Post on 23-Jan-2023
15
BAB II
REPUBLIK DEMOKRATIK RAKYAT KOREA
Posisi geografi Semenanjung Korea yang strategis menyebabkan Korea dalam
sepanjang sejarahnya, mempunyai arti penting dari sudut strategi. Hal ini dikarenakan,
seperti negara Israel yang berada di tengah kawasan Timur Tengah dan Singapura di
tengah lautan Malaysia, semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar, yaitu
Jepang, Cina, dan Uni Soviet (atau yang sekarang dengan negara Rusia). Bahkan pada
akhir masa abad ke-19 Amerika juga mencoba memberikan pengaruhnya ke tanah
Korea.
2.1. Sejarah Korea Utara
Kerajaan merupakan sejarah yang membentuk Korea Utara. Perkembangan
Korea Utara tidak terlepas dari situasi kerajaan pada zaman dahulu, pembentukan Korea
Utara dibutuhkan waktu yang sangat lama. Korea memiliki suku bangsa yaitu Suku
Nomad yang datang dari China menuju Semenanjung Korea. Suku Nomad ini datang
dengan tujuan untuk mengubah kehidupan rakyat Korea dari yang berpindah-pindah
menjadi menetap dan dapat memperbaiki kondisi pertanian.1 Suku Nomad yang berasal
dari China melakukan migrasi untuk mencari tanah yang subur untuk mengembangkan
pertanian mereka. Kehidupan suku Nomad yang berada di Semenanjung Korea ini
menyebabkan mereka mendaulatkan diri mereka di Korea. Suku-suku yang berada di
1 Marcus Noland, “Femine and Reform in North Korea”, 2003, diakses melalui
https://pdfs.semanticscholar.org/aaec/fa5226946fca187917bb30ce58e57124e430.pdf pada tanggal 08 Februari 2017 pukul 12:23
16
Semenanjung Korea memunculkan 3 kerajaan, yakni Kerajaan Kokuryo, Baekje dan
Silla.2
Pada abad ke-10 terjadi kerusuhan di Semenanjung Korea, dinasti Silla jatuh dan
digantikan oleh dinasti Koryo. Selama periode kepemimpinan dinasti Koryo di tahun
1932, Korea mengalami banyak serbuan. Pada masa ini, terjadi pertukaran budaya yang
cukup aktif yang berasaskan dengan ajaran agama Konghuchu. Kerajaan Koryo
mengalami kekacauan akibat kudeta dari kaum militer yang dipimpin oleh Yi Song-gye.
Dalam suasana kacau dan genting menjelang runtuhnya Kerajaan Koryo, kaum ilmuwan
maupun kaum militer mencari jalan untuk membangun kerajaan baru dan melakukan
kebijakan pertahanan baru untuk meningkatkan kekuatan mereka di bidang ekonomi.
Gerakan ini selanjutnya melahirkan sebuah kerajaan yang didukung oleh kaum sarjana
kemudian diberi nama Kerajaan Choson3, penetapan nama Choson mencerminkan
semangat untuk mewarisi kejayaan dan tradisi Kerajaan Choson.
Pada abad ke 14 kerajaan Choson ini berdiri, sistem sosial yang berlaku pada
masa kerajaan Choson adalah pemerintahan berbasis kaum bangsawan yang dipimpin
oleh Yi Song-gye menetapkan Hanyang (yang sekarang dikenal dengan Seoul) sebagai
ibukota kerajaan. Kerajaan Choson menitikberatkan pada usaha menstabilkan
2 Andrew C. Nahm, A History of The Korean People: Korea Tradition & Transformation, (Seoul: Hollym
International Corp, 2002), h. 29-39 3 Carter J. Eckert, et.al., Korea Old and New A History, (Seoul: Harvard University Press, 1990), h. 100
17
kehidupan masyarakat dengan menetapkan beberapa kebijakan utamanya, diantaranya
adalah mengembangkan politik Konghuchu dan meningkatkan industri pertanian.4
Kerajaan Choson melakukan proses pembaharuan struktur pemerintahan untuk
dapat mendirikan kerajaan yang berlandaskan ilmu Konghuchu yang dimulai dari masa
Raja Taejong, Sejong, Sejo, sampai dengan Raja Songjong. Pada masa pemerintahan
Raja Sejo mulai disusun hukum dasar, yaitu „Kyongguk Daejon,‟ oleh Choe Hang dan
pada masa pemerintahan Raja Songjong hukum dasar itu ditetapkan sebagai hukum
dasar Kerajaan Choson. Selain menetapkan hukum dasar, Kerajaan Choson juga
berhasil memperluas wilayah Korea hingga mencapai luas Korea saat ini. Selain itu,
Kerajaan Choson juga berusaha untuk mengembangkan negara secara seimbang melalui
pemindahan penduduk bagian selatan ke bagian utara.5
Memasuki abad ke-16, kerajaan Choson harus menghadapi lebih banyak
kesulitan yang ditimbulkan oleh perpecahan pendapat di kalangan pemimpin negara,
kemiskinan yang melanda masyarakat umum dan melemahnya kekuatan pertahanan
nasional. Situasi ini menyebabkan para penduduk Jepang melakukan perampasan di
bagian selatan Semenanjung Korea.6 Akibat dari perlakuan yang dilakukan oleh Jepang,
sistem pemerintahan saat itu mengadakan reformasi terhadap sistem sosial, politik dan
pertahanan guna menstabilkan pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
4 Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad Hingga Masa Kontemporer,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003), h. 66. 5 Ibid
6 Ibid, h. 82-83
18
Memasuki abad ke-19, masuk ajaran Kristen ke Semenanjung Korea dan
menyebabkan perpecahan budaya di kalangan bangsawan terutama keluarga kerajaan,
kekacauan ini menimbulkan ketidakstabilan dalam kehidupan masyarakat dan
menambah tingkat kemiskinan yang memicu terjadinya kerusuhan di tengah-tengah
masyarakat dengan pemberontakan di berbagai daerah.7 Pada akhir masa kerajaan
choson di abad ke-19 beberapa agama dan kebudayaan diserap dan dijadikan sebagai
kebudayaan asli di semenanjung korea.
