentu. Penulis mencoba membuat
skema sebagai berikut.
Gambar 3.14. Timing Letusan Kebocoran Gas
Setelah sampai pada ketinggian tertinggi, api langsung turun perlahan dengan
diikuti sumber bahan bakar yang menghasilkan gelombang energi yang baru dan
begitu seterusnya membentuk kobaran api yang lebih stabil dengan variasi gerakan
energinya.
Penulis menggambil timing pada kecepatan 10 FPS hanya sebanyak 6 frame
untuk memahami range yang lebih sederhana hingga api menuju puncak saja yaitu
ketika api dalam wujud paling besar.
Selain itu penulis mencoba mendalami tahap ledakan secara lebih mendalam
melalui video Youtube berjudul “Shocking- Explosion during a play”. Pada video
pendek ini mengambarkan tahap ledakan pada skala kecil dengan tahapan sebagai
berikut.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
35
Gambar 3.15. Tahap Ledakan (https://www.youtube.com/watch?v=Xs8iicFcFrk)
Dari gambar kumpulan tahap ledakan di atas dapat dijabarkan bahwa ledakan
api dimulai dari kepulan api besar, kemudian kepulan api naik diiringi dengan ekor
api yang turut mendorong ke atas, dan kemudian ekor api kembali turun sedangkan
kepulan api yang perlahan berpencar menjadi partikel kecil mengikuti gerak dorong
ke atas maupun angin.
Gambar 3.16. Desain Energi pada Api (Elemental Magic: The Classical Art of Hand-Drawn Special Effects Animation. 2009)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
36
Gilliand (2009) menjelaskan bahwa fenomena menyalakan api dari suatu
sumber yang mudah terbakar seperti bensin menghasilkan pola gerak seperti pada
gambar di atas. (A) Udara yang lebih dingin mengitari api sehingga api mendorong
udara dingin dari atas ke bawah. (C) Ketika panas api menyerap dingin, oksigen di
udara di sekitar api mendorongnya. (B) Api menarik udara yang lebih dingin ke
dalam dan ke atas. Tabrakan dari gaya ini menghasilkan bentuk jamur.
Gambar 3.17. Tahapan Api Menyala (Elemental Magic: The Classical Art of Hand-Drawn Special Effects Animation, 2009)
Pada contoh kedua dari nyala api yang besar adalah flamethrower dimana api
menjalar mengikuti semprotan minyak atau sumber bakaran dalam bentuk cair.
Adanya perpaduan dari semburan air, api yang membakar, dan asap yang terbentuk,
menciptakan suatu tampilan kobaran api yang begitu liar dan mengepul.
Gambar 3.18. Flame Thrower (http://img3.wikia.nocookie.net/__cb20130330131049/theflophouse/images/1/1f/Flamethrower_st
raight.jpg)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
37
Selain itu penulis menganalisa gerakan semburan api yang dihasilkan oleh
flame thrower dengan film berjudul “Flamethrower Marine” dari website Youtube.
Pada film ini diperlihatkan seorang marinir sedang menguji flame thrower pada
ruangan terbuka dengan dibantu oleh temannya karena semburan yang amat kuat.
Dapat dilihat di sisi belakangnya terdapat pengukuran dalam skala meter yang
menggambarkan betapa jauh daya sembur senjata ini mengenai targetnya.
Tabel 3.5. Timing pada Flame Thrower
Frame Visual Keterangan
1
Semburan diawali de-
ngan semprotan bahan
bakar dengan kecepatan
tinggi
2
3
Api dipantik dan segera
merambat pada bahan
bakar tersebut
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
40
14
Dari tabel pergerakan api flame thrower di atas penulis membuat sebuah
analisa pergerakan semburan sebagai berikut:
Gambar 3.19. Timing pada Flame Thrower
Dari pola percepatan di atas, penulis menarik kesimpulan dari 14 frame
bahwa percepatan semburan api pada awalnya sudah berada pada kondisi kecepatan
yang tinggi. Namun, setelah itu api mengalami gelombang percepatan yang naik
dan turun karena beberapa faktor penghambat khusunya eksperimen di luar ruangan
seperti angin atau cepat rambat api pada bahan bakar.