Menurut sejarah, pada masa kependudukan Jepang di tahun 1910, Raja Yi Wan
Yong menandatangani sebuah perjanjian Jepang dan pada tanggal 22 Agustus 1910 isi
perjajian tersebut kemudian diumumkan ke seluruh Semenanjung Korea terutama pada
Raja Sunjong.8 Penandatanganan perjanjian tersebut adalah sebagai momentum
berakhirnya masa kerajaan Choson di Korea. Berakhirnya masa kerajaan Choson,
kemudian dimulai dengan kependudukan Jepang sangat mengenaskan, Jepang datang
dengan membawa pasukan militernya bersama polisi untuk menduduki wilayah
Semenanjung Korea dan merampas tanah serta sumber-sumber pangan dan tenaga kerja
dari Choson. Kebijakan tentara Jepang selama menjajah Korea adalah menghapus karya
seni Bangsa Korea yang menjadi landasan dasar untuk meningkatkan kemampuan dan
keunggulan budaya Korea di mata Internasional.
Berakhirnya masa Kerajaan Choson, Korea mengalami masa penjajahan oleh
Jepang di tahun 1900an yang membuat masyarakat Korea mengalami penderitaan.
7 Alvianti Purnamasari, ‘’ KOREA UTARA DAN ASEAN (Dinamika Hubungan Korea Utara dengan ASEAN)”,
h. 4. Diakses melalui https://www.academia.edu/10099938/Korea_Utara_dan_ASEAN pada tanggal 08 Februari 2017 pukul 11:15 WIB 8 Library of Congress, Country Profile, Federal Research Division, 2007, diakses melaui
http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/North_Korea.pdf. Pada tanggal 11 Februari 2017 pukul 02:48 WIB
19
Jepang berhasil menduduki wilayah semenanjung Korea setelah mengalahkan Rusia
dalam Russo-Japanese War (Februari 1904-September 1905)9. Pada saat itu Korea
mengalami kesengsaraan yang mengakibatkan munculnya kekuatan nasionalis. Pada
tanggal 17 November 1905 Jepang membuat kesepakatan dengan Korea dalam Eulsa
Treaty10
dan menjadikan wilayah semenanjung Korea sebagai wilayah protektorat
Jepang. Perjanjian ini memperkuat kedudukan Jepang di wilayah semenanjung Korea.
Jepang terus menduduki Korea dalam upayanya memperluas kekuasaannya di perang
Asia Timur Raya yang sebelumnya Korea berhasil memproklamirkan kemerdekaan
wilayahnya dari pendudukan Jepang di tahap I pada tanggal 1 Maret 191911
melalui
gerakan kemerdekaan rakyat Korea bersatu. Pada periode ini Korea memiliki kesadaran
nasionalis yang tinggi untuk mengusir penjajah Jepang yang telah menjajah
Semenanjung Korea. Meskipun gerakan nasionalis tersebut dapat dipatahkan oleh
Jepang dan gagal menjadi gerakan kemerdekaan, namun tanggal tersebut tetap
diperingati sebagai titik tolak kesadaran nasionalisme Korea oleh bangsa Korea sendiri.
Para pejuang Korea tersebut terus berusaha mendirikan pemerintah provisional Korea
yang dibentuk untuk melakukan tindakan reaksioner terhadap Jepang.12
9 The Russo-Japanese War Research Society. Diakses melalui http://russojapanesewar.com/imp-proc-
04.html pada tanggal 09 Februari 2017 pukul 12:28 WIB 10
Jepang-Korea Perjanjian tahun 1905, juga dikenal sebagai Perjanjian Eulsa atau Jepang-Korea Protektorat Perjanjian, dibuat antara Kekaisaran Jepang dan Kekaisaran Korea pada tahun 1905. Negosiasi menyimpulkan pada 17 November 1905. [1] Perjanjian itu dirampas Korea kedaulatan diplomatik dan membuat Korea protektorat Jepang. Hal ini dipengaruhi oleh kemenangan Jepang dalam perang Rusia-Jepang pada tahun 1905, diakses melalui http://www.worldlibrary.org/articles/eulsa_treaty pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 08:59 WIB 11
William Stueck, The Korean War: an International History, (New Jersey: Princeton University Press, 1999), h. 14-15 12
Ibid
20
Pada tahun 1904, militer Jepang telah menduduki Semenanjung Korea dan
mengumumkan perang terhadap penduduk Korea. Semenanjung Korea berubah menjadi
medan perang dan Jepang memaksa Korea untuk menyepakati memorandum protocol
mengenai mobilisasi tenaga kerja Jepang dari Korea yang bertujuan untuk membangun
rel kereta dari Busan menuju Sinjau dan merampas tanah Korea yang digunakan untuk
kepentingan militer.13
Dalam hal politik, Jepang memimpin langsung pemerintahan
Korea dengan mengambil alih pemerintahan tersebut dan menguasai ekonomi Korea
Utara sehingga menjadikan adanya jurang di Negara Korea Utara itu sendiri. Kebijakan
Jepang untuk mengontrol Korea Utara secara langsung menimbulkan perpecahan
internal dalam kaum perjuangan Korea Utara.
Terlepas dari masalah yang timbul di Korea karena penjajahan yang dilakukan
oleh Jepang, tetapi di satu sisi Jepang menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi bagi
masyarakat Korea yang saat itu terjajah. Dalam segi ekonomi, Jepang yang terkenal
dengan masyarakat membuat sebuah sistem perampasan tanah dari mulai penduduk di
Semenanjung Korea sampai ke Manchuria. Perampasan tanah dan penguasaan secara
bidang ekonomi membuat masyarakat Korea berada dalam posisi kelaparan dan
sebaliknya kebijakan tanah ini dijadikan sebagai peningkatan pajak yang stabil di tahun
1918 sampai tahun 1930 dengan peningkatan sebanyak 45% dari total penerimaan
pajak. Selain itu, dari segi pekerja, masyakarat Korea dipaksa menjadi buruh bagi
13
Marcus Noland. Loc.cit.
21
penjajah Jepang untuk membuat produksi dari produk-produk Jepang yang akan
dipasarkan selama masa penjajahan.14
Pada bulan April 1919 para pemimpin nasional Korea seperti, Syngman Ree, Yi
Tong-hwi, An Ch‟ang-ho dan Kim Ku, membawa isu kemerdekaan Korea ke wilayah
Cina, dan mendeklarasikan pembentukan pemerintahan tersebut di Shanghai. Pada
tahun 1922, semua kelompok dari berbagai aliran yang ada di Korea melakukan
tindakan resistensi terhadap Jepang bersatu dibawah kepemimpinan pemerintah Korea,
dimana Syngman Ree menjadi presidennya dan Yi Tong-hwi yang berpaham komunis
diangkat menjadi perdana menterinya. Yi membantu Uni Soviet melakukan operasi
revolusioner di Manchuria dan Kim Ku mendekat ke pemimpin sayap kanan nasionalis
Cina, yaitu Chiang Kai-sek. Hingga perang dunia II berakhir dan membuat wilayah
semenanjung Korea terbebas dari belenggu pendudukan Jepang, para pemimpin
pemerintah provisional Korea dan beserta para anggotanya kembali ke semenanjung
Korea. Semenjak kekalahan Jepang di perang dunia II tersebut, wilayah-wilayah bekas
pendudukan Jepang mengalami Vacuum of Power (kekosongan kekuasaan), tidak
terkecuali wilayah yang dinamakan semenanjung Korea. Kelompok-kelompok yang
melakukan tindakan resistensi terhadap pendudukan Jepang kembali mengambil alih
wilayah-wilayah yang selama ini menjadi asal pengaruh mereka. Seperti kelompok yang
beraliran komunis kembali menduduki wilayah utara begitupula dengan pemerintahan
14
Alvianti Purnamasari, op. cit., h. 6.
22
provisional Korea pimpinan Syngman Ree yang menduduki wilayah selatan
semenanjung Korea.15
Reunifikasi yang tercipta ketika berbagai kekuatan dari berbagai aliran di dalam
bangsa Korea memproklamirkan pemerintah provisional Korea dan bersama-sama
berupaya mengusir Jepang dari wilayah semenanjung Korea. Setelah menghadapi masa
penjajahan selama 35 tahun (1910-1945) negara dan rakyat Korea merdeka pada tahun
1945.
Semenanjung Korea yang luasnya kira-kira sama dengan Inggris, terletak antara
33°, 06´ dan 43° lintang utara serta antara 124°, 11´ dan 131°, 52´ bujur timur. Panjang
semenanjung Korea dari ujung utara ke ujung selatan kira-kira 1.000 km, yang kurang
lebih sama dengan panjang Pulau Jawa dari ujung timur ke ujung barat, sedangkan
lebarnya pada daerah tersempit adalah 216 km.16 Korea Utara memiliki jumlah
penduduk sekitar 24.545.000 jiwa17
dan dengan luas wilayah 120.540 km2, Korea Utara
atau yang biasa disebut Republik Demokratik Rakyat Korea, merupakan sebuah negara
di Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota Korea Utara
adalah Pyongyang. Zona Demiliterisasi Korea menjadi batas antara Korea Utara dan
Korea Selatan. Sungai Amnok dan Sungai Tumen membentuk perbatasan antara Korea
Utara dan Republik Rakyat Tiongkok. Sebagian dari Sungai Tumen di timur laut
merupakan perbatasan dengan Rusia.
15
William Stueck, Op.Cit., h. 14-15. 16
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, Politik Ekonomi, Masyarakat Korea: Pokok-Pokok Kepentingan dan Permasalahannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), h. 1 17
Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia, Loc.Cit.