3.2.1.4. Proses Perubahan Api
Pada film “Howl Moving Castle”, Calcifier nampak berubah drastis dari sosok api
di perapian yang tenang dan anggun berwarna merah dan oranye lalu berubah
menjadi sosok api yang menyambar secara tiba-tiba dengan ukuran yang besar
berwarna pink dan biru muda. Selain api yang menyambar juga ditampilkan
perubahan karakter dari Calcifier kecil yang lucu menjadi sosok api yang
mengerikan.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
41
Gambar 3.20. Kumpulan Gambar Perubahan Wujud Calcifier (Howl’s Moving Castle, 2004)
Perubahan dimulai dari perubahan bentuk pada wajah yang menjadi seram
dan diikuti dengan perubahan bentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan perubahan
warna. Transisi perubahan ini di awali dengan semburan api yang bertubi-tubi dan
diakhiri dengan Calcifier yang terkesan menghisap api biru yang sempat berkobar
memenuhi layar. Perubahan bentuk pada api biasa menuju sebuah karakter api
memerlukan analisa hasil akhir dari bentukan karakter tersebut (frame awal dan
frame akhir).
Gambar 3.21. Gambar Perubahan Api Menjadi Karakter (Animation Unleashed: 100 Principles Every Animator, Comic Book Writer, Filmmaker, Video
Artist, and Game Developer Should Know, 2008)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
42
Pada adegan korek tertiup, korek api zippo memiliki sifat windproof yang
merupakan keunggulan korek api ini. Korek ini didesain sedemikian rupa sehingga
mencegah untuk padamnya api. Pada video dari situs youtube.com dengan judul
“Zippo: How Windproof is It?”, Video ini menggambarkan seorang pria melakukan
eksperimen terhadap daya tahan korek api terhadap angin dari berbagai jenis korek
api salah satunya adalah korek api Zippo.
Gambar 3.22. Api Korek Zippo Pada Kondisi Normal (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)
Ketika menjumpai angin dengan intensitas sedang, api korek akan nampak
sedikit memanjang dengan intensitas warna biru yang lebih terang dibandingkan
pada kondisi sebelum diberikan dorongan angin dari kipas. Pada tahap ini kipas
angin memberikan luapan kadar oksigen sekaligus memberikan dorongan sehingga
hasil perpaduan panas dan bahan bakar yang diwujudkan dalam bentuk gas pada
tahap chemical chain reaction terdorong ke arah menjauhi datangnya sumber angin
dengan kondisi temperatur api yang semakin menurun.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
43
Gambar 3.23. Api Korek Zippo Tertiup Angin Intensitas Sedang (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)
Selanjutnya, pria ini mendekatkan kipas angin kearah korek dan korek
hanya menampilkan warna biru terang hingga putih pada cerobongnya saja dengan
ekor api yang tidak panjang karena panas yang dihasilkan sekejap menjadi dingin
karena angin yang membawa temperatur ruangan yang mendinginkan panas yang
naik dari sumber api. Ketika komponen dalam segitiga api menghilang maka api
menjadi padam. Namun, warna biru terang hingga putih api pada sumbu tetap
terjaga karena dilindungi oleh pembatas yang mengelilingi sumbu sehingga
menghalangi penurunan suhu yang dikarenakan oleh angin.
Gambar 3.24. Api Korek Zippo Tertiup Angin Intensitas Tinggi (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
44
Pada akhirnya, pria di video ini memberikan tips bahwa zippo hanya bisa
dimatikan dengan angin dari atas secara vertical karena cerobong pada korek ini
dapat melindungi tingkat panas sumbu dari tiupan angin secara horizontal.
Gambar 3.25. Kumpulan Gambar Api Korek Zippo Padam (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)
Gilliand (2009) dalam bukunya memberikan contoh api kecil pada lilin yang
tertiup. Ia menjelaskan bahwa ada hal menarik pada saat api lilin akan hilang, yaitu
volume api tersebut akan sedikit membesar karena dipenuhi oleh oksigen.
Penggambaran dibawah dibuat lebih memanjang daripada realita karena pentingnya
memberikan exaggeration agar animasi yang dihasilkan nampak kuat dan dapat
dipercaya.
Gambar 3.26. Api Lilin Tertiup (Elemental Magic: The Classical Art of Hand-Drawn Special Effects Animation, 2009)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
45
3.2.2. Horor
Pada film “Brother Bear”, diperlihatkan suasana suatu daerah yang gersang dan
memiliki area vulkanik yang aktif. Scene ini dipenuhi dengan gas-gas panas seperti
uap dan di salah satu scene ditunjukan jump scare dari sebuah letupan gas di dekat
si beruang. Perasaan kejut tidak muncul hanya dari sesuatu yang seram, tapi juga
pada kondisi fokus akan suatu hal seperti ketika sang beruang yang sedang mencoba
mengenali tempat itu tiba-tiba ada letupan keras di dekatnya.