23
Sekitar 80% daratan Korea Utara adalah dataran tinggi dan pegunungan dan
seluruh titik di atas 2000 meter di semenanjung berada di wilayahnya. Konsentrasi
penduduk berada di daerah dataran rendah. Gunung Baekdu yang merupakan titik
tertinggi, adalah sebuah gunung berapi dengan kawah lebar yang berbatasan dengan
Republik Rakyat Tiongkok. Rangkaian Hamgyong tersusun sampai ke bagian timur
semenanjung dan mempunyai puncak-puncak tinggi seperti Gunung Gwanmo (1756 m).
Rangkaian lain yang membentuk daratan Korea Utara adalah Pegunungan
Rangrim yang memisahkan dataran rendah di sebelah barat dan timur, Rangkaian
Kangnam di perbatasan dengan RRT, serta Rangkaian Taebaek yang membentang
sampai Korea Selatan. Puncak tertinggi Rangkaian Taebaek adalah Gunung
Kumgang (1638 m).18
Dataran rendah persentasenya sangat kecil. Dataran rendah Pyongyang dan
Chaeryong di sebelah barat memiliki luas wilayah 500 km persegi, sementara di sebelah
timur semenanjung lebih sempit. Pegunungan di bagian utara dan barat wilayah Korea
Utara merupakan mata air bagi sungai-sungai penting, yang mengalir ke wilayah barat
dan timur. Di sebelah barat, sungai-sungai utama bermuara ke Teluk Korea dan Laut
Kuning. Sungai terpanjang adalah Sungai Amnok, membatasi wilayah RRT dan bisa
dilayari sepanjang 678 dari 790 km panjangnya. Sungai Duman adalah sungai
terpanjang ke-2 dengan aliran 521 km ke Laut Jepang. Sungai Duman hanya bisa
dilayari sepanjang 85 km karena topografi yang bergunung-gunung. Sungai
18
North Korea : Topography and Drainage, diakses melalui https://archive.is/RkNg#selection-105.0-109.23 pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 14:58 WIB
24
Taedong yang mengalir melewati kota Pyongyang panjangnya adalah 394 km adalah
sungai terpanjang ke-3, mengalir ke Laut Kuning.19
Terletak di antara 38 dan 43 lintang utara, Korea Utara memiliki iklim empat
musim. Musim dingin yang panjang membawa cuaca dingin dan jernih berpadu dengan
badai salju sebagai akibat dari angin utara dan barat yang berhembus dari Siberia. Rata-
rata suhu tinggi dan rendah setiap hari untuk Pyongyang pada bulan Januari adalah -3°
C dan -13° C, rata-rata salju adalah tiga puluh tujuh hari selama musim dingin. Cuaca di
wilayah pegunungan utara cenderung buruk. Musim panas di Korea Utara cenderung
singkat, panas, lembab dan berhujan karena angin muson selatan dan tenggara yang
membawa uap air dari Samudra Pasifik. Rata-rata suhu tinggi dan rendah setiap hari
untuk Pyongyang pada bulan Agustus adalah 29 ° C dan 20 ° C. Rata-rata, sekitar 60%
dari semua curah hujan terjadi dari bulan Juni sampai September. Topan mempengaruhi
semenanjung Korea, rata-rata setidaknya sekali setiap musim panas. Musim semi dan
musim gugur adalah musim peralihan ditandai dengan suhu ringan.20
19
Ibid. 20
North Korea: Climate, diakses melalui https://archive.is/20121212003435/lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field(DOCID+kp0031)#selection-105.0-109.7 pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 15:11 WIB
25
Sebelum Korea Utara menjadi negara sendiri, Semenanjung Korea terdiri dari
wilayah bagian utara dan selatan, lalu Semenanjung Korea terbagi dua pada garis 38
derajat. Bagian utara Semenanjung Korea diduduki oleh Uni Soviet sedangkan bagian
selatan diduduki oleh Amerika Serikat. Dua negara itu merupakan anggota negara
sekutu yaitu pemenang perang dunia II.21
Pembagian wilayah ini terjadi secara sepihak
oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada bulan Juli-Agustus 1945 serta bersifat
kontradiktif dengan Konferensi Kairo 1943 yang sebelumnya menyatakan jika Korea
harus menjadi Negara yang bersatu. Namun Konferensi Yalta yang terjadi pada bulan
February 1945 mengizinkan Uni Soviet (pemerintahan Stalin) untuk mendirikan zona
penyangga sebagai Negara satelit di Moskwa untuk membantu perang melawan
Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik.22
21
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, Memahami Politik Korea, (Yogyakarta: Gadjah Mada Univerty Press, 2005), h. 237 22
Kathryn Weathersby, “SOVIET AIMS IN KOREA AND THE ORIGINS OF THE KOREAN WAR, 1945-1950: NEW EVIDENCE FROM RUSSIAN ARCHIVES”, Woodrow Wilson International Center For Scolars, Working Paper No. 8, 1993, h. 10
Gambar 2.1 : Curah Hujan Musim Panas Korea Utara
Sumber : http://www.angelfire.com/gundam/sartohalim/alam.htm
Gambar 2.2 : Curah Hujan Musim Dingin Korea Utara
Sumber : http://www.angelfire.com/gundam/sartohalim/alam.htm
26
Uni Soviet dan Amerika Serikat berusaha untuk membentuk pemerintahan pada
masing-masing wilayah yang pada akhirnya terbentuk Democratic People of Republic
Korea atau yang dikenal dengan Korea Utara dan Republic of Korea yang dikenal
dengan sebutan Korea Selatan. Pemisahan kekuasaan Korea Utara dan Korea Selatan ini
diketahui dan dibawah arahan PBB, hal ini dilakukan karena tidak adanya titik temu
antara Uni Soviet dan Amerika Serikat dalam mengimplementasikan amanat PBB
dalam penyatuan terhadap wilayah Korea.23
Pertempuran pertama kali berlangsung ketika Korea Utara untuk pertama
kalinya melakukan serangan ke wilayah Korea Selatan. Dalam serangan tersebut sangat
terlihat keunggulan Korea Utara dalam berbagai lini bila dibandingkan dengan Korea
Selatan. Korea Utara yang memang didukung sepenuhnya oleh pihak Uni Soviet dalam
bidang persenjataan melakukan serangan dari darat dan udara. Korea Selatan terlihat
tidak dapat menandingi kekuatan Korea Utara tersebut, hal ini dikarenakan pada masa
itu, Korea Selatan masih belum mempunyai persenjataan dan kekuatan pertahanan yang
cukup untuk menandingi kekuatan Korea Utara. Korea Selatan pada masa itu tidak
sepenuhnya didukung oleh Amerika Serikat dalam berbagai hal, termasuk dalam militer
dan persenjataan. Hal ini dikarenakan pada masa itu, Amerika Serikat tidak sepenuhnya
memberikan perhatian terhadap kawasan semenanjung Korea, terutama Korea Selatan
yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka ketika Amerika Serikat turut menjadi
trigger pembentukan Republic of Korea. Amerika Serikat juga pada masa itu terlihat
belum melihat signifikansi pentingnya semenanjung Korea. Sedangkan dari sisi Korea
23
William Stueck, Op.Cit., h. 26-27.
27
Utara yang terus didorong oleh kekuatan ideologi komunis Uni Soviet ingin sekali
melakukan proses penerapan ideologi komunis secara keseluruhan di kawasan
semenanjung Korea yang memang diharapkan oleh Uni Soviet dan Cina.24
Gambar 2.3 : Peta alur serangan Korea Utara terhadap wilayah Korea Selatan Sumber : Google
Dalam melakukan serangan balasan, pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin
oleh Presiden Harry S. Truman terlihat lambat dalam mengambil keputusan untuk
mendukung Korea Selatan di pertempuran semenanjung Korea. Bahkan yang
mengambil inisiatif terlebih dahulu dalam membalas serangan yang dilakukan oleh
Korea Utara tersebut adalah Jenderal Douglas MacArthur yang bertindak sebagai
komandan pertahanan Amerika Serikat yang berkedudukan di Tokyo. Tindakan
MacArthur tersebut dilakukan, terutama untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat
di kawasan semenanjung Korea. Namun tanpa dukungan kekuatan yang memadai dari
24
William Stueck, Op.Cit., h. 3-9.
28
Washington yang lambat dalam mengambil keputusan, serangan balasan yang
diperintahkan MacArthur dari Tokyo tetap tak sanggup menandingi kekuatan Korea
Utara yang didukung oleh persenjataan Uni Soviet, dan pada tanggal 27 Juli 1953, pihak
Amerika Serikat menyatakan untuk melakukan gencatan senjata mengenai pertempuran
selama tiga tahun tersebut dan mengakui keunggulan Korea Utara. Tanggal tersebut
hingga kini terus dikenang oleh seluruh warga negara Korea Utara akan kemenangan
dalam perjuangannya melawan pasukan Amerika Serikat yang terjadi selama Perang
Korea. Persetujuan gencatan senjata antara Korea Utara dengan Amerika Serikat secara
penuh mengakhiri Perang Korea yang telah berlangsung sejak tahun 1950
Sesuai dengan konferensi 3 Menteri yakni Amerika Serikat, Inggris dan Uni
Soviet di Moskow, kedua negara mendirikan pemerintahan perwakilan di bagian Utara
dan Selatan selama 5 tahun dibawah kontrol PBB. Sebelah Utara Korea, Amerika
memberikan dukungan kepada Kim Il Sung dalam menjalankan pemerintahannya yang
didasari pada pemikiran komunis sedangkan di belahan Selatan Amerika menunjuk
Rhee Syngman sebagai pemimpin Korea Selatan. Februari 1946, Kim Il Sung
membentuk sebuah komite Rakyat dan di Selatan Rhee Syngman mempersiapkan
Pembentukan Dewan Perwakilan Demokratis di Korea Selatan yang kemudian diajukan
kepada PBB. 25 PBB memutuskan bahwa kelahiran pemerintahan Korea dapat
ditetapkan melalui penyelenggaraan pemilihan umum oleh seluruh rakyat Korea.
Keputusan ini membuat Amerika Serikat membentuk sebuah Komisi sementara
PBB untuk Korea yang diberi nama UNTCOK sebagai pengawas pemilu, namun
25
K.C. Kim , The Land and That War Protected, (New York Times , Opinion, December, 2002)
29
keputusan ini ditolak oleh Korea Utara bahwasanya pemilihan umum hanya dilakukan
di wilayah Korea Selatan pada Mei 1948. Pemilihan umum inilah yang merupakan titik
pangkal kelahiran Republik Korea Selatan dengan berlandaskan sistem demokrasi dan
kapitalisme pada tanggal 15 Agustus 1948 dengan Rhee Syngman sebagai Presidennya.