Gambar 3.27. Beruang yang Terkejut (Brother Bear, 2003)
Pada film “Bambi”, sosok api yang menjalar di hutan yang besar dan
merambat cepat memberikan kesan menakutkan bagi para hewan. Sosok apiyang
besar dan melahap segala yang dilewatinya seakan menggambarkan intimidasi yang
kuat apalagi dengan didukung musik yang mencekam.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
46
Gambar 3.28. Api Membakar Hutan dan Hewan Ketakutan (Bambi, 1942)
Pada film “Lion King” ketika adegan di sarang hyena, ditunjukan
bagaimana Pergerakan isian cairan berlangsung begitu cepat. Pada scene ini letupan
digambarkan seperti semburan air disertai dengan uap yang muncul langsung
memenuhi layar.
Gambar 3.29. Semburan Air dan Uap (Lion King, 1994)
Pada film “Nightmare Trip” juga akan ada perubahan api kecil menjadi api
besar serta menampakkan sosok wajah yang seram. Penulis mencoba
mengumpulkan beberapa referensi dari film-film yang memiliki kaitan dengan
partikel sebagai berikut.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
47
Gambar 3.30. Wajah Tengkorak Terbakar (Ghost Rider, 2007)
Gambar 3. 31. Bentuk Wajah di Mulut Goa (The Mummy, 1999)
Gambar 3.32. Bentuk Wajah di Badai Pasir (The Mummy, 1999)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
48
3.3. Eksperimen
Setelah melakukan observasi dari film dan literatur dari inernet, penulis membuat
eksperimen visual dan animasi dari special effect yang akan dibuat.
3.3.1. Visual
Pada film ini penulis menggunakan metode manual yaitu dikerjakan secara digital
menggunakan tablet. Tahap pengerjaannya dimulai dari perencanaan gerakan,
sketsa, percobaan animasi, pewarnaan, dan final render.
Efek kedua adalah nyala api “zippo”. Penulis mencoba membuat alternatif
berdasarkan warnanya.
Gambar 3.33. Alternatif Warna Api Korek
Pembuatan api zippo dengan beragam gaya berdasarkan tingkat
kekontrasannya pada adegan.
Gambar 3.34. Alternatif Style Rendering
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
49
3.3.2. Animasi
Penulis mencoba mengaplikasikan pengamatan api kecil menjadi api besar
berdasarkan timing dan pola geraknya menjadi animasi.
3.3.2.1. Api Kecil
Penulis pada awalnya melakukan eksperimen dan observasi terhadap nyala api pada
lilin dan korek api gas untuk memahami struktur gerakannya.
Gambar 3.35. Gerakan Api Lilin
Penulis mendapati bahwa gerakan api kecil yang tenang itu terlihat diam tapi
terkesan bergerak. Penulis teringat akan sebuah gaya animasi yang sebenarnya
hanya menggambar objek yang sama secara berulang, tapi karena secara alami
manusia tidak dapat menggambar secara konsisten maka akan tampak bahwa objek
tersebut terlihat hidup karena bergerak.
Untuk eksperimen peneliti menggunakan garis sebagai simbol dari wujud api
pada lilin.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
50
Gambar 3.36. Percobaan Animasi Garis Bergerak Kecil
Peneliti kemudian menjabarkan gerakan api lilin secara lebih rinci dan
membuat sebuah pola. Api lilin yang bergerak naik-turun dan kanan-kiri
diwujudkan dalam sebuah pola gerak yang berporos.
Gambar 3.37. Percobaan Animasi Garis Berporos dan Bergoyang
Penulis mencoba mengeksplorasi lebih jauh terhadap pola gerak lilin yang lembut
dan tidak teratur, tapi nampak dinamis. Penulis membuat jalur gerak dengan patokan ujung
api yang mewakili gerakanan ke kanan dan ke kiri serta ke atas dan ke bawah.
Gambar 3.38. Percobaan Animasi Lilin dengan Jalur Gerak
Penulis mencoba melakukan tes bentuk lilin dengan kecepatan 10 FPS
mencoba mengaplikasikan teori golden rules oleh Gilliand.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
51
Tabel 3.6. Gerakan Api Tenang
No Gambar Keterangan
1
Gelombang dimulai dari posisi
paling bawah pada api.
2
3
4
5
Semakin naik gelombang, maka
semakin tinggi juga ukuran api
korek.
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015
52
6
7
8
3.3.2.2. Perubahan Menjadi Api
Gambar 3.39. Sketsa Rancangan Perubahan Wujud Api (1)
Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015