Pemilu ini dibalas oleh Korea Utara pada 23 Agustus di tahun yang sama dengan Kim Il
Sung sebagai Perdana Menteri pertama. Kedua belah pihak baik Korea Selatan maupun
Korea Utara merasa pemerintahannya sama-sama benar sehingga pada akhir tahun 1948
Uni Soviet memutuskan untuk mengundurkan diri dari Korea Utara.26
2.2. Perkembangan Sosial Korea Utara
Pasca berakhirnya masa penjajahan pasukan Jepang di Semenanjung Korea serta
kedekatan Uni Soviet di Korea Utara, Korea Utara menyerap ideologi yang dibawa oleh
Uni Soviet. Ideologi sosial-komunis tidak serta merta diterapkan secara mentah, tetapi
ada beberapa nilai yang dibedakan dari ideologi Uni Soviet. Masa kepemimpinan Kim
Jong-Il dengan mewariskan ajaran Kim Il Sung, Juche menjadi sebuah ideologi resmi di
Korea Utara dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.27
Kehidupan sosial dan budaya Korea merupakan pemikiran strategis yang
memprioritaskan kekuatan dan kemampuan militernya. Dilihat dari sejarah berdirinya
negara tersebut. Korea Utara berusaha meyakinkan kepada dunia internasional bahwa
militer yang dimiliki Korea Utara layak diperhitungkan dan diinterpretasikan dengan
26
Don Oberdorfer dan Robert Carlin, The Two Koreas; A Contemporary History, (Massachussets: Addison-Weasley Longman, 2003) 27
Kathryn Weathersby , “Dependence and Mistrust: North Korea’s Relations with Moscow and the Evolution of Juche”, Working Paper Series, WP 08-08, Visiting Scholar U.S.‐Korea Institute, SAIS, 2008, h. 3
30
persiapan senjata nuklir yang mampu membuat negara-negara lain terguncang terutama
Korea Selatan dan Amerika Serikat. Dengan propaganda pemerintahannya, maka
pemimpin Korea Utara memberikan pemahaman kepada masyarakatnya dengan
mengkonstruksi budaya melalui pemikiran strategis sebagai hasil dari karakter yang
dibangun oleh seorang pemimpin negara.
2.3. Sistem Pemerintahan dan Politik Korea Utara
Korea Utara terkenal sebagai salah satu negara yang paling isolasionis di dunia
intenasional dan berbanding terbalik dengan tetangganya yakni Korea Selatan. Di saat
Korea Selatan tengah gencar-gencarnya menyebarluaskan Korean Wave-nya28
di
seluruh dunia, Korea Utara justru mengisolasi diri dan fokus pada pengembangan nuklir
dengan pemerintahan yang diktator. Korea Utara merupakan negara komunis dengan
satu pemimpin diktator. Media yang ada di Korea Utara dimiliki dan dikontrol oleh
pemerintah. Berbeda dengan kondisi di Korea Selatan yang memiliki strategi ekonomi
pasar ekspor, Korea Utara justru terfokus pada kemandiriaan dan menjadi salah satu
negara paling isolasionis dan anakronis dengan mengikuti model pemerintahan
totalitarianisme seperti Uni Soviet dan Cina.29
28
Fenomena Hallyu yang berarti Korean Wave atau Demam Korea mengacu pada popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup film dandrama, musik pop, animasi, games dan sejenisnya. Istilah “Korean Wave” (“Hallyu” dalam bahasa Korea) dipopulerkan oleh media China kurang lebih sepuluh tahun lalu untuk menunjuk pada ke populeran budaya pop Korea di Cina. Perkembangan itu dimulai dengan ekspor drama telivisi (mini seri) Korea Selatan ke Cina pada akhir tahun 90-an. Sejak saat itu, Korea Selatan telah muncul sebagai pusat baru bagi produksi budaya populer antar negara, mengekspor serangkaian produk-produk budaya ke negara-negara tetangga di Asia. Sumber: The Korean Wave A New Pop Culture Phenomenon, Korean Culture and Information Service Ministry of Culture, Sports and Tourism, 2011, h. 11 29
Michael J. Seth, A History of Korea From Antiquity to the Present, (United Kingdom: Rowman & Littlefield Publishers, Inc, 2011), h. 340
31
Korea Utara adalah negara yang menyatakan secara sepihak sebagai negara yang
percaya dan bergantung kepada kekuatannya sendiri. Rezim yang berlaku di Korea
Utara yakni, politik yang dikuasai satu partai, kekuasaan tunggal dan kekuasaan yang
diwariskan. Semua negara sosialis paling sering ditemukan memiliki kekuasaan satu
partai, partai yang berkuasa secara ideologi menempati posisi teratas dalam struktur
kekuatan nasional. Secara nyata partai tersebut menguasai legislatif, administratif dan
yudikatif.30
Sistem politik Korea Utara dibangun di atas prinsip sentralisasi. Sementara
Konstitusi Korea Utara secara resmi menjamin perlindungan hak asasi manusia, dalam
prakteknya terdapat batas pada kebebasan berekspresi, dan pemerintah secara erat
mengawasi kehidupan masyarakat Korea Utara. Konstitusi mendefinisikan Korea Utara
sebagai "kediktatoran demokrasi rakyat" di bawah kepemimpinan Partai Buruh Korea,
yang diberikan supremasi hukum atas partai politik lainnya.
Tabel 1.1 : Struktur Kelembagaan Korea Utara
Struktur Fungsional
Politik
Struktur politik Korea Utara terdiri dari:
1) Presiden yang merupakan kepala negara sekaligus
sebagai panglima tertinggi militer dan pemimpin
Komisi Pertahanan Nasional
2) Kekuasaan negara terkonsentrasi pada partai, dan
kekuasaan di dalam partai itu dimiliki oleh satu
orang secara eksklusif yang merupakan ciri dari
kediktatoran
3) Majelis Agung Rakyat (Supreme People’s
Assembly) yang merupakan “highest organ of state
power”
4) Badan Eksekutif dan Administratif yang
30
Colin Dürkop dan Min-Il Yeo, “North Korea after Kim Jong Il: Political and social perspectives ahead of the expected change of power”, KAS INTERNATIONAL REPORTS. Diakses melalui http://www.kas.de/wf/doc/kas_23605-1522-2-30.pdf?110811114309 pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 16:17 WIB
32
berhubungan dengan pembuatan kebijakan dan
pengawasan administrasi pemerintahan
5) Tentara Rakyat Korea adalah nama untuk angkatan
bersenjata Korea Utara. Tentara ini memiliki empat
cabang: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara dan Departemen Keamanan Negara.
Jumlah Partai
1) Korea Utara adalah negara yang menganut sistem
satu partai, atau sistem partai monolitis. Partai yang
memerintah adalah Front Demokratik untuk
Reunifikasi Tanah Air, sebuah koalisi Partai Buruh
Korea dan dua partai kecil lainnya, Partai
Demokratik Sosial Korea dan Partai Chongu
Chondois. Partai-partai ini mengajukan semua
calon untuk menempati posisi pemerintahan dan
memegang semua kursi di Majelis Tertinggi
Rakyat.
2) Partai berkuasa yang memusatkan ideologi
menempati posisi teratas dalam struktur kekuatan
nasional, dimana secara nyata menguasai kekuatan
legislatif, administratif dan judikatif secara
keseluruhan. Partai bukan hanya menguasai 3
lembaga itu, melainkan juga memimpin organisasi
sosial dan kehidupan rakyat. Oleh karena itu, Korea
Utara bisa dikatakan sebagai „negara yang
dipimpin partai‟.
Partai yang paling berkuasa di Korea Utara adalah Partai Buruh Korea. Partai
Buruh Korea telah berkuasa sejak pembentukannya pada tahun 1948. Penguasaan secara
tunggal ini memiliki konsentrasi terhadap partai dan hanya ada satu pemimpin dalam
partai. Dalam masyarakat Korea Utara, seorang pemimpin merupakan sebuah lambang
tekat dan keinginan partai dan merupakan pusat kekuatan untuk mengorganisir kegiatan
politik secara terpadu dan utuh. Dalam sistem politik dan pemerintahannya, Korea Utara
memiliki sebuah sistem kepemimpinan yang diwariskan dan bersifat dinasti. Persiapan
pewarisan kekuasaan ini sudah dimulai sejak tahun 1970 dan disempurnakan oleh Kim
Il-Sung dan kemudian diturunkan kembali kepada Kim Jong-Il secara filsafat untuk
33
menjadi pemimpin berikutnya dan begitu seterusnya. Adapun partai yang menguasai
Korea Utara adalah Partai Buruh. Terdapat pula dua partai kecil lainnya yang dimiliki
Korea Utara yakni, Partai Demokratik Sosial Korea dan Partai Chongi Chondois. Partai-
partai ini mengajukan semua calon untuk menempati posisi pemerintahan dan
memegang semua kursi di Majelis Tertinggi Rakyat.
Gambar 2.4 : Sistem Partai Korea Utara Sumber : World KBS
Menurut konstitusi, Korea Utara adalah Republik Demokratik dan Majelis
Tertinggi Rakyat (SPA) dan Majelis Provinsi Rakyat (PPA) dipilih dengan pemilihan
umum langsung dan secara rahasia. Hak pilih dijamin kepada semua warga negara
berusia 17 tahun dan lebih. Presiden pertama Korea Utara yakni Kim Il-Sung pada
tahun 1994 memperoleh gelar “presiden abadi”. Pola pemerintahan diktator yang di
pimpin oleh Kim Il-Sung membawa Korea Utara menekankan pada pola pembangunan
yang sama dengan Uni Soviet yakni terpusat dan taat pada rencana pembangunan.
Negara memiliki semua sektor industri dan agrikultur, sementara semua bisnis dan
industri swasta dihapus pada tahun 1950an. Negara mengumpulkan semua komoditas
34
dan mendistribusikannya, hingga semua alokasi makanan, pakaian, dan kebutuhan dasar
masyarakat didistibusikan dari pusat.31
Kim Il-Sung lebih memfokuskan pada pengembangan industri berat yang bisa
meningkatkan ekonomi industri dan memperkuat militer daripada produksi barang-
barang jadi. Industri tersebut berkembang pesat dengan Uni Soviet dan negara-negara
Eropa Timur, serta Cina yang menyuplai bantuan untuk Korea Utara. Namun sejak
tahun 1960an Uni Soviet terus mengurangi bantuannya hingga ketika Perang Dingin
berakhir pada tahun 1990an, sehingga Korea Utara mulai berdiri secara independen.32
Korea Utara tengah melakukan reformasi sosialis. Sistem sosialis yang
digunakan oleh Korea Utara sangat berbeda dengan negara sosialis lainnya, seperti Uni
Soviet dan Cina. Korea Utara membantah telah mengadopsi pendekatan berorientasi
pasar yang dipilih oleh Uni Soviet dan Cina, namun Korea Utara mengklaim bahwa
pembangunan Kaegon dan upaya perbaikan Kaeson diarahkan untuk membangun
negara yang kuat dan ekonomi yang mandiri. Kebijakan ekonomi didesain oleh para
pembuat kebijakan yang merupakan hasil dari pilihan kolektif karena paksaan. Dengan
adanya sistem diktator, semua proses reformasi masih dikontrol oleh pemimpin agar
perubahan yang terjadi tetap sesuai dengan sistem pemerintahan.33
Korea Utara telah berhasil mencapai ideologi kolektif yang tercermin dalam
ideologi juche. Pada Agustus 1998 Korea Utara berhasil mencapai kekuatan militer.
Namun, pemerintah Korea Utara masih memiliki tugas untuk memajukan dan
31
Michael J. Seth, Op. Cit., h. 342 32
Ibid. 33
Andraina A.F, “Sosialisme dan Dictatorship di Korea Utara”, diakses melalui http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail103088East%20Asian%20StudiesSosialisme%20dan%20Dictatorship%20di%20Korea%20Utara.html pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 17:20 WIB
35
menguatkan ekonomi negara. Pemerintah Korea Utara pun mereorganisir struktur
politiknya dan mulai memperbaiki krisis melalui implementasi perencanaan ekonomi
domestik. Selain itu, sistem negara dibangun ulang melalui revisi konstitusi yang
disebut dengan Konstitusi Kim Il-Sung.34
Kebijakan diktator yang berada di Korea Utara terlalu terfokus pada kekuatan
militer, sehingga pemerintah kurang memperhatikan aspek sosial dan kebutuhan rakyat.
Peran dominan militer terlihat pada kebijakan military-first, dimana para anggota
Komisi Pertahanan Nasional (National Defense Commision/ NDC) dan jenderal militer
menduduki posisi utama dalam hierarki politik. Pembangunan Korea Utara yang
sosialis dinilai kurang tepat. Hal ini terlihat sejak awal Korea Utara berdiri, terjadi
berbagai kelangkaan makanan yang menyebabkan meningkatnya angka kelaparan, obat-
obatan, energi, dan kebutuhan dasar manusia lainnya, secara normatif hal tersebut tidak
seharusnya terjadi di negara sosialis.
2.4. Sistem Ekonomi Korea Utara
Sistem ekonomi adalah strategi suatu Negara mengatur kehidupan ekonominya
untuk mencapai sebuah kemakmuran. Sistem ekonomi pada suatu negara ada 2 fakor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kegiatan ekonomi timbul karena adanya
persamaan dalam usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Perbedaan
tersebut menimbulkan berbagai bentuk dan sistem ekonomi yang berlaku di setiap
negara.
34
Young Chul Chung, “North Korean Reform and Opening: Dual Strategy and ‘Silli (Practical) Socialism”, Pacific Affairs, vol. 77, no. 2, 2014, h. 288
36
Sistem pada dasarnya merupakan suatu organisasi besar yang menjalin berbagai
subjek dan perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Dengan demikian,
sistem ekonomi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan menjalin
hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan
kehidupan. Pelaksanaan suatu sistem ekonomi di suatu negara didasari oleh ideologi,
cara pandang (filosofi), agama, dan kepentingan politik yang berlaku di negara tersebut.
Korea Utara merupakan satu-satunya negara yang tertutup dari hubungan
internasional dengan negara lain, jika terdapat pernyataan bahwa kondisi global saat ini
menyebabkan suatu negara tidak dapat menghindari adanya ekonomi terbuka, maka
negara Korea Utara adalah sebuah pengecualian. Tidak hanya karena isolasionisme
terhadap pasar bebas, Korea Utara juga dikenal dengan rezim pemerintahnya yang
sosialis-otoriter serta penekanannya terhadap kebebasan dunia luar kepada
masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena kedekatan hubungan dengan Uni Soviet
paska mundurnya Jepang dari Korea pada akhir perang dunia ke II membuat Korea
Utara memiliki ideologi yang mirip dengan yang dianut oleh Uni Soviet, yaitu ideologi
sosialis-komunis.
Korea Utara menganut sistem ekonomi sosialis, yakni sistem yang memberikan
kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi
tetapi ada campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk
mengatur tata kehidupan perekonomian negara.35
Jika masyarakat (individu) dibiarkan
35
Denni Hidayat, “KOREA UTARA CONTOH NEGARA DENGAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP”, 2016, diakses melalui http://ekonome.id/2016/11/korea-utara-contoh-negara-dengan-sistem-perekonomian-tertutup/ pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 19:21 WIB
37
secara bebas menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnisnya tanpa ada pengawasan dari
pemerintah maka akan terjadi ketimpangan penguasaan sumber-sumber ekonomi dan
akan terjadi penindasan ekonomi oleh masyarakat kaya terhadap masyarakat miskin.36
Akibat dari sistem yang dianut oleh Korea Utara yang mengakibatkan Korea Utara
mengalami masalah ekonomi yang parah, seperti kelaparan dan penurunan gizi.
36
Budi Wahyono, “Sistem Perekonomian: Sistem Komando/Terpimpin/Sosialis”, diakses melalui http://www.pendidikanekonomi.com/2016/01/sistem-perekonomian-sistem.html pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 19:23 WIB